pedodonsia
TRANSCRIPT
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada bidang kedokteran gigi ada tiga masalah utama yang banyak terjadi,
yaitu karies, penyakit periodontal, dan maloklusi. Pencegahan terhadap karies dan
penyakit periodontal sudah banyak dilakukan tetapi tindakan pencegahan terhadap
maloklusi masih memerlukan penelitian serius.
Semua elemen gigi sulung yang tanggal prematur bisa menyebabkan
maloklusi, tetapi hanya gigi anterior saja yang menimbulkan maloklusi ringan.
Semakin dini gigi sulung tanggal akan memberikan efek maloklusi yang semakin
nyata. Efek maloklusi yang bisa timbul karena terjadinya tanggal prematur gigi
sulung, yaitu : efek pada fungsi mastikasi, erupsi berlebih dari gigi antagonis,
penempatan rahang bawah, ukuran lengkung geligi, dan posisi gigi permanen.
Perlu dilakukan penelitian dan pendataan rata-rata waktu erupsi normal
gigi-gigi permanen pada tiap ras yang ada di Indonesia sebagai pedoman waktu
erupsi gigi permanen normal. Perlu diadakannya penyuluhan kepada masyarakat
umum khususnya pada orang tua yang memiliki putra-putri usia masa gigi sulung
dan gigi pergantian tentang arti pentingnya keberadaan gigi sulung serta
pengetahuan dan pencegahan terjadinya tanggal prematur.
1.2 Rumusan Masalah
Perumusan masalah yang terdapat dalam laporan ini adalah berdasarkan
Skenario II Pedodonsia dalam Blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan
Penyakit Dentomaksilofasial yaitu :
Skenario II
Upin, 7 tahun, datang dengan keluhan kesulitan untuk mengunyah
makanan. Setelah dilakukan pemeriksaan, terdapat gigi – gigi yang tanggal
premature pada 52, 74,75,84, 85. Hasil foto apical tampak benih gigi 34, 35, 44,
1
dan 45 belum menembus tulang alveolar. Sedangkan benih gigi 12 tidak ada.
Pasien direncanakan untuk dilakukan perawatan pada gigi – gigi yang hilang
utnuk mengembalikan fungsi kunyahnya.
Dari skenario di atas dapat diperoleh perumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa penyebab dari gigi tanggal premature?
2. Apa dan bagaimana akibat dari gigi tanggal premature?
3. Apa penyebab dari tidak adanya benih gigi?
4. Apa dan bagaimana akibat dari tidak adanya benih gigi?
5. Bagaimana rencana perawatan pada pasien?
1.3 Tujuan
Tujuan yang dapat diperoleh dari permasalahan diatas adalah :
1. Menjelaskan penyebab dan akibat gigi tanggal prematur
2. Menjelaskan penyebab dan akibat agenisi ( tidak adanya benih gigi)
3. Menjelaskan rencana perawatan.
1.4 Mapping
2
SebabTanggal
premature
Akibat
Ada benih Tidak ada benih
Rencana perawatan
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Perawatan pada tanggal prematur gigi sulung memerlukan perhatian dari
para klinisi sebab perawatan yang tidak baik akan memberikan pengaruh pada
perkembangan sampai remaja (Poffit dan Fieids, 1999). Tanggal prematur pada
gigi sulung dapat menyebabkan gangguan pada erupsi gigi permanen bila
didapatkan pengurangan lengkung rahang. Penanganan pada waktu yang tepat
akan mempertahankan ruang untuk gigi permanen. (Mathewson dan Primosch,
1985; Mc Donald dkk, 2004, Pinkham, 2005)
Tanggal prematur pada gigi sulung dapat terjadi pada gigi anterior
(Insisivus dan kaninus) maupun pada gigi posterior (gigi molar). Penyebab utama
terjadinya tanggal prematur pada gigi anterior adalah trauma dan karies gigi.
Trauma pada gigi insisivus sulung pada anak-anak sering terjadi karena biasanya
anak pada masa ini sedang belajar merangkak, berjalan, dan berlari, sedangkan
penyebab utama tanggal prematur gigi posterior adalah karies dan jarang
disebabkan oleh trauma (Pinkham, 2005).
3
BAB 3. PEMBAHASAN
3.1 Gigi Tanggal Prematur
3.1.1 Penyebab
Tanggal prematur pada gigi sulung dapat terjadi pada gigi anterior
(Insisivus dan kaninus) maupun pada gigi posterior (gigi molar). Penyebab utama
terjadinya tanggal prematur pada gigi anterior adalah trauma dan karies gigi.
Trauma pada gigi insisivus sulung pada anak-anak sering terjadi karena biasanya
anak pada masa ini sedang belajar merangkak, berjalan, dan berlari, sedangkan
penyebab utama tanggal prematur gigi posterior adalah karies dan jarang
disebabkan oleh trauma (Pinkham, 2005).
3.1.2 Akibat
a. Tanggalnya gigi insisivus sulung
Pada keadaan crowded tanggalnya gigi seri susu yang karies berpengaruh
terhadap perkembangan oklusi dan penutupan ruang dapat terjadi. Bila gigi seri
sulung tanggal karena benturan maka pergeseran atau luka dari gigi pengganti
dapat terjadi.
b. Tanggalnya gigi kaninus sulung
4
Tanggalnya gigi kaninus yang terlalu cepat dapat diikuti dengan hilangnya
ruang. Tanggalnya gigi kaninus secara dini terutama pada rahang bawah, dapat
menimbulkan resorpsi akar gigi insisivus lateralis permanent yang crowded.
Keadaan ini seringkali unilateral sehingga gigi insisivus yang crowded tergeser ke
sisi tersebut dengan disertai pergeseran garis tengah. Keadaan ini merupakan
akibat paling serius dari tanggalnya gigi kaninus sulung karena dapat
menyebabkan oklusi yang tidak simetris.
c. Tanggalnya gigi molar sulung
Tanggalnya gigi molar kedua sulung yang terlalu cepat mengakibatkan
pergerakan ke depan dari gigi molar pertama tetap yang menutupi ruang untuk
erupsi gigi premolar tetap. Tanggalnya gigi molar pertama sulung juga
menyebabkan hilangnya ruang untuk erupsi gigi premolar tetap, sebagian karena
pergeseran ke depan dari gigi belakang dan sebagian karena crowded gigi
insisivus seperti pada kaninus sulung.
3.2 Agenisi
3.2.1 Penyebab
a. Obat kemoterapi
Studi terhadap obat-obatan yang digunakan untuk penanganan kanker dan
leukemia pada masa kanak-kanak telah memperlihatkan secara konsisten bahwa
penegakkan diagnosis dan mulainya penanganan dengan obat-obatan kemoterapi
pada anak-anak <5 tahun memperlihatkan adanya kelainan perkembangan gigi.
Keparahan dari kelainan perkembangan dentofasial dan kelainan gigi sebagai
akibat penggunaan obat kemoterapi berhubungan dengan usia anak, dosis, dan
durasi terapi. Kelainan gigi yang dapat terjadi adalah : agenesis gigi, berhentinya
proses perkembangan gigi, mikrodontia, dan gangguan yang mempengaruhi
email, dentin, dan sementum.
5
3.2.2 Akibat
Agenisi gigi menyebabkan kurangnya stimulasi untuk perkembangan
rahang dan akan terlihat seperti pada keadaan kehilangan gigi akibat pencabutan.
Agenisi bisa mengubah oklusi dan posisi gigi melalui kelainan terhadap bentuk
gigi, posisi gigi dan pertumbuhan rahang. Kelainan pada bentuk gigi terlihat pada
gigi insisif dan gigi kaninus yang berbentuk konus, tonjolan abnormal pada gigi
premolar dan gigi molar, serta berbagai bentuk malformasi lain. Malformasi bisa
terjadi walaupun hanya ada satu gigi yang agenisi. Kadang–kadang memiliki gigi
yang lengkap tetapi terdapat mal formasi dan ada riwayat agenisi dalam keluarga.
Efek agenisi tergantung pada banyaknya jumlah gigi yang agenisi.
Seringkali hanya satu atau dua gigi sehingga efeknya minimal terutama jika
terdapat berdesakan pada rahang. Jika beberapa gigi permanen agenisi, susunan
gigi menjadi renggang dan gigi yang masih ada menjadi malposisi (Gambar 2).
Gambar 2. Akibat agenisi bilateral gigi insisif kedua
permanen rahang atas, susunan gigi menjadi renggang-renggang (Nunn dkk,2003)
6
Biasanya penderita agenisi unilateral gigi insisif kedua permanen rahang
atas memiliki gigi insisif kedua permanen kontralateral yang berbentuk peg–
shaped atau gigi insisif kedua permanen kontralateral yang ukuran mesio–
distalnya lebih kecil dari normal. Penderita ini juga mengalami pen ingkatan
resiko terjadinya erupsi ektopik gigi kaninus permanen disebelahnya ke palatal,
dan juga menjadi lebih ke mesial dari posisi yang seharusnya. Yang paling
penting adalah garis median menjadi bergeser ke arah diastema yang terjadi
(Kennedy,1999).
Agenisi gigi premolar kedua rahang atas mengakibatkan persistensi gigi
sulung pendahulunya, yaitu gigi molar kedua sulung. Apabila dalam keadaan
baik, gigi sulung yang persistensi ini dapat berfungsi lama. Akibatnya permukaan
oklusal gigi molar kedua sulung sering berada di bawah permukaan oklusal gigi
tetangganya. Keadaan ini tidak menguntungkan karena dapat mengakibatkan
maloklusi akibat perbedaan lebar mesiodistal gigi tersebut. Agenisi gigi premolar
kedua rahang bawah akan mengakibatkan gigi yang berada di sebelah gigi
premolar kedua akan condong lebih parah dan panjang lengkung rahang bawah
menjadi berkurang, akibatnya terjadi peningkatan tumpang gigit dan jarak gigit.
Selain itu, gigi antagonis gigi premolar kedua akan mengalami erupsi yang
berlebihan ke ruangan yang kosong tersebut (Nunn dkk,2003).
3.3 Rencana Perawatan
3.3.1 Space Maintainer
A. Indikasi
Indikasi penggunaan space maintainer antara lain:
1. Apabila terjadi kehilangan gigi sulung dan gigi penggantinya belum siap erupsi
menggantikan posisi gigi sulung tersebut dan analisa ruang menyatakan masih
terdapat ruang yang memungkinkan untuk gigi permanennya.
7
2. Jika ada kebiasaan yang buruk dari anak, misalnya menempatkan lidah di
tempat yang kosong atau menghisap bibir maka pemasangan space maintainer
ini dapat diinstruksikan sambil memberi efek menghilangkan kebiasaan buruk.
3. Adanya tanda-tanda penyempitan ruang
4. Kebersihan mulut (OH) baik.
Adapun waktu yang tepat penggunaan space maintainer adalah segera setelah
kehilangan gigi sulung. Kebanyakan kasus terjadi penutupan ruang setelah 6
bulan kehilangan gigi.
B. Kontra Indikasi
Adapun kontra indikasi space maintainer antara lain:
1. Tidak terdapat tulang alveolar yang menutup mahkota gigi tetap yang akan
erupsi.
2. Kekurangan ruang untuk erupsi gigi permanen
3. Ruangan yang berlebihan untuk gigi tetapnya erupsi
4. Kekurangan ruang yang sangat banyak sehingga memerlukan tindakan
pencabutan dan perawatan orthodonti
5. Gigi permanen penggantinya tidak ada
Pada beberapa keadaan penggunaan space maintainer tidak diaplikasikan
pada anak, yaitu:
Jika gigi yang tanggal sebelum waktunya adalah gigi insisivus decidui,
maka pemasangan space maintainer tidak perlu karena pertumbuhan daerah ini ke
arah transversal sangat laju dan pergeseran gigi-gigi kaninus ke arah mesial
hampir tidak ada.
8
a. Jika tonjolan dan dataran inklinasi dari gigi-gigi di samping gigi yang
dicabut itu sudah mengunci sedemikian rupa sehingga pergeseran ke
arah tempat yang kosong itu sudah dengan sendirinya terhalang.
b. Jika pergeseran ke arah tempat yang kosong itu dapat memperbaiki
oklusi dari molar pertama permanen
c. Jika pergeseran ke tempat yang kosong dapat memperbaiki adanya gigi
depan yang crowded
d. Pada anak dengan usia yang masih sangat muda sehingga sulit
kerjasama dengan dokter gigi.
C. Syarat-Syarat Space Maintainer
Syarat suatu space maintainer adalah:
a. Dapat menjaga ruang dimensi proksimal
b. Tidak menggangu erupsi gigi antagonisnya
c. tidak menggangu erupsi gigi permanen
d. tidak mempengaruhi fungsi bicara, pengunyahan, dan fungsi pergerakan
mandibula
e. dapat mencegah ekstrusi gigi lawan
f. tidak memberikan tekanan abnormal pada gigi penyangga
g. tidak mengganggu jaringan lunak
h. disain yang sederhana, ekonomis dan mudah dibersihkan.
D. Macam-Macam Bentuk Space Maintainer
Ada berbagai macam tipe space maintainer, yang secara umum bisa
dikelompokkan menjadi dua katagori, lepasan dan cekat. Space maintainer
lepasan (Gambar 1.1) bisa digunakan untuk periode yang relatif singkat, biasanya
sampai 1 tahun. Space maintainer cekat (Gambar 1.2), jika didesain dengan baik,
akan tidak begitu merusak jaringan rongga mulut dibandingkan dengan space
9
maintainer lepasan, dan kurang begitu mengganggu bagi pasien. Oleh karena itu,
alat ini dapat digunakan untuk waktu yang lebih panjang, biasanya sampai 2
tahun.
Penggunaan space maintainer yang lama dapat berdampak buruk pada
kesehatan mulut, karena itu apapun jenis space maintainer yang digunakan,
efeknya terhadap kesehatan rongga mulut perlu mendapat perhatian khusus.5
1. Space Maintainer Lepasan
Alat ini digunakan khusus bila gigi hilang dalam satu kuadran lebih dari
satu gigi. Alat lepasan ini sering merupakan satu-satunya pilihan karena tidak
adanya gigi penyangga yang sesuai untuk alat cekat. Alat ini dapat ditambahkan
gigi-gigi artificial untuk mengembalikan fungsi estetik.
Alat ini digunakan pada rahang atas maupun rahang bawah dimana telah
kehilangan gigi bilateral lebih dari satu, alat ini juga digunakan pada kasus
tanggalnya gigi M2 sulung sebelum erupsi M1 permanen. space maintainer GTS
memiliki konstruksi yang sederhana, pergerakan fungsional baik dan biaya yang
relatif murah. Pembersihan GTS dan gigi yang tepat penting untuk mengurangi
kemungkinan berkembangnya lesi karies yang baru, alat space maintainer lepasan
dari berbagai tipe tidak boleh dianjurkan untuk pasien anak yang mempunyai
masalah karies dan kebersihan mulut yang jelek. Masalah yang sering timbul dari
pemakaian alat ini adalah malasnya anak memakai alat sehingga fungsi space
maintainer tidak tercapai dan alat jarang dibersihkan sehingga menyebabkan
iritasi jaringan mulut.
2. Space Maintainer Cekat
Ada beberapa macam jenis space maintainer cekat yang sering digunakan
dalam klinik, yaitu: band-loop, Crown-loop, distal shoe, dan lingual arch.
A. Band and loop space maintainer
10
Band and loop dirancang untuk mempertahankan ruang dari tanggalnya satu
gigi dalam satu kuadran. Alat ini digunakan pada kasus tanggalnya gigi molar satu
sulung dan molar dua sulung secara dini untuk mencegah migrasi ke mesial yang
berhubungan dengan erupsi gigi molar satu permanen, selain itu alat ini juga
digunakan pada kasus tanggalnya gigi kaninus sulung secara dini untuk mencegah
pergerakan insisivus lateral permanen.
Band and loop ini lebih disukai karena proses pembuatannya lebih mudah,
waktu kerja yang singkat, tidak perlu dilakukan anestesi terlebih dahulu untuk
pemasangan band karena tidak ada preparasi yang dilakukan pada gigi,
pengaplikasiaannya mudah dan lebih ekonomis.
Gambar 1. Band and Loop
Jenis crown loop ini biasa digunakan pada kasus:
a. gigi abutment bagian posterior mengalami karies yang luas dan
memerlukan restorasi mahkota.
b. gigi abutment pernah mendapatkan perawatan pulpa yang mana dalam
kasus mahkota perlu dilindungi secara menyeluruh.
Keuntungan:
a. konstruksinya tampak lebih ringan
b. ekonomis
c. memperbaiki fungsi kunyah
d. tidak menghalangi over erupsi gigi antagonis
11
Gambar 2. Crown loop
B. Distal Shoe Space Maintainer
Alat ini digunakan dimana molar dua sulung hilang sebelum erupsi molar
satu permanen. Fungsinya adalah untuk menuntun erupsi dari molar pertama
permanen ke posisinya yang normal dalam lengkung rahang.
Adapun kontraindikasi dari penggunaan alat ini ialah pada pasien dengan
oral hygiene yang jelek, pada keadaan dimana hilangnya beberapa gigi sehingga
abutment akan kurang mendukung alloy yang disemen, dan kurangnya kerja sama
dari pasien dan orang tua.
Pada keadaan saat distal shoe merupakan kontra indikasi, perawatan yang
dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan alat yang removable atau cekat yang
tidak memasuki jaringan tetapi memberi tekanan pada ridge mesial molar
permanen yang belum erupsi.
C. Lingual Arch
a. Lingual arch pasif
Merupakan space maintainer pilihan setelah kehilangan banyak
gigi pada lengkung RA/RB, terutama jika insisivus permanen RB terlihat
crowded. Alat ini digunakan sebagai space maintainer bilateral cekat pada
12
RB dan bersifat pasif karena tidak dapat diatur begitu disemen pada molar
dua sulung.
Gambar 3. Lingual Arc pasif
Adapun keuntungan dari alat ini yaitu karies gigi rendah, ekonomis, dan
adaptasi dengan pasien lebih baik.
b. Alat Nance rahang atas
Alat Nance digunakan ketika satu atau lebih molar susu tanggal
secara dini pada rahang atas. alat ini didesain seperti pada lingual arch
soldering kecuali pada bagian anterior kawat tidak menyentuh permukaan
lingual pada gigi depan atas, kawat lingual dapat mengikuti bentuk
palatum dan kawat yang digunakan berukuran 0.025 inchi.
pada penggunaan space maintainer jenis lingual arch ini pasien
harus diperiksa secara periodic untuk memastikan bahwa kawat lingual
tidak mengganggu erupsi dari gigi C dan P, serta tidak mengganggu
jaringan palatum.
13
Gambar 4. Alat Nance
E. Desain Space Maintainer
Gambar 5. Desain Space Maintainer
1. Basis akrilik
2. Klamer Adams
3. Busur labial
14
4. Anasir gigi
3.3.2 Gigi Tiruan
Indikasi pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan anak :
1. Secara radiografis, mempunyai gambaran gigi tetap pengganti
yang diperkirakan akan erupsi lebih dari enam bulan.
2. Tanggalnya gigi molar sulung secara dini, sehingga memerlukan
penahan ruang untuk perbaikan fungsi mastikasi.
3. Gigi penyangga tidak mampu mendukung alat prostodonti cekat,
akibat adanya resorpsi akar, trauma atau karies luas yang melibatkan
pulpa.
4. Tanggalnya gigi anterior sulung akibat trauma.
5. Pada kasus tidak adanya gigi secara kongenital, misalnya
oligodonsia sebagian. Oligodonsia dapat terjadi pada gigi sulung maupun
gigi tetap.
6. Adanya celah pada palatum yang harus ditutup dengan protesa.
7. Kehilangan gigi tetap muda akibat trauma.
8. Pasien kooperatif, tidak ada keluhan jika dilakukan perawatan.
9. Usia di atas 2,5 tahun merupakan anjuran dan prasyarat untuk
menggunakan gigi tiruan sebagian lepasan.
Kontraindikasi dalam pembuatan gigi tiruan anak:
1. Pasien yang tidak kooperatif, dapat dikatakan termasuk dalam
kelompok hysterical mind.
15
2. Faktor kesehatan secara umum yang tidak mendukung untuk dilakukan
perawatan.
3. Keadaan sosial ekonomi dapat menjadi pertimbangan dalam
melanjutkan rencana perawatan.
4. Kasus hilangnya semua gigi yang memerlukan pembuatan gigi tiruan
penuh.
5. Dalam foto rontgen terlihat gigi pengganti yang akan erupsi.
6. Pasien yang mengalami keterbelakangan mental akan sulit untuk
memberikan penjelasan dalam perawatan penggunaan gigi tiruan.
Keuntungan menggunakan gigi tiruan sebagian lepasan antara lain :
1. Mengembalikan fungsi mastikasi dan estetik.
2. Mudah dalam membersihkan.
3. Pasien serta orang tua pasien dapat memasang dan mengeluarkan gigi
tiruan.
4. Perawatan gigi tiruan lebih mudah, karena dapat diperbaiki mengikuti
perkembangan rahang anak.
Dampak yang merugikan pada pemakaian gigi tiruan lepasan adalah :
1. Perawatan tergantung pada pasien dan orang tua yang kooperatif.
2. Peningkatan akumulasi plak.
3. Penyaluran daya kunyah yang tidak seimbang.
4. Terjadi peradangan mukosa.
16
5. Resorpsi tulang alveolar, jika terjadi kontak prematur.
6. Halitosis pada pasien yang kurang memperhatikan oral higiene yang
baik.
7. Kelainan gigi penyangga dapat berupa gingivitis dan periodontitis.
8. Karies dan kegoyangan pada gigi sandaran.
17
KESIMPULAN
18
DAFTAR PUSTAKA
Foster, T.D. 2000. Buku ajar ortodonsi. Ed 3rd. Jakarta : EGC
McDonald, Ralph.E. 1987. Dentistry for the child and adolescent. St. Louis : The
CV Mosby Company.
Sim JM. 1977. Minor tooth movement in children. Ed.3rd. St.Louis : The CV
Mosby.
Andlaw RJ, Rock WP. 1992.Perawatan Gigi Anak Edisi ke2. Jakarta: Widya
Medika
Pinkham, J.R., Casamassimo, P.S., Fields, H.W., Mctique, D.J., Nowak, A.J.
2005. Paediatric dentristry infancy through adolescence. Ed. ke-5. WB
Sunder’s Company
Gunadi, H.A. 1995. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan. Jilid 1. Jakarta: Hipokrates
19