pedoman operasional penghormatan terhadap hak-hak...

60
Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat Adat dan Masyarakat Tempatan Juni 2019 Rincian cakupan tanggung jawab perusahaan untuk menghormati hak-hak masyarakat adat/ IP dan masyarakat tempatan/LC, tata cara untuk mengidentifikasi dampak terhadap hak-hak IP/LC, dan tindakan untuk menjamin penghormatan terhadap hak-hak tersebut Accountability Framework = Kerangka Akuntabilitas

Upload: others

Post on 27-Oct-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

1

Pedoman OperasionalPenghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat Adat dan Masyarakat TempatanJuni 2019

Rincian cakupan tanggung jawab perusahaan untuk menghormati hak-hak masyarakat adat/IP dan masyarakat tempatan/LC, tata cara untuk mengidentifikasi dampak terhadap hak-hak IP/LC, dan tindakan untuk menjamin penghormatan terhadap hak-hak tersebut

Accountability Framework = Kerangka Akuntabilitas

Page 2: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

© 2019 Accountability Framework initiative. Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.

DISKLAIMER: Produk kerja ini dimaksudkan sebagai imbauan saja dan bukan sebagai opini atau nasihat hukum tentang persoalan yang ditangani. Pembaca disarankan untuk melibatkan penasihat hukum sejauh yang diperlukan.

Accountability Framework dibuat melalui proses konsultasi dengan berbagai pemangku kepentingan termasuk perusahaan, LSM, dan pemerintah, serta mengikuti praktik-praktik yang baik dan berlaku untuk inisiatif multi pihak.

Dokumen ini adalah bagian dari Accountability Framework versi 1.0 (dirilis pada Juni 2019), yang mewakili konsensus anggota Kelompok Pengarah Accountability Framework initiative (AFi) yang berpartisipasi dalam pengembangannya:

Untuk informasi lebih lanjut tentang AFi dan proses pengembangan Framework, silakan kunjungi www.accountability-framework.org

AFi didanai oleh:

Tim utama AFi (sekretariat) dipimpin bersama oleh Rainforest Alliance dan Meridian Institute.

Pakar independent

Inisiatif Kerangka Akuntabilitas bertanggung jawab atas isi dokumen ini, yang mungkin tidak mewakili pandangan para penyandang dana AFi.

Page 3: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

i

Daftar Isi

Tujuan & ringkasan 01

1. Ikhtisar 03

1.1 Arti “hak-hak masyarakat adat dan masyarakat tempatan” 03

1.2 Kesesuaian dengan Deklarasi PBB tentang Hak-Hak Masyarakat Adat 05

2. Menghormati hak IP/LC atas properti 06

2.1 Ikhtisar hak IP/LC atas properti 06

2.2 Praktik perusahaan untuk menghormati hak properti IP/LC 08

2.3 Situasi ketika konflik atas lahan dan sumber daya sedang berlangsung 10

2.4 Prasyarat untuk melegitimasikan gangguan pada hak-hak IP/LC 12

2.5 Situasi ketika hak properti IP/LC terkena dampak yang merugikan tanpa persetujuan 15

3. Menghormati hak IP/LC atas mata pencaharian dan ketahanan pangan 17

3.1 Mengidentifikasi dan mengatasi masalah mata pencaharian dan ketahanan pangan 18

4. Menghormati hak-hak IP/LC untuk menentukan nasib sendiri, atas tata pemerintahan, dan hak atas budaya 21

4.1 Hak IP/LC untuk menentukan nasib sendiri 21

4.2 Hak IP/LC atas tata pemerintahan sendiri 22

4.3 Hak IP/LC atas budaya 28

5. Peran berbagai pelaku rantai pasokan dalam menghormati hak-hak IP/LC 31

5.1 Producers and upstream companies 31

5.2 Perusahaan hilir 32

Page 4: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

ii

Lampiran 1: Kajian tenurial 35

Lampiran 2: Kajian tata guna lahan 37

Lampiran 3: Tanggung jawab perusahaan untuk melindungi Pembela Lingkungan dan Hak Asasi Manusia (EHRD) 40

Lampiran 4: Instrumen dan kerangka kerja komitmen lainnya yang membahas hak-hak IP/LC atas budaya, termasuk pengetahuan tradisional 44

Lampiran 5: Contoh-contoh warisan budaya 46

Lampiran 6: Rencana IP/LC 48

Catatan Akhir 51

Page 5: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

iii

Kredit foto: Forest Peoples Programme

Page 6: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

01Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat Adat dan Masyarakat Tempatan

Tujuan & ringkasanDokumen ini menjabarkan Prinsip Inti 2.1 dari Accountability Framework mengenai penghormatan terhadap hak-hak masyarakat adat dan masyarakat tempatan (IP/LC) dalam semua kegiatan produksi dan perdagangan. Dokumen ini juga memberikan panduan tentang Prinsip Inti lain yang memiliki keterkaitan dengan hak tersebut seperti Prinsip Inti 7.1, dari Accountability Framework mengenai penghormatan terhadap hak-hak masyarakat adat dan masyarakat tempatan (IP/LC) dalam semua kegiatan produksi dan perdagangan. Dokumen ini juga memberikan panduan tentang Prinsip Inti lain yang memiliki keterkaitan dengan hak tersebut seperti

Topik-topik berikut tercakup dalam dokumen ini:

1) Ikhtisar hak-hak IP/LC dan artinya

2) Pedoman tentang tata cara memastikan bahwa kegiatan perusahaan mematuhi ekspektasi yang diuraikan dalam Deklarasi PBB tentang Hak-Hak Masyarakat Adat (UNDRIP)

3) Cakupan tanggung jawab perusahaan dalam menghormati hak atas properti dari IP/LC (yaitu hak formal and hak adat atas lahan, wilayah dan sumber daya)

4) Cakupan tanggung jawab perusahaan dalam menghormati hak-hak IP/LC terhadap mata pencaharian dan ketahanan pangan

5) Cakupan tanggung jawab perusahaan dalam menghormati hak-hak IP/LC untuk menentukan nasib diri sendiri, tata pemerintahan sendiri, dan hak atas budaya

6) Tindakan yang dapat dilaksanakan oleh perusahaan hulu dan hilir untuk menghormati hak-hak IP/LC

Page 7: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

02 Accountability Framework

Lampiran menyediakan rincian tambahan yang terkait dengan topik-topik inti, termasuk pedoman untuk pengkajian dan rencana yang perlu disiapkan oleh perusahaan dalammemastikan penghormatan atas hak-hak IP/LC; pedoman untuk melindungi para pembela lingkungan hidup dan Hak Asasi Manusia; contoh-contoh warisan budaya; dan referensi kepada perangkat dan kerangka kerja lain yang membahas hak-hak IP/LC. Pedoman Operasional ini dilengkapi oleh beberapa elemen Accountability Framework lainnya yang membahas Hak Asasi Manusia, termasuk dokumen Pedoman Operasional untuk Remediasi dan Akses terhadap Perbaikan; Prinsip Persetujuan Atas Dasar Informasi Awal Tanpa Paksaan (FPIC); Hubungan antara Komitmen Sukarela dan Hukum yang Berlaku; Managemen Rantai Pasokan; serta Monitoring dan Verifikasi.

Beberapa istilah yang digunakan di dalam Pedoman Operasional ini memiliki arti yang didefinisikan secara khusus, termasuk masyarakat adat; masyarakat tempatan; personalitas hukum; hak adat; hak adat atas lahan, sumber daya, dan wilayah; mata pencaharian; mata pencaharian tradisional; warisan budaya; Prinsip Persetujuan Atas Dasar Informasi Awal Tanpa Paksaan (FPIC); pemangku kepentingan; dan ketahanan pangan. Dokumen ini sebaiknya dibaca dengan merujuk kepada bagian Definisi, dari Accountability Framework yang menjelaskan istilah-istilah utama ini dan lainnya.

Page 8: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

03Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat Adat dan Masyarakat Tempatan

1. Ikhtisar

Dalam banyak konteks, IP/LC secara historis telah didiskriminasi dan terpinggirkan. Kurangnya sumber daya dan kekuatan politik untuk membela hak-hak mereka, ditambah dengan artikulasi dan penerapan hukum nasional, kebijakan dan komitmen perusahaan yang tidak memadai, telah berkontribusi terhadap meningkatnya jumlah dampak buruk terhadap masyarakat adat. Banyak dari dampak ini yang signifikan secara jangkauan dan skala, dan beberapa bahkan tidak dapat diperbaiki.

Prinsip-Prinsip Panduan PBB tentang Bisnis dan HAM (UNGP) menegaskan bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab untuk menghormati Hak Asasi Manusia dengan cara: 1) menghindari menjadi penyebab atau berkontribusi kepada dampak buruk Hak Asasi Manusia, 2) mengatasi dampak buruk tersebut ketika terjadi, dan 3) secara aktif mencegah atau mengurangi dampak yang muncul dari kegiatan yang secara langsung berkaitan dengan operasional, produk atau layanan dari hubungan bisnis perusahaan, meskipun jika perusahaan belum berkontribusi kepada dampak tersebut.1

Dalam konteks operasional perusahaan, pentingnya menghormati Hak Asasi Manusia muncul terutama dari kepedulian untuk meningkatkan, dan tidak merusak kesejahteraan manusia. Penghormatan perusahaan terhadap Hak Asasi Manusia dapat pula membantu mengurangi risiko bagi perusahaan dari kerusakan reputasi, keterlambatan, kenaikan biaya bisnis disebabkan litigasi dan gangguan operasional, kebutuhan untuk remediasi, dan biaya-biaya lain yang terkait dengan kegagalan untuk menghormati Hak Asasi Manusia.

1.1 Arti “hak-hak masyarakat adat dan masyarakat tempatan”

Hak Asasi Manusia adalah sesuatu yang bersifat universal. Oleh karena itu, hak-hak IP/LC adalah sama dengan orang lain; namun hukum telah berkembang dalam hal bagaimana Hak Asasi Manusia yang universal ditafsirkan dan diterapkan dalam konteks IP/LC.

Page 9: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

04 Accountability Framework

Properti adalah hak dasar utama bagi IP/LC. Hak IP/LC atas properti mencakup hak formal dan hak adat IP/LC atas lahan, sumber daya, dan wilayah, termasuk hak kepemilikan, penggunaan, penguasaan, dan administrasinya. Di seluruh dokumen ini, rujukan terhadap “properti” dan “hak atas properti” dari IP/LC digunakan sebagai kependekan dari deskripsi yang lebih terperinci di atas, mengenai hak atas properti dari IP/LC.

Pengalaman menunjukkan bahwa ketika hak atas properti dari IP/LC terkena dampak rantai pasokan pertanian dan kehutanan, maka hak-hak dasar IP/LC lainnya cenderung juga terkena dampak. Hal ini dikarenakan hubungan khusus yang dimiliki oleh IP/LC dengan properti2 mereka dan sejauh mana kerangka hukum di sekitarnya melindungi hak-hak tersebut dan menyediakan sarana untuk ganti rugi ketika hak tersebut dilanggar. Pada umumnya, hak-hak lain tersebut mencakup:

1) Hak atas budaya

2) Hak atas lingkungan hidup yang sehat

3) Hak untuk menentukan nasib sendiri (termasuk hak untuk menetapkan prioritas pembangunan mereka sendiri, memelihara kelembagaan mereka sendiri, dan tata pemerintahan sendiri)

4) Hak untuk hidup dan integritas fisik

5) Hak untuk bebas dari diskriminasi

6) Hak atas kecukupan pangan

7) Hak atas personalitas hukum

8) Hak atas akses terhadap perbaikan yang efektif

9) Hak atas persamaan di hadapan hukum

10) Hak atas akses terhadap keadilan

11) Hak untuk bebas dari penggusuran paksa (pemindahan secara tidak sukarela atau dipaksa)3

12) Hak untuk berpartisipasi secara efektif dan bermakna dalam pengambilan keputusan yang dapat memengaruhi mereka, termasuk hak untuk persetujuan atas dasar informasi awal tanpa paksaan (FPIC) bilamana berlaku

Page 10: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

05Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat Adat dan Masyarakat Tempatan

Dalam penerapannya terhadap IP/LC, beberapa hak ini dinikmati dan diberlakukan secara kolektif (misalnya hak atas properti, budaya, dan menentukan nasib sendiri), sementara hak lainnya biasanya berlaku untuk anggota individu IP/LC (misalnya hak untuk hidup). Seluruh hak berlaku setara untuk semua gender.

Hak-hak yang disebutkan di atas telah ditegaskan dan diakui oleh banyak perjanjian dan instrumen internasional yang mengikat, yang telah diratifikasi, disetujui, atau didukung oleh mayoritas besar negara-negara di dunia. Dalam beberapa kasus, instrumen internasional ini secara tegas menyebutkan “masyarakat adat”, seperti Konvensi Masyarakat Adat dan Suku, 1989 (No. 169) (Konvensi Organisasi Buruh Internasional 169) dan Deklarasi PBB tentang Hak-Hak Masyarakat Adat (UNDRIP). Dalam kasus-kasus lain, konvensi internasional umumnya lebih berlaku untuk menegaskan Hak Asasi Manusia bagi semua orang. Konvensi-konvensi ini telah berulang kali ditafsirkan mencakup hak-hak IP/LC.4

Negara memiliki kewajiban menggabungkan langkah-langkah yang diperlukan untuk menghormati, mendukung, dan melindungi hak-hak yang ditegaskan dalam instrumen internasional, yang kemudian menjadi bagian, hukum dan kebijakan nasional. Perusahaan harus memahami dan mematuhi undang-undang nasional ini. Bagaimanapun juga, perusahaan diharapkan untuk menghormati Hak Asasi Manusia yang diakui secara internasional meskipun ketika hukum nasional gagal dalam menjamin hak tersebut dan meskipun ketika pemerintah gagal dalam melaksanakan dan menegakkan hukum yang dimaksudkan untuk melindungi hak tersebut.

1.2 Kesesuaian dengan Deklarasi PBB tentang Hak-Hak Masyarakat Adat

Prinsip Inti 2.2.1 mengharuskan perusahaan menjalankan kegiatan operasionalnya sesuai dengan Deklarasi PBB tentang Hak-Hak Masyarakat Adat (UNDRIP). UNDRIP secara luas dianggap sebagai himpunan hak-hak masyarakat adat yang telah ditegaskan dalam perjanjian lain yang mengikat dan telah diratifikasi. Mengambil langkah-langkah untuk menyesuaikan kegiatan perusahaan dengan ketentuan UNDRIP, dan melatih personel perusahaan yang relevan mengenai konten UNDRIP, dapat membantu perusahaan memenuhi komitmennya untuk menghormati Hak Asasi Manusia yang diakui secara internasional di seluruh operasional dan rantai pasokannya.

Page 11: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

06 Accountability Framework

2. Menghormati hak IP/LC atas properti

Prinsip Inti 2.2.2 mengharuskan perusahaan untuk “[[m]engidentifikasi dan menghormati hak-hak formal dan hak adat atas lahan, wilayah, dan sumber daya dalam konteks semua aktivitas perusahaan. Hal ini mencakup hak untuk memiliki, menempati, menggunakan, dan mengelola lahan, wilayah dan sumber daya yang ada.” Bagian ini menjelaskan lebih lanjut bentuk dari hak-hak ini dan apa yang diharapkan untuk dilakukan oleh perusahaan dalam menghormati hak-hak tersebut.

2.1 Ikhtisar hak IP/LC atas propertiHak atas properti adalah Hak Asasi Manusia yang diakui secara internasional dan berlaku untuk semua orang. Sebagaimana dicatat dalam Bagian 1.1, dalam konteks IP/LC, hak atas properti mencakup hak formal dan hak adat. Ini berarti bahwa IP/LC memiliki hak atas lahan, sumber daya alam, dan wilayah yang: 1) telah mereka miliki, tempati, atau gunakan menurut tradisi; dan 2) telah mereka peroleh atau terima.5 Kedua kategori ini dipahami sebagai berikut:

1) Properti yang telah dimiliki, ditempati, atau digunakan oleh IP/LC menurut tradisi: Hak atas properti ini didasarkan pada penggunaan atau penghunian lahan, sumber daya, dan wilayah oleh masyarakat atau komunitas secara historis dan menurut adat. “Hak-hak adat” ini muncul dari kepemilikan dan penggunaan oleh penduduk dan masyarakat sesuai dengan tradisi, norma dan nilai-nilai mereka sendiri (lihat Definisi). Hak adat atas tanah leluhur mencakup wilayah di mana IP/LC telah dipindahkan secara paksa. Hak-hak adat ini tetap ada terlepas dari apakah mereka merupakan “hak formal” yang telah diakui secara resmi oleh negara melalui sertifikat tanah atau dokumen resmi atau pencatatan lain yang serupa.

2) Properti yang diperoleh atau diterima oleh IP/LC: Hak IP/LC atas properti juga mencakup lahan, sumber daya, dan wilayah yang didapatkan melalui pembelian, penyelesaian, kesepakatan kompensasi, atau cara lain, di mana properti tersebut sebelumnya tidak menjadi bagian dari kepemilikan atau penggunaan adat. Asal mula dari hak-hak ini berarti bahwa mereka kemungkinan akan diakui dalam kerangka hukum negara dan dengan demikian dianggap sebagai “hak formal”.

Page 12: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

07Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat Adat dan Masyarakat Tempatan

Hukum internasional telah menjelaskan bahwa negara memiliki tugas dan kewajiban untuk memberi tanda batas, menetapkan batasan tanah, dan sertifikat untuk tanah yang tunduk kepada hak milik adat sesuai dengan norma, nilai dan adat istiadat penduduk dan masyarakat yang bersangkutan.6 Pemberian sertifikat tanah merupakan penegasan atas hak yang telah ada, bukan pemberian hak baru. Jika tidak ada persetujuan atas dasar informasi awal tanpa paksaan (FPIC), sampai sertifikat tanah dikeluarkan, negara harus menghindari tindakan-tindakan yang memengaruhi keberadaan, nilai, penggunaan, atau penikmatan wilayah tersebut oleh IP/LC.7

Hukum internasional lebih lanjut menegaskan bahwa:

1) Hak IP/LC atas properti adalah gabungan beragam hak: Serupa dengan hak properti untuk bukan penduduk asli, hak IP/LC atas properti adalah gabungan hak-hak yang mencakup hak IP/LC untuk memiliki, menggunakan, membangun, mengendalikan, dan mengecualikan pihak lain dari lahan, sumber daya, dan wilayah mereka. Contohnya, sebagai pemegang hak milik, IP/LC memutuskan siapa yang boleh masuk dan melintasi properti mereka, siapa yang boleh menyewa, dan bagaimana sumber daya akan dikelola.

2) Hak adat IP/LC atas lahan, sumber daya dan wilayah mereka tidak bergantung kepada pengakuan negara: Hak Asasi Manusia kolektif atas properti IP/LC tetap ada dan harus dihormati oleh perusahaan terlepas apakah negara telah mengakui hak ini melalui penerbitan sertifikat tanah atau tindakan hukum lainnya. Oleh karena itu, penentangan dan klaim terhadap perusahaan yang melangar hak milik IP/LC dapat didukung terlepas dari apakah hak atas properti IP/LC diakui secara formal.

3) Perusahaan tidak boleh menghalangi kemampuan negara untuk melindungi hak properti IP/LC: Penghormatan perusahaan kepada hak properti IP/LC berarti tidak merusak tugas dan kewajiban negara untuk menghormati, memajukan, dan melindungi hak-hak tersebut. Oleh sebab itu, jika pemberian hak konsesi lahan atau sumber daya oleh pemerintah kepada sebuah perusahaan akan berisiko mengabaikan hak IP/LC atas properti yang sama untuk diakui pemerintah di kemudian hari, atau mengurangi nilai properti tersebut tanpa adanya FPIC dari IP/LC, hal ini pun akan melanggar komitmen perusahaan untuk menghormati hak-hak IP/LC.

4) Hak properti IP/LC tidak bergantung kepada lahan yang ditempati secara permanen: Hak properti IP/LC didasarkan kepada pendudukan atau penggunaan tradisional. IP/LC seringkali memegang hak atas lahan yang tidak mereka tempati secara permanen melainkan digunakan secara berselang-seling untuk pertanian musiman, penggembalaan ternak, berburu, memancing, melakukan kegiatan spiritual pada lokasi yang sakral, mengumpulkan tanaman untuk keperluan obat-obatan, dan tujuan lainnya. Oleh karena itu perusahaan tidak boleh menafsirkan tidak adanya perumahan permanen sebagai tidak adanya penggunaan atau hak IP/LC. Sebaliknya, penyelidikan penuh atas penggunaan IP/LC terhadap lahan, sumber daya dan wilayah mereka harus dilakukan bersama-sama dengan populasi yang berpotensi terkena dampak, untuk memastikan bahwa tindakan perusahaan tidak menimbulkan dampak yang merugikan terhadap hak-hak IP/LC.

Page 13: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

08 Accountability Framework

2.2 Praktik perusahaan untuk menghormati hak properti IP/LC

Walaupun merupakan kewajiban negara untuk memberikan tanda batas, menetapkan batasan, dan mengeluarkan sertifikat tanah, sumber daya, dan wilayah IP/LC, maka perusahaan tidak boleh mengambil tindakan yang akan merugikan atau menghalangi IP/LC dalam mendapatkan pengakuan, dukungan, atau perlindungan hak-hak ini dari negara. Demikian juga, perusahaan tidak boleh ikut campur tangan dalam penikmatan IP/LC atas hak-hak mereka, termasuk tindakan apapun yang dapat memengaruhi nilai sumber daya mereka, membatasi akses mereka terhadap lahan, atau melanggar hubungan khusus yang mereka miliki dengan lahan tersebut yang diperlukan untuk kelangsungan hidup fisik dan budaya mereka.

Untuk mencapai hal di atas dan menghindari dampak yang merugikan terhadap hak-hak dasar lainnya yang berhubungan dengan hak properti IP/LC (sebagaimana dijelaskan lebih lanjut dalam pedoman ini), perusahaan sebaiknya melakukan hal-hal berikut ini:

1) Ketika melakukan penilaian hukum yang berlaku (lihat Pedoman Operasional Hubungan antara Komitmen Sukarela dan Hukum yang Berlaku), perusahaan harus menentukan kapan kepatuhan hukum dapat memfasilitasi penghormatan kepada hak-hak dasar IP/LC dan kapan hal tersebut dapat berisiko merusak hak-hak tersebut atau menyebabkan dampak buruk.

2) Sebelum mendapatkan kepemilikan atas lahan atau sumber daya (seperti pembelian, lisensi atau konsesi baru, atau pembaruan dan modifikasi kepemilikan yang sudah ada), perusahaan harus melakukan:

y penilaian dasar/baseline sosial untuk mendapatkan gambaran lengkap tentang atribut ekonomi, politik, sosial dan budaya yang relevan dari wilayah yang ingin dimiliki serta pengaturan yang lebih luas yang dapat memengaruhi hak-hak IP/LC termasuk hak properti, budaya, mata pencaharian, tata pemerintahan sendiri, dan ketahanan pangan.8

y kajian tenurial untuk menetapkan siapa yang dapat memiliki hak properti formal atau adat di wilayah tersebut dan bagaimana IP/LC memiliki, menggunakan, mengendalikan, dan mengelola lahan, sumber daya, dan wilayah mereka (perlu untuk memahami dampak kepemilikan lahan terhadap hak-hak fundamental lain). Lampiran 1 menjelaskan proses untuk melakukan kajian tenurial.

Page 14: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

09Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat Adat dan Masyarakat Tempatan

3) Sebelum memulai kegiatan operasional—dan terutama ketika mengembangkan tata guna lahan dan rencana pengelolaan sumber daya—perusahaan perlu melakukan kajian tata guna lahan untuk memahami sepenuhnya hubungan antara IP/LC dan lahan, sumber daya, dan wilayah yang dimaksud. Kajian ini sebaiknya dibangun berdasarkan informasi yang dikumpulkan selama melakukan kajian tenurial dan berusaha untuk mengklarifikasi beragam penggunaan lahan, sumber daya, dan wilayah yang bersangkutan dan bagaimana kaitannya dengan prioritas pembangunan IP/LC dan penikmatan hak-hak dasar lainnya. Lihat Lampiran 2 untuk deskripsi proses dalam melakukan kajian tata guna lahan.

4) Sebelum melakukan kegiatan apa pun yang dapat memengaruhi hak-hak, lahan, sumber daya, wilayah, mata pencaharian, dan ketahanan pangan IP/LC, Persetujuan Atas Dasar Informasi Awal Tanpa Paksaan (FPIC) harus dijamin. Hal ini harus dilakukan dengan cara yang sesuai dengan budaya, tradisi, norma dan nilai-nilai penduduk dan masyarakat, dan melalui perwakilan dan lembaga yang mereka pilih. Lihat Pedoman Operasional Prinsip Persetujuan Atas dasar Informasi Awal Tanpa Paksaan untuk informasi mengenai FPIC dan proses yang diperlukan serta hasilnya.

5) Apabila perusahaan telah menyebabkan atau berkontribusi pada pengambilalihan atau kerusakan pada lahan, wilayah, dan sumber daya IP/LC tanpa proses FPIC yang efektif, tindakan perbaikan yang efektif harus disediakan, berdasarkan kesepakatan yang dicapai melalui proses FPIC. Lihat Pedoman Operasional Remediasi dan Akses terhadap Perbaikan.

6) Jika suatu perusahaan menentukan bahwa IP/LC memiliki hak milik atas beberapa atau seluruh lahan atau sumber daya yang perusahaan ingin mendapatkan hak atas lahan atau sumber daya tersebut, perusahaan sebaiknya menolak untuk membeli atau mendapatkan bagian yang diinginkan tersebut kecuali jika bisa mendapatkan hak tersebut secara legal dan melalui proses yang tepat.

7) Jika, melalui proses FPIC persetujuan tetap tidak diberikan, dan negara masih memutuskan untuk memberikan hak tersebut kepada perusahaan melalui pengambilalihan secara paksa, perusahaan perlu menolak untuk menerima hak ini.

8) Perusahaan tidak boleh memiliki kepentingan atau hak pada lahan atau sumber daya yang menjadi sumber konflik yang masih berlangsung; lihat Bagian 2.3 di bawah.

9) Sebagaimana ditentukan dalam Prinsip Inti 2, perusahaan diharapkan untuk melindungi keamanan IP/LC dan anggotanya yang bertindak sebagai Pembela Lingkungan dan Hak Asasi Manusia (EHRD). Hal ini termasuk melindungi hak untuk hidup dan integritas fisik IP/LC, masyarakat, serta anggotanya dari ancaman atau terjadinya kekerasan, litigasi pembalasan, dan bentuk-bentuk pelecehan lainnya. EHRD terdiri dari orang-orang dan kelompok yang bertindak untuk membela hak-

Page 15: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

10 Accountability Framework

hak mereka, yang dapat mencakup kegiatan atau rencana yang berlawanan dengan operasional perusahaan, mitra bisnis mereka, atau negara yang memfasilitasi kegiatan operasional tersebut (lihat Lampiran 3 untuk panduan lebih lanjut mengenai perlindungan EHRD).

10) Ketika kegiatan operasional telah berjalan (termasuk akuisisi lahan/sumber daya, pembangunan lokasi, atau ekstraksi sumber daya) tanpa memenuhi persyaratan dan proses yang diuraikan dalam pedoman ini, maka persyaratan dan proses tersebut perlu dilaksanakan secara retroaktif. Penilaian kesenjangan dapat mengidentifikasi apa yang sudah dilakukan, kemudian pekerjaan tambahan harus dikerjakan bersama dengan populasi yang terkena dampak. Temuan dan rekomendasi dari proses ini perlu dimasukkan ke dalam mekanisme manajemen serta sistem monitoring dan verifikasi untuk ke depannya. Ketika dampak yang merugikan terhadap Hak Asasi Manusia ditemukan, perusahaan diharapkan untuk menyediakan atau bekerja sama dalam upaya perbaikan yang diperlukan.

Tindakan yang dibahas di atas (seperti melakukan penilaian dasar sosial, kajian tenurial dan kajian tata guna lahan, serta proses FPIC) biasanya dilakukan oleh produsen dan pengolah primer, yang cenderung terlibat langsung dengan IP/LC. Namun, tanggung jawab untuk menghormati hak-hak IP/LC ditanggung bersama oleh para pelaku di seluruh tahapan rantai pasokan. Terutama ketika ada risiko yang lebih besar atau kerugian yang diketahui terhadap hak properti IP/LC, perantara rantai pasokan (contohnya pedagang) dan pembeli hilir perlu lebih proaktif untuk memastikan bahwa praktik dan proses pemasok hulu kondusif dalam menjamin penghormatan hak-hak IP/LC dalam rantai pasokan perusahaan. Perusahaan-perusahaan tersebut mungkin perlu melakukan analisis risiko atau analisis dampak terhadap hak IP/LC dalam rantai pasokan mereka sendiri, berpartisipasi dalam inisiatif multi pihak untuk mendukung hak-hak IP/LC, memasukkan ketentuan-ketentuan dalam kontrak pemasok dan rencana pelibatan pemasok untuk membantu memastikan penghormatan terhadap hak-hak IP/LC, mengaudit pemasok, dan menyediakan sumber daya teknis dan/atau keuangan. Lihat Bagian 5 untuk rincian lebih lanjut mengenai peran berbagai pelaku rantai pasokan.

2.3 Situasi ketika konflik atas lahan dan sumber daya sedang berlangsung

Prinsip Inti 7.1 menyatakan bahwa “[d]alam situasi ketika konflik lahan sedang berlangsung, perusahaan menghentikan upaya untuk memperoleh atau menguasai lahan atau sumber daya yang terkait dengan konflik ini sampai telah terselesaikan melalui proses negosiasi yang disepakati bersama yang sesuai dengan hukum yang berlaku.” Perusahaan perlu mempertimbangkan hal-hal berikut dalam melaksanakan komitmen ini:

Page 16: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

11Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat Adat dan Masyarakat Tempatan

1) Referensi kepada “menghentikan upaya untuk memperoleh atau menguasai lahan atau sumber daya” harus mencakup, misalnya: menolak hibah, penjualan, atau pengalihan hak milik; menarik izin atau permintaan konsesi; tidak melanjutkan pembaruan atau perpanjangan; tidak mengadakan kontrak tambahan atas hak properti kepada entitas lain; dan tidak melakukan tindakan lain yang dapat membantu mengelakkan penghentian upaya untuk memperoleh atau menguasai lahan dan sumber daya.9

2) Referensi kepada “proses negosiasi yang disepakati bersama” membahas situasi ketika konflik yang berlangsung telah diidentifikasi tetapi tidak diatasi oleh mekanisme pengaduan lain atau proses penyelesaian sengketa. Ketika konflik yang berlangsung belum mencapai proses formal tersebut, perusahaan diharuskan untuk menghentikan upaya untuk memperoleh atau menguasai sampai resolusi akhir telah terjadi (seperti, keputusan pengadilan yang tidak dapat diajukan banding, setelah hak untuk mengajukan banding keputusan belum dilaksanakan, atau persetujuan FPIC telah dicapai, jika berlaku).

3) Agar resolusi dapat disepakati bersama, semua pihak harus setuju dengan format dan proses pengambilan keputusan atau kolaborasi (misalnya, mediasi, fasilitasi, arbitrasi, atau mekanisme penyelesaian sengketa berbasis hukum adat/tradisional) serta ketentuannya, seperti siapa yang boleh memberikan bukti, bukti seperti apa yang dapat diajukan, bahasa apa yang akan digunakan, pakar mana yang mungkin terlibat, dan bagaimana proses tersebut menjaga dari pemaksaan yang tidak semestinya dan pengaruh oleh pihak lain.

4) Apabila konflik melibatkan setidaknya satu pihak yang merupakan IP/LC yang menyatakan hak atas properti, maka penyelesaiannya harus merupakan hasil dari proses FPIC yang sah (lihat Pedoman Operasional Prinsip Persetujuan Atas Dasar Informasi Awal Tanpa Paksaan).

5) Apabila konflik yang berlangsung adalah antara dua masyarakat adat atau masyarakat tempatan10 (misalnya, tentang luas perbatasan yang bersinggungan atau hak guna lahan yang disengketakan), prosedur yang disepakati bersama sepatutnya merupakan mekanisme yang mereka pilih. Ini bukanlah proses FPIC dan perusahaan tidak bertanggung jawab sehubungan dengan proses ini. Namun, perusahaan dapat memilih untuk menawarkan dukungan teknis atau keuangan yang tidak memihak untuk membantu memfasilitasi penyelesaian konflik. Setelah konflik atas hak properti diselesaikan, perusahaan kemudian perlu mengikuti persyaratan dan praktik biasa (seperti penjaminan FPIC) yang diuraikan dalam dokumen ini dan bagian lain dari Accountability Framework jika mereka ingin melanjutkan kegiatan yang dapat memengaruhi hak properti pemilik lahan IP/LC.

Page 17: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

12 Accountability Framework

2.4 Prasyarat untuk melegitimasikan gangguan pada hak-hak IP/LC

Prasyarat untuk melegitimasikan gangguan pada hak-hak IP/LC. Prinsip Inti 2.2.4 menyatakan bahwa “ketika kegiatan produksi atau konservasi berdampak buruk pada hak-hak, lahan, sumber daya, wilayah, mata pencaharian, atau ketahanan pangan, masyarakat adat dan masyarakat tempatan diberi kompensasi atau diakomodasi melalui tindakan-tindakan yang sesuai yang mencerminkan hasil negosiasi dari proses FPIC. Tindakan ini dapat mencakup akses yang berlanjut kepada lahan, wilayah dan sumber daya; kompensasi yang adil dan layak; dan/atau bagian yang setara dalam manfaat dari penggunaan lahan tersebut.”

Untuk memenuhi prinsip ini, perusahaan diharapkan dapat terlibat secara terbuka dengan IP/LC yang terkena dampak (melalui proses FPIC) untuk mencapai kesepakatan yang diterima bersama tentang apa yang dimaksud dengan setara, adil dan layak (equitable, just, fair) pada konteks terkait Jika persetujuan diberikan melalui proses FPIC, maka perjanjian harus menetapkan seluruh pengaturan yang terkait dengan berlanjutnya akses IP/LC terhadap lahan, sumber daya, dan wilayah mereka; kompensasi dan/atau pembagian manfaat yang akan diterima IP/LC; dan setiap tindakan lainnya yang sesuai dan disetujui semua pihak. Berikut ini adalah panduan lebih lanjut untuk menentukan masing-masing elemen tersebut:

1) Akses terhadap lahan, wilayah, dan sumber daya yang terus berlanjut: Sedapat mungkin, segala pembatasan atas hak properti harus menghindari dampak yang merugikan terhadap mata percaharian tradisional, ketahanan pangan, dan identitas budaya dari IP/LC. Apabila pembatasan diperlukan dan telah disetujui oleh IP/LC melalui proses FPIC yang sah, pembatasan tersebut harus didefinisikan secara sempit sebagai keperluan minimum yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk melaksanakan kepentingan perusahaan dengan perlindungan maksimum kepada hak-hak dan akses properti IP/LC. Jika pembatasan pada beberapa akses dan penggunaan berlanjut, sedapat mungkin, harus mempertimbangkan hak untuk kembali sesegera mungkin setelah alasan pembatasan berakhir. Kajian tenurial dan kajian tata guna lahan adalah perangkat yang sangat penting untuk mendapatkan pengaturan yang tepat mengenai akses yang terus berlanjut, karena kajian tersebut menilai bagaimana populasi yang terkena dampak menggunakan lahan, sumber daya dan wilayah mereka dan bagaimana mereka bergantung kepada hal-hal tersebut untuk kelangsungan hidup fisik dan budaya mereka.

Selain itu, setiap kegiatan perusahaan yang dapat mempengaruhi akses IP/LC terhadap lahan, wilayah dan sumber daya mereka harus dilaksanakan berdasarkan persetujuan FPIC yang tidak hanya mendokumentasikan pengaturan akses yang

Page 18: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

13Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat Adat dan Masyarakat Tempatan

disepakati tetapi juga menetapkan apa yang akan terjadi jika salah satu pihak melampaui akses yang disepakati atau menolak memberikan akses yang telah disepakati kepada pihak lsainnyas. Satu pelanggaran atau beberapa pelanggaran yang tidak substansial oleh IP/LC seharusnya tidak menjadi alasan untuk menolak hak yang lebih besar atau membatalkan persetujuan. Untuk mengurangi kemungkinan pelanggaran atau kesalahpahaman, perusahaan perlu mempertimbangkan memberikan bantuan kepada IP/LC yang terkena dampak untuk memastikan pengaturan akses diketahui oleh semua anggota IP/LC.

2) Kompensasi yang adil dan layak: Persetujuan FPIC juga harus membahas masalah kompensasi yang adil dan layak yang disetujui oleh IP/LC. Hal ini perlu mencakup perincian tentang siapa yang memberikan kompensasi sebagai imbalan atas apa yang didapat dari masyarakat (seperti, akses jalan, persetujuan untuk tidak berburu di area tertentu, penyewaan sementara tanah leluhur, dsb.), siapa yang menerima kompensasi, kapan akan diberikan dan berapa sering serta berapa lama kompensasi akan diberikan, juga konsekuensinya. Perjanjian perlu mencakup konsekuensi apabila kompensasi tidak diberikan atau dibayarkan sesuai persetujuan (misalnya, waktu yang diberikan untuk memperbaiki pelanggaran perjanjian, penangguhan kesepakatan persetujuan, pembatalan kegiatan operasional perusahaan, atau kegiatan tertentu tergantung kepada pelanggarannya).11

Kompensasi dapat berbentuk moneter atau non-moneter. Sebagaimana dijelaskan lebih lanjut dalam Pedoman Operasional Remediasi dan Akses terhadap Perbaikan, ketika berhadapan dengan hak properti IP/LC, praktik standar dengan pertimbangan nilai pasar yang wajar terhadap lahan atau sumber daya bersangkutan yang diambil mungkin tidak akan mencukupi, mengingat hubungan khusus IP/LC dan ketergantungannya kepada properti mereka.

3) Pembagian manfaat: Persetujuan FPIC juga perlu merinci manfaat yang adil dan setara yang telah disetujui oleh IP/LC sebagai imbalan atas pembatasan dan pelanggaran terhadap hak-haknya. Persetujuan ini perlu menentukan apa bentuk manfaatnya (moneter atau non-moneter), didapat dari siapa, berapa sering dan berapa lama (misalnya, setiap bulan, setiap tahun, selama kegiatan operasional perusahaan berlangsung, dll.), siapa yang menerima manfaat atas nama masyarakat (misalnya, dewan tetua adat, koperasi masyarakat, atau asosiasi guru, dll.), dan apa yang akan terjadi jika persetujuan pembagian manfaat dilanggar (misalnya, jika masyarakat tidak berhenti menggunakan hutan yang telah diperuntukkan bagi perusahaan, atau jika perusahaan tidak menyediakan bantuan teknis seperti yang dijanjikan).12 Konsekuensi dari pelanggaran harus jelas dan dapat mencakup, contohnya periode pemulihan untuk memperbaiki pelanggaran, penangguhan perjanjian, atau pembatalan proyek segera.

Page 19: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

14 Accountability Framework

Bentuk dari manfaat yang diberikan sebaiknya didasarkan pada prioritas dan kebutuhan pembangunan IP/LC secara menyeluruh, sebagaimana ditetapkan oleh IP/LC sesuai dengan norma, nilai-nilai dan adat istiadat mereka sendiri. Biasanya, manfaat yang diterima untuk memperkaya kalangan elit setempat secara pribadi (misalnya tokoh masyarakat) atau pendukung perusahaan yang vokal atau berpengaruh tidak dianggap sebagai manfaat yang adil dan setara. Sebaliknya, manfaat sejenis ini dapat dianggap sebagai salah satu bentuk pemaksaan atau bujukan yang tidak pantas untuk mendapat persetujuan, yang dapat menyebabkan proses FPIC dan hasilnya menjadi tidak benar/sah.13 Manfaat yang disepakati sebaiknya mencerminkan hasil dari sebuah proses yang mempertimbangkan berbagai kegunaan dan nilai dari sumber daya yang ditetapkan oleh beragam kelompok di dalam IP/LC, seperti perempuan dan laki-laki, tetua dan pemuda, pemburu, pengumpul, nelayan petani dan kelompok lainnya. Manfaat dapat berupa moneter dan/atau non-moneter, dan kumpulan manfaat yang disepakati harus mencerminkan nilai relatif masing-masing untuk IP/LC. Sebagai contoh, suatu IP/LC mungkin memberikan nilai lebih sedikit bagi pembayaran tunai berkala dibandingkan dengan bantuan teknis, pelatihan, dan peralatan yang terus-menerus untuk membantu meningkatkan hasil panen pertanian. Sebagai sumber informasi, terdapat daftar manfaat dalam lampiran Protokol Nagoya tentang Akses kepada Sumber Daya Genetik dan Pembagian Manfaat yang Adil dan Setara yang timbul dari Konvensi Pemanfaatannya pada Keanekaragaman Hayati (the Nagoya Protocol on Access to Genetic Resources and the Fair and Equitable Sharing of Benefits Arising from their Utilization Convention on Biological Diversity) yang dapat digunakan sebagai referensi.14

Apa yang setara ditentukan berdasarkan fakta-fakta dan keadaan masing-masing kasus. Ini berarti bahwa penentuan manfaat harus mempertimbangkan skala dan dampak dari pelanggaran atas hak-hak IP/LC (misalnya, sebagaimana diinformasikan oleh kajian dampak lingkungan dan sosial) dibandingkan dengan manfaat yang akan bertambah bagi perusahaan dan penerima manfaat lainnya (misalnya, pemerintah, pembeli perusahaan, dan mitra usaha lainnya) sebagai hasil dari kegiatan operasional yang dimungkinkan oleh pelanggaran hak yang disetujui oleh IP/LC. Oleh karena itu, pengungkapan penuh sebelumnya oleh perusahaan mengenai manfaat yang diharapkan diterima perusahaan (termasuk informasi mengenai margin keuntungan) dan manfaat yang diharapkan bertambah untuk pihak lain sangat penting untuk menentukan apa yang setara dalam kasus apapun dan untuk mencapai kesepakatan yang “terinformasi” tentang pengaturan pembagian manfaat.

Page 20: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

15Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat Adat dan Masyarakat Tempatan

KoTAK 1. Kompensasi dan Pembagian Manfaat

Untuk memastikan bahwa IP/LC menerima pembayaran yang tepat untuk segala pembatasan atas hak properti atau akses yang mereka setujui, penting kiranya untuk memahami definisi—dan hubungan antara —kompensasi dan pembagian manfaat. Meskipun kompensasi dan pembagian manfaat terkadang dapat berwujud serupa (misalnya sebagai pembayaran moneter atau berbagai jenis remunerasi dalam bentuk bukan uang), mereka tidak sama dan ketentuan untuk yang satu tidak boleh dihitung dua kali sebagai pemenuhan yang satunya. Kompensasi diwajibkan sebagai ganti dari hak hukum yang dilanggar, terlepas dari apakah perusahaan atau pihak lain pada akhirnya mendapat keuntungan dari pelanggaran tersebut. Pembagian manfaat mencakup pembagian porsi dari manfaat yang diperoleh dari kegiatan perusahaan dan pihak lain, seperti keuntungan, royalti dan pekerjaan.

2.5 Situasi ketika hak properti IP/LC terkena dampak yang merugikan tanpa persetujuan

Bagian ini membahas situasi ketika lahan, sumber daya, dan wilayah IP/LC terkena dampak yang merugikan tanpa adanya FPIC dari masyarakat atau komunitas yang terpengaruh. Dalam kasus seperti ini, sebagaimana dinyatakan dalam Prinsip Inti 2. implementasi prinsip ini sebaiknya mempertimbangkan panduan berikut:

1) Elemen Framework ini membahas situasi ketika perusahaan dan IP/LC yang bersangkutan memilih bekerja sama dengan itikad baik untuk memperbaiki kerusakan.

2) “Prosedur yang disepakati bersama” dapat mencakup fasilitasi yang mengikat atau tidak mengikat, mediasi melalui mekanisme penyelesaian sengketa masyarakat tempatan, arbitrase internasional, atau pendekatan lainnya. Semua pilihan yang disetujui oleh para pihak dapat diterima dan tidak ada yang akan melemahkan atau mengabaikan hak masing-masing pihak untuk menggunakan mekanisme pengaduan

Page 21: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

16 Accountability Framework

negara atau non-negara lainnya yang tersedia bagi mereka. Mengingat bahwa prosedur ini harus disepakati, perusahaan sebaiknya merujuk kepada Pedoman Operasional Prinsip Persetujuan Atas Dasar Informasi Awal Tanpa Paksaan tentang bagaimana cara melibatkan IP/LC yang bersangkutan untuk menyetujui prosedur yang akan digunakan.

3) Arti dari “menyebabkan” atau “berkontribusi kepada” tidak memiliki konsensus internasional. Pedoman Operasional Remediasi dan Akses terhadap Perbaikan memberikan panduan untuk topik ini.

4) Diskusi mengenai remediasi sebaiknya didasarkan pada Pedomanan Operasional Remediasi dan Akses terhadap Perbaikan, terutama untuk membahas apakah kompensasi merupakan perbaikan yang tepat dalam konteks IP/LC. Ketika restitusi lahan, sumber daya, dan wilayah dilihat sebagai solusi perbaikan. Ini mungkin memerlukan peran perusahaan untuk melepaskan sebagian konsesi atau properti yang disewa, memulihkan lahan dan sumber daya yang rusak, dan/atau memperoleh lahan yang sepadan untuk populasi yang terkena dampak. Sebagaimana ditetapkan dalam UNDRIP Pasal 28(2), sepadan biasanya berarti sama dalam “ukuran, kualitas, dan status.” Contohnya, status yang sama biasanya berarti bahwa jika lahan yang sebelumnya diambil atau dirusak diberi hak sebagai cagar adat yang dilindungi, lahan yang baru harus memiliki tingkat pengakuan dan perlindungan yang sama dari negara. Secara keseluruhan, lahan yang sepadan adalah ketika penggunaan IP/LC sebelumnya dapat dilanjutkan sehingga situasi populasi ini dikembalikan ke keadaan semula sebelum terkena dampak yang merugikan.

Page 22: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

17Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat Adat dan Masyarakat Tempatan

3. Menghormati hak IP/LC atas mata pencaharian dan ketahanan pangan

Hukum internasional mengakui bahwa hak atas kecukupan pangan dinikmati sepenuhnya ketika seseorang (sendiri atau dalam komunitas bersama orang lain) memiliki akses ekonomi maupun fisik terhadap makanan yang memadai atau cara mendapatkannya.15 Hal ini dapat dicapai melalui berbagai cara, termasuk bercocok tanam, memancing, berburu, dan akses terhadap pembelian yang terjangkau, bahkan bagi mereka yang paling rentan (seperti korban bencana alam) dan mereka yang hidup di daerah terpencil (seperti IP/LC). Ketahanan pangan diakui sebagai prasyarat penting untuk hak atas kecukupan pangan sehingga sering digambarkan sebagai hak tersendiri.16 Mata pencaharian seseorang atau suatu kelompok mencakup bagaimana mereka mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan dasar mereka, termasuk makanan.

Mata pencaharian dan ketahanan pangan IP/LC biasanya sangat tergantung kepada lahan, sumber daya, dan wilayah mereka dan pada praktik-praktik budaya serta hukum adat yang terkait dengan penggunaan dan pengelolaannya. Karena alasan ini, kegiatan operasional perusahaan dan rantai pasokan yang memengaruhi properti IP/LC sangat mungkin dapat memengaruhi ketahanan pangan dan mata pencaharian IP/LC.

Karena itulah, konsisten dengan pendekatan yang diambil oleh beberapa pedoman dan kerangka kerja lain,17 pendekatan perusahaan terhadap akuisisi lahan, penguasaan lahan, pengembangan lokasi, dan pengelolaan lahan secara keseluruhan perlu membahas masalah mata pencaharian dan ketahanan pangan IP/LC yang mungkin terkena dampak operasional perusahaan. Kerugian potensial atau aktual terhadap mata pencaharian dan ketahanan pangan perlu diidentifikasi melalui konsultasi dengan IP/LC,18 dihindari dan dikurangi, serta dilacak dan dimonitor.

Page 23: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

18 Accountability Framework

3.1 Mengidentifikasi dan mengatasi masalah mata pencaharian dan ketahanan pangan

Ketika berupaya mengatasi risiko terhadap mata pencaharian dan ketahanan pangan IP/LC, perusahaan perlu menyelidiki pertanyaan dan masalah yang diidentifikasi di bawah ini dan menggunakan informasi yang dihasilkan untuk mengembangkan rencana dan melaksanakan kegiatan yang dapat menghindari dan mengurangi kerugian terhadap mata pencaharian dan ketahanan pangan secara efektif. Informasi tersebut juga dapat digunakan untuk melacak dan memonitor hasil kegiatan-kegiatan ini dan status mata pencaharian dan ketahanan pangan IP/LC. Kajian dan penilaian yang dijelaskan kemudian di bagian ini dapat menjadi cara yang efektif untuk menyelidiki serangkaian pertanyaan dan masalah tersebut.

1) Bagaimana IP/LC dan anggota konstituen mereka yang terkena dampak mengatakan cara mereka mencari nafkah masing-masing?

2) Bagaimana mata pencaharian ini bergantung kepada akses terhadap sumber daya lingkungan dan alam, dan/atau ekonomi lokal?

3) Kegiatan subsisten apa saja yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar (misalnya, mengumpulkan makanan dan produk hutan, memancing, berburu, bertani, menangkap binatang, beternak, dll.) dan siapa di masyarakat yang bertanggung jawab atas tugas-tugas ini (misalnya, tetua, pemuda, wanita, pria, dll.)?

4) Kegiatan apa yang berkontribusi pada pendapatan, subsisten, makanan, kesehatan, dan keamanan nutrisi IP/LC dan anggotanya?

5) Apakah ada hukum adat yang sudah mengatur kegiatan dan praktik ini? Siapa yang menyetujui dan mengelola hukum ini dalam populasi yang terkena dampak?

6) Apakah penduduk atau masyarakat yang terkena dampak terlibat dalam barter, perdagangan, atau keterlibatan lainnya dengan orang lain, masyarakat lain, atau dengan pasar eksternal formal atau informal?

7) Apa saja pengetahuan, ketrampilan, sumbangan dan praktik ekologis pribadi, lokal, atau tradisional IP/LC yang berkontribusi dalam melindungi mata pencaharian dan memastikan ketahanan pangan mereka? (Penelitian atas pertanyaan ini perlu dilakukan dengan cara yang melindungi kerahasiaan, privasi, dan kekayaan intelektual dari pengetahuan dan warisan budaya IP/LC)

Page 24: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

19Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat Adat dan Masyarakat Tempatan

8) Apakah aset yang mendasar bagi penduduk atau masyarakat dalam mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan dasar mereka (misalnya, pertanian, ladang, padang penggembalaan, tanaman, ternak, sumber daya alam, peralatan, mesin, dan properti budaya yang tak berwujud)?

9) Apakah harapan penduduk dan masyarakat sehubungan dengan lahan dan sumber daya mereka untuk generasi sekarang dan masa depan, termasuk prospek untuk pertumbuhan populasi dan bertambahnya atau berkurangnya kebutuhan?

10) Aset-aset lingkungan apa saja yang memerlukan tindakan khusus untuk menjamin perlindungannya dan kontribusinya yang berlanjut terhadap mata pencaharian dan ketahanan pangan (termasuk tindakan yang terkait dengan konservasi dan akses kepada sumber daya)?

11) Bagaimana masyarakat beradaptasi secara bertahap kepada lingkungan sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, tempat tinggal, dan kesehatan?

12) Peran apakah yang akan dilakukan oleh penduduk dan masyarakat dalam memantau dan menilai perlindungan terhadap hak atas mata pencaharian dan ketahanan pangan?

13) Kegiatan apa dari perusahaan yang dapat berdampak bagi mata pencaharian dan ketahanan pangan (misalnya, pembatasan akses kepada sumber daya alam atau modifikasi ekonomi lokal), dan apakah kegiatan operasional dapat dimodifikasi untuk menghindari dampak tersebut?

14) Apakah dampak mata pencaharian dan ketahanan pangan timbul semata-mata dari kegiatan perusahaan, atau apakah ada dampak kumulatif akibat kegiatan operasional perusahaan lain juga? Jika karena ada dampak kumulatif, kerjasama sektor atau regional seperti apa yang dapat membantu mengatasi dampak ini?

Perusahaan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dan menilai risiko terhadap mata pencaharian dan ketahanan pangan IP/LC dengan melakukan kajian dan penilaian berikut:

1) Penilaian dasar sosial, kajian tenurial, kajian tata guna lahan (termasuk pemetaan partisipatif), dan semua pelibatan pemangku kepentingan yang sedang berlangsung (termasuk proses FPIC jika diperlukan) masing-masing dapat berkontribusi untuk mengidentifikasi kebutuhan saat ini dan di masa depan serta penggunaan yang berkaitan dengan lahan, sumber daya, dan wilayah IP/LC, untuk populasi saat ini maupun generasi mendatang berdasarkan pada pertumbuhan populasi yang diantisipasi. Kajian-kajian ini dibahas lebih lanjut dalam Bagian 2.2 di atas dan dalam Lampiran 1 dan 2.

Page 25: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

20 Accountability Framework

2) Penilaian dampak lingkungan dan sosial dapat membantu menilai risiko dan potensi dampak terhadap mata pencaharian dan ketahanan pangan IP/LC pada waktu perusahaan mengusulkan akuisisi hak baru di lahan atau sumber daya, atau mengadakan penanaman atau operasional baru, atau perluasan operasional yang sudah ada.19

3) Penilaian Nilai Konservasi Tinggi (HCV) dan Pendekatan Stok Karbon Tinggi (HCSA) yang terintegrasi juga mencakup pertimbangan atas hak-hak dan kesejahteraan IP/LC, termasuk hubungannya dengan mata pencaharian dan ketahanan pangan.20

Masing-masing penilaian, kajian, dan pelibatan pemangku kepentingan perlu dilakukan dengan cara yang se-inklusif mungkin, dengan memperhitungkan adanya ketidakadilan dalam partisipasi kelompok rentan atau wanita, dan menyadari nilai dan kontribusi yang berbeda dari individu dan kelompok yang berbeda dalam himpunan IP/LC yang lebih besar (misalnya, wanita dan pria, pemuda dan tetua, pemburu, nelayan, petani, dan lainnya). Panduan tambahan tentang ekspektasi terkait ketahanan pangan dan mata pencaharian dapat ditemukan dalam Deklarasi PBB tentang Hak Asasi Petani dan Masyarakat Pedesaan (United Nations Declaration on the Rights of Peasants and Other People Working in Rural Areas).21

Sejalan dengan panduan yang diberikan pada Bagian 2.2, produsen dan pengolah primer biasanya perlu memimpin pelaksanaan kajian, penilaian dan pelibatan ini dalam kerja sama yang erat dengan IP/LC yang berpotensi terkena dampak. Namun, ketika ada risiko yang signifikan terhadap mata pencaharian dan ketahanan pangan, atau dampak yang yang merugikan telah terjadi diakibatkan oleh produksi komoditas, perusahaan hilir perlu melakukan langkah-langkah yang lebih proaktif untuk memastikan praktik dan proses pemasok hulu mereka melindungi mata pencaharian dan ketahanan pangan IP/LC. Lihat Bagian 5 untuk perincian lebih lanjut tentang peran berbagai pelaku rantai pasokan.

Berdasarkan informasi yang dihasilkan oleh kajian-kajian di atas, perusahaan perlu menetapkan praktik, tindakan, dan langkah-langkah mitigasi yang memadai dan efektif untuk menghormati mata pencaharian dan ketahanan pangan IP/LC. Tindakan-tindakan ini kemudian perlu diintegrasikan ke dalam rencana managemen perusahaan, diterapkan sepenuhnya, dimonitor dan diverifikasi untuk menilai hasil dan mengambil tindakan korektif jika diperlukan. Selain itu, mekanisme pengaduan perusahaan sebaiknya dirancang untuk membantu mengungkap risiko dan dampak yang merugikan terhadap mata pencaharian dan ketahanan pangan IP/LC yang terjadi selama berlangsungnya kegiatan operasional perusahaan. Untuk informasi lebih lanjut mengenai mekanisme pengaduan, lihat Pedoman Operasional Remediasi dan Akses terhadap Perbaikan.

Page 26: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

21Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat Adat dan Masyarakat Tempatan

4. Menghormati hak-hak IP/LC untuk menentukan nasib sendiri, atas tata pemerintahan, dan hak atas budaya

Prinsip Inti 2.2 mengharuskan perusahaan “berkomitmen untuk menghormati hak-hak masyarakat adat dan masyarakat tempatan dalam semua produksi, pembelian dan pengadaan, serta investasi keuangan. Hal ini termasuk diantaranya, hak properti, budaya, menentukan nasib sendiri, tata pemerintahan sendiri, hak atas lingkungan hidup yang sehat, bebas dari diskriminasi, serta partisipasi penuh dan efektif dalam keputusan yang memengaruhi mereka.” Bagian ini memberikan informasi lebih lanjut tentang hak menentukan nasib sendiri, tata pemerintahan sendiri dan hak budaya, serta menetapkan apa yang diharapkan untuk dilakukan oleh perusahaan dalam memastikan hak-hak ini dihormati.

4.1 Hak IP/LC untuk menentukan nasib sendiri

Semua orang memiliki hak untuk menentukan nasib sendiri, sebagaimana ditegaskan oleh Kovenan (hokum) Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik (ICCPR) dan Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (ICESCR). Dalam hal IP/LC, ini termasuk hak untuk “secara bebas menentukan status politik mereka dan secara bebas mengejar pembangunan ekonomi, sosial dan budaya mereka” (lihat UNDRIP, Pasal 3 & 4). Karena hak-hak IP/LC saling tergantung, tidak terpisahkan dan saling terkait, agar IP/LC dapat secara efektif menggunakan hak menentukan nasib sendiri, setiap hak yang tercantum dalam Prinsip Inti 2.2 juga harus dihormati. Sebagai contoh, IP/LC tidak dapat sepenuhnya menggunakan hak menentukan pembangunan ekonomi, sosial dan budaya mereka sendiri ketika mereka tidak dapat menggunakan hak atas budaya atau memiliki kapasitas untuk mempertahankan dan mewariskan identitas budaya mereka (misalnya, praktik, kepercayaan, pengetahuan) dari generasi ke generasi. Demikian pula, menentukan nasib sendiri tidak dapat dilakukan ketika IP/LC tidak memiliki pengakuan penuh atas hak mereka untuk tata pemerintahan sendiri, sebagaimana didefinisikan lebih lanjut dalam Bagian 4.2 di bawah.

Page 27: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

22 Accountability Framework

Hak–hak dari setiap konstituen ini sangat terkait dengan hubungan khusus yang dimiliki IP/LC dengan lahan, sumber daya, dan wilayah mereka. Oleh karena itu, hak untuk menentukan nasib sendiri juga tidak terpisahkan dari hak IP/LC atas lahan, sumber daya, dan wilayah mereka. Dengan mengingat keterkaitan ini, bagian-bagian berikut menjabarkan lebih lanjut hak-hak IP/LC atas tata pemerintahan sendiri dan hak budaya, termasuk bagaimana hak-hak ini dapat dipengaruhi oleh produksi dan perdagangan komoditas serta apa yang dapat dilakukan perusahaan untuk memastikan hak-hak tersebut dihormati dalam konteks ini.

4.2 Hak IP/LC atas tata pemerintahan sendiriIP/LC memiliki hak atas tata pemerintahan urusan mereka melalui institusi dan hukum adat mereka sendiri. Hal ini mencakup tata kelola masyarakat, lahan, sumber daya, dan wilayah serta pengambilan keputusan tentang bagaimana sumber daya mereka akan digunakan untuk meningkatkan mata pencaharian dan mempertahankan identitas budaya sebagaimana didefinisikan oleh mereka. Hak IP/LC atas tata pemerintahan mereka sendiri lebih lanjut tercermin dan dilaksanakan melalui hak-hak IP/LC untuk:

1) Mengendalikan lahan, sumber daya, dan wilayah mereka serta menentukan dan mengembangkan prioritas dan strategi untuk pembangunan dan penggunaannya

2) “Menjaga dan memperkuat lembaga politik, hukum, ekonomi, sosial dan budaya mereka yang berbeda”

3) “Menentukan dan mengembangkan prioritas dan strategi dalam menggunakan hak mereka untuk pembangunan”

4) “Mengelola program-program pembangunan tersebut melalui kelembagaan mereka sendiri”

5) Berpartisipasi secara bermakna dan efektif dalam pengambilan keputusan yang dapat memengaruhi mereka, melalui “perwakilan yang dipilih oleh mereka sesuai dengan prosedur mereka sendiri”

6) “Memelihara dan mengembangkan lembaga adat pembuat keputusan mereka sendiri”22

7) Pengakuan atas personalitas hukum mereka (lihat Definisi)

Seperti telah disebutkan dalam bagian sebelumnya, hak IP/LC untuk tata pemerintahan sendiri adalah perpanjangan dari hak IP/LC dalam menentukan nasib sendiri dan berhubungan erat dengan hak properti IP/LC. Hak atas tata pemerintahan sendiri ini disorot dalam Accountability Framework dan dibahas secara rinci karena: i) kerangka kerja dan dokumen panduan lainnya belum membahas secara komprehensif, dan ii) seringkali terdapat risiko yaitu perusahaan menyebabkan atau berkontribusi pada dampak yang merugikan atas hak ini melalui tindakan atau kelalaian mereka, terutama ketika kegiatan produksi dan perdagangan mengganggu

Page 28: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

23Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat Adat dan Masyarakat Tempatan

kendali dan pengelolaan IP/LC terhadap lahan, sumber daya, dan wilayah mereka, atau ketika hak atas FPIC dan hak atas akses terhadap perbaikan di saat terjadinya dampak yang merugikan tidak dihormati sepenuhnya. Pengalaman telah menunjukkan bahwa kegagalan untuk memahami dan mengambil langkah-langkah untuk menghormati hak IP/LC atas tata pemerintahan sendiri dapat menghadirkan tantangan bagi kegiatan perusahaan dan menghambat pemenuhan komitmen mereka. Dengan mengingat pertimbangan ini, penjelasan lebih lanjut mengenai hak IP/LC atas tata pemerintahan sendiri dan apa yang dapat dilakukan perusahaan untuk memastikan hak tersebut dihormati.

4.2.1 Potensi dampak yang merugikan hak IP/LC atas tata pemerintahannya sendiri

Dalam konteks rantai pasokan pertanian dan kehutanan, hak tata pemerintahan sendiri dapat terkena dampak dalam berbagai situasi, seperti:

1) Ketika suatu perusahaan memaksakan kontrol atas sebagian dari wilayah leluhur dan sumber daya hutannya, mengacaukan kapasitas pemerintahan IP/LC untuk menyelenggarakan rencana pengelolaan sumber daya dan prioritas pembangunan mereka sendiri.

2) Ketika suatu perusahaan mengikuti instruksi pemerintah untuk mendapatkan persetujuan dari otoritas pemerintahan adat tertentu meskipun entitas ini mungkin bukan satu-satunya struktur tata pemerintahan yang diakui oleh IP/LC yang terkena dampak dan/atau tidak dianggap oleh mereka sebagai perwakilan.

3) Ketika suatu perusahaan mendukung perpecahan atau adanya kelompok yang bertentangan di dalam struktur tata pemerintahan IP/LC melalui pembayaran manfaat atau pemberian hak istimewa secara selektif kepada pemimpin atau perwakilan tertentu yang mendukung rencana atau kebijakan perusahaan (contohnya termasuk penyediaan pekerjaan, dukungan keuangan, atau insentif lain kepada pimpinan IP/LC yang mendukung kegiatan perusahaan sambil meremehkan atau mengabaikan konsultasi dengan pimpinan lain yang dipilih oleh masyarakat yang telah menyatakan keprihatinan tentang dampak perusahaan).

4) Ketika suatu perusahaan secara aktif mendukung dan berpartisipasi dalam pendekatan yurisdiksi terkait pengelolaan hutan yang memprioritaskan dan memilih penandatanganan persetujuan sumber daya dan tenaga kerja dengan asosiasi IP/LC dan LSM yang terdaftar dan memiliki personalitas hukum yang diakui, sementara struktur tata pemerintahan tradisional, tanpa pengakuan negara, mungkin terpinggirkan dan dihalangi untuk mendapatkan manfaat dan menuntut hak penduduk mereka dalam forum ini (lihat Kotak 2 untuk informasi lebih lanjut mengenai penilaian risiko yang ditimbulkan dengan tidak adanya personalitas hukum).

Page 29: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

24 Accountability Framework

KoTAK 2. Personalitas hukum masyarakat adat dan masyarakat tempatan

Istilah “personalitas hukum” mengacu pada apakah seseorang, kelompok, atau entitas diakui berdasarkan hukum sebagai mampu memiliki hak dan kewajiban hukum termasuk hak untuk menggugat, digugat, memiliki sertifikat properti dan hak milik, dan untuk menandatangani kontrak. Pengakuan atas personalitas hukum sangat penting untuk perlindungan, penghormatan, dan pemenuhan Hak Asasi Manusia dari IP/LC. Ketika personalitas hukum IP/LC tidak sepenuhnya diakui, perusahaan mungkin perlu mengambil tindakan tambahan untuk memastikan hak-hak IP/LC dihormati.

Ketika melakukan penilaian hukum yang berlaku, perusahaan perlu mempertimbangkan perlakuan terhadap personalitas hukum IP/LC berdasarkan hukum nasional. Peninjauan sebaiknya membahas pertanyaan seperti:

y Apakah IP/LC yang bersangkutan memiliki pengakuan atas personalitas hukum mereka dalam hukum nasional? Jika demikian, apakah pengakuan tersebut konsisten dengan norma, nilai, dan hukum adat masyarakat ini?

y Apakah IP/LC yang bersangkutan sudah mendaftar untuk pengakuan hukum dan apakah tampaknya ada penundaan yang tidak masuk akal atau prasangka yang tidak semestinya dalam tanggapan negara?

y Apakah IP/LC yang bersangkutan dicegah untuk mendapatkan sertifikat tanah karena mereka tidak memiliki personalitas hukum yang diakui yang memungkinkan mereka untuk mempunyai sertifikat tanah atas nama mereka (secara kolektif atau individu)?

y Apakah IP/LC memiliki akses terbatas terhadap perbaikan domestik dan oleh karena itu akses terhadap keadilan dan persamaan hukum juga terbatas karena tidak adanya personalitas hukum (misalnya, tidak memiliki kedudukan di hadapan badan peradilan)?

Sumber: Standar Sosial dan Lingkungan #6 UNDP, Masyarakat Adat, Catatan Panduan.

Page 30: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

25Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat Adat dan Masyarakat Tempatan

4.2.2 Tantangan perusahaan dalam menghormati hak IP/LC atas tata pemerintahan sendiri

Sebagaimana disebutkan di atas, dalam konteks rantai pasokan pertanian dan kehutanan, hak atas tata pemerintahan dapat menghadirkan tantangan bagi perusahaan yang berupaya menghormati Hak Asasi Manusia yang diakui secara internasional. Paling sering, ini terjadi dalam konteks proses FPIC dan konsultasi pemangku kepentingan IP/LC. Hal Ini dikarenakan proses tersebut seringkali mengharuskan perusahaan untuk terlibat dengan IP/LC yang sudah memiliki konflik internal mengenai siapa yang mengatur lahan, sumber daya, dan penduduk. Konflik-konflik ini umumnya disebabkan oleh satu atau lebih dari empat keadaan berikut:

1) Ketika negara memberlakukan suatu bentuk tata pemerintahan pada IP/LC: Di banyak negara, undang-undang nasional menetapkan dan memberlakukan suatu bentuk tata pemerintahan tertentu atas wilayah adat yang tidak hanya berbeda dari tata pemerintahan, adat istiadat, dan norma tradisional atau historis mereka, tetapi juga bergantung pada sumber daya pemerintah dan lebih selaras dengan tujuan nasional. Ini sering dilakukan meskipun ada keberatan terhadap struktur ini oleh banyak anggota IP/LC dan persaingan yang muncul dari struktur semacam ini terhadap struktur tata pemerintahan tradisional, seperti Dewan Tetua, lembaga politik matriarkal, dan lainnya.

2) Ketika struktur tata pemerintahan yang diberlakukan oleh pemerintah memiliki personalitas hukum atas IP/LC: Dalam beberapa kasus, struktur tata pemerintahan yang diberlakukan oleh pemerintah adalah yang diakui oleh hukum sebagai memiliki personalitas hukum atas IP/LC tertentu. Ini berarti bahwa struktur yang diberlakukan tersebut adalah satu-satunya yang dapat memegang sertifikat tanah atas nama IP/LC, memiliki kapasitas untuk melakukan kontrak atau perjanjian yang terkait dengan disposisi lahan dan sumber daya mereka, dan secara hukum mewakili penduduk mereka di hadapan pemerintah dan pengadilan hukum di mana hak kolektif atas properti dipermasalahkan. Hukum internasional memandang bahwa hak-hak IP/LC telah dilanggar jika personalitas hukum mereka ditolak: penolakan ini melanggar hak-hak IP/LC untuk menikmati hak mereka atas lahan, sumber daya, dan wilayah sesuai dengan tradisi mereka sendiri dan untuk mengajukan keluhan ke pengadilan atas pelanggaran hak kolektif mereka.23

3) Ketika IP/LC tidak memiliki hak penuh atas lahan mereka: Dalam beberapa situasi, tanah dan wilayah leluhur IP/LC hanya sebagian yang bersertifikat. Hal ini berarti bahwa undang-undang nasional mengakui struktur tata pemerintahan IP/LC dan yurisdiksi atas sebagian dari lahan mereka (yang bersertifikat saja), sementara badan pemerintahan dapat memaksakan yurisdiksi dan otoritas atas tanah dan sumber daya leluhur yang tidak bersertifikat. Dalam kasus seperti ini, hak properti IP/LC

Page 31: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

26 Accountability Framework

dapat selalu digugat dan rentan karena kegagalan pemerintah untuk sepenuhnya menghormati hak-hak tersebut, meskipun ketika hukum internasional mungkin mengakui hak properti IP/LC atas wilayah mereka sepenuhnya.

4) Ketika pihak luar yang tidak diinginkan pindah ke dalam wilayah adat: Di banyak negara, tanah dan wilayah leluhur, secara hukum, adalah untuk dimiliki dan digunakan secara eksklusif oleh pemilik dan pengguna IP/LC yang sah. Namun, selama beberapa dekade pendatang dan permukiman yang bukan orang asli telah datang ke dalam wilayah IP/LC dengan beragam alasan. Penduduk non-orang asli tersebut sering menuntut perwakilan dalam struktur pemerintahan adat untuk diikutsertakan secara setara dalam konsultasi dan proses FPIC yang melibatkan perusahaan dan masyarakat serta komunitas yang terkena dampak.

5) Ketika struktur tata pemerintahan adat, dengan ketentuan yang dinyatakan atau dipraktikkan, tampak mengecualikan atau meminggirkan kelompok tertentu: Dalam beberapa kasus, struktur tata pemerintahan adat setempat mungkin beroperasi dengan cara yang dapat menyulitkan perusahaan untuk menilai keinginan populasi yang lebih besar dan berjuang untuk partisipasi dan pembagian manfaat yang inklusif. Sebagai contoh, struktur tersebut dapat mengecualikan atau membatasi suara kelompok atau individu tertentu—seperti wanita atau mereka yang telah lama tidak berada di wilayah tersebut—atau kelompok tertentu yang menentang badan atau pemimpin pemerintahan atau memiliki pandangan politik yang berbeda.

4.2.3 Cara perusahaan mengatasi tantangan iniTerlepas dari kompleksitas masalah-masalah yang dijelaskan di atas, perusahaan perlu menghormati hak IP/LC atas tata pemerintahannya sendiri. Meskipun Pedoman Operasional ini tidak dapat mengantisipasi dan menentukan jalur tindakan yang tepat untuk setiap situasi yang mungkin dihadapi perusahaan ketika menavigasi masalah-masalah tersebut, hal-hal berikut ini perlu dipertimbangkan, bersama dengan Pedoman Operasional Prinsip Persetujuan Atas Dasar Informasi Awal Tanpa Paksaan, terutama bagian Lampiran.

1) Perusahaan perlu menahan diri untuk tidak memihak siapa yang mewakili IP/LC dan karena itu siapa yang secara sah memerintah wilayah tersebut.

2) Perusahaan tidak boleh menempatkan diri dalam posisi untuk memutuskan siapa penduduk asli dan siapa yang bukan atau siapa yang menjadi anggota masyarakat tempatan sesuai hukum adat, norma, dan nilai-nilai mereka; perusahaan juga tidak boleh menyatakan atau memihak siapa yang bisa atau tidak bisa berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Hal ini perlu diserahkan kepada IP/LC yang berkaitan. Perusahaan dapat secara netral menawarkan untuk mendukung mekanisme internal dalam menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan ini tetapi harus berhati-hati dalam melakukannya untuk menghindari memaksakan pengaruh atau dipersepsikan demikian.

Page 32: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

27Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat Adat dan Masyarakat Tempatan

3) Apabila kegiatan operasional perusahaan mungkin berdampak pada lahan dan sumber daya yang tidak bersertifikat atas nama IP/LC (atau mungkin bersertifikat atas nama pihak lain), tetapi diklaim oleh mereka, perusahaan perlu menyertakan penduduk dan masyarakat ini (serta struktur tata pemerintahan mereka) dalam semua uji tuntas serta proses dan penilaian managemen risiko.

4) Apabila kajian hukum yang berlaku mengungkapkan bahwa struktur tata pemerintahan yang dipilih oleh IP/LC telah ditolak personalitas hukumnya, perusahaan perlu mempertimbangkan langkah-langkah untuk mengurangi kerugian yang dapat muncul akibat kelalaian negara dalam hal ini. Misalnya, pimpinan dari struktur tata pemerintahan yang dikecualikan dapat diikutsertakan dalam konsultasi atau proses FPIC.

5) Perusahaan perlu mempertimbangkan untuk mendukung inisiatif pembangunan konsensus, termasuk upaya penyelesaian sengketa masyarakat tempatan, antara entitas pengelola IP/LC yang menyatakan hak dan/atau yurisdiksi yang bertumpang tindih. Hal ini dapat berkontribusi dalam mencapai dukungan yang lebih luas bagi kegiatan perusahaan, menghindari keluhan di masa depan serta anggapan pilih kasih di antara para pemangku kepentingan, dan meningkatkan penikmatan Hak Asasi Manusia yang mungkin terkena dampak oleh perusahaan.

6) Perusahaan tidak dapat mendikte mekanisme pengambilan keputusan masyarakat tetapi mereka memiliki tanggung jawab untuk mengambil tindakan yang tepat dalam memastikan bahwa mereka tidak terlibat dalam praktik-praktik diskriminatif. Mereka juga bertanggung jawab untuk memastikan bahwa semua anggota IP/LC secara umum diberi tahu mengenai kegiatan produksi dan perdagangan perusahaan saat ini dan yang diusulkan, dan IP/LC diwakili oleh mereka yang telah diinstruksikan utuk dilibatkan oleh perusahaan.

7) Perusahaan tidak boleh langsung mengambil keputusan tentang kecukupan atau keterwakilan suatu lembaga pemerintahan tertentu. Hal ini adalah hal yang sensitif. Namun, perusahaan dapat bertindak bijaksana dengan menginvestasikan waktu di awal proses uji tuntas mereka (sebagai bagian dari kajian dasar sosial dan Penilaian Dampak Lingkungan dan Sosial (ESIA)) untuk menyelidiki dan memahami undang-undang dan dinamika sosial/politik yang berdampak pada tata pemerintahan IP/LC. Ini mencakup konsultasi dengan para pimpinan, penasehat masyarakat, perwakilan, kelompok yang mewakili keseluruhan anggota IP/LC (dengan mengingat kesetaraan gender dan inklusivitas), para pelaku masyarakat sipil yang bekerja dengan mereka, dan komisi Hak Asasi Manusia atau ombudsman.

Langkah-langkah tambahan khusus untuk perusahaan pada berbagai tahapan rantai pasokan diuraikan dalam Bagian 5.

Page 33: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

28 Accountability Framework

4.3 Hak IP/LC atas budayaSeperti disebutkan di atas, hak IP/LC untuk menentukan nasib sendiri melibatkan hak IP/LC untuk menentukan perkembangan budaya mereka sendiri. Lebih lanjut, hubungan khusus yang dimiliki IP/LC dengan lahan, sumber daya, dan wilayahnya adalah hubungan yang tak terpisahkan dengan kelangsungan hidup budaya mereka.24 Hukum internasional telah mengakui bahwa hak atas budaya dapat dilanggar ketika hak properti IP/LC, serta praktik-praktik tradisional IP/LC (misalnya berburu) dan lokasi-lokasi yang memiliki signifikansi budaya, tidak dilindungi.25 Sebagaimana disebutkan di atas, hak-hak IP/LC yang menjadi fokus Accountability Framework terkait satu sama lain.

Dalam konteks ini, kegiatan produksi dan perdagangan perusahaan dapat berdampak negatif terhadap hak IP/LC atas budaya, yang meliputi:

y Hak atas identitas budaya

y Hak untuk bebas dari diskriminasi ketika menegaskan identitas budaya mereka

y Hak untuk memelihara, mengendalikan, mengembangkan, dan melindungi warisan budaya mereka (termasuk pengetahuan tradisional, lokasi sakral/suci, dan praktik-praktik budaya) (lihat Definisi)

y Hak untuk mempraktikkan dan merevitalisasi tradisi budaya dan adat istiadat mereka serta berpartisipasi dalam kehidupan budaya dan nilai-nilai budaya penduduk dan masyarakat mereka

y Hak untuk mempertahankan dan mewariskan budaya mereka kepada generasi mendatang

y Hak untuk bebas dari asimilasi atau penghancuran budaya mereka

y Hak untuk mempertahankan kelembagaan budaya mereka

y Hak atas kepemilikan, penggunaan, kontrol, dan pengelolaan lahan, sumber daya, dan wilayah mereka26

Hak IP/LC atas budaya dibahas dalam berbagai perjanjian dan instrumen internasional, dalam semakin banyak standar dan kebijakan sosial dan lingkungan dari lembaga keuangan internasional (termasuk Korporasi Keuangan Internasional, yang melibatkan entitas sektor swasta), dan dalam komitmen sukarela berbagai perusahaan. Lihat Lampiran 4 untuk daftar yang tidak menyeluruh dari instrumen-instrumen lain tersebut. Daftar indikatif dari contoh-contoh warisan budaya dapat ditemukan dalam Lampiran 5.

Page 34: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

29Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat Adat dan Masyarakat Tempatan

Secara kolektif, instrumen-instrumen ini mengakui satu atau semua hal berikut:

1) Identitas budaya dan kelangsungan hidup budaya tidak terpisahkan dari akses mereka terhadap dan penggunaan lahan, sumber daya, dan wilayah yang secara tradisional telah mereka gunakan atau tempati.

2) Penghormatan terhadap identitas budaya juga mencakup penghormatan terhadap institusi budaya penduduk dan masyarakat yang bersangkutan.

3) Ketika potensi dampak buruk pada warisan budaya dapat muncul, termasuk melalui penggunaan komersial dari pengetahuan, inovasi, dan praktik-praktik IP/LC, diperlukan proses FPIC. Ketika penggunaan warisan budaya terjadi, kompensasi mungkin diperlukan, dan IP/LC harus dibagi manfaatnya secara adil dan setara.

4) Langkah-langkah khusus perlu diambil untuk menghindari dan memitigasi kerusakan identitas budaya IP/LC dan untuk membantu mengamankan dan melindungi area yang memiliki signifikansi budaya. Hal ini termasuk menjaga integritas dan akses kepada area-area ini untuk penduduk dan masyarakat terkait.

5) Sebelum dimulainya kegiatan yang berpotensi merugikan, penilaian dan kajian harus dilakukan (misalnya, penilaian dasar sosial, kajian tenurial, dan kajian tata guna lahan, sebagaimana dijelaskan dalam Bagian 2.2) bersama-sama dengan IP/LC yang terkena dampak untuk memastikan pengetahuan mereka tentang lokasi, wilayah, keahlian, dan praktik-praktik dengan signifikansi budaya yang dapat terkena dampak oleh kegiatan yang diusulkan.

6) Ketika lahan dan sumber daya diberi nilai (misalnya, untuk studi perencanaan lahan, inventaris aset nasional, pemberian kompensasi, dll.), perusahaan perlu mempertimbangkan nilai non-pasar yang dikaitkan dengan lahan dan sumber daya IP/LC (seperti nilai budaya, agama, spiritual). Dalam hal ini, penting untuk dicatat bahwa IP/LC bukanlah kumpulan yang homogen tetapi memiliki anggota yang menghargai dan menggunakan lahan dan sumber dayanya secara berbeda-beda (misalnya, pria versus wanita, pemuda versus orang tua, petani, pemburu, dll.).

7) Perencanaan penggunaan lahan serta inisiatif monitoring dan verifikasi perlu melibatkan IP/LC ketika hak budaya mereka berisiko untuk terkena dampak negatif.

8) Prosedur “Penemuan Tak Terduga” (chance find) dimasukkan ke dalam kebijakan perusahaan, yang berarti bahwa penemuan yang tak terduga dari kemungkinan warisan budaya selama adanya kegiatan operasional perusahaan tidak akan diganggu sampai penilaian oleh tenaga ahli yang kompeten serta IP/LC yang terkena dampak telah diselesaikan dan, jika diperlukan, dilakukan langkah-langkah mitigasi.

Page 35: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

30 Accountability Framework

Tindakan-tindakan dan pertimbangan di atas biasanya dilakukan secara langsung oleh produsen dan perusahaan hulu, yang paling terlibat langsung dengan IP/LC. Namun, ketika hak IP/LC atas budaya berada pada risiko lebih besar, perusahaan hilir juga diharapkan untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan hak-hak ini dihormati dalam rantai pasokan mereka. Lihat Bagian 5 untuk perincian lebih lanjut.

Berikut ini adalah daftar sumber informasi tambahan yang tidak menyeluruh yang tersedia untuk membantu mengidentifikasi potensi dampak buruk pada budaya IP/LC. Ini dapat membantu mendasari kerja tim kepatuhan perusahaan dan konsultan serta penasihat mereka ketika melakukan kajian-kajian (misalnya, kajian ESIA dan kajian tenurial atau tata guna lahan) dan menerapkan praktik-praktik untuk menghormati hak IP/LC atas budaya:

y Akwé: Kon Panduan untuk Melakukan Penilaian Dampak Budaya, Lingkungan dan Sosial Mengenai Perkembangan yang Diusulkan untuk Berlangsung, atau yang Mungkin Berdampak pada, Situs Suci dan pada Lahan serta Air yang Ditempati atau Digunakan Secara Tradisional oleh Masyarakat Adat dan Masyarakat Tempatan (Konvensi PBB tentang Keanekaragaman Hayati), tersedia pada http://www.cbd.int/doc/publications/akwe-brochure-en.pdf

y Tkarihwaié:ri Kode Etik untuk Memastikan Penghormatan terhadap Warisan Budaya dan Intelektual Masyarakat Adat dan Tempatan (Konvensi PBB tentang Keanekaragaman Hayati), tersedia pada https://www.cbd.int/traditional/code/ethicalconduct-brochure-en.pdf

y Bimbingan Teknis untuk Menilai Warisan Fisik dan Budaya atau Struktur, Situs atau Hal apapun (Badan Penilaian Lingkungan Kanada), tersedia pada https://www.canada.ca/en/environmental-assessment-agency/services/policy-guidance/technical-guidance-assessing-physical-cultural-heritage-or-structure-site-or-thing.html

Page 36: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

31Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat Adat dan Masyarakat Tempatan

5. Peran berbagai pelaku rantai pasokan dalam menghormati hak-hak IP/LC

Perusahaan pada tahapan rantai pasokan yang berbeda mungkin memiliki tingkat leverage, kemampuan, akses, dan pengaruh langsung yang berbeda untuk menilai kebutuhan dan menerapkan tindakan-tindakan untuk menghormati hak-hak IP/LC. Bagian ini menjelaskan peran dan praktik utama bagi produsen, perusahaan hulu, dan perusahaan hilir untuk bekerja secara sinergis dalam menjamin penghormatan terhadap hak-hak IP/LC. Lihat dokumen Definisi untuk melihat definisi dari berbagai pelaku rantai pasokan ini.

5.1 Producers and upstream companiesBanyak penilaian dan tindakan yang dibahas di atas (seperti penilaian dasar sosial, kajian tenurial dan tata guna lahan, penilaian hukum yang berlaku, dan proses FPIC) akan dilakukan lebih utamanya oleh produsen dan perusahaan hulu yang terlibat paling langsung dengan IP/LC pada tingkat operasional produksi dan pengolahan primer tertentu. Untuk membantu memastikan penghormatan terhadap hak-hak IP/LC, entitas-entitas ini didorong untuk mengambil langkah-langkah berikut, di samping tindakan-tindakan yang telah dijelaskan di bagian lain dari Pedoman Operasional ini:

1) Memastikan adanya kebijakan perusahaan yang terperinci untuk menghormati hak-hak IP/LC. Kebijakan tersebut perlu diadopsi atau diakui oleh tata kelola perusahaan dan konsisten dengan Prinsip-Prinsip Inti, Definisi, dari Accountability Framework dan dokumen Pedoman Operasional yang terkait. Jika perusahaan memiliki pemasok, kebijakan tersebut perlu disampaikan kepada entitas ini, dan tujuan serta persyaratannya tercermin dalam susunan kontrak.

2) Memastikan bahwa manajer lokasi, pejabat pembelian dan pengadaan serta kontrak, dan pemasok memahami betul komitmen perusahaan dan instrumen lainnya untuk melindungi hak-hak IP/LC, seperti hukum yang berlaku.

Page 37: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

32 Accountability Framework

3) Mengembangkan dan melaksanakan rencana aksi yang mendefinisikan kegiatan di lapangan secara spesifik yang diterapkan untuk menghindari, meralat, memitigasi, memperbaiki, dan mengatasi ketidakpatuhan aktual atau potensial yang terkait dengan hak-hak IP/LC. Untuk informasi lebih lanjut, liha Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan.

4) Mengembangkan dan melaksanakan rencana pelibatan pemasok untuk menangani ketidakpatuhan pemasok terkait hak-hak IP/LC. Untuk informasi lebih lanjut, lihat Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan.

5) Mengembangkan dan melaksanakan Rencana Masyarakat Adat/ Masyarakat Tempatan (Rencana IP/LC—lihat Lampiran 6) ketika ada IP/LC yang mungkin terkena dampak kegiatan perusahaan atau pemasoknya.

6) Menetapkan mekanisme pengaduan perusahaan yang efektif dan mampu menangani dampak negatif terhadap hak-hak IP/LC (liha Pedoman Operasional Remediasi dan Akses terhadap Perbaikan).

7) Berkontribusi secara efektif terhadap konsultasi dan proses FPIC yang dipimpin atau diawasi oleh negara, konsisten dengan Pedoman Operasional Prinsip Persetujuan Atas Dasar Informasi Awal Tanpa Paksaan.

8) Menetapkan protokol untuk berbagi informasi dengan pembeli hilir mengenai hal-hal seperti penilaian risiko, langkah-langkah mitigasi, pengaduan dan resolusinya, hasil monitoring dan verifikasi, dan pelibatan pemangku kepentingan (termasuk proses FPIC). Untuk informasi lebih lanjut, lihat Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi dan Pedoman Operasional Pelaporan, Pengungkapan Informasi, dan Klaim.

5.2 Perusahaan hilirMeskipun produsen dan perusahaan hulu biasanya memiliki tanggung jawab langsung yang paling besar untuk terlibat dengan IP/LC mengenai perencanaan dan operasional pada tingkat lokasi, pelaku bisnis di hilir juga bertanggung jawab untuk mencegah dan memitigasi dampak terhadap hak-hak IP/LC dalam rantai pasokan mereka. Hal ini berarti bahwa perusahaan hilir diharapkan untuk memahami perilaku dan kinerja pemasok mereka berkenaan dengan hak-hak IP/LC. Perusahaan perlu mengambil langkah-langkah untuk membantu memastikan penghormatan hak-hak IP/LC oleh para pemasok ini, terutama ketika risiko terhadap hak-hak ini lebih besar atau ketika kerusakan terjadi. Untuk membantu memastikan dan menunjukkan penghormatan terhadap hak-hak IP/LC dalam rantai pasokan mereka, perusahaan hilir didorong untuk mengambil langkah-langkah berikut, di samping tindakan-tindakan yang telah dijelaskan di bagian lain dalam Pedoman Operasional ini:

Page 38: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

33Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat Adat dan Masyarakat Tempatan

1) Memastikan adanya kebijakan perusahaan yang terperinci untuk menghormati hak-hak IP/LC. Kebijakan tersebut perlu diadopsi atau diakui oleh tata kelola perusahaan dan konsisten dengan Prinsip-Prinsip Inti, Definisi, dari Accountability Framework dan dokumen Pedoman Operasional yang terkait.

2) Kebijakan perusahaan perlu disampaikan kepada pemasok dan tujuan serta persyaratannya tercermin dalam susunan kontrak, kebijakan pembelian dan pengadaan, dan pelibatan pemasok jika berlaku. Komunikasi, kebijakan, dan prosedur yang terkait dengan pemasok perlu mengidentifikasi konsekuensi bagi ketidakpatuhan terhadap komitmen perusahaan atas Hak Asasi Manusia, dan juga dukungan, manfaat, atau insentif yang dapat ditawarkan pembeli untuk memfasilitasi dan memberikan penghargaan terhadap kemajuan. Lihat Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan untuk informasi lebih lanjut.

3) Memberikan perumusan terkait dengan penghormatan atas hak-hak IP/LC untuk digunakan dalam dokumen tata kelola institusional (termasuk untuk anak perusahaan) dan pengawas atau direktur mereka.

4) Menentukan tanggung jawab tingkat eksekutif untuk memastikan bahwa semua kebijakan dan kegiatan operasional tingkat perusahaan konsisten dengan hukum yang berlaku (termasuk UNDRIP). Melacak, mengukur, memberikan insentif, dan berkomunikasi secara internal mengenai penyampaian tanggung jawab eksekutif ini di seluruh rantai pasokan perusahaan.

5) Menetapkan mekanisme pengaduan perusahaan yang efektif dan mampu menangani dampak negatif terhadap hak-hak IP/LC (lihat Pedoman Operasional Remediasi dan Akses terhadap Perbaikan).

6) Menetapkan mekanisme untuk memperoleh informasi dari pemasok hulu mengenai risiko, kepatuhan, dan kinerja dari para pemasok ini terkait dengan hak-hak IP/LC, dan untuk mengaudit atau memverifikasi informasi tersebut jika diperlukan. Lihat Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi untuk informasi lebih lanjut.

7) Memberikan pelatihan kepada staf terkait (misalnya, dalam tim pembelian dan pengadaan, manajemen, hukum, dan tim keberlanjutan) mengenai hak-hak IP/LC dan bagaimana menghormatinya, konsisten dengan hukum yang berlaku dan UNDRIP.

8) Pada tingkat perusahaan, menerapkan pendekatan berbasis risiko untuk mengidentifikasi yurisdiksi negara dan yurisdiksi daerah di mana dampak buruk terhadap hak-hak IP/LC paling mungkin terjadi, dan memprioritaskan tindakan yang sesuai untuk memastikan penghormatan hak-hak IP/LC dalam konteks ini.

Page 39: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

34 Accountability Framework

9) Menyediakan keahlian dan sumber daya praktis untuk unit bisnis tingkat operasional (misalnya, tim pembelian dan pengadaan komoditas atau global) untuk menjamin penilaian, kajian, pemantauan dan pelaporan yang berkualitas tinggi dan efisien, serta pelibatan pemangku kepentingan yang efektif terhadap IP/LC yang terkait dengan kegiatan operasional di seluruh perusahaan.

10) Memastikan bahwa pemasok telah melakukan penilaian dasar sosial dan penilaian hukum yang berlaku, kajian tenurial, kajian tata guna lahan, protokol FPIC, dan Rencana IP/LC secara memadai di mana hak-hak IP/LC dapat terkena dampak. Ketika risiko dampak lebih besar, mempertimbangkan apakah perusahaan hilir perlu melakukan kajiannya sendiri pada tingkat yang lebih luas untuk menandai dan menentukan di mana keterlibatan yang proaktif diperlukan untuk memastikan penghormatan hak-hak IP/LC.

Page 40: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

35Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat Adat dan Masyarakat Tempatan

Lampiran 1: Kajian tenurial

Sebelum mendapatkan hak atas lahan dan sumber daya (termasuk pembelian baru, lisensi, atau konsesi, pembaharuan atau modifikasi dari hak properti yang sudah ada) perusahaan diharapkan untuk melakukan kajian tenurial. Perusahaan hilir perlu meminta pemasok langsung atau tidak langsungnya untuk memenuhi persyaratan ini dan perlu memiliki kebijakan dan mekanisme untuk memastikan persyaratan ini dipenuhi. Ruang lingkup penilaian sebaiknya sepadan dengan kompleksitas dan skala keadaan, termasuk sifat dari hak/kepentingan yang diinginkan, luas lahan IP/LC, sumber daya, dan wilayah yang dimaksud, klaim dari berbagai pihak, dan tingkat keparahan potensi dampak. Integritas temuan akan bergantung kepada perolehan informasi yang kredibel dan dapat diverifikasi dari pihak-pihak yang terkait.

Langkah-langkah dalam melakukan kajian tenurial meliputi:

1) Meneliti catatan resmi yang berisi peta, registrasi lahan, survei lahan, klaim atas lahan, dan keputusan serta catatan administratif atau peradilan yang relevan.27

2) Mengumpulkan dan memeriksa peta dan kajian lahan, sumber daya, dan wilayah yang dilakukan oleh IP/LC yang terkena dampak.

3) Meninjau kepustakaan dan kajian lainnya yang relevan (misalnya, kajian independen tentang permukiman ilegal yang dilakukan oleh universitas atau organisasi masyarakat sipil setempat).

4) Berbicara dengan pejabat pemerintahan, pimpinan dan perwakilan IP/LC, organisasi masyarakat sipil, dan sumber informasi berguna lainnya, seperti anggota masyarakat tetangga.

Kajian tenurial yang kredibel dan menyeluruh setidaknya harus mencakup:

1) Identifikasi lahan atau sumber daya yang hak propertinya diklaim oleh IP/LC berdasarkan penghunian dan/atau penggunaan tradisional.

2) Bentuk dari penggunaan lahan, sumber daya, dan wilayah yang bersangkutan secara tradisional oleh penduduk, dengan mempertimbangkan nilai-nilai dan penggunaan sumber daya tersebut oleh beragam individu dan kelompok dalam populasi (misalnya, wanita, pria, orang tua, pemuda, pengumpul, nelayan, tabib, dll.).

3) Hukum adat IP/LC terkait dengan kepemilikan, penggunaan, dan pengelolaan lahan.28

Page 41: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

36 Accountability Framework

4) Kepentingan/hak pada lahan dan sumber daya yang mungkin diklaim oleh negara atau pihak ketiga.

5) Keberadaan sertifikat atau pengakuan formal lainnya atas lahan, sumber daya, dan wilayah termasuk penentuan apakah sertifikat atau pengakuan formal tersebut mencakup keseluruhan lahan atau sumber daya yang diklaim oleh IP/LC.

6) Lokasi dan sifat dari setiap konflik yang sedang berlangsung terkait dengan lahan, sumber daya, dan wilayah (ini mencakup situasi ketika ada klaim yang tumpang tindih oleh pihak-pihak yang diduga memiliki hak; tidak perlu berupa konflik dengan kekerasan atau ancaman konflik kekerasan).

7) Apa yang diatur oleh hukum yang berlaku mengenai tugas negara untuk memberikan tanda batas, menetapkan batasan tanah, dan mengeluarkan sertifikat atas lahan, sumber daya dan wilayah IP/LC dan otoritas negara untuk membatasi hak properti IP/LC (per konsesi kepada pihak ketiga, pembentukan kawasan hutan lindung, dll.).

8) Keberadaan perjanjian antara IP/LC dan pihak-pihak lain yang terkait dengan lahan atau sumber daya yang bersangkutan, dan, jika perjanjian tersebut ada, apakah mereka diputuskan melalui proses FPIC yang sah.

Hasil penelitian harus didokumentasikan dan didistribusikan kepada para stakeholder yang diajak berkonsultasi untuk memverifikasi ketepatan informasi yang mereka berikan. Jika ada komentar, maka kajian tersebut perlu memperhitungkan komentar-komentar ini sebagai masukan.

Page 42: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

37Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat Adat dan Masyarakat Tempatan

Lampiran 2: Kajian tata guna lahan

Sementara kajian tenurial (Lampiran 1) mulai mengidentifikasi risiko, perusahaan sebaiknya melengkapi temuan awal dari kajian tenurial ( jika belum termasuk di dalamnya), dengan informasi yang lebih terperinci tentang pola penggunaan lahan yang dikumpulkan dari penduduk dan masyarakat yang terkena dampak. Ini dapat dilakukan sebagai bagian dari penilaian dampak lingkungan dan sosial atau dilaksanakan sebagai kajian yang terpisah. Apapun pilihannya, perusahaan perlu melakukan analisis yang lebih terperinci, inklusif, dan partisipatif tentang bagaimana IP/LC menggunakan lahan, sumber daya, dan wilayah mereka sebelum finalisasi rencana pengelolaan dan sebagai bagian dari pengembangan lokasi dan perencanaan tata guna lahan. Kajian tata guna lahan yang dilakukan secara retroaktif dibahas dalam teks utama Pedoman Operasional ini.

Tergantung kepada jenis dan skala operasional perusahaan dan rantai pasokan, kajian ini mungkin perlu dilakukan lebih luas dari lahan, sumber daya, dan wilayah yang diperoleh untuk kegiatan operasional perusahaan dan meliputi wilayah yang berbatasan yang penduduknya bisa terkena dampak negatif. Sebagai contoh, jika kegiatan operasional perusahaan dapat secara potensial mencemari atau mengubah aliran sungai yang melewati suatu wilayah yang berada di luar kendali perusahaan, tetapi sangat penting bagi penghidupan perikanan IP/LC yang tinggal di sana, maka ruang lingkup kajian tata guna lahan harus diperluas ke wilayah tersebut. Sama halnya, jika perusahaan mengusulkan untuk membangun jalan yang dapat meningkatkan lalu lintas atau migrasi ke wilayah adat yang sebelumnya terpencil, maka kajian ini harus mempertimbangkan potensi dampak negatif tersebut.

Dalam kajian semacam ini, perusahaan bersama dengan IP/LC yang berpotensi terkena dampak perlu mengidentifikasi dan berusaha untuk lebih memahami dan mendokumentasikan (misalnya dalam bentuk peta penggunaan lahan) hal-hal berikut:

1) Menggunakan Bahasa daerah setempat, hubungan yang dimiliki oleh penduduk dan masyarakat dengan lahan, sumber daya, dan wilayah yang mungkin terkena dampak, terutama yang berhubungan dengan kelangsungan hidup fisik atau budaya mereka (misalnya, informasi tentang wilayah perburuan dan pengumpulan makanan, lokasi yang digunakan untuk mengumpulkan sumber makanan dan tanaman obat-obatan, dan melakukan kegiatan spiritual, dll.).

Page 43: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

38 Accountability Framework

2) Semua penggunaan adat atas lahan dan sumber daya secara permanen, musiman, atau siklus, termasuk untuk permukiman; penggunaan budaya, seremonial, atau spiritual (warisan budaya dan situs pemakaman); penggunaan untuk bercocok tanam, berburu, memancing, penggembalaan, pengumpulan makanan atau obat-obatan, atau ekstraksi produk hutan dan kebun lainnya.

3) Visi dan rencana pembangunan penduduk dan masyarakat yang terkena dampak untuk penggunaan dan pengelolaan lahan dan sumber daya mereka di masa depan termasuk, misalnya, rencana konservasi, ekonomi, dan rencana untuk mengakomodasi pertumbuhan populasi.

4) Hukum adat, nilai-nilai, adat istiadat, dan tradisi IP/LC yang terkait dengan kepemilikan dan penggunaan lahan, sumber daya, dan wilayah, sejauh IP/LC setuju untuk menyediakan informasi tersebut (ini dapat mencakup, misalnya, aturan kapan, di mana dan apa yang boleh diburu, bagaimana lahan dibagi atau digunakan bersama keluarga, peran wanita dalam kepemilikan lahan, dll.).

5) Lembaga politik dan budaya IP/LC yang memerintah dan melaksanakan penggunaan, pengelolaan, dan konservasi sumber daya mereka.

Kajian ini memerlukan pendekatan yang sangat inklusif yang melibatkan berbagai segmen populasi dari IP/LC yang terkena dampak (misalnya, wanita dan pria, pemuda dan orang tua, dll.) Mendapatkan dan mendokumentasikan informasi di atas memerlukan diskusi dengan berbagai sektor dan sub kelompok masyarakat/komunitas yang memiliki pengetahuan dan keahlian yang berbeda-beda, dan yang menggunakan lahan dan sumber daya secara berbeda-beda pula. Perwakilan perusahaan atau mereka yang melakukan kajian perlu berkonsultasi tidak hanya dengan pimpinan yang telah ditunjuk, tetapi juga dengan pemburu, nelayan, pengumpul, tabib, dukun atau pemimpin spiritual lainnya, penjaga hutan, dan segmen masyarakat lainnya.

Sebagaimana konsultasi dengan itikad baik, perusahaan sebaiknya melakukan “pra konsultasi” dengan masyarakat yang terkena dampak (dibahas di bawah) untuk mencapai saling pengertian tentang bagaimana melaksanakan kajian tata guna lahan dengan cara yang sesuai dengan budaya setempat.

Disarankan agar perusahaan bekerja sama dengan IP/LC untuk menghasilkan peta yang mendokumentasikan semua penggunaan lahan baik yang aktual maupun yang dimaksudkan. Ketentuan penggunaan peta yang baru ataupun yang sudah ada harus disetujui oleh IP/LC untuk melindungi kerahasiaan, kepentingan, dan pengetahuan tradisional masyarakat. Sebelum finalisasi, hasil dari analisis ini sebaiknya ditulis dan kemudian didistribusikan kepada masyarakat atau komunitas yang terkena dampak dalam bahasa dan format yang dapat diterima sehingga mereka dapat membuat koreksi dan memvalidasi hasil analisis.

Page 44: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

39Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat Adat dan Masyarakat Tempatan

Jika perusahaan pada akhirnya memperoleh hak atas lahan, sumber daya, dan wilayah yang menjadi subjek kajian tata guna lahan, kajian ini (bersama dengan penilaian hukum yang berlaku, kajian tenurial, dan ESIA) perlu mejadi dasar perencanaan dan pembangunan apapun di wilayah tersebut dengan cara yang menghormati Hak Asasi Manusia, misalnya dengan:

y Mendasari keseluruhan rencana manajemen risiko perusahaan dan inisiatif perencanaan tata guna lahan.

y Menerangkan di mana monitoring partisipatif diperlukan (monitoring yang melibatkan masyarakat atau komunitas yang mungkin terkena dampak) dan/atau di mana monitoring berbasis masyarakat dapat bermanfaat (lihat Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi).

y Mengidentifikasi di mana proses FPIC mungkin diperlukan di masa depan sebelum realisasi kegiatan tertentu.

y Mengenali di mana potensi gangguan terhadap hak atas properti, mata pencaharian dan ketahanan pangan, serta budaya mungkin terjadi.

y Meningkatkan konten, dan karenanya meningkatkan konsultasi dan negosiasi dengan IP/LC selama proses FPIC.

Page 45: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

40 Accountability Framework

Lampiran 3: Tanggung jawab perusahaan untuk melindungi Pembela Lingkungan dan Hak Asasi Manusia (EHRD)

Prinsip Inti 2 menyatakan bahwa perusahaan perlu mengambil langkah-langkah untuk “[m]elindungi keamanan pembela lingkungan dan Hak Asasi Manusia, pengungkap fakta (whistleblower), pengadu (complainant), dan juru bicara masyarakat serta melindungi kerahasiaan dan (bila diminta dan sah) anonimitas mereka.” Ketentuan ini mengakui semakin banyaknya bukti atas bahaya yang dihadapi masyarakat, pekerja, serikat buruh, wartawan, pengacara, aktivis, pengungkap fakta, dan lainnya ketika membela lingkungan hidup dan Hak Asasi Manusia. Bahaya tersebut termasuk stigmatisasi, kriminalisasi, penghilangan paksa, serangan fisik dan psikologis, dan kematian. EHRD juga terancam oleh pembalasan ekonomi dan hukum seperti Tuntutan Hukum Strategis Terhadap Partisipasi Publik (Strategic Lawsuits Against Public Participation [SLAPP]).

Sebagai akibatnya, seraya menghormati peran yang berbeda antara negara dan perusahaan terkait dengan EHRD, dan sebagaimana sesuai dengan posisi mereka dalam rantai pasokan, perusahaan sebaiknya:

y Menyediakan lingkungan yang aman dan memungkinkan penghormatan hak-hak EHRD untuk melanjutkan upaya mereka dengan bebas dari ancaman pembalasan dari staf perusahaan, pemasok, mitra bisnis, dan agen lainnya.

y Melakukan kegiatan operasional yang konsisten dengan Deklarasi Tentang Hak dan Tanggung Jawab Individu, Kelompok dan Organisasi Masyarakat untuk Mempromosikan dan Melindungi Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Fundamental Yang Diakui Secara Universal, atau juga dikenal sebagai “Deklarasi Pembela Hak Asasi Manusia”.

y Menghindari segala tindakan atau kelalaian yang dapat merusak upaya negara untuk melindungi EHRDs, tetapi mendukung dan menyerukan kepada negara untuk melaksanakan tugas dan kewajiban mereka.

y Sejauh mungkin berkolaborasi dengan negara dan pemangku kepentingan lainnya untuk mempromosikan kesadaran seputar perlindungan bagi EHRD.

Page 46: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

41Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat Adat dan Masyarakat Tempatan

y Memastikan bahwa mekanisme pengaduan perusahaan mencakup prosedur pengungkap fakta yang: a) sangat terlihat dan dapat dimengerti; b) mengizinkan kerahasiaan pengadu, pengungkap fakta, dan saksi-saksi; c) menyediakan anonimitas ketika diminta oleh pengungkap fakta dan ketika konsisten dengan hukum yang berlaku; d) memastikan investigasi yang menyeluruh, tepat waktu, dan independen atas laporan pengungkap fakta; dan e) memiliki mekanisme yang transparan, dapat ditegakkan, dan tepat waktu untuk menindaklanjuti keluhan atas pembalasan terhadap pengungkap fakta, termasuk proses untuk mendisiplinkan pelaku pembalasan29 Prosedur pengungkap fakta perlu diterapkan dengan cara yang menjamin bahwa EHRD tidak menjadi korban saat menuntut perbaikan yang sah.

y Memperjelas melalui kebijakan yang tertulis dan pelatihan staf tentang apa yang diharapkan dalam hal:

+ Tidak ikut campur dalam kebebasan bergerak, berpendapat, berbicara, atau hak berkumpul dan berserikat—baik secara langsung, tertulis, online, atau saluran lainnya.

+ Partisipasi warga negara yang bermakna dan efektif dalam urusan-urusan publik.

+ Tidak melakukan pembalasan atau mendukung viktimisasi, intimidasi, atau reaksi buruk (termasuk kerugian atau diskriminasi di tempat kerja) terhadap mereka yang menyuarakan keluhan, keberatan terhadap kegiatan operasional, atau berupaya mendapatkan ganti rugi atas potensi kerugian.

Kebijakan dan pelatihan tersebut sebaiknya:

+ Didukung oleh manajemen senior.

+ Meliputi definisi yang jelas tentang pembela lingkungan hidup dan Hak Asasi Manusia (lihat Definisi).

+ Menekankan pentingnya peran EHRD kepada perusahaan dan kewajiban untuk melindungi orang-orang tersebut.

+ Menegaskan bahwa EHRD tidak boleh dikenakan tindakan pencemaran nama baik, kekerasan, intimidasi, ancaman, pengurangan upah, pengurangan jam kerja, litigasi pembalasan, atau pembalasan lainnya.

+ Membuat staf peka terhadap kerentanan khusus EHRD yang sudah terpinggirkan seperti perempuan, pekerja migran, orang dengan disabilitas, dan pemuda.

+ Mencakup staf atau kontraktor yang terlibat dalam penyediaan keamanan.30

Page 47: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

42 Accountability Framework

+ Menetapkan setiap insentif yang ditawarkan untuk mendorong tindakan yang positif oleh staf, pemasok, mitra bisnis, dan agen lainnya yang bekerja sama dengan perusahaan untuk menghormati hak-hak EHRD.

+ Mendorong kebijakan tanpa toleransi yang memberikan sanksi yang sesuai kepada staf perusahaan, pemasok, mitra bisnis, dan agen lainnya untuk setiap kekerasan atau ancaman terhadap EHRD, atau untuk kegagalan bekerja sama dengan pihak berwenang dalam penyelidikan. Sanksi harus bersifat membuat jera untuk melakukan tindakan serupa di masa depan dan menghindari lingkungan yang kebal hukum.

y Memanfaatkan forum atau mekanisme yang sesuai untuk berbicara tentang peran penting EHRD dan secara terbuka mengutuk serangan, ancaman, dan intimidasi terhadap mereka. Pernyataan yang mendiskreditkan, menstigmatisasi, atau mendiskriminasi EHRD tidak boleh terjadi.

y Melalui uji tuntas perusahaan (misalnya, melalui penilaian hukum yang berlaku), menilai apakah lingkungan hukum dan politik di mana perusahaan melakukan kegiatan bisnis melindungi hak-hak EHRD untuk berorganisasi di antara mereka sendiri dan dengan pihak lain, berbicara dan berkumpul dengan bebas, dan memiliki akses terhadap mekanisme pengaduan yang efektif. Perusahaan diharapkan dapat menjamin bahwa kegiatan operasional dan kebijakannya tidak merusak perlindungan ini, dan ketika diperlukan, mengambil langkah-langkah untuk mendukung dan memperkuat perlindungan tersebut.

y Ketika EHRD tertentu berisiko, bekerja sama dengan otoritas negara untuk berupaya menerapkan tindakan-tindakan untuk melindungi mereka. Jika memungkinkan berdasarkan sumber daya dan kapasitas, perusahaan perlu berupaya mendukung dan mengkoordinasikan bantuan kepada EHRD dengan melibatkan kelompok pemantauan masyarakat sipil setempat dan mekanisme perlindungan lokal dan regional untuk EHRD.

y Mengambil langkah afirmatif melalui mekanisme dan forum yang efektif untuk secara teratur melibatkan pelaku masyarakat sipil setempat dan para pemangku kepentingan sehingga suara EHRD dapat didengar dan kekhawatiran mereka ditangani secara efektif.

Meskipun kebanyakan dari tindakan di atas dilakukan oleh produsen dan pemasok hulu, pembeli dan perusahaan hilir lainnya juga perlu mengambil tindakan untuk memastikan perlindungan EHRD dalam rantai pasokan mereka. Hal ini termasuk memasukkan masalah-masalah EHRD ke dalam proses uji tuntas untuk mengidentifikasi di mana risiko lebih besar terhadap EHRD ada dalam rantai pasokan mereka.

Pedoman ini dibentuk atas temuan dan rekomendasi dari beragam laporan, resolusi, dan instrumen oleh PBB, Uni Eropa, Komisi Hak Asasi Manusia Antar Amerika, institusi keuangan internasional, dan masyarakat sipil tentang EHRD. Pedoman ini juga dibentuk dari upaya

Page 48: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

43Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat Adat dan Masyarakat Tempatan

yang berkembang dari inisiatif dan kerangka kerja lainnya seperti Panduan Uni Eropa tentang Pembela Hak Asasi Manusia, Deklarasi Pembela Lingkungan Hidup untuk Asia Tenggara, Perjanjian Regional tentang Akses terhadap Informasi, Partisipasi Publik dan Keadilan dalam Masalah Lingkungan Hidup di Amerika Latin dan Karibia (Perjanjian Escazú, Pasal. 19), rekomendasi Komisi Hak Asasi Manusia Antar Amerika dalam Hacia una política integral de protección a personas defensoras de derechos humanos, dan Kebijakan RSPO tentang Perlindungan Pembela Hak Asasi Manusia, Pengungkap Fakta, Pengadu dan Juru Bicara Masyarakat. Perusahaan diimbau untuk membiasakan diri dengan instrument dan panduan semacam itu dan mencari bantuan tenaga ahli jika diperlukan.

Inisiatif Accountability Framework juga melacak pengembangan kebijakan tambahan dan panduan implementasi untuk melindungi EHRD, termasuk di dalam Dewan Hak Asasi Manusia PBB dan Kelompok Kerja PBB untuk Bisnis dan Hak Asasi Manusia. Perusahaan didorong untuk mengikuti inisiatif semacam ini dan, jika sesuai, memberikan kontribusi yang mendukung untuk memperkuat pengembangan, persetujuan, dan implementasinya.

Page 49: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

44 Accountability Framework

Lampiran 4: Instrumen dan kerangka kerja komitmen lainnya yang membahas hak-hak IP/LC atas budaya, termasuk pengetahuan tradisional

Lampiran ini memberikan referensi komparatif kepada kerangka kerja komitmen sukarela lainnya, prinsip-prinsip, panduan, dan perjanjian serta instrumen internasional yang menegaskan hak-hak IP/LC atas budaya, termasuk pengetahuan tradisional mereka. Beberapa mengikat bagi negara (menegaskan hak-hak yang diakui secara internasional) dan yang lain bersifat sukarela bagi perusahaan-perusahaan yang berkaitan dengan instrumen-instrumen tersebut.

Page 50: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

45Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat Adat dan Masyarakat Tempatan

TAbEL 1. Instrumen yang membahas hak IP/LC atas budaya, termasuk pengetahuan tradisional

Instrumen Kutipan

Forest Stewardship Council (FSC) FSC-STD-01-005 V.5-2 Prinsip-Prinsip dan Kriteria: Kriteria 3.4, 3.5, 3.6 dan 4.7, dan indikator yang terkait

Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) Prinsip-Prinsip dan Kriteria (P&C) RSPO untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan (2018): Kriteria 4.6 dan 4.7 dan indikator serta panduan

The High Carbon Stock Approach (HCSA) Pendekatan HCS: Mempraktikkan Tanpa Deforestasi, Persyaratan Sosial (SR) 6, Prinsip-Prinsip dan Persyaratan

High Conservation Value Approach (HCV) Persyaratan untuk mengidentifikasi dan mengelola kategori 4 (laynan ekosistem), 5 (kebutuhan masyarakat) dan 6 (nilai budaya)

Sustainable Forest Management (PEFC ST 1003-2018

Persyaratan 6.3.2.1 dan 6.3.2.2 (mensyaratkan kegiatan perusahaan yang mengakui ILO 169 dan UNDRIP)

UN Food and Agriculture Organization (FAO) Pedoman Sukarela tentang Tata Kelola Kepemilikan Tanah, Perikanan dan Hutan yang Bertanggung Jawab dalam Konteks Ketahanan Pangan Nasional, bagian 4.8, 9.1 & 18.2

Equator Principles Lihat bagian “Project Related Loans” dan Peragaan II

CFS Principles for Responsible Investment in Agriculture and Food Chains

Prinsip 5 dan 7

IFC Standar Kinerja No. 7, Masyarakat Adat; paras. 5, 8, 11, 13, 16-17 (antara lain) dan catatan panduan penyerta 2, 10, 11, 27, 38, 42, 43, 45, 51, 53-59 (antara lain); lihat juga Standar Kinerja No. 8 tentang Warisan Budaya

Principles for Responsible Agricultural Investment (PRAI)

Prinsip 1, 2, 4 dan 6

OECD FAO Guidance for Responsible Agricultural Supply Chains

Standar 6: Hak tenurial atas dan akses kepada sumber daya alam (hal 28); risiko dan strategi mitigasi (hal 61)

UN Development Programme Social and Environmental Standards

Standar Sosial & Lingkungan No. 7 (“Masyarakat Adat”), para. 1, 2, 5 & Tujuan, dan No. 8 (“Warisan Budaya”) dalam umum & para 4.

World Bank Kebijakan Operasional 4.10 pada para. 16, 18-20, 22(e); Prosedur Bank 4.10: pada para. 8(a)

Convention on Biological Diversity 8( j) & 10(c)

International Labour Organization (ILO) Convention 169

Pasal 2(2)(b), 4(1), 5(a), 7(3), 13(1), 23, & 30

International Covenant on Civil and Political Rights

Pasal 15

International Covenant Economic, Social and Cultural Rights

Pasal 27

International Convention on the Elimination on all Forms of Racial Discrimination

Pasal 5 dan Rekomendasi Umum No. 23, 4(a), 4(c) & 4(e)

American Convention on Human Rights & Protocol

Pasal 21; Protokol pada Pasal 14

African Charter Pasal 21

UN Declaration on the Rights of Indigenous Peoples

Pasal 3, 5, 8, 11, 12, 14, ,15, 31, 32, & 36

Page 51: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

46 Accountability Framework

Lampiran 5: Contoh-contoh warisan budaya

Berikut ini adalah daftar indikatif (tidak menyeluruh) contoh-contoh warisan budaya, yang patut dihormati sesuai dengan panduan pada Bagian 4.3.31

Warisan budaya buatan manusia

y Bangunan keagamaan seperti kuil, mesjid, gereja y Arsitektur asli atau vernakular yang luar biasa indah y Bangunan, atau reruntuhan bangunan, dengan nilai arsitektur atau sejarah penting y Pemandangan kota yang bersejarah atau penting secara arsitektur y Jalan, jembatan, tembok, benteng, bendungan, saluran air, dan jembatan bersejarah y Lokasi arkeologi y Monumen peringatan y Kapal bersejarah yang tenggelam

Warisan budaya Alami

y Mata air dan sumur y Air terjun sakral y Kebun sakral dan pohon sakral y Pohon bersejarah y Pegunungan dan gunung berapi yang sakral y Gua-gua yang saat ini atau sebelumnya digunakan untuk tempat tinggal manusia y Situs paleontologis (yaitu, endapan manusia dan binatang purba, atau kerangka

yang menjadi fosil) y Pemandangan alam dengan kualitas estetika yang luar biasa

Page 52: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

47Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat Adat dan Masyarakat Tempatan

Warisan budaya Kombinasi buatan manusia dan alami

y Situs yang digunakan untuk acara keagamaan atau sosial seperti pernikahan, pemakaman, atau kegiatan masyarakat tradisional lainnya

y Tempat ziarah y Tempat pemakaman y Makam keluarga di pekarangan rumah y Taman bersejarah y Lanskap budaya y Bebatuan alam bertuliskan prasasti sejarah y Medan pertempuran bersejarah y Gabungan lanskap manusia dan alami dengan kualitas estetika y Lukisan gua

Warisan budaya yang Dapat Dipindahkan

y Buku atau manuskrip langka atau bersejarah y Lukisan, gambar, ikon, perhiasan y Artefak agama y Kostum dan kain bersejarah y Memorabilia yang berkaitan dengan kehidupan orang-orang terkemuka atau

peristiwa-peristiwa seperti pertempuran bersejarah y Patung-patung dan ukiran y Potongan-potongan dari monumen atau bangunan bersejarah y Artefak arkeologis yang tidak terdaftar y Barang antik seperti koin dan segel y Ukiran, cetakan, dan litograf bersejarah y Koleksi sejarah alam seperti kerang, flora, mineral

Warisan budaya Tidak berwujud

y Tradisi dan ungkapan lisan y Seni pertunjukan y Praktik sosial, ritual, dan kegiatan perayaan y Pengetahuan dan praktik tentang alam dan alam semesta y Kerajinan tradisional

Page 53: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

48 Accountability Framework

Lampiran 6: Rencana IP/LC

Untuk menghormati hak-hak IP/LC secara efektif, sebagaimana dijelaskan dalam Pedoman Operasional ini, ketika ditetapkan bahwa terdapat kemungkinan risiko yang merugikan terhadap hak asasi IP/LC sejak awal kegiatan operasional perusahaan, perusahaan perlu bekerja sama dengan penduduk dan masyarakat yang berpotensi terkena dampak untuk mengembangkan rencana IP/LC. Ini dapat berupa rencana yang terpisah dan berdiri sendiri atau yang tergabung dalam apa yang biasanya disebut sebagai rencana pelibatan pemangku kepentingan (Prinsip Inti 10.1). Rencana IP/LC adalah rencana manajemen untuk menangani potensi kerugian pada IP/LC. Proses pengembangan dan pelaksanaan rencana ini dapat menjadi elemen yang sangat penting untuk proses manajemen risiko. Ini juga dapat mengidentifikasi peluang-peluang di mana perusahaan dapat meningkatkan kesejahteraan IP/LC dan memajukan hak asasi mereka.

Sebelum menuntaskan akuisisi lokasi, perusahaan perlu menguraikan rencana ini dengan mempertimbangkan temuan-temuan dan kesimpulan ESIA dan penilaian hukum yang berlaku, dan perlu memastikan bahwa rencana ini dihitung sebagai bagian dari rencana manajemen risiko yang akan digunakan perusahaan untuk menghindari dan memitigasi potensi kerugian pada IP/LC. Rencana ini harus dimonitor dan diverifikasi untuk kepatuhan. Jika kegiatan operasional tidak pernah mengembangkan suatu rencana IP/LC (atau rencana yang serupa), mereka perlu mengkaji informasi, langkah-langkah, dan rencana yang telah ada, mengembangkan semuanya itu untuk mengisi kesenjangan, dan membahas elemen serta tujuan dari rencana ini (seperti dijelaskan di bawah) ke depan.

Kompleksitas rencana IP/LC harus sepadan dengan sifat dan skala proyek dan potensi dampak negatifnya terhadap IP/LC, berdasarkan temuan dari berbagai penilaian risiko dan konsultasi dengan IP/LC yang berpotensi terkena dampak. Perusahaan perlu mempertimbangkan rencana IP/LC sebagai tempat untuk mengkonsolidasikan semua informasi, proses, dan komitmen yang relevan, yang telah dikumpulkan, didefinisikan, dan dibuat terkait dengan IP/LC tersebut. Sejauh informasi tersebut telah didokumentasikan dalam kajian lain, penilaian dan proses seperti Penilaian Dasar Sosial, perjanjian FPIC (dokumen hasil FPIC), atau penilaian hukum yang berlaku, rencana IP/LC dapat memasukkan material ini sebagai referensi. Rencana IP/LC biasanya meliputi informasi seperti yang tercantum dalam Kotak 3 di bawah ini.

Page 54: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

49Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat Adat dan Masyarakat Tempatan

KoTAK 3. Konten indikatif dari rencana IP/LC

y Identifikasi penduduk/masyarakat yang mungkin terkena dampak oleh kegiatan perusahaan.

y Rangkuman dari temuan penilaian hukum yang berlaku tentang undang-undang yang relevan dengan hak-hak masyarakat ini dalam konteks operasional perusahaan.

y Identifikasi kegiatan-kegiatan perusahaan yang direncanakan atau potensial yang memerlukan konsultasi sebelumnya dan memerlukan FPIC.

y Rangkuman dari temuan-temuan ESIA yang relevan mengenai potensi risiko dan langkah-langkah mitigasi yang terkait yang dikembangkan sampai saat ini bersama penduduk dan masyarakat.

y Langkah-langkah untuk menangani kepentingan gender dalam semua pelibatan pemangku kepentingan, penilaian, kajian, konsultasi dan proses FPIC, monitoring, dan pengaturan pembagian manfaat.

y Target terikat waktu yang relevan dengan IP/LC.

y Peran dan tanggung jawab perusahaan dan IP/LC yang terkena dampak dalam mengimplementasikan langkah-langkah mitigasi dan dalam merancang serta melaksanakan proses monitoring dan verifikasi.

y Persetujuan yang dicapai sampai saat ini dengan IP/LC dan langkah-langkah yang akan diambil untuk memastikan penerapannya.

y Rencana kerja dengan dana yang sesuai untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang didiskusikan dalam rencana IP/LC.

Page 55: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

50 Accountability Framework

Beberapa institusi lain juga telah mensyaratkan pengembangan rencana IP/LC (lihat di bawah). AFi mendorong perusahaan untuk mempertimbangkan templat dan saran untuk konten yang disediakan untuk rencana ini dan yang lainnya, dan untuk secara bertanggung jawab menyesuaikan rencana IP/LC mereka dengan sifat operasional dan konteksnya yang khusus.

y Untuk memandu penerapan Standar Kinerja Masyarakat Adat/Performance Standard on Indigenous Peoples, Korporasi Keuangan Internasional mengarahkan klien sektor swasta untuk membentuk Rencana Masyarakat Adat/Indigenous Peoples Plan atau rencana pembangunan masyarakat yang lebih luas yang menguraikan tindakan-tindakan untuk mengurangi dan/atau memberikan kompensasi untuk dampak yang merugikan dengan cara yang sesuai budaya. Lampiran A dari Catatan Panduan untuk Standar Kinerja ini memberikan templat untuk konten rencana yang disarankan. Lihat https://www.ifc.org/wps/wcm/connect/707761004885582bbf24ff6a6515bb18/ 2007%2bUpdated%2bGuidance%2bNote_7.pdf?MoD=AJPERES.

y Program Pembangunan PBB juga mensyaratkan mitra pemerintahan untuk menyusun rencana masyarakat adat dan memberikan garis besar indikatif yang sangat terperinci untuk rencana tersebut. Lihat Lampiran I dari Catatan Panduan UNDP tentang Standar Sosial dan Lingkungan untuk Masyarakat Adat, tersedia pada https://info.undp.org/sites/bpps/SES_Toolkit/SES%20Document%20Library/Uploaded%20october%202016/ Final%20UNDP%20SES%20Indigenous%20Peoples%20GN_Jan2017.pdf.

y Bank Dunia juga mensyaratkan Rencana Masyarakat Adat sebagai bagian dari Kebijakan Operasional Masyarakat Adat (OP 410); lihat Lampiran B untuk kebijakan ini, tersedia pada http://web.worldbank.org/archive/website01541/WEb/0__-4663.HTM

Page 56: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

51Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat Adat dan Masyarakat Tempatan

Catatan Akhir1 “Kegiatan” mengacu kepada tindakan dan kelalaian oleh perusahaan sendiri, serta entitas lain yang melakukan bisnis dalam seluruh rantai pasokan perusahaan, termasuk “entitas Negara atau non Negara lainnya yang terkait langsung dengan operasional bisnis, produk atau layanan perusahaan.” Lihat Prinsip-Prinsip Panduan PBB tentang Bisnis dan HAM (2011), para. 13 dan Komentar (“Prinsip-Prinsip Panduan PBB”).2 Tidak dapat dimungkiri bahwa IP/LC memiliki hubungan khusus dengan lahan, sumber daya dan wilayahnya yang tidak terpisahkan dari kelangsungan hidup fisik dan budaya mereka. “Bagi masyarakat adat, hubungan dengan tanah/lahan tidak semata-mata masalah kepemilikan dan produksi melainkan elemen material dan spiritual yang harus mereka miliki sepenuhnya, bahkan untuk melestarikan warisan budaya mereka dan meneruskannya kepada generasi mendatang.” (Lihat Kasus Masyarakat Mayagna (Sumo) Awas Tingni v. Nicaragua, Putusan 31 August, 2001, Inter-Am. Ct. H.R., (Ser. C) No. 79, para. 149 (“Awas Tingni”); lihat juga Laporan kepada Majelis Umum, Konservasi dan hak-hak masyarakat adat, A/71/150. 29 Juli, 2016 (2016), Laporan dari Pelapor Khusus Dewan Hak Asasi Manusia tentang hak-hak masyarakat adat, Victoria Tauli- Corpuz, para. 15 (2016) (“Masyarakat adat mempertahankan hubungan spiritual yang kuat dengan tanaman, pohon, dan hewan di tanah mereka dan melindungi tanah mereka adalah tugas suci.”)). Hubungan ini berarti bahwa hak-hak IP/LC atas lahan tradisional mereka tidak terpisahkan dengan hak-hak fundamental lainnya, seperti hak untuk hidup dan hak atas budaya berdampak pada satu hak dan anda berdampak pada hak lain, sehingga bila hak yang satu dipengaruhi maka hak yang lain juga akan terpengaruh.3 Pemindahan secara paksa yang timbul dari kegiatan operasional perusahaan dapat mencakup pemindahan fisik sebagian atau secara keseluruhan serta pemindahan/keterbuangan ekonomi. Pemindahan/keterbuangan ekonomi dapat mencakup, misalnya, pembatasan akses dan penggunaan sumber daya, serta perusakan dan degradasi sumber daya (misalnya deforestasi), yang berdampak buruk kepada mata pencaharian, ketahanan pangan, atau pendapatan IP/LC. Yang menjadi perhatian khusus adalah skenario pemindahan di mana kelangsungan hidup fisik atau budaya IP/LC yang terkena dampak terancam.4 “Semua orang” telah ditafsirkan dan diterapkan pada orang adat sebagai individu dan secara kolektif sebagai masyarakat adat (masyarakat tempatan). Sebagai contoh, sejak pengadopsiannya, Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik (the International Covenant on Civil and Political Rights) (“ICCPR”) dan Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights) (“ICESCR”), serta konvensi (antara lain) yang tercantum dalam bagian 3.3.1 dari Pedoman Operasional Hubungan antara Komitmen Sukarela dan Hukum yang Berlaku, semuanya telah ditafsirkan oleh komite, komisi dan mahkamah masing-masing yang ditugasi menafsirkan penerapannya untuk mengakui dan mensyaratkan penghormatan, dukungan, dan perlindungan atas hak-hak IP/LC. Lihat contoh-contoh instrumen internasional berikut ini yang diterapkan pada IP/LC, Masyarakat Adat dan Badan-Badan Traktat PBB tentang HAM: Kompilasi Yurisprudensi Badan Traktat PBB dan Rekomendasi Dewan Hak Asasi Manusia (Indigenous Peoples and United Nations Human Rights Treaty Bodies: A Compilation of UN Treaty Body Jurisprudence and the Recommendations of the Human Rights Council) (Volume I sampai VII), tersedia pada https://www.forestpeoples.org/index.php/en/resources?Publications%5B%5D=language%3Aen&search_api_fulltext=united+nations+compilation+jurisprudence&sort_by=search_api_relevance.5 UNDRIP, Pasal 26.

Page 57: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

52 Accountability Framework

6 UNDRIP, Pasal 26; Lihat juga perjanjian dan konvensi berikut ini dan interpretasi yang dihasilkan: ICCPR, Pasal 27 (sebagaimana ditafsirkan oleh Komite HAM PBB), ICESCR, Pasal 15 (sebagaimana ditafsirkan oleh Komite Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, Pasal 5 Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial (sebagaimana ditafsirkan oleh Komite Penghapusan Diskriminasi Rasial); ILO 169 (Pasal 13-19); Pasal 21 Konvensi Amerika tentang Hak Asasi Manusia (sebagaimana ditafsirkan oleh Mahkamah Antar-Amerika untuk Hak Asasi Manusia); Pasal 21 Piagam Afrika tentang Hak Asasi Manusia dan Hak Penduduk (sebagaimana ditafsirkan oleh Mahkamah Afrika untuk Hak Asasi Manusia dan Hak Penduduk). Untuk kompilasi yurisprudensi terkait perjanjian yang berhubungan dengan hak masyarakat adat dan masyarakat tempatan, lihat: Masyarakat Adat dan Badan-Badan Traktat PBB tentang HAM: Kompilasi Yurisprudensi Badan Traktat PBB dan Rekomendasi Dewan Hak Asasi Manusia (Indigenous Peoples and United Nations Human Rights Treaty Bodies: A Compilation of UN Treaty Body Jurisprudence and the Recommendations of the Human Rights Council) (Volume I sampai VII), tersedia pada: https://www.forestpeoples.org/index.php/en/resources?Publications%5B%5D=language%3Aen&search_api_fulltext=united+nations+compilation+jurisprudence&sort_by=search_api_relevance.7 Lihat “Awas Tingni”, para. 158(2) dan 164; Kasus Penduduk Saramaka v. Suriname, Keputusan 28 November 28, 2007, Inter-Am. Ct. H.R.(Ser. C) No. 172, para. 194(a) (“Saramaka”). Lihat juga also Mahkamah Afrika untuk HAM dan Hak Penduduk pada kasus Mahkamah Afrika untuk HAM dan Hak Penduduk v. Kenya, Aplikasi No. 006/2012, Keputusan, para. 43(E)(i)(b) (26 May 2017) IP/LC, (yang melibatkan masyarakat Ogiek di Kenya).8 Untuk informasi lebih lanjut tentang pelaksanaan penilaian dasar sosial, lihat HCS Approach Toolkit, Modul 2, versi 2.0, The HCS Approach: Putting no Deforestation into Practice, Social Requirements, bagian B (Working Draft of Social Requirements for Conserving High Carbon Stock Forests in Oil Palm Development, diadopsi 22 Januari 2017), SR 1 (Mei 2017) (HCS Approach, SR); Implementation Guide for the Social Requirements of the High Carbon Stock Approach, Langkah 1.2 (April 2018).9 Jika pembeli sekunder berusaha untuk mengakuisisi perusahaan hulu yang menghadapi konflik yang masih berlangsung dengan harapan untuk memperoleh hak, maka pembeli sekunder tersebut sebaiknya juga mengundurkan diri dari upaya pembelian jika akuisisi tersebut akan terpengaruh oleh resolusi dan konflik yang berlangsung.10 Mengusahakan FPIC adalah tugas dan kewajiban Negara ketika pemerintah dan pihak ketiga terlibat dalam kegiatan yang dapat memengaruhi hak dan kepentingan masyarakat adat dan masyarakat tempatant. Namun, jika perselisihan yang berlangsung adalah antara dua masyarakat adat misalnya, mereka boleh menggunakan mekanisme resolusi sengketa tradisional dan karena tidak ada pihak non-asli/pribumi yang terlibat, FPIC tidak terlalu dipermasalahkan, hanya persetujuan bersama. Ini tidak menghalangi FPIC untuk disyaratkan begitu disposisi tanah telah diselesaikan dan perusahaan kemudian berupaya mendapatkan hak dari masyarakat adat atau masyarakat tempatan yang bersangkutan.11 Serupa dengan yang disyaratkan oleh Panduan FPIC untuk Anggota RSPO (2015), hal. 76 yang menyatakan bahwa persetujuan FPIC harus merincikan “kompensasi untuk apa (misalnya, hutan, lahan dan tanaman) dan kepada siapa (masyarakat, keluarga, individu), mekanisme dan pemantauan kompensasi, jangka waktu (kapan dan berapa lama), ketentuan untuk kompensasi.”12 Sebagaimana Pedoman FPIC untuk Anggota RSPO (2015), hal. 76 menyatakan bahwa persetujuan FPIC menentukan “manfaat untuk apa, dari siapa dan kepada siapa, jangka waktu, syarat-syarat untuk akses terhadap manfaat.”13 Tanpa mengurangi prioritas masyarakat/penduduk, interpretasi pembagian manfaat yang setara ini konsisten dengan ikrar yang dibuat oleh para pemerintahan dalam Aliansi Hutan Tropis 2020 Deklarasi Marrakesh untuk Pembangunan Berkelanjutan Sektor Kelapa Sawit di Afrika, di mana mereka setuju untuk “menyediakan pekerjaan untuk penduduk kita; menyediakan kondisi kerja yang layak dan setara; berupaya untuk meningkatkan mata pencaharian masyarakat; dan berkontribusi pada ketahanan pangan dan pengentasan kemiskinan melalui pembagian manfaat yang adil dan setara.” Deklarasi Marrakesh, hal.2, ikrar (F).14 Lihat https://www.cbd.int/abs/doc/protocol/nagoya-protocol-en.pdf.15 Untuk informasi lebih lanjut, lihat Office of the High Commissioner for Human Rights (OHCHR), Lembar Fakta No. 16 (Rev.1): Komite Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia mengakui bahwa “Setiap orang memiliki hak atas standar kehidupan yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya, termasuk makanan,…” (pasal. 25). Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya juga mengakui hak atas kecukupan pangan sebagai elemen yang sangat penting untuk hak atas standar kehidupan yang layak (pasal 11 (1)) dan secara tegas mengakui “hak fundamental setiap orang untuk bebas dari kelaparan” (pasal 11 (2)).

Page 58: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

53Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat Adat dan Masyarakat Tempatan

16 Hak atas Kecukupan Pangan, Lembar Fakta #34, p. 4 (OHCHR). Lihat juga Deklarasi PBB tentang Hak Asasi Petani dan Masyarakat Pedesaan (United Nations Declaration on the Rights of Peasants and Other People Working in Rural Areas), Pasal 15(5) (merujuk “hak atas kecukupan pangan, ketahanan pangan dan kedaulatan pangan serta sistem pangan yang berkelanjutan dan adil/setara”).17 Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), Pendekatan HCS; dan Pedoman Sukarela FAO tentang Tata Kelola Penguasaan Tanah yang Bertanggung Jawab (FAO Voluntary Guidelines on the Responsible Governance of Land Tenure [VGGT]).18 Lihat sebagai contoh, Prinsip-Prinsip & Kriteria (P&C) RSPO yang memasukkan masalah ketahanan pangan ke dalam definisi mata pencaharian dan merujuk Nilai Konservasi Tinggi (HCV) 5 “Kebutuhan Masyarakat” sebagai “[l]okasi dan sumber daya yang fundamental untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat tempatan dan masyarakat adat (untuk mata pencaharian, kesehatan, nutrisi, air, dll.”) dan sesuai catatan yang menyertai Prinsip 7.12.3 “[h]arus ada manfaat yang dapat ditunjukkan kepada masyarakat tempatan; pengakuan yang jelas atas tanah hukum dan tanah adat berdasarkan perencanaan tata guna lahan partisipatif; pembangunan harus proporsional dengan kebutuhan masyarakat tempatan; dengan keseimbangan antara konservasi dan pembangunan” (lihat juga Indikator terkait dan Panduan untuk Prinsip 3.4 dan 7.12); lihat juga Panduan Implementasi untuk Persyaratan Sosial dari Pendekatan Stok Karbon Tinggi, hal. 5 (April 2018) menyerukan “penggunaan langkah-langkah yang menjamin penghormatan terhadap hak-hak mereka dan perlindungan mata pencaharian mereka” dan memajukan Pendekatan NKT, SR5 dengan syarat “[p]engembang harus memastikan mata pencaharian dan ketahanan pangan lokal tidak terpengaruh buruk oleh kegiatan operasional mereka dan sebaliknya dipertahankan atau diperkuat, sejalan dengan hak-hak yang diakui secara internasional (FAO 2009). Pengembang harus mencapai dampak positif pada kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Dampak aktual dari operasional perlu dinilai untuk memverifikasi bahwa komitmen-komitmen ini dipenuhi” dengan memasukkan masalah-masalah dalam perencanaan lahan masyarakat, zonasi, konsultasi, penilaian HCV-HCSA partisipatif, ESIA dan semua penelitian sosial berbasis lapangan (termasuk Penilaian Dasar Sosial, pemetaan partisipatif); Food and Agricultural Association (FAO) VGGT, 4.1 (dengan syarat panduannya mencakup tujuan untuk ketahanan pangan, pengentasan kemiskinan, mata pencaharian berkelanjutan …”), lihat juga 12.6, 12.7, 15.7, 16.2, 22.1, 22.3, 23.2, 24.4, 24.5, dan 25.6.19 Lihat P&C 3.4 RSPO 2018, (mensyaratkan “Dalam penanaman atau operasional baru termasuk pabrik, SEIA independen, dilakukan melalui metodologi partisipatif yang melibatkan pemangku kepentingan yang terkena dampak, dan termasuk dampak dari skema petani kecil/outgrower untuk didokumentasikan.” dan lebih khusus suatu “[p]enilaian potensi dampak sosial pada masyarakat sekitar perkebunan, termasuk analisis dampak potensial pada mata pencaharian, dan perbedaan efek pada wanita versus pria, masyarakat etnis, dan migran versus penduduk jangka panjang.”20 Lihat Implementation Guide for the Social Requirements of the High Carbon Stock Approach, Langkah 2.3 (April 2018) dan; lihat juga P&C 3.4 RSPO 2018.21 Deklarasi ini membahas kumpulan masyarakat lokal dan pedesaan yang lebih luas daripada IP/LC, termasuk petani kecil dan pekerja migran. Ini mencerminkan konsensus kontemporer yang sedang berkembang tentang perlunya menghormati dan melindungi hak-hak mereka yang hidup di wilayah pedesaan dan bergantung kepada tanah, air dan alam (termasuk hak atas properti, ketahanan pangan, mata pencaharian, dan partisipasi yang bermakna dan efektif dalam pengambilan keputusan yang memengaruhi mereka).22 Material yang dikutip dalam daftar muncul dari UNDRIP, Pasal 5, 18, 20, 23, 26(2), & 32.23 Mahkamah Antar-Amerika untuk Hak Asasi Manusia, Masyarakat Saramaka v. Suriname. Keberatan Awal, Manfaat, Reparasi dan Biaya. Keputusan 28 November 2007. Seri C No. 172, para. 172 dan 174..24 Lihat bagian 1.1 dan catatan akhir 2.25 Pengamatan akhir dari Komite HAM: Australia. 28/07/2000. CCPR/CO/69/AUS, para. 10 dan 11 menafsirkan Pasal 27 (hak untuk penikmatan budaya) dari ICCPR (“langkah-langkah yang diperlukan harus diambil untuk memulihkan dan melindungi sertifikat dan kepentingan masyarakat adat di tanah kelahiran mereka …” dan; “melindungi kelanjutan dan kelestarian bentuk tradisional ekonomi penduduk asli minoritas (berburu, memancing dan mengumpulkan makanan), dan perlindungan situs-situs yang memiliki segnifikansi keagamaan atau budaya bagi minoritas semacam itu … harus dilindungi berdasarkan pasal 27….”).26 Untuk pengembangan lebih lanjut dari berbagai manifestasi hak atas budaya, lihat misalnya, UNDRIP, Pasal 5, 8, 11, 12, 14-16, 25, 31, dan 36.

Page 59: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

54 Accountability Framework

27 “Klaim” tidak hanya mencakup petisi hukum di hadapan badan peradilan atau administrasi sesuai dengan hukum, tetapi juga permintaan untuk sertifikat tanah dan/atau pengaduan dan permintaan di hadapan satu atau lebih badan pemerintah (administratif, legislatif, atau lainnya). Yang belakangan terutama penting karena terkadang populasi terkait tidak memiliki kapasitas atau sumber daya untuk membuat pengaduan resmi dan/atau terbatas untuk melakukannya karena hukum mencegah hal tersebut (dengan kata lain, mereka tidak memiliki wewenang yang diakui di bawah hukum untuk membuat keluhan resmi, atau undang-undang mewajibkan kepemilikan yang sebenarnya untuk mengajukan permintaan hak milik dan masyarakat tersebut dipindahkan secara paksa oleh perambahan bertahun-tahun yang lalu).28 Ini juga dapat mencakup bagaimana tanah dipindahtangankan, diperuntukkan, bahkan diwariskan, di antara anggota (kadang tidak merata antara pria dan wanita).29 Sumber: RSPO Policy on the Protection of Human Rights Defenders, Whistleblowers, Complainants and Community Spokespersons, Lampiran 1, bag. 2 (2018).Kebijakan RSPO juga menetapkan bahwa keluhan atas tindakan terhadap pengungkap fakta dapat diajukan kepada entitas yang dianggap independen dari perusahaan yang melanggar.30 Perusahaan didorong untuk mempertimbangkan penerapan Prinsip Sukarela pada Keamanan dan Hak Asasi Manusia — sebuah tolok ukur yang diterima secara internasional dan memandu perusahaan dalam cara mereka merekrut dan melatih penjaga keamanan dan personel terkait lainnya, dan bagaimana mereka terlibat dengan anggota poulasi yang berpotensi terkena dampak.31 Sumber: UNDP mengutip dari Bank Dunia, Buku Panduan Kebijakan Perlindungan Sumber Daya Fisik dan Budaya, dan Konvensi UNESCO untuk Perlindungan Warisan Budaya Tak Berwjud.

Page 60: Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak …accountability-framework.org/wp-content/uploads/... · 2020. 6. 12. · Pedoman operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat

55

www.accountability-framework.org