potensi biomassa sebagai bahan bakar pembangkit … · sumber bahan bakar pembangkit tenaga...
TRANSCRIPT
POTENSI BIOMASSA SEBAGAI BAHAN BAKAR
PEMBANGKIT LISTRIK DI KELURAHAN PULAU
PANGGANG KECAMATAN KEPULAUAN SERIBU UTARA
MOCHAMAD FAHMI ARIF
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Potensi Biomassa
sebagai Bahan Bakar Pembangkit Listrik di Kelurahan Pulau Panggang
Kecamatan Kepulauan Seribu Utara adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor. Bogor, April 2016
Mochamad Fahmi Arif
E44100063
ABSTRAK
MOCHAMAD FAHMI ARIF. Potensi Biomassa sebagai Bahan Bakar
Pembangkit Listrik di Kelurahan Pulau Panggang Kecamatan Kepulauan Seribu
Utara. Dibimbing oleh ULFAH JUNIARTI SIREGAR dan JAJANG SURYANA.
Biomassa sebagai bahan bakar banyak dimanfaatkan oleh masyarakat di
daerah terpencil di Indonesia dimana pemanfaatannya masih terbatas untuk
penggunaan rumah tangga dalam bentuk kayu bakar dan arang. Penelitian ini
bertujuan untuk menduga potensi biomassa yang tersimpan di Kelurahan Pulau
Panggang Kecamatan Kepulauan Seribu Utara dan potensinya sebagai bahan
bakar pembangkit listrik. Analisis vegetasi dilakukan untuk mendapatkan data
komposisi tegakan untuk pendugaan biomassa. Estimasi energi listrik yang
dihasilkan dilakukan dengan cara menghitung energi yang tersimpan dalam
biomassa setelah diolah menjadi wood pellet dan digunakan dalam mesin
pembangkit listrik dengan efisiensi 40%. Hasil annalisis vegetasi menunjukkan
jenis yang paling dominan adalah Casuarina equisetifolia diikuti oleh jenis
Leucacena leucocephala dan Acacia crassicarpa. Hasil pendugaan biomassa
didapatkan biomassa sebesar 247.45 ton/ha di Pulau Karya, 986.13 ton/ha di
Pulau Pramuka, dan 798.59 ton/ha di Pulau Ayer. Total biomassa sebesar 2032.17
ton dapat menghasilkan energi listrik sebesar 2980.51 MWh. Pengembangan
hutan tanaman di Kepulauan Seribu sebagai sumber bahan bakar berkelanjutan
tidak memungkinkan karena keterbatasan lahan.
Kata kunci: biomassa, energi, wood pellet
ABSTRACT
MOCHAMAD FAHMI ARIF. Potency of Biomass in Kelurahan Pulau Panggang
Kecamatan Kepulauan Seribu Utara as Fuel for Electricity Generation. Supervised
by ULFAH JUNIARTI SIREGAR and JAJANG SURYANA.
Biomass as fuel used extensively by people in remote areas in Indonesia but
limited to residence sector in the form of fuel wood and charcoal for daily use.
This study estimates the biomass stored in Kelurahan Pulau Panggang Kecamatan
Kepulauan Seribu Utara and its potential as fuel for power plant. Vegetation
analysis contucted to study stand composition and to collect data for biomass
estimation. Electricity produced from biomass estimated by converting biomass
into wood pellet and used in power plant with 40% eficiency. The most dominant
species are Casuarina equisetifolia followed by Leucacena leucocephala and
Acacia crassicarpa. This study shows that there is 247.45 ton/ha, 986.13 ton/ha,
and 798.59 ton/ha of biomass stored in Karya, Pramuka, and Ayer island
repectively. A total of 2032.17 ton biomass could be used to generate 2980.51
MWh of electricity. The development of plantation forest as a source of renewable
fuel for electricity cannot be conducted in this archipelago because the lack of
land availability.
Keywords: biomass, energy, wood pellet
POTENSI BIOMASSA SEBAGAI BAHAN BAKAR
PEMBANGKIT LISTRIK DI KELURAHAN PULAU
PANGGANG KECAMATAN KEPULAUAN SERIBU UTARA
MOCHAMAD FAHMI ARIF
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Silvikultur
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang membahas
seputar potensi biomassa yang dapat berperan sebagai bahan bakar pembangkit
listrik skala kecil di daerah kepulauan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Ulfah Juniarti Siregar, MAgr
dan Dr Ir Jajang Suryana, MSc selaku pembimbing. Terima kasih juga penulis
sampaikan kepada perpustakaan, Google Scholar, teman-teman, dan keluarga
yang telah memberikan informasi dan dukungan sehingga karya ilmiah ini dapat
diselesaikan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, April 2016
Mochamad Fahmi Arif
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR viii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 1
METODE 2
Waktu dan Lokasi 2
Alat dan Bahan 2
Prosedur Penelitian 3
Analisis Vegetasi 3
Pendugaan Potensi Biomassa Tegakan 4
Pendugaan Potensi Energi Listrik 4
HASIL DAN PEMBAHASAN 5
Profil Kelurahan Pulau Panggang 5
Analisis Vegetasi Pulau Karya 6
Analisis Vegetasi Pulau Pramuka 6
Analisis Vegetasi Pulau Ayer 7
Analisis Vegetasi Ketiga Pulau 8
Pendugaan Potensi Biomassa dan Potensi Energi 9
Hutan Tanaman untuk Kebutuhan Listrik 10
SIMPULAN DAN SARAN 11
Simpulan 11
Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 12
LAMPIRAN 13
RIWAYAT HIDUP 14
DAFTAR TABEL
1 Nilai BEF default menurut Panduan IPCC (2003) 4
2 Potensi biomassa di tiga pulau 9
3 Potensi energi dari biomassa dalam bentuk wood pellet 9
4 Perbandingan pemenuhan kebutuhan energi dengan hutan tanaman 5 tahun P.
falcataria dan A. cadamba 10
DAFTAR GAMBAR
1 Lokasi penelitian 2
2 Pola petak pengamatan 3
3 Indeks nilai penting Pulau Karya 6
4 Indeks nilai penting Pulau Pramuka 7
5 Indeks nilai penting Pulau Ayer 8
6 Indeks nilai penting keseluruhan 8
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Energi terbarukan gencar dikembangkan sebagai alternatif dari energi fosil
yang jumlahnya terbatas dan terus berkurang. Energi terbarukan tersebut
diantaranya adalah sinar matahari, angin, panas bumi, dan biomassa. Salah satu
sumber energi terbarukan dan banyak terdapat di daerah terpencil di Indonesia
adalah biomassa.
Konsumsi energi dari biomassa di Indonesia mencapai 18% dari total
konsumsi energi total, dimana konsumsi tersebut terbatas pada sektor rumah
tangga dalam bentuk kayu bakar dan arang (ESDM 2014). Sedangkan konsumsi
energi dalam bentuk energi listrik dari PLN di Indonesia berasal dari pembangkit
listrik dengan bahan bakar fosil sebesar 88% sedangkan sisanya merupakan 8%
tenaga air dan 5% tenaga panas bumi (ESDM 2014). Pemanfaatan biomassa
sebagai sumber energi memiliki potensi yang bagus sebagaimana yang diutarakan
Dewan Energi Nasional bahwa Indonesia memiliki potensi energi baru dan
terbarukan dari biomassa yang cukup besar yaitu sekitar 50 GW energi (DEN
2010).
Biomassa sebagai bahan bakar dimanfaatkan energinya oleh rumah tangga
dalam bentuk kayu bakar untuk memasak sedangkan dalam industri pertanian dan
kehutanan pemanfaatan biomassa yang merupakan limbah industri digunakan
untuk menggerakkan industri tersebut (DEN 2010). Potensinya yang besar, baru
dan terbarukan, dan pemanfaatannya yang masih terbatas menunjukkan peluang
biomassa dapat dikembangkan menjadi sumber bahan bakar yang berkelanjutan.
Salah satu bentuk pemanfaatan biomassa sebagai bahan bakar yang berkelanjutan
adalah pemanfaatan biomassa sebagai bahan bakar pembangkit listrik terutama
untuk daerah terpencil yang belum teraliri listrik.
Penggunaan biomassa sebagai bahan bakar pembangkit listrik akan
mendorong pertumbuhan luas hutan tanaman termasuk hutan tanaman yang
ditanam khusus untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar pembangkit listrik.
Biomassa yang memiliki bentuk beragam, seperti limbah daun dan ranting,
memiliki potensi peningkatan efisiensi jika digunakan dalam bentuk olahan yang
seragam seperti wood pellet. Wood pellet sebagai cara menyeragamkan biomassa
yang ada memiliki sifat yang lebih kering dan lebih kecil mempermudah
pembakaran, penyimpanan, dan distribusi, serta memiliki energi panas yang lebih
besar jika dibandingkan dengan biomassa sebelum diolah.
Tujuan
Penelitian ini dilakukan untuk menduga potensi biomassa di Kelurahan
Pulau Panggang Kecamatan Kepulauan Seribu Utara yang dapat berperan sebagai
sumber bahan bakar pembangkit tenaga listrik.
2
METODE
Waktu dan Lokasi
Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2015 di Pulau Pramuka, Pulau
Panggang, Pulau Karya dan Pulau Ayer, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan
Kepulauan Seribu Utara, Provinsi DKI Jakarta.
Gambar 1 Lokasi penelitian
Gambar 1 merupakan lokasi penelitian di Kelurahan Pulau Panggang
Kecamatan Kepulauan Seribu Utara di Pulau Karya, Pulau Pramuka, Pulau
Panggang, dan Pulau Ayer. Pulau Ayer tidak/belum tersedia di peta terletak
sekitar 4 km di sebelah barat daya Pulau Pramuka.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pita ukur (150 cm),
meteran (30 meter), haga hypsometer, tali rafia, kamera, kompas, tally sheet.
Bahan yang digunakan adalah tegakan di Pulau Karya, Pulau Pramuka, dan Pulau
Ayer, serta buku Laporan Bulanan Pemerintah Kelurahan Pulau Panggang untuk
Bulan Juni 2015.
Pulau Pramuka
Pulau Karya
Pulau Panggang
3
Prosedur Penelitian
Analisis Vegetasi Analisis vegetasi dilakukan dengan menggunakan metode jalur berpetak
sebanyak 15 petak dalam 3 jalur di 3 pulau yaitu Pulau Pramuka, Pulau Karya dan
Pulau Ayer dimana petak berukuran 20 m x 20 m digunakan untuk mengukur
pohon dan petak ukuran 10 m x 10 m digunakan untuk mengukur tiang dengan
gambaran petak seperti pada Gambar 2. Data yang diambil dalam analisis vegetasi
yaitu diameter pohon setinggi dada, tinggi total pohon, dan tinggi bebas cabang
pohon. Jenis yang masih pada tingkat pancang dan semai tidak diambil sebagai
data karena data yang digunakan hanya jenis yang memiliki diameter ≥10 cm.
Pengambilan data dilakukan
Gambar 2 Pola petak pengamatan
Teknik jalur berpetak dalam penelitian ini dipilih meskipun hutannya
merupakan hutan tanaman karena luas hutan dan bentuk hutan yang kurang
mendukung. Bentuk hutan di Pulau Ayer sebagai contoh, memiliki lahan yang
bentuknya lonjong memanjang dengan lebar tidak lebih dari 25 m sehingga
apabila menggunakan plot lingkaran dengan jari-jari 17.8 m, maka akan ada
bagian plot yang merupakan laut. Selain itu, penggunaan teknik jalur berpetak
dipilih untuk melihat jenis vegetasi yang ditanam di tepi pantai hingga ke dalam
hutan. Analisis vegetasi dilakukan di tiga pulau yaitu Pulau Karya, Pulau Pramuka
dan Pulau Ayer. Analisis vegetasi dilakukan di tiga pulau tersebut karena ketiga
pulau tersebut memiliki luasan hutan yang cukup dan jarak yang tidak terlampau
jauh.
Data analisis vegetasi tingkat tiang dan pohon diolah untuk mengetahui
komposisi tegakan tersebut yang digambarkan oleh Indeks Nilai Penting (INP).
INP diperoleh dari penjumlahan Kerapatan Relatif (KR), Dominansi Relatif (DR),
dan Frekuensi Relatif (FR) dengan rumus INP = KR + DR + FR.
Kerapatan (K) = ∑ individu suatu jenis
luas petak contoh ha
KR = kerapatan suatu jenis
kerapatan seluruh jenis
Dominansi (D) = ∑ lbds suatu jenis
luas petak contoh ha
DR = dominansi suatu jenis
dominansi seluruh jenis
Frekuensi (F) = ∑ plot ditemukan suatu jenis
jumlah seluruh plot
4
FR = frekuensi suatu jenis
frekuensi seluruh jenis
Hasil perhitungan INP digunakan untuk mengetahui dominansi suatu jenis
terhadap jenis lain dalam tegakan tersebut yang selanjutnya dapat digunakan
sebagai acuan jenis mana yang dapat tumbuh dan potensinya untuk dikembangkan
di Kepulauan Seribu.
Pendugaan Potensi Biomassa Tegakan Pendugaan biomassa tegakan dilakukan dengan mengolah data diameter
pohon setinggi dada dan tinggi total pohon menggunakan Panduan IPCC (2003)
dalam Krisnawati (2012). Pendekatan ini digunakan karena ketidaktersediaan
persamaan alometrik untuk mengukur volume atau biomassa pohon serta BEF
tegakan digunakan karena ketidak tersediaan data BEF spesifik suatu jenis pohon.
Rumus pendugaan biomassa tersebut yaitu:
Biomassa tegakan = ∑(Volume pohon × WD) × BEF tegakan Keterangan:
Biomassa tegakan = biomassa atas permukaan tanah (ton/ha)
Volume (m3)
WD = kerapatan kayu (ton/m3)
BEF = biomass expansion factor (Tabel 1)
Tabel 1Nilai BEF default menurut Panduan IPCC (2003)
Zona Iklim Tipe Hutan Minimum Dbh (cm) BEF (dengan kulit)
Tropis Pinus 10 1.3 (1.2 – 4.0)
Daun Lebar 10 3.4 (2.0 – 9.0)
Volume pohon dalam rumus biomassa tegakan dihitung menggunakan
rumus (Krisnawati 2012):
V ( bh
)
Keterangan:
V = volume pohon dalam m3
π = 3.14
Dbh = diameter pohon setinggi dada dalam cm
H = tinggi pohon dalam m
F = angka bentuk (0.6)
Rumus tersebut digunakan untuk mengukur volume pohon karena data yang
tersedia hanya diameter pohon setinggi dada dan tinggi total pohon. Menurut
Krisnawati (2012) angka bentuk dapat menggunakan angka bentuk umum 0.6
apabila tidak tersedia angka bentuk spesifik suatu jenis pohon.
Pendugaan Potensi Energi Listrik Pendugaan potensi energi listrik menggunakan pendekatan biomassa
sebagai bahan bakar yang terlebih dahulu diubah menjadi wood pellet (WP) yang
selanjutnya digunakan sebagai bahan bakar dalam mesin pembangkit listrik tenaga
uap. Potensi energi listrik dari biomassa hasil pendugaan dihitung kemampuannya
5
untuk memenuhi kebutuhan energi listrik di Kelurahan Pulau Panggang
Kecamatan Kepulauan Seribu Utara.
Potensi biomassa hasil perhitungan dihitung energinya sebagai bahan bakar
pembangkit energi listrik. Biomassa diubah menjadi WP yang memiliki energi
19.8 MJ/kg (Payne 1980). Biomassa dikonversi menjadi WP dengan nilai 1.5 ton
biomassa diperlukan untuk membuat 1 ton WP (Sjoding 2013).
WP sebagai bahan bakar digunakan untuk membangkitkan energi listrik.
Energi dari WP dalam satuan MJ diubah menjadi energi dalam satuan kWh,
satuan yang digunakan dalam listrik, dengan konversi 1 kWh = 3.6 MJ
(Thompson 2008). Mesin pembangkit listrik tenaga uap yang digunakan
diasumsikan memiliki efisiensi 40 % (Fung 1979) yang berarti energi listrik yang
dihasilkan hanya 40 % dari energi bahan bakar yang digunakan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Kelurahan Pulau Panggang
Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur provinsi DKI Jakarta Nomor:
1986/2000 tanggal 27 Juli 2000, tentang Pemecahan, Pembentukan, Penetapan
Batas dan Nama Kelurahan di Kecamatan Kepulauan Seribu Wilayah Kotamadya
Jakarta Utara Provinsi DKI Jakarta, Kelurahan Pulau Panggang memiliki luas
wilayah sebesar 62.10 ha. Kelurahan Pulau Panggang merupakan gugusan pulau-
pulau yang terdiri dari 13 pulau. Pulau Panggang dan Pulau Pramuka merupakan
dua pulau yang menjadi pemukiman penduduk. Pulau lainnya memiliki
peruntukannya masing-masing seperti untuk peristirahatan, pariwisata,
perkantoran, pemakaman dan mercusuar.
Kelurahan Pulau Panggang memiliki 5 RW dengan pembagian 3 RW 21 RT
di Pulau Panggang dan 2 RW 8 RT di Pulau Pramuka. Pulau Panggang memiliki
luas 9 ha dengan sebagian besar penggunaan lahan sebagai pemukiman penduduk
dengan jumlah penduduk sebanyak 4219 orang. Pulau Pramuka yang memiliki
luas 16 ha berperan sebagai pusat administrasi Kecamatan Kepulauan Seribu
Utara dengan fasitilas perkantoran, rumah sakit dan sekolah menengah atas satu-
satunya di Kepulauan Seribu. Selain sebagai pusat administrasi, Pulau Pramuka
juga merupakan permukiman dengan penduduk sebanyak 1813 orang.
Kebutuhan listrik sebanyak 1789 kepala keluarga di wilayah Kecamatan
Kepulauan Seribu Utara terpenuhi oleh instalasi listrik bawah laut dari PLN.
Instalasi listrik bawah laut sudah menjangkau pulau-pulau di wilayah Kepulauan
Seribu kecuali Pulau Sebira yang berada di paling utara Kepulauan Seribu.
Rumah-rumah warga di Pulau Panggang dan Pulau Pramuka rata-rata sudah
menggunakan listrik 1300 watt dan hanya sebagian kecil masih menggunakan 900
watt dengan penggunaan sekitar Rp150 000.- hingga Rp225 000.- setiap bulannya.
Warga menyebutkan bahwa listrik bawah laut sudah memasok listrik dengan
stabil tanpa sering mati listrik.
6
Analisis Vegetasi Pulau Karya
Pulau Karya merupakan pulau yang diperuntukan sebagai kantor
(kepolisian) dan tempat pemakaman umum (TPU). Pulau ini memiliki luas 6 ha
dengan hutan yang menjadi tempat analisis vegetasi berada di sebelah barat laut
pulau dengan luas sekitar 1.6 ha. Hutan ini berbatasan dengan TPU di sebelah
selatan dan perkantoran di sebelah timur. Hutan ini merupakan hutan tanaman
yang ditanam sekitar tahun 2006 setelah proyek pembuatan panel surya selesai
dilaksanakan.
Survei langsung di lapangan menunjukkan hutan terdiri dari pohon
Casuarina equisetifolia di daerah tepi pantai sementara di bagian dalam ditanami
jenis Leucacena leucocephala, Acacia crassicarpa, Hibiscus tilliaceus, dan
Terminalia catappa. Secara sekilas hutan ini tampak seperti hutan alam dimana di
dalamnya terkesan tak tersentuh, serasah yang berserakan dan trubusan dari
tunggak pohon yang telah tumbang.
Gambar 3 Indeks nilai penting Pulau Karya
Gambar 3 merupakan INP hasil analisis vegetasi di Pulau Karya. Hasil
analisis vegetasi menunjukkan pohon yang tumbuh mendominasi di dalam hutan
adalah jenis A. crassicarpa dan L. leucocephala dengan INP sebesar 116.68 %
dan 96.03 % diikuti oleh Hbiscus sp. dengan INP sebesar 36.19 %. Pohon C.
equisetifolia banyak ditemukan di plot 1 yang letaknya di pantai dengan INP
51.11 % untuk kelas pohon dan 61.12 % untuk kelas tiang. INP untuk kelas tiang
yang paling besar adalah jenis L. leucocephala sebesar 167.67 % diikuti oleh jenis
C. equisetifolia, T. catappa, dan A. crassicarpa.
Analisis Vegetasi Pulau Pramuka
Pulau Pramuka merupakan pusat dari Kecamatan Kepulauan Seribu Utara.
Pulau Pramuka utamanya diperuntukkan sebagai pusat administrasi. Selain itu
pulau ini juga merupakan pulau pemukiman yang memiliki fasilitas penunjang
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
Per
senta
se I
NP
Pohon
Tiang
7
berupa rumah sakit, SMA satu-satunya di Kepulauan Seribu, dan kantor
pemerintahan. Pulau ini memiliki luas 16 ha dengan hutan yang tersisa seluas
sekitar 1.8 ha berada di sebelah utara pulau.
Hutan di Pulau Pramuka ini merupakan hutan tanaman hak milik dimana
pemilik lahan sengaja membiarkan keberadaan hutan tersebut disaat lahan lain di
pulau sudah menjadi pemukiman dan penginapan. Dilihat dari ukuran pohon
terbesar di hutan ini, C. equisetifolia berdiameter 74.48 cm, diperkirakan hutan ini
sudah ada lebih dari 20 tahun. Bagian dalam hutan ini ditanami oleh jenis T.
catappa, Calophyllum inophyllum, A. crassicarpa, Guettarda spesiosa, L.
leucocephala dan Bruguiera sp.. Pohon-pohon di hutan ini memiliki ukuran yang
lebih besar dibandingkan dengan dua pulau lainnya dengan rata-rata ukuran
sekitar 36 cm dan tinggi maksimal 27 m.
Gambar 4 Indeks nilai penting Pulau Pramuka
Hasil analisis vegetasi (Gambar 4) menunjukkan jenis pohon di dalam hutan
di Pulau Pramuka tumbuh merata dengan INP 68.65 % untuk T. catappa, 58.73 %
untuk A. crassicarpa, dan 45.89 % untuk G. spesiosa serta 88.34 % untuk C.
equisetifolia yang berada di pinggir pantai. Jenis A. crassicarpa mendominasi
pada tingkat tiang dengan INP 183.63 % diikuti jenis L. leucocephala dan H.
tilliaceus dengan INP 66.08 % dan 50.29 %. Meskipun tidak diukur, di sekitar
pohon A. crassicarpa dewasa terlihat sejumlah anakannya pada tingkat semai dan
pancang.
Analisis Vegetasi Pulau Ayer
Pulau Ayer merupakan pulau hak milik, pulau ini memiliki luas 2.9 ha
merupakan gugusan pulau terdiri dari beberapa pulau kecil dan pulau lebih besar
dan juga disebut sebagai Pulau Air oleh penduduk. Pulau yang lebih besar yang
menjadi pulau utama memiliki bentuk lonjong memanjang dengan lebar tidak
lebih dari 25 m. Pulau besar lain memanjang di sebelah barat yang ditumbuhi C.
equisetifolia sehingga tampak menyerupai pagar dan pulau-pulau kecil di kawasan
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
Per
senta
se I
NP
Pohon
Tiang
8
Pulau Ayer ditanami mangrove dan C. equisetifolia. Pohon di hutan di Pulau Ayer
berumur sekitar 12 tahun.
Gambar 5 Indeks nilai penting Pulau Ayer
Hasil analisis vegetasi menunjukkan Pulau Ayer hampir seluruhnya
ditanami oleh C. equisetifolia (Gambar 5). C. equisetifolia pada tingkat pohon
memiliki INP 300 % yang berarti tidak ada jenis lain yang tumbuh pada tingkat
pohon selain C. equisetifolia. Pada tingkat tiang C. equisetifolia masih
mendominasi dengan INP sebesar 239.94 % namun, ditemukan jenis lain yaitu H.
tilliaceus dan Bruguiera sp. dengan INP sebesar 38.35 % dan 21.71 %. Pohon C.
equisetifolia di hutan ini memiliki diameter 20 cm hingga 30 cm dengan diameter
terbesar 43 cm.
Analisis Vegetasi Ketiga Pulau
INP hasil analisis vegetasi di ketiga pulau secara keseluruhan dapat dilihat
di Gambar 6.
Gambar 6 Indeks nilai penting keseluruhan
0
50
100
150
200
250
300
C. equisetifolia H. tilliaceus Bruguiera sp.
Per
senta
se I
NP
Pohon
Tiang
0
20
40
60
80
100
120
140
160
Per
senta
se I
NP
Pohon
Tiang
9
Hasil perhitungan INP secara keseluruhan menunjukan C. equisetifolia
merupakan jenis yang dominan tumbuh di wilayah Kepulauan Seribu dengan INP
138.65% untuk pohon dan 123.73% untuk tiang. Jenis yang dominan selanjutnya
adalah L. leucocephala dengan INP 16.49% pada pohon dan 90.02% pada tiang
diikuti oleh A. crassicarpa dengan INP 51.69% pada pohon dan INP 38.95% pada
tiang. Jenis lainnya yang banyak tumbuh di Kepulauan Seribu yaitu akasia
karsikarpa dengan INP pohon 51.69% dan T. catappa dengan INP 39.67%.
Pendugaan Potensi Biomassa dan Potensi Energi
Biomassa merupakan total berat kering materi organik dari makhluk hidup
baik di atas maupun di bawah permukaan tanah dinyatakan dalam satuan ton per
hektar. Pendugaan biomassa tegakan dilakukan dengan menggunakan Panduan
IPCC (2003) dalam Krisnawati (2012) yang merupakan pendugaan biomassa di
atas permukaan tanah.
Tabel 2 Potensi biomassa di tiga pulau
Pulau Luas (ha) Umur (th) Biomassa (ton/ha)
Karya 1.6 9 247.45
Pramuka 1.8 20 986.13
Ayer 1.6 12 798.59
Total 2032.17 ton
Hasil pendugaan biomassa di ketiga pulau yang menjadi tempat penelitian
seperti yang disajikan dalam Tabel 2 didapatkan biomassa di tiga pulau tempat
pengukuran sebesar 2032.17 ton dalam luasan 3 ha dengan potensi biomassa
terbesar di Pulau Pramuka sebesar 986.13 ton/ha. Potensi biomassa terbesar
berikutnya diikuti oleh Pulau Ayer sebesar 798.59 ton/ha dan Pulau Karya sebesar
247.45 ton/ha. Pulau Pramuka memiliki potensi biomassa terbesar karena dalam
pengukuran, pohon di Pulau Pramuka berjumlah lebih banyak dan memiliki
volume lebih besar serta tegakan berumur paling tua daripada dua pulau lainnya.
Seperti dinyatakan oleh Kusmana (1993) biomassa tersimpan dipengaruhi
diantaranya oleh umur, komposisi, dan struktur tegakan.
Tabel 3 Potensi energi dari biomassa dalam bentuk wood pellet
Biomassa
(ton)
WP
(ton)
Energi*
(GJ)
Energi*
(MWh)
Energi listrk**
(MWh)
2032.17 1354.78 26 824.64 7451.29 2980.51 Keterangan: *Energi dari WP dalam GJ dan MWh, **Energi listrik yang dihasilkan dalam MWh
Hasil perhitungan total potensi biomassa pada Tabel 3 sebesar 2032.17 ton
biomassa dapat menghasilkan WP sebesar 1354.78 ton. Energi yang terkandung
dalam 1354.78 ton WP tersebut sebesar 26 824.64 GJ energi atau jika dikonversi
ke dalam satuan yang digunakan dalam kelistrikan yaitu MWh setara dengan
7451.29 MWh energi. Jika energi dari biomassa tersebut digunakan sebagai bahan
bakar mesin pembangkit tenaga listrik yang memiliki efisiensi 40 % maka dapat
menghasilkan energi listrik sebesar 2980.51 MWh.
10
Hutan Tanaman untuk Kebutuhan Listrik
Kelurahan Pulau Panggang Kecamatan Kepualauan Seribu Utara memiliki
1789 kepala keluarga. Penggunaan listrik setiap bulannya sekitar Rp150 000.-
hingga Rp225 000.- atau sekitar 100 hingga 150 kWh setiap bulannya per rumah
tangga dengan harga listrik Rp1509.80 untuk daya 1300 VA. Kebutuhan listirk
1789 kepala keluarga di Kelurahan Pulau Panggang mencapai 178.90 MWh setiap
bulannya atau 2146.80 MWh setiap tahunnya jika dihitung masing-masing kepala
keluarga menggunakan 100 kWh listrik setiap bulannya.
Energi listrik dari biomassa hasil penelitian yang sebesar 2980.51 MWh
tersebut jika digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik di Kelurahan Pulau
Panggang Kecamatan Kepulauan Seribu Utara dapat memenuhi kebutuhan listrik
dalam waktu 16 bulan tanpa adanya penanaman kembali. Pengembangan hutan
tanaman untuk memperoleh biomassa secara berkelanjutan sebagai bahan bakar
pembangkit listrik sangat diperlukan dimana kebutuhan energi di Kelurahan Pulau
Panggang Kecamatan Kepulauan Seribu Utara sebesar 2146.80 MWh setiap tahun
dapat terpenuhi secara berkelanjutan jika mendapat pasokan biomassa sebesar
1463.73 ton setiap tahunnya.
Tabel 4 menunjukkan potensi biomassa yang dapat diperoleh dari hutan
tanaman dengan jenis Paraserianthes falcataria dan Anthocephalus cadamba
pada usia 5 tahun dalam luasan 5 ha yang merupakan total luas hutan yang
menjadi lokasi penelitian.
Tabel 4 Perbandingan pemenuhan kebutuhan energi dengan hutan tanaman 5
tahun P. falcataria dan A. cadamba
Jenis Luas Hutan*
(ha)
Biomassa
(ton)
Listrik
(MWh)
P. falcataria 5
632.08 927.05
A. cadamba 509.07 746.64 Keterangan: *Luas hutan di ketiga pulau lokasi penelitian
Jenis P. falcataria merupakan jenis pohon yang cepat tumbuh. Jenis ini
mampu tumbuh cepat dengan pertambahan diameter 4–5 cm/tahun dan
pertambahan tinggi sekitar 4 m/tahun hingga usia 5 tahun (Krisnawati 2011).
Hutan tanaman P. falcataria dengan jarak tanam 3 m × 3 m dengan diameter 20
cm pada akhir rotasi 5 tahun diperkirakan dapat menghasilkan biomassa sebesar
126.42 ton/ha. Luas hutan yang ada sebesar 5 ha (Tabel 4) jika ditanami jenis P.
falcataria, diperkirakan mampu menghasilkan 632.08 ton biomassa pada akhir
rotasi 5 tahun. Jika dibagi menjadi 1 ha untuk satu kelas umur sebanyak 5 kelas
umur, kebutuhan biomassa hanya mampu terpenuhi 8.6 % setiap tahunnya.
Pemenuhan kebutuhan biomassa secara berkelanjutan dengan jenis P. falcataria
diperlukan luas lahan 11.5 ha/tahun dengan total 58 ha.
Jenis cepat tumbuh lainnya yang dapat digunakan adalah A. cadamba. Jenis
A. cadamba mampu tumbuh dengan pertambahan diameter 4 cm/tahun dan
pertambahan tinggi 3 m/tahun (Krisnawati 2011). Hutan tanaman A. cadamba
dengan jarak tanam 3 m × 4 m (Soerianegara dan Lemmens 1993 dalam
Krisnawati 2011) pada akhir rotasi 5 tahun dengan diameter 20 cm diperkirakan
mampu menghasilkan 101.81 ton/ha biomassa. Tabel 4 jika 5 ha luas hutan yang
11
ada ditanami jenis A. cadamba diperkirakan mampu menghasilkan 509.07 ton
biomassa pada akhir rotasi 5 tahun. Jika luas 5 ha dibagi menjadi 1 ha untuk satu
kelas umur sebanyak 5 kelas umur, kebutuhan biomassa dengan jenis A. cadamba
hanya mampu terpenuhi 7 % setiap tahunnya. Pemenuhan kebutuhan biomassa
secara berkelanjutan dengan jenis A. cadamba diperlukan luas lahan 14.3 ha/tahun
dengan total 72 ha.
Pengembangan hutan tanaman sebagai sumber biomassa untuk digunakan
dalam pembangkit listrik memang sangat dianjurkan namun, untuk kasus di
Kepulauan Seribu, hal ini sangat tidak memungkinkan. Alasan utama
penyebabnya adalah ketidaktersediaan lahan. Luas lahan, pulau yang merupakan
daratan, di Kelurahan Pulau Panggang Kecamatan Kepulauan Seribu Utara hanya
seluas 62.1 ha. Luasan tersebut merupakan luasan kotor belum dikurangi lahan
yang dipergunakan untuk bangunan dan lahan milik pribadi serta kawasan taman
nasional. Pemenuhan kebutuhan listrik dengan hutan tanaman yang membutuhkan
lahan sebesar 58 ha dengan jenis P. falcataria dan 72 ha dengan jenis A. cadamba
sangat tidak memungkinkan. Sehingga diperlukan alternatif sumber listrik lainnya
seperti dari diesel, tenaga surya, dan tenaga angin. Sementara pemanfaatan
biomassa sebagai bahan bakar pembangkit listrik sebaiknya hanya digunakan
sebagai subtitusi.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Biomassa yang tersimpan di hutan dapat berperan sebagai sumber bahan
bakar dari biomassa. Pengembangan potensi biomassa di wilayah Kepulauan
Seribu dari hutan tanaman sebagai sumber energi tidak memungkinkan karena
ketidaktersediaan lahan. Biomassa yang tersedia di Pulau Karya, Pulau Pramuka
dan Pulau Ayer berturut-turut sebesar 247.45 ton/ha, 986.13 ton/ha, dan 798.59
ton/ha dan mampu menghasilkan 2980.51 MWh listirk. Biomassa dapat
dimanfaatkan menjadi sumber bahan bakar dengan cara mengubahnya menjadi
wood pellet terlebih dahulu sebelum dimanfaatkan energinya.
Saran
Pengambilan data dalam analisis vegetasi, terutama pemilihan jenis plot,
disesuaikan dengan kebutuhan dan disesuaikan dengan keadaan lokasi penelitian.
Pengambilan data untuk pendugaan biomassa sebaiknya mengikutsertakan serasah
dan tumbuhan bawah. Pengembangan hutan tanaman sebagai sumber biomassa
untuk pembangkit listrik yang tidak memungkinkan dapat menggunakan salah
satunya energi matahari sebagai sumber energi listrik baru dan terbarukan yang
banyak tersedia di daerah kepulauan.
12
DAFTAR PUSTAKA
[DEN] Dewan Energi Nasional. 2010. Media Informasi dan Komunikasi Dewan
Energi Nasional Jilid 2. Jakarta (ID): DEN.
[ESDM] Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral. 2014. Handbook of
Energy & Economic Statistics of Indonesia. Jakarta (ID): PUSDATIN ESDM.
Fung PYH. 1979. Wood Energy Prospects. Di dalam: Smith WR, editor. Energy
From Forest Biomass. London (UK): Academic Press.
Hairiah K, Rahayu S. 2007. Pengukuran karbon tersimpan di berbagai macam
penggunaan lahan. Bogor (ID): World Agroforestry Centre, ICRAF Southeast
Asia.
[IPCC] Intergovernmental Panel on Climate Change. 2003. Good Practice
Guidance for Land Use, Land-Use Change and Forestry. Kanagawa (JP):
IGES.
Kusmana C. 1993. A study on mangrove forest management base on ecological
data in East Sumatra, Indonesia [disertasi]. Japan (JP): Kyoto University,
Faculty of Agricultural.
Krisnawati H, Adinugroho CW, Imanudin R. 2012. Model-Model Alometrik untuk
Pendugaan Biomassa Pohon pada Berbagai Tipe Ekosistem Hutan di
Indonesia. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan
Rehabilitasi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan – Kementerian
Kehutanan.
Krisnawati H, Adinugroho CW, Imanudin R. 2013. Pedoman Penggunaan Model
Alometrik untuk Pendugaan Biomassa dan Stok Karbon di Indonesia. Bogor
(ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi, Badan
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan – Kementerian Kehutanan.
Krisnawati H, Kallio M, Kanninen M. 2011. Anthocephalus cadamba Miq:
Ecology, Silviculture, and Productivity. Bogor (ID): Center for International
Forestry Research (CIFOR).
Krisnawati H, Varis E, Kallio M, Kanninen M. 2011. Praserienthes falcataria (L)
Nielsen: Ekologi, Silvikultur dan Produktivitas. Bogor (ID): Center for
International Forestry Research (CIFOR).
Payne GA. 1980. The Energy Managers Handbook. Guildford, Surrey (UK):
Westbury House.
Sjoding D, Kanoa E, Jensen P. 2013. Developing a Wood Pellet/Densified
Biomass Industry in Washington State: Opportunities and Challenges.
Olympia, Washington: Washington State University Energy Program.
Suhendang E. 2002. Pengantar Ilmu Kehutanan. Fakultas Kehutanan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Thompson A, Taylor BN. 2008. Guide for the Use of the International System of
Units (SI). Gaithersburg, Maryland: National Institute of Standards and
Technology.
Tillman DA. 1980. Silvicultural Fuel Farm-Based Power Plants. Di dalam: Smith
WR, editor. Energy From Forest Biomass. London (UK): Academic Press.
13
LAMPIRAN
Lampiran 1 Gambaran skema mesin pembangkit listrik
14
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 11 September 1992 dari ayah
Mochamad Arifin dan ibu Rini Agustini. Penulis adalah putra pertama dari tiga
bersaudara. Penulis mengenyam pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 2
Bogor dan melanjutkan pendidikan menegah atas di SMA Negeri 5 Bogor. Tahun
2010 penulis lulus dari sekolah menengah atas dan lulus sleksi masuk Institut
Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di
Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis hanya aktif mengikuti perkuliahan
sesuai jadwal yang berlaku. Penulis telah melaksanakan Praktik Pengenalan
Ekosistem Hutan (PPEH) Jalur Cilacap - Baturaden, Praktik Pengelolaan Hutan
(PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, dan Praktik Kerja Profesi di BKPH
Parungpanjang, KPH Bogor.