pedoman tata kelola perusahaan...6 2. dalam melaksanakan tugas pengawasan dan pemberian nasihat...
TRANSCRIPT
1
PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN
Pendahuluan
PT Mandala Multifinance Tbk senantiasa mengedepankan komitmen dan pelaksanaan Tata
Kelola Perusahaan yang Baik sesuai dengan peraturan yang berlaku, bagi seluruh manajemen
dan karyawan Perusahaan.
Hal ini terutama bertujuan untuk :
- Menjamin keberlanjutan usaha dan mengoptimalkan nilai Perusahaan bagi seluruh
pemangku kepentingan.
- Meningkatkan pengelolaan Perusahaan secara profesional, efektif, dan efisien.
- Meningkatkan kepatuhan seluruh organ Perusahaan agar dalam mengambil
keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi pada etika yang tinggi, kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan dan kesadaran akan tanggung jawab sosial
Perusahaan.
- Mewujudkan Perusahaan yang lebih sehat, dapat diandalkan, amanah, dan
kompetitif.
Dalam penerapannya, Perusahaan selalu menekankan pada prinsip-prinsip tata kelola
perusahaan yang baik pada seluruh tingkatan dan jenjang organisasi, dengan mengacu pada
prinsip-prinsip :
- Keterbukaan
Proses pengambilan keputusan dan pengungkapan dilakukan secara terbuka,
penyediaan informasi yang relevan mengenai Perusahaan mudah diakses oleh seluruh
pemangku kepentingan sesuai dengan peraturan di bidang pembiayaan.
- Akuntabilitas
Kejelasan fungsi dan pelaksanaan pertanggungjawaban seluruh organ Perusahaan,
sehingga kinerja Perusahaan dapat berjalan secara transparan, wajar, efektif, dan
efisien.
- Pertanggungjawaban
Kesesuaian pengelolaan Perusahaan dengan peraturan di bidang pembiayaan dan
nilai-nilai etika serta praktik penyelenggaraan usaha pembiayaan yang sehat
- Kemandirian
Perusahaan dikelola secara mandiri dan profesional serta bebas dari Benturan
Kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai
dengan peraturan di bidang pembiayaan dan nilai-nilai etika.
2
- Kesetaraan dan kewajaran
Keseimbangan dan keadilan dalam memenuhi hak-hak dan kewajiban Pemangku
Kepentingan yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan yang berlaku.
Rapat Umum Pemegang Saham
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) merupakan pemegang kekuasan tertinggi dalam
struktur kepengurusan Perusahaan dan memiliki wewenang yang tidak dimiliki Dewan
Komisaris atau Direksi. Wewenang tersebut meliputi pengambilan keputusan tentang
pengubahan Anggaran Dasar Perusahaan, penggabungan, peleburan, pengambilalihan,
kepailitan, dan pembubaran Perusahaan. Dasar wewenang tersebut diatur dan dibatasi
oleh Undang-Undang Perusahaan Terbatas dan Anggaran Dasar Perusahaan.
Rapat Umum Pemegang Saham diselenggarakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan anggaran dasar Perusahaan, yang transparan dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Pengambilan keputusan dalam RUPS harus menjaga kepentingan semua pihak,
khususnya kepentingan Debitur, kreditur, dan pemegang saham minoritas.
Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik
Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Tanggungjawab Dewan Komisaris, Dewan Pengawas Syariah dan Direksi
Dewan Komisaris
Sesuai dengan Anggaran Dasar Perusahaan, Dewan Komisaris bertanggung jawab
melaksanakan fungsi pengawasan terhadap operasional Perusahaan serta pelaksanaan
tugas dan tanggung jawab Direksi. Adapun kegiatan ini meliputi pengarahan, pemantauan,
pemberian rekomendasi, serta pengevaluasian kebijakan strategis yang telah disusun oleh
Direksi.
Ketentuan Umum :
1. Setiap anggota Dewan Komisaris Perusahaan wajib lulus penilaian kemampuan dan
kepatutan.
2. Anggota Dewan Komisaris Perusahaan dilarang melakukan rangkap jabatan
sebagai anggota Dewan Komisaris pada lebih dari 3 (tiga) Perusahaan lain.
3. Dewan Komisaris wajib melaksanakan rapat minimal 1 (satu) kali dalam tiga bulan atau
setiap saat bila diperlukan.
3
4. Anggota Dewan Komisaris wajib menghadiri rapat Dewan Komisaris paling sedikit 75%
(tujuh puluh lima persen) dari jumlah rapat Dewan Komisaris dalam periode 1 (satu)
tahun.
5. Hasil rapat Dewan Komisaris wajib dituangkan dalam risalah rapat Dewan Komisaris
dan didokumentasikan dengan baik.
6. Perbedaan pendapat yang terjadi dalam keputusan rapat Dewan Komisaris wajib
dicantumkan secara jelas dalam risalah rapat Dewan Komisaris disertai alasan
perbedaan pendapat tersebut.
7. Anggota Dewan Komisaris Perusahaan yang hadir maupun yang tidak hadir dalam
rapat Dewan Komisaris berhak menerima salinan risalah rapat Dewan Komisaris.
8. Jumlah rapat Dewan Komisaris yang telah diselenggarakan dan jumlah kehadiran
masing-masing anggota Dewan Komisaris harus dimuat dalam laporan penerapan Tata
Kelola Perusahaan Yang Baik.
9. Dewan Komisaris Perusahaan wajib menjamin pengambilan keputusan yang efektif,
tepat, dan cepat serta dapat bertindak secara independen dalam melaksanakan tugas.
10. Anggota Dewan Komisaris berhak memperoleh informasi dari Direksi mengenai
Perusahaan secara lengkap dan tepat waktu.
Tugas dan Tanggungjawab Dewan Komisaris :
1. Melaksanakan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada Direksi.
2. Mengawasi Direksi dalam menjaga keseimbangan kepentingan semua pihak.
3. Menyusun laporan kegiatan Dewan Komisaris yang merupakan bagian dari laporan
penerapan Tata Kelola Perusahaan yang baik.
4. Memantau efektifitas penerapan Tata Kelola Perusahaan yang baik.
5. Memberikan persetujuan dalam hal Dewan Pengawas Syariah memerlukan bantuan
anggota komite yang struktur organisasinya berada di bawah Dewan Komisaris.
6. Memastikan bahwa Direksi telah menindaklanjuti temuan audit dan rekomendasi dari
satuan kerja audit intern Perusahaan, auditor eksternal, hasil pengawasan OJK
dan/atau hasil pengawasan otoritas lain.
Larangan Bagi Dewan Komisaris :
1. Melakukan transaksi yang mempunyai Benturan Kepentingan dengan kegiatan
Perusahaan.
4
2. Memanfaatkan jabatannya untuk kepentingan pribadi, keluarga, dan/atau pihak lain
yang dapat merugikan atau mengurangi keuntungan Perusahaan.
3. Mengambil dan/atau menerima keuntungan pribadi dari Perusahaan, selain
remunerasi dan fasilitas yang ditetapkan berdasarkan keputusan RUPS.
4. Mencampuri kegiatan operasional Perusahaan yang menjadi tanggung jawab Direksi.
Komisaris Independen
Komisaris Independen Perusahaan Harus Memenuhi Persyaratan Sebagai Berikut:
1. Tidak mempunyai hubungan Afiliasi dengan anggota Direksi, anggota Dewan
Komisaris, anggota Dewan Pengawas Syariah, atau pemegang saham Perusahaan,
dalam Perusahaan yang sama.
2. Tidak pernah menjadi anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, anggota Dewan
Pengawas Syariah atau menduduki jabatan 1 (satu) tingkat di bawah Direksi pada
Perusahaan yang sama atau perusahaan lain yang memiliki hubungan afiliasi dengan
Perusahaan tersebut dalam kurun waktu2 (dua) tahun terakhir.
3. Memahami peraturan perundang-undangan di bidang pembiayaan dan peraturan
perundang-undangan lain yang relevan.
4. Memiliki pengetahuan yang baik mengenai kondisi keuangan Perusahaan.
5. Memiliki kewarganegaraan Indonesia dan berdomisili di Indonesia.
Komisaris Independen Mempunyai Tugas :
1. Melakukan fungsi pengawasan untuk menyuarakan kepentingan Debitur, kreditur, dan
Pemangku Kepentingan lainnya.
2. Komisaris Independen wajib melaporkan kepada OJK paling lambat 10 (sepuluh) hari
kalender sejak ditemukannya:
a. Pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang pembiayaan.
b. Keadaan atau perkiraan keadaan yang dapat membahayakan kelangsungan usaha
Perusahaan.
Dewan Pengawas Syariah (DPS)
Sesuai dengan ketentuan dan Peraturan yang berlaku, setiap kegiatan usaha berbasis
syariah baik dalam bentuk Perusahaan Pembiayaan Syariah maupun Unit Usaha Syariah
(UUS) wajib memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang terdiri dari sedikitnya 1 (satu)
5
orang ahli syariah atau lebih yang diangkat oleh RUPS, atas rekomendasi Dewan Syariah
Nasional Majelis Ulama Indonesia.
Ketentuan Umum :
1. Setiap anggota DPS Perusahaan Pembiayaan Syariah atau Unit Usaha Syariah wajib
lulus penilaian kemampuan dan kepatutan.
2. DPS wajib menyelenggarakan rapat secara berkala paling sedikit 6 (enam) kali dalam
1 (satu) tahun.
3. Hasil rapat DPS wajib dituangkan dalam risalah rapat dan didokumentasikan dengan
baik.
4. Perbedaan pendapat yang terjadi dalam keputusan rapat DPS wajib dicantumkan
secara jelas dalam risalah rapat disertai alasan perbedaan pendapat tersebut.
5. Anggota DPS yang hadir maupun yang tidak hadir dalam rapat berhak menerima salinan
risalah rapat.
6. Jumlah rapat DPS yang telah diselenggarakan dan jumlah kehadiran masing-masing
anggota DPS harus dimuat dalam laporan penerapan tata kelola Perusahaan yang baik.
Dewan Pengawas Syariah Harus Memenuhi Persyaratan :
1. Mampu bertindak dengan itikad baik, jujur dan professional.
2. Mampu bertindak untuk kepentingan Perusahaan dan/atau pemangku kepentingan
lainnya.
3. Mendahulukan kepentingan Perusahaan dan/atau Pemangku Kepentingan lainnya
dari pada kepentingan pribadi.
4. Mampu mengambil keputusan berdasarkan penilaian independen dan objektif untuk
kepentingan Perusahaan dan/atau pemangku kepentingan lainnya.
5. Mampu menghindarkan penyalahgunaan kewenangannya untuk mendapatkan
keuntungan pribadi yang tidak semestinya atau menyebabkan kerugian bagi
Perusahaan.
Tugas dan Tanggungjawab Dewan Pengawas Syariah :
1. Melakukan pengawasan dan pemberian nasihat serta saran kepada Direksi, agar
kegiatan Perusahaan Pembiayaan Syariah atau UUS sesuai dengan Prinsip Syariah,
meliputi :
a. Kegiatan Pembiayaan Syariah agar sesuai dengan prinsip syariah.
b. Akad pembiayaan syariah yang digunakan oleh Perusahaan.
c. Praktik pemasaran pembiayaan syariah yang dilakukan oleh Perusahaan.
6
2. Dalam melaksanakan tugas pengawasan dan pemberian nasihat serta saran, DPS dapat
dibantu oleh anggota komite dan/atau pegawai yang struktur organisasinya berada di
bawah Dewan Komisaris dan/atau Direksi.
3. Mewakili Perusahaan pada Dewan syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia.
4. Bertindak sebagai mediator antara Perusahaan dengan Dewan Syariah Nasional dalam
mengkomunikasikan usulan dan saran pengembangan produk, jasa yang memerlukan
kajian dan fatwa dari Dewan Syariah Nasional
Dewan Pengawas Syariah dilarang :
1. Melakukan rangkap jabatan sebagai anggota Direksi atau Dewan Komisaris pada
Perusahaan yang sama.
2. Melakukan rangkap jabatan sebagai anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, atau
anggota DPS pada lebih dari 4 (empat) lembaga keuangan syariah lainnya.
3. Melakukan transaksi yang mempunyai benturan kepentingan dengan kegiatan
Perusahaan tempat anggota Dewan Pengawas Syariah dimaksud menjabat.
4. Memanfaatkan jabatannya selaku DPS untuk kepentingan pribadi, keluarga, dan/atau
pihak lain yang dapat merugikan atau mengurangi keuntungan Perusahaan.
5. Mengambil dan/atau menerima keuntungan pribadi dari Perusahaan tempat anggota
DPS menjabat, selain remunerasi dan fasilitas lainnya yang telah ditetapkan.
Direksi
Direksi bertugas dan bertanggung jawab secara kolegial dalam mengelola Perusahaan.
Direksi terdiri dari Direktur Utama dan Direktur. Setiap anggota Direksi memiliki
kedudukan yang setara, serta memiliki tugas dan wewenang masing-masing. Secara
keseluruhan Direksi memikul tanggung jawab bersama atas pelaksanaan tugas masing-
masing di samping bertanggungjawab kepada RUPS.
Ketentuan Umum
1. Setiap anggota Direksi Perusahaan wajib lulus penilaian kemampuan dan kepatutan.
2. Direksi wajib menyelenggarakan rapat Direksi secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali
dalam satu bulan.
3. Direksi wajib menghadiri rapat Direksi paling sedikit 50% (lima puluh persen) dari
jumlah rapat Direksi dalam periode 1 (satu) tahun.
4. Hasil rapat Direksi wajib dituangkan dalam risalah rapat dan didokumentasikan
dengan baik.
7
5. Perbedaan pendapat yang terjadi dalam keputusan rapat Direksi wajib dicantumkan
secara jelas dalam risalah rapat disertai alasan perbedaan pendapat tersebut.
6. Anggota Direksi yang hadir maupun yang tidak hadir dalam rapat Direksi berhak
menerima salinan risalah rapat Direksi.
7. Jumlah rapat Direksi yang telah diselenggarakan dan jumlah kehadiran masing-masing
anggota Direksi harus dimuat dalam laporan penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang
Baik.
8. Direksi harus menjamin pengambilan keputusan yang efektif, tepat, dan cepat serta
dapat bertindak secara independen, tidak mempunyai kepentingan yang dapat
mengganggu kemampuannya untuk melaksanakan tugas secara mandiri dan objektif.
9. Perusahaan wajib memiliki anggota Direksi yang membawahkan fungsi kepatuhan.
10. Fungsi kepatuhan tersebut adalah serangkaian tindakan atau langkah-langkah untuk
memastikan bahwa kebijakan, ketentuan, sistem, dan prosedur, serta kegiatan usaha
yang dilakukan oleh Perusahaan telah sesuai dengan peraturan perundang- undangan
serta memastikan kepatuhan Perusahaan.
11. Anggota Direksi yang membawahkan fungsi kepatuhan tidak dapat dirangkap oleh
anggota Direksi yang membawahkan fungsi pembiayaan, fungsi pemasaran dan
fungsi keuangan, kecuali direktur utama.
Anggota Direksi Wajib Memenuhi Kriteria :
1. Mampu untuk bertindak dengan itikad baik, jujur dan professional.
2. Mampu bertindak untuk kepentingan Perusahaan dan/atau Pemangku Kepentingan
lainnya.
3. Mendahulukan kepentingan Perusahaan dan/atau Pemangku Kepentingan lainnya dari
pada kepentingan pribadi.
4. Mampu mengambil keputusan berdasarkan penilaian independen dan objektif untuk
kepentingan Perusahaan, Debitur, kreditur, dan/atau Pemangku Kepentingan lainnya.
5. Mampu menghindarkan penyalahgunaan kewenangannya untuk mendapatkan
keuntungan pribadi yang tidak semestinya atau menyebabkan kerugian bagi
Perusahaan.
Tugas dan Tanggungjawab Direksi :
1. Mematuhi peraturan perundang-undangan, anggaran dasar, dan peraturan internal
lain dari Perusahaan dalam melaksanakan tugasnya.
2. Mengelola Perusahaan sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawabnya.
8
3. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada RUPS.
4. Memastikan agar Perusahaan memperhatikan kepentinga semua pihak, khususnya
kepentingan Debitur, kreditur, dan/atau Pemangku Kepentingan lainnya.
5. Memastikan agar informasi mengenai Perusahaan diberikan kepada Dewan Komisaris
dan Dewan Pengawas Syariah secara tepat waktu dan lengkap.
6. Membantu dan menyediakan fasilitas dan/atau sumber daya untuk kelancaran
pelaksanaan tugas dan wewenang Organ Perusahaan dan Dewan Pengawas Syariah.
Larangan Bagi Anggota Direksi :
1. Melakukan transaksi yang mempunyai Benturan Kepentingan dengan kegiatan
Perusahaan .
2. Memanfaatkan jabatannya untuk kepentingan pribadi, keluarga, dan/atau pihak lain
yang dapat merugikan atau mengurangi keuntungan Perusahaan.
3. Mengambil dan/atau menerima keuntungan pribadi dari Perusahaan selain
remunerasi dan fasilitas yang ditetapkan berdasarkan keputusan RUPS.
4. Memenuhi permintaan pemegang saham yang terkait dengan kegiatan operasional
Perusahaan selain yang telah ditetapkan dalam RUPS.
Kelengkapan dan Tata Cara Pelaksanaan Tugas Komite-Komite dan Satuan Kerja yang Menjalankan Fungsi Pengendalian Internal
Komite Audit
Untuk membantu tugas-tugas pengawasan, Dewan Komisaris membentuk Komite Audit.
Demi memaksimalkan efektivitas pelaksanaan serta mencegah adanya benturan
kepentingan, anggota Komite Audit bersifat independen dan bukan termasuk ke dalam
manajemen internal Perusahaan.
Secara khusus, Komite Audit dibentuk oleh Dewan Komisaris dengan tugas utama yaitu
mendukung pelaksanaan fungsi pengawasan terhadap kinerja Perusahaan melalui
mekanisme evaluasi hasil kerja terhadap Direksi beserta seluruh jajarannya.
Sesuai ketentuan yang tercantum dalam Piagam Komite Audit, anggota Komite Audit
diangkat oleh dan bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris dengan tanggung jawab
yang relevan dalam pengelolaan Perusahaan agar dapat berlangsung dengan efisien dan
efektif melalui sistem dan pelaksanaan pengawasan yang kompeten dan independen.
9
Perusahaan menyadari pentingnya independensi bagi Komite Audit dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya. Untuk menjamin berlangsungnya independensi Komite
Audit maka Komite Audit diketuai oleh Komisaris Independen.
Tugas Komite Audit:
1. Memastikan sistem pengendalian intern dan pelaksanaan tugas eksternal auditor dan
internal auditor berjalan secara efektif.
2. Menilai pelaksanaan kegiatan serta hasil audit yang dilakukan oleh Satuan Pengawas
intern maupun auditor eksternal.
3. Memberikan rekomendasi terkait dengan penyempurnaan sistem pengendalian
manajemen Perusahaan serta pelaksanaannya.
4. Memastikan segala informasi yang dikeluarkan Perusahaan telah ditinjau sesuai
prosedur.
5. Melakuan identifikasi terhadap hal-hal yang memerlukan perhatian serta tugas
Komisaris lainnya.
6. Tugas-tugas lain yang dapat diberikan oleh Komisaris kepada Komite Audit antara lain:
a. Menelaah atas informasi mengenai Perusahaan serta Rencana Kerja dan Anggaran
Perusahaan, Laporan Manajemen dan informasi lainnya.
b. Menelaah atas ketaatan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
c. Menelaah atas pengaduan yang berkaitan dengan Perusahaan.
d. Mengkaji kecukupan fungsi audit internal.
e. Mengkaji kecukupan pelaksanaan audit eksternal.
Sistem Pengendalian Internal
Direksi Perusahaan wajib menetapkan pengendalian internal yang efektif dan efisien
untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan usaha dijalankan sesuai
dengan sasaran dan strategi bisnis serta anggaran dasar dan aturan internal lain
Perusahaan, dan peraturan perundang-undangan.
Pengendalian internal mencakup hal-hal sebagai berikut :
a. Lingkungan pengendalian internal dalam Perusahaan yang disiplin dan terstruktur.
b. Pengkajian dan pengelolaan risiko usaha, yaitu suatu proses untuk mengidentifikasi,
menganalisis, menilai, dan mengelola risiko usaha.
c. Aktivitas pengendalian, yaitu tindakan yang dilakukan dalam suatu proses
pengendalian terhadap kegiatan Perusahaan pada setiap tingkat dan unit dalam
10
struktur organisasi Perusahaan, antara lain mengenai kewenangan, otorisasi, verifikasi,
rekonsiliasi, penilaian atas prestasi kerja, pembagian tugas dan keamanan terhadap
aset perusahaan.
d. Sistem informasi dan komunikasi, yaitu suatu proses penyajian laporan mengenai
kegiatan operasional, finansial, dan ketaatan atas peraturan perundang- undangan di
bidang usaha pembiayaan.
f. Tata cara monitoring, yaitu proses penilaian terhadap kualitas system pengendalian
internal termasuk fungsi internal audit pada setiap tingkat dan unit struktur organisasi
Perusahaan, sehingga dapat dilaksanakan secara optimal.
g. Mekanisme pelaporan kepada Direksi dengan tembusan kepada komite audit,
dalam hal terjadi penyimpangan kualitas sistem pengendalian internal termasuk fungsi
internal audit pada setiap tingkat dan unit struktur organisasi Perusahaan.
Dalam menjalankan tugas pengawasan terhadap aktivitas dan pengelolaan Perusahaan,
Unit Audit Internal dan Audit Eksternal menggunakan Sistem Pengendalian Internal
sebagai metode tersendiri untuk mendorong ketaatan terhadap penerapan Tata Kelola
Perusahaan yang Baik serta kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan. Sistem
pengendalian ini adalah suatu upaya yang meliputi seluruh cara yang digunakan oleh
Perusahaan dalam mengawasi dan mengendalikan jalannya Perusahaan. Mulai dari aspek
operasional, keuangan dan kepatuhan terhadap perundang-undangan. Sistem ini juga
dimaksudkan untuk menekan potensi risiko usaha maupun penyimpanan etika bisnis yang
berdampak negatif terhadap Perusahaan.
Sekretaris Perusahaan
Sekretaris Perusahaan diangkat oleh Direksi sesuai dengan Peraturan BAPEPAM-LK No.
IX.I.4 tentang Pembentukan Sekretaris Perusahaan. Sekretaris Perusahaan bertanggung
jawab terhadap Direksi dan berperan dalam menjaga kelancaran hubungan antara
Perusahaan dengan pemerintah, pemegang saham, dan masyarakat luas.
Tugas dan Wewenang Sekretaris Perusahaan, termasuk membantu Direksi melalui
beberapa kegiatan seperti:
1. Mengelola informasi yang berkaitan dengan lingkungan bisnis Perusahaan dan
menjalin hubungan baik dengan para pihak lembaga penunjang industri pasar modal
dan regulator pasar modal.
2. Memastikan Perusahaan menjalankan prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik (GCG)
serta memenuhi peraturan perundangan yang berlaku.
11
3. Menyelenggarakan kegiatan Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan.
4. Menyelenggarakan kegiatan komunikasi antara Direksi dan manajemen dengan
pemangku kepentingan dalam rangka membangun citra Perusahaan.
5. Menyelenggarakan kegiatan kesekretariatan pengurus Perusahaan serta memfasilitasi
hubungan Perusahaan atau pimpinan dengan para pemangku kepentingan.
6. Memantau Daftar Pemegang Saham.
7. Memonitor perkembangan yang terjadi di pasar modal dan peraturan-peraturan yang
berlaku.
8. Menyebarkan informasi kepada semua unsur dalam organisasi yang menyangkut
program-program Perusahaan, termasuk memberikan informasi kepada masyarakat
tentang kondisi Perusahaan.
Kebijakan dan Prosedur Penerapan Fungsi Kepatuhan, Audit Internal, dan Audit Eksternal
Fungsi Kepatuhan
1. Pemegang saham Perusahaan melalui RUPS harus memastikan Perusahaan dijalankan
berdasarkan praktik usaha pembiayaan yang sehat.
2. Pemegang saham Perusahaan dilarang mencampuri kegiatan operasional Perusahaan
yang menjadi tanggung jawab Direksi sesuai dengan ketentuan anggaran dasar
Perusahaan dan peraturan perundang-undangan, kecuali dalam rangka
melaksanakan hak dan kewajiban selaku RUPS.
3. Pemegang saham Perusahaan yang menjabat sebagai anggota Direksi, anggota
Dewan Komisaris, atau anggota DPS pada Perusahaan yang sama harus
mendahulukan kepentingan Perusahaan.
4. Dalam melakukan kegiatan usaha, Perusahaan wajib menyelenggarakan kegiatan
usahanya secara sehat dan mematuhi semua peraturan perundang-undangan
industri jasa keuangan yang berada dalam pengawasan OJK.
5. Perusahaan wajib memiliki standar operasi dan prosedur yang memadai untuk
seluruh aktivitas bisnis Perusahaan yang ditetapkan oleh Direksi.
6. Standar operasi dan prosedur yang telah ditetapkan wajib diaksankan dan ditaati oleh
seluruh karyawan pada semua jenjang oraganisasi Perusahaan.
7. Perusahaan wajib memiliki satuan kerja atau pegawai yang bertanggung jawab:
12
a. Menyelenggarakan fungsi pemasaran, penerapan prinsip mengenal nasabah,
analisis pembiayaan, pemantauan kualitas piutang pembiayaan, penagihan,
penanganan pengaduan Debitur.
b. Menyusun dan menerapkan standar dan prosedur operasional pembiayaan.
c. Menyusun dan menerapkan system dan prosedur pengendalian internal
untuk memastikan bahwa proses pemberian pembiayaan dilakukan sesuai
dengan kebijakan dan strategi pembiayaan, serta tidak melanggar peraturan
perundang-undangan.
Audit Internal
Untuk menjamin pelaksanaan kegiatan operasional yang sesuai dengan Prosedur Operasi
Standar Perusahaan, maka Perusahaan telah membentuk Unit Audit Internal dan
menetapkan Piagam Audit Internal sebagaimana diatur dalam Peraturan Bapepam LK No.
IX.1.7, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam LK tentang Pembentukan dan Pedoman
Penyusunan Piagam Audit Internal.
Audit Internal terutama bertugas meninjau kebijakan Direksi dan memberikan
peringatan dini kepada Direktur Utama terhadap potensi masalah yang mungkin timbul.
Selain itu, Audit Internal juga memegang peranan untuk membina hubungan dengan
instansi pemeriksa dari luar Perusahaan agar bisa mendapat informasi lebih dini tentang
perkembangan standar internal audit yang berlaku.
Audit Internal berfungsi dalam mengimplementasikan visi dan misi Perusahaan ke dalam
konsep audit internal dan pengawasan manajemen di tingkat korporasi. Audit Internal juga
berperan dalam mengendalikan kegiatan pemeriksaan internal agar mencapai sasaran dan
sesuai dengan Standar Profesi Audit Internal serta Piagam Audit Internal.
Audit Internal juga bertanggung jawab terhadap terlaksananya pengkajian kebijakan
Direksi dan terselenggaranya kegiatan audit terhadap implementasi kebijakan atau
peraturan Perusahaan di unit kerja.
Struktur Unit Audit Internal
Kepala Unit Audit Internal diangkat dan diberhentikan oleh Direktur Utama atas
persetujuan Dewan Komisaris. Seluruh anggota UAI adalah merupakan para praktisi
ahli dengan kecakapan yang memadai dengan tingkat kecermatan yang seksama dan
merupakan profesional dalam mengerjakan kegiatan audit.
Setiap anggota UAI haruslah juga bersifat independen, tanpa benturan kepentingan
dengan pihak internal Perusahaan ataupun yang berkaitan dengan pihak berafiliasi, serta
13
entitas anak. Upaya ini penting untuk menjamin bahwa hasil evaluasi yang dilakukan
adalah murni untuk perkembangan Perusahaan demi mencapai maksud dan tujuannya
seperti yang tertuang dalam Anggaran Dasar.
Tugas Dan Tanggungjawab Unit Audit Internal
Unit Audit Internal memiliki tugas dan Tanggung Jawab yang mencakup:
1. Membantu Direksi, Dewan Komisaris, dan/atau Komite Audit dalam penerapan Tata
Kelola Perusahaan yang Baik;
2. Menyusun dan melaksanakan rencana kerja Audit Internal tahunan;
3. Melakukan pemeriksaan dan penilaian atas pelaksanaan pengendalian internal dan
sistem Manajemen Risiko sesuai dengan kebijakan Perusahaan;
4. Membuat laporan hasil audit dan menyampaikan laporan tersebut kepada Direktur
Utama, Dewan Komisaris dan/ atau Komite Audit;
5. Memantau, menganalisis dan melaporkan pelaksanaan tindak lanjut (corrective action)
yang telah disarankan;
6. Bekerjasama dengan Komite Audit dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab
Komite Audit; dan
7. Memberikan saran perbaikan dan informasi yang objektif tentang kegiatan yang
sedang diaudit pada semua tingkat manajemen.
Audit Eksternal
Perusahaan setiap tahun menunjuk Kantor Akuntan Publik untuk melakukan audit
finansial terhadap Laporan Keuangan Perusahaan secara independen, Independensi yang
dimaksud di sini adalah mengenai pemberian pendapat terhadap kinerja Perusahaan di
tahun berjalan dari sudut pandang pihak ketiga secara objektif mengenai kewajaran dan
kesesuaian laporan keuangan Perusahaan dengan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Auditor eksternal Perusahaan ditunjuk oleh Rapat Umum Pemegang Saham dari calon
auditor eksternal yang diajukan oleh Dewan Komisaris berdasarkan usulan komite audit.
Pencalonan auditor eksternal disertai :
a. Alasan pencalonan dan besarnya honorarium atau imbal jasa yang diusulkan untuk
auditor eksternal tersebut.
b. Pernyataan kesanggupan yang ditandatangani oleh auditor eksternal, untuk
bebas dari pengaruh Direksi, Dewan Komisaris, Dewan Pengawas Syariah dan pihak
14
yang berkepentingan di Perusahaan dan kesediaan untuk memberikan informasi
terkait dengan hasil auditnya kepada OJK.
Perusahaan wajib menyediakan semua catatan akuntansi dan data penunjang yang
diperlukan bagi auditor eksternal sehingga memungkinkan auditor eksternal
memberikan pendapatnya tentang kewajaran dan kesesuaian laporan keuangan
Perusahaan dengan standar audit yang berlaku.
Tugas Pokok Audit Eksternal
Kantor Akuntan Publik mempunyai tugas pokok melaksanakan standar auditing yang telah
ditetapkan. Standar tersebut mengharuskan akuntan publik untuk merencanakan dan
melaksanakan audit agar memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan
bebas dari salah saji material. Suatu audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian,
bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan.
Audit juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan
yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara
keseluruhan.
Kebijakan dan Prosedur Penerapan Manajemen Risiko
Perusahaan wajib menerapkan manajemen risiko dengan mengidentifikasi, menilai,
dan memantau risiko usaha secara efektif, sesuai dengan tujuan, kebijakan usaha, ukuran
dan kompleksitas usaha serta kemampuan Perusahaan.
Risiko didefinisikan sebagai kemungkinan terjadinya suatu peristiwa yang dapat
menghambat atau menghalangi pencapaian tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan
Perusahaan. Manajemen risiko yang baik adalah bukti kapabilitas mutlak sebuah
perusahaan.
Prosedur pengelolaan risiko merupakan aspek yang mutlak dan harus dimiliki oleh untuk
menjamin keberlanjutan usaha. Perusahaan wajib memiliki panduan untuk
mengidentifikasi, menilai, mengukur, serta memantau risiko sehingga penanganan dan
tindakan yang diperlukan dapat dilakukan secara cepat untuk mengantisipasi risiko yang
berpotensi merugikan Perusahaan secara finansial.
Berikut ini merupakan risiko-risiko yang berpotensi untuk muncul:
Risiko Pasar
Risiko pasar merupakan risiko yang terutama disebabkan karena perubahan tingkat
bunga, nilai tukar mata uang Rupiah, harga komoditas dan harga modal atau pinjaman,
15
yang dapat membawa risiko bagi Perusahaan. Dalam perencanaan usaha Perusahaan,
risiko pasar yang memiliki dampak langsung kepada Perusahaan adalah dalam hal
pengelolaan tingkat bunga.
Perubahan tingkat bunga acuan akan menjadi risiko pada saat perubahannya,
terutama ketika tingkat bunga dinaikkan, yang menyebabkan kerugian bagi Perusahaan
sehingga dapat menyebabkan risiko kredit Perusahaan meningkat. Untuk itu,
Perusahaan menerapkan pengelolaan tingkat bunga tetap secara konsisten dengan
menyesuaikan tingkat bunga kredit terhadap tingkat bunga pinjaman dan beban dana.
Risiko Pembiayaan
Risiko pembiayaan merupakan risiko utama karena Perusahaan bergerak dalam bidang
pembiayaan, di mana Perusahaan menawarkan jasa pembiayaan bagi masyarakat yang
hendak memiliki kendaraan bermotor. Secara langsung, Perusahaan menghadapi risiko
seandainya konsumen tidak mampu memenuhi kewajibannya dalam melunasi kredit
sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati antara konsumen dengan Perusahaan.
Risiko pembiayaan merupakan risiko yang akan dihadapi, namun dapat dikelola hingga
pada batasan yang dapat diterima. Perusahaan telah memiliki kebijakan dalam
menghadapi risiko ini. Dimulai dari proses awal penerimaan aplikasi pembiayaan yang
selektif dan ditangani dengan prinsip kehati- hatian, yang mana aplikasi pembiayaan
akan melalui proses survei dan analisa untuk kemudian disetujui oleh Kepala Cabang.
Selain itu, Perusahaan juga melakukan pengawasan terhadap saldo piutang pembiayaan
konsumen yang dilakukan secara berkesinambungan untuk meminimalisasi piutang yang
tidak dapat ditagih.
Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas merupakan risiko, yang mana Perusahaan tidak memiliki sumber keuangan
yang mencukupi untuk memenuhi liabilitasnya yang telah jatuh tempo.
Perusahaan mengatasi risiko tersebut dengan menggunakan perangkat rencana likuiditas.
Perangkat ini mempertimbangkan jatuh tempo untuk aset keuangan yaitu piutang
pembiayaan konsumen dan membuat rencana arus kas dari operasi. Perusahaan
mempunyai jangka waktu pinjaman dari bank yang disesuaikan dengan jangka waktu
(tenor) yang diberikan kepada konsumen.
Kebijakan Remunerasi
Perusahaan wajib menerapkan kebijakan remunerasi bagi anggota Direksi, anggota Dewan
Komisaris, Dewan Pengawas Syariah, dan pegawai yang mendorong perilaku berdasarkan
16
prinsip kehati-hatian yang sejalan dengan kepentingan jangka panjang Perusahaan dan
perlakuan adil terhadap Debitur, kreditur, dan/atau Pemangku Kepentingan lainnya.
Kebijakan remunerasi harus memperhatikan :
a. Kinerja keuangan dan pemenuhan kewajiban Perusahaan sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Prestasi kerja individual.
c. Kewajaran dengan Perusahaan dan/atau level jabatan yang setara.
d. pertimbangan sasaran dan strategi jangka panjang Perusahaan.
Kebijakan Transparansi Kondisi Keuangan dan Non Keuangan
Keterbukaan Informasi
Perusahaan menjamin adanya keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan
keputusan dan menyampaikan informasi materiil yang telah terbarukan serta relevan
mengenai perusahaan, termasuk didalamnya transparansi mengenai kondisi keuangan dan
non keuangan, Implementasi prinsip keterbukaan ini dilakukan dengan publikasi informasi
Perusahaan secara berkala melalui website Perusahaan yang dapat diakses melalui
www.mandalafinance.com.
Selain memuat berita tentang Perusahaan, situs ini juga memuat informasi mengenai
profil perusahaan, laporan tahunan, serta informasi lain yang menghubungkan
Perusahaan dengan publik secara langsung. Informasi tersebut selalu diperbarui secara
berkala agar publik dapat menerima informasi terbaru mengenai Perusahaan.
Informasi keuangan dan non keuangan Perusahaan dapat juga didapat melalui media
publikasi lain seperti Koran dan majalah. Upaya penyebaran informasi merupakan wujud
komitmen Perusahaan dalam menampilkan akuntabilitas sekaligus memenuhi hak publik
akan kebutuhan informasi mengenai Perusahaan.
Kebijakan dan strategi komunikasi Perusahaan, meliputi :
a. Informasi yang dibutuhkan dan diberikan kepada OJK secara lengkap, tepat waktu,
dan dengan cara yang efisien.
b. Perusahaan wajib memiliki sistem pelaporan keuangan yang diandalkan untuk
keperluan pengawasan dan Pemangku Kepentingan lain.
Perusahaan wajib mengungkapkan kepada Otoritas Jasa Keuangan, mengenai hal-hal
penting, sekurang-kurangnya meliputi :
a. Pengunduran diri atau pemberhentian auditor eksternal.
17
b. Transaksi material dengan pihak terkait.
c. Benturan Kepentingan yang sedang berlangsung dan/atau yang mungkin akan terjadi.
d. Informasi material lain mengenai Perusahaan.
Pengungkapan hal-hal penting diatas dimuat dalam laporan penerapan Tata Kelola
Perusahaan Yang Baik.
Kode Etik dan Budaya Perusahaan
Perusahaan menyadari perlunya membangun budaya keterbukaan, akuntabilitas dan
kepatuhan. Sikap-sikap tersebut diterjemahkan Perusahaan ke dalam suatu rancangan
Budaya Korporasi dan Kode Etik sebagai pedoman standar perilaku yang wajib diterapkan
secara konsisten oleh setiap insan Perusahaan dalam kegiatan sehari-hari. Perusahaan
juga mendukung penerapan Kode Etik dan Budaya Korporasi dengan melakukan sosialisasi
dan publikasi etika tersebut serta tata cara penerapan, pelaporan, pemantauan dan
evaluasinya. Dengan mengaktualisasikan keseluruhan sikap tersebut, diharapkan adanya
peningkatan kesadaran, pola pikir, sikap serta perilaku segenap karyawan sesuai dengan
prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan yang baik.
Kode Etik dan Budaya Korporasi Perusahaan seperti yang tercantum dalam Nilai-Nilai
Utama Perusahaan adalah sebagai berikut:
• Jujur
Memperoleh kepercayaan dengan melaporkan yang benar.
• Rendah Hati
Mengakui bahwa keberhasilan saya adalah merupakan sebagian dari hasil kontribusi
orang lain dalam hidup saya.
• Tekad
Bertekad untuk mencapai tujuan yang benar, pada saat yang tepat meskipun
menghadapi tantangan.
Dewan Komisaris, Direksi, Dewan Pengawas Syariah, dan karyawan Perusahaan dilarang
menawarkan atau memberikan sesuatu, baik langsung maupun tidak langsung kepada
pihak lain, untuk mempengaruhi pengambilan keputusan yang terkait dengan transaksi
pembiayaan, dengan melanggar ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
18
Dewan Komisaris, Direksi, Dewan Pengawas Syariah, dan karyawan Perusahaan dilarang
menerima sesuatu untuk kepentingan pribadinya dengan melanggar ketentuan
perundang-undangan yang berlaku, baik langsung maupun tidak langsung, dari siapapun,
yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan yang terkait dengan transaksi
pembiayaan.
Perusahaan wajib membuat pedoman tentang perilaku etis, yang memuat nilai etika
berusaha, sebagai panduan bagi Organ Perusahaan dan seluruh karyawan Perusahaan.
Sistem Whistleblowing
Whistleblowing System merupakan bagian tidak terpisahkan dari pelaksanaan Tata Kelola
Perusahaan yang Baik. Sistem ini dipercaya dapat mendorong partisipasi aktif karyawan
dan pemangku kepentingan untuk menegakkan nilai-nilai dan etika bisnis sehingga akan
tercipta iklim keterbukaan serta transparansi yang terhindar dari penyimpangan yang
berpotensi untuk menyebabkan kerugian baik finansial maupun non-finansial dalam
kegiatan operasional Perusahaan.
Upaya penerapan sistem whistleblowing yang telah dilakukan Perusahaan mencakup:
• cara penyampaian laporan pelanggaran;
• perlindungan bagi pelapor;
• penanganan pengaduan;
• pihak yang mengelola pengaduan; dan
• hasil dari penanganan pengaduan
Selain itu, Perusahaan juga memiliki nomor sms pengaduan di 0812-29-700-700 yang bias
digunakan karyawan maupun nasabah untuk pelaporan terkait penyimpangan atau
kecurangan yang berkaitan dengan Perusahaan.
Tata Cara Penyusunan Rencana Kerja Jangka Panjang serta Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan
Perusahaan wajib menyusun rencana kerja tahunan, yang sekurang-kurangnya
meliputi :
a. Ringkasan eksekutif.
b. Kebijakan dan strategi manajemen.
c. Penerapan manajemen risiko dan kepatuhan.
19
d. Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik.
e. Kinerja keuangan Perusahaan periode sebelumnya.
f. Proyeksi laporan keuangan beserta asumsi yang digunakan.
g. Proyeksi rasio-rasio dan tingkat kesehatan keuangan.
h. Rencana pengembangan dan pemasaran pembiayaan.
i. Rencana pengembangan dan/atau perubahan jaringan kantor.
j. Rencana permodalan.
k. Rencana pendanaan.
l. Rencana pengembangan organisasi dan sumber daya manusia.
m. Informasi lainnya.
Perusahaan wajib menyampaikan rencana kerja tahunan kepada OJK paling lambat
pada tanggal 30 Januari tahun berikutnya.
Jakarta, 12 Mei 2016
PT Mandala Multifinance Tbk