pedoman pengembangan tenaga listrik biomassa-biogas di indonesia

171
Pengembangan Proyek Tenaga Listrik Biomassa dan Biogas di Indonesia E-Guidebook, Edisi Pertama, Mei 2014 Implemented by:

Upload: taufany99

Post on 09-Nov-2015

123 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

Pedoman Pengembangan Tenaga Listrik Biomassa-Biogas Di Indonesia

TRANSCRIPT

  • Pengembangan Proyek Tenaga ListrikBiomassa dan Biogas di Indonesia

    E-Guidebook, Edisi Pertama, Mei 2014Implemented by:

  • Imprint

    Penulis

    Thachatat Kuvarakul, GIZ ASEAN-RESP

    Tjut Devi, GIZ PDP SEAAlin Pratidina, GIZ LCORE-INDOArne Schweinfurth, GIZ ASEAN-RESPDjoko Winarno, ConsultantIfnaldi Sikumbang, Consultant

    Dengan Sumberdaya dari

    Renewable Energy Support Programme for ASEAN (ASEAN-RESP)Promotion of Least-Cost Renewables Project Indonesia (LCORE-INDO)Project Development Programme Southeast Asia (PDP SEA)

    Penerbit

    Deutsche Gesellschaft fr Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbHRenewable Energy Programme Indonesia / ASEAN

    Jakarta, Mei 2014

    Penafian

    Sudah dilakukan upaya maksimal untuk memastikan dan menjaga keakuratan Pedoman ini. Peraturan dan prosedurpengembangan proyek energy terbarukan (ET) di Indonesia sangat kompleks, termasuk sejumlah nama yang berperan dalamsector ET, dan mungkin dapat diubah atau diperbarui. Oleh karena itu, tidaklah memungkinkan untuk membahas semua aspekpengembangan proyek ET di dalam Pedoman ini. Pedoman ini diperbarui dan diperluas secara berkala untuk memastikankebenaran dan kelengkapan isinya. Akan tetapi, GIZ dan mitra pelaksananya tidak bertanggung jawab atas penggunaan Pedoman. Pedoman tidak dapat, dalam kasus apapun, mengganti atau digunakan sebagai pengganti undang-undang, peraturan danpedoman resmi yang ada yang dikeluarkan oleh pihak berwenang di Indonesia.

    Saran dan masukan sangat diharapkan dan dapat dikirimkan kepada [email protected]

  • Kata PengantarEnergi terbarukan adalah elemen penting dalam energi campuran yang beragam danberkelanjutan. Energi terbarukan berkontribusi pada keamanan energi dan merupakan elemendasar pada upaya mitigasi perubahan iklim

    Dalam Peraturan Presiden No.5 tahun 2006 terkait kebijakan energi nasional, pemerintahIndonesia menetapkan target untuk memproduksi 17 persen pasokan energinya dari sumberenergi terbarukan pada 2025. Indonesia memiliki potensi besar untuk memanfaatkan limbahagroindustri untuk keperluan energi. Adapun potensi bioenergi yang bersumber dari limbahdiperkirakan mencapai 32 GW, namun hanya sebanyak 1,7 GW yang telah digunakan hinggasaat ini. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sudah menetapkan kebijakan dasaryang disebut sebagai Catur Dharma Energi, Yang terdiri dari: (i) tingkatkan produksi migas, misalnya dengan memperbanyak kegiatan eksplorasi dengan memberikan insentif agar investor dapat tertarik; (ii) kurangi pemakaian bbm dan impor bbm; (iii) mendorong secaramasif pengembangan energi baru terbarukan; dan (iv) lakukan gerakan hemat energi.

    Sesuai dengan Peraturan Menteri No. 4 yang diterbitkan pada 2012 terkait feed-in tariff (FIT) untuk tenaga listrik biomassa/biogas, yang saat ini sedang dalam proses revisi, pemerintahIndonesia memberikan insentif kepada sektor swasta untuk mengembangkan dan berinvestasipada proyek energi terbarukan khususnya biomassa/biogas. Untuk membantu parapengembang proyek dalam menjalankan prosedur perizinan dan proses administratif, kami dengan senang hati menerbitkan Pedoman Pengembangan Tenaga Listrik Biomassa danBiogas di Indonesia sebagai referensi pengembangan proyek di sektor ini. Pedoman yang disusun dengan dukungan dari GIZ (Gesellschaft fr Internationale Zusammenarbeit) melaluikerjasama Promotion of Least Cost Renewables in Indonesia (LCORE). Pedoman inimemberikan transparansi dalam proses perizinan dan membantu semua aktor terkait dalammendapatkan izin yang dibutuhkan di Indonesia. Oleh karena itu, pedoman ini merupakaninstrumen penting untuk mendukung pasar energi terbarukan, dan untuk membangun sebuahmasa depan yang hijau bagi negeri.

    Rida MulyanaDirektur Jenderal, Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE)

    Halaman 1/2 >

  • < Halaman 2/2

    Kata PengantarPada tahun-tahun terakhir ini, pemerintah Indonesia menempatkan upaya yang cukupbesar dalam mengembangkan sektor energi terbarukan, dan mempersiapkan negarauntuk menghadapi tantangan energi masa depan. Dengan target yang cukup tinggi, dan peraturan tentang feed-in tarif (FIT), serta kebijakan pendukung lainnya, Indonesia telahmenetapkan untuk partisipasi lebih dari sektor swasta di pasar energi terbarukan.

    Buku Pedoman Pengembangan Proyek Tenaga Listrik Biomassa dan Biogas di Indonesia mendukung upaya-upaya tersebut dengan membentuk prosedur perizinandan proses administrasi yang transparan terkait pengembangan proyek pembangkittenaga listrik dalam sektor bio-energi. Buku pedoman ini mencakup seluruh sikluspengembangan proyek dan memberikan informasi penting bagi para pengembang, investor, dan pembuat kebijakan. Pedoman ini dibuat berdasarkan hasil konsultasidengan para pemangku kepentingan, dan tinjauan luas para ahli dalam sektor publikdan swasta, serta menyatukan peraturan dengan pengalaman langsung.

    Pedoman semacam ini tentunya membutuhkan penelitian dan upaya pengembangan. Oleh karena itu, GIZ Renewable Energy Programme Indonesia/ASEAN menggabungkanbeberapa keahlian dari proyek-proyek yang berbeda, yakni, sementara Renewable Energy Support Programme for ASEAN (ASEAN-RESP) menyediakan model penelitiandan strukturisasi pedoman ini, Project Development Programme Indonesia (PDP)mengadakan konsultasi pertama dengan pemangku kepentingan, dan Least Cost Renewables Project (LCORE) melakukan penilaian bersama tim ahli.

    Saya yakin bahwa hasil dari upaya bersama ini tidak hanya akan membantu proyek-proyek RE di Indonesia berkembang lebih efisien, tetapi juga menjadi contoh yang sangat baik bagi negara-negara lain di kawasan.

    Dr. Rudolf RauchDirektur, Renewable Energy Programme Indonesia/ASEANDeutsche Gesellschaft fr Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH

  • Pengakuan

    Pedoman ini disusun berdasarkan pada pengetahuan dan keahlian berbagai pemangku kepentingan di sektor energiterbarukan di Indonesia. Tanpa kesediaan mereka untuk berbagi wawasan dan pengalaman dengan proyek ini, pedomanini tak mungkin dapat tersusun dalam wujud dan kelengkapan kontennya seperti sekarang.

    Selain para peserta dalam beberapa dialog pemangku kepentingan, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada para ahli berikut untuk kontribusi, komentar dan saran mereka: Abinanto, Bjrn Heidrich, Dadan Kusdiana (Direktorat JenderalEBTKE), Eriell Salim, Hari Yuwono, Jan-Benjamin Spitzley, Karel Pajung, Matthias Eichelbrnner, Paul Butarbutar, Paul Heinemann, Puji Sugia Harjiman, Raymond Bona, Sadman, Sofyan (PLN), Syaiful Bahri Ibrahim, Thomas Wagner, Trio Chadys, beberapa ahli dari Direktorat Jenderal Listrik.

    Ucapan terima kasih mendalam juga ditujukan kepada Lisa Conrads, Ikke Prasetyaning dan Adnan Tripradipta dari proyekGIZ LCORE-INDO untuk saran-sarannya dan untuk mengadakan wawancara dengan para pemangku kepentingan.

    Pengembangan publikasi ini didanai oleh Kementerian Federal Jerman untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (BMZ), Kementerian Federal Jerman untuk Lingkungan, Konservasi Alam, dan Keamanan Nuklir (BMUB), dan KementerianFederal Jerman untuk Bidang Perekonomian dan Energi (BMWi).

  • Daftar Isi

    PedomanET

    Mengenai Pedoman ET

    Proyek Pembangkit Listrik Biomassa/Biogas di Indonesia

    Pedoman Pengembangan pembangkit listrik Biomassa/Biogas di Indonesia

    Pengantar mengenai Pedoman ET, konsep dan tujuan, penerima manfaat, kerangka waktu.

    Pengantar mengenai kerangka kebijakan Indonesia, peraturan, dan pemangku kepentingan terkaitdalam pengembangan pembangkit listrik biomassa/biogas, kondisi pasar energi terbarukan.

    Pedoman untuk pengembang proyek dan investor dalam mengembangkan pembangkit listrikbiomassa/biogas di Indonesia. Pedoman ini disusun dalam beberapa tingkat dalam bentuk Gantts chart dan diagram alir. Penjelasan rinci disediakan untuk setiap tahap dan Sub-Tahap.

    ? Cara menggunakan Pedoman iniStruktur pedoman, deskripsi gambar, Gantt Chart, navigasi.

    Lampiran Lampiran LampiranKata Pengantar

    Definisi terkoneksi ke jaringan listrik (dalam pedoman ini)

    Jaminan Harga Indonesia (Harga Pembelian Tenaga Listrik)

    Struktur Hukum Indonesia

    1

    2

    3

    4

  • Pedoman Prosedur Perizinan

    Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Indonesia telah berupaya keras untuk memanfaatkan sumber daya energi terbarukan (ET)yang tersebar luas di negeri ini. Harga Pembelian Tenaga Listrik atau peraturan untuk ET telah diterapkan, yang diikuti dengankebijakan pendukung lainnya, misalnya pengecualian pajak dan bea cukai atau pembebasan pajak.

    Pedoman Pengembangan Proyek Tenaga Listrik Biomassa/Biogas di Indonesia dibuat untuk memfasilitasi peningkatan aktivitasdan investasi sektor swasta dalam sektor ET di Indonesia. Karena kepercayaan pengembang proyek dan investor merupakan prasyaratuntuk meningkatkan penyebaran ET, pengembangan proyek dan prosedur perizinan yang transparan sangat diperlukan.

    Pedoman ini merupakan perangkat online yang komprehensif, mudah diakses dan diperbarui secara teratur yang mencakup informasilengkap tentang siklus pengembangan proyek ET yang ideal di setiap negara. Pedoman ET:

    menekankan prosedur-prosedur administratif termasuk persyaratan-persyaratan untuk pengembang dan/atau investor proyek;

    mencantumkan ketentuan-ketentuan hukum dan peraturan serta izin-izin yang diperlukan;

    mengidentifikasi tantangan-tantangan spesifik di tiap negara untuk pengembangan proyek; dan

    memberikan informasi mengenai cara untuk mendapatkan persetujuan keuangan.

    Pedoman ET dirancang agar sedapat mungkin memenuhi kebutuhan pengembang proyek dan investor potensial, untuk mendorongtransparansi dan kejelasan dalam jalur proyek ET. Pedoman ini membahas mengenai berbagai prosedur dan membantumengidentifikasi risiko-risiko yang melekat pada setiap tahap, sehingga langkah-langkah mitigasi yang tepat dapat dirancang dandiimplementasikan.

    >Halaman 1/3

    ?Daftar

    IsiGarisBesar

    GarisBesar < Kembali

  • Cakupan Pedoman

    Pedoman ini menjelaskan prosedur untuk mengembangkan pembangkit listrik biomassa/biogas di Indonesia. Kelompoksasaran Pedoman ini adalah investor, yang berperan sebagai pembangkit listrik swasta (IPP). Pedoman ini tidak mencakupinvestor yang menjadi kontraktor EPC untuk PLN, investor yang berpartisipasi dalam kemitraan publik-swasta denganPemerintah Indonesia atau instansi pemerintah lainnya, atau pemasok peralatan untuk pembangkit listrikbiomassa/biogas.

    Sebuah pembangkit listrik yang terhubung dengan jaringan listrik dapat digolongkan menjadi dua jenis berdasarkantujuannya: (i) pembangkit listrik yang menjual listrik ke jaringan listrik untuk kepentingan umum dan (ii) pembangkit listrikyang menjual kelebihan listrik ke jaringan listrik. Dalam kasus yang pertama, pembangkit listrik tersebut menjual hampirsemua listrik yang dihasilkannya ke jaringan listrik. Dalam kasus yang kedua, listrik yang dihasilkan digunakan terutamauntuk konsumsi sendiri; hanya kelebihan listrik yang disalurkan kembali ke jaringan listrik. Secara umum, PJBL untukmenjual kelebihan daya berlaku untuk jangka pendek (misalnya satu tahun). Oleh karena itu, penjualan kelebihan dayatidak dimasukkan ke dalam Pedoman.

    Berbagai jenis bahan baku biomassa dapat digunakan untuk memproduksi listrik. Di Indonesia, bahan baku biomassa dariindustri pertanian memiliki potensi besar. Limbah industri dan limbah padat perkotaan juga dapat digunakan. Akan tetapi,diperlukan lisensi/izin tambahan untuk mengumpulkan dan menangani limbah padat perkotaan. Hal ini tidak termasuk kedalam cakupan Pedoman.

    Pedoman ini berfokus pada pengembangan pembangkit listrik dengan kapasitas sampai dengan 10 MW. Dalam hal ini,pengembang proyek dapat mengusulkan lokasi pembangkit listrik ke PLN dimana feed-in-tariff (FIT) berlaku. Mekanismepenunjukan langsung sesuai dengan PP No. 14/2012 biasanya digunakan untuk mencapai penandatanganan PJBL denganPLN. Pemilihan langsung dan pelelangan/tender terbuka jarang diterapkan untuk proyek pengembangan semacam ini;karena itu, hal tersebut tidak dibahas dalam Pedoman ini.

    < >Halaman 2/3

    ?Daftar Isi Garis Besar Garis Besar

  • Cakupan Pedoman

    Terkoneksi ke jaringan listrik(Grid-connected)

    Tidak terkoneksike jaringan listrik

    (Off-grid)

    LimbahPertanian

    LimbahPerkotaan

    LimbahIndustri

    Hingga 10 MWLebih dari 10

    MW

    PenunjukanLangsung

    PelelanganUmum

    PemilihanLangsung

    Peran Investor

    Sumber biomassa

    Kapasitas

    Mekanisme PJBL

    Penjualan Dayauntuk Kepentingan

    Umum

    PenjualanKelebihan Daya

    Jenis Proyek ET

    IPP PPPKontraktor EPCPemasokPeralatan

    Berdasarkan PP No. 14/2012

    ?Daftar Isi Garis Besar Garis Besar

    Halaman 1/2

  • Garis Besar Deskripsi Prosedur

    Pengembang biasanya mempekerjakan penyedia jasa engineering, procurement and construction (EPC) untuk melakukandetailed engineering, pengadaan peralatan, pembangunan dan instalasi. Hal ini dilakukan bersamaan dengan tahap awalpembangunan pembangkit listrik.

    Fase Pembangunan

    Setelah mendapatkan Persetujuan Keuangan, pembangunan fisik pembangkit listrik dapat dimulai. Fase awalpembangunan dilaksanakan secara bersamaan dengan fase terakhir dari Tahap Perencanaan dan Teknik yaitu detailedengineering, pengadaan peralatan dsb.

    Setelah pembangkit listrik memasuki tahap pembangunan dan semua peralatan sudah terpasang, pengembang harusmenjadwalkan inspeksi dan pengujian untuk pembangkit listrik tersebut. Pihak ketiga (bersertifikat) harus dilibatkan.Inspeksi bersama di titik interkoneksi juga harus dijadwalkan dengan PLN. Pengembang dapat menjual listrik kepada PLNsetelah menyepakati tanggal operasi komersial (COD) yang merupakan Sub-Tahap terakhir dalam Tahap Pembangunan danKomisioning.

    Fase Operasi

    Setelah COD, pembangkit listrik biomassa/biogas dapat beroperasi.

    Pengembang proyek dapat memperoleh pembebasan pajak penghasilan (dalam Tahap Hukum/Fiskal Perusahaan). Padasaat yang sama, pengembang proyek harus secara seksama memantau kinerja pembangkit listrik dan merencanakanjadwal pemeliharaan. Staf yang terlatih merupakan hal yang sangat penting dan tidak dapat dilupakan, hal ini jugamerupakan bagian dari Tahap Operasi dan Pemeliharaan.

    PersetujuanKeuangan

    ?Daftar Isi Garis Besar Garis Besar

    Garis Besar Prosedur (Dalam bentuk Gantts Chart)

  • Pedoman untuk Pengembangan Proyek Biomassa/Biogas di Indonesia

    PemilihanLokasi

    KewenanganAdministratif

    Fiskal/HukumPerusahaan

    Izin Usaha Penyediaan

    Tenaga Listrik

    Pendanaan

    Operasi danPemeliharaan

    Fiskal/HukumPerusahaan

    Perencanaan& Keteknikan

    Perencanaan& Keteknikan

    Izin Usaha Penyediaan

    Tenaga Listrik

    Pembangunan & Komisioning

    BAB 1 BAB 2 BAB 3 BAB 7 BAB 8 BAB 9

    BAB 7 BAB 4 BAB 4

    BAB 6 BAB 5

    Perjanjian JualBeli Listrik

    IMB

    Kontrak EPCPJBL

    IUPTL/SPersetujuanPenunjukanLangsung

    JaminanPelaksanaan

    BAB 6

    Pengembangan Pembangunan Operasi

    Izin Prinsip dariPemerintah Daerah

    Garis Besar Prosedur (Dalam bentuk Diagram Alir) Deskripsi >

    PersetujuanKeuangan

    ?Daftar Isi Garis Besar Garis Besar

  • Bab 1

    C1-4

    C1-5

    C1-9

    Mendapatkan informasi mengenai biaya pokok produksi (BPP)

    Periksa kapasitas jaringan dan rencana PLN dalam RUPTL

    Mendapatkan informasi mengenai potensi biomassa lokal

    Melakukan studi pustaka

    Melakukan survei lokasi

    Memfinalisasi pra-studikelayakan

    C1-7

    C1-8

    Mengontrakpemasok biomassa

    Mengontrak operator pembangkit listrik

    C1-1

    C1-2

    C1-3

    C1-6Membuat keputusan akhirmengenai lokasi proyek

    Pemilihan Lokasi

    Rincian Tahap >

    Tahap Tahap ?

    FC

    ?Daftar Isi Garis Besar Garis Besar

  • Mendapatkaninformasi mengenai

    biaya pokokproduksi (BPP)

    Periksa kapasitasjaringan dan

    rencana PLN dalamRUPTL

    Mendapatkaninformasi mengenai

    potensi biomassalokal

    C1-1

    C1-2

    C1-3

    Melakukan studipustaka

    Melakukansurvei lokasi

    C1-4 C1-5

    Membuatkeputusan akhirmengenai lokasi

    proyek

    Mengontrakpemasokbiomassa

    Mengontrakoperator

    pembangkitlistrik

    Memfinalisasipra-studikelayakan

    C1-6

    C1-7

    C1-8

    C1-9

    Pemilihan Lokasi

    Bab 1 Rincian Tahap >

    FC

    Tahap Tahap ??Daftar Isi Garis Besar Garis Besar

  • Bab 1 | Pemilihan Lokasi

    Keterangan Tahap

    Pemilihan Lokasi secara mendalam dilakukan pada tahap pertama pengembangan proyek. Lokasi yang sesuai untukpengembangan proyek ditentukan dalam Pemilihan Lokasi. Pengembang proyek harus mengumpulkan informasi yangdiperlukan dengan melakukan studi pustaka & survei lokasi, membandingkan beberapa lokasi proyek potensial danmembuat keputusan akhir tentang lokasi proyek, dan akhirnya mempersiapkan laporan pra-studi kelayakan (pra-F/S)sebagai hasil akhir. Laporan pra-F/S, akan menjadi bagian penting dari proposal Perjanjian Jual Beli Listrik (PJBL) yang akandiserahkan ke PLN (Perusahaan Listrik Negara), perusahaan listrik milik negara (Sub-tahap C3-1). Selain itu, laporan pra-F/S menjadi bagian dari proposal pinjaman, yang diserahkan kepada lembaga keuangan (Sub-tahap C5-4).

    Informasi yang sangat perlu dipertimbangkan selama Pemilihan Lokasi adalah: Biaya Pokok Produksi (BPP) PLN, kapasitasjaringan lokal dan pembangkit listrik pegembangan PLN (dari RUPTL), dan potensi biomassa/biogas lokal. Dalam prosespembandingan, lokasi yang tidak layak harus dieliminasi. Dalam survei lokasi, lokasi yang tersisa harus diverifikasi lebihlanjut dan data yang tidak dapat diperoleh selama studi pustaka harus dikumpulkan. Setelah laporan survei lokasidisiapkan, keputusan akhir mengenai lokasi proyek dapat diambil.

    Pengembang proyek harus menggunakan kesempatan selama pelaksanaan survei lokasi untuk mendekati pemasokbiomassa lokal dan operator pembangkit listrik potensial. Saat mengambil keputusan akhir mengenai lokasi proyek,kontrak untuk pasokan bahan baku biomassa dan operator pembangkit listrik harus diselesaikan. Pada saat yang sama,laporan pra-F/S harus disiapkan dengan segera setelah keputusan akhir dicapai.

    >Halaman 1/2

    Tahap Tahap ??Daftar Isi Garis Besar Garis Besar

    PeraturanTerkait

    Tantangan yang Diidentifikasi

    KeteranganTahap

  • Bab 1 | Pemilihan Lokasi

    Keterangan Tahap

    Di Indonesia, pengembang proyek dapat mengusulkan lokasi untuk pengembangan proyek biomassa/biogas ke PLN. Akantetapi, PLN masih memiliki hak untuk menolak proyek yang dianggap tidak memungkinkan secara teknis atau finansialatau tidak sesuai dengan RUPTL. Oleh karena itu, kesepakatan dari PLN mengenai lokasi proyek sangatlah penting.Pengembang proyek disarankan untuk menyajikan sebuah konsep proyek dan daerah yang potensial untukpengembangan ke PLN. Setelah itu, pengembang proyek dapat menilai kemungkinan proyek tersebut akan disetujui olehPLN nanti. Hal ini dapat mengurangi risiko bahwa proyek akan ditolak di Tahap selanjutnya.

    Pengembang juga direkomendasikan untuk membentuk sebuah kemitraan dengan entitas lokal Indonesia. Mitra lokal bisaberupa lembaga pemerintah daerah, bisnis, atau masyarakat. Mereka dapat memberikan informasi yang bergunamengenai lokasi proyek. Konsultan lokal yang andal dan berpengalaman harus dilibatkan selama studi pustaka, surveilokasi, dan finalisasi laporan pra-F/S.

    Tantangan Deskripsi

    Perjanjian yang diwajibkan dari PLN

    Pengembang proyek dapat menentukan lokasi proyek sendiri; namun, lokasitersebut harus sesuai dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL)yang diterbitkan oleh PLN. Dalam beberapa kasus, lokasi dengan pasokan bahanbaku biomassa berlimpah tidak diterima oleh PLN untuk pengembangan proyektenaga listrik biomassa/biogas. Hal ini dapat disebabkan, misalnya, karena lokasiproyek tidak termasuk dalam rencana PLN untuk memperluas jaringan listrik.Rekomendasi: Pengembang proyek harus dengan seksama meninjau RUPTL untukmemastikan bahwa lokasi proyek sesuai rencana perluasan jaringan listrik PLN.Pada tahap awal pengembangan proyek, kantor PLN setempat harusdikonsultasikan berkaitan dengan lokasi potensial. Perjanjian PLN lokal harusdiperoleh sebelum pengembang proyek melanjutkan lebih jauh.

    Lokasi di daerah terpencil Ada banyak lokasi yang cocok untuk pembangunan proyek pembangkit listrikbiomassa/biogas. Akan tetapi, banyak diantaranya yang terletak di daerah terpencil.Transportasi dan logistik (termasuk untuk bahan baku) yang sulit dikarenakan akseske lokasi yang tidak memungkinkan sepanjang tahun.

    Tahap Tahap ??Daftar Isi Garis Besar Garis Besar

    PeraturanTerkait

    Tantangan yang Diidentifikasi

    KeteranganTahap

    Halaman 1/5

  • Bab 1 | Pemilihan Lokasi

    Tantangan yang Diidentifikasi< >

    Tantangan Deskripsi

    Infrastruktur jaringan listrik yang lemah

    Di beberapa daerah terpencil, jaringan listrik yang ada mungkin tidak memilikikapasitas yang cukup untuk dikoneksikan oleh pembangkit listrik biomassa/biogas.Dalam hal demikian, perluasan jaringan/peningkatan harus diminta kepada PLNsebelum pembangkit listrik biomassa/biogas dapat dikembangkan. Proses ini bisamemakan waktu dan hasilnya tidak pasti (tergantung pada perencanaan PLN).

    Jarak yang jauh ke titik interkoneksi jaringan listrik berikutnya

    Titik interkoneksi jaringan listrik serta pusat beban terdekat mungkin jauh daripembangkit listrik. Oleh karena itu, biaya saluran transmisi bisa cukup tinggi danbiasanya harus ditanggung oleh pengembang proyek.Rekomendasi: Pengembang proyek harus berkonsultasi dengan kantor PLNsetempat mengenai titik interkoneksi jaringan listrik yang memungkinkan untuksetiap lokasi potensial. Informasi ini dapat digunakan untuk menyaring beberapalokasi proyek dengan jarak yang jauh ke titik interkoneksi jaringan listrik.

    Tahap Tahap ??Daftar Isi Garis Besar Garis Besar

    Halaman 2/5PeraturanTerkait

    Tantangan yang Diidentifikasi

    KeteranganTahap

  • Bab 1 | Pemilihan Lokasi

    Tantangan yang Diidentifikasi< >

    Tantangan Deskripsi

    Laporan pra-studi kelayakan tidak akurat

    Pra-studi kelayakan yang disusun oleh konsultan (lokal) mungkin tidak terpercayaatau tidak akurat. Hal ini dapat menyebabkan masalah besar pada tahap-tahapberikutnya, misalnya selama pembangunan dan instalasi.Rekomendasi: Pengembang proyek harus secara hati-hati memilih konsultan (lokal)untuk melakukan pra-studi kelayakan dan memantau pelaksanaannya. Hanyakonsultan dengan pengalaman yang cukup dan sejarah kinerja baik yang harusdipertimbangkan.

    Susah mendapatkaninformasi yang relevan

    Pengembang proyek mungkin akan menghadapi beberapa kesulitan dalammendapatkan beberapa informasi/data penting. Misalnya, data Biaya PokokProduksi (BPP) hanya tersedia di kantor PLN setempat dan tidak dipublikasikansehingga pembandingan lokasi proyek yang berbeda menjadi sulit. Pengembangperlu mencari informasi mengenai BPP secara langsung dari kantor PLN setempat,oleh karena itu hubungan kerja yang baik dengan kantor PLN setempat merupakankunci penting.

    Rekomendasi: Pengembang harus mempertimbangkan kantor PLN setempat daritahap awal dan membangun hubungan yang baik. Seorang mitra lokal yangmemiliki koneksi yang luas diperlukan untuk mendapatkan semua data yangrelevan.

    Tahap Tahap ??Daftar Isi Garis Besar Garis Besar

    Halaman 3/5PeraturanTerkait

    Tantangan yang Diidentifikasi

    KeteranganTahap

  • Bab 1 | Pemilihan Lokasi

    Tantangan yang Diidentifikasi< >

    Tantangan Deskripsi

    Ketidakpastian dalampasokan bahan bakubiomassa jangka panjang

    Pasokan bahan baku yang terpercaya dan berkelanjutan sangatlah penting untukproyek tenaga listrik biomassa/biogas. Namun, hal ini dapat menjadi tantanganketika bahan baku dipasok secara eksternal. Pengembang mungkin hanya dapatmembuat perjanjian pasokan bahan bakar (PPB) jangka pendek dengan pemasokbahan baku biomassa lokal. Hal ini dapat menyebabkan beberapa kesulitan karenakantor PLN setempat biasanya mengharapkan PPB jangka panjang. Selain itu, jikaharga bahan baku berfluktuasi secara signifikan, ada risiko bahwa pemasokbiomassa tidak akan mematuhi PPB.

    Rekomendasi: Bila memungkinkan, dianjurkan untuk melibatkan pemasok bahanbaku sebagai pemangku kepentingan proyek atau menggunakan bahan limbah(biologis) yang tidak memiliki atau memiliki nilai komoditas yang rendah secaralangsung pada sumbernya (misalnya limbah air).

    Tahap Tahap ??Daftar Isi Garis Besar Garis Besar

    Halaman 4/5PeraturanTerkait

    Tantangan yang Diidentifikasi

    KeteranganTahap

  • Bab 1 | Pemilihan Lokasi

    Tantangan yang Diidentifikasi Kantor PLN Lokal

    Kabupaten /Kota

    Rincian Sub-Tahap

    Tahap Tahap ??Daftar Isi Garis Besar Garis Besar

  • Bab 1 | Pemilihan Lokasi

    Infrastruktur jaringan listrik yang memadai merupakan salah satu prasyarat kelayakan lokasi proyek untukpembangkit listrik biomassa/biogas. Pengembang harus memeriksa kapasitas jaringan listrik lokal dalam RencanaUsaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) yang diterbitkan setiap tahun oleh PLN.

    Selain itu, penting sekali bahwa lokasi proyek ini sejalan dengan perluasan jaringan listrik dan rencanapengembangan PLN. PLN cenderung menerima dan menyetujui proyek yang konsisten dengan perluasan jaringanlistrik dan rencana pengembangan. Informasi ini juga terdapat dalam RUPTL dan pengembang harus diperiksadengan cermat.

    Catatan: Per April 2014, RUPTL 2013-2022 adalah versi terbaru.

    C1-2

    Cek Kapasitas Jaringan Listrik dan Rencana PLN dalam RUPTL

    Rincian Sub-Tahap

    Tahap Tahap ??Daftar Isi Garis Besar Garis Besar

  • Bab 1 | Pemilihan Lokasi

    Pengembang harus memperoleh data yang terpercaya mengenai potensi bahan baku biomassa lokal. Pasokanbiomassa merupakan faktor penting untuk proyek-proyek tenaga listrik biomassa/biogas. Hal ini harus dipastikansepanjang periode proyek.

    Jenis biomassa, kapasitas bahan baku, dan kualitas biomassa yang dipasok harus diperiksa. Pengembang dapatmelibatkan konsultan lokal yang berpengalaman untuk melakukan penelitian dan evaluasi yang diperlukanmengenai potensi biomassa. Selain itu, pihak berwenang atau masyarakat setempat mungkin dapat memberikaninformasi berharga mengenai potensi biomassa lokal.

    C1-3

    Mendapatkan Informasi tentang Potensi Biomassa LokalRincian Sub-Tahap

    Tahap Tahap ??Daftar Isi Garis Besar Garis Besar

  • Bab 1 | Pemilihan Lokasi

    Pengembang harus menganalisis semua data/informasi yang dimiliki dan melakukan studi pustaka. Hal ini dapatdianggap sebagai proses penyeleksian (short-listing) di mana beberapa lokasi potensial disaring. Studi pustakaharus dilakukan sebelum pelaksanaan survei lokasi sesungguhnya. Proses short-listing harus dilakukan bersama-sama dengan konsultan lokal yang berpengalaman.

    Dalam studi pustaka, beberapa data mungkin tidak tersedia atau tidak memiliki kualitas yang memadai.Pengembang harus mencatat poin-poin tersebut untuk diverifikasi selama survei lokasi. Berdasarkan studipustaka, pengembang proyek harus menyiapkan daftar informasi/data yang akan diperoleh selama kunjunganlapangan. Rencana kegiatan selama survei lokasi harus juga disiapkan.

    C1-4

    Melakukan Studi PustakaRincian Sub-Tahap

    Tahap Tahap ??Daftar Isi Garis Besar Garis Besar

  • Bab 1 | Pemilihan Lokasi

    Survei lokasi harus dilakukan untuk memastikan bahwa kondisi lokasi sebenarnya benar-benar sesuai untukpengembangan proyek. Pengembang harus melakukan survei di lokasi yang sudah di short-list (lihat Sub-TahapC1-4).

    Survei lokasi memungkinkan beberapa aspek untuk diselidiki secara menyeluruh, misalnya akses jalan, kondisijaringan listrik, pengambilan sampel bahan baku biomassa dll. Pengembang proyek harus melibatkanmasyarakat/pemerintah setempat selama survei lokasi dan meminta persetujuan mereka.

    Dianjurkan untuk mempekerjakan konsultan lokal yang berpengalaman untuk membantu dalam tugas-tugas iniatau melakukan survei secara keseluruhan. Pengetahuan mengenai situasi-situasi setempat dan hubungan yangbaik dengan pihak berwenang dan masyarakat setempat merupakan hal yang penting.

    Pengembang proyek juga menggunakan kesempatan ini untuk mengunjungi dan menghubungi beberapa calonpemasok bahan baku biomassa (Sub-Tahap C1-7) dan operator lokal potensial (Sub-Tahap C1-8).

    C1-5

    Melakukan Survei LokasiRincian Sub-Tahap

    Pihak Berwenang yang RelevanPemerintah pusat -

    Provinsi -

    Kabupaten /Kota > Bupati/ Walikota

    Tahap Tahap ??Daftar Isi Garis Besar Garis Besar

  • Bab 1 | Pemilihan Lokasi

    Pengembang harus membuat keputusan akhir mengenai lokasi proyek berdasarkan laporan survei lokasi.Beberapa faktor perlu dipertimbangkan, antara lain:

    - Titik interkoneksi jaringan listrik;- Lokasi proyek sesuai dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) Lihat Sub-Tahap C1-2;- Pasokan Bahan Baku.

    Setelah lokasi proyek ditentukan, pengembang memberitahu masyarakat/pemerintah setempat. Kantor PLNsetempat juga harus diberitahu.

    C1-6

    Membuat keputusan akhir mengenai lokasi proyekRincian Sub-Tahap

    Pihak Berwenang yang RelevanPemerintah pusat -

    Provinsi -

    Kabupaten /Kota > Bupati/Walikota> Kantor PLN setempat

    ?Tahap Tahap ?Daftar Isi Garis Besar Garis Besar

  • Bab 1 | Pemilihan Lokasi

    Pasokan bahan baku biomassa yang dapat diandalkan sangat diperlukan untuk proyek pembangkit listrikbiomassa/biogas. Pengembang harus membuat perjanjian pasokan bahan bakar (PPB) dengan pemasok bahanbaku biomassa lokal. Ini harus dilakukan segera setelah lokasi proyek ditentukan. PPB wajib disampaikan kepadaPLN sebagai bagian dari proposal PJBL (Sub-Tahap C3-1).

    Pengembang harus menyiapkan pelaksanaan tes laboratorium terhadap bahan baku biomassa. Parameterpenting: mis. kapasitas pemanasan, kadar kelembapan dsb harus diukur. Hasil tes laboratorium harus disertakansebagai bagian dari pra-studi kelayakan (pra-F/S) yang akan diserahkan ke kantor PLN setempat untukpermohonan PJBL (Sub-Tahap C3-1). Selain itu, daftar pemasok biomassa potensial di daerah tersebut jugamerupakan dokumen penting untuk mendapatkan pendanaan (Sub-Tahap C5-3).

    C1-7

    Mengontrak Pemasok BiomassaRincian Sub-Tahap

    ?Tahap Tahap ?Daftar Isi Garis Besar Garis Besar

  • Bab 1 | Pemilihan Lokasi

    Untuk proyek biomassa/biogas di Indonesia, seringkali pembangkit listrik dioperasikan olehmasyarakat/perusahaan setempat. Skema ini dapat memberikan kepastian jangka panjang dan berkelanjutanterhadap pengoperasian pembangkit listrik dan mendapatkan sokongan dari masyarakat setempat danpemerintah. Akan tetapi, peningkatan kapasitas harus dipertimbangkan dalam kasus dimanamasyarakat/perusahaan lokal, dan perusahaan-perusahaan lokal, terlibat dalam operasi pembangkit listrik (Sub-Tahap C9-4).

    Dalam kunjungan lapangan, pengembang dapat menggunakan kesempatan ini untuk mengidentifikasi sebuahperusahaan atau masyarakat setempat yang berpotensi dapat mengoperasikan dan memelihara pembangkitlistrik untuk jangka panjang. Lalu, pengembang harus membuat kontrak Operasi dan Pemeliharaan (O&M)dengan operator pembangkit listrik.

    Pengembang dapat bekerjasama dengan masyarakat/perusahaan lokal atau mendirikan perusahaan lain untukmenjadi operator pembangkit listrik. Kontrak resmi dibuat antara perusahaan bertujuan khusus (PBK) untukpengembangan proyek dan perusahaan operator.

    Kontrak dengan perusahaan Operasi dan Pemeliharaan pembangkit listrik biasanya harus disampaikan sebagaibagian dari proposal pinjaman (Sub-Tahap C5-3).

    C1-8

    Mengontrak Operator Pembangkit ListrikRincian Sub-Tahap

    ?Tahap Tahap ?Daftar Isi Garis Besar Garis Besar

  • Bab 1 | Pemilihan Lokasi

    Pra-studi kelayakan (pra-F/S) harus disiapkan sebagai Tahap Akhir dari Pemilihan Lokasi. Faktor-faktor utama yangsecara langsung memengaruhi keberlangsungan proyek secara keseluruhan harus dikaji dengan cermat dalamlaporan. Beberapa masukan dari laporan survei lokasi (Sub-Tahap C1-5) dapat dimasukkan ke dalam laporan pra-F/S. Akan tetapi, laporan pra-F/S hanya akan berfokus pada satu lokasi proyek saja. Pengembang harusmengontrak konsultan ET yang berpengalaman untuk melakukan tugas ini.

    Daftar rekomendasi mengenai isi laporan pra-F/S disediakan (lihat daftar). Hal ini didasarkan pada pengalamanpengembang proyek lokal.

    C1-9

    Memfinalisasi Pra-Studi Kelayakan (pra-F/S)Rincian Sub-Tahap Rekomendasi mengenai materi pra-F/S

    ?Tahap Tahap ?Daftar Isi Garis Besar Garis Besar

  • Bab 1 | Pemilihan Lokasi

    Tidak ada struktur tetap untuk pra-studi kelayakan. Akan tetapi, beberapa rekomendasi mengenai isi laporanadalah:

    > Dampak lokal harus dengan jelas disajikan dalam pra-F/S misalnya penciptaan lapangan kerja lokal, manfaat

    bagi pemasok lokal biomassa dll. Hal ini dapat lebih meyakinkan pemerintah daerah untuk mendukung proyek

    tersebut.

    > Produksi yang dihasilkan oleh pembangkit listrik (dalam MW dan GWh)

    > Jaminan pengoperasian lebih dari satu tahun mis. 80% pengoperasian pembangkit listrik

    > Strategi untuk mendapatkan bahan baku biomassa yang dapat diandalkan. Pengembang proyek harus

    mendaftarkan sebanyak mungkin pemasok biomassa potensial.

    > Sumber air untuk tungku pendidih uap (boiler) (jika ada)

    > Titik interkoneksi jaringan listrik yang memungkinkan

    > Analisis mengenai kebutuhan listrik lokal

    > Risiko dan hambatan utama dan penting untuk pengembangan proyek.

    > Analisis keuangan termasuk perkiraan biaya investasi, hasil investasi (ROI), pendapatan tahunan dari penjualan

    energi, kerangka waktu pengembalian.

    >

    C1-9

    Memfinalisasi Pra-Studi Kelayakan (pra-F/S)Rincian Sub-Tahap Rekomendasi mengenai materi pra-F/S

    ?Tahap Tahap ??Daftar Isi Garis Besar Garis Besar

  • FC

    C2-1

    C2-5

    Mendapatkan Izin Prinsip dari pemerintah daerah

    Mendapatkan Izin Usaha Pemanfaatan Sumber Daya Air

    Pengadaan tanah

    Mendapatkan Izin Lingkungan

    Mendapatkan Izin Lokasi

    Untuk pembangkit listrik dengan boiler besar C2-4

    C2-2

    C2-3

    Bab 2

    Kewenangan Administratif

    Rincian Tahap >

    ?Tahap TahapDaftar Isi Garis Besar Garis Besar

  • Mendapatkan IzinPrinsip dari

    pemerintah daerah

    2

    Mendapatkan IzinLingkungan

    C2-1

    C2-2

    C2-3

    MendapatkanIzin Usaha

    PemanfaatanSumber Daya Air

    Pengadaan tanah

    C2-4

    C2-5

    Mendapatkan IzinLokasi

    Untukpembangkit listrikdengan boilerbesar

    Bab 2

    Kewenangan Administratif

    Rincian Tahap >

    ?

    FC

    Tahap TahapDaftar Isi Garis Besar Garis Besar

  • Bab 2 | Kewenangan Administratif

    Keterangan Tahap

    Kewenangan Administratif termasuk mendapatkan semua lisensi yang diperlukan untuk permohonan Perjanjian Jual BeliListrik (PJBL) serta hak resmi atas tanah tersebut. Prosedur- prosedur dasar harus segera dimulai, setelah lokasi proyekditentukan (Bab 1). Pada akhirnya, harus diperoleh semua lisensi yang diperlukan untuk permohonan PJBL dan sertifikathak atas tanah. Dokumen-dokumen tersebut akan menjadi bagian dari proposal PJBL (Sub-Tahap C3-1) serta proposalpinjaman (Sub-Tahap C5-4). Tahap Fiskal/Hukum Perusahaan (Bab 6) dan Tahap Pembangunan dan Instalasi (Bab 7) dapatdilakukan secara bersamaan.

    Indonesia memiliki struktur pemerintahan yang terdesentralisasi di mana pemerintah daerah (Bupati dan Walikota)bertanggung jawab untuk menerbitkan beberapa lisensi penting. Oleh karena itu, prosedur dan persyaratan yang pastimungkin akan berbeda untuk setiap daerah. Lisensi dan izin tambahan mungkin diperlukan dalam beberapa kasus.Pedoman ini hanya berisi daftar lisensi yang paling penting dan krusial. Pengembang harus memeriksa kembali denganpemerintah lokal apakah diperlukan lisensi atau izin tambahan.

    Dalam Sub-Tahap pertama, pengembang harus mendapatkan Izin Prinsip dari pemerintah daerah yang bersangkutan. Dibeberapa daerah, Izin Lokasi dapat diperoleh pada saat yang sama dengan Izin Prinsip, di wilayah lain, permohonan izinlokasi hanya dapat dilakukan setelah Izin Prinsip diberikan. Pengembang diperbolehkan untuk membeli atau menyewatanah untuk pengembangan proyek setelah izin lokasi diberikan.

    Pada saat yang sama, pengembang harus mengontrak konsultan untuk membuat laporan pengelolaan dan pemantauanlingkungan (UKL-UPL). Izin lingkungan dapat diberikan setelah UKL-UPL disetujui.

    .

    >

    ?

    PeraturanTerkait

    Tantangan yang Diidentifikasi

    KeteranganTahap

    Halaman 1/2

    Tahap TahapDaftar Isi Garis Besar Garis Besar

  • Bab 2 | Kewenangan Administratif

    Keterangan Tahap

    Jika pembangkit listrik akan dilengkapi dengan boiler dan memerlukan pemanfaatan air eksternal, izin pemanfaatansumber daya air juga harus diperoleh. Pengembang dapat mengajukan izin pemanfaatan sumber daya air tepat setelahmendapatkan izin lingkungan.

    Dukungan dari pemerintah daerah dan/atau masyarakat setempat sangat penting untuk pengembangan proyek. Kerangkawaktu untuk mendapatkan lisensi yang diperlukan dapat dipersingkat jika pemerintah daerah secara umum menyetujuikonsep proyek. Namun, pengembang proyek harus memahami bahwa persetujuan dari pemerintah daerah tidak secaraotomatis berarti proyek akan kemudian disetujui oleh PLN.

    ?Tahap TahapDaftar Isi Garis Besar Garis Besar

    PeraturanTerkait

    Tantangan yang Diidentifikasi

    KeteranganTahap

    Halaman 2/2

  • Bab 2 | Kewenangan Administratif

    Peraturan Terkait

    Peraturan No. Nama

    Umum

    UUNo. 32/2004

    Undang-Undang: Pemerintahan Daerah

    PPNo. 38/2007

    Peraturan Pemerintah: Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota

    ?

    ?

    Tahap TahapDaftar Isi Garis Besar Garis Besar

    >PeraturanTerkait

    Tantangan yang Diidentifikasi

    KeteranganTahap

    Halaman 1/8

  • Bab 2 | Kewenangan Administratif

    Peraturan Terkait

    Peraturan No. Nama

    Penggunaan Tanah

    UUNo. 2/2012

    Undang-Undang: Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untukKepentingan Umum

    PERPRESNo. 71/2012

    Peraturan Presiden: Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untukKepentingan Umum

    Catatan: PERPRES No. 71/2012 merupakan perubahan kedua dari PERPRES No. 36/2005 mengenai topik serupa. Perubahan pertama, PERPRES No. 65/2006, dicabut sepenuhnyakecuali Pasal 123.

    PERPRESNo. 65/2006

    Peraturan Presiden: Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untukKepentingan Umum

    Catatan: PERPRES No. 65/2006 merupakan perubahan pertama dari PERPRES No. 36/2005. Peraturan ini telah dicabut oleh PERPRES No. 71/2012 kecuali Pasal 123, yang masih berlaku.

    ?

    ?

    Tahap TahapDaftar Isi Garis Besar Garis Besar

    >PeraturanTerkait

    Tantangan yang Diidentifikasi

    KeteranganTahap

    Halaman 2/8

  • Bab 2 | Kewenangan Administratif

    Peraturan Terkait

    Peraturan No. Nama

    Penggunaan Tanah (lanjutan.)

    PERPRESNo. 36/2005

    Peraturan Presiden: Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untukKepentingan Umum

    KEPRESNo. 55/1993

    Keputusan Presiden: Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum

    PERMEN (Keuangan)No. 58/PMK.02/2008

    Peraturan Menteri (Keuangan): Biaya Panitia Pengadaan Tanah BagiPelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum

    PERMEN (Negara Agraria) /PERKA (Pertahanan Nasional)No. 2/1999

    Peraturan Menteri (Negara Agraria) & Peraturan Pertahanan Nasional: Izin Lokasi

    ?

    ?

    Tahap TahapDaftar Isi Garis Besar Garis Besar

    >PeraturanTerkait

    Tantangan yang Diidentifikasi

    KeteranganTahap

    Halaman 3/8

  • Bab 2 | Kewenangan Administratif

    Peraturan Terkait

    Peraturan No. Nama

    Penggunaan Tanah (lanjutan)

    PERKA (BPN)No. 3/2007

    Peraturan BPN: Ketentuan Pelaksanaan Perpres No. 36/2005 Sebagaimana telah Diubah Dengan Perpres No. 65/2006

    Catatan: PERKA ini merupakan pelaksanaan PERPRES No. 36/2005 (diubah oleh PERPRES No. 65/2006). Peraturan ini masih berlaku bahkan setelah PERPRES No. 71/2012 diterbitkan untuk mengubah PERPRES No. 36/2005 dan PERPRES 65/2006.

    PERKA (BPN)No. 2/2011

    Peraturan BPN: Pedoman Pertimbangan Teknis Pertanahan DalamPenerbitan Izin Lokasi, Penetapan Lokasi dan Izin Perubahan PenggunaanTanah

    ?

    ?

    Tahap TahapDaftar Isi Garis Besar Garis Besar

    >PeraturanTerkait

    Tantangan yang Diidentifikasi

    KeteranganTahap

    Halaman 4/8

  • Bab 2 | Kewenangan Administratif

    Peraturan Terkait

    Peraturan No. Nama

    Penggunaan Air

    UU No. 7/2004

    Undang-Undang: Sumber Daya Air

    PPNo. 38/2011

    Peraturan Pemerintah: Sungai

    PPNo. 42/2008

    Peraturan Pemerintah: Pengelolaan Sumber Daya Air

    PPNo. 82/2001

    Peraturan Pemerintah: Pengelolaan Kualitas Air dan PengendalianPencemaran Air

    PERPRESNo. 33/2011

    Peraturan Presiden: Kebijakan Nasional Pengelolaan Sumber Daya Air

    PERMEN (Pekerjaan Umum)No. 06/PRT/M/2011

    Peraturan Menteri (Pekerjaan Umum): Pedoman Penggunaan SumberDaya Air

    ?

    ?

    Tahap TahapDaftar Isi Garis Besar Garis Besar

    >PeraturanTerkait

    Tantangan yang Diidentifikasi

    KeteranganTahap

    Halaman 5/8

  • Bab 2 | Kewenangan Administratif

    Peraturan Terkait

    Peraturan No. Nama

    Penggunaan Air (lanjutan)

    PERMEN (Pekerjaan Umum)No. 22/PRT/M/2009

    Pedoman Teknis dan Tatacara Penyusunan Pola Pengelolaan SumberDaya Air

    ?

    ?

    Tahap TahapDaftar Isi Garis Besar Garis Besar

    >PeraturanTerkait

    Tantangan yang Diidentifikasi

    KeteranganTahap

    Halaman 6/8

  • Bab 2 | Kewenangan Administratif

    Peraturan Terkait

    Peraturan No. Nama

    Lingkungan

    UU No. 32/2009

    Undang-Undang: Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

    PPNo. 27/2012

    Peraturan Pemerintah: Izin Lingkungan

    PPNo. 150/2000

    Peraturan Pemerintah: Pengendalian Kerusakan Tanah untuk ProduksiBiomassa

    PPNo. 41/1999

    Peraturan Pemerintah: Pegendalian Pencemaran Udara

    PERMEN (Lingkungan)No. 13/2010

    Peraturan Menteri (Lingkungan): Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidupdan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL) dan SuratPernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan LingkunganHidup

    ?

    ?

    Tahap TahapDaftar Isi Garis Besar Garis Besar

    >PeraturanTerkait

    Tantangan yang Diidentifikasi

    KeteranganTahap

    Halaman 7/8

  • Bab 2 | Kewenangan Administratif

    Peraturan Terkait

    Peraturan No. Nama

    Lingkungan (lanjutan)

    PERMEN (Lingkungan)No. 7/2006

    Peraturan Menteri (Lingkungan): Tata Cara Pengukuran Kriteria Baku Kerusakan Tanah Untuk Produksi Biomassa

    ?

    ?

    Tahap TahapDaftar Isi Garis Besar Garis Besar

    PeraturanTerkait

    Tantangan yang Diidentifikasi

    KeteranganTahap

    Halaman 8/8

  • Bab 2 | Kewenangan Administratif

    Tantangan yang Diidentifikasi

    Tantangan Deskripsi

    Prosedur pengadaan tanah yang kompleks dan memakan waktu

    Pengadaan tanah dianggap relevan dengan kepentingan umum dan diatur secaraketat. Keseluruhan proses tersebut kompleks dan memakan waktu karenamelibatkan sejumlah aktor terlibat. Misalnya, sertifikat tanah hanya diberikansampai 1 ha. Jika lahan yang dibutuhkan melebihi 1 ha, harus didapatkan beberapasertifikat tanah.Penerbitan sertifikat hak atas tanah merupakan tanggung jawab Badan PertanahanNasional (BPN) dan pemerintah daerah tidak terlibat dan tidak dapat mendukungproses tersebut.

    Rekomendasi: Pengembang harus melibatkan ahli hukum dalam proses pengadaantanah. Waktu dan sumber daya yang memadai harus dialokasikan untuk Tahap ini.

    ?Tahap TahapDaftar Isi Garis Besar Garis Besar

    >PeraturanTerkait

    Tantangan yang Diidentifikasi

    KeteranganTahap

    Halaman 1/4

  • Bab 2 | Kewenangan Administratif

    Tantangan yang Diidentifikasi

    Tantangan Deskripsi

    Prosedur pengadaan tanah yang kompleks dan memakan waktu (lanjutan)

    (Kasus khusus ketika bahan baku biomassa dipasok oleh industri kelapa sawit)

    Dalam hal ini, lokasi proyek biasanya terletak di daerah pabrik kelapa sawit (PKS).Sertifikat hak atas tanah diterbitkan atas nama POM. Oleh karena itu, mungkinakan sulit untuk mendapatkan sertifikat hak atas tanah atas nama pengembangproyek.Rekomendasi: Salah satu solusi yang mungkin adalah dengan cara membuatkontrak dengan POM mengenai cara pembangkit listrik biomassa/biogas dibangunoleh POM. Kemudian, pembangkit listrik tersebut disewakan kepada pengembangproyek.

    ?Tahap TahapDaftar Isi Garis Besar Garis Besar

    >PeraturanTerkait

    Tantangan yang Diidentifikasi

    KeteranganTahap

    Halaman 2/4

  • Bab 2 | Kewenangan Administratif

    Tantangan yang Diidentifikasi

    Tantangan Deskripsi

    Struktur terdesentralisasi Struktur Pemerintah Indonesia sangat terdesentralisasi. Meskipun hukumditerapkan secara seragam untuk semua daerah, prosedur pelaksanaan mungkinberbeda untuk setiap daerah. Oleh karena itu, pengalaman-pengalaman dariproyek serupa di daerah lain hanya dapat digunakan dengan terbatas. Misalnya,persyaratan, kerangka waktu, dan biaya yang tepat untuk Izin Prinsip dan Izin Lokasiyang berbeda di setiap daerah.

    Rekomendasi: Pengembang proyek harus menyajikan konsep proyek kepadapemerintah daerah dalam tahap awal pengembangan proyek. Pemerintah daerahkemudian dapat memberikan nasihat mengenai prosedur termasuk persyaratan,biaya, dan kerangka waktu yang tepat.

    Biaya yang tidak jelas Untuk beberapa prosedur perizinan, informasi dan peraturan tentang biaya yangterkait tidak diumumkan secara luas atau dipublikasikan.

    Rekomendasi: Pengembang harus mendekati pemerintah daerah untuk memintainformasi tersebut.

    ?Tahap TahapDaftar Isi Garis Besar Garis Besar

    >PeraturanTerkait

    Tantangan yang Diidentifikasi

    KeteranganTahap

    Halaman 3/4

  • Bab 2 | Kewenangan Administratif

    Tantangan yang Diidentifikasi

    Tantangan Deskripsi

    Pemerintah daerah tidakfamilier dengan prosedurperizinan

    Pengenalan layanan "satu pintu" di banyak kantor pemerintah daerah telahmenyederhanakan banyak prosedur perizinan bagi pengembang proyek. Akantetapi, petugas setempat kini harus menangani berbagai jenis lisensi dan tidakselalu memiliki pengalaman dengan prosedur dan persyaratan yang perlu dipatuhioleh pengembang.

    ?Tahap TahapDaftar Isi Garis Besar Garis Besar

    PeraturanTerkait

    Tantangan yang Diidentifikasi

    KeteranganTahap

    Halaman 4/4

  • Bab 2 | Kewenangan Administratif

    Pemerintah daerah menerbitkan Izin Prinsip untuk investor yang berencana untuk melakukan kegiatan usaha didaerah. Sehubungan dengan struktur desentralisasi dari pemerintah, prosedur yang tepat dan dokumen yangdiperlukan untuk permohonan Izin Prinsip bisa berbeda untuk setiap daerah. Izin Prinsip dan Izin Lokasi (Sub-Tahap C2-2) dapat diperoleh pada waktu yang bersamaan di beberapa daerah.

    Surat rekomendasi dari beberapa dinas/lembaga setempat (misalnya Pekerjaan Umum, pertanian, lingkunganhidup dll) mungkin diperlukan untuk permohonan Izin Prinsip. Pengembang disarankan untuk berdiskusi denganpemerintah lokal terlebih dahulu. Pemerintah daerah dapat membantu mengidentifikasi dinas/lembagasetempat terkait yang relevan dan mungkin bersedia untuk membantu dalam pengaturan pertemuan dengandinas/lembaga tersebut.

    C2-1

    Mendapatkan Izin Prinsip dari Pemerintah DaerahRincian Sub-Tahap Dokumen yang Diperlukan

    Pihak Berwenang yang RelevanPemerintah pusat -

    Provinsi -

    Kabupaten /Kota > Bupati/ Walikota

    ?Tahap TahapDaftar Isi Garis Besar Garis Besar

  • Bab 2 | Kewenangan Administratif C2-1

    Mendapatkan Izin Prinsip dari Pemerintah Daerah

    Daftar Dokumen yang Diperlukan

    > Formulir permohonan yang sudah diisiCatatan: Formulir permohonan dibuat oleh masing-masing pemerintah daerah. Formatnya berbeda untuk setiapdaerah. Pengembang harus mendapatkan formulir yang benar dari kantor pemerintah daerah.

    > Kartu identitas pemohon (KTP)

    > Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

    > Proposal yang mendeskripsikan modal investasi dan rencana bisnis

    > Denah lokasi

    Catatan: Pemberian Izin Prinsip merupakan tanggung jawab pemerintah daerah. Oleh sebab itu, prosedur, dokumen yang diperlukan, dan kerangkawaktu dapat berbeda untuk setiap daerah.

    ?Tahap TahapDaftar Isi Garis Besar Garis Besar

    Rincian Sub-Tahap Dokumen yang Diperlukan

  • Bab 2 | Kewenangan Administratif

    Izin Lokasi merupakan instrumen yang digunakan oleh pemerintah daerah untuk mengontrol pengadaan tanaholeh perusahaan di wilayah yang berada di bawah tanggung jawab pemerintah daerah. Di Indonesia, pengadaandan pemanfaatan tanah dianggap sebagai kepentingan publik dan diatur oleh pemerintah daerah. Izin lokasi akanmemungkinkan pengembang untuk membeli atau menyewa tanah untuk pembangunan pembangkit listrik.Pengembang harus menginformasikan mengenai kemajuan dalam pengadaan tanah kepada BPN Kabupaten/Kotasetiap tiga bulan sekali.

    Sama halnya dengan Izin Prinsip (Sub-Tahap C2-1), prosedur, dokumen yang diperlukan, dan kerangka waktuuntuk mendapatkan Izin Lokasi dapat berbeda untuk setiap daerah. Di beberapa daerah, Izin Prinsip dan IzinLokasi dapat diperoleh pada saat yang bersamaan.

    C2-2

    Mendapatkan Izin LokasiRincian Sub-Tahap

    Pihak Berwenang yang RelevanPemerintah pusat -

    Provinsi -

    Kabupaten / Kota > Bupati/Walikota> BPN Kabupaten/Kota

    ?Tahap TahapDaftar Isi Garis Besar Garis Besar

    Dokumen yang Diperlukan

  • Bab 2 | Kewenangan Administratif C2-2

    Mendapatkan Izin Lokasi

    Daftar Dokumen yang Diperlukan

    > Formulir permohonan yang sudah diisiCatatan: Formulir permohonan dibuat oleh masing-masing pemerintah daerah. Formatnya berbeda untuk setiapdaerah. Pengembang harus mendapatkan formulir yang benar dari kantor pemerintah daerah.

    > Izin prinsip dari pemerintah daerahCatatan: Lihat Sub-Tahap C2-1

    > Anggaran Dasar Perusahaan

    > Kartu identitas pemohon (KTP)

    > Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

    > Sketsa tanah yang diperlukan

    > Deskripsi Proyek

    Catatan: Pemberian Izin Prinsip merupakan tanggung jawab pemerintah daerah. Oleh sebab itu, prosedur, Dokumen yang Diperlukan, dan kerangkawaktu dapat berbeda untuk setiap daerah.

    ?Tahap TahapDaftar Isi Garis Besar Garis Besar

    Rincian Sub-Tahap Dokumen yang Diperlukan

  • Bab 2 | Kewenangan Administratif

    Untuk proyek pembangkit listrik biomassa/biogas dengan kapasitas hingga 10 MW, pengembang tidak harusmelakukan studi dampak lingkungan (AMDAL). Akan tetapi, pengembang diwajibkan untuk menyiapkan laporanpengelolaan dan pemantauan lingkungan (UKL-UPL). UKL-UPL adalah penilaian dampak lingkungan yang miripdengan AMDAL, tetapi dapat digunakan untuk kegiatan yang tidak memiliki risiko yang signifikan terhadaplingkungan. Prosedur untuk mendapatkan UKL-UPL jauh lebih sederhana daripada untuk AMDAL.

    Pengembang harus mengontrak konsultan lokal untuk menyiapkan UKL-UPL. Izin lingkungan akan diberikandengan persetujuan UKL-UPL. Pihak berwenang yang menyetujui UKL-UPL, juga menerbitkan Izin Lingkungan.

    Pihak berwenang yang relevan untuk Sub-Tahap ini bisa berbeda. Hal ini tergantung pada batas dampaklingkungan yang disebabkan oleh pembangunan proyek.

    C2-3

    Mendapatkan Izin LingkunganRincian Sub-Tahap

    Pihak Berwenang yang RelevanPemerintah pusat Pihak berwenang yang berbeda di tingkat yang berbeda merupakan pihak yang

    relevan pada Sub-Tahap ini, tergantung pada batas dampak lingkungan proyek.

    Provinsi

    Kabupaten / Kota

    ?

    Lihat detail

    Tahap TahapDaftar Isi Garis Besar Garis Besar

    Dokumen yang Diperlukan

  • Bab 2 | Kewenangan Administratif C2-3

    Mendapatkan Izin Lingkungan

    Pihak Berwenang yang Relevan

    > Bupati/Walikota> Komite evaluasi UKL-UPL di tingkat kabupaten/kota

    KabupatenA

    KabupatenB

    KabupatenC

    KabupatenD

    (Provinsilain)

    KabupatenA

    KabupatenB

    KabupatenC

    KabupatenD

    (Provinsilain)

    KabupatenA

    KabupatenB

    KabupatenC

    KabupatenD

    (Provinsilain)

    Dampak lingkungan dibatasi dalamKabupaten A saja

    Dampak lingkungan di Kabupaten A dan Kabupaten C (keduanya terletakdi provinsi yang sama)

    Dampak lingkungan di Kabupaten A, Kabupaten C, dan Kabupaten D (di provinsi yang berbeda)

    Persetujuan izin lingkungan danevaluasi UKL-UPL berada di bawahyurisdiksi Kabupaten yang bersangkutan (dalam hal ini, Kabupaten A)

    Persetujuan izin lingkungan danevaluasi UKL-UPL berada di bawahyurisdiksi Pemerintah Provinsi yang bersangkutan (dalam hal ini, Provinsidimana Kabupaten A dan C terletak)

    Persetujuan izin lingkungan danevaluasi UKL-UPL berada di bawahyurisdiksi pemerintah pusat.

    Pihak Berwenang yang Relevan

    > Gubernur> Komite evaluasi UKL-UPL di tingkatprovinsi

    Pihak Berwenang yang Relevan

    > Kementerian Lingkungan> Komite evaluasi UKL-UPL di tingkat nasional

    Keterangan wilayah dampak lingkungan yang disebabkan oleh proyek

    Tahap TahapDaftar Isi Garis Besar Garis Besar ?

    Rincian Sub-Tahap Dokumen yang Diperlukan

  • Bab 2 | Kewenangan Administratif C2-3

    Mendapatkan Izin Lingkungan

    Daftar Dokumen yang Diperlukan

    > Akta Pendirian

    > Profil Usaha

    > Laporan pengelolaan dan pemantauan lingkungan (UKL-UPL)

    ?Tahap TahapDaftar Isi Garis Besar Garis Besar

    Rincian Sub-Tahap Dokumen yang Diperlukan

  • Bab 2 | Kewenangan Administratif

    Untuk proyek biomassa/biogas yang membutuhkan pasokan air eksternal untuk boilernya (biasanya, untukkapasitas terpasang lebih dari 3 MW)

    Izin pemanfaatan sumber daya air diperlukan jika pembangkit listrik menggunakan sumber air saat beroperasi.Tergantung pada skala badan air yang akan digunakan oleh pembangkit listrik, beberapa pihak berwenang yangberbeda bertanggung jawab untuk memberikan izin.

    C2-4

    Mendapatkan Izin Pemanfaatan Sumber Daya AirRincian Sub-Tahap

    Pihak Berwenang yang RelevanPemerintah pusat Pihak berwenang yang berbeda di tingkat yang berbeda merupakan pihak yang

    relevan pada Sub-Tahap ini, tergantung pada batas badan air yang digunakan dalamproyek.

    Provinsi

    Kabupaten / Kota

    ?

    Lihat detail

    Tahap TahapDaftar Isi Garis Besar Garis Besar

    Dokumen yang Diperlukan

  • Bab 2 | Kewenangan Administratif C2-4

    Mendapatkan Izin Pemanfaatan Sumber Daya AirRincian Sub-Tahap

    Pihak Berwenang yang Relevan

    > Dinas Pekerjaan Umum tingkat Kabupaten/Kota

    KabupatenA

    KabupatenB

    KabupatenC

    KabupatenD

    (Provinsilain)

    KabupatenA

    KabupatenB

    KabupatenC

    KabupatenD

    (Provinsilain)

    KabupatenA

    KabupatenB

    KabupatenC

    KabupatenD

    (Provinsilain)

    Badan air yang digunakan olehproyek ini berada di Kabupaten A

    Badan air yang digunakan olehproyek ini berada di Kabupaten A dan Kabupaten C (keduanya terletakdi provinsi yang sama)

    Badan air yang digunakan olehproyek ini berada di Kabupaten A, Kabupaten C, dan Kabupaten D (terletak di provinsi yang berbeda)

    Persetujuan izin pemanfaatan sumberdaya air berada di bawah yurisdiksiKabupaten yang bersangkutan (dalamhal ini, Kabupaten A)

    Persetujuan izin pemanfaatan sumberdaya air berada di bawah yurisdiksiPemerintah Provinsi yang bersangkutan (dalam hal ini, Provinsidimana Kabupaten A dan C terletak)

    Persetujuan izin pemanfaatan sumberdaya air berada di bawah yurisdiksipemerintah pusat.

    Pihak Berwenang yang Relevan

    > Dinas Pekerjaan Umum tingkatProvinsi

    Pihak Berwenang yang Relevan

    > Kementerian Pekerjaan Umum

    Keterangan badan air yang akan digunakan oleh proyek

    ?Tahap TahapDaftar Isi Garis Besar Garis Besar

    Dokumen yang Diperlukan

  • Bab 2 | Kewenangan Administratif C2-4

    Mendapatkan Izin Pemanfaatan Sumber Daya Air>Halaman 1/2

    Daftar Dokumen yang Diperlukan

    > Surat permohonan

    > Kartu identitas pemohon (KTP)

    > Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

    > Izin PrinsipCatatan: Lihat Sub-Tahap C2-1

    > Izin LokasiCatatan: Lihat Sub-Tahap C2-2

    > Izin LingkunganCatatan: Lihat Sub-Tahap C2-3

    > Bukti pembayaran pajak terakhir

    > Surat Pernyataan yang menunjukkan bahwa badan air tersebut dapat dimanfaatkan olehmasyarakat (dari lembaga/pemerintah daerah yang bersangkutan)

    > Peta lokasi (skala 1:10000)

    > Peta rinci (skala 1:1000)

    > Tujuan pemanfaatan air

    Rincian Sub-Tahap

    ?Tahap TahapDaftar Isi Garis Besar Garis Besar

    Dokumen yang Diperlukan

  • Bab 2 | Kewenangan Administratif C2-4

    Mendapatkan Izin Pemanfaatan Sumber Daya Air Lokasi dan penjelasan teknis mengenai metode pembuangan air

    > Rekomendasi dari instansi daerah berikut:1. Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kab. Siak2. Dinas Pekerjaan Umum Kab. Siak3. Badan Lingkungan Hidup Kab. Siak4. Bagian Adm. SDA Setda Kab. Siak

    Rincian Sub-Tahap

    ?Tahap TahapDaftar Isi Garis Besar Garis Besar

    Dokumen yang Diperlukan Halaman 2/2

  • Bab 2 | Kewenangan Administratif

    Tahap ini meliputi pengadaan tanah (beli atau sewa) termasuk hak atas tanah yang bersangkutan. Pengembangharus mendapatkan Hak Milik (HM) atau Hak Guna Bangunan (HGB) atas tanah tersebut. Hanya warga negaraIndonesia atau badan hukum Indonesia (yang seluruhnya dimiliki atau dikontrol oleh warga negara Indonesia)yang bisa mendapatkan HM. Investor asing hanya dapat memperoleh HGB. Keduanya diberikan oleh BPNKabupaten/Kota.

    Pengembang harus menghindari tanah yang mencakup lebih dari satu kabupaten/kota atau provinsi. Dalam kasusseperti itu, akan lebih banyak pihak berwenang yang terlibat dalam proses tersebut. Pengadaan tanah dapatmenjadi proses yang kompleks dan memakan waktu, pengembang harus meluangkan waktu yang cukup untukSub-Tahap ini. Pengembang juga dianjurkan untuk mengontrak penasehat hukum untuk membantu dalam prosesini.

    Pengembang hanya dapat membeli atau menyewa tanah setelah Izin Lokasi (Sub-Tahap C2-2) diberikan.

    C2-5

    Pengadaan tanahRincian Sub-Tahap

    Pihak Berwenang yang RelevanPemerintah pusat -

    Provinsi -

    Kabupaten / Kota > BPN Kabupaten/Kota

    ?Tahap TahapDaftar Isi Garis Besar Garis Besar

  • FC

    C3-1

    C3-2

    C3-6

    C3-7

    Mengajukan proposal untuk PJBL

    Melakukan studi kelayakan

    Menegosiasikan harga jual

    Harga jual disetujui

    Menandatangani PJBL

    Mekanisme Penunjukan Langsung

    Dalam kasus dimana harga jual lebih tinggi dari FiT

    Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Sementara (C4-1)

    Jaminan Pelaksanaan Pertama (C5-1)

    C3-5

    C3-4Menegosiasikan kerangka waktukesepakatan harga, titikinterkoneksi jaringan listrik

    C3-3

    Persetujuan Penunjukan Langsung

    Perjanjian Jual Beli Listrik

    Bab 3Rincian Tahap >

    ?Tahap TahapDaftar Isi Garis Besar Garis Besar

  • Mengajukanproposal untuk PJBL

    PersetujuanPenunjukan

    Langsung

    Melakukan studi kelayakan

    C3-1 C3-2

    C3-3

    Menegosiasikan kerangka waktu kesepakatanharga, titik interkoneksi jaringan listrik

    Menegosiasikanharga jual

    C3-4

    C3-5

    Harga jualdisetujui

    MenandatanganiPJBL

    C3-6

    C3-7

    Saat pengembangproyek menginginkanharga jual yang lebih

    tinggi dari Fit

    Jaminan PelaksanaanPertama (C5-1)

    Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Sementara(C4-1)

    Bab 3

    Perjanjian Jual Beli ListrikMekanisme Penunjukan Langsung

    Rincian Tahap >

    ?

    FC

    Tahap TahapDaftar Isi Garis Besar Garis Besar

  • Bab 3 | Perjanjian Jual Beli Listrik

    Keterangan Tahap

    Perjanjian Jual Beli Listrik (PJBL) adalah kontrak yang mengikat secara hukum antara pengembang dan PLN. Dalam Tahapini, pengembang harus menyiapkan proposal PJBL, memfinalisasi studi kelayakan (F/S), bernegosiasi dengan PLNmengenai harga jual (jika memungkinkan), titik interkoneksi jaringan listrik, dan kerangka waktu kesepakatan harga jual.Hasil dari Tahap ini adalah PJBL yang ditandatangani antara pengembang dan PLN. Ini akan diperlukan untuk PersetujuanKeuangan (Sub-Tahap C5-6) dan permohonan untuk mendapatkan Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (Sub-Tahap C4-2).Pengembang proyek harus melaksanakan Tahap PJBL dengan segera setelah menyelesaikan Tahap KewenanganAdministratif (Bab 2). Pada saat yang sama, Tahap Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (Bab 4) dan Tahap Pendanaan(Bab 5) juga harus dilakukan.

    Dalam tahap pertama, pengembang harus mengajukan permohonan PJBL ke kantor PLN setempat. Setelah dievaluasi,kantor PLN setempat meneruskan proposal PJBL ke PLN pusat. Jika PLN Pusat setuju, sebuah surat persetujuanpembelian akan diterbitkan untuk pengembang sementara usulan PJBL tersebut diteruskan kepada Kementerian Energidan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk mendapatkan persetujuan akhir. Setelah menerima surat persetujuanpembelian, pengembang dapat menyelesaikan studi kelayakan (F/S) yang dibutuhkan untuk penandatangan PJBL. Padasaat yang bersamaan, negosiasi mengenai kerangka waktu kesepakatan harga penjualan dan titik interkoneksi jaringanlistrik harus dilakukan dengan kantor PLN setempat.

    Jika pengembang bermaksud untuk menjual listrik dengan harga lebih tinggi daripada Harga Pembelian Tenaga Listrik (FiT)yang ditentukan, harga tersebut harus dinegosiasikan dengan kantor PLN setempat. Setelah itu, harga penjualan yangdisepakati harus disetujui oleh Kementerian (ESDM). PJBL hanya dapat ditandatangani setelah F/S difinalisasi, izin usahapenyediaan tenaga listrik sementara diberikan (Sub-Tahap C4-1), dan jaminan pelaksanaan pertama sudah didapatkan(Sub-Tahap C5-1).

    ?Tahap TahapDaftar Isi Garis Besar Garis Besar

    >PeraturanTerkait

    Tantangan yang Diidentifikasi

    KeteranganTahap

    Halaman 1/2

  • Bab 3 | Perjanjian Jual Beli Listrik

    Keterangan Tahap

    Investasi sektor swasta dalam sektor tenaga listrik Indonesia diatur oleh PP No. 14/2012 Hal ini dapat dilakukan melaluitiga mekanisme: pelelangan umum, penunjukan langsung atau pemilihan langsung. Akan tetapi, mekanisme penunjukanlangsung biasanya digunakan untuk proyek listrik biomassa/biogas hingga 10 MW. Indonesia juga menerapkan FiT tetapuntuk proyek biomassa/biogas dengan kapasitas kapasitas maksimum 10 MW melalui PERMEN ESDM No. 4/2012.Peraturan ini mewajibkan PLN untuk membeli seluruh tenaga listrik yang dihasilkan dari sumber energi terbarukan (ET)dengan harga tetap. Akan tetapi, dalam prakteknya, PLN masih bisa menolak pembelian listrik jika terbukti tidak layaksecara teknis atau ekonomis.

    Baca informasi lebih lanjut tentang Jaminan Harga Indonesia (Harga Pembelian Tenaga Listrik)

    ?Tahap TahapDaftar Isi Garis Besar Garis Besar

    Halaman 2/2

  • Bab 3 | Perjanjian Jual Beli Listrik

    Peraturan Terkait

    Peraturan No. Nama

    UUNo. 30/2009

    Undang-Undang: Ketenagalistrikan

    PPNo. 14/2012

    Peraturan Pemerintah: Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik

    PERMEN (ESDM)No. 4/2007

    Peraturan Menteri (ESDM): Perubahan atas Peraturan Menteri Energidan Sumber Daya Mineral Nomor 001 Tahun 2006

    Catatan: PERMEN (ESDM) No. 4/2007 merupakan perubahan atas PERMEN (ESDM) No. 1/2006

    ?

    ?

    SingkatanESDM: Energi dan Sumber Daya Mineral;

    Tahap TahapDaftar Isi Garis Besar Garis Besar

    >Halaman 1/2PeraturanTerkait

    Tantangan yang Diidentifikasi

    KeteranganTahap

  • Bab 3 | Perjanjian Jual Beli Listrik

    Peraturan Terkait

    Peraturan No. Nama

    PERMEN (ESDM)No. 1/2006

    Peraturan Menteri (ESDM): Prosedur Pembelian Tenaga Listrik dan/atauSewa Menyewa Jaringan dalam Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untukKepentingan Umum

    Catatan: Beberapa bagian dari PERMEN (ESDM) No 1/2006 diubah oleh PERMEN (ESDM) No. 4/2007). Yang lainnya masih berlaku.

    PERMEN (ESDM)No. 5/2009

    Peraturan Menteri (ESDM): Pedoman Harga Pembelian Tenaga Listrikoleh PT PLN (PERSERO) dari Koperasi atau Badan Usaha Lain

    PERMEN (ESDM)No. 4/2012

    Peraturan Menteri (ESDM): Harga Pembelian Tenaga Listrik oleh PT PLN (PERSERO) dari Pembangkit Tenaga Listrik yang Menggunakan EnergiTerbarukan Skala Kecil dan Menengah atau Kelebihan Tenaga Listrik

    ?

    ?

    SingkatanESDM: Energi dan Sumber Daya Mineral;

    Tahap TahapDaftar Isi Garis Besar Garis Besar

    Halaman 2/2

  • Bab 3 | Perjanjian Jual Beli Listrik

    Tantangan yang Diidentifikasi

    Tantangan Deskripsi

    Tanggung jawab yang tidakjelas mengenai salurantransmisi

    Tidak ada peraturan yang jelas tentang siapa harus menanggung biaya transmisi antarapembangkit listrik biomassa/biogas dan jaringan listrik PLN. Masalah ini penting, terutama jikapembangkit listrik ini terletak jauh dari titik interkoneksi jaringan listrik. Kemungkinan untukmelaksanakan mekanisme pembagian biaya untuk saluran transmisi dapat dinegosiasikan dengankantor lokal PLN; namun, hal ini biasanya sulit untuk dilakukan.

    Rekomendasi: Pengembang harus berkonsultasi dengan kantor PLN setempat selama PemilihanLokasi dalam rangka mengidentifikasi titik interkoneksi yang memungkinkan. Hal ini dapatmembantu untuk menghindari jarak yang jauh antara pembangkit listrik dan titik interkoneksi.Dalam kasus dimana pembangkit listrik dibangun di daerah dengan permintaan listrik yang tinggi,maka akan lebih mungkin bahwa PLN setuju untuk berbagi biaya saluran transmisi denganpengembang proyek.

    Titik interkoneksi Tidak ada peraturan yang jelas mengenai titik interkoneksi ke jaringan listrik. PLN berhak untukmenentukan titik intekoneksi ke jaringan listrik, yang terkadang bisa sangat jauh dari lokasipembangkit listrik.

    Rekomendasi: Pengembang harus berkonsultasi dengan kantor PLN setempat selama PemilihanLokasi untuk mengidentifikasi titik interkoneksi yang memungkinkan. Hal ini dapat membantuuntuk menghindari jarak yang jauh antara pembangkit listrik dan titik interkoneksi

    ?Tahap TahapDaftar Isi Garis Besar Garis Besar

    >Halaman 1/3PeraturanTerkait

    Tantangan yang Diidentifikasi

    KeteranganTahap

  • Bab 3 | Perjanjian Jual Beli Listrik

    Tantangan yang Diidentifikasi

    Tantangan Deskripsi

    Harga Pembelian Tenaga Listrik yang kurang menarik

    FiT relatif rendah dan membuat investasi pembangkit listrik biomassa/biogasmenarik hanya dalam keadaan yang sangat kondusif. Selain itu, FiT tampaknya tidakakan mengalami penyesuaian dari waktu ke waktu. Pengembang atau investormenanggung risiko terkait nilai tukar mata uang dan inflasi. Negosiasi dengan PLNmengenai kenaikan FiT dimungkinkan; namun, hal ini umumnya sulit dilakukan.

    Prosedur yang memakanwaktu

    Keseluruhan proses PJBL bisa memakan waktu yang relatif lama dan tidak adaperbedaan prosedural antara proyek berskala besar dan berskala kecil. Oleh karenaitu bagian biaya transaksi yang terkait dengan PJBL relatif tinggi untuk proyek-proyek yang lebih kecil.

    Pengalaman buruk dengan proyek-proyek sebelumnya

    Beberapa kantor PLN setempat memiliki pengalaman buruk dengan beberapaproyek yang gagal, hal ini membuat PLN lebih berhati-hati dalam mengevaluasiproposal PJBL. Hal ini terutama berlaku untuk pengembang proyek baru yangtidak memiliki sejarah/pengalaman proyek yang memadai. Dalam beberapa kasus,PLN membuat persyaratan yang sangat ketat untuk proses permohonan proposalPJBL dengan meminta banyak dokumen.Rekomendasi: Pra-studi kelayakan yang berkualitas tinggi perlu dikembangkan dandisajikan untuk permohonan PJBL. Pengembang proyek yang tidak memilikisejarah/pengalaman proyek yang signifikan di Indonesia disarankan untukbergabung dengan konsultan-konsultan (lokal) yang berpengalaman.

    ?Tahap TahapDaftar Isi Garis Besar Garis Besar

    >Halaman 2/3

  • Bab 3 | Perjanjian Jual Beli Listrik

    Tantangan yang Diidentifikasi

    Tantangan Deskripsi

    Ketidaktahuan mengenaiPJBL biomassa/biogas

    Di beberapa daerah, kantor PLN setempat mungkin belum memiliki banyakpengalaman dengan biomassa/biogas atau proyek listrik ET lainnya. Petugassetempat mungkin belum mengetahui prosedur yang tepat. Hal ini dapatmemperlambat proses secara signifikan.

    Perubahan peraturan Karena perkembangan sektor ET Indonesia berjalan dengan cepat danberkelanjutan, peraturan yang ada sering disesuaikan atau diubah. Hal iniberpotensi menyebabkan ketidakpastian bagi pengembang dan investor.

    ?Tahap TahapDaftar Isi Garis Besar Garis Besar

    Halaman 3/3

  • Bab 3 | Perjanjian Jual Beli Listrik

    Pengembang proyek mengajukan proposal PJBL ke kantor PLN setempat. Permohonan tersebut akan dievaluasioleh kantor PLN setempat dengan melakukan Kajian Kelayakan Operasi (KKO), Kajian Kelayakan Finansial (KKF),dan Kajian Risiko (KR). Saat hasilnya dirasa memuaskan, kantor PLN setempat akan meneruskan permohonantersebut beserta hasil kajian mereka ke kantor PLN pusat (Departemen Energi Terbarukan).

    Permohonan PJBL harus disertai dengan bukti finansial. Pengembang harus menunjukan bahwa 10% dari biayaproyek minimum sudah tersedia di rekening bank khusus. Selain itu, bank harus menerbitkan surat jaminan yangmenyatakan bahwa dana tersebut hanya dapat digunakan untuk pengembangan proyek.

    C3-1

    Mengajukan Proposal PJBLRincian Sub-Tahap

    Pihak Berwenang yang RelevanPemerintah pusat > PLN pusat (Divisi Energi Terbarukan)

    Provinsi> Kantor PLN setempat

    Kabupaten / Kota

    ?Tahap TahapDaftar Isi Garis Besar Garis Besar

    Dokumen yang Diperlukan

  • Bab 3 | Perjanjian Jual Beli Listrik C3-1

    Mengajukan Proposal PJBL

    Daftar Dokumen yang Diperlukan (1)

    Dokumen administrasi dan teknis

    > Surat permohonan ke PLN

    > Kartu identitas pemohon (KTP)

    > Akta pendirian perusahaan yang resmi

    > Profil perusahaan

    > Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

    > Pra-studi kelayakan (pra-F/S) Catatan: Lihat Sub-Tahap C1-9

    > Izin Prinsip dari pemerintah daerah Catatan: Lihat Sub-Tahap C2-1

    > Rincian peralatan utama dari produsenCatatan: Harus dipastikan bahwa dapat dilaksanakan operasi terus-menerus selama lebih dari 15.000 jam

    > Penyeleksian 3 perusahaan EPCCatatan: Perusahaan-perusahaan EPC tersebut harus memiliki pengalaman yang cukup dalam pengembanganpembangkit listrik dengan kapasitas minimal 50% dari kapasitas proyek saat ini (dalam MW)

    >Rincian Sub-Tahap

    ?Tahap TahapDaftar Isi Garis Besar Garis Besar

    Dokumen yang Diperlukan Halaman 1/2

  • Bab 3 | Perjanjian Jual Beli Listrik C3-1

    Mengajukan Proposal PJBL

    Daftar Dokumen yang Diperlukan

    Dokumen administrasi dan teknis (lanjutan)

    > Kapasitas pembangkit listrik [MW]

    > Konfigurasi utama pembangkit listrikCatatan: Gardu listrik PLN yang akan terhubung dengan pembangkit listrik harus ditunjukkan dengan jelas

    > Rincian jaringan distribusi yang menghubungkan pembangkit listrik ke gardu PLN

    > Draft PJBL yang sudah ditandatanganiCatatan: Template PJBL dapat diperoleh dari kantor PLN setempat

    > Perjanjian pasokan bahan bakar (PPB) Catatan: Tes laboratorium biomassa harus disertakan, Lihat Sub-Tahap C1-7

    > Kontrak operator pembangkit listrikCatatan: Lihat Sub-Tahap C1-8

    > Penyelidikan tanahCatatan: Lihat Sub-Tahap C7-2

    Harga Jual

    > Harga Jual dalam IDR/kWh tanpa tarif penyesuaian

  • Bab 3 | Perjanjian Jual Beli Listrik

    Jika PLN pusat menyetujui hasil evaluasi yang dilakukan oleh kantor PLN setempat, proposal penunjukanlangsung diajukan ke Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk mendapatkan persetujuan.Pada tahap ini, kantor PLN setempat mengeluarkan surat persetujuan pembelian resmi agar para pengembangdapat melakukan persiapan studi kelayakan (F/S) (Sub-Tahap C3-3).

    Pengembang proyek akan diberitahu bila Kementerian (ESDM) memberikan Persetujuan Penunjukan Langsung.Setelah Persetujuan Penunjukan Langsung diperoleh, pengembang proyek dapat mengajukan permohonan IzinUsaha Penyediaan Tenaga Listrik Sementara (IUPTL/S) di Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan (Sub-Tahap C4-1)

    C3-2

    Persetujuan Penunjukan LangsungRincian Sub-Tahap

    Pihak Berwenang yang RelevanPemerintah pusat > PLN pusat (Divisi Energi Terbarukan)

    > Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)

    Provinsi> Kantor PLN setempat

    Kabupaten / Kota

    ?Tahap TahapDaftar Isi Garis Besar Garis Besar

  • Bab 3 | Perjanjian Jual Beli Listrik

    Ketika pengembang proyek menerima surat 'persetujuan pembelian' dari kantor PLN setempat (Sub-Tahap C3-2),studi kelayakan (F/S) dapat segera disusun dan diselesaikan. F/S harus diselesaikan sebelum penandatangananPJBL (Sub-Tahap C3-7). Pengembang dapat mengontrak konsultan ET yang berpengalaman untuk mempersiapkanF/S.

    C3-3

    Melakukan studi kelayakanRincian Sub-Tahap

    ?Tahap TahapDaftar Isi Garis Besar Garis Besar

  • Bab 3 | Perjanjian Jual Beli Listrik

    Pengembang harus bernegosiasi dengan PLN mengenai kerangka waktu kesepakatan harga jual serta mencapaikesepakatan mengenai titik interkoneksi. Selain itu, biaya untuk saluran transmisi yang menghubungkanpembangkit listrik ke titik interkoneksi ditentukan dari hasil negosiasi. Sebagai patokan, saat panjang melebihi 8km, kemungkinan besar mekanisme pembagian biaya akan diterapkan. Jika panjang kurang dari 8 km,kemungkinan besar pengembang diharuskan untuk menanggung biayanya.

    Jika nilai proyek melebihi Rp 50 miliar (kurang lebih 4 juta USD, Apr 2014), kantor PLN setempat harusmendapatkan Izin Prinsip dari Direksi PLN pusat sebelum penandatanganan PJBL (Sub-Tahap C3-7). Untuk nilaiproyek kurang dari Rp 50 miliar, Direktur Umum dari kantor PLN setempat dapat menyetujui harga tersebut dankemudian menandatangani PJBL.

    Keterangan: Izin Prinsip yang dimaksud adalah dokumen internal PLN. Jangan sampai tertukar dengan Izin Prinsip dari pemerintah daerah atauIzin Prinsip unuk investasi.

    C3-4

    Menegosiasikan Kerangka Waktu Kesepakatan Harga Jual, Titik Interkoneksi Jaringan Listrik

    Rincian Sub-Tahap

    Pihak Berwenang yang RelevanPemerintah pusat > PLN pusat (Divisi Energi Terbarukan)

    Provinsi> Kantor PLN setempat

    Kabupaten / Kota

    ?Tahap TahapDaftar Isi Garis Besar Garis Besar

  • Bab 3 | Perjanjian Jual Beli Listrik

    Hanya jika pengembang proyek ingin menjual listrik dengan harga yang lebih tinggi dari FiT

    Penjualan listrik ke PLN dengan harga lebih tinggi dari FiT yang ditetapkan oleh PERMEN (ESDM) No. 4/2012.Pengembang proyek harus bernegosiasi dengan kantor PLN setempat untuk mencapai kesepakatan mengenaiharga jual. Hasil negosiasi harga harus diusulkan ke Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untukmendapatkan persetujuan.

    C3-5

    Menegosiasikan Harga JualRincian Sub-Tahap

    Pihak Berwenang yang RelevanPemerintah pusat > PLN pusat (Divisi Energi Terbarukan)

    Provinsi> Kantor PLN setempat

    Kabupaten / Kota

    ?Tahap TahapDaftar Isi Garis Besar Garis Besar

  • Bab 3 | Perjanjian Jual Beli Listrik

    Hanya jika pengembang proyek ingin menjual listrik dengan harga yang lebih tinggi dari FiT

    Setelah negosiasi harga dengan PLN (Sub-Tahap C3-5), harga jual yang disepakati harus diajukan kepadaKementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk mendapatkan persetujuan. Kantor PLN setempatakan meneruskan dokumen ini kepada Kementerian (ESDM). Pengembang wajib menindaklanjuti persetujuan ini.

    C3-6

    Menegosiasikan Harga JualRincian Sub-Tahap

    Pihak Berwenang yang RelevanPemerintah pusat > PLN pusat (Divisi Energi Terbarukan)

    > Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)

    Provinsi> Kantor PLN setempat

    Kabupaten / Kota

    ?Tahap TahapDaftar Isi Garis Besar Garis Besar

  • Bab 3 | Perjanjian Jual Beli Listrik

    Penandatanganan Perjanjian Jual Beli Listrik (PJBL) dapat dilakukan segera setelah harga jual disetujui olehMenteri ESDM (Sub-Tahap C3-6) (dalam kasus dimana harga jual lebih tinggi daripada FiT yang ditetapkan) atausetelah studi kelayakan (F/S) difinalisasi (Sub-Tahap C3-3) dan kesepakatan mengenai kerangka waktukesepakatan harga jual dan titik interkoneksi telah dicapai (Sub-Tahap C3-4).

    Sebelum PJBL dapat ditandatangani, pengembang proyek juga harus mendapatkan Jaminan Pelaksanaan Pertamadari bank (Sub-Tahap C5-1) dan Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Sementara (IUPTL Sementara) (Sub-TahapC4-1)

    C3-7

    Menandatangani PJBLRincian Sub-Tahap

    Pihak Berwenang yang RelevanPemerintah pusat -

    Provinsi> kantor PLN setempat

    Kabupaten / Kota

    ?Tahap TahapDaftar Isi Garis Besar Garis Besar

    Dokumen yang Diperlukan

  • Bab 3 | Perjanjian Jual Beli Listrik C3-7

    Daftar Dokumen yang Diperlukan

    Dari pengembang proyek

    > Persetujuan Penunjukan Langsung Lihat Sub-Tahap C3-2

    > Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Sementara (IUPTL/S) Catatan: Lihat Sub-Tahap C4-1

    > Jaminan Pelaksanaan PertamaCatatan: Lihat Sub-Tahap C5-1

    > Rekening koran yang menunjukkan bahwa minimal 10% dari biaya investasi telah tersedia

    > Lisensi yang diperlukanCatatan: Lisensi/izin yang penting tercantum dalam Bab 2

    Dari PLN

    > Kajian Kelayakan Operasi (KKO), Kajian Kelayakan Finansial (KKF), dan Kajian Risiko (KR). Catatan: Semuanya disiapkan oleh kantor PLN setempat, Lihat Sub-Tahap C3-2

    (Jika nilai proyek melebihi Rp 50 miliar, kurang lebih 4 juta USD - per April 2014)

    > Izin Prinsip PLN pusat ditandatangani oleh Direksi Catatan: Lihat Sub-Tahap C3-4

    Rincian Sub-Tahap

    ?Tahap TahapDaftar Isi Garis Besar Garis Besar

    Dokumen yang Diperlukan

    Menandatangani PJBL

  • FC

    C4-1

    Mendapatkan Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Sementara (IUPTL/S)

    Mendapatkan Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (permanen) (IUPTL)

    C4-2

    PersetujuanPenunjukan Langsung(C3-2)

    IzinMendirikan

    Bangunan(IMB) (C7-6)

    Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik

    Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik

    Bab 4Rincian Tahap > Bab 4 Rincian Tahap >

    SingkatanIMB: Izin Mendirikan Bangunan;IUPTL: Izin Usaha Penyediaan Tenaga ListrikIUPTL/S: Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Sementara

    ?Tahap TahapDaftar Isi Garis Besar Garis Besar

  • Mendapatkan Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik

    Sementara (IUPTL/S)

    Mendapatkan Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik

    (permanen) (IUPTL)

    C4-1 C4-2

    Persetujuan Penunjukan

    Langsung(C3-2)

    Izin MendirikanBangunan (IMB) (C7-6)

    Bab 4Rincian Tahap > Bab 4 Rincian Tahap >

    Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik

    Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik

    ?

    FC

    SingkatanIMB: Izin Mendirikan Bangunan;IUPTL: Izin Usaha Penyediaan Tenaga ListrikIUPTL/S: Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Sementara

    Tahap TahapDaftar Isi Garis Besar Garis Besar

  • Bab 4 | Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik

    Keterangan Tahap

    Dalam Tahap Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik, pengembang perlu mendapatkan izin untuk menjalankan usaha listrikdan menghasilkan listrik di Indonesia. Tahap ini terbagi menjadi dua bagian. Pertama, harus mendapatkan Izin UsahaPenyediaan Tenaga Listrik Sementara (IUPTL/S). Hal ini harus dilakukan segera setelah diterimanya PersetujuanPenunjukan Langsung (Sub-Tahap C3-2). IUPTL/S diperlukan sebelum penandantangan PJBL (Sub-Tahap C3-7).

    Kedua, harus mendapatkan Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (permanen) (IUPTL). Hal ini dapat dilakukan pada tahapberikutnya, setelah Izin Mendirikan Bangunan (IMB) diberikan (Sub-Tahap C7-6). IUPTL harus diperoleh sebelum tanggaluntuk tanggal operasi komersial (COD) (Sub-Tahap C8-3)

    Istilah IUPTL baru saja diperkenalkan oleh PP No. 14/2012. Peraturan pelaksanaan mengenai IUPTL telah diterbitkan padatahun 2013 dalam PERMEN No. 35/2013.

    ?Tahap TahapDaftar Isi Garis Besar Garis Besar

    PeraturanTerkait

    Tantangan yang Diidentifikasi

    KeteranganTahap

  • Bab 4 | Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik

    Peraturan Terkait

    Peraturan No. Nama

    UUNo. 30/2009

    Undang-Undang: Ketenagalistrikan

    PP No. 14/2012

    Peraturan Pemerintah: Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik

    PERMEN (ESDM)No. 35/2013

    Peraturan Menteri: Tata Cara Perizinan Usaha Ketenagalistrikan

    ?

    ?

    Tahap TahapDaftar Isi Garis Besar Garis Besar

    PeraturanTerkait

    Tantangan yang Diidentifikasi

    KeteranganTahap

  • Bab 4 | Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik

    Tantangan yang Diidentifikasi

    There is no Tantangans being identified

    Tantangan Deskripsi

    - Tidak ada tantangan signifikan.

    ?Tahap TahapDaftar Isi Garis Besar Garis Besar

    PeraturanTerkait

    Tantangan yang Diidentifikasi

    KeteranganTahap

  • Bab 4 | Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik

    Setelah persetujuan penunjukan langsung diberikan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)(Sub-Tahap C3-2), pengembang proyek dapat mengajukan permohonan Izin Usaha Penyediaan Tenaga ListrikSementara (IUPTL/S). IUPTL/S harus diperoleh sebelum penandatanganan PJBL (Sub-Tahap C3-7). IUPTL/S berlakuselama dua tahun dan setelah itu harus diubah menjadi Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (permanen) (IUPTL)(Sub-Tahap C4-2)

    Keseluruhan proses memakan waktu sekitar 30 hari setelah penyerahan dokumen secara lengkap. Permohonantersebut harus diajukan kepada Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, Kementerian Energi dan Sumber DayaMineral (ESDM)

    C4-1

    Mendapatkan Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Sementara (IUPTL/S)

    Rincian Sub-Tahap

    Pihak Berwenang yang RelevanPemerintah pusat > Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan (Kementerian Energi

    dan Sumber Daya Mineral; ESDM)

    Provinsi -

    Kabupaten / Kota -

    ?Tahap TahapDaftar Isi Garis Besar Garis Besar

    Dokumen yang Diperlukan

  • Bab 4 | Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik C4-1

    Mendapatkan Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Sementara (IUPTL/S)

    Daftar Dokumen yang Diperlukan

    > Formulir permohonan yang sudah diisi

    > Identitas pemohon (KTP)

    > Akta pendirian

    > Profil perusahaan

    > Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

    > Pra-studi kelayakanCatatan: Lihat Sub-Tahap C1-9

    > Jenis pembangkit listrik dan kapasitas terpasang

    > Jadwal pembangunan

    > Izin LokasiCatatan: Lihat Sub-Tahap C2-2

    > Surat Penunjukan LangsungCatatan: Lihat Sub-Tahap C3-2

    Rincian Sub-Tahap

    ?Tahap TahapDaftar Isi Garis Besar Garis Besar

    Dokumen yang Diperlukan

  • Bab 4 | Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik

    Setelah PJBL ditandatangani (Sub-Tahap C3-7) dan semua lisensi yang diperlukan sudah diperoleh termasuk IzinMendirikan Bangunan (IMB) (Sub-Tahap C7-6), pengembang proyek dapat mengajukan permohonan Izin UsahaPenyediaan Tenaga Listrik (permanen) (IUPTL). Pengembang proyek harus membuktikan bahwa lokasi proyeksesuai dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL ) (Lihat Bab 1)

    IUPTL berlaku selama 15 tahun. Pengembang proyek harus memperoleh IUPTL sebelum tanggal operasi komersial(COD) pembangkit listrik (Sub-Tahap C8-3). Sama halnya dengan Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Sementara(IUPTL/S), IUPTL akan diberikan oleh Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan. Keseluruhan proses memakan waktusekitar 30 hari setelah penyerahan dokumen secara lengkap.

    C4-2

    Mendapatkan Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (permanen) (IUPTL)

    Pihak Berwenang yang RelevanPemerintah pusat > Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan (Kementerian Energi

    dan Sumber Daya Mineral; ESDM)

    Provinsi -

    Kabupaten / Kota -

    Rincian Sub-Tahap

    ?Tahap TahapDaftar Isi Garis Besar Garis Besar

    Dokumen yang Diperlukan

  • Bab 4 | Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik C4-2

    Mendapatkan Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (permanen) (IUPTL)

    Daftar Dokumen yang Diperlukan

    > Formulir permohonan yang sudah diisi

    > Identitas pemohon (KTP)

    > Akta pendirian

    > Profil perusahaan

    > Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

    > Perjanjian PinjamanCatatan: Lihat Sub-Tahap C5-4

    > Studi KelayakanCatatan: Lihat Sub-Tahap C3-3

    > Denah lokasi termasuk peta situasionalCatatan: Lihat Sub-Tahap C7-1

    > Diagram garis tunggal

    > Jenis pembangkit listrik dan kapasitas terpasang

    > Jadwal pembangunan dan operasional

    >Rincian Sub-Tahap

    ?Tahap TahapDaftar Isi Garis Besar Garis Besar

    Dokumen yang Diperlukan Halaman 1/2

  • Bab 4 | Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik C4-2

    Mendapatkan Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (permanen) (IUPTL)

    Daftar Dokumen yang Diperlukan

    (Jika harga jual lebih tinggi daripada Harga Pembelian Tenaga Listrik yang ditetapkan)

    > Harga jual listrik yang disetujuiCatatan: Lihat Sub-Tahap C3-6

    > Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup-Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL) yang disetujui

    Catatan: Lihat Sub-Tahap C2-3

    > Izin Mendirikan Bangunan (IMB)Catatan: Lihat Sub-Tahap C7-6

    > Izin Prinsip dari pemerintah daerahCatatan: Lihat Sub-Tahap C2-1

    > Lisensi/izin lain yang diperlukanCatatan: Lisensi/izin penting tercantum dalam Bab 2

  • FC

    C5-3

    C5-6

    Mendapatkan Jaminan PelaksanaanPertama

    Mengajukan proposal pinjaman

    Evaluasi bank/mendapatkan perjanjian pinjaman

    PersetujuanKeuangan

    Membuka rekening escrow

    PJBL yang sudah ditandatangani(C3-7)

    Kontrak EPC(C7-4)

    C5-5Mendapatkan JaminanPelaksanaan Kedua

    C5-1

    C5-2

    C5-4

    Pendanaan

    Bab 5Rincian Tahap >

    ?

    PersetujuanKeuangan

    Tahap TahapDaftar Isi Garis Besar Garis Besar

  • Mendapatkan Jaminan

    PelaksanaanPertama

    Mengajukan proposal pinjaman

    C5-1

    C5-2

    C5-3

    Evaluasibank/mendapatkanperjanjian pinjaman

    MendapatkanJaminan

    Pelaksanaan Kedua

    C5-4

    C5-5

    PersetujuanKeuangan

    C5-6PJBL yang sudah ditandatangani (C3-7)

    Kontrak EPC(C7-4)

    Membuka rekening escrow

    Pendanaan

    Bab 5 Rincian Tahap >

    PJBL yang sudah ditandatangani(C3-7)

    ?

    FC

    PersetujuanKeuangan

    Tahap TahapDaftar Isi Garis Besar Garis Besar

  • Bab 5 | Pendanaan

    Keterangan Tahap

    Tahap Pendanaan diawali dengan mendapatkan pinjaman dari bank/investor untuk memenuhi persyaratan keuanganyang ditetapkan oleh PLN seperti Jaminan Pelaksanaan atau rekening escrow. Dalam Tahap ini, pengembang proyek harusmendapatkan dua Jaminan Pelaksanaan, membuka rekening escrow, mengajukan proposal pinjaman ke bank, danmendapatkan Persetujuan Keuangan.

    Pertama, pengembang harus mendapatkan Jaminan Pelaksanaan pertama sebelum penandantanganan dari PerjanjianJual Beli Listrik (PJBL). Setelah PJBL ditandatangani (Sub-Tahap C3-7), pengembang harus membuka rekening escrow dandapat, pada saat yang sama, mengajukan proposal pinjaman ke bank/investor. Tidak ada kerangka peraturan yangspesifik, tidak ada sejarah kinerja dan tidak ada standar umum mengenai pendanaan proyek ET di Indonesia. Oleh karenaitu, setiap bank dapat meminta dokumen yang berbeda untuk dimasukkan dalam proposal pinjaman.

    Setelah bank menyetujui pinjaman, Persetujuan Keuangan bisa diperoleh. Untuk biaya terkait proyek, sebelumPersetujuan Keuangan, pengembang dapat menggunakan rekening escrow, tetapi rekening ters