pedodonsia

25
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada bidang kedokteran gigi ada tiga masalah utama yang banyak terjadi, yaitu karies, penyakit periodontal, dan maloklusi. Pencegahan terhadap karies dan penyakit periodontal sudah banyak dilakukan tetapi tindakan pencegahan terhadap maloklusi masih memerlukan penelitian serius. Semua elemen gigi sulung yang tanggal prematur bisa menyebabkan maloklusi, tetapi hanya gigi anterior saja yang menimbulkan maloklusi ringan. Semakin dini gigi sulung tanggal akan memberikan efek maloklusi yang semakin nyata. Efek maloklusi yang bisa timbul karena terjadinya tanggal prematur gigi sulung, yaitu : efek pada fungsi mastikasi, erupsi berlebih dari gigi antagonis, penempatan rahang bawah, ukuran lengkung geligi, dan posisi gigi permanen. Perlu dilakukan penelitian dan pendataan rata-rata waktu erupsi normal gigi-gigi permanen pada tiap ras yang ada di Indonesia sebagai pedoman waktu erupsi gigi permanen normal. Perlu diadakannya penyuluhan kepada masyarakat umum khususnya pada orang tua yang memiliki putra-putri usia masa gigi sulung dan gigi pergantian 1

Upload: m-khahfi-kejora

Post on 14-Feb-2015

423 views

Category:

Documents


20 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pedodonsia

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada bidang kedokteran gigi ada tiga masalah utama yang banyak terjadi,

yaitu karies, penyakit periodontal, dan maloklusi. Pencegahan terhadap karies dan

penyakit periodontal sudah banyak dilakukan tetapi tindakan pencegahan terhadap

maloklusi masih memerlukan penelitian serius.

Semua elemen gigi sulung yang tanggal prematur bisa menyebabkan

maloklusi, tetapi hanya gigi anterior saja yang menimbulkan maloklusi ringan.

Semakin dini gigi sulung tanggal akan memberikan efek maloklusi yang semakin

nyata. Efek maloklusi yang bisa timbul karena terjadinya tanggal prematur gigi

sulung, yaitu : efek pada fungsi mastikasi, erupsi berlebih dari gigi antagonis,

penempatan rahang bawah, ukuran lengkung geligi, dan posisi gigi permanen.

Perlu dilakukan penelitian dan pendataan rata-rata waktu erupsi normal

gigi-gigi permanen pada tiap ras yang ada di Indonesia sebagai pedoman waktu

erupsi gigi permanen normal. Perlu diadakannya penyuluhan kepada masyarakat

umum khususnya pada orang tua yang memiliki putra-putri usia masa gigi sulung

dan gigi pergantian tentang arti pentingnya keberadaan gigi sulung serta

pengetahuan dan pencegahan terjadinya tanggal prematur.

1.2 Rumusan Masalah

Perumusan masalah yang terdapat dalam laporan ini adalah berdasarkan

Skenario II Pedodonsia dalam Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan

Penyakit Dentomaksilofasial yaitu :

Skenario II

Upin, 7 tahun, datang dengan keluhan kesulitan untuk mengunyah

makanan. Setelah dilakukan pemeriksaan, terdapat gigi – gigi yang tanggal

premature pada 52, 74,75,84, 85. Hasil foto apical tampak benih gigi 34, 35, 44,

1

Page 2: Pedodonsia

dan 45 belum menembus tulang alveolar. Sedangkan benih gigi 12 tidak ada.

Pasien direncanakan untuk dilakukan perawatan pada gigi – gigi yang hilang

utnuk mengembalikan fungsi kunyahnya.

Dari skenario di atas dapat diperoleh perumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa penyebab dari gigi tanggal premature?

2. Apa dan bagaimana akibat dari gigi tanggal premature?

3. Apa penyebab dari tidak adanya benih gigi?

4. Apa dan bagaimana akibat dari tidak adanya benih gigi?

5. Bagaimana rencana perawatan pada pasien?

1.3 Tujuan

Tujuan yang dapat diperoleh dari permasalahan diatas adalah :

1. Menjelaskan penyebab dan akibat gigi tanggal prematur

2. Menjelaskan penyebab dan akibat agenisi ( tidak adanya benih gigi)

3. Menjelaskan rencana perawatan.

1.4 Mapping

2

SebabTanggal

premature

Akibat

Ada benih Tidak ada benih

Rencana perawatan

Page 3: Pedodonsia

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Perawatan pada tanggal prematur gigi sulung memerlukan perhatian dari

para klinisi sebab perawatan yang tidak baik akan memberikan pengaruh pada

perkembangan sampai remaja (Poffit dan Fieids, 1999). Tanggal prematur pada

gigi sulung dapat menyebabkan gangguan pada erupsi gigi permanen bila

didapatkan pengurangan lengkung rahang. Penanganan pada waktu yang tepat

akan mempertahankan ruang untuk gigi permanen. (Mathewson dan Primosch,

1985; Mc Donald dkk, 2004, Pinkham, 2005)

Tanggal prematur pada gigi sulung dapat terjadi pada gigi anterior

(Insisivus dan kaninus) maupun pada gigi posterior (gigi molar). Penyebab utama

terjadinya tanggal prematur pada gigi anterior adalah trauma dan karies gigi.

Trauma pada gigi insisivus sulung pada anak-anak sering terjadi karena biasanya

anak pada masa ini sedang belajar merangkak, berjalan, dan berlari, sedangkan

penyebab utama tanggal prematur gigi posterior adalah karies dan jarang

disebabkan oleh trauma (Pinkham, 2005).

3

Page 4: Pedodonsia

BAB 3. PEMBAHASAN

3.1 Gigi Tanggal Prematur

3.1.1 Penyebab

Tanggal prematur pada gigi sulung dapat terjadi pada gigi anterior

(Insisivus dan kaninus) maupun pada gigi posterior (gigi molar). Penyebab utama

terjadinya tanggal prematur pada gigi anterior adalah trauma dan karies gigi.

Trauma pada gigi insisivus sulung pada anak-anak sering terjadi karena biasanya

anak pada masa ini sedang belajar merangkak, berjalan, dan berlari, sedangkan

penyebab utama tanggal prematur gigi posterior adalah karies dan jarang

disebabkan oleh trauma (Pinkham, 2005).

3.1.2 Akibat

a. Tanggalnya gigi insisivus sulung

Pada keadaan crowded tanggalnya gigi seri susu yang karies berpengaruh

terhadap perkembangan oklusi dan penutupan ruang dapat terjadi. Bila gigi seri

sulung tanggal karena benturan maka pergeseran atau luka dari gigi pengganti

dapat terjadi.

b. Tanggalnya gigi kaninus sulung

4

Page 5: Pedodonsia

Tanggalnya gigi kaninus yang terlalu cepat dapat diikuti dengan hilangnya

ruang. Tanggalnya gigi kaninus secara dini terutama pada rahang bawah, dapat

menimbulkan resorpsi akar gigi insisivus lateralis permanent yang crowded.

Keadaan ini seringkali unilateral sehingga gigi insisivus yang crowded tergeser ke

sisi tersebut dengan disertai pergeseran garis tengah. Keadaan ini merupakan

akibat paling serius dari tanggalnya gigi kaninus sulung karena dapat

menyebabkan oklusi yang tidak simetris.

c. Tanggalnya gigi molar sulung

Tanggalnya gigi molar kedua sulung yang terlalu cepat mengakibatkan

pergerakan ke depan dari gigi molar pertama tetap yang menutupi ruang untuk

erupsi gigi premolar tetap. Tanggalnya gigi molar pertama sulung juga

menyebabkan hilangnya ruang untuk erupsi gigi premolar tetap, sebagian karena

pergeseran ke depan dari gigi belakang dan sebagian karena crowded gigi

insisivus seperti pada kaninus sulung.

3.2 Agenisi

3.2.1 Penyebab

a. Obat kemoterapi

Studi terhadap obat-obatan yang digunakan untuk penanganan kanker dan

leukemia pada masa kanak-kanak telah memperlihatkan secara konsisten bahwa

penegakkan diagnosis dan mulainya penanganan dengan obat-obatan kemoterapi

pada anak-anak <5 tahun memperlihatkan adanya kelainan perkembangan gigi.

Keparahan dari kelainan perkembangan dentofasial dan kelainan gigi sebagai

akibat penggunaan obat kemoterapi berhubungan dengan usia anak, dosis, dan

durasi terapi. Kelainan gigi yang dapat terjadi adalah : agenesis gigi, berhentinya

proses perkembangan gigi, mikrodontia, dan gangguan yang mempengaruhi

email, dentin, dan sementum. 

5

Page 6: Pedodonsia

3.2.2 Akibat

Agenisi gigi menyebabkan kurangnya stimulasi untuk perkembangan

rahang dan akan terlihat seperti pada keadaan kehilangan gigi akibat pencabutan.

Agenisi bisa mengubah oklusi dan posisi gigi melalui kelainan terhadap bentuk

gigi, posisi gigi dan pertumbuhan rahang. Kelainan pada bentuk gigi terlihat pada

gigi insisif dan gigi kaninus yang berbentuk konus, tonjolan abnormal pada gigi

premolar dan gigi molar, serta berbagai bentuk malformasi lain. Malformasi bisa

terjadi walaupun hanya ada satu gigi yang agenisi. Kadang–kadang memiliki gigi

yang lengkap tetapi terdapat mal formasi dan ada riwayat agenisi dalam keluarga.

Efek agenisi tergantung pada banyaknya jumlah gigi yang agenisi.

Seringkali hanya satu atau dua gigi sehingga efeknya minimal terutama jika

terdapat berdesakan pada rahang. Jika beberapa gigi permanen agenisi, susunan

gigi menjadi renggang dan gigi yang masih ada menjadi malposisi (Gambar 2).

Gambar 2. Akibat agenisi bilateral gigi insisif kedua

permanen rahang atas, susunan gigi menjadi renggang-renggang (Nunn dkk,2003)

6

Page 7: Pedodonsia

Biasanya penderita agenisi unilateral gigi insisif kedua permanen rahang

atas memiliki gigi insisif kedua permanen kontralateral yang berbentuk peg–

shaped atau gigi insisif kedua permanen kontralateral yang ukuran mesio–

distalnya lebih kecil dari normal. Penderita ini juga mengalami pen ingkatan

resiko terjadinya erupsi ektopik gigi kaninus permanen disebelahnya ke palatal,

dan juga menjadi lebih ke mesial dari posisi yang seharusnya. Yang paling

penting adalah garis median menjadi bergeser ke arah diastema yang terjadi

(Kennedy,1999).

Agenisi gigi premolar kedua rahang atas mengakibatkan persistensi gigi

sulung pendahulunya, yaitu gigi molar kedua sulung. Apabila dalam keadaan

baik, gigi sulung yang persistensi ini dapat berfungsi lama. Akibatnya permukaan

oklusal gigi molar kedua sulung sering berada di bawah permukaan oklusal gigi

tetangganya. Keadaan ini tidak menguntungkan karena dapat mengakibatkan

maloklusi akibat perbedaan lebar mesiodistal gigi tersebut. Agenisi gigi premolar

kedua rahang bawah akan mengakibatkan gigi yang berada di sebelah gigi

premolar kedua akan condong lebih parah dan panjang lengkung rahang bawah

menjadi berkurang, akibatnya terjadi peningkatan tumpang gigit dan jarak gigit.

Selain itu, gigi antagonis gigi premolar kedua akan mengalami erupsi yang

berlebihan ke ruangan yang kosong tersebut (Nunn dkk,2003).

3.3 Rencana Perawatan

3.3.1 Space Maintainer

A. Indikasi

Indikasi penggunaan space maintainer antara lain:

1. Apabila terjadi kehilangan gigi sulung dan gigi penggantinya belum siap erupsi

menggantikan posisi gigi sulung tersebut dan analisa ruang menyatakan masih

terdapat ruang yang memungkinkan untuk gigi permanennya.

7

Page 8: Pedodonsia

2. Jika ada kebiasaan yang buruk dari anak, misalnya menempatkan lidah di

tempat yang kosong atau menghisap bibir maka pemasangan space maintainer

ini dapat diinstruksikan sambil memberi efek menghilangkan kebiasaan buruk.

3. Adanya tanda-tanda penyempitan ruang

4. Kebersihan mulut (OH) baik.

Adapun waktu yang tepat penggunaan space maintainer adalah segera setelah

kehilangan gigi sulung. Kebanyakan kasus terjadi penutupan ruang setelah 6

bulan kehilangan gigi.

B. Kontra Indikasi

Adapun kontra indikasi space maintainer antara lain:

1. Tidak terdapat tulang alveolar yang menutup mahkota gigi tetap yang akan

erupsi.

2. Kekurangan ruang untuk erupsi gigi permanen

3. Ruangan yang berlebihan untuk gigi tetapnya erupsi

4. Kekurangan ruang yang sangat banyak sehingga memerlukan tindakan

pencabutan dan perawatan orthodonti

5. Gigi permanen penggantinya tidak ada

Pada beberapa keadaan penggunaan space maintainer tidak diaplikasikan

pada anak, yaitu:

Jika gigi yang tanggal sebelum waktunya adalah gigi insisivus decidui,

maka pemasangan space maintainer tidak perlu karena pertumbuhan daerah ini ke

arah transversal sangat laju dan pergeseran gigi-gigi kaninus ke arah mesial

hampir tidak ada.

8

Page 9: Pedodonsia

a. Jika tonjolan dan dataran inklinasi dari gigi-gigi di samping gigi yang

dicabut itu sudah mengunci sedemikian rupa sehingga pergeseran ke

arah tempat yang kosong itu sudah dengan sendirinya terhalang.

b. Jika pergeseran ke arah tempat yang kosong itu dapat memperbaiki

oklusi dari molar pertama permanen

c. Jika pergeseran ke tempat yang kosong dapat memperbaiki adanya gigi

depan yang crowded

d. Pada anak dengan usia yang masih sangat muda sehingga sulit

kerjasama dengan dokter gigi.

C. Syarat-Syarat Space Maintainer

Syarat suatu space maintainer adalah:

a. Dapat menjaga ruang dimensi proksimal

b. Tidak menggangu erupsi gigi antagonisnya

c. tidak menggangu erupsi gigi permanen

d. tidak mempengaruhi fungsi bicara, pengunyahan, dan fungsi pergerakan

mandibula

e. dapat mencegah ekstrusi gigi lawan

f. tidak memberikan tekanan abnormal pada gigi penyangga

g. tidak mengganggu jaringan lunak

h. disain yang sederhana, ekonomis dan mudah dibersihkan.

D. Macam-Macam Bentuk Space Maintainer

Ada berbagai macam tipe space maintainer, yang secara umum bisa

dikelompokkan menjadi dua katagori, lepasan dan cekat. Space maintainer

lepasan (Gambar 1.1) bisa digunakan untuk periode yang relatif singkat, biasanya

sampai 1 tahun. Space maintainer cekat (Gambar 1.2), jika didesain dengan baik,

akan tidak begitu merusak jaringan rongga mulut dibandingkan dengan space

9

Page 10: Pedodonsia

maintainer lepasan, dan kurang begitu mengganggu bagi pasien. Oleh karena itu,

alat ini dapat digunakan untuk waktu yang lebih panjang, biasanya sampai 2

tahun.

Penggunaan space maintainer yang lama dapat berdampak buruk pada

kesehatan mulut, karena itu apapun jenis space maintainer yang digunakan,

efeknya terhadap kesehatan rongga mulut perlu mendapat perhatian khusus.5

1. Space Maintainer Lepasan

Alat ini digunakan khusus bila gigi hilang dalam satu kuadran lebih dari

satu gigi. Alat lepasan ini sering merupakan satu-satunya pilihan karena tidak

adanya gigi penyangga yang sesuai untuk alat cekat. Alat ini dapat ditambahkan

gigi-gigi artificial untuk mengembalikan fungsi estetik.

Alat ini digunakan pada rahang atas maupun rahang bawah dimana telah

kehilangan gigi bilateral lebih dari satu, alat ini juga digunakan pada kasus

tanggalnya gigi M2 sulung sebelum erupsi M1 permanen. space maintainer GTS

memiliki konstruksi yang sederhana, pergerakan fungsional baik dan biaya yang

relatif murah. Pembersihan GTS dan gigi yang tepat penting untuk mengurangi

kemungkinan berkembangnya lesi karies yang baru, alat space maintainer lepasan

dari berbagai tipe tidak boleh dianjurkan untuk pasien anak yang mempunyai

masalah karies dan kebersihan mulut yang jelek. Masalah yang sering timbul dari

pemakaian alat ini adalah malasnya anak memakai alat sehingga fungsi space

maintainer tidak tercapai dan alat jarang dibersihkan sehingga menyebabkan

iritasi jaringan mulut.

2. Space Maintainer Cekat

Ada beberapa macam jenis space maintainer cekat yang sering digunakan

dalam klinik, yaitu: band-loop, Crown-loop, distal shoe, dan lingual arch.

A. Band and loop space maintainer

10

Page 11: Pedodonsia

Band and loop dirancang untuk mempertahankan ruang dari tanggalnya satu

gigi dalam satu kuadran. Alat ini digunakan pada kasus tanggalnya gigi molar satu

sulung dan molar dua sulung secara dini untuk mencegah migrasi ke mesial yang

berhubungan dengan erupsi gigi molar satu permanen, selain itu alat ini juga

digunakan pada kasus tanggalnya gigi kaninus sulung secara dini untuk mencegah

pergerakan insisivus lateral permanen.

Band and loop ini lebih disukai karena proses pembuatannya lebih mudah,

waktu kerja yang singkat, tidak perlu dilakukan anestesi terlebih dahulu untuk

pemasangan band karena tidak ada preparasi yang dilakukan pada gigi,

pengaplikasiaannya mudah dan lebih ekonomis.

Gambar 1. Band and Loop

Jenis crown loop ini biasa digunakan pada kasus:

a. gigi abutment bagian posterior mengalami karies yang luas dan

memerlukan restorasi mahkota.

b. gigi abutment pernah mendapatkan perawatan pulpa yang mana dalam

kasus mahkota perlu dilindungi secara menyeluruh.

Keuntungan:

a. konstruksinya tampak lebih ringan

b. ekonomis

c. memperbaiki fungsi kunyah

d. tidak menghalangi over erupsi gigi antagonis

11

Page 12: Pedodonsia

Gambar 2. Crown loop

B. Distal Shoe Space Maintainer

Alat ini digunakan dimana molar dua sulung hilang sebelum erupsi molar

satu permanen. Fungsinya adalah untuk menuntun erupsi dari molar pertama

permanen ke posisinya yang normal dalam lengkung rahang.

Adapun kontraindikasi dari penggunaan alat ini ialah pada pasien dengan

oral hygiene yang jelek, pada keadaan dimana hilangnya beberapa gigi sehingga

abutment akan kurang mendukung alloy yang disemen, dan kurangnya kerja sama

dari pasien dan orang tua.

Pada keadaan saat distal shoe merupakan kontra indikasi, perawatan yang

dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan alat yang removable atau cekat yang

tidak memasuki jaringan tetapi memberi tekanan pada ridge mesial molar

permanen yang belum erupsi.

C. Lingual Arch

a. Lingual arch pasif

Merupakan space maintainer pilihan setelah kehilangan banyak

gigi pada lengkung RA/RB, terutama jika insisivus permanen RB terlihat

crowded. Alat ini digunakan sebagai space maintainer bilateral cekat pada

12

Page 13: Pedodonsia

RB dan bersifat pasif karena tidak dapat diatur begitu disemen pada molar

dua sulung.

Gambar 3. Lingual Arc pasif

Adapun keuntungan dari alat ini yaitu karies gigi rendah, ekonomis, dan

adaptasi dengan pasien lebih baik.

b. Alat Nance rahang atas

Alat Nance digunakan ketika satu atau lebih molar susu tanggal

secara dini pada rahang atas. alat ini didesain seperti pada lingual arch

soldering kecuali pada bagian anterior kawat tidak menyentuh permukaan

lingual pada gigi depan atas, kawat lingual dapat mengikuti bentuk

palatum dan kawat yang digunakan berukuran 0.025 inchi.

pada penggunaan space maintainer jenis lingual arch ini pasien

harus diperiksa secara periodic untuk memastikan bahwa kawat lingual

tidak mengganggu erupsi dari gigi C dan P, serta tidak mengganggu

jaringan palatum.

13

Page 14: Pedodonsia

Gambar 4. Alat Nance

E. Desain Space Maintainer

Gambar 5. Desain Space Maintainer

1. Basis akrilik

2. Klamer Adams

3. Busur labial

14

Page 15: Pedodonsia

4. Anasir gigi

3.3.2 Gigi Tiruan

Indikasi pembuatan gigi  tiruan sebagian lepasan anak :

1.      Secara  radiografis,  mempunyai  gambaran  gigi   tetap   pengganti 

yang  diperkirakan  akan  erupsi  lebih  dari  enam  bulan.

2.      Tanggalnya gigi molar sulung secara dini, sehingga memerlukan

penahan ruang untuk perbaikan fungsi mastikasi.

3.      Gigi penyangga tidak mampu mendukung alat prostodonti cekat,

akibat adanya resorpsi akar, trauma atau karies luas yang melibatkan

pulpa.

4.      Tanggalnya gigi anterior sulung akibat trauma.

5.      Pada  kasus  tidak  adanya  gigi  secara kongenital, misalnya

oligodonsia sebagian. Oligodonsia dapat terjadi pada gigi sulung maupun

gigi tetap.

6.      Adanya celah pada palatum yang harus ditutup dengan protesa.

7.      Kehilangan gigi tetap muda akibat trauma.

8.      Pasien kooperatif,  tidak ada keluhan jika dilakukan perawatan.

9.      Usia di atas 2,5  tahun merupakan  anjuran  dan  prasyarat  untuk 

menggunakan gigi tiruan sebagian lepasan.

Kontraindikasi dalam pembuatan gigi tiruan anak:

1. Pasien yang tidak kooperatif, dapat dikatakan termasuk dalam

kelompok hysterical mind.

15

Page 16: Pedodonsia

2.  Faktor kesehatan secara umum yang tidak mendukung untuk dilakukan

perawatan.

3.  Keadaan sosial ekonomi dapat menjadi pertimbangan dalam

melanjutkan rencana perawatan.

4.  Kasus hilangnya semua gigi yang memerlukan pembuatan gigi tiruan

penuh.

5.   Dalam foto rontgen terlihat gigi pengganti yang akan erupsi.

6.   Pasien yang mengalami keterbelakangan mental akan sulit untuk

memberikan penjelasan dalam perawatan penggunaan gigi tiruan.

Keuntungan  menggunakan gigi tiruan sebagian lepasan antara lain :

1.   Mengembalikan fungsi mastikasi dan estetik.

2.   Mudah dalam membersihkan.

3.   Pasien serta orang tua pasien dapat memasang dan mengeluarkan gigi

tiruan.

4. Perawatan gigi tiruan lebih mudah, karena dapat diperbaiki mengikuti

perkembangan rahang anak.

Dampak yang merugikan pada pemakaian gigi tiruan lepasan adalah :

1.  Perawatan tergantung pada pasien dan orang tua yang kooperatif.

2.  Peningkatan akumulasi plak.

3. Penyaluran daya kunyah yang tidak seimbang.

4.  Terjadi peradangan mukosa.

16

Page 17: Pedodonsia

5.  Resorpsi tulang alveolar,  jika terjadi kontak prematur.

6.  Halitosis pada pasien yang kurang memperhatikan oral higiene yang

baik.

7.  Kelainan gigi penyangga dapat berupa gingivitis dan periodontitis.

8.  Karies dan kegoyangan pada gigi sandaran.

17

Page 18: Pedodonsia

KESIMPULAN

18

Page 19: Pedodonsia

DAFTAR PUSTAKA

Foster, T.D. 2000. Buku ajar ortodonsi. Ed 3rd. Jakarta : EGC

McDonald, Ralph.E. 1987. Dentistry for the child and adolescent. St. Louis : The

CV Mosby Company.

Sim JM. 1977. Minor tooth movement in children. Ed.3rd. St.Louis : The CV

Mosby.

Andlaw RJ, Rock WP. 1992.Perawatan Gigi Anak Edisi ke2. Jakarta: Widya

Medika

Pinkham, J.R., Casamassimo, P.S., Fields, H.W., Mctique, D.J., Nowak, A.J.

2005. Paediatric dentristry infancy through adolescence. Ed. ke-5. WB

Sunder’s Company

Gunadi, H.A. 1995. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan. Jilid 1. Jakarta: Hipokrates

19