pedoman operasional hubungan antara komitmen sukarela …

28
Pedoman Operasional Hubungan Antara Komitmen Sukarela dan Hukum yang Berlaku Juni 2019 Pedoman tentang bagaimana pelaksanaan komitmen sukarela terkait dengan persyaratan hukum internasional dan nasional Accountability Framework = Kerangka Akuntabilitas

Upload: others

Post on 06-Nov-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pedoman Operasional Hubungan Antara Komitmen Sukarela …

1

Pedoman OperasionalHubungan Antara Komitmen Sukarela dan Hukum yang Berlaku

Juni 2019

Pedoman tentang bagaimana pelaksanaan komitmen sukarela terkait dengan persyaratan hukum internasional dan nasional

Accountability Framework = Kerangka Akuntabilitas

Page 2: Pedoman Operasional Hubungan Antara Komitmen Sukarela …

© 2019 Accountability Framework initiative. Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.

DISKLAIMER: Produk kerja ini dimaksudkan sebagai imbauan saja dan bukan sebagai opini atau nasihat hukum tentang persoalan yang ditangani. Pembaca disarankan untuk melibatkan penasihat hukum sejauh yang diperlukan.

Accountability Framework dibuat melalui proses konsultasi dengan berbagai pemangku kepentingan termasuk perusahaan, LSM, dan pemerintah, serta mengikuti praktik-praktik yang baik dan berlaku untuk inisiatif multi pihak.

Dokumen ini adalah bagian dari Accountability Framework versi 1.0 (dirilis pada Juni 2019), yang mewakili konsensus anggota Kelompok Pengarah Accountability Framework initiative (AFi) yang berpartisipasi dalam pengembangannya:

Untuk informasi lebih lanjut tentang AFi dan proses pengembangan Framework, silakan kunjungi www.accountability-framework.org

AFi didanai oleh:

Tim utama AFi (sekretariat) dipimpin bersama oleh Rainforest Alliance dan Meridian Institute.

Pakar independent

Inisiatif Kerangka Akuntabilitas bertanggung jawab atas isi dokumen ini, yang mungkin tidak mewakili pandangan para penyandang dana AFi.

Page 3: Pedoman Operasional Hubungan Antara Komitmen Sukarela …

i

Daftar Isi

Tujuan & ringkasan 01

1. Pendahuluan 02

2. Menentukan standar tertinggi 03

3. Apa yang harus dilakukan ketika hukum tidak diterapkan atau ditegakkan 05

4. Apa yang harus dilakukan ketika komitmen sukarela mewakili standar tertinggi dan bertentangan dengan hukum yang berlaku 06

Lampiran: Penilaian hukum yang berlaku 08

1. Pendahuluan 08

2. Konteks dan waktu penilaian 10

3. Proses pelaksanaan penilaian hukum yang berlaku 12

Page 4: Pedoman Operasional Hubungan Antara Komitmen Sukarela …

ii

Kredit foto: Creativa Images

Page 5: Pedoman Operasional Hubungan Antara Komitmen Sukarela …

01Pedoman Operasional Hubungan Antara Komitmen Sukarela dan Hukum yang Berlaku

Tujuan & ringkasanAccountability Framework memberikan pedoman kepada perusahaan tentang identifikasi potensi risiko lingkungan dan sosial sehingga mereka dapat dihindari, dikurangi, dan diatasi. AFi mengakui bahwa risiko tersebut dapat muncul dari ketidakpatuhan terhadap hukum, serta dari kepatuhan terhadap hukum yang tidak ditegakkan sebagaimana mestinya atau tidak memiliki ketentuan yang diperlukan untuk sepenuhnya mematuhi hukum internasional. Prinsip Inti 3.4 menyatakan bahwa, selain komitmen sukarela, perusahaan harus mematuhi hukum yang berlaku dan menghormati Hak Asasi Manusia yang diakui secara internasional. Penilaian perusahaan atas hukum yang berlaku mengklarifikasi apakah kerangka hukum di tempat perusahaan beroperasi akan memfasilitasi, atau merisikokan, pemenuhan komitmen sukarela perusahaan tersebut.

Dokumen ini merupakan sumber daya yang dapat digunakan perusahaan untuk merancang prosedur yang mengidentifikasi dan menilai hukum yang berlaku atau untuk meninjau prosedur yang ada terkait dengan penilaian tersebut. Secara khusus, dokumen ini memberikan pedoman bagi perusahaan hulu dan hilir untuk mengidentifikasi dan menilai berbagai hukum atau undang-undang yang berlaku terhadap komitmen perusahaan terkait dengan Hak Asasi Manusia, deforestasi, dan konversi ekosistem.

Pedoman ini disajikan dalam dua bagian:

1) Bagian utama pedoman ini membahas hubungan antara kepatuhan dengan hukum dan komitmen sukarela perusahaan, termasuk:

• Menentukan standar tertinggi

• Apa yang harus dilakukan ketika hukum tidak diterapkan atau ditegakkan

• Apa yang harus dilakukan ketika komitmen sukarela perusahaan mewakili standar yang lebih tinggi daripada yang ditegaskan oleh hukum yang berlaku

2) Lampiran yang memberikan panduan terperinci tentang prosedur untuk melakukan penilaian hukum yang berlaku. Ini mencakup:

• Konteks dan waktu untuk penilaian

• Proses untuk melaksanakan penilaian termasuk pendefinisian ruang lingkup, peninjauan hukum yang berlaku, konsultasi pemangku kepentingan, dan penyusunan penilaian

Page 6: Pedoman Operasional Hubungan Antara Komitmen Sukarela …

02 Accountability Framework

1. Pendahuluan

Komitmen rantai pasokan sukarela perusahaan merupakan lapisan di atas kewajiban yang ada berdasarkan hukum yang berlaku.1 Kewajiban hukum dapat dibuat oleh instrumen hukum atau kebijakan apapun yang berasal dari sumber otoritas legislatif, eksekutif, administratif, yudikatif, atau adat. Banyak kategori hukum yang bersentuhan dengan komitmen perusahaan, termasuk tetapi tidak terbatas pada kategori yang mengatur alokasi dan akuisisi lahan; pemberian sertifikasi tanah, registrasi, dan manajemen; lingkungan dan konservasi; pajak dan undang-undang terkait pendapatan lainnya yang bersangkutan dengan ekstraksi sumber daya; penyimpanan dan pengolahan komoditas; pengangkutan; ekspor; personalitas hukum; daftar yang diadopsi pemerintah tentang pelaku bisnis yang dilarang;2 kode kriminal; Hak Asasi Manusia (termasuk hak-hak pekerja, masyarakat adat, masyarakat setempat, perempuan dan lainnya); remediasi, akses terhadap perbaikan, dan restorasi untuk kerusakan atau kerugian terhadap lingkungan.

Dokumen ini memberikan panduan kepada perusahaan untuk memenuhi komitmen rantai pasokan sukarela mereka dalam konteks kewajiban hukum yang mungkin berlaku pada topik yang sama atau serupa dengan yang ditangani oleh komitmen.

1 Sebagaimana ditentukan dalam definisi Accountability Framework, hukum yang berlaku berarti “hukum nasional dan hukum internasional yang telah diratifikasi yang berlaku dalam konteks atau situasi tertentu.” Hukum nasional mencakup hukum dan peraturan dari semua yurisdiksi dalam suatu negara (misalnya, lokal, regional, dan nasional). Hukum internasional yang telah disetujui negara-negara juga dianggap sebagai hukum yang berlaku.2 Sebagai contoh, perusahaan di Brasil harus memeriksa Daftar Lingkungan Pedesaan (CAR), database Kelompok Kerja Kedelai (GTS), dan daftar yang dikelola Pemerintah Brasil untuk para pelaku bisnis yang diembargo karena deforestasi ilegal atau melakukan kerja paksa.

Page 7: Pedoman Operasional Hubungan Antara Komitmen Sukarela …

03Pedoman Operasional Hubungan Antara Komitmen Sukarela dan Hukum yang Berlaku

2. Menentukan standar tertinggi

Penilaian hukum yang berlaku merupakan aspek penting dari uji tuntas bagi perusahaan yang sedang berupaya mengimplementasikan komitmen rantai pasokan yang etis. Langkah pertama bagi perusahaan adalah untuk mengetahui apa yang diwajibkan oleh hukum, dan memastikan operasional mereka dan komoditas yang dihasilkan, dibeli, atau dibiayai, adalah legal. Perusahaan perlu secara rutin melakukan proses identifikasi dan peninjauan hukum yang berlaku dan konflik-konflik di antara hukum-hukum ini, melakukan penilaian kewajiban hukum, memantau perubahan hukum, memperlihatkan lisensi dan izin operasi, meninjau daftar pelaku yang diembargo, dan memastikan kapasitas staff untuk melakukan fungsi-fungsi ini. Untuk setiap pembeli bahan baku atau yang telah diolah, praktik terbaik juga mencakup pemantauan kapasitas pemasok untuk meninjau dan menilai hukum yang berlaku.

Penilaian risiko dapat digunakan untuk menentukan konteks dalam rantai pasokan perusahaan yang memiliki risiko terbesar ketidakpatuhan dengan hukum yang berlaku dan komitmen sukarela serta di mana tindakan tambahan untuk menjamin kepatuhan mungkin diperlukan. Tindakan tambahan termasuk memperoleh informasi yang lebih rinci, akurat, dan terpercaya mengenai di mana suatu komoditas diproduksi, siapa yang memproduksi, siapa yang membeli, berapa jumlah volume yang mampu dihasilkan produsen, jumlah dan ukuran unit yang dipanen, unit produksi terdekat yang dapat berpotensi terlibat dalam pencucian komoditas yang diproduksi secara ilegal,3 adanya konflik masa lalu atau yang sedang berlangsung, dan klaim-klaim Hak Asasi Manusia (peradilan, administratif, atau lainnya) yang muncul dalam yurisdiksi yang terkait.

Merupakan praktik terbaik untuk mendapatkan verifikasi bagi kepatuhan hukum. Verifikasi tersebut dapat dilakukan bersamaan dengan verifikasi elemen-elemen dari komitmen perusahaan yang terkait dengan deforestasi, konversi ekosistem, Hak Asasi Manusia, dan topik lainnya (lihat Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi untuk perincian tambahan tentang verifikasi yang kredibel).

3 Misalnya, sapi potong yang dipelihara di peternakan ilegal dapat dipindahkan ke peternakan legal sebelum dijual ke fasilitas akhir atau penjagalan. Demikian pula, kayu yang dipanen secara ilegal dari satu unit hutan dapat diklaim berasal dari unit terdekat yang memiliki izin yang tepat.

Page 8: Pedoman Operasional Hubungan Antara Komitmen Sukarela …

04 Accountability Framework

KoTAK 1. Alat yang bermanfaat: menggunakan sertifikasi untuk membantu menunjukkan kepatuhan hukum

4 Karena keterbatasan dalam audit dan faktor-faktor lain, skema sertifikasi tidak boleh dianggap sebagai jaminan bahwa perusahaan yang disertifikasi sepenuhnya memenuhi hukum yang berlaku.5 Misalnya, Kode Hutan Brasil menetapkan area minimum dari vegetasi alami yang harus dilindungi oleh pemilik tanah pribadi atau yang harus mereka kompensasi jika area tersebut dikonversi. Sejauh Kode Hutan mengizinkan deforestasi atau konversi lebih dari apa yang diizinkan oleh komitmen perusahaan, kepatuhan hukum tidak cukup untuk memenuhi komitmen perusahaan. Hukum nasional mungkin mengharuskan bahwa masyarakat adat menerima sertifikat atas luas tanah tertentu dari tanah leluhur mereka berdasarkan populasi masyarakat. Hak Asasi Manusia yang diakui secara internasional (tercermin dalam instrumen internasional) mendasarkan hak properti masyarakat adat pada penggunaan dan pendudukan historis (bukan statistik populasi). Yang terakhir adalah standar yang lebih tinggi.

Banyak sistem sertifikasi mewajibkan kepatuhan hukum dan mengharuskan perusahaan untuk mengadopsi apa yang tercantum di atas sebagai praktik terbaik. Sistem ini mencakup Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), Forest Stewardship Council (FSC), Programme for the Endorsement of Forest Certification (PEFC), International Sustainability and Biomaterials Certification (RSB), International Sustainability and Carbon Certification (ISCC), Bonsucro, Rainforest Alliance, dan Round Table on Responsible Soy (RTRS). Sebagai hasil dari persyaratan dan mekanismen audit mereka, sistem sertifikasi semacam ini dapat membantu memberikan jaminan kepatuhan hukum.4

Kepatuhan hukum itu perlu tetapi tidak cukup untuk memenuhi komitmen rantai pasokan perusahaan. Ketika persyaratan hukum dan komitmen perusahaan (termasuk untuk menghormati Hak Asasi Manusia yang diakui secara internasional seperti tercermin dalam instrumen Hak Asasi Manusia internasional) keduanya diterapkan pada topik yang sama, standar yang paling tinggi menjadi titik referensi untuk memenuhi komitmen yang berada dalam ruang lingkup Accountability Framework. Khususnya:

1) Standar paling tinggi adalah standar manapun yang lebih mungkin, jika diterapkan dengan tepat, menghindari dampak buruk terhadap Hak Asasi Manusia dan kerusakan atau degradasi lingkungan.5

2) Suatu perusahaan dapat menentukan apakah hukum yang berlaku atau komitmen perusahaan yang mewakili standar tertinggi pada topik tertentu dengan melakukan penilaian penuh terhadap persyaratan hukum (untuk detail tambahan, lihat Lampiran pada pedoman ini).

Page 9: Pedoman Operasional Hubungan Antara Komitmen Sukarela …

05Pedoman Operasional Hubungan Antara Komitmen Sukarela dan Hukum yang Berlaku

3. Apa yang harus dilakukan ketika hukum tidak diterapkan atau ditegakkan

Ketika hukum tidak diterapkan atau ditegakkan secara efektif, tindakan oleh perusahaan atau pemasoknya yang melanggar hukum ini tetaplah ilegal dan bertentangan dengan pedoman Accountability Framework. Kegagalan untuk mematuhi dapat membuat perusahaan terkena risiko reputasi meskipun jika tidak berakibat terkena tindakan hukum. Pilihan perusahaan dalam keadaan seperti itu termasuk:

1) Melakukan upaya tambahan untuk memastikan kepatuhannya sendiri terhadap hukum, serta mewajibkan pemasok untuk mematuhi hukum, memonitor dan memverifikasi kepatuhan, memberikan insentif bagi pemasok jika diperlukan;

2) Mengambil langkah-langkah dalam kapasitas perusahaan untuk mendorong dan memfasilitasi implementasi dan/atau penegakan oleh pemerintah, seperti dengan memberikan sumber daya teknis atau finansial untuk mendukung upaya implementasi pemerintah;6 dan

3) Menilai risiko dampak buruk akibat pelaksanaan dan/atau penegakan hukum terkait secara tidak efektif dalam yurisdiksi yang bersangkutan. Ketika risiko telah diidentifikasi dan tindakan yang tercantum dalam poin 1 dan 2 tidak cukup, maka perlu dilakukan mitigasi risiko sebagai berikut:

a) Jika saat ini belum beroperasi dalam yurisdiksi yang berisiko, jangan memulai beroperasi di sana

b) Menghentikan operasi jika kegiatan operasional telah berjalan dan tidak mungkin menghindari dampak buruk.

6 Kontribusi keuangan dalam konteks ini secara khusus untuk mendukung upaya pemerintah dalam menerapkan hukum yang ada; pedoman ini tidak boleh ditafsirkan untuk membenarkan tindakan suap.

Page 10: Pedoman Operasional Hubungan Antara Komitmen Sukarela …

06 Accountability Framework

4. Apa yang harus dilakukan ketika komitmen sukarela mewakili standar tertinggi dan bertentangan dengan hukum yang berlaku

Jika komitmen perusahaan, yang didasari oleh pedoman Accountability Framework, mewakili standar tertinggi tetapi bertentangan dengan persyaratan hukum,7 perusahaan dapat mempertimbangkan beberapa jalur tindakan yang meliputi:

1) Meminta panduan administratif dari pemerintah yang bersangkutan tentang opsi untuk mematuhi hukum dan komitmen perusahaan.

2) Apabila perusahaan belum menjalankan kegiatan bisnis, meminta pengabaian (waiver) tertulis dari pemerintah yang bersangkutan untuk abstain dari kepatuhan terhadap persyaratan hukum tersebut sebagai syarat untuk melanjutkan bisnis. Jika pengabaian tidak diberikan, dapat dipertimbangkan untuk tidak melanjutkan operasional bisnis di area di mana persyaratan hukum menghalangi pemenuhan komitmen sukarela karena risiko dan potensi dampak yang terkait dengan konflik semacam itu. Setelah pengabaian diberikan:

a) Mengukuhkan secara jelas dan tegas, dalam semua perjanjian dengan pemerintah yang bersangkutan, bahwa kegiatan operasional akan dilanjutkan bergantung kepada pengabaian.

7 Sebagai contoh, Undang-Undang Perkebunan Indonesia (39/2014) menyatakan bahwa suatu konsesi yang diberikan untuk mengusahakan lahan perkebunan dapat diambil alih oleh negara jika pemegang izin gagal untuk membuka lahan sesuai dengan batasan area dan jangka waktu yang ditetapkan UU tersebut.

Page 11: Pedoman Operasional Hubungan Antara Komitmen Sukarela …

07Pedoman Operasional Hubungan Antara Komitmen Sukarela dan Hukum yang Berlaku

b) Mewajibkan secara jelas dan tegas, dalam semua kontrak dengan pemasok, bahwa mereka harus mendapatkan pengabaian yang sama dari pemerintah jika diperlukan untuk memastikan kepatuhan dengan komitmen perusahaan. Selanjutnya, menyatakan dengan jelas dalam kontrak bahwa ketidakpatuhan dengan hukum yang diabaikan tidak menimbulkan pelanggaran kontrak atau hak untuk mengakhiri.

c) Melibatkan entitas pemerintah yang relevan untuk mendorong reformasi yang menghilangkan hambatan hukum untuk memenuhi standar tertinggi.8

3) Ketika perusahaan telah melakukan operasi bisnis tanpa pengabaian dari pemerintah, atau jika pengabaian yang diberikan sebelumnya dibatalkan, dan ketika risiko dampak buruk dari kelanjutan operasional adalah signifikan, dapat dipertimbangkan untuk menghentikan, menangguhkan sementara, atau menghentikan secara bertahap kegiatan operasional bisnis sampai pengabaian diberikan atau dipulihkan.

4) Ketika dinilai bahwa kepatuhan terhadap hukum yang bermasalah tersebut oleh pemasok kemungkinan akan mengakibatkan dampak buruk atau pelanggaran komitmen, mengharuskan pemasok untuk mendapatkan pengabaian kepatuhan dari pemerintah untuk memungkinkan pemenuhan komitmen perusahaan sebagai persyaratan perjanjian di masa depan.

a) Ketika kepatuhan dengan hukum yang bermasalah tersebut telah mengakibatkan dampak buruk, membuat perjanjian di masa depan yang bersyarat pada pemulihan penuh dan segera atas kerugian di masa lalu, dan menyediakan dukungan teknis dan/atau finansial kepada pemasok supaya dapat mencapai kepatuhan jika sesuai (lihat Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan).

8 Kepatuhan dengan hukum yang mungkin berdampak negatif terhadap Hak Asasi Manusia tetap terlibat dalam konteks tersebut, mendorong reformasi hukum dapat membantu mengurangi risiko ini.

Page 12: Pedoman Operasional Hubungan Antara Komitmen Sukarela …

08 Accountability Framework

Lampiran: Penilaian hukum yang berlaku

1. PendahuluanPenilaian hukum yang berlaku adalah aspek penting dari uji tuntas sosial dan lingkungan, dan oleh karena itu merupakan persyaratan dan praktik bisnis yang standar bagi sebagian besar perusahaan ketika memperoleh hak baru atas lahan dan sumber daya, memperluas kegiatan perusahaan, melakukan perencanaan tata guna lahan, dan sebelum melakukan perjanjian dengan pemasok, pengaturan pendanaan, atau perjanjian hukum lainnya dalam membentuk hubungan bisnis atau rantai pasokan. Ketika dilaksanakan secara benar dan tepat waktu, hal ini dapat membantu mengidentifikasi risiko dan persyaratan, menghindari kerugian pada manusia dan lingkungan, serta meminimalkan dampak negatif pada kegiatan operasional, anggaran, dan reputasi perusahaaan. Pemahaman yang menyeluruh atas hukum yang berlaku juga membantu memenuhi komitmen sukarela dan beberapa elemen Accountability Framework, termasuk yang berkaitan dengan:

1) Mematuhi hukum (Prinsip Inti 3.4)

2) Menghapuskan deforestasi dan konversi ekosistem alami (Prinsip Inti 1)

3) Menghormati Hak Asasi Manusia yang diakui secara internasional, termasuk hak-hak masyarakat adat dan masyarakat setempat (IP/LC) serta pekerja (Prinsip Inti 2)

4) Menjalankan bisnis dengan cara yang etis dan transparan (Prinsip Inti 10)

5) Melakukan atau mendukung praktik yang bertanggung jawab dalam pembebasan lahan, perencanaan tata guna lahan, dan pengembangan lokasi untuk menghormati Hak Asasi Manusia dan melindungi lingkungan (Prinsip Inti 7)

Perusahaan dengan komitmen terkait deforestasi, konversi ekosistem, dan Hak Asasi Manusia telah mencari panduan yang lebih spesifik tentang cara mengidentifikasi berbagai hukum yang berlaku, memahami konsekuensi hukum-hukum ini pada kegiatan produksi dan perdagangan, dan mengklarifikasi bagaimana hukum ini berhubungan dengan pemenuhan komitmen sukarela mereka.

Page 13: Pedoman Operasional Hubungan Antara Komitmen Sukarela …

09Pedoman Operasional Hubungan Antara Komitmen Sukarela dan Hukum yang Berlaku

KoTAK 2. Definisi hukum yang berlaku

Accountability Framework mendefinisikan hukum yang berlaku sebagai hukum nasional dan hukum internasional yang telah diratifikasi yang berlaku dalam konteks atau situasi tertentu. Hukum nasional mencakup hukum dan peraturan dari semua yurisdiksi dalam suatu negara (lokal, regional, dan nasional). Hukum internasional yang telah disetujui negara-negara juga dianggap sebagai hukum yang berlaku.

Penilaian hukum yang berlaku adalah suatu proses di mana perusahaan dapat:

y Mengidentifikasi dan menganalisis hukum dan kebijakan internasional, nasional, dan IP/LC yang berlaku dalam konteks bisnis mereka

y Memahami kewajiban dan tanggung jawab mereka sesuai hukum dan kebijakan ini

y Menganalisis hubungan antara hukum yang berlaku, termasuk apakah ada kejadian di mana kepatuhan terhadap hukum atau kebijakan yang satu berakibat pelanggaran terhadap hukum atau kebijakan lain

y Menganalisis hubungan antara hukum yang berlaku dan komitmen sukarela untuk menetukan kapan hukum yang berlaku dapat memberikan jalan bagi perusahaan untuk memenuhi komitmen sukarelanya serta kejadian di mana hukum yang berlaku dapat menghalangi pemenuhan komitmen sukarela

Hasil temuan dari penilaian hukum yang berlaku dapat digunakan untuk mengidentifikasi risiko dampak buruk pada Hak Asasi Manusia dan lingkungan; mendasari rencana aksi perusahaan untuk menghindari dan memitigasi kerugian tersebut; membentuk sistem monitoring dan verifikasi untuk menilai kepatuhan dan kinerja; dan menciptakan sistem untuk menangani dan melacak tanggapan perusahaan terhadap hal-hal yang menjadi perhatian saat masalah tersebut muncul.

Penilaian hukum yang berlaku berkaitan dengan semua pelaku rantai pasokan dan bagi mereka yang mendanai produksi dan perdagangan pertanian dan kehutanan. Proses penilaian secara umum serupa dalam semua kasus, meskipun ruang lingkup penilaian dan perinciannya akan berbeda tergantung konteks dan posisi perusahaan dalam rantai pasokan. Oleh karena itu, sebagian besar dari Pedoman Operasional ini berlaku secara umum, sementara beberapa perincian dan informasi tambahan berdasarkan jenis perusahaan dan operasinya disediakan di sepanjang dokumen ini.

Page 14: Pedoman Operasional Hubungan Antara Komitmen Sukarela …

10 Accountability Framework

2. Konteks dan waktu penilaianSehubungan dengan rantai pasokan pertanian dan kehutanan, penilaian hukum yang berlaku biasanya dilakukan dalam empat konteks berikut:

1) Konteks produksi— tingkat lokasi: Penilaian perlu dilakukan sehubungan dengan operasional produksi dan pengolahan primer, seperti perkebunan, pabrik, atau operasi pemanenan kayu.9 Sangat penting untuk melakukan penilaian hukum yang berlaku sebelum akuisisi hak baru pada lahan atau sumber daya, atau pengembangan baru yang besar atau perluasan operasi. Dalam konteks ini, penilaian perlu dimasukkan dalam keseluruhan uji tuntas, perencanaan, dan proses pelibatan pemangku kepentingan yang mendahului pendirian atau perluasan operasional (lihat Prinsip Inti 4). Jika sesuai, penilaian dapat diintegrasikan ke dalam penilaian dampak sosial dan lingkungan yang lebih luas yang termasuk dalam proses ini. Jika memungkinkan, untuk meningkatkan efisiensi, penilaian tingkat lokasi dapat memanfaatkan penilaian lain dari hukum internasional dan nasional yang dilakukan oleh perusahaan/kelompok (lihat #2 di bawah) atau perusahaan hilir, selama informasinya cukup spesifik untuk menilai risiko terhadap pemasok tersebut (lihat #3 di bawah).

Untuk lokasi produksi dan pengolahan primer yang telah beroperasi, penilaian hukum yang berlaku perlu dilakukan ( jika belum dilakukan) dan diperbarui secara berkala untuk memastikan bahwa operasi dijalankan berdasarkan pemahaman terkini atas hukum yang berlaku. Jika operasi produksi atau pengolahan diperoleh — atau direncanakan dan dibangun tanpa penilaian hukum yang berlaku secara memadai pada saat pendiriannya — maka penilaian hukum yang berlaku perlu dilakukan secara retrospektif. Ini melibatkan penilaian terhadap dokumentasi yang ada, identifikasi kesenjangan, memperbarui penilaian ketika diperlukan, dan menggunakan hasil penilaian untuk membantu menangani dampak buruk terhadap Hak Asasi Manusia atau lingkungan melalui keterlibatan yang tepat atau modifikasi rencana aksi, sistem monitoring dan verifikasi, serta mekanisme pengaduan yang efektif.

2) Konteks produksi— tingkat perusahaan atau kelompok: Perusahaan yang memiliki atau mengelola hak di banyak unit produksi atau unit pengolahan di berbagai konteks hukum perlu melakukan penilaian hukum yang berlaku untuk mendasari keputusan dan kebijakan di seluruh perusahaan, dan untuk menentukan di mana tindakan tambahan

9 Penilaian dapat dilakukan secara bersamaan pada tingkat yang sesuai berdasarkan skala dan kapasitas operasi produksi. Misalnya, suatu operasi pengolahan primer (contohnya, pabrik atau pejagalan) dapat melakukan penilaian untuk mempertimbangkan hukum yang berlaku bagi pemasoknya, terutama jika mereka adalah produsen kecil atau menengah yang mungkin tidak memiliki kapasitas untuk melakukan penilaian penuh sendiri. Demikian juga, penilaian tingkat lokal dapat mencakup sekumpulan lokasi terdekat yang berada dalam konteks hukum yang serupa.

Page 15: Pedoman Operasional Hubungan Antara Komitmen Sukarela …

11Pedoman Operasional Hubungan Antara Komitmen Sukarela dan Hukum yang Berlaku

mungkin diperlukan untuk menghormati Hak Asasi Manusia dan melindungi lingkungan berdasarkan konteks hukum. Penilaian pada tingkat perusahaan atau kelompok dapat melengkapi penilaian tingkat lokasi: misalnya, penilaian tingkat perusahaan dapat mengevaluasi hukum internasional dan nasional sementara penilaian tingkat lokasi dapat membawa fokus yang lebih dalam tentang hukum setempat yang berlaku untuk lokasi tertentu, termasuk hukum IP/LC, jika ada.

3) Konteks pembelian dan pengadaan: Perusahaan yang membeli dari berbagai produsen, perantara, atau manufaktur perlu melakukan penilaian hukum yang berlaku secara luas untuk membantu mengidentifikasi pemasok atau asal usul pengadaan yang memiliki risiko terbesar dan mungkin memerlukan perhatian lebih jauh dari sistem pengelolaan pemasok mereka dan rencana implementasi pemasok. Mengingat luasnya jangkauan basis pembelian dan pengadaan beberapa perusahaan, penentuan prioritas berdasarkan risiko dapat dibenarkan. Penilaian hukum yang berlaku oleh perusahaan hilir memerlukan penilaian atas sejauh mana pemasok telah melakukan penilaian sendiri yang memadai dan apakah pemasok telah mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menindaklanjuti hasil penilaian; ini merupakan bagian dari proses pengelolaan pemasok yang terintegrasi (Prinsip Inti 6, lihat juga Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan). Jika langkah-langkah ini tidak diambil, perusahaan perlu mempertimbangkan untuk mendukung pemasoknya dalam menilai dan mematuhi hukum yang berlaku sebagai bagian dari proses pelibatan pemasok.10 Selain penilaian hukum yang berlaku, yang luas dan mencakup basis pasokan perusahaan, perusahaan perlu menilai hukum yang berlaku sebelum membuat perjanjian pemasok baru, atau perjanjian hukum lainnya atau hubungan rantai pasokan. Pembeli juga harus mencantumkan ketentuan yang tepat dalam kontrak pemasok untuk memastikan bahwa risiko yang teridentifikasi dapat ditangani.

4) Konteks pendanaan: Serupa dengan konteks pembelian dan pengadaan, lembaga keuangan perlu melakukan penilaian hukum yang berlaku di berbagai konteks di mana mereka berinvestasi dalam produksi atau perdagangan pertanian atau kehutanan, dan perlu menentukan sejauh mana peminjam saat ini dan calon peminjam telah melakukan penilaian sendiri yang memadai dan apakah mereka telah mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menindaklanjuti hasil penilaian tersebut. Penilaian terfokus juga diperlukan ketika mempertimbangkan investasi baru yang besar atau investasi dalam lokasi baru, terutama jika telah diketahui sebelumnya tentang adanya potensi risiko di wilayah atau sektor tersebut.

10 Lihat Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi untuk perincian tambahan tentang rencana aksi pemasok, rencana peningkatan, dan sistem monitoring.

Page 16: Pedoman Operasional Hubungan Antara Komitmen Sukarela …

12 Accountability Framework

Pada semua situasi sebelumnya, penilaian hukum yang berlaku perlu dilakukan sedini mungkin agar hasilnya dapat mendasari pengambilan keputusan perusahaan. Khususnya sangat penting untuk melakukan penilaian ketika mempertimbangkan (dan sebelum memutuskan) kegiatan baru atau hubungan bisnis baru, termasuk akuisisi hak baru atas lahan dan sumber daya, perluasan kegiatan perusahaan, dan perjanjian pemasok baru, pengaturan pendanaan, dan hubungan bisnis lainnya.

3. Proses pelaksanaan penilaian hukum yang berlaku

Konsisten dengan proses uji tuntas hukum lainnya yang sudah dilakukan oleh kebanyakan perusahaan (misalnya, menilai hukum yang berlaku tentang perpajakan, bea cukai dan royalti), penilaian yang dibahas di sini perlu menganalisis penulisan hukum dan kebijakan yang berlaku dan bagaimana hukum dan kebijakan ini diterapkan dalam praktik. Melalui penelitian dan diskusi dengan otoritas terkait dan para pemangku kepentingan lainnya, penilaian ini perlu mengevaluasi bagaimana hukum dan kebijakan ini diimplementasikan, ditafsirkan, dan ditegakkan, dan bagaimana mereka dapat mempengaruhi pemenuhan komitmen sosial dan lingkungan perusahaan. Berikut ini adalah tujuh tahapan proses yang menerangkan bagaimana hal ini dapat dilakukan.

Jika memungkinkan, untuk meningkatkan konsistensi dan mengurangi biaya, penilaian tingkat internasional dan nasional dapat dilakukan oleh perusahaan hilir atau pada tingkat kantor pusat dan dibagikan dengan pemasok dan operasi produksi. Penilaian secara luas ini dapat dilengkapi pada tingkat lokasi dengan penilaian yang berfokus pada hukum sub nasional, lokal, dan hukum IP/LC yang relevan dan kebijakan lainnya yang diketahui dengan baik oleh mereka yang bekerja pada konteks tertentu. Terlepas dari cara tugas-tugas tersebut dibagi atau didelegasikan kepada perusahaan yang berbeda-beda di dalam rantai pasokan atau di dalam perusahaan, manfaat dari penilaian bergantung kepada penggunaan bersama hasil penilaian sehingga setiap pelaku rantai pasokan dapat memahami hukum yang berlaku secara komprehensif dan dapat mengambil langkah yang sepadan.

3.1 Mengidentifikasi tim penilaian yang berkualitasPenilaian hukum yang berlaku perlu dipimpin oleh individu atau tim yang berkualitas dengan keahlian yang relevan dalam hukum dan praktik Hak Asasi Manusia; kehutanan, pertanian, serta hukum dan praktik tata guna lahan; dan elemen terkait tata kelola perusahaan serta hukum

Page 17: Pedoman Operasional Hubungan Antara Komitmen Sukarela …

13Pedoman Operasional Hubungan Antara Komitmen Sukarela dan Hukum yang Berlaku

dan praktik perilaku yang etis. Jika penilaian hukum yang berlaku dikontrakkan kepada ahli eksternal, biasanya bermanfaat bagi departemen urusan hukum perusahaan untuk juga terlibat dalam penilaian tersebut.

Untuk penilaian yang dilakukan dalam konteks akuisisi, pengembangan, atau pengelolaan unit produksi (misalnya, pertanian, perkebunan, atau operasi pemanenan kayu), tim penilai juga perlu memiliki pengetahuan khusus tentang hukum adat IP/LC (yang tertulis dan yang diwariskan secara lisan) yang mempengaruhi wilayah produksi dan sekitarnya, atau, setidaknya, memiliki kapasitas untuk mempelajari tentang hukum-hukum ini melalui cara yang bertanggung jawab dan sesuai dengan budaya.

Untuk perusahaan yang berperan dalam pendanaan produksi dan perdagangan pertanian dan kehutanan, tugas menentukan apakah penilaian yang memadai telah diselesaikan oleh perusahaan peminjam harus dilakukan oleh penilai yang memenuhi syarat untuk membuat penentuan semacam itu.

3.2 Menentukan ruang lingkup penilaianPerusahaan perlu bekerja bersama penilai untuk mendefinisikan secara jelas ruang lingkup penilaian, yang sebaiknya mencakup setidaknya lokasi-lokasi dan topik-topik yang akan menjadi fokus. Menentukan ruang lingkup yang cukup luas sangat penting karena perusahaan akan bertanggung jawab untuk mengidentifikasi kerugian yang potensial dan yang nyata, dan untuk menghindari atau memitigasi hal ini di seluruh operasi mereka. Perusahaan mungkin menanggung risiko yang lebih besar jika mereka memilih untuk menentukan penilaian yang sempit tanpa justifikasi yang memadai untuk melakukan hal tersebut.

3.2.1 LokasiPerusahaan sebaiknya memulai dengan inventaris lokasi di mana mereka telah memiliki operasi dan/atau mitra bisnis atau pemasok yang signifikan, atau di mana akusisi baru, investasi, perluasan, asal pasokan, atau hubungan bisnis sedang dipertimbangkan. Untuk produsen dan pengolah primer, ini mencakup wilayah tertentu di mana mereka memiliki, mengelola, atau memiliki hak atas lahan dan sumber daya, atau sedang mempertimbangkan untuk memperolehnya. Untuk perusahaan yang membeli langsung dari produsen, ini kemungkinan mencakup lokasi produsen dan pengolah primer tempat mereka membeli.

Memahami bahwa perusahaan memiliki sumber daya yang terbatas dan akan membuat keputusan berdasarkan risiko, Accountability Framework mendorong perusahaan yang beroperasi di lebih dari satu lokasi untuk memprioritaskan wilayah dengan tingkat keparahan

Page 18: Pedoman Operasional Hubungan Antara Komitmen Sukarela …

14 Accountability Framework

potensial11 terbesar dari dampak buruk. Penentuan ini dapat didasarkan, misalnya, pada pengetahuan atau pengalaman sebelumnya yang terkait dengan wilayah geografis, risiko yang terdokumentasi terkait dengan sektor atau pemasok tertentu, atau pengaduan sebelumnya terhadap pemasok tertentu.

3.2.2 Ruang lingkup topikPerusahaan juga harus mengklarifikasi dan memprioritaskan ruang lingkup topik dari penilaian hukum yang berlaku. Perusahaan wajib menghormati semua Hak Asasi Manusia yang diakui secara internasional; kotak berikut mencantumkan hak-hak yang biasanya terlibat dalam rantai pasokan pertanian dan kehutanan. Penilaian hukum yang berlaku umumnya harus mempertimbangkan hukum yang berkaitan dengan perlindungan hak-hak ini. Sebagaimana dinyatakan dalam Prinsip Inti 9, ini termasuk hak atas akses terhadap perbaikan yang efektif, yang mewajibkan perusahaan untuk menilai mekanisme pengaduan negara dan non negara yang sudah ada (lihat Pedoman Operasional Remediasi dan Akses terhadap Perbaikan). Penilaian sebaiknya juga mencakup pemeriksaan hukum yang berlaku tentang masalah lingkungan yang berkaitan dengan ruang lingkup komitmen perusahaan atau Accountability Framework (lihat Kotak 3 di bawah). Selain itu, penilaian sebaiknya meninjau hukum yang berkaitan dengan tata kelola perusahaan dan perilaku yang etis, seperti pembahasan terkait transparansi, persyaratan pengungkapan publik, dan hak pemangku kepentingan untuk berpartisipasi secara bermakna dan efektif serta memengaruhi keputusan yang mungkin berdampak pada mereka. Jika keadaannya membenarkan, berdasarkan apa yang telah diketahui mengenai wilayah, sektor dan operasi tersebut, penilaian mungkin perlu mencakup topik tambahan seperti hak kebebasan bergerak, hak-hak perempuan, hak-hak pekerja migran atau pengungsi secara lebih umum.

11 Sebagaimana ditentukan dalam Prinsip-Prinsip Panduan PBB tentang Bisnis dan Hak Asasi Manusia (Prinsip 14 dan komentar), tingkat keparahan dampak harus dinilai berdasarkan skala, ruang lingkup, dan karakter yang tidak dapat diperbaiki.

Page 19: Pedoman Operasional Hubungan Antara Komitmen Sukarela …

15Pedoman Operasional Hubungan Antara Komitmen Sukarela dan Hukum yang Berlaku

KoTAK 3. Elemen umum untuk dicakup dalam ruang lingkup penilaian hukum yang berlaku

Hak Asasi Manusia

y hak atas properti

y hak untuk bebas dari diskriminasi

y kebebasan dari pengusiran paksa

y hak kesetaraan di hadapan hukum

y hak atas akses terhadap keadilan

y hak atas lingkungan yang sehat

y hak atas perumahan yang layak

y hak atas pangan

y hak atas budaya

y hak untuk berpartisipasi secara efektif dan bermakna

y hak berekspresi dan berkumpul

y hak untuk hidup dan integritas fisik

y hak atas kekayaan intelektual dan warisan budaya

y hak untuk perundingan bersama

y hak mendapat upah yang sama untuk pekerjaan yang sama

y kebebasan dari kerja paksa atau kerja wajib

y kebebasan dari perburuhan anak

y hak-hak IP/LC

y hak-hak perempuan, penyandang disabilitas, pekerja migran, dan minoritas

Masalah lingkungan

y deforestasi

y degradasi hutan

y konversi ekosistem alami lainnya

Meskipun masalah lingkungan lainnya bukan merupakan fokus inti dari Accountability Framework, masalah tersebut penting bagi kebanyakan perusahaan dan mungkin menjadi fokus dari aspek lain dalam operasi atau komitmen mereka. Dalam beberapa kasus, masalah ini (termasuk yang berikut) juga terkait langsung dengan fokus inti Framework pada deforestasi, konversi ekosistem, dan penghormatan Hak Asasi Manusia:

y kesehatan tanah, erosi, dan penggurunan

y keanekaragaman hayati (termasuk spesies terancam dan hampir punah)

y pencemaran air

y polusi udara

y kontaminasi secara umum

Page 20: Pedoman Operasional Hubungan Antara Komitmen Sukarela …

16 Accountability Framework

3.3 Mengumpulkan dan meninjau semua hukum terkaitPenilaian hukum yang berlaku harus mengidentifikasi dan menganalisis hukum nasional, hukum internasional, dan jika ada, hukum IP/LC yang terkait yang mungkin dipengaruhi oleh operasi atau pembelian dan pengadaan perusahaan. Hal ini masing-masing dijabarkan dalam sub bagian berikut.

3.3.1 Hukum internasional12

Seperti ditunjukkan oleh Prinsip-Prinsip Panduan PBB tentang Bisnis dan Hak Asasi Manusia, penilaian hukum yang berlaku, yang kredibel dan bermanfaat berkenaan dengan Hak Asasi Manusia akan mempertimbangkan minimal tiga instrumen yang menyusun Piagam Penghargaan Internasional tentang Hak Asasi Manusia (International Bill of Human Rights), yaitu Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of Human Rights) dan instrumen utama yang telah mengkodifikasinya (Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik dan Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya), serta delapan Konvensi Fundamental dari Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) dan Deklarasi ILO tentang Prinsip-Prinsip dan Hak-Hak Mendasar di Tempat Kerja (Declaration on Fundamental Principles and Rights at Work).

Instrumen di atas telah diratifikasi atau disetujui oleh hampir seluruh negara. Namun, meskipun ketika negara-negara belum meratifikasi atau menyetujui instrumen terkait, mereka tetap harus disertakan dalam penilaian hukum yang berlaku karena, pada akhirnya, perusahaan bertanggung jawab untuk menghormati seluruh Hak Asasi Manusia yang diakui secara internasional terlepas dari apakah negara di mana perusahaan berada telah meratifikasi atau menyetujui hukum internasional yang menegaskan hak-hak tersebut.

Hukum internasional yang dikumpulkan dan ditinjau harus mencakup hukum yang membahas Hak Asasi Manusia dasar, termasuk hak-hak pekerja, IP/LC, hukum penguasaan tanah, hukum terkait perencanaan dan pengelolaan lahan dan sumber daya, dan hukum terkait tata kelola perusahaan dan perilaku yang etis. Dalam beberapa kasus, hukum tambahan perlu dimasukkan untuk membahas jenis dan lokasi operasi perusahaan dan potensi tingkat keparahan dampak buruk yang terkait dengan kegiatan produksi dan perdagangan perusahaan tersebut. Hukum tambahan dapat mencakup, misalnya, Konvensi ILO lainnya, instrumen internasional lainnya yang relevan dengan masalah tertentu (misalnya, perjanjian yang membahas hak-hak perempuan minoritas, dan pekerja migran), atau instrumen yang berkaitan dengan wilayah tertentu (misalnya, Amerika). Misalnya, jika berurusan dengan operasi di Ghana, pertimbangan Piagam Afrika tentang Hak Asasi Manusia dan Masyarakat adalah tepat. Jika berurusan dengan perempuan pedesaan atau pertumbuhan tenaga kerja perempuan, pertimbangan

12 Sub bagian ini berfokus pada hukum internasional terkait dengan Hak Asasi Manusia.

Page 21: Pedoman Operasional Hubungan Antara Komitmen Sukarela …

17Pedoman Operasional Hubungan Antara Komitmen Sukarela dan Hukum yang Berlaku

Konvensi untuk Penghapusan segala bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan sangat disarankan. Jika IP/LC terlibat atau berpotensi untuk terkena dampak operasi, perusahaan juga harus mempertimbangkan instrumen yang tercantum dalam kotak di bawah ini. Suatu daftar yang bermanfaat (tetapi tidak menyeluruh) mengenai perjanjian Hak Asasi Manusia yang menegaskan hak-hak manusia yang diakui secara internasional dapat ditemukan di https://www.ohchr.org/EN/ProfessionalInterest/Pages/UniversalHumanRightsInstruments.aspx. Daftar lengkap Konvensi dan Rekomendasi ILO dapat ditemukan di: http://www.ilo.org/dyn/normlex/en/f?p=NoRMLEXPUB:1:0::No. Sumber-sumber yurisprudensi dan perjanjian internasional juga dapt ditemukan di https://www.ohchr.org/Documents/Countries/NHRI/StrasbourgPresentations/RIHRL.pdf.

KoTAK 4. Contoh instrumen internasional yang menegaskan hak-hak masyarakat adat

y Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia

y Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik

y Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sosial, Ekonomi dan Budaya

y Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Ras

y Konvensi Internasional tentang Hak Anak

y Konvensi mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan

y Konvensi mengenai Masyarakat Hukum Adat di Negara-Negara Merdeka (ILO 169)

y Konvensi Keanekaragaman Hayati

y Konvensi Amerika tentang Hak Asasi Manusia

y Piagam Afrika tentang Hak Asasi Manusia dan Hak Penduduk

y Deklarasi PBB tentang Hak-Hak Masyarakat Adat

Page 22: Pedoman Operasional Hubungan Antara Komitmen Sukarela …

18 Accountability Framework

3.3.2 Hukum nasionalHukum nasional mencakup hukum dan peraturan dari semua yurisdiksi dalam suatu negara, termasuk yang berasal dari pemerintah pusat serta pemerintah sub nasional dan yurisdiksi lokal (misalnya, provinsi, daerah, distrik, kanton, kotamadya, atau unit lainnya). Penilaian hukum yang berlaku perlu mempertimbangkan hukum yang secara langsung atau tidak langsung menangani masalah lingkungan dan Hak Asasi Manusia dalam ruang lingkup penilaian. Hukum mungkin relevan secara tidak langsung dalam berbagai cara. Misalnya, undang-undang pertanahan, undang-undang pertambangan, undang-undang tentang pemerintahan lokal, atau undang-undang kehutanan mungkin tidak secara tegas menyebutkan hak-hak IP/LC, tetapi cara tanah diklasifikasikan, dikonsesi, atau dikendalikan dan dikelola masih dapat memengaruhi hak-hak IP/LC untuk memiliki tata pemerintahan sendiri dan kepada tanah leluhur, sumber daya, dan wilayah mereka. Demikian pula, peraturan lingkungan mungkin tidak secara tegas menyebutkan hak-hak pekerja tetapi tetap dapat memengaruhi kesehatan dan keselamatan pekerja. Untuk informasi lebih lanjut mengenai hukum dan yurisprudensi nasional yang relevan, lihat https://www.ohchr.org/Documents/Countries/NHRI/StrasbourgPresentations/RIHRL.pdf.

3.3.3 Hukum Masyarakat Adat dan Masyarakat Tempatan (IP/LC)Perusahaan berkewajiban untuk menghormati hak asasi IP/LC yang diakui secara internasional untuk memerintah sendiri, yang termasuk hak untuk menentukan dan mengelola lembaga dan hukum mereka sendiri. Oleh karena itu, penilaian hukum yang berlaku perlu mencakup identifikasi dan analisis hukum IP/LC yang berpotensi terkait dengan operasi perusahaan. Ini biasanya memerlukan keterlibatan partisipatif dengan kelompok-kelompok masyarakat adat dan masyarakat tempatan, terutama ketika hukum tersebut diwariskan secara lisan dan berdasarkan tradisi, tetapi tidak didokumentasikan secara tertulis. Akses terhadap informasi ini cenderung lebih mudah diakses oleh produsen atau pengolah primer yang beroperasi di sekitar kelompok yang bersangkutan dan biasanya perlu dimasukkan dalam penilaian hukum yang berlaku pada tingkat lokasi.

3.4 Membuat draf penilaianPenilai selanjutnya perlu menganalisis hukum yang telah dihimpun serta informasi mengenai penafsiran, penerapan, dan penegakannya. Analisis ini perlu didokumentasikan dalam draf penilaian. Pertanyaan-pertanyaan yang perlu dipertimbangkan dalam tahap ini termasuk, setidaknya:

Page 23: Pedoman Operasional Hubungan Antara Komitmen Sukarela …

19Pedoman Operasional Hubungan Antara Komitmen Sukarela dan Hukum yang Berlaku

y Sejauh mana hukum nasional sepenuhnya melindungi Hak Asasi Manusia, hutan dan ekosistem alami yang paling mungkin terancam karena kegiatan produksi dan perdagangan perusahaan? Apakah kepatuhan dengan hukum ini cukup untuk memenuhi komitmen sukarela perusahaan dan menghindari dampak buruk bagi Hak Asasi Manusia dan lingkungan, atau tindakan lebih jauh diperlukan?

y Apakah hukum nasional memadai dalam melindungi Hak Asasi Manusia yang diakui secara internasional? Jika tidak, di mana kesenjangan utamanya (yang mungkin membutuhkan tindakan tambahan dari perusahaan utuk memastikan perusahaan memenuhi tanggung jawab untuk menghormati hak-hak tersebut)?

y Apakah hukum nasional konsisten secara internal dalam hal ketentuan yang relevan dengan Hak Asasi Manusia dan lingkungan? Jika tidak, inkonsistensi apa yang ada dan risiko atau tantangan apa yang ditimbulkan bagi perusahaan untuk secara memadai mengatasi dampak buruk terhadap hak asasi dan lingkungan? Misalnya, suatu negara dapat memiliki dekrit tentang hak-hak perempuan yang melindungi mereka dari diskriminasi dan memastikan kesetaraan di hadapan hukum, tetapi bagian lain dari undang-undang mengenai penguasaan tanah melarang perempuan memegang sertifikat atau berpartisipasi dalam skema pertanian pemasok buah luar (outgrower). Sebagai contoh lain, hukum yang menyatakan bahwa masyarakat adat memiliki penggunaan eksklusif atas tanah dan sumber daya tradisional mereka, dapat tertera berdampingan dengan hukum lain yang mengizinkan pihak swasta untuk mengeksploitasi kayu secara komersial di tanah mereka, meskipun tanpa Persetujuan Atas Dasar Informasi di Awal Tanpa Paksaan (FPIC).

Ketika pihak lain telah meninjau beberapa atau semua hukum yang relevan, hasil kerja mereka dapat digunakan sebagai masukan bermanfaat untuk penilaian hukum yang berlaku, tetapi hanya sejauh informasi ini telah diverifikasi dan dianggap akurat, kredibel, dan cukup komprehensif. Misalnya, mengandalkan semata-mata pada penilaian resmi suatu negara atas hukum nasional mereka yang berkenaan dengan Hak Asasi Manusia dan penggunaan serta pengelolaan hutan tidak dibenarkan, jika tidak ada verifikasi independen mengenai kebenaran dan ruang lingkup penilaian.

Penilai juga harus menganalisis bagaimana hukum yang berlaku telah ditafsirkan, diterapkan, dilaksanakan, dan ditegakkan. Bagian penting dari penilaian ini dapat mencakup informasi yang diambil dari evaluasi yang dilakukan oleh pihak lain yang bekerja di bidang perlindungan lingkungan dan Hak Asasi Manusia dalam konteks tertentu. Sumber-sumber ini dapat

Page 24: Pedoman Operasional Hubungan Antara Komitmen Sukarela …

20 Accountability Framework

mencakup: laporan masyarakat sipil; ulasan negara; laporan berkala; observasi penutup; surat perhatian; dan komunikasi serta keputusan lain dari badan pengaduan internasional, pelapor khusus, dan mekanisme Hak Asasi Manusia.13

3.5 Berkonsultasi dengan pemangku kepentinganPara pemangku kepentingan dan pihak lain dengan pengetahuan yang relevan perlu dikonsultasikan untuk mengkonfirmasi kecukupan rancangan penilaian hukum yang berlaku dan, yang paling penting, untuk memberikan informasi tentang bagaimana hukum dan kebijakan yang berlaku telah ditafsirkan dan diterapkan, diimplementasikan dalam praktik, dan ditegakkan. Ketika ada pembagian kerja untuk menyelesaikan penilaian hukum yang berlaku antara perusahaan hulu dan hilir dalam rantai pasokan, aksesibilitas kepada para pemangku

13 Perusahaan (atau konsultan mereka) dapat menemukan perspektif internasional tentang Hak Asasi Manusia dalam setiap negara bagian AS pada situs-situs berikut ini:

• Lihat http://www.ohchr.org/EN/Issues/Pages/WhatareHumanRights.aspx dan pilih “Human Rights by Country” dan ketik nama negara yang diinginkan (sumber: UN OHCHR)

• Laporan Negara tentang Praktik Hak Asasi Manusia, Departemen Luar Negeri AS: https://www.state.gov/j/drl/rls/hrrpt

• Informasi khusus negara dan data tentang undang-undang perburuhan, standar, kebijakan dan statistik, Organisasi Perburuhan Internasional (ILO): https://www.ilo.org/global/regions/lang--en/index.htm

• Laporan proyek Worldwide Governance Indicators (WGI) (mencakup lebih dari 200 negara dan wilayah selama periode 1996–2017): http://info.worldbank.org/governance/wgi/#home

• Komisi Antar-Amerika tentang Hak Asasi Manusia, Laporan Negara http://www.oas.org/en/iachr/reports/country.asp

• Keputusan Organisasi Negara-Negara Amerika (OAS) Komisi Antar Amerika tentang Hak Asasi Manusia dan keputusan Pengadilan Antar Amerika tentang Hak Asasi Manusia: http://www.oas.org/en/iachr/decisions/cases_reports.asp

• Masyarakat Adat dan Badan Perjanjian Hak Asasi Manusia PBB—Kompilasi Yurisprudensi Badan Perjanjian PBB dan Rekomendasi Dewan Hak Asasi Manusia (Volume I sampai VII) (pencarian menurut negara): http://bit.ly/FPP_UN-treaty-jurisprudence

• Laporan tahunan Departemen Tenaga Kerja AS tentang anak dan kerja paksa seperti Daftar Barang yang Diproduksi oleh Pekerja Anak atau Kerja Paksa 2018: https://www.dol.gov/sites/default/files/documents/ilab/ListofGoods.pdf

• Publikasi Kelompok Kerja untuk Penduduk/Masyarakat Asli di Afrika dari Komisi Afrika tentang Hak Asasi Manusia dan Hak Penduduk: Laporan Kelompok Kerja tahun 2003 (https://www.iwgia.org/ images/publications/African_Commission_book.pdf), dan Laporan Tinjauan 2010 tentang perlindungan konstitusional dan legislatif masyarakat adat di 24 negara Afrika, tersedia di (https://www.iwgia.org/images/publications/African_Commission_book.pdf), dan Laporan Tinjauan 2010 tentang perlindungan konstitusional dan legislatif masyarakat adat di 24 negara Afrika, tersedia di http://www.achpr.org/mechanisms/indigenous-populations/report-international-labour-organisation

• Opini Penasihat Komisi Afrika tentang Hak Asasi Manusia dan Hak Penduduk pada UNDRIP (2007): http://www.achpr.org/mechanisms/indigenous-populations/un-advisory-opinion

• Industri Ekstraktif, Hak atas Tanah dan Hak Penduduk/Masyarakat Adat (2015), tersedia di https://www.iwgia.org/images/documents/extractive-industries-africa-report.pdf

Page 25: Pedoman Operasional Hubungan Antara Komitmen Sukarela …

21Pedoman Operasional Hubungan Antara Komitmen Sukarela dan Hukum yang Berlaku

kepentingan ini dapat menentukan siapa yang paling mampu untuk melibatkan mereka dan menggabungkan masukan dari mereka. Perusahaan dan penilai perlu mempertimbangkan untuk berkonsultasi dengan:

y Pejabat pemerintah

y Perwakilan dari perusahaan lain dengan operasi di wilayah geografis yang sama

y IP/LC dan lembaga perwakilan mereka

y Organisasi masyarakat sipil yang berfokus pada isu-isu sosial dan lingkungan

y Sub kelompok pekerja atau masyarakat yang mungkin terpinggirkan dari partisipasi (misalnya, perempuan, pemuda, lansia, dan penyandang cacat)

y Lembaga semi pemerintah yang berfokus pada standar dan perdagangan internasional

y Ombudsman Hak Asasi Manusia dan komisi Hak Asasi Manusia dari negara yang bersangkutan

y Perwakilan serikat buruh

y Akademisi dan ahli hukum dengan keahlian terkait cakupan penilaian

Konsultasi perlu mencari informasi tentang:

y Setiap perjanjian, konvensi, dan hukum nasional yang relevan dengan operasional perusahaan tetapi tidak tercantum dalam draf penilaian

y Pandangan, maksud, dan rekam jejak pemerintah subjek sehubungan dengan tugas dan kewajiban mereka di bawah hukum internasional tentang Hak Asasi Manusia dan lingkungan

y Apakah hukum nasional memenuhi kewajiban Negara terhadap Hak Asasi Manusia dan lingkungan dibawah hukum internasional

y Setiap masalah atau keprihatinan dengan implementasi, interpretasi, atau penegakan hukum yang berlaku oleh Negara (misalnya, penundaan atau penerapan yang diskriminatif) dan kemungkinan alasan untuk masalah-masalah tersebut

y Contoh-contoh keluhan atau keputusan yudisial atau administratif yang memberikan pemahaman tentang penafsiran dan penerapan hukum yang berlaku

y Kemungkinan dampak terhadap Hak Asasi Manusia atau lingkungan atas segala kekurangan (yang dirasakan) dalam ketentuan, pelaksanaan, penafsiran, atau penegakan hukum yang berlaku

y Pengetahuan mengenai apa yang perlu diubah untuk menyelesaikan segala kekurangan saat ini pada hukum yang ada serta penafsiran dan penegakannya

Page 26: Pedoman Operasional Hubungan Antara Komitmen Sukarela …

22 Accountability Framework

3.6 Menyempurnakan laporan penilaianBerdasarkan masukan dari para ahli dan pemangku kepentingan, hasil penilaian perlu disempurnakan dan digunakan untuk mendasari proses pengambilan keputusan pada tingkat perusahaan dan lokasi. Laporan penilaian akhir perlu, setidaknya untuk:

1) Mengidentifikasi semua hukum dan kebijakan yang berlaku yang diperiksa, dan mengidentifikasi individu, kelompok, entitas, dan sumber daya yang dikonsultasikan (catatan: permintaan anonimitas dari mereka yang dikonsultasikan harus dihormati).

2) Menunjukkan dan menjelaskan kesesuaian (atau tidak adanya kesesuaian) antara hukum yang berlaku dengan komitmen Hak Asasi Manusia dan lingkungan perusahaan sendiri.

3) Mengidentifikasi ketika ada lebih dari satu hukum yang berlaku, lalu membahas suatu masalah tertentu dan, jika hukum tersebut tidak konsisten dalam konten dan interpretasinya, standar mana yang lebih tinggi.14

4) Menjelaskan setiap kekurangan, kesenjangan, tantangan, dan masalah lain yang dirasakan tentang hukum yang berlaku, termasuk sejauh mana hukum tersebut menangani Hak Asasi Manusia yang diakui secara internasional yang mungkin terpengaruh oleh kegiatan produksi dan perdagangan perusahaan ( jika pendapat penilai berbeda dengan pemangku kepentingan utama, perbedaan ini harus diidentifikasi).

5) Menyarankan apakah kepatuhan penuh kepada hukum yang dinilai kemungkinan akan: a) menghindari dampak negatif terhadap Hak Asasi Manusia dan lingkungan; b) memenuhi komitmen sosial dan lingkungan perusahaan; dan c) memfasilitasi peningkatan penghormatan dan suka cita Hak Asasi Manusia dan perlindungan lingkungan.

6) Dipandu oleh Bagian 4 dari Pedoman Operasional ini, membuat rekomendasi tentang bagaimana perusahaan dapat menangani, jika memungkinkan, setiap kekurangan, kesenjangan, tantangan, atau masalah lain yang dirasakan, yang terkait dengan hukum yang berlaku untuk memastikan komitmen sosial dan lingkungannya dapat dipenuhi sambil melakukan kegiatan produksi, pembelian dan pengadaan, keuangan, atau bisnis lainnya pada konteks tertentu.

14 Prinsip Inti Accountability Framework menyatakan bahwa, ketika ada perbedaan antara komitmen sukarela, hukum yang berlaku, dan instrumen yang terkait dengan hak asasi yang diakui secara internasional, standar tertinggi harus menjadi titik acuan untuk memenuhi kewajiban perusahaan terhadap rantai pasokan yang etis. Standar tertinggi adalah standar mana saja yang lebih mungkin, jika diterapkan dengan tepat, menghindari dampak buruk terhadap Hak Asasi Manusia dan lingkungan.

Page 27: Pedoman Operasional Hubungan Antara Komitmen Sukarela …

23Pedoman Operasional Hubungan Antara Komitmen Sukarela dan Hukum yang Berlaku

Laporan penilaian harus menjadi bagian dari informasi yang mendukung pertukaran informasi dengan pemangku kepentingan yang relevan selama proses pelibatan pemangku kepentingan, seperti pertukaran informasi yang terjadi dengan IP/LC yang terlibat dalam proses Persetujuan Atas Dasar Informasi di Awal Tanpa Paksaan (FPIC).

3.7 Memperbarui penilaianKarena hukum dapat berubah, penilaian hukum yang berlaku perlu ditinjau kembali dan diperbarui secara berkala. Perusahaan harus memiliki mekanisme untuk memastikan peninjauan kembali secara berkala untuk memperhitungkan perubahan dalam hukum yang berlaku. Praktik yang baik adalah dengan melakukan pembaruan rutin setidaknya setiap dua tahun sekali, dengan interval yang lebih pendek jika operasional memiliki risiko lebih besar. Namun, mekanisme pembaruan harus fleksibel untuk bereaksi terhadap keadaan baru dan memungkinkan peninjauan yang tidak terjadwal jika diperlukan. Hal ini bukan berarti bahwa penilaian yang sepenuhnya baru harus dilakukan. Tetapi, sebagai bagian dari proses manajemen risiko, perusahaan perlu membentuk sistem untuk melacak setiap perubahan dalam hukum dan kebijakan yang berlaku dari waktu ke waktu dan secara berkala mengevaluasi apakah perubahan tersebut memerlukan modifikasi terhadap operasi mereka sendiri, sistem manajemen, dan pelibatan pemasok mereka. Ini termasuk amandemen, pencabutan, pengadopsian baru, penerapan baru, keputusan pengadilan yang mempengaruhi interpretasi dan implementasi, serta keputusan internasional yang memerlukan tindakan khusus dari Negara (misalnya, perintah dari Pengadilan Afrika untuk Hak Asasi Manusia dan Hak Penduduk untuk mengembalikan tanah kepada masyarakat, peraturan baru yang membahas perempuan pedesaan dan hak mereka untuk memiliki tanah, reformasi hukum nasional untuk lebih ketat mencegah perburuhan anak, atau dekrit baru untuk meningkatkan mekanisme penegakan hukum dalam menghentikan pembalakan liar). Cara melakukan pelacakan yang terus menerus ini sebaiknya berdasarkan risiko dan karenanya harus diukur berdasarkan skala dan lokasi yang mampu memberikan hasil yang paling efektif.

Page 28: Pedoman Operasional Hubungan Antara Komitmen Sukarela …

24

www.accountability-framework.org