pedoman layanan kepegawaia2

99
1 PEDOMAN LAYANAN KEPEGAWAIAN Konversi NIP A. Deskripsi Konversi NIP Setiap CPNS/PNS diberikan NIP. NIP ditetapkan oleh Kepala Badan Kepegawaian Negara dan berlaku selama yang bersangkutan menjadi PNS, pensiunan PNS, atau janda/dudanya. NIP berlaku juga bagi keluarga yang menjadi tanggungan PNS dan penerima pensiun serta orangtua penerima pensiun PNS yang tewas. PNS yang pindah antar instansi pemerintah atau diperbantukan/dipekerjakan atau ditugaskan kepada instansi lain tetap menggunakan NIP yang telah ditetapkan baginya. NIP berfungsi sebagai nomor identitas dalam hal: 1. Pembinaan karier PNS; 2. Pelayanan gaji; 3. Pelayanan pensiun; 4. Pelayanan asuransi sosial; 5. Pelayanan tabungan; 6. Pengelolaan administrasi kepegawaian; 7. Pelayanan lain yang bermanfaat bagi PNS. NIP lama terdiri dari 9 digit, saat itu NIP merupakan singkatan dari Nomor Induk Pegawai. Makna dari 9 angka tersebut yaitu 2 angka pertama menunjukan Instansi dimana PNS yang bersangkutan terdaftar pada waktu PUPNS tahun 1974 atau instansi yang mengangkat pertama kali sebagai CPNS/PNS. Contoh Layanan Administrasi Kepegawaian Aris Mutoyo,SH

Upload: eko-ardianto

Post on 15-Sep-2015

87 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

PEDOMAN

TRANSCRIPT

78

PEDOMAN LAYANAN KEPEGAWAIAN

Konversi NIPA. Deskripsi Konversi NIP

Setiap CPNS/PNS diberikan NIP. NIP ditetapkan oleh Kepala Badan Kepegawaian Negara dan berlaku selama yang bersangkutan menjadi PNS, pensiunan PNS, atau janda/dudanya. NIP berlaku juga bagi keluarga yang menjadi tanggungan PNS dan penerima pensiun serta orangtua penerima pensiun PNS yang tewas. PNS yang pindah antar instansi pemerintah atau diperbantukan/dipekerjakan atau ditugaskan kepada instansi lain tetap menggunakan NIP yang telah ditetapkan baginya. NIP berfungsi sebagai nomor identitas dalam hal:

1. Pembinaan karier PNS; 2. Pelayanan gaji; 3. Pelayanan pensiun; 4. Pelayanan asuransi sosial; 5. Pelayanan tabungan; 6. Pengelolaan administrasi kepegawaian; 7. Pelayanan lain yang bermanfaat bagi PNS.

NIP lama terdiri dari 9 digit, saat itu NIP merupakan singkatan dari Nomor Induk Pegawai. Makna dari 9 angka tersebut yaitu 2 angka pertama menunjukan Instansi dimana PNS yang bersangkutan terdaftar pada waktu PUPNS tahun 1974 atau instansi yang mengangkat pertama kali sebagai CPNS/PNS. Sedangkan 7 angka berikutnya menunjukan nomor urut PNS yang bersangkutan pada Instansi. Dengan dihapus/digabungnya beberapa instansi pemerintah dan dialihkannya sebagian PNS pusat yang ada di daerah menjadi PNS daerah serta diperluasnya otonomi daerah sampai dengan Kabupaten/Kota, maka NIP lama dianggap tidak sesuai lagi dengan 8 perkembangan keadaan. Dua angka pertama NIP yang menunjukkan instansi telah bercampur baur, sehingga tidak lagi menunjukkan PNS suatu instansi tertentu. Berdasarkan data Pendataan Ulang Pegawai Negeri Sipil (PUPNS) 2003, maka diubahlah NIP lama 9 digit menjadi NIP baru 18 digit. NIP (baru), yang merupakan kependekan dari Nomor Identitas Pegawai Negeri Sipil adalah nomor yang diberikan kepada PNS sebagai identitas yang memuat tahun, bulan, dan tanggal kelahiran, tahun dan bulan pengangkatan pertama sebagai CPNS, jenis kelamin PNS dan nomor urut sbg PNS. NIP terdiri atas 18 digit, dengan urutan sebagai berikut: a) 8 (delapan) digit pertama adalah angka pengenal yang menunjukkan tahun, bulan, dan tanggal lahir CPNS/PNS yang bersangkutan, dengan ketentuan untuk bulan dan tanggal lahir masing-masing dua digit. b) 6 (enam) digit berikutnya adalah angka pengenal yang menunjukkan tahun dan bulan pengangkatan pertama sebagai Calon Pegawai Negeri Sipi/Pegawai Negeri Sipil, dengan ketentuan untuk bulan pengangkatan pertama dua digit. c) 1 (satu) digit berikutnya adalah angka pengenal yang menunjukkan jenis kelamin CPNS/PNS yang bersangkutan. d) 3 (tiga) digit terakhir adalah angka pengenal yang menunjukkan nomor urut CPNS/Pegawai Negeri Sipil. Penentuan nomor urut didasarkan tahun, bulan, dan tanggal lahir, tahun dan bulan pengangkatan pertama sebagai CPNS/PNS, & jenis kelamin yang sama. B. Dasar Hukum

1. Peraturan Kepala BKN Nomor 22 Tahun 2007 tentang Nomor Identitas Pegawai Negeri Sipil. 2. Peraturan Kepala BKN Nomor 43 Tahun 2007 tentang Tata cara Permintaan, Penetapan dan Penggunaan NIP. C. Pengurusan SK Konversi NIP Salah NIP yang salah seperti kesalahan penulisan nama (salah huruf atau spasi), kesalahan tanggal lahir, TMT CPNS, atau jenis kelamin. Kesalahan pada SK Konversi akan berakibat pada salahnya data PNS pada data base BKN salahnya KPE, SK Kenaikan Pangkat, dan produk keputusan lainnya. Karena itu kesalahan SK Konversi NIP harus segera diperbaiki. Persyaratan pengurusan perbaikan konversi NIP sbb: a. Surat pengantar dari SKPD b. Foto copy SK Konversi NIP yang salah c. Foto copy SK CPNS d. Foto copy ijazah sebagai dasar pengangkatan CPNS Persyaratan di atas dilegalisir dan dibuat rangkap 2. Prosedur

a) PNS melaporkan kesalahan NIP dan menyerahkan persyaratan sebagaimana tersebut di atas ke unit/petugas yang mengelola kepegawaian SKPD/Unit Kerja. b) Pengurusan dilakukan secara berjenjang mulai dari unit kerja terendah sampai ke SKPD-nya. c) Kemudian SKPD mengusulkan perbaikan SK Konversi NIP kepada Biro Kepegawain/BKD. d) Biro Kepegawaian/ BKD akan menindaklanjuti penggantian/perbaikan SK Konversi NIP ke BKN untuk kesalahan tanggal lahir dan ke BKN Regional untuk kesalahan nama, TMT CPNS dan jenis kelamin.

e) SK Konversi NIP yang telah selesai akan diberitahukan dan diserahkan kepada yang bersangkutan melalui SKPDnya. Kartu Pegawai (Karpeg)A. Deskripsi Karpeg

Karpeg diberikan kepada mereka yang telah berstatus sebagai PNS, dengan kata lain CPNS belum dapat diberikan Karpeg. Karpeg adalah Kartu Identitas diri sebagai PNS, dalam arti lain pemegang harus berstatus sebagai PNS. Karpeg berlaku selama yang bersangkutan menjadi PNS, apabila yang bersangkutan telah berhenti sebagai PNS, maka Karpeg dengan sendirinya/secara otomatis tidak berlaku lagi. Disamping sebagai Kartu Identitas diri bagi PNS, Karpeg juga digunakan sebagai persyaratan dalam pengusulan Kenaikan Pangkat, persyaratan pengajuan pensiun, dsbnya. B. Dasar Hukum

Keputusan Kepala BAKN No. 01/KEP/1994 tentang Penetapan KARPEG PNS. C. Pengurusan Karpeg

1. Pembuatan Karpeg

Persyaratan pembuatannya sbb: Surat Pengantar dari SKPD. Fotocopy SK CPNS. Fotocopy SK PNS

Pas photo ukuran 3x4 sebanyak 3 lembar dan 2x3 sebanyak 3 lembar Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas (SPMT). Surat Keterangan Hasil Pengujian Kesehatan/KIR. Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Latihan

Persyaratan di atas dilegalisir dan dibuat rangkap 2. Adapun prosedur pembuatan Karpeg sbb: Setelah CPNS berubah status menjadi PNS, PNS menyiapkan persyaratan pengurusan dan menyerahkannya ke unit/petugas yang mengelola kepegawaian SKPD/Unit Kerja. Pengurusan dilakukan secara berjenjang mulai dari unit kerja terendah sampai ke SKPD-nya. Kemudian SKPD mengusulkan pembuatan Karpeg kepada Biro Kepegawaian/BKD. Biro Kepegawaian/BKD akan menindaklanjuti pembuatan Karpeg ke BKN / Kantor Regional.

Karpeg yang telah selesai akan diberitahukan dan diserahkan kepada yang bersangkutan melalui SKPDnya. 2. Pembuatan Karpeg yang Hilang Persyaratan sebagai berikut: Surat Pengantar dari SKPD. Foto copy SK CPNS. Foto copy SK PNS. Asli laporan kehilangan dari kepolisian Mengisi Formulir Laporan Kehilangan Karpeg yang ditunjukan kepada kepala Instansi/ Badan Kepegawaian Daerah diketahui oleh atasan langsung. Mengisi Formulir Permintaan Penggantian Karpeg yang ditunjukan kepada kepala BKN/ Kantor Regional BKN (dibuat oleh Instansi/BKD). Foto copy Karpeg yang hilang (kalau ada) Pas Photo Ukuran 3x4 sebanyak 3 Lembar dan 2x3 sebanyak 3 lembarPersyaratan di atas dilegalisir dan dibuat rangkap 2.

Prosedur pembuatan Karpeg yang hilang sbb: PNS yang kehilangan Karpeg, melaporkan kehilangan tersebut ke kepolisian setempat untuk mendapatkan laporan kehilangan dari kepolisian. Kemudian menyiapkan persyaratan pengurusan dan menyerahkannya ke unit/petugas yang mengelola kepegawaian SKPD/Unit Kerja. Pengurusan dilakukan secara berjenjang mulai dari unit kerja terendah sampai ke SKPD-nya. Kemudian SKPD mengusulkan pembuatan Karpeg pengganti kepada BKD/Pimpinan Instansi. BKD/Pimpinan Instansi akan menindaklanjuti pembuatan Karpeg pengganti ke BKN /Kantor.

Karpeg yang telah selesai akan diberitahukan dan diserahkan kepada yang bersangkutan melalui SKPDnya. Kartu Pegawai Negeri Sipil Elektronik (KPE)

A. Deskripsi KPE

KPE merupakan kartu identitas PNS yang menggunakan teknologi smartcard dan otentifikasi sidik jari, sehingga selain sebagai identitas, KPE juga dapat dimanfatkan untuk berbagai layanan seperti perbankan, kesehatan, Taspen, Taperum, dan aktivitas transaksi merchant, serta fungsi-fungsi lain dalam rangka meningkatkan kesejahteraan, serta mendukung profesionalisme PNS. KPE diberikan kepada setiap PNS dan tetap berlaku setelah PNS yang bersangkutan pensiun. Kepada suami/isteri dan anak yang menjadi tanggungan PNS diberikan KPE tambahan. KPE ini nantinya akan menggantikan fungsi KARPEG yang selama ini kita gunakan. Penerbitkannya KPE adalah untuk memudahkan pelayanan kepada PNS, penerima pensiun PNS dan Keluarganya. Di sisi lain dalam implementasinya Pencetakan KPE ini bertujuan untuk: 1. Mendapatkan data biometric fisik PNS yang akurat untuk keperluan perencanaan, pengembangan dan kesejahteraan PNS.2. Membangun database KPE yang memiliki tingkat keotentikan dan identifikasi yang tinggi sehingga menghasilkan data dan informasi yang akurat. 3. Mewujudkan Data Kepegawaian yang mutakhir di Instansi Pusat maupun Daerah yang terintegrasi secara nasional dalam sistem informasi kepegawaian yang dapat diakses oleh PNS bersangkutan melalui Anjungan KPE 4. Memberikan fasilitas multifungsi layanan kepada PNS yang lebih efektif dan efesien melalui penggunaan KPE, meliputi: a) Layanan Gaji; b) Asuransi Kesehatan; c) Tabungan Pensiun; d) Tabungan perumahan; e) Transaksi keuangan/perbankan , dan

f) Layanan lainnya

Pada saat ini fungsi KPE baru bisa dimanfaatkan untuk layanan gaji, transaksi perbankan, dan mengecek data PNS melalui anjungan KPE. Sedangkan fungsi lainnya baru dapat dinikmati setelah instansi terkait menyediakan fasilitas pendukungnya berupa kebijakan dan sarana prasarananya.

B. Dasar hukum:

Peraturan Kepala BKN Nomor 7 Tahun 2008 tentang Kartu Pegawai Negeri Sipil Elektronik C. Pengurusan KPE

1. Pengurusan KPE Salah

KPE salah merupakan implikasi dari kesalahan SK Konversi NIP. Kesalahan ini dapat berupa kesalahan penulisan nama (salah huruf, kata atau spasi nama) atau kesalahan NIP (tanggal lahir, TMT CPNS, atau jenis kelamin). Adapun persyaratan pengurusan sebagai berikut: Surat pengantar dari SKPD KPE asli yang salah Foto copy SK CPNS Foto copy SK Konversi NIP Persyaratan diatas dilegalisir dan dibuat rangkap 2

Adapun prosedur penggantian KPE salah sebagai berikut:

PNS melaporkan dan menyerahkan KPE yang salah, dilengkapi dengan persyaratan sebagaimana tersebut di atas ke unit/petugas yang mengelola kepegawaian SKPD/Unit Kerja.

Sebelum KPE diserahkan untuk diperbaiki, terlebih dahulu PNS menonaktifkan fungsi ATM-nya ke Bank yg ditunjuk.

Pengurusan dilakukan secara berjenjang mulai dari unit kerja terendah sampai ke SKPD-nya.

Kemudian SKPD mengusulkan penggantian KPE kepada BKD/Instansi. BKD/Instansi akan menindaklanjuti penggantian KPE dengan mengusulkan penggantian KPE ke BKN yang kemudian akan diteruskan oleh BKN kepada pihak ketiga (saat ini PT. Sucopindo Persero).

KPE telah diperbaiki diambil oleh PNS yang bersangkutan ke Bank yg ditunjuk dengan menyerahkan foto copy rekening tabungan dan memperlihatkan tanda pengenal setelah menerima pemberitahuan dari BKD/Instansi.2. Pengurusan KPE Rusak

KPE rusak berupa kerusakan fiisik KPE seperti terbelah, patah, atau pecah pada bagian sudut yang berakibat kartu tidak berbaca oleh mesin, atau media penyimpanan data yang tidak berfungsi, dan sebagainya.

Persyaratan Pengurusan KPE rusak sbb:

Surat pengantar dari SKPD

KPE asli yang rusak

Foto copy SK CPNS

Foto copy SK Konversi NIP

Persyaratan di atas dilegalisir dan dibuat rangkap 2.

Prosedur pengurusan sebagai berikut:

PNS melaporkan dan menyerahkan KPE yang rusak, dilengkapi dengan persyaratan sebagaimana tersebut di atas ke unit/petugas yang mengelola kepegawaian SKPD/Unit Kerja.

Sebelum KPE diserahkan untuk diperbaiki, terlebih dahulu PNS menonaktifkan fungsi ATM-nya ke Bank yang ditunjuk. Pengurusan dilakukan secara berjenjang mulai dari unit kerja terendah sampai ke SKPD-nya.

Kemudian SKPD mengusulkan penggantian KPE kepada BKD/Instansi.

BKD/Instansi akan menindaklanjuti penggantian KPE dengan mengusulkan penggantian KPE ke BKN yang kemudian akan diteruskan oleh BKN kepada pihak ketiga (saat ini PT. Sucopindo Persero).

KPE yang telah diperbaiki diambil oleh PNS yang bersangkutan ke Bank yang ditunjuk dengan menyerahkan foto copy rekening tabungan dan memperlihatkan tanda pengenal setelah menerima pemberitahuan dari BKD/ Instansi.

3. Pengurusan KPE Hilang

KPE PNS yang hilang karena pencurian, kecopetan, tertinggal, dan sebagainya dapat diterbitkan kembali, dengan persyaratan sebagai berikut:

Surat pengantar dari SKPD

Surat Tanda Penerimaan Laporan Kehilangan Barang/Surat Berharga dari Kepolisian

Foto copy SK CPNS

Foto copy SK Konversi NIP

Foto copy rekening Bank yang ditunjuk (rekening pengganti).

Persyaratan di atas dilegalisir dan dibuat rangkap 2.

Adapun prosedur penggantian KPE hilang sebagai berikut:

PNS segera melaporkan kejadian kehilangan ke Bank Nagari untuk pemblokiran fungsi ATM, dan Kantor Polisi, untuk mendapatkan Surat Tanda Penerimaan Laporan Kehilangan Barang/Surat Berharga.

PNS melaporkan dan menyerahkan persyaratan sebagaimana tersebut di atas ke unit/petugas yang mengelola kepegawaian SKPD/Unit Kerja.

Pengurusan dilakukan secara berjenjang mulai dari unit kerja terendah sampai ke SKPD-nya.

Kemudian SKPD mengusulkan penggantian KPE kepada BKD/Instansi.

BKD/Instansi akan menindaklanjuti penggantian KPE dengan mengusulkan penerbitan KPE baru ke BKN yang kemudian akan diteruskan oleh BKN kepada pihak ketiga (saat ini PT. Sucopindo Persero) untuk dicetak. KPE telah siap diambil oleh PNS yang bersangkutan ke Bank yang ditunjuk dengan menyerahkan foto copy rekening tabungan dan memperlihatkan tanda pengenal setelah menerima pemberitahuan dari BKD/Instansi.

Kartu Taspen

A. Deskripsi Kartu Taspen.

Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib menjadi peserta dari suatu badan asuransi sosial yang dibentuk oleh pemerintah, dalam hal ini adalah PT. Taspen. Sebagai bukti kepesertaan, PT. Taspen Persero menerbitkan Kartu Taspen bagi pesertanya. Kepesertaan asuransi dimaksudkan untuk memberikan jaminan hari tua berupa pemberian uang pensiun setiap bulan dan Tabungan Hari Tua (THT) kepada Pegawai Negeri Sipil atau kepada ahli waris apabila peserta meninggal dunia.

B. Dasar Hukum

1. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1974 tentang Tunjangan Kerja Bagi Pegawai Negeri dan Pejabat Negara.

2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 1974 tentang Pembagian, Penggunaan, Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Besarnya Iuran-Iuran yang Dipungut dari Pegawai Negeri, Pejabat Negara, dan Penerima Pensiun.

3. Keputusan Persiden RI Nomor 8 Tahun 1977 tentang Perubahan dan Tambahan atas Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 1974 tentang Pembagian, Penggunaan, Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Besarnya Iuran-Iuran yang Dipungut dari Pegawai Negeri, Pejabat Negara, dan Penerima Pensiun.

4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 478/KMK.06/2002 tentang Persyaratan dan Besar Manfaat Tabungan Hari Tua bagi Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor:500/KMK.06/2004.

C. Pembuatan Kartu Taspen.

Adapun persyaratan pengurusannya sebagai berikut:

1. Surat pengantar dari kepala SKPD

2. Foto copy SK CPNS

3. Foto copy SK PNS

4. Foto copy Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas (SPMT)

5. KP-4

6. Foto copy amprah gaji

Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2

Prosedur pengurusan Kartu Taspen:

a. CPNS yang baru diangkat mengusulkan pembuatan Kartu Taspen ke unit/petugas yang mengelola kepegawaian SKPD/Unit Kerja dengan melampirkan persyaratan di atas.

b. Pengurusan dilakukan secara berjenjang mulai dari unit kerja terendah sampai ke SKPD-nya.

c. Kemudian SKPD mengusulkan pengurusan Kartu Taspen ke BKD/Instansi.

d. BKD akan menindaklanjuti dengan mengusulkan pembuatan Kartu Taspen ke PT. Taspen Persero setempat.

e. Kartu yang telah siap akan diserahkan kepada yang bersangkutan melalui SKPDnya.

Pengadaan Pegawai Negeri Sipil

A. Deskripsi Pengadaan CPNS

Pengadaan PNS adalah kegiatan untuk mengisi formasi yang lowong. Pada umumnya formasi yang lowong disebabkan adanya PNS yang berhenti, pensiun, meninggal dunia atau adanya perluasan organisasi. Pengadaan PNS harus berdasarkan kebutuhan, baik dalam arti jumlah maupun kompetensi jabatan yang diperlukan. Kewenangan penetapan formasi ini merupakan kewenangan Pemerintah Pusat.

Setiap Warga Negara Indonesia mempunyai kesempatan yang sama untuk melamar menjadi CPNS setelah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. Adapun syarat yang harus dipenuhi oleh setiap pelamar untuk menjadi CPNS sbb:

1. Warga Negara Indonesia;

2. Pada saat diangkat sebagai CPNS, berusia sekurang-kurangnya 18 tahun dan setingi-tinginya 35 tahun

3. Tidak pernah dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, karena melakukan suatu tindak pidana kejahatan; Dalam ketentuan ini, tidak termasuk bagi mereka yang dijatuhi hukuman percobaan.

4. Tidak pernah diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri atau tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil atau diberhentikan tidak dengan hormat sebagai pegawai swasta;

5. Tidak berkedudukan sebagai Calon/Pegawai Negeri;

6. Mempunyai pendidikan, kecakapan, keahlian, dan keterampilan yang diperlukan;

7. Berkelakuan baik, yang dibuktikan dengan Surat Keterangan Berkelakuan Baik dari Kepolisian setempat.

8. Sehat jasmani dan rohani, yang dibuktikan dengan Surat Keterangan dari Dokter.

9. Bersedia ditempatkan diseluruh wilayah Republik Indonesia atau negara lain yang ditentukan oleh pemerintah; dan

10. Syarat lain yang ditentukan dalam persyaratan jabatan.

Pelamar yang ditetapkan diterima, wajib melengkapi dan menyerahkan kelengkapan administrasi kepada Pejabat Pembina Kepegawaian atau yang ditunjuk olehnya. Apabila salah satu kelengkapan administrasi tidak dipenuhi, maka yang bersangkutan tidak dapat diangkat sebagai CPNS.

Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat/Daerah menyampaikan daftar pelamar yang dinyatakan lulus ujian penyaringan dan ditetapkan diterima untuk diangkat sebagai Calon PNS kepada BKN untuk mendapat Nomor Identitas Pegawai Negeri Sipil. Berdasarkan NIP PNS yang ditetapkan BKN, Pejabat Pembina Kepegawaian menetapkan keputusan pengangkatan menjadi CPNS .

Kepada CPNS/PNS yang baru diangkat diberikan golongan ruang sesuai dengan tingkat pendidikan yang diakui sebagai berikut:No Pendidikan Golongan Ruang

1Sekolah Dasar atau yang sederajatI/a

2Sekolah Menengah Pertama atau yang sederajatI/c

3Sekolah Menengah Atas atau yang sederajatII/a

4D1/D2 atau yang sederajatII/b

5D3 atau yang sederajatII/c

6S1/D4 atau yang sederajatIII/a

7S2 yang sederajat/S1 Kedokteran/ S1 ApotekerIII/b

8S3 atau yang sederajatIII/c

Penghasilan hak atas gaji CPNS adalah 80% (delapan puluh persen) dari gaji pokok PNS, mulai berlaku pada tanggal yang bersangkutan secara nyata melaksanakan tugasnya yang dinyatakan dengan surat pernyataan oleh kepala kantor atau satuan organisasi yang bersangkutan. Surat pernyataan telah melaksanakan tugas dibuat oleh kepala kantor atau satuan organisasi selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah yang bersangkutan secara nyata telah melaksanakan tugas.

B. Dasar Hukum

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.

Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang Formasi Pegawai Negeri Sipil;

Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil;

Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil;

Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil;

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian PNS; Surat Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 11 Tahun 2002 tanggal 17 Juni 2002 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2002 Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 9 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan CPNS.

C. Pemberhentian CPNS

Setiap CPNS diwajibkan menjalani masa percobaan selama 1 tahun. CPNS yang selama menjalani masa percobaan dinyatakan cakap diangkat sebagai PNS. CPNS yang dinyatakan tidak cakap maka diberhentikan dengan hormat sebagai CPNS. CPNS pun dapat diberhentikan dengan tidak hormat.CPNS diberhentikan dengan hormat apabila:

a. Mengajukan permohonan berhenti;

b. Tidak memenuhi syarat kesehatan;

c. Tidak lulus dari pendidikan dan pelatihan prajabatan;

d. Tidak menunjukkan kecakapan dalam menjalankan tugas;

e. Menunjukkan sikap dan budi pekerti yang tidak baik yang dapat mengganggu lingkungan pekerjaan;

f. Dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang;

g. Menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik dan telah mengajukan surat permohonan berhenti secara tertulis kepada Pejabat Pembina Kepegawaian;

h. Satu bulan setelah diterimanya keputusan pengangkatan sebagai CPNS tidak melapor dan melaksanakan tugas, kecuali bukan karena kesalahan yang bersangkutan.

CPNS diberhentikan tidak dengan hormat apabila:

a. Pada waktu melamar dengan sengaja memberikan keterangan atau bukti yang tidak benar;

b. Dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap karena dengan sengaja melakukan sesuatu tindak pidana kejahatan, atau melakukan sesuatu tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan/ tugasnya.

c. Dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat; atau

d. Menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik tanpa mengajukan surat pemohonan berhenti secara tertulis kepada Pejabat Pembina Kepegawaian.

CPNS yang oleh Kepala BKN dinyatakan tewas atau cacat karena dinas dan tidak dapat bekerja lagi disemua jabatan negeri, dengan keputusan Kepala BKN atau Kepala Kantor Regional BKN diangkat menjadi PNS dan diberikan hak-hak kepegawaian sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

CPNS yang tewas diangkat menjadi PNS terhitung mulai tanggal 1 (satu) pada bulan yang bersangkutan dinyatakan tewas. CPNS yang cacat karena dinas, yang oleh Tim Penguji Kesehatan dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan Negeri, diangkat menjadi PNS terhitung mulai tanggal 1 (satu) pada bulan ditetapkannya Surat Keterangan Timm Penguji Kesehatan, dan diberhentikan dengan hormat sebagai PNS dengan diberikan hak-hak kepegawaian sesuai dengan perundangan yang berlaku.

Pengangkatan menjadi PNS bagi CPNS yang tewas atau cacat karena dinas ditetapkan dengan keputusan Kepala BKN/Kantor Regional BKN baik bagi CPNS Pusat maupun Daerah. Sedangkan Pemberhentian CPNS ditetapkan dengan keputusan Pejabat Pembina Kepegawaian yang bersangkutan.Pengangkatan CPNS menjadi PNS

CPNS yang telah menjalani masa percobaan selama 1 tahun, diangkat sebagai PNS apabila memenuhi syarat berikut:

a. Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan sekurang-kurangnya bernilai baik.

b. Telah memenuhi syarat kesehatan jasmani dan rohani untuk diangkat menjadi PNS.

c. Telah lulus pendidikan dan pelatihan prajabatan

CPNS diangkat menjadi PNS dengan Keputusan Bupati Agam dan diberikan pangkat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku dan gaji pokok sesuai dengan golongan dan ruang penggajiannya.

Persyaratan Pengangkatan CPNS menjadi PNS sebagai berikut :

a. Fotocopy SK CPNS

b. Fotocopy Surat Tanda Lulus Diklat Prajabatan

c. Fotocopy DP3 1 tahun terakhir

d. Foto copy Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas (SPMT)

e. Asli Surat Keterangan Hasil Pemeriksaan Kesehatan dan foto copy

Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2.

Peninjauan Masa KerjaA. Deskripsi Peninjauan Masa KerjaPNS yang pada saat pengangkatannya telah memiliki pengalaman kerja, dapat diperhitungkan untuk masa kerja golongan. Adapun pengalaman kerja yang dapat diperhitungkan adalah:1. Masa kerja selama bertugas di instansi pemerintah dihitung penuh untuk penetapan masa kerja. 2. Masa kerja sebagai pegawai tidak tetap (PTT). 3. Masa kerja sebagai pegawai/karyawan dari perusahaan swasta yang berbadan hukum, yang tiap-tiap kali tidak kurang dari 1 tahun dan tidak terputus-putus, diperhitungkan setengahnya sebagai masa kerja golongan, dengan ketentuan sebanyak-banyaknya 8 tahun.

B. Dasar Hukum

1. Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil; 2. Surat Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 11 Tahun 2002 tanggal 17 Juni 2002 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2002. C. Pengurusan Peninjauan Masa KerjaPersyaratan peninjauan masa kerja sebagai berikut: 1. Foto copy SK CPNS 2. Foto copy SK PNS 3. Foto copy SK Pangkat Terakhir 4. Foto copy Karpeg 5. Foto copy DP3 2 tahun terakhir 6. Foto copy STTB/Ijazah terakhir dan transkrip nilai)* 7. Bukti fisik penghitungan masa kerja (SK PTT, Honorer, ddl) sebelum tahun 2005. 8. Kwitansi pembayaran gaji 9. Foto copy SK Konversi NIP 10. Rekomendasi Kepala Unit Kerja Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2.

)* ijazah dilegalisir oleh Kepala Sekolah/Rektor/Dekan/Pembantu Dekan Bidang Akademik/Ketua/ Pejabat Kopertis wilayah dimana Universitas tersebut berada.Pengangkatan PNS dalam Jabatan FungsionalA. Deskripsi Jabatan FungsionalJabatan fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seorang PNS dalam rangka menjalankan tugas pokok dan fungsi keahlian dan/atau keterampilan untuk mencapai tujuan organisasi. Jabatan fungsional tertentu adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seorang PNS dalam suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan/atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri dan untuk kenaikan pangkatnya disyaratkan dengan angka kredit. Pengangkatan dalam jabatan fungsional dapat dibedakan menjadi: 1. Pengangkatan Pertama, yaitu pengangkatan untuk mengisi lowongan formasi melalui CPNS. 2. Pengangkatan dari jabatan lain, yaitu pengangkatan yg dilakukan melalui perpindahan dari jabatan struktural atau jabatan fungsional lain ke dalam jabatan fungsional tertentu. 3. Pengangkatan karena inpassing/penyesuaian, yaitu pengangkatan dalam jabatan fungsional bagi PNS yg pada saat Peraturan Menpan ditetapkan, telah dan masih melaksanakan tugas jabatan fungsional dimaksud. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengangkatan PNS dalam jabatan fungsional antara lain: 1. Berstatus PNS. Jabatan fungsional hanya dapat diduduki oleh mereka yang berstatus sebagai PNS, sehingga bagi mereka yang masih berstatus sebagai CPNS belum bisa diangkat dalam jabatan fungsional. 2. Pendidikan formal. Untuk diangkat dalam jabatan fungsional, ada beberapa jabatan fungsional yang mempersyaratkan pendidikan formal untuk pengangkatannya. Hal ini berkaitan dengan kategori dan jenjang jabatan fungsional yang akan didudukinya, baik dalam tingkatan ahli maupun terampil. 3. Diklat fungsional Untuk meningkatkan kompetensi PNS yang diangkat dalam jabatan fungsional, maka perlu diikutsertakan dalam diklat fungsional sesuai kompetensi yang dibutuhkan.

4. Usia. Pengangkatan PNS dalam jabatan fungsional harus mempertimbangkan usia, sehingga potensi PNS tersebut masih bisa dikembangkan.5. Jenjang kepangkatan. Pengangkatan PNS dalam jabatan fungsional harus memperhatikan jenjang kepangkatan minimal untuk jabatan tersebut.6. Penetapan PAK. Untuk diangkat dalam jabatan fungsional harus ditetapkan angka kreditnya dahulu. Jabatan fungsional pada hakekatnya adalah jabatan teknis yang tidak tercantum dalam struktur organisasi, namun sangat diperlukan dalam tugas-tugas pokok dalam organisasi pemerintah. Jabatan fungsional PNS terdiri atas jabatan fungsional keahlian dan jabatan fungsional keterampilan. Penilaian prestasi kerja bagi pejabat fungsional ditetapkan dengan angka kredit oleh pejabat yang berwenang. Angka kredit adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan/atau akumulasi nilai butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh pejabat fungsional dalam rangka pembinaan karier yang bersangkutan. Butir-butir kegiatan yang dinilai adalah tugas-tugas yang dilaksanakan oleh setiap pejabat fungsional yang terdiri atas tugas utama (tugas pokok) dan tugas penunjang. Dalam pelaksanaan tugas-tugas utama/pokok seorang pejabat fungsional harus mengumpulkan sekurang-kurangnya 70% atau 80% dari angka kredit yang ditetapkan, sedang pelaksanaan tugas penunjang tugas-tugas pokok sebanyak-banyaknya hanya 30% atau 20%. Ketentuan tersebut diatur untuk menjamin agar pejabat fungsional benar-benar mengutamakan pelaksanaan tugas pokoknya dibandingkan dengan tugas-tugas penunjang.

Angka kredit ditetapkan oleh pejabat yang berwenang dan digunakan sebagai bahan dalam penetapan kenaikan jabatan/pangkat pejabat fungsional. Dalam pelaksanaan penetapan angka kredit jabatan fungsional dibentuk Tim Penilai yang bertugas membantu pejabat yang berwenang dalam menetapkan angka kredit pejabat fungsional di lingkungan instansi masing-masing.Tim Penilai Angka Kredit jabatan fungsional terdiri atas : 1. Tim Penilai Pusat, yang bertugas membantu pimpinan instansi pembina jabatan fungsional dalam menetapkan angka kredit pejabat fungsional golongan IV. 2. Tim Penilai Instansi, yang bertugas membantu pimpinan instansi yang bersangkutan dalam menetapkan angka kredit pejabat fungsional golongan II dan III. Jenjang Jabatan dan Golongan Ruang Jabatan Fungsional Jabatan Fungsional Terampil

NoJenjang JabatanGolongan Ruang

1Pelaksana Pemula

II/a

2Pelaksana

II/b - II/c - II/d

3Pelaksana Lanjulan

III/a - III/b

4PenyeliaIII/c - III/d

Catatan: sekurang-kurangnya berpendididkan SLTAJabatan Fungsional Ahli

NoJenjang JabatanGolongan Ruang

1Ahli Pertama

III/a-III/b

2Ahli Muda

III/c-III/d

3Ahli Madya

IV/a-IV/c

4Ahli UtamaIV/d-IV/e

Catatan: sekurang-kurangnya berijazah S1 atau D4

B. Dasar Hukum Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994, tentang Pengangkatan Dalam Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil, C. Pengangkatan pertama dalam jabatan fungsional. Adapun persyaratanya sebagai berikut: 1. Berkedudukan sebagai PNS 2. Memiliki ijazah sesuai dengan tingkat pendidikan dan kualifikasi pendidikan yang ditentukan 3. Telah menduduki pangkat menurut ketentuan yang berlaku 4. Telah lulus pendidikan dan pelatihan fungsional yang ditentukan 5. Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam DP-3 sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 1 tahun terakhir.

Dengan menyerahkan dokumen sebagai berikut:

a. Foto copy SK CPNS

b. Foto copy SK PNS

c. SK Pangkat Terakhir (jika pernah naik pangkat)

d. Ijazah Terakhir

e. Penilaian Angka Kredit Pertama

f. SPMT (bagi yang belum pernah naik pangkat)

g. DP3 Tahun terakhir

Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2(dua)

Prosedur pengangkatan pertama PNS dalam jabatan fungsional adalah sebagai berikut:

1. PNS yang bersangkutan mengajukan usulan ke unit/petugas yang mengelola kepegawaian SKPD/Unit Kerja dengan menyerahkan persyaratan sebagaimana tersebut di atas. 2. Pengurusan dilakukan secara berjenjang mulai dari unit kerja terendah sampai ke SKPD-nya. 3. Kemudian SKPD mengusulkan pengangkatan pertama PNS dalam jabatan fungsional ke BKD/Instansi. 4. BKD/Instansi akan menindaklanjuti dengan menerbitkan Keputusan Bupati Agam tentang Pengangkatan Pertama PNS dalam Jabatan Fungsional 5. SK yang telah selesai akan diberitahukan dan diserahkan kepada yang bersangkutan melalui SKPDnya.

D. Pembebasan Sementara dari Jabatan Fungsional Pejabat fungsional dibebaskan sementara dari jabatannya apabila :

1. Dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau berat berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010, atau2. Diberhentikan sementara sebagai Pegawai Negeri Sipil berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966, 3. Ditugaskan secara penuh di luar jabatan fungsional yang dijabatnya, 4. Tugas belajar lebih dari 6 bulan, atau 5. Cuti di luar tanggungan negara, kecuali untuk persalinan keempat dan seterusnya. Bagi pejabat fungsional yang dibebaskan sementara dari jabatan fungsional,, ditetapkan dengan keputusan Bupati tentang Pembebasan Sementara dari jabatan fungsionalnya. Keputusan tersebut nantinya akan berguna dalam pengangkatannya kembali dalam jabatan fungsional. Persyaratan pengurusanya sebagai berikut:

a. Surat Pengantar dari SKPD

b. Permohonan dari yang bersangkutan.

c. Keputusan pengangkatan/penempatan pada jabatan lain.

d. SK Kenaikan Pangkat terakhir dilegalisir

e. PAK terakhir dilegalisir

f. DP3 1 tahun terakhir dilegalisir

g. SK Konversi NIP dilegalisir

E. Pengangkatan Kembali dalam Jabatan Fungsional Pejabat fungsional yang dibebaskan sementara dari jabatannya dapat diangkat kembali apabila: 1. Telah berakhir masa berlakunya hukuman disiplin, 2. Telah selesai melaksanakan tugas diluar jabatan fungsional, 3. Telah selesai tugas belajar lebih dari 6 bulan, 4. Berdasarkan keputusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, dinyatakan tidak bersalah atau dijatuhi hukuman percobaan, 5. Telah selesai menjalankan cuti di luar tanggungan negara dan telah melaporkan diri untuk aktif kembali sebagai Pegawai Negeri Sipil.

Pejabat fungsional yang diangkat kembali dalam jabatan fungsional, jabatannya ditetapkan berdasarkan angka kredit yang terakhir dimiliki.

Adapun persyaratanya sebagai berikut:

a. Surat Pengantar dari SKPD b. Permohonan dari yang bersangkutan. c. Keputusan Pembebasan Sementara dari Jabatan Fungsional dilegalisir d. SK Kenaikan Pangkat terakhir dilegalisir e. PAK terakhir dilegalisir

F. Pemberhentian dari jabatan fungsional. Pejabat fungsional diberhentikan dari jabatan fungsional apabila:1. Dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 yang telah mempunyai kekuatan tetap. 2. Tidak dapat mengumpulkan angka kredit menurut ketentuan sebagaimana diatur dalam keputusan menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara.

Pembebasan sementara, pemberhentian dari, dan pengangkatan kembali dalam jabatan fungsional ditetapkan dengan Keputusan Bupati Agam.

Penilaian Kinerja PNSA. Deskripsi SKPPenilaian prestasi kerja PNS adalah suatu proses penilaian secara sistematis yang dilakukan oleh pejabat penilai terhadap sasaran kerja pegawai dan perilaku kerja PNS. Prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh setiap PNS pada satuan organisasi sesuai dengan sasaran kerja pegawai dan perilaku kerja. Sasaran Kerja Pegawai yang selanjutnya disingkat SKP adalah rencana kerja dan target yang akan dicapai oleh seorang PNS. Target adalah jumlah beban kerja yang akan dicapai dari setiap pelaksanaan tugas jabatan. Perilaku kerja adalah setiap tingkah laku, sikap atau tindakan yang dilakukan oleh PNS atau tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Rencana kerja tahunan adalah rencana yang memuat kegiatan tahunan dan target yang akan dicapai sebagai penjabaran dari sasaran dan program yang telah ditetapkan oleh instansi pemerintah. Penilaian prestasi kerja PNS dilakukan berdasarkan prinsip:

1. Objektif Adalah penilaian terhadap pencapaian prestasi kerja sesuai dengan keadaan yang sebenarnya tanpa dipengaruhi oleh pandangan atau penilaian subjektif pribadi dari pejabat penilai. 2. Terukur Adalah penilaian prestasi kerja yang dapat diukur secara kualitatif dan kuantitatif 3. Akuntabel

Adalah seluruh hasil penilaian prestasi kerja harus dapat dipertanggungjawabkan kepada pejabat yang berwenang. 4. Partisipatif

Adalah seluruh proses penilaian prestasi kerja melibatkan secara aktif antara pejabat penilai dengan PNS yang dinilai

5. Transparan

Adalah seluruh proses dan hasil penilaian prestasi kerja bersifat terbuka dan tidak bersifat rahasia. Penilaian prestasi kerja PNS terdiri atas unsur :

a. SKP;

b. Perilaku kerja.

Penilaian prestasi kerja PNS bertujuan untuk menjamin objektivitas pembinaan PNS yang dilakukan berdasarkan sistem prestasi kerja dan sistem karier yang dititikberatkan pada sistem prestasi kerja.

B. Dasar Hukum 1. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil. 2. Peraturan Kepala BKN Nomor 1 Tahun 2013 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil. 3. Instruksi Bupati Agam Nomor 800/03/BKD-2013 tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil. C. Pembuatan SKP 1. Setiap PNS wajib menyusun SKP 2. SKP memuat tugas jabatan dan target yang harus dicapai dalam kurun waktu penilaian yang bersifat nyata dan dapat diukur. 3. SKP harus disetujui dan ditetapkan oleh pejabat penilai

4. Dalam hal SKP yang disusun oleh PNS tidak disetujui oleh pejabat penilai maka keputusannya diserahkan kepada atasan pejabat penilai dan bersifat final

5. SKP ditetapkan setahun sekali pada bulan Januari

6. Dalam hal terjadi perpindahan pegawai setelah bulan Januari maka yang bersangkutan tetap menyusun SKP pada awal bulan sesuai dengan surat perintah melaksanakan tugas atau surat perintah menduduki jabatan.7. PNS yang tidak menyusun SKP dijatuhi hukuman disiplin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai disiplin PNSD. Penilaian SKPPenilaian SKP paling sedikit meliputi aspek kuantitas, kualitas, dan waktu, sesuai dengan karakteristik, sifat, dan jenis kegiatan pada masing-masing unit kerja. Dalam hal kegiatan tugas jabatan didukung oleh anggaran maka penilaian meliputi aspek biaya. Dalam hal realisasi kerja melebihi dari target maka penilaian SKP capaiannya dapat lebih dari 100 (seratus). Dalam hal SKP tidak tercapai yang diakibatkan oleh faktor diluar kemampuan individu PNS maka penilaian didasarkan pada pertimbangan kondisi penyebabnya. Penilaian perilaku kerja meliputi aspek: orientasi pelayanan, integritas, komitmen, disiplin, kerjasama; dan kepemimpinan. Penilaian kepemimpinan hanya dilakukan bagi PNS yang menduduki jabatan struktural. Penilaian perilaku dilakukan melalui pengamatan oleh pejabat penilai terhadap PNS sesuai kriteria yang ditentukan. Pejabat penilai dalam melakukan penilaian perilaku kerja PNS dapat mempertimbangkan masukan dari pejabat penilai lain yang setingkat di lingkungan unit kerja masing-masing. Nilai perilaku kerja dapat diberikan paling tinggi 100 (seratus). Penilaian prestasi kerja dilaksanakan oleh pejabat penilai sekali dalam 1 (satu) tahun. Penilaian prestasi kerja dilakukan setiap akhir Desember pada tahun yang bersangkutan dan paling lama akhir Januari tahun berikutnya. Pejabat penilai wajib melakukan penilaian prestasi kerja terhadap setiap PNS di lingkungan unit kerjanya. Pejabat penilai yang tidak melaksanakan penilaian prestasi kerja dijatuhi hukuman disiplin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur disiplin PNS. Hasil penilaian prestasi kerja diberikan langsung oleh pejabat penilai kepada PNS yang dinilai. PNS yang dinilai dan telah menerima hasil penilaian prestasi kerja wajib menandatangani serta mengembalikan kepada pejabat penilai paling lama 14 (empat belas) hari sejak tanggal diterimanya hasil penilaian prestasi kerja. PNS yang dinilai dan/atau pejabat penilai tidak menandatangani hasil penilaian prestasi kerja maka hasil penilaian prestasi kerja ditetapkan oleh Atasan Pejabat Penilai. Pejabat penilai wajib menyampaikan hasil penilaian prestasi kerja kepada atasan pejabat penilai paling lama 14 (empat belas) hari sejak tanggal diterimanya penilaian prestasi kerja. Dalam hal PNS yang dinilai keberatan atas hasil penilaian maka PNS yang dinilai dapat mengajukan keberatan disertai dengan alasan-alasannya kepada atasan pejabat penilai secara hierarki paling lama 14 (empat belas) hari sejak diterima hasil penilaian prestasi kerja. Atasan pejabat penilai berdasarkan keberatan yang diajukan wajib memeriksa dengan seksama hasil penilaian prestasi kerja yang disampaikan kepadanya. Terhadap keberatan, atasan pejabat penilai meminta penjelasan kepada pejabat penilai dan PNS yang dinilai. Atasan pejabat penilai wajib menetapkan hasil penilaian prestasi kerja dan bersifat final. Dalam hal terdapat alasan-alasan yang cukup, atasan pejabat penilai dapat melakukan perubahan nilai prestasi kerja PNS. SKP ini berlaku juga bagi Calon PNS. Penilaian prestasi kerja bagi PNS yang diangkat sebagai pejabat negara atau pimpinan/anggota lembaga nonstruktural dan tidak diberhentikan dari jabatan organiknya dilakukan oleh pimpinan instansi yang bersangkutan berdasarkan bahan dari instansi tempat yang bersangkutan bekerja. Penilaian prestasi kerja bagi PNS yang sedang menjalankan tugas belajar di dalam negeri dilakukan oleh pejabat penilai dengan menggunakan bahan- bahan penilaian prestasi akademik yang diberikan oleh pimpinan perguruan tinggi atau sekolah yang bersangkutan. Penilaian prestasi kerja bagi PNS yang menjalankan tugas belajar di luar negeri dilakukan oleh pejabat penilai dengan menggunakan bahan-bahan penilaian prestasi akademik yang diberikan oleh pimpinan perguruan tinggi atau sekolah melalui Kepala Perwakilan Republik Indonesia di negara yang bersangkutan.

PNS yang diangkat menjadi pejabat negara atau pimpinan/anggota lembaga nonstruktural dan diberhentikan dari jabatan organiknya, Cuti Diluar Tanggungan Negara, Masa Persiapan Pensiun, diberhentikan sementara, dikecualikan dari kewajiban ini.Ujian DinasA. Deskripsi Ujian Dinas

Setiap PNS yang akan naik pangkat ke dalam golongan yang lebih tinggi diharuskan menempuh dan lulus ujian dinas bagi mereka yang telah menduduki pangkat pengatur tingkat I golongan ruang II/d dan penata tingkat I golongan ruang III/d sekurang-kurangnya 2 tahun dan tidak dalam keadaan diberhentikan sementara, menerima uang tunggu dan cuti diluar tanggungan negara.

Ujian Dinas Tingkat I adalah untuk kenaikan pangkat dari pengatur Tingkat I (II/d) menjadi penata Muda (III/a), sedangkan Ujian Dinas Tingkat II adalah untuk kenaikan pangkat dari Penata Tingkat I (III/d) menjadi pembina (IV/a).

PNS yang dikecualikan dalam Ujian Dinas

1. Akan diberikan kenaikan pangkat karena telah menunjukan prestasi kerja luar biasa baiknya;

2. Akan diberikan kenaikan pangkat karena menemukan penemuan baru yang bermanfaat bagi negara;

3. Akan diberikan kenaikan pangkat pengabdian, karena meninggal dunia atau mencapai batas usia pensiun atau oleh tim penguji kesehatan dinyatakan cacat karena dinas.

4. Telah mengikuti dan lulus Diklatpim, yakni Sepada/Adum/Sepala/ Diklatpim tingkat IV untuk Ujian Dinas Tk. I; dan Sepadya/Spama/Diklatpim Tk. III untuk Ujian Dinas Tk. II.

5. Telah memperoleh ijazah Sarjana (S1) atau Diploma IV untuk Ujian Dinas Tk. I atau ijazah Dokter, Ijazah Apoteker, Magister (S2) dan ijazah lain yang setara/Doktor (S3)., untuk Ujian Dinas Tk II.

6. Menduduki jabatan fungsional tertentu.

Kepada PNS yang lulus ujian dinas diberikan tanda lulus ujian dinas. Tanda lulus ujian dinas berlaku sepanjang PNS yang bersangkutan belum naik pangkat.

B. Dasar Hukum

1. Peraturan Pemerintahan Nomor 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002;

2. Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 12 Tahun 2002 tanggal 17 Juni 2002 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintahan Nomor 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002;

3. Surat Edaran Bersama Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara dan Ketua Lembaga Administrasi Negara Nomor 12/SE/1981 dan Nomor 193/Seklan/8/1981 tentang Pelaksanaan Ujian Dinas.

C. Pelaksanaan Ujian Dinas

Setiap pelaksanaan ujian dinas, BKD akan menurunkan surat terkait pelaksanaannya. Adapun persyatannya sbb:

1. Ujian Dinas TK.I dengan syarat sebagai berikut:

a. Pangkat Pengatur TK.I (II/d)

b. Melampirkan Foto Copy SK Pangkat Terakhir dan Ijazah Terakhir yang dilegalisir oleh pejabat yang berwenang.

c. Pas Photo berwarna ukuran 3 x 4 sebanyak 5 lembar dan mencantumkan nama di belakang Photo.

2. Ujian Dinas TK.II dengan syarat sebagai berikut:

a. Pangkat Penata TK.I (III/d)b. Melampirkan Foto Copy SK Pangkat Terakhir dan Ijazah Terakhir yang dilegalisir oleh pejabat yang berwenang.c. SK Jabatan Terakhir dilegalisir.

d. Pas Photo berwarna ukuran 3 x 4 sebanyak 5 lembar dan mencantumkan nama di belakang Photo.

Bahan diatas dibuat masing masing rangkap 4 (empat)

1. Membuat makalah rangkap 2 (dua) sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsi masing-masing peserta dengan sistematika penulisan makalah sebagai berikut :

(a) Judul

(b) Tema sesuai Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) pada unit kerja masing-masing peserta.

(c) Bab I s.d Bab III Minimal 10 (sepuluh) halaman.

(d) Ukuran Kertas kwarto/A4 dan berjarak 2 (dua) spasi

(e) Sistematika Penulisan:

(1) Cover

(2) Kata Pengantar

(3) Daftar Isi

(4) Bab I : Pendahuluan

(5) BAB II : Pembahasan/Isi

(6) BAB III : Penutup (Saran dan Kesimpulan)

(7) Daftar Pustaka. Ujian Penyesuaian IjazahA. Deskripsi Ujian Penyesuaian Ijazah PNS yang telah memperoleh Ijazah/Surat Tanda Tamat Belajar, kenaikan pangkatnya dapat disesuaikan melalui Kenaikan Pangkat Penyesuaian ijazah. PNS yang dapat diusulkan sebagai calon peserta ujian kenaikan pangkat penyesuian ijazah adalah mereka yang telah lulus pendidikan dan memperoleh STTB/Ijazah akan tetapi masih berpangkat lebih rendah dari pangkat yang ditentukan berdasarkan STTB/Ijazah yang diperolehnya.

B. Dasar Hukum 1. Peraturan Pemerintahan Nomor 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002; 2. Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 12 Tahun 2002 tanggal 17 Juni 2002 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintahan Nomor 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002;

C. Pelaksanaan Ujian Penyesuaian Ijasah

Setiap pelaksanaan ujian penyesuaian ijazah, BKD akan menurunkan surat terkait pelaksanaannya. Adapun persyatannya sbb: 1) Peserta Ujian Peyesuaian Ijazah S.1/D.IV dan D.III yang tamatan Perguruan Tinggi swasta wajib melampirkan Izin Penyelenggaraan Perguruan Tinggi atau Akreditasi Perguruan Tinggi yang terakhir. 2) Telah 1 (satu) tahun dalam pangkat terakhir 3) Melampirkan foto copy ijazah dan SK pangkat terakhir yang telah dilegalisir oleh pejabat yang berwenang 4) Melampirkan uraian tugas yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang (Eseleon II atau Eselon III) 5) Pas Photo berwarna ukuran 3x4 sebanyak 5 lembar dan mencantumkan nama di belakang Photo. 6) SK Izin Belajar atau Surat Keterangan memiliki Ijazah atau Surat Keterangan Peningkatan Pendidikan.

Bahan diatas dibuat masing masing rangkap 4 (empat)

7) Membuat makalah rangkap 2 (dua) sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing peserta yang disinergikan dengan program studi ijazah yang akan disesuaikan dengan sistematika penulisan makalah sebagai berikut :

(a) Judul

(b) Tema sesuai Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) yang disinergikan dengan program studi ijazah yang akan disesuaikan pada unit kerja masing-masing peserta.

(c) Bab I s.d Bab III Minimal 10 (sepuluh) halaman.

(d) Ukuran Kertas kwarto/A4 dan berjarak 2 (dua) spasi

(e) Sistematika Penulisan:

(1) Cover

(2) Kata Pengantar (3) Daftar Isi

(4) Bab I : Pendahuluan

(5) BAB II : Pembahasan/Isi

(6) BAB III : Penutup (Saran dan Kesimpulan)

(7) Daftar Pustaka. Kenaikan Pangkat PNSA. Deskripsi Kenaikan Pangkat Pangkat adalah kedudukan yang menunjukkan tingkat seseorang PNS berdasarkan jabatannya dalam rangkaian susunan kepegawaian dan digunakan sebagai dasar penggajian. Kenaikan pangkat adalah penghargaan yang diberikan atas prestasi kerja dan pengabdian PNS terhadap negara. Agar kenaikan pangkat dapat dirasakan sebagai penghargaan, maka kenaikan pangkat diupayakan BKD/Instansi diberikan tepat pada waktunya dan tepat kepada orangnya. Kenaikan pangkat dilaksanakan dengan:

1. Sistim Kenaikan Pangkat Reguler. 2. Sistim Kenaikan Pangkat Pilihan.

Disamping itu, kepada PNS dapat diberikan:

a. Kenaikan Pangkat Anumerta bagi PNS yang tewas

b. Kenaikan Pangkat Pengabdian bagi PNS yang:

1) Meninggal dunia;

2) Mencapai batas usia pensiun;

3) Cacat karena dinas dan tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan negeri. Susunan Pangkat dan Golongan Ruang PNS sebagai berikut:

NoPangkatGol/RuNoPangkatGol/Ru

1Juru MudaI/a9Penata MudaIII/a

2Juru Muda Tingkat II/b10Penata Muda Tk IIII/b

3JuruI/c11PenataIII/c

4Juru Tingkat II/d12Penata Tingkat IIII/d

5Pengatur MudaII/a13PembinaIV/a

6Pengatur Muda Tk III/b14Pembina Tingkat IIV/b

7PengaturII/c15Pembina Utama MudaIV/c

8Pengatur Tingkat III/d16Pembina Utama MadyaIV/d

17Pembina UtamaIV/e

Periode kenaikan pangkat PNS ditetapkan tanggal 1 April dan 1 Oktober setiap tahun, kecuali kenaikan pangkat anumerta dan kenaikan pangkat pengabdian.

B. Dasar Hukum 1. PP No. 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil 2. PP No. 12 Tahun 2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 1999 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil. 3. Keputusan Kepala BKN No. 12 Tahun 2002 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintahan Nomor 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002

C. Pengurusan Kenaikan Pangkat 1. Kenaikan Pangkat Reguler Kenaikan pangkat reguler diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang tidak menduduki jabatan struktural atau jabatan fungsional tertentu dan diberikan sepanjang tidak melampaui pangkat atasan langsungnya. Kenaikan pangkat reguler ini diberikan sekurang-kurangnya telah 4 tahun dalam pangkat terakhir dan pangkat tertingginya ditentukan oleh pendidikan tertinggi yang dimilikinya. Kenaikan pangkat reguler juga diberikan kepada PNS yang: a. PNS yang melaksanakan tugas belajar dan sebelumnya tidak menduduki jabatan struktural atau jabatan fungsional tertentu. b. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan secara penuh di luar instansi induk dan tidak menduduki jabatan pimpinan yang telah ditetapkan persamaan eselonnya atau jabatan fungsional tertentu.

Kenaikan pangkat reguler tertinggi diberikan kepada PNS sampai dengan pangkat:

NoPangkat tertinggiIjasah

1Pengatur Muda golongan ruang II/aSD

2Pengatur golongan ruang II/cSLTP

3Pengatur Tingkat I golongan ruang II/dSLTP Kejuruan

4Penata Muda Tingkat I golongan ruang III/bSLTA, SLTA Kejuruan 3 Tahun, SLTA Kejuruan 4 Tahun, Diploma I, atau Diploma II.

5Penata golongan ruang III/cSekolah Guru Pendidikan Luar Biasa, Ijazah Diploma III, Ijazah Sarjana Muda, Ijazah Akademi atau Ijazah Bakaloreat.

6Penata Tingkat I golongan ruang III/dIjazah Sarjana (SI), atau Ijazah Diploma IV.

7Pembina golongan ruang IV/aIjazah Dokter, Ijazah Apoteker, Ijazah Magister (S2), atau ijazah lain yang setara

Adapun persyaratannya adalah sbb:

Foto copy Karpeg

Foto copy SK CPNS

Foto copy SPMT*

Foto Copy SK PNS

Foto Copy SK Pangkat Terakhir.

Foto Copy DP3 2 tahun terakhir.

Foto Copy STTB/Ijazah terakhir

Akreditasi kampus bagi yang melampirkan ijazah S1 baru.

Foto Copy SK Konversi NIP.

Foto copy Sertifikat Lulus Ujian Dinas bagi PNS yang pindah golongan ruang

Foto Copy SK Tugas Belajar. bagi yang tugas belajar.

Foto Copy Surat Keputusan Pindah bagi PNS yang pindah tugas.

Rekomendasi Atasan/Kepala Unit Kerja

Catatan:

Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2(dua).

Tanda * artinya khusus untuk yang naik pangkat reguler pertama kali. Untuk kenaikan pangkat pertama kali, ijazah dilegalisir oleh Kepala Sekolah/Rektor/Dekan/Pembantu Dekan Bidang Akademik/Ketua/ Pejabat Kopertis wilayah dimana Universitas tersebut berada. Bagi PNS yang sedang tugas belajar, DP3 dinilai oleh Sekolah/Universitas tempat tugas belajar dan pengesahannya oleh BKD/Instansi.

2. Kenaikan pangkat pilihan

Kenaikan pangkat pilihan diberikan kepada PNS yang: Menduduki jabatan struktural atau jabatan fungsional tertentu; Menduduki jabatan tertentu yang pengangkatannya ditetapkan dengan keputusan presiden; Menunjukkan prestasi kerja luar biasa baiknya; Menemukan penemuan baru yang bermanfaat bagi negara; Diangkat menjadi pejabat negara; Memperoleh STTB/ijazah; Melaksanakan tugas belajar dan sebelumnya menduduki jabatan struktural atau jabatan fungsional tertentu; Telah selesai mengikuti dan lulus tugas belajar; Diperkerjakan atau diperbantukan secara penuh diluar instansi induknya yang diangkat dalam jabatan pimpinan yang telah ditetapkan persamaan eselonnya atau jabatan fungsional tertentu.

Kenaikan Pangkat Pilihan Jabatan Struktural.

Merupakan kenaikan pangkat bagi PNS yang menduduki jabatan struktural. Bagi PNS yang menduduki jabatan struktural sedangkan pangkatnya masih satu tingkat dibawah jenjang pangkat terendah yang ditentukan untuk jabatan itu, dapat dinaikkan pangkatnya setingkat lebih tinggi, apabila: Telah 1 tahun dalam pangkat yang dimilikinya; Sekurang-kurangnya telah 1 tahun dalam jabatan struktural yang didudukinya. Setiap unsur penilian prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 2 tahun terakhir. Adapun persyaratan kenaikan pangkat pilihan PNS yang menduduki jabatan struktural sebagai berikut:

Foto copy Karpeg

Foto copy SK CPNS

Foto copy SK PNS

Foto copy SPMT*

Foto copy SK Pangkat Terakhir.

Foto copy DP3 2 tahun terakhir.

Foto copy SK Jabatan dan Surat Pernyataan Pelantikan.

Foto copy STTB/ijazah terakhir

Akreditasi kampus bagi yang melampirkan ijazah S1 baru

SK Izin/Tugas Belajar bagi yang melampirkan ijazah baru. Fotocopy Keputusan Pindah bagi yang pindah tugas

Foto copy Lulus Ujian Dinas atau Diklat Penjenjangan bagi PNS yang pindah golongan ruang Foto copy SK Konversi NIP Rekomendasi Kepala Unit Kerja Fotocopy keputusan pembebasan sementara dari jabatan fungsional bagi yang sebelumnya diangkat dalan jabatan fungsionalCatatan:

Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2(dua).

Tanda * artinya khusus untuk yang naik pangkat pertama kali

Untuk kenaikan pangkat pindah golongan ruang atau naik pangkat pertama kali, ijazah dilegalisir oleh Kepala Sekolah/ Rektor/Dekan/Pembantu Dekan Bidang Akademik/Ketua/ Pejabat Kopertis wilayah dimana Universitas tersebut berada.

Kenaikan Pangkat Pilihan Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan fungsional tertentu dapat dinaikkan pangkatnya setiap kali setingkat lebih tinggi apabila:

Sekurang-kurangnya telah 2 tahun dalam pangkat terakhir;

Telah memenuhi angka kredit yang ditentukan;

Setiap unsur penilian prestasi kerja sekurang bernilai baik dalam 2 tahun terakhir.

Adapun persyaratan kenaikan pangkat pilihan PNS yang menduduki jabatan fungsional sebagai berikut::

Foto copy Karpeg.

Foto copy SK CPNS

Foto copy SPMT*

Foto copy SK PNS.

Foto copy SK Pangkat Terakhir.

Foto copy SK Jabatan Fungsional dan angka kredit lama.

Asli angka kredit baru.

Akreditasi kampus bagi yang penyesuaian ijazah/Ijazah baru.

SK Izin/Tugas Belajar bagi yang melampirkan ijazah baru.

Foto copy DP.3 2 tahun terakhir.

Foto copy STTB/Ijazah terakhir dan Akta

Foto copy SK Konversi NIP.

Asli Dupak

Foto copy SK Pembagian Tugas

Rekomendasi kepala unit kerja.

Catatan:

Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2(dua). Tanda * artinya persyaratan ini khusus untuk yang naik pangkat pertama kali

Untuk kenaikan pangkat pindah golongan ruang atau naik pangkat pertama kali, ijazah dan akta dilegalisir oleh Kepala Sekolah/Rektor/Dekan/Pembantu Dekan Bidang Akademik/ Ketua/ Pejabat Kopertis wilayah dimana Universitas tersebut berada.

Kenaikan Pangkat Pilihan Penyesuaian Ijazah Kenaikan pangkat ini diberikan bagi PNS yang memperoleh STTB/Ijazah atau Diploma. Bagi PNS yang memperoleh:

STTB/Ijazah SLTP /yg setingkat dan masih berpangkat Juru Muda Tingkat I Gol/Ruang I/b ke bawah, dapat dinaikkan pangkatnya menjadi Juru Gol. Ruang I/c

STTB/Ijazah SLTA, Diploma I atau yang setingkat dan masih berpangkat Juru Tingkat I Gol. Ruang I/D ke bawah, dapat dinaikkan pangkatnya menjadi Pengatur Muda, Gol Ruang II/a. 3) STTB/Ijazah SPGLB atau Diploma II dan masih berpangkat Pengatur Muda, Gol. Ruang II/a ke bawah dapat dinaikan pangkatnya menjadi Pengatur Muda Tingkat I, Gol. Ruang II/b

Ijazah Sarjana Muda, Akademi, atau Diploma III dan masih berpangkat Pengatur Muda Gol. Ruang II/b ke bawah, dapat dinaikkan pangkatnya menjadi Pengatur Gol. Ruang II/c

Ijazah Sarjana (S1) atau Diploma IV dan masih berpangkat Pengatur Tingkat I Gol. Ruang II/d ke bawah, dapat dinaikkan pangkatnya menjadi Penata Muda Gol. Ruang III/a

Ijazah Doktor (S3) dan masih berpangkat Penata Muda Tingkat I Gol. Ruang III/b ke bawah, dapat dinaikkan pangkatnya menjadi Penata Gol. Ruang III/c.

Ijazah sebagaimana tersebut di atas adalah ijazah yang diperoleh dari sekolah atau perguruan tinggi negeri dan atau ijazah dari yang diperoleh dari sekolah/perguruan tinggi swasta yang terakreditasi dan atau telah mendapat izin penyelenggaraan dari Menteri yang bertanggungjawab di bidang pendidikan nasional atau pejabat lain berdasarkan peraturan perundangan.

Untuk ijazah yang diperoleh dari sekolah/perguruan tinggi di luar negeri dihargai setelah di akui dan ditetapkan sederajat dengan ijazah dari sekolah atau perguruan tinggi negeri yang ditetapkan Menteri yang bertanggungjawab dibidang pendidikan nasional.

KP sebagaimana tersebut dapat dipertimbangkan setelah memenuhi syarat sbb:

Diangkat dalam jabatan/tugas yang memerlukan pengetahuan/keahlian yang sesuai dengan ijazah yang diperoleh Sekurang-kurangnya telah 1 (satu) tahun dalam pangkat terakhir Setiap unsur penilaian prestasi kerja/DP-3 bernilai baik dlm 1 (satu) tahun terakhir Memenuhi jumlah angka kredit yang ditentukan bagi yang menduduki jabatan fungsional tertentu Lulus ujian penyesuaian ijazah

Adapun persyaratannya sebagai berikut:

Foto copy Karpeg

Foto copy SK PNS.

Foto copy SK Pangkat Terakhir.

Foto copy DP3 2 tahun terakhir.

Foto copy Sah STTB/Ijazah terakhir dan transkrip nilai

Asli uraian tugas.

Foto copy SK Izin Belajar

Foto copy akreditasi jurusan/kampus.

Foto copy Tanda Lulus Ujian Penyesuaian Ijazah.

Foto copy SK Konversi NIP

Rekomendasi Kepala Unit Kerja

Catatan:

Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2(dua).

Ijazah dan transkrip nilai dilegalisir oleh Kepala Sekolah/ Rektor/ Dekan/Pembantu Dekan Bidang Akademik/Ketua/Pejabat Kopertis wilayah dimana Universitas tersebut berada.

Kenaikan Pangkat Pilihan Penyesuaian Ijazah bagi PNS yang Selesai Tugas Belajar. Diberikan kepada PNS yang telah selesai mengikuti dan lulus tugas belajar. Ketentuan terkait Ijazah dan pangkat/golongan yang diperoleh, sama halnya dengan kenaikan pengkat penyesuaian ijazah di atas. Kenaikan pangkat ini baru dapat dipertimbangkan bila:

Sekurang-kurangnya telah 1 (satu) tahun dalam pangkat terakhir

Setiap unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir

Adapun persyaratannya sebagai berikut:

Foto copy Karpeg.

Foto copy SK PNS.

Foto copy SK Pangkat Terakhir.

Foto copy DP3 2 tahun terakhir.

Foto copy Sah STTB/Ijazah terakhir dan transkrip nilai.

Foto copy akreditasi jurusan/kampus.

Asli uraian tugas.

Foto copy Keputusan Tugas Belajar .

Foto copy SK Konversi NIP.

Rekomendasi Kepala Unit Kerja.

Catatan:

Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2(dua).

Ijazah dan transkrip nilai dilegalisir oleh Kepala Sekolah/ Rektor/Dekan/Pembantu Dekan Bidang Akademik/Ketua/ Pejabat Kopertis wilayah dimana Universitas tersebut berada.

Kenaikan Pangkat Anumerta

PNS yang dinyatakan tewas, diberikan kenaikan pangkat anumerta setingkat lebih tinggi, yang berlaku mulai tanggal yang bersangkutan tewas.

Yang dimaksud dengan tewas, ialah:

Meninggal dunia dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya;

Meninggal dunia dalam keadaan lain yang ada hubungannya dengan dinasnya sehingga kematian itu disamakan dengan meninggal dunia dalam dan/atau karena menjalankan kewajibannya;

Meninggal dunia yang langsung diakibatkan karena luka-luka maupun cacat rohani atau jasmani yang didapat dalam hal-hal tersebut pada huruf a dan b di atas;

Meninggal dunia karena perbuatan anasir-anasir yang tidak bertanggung jawab ataupun sebagai akibat dari tindakan terhadap anasir-anasir itu.

Pemberian kenaikan pangkat anumerta harus diusahakan sebelum PNS yang tewas dimakamkan dan Surat Keputusan Kenaikan Pangkat Anumerta tersebut hendaknya dibacakan pada waktu upacara pemakaman.

Untuk menjamin agar pemberian kenaikan pangkat anumerta dapat diberikan sebelum PNS yang tewas itu dimakamkan, maka ditetapkan sementara. Pejabat yang berwenang menetapkan keputusan sementara adalah Bupati Agam untuk semua PNS yang dinyatakan tewas dalam pangkat Pembina Utama golongan ruang IV/e ke bawah. Apabila kedudukan Bupati tersebut jauh dari unit kerja tempat bekerja PNS yang tewas sehingga tidak memungkinkan diberikan kenaikan pangkat anumerta sebelum PNS yang tewas itu dimakamkan, Camat atau pejabat pemerintah setempat lainnya dapat mengeluarkan keputusan sementara.

Kepala kantor atau pimpinan unit kerjanya membuat laporan tentang tewasnya PNS sebagai bahan penetapan keputusan sementara oleh camat atau pejabat lainnya. Berdasarkan laporan tersebut camat atau pejabat pemerintah setempat mempertimbangkan pemberian kenaikan pangkat anumerta, dan apabila menurut pendapatnya memenuhi syarat sesuai peraturan perundangan yang berlaku, maka pejabat tersebut menetapkan keputusan sementara tentang pemberian KP Anumerta.

Pejabat yang menetapkan keputusan sementara selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja wajib melaporkan kepada Bupati Agam melalui BKD PNS yang tewas tersebut. Berdasarkan bahan-bahan kelengkapan administrasi yang disampaikan oleh pejabat yang menetapkan keputusan sementara tersebut, maka Bupati mempertimbangkan penetapan pemberian kenaikan pangkat anumerta. Apabila terdapat alasan yang cukup untuk pemberian KP anumerta maka usulannya akan diteruskan BKD/Instansi kepada:

1. Presiden bagi PNS yang diusulkan menjadi Pembina Utama Muda golongan ruang IV/c ke atas dan tembusan disampaikan kepada Kepala BKN sebagai bahan pertimbangan teknis kepada Presiden

2. Kepala BKN bagi PNS yg diusulkan menjadi Juru Muda Tingkat I golongan ruang I/b sampai dgn Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b.

Apabila almarhum/almarhumah PNS yang dinyatakan tewas oleh Kepala BKN atau Pejabat lain yang ditunjuk dalam lingkungannya dan diberikan kenaikan pangkat anumerta dan uang duka tewas, maka keputusan sementara tentang pemberian kenaikan pangkat anumerta ditetapkan menjadi keputusan definitive oleh pejabat yang berwenang, yaitu:

1. Presiden, bagi PNS yang dinaikkan pangkatnya menjadi Pembina Utama Muda golongan ruang IV/c ke atas setelah mendapat pertimbangan teknis dari Kepala BKN;

2. Kepala BKN, bagi PNS yang dinaikkan pangkatnya menjadi Juru Muda Tingkat I golongan ruang I/b ke atas sampai Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b;

Apabila almarhum/almarhumah PNS ternyata tidak memenuhi syarat untuk dinyatakan tewas, maka keputusan sementara tentang pemberian kenaikan pangkat anumerta tidak dapat ditetapkan menjadi keputusan definitive oleh pejabat yang berwenang, dan keputusan sementara tersebut tidak berlaku. Dalam hal yang bersangkutan memenuhi syarat untuk mendapatkan kenaikan pangkat pengabdian karena meninggal dunia dapat diberikan kenaikan pangkat pengabdian dengan keputusan pejabat yang berwenang.

Kenaikan Pangkat Pengabdian

Kenaikan pangkat pengabdian bagi PNS yang meninggal dunia atau akan diberhentikan dengan hormat karena mencapai batas usia pensiun.

PNS yang meninggal dunia atau akan diberhentikan dengan hormat dengan hak pensiun karena mencapai batas usia pensiun, dapat diberikan kenaikan pangkat pengabdian setingkat lebih tinggi apabila:

(1) Memiliki masa kerja sebagai PNS selama:

Sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) tahun secara terus menerus dan sekurang-kurangnya telah satu bulan dalam pangkat terakhir. Sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) tahun secara terus menerus dan sekurang-kurangnya telah satu tahun dalam pangkat terakhir Sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun secara terus menerus dan sekurang-kurangnya telah 2 tahun dalam pangkat terakhir.

(2) Setiap unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir.

(3) Tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau berat dalam satu tahun terakhir.

(4) Masa kerja sebagai PNS secara terus menerus dimaksud dalam ketentuan ini adalah masa kerja yang dihitung sejak diangkat menjadi CPNS atau PNS sampai dengan yang bersangkutan meninggal dunia atau mencapai BUP dan tidak terputus statusnya sebagai PNS.

Kenaikkan pangkat pengabdian bagi PNS yang meninggal dunia atau mencapai BUP tersebut ditetapkan dengan:

Keputusan Presiden, bagi PNS yang dinaikkan pangkatnya menjadi Pembina Utama Muda gol/ruang IV/c keatas setelah mendapat pertimbangan teknis Kepala BKN

Keputusan Kepala BKN, bagi yang dinaikan pangkatnya menjadi Juru Muda Tingkat I gol/ruang I/b sampai dengan Pembina Tingkat I gol/ruang IV/b. KP Pengabdian bagi PNS yang meninggal dunia berlaku terhitung mulai tanggal PNS yang bersangkutan meninggal dunia. KP Pengabdian bagi PNS yang mencapai batas usia pensiun berlaku TMT 1 pada bulan yang bersangkutan diberhentikan dengan hormat dengan hak pensiun.

Kenaikan Pangkat Pengabdian yang disebabkan cacat karena dinas. PNS yang oleh Tim Penguji Kesehatan dinyatakan cacat karena dinas dan tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan negeri, diberikan KP pengabdian setingkat lebih tinggi, yang berlaku mulai tanggal yang bersangkutan oleh Tim Penguji Kesehatan dinyatakan cacat karena dinas dan tidak dapat kerja lagi dalam jabatan negeri.

Apabila oleh Tim Penguji Kesehatan PNS tersebut dinyatakan cacat karena dinas dan tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan negeri, maka:

PPK menyampaikan usul kenaikan pangkat pengabdian kepada:

Presiden bagi PNS yang diusulkan menjadi Pembina Utama Muda golongan ruang IV/c ke atas dan tembusan disampaikan kepada Kepala BKN sebagai pertimbangan teknis kepada Presiden

Kepala BKN bagi PNS yang diusulkan menjadi Juru Muda Tingkat I golongan I/b sampai dengan Pembina Tingkat I Golongan ruang IV/b Kenaikan pangkat pengabdian ditetapkan dengan:

(1) Keputusan Presiden, bagi PNS untuk kenaikan pangkat menjadi Pembina Utama Muda gol/ruang IV/c ke atas setelah mendapat pertimbangan teknis dari Kepala BKN.

(2) Keputusan Kepala BKN, bagi PNS untuk kenaikan pangkat menjadi Juru Muda Tingkat I (I/b) sampai dengan gol/ruang IV/b

CPNS yang oleh Tim Penguji Kesehatan dinyatakan cacat karena dinas dan tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan negeri, diangkat menjadi PNS, dan diberikan KP pengabdian. Pengangkatan menjadi PNS sebagaimana tersebut di atas TMT tanggal 1 pada bulan yang bersangkutan dinyatakan cacat karena dinas dan tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan negeri.Pengurusan Perbaikan SK Kenaikan Pangkat yang Salah Salahnya SK Kenaikan Pangkat, disebabkan oleh salahnya data PNS pada data base BKN. Kesalahan ini, kemungkinan besar disebabkan oleh salahnya data yang terdapat pada SK Konversi NIP. Hal ini juga akan berdampak pada kesalahan KPE yang bersangkutan. Syarat-syaratnya :a. Foto copy SK Kenaikan Pangkat yang salah

b. Foto copy SK Sebelumnya

c. Foto copy SK Konversi NIP

d. Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 1(satu)

e. Petikan SK asli yang salah dibawa waktu mengambil SK Perbaikan

Perbaikan SK Kenaikan Pangkat baru dapat dilakukan setelah dilakukan perbaikan terhadap SK Konversi NIP, jika kesalahan tersebut terletak pada kesalahan penulisan nama, tanggal lahir, jenis kelamin atau NIP. Kesalahan lainnya setelah diperbaiki data pada data base BKN.Pencantuman Gelar KesarjanaanBagi PNS yang mendapatkan gelar kesarjanaan, namun pangkat/golongan yang bersangkutan telah melewati pangkat penyesuaian iajazah untuk tingkat pendidikan tersebut, sehingga tidak memungkinkan lagi dipakai untuk kenaikan pangkat, maka bagi yang bersangkutan yang perlu dilakukan adalah pencantuman gelar kesarjaanaan.

Adapun persyaratannya sebagai berikut:

1. Foto copy Karpeg

2. Foto copy SK CPNS

3. Foto copy SK PNS

4. Foto copy SK Pangkat Terakhir

5. Foto copy DP3 2 tahun terakhir

6. Foto copy STTB/Ijazah terakhir dan transkrip

7. Keputusan Bupati tentang izin belajar

8. Foto copy SK Konversi NIP

9. Rekomendasi Kepala Unit Kerja

Catatan:

Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2(dua).

ijazah dan transkrip nilai dilegalisir oleh Kepala Sekolah/Rektor/Dekan/ Pembantu Dekan Bidang Akademik/Ketua/ Pejabat Kopertis wilayah dimana Universitas tersebut berada. Pemindahan PNSA. Deskripsi Pemindahan PNS Pemindahan PNS pada dasarnya adalah untuk pemenuhan kebutuhan suatu instansi akan SDM/PNS, meskipun dalam prakteknya banyak perpindahan PNS dilakukan atas keinginan dan kebutuhan PNS itu sendiri.

Perpindahan PNS antar instansi adalah sesuatu yang dibolehkan dalam peraturan kepegawaian. Perpindahan ini dapat dilakukan oleh PNS Pusat dan PNS Daerah antara Propinsi/Kabupaten/Kota dan Departemen/ Lembaga; PNS Daerah antar Daerah Propinsi; dan PNS Daerah antara Daerah Kabupaten/Kota dan Daerah Kabupaten/Kota Propinsi lainnya.

B. Dasar Hukum 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil 3. Peraturan Kepala BKN Nomor 13 Tahun 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil

C. Pengurusan Pindah

1. Pindah Ke Dalam Kabupaten Agam

PNS yang bekerja pada departemen/propinsi/kabupaten kota lain, dapat mengajukan pindah ke Kabupaten Agam. Adapun persyaratan pengurusannya sebagai berikut:

1) Permohonan

2) Foto copy Karpeg

3) Foto copy SK CPNS

4) Foto copy SK PNS

5) Foto copy SK Pangkat Terakhir

6) DP3 dalam 1 tahun terakhir

7) Persetujuan kepala unit kerja

8) Surat pernyataan bersedia ditempatkan dimana saja di Kabupaten Agam

9) Surat keterangan tidak sedang dalam pemeriksaan Inspektorat dan tidak sedang menjalani hukuman disiplin yang dikeluarkan oleh Inspektorat daerah asal

10) Surat kesediaan melepas dari Bupati/Walikota/Sekretaris Daerah asal.

11) Daftar Riwayat Hidup.

Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2(dua).

2. Pindah Keluar Kabupaten Agam

Sebaliknya PNS yang bekerja pada Pemerintah Kabupaten Agam dapat mengajukan pindah ke departemen/propinsi/kabupaten kota lain.

Adapun persyaratan pengurusannya sebagai berikut:

1) Permohonan 2) Foto copy Karpeg

3) Foto copy SK CPNS

4) Foto copy SK PNS

5) Foto copy SK Pangkat Terakhir

6) DP3 dalam 1 tahun terakhir

7) Persetujuan kepala unit kerja

8) Surat pernyataan tidak memanfaatkan barang inventaris

9) Surat keterangan tidak sedang dalam pemeriksaan Inspektorat dan tidak sedang menjalani hukuman disiplin yang dikeluarkan oleh Inspektorat Kabupaten/Instansi

Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2(dua).

Adapun Prosedur perpindahan PNS ke dalam maupun keluar Kabupaten/Instansi secara umum dijelaskan sebagai berikut:

Perpindahan harus didasarkan atas persetujuan dari instansi asal dan instansi penerima sesuai dengan kebutuhan;

Pejabat Pembina Kepegawaian Instansi yang membutuhkan mengeluarkan surat persetujuan untuk menerima kepindahan PNS yang ditujukan kepada pimpinan instansi asal PNS untuk mendapat persetujuan;

Apabila Pimpinan Instansi asal ybs. menyetujui, maka Pimpinan Instansi asal membuat Surat Pernyataan Persetujuan

Sebelum mengeluarkan persetujuan, akan dibawa dulu dalam Sidang Majelis Pertimbangan Pegawai (MPP), dan dimintakan persetujuan Pejabat Pembina Kepegawaian.

Mutasi PNS antar kabupaten/kota dalam satu provinsi ditetapkan oleh gubernur setelah memperoleh pertimbangan kepala BKN.

Mutasi PNS antar kabupaten/kota antar provinsi, dan antar provinsi ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri setelah memperoleh pertimbangan kepala BKN.

Mutasi PNS provinsi/kabupaten/kota ke Instansi Pusat atau sebaliknya, ditetapkan oleh kepala BKN.

Mutasi PNS antar-Instansi Pusat ditetapkan oleh kepala BKN.

Berdasarkan ketetapan di atas, Pimpinan Instansi penerima menerbitkan surat keputusan penempatan.

3. Pindah kedalam Kabupaten Sama halnya dengan perpindahan antar kabupaten/kota, pindah PNS dalam kabupaten dikarenakan oleh kebutuhan organisasi dan juga ada karena kebutuhan atau keinginan PNS itu sendiri.

Adapun persyaratan pengurusannya sebagai berikut:

1) Permohonan

2) Foto copy Karpeg

3) Foto copy SK CPNS

4) Foto copy SK PNS

5) Foto copy SK Pangkat Terakhir

6) DP3 dalam 1 tahun terakhir

7) Persetujuan kepala unit kerja

8) Surat pernyataan tidak memanfaatkan barang inventaris

9) Surat keterangan tidak sedang dalam pemeriksaan Inspektorat dan tidak sedang menjalani hukuman disiplin yang dikeluarkan oleh Inspektorat .

Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2(dua).

Adapun prosedur pindah kedalam sebagai berikut:

SKPD yang membutuhkan atau PNS yang bersangkutan mengusulkan perpindahan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian yang dituju melalui pimpinan instansi.

Jika perpindahan tersebut atas inisiatif PNS yang bersangkutan, maka usulan baru dapat diteruskan setelah mendapat persetujuan kepala SKPD/Unit Kerja.

Permohonan pindah ini akan dibahas dalam Sidang MPP dan kemudian dimintakan persetujuan oleh Baperjakat.

Jika Pejabat Pembina Kepegawaian telah setuju, maka akan diterbitkan SK Perpindahan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian yang bersangkutan terkait perpindah PNS tersebut.

Disiplin PNSA. Deskripsi Disiplin PNS

Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah kesanggupan PNS untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin.

Pelanggaran disiplin adalah setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan PNS yang tidak menaati kewajiban dan/atau melanggar larangan ketentuan disiplin PNS, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar jam kerja.

Hukuman disiplin adalah hukuman yang dijatuhkan kepada PNS karena melanggar peraturan disiplin PNS.

Tujuan hukuman disiplin PNS adalah untuk memperbaiki, membina dan mendidik PNS yang melakukan pelanggaran disiplin, agar kembali memiliki sikap ketaatan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh karena itu setiap pejabat yang berwenang menghukum wajib memeriksa lebih dahulu dengan seksama PNS yang melakukan pelanggaran disiplin, agar diketahui latar belakang dan motif terjadinya pelanggaran disiplin, sehingga hukuman disiplin yang dijatuhkan benar-benar sesuai dan memenuhi asas keadilan.

Pegawai Negeri Sipil yang tidak menaati ketentuan tentang Kewajiban dan atau Larangan tersebut dijatuhi Hukuman Disiplin.

Tanpa mengesampingkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan pidana, PNS yang melakukan pelangggaran disiplin dijatuhi hukuman disiplin.

Terhadap penjatuhan hukuman disiplin, PNS dapat melakukan upaya administratif. Upaya administrasi adalah prosedur yang dapat ditempuh oleh PNS yang tidak puas terhadap hukuman disiplin yang dijatuhkan kepadanya berupa keberatan atau banding administratif.

Keberatan adalah upaya administratif yang dapat ditempuh oleh PNS yang tidak puas terhadap hukuman disiplin yang dijatuhkan oleh pejabat yang berwenang menghukum kepada atasan pejabat yang berwenang menghukum.

Banding administratif adalah upaya administratif yang dapat ditempuh oleh PNS yang tidak puas terhadap hukuman disiplin berupa pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri atau pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS yang dijatuhkan oleh pejabat yang berwenang menghukum, kepada Badan Pertimbangan Kepegawaian.

B. Landasan Hukum

1. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil

2. Peraturan Kepala BKN Nomor 21 Tahun 2010 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil

3. Peraturan ...... Nomor ...... Tahun ....... tentang Penetapan Pelaksanaan 5 (Lima) Hari Kerja di Lingkungan ..........

4. Peraturan ...... Nomor ...... Tahun ....... tentang Penetapan Pakaian Kerja di Lingkungan ..........

5. Peraturan .......Nomor .....Tahun ......tentang Tata Urusan Dalam.

6. Dst

C. Kewajiban dan Larangan

Kewajiban PNS

Setiap PNS wajib:

1. Mengucapkan sumpah/janji PNS

2. Mengucapkan sumpah/ janji jabatan

3. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Pemerintah;

4. Menaati segala ketentuan peraturan perundangundangan; 5. Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab; 6. Menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah, dan martabat PNS; 7. Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri, seseorang, dan/atau golongan; 8. Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus dirahasiakan; 9. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan negara; 10. Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau Pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materiil; 11. Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja; 12. Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan; 13. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan sebaik-baiknya;

14. Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat;

15. Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas;

16. Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan karier; dan

17. Menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.

Larangan

Setiap PNS dilarang:

1. Menyalahgunakan wewenang;2. Menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau orang lain dengan menggunakan kewenangan orang lain; 3. Tanpa izin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain dan/atau lembaga atau organisasi internasional; 4. Bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga swadaya masyarakat asing; 5. Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barang-barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau surat berharga milik negara secara tidak sah; 6. Melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara; 7. Memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada siapapun baik secara langsung atau tidak langsung dan dengan dalih apapun untuk diangkat dalam jabatan; 8. Menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun juga yang berhubungan dengan jabatan dan/atau pekerjaannya; 9. Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya;10. Melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang dapat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani; 11. Menghalangi berjalannya tugas kedinasan12. Memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan cara:

a. ikut serta sebagai pelaksana kampanye;

b. menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai atau atribut PNS;

c. sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS lain; dan/atau

d. sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara;

13. Memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden dengan cara:

a. membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye; dan/atau

b. mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat;

14. Memberikan dukungan kepada calon anggota Dewan Perwakilan Daerah atau calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan cara memberikan surat dukungan disertai foto kopi Kartu Tanda Penduduk atau Surat Keterangan Tanda Penduduk sesuai peraturan perundang-undangan.

15. Memberikan dukungan kepada Calon Kepala Daerah/ Wakil Kepala Daerah dengan cara :

a. Terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah;

b. menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam kegiatan kampanye;

c. membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye; dan/atau

d. mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat.

Ketentuan Jam Kerja

PNS di Lingkungan ................... bekerja selama 5 hari dalam seminggu yakni hari Senin s.d Jumat, dengan jumlah jam efektif dalam 1 minggu yakni selama 37,5 jam.

Ketentuan mengenai jam kerja dimaksud adalah sbb:

a. Senin s.d Kamis Pukul 07.30 s.d 16.00 WIB b. Waktu istirahat Pukul 12.00 s.d 13.00 WIB c. Jumat Pukul 07.30 s.d 16.30 WIB d. Waktu Istirahat Pukul 12.00 s.d 13.30 WIB

Unit Kerja atau satuan organisasi yang berfungsi memberikan pelayanan kepada masyarakat seperti RSUD, Satpol PP, Pemadam Kebakaran, dan lain-lain akan dibentuk satuan piket pelaksanaan tugas pada hari hari libur (sesuaikan dng instansi saudara). Sedangkan lembaga pendidikan mulai dari TK, SD, SLTP, dan SLTA atau yang sederajat dikecualikan dari lima hari kerja.

Ketentuan Pakaian Dinas

Hari Senin memakai pakaian dinas harian Linmas warna hijau lengkap dengan atribut. Hari Selasa memakai pakaian dinas harian warna kuning khaki lengkap dengan atribut. Hari Rabu memakai pakaian olah raga dan setelah olah raga kembali memakai pakaian dinas harian warna kuning khaki lengkap dengan atribut. Hari Kamis, pria memakai baju muslim dengan tenunan khas daerah lengkap dengan papan nama dan pin korpri, sedangan wanita baju kurung dengan tenunan atau sulaman khas daerah. Hari Jumat, pria memakai baju sulaman produksi daerah warna putih pakai ban (manset), celana warna hitam, menggunakan papan nama dan lambang pin korpri serta peci, Sedangkan wanita memakai baju kurung motif sulaman produksi daerah (misalnya ....................). D. Penjatuhan Hukuman Disiplin

PNS yang tidak menaati ketentuan (kewajiban dan larangan) dijatuhi hukuman disiplin.

Tingkat hukuman disiplin terdiri dari:

a. hukuman disiplin ringan, terdiri dari:

1) teguran lisan;

2) teguran tertulis; dan

3) pernyataan tidak puas secara tertulis.

b. hukuman disiplin sedang, terdiri dari:

1) penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun;

2) penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun; dan

3) penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun. c. Jenis hukuman disiplin berat, terdiri dari:

1) Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun; 2) Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah; 3) Pembebasan dari jabatan; 4) Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS; dan 5) Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS.

Tingkat/kewenangan penjatuhan hukuman disiplin tergantung dengan tingkat hukuman yang akan dijatuhkan sesuai dengan ketentuan PP no. 53 tahun 2010, dimana tingkat hukuman tersebut juga ditentukan oleh seberapa besar pengaruh pelanggaran tersebut terhadap lingkungannya. E. Pejabat Yang Berwenang Menghukum Pejabat yang berwenang menghukum wajib menjatuhkan hukuman disiplin kepada PNS yang melakukan pelanggaran disiplin. Apabila pejabat yang berwenang menghukum tidak menjatuhkan hukuman disiplin kepada PNS yang melakukan pelanggaran disiplin maka pejabat tersebut akan dijatuhi hukuman disiplin oleh atasannya sama dengan hukuman disiplin yang dijatuhkan kepada PNS yang melakukan pelanggaran disiplin. Wewenang Menghukum *)1. Kewenangan Presiden dan Pejabat Struktural Instansi Pusat (semua eselon)

2. Kewenangan Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Provinsi (semua eselon)

3. Kewenangan Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Kabupaten/Kota (semua eselon)*) ditulis pada bagian terpisah (Matrik Kewenangan menjatuhkan Hukuman Disiplin, yang memerlukan silahkan hubungi saya dengan mencantumkan kebutuhan instansinya apakah Pusat,Provinsi apakag Kabupaten/Kota.Perkawinan PNSA. Deskripsi Perkawinan PNSPerkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Untuk kepentingan penyelenggaraan sistem informasi kepegawaian, setiap perkawinan, perceraian, dan perubahan dalam susunan keluarga Pegawai Negeri Sipil harus segera dilaporkan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian melalui BKD/Pimpinan Instansi. Laporan perkawinan disampaikan secara tertulis selambat-lambatnya l (satu) tahun terhitung mulai tanggal pernikahan. Ketentuan tersebut di atas juga berlaku untuk janda/duda Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pernikahan kembali atau Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pernikahan dengan isteri kedua, ketiga, atau keempat.B. Dasar Hukum1. Undang-undang Nomor l Tahun 1974 tentang Perkawinan; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang- undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 tentang Izin Perkawinan Dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 Tentang Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil; 5. Surat Edaran Kepala Badan Admisnistrasi Kepegawaian Negara Nomor 08/SE/1983 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil; 6. Surat Edaran Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor 48/SE/1990 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 Tentang Izin Perkawinan Dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil. 7. Surat (isikan pejabat yang terkait, contoh Sekretaris Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor .../..../BKD-....tanggal .....,......,......