pedoman umum pengembangan upja dan ldm

31
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 1 I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Program pembangunan pertanian yang berorientasi pada sistem dan usaha agribisnis, pada pokoknya harus dikembangkan agar sesuai dengan proses pergeseran mendasar dari masyarakat tradisional/ subsisten menjadi masyarakat modern berbasis pertanian yang merupakan rangkaian upaya untuk memfasilitasi, melayani dan mendorong berkembangnya usaha pertanian secara komersial untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat tani. Upaya-upaya pembangunan pertanian tersebut dilaksanakan dengan pendekatan sistem dan usaha agribisnis yang berarti mencakup upaya-upaya pada keseluruhan subsistem agribisnis yang meliputi subsistem hulu yang termasuk di dalamnya adalah sarana produksi pertanian (agrokimia, sarana alsin pertanian, perbenihan/ pembibitan); subsistem produksi pertanian ( budidaya tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan); dan subsistem hilirnya yang termasuk diantaranya pengolahan, pemasaran dan distribusi hasil pertanian serta sub sistem jasa pendukungnya Penerapan dan pengembangan sarana alat mesin pasca panen dalam mendukung pembangunan agroindustri dan agribisnis mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka meningkatkan efisiensi, produktivitas dan perbaikan mutu hasil pertanian. Sarana alat mesin pasca panen merupakan salah satu masukan teknologi yang mendukung pengembangan sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi, dimana keberadaannya sangat dibutuhkan oleh masyarakat tani di pedesaan. Peranan sarana alat dan mesin pasca panen adalah meningkatkan nilai tambah dan mutu hasil pertanian dengan memperbaiki penanganan pasca panen hasil pertanian. Sarana alat dan mesin pasca panen kini telah menjadi kebutuhan dasar dalam mendukung keberhasilan pembangunan agroindustri dan agribisnis

Upload: pamungkasps

Post on 16-Jun-2015

1.650 views

Category:

Documents


19 download

DESCRIPTION

uyjt

TRANSCRIPT

Page 1: Pedoman Umum Pengembangan UPJA Dan LDM

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 1

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Program pembangunan pertanian yang berorientasi pada sistem dan

usaha agribisnis, pada pokoknya harus dikembangkan agar sesuai dengan

proses pergeseran mendasar dari masyarakat tradisional/ subsisten menjadi

masyarakat modern berbasis pertanian yang merupakan rangkaian upaya untuk

memfasilitasi, melayani dan mendorong berkembangnya usaha pertanian secara

komersial untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat tani.

Upaya-upaya pembangunan pertanian tersebut dilaksanakan dengan

pendekatan sistem dan usaha agribisnis yang berarti mencakup upaya-upaya

pada keseluruhan subsistem agribisnis yang meliputi subsistem hulu yang

termasuk di dalamnya adalah sarana produksi pertanian (agrokimia, sarana alsin

pertanian, perbenihan/ pembibitan); subsistem produksi pertanian ( budidaya

tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan); dan subsistem

hilirnya yang termasuk diantaranya pengolahan, pemasaran dan distribusi hasil

pertanian serta sub sistem jasa pendukungnya

Penerapan dan pengembangan sarana alat mesin pasca panen dalam

mendukung pembangunan agroindustri dan agribisnis mempunyai peranan yang

sangat penting dalam rangka meningkatkan efisiensi, produktivitas dan

perbaikan mutu hasil pertanian. Sarana alat mesin pasca panen merupakan

salah satu masukan teknologi yang mendukung pengembangan sistem dan

usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan

terdesentralisasi, dimana keberadaannya sangat dibutuhkan oleh masyarakat

tani di pedesaan.

Peranan sarana alat dan mesin pasca panen adalah meningkatkan nilai

tambah dan mutu hasil pertanian dengan memperbaiki penanganan pasca

panen hasil pertanian.

Sarana alat dan mesin pasca panen kini telah menjadi kebutuhan dasar

dalam mendukung keberhasilan pembangunan agroindustri dan agribisnis

Page 2: Pedoman Umum Pengembangan UPJA Dan LDM

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 2

nasional. Hal tersebut terkait dengan upaya peningkatan produksi, menurunkan

kehilangan hasil dan meningkatkan efisiensi usaha agribisnisnya. Dalam rangka

akselerasi pengembangan alat dan mesin pasca panen tersebut, pemerintah

telah mengembangkan berbagai kebijakan yang mendukung, salah satu

diantaranya melalui pengembangan Usaha Pelayanan Jasa Alat Mesin (UPJA) di

bidang pasca panen dan Lumbung Desa Modern (LDM)

Pelayanan jasa alat mesin pasca panen (UPJA/LDM) sebagai suatu

usaha bisnis sangat terkait dengan peningkatan kinerja usaha agribisnis,

terutama dalam hal kelancaran penyediaan sarana, bahan baku dan mutu hasil

pertanian. Berkaitan dengan hal tersebut, maka diperlukan suatu bentuk

pengembangan usaha jasa alat mesin pasca panen yang melibatkan

perusahaan/ industri pengolahan pangan guna menjalin kerjasama yang sinergis

dalam meningkatkan kinerja usaha pelayanan jasa alat mesin pasca panen dan

perbengkelan. Bila memungkinkan atau bila tidak terdapat UPJA/ LDM di sekitar

perusahaan/ industri pengolahan pangan, maka perusahaan tersebut dapat

mengembangkan usaha jasa alat mesin dan bengkel secara mandiri.

Kemitraan antara perusahaan/ industri pengolahan pangan dengan usaha

pelayanan jasa alat mesin pasca panen perlu dilakukan untuk mendorong

pengembangan dan mengoptimalkan kinerja usaha jasa alat mesin melalui

penyediaan peralatan dan mesin, perbaikan alat dan suku cadang serta

bimbingan teknis dan manajemen usaha jasa alat mesin pasca panen di suatu

wlayanh/ daerah. Dengan berkembangnya usaha jasa alat mesin pasca panen

diharapkan dapat mempercepat alih teknologi kepada masyarakat tani,

menciptakan lapangan kerja, meningkatkan nilai tambah, memperbaiki

penanganan panen dan pasca panen, menurunkan kehilangan hasil dan

perbaikan mutu hasil yang pada akhirnya akan berdampak kepada peningkataan

kinerja dari perusahaan/ industri pengolahan pangan serta terbentuknya proses

industrialisasi dalam menunjang pembangunan agroindustri di pedesaan.

Page 3: Pedoman Umum Pengembangan UPJA Dan LDM

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 3

2. Pengertian

Untuk menyamakan persepsi, dalam pedoman pengelolaan UPJA/ LDM,

digunakan beberapa istilah antara lain :

a. Sarana alat mesin pasca panen

Adalah peralatan dan mesin yang dioperasionalkan dengan motor

penggerak maupun tanpa motor penggerak untuk kegiatan penanganan

pasca panen yaitu mulai saat panen sampai dengan menyiapkan bahan

baku untuk industri.

b. UPJA pasca panen/ LDM

Adalah suatu unit usaha yang mengusahakan pelayanan jasa alat mesin

pasca panen seperti alat pemanen (reaper), alat perontok (thrseser), alat

pengering (dryer), penggilingan padi (RMU), dan lain-lain. Fungsi UPJA/

LDM adalah melakukan kegiatan ekonomi dalam bentuk usaha

penyewaan jasa alat mesin pasca panen. UPJA/ LDM sebagai lembaga

ekonomi pedesaan harus melaksanakan optimalisasi penggunaan alat

mesin tersebut guna mendapatkan keuntungan usaha, dan dikelola

berdasarkan skala ekonomi yang berorientasi pasar dan didukung oleh

sumberdaya manusia yang professional.

c. Asosiasi UPJA/ LDM

Merupakan perkumpulan pengusaha-pengusaha UPJA/ LDM yang

bersifat sosial untuk meningkatkan kinerja anggotanya menuju ke arah

hasil guna dalam pengelolaan sarana alat mesin pasca panen sehingga

dapat meningkatkan pendapatan daan kesejahteraan para anggotanya.

d. UPJA/ LDM Profesional

Adalah UPJA/ LDM dan kelembagaannya yang dikelola oleh manajer

UPJA/ LDM secara professional dengan memperhatikan prinsip

profesionalisme yang dicirikan dengan berorientasi bisnis yang sehat

secara teknis, ekonomi dan sosial layak, menguntungkan, berkelanjutan

serta berdasarkan pada prinsip kemitraan yang saling membutuhkan,

saling memperkuat dan saling menguntungkan.

Page 4: Pedoman Umum Pengembangan UPJA Dan LDM

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 4

e. Jenis alat mesin pasca panen

Jenis-jenis alat mesin pasca panen yang dapat dioperasionalkan oleh

UPJA/ LDM Padi adalah sebagai berikut :

1. Alat mesin pemanen (reaper)

2. Alat mesin perontok (thresher)

3. Alat mesin pembersih (cleaner)

4. Alat mesin penggilingan padi (RMU)

5. Alat mesin pengering (drier)

6. Alat mesin pemisah (grader)

7. Alat mesin pengarungan (bag closer)

8. Alat mesin pengemas

9. dan lain-lain

3. Manfaat Diharapkan Pedoman Umum Pengelolaan Usaha Pelayanan Jasa Alat

Mesin Pasca Panen ini dapat menjadi acuan bagi petani/ kelompok tani atau

gabungan kelompok tani, dan pengusaha UPJA/ LDM dalam pengelolaan jasa

alat mesin pasca panen sehingga terjadi penurunan kehilangan hasil dan

peningkatan jumlah maupun mutu hasil melalui pemanfaatan jasa sarana alat

mesin pasca panen yang optimal, efektif dan efisien.

II. PEMBENTUKAN UPJA/ LDM

Model yang diterapkan adalah dengan menggunakan perusahaan UPJA/

LDM yang dibina oleh Direktorat Penanganan Pasca Panen, Direktorat Jenderal

Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Jakarta dan Dinas Pertanian

Propinsi/ Kabupaten/ Kota, sebagai pusat atau titik awal dari pengembangaan

agribisnis perberasan di daerah. UPJA/ LDM ini disamping sebagai penyedia

sarana alat mesin pasca panen juga diharapkan dapat menyediakan suku

cadang dan melakukan perawatan alat mesin pasca panen tersebut. Sehingga

diharapkan berfungsi sebagai motor penggerak kelembagaan UPJA/ LDM di

Page 5: Pedoman Umum Pengembangan UPJA Dan LDM

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 5

daerah. Disamping itu juga berfungsi sebagai penghubung dengan pihak

lembaga keuangan/ bank (pemilik modal) untuk mendapatkan modal kerja/

kredit. UPJA/ LDM diharapkan dapat bermitra dengan petani/ kelompok tani

sebagai pengguna jasa alat mesin pasca panen dalam kawasan agribisnis.

UPJA/ LDM ini diharapkan dapat berkembang menjadi usaha yang berbadan

hukum seperti Badan Usaha Milik Petani (BUMP), Badan Usaha Milik Daerah

(BUMD), Koperasi atau Perusahaan Persero (PT).

III. OPERASIONALISASI UPJA/ LDM

Jenis dan jumlah sarana alat mesin pasca panen pada setiap UPJA/ LDM

sangat tergantung pada kemampuan dari pengelola dan kebutuhan sarana alat

mesin pasca panen tersebut di suatu wilayah/ daerah. Jenis sarana alat mesin

pasca panen yang diperlukan oleh pengusaha UPJA/ LDM disesuaikan dengan

kondisi dan kebutuhan wilayah/ daerah setempat. Sedangkan jumlah sarana alat

mesin pasca panen yang akan dikelola oleh UPJA/ LDM diarahkan agar

mencapai skala ekonomi yang optimum. Operasionalisasi UPJA/ LDM dilakukan

melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

1. Persiapan a. Identifikasi

Dalam rangka menumbuhkembangkan UPJA/ LDM, harus diawali dengan

identifikasi untuk mengumpulkan data-data sebagai dasar dari kegiatan

selanjutnya. Identifikasi UPJA/ LDM dan kelembagaan pendukung,

meliputi identifikasi tentang :

1) Luas wilayah, produksi dan kondisi spesifik lokasi penumbuhan/

pengembangan

2) Populasi sarana (jenis dan jumlah sarana alat mesin pasca panen)

yang ada (masih operasional).

Page 6: Pedoman Umum Pengembangan UPJA Dan LDM

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 6

3) Jumlah UPJA/ LDM yang ada dan rencana pembentukan UPJA/

LDM baru

4) Jumlah bengkel (jenis usaha bengkel, kepemilikan asset)

5) Jumlah petani/ kelompoktani/ gabungan kelompok tani/ kecamatan

pasca panen pengguna sarana alat mesin pasca panen

6) Pola tanam dan panen serta jumlah produksinya

7) Pemasaran

b. Penyusunan Pedoman Kerja UPJA/ LDM

Penyusunan Pedoman Kerja UPJA/ LDM disusun untuk menentukan

rencana kerja pelayanan UPJA/ LDM kepada kelompok tani/ petani

pengguna alat mesin pasca panen di suatu wilayah/ daerah.

c. Koordinasi Kelembagaan

Koordinasi kelembagaan dilakukan dengan mengadakan pertemuan yang

dihadiri petani/ kelompoktani, manajer UPJA/ LDM, pemilik bengkel,

lembaga permodalan/ bank dan penyuluh/ petugas pertanian setempat

serta diikuti dengan penyiapan petunjuk pelaksanaan, pelatihan atau

bimbingan teknis dan manajemen serta penyediaan sarana permodalan/

bank dan lain-lain.

2. Penetapan Kriteria a. Lokasi

1) Dipilih kabupaten/ kecamatan sentra produksi pertanian

2) Dari kabupaten/ kecamatan bersangkutan dipilih desa (wilayah

sentra) yang memiliki populasi alat mesin pasca panen yang

terbanyak

3) Harus memiliki bengkel/ pengrajin alat mesin pasca panen.

Page 7: Pedoman Umum Pengembangan UPJA Dan LDM

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 7

b. Kelembagaan UPJA/ LDM

1) Memiliki sarana alat mesin pasca panen sesuai kebutuhan.

2) Telah memiliki pelayanan jasa alat mesin pasca panen di lokasi

tersebut

3) Memiliki organisasi, minimal ada seorang pemilik (manajer) dan

ada operator yang mengoperasikan alat mesin pasca panen yang

bersangkutan

4) Manajer dan operator memiliki sikap untuk memajukan UPJA/ LDM

tersebut.

c. Kelembagaan Pendukung

1) Terdapat bengkel yang dapat berfungsi sebagai tempat

memproduksi/ merakit sarana alat mesin pasca panen, perawatan

dan perbaikan alat mesin pasca panen di lokasi bersangkutan.

Bengkel/ pengrajin alat mesin tersebut dapat berupa bengkel milik

BUMN/ BUMD atau BUMP (Badan Usaha Milik Petani), koperasi

maupun bengkel / pengrajin swasta.

2) Terdapat lembaga permodalan/ bank minimal di kabupaten yang

bersangkutan

3) Terdapat penyuluh/ petugas pertanian di lokasi bersangkutan

sebagai pendamping/ pembina lapangan.

3. Pelatihan Pelatihan dan uji coba dilakukan setelah peralatan mesin pasca panen

diterima oleh pengelola UPJA/ LDM baik yang berasal dari bantuan dana

dekonsentrasi, APBD maupun yang dibeli langsung oleh kelompok UPJA/ LDM

sendiri. Pada tahap ini peran Dinas Pertanian Propinsi dan Kabupaten/ Kota

sangat menentukan keberhasilan pengelolaan sarana alat mesin pasca panen

oleh UPJA/ LDM. Melalui pelatihan ini diharapkan dapat dihasilkan SDM UPJA/

LDM yang profesional.

Page 8: Pedoman Umum Pengembangan UPJA Dan LDM

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 8

Tujuan Pelatihan/ workshop UPJA/ LDM ini adalah untuk meningkatkan

kemampuan dan keterampilan peserta pelatihan (manajer dan operator UPJA/

LDM) dimana materi pelatihan meliputi kelompok teknis operasional, bisnis dan

manajemen usaha serta pengoperasian alat mesin pasca panen secara bisnis,

dengan rincian sebagai berikut :

a. Kelompok teknis operasional

1) Teknis pengoperasian sarana alat mesin pasca panen

2) Cara-cara perawatan dan perbaikan sarana alat mesin pasca

panen

b. Kelompok bisnis

1) Analisis ekonomi penggunaan sarana alat mesin pasca panen

2) Pembukuan usaha jasa sarana alat mesin pasca panen

3) Sumber permodalan usaha

4) Promosi jasa sarana alat mesin pasca panen

c. Kelompok manajemen usaha

1) Perencanaan usaha jasa sarana alat mesin pasca panen

2) Pengorganisasian usaha

3) Kerjasama usaha/ kemitraan usaha

4) Kewirausahaan

d. Pengoperasian alat mesin pasca panen secara bisnis

Dalam pelaksanaan usaha pelayanan jasa alat mesin pasca panen

perlu dilakukan melalui penerapan sistem manajemen usaha secara

benar. Setiap kelompok UPJA/ LDM harus berusaha untuk mencapai

kapasitas kerja optimal dengan cara bekerjasama/ bermitra dengan

petani/ kelompok tani/ Forum Kecamatan Pasca Panen di daerah.

Page 9: Pedoman Umum Pengembangan UPJA Dan LDM

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 9

Peserta pelatihan adalah operator, kelompok tani/ petani pengguna dan

pengelola UPJA/ LDM, dengan perincian sebagai berikut :

a. Operator :

1) Operator sarana alat mesin pasca panen pada UPJA/ LDM dan

pemilik bengkel yang ada di lokasi setempat meskipun terdapat

jenis bengkel yang beragam, bengkel tersebut dapat

dikelompokkan untuk dilatih/ di bimbing.

2) Materi pelatihan utama adalah cara penggunaan yang benar,

perawatan dan perbaikan alat mesin pasca panen.

3) Jika ada kesempatan, pemilik bengkel ini dilatih untuk dapat

merakit/ membuat alat mesin pasca panen sendiri.

b. Kelompok UPJA

1) Tujuan pelatihan adalah untuk meningkatkan kemampuan dan

keterampilan SDM pengelola UPJA/ LDM

2) Peserta pelatihan adalah manajer dan operator

3) Materi pelatihan meliputi bidang teknis, ekonomis, manajemen usaha

alat mesin pasca panen

c. Kelompok tani/ petani :

1) Semua kelompok tani/ petani yang ada di lokasi setempat perlu

diberikan pengetahuan tentang pentingnya arti penggunaan/

pemanfaatan alat mesin pasca panen.

2) Materi yang diberikan antara lain adalah analisis rugi laba

penggunaan alat mesin pasca panen dalam mendukung operasional

usaha agribisnisnya

Page 10: Pedoman Umum Pengembangan UPJA Dan LDM

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 10

4. Penumbuhan UPJA/LDM

Untuk menumbuhkan UPJA/ LDM, maka perlu diperhatikan hal-hal

sebagai berikut :

a. Bila di lokasi terpilih belum ada UPJA/ LDM, maka perlu dibentuk UPJA/

LDM baru

b. Bila di lokasi terpilih telah ada UPJA/ LDM maka alokasi alat mesin pasca

panen diarahkan kepada UPJA/ LDM yang telah ada dengan menambah

alat mesin pasca panen tambahan agar sejauh mungkin jumlah alat mesin

dapat memenuhi kebutuhannya baik jumlah maupun kapasitasnya.

c. Penetapan UPJA/ LDM yang dipilih berdasarkan pada jumlah alat mesin

pasca panen yang sudah ada untuk lokasi tersebut dan juga disesuaikan

dengan luas hamparan atau produksi di lokasi yang terpilih.

d. Bila di lokasi hamparan atau sentra produksi yang terpilih kurang

memadai, maka pembentukan UPJA/ LDM disesuaikan dengan kondisi

lapangan.

IV. KELEMBAGAAN UPJA/ LDM

Dalam operasionalisasinya, koordinasi kelembagaan UPJA/ LDM adalah

sebagai berikut :

f. Melakukan pertemuan secara berkala yang dihadiri petani/ kelompok tani,

manajer UPJA/ LDM, pemilik bengkel dan penyuluh/ petugas pertanian

setempat

g. Menyiapkan petunjuk pelaksanaan

h. Memberi pelatihan dan pembinaan/ pendampingan

i. Memfasilitasi permodalan melalui lembaga keuangan (bank, koperasi,

perusahaan swasta dan sebagainya).

Kekuatan kelembagaan di dalam sistem pengelolaan UPJA/ LDM harus

berorientasi pada :

Page 11: Pedoman Umum Pengembangan UPJA Dan LDM

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 11

a. Profesionalisme dalam pengelolaan usaha yang harus benar-benar

dilandasi ilmu pengetahuan dan teknologi, keterampilan dan sikap mental

para pengelola

b. Skala ekonomi menjadi pertimbangan guna mendapatkan keuntungan

usaha yang layak guna menjamin keberlanjutan usahanya

c. Berorientasi pasar dalam usahanya

d. Tumbuh dari bawah (bottom up) karena tuntutan pasar

e. Berkembang secara mandiri serta mampu beradaptasi dengan kondisi

sosial setempat.

Kelembagaan UPJA/ LDM dapat diwujudkan menjadi pelaku ekonomi

yang kuat di daerah, sebagai pilar penopang dan sekaligus sebagai motor

penggerak pembangunan agribisnis dan agroindustri di daerah. Untuk itu

kelembagaan UPJA/ LDM dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

a. Kelembagaan dalam pelayanan jasa alsin pasca panen

Dalam bentuk operasional kelembagaan ini adalah adanya seorang yang

bertanggung jawab dalam mengelola alat mesin pasca panen hasil

pertanian, dalam hal ini disebut manajer yang dalam pengelolaannya

dibantu oleh beberapa operator. Apabila usaha pelayanan jasa alat

mesin pasca panen ini sudah berkembang, maka UPJA/ LDM dapat

dilengkapi dengan tenaga mekanik, petugas yang mengatur urusan

keuangan usaha atau kerjasama kemitraan dengan bengkel alat mesin

pasca panen yang terdekat.

b. Kelembagaan dalam penyediaan sarana alat mesin pasca panen

Dalam hal ini yang perlu dikembangkan adalah :

1) Produsen/ pabrikan sarana alat mesin pasca panen

2) Usaha perbengkelan sarana alat mesin pasca panen

3) Dealer sarana alat mesin pasca panen dan suku cadang yang

diperlukan

Page 12: Pedoman Umum Pengembangan UPJA Dan LDM

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 12

c. Kelembagaan dalam penggunaan jasa sarana alat mesin pasca panen

Dalam hal ini yang dikembangkan adalah unit-unit usaha yang dipimpin

oleh petani selaku manajer usaha. Fungsi utama kelembagaan ini adalah

memanfaatkan seoptimal mungkin jasa sarana alat mesin dari UPJA/ LDM

dalam melakukan kegiatan usahanya baik dalam panen dan pasca panen.

d. Kelembagaan permodalan

Kelembagaan ekonomi yang terkait dalam UPJA/ LDM memerlukan

permodalan untuk kelangsungan usahanya. Sumber modal tersebut

dapat berasal dari lembaga perbankan atau lembaga keuangan non bank

atau dari hasil setoran UPJA/ LDM tersebut. Lembaga keuangan tersebut

dalam beroperasinya dapat melayani kebutuhan petani/ kelompok tani,

pengrajin/ bengkel alat mesin pasca panen, dealer maupun pengusaha

pelayanan jasa alat mesin pasca panen secara komersial

e. Kelembagaan pembinaan dan pengendalian

Lembaga ini merupakan keikutsertaan aparatur pemerintah (Pemda) baik

di tingkat pusat, propinsi maupun kabupaten/ kota yang bertanggung

jawab dalam penyuluhan/ pembinaan/ pendampingan sesuai dengan

fungsi dan tugas pokoknya

A. Indikator Keberhasilan UPJA/ LDM

Keberhasilan dalam pengembangan UPJA/ LDM dapat diukur

berdasarkan indikator sebagai berikut :

a. Kegiatan panen dan pasca panen di seluruh daerah/ wilayah hamparan

selalu menggunakan dan memanfaatkan alat mesin pasca panen yang

dikelola oleh UPJA/ LDM

b. Bertambahnya konsumen/ pelanggan pengguna alat mesin pasaca panen

yang dipunyai oleh UPJA/ LDM

c. Meningkatnya modal kerja UPJA/ LDM

Page 13: Pedoman Umum Pengembangan UPJA Dan LDM

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 13

d. Bertambahnya asset yang dimiliki UPJA/ LDM

e. Tertibnya sistem pencatatan dan pelaporan arus uang dan barang di

dalam UPJA/ LDM

f. Terjalinnya kerjasama kemitraan yang baik diantara subsistem -

subsistem dalam pelaksanaan UPJA/ LDM yang meliputi bengkel/

pengrajin, perbankan, petani/ kelompoktani, dan pabrikan/ perusahaan

alat mesin pasca panen dan lain-lain.

V. ANALISA EKONOMI PENGGUNAAN SARANA ALAT MESIN PASCA PANEN.

Analisa ekonomis usaha jasa alat mesin pasca panen, dapat dibagi dalam

beberapa tahap perhitungan seperti :

1. Biaya Komponen biaya terdiri dari :

a. Biaya Tetap (Fix Cost)

b. Biaya Tidak Tetap (Variable Cost)

2. Finansial Indikator finansial terdiri dari :

a. Titik Impas (Break Even Point = BEP)

b. Nilai bersih sekarang (Net Present Value = NPV)

c. Tingkat laba intern (Internal Rate of Return = IRR)

d. Perbandingan untung dan biaya bersih (Net Benefit – Cost Ratio =

Net B/C Ratio)

3. Estimasi kebutuhan alat mesin pasca panen.

Tahap-tahap analisa ekonomi penggunaan alat mesin pasca panen,

secara rinci adalah sebagai berikut :

Page 14: Pedoman Umum Pengembangan UPJA Dan LDM

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 14

1. Biaya

Biaya pokok penggunaan alat dan mesin pasca panen sangat

ditentukan oleh empat faktor, yaitu : a) biaya tetap, b) biaya operasional,

c) jam penggunaan per tahun, dan d) kapasitas atau kemampuan kerja

alat dan mesin pasca panen.

Disamping komponen biaya tetap ini, maka biaya resiko, margin

dan over head perlu pula ditambah dalam struktur biaya pokok

penggunaan alat dan mesin pasca panen. Umur ekonomis alat dan mesin

pasca panen sangat penting dalam perhitungan biaya pokok dimana mutu

dan desain alat dan mesin, perbaikan dan pemeliharaan yang teratur,

operator yang baik dan terampil sangat diperlukan untuk efisiensi operasi

alat dan mesin pasca panen.

Besarnya nilai biaya pokok penggunaan alat dan mesin pasca

panen dapat dihitung dengan rumus matematika sederhana sebagai

berikut :

BP = ( AN / X + B ) x KAP

Dimana :

BP = biaya pokok penggunaan alat mesin pasca panen per unit

AN = biaya tetap per tahun (Rp/th)

X = jumlah jam kerja per tahun (jam/th)

B = biaya operasional per jam (Rp/jam)

KAP = kapasitas kerja (jam/unit)

a. Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang tidak tergantung dari sistem

pemakaian alat mesin tersebut. Dengan kata lain bahwa biaya tetap

Page 15: Pedoman Umum Pengembangan UPJA Dan LDM

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 15

perjam tidak berubah dengan perubahan jam kerja tiap tahun dari

pemakaian alat dan mesin pasca panen tersebut. Ini berarti bahwa biaya

ini tetap dihitung sebagai pengeluaran walaupun alat dan mesin itu tidak

dipergunakan.

Unsur-unsur biaya tetap yang termasuk ke dalam komponen ini

adalah :

1) Biaya penyusutan

2) Biaya bunga modal investasi

3) BiBaya asuransi

4) Biaya pajak

5) Biaya (beban) garasi atau gudang

6) Biaya dan sosial, sumbangan dan lain-lain

Selanjutnya nilai atau biaya penyusutan dihitung dengan nilai

bunga berbunga hingga diperoleh rumus sebagai berikut :

AN = Crf x (Harga beli – Nilai akhir)

n n

Crf = IN x ( 1 + IN) / (( 1 + IN ) - 1)

Dimana :

AN = biaya penyusutan pertahun (Rp/thn)

Crf = faktor konversi pengembalian modal atau capital recovery faktor

IN = bunga modal pertahun (%/th)

n = umur ekonomis alat dan mesin pasca panen (tahun)

Biaya bunga modal dan asuransi dapat dihitung dengan persamaan

berikut :

Page 16: Pedoman Umum Pengembangan UPJA Dan LDM

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 16

I x P ( N + 1)

I = ------------------------

2 N

Dimana :

I = biaya bunga modal dan asuransi (Rp/tahun)

i = tingkat bunga modal dan persen asuransi (%)

P = harga awal alat (Rp)

N = umur ekonomis alat (tahun)

Biaya pajak yang dikenakan adalah sebesar dua persen (2%) dari

harga awal alat (pajak ini selalu berubah sesuai dengan peraturan dari

pemerintah).

BP = Pp x P

Dimana :

Bp = biaya untuk pajak (Rp/th)

Pp = persen biaya pajak (2% atau 0.02)

P = harga awal alat (Rp)

Biaya garasi atau bangunan untuk alat dan mesin pertanian dapat

dihitung dengan menggunakan rumus berikut :

Bg = Pg x P

Dimana :

Bg = biaya garasi (Rp/tahun)

Pg = persen biaya garasi (1% atau 0.01)

P = harga awal alat (Rp)

Page 17: Pedoman Umum Pengembangan UPJA Dan LDM

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 17

b. Biaya tidak tetap

Biaya tidak tetap adalah biaya yang saling berhubungan erat

dengan penggunaan sarana alat dan mesin pasca panen. Dengan kata

lain biaya tidak tetap adalah biaya operasi yang dikeluarkan untuk

berbagai keperluan yang diperlukan untuk menjaga kelancaran operasi

alat dan mesin pasca panen tersebut. Biaya operasi ini baru ada bila alat

dan mesin pasca panen dioperasikan dan besarnyapun berbeda-beda

tergantung pada jam operasi, jenis pekerjaan serta usia penggunaan alat

dan mesin pasca panen tersebut tersebut.

Biaya operasi atau biaya tidak tetap, terdiri dari :

1) Biaya bahan bakar

2) Biaya pelumas

3) Biaya perawatan

4) Biaya reparasi/ perbaikan

5) Biaya operator

6) Biaya pihak ke tiga (calo)

Biaya bahan bakar merupakan biaya yang dikeluarkan untuk

pemakaian bahan bakar pada waktu operasi dan dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan berikut :

Bb = Kb x Hb

Dimana :

Bb = biaya bahan bakar (Rp/jam)

Kb = konsumsi bahan bakar (liter/jam)

Hb = harga bahan bakar (Rp/liter)

Page 18: Pedoman Umum Pengembangan UPJA Dan LDM

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 18

Biaya pelumasan (oli dan gemuk) dari alat dan mesin pasca panen

dapat dihitung dengan persamaan berikut :

Bp = Kp x Hp

Dimana :

Bp = biaya pelumasan (Rp/jam)

Kp = konsumsi pelumas (liter/jam)

Hp = harga pelumas (Rp/liter)

Biaya pemeliharaan adalah biaya perbaikan dan perawatan alat

dan mesin pasca panen selama operasi, biaya perawatan dapat dihitung

dengan persamaan berikut :

1,2 %

Br = --------------- x ( P – 0,1 P)

100 jam

Dimana :

Br = biaya pemeliharaan ( Rp/jam)

V = harga awal alat mesin pertanian ( Rp)

Biaya operator dihitung berdasarkan pada penerimaan operator per

hari dibandingkan dengan jumlah jam kerja alat mesin pengolahan per

hari, dan dihitung dengan persamaan berikut :

1 hari

Bo = U x ---------------- x Jo

Jk

Page 19: Pedoman Umum Pengembangan UPJA Dan LDM

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 19

Dimana :

Bo = biaya operator alat mesin pasca panen (Rp/jam)

U = upah kerja orang per hari (Rp/ hari)

Jk = jam kerja (jam/hari)

Jo = jumlah operator (orang)

2. Indikator Finansial.

a. Titik impas (Break Even Point = BEP)

Analisis titik impas (BEP) merupakan suatu indikator di dalam

perencanaan pemasaran suatu alat mesin pasca panen. Hal ini penting

untuk dapat menilai apakah biaya investasi yang akan dilakukan memang

dapat diandalkan. Dengan perencanaan pemasaran suatu alat mesin

pasca panen berdasarkan hasil dari biaya investasi dapat menutupi

sekalian biaya tetap dan biaya tidak tetapnya. Jika hanya memiliki biaya

tidak tetap saja maka analisis titik impas ini tidak ada manfaatnya sama

sekali. Selanjutnya perlu di tekankan disini dalam menganalisis titik impas

haruslah secara jelas dibedakan antara biaya tetap dan biaya tidak tetap.

Untuk menentukan titik impas dapat digunakan beberapa pendekatan

sebagai berikut :

1) Pendekatan persamaan

Pendekatan pertama untuk menghitung titik impas adalah metode

persamaan. Pendekatan persamaan dapat dinyatakan dalam

bentuk persamaan berikut :

Penjualan – (Btt – Bt) = Pendapatan bersih

Page 20: Pedoman Umum Pengembangan UPJA Dan LDM

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 20

Penjualan = Btt + Bt + Pendapatan bersih

Dimana :

Btt = biaya tidak tetap

Bt = biaya tetap

2) Pendekatan marginal (Metode Contribution Margin/ CM)

CM = Penjualan – Btt

CM per unit = Harga jual per unit – Btt per unit

Bt + Pendapatan bersih yang diinginkan

X = ----------------------------------------------------------

CM per unit

Dimana :

CM = pendekatan marginal

Btt = biaya tidak tetap

Bt = biaya tetap

X = BEP (dalam unit yang dijual)

BEP = Break Even Point

3) Pendekatan grafis

Dengan asumsi bahwa fungsi dari penjualan dan fungsi dari biaya-

biaya adalah linier, maka fungsi-fungsi tersebut dapat digambarkan

seperti pada terlihat pada gambar 3. Rumus titik impas (BEP)

adalah :

Page 21: Pedoman Umum Pengembangan UPJA Dan LDM

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 21

Dalam unit kuantitas

Bt

BEP = -------------------------------------------------

Harga jual per unit – Btt per unit

Dalam nilai (Rupiah)

Bt

BEP = -----------------------------------------------

1 – Btt / Hasil penjualan

Rp Pendapatan

Biaya pokok

H BEP

Biaya operasi

Bt Biaya tetap

0 Q Unit

Gambar 2. Analisis grafis titik impas

Page 22: Pedoman Umum Pengembangan UPJA Dan LDM

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 22

b. Nilai bersih sekarang (Net Present Value = NPV)

NPV adalah nilai sekarang dari sejumlah uang yang akan diterima

dimasa yang akan datang dan dikonversikan kemasa sekarang dengan

mengunakan tingkat bunga yang terpilih, persamaannya adalah :

n Xn

NPV = ∑ -----------

0 (1 + i)n

Dimana :

Xn = Jumlah pendapatan dengan pengeluaran setiap tahun

n = Umur ekonomis alat mesin (tahun operasi)

I = Bunga uang pertahun (discount rate)

Dengan metode Nilai Bersih Sekarang ini, maka produk yang

memberikan nilai yang positif merupakan investasi yang dapat

dilaksanakan dan yang memberikan nilai negatif harus ditolak, atau tidak

layak untuk diusahakan. Persamaan NPV adalah :

CF1 CF2 CFn Vn

NPV = -C + --------- + ---------- + ……… + ---------- + -----------

(1 + k) (1 + k)2 (1 + k)n (1 + k)n

Dimana :

C = biaya pengeluaran

CF = pendapatan

n = umur ekonomis alat mesin (tahun operasi)

Vn = nilai akhir alat mesin diakhir umur ekonomis

K = bunga bank

Page 23: Pedoman Umum Pengembangan UPJA Dan LDM

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 23

Untuk menghitung besarnya nilai bersih kini dapat digunakan

rumus berikut :

n Bt - Ct

NPV = ∑ -----------------

t=0 (1 + I)n

Dimana :

Bt = pendapatan pada tahun ke t

Ct = biaya pengeluaran pada tahun ke t

i = bungan bank pertahun (discount rate)

n = Umur ekonomis (tahun)

c. Tingkat laba internal (Internal Rate of Return = IRR)

Tingkat laba internal dihitung dengan mencari tingkat bunga yang

menyamakan nilai sekarang dari sistem pembukuan yang akan datang

dengan biaya investasi. Metode ini mencari suatu tingkat bunga yang

membuat nilai sekarang (present value) dari pemasukan akan sama

dengan nilai pengeluaran saat sekarang (Karnadi, 1989).

Persamaan IRR, adalah sebagai berikut :

CF1 CF2 CFn Vn

IRR ; C = --------- + ---------- + …….. + ---------- + -----------

(1 + r) (1 + r)2 (1 + r)n (1 + r)n

Dimana :

C = biaya pengeluaran

CF = pendapatan

n = umur ekonomis

Page 24: Pedoman Umum Pengembangan UPJA Dan LDM

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 24

Vn = nilai akhir dari alat mesin pada akhir umur ekonomis

r = tingkat bunga yang dicari, yaitu IRR yang membuat present

value dari pendapatan sama dengan pengeluaran (= C)

Untuk menghitung besarnya tingkat laba internal (IRR) dapat

digunakan rumus berikut :

n Bt - Ct

∑ ----------------- = 0 = NPV

t = 0 (1 + IRR)n

Dimana :

Bt = pendapatan pada tahun ke t

Ct = biaya pengeluaran pada tahun ke t

Dengan mencoba-coba nilai bunga (r) sehingga diperoleh nilai NPV

positif dan nilai NPV negatif, maka untuk mencari nilai IRR yang membuat

nilai NPV sama dengan nol (0), rumus yang digunakan adalah sebagai

berikut :

NPV1

IRR = i1 + (i2 – i1) x ------------------------

(NPV1 – NPV2)

Dimana :

i1 = bunga yang mendapatkan nilai NPV1 (positif)

i2 = bunga yang mendapaykan nilai NPV2 (negatif)

Usulan hasil usaha yang memilki tingkat bunga pengembalian

(IRR) yang lebih tinggi dari pada bunga modal yang diminta merupakan

hasil-hasil yang dapat dipilih, sedangkan hasil dengan internal rate of

Page 25: Pedoman Umum Pengembangan UPJA Dan LDM

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 25

return (IRR) yang lebih rendah dari pada bunga modal harus ditolak.

Sebab jika hasil usaha yang disebutkan tadi diterima maka untuk

memaksimalisasi nilai tambah bagi pemiliknya tidak akan tercapai.

d. Perbandingan untung dan biaya bersih (Net Benefit Cost Ratio = Net B/C Ratio)

Perbandingan keuntungan dan biaya dapat ditentukan sebagai

perbandingan nilai keuntungan ekuivalen terhadap nilai biaya ekuivalen.

Dalam teori ekonomi, nilai-nilai ekuivalen biasanya adalah annual worths

atau nilai tahunan (A.W.s) atau Present Worths atau nilai sekarang

(P.W.s), tetapi bisa juga Future Worths atau nilai yang akan datang

(F.W.s). Persamaan dari dari perbandingan untung dan biaya adalah :

A.W. (pendapatan)

B/C = --------------------------------------

A.W. (biaya bersih total)

B

B/C = ---------------------------------------

C.R. + ( O + M )

Dimana :

A.W. = nilai tahunan

B = nilai tahunan keuntungan bersih (keuntungan kotor dikurangi

biaya-biaya) untuk pemakai

C.R. = biaya pemulihan modal atau biaya tahunan ekuivalen dari

nilai investasi permulaan, termasuk setiap nilai jual lagi.

O + M = biaya operasional bersih tahunan seragam dan pembayaran

pemeliharaan.

Page 26: Pedoman Umum Pengembangan UPJA Dan LDM

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 26

Metode Cost Benefit Ratio Index ini mencari hasil dalam bentuk

ratio dengan cara membagi nilai sekarang dari seluruh pendapatan, dan

dari suatu usaha secara membungakannya dengan bunga dibagi dengan

biaya usaha.

Hasil-hasil yang segera didapat kemudian dipertimbangkan untuk

dipilih adalah yang cost benefit ratio atau probability indexnya sama atau

lebih besar dari satu ( >1 ), sebab cost benefit ratio yang kuang dari satu (

< 1 ) menggambarkan nilai sekarang dari pendapatan adalah lebih rendah

dari pengeluarannya, dan hasil-hasil yang seperti itu harus di tolak.

CF1 CF2 CFn Vn

---------- + --------- + …….. + ---------- + ----------

(1 + k) (1 + k)2 (1 + k)n (1 + k)n

CBR = -------------------------------------------------------------------

C

Dimana :

CBR = cost benefit ratio

C = biaya pengeluaran

CF = pendapatan pada tahun ke n

n = masa hidup ekonomis dari pada usaha

Vn = nilai akhir dari pada hasil pada akhir masa

ekonomisnya

k = bunga bank (discount rate)

Perhitungan perbandingan untung dan biaya bersih dapat

dipergunakan rumus berikut :

Page 27: Pedoman Umum Pengembangan UPJA Dan LDM

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 27

X

Net B/C Ratio = -------

Y

Dimana :

X = nilai kini dari semua pendapatan

Y = nilai kini dari semua biaya

3. Estimasi Kebutuhan Alat Mesin Pasca Panen

Pendekatan matematik untuk menentukan jumlah kebutuhan

potensial alat dan mesin pengolahan disuatu wilayah/ daerah

menggunakan formula sebagai berikut :

Ls - Lg

UT = ------------------- x cf

KAP

Dimana :

UT = Jumlah kebutuhan (unit) alat dan mesin pasca panen di

suatu wilayah/daerah.

Ls = Luas lahan hamparan atau produksi yang tersedia untuk

digarap/ diolah oleh alat mesin pasca panen.

Lg = Luas lahan hamparan atau produksi yang dapat digarap/

diolah oleh sumber tenaga (manusia dan hewan serta alat

mesin pasca panen) yang ada di daerah tersebut

KAP = kapasitas kerja sarana alat dan mesin pasca panen yang

akan diintroduksikan untuk digunakan.

Cf = Coefisien faktor yang dipengaruhi oleh lingkungan fisik dan

sosial.

Page 28: Pedoman Umum Pengembangan UPJA Dan LDM

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 28

Formula di atas merupakan pendekatan untuk menghindari

pergeseran tenaga kerja yang ada di pedesaan yang didasari oleh

kepentingan socio-engineering.

VI. PEMBINAAN DAN MONITORING

Pembinaan terhadap UPJA/ LDM dilakukan oleh Kelompok Kerja (POKJA)

Pengembangan Alat Mesin Pasca Panen baik itu di tingkat Pusat, Propinsi

maupun Kabupaten/ Kota. Secara umum tugas-tugasnya adalah :

a. Tingkat Pusat

1) Menyusun perencanaan kebutuhan alat mesin pasca panen di

suatu wilayah/ daerah

2) Menyusun pedoman umum/ panduan pengelolaan alat mesin

pasca panen

3) Melakukan pelatihan/ bimbingan teknis dan manajemen terhadap

petugas/ penyuluh pertanian propinsi dan kabupaten/ kota dalam

pendayagunaan dan pengembangan alat mesin pasca panen

melalui UPJA/ LDM

4) Mengadakan temu usaha dan pameran/ gelar sarana dan teknololgi

pasca panen

5) Sebagai fasilitator antara produsen/ pabrikan, bengkel, pihak

perbankan sebagai penyedia dana, dan pengguna alat mesin

pasca panen baik petani/ kelompok tani maupun UPJA/ LDM.

b. Tingkat Propinsi

1) Menyusun petunjuk pelaksanaan pendayagunaan, pengembangan

dan pengelolaan alat mesin pasca panen sebagai penjabaran dari

pedoman umum yang dibuat Pokja pengembangan sarana alat

mesin pasca panen pusat.

Page 29: Pedoman Umum Pengembangan UPJA Dan LDM

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 29

2) Mengawasi operasinalisasi dari petunjuk pelaksanaan

pendayagunaan, pengembangan dan pengelolaan alat mesin

pasca panen.

3) Memantau dan mengevaluasi serta melaporkan pelaksanaan

pengembangan alat mesin pasca panen pada UPJA/ LDM di

kabupaten/ kota.

4) Menyusun rencana kebutuhan sarana alat mesin pasca panen di

suatu wilayah/ daerah

5) Mengadakan pembinaan serta bimbingan teknis dan manajemen

terhadap petugas Dinas Pertanian Kabupaten/ Kota dalam

pengembangan sarana alat mesin pasca panen melalui UPJA/

LDM.

6) Melakukan koordinasi dengan instansi terkait

c. Tingkat Kabupaten/ Kota

1) Menyusun petunjuk teknis pengembangan dan pengelolaan sarana

alat mesin pasca panen sebagai penjabaran dari petunjuk

pelaksanaan yang disusun oleh Pokja pengembangan sarana alat

mesin pengolahan tingkat propinsi melalui UPJA/ LDM.

2) Membina dan membimbing kelompok UPJA/ LDM, kelompok tani

pengguna jasa sarana alat mesin pasca panen untuk bekerjasama

dengan bengkel pengrajin setempat.

3) Mengadakan pelatihan, penyuluhan/ bimbingan teknis dan

manajemen serta pertemuan konsultasi dengan kelompok UPJA/

LDM, petani/ kelompok tani pengguna jasa sarana alat mesin

pasca panen dan bengkel/ pengrajin menyangkut aspek teknis,

sosial dan ekonomis.

4) Menyampaikan dan menjelaskan petunjuk praktis yang telah dibuat

oleh Dinas Pertanian Propinsi kepada UPJA/ LDM, petani/

kelompoktani pengguna jasa sarana alat mesin pasca panen dan

bengkel.

Page 30: Pedoman Umum Pengembangan UPJA Dan LDM

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 30

5) Memantau dan melakukan supervisi terhadap kegiatan UPJA/ LDM

dan petani/ kelompokt ani pengguna jasa sarana alsin pengolahan

serta mengajak bekerjasama dengan bengkel/ pengrajin di

wilayahnya

6) Mengambil langkah konkrit dalam penanganan permasalahan

UPJA/ LDM di wilayahnya berdasarkan atas hasil temuan supervisi

dan atau saran dari pihak lain

7) Menjalin kerjasama dengan instansi terkait di wilayahnya untuk

mencari peluang usaha pada UPJA/ LDM.

8) Melaporkan perkembangan pendayagunaan dan pengembangan

alat mesin pasca panen di suatu wilayah/ daerah.

Pembinaan terhadap UPJA/ LDM dilakukan untuk meningkatkan

pengetahuan, keterampilan dan sikap positif terhadap pengembangan UPJA/

LDM. Sasarannya dilakukan secara terpadu terhadap aparatur (penyuluh dan

petugas), petani/ kelompok tani, pengelola UPJA/ LDM (manajer dan operator),

serta pengusaha alat mesin pasca panen dan suku cadang (bengkel, pengrajin,

dealer, produsen).

Materi pembinaan (khusus di tingkat lapangan), dititik beratkan pada :

a. Materi teknis yang meliputi teknis pengoperasian alat mesin pasca panen,

perbaikan kerusakan, perawatan/ pemeliharaan dan sebagainya

b. Materi manajemen meliputi antara lain perencanaan usaha,

pengorganisasian usaha, koordinasi, pengendalian usaha dan sebagainya

c. Materi bisnis meliputi antara lain perhitungan ekonomi usaha jasa alat

mesin pasca panen, promosi, kerjasama kemitraan usaha, pembukuan

sederhana, pelaporan secara berkala dan sebagainya

Page 31: Pedoman Umum Pengembangan UPJA Dan LDM

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 31

VII. PENUTUP

Pengembangan UPJA/ LDM akan dapat memberikan hasil yang sesuai

dengan yang diharapkan bila dikelola dengan prinsip bisnis yang sehat, melalui

pertimbangan yang cermat dengan memperhatikan kelayakan teknis, sosial, dan

ekonomis, sehingga pengembangan UPJA/ LDM akan tumbuh dan berkembang

secara profesional dan mandiri. Pengembangan UPJA/ LDM ini diharapkan

mampu memberikan andil dalam menumbuhkembangkan lembaga ekonomi di

daerah dan pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

petani beserta keluarganya.

Informasi lebih lanjut hubungi : Subdit Pasca Panen Tanaman Pangan Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian Alamat : Kanpus Departemen Pertanian, Gedung D, Lantai 3 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan (12550) Telpon/ Fax : (021) 78833938, 7816382.