pedang_kunang-kunang,_sd_liong_tmt.pdf

981

Upload: yudirwan-tanjung

Post on 26-Jan-2016

215 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf
Page 2: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

2

Karya SD. Liong

JILID 1

BADAI PRAHARA yang melanda gunung Yausantetap tak kuasa menahan sesosok tubuh yang pesatmendaki ke puncak. Tiba di puncak, ia berhenti dimukasebuah gedung kuna yang besar. Dari pancaran kilatyang memecah kepekatan malam, tampak orang itubertubuh gagah. Menyelip pedang di pinggang danmenyanggul sebuah kantung kulit dibahunya. Yangmengherankan, kepala dan mukanya tertutup sebuahkedok hitam yang hanya berlubang pada bagian matadan mulut.

Gedung itu sebuah bangunan kuna, besar danmegah. Disekelilingnya dijaga, ketat oleh berpuluh-puluhorang suku Yau, siap dengan alat supit beracun.

Sejenak berhenti, orang berkedok itu lanjutkan larinyamasuk kedalam gedung, berpuluh-puluh penjaga orangYau, serta merta memberi hormat dan membiarkannyamasuk.

„Yah .......!” secepat masuk kedalam gedung orang itusegera berseru.

Dari nadanya, menandakan dia masih muda. Tiraiyang menutup dinding ruang tersingkap. Tampakbeberapa orang Yau tegak dikanan kiri sebuah kursi

Page 3: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

3

yang diduduki seorang lelaki tua. Wajahnya berwibawa,tubuh tinggi besar sehingga dalam keadaan duduk,tingginya tak kurang dan satu setengahmeter! Diamengenakan pakaian yang aneh sekali. Sebuah jubahpanjang dari kulit harimau, membungkus dari ujung kakisampai keleher. Bagian kepala dan muka yang kelihatanitu, ditumbuhi rambut, kumis dan jenggot panjangberwarna merah. Orang berkedok tadi cepat majumemberi bormat.

“Gak Luil” seru orang tua itu dengan keras.

“Ya !”

“Bagaimana hasilmu turun gunung kali ini.”

“Bagus sekali, yah. Setiap kugunakan satu jurus saja,pedang musuh tentu sudah dapat kupapas kutung. Takkurang dari 100 batang kutungan pedang, kubawapulang, yah”

“Cukup banyak ! Lekas keluarkanlah!”

“Baik,!” sahut pemuda berkedok itu. Sekali bahunyamengendap, kantong kulit bergemerincingan jatuhmenumpah kelantai. Isinya berpuluh-puluh batangkutungan ujung pedang yang rata sepanjang jari tangan........

Pemuda bertopeng itu menjemput sebatang ujungpedang tipis lalu diunjukkan kehadapan siorang tuaaneh. Mata orang tua aneh itu berkilat-kilat memandangkutungan pedang itu, lalu berseru: „Balikkan sebelahnya”Pemuda itu mengia-kan. la membalikkan ujung pedangkutung itu, agar kelihatan bagian sebelahnya.

“Bukan !” seru orang tua itu.

“Kuambil yang lainnya” kata pemuda itu serayamenjemput sebatang kutungan ujung pedang lainnya.

Page 4: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

4

“Lebih2 bukan tjuma sekali “

“Ya, ya! Kuganti yang lain lagi!” seru pemuda ituseraya mengambil kutungan pedang lainnya. Namunsatu demi satu, pemuda itu mengunjukkan kutunganpedang yang dibawanya, tetap orang tua aneh itumengatakan bukan atau salah. Dalam beberapa kejab,100 batang kutungan ujung pedang telah ditunjukkan danditolak oleh orang tua aneh itu. Wajah orang tua aneh itumemandang setiap ujung pedang yang diperlihatkankehadapannya dengan penuh ketegangan. Wajahnyaberobah-robah. Sesaat tampak berputus asa, sesaat lagimengerut kecewa dan, akhirnya mendengus rawan.Huak ...... se-konyong2 ia muntah darah dan terjungkaldari kursinya.

“Yah ...... !” Gak Lui menjerit ngeri demi melihatkeadaan ayahnya. Seketika ia rasakan sendi-senditulangnya lemas lunglai. Ayah, yang sejak ia kecil sampaidewasa, belum pernah menggendong bahkanmenjamahnya sekalipun tidak pernah, ternyata oh .......ternyata ...... seorang buntung. Kedua lengannya, sampaikebatas bahu hilang. Kedua kakinya sampai kebataspaha, lenyap. Hanya badan dan kepala saja yang masihada. Ajahku ternyata seorang manusia yang tinggalbumbung badan saja ............

Karena terjungkal dari kursi, ia jatuh kelantai dan takdapat bangun. Gak Lui cepat menubruk ayahnya,memeluk dan mulai memberi pertolongan dengan meng-urut2 jalan darahnya.

Beberapa saat kemudian, dapatlah ayahnya itutersadar. Sesaat membuka mata, orang tua cacad itusegera mengingau, memaki-maki dirinya sendiri: „Hari inibarulah terbuka mataku........ kepandaianmu ternyata ....masih terpaut jauh sekali .......ah, akulah ....... yang

Page 5: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

5

salah........... !”

“Yah, mengapa engkau bersalah?”

“Karena tak seharusnya kusuruh engkau turungunung!”

“Mengapa?” Gak Lui makin heran.

“Karena bukan saja engkau tak berhasil, malahmemperbanyak musuh2 yang sakti”

“Tetapi mereka dapat kukalahkan dengan satu jurussaja. Apakah mereka layak dianggap musuh sakti?Bahkan beberapa jago ............”

“Siapa?” tukas orang tua buntung itu.

“Imam Hwat Lui dari partai Bu-tong-pay, Gan Wi daripartai Kong- tong-pay dan masih banyak lagi kalaukusebutkan”

“Mereka bukan termasuk tokoh yang benar2 sakti,Hm......., janganlah kau terlalu membanggakan dirikarena dapat memapas kutung pedang lawan-lawanmuitu. Karena tak tahu ilmu permainan pedang sejurus yangkau yakinkan selama 10-an tahun itu, maka kalahlahmereka. Tetapi coba engkau bertemu dengan musuhyang dapat melayani sampai seratus-duaratus jurus,masakan engkau masih dapat pulang kemari !”

“Yah, apakah benar kepandaianku sekarang inimasih belum mcmadai?” tanya Gak Lui.

“Menilik caramu mengurut jalandarah danmenyalurkan tenaga- dalam tadi, memang begitulahkeadaanmu!”

Tergetarlah hati Gak Lui karena dilanda kecewa yangbenar. Serunya: „Ah, Gak Lui memang pantas dibunuhkarena telah menyia-nyiakan jerih payah ayah selama

Page 6: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

6

belasan tahun......” Tiba2 orang tua itu tersenyum rawan.

“Bukan salahmu Lui,” ujarnya tetapi karena salahdiriku yang sudah tak bertangan dan berkaki ini sehinggatak dapat mengajarmu seperti mestinya. Delapan belastahun lamanya, engkau kusuruh menderita menerimapelajaranku .... “

“Tetapi aku akan berlatih lebih keras lagi. yah”

“Ah, percuma,” orang tua itu menghela napas, „jikatak mendapat guru yang benar2 sakti, percuma sajasegala jerih payahmu belajar ilmu kesaktian!”

“Jika ayah mengidinkan, aku akan mencari seorangguru yang sakti.”

“Ah, sayang sekali. Beberapa sahabatku lama, tentusudah banyak yang meninggal dunia. Tetapi jika engkauhendak mencari guru .... hanya ada seorang saja .......”

“Siapa, yah?”

“Li Liong-ci bergelar si Maharaja!”

“Bagaimanakah kesaktiannya?”

“Tatkala baru berumur 19 tahun, dia sudah dapatmengalahkan tokoh2 sakti dari Tujuh partai persilatanbesar. Membasmi 5 Durjana yang menggangguketenteraman dunia persilatan. Menurut penilaian umum,dia merupakan tokoh yang tiada tandingannya diduniapersilatan!”

“Apakah cianpwae itu masih hidup?”

“Tahun ini, dia baru berusia 40-an, sudah tentu masihhidup.”

“Kalau begitu tentu dapat kucarinya”

“Jika dapat diketemukan, Empat Pedang dari Busan,

Page 7: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

7

tak sampai ....” kemarahan orangtua itu meluap hinggatak sadarkan diri ia telah kelepasan omong,membocorkan rahasia peribadinya yang dipendamselama beberapa tahun.

Walaupun orang tua itu cepat hentikan ucapannya,tetapi Gak Lui sudah terlanjur mendengar.

Page 8: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

8

“Yah, siapakah Empat Pedang gunung Busan itu?”serunya terkejut.

“Tiba2 wajah orang tua itu berobah bengis,bentaknya: „persetan dengan obrolan kosong EmpatPedang atau Lima Pedang “ Tetapi jelas Gak Luimemperhatikan wajah ayahnya tampak tegang dan lesu.Dia makin tertarik dan mendesak: „Tetapi tadi ayahsendlri yang mengatakan, jangan membohongi aku........Ayah!”

Orangtua aneh itu tetap tak mau mengatakan.

Tiba2 halilintar meletus diangkasa. Bumi serasatergetar keras. la rasakan dadanya ikut berombak karenadarahnya bergolak keras. Ah......, ia menyadari bahwamalaekat Elmaut tak lama tentu akan menjemputnya. lagerenyutkan geraham dan dengan kuatkan hatiditatapnya Gak Lui. Lalu menghela napas: „Ah.......,memang aku bohong kepadamu bahkan bukan hanyakali ini saja!”

“Yah ... ? “ Gak Luil menjerit kaget.

“Pertama-tama yang akan kuberitahukan kepadamu.......”

“Apa..... yah?” Gak Lui makin tegang.”.

“Aku BUKAN ayahmu !” Seketika menggigillah tubuhGak Lui mendengar ucapan ayahnya itu. Dengan nadatenang dan dingin, orangtua itu balas bertanya:

“Kalau aku mempunyai bukti, engkau mau percayaatau tidak?”

“Ini ....... ini .........!”

“Sejak kecil engkau kusuruh pakai kedok. Apasebabnya ? Karena ...... karena aku takut...... teringat

Page 9: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

9

pada....... ayahmu! Dan mengapa selama ini aku takpernah menggendongmu, karena .... hatiku merasabersalah....... “

“Tidak membopong aku karena tangan....... takleluasa! Memberi kedok pada mukaku, mungkin untukmenjaga jangan sampai .... musuh mengetahui “ tukasGak Lui. Sanggahan itu diucapkan dengan lantangseolah-olah hendak menumpahkan isi hatinya.

Airmata orang tua itu berderai-derai membasahikedua pipinya. Dengan menggigit gigi erat2 ia berkatapula: „Sekalipun engkau dapat menebak tepat yangseparoh bagian tetapi salah dengan bukti yang kumiliki.Bukti peninggalan ibumu .........”

“Apakah itu “ Gak Lui memekik.

“Surat bertulis darah “

“Di ....... dimana?”

“Di bajuku, ambillah sendiril”

DENGAN TEGANG Gak Lui segera merabah-rabahbaju orangtua itu. Akhirnya ia menemukan sehelaipakaian bayi. Pakaian baji itu bertulis darah yang sudahmenghitam dan berbunyi:

“Bayi ini bernama Gak Lui. Barang siapa kasihan,harap dipungut sebagai anak ..........

“Ibu .......!” seketika menjeritlah Gak Lui dan rubuhpingsan. Entah berselang berapa lama, setelah ditolongbeberapa orang Yau, Gak Lui dapat siuman. Lalu dengannada rawan2 pilu ia bertanya kepada orangtua aneh itu:„Gihu, siapakah ayah dan ibu kandungku.......?''

“Akan kuberitahukan tetapi engkau harus mentaatisebuah hal”

Page 10: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

10

“Jangankan hanya sebuah, seribu buah perintahpunaku akan melaksanakan pesan gihu!” kata Gak Lui. Sejakmengetahui orangtua itu bukan ayah kandungnya, GakLui berganti memanggil Gihu atau ayah angkat.

“Simpanlah dahulu janjimu itu. Sekarangdengarkanlah. Aku hendak memberitahu ibumu .........”

“Siapa nama ibuku ......?”

“Tio Yok-ceng !”

“Sekarang dimana?”

“Tak ketahuan rimbanya, entah masih hidup entahsudah mati.”

“Apak ciri-ciri-nya...?”

“Aku tak tahu, yang kuketaltui dia seorang gadis yanggemar belajar ilmu sastera. tidak suka ilmu silat!”

“Lalu ayahku ......?”

“Tokoh pertama dari Empat Pedang Busan. BernamaGak Tiang- beng bergelar Pedang Malaekat.

“Apakah beliau masih hidup?”

“Kuyakin dia sudah tiada di dunia lagi.......!”

“Kalau begitu, gihu tentulah ........ “

“Aku .... aku ..... aku sungguh menyesal sekalikepada ayahmu. Tak usah diungkit lagi!”

“Merawat merupakan budi sebesar langit. Aku harusmengetahui!” Gak Lui berseru keras.

“Aku merupakan tokoh Empat Pedang yang palingbuncit, bernama Ji Ki-tek dengan gelar si Pedang Laknat!”

Page 11: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

11

“Dan siapakah paman guru yang masih dua orangitu?''

“Paman gurumu yang kedua adalah Ho Tiong-ing siPedang Iblis, sedang yang ketiga adalah seorangwanita.... Bibi gurumu itu bernama Li Siok-gim bergelarPedang Bidadari. Sedang nama2 Malaekat, Iblis,Bidadari dan Laknat itu merupakan empat serangkai jagopedang dari gunung Busan.”

“Apakah kedua beliau itu juga ........ ?”

“Jika tidak meninggal tentu sudah menjadi orangcacad......!” sahut siorang tua aneh.

“Huahkkk .......!,” tiba2 Gak Lui muntah darah. Rasapilu dan geram bercampur aduk mengoyak dadanya.Namun ia menggerenyutkan gigi dan bertanya:„Siapakah musuh itu....?”

“Entahlah!.” Jawaban itu membuat Gak Lui terbeliak.Se runya menegas: „Gihu telah menderita luka amatparah, masakan tak dapat mengetahui siapa musuh gihuitu?”

“Aku diserang oleh empat orang yang mengenakankerudung muka hitam. Benar2 aku tak dapat melihatwajah mereka.”

“Masakan Empat Pedang Busan tak mampumenghadapi gerombolan orang bertopeng itu?”

“Ah .... jika Empat Pedang tak bercerai, tak mungkinorang berani menyerang!”

“Jadi, Empat Pedang itu diserang secara terpisah-pisah ......”

“Jangan memutus dulu, dengarkan aku bercerita daripermulaan. Lebih dulu hendak kututurkan tentang

Page 12: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

12

suasana perguruanku.......” Gak Lui menumpahkanseluruh perhatian untuk rnendengarkan.

“Sebenarnya bermula kami berempat ini tak salingmengenal. Dan masing2 mempunyai kepandaiansendiri2. Tetapi pada 30 tahun berselang, kami berempattelah diambil oleh Busan It-ho. Karena kami berempatsebelumnya memang sudah memiliki ilmu kepandaianmaka guru Busan It-ho menurunkan pelajaran tanpaikatan guru dengan murid. Tanpa membedakan namadan asal.”

“Masakan sebelumnya kakek guru, tak punyaseorang muridpun.......!”

“Seumur hidup beliau hanya menerima seorangmurid.”

“Lalu paman guru itu ......?”

“Aku tak tahu namanya dan tak pernah melihatwajahnya. Yang kuketahui, murid itu sudah diusir olehguru dan tak boleh menggunakan ilmu pelajaran silatajaran guru untuk selama- lamanya!”

“Oh....!”

“Takut kalau murid itu kelak akan melakukankejahatan, maka guru telah mengambil kami berempatuntuk diberi pelajaran. Agar kelak kami, dapatmenundukkan murid itu. Setelah menurunkankepandaiannya, beliaupun menutup mata. Kemudiankami beranai-ramai mencari murid murtad itu. Asal diatetap menggunakan ajaran dari guru, segera akan kamiberantas!”

“Lalu apakah dapat bertemu?” tanya Gak Lui.

“Selama 10 tahun didunia persilatan tak terdapatorang yang menggunakan ilmu ajaran dari perguruan

Page 13: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

13

Busan. Kebalikannya kami Empat Pedang telahtertimpah suatu peristiwa yang tak tersangka-sangka....... “

“Peristiwa apakah itu?”

“Bibi gurumu Si Pedang Bidadari Li Siok-gim semulaoleh guru, telah ditunangkan dengan paman gurumuyang kedua Pedang Iblis Ko Tiong-ing. Tetapi ternyatabibi gurumu itu lebih mesra hubungannya dengan,ayahmu ....”

“Karena itu paman guru kedua marah'' sambut GakLui.

“Tidak.... !”

“Masakan ayahku ...... “

“Juga tidak......!” sahut orangtua aneh itu cepat2.

“Ini ...... benar2.aku tak mengerti.”

“Paman guru keduamu, menganggap tindakan gurumenetapkan perjodohan itu terlalu ter-gesa2. Dan lagibibi guru dan ayahmu itu benar2 merupakan sejoli yangpantas sekali. Oleh karena itu dengan dada lapang,paman guru keduamu rela membatalkan talipertunangan. Tetapi ayahmu ternyata juga seorang lelakiperwira. Ia anggap perintah guru tak boleh dilanggar.Pula ia tak mau merampas Cinta orang lain. Maka diapun menolak maksud paman guru keduamu. Sedang bibigurumu terombang ambing diantara perintah gurudengan suara hatinya. Aku ...... aku.....”

“Gihu bagaimana....?”

“Aku menyetujui tindakan paman guru keduamu.Karena ayahmu bersikeras menolak, maka timbullahperselisihan hebat. Kumaki ayahmu sebagai lelaki yang

Page 14: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

14

tak bertanggung jawab pada cinta yang suci......!”

“Lalu...?”

“Karena malu ditolak cintanya, bibi gurumu marahdan pulang kekampung halamannya. Paman gurumuyang keduapun menghilang tiada ketahuan jejaknya.Ayahmupun pulang kedesanya sedang aku mengembarakegunung Yausan sini untuk membasmi binatang buastetapi akhirnya aku dipuja dan diangkat mereka sebagaiSin-beng....!” Sin-beng artinya malaekat.

“Lalu bagaimana dengan ibuku...?”

“Ayahmu adalah putera tunggal dari ketuarga Gak.Dia harus mempunyai keturunan penyambungkeluarganya. Maka menikahlah ia dengan Ibumu.Setahun kemudian, lahirlah engkau didunia. Beberapabulan kemudian lalu timbul peristiwa yang mencurigakanitu!”

“peristiwa mencurigakan ..... ?” Gal Lui mengulangkata2 itu.

“Lalu.....?” Wajah Pedang Laknat Ji Ki-tek itumenebar merah. Semangatnya tampak agak baik. Diam2Gak Lui bersukur dulam hati karena mengira ayahangkatnya itu makin baik keadaannya.

“Sejak berpisah pada 20 tahun yang lampau,”Pedang Laknat mulai menutur lagi, „tepat pada masaitulah si Maharaja Li Leng-ci sedang menumpas LimaDurjana dunia persilatan. Tugas untuk mengikis habisgerombolan orang jahat lain-lainnya dibebankan pada ke7 Partai persilatan. Tetapi selama gerakan ituberlangsung, dalam satu dua tahun itu, bebanapa tokohpersilatan yang ternama telah hilang tanpa bekassehingga menimbulkan kegelisahan dan kecurigaan

Page 15: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

15

masing2 partai persilatan.”

“Masakan Li cianpwe diam saja ?”

“Sejak menumpas kelima durjana itu, dia lalumengundurkan diri dari dunia persilatan. Walaupunmasih terdengar desas-desus tentang dirinya tetapi tiadaseorangpun tahu dimana keberadaanya. Pada saatpartai2 persilatan itu kebingungan, tiba2 ayahmumenemukan suatu rahasia. Segera dia suruh suhengmuGak Ci kegunung Yausan sini memanggil aku.”

“Gak suheng? Apakah bukan makamnya yang setiaptahun kujenguk itu ?”

“Benar...! Dan lagi dia sebenarnya masih engkohmisannya sendiri.” Tubuh Gak Lui gemetar, dendamhatinya makin meluap: „Setelah gihu pergi, lalu ?”

“Mendengar penuturan Gak Ci tentang pernikahanayahmu, hatiku makin penasaran. Maka sengaja ku-ulurwaktu dan lebih dulu kusuruh Gak Ci pulang untukmenanyakan hal itu lebih jelas baru datang ke Yausanlagi. Tetapi pada waktu dia datang kemari untuk yangkedua kalinya, dia pun membawa engkau ........”

“Ayah-bundaku......?”

“Rumahmu sudah menjadi tumpukan puing. Ayahdan ibumu tak tampak. Gak Ci menemukan engkaudidalam semak belukar diluar desa. Dan ketikamembawamu kemari, ia mengetahui bahwa dirinyasedang diikuti orang. Demi menjaga keselamatanku dandirimu, suhengmu tak mau tinggal disini melainkan teruspergi. Dia hendak gunakan siasat untuk mengalihkanperhatian musuh. Tetapi ah........, anak itu ........ Takberapa lama turun dari gunung ini, dia telah dibunuhorang .......!''

Page 16: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

16

“Oh......!” menjeritlah Gak Lui meratapi nasibsuhengnya yang malang itu.

“Begitu kudengar hal itu, cepat2 aku menujuketempat kejadian. Tetapi disitu aku dikepung oleh empatorang berkedok hitam. Yang seorang hanya melihati dipinggir, sedang yang tiga menyerang aku. Ternyataketiga lawanku itu dapat menggunakan ilmu silat darigolongan Tujuh partai persilatan. Karena marah, akumainkan jurus yang ganas. Dalam tiga jurus kemudian,berhasillah kupapas kutung pedang mereka. Dan dalamkesempatan yang bagus, kukiblatkan pedang untukmenutuk jalan darah pada alis mereka. Tetapi takterduga ....... “

“Bagaimana'“

“Ujung pedangku tak mempan menusuk mukamereka. Disebelah dalam dari kain kerudung hitam,masih dilindungi dengan topeng baja......!”

“Ah .......”

“Pada saat, ujung pedangku gagal, mereka cepatmenabas dengan pedangnya yang sudah kutung. Cepat2akupun gunakan jurus Burung-rajawali-merentang-sayap,melambung keudara. Tetapi pada saat aku sedangberada di udara, tiba2 terdengar engkau menangis daridalam ruangan! Karena perhatianku terpencar, pedangmereka berhasil memapas kutung kedua kaki dantanganku ........... !” Karena dadanya penuh sesak dilandaluapan kemarahan, Gak Lui sampai tak dapat mengucapapa2. Dengan wajah mengerut kenangan waktu lampauyang celaka itu, Pedang Laknat Ji Ki-tek melanjutkanceritanya lagi.

“Melihat aku rubuh ditanah, ketiga orang bertopengbesi itu tak mau menyerang lagi. Tetapi orang yang

Page 17: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

17

melihat dari pinggir gelanggang tadi rupanya takut kalauaku belum mati. la bergegas lari menghampiri dansecepat kilat menusuk tenggorokanku. Tetapi pada saatujung pedangnya berkilat ditingpah sinar matahari saatitu, kulihat ....... kulihat........”

“Melihat apa....? “

“Pada ujung pedangnya terdapat guratan hurufSepuluh (berbentuk ulang)! Lukisan itu merupakan cirikhas yang terdapat pada pedang ayahmu”

“Hai........'' Gak Lui menjerit kaget. Kemudian iamenyadari, kata2 nya: „Jelas lukisan huruf 10 itu, adalahciri senjata dari musuh ayah. Gihu suruh aku memapasipedang orang karena hendak menyelidiki jejak musuh itu,bukan?”

“Dugaanmu tepat .........”

“Tetapi ternyata aku tak berhasil menemukannya,kelak aku ........”

“Justeru untung engkau tak bertemu. Jika ketemudengan orang itu .......ah, dosaku makin, besar........!”Gak Lui terkesiap. Mulutnya mengingau seorang diri:“Aku tentu dapat mencarinya ..... aku.......”

“Lui jangan memutuskan omonganku. Aku masihbelum selesai ber-cerita..... !” Gak Lui tersadar danbertanya pula : „Pada waktu gihu terluka, bagaimanadengan pengawal2 orang Yau itu?”

“Untunglah mereka keburu datang pada saat yangtepat. Dengan alat2 supit panah beracun, merekamemaksa kawanan orang berkerudung itu mundur.Tetapi orang yang hendak membunuh aku itu terlambatmenjaga diri. Sebatang panah beracun dari orang Yauberhasil mengenai ujung hidungnya!”

Page 18: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

18

“Mati ?”

“Orang itu tangkas sekali. Cepat ia memapashidungnya sendiri karena tahu. bahwa panah orang Yauitu beracun. Habis itu iapun segera meloloskan diril”

“Si Hidung Gerumpung! Topeng Besi! Hmm......,mereka tak mungkin lolos!” Gak Lui menghela na-pas.

“Gihu tadi mengatakan,” kata Gak Lui pula „ bahwaketiga orang bertopeng besi itu masing2 berasal daripartai persilatan besar. Dari partai manakah mereka itusesungguhnya? “ Pedang Laknat Ji Ki-tek terkesiap. lagelenglcan kepala : „Pokok asal partai pesilatan yangternama dalam ilmu pedang, tak perlu menyebutkannamanya ......!”

“Me .......mengapa ?”

“Setelah merenungkan selama 18 tahun, kuyakinpembunuh yang sebenarnya adalah si HidungGerumpung itu. Tentang ketiga orang bertopeng besi itu,masih belum, dapat dipastikan.”

“Artinya.... ?”

“Karena begitu melihat aku rubuh ditanah, merekaberhenti menyerang. Hal itu memang mengherankan “

“Tak ada hal yang patut diherankan, Pendek katamereka adalah gerombolan mariusia2 murtad, harusdilenyapkan ....... !”

“Belum tentu....! Jika manusia murtad, masakanmereka tak sampai hati membunuh aku.... Hanyabagaimana persoalan yang sesungguhnya memang akubelum dapat menilai ........!”

“Gak Lui berduka sekali hatinya. Ia mengeratkan gigisekeras- kerasnya: „Ayah, ibu ...... bibi guru, paman guru,

Page 19: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

19

engkoh Ci ........aku bersumpah hendak menuntut balaspada manusia yang telah menganiayamu itu .........”

Terkesiaplah Pedamg Laknat Ji Ki-tek mendengarsumpah yang diikrarkan Gak Lui. Dari sepasang matanyamemancarlah sinar dendam yang ganas. Tiba2 halilintarmeletus dahsyat. Gedung seolah-olah tergetar.

“Lui..!, habislah ceritaku. Engkau harus meluluskansyaratku” kata orangtua itu.

“Silahkan gihu mengatakan, aku tentu akanmelaksanakannya!”

“Bagus, itulah baru seorang anak yang baik” puji JiKi-tek, sekalipun kepandaianmu masih kurang tetapidiwilayah Yausan sini engkau, sudah tergolong tokohnomor satu. Setelah aku mati, warisilah kedudukankudisini. Jangan engkau turun gunung selama-lamanya,agar kelak engkau dapat menurunkan anak penyambungkeluargamu!”

“Ini...., ini.....” hampir2 Gak Lui tak percaya apa yangdidengarnya dari mulut orangtua itu, „Ini ... tak dapatkulaksanakan, aku harus pergi”

Pedang Laknat membentak marah: „Tidak......!”Dengan kepandaian yang engkau miliki saat ini, berartihendak bunuh diri jika engkau mau cari musuh itu pulakedua orangtuamu, bibi dan paman gurumu, belum tentusudah meninggal tetapi hanya menyembunyikan diri darikejaran musuh itu. Engkau...... engkau perlu apa ........ “Gak Lui cepat memeluk ayah-angkatnya itu. Denganberlinang- linang airmatanya ia berseru : „Janganlah gihumembohongi aku. Ketahuilah, Gak Lui tak takut mati ......!“

“Tidak ....! Aku tak mengidinkan engkau menempuh

Page 20: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

20

bahaya lagi.....!”

“Aku takkan menyebut-nyebut asal usulku, dan tetapmenggunakan kerudung muka. Dengan mengandalkansebatang pedang ......... “

“Ilmu pedangmu adalah ajaranku. Musuh tentu akanmengenalinya ......!”

“Gihu, selamanya aku tak pernah melanggarpeintahmu. Tetapi kali ini, aku hendak mengambilkeputusan sendiri.......,” tiba2 ia tak dapat melanjutkankata-katanya karena saat situ tiba-tiba ayah angkatnyamuntah darah dan darahnya menyembur kemukanya.Maka Gak Lui basah kuyup dengan darah segar .......Karena menahan kemarahanlah maka Pedang Laknatsampai menghambur darah lagi. la tundukkan kepala,napas terengah- engah, serunya : „Engkau ... bersikerashendak........pergi?”

“Aku hendak membalaskan sakit hati orang tuaku !”seru Gak Lui dengan tandas. Tahu bahwa takkanberhasil jika mencegah kehendak anak itu. PedangLaknat Ji Ki-tek paksalkan diri mengangkat kepala. Laluberkata dengan terengah-engah : „Kalau begitu ...pergilah....... lebih dulu .... ke ...... “

“Kemana? “ teriak Gak Lui.

“Butong-san ..... mencari .......mencari ......”

“Mencari siapa ? “

“Mencari ....... ketuanya ..... Ji Ih totiang ..... tanya ....tanyakan ..... ,”

“Tanya apa......?” Tiba2 kepala Pedang Laknat Ji Ki-tek terkulai. Dari ketujuh lubang inderanya, mengalirdarah. Orangtua itu sudah meninggal dalamcengkeraman dendam penasaran ........!

Page 21: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

21

Gak Lui lepaskan pelukannya dan duduk numprahditanah. Kedua matanya terlongong-longongmemandang kehampaan. Mulutnya terkancing rapat. Diatak menangis, tak menyerang. la rasakan sekelilingpenjuru alam ini hampa, kosong melompong....

Entah berselang berapa lama, tiba2 dipelupukmatanya terlintas beberapa sosok tubuh orang ...... ayahangkatnya .... suhengnya yang mati secaramengenaskan itu ....... ayah-bundanya yang tak ketahuanrimbanya .... dan bibi guru serta paman gurunya .........Wajah mereka kelihatan samar2 berlumuran darah yangmengerikan. Darah ....! Seketika terjagalah Gak Lui darilamunan duka- nestapanya.

“SIAPAKAH geragan si Hidung Gerumpung?Mengapa mereka mencelakai Catur Pedang, atau empatjago pedang dari Busan. Dan mengapa pula menawanbeberapa tokoh partai persilatan? Dan siapakah pulagerombolan Topeng Besi itu? Apakah mereka murid2murtad dari partainya atau memang sudah dikuasai olehsi Hidung Gerumpung itu ......... ?” Demikian pikiran GakLui melalu-lalang dugaan dan tafsiran.

Benaknya melamun dan melayang jauh .............!Tiba2 dalam lamunan itu, muncullah tiga orangbertopeng besi. Mereka tertawa dingin macam iblismenyeringai ........... Pada lain saat, terbayanglah sebuahwajah yang aneh menyeramkan. Dibagian - tengah dariwajah orang itu, berlubang besar sehingga tak adahidungnya.

“Heh...., heh......”orang gerumpung tertawamengekeh.

“Sedang Catur Pedang dari Busan saja, dapatkubasmi apalagi bocah kemarin sore seperti macammu.

Page 22: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

22

Engkau hendak mengantar jiwa bukan? Ha... ha... ha ..ha....!”

Gak Lui marah sekali. Dengan sekuat tenaga iameraung: „Kubunuh engkau.......!” Tring ... ia mencabutpedang dan disabetkan pada orang gerumpung itu.Tetapi astaga! Orang gerumpung itu menghilang, daniapun hanya menebas angin saja. Seketika ia tersadarbahwa saat itu dirinya sedang berdiri didepan makamayah angkatnya, Pedang Laknat Ji Ki-tek.

Ternyata karena tak kuat menahan luapan marah dankesedihan, Gak Lui jatuh pingsan. Selagi ia masih belumsadar, orang2 Yau itu segera mengubur jenazah PedangLaknat. Dan saat itu, Gak Lui sedang berdirimenyembahyangi makam ayah angkatnya. Tetapi karenateringat akan peristiwa sakit hati seperti yang diceritakanayah-angkatnya, kembali benak Gak Lui terkenang danterbenam dalam lamunan seperti diatas.

“Ah......., “ ia mengerang ketika tersadar akankeadaan disekelilingnya. Yang hendak dibunuhnya tadiadalah tokoh gerumpung menurut ciptaan khayalannyabelaka.

Seorang wakil orang Yau maju menghampiri, ujarnya:„Sekarang engkau meniadi Malaekat pelindung sukuYau, harap lekas ..........” ........

Gak Lui menyimpan pedangnya lalu menyahut dalambahasa Yau : „Terima kasih atas budi dan kecintaankalian, tetapi aku harus pergi ke Tiong-goan ! “

“Apakah bisa balik kembali kemari ?”

“Setelah berhasil, sudah tentu aku akan kembali lagi......”

Gak Lui tak dapat melanjutkan kata2nya karena

Page 23: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

23

seluruh suku Yau yang hadir di muka makam PedangLaknat, serentak berlutut memberi hormat kepada anakmuda yang diangkatnya sebagai Malaekat Pelindung itu.Kemudian dengan kata2 yang tandas, Gak Lui berdoadihadapan nisan Pedang Laknat :

“Gak Lui hendak mohon diri. Aku berjanji pasti dapatmencari ilmu kesaktian yang tiada tandingannya didunia.Dengan ilmu kepandaian itu aku akan menuntut balaskepada musuh kita. Setelah itu aku akan kembali lagikesini dan akan membuka kedok mukaku ini dihadapannisan gihu. Harap gihu mengasoh dengan tenang di alambaka........”

---oo0oo---

Badai Prahara sudah reda tetapi langit masih,tertutup awan hitam........ rembulan dan bintang taktampak sama sekali. Dibawah sinar api obor, tampakberpuluh-puluh orang Yau meninggalkan makam PedangLaknat. Setelah menunaikan hormat mereka yangterakhir kepada Malaekat Pelindungnya, merekapunberbondong-bondong masuk kedalam hutan. Gak Luipunpergi dengan membekal dendam penasaran. Dengansebilah pedang, ia hendak berkelana mencari guru sakti.Mungkin dalam perkelanaannya itu ia akan mengikatlebih banyak musuh dan lebih besar lagi dendamnya.Namun baginya, tujuan hidup hanyalah hendakmembalas sakit hati terhadap musuh yang telahmembunuh ayah-bunda, suheng dan ayah angkatnya itu...........

la arahkan langkahnya menuju kegunung Busanuntuk menemui ketua Bu-tong-pay. Selama dalamperjalanan itu tak pernah ia berhenti merenung dan

Page 24: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

24

memikirkan, apa tujuan ayah-angkatnya itu menyuruh diamenemui ketua Bu-tong-pay. Dan hal apakah yang harusditanyakan pada ketua partai itu nanti ?

“Mungkin disuruh menanyakan tentang jejak ayahku,mungkin tentang siapa2 murid Bu-tongpay yang lenyap......” demikian ia menimang dan menduga- dugakelanjutan kata2 yang belum sempat diucapkan olehPedang Laknat karena sudah keburu menghembuskannapas.

“Ah....., percuma menduga-duga. Nanti saja kalausudah bertemu dengan Ji Ih totiang, baru bilang ...... “akhirnya ia menetapkan rencananya.

Sekonyong-konyong, terdengar suara bentakan yangnjaring melengking: „Berhenti! Disini tempat terlarangbagi setiap pengunjung.”

Gak Lui berhenti. Memandang kemuka, barulah iamenyadari bahwa saat itu ia sedang berhadapan dengansebuah sumber air yang mengalir dari suatu gundukankarang yang tinggi. Pada dinding karang raksasa ituterdapat tulisan tiga huruf „Ciat- kiam-coan” atau sumberair Pelecut Pedang.

“Seorang imam muda berumur lebih kurang 20-antahun, tegak berdiri disamping sebuah batu. Denganmenghunus pedang, imam muda itu memandang Gak Luitajam2. “Aku bernama Gak Lui, sengaja datangmengunjungi gunung ini. Aku bukan seorang pelancong,”Gak Lui memberi keterangan. Imam muda itumemperkenalkan diri sebagai imam Lian Ti. Kemudian iamenanyakan siapakah yang hendak dicari Gak Lui.

“Ketua Bu-tong-pay .......... “

“Ah .........” imam muda itu memandang kearah kedok

Page 25: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

25

muka aneh yang menutupi wajah Gak Lui, lalu menegas:„Apakah saudara sudah kenal dengan ketua kami?”

“Belum kenal,” sahut Gak Lui, „seorang cian-pweyang menyuruh aku kemari.”

“Mohon tanya, siapakah guru saudara?”

“Maaf tak dapat kuberitahukan.”

“Dari partai persilatan mana saudara berasal?”

“ini ...... ini juga maafkan sajalah,” Gak Lui agaktersekat-sekat.

“Ada keperluan apakah saudara hendak menemuikutua kami?” tanya imam itu pula. “Ah, maaf, tak leluasakukatakan. Kumohon suhu suka melaporkankedatanganku ini kepada Ji Ih totiang.........”

“Heh...., heh......!” imam muda itu tertawa dinginsehingga ucapan Gak Lui terputus, “Mengapa suhutertawa?” tegur pemuda itu.

“Kakek guru Ji lh totiang sudah menutup matabelasan tahun berselang, tak kira saat ini masih adaorang yang hendak mencarinya!”

Gak Lui terbeliak. Kini baru ia menyadari bahwakarena ayah angkatnya sudah lama tak campur urusandunia persilatan, maka akibatnya sekarang iaditertawakan orang.

“Kalau begitu aku hendak minta bertemu denganketua yang sekarang,” kata Gak Lui akhirnya. Bukanmenjawab, kebalikannya imam muda itu malah balasbertanya: „Saudara ini dari aliran Ceng-pay (putih) atauSia-pay (hitam) atau mungkin baru saja keluar dariperguruan sehingga tak mengerti peraturan “

Gak Lui tertegun. Beberapa saat kemudian baru ia

Page 26: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

26

berkata: „Apakah arti ucapan suhu itu?”

“Perguruan kami Bu-tong-pay, sejak kakek gurumenutup mata, sampai sekarang sudah 15 tahunmenutup pintu tak berhubungan dengan dunia persilatanlagi. Ketua yang sekarang, Ceng Ki Totiang masihmenjalankan aturan menutup pintu tak berhubungandengan dunia persilatan lagi, dan tentu kami akanmelaksanakannya, kecuali ada perubahan untukmenghapus aturan tersebut”.

Demikian imam Lian Ti menjelaskan kepada Gak Lui,dan dia mengajukan pertanyaannya pada Gak Lui,katanya : „Sebenarnya tugas apa yang sedang sicukerjakan, sampai harus sicu mencari Ketua kami ......?”

Gak Lui menjadi menjelaskan, bahwa dia mendapattugas seorang cianpwee untuk mengambil potongan2ujung pedang dari tokoh2 ahli pedang di dunia persilatan..............” baru sampai Gak Lui menjawab .... dia sadartelah kelepasan omong ......... karena sebelumnya diatidak memberi penjelasan mengenai maksudkedatangannya ke Butong-pay, selain ingin bertemudengan Ketua-nya saja.

Mendengar sepotong penjelasan Gak Lui saja, telahmembuat para penjaga disitu, terbeliak dan cepatmerobah kedudukannya, mengepung anakmuda itu. Danpada saat itu barulah terdengar imam Lian Ti berserudengan nada penuh keheranan: „Si Pemangkas Pedangyang menggemparkan dunia persilatan itu........ apakahengkau?”

“Tak salah!” sahut Gak Lui dengan terus terang, HwatLui tojin dari perguruan sini, tentu masih ingat.”

“Oh....., kiranya paman guru Hwat Li juga ........” baruimam Lian Ti berkata sampai disitu, tiba2 dari atas

Page 27: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

27

puncak gunung terdengar genta ber-talu2 dengan keras.Lian Ti dan kawan2nya serentak berobah pucat –wajahnya. Rupanya diatas gunung telah terjadi peristiwayang genting. Kesempatan itu digunakan Gak Lui untukmenganjurkan: „Dari pada mencegat aku, apakah tidaksebaiknya suhu melapor kepada ketua!”

“Lian Ti' merenung sejenak lalu menjawab: “Baik,tunggulah disini” Habis berkata ia terus lari keatas.Sedang ketujuh kawannya masih tetap mengepung GakLui. Gak Luipun menurut. Saat menunggu Gak Lui itudiam2 : „menimang-nimang bagaimana nanti ucapannyaapabila berhadapan dengan ketua Bu- tong- pay”

Tak lama tampak beberapa sosok bayanganberlarian turun dari puncak..... Yang paling depan,seorang imam berwajah bundar, mulut lebar, memeliharajenggot panjang. Dia bukan lain tokoh Bu-tong-payangkatan kedua yani imam Hwat Lui. Karena pernahbertempur dan pedangnya terpangkas, kutung oleh GakLui, begitu berhadapan dengan pemuda itu, Hwat Luiterperanjat sekali. Hwat Lui segera membisiki imammuda Lian Ti dan kawan- kawannya yang menjaga disumber air situ. Setelah Lian Ti dan ketujuh imam pergi,barulah imam Hwat Lui berkata kepada Gak Lui dengannada tegang: „Ah, kiranya engkaulah yang bernama GakLui. Tempo hari, engkau pergi keliwat cepat “

“Soal memangkas pedang, ada sebab lain. Adakahsuhu masih mengingat hal itu?” sahut Gak Lui. Hwat Luitojin terpaksa tertawa: „Karena engkau datang kemari,maka engkaupun. menjadi tetamu kami. Soalmemangkas pedang itu, baik jangan diungkit dulu !”

“Oh .....” karena tak mengira bahwa peristiwa diterimadengan mudah dan cepat oleh Hwat Lui, Gak Luipunmendesus kaget, ia menegas pula : „Apakah suhu benar-

Page 28: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

28

benar sudi merima aku?”

“Tadi dari sanggar pertapaannya, ketua telahmengeluarkan perintah : Butong- san akan menghapustindakan Menutup pintu. Maka aku turun kemari untukmenyambut kedatanganmu!” Gak Lui makin terkejut,serunya: „Dengan begitu, dapatlah aku menghadapketua Ceng Ki totiang?”

“Ketua hanya memberi perintah membuka larangandatang ke gunung. Yang akan menerima engkau adalahimam yang berpangkat Hou-hwat!”

“Siapakah suhu itu?” tanya Gak Lui.

“Adik seperguruan dari ketua, yalah Ceng Suantotiang. Beliaulah yang mengurus segala pekerjaandigunung ini!”

Sejenak merenung, Gak Lui menyatakanpersetujuannya dan minta segera, dibawa keatas. ImamHwat Lui segera mengajaknya naik kepuncak. Takberapa lama, tampak beberapa gunduk bangunan. Yangpaling tengah, adalah sebuah bangunan yang dinamakanSam-hong-tian, yaitu sebuah gedung besar yang luasuntuk latihan silat. Kira-kira seratus tombak jauhnyadisebelah kiri gedung latihan silat itu, terdapat gedungHian bu-gek. Sebuah tempat yang penting juga.

Saat itu diluar gedung Sam-hong-tian, tampakberbaris berpuluh- puluh murid Bu-tong-pay. Sikapmereka seolah-olah seperti, sedang menunggu serbuanmusuh yang kuat!

Yang berdiri ditengah, seorang imam tua berumur 60-an tahun. Kepala dan lehernya besar, wajah memancarkewibawaan. Dia adalah Ceng Suan totiang, imam yangmenjabat sebagai Hou-hwat atau Pelindung Gereja dari

Page 29: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

29

Bu-tong-san. Dibelakang terdapat dua imam yang lebihmuda yani Hwat Tian dan Hwat Ting, Keduanyasederajat dengan Hwat Lui totiang, yalah termasuk muridangkatan kedua dari Bu-tong-pay.

Melihat dirinya disambut oleh tokoh2 Butong-payyang sakti, mau tak mau Gak Lui gentar juga hatinya.Setelah Hwat Lui totiang memperkenalkan pemuda itukepada paman gurunya, Ceng Suan totiangpun berkata :„Kudengar Gak sicu menggemparkan dunia persilatanatas tindakan sicu memangkas ujung pedang, setiaplawan. Dengan maksud apakah sicu berkunjung kemari?”

“Ah, kabar itu terlalu dibesar-besarkan. Tentangpersoalan memangkas ujung pedang, memang adasebabnya, “ jawab Gak Lui.

“Soal itu nanti saja sicu boleh menerangkan lagi,yang penting harap sicu suka mengatakan maksudkedatangan sicu ini, “ kata Ceng Suan. Sicu adalahsebutan yang diucapkan oleh kaum paderi atau imamkepada tetamu atau orang luar.

“Kedatanganku ini adalah melaksanakan petunjukdari seorang cianpwe untuk meminta petunjuk tentangbeberapa soal. “

“Silahkan ! “ Diam2 Gak Lui menimang.

“Jika langsung menanyakan tentang peristiwa yangmenimpa ayahnya, ia kuatir akan menimbulkankehebohan. Lebih baik ia bertanya dulu tentang urusandalam perguruan Bu-tong-pay.”

“Mohon tanya, totiang. Siapakah tokoh partai totiangyang telah lenyap pada 20 tahun yang lalu? Adakahsudah diketahui beritanya? “ Gak Lui mulai mengajukanpertanyaan.

Page 30: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

30

Mendengar itu seketika menggigillah tubuh CengSuan totiang. Serentak ia memerintahkan paraanakmurid menyingkir. Setelah rombongan murid Bu-tong-pay ini mundur sampai 10 tombak jauhnya, CengSuan totiang segera menatap Gak Lui lekat2. Seolah-olah imam tua itu hendak menyelami isi hati Gak Lui.Tetapi muka Gak Lui tertutup oleh topeng warna hitamyang berbentuk aneh. Pada bagian mulut diberi lubangempat pesegi. Waktu bicara gigi Gak Lui dapat terlihat.Sedang pada bagian mata, pun diberi lubang. Dari kedualubang mata itu tampak biji mata sianak muda berkilat-kilat memancarkan sinar tajam sekali.

Beberapa saat kemudian barulah penjabat ketuapartai Bu-tong- pay itu berkata dengan nada serius :„Harap sicu suka mengatakan perguruan sicu lebih dulubaru nanti dapat kupertimbangkan, dapat memberijawaban atau ti dak ! “

“Ini .... maafkan. Benar2 aku tak dapatmemberitahukan !” sahut Gak Lui.

“Apakah engkau dapat membuka kedokmu ?”

“Akupun sudah melakukan sumpah sehingga takdapat membukanya.”

Wajah Ceng Suan totiang menampil ketidak puasan.Serunya dingin : „Karena sicu menolak permintaankuuntuk memberitahu asal perguruan sicu, bagaimana sicumeminta aku supaya menjawab pertanyaan sicu tadi ? “

“Tetapi totiang tentu luas pengalaman. Dapatmembedakan antara orang jahat dengan orang baik. “

“Dunia persilatan penuh beraneka ragam kejahatandan kelicikan. Apalagi hati orang sukar diduga. Danmengingat umurmu baru diantara 20an tahun tetapi

Page 31: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

31

menanyakan tentang peristiwa yang telah terjadi pada 20tahun berselang, makin menimbulkan kecurigaan orang !”

“Demi menyelidiki peristiwa yang aneh itu, terpaksaaku harus membicarakan peristiwa yang lampau ! “Jawaban Gak Lui itu membuat Ceng Suan totiangberkilat-kilat matanya. Secepat kilat mengarahkanpandangan matanya ke mata Gak Lui. Ia berkata : „ Baik,dengarkan !”

“Silahkan. “

“Yang lenyap itu adalah suteku, sampai sekarangbelum ada beritanya ! „

“Ah......, rupanya totiang bertiga adalah TigaSerangkai dari Butong pada masa itu !” seru Gak Lui.

“Benar, tetapi gelar itu kini sudah tak berguna lagi. “Gak Lui mengangguk. Wajahnya agak kecewa. Tetapi iaberlaku setenang mungkin sehingga Ceng Suan totiangmerasa heran. Oleh karena sesungguhnya denganketerangan tadi ia hendak menyelidiki reaksi anak mudaitu. Dari reaksi itu dapatlah ia menentukan golonganPutih atau Hitamkah pemuda itu. Sejenak kerutkan alis,imam tua itu bertanya : „Apakah sicu masih ada lainpertanyaan lagi ?”

“Aku mohon bertemu muka dengan ketua partai Bu-tong-san, “ kata Gak Lui.

“Suheng masih menjalankan pertapaan, tak dapatmenerima tetamu !”

“Jika aku tetap minta bertemu?”

Seketika marahlah imam dari Bu-tong-san itu. Tetapiia menahan kemarahannya dan berkata : „Akulah yangmenjabat pimpinan perguruan. Suheng tak maumengurus apa2 lagi. Disamping itu, akupun juga ingin

Page 32: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

32

mengajukan pertanyaan, harap sicu suka menjawab ! “

“Silahkan totiang bertanya.” “Apakah hubungan sicudengan tokoh yang bergelar si Raja Persilatan itu?”

“RAJA PERSILATAN ........... ?” Ah........, tak pernahkudengar nama itu. Yang kuketahui hanya seorang tokohbergelar Maharaja Persilatan Li Liong-ci .....”

Ceng Suan totiang terkesiap, serunya: „Apakah sicumempunyai hubungan dengan Maharaja itu?”

“Tidak....! Hanya mendengar namanya saja”

Sikap Ceng Suan totiang berobah tenang kembalilalu bertanya pula: „Kalau sicu tak tahu tentang MaharajaPersilatan, tentulah sicu juga tak mengetahui tentangperistiwa pembunuhan atas diri tokoh-tokoh persilatanyang telah menerima Amanat Maut!”

Gak Lui terbeliak. Serentak ia bertanya: „Peristiwa itubenar2 aku tak tahu. Pertanyaan totiang sungguh janggalbagiku “

“Maharaja Persilatan, Amanat Maut dan peristiwaengkau memapasi pedang lawan, terjadi pada waktuyang bersamaan. Dengan keterangan tadi, kiranyaengkau tentu dapat menarik kesimpulan sendiri !”

Gak Lui memekik kaget. Diam2 ia merasa, sepakterjang Maharaja Persilatan dengan urusan dendampembalasan yang hendak dilaksanakan itu, mempunyaitali hubungan.

Melihat Gak Lui terkejut, Ceng Suan totiangmendesak Iagi: “Lekas terangkan, bagaimana hubunganyang sebenarnya!”

Gak Lui balas memandang tajam, sahutnya : „Ketikatempo hari mengutungi pedang orang, aku sangat

Page 33: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

33

terburu-buru sekali sehingga tak sempat menyelidiki halitu. Aku sendiripun curiga terhadap Maharaja danAmanat Maut. Harap totiang suka maklum persoalannya!”

“Apakah engkau minta aku supaya menerangkan ?”

“Benar ! “ Ceng Suan totiang sejenak merenung, laluberkata: „ Baiklah ! Tapi ada beberapa hal yang perlukukatakan lebih dulu. “

“Silahkan. “

“Nanti aku hendak menguji ilmu kepandaianmu,barang beberapa jurus saja!”

“Itukah syarat totiang? “

“Entah apa namanya, tetapi yang penting agarengkau jangan menganggap remeh pada partai Bu-tong-pay!”

“Baiklah, aku sedia menuruti, harap totiang sukamenerangkan asal usul si Maharaja itu!”

“Siapa namanya tak jelas, begitupun tak seorangyang pernah melihatnya!”

“Seorangpun tak ada?,” Gak Lui menegas.

“Mungkin hanya tokoh2 sudah mati dibunuhnya,itulah yang pernah melihatnya. Tetapi yang masih hidup,tak pernah ada yang melihatnya !.”

“Siapa2 saja yang dibunuhnya itu? “

“Semuanya dari tokoh golongan Putih, dan merekadibunuh bersama seluruh anggota keluarganya!”

“Bagaimana dengan Amanat Maut itu ?”

“Orang itu kejam dan ganas sekali, serta luar biasa

Page 34: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

34

congkaknya. Selain menamakan dirinya sebagaiMaharaja Persilatan, pun dalam surat yangdikeluarkannya itu, dia tak mau menggunakan istilah„persilatan” atau „maklumat” tetapi menggunakan istilah“amanat”. Barangsiapa yang menerima dan tak maumenyerah tentu akan dibasmi bersama seluruhkeluarganya !”

“Adakah tokoh2 yang menerima-surat itu, tiada adayang menyerah ?”

“Sudah tentu, ada, tetapi sukar diketahui siapa”

“Dengan begitu, surat itu merupakan ancaman yangmenyerah, tetap hidup, dan yang menentang pasti mati!”

“Benar!” sahut imam tua itu lalu tertawa mengekeh,penuh hamburan nada kemarahan.

“Mengapa totiang tertawa ?”

Tiba2 Ceng Suan totiang hentikan tawanya,wajahnya membeku dingin, ujarnya: „Aku mentertawakanucapanmu itu. Sepatahpun tak salah .......!”

“Harap totiang suka bicara dengan terus terang. PadaAmanat Maut itu, selain bertanda tangan MaharajaPersilatan, hanya terdapat 8 huruf berbunyi 'Yangmenyerah, pasti hidup. Yang menentang pasti...... mati !'

“Oh......!, totiang mencurigai aku ............. “

“Yang menimbulkan kecurigaan, bukan hanya itusaja. Hunuslah pedangmu!” seru Ceng Suan totiang.Melihat imam itu berkeras mencurigai dirinya, Gak Lui takdapat berbuat apa2 lagi. Sambil meraba tangkaipedangnya, ia memandang kesekeling penjuru.Berpuluh-puluh murid Bu-tong-pay masih tegak berjajarpada jarak jauh. Mereka jelas belum menerima perintahmembubarkan diri. Diam2 Gak Luipun mengadakan

Page 35: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

35

penilaian. Bahwa ia masih cukup kuat untuk menghadapipenjabat ketua Butong-Pay itu.

Ruang Hian-bu-khek yang tinggi hampir samadengan bangunan tiga tingkat, tampak sepi2 saja.Sebaliknya diruang Sam-hong-tian tampak berserabutanbeberapa sosok tubuh.

“Awas, pedang?” seru Gak Lui berseru Iantang danmenusuk kedada Ceng Suan totiang. Ceng Suanmendengus pelahan. Iapun balas menusuk. Diam2 GakLui girang. Segera ia taburkan pedang membentuklingkaran sinar dan secepat kilat membabat pedanglawan, tring......, tring ....... Namun Sudah 10 lingkaransinar pedang telah dihamburkan, lawan tetap masih utuhpedangnya. Ternyata tetua Bu-tong-pay itupun jugamememutar pedang jadi lingkaran sinar jangmengandung pancaran tenaga-dalam bagai banjirmelanda.

Diam2 Gak Lui terkejut. Ia menyadari bahwa dengancara bertempur itu, bukan saja ia pasti tak dapatmemangkas kutung senjata lawan, tetapi punkebalikannya, pedangnyalah yang akan terbabat jatuh !Sekonyong-konyong Gak Lui endakan pedang laluberganti gerak, tahu2 ia berputar dan menyurut mundur.Tring ...... terdengar dering senjata pedang beradu keras,tetapi tahu2 Gak Lui sudah mundur keluar jendela. CengSuan loncat mengejar. Ujung pedang dibabatkankebawah mengarah kaki. Tetapi Gak Lui pun bukanmakanan empuk. Ia menarik pulang pedangnya, laluenjot tubuh melambung ke udara. Tabasannya luput,Ceng Suan totiang mendengus. Kemudian ia robahgerakan pedangnya dalam jurus Menurut-air-mendayung-rakit. Ujung pedangnya kembali mengarahtelapak kaki pemuda itu. Tetapi dalam melambung di

Page 36: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

36

udara itu, punggung Gak Lui seolah- olah tumbuhmatanya.

Tring ........ ia tangkiskan pedangnya. Denganmeminjam tenaga benturan pedang itu, ia melayangturun tiga tombak jauhnya lalu tegak berdiri bersiap.

Dalam waktu sekejab mata, keduanya salingmelancarkan serangan. Dan kedua-duanya samaterperanjat ! Gak Lui gunakan jurus istimewa untukmemangkas pedang lawan. Ia yakin tentu berhasi! Tetapiternyata imam itu dapat menghalau dengan lancar.Sedangkan Ceng Suan pun tak kurang kejutnya. Denganpeyakinan tenaga-dalam selama berpuluh tahun dansudah bersiap, lebih setelah menerima laporan dari HwatLui, namun ternyata lawan yang masih muda belia itusanggup menghahadapi tak kurang suatu apa! Kemudianmereka melanjutkan pertempuran lagi.

Ceng Suan totiang mengeluarkan ilmu simpanan daripartai Bu- tong-pay. Ia, menyerang dulu, mendahuluigerakan lawan. Pedangnya segera berobah menjadidinding sinar pedang yang menelungkupi lawan. Sasaranutama diarahkan kemuka pemuda itu. Gak Lui tak beranilengah. Dengan mengeluarkan seluruh kepandaian, iamelawan mati2an. Pada saat dua lingkaran pedang itusaling...... bertaut dengan seru disertai deringgemerincing yang nyaring, tiba2 Ceng Suan mendapatkesempatan untuk menusukkan ujung pedangnya.Cret........!, dagu Gak Lui tertusuk .... Pemuda ituterhuyung-huyung lima langkah. Peluh dingin membasahitubuhnya: Sambil mengarahkan ujung pedang kemuka,ketua Bu-tong-pay itu berseru marah: “Mata2 Maharajayang berani mati, lekas buang senjatamu dan menyerah!”

“Harap totiang jangan bicara sembarangan.”

Page 37: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

37

“Hm, jelas engkau salah seorang dari gerombolanTopeng Besi itu. Apakah masih hendak menyangkal?” .

“Topeng Besi....?!” Gak Lui tergetar hatinya. Diasendiri juga tak senang dengan sepak terjang tokoh yangmengagulkan diri sebagai Maharaja Persilatan itu. Tetapikarena Ceng Suan to-tiang terus memburunya denganserangan2 yang dahsyat, terpaksa ia harus melayanilebih dulu. Kini karena ada kesempatan bicara, segera iaberseru menjelaskan. “Sama sekali aku bukan anggautaTopeng Besi! Harap totiang jangan salah faham ........ “

“Topengmu itu tak tembus senjata tajam, apakahartinya itu?” seru Ceng Suan totiang.

“Dipedalaman gunung terdapat semacam binatanganeh yang dinamakan Mogh, sejenis oranghutan yangmempunyai kulit luar biasa kerasnya dan bertenaga kuatsekali. Topengku ini terbuat, daripada kulit binatang itu....”

Setengah, kurang percaya, Ceng Suan totiangberkata dengan nada dingin: “Tak peduli bagaimana,engkau tetap kutahan disini?”

“Tetapi,aku hendak mencari gerombolain TopengBesi dan Maharaja untuk membuat perhitungan ! “ Hm ....! “ Ceng Suan mendengus marah dan menyerang lagi.Karena tak senang terlibat dalam pertempuran di tempatitu, Gak Lui loncat dan meluncur turun gunung.

“Cepat hadanglah! “ teriak Ceng Suan totiang. HwatLui dan rombongan anakmurid Butong-pay segeraberhamburan menjaga tempat2 yang penting.

Gak Lui terkejut. Sejenak memandang kesekeliling,matanya yang tajam ...... segera melihat bahwa gedungHian-bu-khek itu sepi tiada orangnya. Dibelakang gedung

Page 38: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

38

itu merupakan puncak gunung. Ia memutuskan untuk larike puncak itu kemudian turun dari sebelah belakanglereng gunung. Maka tiga jurus serangan segeradilancarkan kearah Ceng Suan totiang. Kebetulanpenjabat ketua Bu-tong-pay itu kuatir kalau pedangnyaterpapas kutung, maka ia menghindar kesamping.Kesempatan itu tak disia-siakan Gak Lui. Secepat kilat iamenyelinap lari kearah gedung Hian-bu-khek.

Di luar dugaan, Ceng Suan totiang berkaok-kaokseperti orang kebakaran jenggot : „Lekas hadang mata2itu. Jangan sampai mengganggu ketua .....”

Mendengar ketua Bu-tong-pay berada dalam gedungitu. Gak Lui makin pesatkan larinya. Dengan beberapakali loncatan, dia sudah mencapai gedung itu ! Tetapidisitu beberapa murid Bu-tong-pay sudah berbarismenghadang dimuka pintu. Mereka segera. menyerangpemuda itu. Tring....., tring ...... Gak Lui menangkis. Dandengan meminjam tenaga benturan pedang, ia ayunkantubuh melambung ke tingkat kadua. Ketika Ceng Suantotiang tiba, Gak Luipun sudah melayang lagi ke tingkatyang teratas!

Ceng Suan totiang makin gelisah. Karena bingung iasampai lupa akan pertahanan diri. Tanpa banyak pikirlagi, ia terus loncat keatas. Lalu menusuk ujung kaki GakLui. Melihat kesempatan sebagus itu, Gak Lui tak maumembuang waktu lagi. Dengan gerakan yang indah, iaberhasil menindih pedang Ceng Suan.

Betapapun saktinya tetapi saat itu Ceng Suan kalahposisi. Ia sedang melayang ke udara sehingga kakinyatak mempunyai pinjakan. Sudah tentu ia tak dapatbertahan akan tekanan Gak Lui dari atas. Tring ........ujung pedang Ceng Suan terpapas kutung dan GakLuipun terus menyusup ke dalam gedung.

Page 39: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

39

Tetapi Ceng Suan totiang bukanlah seorang lemah.Dia adalah penjabat ketua dari Butong-pay yangtermasyhur.

Ditengah udara, ia empos semangat dan bergeliatanmelenting keatas atap serambi. Lalu balikkan tangankanan menghantam. Bagaikan air bah melanda, makatenaga-murni Hian bun-cin-gi atau tenaga murni menurutajaran kaum agama, mengarah kepunggung Gak Lui.Saat itu Gak Lui belum sempat mendorong pintu. Tahu2

Page 40: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

40

ia rasakan punggung dilanda oleh tenaga yang ribuankati beratnya, sehingga bernapaspun sukar rasanya.Cepat ia balikkan tangan kiri untuk menangkis.“Bhum..............!” Terdengar letupan keras dan atap danberderak-derak berhamburan pecah Huak......... !Gak Luimenguak. Mulutnya menyembur darah segar dantubuhnya - terdampar membentur pintu. Brak........! pintuhancur berkeping-keping dan pemuda itu terlemparkedalam ruangan.

Tenaga sakti dari pukulan Ceng Suan totiang bukanolah2 hebatnya. Tubuh Gak Lui yang sudah membenturpecah pintu, tetap tak berhenti melainkan masihterdampar kebawah kolong ranjang kayu ..............

Ruangan itu sunyi senyap. Ketika terlempar kebawahkolong, samar2 Gak Lui masih melibat diatas ranjang itududuk seorang tua berambut putih ! Pada lain saat CengSuanpun menerobos.

“Ciang bunjin engkau...., engkau...., co-hwe-jip-mo,”melihat keadaan orang tua berambut putih itu, serentakCeng Suan totiang menjerit. Co-hwe-jip-mo adalah istilahuntuk menyebut orang yang telah tersesat dalampertapaan, sehingga darahnya meliar dan tubuhnyarusak. Akibatnya jika orang itu tidak cacad atau lumpuhpastilah akan gila. Atau kalau parah, urat2 nadinya putusdan mati seketika!

Airmata Ceng Suan totiang banjir membasahimukanya. Matanya memancar api dendam kemarahanyang menyala-nyala, memandang kekolong ranjang.Saat itu Gak Lui rasakan tulang belulangnya sepertipecah. Mata pudar telinga mengiang-ngiang. Untukbergerak saja ia merasa tak punya tenaga lagi. Ia hanyadeliki mata memandang apa yang akan dilakukan CengSuan terhadap dirinya nanti.

Page 41: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

41

Ceng Suan totiang kalap sekali. Sebelum melangkahmasuk, ia taburkan pedangnya yang kutung kekolongranjang. Gak Lui yang sudah tak berdaya, tak dapatberbuat apa2 kecuali menunggu ajal. Pada saat pedangmaut yang dilontarkan dengan sepenuh tenaga olehCeng Suan hendak merenggut nyawa pemuda itu,sekonyong-konyong terdengar hembusan angin dari atasranjang. Trang .......pedang kutung itu tertampar jatuhdilautan. Dan menyusul terdengar seruan perlahan:„Ceng Suan” sute, jangan mengamukl”

“Ciang-bun-jin .... , engkau ..... ,”

“Aku tak apa2, harap engkau menjaga diluar, jangandiidinkan orang mengganggu disini,”

Ceng Suan totiang tak berani membantah. Terpaksaia keluar dari ruangan. Kemudian imam tua itu segeramempersilahkan Gak Lui keluar dari kolong ranjang.Buru2 Gak Lui mengiakan dan merangkak keluar TETAPIapa yang dilihatnya saat itu, hampir membuatnyamenjerit ngeri. Ternyata imam berambut putih itu,wajahnya merah darah menyeramkan sekali. Jelas diatelah memasuki Co-hwe-jip-mo sehingga demikiankeadaannya! Gak Lui tak enak hati. Buru2 ia memberi-tahukan namanya seraya memberi hormat:

“Tanpa sengaja wanpwe telah keliru memasukitempat pemujaan totiang. Jika ada obat yang dapatmenolong totiang, wanpwe tentu akan mencarikemanapun juga ....”

Ketua Bu-tong-pay itu tertawa tawar: „Ini memangsudah takdir! Bukan kesalahanmu dan tiada obatnya lagi.Engkau sendiri menderita luka parah, biarlah kuobati dulukamu!”

Sudah tentu Gak Lui tak sampai hati........, Ia

Page 42: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

42

menyurut mundur dan lintangkan pedang untukmelindungi tubuhnya.

“Kalau begitu, silahkan duduk dan bicara!”

“Kiranya cianpwee tentulah Ceng Ki totiang ....... ?”

“Benar,” sahut imam berambut putih itu:„dan engkautentulah murid dari si Pedang Aneh Ji Kitek !”

“Ah, mengapa lo-cianpwe dapat mengetahui ?Adakah lo-cianpwe dapat mengetahui barang yangbelum terjadi?”

“Dari celah jendela tadi kusaksikan permainanpedangmu, segera kudapat menduga. Bukankah duajurus permainan pedang yang engkau mainkan tadidisebut jurus „Membelah-emas-memotong- permata-tanpa-suara' dan „Alap2-pentang-sayap-membenci-langit?' “

“Benar......! Aku adalah putra angkat dari beliau, siorangtua itu !”

“Tetapi aku sedikit sangsi .......!”

“Dalam hal apa....... ?” Gak Lui heran. “Jika engkaubenar2 putera-angkat dari Ji Kitek mengapakepandaianmu sedemikian rendahnya....!”

Merahlah muka Gak Lui. Dergan rawan ia menjawab: “Ayah-angkatku sudah tak punya kaki dan tangan lagi.Karenanya .... aku tak dapat mempelajari ilmukepandaiannya dengan sempurna ........!”

“Oh...... ! Ceng Ki totiang terkejut dan buru2 bertanya:„mengapa dia sampai mengalami keadaan yang begitumenyedihkan?”

Dengan suara penuh haru-kedukaan, Gak Lui segaramenuturkan tentang perbuatan keempat gerombolan

Page 43: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

43

Topeng Besi yang telah menyerang ayah-angkatnya.Menurut keterangan ayah angkat ku, tiga dari keempatgerombolan Topeng Besi adalah tokoh2 dari tiga paraipersilatan.

“Partai persilatan yang mana?” ketua Butong-paymenyeletuk dengan tubuh menggigil. “Beliau..., sampaipada detik menutup mata belum sempat mengatakan...”

“Ah..... Pedang Aneh ....dia ....... sudah mati ?”

“Meninggal belum lama,” kata Gak Lui. Wajah CengKi totiang berdenyut-denyut. Dari mata, hidung, mulutdan telinga mengucur butir2 darah. Melihat itu hati GakLui makin seperti disayat-sayat. Whur......! mulutnyapunmenghambur darah. Tetapi ia tetap hendak menolongketua Bu-tong-pay itu.

Segera ia loncat maju untuk memapah. Ceng Kitotiang amat berterimakasih. Ia paksakan diri untukmengambil sebuah botol kumala dari dalam jubah. Begitusumbat dibuka, bau harum segar segera membaur, Iamenuang sebutir pil untuk ditelannya sendiri lalumemberikan sebutir yang lain kepada Gak Lui: „Lekas,minumlah untuk mengobati luka-dalam tubuhmu .....”

Semula Gak Lui segan tetapi melihat imam itu benar2bersungguh hati, terpaksa ia menelannya Ah......!,benarlah. Rasa sakit pada tubuhnya, hilang seketika.Setelah minum obat, keduanya bersemedhi menyalurkantenaga- dalam. Beberapa saat kemudian, Ceng Ki totiangmembuka mulut lebih dulu: „Kedatanganmu kemaritentulah atas perintah ayah- angkatmu. Tetapi apakahtujuanmu”

“Beliau menyuruh aku menghadap Ji Ih totiang untukmenanyakan dua buah hal. Sayang sebelum jelas untukmenanyakan apa, beliau sudah keburu menutup mata.”

Page 44: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

44

Ceng Ki totiang kerutkan alis, ujarnya: „Belasan tahunberselang, ayah-angkatmu pernah berkunjung padaguruku. Saat itu akupun berada disisi suhu. Kudengarayah-angkatmu mengatakan hendak menuju kegunungYau-san. Sejak pertemuan itu ayah angkatmu tiadaberitanya tagi. Tetapi sebelum menutup mata, gurukupernah berpesan agar hati2 apabila ada orang dariEmpat Pedang Busan datang berkunjung !”

“Adakah cianpwe kenal akan Empat Pedang Busan?”Gak Lui berseru gugup.

“Yang kukenal hanya ayah-angkatmu Ji Ki Tek itu.Sedang yang tiga, hanya mendengar nama tetapi takpernah muka .....!”.

“Dan selama ini orang dari Empat Pedang Busan itutak pernah datang berkunjung kemari?”

“Ada seorang bernama Gak Cin-cin datang kemari!”

“Ah, dia adalah suhengku. Diapun mati dibunuhgerombolan Topeng Besi dan si Hidung Grumpung....!”

Ceng-Ki totiang makin heran. Serunya: „Apakah siHidung Gerumpung itu yang mengangkat diri sebagaiMaharaja? Dan gerombolan Topeng Besi itu.......apakahbenar tokoh2 dari tiga partai persilatan? Jika benar,mereka tentulah murid2 murtad partai masing2!”

“Mungkinkah Ceng Ci totiang juga termasuk salahseorang “ tanya Gak Lui.

Ceng Ki totiang menghela napas: “Mungkin.......”sejenak kemud;an ia melanjutkan: „Karena telahmenguasai tokoh2 sakti persilatan, tentulah kepandaiandari si Hidung Gerumpung itu sukar diukur tingginya. Jikabenar dia itu si Maharaja, kita tentu tak dapat berbuatapa2 terhadap keganasannya ......”

Page 45: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

45

“Harap totiang jangan kuatir! Aku mempunyaidendam sedalam lautan yang harus kubalas!”

“Cita2 yang luhur” seru ketua Bu-tong-pay itu, „tetapisayang kepandaianmu masih rendah. Sekalipun engkauberserikat dengan ke-7 partai persilatan, belum tentudapat mengalahkan si Hidung Gerumpung itu....!”

“Kudengar ada seorang tokoh lain yang menyebutdirinya sebagai Maharaja juga. Kepandaiannya tiadalawannya: Jika dapat menemukannya.....”

“Dia menggunakan gelar Raja-di-raja dan sudah lamamengasingkan diri. Sekalipun mendengar gerombolandurjana muncul mengganas di dunia persilatan, ia belumtentu dia mau muncul memberantasnya. Sedang untukmencari gerombolan Topeng Besi itu, bukanlahpekerjaan yang mudah......!”

“Tetapi tak peduli bagaimanapun juga, aku tetapmencari ilmu kepandaian sakti. Untuk membalas dendamdan membasmi gerombolan durjana ini.........”

(Keterangan : Untuk dapat membedakan antara duatokoh, yang sama2 mengangkat diri dengan gelarMaharaja Persilatan, maka selanjutnya akan digunakandua macam istilah : Maharaja untuk yang seorang, Raja-di-raja yang lain. Dimana sebenarnya Raja- di-raja jugaberarti rajanya raja atau maharaja.)

Tergerak hati Ceng Ki totiang mendengar tekadpemuda itu. Merenung sejenak ia berkata: „Setiap 20tahun, didunia persilatan tentu muncul seorang bintangcemerlang. Kurasa kali ini engkaulah bintang yangdiharap-harapkan itu. Maka sebelum mati, ingin akumemberimu dua buah bingkisan !” Ketua Bu-tong-pay itumencabut pedang dipunggungnya. Sebuah pedang yangbentuknya aneh. Ketika diloloskan, batang pedang

Page 46: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

46

memancar sinar berkilau- kemilau memenuhi ruangan.Mata pedang yang berkilat-kilat tajam, jelas menunjukkanbahwa pedang itu bukan olah-olah tajam-nya. Hanyaanehnya, panjang pedang itu cuma setengah daripedang biasa.

“Inilah pedang Pelangi, pedang pusaka partai Bu-tong-pay. Terimalah sebagai bingkisanku, agar kaumemiliki senjata untuk menumpas kawanan durjana itu ! “

Gak Lui terkejut dan tersipu-sipu menolak : „Pusakayang sedemikian keramat, aku tak beranimenerima.........!”

Napas ketua Bu-tong-pay itu memburu keras danmendesak menyerahkan pedang : „Jika engkau tak maumenerima, anggaplah aku minta tolong kepadamusupaya membawa keluar pedang ini dari Bu-tong-san.Apabila bertemu dengan seorang ahli pembuat pedangyang pandai, sukalah menyuruhnya membuat pedang itusupaya menjadi pedang panjang. Setelah itu bolehlahengkau antarkan kemari lagi. Dengan demikianterlaksanalah keingnanku yang kuidamkan bertahun-tahun........!”

Sebenarnya Gak Lui memang menyesal sekali,karena telah keliru masuk kedalam sanggar pemujaanketua Bu-tong pay itu hingga tanpa sengaja dia telah,merusakkan persemedhian Ceng Ki totiang yang tengahmeyakinkan ilmu kesaktian. Jelaslah, ketua Bu-tong-payitu telah menderita Co hwe-jip-mo sehinga keadaanyagawat sekali. Mendapat kesempatan untuk menebusdosa, Gak Lui segera menyanggupi permintaan imam tuaitu : „Baiklah, lo-cianpwe. Kelak tentu akan kukembalikandengan sebatang pedang seperti yang lo-cianpwe pesan........!” Ketua Bu-tong-pay itu, tertawa puas.

Page 47: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

47

“Jika hendak menuntut ilmu kesaktian yang tiadatandingannya, haruslah mencari seorang guru yangbenar2 sakti. Kutahu sebuah tempat tetapi berbahaya........”

“Lo-cianpwe, aku tak takut bahaya apapun juga......!”seru Gak Lui dengan girang, „harap lo-cianpwe segeramengatakan tempat itu......!”

“Harap buka jendela belakang itu .........!” ka-ta CengKi totiang. Gak Lui cepat2 loncat untuk membuka jendela.......... tampak disebelah bawah gedung itu penuhdengan anakmurid Bu-tong- pay yang siap dengansenjata masing2. Mereka tegang sekali sikapnvamemandang ketingkat tiga. Memandang kearah lain, GakLui melihat berlapis-lapis puncak gunung tegak berjajar-jajar.

“Cobalah engkau hitung jajaran puncak gunung yangke-7. Dilembah gunung itu terdapat seorang aneh yangmemiliki kepandaian sakti sekali. Walaupun belumtermasuk orang yang tiada tandingannya didunia, tetapididunia persilatan jarang terdapat tokoh seperti dia........!”

Gak Lui mengawasi dengan tajam dan dapatlah iamenemukan puncak gunung ketujuh itu: „Sjapakah tokohluar biasa itu “ tanyanya.

“Aku pernah adu pukulan satu kali dengan dia. Tetapitak tahu namanya. Karena saat itu bukan saja tak sempatbicara, bahkan tak pernah melihat wajahnya ........!”

“Bertempur tetapi tak melihat mukanya .....?” Gak Luimengulang heran...........

Ceng Ki totiang batuk2 beberapa kali, katanya: „Limabelas tahun yang lalu ketika Bu-tong menutup pintu, aku

Page 48: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

48

kebetulan meronda sampai kelembah itu, dan melihatdalam sebuah guha terdapat jejak seorang manusia.Beberapa kali kuteriaki namun tiada jawaban. Terushendak kumasuki tetapi baru mendekati mulut guha, akutersedot oleh suatu tenaga-tarik yang kuat. Dengansekuat tenaga aku meronta dan berhasil membebaskandiri. Karenanya .... tak sempat menanyakan namanya ....“

Pada saat Gak Lui sedang tegang mendengarkan,tiba2 suara Ceng Ki totiang berobah lemah, napasnyaterengah engah. Buru2 Gak Lui berpalingmemandangnya. Dilihatnya kasur tempat duduk ketuaButong-pay berkubang darah segar. Kejut Gak Lui bukanalang kepalang. Bergegas-gegas ia lari menghampiriuntuk mengurut jalandarah imam itu. Tetapi Ceng Kitotiang menolaknya

“Aku sudah tak dapat tertolong lagi. Kelak, bilaberhadapan dengan Ceng Ci sute, tak perlu menanyakanpersoalannya ........” Tetapi Gak Lui gugup hendakmemberi pertotongan. Sambil mengiakan ia tetaplekatkan kedua tangannya kejalan darah imam itu. Tetapitenaga dalamnya sendiri juga terbatas. Mengurutbeberapa kali tetap tak ada hasilnya. Karena gugup, iaberteriak sekeras-kerasnya : „Hei...! Ciangbunjin parahsekali ........... lekas kalian datang menolongnya ..........!”

Belum kumandang suaranya sirna, arus anak muridBu-tong-pay melanda masuk. Yang dimulai sendiri olehCeng Cuan totiang, penjabat ketua partai, lalu Hwat Luidan Hwat Tiam serempak menerobos. Wajah Ceng Suantotiang tegang dan terlihat seram seperti iblis. Dia teruslangsung menghampiri suhengnya Ceng Ki totiang. GakLuipun segera menyingkir. Ceng Suan tak menghiraukanlain2-nya, yang penting ia harus cepat menolong

Page 49: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

49

suhengnya. Dipapahnya tubuh Ceng Ki totiang lalu mulaimenyalurkan tenaga dalam untuk memberi pertongan.........

Sedang Hwat Lui totiang deliki mata kepada Gak Lui.Melihat pemuda, itu menyanggul pedang pusaka Bu-tong-pay, tanpa berkata apa2 ia terus menusuk pemudaitu. Gak Lui terpaksa menghindar. Tetapi Hwat Tiam danHwat Ko yang muncul juga, segera ikut menyerang. GakLui serentak diserang hebat oleh tiga imam Bu-ton-pay!

Gak Lui berturut turut mundur sampai tiga langkah.

Page 50: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

50

Kini dia sudah terdesak dipojok tak dapat mundur lagi.Apa boleh buat. Dan serentak ia mencabut pedangPelangi pusaka Bu-tong-pay itu dan sret..., sret..., sret...,secepat kilat ia membabat pedang ketiga penyerangnya.Hwat Lui dan kedua imam itu tahu ketajaman pedangPelangi. Terpaksa mereka mundur. Dalam kesempatanitu Gak Lui terus loncat keluat dari jendela tingkat ketiga.

“Tangkap pencuri pedang pusaka kita” Hwat Luicepat berseru nyaring. Dari empat penjuru kelilinggedung Sanggar Pemujaan itu serentak bergemuruhpenyahutan mengiakan.

Pada saat tubuh Gak Lui sedang melayang turun,disebelah bawah sudah siap menyambut dengan lautanujung pedang. Ditengah udara Gak Lui bersuit nyaring.Pedang Pelangi ditaburkan menjadi lingkaran sinarpedang yang rapat. Tring..., tring .....terdengar deringgemerincing nyaring ketika ia menabur ditengah lautanpedang itu.

Dengan mengandalkan ketajaman pedang pusakaPelangi, berhasillah ia membuka jalan. Tetapi pada saatanakmurid Bu-tong mundur kacau balau, Hwat Luibertigapun muncul. Tetapi begitu dapat membobolkankepungan, Gak Lui terus menerobos dan lari secepatkilat. Tujuannya yalah ke-puncak gunung yang ke-7.Tetapi dengan mati-matian ketiga imam Bu-tong-payangkatan Hwat itu tetap mengejarnya. Merekamenyangka bahwa Gak Lui telah membunuh ketuamereka dan merebut pedang pusaka partai Bu-tong.

PUNCAK demi puncak dan tujuh buah puncak telahdilintasi Gak Lui. kini dia berhadapan dengan dindingkarang yang curam dan melandai kebawah dengan amatberbahaya sekali. Dibawah kaki karang tinggi itu terdapatsebuah hutan yang gelap menveramkan. Ketika

Page 51: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

51

berpaling, tampak Hwat Lui dan rombongan anakmuridBu-tong tinggal heberapa tombak dibelakang.

Ketika Gak Lui tertegun beberapa jenak saja, HwatLui bertigapun sudah loncat keudara untuk menyerang.Desis sambaran pedang ketiga imam itu cepat dapatdiketahui Gak Lui. Segera ia lintangkan keduapedangnya, yang satu pedangnya sendiri dan satupedang Pelangi, untuk menjepit ketiga pedang lawan.

Saat itu terjadilah adu tenaga. Hwat Lui dan keduaimam adik seperguruannya dalam posisi meluncur dariudara. Pedangnya dijepit oleh sepasang pedang Gak Lui.Memang dalam keadaan terpojok seperti saat itu, tiadalain jalan bagi, Gak Lui kecuali harus adu kekuatan.Tetapi ternyata tenaganya masih lemah. Beberapa saatkemudian ia rasakan kedua lengannya gemetar.Huak..........mulutnya muntah darah. Ternyata pilpemberian Ceng Ki totiang tadi, kekuatan ketahanannyasudah habis. Seketikta pemuda itu kehilangan separohtenaganya lagi.

Sudah tentu Hwat Lui bertiga girang sekali. Merekatak mau lewatkan kesempatan bagus. Denganmenambah tenaga-dalam lagi, mereka memberi tekananlebih berat. Pedang merekapun mulai pe-lahan2menurun keatas kepala Gak Lui. Gak Lui kucurkankeringat dingin. Ia merasa tak kuat lagi. Tetapi tiba2 iaterkejut mendengar suara bergemerincingan tiga kali.Ah........, ternyata ketiga pedang dari imam Bu-tong-santelah terpapas kutung oleh pedang Pelangi !

Adu tenaga dengan pedang itu, walaupun pedangHwat Lui bertiga telah kutung, tetapi tenaga kedua belahfihak masih tetap memancar. Hwat Lui bertiga yangberada pada posisi menekan dari atas, pedangnya tetapmembelah kebawah. Sedang pedang Gak Lui yang

Page 52: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

52

menyanggah. Kuatir kalau akan melukai orang, Gak Luiburu2 menarik pulang pedang untuk melindungidadanya. Tetapi ketiga imam itu benar2 kalap. Lepaskanpedangnya yang sudah kutung itu, mereka menghantamdengan tinju. Tinju yang disaluri dengan tenaga-saktiMan-bun-cin-gi. Dalam keadaan yang terdesak sekali itu,Gak Lui terpaksa buang tubuh kebelakang, tetapi ah........ia tak dapat berpijak bumi lagi karena dibelakangnyaadalah sebuah jurang.

Tubuhnya meluncur terus kebawah jurang itu .........Hwat Lui masih penasaran sekali. Ia hendak loncatkedalam jurang untuk menyusul pemuda itu. Belum puashatinya kalau belum menangkap pemuda itu, mati atauhidup. Melihat itu, Hwat Tian tojin tergopoh-gopohmemburu seraya meneriaki : „Budak itu tentu hancurlebur tubuhnya ! Mengapa suheng ........”

“Tidak.......! Kita harus merebut kembali pedangpusaka partai yang dicurinya !” Hwat Lui meronta untuklepaskan diri cekalan Hwat Tian. Imam Hwat Ko yangsudah tiba, segera berteriak keras memperingatkan HwatLui : „Mengapa suheng lupa bahwa ketua kita telahmengeluarkan larangan. Siapapun saja tak bolehsembarangan masuk kedalam lembah ini ......”

Hwat Lui gelagapan seperti dijagakan dari tidur. latundukkan kepala dan berlinang-linang airmata :„Kuharap ketua masih hidup. Aku hendak rnohonhukuman kepada beliau !”

Pada saat ketiga imam itu kembali kegunung Bu-tong, Gak Lui sedang menjelang maut. Tubuhnya yangmeluncur kebawah jurang itu menelentang menghadapke langit. Kedua tangannya masih mencckal, sepasangpedang. Ia tak dapat berbuat apa2 kecuali pejamkanmata dan paserah nasib. Tubuhnya belumuran darah;

Page 53: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

53

tenaganya lunglai. Apa dayanya lagi ? Sekonyong-konyong serangkum angin lesus bergulung-gulungmelanda, membawa tubuhnya berputar-putar,kesamping, menyusup ke sebuah semak belukar. Bluk........ ia menggigil kaget dan terbeliak.

“Hai...., aku sudah mati belum?” ia bertanya dalamhati. Dicobanya untuk menggerakkan kedua kakitangannya, ah .... lentuk dan lunglai tak bertenaga.Bahkan terasa sakit sekali sampai ke uluhatinva dan iapingsan lagi..... Tetapi angin lesus tadi tetap berhembus.Makin lama makin keras. Uh........Gak Lui mendesiskaget ketika tubuhnya terangkat dan mengapungsetengah meter diudara terus melayang cepat masuk kedalam guha..!

“Ha..., ha....., ha....., ha .............” Tiba2 dari dalamguha menghambur suara orang tertawa keras.Sedemikian keras suara tawa itu sehingga Gak Luitersadar dari pingsannya, dan seketika pula, ia rasakantelinga seperti pecah.

“Ha...., ha...., akhirnya aku mendapat kawan.......!”

Gak Lui terkejut mendengar suara itu, segera iahendak berusaha mengangkat kepala untuk melihatorang itu. Tetapi tiba2 orang tak dikenal itumenamparkan sebelah tangannya menindih dada GakLui, sedang tangan kirinyapun disosongkan ke punggunganak muda itu. Seketika Gak Lui rasakan tubuhnyaseperti dijepit oleh dua buah tenaga-sakti dari atas danbawah. Jangankan Gak Lui hendak bergerak bangun,sedang untuk menggerakkan kepala saja ia tak mampulagi Tetapi aneh.......! Benar-benar aneh.......! Tenagayang menindih diatas dadanya itu, mengalirkan tenagadalam ke dalam tubuh Gak Lui. Dan tenaga yangmenyangga punggungnya itulah yang menyedot tenaga-

Page 54: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

54

sakti dari, atas dada tadi. Tenaga-sakti yang mengalir kedalam tubuh itu mendorong dan menggerakkan tenaga-murni Gak Lui sehingga dapat melancarkan perederankeseluruh tubuhnya.

Gak Lui benar2 takjub sekali. Baru pertama kali itusepanjang hidupnya, ia mengalami peristiwa yangsedemikian luar biasa. Benar2 ia tak pernah mendengarilmu memancarkan tenaga- dalam yang sedemikiananehnya....!

Setelah mengalami tujuh kali peredaran tekanantenaga-dalam didadanya, semangat Gak Lui bertambahsegar, tenaganya berangsur-angsur pulih kembali. Juga,kini pandangan matanyapun lebih terang sehingga, iadapat melihat jelas keadaan dalam guha itu. Ketikamemalingkan kepala, pertama-tama yang tampak padamatanya jauh empat buah huruf berbunyi : „Guha batuIblis perantaian” Keempat huruf itu ditulis dengan ujungjari. Bukan diluar tetapi didalam guha.

“Aneh...., mengapa tulisan itu tak digurat diluar guha?Apakah memang diperuntukkan orang yang beradadidalam guha?” Gak Lui makin heran.

Mendadak ia rasakan tindihan pada dada dansanggahan pada punggungnya tadi lenyap. Ketika iamemandang kemuka, ah......tak jauh dihadapannya,tampak berdiri seorang orangtua yang tak keruanwujudnya. Rambut gimbal kusut masai, kumis danjenggotnya memanjang lebat. Sepintas pandang orangtua itu mirip dengan seorang manusia liar. Tetapi dalamwajahnya yang kotor itu, tampaktah gurat2 dari sebuahwajah yang cakap dan gagah pada masa mudanya.

Buru2 Gak Lui bangun dan memberi hormat.“Wanpwe Gak Lui, menghaturkan banyak terima kasih

Page 55: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

55

atas budi pertolongan lo-cianpwe.”

“Tak perlu berterima kasih........! Sekali-kaliperpertolonganku itu bukan untuk kepentinganmu !”sahut orang gua liar itu.

“Ah......, harrr lo-cianpwe jangan mengolok. Masakanmenolong itu untuk diri lo-cianpwce sendiri? kata GakLui.

“Sudah bertahun-tahuh Aku tinggaI seorang diridalam guha ini. Aku butuh sekali seorang manusia hidupuntuk teman bicara !” sahut orang tua itu.

“Untuk membalas budi lo-cianpwe, aku bersediamelayani”.

“Ha..., ha....., ha....., ha ........” orang tua liar itumenari-nari kegirangan, „ sejak saat ini hidupku takkankesepian lagi.......!”

Sebaliknya Gak Lui terbeliak kaget sekali. Serunya:„Ah, untuk menemani lo-cianpwe seumur hidup rasanyaterlalu lama. Sebaiknya ada batas waktunya ........”

Orang tua liar itu tertawa makin terkia-kial. Sambilmendekap perutnya, ia berkata :„ Batas waktu .. memangtelah kusediakan batas waktu itu.! Yalah apabila ‘POHONBESI BERBUNGA, AIR MENGALIR TERBALIK’ kita barukelua...........!”

“Hai .......! “ Gak Lui menjerit - kaget, „apa.....? Pohonbesi berbunga, air mengalir terbalik ...... tak mungkin halitu akan terjadi, kecuali terjadi sesuatu keajaiban .......... “

Orangtua liar itu mengangkat bahu dan berkatadengan nada rawan : „Apa boleh buat. Terpaksa seumurhidup kita harus tinggal disini !”

“Tetapi aku masih mempunyai dendam sakit hati

Page 56: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

56

yang harus kutuntaskan !” Gak Lui menyanggah. Orangtua liar itu menegunkan kepala, tanyanya tegang : „Ha...,ha....., ha....., ha ............. Dalam umur begitu mudaengkau sudah mempunyai beban membalasdendam........?”

“Benar.......!” Gak Lui mengiakan.

“Hah........., akan kuajarkan engkau untukmelaksanakan tugasmu itu”

“Apakah lo-cianpwe hendak memberi ilmu kesaktiankepadaku?”

“heh....., heh....,” orangtua liar mengekeh, marah2sedih, „demi membalas budi, kupatahkan pedangku dankututup diriku dalam guha ini. Kalau engkau hendakmembalas dendam, ikutilah caraku itu.........!” lamenunjuk kearah langit2 guha. Dan ketika Gak Luimenurutkan arah pandangannya, kearah yang ditunjukorangtua liar itu. Ia melihat sebatang pedang kutung,menyusup dinding karang tembus sampai keluar. Pedangitu sudah karatan. Gak Lui tergetar kaget, cepat iamencekal sepasang pedangnya erat2.

“Tidak......! Aku tak mau mematahkan pedangku.......!”Orangtua liar itu menyurut mundur ..........

JILID 2

ORANG TUA aneh itu tertegun.

“Baiklah, engkau toh tak punya kemampuanmelempar pedang tembus ke dinding batu. Tak apa,engkau boleh menyimpan pedangmu untuk mainan”serunya

Setelah tenangkan diri, Gak Lui bertanya: “Dengan

Page 57: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

57

memiliki kepandaian sehebat itu tentulah cianpwe ini,tokoh aneh yang dikatakan Ceng Ki totiang ....”

“Siapakah Ceng Ki totiang itu?” tukas orang tua aneh.

“Ketua partai Bu tong-pay yang pernah adu pukulandengan, locianpwe diguha ini!”

Orangtua aneh merenung .......: “Sudah lama sekali,memang pernah terjadi peristiwa itu, tetapi perlu apa diasuruh engkau kemari?” serunya sesaat kemudian.

Dengan hormat Gak Lui menyahut: „Aku hendakbelajar ilmu kesaktian yang tiada tandingannya didunia.Oleh karena itu beliau menyuruh aku seraya menghadapcianpwee katanya.”

“Ohhh....., kiranya engkau hendak belajar ilmukesaktian” tukas orang tua itu.

“Sekiranya lo-cianpwe sudi memberi pelajaran ....”

“Bakatmu bagus, kepandaiankupun luar biasa......!”

“Jadi lo-cianpwe meluluskan?”

,Tetapi dalam keadaan seperti sekarang ini, aku takmau!”

“Mengapa?”

“Setiap orang yang menerima murid tentumenghendaki supaya murid itu dapat mengangkat namadalam dunia persilatan agar harum nama perguruannya.Tetapi sekarang ini, aku menghendaki supaya engkautinggal disini menemani aku seumur hidup. Maka takperlu engkau bersusah payah belajar ilmu silat lagi !”

“Tetapi jika aku dapat mencari daya supaya, 'POHONBESI BERBUNGA, AIR MENGALIR TERBALIK`,sehingga lo-cianpwe mendapat kebebasan, bagaimana

Page 58: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

58

nanti?”

“Ucapanmu itu cukup pintar, sayang tak mungkinterlaksanal”

Pepatah mengatakan: “Manusia harus dapatmengalahkan alam ! Asal ada kemauan, tiada hal yangtak mungkin !” seru Gak Lui.

Orangtua aneh itu tertawa masam : „Jika mungkin,tentu dari dulu2 sudah kulakukan, tak perlu menunggukedatanganmu ! Tak kira dahulu karena salah sepatahkata saja, diriku celaka ......mencelakai orang lagi.”

“Lo-cianpwe tentu mempunyai latar belakang yangberliku-liku? “

Mata orangtua aneh itu berkilat, serunya : „Heh,rupanya engkau hendak mengetahui kisahku yang lalu !”

“Tadi lo-ciannwe mengatakan bahwa sudahbertahun-tahun lo- cianpwe tak bicara dengan orang.Mengapa sekarang tak melepaskan kesepian itu agarmulut cianpwee jangan sampai kering “

“Ho, alasanmu bagus juga.....! Baik, akan kuceritakansedikit .......” “Dahulu ada seorang sahabat mencari akuuntuk minta tolong. Karena sesuatu alasan, aku takdapat meluluskan. Dan akibatnya aku melarikan dirikedalam guha ini. Tetapi dia tetap mengejar jejakkukesini dan didepan guha merintih-rintih minta supaya akusuka meluluskan. Dalam kemarahan, aku menyatakansejak saat itu tak mau bicara lagi pada orang dan takmau keluar lagi dari guha ini, kecuali bilamana nantiPOHON BESI BERBUNGA, AIR MENGALIR TERBALIK,barulah kuakhiri ikrar itu.”

“Dia tentu pergi dengan marah2 ....”

“Benar ! Tetapi aku sendiripun celaka karena harus

Page 59: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

59

tinggal disini selama-lamanya!” sahut orang. tua aneh itu.

Gak Lui makin tertarik akan kisah itu. Tanyanya:„Sukakah lo-cianpwe menceritakan riwayat lo-cianpwedengan orang itu ?”

“Permintaanmu itu terlalu jauh! Apalagi engkausendiri belum mengatakan asal usul perguruanmu “

“Tetapi aku sudah terlanjur bersumpah takkanmengatakan asal usulku !”

“Kalau begitu, buka sajalah kedok mukamu itu,bagimana ?”

“Maaf, itupun termasuk dalam sumpahku !”

“Ha..., ha... Dalam sebuah guha, terdapat dua insanyang misterius. Kalau begitu, tak perlu kita satingmenuturkan riwayat !”

Gak Lui kecewa dan putus usa. Orangtua aneh itu takmau memberi pelajaran silat bahkan memaksanyasupaya tinggal diguha situ seumur hidup. Ah, bagaimanamungkin .... !”

“Aku benar2 harus membalas dendam darah. Takdapat tinggal terus disini. Aku hend ......”

“Engkau hendak mengapa? “ tukas orang tua itu.

“Hendak minta diri .....!” “Heh..., heh..... ! Engkau kiraengkau mampu lolos dari pukulan si Algojo dunia ini?”

“Aku mempunyai cara yang adil untuk memutuskanpersoalan ini “

“Ho..., ho.. ho cara macam ....apa lagi?”

“Menilik lo-cianpwe mampu melontarkan pedangmenembus dinding karang, tentulah ilmupedang lo-cianpwe hebat sekali......... Aku ingin adu ilmu

Page 60: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

60

pedang......!”

“Ha...., ha.........! Cara itu menarik juga. Menilikgelagatnya, engkau mempunyai modal dalam ilmupedang. Lalu apa perjanyiannya?”

“Kalau aku menang, aku segera petgi....!”

“Kalau yang menang aku?” seru orang itu.

“Silahkan lo-cianpwe sendiri yang mengajukanperjanjian”

“Pertama, engkau harus menemani aku selama-lamanya.”

“Baik, aku tentu dapat mencari akal untuk menembuspantangan POHON BESI BERBUNGA, AIR MENGALIRTERBALIK itu !” “KEdua engkau harus membuka kedokmuka itu agar mataku dapat melihat wajah manusia lagi!”

“Ini ....”

“Huh, takut?”

Serentak timbullah pikiran Gak Lui bahwa orangtuaaneh itu tentu tak mengetahui, kalau ia memiliki ilmupedang Potong-emas- membelah-kumala. Segera iamenyahut dengan garang: „Apa yang harus ditakutkan?Mari kita- mulai !” Gak Lui terus mencabut sepasangpedangnya dan mempersilahkan orang tua aneh itumemilih sendiri.

“Ho, kesombonganmu boleh sekali, budak.....! Manaboleh aku gunakan pedang bertempur denganengkau.......!” seru orang tua aneh itu penuh dengankegarangan dan kecongkakan.

“Lalu mau pakai apa?” tanya Gak Lui. “Ambilkansebatang dahan pohon dimulut guha itu kemari......!”

Page 61: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

61

Mendengar orangtua itu hendak menggunakan dahankayu, diam2 Gak Lui makin gembira. Namun ia tekanrasa girangnya itu lalu mematahkan dahan pohon yangtumbuh di mulut guha dan diserahkan kepada orangtuaitu. Sambil berdiri memasang kuda-kuda dan mencabutpedang, Gak Lui serentak berseru: „Siap.....!”

Orangtua aneh itu mengangkat dahan kayu tetapiterus diturunkan lagi, serunya kecewa: „Tak jadibertanding”

“Eh, mengapa kata-kata lo-cianpwe tak dapatdipegang ..........”

“Pada saat itu aku sudah menyatakan, tak kan keluardari guha ini dan takkan menggunakan pedang ........ “

“Jjka lo-cianpwe tak memegang perjanjian kita,berarti lo-cianpwe sudah mengaku kalah. Akupun segeratinggalkan tempat ini dan lo-cianpwe tak berhakmenahan aku ........!”

Habis berkata ia terus ayunkan langkah keIuar guha.Orangtua aneh itu hanya dapat deliki mata. Tetapi baruGak Lui berjalan setombak jauhnya, tiba-tiba serangkumtcnaga-tarik yang kuat mencengkeramnya sehingga iatak dapat langkahkan kakinya.

“Lo-cianpwe, omonganmu tadi .... ucapan manusiaatau bukan!” serunya.

“Aku tadi mengatakan tak dapat bertanding tetapibukan berarti tidak bertanding.....!”

“Engkau bersumpah takkan menggunakan pedang,bagaimana bisa .... “

“Jangan banyak mulut! Lihatlah kemari!” sekalitangan orantua aneh itu menarik maka tubuh Gak Luisegera menyurut mundur kedalam guha lagi. Gak Lui

Page 62: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

62

terkejut dan berpaling. Dilihatnya orangtua aneh itusedang mengggit dahan pohon, agaknya bersiap-siap.Jelas ia memakai mulut sebagai ganti tangan, untukmelayani Gak Lui.

Melihat itu Gak Lui kejut2 girang. Setelah berhati-hatipasang kuda-kuda, secepat kilat segera ia taburkanpedang mengarah ke mulut orang. Orangtua aneh ituberkilat-kilat matanya, memperhatikan setiap gerakanpedang Gak Lui. Tiba2 la surutkan kepalanya dan dahanpohon. itu segera berobah menjadi lingkaran sinar yangbalas melibat pedang Gak Lui.

Melihat itu diam2 Gak Lui membatin: “Huh paling2permainan pedangmu serupa dengan Ceng suan totiang!”

Cepat ia tambahkan tenaga-dalam untuk bergeliatanmemutar kearah dahan kayu. Tring .... terdengar bunyimendering dan celaka ...... pedang Gak Lui terpukul olehtenaga-tolak orangtua itu, terlepas mencelat keudara........

Dalam gugupnya, Gak Lui cepat hendak mencabutpedang Pelangi yang, terselip pada bahu sebelah kiri.Tetapi pada saat tangan hendak bergerak, dahan kayu dimulut orangtua aneh itu secepat angin menderu, telahmeluncur dan menutuk tiga buah jalan darah pentingditubuh Gak Lui. Uh......, Gak Lui mengerang tertahandan jatuh terlentang.

“Budak ! Dari mana engkau belajar ilmu pedangtadi?” seru orangtua aneh itu.

“Tak dapat kukatakan!”

“Jurus Potong-emas-membelah-kumala tadi adalahilmu simpanan dari Pedang Laknat Ji Kitek. Engkau

Page 63: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

63

mempunyai hubungan apa dengan dia ?”

“Tak perlu kukatakan !”

“Akan kubuka kedokmu tentu akan tahu siapaengkau. Lalu baru kutanya Iagi............!”

Orangtua aneh itu menutup kata2nya dengangerakkan kedua tangannya untuk mcnyingkap kedokmuka Gak Lui. Pemuda itu karena tak berkutik, tak –dapat berbuat suatu apa kecuali deliki mata denganpenuh dendam kemarahan. Saat itu tangan orangtua

Page 64: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

64

aneh sudah menjamah kepala Gak Lui Tetapi ketikapandang matanya tertumbuk akan mata Gak Lui yangberapi-api dan bibirnya yang gemetar keras, orang ituterkejut. Buru2 ia palingkan muka tak berani beradupandang:

“Tanpa kubuka ...pun sudah tahu...!”

Gak Lui gemetar, serunya gugup: „Apa yang lo-cianpwe ketahui ?”

Orang aneh itu tak menyahut melainkan berkataseorang diri dengan pilu: „Putera dari Pedang MalaekatGak It-bing, murid dari Pedang Laknat Ji Ki-tek ......mengapa kepandainnya begitu rendah! Jangankanmereka semua telah dihancurkan orang ......takseharusnya melihat bahaya aku tak menolong........berdosa.......! Berdosa..........”

Seketika tersadarlah pikiran Gak Lui. Serentak iaberseru tegang: „Ah, kiranya Lo-cianpwe ini paman-guruku kedua Pedang Iblis Ko Tiong-ing !” ........Orangtua itu terhuyung mundur sampai tiga langkah.Wajahnya, ketakutan seperti melihat hantu disiang hari.

“Yang paman maksudkan itu tentulah bibi guru DewiPedang Pelangi Li Siok-gin, benar atau tidak!” seru GakLui

Orang aneh itu menjerit ngeri lalu menutup mukanyadengan kedua tangan dan berteriak: „Janganmengungkat lagi ! Pergilah ..... pergilah..... engkau!”

“Gak Lui takkan pergi. Akan menemani paman disinisampai dapat menemukan daya !”

Orangtua aneh yang ternyata Pedang Iblis Ko Tiong-ing itu, meraung-raung kalap: .,Aku tak sudi bicarapadamu jika engkau tak mau enyah akulah yang pergi !”

Page 65: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

65

tiba2 tubuhnya berputar dan menjusup kebagian dalamguha. Saat itu Gak Lui bcrusaha untuk menggeliatbangun. Tetapi tenaganya masih lunglai. Terpaksa iaberteriak-teriak memanggil paman gurunya itu, pun jugatiada penyahutan.

Hari makin gelap. Setelah tiga jam tak berkutik,akhirnya jalan darah Gak Lui yang tertutuk. itu terbukasendiri. Buru-buru ia bangun terus masuk kebagiandalam.

TERNYATA GUHA itu bagian dalamnya berkeluk-keluk makin lama makin lebar. Baru ia tiba di ujungterakhir, tiba2 ia dilanda oleh segelombang tenagadahsyat.

“Pa .....!” belum sempat Gak Lui meneriaki namapamannya, tubuhnya sudah terhuyung-huyungkebelakang dan sudah terjerumus kedalam sebuahsaluran air. Airnya sejuk sekali, mengalir keluar guha.Begitu terendam dalam air dingin, seketika terlintaslahdalam benaknya akan sebuah jurus yang aneh.Setengah malam lamanya, ia mondar mandir. Setelahlelah, ia duduk bersandar pada dinding batu.

“Hm...., besok pagi akan kusampaikan hal yangmengejutkan kepada paman, dia tentu akan memperolehkebebasan ...., tentu girang sekali. Kemudian kita ......”demikian lumunan yang berlalu lalang dalam benaknya.......

Karena letih, tertidurlah ia. Dalam tidurnya itu iabermimpi bahwa pamannya telah memberi pelajaran ilmusilat kepadanya. Kepandaiannya bertambah sakti,tubuhnya terasa nyaman dan semangat penuh.Kemudian ... kemudian ia membuka mata ! Wahai ..,terrowongan guha,itu sudah terang lagi. Tentulah hari

Page 66: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

66

sudah siang. Gak Lui loncat berdiri, huh .......hampir sajakepalanya membentur langit terowongan. Hai .... aneh,aneh........, mengapa tenaga-dalamnya kini bertambahhebat.

“Paman......! Paman.......!” teriaknya.

“Lui ........” terdengar jawaban Pedang Iblis. Tetapisuaranya amat lemah. Sayang Gak Lui takmemperhatikan hal itu. la sudah girang setengah matikarena pamannya sudah mau menyahut.

“POHON BESI SUDAH BERBUNGA dan AIRPUNSUDAH TERBALIK MENGALIR.......! Lekas kemarilahpaman, lihatlah keajaiban itu dan engkau...... engkau.......tentu bebas........!” seru Gak Lui tegang tegang.

Terdengar langkah yang sarat dan ketika pedang IblisKo Tiong- ing muncul, Cak Lui terbeliak kaget. Hanyasemalam saja, telah terjadi suatu perobahan yangbesar...........

Saat itu mata No Tiong-ing sudah tiada bersinartajam lagi. Wajahnya penuh keriput. Sama sekali jauhbedanva dengan keadaannya tadi malam. Bergegas GakLui menyongsong dan memapah tubuh Ko Tiong ing,tanyanya cemas: “Paman, engkau bagaimana?”

“Hek....; hek.....,” Ko Tiong-ing batuk2, “aku takkurang suatu apa. Hanya sedih memikirkan peristiwayang lampau ... lalu sedikit tak enak badan!”

“Tetapi kalau paman menyaksikan 'keajaiban ini,tentu akan segera sembuh........ !” Dengan setengahkurang percaya, Pedang Iblis Ko Tiong-ing melangkahkedalam mulut guha. Gak Lui menutuk kearah puncakguha, serunya : „POHON BESI SUDAH BERBUNGA,lekas iihatlah........ !”

Page 67: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

67

Pedang Iblis mengangkat muka memandangkepundak guha. Seketika ia tertegun kaget, kemudiantersenyum : „Jurus yang bengkok itu, ternyata engkaumampu memecahkan......... !” Kiranya batang pedangyang dilontarkan Pedang Iblis Ko Tiong- ing sampaitembus keluar dinding guha itu, dihias dengan untaianbunga segar oleh Gak Lui. Sepintas pendang tampakseperti sebatang pohon besi sedang bcrbunga ....

“Ya......., paman tentu tak mungkin mengatakahperistiwa itu bukan suatu kenyataan......... ! Sekarangmarilah lihat lagi AIR TERBALIK MENGALIR.”

Mereka menuju kesaluran air yang berasal darisumber-air gunung. Tiba ditepi saluran air itu, Gak Luimenunjuk kearah parit air itu : “Jika kukatakan 'terbalik',air dalam saluran itu tentu akan segera membalikalirannya. Harap paman perhatikan baik2 .........!”

“Parit itu lebih dangkal dari biasanya. Perlu apadilihat....... !” Sekonyong-konyong Gak Lui berseru :„Terbalik” Secepat kilat ia memapaskan pedang kemulutsaluran air tanah liat yang disumbatkan pada mulutsaluran kemarin malam, pecahlah. Sumber-sumber air itusegera mencurah terjungkir balik kebawah. Pedang Iblistertawa rawan, serunya : „Lui....!, paman berterima kasihkepadamu. Tetapi aku tak ingin keluar lagi....... !”

“Me ......... mengapa ?”

“Kasih tahu dulu padaku, Pedang Malaekat danPedang Aneh mati ditangan siapa? “

Dengan nada haru dan sedih, Gak Lui segeramenceritakan semua peristiwa yang diketahuinya. Begitupula tentang tokoh yang bergelar Maharaja, yang telahmenyuruh gerombolan Topeng Besi membunuh-bunuhiorang2 persilatan golongan Putih. Berulang kali Pedang

Page 68: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

68

Iblis mengerang dan hauk ..... ia mengeluarkan darah.Ahirnya berkatalah ia dengan kalap : „Dahulu bibi gurumuPedang Bidadari Li Siok-gin telah membawa surat dariayahmu kemari, memanggil aku kesana. Tetapi karenamsih mendendam kemarahan, kutolak permintaannya.Ach.........!, kini kita semua telah menderita bencana yangbegini mengenaskan ........ aku ........... seharusnya bunuhdiri untuk menebus dosa!”

“Tidak...... paman.......! ,” teriak Gak Lui.

“Engkau telah bebas sekarang! Engkau dapat kelua:rmencari balas pada musuh.......!

“Kepandaianku pun tak dapat mengalahkan musuhitu. Maka semalam telah kusaurkan sembilan bagian daritenaga murniku kepadamu. Tetapi tubuhmu sendiriternyata juga ada penyakitnya. Engkau harusmencari.....hek....., hek.......”

“Paman ..... naman.....” Gak- Lui cemas, katakanlah.Siapa yang harus kucari itu? Paman .......

Pedang Iblis Ko Tiong-ing bcrusaha untukmenguatkan diri. Dipandangnya Gak Lui lekat katanyapula: „Engkau harus mencari ‘Si-sim-leng-cuan’ atausumber-air Pencuci jiwa ........ air dari sumber itumempunyai khasiat untuk membakar tulang- tulang.......,akan dapat mengobati penyakitmu „Lubuk hati sempit' ....jika tidak begitu ........ tentu sudah kusalurkan seluruhtenaga murniku kedalam tubuhmu. Tetapi syarat pertama.........”

“Apa......?” “Air sumber itu luar biasa pahitnya .......”

„Gak Lui tak takut........!”

“Sudah banyak tokoh2 persilatan, setelah minum airsumber itu semua muntah2 dan putus usus dan

Page 69: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

69

empedunya lalu mati ditepi sumber itu ......... “

Gak Lui tergetar hatinya. Dia mengira Pamannya itutentu sedang kacau pikirannya sehingga ucapannyapuntak keruan: Melihat pemuda itu tertegun kaget, PedangIblis segera menyusuli kata2: „Sumber air ‘Si-sim-leng-cuan’ walaupun telah membinasakan banyak tokoh:tokoh persilatan, tetapi hal itu adalah kakek - gurumu Bu-san It-ho sendiri yang mengatakan. Jelas tentu takbohong. Dan lagi beliau mengatakan, khasiat dari airsumber itu memang benar-benar mujijad sekali. Hanyacara minumlah ...... yang jarang diketahui orang2 .......!”

“Tentu ada peraturan minum yang khusus? Misalnyadalam ilmu pengobatan sering dikatakan „dengan racununtuk mengobati racun' atau .......”

“Lui....., engkau dapat mecmecahkan masalahPOHON BESI BERBUNGA, AIR TERBALIK MENGALIRRahasia dari sumber air itu, kupercaya engkau pun tentudapat memecahkannya ! Kuharap penyakitmu segerasembuh dan berhasil meyakinkan ilmu kepandaian yangtiada tandingannya didunia ........”

Pedang Iblis, berheniti batuk2. Darah segarmengucur deras dari muut dan hidung .... Gak Lui gugupdan cepat memeluk pamannya untuk memberipenyaluran tenaga-dalam. Tetapi sayang walaupun iasudah mendapat hawa murni dari Pedang Iblis yangdisebut tenaga-sakti Algojo-dunia, namun sedikitpun iatak mengerti penggunaannya. Mencoba sampaisetengah hari, tetap ia tak mampu menghentikan kucurandarah pamannya.

“Anak Lui...., janganlah membuang tenaga sia-sia.Lekas ...... angkat aku... keluar ......”

“Ya....., ...... ya! Paman telah bebas, seharusnya

Page 70: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

70

lekas tinggalkan guha yang telah paman huni selama 18tahun ini!” Habis berkata Gak Lui terus mengangkattubuh pamannya. Tetapi sampai dipintu, Pedang lblis,suruh Gak Lui berhenti. Ia menunjuk pada 8 huruf yangtergurat dibalik pintu, katanya: „itu ...... akulah yangmengguratnya .... merupakan tempat ajalku ........”

Gak Lui gemetar: „Paman, engkau harus keluar.Biarlah Gak Lui yang menolongmu!” ia terus hendakmembawanya keluar. Oleh karena sudah kehabisantenaga, sudah tentu Pedang Iblis tak dapat menahantarikan Gak Lui. Ia terhuyung-huyung dan berteriak.

“Engkau ...., engkau lihat diluar dulu.... aku takutketemu manusia hidup .....”

“Tak mungkin diluar ada orang ......... “

“Huh........., engkau berani menentang perintah.pamanmu.......!”

“Tidak......!, paman.” Lekas..... lekas lihat yangjelas...., aku..... baru ikut engkau keluar.....!”

Terpaksa Gak Lui lepaskan cekalannya, terusmelesat keluar guha. Uh......., loncatannya ternyata jauhsekali. Jauh lebih pesat dari biasanya. Buru2 ia balikkepintu gha lagi. Bruukk......., terdengar suara bendabergedebuk jatuh ketanah.

“Paman .......!” Gak-Lui menjerit ..... lalu menubrukpamannya. Ketika mengangkatnya, ternyata kepalaPedang Iblis pecah. Ia telah bunuh diri dengan benturkankepalanya pada dinding batu Bercak darah masihmeneteskan percikan darah merah pada dinding itu,tokoh kedua dari Catur Pedang gunung Bu-san telahmengakhiri jiwanya! Betapapun sedih hati Gak Lui,namun hal itu sudah menjadi kenyataan. Ia harus

Page 71: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

71

menanam jenazah pamannya.

Pada saat menjamah tangan sang paman, tiba2 iamerasakan sesuatu yang aneh. Ujung jari telunjuk kanandari Pedang Iblis juga hancur sehingga tampaktulangnya. “Ah, paman tentu menggurat tulisan denganujung jarinya. Tetapi karena tenaganya sudah habis,ujung jarinyapun hancur,” Gak Lui menduga.

Dalam keadaan duka Gak Lui tak memikirkan lagiapa yang telah ditulis oleh Pedang Iblis. itu. Cepat iamembopong tubuh pamannya dibawa keluar. Diamembuat tempat kuburan ditengah hutan. Sambilberlutut, berdoalah Gak Lui: „Paman, arwahmu sudahbebas. Mohon paman pulang dengan tenteram ketempatasal .... Hutang darah paman tentu akan kubalaskan !”

Setelah menumpahkan isi hatinya, Gak Lui bangkit.Dipandangnya makam itu sampai beberapa lama.Matanya penuh dendam penasaran! Puas.....! berdialoogdengan arwah -pamannya, Gak Lui lalu tinggalkantempat itu.

Tetapi baru beberapa langkah, tiba2 ia berhenti:„Ah..., celaka! Mengapa lupa kututup guha itu?Didalamnya terdapat banyak benda2 peninggalanpaman. Dan apa yang digurat paman itu, belum kulihat.”Cepat ia balik lagi kedalam goha. Pada dinding yangbiasa dibuat tempat latihan oleh pamannya, Gak Luimelihat dua baris huruf: Menjolok-bintang-memetik-bulanseperti hujan mencurah, Algojo-tunggal- dari-duniamengejutkan hantu dan iblis. Dibawah tulisan itu terdapatbanyak gambar2 dan huruf2 kecil. Walaupun diguratdengan ujung jari, .tetapi guratannya tak berapa dalam.Makin lama makin dangkal, sehingga huruf2 terakhirhanya merupakan guratan darah belaka! Air mata GakLui berderai-derai mengucur. Makin dalamlah rasa terima

Page 72: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

72

kasihnya atas jerih payah pamannya. Mengamati denganseksama, barulah ia mengetahui bahwa yang dimaksuddengan Algojo-tunggal dari-dunia itu adalah tenaga- saktidari Pedang Iblis yang dapat digunakan untukmendorong dan menyedot. Ilmu tenaga-sakti Algojo-tunggal dari dunia merupakan suatu ilmu tenaga dalamyang luar biasa. Lebih dulu menyedot tenaga lawandengan telapak tangan. Lalu dengan menggunakantelapak tangan yang lain memancarkan lagi tenagalawan yang disedot itu untuk menghantam. Dengan caraitu, tak perlulah memakai tenaganya sendiri. Denganmeminjam tenaga lawan, dapat digunakan untukmenghantam lawan. Apalagi kalau ditambahi dengantenaga-dalamnya sendiri. Tentu lebih hebat! Tetapi halitupun ada syaratnya. Yalah harus disesuaikan denganbakat dan latihannya sendiri. Bakat makin bagus, latihantentu makin sempurna dan kemampuan untukmengalahkan lawan makin hebat. Apabila, bakat danlatihan kurang tinggi sedang lawannya lebih kuat, selaintak dapat menyedot tenaga lawan, malah amatberbahaya. Dirinya sendiri akan remuk di dalam ! Dantentang jurus Menyolok-bintang-memetik-bulan itu,sesungguhnya merupakan salah sebuah ilmu istimewadari Catur Pedang Bu-san. Jika jurus itu digabungdengan ilmu Algojo-tunggal dunia, senjata musuh tentudapat disedot jatuh. Nama2 yang diberikan untuk jurusAlgojo tunggal dunia dan Menyolok-bintang-rembulan itu,justeru berlawanan dengan nama Memotong-emasmembelah-kumala. Gak Lui tak jadi tinggalkan guha itu.Ia memutuskan untuk menetap disitu mempelajari ilmuyang diberikan Pedang Iblis dengan guratan dindingguha. Siang malam ia giat sekali berlatih. Ia bersumpah,selama belum dapat menguasai ilmu itu, takkan keluardari guha. Tempo berjalan cepat sekali. Tak terasa sudah

Page 73: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

73

7 hari lamanya Gak Lui tinggal dalam guha itu. Dia dapatmempelajari ilmupedang tetapi masih belum memahamiilmu-tenaga-dalam menyedot dan memancar. Dan lebihcelaka pula, persedian ransum dalam guha itu sudahhabis. Ia mulai kelaparan.

Pada hari itu dengan menahan lapar dengan minumair sumber, ia melangkah keluar guha. Tiba2 ia melihatseekor serigala berada beberapa meter diluar guha.Serentak timbullah semangat Gak Lui. Ce-pat ia hendakloncat menangkap tetapi tiba2: „Tidak Aku tak bolehmelanggar sumpah” serentak teringat akan sumpahnyaia berhenti. Tiba2 ia teringat dan segera tangan kirinyaberayun menggunakan tenaga sakti Algojo tunggal daridunia. Diluar dugaan, jurus itu telah menimbulkan reaksiyang hebat. Ia rasakan telapak tangannya menyedotserangkum hawa, terus masuk kedalam jalan darah danmengalir keseluruh tubuh. Serigala itu terkejut danhendak lari. Tetapi kaki belakangaya menelikungkebawah tak dapat bergerak. Melihat itu girang Gak Luibukan kepalang. Ia tahu ilmunya tenaga-sakti menyedottelah berhasil, cepat ia perkeras tangannya. Serigala itumeraung dan melolong kalap. Binatang itu menggaruk-garukkan kedua kaki depannya ke tanah. Beberapa saatkemudian tanah telah berlubang seperti sebuah liang.Namun tetap binatang itu tak mampu membebaskan diridari tenaga-penyedot Gak Lui. Saat itu terjadilah tarikmenarik antara Gak Lui dengan serigala. Tapi akhirnyaserigala itu tertarik kedalam guha lalu dibunuh. Dengandemikian berhasillah Gak Lui menyelami intisari ilmutenaga-dalam penyedot. Disamping itu telah mendapatransum makanan.

Sebulan kemudian, setelah berlatih keras, Gak Luiberhasil mencapai tataran yang tinggi dalamperyakinannya ilmu pedang dan tenaga-sakti penyedot.

Page 74: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

74

Pada hari itu Gak Lui mengemasi barang2 peninggalanPedang Iblis, menutup pintu guha rapat-rapat lalu mintadiri dihadapan kuburan Pedang Iblis dan terus turungunung.

SAAT ITU hari sudah malam ketika ia tengahmenyusuri jalan besar. Ia gunakan ilmu lari cepat.Tujuannya hendak mencari orang dan menanyakan letaksumber air Pencuci jiwa itu. Tiba2 disebelah tenggara,tampak cahaya api memancar dilangit.

“Bagus....!” pikirnya, “Disana tentu terdapat rumahpenduduk, tetapi aneh, mengapa api sedemikianbesarnya?”

Segera Gak Lui lari menuju tempat itu. Tak beberapalama ia melihat sebuah gedung besar. Empat penjurugedung itu dipasangi berpuluh onggok api unggunsehingga terang benderang seperti siang hari. Dilihatnyajuga dalam gedung itu orang sibuk mondar mandir kiankemari dengan membawa senjata terhunus. Cepat iapesatkan langkah menuju ke gedung besar itu. Ketikatiba dimuka pintu gerbang, ia terus hendak niinta pintu.Tetapi belum mulut berkata, sekonyong-konyong empatsosok tubuh melesat keluar. Seorang lelaki setengahumur yang berada paling depan, tanpa bilang suatu apaterus menghantam Gak Lui. Gak Lui marah. Tetapisebelum jelas, siapa sesungguhnya orang2 itu, terpaksaia tahan kemarahannya. Cepat ia gerakkan tangan dalamjurus, Algojo-tunggal dari-dunia untuk menyedot tenagapukulan orang.

Semula orang dari dalam gedung itu mengira kalauGak Lui tengah lepaskan pukulan Membelah gunung.Diam2 ia yakin pukulannya itu tentu dapat mengalahkanGak Lui. Amboi........., orang itu terkejut ketikapukulannya seperti terbenam dalam lautan hilang sirna

Page 75: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

75

tak berbekas...............

Orang itu terkejut dan buru2 menarik pulangtangannya seraya loncat kesamping. Adalah siorangtuadibelakang orang pertama itu, karena tak tahu apa yangterjadi, begitu melihat kawannya menyingkir, ia terusmenghantam dada Gak Lui. Gak Lui menyurut mundurdua langkah seraya tamparkan tangan kiri. Wut ... tenagapukulan orangtua itu hilang lenyap seketika! Tetapi jago-tua itu tetap tak menghiraukan. Begitu keduanya salingmendekati, tiba2 ia menarik tangan lalu gerakkan sikunyamembentur jalandarah dilambung Gak Lui. Jurus itudisebut membentur-gunung-Thaysan. Perbawanya dapatmenumbuk pecah batu gunungl Gak Lui mendengusdingin. Sambil menangkis dengan tangan kiri, tangankanannya memukul. Bum ..., jago tua itu mendengustertahan. Tubuhnya terhuyung-huyung sampai limalangkah dan hampir terjerumus kedalam onggok api.

“Kalian tahu aturan atau tidak!” bentak Gak Lui.Orang yang menyerang pertama kali tadi, mencabutpedang dan balas membentak: „Terhadap manusiaseperti engkau, perlu apa pakai aturan !”

“Engkau anggap aku ini manusia macam apa?'“

“Engkau sendiri tentu sudah tahu !”

Gak Lui marah, bentaknya : „Cara omonganmu itu,aku tak mengerti ....... “

“Tak usah berpura-pura ! Setelah kuringkus, engkautentu akan tahu semua !” orang itu menutup kata dengangerakkan pedangnya. Seketika ketiga kawannyapun ikutserempak menyerang Gak Lui. Kalian cari mampussendiri ...!”

Gak Lui segera taburkan pedangnya. Dibawah

Page 76: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

76

cahaya api unggun, sinar pedangnya berkelebatmenyapu keempat lawannya. Keempat orang itu dengantangan kanan memainkan pedang sedang tangan kirimelancarkan pukulan. Selain jurus permainannya aneh,tenaga pukulan mereka juga hebat. Sebelum mendapatpelajaran dari Pedang Iblis Ko Tiong-ing, mungkin GakLui tentu celaka. Karena selama diasuh oleh ayahangkatnya, karena ayahnya buntung, maka tak dapatmenurunkan ilmu tenaga dalam yang sempurna. PedangIblis Ko Tiong-ing telah membenamkan diri meyakinkanilmupedang selama 18 tahun. Dalam ilmupedang, diajauh lebih tinggi dari Pedang Aneh Ji Ki- tek. Denganmendapat pelajaran ilmupedang yang sakti itu, ditambahdengan ilmu tenaga-dalam Algojo-tunggal-dunia, Gak Luitak gentar, menghadapi keempat penyerangnya itu.Bahkan makin hebat lawan menyerang, makin tangguhdaya- perlawanan Gak Lui. Sepuluh jurus kemudian,keempat pengeroyok itu terkejut. Satu demi satu merekamulai mengganti permainannya. Dari menyerang,menjadi bertahan. Gak Luipun ganti siasat, ia salurkantenagadalam sakti Algojo- tunggal dari-dunia, kebatangpedangnya. Asal pedang lawan membentur pedangnya,tentu tersedot lekat dan harus mandah bergerak kemanaGak Lui menginginkan. Tetapi jika lawan coba untukmelepaskan, tenaga-dalamnya tentu akan tersedot olehGak Lui.

Cepat sekali kelima sinar pedang itu, satu demi satumulai lenyap. Dan pada lain saat, Gak Lui berteriak:„Lepas!” Susul menyusul, pedang keempat orang itumencelat keudara. Berkilat-kilat laksana batanganakpanah meluncur keangkasa. “Oh........, kiranya jurusitu disehut Menjolok-bintang-memetik- bulan. Bukankahbatang pedang yang membubung keudara dan meluncurlagi ke bumi itu seperti nama jurus itu keadaannya?”

Page 77: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

77

diam2 Gak Lui membatin.

Se-konyong2 pemimpin kawanan pengeroyok ituberteriak senyaring-nyaringnya: “Hayo, lekas bantumeringkus penjahat “

Dari dalam gedung besar, berhamburan keluarberpuluh-puluh sosok tubuh manusia. Gak Lui majubeberapa langkah dan siap sedia. Keempat orang itutakut juga. Mereka sudah kehilangan pedang. Terpaksamenyurut mundur dan tegak berjajar-jajar.

“Mengapa kalian menyerang aku ? Apakah kalianmau menjelaskan sebabnya'!” seru Gak Lui.

“Kami akan mengadu jiwa bukan bicara!” sahutmereka.

“Aku Gak Lui, datang kemari sama sekali ......” BelumGak Lui selesai bicara, bala bantuan dari gedung besaritupun tiba. Mereka dipimpin oleh seorang wanitapertengahan umur. Tangannya mencekal sepasangpedang Mimi dan Mintuna. Dan tanpa bicara apa2,wanita itu terus menyerang ganas. Sudah tentu Gak Luimarah sekali. Ia keluarkan jurus ilmupedang Memotong-emas-membelah-kurma. Tring ......, pedang wanita itudapat ditabas kuntung! Tetapi anakbuah wanitu itu cepatmenyerbu. Keempat orang yang kehilangan pedang tadi,tclah mendapat gantii pedang, ikut menyerang.

Dalam taburan hujan pedang itu, Gak Lui punmencabut pedangnya yang lain. Dengan sepasangpanjang, ia mengamuk. Tring..., tring...., tring .....Kemana pedang Gak Lui berkelebat, tentu terdapatpedang musuh yang terpapas kutung. Deringgemerincing dari benturan pedang itu amat memekakantelinga. Tetapi kawanan orang itu tak kenal mundur.Terlebih- pula siwanita dan keempat lelaki yang pertama

Page 78: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

78

menyerang tadi. Mereka pantang mundur. Dalam cuacayang mulai meremang petang, suasana makinmenyeramkan.

“Celaka........! Rupanya orang2 ini bukan golonganorang jahat! Perlu apa harus membunuh ..........”Demikian terlintas dalam benak Gak Lui. Ia segera robahpermainan pedangnya. Pedang di sapukan keempatkeliling.

Setelah mengundurkan musuh, sekonyong-konyongia loncat melambung keudara lalu melayang turun,kedalam semak terus melarikan diri. Tak berapa saat iasudah lari 10 li jauhnya. Berpaling kebelakang, gedungbesar yang diterangi api unggun itu sudah amat jauhsekali. Segera ia masuk kedalam hutan dudukbersemedhi memulangkan tenaga. Tetapi pikirannyasukar ditenangkan. Tak henti2nya ia memikirkanperistiwa yang dialaminya itu.

“Kawanan orang itu benar tak kenal, aturan, tetapidari wajahnya mereka seperti tengah menghadapiketegangan. Mungkin akulah yang tak kenal tata-aturandunia persilatan sehingga melanggar pantangan mereka......... ah, lebih baik besok pagi kesana lagi ........... “

Setelah lepaskan kerisauan pikirannya, akhirnyadapatlah Gak Lui bersemedhi dengan tenang. Pada saatia membuka mata, haripun sudah fajar. Kembali iamerenungkan pertempuran semalam, pikirnya :

“Untunglah aku tak bertindak ganas. Mereka hanyaterluka luar. Tetapi peristiwa itu memang aneh sekali Akubarus menyelidiki lagi ........ “

Setelah mengambil keputusan ia segera menuju kedesa lagi. Gedung itu tampak sunyi senyap. Api unggunsudah padam semua. Hanya disana sini masih

Page 79: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

79

membekas sisa asap. Yang aneh, pintu gedung masihtetap terbuka. Tetapi tak tampak seorangpun juga. Tiba2mata Gak Lui tertumbuk akan sesuatu yang aneh. Padatembok pintu, terdapat secarik kertas hitam yangberrtuliskan huruf warna merah dan dibubuhi cap tintaemas. Gak Lui maju menghampiri. Astaga.....! Kembali iaterbeliak kaget. Ternyata huruf merah pada kertas hitamitu bukan tinta biasa melainkan dari darah manusia.Bunyinya:

“Yang taat padaku, hidup. Yang menentang, mati!”Maharaja.

“Hai! bukankah ini Amanat Takdir dari duniapersilatan !” Gak Lui terkejut. Segera ia merobek surat itudan melihat sebaliknya. Ah, ternyata terdapat 3 buahhuruf besar. Seketika meng-gigilah tubuh pemuda itu.Segera ia menyimpan surat yang dirobek itu dalam bajulalu melangkah masuk: “Hai, mana orangnya ?” sambilberjalan ia berteriak memanggil. Namun tiadapenyahutan sama sekali. Yang menyahut seruannva ituhanya ceceran noda darah dilantai. Menurutkan cecerandarah, ia terus masuk kedalam sebuah ruangan besar.

Kembali ia terbeliak kaget. Wanita dan keempat laki2yang bertempur dengan dia semalam, saat itu terpakuditengah ruangan dengan senjata masing- masing.Senjata itu menusuk dada tembus sampai kepunggung.Empat keliling tembok ruang, penuh terpaku dengantubuh anak buah gedung itu! Mata mereka melototkeluar, wajah menampilkan ketakutan yang mengerikan.Gak Lui tegak berdiri ditengah puluhan mayat-mayatyang tegak berdiri terpaku di dinding. Makinmendalamlah rasa kebenciannya terhadap Maharaja.

Saat itu iapun segera menyadari kesalah faham yangterjadi semalam. “Mereka tentu menerima Amanat Takdir

Page 80: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

80

dari si Maharaja. Lalu mereka mengatur penjagaan kerasuntuk menghadapi musuh. Setiap pendatang, tentudianggap orang dari Maharaja itu. Begitu pula terhadapdiriku, mereka duga aku tentu salah seorang darigerombolan Topeng Besi. Dan ketika kutinggalkantempat ini, gerombolan pengganas itu tentu datang danmembunuh mereka habis-habisan. Ah........, sehurusnyasemalam aku herada disini, membantu merekamenghadapi pengganas-pengganas itu. Sekarang akukehilangan kesempatan untuk menuntut balas padamusuh.....” ia menimang-nimang dalam hati.

Karena gemas, Gak Lui mengerunyutkangerahamnya dengan keras. Berputar memandang padamayat2 yang berada dalam ruang itu, ia berdoa pelahan:“Saudara2 aku Gak Lui bersumpah akan membalaskandendamu saudara. Harap kalian mengasoh di alam bakadengan tenang. Maaf karena tak sempat menguburkan,terpaksa jenazah saudara2 akan kubakar saja........!”

Dengan obor itu mulai membakar ruangan itu. Baumayat terhakar, membaur kemana-mana, memuakkanperut orang. Setelah selesai mengadakan pembakaranmayat, Gak Lui segera menetapkan rencana. “Denganterdapat Amanat Takdir disini, tentu gerombolanpengganas itu akan melakukan pembunuhan padatokoh2 golongan Putih dilain tempat. Dan untuk mencariketerangan tentang letak sumber air Pencuci Jiwa itu, taksembarang orang dapat memberitahu. Aku harus lekas2mencari tokoh persilatan yang lain ...........”

Secepat kilat ia terus menerobos keluar dari ruangitu. Tetapi baru beberapa tombak meninggalkan gedung,dua sosok bayangan melesat cepat kedalam gedung itu.Baik Gak Lui maupun kedua orang itu sama2 lari pesat.Yang satu keluar, yang lain masuk. Tubrukan pasti tak

Page 81: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

81

dapat dihindarkan lagi. Pada saat jarak kedua fihaktinggal satu meter, dengan kegesitan yang luar biasa,Gak Lui enjot tubuh melambung ke udara. Melayang duatombak tingginya melampaui kepala kedua pendatangitu....! Tetapi ternyata kedua pendatang itu, juga berilmutinggi. Salah seorang ternyata seorang tua yangberjenggot panjang. Tampak terkejut karena melihat GakLui melambung diatas kepalanya, ia terus lari meneroboskedalam gedung. Sedangkan kawannya, seorang tuaberwajah hitam, berhenti dan berputar diri lalumendamprat Gak Lui: „Hai........., hendak lari kemanaengkau Topeng Besi......?!” Tring .... orang tua berwajahhitam itu terus mencabut pedang lalu loncat menusukpungung Gak Lui.

Saat itu Gak Lui masih melayang di udara. Dari angingerakan pedang, tahulah buhwa penyerangnya itumemiliki tenaga-dalam yang tinggi. Maka ia gerakkan,kedua. tangannya, menampar kebelakang danmenggurat dengan tenaga-sakti Algojo-dunia. Orang tuaitu tergetar sampai miring tubuh-nya. Ia benar2 terkejutkarena jurus Algojo-dunia yang hebat itu........” Secepatkilat Gak Luipun berputar diri dan berseru: „Aku........bukan gerombolan Topeng Besi Engkau salah, duga.......”

“Jangan ngaco belo.....!” bentak orangtua berwajahhitam itu lalu taburkan pedangnya makin dahsyat. Mautak mau Gak Lui menghela napas. Ia mengkal dangeram: „Ah........., kembali harus bertemu” denganmanusia yang gila. Terpaksa harus kupapas pedangnyadulu baru nanti bicara lagi.....!” pikirnya.

Sengaja ia memhuka sebuah peluang. Dadanyadibuka tak dlindungi. Orangtua berwajah hitam itumengira kalau mendapat kesempatan bagus, segera ia

Page 82: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

82

menusuk ke tenggorokan lawan. Tetapi baru pedangmenusuk, secepat kilat Gak Lui sudah taburkanpedangnya, tring .... putuslah seketika pedang orangtuaberwajah hitam itu menjadi dua ....!

“Aku akan mengadu jiwa denganmu !” teriak urangtuaberwajah hitam itu. Membuang pedangnya yang kutung,ia terus hendak membentur dada Gak Lui dengan kapala....! Tepat pada saat itu, .....orangtua berjenggot panjangyang menerobos masuk kedalam gedung tadi, munculkeluar. Mukanya penuh dengan bekas airmata. Secepatkilat dia enjot tubuhnya melayang keudara, menusukbahu kanan Gak Lui. Saat itu Gak Lui belum sempatmenarik pulang pedangnya. Serangan2 dari keduaorangtua dari bawah dan atas itu, membuatnya terkejut.

Dalam gugupnya ia teruskan pedangnya denganjurus Menjolok- bintang- memetik-rembulan. Menangkisdengan pedang orangtua berjenggot panjang, serempakdengan itu tangannya kiri menampar orangtua mukahitam yang hendak meyeruduk. Tring ......pedangorangtua berjenggot panjang terlempar keudara, dia danorang muka hitam, terkena hantaman Gak Lui sampaitersurut mundur dua langkah.

Orang tua muka hitam terengah-engah napasnya danterus hendak menyerbu lagi. Tetapi dicegah orangtuaberjenggot panjang: „Hiante, harap, bersabar dulu”Kemudian orangtua berjenggot panjang itu menegur GakLui:

“Siapakah anda ini? Mengapa hari2 sepagi begini inisudah bergegas-gegas keluar dari desa Ngo kiat-cungsini?”

“Maaf, mohon paman berdua memberitahukan namadan maksud kedatangan kemari dulu, baru nanti kujawab

Page 83: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

83

pertanyaan itu,” sahut Gak Lui

“AKU Hi Liong-hui bergelar Pedang Samudera dan iniadikku angkat Pedang Gelombang Go Bun Hua. Duniapersilatan menjuluki kami sebagai Sepasang PedangGelombang Samudera. Karena kami bersahabat baikdengan Lima jago, maka begitu mendengar merekamenerima Amanat Maut, kami terus bergegas datangkemari untuk menjenguk....!” kata orang tua berjenggotpanjang itu.

Melihat wajah kedua orangtua itu jujur dan kata2nyabersungguh- sungguh, Gak Lui pun segeramemberitahukan namanya. Ia menuturkan tentangkesalah fahaman yang terjadi ketika ia datang ke desaNgo-kiat-cung. Pada hal maksud tujuannya hanyalahhendak bertanya tentang letak sumber air Pencuci Jiwa.Habis menutur, ia mengeluarkan surat Amanat Mautyang diambilnya dari samping pintu. Diluar dugaan,begitu melihat Amanat Maut itu, pucatlah seketika wajahkedua orangtua itu. Pedang Gelombang Go Bun-huaserentak menjerit kaget dan meraung : „Ho......., kiranyaitulah Amanat Maut! Dengan membawa surat itu, siapalagi engkau kalau bukan anggauta gerombolan TopengBesi!”

Sudah tentu Gak Lui sendiri juga terkesiap kaget.Tetapi sebelum ia sempat memberi penjelasan, PedangSamudera Hi Liong-hui sudah mencegah adik-angkatnya:„Harap hiante jangan lekas bercuriga! Masakan engkautak memperhatikan ilmu permainannya pedang yanganeh tadi?”

“Aku tak kenal permainannya itu!” seru PedangGelombang Go Bun-hua. “Tetapi lain sama sekali denganilmupedang gerombolan Topeng Besi itul”

Page 84: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

84

“Lalu siapakah dia?”

“Tentulah pemuda Pemangkas-pedang yang telahmenggetarkan dunia persilatan itu!” kata PedangSamudera Hi Liong-hui. Saat itu barulah Go Bun-huatersadar. Kini Gak Luilah yang berbalik heran. Buru2 iabertanya: „Tadi Go lo-cianpwe mengenali surat inisebagai Amanat Maut. Lalu apakah bedanya denganAmanat Hidup?”

“Amanat Hidup kertasnya putihl”

“Mengapa lo-cianpwe tahu begitu jelas ?”

“Aku.....” baru Pedang mengucap sepatah, PedangSamudera segera menukas : „Kami hanya mendengarcerita orang pcrsilatan. Kini tentang Kelima Jago itusudah selesai, kamipun hendak pergi....!”

“Nanti dulu ....!” Pedang Samudera Hi Liong-huikerutkan alisnya yang panjang :

“Saudara hendak perlu apa lagi?”

“Masih ada beberap soal yang, hendak kumintakanketerangan pada cianpwe,” kata Gak Lui.

“O ... apakah soal engkau hendak pergi ke sumber airPencuci Jiwa itu ?” Itu salah satunya !”

“Sumber air Pcncuci - Jiwa itu melalui gunung Thian-gan-san yang jauh. Dari sini mau menuju kearah timur.Kira2 setengah bulan baru akan tiba disana. Tetapibanyak sekali orang persilatan yang mati ditepi telaga itu.Tiga puluh tahun tak pernah ada pengunjung yangselamat jiwanya. Dalam hat ini perlu kujelaskan padamulebih dulu I”

“Terima kasih atas keterangan cianpwe. Lain dari itu,tadi cianpwe mengatakan bahwa jurus permainan

Page 85: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

85

pedangku tak sama dengan gerombolan Topeng Besi.Lalu ilmu pedang aliran manakah yang digunakanmereka itu?”

“Kabarnya meliputi berbagai aliran, Siau-lim, Bu-tong,Kong-tong, Ceng-sia dan, Heng-san, kelima partaipersilatan besar..........!”

Seketika gemetarlah Gak Lui. Tempo hari mendiangayah angkatnya mengatakan hanya tiga partai persilatan,ternyata kini si Hidung Gerumpung itu dapatmenundukkan tokoh2 dari lima partai persilatan besar!Karena marah hampir Gak Lui hendak mendamprattokoh2 murtad yang mau diperbudak si hidungGerumpung. Namun ditelannya kembali makiannya lalubertanya lebih lanjut :

“Dari aliran partai manakah ilmu silat si Maharajaitu?”

“Dia memang misterius sekali! Tiada seorangpunyang mengetahui aliran ilmu silatnya dan sampai berapatinggi kepandaiannya itu. Tentang kekuatannya, mungkindidunia persilatan tiada yang mampu menandinginyakecuali Raja-di-raja Li Liong-ci!”

Gak Lui makin terkejut. Namun ia tak patah hatibahwa niatnya untuk membalas dendam itu makin keras.Disamping itu diam2 ia tak puas dengan Raja-di-raja LiLiong-ci yang tetap menyembunyikan diri itu.

“Pertanyaan yang terakhir yalah hendak mohon lo-cianpwe suka menjawab sejujurnya. Adakah lo-cianpwesudah menerima Amanat Takdir atau belum?”

“Ini ..... ini...., belum menerima” sahut PedangSamudra.....!”

“Tetapi Pedang Gelombang Go Bun-hua locianpwe

Page 86: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

86

mengatakan sudah pernah melihat Amanat Hidup,mengapa lo-cianpwe menyangkal.......?” desak Gak Lui.

“Ah, umurmu masih muda belia, jangan keiliwat ingintahu segala, agar jangan terganggu perjalananmu........”

“Maharaja dan gerombolan Topeng Besi, mempunyaidendam sedalam lautan dengan aku. Aku bersediamembantu lo- cianpwe.”

“Dalam hal itu, aku mempunyai perhitungan sendiri,baik engkau jangan ikut campur !” sahut PedangSamudera.

“Tidak......! Aku tak dapat berpeluk tanganmengawasi saja. Apakah lo-cianpwe menganggapkepandaianku itu lebih rendah .......”

“Kami berdua mengagumi kepandaianmu. Tetapikalau hendak bermusuhan dengan si Maharaja, haruslahengkau balajar sampai mencapai tataran yang tinggi.Terus terang, dengan kepandaian yang engkau milikisekarang ini, masih terlalu jauh jika hendak menempurmereka....”

“Tetapi keputusanku sudah tetap, tak perlu lo-cianpwe mencegah....!”

Pedang Samudra Hi Liong - mengkerutkan dahikarena sikap Gak Lui yang keras kepala. Tiba2 PedangGelombang Go Bun-hua diam2 mendekati Hi Liong-huidan membisiki beberapa patah kata ke telinganya.Pedang Samudra Hi Long-hui mengangguk-angguk, laluberkata kepada Gak Lui : „Kalau begitu baiklah, akumempunyai sebuah urusan yang amat penting hendakminta tolong kepadamu. Entah engkau mau atau tidak ?”

“Silahkan cianpwe mengatakan .......!” “Saat iniumurku sudah hampir 60 tahun dan hanya mempunyai

Page 87: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

87

seorang putera yang kunamakan Hi Kiam-gin. Sudahlama ia keluar mengembara, sampai sekarang belumpulang. Hatiku sungguh cemas ........ “

“Aku bersedia mencarinya !” sahut Gak Lui.

Pedang Samudera Hi Liong-hui terharu mendengarkesediaan anak muda itu. Serentak ia berlututmenghaturkan terima kasih. “Engkau benar2 merupakanbintang penolong dari keluarga Hi, hanya saja.......anakku itu berwatak liar .......”

Gak Lui terkejut karena jago tua itu berlututdihadapannya. Buru2 ia mengangkatnya bangun :“Sudah tentu aku akan mewajibkan diri sebagai seorangsaudara untuk mencari putera lo-cianpwe itu. Tak pedulibagaimana wataknya, aku tetap tak merobahpendirianku. Tetapi bagaimanakah wajah saudara Hi itu.Apakah ada ciri2 pengenalnya yang khas ?”

“Anakku itu berumur 19 tahun, wajahnya cukupgagah. Membawa sepasang pedang panjang danpendek. Pada waktu meninggalkan rumah dia menujukearah timur. Sungguh kebetulan engkau hendak menujukesumber air Pencuci Jiwa. Mungkin dapat bertemu ditengah jalan.” “Lalu tentang peristiwa gerombolanTopeng Besi malam ini ...........”

“Gak siauhiap, kucinta sekali kepada puteraku. Harapengkau suka melindunginya. Lain2 urusan, tak perluengkau hiraukan.”

“lni ....... “

“Desaku merupakan sebuah tanah datar segi tiga.Dibelakang desa terdapat lembah gunung. Jika engkaumengikuti aku, tentu segera diketahui orang-orangku. Ituberarti engkau tak dapat di percaya. Terutama lembah

Page 88: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

88

itu, jangan sekali-kali engkau kesana ......” kata PedangSumedera Hi Liong-hui dengan nada serius. Melihatorang begitu bersungguh-sungguh meminta, Gak Luipunberkata dengan lantang: „Karena cianpwe menghendakibegitu, baiklah. Silahkan cianpwe berdua pergi dulu.Setengah jam kemudian baru aku berangkat. Menilikkepandaian berjalan cepat dari cianpwe berdua, takmungkin aku dapat mengejar.”

Mendengar itu barulah Pedang Samudera Hi Liong-hui legah hati. Setelah mengulang lagi perminntaannyaagar Gakl Lui benar2 mau mencarikan jejak puteranyayang hilang itu, kedua jago pedang tua itu segeramelesat pergi.

SETENGAH jam kemudian barulah Gak Luiberangkat. Tepat pada saat ia tinggalkan tempat itu,sesosok bayangan hitam diam2 mengikutinya. Walaupunterpaut setengah jam dan saat itu 'Sepasang PedangGelombang- Samudera sudah tiba dirumah, tetapi karenaGak Lui dibesarkan di gunung Yau-san, dia memilikiindera pembau yang tajam sekali. Dalam mengenal bauorang dengan binatang. Maka sekalipun terpautsetengah jam ia dapat juga mencium jejak kedua jagopedang tadi. Memandang kemuka, dilihatnya sebuahgedung besar tegak dengan megahnya. Dan dilihat-nyasepasang Pedang Gelombang-Samudera itu tengahberdiri di muka gedung sambil mencekal pedang.

“Celaka kalau ketahuan mereka, sungguh tak enak,”pikirnya. Cepat ia membiluk kekanan dan lari sekencang-kencangnya. Melihat itu, orang yang mengikutinya daribelakang tadi, terkejut lalu buru-buru menyembunyikaudiri dengan rebah ditanah.

Setelah tiga kali membiluk tiga buah tikungan, tibalahGak Lui dalam lembah dibelakang gunung. Lembah itu

Page 89: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

89

merupakan tanah rendah yang menyerupai sebuahlumpang batu. Ditengah penuh dengan hutan dan batu2aneh. Walaupun pada siang hari, suasananya tampakmenyeramkan. Kemudian ketika memandang kelerenggunung, Gak Lui melihat lereng itu terdiri dari karangyang melandai tinggi. Tiada hutan dan pepohonansehingga tak dapat dibuat tempat bersembunyi. Terpaksaia menyusup diantara gundukan2 batu aneh itu. Ketikahampir mencapai bagian tengah lembah, tiba2 dilihatsesosok bayangan muncul diatas gunung, buru2 iamengumpat di belakang batu.

“Cetaka...! Kiranya Go Bun-hua cianpwe! Jika sampaidilihatnya, sungguh tak enak ..... lebih baik kutunggusampai malam hari ........” setelah memutuskan begitu, iamencari tempat meneduh dibalik batu besar, iamengeluarkan ransum kering lalu memakannya. Untukmenghadapi pertempuran nanti malam, ia siapkansepasang pedangnya. Lain2 perbekalannya, disimpanhati2 dalam celah batu.

Ketika tangannya menjamah batu, ia merasa aneh:„Eh, mengapa batu ini begini licin sekali ?” Dan serempakdengan itu hidungnya mencium bahu anyir. pembau GakLui yang tajam tetap.......tak dapat mengenali bau itu. Iasegera duduk bersemedhi, menunggu datangnya malam.Akhirnya haripun malam. Tetapi malam itu, tiada bintangdan bulan sehingga suana amat seram. Gak Lui terusbangkit. Dalam beberapa loncatan saja, ia sudahmencapai puncak gunung. Melongok kebawah, tampakrumah2 dibawah gelap pekat2. Pada empat penjuru,terdapat 10-an lebih api unnggun. Bukan melainkanrumah2 itu saja, bahkan lereng gunung disebelah depanpun tampak terang. Saat itu barulah Gak Lui menyadariakan kegunaan unggun api itu. Tetamu tak dapat melihatkedalam, tetapi orang dalam dapat melihat jelas setiap

Page 90: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

90

pendatang. Ia mulai menuruni gunung.

Karena kuatir jejaknya ketahuan, terpaksa Gak Luiberjalan hati2 menyusup diantara pohon2 yang rindang.Perjalanan yang tak berapa, jauh itu telah makan waktuyang cukup panjang. Saat itu sudah menjelang tengahmalam. Walaupun -musuh belum muncul, tetapi Gak Luiduga mereka tentu sudah berada disekitar tempat itu.

Sekonyong-konyong terdengar suara suitan tajam.Rupanya dari jarak yang cukup jauh. Diam2 Gak Luimenggigil. Pada lain saat tampak beberapa bayanganhitam bermunculan dari empat penjuru. Merekamenghampiri tumpukan api dan tahu2 unggun api itupadam semua. Malam makin pakat.

Segera Gak Lui keluar dari tempatpersembunyiannya. Untuk mempersingkat waktu, darilereng gunung ia loncat kebawah, terus hendak menujukegedung kediaman Hi Liong-hui si Pedang Samudera.Tetapi ketika masih dua meter dari atas tanah,sekonyong- konyong kakinya dibabat pedang. Ia terkejutsekali dan buru2 menekuk lututnya, bergeliatanmelambung keudara lagi seraya mencabut pedang.Tring...., tring.., ia menangkis pedang penyerang gelapitu. Dan dengan meminjam tenaga benturan pedang, iaberjumpalitan melayang turun kebumi. Begitu tegakditanah, barulah ia dapat mengetahui siapapenyerangnya itu. Seorang manusia yang mirip hantu.Dari atas kepala sampai kebawah kaki, tertutup jubahhitam. Hanya pada bagian mata diberi lubang. Darilubang itu tampak sepasang biji matanya yang aneh.Meram tidak, melekpun bukan. Sama sekali takmenyerupai seorang manusia hidup!

“Adakah yang gihu katakan tentang Topeng Besi itu,serupa ini dandanan-nya.......!” diam2 is menimang dalam

Page 91: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

91

hati. Ditatap dua orang aneh itu dengan tajam. Ia hendakmenyelidiki apakah pada bagian kepala orang masihterdapat lagi topeng besi. Tetapi orang aneh itu tak maumemberi kesempatan kepadanya

Pedang ditaburkan laksana kembang apiberhamburan di udara. Yang diserang selalu jalan darahmaut pada tubuh Gak Lui. Dengan hati2 Gak Luimelayani. Ia tak mau balas menyerang melainkanbertahan diri. Ia hendak menyelidiki ilmu pedang orangitu. Ah......., ternyata orang itu menggunakan ilmuistimewa dari partai Bu tong pay. Kepandaian dan tenagasaktinya lebih tinggi dari Ceng Suan totiang, pejabatketua dari Bu-tong-pay !

Gak Lui tak berani berlaku ayal. Segera ia keluarkanjurus Menyolok-bintang- memetik bulan. Melihat Gak Luimengisar kaki kesamping, orang aneh itu segeracongkelkan pedangnya dari bawah keatas.

“Bagus......!” diam2 Gak Lui berseru girang. Segera iapancarkan tenaga-saktinya. Pedangnya berobah laksanasinar bianglala yang mengurung pedang orang hinggahampir terpental jatuh. Tetapi, pada saat Gak Lui hampirberhasil menundukkan pedang lawan, tiba2 dari arahgedung terdengar ledakan keras. Gak Lui terkejut,keluhnya : „Celaka, habislah riwayat kedua cianpwe........” Karena perhatiannya terpengaruh oleh ledakan itu,Gak Lui agak tertegun.

Kesempatan itu tak disia-siakan siorang aneh, tiba2ia kerahkan tenaga untuk menindih pedang Gak Lui, laludikiblatkan memapas muka Gak Lui. Gak Lui terperanjatsekali, buru2 ia menyurut mundur dua langah. Tangankanan menangkis dengan pedang, tangan kiri cepatmencabut pedang pusaka Pelangi lalu balas menusuk kemata lawan. Melihat pedang pusaka dari Bu-tong-pay itu,

Page 92: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

92

orang berkedok hitam terbeliak. Buru2 ia tegak berdiriseraya menarik pulang pedangnya. Pada saat itu,secepat kilat Gak Lui menarik pedang ditangan kananlalu menusuk alis orang itu. Krek....., krek .... terdngarsuara logam beradu. Orang aneh itu mundur tigalangkah. Gak Lui tergetar hatinya. Walaupun ia telahgunakan tenaga penuh untuk menusuk namun mukaorang yang terlindung dengan topeng besi, tak dapatditembus pedang. Kain kerudung bagian muka yangtelah terpapas robek itu, menampakkan sebuah topengbesi yang tebalnya lebih dari satu dim. Menilik dari nodakaratan pada topeng besi itu, jelas kalau sudab dipakaiselama bertahun-tahun.

“Bunuh........! tiba2 benak Gak Lui terlintas akantuntutan kewajibannya membalas dendam. Ia harusmembunuh orang bertopeng besi itu. Terus dia tusukkanpedang Pelangi kemata orang. Tatapi..........ia terkejutsendiri karena orang itu tetap diam saja. Gak Luiserentak terbayang akan wajah yang penuh welas asihdari Ceng Hi totiang, ketua Bu-tong-pay yang telahmenyerahkan pedang Pelangi kepadanya. Seketika taksampailah hatinya untuk melangsungkan tusukan mautitu.

“Karena rupanya engkau kenal akan pedang ini,tentulah engkau ini Ceng Ci totiang yang telahmenghilang itu !” serunya dengan bengis. Tetapi oranganeh itu tak menyahut. Melainkan sepasang matanyayang berkilat-kilat.

“Dalam penyerangan gelap pada Empat PedangBusan 18 tahun yang lalu, apakah engkau juga ikut serta!” seru Gak Lui pula.

“Mengapa membisu saja ........... apakah engkau......... terkena sihir!” Gak Lui berteriak lagi. Tiga kuli Gak

Page 93: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

93

Lui bertanya, tiga kali tak disahut. Marahlah pemuda itu,serunya : „Hutang jiwa harus ganti jiwa ! Tak peduliengkau ini imam Ceng Ci atau bukan.....! pedang dihamburkan dengan jurus Memotong-emas-membelah-kumala. Tetapi baru pedang bergerak, tiba2 ia rasakanpunggungnya disambar oleh tebasan pedang. TerpaksaGak Lui berputar tubuh untuk menjaga diri.

“Aku disini, jangan salah lihat” tiba2 terdengar suaraorang berseru dengan nada kuat. Gak Lui berputar tubuhdan hentikan pedang. Ah, ia berhadapan lagi denganseorang Topeng besi. “Siapa engkau....!” tegurnya.

“AKU adalah imam Bu-tong pay Ceng Ci totiang......... “

“Oh ..... !” Gak Lui terkejut, „lalu siapakah orangbertopeng yang tadi.....?”

“Topeng Besi...... ya...! Topeng Besi, perlu apabanyak pertanyaan !” bentak si Topeng Besi.

“Sepasang Pedang Gelombang-Samudera, merekatelah menolak Amanat Hidup dari Maharaja, sudah tentumereka harus mati.....!”

“Ho, murid Bu-tong yang murtad. Aku hendakmenuntutkan balas pada orang, yang telah engkaucelakai!” teriak Gak Lui.

“Huh...., betapa tinggikah kepandaianmu beranibermulut besar .......”

“Lihat pedang......!”, Gak Lui terus menyerang dengansepasang pedangnya. Topeng besi yang mengakubernama Ceng Ci totiang itu mundur setombak lalumendengus dingin.

“Jangan kesusu mati......! Engkau tadi mengatakanhendak mencari aku, kenapa?”

Page 94: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

94

“Bu .... “ Gak Lui hendak menanyakan tentangperistiwa Empat Pedang Busan, tetapi tiba2 iamengalihkan kata dengan membentak: “Mewakili Ceng Kitotiang untuk memeriksa penghianatanmu.”

“Ha..., ha..., ha..., ha....! orang itu tertawa gelak2, laluberseru : „ Atas hak apa? “

“Inilah........!” Gak Lui mengacungkan pedang Pelangike atas kepalanya dan menuding lawan. “Oho.........kiranya engkau mengandalkan kepandainmu silat cakarkucing itu !” ejek si Topeng Besi.

Gak Lui terkejut. Sedikitpun orang itu takmengindahkan pedang pusaka partainya. Jelas sudahterlalu besar kejahatannya. Harus dibunuh.........!

Tiba2 orang itu berkata pula dengan congkak: „Taklama setelah menerima kedudukan sebagai ketua partaiBu-tong, cousu-ya akan mengadakan pembersihan.Karena engkau kenal mereka, bolehlah membawa surat.Tetapi ada syaratnya

“Syarat.......?” karena marah Gak Lui sampai dinginkaki tangannya. Tetapi menyadari bahwa saat itu sedangberhadapan dengan musuh besar, terpaksa ia harusmenahan kemarahannya. Lalu menghela napas. TopengBesi Ceng Ci totiang mengira kalau pemuda itu sudahmeluluskan. Ia melanjutkan kata-katanya :„ Syaratnyasederhana. Asal engkau tunduk pada Maharaja danmenjadi salah seorang anggauta Topeng Besi.”

Mendengar itu tertariklah perhatian Gak Lui. lahendak menyelidiki keadaan Maharaja. “Cobalah engkauterangkan keadaan Maharaja itu.....!” serunya.

“Apa yang engkau ingin tahu....?”

“Namanya, asal usulnya ............. “

Page 95: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

95

“Ini......... engkau tak pernah bertanya “

“,Hm...., rupanya engkau juga tak mengerti sendiri !Coba katakanlah, dia mempunyai hidung atau tidak?”Mendengar pertanyaan itu Topeng Besi imam Ceng Citertawa menyeringai. Serunya : „Jangan..... ngaco belo,dia ... dia .... mustahil tak punya hidung, tanya saja lainhal.....!”

“Ilmu silatnya termasuk aliran mana? Sebagai kakitangannya, engkau harus tahu.....!”

“Segala aliran partai persilatan, tak ada yang takfaham. Kesempurnaan kepandaiannya, didunia tiadatandingannya....!”

Gak Lui mendengus, lalu bertanya tajam :“Bagaimana kalau dibanding dengan Raja-diraja?”

“Eh....... engkau kenal pada Raja-diraja? Apakahengkau mempunyai hubungan?”

“Hanya mendengar namanya saja !”

Orang bertopeng itu menghela napas longgar:„Menilik umurmu, tak mungkin kenal ....”

“Tetapi kalian takut seperti melihat macankepadanya!”

“Heh..., heh....! Lambat-laun, dia tentu akandilenyapkan oleh Maharaja! Nah....., sekarang lekasengkau nyatakan, mau tunduk atau tidak !”

“Huh, aku mau membawa suratmu. Tetapi dengansyarat juga !”

“Katakan.....!”

“Aku harus membawa kepalamu seorang muridpenghianat itu, bersama surat itu!”

Page 96: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

96

Topeng-Besi imam Ceng Ci tertawa nyaring,kumandang tawanya bergema jauh ke langit. Habistertawa pedang segera berhamburan melibat tubuh GakLui.

Gak Lui terkejut. Ia rasakan dirinya diselimuti olehsinar pedang yang berhawa dingin. Jurus2 yangdimainkan imam itu bukan melainkan ilmu pedang Bu-tong-pay, pun kesempurnaan dan tenaganya, jauhmelebihi dari si Topeng Besi yang tadi. Gak Lui bersuitnyaring. Sepasang pedangnya dimainkan menurut ajaranilmu pedang “Pedang lblis' dan „Pedang Laknat'. Seluruhkepandaian dan tenaganya dicurahkan dalam permainanitu. Cepat sekali tigapuluh jurus telah berlangsung. Ketigabatang pedang itu berhamburan saling mengadukekuatan. Rupanya Topeng Besi Ceng Ci totiang ituterkejut juga. Ia tak mengira bahwa seorang pemudayang mukanya ditutup dengan kedok kulit binatangternyata memiliki ilmu pedang yang sedemikian hebatdan aneh. llmu pedang yang tidak termasuk ilmu pedangdari ke 7 partai persilatan.

Hampir setengah hari bertempur tetap ia tak mampumengetahui dari aliran manakah ilmu pedang lawannyaitu. Dan yang paling mengejutkan perasaannya yalah,anggauta Topeng Besi yang biasanya selalu tunduk padaperintahnya saat itu hanya berdiri tertegun disamping.Anak buah itu sama sekali tak mau membantu tetapihanya memandang terIongong-longong mengikuti gerakpedang Pelangi yang dimainkan Gak Lui.

“Aneh....! Ilmu apakah yang dimiliki budak inisehingga dapat membuat anggauta Topeng Besi tak maumendengar perintahku lagi ?” diam2 Ceng Ci totiangmengeluh heran. Tiba2 ia mendapat pikiran. Bersuitlah iasenyaring-nyaringnya. Sebuah suitan yang melengking

Page 97: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

97

tajam, menggigilkan h orang......! Mendengar itu, anggotaTopeng Besi jadi gelagapan. Sinar matanya memancarcahaya lagi, lalu mulai bergerak menyerang punggungGak Lui. Gak Lui sibuk juga.

Dalam, tekanan dua musuh yang berkepandaiantinggi, ia harus kerahkan seluruh tenaganya untukmenghadapi. Pedang ditangan kanan dimainkan untukmelayani serangan Ceng Ci totiang. Sedang pedangPelangi yang dicekal ditangan kiri, diputar untukmenghalau serangan anggauta Topeng Besidibelakangnya.

Melihat anak muda itu dapat bertahan diri, timbullahnafsu keganasan Ceng Ci totiang: „Menilik gelagat, sukaruntuk menangkapnya hidup-hidup. Tak peduli dia anakmurid partai mana, paling perlu harus dilenyapkan.....!”

Cepat ia loncat kesamping anggauta Topeng Besitadi. Kini dengan bahu membahu, keduanya mulailancarkan serangan dahsyat kepada Gak Lui. Lima juruskemudian, tiba2 Ceng Ci totiang hantamkan tangankirinya dengan tenaga sakti Hian-bun-cin-gi. Bagaikangelombang laut, pukulan itu memancarkan gelombangtenaga yang melanda Gak Lui. Betapa tangkas Gak Luimenangkis, namun tetap ia terpental tiga langkahkebelakang dan muntah darah. Melihat pukulannyaberhasil, Ceng Ci totiang tak mau memberi ampun lagi.Pukulan kedua disusulkan dengan cepat, bum.........Dada Gak Lui terlanda angin pukulan dahsyat itu. Namundengan menggigit gigi menahan sakit, ia enjot tubuhnyaloncat beberapa langkah jauhnya.

“Hai, hendak lari kemana engkau......!” teriak Ceng Citotiang seraya loncat melayang keudara. Gak Lui nekad.Tanpa berpaling kebelakang, ia balikkan pedang Pelangimemapas kebelakang. Tring ....... putuslah pedang

Page 98: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

98

anggauta Topeng Besi itu. Ceng Ci totiang terkejut,teriaknya : „Ho, ternyata engkaulah Pemangkas Pedangitu !”

Saat itu Gak Lui masih melayang diudara. Sekalipunia tak sempat merenungkan teriakan terkejut dari CengCi totiang, namun tak urung ia agak tertegun juga. Dansedikit kelambatan itu, harus dibayarnya mahal. Untukyang ketiga kali, dadanya tersambar pukulan sakti daritenaga Hian-bun-ciu-gi yang dilancarkan Ceng Ci totiang.Dalam gugup, Gak Lui menarik pedang Pelangi lalumenusuk dengan pedang ditangan kanan. Dengangerakan itu ia dapat memaksa Ceng Ci totiang mundursetengah langkah. Tetapi dia sindiripun muntah darahbeberapa kali lagi ....

Secepat menginjak bumi, Gak Lui kalap, berputartubuh ia meraung: „Bangsat, aku hendak mengadu jiwadengan engkau........!”

Tetapi pada saat itu juga, telinganya seolah-olahterngiang oleh suara Pedang Iblis dan Pedang Aneh :„Anak Lui, larilah dulu.....!, Musuh besar yangsesungguhnya masih belum muncul, engkau harusmencari .........”

Gak Lui gelagapan tersadar. Cepat ia batalkanminatnya, lalu loncat beberapa langkah dan terusmelarikan diri. Tetapi Ceng Ci totiang tetap mengejarnya.Gak Lui tak dapat menahan kemarahannya lagi.Serentak berhenti ia berputar tubuh lalu gerakkan keduapedangnya. Tring .... Ceng Ci totiang yang amatbernapsu untuk membunuh lawan terkejut sekali, ketikatahu2 pedangnya terpapas kutung , oleh Gak Lui. Untungpada saat itu anggauta Topeng Besi tadipun menyusultiba. Dengan pedangnya yang kutung, cepat ia menusuktenggorokan Gak Lui. Crek..... karena terlindung oleh

Page 99: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

99

kedok kulit binatang yang kebal senjata, tusukananggauta Topeng Besi itu tak mampu menembusterggorokannya. Namun sekalipun begitu, tak urung GakLui terhuyung-huyung dan tiba2 kakinya tergelincir jatuhbergelundungan sepanjang karang, menurun kebawah .Jika anggauta Topeng Hitam tertegun dan menarikpedangnya melihat lawan sudah tergelincir jatuhkebawah, tidak demikian dengan Ceng Ci totiang, Imamitu tertawa nyaring lalu loncat mengejar kebawah.

Pendek kata, sebelum membunuh pemuda itu, takpuaslah hatinya. Ternyata Gak Lui menggelinding kearahtepi lembah. Begitu tiba dikaki karang, cepat ia loncatbangun, lari kebalik batu besar tempat ia menyimpanbarang2 bekalannya. Papa saat ia mengambilbekalannya itu, tiba2 hidungnya metincium bahu yangamat anyir sehingga ia hampir muntah. Sebelum iasempat mengetahui bau anyir itu, Ceng Ci totiangpun tibadan terus menghantamnya. Tetapi habis menghantam,imam itu menjerit kaget ! Dari sebelah batu besar,menghambur sebuah arus tenaga penyedot yang berbauanyir dan dingin. Seketika menjeritlah Ceng Ci totiangseperti melihat hantu disiang hari

Gak Lui mendengus tertahan. Ia dilanda pukulanCeng Ci totiang. Baru tubuh terhuyung tiba-tiba disedotoleh tenaga-hisap dari belakang. Wut..... laksana anakpanah, tubuh Gak Lui melesat masuk kedalam sebuahliang yang gelap dan lembab. Ia coba meronta, tetapidinding lubang itu tiba2 merapat menjepitnya. Gak Luiterkejut lalu pingsan. Ternyata Ceng Ci totiang menjerittadi karena melihat dua bilah daging merah sebesar kualidan dua buah bola api sebesar genggaman tangan.Ceng Ci totiang cepat2 loncat mundur sampai tigatombak. Ketika memperhatikan dengan seksama,ternyata daging merah sebesar kuali itu adalah mulut dari

Page 100: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

100

seekor ular besar. Bau anyir dan tenaga-hisap yangmelancar dari belakang Gak Lui tadi adalah berasal darisemburan mulut ular besar itu. Dan pemuda itu telahtersedot masuk kedalam perut si ular Namun naga itutampaknya masih belum kenyang. Kepalanya menjulurke atas, lidahnya yang runcing merah, tak henti2 nyamelelet-lelet :............'

Ceng Ci totiang ngeri. Ia loncat menghampirianggauta Topeng Besi dan menimang : „Budak itumemang pendek umurnya, tetapi menurut laporan darimata2 kita, seharusnya dia berada ditempat 100-an lijauhnya. Mengapa tiba2 muncul di sini .....? Ah.......,tetapi karena ia sudah mati, tak perlu dikejar lagi ....”Baru ia hendak mengajak anggauta Topeng Besi ituangkat kaki, tiba2 ia dapatkan tubuh orang itu berkisar-kisar pelahan. Dan scrempak dengan itu, Ceng Ci totiangseperti mendengar suara suitan yang lemah mengalun diangkasa. Mirip dengan suitan pertandaan tetapi punmenyerupai desis bangsa ular. Karena menghadapibeberara peristiwa yeng aneh, Ceng Ci totiang tak maumembuang waktu menyelidiki lagi. Ia bersuit memanggilanggauta Topeng Besi terus loncat tinggalkan tempat itu.

ULAR RAKSASA itupun bergeliatan masuk ke dalamsarangnya. Sebuah goha di tepi lembah, ternyata gohaitu dalam sekali, lembab dan berli-liku amat panjang. GakLui masih pingsan di dalam perut ular. Ternyata dalamguha itu telah siap menyambut seekor mahkluk anehyang berkulit lima warna. Begitu ular masuk, mahklukaneh itu segera mendahului berjalan di muka, menjadipenunjuk jalan ular itu. Ular itu mengikuti di belakangmahkluk aneh yang merangkak dan merayap ke atas, kebawah lalu membiluk ke kanan dan ke kiri, menyusupkebagian dalam dari guha itu. Kira2 sepeminum tehlamanya, mereka telah masuk ke dalam sebuah lubang

Page 101: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

101

kuburan yang luar biasa besarnya. Di atas dinding liangkubur itu, melekat sejumlah besar mutiara besar2 yangterang gemilang cahayanya. Sedang di sekeliling liangkubur itu penuh dengan berpuluh-puluh tulang rangkaular-besar dan longsongan kulit ular. Juga pada dindingliang terdapat banyak sekali lubang besar kecil untuksarang ular. Sebenarnya liang kubur itu bukanlahkuburan untuk manusia mlainkan kuburan dari jenis ularbesar yang hidup ratusan tahun yang lalu. Mutiara2 yangmelekat pada dinding yang memancarkan cahaya terangitu, sebenarnya berasal dari otak ular besar yang melelehdan membeku menjadi semacam kristal yang dapatmemancarkan cahaya terang benderang.

Tiba2 terjadi suatu keanehan. Mahkluk aneh yangmenjadi penunjuk jalan itu sekonyong- konyong berdiriseperti manusia. Setelah beberapa kali menggoyangkantubuh, tiba2 dia berobah menjadi seorang gadis cantik.Rambutnya memanjang sampai kepantat. Kulitnyaberwarna segar kemerah-merahan. Tubuhnya hanyaterbungkus oleh sehelai pakaian dari kulit ular yangmengkilap. Setelah berdiri, gadiss itu menyiak kulit ularyang menutup kepalanya keatas dada, begitu pula kulitbagian kakinya disingkap keatas lutut hingga tampaklahkulit kakinya yang putih.

“Mengapa engkau makan orang?” pada lain saatgadis itu menegur ular besar tadi. Ular itu menundukkankepala seolah-olah seperti menyesal. Rupanya binatangitu mengerti bahasa sigadis. “Hm........, jika tak Iekas2kupanggil kamu, orang itu tentu sudah engkau kunyahdalam perutmu! Hayo lekas muntahkan keluar........!” serusigadis pula.

Serta merta Ular Besar itu segera mengangakanmulutnya. Setelah badannya bergetaran dan ekornya

Page 102: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

102

bergeliatan, Gak Lui beserta senjatanya, dimuntahkankeluar. Habis itu, ular besar terus meluncur masukkebagian, dalam dari liang kubur. Rupanya ia takutmendapat hukuman sigadis, lalu buru2 menyembunyi-kan diri. “Hai, kiranya seorang lelaki ....” gadis itumelengking kaget kemudian ia ulurkan tangan ke mulutGak Lui untuk memeriksa pernapasannya. Ia terkejutkarena napas pemuda itu sudah tak terdengar. Buru2 iamemeriksa pergelangan tangan Gak Lui. Setelahbeberapa saat, segera ia lari ke dalam liang danmengamhil sebatang kim-cau (rumput emas) yangbentuknya panjang kurus seperti anak panah. Lebih dulurumput kim-cau itu dikunyahnya sampai halus, lalu iamenundukkan muka, memakankan kunyahan rumput ituke mulut Gak Lui, seperti seekor burung sedang memberimakan kepada anaknya.....

Tetapi Gak Lui sedang pingsan. Mulutnya terkancingrapat, napas berhenti sehingga tak dapat menerimasusupan rumput halus itu. Gadis itu tidak gugup. Tanpamalu2 lagi, ia terus lekatkan bibirnya kebibir Gak Lui lalumulai kerahkan tenaga-dalam untuk meniupkan rumputobat itu kedalam mulut Gak Lui. Supaya tiupannyaberhasil, tanpa disadari tubuh gadis itupun merapat padatubuh Gak Lui .... Beberapa saat kemudian tampak dadaGak Lui mulai bergerak mengikuti tiupan hawa dari mulutsigadis. Pelahan-lahan pemuda itu mulai dapatbernapas. Dalam keadaan masih belum sadar, iarasakan suatu arus hawa hangat yang harum meluncurkedalam tenggorokan terus memancar keseluruhtubuhnya. Kunyahan rumput kim-cau itu cepat sekalimenyalur keseluruh jalandarah Gak Lui. Seketikamenimbulkan rangsang panas yang membakarubun2nya. Karena mencurahkan perhatian untukmeniupkan kunyahan rumput obat kemulut Gak Lui,

Page 103: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

103

tanpa disadari pakaian kulit ular yang menutup tubuhgadis itu meluncur lepas sehingga Gak Lui tak dapatmenahan diri lagi. Kedua insan itu bagaikan naikgelombang samudera yang mengayun, berkejar-kejaranmenuju kepantai. Makin lama makin mengalun tinggi,makin tinggi sekali keangkasa akhirnya, pecahberbamburan tertumbuk karang. Bagaikan letusangunung, ombak meledak pecah dan terhempaslah keduainsan itu lemah lunglai tak bertenaga lagi. Kedua mudamudi itu telah melanggar makan buah terlarang ....Karena kesadaran mereka telah hanyut dibawa rangsangrumput obat. Disaat, kesadaran hilang berkuasalah sangNafsu......!

Beberapa saat kemudian, tersadarlah Gak Lui akanapa yang telah terjadi. Pertama yang dilihatnya benar2menyentuh perasaannya. Bagaikan sekuntum bungayang habis dilanda hujan, gadis jelita itu tampak lemahlunglai. Kedua tangannya mendekap muka, tersipu-sipudan terisak- isak......

“Hai....., apakah yang telah kulakukan” tiba2 ........Gak Lui loncat bangun. Ia tcrkejut ketika menyadari apayang telah terjadi. Dengan terhuyung-huyung iamenunduk dan berkata kepada nona itu: „Nona,maafkan. Aku sungguh menyesal sekali. Ini ...... ini takkusengaja .....” Gadis itu mengangkat mukanya pelahan-lahan. Sepasang pipinya tampak kemerah-merahan danmenyahutlah ia dengan tawar: „Akupun tak sengaja....itudikarenakan...........”

“Karena apa......?”

“Karena aku ......... menyusurkan rumput kedalammulutmu.”

“Rumput apa?” diam2 Gak Lui memang bibirnya

Page 104: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

104

masih merasakan harum dan manis dan tubuhnya terasapanas.

“Rumput itu disebut rumput Panah-emas-wangi.Khasiatnya dapat melenyapkan racun. Tetapi ..., aku taktahu kalau rumput itu, .... dapat membuat orang ... kacaubalau pikirannya.”

Keterangan sijelita secara jujur itu telah melenyapkankecurigaan Gak Lui. Ia percaya karena dara itu berusahasungguh2 untuk menolong dirinya tetapi karena tak tahujelas khasiat rumput itu. telah menyebabkan merekaberdua terangsang melakukan perbuatan yang terlarang,Diam2 Gak Lui berterima kasih kepada si gadis cantik itu.Tapi disaat disamping itu, kini ia bertambah sebuahbeban kewadjiban.

“Budi kebaikan nona, pasti tak kulupakan,” kata GakLui, “kelak tentu akan kubalas sepenuh-penuhnya”Ucapan itu bahkan menimbulkan ketegangan sijelita. Iamenghela napas, katanya: „Engkau ...... hendak......membalas ......dengan apa?”

“Silahkan nona mengatakan, aku tentu akanberusaha melaksanakan !”

“Setelah terjadi hal tadi ..... aku ..... terpaksa .... harusikut padamu selama-lamanya” Gadis itu tersipu-sipu maluketika mengucapkan isi hatinya. Gak Lui terperanjat :„Hal ini .... jangan” Gadis cantik itu kerutkan alis : „Apakah engkau ........ sudah beristeri ?”

“Belum....!”

“Apa hendak memberi tahu orangtuamu ?”

“Sejak kecil aku tak pernah melihat orangtuaku. Maumelapor kepada siapa? “

“Menilik engkau membekal senjata, tentulah engkau

Page 105: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

105

seorang persilatan. Apakah engkau sedang melakukanperintah gurumu?”

“Gurukupun sudah meninggal dunia.”

“Oh....,” gadis itu mendengus kejut. Alisnya makinmelekik dalam. Sepasang biji matanya memancar rasaiba, serunya sambil menggigit bibir: „Kalau, begitu ....engkau tak mau bertanggung jawab?”

“Tidak..., tidak.....! Bukan begitulah. Adalah karenasedang melakukan tugas kewajiban maka aku tak beranisembarangan meluluskan”

“Omonganmu itu, bertentangan sendiri! Aku takmengerti apa maksudmu?”

“Diriku sedang memikul kewajiban membalasdendam. Untuk itu aku harus menuntut ilmu kesaktianyang tiada tandingannya. Dengan begitu barulahharapanku tetkabul. Keadaanku saat ini selain harus giatmencari ilmu kcsaktian, pun tiap saat selalu ditimpahbahaya2 yang tak ter-duga2”

“Oleh karena itu engkau tak mau tertindih lain bebanlagi.....?”

“Karena aku tak ingin engkau terlibat dalam bahayaitu!”

Menilik sikap dan ucapan Gak Lui yang begitu ber-sungguh2, gadis itu mau percaya juga. Ia tundukkankepala dan menghela napas panjang.

“Nona, apakah engkau tiada lain urusan yang perlukubantu?” tanya Gak Lui.

“Ibuku sudah meninggal. Aku bermaksud akanmencari ayah, tetapi ... sekarang aku tak ingin pergi lagi!”

“Lalu bagimana kehendakmu?”

Page 106: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

106

“Akan tinggal didalam Liang kubur ini seumur hidup!”

“Ah......., tak perlu begitu. Dan dimanakah tempattinggal ayahmu yang hendak engkau cari itu.”

“Ayah sudah beberapa tahun menghilang. Tak tahudimana dia berada!”

“Hilang?”Gak Lui terbelalak kaget. Diam2 ia teringatakan keadaan dunia pesilatan, dimana banyak tokoh2persilatan, yang hilang tak ketahuan rimbanya. Adakahayah gadis itu juga salah seorang yang menjadi korban?“Apakah ayah nona itu seorang tokoh sakti?” tanyanyasegera.

“Ayahku Li Kok-hua, bukan tokoh persilatan saktitetapi seorang tabib nomor satu di dunia.

“Oh, makanya engkau mengerti ilmu obat-obatan.Jadi engkau puteri seorang tabib sakti!”

“Sedikit2 ilmu pengobatan yang kumiliki itu bukankupelajari dari ayah tetapi dari ibuku. Karena pada waktuayah menghilang, aku masih dalam kandungan ibu.”

“Berapakah umur nona sekarang?” .

“Tujuh belas!”

“Kalau begitu ayah nona menghilang sejak 17 tahunyang lalu?”

“Benar,”

“Mengapa beliau menghilang?”

“Ibu mengatakan, pada malam itu ayah diundangoleh seorang sastrawan untuk mengobati, tetapi sejakmalam itu, ayah tak pernah pulang, lagi!”

“Ibu nona bagaimana meninggalnya? Dan mengapanona berada disini”

Page 107: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

107

“Ibu menunggu sampai 14 tahun. Karena ayah tetaptak ada beritanya, ibu lalu membawa aku mengembaramencari jejak ayah, Tetapi sungguh malang. Di tengahperjalannan, ibu menderita sakit dan meninggal. Seorangdiri aku melanjutkan perjalanan dan akhirnya tersesatmasuk ke, dalam guha kuburan sini.”

“Apakah nona tak berjumpa dengan ular ?”

“Akupun mengalami peristiwa seperti engkau. Ditelanular dan dibawa masuk ke dalam liang lalu dimuntahkankeluar lagi.”

Diam2 dalam hati kecil Gak Lui setengah tak percayabahwa ia ditolong nona itu ke luar dari perut ular. Makamakin tidak percaya lagi ia akan keterangan sinonatentang peristiwa ditelan ular lalu dimuntahkan itu. GakLui kerutkan alis .

JILID 3

“Eh, engkau tak Percaya?” tegur dara itu demimelihat Gak Lui bersangsi, „kutahu berjenis bunga danrumput yang aneh. Ketika berada di luar guha aku telahmakan rumput Panah-mas-wangi. Setelah menelandiriku, ular itu terpaksa memuntahkannya lagi. Akhirnyakami jadi sahabat. Selama bertahun-tahun ini, akubanyak belajar darinya mengenai cara tidur dimusimrontok, bernafas ....... “

“Tidak, itu bukan ilmu bernafas!” tukas Gak Lui,“memang dalam ilmu silat terdapat suatu pelajaran yangdisebut KURA2 BERNAPAS. Pelajaran itu diambil daricara2 binatang bulus bernafas dalam air. Teori kura2 danular tidaklah sejenis. Dengan begitu engkau telahmeyakinkan suatu ilmu yang istimewa. Kelak tentu amat

Page 108: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

108

berguna dalam usaha mencari ayahmu .........”

“Sayang aku tak dapat silat ....., tetapi maukahengkau mengajari aku?”

“Ilmu-silatku, termasuk sebuah aliran istimewa yangmungkin dapat mengundang perhatian musuh. Olehkarena itu lebih haik jangan”

“O......., ini tak boleh, itu tak boleh! Kalau begitu lebihbaik aku tak keluar dari sini saja!” sidara mendesahgeram....., “kelak apabila ketemu ayah, dengan ilmupengobatannya tentu dapat mengenali diriku ....... “

Dengan ucapan itu sidara hendak mengatakanbahwa ia kuatir kalau ayahnya dapat mengetahui dirinyasudah bukan gadis lagi. Tetapi karena sungkanmengatakan kata2 itu, ia berkata dengan tak jelas. TetapiGak Lui tak menyadari hal itu. Dengan terus terang, iaberkata: „Orang tuaku telah dicelakai orang. Dan untukitu aku bersumpah hendak menuntut balas. Seharusnyaengkaupun mempunyai penderian begitu juga!”

“Kalau begitu engkau suka membawa aku ke luar ?”

“Ya, akan kubawa kamu keluar, kemudian aku tetapakan menuju ketempat tujuanku dan engkaupun mencarijejak ayahmu.”

“Kalau begitu, tentang soal pertama yang kukatakantadi, engkau ........”

“Sekarang aku tak mau mengucapkan kata2 manishanya sekedar untuk mengelabuhi engkau. Tetapisetelah sakit hati orang tuaku himpas, tentu....... tentulah...... “

“Tentu, bagaimana.....?” tukas gadis itu.

“Tentu akan meluluskan !”

Page 109: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

109

Gadis itu menggigit bibir, merenung beberapa jenaklalu bertanya dengan nada sarat: „Kalau mengembara didunia persilatan, apakah engkau tak jatuh cinta pada lainorang?

“Tak mungkin....! percayalah.....!”

“Sungguh......?”

“Dengan pedang sebagai sumpah. Jika aku sampaiberbalik haluan, biarlah mati di bawah tusukan pedang....... “

Dara itu bagaikan meneguk sari madu. Cepat-cepatia mendekap mulut Gak Lui dan rebahkan diri ke dadapemuda itu. Beberapa waktu kemudian barulah merekaberpisah walaupun dengan hati berat. Dengan wajahberseri merah dan bertanyalah gadis itu dengan berbisik :„Sudah hampir setengah hari siapakah namamu?”

“Aku Gak Lui dan engkau? “

“Si Ular .....”

“Huh, itu bukan namamu !”

“Aku tinggal didalam lubang ular, hidup sebagai ular,sudah tentu bernama si Ular” Gak Lui berbangkitserentak dan berkata : „Jika engkau tak mau bilang, akuakan pergi sekarang juga!”

“Hi...., hi...., hi ...” gadis ular itu tertawa geli, serunya:“Aku tak takut engkau pergi. Kalau tak kutunjukkanjalannya, mungkin seumur hidup engkau tak mampukeluar dari tempat ini.......!”

“Masakah?” seru Gak Lui seraya memandangkesekeliling guha itu.

“Siapa membohongimu? Dalam makam ular ini, tiadajalan keluar sama sekali. Hanya lubang terowongan

Page 110: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

110

untuk jalan ular saja. Betapapun tinggi kepandaianmu,jika tak kutunjukkan jalannya, engkau tentu akan tersesatdalam terowongan yang pelik dan tak dapat keluar !”Melihat tulang2 ular dan kulit2 ular yang menumpuksetinggi bukit, diam2 mengigilah perasaan Gak Lui. SiUlar buru2 melangkah kemukanya dan tertawa: „Ih,hanya bersendau gurau saja, tak boleh marah! NamakuLi Siau mey ....”

Gak Lui pun tertawa: „Hu...., indah sekali nama itu.Apakah engkau takut kuketahui?”

“Romanku cakap tetapi engkau tutupi dengan kedokyang mengerikan. Apakah itu tak menakutkan aku juga?”balas Siau-mey. Gak Lui terkejut dan cepat2 merabamukanya “Engkau membuka kedok mukaku ini?”

„Tidak! Aku hanya menduga saja.”

“Benarkah begitu”

“Sudah tentu benar, semula aku sibuk menolongmu,kemudian ... tak ingat memmbuka kedok muka itu lagi.”Legalah hati Gak Lui. Ia, menghela napas longgar. Suatuhal yang membuat heran Siau-mey sigadis ular,tanyanya:

“Mengapa engkau takut membuka kedokmu. Apakahengkau tak angap ......”

“Aku telah bersumpah sebelum mendapat ilmu saktitanpa tanding tak akan membuka kedokku ini. Membukakedok berarti melanggar sumpah!”

“Apakah aku ..... sekarang ini engkau anggap orangluar?”

“Jangankan engkau.....sedang aku sendiripun tak,pernah melihat muka sendiri “

Page 111: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

111

“Ai ...” Siau-mey melengking tak percaya. “Itu benar2hal yang paling aneh didunia, masakan engkau tak kenalwadjahmu sendiri!” Gak Lui menghela napas.

“Keteranganku itu memang benar,” katanya, „akumemang tak pernah melihat wajahku sendiri. Memangsatu waktu ingin kubuka kedok ini agar dapat kudugabagaimana raut wajah orang tuaku itu.”

“Seorang manusia tak mungkin tak tahu wajahnyasendiri. Misalnya diwaktu cuci muka dan berkaca.......... “

“Aku dipelihara oleh ayah angkatku. Beliau takutkalau melihat wajahku lantas teringat akan ayahku. Olehkarena sejak kecil aku diberi kedok muka ini. Selama itutak diperbolehkan aku berkaca dan mencuci muka.Beliaupun berpesan apabila melintasi sungai, dilarangmenundukkan muka kepermukaan air sungai dan jangansekali- kali membuka kedok muka ini !”

“Ah, riwayatmu benar2 gaib sekali !” seru sigadis ularSiau-mey.

“Sekarang masih belum dapat diketahui jelas !”

“Musuh keluargamu itu teritu lihay sekali !”

“Kabarnya memang amat sakti dan ganas luar biasa.”

“Kalau begitu........., akupun hendak belajar silat !”

“Mengapa ? “

“Untuk membantu engkau menuntut balas !”

“Tak perlu!”

“Orang tuamu pun orang tuaku juga, mengapaengkau tak memperbolehkan? “

“Belajar silat, bukan hal yang mudah. Harus sudahmempunyai dasar latihan yang kokoh !” Sesungguhnya

Page 112: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

112

diam2 Gak Lui memperhatikan bahwa gadis itu secaratak sengaja sudah mempelajari suatu ilmu tenaga-dalamyang istimewa. Tetapi kalau menilik wajahnya yangsedemikian ayu, tak mungkin gadis itu mempunyai bakatbelajar silat. Maka sekalipun mulutnya mengucap kata2tadi, dalam hati diam2 ia bersangsi. Tiba2 gadis itumelesat. Sekali gerak dapat melesat sampai dua tombakjauhnya. Saat itu ia berada di tepi guha. Sambilmenunjuk pada tumpukan tulang2 ular, ia berseru :„Kalau tak percaya, lihatlah ini !” Habis berkata gadis ituterus mengangkat setumpuk tulang belulang ular yangberatnya tak kurang dari beberapa ratus kati ......

Gak Lui terkejut. Setelah Siau-mey letakkantumpukau tulang ular itu ketanah, barulah ia berkatadengan nada menyesal: „Sayang aku tak dapat memberipelajaran ilmu silat kepadamu. Apalagi anak perempuanbelajar silat pun .... kurang leluasa !”

“Engkau tak dapat memberi pelajaran, aku bisaberguru pada lain orang. Dan hendak kucari seorangcianpwe wanita, masakan tak leluasa!”

“Baiklah kalau begitu. Kurasa kita harus lekastinggalkan tempat ini,” kata Gak Lui.

“Ah..., mana boleh begitu cepat. Aku harus berkemaskemas dan memberi selamat tinggal kepada ular naga........ dan lagi ....”

“Dan lagi bagaimana?”

“Aku harus membawa dua kawan kecil untuk kuajakpergi.”

Gak Lui meluluskan. Siau-mey cepat meluncurkedalam persembunyian ular, sedang Gak Luimengemasi sepasang pedang dan barang bekalannya.

Page 113: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

113

“Ah...., pedang-samudera Hi Liong-hui dan pedang-gelombang Go Sun-hua tentu sudah celaka ditanganmusuh ganas itu. Putera tunggal dari Hi-cianpwe yangbernama Hi Kiam-gim, harus kubantu untukmembalaskan sakit hati orang tuanya ............. demikianGak Lui merenung. Kemudian pikirannya melayang pada,Ceng Ci totiang dan anggauta Topeng besi yangbertempur dengannya itu. Kedua orang itu benar anehsekali. Ceng Ci totiang memang sakti ilmusilatnya, tetapimengapa sama sekali tak kenal pada pedang Pelangipusaka partai Bu-tong-pay? Bukankah hal itu mustahilsekali kalau mengingat bahwa Ceng Ci itu paderitingkatan tinggi dari partai Bu-tong-pay! Sedang siTopeng Besi itu, ilmu silatnya jelas dari aliran Bu-tong-pay. Pula dia bahkan mengenali pedang Pelangi. Begitumelihat pedang pusaka Bu-tong-pay, dia tertegun dan takdapat bicara .... Terutama topeng besi yangdikenakannya itu. Selain aneh bentuk dan amat tebalbesinya pun penuh dengan karatan. Apakah topeng besiitu terus dipakaianya dan tak pernah dilepas? Benar2kedua orang itu diliputi oleh kabut rahasia. Kabut itusekarang Gak Lui belum dapat menyingkapnya. Tiba2Gak Lui terkesiap ketika ia teringat akan kata2 Ceng Citotiang yang aneh. Paderi itu berkata: „Engkau siPemangkas pedang, mengapa sebentar saja sudahberada di sini?”

Jika direnungkan, jelas paderi itu heran ataskemunculan Gak Lui di tempat itu. Jika demikian, apakahterdapat seorang tokoh Pemangkas Pedang yangmuncul dilain tempat lagi? Benak Gak Lui dilalu lalangoleh hal2 yang misterius sekali. Semua teka teki yangdihadapi itu, ia tak mampu memecahkannya.

“Ah......, betapapun halnya, yang penting aku harusmencari sumber air Pencuci Jiwa lebih dulu!” akhirnya ia

Page 114: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

114

menetapkan keputusannya.

---oo0oo---

Pada saat ia masih termenung dilamun kenanganperististiwa2 yang aneh itu, tiba2 terdengar suara desisyang tajam. Empat penjuru penuh dengan gemercik sisikular bergesek dengan tanah, menimbulkan suatu bunyi-bunyian yang menyeramkan! Gak Lui bergidik buluromanya. Ketika memandang kesekeliling, tiba-tibahidungnya terbaur angin yang amat anyir dan pada lainsaat lima ekor ular besar meluncur tiba. Badan ular yangsebesar dahan kayu, bergeliatan membentuk sebuahbarisan ular yang cukup tinggi. Kelima ular besarmengangkat kepala, menjulurkan lidah dan mengipas-ngipaskan ekornya dihadapan Gak Lui. Karena tak tahanakan bau yang anyir Gak Lui hampir muntah danpingsan. Dia tak dapat mengenali ular mana yang telahmenelan dirinya tadi. Dalam gugup cepat ia siapkanpedang dan memandang kearah liang makam ularsebelah dalam. Tetapi ia tak melihat bayangan Siau-mey.Gak Lui makin gemetar. Cepat ia menarik batang pedangdari sarungnya.........

Dalam saat2 yang amat tegang itu, tiba2 dari arahlubang sebelah dalam terdengar suitan melengking.Bagaikan terbang sigadis ular Siau-mey meluncur keluar.Begitu melihat gadis itu, kedua ular naga tadi segerabergeliatan memberi jalan. Pada lain kejab, gadis itupunsudah berada disamping Gak Lui. Gak Lui menghelanapas longgar, lalu susupkan pedang ke dalam sarunglagi. Dengan dada berombak keras, gadis itu bertanya:„Engkoh Lui, aku terlambat, apakah engkau kaget?”

“Ah, tak apa. Tetapi melihat kelima ular besar itu saja,

Page 115: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

115

hatiku sudah goncang keras!”

“Ah...., kelima ular penjaga makam ini, memangkeluar hendak mengantar perjalanan kita. Mereka takmakan orang. apalagi setelah makan rumput Panah-mas-harum, seharusnya engkau jangan takut kepadakawanan ular itu!”

“Ya..., ya...., kutahu. Tetapi mana kawan kecilmu itu?Apa sudah ketemu?”

“Sudah!”

Sambil bercakap-cakap itu, Gak Lui memperhatikankeadaan Siau-mey. Dilihatnya gadis itu masihmengenakan pakaian kulit ular yang gilang gemilangmenyilaukan mata. Kakinya telanjang, begitu pula bagiandadanya. Hanya pada pergelangan tangan kiri, memakaisebuah gelang warna emas yang aneh bentuknya.Sedang tangan kanan memakai gelang batu kumalaputih. Gak Lui kerutkan alis, tanyanya : „Apakah engkausudah selesai berkemas?”

Siau-mey mengiakan.

“Kalau begitu, mari kita berangkat !” Gadis ular Siau-mey segera memberi selamat tinggal satu demi satukepada kelima ular naga itu. Setelah itu ia cepatmenyusul Gak Lui. Mereka menuju ke sebuah guhaberbentuk bundar yang luasnya bebarapa tombak.Dengan lincah sekali, Siau-mey menyusup ke dalamlubang guha seraya berseru menyuruh Gak Luimengikuti. Pemuda itupun segera mengikutinya.Ternyata dinding guha itu sangat licin dan mengkilapsekali seperti kaca. Dan lagi sebentar dinding kaca itumelayang ke-atas sebentar meluncur turun. Sesaatmenggeser ke-kanan, sesaat ke-kiri. Tak ubahnya sepertisebuah barisan yang amat hebat. Dalam berjalan

Page 116: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

116

sebagai penunjuk jalan itu, tak henti-hentinya mulut Siau-mey mendesis-desis pelahan. Gak Lui pun terpaksameniru gerakan Siau-mey untuk merayap dengan tangandan kakinya. Diam2 ia mengakui, jika tiada penunjukgadis ular itu, tak mungkin dia mampu ke luar darimakam ular situ. Entah berapa lama mereka merayap itu,tiba2 Gak Lui tertiup hembusan angin dan semangatnyaterasa segar. Setelah merayap dua tiga tombak jauhnyalagi, mereka telah keluar dari tanah.

Memandang kemuka, kira2 dua li jauhnya tampak apipenerangan dari sebuah pedesaan.

“Adik Mey.....”

“Hm ......” mendengar kekasihnya memanggil dengan,sebutan yang mesra, gadis ular itu cepat menyahutdengan penuh rasa bahagia.

“Sekarang kita berada dimana?”

“Entah apa nama tempatnya, tetapi yang jelas beradaditempat yang berlawanan arah dengan lembah.” Gak Luitertegun, katanya: „Sebenarnya aku ingin kembaliketempat bermula aku jatuh kedalam lembah. Inginkulihat keadaannya. Tetapi tak nyana engkau telahmembawaku kemari.”

“Aku kuatir orang yang mencelakaimu itu masihmenunggu diluar lembah. Dan lagi gunung bagiansebelah itu ..........bukankah sudah terbakar api?” Gak Luiserentak teringat pada waktu melintasi puncak gunung, iamelihat dusun keluarga Hi telah menjadi lautan api.

“Ah ..... “ ia menghela napas panjang, „baiklah takperlu melihat. Mari kita mepuju ke desa itu”

Tetapi Siau-mey tampak meragu, katanya: „Sudahbertahun- tahun aku tak melihat orang, Aku agak ngeri

Page 117: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

117

......... “

“Kalau begitu, biarlah kupergi membeli pakaianuntukmu. Setelah itu kita cari tempat yang sepi untukberistirahat. Tentu engkau takkan ngeri bertemu denganorang!”

---oo0oo---

Demikian tak berapa lama setelah Gak Lui kembalimembawa pakaian, mereka segera mencari tempatmeneduh. Kebetulan sekali mereka mendapatkansebuah kuil kuno yang belum begitu rusak keadaannya.Ditingkah oleh sinar rembulan, kedua kekasih itu dudukberdampingan. Siau-mey sandarkan kepala pada bahuGak Lui, sambil memandang rembulan dengan senyumbahagia. Dalam genggaman cinta, gadis itu sepertidimabuk kepayang. Berada dalam sebuah kuil kuno ditengah hutan belantara, ia merasa seperti di dalamnirwarna .... Tetapi pada umumnya, detik2 bahagia ituselalu terasa berjalan cepat sekali. Tak berapa lamasudah menjelang tengah malam. Tiba2 bertanyalah gadisitu: „Engkoh Lui, hendak kemanakah engkau besok pagiitu ...?”

“Kegunung Thian-gan-san mencari sumber airPencuci Jiwa !”

“Apakah engkau sungguh2 .... tak dapat ....membawa aku kesana?”

“Sungguh tak dapat!”

„Aku merasa berat berpisah dengan engkau.”

“Ah, masakan manusia hidup takan berjumpa lagi.Kuharap engkaupun mencari ayahmu dan akupun bisamemperoleh jejak kedua orangtuaku lalu membalaskan

Page 118: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

118

sakithati mereka !”

“Engkoh Lui, engkau belum memberitahukan namaayah dan ibu !”

“Tetapi apakah kepentingannya kepadamu ?”

“Ih...., engkau ini memang keterlaluan, engkoh Lui.Masakan seorang menantu tak tahu nama keduamertuanya .........” jawab Siau-mey tersipu-sipu merahdan menunduklah gadis itu.

“Baik, tetapi sekali-kali jangan memberitahukankepada orang lain !”

“Sudah tentu.”

“Ayahku adalah Bu-san ........” Baru mengatakanbegitu, tiba2 diluar kuil terdengar suara derap langkahorang. Dari derap langkahnya, bukan seorang tetapibelasan orang. Tak berapa lama, orang2 itupunmelangkah masuk ke dalam kuil. Sekali lihat dan dengarnada suara mereka, tahulah Gak Lui kalau yang datangitu rombongan orang persilatan yang memilikikepandaian tinggi. Salah seorang yang suaranya kasargarang, meraung-raung dengan geram: „Celaka...!Sungguh menjengkelkan sekali bocah PemangkasPedang itu. Kita mencarinya dia menghilang !”

“Habis memangkas pedang orang, dia terusmelarikan diri. Tentulah takut dilihat orang .........”Demikian terdengar ocehan beberapa orang itu yangmembuat panas hati Gak Lui tetapi terpaksa menahankemarahannya. Tiba2 terdengar derap langkah seorangyang datang lagi dan berscru dengan tegang: „Kabarbaik! Pemangkas Pedang itu telah ditelan ular besar!”Mendengar itu tergetarlah hati Gak Lui. Mengapa orangitu tahu peristitiwa tersebut?

Page 119: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

119

“Ah, dia tentulah mata2 dari Maharaja!” pikiran GakLui dan serentak ia tak dapat menahan kemarahannyalagi. Mencabut pedangnya, ia serentak menerjang keluar!Tetapi baru pemuda itu hendak bergerak, gadis ularSiau-mey dapat memegang lengan Gak Lui: „Engkoh Lui,mengapa engkau ini?”

“Jangan pedulikan aku!” Gak Lui meronta. Walaupuntidak menggunakan tenaga penuh tetapi tetap ia takdapat melepaskan lengannya dari cekalan sigadis.“Apakah orang yang mencelakai dirimu itu?”

“Ya...!, mereka anak buahnya, lekas lepaskan aku!”Gak Lui kerahkan tenaga dalam, siap hendak meronta.Sekalipun tak pernah belajar silat tetapi tanpa sengajaSiau-mey telah mempelajari ilmu mengatur pernapasandan tenaga-dalam dari ular naga. Pada saat Gak Luikerahkan tenaga, Siau-mey pun ikut mengerahkantenaga. Cekalannya masih kencang sekali.

“Engkoh Lui, Perlu apa engkau mencarinya?”

“Untuk menanyakan dimana musuhku.”

“Kalau mau sungguh2 bertanya, tak seharusnyaengkau keluar.”

“Apa maksudmu?”

“Kalau engkau yang bertanya, mereka tentu akanmemberi jawaban yang bohong. Lebih baik biarkanmereka bilang sendiri. Nah, itulah baru boleh dipercaya!”

“Benar juga.......” Gak Lui segera menutuppernapasan dan mencurahkan mendengarannya. Karenalama tinggal diliang ular, telinga Siau-mey pun lebihtajam dari orang biasa. Ia pun curahkan perhatiannya.

Orang2 persilatan itu segera masuk kedalam ruanganbesar. Setelah mengatur tempat duduk masing2, maka

Page 120: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

120

terdengar pula suara orang yang bernada kasar danparau itu, membentak:

“Setan Keluyuran, kemarilah!” “Pedang Api,menunggu perintahmu!” terdengar orang yang dipanggilsebagai Setan Kelunyuran itu menyahut.

“Tadi engkau mengatakan bagaimana dengan siPemangkas Pedang itu? Ceritakan lagi!”

„Budak hina itu sudah dimakan ular besar!”

“Ngaco belo engkau! Mungkin karena tak berhasilmendapat berita, engkau lantas merangkai cerita yangtidak2”

“Percaya atau tidak, terserah padamu. Tetapi akubicara sesungguhnya !”

“Apakah engkau menyaksikan sendiri?”

“Tidak”

“Tetapi mengapa engkau begitu yakin?”

“Aku .... aku ..... faham akan daerah ini.

“Semua peristiwa yang terjadi di situ, tentu kuketahui!”

Rupanya Pedang Api tetap tak percaya. Wajahnyatampak muram seperti mau marah. Tetapi salah seoranglainnya cepat melerai: „Ah..., kurasa kalian jangan begitu.Bukankah kita bekerjasama. Jika budak hina itu memangsudah mati, kita boleh melampiaskan kesesakan dada.”

“Ah, jangan bicara seperti itu !” Bertanyalah SetanKeluyuran dengan nada dingin: „Cara bagaimanasaudara hendak melampiaskan penasaran itu?”

“Aku Pedang Api, senang sekali dapat menghajarbudak itu lalu mencincangnya.”

Page 121: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

121

“Kalau menurut ucapanmu itu, kita harus menariktubuh budak itu ke luar dari perut ular. Setelah itu baruditantang berkelahi?” Kata2 Setan Keluyuran itumenimbulkan gelak tertawa orang. Tiba2 serangkumangin keras meniup ke arah tempat persembunyian GakLui. Dengan kepandaiannya mencium angin mengenalbenda, Gak Lui mengetahui bahwa tamparan angin kerasitu berasal dari gerakan tubuh belasan orang yangberdatangan ke tempat situ. Mereka adalah musuh2 dariGak Lui ketika pemuda itu berkelana ke dalam duniapersilatan untuk memapas pedang orang. Gelak suaratawa dari Setan Keluyuran masih belum lenyapkumandangnya. Tiba2 Pedang Api menghantam mejasembahyangan, meja berhamburan ke mana-mana. Lalumenjerit murka : „Setan Keluyuran, engkau beranimenyindir aku ?” Namun Setan Keluyuran itu masih tetaptertawa aneh : „Tak perlu saudara menggertak aku. Jikaengkau benar2 sakti, masakan engkau sampaidikalahkan pemuda Pemangkas-pedang itu.”

Bum...., bum .... terdengar suara keras dari adupukulan antara Setan Keluyuran lawan Pedang Api.Kawannya yang tadi, cepat mencegah : „Ah...., janganlahkalian berkelahi sungguh2. Kita semua orang2 gagahdari tiap2 partai persilatan. Tujuan kita bersama adalahuntuk mencari jejak budak Pemangkas-pedang itu. Tetapijika dia memang sudah mati, besok pagi kita tinggalkantempat ini.”

Siau-liong membisiki Siau-mey : „Aku hendakmenjenguk mereka, jangan engkau ke luar dari sini.”

“Engkoh Lui, jika engkau sampai berkelahi denganorang, bagai mana aku harus berbuat” tanya sigadis.

“Cepatlah engkau pergi, jangan cemaskan diriku ....!”Gak Lui secepat kilat sudah melesat kemuka ruangan.

Page 122: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

122

Dilihatnya dalam ruangan terdapat 13 tokoh persilatan.Tapi ia tak dapat mengetahui yang manakah SetanKeluyuran itu. Pedang Api yang sedang ribut mulutdengan Setan Keluyuran itu, ketika melihat seorangmuncul dimuka ruangan, terkejut dan hentikanperkelahiannya. Belasan oraung itu segera berhamburankeluar.

“Berhenti!” bentak Gak Lui, jangan bergerak, akuhendak bicara !”

Ketiga belas orang itu segera mengepung Gak Lui.Mereka menghunus senjata masing2. Sikapnya tegangsekali.

“Aku Gak Lui, memang tempo hari yang memapaskutung senjata saudara2. Tetapi hal itu ada sebabnya.Saat ini hendak kuakhiri perselisihan itu!”

Mendengar itu Pedang Api segera maju selangkah,serunya: “Dengan cara bagaimana engkau berhakmengakhiri hal itu?”

“Jika saudara2 suka menyambut tawarankuberdamai, kelak tentu akan kukatakan sebab-sebab-nyaaku memapas senjata saudara2 itu, agar saudara janganpenasaran!”

“Jika kami tak mau?”

“Silahkan menetapkan waktu dan tempat, aku tentuakan melayani keinginan saudara2!”

“Beranikah engkau melawan kami ke 13 jago pedangini,”

“Sedikitpun aku tak gentar, tetapi .......”

“Mengapa?”

“Aku hanya mau menghadapi yang ke 12 orang

Page 123: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

123

karena yang seorang harus lenyap.”

“Yang mana?”

“Setan Keluyuran!”

“Mengapa?”

“Dia adalah kaki tangan Maharaja. Aku hendakmenanyainya” Kata2 Gak Lui itu membuat merekatersentak kaget. Duabelas pasang mata mencurahkearah seorang tinggi yang berhidung kakaktua. Gak Luisegera menuding orang itu, serunya: „Mengapa engkautak lekas keluar? Tunggu apa lagi!” Bermula SetanKeluyuran itu terkejut gemetar tetapi pada lain saat iatertawa mengejek.

“Atas dasar apakah engkau memfitnah diriku?”serunya.

“Ketika aku berjumpa dengan ular naga, hanya siTopeng Besi dan si-imam jahat Ceng Ci yangmengetahui. Tetapi mengapa engkau tahu juga?Bukankah itu suatu bukti bahwa engkau adalah kakitangan durjana yang telah mengganas dunia persilatanitu!” sahut Gak Lui.

Setan Keluyuran itu batuk2 sebentar lalu memandangkepada orang- orang disekeliling serunya: „Saudara-saudara sudah menyatakan hendak mencincang siPemangkas Pedang itu. Tetapi mengapa setelah budakitu datang, saudara2 membiarkan dia mengoceh takkeruan ........”

Pedang Api mendengus, teriaknya: „Gak Lui cukupkuat alasannya. Jika engkau tak dapat memberipenjelasan, hm ....... “

“Wah..., wah...., wah...., mengapa saudara membawaperselisihan peribadi ke dalam persengketaan umum?

Page 124: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

124

Ah, tak sedap dilihatlah!” seru Setan Keluyuranmengejek. Gak Lui tak dapat menahan kesabarannyalagi. Memandang dengan mata berkilat-kilat kepadasekalian orang gagah, ia berkata: „Harap saudarasaudara suka memikir selangkah. Aku hendakmembalaskan kematian Lima-orang gagah dan keduajago Pedang Samudera dan Pedang Gelombang”

Habis berkata pemuda itu terus bersiap hendaklancarkan pukulan Algojo-dunia untuk meringkus SetanKeluyuran. Tetapi baru saja tangan hendak mengayun,tiba2 dari belakang ia merasa dilanda tiupan augin keras.Pedang Api dan rombongannya tak mengetahui hal itu,tetapi Gak Lui segera menarik pulang tangannya danmembentak: “Hai, siapakah kalian itu? Mengapa takturun kemari, bicara terus terang !” Terdengar dua buahpenyahutan yang parau dari atas serambi:

“Kami berdua adalah imam Wi Tun dan Wi Ti dariKong-tong- pay!” Kedua imam tua itu, sederajatkedudukannya dengan ketua Kho- tong-pay.Kesaktiannya dalam ilmu pedang menggetarkan sampaikeempat samudra. Maka kemunculannya, benar2 sangatmengejutkan sekalian orang. Tersipu-sipu sekalian oranggagah memberi hormat kepada kedua imam tua itu.Pedang Api segera memberi hormat danmemperkenalkan diri.

“Murid orang biasa dari Siau-lim-pay, Tan Tay-kong,memberi hormat kepada lo cianpwe berdua!” Setelah ituberturut-turut mereka memperkenalkan diri sebagai TioLam san murid Heng-san pay, Oh Hek-bu murid Ceng-sia pay, Ci Kok-ceng murid Kiu-hoan-bun dan lain-2...

Kebanyakan mereka adalah anak murid partaigolongan Ceng- pay. Dan kedua imam tua itu pun satudemi satu membalas hormat. Kemudian yang terakhir

Page 125: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

125

adalah orang yang digelar sebagai Setan Keluyuran itu.Dengan hormat ia berkata: „Wanpwe Lim Yan,menghaturkan hormat dan selamat datang kepada lo-cianpwe berdua “

Melihat dia tak menyebut partai perguruannya, imamtua Wi Ti segera bertanya: „Siapakah nama gurumu

“Wanpwe adalah anakmurid .... Hantu tulang putih....”

“Oh....” seru imam tua Wi Ti dengan dingin, kemudianmemandang sekalian orang gagah

“Menilik gelagatnya, kalian ini benar2 rombongannaga dan ular, tidak membedakan putih dengan Hitam.Sungguh tak urus.”

Mendengar dampratan imam tua itu, Pedang Apimalu dalam hati. Buru2 ia memberi penjelasan: „Adalahkarena tak paham jalanan maka terpaksa kamimengijinkan dia ikut. Dan lagi diapun, pernah dipapaskutung pedangnya ......”

Kedua imam tua Wi Ti dan Wi Tun tetap. tak, senang.Tiba2 mereka berpaling kepada Gak Lui. Sudah tentupemuda itu terkejut.

“Adakah, cianpwe berdua juga hendak mencari aku?”tanya Gak Lui.

“Murid keponakanku Hian Wi tojin telah di papaskutung pedangnya. Tentulah engkau yang memapas itu!”

“Memang benar .... “

“Sesungguhnya karena apa sampai terjadiperkelahiau itu?”

“Aku mempunyai suatu sebab. Sayang tak leluasakuberitahukan!”

Page 126: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

126

“Pedang merupakan nyawa kedua dari seorangpersilatan. Bukan saja bagi yang terpapas pedangnyatentu malu, pun bagi perguruannya merupakan suatuhinaan besar. Sekarang murid keponakanku telahmenerima hukuman dari ketua. Kami menerima tugasuntuk menyelidiki hal itu. Jika engkau tak maumengatakan sebabnya, murid keponakanku Hian Wi itutentu akan menerima hukuman berat. Dilenyapkan ilmukepandaiannya dan diusir dari perguruan !”

Mendengar itu dengan nada penuh sesal Gak Luiberkata : “Dapatkah kumohon pada cianpwe supayakembali ke gunung dan tolong sampaikan pada ketua.Peristiwa pemangkasan pedang itu bukan tanggungjawab Hian Wi tojin. Kelak aku tentu akan datangmenghadap untuk memberi penjelasan !”

“Karena bukan tanggung jawab murid keponakanku,maka jelas engkaulah yang bertanggung jawab. Dalamhal ini terpaksa aku harus mencari keterangan sampaijelas!”

“Tetapi saat ini aku masih mempunyai lain urusanyang penting. Dapatkah lain hari........”

“Dengan susah payah, kami baru dapat mencarimu disini. Kurasa lebih baik sekarang juga engkau memberipenjelasan !” desak imam tua itu.

Gak Lui merenung. Rombongan yang dihadapinya ituterdiri dari campuran antara Putih dan Hitam. Dan lagiSiau-mey masih bersembunyi di samping ruang.Berhadapan dengan sekian banyak orang dari berbagaialiran yang berbeda-beda itu, memang memungkinkanterjadinya hal- hal di luar dugaan ...............

Tiba-tiba Setan Keluyuran mendapat pikiran untukmenggunakan kesempatan saat itu. Dengan tertawa ia

Page 127: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

127

berkata kepada ke dua imam tua Wi Ti dan Wi Tun:„Kata2 cianpwe tadi memang tepat sekali. Kami kemarikarena hendak mencari budak itu. Tetapi sayang adabeberapa kawan yang takut kepadanya. Syukur cianpweberdua datang sehingga urusan tentu beres ....”

Tetapi Setan Keluyuran kecele. Kedua imam tua dariKong-tong- pay itu membenci orang2 golongan Hitam.Mendengar sanjung pujian Setan Keluyuran, ke duaimam tua itu deliki mata dan menyahut dingin: „ Kalianguru dan murid, tersohor buruk nama. Kami Kong-tong-pay tak berani menerima petunjukmu!” Kemudian ke duaimam itu berpaling kepada Gak Lui, serunya :

“Baiklah, kami berdua akan menonton di sampingsini. Silahkan engkau membereskan urusanmu dahulu !”Habis berkata ke dua imam itu terus melayang ke atasatap serambi lagi. Tetapi Setan Keluyuran itu memangjulig sekali. Siasat yang satu gagal, ia sudah siap dengansiasat lain lagi. Tanpa malu-malu lagi ia berseru keras :„Lain orang takut kepada budak itu, memang dapatdimengerti. Tetapi kalau cianpwe berdua juga gentarkepadanya, benar-benar menghilangkan muka. Dan lagiGak Lui sebenarnya adalah anggota Topeng Besi, mata2dari Maharaja!”

Sudah tentu kata2 itu seperti halilintar meledakdisiang hari. Kedua imam dari Konglong-pay terbeliakkaget! Begitupun sekalian orang gagah yang hadir disitu.Tadi Gak Lui menuduh Setan Keluyuran itu kaki tanganMaharaja, tetapi sekarang Setan Keluyuran berbalikmenuduhnya sehingga salah seorang anggautagerombolan Topeng Besi ! Dalam kehiruk pikukansebagai reaksi atas kata2 Setan Keluyuran itu, makaPedang Api Tau Tay-kong murid Siau-lim-si segeramelangkah maju dan membentak dengan suara

Page 128: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

128

menggeledek: “Kalian berdua saling tuduh menuduh.Sebenarnya siapakah yang mempunyai bukti yang kuat!”

Dengan tangkas, Setan Keluyuran segeramenggembor sekeras- kerasnya: „Anakbuah Maharajatentu membawa Amanat Takdir. Silahkan kalianmenggeledah, siapakah diantara kami berdua yangmenyimpan surat amanat itu, dialah mata-mata!”Mendengar itu Gak Lui seperti disambar kilat kejutnya,pikirannya;

“Kuambil Amanat Mati ditempat kediaman KelimaJago, mengapa dia tahu juga!” Berfikir sampai hal itu,cepat ia merabah saku bajunya ...

“Hai, budak, kalau memang seorang jantan hayokeluarkanlah sendiri!” teriak Setan Keluyuran. Karenamarahnya, Gak Lui sampai gemetar. Cepat ia mengambilkeluar Amanat Mati itu. Seketika berobahlah wajahsekalian orang gagah.

“Benar!, memang Amanat Mati ini kusimpan. TetapiAmanat Mati itu kuambil dari tempat kediaman KelimaJago. Hai!, Setan Keluyuran, engkau harus menggantijiwa ....”

Tetapi Setan Kelujuran yang licin bagi belut, cepatmelengking: “Pembunuh sudah terang berada disini,kalian masih tunggu apa lagi !” Bahkan sehabis berseru,Setan Keluyuran terus mencabut pedang hendakmenyerang. Tetapi kalah cepat dengan Gak Lui. Pemudayang terbakar oleh dendam kemarahan itu, segerahantamkan tangan kirinya keudara. Serangkumgelombang penyedot segera melanda Setan Keluyuran.Tubuh orang itu melengkung dan tertarik dua langkahkemuka. Dengan sekuat tenaga ia berontak dan barulahdapat berdiri tegak lagi. Tring .......! pedangnya

Page 129: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

129

berhambhuran melayang keudara dan tahu-tahumeluncur ketangan Gak Lui. Sekali hantamkan ujungpedang ketanah, pedang Setan Keluyuran itu kutungmenjadi dua. Ilmu kepandaian merebut senjata dari jarakjauh itu, benar2 mengejutkan sekalian orang. Merekabelum pernah menyaksikan ilmu yang seluar biasa itu.Pedang Api dan rombongan benar2 tercekam dalamkerisauan. Antara rasa kejut, malu, dan marah. Tetapibeberapa orang yang terkena pengaruh kata2 SetanKeluyuran tadi, segera maju menyerang Gak Lui.

“Menyingkirlah, jangan cari penyakit sendiri .......!”teriak Gak Lui seraya gerakkan tangannya dalam ilmuAlgojo Dunia untk melindungi diri. Tetapi sayang,sekalian orang telah kehilangan daya pikir yang sadar,tidak ada seorangpun yang mendengar seruan Gak Lui.Sepuluh desiran angin pukulan dahsyat dan hujan sinarpedang sama menluncur kearah Gak Lui. BetapapunGak Lui dengan ilmu kesaktiannya yang aneh itu, tetapkewalahan menghadapi serangan dari 13 takoh berilmutinggi. Darahnya bergolak keras, gerakannya menjadikacau. Dalam keadaan secara terpaksa, ia mencabutsepasang pedang panjang dan pendak. Dengandemikian, berlangsunglah suatu pertempuran berdarahyang seru. Pedang Api Tan Tay-kong mengeluarkan ilmuistimewa dari perguruan-nya, menyerang dengan mati-matian. Setan Keluyuran menyerang dengan tangankosong. Ia gunakan ilmu Im-Jan-jiu atau ilmu pukulanmembuat orang cacad. Beberapa kali dalam kesempatanyang baik, ia mencuri serangan.

Pedang panjang yang dicekal tangan kanan,dimainkan Gak Lui dalam ilmu Menjolok-bintang-memetik-bulan. Dari arah kedudukan yang tak terduga-duga, Gak Lui dapat gerakan pedangnya untukmencongkel pedang lawannya. Sementara Pedang

Page 130: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

130

Pelangi yang dimainkan dengan tangan kiri dalam ilmuMembelah-emas-memotong-kumala, bagaikan ular yangsedang menjulur-julurkan lidahnya untuk memagut.Hanya pagutan ujung pedang Gak Lui itu adalah untukmemapas kutung pedang orang. Saat itu didalam ruangbiara telah berlangsung suatu pertempuran senjata yangdahsyat sekali. Menimbulkan sambaran angin yangmenderu-deru ....

Dering gemerincing dari benturan senjata tajam,terdengar amat tajam sekali sampai memekakkantelinga. Ilmu pedang Menjolok-bintang-memetik-rembulanyang dimainkan Gak Lui itu memang luar biasa sekali.Beberapa pedang lawannya dapat dipentalkan keudara,melambung tinggi sampai beberapa tombak. Dibawahsinar rembulan, pedang2 yang melayang keudara itu,sepintas pandang menyerupai bintang jatuh dari langit ....Ada juga yang pedangnya kena terpapas kutung sampaipendak dan makin pendak, terpaksa harus buang tangkaipedangnya. Karena jika dilanjutkan, setelah tangkaipedang pun terpapas, tentulah tangannya yang akanmenjadi korban. Hanya dalam waktu sepenanak nasisaja, pertempuran telah berjalan 100-an jurus.

Saat itu ke 13 tokoh2 lihay yang semulamenggunakan pedang, saat itu terpaksa hanya tinggaltangan kosong saja. Tetapi rupanya karena malu campurmarah, mereka semakin kalap. Pedang terpapas habis,mereka tetap gunakan tangan kosong untukmelancarkan serangan.

Kedua imam tua Wi Ti dan Wi Tun, diam2 terperanjatmenyaksikan kesaktian pemuda Gak Lui. Wi Ti terushendak turun membantu tetapi dicegah Wi Tun.

“Melihat kepandaiannya, dia mungkin anggautaTopeng Besi ...” kata Wi Ti.

Page 131: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

131

Tetapi sambil menuding kearah Pedang Pelangi yangdigunakan Gak Lui, Wi Tun berbisik: „Dengan memakaipedang itu jelas dia tentu pernah ke Bu-tong-san dan takmungkin menjadi anggauta kaki tangan Maharaja! Danlagi orang2 itu campur baur tak keruan dengan golonganHitam, biarlah mereka merasakan sedikit kopi pahit!”

Pada saat kedua imam Kong-tong-pay itu bercakap-cakap, Gak Luipun sudah menyarungkan pedang dangunakan tangan kosong untuk menghadapi seranganlawan. Berbeda dengan pedang. Pukutan lebih lincah

Page 132: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

132

dan sukar dikuasai lawan. Maka serangan ke 13 orangitu, membuat Gak Lui sibuk sekali. Pemuda itu gunakanilmu meringankan tubuh Burung-rajawali- pentang- sayapuntuk menghindari serangan. Gerakan pemuda itu ber-putar2 laksana seekor burung rajawali yang sedangberpesta-pora diantara kawanan kambing.

Berulang kali susul menyusul terdengar erang dandengus tertahan dari beberapa orang yang terkenapukulan. Dalam beberapa saat, hampir separoh daripengeroyok itu dapat dipukul terhuyung-huyung oleh GakLui.

Melihat pemuda itu makin lama semakin perkasabahkan lebih hebat daripada menggunakan pedang tadi,Setan KeIuyuran menyadari bahwa apabila di lanjutkan,jelas pertempuran itu tentu akan dimenangkan Gak Lui.Diam2 tergetarlah hati Setan Keluyuran. Serentak timbulrencananya untuk meloloskan diri. Maka setelahmelakukan sebuah gerak serangan kosong, cepat iamelesat ke ruang samping.

Gak Lui terkejut, ia kuatir Siau-mey masih beradadalam ruang samping itu dan tentu ditangkap SetanKeluyuran. Tetapi begitu perhatiannya terpecah, saat itujuga musuh telah memburu dengan pukulan yangdahsyat dan menguasainya lagi. Tiba2 dari sampingruang terdengar gelak tertawa yang cabul. Dan menyusulterdengar lengking jeritan ngeri dari seorang gadis.

“Celaka!” diam2 Gak Lui mengeluh dan tertegunkaget. Bluk..., bluk..., bluk..., tiga buah pukulan telahmelanda tubuh pemuda itu. Seketika Ia muntah darah........ Tetapi pemuda itu mendadak tampak beringassekali. Sepasang matanya berkilat-kilat memancarkanapi. Dengan kalap ia segera melancarkan 6 buah jurusdahsyat. Seperti mendapat kekualan gaib, pemuda itu

Page 133: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

133

mengamuk laksana banteng terluka.

Dua belas jago-jago silat yang tangguh, dalambeberapa waktu, telah berantakan. Sebagian dapat dihantam terhuyung-huyung oleh Gak Lui dan sebagiandapat disedot tenaga-murninya sehingga kehabisantenaga. Juga Gak Lui sendiri tak keruan keadaannya.Mulutnya mengumut darah. Namun dengan nekad,sehabis merubuhkan pengeroyoknya, ia terus menyerbukeruangan samping. Tetapi baru ia hendak bergerak,gadis ular Siau-mey sudah melesat keluar dari ruangsamping itu. Setan Keluyuran mengejarnya. Dengancepat ia menutuk dua buah jalan darah gadis itu tetapientah bagaimana tutukannya itu selalu meleset ....

“Engkoh Lui, tolonglah aku!” teriak Siau-mey denganketakutan. Tetapi pada saat itu juga tangannya dapatdicengkeram Setan Keluyuran. Dan tepat pada saat itu,Wi Ti totiangpun melayang turun dari atas serambi terusmenutuk kedua orang, Siau-mey dan Setan Keluyuran.Saat Siau-mey terancam bahaya, sekonyong-konyongSiau-mey gerakkan kedua lengannya dan bersuit aneh.Seketika dua buah sinar emas dan perak berhamburandari kedua lengannya dan tahu2 gadis ular itu terlepas,dari bahaya, terus djatuhkan diri kedada kekasihnya.Tetapl pada saat itu juga Setan Keluyuran tegak sepertipatung, tubuhnya menggigil seperti orang terserangpenyakit malaria. Wajahnyapun turut berkerenyutan. Bluk...... tiba2 dia rubuh ke tanah. Demikianpun imam tua WiTi totiang. Wajahnya menampil rasa kejut ketakutan.Baru berjalan tiga langkah, iapun rubuh ....

Sebelum Gak Lui tahu apa yang terjadi dan belumsempat berbuat apa2, sekonyong-konyong Wi Tuntotiang sudah lontarkan pukulan tenaga sakti kearahmereka berdua. Karena sedang memeluk Siau-mey, Gak

Page 134: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

134

Lui tak sempat menangkis. Terpaksa sambil melindungigadis itu, ia terus enjot tubuhnya melambungkeudara.............. Tetapi baru melambung beberapameter, pinggangnya telah tersapu angin pukulan si-imam.Bum ,.... ia terlempar beberapa tombak. Mata ber-kunang2 dan gelaplah disekeliling penjuru. Darahnyabergolak keras.

Setelah dapat meruhuhkan Gak Lui, Wi Tun cepatmelayang kesamping Wi Ti. Dilihatnya wajah suhengnyaitu pucat lesi, napas berhenti. Jelas terkena sebuah jenisracun yang hebat ! Wi Tun yang biasanya amat sabar,saat itu lupa segala apa. Tring .....!, ia mencabut pedanglalu menyerbu Gak Lui. Gak Lui buru-buru menyingkirkanSiau-mey dan mencabut pedang untuk menangkis. Cepatsekali mereka sudah bertempur 10 jurus.

Tiba2 sigadis ular Siau-mey seperti teringat sesuatu.Buru2 ia menghampiri ke tempat imam Wi Ti untukmemeriksa lukanya Saat itu Wi Tun totiang sedangmenumpahkan seluruh tenaganya dalam ilmu pedangpartai Kong-tong pay. Hebatnya bukan alang kepalang.Sedang Pedang Api Tan Tay keng dan kawan sedangsibuk menolong kawan2nya yang menggeletak di tanah.Seluruh mata rombangan Pedang Api itu tercurahdengan penuh kebencian kepada Gak Lui. Juga terhadapsikap kedua imam tua Kong-tong-pay yang hanyaberpeluk tangan melihat pertempuran tadi, merekapuntak puas. Mereka mulai makin percaya akan keteranganSetan Keluyuran tadi bahwa Gak Lui ini seorang anggotagerombolan Topeng Besi. Buktinya, pemuda itumembawa Amanat Mati dari Maharaja dan memusuhitokoh2 golongan Putih.

Anggapan mereka terhadap sikap kedua imam tuaKong-tong-pay itupun, agak mencurigakan. Tentu ada

Page 135: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

135

maksud tertentu mengapa kedua imam tua itu tak maucampur tangan dalam pertempuran tadi! Dalam pada itu,pertempuran antara Wi Tun totiang dengan Gak Luimasih berlangsung seru sekali. Karena tak mampumengalahkan Gak Lui yang sudah menderita luka itu, WiTun totiang merasa malu dan marah. Segera iatumpahkan seluruh tenaga-saktinya untuk menghantamdada lawan.

Gak Lui terkejut. Setitik iapun tak pernah mengirabahwa imam tua itu akan mati- matian hendak mengadujiwa. Dalam keadaan yang tak mungkin dihindarinya ini,terpaksa Ia menangkis dengan tangan kiri. Krak ....terdengar benturan yang keras dan tersurutlah Gak Luitiga langkah kebelakang. Tubuhnya terhuyung-huyungsambil tetap mencekal pedang yang dilintangkan kemukauntuk melindungi diri. Tetapi difihak Wi Tun totiang lebihmengenaskan. Kedua tangan imam tua itu melentuklunglai, kedua kaki lemas dan rubuhlah imam itu ketanah....

Hening lelap. Suasana ruangan tampakmenyeramkan. Beberapa sosok tubuh malang melintangmenggeletak dilantai. Beberapa saat kemudian, tampakgadis ular Siau-mey bangkit terus menghampiri ketempatGak Lui. Dilihatnya dada sang kekasih itu berombakkeras; wajah merah membara dan tegak seperti patung.Jelas kekasihnya itu tentu menderita kesakitan yanghebat.

“Engkoh Lui, engkau ...... bagaimana?”

“Lekas ... papahlah aku ........ duduk.........”

Siau-mey segera membantu kekasihnya dudukdisamping Wi Tun totiang. Dengan susah payah Gak Luiletakkan pedang lalu lekatkan tangannya keperut imam

Page 136: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

136

itu. Dengan pelahan ia salurkan tenaga-murni Wi Tunyang disedotnya itu ke dalam tubuh siimam itu. Takberapa lama, Gak Lui merasakan getaran hatinya agaktenang dan rasa sakitnyapun berkurang. Juga Wi Tuntotiangpun mulai kembali tenaganya, Akhirnya tersadardan membuka mata. Sebelum kedua orang salingberbicara, Wi Ti totiangpun yang tadi telah ditolong Siau-mey sudah bangun lalu menghampiri ketempat mereka.

Demikianlah, keempat orang itu saling menuturkanpengalaman masing2. Wi Ti totiang mengatakan bahwatutukannya tadi sebenarnya hendak mencegah SetanKeluyaran mencelakai Siau-mey. Tetapi dalam gugup,Siau-mey telah meronta dan membalas menutuknyahingga rubuh.

Gak Luipun segera menuturkan tentang Amanat Matiyang diambilnya dari desa kediaman Kelima jago. Kinikedua imam Kong-tong-pay itu menyadari kesalahanfaham mereka. Mereka memberi hormat, menghaturkunterima kasih karena telah ditolong dari bencana maut.Setelah itu mereka minta diri dan tinggalkan tempat itu.Tetapi. tiba-tiba Gak Lui teringat sesuatu serunya: „Haraptotiang berdua suka berhenti sebentar. Aku hendakmohon bertanya.”

“Ah, Gak siauhiap tak perlu sungkan ...”

“Mohon tanya, apakah diantara anak murid partaitotiang ada yang lenyap pada 18 tahun yang lalu ?”

Kedua imam tua itu saling bertukar pandang laluberkatalah Wi Ti totiang: „Jika lain orang yang tanya,kami tak leluasa memberi keterangan, Tetapi karenakalian berdua telah menolong kami, maka tak enaklahkalau kami merahasiakan soal itu .... “

“Demi kehormatanku, tak nanti kubocorkan rahasia

Page 137: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

137

itu kepada lain orang. Pula akupun masih ada soal yangpenting akan kuberitahukan kepada totiang”

“Yang lenyap dari salah seorang Tujuh-jago-pedangKong-tong- pay itu adalah toa suheng kami Wi Cuntotiang”

“Oh ......, bagaimana dengan kelakuan Wi Cuntotiang?”

“Cukup baik, tetapi ..........”

“Tetapi bagaimana”

“Perangainya keras sekali, kurang ramah tamah.”

“Mungkin dia telah berobah perangainya sehinggamelakukan sesuatu hal yang diluar dugaan, benarkah?”

“Hal itu .... aku tak berani memastikan, pun tak dapatmenyangkal ...”

Gak Lui merenung sejenak lalu berkata dengan nadasungguh2: “Adaikata dia telah menggabungkan diri padagolongan hitam, misalnya menjadi kaki tangan Maharaja,bagaimanakah tindakan partai totiang terhadap dirinya?”

“Sudah tentu akan dijatuhi hukuman sebagai muridmurtad! Tetapi hal itu harus ada bukti yang benar2meyakinkan!”

“Bukti ...... ?” “Sudah tentu hurus ada bukti itu. Danucapanmu itu seperti memberi isyarat secara diam2tentang sesuatu hal!”

Gak Lui menuturkan tentang perjumpaannya denganimam Ceng Ci totiang yang menyatakan hendakmengadakan pembersihan pada partai Bu-tong-pay. WiTi dan Wi Tun terkejut sekali. Berserulah kedua imam itudengan serempak: „Hubungan Kong- tong-pay denganBu-tong-pay boleh dikatakan adalah seperti kaki dengan

Page 138: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

138

tangan. Soal itu kami tak dapat tak mengurusnya .........Dan lagi turunnya Ceng Suan tutiang dari gunungpastilah untuk hal itu juga!”

Kali ini Gak Lui lah yang tergetar hatinya. Bukankarena takut rombongan Bu-tong-pay akan memintakembali pedang pusaka Pelangi dari tangannya.Melainkan cemas akan tindakan Ceng Suan totiang itu.Dengan kepergian ketua Bu-tong-pay dari gunung,musuh mudah menggunakan kesempatan itu untukmengganggu markas Butong-pay. Setelah menenangkanperasaannya, Gak Lui berkata: „Karena Bu-tong-paytelah mengalami peristiwa itu, kuharap partai Kong- tong-pay juga barus meningkatkan kewaspadaan agar jangantertimpah sesuatu yang tak diharapkan”

“Terima kasih atas peringatan Gak sauhiap. Kamitentu akan segera melaporkan hal itu kepada ketua!” katakedua imam itu lalu memberi hormat dan terus pergi.

Pada saat. Gak Lui berputar tubuh, barulah ia teringatakan Setan Keluyuran. Ketika diperiksanya ternyataorang itu sudah mati. Kaki tangannya menyurut kecil,wajahnya perot dan lulitnyapun pucat seperti kertasApabila disentuh jari, kulit mukanya itu sudah membusuk.

“Aneh .... mengapa dia mati sengeri begitu?” diam2Gak Lui bertanya kepada dirinya.

“Dia mati digigit si Kumala!” tiba2 sigadis ular Siau-mey menyahut..........

“Kumala?” Siau-mey geliatkan tangan kanannya lalumelolos rantai kumala yang melingkar ditangannya itu.“Ho....., itulah ... sahabat kecil-mu?”

Siau-mey mengiakan, lalu bersuit nyaring. Nadanyatak kalah nyaring dari suitan Ceng Ci totiang ketika

Page 139: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

139

memanggil anggauta Topeng Besi. Begitu mendengarsuitan Siau-mey, rantai kumala ditangan Siau- mey itu,bergerak. Rantai itu dapat mengangkat keatas,memantulkan sebuah kepala binatang yang berbentulksegi tiga.

“Oh, kiranya seekor ular berbisa!” seru Gak Lui.

“Benar, racunnya memang ganas sekali. Apabilamenggigit orang, dalam waktu paling lama satu jam,orang tentu cair jadi air!”

“Kalau begitu, Wi Ti totiang rubuh tadi bukan karenaengkau totok tetapi karena digigit ular emas itu?!”

“Ya, benar! Imam itu memang digigit si-Emas. KarenaWi Ti totiang itu tergolong aliran Putih maka kuberinyapertolongan!”

“Ah........” Gak Lui menghela napas, „Setan Keluyuranitu sebaiknya jangan mati dan harus ditolong. Dia adalahkunci rahasia dari musuhku. Aku dapat mengorekketerangan dari mulutnya........”

Siau-mey tersipu-sipu merah. Sejenak merenung iaberkata: “Tetapi dia tak dapat ditolong lagi ......... eh,mengapa engkau tak coba2 menggeledah badannya?Mungkin dapat diketemukan suatu petunjuk!”

Gak Lui menurut. Ketika mengeledah pakaian SetanKeluyuran, ia berhasil menemukan sebuah lencana emasyang aneh bentuknya. Diatas lencana itu diukir huruf :„Menteri dari Maharaja”.

“Hm, kiranya lencana ini merupakan tanda pengenalmereka ......” pikir Gak Lui. Dan ketika membuka bekalSetan Keluyuran, ia menemukan lagi sehelai kain 'birupenutup kepala dan muka. Itulah sarung kepala yangbiasa dikenakan anggauta Topeng Besi ! Gak Lui

Page 140: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

140

menyimpan kedua benda itu dibajunya. Tiba2 Siau-meymenanyakan perihal Amanat Mati yang menyebabkanGak Lui diserang rombongan Pedang Api tadi.

“Engkoh Lui, perlu apa engkau menyimpan benda2itu? Bukankah hal itu akan menimbulkan faham orang?”kata Siau- mey.

“Soal itu tak perlu engkau tanyakan. Kelak tentu adagunanya bagiku!” Perangai gadis ular Siau-mey memanglemah lembut. Ia tak mau berbantah lagi. Kemudian iamenarik tangan kekasihnya dan berkata dengan mesra :„Engkoh Lui, orang2 sudah pergi, mari kita masuk danberistirahat ke dalam ruangan.” Tetapi saat itu hari sudahfajar. Gak Lui gelengkan kepala: „Kita .... saat ini harusberpisah.”

“Berpisah ?” Siau-mey terkejut.

“Sesungguhnya aku tak tega kalau engkau seorangdiri berkelana. Lebih baik cari suatu temtpat yang amandan engkau menetap sementara disitu.”

“Tidak..., tidak....!” rupanya Siau-mey mempunyai lainrencana, “aku mempunyai si Kumala, si Emas dan ularPelangi serta akupun memiliki ilmu jaga diri. Aku dapatpergi, seorang diri!”

“Kapan engkau memiliki kepandaian jaga diri itu ?”

“Dulu sewaktu masih tinggal di makam ular, seringkulihat kawanan ular besar itu saling bergurau. Tanpasengaja mereka masing2 mengeluarkan kepandaianberkelahinya. Tadipun telah kugunakan sebuah sapuantangan dan kaki untuk merubuhkan Setan Keluyuran.Kalau tidak, masakan aku dapat lolos dari ruang samping!” Kalau begitu sebenarnya engkau memang mempunyaikepandaian bela diri. Hanya saja karena gugup

Page 141: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

141

menghadapi musuh, hampir saja engkau kena disergaporang ....... “

“Kelak aku takkan takut lagi. Barang siapamenghinaku, tentu takkan kuberi ampun!” kata Siau-mey.

“Bagus” Gak Lui memuji. Keduanya segera keluardari ruang itu. Setelah tiba di-jalan besar, mereka segeraberpisah.

“Kudoakan engkau dapat menemukan ayah-mu !”kata Gak Lui.

“Kuharap engkaupun dapat menemukan sumber air.Pencuci Jiwa!” balas Siau-mey. Setelah salingberpelukan, kedua kekasih ini segera berpisah. Gak Luibergegas-gegas menuju kearah tempat sumber airPencuci Jiwa.

SETELAH kekasihnya itu lenyap dari pandanganmata, Siau-mey berkata dalam hati : „Engkoh Lui, akubenar2 tak tega. Akan kuikuti engkau secara diam2 Takpeduli ke Nirwana atau ke Neraka............ Betapapunjauh larimu, tetapi dengan membaui napasmu aku tentudapat mencarimu!” Setelah menentukan rencananya,gadis ular itupun segera melesat menyusul kearah tujuanGak Lui.

Setelah dua hari metaempuh perjalanan, barulah GakLui menyadari bahwa lukanya masih belum sembuhsama sekali. Tenaganya belum pulih. Ia merasa cemaslalu membiluk ke sebuah tikungan gunting. Maksudnyahendak mencari tempat yang aman untuk melakukanpenyaluran napas. Pada saat ia menyusup ke dalamsebuah hutan untuk mencari tempat beristirahat, tiba2dari belakang menghembus serangkum angin danmenyusul terdengar suara orang membentak: „Hai,pendatang, lekas hunus pedangmu!”

Page 142: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

142

“Menghunus pedang?” Gak Lui heran.

“Benar, dan engkau boleh mulai menyerang dulu!”kata orang itu. Gak Lui makin kaget. Nada ucapan itupersis seperti ketika ia turun gunung dahulu dalamrangka memapas pedang tokoh2 persilatan untuk dibawamenghadap ayah angkatnya. Secepat kilat Gak Luiberputar tubuh untuk melihat orang yang menggertaknyaitu. Dan astaga .... hampir saja ia menjerit kaget! Danorang itupun juga menjerit kaget! Kiranya yang dihadapiGak Lui itu juga seorang yang memakai kerudung hitam.Kepala dan mukanya tertutup. Dandananya persis sepertidirinya. Orang itupun demikian juga. Ia terkejut karenaGak Lui menyerupai dirinya.

Page 143: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

143

Memang sepintas pandang keduanya hampirmenyerupai satu sama lain. Tetapi sesungguhnya adajuga bedanya. Gak Lui lebih tinggi dari orang itu. Dankedok muka yang dipakainya itu agak beda bentuknyadengan orang itu. Begitu pula orang itu pedangnya hanyasebatang. Sekalipun hegitu, memang sukarmembedakan mereka.

“Siapa engkau!” orang itu menegur lebih dulu. Darinada dan sinar matanya serta baris gigi yang masihpenuh dan putih, jelas orang itu masih muda. “Aku GakLui sahut Gak Lui. Diam2 ia menimang, tentulah orangitulah yang telah keliru disangka oleh Ceng Ci totiangsebagai si Pemangkas Pedang.

“Hm, bangsa kerucuk yang tak berharga. Lekashunus pedangmu!” seru orang itu.

“Siapa engkau “ seru Gak Lui.

“Tuanmu ini adalah si Pemangkas Pedang, mengapamasih bertanya lagi!”

“Ha, ha, ha ... !” Gak Lui tertawa ter-gelak2 “kalauengkau benar2 dia, engkau telah melanggar sebuahperaturannya!”

“Peraturan apa?”

“Selama berkelana memapas pedang orang, dia takpernah menanyakan nama orang. Kecuali orang itumengatakan sendiri !”

“Oh ...... apakah engkau ......” orang itu gemetartubuhnya dan maju tiga langkah kemuka.

“Tak usah engkau tanya! Mari kita sama2 menghunuspedang dan lihatlah siapa yang lebih tangkas

Tring ........ secepat menarik pedang orang itu terus

Page 144: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

144

menyerang Gak Lui. Gak Luipun mencabut pedangnyatetapi tak sampai mengeluarkan suara begitugemerincing. Cepat kedua sudah melangsungkan 10jurus serangan, Gak Lui dapatkan tenaga-dalam orangitu masih lemah tetapi permainan pedangnya hebat dananeh sekali. laksana gelombang samudera yang susulmenyusul mendampar. Menyerang tetapi lincahbertahan.

Sesaat Gak Lui tak mampu menemukan kelemahanlawan. Berhadapan dengan seorang lawan yangdandanan dan umurnya sebaya, timbullah kegembiraanGak Lui untuk memenangkan pertempuran itu. Pikirnya:„Hm, engkau mengaku sebagai si Pemangkas Pedang.Akan kuberi contoh bagaimana cara memangkas pedangorang!” Seketika Gak Lui robah permainan pedangnya,menjadi hujan sinar yang mencurah kepedang lawan.Orang itu mendengus hina dan berani menangkis.

“Bagus!” seru Gak Lui seraya menambahkan tenaga-dalamnya. Pedang berputar laksana angin puyuh danujung pedang orang itu pasti terpapas. Tetapi ternyataorang itu sudah siap. Pada saat pedangnya terancamkutung, dia malah maju selangkah dan secepat kilatmerogoh baju. Tring .... terdengar suara berdering dantahu2 sebatang pedang pendek secepat kilat memapaspedang Gak Lui. Cepat bukan kepalang sehingga lawantentu tak sempat menarik pedangnya lagi.

Dalam gugup, Gak Lui cepat menarik pedang Pelangidari bahunya dan terus disongsongkan. Tring...........terdengar benturan pedang yang melengkingnyaring sekali sehingga telinga kedua orang itu serasamau pecah. Mereka sama2 loncat mundur setombak lalumemeriksa senjata masing2. Ternyata pedang mereka itusama2 tak kurang suatu apa. Pemuda yang mengaku

Page 145: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

145

sebagai Pemangkas Pedang itu menyadari bahwa dirinyatakkan menang melawan Gak Lui. Setelah mendengusgeram, tiba2 ia berputar diri terus lari ........ Cepat Gak Luiloncat dan mencekal tangan pemuda,itu, serunya :

“Saudara Hi, jangan pergi....”

“Siapakah saudaramu itu!” bentak pemuda itu serayameronta sekuat-kuatnya. Gak Lui terpaksa lepaskancekalannya dan dengan menahan kemarahan berkata;„Engkau tentu Hi Kiam-gin, putera dari Hi Liong-huiLocianpwe.”

“Mengapa engkau tahu?” pemuda itu gemetarbibirnya.

“Aku bernama Gak Lui. Ayahmu minta tolongkepadaku ....... “

“Minta tolong apa?”

“Beliau mengatakan perangaimu ....... Perangaimuagak keras. Dikuatirkan di luarkan akan menimbulkankeonaran.”

“Apakah beliau ..... minta engkau memanggilkupulang?”

“Tidak!” teringat hahwa keluarga Hi Lionghui sudahberantakan dan pemuda itu tiada mempunyai rumah lagi,maka Gak Lui terpaksa menyangkal, katanya: „Hicianpwe hanya minta kepadaku supaya melindungiengkau.”

Orang berkedok dan mengaku sebagai PemangkasPedang memang ternyata, adalah Hi Kiam-gin, puteradari Pedang Samudera Hi Liong-hui. Pemuda itu tertawaewah: „Ah..., kita tak jauh terpautnya .... kepandaian kitaberdua, ditambah dengan pedang yang dapat memapassegala logam, sama2 mempunyai kemampuan untuk

Page 146: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

146

berdiri dengan kaki sndiri. Baiklah, buka kedokmu danberitahukan umurmu. Entah siapa.yang lebih tua”

“Maaf, aku tak dapat membuka kedokku ini.Mengenai umur, engkau lebih tua setahun dari aku......”

“Ha..., ha..., ha .... kalau begitu aku menjadi toako.Sejak saat ini dalam segala hal engkau harus mendengarperintahku.” Kareni gembira menjadi toako atau engkoh,sampai lupalah Kiam- gin tentang permintaannya kepadaGak Lui supaya membuka kedoknya itu.

“Memang seharusnya aku menyebut engkoh Gin,tetapi ada beberapa hal yang engkau harus meluluskan!”

“Gak-te silahkan bilang!” kata Kiam-gin serayamenyimpan pedangnya Ia membahasakan Gak Luidengan sebutan Gak-te atau adik Gak. Mereka berduaduduk bercakap-cakap.

“Pertama, harap engkau, suka kembali mengenakanpakaian seperti semula”

“O.......!” Kiam-gin menjerit kaget, „kembali dalampakaian semula yang bagaimana?”

“Mudah saja! Lepas kedok mukamu dan tak usahmenyebut dirimu sebagai si Pemangkas-pedang. Karenaitu berbahaya sekali!” Hi Kiam-gin menghela napaslonggar. Ia segera melepaskan kedoknya, tampak alisyang melengkung indah dan bibir merah berisi gigi putihmengkilap. Benar2 seorang pria yang cakap sekali.Malah lebih tepat dikata cantik.

“Kedua, siapa saja yang telah kau papas pedangnya? Dan apakah selama itu pernah terjadi sesuatu” tanyaGak Lui pula

“Sebatangpun belum pernah dapat kupapas ....karena begitu kuberitahukan nama Pemangkas pedang,

Page 147: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

147

orang2 itu terus ngacir pergi ....”

“Apakah tak pernah ada yang lebih sakti dariengkau?”

“Ada juga ... “

“Lalu bagaimana engkau dapat meloloskan diri”

“Kecuali pedang, Hi-jong-kiam (Usus ikan), aku masihmempunyai dua macam pusaka lagi!”

“Apa ?”

“Engkau kenal ayahku, mengapa engkau tak tahuakan dua macam senjata api dari keluarga Hi?”

“Waktu amat singkat, tak dapat banyak bercakap-cakap”

“Kalau begitu, aku beritahu padamu!” Kiam-ginmengambil sebuah Kim-long atau kantong-kantong danmengeluarkan dua butir pelor. Yang satu hitam, satumerah.

“Yang merah ini disebut Api-sakti dan yang hitamdisebut Kabut penyesat. Bukan saja, aku dapatmelempar dengan tepat pun juga dapat membuatnyasendiri. Cobalah engkau lihat dayanya dulu!” Ia teruslontarkan kedua pelor itu kearah sebatang pohon kecilyang berada 10 tombak jauhnya. Bum ... bum ...terdengar dua buah letusan. Api-sakti memuntahkansinar terang seluas satu tombak, membakar habis pohonitu. Dan menyusul Kabut- penyesat tadipunmengembangkan gumpalan kabut tebal. sehingga-keadaan sekelilingnya gelap gulita. Kiam-gin tertawa danmenepuk bahu Gak Lui: „Bagus sekali, bukan? Duluketika, berhadapan dengan musuh yang lihay,kuhadiahkan dia sebuah pelor Asap-penyesat. Diapusing dan menyasar kelain jurusan ........eh, kalau

Page 148: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

148

engkau suka, kuberimu beberapa butir!”

“Tak usahlah, aku tak memerlukannya, pakailahsendiri saja!”

“Akn punya banyak sekali. Sewaktu pergi dari rumah,diam2 kubawa setengah kantong!”

“Oh...., jadi engkau pergi secara diam2”

“Ayahku tak mengdinkan aku keluar, terpaksakuambil langkah begitu!”

Seketika Gak Lui teringat ketika tempat kediamankedua jago Pedang Gelombang dan Pedang Samuderaterdengar ledakan. Kiranya mereka memang mempunyaipersedian pelor semacam itu. Diam2 Gak Lui tak setujuakan tindakan Kiam-gin yang minggat dari rumah. Tetapidilain pihak, diam2 ia girang. Karena dengankepergiannya itu, Kiam-gin lolos dari bencanapembunuhan yang menimpa keluarganya. Sesaat GakLui agak bingung Haruskah ia memberitahukan tentangkeadaan keluarga Hi itu kepada Kiam-gin? Ia merasatelah menerima permintaan tolong dari Hi Liong-hui untukmelindungi puteranya. Tetapi dengan cara,bagaimanakah ia akan melaksanakan hal itu. DemikianGak Lui termenung- menung memikirkan hal itu..........

“Eh, mengapa engkau tak bicara?” tiba2 Kiam-ginmenegurnya. Gak Lui gelagapan dan dengan gugupberkata: „Aku tak menghendaki senjata gelap. Akuhendak belajar ilmu kesaktian yang tanpa tandingdidunia. Membunuh si Hidung Gerumpung danmembalas sakit hati keluargaku ......”

“lh, siapakah Hidung Gerumpung itu? Mengapaterdapat tokoh persilatan yang begitu lucu namanya?Hayo, lekas ceritakan kepada engkohmu. Gin!” seru

Page 149: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

149

Kiam-gin. Gak Lui merasa kelepasan ornong. Tetapikarena sudah terlanjur ia tak dapat menyangkal lagi.Terpaksa ia merangkai sebuah cerita tentang siGerumpung yang misterius itu.

“Hm..., sungguh aneh dan ganas benar manusia itu!Aku akan menemani engkau keliling keseluruh pelosokdunia untuk mencarinya. Jika belum ketemu, aku takkaumeninggalkan engkau....” Tetapi belum selesai iaberkata, Asap penyesat yang dilepaskan tadimcmuncratkan api, panasnya bukan main. Beberapapohon disekeliling hancur meledak. “Api akan merangaskemari, hayo kita cari lain tempat ....!” kiam- gin terusmenyeret lengan Gak Lui.

Setelah lari lima enam li, barulah mereka mendapatsebuah tempat yang sesuai. Tetapi asap hitam itu telahmenyulitkan si gadis ular Siau-mey. Ketika ia tiba ditempat itu, ternyata Gak Lui sudah pergi sehingga Siau-mey kehilangan jejak Barulah setelah makan waktu lamasekali, ia berhasil ketemu dengan kekasihnya lagi.

SETELAH beristirahat ditempat yang baru, berkatalahKiam-gin dengan wajah sungguh2: „Sekarang kita harusmelakukan upacara mengangkat saudara!” Demikiankedua pemuda itu segera mengikrarkan sumpahmengangkat saudara. Senang bersama, susah berdua.Setelah selesai, Kiam-gin menghampiri Gak Lui, ujarnya:„Gak-te, demi kepentingan membalas sakit-hatimusuhmu, sukalah engkau mengajarkan ilmu pedangmuyang istimewa itu, kepadaku, agar kita dapat sama2menghadapi musuh!”

“Ini .... tak bisa....”

“Eh, engkau sudah tak mau mengakui aku sebagaiengkoh lagi?”

Page 150: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

150

“Bukan begitu! Tetapi ilmu pedang itu, hanyamenimbulkan bahaya padamu!”

“Tadi kuminta engkau lepaskan kedokmu, engkaumenolak. Sekarang kuminta engkau mengajarkan ilmupedangmu, engkaupun tak mau. Kalau begitu, sama sajaseperti orang asing. Hm ...... akan kutanyakan padaayah, bagaimana baiknya!”

“Tunggu! Jangan pergi!” Gak Lui kaget karena Kiam-gin hendak pergi......

“Kenapa?” Kiam-gin kerutkan alis.

“Engkau .... tak dapat ... tak usah pulangmenanyakan hal itu!”

“Engkau meluluskan?”

“Kita toh sudah menjadi saudara angkat? Kelak tentuakan kuajarkan padamu. Tetapi kalau engkau memaksasekarang, lebih baik kita berpisah saja !”

Semula Kiam-gin tak mau tetapi sejenak memandangwajah gak Lui, berobahlah pendiriannya.

“Ya, terpaksa kuturut,” kata Kiam-gin, „tetapi adaperjanjiannya!”

“Adik, katakanlah”

“Gak-te sejak saat ini, engkau tak boleh bergauldengan orang perempuan!”

“O, itu tak apa, kuterima perjanjianmu itu”

“Hih, engkau benar2 seorang adik yang baik! Lalukemana sekarang kita akan pergi?”`

“Sumber air Pencuci Jiwa di gunung Thian-gan-san!”

“Kudengar ayah pernah mengatakan bahwa sumber

Page 151: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

151

air itu amat beracun sekali. Tetapi aku tak percaya. Hayo,kita buktikan kesana!” habis berkata ia terus ayunkanlangkah. Teiapi sebaliknya Gak Lui masih tertegun. Diamencegah Kiam-gin pulang tetapi pun tak dapatmembawanya ke Thian-gan-san. Pada saat ia masihtermenung belum menemukan pikiran untukmemecahkan kesulitan itu, tiba2 Kiam-gin teringatsesuatu dan bertanya.

“Tadi engkau mengatakan ... aku tak boleh pulang.Omonganmu itu ... “

“Bukan, aku hanya mengatakan engkau tak usahpulang ....” sahut Gak Lui.

Tetapi orang yang biasanya tak pernah bohong,walaupun wajahnya tertutup kedok tetapi nada suaranyamasih kentara kaku dan tersendat-sendat. Kiam-ginbermata tajam sekali. Cepat ia dapat mengetahuikelemahan Gak Lui, serunya: „Hm, telingamu merah,engkau tentu bohong!”

Sebelum Gak Lui menyahut, pemuda itu berserupula: „Tidak Aku akan pulang menjenguk ayah danpaman berlima!” Dalam keadaan terdesak, apa bolehbuat. Terpaksa Gak Lui menceritakan apa yang telahterjadi ditempat keluarga Hi Liong-hui. Mendengar itumenangislah Kiam-gin seperti anak kecil. Gak Luiterharu. Seketika timbullah semangatnya. Makin bulattekadnya untuk menghancurkan manusia yang telahmembinasakan keluarganya dan keluarga Hi itu. Setelahpuas menumpahkan airmata, tiba2 Kiam-gin bangkit.

“Karena jelas pembunuh keluarga kita itu terdapatjuga gerombolan Topeng Besi, maka lebih baik kitaberpencar untuk mencari mereka !” katanya.

“Jangan...!” Gak Lui mencegah karena ia tahu

Page 152: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

152

kepandaian saudara angkatnya itu masih rendah, „akutentu dapat membalaskan sakit hatimu. Lebih baikengkoh Gin menetap di suatu tempat yang aman .... “

“Paling tidak, kita harus bersama-sama mencarimusuh kita itu !” Kiam-gin tetap berkeras.

“Baiklah .... mari kita berangkat !” Keduanya segerakeluar dari hutan. Mereka menuju ke gunung Thian-gan-san mencari sumber air Pencuci jiwa. Dengan membawasaudara angkat yang bertabiat manja- membawakehendaknya sendiri itu, Gak Lui tak berani ambil jalanbesar. Ia lebih senang mengambil jalan di gunung danhutan belantara.

Sepuluh hari kemudian, mereka tiba di sebuahlembah gunung. Memandang ke sekeliling penjuru,hanya jajaran gunung yang tampak. Lembah berwarnamerah bahkan pohon2 nyapun menguning kering. “Aneh,tempat ini panas sekali. Aku haus....!” kata Kiam-ginseraya mengusap peluh. Wajahnya merah padam dansewaktu bicara napasnya terengah- engah. Gak Luipunmerasa panas juga, katataya : „ Mari kita cari sumber air....”

Mereka menyusur sebuah, jalan kecil yangmerupakan satu- satunya jalanan di situ. Tetapi hampirsetengah hari mencari, mereka tetap tak bersua dengansumber atau saluran air. Parit2 kering, sumber takmengeluarkan air. Ketika tiba di sebuah pedesaangunung, pun di situ sunyi sekali. Tiada barang seorangpenduduk. Rupanya desa itu sudah lama tak dihuni.Sambil mengalingkan ke dua tangan untuk menutupisinar matahari yang menyilaukan mata, Kiam-ginhentikan langkah lalu berteriak-teriak : „ Air...! Air...! Gak-te aku minta air...!”

Page 153: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

153

Gak Lui memapahnya. Memandang ke sekelilingpenjuru, tiba2 Gak Lui berseru : “Engkoh Gin, di bawahpohon itu terdapat seseorang! “

“Aku minta ..... air!”

“Jika ada orang, tentu mudah bertanya. Hayo kita kesana ...!”

Mendengar itu timbullah lagi semangat Kiam-gin.Mereka menuju ke pohon yang dikatakan Gak Lui.Memang di bawah Pohon itu terdapat seorang tua yangduduk. Rambutnya kusut masai. Cepat Gak Luimenjelajahi tubuh orang tua itu dengan pandangan matayang tajam. Dilihatnya orang tua itu tak memakai baju.Tubuhnya mandi keringat. Jelas orang itu tak mengertiilmusilat. Di samping terletak sebuah kantong kulit besardan separoh gelembung kulit genderang.

“Paman, tolong tanya. Apakah nama tempat ini dan dimanakah aku bisa memperoleh air?” tanya Gak Lui.Orangtua itu pelahan-lahan mementang mata danmenyahut :

“Mundur lagi 3 li, baru terdapat air!”

“Bagaimana kalau di sekeliling yang, dekat sini ..?”

“Apakah engkau tak melihat kanan kiri tiada jalan dandi sebelah mukapun tak dapat dilalui ...?”

“Mengapa ...?”

“Dari kata-katamu, terang engkau bukan orang sinisehingga tak kenal sama sekali keadaan tempat ini ...!”

“Itulah maka kumohon tanya pada paman ...!”

“Tempat ini dinamkan Lembah Mati. Iklimnya panasluar biasa. Dan beberapa tahun terakhir ini semuasumber air kering. Hanya beberapa orang desa tolol yang

Page 154: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

154

coba2 berani masuk kemari. Akhirnya mereka matisemua ....”

“Mengapa mendadak tak ada air? Dan apa sebabnyaorang2 itu tak kembali lagi ?”

Dengan wajah tegang, orangtua itu memandang kesekeliling lalu berkata dengan bisik-bisik : „Kareuamuncul Siluman Kering sehingga air habis. Setan Keringitupun menelan manusia juga...!”

“Apakah Setan Kering itu?”

“Sett...., jangan keras-keras! Makhluk itu memiliki alatindera yang tajam sekali. Mungkin dia dapat menangkappembicaraan kita...!”

“Maukah paman menceritakan makhluk itu...?”

Orang tua itu memberi isyarat supaya Gak Lui duduk.Melihat mata Kiam-gin merah dan bibirnya keringorangtua itu memberikan kantong kulitnya: „Minumlahkalian lebih dulu, baru nanti kuceritakan ........”

Sudah tentu tawaran itu tak perlu diulang lagi. Dalamkeadaan tenggorokan hampir kering, Kiam-gin terusmenyambuti dan meneguknya sampai puas. Laludiberikan kepada Gak Lui. Setelah minum, semangatkedua pemuda itu tampak lebih segar.

“Engkoh kecil, orang itu setelah mati apabila tidakdikubur ditempat yang sesuai, akan menjadi Kiang-si(mayat hidup). Dari Kiang-si lalu menjadi Setan Kering.Rupanya menyeramkan, ganasnya bukan main. Dapatmenyembur api dan makan orang. Sejak, keluar SetanKering itu maka sungai, palung, dan sumur2 keringsemua .....” Gak Lui tak percaya. Cepat ia menukas :„Siapakah yang pernah melihat mahluk itu. “

“Memang ada orang yang benar2 melihatnya. Apa

Page 155: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

155

engkau kira aku seorang tua ini, akan bicara buhong.....!”

“Lalu dimana makhluk itu?”

“Kira2 tigapuluh li dari sini, adalah pusar LembahMati. Mungkin dia tinggal disitu .......”

Kiam-gin tertarik dan cepat berseru: „Gak-te, mari kitalihat kesana. Jika memang ada, kita bunuh saja supayarakyat terhindar dari bahaya”

Orangtua itu terbeliak, serunya: „Kalian masih begitumuda, mengapa tak ingin hidup? Disebelah muka, samasekali tidak ada air. Semua kering !”

Kata Gak Lui : “Apa boleh buat, kita terpaksa harusmelanjutkan perjalanan, sekalian ......”

“Hai, apakah kalian juga hendak mencari batuberharga itu?”

“Tidak, kami hendak menuju ke sumber air PencuciJiwa!”

“Apalagi kesana! Sumbcr air Pencuci Jiwa itumengandung racun yang ganas sekali. Apalagi kalianharus melalui sarang Setan Kering. Benar-benar kalianhendak cari mati ...........”

“Paman terima kasih atas petunjukmu. Maaf, kamihendak mohon diri ....” kata Gak Lui. Tetapi Kiam-ginmasih belum mau pergi, dan minta keterangan lagikepada si orangtua.

“Apakah yang engkau katakan tentang batu berhargaitu?” serunya.

“Dibagian tengah Lembah Mati ini terdapat hasil batuberharga jenis berlian: Kabarnya batu berlian itu amatmahal sekali harganya!”

Page 156: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

156

“Apakah ada orang yang pernah datangmencarinya?”

“Tentu ada. Tetapi entah berapa orang yang datangpada setiap tahun, aku tak mengerti!”

Setelah menghaturkan terima kasih kepada orangtuaitu, Kiam- gin lalu menarik tangan Gak Lui diajakmelanjutkan perjalanan.

TAK BERAPA lama tibalah mereka dibagian tengahlembah itu. Orangtua itupun segera memanggul kantongkulitnya dan melangkah keluar lembah. Mulutnya takhenti2 mengingku:

“Sayang, kedua anak muda itu! Ah..., habis...,habis....!” Memang benar, dibagian tengah lembah iniamat panas sekali. Untung lah mereka sudah minumsehingga masih dapat bertahan. Baru beberapa langkahberjalan, tiba2 Gak Lui berhenti. Hidungnya berulang kalimenyedot hawa.

“Gak-te, kenapa engkau?” tegur Kiam-gin.

„Aku mencium bau orang hidup.”

„Memang orangtua tadi mengatakan, ada orang yangpernah masuk ke lembah ini.”

“Tetapi kalau Setan Kering itu benar2 makanmanusia, orang itu tak mungkin hidup!”

“Mungkin ada seorang dua orang yang masih dapathidup .......”

Keadaan tengah lembah itu penuh batu2 yang anehbentuknya. Seolah-olah merupakan sebuah hutan batu.Pada gundukan batu itu, terdapat sebuah guha. Mulutguha penuh tapak2 kaki orang. Tetapi lebih besar daritapak kaki orang biasa. Bahkan Gak Lui yang tinggal di

Page 157: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

157

gunung Yau-san, tak dapat menentukan telapak kaki itu.

“Gak-te, mengapa engkau selalu berada di, bawahangin saja!”

“Dengan begitu aku dapat mencium bau orang ataubinatang...!”

“Tetapi telapak kaki itu, bukan telapak kaki orangbiasa. Tentulah bekas telapak kaki Setan Kering itu.Makhluk itu tentu berada disekeliling tempat ini. Karenamakhluk itu dapat menyembur api, lebih baik janganberada di tempat yang terlanda angin. Agar sewaktu-waktu dapat menghindar dari semburan makhluk itu!”

Tahu Kiam-gin mahir dalam soal api, Gak Luipunmenurut. Setelah membiluk dua tiga buah tikungan,mereka tiba di sebuah guha yang gelap sekali. Selaingelap, guha itu ternyata amat dalam sekali dan panasnyabukan kepalang.

“Kemungkinan makhluk itu berada di dalam Gak-te,cobalah engkau periksa telapak kaki itu lebih jelas” seruKiam-gin.

“Tetapi bau hawa orang. Dan lagi disebelah sanaterdapat juga beberapa tapak kaki,” Gak Lui menunjuk kesebuah arah.

Ternyata memang pada beberapa tempat terdapattelapak kaki orang. Tetapi ukurannya amat kecil,menyerupai teIapak kaki seorang anak kecil. Gak Luiterus hendak memasuki guha itu. Ia ingin tahu apakahsebenarnya yang berada dalam goha. Tetapi Kiam-ginmenceghnya.

“Kurasa, lebih baik jangan masuk. Sebelum kitakehausan lebih baik cepat2 meneruskan perjalanan kesumber air Pencuci Jiwa ....”

Page 158: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

158

Belum ....... selesai. tiba2 dari belakang terdengarsuara letupan kecil. Kedua pemuda itu cepat memutartubuh: „Setan Kering ...!” Kiam-gin menjerit kaget ketikamelihat pada jarak setumbak jauhnya, muncul kepalabesar, rambut terurai tak keruan. Wajah seseram hantumalam, hidung menonjol keluar, gigi runcing2 sepertipagar pisau. Makhluk aneh itu menatap kedua pemudadengan tajam. Bulu roma Gak Lui meremang. Cepat iamencabut pedang dan membacok kepala makhluk anehitu.

“Awas! Semburan api ....... “ teriak „Kiam-gin. Dantepat pada saat itu juga, makhluk aneh itupun ngangakanmulut, wut.......segulung asap segera menyembur ke arahGak Lui.

Gak Lui terkejut. Tangan kiri menghantam ke atasdan serempak dengan gunakan jurus Rajawali-rentang-sayap, ia melambung beberapa tombak tingginya.Karena gugup hendak memberi pertolongan, Kiam-ginpun secepat kilat mencabut pedang dan menabasmakhluk itu. Tring ... pedang Gak Lui terpental setombakjauhnya ketika makhluk aneh itu menangkis dengantangan kiri. Tetapi pada saat itu juga, pedang pusakaUsus-ikan dari Kiam-gin sudah tiba dan menusuk tangankanan makhluk itu. Tetapi makhluk aneh itu dapatmenangkisnya sedemikian keras hingga tangan Kiam-ginterasa kesemutan dan pedangnya hampir terlepas jatuh.Untunglah Kiam-gin cukup tangkas dan tak sampaikehilangan kesadaran. Sambil loncat mundur, iamerogoh kantongnya.

“Jangan ....” tiba2 Gak Lui berseru mencegahnyatetapi pada saat itu. Setan Kering sudah loncat setombaktingginya dan Kiam- gin pun cepat menaburkan pelor api.Pelor itu tepat mengenai dada simakhluk aneh. Rupanya

Page 159: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

159

makhluk itu masih tak menyadari bahaya maut. Ia masihgerakkan tangannya untuk menyerang. Tetapi pada saatpelor itu meletus, jatuhlah makluk aneh itu ke tanah .......Makhluk itu meraung-raung dan menggeIepar-geleparditanah. Bau daging bakar meruak keseluruh lembah.

“Jelas bau dan suaranya seorang manusia. Entahdapat ditolong atau tidak? Aku perlu menayainya .......”

“Sekalipun disini ada air pun tak dapat menolongnya.Apalagi disini kering kerontang!” sahut Kiam- gin. Takberapa lama makhluk itu diam tak bersuara. Asapmenipis dan api yang membakar dirinyapun padam.Tetapi makhluk itupun berobah menjadi seonggok abuhitam. Ketika Gak Lui dan Kiam-gin memeriksa, padaonggok abu hitam itu terdapat sepasang tangan dari bajamurni.

“Hm..., kiranya hanya sebangsa penjahat dalamdunia persilatan yang menyaru sebagai setan jejadian!”kata Gak Lui.

“Kulihat tadi ia menyemburkan api yang terbuat daribahan belirang. Maka terpaksa kupersen dengan pelorapi juga” kata Kiam-gin.

“Tetapi kita kehilangan sebuah jejak!”

“Tak apa,” sahut Kiam-gin, „kita masih dapatmenyelidiki dari telapak kaki kecil itu!”

Gak Lui menyatakan akan masuk ke dalam guhauntuk menyelidiki lebih lanjut. Demikian keduanya segeramelangkah masuk. Ternyata guha itu sempit sekali.Beberapa tombak kebagian dalam, selain amat gelap,pun orang harus berjalan merangkak” Ketambahan pula,panasnya bukan alang kepalang. Sambil merangkak,Kiam-gin ber- sungut2 : „Gak-te, mari kita keluar sajalah

Page 160: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

160

........”

“Sudah terlanjur masuk, mengapa ......”

“Ini sebuah liang. Jika dari sebelah dalam terdapatorang kita tak dapat berjaga diri. Dan kalau mulut guhaditutup, kita tentu terkubur hidup2 disini!” Gak Luiberhenti. Diam2 ia mengakui ucapan Kiam-gin itu benar.Tetapi seketika itu terdengar suara orang dari sebelahdalam. Menilik nadanya yang berisik, jelas jumlahnya taksedikit.

“Mundur, cepat.” seru Gak Lui seraya merangkakmundur. Setelah keluar dari guha, mereka berdiri, siapdengan pedang. Suara berisik itu jelas berasal darisejumlah besar kaki orang yang sedang merangkakkeluar. Tetapi gerakannya amat lambat sekali Hampirsepeminum rokok, barulah tampak sesosok bayanganorang melesat keluar guha.

Gak Lui dan Kiam-gin terkejut, menjerit dan menyurutmundur selangkah. Kiranya orang yang muncul dari guhaitu hanya satu meter tingginya. Kepalanya seperti orangdewasa tetapi kaki dan tangannya kecil sekali. Tubuhnyahitam seperti pantat kuali. Orang pendek itu sungguhmengerikan. Entah apakah darahnya dingin sekalisehingga tak takut panas ....... “ seru Kiam-gin. Tetapikarena ngeri, Gak Lui tak menyahut.

Tak berapa lama, bermunculanlah tak kurang dari300 orang pendek. Mereka melangkah terhuyung-huyung. Dengan matanya yang putih memandang kesekeliling penjuru. Sedikitpun tak silau memandang sinarmatahari. Melihat itu menjeritlah Kiam-gin dengan nadagemetar : „ Mereka ...... buta semua... !”

“Dan tuli juga !” sahut Gak Lui.

Page 161: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

161

“Lalu bagaimana...?” Dengan amat hati2 sekali, GakLui maju menghampiri. Rupanya rombongan orangpendek itu telah menemukan suatu Plan. Berbondong-bondong mereka berjalan ke suatu arah. Gak Lui cepatmencekal salah seorang yang paling belakang sendiri.Orang itu terkejut dan ngangakan mulut. Tetapi takbersuara.

“Hai ! Mereka juga gagu .......!”

JILID 4

GAK LUI terpaksa lepaskan cekalannya. 0rang kerdilberkulit hitam itu segera merangkak bangun menyusulkawan2nya. Tetapi dari bajunya yang robek itu,berbamburan jatuh dua butir batu berkilau. Kiam-ginmemungutnya dan berserulah ia ke-pada Gak Lui; „AdikLui, lihatlah betapa indah batu ini ....... “ Tetapi saat ituGak Lui sedang memandang kearah kawanan orangkerdil sambil berpikir. la heran mengapa kawanan orangkerdil itu mencari batu berlian dan kemanakah pergimereka. Apakah masih ada seorang lain yang tinggal diLembah Mati itu kecuali si Setan Kering?

“Hai, mengapa engkau ter-menung2 saja?” tiba2Kiam-gin menegurnya.

“Kukira .... mereka tentu menuju kesuatu tempattertentu. Hayo, kita ikuti!” sahut Gak Lui.

“Tetapi mereka berjalan begitu pelahan sekali. Danhawanya begini kering tak ada air. Masakan kita mampumenunggu!” sahut Kiam-gin. Mendengar kata2 air,seketika Gak Lui rasakan tenggorokannya kering. Tadi iahanya minum sedikit. Sekarang barulah ia rasakan haus

Page 162: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

162

sekali.

“Ya, kita tak perlu menunggu mereka. Bayanganyang ditinggalkannya, dapat kujadikan jejak untukmengejar mereka,” kata Gak Lui. Tetapi sebelumkeduanya angkat kaki, sesosok tubuh melesat tiga,tombak disebelah muka. Dari gerakannya yang begitutangkas, tentulah seorang berilmu.

Gak Lui terkejut. Dipandangnya orang itu dengancermat. Ternyata pendatang itu seorang tua berurnur 50-an tahun. Berwajah putih dan jenggot jarang. Seorangyang memiliki perbawa. Pendatang itu memandangkearah tumpukan kerangka Setan Kering. Wajahnyatampak berkerenyutan. Kemudian ia beralih memandangkedua pemuda itu. Terutama ketika memandang Kiam-gin, biji matanya berputar-putar, seperti terpikat. Cepatorang itu memberi hormat dan berkata: „Aku Li Hui-ting,mohon tanya siapakah saudara berdua ini ... “ Gak Luidan Kiam-gin balas memberi hormat lalumemperkenalkan diri.

“Ah, lama sudah kukagumi nama saudara yangtermasyhur,” Li Hui-ting tersenyum seraya majuselangkah, terutama setelah saudara berdua dapatmelenyapkan Setan Kering ini, sungguh amat berjasakepada rakyat!”

Setengah meragu, berkatalah dengan dingin:„Saudara juga berilmu tinggi, mengapa. tak maumembunuhnya. Dan mengapa pula pada saat inikebetulan sakali saudara datang kesini?

Jawab Li Hui-ting: „Walaupun aku mempunyaibeberapa kepandaian tetapi tak dapat melawansemburan apinya. Maka kuharap datangnya seorangsakti untuk melenyapkannya. Tadi karena mendengar

Page 163: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

163

jeritan ngeri dan bau daging terbakar, cepat2 akumenjenguk kemari!”

“Hm ....... , dan siapakah gerombolan orang hitamkate itu?”

“Tawanan2 dari Setan Kering!”

“Apa maksudnya?”

“Panjang sekali ceritanya. Marilah mampirkepondokku. Nanti kuceritakan hal itu!” Gak Lui serentakmengiakan. Memang ia kepingin mengetahui.

Demikian dengan Li Hui-ting sebagai penunjuk jalan,mereka bertiga berjalan cepat dan berapa lama sudahmelampaui rombongan orang2 kate hitam. Beberapa lijauhnya, tibalah mereka disebuah pondok. Perabotnyasederhana tetapi terdapat suatu benda yang menarikperhatian. Yalah sebuah gentong, besar berisi air yangterletak diatas meja besar. Gak Lui rasakantenggorokannya kering sekali. Begitu melihat air, bijikerongkongannya segera naik turun. Rupanya Li Hui-tingitu sudah berpengalaman. Melihat tetamu sedemikianrupa, segera ia mengambil mangkuk dan diletakandihadapan Gak Lui.

„Ditempat gunung yang begini sunyi, tiada yangdapat kuhidangkan untuk tetamu kecuali air jernih ini.Harap- dimaafkan ........” Gak Lui menyatakan „bahwayang perlu yalah supaya tuan rumah segera menuturkantentang asal mula Setan Kering itu. Tentangpenyambutan dan hidangan, tak perlu diributkan.”

“Asal usul dan nama orang itu tak diketahui jelas.Tetapi yang jelas dia seorang ahli dalam soalpertambangan. Dia dapat mengetahui bahwa dalamLembah Mati sini terdapat tambang batu berlian yang tak

Page 164: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

164

ternilai harganya. Dia, dapat membujuk dan menipubeberapa orang dari luar daerah untuk mengambil batuberharga itu!”

“Oh, orang2 kate berkulit hitam itu bermula jugaorang biasa!” tanya Siau-liong.

“Benar, tetapi mereka telah diminumi semacam racunoleh Setan Kering itu lalu berobah begitu, mereka taktakut pada hawa panas dalam bumi !”

“Kudengar, keterangan orang, bahwa dahulu tempatini terdapat air, tetapi mengapa sekarang kering samasekali?” tanya Gak Lui.

“Itu juga akibat siasatnya. yang licik. Disatu fihak iamenjelma menjadi Setan Kering, dilain fihak ia secaradiam2 telah menutup sumber air. Dengan tindakan itu iamengharap penduduk tempat ini pindah kelain tempatdan mereka tak mempunyai kemungkinan menyelidikiberlian itu!”

Tetapi mengapa engkau tak dicelakai Setan itu dantak pula” meninggalkan tempat ini?” Gak Lui menyatakankeherananya.

“Aku telah belajar ilmu obat-obatan. Beberapa tahunyang lalu aku tiba dilembah ini dan berjumpa dengansetan itu. Dia tak mampu mencelakai aku, akupun takdapat menindasnya. Dengan demikian kami tak salingganggu sampai sekarang ini .... “

“Kalau tak mampu menindasnya, mengapa engkautak berusaha tinggalkan tempat ini?” desak Gak Lui pula.

“Jalanan sebelah muka, dijaga oleh setan itu sendiri!”

“Mengapa tak ambil jalan dari sumber air PencuciJiwa saja?”,

Page 165: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

165

“Gunung itu lebih berbahaya lagi. Disana munculseorang manusia aneh yang lihay sekali. Jalan disituditutup dengan tumpukan tulang manusia. Sama sekalitak dapat dilalui !”

“Siapakah manusia aneh itu?”

“Setempo tampak mengunjukkan diri, setempomenghilang. Tiada dapat melihat bagaimana tampangmukanya. Tetapi yang jelas dia memang memilikikepandaian sakti. Walaupun aku menjelma tiga kali lagi,tak mungkin dapat menyamai nya .....!”

“Hm .......” Gak Lui mendesah. Sekonyong-konyong iamenyambar pergelangan tangan tuan rumah. Li Hui-tingterkejut. Cepat2 ia miringkan bahunya. Gerakannyapunluar biasa cepatnya sehingga cengkeraman Gak Luidapat dihindari.

“Heh..., heh .... “ Gak Lui mengekeh lalu membentakbengis: „Walaupun kepandaianmu terpaut sedikit denganSetan Kering, tetapi tak masuk akal kalau selamabeberapa tahun disini, engkau tak memperoleh kemajuansedikitpun!”

Li Hui-ting terperanjat tetapi pada lain kejab wajahnyatampak mengerut gelap dan menyabutlah ia denganlantang: „Sudah tentu aku mempunyai alasan. Tetapiorang tentu tak percaya!”

“Katakan!” bentak Gak Lui. Selama beberapa tahunini orang2 yang terminum racun dan berobah menjadiorang kate berkulit hitam, sudah mencapai jumlah limaenam ratus. Selain tak takut panas, mereka mudah sekaliterkena penyakit. Separoh dari mereka sudah matikarena menderita sakit. Karena tak mampu membasmiSetan Kering, terpaksa kulakukan pengobatan kepadarombongan pekerja paksa itu. Dengan begitu akupun

Page 166: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

166

makin memperoleh banyak kemajuan dalam ilmupengobatan”

Mendengar itu tersipu-sipulah Gak Lui. la malu dalamhati karena terlalu mencurigai orang itu. la mengucapkanbeberapa kata pujian kepada Li Hui-ting yang tinggi rasaperi-kemanusiannya.

“Berbicara tentang tabib pandai, aku segera teringatakan seseorang”, kata Gak Lui........ “

“Siapa?”

“Tabib-sakti Li Kok-hoa, kenalkah engkau?”

Biji mata Li Hui-ting berkeliaran beberapa kali lalumenyahut: “Seperti pernah mendengar, tetapi tak ingatjelas ...... apakah dia keluarga saudara?”

Tujuan Gak Lui menanyakan tabib sakti itu adalahhendak menyirapi jejak ayah dari gadis ular Li Siau-mey

Atas pertanyaan orang ia menjawab sekenanya: „Ah,tidak, akupun hanya mendengar cerita orang saja.Huk.....! Huh .....!” karena terlalu banyak bicara,tenggorokan Gak Lui mulai kering dan terbatuklah iabeberapa kali. Li Hui-ting segera mempersilahkantetamunya minum lagi dan Gak Lui pun tak sungkan juga.Sekali teguk habis air semangkuk. „Ah....., sungguhsegar .......!” seru Gak Lui, pejamkan mata dan geleng2kepala. Melihat itu Kiam-gin pun, mengecup-ngecup bibirwalaupun tiada ludah yang dapat ditelannya, lalu berkatakepada tuan rumah;

“Apakah aku boleh minum juga?” Tetapi entahbagaimana, tuan rumah memandang tajam kepadanyalalu ge!engkan kepala, tertawa: „Itu bukan untukmu !Dalam kamarku masih tersedia air jernih ......”

“Mengapa?'

Page 167: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

167

“Tak usah bertanya, nanti engkau tentu tahukebaikan hatiku.”

“Kebaikan hati? Lalu mengapa engkau berikanminuman itu kepada saudara Gak-te ....” serentak Kiam-gin berpaling. Astaga .... Dilihatnya kelopak mata, bibirGak Lui menjadi hitam dan tengah duduk dengan tubuhmenggigil!

“Bangsat, lihatlah pedangku!” Kiam-gin serentakmencabut sepasang pedang dan menyerang Li Hui-ting.Tetapi dengan tertawa mengejek, orang itu sudahmelesat kesudut ruang. Dan sekali berputar diri ia sudahmencekal sepasang senjata Tangan besi yang besar.Serupa dengan yang digunakan si Setan Kering.

“Heh.., heh.., heh.., heh .... kalian telah membunuhadik angkatku tetapi engkau masih kuberi hidup,masakan engkau tak tahu berterima kasih...?” Denganmata memancar kebencian, Kiam-gin mendampratnya :

“Akan kucincang tubuhmu menjadi bakso untukmengganti jiwa adikku!” Laksana gelombang lautmendampar, enam jurus serangan telah dilancarkan ber-turut2 oleh Kiam-gin. Tetapi Li Hui-ting dengan lincahmenghindar seraya berseru;

“Budak itu takkan segera mati! Jangan bingung dulu,aku hendak menanyainya......”

“Aku Tabib-jahat Li Hui-ting adalah ahli racun.Kukatakan tidak mati tentu tak kan mati. Tetapi diatakkan terhindar dari penyakit aneh....” Dalam padaberkata-kata itu mereka telah berputar-putar sampai tigajurus lagi. Karena ruang itu sempit. Kiam-gin kuatir akanmengenai Gak Lui, maka berserulah ia menantang:„Hayo, kalau berani, kita bertempur di luar!”

Page 168: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

168

“Ho, kalian memiliki pelor api, tak mungkin akutertipu..........” Tabib jahat itu tertawa mengejek serayaberputar-putar mengitari ruang, dan lagi terhadapseorang tampan seperti engkau, aku sungguh merasasayang sekali!”

Karena marahnya, Kiam-gin sampai tak dapat bicaramelainkan dadanya yang berombak keras. Seranganpedangnya dicurahkan makin deras dan dahsyat. Tetapirupanya si Tabib jahat tak berniat mulukainya. Dia hanyaberputar-putar mundur kesamping Gak Lui. Terdengargemerincing pedang beradu dengan Tangan-besi, tiba2tengkuk Li Hui-ting meregang kencang dan ia rasakankepalanya telah tercengkeram oleh lima buah jari yangkeras. Kiranya setelah menyadari bahwa air yangdiminum itu mengandung racun, diam2 Gak Lui gunakanilmu-sakti Algojo- dunia untuk menyalurkan racun itu daritangannya. Kini dalam kemarahannya ia telah mendesakracun itu kearah ujung jari lalu ditamparkan kekepalasitabib. Racun itu cepat menyalur ke jalan darah dikepalasitabib. Seketika Tabib jahat Li Hui-ting menggigiltubuhnya. Tanpa menjerit sepatahpun juga, ia rubuhpingsan.

KIAM GIN terkejut girang. Cepat ia melesatmenghampiri dan berseru: „Gak-te, engkau tak kurangsuatu apa ......” Gak Lui berputar diri. Tampak kulit mukasudah tidak sehitam tadi melainkan agak gelap sedikit.Tetapi suaranya berobah parau ketika ia menyahut:„Belum sembuh sama sekali. Mata telinga dan alatpenciuman, masih belum pulih ketajamannya. Begitupunlidahku terasa kaku dan mati-rasa ......”

“Lalu bagaimana?”

“Kita paksa tabib jahat ini untuk mengobati. Dia tentumempunyai obat penawarnya!” Gak Lui segera membuka

Page 169: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

169

jalan darah Li Hui-ting. Tabib itu terengah-engah danmembuka mata. Wajahnya pucat kebiru-biruan. Begitumelihat Gak Lui dan Kiam-gin, cepat2 ia meram lagi.Hanya gerahamnya berderak-derak gemetar. Melihat itu,Gak Lui membentaknya: „Jangan coba. unjuk kepalabatu. Jika tak mau menjawab dengan baik, engkau tentumati!” Mendengar itu Li Hui-ting membuka mata, lalutertawa sinis:

“Siapa yang minum racun Penyurut-tulang itu yangtiada obatnya itu, tentu akan menjadi orang kate sepertiorang2 tawanan itu. Terima kasih kalau engkau hendakmembunuh aku!” Kiam-gin terbeliak, serunya: „Engkau.... engkau..... tiada obat penawarnya?”

“Tidak punya!”

“Adikku Gak Lui ini ... apakah juga....”

“Dia serupa dengan aku nanti, setiap saat tentu akanmenjadi orang kate. Pada saat itu, coba saja engkaumasih suka kepadanya atau tidak” Dalam murkanya GakLui terus mencengkemram pinggang dan tenguk tabib itulalu salurkan tenaga-dalamnya untuk menggencet tubuhLi Hui-ting. Sudah tentu tabib jahat itu tak kuat menahantanaga-sakti Algojo dunia, ia meraung-raung nyeri,keringat bercucuran bagaikan hujan. Lebih payah darirasa sakit menerima siksaan Jo-kut-hun-kin atau Tulang-meleset, urat berpencar.

“Hayo, engkau mau bilang atau tidak!” bentak GakLui.

“Tidak!” Dada Gak Lui serasa meledak. Segera iatekankan tangan kanannya. Gluduk .... terdengar bunyimenggelembung seperti pelembungan ditiup. Biji matatabib itu menonjol keluar. Lubang ke tujuh, inderanya,memancurkan darah.

Page 170: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

170

“Ti ..... dak ....” tabib itu tetap keras kepala. Gak Luimendengus. Ia kuatir kalau dilanjutkan, tabib itu tentumati. Maka ia hentikan tekanannya dan berganti dengantangan kiri untuk menyedot tenaga-dalam orang itu. Kinibiji mata Li Hui-ting menyurut kedalam, dadanyapunmengempis seperti pelembungan karet yang kempes.Semua tenaga murninya tersedot habis. Sejakmempelajari ilmu Algojo-dunia, sekalipun tenaganyabertamhah maju, tetapi dalam penggunaan untukmenyalurkan dan menyedot- tenaga, ia masih belumfaham sungguh2. Diluar dugaan, saat itu pikirannyaterang dan mengerti rahasia dari ilmu itu. Demikiansetelah tiga kali dilakukan penekanan dan penyedotan, LiHui- ting sudah setengah mati rasanya. Dia tak kuatbertahan lagi. Napasnya makin mengap-engap danberkata dengan ter- sendat2: „Aku .... akan ..... bilang.....”

“Apa hubunganmu dengan Setan Kering itu?”

“Saudara angkat ......”

“Demi mencari permata, kalian telah mencelakaisekian banyak orang. Apakah tujuanmu?”

“Aku hanya menerima perintah ......”

“Dari siapa?”

“Ini .... ini ..... aku tak berani mengatakan .....”

“Tidak berani bilang ! Kalau begitu engkau rasakanlagi siksaan tadi!”

“Nanti dulu!” Kiam-gin mencegah, „tadi hendakbertanya kepadamu, entah apa yang akan ditanyakanitu?” Gak Lui pun teringat lalu membentak: „Ya...!, hayolekas katakan pertanyaanmu itu!”

“Aku ... hanya akan bertanya .... , engkau dengan

Page 171: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

171

Tabib-sakti Li Kok-hoa ......” sekiranya engkau kenalpadanya: „Lekas katakan bagaimana hubungan kalian!”

“Dia ..... adalah ..... guruku “

“Dahulu Li Kok-hoa diundang oleh salah seorangmuridnya untuk mengobati tetapi akhirnya tak, pernahpulang lagi. Apakah murid itu engkau sendiri?”

“Ya ...... ya.....!”

“Lalu dimana dia sekarang?”

“Aku tak tahu, tetapi dia tentu masih hidup.....!”

“Hmm..... dahulu engkau undang ia untuk mengobatisiapa?”

“Ini....”

“Bagaimana?”

“Bunuh aku sajalah, aku tak berani mengatakan ......”tiba2 tabib jahat itu menggigit lidahnya sendiri sampaiputus dan seketika putus jugalah nyawanya.

---oo0oo---

Melihat itu, marah sekali Gak Lui. Wajahnyamemberingas dan matanya memacarkan api. Tetapitiba2 dilihatnya belasan sosok tubuh bermunculandimuka pondok. Terpaksa ia tak ,jadi' melanjutkanmaksudnya mengamuk. Ternyata yang berkumpul di luarpondok itu adalah ratusan pekerja tambang yangbertubuh kate dan hitam itu. Mereka berbaris rapi sepertiseekor ular panjang, lalu berjalan kemuka meja Setiaporang kedua tangannya membawa batu berlian. Merekatak henti2nya mengangguk kepala seperti orang yangmemohon sesuatu. Dan yang tak membawa apa? lalu

Page 172: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

172

berlutut di luar pondok dengan kepala menundukketanah.

“Mau apa engkau ini!” tegur Kiam-gin kepada salahseorang. Tetapi orang itu buta, tuli dan gagu. Dia takmempedulikan pertanyaan orang. Setelah menutuk jalandarah Li Hui-ting, Gag Lui pun menghampiri, katarnya:„Rupanya mereka datang untuk menyerahan hasilpenemuannya, tetapi entah mereka menghendaki apa?”

“Celaka! Kita tak dapat menanyai mereka!” keluhKiam-gin. Sejenak merenung Gak Lui mendapat akal,serunya: „Aku tahu caranya!” - ia segera memegangtangan orang kate hitam itu. Orang itu sedikitpun takterkejut malah terus serahkan batu permata ketanganGak Lui. Lalu ngangakan mulut dan tengadahkan kepalaseperti orang menunggu. Gak Lui gunakan ujung jariuntuk menulis ditelapak tangan, orang itu: „Engkau mintaapa?” Sungguh kebetulan sekali. Orang itu mengenalhuruf juga. Segera ia menulis ditelapak tangan Gak Lui:„Harap diberi Air- dewa!”

“Air- dewa?” Gak Lui terkejut. la cepat menyadaribahwa yang dimaksud dengan Air-dewa itu tentulah airdalam gentong. Segera ia menulis lagi ditelapak tanganorang itu: „Air itu beracun, tak boleh diminum!” - Orangkate itu geleng2 kepala dan merintih: „Kalau tidak minum,tidak bisa hidup!” Serentak Gak Lui menarik tangannyadan orang itupun segera berlutut ditanah. Beberapa kalikepalanya dibenturkan kelantai sehingga berlumurandarah. Ketika Kiam-gin mengetahui apa yang dibicarakanmereka, ia berkata: „Didalam ruang dalam, ada air jernih.Akan kucoba kuberikan kepadanya, bagaimana nantiperobahannya.” Segera ia masuk ke dalam lalumembawa keluar sebuah kantong air dan dibagikankepada orang2 kate itu. Mereka menyerahkan batu

Page 173: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

173

berlian lalu minum. Kiam-gin tak memperbolehkanmereka kembali kedalam tambang. la menepuk bahuorang2 kate itu beristirahat. Setelah itu ia-menunggubersama Gak Lui. Kira2 sepeminum teh lamanya, tiba2kawanan orang kate itu gemetar tubuhnya. Merekamerangkak-rangkak dilantai. Mulut mengeluarkan busaputih, mencakari dadanya sendiri dan menekan perut.Dalam sekejab saja, ruang pondok itu penuhbergelimpangan orang2 kate yang meregang danbergeliatan seperti ular. Rupanya mereka sedangmenderita kesakitan hebat. Mereka nekat merangkakmasuk kedalam pondok.

“Gak-te, racun ditubuh mereka mulai bekerja!” seruKiam-gin Tetapi Gak Lui tak menyahut. Matanyamemandang lekat2 pada guci air diatas meja itu. Gigiberderuk-deruk saling bergosok. Tiba2 ia menyambarguci air itu.

“Hai, Gak-te, mau apa engkau?” Kiam-gin berserukaget.

“Aku .... aku .....”

“Engkau bagaimana?”

“Kurasakan sekujur tubuhku seperti dirayapi kutu.Mulutku sangat haus sekali!” Kiam-gin cepat merebutguci itu dan berteriak bengis: „Tak boleh diminum!”

Wajah Gak Lui berobah. Ia terkesiap tetapi guci itutetap dipegangnya erat2. Melihat itu, Kiamgin terusmenghantam, bruk ..... guci pecah air berhamburanmembasahi sekujur tubuh sitabib-jahat Li Hui-ting.Pecahnya guci dan muncratnya air dan berhamburankemana- mana, ada sebagian yang mengenai tubuhorang kate Seketika timbullah, kehirukan. Mereka sepertiorang gila menjilati pakaian sendiri untuk menghisap air

Page 174: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

174

yang menumpah dipakaian itu. Bahkan bagian baju yangterkena siraman air racun tadi, terus dirobek dandikunyah dengan -mulut. Setelah itu tiba2 merekamerangkak ketubuh Li Hui-ting dan segera menggigitdagingnya. Bagaikan kawanan serigala yang tengahmenerkam anak kambing, tak berapa lama tubuh tabibjahat itu habis dimakan oleh kawanan orang kate. Lebihdulu mereka memakan pakaian : sitabib, lalu dagingnyadan kemudian menghisap darahnya. Sikap dan caramereka memakan tubuh Li Hui-ting itu benar2menegakkan bulu, roma orang.

Setelah kawanan orang kate itu mundur, yang tinggalhanya setumpuk tulang kerangka sitabib jahat Li Iiui-ting.Beberapa orang kate yang tak kebagian, mati kakusemua secara mengenaskan sekali. Setabah-tabah nyaliGak Lui, tetapi demi menyaksikan adegan makan orangitu, tak urung hatinya menggigil ngeri juga. Tiba2 tampaksekilas sinar emas memancar. Gak Lui tertarikperhatiannya. Ketika mengamati, ternyata seorang kateyang berlutut dibawah kakinya, sedang menggigit sebuahLencana emas. Tak henti-bentinya orang itu menjilat danmenghisap Lencana emas itu. Gak Lui hendakmengambil lencana itu tetapi secepat kilat orang kate itusudah menelannya. Gak Lui hanya banting2 kaki.

“Gak-te, perlu apa engkau menghendaki lencanaemas itu?” tegur Kiam-gin.

“Lencana itu merupakan tanda sebagai anakbuahMaharaja!” Seketika berobahlah waiah Kiam-gin.,serunya geram: „O, kiranya kawanan budak musuh kita !”

“Benar,” kata Gak Lui, „Li Hui-ting lebih baik mati daripada mengatakan nama pemimpinnya. Memang ada duabuah hal yang perlu diselidiki!”

Page 175: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

175

“Bagai mana?”

“Kesatu, hendak kutanya padanya, apakah ia pernahmelihat wajah Maharaja itu? Jika sudah, apakahMaharaja itu memiliki hidung yang lengkap.

“Kuduga keduanya tentu hanya seorang saja. SiGrumpung tak lain juga Maharaja itu!”

Lalu yang kedua?” tanya Kiam-gin.

“Li Hui-ting telah menipu gurunya untuk datangmengobati- seseorang. Entah siapakah yang diobatinyaitu?”

“Kedua soal itu kukira tiada hubungan satu sama lain.Tetapi mengapa engkau begitu memperhatikan sekalikepada Tabib- sakti Li Kokhoa?” tanya Kiam-gin.

“Dia adalah ..., kawan ayahku. Aku sudah berjanjiakan mencarinya!” sahut Gak Lui.

“Membalas sakit hati adalah yang pokok. Danmencari orang itu hanya sambilan saja. Kita segera akantinggalkan tempat neraka ini dan menuju ke gunungThian-gan-san!” kata Kiam-gin

Gak Lui memandang kearah kawanan orang katehitam itu. Tetapi ia merasa tenaganya sendiri sudah takmengidinkan. Terpaksa ia menghela napas lalu melesatkeluar pondok dan lari menuju kearah gunung Thian-gan-san mencari sumber air Pencuci Jiwa!.

GUNUNG THIAN GAN SAN atau Mata Langit, penuhhutan belantara yang lebat. Iklim disitu tak sepanasseperti di lembah tadi. Ketika tiba dikaki gunung,tiba2,mereka terkejut. Karang gunung disebelahmukanya gundul tiada tanaman sama sekali. Tetapi padakarang itu disusun tulang2 manusia menjadi 4 baristulisan. Terkejutlah Gak Lui ketika membaca 4 baris

Page 176: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

176

tulisan itu. Demikian bunyinya:

Sumber air Pencuci Jiwa Siapa minum tentu binasaYang datang pulang saja Agar jangan ..... hilang jiwa.

Kiam-ginpun terperanjat juga, serunya agak gentar:„Tentu muncul orang aneh ditempat ini ! Dia tentu sakti!”

“Tiada seorang manusia yang dapat menghalangiaku ! Apalagi tulisan ini mengandung itikad tidak baik!”kata Gak Lui seraya mendahului maju. Sepanjang jalan,ia melihat tulang2 manusia. Ada yang masih utuh sebuahkerangka. Ada yang bersandar pada pohon atau rebahdiatas rumput. Dari posisi rerangka2 manusia itu, merekatentu mati akibat muntah2. Gak Lui makin bersemangat.Ia kencangkan larinya. Setelah melintasi sebuah tanjakangunung, baru berjalan dua langkah, tiba2 ia terkejutmendengar Kiam-gin menjerit...........”

“Engkoh Gin, jangan takut, lekas ikut aku!” saat itukeadaan Gak Lui agak berobah. Pendengarannyaberkurang sekali sehingga ia tak mendengar bahwateriakan Kiam-gin itu adalah jeritan minta tolong. Setelahberloncatan sampai berpuluh-puluh tombak jauhnyabarulah ia berpaling kebelakang dan hai ..... ia tersentakkaget. Kiam-gin lenyap dan sebagai gantinya, seorangwanita tegak berdiri dihadapannya. Ketika beradupandang dengan wajah wanita itu, Gak Lui hampirmenjerit kaget. Rambut wanita itu melongsor panjangsampai ketanah. Tangannya mencekal sebatang senjatacempuling. Panjang satu meter. Potongan tubuh wanitaitu elok sekali. Tetapi wajahnya ..... ah..... Wajahnyamemang luar biasa cantiknya Bagaikan sebuah gambarbidadari dalam lukisan. Tetapi sayang kaca pigura darilukisan itu penuh dengan retak goresan. Karena wajahcantik dari wanita itu penuh berhias dengan goresanluka2 senjata tajam. Dan yang paling menyeramkan,

Page 177: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

177

hidungnyapun telah terpapas hilang .... Serta melihathidung wanita itu hilang, serentak, beringaslah Gak Lui.

“Ho, kiranya si Gerumpung! Bersiaplah menerimakematianmu!” bentaknya. la menutup kata2nya dengangerakkan kedua pedangnya menusuk dahsyat. Tetapiwanita itu hanya dingin2 saja. Tak menangkis, pun takmenghindar. Dan ketika pedang Gak Lui tiba, dengansuatu geliatan tubuh yang lemah gemulai, ia dapatmenyingkir setengah dim dari ujung pedang. SeranganGak Lui, yang dahsyat, tak mampu sama sekalimenyentuh- ujung baju wanita itu ! Gerak geliatan danketenangan yang luar biasa itu benar2 membuat Gak Luiterkejut sekali. Apalagi walaupun tak balas menyerang,tetapi wanita itu dapat membuat Gak Lui tak berdayamelancarkan serangannya lagi. Namun pemuda itumasih penasaran. Serentak ia gunakan jurus Rajawali-pentang-sayap untuk melambung keudara. la menukikseraya lancarkan jurus Menjolok-bulan- memetik-bintang.Dahsyat dan cepatnya bukan alang kepalang ! Rupanyawanita itu terpojok dan tak dapat menghindar. Terpaksaia gunakan pedang untuk menangkis. Melihat itusemangat Gak Lui tambah menyala. Ia taburkan pedangbagaikan bunga api berhamburan dan serentakterdengarlah dering senjata beradu, tring..., tring .....

Gak Lui yakin sebentar lagi pedang lawan tentu dapatdipapasnya kutung. Tetapi pada saat gerakan Gak Luiuntuk melibat kemudian memapas itu akan berhasil, tibatiba wanita aneh mendengus pelahan dan merobahgerakan pedangnya. Tahu2 serangan Gak Lui ituberantakan dan siwanita melesat mundur satu tombakjauhnya

Gak Lui benar2 tercengang-cengang!

Berpuluh-puluh jago silat yang pernah ditempurnya,

Page 178: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

178

asal ia gunakan jurus itu, tentu pedangnya dapatterpapas kutung. Paling-paling ada beberapa tokoh yangkarena memiliki tenaga dalam sakti, masih mampubertahan dan menghindar. Tetapi baru sekali inilah Gak.Lui bertemu dengan seorang lawan yang menggunakanilmu serangan pedangnya yang istimewa itu. Siapakahgerangan wanita aneh itu? Mengapa wanita itu memilikiilmu pedang yang sedemikian luar biasanya?

Tengah Gak Lui menimang-nimang, tiba2 wanita ituberseru dengan dingin: „Budak, engkau salah alamat!Lekas pulanglah!”

Hanya kata2 begitu yang diucapkannya. Sedikitpunwanita itu tak mau bertanya apa2 lagi kepada Gak Lui.Sikap dan nadanya sedingin patung. Seolah-olahmenganggap manusia di dunia ini hanya tanah liatbelaka. Terpengaruhlah Gak Lui melihat sikap wanitaaneh itu. Ia menyimpan pedangnya lalu bertanya:„Mohon tanya, siapakah cianpwe? Aku....”.

“Kita tak perlu saling memberitahukan nama. Lekastinggalkan gunung ini agar jangan menggangguketenteramanku!” tukas wanita itu.

Diperlakukan dengan sikap sedingin begitu, panaslahhati Gak Lui, serunya: „kha, kawanku yang seorang itu ....dimana?” .

“Tak perlu banyak tanya lekas pergilah!”

“Dia engkoh angkatku. Jika dia sampai tergangguselembar bulunya, engkau harus memberipertanggungan jawab!”

“Engkoh angkat?”

“Benar!”

“Heh..., ..... heh:” tiba2 wanita aneh itu mendesah

Page 179: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

179

muak, sepasang matanya memancar sinar hina danberserulah ia dengan nada marah: „Ngaco belo! Jika taklekas angkat, kaki dari sini tentu kubunuh kau, seorangmanusia rendah!”

Sudah tentu Gak Lni tak mau menerima makiansemacam itu. Dengan menggembor marah ia menabaspedang wanita itu dengan jurus membelah-emas-memotong kumala.

Rupanya wanita aneh itipun marah juga. Sekaligerakkan pedang, berhamburanlah sinar putih laksanapetir menyambar-nyambar diangkasa. Tubuhnya seolah-olah terbungkus oleh gumpalan sinar pedang yang rapatsekali. Sedemikian rapatnya sehingga air hujan tentu takmampu mencurah masuk.

Ketika pedang Gak Lui membentuk tembok sinaryang menyelubungi tubuh wanita itu, serentak ia rasakansuatu tenaga mental menolak pedangnya sehingga ia takmampu untuk melancarkan jurus serangannya. Gak Luimasih penasaran. Cepat ia salurkan tenaga-sakti Algojo-dunia untuk menyedot dan mendorong. Denganperobahan itu, dapatlah ia menyiakkan sedikit lubangpada dinding sumur yang membungkus tubuh wanita itu.

Wanita aneh terkesiap, heran. Sepasang. matanyaberkilat-kilat. Jurus vang dimainkan makin deras danindah. Tak ubah seperti burung cendrawasih tebarkansayap. Tak henti-hentinya terdengar dering gemerincingdari senjata beradu. Serangan pedang Gak Lui yangsederas hujan mencurah, tetap tak mampu meneroboske dalam lingkaran sinar pedang siwanita. Bahkanpemuda itu mulai mundur setapak demi setapak.

“Apakah racun dalam tubuhku sudah mulai bekerjasehingga tenagaku berkurang?” diam2, ia merasa heran

Page 180: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

180

pada dirinya. Pada saat pikiran Gak Lui sedang lengah,se-konyong2 wanita itu menarik pedangnya, digantidengan gerakan kelima jari tangan kiri untukmencengkeram dada Gak Lui. Gak Lui menyadaribahaya. itu:

„Jika ia balikkan pedang untuk memapas tanganlawan, kemungkinan akan termakan siasat. Maka lebihbaik ia hadapi dengan tangan kosong juga. Secepatpindahkan pedang Pelangi ketangan kanan, ia segerabalikkan telapak tangan kirinya untuk menyongsongtangan lawan. Plak...! Terdengar benturan keras dari duatelapak langan dan seketika itu Gak Lui rasakan suatuarus tenaga hebat menyusup kedalam telapak tangananeh melanda kedadanya. Gak Lui rasakan deburjantungnya lemah dan napas engap. la terhuyung-huyung 5-6 langkah baru dapat berdiri tegak lagi. Tetapitetap dadanya terasa sakit, kedua mata mulaimenghitam. Dan pada saat ia terhuyung kebelakang itu,wanita wajah rusak telah julurkan ujung pedangnyakearah Gak Lui. Tetapi tiba2 ujung pedang digeliatkanuntuk mencongkel pedang pemuda itu. Tring...., tring...,sepasang pedang Gak Lui terkapar jatuh. Kernudiandengan gerak putaran,yang luar biasa indahnya, wanitaitu meluncur kehadapan Gak Lui lalu membentaknya:

“Siapa namumu!” Diam2 Gak Lui kerahkan tenaga-dalam untuk bersiap-siap lalu menjawab dengan nadadingin: „Gak Lui .......”

“O....!, wanita itu terkejut dan menyurut mundur dualangkah, alisnya mengerut keatas. “Engkau .... hendakmencari aku?” serunya. ,

“Aku mencari sumber air pencuci iiwal”

Wajah tegang dari wanita itu mulai mereda. Lalu

Page 181: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

181

berkata dengan masih bernada dingin; „Orang yangsudah menyerang dua kali kepadaku, tentu takkankuampuni lagi...., tetapi kali ini engkau kuistimewakan ....terhadap saudara- angkatmu itu, aku mempunyai caralain !”

“Cara lain bagaimana .......?”

“Barang siapa masuk ke gunung sini, akan kutindakmenurut sekehendak hatiku. Orang lain tak bolehbertanya!” Gak Lui sudah menemukan pengertian.Gerakan wanita mencongkel sepasang pedangnya tadi,jelas hampir sama dengan ilmu permainannya sendiri.Serentak tergetarlah hatinya.

“Engkau .... cianpwe siapakah? Mengapa juruspermainan pedangmu sama dengan aku?” serunyategang.

“Tak usah ngoceh ! Kusuruh engkau pergi, demikebaikanmu. Masakan perlu harus kupukul!”

“Tetapi ilmu permainan pedang cianpwe tadi sungguhtak asing lagi .... engkau .... engkau tentulah .... bibiguruku ketiga Pedang Bidadari Li. Siok-gim .... !”

Mendengar ucapan itu, siwanita aneh terkejutsehingga wajahnya berkerunyutan tegang sekali. Tetapisamar2 dalam ketegangan itu bersinarlah rasa dendampenasaran. “Bibi-guru, aku bukan orang luar ....”

“Kutahu!” “Bibi-guru tahu?”

“Sudah tentu aku mengenalmu! Perawakanmu terangsebagai putera dari Pedang Malaekat Gak It-beng.Sedang jurus permainan silat dan pedangmu adalahajaran Pedang Laknat, tetapi.....”

„Tetapi bagaimana .....”

Page 182: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

182

“Kepandaianmu yang begitu rendah, membuat orangkecewa!”

“Aku telah terkena racun Penyurut-tulang...... “

“Bibirmu hitam, tenggorokanmu parau, memangakibat keracunan. Tetapi jurus permainan pedangmutadi, seperti asli .... seperti bukan. Banyak bagian2 yangtak tepat. Entah bagaimana cara mereka mengajarinya!”

Merahlah muka Gak Lui, sahutnya dengan nadasarat: „Bukan karena salah paman guru, karena beliautak dapat memberi petunjuk yang nyata!”

Pedang Bidadari Li Siok-gin gemetar, serunya:„Mengapa?”

Gak Lui segera menuturkan riwayatnya dengan ayahangkat atau paman guru si Pedang Laknat Ji Ki-tekselama ini. Kemudian ia bertemu dengan Pedang Iblis KoTiong-ing. Bagaimana keadaan dan pengalamannyaselama bertemu dengan paman gurunya itu, pundiceritakan dengan jelas. Dalam membawakan ceritanyaitu karena terharu, airmata Gak Luipun bercucuranmembasahi mukanya.

Wajah Pedang Bidadari Li Siok-gim yang penuhdengan guratan pedang itu, selain tampak tua, pun telahmeneteskan dua titik airmata juga.

SETELAH menghela napas dalam2, tiba2 iamenengadahkan muka dan tertawa dingin: „Memangjauh2 aku sudah meramalkan bakal menemui peristiwayang menyedihkan itu. Tetapi sungguh menjengkelkansekali karena saat itu Pedang Iblis tetap tak maumendengarkan sungguh-sungguh mengecewakanharapan suhu Bu-san It-ho yang telah berjerih payahmemberi pelajaran....”

Page 183: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

183

“Bibi, dengan munculnya orang yang menyebutdirinya sebagai Maharaja, jelas dia seorang durjana yangganas. Tetapi mengapa bibi hanya berdiam disi takkeluar menghadapi durjana itu?”

Pedang Bidadari bergelora hatinya. Dengan mataberkilat-kilat, ia berkata: „Aneh! Dahulu ayahmu telahmeninggalkan surat supaya mencari aku. Tetapimengapa engkau tak pernah mengungkat hal itu?Mengenai sepak terjang Maharaja itu, memangtampaknya selalu memusuhi perguruan kita Bu-san-kiam-pay. Tetapi sekalipun kekuatan dari keempat jagopedang Bu-san itu tak lemah, namanya belum cukuptermasyhur!”

“Hal itu .... tentulah orang yang mempunyai sangkutpaut dengan partai Bu-san-kiam-pay!”

“Hm, tetapi orang yang mempunyai hubungan ....terlalu sedikit sekali!”

Gak Lui menggigil. Tiba-tiba ia berseru: “Menurutketerangan, gi- hu, aku masih mempunyai paman guruyang tertua yang telah diusir dari perguruan!”

“Ah, tak mungkin dia ! Walaupun aku tak kenalnamanya tetapi sebab-sebab dia diusir dari perguruankita, walaupun secara tak sengaja suhu telah kelepasanmengomongkan hal itu!”

“Oh, apakah sebabnya itu?”

“Karena sebelum mendapat perintah suhu, dia beranibertindak sendiri ....”

“Bagaimana?” Gak Lui menegas. “Ini aku telahmengangkat sumpah dihadapan suhu, takkanmembocorkan kepada lain orang!”

Mendengar itu Gak Lui amat kecewa. Jika tetap

Page 184: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

184

mendesak, tentu bibi gurunya akan melanggar sumpah.Namun kalau tak bertanya lebih jauh, tentulah usahauntuk menyelidiki musuhnya itu sukar tercapai.

Pedang Bidadari tak memperhatikan keresahan GakLui. la balas bertanya: „Apakah engkau pernahmendengar atau bertemu dengan orang yangmenggunakan jurus ilmu pedang Bu- san-kiam-pay?”

“Tidak!” Gak Lui, diam2 ia memperhatikan perobahanwajah bibi gurunya itu. Tak dapat disangsikan lagi, satu-satunya orang yang dapat melakukan jurus ilmu pedangBu-san-kiam pay, siapa lagi kalau bukan paman gurunyayang kesatu itu. Apalagi .... dia telah diusir dariperguruan. Merenung sampai disitu, serentak iamendesak dengan nada tegang: „Bibi, dapatkah bibimerenungkan lebih lanjut. Adakah sebab dari pengusiranpaman guru kesatu itu mempunyai hubungan dengansakit hati yang sedang kutuntut? Banyak tokoh2persilatan yang dicelakai. Saudara angkatku Hi Kiam-ginitu salah seorang korbannya ....”

“Hm, lagi2 engkoh angkatmu itu ......” tiba2 PedangBidadari mendengus dan berobah wajahnya.

“Bukan melainkan dia, masih ada ......'

“Siapa lagi?”

“Masih ada seorang Li Siau-mey. Ayahnya telahhilang bertahun- tahun. Mungkin ada hubungannya juga....”

Tanpa menunggu Gak Lui selesai bicara, PedangBidadari menukas bengis : „Li Siau-mey tentu seoranggadis. Engkau mempunyai hubungan apa dengan dia?”

“Ini ....” tiba2 muka Gak Lui merah. Sesaat ia takdapat menyahut. Melihat sikapnya, Pedang Bidadari

Page 185: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

185

segera menyadari. Ditatapnya pemuda itu dan dengannada yang muak2, marah ia berteriak: „Ah...., kiranyaengkau begitu, sungguh memalukan....! Sungguhhina....!”

“Aku mempunyai sebab ....”

“Manusia jahat didunia, tiada seorangpun tak punyaalasan. Aku tak sudi mendengar dan tak sudi mengakuiengkau sebagai murid-keponakan!”

“Oh ....” Gak Lui mendesuh. Mengira kalau bibi-gurunya malu mengakui dirinya sebagai murid-keponakan karena menganggap dirinya rendahkepandaian, buru- buru berseru: „Walaupun aku bodohdan tak berguna, tetapi sudilah bibi memandang mukaayah dan paman ...”

Mendengar itu bukan reda tetapi kemarahan PedangBidadari malah berkobar.

“Ayahmu telah putus hubungan kasih dengan aku.Pedang Anehpun telah menghapus ikatan menikahdengan aku. Pedang lbispun putus hubungan saudaraseperguruan dengan aku. Aku....... telah bersumpahtakkan mengurus persoalan mereka. Engkau seorangbudak kecil tetapi terlalu bertingkah .... “

“Aku tak mengerti maksud bibi-guru.”

“Hm, berani terus terang berbohong, menambahsetingkat dosa !. Engkau benar2 harus minum airPencuci Jiwa supaya isi dadamu bersih!”

“Mohon tanya, dimanakah letak sumber air itu?”

“Disebuah guha pada puncak gunung, engkau carilahsendiri!” Habis berkata Pedang Bidadari terus berputartubuh dan melesat keluar. Gak Lui terkejut danmemburu:”Bibi .... bibi ....”

Page 186: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

186

Tetapi ilmu meringankan tubuh dari Pedang Bidadariitu terlampau tinggi. Dalam beberapa loncatan wanita itusudah 100- an tombak jauhnya. Gak Lui mati-matianmengejar. Ia menyusur jalanan yang merupakan satu-satunya jalanan disitu dan kembali tiba dikarang kakigunung yang berhias huruf2 tulang manusia. Tetapi iatetap tak menemukan bibi gurunya, pun tidak Hi Kiam-gin. Gak Lui tegak-termenung dikaki karang gunung itu.Pikirnya: „Mungkin bibi tak dapat memaafkan ayah dankedua pamanku. Tetapi mengapa dia memandang hinapadaku? Dari sinar matanya, jelas ia bukan hanyamenghina kepandaianku yang rendah, pun masih adasebab lain lagi! Entah adakah sebab itu! Bibi tahu apasebabnya paman.kesatu diusir dari perguruan olehkakek-guru. Juga bibi-guru itu tahu tentang suatu rahasiadari kakek-guru. Apakah sesungguhnya dibalik peristiwaitu? Apakah hal itu mempunyai hubungan dengan siGerumpung?”

Demikian pikiran Gak Lui melayang-layangmenganalisa peristiwa pertemuannya dengan PedangBidadari Li Siok-gim yang menjadi bibi-gurunya. Dankemanakah gerangan lenyapnya Hi Kiam-gin tadi? Ah,kesemuanya itu hanya bibi-gurunya, yang tahu. Tetapibibi- gurunya telah lari dan melenyapkan diri ....

Tiba2 Gak Lui tersentak kaget. Tubuhnya terasamenggigil kedinginan. Dan matanyapun terasaberkunang-kunang. Ada sesuatu perobahan yang takwajar pada dirinya.

“Celaka! Racun Penyurut-tulang mulai bekerja! Akuharus lekas2 mencari sumber air Pencuci Jiwa itu!” iaterkejut dan gelagapan dari la munannya.

Diatas puncak gunung Thian-gan-san atau MataLangit memang terdapat sebuah guha. Guha itu berasal

Page 187: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

187

dari pecahan batu gunung yang retak. Pada jalan mukaguha, penuh dijajar tulang2 manusia. Dengan langkahterhuyung dan mata suram, kulit berwarna hitam, Gak Luidapat juga mencapai, puncak gunung itu. Antara sadartak sadar, ia berseru parau: „Air...! Air...! Mana ...... !”Ketika mendengar gemericik air memancar ke luar dariguha, seketika mata Gak Lui berbalik.

Dengan tersenyum simpul, ia berseru gembira: „Oh,kiranya .... disini!” Sekali melesat ia terus meiangkah.Tetapi bukan berjalan maju melainkan terus terjungkalrubuh ketanah! Namun ia menggertakkan gigi danpaksakan diri untuk merangkak bangun lalu nekad masukke dalam guha itu. Guha itu ternyata amat dalam danlembab. Baru melangkah tiga empat tindak, iamendapatkan beberapa rerangka tengkorak malangmelintang ditanah. Saat itu racun dalam tubuh Gak Luisudah mulai bekerja. Ia rasakan sekujur tubuhnya sepertidigeremeti ribuan semut dan kutu2. Tulang2 samamengejang. Seketika gelaplah matanya, kedua lututlemas dan bluk .... jatuhlah ia diatas salah sesosoktengkorakl Tengkorak itu hancur berantakan. Tetapigiginya yang runcing menjulur kebawah, mengangaseperti hendak berkata ....

“Apa katamu !” teriak Gak Lui dalam keadaan taksadar pikiran. Suaranya parau, tenggorokan kering, „Ah ..engkau mengatakan air sumber disini tak boleh diminum! Terima kasih .... peringatanmu. Aku... hendak ...mencobanya ... “

Dia merayap sampai keujung dalam guha. Padapuncak guha yang tinggi, menjulur sebuah batu besar.Bentuknya menyerupai hati seorang manusia. Warnanyamerah seperti api. Sejalur air jernih, memaocur keluardari ujung batu berbentuk hati itu, jatuh kebawah tanah

Page 188: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

188

yang membentuk seperti empang batu. Empang batu ituluasnya dua tombak lebih. Dibagian tengah terdapatlobang bundar yang tembus kebawah entah berapadalamnya. Tampak pada permukaan empang yangpenuh air itu, tertutup oleh uap tebal. Air berputarmengalir kebawah lubang. Dengan lubang saluran ituempang tetap penuh tetapi tak meluap. Hati Gak Luiamat tegang sekali menyaksikan pemandangan yanghebat itu. la berhenti ditepi empang. Matanyamemandang tak berkedip pada empang itu. Melihat airyang jernih dan segar, tak dapat lagi Gak Lui menahantenggorokan yang serasa kering terbakar kehausan.Tiba2 ia seperti melihat wajah paman guru-nya si PedangIblis tersembul dari dalam sumber air ............

“Anak Lui, jika ingin menyakinkan ilmu kepandaianyang tiada lawannya di dunia, engkau harus mencucihatimu dengan air disini. Karena sudah datang kemari,apa yang masih engkau tunggu lagi ?” .... Gak Luimerasa paman gurunya itu berka!a kepadanya,

“Baik..., baik.... ! aku segera minum !” sahut Gak Lui,lalu menunduk ketepi empang. Dengan kedua telapaktangan, ia menyerok air. Seketika ia rasakan serangkumtenaga panas menembus tangannya hingga jari2 yangmembeku dingin terasa seperci terbakar.

“Jangan minum ! Air sumber itu entah telahmembunuh beberapa banyak manusia. Mengapa engkaujuga akan mencobanya !” Sekonyong-konyong terdengarsuara orang berseru.

“Siapa engkau !”

“Aku Pedang Samudera Hi Liong-hui, sengaja kemariuntuk memperingatkan engkau !” Saat itu racun dalamtubuh Gak Lui makin merangsang keras. Dia benar2

Page 189: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

189

hilang kesadaran pikirannya. la berpaling dan melihattanah penuh berserakan tengkorak. Cepat ia bangkit,serunya : „Tidak boleh diminum ?”

“Tidak boleh !” “Kami adalah contohnya ....”

Kedua tangan Gak Lui gemetar. Seaaat tak tahu iabagaimana harus bertindak.. Tiba2 ia melihat bibigurunya muncul dan mengamuk. la bolang- balingkanpedangnya menabas kawanan tengkorak yang beradadalam guha situ seraya memaki : „Hatimu harus disuci,mengapa kalian usil mencampuri urusan orang ....... !”Pikiran Gak Lui makin kosong. Tiba2 ia membuka keduatangannya dan jatuhlah air berhamburan ketanah. larasakan tanah yang dipijak itu seperti berputar-putar.Gelap .... gelap diseluruh penjuru. Tubuhnya terhuyungkian-kemari dan sekali tergelincir, blung .... iakecemplung kedalam empang ! la tak bisa berenang.Maka begitu terbenam kedalam air, mulutnya segeraberbunyi bergemerutukan karena air masuk kedalamperutnya. Air dari sumber Pencuci Jiwa berbeda denganracun Penyurut- tulang. Seketika ia rasakantenggorokannya seperti dibakar api, terus menyusupkedalam urat2. Ketika aliran panas itu mergalirkedadanya, ia megap-megap tak dapat bernapas. Dankesadaran otaknyapun melayang .....

Pada saat ia pingsan beberapa jenak, PedangBidadari Li Siok- gim menyusup masuk. Melihat keadaanGak Lui, seketika berobah ngerilah wajah wanita itu.Cepat ia gunakan pedang untuk mengangkat tubuh GakLui dari empang. Ketika memeriksa hidung dan denyutpergelangan tangannya, ia dapatkan pemuda itu sudahmati ..........

---oo0oo---

Page 190: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

190

Tetapi Pedang Bidadari masih tak putus asa. Iahendak merebut jiwa Gak Lui dari genggaman Elmaut.Cepat ia mengurut dan menutuk jalandarah pemuda itu.Lalu menyaluri dengan tenaga murninya. la percayadengan ilmu kepadanya yang tinggi, tentulah pemuda itutertolong jiwanya. Tetapi ternyata saluran tenaga murniitu bagaikan air mengalir kelaut. Sampai menghabiskan 7bagian dari tenaga murninya, tetap Gak Lui tak dapatsadar. Lewat beberapa saat kemudian, napas PedangBidadari terengah-engah. Terpaksa ia menyudahipenyaluran tenaga murni. Air matanya mengucur derasdan dengan menangis tersedu-sedan ia berkata: „AnakLui, tadi telah kutanyai Hi Kiam- gin, ternyata engkau ......masih suci ....... tetapi...... kecurigaanku telahmenyebabkan engkau mati...... Kini empat PedangGunung Bu-san, telah putus keturunannya .... hanyakematianlah yang pantas untuk menebus kedosaanku....”

Wanita yang rusak wajahnya itu mengangkat tubuhGak Lui lalu melangkah keluar menuju ke terowongankecil dibelakang guha. Diletakkan tubuh Gak Lui dalamterowongan kecil itu lalu ulurkan tangannya hendakmewbuka kedok muka Gak Lui. Tetapi tiba2 tangannyagemetar. Terpaksa ia menarik kembali dan menghelanapas.

“Ah, wajahmu tentu mirip dengan Gak Tiang-beng.Aku o... tak .... tak perlu melihat. Biarlah engkau berkuburdengan dandanan sewaktu engkau datang kemari ! “Setelah memandang Gak Lui beberapa saat, ia melesatke luar. Dihantamnya dinding karang mulut terowonganitu. Karang berhamburan jatuh menutup pintuterowongan. Setelah itu ia menulis beberapa patah kata :

Page 191: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

191

„ Makam Gak Lui” Setelah selesai melakukanpenguburan, ia kembali ke tempatnya semula. Diam2 iamerasa heran: „Ah, mengapa Hi Kiam-gin belummenyusur kemari ? Memang, luka yang kuberikanpadanya dengan tusukan pedang itu tentu cukup parah.... ah, kini Gak Lui sudah meninggal, benar-benar akutak ada muka untuk menemuinya lebih baik kutinggalkansurat pesananku yang terakhir .....”

Cepat ia mencabut pedang, menggurat lengannyakiri. Merobek bajunya lalu menulis dengan ujung jari yangdilumurkan pada darah di lengannya itu. Selesai menulis,diletakkan robekan baju itu di bawah batu. Setelah itu iaberputar diri. Tiba2 pandangan matanya tertumbuk padasumber air Pencuci Jiwa. Seketika meluaplahkemarahannya.

“Engkau .... engkaulah ... yang telah membunuhkeponakanku. Rasakan pembalasanku.... !” .

Dengan mengerutkan geraham, ia loncat masukkeadam guha dan membabat batu merah berbentuk Hatiyang memancarkan air. Bruk .... walaupun batuberbentuk Hati itu setebal lengan bocah, tetapi tetap takkuat menerima tabasan pedang yang diancarkan dengansepenuh tenaga oleh wanita itu. Pedangpun putus tetapibatu berbentuk hati itupun hancur seketika. Terdengarledakan keras disusul dengan gelombang air yangberhamburan laksana gelombang mendampar. Batuberbentuk Hati itu berguguran jatuh kedalam empangbatu. Menyusup kedalam lubang ditengah empang batuterus tenggelam kebawah. Sejak saat itu putuslah sumurair Pencuci jiwa. Empang batu kering sama sekali ....

Setelah menghancurkan bangunan yang istimewa itu,Pedang Bidadari menghela napas.. la, rasakan dunia inihampa ...... la tak menghiraukan darah yang mengalir

Page 192: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

192

deras dari lengannya yang ditusuknya sendiri tadi. lasudah memutuskan untuk bunuh diri. Asal darah dalamtubuhnya mengalir sampai habis melalui luka tengannyaitu, tentulah ia segera terbebas dari derita Dendam danKasih ! Tiba2 ia melesat masuk kedalam ruang tempattinggalnya, selama ber-tahun2 ia menyembunyikan diriitu.

PADA SAAT PEDANG BIDADARI kembali ke guhakediamannya, Hi Kiang-gin pun dengan terhuyung-huyung langkah tiba di sumber air Pencuci Jiwa. Tetapikeadaan pemuda itu tidak seperti beberapa waktu yang

Page 193: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

193

lalu. Rambutnya terurai ke bahu. Dan wajahnyapunberobah menjadi seorang gadis yang cantik. Ah, ternyataHi Kiam-gin itu seorang gadis yang menyamar sebagaipemuda. Kakinya berlumuran darah, langkahnyaterhuyung-huyung .........

Kiranya waktu dihadang oleh Pedang Bidadari takboleh mengikuti Gak Lui naik ke sumber Pencuci Jiwa,terjadilah bentrokan antara gadis itu dengan PedangBidadari. Sudah tentu Kiam-gin bukan lawan PedangBidadari. Dalam keadaan terdesak, gadis itu taburkansenjatanya rahasia Pelor Api. Tindakan Kiam-gin itu telahmenimbulkan kemarahan Pedang Bidadari. Diberinyasebuah tusukan lalu ditutuk jalan darahnya dandiletakkan dalam hutan. Setelah itu Pedang Bidadarimencari Gak Lui. Tujuannyapun hendak mengenyahkanpemuda itu dari gunung Thian-gan-san. Walaupun dalampertempuran dengan Pedang Bidadari tadi, Gak Luisudah mengetahui bahwa wanita berwajah rusak ituadalah bibi gurunya sendiri namun tanpa disadari, dalamkata-katanya pemuda itu telah menyinggung perasaanbibi gurunya. Pada hal yang disinggung Gak Lui itujusteru merupakan pantangan besar bagi PedangBidadari.

Demi 'Asmara', maka Pedang Bidadari sampaimengalami derita hidup yang berlarut-larut. Diamembenci kaum pria, terutama. pria yang merasa sok -pintar, bencinya bukan kepalang. Dan Gak Lui pundianggapnya seorang pemuda yang berlagak pintar.Maka Pedang Bidadari marah. Apalagi diketahuinyabahwa Hi Kiam-gin itu hanyalah seorang gadis yangmenyamar sebagai seorang pemuda. Timbullahkecurigaan Pedang Bidadari terhadap pemuda yangmenjadi murid keponakannya itu. la anggap pemuda ituseorang pemuda yang serong berani mengatakan Hi

Page 194: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

194

Kiam-gin sebagai engkoh angkatnya, pada hal hanyaseorang gadis. Dan kemarahan wanita patah hati itumakin menjadi-jadi ketika Gak lui menyebut-nyebuttentang seorang gadis bernama Li Siu- mey.

Dalam murkanya, Pedang Bidadari terus melesatpergi. Tetapi setiba diguha kediamannya, terkenanglah iaakan kekasihnya dahulu Gak Tiang-beng (ayah Gak Lui)yang bersama kedua saudara seperguruannya PedangIblis dan Pedang Aneh telah menderita kematian yangmengenaskan. Seketika redalah kemar'ahan PedangBidadari. Kemudian setelah memikir dengan kepala -dingin, ia anggap Gak Lui itu bukan seorang pemudayang bermoral tipis suka menyia-nyiakan kasih,mempermainkan kaum gadis.

Buru2 wanita itu menuju kehutan dan menolong HiKiam-gin. Setelah mengadakan tanya jawab denganKiam-gin barulah Pedang Bidadari, menyadari bahwaGak Lui itu seorang pemuda yang berkelakuan bersih.Segera ia menyuruh Kiam-gin berjalan mendaki sendirike puncak. Sedang ia dengan gunakan ilmu lari cepatsegera menuju ke sumber air Pencuci Jiwa. Tetapiternyata tetap terlambat...........

Mendengar keterangan Pedang Bidadari bahwakemungkinan Gak Lui tentu menemui kesukaran bahaya,Kiam-gin gelisah. Tanpa menghiraukan lukanya yangmasih belum sembuh, ia terus menuju ke sumber airmencari Gak Lui. Ketika ia tiba ditempat itu ternyataPedang Bidadari sudah mengubur Gak Lui dantinggalkan tempat itu. Betapa kejutnya ketika ia dapatkanempang batu sudah hancur berantakan dan ditanahterdapat kutungan pedang serta ceceran darah.....

Seketika menggigiliah perasaan Kiam-gin.Airmatanya berderai- derai seperti hujan. Dan ketika

Page 195: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

195

melangkah keluar melihat pada dinding karang terdapattulisan 'Makam Gak Lui', pecahlah tangis gadis itu. lamenangis tersedu-sedu seperti kehilangan orangtuanya.Ia menyesal karena telah menyamar sebagai seorangpria sehingga Gak Lui menganggapnya sebagai seorangengkoh. Dan karena anggapan itulah maka Gak Lui takmengerti akan rasa cinta Kiam-gin kepadanya.........

Rasa sesal dan sedih ditumpahkan dalam banjir mataKiam-gin telah menguras habis airmatanya sehinggakering. Dan karena airmatanya habis, maka mulailahdarah yang bercucuran.........

Tiba2 ia menghantam pintu terowongan dan tanpasengaja telah menemukan robekan kain. Cepat2dibukanya kain itu. Ternyata terdapat tulisan darah yangditujukan kepadanya :

Hi Kiam -gin, Keponakanku Gak Lui mati dalamsumber Pencuci Jiwa. Tak dapat ditolong lagi.Dendam sakit hati kalian berdua, memang peliksekali. Lekas pergilah ke gunung Busan puncak Cap-ji -hong dan berserulah 'Thian Lui' senyaring-nyaringnya. Mungkin mendapat suatu keajaiban. Jikasaat itu menemukan sesuatu jejak musuh, engkauharus berlatih silat dengan segiat-giatnya. Demi untukmembalaskan sakit hati kami semua.

Surat itu tiada bertanda tangan, melainkan disudahidengan dua buah kata 'Tulisan Akhir'. Tahulah Kiam-ginbahwa yang menulis surat darah itu tentu sudah matijuga. Kembali ia kucurkan airmata. Diulanginya surat itusampai beberapa kali. Sekalipun tak mengerti apamaksud sebenarnya dari surat itu, tetapi ia sudahmendapat sedikit harapan yang cukup membangkitkankekuatannya. Segera ia bulatkan tekad dan tengadahkankepala keatas, berdoa : „Cianpwe, tanpa menghiraukan

Page 196: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

196

bahaya apapun juga, aku tentu akan melaksanakanpesan cianpwe. Aku segera akan menuju kepuncak Cap-ji-hong gunung Bu-san untuk mencari jejak danmenghimpaskan dendam cianpwe !” Kemudian iapunberdoa kepada arwah ayah dan paman gurunya NgoBun-hwa

“Anak memang tak berbakti, diam2 telah tinggalkinrumah menyaru menjadi pria. Sehingga menyebabkanayah dan paman menderita perasaan. Sejak saat ini,anak akan kembali menjadi scorang gadis itu danbertekad bulat untuk membalaskan sakithati keluargakita, Harap arwah ayah dan paman mengasoh dengantenteram di alam baka !” Yang terakhir ia merabah namaGak Lui seraya berseru dengan hati pilu : „Adik Lui ....jangan kuatir. Setelah nanti musuh kita bersama itu dapatkutumpas, aku tentu akan kembali kemari lagi untukmenemanimu .... menemani engkau untuk selama-lamanya ........ takkan barpisah lagi ........”

Duka dan dendam, memenuhi rongga dadanya. Iamemutar tubuh terus lari terhuyung-huyung. Suasanadisekeliling guha hening lelap. Hanya tulang belulang,ceceran darah...... hancuran batu dan kutungan pedangyang berserakkan ditanah ....

Sejam kemudian tiba2 terdengar deraip langkah kakiyang halus. Dan dalam keremangan suasana, muncullahseorang dara cantik mengurai rambut. Gadis itu berjalandengan hati2 sambil memandang kian kemari sambilpasang telinga. Jelas dia bukan Hi Kiam-gin yang datangkembali. Melainkan gadis ular Li Siu-mey. Waktumemasuki guha, ia memperhatikan sekali setiap bendayang berada disitu, bahkan sebatang rumputpun tak,luput dari pengawasannya. Ceceran darah ditanah,kutungan pedang dan empang batu yang hancur, semua

Page 197: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

197

diketahuinya. Hanya pada saat matanya tertumbuk akantulisan yang berbunyi : MAKAM GAK LUI, serentakmeraunglah ia seperti seekor singa betina yangkehilangan anaknya ! Tetapi beberapa saat kemudian iaterkesiap meragu „Aah....! Engkoh Lui tak mungkin sudahmati. Karena baik manusia maupun binatang, apabilamati tentu meninggalkan bau yang istiwewa. Tetapiterowongan ini sama sekali tak mengeluarkan bausemacam itu. Apakah terowongan itu hanya sebuah tipumuslihat saja, sebuah jebakan ....... “ Cepat ia memeriksasemua bekas benda peninggalan disitu. Kutunganpedang itu diambil dan dibaunya.

“Ahh...., pedang ini bukan milik engkoh Lui! Tetapimilik seorang perempuan ...... dan bukan milik kawannyaitu! Dan empang batu yang rusak itu adalah bekasreruntuk sumber air Pencuci Jiwa. Tak mungkin engkohLui menghancurkannya. Tentulah kedua perempuan itu!”Gadis ular Siu-mey mengadakan analisa. Kemudian iamelanjutkan pula: „Dan yang paling aneh adalah bekasceceran darah ini. Darah itu tidak berhamburan kemana-mana, bukan menyerupai kucuran luka. Kalau begitu,orang itu tentulah bersahabat. Mungkin sudah tahutentang kematian engkoh Lui.... tetapi ahh...., mungtinjuga suatu perangkap!”

Dua macam penilaian terlintas tak menentu dalambenaknya. Sambil mencekal kutungan pedang, tak tahubagaimana ia harus bertindak. la merenung sampai lamasekali. Akhirnya rasa Cinta telah mendapat tempat yangutama dalam sanubarinya. Segera ia gunakan kutunganpedang itu untuk menggali batu yang menutup lubangmakam Gak Lui. Dengan sekuat tenaga ia menggali batudan akhirnya dapatlah ia membuat sebuah lubangsebesar setengah meter. la segera susupkan kepalanyakedalam. Ah, sama sekali ia tak mencium bahu mayat.

Page 198: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

198

Jelas kekasihnya itu belum mati. Setelah mendapatkepastian itu, mulailah ia bertindak untuk menolong GakLui. Dengan bergeliatan macam ular, tubuhnya yanglemas gemulai segera menyusup kedalam terowongan.Akhirnya berhasillah ia masuk kadalam. Terdengarbeberapa kali ia meneriaki „engkoh Lui..., engkoh Lui...”Setelah itu hening lelap. Kira2 sepenanak nasi lamanya,gadis itu menyusur keluar lagi. Wajahnya penuh tandatanya. Rupanya ia telah menemukan sesuatu yangmencurigakan. Segera ia menurutkan bekas cecerandarah itu............

“ENGKOH GIN ....” tiba2 terdengar suara seseorang.

“Aku bukan engkoh Gin tetapi adikmu Siumey!” sahutlain suara.

“,Hai, aku bermimpi ..... atau mati ....?”

“Tidak bermimpi, pun tidak mati !”

“Lalu aku ....... “

“Engkau telah pingsan selama satu bulan tak ingatdiri. Untung aku segera datang pada waktu yang tepat.Kalau tidak, engkau tentu tak akan ingat diri selama-lamanya !” Sesosok tubuh melenting bangun diri tanah.Dia bukan lain adalah Gak Lui dan yang rebah disampingitu adalah sigadis ular Siu-mey.

“Hai .... !” Gak Lui mendesis kaget, ketika rasakantubuhnya seringan bulu. Hampir tak percaya ia akan apayang dialaminya itu.

“Aku terminum racun. Penyurut tulang, lalu keceburdalam sumber air Pencuci Jiwa. Seharusnya akumuntah?. Tetapi mengapa tidak ...”

“Engkau tak pernah muntah !” kata Siu-mey.

Page 199: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

199

“Sungguh aneh ......”

“Ditilik dari ilmu pengobatan, hal itu memang takaneh. Ketika aku datang kemari, aku melintasi lembahyang panas itu .......”

“Itu!ah Lembah Mati !” tukas Gak Lui, apakah engkaujuga melihat kawanan orang pendek berkulit hitam itu.

“Mereka diminumi racun Penyurut tulang !” sahut Siu-mey,” rupanya racun itu terbuat diri ramuan pohon Laci,kepala burung bangau dan bangkai ulat ... racun bersifatdingin dan berkhasiat membius !”

“Itu benar,” kata Gak Lui.

“ketika termakan racun, bukan saja aku ingin makanlagi, pancainderaku pun berkurang ketajamannya.Sedang mulutkupun seperti mati rasa !”

“Jelas hal itu memang benar sekali !” kata Siu-mey,„air sumber Pencuci Jiwa itu panas, dan pahitnya bukankepalang. Orang minum tentu akan muntah. Tetapibagimu air sumber itu dapat menghapus racun danmenambah tenaga !”

“Oh ... ,” seru Gak Lui, „kalau dipikir-pikir, semuaperbuatan jahat itu tentu mendapat pembalasan yangsetimpal. Li Hui-ting yang meracuni aku itu, ternyataadalah murid yang telah menipu ayahmu. Menurutketerangannya, ayahmu masih hidup ...”

“Hai ! Dia ... dia ... dimana ?” sera Siu-mey.

“Sayang Li Hui-ting sampai mati tak maumenerangkan. Sebelum selesai kutanya, dia sudahmenggigit putus lidahnya dan mati “

Siu-mey Girang2 sedih. Dengan air mata bercuccrania berkata : “Jika ayah benar masih hidup, syukurlah.

Page 200: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

200

Pada suatu hari aku pasti dapat menemukannya ...”

Gak Lui merghiburnya. Setelah nona itu mengusapairmata, berkatalah Gak Lui : „Adik Mey, waktu engkaumendaki gunung apakah engkau bertemu dengan bibiguruku ?”

Mendengar pertanyaan itu, airmata Siu-meybercucuran lagi : „Ia karena .... tak mengerti ilmupengobatan, megira engkau mati keracunan air sumberlalu marah dan menghancurkan sumber ini, kemudian iasendiri juga ...

“Bagaimana ?” teriak. Gak Lui tegang.

“Memotong urat pergelangan tangah dan akhirnyameninggal karena kehabisan darah.”

“Mengapa ... engkau .... tak menolong ?”

“Kuturutkan bekas ceceran darah dan akhirriyasampai pada tempat rahasia kediamannya. Kudapatilukanya amat parah tetapi ia tak mau kuobati. Barusetelah kuterangkan bahwa engkau tak mati ia tampaktenang dan mau memakan rumput harum. Semangatnyaseketika segar lalu suruh aku kemari menjengukmu ....”

“Ah, tak seharusnya engkau tinggaikan dia !” Pipigadis itu bersemu merah, sahutnya pelahan : „Aku ... akumencemaskan dirimu dan lagi, tak kira pada waktu akukembali kesaoa lagi, ternyata beliau sudah meninggal.....”

Gak Lui menghela napas panjang. Airmata-nyamengalir deras. Beberapa saat kemudian baru iabertanya : „Adakah beliau pernah mengatakan tentangengkoh angkatku Hi Kiam-gin ?”

“Waktunya amat singkat sekali, tak mengatakan halitu .......”

Page 201: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

201

“Adakah engkoh angkatku itu juga tertimpak sesuatu?” Tiba2 wajah Siu-mey berobah dan menyahut dengankurang senang : „Engkoh Lui, terus terang kukatakankepadamu. Selama ini aku selalu mengikutiperjalananmu. Sekalipun karena kebakaran di hutan itutelah menangguhkan waktuku selama setengah hari,tetapi sejak saat itu kulihat engkau selalu berjalanbersams seorang gadis remaja !”

“Gadis ?” Gak Lui terbeliak.

“Benar!, Dari baunya..... dapat kuketahui jelas, diaseorang anak perempuan !”

Gak Lui terkejut dan seketika meayadari. Diapundapat mencium bau untuk membedakan sesuatu.. Tetapiia agak lalai untuk membedakan bau Hi Kiam-gin. Kinibaru ia mengetahui mengapa tiba2 wajah bibi gurunyaberobah bengis. Bibinya itu seorang penderita Asmarayang gagal. Sudah tentu membenci kalau seorangpemuda hendak mempermainkan seorang gadis.Kemudian bcrkata pula Siu-mey : „Dari bekas bau, jelasia pernah menjenguk kemari :.. engkau .... harus merasapuas !” Gak Lui segera menuturkan tentang peristiwa iamengangkat saudara dengan Hi Kiam-gin.

“Aku telah menerima permintaan tolong dari ayahnya.Mau tak mau terpaksa mengurusnya. Dan lagi iaberwatak terus terang. Jika dia sudah pergi, kelak akutetap akan membalaskan sakit hatinya !” kata Gak Luipula. Melihat sikap kekasihnya yang jujur dan ternyatatak menaruh maksud apa2 terhadap Kiam-gin, berkatalahSiu-mey dengan nada minta maaf „Asal engkau takmelupakan aku, tambah seorang taci angkat, pun takapalah. Dan lagi bibi gurupun telah meninggalkan suratpesan ...

Page 202: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

202

“Lekas berikan padaku !” sera Gak Lui.

“Jangan sekarang !”

“Mengapa ?” .

“Beliau menulis Jelas, supaya aku yang membacakandihadapan makamnya !”

“Ohh...., tentu penting sekali. Hayo kita kesana seruGak Lui sambil mengamasi sepasang pedangnya terushendak keluar.....

“Engkoh Lui, mungkin engkau tak dapat menyusupkeluar. Lebih baik engkau membuat lubang,” kata Siu-mey. Gak Lui merasa tenaganya bertambah besar. Iahendak mencobanya. Segera ia menjamah batu dindingdan menekannya, Ah...., ternyata pada batu itu tertinggalbekas telapak tangannya.

“Adik Mey, mundurlah sedikit !” serunya gembira.Setelah gadis itu menyingkir, Gak Lui kerahkan tenagadan menghantam. Bum ..., batu yang diletakkan PedangBidadari untuk menutup terowongan, meledak hancurdan terbukalah sebuah lubang besar.

“Mari!” seru Gak Lui seraya menerobos keluar.Sejenak mereka memandang kearah-tumpukan tulang2tengkorak dan kepingan sumber air setelah itu merekabergandengan tangan lari keluar guha. Memang yangdikatakan Siu-mey itu benar. Pedang Bidadari Li Siok-gim telah binasa. Betapa sedih hati Gak Lui, sukardilukiskan. Berulang kali, ia bertemu dengan paman danbibi gurunya. Setiap kali paman dan bibi gurunya itu tentumeninggal. Setelah mengubur, maka berlututlah Gak Luidihadapan makam bibinya. Memberi hormat yangterakhir dan mendengarkan Siu- mey akan membacasurat wasiat bibi gurunya.

Page 203: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

203

“Kepada murid keponakanku Gak Lui ........” demikianSiu mey mulai membaca, hidup manusia itu sudahdiientukan o!eh garis nasib. Wanita yang berwajah cantiktentu, malang nasibnya. Sehingga menyebabkan EmpatPedang Busan tercerai berai. Oleh karena itu maka,kurusaklah wajahku dan tinggal mengasingkan diri dalamguha. Untuk menebus dosa...”

“Siu-mey berhenti sejenak lalu melanjutkan.

“Ternyata tiga dari keempat pedang Bu-san telahberturut-turut mati ditangan musuh. Aku makin jemuhidup. Maka kuberikan kepadamu apa yang telahkupelajari selama ini. Kuharap engkau belajar dengangiat. Demi untuk membalas sakit-hati .... Ilmu istimewayang akan kuajarkan kepada mu hanya terdiri dari duajurus, yakni : 1. Cenderawasih pentang sayap menutupmatahari dan rembulan. 2. Awan berarak bertebaranribuan li tiada berbekas. Yang pertama itu adalah ilmupedang dan yang kedua ilmu meringankan-tubuh.Merupakan ilmu simpanan dari perguruan Empat PedangBusan. Dengan tenaga yang engkau miliki saat ini, bolehengkau di anggap sebagai jago muda yang tangguh.Tetapi ilmu kepandaian itu, kecuali mengandalkan bakatdan latihan tekun, juga memerlukan penjelasan dariseorang guru kenamaan. Sayang paman gurumuPedang Aneh dan Pedang Iblis, sudah tak dapatmemberi pelajaran lagi. Maka terpaksa engkau harus giatberlatih sendiri.

“Mengenai ........ mengenai .........” Membaca, sampaidisitu, tiba2 pipi Siu-mey merah. Ia berhenti karenasungkan. Setelah menunggu sampai sekian jenak belumjuga nona itu melanjutkan pembacaannya, Gak Luimengangkat muka dan memandang Siu-mey. Siu-meyloncat menghampiri, serunya tersekat : „Engkoh Lui,

Page 204: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

204

bangunlah dan eagkau baca sendiri saja!” Dengankhidmat, Gak Lui menyambuti surat itu lalu membacanya.

“Mengenai diri Gadis Ular Li Siu-mey. Ia seoranggadis yang berwatak murni. Cintanya tulus ikhlas.Merupakan pasangan yang setimpal sekali denganengkau. Tetapi anak muda itu memang masih berdarahpanas. Jangan sekali-kali engkau berpaling haluan dan,beralih hati kepada lain gadis. Terkutuklah...,terkutuklah.....!” Dibalik robekan kain itu terdapat tulisanberbunyi : „Pesan terakhir bibi gurumu.”

Habis membaca, airmata Gak Lui berlinang-linang. Iategak termenung-menung, Kiranya barulah iamengetahui bahwa bibi gurunya itu memang sengajamerusak wajahnya sendiri. Hal itu tentulah disebabkankarena kisah Asmaranya dengan Gak Tiang-beng atauayah Gak Lui dan memutus kasih pada paman gurunyaPedang Iblis.

Seketika terbayang lagi wajah bibi-gurunya penuhluka guratan pedang itu. Seolah-olah, bibi gurunyamendaskan pesan agar dia jangan sembaranganbermain cinta . Merenung hal itu, tiba2 ujung mata GakLui berkilat cahaya. Dengan wajah kemerah-merahan,Siu-mey menghaturkan sebutir batu berlian besar kehadapannya.

“Adik Mey, rupanya, berlian ini berasal dari LembahMaut” tegur Gak Lui. Siu-mey mengiakan: „Benar, semuasimpanan mereka kuambil! “

“Baik juga! Daripada jatuh ditangan gerombolanorang jahat” kata Gak Lui,

“eh...., apa, artinya ini? “ .

“Kuhaturkan kepadamu! “ sahut Siu-mey.

Page 205: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

205

“Ah, lebih baik engkau yang menyimpan saja” Wajahnona itu makin merah. Setelah berdiam diri beberapasaat, akhirnya ia memberanikan diri berkata: „Apa yangditulis dalam surat pesan bibi guru, sudah jelas. Kita ...,seharusnya memberi-tanda.” Mendengar itu tersadarlahGak Lui. Dan dengan tersipu-sipu malu, Siu-meysusupkan mutiara itu ke dalam tangan Gak Lui serayamenarik lengan baju pemuda itu: „ Engkoh Lui, mari kitakeluar. Di sana terdapat banyak benda yang aneh.”

Gak Lui sekali lagi memberi hormat ke arah makamPedang Bidadari Li Siok-gim, lalu bangkit dan tinggalkanguha rahasia itu.

SEBELAH SELATAN dari puncak gunung situ,adalah sebuah hutan bambu. Sebuah bangunanbertingkat dari bambu, didirikan pada karang gunung.Dari sebelah luar, memang bangunan bambu bertingkatitu tak tampak. Tetapi dari dalam bangunan bambubertingkat itu dapat melihat dengan jelas ke seluruhpenjuru. Satu-satunya jalan menuju ke rumah bambubertingkat itu hanya melalui sebuah jembatan-goyangterbuat dari bambu dan rotan. Pada saat tiba di jembatanitu, Gak Lui menjerit ngeri. Ternyata jembatan itu takkurang dari 10 tombak panjangnya. Di bawahnyaterbentang lembah yang curam sekali. Sebelum kakimelangkah ke jembatan, tubuh sudah seperti bergoyang-goyang mau jatuh. Kecuali memiliki ilmu Meringankan-tubuh yang tinggi orang harus merangkak melaluijembatan itu. Pula di atas jembatan gantung itu penuhdihias dengan bambu yang runcing. Bambu2 runcing itusengaja dipasang miring. Seolah-olah untukmenyongsong tubuh orang yang bergontai. Setelahmemperhatikan beberapa saat, Gak Lui kerutkan alis.

“Adik Mey, pada waktu engkau datang, apakah

Page 206: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

206

engkau melihat jembatan ini? “ tanyanya.

“Pertama kali mengobati bibi guru, belum ada. Tetapidatang yang kedua kalinya untuk mengubur bibi gurubaru terpasang. “

“Lalu bagaimana engkau melintasinya?”

“Aku tak melintasi karena bibi guru menggeletakrubuh di kaki karang ini,” sahut Siu-mey seraya menunjukke sebuah batu karang besar:

“Dan di situ bibi guru telah meninggalkan cara untukmelintasi jembatan,” tambahnya. Gak Lui berpaling.Dilihatnya pada karang itu memang terdapat beberapatulisan:

Tabahkan nyali, melintasi jembatan. Tak bolehberloncatan, pun tak boleh berhenti. Harus gunakanpedang menyiak bambu, tetapi jangan sampaidipapas kutung. Jika tak mampu melakukan, takboleh masuk!.

Gak Lui kucurkan keringat dingin. Diperhatikannyabambu2 runcing yang menghias jembatan itu rapat sekalidan amat kokoh. Ilmu melayang jauh dengan jurusRajawali-pentang-sayap, hanya dapat digunakan untukmelambung ke udara. Sukar untuk dilakukan melayangsecara mendatar. Pula ilmu pedangnya, mempunyaidaya gerak istimewa untuk memapas pedang. Jika takdiperbolehkan memapas kutung bambu itu, memangsukar sekali. Gak Lui termenung-menung.

“Engkoh Lui, apakah engkau mempunyai daya untukmelintasi .....”

“Engkau tak mengerti, biarlah kupikirnya sendiri!”tukas Gak Lui. Merah wajah Siu-mey. Diam2 tekadnyauntuk belajar ilmu silat makin besar. Gak Lui tak

Page 207: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

207

menghiraukan. la terus memeriksa jembatan itu. Tetapisampai hampir setengah hari, belum juga ia menemukanakal. Tiba2 pandang matanya. seperti melihat bibigurunya muncul. Dan bibi guru itu berlincahan sepertitatkala bertempur dengan ia di gunung. Geraklangkahnya amat lstimewa, tangkasnya bukan kepalang.Pedang bibi gurunya waktu itu seperti dimainkan dalamjurus Burung-merah-merentang-sayap dan tahu2pedangnya Gak Lui dapat dihalau.

“Ya, benarlah!” tiba2 Gak Lui berseru girang. Jelasbambu runcing pada jembatan itu merupakan sepertigerakan pedang lawan. Segera ia meniru gerakan bibigurunya, maju menyerang. Cepat sekali ia sudah tiba dimuka jembatan. Matanya tetap tak berkesip memandangke muka. Seolah-olah sedang menerjang sebuah hutanpedang yang merintangi jalannya. Selangkah .... dualangkah .... tiga langkah. Gak Lui seperti tenggelamdalam alam persemedhian. Ia tak menghiraukan bahwasaat itu matahari mulai terbenam di balik gunung danmalampun mulai merayap datang.

---oo0oo---

DIA BAGAIKAN SEBUAH PATUNG yang tegakpejamkan mata. Barisan bambu runcing itu terbayangmelekat ke dalam benaknya. Siu-mey tak maumengganggunya. Akhirnya fajar menyingsing. Hampirsemalam suntuk Gak Lui mempelajari keadaan jembatanitu dan akhirnya mulailah ia melangkah. Pedangnyaberkelebat kian-kemari. Begitu membentur bambupenghias jembatan, tersiak tetapi tak sampai putus.Sedang jembatannya sendiri tak goncang. Girang Siu-mey bukan kepalang, serunya : „Bagus, engkoh Lui,engkau berhasil memecahkan rahasia jembatan itu ......”

Page 208: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

208

Baru ia berteriak begitu, tiba2 terdengar suara gemertakdari rumah bambu bertingkat diseberang jembatan.Tiang2 penyangga rumah bambu itu, putus dan meluncurke dalam jurang.

“Hai ... !”. Siu-mey menjerit ngeri. Ternyata Gak Luisudah berhasil melintasi jembatan terus masuk kedalamrumah bambu bertingkat. Tetapi begitu hendak mendakike atas, tiang rumah patah dan rumah bambu itu punambruk. Cepat Gak Lui loncat melambung ke udara lalumelayang ke ujung jembatan. Dengan gerak yang mahir,ia melintasi jembatan itu lagi. Dan cepat sekali ia sudahkembali ke tempat semula lagi.

“Adik Mey, dalam rumah bambu itu tiada isinya apa2,seru Gak Lui dengan gembira,” tetapi rahasianya terletakpada jembatan itu. Kira-nya bibi guru kuatir aku tak dapatmempelajari ilmu yang telah diberikan ketika bertempurdengan aku di guha, maka beliau menggunakan cara itu......... hai, kenapa engkau !” Tiba2 Gak Lui hentikanbicara dan berseru kaget ketika melihat Siu-mey tegakseperti patung dan mata tak berkedip. Gadis itu berdirididepan karang. Gak Lui cepat dapat menduga bahwanona itu telah ditutuk jalan darah-nya. Dan cepat pula iamengetahui bahwa beberapa orang yang tak dikenal,bersembunyi dibalik batu karang itu. Demi keselamatanSiu-mey, Gak Lui tak berani gegabah turun tangan. Tiba2ia mendapat akal. Dengan wajah tetap tenang, iaberseru: „Adik Mey, mengapa engkau terlongong saja?Masih banyak hal yang hendak kuberitahukan.kepadamu ......” secepat kilat ia lekatkan tangan kirinyakedada gadis itu lalu gunakan tenaga sakti Algojo duniauntuk menyedot. Pikirnya hendak membuka jalan darahsinona yang tertutuk. Tetapi dalam gugupnya, ia telahsalah tafsir. Dia tak ingat bahwa nona itu mengenakanbaju kulit ular yang tak tembus penyaluran tenagadalam.

Page 209: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

209

Karena tergesa-gesa ia tak sempat mencari lain jalandarah ditubuh sinona. Tangannya meluncur kearahketiak. Tiba2 dari balik karang terdengar gelak tawabergemuruh. Seorang bertubuh tinggi besar melesatkeluar dari balik karang itu. Dan menyusul 8 orangmenghunus pedang tegak berjajar dibelakang sitinggibesar itu. Dari tindakan orang yang telah menutuk jalandarah Siu-mey dari jarak jauh, tahulah Gak Lui bahwaorang2 itu tentu tak bermaksud baik. Dipandangnyasitinggi besar itu dengan seksama. Wajahnya merahseperti tembaga dan bentuknya aneh. Cepat Gak Luimelesat kedepan Siu-mey untuk melindunginya. Tetapiternyata sitinggi besar itu hanya ganda tertawa danmengangkat tangan memberi hormat: „Gak sauhiap,engkau tangkas sekali .....”

“Mengapa engkau kenal padaku?” tegur Gak Lui.

“Namamu amat menggetarkan dunia persilatan.Siapakah yang tak mendengar ....”

“Mengapa angkau melukai kawanku”

“Kulihat engkau sedang melintasi jembatan gantungitu. Kuatir kawanmu menjerit kaget sehinggamengganggu pemusatan pikiranmu, maka kututukjalandarahnya. Sekarang biarlah kubukan lagi.” TetapiGak Lui menolak dan mengatakan: „ia dapatmembukanya sendiri.” Orang itu tertegun lalu bertanya:„Mohon tanya, apakah orang yang meninggalkan tulisanpada karang itu apa masih disini? Dan siapakah kiranyalocianpwe itu ?” “Beliau .....” tiba2 Gak Lui merasa bahwaorang itu memang mencurigakan maka cepat ia beralihjawaban: „Sekalipun disini tetapi tak mau bertemu orang.Bahkan namanya pun tak mau – memberitahukan”.

“Lalu apakah dia juga yang membunuh rombongan

Page 210: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

210

Lembah mati itu ?”

“Ada hubungan apakah engkau dengan mereka?Mengapa engkau begitu memperhatikan sekali ?” GakLui Was bertanya.

“Kami kebetulan lalu disana dan merasa heran.” GakLui makin curiga. Dipandangnya orang itu dengan tajam,tanyanya: „Siapakah saudara ini ? Maukah saudaramemberitahukan nama?”

“Aku Rajawali-mas-bersayap-besi Oh Toa-hay,” katasitinggi besar lalu menunjuk kearah delapan orang yangberada dibelakangnya: „dan kawan2 ini adalah Delapan-jago-pedang besi !”

Gak Lui mengangguk lalu berseru lantang : „Kalaukalian hendak bertanya tentang peristiwa gerombolan,Setan kering itu, terus terang saja, akulah yangmembunuhnya. Batu2 permata merekapun telahkusimpan!”

Tetapi sitinggi besar tertawa tebang; „Benarlah,dengan kepandaian sauhiap, tentu mudah sekalimelakukannya ... Tetapi wajah kedelapan orang cepatberobah memberingas, Ada beberapa yang segeramencabut pedang. Gak Lui tertawa dingin ; „Ho...!,kiranya kalian ini anak buah Maharaja, makanya bernyalibesar datang kemari !”

Wajah sitinggi Rajawali-emas-sayap-besi berobahseketika dan mundur setengah langkah, serunya „Harapsauhiap jangan menghambur fitnah aku .....”

“Sikap kalian sudah mengunjuk warna diri, tak perlumenyangkal !” tukas Gak Lui.

Tinggi besar Rajawali-emas mendengus : „Hm, tajambenar matamu! Mengapa tak lekas menyerahkan batu

Page 211: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

211

berlian itu .... !”

“Ha..., ha..., ha..., ha ... terimalah baik2 ini! Gak Luimerogoh kedalam saku baju lalu lemparkan sebuahbenda kekaki sitinggi besar”

Melihat benda itu, sitinggi besar menyurut mundurtiga langkah, serunya tergagap : „Itu ... Amanat mati !”

“Benar...!, kalian biasa menggunakan benda itu untukmenggertak orang persilatan. Hari ini aku hendakmemintakan mereka ganti jiwa kepada kalian !”

Wajah sitinggi besar makin beringas bengis. Tangankanan mencabut pedang, tangan kiri terus hendakmenyambar Amanat itu. Tetapi Gak Lui lebih cepat.Sekali gerakkan tangan kiri, kertas Amanat itumelambung keudara dan secepat kilat pedang ditangankanan menusuk tangan sitinggi besar. Si Tinggi besarterkejut loncat mundur sampai satu tombak dan dengangugup mencabut pedang, lalu memutar untuk melindungidiri. Sebenarnya Gak Lui hendak menyusuli seranganlebih lanjut tetapi ia diserbu oleh kedelapan orang itu.Mereka menyerang dari delapan jurusan. Terpaksa GakLui melayani mereka.

“Hayo, kalau berani, engkau maju sekali !” serunyakepada si tinggi besar.

Rajawali-emas-sayap-besi acungkan ujungpedangnya kemuka Gak Lui. Sikapnya seperti hendakmenyerang tetapi matanya mengicup ke arah kedelapanjago pedang itu. Cepat Gak Lui mengetahui. Ia dugaorang itu tentu mempunyai tujuan lain. Kemungkinan sitinggi besar hendak suruh kedelapan jago itu menawanSiau-mey. Terpaksa ia tahan kemarahannya danberseru: „Kalau kalian menghendaki berlian, mengapatak mau maju mengambil kemari!”

Page 212: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

212

“Jika engkau takut, aku segera tinggalkan tempat ini!” balas si tinggi besar.

“Kalau pulang dengan tangan hampa, apakah kaliantak takut mendapat hukuman ?” ejek Gak Lui.

Ucapan itu tepat menyentuh hati rombonganRajawali-emas- sayap-besi. Si tinggi besar mendenguslalu bersama kedelapan jago menyerang Gak Lui.Serangan sembilan jago itu, hebatnya bukan kepalang.Batu dan debu berhamburan ke-empat penjuru. TetapiGak Lui tak gentar.

“Bagus....!” teriaknya, seraya mainkan pedanglaksana bianglala bercengkerama di angkasa. Tiga juruskemudian, ia dapat mengetahui bahwa sesungguhnya sitinggi besar itu memang hebat tenaga dalamnya. Jurusserangannyapun amat ganas sekali. Apalagi ke Delapan-jago- pedang-besi itu mahir sekali bergerak secarakeroyokan. Rupanya mereka terlatih dalam barisan yanglihay. Tanpa memberi isyarat, mereka masing2 dapatbergerak secara otomatis dan rapi. Maju mundur,menyerang dan bertahan selalu teratur rapi dan cepat.Karena ditabur oleh 9 pedang yang mencurah lebat, GakLui tak sempat mengembangkan permainan pedangnya,dan terpaksa terdesak mundur.

Melihat itu, sambil perhebat serangan pedangnya, sitinggi besar tertawa mengekeh : „Orang she Gak, hatimunanti hendak kukorek keluar untuk menyembahyangiadikku Setan Kering, heh..., heh..., heh..., heh ......”Tetapi belum kumandang tertawanya sirap, terdengarlahdering gemerincing yang tajam sekali. Tubuh Gak Luitiba2 berputar- putar dan pedang-nya berobah sepertisegulung sinar yang membungkus dirinya. Gulungan,sinar pedang itu merupakan bentuk sekuntum bungaTeratai yang tengah berhamburan mekar ....

Page 213: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

213

Ke 9 pedang lawan yang menyerang ganas itu,terpental dan hanya berkelebatan di luar gulungan sinarpedang Gak Lui. Ternyata Gak Lui telah mempraktekkanilmupedang Cenderawasih-pentang-sayap-ajaran bibigurunya si Pedang Bidadari Li Siok-gim. Dan hasilnyasungguh mengagumkan. Lawan terpancang sukarmenggerakkan pedang sehingga posisinya sekarangterbalik. Dari menyerang menjadi bertahan. Pada saat sitinggi hesar terkesiap kaget, tiba2 matanya silau akankelebat sinar pedang, dan tring..., tring..., tring ....berhamburan pedang dari kawanan jago pedang itu.Kalau tidak terpapas kutung, pedang merekapun terlepasjatuh. Melihat itu patahlah nyali si tinggi-besar. Secepatkilat ia berputar dan terus lari....

“Hai...!, hendak lari ke mana engkau!” dengangunakan ilmu meringankan tubuh Awan-berarak-ribuan-li,Gak Lui apungkan tubuhnya mengejar. Pada saatpunggung Rajawali-emas-sayap-besi terancam maut,tiba2 kedelapan jago rombongannya itu mendapat akal.Cepat mereka lari menghampiri ke tempat Siu-mey. GakLui terkejut. Cepat ia berjumpalitan melayang balik. Padasaat berjumpalitan di udara itu iapun mencabut pedangpusaka Pelangi. Kemudian ia taburkan kedua buahpedangnya kepada mereka.

“Auhhh .....” terdengar dua buah jeritan ngeri dan duaorang yang lari paling depan rubuh dengan dadatertembus pedang. Setelah itu Gak Lui lontarkan pulapukulan sakti Algojo-dunia. Seketika terdengar pula duabuah jeritan ngeri. Seorang terlempar ke dalam lembahdan seorang mundur terhuyung- huyung sampai limaenam langkah, lalu rubuh dengan kepala pecah ........Tetapi Gak Lui masih kalah cepat dengan sisa keempatjago pedang yang tetap lari ke tempat Siu-mey atu.Apalagi Gak Lui sudah melayang turun dan harus

Page 214: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

214

menginjak tanah lagi untuk melakukan loncatan yangkedua. Keempat anggauta Delapan jago-pedang-besi itudengan buas lari menyergap gadis-ular Siu-mey yangsaat itu tetap masih tak berkutik. Gak Lui kucurkankeringat dingin ...........

JILID 5

PADA saat keempat jago itu hendak menerkam gadisular Li Siu- mey, se-konyong2 dari, balik karangterdengar suara mendesis. Siu-mey getarkan tubuhnya.Serempak mulut mendesis, ia dorongkan keduatangannya. Dua ular, emas dan perak, yang melingkarsebagai gelang pada kedua tangannya serentakmeluncur ke udara. Dua orang penyerang yang palingdepan sendiri, seketika rubuh ketanah. Dua orangkawannya yang menyusul dibelakang, terkejut dantertegun melongo.

“Cucu kecoa, hayo mundur!” Kedua orang itu sertamerta menurut. Tetapi pada saat mereka berputar tubuh,dua batang pedang dari Gak Lui menyongsong dadamereka. Kedua orang itu rubuh tak bernyawa. Siu-meycepat melesat ketempat Gak Lui. Setelah menarik nonaitu kesamping, Gak Lui segera memberi hormat kearahkarang seraya berseru: „Lo-cianpwe yang beradadibelakang batu karang, Gak Lui menghaturkan terimakasih atas budi pertolongan lo-cianpwe!”

“Aku siorang desa ini murid Kun-lun-pay jangbernama Se-bun Ciok. Jangan menyebut cianpwe padadiriku!”

“Dengan ketua Kun-lun pay Hong San lociabagaimana cianpwe memanggilnya?” seru Gak Lui pula.

Page 215: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

215

“Hai, itulah mendiang guruku!” orang itu berserukaget dan terus melangkah keluar dari balik karang.

“Rasanya engkau tak kenal gelagat. Yang menjadiketua partaiku sekarang ini adalah suheng-ku Tang-hongGiok, digelari orang sebagai Tang Hong Sianseng ...Sejak tadi Siu-mey belum sempat berpaling muka melihatpenolongnya. Kini ketika memandang orang itu,menjeritlah nona itu: „Ai...., engkau tentulah Se-bunSianseng ......”

“Benar,” sahut orang itu, „kami memang sepasang.Satu Tang (timur) satu Se (barat)”

Mengawasi dandanan orang itu, diam2 Gak Lui gelijuga. Se-bun Sianseng itu mengenakan sebuah topi bututyang sudah tak begitu jelas lagi warnanya. Jubahnya punhanya sampai keatas lutut, sepatunya dari rumput, kaoskain kaki kasar. Punggungnya menyanggul sebatangpayung. Tangan kiri memegang kipas besi berwarnahitam mengkilap dan tangan kanannya mencekal pipahuncwe. Ia memelihara kumis dan jenggot, yangdikepang dua, memakai kacamata yang diikat padatelinga dengan pita. Boleh dikata apa yang dipakainya itubarang butut semua. Sukar bagi orang untuk percayabahwa si gelandangan jembel itu memiliki kepandaiansilat yang tinggi.

“Gak laute, tentu tak sedap memandang diriku yangtak keruan ini, bukan?” Se-bun Sianseng batuk2sehingga kacamatanya ikut bergoncangan naik turunpada batang hidungnya.

“Ah, tidak,” buru2 Gak Lui menyahut, „cianpweseorang sakti yang tak mau unjuk diri. Ilmu tutukan Kek-geng-tiam-hwat yang cianpwe lepaskan tadi, cukupmeyakinkan orang!”

Page 216: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

216

“Ah, engkaupun terlalu merendah diri!” seru Se-bunSianseng,

“ilmu tenaga-dalam mendorong dan menyedot, sertamelepaskan pedang tadi, aku Se-bun Sianseng yangsudah bergelandangan di dunia persilatan selamaberpuluh tahun, tetap tak mampu mengetahui darisumber mana kepandaianmu itu.”

Mendengar itu Gak Lui tertegun. Ilmu melemparkanpedang tadi, sebenarnya baru pertama kali ia gunakanltu, karena gugup melihat Siu-mey terancam bahaya.

“Ah, tak perlu saudara tertegun,” kata Se-bunSianseng pula: „aku bukan bermaksud hendak mencaripenyakit. Apalagi engkau mengenakan kedok mukakarena tak ingin dilihat orang, lebih2 aku tak maubertanya melilit. Hanya mengenai sebuah hal,”

“Apa?” seru Gak Lui.

“Engkau kurang faham akan ilmu tutukan. Suatu halyang janggal dan tak seimbang dengan ilmukepandaianmu!”

Sejak pertama kali di tunjuk hidung kalaukepandaiannya masih rendah oleh mendiang ayahangkatnya tempo hari, baru itulah Gak Lui memenerimakritikan orang lagi.

“Memang sessungguhnya kepandaian itu tidakbanyak ragamnya sehingga sering menimbulkan buahtertawaan orang,” sahutnya.

“Kurasa bukan soal itu. Melainkan karena engkau takfaham akan letak jalan darah orang. Jika engkau takmenganggap aku seorang usil, aku hendakmempersembahkan sebuah barang kepadamu!” habisberkata Se-bun Sianseng meletakkan pipa dan kipas.

Page 217: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

217

Lalu mengambil selembar gambar dari bungkusannya.Begitu dibuka, ternyata Lukisan itu merupakan gambartubuh manusia dengan seluruh letak jalan darahnya. GakLui menyurut mundur setengah langkah.

“Ah, mana aku berani menerima pemberian begituberharga ...” Gak Lui berseru.

“Barang ini bukan milik partaiku Kun-lun-paymelainkan peninggalan dari sahabatku Jari-tunggal-saktiyang mengatakan bahwa benda ini hendaknya diberikankepada orang yang sesuai,” menerangkan Se-bunSianseng.

“Siapakah cianpwe itu?”

“Menilik tingkatannya, dia adalah paman guru dariKaisar (Raja diraja) Li Liong-ci. Beliau termasyhursebagai ahli tutuk jalan darah yang sukar dicaritandingannyal”

“Ah, kiranva seorang jago sakti dari partai Thian-liong-pay!” seru Gak Lui.

“Dia tak termasuk tokoh Thian-liong-pay. Pula petayang berisi gambar dari ke 36 jalan darah besar dan 343jalandarah kecil pada tubuh manusia ini, hanya untukpenetral bagian2 dari tubuh manusia. Tentangpenggunaannya, terserah padamu sendiri.”

Mendengar penjelasan dan karena didesak, akhirnyaGak Lui mau juga menerima. Setelah menghaturkanterima kasih ia terus mencari tempat yang sepi lalumerentang peta itu dan memeriksanya dengan teliti.Tiba2 Se Bun Sianseng mengusap jenggot dan banting2kaki:

“Ah, karena terpikat oleh ramai2 aku sampaimelupakan sebuah hal yang genting!”

Page 218: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

218

Sambil memandang peta dan merabah-rabahbagian2 jalan darah pada tubuhnya sendiri, Gak Luibertanya: „Apakah yang lo- cianpwe lupakan itu?”

“Membiarkan kaki tangan Maharaja pergi sehinggatentu menimbulkan kesulitan pada gerakan partai2persilatan!”

“Partai2 persilatan sudah bergerak?” Gak Luimenegas.

“Masakan engkau tak tahu? “

“Sudah lebih dari sebulan aku masuk kedaerahpedalaman gunung.....”

„Air, banyak sekali perobahan yang terjadi sebulanitu! “

Gak Lui terkejut dan mengangkat muka: „Perobahanapa sajakah itu?”

“Teruskanlah mempelajari peta gambar itu. Akankuceritakan dengan pelahan-lahan: Pertama tentangsepak terjang dari kaki tangan Maharaja yang kian harikian merajalela. Siang hari bolong berani mengirimAmanat Nasib sehingga menimbulkan kegelisahan dankecurigaan. Ada beberapa, partai persilatan yangmengatakan, engkau menjadi salah seorang anggautagerombolan Topeng Besi!”

“O, lalu apa lagi? “

“Kecuali partaiku Kun-lun-pay dan partai Go-bi-pay,kelima partai persilatan yang lain semua telah menerimasurat rahasia yang telah ditanda-tangani oleh tokoh-tokoh mereka sendiri yang telah menghilang selamababerapa tahun. Dalam surat itu menyatakan hendakmengadakan pembersihan kedalam partai danmemerintahkan ketua mereka, dalam waktu paling lama

Page 219: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

219

satu tahun harus sudah mengundurkan diri:”

“Hal itu sudah kudengar,” kata Gak Lui, „tetapi bahwakelima partai dalam waktu serempak telah menerimaancaman semacam itu, memang baru saat ini kudengar!”

Se Bun Sianseng melanjutkan pula: „Ketiga,” KaisarLi Liong-ci sudah muncul lagi ke daerah Tiong-goan!”

“Tentulah hendak turun tangan!”

“Sama sekali tidak begitu. Kabarnya dia tidak maucampur tangan.”

Mata Gak Lui ber-kilat', serunya: „Mengapa”

“Orang yang menceritakan kepadaku tak beranimenerangkan se-jelas2nya. Kamipun tak dapat menerka.Sekalipun Kaisar tak mengacuhkan, asal Empat Putrimau membantu, golongan Putih dalam dunia psrsilatantentu masih mempunyai harapan.”

“Empat Putri?” Gak Lui mengulang.

“Benar, mereka. terdiri dari Puteri Hijau, Puteri NagaIstana-laut, Puteri Telaga Tongthing dan Bawang Putih.”

“Bagaimana dengan kepandaian mereka?”

“Mereka satu kaum. Kepandaian Kaisar Li Liong-cimencangkum Hud dan Mo (aliran agama dan Iblis).Sedang Empat Puteri itu meliputi ilmu sakti Ceng-ling,Cek-cui, Tong-ting-kui-ong, Thaysiang-sia-kun dan Liok-hap-mo-cun. Merupakan gabungan antara aliran Putihdan Hitam!....”

Tergerak hati Gak Lui mendengar uraian Se BunSianseng itu. Katanya dengan tandas: „Jika karenasesuatu sebab, mereka tak muncul, aku Gak Lui pastitetap akan berjuang melaksanakan cita2. Kalau lainorang dapat berlatih sehingga mencapai tataran begitu

Page 220: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

220

hebat, masakan aku juga tak mampu!”

“Bagus, bagus! Kekerasan hatimu sungguhmengagumkan sekali. Menurut kata nona ini, kelakengkau tentu menjadi tokoh yang cemerlang!” seru SeBun Sianseng.

Sambil kicupkan mata, bertanyalah gadis-ular Siu-mey: „ Menurut lo cianpwe, apakah yang dapatkupelajari...?”

“Nona memiliki kecerdasan dan simpanan hawamurni yang kokoh. Kalau mempelajari ilmu tenaga-dalamLunak, kelak tentu berhasil! “

Nona itu girang sekali dan berpaling memandang kearah Gak Lui. Saat itu Gak Lui tengah melipat petagambar dan menyerahkan kembali kepada Se BunSianseng: „Terimat kasih lo-cianpwe, aku sudah dapatmenghafal gambar2 itu. Budi lo-cianpwe kelak tentukubalas.”

Sambil menyambuti peta gambar, Se Bun Siansengmelolos kaca-matanya dan menyerahkan kepada=================== Lembar 10-11, hilang===================

Tujuan pertama itu merupakan suatu pertempuranmati hidup dengan Maharaja. Dan tujuan yang kedua ituuntuk mengukur tinggi rendahnya kepandaiaanya yangtelah dicapai saat itu. Kedua-duanya hanyamengandalkan kekuatannya sendiri untuk menentukankalah menangnya atau gagal berhasilnya tujuan itu. Danserentak teringatlah ia akan ucapan emas mendiang bibigurunya Dewi Pedang bahwa ilmu kepandaiannya ituharus ditempuh dengan kegiatan dan jerih payah. Sekali-kali jangan mengandalkan pada suatu rejeki yang takterduga-duga ........

Page 221: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

221

Seketika tergugahlah semangat Gak Lui.Koberaniannya pun menyala. Dia tak menghiraukan lagilautan kesulitan yang harus dihadapi dalammelaksanakan tujuannya untuk membalas dendamkematian orangtuanya. Ditain fihak gadis ular Siu-meypun terbenam dengan keinginan untuk belajar silat. Agardapat mencari ayahnya dan membantu usaha sangkekasih (Gak Lui), bulatlah sudah tekadnya untukmenuntut ilmu kepandaian silat yang sakti. Ucapan SeBun siangseng tadi, benar2 telah membangkitkansemangatnya.

Tak disadari, Siu-mey merekah senyum bahagia.Tetapi tiba2 dalam benak si nona itu terlintaslahbayangan seorang gadis lain yang menjadi kawan akrabdari Gak Lui. Gadis lain itu yalah, Hi Kiam-gin. TetapiKiam-gin telah hilang jejaknya, entah lenyap ke mana.Apakah gadis itu akan mendapat rejeki luar biasasehingga mampu memperoleh ilmu silat yang saktisehingga akan menjadi rintangan hubungannya (Siu-mey) dengan Gak Lui? Adakah ia harus harus membagicinta kepada gadis itu

Tiba2 Gak Lui batuk2 pelahan dan berseru getun:„Ah, kulupa untuk menanyakan sebuah soal pentingkepada Se Bun sianseng!”

Siu-mey tersadar dari lamunan dan cepatmenyanggapi: „ Soal apa?”

“Pedang yang kubawa ini adalah pedang Pelangipusaka pemberian Ceng Ki totiang dan partai Bu-tong-pay. Beliau minta tolong kepadaku supaya mencarikanseorang pandai besi yang jempol untuk merobah bentuk,pedang yang pendek itu menjadi pedang panjang. Takbertanya pada Se Bun Sianseng, bukankah berartimenyia-nyiakan kesempatan yang bagus ........ “

Page 222: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

222

“Ah, kesempatan selalu masih ada. Tetapi engkauharus ingat akan urusan Ceng Suan totiang dari Bu-tong-pay yang turun gunung itu. Saat ini mereka sedangterancam bahaya. Jika mengembalikan pedang itukepadanya, berarti engkau membantunya dan berartitakkan menyia-nyiakan harapan Ceng Ki totiang.”

Dalam waktu bercakap-cakap itu keduanya sudahberjalan cukup jauh. Gak Lui sejenak berpaling ke arahguha rahasia kediaman mendiang bibi gurunya. Selesailepaskan tatapan mata yang terakhir, cepat2 ia lanjutkanperjalanan lagi.

SETELAH berjam-jam melintasi daerah pegununganbelantara, akhirnya mereka tiba di tanah datar. Dan padasaat mereka menyusur sebuah jalan besar, tiba2diiihatnya seorang lelaki pertengahan umur sedangberdiri di bawah sebatang pohon rindang. Orang yangdandanannya seperti orang desa itu rupanya sedangmenunggu sesuatu. Tetapi dari sikapnya, orang ituseperti seorang yang memiliki kepandaian ilmusilat.Cepat sekali Gak Lui dan Siu-mey melintas di sampingorang itu. Tiba2 orang itu berpaling dan memandang GakLui dan Siu-mey. Dengan matanya yang tajam dapatlahGak Lui mengetahui gerak gerik orang itu.

Diam2 timbul kecurigaannya namun pura2 tidak tahudan lanjutkan perjalanan. Sekonyong-konyong orang itubersuit nyaring. Dari arah muka segera terdengarsambutan orang bersuit. Suitan itu- berasal dari arahhutan. Jelas suitan itu tentulah suatu pertandaan rahasiadari sebuah gerombolan. Gak Lui berputar tubuh lalukembali ke tempat orang itu. Orang itu terkejut danmenyurut mundur tiga langkah, sandarkan punggungpada pohon.

“Engkau anakbuah partai mana?” tegur Gak Lui

Page 223: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

223

dengan nada keras. Saat itu Siu-mey pun tiba. Orang itumakin terkejut sehingga gemetar dan condongkan tubuhke arah Gak Lui. Rupanya dia makin ketakutan melihatSiu- mey. Kini Gak Lui sudah dapat menduga.Gerombolan jago2 silat yang dikalahkan tempo hari,tentu sudah menyiarkan berita tentang dirinya dan Siu-mey. Dan berita itu tentulah suatu tuduhan bahwa dirinyaseorang anggauta gerombolan Topeng Besi. BahkanSiu- mey pun dianggap juga sebagai seorang gadis yangberbahaya. Setelah meneguk air liurnya yang nerocos keluar, orang itu menyahut gentar: „ Aku seorang anggautapartai Gelandangan. “

“Partai Gelandangan? “ Gak Lui menegas. Orang itumengiakan.

“Partai Gelandangan di daerah selatan dan PartaiPengemis di daerah utara, merupakan partai golonganCeng-pay (lurus). Siapakah nama saudara?”

Mendengar ucapan Gak Lui begitu, berkuranglahrasa takut orang itu. Buru2 ia memberi hormat: „Maaf,aku telah berlaku kurang hormat kepada Gak siau-hiapdan nona ini. Namaku Tio Cwan, menjabat tugas untukmenyambut setiap tetamu”

“Ah...., jangan merendah diri. Tetapi mengapasaudara begitu tegang sekali tampaknya?”

“Ini...” Tio Cwan tergugu, rahasia partai, aku takdapat mengata- kan....”

“Ah..., rupanya engkau mencurigai aku sebagai kakitangan Maharaja sehingga tak mau mengatakan hal itu,”kata Gak Lui.

“Memang dalam dunia persilatan tersiar kabarsemacam itu!”

Page 224: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

224

“Hm..., tak apalah. Aku tak mau mendesak mu,” kataGak Lui, terus berputar tubuh hendak berlalu. Tetapitiba2 Tio Cwan mencegah: „Siau-hiap, tunggu dulu. Jikaengkau dapat menjawab sebuah pertanyaanku yang takberarti, tentu akan kuberitahukan kepadamu.”

“Katakan!”

“Apakah sau-hiap mempunyai hubungan denganpartai Pengemis cabang selatan?”

“Baik dengan cabang selatan maupun dengancabang utara, aku tak punya hubungan. Aneh, mengapaengkau bertanya begitu?”

“Kalau tak ada hubungan, itulah yang kami harapkankarena masa ini partaiku sedang berselisih dengan partaiPengemis cabang selatan!”

Heran Gak Lui mendengar kedua partai yang terkenalitu sampai saling bentrok sendiri. Tanyanya: „Bukankahketua partaimu itu......Raja sungai Gan Ka-ik?”

Tio Cwan mengiakan.

“Kabarnya ilmu pedang dari keluarga Gan itu amathebat. Masakan takut pada partai Pengemis cabangselatan? Dan lagi partai Pengemis itu mempunyai disiplinkeras. Bagaimana mungkin cabang selatan dapatbertindak sendiri!”

Sebagai seorang persilatan yang banyak pe-ngalaman tahulah Tio Cwan bahwa Gak Lui itu seorangpemuda jujur. Maka hilanglah rasa kecurigaannyaterhadap pemuda itu.

“Ah...., mungkin siau-hiap tak tahu. Sesungguhnyaantara partai Gelandangan dengan partai Pengemis itutidak saling bermusuhan. Bahwa keduanya salingmembantu. Tetapi sejak ketua mereka meninggal dunia,

Page 225: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

225

partai Peingemis itu pecah menjadi dua cabang, utaradan selatan. Cabang utara masih baik, tapi yang cabangselatan telah dikuasai oleh dua tokoh yang tak keruan.”

„Siapakah kedua orang itu?”

“Yang satu yalah. Pengemis Ular dan yang seorangPengemis Ganas. Dengan mengandalkan ilmu silatnyayang sakti, mereka melakukan perbuatan jahat dimana-mana tempat. Bermula karena mengingat hubunganlama, ketua kami tak mau mencampuri urusan mereka.Tetapi sekarang malah..... “

“Kenapa? “

“Malah dimana-mana tempat kita menderitapengacauan mereka! “

“Masakan begitu besar pengaruh mereka?”

“Karena ketua kami setengahnya sebagai orangpersilatan yang bergerak di perairan dan setengahnya didaratan. Dan pula masih mengurus pangkalan di perairandan di daratan. Dan lagi Kaisar Persilatan Li Liong-ciitupun menjadi tetua kehormatan dari partaiku. Selamaini tiada sebuah partai persilatan yang beranimengganggu partai kami. Tetapi tak terduga-duga, partaiPengemis cabang Selatan itu sengaja hendak cariperkara dengan tindakan2 yang menantang. Rupanyamereka mempunyai “backing istimewa .... “

„O...,” Gak Lui mendesus kaget. Ia heran KaisarPersilatan Li Liong ci mau menjadi Ketua kehormatandari partai Gelandangan. Sungguh suatu hal yang takterduga sama sekali. Jika Pengemis Ular dan PengemisGanas berani cari perkara dengan partai Gelandangan,tentulah mereka mempunyai backing yang kuat. Adakahbacking itu bukannya dari .... Maharaja Persilatan dan

Page 226: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

226

gerombolan-nya? Tiba pada dugaan itu cepat2 Gak Luimengajukan pertanyaan: “Dimanakah partaimu akanmengadakan pertempuran dengan partai Pengemiscabang selatan itu? “

“Ini ... ini ... “

“Jangan takut.” Kehadiranku ke sana takkanmerugikan partaimu !”

“Di sebuah tanah lapang, kira2 ,10 li jauhnya dari sini....... “

Mendengar itu Gak Lui segera memberi pesankepada Siu-mey;

“Adik Mey, engkau menyusul pelahan-lahan danjangan campur tangan !”

Belum sempat Siu-mey menyahut, Gak Lui sudahloncat beberapa tombak jauhnya. Dengan gunakan ilmumeringankan tubuh istimewa, ia lari pesat.

Tio Cwan terkejut, serunya kepada Siu-mey; „Nona.... !”. Tetapi nona itupun sudah bergerak dan tahu2sudah berada dua tombak jauhnya. Bagaikan bayangania terus mengejar Gak Lui. Tio Cwan hanya terlongong-longong sambil leletkan lidah.

Beberapa saat kemudian barulah ia bersuit memberipertandaan yang kedua kalinya lagi. Di sebuah. tanahlapang yang luas, tampak dua orang tokoh silat yangberilmu tinggi, sedang berhadapan. Yang di sebelahselatan adalah serombongan 9 orang pengemis yangmasing2 memegang tongkat penggebuk anjing.Pemimpinnya bukan lain adalah Pengemis Ganas.Seorang tokoh pemimpin partai Pengemis cabangselatan yang berwajah merah dan memelihara jenggotruncing. Sedang yang di sebelah utara pun berdiri

Page 227: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

227

seorang lelaki berumur 50-an tahun, di belakangnyaberjajar 8 orang jago2 dari partai Gelandangan.

Sambil mengangkat tongkat Pengebuk anjing yangmerupakan senjata dari anakbuah partai Pengemis.Dengan suara kasar dan bengis ia membentak:„Bagaimana dengan permintaanku supaya kalian mundurdari setiap pangkalan darat maupun perairan dankembali ke tempat kalian masing2. Syarat itu sudahlonggar sekali. Apa yang harus dipertimbangkan lagi.....”

Sahut lelaki yang memimpin rombongan anak buahpartai Gelandangan: „Bukan aku yang harusmempertimbangkan sebaliknya engkaulah yang haruspikir2. Adakah ilmu Pedang- kilat dari keluarga Gan danPukulan Geledek itu, mudah dihina atau tidak!”

“Ha..., ha..., ha... ! Kukuatir kedua macam medalimuitu takkan muncul lagi. Jangan lagi hanya ilmukepandaian cakar kucing itu sekalipun engkau panggilKaisar Li Liong-ci ke mari, partaiku tentu dapatmenghadapinya!”

Jago pedang jenggot panjang, yang ternyatapemimpin partai Gelandangan yakni Gan Ka-ik,melangkah maju dan berseru keras: „ Siapa jagomu itu! “

“Sudah tentu .... Pengemis Ular. Dia akan membawa12 pengemis Pemain-ular dan beratus-ratus ekor ularberbisa. Masakan engkau tak tahu hal itu!”

Nama Pengemis ular itu telah membuat Gan Ka-ik,gemetar. Tadi ia telah mendengar suit per-tandaan dariTio Cwan, ia duga bala bantuan musuh tentu sudah tiba.Maka sambil rangkapkan kedua tangannya ke atas, iaberdo'a ke arah langit: „Cousu yang berada di alam baka,hari ini murid terpaksa melanggar pantanganmembunuh.......”

Page 228: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

228

Mendengar doa itu, tahulah Pengemis Ganas bahwagertakannya tadi tak berhasil. Maka tanpa mempedulikantata susila dunia persilatan lagi, ia terus menyerangdengan tongkat Penggebuk- anjing. Tetapi ilmu pedangkeluarga Gan itu, termasyhur karena kecepatannya.Sekali kaki jago berjenggot panjang itu menyilang, ia -sudah meluncur setengah tombak dan dengankecepatan yang luar biasa, ia sudah mencabut pedangdan membabat tongkat lawan.

Seketika tongkat dan pedang berhamburan merapatketat. Dua orang tokoh yang berilmu tinggi, salingbertempur dengan seru. Masing2 mengeluarkankepandaiannya. Cepat lawan tangkas, keras lawankeras. Ternyata kekuatan keduanya berimbang. Tetapidalam hati Gan Ka-ik tetap dibayangi dugaan bahwa balabantuan musuh akan segera datang. Pikirannya agakterpecah memikirkan hal itu. Dan kelengahan itu cepatdigunakan lawan sebaik-baiknya untuk menguasaipermainan.

Dalam 10 jurus, jago she Gan itu terus menerusmundur sampai tiga langkah. Pukulan Geledek-nya taksempat dilepaskan. Saat itu serangan tongkat PengemisGanas makin gencar dan dahsyat. Setapak demi setapakia mendesak maju. Wajahnya menyeringai tawa karenayakin tentu menang. Tetapi pada saat ketua partaiGelandangan Gan Ka-ik terancam maut, dari jauhterdengar pula suitan pertandaan. Rupanya dari petugaspartai Gelandangan yang memberitahu bahwa yang akandatang itu bukanlah musuh. Seketika timbullah semangatketua Gelandangan itu. Sret..., sret..., sret..., tiga kali iakiblatkan pedangnya.

Setelah berhasil menyisihkan tongkat, tiba2 iaayunkan tangan kiri dan bum .... terdengar letupan

Page 229: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

229

disusul oleh tubuh Pengemis Ganas yang terhuyung-huyung dua langkah ke belakang. Pengemis Ganasberkaok-kaok seperti orang gila: „Awas, pembalasanku !”

Kedelapan pengemis, galak yang beradadibelakangnya segera melepas kantong yang tersanggulpada bahunya, terus ditaburkan. Di udara berhamburansinar berkilau-kilauan bercampur dengan suitan yangmendesing-desing aneh, menuju ke arah rombonganpartai Gelandangan ....

Sebenarnya anak buah partai Gelandangan tadisudah hendak bergerak menolong ketuanya yangtampak terdesak. Tetapi baru mereka hendak bergerak,rombongan anak buah partai Pengemis telah menabursenjata rahasia yang terbuat dari bahan peledak.Pemimpin partai Gelandangan cepat memutar pedangsambil menghantam dengan tangan kiri. Terdengarbeberapa ledakan keras dari beberapa butir senjatarahasia yang berhamburan jatuh ke tanah. Juga anakbuah partai Gelandangan serempak lontarkan hantamanuntuk menghalau serangan itu. Tetapi senjata rahasiadari rombongan partai Pengemis itu amat banyakjumlahnya sehingga hanya setengahnya yang dapatdihantam jatuh. Tetapi yang lolos dari hantaman tetapmenyambar sasarannya. Terdengar beberapa jeritanngeri dan orang tertahan dari anak buah partaiGelandangan itu.

Sambil menutup muka, mereka terhuyung-huyungdan merintih kesakitan. Ketua partai Gelandanganterkejut dan terpecah perhatiannya. Pipinya, sebelahkiripun termakan renjata rahasia itu, sakitnya bukanalang kepalang. Separoh dari mukanya mati rasaseketika. Cepat ia menampar pipinya sendiri, uh....seekor kutu yang keras kulitnya hinggap pada pipinya.

Page 230: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

230

Cepat ia menarik dan memeriksanya. Ternyata seekorlalat hijau yang bermulut tajam dan mempunyai sengatyang sangat keras sekali. Dari warnanya yang agakkehijau hijauan gelap, tentulah lalat itu yang telah diberimakanan racun ganas. Sehingga begitu menggigit orang,orang itu pasti mati.

Melihat senjata-rahasianya berhasil membuatrombongan orang partai Gelandangan kacau balauterhuyung-huyung rubuh ke tanah, Pengemis Ganastertawa seram. la nantikan pada saat pemimpin partaiGelandangan itu juga terhuyung-huyung dicengkamracun, barulah ia akan -memberi gebukan yangmematikan.

SAAT ITU jago pedang dari partai Gelandangansedang dikerumuni oleh lalat2 beracun sehinggabetapapun ilmu kepandaiannya, namun akhirnya dapatjuga digigit oleh beberapa ekor lalat. Akibatnya,permainan pedangnya mulai lambat dan orangnya puntampak terhuyung-huyung seperti orang mabuk. Taklama lagi dia tentu rubuh.

“Ha..., ha..., ha...! Biarlah kutambahi dengan sebuahgebukan agar jangan membuang waktuku!”

Pengemis Ganas tertawa iblis lalu melesat ke muka.Aneh sekali, kawanan lalat beracun itu cepat menyingkiruntuk memberi jalan kepada Pengemis Ganas. Sebatangtongkat berwarna hitam melayang kearah mata pemimpinpartai Gelandangan yang sudah tak berdaya itu.Sekonyong konyong dua gelombang sinar pedangmelayang bagaikan meluncur dari langit. Ternyata duabuah sinar pedang itu berasal dari Gak Lui yang karenamelihat kelicikan serta keganasan si Pengemis Ganas,tak dapat menahan kemarahannya lagi. Serentak iamelambung ke udara dan meluncur ke muka pemimpin

Page 231: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

231

partai Gelandangan.

Dengan pedang ditangan kanan, ia menangkistongkat Penggebuk-anjing dari Pengemis Ganas danpedang ditangah kiri diputar melingkar-lingkar. Kawananlalat beracun itu tersedot ke dalam lingkar perputaranpedang. Seperti dihanyut oleh prahara, merekaberhamburan jatuh beberapa tombak jauhnya keempatpenjuru!.

Mimpipun tidak Pengemis Ganas itu bahwa bakalmuncul seorang bintang penolong bagi pemimpin partaiGelandangan. Karena munculnya tak terduga-duga, iatak keburu menarik tongkatnya dan menghindar lagi.Tring ... tongkatnya hampir terpental jatuh. Untunglah iacepat menyurut mundur lalu berteriak nyaring: „ Budak,engkau .....Gak Lui .....?”

“Benar!” sahut Gak Lui seraya tetap memutarsepasang pedangnya untuk menghalau sisa2 lalatberacun.

“Aku justeru hendak mencarimu !”

“Heh, memang sudah kuduga begitu!.”

“Bagaimana engkau tahu .... ? “

Dengan mata berkila-kilat Gak Lui menatap pengemisitu seraya menggertakkan gigi berseru: „Manusiatingkatan semacam engkau hendak mencari aku?Tentulah engkau mendapat perintah dari si Maharaja!”

“Oh, aku ..... aku.......”

“Engkau bagaimana!”

“Aku bukan!”

“Kalau menyangkal, kamu akan kugeledah!”

Page 232: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

232

“Apa yang akan engkau geledah?”

“Apakah engkau mempunyai tanda-tandanya! “

Jelas dilihatnya betapa cepat dan deras Gak Luimemutar pedangnya sehingga kawanan lalat beracun ituterdampar ke luar. Beberapa ekor lalat yang coba2berani menerobos lingkaran sinar pedang itu, tentuhancur seketika. Ilmu permainan pedang Gak Lui yangluar biasa itu sesungguhnya membuat nyali PengemisGanas pecah. Tetapi dasar seorang licik dan banyakakal. Cepat dia memperhatikan bahwa dalam serbuanlalat beracun yang begitu banyak, tak mungkin Gak Luiberani menghentikan putaran pedangnya. Makatertawalah ia menyeringai dan menantang: „Kalau maumenggeledah, silahkanlah..........”

Habis berkata ia melolos, kantong lalu dikebutkansekeras- kerasnya: Kedelapan pengemis rombongannyapun segera meniru. Beribu-ribu lalat hijau yang amatberacun, mendengung dengung diudara. Gak Luiterkejut, ia tertegun sehingga lingkaran pedangnyamenjadi kecil. Kesempatan itu tak disia-siakan PengemisGanas yang terus dengan cepat menyerang dengantongkat penggebuk anjing. Sedemikian hebatnya tongkatitu melanda pedang Gak Lui sehingga memberikesempatan pada berpuluh lalat itu menerobos lingkaransinar pedang.

Jago pedang yang memimpin rombongan partaiGelandangan itu sedang menggeletak di bawah kaki GakLui. Jika pemuda itu mengisar kaki, tentulah pemimpinpartai Gelandangan itu akan dibunuh musuhnya. Tetapijika tetap berdiri di situ, dirinyalah yang akan celaka.Dalam gugupnya, Gak Lui mainkan sepasang pedanglebih gencar sambil mengeluarkan pandangan matanyake sekeliling. Diperhatikan walaupun lalat hijau itu hanya

Page 233: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

233

jenis binatang serangga, tetapi ternyata telah dilatihdengan sempurna. Setiap ke 9 anak buah partaiPengemis itu bergerak, kawanan lalat itu tentumenyingkir. Oleh karena saat itu ke 9 pengemis sedangberjajar-jajar menjadi sebuah lingkaran, kawanan lalat ituterpaksa menyerbu ke tengah. Melihat keadaan lawan,timbullah seketika pikiran Gak Lui. Cepat ia menggantigaya permainan pedangnya. Dengan pedang Pelangi, lamelindungi tubuh, sedang pedang di tangan kanan tiba2ditaburkan, kearah salah seorang pengemis yang jauhdari tempatnya. Huak....., pengemis itu menjerit ngeri,tubuhnya terhuyung- huyung dan tongkatnyapun terlepasjatuh. Dadanya tertusuk pedang, tangan meronta-rontatetapi tak berani. mencabutnya. Ia kuatkan diri untukberdiri tegak tetapi sakitnya bukan alang kepalang.Dalam pada, itu diam2 Gak Lui kerahkan tenaga-dalam.Seketika pedang Pelangi memancarkan tenaga-sedot,menyedot kawanan lalat beracun lekat pada batangpedang. Kemudian ia arahkan telapak tangan kananuntuk menyedot pedang yang tercantum pada dadaorang tadi.

“Auh.....” pedang seperti ditarik ke luar dari dada danmelayang ketangan Gak Lui. Sedang orang itu menjeritngeri dan rubuh bermandi darah. Mendapat hasil,secepat kilat Gak Lui lancarkan tiga kali serangan. Tigasosok tubuh orang partai Pengemis, rubuh di tanah.Melihat ilmu permainan Gak Lui yang belum pernahdisaksikan. Pengemis Ganas pucat lesi. Segera iamemberi isyarat dengan tangan, dan dengan sisa kelimaanak buahnya terus melarikan diri kedalam hutan. Kuatirkalau kawanan lalat itu akan mengamuk anak buah partaiGelandangan, Gak Lui terpaksa tak mengejar melainkanmenghabiskan sisa kawanan lalat. Setelah itu baru iamemeriksa luka yang diderita anak buah partai

Page 234: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

234

Gelandangan itu. Luka mereka berwarna biru gelap. Darilubang luka mengalir darah, merah gelap. Pemimpinpartai Gelandangan mukanya bengkak besar dan takdapat berkutik lagi. Sedang lain2-nya pun payah sekalikeadaannya.

Gak Lui teringat, kemungkinan Siu-mey tentu dapatmengobati luka mereka. Ia memandang ke sekellingpenjuru tetapi tak melihat bayangan nona itu. Akhirnya laberteriak memanggilnya:

“Adik Mey .... !”

“Ya...,....ya, ...aku datang....... tiba2 dari gerumbulhutau bambu, muncullah Siu-mey, berlari-larianmenghampiri. Ketika melihat korban2 yang berada ditanah lapang, ia berseru kaget: „Engkoh Lui, partaiGelandangan kalah”

“Partai Gelandangan tidak kalah!” sahut Gak Lui,„nyatanya Pengemis Ganas itu curang danmengeluarkan lalat beracun. Orang2 Partai Gelandanganitu hanya pingsan. Apakah engkau dapat menolongmereka?”

Gadis ular itu segera memeriksa lalat2 yang mati ditanah. Lalu ia memeriksa luka korban2 itu. Beberapasaat kemudian ia menghelanapas: „Ah..., aku tak tahuracun apakah yang menyerang korban2 ini...”

“Engkau tak tahu?”

“Memang sukar untuk menentukan. Karenakemungkinan lalat itu diberi makan beberapa macamracun yang istimewa. Racun. itu harus melaluipencernaan lalat baru dapat mengeluarkan dayakhasiatnya. Sedang lalat itu sendiri tak sampai mati. Akutak dapat cepat2 menentukan jenis racun itu, kecuali .....

Page 235: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

235

“Kecuali bagaimana?”

“Kecuali harus mengadakan percobaan beberapawaktu!”

“Tetapi sampai pada waktu engkau menemukan jenisracun itu, mereka tentu sudah mati ...!”

Siu-mey hanya geleng2 kepala tak menyahut.Setelah memandang lagi ke arah korban2 itu, Gak Luisegera berseru memanggil kepada Tio Cwan. Takberapa lama terdengar suitan riuh dari empat penjurudan belasan orang yang dipimpin Tio Cwan segeraberlari-larian mendatangi. Gak Lui memberi keterangankepada mereka. Tio Cwan menghaturkan terima kasihlalu menghampiri pimpinannya. Ia sibuk menolongnyadengan memberi minum pil. Beberapa saat kemudian,Tio Cwan dan anak buahnya segera hendak mengangkutmereka.

“Hendak engkau bawa kemana?” tegur Siu-mey.

Ke markas Tin-ciu!”

“Berapa lama perjalanannya?”

“Kira2 tiga hari.”

“Kurasa tak sempat lagi, tentu terlambat!”

“Maksud nona .....”

“Jika obat yang kalian berikan itu benar2 manjur, lukamereka tentu agak baik. Tetapi jelas warna kulit merekamasih tetap merah gelap dan darahnya masih bergolakkeras. Tentu hanya dapat hidup 3 hari saja!”

Tio Cwan tersadar. Ia menghela napas: „Obat ituadalah obat Pemunah racun buatan, partai kami. Jika tak

Page 236: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

236

dapat menyembuhkan, terpaksa harus ke tempatmanapun, kita jalani ....” habis berkata anak murid partaiGelandangan itu terkulai duduk di tanah. Beberapaairmata menitik turun dari pelupuknya.....

Mendengar ucapan yang penuh keputus asaan dariTio Cwan itu, Gak Lui maju dua langkah, seru-nya: „Akumempunyai sebuah daya, tetapi entah…”

“Silahkan siau-hiap mengatakan! “ cepat2 Tio Cwanmenyanggupi.

“Tadi ketika bertempur dengan PengemisCelandangan, kuperhatikan setiap kali merekamenerjang, kawanan lalat beracun itu tentu menyingkir.Tentulah binatang2 itu takut akan bau yang berlumurpada tubuh pengemis itu. Tentu dilumuni dengan obat......”

“Benar....!” tiba2 Siu-mey berseru, „mereka tentumempunyai obat penawarnya. Engkoh Lui, lekaslahengkau periksa tubuh mayat mereka!”

Gak Lui segera menghampiri tiga mayat pengemis.Setelah menggeledah dengan teliti, ia berhasil mendapatdua botol obat bubuk pada setiap kantong mereka.

IA SERAHKAN botol itu kepada Siu mey. Setelahmembauinya, nona itu menerangkan: „Botol yang inimemang berisi dengan bau secerti tubuh mereka. Tetapiyang botol ini tidak sama. Mungkin obat untuk makananlalat itu. Yang ke-satu itu tentulah obat penawar. Tetapiaku belum yakin benar. Lebih baik kalian sendiri yangmemutuskan.”

Setelah menimang beberapa saat, berkatalah TioCwan : „Dalam hal ini, akulah yang bertanggungjawabsepenuhnya. Silahkan nona mengobatinya. Selain itu ....

Page 237: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

237

memang sudah tiada harapan lagi !”

Siu-mey pun tak mau bersangsi lagi. Ia segerameminumkan obat itu kepada anak buah partaiGelandangan. Dengan penuh ketegangan sekalian orangmenunggu perkembangannya. Beberapa saat kemudian,luka mereka malah membengkak besar dan berwarnahijau gelap seperti warna lalat itu. Dari lubang lukapundarah makin memancur deras. Sudah tentu Tio Cwandan kawan-kawannya makin gelisah sekali. Bahkan GakLui sendiripun. Juga tak tahan lagi dan berteriak: „Celaka...!”

Tetapi Siu-mey tenang2 saja menerangkan : „Harapjangan gelisah! Setelah darah kotor itu mengalir habis,tentu darah bersih yang mancur. Dan saat itu lukamereka sembuh. Silahkan saudara2 tunggu saja”.

Dengan mata tak berkedip, sekalian anakbuah partaiGelandangan itupun mengawasi perkembangannyadengan lekat.

“Darah segar...! Darah segar....!” tiba2 Tio Cwanberteriak girang. Dan beberapa saat kemudian, lukamerekapun mulai susut dan mulut mulai mengerang.Atas permintaan Siu-mey, Gak Lui segera menguruttubuh mereka. Begitupun Tio Cwan juga segeramenolong kawan- kawannya yang terluka. Pada saatmembuka mata, pemimpin partai. Gelandangan ituterkesiap melihat topeng muka Gak Lui dan makin timbulcuriganya ketika melihat punggung pemuda itumenyanggul pedang pusaka Pelangi.

Gak Lui juga heran melihat sikap orang itu. Tetapibelum sempat ia, membuka mulut, Tio Cwan sudahmenghampiri pemimpinnya dan kemudian meberi salam.Kemudian ia menuturkan tentang pertolongan yang

Page 238: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

238

dilakukan Gak Lui kepada pemimpin dan anakbuahpartai Gelandangan.

Sambil berbangkit, pemimpin partai Gelandangan itusegera menghaturkan terima kasih kepada Gak Lui.Setelah menerangkan tentang Pengemis Ganas yangmelarikan diri, Gak Lui menanyakan nama jago pedangitu”

“Aku Raja sungai Cek-kiang Gan Ka-lin.”

„Oh..., kalau begitu pemimpin partai itu......”

„Adikku Raja sungai Tiang-kang Gan Ka- ik!” Entahapa sebabnya dalam pertempuran dengan partaiPengemis ini, Gan pangcu tak mau datang sendiri?”

“Adikku karena mendengar berita bahwa KaisarPersilatan Li Liong-ci muncul di daerah Tionggoan makaia pergi mencarinya. Tak terduga selagi adikku pergi itu,Partai Pengemis telah menggunakan kesempatan untukmenantang pertempuran ini.”

“Jika dia ada?”

“Pengemis Ganas dan gerombolannya itu tentu takberani menantang!”

“Kalau begitu, ketua partai paman itu jauh lebih hebatdari paman sendiri? “

Merah wajah Raja-sungai-Cek-kiang, sahutnya: „Diapernah ikut belajar ilmusilat dan pedang pada KaisarPersilatan. Dibanding dengan kepandaianku .... hh, jauhlebih kuat!”

“Oh ...,” Gak Lui mendengus heran. Diam2 la inginberkenalan dengan ketua Partai Gelandangan yangsemula diduganya orang tua itu tetapi ternyata adiknya.

“Siau-hiap, maaf sebelumnya. Ada sebuah hal yang

Page 239: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

239

tak dapat kusembunyikan kepadamu ...”

“Soal apa? “ Gak Lui heran.

“Partai kami mempunyai hubungan rapat dedganpartai Heng- san-pay. Mereka memberitahu bahwa siau-hiap pernah memapas kutung pedang seorang muridnyadan melukainya. Dan lagi .... “

“Mengatakan kalau diriku ini seorang anggautagerombolan Topeng Besi yang menjadi kaki tanganMaharaja Persilatan, bukan?”

“Siau-hiap menerka tepat, “ kata Gan Ka-lin, „untuksoal itulah maka Heng-san-pay telah mengirim beberapaanakmuridnya yang tangguh untuk mencarimu! “

“Kudengar keterangan Se Bun Sianseng. Bahwasetiap partai persilatan telah menerima surat darimasing2 murid yang telah lenyap jejaknya itu. Minta agarketua partai persilatan yang sekarang ini mengundurkandiri. Diantara partai yang menerima surat semacam itu,termasuk Heng-san-pay juga. Nah, mengapa mereka takmengurus soal itu dulu tetapi malah mengurus soal lainyang lebih tak penting?”

“Hal itu disebabkan karena gerak gerik Maharaja itusukar diketahui jejaknya. Sampai sekarang tiada sebuahpartai persilatan yang berhasil menyelidikinya. Olehkarena itu mereka memutuskan untuk menjadikan siau-hiap sebagai kunci petunjuk penyelidikan itu! “ ' ..

Gak Lui menghela napas, ujarnya:. „Menilikgelagatnya, partai2 persilatan itu masih memberatkansoal gengsi saja. Dalam soal menyelidiki jejak Maharjja,terpaksa aku harus berusaha sendiri ...”

“Apakah siau-hiap juga mempunyai dendampermusuhan kepadanya?”

Page 240: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

240

“Dendam itu sedalam lautan. Aku tak mau hidup,bersama dia di bawah sinar matahari!”

“Kalau begitu kenyataannya, segera akan kukirimberita itu kepada Heng-san-pay. Tetapi apabila ditengah2 jalan siau-hiap berjumpa dengan tokoh2persilatan, atau mungkin dengan ketua partai kami, harapsiau-hiap suka bersabar dan mengalah sedikit. Agarjangan menimbulkan salah faham yang lebih dalam.”

Page 241: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

241

“Aku bukan orang yang tak kenal aturan. Harap Gantianglo jangan kuatir. Kurasa kalian perlu beristirahatmaka akupun hendak minta diri.”

Tetapi Gan Ka-lin cepat maju memberi hormat „Budipertolongan -siau-hiap kepada kami, menyesal kami takdapat membalas. Tetapi apabila siau-hiap memerlukan

Page 242: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

242

bantuan tenaga, aku tentu siap sedia !”

Mendadak timbullah suatu pikiran dalam benak GakLui, tanyanya : „Aku masih mohon sedikit soal.”

“Silahkan...!”

“Kurasa Gan tianglo luas pengetahuan dan banyakpengalaman dalam dunia persilatan. Apakah Gan tianglotahu siapakah ahli pembuat pedang yang ternama?”

Mata Gan Ka-lin beralih memandang pedang Pelangiyang di.bawa Gak Lui. Tanyanya: „Apa siau-hiap hendakmerobah bentuk pedang pendek siau-hiap ?”

“Benar,” sahut Gak Lui, „tetapi agaknya Gan tianglotahu pedangku, ini !” Dengan wajah berseri berserulahGan Ka-lin.: „Memang aku kenal sekali akan pedangsiau-hiap. itu !”

“Oh ... , “ Gak Lui mendesis.

“Pedang itu adalah pusaka milik Bu-tong-pay.Empatpuluh tahun yang silam. Empat Ksatrya dari EmpatDurjana telah bertempur di Lembah Jiwa-tenteram untukmemperebutkan buah Ban-lian- leng-ci. Pedang itu telahdipatahkan oleh ke Empat Ksatrya itu. Kemudian jatuh ditangan Kaisar-persilatan Li Liong-ci dan terjadi pulapersekutuan Bu tong-pay dengan tujuh partai persilatanbesar. Hal itu sangat menggemparkan dunia persilatan.Oleh karena partai kami mempunyai hubungan eratdengan Kaisar persilatan Li Liong-ci, maka akupun dapatmengenali pedang itu. Hanya....”

“Mengapa ?”

“Kaisar mengembalikan pedang itu kepada Bu-tong-pay. Sejak saat itu timbullah sebuah kepercayaan.”

“Kepercayaan apa?”

Page 243: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

243

“Bahwa sekali pedang itu muncul, dunia persilatantentu akan timbul pembunuhan berdarah !”

“Oh...,” Gak Lui mendesah, lalu berkata dengan nadaserius:

“Pedang itu diserahkan kepada-ku karena Ceng Kitotiang minta tolong aku. Dengan pesan bahwa pedangini hanya boleh digunakan untuk membunuh orang jahatsaja. Tak nanti membunuh orang yang tak berdosa.”

Raja-sungai-Ce-kiang mengangguk: „Kudoakanengkau akan dapat mengikuti jejak Kaisar Persilatan,mencapai tataran ilmusilat yang tinggi dan membasmikaum jahat! “

Gak Lui menghaturkan terima kasih lalu mendesaksupaya orang tua itu segera memberitahukan nama dariahli pembuat pedang yang ternama itu. Setelahmerenung beberapa jenak, berkatalah Raja-sungai-Ce-kiang Gan Ka-lin: „Yang kuketahui hanyalah seorang BokKiam-su. Seorang ahli pembuat pedang yang bolehdikata tiada bandingannya di dunia persilatan... Tetapientah bagaimana sejak 18 tahun yang lalu, dia sengaja.menjadi orang bisu tuli, tak mau membuat pedang lagi!”

“Kalau begitu berarti tiada harapan? “ kata Gak Lui.

Tetapi sesaat kemudian ia menimang-nimang:„Mengapa orang she Bok itu pura2 menjadi orang bisutuli? Dan mengapa justeru 18 tahun lamanya? Adakahdia mempunyai hubungan dengan persoalan balasdendam yang hendak kulakukan ini?

Maka bertanyalah ia kepada Raja-sungai Gan Ka-lin:„Apakah sebabnya ia pura2 menjadi orang bisu tuli?”

“Hmmm....., entah apa sebabnya. Tetapi jika engkaubenar2 hendak mencarinya, aku mempunyai cara...!”

Page 244: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

244

Setelah Gak Lui menyatakan bahwa ia tetap akanmencari ahli pembuat pedang itu maka Gan Ka-linsegera memberitahukan caranya: „Pertama kali,beritahukan kepadanya bahwa akulah yangmengenalkan padamu. Jika dia tetap tak mengacuhkan,panggil saja namanya Bok Tiat-san. Namanya yang aseliitu hanya kami berdua saudara yang tahu. Dan nama itumerupakan suatu tanda rahasia (kode) Tak mungkin diatak menghiraukan lagi.”

“Kalau dia tetap menolak”“ .

“Kukira tidak” jawab Gan Kan-lin, „karena didunia initerdapat dua orang yang benar2 mencintai pedang. Yangseorang adalah si pemakai. Dan yang seorang sipembuat pedang. Apalagi pedang Pelangi yang engkaubawa itu, memang sebuah pusaka dunia persilatan”

Gak Lui menghaturkan terima kasih dan setelahmenanyakan letak tempat orang she Bok itu, ia segeraajak Siu-mey lanjutkan perjalanan. Sejak mempelajariilmu meringankan tubuh Angin-meniup-seribu- li, lari GakLui makin pesat sekali. Menurut tingkat dunia persilatandia sudah melebihi seorang jago kelas satu. Untunglahkarena Siu-mey memiliki ilmu tenaga-dalam yang luarbiasa, maka iapun dapat mengikuti kekasihnya. Apabilapada saat Gak Lui lupa dan secara tak sadarmempercepat larinya, Siu-mey tetap dapat membauijejaknya dan menyusul. Demikianlah selama dalamperjalanan mereka tak menemui suatu halangan danbeberapa hari kemudian tibalah mereka ketempat yangdituju. Diatas gunung itu hanya terdapat sebuah rumahkayu. Dihalaman rumah itu terdapat sebuah perapianbesi dan penempaan serta beberapa alat untuk membuatpedang. Tetapi benda serta alat2 itu sudah tertutup debudan berkarat. Menandakan kalau sudah beberapa tahun

Page 245: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

245

tak digunakan. Saat itu orang tua yang rambut danjenggotnya sudah putih, sedang duduk , diserambi sambilmemandang kearah awan yang ber-arak di langit.Rupanya dia tak tahu akan kedatangan Gak Lui bersamaSiu-mey.

“Mohon tanya, adakah paman ini yang bernama BokKiam-su?” tegur Gak Lui. Orang tua itu diam saja.

“Hm, pura2 menjadi orang bisu tuli, tentu benar dia,”pikir Gak Lui. la segera memberi hormat: „Aku Gak Lui,atas perantara Raja- sungai Ce-kiang sengajamenghadap Bok Tiat-san ciapwe kemari .....”

Sengaja Gak Lui menekan kata Tiat-san dengannada keras dan nyaring. Orang itu cepat berpaling mukadan menjawab dingin: „Kalau pulang, tolong sampaikansalamku kepada kedua saudara Gan itu Tentang urusanpedang, harap jangan dibicarakanl”

DIAM-DIAM GAK LUI GELI. Segera ia melolospedang Pelangi. Ditimpah oleh sinar matahari, pedangyang hanya dua inci panjangnya itu, memancarkan sinarhijau bening. Lebih jernih dari air telaga. Mata Bok Kiam-su berkilat tak berkedip memandang pedang itu. Tetapiwajahnya tetap mengerut dingin. Baik Gak Lui maupunorang she Bok itu sama2 diam tak bicara. Merekamenunggu dan menunggu. Bocah apa yang ditunggu...... Setengah jam kemudian, Siu-mey tak sabar lagi.Hidungnya mulai mengembang kempis. Tetapi Bok Kiam-su tetap mematung. Rambutnya ber-derai2 tertiup angin.Matanya sebentar memejam dan merentang sambilmenggigit gigi kencang2. Gak Lui kicepkan ekor matalalu menggandeng tangan Siu-mey terus diajak pergi.

“Engkau menang!” tiba2 Bok Kiam-su menjerittegang. Gak Lui dan Siu-mey berhenti dan berpaling.

Page 246: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

246

Wajah kedua anakmuda itu berseru tawa. Jenggot putihdari Bok Kiam-su menjungkat naik dan mukanyamenenggadah ke langit seraya tertawa nyaring: „Silahkankalian berdua duduk di dalam pondokku. Tadi aku kurangmenghormat kedatangan kalian.”

Gak Luipun mengucapkan kata2 merendah dan mintamaaf karena mengganggu orangtua itu. Ketika duduk didalam ruangan, ternyata perbot rumah amat sederhanasekali. Sunyi senyap tiada lain penghuninya lagi. Sebagaiseorang anak perempuan, Siu-mey berseru heran:

“Paman, engkau sudah begini tua masakan hanyahidup seorang diri?”

Dengan hati bersyukur, Bok Kiam-su gelengkankepala: „Disinilah tempatku dahulu menempa pedang.Anak-anakku tinggal di desa. Aku hanya mempunyai duaorang murid. Tetapi merekapun tak tinggal di sini.”

“Di mana?”

“Kedua muridku itu berganti haluan menjadi pemburu.Tinggal tak jauh dari sini. Setiap hari mereka yangmengantar makanan untukku!”

Mendengar penuturan tuan rumah dan carahidupnya, yang tak mau campur gaul dengan orang itu,Gak Lui tergerak hatinya hendak bertanya. Tetapi belumia membuka mulut, tuan rumah sudah mendahului bicaralagi.

“Bolehkah kupinjam sebentar pedang Pelangisaudara itu?” kata tuanrumah.

“Adalah untuk pedang ini maka aku sengajaberkunjung ke mari untuk meminta petunjuk,” sambilberkata Gak Lui melolos pedang Pelangi dan dengankedua tangann ia serahkan kepada Bok Kiam-su.

Page 247: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

247

“Pedang bagus...! Sungguh bagus...!” 'tak henti2-nyaorangtua itu memuji seraya mengusap batang pedangPelangi. Tiba2 ia menghela napas: „Sayang pedang inikutung separoh”

„Apakah paman dapat membuatnya baru lagi ?”

“Aku?”

“Aku bersedia membayar dengan batu mustika yangmahal. Kalau perlu lain barang lagi, silahkanmengatakan.”

Bok Kiam-su menghela-napas dalam, ujarnya:„Seumur hidupku kuabdikan diri pada ilmu pembuatanpedang. Pedang pusaka yang tiada keduanya di duniaitu, jangankan aku disuruh membuat, sedang untukmelihat saja, darahku sudah bergolak keras, hatikuseperti dikili-kili

“Kalau begitu paman meluluskan?”

“Sayang aku tak dapat meluluskan!”

“Mengapa?”

“Hal ini .....lebih baik aka .•: : *alc hilang.”

Teringat Gak_ Lui akan kelakuan aneh dari orangtuayang telah menyembunyikan diri dan bertapa membisuselama 18 tahun. Diam2 timbullah kecurigaannya. Tetapidemi melihat wajah tuanrumah yang rawan dan rambutserta jenggotnya yang sudah putih semua itu, Gak Lui takenak untuk mendesak. Tiba2 Siu-mey mengambilsegenggam permata, diletakkan di hadapan orangtua itu:„Paman, sedikit pemberian yang tak berarti ini harappaman terima, Kami memerlukan pedang itu untukmelakukan balas dendam. Kecuali paman rasanya padalain orang yang mampu.

Page 248: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

248

“Nona mempunyai dendam apa?”

“Ayahku telah hilang pada l8 tahun yang lalu. Danibuku karena sakit memikirkannya, pun meninggal.Sekarang aku ikut pada engkoh Lui mencari ayah .... akuminta dia melindungi diriku dan dia memerlukan pedang...:”

“Bagaimana dengan saudara sendiri?” tanya BokKiam-su kepada Gak Lui.

“Akupun juga mempunyai dendam sedalam lautan.Dihitung- hitung sampai hari ini, peristiwa itupun sudahberlangsung 18 tahun lamanya!”

“Oh...!” Bok Kiam-su tendesuh. Sepasang alisnyamengerut tegang.

“Jarak waktu itu kebetulan sekali sama dengantindakan paman menghentikan pekerjaan membuatpedang itu !” kata Gak Lui pula.

“Kalau..... begitu silahkan saudara mengatakan asal-usul perguruan mu!”

“Aku sudah mengucap ikrar maka tak dapatmengatakan hal itu.

“Kalau begitu, maka akupun tak dapat membantu !”kata tuan rumah.

“Ah..., mengapa paman........ “ baru Siu-may berkatabegitu, orangtua itu sudah menukasnya: „Aku sudahmengucapkan sumpah dan sebagai jaminan adalah jiwakeluargaku. Untuk selama-lamanya aku takkan membuatpedang lagi !”

“Jiwa seluruh keluarga ?”

“Ya...!”

Page 249: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

249

“Kepada siapakah paman mengucapkan sumpah itu? Mengapa begitu berat ?” Tampak Bok Kiam-su meragu.

“Adik Mey, karena paman Bok mempunyai keberatan,janganlah engkau kelewat mendesaknya,” buru2 Gak Luimencegah Siu- mey.

“Gak siau-hiap,” kata Bok Kiam-su, „tadi engkaumengatakan bahwa waktu 18 tahun itu ternyata suatu,waktu yang kebetulan sekali. Apakah maksudmu ?Apakah dalam dunia persilatan telah terjadi sesuatu ?”

“Apakah paman tak mendengar tentang sepakterjang seorang tokoh persilatan yang menamakandirinya sebagai Maharaja dan berusaha hendakmenghancurkan kaum Ceng-pay ?”

“Sudah belasan tahun aku tak campur urusan dunialuar. Harap engkau suka menuturkan!”

Gak Lui segera menceritakan rencana sepak terjangMaharaja yang mengganas tokoh2 persilatan golonganCeng-pay : “Maharaja itu hendak berusaha menguasaidunia persilatan!”

Mendengar dunia persilatan sedang dilandamalapetaka banjir darah, gemetarlah tubuh, orang tua itu.

“Apakah engkau pernah melihat bagaimanaujud siMaharaja itu?” tanyanya.

“Dalam dunia ...persilatan tiada seorangpun yangpernah melihatnya!”

“Apakah tak punya ciri2 pengenal?”

Dalam pengertian Gak Lui yang disebut Maharaja itutentulah si Hidung Gerumpung. Maka menyahutlah ia:„Kurasa dia mempunyai dua buah ciri”

“Bagaimana?” Bok Kiam-su mendesak tegang.

Page 250: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

250

“Pertama, hidungnya...... hilang terpapas pedang!”

“Hmm.....” mata Bok Kiam-su berkicup-kicup sepertimenggali ingatan akan seseorang.

“Kedua, pada pedangnya terdapat tanda Palang”

“Oh .....!” Bok Kiam-su berteriak kaget. Tubuhnyamenggigil keras: „Kiranya dia..... !”

“Siapa?” Bok Kiam-su menarik napas beberapa kali,mengertak gigi berkata : „Mengapa panjang ceritanya.Tetapi pokoknya, karena hal itulah maka aku sampai takmembuat pedang dan bertapa bisu! !”

“Dapatkah paman menceritakan dengan jelas?”

“Delapan belas tahun yang lalu, datanglah kepadakuseorang lelaki berkerudung muka. Dengan upah 10 tailmas, ia minta padaku supaya membikin betulpedangnya!”

“Bukankah pedangnya terdapat tanda Palang?” tukasGak Lui.

“Benar! Menurut pengetahuanku, tanda itumerupakan bekas cacad karena digurat oleh ujungpedang seorang tokoh sakti !”

“Apakah paman menanyai namanya?”

“Tidak”

“Wajahnya ?”

“Tak kelihatan jelas. Tetapi berani kupastikan dia takmempunyai hidung!”

“Bagaimana dapat memastikan?”

“Seorang yang tak berhidung, jika bicara tentusumbang suaranya. Tetapi dia tak begitu maka

Page 251: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

251

kupastikan tentu tak cacad hidungnya !”

“Lalu mengapa paman mengangkat sumpah diatasjaminan seluruh keluarga paman ?”

“Setelah kubikin betul pedangnya, tiba-tiba kulihatwajah orang itu memancar sinar pembunuhan. Jelas diamengandung maksud untuk membunuhku agarrahasianya tertutup. Demi keselamatan keluargaku,terpaksa tanpa diminta aku segera mengikrarkan sumpahitu. “

“Apakah dia menerimanya?”

“Ah, mana begitu mudah”

“Lalu dengan cara bagaimana paman dapatmenghalaunya pergi?”

“Kuperingatkan kepadanya bahwa akulah satu2nyaahli pembuat pedang yang tiada tandingannya di duniapersilatan. Jika lain kali terjadi peristiwa semacam itu,bukankah dia tak dapat mencari aku lagi?”

Mendengar uraian itu, timbullah kecurigaan Gak Lui.Ahli pembuat pedang itu mengatakan bahwa tetamunyaberkerudung muka itu datang pada musim dingin. Tetapitempo hari ayah angkat Gak Lui yakni Pedang Anehtelah dicelakai orang sebelum musim dingin, Jika tetamuaneh itu benar yang mencelakai Pedang Aneh, tentulahdia seorang yang tak mempunyai hidung. Tetapi menurutketerangan Bok Kiam-su, orang itu masih utuhhidungnya. Ah, apakah pembunuh itu telah menyuruhlain orang untuk mendatangi Bok Kiam-su? TidakPembunuh itu seorang manusia julig yang banyak curiga.Tentu dia tak mau membocorkan rahasia dirinya kepadaorang lain. Demikian benak Gak Lui membayangkansegala kemungkinan pada diri musuh yang misterius itu.

Page 252: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

252

Tetapi analisanya, belum menemui jawaban. Melihatpemuda itu termenung diam, ahli pembuat pedang itusegera berdiri: „Gak siau-hiap, kini barulah aku menyesalatas tindakanku dahulu. Karena mengingat kepentinganperibadi maka aku sampai menutup peristiwa ini.Sekarang sekalipun harus mempertaruhkan jiwakeluargaku tetapi aku tetap akan membuat pedanguntukmu.”

“Tetapi aku tak jadi membuatkan!”

“Mengapa?”

“Aku tak mau mengorbankan keluarga paman!”

“Tetapi kuharapkan engkau dapat membasmikejahatan dan kedua kalinya engkau harus ingat. Kecualiaku, tiada lain orang yang mampu membuat pedang itu! “

Tetapi dengan tegas Gak Lui menolak: „Tak pedulipaman mengemukakan alasan apapun juga, tetapi akutetap tak mau membuatkan pada paman!”

Habis berkata tiba2 ia gunakan tenaga isap daripukulan sakti Algojo-dunia, menyedot kembali pedangPelangi ditangan Bok Kiam-su. Orangtua itu hendakmencekal kencang pedang Pelangi tetapi sudahterlambat. Pedang itu melayang ketangan Gak Lui lagi.

“Siau-hiap, mengapa engkau berkeras begitu ....“teriak Bok Kiam-su gugup.

“Putusanku sudah tetap, terima kasih atas kesediaanpaman!” sahut Gak Lui.

“Apakah engkau hendak melewatkan kesempatansatu-satunya ini?”

“Kurasa dalam dunia yang begini luas, tentu masihada lain orang yang dapat membuatkan pedang itu.

Page 253: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

253

Kalau tidak biarlah kesempatan ini hilang!”

Tergerak hati Bok Kiam-su atas keluhuran budipemuda itu. Setelah termenung sesaat, tiba-tiba iabertepuk tangan „Ada...! Ada....!”

“Ada apa?”

“Aku teringat akan seorang ahli lain!”

“Siapa?”

“Dia adalah tokoh persilatan ternama Pukulan saktiTek Thay!”

“Bagaimana keahliannya?”

“Tidak kalah dengan aku !”

“Dimana tempat tinggal Tek lo-cianpwe itu?”

“Kabarnya bersembunyi digunung Pek-wan-san.”

Baru tuan rumah mengucap begitu, tiba2 dari luarrumah terdengar derap kaki belasan orang mengepungrumah itu. Menyusul terdengar suara orang membentakmarah: „Gak Lui, hayo keluar!”

Gak Lui terkejut dan cepat melesat keluar. Dilihatnyaseorang paderi tua bertubuh gemuk tegak berdiri ditengah halaman. Di sampingnya terdapat dua orangpaderi pertengahan umur. Sedang di sekeliling rumahBok Kiam-su, telah dikepung ketat oleh belasan paderidengan senjata terhunus.

“GAK LUI maju tiga langkah, berseru nyaring:„Siapakah gelaran dari kuil-taysu? “

“Aku Hwat Hong ketua perguruan Heng-san-pay.......... ,”

“Oh..., kiranya Hwat Hong taysu, maaf.... aku berlaku

Page 254: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

254

kurang hormat” Gak Lui memberi hormat. Suatu hal yangmembuat paderi ketua Heng-san-pay itu terkesiap karenatak menduga hal itu.

“Mohon tanya, apakah keperluan taysu mencariaku?“ tanya Gak Lui pula.

“Engkau telah memapas kutung pedang dari Tio-lam-san, seorang murid Heng san-pay dan dua kalimelukainya. Bukankah engkau hendak menantang Heng-san-pay?”

“Soal memapas pedang, untuk saat ini belum dapatkuterangkan alasannya. Sedang mengenai pertempurandalam paseban tempat arwah Heng-san, sama sekali takkuduga akan terjadi begitu. Sedikitpun aku takmengandung maksud memandang rendah Heng-san-pay!”

“Heh..., heh..., heh..., “. Hwat Hong taysu mengekehmarah. Sepasang matanya ber -kilat2 bengis, „sungguhtajam benar...mulutmu! Diam2 kalian berani mengirimsurat kaleng untuk memaksa Heng-san-pay supayamencopot ketuanya yang sekarang. Masakan masihberani-mengatakan tidak memandang rendah Heng-san-pay! “

“Taysu keliru ..... “

“Keliru? “

“Yang menyuruh taysu diganti itu adalah anak buahMaharaja Persilatan. Sama sekali tak ada hubungannyadengan diriku !”

“Tutup mulut! Jelas engkau ini anggauta gerombolanTopeng Besi, masakan masih berani menyangkal!”bentak Hwat Hong taysu.

Diam2 Gak Lui mengeluh „Celaka! Dia belum

Page 255: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

255

menerima surat si Raja-sungai-Ce-kiang. Aneh, mengapadia dapat mencari ke sini ?”

“Taysu,” katanya, „apakah engkau belum menerimasurat dari partai Gelandangan ?”

“Sudah tentu menerimanya. Kalau tidak masakankami dapat mengejar kemari !”

“Lalu mengapa taysu masih salah faham?”

Hwat Hong taysu melangkah maju dua tindak,katanya dengan bengis : „Surat Raja sungai Ce-kiang itumengatakan jelas bahwa engkau ini memang kaki tanganMaharaja!”

“Hai ...!” Gak Lui tergetar hatinya. Ia percaya Raja-sungai-Ce-kiang itu bukan manusia rendah. Tetapimengapa menulis surat semacam itu ? Gak Lui benar2tak mengerti ! Melihat sikap pemuda itu gelisah, HwatHong taysu berteriak :

“Gak Hui, Kak Hoan siaplah menerima perintah ........”

“Tunggu dulu !” cepat Gak Lui mencegah keduapaderi pertengahan umur yang hendak menyerangnya,„dalam soal itu terdapat tipu muslihatnya !”

“Yang menggunakan tipu muslihat adalah engkausendiri, budak hina!”

Gak Lui kerutkan dahi dan menyahut dingin: „Janganterburu mengeluarkan emosi, taysu ! Sebelum tanganberbicara, baiklah mulut dulu yang berbicara. Agarjanganlah sampai kawan menjadi lawan, lawanlah yangakan tertawa gembira !”

Hwat Hong taysu menghela napas dan merenungbeberapa jenak. Pada lain saat ia berkata: „Karena kamutak mau berkelahi, mungkin mempunyai alasan. Sebagai

Page 256: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

256

penganut Agama Buddha yang menjunjung budi asih,bukanlah menjadi tujuanku untuk membunuh “

“Ah...., taysu benar2 berpandangan dalam”

„Tetapi ada sebuah syarat!”

“Silahkan mengatakan.”

“Engkau harus ikut aku ke dalam kuil kami di Heng-san !”

“Keperluan ?”

“Tinggal dulu dalam kuil. Setelah Maharaja dangerombolannya terbasmi, barulah kami pertimbangkandirimu !”

Sudah sejak semula Gak Lui menekan perasaannya.Tetapi sewaktu mendengar omongan besar dari paderiitu, meluaplah darahnya.

“Syarat taysu itu terlalu kelewatan !”

“Engkau menolak ?” Hwat Hong menegas.

“Kenyataannya memang tak mungkin !”

“Ah, kiranya nyalimu kecil sehingga tak mau berkelahi!”

Gak Lui menghela napas pelahan, serunya : „Taysuterlalu berkelebihan mencurigai orang. Terpaksa akumenentang!”

“Oh...., Aku bukanlah manusia yang senangmenindas orang. Asal engkau mampu lolos dari ilmupedang Mi-to-kiam-hwat, urusan ini kuanggap selesai !”

Karena pembicaraan telah mencapai ketegangangan,suasanapun menjadi panas: Tiba2 telinga Gak Luiterngiang suara dari Siu-mey yang menggunakan ilmu

Page 257: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

257

Menyusup suara: „Engkoh Lui, paman Bok memintakalian cari tempat lain. Dan kalau bertempur cukup asalsudah kena tertutuk saja. Jangan sampai mengucurkandarah!”

Kuatir akan membuat kaget Bok Kiam-su dan Siu-mey dan menerima peringatan ahli pembuat pedang itusupaya jangan sampai melukai tokoh Heng san-pay,maka Gak Lui menatap Hwat Hong taysu. Karena ilmuMenyusup suara yang digunakan Siu-mey itu bukanseperti ilmu menyusup suara, yang biasa terdapat dalamkalangan persilatan, maka Hwat Hong taysupun dapatmenangkap pembicaraan Siu-mey tadi.

Memandang ke sekeliling penjuru, paderi itumenunjuk ke arah barat: „Baik, mari kita ke lembahgunung itu!”

Setelah pasang kuda2, Gak Lui terus gunakan ilmuMeringankan tubuh, melesat ke lembah sebelah barat.Melihat gerakan pemuda itu, diam2 terkejutlah HwatHong taysu. Rencananya untuk menyuruh beberapaanak buahnya turun tangan, dihapus seketika. Kemudiania mengajak rombongannnya untuk menyusul Gak Lui.Gak Lui memilih sebuah tempat yang datar danmenunggu dengan siap siaga. Tak lama Hwat Hongtaysupun datang. Dengan pedang terhunus, ia berseru:„Engkau yang menyerang dulu!”

“Lebih baik taysu dulu, silahkan!” sahut Gak Lui.

“Heh..., heh..., aku mengerti engkau memangmempunyai ilmu permainan yang luar biasa. Keluarkansaja seadanya! “ seru Hwat Hong.

Gak Lui pelahan-lahan mulai merabah tangkaipedangnya. Belasan jago2 Heng-san-pay mengawasigerak gerik pemuda itu dengan penuh perhatian.

Page 258: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

258

Suasanapun hening2 tenang. Kecuali deru anginpegunungan, sekalipun ada sebatang jarum jatuh, tentuakan kedengaran.

“Tring .... !” Bagaikan kilat menyambar, pedang HwatHong taysu segera menabur Gak Lui. Melihat seranganyang begitu dahsyat serta cepat, diam2 Gak Lui terkesiapjuga. Saat itu baru ia membuktikan bahwa ilmu pedangMi-to-Kiam-hwat memang benar2 luar biasa. Gak Lui takberani berayal. Cepat ia mencabut pedang danmenangkis. Terdengar dering yang tajam. Secepatpedang saling menyurut kebelakang, terus majuberhantam pula.

Hwat Hong taysu terkejut karena merasa kecele ataspenilaiannya terhadap kepandaian Gak Lui. Makatimbullah tekadnya untuk mengadu jiwa dengan pemudaitu. Begitulah keduanya segera saling kerahkan tenagadalam. Hwat Hong taysu dengan ilmu pedang Mi-to-kiammelancarkan serangan yang kedua kalinya, menusukdada Gak Lui. Serangan paderi itu didasari dengantenagadalam yang kuat dan merupakan ilmupedangyang telah diyakinkan dengan susah payah selama ber-tahun2.

Sambaran pedang yang berhawa dingin itu dapatmenembus dada Gak Lui. Tetapi kebalikannya Gak Luimalah gembira. Ia mengharap lawan segera merapatmaju agar ia dapat melancarkan pukulan Algojo Duniajurus Memetik-bintang- menjolok-bulan untuk memukuljatuh pedang paderi itu.

Seketika itu Hwat Hong rasakan pedangnya sepertimelekat pada pedang lawan, sukar ditarik kembali.Tanpa banyak pikir lagi, ketua Hengsan-pay itu segeragerakkan tangan kiri menghantam dengan pukulan Hi-mi-kang. Sebuah ilmu pukulan tenaga dalam aliran kuil. Gak

Page 259: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

259

Luipun mengalami kesukaran. Ia rasakan tangan orangseberat besi sehingga pedangnya sukar dibawa berputar.Bahkan paderi itu masih mampu mendesakkanpedangnya maju. Suatu tenaga sakti yang belum dialamiGak Lui selama menghadapi ber-puluh2 lawan. Dan yanglebih hebat lagi, ketua Heng-san-pay itu masih mampumelancarkan pukulan tangan kiri kearah dadanya.

Terdengar letupan kecil ketika kedua tangan merekaberadu. Pukulan maut Hwat Hong taysu dapat ditahandengan ilmu tenaga-dalam penyedot oleh Gak Lui.Ternyata kekuatannya berimbang. Hwat Hong taysumakin kalap. Dengan menggerung keras laksana seekorsinga, ia menyerang dengan segenap tenaganya.Pedang dan tinju dilancarkan sederas hujan mencurah.

Gak Lui yang sudah dipesan Bok Kiam-su, tak maubertempur mati2-an. Dengan tenang ia mewgganti ilmupedangnya dengan jurus Cenderawasih-merentang-sayap. Lingkaran sinar pedangnya mengembang sampaisetombak luasnya. Sepintas pandang memang miripdengan burung Cendrawasih yang sedang merentangsayap .......

Sesaat pecahlah suatu pertempuran dahsyat yangbermutu tinggi. Debu berhamburan, daun2 bergugurankarena dihambur deru angin kedua lawan, yang sedangbertempur sengit itu. Cepat sekali dibawah sorot matarombongan murid Heng-sam-pay yang tercengang-cengang cepat sekali pertempuran itu sudah mencapai100 jurus. Saat itu keduanya mulai lambat gerakannya.Wajah Hwat Hong merah padam, kepala mandi keringat,Sedang Gak Luipun berkembang kempis dadanya.Lingkaran pedangnyapun makin menyurut sempit. Tetapikedua-duanya mempunyai kesulitan untuk menarik diri.Hwat Hong taysu menjaga gengsinya sebagai seorang

Page 260: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

260

ketua Heng-san-pay. Disaksikan oleh anakmuridnya, iamalu kalau sampai kalah dengan seorang anak mudasaja. Gak Lui memikirkan keselamatan Siu-mey dan BokKiamsu, terpaksa ia harus melayani serangan lawan.Akhirnya pertempuran itu menjurus ke suatupertempuran mengadu jiwa. Salah satu tentu akan matiatau paling tidak tentu terluka berat.

Dalam suatu kesempatan setelah dapat meng emposnapas untuk mengerahkan tenaga-dalam, Hwat Hongtaysu segera lancarkan serangan pedang dan pukulan.Serangan itu merupakan pengerahan tenaga-dalamnyayang terakhir. Melihat itu Gak Luipun terpaksa menangkisdengan sekuat kemampuannya. Bum ... letupan danerang tertahan segera terdengar, disusul dengan duasosok tubuh yang terhuyung-huyung mundur. Huak ...,Hwat Hong taysu muntah darah

Karena dia cepat gunakan cara pinjam tenaga untmengembalikan tenaga, lukanyapun agak ringan. Tetapitak urung, darahnya meluap, mata kunang-kunang.Ketua Heng-san-pay itu menggertak gigi. Bulat sudahtekadnya untuk mengadu jiwa dengan anak muda itu.Kakinyapun mulai bergerak maju. Pun saat itu Gak Luibenar2 naik darah.

Sepasang matanya memancar sinar dendam. Ia lupaakan pesan Bok kiam-su tadi. Yang ada dihadapannyahanya seorang musuh yang harus dihancurkan. Padasaat kedua fihak sedang dirasuk setan hendakmelampiaskan kemarahannya, sekonyong-konyong dariarah puncak terdengar seruan meraung nyaring :„Berhenti !”

Setitik benda hitam meluncur dari arah puncaksebelah barat cepat sekali benda itu meluncur turunkearah tempat pertempuran. Gak Lui terkejut ketika

Page 261: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

261

mengetahui bahwa benda hitam merupakan sesosoktubuh manusia. Hampir ia tak percaya bahwa orang itumelayang turun dari puncak ketinggian 300-an tombak.Orang itu pasti hancur tulangnya. Gak Lui tertegun......

Tetapi Hwat Hong taysu tak ambil peduli. Ia tetaphendak tumpahkan kemarahannya kepada Gak Lui.Sambil kepalkan tangan ia maju dua langkah.

CEPAT sekali sosok tubuh itu telah meluncur turun.Kira2 masih kurang 20-an tombak dari tanah, tiba2 orangitu mengembangkan sesosok payung sehingga luncurtubuhnya tertahan, Tak berapa lama iapun melayangtepat di tengah kedua prang yang sedang bertempur. , ..

“Se-Bun sianseng !” teriak Gak Lui ketika inelihatsiapa pendatang itu. Memang pendatang itu bukan lainadalah Se Bun Giok, tokoh sakti dari gunung Kunlun.Tangannya mencekal sesosok payung besi. Dengan alatitulah tadi ia meluncur turun dari puncak yang tinggi. Dansaat itu ia putar payung besinya untuk menghentikanpertempuran. Terpaksa Hwat Hong taysu menarik pulangtinjunya, serunya: „Se-Bun, mengapa ..... engkaumembantu ..... sampah dunia persilatan ini ..... “

Se Bun Giok hentikan gerakan payung lalu memberisalam: „ Uh, jarang sekali engkau marah begitu rupa,paderi”

“Lebik baik engkau menyingkirlah”

“Uh....., tak perlu berkelahi, engkau salah faham”

“Salah faham?” Hwat Hong taysu terkesiap.

“Engkau termakan tipu dari Maharaja yangmenggunakan siasat pinjam golok membunuh orang agarsekali tepuk dua lalat!”

“Hai .... !” baik Hwat Hong taysu maupun Gak Lui

Page 262: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

262

berteriak seraya mundur selangkah.

Se Bun Giok tertawa nyaring: „Simpan dulu pedangkalian. Sambil beristirahat sambil dengarkanpenjelasanku!”

Gak Lui cepat masukkan pedangnya ke dalamsarung. Tetapi Hwat Hong walaupun juga menyarungkanpedang tapi masih penasaran, serunya : “Se Bun, kalaupenjelasanmu itu beralasan, ya sudah. Tetapi kalau tidak,aku tentu masih ....”

“Peristiwa itu sungguh tak kusangka. Karenakebetulan aku menemukan mayat orang partaiGelandangan yang disuruh mengantar surat kepadamu,paderi. Dengan, begitu barulah kuketahui siasat mereka!”

“Pengantar surat itu mati?” Hwat Hong terkejut.

“Paderi, engkau telah ditipu orang! Pengantar suratdari partai Gelandangan yang sebenarnva, telah dibunuhorang. Dan yang mengantar surat kepadamu itu adalahanakbuah Maharaja yang menyaru “

“Kalau begitu surat yang kuterima itu juga suratpalsu? “ Hwat Hong menegas.

“Benar” sahut Se Bun Giok, „kebetulan aku telahberjumpa dengan Raja-sungai-Ce-kiang yangmengatakan bahwa Gak Lui telah menolong merekadalam pertempuran dengan orang Kay- pang. Dan kinipemuda itu hendak mengunjungi Bok Kiam-su. Tokohpartai Gelandangan itu mengatakan pula bahwa ia telahmenyuruh seorang muridnya untuk mengantar suratkepadamu agar jangan timbul salah faham.”

“Entah bagaimana hatiku tak tenteram. Kukuatirpengantar surat itu akan tertimpa sesuatu. Maka akusegera menyusul kemari. Ah..., ternyata firasatku itu

Page 263: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

263

benar. Di dalam hutan kuketemukan mayat murid partaiGelandangan yang mengantar surat itu. Seketika itugamblanglah pikiranku. Musuh tentu hendakmenggunakan siasat adu domba agar kalian bertempursendiri. Untung aku cepat tiba pada saat yang tepat,kalau tidak .......”

Gak Lui menghaturkan terima kasih atas bantuantokoh dari gunung Kun-lun itu. Dan ternyata Hwat Hongtaysu pun berlapang dada. Ia merasa telah khilaf makasegera ia minta maaf kepada Gak Lui. Gak Luipunmenghaturkan maaf karena telah berlaku kurang hormatkepada ketua Hengsan-pay itu. Setelah keduanya salingmemaafkan, maka berkatalah Se Bun Giok : „Paderi, ilmupukulan sakti dari partai Heng-san-pay yang disebut Hi-mi-kang-kia termasyhur di seluruh dunia. Tetapimengapa tadi engkau menggunakan pedang? Sungguhaneh !”

“Seorang gerombolan Maharaja itu menggunakan :senjata pedang. Muka mereka ditutup kain kerudung dankedok. Merekapun dapat menggunakan ilmupedangpartai Heng-san-pay yakni Mi-to-kiam-hwat. Makaterpaksa aku harus berhati-hati!” kata Hwat Hong.

Se Bun Giok tertawa meloroh: „Oh..., kiranya begitu!Tak heran kalau paderi tua juga main pedang”

Hwat Hong taysu tertawa juga: Sesaat ia menghelanapas: „Ah..., . jangan bergurau Se-Bun! Berhadapandengan lawan yang seimbang kepandaiannya, pedangtentu lebih unggul dari tinju! Punya ... engkau sendiri jugabegitu. Walaupua tenaga-sakti Sian- ing-ki-kang dariKun-lun-pay itu sudah tersohor didunia persilatan, tetapiengkau toh tetap membawa payung besi dan kipastembaga masih ditambah dengan sebuah kantong asap.Bukankah kalau dibanding dengan aku yang membawa

Page 264: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

264

sebatang pedang, engkau lebih banyak tiga kali lipat?”

“Eh...., paderi tua, apakah engkau tak tahu bahwabarang itu memang alat yang kupakai se-hari2”

“Jangan membual. Siapa mau menerima salah satudari barang2 itu? Menikmati sedikit saja, orang tentusudah lari ter-birit2!”..

Mendengar pembicaraan itu tiba2 Gak Lui teringatsesuatu. Cepat ia bertanya kepada Hwat Hong: „Taysu,kali ini' Heng-san- pay turun gunung membekal pedang,tentulah mempunyai lain sebab!”

“Maksud Gak sicu ..... ?”

“Tadi taysu mengatakam anakbuah Maharaja jugamenggunakan pedang. Entah berapakah jumlah merekayang mahir menggunakan pedang itu?”

“Murid Maharaja yang ahli dalam tenaga-dalam dantenaga luar, amat banyak jumlahnya!”

“Taysu mengatakan pula bahwa melawan orang yangberimbang kepandaiannya, menggunakan pedang lebihunggul dari pukulan. Dalam kata2 taysu tadi, agaknyamasih ada kelanjutannya yang taysu belummenyelesaikan seluruhnya.”

“Ini....”

“Berdasar ucapan taysu tadi, aku berani memastikanbahwa dalam kalangan murid Maharaja tentu terdapatseorang tokoh yang selain mahir menggunakan pedang,pun dia sudah beberapa tahun meninggalkan Heng-san.Oleh karena itulah maka taysu selalu membekal pedangagar dapat menghadapinya apabila bertemu orang itu.”

“Sicu menduga tepat!” sahut Hwat Hong.

“Siapakah orang itu? Dapatkah taysu memberitahu

Page 265: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

265

kepadaku?”.

“Hm .. karena sudah sampai keadaan begini, takperlulah kiranya untuk menutupi rahasia itu. Yang sudahber-tahun2 meninggalkan perguruan Heng-san-pay itu,bukan lain adalah suhengku sendiri yani Hwat Gongtaysu!”

“Bagaimana ilmu kepandaiannya?”.

“Dahulu dia menjabat sebagai pimpinan kuil sedangaku hanya sebagai Ti-khek (penyambut tetamu):Kepandaiannya tiga kali lebih unggul dari aku.” ..

“Kali ini yang mengirim surat supaya taysumengundurkan diri sebagai ketua, tentulah dial”.

“Benar, sungguh suatu peristiwa yang menyedihkanhati bahwa suhengku sampai hati untuk hianatiperguruannya !” kata Hwat Hong sambil menghela napasrawan.

Memang dalam kalangan perguruan atau partaipersilatan, sudah wajar kalau terjadi perebutankedudukan. Tetapi Heng-san-pay mengalami peristiwaperebutan itu secara aneh. Karena yang menghalangiadalah orang luar, yalah Maharaja. Dan tokoh itumempunyai maksud untuk menaruh orangnya kedalamsetiap partai agar dapat menguasai. Setelah berdiambeberapa saat, maka Hwat Hong taysu segera minta dirikepada Gak Lui. la kuatir dalam kuil terjadi sesuatu,maka ia harus lekas2 kembali.

Melihat ketua Heng-san-pay itu sudah tenangkembali, Se Bun Giok tertawa: „Paderi, tak usah gelisah.Semua orang kini sama menggunakan pedang Kong-tong-pay, Bu-tong-pay dan Ceng- sia-pay tak usahdikata. Bahkan sekarang beberapa partai yang biasanya

Page 266: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

266

tak menggunakan pedang seperti Heng-san-pay, Siauw-lim-pay dan Go-bie-pay sama-sama menggunakanpedang. Tentang ketua Kun-lun-pay, Tang-hong Giok ....”

“Benar, dia dan engkau adalah jago2 pedang yanghebat!” Hwat Hong nyeletuk.

“Jangan menyebut diriku. Adalah karena gara-garabelajar ilmu pedang maka kuganti dengan payungbobrok,” sahut Se-Bun Giok .

“Ah..., tak perlu merendahkan diri. Silahkan engkaumengatakan usulmu!”

“Menurut hematku, setelah partai2 persilatan samaturun gunung dengan membawa pedang alangkahbagusnya bila dipertemukan dalam suatupermusyawarahan besar untuk menentukan rencanamenghadapi sepak terjang kaki tangan Maharaja!” kataSe Bun Giok.

Serentak tergugahlah semangat Hwat Hongmendengar usul itu, serunya: „Ketika partai2 persilatanmau bersatu padu dan Kaisar mau memimpin,pertemuan itu tentu berarti sekali!”

Juga Gak Lui terpengaruh dengan saran itu. Serentakia tegak berdiri dengan dada membusng. Suatu sikapdari kesiap-sediaannya menghadapi pertemuan besar itu.Se Bun Giok menepuk bahu pemuda itu katanya: „Terusterang kukatakan, belum tentu Kaisar mau munculmemimpin. Tentang penyelenggaraan pertemuan besaritu, akulah yang akan mengusahakan. Tetapi tentang diriGak Lui ini, taysu harus sudah mengerti jelas......”

“Ya.... ya, aku sudah jelas sekarang”, kata HwatHong taysu.

“Gak siau-hiap jika bertemu dengan suhengku Hwat

Page 267: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

267

Gong tentu takkan melukainya dan harap mengantarnyapulang ke Heng- san-pay......”

Gak Lui mengiakan. Setelah rombongan Hwat Hongtaysu pergi, Se Bun Giok bertanya kepada Gak Luiapakah telah bertemu dengan Bok Kiam-su.

“Sudah, dia tinggal digunung sebelah timur sahut GakLui.

Se Bun Giok mengajak Gak Lui ketempat si pembuatpedang itu. Ketika tiba dipondok Bok Kiam-su. Gak Luiterus bendak berseru memanggil, Siu-mey. Tetapi tiba2ia katupkan lagi mulutnya yang sudah dingangakan.Ternyata.....hidungnya mencium bau orang mati. Se BunGiok amat cerdas dan cermat.

Melihat Gak Lui tertegun dimuka pintu, iapun segerahentikan langkah. Tampak pemuda itu memberi isarattangan ke belakang, lalu secepat kilat menerobos masuk.kedalam pondok. Se Bun Giok merasakan sesuatu yangtak wajar. Cepat ia mencabut pipanya dan siapmenunggu tanda dari Gak Lui.

“Se Bun cianpwe, lekaslah masuk!” tak berapa lamakedengaran Gak Lui berseru.

Ketika masuk, Se Bun Giok melihat Gak Lui sedang...tegak berdiri termanggu disebelah mayat seorang lelakitua.

“Tentulah Bok Kiam-sul” serunya.

Gak Lui mengikan .. Se Bun Giok memeriksa tubuhahli pembuat pedang itu. Dadanya berlubang darahdengan di kelilingi oleh lima buah bekas telapak jari. Lukaitu menembus kedalam dan jantung hati korban diremashancur lebur.

“Hai, kiranya perbuatan Iblis Tulang-putih!” serunya

Page 268: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

268

gemetar.

“lblis Tulang-putih?” Gak Lui menegas.

“Benar, ini hasil ilmu kesaktiannya yang istimewa,yakni Petik-hati-mencabut nyawa !”

Dua butir airmata menitik turun dari pelupuk mataGak Lui, ujarnya terharu :„Akulah yang mencelakai BokKiam-su .....”

“Mengapa begitu ?” Se Bun Giok terbeliak.

“Setan Keluyuran, murid Iblis Tulang-putih telahkubunuh. Dan lagi jika aku tak mencarinya, iblis itu tentutak mencari kemari.”

Se Bun Giok tertegun, keluhnya: „Celaka...! Iblis itujuga kaki tangan Maharaja!”

“Oh..... “

“Pengantar-surat yang disuruh Raja-sungai-Ce-kiangitu juga hancur lebur dadanya. Bermula aku tak mengertiilmu apa yang digunakan pembunuh itu. Tetapi kinisetelah dipadu dengan mayat Bok Kiam-su, pengantarsurat itu juga termakan tangan ganas dari si Iblis Tulang-putih!” kata Se Bun Giok: „Hm...., kelak tentu kucincangtubuh iblis itu untuk membalaskan sakit hati Bok Kiam-sudan Gadis Ular!”

“Gadis Ular...? Siapakah dia ?” Gak Luimengeluarkan sehelai kain. Tanpa bicara apa2, iaSerahkan kepada Se Bun Giok. Ketika merentang, kainitu ternyata berisi tulisan yang berbunyi : Kiam-su sudahmeninggal Setan kecil melarikan diri. Gadis ular terlukaparah. Lain hari jumpa kembali. Dewi Tong Ting.

Habis membaca wajah Se Bun Giok terkejut nyaring,serunya:

Page 269: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

269

“Kawanmu berhasil baik ... “

“Baik?” ulang Gak Lui heran.

“Dewi telaga Tong-Ting itu adalah salah seorang dariEmpat Permaisuri. Kepandaiannya amat sakti sekali.Bahkan dimatanya, Iblis Tulang-putih .....hanya dianggapsebagai setan cilik belaka. Dengan ditolong olehnya,selain luka Gadis Ular itu menjadi sembuh, kelak pastiakan menjadi tokoh wanita yang sakti.”

Gak- Lui agak terhibur. Ia menghela napas longgar,katanya: „Ya ..... syukurlah. Sejak saat ini, aku dapatmencari jejak musuh dengan hati lapang! “

“Aku mempunyai usul, entah engkau dapatmenyetujui atau tidak,” kata Se Bun Giok.

Setelah Gak Lui mempersilahkan, berkata pula jagodari gunung Kun-lun itu: „Engkau dan aku hendakmenyelidiki jejak Maharaja. Aku lebih banyakpengalaman dalam dunia persilatan. Jika bersama-sama,tentu dapat saling bantu membantu”.

“Tak perlu ini dan itu. Jangan menolak. Menolakberarti engkau memandang rendah padaku “ desak SeBun Giok.

Akhirnya Gak Lui setuju. Setelah mengubur jenazahBok Kiam-su, mereka segera turun gunung. Tujuanpertama, menurut Gak Lui, akan mencari Pukulan-saktiTek Thay, digunung Pek-wan-san. Hari itu ketika habismelintasi puncak gunung yang tinggi, mereka turunkesebuah bukit dan mencapai sebuah desa. Tiba2 daridalam hutan didekat jalan, mereka dikejutkan oleh suaraorang me-rintih2.

Gak Lui tak asing dengan suara itu. Cepat iamenerobos kedalam hutan. Se Bun Giok mengikutinya.

Page 270: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

270

Seratus tombak dalamnya, mereka membau anyir darah.Cepat mereka menuju kearah bau itu. Setelah melintasisebuah tanah lapang yang luas, mereka melihatdisebelah depan tumbuh sebatang pohon besar. Padapohon yang tiga perneluk tangan orang itu, terpakusesosok tubuh imam tua.

“Hai...! Ceng Suan totiang ....... !”

JILID 6

SE BUN GIOK pun menyusul tiba. Dia terbeliak kagetjuga, serunya: „Apakah bukan ketua partai Bu-tong-pay?”Gak Lui dan Se Bun Giok cepat melesat ke sampingpohon. Tampak separoh tubuh Ceng Suan totiangberlumuran darah. Dadanya tertembus pedangnyasendiri, nancap ke pohon. Dia terpaku dengan pedang......

Gak Lui ngeri dan bendak mencabut pedang itu.Tetapi dicegah Se Bun Giok. Jangan! Totiang memilikiilmu tenaga dalam yang tinggi. Kalau tak dicabut, masihdapat bertahan diri untuk beberapa seat. Tetapi, kalaudicabut, tentu akan binasa !”

“Apakah dibiarkan begitu saja !” Se Bun Giok yangbanyak pengalaman, sesaat tak dapat memperoleh akal.Tiba2 Ceng Suan totiang mendengus pelahan danmembuka mata. Demi melihat Gak Lui dihadapannya,bibirnya ber-gerak2 tetapi tak dapat mengeluarkan kata2,melainkan mengeluarkan darah.......

Gak Lui berbisik kedekat telinga totiang itu: “Totiangtak perlu bicara. Aku akan berusaha menolongmu dulu.”ia berpaling dan berkata kepada Se Bun Giok: „Harappegang batang pedang. Begitu kusuruh cabut, harap

Page 271: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

271

segera mencabutnya”

“Itu ...... berbahaya!”

“Aku mempunyai ilmu Menyongsong-tenaga-murni.Dapat membuat tenaga-dalamnya tak sampaiberhamburan.....” kata Gak Lui seraya lekatkan tangan keperut dan paha Ceng Suan totiang. Ia segera salurkantenaga-murni ketubuh paderi itu. Setelah tenaga-murniCeng Suan totiang berputar keperut, barulah ia suruh SeBun Giok mencabut. Se Bun Giok sudah siap Cepat iamelakukan perintah itu.

Sesaat pedang tercabut keluar, Gak Lui memberiperintah lagi: „Tutuk jalandarahnya untuk menghentikanpendarahan.” Dengan ilmu tutuk partai Kun-lun-pay yangistimewa, Se Bun Giokpun segera menutuk ke 16jalandarah penting ditubuh paderi itu. Darahpun berhentimengalir. Gak Lui letakkan tubuh Ceng Suan ketanah.Kedua tangannya masih tetap melekat pada perut danpaha paderi itu. Se Bun Giok mengeluarkan pil dariperguruannya dan disusupkan kemulut Ceng Suan. Takberapa lama paderi itupun dapat bernapas sertamembuka mata. Ia memandang dengan rasa terimakasih kepada Se Bun Giok, lalu berkata tersendat-sendatkepada Gak Lui: „Gak .... Gak ... kucari engkau ... lamasekali....!”

“Apakah karena pedang Pelangi itu?” cepat Gak Luimenyanggapi.

“Ya......!”

“Pedang itu adalah Ceng ki totiang yang minta tolongkepadaku. Tempo hari sama sekali aku tak bermaksudmenerobos ke dalam sanggar Pemujaannya sehinggamenyebabkan Ceng Ki totiang sampai menderita Co-hwe-jip-mo. Sampai saat ini aku tetap merasa berdosa.

Page 272: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

272

Oleh karena itu, aku pasti akan melakukan pesannyauntuk membikin baru pedang itu agar menjadi pedangpusaka dunia persilatan. Harap totiang jangan salahfaham.”

“Ku ...... kutahu ....... semua ...... “

“Totiang tahu semua?”

“Suheng ....... pada saat ...... menutup mata ......mengatakan hal itu ....., semua ...... “

Lalu apa maksud totiang mencari aku? “

“Takut engkau ... dicelakai orang dan dirampas.....pedang itu .....”

“Jangan kuatir! Jiwaku boleh melayang tetapi pedangitu tak nanti dapat dirampas orang. Dan lagi ... sampaisekarang belum ada orang yang berusahamerampasnya!”

Setelah minum obat, semangat Ceng Suan totiangmakin baik: Mendengar ucapan Gak Lui, ia kerutkan dahi:„Apakah ... murid murtad Ceng Ci itu ... tidak merebut?Mungkin engkau belum berjumpa .......”

Gak Lui masih ingat ketika bertempur lawan Ceng Ci.Anggauta Topeng Besi terkesiap melihat pedang pusakaitu tetapi Ceng Ci tidak mengacuhkan.

“Aku sudah bertempur lawan Ceng Ci tetapitampaknya tak mengacuhkan pedang itu,” katanya.

„Tidak mungkin!”

“Mengapa ?”

“Dua jam yang lalu, dia datang ... mendesak aku ...bertanya melilit.., dimana engkau berada ... karenahendak ... merebut pedang itu .... “

Page 273: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

273

“Berapa jumlah mereka ?”

“Bermula dua orang “ .

Gak Lui merenung. Ia duga kedua orang itu tentulahsi Topeng Besi dan Ceng Ci. „Lalu berapa lagi ?”tanyanya.

“Kemudian seorang lagi.”

“Seorang ? Siapakah yang melukai totiang ?”

Wajah Ceng Suan totiang berobah tegang. Denganmemancar sinar kemarahan ia berkata : „Bermula muridmurtad itu bersama seorang bertopeng mengeroyok aku.Beberapa puluh jurus kemudian, akupun terdesak ......”

Se Bun Giok kerutkan kening dan menyelutuk :„Totiang, sebagai seorang ketua Bu-tong-pay, mengapatak memikirkan kepentingan seluruh partai hingga totiangpergi seorang diri dan bertempur mengadu jiwa ?”

“Akupun menyadari hal itu. Tetapi setelah akumundur sampai di samping pohon ini, tiba-tiba munculpula seorang bertopeng. Gerakannya amat cepat sekali,ya, memang luar biasa cepatnya. Belum selesai satujurus saja, dia sudah dapat merebut pedangku .......”

“Oh! Jadi dia hanya bertangan kosong merebutpedang totiang lalu menusuk....”

“Benar .....!”

“Gak Lui gemetar, tanyanya tegang : „Apakah diameninggalkan nama?”

“Sekalipun tidak meninggalkan nama tetapi akupundapat menduganya”

“Siapakah orang itu? “

“Maharaja! Selain dia, tak mungkin terdapat orang

Page 274: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

274

yang memiliki kesaktian semacam itu !”

Se Bun Giok, ternganga. Gak Lui terbelalak, giginyamenggigil keras. Ceng Suan totiang adalah ketua partaiBu-tong-pay. Kepandaiannya tergolong tokoh kelas satu.Tetapi mengapa dalam setengah jurus saja, pedangnyasudah dapat direbut dan orangnya pun ditusuk. Denganbegitu jelas kepandaian orang itu teramatlah saktinya !

“Tak perlu kalian marah. Aku hendak-mohon,bantuan kalian untuk beberapa hal,” kata Ceng Suantotiang.

“Silahkan totiang mengatakan,” hampir Gak Lui danSe Bun Giok berkata serempak.

“Kurasa, selain Kaisar, dewasa ini tiada seorangtokoh persilatan yang mampu menandingi kesaktianMaharaja. Sayang Kaisar belum muncul dalam duniapersilatan. Oleh karena itu kuharap kalian ..... terutamaGak siau-hiap, harap hati2 selama berada dalam-duniapersilatan .......”

Se Bun Giok menghibur : „Andaikata Kaisar, takmuncul, pun tak apalah. Aku sudah bicara dengan ketuaHeng-san-pay Hwat Hong taysu agar menyelenggarakansuatu persekutuan segenap kaum persilatan golonganPutih untuk menghadapi durjana besar itu!”

“Ah, kurasa tak mudah untuk menyelenggarakangerakan itu. Taruh kata berhasil mengumpulkan tenagakaum persilatan, pun belum tentu dapat menang.”

“Manusia harus berdaya. Kita tak boleh tinggal diamsaja menunggu kematian!” kata Se Bun Giok.

“Ah, saudara memang bersungguh-sungguh danserius. Tetapi ada sedikit hal yang perlu saudarapertimbangkan”

Page 275: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

275

“Dalam hal apa?”

“Murid2 yang mengkhianati itu, telah mendesak padapartai perguruannya masing2 agar ketua partai yangsekarang sama mengundurkan diri. Jika partai2persilatan itu sampai berkumpul dalam sebuah rapat,bukankah akan terjerumus dalam, jebakan mereka?Bukankah musuh amat mudah sekali untukmenjaringnya? Dan pada waktu menghadiri rapat,markas tentu kosong dan mudah diserbu ........”

“Soal itu aku dapat merundingkan dengan parapimpinan partai persilatan bagaimana mengatur langkahyang sesuai. Harap totiang jangan kuatir,” kata Se BunGiok..

“Muridku Hwat Lui bertiga, saat ini menjaga di Bu-tong-san. Harap memberitahukan kepadanya. Segalaurusan di markas, terserah pada Hwat Lui. Harus tetapmenjaga markas perguruan dan berlatih ilmu dengangiat”

Gak Lui mengiakan: „Baik, kami tentu akanmenyampaikan. Dan kelak apabila pedang Pelangisudah selesai di buat baru, tentu akan kuserahkankepada Hwat Lui totiang .... “

“Jangan...! Jangan....!”

“Mengapa...?”

“Kepandaian Hwat Lui masih rendah. Jika muridpenghianat itu sampai kemarkas meminta pedang, HwatLui tentu tak mampu menghadapi. Kulihat baru berpisahbelum berapa lama, kepandaian Gak siau-hiap majupesat sekali. Lebih baik ......” tiba2 wajah paderi itumengerut sesal. Seperti orang yang kelepasan omonglalu tak mau melanjutkan kata-katanya lagi. Ceng Suan

Page 276: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

276

totiang merasa bahwa pedang pusaka dari perguruannyaitu telah menjadi sasaran dari murid Bu-tong-san yanghianat. Sebagai seorang ketua Bu-tong-pay sudah tentuia merasa malu anak muridnya tak mampu menjagapusaka perguruannya dan hendak minta tolong kepadaorang luar. Gak Lui dapat menangkap isi hati paderi itu.

Cepat ia berseru lantang: „Aku pasti akanbertanggung jawab sepenuhnya. Tentu akan menunggusampai tiba saatnya yarg tepat, baru akan kuserahkanpedang itu kepada Bu-tong-pay”.

Wajah - Ceng Suan totiang cerah seketika. Iamenghaturkan terima kasih kepada Gak Lui. Sesaatkemudian dengan wajah rawan, kembali ia melanjutkankata-katanya: „Dan permintaanku yang terakhir tak lain,agar kalian suka segera mengubur mayatku ......”

“Totiang, engkau ......”

“Aku telah menodai nama Bu-tong-pay. Tiada mukalagi aku bertemu dengan para cousu dan leluhur Bu-tong-pay ....” tiba2 Ceng Suan meraung keras, miripseekor singa yang kelaparan. Sekonyong-konyongtangan kanannya berayun menampar pelipisnya, plak ...Melihat itu Gak Lui tak dapat lepaskan cekalannyasehingga tak dapat mencegah perbuatan Ceng Suanyang kala itu, Se Bun Giok cepat menampar denganjurus Benang-emas-melihat-siku lengan. Angin tamparanitu berhasil menahan tangan Ceng Suan totiang. TetapiCeng Suan sudah kalap benar2. Tamparannya untukmenghabisi jiwanya tadi, dilancarkan dengan, tenagapenuh. Ketika terbentur angin tamparan Se Bun Giok, iamendesuh tertahan dan pingsan seketika.

Gak Lui cepat menambahi saluran tenaga dalamnyaseraya berkata: „Kurasa baiklah cianpwe yang

Page 277: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

277

mengantar totiang di pulang ke Butong-san. Soalmengejar si pembunuh, biarlah kulakukan sendiri.”

Sekalipun tak tegah, karena kenyataan sudah begiturupa, terpaksa ia menjawab: „Luka totiang amat parahsekali. Mungkin tak dapat mencapai markas Bu-tong-pay.Maka dapat kubawa sampai berapa jauh, terserahkeadaannya. Andai kata di tengah jalan menemui ajal,jenazah totiang tetap akan kuantar ke Bu- tong-sansupaya ditanam dengan baik.”

Cepat mereka bertindak. Luka di dada yang tembuspunggung Ceng Suan totiang, dibalut dan dilumuri obat.Setelah diminumi pil lalu diikat di atas punggung Se BunGiok. Pedang Ceng Suan totiang yang berlumuran darahitupun dibawa Se Bun Giok. Setelah saling mengucapselamat jalan, tokoh sakti dari partai Kun-lun-pay itusegera lari secepat terbang menuju ke Bu-tong- san.

Setelah Se Bun Giok lenyap dari pandangan mata,Gak Lui masih tetap mondar mandir di situ. Dicobanyauntuk menggunakan ketajaman hidungnya, menciumjejak kepergian Maharaja. Tetapi Maharaja itu keliwatsakti. Langkah kakinya selain seringan kapas, puncepatnya seperti terbang. Apalagi dalam hutan sekelilingamat lebat dan pelik. Sekalipun hanya tercium pun sukaruntuk mencarinya. Maka setelah bersusah payah lebihdari sejam, barulah ia dapat menduga-duga arahnya.Tetapi Gak Lui seorang pemuda yang keras hati. Iapantang mundur setapakpun dari usahanya mengejarMaharaja. Walaupun setiap kali ia harus berhenti untukmenentukan arah, tetapi ia tetap lanjutkanpengejarannya.

Saat itu udara tertutup awan. Sinar rembulan yangteraling, menimbulkan pemandangan yang menyeramkandalam hutan. Gak Lui tiba di mulut sebuah lembah gu-

Page 278: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

278

nung. Diam2 ia menimang: „Ah...., sudah dua hari duamalam kulakukan pengejaran. Tetapi makin lama makinkabur. Bagaimanakah aku harus bertindak sekarang ini....?”

Memandang ke muka, tampak sebuah jalanangunung yang hanya setengah meter lebarnya. Iaayunkan langkah ke sana dan pada waktu masih 10-antombak jauhnya dari jalanan gunung itu, tiba2 sesosoktubuh lari secepat anakpanah terlepas dari busur.Meluncur sepanjang jalanan gunung itu. Gak Luiterkesiap. Ia rentangkan mata lebar untuk memandangdengan seksama. Tetapi ah...., segumpal awan hitamberarak menutup rembulan. Seketika pandangmatanyapun gelap. Matanya hanya dapat melihat samar-samar, orang itu lari bergegas-gegas dan tak henti-hentinya berpaling kemuka belakang, seperti dikejarsetan. Cepat sekali Gak Lui melesat ke jalan, tetapiorang itu sudah jauh.

“Hai..., bayangan orang itu seperti Se Bun Giok.Mengapa dia datang kemari ? Dan mengapa pulatampaknya ia begitu terburu- buru sekali? Siapakah yangmengejarnya...?” pikirnya dan berpalinglah ia kebelakang untuk melihat siapakah yang mengejarbayangan tadi. Dan astaga ! Bukan main kejutnya ketikamelihat sesosok tubuh yang menyeramkan. Dari kepalasampai ke ujung kaki, orang itu tertutup jubah yang anehbentuknya. Kaki tangannya tak bergerak hanya tubuhnyayang melonjak-lonjak naik turun maju kemuka. Kalauorang biasa mengenakan kerudung kain hitam, tentubagian mata diberi lubang. Tetapi tidak dengan orang itu.Seluruh muka tertutup kain hitam. Tetapi anehnya jikatiba di tikungan atau jalan yang berbiluk, ia tetap dapatmengikuti dengan tepat. Seolah-olah tanpa mata, iadapat melihat jalan. Aneh, benar2 aneh ! Jika dia

Page 279: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

279

manusia biasa, jelas dia memiliki ilmu kepandaian yangluar biasa. Dengan mata tertutup dapat melihat segalabenda. Tetapi kalau dia itu suatu makhluk aneh, sungguhmustahil sekali. Tetapi kalau bukan jenis makhluk aneh,mengapa seorang tokoh macam Se Bun Giok sampai lariterbirit-birit begitu rupa ?

PADA SAAT Gak Lui sedang terbenam dalamkeheranan, makhluk aneh itu sudah tiba. Ternyata tubuhmakhluk aneh itu mengeluarkan semacam hawa. Danhawa itupun bergulung- gulung melanda kearah Gak Lui.Seketika Gak Lui mencium suatu bau yang amat busukdan anyir.

“Hai, bau darah anyir dari Ceng Suan totiang!Mengapa dia berobah menjadi makhluk aneh begitu ?Ah, tak mungkin dia akan mengejar Se Bun Giok begiturupa kalau tak terkena semacam ilmu Hitam. Tentu CengSuan totiang telah disesatkan oleh seorang durjanasehingga lupa pada Se Bun Giok ....” belum sempat iamelanjutkan analisanya, tiba2 dari arah ujung jalanmuncul sesosok tubuh manusia.

Saat itu rembulan menyiak tabir awan. Sinarnyamenerangi seluruh penjuru. Dan tampaklah perwujudanorang itu. Dia mengenakan kopiah emas, pinggangmenyalut sebatang pedang, rambutnya terurai ke bawahmencapai pundak. Memakai jubah kebesaran warnakuning. Sikapnya keagung-agungan. Wajahnyapungagah dan berwibawa. Usianya disekitar 40-an tahuntetapi masih gagah segar. Terutama sepasang matanyayang tajam, mengunjukkan keperbawaan seorang gagah.Melihat sikapnya, sepintas pandang orang tentu dapatmemastikan bahwa pasti seorang ksatrya besar dalamdunia persilatan. Dan yang paling menakjubkan, orangitu tak kelihatan bergerak tetapi tubuhnya dapat melesat

Page 280: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

280

ke muka. Benar2 suatu ilmu meringankan-tubuh yangjarang terdapat dalam dunia persilatan. Tergetar hati GakLui melihat orang itu, geramnya : „Hm..., tak heran kalauSe Bun Giok sampai ketakutan begitu rupa. Kiranya siMaharaja sendiri yang muncul !”

Diam2 ia serempak mencabut pedang. Saat itusiorang aneh sudah berada 3 tombak jauhnya. Gak Luimelihat jelas bagahnana tangan kiri orang itu sedangbergerak-gerak aneh, matanya setengah memejam danwajahnya tampak serius sekali. Dan ketika tiba disamping tempat Gak Lui bersembunyi, tiba2 orang itumembuka mata lebar2 lalu memandang ke sekeliling.Rupanya la mengetahui kalau di sekeliling tempat ituterdapat orang yang bersembunyi.

Gak Lui tak mau membuang waktu lagi. Dari padadidahului lebih baik ia mendahului. Dengan jurusRajawali pentang sayap, ia apungkan tubuh ke udara,bergeliatan menukik seraya ayunkan pedang sekuat-kuatnya kearah kepala orang itu. Serangan itu dilambaridengan seluruh.tenaganya. Dahsyatnya bagai gunungThay-san rubuh. Tetapi orang itu bukan sembarangtokoh. Pada saat pedang Gak Lui hampir mengenai,tahu2 dengan gerakan yang aneh, orang itu berputartubuh dan tring...., tangan kanannya sudah mencabutpedang dan menangkis serangan Gak Lui. Tetapianehnya, orang itu tetap lanjutkan langkah mengejarCeng Suan totiang.

“Hai, hendak lari ke mana engkau!” teriak Gak Luiseraya bergeliatan di udara lalu melayang turunmenghadang di muka jalan. Melihat mata Gak Luimemancar dendam kemarahan yang berapi-api, orangitupun tertegun. Saat itu dipergunakan sebaik-baiknyaoleh Gak Lui yang segera gunakan jurus Menjolok-

Page 281: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

281

bintang-memetik-bulan, menusuk perut orang. Melihatdirinya dihadang lalu diserang hebat, orang itupunkerutkan alis. Dengan gerak laksana ular meliar, dariarah yang tak diduga-duga, pedang orang itu menabaspergelangan tangan Gak Lui dan serempak dengan itu,tubuhnya meluncur lagi ke muka untuk mengejar CengSuan totiang. Dengan geram Gak Lui lancarkanserangan ganas lagi:

“Maharaja bangsat, jangan harap engkau dapat lolos!” Seruan Gak Lui itu makin membuat orang itu kerutkandahi. Tetapi karena diserang, tanpa bicara apa2, iagerakkan pedangnya. Dalam sekejab saja, ia sudahlancarkan tiga buah serangan sekali gus. Selaintenaganya yang luar biasa, pun jurus Tedangnya anehsekali Tidak sama dengan ilmupedang dari partaiperpilatan umumnya. Sinar pedang yang mencurah bagaihujan lebat disertai deru angin yang menyambar-nyambar seperti badai. Serangan itu berhentimembendung kekuatan Gak Lui dan memaksa pemudaitu mundur sampai setombak jauhnya. Gak Lui terkejut.

Dalam gugup ia cepat lancarkan jurus Cendrawasih-kibaskan-sayap. Pedang berhamburan laksana bianglalamengarungi cakrawala dan dapat menahan seranganlawan. Tiba2 Gak Lui gerakkan tangan kiri dalam pukulansakti Algojo dunia. Pukulan yang timbul karenakemarahan itu, hebatnya bukan alang kepalang.

Hati orang itu benar2 terperanjat sekali. Pedangnyaserasa tercekik dalam kisaran tenagadalam yangmemancar hebat. Tak dapat ditarik pulang, tak dapatdigerakkan menangkis dan tak dapat menghindar pula.Dalam keadaan terancam maut itu, terpaksa sioranganeh hentikan gerakan aneh dari tangan kirinya danterus digerakkan untuk balas menghantam. Bum.....,

Page 282: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

282

terdengar letupan keras. Seketika Gak Lui rasakantelapak tangannya panas seperti terbakar sehingga mautak mau ia terpaksa harus mundur dua langkah. Danserempak dengan itu terdengarlah seruan rawan dariorang aneh itu: „Gak Lui, engkau telah mencelakai CengSuan totiang. Ha...., engkau harus ganti jiwanya !”

Mendengar tuduhan orang kalau ia yang mencelakaiCeng Suan totiang, bukan main marah Gak Lui.Bentaknya : „Ngaco belo !” Cepat ia mencabut pedangpusaka Pelangi lalu dengan sekuat tenaga ia menyerangorang itu. Melihat pedang Pelangi, ibarat api disiramminyak, makin berkobarlah amarah orang aneh itu,bentaknya : „Ho...., kiranya engkau maling kecil yangmencuri pedang pusaka. Makanya engkau hendakmencelakai Ceng Suan totiang !”

Ucapan itu diikuti dengan gerakan tubuh yangberputar amat aneh dan cepat. Tabasan Gak Luipunmenemui tempat kosong. Dan sebelum pemuda itusempat mengganti jurus, lawan sudah menyerang darisamping dengan jurus Menggurat-tanah-mamapas langit.Melihat tubuh lawan seolah- olah pecah menjadi empatlima sosok tubuh, Gak Luipun segera hamburkan pedanguntuk membentengi diri seraya gunakan ilmuMeringankan tubuh untuk mengikuti langkah orang yanghendak melanjutkan perjalanan.

“Orang itu tak tahu menahu tentang Ceng Ki totiangminta tolong padaku supaya memperbaiki pedangPelangi, tetapi mengapa tampaknya ia terkejut melihatpedang Pelangi ini. Walaupun dia menuduh akumencelakai Ceng Suan totiang, tetapi dia sendiri jelasadalah Maharaja!” pikir Gak Lui.

Orang aneh itu sendiripun menimang dalam hati:„Rupanya budak ini hebat sekali kepandaiannya. Kalau

Page 283: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

283

tak menggunakan jurus istimewa tentu akan memakanwaktu panjang.”

Setelah mengambil keputusan, ia berhenti tegakmembelakangi Gak Lui. Punggungnya seolah-olahterbuka. Kesempatan itu tak disia-siakan Gak Lui. Cepatia maju gerakkan kedua pedangnya menusuk ke atasdan ke bawah. Tepat pada waktu kedua ujung pedang ituhendak menyentuh tubuh, tiba2 pedang orang aneh itumenjungkir ke belakang. Dengan jurus Naga-sakti-kibaskan-ekor untuk menangkis pedang sebelah kanandari Gak Lui. Lalu dilanjutkan dengan jurus Salju-berhamburan-mencabut-nyawa, untuk menebaspunggung pedang Gak Lui di tangan kiri. Dan serempakitu, ia berputar melesat ke luar lalu menghantam dengantangan kiri.

Dua buah pukulan, sekali gus dilepaskan susulmenyusul. Pukulan pertama, bagaikan lima buahhalilintar memecah angkasa. Hawa panas berhamburan.Pukulan kedua, memancarkan sinar putih kemilau yangmenyilaukan mata. Gak Lui segera putar pedang pusakaPelangi untuk melindungi diri. lapun salurkan tenaga-sakti umtuk menyedot tenaga lawan. Tetapi sudahterlambat. Tubuh Gak Lui melengkung ke samping kiridan terpental sampai beberapa langkah.

“Huak ......” mulutnya menguak, menyemburkandarah segar yang panas. Tetapi hal itu tidakmeruntuhkan nyali Gak Lui. Bahkan kebalikannya malah,kemarahannya menyala nyala seperti terbakar api.

Dengan tertawa geram, ia silangkan keduapedangnya untuk siap menyambut serangan. Sepasangmatanya tak berkedep memandang tajam kepada lawan.

Orang aneh itu dingin sekali wajahnya. Sambil

Page 284: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

284

tujukan ujung pedangnya ke tenggorokan Gak Lui,tangan kiri meregang keras, majulah ia selangkah demiselangkah menghampiri Gak Lui. Malam makin larut danmakin menyeramkan. Seolah-olah suatu alamat darikedatangan Malaekat Pencabut nyawa di tempat itu.Kedua orang itu sama membisu. Jarak yang memisahkankeduanyapun makin ciut. Dari dua tombak menyurut jadisatu tombak. Dari satu tombak menjadi satu meter.Keduanya tak mau bergerak menyerang dulu. Karenabarang siapa yang mulai menyerang tentu akan adayang binasa.

Sekonyong-konyong terdengar, derap langkah lariorang. Dalam beberapa kejap, orang itupun sudah tibabeberapa tombak dari tempat Gak Lui. Gak Lui danlawannya tahu hal itu. Tetapi mereka tak berani berpalingmelihatnya. Karena jarak keduanya hanya sepanjangpedang. Suatu jarak yang memberi kesempatan untukmenusuk apabila ada salah seorang yang berpalingmuka. Yang tampak hanya sebatang pipa huncwe(panjang) berwarna kuning emas.

Tahu2 sesosok tubuh melesat dan tegak di depankedua orang yang sedang hendak mengadu jiwa itu. BaikGak Lui maupun orang aneh itu. terpaksa berpaling danserempak berserulah keduanya dengan nada kaget:„Oh...., Se Bun sianseng datang!”

Nada Gak Lui penuh dengan kecurigaan Sedangnada orang aneh itu penuh dengan kerawanan. Ternyatakedatangan Se Bun Giok itu bukan seorang dirimelainkan memanggul Ceng Suan totiang. Jago dariKun-lun itu geleng2 kepala: „Ah..., kiranya benar kalianberdua. Tetapi mengapa hendak berkelahi2”

“Apakah dia bukan Maharaja?” seru Gak Lui penuhkeheranan.

Page 285: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

285

“Apa itu Maharaja atau Kaisar! Dia adalah ketuapartai Gelandangan yang bernama Raja-sungai Gan Ke-ik” kata Se Bun Giok.

“Oh....,” Gak Lui mendesuh dan mundur setengahlangkah. Kemudian Se Bun Giok bertanya kepada GanKe-ik: „Apakan pangcu tak tahu kalau dia ini Gak.....”

“Dia Gak Lui, kutahu!“ sahut ketua partaiGelandangan.

“Lalu mengapa berkelahi? “

“Mengapa aku tak harus berkelahi?” Gan Ke-ik ketuapartai Gelandangan balas bertanya.

“Dia pernah menolong kakak saudara besertarombongan anak murid partai saudara! “

“Oh ..... tetapi bukankah dia anak buah Maharaja danmencuri, pedang pusaka partai Butong san .....”

“Ah...., saudara ketua Gan, engkau benar2 takmengetahui jelas !”

“Kalau begitu harap engkau menerangkannya. “

“Apakah masih perlu kuterangkan lagi?”

“Kapan engkau sudah pernah menerangkan?” balasGan Ke-ik. Se Bun Giok lebih dulu letakkan tubuh CengSuan ke tanah. Ia kerutkan kening merenung sejenaklalu menyapu keringat pada kepalanya. Kemudianmenghunjamkan kakinya ke tanah seraya memaki dirinyasendiri: „Sungguh celaka, celaka sekali. Kiranya akubelum pernah mengatakan hal itu kepadamu!”

“Memang belum,” jawab Gan Ke-ik. Terpaksa Se BunGiok menceritakan lagi peristiwa Gak Lui menolongorang partai Gelandangan menghadapi tantanganorang2 partai Pengemis. Seketika Gan Ke-ik. Meminta

Page 286: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

286

maaf kepada Gak Lui. Tetapi ternyata saat itu Gak Luisedang berjongkok memeriksa keadaan Ceng Suantotiang. Anak muda itu mengucurkan airmata. Ia takmenghiraukan permintaan maaf dari ketua partaiGelandangan tadi. Gan Ke-ik buru2 menghampiri lalumenjurah di hadapan Gak Lui:

“Atas budi saudara Gak menolong kakandakubeserta anak muridku, Gan Ke-ik terlebih dulumenghaturkan terima kasih sedalam-dalamnya dan pastitakkan melupakan budi saudara itu!”

Tersipu-sipu Gak Lui balas memberi hormat lalubertanya: „ Mengapa totiang meninggal?”

Se Bun Giok maju memberi keterangan: „Seharikupanggulnya, menempuh perjalanan, totiang telahmenghembuskan napas yang terakhir.”

Masih Gak Lui tak jelas akan keterangan Se-bunGiok itu. Ia alihkan pandang matanya kepada Raja-sungai Gan Ke-ik. Rupanya ketua partai Gelandangan itutahu isi hati Gak Lui, maka ia memberi keterangantambahan.

“Kami kaum partai Gelandangan mememiliki sebuahkitab yang berisi ilmu yang aneh2. Saat itu kulihat CengSuan totiang masih berdenyut jantungnya. Akumempunyai harapan untuk menolongnya. Kukiraarwahnya masih belum meninggalkan raganya. Makakugunakan ilmu Lima Halilintar untuk mengantar saudaraSe-bun agar jenazah itu dapat mencapai gunung Bu tongdalam keadaan masih baik. Mungkin .......”

“Mungkin dapat membangkitkan ia hidup lagi?” tukasGak Lui.

“Hal itu hanya kemungkinan yang terkecil sendiri.

Page 287: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

287

Tentang tuduhanku hanyalah timbul karena kemarahnku.Harap saudara Gak jangan menyesal.”

“Jika masih ada setitik kecil harapan, akulah yangtelah mencelakainya,” Gak Lui menghela napas.Wajahnya rawan, mata redup bagaikan rembulan tertutupawan gelap.

“Ah...., saudara Gak tak perlu menyesali diri sendiri.Aku dan engkau sama2 diburu ketegangan untukmenolong orang sehingga sampai terjadi salah faham,”Gan Ke-ik menghiburnya.

Se-bun Giok pun ikut menghibur: „Gak laute, engkauseorang pemuda yang gagah perkasa. Janganlah pikiranengkau isi dengan hal2 yang keliwat rumit. Dua hari yanglalu ketika Bok kiam-su terbunuh, engkau menyatakandirimulah yang menyebabkannya. Sekarang kembaliengkau mengatakan kalau engkaulah yang mencelakaiCeng Suan totiang. Padahal, kesemuanya itu memangsudah ditakdirkan nasib!”

Ucapan Se-bun Giok yang bermaksud untukmenghibur itu kebalikannya malah menyinggungperasaan Gak Lui. Seketika ia teringat akan kematianBok Kiam-su. Lalu terkenang akan nasib yang menimpahbibi gurunya Pedang Bidadari Li Siok Gim, pamangurunya yang kedua Pedang Iblis Kau Tiong-ing danpaman gurunya yang nomor empat Pedang Aneh Ji Ki-tek. Sebelumnya mereka masih segar bugar. Tetapisetelah berjumpa dengan dirinya, susul menyusulmereka mati dengan cara yang mengenaskan. Kematianmereka meninggalkan kesan yang tak mudah dilupakanseumur hidup. Dan kesan2 itu makin memupuk dendamkebenciannya terhadap tokoh Maharaja. Ah....., apakahmemang suratan nasibnya. Bahwa ia harus berpisahdengan orang2 yang menjadi keluarganya itu, Gak Lui

Page 288: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

288

terbenam dalam renungan.

Saat itu Gan-ke-ik dan Se-bun Giok pun sudahselesai mengemasi jenazah Ceng Suan totiang lalududuk merundingkan rencana yang akan datang. Setelahmelihat Gak Lui, sudah tersadar dari lamunan, Se-bunGiok memanggilnya: „Saudara Gak, engkaupun harusberistirahat. Bagaimana dengan lukamu tadi”

“Ah...., tak apa. Setelah melakukan pernapasan tentusembuh,” seru Gak Lui seraya menghampiri ketempatkedua orang itu. Bertanyalah ia dengan serius kepadaGan Ke-ik: „Tolong tanya pada Gan pangcu, apakahkalian percaya akan nasib atau takdir?”

“Ooo...., memang dari dahulu sampai sekarang,orang mengatakan begitu. Pula perguruan gelandanganmemang memiliki beberapa macam ilmu mistik (aneh)yang aneh dan manjur. Sekali-kali bahkan mengelabuiorang.”

“Sukalah pangcu memberi contoh padaku?....”.

“Kim ambil contoh jurus yang kuserangkan padamutadi. Engkau tentu sudah mendapat tiga macam bukti.”

“Ooo...., apakah dalam ilmusilat juga terdapat ilmugaib semacam itu?”

“Benar! Bukankah engkau tadi melihat diriku bisapecah menjadi beberapa sosok?”

“Benar, seranganku dengan sepasang pedang takdapat mengenai!”

“Ilmu itu disebut Malaekat-pindah-tempat.Menggunakan landasan semangat dan tenaga. Agarlawan mengira yang palsu itu seperti tulen. Lebih anehdan istimewa dari gerakan Mengisar- tubuh-berganti-tempat yang terdapat dalam dunia persilatan.”

Page 289: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

289

“Mohon tanya, apakah bukti yang kedua itu?” tanyaGak Lui.

“Bahwa Ceng Suan totiang dapat berlari cepat adalahkarena kugunakan ilmu Lima-halilintar agar dia taksampai jatuh. Sampai pada saat engkau menyerang danakupun terpaksa tak dapat mendorong Ceng Suantotiang lagi. Saat itu aku sudah menyadari bahwa totianglantas rubuh. Kalau tak percaya, cobalah engkau tanyapada Se-bun bagaimana keadaan Ceng Suan totiangsaat itu”

“Benar,” sahut Se-bun Giok, “tiba2 totiang rubuh.Kalau tidak begitu, aku tentu takkan kembali kemari.”Gak Lui tergetar batinya. la menanyakan bukti yangketiga

“Seranganku tadi, apakah engkau tak merasa sepertitersambar 5 halilintar yang memancarkan hawa panas?”

“Ya, memang ada”

“Itulah ilmu pukulan Api-halilintar dari perguruanku.Selain dapat melukai orang, pun mengandung tenagasihir!”

“Tetapi mengapa pukulan kedua yang menyusul taksama dengan pukulan yang kesatu?”

“Benar” sahut Gan Ke-ik, „pukulan itu memang bukanilmu dari perguruanku.”

“Lalu dari ajaran Partai mana?”

“Partai Thian-liong-pay”

“Oh...., kiranya ilmu istimewa dari Kaisar Li Liong-ci! “teriak Gak Lui.

“Benar, ilmu pukulan itu disebut Pukulan sakti iblisgaib. Dengan ketiga jurus ilmu pedang yang kumainkan

Page 290: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

290

itu, memang ajaran dari Kaisar Li Liong-ci. Ilmu ituciptaan dari gurunya, yakni paderi-sakti Thian Liong.Sayang aku tak mampu mempelajari dengan giatsehingga menelantarkan ilmu ajaib dari gurunya aliranSuci dan Jahat.”

Gak Lui sangat berkesan sekali terhadap sebuahpukulan dan tiga serangan pedang dari Gan Ke-ik tadi.Maka ia menanyakan nama jurus2 itu dan diam2mengingat-ingat gerakan Gan Ke-ik tadi. Ia mencatatbaik2 dalam hati. Gan Ke-ik mendapat kesan bahwa GakLui itu masih muda dan berhati lurus. Tak mudah untukmenerima penjelasan mengenai hal2 yang khayal. Makala segera menambah keterangan: „Agama dan Syaitanitu, sebenarnya dapat diketahui. Oleh karena itu, bedaManusia dengan Syaitan itu hanya perbedaan antaraMati dan Hidup. Atau lebih jelas lagi, antara Ragadengan Jiwa. Selama jiwa masih bersemayam dalamraga, kita hidup. Tetapi, setelah jiwa meninggalkan raga,kita pun mati. Tentang mati dan hidup, memang sudahdigariskan dalam nasib.”

“Kalau begitu, Roh dan Nasib itu memang dapatdipercaya?”

“Kalau tak percaya, tak ada. Kalau percaya, ada.Luasnya tiada. terbatas, dapat mencangkum masadahulu dan yang akan datang.”

Gak Lui tak sempat menanya lebih jauh karena Se-bun Giok sudah mendahului. „Benar, memang ilmupetangan dari partai Gelandangan termasyhur dalamdunia persilatan. Untuk mencari barang yang hilang danorang, manjur dan tepat sekali.”

Serentak tergeraklah pikiran Gak Lui, tanyanya: „Ganpangcu, aku hendak mencari beberapa orang. Dapatkah

Page 291: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

291

engkau memberitahukan?”

“Boleh...., boleh..... Tetapi dalam nujuman itu hanyadapat memberi jejaknya saja.”

“Ada jejak, cukuplah....” Gan Ke-ik segeramengeluarkan sebuah cermin, katanya: “Silahkan melihatcermin ini. Setelah kuucapkan doa, tentu akan akanmuncul gambaran orang pada kaca itu. Tetapi kalauhendak mencari orang, harus memberitahukan nama danhari lahirnya!”

Seketika Gak Lni tertegun. Karena apa yangdilihatnya pada cermin itu hanyalah ayah-bunda, taciangkat. Tetapi dia tak tahu hari kelahiran mereka. Dantentang siapa musuhnya, sama sekali ia tak tahunamanya. Gak Lui hanya termenung-menung tak dapatbicara. Melihat itu Gan Ke-ik segera menegur: „ApakahGak siau-hiap tak mau bertanya apa?”

“Aku tak tahu hari lahir mereka! “ Se-bun Giok tahuakan kekecewaan Gak Lui maka buru2 ia memberianjuran supaya pemuda itu menanyakan saja tentangperistiwa yang akan datang.

AKHIRNYA Gak Lui menurut. Bertanyalah ia kepadaGan Ke-ik: “Kalau kutanyakan tentang hal2 yang akandatang, apakah juga manjur....?”

“Sudah tentu manjur juga. Tetapi bayang2 padacermin itu, mungkin saat itu sukar dimengerti. Tetapikelak tentu terbukti semua.”

Gak Lui segera menanyakan peristiwa.yang akandialami pada masa yang akan datang. Gan Ke-ikmenyerahkan cermin kepada Se-bun Giok, katanya:“Menanyakan nasib diri sendiri, tak boleh orang itumelihatnya sendiri. Karena setiap orang tentang

Page 292: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

292

prasangka, mudah salah faham. Misalnya, kalausekarang ini saja hendak mencari Kaisar Persilatan, jugalain caranya. Maka harap saudara Se-bun yang melihatdan mengatakan, kita berdua yang mendengarkan.”

Demikian ketiga orang itu lalu pejamkan mata. PikiranGak Lui melayang pada gerombolan Topeng Besi dan siHidung Gerumpung serta si Maharaja. Oleh karena takdapat menanyakan diri kedua orang tuanya, maka iamengharap dapat mengetahui tentang musuh besarnya.Gan Ke-ik setengah pejamkan mata. Tangannyamenekuk-nekuk jari, mulut berkemak-kemik membacadoa. Sedang Se-bun Giok memandang penuh perhatianpada kaca. Beberapa saat kemudian, tiba2 Se-bun Giokberseru : „Aku melihat sesuatu !”

“Cianpwe melihat apa ?” tanya Gak Lui.

“Seorang yang berkerudung muka ..... pedangnyamenonjol ke atas, kakinya menginjak beratus-ratus tulangmayat ........ sikapnya congkak dan angkuh sekali ........ “Diam2 Gak Lui terkejut. Ia duga tentulah si durjanaMaharaja Persilatan. Maka berserulah ia: Dia:mempunyai hidung atau tidak ?”

“Ah, karena mukanya ditutupi kain kerudung, manadapat kelihatan “ sahut Se-bun Giok seraya kerutkan alis,„hai..., kelihatan seorang lagi!”

“Seorang lagi ?”

“Sebuah gunung, belantara ........ sebuah guha,hai...., kain kerudung orang itu tiba2 melayang jatuh.”

“Bagaimana ?” teriak Gak Lui tegang sekali.

“Dia ....... dia memang tak punya hidung!” teriak Se-bun Giok tegang juga. Seketika menggigillah Gak Lui,serunya : „Harap perhatikan wajahnya dengan seksama!”

Page 293: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

293

“Batang hidungnya terpapas semua hingga tinggallubangnya saja. Wajahnya... celaka! Dia terjungkal rubuhdan mati ........!”

“Benar, dia memang harus mati !” teriak Gak Luikalap. Seketika Se-bun Giok melihat permukaan cerminitu seperti tertutup sinar merah darah. Serentak iamembentak Gak Lui : “Jangan berteriak....! Teriakanmuitu melenyapkan bayangan yang berada di sampingnya!”

“Apakah sudah tak kelihatan!” tanya Gak Lui gugup.Se-bun Giok memandang dengan seksama. Permukaancermin bagai tertutup gumpalan awan. Sebentar terang,sebentar gelap. Lewat beberapa seat barulah wajah Se-bun Giok cerah.

“Nah, sudah muncul, sudah muncul. Ah....., masih diasaja ....”

“Siapa?....”

“O....rang berkerudung yang menyanggul pedang tadi!”

“Oh....., dia belum mati?”

“Ah....., bukan hanya seorang .. dua orang”

“Ooo...., tetapi muncul beberapa orang yangmerupakan sekelompok besar. Mereka semuamengenakan kerudung muka dan membawa pedang.Gerombolan itu mengitari sekeliling orang berkerudungyang muncul pertama tadi, seperti sedang menari- narimengelilinginya ....... “

“Lalu?”

“Dari kejauhan muncul seseorang yang mencekalsepasang pedang. Gerakannya secepat angin meniup.Dia hanya seorang diri ..... tidak, ah.... di belakangnya

Page 294: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

294

menyusul banyak sekali tokoh2 silat yang hebat.........kedua fihak segera bertempur hebat ..... pedang berkiblatderas, darah membasahi bumi .......Ah....., ada beberapaorang yang rubuh........ lagi beberapa yang rubuh .......”Permukaan kaca itu penuh dengan bayangan yang cepatmuncul lenyap sehingga Se-bun Giok tak keburumenerangkan. Tetapi dari kerut wajahnya, dapatlahdisimpulkan bahwa Se-bun Giok sedang menyaksikansesuatu yang ngeri. Gak Lui tak berani mengganggu.Setelah melihat wajah Se-bun Giok agak tenang, barulahis bertanya: „Bagaimana akhirnya?”

“Akhirnya sebuah lautan darah, penuh dengan mayatyang timbul tenggelam “

“Adakah si Topeng Besi di situ?”

“Belum diketahui .... Sekarang tampak lima sosokmayat terdampar di tepi laut, ah ....... memangmengenakan topeng besi !” Itulah upahnya penghianat !”seru Gak Lui.

“Heran ?”

“Mengapa ?”

“Beberapa berlutut menangis dengan sedih sekali !”

“Siapakah yang menangisi mereka?

“Rupanya tokoh2 dari Lima partai persilatan besar !”Gak Lui pening kepalanya dan mulutnyapun berseruheran. Dilihatnya Se-bun Giok tengah memandang kacaitu dengan wajah tegang. Wajahnya pucat lesi dan tiba2mendekap cermin itu ke dada. Jelas dia melihat sesuatuyang ngeri. Gak Lui tak tahan lagi. Segera ia mencekaltangan orang yang bergemetar : „Se-bun sianseng,apakah yang sesungguhnya engkau lihat?”

“Tidak .... tidak apa2.”

Page 295: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

295

“Mengapa tak berani mengatakan?”

“Harap jangan tersendat-sendat. Ada hal yangburukpun aku tak takut! “'

“Se-bun sianseng tak dapat mengelak lagi. Terpaksadengan tersekat ia menyahut: „ Kulihat dalam hutanterdapat sebatang pohon besar, sebuah gedung mewah.... diatasnya tertulis 4 buah huruf .....”

Bukankah berbunyi „Paseban agung Yau-san”

Se-bun Giok terkejut: „Hai....., mengapa engkautahu?”

“Aku hanya menduga-dugal “

“Tak mungkin! Rupanya engkau faham akan tempatitu.”

“Sudahlah, jangan menanyakan soal itu. Haraplanjutkan keterangan saja!”

“Di dekat Paseban-agung Yau-san itu terdapatsebuah puncak gunung. Di samping gunung ada sebuahguha batu ........ “

“Apa isinya?” Seorang pemuda cakap sedang dudukbersila, dia ......” tiba2 Se- bun Giok memandang Gak Luibeberapa saat lalu menelan air liur .......

“Dia bagaimana?”

Dengan mengertak gigi, Se-bun Giok menyahutdingin: „Dia tak apa2!”

Tanpa disadari, karena tegang perasaan, Gak Luimencengkeram, keras tangan Se-bun Giok: „Aku takpercaya, cianpwe harus bilang!”

Melihat itu Gan-Ke-ikpun hentikan gerakantangannya. lapun segera mencegah: „Harap Gak siau-

Page 296: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

296

hiap jangan memaksa. Apa yang tampak pada cermin ituadalah gambaran dari isi hatimu. Tetapipun hanya secarasamar2, tak dapat jelas sekali. Misalnya, pertempurandahsyat dari dua fihak partai. Belum tentu terjadi dalamsebuah tempat. Tetapi dalam cermin itu diperlihatkansuatu pertumpahan darah hebat. Asal musuhmu yangutama sudah tampak, yang lain2 tak perlu engkaupikirkan terlalu serius.”

Diam2 Gak Lui menimang: “Maharaja, Hidung-Gerumpung dan Topeng Besi, sudah bermunculan.Tentang yang dilihat Se-bun Giok paling akhir, mungkintentu peristiwa malang yang akan menimpah diriku.Tetapi pokok asal sudah terlaksana membalas dendam,aku tak peduli nasib apa yang akan menimpah diriku!”

Dengan pemikiran itu, ia lepaskan cengkeramannyapada tangan Se-bun Giok dan menjawab kata2 ketuapartai Gelandangan tadi:. „Ucapan pangcu memangbenar. Terima kasih!”

Sesaat kemudian Se-bun Glok berkata: „Rasanyasaat ini sudah menjelang fajar, baiklah kita segeramengantar jenazah Ceng Suan totiang”.

Gan Ke-ik menyetujui.....

Rupanya Gak Lui masih tak enak hati atas kematianCeng Suan totiang. Maka ia menyatakan bersedia untukmembantu mengantaran jenazah. Se-bun Giokmengatakan bahwa peraturan Antar Jenazah itu amatbanyak. Dia memperingatkan bahwa pemuda itu masihperlu menuju ke gunung Pek-wan-san. Maka lebih baikmembagi tugas saja. Pendapat itu disetujui. Maka Se-bun Giokpun segera mulai mengangkat jenazah CengSuan lalu ditegakkan pada pohon.

Gan Ke-ik lalu berkata kepada Gak Lui : „Harap

Page 297: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

297

engkau kosongkan pikiran dan menutup kedua matadengan tangan. Jika hendak melihat, silahkan dari sela2jari saja.”

Memang Gak Lui agak tak percaya. Maka ia tak maumelewatkan kesempatan itu. Ia ingin menyaksikanapakah orang yang sudah mati masih dapat berlari. Mukadan kepala didekap dengan kedua tangan dan hanyadiberi sebuah lubang celah jari untuk mengintai keluar.Gan Ke-ik pun segera bersiap. Tangan kiri bergerak-gerak, mulut berkomat-kamit mengucap doa. Sedang Se-bun Giok sudah menerobos keluar hutan untuk menjagajangan sampai ada orang yang masuk ke dalam hutansitu. Gan Ke-ik bergerak makin lama makin cepat. Iaberputar-putar. Akibat putaran tubuh itu, anginpun timbulkeras. Tiba2 ia berhenti dan membentak pelahan :„Gerak.!” Sekali tangan kanan menunjuk, ber-hamburanlah angin deras kearah jenazah Ceng Suantotiang dan mayat itupun melonjak ke muka sampai tigalangkah.

“Jalan !” seru Gan Ke-ik pula dan mayat Ceng Suantotiang itu segera berjalan keluar hutan. Melihat itu Se-bun Giok tak keburu mengucap selamat jalan kepadaGak Lui karena ia harus cepat2 mendahului untukmenunjukkan jalan. Selama mengunakan ilmumenjalankan mayat Gan Ke-ik tak dapat bicara denganorang. Maka ia hanya melambaikan tangan kepada GakLui lalu menerobos keluar hutan.

Setelah ketiga orang itu lenyap, barulah Gak Luimembuka tangannya. Dia tak percaya akan segalaketahayulan. Tetapi apa yang disaksikan tadi, memangbenar2 suatu kenyataan. Ia tak percaya akan cerminajaib dari Gan Ke-ik tadi. Namun diam2 ia bersyukur jugakarena mengetahui hal2 mengenai musuhnya. Jika

Page 298: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

298

gerombolan Topeng Besi itu terdiri dari lima orang,tentulah mereka itu tokoh2 berilmu tinggi dari kelimapartai persilatan. Yang jelas paderi Ceng Ci dari Bu-tong-pay telah menjadi kaki tangan si Maharaya danmembunuh Ceng Suan totiang, ketua Bu-tong-pay saatini. Tokoh Kong-tong-pay yang hilang yalah Wi Cuntotiang. Saudara sepergguannya yakni Wi Ti dau Wi Tunmerasa cemas. Teringat akan bayang2 yang munculpada cermin ajaib tadi, diam2 Gak Lui merasa heranjuga. Mengapa kelima tokoh partai persilatan yanglenyap dan menjadi kaki tangan Maharaja itu menangisimayat2 yang bergelimpangan pada lautan darah akibatdari pembunuhan yang mereka lakukan ?” Dan orangyang menyanggul pedang, berjalan diatas gunungbangkai manusia, tentulah si durjana MaharajaPersilatan. Anehnya, ketika si Hidung Gerumpung mati,orang yang diduga sebagai Maharaja itu muncul puladalam cermin. Apakah itu bukan menyatakan bahwacermin ajaib itu hanya khayalan yang tak keruan dan takdapat dipertanggungan jawabkan kebenarannya? Atau,apakah memang ada dua orang tokoh yang berlainanorangnya?

Menurut keterangan ayah-angkatnya, pembunuhyang pedangnya memakai tanda burung Palang,hidungnya telah terpapas kutung. Tetapi menurutketerangan Bok kiam-su, orang yang mukanyaberkerudung itu, hidungnya masih utuh, Disesuaikandengan bayang-bayang pada cermin ajaib, jelas kalauantara orang yang hidungnya gerumpung dan memilikipedang pertanda palang, dengan orang yangmengenakan kerudung muka dan mendatangi BokKiamsu itu, adalah dua orang. Tetapi kini tanda guratanpalang pada pedang pembunuh itu sudah, diperbaiki.Dengan begitu ia telah kehilangan sebuah jejak untuk

Page 299: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

299

mengejar pembunuh orang tuanya.

Misteri yang menyelubungi diri Maharaja dan siHidung Gerumpung makin gelap baginya. Kemudian GakLui teringat akan Se-bun Giok yang tak mau mengatakantentang Gedung keramat gunung Yau-san dan guha batudi puncak gunung serta pemuda cakap yang dudukbersemedhi dalam guha batu itu.

“Aku tak pernah melihat wajahku,” pikir Gak Lui,„tetapi ayah adalah pemuda cakap pada masa itu. Ah,mungkin wajahku mirip dengan Ayah. Bahwa Se-bunGiok memandang aku dan tak berani berkata apa2adalah karena ia melihat mataku ..... mulutku ..... serupadengan wajah pada cermin itu.” Makin merenungkantingkah laku Se-bun Giok pada saat melihat bayang2wajah orang pada cermin ajaib, makin teganglah hati GakLui.

“Mengapa tadi mendadak wajah Se-bun Giokberubah pucat ? Ah....., tentulah karena pemuda cakap.yang bersemedhi dalam guha batu itu ... atau dirinya(Gala Lui) .,. tentu akan menemui ajal secara menge -naskan.”

“Mengapa aku harus mati secara mengenaskan?”bertanya Gak Lui dalam hati, „ah....., tentulah karena akutelah banyak dosa membunuh orang ....”

Gak Lui menengadah memandang langit. Tiba2 iatertawa mengekeh : „Heh..., heh..., heh...., asal dapatmembalas dendam orang tuaku, aku tak peduli akan matisecara bagaimana!. Kematian orang tuanya, para pamanperguruan serta bibi perguruannya, serentakmembangkitkan rasa dendam yang membakar hangussanubari Gak Lui. Saat itu perasaan Gak Lui amat tegangsekali. Begitu tegang, sehingga hampir saja ia

Page 300: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

300

kehilangan kesadaran pikirannya. Dan apabila sampaipada tingkat yang memuncak begitu, hawa amarah yangpenuh dengan nafsu, keganasan itu akan menyerang kedalam uluhatinya dan dia pasti akan tertimpah Co-hwe-jip-mo. Kalau tidak rusak tubuhnya, tentu mati seketika.

Gak Lui tak menyadari hal itu. Dadanya sesak,pikiran linglung dan matapun kabur. Memandangkesekeliling, ia seperti melihat gerumbul pohon disekeliling itu seperti sosok tubuh dari musuh-musuhnyayang hendak mengepung dirinya. Serentak ia mencabutsepasang pedangnya dan memekik keras:

“Bunuh!”

Tetapi makin lama suaranya makin lemah danakhirnya lenyap. Tiba2 pula ia memandang pada pedangpusaka Pelangi yang dicekal di tangan kiri. Pedang itumemancarkan sinar yang amat bening tetapi penuhdengan hawa pembunuhan. Akhirnya ia sadar danpikirannya pun makin tenang. Teringat bahwa pedang itusudah membunuh tiga jiwa, ia merasa menyesal. Orangtentu akan menuduhnya sebagai seorang manusia ganasyang tak kenal peri-kemanusiaan! Memandang kearahtimur, tampak mentari mulai memancarkan sinarnya yangkekuning-kuningan emas. Dan samar-samar dalamgumpalan halimun pagi, ia serasa mendengarkumandang doa kaum agama Budha. Seketikapikirannya tersadar.

“Demi membalas sakit hati orang tuaku, mau tak mauaku harus membunuh. Tetapi aku bersumpah takkanmembunuh orang yang tak berdosa” Dari lubuknuraninya, memancarkan hati yang penuh welas asih.Nafsu membunuh yang bampir saja membakar hangusdirinya, mulai reda. Gak Lui terhindar dari sebutansebagai Durjana dunia persilatan.

Page 301: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

301

“Tetapi tidak mudah untuk membedakan mana orangbaik dan mana yang jahat. Ada orang yang bersikappura2 baik. Ada pula yang setengah, baik setengahjahat,” diam2 Gak Lui mongeluh dalam hati

Setelah pikiran agak tenang dan nafsukemarahannya agak reda, Gak Lui mulai menarik napasuntuk menghirup hawa pagi yang segar. Setelah itu iamenyarungkan kembali kedua pedangnya. Lalu ayunkan-langkah menuju ke gunung Pek-wan-san.

Gunung Pek-wan-san atau gunung Monyet putihdisebut dengan nama itu karena bentuk puncak gunungitu hampir menyerupai binatang monyet.

LEMBAH GUNUNG Pek-wan-san sunyi senyap.Tetapi, hutan belantara gunung itu tampak hiruk-pikukdengan margasatwa yang terbang berseliweran. Suatutanda bahwa mereka tertejut karena kedatanganmanusia. Dan memang pada jalan kecil yang menjuruske dalam lembah, tiba2 meluncur sebatang anak panahperak. Anak panah pertandaan itu, melayang ke dalamhutan. Menyusul tampak beberapa sosok bayanganmemencar bersembunyi ke dalam gerombolan orang.Gerombolan orang itu semua mengenakan jubah dankerudung muka hitam. Persis seperti anak buahMaharaja. Setelah mereka bersembunyi, dari arah jalanmuncul sesosok tubuh tegak.

Sambil memandang keadaan gunung, mulutpendatang itu berseru: „Rupanya inilah gunung Pek-wan-san !” Pendatang yang bertubuh tegap itu bukan lainadalah Gak Lui.

Dengan gembira ia mulai menuruni lembah, tangkasdan lincah sekali langkahnya. Tak terasa ia sedangmenuju kearah barisan pendam. Sesaat tiba di tepi

Page 302: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

302

lembah, tiba2 ia berhenti dan menjamah pedangnya:„Hmm....., mengapa di sini terdapat bau manusia ?”

Kemudian ia memandang ke sekeliling penjuru. Iaheran mengapa unggas dan burung2 itu berterbangankacau balau. Katanya: „Burung2 itu berterbangan kaget,tentu ada manusia di sekeliling sini .......” Ia memandangdan memperhatikan lagi keadaan sekeliling tempat itu.Tetapi tak melihat sesuatu yang mencurigakan. Pada lainsaat ia mengambil kesimpulan : „Ah...., kalau adajalanan, tentu sering digunakan orang berjalan.Kemungkinan tentu rakyat daerah ini. Mengapa akuberauriga sendiri .........” habis berkata ia terus lanjutkanlangkah, menuju ke tengah lembah.

Sekonyong-konyong terdengar suara bentakan orang: „Gak Lui, berhentilah !” Gak Lui berhenti dan cepatberpaling ke belakang. Dilihatnya dua orang berkerudunghitam tegak 5 tombak jauhnya dengan menghunuspedang berkilau-kilauan.

“Huh....., kiranya budak2 Maharaja !” dengus Gak Lui,seraya maju menghampiri.

Diam2 Gak Lui menggunakan hidungnya untukmenyelidiki. Ia mendapat kesimpulan bahwa yangmenghadangnya itu bukan melainkan kedua orang itusaja, tetapi masih ada lagi. Mungkin jumlahnya cukupbanyak. Ia memutuskan untuk cepat2, membereskankedua orang itu agar menghemat tenaga. Saat itu iahanya terpisah tiga tombak dari kedua penghadangnya.Kedua orang itu berkerudung hitam itu segera tudingkanujung pedangnya dan membentak : „Berhenti !”

Gak Lui berhenti dan berseru :„Mau apa cari aku ?”

“Maharaja memberi perintah, suruh engkau.......”

Page 303: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

303

“Suruh aku....?” teriak Gak Lui.

“Benar, suruh kau ikut kami menghadapnya.”

“Dia dimana ?”

“Nanti engkau akan tahu sendiri!”

“Heh..., heh..., heh...!” Gak Lui tertawa iblis. Penuhdendam kemarahan yang meluap-luap. Tetapi keduaorang itu tak gentar. Mereka maju tiga langkah danmembentak : „Jangan tertawa-tawa, lekas ikut.

“Aku hendak mengerjakan sebuah urusan !”

“Urusan apa ? “

Sebenarnya Gak Lui sudah menetapkanpendiriannya. Tak mau mencelakai orang yang takbersalah. Tak membunuh yang tak berdosa. Tetapimenghadapi kaki tangan Maharaja, ia tak dapatmengendalikan diri lagi, bentaknya : „Akan kuwakili duniapersilatan untuk membasmi kalian pengganggu rakyat !”

Kedua orang berkerudung itu mundur dua langkah,serunya terkejut : „Engkau .....”

Tetapi sebelum mereka sempat bicara lebih lanjut,Gak Lui sudah taburkan pedangnya. Ia gunakan tenaga-sakti Algojo-dunia untuk melepaskan pedang denganjurus Tho jiu-hui-kiam. Terdengar, suara mendesis danpedangpun menancap di dada orang yang berdiri disebelah kanan. Kawannya tesentak kaget dan cepatputar pedangnya untuk melindungi diri seraya berseru :„Engkau bukan ........”

Tetapi Gak Lui, lebih cepat lagi. Secepat tangankanan mencabut pedang di dada korbannya tadi, tangankiripun segera menaburkan pedang Pelangi. Orangberkerudung hitam itu makin terkejut. Dalam gugup, ia

Page 304: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

304

cepat menangkis. Tring ...., pedangnya terpapas kutungketika menangkis sambaran pedang Pelangi. Danpedang Pelangi itu tetap menyusup ke perutnya.Terdengar jeritan ngeri dan terkaparlah orang itumengge!etak di tanah! Dalam sekejab mata dua jiwatelah dilalap Gak Lui, kawan2 gerombolan yangbersembunyi di balik batu dan dalam gerombol, terkejutbukan kepalang. Cepat mereka berhamburan loncatkeluar dan menyerang Gak Lui.

Gak Lui makin beringas. Maharaja adalah musuhbesarnya. Anak buah Maharaja harus dibasmi habis-habisan. Dengan sepasang pedang ia mengamuk.laksana banteng ketaton. Tiba2 terdengar suaragemerincing keras dan tahu2 pedang di tangan kananGak Lui telah mencelat sampai tujuh delapan tombaktingginya. Serempak dua sosok tubuh melambung keudara untuk merebut pedang itu. Yang satu adalah GakLui sendiri. Ia gunakan gerak Rajawali pentang-sayap.Dan yang seorang adalah seorang berkerudung hitam.Gerak orang itupun seringan burung walet. Pada saatkeduanya melambung ke atas, orang berkerudung itumasih dapat memapas kedua kaki Gak Lui. PedangPelangi walaupun tajamnya bukan alang kepalang tetapisayang agak pendek. Maka Gak Lui tak mau menangkismelainkan terus bergeliatan melambung ke atas. Danpada saat pedang orang itu hampir tiba, cepat2 Gak Luimenarik kedua kakinya ke atas. Wut ....... pedangmenyambar, hanya setengah dim di bawah telapakkakinya. Gak Lui melakukan suatu gerakan yangistimewa. Dalam melambung tadi, ia gunakan pedangPelangi untuk menempel pedang yang melayang ke atastadi. Sedang tangan kanan dihantamkan ke ubun2kepala musuh. Orang itu terkejut dan buru2 menangkisdengan tangan kiri: Plak ...... keduanya sama2 meluncur

Page 305: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

305

ke bawah lagi. Dan ketika turun ke bumi, mereka terpisahdua tombak jauhnya. Saat itu pedang yang ditempeldengan pedang Pelangi tadi, ikut terbawanya.

Gak Lui lalu mengambilnya lagi. Saat itu ia sudahsiap lagi dengan sepasang pedangnya. Setelah itu iahendak maju menyerang. Tetapi ia terkejut menyaksikanorang berkerudung itu. Begitu tegak di tanah, orangberkerudung itu terus merobek-robek jubah hitamnya.Kawannyapun juga meniru. Suatu hal yang tak lazimdilakukan oleh anak buah Maharaja. Gak Lui menataporang itu tajam2. Seorang lelaki yang berwajah terangdan sikapnya berwibawa. Walaupun kerut wajahnyadiliputi dendam kemarahan, tetapi tak mengunjuk tanda2sebagai orang jahat. Gak Lui hendak menegur tetapiorang itu cepat mendahului berteriak: „Engkau ...... bukankaki tangan Maharaja? “

“Kalian ...... apakah juga bukan?” sahut Gak Lui takkurang terkejutnya

“Aku adalah ketua perguruan Kiu-hoan-bun!”

“Kiu-hoan-bun? Kalau begitu namamu ........ Rajawali-tanpa- bayangan Ih Ci-jin!”

“Mengapa engkau menyaru sebagai gerombolanjahat?”

“Kaki tangan Maharaja itu sukar diketahui jejaknyamaka kami terpaksa menyamar untuk mencari mereka! “

“Mengapa menyerang aku? “

“Hanya suruh engkau ikut kami!”

“Dengan tujuan .........”

“Menyelidiki dirimu termasuk aliran Hitam atau Putih “

“Setelah terjadi pertumpahan darah ini, seharusnya

Page 306: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

306

engkau tentu sudah jelas! Tetapi.......”

“Bagaimana? “

“Dengan cara apa aku mendapat keyakinan bahwakalian ini dari Partai Kiu-hoan-bun dan bukannyagerombolan yang memalsu nama perguruan itu?” seruGak Lui. Rajawali-tanpa-bayangan Ih Ci-jin tertawamengekeh. Serunya dengan nada rawan: „Sudah tentuada bukti yang jelas!”

“Apa ....?”

“Orang ini engkau tentu kenal!” tiba2 ketua perguruanKim-hoan- bun itu melesat ke samping setombak jauhnyadan cret...,. cret..., ia menyabet hancur kerudung danjubah sesosok mayat. Yalah salah seorang penghadangyang dibunuh Gak Lui tadi.

“Lihatlah sendiri!” serunya. Gak Lui majumenghampiri. Ketika memandangi mayat itu berserulahia dengan getar: „Benar, sudah dua kali aku melihatnya!”

“Dia adalah muridku yang bernama Ji Kok-ceng.Pertama, pedangnya engkau papas kutung tanpa sebab.Kedua kali, ketika di ruang penyimpan mayat Leng-koan-tian, engkau hantam dia sampai terluka .......!”

“Ah...., harap Ji ciangbun jangan salah faham. Akumempunyai dendam sedalam lautan kepada Maharaja.Perbuatanku memapas pedang dan peristiwa tadi,adalah serupa tujuanku. Sayang muridmu bersitegangleher dan tetap salah faham”

Rajawali tanpa bayangan dapat menyelamipenjelasan Gak Lui. Namun dengan mengertak gigi iaberkata: „Walaupun begitu, tetapi tindakanmu itumemang kelewat ganas !”

Sambil memandang korban yang menggeletak di

Page 307: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

307

tanah itu, Gak Lui menjawab: „Memang harus disesalkanketidak jelasnya antara kawan dan lawan...... akusungguh menyesal sekali atas peristiwa itu.”

“Korban begini banyak, apakah cukup denganpernyataan menyesal saja ?”

Melihat orang makin keras bicaranya, Gak Lui segerabertanya : “Ji ciangbun, andaikata aku membawasejumlah besar anakbuah dan menyaru sebagaigerombolan Maharaja lalu menyuruhmu ikut. ApakahEngkau menurut atau melawan ....?”

“ini.... “

“Engkau dan aku sama2 sehaluan. Sama2 hendakmembasmi kawanan durjana. Seharusnya kita bersatupadu melaksanakan tujuan itu. Kalau tidak, bukankahkita akan ditertawai kawanan penjahat itu ....... !” tukasGak Lui.

Wajah Rajawali tanpa-bayangan berobah-robah takmenentu. Terbit pertentangan dalam batinnya Akhirnyadengan menahan segala rasa sakit hatinya, ia berkata: „Demi menghadapi musuh bersama, untuk sementarabaiklah kita jangan bentrok sendiri Tetapi ingat, kamitakkan membiarkan anakmurid perguruan Kiu- hoan-bunmati secara begitu saja !”

“Maksud ciangbun .......?“

“Setelah berhasil membasmi gerombolan Maharaja,kita nanti selesaikan lagi urusan ini. Denganmengandalkan kepandaian kita masing2, kita nantitentukan siapa yang kalah dan menang !”

Terhadap tantangan yang adil, Gak Lui selalumenerima. Terpaksa ia anggukkan kepala : „Jika Jiciangbun tetap menghendaki penyelesaian begitu,

Page 308: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

308

akupun hanya menurut saja. Namun atas kematian muridKiu-hoan bun, dengan ini sekali lagi aku menyatakanrasa, sesal yang tak terhingga!”

Setelah terjadi kesepakatan damai itu, keduanyapunmundur dan menyarungkan senjatanya. Tiba2 dari ataspohon sejauh 10-an tombak, terdengar suara tertawaseram. Nadanya mirip burung hantu mengukuk di tengahmalam. Sekalian orang tersentak kaget. Rajawali-tanpa-bayangan Ih Ci-jin memandang ke arah suara tertawa itu.Bahkan salah seorang marid Kiu-hoan-bun sudah cepat2ayunkan tubuh melayang ke arah pohon itu. Tetapi barutubuh murid Kiu-hoan-bun itu melambung di tengahudara, tiba2 dari arah pohon yang lebat daunnya itumelayang selembar daun. Daun itu menyambar muridKiu-hoan-bun dan memaksanya jatuh ke tanah lagi. Ilmumelontar daun itu, benar2 mengejutkan sekali.Pelepasnya tentu seorang ahli tenaga-dalam yang sakti.Tring..., Rajawali-tanpa-bayangan mencabut pedangterus hendak enjot tubunya menyerang ke atas pohon.

“Ih ciangbun, jangan bergerak....!” tiba2 orang diataspahon itu berseru perlahan namun amat kuat nadanya,„muridmu tidak terluka. Kalau tak percaya, dia tentusegera bangun.”

Rajawali-tanpa-bayangan tertegun. Dan ah...., benarjuga, muridnya yang terkena timpukan daun tadi segeraloncat bangun tak kurang suatu apa.

“Siapa engkau !” seru ketua Kiu-hoan-bun.

“Jangan hiraukan aku ini siapa. Pokoknya, akuseorang yang bermaksud hendak membantumu!” sahutorang aneh itu.

“Bermaksud baik membantuku?” ulang Ih Ci-jin ketuaKiu-hoan- bun.

Page 309: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

309

“Aku sengaja datang kemari karena hendakmenelanjangi kedok Gak Lui !”

“Oh.....” Rajawali-tanpa-bayangan Ih Ci-jin serentakberpaling memandang Gak Lui.

“Dia memang kaki tangan si Maharaja! Harap Ihciangbun jangan mudah melepaskannya !” seru orang diatas pohon itu pula.

Rajawali-tanpa- bayangan menegas : „Saudarasendiri main sembunyi tak berani unjuk muka.Bagaimana aku dapat mempercayaimu...?”

Dengan tenang, orang itu menyahut: „Setiap kakitangan Maharaja, tentu membawa sehelai lencana kecildari emas. Tak percaya, silahkan ciangbun menggeledahbadannya!”

Gak Lui terkejut, pikirnya: „Aku memang masihmembawa lencana emas milik Setan Keluyuran, tetapimengapa dia bisa tahu ...?”

Ia tak dapat melanjutkan penimangannya karena saatitu dilihatnya Rajawali-tanpa-bayangan Ih Ci jin berputartubuh dan memandangnya lekat2. Gak Lui terpaksamemberi penjelasan, „lh ciangbun, memang lencana ituada padaku. Tetapi kudapatnya dari murid Pek-kut Mo-kun ......”

“Mengapa tadi tak bilang?”

“Kuanggap hal itu tak perlu .....”

“HEH..., HEH...., HEH .....” terdengar orang misteriusyang bersembunyi di atas pohon itu tertawa mengejekdan menukas pembicaraan Gak Lui.

„Gak Lui, engkau memang anak yang pandai. Tetapisok pintar. Jelas engkau sudah mengetahui ketua partai

Page 310: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

310

Kiu-hoan-bun tetapi engkau, toh membunuh anakmuridnya. Masakan di dunia terdapat seorang ketuaperguruan silat yang mau menerima begitu sajamurid2nya dibunuh orang ......”

Mendengar itu, sepasang mata Rajawali-tanpa-bayangan Ih Ci-jin merah membara. Ia berpaling ke arahpohon.

“Oh...., ciangbun jangan deliki mata kepada ku! samasekali aku tak bermaksud mengejek perguruan Kiu-hoan-bun. Tetapi jelas dia adalah kaki tangan Maharaja yangtak dapat diberi ampun. Kalau engkau takut, baiklahdiatur secara begini saja.

“Secara bagaimana!” teriak ketua Kiu-hoan-bun,dengan murka.

“Silahkan engkau membawa pergi anak muridmu.Nanti aku sendiri yang membereskan budak itu!”

“Ngacol” bentak Ih Ci-jin.

“Kalau ciangbun memang berani turun tangan sendiri,aku bersedia membantu agar engkau jangan sampaimenjadi mayat!”

“Fui!” ketua Kiu-hoan-bun itu seperti meledakdadanya. Dengan kalap ia segera menyerang Gak Lui.Gak Lui loncat melayang melalui atas kepala ketua Kiu-hoan-bun, menuju kepohon tempat bersembunyi-nyaorang itu.

“Huh, engkau hendak melenyapkan mulut agarjejakmu tak di ketahui orang? Hm....., aku bukansebangsa ketua Kiu-hoan-bun yang mudah engkauhina......”

Kata2 orang itu benar2 seperti minyak yangmenyiram kemarahan ketua Kiu-hoan-bun. Akibatnya,

Page 311: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

311

ketika Gak Lui masih kurang dua tombak dari pohon,tiba2 ia rasakan punggungnya dilanda hawa dingin darisebuah pedang tajam. Ternyata ketua Kiu-hoan-bunsudah tak tahan lagi mendengar kata2 ejekan orangdiatas pohon itu. Serentak ia enjot tubuh melayangkeudara dan menyerang punggung Gak Lui.

Gak Lui diam2 mengeluh. Ia tahu bahwa karenamemiliki ilmu meringankan tubuh yang sakti, maka ketuaKiu-hoan-bun itu mendapat julukan Rajawali-tanpa-bayangan. Namun Gak Lui tak mau unjuk kelemahan.Berserulah ia dengan garang: „Bagus .....” sambilmenekuk kedua lututnya untuk menghindari serangan,pedangnyapun ditabaskan kebelakang. Wut..., wut.....tabasan itu tak berhasil menghalau pedang lawan.

Dalam gugup ia bergeliatan melambung lebih tinggilagi. Dengan gerakan itu, dapatlah ia menghindaripedang ketua Kiu hoan-bun. Tetapi ketua Kiu-hoan-bunitu tetap membayanginya. Tiga buah serangan sekaligusdilancarkan kearah perut dan punggung Gak Lui. Gak Luimakin gugup. Keringat dingin membasahi jidatnya. Iacepat gunakan ilmu sakti Rajawali-pentang-sayap.Seklipun ilmu itu amat dahsyat tetapi hanya mampumenangkis sekali dua kali serangan lawan.

Dalam detik2 terancam maut, tiba2 Gak Lui teringatakan suatu jurus permainan yang istimewa. Tring....,tring...., tring...... Bukan hanya dapat menghalau ketigaserangan kilat dari ketua Kiu-hoan-bun, bahkan masihdapat balas menyerang juga. Ketua Kiu-hoan-bun benar2terkejut dan terpaksa melayang turun kebumi. Dalampada itu Gak Lui pun tak dapat bertahan lebih lama lagi.Ia melayang turun tak jauh dari tempat ketua Kiu-hoan-bun. Serunya: „Harap berhenti dulu. Jangan sampaiterkena tipu muslihat orang ......”

Page 312: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

312

“Kentut! Gantilah jiwa muridku!”, dengan geram ketuaKiu-hoan- bun menyerang lagi. Karena putus-asamemberi penjelasan, terpaksa Gak Lui gunakan jurusBurung hong-pentang-sayap untuk menangkis. Sambilberlincahan menghindar, diam2 Gak Lui menimang:

“Ketua Kiu-hoan-bun ini memang tak bersalah. Akutak boleh melukainya. Memang yang harus diberantasadalah orang yang bersembunyi diatas pohon itu. Akuharus berdaya untuk membuat perhitungan denganmanusia itu .....”

“Budak Gak, jika engkau tak mau menyerah akuterpaksa hendak mendatangkan bala bantuan.” seruketua Kiu-hoan-bun.

“Ooo...., engkau mempunyai bala bantuan?”

“Partai Ceng-sia-pay memang sudah berserekatdengan partaiku. Engkau tentu tahu betapa kesaktianimam Thian Lok itu!”

“Dia juga berada disini?”

“Dekat sekali!”

“Celaka!” diam2 Gak Lui mengeluh. Seorang Ih Ci-jinsaja sudah repot, apalagi masih ditambah dengan ketuaCeng-sia-pay. Apabila sampai tambah musuh denganCeng-sia-pay, jahanam diatas pohon itu tentu akanmenggunakan siasat untuk mencelakai diriku !”

Akhirnya Gak Lui mengambil keputusan. Ia haruscepat2 menyelesaikan pertempuran sebelum keadaanbertambah berbahaya. Serangan Ih Cin-jin tadi jelasmenggunakan ilmu pedang ajaran paderi sakti ThianLiong. Tetapi Ih Cin-jin baru menggunakan dua jurus.Dan ilmu pedang dari Thian Liong itu terdiri dari empatjurus. Tanpa banyak pikir lagi, Gak Lui segera gunakan

Page 313: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

313

sisa kedua jurus ilmu ajaran Than Liong dengandilambari ilmu tenaga dalam. Sekali mengeluarkan juruspermainan itu, Ih Cin-jin terpaksa barus mundur tigalangkah. Menggunakan kesempatan pada saat gerakanpedang ketua Kiu- hoan-bun itu agak lambat, Gak Luicepat menyerang dengan jurus Menjolok-bintang-memetik-bulan. Tring....., tiba2 pedang ketua Kiu-hoan-bun itu terlepas dari tangan dan, secepat itu juga Gak Luisudah lekatkan ujung pedangnya ketenggorokan ketuaKiu-hoan-bun. Gerakan itu berlangsung, teramatcepatnya sehingga anak murid Kiu-hoan-bun tak sempatmenolong ketuanya -lagi,

“Karena sudah menang, lekaslah bunuh aku .... 1”seru ketua Kiu-hoan-bun.

“Ih ciangbun,” seru Gak Lui dengan dingin, „akutakkan mencelakai kaum Putih. Hanya kuminta engkausuka menerima peringatanku, yang sungguh-sungguh !”

“Hmm...... “

“Peristiwa hari ini, kuharap habis sampai disini sajaTak perlu menyeret partai Ceng-sia-pay kemari. Kelakapabila kita langsungkan pertempuran yang menentukan,bolehlah engkau panggil mereka!”

“Benar ?”

“Tentu!” sahut Gak-Lui tegas, „jangankan hanyaCeng-sia-pay, tambah yang lain2 lagi pun kuterima.”

Walaupun malu dan marah tetapi ketua Kiu-hoan-bunitu terpaksa menerima. Gak Lui pun menyarungkanpedang dan memandang kearah pohon. Aneh...,mengapa tak tampak suatu gerakan apa2. Ia duga orangitu tentu sudah pergi karena rencananya mengadudomba gagal. Karena tak ingin bentrok dengan orang

Page 314: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

314

Ceng-sia-pay, Gak Lui pun segera lanjutkan perjalanan.Sepeminum teh lamanya, ia mencapai puncak gunungyang kedua. Berpaling ke belakang, rombongan orangKiu-hoan-bun tadi sudah tidak kelihatan.

“Untunglah aku mengerti ilmu pedang Tiga jurusajaran Thian Liong locianpwe sehingga tak sampaimenemui kesukaran. Rasanya petuah mendiang bibi-guru supaya aku mempelajari berbagai ilmu pedangpartai persilatan lalu berusaha menciptakan sebuah ilmupedang sendiri, memang benar sekali .... “ pikirnya.

Memandang ke muka, jarak gunung Pek-wan-sanhanya tinggal separo. Setelah melintasi sebuah lembah,tentu sudah tiba. Maka iapun segera percepat langkahuntuk menuruni lamping gunung. Tetapi alangkahterkejutnya memandang ke bawah, tampak belasansosok tubuh sedang berlincahan dalam sinar pedang.Ah, kiranya di lembah itu sedang berlangsungpertempuran. Seorang imam tua berambut putih sedangbertempur seru dengan seorang berjubah kelabu. Ilmupedang si imam tua dahsyat dan ganas. Masih ditambahpula dengan gerakan tangan kirinya yang ikut menyerangdengan pukulan yang bertubi-tubi. Walaupun terpisahjauh, tetapi Gak Lui dapat merasakan betapa hebatserangan imam tua itu. Tetapi ternyata orang anehberjubah kelabu itupun hebat sekali. Sepintas pandang iaseperti tak memakai senjata dan hanya menggunakansepasang tangan untuk menghadapi serangan pedang siiman tua. Dengan berlincahan, jubah kelabu itu taburkanjubahnya. Taburan itu menimbulkan deru angin yangmembangkitkan debu tebal.

“Imam tua yang menggunakan pedang itu apakahbukan ketua Ceng-sia-pay, tetapi siapakah orangberjubah kelabu itu?”

Page 315: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

315

Gak Lui bertanya seorang diri. Kemungkinan Gak Luiitu rupanya diketahui oleh siorang berjubah kelabu. Diakendorkan gerakannya dan mengucap beberapa patahkata kepada si imam tua. Imam tua itu serentak berpalingmemandang ke arah Gak Lui

“Ha..., apakah artinya itu.....” tiba2 orang ber jubahkelabu itu berseru lalu loncat menghampiri Gak Luiseraya berseru nyaring:

“Gak Lui, mengapa engkau baru datang sekarang? Siimam tua Thian Lok ini kuserahkan padamulah!”

Kedua orang itu bergerak cepat sekali. Dalamsekejab saja mereka sudah tinggal berpuluh tombak dariGak Lui. Di luar dugaan, habis berseru tiba2 orangberjubah kelabu itu terus loncat menyusup masuk kedalam hutan. Dengan demikian, si imam tua terlanjurberhadapan dengan Gak Lui. Imam itu tanpa,banyakbicara lagi terus menyerang Gak Lui. Tetapi Gak Lui takmau melayani. Cepat ia loncat ke udara dan melayang kedalam hutan, mengejar orang berjubah kelabu tadi.

Imam tua Thian Lok totiang heran, pikirnya: „Jikamereka berdua bersatu mengeroyok aku, tentu merekaakan menang. Tetapi mengapa mereka malah melarikandiri ......? “

Karena tak tahu siasat orang, imam itupun tak maumengejar. Ia memutuskan mencari ketua Kiu-hoan-bununtuk berunding. Mengapa Gak Lui mengejar orangberjubah kelabu itu?. Karena setelah mendengarsuaranya, tahulah Gak Lui, bahwa orang itu bukan lainadalah orang yang bersembunyi di atas pohon danmengadu dombanya dengan ketua Kiu-hoan-bun tadi.Dengan mengandalkan penciuman hidungnya yangtajam, Gak Lui lanjutkan pengejaran. Saat itu ia tiba di

Page 316: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

316

sebuah gerombol pohon yang menjulang tinggi, di bawahkaki gunung Pek-wan-san. Gak Lui menyusup ke dalamhutan kecil itu dan dapatlah orang baju kelabu itu tegakberdiri di sebelah muka. la terkesiap melihat perwujudanorang itu.

Sepasang pipinya kempot tak berdaging. Wajahnyamenyeramkan. Tubuhnya tinggi kurus. Kedua lengannyayang panjang, menjulai sampai ke bawah lutut. Begitumelihat Gak Lui, orang itu segera bersiap. Ia tertawa iblis:„Heh..., heh..., he...., kiranya boleh juga engkau ini.Dapat melintasi dua lapis tokoh Kiu-hoan-bun dan Ceng-sia-pay ....”

“Pek-kut Mo-kun jangan mimpi, siasatmu yang licik itumampu merintangi aku!” bentak Gak Lui.

“Ooo...!,” orang itu mundur setengah langkah,„mengapa engkau tahu diriku ?”

“Bukan hanya kenal tetapi pun tahu bahwa engkauadalah kaki tangan si Maharaja!”

“Selain itu apalagi, yang engkau ketahui ?”

“Tipu muslihatmu yang hendak mencelakai diriku.Muridmu si Setan Keluyuran telah membunuh sepasangJago Pedang Samudera dan Pedang Gelombang.Kemudian engkau memikat murid2 partai persilatanuntuk menjepit ruang gerakku. Dan engkau sendiri lalumembunuh Bok Kiam-su, melukai kawanku lalu mengadudomba Kiu-hoan-bun dan Ceng-sia-pay dengan aku.Benar engkau seorang bajingan tengik ........”

Pek-kut Mo-kun tertawa iblis: „Heh..., heh..., heh...,belum aku membuat perhitungan padamu tentangmuridku yang engkau bunuh itu, engkau sudahmendahului menagih hutang padaku !”

Page 317: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

317

“Jangan ngaco belo! Lekas cabut senjatamu, akusegera hendak membereskan engkau !” bentak Gak Lui.

“Aku sih tak bermaksud hendak berkelahi,” sahutPek-kut Mo-kun seenaknya.

“Apakah engkau, hendak bunuh diri sendiri?”

“Jangan lancang mulut! Kalau hendak membunuhmu,adalah semudah orang membalikkan telapak tangan.Tetapi aku meadapat perintah supaya menangkapmuhidup2!”

“Siapa yang memerintahkan engkau?”

“Maharaja! “

“Dia suruh engkau mencari aku?”

“Ya!” Gak Lui terkesiap, pikirnya: „Menilik gelagatmemang ucapannya itu benar. Ditilik dengan akalnyauntuk mengadu domba Kiu- hoan-bun tetapi tak mauturun tangan sendiri, kemudian ia sengaja merintangiThian Lok totiang agar bentrok dengan aku, memangrupanya dia hendak menghabiskan tenagaku, barudiringkus!”

“Justeru aku memang hendak mencarinya.Katakanlah dulu di mana ia berada?” serunya.

“Lebih dulu engkau menanyakan tempatnya, setelahitu baru engkau membunuh aku. Tetapi ho, tak semudahitulah!“ ejek Thian Lok totiang.

“Lalu bagaimana kemauanmu?”

Pek-kut Mo-kun keliarkan mata memandang keempat penjuru lalu berkata: „Engkau harus menjawabbeberapa pertanyaanku dulu!”

“Katakanlah!”

Page 318: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

318

“Pada waktu kubunuh Bok Kiam-su. hanya si wanitaBidadari Tong-ting yang tahu. Karena engkau tahu juga,jelas engkau tentu mempunyai hubungan dengan Kaisardan Empat permaisuri: Benar atau tidak?”

“Aku tak mempunyai hubungan apa2 dengan merekaberlima,” sahut Gak Lui, „tetapi mengapa engkaumembunuh Bok Kiam-su? Apakah juga atas perintahMaharaja?”

“Tukang bikin pedang itu tak mau mendengar kata-kataku. Terpaksa kubunuh. Orang semacam begitu,masakan Maharaja sudi mengurus!”

Mendengar itu Gak Lui agak kecewa. Karena kalaupembunuhan Bok Kiam-su itu dilakukan atas perintahMaharaja, jelas-sudah, bahwa Bok Kiam-su itu memangorang yang dahulu pernah membikin betul pedangMaharaja.

“Engkau mengatakan tak punya hubungan apa2dengan Kaisar dan Empat Permaisuri. Tetapi juruspermainan pedangmu melambung keudara danmenyerang itu tadi, mirip dengan ilmu ajaran KaisarPersilatan yang bernama jurus Naga-sakti- mengibasekor. Cobalah engkau terangkan?”

Tetapi Gak Lui tak mau menyebut sumber dari ilmupedang itu. Maka ia hanya tertawa: „Menurutanggapanmu, sampai dimanakah tingkat ilmu pedangyang kugunakan tadi?”

“Hm ....., baru mencapai empat lima bagian saja !”

“Kenapa engkau memastikan ilmu pedang itu dariajaran Kaisar Persilatan? “

“Hai.., apakah bukan dia yang mengajarkan?” Pek-kut Mo-kun terbeliak, „ku!ihat semua jurus permainan

Page 319: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

319

pedangmu aneh. Apakah memang dari sumber ajaranyang istimewa”

Gak Lui tertawa makin keras: „Pintar juga engkau,dapat menduga”

“Kalau begitu ... apakah namanya ilmu pedang itu?”

“Pedang Halilntar”

“PEDANG .......HALILINTAR ....... ?” Pek-kut Mo-kunmenyurut mundur tiga langkah.

“Ya...., Thian-lui-koay-kiam atau Pedang Halilintaraneh. Ilmu pedang yang khusus untuk melenyapkankaum durjana dan siluman!”

Seketika berobahlah wajah Pek-kut Mo-kun: „ Ilmupedang itu bukan olah2 dahsyatnya Kecuali ilmu saktiLiok-to-sin-thong dari kaum agama, tak mungkin adayang dapat memecahkan ilmu pedang itu ...... Danternyata engkau dapat mempelajari.. Ah...., makanyaengkau dinamakan Gak- Lui si halilintar ........”

Rupanya Gak Lui juga terpengaruh oleh kata2 orangitu, diam2 ia terkejut sendiri: „Memang aneh benar.Mengapa di dunia, persilatan terdapat ilmu pedang yangbernama begitu. Kalau menurut omongan iblis tua ini,nama itu mengandung sesuatu rahasia ......... apakahnama itu mempunyai sangkut paut dengan perguruanBu-san? Sehingga ayah lalu menggunakan nama jurusitu untuk namaku?” Jika benar hal itu merupakan rahasiadari perguruan Bu-san, tentu sedikit sekali orang yangtahu. Ayahnya tak meninggalkan pesan apa2. Taruh kataia tahu, pun sukar untuk menyelidiki rahasia itu. Ayah-angkatnya, Pedang Aneh, paman gurunya Pedang Iblisdan bibi gurunya Pedang Bidadari, juga tak pernahmembicarakan soal itu. Kini mereka sudah meninggal.

Page 320: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

320

Tak dapat ia bertanya lagi ........

Setelah termenung-menung beberapa saat, Gak Luimelangkah maju dan menegur Pek-kut Mo kun : „Darimana engkau mendengar hal itu, lekas bilang!”

“Maha ........” baru Pek-kut Mo-kun berkata sepatahkata, tiba2 ia teringat kalau kelepasan omong. Makacepat2 ia berhenti.

“Ho..., kiranya si Maharaja yang bilang. Selain itumasih ada apa lagi? Suruh, aku menangkapmu hidup-hidup, untuk dibawa menghadap kepadanya !”

“Hm..., engkau yakin mampu melakukan?”

Pek-kut Mo-kun tenangkan diri lalu menyahut sinis :„Budak she Gak, jika engkau anggap aku takutkepadamu, engkau salah. Pula kalau engkaumembangkang akan kubawa menghadap Maharaja,engkaupun salah hitung!”

Diam2 Gak Lui menimang: „Kalau kubunuhnya, tentuaku kehilangan petunjuk untuk mancari jejak si Maharaja.Baiklah kubiarkan dia hidup. Kelak apabila sudah dapatmenemukan Maharaja, masih ada waktu kubunuhnyalagi !”

Setelah menetapkan rencana, berserulah Gak Lui :„Baik bawalah aku!” Tetapi Pek-kut Mo-kun tertawaseram. Ia melangkah maju: “Membawamu dengan carabegini, kurang leluasa .........”

Pek-kut Mo-kun maju beberapa langkah, ulurkantangannya yang panjang menuding Gak Lui: „Serahkandulu pedangmu itu kepadaku”

“Kentut.......” belum Gak Lui selesai memaki dengangerak secepat kilat ia mencengkeram kedua bahu GakLui. Gak Lui terkejut. la tak menyangka sama sekali akan

Page 321: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

321

diserang begitu tiba2. Tak mungkin ia menghindar lagi.Satu2nya jalan ia harus berlaku tenang dan endapkanbahunya kebawah. Pek-Kut Mo-kun sudah mengekehgirang karena melihat pemuda itu tak dapat menghindarlagi. Ia salurkan tenaga dalam kearah jari2 yang hendakdicengkeramkan itu. Tetapi betapa kejutnya ketika GakLui mengendap kebawah dan tiba2 babatkan pedangkelengannya. Cret..., cret..., cret..., cret.... kedua lenganjubah Pek-kut Mo-kun berhamburan sepeirti gumpalansalju turun dari langit. Seketika tampaklah sepasanglengan yang aseli dari durjana itu. Gak Lui terkejut juga.Dengan jurus Membelah-emas-memotong-kumala yanglihay, ternyata ia masih belum mampu membabat kutunglengan orang. Tetapi ketika mengawasi lawan, barulah iamengetahui sebabnya. Ternyata Pek-kut Mo-kunmencekal sepasang senjata aneh....., yaitu sepasangtangan palsu terbuat dari logam. Tangan palsu itusebesar mangkuk dan jari-jarinya merentang terbukamirip cakar ayam. Kerasnya bukan kepalang, sehinggapedang atau senjata yang bagaimana tajamnya pun takmampu memapasnya. Tetapi sekalipun tak sampaiterluka, Pek-kut Mo-kun marah juga. Serangannya gagal,lengannya hampir kutung. Serentak ia menyerang hebatdengan sepasang tangan palsu itu.

Gak Lui juga marah sekali. Cepat ia cabut pedangPelangi dan tangan kiri mencekal pedangnya sendiri.Yang satu, menyerang dengan jurus Burung-cenderwasih- pentang-sayap. Sedang pedang di tangankiri bergerak dalam jurus Salju-berhamburan-mencabut-nyawa.

Tetapi Pek-kut Mo-kun memang bukan tokohsembarangan. Tangan besi yang disebut Cakar-pemetik-hati, juga tak kalah hebatnya. Dan yang lebihmengerikan. Taburan Cakar-pemetik-hati itu

Page 322: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

322

menghamburkan hawa yang amat busuk sekali sehinggaorang hampir muntah.

Cepat sekali pertempuran itu berlangsung sampai100 jurus. Pek-kut Mo-kun mulai gelisah. Kepalanyabercucuran keringat dingin. la telah mendapat perintahuntuk menangkap hidup Gak Lui. Tetapi ternyata ilmupedang pemuda itu bukan olah2 hebatnya. Begitu pula iamemiliki ilmu yang aneh. Yalah tenaga-dalam yang dapatmeminjam tenaga-lawan untuk mengembalikan lagi padalawan. Dapat pula tenaga-dalam itu digunakan-untukmenyedot dan mendorong. Dan yang lebihmencemaskan hati Pek-kut Mo-kun adalah, ia dugakemungkinan pemuda itu masih belum mengeluarkanilmu pedang Halilintar yang luar biasa hebatnya. Sekalipemuda lawannya itu menggunakan ilmu pedang itu,tentulah ia akan menderita kekalahan.

Dengan mengandalkan ketajaman pedang pusakaPelangi, dapatlah Gak Lui memapas kutung tangan palsuCakar-pemetik- hati lawan. Tetapi untuk beberapa waktu,ia tetap belum mampu mengalahkan. Dan memang ia,mempunyai rencana untuk menangkapnya hidup agardapat dikorek keterangannya. Pemikiran itupun dimilikioleh Pek-kut Mo-kun juga. lapun ingin menangkap GakLui hidup-hidup agar tak melanggar perintah Maharaja.Sesaat kemudian tampak sepasang mata Pekkut Mo-kunmenyala. Jubahnyapun lalu menggelembung besar.Rupanya ia tengah mengerahkan seluruh tenagadalamnya.

“Hm...., dia mau mengeluarkan acara baru apa lagi....” baru Gak Lui memikir begitu, tiba2 Pek-kut Mo-kuntaburkan sepasang cakar besi kepadanya.

Melihat lawan berlaku kalap, lemparkan sepasangsenjata dari jarak dua tombak, Gak Lui hendak

Page 323: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

323

menangkis dengan pedangnya. Tetapi ketika melihatsepasang cakar itu memancarkan sinar aneh, diam2 iamenimang: „Ah..., cakar itu tentu mengandung gerakanyang tak terduga-duga” Maka ketika cakar itu hampir tiba,iapun cepat menggembor dan gunakan ilmu menimpukpedang. Kedua pedangnya ditaburkan untukmenyongsong. Tring..., tring..... terdengar ledakan kerasdari dua pasang senjata yang saling berbentur. Pedangmilik Gak Lui sendiri, terlempar ke tanah dan kutungmenjadi dua. Tetapi pedang pusaka Pelangi berhasilmenghancurkan sebuah cakar. Begitu terpapas kutung,jari2 cakar itu segera berhamburan di udara seluas tigatombak. Melihat itu Gak Lui cepat enjot tubuhmelambung ke udara. Tetapi ternyata ia terlambat sedikit.Dan batang jari cakar telah menancap dikedok kulit yangmenutupi mukanya Dengan gugup Gak Lui segeralepaskan dua buah pukulan ke samping. Dengan pukulanitu ia beruntung dapat menghalau taburan jari cakar yangberacun. Setelah itu sambil mencabut kedua batang jaricakar yang menancap di kedok mukanya, ia loncat kesamping. Tetapi karena kaget terkena taburan jari cakaritu, gerakan Gak Lui agak terlalu lambat. Dan memangPek-kut Mo-kun sudah siap.

Secepat taburkan cakar besi, ia terus menyusalidengan sebuah hantaman. Plak..... bahu Gak Lui yangsebelah kiri kena termakan. Seketika pemuda itu rasakanhawa murni dalam tubuhnya bergolak keras dan huak ....ia muntah darah. Pada saat melayang ke bumi, ia harusterhuyung sampai dua tombak. Tetapi dalam keadaansempoyongan itu, ia masih dapat hantamkan tangankanannya. Bum....... terdengar bunyi macam tamburdipukul dan pakulan itu tepat mengenai ketiak Pek-kutMo-kun. Durjana itu berkuik-kuik seperti babi disembelih.Dadanya berlumuran darah dan jatuhlah ia terduduk di

Page 324: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

324

tanah. Untung tak jatuh di atas sebuah cakar besi yangmenggeletak di tanah. Pek-kut Mo-kun benar2 gelagapansekali.

Sebelum Gak Lui sempat berdiri tegak danmenghantam lagi, cepat ia menyambar senjata cakarbesi dan dengan menahan rasa kesakitan, ia nekadmenyerbu maju. Tetapi baru maju selangkah tiba iamelihat tiga tombak di belakang Gak Lui, muncul seoranggadis cantik. Gadis itu mengenakan pakaian warnamerah segar dan tengah memandangnya dengan marah.Pek-kut Mo-kun terkesiap kaget. Bahwa gadis cantik itudapat muncul dengan tiba2 tanpa diketahui, dandidengar gerakannya, tergetarlah hati durjana itu.

“Siapa engkau!” bentak Pek-kut Mo-kun. Denganpelahan berserulah gadis cantik. itu menegurnya:“Apakah engkau tak pernah mendengar Kaisar danEmpat Permaisuri ?”

“Hai.......” mendengar itu menjeritlah Pek-kut Mo-kunterus loncat melarikan diri masuk kedalam gerombolanpohon. Karena darahnya yang bergolak itu masih belumtenang, Gak Lui terpaksa melakukan pernapasanbeberapa saat. Setelah dapat menenangkan hawamurninya, barulah ia memungut pedang pusaka Pelangilalu berputar tubuh menghadapi gadis yang berdiri dibelakang. la sudah mendengar bahwa gadis itu,menyebut dirinya sebagai salah satu dari EmpatPermaisuri. Dan teringatlah ia bahwa salah seorangtokoh Empat Permaisuri yakni Dewi telaga Tong thongtelah menolong gadis ular Siu-mey. Ia merasa berutangbudi kepada gadis itu. Maka pada saat ia hendakmenghaturkan terima kasih, ia hendak gunakan sebutan'cianpwe'. Tetapi baru mulut mengatakan „Cian ........' , iasudah berhenti lagi.

Page 325: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

325

Gadis yang di hadapannya itu sedang menjingjingsebuah bakul berisi bunga dan rumput. Dan ketika majumenghampiri langkahnya pun ringan dan gesit sekali. Iaduga tentu memiliki kepandaian silat yang tinggi. Tetapikalau gadis itu dikata sebagai salah seorang EmpatPermaisuri, ah....., jauh sekali ya...., jauh sekalikecantikan gadis itu dengan mereka. Sepasang bibir darigadis itu merekah semerah delima, tertawa: “Gak Lui,bagaimana dengan lukamu ?”

“Ah...., tak jadi apa...... tetapi ....., cian...... eh, nonamengapa kau tahu namaku?”

“Hi..., hi...., hi.....,” gadis itu tertawa. Nada-nya miripdengan suara burung kenari, „kudengar daripembicaraan kalian tadi.”

“Kalau .......... begitu, kapankah engkau berada di sini?”

“Aku lebih dulu dari kalian. Tetapi aku bersembunyidan kalian tak melihatku.”

“Perlu apa ke gunung Pek-wan-san sini ?”

“lh, rumahku di atas gunung. Karena mencaridedaunan obat maka aku turun kemari.”

“Kalau begitu engkau bukan salah seorang dariEmpat Permaisuri ?”

Gadis jelita itu tertawa.......

JILID 7

“MEMANG sebenarnya bukan !” seru gadis jelita itu,”kutahu siluman tua itu hendak mencelakai dirimu. Akumerasa kalah sakti dengannya tetapi kudengar dia takutsetengah mati kepada Kaisar dan Empat permaisuri.

Page 326: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

326

Maka kucoba untuk menggertaknya dengan nama itudan ternyata berhasil !”

“Nona, tindakanmu tadi sungguh berbahaya. Kelaktentu akan kubalas budimu,” kata Gak Lui.

Gadis itu hanya mendengus dengan pipikemerah2an: „Ah..., aku tak berani mengharap balas.Tetapi aku mempunyai sebuah permintaan .... entahengkau dapat meluluskan atau tidak !”

“Asal aku mampu melakukan saja”

“Maukah engkau membuka kedok mukanya yanganeh itu bararg sebentar saja?”

“Maaf, hal itu diluar kemampuankul”

Gadis itu mengeliarkan mata beberapa jenak lalutersenyum: „Tak percaya! Dengan mudah sekali engkaudapat melakukannya, mengapa tak mau?”

“Nona, aku telah bersumpah. Sebelum tiba waktunya,aku takkan melanggar sumpah itu itu”

“Apakah engkau tak pernah membukanya? Apakahtak pernah orang melihat mukamu?”

“Jargankan orang lain, sedang aku sendiripun taktahu bagaimana tampang mukaku ini !”

Sigadis tersenyum: „Hm...., tak apalah. Sekali punwajahmu merupakan sebuah teka-teki, tetapi bergunajuga untuk sementara orang!”

“Maksudmu .... “

Kembali pipi dara itu bersemu merah, tampilselangkah dan berkata: „Misalnya, siapa yang sungguh2suka kepadamu ...... ia tentu tak perlu kuatir apa2 lagikarena orang lain tak pernah melihatmu ........ “

Page 327: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

327

Dari pancaran mata dara itu, Gak Lui seperti melihatbayangan kedua nona Hi Kiam-gin dan Gadis ular Li Siu-mey. Kedua nona itupun pernah memandangnya denganpancaran mata begitu. Pada lain saat, iapun sepertimelihat bayangan wajah bibi gurunya yangmenyeramkan. Pikiran Gak Lui melayang kemasa yanglalu. Adalah demi ayahnya Pedang dewa Gak Yang-bengmaka bibi gurunya telah merusak wajahnya sendiri. Dankarena kuatir musuh akan mengenali dirinya (Gak Lui)maka ayah angkatnya telah memakaikan kedok muka.Tetapi sekalipun begitu, orang tetap memperhatikannya.

Tiba2 dara itu berputar tubuh dan berkata seorangdiri: „Aku harus pulang. Silahkan engkau beristirahatsendiri .... sampai jumpa!”

“Tunggu dulu ......,” Gak Lui berseru kaget.

“Masih ada urusan apa lagi ?”

“Harap nona memberitahukan nama nona agar kelakaku dapat menghaturkan terima kasih “

“Namaku The Hong-lian.”

“Hai....., engkau orang she The. Apakah engkaumasih keluarga dengan Pukulan Sakti The Thay ?”

“Dia ayahku, masakan engkau tak kenal?”

“Walaupun tak kenal, tetapi aku justeru hendakmenemuinya !”

“Sukar .... “

“Mengapa sukar ?”

“Dia berwatak terus terang dan sikapnya angkuh,mudah menyingkung perasaan orang lain!”

“Aku cukup sabar.”

Page 328: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

328

“Dan yang mencarinya kebanyakan ada dua macamorang. Pertama, karena ilmu silat ...... kalau tidak hendakbelajar tentu akan minta bantuan-nya. Ayah tak maumenemuinya.”

“Tetapi aku tak membawa maksud begitu!”

“Kalau tak karena ilmusilat tentu karena hendakmembuatkan pedang.”

“Apakah The cianpwe tak mau?”

“Mau sih mau tetapi ...... “

“Katakan terus terang sajalah, tak usahdisembunyikan.”

“Beliau menghendaki bayaran yang tinggi dan suruhpemesan itu membantu pekerjaan yang sangatmenyiksa.”

“Apakah hanya itu saja?”

“Ya...... eh.... tidak...., tidak ....! Masih ada beberapasyarat lagi.” tiba2 nona itu berhenti.

“Syarat apa lagi?” tanya Gak Lui gopoh.

“Harus ada, yang seorang sahabatnyamemperkenalkan.”

“Itu mudah,” Gak Lui tertawa gembira.

“Sungguh?” sidara menegas.

“Kalau menghendaki pembayaran tinggi, akumembawa permata. Mau menyiksa, aku cukup tahan.Minta seorarg sahabat yang memperkenalkan akupunpunya, karena kedatanganku kemari ini adalah BokKiam-su yang menunjukkan. Kiranya semua syarat telahterpenuhi, harap nona suka bawa aku menghadap ayahnona”

Page 329: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

329

Dahi The Hong-lian mengerut lalu jungkatkan alis danberkata pelahan: „Cukup baik tetapi masih kurangsebuah. Apakah engkau sedia?”

“Apa?”

“Surat yang ditulis sendiri oleh Bok Kiam-su”

“Ini ......”

“Hm...., rupanya engkau tak punya, Kalau ditanyaayah dan engkau tak mampu mengunjukkan, dia tentumarah dan menolak!”

“Celakal”

The Hong-lian kicupkan ekor mata, bisiknya: „Jangangugup! Aku punya daya, tetapi entah engkau setuju atautidak?”

“Asal sesuai, tentu setuju.”

“Beliau hanya mempunyai seorang anak perempuanaku ini. Asal kita mengangkat saudara, beliau tentumeluluskan.”

Melihat kewajaran sidara dan kesungguhannyahendak membantu, Gak Lui dapat menyetujui.Demikianlah kedua muda mudi itu segera melakukanupacara mengangkat saudara. Karena Gak Lui lebih tuatiga bulan, dia dipanggil engkoh. Dengan riang gembira,Hong-lian segera mengajak Gak Lui naik keatas puncakPek-wan-san. Puncak tertutup awan putih Dalamselubung awan itu terdapat sebuah pondok yangsetengahnya seperti guha setengahnya mirip rumah.Tetapi sama sekali tak ada alat2 untuk membuat pedang.

Melintasi gumpalan awan itu, „Hong-lian suruh GakLui menunggu diluar pondok: „Engkoh Lui, tunggulahdiluar sini. Biarlah aku yang bicara dengan ayah dulu

Page 330: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

330

nanti baru kupanggilmu!”

Gak Lui mengangguk. Dan Hong-lian pun segeramenyelinap masuk. Tetapi sampai sepeminum tehlamanya, belum juga dara itu keluar dan pondok punsunyi senyap saja. Gak Lui tetap menunggu. Tetapikarena terlalu lama akhirnya ia tak sabar lagi. Tetapitepat pada saat itu juga terdengar suara Hong-lianmenguak keras .........

Gak Lui terkejut dan cepat menerobos masuk. Tetapibaru tiba diambang pintu mendadak ia disambutserangkum angin yang dahsyat. Dalam gugup, iatamparkan tangan kiri untuk menyedot. Tetapi barutangan kirinya diangkat, orangpun sudah lepaskanbeberapa kali pukulan ber-tubi2. Karena luka-dalamnyabelum sembuh sama sekali, tubuh Gak Lui ter- putar2dan terlempar kebelakang sampai dua tombak jauhnya.Menyusul sesosok tubuh yang tinggi perkasa segeramelesat keluar. Seorang lelaki bermuka brewok sambilmemukul kalang kabut sambil berkaok2: „Budak busuk,enyah.... enyah....! Enyah ..!”

Gak Lui cepat dapat mengenali orang itu sebagaiPukulan Sakti The Thay. Segera ia gunakan geraklangkah Awan-berarak-seribu-li untuk berputar putarmenghindari seraya berseru ter-gopoh2 : „The cianpwe.harap jangan marah. Aku datang menghadap denganmaksud baik ........”

“Kentut....!, Kalau engkau bermaksud baik masakanengkau memikat puteriku!”

Gak Lui gelagapan malu. Lalu marahlah ia. Baru iaberseru sepatah memanggil cianpwe, tiba-tiba ia melihatHong-lian muncul di luar pintu...... Mata gadis ituberlinang-linang dan memberi isyarat kicupan mata

Page 331: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

331

kepadanya. Terpaksa Gak Lui tekan kemarahannya,sahutnya :” „Sedikitpun aku tak mengandung maksudbegitu .......”

“Huh, masakan akal bulus yang engkau mainkan ituaku tak tahu. Jika tak mempunyai maksud burukmengapa tanpa sebab engkau mengangkat saudaradengan anakku?”

“Hal itu...., puteri lo cianpwe yang.......” Karena marahhampir saja Gak Lui membuka rencana Hong lian. Tetapisesungguhnya gadis itu bermaksud hendakmembantunya. Sudah tentu ia tak mau mencelakainyadan lebih baik ia yang bertanggung jawab sendiri.

“Harap cianpwe jangan marah. Hendak kujelaskan,”buru2 ia beralih kata. Tetapi The Thay tak maumenghiraukan. Sekali kepalkan tangan ia terusmenghantam bum..., bum..., bum .... ia lepaskanhantaman dari jarak jauh. Tinju berhamburan dananginpun bergulung-gulung melanda Gak Lui sehinggamemaksa pemuda itu mundur beberapa langkah.

“Jika cianpwe terus menyerang, maaf, aku terpaksaberlaku kurang adat!” serunya memberi peringatan.Tetapi The Thay tak menggubris: „Hm..., kalau berani,balaslah!”

Saat itu Gak Lui terus menghindar mundur. Tetapiakhirnya ia tak dapat mundur lagi karena sudah tiba diujung karang. Selangkah lagi ia tentu kecemplungkebawah karang yang dalamnya tak kurang dari tiga-empat ratus tombak. Di bawah karang itu terbentangsebuah jurang yang berisi air. Luasnya beberapa bahu.Airnya berkilauan kehitam-hitaman. Walaupun dari atas,karang yang begitu tinggi, namun terasa juga hawadingin yang menguap dari air itu. Sejak kecil Gak Lui tak

Page 332: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

332

pernah main di air. Ia terpaksa harus waspada jangansampai terjatuh ke dalam telaga kecil itu. Tetapi saat ituia diserang dari tiga jurusan oleh Pukulan sakti The Thay.Kalau tadi ia cepat gunakan ilmu meringankan tubuh, iamasih dapat melayang melampaui kepala lawan. Tetapisaat itu ia sudah terdesak di tepi karang. Ia tak beranigegabah mengambil resiko untuk loncat melayang keudara. Diam2 ia menghela napas dan tenangkanpikirannya untuk bertahan diri.

Tangan kirinya diputar melingkar di udara. Tangankanan pelahan disongsongkan ke arah orang. Seketikaitu The Thay terkejut. Pukulannya dilepaskan bertubi-lubiitu tiba2 seperti disedot oleh suatu tenaga aneh yangmemancar dari gerakan Gak Lui. Pukulannya yangbertenaga dahsyat itu, setiap kali membentur Gak Luitentu seperti terbenan dalam laut dan lenyap. Selain itu,tangan kanan Gak Lui itupun menghamburkan tenagadahsyat sehingga memaksanya mundur selangkah.Melihat pemuda itu benar2 balas menyerang tiba2timbullah kelapangan hati The Thay. Kecuali, tidakmarah, orang itu adalah puas. Ia anggap cara Gak Luimenghindar lalu balas menyerang itu, mencocokiseleranya. Tiba2 ia menggembor keras: „Begitulah, barusesuai. Tetapi selain ilmu pukulan tadi, apakah engkaumasih punga simpanan yang lain........”

“Jika cianpwe masih punya ilmu yang lebih lihay,silahkan gunakan saja. Ilmu gerakan tanganku ini masihdapat menghadapinya” sahut Gak Lui.

“Sombong benar engkau, budak ! Coba akan kulihatsampai berapa lama engkau mampu bertahan” teriakPukulan-sakti The Thay seraya lancarkan serangan yanglebih dahsyat. Kedua tinjunya menyerang sederas hujanmencurah.

Page 333: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

333

Perbawanya mengejutkan sekali. Tetapi Gak Luitetap tenang. Kakinya laksana tertanam di karang. Dankedua tangannyapun bergerak-gerak menggunakantenaga- sakti Algojo-dunia, untuk meminjam tenagalawan mengembalikan serangannya.

Pertempuran makin berlangsung seru. Berulang-ulang terdengar letupan keras dari benturan tenaga-pukulan.

Kedua fihak saling ngotot berbaku bantam. Takseorangpun yang mau mengalah mundur. Cepat sekali100 jurus telah berlangsung. Yang paling sibuk adalahgadis Hong Lian. la cemas kalau ayahnya sampaimenderita luka. Tetapi ia pun gelisah kalau Gak Luisampai celaka. Namun ia tak dapat berbuat apa2, karenakepandaiannya amat terbatas dan tak mampu untukmelesai mereka.

Hong-lian menarik-narik bajunya sendiri, menggosok-gosok tangan. Dia bingung setengah mati. Keringatnyabercucuran menganak sungai. Baiknya ia takmengecewakan diri sebagai puteri dari seorang tokohsilat yang sakti. Walaupun bingung tak keruan tetapi iatak mau menjerit-jerit dan mengganggu perhatianmereka. Ia melihat wajah ayahnya merah membara.

Ubun2 kepalanva menguap asap. Suatu pertandabahwa tenaga dalamnya sudah hampir habis tetapi tetaptak mau mengaku kalah. Tetap melancarkan serangandahsyat dan mati-matian. Kemudian memandang kearahGak Lui, dilihatnya pemuda itu tetap bersemangat.Walaupun menderita luka akibat pertempurannya denganPek-Kut Mo-kun, tetapi ternyata dia tetap gagah.Pukulannya tampak seperti orang yang tak menderitaluka.

Page 334: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

334

Cepat sekali pertempuran itu sudah berlangsungsampai 500 jurus. Pukulan-sakti The Thay pun sudahmengulang setiap jurus pukulannya sampai tiga kali Daricepat, gerakannyapun makin lambat. Dari lambatakhirnya terhuyung-huyung. Sepasang tinjunya yangterkenal keras seperti besi, saat itu sudah lemah lunglai.Karena keliwat memaksa diri, napas jago tua itumemburu keras dan bluk ....... akhirnya ia jatuhngedumpruk di tanah.

Dalam pertempuran itu Gak Lui malah mendapatkeuntungan. la gunakan ilmu Menyalurkan tenaga murniuntuk menyembuhkan luka-lukanya, sembarimenghadapi serangan lawan. Begitu melihat The Thayjatuh, cepat ia loncat ke hadapannya dan terus menguruttubuhnya.

Hong-lian pun tergopoh menghampiri: „Yah..., apakahengkau letih” Dengan napas ter-engah2, The Thayberseru: „Letih apa? Ngaco.....”

“Yah..., sudah kukatakan bahwa ilmu kepandaiannyatinggi. Bahkan Pek-Kut Mo-kun pun dapat dipukulnyaterbirit-birit, tetapi engkau tetap tak percaya. Bukankahsoal angkat saudara itu harus diakui?”

“Hm.... !” The Thay mendengus. Tetapi mu!utnyamenyeringai tawa gembira. Kira2 sepeminum tehlamanya, keringatnya pun sudah berhenti. Lalu iamendorong Gak Li dan terus bangkit. Kuatir orang tua ituakan menyerangnya lagi, buru2 Gak Lui menyurutmundur tiga langkah dan bersiap. Tetapi gerakan tanganThe Thay itu hanya untuk melemaskan urat2nya yangkaku, serunya: „Uh...., kaku, sungguh kaku karena sudahlama tak pernah dibuat gerak. Kali ini puas benar2.”

Hong-lian menghampiri ayahnya: „Eh...., ayah....

Page 335: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

335

ha..... nya memikirkan berkelahi tetapi aku yang jadi anakperempuannya takut setengah mati ....”

“Ha..., ha..., ha..... tidak jadi apa,” The Thay tertawagelak-gelak. Kemudian memandang Gak Lui ia berserumemuji: „Sungguh tak nyana, engkau ternyata memilikikepandaian yang hebat!”

“Ah..., cianpwe keliwat memuji!”

“Sudahlah, tak usah sungkan. Kalau mau bicara. Marikita masukl” kata The Thay terus memimpin tanganputerinya dan menyambar tangan Gak Lui untuk diajakmasuk ke dalam pondok.

Sinona tertawa: „Engkoh Lui, perangai ayah memangbegitulah. Kalau marah seperti angin prahara, tetapisetelah itupun terus reda. Harap engkau jangan terkejut........”

Terhadap sifat The Thay yang terus terang, Gak Luimerasa suka. la membiarkan dirinya ditarik masuk.

TERNYATA dalam pondok itu penuh bergantunganpedang pusaka. Ada yang panjang, ada yang hanyabeberapa dim panjangnya. Jumlahnya tak kurang daribeberapa ratus batang. Sedang bentuknya pun terdiridari beraneka macam, yang aneh2. Sekalipun sejak kecilGak Lui sudah belajar ilmu pedang dan pengalamannyatentang perangpun cukup banyak, tetapi ketika melihatkoleksi pedang yang sedemikian banyak dan beranekaragam, diam2 ia terkejut dan kagum.

Melihat pemuda itu, tertawalah The Thay: „Engkautentu tertarik dengan kumpulan pedang pusaka itu,bukan? “

Gak Lui menghela napas: „Setiap orang tentu sukaakan barang pusaka. Sungguh, tak kira kalau cianpwe

Page 336: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

336

menyimpan sekian banyak pedang pusakal”

“Ha, ha, apa gunanya pedang sekian banyak itu.Kebanyakan hanya barang palsu!”

“Oh......!” Gak Lui mendesah kaget. Kembali iamemandang koleksi pedang itu dengan seksama. Setiapbatang pedang memancarkan sinar ke milau. Bentuknyakuno.

“Tak ada yang aseli ? Apakah semua itu palsu?”serunya heran. The Thay memandang kearah keduabatang, pedangnya:

“Dengan membawa pedang pusaka, Pedang Pelangidari Partai Bu-tong-pay tentulah pedang itu mempunyaiciri2 yang istimewa. Maka dengan dasar apa engkau takpercaya keteranganku tadi?”

Sambil menuding kearah sebatang pedang anehyang tergantung pada dinding, Gak Lui kerkata:„Misalnya pedang yang panjangnya dua meter itu.Tentulah pedang milik baginda Cin Si- ong. Dan pedangpendek itu tentuah milik baginda Cin Ong. Kemudianpedang yang, panjangnya dua dim itu tentulah pedangpusaka milik Co Pi. Kemudian yang lain2 seperti pedangKen- ciang, Bok-sia dan Ki-kwat, merupakan pedangpusaka yang termasyhur. Sekalipun tidak semuanyatulen, tetapi pun tidak semuanya palsu ........ “ Diam2 TheThay kagum atas pendapat anak muda itu. Sebelum iasampai berkata, Hong-lian sudah melengking tertawa:

“Engkoh Lui, kumpulan pedang itu bukan pedangkuno melainkan buatan ayah sendiri menurutpengetahuan dan pengalamannya ..........”

Gak Lui tertegun, lalu tertawa nyaring: „Karena Thecianpwe mempunyai kepandaian yang sedemikian hebat,

Page 337: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

337

keinginanku pasti terlaksana”,

The Thay memukul lututnya sendiri dan dengan mataberkilat-kilat bertanya: „Katanya engkau hendak mintaaku membuatkan pedang. Apakah engkau hendakmerobah pedang Pelangi itu?” Gak Lui mengiakan.

“Tetapi aku mempunyai beberapa syarat!”

“Dalam hal itu aku memang sudah bersedia dandapat memenuhi semua!”

“Oh, engkau sudah tahu syarat2 yang kukehendakiitu? “ tanya The Thay.

“Aku bersedia menyerahkan seluruh benda berhargasebagai balas jasa lo-cianpwe. Begitu pula, apapunpesan cianpwe, tentu akan kulaksanakan” kata Gak Luiseraya mengeluarkan batu permata dan diletakkan dihadapan tuan rumah. Permata berlian hasil keluaranLembah Mati itu, merupakan permata yang jarangterdapat di dunia. Harganya tak ternilai. Cahaya tajamyang memancar dari berlianl itu, menyilaukan mata TheThay, terutama sebutir berlian pemberian Siu-mey.Sinarnya hebat sekali. Sehingga Hong-lian tak maumelepaskannya. Tetapi diluar dugaan, The Thaymengembalikan tumpukan berlian itu kepada Gak Lui.Serunya dengan wajah serius: „Aku tak suka menerimabenda2 ini.

“Apakah masih kurang?”

“Aku bukan seorang mata duitan. Jangan salahfaham!”

“Kutahu hal itu memang menjadi peraturan dari lo-cianpwe. Sudah seharusnya .........”

“Aturan apa?, itu hanya siasatku untuk merintangiorang2 iseng yang hendak mengganggu aku. Dengan

Page 338: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

338

peraturan itu belasan tahun, tak ada ada orang yangdatang lagi................”

“Lalu, tentulah cianpwe mempunyai lain2 pesanan !”

“Benar, memang aku mempunyai lain syarat.Sesungguhnya hal itu pun hanya merupakan beberapapertanyaan saja .......”

“Asal tahu tentu kukatakan. Asal yang, kukatakantentu, benar2 sesungguhnya. “

“Pertama, pedang itu sebenarnja pusaka Butong-pay.Mengapa dapat jatuh ketanganmu?”

Gak Lui setera menuturkan riwayat pedang itusampai jatuh ketangannya. The Thay mendengarkandengan penuh perhatian lalu bertanya penuh gairah:„Kiranya Ceng Ki totiang dari Butong- pay, itu mempunyahubungan dengan engkau. Lalu apakah namaPerguruanmu?”

“lni... aku benar2 sukar mengatakan.”

Hong-lian kerutkan alis. Ia kuatir ayahnya kurangsenang mendengar jawaban Gak Lui. Tetapi Gak Luisudah terlanjur memberi jawaban begitu maka ia punmelanjutkaa lagi!. “Asal-usul diriku sama dengan kedokmuka yang kukenakan ini. Apabila belum tiba saatnya,tak dapat kuterangkan. Harap cianpwe, suka maafkan.”

Diluar dugaan, The Thay tidak marah, malahmenganggukkan kepala: „Tak perlu melihat mukamu.Cukup kulihat sinar mata dan gigimu yang putih itu.Tentang asal usulmu .... berikanlah pedang yang lain itukepadaku.”

“Yah.....” tiba2 Hong-lian melengking,” pedangnyayang itupun kutung juga. Harap ayah bantumembuatkannya “

Page 339: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

339

Gak Lui menyerahkan pedang itu dan The Thay punlalu meletakkan kedua pedang kutung itu diatas meja.Setelah memeriksa beberapa saat, ia berseru memuji:„Sekalipun bukan jenis pusaka, tetapi pedang initermasuk pedang yang luar biasa tajamnya. Pemiliknyadahulu......jaitu seorang pendekar pedang yang.......Kemudian ia menjentik batang pedang dengan jarinyalalu berpaling memberi pesan kepada Hong-lian:„Ambilkan alat2ku, pedang ini hendak kubongkar!”

Hong-lian segera membawakan alat ayahnya. Takberapa lama, tangkai pedangpun sudah dibongkar. Tiba2Pukulan-sakti The Thay berteriak kaget: „Pedang Aneh JiKi-tek!”

“Ah....., kiranya engkau keturunan dari Empat PedangBusan!”

“Bagaimana ciaopwe tahu.... !” Gak Lui pun memekiktegang.

“Karena dapat membuat pedang, sudah tentu akudapat mengetahui perabot dan tanda2 pada pedang.Karena setiap pemilik pedang, tentu meninggalkan tandapengenal dari pada pedangnya. Kalau tidak dibatangpedang tentu dalam tangkai Pedang ...... !”

Kini tersadarlah Gak Lui. Ia segera memandangkearah tangkai pedang yang sudah dibongkar itu. Ah...,memang benar. Diatas tangkai itu terdapat ukiranbeberapa huruf yang kecil sekali yang berbunyi namaayahnya. Seketika bercucuranlah air matanya.

“Ah....., rupanya engkau memang mempunyaikesukaran dalam hati. Baiklah, aku tak mau bertanyalagi. Bahkan apa yang kulihat saat ini, takkan kukatakankepada siapapun juga. Dan pedang ini, akan kusambungselesai dalam tiga hari” Gak Lui menghaturkan terima

Page 340: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

340

kasih lalu bertanya: „Entah berapa lamakah waktu yangdiperperlukan untuk membikin Pedang Pelangi itu? Danapakah masih ada syarat lagi?”

“Waktunya kira2 setengah bulan. Dan syaratnya punsederhana.... Tetapi panjang kalau diterangkan........”Gak Lui minta supaya tuan rumah mengatakan.

“Pedang Pelangi. ini hanya tinggal separoh. Jikamenghendaki dibuat yang utuh, tentu harus memerlukanbahan baja yang murni. Kalau tidak, kecuali takkanmenjadi pedang pusaka, pun malah akanmerusakkannya. Maka soal pertama, yalah mengenaibahan ..........”

Gak Lui tergetar hatinya, serunya tegang: „KudengarHan-thiat” (besi dingin) dan Bian-thiat (besi keluaranBurma), merupakan bahan yang paling bagus untukpembuatan pedang. Tetapi tak tahu kemanakah akuharus mencarinya .......”

“Ah..., tak perlu harus mencari sekarang ini. Akusudah mempunyai bahan Han-thiat. Tetapi aku takberhak memberikan kepadamu”

“Siapakah yang berhak?”

“Dia!” tiba2 Pukulan-sakti The Thay menuding kearah puterinya.

“Ah......, kiranya adik Lian. Relakah engkaumenyerahkan kepadaku?” seru Gak Lui. Hong-lian,seketika merah mukanya. Dengan malu ia berkata;

“Rela sih rela, tapi Han-thiat itu pemberian ayahkepadaku untuk dijadikan...... “

“Apa? ......... “

“Buat.......” si-dara memainkan ujung bajunya sambil

Page 341: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

341

tartawa.... Matanya menggelora ........ memandangayahnya. Tetapi Pukulan-sakti The Thay hanya tertawagelak-gelak.

“Budak tolol, engkau biasanya begitu genit, mengapahari ini engkau tak bisa omong. Ai....., biarlah ayah yangmengomongkan.......nya.”

The Thay berpaling ke-arah Gak Lui dan ber-serutertawa : „Aku gemar belajar silat dan sedang membuatpedang. Maka bahwa besi Han-thiat yang kukumpulkanselama hidup ini, akan kuberikan kepada puteriku untukmas-kawin. Jika engkau suka pakai, terpaksa........,biarkan ia yang memberi putusan ....... Mas-kawin!”

Gak Lui berseru kaget. Seketika benaknya melintasbayangan gadis ular Siu-mey yang.....secara tak resmisudah menjadi isterinya. Melihat Gak Lui tertegun, wajahHong-lian tampak kecewa. Saat itu sunyi senyap.Ketiganya terbenam dalam renungan masing2. Tiba2Pukulan-sakti The Thay, tertawa riang memecahkesunyian: „Gak hiantit tak perlu gelisah. Sekali-kalibukan maksudku hendak menekan engkau dengansyarat itu. Meskipun engkau sudah mengangkat saudaradengan Lian-ji, tetapi tak usah engkau menyebut akusebagai Gi-hu (Ayah-angkat). Saat itu tampak mataHong-lian bercucuran airmata memandang ayahnya.Tetapi The Thay tak menghiraukan dan tetapmelanjutkan perkataannya. Karena perjodohan priawanita itu harus disetujui kedua belah fihak. Tak dapatdipaksa. Kalau terlalu buru2 malah akan menimbulkanbanyak kesulitan. Lebih baik tunggu saja bagaimanaperkembangannya kelak” Habis berhata orang tua ituberpaling memandang puterinya. Rupanya, Hong-liandapat menangkap maksud ayahnya. la hapus, kerutdahinya dan dengan, nada riang berkata kepada Gak-

Page 342: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

342

Lui: „ Engkoh Lui”, kuberikan Han-thiat itu kepadamu danbolehlah engkau kasihkan batu berlian ini sebagaipenukarnya!”

Pada saat Gak Lui longgar perasaannya, tiba2 iateringat bahwa batu berliun itu adalah pemberian Siu-mey. Ia terbeliak, serunya:

“Karena aku sendiri yang mengeluarkan, seharusnyaaku tak menyesal untuk menyerahkan batu berlian ini.Tetapi .......batu. ini ada sedikit.... kesulitannya. Kelakkuganti saja dengan 10 kali lipat. Apakah adik Liansetuju? “

Hong- lan kerut-kan alisnya dan menunjuk batuberlian, ia bertanya: „Engkau bilang berlian inimempunyai persoalan. Apakah soal tanda yang beradadi atasnya itu? “

“Tanda?” Gak Lui. terkejut terus mengambil batu itudan memeriksanya. Ah, memang benar. Pada sebelahpermukaan batu berlian itu terdapat sebuah hurufsehalus rambut berbunyi BU. Karena selamanya taksenang akan batu2 permata, maka Gak Lui takmemperhatikan ciri2 itu. Dan ketika saat itu mengetahui,gemetarlah tubuhnya. Berlian ini jelas berasal dari Siu-may yang menggeledah dari tubuh Tabib-jahat Li Hui-ting. Jika tak dibuat orang, tak mungkin bertanda hurufBU. Apakah itu bukan ciri tanda dari anak buah siMaharaja?” pikirnya.

“Benar, memang tanda ini penting sekali bagiku,”katanya kepada Hong-lian.

“Kalau engkau memerlukan, biarlah kukembalikansaja kepadamu. Tak perlu engkau pikirkan untukmenggantinya!” kata Hong-lian.

Page 343: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

343

The Thay tertawa: „Begitu baru tak mengewakandirimu sebagai anakku. Nah, marilah kita menuju kedapurpedang.”

MEREKA bertiga segera menuju ke ruang belakangtempat penempaan pedang. Keluar dari rumah belakang,mereka menuju ke sebuah guha yang kuat. Di puncakwuwungan guha terdapat sebuah lubang seluas duatombak sehingga guha menjadi terang benderang.Dalam guha itu terdapat sebuah perapian besi.Disebelahnya sebuah kolam yang jernih airnya.Kesemuanya itu tentu untuk peralatan pembuatanpedang. Setelah menghidupkan api, maka The Thay lalumemasukkan pedang dari Gak Lui tadi kedalamperapian. Api berkobar besar, asap bergulung-gulungmembubung ke atas. Beberapa saat kemudian, Gak Luitampil mendekati The Thay:

“Paman The, apakah engkau tak keberatan untukmembuatkan Pedang Pelangi lebih dulu baru nanti ...... ,”

„Tidak! “ sahut The Tbay dengan bengis, „akumempuayai maksud tertentu mengapa membuat pedangini lebih dulu. Karena begitu pedang Pelangi dan bahanHan-thiat masuk ke dalam api, sinarnya tentu memancartinggi ke atas langit sehingga dalam jarak 100 li akankelihatan. Sinar pembuatan pedang pusaka itu pasti akanmengundang kawanan durjana kemari. Maka akankutempa dulu pedangmu agar engkau mempunyaisenjata untuk menjaga keamanan pembuatan pedangPelangi nanti!” Saat itu barulah Gak Lui tersadar.

“Selain itu masih ada sebuah tugas penting yangharus engkau kerjakan sendiri,” kata The Thay pula

“Silahkan paman bilang !”

“Kelak apabila pedang Pelangi sudah jadi, harus

Page 344: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

344

lekas2 dibenam dalam air dingin. Kolam air disini takcukup besar. Harus dilempar kedalam Telaga-pedangdibawah gunung. Apakah engkau dapat mengerjakan ?”

“Tetapi Telaga-pedang itu amat dalam sekali. Jikamembiarkan pedang itu sampai terbenam kedasartelaga, tentu sukar diketemukan. Apakah engkau dapatmelontarkan pedang itu kedalam telaga lalu secepatnyamengambilnya keluar lagi”

“Aku dapat menggunakan gerakan Rajawali-pentang-sayap untuk melayang kepermukaan telaga” sabut GakLui dengan semangat menyala. Sama sekali ia lupabahwa ia tak dapat berenang. Sudah tentu The Thay takmengetahui kekurangan pemuda itu. Dengan gembira iamelangkah maju dan menunjuk keatas puncak guha.

“Baiklah, lebih dulu kita buat perjanjian. Padawaktunya, engkau harus berdiri diatas puncak guha inilalu kulemparkan pedang kepadamu dan engkauharus..... cepat lontarkan kedalam telaga Pedang.Dengan cara itu barulah kita dapat bekerja cepat. Hong-lian pun memberi pesan juga dengan penuh perhatian:

“Engkoh Lui, jangan lupa pakai sarung pelindungtangan agar tanganmu jangan terbakar !” Demikianlahhari demi hari, dipuncak gunung Pek-wan-san siangmalam selalu tampak cahaya api marong kelangit.Cahaya itu dapat terlihat sampai 100-an li jauhnya. Padamalam itu sinar pedang yang ditempat dalam perapian itumakin hebat memancar kelangit. Seolah olah sepertisebuah pelangi. Hampir seluruh puncak gunung menjaditerang benderang. Selama setengah bulan ini, Gak Luiselalu menjaga diguha itu dengan pedang terhunus.Pembuatan pedang Pelangi pasti akan berhasil jika padahari2 terakhir tak terjadi suatu halangan. Tiba2 Gak Lui.mendengar suara letupan keras yang muncrat keudara

Page 345: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

345

dan berhamburan mencurah keatas hutan. Datam saat2timbulnya pemandangan yang anah itu, tiba2 terdengarThe Thay berseru nyaring: „Sambutilah !” PedangPelangi yang masih merah marong, meluncur keluar daripuncak guha terus melambung keudara. Gak Lui cepatbertindak. Tubuhnya berputaran keras dan terusmelambung keudara. Disambarnya Pedang Pelangi ituterus dilontarkannya kedalam Telaga Pedang. Setelah ituia melingkarkan kedua lengannya dalam bentuk macamlengkung-busur, lalu meluncur kearah Telaga Pedangdibawah jurang. Air telaga itu hitam gelap, dinginnyabukan kepalang. Tetapi karena kemasukan PedangPelangi, airnyapun hangat sehingga Gak Lui tak merasakedinginan... Begitu pula sinar gemilang dari pedangPelangi itu memancar dan menerangi telaga sampaiseluas 5 tombak dalamnya. Pada saat pedang Pelangijatuh kebawah telaga Gak Luipun sudah menukikkepermukaan air. Dengan kepala dibawah dan kakidiatas, ia terus menyusup kedaham air. Matanya takberkedip memandang pedang itu. Selekas batangpedang itu sudah dingin, ia terus akan menyambarnya.Karena menumpahkan seluruh perhatian pada pedangitu, sampai lupalah pemuda itu bahwa sesungguhnya iatak pandai berenang. Begitu juga ia lalai untukmemperhatikan keadaan disekeliling tempat situ. PedangPelangi terus meluncur kedasar air. Cahayanya marongmerah makin lama makin redup Gak Lui anggap sudahtiba saatnya untuk menyambar pedang itu dan iapunsegera gerakkan tangan kanannya.

“Uh.....!” ia mendengus kaget karena sambarannyaluput. Terpaksa ia terus selulup kedalam air. Tetapikarena tak pandai berenang, seketika tubuhnya terasaberat sekali dan ikut tersedot kedalam telaga. Saat itubarulah ia terkejut dan menyadari kalau tak pandai

Page 346: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

346

berenang tetapi karena pedang itu makin lama makinmeluncur kedasar telaga, dalam gugupnya, Gak Lui takmenghiraukan segala apa ..... Ia terus menukik kebawah.Tetapi karena tak pandai berenang, ia kalah cepatdengan gerakan pedang yang menyelam kedasar telaga.Saking marahnya, Gak Lui hampir2 pingsan. Tetapi tiba2timbulah suatu peristiwa yang aneh. Pedang yangsinarnya makin gelap itu tiba2 berhenti mengenapkebawah.

“Ah...., mungkin sudah tiba didasar telaga,” diam2Gak Lui girang sekali. Tetapi pada lain saat ia tersentakkaget, „tak mungkin. Kalau sudah tiba didasar telagatentu benda itu tak bergerak. Tetapi mengapa pedang itumasih bergerak naik turun dan seperti pecah menjadi tigabuah? Gak Lui tak peduli segala apa. Ia terus bergeliatan menyelam kebawah sampai tiga tombakjauhnya. Haup ....... la terminum air. Ternyata telaga ituamat dalam sekali..... Pedang Pelangi belum mencapaidasar telaga tetapi digigit oleh seekor binatang raksasaseperti buaya yang berumur seribu tahun. Binatang itubergigi runcing tajam, bersisik dan matanya berkilat-kilatmemancar api. Besar tubuhnya hampir satu meter danpanjangnya mencapai lima tombak. Begitu melihat GakLui meluncur kebawah, binatang itu segera kibaskanekornya lalu meluncur secepat kilat kearah pemuda itu.Setelah terminum air dingin hati Gak Lui terasa agaktenang. Pikirnya : „Tak bisa barenang, tak apalah. Asalkututup jalan darahku beberapa saat, aku tentu dapatbertahan didalam air untuk melihat gerakan2 lihay daribinatang buaya purba itu

Setelah mengambil keputusan, ia segera kerahkantenaga dalam dan siapkan pedang. Cepat sekali buayaitu sudah tiba dihadapannya. Diam2 Gak Lui mendugabinatang itu pasti akan membuka mulut. Pada saat itulah

Page 347: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

347

ia akan bergerak secepat-cepatnya untuk merebutPedang Pelangi. Tetapi kurang ajar Buaya itu ternyatacerdik juga. Dia tak mau membuka mulutnya melainkanmiringkan kepalanya kesamping, lalu gerakkan PedangPelangi membabat dibagian perut Gak Lui. Gak luiterkejut sekali. Pedang Pelangi tajamnya bukankepalang. Dapat memapas logam seperti membelahtanah liat saja. Dengan tenaganya yang begitu dahsyat.Pedang Pelangi itu tentu makin hebat. Tak mungkin iaakan dapat menangkis dengan pedangnya. Maka GakLui berganti siasat. Tak mau ia adu kekerasan. Dengangerak Rajawali-pentang-sayap, ia surutkan keduakakinya lalu menyabet dengan pedangnya. Tring....hampir saja pedangnya menutuk batang pedang PedangPelangi. Berbareng, dengan itu tangan kirinyapunberbalik dengan cepat untuk merebut batang PedangPelangi. Diserang dari samping kanan....... kiri oleh GakLui, buaya itu kelabakan, kepalanya dimiringkan. PedangPelangi yang masih digigit dalam mulutnya; pada saat itusudah dapat dipegang oleh Gak Lui. Buaya purba itutiba2 deliki matanya, seketika berhamburanlah beribu-ribu titik bintang dari matanya, dan tubuhnya yangsepanjang lima tombak itupun, ikut menjulur sampai duakali panjangnya.

Sisiknya berkilat-kilat memancarkan sinar kilaukemilau. Karena memegang tangkai Pedang Pelangi danbuaya itu meregangkan tubuhnya, maka Gak Lui gemetartubuhnya. Tulang tulangnya terasa sakit sekali.

“Huh...., buaya besar!” Gak Lui mengeluh dan tanpaterasa tangannya yang mencekal tangkai pedang itupunterlepas. Bum..... ekor buaya yang menyerupai daunpintu besi besar, menampar kearah punggung Gak Lui.Gak Lui terlempar sampai dua tombak jauhnya.Tenggorokannya serasa tersumbat, hidungnyapun

Page 348: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

348

memancurkan darah. Hitam........ sekelilingnya tampakhitam. Sekalipun setelah ia dapat menenangkanpikirannya dan memandang dengan seksama, namuntetap gelap. Air berkisaran, dia tetap tenggelamkebawah. Sedangkan si buaya setelah menyabat denganekornya tadi, segera buaya itu meluncur ....... kedasartelaga.

“Heran...... ! Apakah binatang itu hendak melarikandiri? „diam2 Gak Lui heran dan mengamati kebawahdasar telaga dengan seksama. Beberapa saat kemudianbarulah ia melihat tiga sinar bintang. Entah berapadalamnya bintang itu berada .......... Belum sempat iabergerak, tiba2 buaya ........itu muncul pula dengangerakan berputar-putar seperti kisaran air, binatang itumeluncur kebawah kaki Gak Lui. Ternyata panjangbadan buaya itu tak kurang dari 10 tombak. Karenamerasa air telaga terlalu deras arusnya, maka ia segeramengendap ke bawah dan tenggelam dalam kisaran arusitu. Kiranya setiap memancarkan tenaga-kilat, buaya ituharus menunggu sampai beberapa waktu lagi baru dapatmemancar tenaga kilat lagi. Biasanya, setiap kalimenghamburkan tenaga- kilat lawan tentu binasa.

Tetapi sosok manusia kecil Gak Lui, dapat bertahan.Sekalipun hanya seekor binatang, tetapi rupanya buayaitu memiliki naluri tajam bahwa yang dihadapinya itutentu musuh yang tangguh ........ Maka buaya itu lalumenggunakan kisaran arus untuk menyeret lawan kebawah lalu dibawanya ke dalam sarang. Gerakan buayaitu telah menimbulkan gelombang arus, yang hebat.Karena tak pandai berenang. Gak Luipun tak dapatmenyerangkan pedangnya dengan tepat. Sesaatkemudian ia rasakan kepalanya ber-putar2 mata pedardan telinga mengiang. Tubuhnyapun segera terbawaoleh putaran arus. Berputar dan berputar sampai

Page 349: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

349

kesadaran pikirannya hampir lenyap. Dalam saat iahampir pingsan, tiba-tiba matanya tersilau oleh secercahsinar biru yang menyambar ke tenggorokannya.

“Pedang Pelangi ........ !” dalam kejutnya ia gelagapandan terus hendak menyabat dengan pedangnya. Tetapiauh...... arus air tiba2 bergelombang keras sekali.Sekeliling penjuru terasa gelap dan tahu2 ia tak ingat dirilagi. Ketika tubuhnya diseret oleh buaya ke dasar telaga.Walaupun hanya beberapa kejab, tetapi bagi Gak Luisudah seperti bertahun-tahun lamanya. Ketika sadar, iamerasa gerak tubuhnya tak secepat tadi lagi. Rupanyasaat itu sudah berada di tanah datar. Ketika memandangsekeliling, ia dapatkan dirinya berada di sebuah guhaseluas dua tiga meter. Rupanya karena takut membenturkarang, buaya itu meluncur pelahan-lahan. Diluardugaan, ternyata saat itu tangan kirinya masih tetapmencekal tangkai pedang Pelangi dan tangan kanannyapedangnya sendiri. Karena dapat memapas sehelai sirip,saat itu Gak Lui telentang melekat di bawah perut buaya.Dilihatnya di bawah leher binatang itu mereka merupakanselembar kulit lunak yang berwarna putih. Kulit itu takhenti2nya bergerak.

“Celaka ....! Kalau kubiarkan diriku diseret binatangini ke bawah, aku pasti mati !” diam2 Gal Lui menimang.Diam2 Gak Lui kerahkan tenaga-dalam. Dengan sekuattenaga ia putar sepasang pedangnya. Crek..., crek...,crek... terdengar air tersibak pedang dan gigi buaya yangtajam dan keras itu ber hamburan putus terbabat pedang.Karena sulit, mulutnya terbuka dan tubuh Gak Luipunmeluncur ke bawah. Tetapi guha itu terlalu sempit. GakLui sukar untuk lancarkan serangan. Buaya itupun sukarbergerak, juga. Sebelum Gak Lui sempat bertindak,buaya itu sudah meluncur ke bawah untuk menindihtubuh Gak Lui.

Page 350: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

350

Gak Lui tak mengira bakal diserang secara begitu. Iaberusaha sekuat tenaga untuk menahan diri. Tetapimakin lama dadanya terasa makin sakit. Karena taktahan lagi ia lepaskan pernapasannya dan terusmenggigit kulit tipis pada tenggorokan buaya itu.Pertarungan mati hidup segera berlangsung.Tenggorokan buaya itu memancur darah dan bergeliatankesakitan. Gak Lui makin nekad. Dibuangnya keduapedangnya, lalu dengan sekuat-kuatnya ianimencengkeram tubuh buaya dan tetap menggigittenggorokan binatang itu sekencangnya. Gluk..., gluk...,gluk...., ia sedat dan meminum darah buaya itu terusmenerus sampai perutnya penuh. Heran .......... Setelahperutnya penuh dengan darah buaya, Gak Lui rasakantenaganya malah bertambah besar. Sama sekali ia taktakut pada bahaya air lagi. Kedua matanyapunbertambah terang sekali. Dapat melihat jelas keadaandalam air seluas 10 tombak. Kebalikannya setelahmengucurkan darah, gerakan buaya itu makin lamamakin lambat Dan akhirnya tak dapat tergerak. Lukapada tenggorokannya masih mengalir darah. Sekali GakLui mendorong, buaya raksasa itu tumbang sepertipohon besar yang ditebang. Tubuh binatang ituberguling-guling ditelan air keruh dalam dasar telaga.Gak Lui cepat menyambar kedua pedang dan terushendak melambung kepermukaan telaga. Tetapi sesaatitu ia bingung katena tak tahu jalan keluar dari guba itu.

“Buaya itu tentu menyusup masuk. Kepalanya tentuyang lebih dulu. Dengan begitu arah letak ekornya saatini tentu menunjukkan jalan keluar dari guba ini,” tiba2 iadapat memecahkan kebingungannya. Pyuh......sekonyong-konyong ia menyiakkankan kedua tangannya.Hampir ia tak percaya bahwa gerakan tangannya itudapat mengangkat tubuhnya begitu ringan sekali seperti

Page 351: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

351

seorang juara renang yang sangat hebat. Hanya dalambeberapa waktu, ia sudah mencapai tepi telaga. Sekalimenyiak lagi, iapun sudah muncul dipermukaan air.

TETAPI ia heran karena disekeliling telaga itu sunyisaia.

“Eh...., kemanakah adik Lian ? Mengapa ia takmenjaga ditepi telaga ...... ah, mungkin karena aku terlalulama berada didasar telaga .....” Sekali enjot tubuh, iamelambung keudara dan melayang ketepi telaga, terushendak naik ke puncak pek-wan-san lagi. Tetapi barubeberapa puluh tombak berlari, dari empat penjurutampak beberapa sosok tubuh berhamburanmenyongsong dan terus mengepungnya. Gak Luiterkejut. Seketika beringaslah ia. Karena yang memimpinpengepungan itu bukan lain adalah Pek- Kut Mo-kundengan enam orang berpakaian dan berkerudung kainhitam, menghunus pedang.

“heh..., heh..., heh...! Engkau Gak Lui, sudah masukkedalam perangkop maut, mengapa tak mau buangsenjatamu saja!” bentak Pek-Kut Mo-kun seraya tertawamengekeh.

“Nyawa dari pedangku, engkau masih berani ..... “

“Jangan bermulut besar !” bentak Pek-Kut Mo- kun,“karena ingin mendapat saksi hidup, maka kuberi ampun.Tetapi kali ini tambah tiga ketua partai persilatan. Janganharapkan engkau dapat lolos !”

“Siapa ketiga ketua partai itu?”

“Paderi Ceng Ki dari Bu-tong-pay” Pet-Kut Mo-kunmenuding dan baru mulut berkata ...... belum selesai,Gak Lui cepat berpaling kearah orang itu danmendampratnya : „Hm......., murid murtad yang menghina

Page 352: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

352

perguruan sendiri. Hari kematianmu sudah tiba !”

Dan orang berkerudung hitam tampil selangkah.Salah seorang berseru nyaring : „Hm, engkaulah sendirisetan gentayangan yang lolos dari ujung pedangku !Hayo serahkan pedang Pelangi dan ikut kamimenghadap Maharaja. Mungkin engkau mendapatampun! “ Gak Lui melengking dingin ketika matanyamemandang kearah orang yang berdiri dibelakang orangyang bicara itu, seketika tergetarlah jantungnya. Jelas diatentu si topeng besi. Karena tempo hari begitu melibatpedang Pelangi, dia terpesona. Teka teki ini, harus lekaskupecahkan. Dan pula keempat orang itu, haruskuselidiki sampai terang ! Maka tanpa menghiraukanpaderi yang disebut sebagai Ceng Ki itu, ia terusmembentuk Pek-Kut Mo-kun : “Siapakah yang lain itu !”

“Thiat Wan totiang dari partai Ceng-sia-pay, Wi Cuntotiang dari partay Kong-tong-pay, Engkau tentu sudahmendensar nama mereka.

“Huh..., terhadap mutid2 murtad yang menghianatiperguruannya itu, hari ini hendak kusikat bersih semua !”seru Gak Lui. Lalu ia pasang kuda2

Orang yang berkerudung hitam, yang menyebutdirinya sebagai Ceng Ki totiang itu berkilat-kilat matanya.Serunya tegang : „Ah.., pedang Pelangi ternyata telahselesai diperbaiki. Benar2 tak kecewa jerih payahkuuntuk mencarinya !”

Seru Gak Lui “Pedang ini baru akan kucobaketajamannya. Sungguh kebetulan sekali mendapatbenda percobaan berupa dirimu”. Tiba2 Gak Lui teringatsesuatu dan serentak menggigillah tubuhnya serunya :„Hai, engkau pengapakan ayah dan puteri keluarga Theitu ?”

Page 353: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

353

Orang berkerudung yang menyebut diri sebagai WiCun totiang dari Kong-tong-pay, segera melayang majudan berseru ; “Partaiku juga mempunyai sebatangpedang yang putus dan perlu diperbaiki. Dia sudahkutangkap hidup2!”

“Puterinya? “

Tiba2 Pek-Kut Mo-kun tertawa sinis; „Disini !”

Gak Lui kucurkan keringat dingin. Ia tudingkanpedangnya dan membentak : „Lekas lepaskan mereka !”

“Mudah saja melepaskannya tetapi engkau harusmemenuhi sebuah permintaanku.”

“Hm........” Lemparkan pedangmu kepadaku. Danlemparkan pedang Pelangi kepada Ceng Ki totiang. Laluikutlah kami dengan serta merta !”

Gak Lui menengadahkan kepala, tertawa seram.Belum habis ia tertawa, Pek-Kut Mo-kun bergerak cepatsekali. la menyusup kedalam, hutan lalu keluar denganmembawa sidara Hong-Lian. Menilik keadaannya yangtak ingat diri, tentulah gadis itu ditutuk jalan darahnya.

“Adik Lian!” teriak Gak Lui dengan tegang. Tetapigadis, itu tak mendengar. Ia berdiri seperti patung.

“Hai..., budak she Gak! Jika tak lekas menurutperintahku menyerahkan pedangmu itu, jangan sesalkanaku berlaku ganas !” seru Ceng Ki totiang memberiperingatan.

“Barang siapa melukai selembar rambutnya saja,tentu mati !” seru Gak Lui.

“Hm...., rupanya kalau belum melihat peti matiengkau tentu tak menangis. Hayo, mulai !” seru orangberkerudung itu. tiba2 dari sekeliling penjuru terdengar

Page 354: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

354

suara suitan aneh. Dan selekas suitan berhenti makaberhamburanlah sinar pedang mencurah seperti hujan.Cret...... pedang berayun membabat kaki Hong Lian.Darah muncrat keudara, Hong Lian menjerit ngeri danterus rubuh ketanah.

“Hai, budak! Engkau melihat atau tidak! Keduakakinya sudah putus. Jika kau masih berkeras kepala,kedua tangannyapun akan kukutungi! Gak Lui benarseperti gila melihat kekejaman yang diluar batas itu.Hatinya seperti mengucurkan darah. Ingin sekali iamencincang tubuh orang itu. Tetapi saat itu Hong-lianmasih dikuasai musuh. Sekali salah langkah, gadis itupasti akan lebih celaka.

“Ah..., hanya menggunakan Lontaran-pedang terbang..... “

“Akan kuhitung sampai 10, jika engkau tetap ........”

“Baik, kululuskan...” seru Gak Lui, majulah kalianberdua untuk menerima pedang ini !”

Kedua orang berkerudung cepat melesat dua tombakjauhnya. Sedang Pek-Kut Mo-kun dengan tenangmenghampiri, serunya : “Totiang, budak itu mahirmenggunakan ilmu Lontaran-pedang terbang, harap berhati-hati.”

“Lontaran pedang terbang ?” orang berkerudung itumenegas.

“Benar,” Pek- Kut Mo-kun mengiakan. Sambilmemandang Gak Lui, ia memberikan sedikit gambarantentang gerak Lontaran- pedang-terbang itu.

“Hm..., kutahu tangannya belum memadai. Harapjangan kuatir” kata orang berkerudung yang menyebutdiri sebagai Ceng Ki totiang itu .

Page 355: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

355

“Ya...., akupun memang sudah tahu. Tetapiperibahasa mengatakan : 'anjing yang kebingungandapat loncat melampaui dinding tembok'. Mustahil kalaudia tak melakukan gerakan itu lagi !”

Gak Lui benar2 hampir meledak dadanya. Pek-KutMo-kun sengaja membakar hatinya dan menggambarkanilmu kepandaian yang dimilikinya.

“Baik,” sahut Ceng Ki totiang, „kita semua tak adajeleknya untuk berhati-hati.”

Kemudian ketua partai Bu-tong-pay itu memandangGak Lui, serunya : „Kalau melemparkan pedang,tangkainya yang diarahkan kemari. Jangan coba2 mainkayu!”

“Hm.......,” dengus Gak Lui., Ia segera condongkanujung pedang ke belakang dan mencekal tangkainya.

“Lekas lemparkan kemari !”

“Baik..., sambutilah ... !”

Gak Lui terkejut sendiri mengapa suaranya saat ituberobah berkumandang keras sekali. Kemudian mulailahia lontarkan pedangnya. Di tengah jalan sekonyong-konyong pedang itu dapat berbalik sendiri. Ujung pedangitu menyambar jalan darah lawan. Pek-Kut Mo-kunterkejut sekali. Setitikpun ia tak menyangka bahwapemuda itu dalam waktu yang relatif singkat telahmencapai kemajuan pesat dalam tenaganya. Pada saatia menyadari harus, memberi pertolongan pada siorang,berkerudung, ternyata sudah terlambat. Orangberkerudung itu menjerit ngeri. Tubuhnya berputar-putarhendak menghindar tetapi dadanya sudah tertembusujung pedang. Seketika rubuhlah ia ....... Sedangkanorang berkerudung yang menyebut diri sebagai Ceng Ki

Page 356: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

356

totiang itu dalam kagetnya, cepat mencabut pedang danmenangkis. Tetapi pedang Pelangi terlampau tajam.Tring.... pedang Ceng Ki totiang terpapas kutung seketikadan menyusul darahnya memancar deras. Bahu berikutlengan kirinya hingga sampai pada lambung, terbabathabis........

Ceng Ki totiang mendekap lengannya kiri yang hilangterus memutar tubuhnya dan melarikan diri. Gak Luimasih gemas sekali. Laksana bayangan ia lari mengejardan hendak menyusul, lagi dengan sebuah hantaman.Tetapi si Topeng Besi cerdik sekali. Setelah mengetahuidaya kekuatan pedang Pelangi sudah berkurang,cepatnya ia menyambarnya dengan tangan kiri. Dansecepat kilat ia terus hadangkan, kedua pedang.

Berbareng dengan itu, Thian Wat totiang dan Wi Cuntotiang berempat, serempak berhamburan menyerangGak Lui” Gak Lui seperti orang gila. Dengan me-raungsedahsyat singa lapar, ia menghantam sekuat-kuatnya.Bum......Thian Wat totiang dan kawan2nya terhuyungmundur. Tangkas sekali Gak Lui terus melesat menyusuplubang kepungan musuh, menghampiri Hong-lian.Dengan sebat pula ia segera membuka jalan darahsinona. Hong-lian tersadar. Sesaat membuka mata iamenjerit lemah: „Engkoh Lui....” terus ia hendak bangkit.Tetapi ah......, terkulailah ke tanah lagi. Ia baru menyadaribahwa kedua kakinya telah dikutungi orang! Bagiseorang gadis, cacad buntung kedua kakinya itu jauhlebih dari pada mati. Dengan putus asa iamenggertakkan gigi lalu berseru memperingatkan GakLui.

“Engkoh Lui, awas di belakangmu, aku ......”

Gak Lui tahu bahwa musuh tentu sudah menyerangdi belakangnya. Cepat ia mencabut pedang yang

Page 357: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

357

menancap di dada Pek-Kut Mo-kun lalu dengan GerakBurung-hong-pentang-sayap, ia berbalik tubuh untukmenyerang, kelima penyerangnya. Saat itu Hong lianmemandang sejenak. ke arah pernuda yang menjaditambatan hatinya. Dengan hati hancur berkeping-kepingdan airmata seperti banjir, ia segera merangkak ke.dalam hutan. Rombongan Pek-Kut Mo-kun dan orangberkerudung kain hitam itu semua berjumlah 7 orang.

Mereka benar2 tak mengira bahwa Gak Lui ternyatamemiliki tenaga-sakti yang begitu dahsyat. Bermulamereka memandang rendah. Tetapi setelah dalam satugebrak saja Pek-Kut Mo-kun tembus dadanya dan CengKi totiang hilang lengannya, barulah Thian Wat totiangdan Wi Cun totiang merasa gentar. Kebalikannya, GakLui sendiripun heran mengapa tenaganya mendadakbertambah begitu sakti. Tetapi setelah bertempurbeberapa saat, barulah ia menyadari bahwa hal itudikarenakan ia minum darah dari buaya raksasa didasarTelaga Pedang. Tetapi saat itu ia diserang oleh limatokoh darit partai persilatan yang termashyur dalam ilmupedang. Terutama si Topeng besi. Bukan saja orang itutak gentar menghadapi Pedang Pelangi, pun masihdapat menyerang dengan hebat sekali.

“Dia tentulah tak kenal dengan pedang ini. Dan dialahtentu yang membikin cacad adik Lian. Kalau takkucincang tubuhnya, aku malu bertemu adik Lian!” diam-diam Gak Lui menimang dalam hati.

Segera ia pergencar serangannya. Pedangberhamburan membentuk lingkaran sinar seluas satutombak untuk melindungi tubuhnya. Sesaat kemudian,tiba2 ia lepaskan sebuah pukulan keras kepada siTopeng Besi. Tetapi Topeng Besi seperti takmengacuhkan. Dia malah tusukkan kedua pedangnya

Page 358: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

358

dan melangkah maju. Kalau dia begitu peka terhadappukulan Gak Lui, tidaklah demikian dengan Thiat Watdan Wi Cun totiang. Kedua tokoh itu meregang buluromanya. Mereka terkejut sampai mengucurkan keringatdingin.

Cepat mereka bersuit aneh dan bersama dua orangberkerudung, mereka berempat segera melancarkanpukulan. Betapa dahsyatnya hujan pukulan yang sedangmelanda diri Gak Lui saat itu dapat dibayangkan.Diantaranya berisi pukulan tenaga sakti Thay-ceng-cin-gidari partai Kong-tong-pay dan tenaga sakti Tun-yang-cin-gi dari Ceng- sia pay. Dua duanya termasuk tenaga-dalam dari perguruan aliran agama yang hebat. Bum ....terdengar letupan keras ketika terjadi benturan antarapukulan tokoh2 itu dengan hantaman Gak Lui. Sisa daribenturan itu masih berhamburan hebat seluas limatombak jauhnya. Tubuh si Topeng Besi terhuyung-huyung sampai lima langkah. Sedang Thiat Wat, Wi Cunterdampar mundur sampai satu meter. Bekas tanah yangditempati, melesak sampai beberapa dim dalamnya.Sedangkan Gak Lui sendiri, tampak tegak seperti karang.Sedikitpun tak berguncang dari tempatnya. Pada saatterhuyung ke belakang, Wi Cun totiang terus melesatsatu tombak jauhnya dan bersuit beberapa kali.Kemudian dengan malu bercampur marah iamembentak: „Budak she Gak, apakah engkau beranimenerima kedatangan Tiga algojo dari Maharaja?”

Gak Lui mendengus, teriaknya. „Jangankan hanyaalgojonya, bahkan Maharaja sendiri yang maju, lebihmenggembirakan hatiku!”

“Dia......”

“Bagaimana?”

Page 359: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

359

“Juga tak jauh dari tempat ini. Lambat atau launengkau pasti akan bertemu juga' “

“Heh.... heh...., heh....,” Gak Lui mengekeh hina,diam2 ia menyedot “napas dan kerahkan tenaga sakti-nya. Saat itu Topeng Besi berlima sudah tegak berjajar.Mendengar Gak Lui tertawa, Wi Cun totiang segeramenegur:

“Mengapa engkau tertawa?”

“Kutertawakan engkau yang sok pintar tetapi malahhanya mengantar jiwa saja!” sahut Gak Lui.

“Mengapa ?”

“Karena perlu untuk mencari. Maharaja makakutinggalkan sebuah mulut hidup. Tetapi sekarangrasanya tak perlu lagi!” sahut Gak Lui.

la menutup katanya dengan gerakan pedang dalam.sebuah lingkaran. Dalam sekejab saja, ia sudahlontarkan tiga buah pukulan dan enam buah seranganpedang. Kembali terjadi pertarungan hebat antarapukulan dan pedang. Pedang Wi Cun totiang terpapaslima dim. Sedang Thian Wat totiang hanya tinggalbertangan kosong saja. Dua orang berkerudung telahtersingkap kain kerudungnya, hingga tampak topeng besiwarna merah karatan menutup muka mereka. Yangmasih tetap dapat bertahan hanyalah tinggal si TopengBesi yang pertama tadi. Dengan mengandalkan PedangPelangi, ia dapat melindungi tubuhnya hingga tak sampaimenderita luka.

Terhadap ketiga musuh bertopeng besi, Gak Luimenaruh perhatian istimewa. Cepat ia susuli lagi denganpukulan yang dapat memaksa, mereka mundur sampaidua tombak. Kemudian ia bersiap melancarkan pukulan

Page 360: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

360

yang terakhir.

TETAPI belum sempat Gak Lui bertindak,sekonyong-konyong dari jauh terdengar dua buah suitanyang berbeda nadanya. Yang satu berasal daril puncakPek-wan-san. Sedang suitan yang lain berasal daribeberapa puncak gunung dibelakang Pek-wan-san.Sekalipun begitu nadanya amat kuat sekali. Suatupertanda betapa hebat tenaga dalam orang itu.

Gak Lui terkejut, pikirnya: „Kedua suitan itu benar2luar biasa. Yang pertama, terang dari seorang tokohyang lebih unggul ilmu tenaga dalamnya dari rombonganorang berkerudung yang mengeroyoknya itu.Kemungkinan besar tentulah di antara mereka yangdisebut sebagai Tiga algojo Maharaja! Tetapi suitan daribelakang puncak Pek-wan-san itu jauh lebih hebat lagi.Adakah si Maharaja sendiri?

Dendam darah yang dikandung Gak Lui, benar2sudah meresap kedalam tulang sungsumnya. Sekalipunmenghadapi bahaya yang bagaimana mengerikan, iatetap tak peduli. Dia harus membereskan beberapa kakitangan musuh yang dihadapinya saat itu! Cepat iamemandang kawanan penghadangnya itu. Ah..., ternyataThian Wat dan Wi Cun totiang telah membawa keduaorang Topeng Besi mundur ketepi hutan. Hanya siTopeng Besi yang memegang pedang Pelangi iturupanya agak lambat jalannya. Tampaknya, ia tak maudiperintah dan hanya mundur sampai lima tombakjauhnya dari tempat Gak Lui.

“Hai....., hendak lari kemana engkau!” bentak GakLui, seraya loncat mengejar. Tetapi baru ia mencapai tigatombak jauhnya, Thian Wat totiang berempat sudah.menyelinap masuk,kedalam hutan. Topeng Besi yangagak ayal jalannya tadi, hendak menangkis serangan

Page 361: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

361

Gak Lui. Tetapi terlambat. Tring..., secepat kilat ujungpedang Gak Lui sudah menusuk kebelakang tengkukorang itu. Tetapi tusukan itu tak dapat menembustengkuk orang. Ternyata Topeng Besi itu mengenakantopeng besi yang melindungi kepala bagian muka sampaibelakang. Hanya saja tenaga tusukan Gak Lui yangdahsyat itu dapat melemparkan tubuh orang itu sampaisetombak lebih jauhnya. Sebelum orang itu rubuh,secepat kilat Gak Lui sudah merebut pedang Pelangi daritangan orang itu. Kemudian diteruskannya dengantebasan pedang ditangan kirinya, dan disusul dengangerakan membelah dengan pedang Pelangi yang sudahberada ditangan kanannya. Sebelum sampai menjerit, siTopeng Besi itu sudah kehilangan kepalanya,menggelinding ke tanah. Rupanya Gak Lui masih belumpuas. Ia benci sekali kepada manusia yang telahmenghianati partai perguruannya itu. Sekalipun kepalaorang itu sudah hilang, Gak Lui tetap masih membelahbadannya. Darah muncrat seperti sumber air dan duakeping tubuh orang itu berbamburan jatuh ke tanah.Masih Gak Lui belum puas lagi. Ia hendak mengutungiperut orang itu. Tring ........ begitu pedang menebas, dariperut orang itu melesat keluar sebatang pedang kutungyang berlumuran darah.

“Aneh....!” pikir Gak Lui seraya hentikan pedangnyadan memeriksa pedang kutung itu. Ah...., kiranya berasaldari Wi Cun totiang. Saat itu baru ia tersadar. Bahwasebelum ditusuk tengkuknya tadi, orang itu memangsudah dilontari pedang oleh Wi Cun totiang sendiri.

“Hm...., rupanya mereka takut kalau Topeng Besi inidapat kutawan hidup-hidup. Maka mereka mendahuluimembunuhnya ....... tetapi apakah kepentingannyamelenyapkan orang ini?” tanya Gak Lui dalam hati.Seketika timbullah rasa ingin mengetahui siapakah

Page 362: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

362

sebenarnya yang bersembunyi dalam topeng besi itu. Iahendak membuka topeng besi dan melihat tampangmuka orang itu. Tetapi tiba2 dari hutan di sebelahbelakang muncullah sesosok tubuh baju biru muda.Gerakannya sama sekali tak bersuara. Mirip dengankapas yang berhamburan. Dan dengan sebuah gerakmelesat yang aneh, orang, itu sudah berada di belakangGak Lui.

Gak Lui terkejut menyaksikan gerakan orang. Tanpabanyak pikir, ia terus menyerang dengan sepasangpedangnya. Sret..., sret..., sret...., tiga buah serangandalam jurus Naga-sakti- kibarkan-ekor, Halimun-pencabut-nyawa dan Menggurat-bumi- membelah-langit.Ketiga jurus itu hebatnya bukan main, cepatnya sepertikilat. Tetapi pendatang itu sama sekali tak menghindarmaupun menangkis. Ia hanya bergeliatan dan berputar-putar tubuh dengan indah sekali. Sepintas pandang miripdengan seekor kupu2 yang berlincahan dalam taburanhujan. Selain itu, tubuhnya seperti memancar semacamtenaga-sakti yang tak kelihatan. Ujung pedang Gak Luiselalu tersiak ke samping, tak dapat menembus tubuhorang itu. Gak Lul makin terkejut. Apalagi setelahmemperhatikan perawakan tubuh orang itu. Dia benar2terkesiap kaget.

“Heran...! Jelas yang terdengar tadi adalah suitan daridua orang pria tetapi mengapa yang muncul hanyaseorang wanita?” pikirnya. Belum sempat ia menyatakanapa2, terdengarlah orang itu tertawa nyaring: „Benar,ketiga jurus serangan tadi, masih belum sempurna!”

“Engkau ..... tahu jurus itu ...... ?”

“Sudah tentu tahu. Ketiga jurus ilmu pedang itu,kecuali Kaisar Persilatan, hanya ketua PartaiGelandangan yang telah dapat menggunakannya. Dan

Page 363: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

363

karena engkau gabungkan dengan ilmu pedang dariBusan, maka lahirlah ilmu pedang yang baru !”

“Apakah hubunganmu dengan Kaisar Persilatan.......”

“Orang serumah !”

“Oh...,” Gak Lui mendengus kejut dan memandangorang itu dengan seksama. Orang itu mengenakan jubahpanjang sampai menutup ketanah. Rambutnya menjuraikebahu. Wajahnya bertutup kain sutera biru muda. Padarambut diatasnya dahinya, tersanggul sebuah cundukkumala berselaput emas. Ditingkah sinar mentari, cundukitu memancarkan sinar berbentuk Swatika. Suatupertanda dari kaum agama. Wajahnya memancar cahayawelas asih. Sikap Gak Lui segera berobah delapan puluhderajat kepada orang itu: „Jika cianpwe serumah denganKaisar Persilatan, tentulah cianpwe ini salah seorang dariEmpat Permaisuri ?”

“Engkau menduga tepat. Aku adalah Permaisuri-biruLi Bu-ho!”

“Kalau begitu: Bidadari telaga-Totiang itu masihkeluarga cianpwe?”

“Ui Leng itu adakah adik angkatku.” Mendengar ituserta merta Gak Lui berlutut memberi hormat: „UiCianpwe telah menolong jiwa adik-angkatku gadis ularSiu-mey. Baru sekarang aku sempat mengbaturkanterima kasih kepada cianpwe.....” Permaisuri-birukebutkan lengan jubahnya. Serangkum angin bertenagalunak telah mengangkat tubuh Gak Lui bangun.

“Kami orang serumah itu, sudah lama sekali takbertemu, Apabila nanti berjumpa pasti akan kusampaikanterima kusihmu kepadanya. Mengenai adik angkatmu,ditengah hutan itu akupun telah menolong seorang ....... “

Page 364: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

364

“Itu adik Lian. Aku baru mencarinya”

Gak Lui terus melesat kearah hutan. TetapiPermaisuri-biarpun cepat loncat manghadang, seraya:„Jangan kesana ........ “ Tiba2 dari arah puncak Pek-wan-san terdengar pula sebuah suitan yang dahsyat, Sedangsuitan yang berasal dari beberapa puncak dibalakangPek-wan-san itu, juga terdengar lagi tetapi nadanyaseperti berasal dari beberapa li jauhnya. Gak Lui gemetarterus hendak bersuit juga. Tetapi saat itu juga darisebelah timur terdengar suara bentakan dari keduapaderi Thian Wat dan Wi Cun. Dan tiba2 pula Permaisuribiru menjentikkan jarinya kearah Gak Lui. Seketika jalandarah pembisu ditengkuk Gak Lui mengejang kencangsehingga walaupun mulut ternganga tetapi takmengeluarkan suara apa2.

“Jangan bergerak dan lekas mundur selangkah dulu!”terdengar Permaisuri biru berseru pelahan memberiperingatan. Serempak dengan itu, hawa yang melindungitubuhnya tadi, makin mengembang...... jauh lebih luashingga Gak Lui seperti terjaring lalu diangkat masukhutan. Ketiga macam suitan, tadi, tiba2 seperti ber-kumpul di-puncak Pek-wan-san terus berkumandangmenuju ke barat. Tak berapa lama lenyap takkedengaran lagi. Selekas suitan itu lenyap, PermaisuriBirupun menarik pancaran tenaga-saktinya juga.

“Bagaimana maksud cianpwe mencegah aku?Siapakah yang bersuit itu, kawan atau lawan?” Gak Luimengajukan pertanyaan.

“Menurut pendapatmu?” Permaisuri Biru balasbertanya.

“Kukira tenaga-saktinya yang paling hebat itu,tentulah si Maharaja!” sahut Gak Lui.

Page 365: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

365

“Maharaja....? Ah...., belum pernah kudengar namaitu. Tetapi menilik tenaga saktinya, dia tentu seorangtokoh sakti!”

“Aku..., mempunyai dendam permusuhan sedalamlaut dengan dia. Harus kukejarnya”

“Tunggu dulu! Karena mempunyai dendam darahyang hebat, apakah engkau ingin membalas dendamatau tidak?”

“Biarpun tubuh itu hancur, tetapi aku tetap hendakmenuntut balas kepadanya !”

“Kalau bercita-cita hendak menuntut balas, jangansekali-kali bertindak hanya karena menuruti rangsangperasaan saja !”

“Tetapi cianpwe, sudah lama sekali kucari musuhyang bergelar Maharaja-persilatan itu. Tetapi sampaisekarang belum berhasil menemukan orang itu. Apalagidia mempunyai jago2, seperti Tiga algojo Maharaja danlima orang tokoh yang berhianat kepada partaiperguruannya sendiri. Tujuan dari Maharaja itu tak lainyalah hendak menguasai dunia persilatan. Bahkan iasama sekali tak memandang mata kepada Kaisar. Saatini dia berbasil menguasai 5 ketua partai persilatan.Thian wat totiang ketua Bu-tong-pay yang ditawan olehMaharaja, telah memberi peringatan kepada semuapartai persilatan agar lekas mengadakan pembersihandalam kalangannya sendiri, serta mengganti ketua-nya.Menghadapi peristiwa begitu, sudah barang tentu aku takdapat berpeluk tangan saja!”

Permaisuri Biru tertawa ramah, serunya:„Omonganmu beralasan juga. Sekarang akankusimpulkan siapakah diantara tokoh2 dunia persilatanyang paling hebat kepandaiannya. Walaupun orang yang

Page 366: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

366

bersuit dari beberapa puncak disebelah sana, tetapi ilmutenaga dalamnya masih berimbang dengan engkau.Apabila dia sampai kemari dan ditambah denganrombongan Thian Wat totiang. Engkau pasti sukarmenghadapi mereka. Mengenai orang yang engkausebut sebagai maharaja persilatan itu, menilik dari nadasuitannya, mungkin lebih sakti dari pada diriku. Jikaengkau akan membalas dendam kepadanya, diapunakan berusaha juga untuk melenyaptan cita-citamu itu.Jika begitu keluar dari perguruan engkau akan terusbinasa, apakah engkau tak merasa telah mengecewakanperguruan dan harapan orang tuamu ?”

Kata-kata yang tajam itu telah membuat Gak Luigelagapan sadar. Buru2 menjura, memberi hormat :„Terima kasih atas petuah cianpwe. Akan segeramembawa adik Lian pergi .....”

“Tak usahlah,” kata Permaisuri Biru, dia tak inginbertemu denganmu, Sekurang-kurangnya untuk masaini.”

“Mengapa ?” Gak Lui terkejut.

“Lalu bagaimana dengan lukanya itu?”

“Telah kutolong seperlunya untuk menghentikanpendarahannya. Setelah tidur secukupnya, dia segeraakan kubawanya untuk mencari tabib pandai !”

“Siapakah kira yang cianpwe hendak cari itu?”

“Sekarang belum tahu, siapa tabib yang pandai itu.Tetapi setelah ia sembuh, akan ku ajari ilmu silat agar diadapat menuntut balas atas kematian orang tuanya.Tetapi bila ........ “

“Bila tak bisa sembuh?”

“Dia sudah memutuskan untuk masuk menjadi rahib

Page 367: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

367

dan takkan menikah selama-lamanya.” Serasatersayatlah hati Gak Lui mendengar keterangan itu. Duabutir airmata menitik keluar.

“Dia... amat baik sekali ...... baiklah, untuk sementarawaktu ini aku takkan menemuinya...... kedua adik-angkatku telah cianpwe tolong semua. Budi besar itupasti ..... akan kubalas”

“Itu suatu kewajiban didalam dunia persilalatan. Takperlu membalas budi, hanya saja..... “

“Silahkan cianpwes mengatakan, harap jangansungkan!”

“Berapakah sebenarnya adik angkatmu itu?” tanyaPermaisuri Biru dengan nada agak keras. Merah telingaGak Lui, sahutnya ; „Aku Puaya taci-angkat dan duaorang adik angkat.

“Banyak juga!” “ .

“Bagaimana hubunganmu dengan mereka ?”

“Baik sekali”

“Justeru ini ......” Permaisuri Biru hentikan kata2-nyalalu beralih soal :„Kita tak kenal sebelumnya. Aku takberhak mencampuri urusan pribadimu. Hanya menilikpancaran matamu, kelak engkau tentu berhasil gemilangdalam ilmu silat. Usiamupun cukup panjang. Tetapiengkau akan menderita didalam soal asmara. Jika.......”

“Jika bagaimana? “

“Jika dalam hidupmu timbul lagi seorang wanita,engkau pasti akan mengalami penderitaan hebat.

“Benarkah?”

“Ilmu mengarang dari tampang muka, mengatakan

Page 368: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

368

begitu. Catat sajalah dalam hatimu. Mungkin wanita yangkeempat itu takkan muncul dalam kehidupanmu. “

Sesaat tersiraplah darah Gak Lui. la teringatlah akanramalan si Raja Sungai. Juga mengatakan bahwa diabakal mengalami peristiwa kehidupan yang aneh.

“Dapatkah cianpwe mengatakan sedikit tentang hal2yang akan kuderita itu?” tanyanya setengah kurangpercaya.

“Kepandaianku ....... masih belum mencapai tingkatanitu. Jika engkau berjumpa dengan suamiku KaisarPersilatan. Dia tentu dapat memberi keterangan yanglebih jelas lagi.”

“Oh.....” Gak Lui mendengus. Kemudian ia bertanyaapakah Ki cianpwe benar2 datang ke Tiong-goan?”

“Sudah setengah tahun yang lalu.”

“Ah....., aku tak tahu ........”

“Tak-apa, lanjutkan saja ceriteramu,” kata PermaisuriBiru agak ramah. Setelah merenung sejenak, Gak Luimelanjutkan kata2nya : „Dalam soal membalas sakit hatiini, sesungguhnya aku tak ingin mencari bantuan orang.Tetapi Maharaja persilatan dengan gerombolannya,memang mengganas di dunia persilatan ....... “ .

“Ya, kutahu. Bukankah maksudmu hendakmengatakan mengapa Kaisar tinggal diam saja?” tukasPermaisuri Biru.

“Benar, apabila Ki cianpwe tak menghendaki namapartai Thian- liong-pay dan pribadinya tercemar, beliaupasti takkan berpeluk tangan membiarkan gerombolanMaharaja malang melintang dalam dunia persilatan”

Permaisuri Biru menghela napas. Merenung

Page 369: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

369

beberapa saat, ia berkata tenang : „Sekali-kali bukankarena kami Kaisar dan Empat Permaisuri itu tak punyarasa Keadilan. Tetapi sesungguhnya memang takberdaya turun tangan.”

“Aku tak, mengerti !”

Kepala Permaisuri Biru itu agak berguncangsehingga tanda swastika bergemerlapan. Semangat GakLui serentak tertarik oleh pertandaan itu.

“Alasannya sederhana sekali. Tetapi pada waktusekarang merupakan rahasia besar dalam duniapersilatan. Setelah kuberitahu kepadamu, engkau takboleh bilang kepada siapapun juga.”

“Baik, aku berjanji takkan mengatakan kepada lainorang,” kata Gak Lui.

Maka berceritalah Permaisuri Biru : „Suhu dari KaisarPersilatan yalah paderi sakti Thian Liong, pada masa itukepandaiannya menjagoi dunia persilatan. Sudah tentu-dia banyak membunuh tokoh jahat. Dua-puluh tahunyang lalu, Kaisar telah menumpas ke Lima aliran Jahat.Merupakan suatu pertempuran berdarah yang hebatsekali. Sejak itu ia sadar. Sepuluh tahun yang lalu iamenghadap gurunya untuk menerima ajaran2 ke-agama-an. Pada saat itu ia bersumpah bahwa partai Thian-liong-pay takkan membunuh orang lagi.” .

“Oohh......!” desus Gak Lui.

“Itulah sebabnya maka kami tak dapat turun tangan.Bahkan tak berani menerima murid karena kuatir akanterlibat pergo!akan berdarah sehingga melanggarsumpah itu”

“Lalu bagaimana cianpwe hendak memberi pelajaranilmusilat kepada Siu-mey dan adik Lian?”

Page 370: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

370

“Sebenarnya aku adalah murid dari Ceng Ling lolo.Dapatlah kuajarkan dia ilmupedang Ceng-ling kiam-hwat.Bidadari Tong- ting anak-murid perguruan Raja-setan ImHong. Dapat memberikan kepandaiannya kepada gadisular Siu-mey.”

“Aliran Baik atau Jahatkah Raja-setan Im Hong itu”tanya Gak Lui.

“Pada masa itu merupakan momok besar yang hebatsekali kepandaiannya. Pernah mengusir partai.Gelandangan dari telaga Tong Ting!”

“Kalau begitu, jangan sajal” teriak Gak Lui, betapapunhebatnya kepandaian itu tetapi aku tak memperbolehkanSiu-mey menganut aliran jahat!”

Permaisuri Biru gelengkan kepala:

“Jangan merangsang dulu! Dalam hal, itu memangada persoalannya.”

“Aliran Putih dan Jahat laksana api dengan air. Takmungkin berkumpul”

“Ilmu jahat untuk mengorbankan jiwa orang lain. DewiTong Ting sudah tak mau menggunakan lagi. Tak nanti iaakan mengajarkan kepada Siu-mey. Selain ilmu jahat itu,Bidadari Tong Ting masih memiliki lain2 ilmu yang saktidan tak tergolong aliran jahat”

“MAKSUD CIANPWE.......”

“Golongan Baik dan Jahat itu tergantung dari peribadiorang. Misalnya, murid penghianat Thiat Wat itu,bukankah dia juga berasal dari aliran Putih? Adakahsekarang ia masih menganggap sebagai orang baik?”

“Memang benar” sahut Gak Lui, „tetapi lebih baikkalau kita tak usah mempelajari ilmu itu saja! “

Page 371: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

371

Diam2 Permaisuri Biru memuji atas sikap Gak Luiyang keras kepala. Maka dicarilah akal untuk memberipenerangan lebih lanjut.

“Sebagai seorang murid dari Bu-san-kiam-pay,bagaimanakah paadanganmu terhadap perguruanmuitu?” tanyanya.

“Sudah tentu termasuk aliran Putih!”

“Dari sudut apa?”

“Sejak turun menurun selalu berwatak ksatriya!”

“Hmm .... apakah engkau sudah menguasai ilmupedang Thian- lui-kuay-kiam?”

“Kutahu engkau tak bisa. Tetapi adakah engkausedikit2 mengetahui tentang intinya?”

“Katanya hebat sekali. Selain ilmu Liok-to-sin-thongdari Kaum perguruan agama, tak dapat menandingiThian-lui-kuay-kiam itu.”

“Hanya itu saja?” Gak Lui bersangsi lalu balasbertanya: „Apakah cianpwe mengetahui lebih jelas?”

“Tahu satu dua saja!”

“Apakah Bu-san pay itu tak termasuk aliran Ceng-pay? “

“Saat ini ....... sukar dikata!”

“Hai!........ “ Gak Lui berteriak kaget, “cianpwe...,engkau... engkau ...... harus menerangkan”

“Baik,” kata Permaisuri Biru, aku hendak tuturkandulu dari asal mulanya.”

Gak Lui mengiakan dengan nada gemetar. Memangselalu ada saja orang sakti dalam partai Bu-san-pay itu.

Page 372: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

372

Terutama pedang pusaka Thian-lui-kuay-kiam,perbawanya tiada yang sanggup menandingi. Tetapi .....hal itu belum menjamin bahwa perguruan Bu-san-paytermasuk aliran Ceng-pay.

“Oo.... “

“Kemudian setelah tiba pada jamannya Bu-san It Ho,selain kepandaiannya tinggi dia pun tak maumenceburkan diri dalam golak pertentangan duniapersilatan. Oleh karenanya, dia mendapat perindahandari kaum persilatan. Tetapi yang paling mendapat rasakekaguman orang yalah, bahwasanya dia telahmembekukan pedang Thian-lui-kuay-kiam itu !”

“Apakah keburukan, pedang itu ?”

“Kabarnya ...... pada waktu pembuatannya, pedangThian-lui- kuay-kiam itu tidak didinginkan dengan airmelainkan dengan disiram darah orang !”

“ini ..... ini ..... orang baik atau burukkah yangdijadikan korban itu ?”

“Sampai sekarang belum ada orang yangmengetahuinya. Yang nyata, pedang itu memilikipancaran sinar berwarna merah macam darah manusia.Dan gerakan pedang itu menimbulkan deru sambaranmacam kilat. Musuh tentu panik dan kacau lalu melayangjiwanya. Bu-san It Ho menganggap pedang itu ganassekali. Maka ia bersumpah untuk membekukannja. Asalpedang itu jangan sampai keluar di dunia persilatan lagi.”

“Dimanakah kakek guruku menyimpan pedang itu ?”

“Itu suatu peristiwa lampau dalam dunia persilatan.Kalau engkau tak tahu, tanyakan saja pada angkatan tuadalam perguruanmul”

Hati Gak Lui terasa sayu. Kemudian ia bertanya pula:

Page 373: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

373

„Empat saudara seperguruan dari ayahku, satu demi satutelah dibunuh musuh. Dan .... hanya.......”

“Siapa ?” tukas Permaisuri Biru.

“Paman guru yang tertua dan sudah diusir dariperguruan, tetapi entah siapa namanya !”

“Ahh..... “ Permaisuri Biro tergetar hatinya.

“Cianpwe tentu dapat menerangkan rahasia itu .......”merasa tentu ada sesuatu sebab, maka Gak Lui lalumendesak.

“Untuk menduga-duga, tentu kurang tepat. Tetapitimbul juga beberapa kecurigaanku,” sahut PermaisuriBiru.

“Mengenai apa ?”

“Terhadap tokoh Maharaja Persilatan yang sakti dangelap asal usul-nya itu, pernah juga kurenungkan. Orangsebagai dia tak mungkin tak punya sejarah. Tetapianehnya seluruh tokoh persilatan tak tahu riwayatnya.Keteranganmu tadi, menimbulkan kecurigaan.”.

Tergetarlah perasaan Gak Lui. Dengan geram iaberseru : „Benar....!, memang pernah kudengar bibi gurumenuturkan bahwa akibat dari sesuatu hal maka pamanguruku itu telah diusir dari perguruan rasanya tentu adahubungan dengan pedang itu ....... eh, orang macambegitu, mengapa aku menyebutnya sebagai Paman guru.Aku hendak mengadakan pembersihan dalamperguruanku Bu-san!”

Permaisuri Biru berdiam sebentar lalu berkatadengan serius: “Jalan pikiranmu memang tak salah.Tetapi engkau harus hati2 bertindak! Karena sekali diaseorang murid yang sudah diusir dari perguruan, jikamemang tak pernah bertindak salah, maka dia tetap

Page 374: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

374

paman guru yang wajib engkau hormati. Apabila sampaiterjadi salah faham karena masing2 tak mengetahuialasannya, maka berarti kalian akan saling bunuhmembunuh sesama saudara seperguruan. Itu berartisuatu dosa! Jika hal itu benar2 terjadi, maka partai Bu-san-pay lah yang bertanggung jawab atas pembunuhandalam dunia persilatan ini. Maka beban untukmembersihkan nama baik perguruanmu, terletak dibahumu seorang. Berhasil atau gagal, tentu tak luput daripenilaian orang”

Kepala Gak Lui serasa berdenyut-denyut kerasseperti dipalu besi. Benaknya serasa nanar: „Ah, kiranyadalam perguruanku terdapat rahasia besar semacam itu.... Ayah bundaku, ayah- angkat, bibi guru, paman gurudan entah berapa banyak tokoh2 persilatan Putih yangmenjadi korban dari rahasia itu.” Tetapi betapapunhalnya, Maharaja dan si Hidung gerumpung, tak mungkintarhindar dari pertanggungan jawab dalam peristiwa itu.Tetapi siapakah gerangan kedua orang yang misterius itu? Apakah mereka memang benar dua orang tokoh atauhanya seorang saja ? Dan siapa pula diantara keduaorang itu yang merupakan murid hianat dari partai Bu-san-pay ? Siapakah yang hendak mencuri pedang Thian-lui-kiam dari tempat simpanannya ? Melihat pemuda itutenggelam dalam renungan, Permaisuri Biru, segeramasuk ke dalam hutan untuk menjenguk Hong Lian.

Tiba2 wajah Gak Lui beringas dan dengan tegangregang ia menghambur teriakan keras: „Pedang Kilat...........!”

JILID 8

DALAM renungannya, dalam Gak Lui melalu-lalang

Page 375: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

375

peristiwa yang telah terjadi. Musuh menari-nari dantertawa-tawa seperti setan bergembira ria di bawah hujandarah. Sedang orang tuanya dan beberapa tokohpersilatan yang tak berdosa, susul menyusul robohdalam genangan darah.

“Darah.....! Darah.....! Darah ....!” Langit bercucuranairmata, tangis menghambur dan bumi seolah- olahtergenang darah. Sekonyong-konyong, lautan darah itumengangkat gelombang dahsyat. Seolah-olah terjadigempa bumi yang hebat. Hujan darah dan angin praharameledakkan lautan darah itu. Darah berhamburanmenjadi gumpalan kabut dan awan, tulang2 kerangkapunbertebaran menghias hutan dan gunung. Di tengahtumpukan mayat itu, tertancap sebatang pedang yangberkilauan memancar sinar merah darah, .. itulah pedangKilat !. Begitu melihat pedang pusaka itu, musuhpunsegera hendak mengambilnya. Gak Lui hendak gunakanSapu Jagad pukulan jarak jauh. Tetapi begitu ulurkantangan, ia menggigil.

“Pedang yang disimpan kakek guru, apakah layakkuambil ? Pedang itu amat ganas”

“Apabila diambil tentu akan menimbulkan akibat2buruk !”

Karena ia tertegun, musuhpun dapat terusmelanjutkan usahanya untuk mengambil pedang itu.“Manusia ada yang baik dan jahat. Pedang tak ada yangdisebut ganas atau baik. Ah...., tunggu apa lagi!”

Gak Lui tersadar dan secepat kilat pedang itupunsudah diraih ke dalam tangannya. Bum..... begitu pedangberkilat, dunia seolah-olah meledak. Musuh2-nyamerintih-rintih, tubuhnya hancur lebur beterbangan diudara. Dia sendiripun terlempar melayang-layang di

Page 376: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

376

udara. Dengan masih mencekal pedang Kilat, tiba2 iaberobah seperti manusia gila yang hiiang sifat ke-manusiaannya. Dia berobah menjadi makhluk yangganas ........ “

“Lautan dendam tiada bertepi, hanya berpaling kebelakang akan tampak daratan. Gak Lui, sudahlah,jangan melamun terus !”

Tiba2 terdengar suara bentakan halus yangmenyadarkan Gak Lui dari lamunannya. Mengangkatkepala, ia kucurkan keringat dingin ketika matanyatertumbuk akan tanda Swastika pada kening PermaisuriBiru.

“Gak Lui, adikmu Lian itu cepat akan tersadar.Sebelum berpisah, apakah engkau hendakmenyampaikan pesan apa2!” Gak Lui menghela napaspanjang dan menyahut dengan nada bersungguh :„Dalam renungan tadi hampir saja aku tersesat kearahCo- hwe-jip-mo. Untunglah ...........

“Tak usah sungkan, engkau berwatak lurus. Kelakengkau tentu dapat membersihkan nama perguruanmu !”kata Permaisuri Biru.

“Kalau begitu ....... harap sampaikan pada adik Lian.Kudo'akan dia lekas sembuh. Tentang paman The, akutentu berusaha sekuat tenaga untuk menolongnya !”

“Baik.”

“Oleh karena cianpwe tak menghendaki hanyaucapan terima kasih saja maka apabila cianpwe hendakmenyuruh apa2, silahkan bilang !”

Permaisuri merenung sejenak, sahutnya : „PartaiThian-liong-pay kami, tiada punya murid.Tetapi akumempunyai seorang anak yang bernama Ki Hud-kong,

Page 377: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

377

yang kini mengembara dalam dunia persilatan. Sudahtentu dia tak mau sembarangan membunuh orang. Tetapimengingat umurnya belum cukup 16 tahun, darahnyatentu masih panas. Maharaja dan gerombolannyamemang mengandung maksud tak baik terhadap anakkuitu. Terus terang saja, sebagai seorang ibu aku sungguhtak tega “

Melihat wanita yang sakti itu bersikap sebagaiseorang ibu yang penuh kasih sayang, kepadaputeranya, terharulah Gak Lui. Iapun teringat akanibunya yang entah mati entah hidup. Ibu yang sejak kecilbelum pernah dilihat wajahnya

“Asal aku mampu, tentu akan melakukan pesancianpwe dengan sekuat tenagaku. Tetapi entahbagaimana roman muka putera cianpwe itu? Bagaimanaaku dapat mengenalinya?”

“Dia... wajahnyapun bertutup kerudung hitam..........”

“Apakah takut dikenal orang?”

“Dia takut diketahui musuh !”

“Ciri2 lainnya?”

“Dahinyapun terdapat tanda Swastika seperti dahikuini. Tetapi... mungkin dia tak mau mengenakannya.”

“Ah...., tak apalah,“ sahut Gak Lui, „aku tentumempunyai akal untuk mengenalinya. Harap cianpwejangan kuatir.” Dari balik kain kerudung mukanya, tampakmata Permaisuri Biru itu memancar rasa terimakasih.Tiba2 ia mengajukan lain soal, tanyanya: „Sebelumberpisah, aku hendak bertanya padamu tentang sebuahsoal. Tadi ketika berhadapan dengan musuh, engkauterus berganti arah hendak menuju kebarat itu apakahkarena dalam hatimu timbul kesangsian ?”

Page 378: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

378

“Hm .........” Gak Lui, merenung lalu mengangguk,„Memang agak aneh.” Permaisuri Biru tak maumenjelaskan lebih lanjut melainkan berganti pertanyaan :„Tadi engkau telah menyambut aku dengan kehormatan ,Tiga serangan pedang. Sekarang akupun hendakmengembalikannya dengan tiga buah serangan juga!”Gak Lui terlongong. Berbeda sekali ucapan wanita ituyang tadi dengan sekarang: Namun karena PermaisuriBiru hendak mengembalikan ketiga serangan Pedang itu,Gak Luipun tak dapat menolak. la tertawa nyaring lalumenjawab dengan Penuh semangat :

“Sungguh beruntung sekali karena cianpwe hendakmemberi pelajaran kepadaku. Oleh karena tadi cianpwemelayani dengan tangan kosong, sekarang akupun takberani menggunakan Pedang !”

“Seharusnya memang begitu !” kata Permaisuri Biruseraya mengambil pedang dari seorang Topeng Besi.

“Hati-hatilah!” serunya. Serentak pedangberhamburan seperti sinar pelangi yang menabur tubuhGak Lui. Gak Lui memperhatikan gerak wanita itu, serayamenduga arah yang hendak ditujunya lalu menggunakanilmu Meringankan- tubuh untuk berlincahan menghindar.Tetapi ternyata lawan jauh lebih lihay dari yangdiduganya. Tampak pedang Permaisuri Biru itu sepertiberkelebat ketimur tetapi tahu-tahupun sudah siap-menunggu disebelah barat. Sekalipun Gak Lui gunakangerak Rajawali-rentang-sayap untuk melambung keudaralalu bergeliatan menghindar dalam gerak Awan-mengalirribuan-li, tetapi tetap tak dapat lolos. Sinar berhamburandan pada lain saat sinar pedang itupun bersatu pula danlenyap. Begitu meluncur ketanah, dengan kemalu-maluan Gak Lui berkata : „Ah...., apa yang kuunjukkantadi hanya permainan yang jelek....”.

Page 379: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

379

“Tak perlu terburu-buru. Ketiga jurus tadi hanyasemacam pameran saja. Kita masih harus bertanding lagi!” seru Permaisuri Biru.

“Mengapa ?” Gak Lui terbeliak.

“Ketiga jurus yang engkau mainkan tadi, sudahkuketahui semua. Dan sekarang engkau tentu tak tahubagaimana aku hendak turun tangan. Maka lebih dulukuperlihatkan permainanku itu. Setelah itu baru kitabertanding sungguh2 Tergeraklah hati Gak Lui. Iamerenungkan ketiga jurus permainan pedang wanita itu.

Tiba2 dilihatnya lawan mulai menyerang. Jurusnyasama dengan yang tadi tatapi jauh lebih cepat lagi. GakLui terpaksa melayani dengan hati-hati dan tumpahkanseluruh kepandaiannya. Hebat benar serangan tiga juruspedang itu. Sinar pedang berhamburan dan bayanganorangnya pun lenyap. Kedua sosok tubuh, itu tak ubahseperti burung hong menari dan naga bercengkerama.Hanya beberapa saat mereka bertempur danberpencaran pula. Gak Lui tegak berdiri dengan khidmatseraya berseru dengan rasa penuh terima kasih :„Dengan menggunakan nama hendak mengembalikanketiga pedang tadi cianpwe telah berkenan memberikanpelajaran ilmu pedang yang istimewa kepadaku. Entahapakah nama jurus ilmu pedang itu?”

Permaisuri Biru lemparkan pedangnya. Pedangmelayang tepat disisi kepala si Topeng Besi. Sinarmatanya yang berkilat kilat, tampak meredup tenang lagilalu menjawablah ia akan pertanyaan Gak Lui. „PartaiThian-liong-pay mempunyai ilmu yang disebut Ni-coan-ngo-heng-tay hwat atau Lima-unsur- menyungsang-arah.Tadi kugunakan ilmu itu untuk memikat musuh. Tetapikalau engkau hendak menuntut balas tentu harusmembunuh orang. Maka aku tak mau mengajarkan ilmu

Page 380: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

380

itu kepadamu. Dan apa yang kupertunjukkan tadihanyalah sebagai petunjuk rahasia agar engkau selamisendiri.”

“Ya, kusudah jelas. Pada serangan yang pertamatadi, memang kulayani dengan sungguh-sungguh sepertimenghadapi seorang lawan sakti. Tetapi pada seranganyang kedua-kali, hanya. kugunakan cara menghindarsaja.”

“Engkau benar,” kata, Permaisuri Biru, „memangjurus jurus permainanku tadi khusus untuk menghadapilawan sakti. Maka apabila engkau berhadapan denganMaharaja mungkin jurus itu dapat meringankan bebanmu!”

Kemudian Permaisuri Biru menunjuk kesebelahbarat, ujamya pula : „Aku masih mempunyai urusanuntuk tinggal disini. Silahkan engkau pergi kesana ! “

Gak Lui tahu maksud Permaisuri Biru. Wanita itukuatir kalau ia akan mengejar Maharaja dan timbul hal-hal yang tak diinginkan. Atas maksud baik PermaisuriBiru, Gak Lui pun tak mau membantah. Segera la mintadiri. Sebelum berpisah, ia menghirup napas dalam2.Seketika ia mencium bau yang harum. Walaupun bau itutidak keras tetapi cukuplah baginya untuk mengenalPermaisuri Biru dikelak kemudian hari.

Setelah melihat pemuda itu berjalan jauh, PermaisuriBiru menghela napas kecil. Hatinya kejut-kejut girang,penuh dengan berbagai perasaan syukur. Setelah itu iasegera masuk lagi kedalam hutan, lalu membawa Hong-Lian yang masih tidur nyenyak. Pada saat ia hendaktinggalkan tempat itu, tiba-tiba hatinya tersentuh. Sejenakia memandang kearah mayat yang menggeletak ditanah.Merangkapkan kedua tangannya kedada ia mengucap

Page 381: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

381

Omitohud. Kemudian. la segera hendak mengubur mayatitu dan mengemasi pedangnya. Tiba-tiba pedang itumenimbulkan kecurigaan, pikirnya : „Ah...., mukanya takasing bagiku. Kiranya anak buah Bu-tong-pay. Tetapisiapakah dia? “ Segera ia mengangkat topeng besi yangberatnya puluhan kati itu untuk dibuka dan dilihat siapaorangnya. Tetapi dalam kerudung kepala besi itu rupanyadiberi alat pekakas dan karena sudah bertahun-tahunlamanya dan berkarat, Permaisuri Biru tak beranisembarangan membukanya dengan paksa. Tetapikarena sampai beberapa lama belum juga ia mampumembuka, akhirnya ia gunakan tenaga. Sekalipun begitu,hampir sepeminum teh barulah terdengar topeng ituberderak-derak. Begitu topeng ter-buka makamenggelindinglah sebutir kepala orang. Orang iturambutnya sudah putih semua.

“Celaka !” Permaisuri Biru terkejut dan berseru kaget;„aku kenal padanya. Dia adalah Ceng Ci totiang dari Bu-tong-pay: Ah, mengapa ia mati begitu mengenaskan?Adakah dia termasuk salah seorang dari murid-murid-kelima partai persilatan yang berkhianat itu? Tidak...!Pasti tidak.....! Peribadi Ceng Ci totiang lurus dan bersihKalau lain orang mungkin tetapi kalau Ceng Ci takmungkin menilik gelagatnya, tentu ada sesuatu rahasiayang terselip dalam peristiwa itu. Gak Lui tentu salahmembunuh orang ! Ah..., walaupun pemuda itu tergolongorang Ceng-Pay (Aliran Putih), tetapi menilik caranya iamembunuh orang sedemikian ganasnya, apakah takmuugkin kelak dia akan menjadi momok ganas dalamdunia persilatan...!”

Merenung beberapa saat, Permaisuri Biru tak dapatmenemukan jawabannya. Karena sudah lama ia takmencampuri urusan dunia persilatan dan baru pada saatitu ia mendengar cerita dari Gak Lui tentang situasi dunia

Page 382: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

382

persilatan dewasa itu, ia tak dapat menarik kesimpulanapa2. Karena dalam pandangannya, segala peristiwa itutak terhindar dari Sebab dan Akibat. Tiba2 ia menghelanapas kecil, ujarnya seorang diri : „Ah, balas dendamdalam dunia persilatan memang tiada putus2nya. Jikaaku mau terjun lagi kedunia persilatan, tentu takkanterhindar membunuh orang. Hal itu, pasti akanmelanggar sumpahku! Lebih baik kusembuhkan lukagadis Hong-Lian itu. Dan biarlah mereka kaum muda ituyang kelak menyelesaikan peristiwa mereka sendiri.Tentang kematian Ceng Ci totiang, baiklah kukirimkankepalanya ke Bu-tong-san Akan kutulis suratmenerangkan apa yang kuketahui dalam peristiwa itu.Dan biarlah mereka yang memutuskan soal itusendiri.......”

Setelah memutuskan langkah, dengan gunakantenaga-dalam ia membuat lubang lalu menanam mayatdan topeng besi. Setelah ditimbuni dengan daun2 danranting kering agar jangan menarik perhatian orang, iasegera memanggul Hong-Lian dan terus melesat pergi.

HUTAN kembali sunyi senyap seperti semula. Tetapikesunyian itu hanya sementara waktu saja. Karena takberapa lama, tiba- tiba sesosok tubuh yang anehmenyerupai setan muncul ditempat itu. Ternyata yangdatang itu adalah Gak Lui. Mengapa Gak Lui yang sudahpergi sampai setengah hari lamanya itu tiba-tiba dapatmuncul lagi kesitu?. Menurut peribadinya tak mungkinpemuda seperti dia akan bersembunyi disekitar hutansitu dan mengintai gerak-gerik Permaisuri Biru.Kedatangannya lagi kehutan itu adalah karenadisebabkan oleh dua buah hal yang menghantuipikirannya. Pertama, orang yang bersuit aneh tadikemungkinan tentulah si Maharaja. Dendam kesumatyang telah mendarah daging dalam hatinya, walaupun

Page 383: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

383

untuk sementara dapat diendapkan oleh Permaisuri Biru,tetapi akhirnya meletus juga. Ia makin bernafsu untukmengejar musuh itu. Kedua, siapakah sesungguhnyayang tersembunyi dibalik topeng besi itu? Topeng Besimerupakan teka teki besar dalam dunia persilatan. Tadiia lupa untuk memeriksa batang kepala korban itu. Olehkarenanya maka ia tergopoh-gopoh kembali lagi. Tetapiketika ia tiba dihutan itu dan memandang kesekeliling, iamenjerit tertahan dan sunyi senyap. Bekas2 noda darahyang berceceran ditanah, hilang lenyap. Tubuh dan butirkepala yang bertopeng besi dan pedang ....... lenyapsemua.

“Tentulah Permaisuri Biru mengubur mereka. Dantentulah........ ditanam disekitar sini ......” pikirnya. Iasegera menggunakan kelebihan hidungnya yang tajamuntuk menyedot napas.

“Ah...., bau harum dari Permaisuri Biru itu sudahmenipis sekali. Tetapi masih bertebaran dalam hutan ini,menyelubungi bau anyir dari darah” kata Gak Lui sambilkerutkan alis. Diam2 pemuda itu menimang : „Karenabau darah tak dapat kucium, dan tak mungkin hendakkubongkar seluruh tanah hutan ini, maka satu2nya jalanterpaksa aku harus menyusulnya dan menanyakantentang kepala orang itu....”

Setelah menetapkan keputusan, segera ia menyusurijejak dari bau harum yang ditinggalkan Permaisuri Biru,melintasi hutan. Tetapi setiba ditepi hutan, bau barumitupun lenyap. Betapapua ia hendak menyedot napassedalam–dalamnya namun tak berhasil ia membau hawaharum itu. Dengan begitu ia kehilangan jejak.

“Permaisuri Biru memiliki tenaga-dalam yang amattinggi. Gerakan tubuhnya pun amat cepat sekali. Denganbegitu sukar untuk mengejarnya ......” kata Gak Lui

Page 384: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

384

seorang diri dengan rasa kecewa. Tiba2 ia hentikanlangkah, serunya: „Ah...., biarlah! Toh kalau bukan muridhianat, Topeng Besi yang terbunuh itu tentu bangsadurjana. Biarlah tak usah kuperiksa kepala orang itu.Lebih baik kupergi kegunung Pek-wan-san mencari jejakmusuh !”

Tak berapa lama tibalah ia kembali ketempat tinggalPukulan sakti The Thay. Tampak beratus batang pedangyang tergantung pada dinding rumah dan lumpang besiuntuk menempa pedang telah hancur lebur. Benda iturupanya dihancurkan orang dengan tenaga dalam.Serentak terkenanglah Gak Lui akan orang tua yangberwatak terus terang serta puterinya Hong-Lian yangwajar kekanak- kanakan itu. Kedua ayah dan anak itutelah mengasingkan diri ditempat yang sunyi jauh daripergaulan ramai. Tetapi adalah karena hendak-membantu dirinya, kedua ayah dan puterinya itu telahhancur berantakan .......

“Ah, musuh memang ganas sekali ..... hutang darah,ya hutang darah musuh itu makin menumpuk. Dia harusmembayar hutang2nya itu........”

Gak Lui membulatkan tekad sambil berjalan mondar-mandir diruang pondok. Tiba2 hidungnya mencium bauyang keras. Sejenak memandang keadaan ruang itu,cepat ia melesat keluar mengejar. Bayang2 puncakgunung seolah-olah berlari-lari melewati dirinya. Bintang2diam2 telah bermunculan menghias cakrawala. Gak Luilari secepat angin. Dibawah sinar bintang, dilihatnyasesosok tubuh menyerupai setan hutan tengah ber-larikencang sekali. Dan tak henti- hentinya mahluk aneh itumengeluarkan siulan yang aneh. Pemandangan itumenggetarkan hati Gak Lui. la menyedot napas danmembaui bermacam bebauan. Jelas bayang2 disebelah

Page 385: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

385

muka itu terdiri dari beberapa orang. Maka ia segerapercepat larinya dengan gunakan gerak lari Awan-berarak-seribu-li.

Lebih kurang terpisah berpuluh tombak, tiba2bayangan hitam itu berpaling dan terus menyelinapkedalam gerombol hutan disebelah kiri. Rupanya tanpasadar Gak Lui terpengaruh dan menurutkan arahpandang bayangan hitam itu. Dan segera ia melihatdalam keremangan malam yang gelap, tampak sebuahbiara kecil. Orang aneh itupun rupanya hendak menuju-kebiara itu. Gak Lui cepat menghampiri tempat itu.Karena hutan dan malam amat sunyi, ia segera dapatmendengar suara suitan pelahan. Arahnya dari suitanpelahan dari jarak beberapa li. Dibawah sinar bintangtampak sosok2 bayangan melintas hutan. Dalamsekejab, kedua sosok tubuh misterius saling bertemu.Keduanya menggerakan tangan seperti sedangberunding. Karena jaraknya jauh, Gak Lui tak dapatmendengar jelas.

“Ah...., bagaimana ini?” pikir Gak Lui yang hendakmerencanakan untuk mendengar pembicaraan mereka.Saat itu ia belum jelas siapakah mereka, kawan ataulawan. Ia tak mau membikin kejut mereka. Sekonyong-konyong sosok hitam itu berulang kali menunjuk kearahbiara dalam hutan. Kemudian keduanya serempakmenuju kebiara itu.

“Hm...., mereka tentu hendak berunding dalam biaraitu. Mengapa aku tak mau mendahului mereka “ Gak Luimendapat pikiran lalu dengan hati2 sekali ia bergerakmenyusup kedalam biara. Ia bersembunyi dibawah mejasembahyangan. Tak berapa lama, kedua sosok tubuhtiba dimuka pintu. Ternyata mereka mengenakan pakaianhitam dan berkerudung muka warna hitam juga. Dari

Page 386: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

386

lubang mata, tampak mata mereka berkilat-kilatmemandang kesekeliling. Rupanya hendak masuk.Tetapi tiba2 salah seorang mengangkat tangan kanandan berkata memberi peringatan: „Jangan tergesa-gesa!Mungkin dalam biara terdapat orang!”

Kawannya mendengus dingin : „Ada orangpun takjadi soal. Dengan kepandaian kita, masakan tak mampumenghadapi ......” Orang tadi mendesis pelahan lainmenyahut dengan serius :

“Soal ini adalah perintah dari Maharaya sendiri. Jelassebuah rahasia. Apabila ada orang yang meayelundupdalam tempat ini dan mencuri dengar pembicaraan kita,pasti celaka.!” Ia menyurut mundur dua langkah lalumemberi isyarat tangan.

“Saudara yang memeriksa dalam biara, aku yangmanyelidiki diluar.........” Mendengar itu tergetarlah hatiGak Lui. Untunglah karena minum darah buaya purba,matanya bertambah tajam. Sekalipun malam tiada bulandan hanya disinari bintang-bintang, tetapi ia masih dapatmelihat jelas keadaan dalam biara itu. Saat itu oranganeh yang hendak menyelidiki keadaan diluar, punsegera melangkah keluar. Sedang kawannya yangdiminta memeriksa dalam biara, juga segera masuk. Iamemandang segenap sudut dari biara itu. Dengan hati2sekali Gak Lui mengisar tubuh dan menutup pernapasan.Ia tak mau membikin kaget orang itu karena hendakmendengar apa yang mereka bicarakan nanti. la,menurutkan pandang matanya kesetiap langkah dangerakan orang itu. Tiba2 ketika matanya memandangkearah lantai yang bertutup dengan debu tebal, hampirsaja Gak Lui berteriak kaget. Kiranya pada debu tebal ituterdapat bekas telapak kakinya. Tadi karena ia tergopohmasuk maka ia tak memperhatikan soal itu. Sekalipun

Page 387: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

387

bekas telapak kaki itu sangat tipis namun tentu tak dapatterhindar dari mata seorang tokoh silat. Tetapi padadetik2 yang amat menegangkan, siorang berkerudungtak memperhatikan lantai melainkan memandang keataspapan nama yang tergantung diatas serambi. Mulutnyaberseru : „Biara Malaekat Gunung! Tempat begini tentujarang diketahui orang “

Gak Lui segera mendapat pikiran. Hati-hati sekali iajulurkan tangan kiri dan kerahkan tenaga-dalam Algojo-dunia. Dari telapak tangannya, meluncur hawa dalamkearah telapak kaki pada permukaan debu dilantai itu.Pada saat siorang aneh melangkah masuk kedalamruang, bekas telapak kaki itupun sudah lenyap tertimbundebu. Dan serempak pada saat itu, orang aneh yangmemeriksa diluar tadipun muncul seraya bertanya :

“Bagaimana didalam?”

“Tak ada setan apa2 !” sahut kawannya yangmemeriksa didalam.

“Benarkah?”

“Kalau tak percaya, silahkan periksa sendiri!” Oranganeh itu menundukkan kepala melihat lantai. Kecualibekas telapak kaki mereka berdua, tak ada lain2 jejakyang mencurigakan.

“Sudahlah, sudahlah!” tiba2 orang aneh yangmemeriksa bagian dalam tadi berseru seraya membukakerudung mukanya. Dengan wajah menyeringaibertanyalah ia dengan nada yang tak sabar:

“Sesungguhnya soal apa sajakah sehingga membuatengkau Penjaga Neraka begitu tegang? Mengapaengkau tak mau membuka kain kerudung mukamu danbicara dengan bebas?”

Page 388: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

388

Orang yang dipanggil Penjaga Neraka itu, tetapmemandang dulu kesekeliling sudut setelah itu barumembuka kain kerudungnya. Sikapnya yang plintat-plintut itu makin menimbulkan kecurigaan Gak Lui. Diam2ia memperhatikan wajah orang itu dengan seksama.

“Kalau kukatakan.....engkau tentu akan melonjakkaget,” kata si Penjaga Neraka itu. „sekarang Maharajasudah tiba disini. Aku mendapat perintah untukmemanggil jago2 sakti disekitar daerah sini untukberkumpul di istana Yok-ong menerima titah.......”

“ini ...... sungguh ....... aneh ........ semua rencanayang kita jalankan mengapa tiba2 dirobah begini rupa? “kawannya terkejut.

“Sudahlah, jangan ribut2 ini-itu. Sekarang hendakkukatakan apa tugasmu, agar jangan sampai terlantar. !”seru Penjaga Neraka.

“Tugas apakah itu?”

“Kali....... ini yang menghadap berjumlah besar......Tetapi karena orang2 itu sama mengenakan-kerudungmuka maka aku dan engkau ditugaskan untukmemeriksa bukti2 yang mereka bawa. Engkau yangmemeriksa orang2 Kay-pang dari lain2. Aku yangmemeriksa anak buah Maharaja. Jika ada yangmencurigakan, kita harus memeriksanya denganpertanyaan....” kata Penjaga Neraka.

“Bertanya bagaimana? Apakah ada kata2 sandi yangditentukan?” tanya orang itu pula.

“Temponya amat mendesak sehingga tak sempatmenetapkan kata2 sandi. Maka aku dan engkaulah yangditunjuk untuk mengajukan pertanyaan pada mereka.Boleh bertanya apa saja tentu kita segera tahu nada

Page 389: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

389

mereka mencurigakan atau tidak”

“Apakah kalau mereka itu terbukti salah lalu kitahukum mati?”

“Tidak, jika mencurigakan, harap ditawan hidup danbiarkan Maharaja yang memeriksanya sendiri !”

“Sungguh mengherankan ! Adakah Maharaja curigakalau ada tokoh2 sakti yang menyelundup dalampertemuan itu?”

“Entahlah, aku kurang terang.” Namun orang yangberwajah menyeringai itu gelengkan kepala tak percaya :„Ah, mengapa engkau tetap main sembunyi kepadaku?Engkau sudah belasan tahun ikut pada Maharaja. Soalitu mungkin dapat mengelabuhi engkau tetapi masakandapat mengingusi aku si Jo Bin Sucia?”

Penjaga Neraka tertegun sejenak lalu berkata pula:„Menurut dugaanku, penjagaan itu ditujukan terhadapseorang jago muda sakti !”

“Jago muda sakti......! Siapakah namanya?” tanya JoBin sucia atau Utusan Berwajah buruk.

“Gak Lui !” Mendengar itu tergetarlah hati Gak Lui.Sedang si Wajah buruk malah tertawa mengekeh danberseru: „Kukira tokoh sakti yang bagaimana, kiranyahanya anak yang masih belum hilang ingusnya itu.Marilah kita lekas2 menuju ke istana Yok-ong. Budak itudatangpun baik, tidak datangpun lebih baik.......”

“Sudahlah, jangan menepuk dada dulu ! Kita sudahmendapat tugas, lebih pagi datang kesana lebih baik.Apalagi jika benar- benar sampai bertempur, budak itusudah banyak merubuhkan jago2 sakti.... “

“Hm, aku tak percaya....!” kata si Wajahburuk. Diam-diam Gak Lui terkejut, pikirnya :„Huh, mengapa sudah

Page 390: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

390

dua kali ini Maharaja hendak mencari aku? Apakah yanghendak ditanyakan kepadaku? Menilik gelagat, orang itutentu mempunyai hubungan dengan partai perguruanku.Mungkin hendak menanyakan tentang Empat PedangBusan, mungkin........”

BARU ia merenung sampai disini tiba-tiba si Wajahburuk kedengaran bertanya pula : „Saudara lm, adasebuah hal yang kurasa aneh. Maukah engkaumenerangkan? “

“Kalau bisa, tentu akan kuterangkan !”

“Maharaja yang begitu sakti mengapa harus memakaikain kerudung muka? Kurasa banyaklah diantara orang2itu yang ingin sekali melihat wajah aseli dari Maharaja!.Dan lagi, kelima Topeng Besi dari lima partai persilatanitu, mengapa ....”

“Hm....., engkau lagi2 begitu. Tak usah bertanya,nanti pada suatu hari engkau tentu akan jelas sendiri.”

“Jadi engkau sebenarnya sudah tahu tetapi tak maubilang?”

“Aku masih ingin hidup beberapa waktu lagi!”

“Bolehkah aku menduganya ? “

“Lebih baik jangan !”

“Mengapa? “

“Menduga salah sama artinya dengan tak menduga!”

“Kalau dapat menduga tepat?”

“Berarti hari kematianmu sudah tiba !”

Si Wajah buruk tertegun. Beberapa saat kemudian iaberkata seorang diri : „Kurasa Maharaja itu, tentumemiliki wajah yang tak boleh dilihat orang. Mungkin

Page 391: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

391

karena cacad hidung atau telinganya sahingga wajahnyalebih buruk dari aku.......!”

Baru berkata begitu tiba- tiba Penjaga Neraka itutergetar tubuhnya: dan cepat membentak bengis : „Tutupmulutmu! Jika engkau masih ngaco belo tak keruan,jangan sesalkan aku tak kenal persahabatan danmelaporkan engkau pada Maharaja !”

Ancaman Penjaga Neraka itu ternyata mempunyaidaya kekuatan yang besar. Si wajah-buruk sepertiterbungkam.

“Heran....,” diam2 dalam kolong meja Gak Luimenimang dalam hati, menurut keterangan mendiang Gi-hu (ayah angkat), pada batang pedang milik si HidungGerumpung itu terdapat bekas guratan huruf silang.Tetapi kalau menurut keterangan Bok Kiam- su, orangyang datang kepadanya untuk membikin betulpedangnya itu, baik kata2 maupun nada suaranya tiadamencurigakan. Kalau begitu pembunuh itu sukarditentukan, seorang atau dua orang. Tetapi pembicaraankedua anak buah Maharaja itu, memberi bukti yangnyata. Mungkin Maharaja itu tak lain yalah HidungGerumpung itu sendiri. Oleh karena luka pada hidungnyaitu sudah ditutup maka nada bicaranyapun tak berbedadengan orang biasa. Hanya saja ia tetap mengenakankerudung muka karena takut dilihat orang !”

Tengah Gak Lui tiba pada pemikiran begitu, tiba2terdengarlah langkah kedua orang itu keluar dari biara.Sejenak memandang cuaca, berkatalah Penjaga Neraka.

“Waktu sudah hampir habis, mari kita berangkat.Ingat, nanti yang akan menghadap Maharaja berjumlah28 tokoh dari berbagai partai persilatan. Tak bolehkurang dan lebih !” kata Penjaga Neraka.

Page 392: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

392

“Kalau begitu yang membawa Ki-pay (lencana emas)tak boleh masuk?” tanya si WajahBuruk.

“Benar....! Mereka harus menunggu diistana Yok-ong!” Terdengar kesiur angin dari kedua orang yangmelesat keluar dari biara.

Gak Lui hendak meringkus Penjaga Neraka itu.Karena orang itu rupanya tahu banyak sekali tentangrahasia Maharaya. Tetapi tiba-tiba ia mendapat pikiranlain: „Apalagi orang itu juga serupa dengan Tabib jahat LiHui-ting yang tahan siksaan, bukankah malah akanmembubarkan pertemuan Maharaya dengan tokoh-tokoh persilatan itu?”

Akhirnya ia memutuskan lebih baik diam2 mengikutipertemuan itu untuk membekuk Maharaya. Ia segerakeluar dari biara dan menyusul kedua orang tadi.

Istana Yok-ong-kiong merupakan sebuah bangunanyang terlantar. Ruangan besar dalam istana itu gelap danmenyeramkan. Diluar istana telah penuh berpuluh orangyang mukanya memakai kain kerudung. Seratusantombak dari pintu gerbang, tampak dua orang yangmenyeramkan sedang melakukan pemeriksaan kepadaorang2 yang hadir disitu. Yang membawa Kim-pay,semua disuruh menunggu diluar istana. Sedang yangmembawa pertandaan rahasia dari batu mustika,dipersilahkan masuk kedalam. Selain pertanyaan darikedua orang petugas yang menimbulkan suara berisikpelahan itu, sekalian yang hadir tak ada yang bukasuara. Keadaan disekeliling istana itu sunyi sekali. Tiadaseorangpun yang berani bicara, lebih2 beranisembarangan bergerak. Karena kesibukan pemeriksaantanda pengenal dan suasana yang diliputi ketakutan dankeseraman itu maka tiada seorangpun memperhatikanbahwa dibalik sebatang pohon tua yang menjulang, tinggi

Page 393: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

393

sekali, bersembunyi sesosok tubuh yang tak lain adalahGak Lui. Dia juga mengenakan pakaian warna hitam danmukanyapun dikerudungi dengan kain hitam pula.Tangan kiri memegang sebuah Kim-pay dan tangankanan menggenggam sebuah batu mustika. Diam2 iamenghitung jumlah orang yang datang.

“Duapuluh lima.....! Duapuluh enam...... duapuluhtujuh...... !” Yang diperboleh masuk kedalam istana, darijumlah 28 orang hanya kurang seorang saja. Merekatelah datang semua. Tetapi yang seorang itu, masihbelum tampak datang ...... mungkin terlambat. Gak Luimemperhatikan kedua anak buah Maharaja yangmenjaga pintu, antara lain si Penjaga Neraka dan siWajah Buruk. Dilihatnya kedua orang itu juga gelisah dantak sabar. Berulang kali mereka mengangkat kepala danmemandang kesebelah muka. Gak Lui segera berkisartempat, pikirnya : „Tentulah waktunya sudah tiba ! Orangitu tentu tak datang. Aku harus lekas2 menggunakankesempatan untuk menerobos masuk agar janganmembuang waktu yang berharga.....” Dengan hati2 sekaliGak Lui meluncur turun dari pohon dan dengan gerakanyang sukar diketahui orang, ia sudah tiba dimuka pintugerbang. Tetapi serempak dengan itu, dari pohondisebelah muka, juga tampak sesosok tubuh meluncurturun dan menyusulnya.

“Hai, siapakah dia ......?” diam2 Gak Lui terkejutsekali. Cepat ia lambatkan jalannya dan orang itupunsudah berada disebelahnya. Bermula Gak Lui segerahendak menunjukkan pengenal batu mustika agar lekas2masuk kedalam istana. Tetapi karena orang yang takdikenal itu muncul, maka ia agak terlambat. PenjagaNeraka dan si Wajah Burukpun terkejut. Tetapi orang takdikenal itu tak menghiraukan lalu cepat2 mendahuluimenunjukkan benda pengenal, sebuah batu mustika

Page 394: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

394

yang berkilau-kilauan. Gak Lui tergetar hatinya. Namun iatak kehilangan kesadaran. Cepat iapun mengacungkantangan kiri yang memegang Kim - pay. Penjaga Nerakadan kawan2nya, menatap tanda pengenal yangditunjukkan kedua orang itu dengan seksama. Gak Luicepat melepaskan pengerahan tenaga dalam, agar sorotmatanya tak diketahui penjaga. Tetapi orang yangdatang bersamanya itu, pandang matanya masihmemancar sinar yang berkilat-kilat. Diam2 Gak Lui heran:

“Aneh, orang ini umurnya sebaya dengan aku tetapimatanya memancar sinar yang begitu berwibawa......”Tetapi Gak Lui tak sempat memperhatikan. orang itukarena ia segera melihat bibir Penjaga Neraka itubergerak-gerak. Gak Lui mengeluh kaget: „Celaka,rupanya dia curiga, tentu akan mengajukanpertanyaan.....”

Cepat ia mengatupkan tangan dan sebelumdiperintah sudah terus melesat keluar biara. Untunglahkarena Penjaga Neraka sedang menumpahkan perhatiankepada pendatang yang mengunjukkan pengenal batumustika itu, maka tak sempat mengurus Gak Lui. Tepatpada saat Gak Lui melesat keluar gedung, ia mendengarpendatang aneh itu berseru pelahan : „Akulah......” terusmelangkah masuk kedalam ruang.

“Uh....., menilik keadaannya jelas dia bukan kaumdujana tua tetapi mengapa dapat melalui penjagaan?Apakah dia seorang jago muda dari ke-9 partaipersilatan? Ataukah utusan dari lain perguruan? Tetapitak peduli siapa dia, yang jelas dia telah mengganggusehingga aku tak dapat masuk kedalam gedung.....!”Terpaksa Gak Lui gunakan telinganya yang tajam untukberusaha mendengarkan apa yang berlangsung dalam

Page 395: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

395

gedung. Dalam usaha itu ia menyelinap mendekatijendela. Lebih kurang satu tombak dari jendela tiba? daridalam gedung itu terdengar suara orang berserumenggeledek: „Tangkap mata 2.....!” Teriakan itu begitumendadak sekali sehingga Gak Lui pun terkejut, pikirnya: “Adakah dia mengetahui diriku ....... “ Bum ........ bum...... terdengar dua buah pukulan beradu keras. Kerasnyamirip dengan ledakan. Angin dari pukulan itu berhamburkeluar dari jendela sehingga kain kerudung mukanya ikutbergoncang-goncang.

“Celaka.... ! Pukulan orang itu dahsyat sekali,kemungkinan pemuda tadi tak dapat lolos ...... baru iamemikir begitu, perobahan yang terjadi dalam gedungberlangsung lebih cepat.

SEKETIKA dari gedung yang gelap ruangannya itu,melayang keluar sesosok tubuh. Ternyata sosok tubuhitu adalah pemuda yang masuk tadi. Dengan gunakanilmu meringankan tubuh yang tinggi, ia melayang keluar.Dibelakangnya diikuti oleh 3 orang berkerudung mukayang menyerangnya dengan pukulan dan pedang. CepatGak Lui dapat memastikan bahwa orang yang berteriakmenggeledek tadi tentu si Maharaja. Dan dia tentu takikut mengejar melainkan masih berada dalam gedung.Gak Lui tak sempat memikirkan untuk membantupemuda itu lagi, ia harus menggunakan kesempatansebaik itu untuk menyerang Maharaja. Selain itu ternyatapemuda itupun cerdas dan tangkas sekali.

Walaupun ia tahu bahwa disekeliling penjuru terdapatmusuh tetapi ia tak gentar sedikitpun juga. Bukannyamelarikan diri kearah lapangan kosong, ia malahcondongkan diri melayang kearah kawanan orang yangsedang menunggu diluar istana itu. Kawanan orang yangberada diluar gedung itu memang terdiri dari kaum

Page 396: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

396

penjahat tetapi mereka pun tak berani bertindak sebelummendapat perintah. Mereka membiarkan ketiga orangberkerudung itu mengejar pemuda tadi. Karena kuatirmengganggu maka kawanan orang itupun segeramenyisih kesamping. Melihat itu si pemuda itu bergerakcepat sekali sehingga tinggalkan pengejarkan beberapatombak dibelakang. Dalam sekejap mata, pemuda itumenyelinap kesamping Gak Lui.

“Lekas menyingkir, durjana itu sakti benar!” serupemuda itu pelahan seraya melesat kebelakang. Gak Luiterkejut dan berpaling tetapi pemuda itu sudah jauh.Hanya bau harum yang menghambur dari tubuh pemudaitu masih terasa menyentuh hidung Gak Lui. Gak Luimakin kaget. Ia tak asing lagi dengan bau harum itu.Dipandangnya sosok tubuh pemuda itu dan diam-diam iaberdoa agar pemuda itu dapat selamat lolos dari bahaya.Tetapi rombongan anak buah Maharaja yang berkumpuldalam istana itu, banyak sekali jumlahnya.

Sekelompok tokoh-tokoh yang berjumlah belasanorang segera memburu keluar dari belakang gedungsehingga pemuda itu terkepung dari muka dan belakang.Dan tiba-tiba pula, pintu gerbang istana itu terbukasendiri. Dalam ruang gedung yang gelap seram, belasanjago jago sakti tengah mengerumuni sesosok tubuh yangmirip dengan sebuah patung batu. Walaupun orang itumukanya tertutup kain kerudung tetapi dari sikapnyayang congkak dapatlah diduga ia tentu seorang tokohyang berpengaruh dan ganas sekali.......

“Heh..., heh..., heh ....” orang aneh itu tertawamengekeh. Sengaja nadanya dibuat seseram mungkinuntuk menutup suaranya yang parau. Tergetar teganghati Gak Lui mendengar tertawa aneh itu. Diam- diam iamenduga, orang itu tentulah si Maharaja. Cepat ia

Page 397: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

397

salurkan tenaga dalam dan, mengisar langkah kemuka.Bersiap- siap untuk menerobos barisan musuh yangketat agar sekali serang ia dapat menusuk orang anehitu.

“Budak bernyali besar ! Engkau murid dari perguruanmana ?” tiba2 orang aneh itu berseru kepada pemudatadi. Nadanya tetap dilantangkan tinggi.

“Engkau tak perlu takut !” sahut pemuda itu.

“Heh..., heh.....! Boleh juga kegarangamu itu, budak!Bukankah namamu Gak Lui !”

“Bukan ...!”

“Bukan....?”

“Siapa sudi membohongimu ...!” Orang aneh ituterbeliak. Matanya berkilat-kilat memancar api. Kemudiania berseru memberi perintah : „Sam-coat, dengarlahperintah..!”

“Ya.... !” ketiga orang berkurudung yang memburupemuda itu tadi serempak berseru. Nadanya amatmenghormat. Mereka bertiga disebut Samcoat ataulengkapnya Hong-ke-sam-coat atau Tiga Algojo dariistana Maharaja.

“Apakah kalian sudah mengetahui aliran perguruanbudak itu ?”

“Hatur bertahu kepada Maharaja, bahwa kami belum......”

“Hm ...,” orang aneh itu mendengus gemuruh lalumembentak :„Coba seranglah lagi !”

“Baik !” Ketiga Algojo itu serempak ayunkan tanganmenghantam pemuda itu. Keganasan pukulan ketigaAlgojo itu benar2 membuat orang leletkan lidah. Pemuda

Page 398: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

398

tak dikenal itupun tak berani menangkis. Dengan gerakyang aneh ia berputar kaki seraya mencabut pedangnyayang berbentuk aneh. Pedang berwarna kebiru-biruantetapi sinarnya memancar burat2 merah datang macamlidah ular. Sret ....... pedang menerobos pukulan lawandan ujung pedang dapat menusuk pecah kayu salahseorang Algojo itu. Jurus serangan pedang itu benar2luar biasa sekali. Diam2 Gak Lui menghela napaslonggar. Karena tak berhasil menyerang, ketiga Algojoitupun menyurut mundur tiga langkah. Diluar dugaanorang aneh tadi tak marah karena tiga Algojonya gagal,kebalikannya ia malah tertawa seram dan puas : „Ho....,kiranya engkau ini anaknya Li Leng-ci, ha..., ha...., ha,.....”

Munculnya putera dari Kaisar Persilatan Li Liong-ci,benar-benar mengejutkan sekalian anak buah Maharajayang hadir disitu. Diam-diam mereka terbeliak kaget dankucurkan keringat dingin. Juga Gak Lui terkejut sepertidisambar petir.

“Ah...., kiranya Li Hud-kong! Ibunya permaisuri Birutelah menolong adik Hong-lian Sedang Dewi Tong-tingpun telah menolong adik Siu-mey. Budi itu harusdibalas sepenuhnya ......” Serentak Gak Luipun bersuitdan laksana seekor burung rajawali, ia gunakan gerakRajawali merentang-sayap untuk melayang diudara danterus meluncur turun dimuka pemuda Li Hud-kong. Danserentak mencabut kedua pedangnya, ia berseru garang: “lnilah Gak Lui, hayo, serahkanlah jiwamu, Maharajadurjana !”

Gerakan Gak Lui itu makin menambah kejut sekalianak buah Maharaja yang berada disitu. Tring..., tring....,tring...., mereka berhamburan mencabut senjata masing-masing. Suasana penuh dengan ketegangan yang

Page 399: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

399

menyala-nyala. Tetapi diluar dugaan, orang aneh yangdiduga Maharaja itu malah makin gembira. Majuselangkah ia tertawa mengekeh : „lnilah yang dikata,pucuk dicinta, ulam tiba. Dicari kemana-mana tak dapat,kiranya malah datang sendiri. Dua orang budak yanghendak kucari, malam ini muncul bersama sama ......”

“Yang hendak, mencari kepadamu untukmenyelesaikan perhitungan, adalah aku. Dan saudara Liini ...... sama sekali tiada sangkut pautnya! bentak GakLui lantang. Sambil kebutkan lengan jubahnya, oranganeh itu menjahut dengan nada iblis : „Aku hendakmencari bapaknya .......”

“Tutup mulut! Kalau engkau memang berani, carilahKaisar. Cara-cara yang engkau gunakan untukmenangkap puteranya, sungguh hina dan pengecut !”bentak Gak Lui.

Maharaja itu tertegun sejenak, Diam2 ia mengatursiasat, ujarnya : „Kalau begitu, engkau menginginkan akusupaya melepaskannya ?”

“Hm.......”

“Anggaplah engkau hati ksatrya. Dapat kulepasnyatetapi harus menjawab sebuah pertanyaan !”

Karena hati merangsang, seketika Gak Lui berserumenyambut: “Pertanyaan apa.....?”

“Jika ehgkau hendak menolongnya, engkau harusmenjawab pertanyaanku itu. Kalau tak mau pun takmemaksa dan tiada perundingan lagi !”

Gak Lui terdesak dalam kesulitan. Jika ia tak maumemberi jawaban tentu akan melihat pada pemuda LiHud-kong itu. Tetapi kalau menjawab, ia kuatir orangakan menanyakan tentang perguruannya Dengan begitu

Page 400: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

400

berarti ia melangar sumpahnya ........ Ia merenungbeberapa saat. Tiba2 wajahnya berobah cerah dandengan lantang ia berseru : „Baik, aku bersediamenjawab pertanyaanmu. Lepaskan ia pergi dulu.....!”

Orang berkerudung hitam itu tertawa mengekeh laluberseru memberi perintah kepada anak buahnya supayamemberi jalan kepada pemuda Li Hud-kong. Kawanananakbuah Maharaja itu segera menyisih kesampinguntuk memberi jalan kapada pemuda itu.”

Tetapi diluar dugaan Li Hud-kong bukan ngacir pergi,melainkan malah maju kemuka dan tertawa nyaring :„Maksudmu melepas aku pergi. supaya aku tak dapatsaling berhubungan dengan dia, bukan ?”

“Hm ...... “

“Kalau begitu aku tetap tinggal disini untukmenyaksikan ramai2 disini !”

“Oh ...!” kawanan anak buah Maharaja serempakmendesah kaget.

Seorang Gak Lui saja sudah cukup merepotkanapalagi tambah putera dari Kaisar Persilatan. Benar2menyulitkan sekali. Kalau sampai Kaisar dan EmpatPermaisuri akan minta pertanggungan jawab, akibatnyatentu sukar dibayangkan. Tetapi Maharaja sudah siapdengan lain rencana. Segera ia tertawa seram : „Baik....!”

Gak Lui gugup sampai kucurkan keringat dingin,serunya dengan berbisik : „Saudara Li, aku telahmenerima permintaan ayahmu. Aku tak dapatmembiarkan engkau dalam bahaya. Maka kumintaengkau lekas tinggalkan tempat ini !”

Sejenak Li Hud-kong menatap Gak Lui lalu

Page 401: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

401

memandang kedalam gedung. la sengaja melantangkansuaranya : „Saudara Gak, engkau terlalu jujur. Sekalipunmeluluskan aku pergi, tetapi sebenarnya dia hendakmenipumu dengan mengajukan pertanyaan. Setelah itudia tentu tetap akan mengejar aku lagi. Maka tetaptinggal disini atau pergi, sama saja artinya .......”

“Ngaco!” bentak Maharaja, “kata2ku sekokoh gunung.Masakan aku sudi menipu kalian anak yang belum hilangingusnya!”

Li Hud-kong menyeringai: „Kalau begitu, omonganmuitu selalu menepati maksudnya?”

“Sudah tentu...!”

“Saudara Gak,” seru Li Hud-kong, seraya berpaling,situa itu menyatakan kalau akan menepati janji. Kalaubegitu sekalipun aku tinggal di sini, dia tentu takkanmengganggu aku. Harap engkau jangan kuatir.......”

Gak Lui gelengkan kepala: „Tidak, orang itu tak bolehdipercaya!“`

“Uh, takut apa? Kalau dia berani mengangguselembar rambutku saja, berarti dia seorang manusiahina yang tak punya moral” Tanya jawab kedua pemudayang bermaksud menelanjangi akal bulus Maharaja,telah membuat Maharaja marah bukan buatan sehinggapakaiannya sampai gemetar.

“Tutup mulut, dengarkan aku hendak mengumumkan,bahwa kali ini aku takkan mengganggu padamu budakliar. Hayo, Gak Lui, lekas engkau bersiap menjawabpertanyaanku!”

“Baik, silahkan bertanya! Aku pasti akan merjawab...!”sahut Gak Lui.

Maharaja itu menundukkan kepala.... Setelah jerpikir

Page 402: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

402

beberapa jenak ia mulai bertanya: „Dimanakah sekarang...... gurumu?” Pertanyaan itu tak pernah diduga Gak Lui.Seketika Gak Lui tertegun. Walaupum sederhanakedengarannya pertanyaan itu, namun lingkupannyacukup luas, meliputi asal usul perguruannya, sertatempat beradanya guru dan para angkatan tua dariperguruannya. Dengan begitu ia harus menerangkandengan jelas. Tetapi dari lain segi, pertanyaan itu juga-membuktikan beberapa kesimpulan. Pertama, bahwaMaharaja yang belum pernah kenal padanya tetapidalam pertanyaannya tidak menyebutkan namaperguruannya melainkan terus langsung menanyakantentang gurunya. Jelas hal ini menunjukkan bahwaMaharaja itu sudah kenal pada perguruan Bu-san.Bahkan kemungkinan memang ada hubungannya!Kedua, tidak menanyakan dirinya melainkan gurunya.Kemungkinan orang itu adalah yang mencelakai orangtuanya dahulu. Dalam pertanyan itu, rupanya Maharajahendak menyelidiki jejak Pedang Bidadari dan PedangIblis. Tempo hari pembunuh itu tak sempat membunuhayah-angkat Gak Lui. Dan setelah ayah angkat Gak Luimengajarkan ilmu pedang Memapas-emas-memotong-mustika, maka Gak Lui telah menggemparkan duniapersilatan karena tindakannya memapasi pedang tokoh2persilatan. Dengan begitu dapatlah Maharaja menduga,bahwa si Pedang Aneh atau, ayah angkat Gak Lui itubukan saja masih hidup pun malah punya murid.Kemungkinan Maharaja masih ingin mencari tahuanggauta Empat-pedang-Bu-san yang masih hidup.Dengan pertanyaan itu dapatlah diduga bahwa Maharajaitu memang mempunyai rasa ketakutan terhadap Empat-pedang-Bu- san.

Setelah membayangkan dugaan2 itu, maka Gak Luisegera menarik kesimpulan: „Mengapa kakek guru

Page 403: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

403

khusus mengajar 4 muridnya untuk menghadapi musuh,tentulah bermaksud bahwa ilmu pedang itu harusdilakukan oleh keempat orang baru benar2 memancarkedahsyatan dan kesaktian untuk menumpas-musuh.Andaikata aku dapat mewakili ayah, tak mungkinMaharaja itu begitu ketakutan ...... apakah .... apakahayahku masih hidup dan menyembunyikan diri di gunungyang sepi ...... ?

RUPANYA Maharaja tak sabar menunggu jawabanGak Lui yang tak kunjung datang itu : „Engkau sudahdapat menjawab atau belum?”

Gak Lui terbeliak dan cepat menjawab: „Janganterburu-buru! Aku sedang berpikir!”

Dipandangnya orang aneh itu dengan tajam, pikirnya:„Huh..., siapakah engkau ini sesungguhnya? Apakahengkau ini murid pertama dari kakek guru yang diusir dariperguruan itu? Apakah kecuali takut kepada Empat-pedang-Bu-san, engkau mempertalikan namaku denganilmu Pedang Kilat itu? Sampai dimanakahpengetahuanmu tentang soal itu........? Tiba2 Gak Luimendapat akal. Ia akan menjawab dengan terus terangtetapi takkan menyinggung tentang keadaan Empat-pedang-Bu-san. Maka menyahutlah ia dengan lantang :„Hm...., dengarkanlah, aku hendak menjawab .......”

“Bagus......! Bagus........!” seru Maharaja lalu mulaibertanya :

“Katakanlah mulai dari suhumu !”

“Aku tak punya guru....!”

“Hah........!”

“Kuulangi lagi, aku tak punya guru!”

“Engkau ...... engkau hendak menyangkal .......?”

Page 404: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

404

“Tutup mulutmu.......!” teriak Gak Lui, „aku tak pernahbohong.....! sekalipun kepada orang semacam engkau,akupun tak mau bohong...........!”

Karena marahnya, Maharaja sampai gemetar.Seketika timbul pikiran hendak turun tangan menghajaranak itu. Tetapi pada lain saat, hatinya tenang lagi.

“Tak mungkin.....! Lalu dari mana engkau belajar ilmusilat kalau tak punya guru ?” katanya.

Melihat sikap orang begitu tegang, Gak Lui geli dalamhati. Maka menyahutlah ia dengan dingin: „Sekalipun akubelajar silat pada beberapa paman, tetapi tiadaseorangpun yang kuangkat menjadi guru!”

Kata2 itu memang benar, baik ayah angkatnya siPedang lblis maupun bibi gurunya Pedang Bidadari, telahmemberinya pelajaran silat. Tetapi mereka bukanlahgurunya yang resmi. Dengan setengah kurang percaya,Maharaja menegas lalu ayah bundamu.......... ?”

“Itu soal lain lagi. Aku tak perlu menjawabnya! “ kataGak Lui.

“Mengapa?”

“Yang engkau tanyakan adalah para angkatan tuadari perguruanku, bukan menanyakan tentang asal usulorangtuaku!”

“Uh ........!” rupanya Maharaja tak menduga kalaupemuda itu akan memberi jawaban yang begitu rupasehingga tergetarlah hati dan badannya.

“Tetapi aku dapat memberitahukan kepadamutentang peristiwa lampau yang dialami oleh paraangkatan tua perguruanku .......” Gak Lui menyusulikata2.

Page 405: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

405

“Peristiwa apakah itu?” seru Maharaja dengan nadatergetar tegang.

“Dalam perguruan, dari halangan angkatan tuapernah ada seorang yang diusir dari perguruanku!”

“Hm......, siapakah dia?” dengan nada tak mengunjukkeheranan, Maharaja menegas.

“Sudah tahu mengapa bertanya pula?” kata Gak Luisetengah mengejek.

“Apakah maksudmu?” Maharaja hendak menutupi diridengan balas bertanya tetapi ternyata malah ketahuanbelangnya.

“Maksudku, da!am hati engkau sudah tahu mengapapura2 masih tak mengerti! “

Maharaja tak berkata lagi melainkan berdiri tegakdengan mata berkilat-kilat. Suasana hening lelap, tegangregang. Sekalian orang termasuk Li Hud-kong, takmengerti apa yang dimaksud dalam pembicaraan GakLui dengan Maharaja. Hanya Gak Lui yang dapatmengetahui jelas dan makin yakin dalam kesimpulannyabahwa Maharaja itu memang asalnya dari Bu-san.Sekarang tinggal menyelidiki adakah Maharaja itu benarmurid Bu-san yang diusir dari perguruan itu? Jika benar,orang itu adalah paman gurunya yang tertua sendiri.Adakah hidungnya cacad? Atau apakah ia mempunyaihubungan dengan si Hidung Gerumpung itu? Belum iasampai melaksanakan, rencana penyelidikannya, tiba2orang itu tertawa ringan: „Soal2 sekecil itu, kiranya takperlu kujawab ........”

“Adakah engkau tak ingin menanyakan tentangangkatan tua dari perguruanku?” tukas Gak Lui.

“Heh..., heh..., heh...!” orang itu tertawa mengekeh,

Page 406: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

406

„tetapi beberapa kali engkau telah merusakkan urusankuyang penting. Dosamu tak berampun lagi. Kecualiengkau dapat menerangkan alasannya yang kuat,barulah dapat kupertimbangkan lagi. Kalau tidak, istanaYok-ong itu bakal menjadi tempat kuburmu !”

Diam2 Gak Lui geli dalam hati karena melihat sikapMaharaja itu. Ia memutuskan untuk memberitahukantentang keputusannya hendak menuntut balas kepadaMaharaja itu agar dia kaget.

“Hidupmu penuh berlumuran darah. Dosamumenumpuk setinggi gunung. Setiap orang persilatanyang menjunjung Kebenaran dan Keadilan, tentu berhakmembasmimu. Dan ketahuilah, bahwa aku memangmengemban tugas dari sebuah perguruan untukmembasmi seorang muridnya yang murtad !” seru GakLui.

“Heh..., heh..., heh...!” orang itu mengekeh,„bukankah engkau tadi mengatakan tak pernah bergurupada seseorang ? Atas hak apa engkau beranimencampuri urusan perguruan orang ?”

“Sungguh mengecewakan sekali kalau engkauberkata begitu. Tindakanku itu adalah melaksanakanpesan dari angkatan tua perguruanku!”

Mendengar itu meluaplah hawa pembunuhan diwajah Maharaja. Ia tertawa iblis: „Baik, hari ini juga akuhendak menawanmu. Masakan para angkatan tuaperguruanmu itu takkan datang menanyakan kemari.Tiga Algojo, dengarkan perintahku !”

“Tutup mulutmu...!” bentak Gak Lui seraya mainkansepasang pedangnya, “kalau engkau memang berani,mengapa tak engkau sendiri yang akan menerimakematian !”

Page 407: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

407

Maharaja sejenak merenung lalu tertawa iblis :„Baik....! Akan kulihat sampai dimana kepandaianmu itu....!” Dalam berkata itu, Maharaja sudah melesatmenerobos kedalam kepungan. Sudah tentu rombongananakbuahnya terkejut sekali. Mereka merasa heranmengapa dalam kedudukan sebagai Maharaja. harusturun tangan sendiri. Li Hud-kongpun terkejut juga. Iaheran meagapa Gak Lui tak mau tinggalkan tempat inidan bahkan menantang pada Maharaja. Maharajasesungguhnya tak mengetahui jelas apakah Empat-pedang-Bu-san itu masih hidup dan dimana tempattinggalnya. Ia hendak menyelidiki hal itu dari ilmupedangyang dimainkan Gak Lui nanti. Gak Lui tahu juga hal itu.Tetapi ia tak peduli.

Dalam pertandingan dengan Maharaja ia hendakmenggunakan kesempatan untuk membalas dendam.Diam2 ia kerahkan tenaga-dalam dan memandangMaharaja dengan beringas. Maharaja dingin dan angkuhsikapnya. Sedikitpun ia tak memandang mata kepadaanakmuda itu. Dengan bersembunyi dibawah kerudungmuka warna hitam, ia gunakan tenaga-dalam yang saktiuntuk menutup pernapasannya sehingga hidung Gak Luiyang tajam itu dapat mencium suatu ciri pengenal darilawannya. Li Hud-kong gugup. Tiba2 ia tertawa danloncat ke tengah untuk menghadap Maharaja, serunya :„Sebelum bertanding aku mempunyai saran.”

“Bukan urusanmu! Jangan ikut campur!” bentakMaharaja dengan deliki mata.

“Heh..., heh..., heh...!” Li Hud-kong tertawamenghina, engkau selalu memandang rendah padaorang tetapi anehnya engkau takut setengah matikepada Gak Lui. Engkau telah mengunjukkankelemahanmu sendiri dan sedikitpun tak punya wibawa!”

Page 408: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

408

Maharaja tak mau melayani pemuda itu dan segera mintaGak Lui supaya mengatakan bagaimana carapertandingan, itu akan dilakukan.

“Sungguh kecewa engkau memakai gelar Maharaja!”,kembali Li Hud-kong nyeletuk, „Ayahku, diberi gelarkehormatan Kaisar oleh kaum persilatan. Beliau takpernah membanggakan gelar itu dan tak pernahmenghina pada orang .....”

Kata2 Li Hud-kong itu benar2 membangkitkanrangsangan kemarahan Maharaja. Seketika ia meraungkeras: „Cukup...!”

“Tetapi aku belum selesai bicara,” masih Li Hud-kongtak mau diam, „Jika engkau sungguh2 hendak peganggengsi, engkau harus mengalah menerima serangan!”

“Tak perlu”, tukas Gak Lui penuh dendam, „kita akanadu pukulan dan pedang secara berimbang. Siapa sudimenerima kemurahannya ......!”

“Baik!” seru Maharaja dengan tertawa sinis, „kalaubegitu, biarlah aku yang lebih dulu menerima tiga jurusserangan pedangmu. Setelah itu baru aku balasmenyerang dengan 3 jurus ilmupedang. Hal itu untukmenjaga mulut iseng yang menuduh aku orangtuamenindas seorang anak muda !”

“Kalau pertandingan itu tiada yang kalah dan menang?” Li Hud- kong berseru gopoh.

“Ini ... , akan kubebaskan ia pergi !” Sekalipun belumtahu sampai dimana kepandaian Gak Lui, tetapi Li Hud-kong menimang bahwa dapat kesempatan untukmenyerang lebih dulu sampai tiga kali, sudah merupakankemurahan bagi Gak Lui. Andaikata tak berhasil dalampenyerangan itu, Gak Luipun masih ada harapan untuk

Page 409: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

409

terhindar dari tiga serangan Maharaja.

Setelah mempertimbangkan hal itu, Li Hud-kong punsegera menyingkir ke samping agar mereka dapat mulaibertanding. Gak Luipun segera mainkan pedang. Dengangerak yang luar biasa cepatnya, ia lancarkan ilmupedang tiga jurus dari perguruan Bu-san .... Tetapi setiapkali pedang Gak Lui menyambar, lawan tentu sudahmenghindar. Dengan begitu jelaslah bahwa Maharaja itumemang faham akan ilmupedang itu. Kalau tidakmasakan ia mampu menghindar dengan tepat sekali.

Bukan melainkan Gak Lui, pun Li Hud-kong terkejutsekali menyaksikan kelihayan Maharaja. Bermula ia kirailmu pedang yang dimainkan Gak Lui itu luar biasahebatnya. Dilengkapi dengan pedang Pelangi, tentulahGak Lui akan mampu mengalahkan lawan. Wajah GakLui merah padam terbakar oleh dendam kesumat yangmenyala-nyala. Saat itu seluruh semangat danperhatiannya hanya tertumpah untuk membunuh musuh.Saat itu tiga buah serangan Gak Lui sudah selesai tanpamendapat hasil suatu apa. Maharaja tak mau banyakbicara lagi. Ia segera mencabut pedang dan terusmenyerang dengan hebat.

Tiga buah serangan Gak Lui tadi memberi Maharajasuatu pengertian akan asal usul pemuda itu. Diam2 iaterkejut atas kelihayan Gak Lui. Anak itu harus lekasdihancurkan atau kalau tidak kelak tentu merupakanbahaya besar.

Sret..., sret..., sret...! Maharajapun segera lancarkantiga jurus ilmupedang. Cepatnya bukan kepalang dansetiap jurus merupakan ilmu simpanan dari tiap partaipersilatan besar. Li Hud-kong menjerit tertahan. Iabenar2 terkejut-mencemaskan keselamatan Gak Lui.Tetapi yang dicemaskan itu ternyata tak kurang sesuatu.

Page 410: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

410

Pemuda itu bergerak aneh. Walaupun gerakannyalamban tetapi ternyata suatu ilmu gerak- tubuh yangmengagumkan sekali. Dalam beberapa kejap, ketigaserangan pedang Maharajapun sudah selesai. TernyataGak Lui masih segar bugar iak kurang suatu apa.

“Bagus !” Li Hud-kong berteriak memuji. Tetapi baruia mengucap pujan, Gak Lui yang sudah tak dapatmenguasai diri, tiba2 bergerak menusuk muka lawan. Iahendak mengetahui siapakah sesungguhnya mukadibalik kerudung hitam itu. Karena tiga jurus serangannyadengan pedang tak mampu melukai Gak Lui, Maharajaterpesona kaget. Ia tak tahu bahwa pemuda itu telahdiberi pelajaran oleh Permaisuri Biru ilmu Berjalanmenyongsong Lima Unsur atau Ni-co-ngo-heng.

Oleh karena sudah tak boleh membalas seranganGak Lui, maka Maharajapun mencari akal untukmenyelesaikan pemuda itu. Serangan mendadak dariGak Lui itu malah memberi dalih untuk bertindakterhadap anakmuda itu. Sungguh suatu keuntungan yangtak pernah diharapkan. Maharaja mengisar diri kesamping lalu mendengus ejek:

“Engkau sendiri yang cari mati .....” serentak iahantamkan tangan kirinya ke arah Gak Lui. Pukulan yangdilambari tenaga-sakti itu hebatnya bukan olah-olah.Sambil masih memutar pedang, Gak Lui mengisar kesamping lalu gunakan pukulan Algojo Dunia untukmenyedot tenaga pukulan lawan. Tetapi tenaga dalamMaharaja itu luar biasa kuatnya.

Bum .......! terdengar letupan. Dada Gak Lui termakanpukulan itu. Tubuhnya bagai layang2 putus tali,melayang sampai 2 tombak jauhnya.

Mata Gak Lui berkunang-kunang penglihatannya.

Page 411: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

411

Kepalanya berputar-putar seperti menghambur ribuanbintang. Untunglah ia dapat menggunakan pedang untukmenahan diri dari kerubuhan.

“AH..., aku terlalu emosi dan melanggar pesan gihu.....seharusnya aku mencari ilmu pedang dari ayahkudulu. Jurus ilmu pedang itu, kemungkinan baru dapat

Page 412: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

412

membunuhnya ....., jika tenagaku masih belum memadai,aku harus mengeluarkan pedang Kilat. Walaupunpedang itu benda ganas tetapi terhadap musuh, memangperlu digunakan .......” dalam kekalahan Gak Luimenimang- nimang. Tetapi setelah mendapat hasil,Maharaja tak mau memberi ampun lagi. Segera iamenyambar dengan ilmu Kin-na-jin dari partai Siau-lim-si.Gak Lui hendak ditawan hidup. Tetapi seketika itu LiHud-kong membabat pergelangan tangan Maharaja.Betapa tinggi kesaktian Maharaja, namun ia kenal jugaakan pedang pusaka milik Kaisar Persilatan. Hatinyatergetas dan cepat2 ia menarik pulang pedang.

“Omonganmu berlaku atau tidak ....!” bentak Li Hud-kong.

“Aku tak pernah mungkir janji, tetapi dia sendiri yangcari gara2!” sahut Maharaja.

“Cari gara2? Bukankah engkau sudah setuju untukmelepaskannya apabila pertandingan itu tiada yangkalah dan menang?”

“Setelah tiga jurus, tak seharusnya dia menyerangaku lagi !”

“Dan engkaupun tak boleh memukul lagi !” sahut LiHud-kong tak kalah tangkasnya.

“Apakah engkau menghendaki supaya aku diam sajamenerima tusukannya? “

“Ha... ha..., ha..., ha”

“Engkau menertawakan apa? “ teriak Maharaja.

“Kutertawakan sikapmu yang masih kekanak-kanakan itu!”

“Apa maksudmu?”

Page 413: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

413

“Bukankah engkau menganggap kepandaian Gak Luiitu setingkat dengan engkau?”

“Budak hina itu masakan mampu menandingi aku!”teriak Maharaja.

“Benar!” seru Li Hud-kong, „dengan mengandalkanketuaanmu engkau hendak membanggakan diri sebagaiMaharaja Persilatan. Tetapi apabila bertempur engkauberkaok-kaok minta untung. Menurut penilaianku .....”

“Hm........,!”

“Jelas engkau mengerahkan anak buahmu untukmenyerang tetapi engkau masih berlagak garang!”

“Heh..., heh...., heh...., heh....!” Maharaja mengekehmarah, “panjang lebar engkau bicara itu tak lain mintasupaya kulepaskan dia bukan?”

“Itupun kalau engkau masih menghormati janjimu !”

“Baik, kali ini aku hendak memberi kelonggaran.Tetapi ........”

“Tetapi apa? Apakah masih hendak engkau berikutidengan perjanjian lain lagi?”

“Tidak, bukan perjanjian melainkan suatu keterangan”sahut Maharaja.

“Katakanlah !”

“Akan kulepas kalian pergi dan takkan kuperintahanakbuahku untuk merintangi. Akupun takkanmenyerang lagi. Tetapi kalau kalian tak mampu pergi darisini, janganlah menyalahkan aku !”

Diam2 Li Hud-kong merasa heran, pikirnya: „Tidaksuruh orang merintangi dan tidak menyerang. Dengankepandaian kami berdua, masakan tak dapat tinggalkan

Page 414: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

414

tempat ini. Tentulah dia mempunyai rencana lain lagi.....,harus dijaga kemungkinan itu ..........”

Tepat pada saat itu Gak Luipun sudah selesaimelakukan pernapasan dan berjalan menghampiri.Melihat itu Li Hud-kong cepat mengambil keputusan. Iamenyurut mundur seraya diam2 ulurkan jari menutukjalan darah Gak Lui, terus dirangkul pinggangnya:„Sudahlah, mari kita pergi. Lihatlah saja mereka hendakgunakan siasat apa lagi ....”

Karena ditutuk jalandarahnya, Gak Lui tak dapatbarkutik. Ia hanya dapat memandang orang2 yang hadirdi situ dengan penuh dendam amarah. Tiba2 Li Hud-kong berseru: „Naiklah......!” Tubuh Gak Lui diangkatnyadan dibawa melambung sampai tiga tumbak ke udara,lalu meluncur keluar dari gedung Yok-ong-kiong. Tetapitiba2 terdengar suitan aneh, makin lama makinmelengking tinggi. Nadanya macam burung kukuk-belukmerintih-rintih atau setan menangis pilu. Li Hud-kongyang saat itu tengah melayang diudara. Segera iamerasakan tubuhnya menggigil dingin sehingga terpaksameluncur turun. Untunglah dalam saat genting itu iamendapat pikiran. Dengan sisa tenaganya ia menutukterbuka jalan darah Gak Lui. Bum...., bum.... keduapemuda itu susul menyusul jatuh ketanah. Mukanyapenuh berlumuran debu dan tulang2 nya terasa sakit.

Bagi Gak Lui suitan itu sudah tak asing lagi.Teringatlah ia bagaimana kawanan anak buah Maharajaseperti Ceng Ci, Thian Wat, Wi Cun dan gerombolanTopeng Besi itu tak pernah menggunakan kata2 untukbicara. Segala perintah tentu menggunakan suitan.Bahwa ternyata dari mulut Maharajapun mengeluarkansuitan semacam itu, Gak Lui benar2 terkejut sekali.Cepat ia hendak kerahkan tenaga-dalam, tetapi, ah ......

Page 415: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

415

sedikitpun ia tak dapat menggerakkan tenaga itu. Ia me-ronta2 bergeliatan hendak merangkak bangun, tetapi, ah.... benar2 ia tak punya tenaga untuk bangun! Denganpaksakan diri Gak Lui memungut kembali sepasangpedangnya tadi. Setelah itu ia memandang kearah LiHud-kong dan berkata dengan ter-putus2 : „Maaf ........aku telah melibatkan engkau ..... terutama ..... aku telah........ mengabaikan ........ pesan ayahmu !”

Li Hud-kong gelengkan kepala. Dibalik kerudung,tampak sepasang matanya yang ber-kilat2. Tiba2 iaulurkan tangan kirinya yang gemetar dan merogohkedalam baju, pada lain saat tangannya telahmenggenggam sebuah batu mustika berhias tandaSwastika emas. Benda symbol dari kaum Buddha ituternyata mempunyai daya khasiat yang hebat. Denganbenda itulah Li Hud-kong dapat menyilaukan mataPenjaga Akhirat sehingga ia dapat bebas masuk kedalamgedung Yok-ong-kiong. Dan saat itu begitu Li Hud-kongmengeluarkan benda mustika itu, tiba2 semangat keduapemuda itu timbul lagi, Serentak mereka loncat bangun.Memang suitan iblis itu berasal dari Maharaja. Ia hendakmenggunakan suitan yang disebut Suitan-iblis-penawan-jiwa untuk menangkap Gak Lui dan Li -Hud-kong.Dengan menawan Li Hud-kong, ia tentu dapat memberitekanan kepada Kaisar dan Keempat Permaisuri. Dandapat pula menekan Gak Lui supaya memberiketerangan mengenai tempat beradanya Empat-pedang-Bu-san

Setitikpun ia tak menyangka bahwa rencananya ituakan gagal. Kedua pemuda itu ternyata mampu bangunlagi setelah rubuh. Maharaja terkejut sekali. Segera iamenghambur suitan-iblis lebih keras. Tenaga-dalam yangmemancar dari suitan itu, menimbulkan hawa dingin yangmenggigit tulang. Bum..., bum ..... kedua pemuda itupun

Page 416: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

416

rubuh lagi. Keduanya cepat2 memandang kearah benda,mustika Swastika itu lagi. Tetapi pandangan mata keduapemuda itu makin lama makin kabur.

Serasa benda mustika dan keadaan disekelilingnyamakin gelap dan makin jauh....... Maharaja yang tegakberdiri pada jarak berpuluh langkah, tampak menggagahlaksana sebuah gunung. Beberapa saat lagi, ia tentuberhasil memberantakkan semangat dan jiwa keduapemuda itu. Maka tanpa kenal ampun pula, ia terushamburkan suitannya mautnya.

Pada saat Maharaja tengah mengumbar nafsumelancarkan suitan mautnya, tiba2 dari arah puncakbukit disebelah muka terdengar suara orang berserunyaring : „ O mi ...... to ........ hud......!” Nadanya yangamat dan ramah tetapi kumandangnya bergema hebatsekali. Sebagai seorang tokoh berilmu, cepat Maharajadapat menyadari bahwa pendatang itu seorang manusiayang sakti. Cepat ia tumpahkan seluruh tenaga dalamnyauntuk menghapus suara orang itu dengan Suitan-iblis-penawan-jiwanya. Tetapi suara doa itu laksanagelombang samudera yang dahsyat. Kumandangnyamakin lama, menyelubungi udara dan seluruh bumi. Dan....... Suitan iblis dari Maharaja terdesak.....!

Adu tenaga-dalam melalui hamburan suara diudara.itu benar2 suatu peristiwa yang jarang terjadi di dalamdunia persilatan. Beberapa saat kemudian, kawanananak buah Maharaja itupun tercengkam dalamkumandang doa itu. Mereka lepaskan tangan yangmenutup telinganya dan mulai terkena pengaruhkumandang doa itu.

Pada saat Maharaja sedikit demi sedikit mulaimenarik pulang suitannya, diam2 hatinya terkejut sekali.Kumandang doa itu, benar-benar mempunyai kekuatan

Page 417: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

417

yang luar biasa sehingga suitannya tertekan lenyapDengan pandangan mata yang penuh kecemasan,dilihatnya kedua pemuda tadi bangun dari tanah laluayunkan langkah menuju kearah sumber suarakumandang doa itu.

“Kalah....!, Kalah.....!” hati Maharaja menghamburputus asa. Suitannya pun segera menyurut tinggalsetombak luasnya. Nafsu pembunuhan yang memenuhidadanyapun mulai lenyap. Aneh..., benar2 aneh....!Begitu nafsu pembunuhan dalam hati Maharaja itulenyap, kumandang doa itupun serempak berhenti juga.

Saat itu suasana gedung Yok-ong-kiong sunyisenyap. Kawanan anakbuah Maharaja itupun tundukkankepala. Hati mereka terkejut, nyalipun berhamburan..........

Diufuk timur tampak memburat merah. Fajar mulaimenyingsing. Dan pada lain saat, bayangan keduapemuda itupun lenyap.

“Siapakah dia.......? Apakah Kaisar Li Liong-ci.........?”tiba2 Maharaja bertanya dalam hati „kalau benar dia,ah....., tak mungkin aku dapat menjagoi dunia......!”

Benak Maharaja penuh dilingkari rasa kecemasandan kebingungan. Kemunculan orang dengankumandang puji do'a keganasan itu, benar2membuyarkan impiannya........! Tiba2 ia teringat pada diriGak Lui. Serentak ia teringat akan Pedang Kilat.

“Pedang Kilat....! Pedang ganas yang tiadatandingan. Kecuali dengan ilmu sakti Liok-to-sin-thong,tak mungkin dapat melawan....! Kalau orang yangmengucap doa Omitohud itu bunar2 faham akan ilmusakti Liok-to-sin-thong, tak mungkin, ia mau mengampunijiwaku ! Benar, dia tentu tak menguasai ilmu sakti itu !

Page 418: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

418

Jika demikian, apabila aku dapat memperoleh PedangKilat, tentulah orang itu dapat kubasmi. Dan akanterkabullah keinginanku menjagoi dunia persilatan .........“

Memikirkan hal itu, sepasang mata Maharaja kembalimemancar sinar berkilat-kilat. Ia tahu dimana beradanyapedang ganas itu. Dan cara bagaimana ia dapatmengambilnya dari tempat penyimpanan pun ia sudahmempunyai rencana. Maka ia segera menengadahmemandang ke langit dan tertawa nyaring. ApabilaMaharaja sedang merayakan rencana kemenangannyadengan tertawa sepuas-puasnya, adalah saat itu Gak Luiyang sedang mengikuti daya kumandang doa Omitohud,tiba2 terkejut girang karena mendapatkan Li Hud-kongberada di sampingnya.

“Mari kita berangkat ....!” tiba2 Li Hud-kong berserupelahan. Saat itu Gak Lui sudah tenang kembali. Iaanggukkan kepala. Setelah menyarungkan pedangkepunggung, ia segera mengikuti Li Hud-kong menyusupkedalam hutan. Tetapi ternyata Li Hud-kong tak menujuketempat orang yang melantangkan doa Omitohud itumelainkan melesat kesamping. Dengan lari seperti orangkejar-kejaran, dalam beberapa saat saja, mereka sudahtiba dibagian dalam hutan. Saat itu Li Hud-kong berhentidan lepaskan jubah hitam yang terlalu besar bagi ukuranbadannya. Kalau tak salah, menurut keteranganPermaisuri Biru, Li Hud-kong itu masih mengenakan kainpenutup muka.

“Maaf .....” baru Gak Lui berkata begitu, Li Hud-kongsudah membuka: „Saudara Gak, aku tak punya banyakwaktu untuk bicara. Aku harus lekas2 pergi.....!”

“Ah...., mengapa terburu-buru?”

“Ayahku sudah tiba. Jika tahu aku berani gegabah

Page 419: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

419

menyelidiki Maharaja, beliau tentu marah ......!”

“Oh..., orang yang melantang doa Omitohud untukmenindas tindakan Maharaja itu, ayahmu KaisarPersilatan sendiri ?”

“Tak mungkin salah!”

“Kalau begitu apabila aku berjumpa beliau, takkankuceritakan tentang dirimu, “

Li Hud-kong tertawa riang: „Mungkin engkau ketemutetapi tak mungkin engkau mengenalnya.”

“Apakah ayahmu juga menyaru?”

“Ini ....., aku tak dapat mengatakan......” kata Li Hud-kong. Kemudian setelah sejenak bersangsi, iamelanjutkan bicaranya dan berkata pula: „Tetapi akubermaksud hendak angkat saudara dengan engkau.Bagaimana pendapatmu?”

Gak Lui tertawa nyaring: „Bagus sekali!, hanya akutelah mengabaikan perintah ayahmu. Suruh akumembantumu, kebalikannya malah menyangkut dirimudalam kesulitan .......”

“Ah, jangan berkata begitu. Apabila saudara Gak takmuncul, aku tentu kalah melawan Tiga Algojo itu. Hal itukalau diketahui ayah, beliau tentu marah!” Keduapemuda itu saling tertawa. Setelah itu mereka segeramelakukan upacara mengangkat saudara. Habis itu LiHud-kong berbangkit memberi hormat: „Engkoh Lui akuharus pergi sekarang. Di sekeliling tempat ini banyakjago2 sakti. Silahkan engkau berjalan ke muka saja........”pemuda itu terus loncat beberapa tombak jauhnya. GakLui tak sempat mengucapkan pesan, kecualimenanyakan siapakah yang dimaksud dengan jago saktiitu.

Page 420: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

420

“......... Thian Lok totiang”, seru Li Hud-kong! yangsudah masuk ke dalam hutan. Gak Lui terkejut. Apabilabenar Thian Lok totiang berada di sekitar tempat situ, jikasampai bertemu tentu akan timbul salah faham. Diam2 iakerahkan hawa murni dan lalu gerakkan urat2 tubuhnya.Tetapi ia merasa bagian belakang kepalanya masih agaksakit.

“Ah, suitan Maharaja itu benar2 hebat sekali.Nyatanya masih meninggalkan bekas sakit di kepalaku.Aku harus melakukan pernapasan dengansungguh2.........”

Gak Lui memutuskan untuk mencari tempat gunaberistirahat. Tiba2 ketika memandang ke hutan disebelah muka, ia terkejut dan mundur selangkah. Duasosok tubuh melesat keluar dari hutan itu. Yang seorangadalah Thian Lok totiang, ketua partai Ceng-sia- pay.Dan yang satu seorang paderi tua berjubah kelabu,entah siapa. Karena menyadari tenaganya belum pulih,Gak Lui tak ingin bentrok dengan mereka, tetapipun takleluasa untuk melarikan diri. Pada saat itu Thian Loktotiang dan paderi tua itupun sudah melesat ke muka.Disusul oleh munculnya 18 orang paderi yang segeramengepung Gak Lui. Kemunculan 18 paderi itumenyadarkan pikiran Gak Lui. Partai Siau-lim-si memilikibarisan Cap-pe-lo-han-tin yang termasyhur.

PADERI TUA itu jelas tentulah Hui Hong taysu, ketuapartai Siau- lim-si! Gak Lui menghela napas. Buru2 iamemberi hormat. Tetapi belum sempat berkata apa2,Thian Lok totiangpun segera mendengus marah danberseru : „Ketika digunung Pek-wan-san, engkauberuntung mampu lolos. Tetapi bagaimanapun akhirnyaengkau takkan terlepas dari jaring kematian.........”

“Harap totiang suka bersabar.........”

Page 421: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

421

“Tak ada yang perlu dibicarakan lagi ! Sekarang HuiHong taysu telah memimpin 18 anak-murid Siau-lim-si.Jangan harap engkau mampu lolos lagi !” seru Thian Loktotiang. Gak Lui menatap ketua Ceng-sia-pay tajam2 laluberpaling menghadap Hui Hong taysu: „Taysu kali initurun gunung sendiri tentulah disebabkan peristiwa muridSiau-lim-si si Pedang Api itu. Saat ini aku belum dapatmemberi penjelasan. Harap dimaafkan !”

Hui Hong taysu kerutkan alis, ujarnya : „Soal itu soalkedua .......”

“Lalu apakah taysu mencurigai diriku ?”

“Bukan karena aku menduga sembarangan. Tetapitadi aku telah menyaksikan dengan mata kepala sendiriengkau menghancurkan jubah hitam. Terpaksa akuharus menarik kesimpulan begitu !”

Habis berkata ketua Siau-lim-si itu memandangkearah robekan jubah yang tadi di-robek2 Gak Lui.Melihat sikap paderi itu, Gak Lui terpaksa menuturkanperistiwa yang dialami malam tadi.

“Apakah engkau melihat sendiri suteku Hui Ki itu ?”tanya Hui Hong taysu.

“Hui Ki ? Apakah saudara seperguruan taysu yanglenyap ?”

“Benar, kami sudah berpisah selama belasan tahun.Tak nyana tiba2 dia muncul dan mendesak aku supayamenyerahkan kedudukan ketua !”

Tiba2 Gak Lui teringat sesuatu, serunya : „Apakahtaysu telah memeriksa tulisannya ?”

“Memang benar2 tulisannya, tetapi ......”

“Mengapa ?”

Page 422: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

422

“Aku tak percaya kalau dia berhaianat........!”

Gak Lui merenung sejenak, lalu berkata : „Kali iniyang hadir dalam pertemuan dengan Maharaja, semuamengenakan kain kerudung muka sehingga tak dapatdikenal mukanya. Tetapi memang dari kalangan partaiSiau-lim-si terdapat seorang anggotanya. Dan Thian Wattotiang dari Ceng-sia-pay memang benar2 hadir dalampertemuan itu ........” Mendengar itu Thian Lok totiangcepat nyeletuk : „Taysu, betapapun halnya, keteranganGak Lui itu tak dapat dipercaya.......!”

“Maksudmu ... ?” tanya Hui Hong taysu.

“Dia sendiri adalah anakbuah Maharaja !” sahut ThianLok totiang..

“Aku tak memaksa engkau harus percaya !” teriakGak Lui dengan gemetar karena marah, „tetapi gedungYok ong-kiong itu dekat dari sini. Apabila sampaidiketahui oleh anakbuah Maharaja, mungkin ... kita akanterjaring semua !”

“Heh..., heh..., heh...! Jangan menggertak orang,jangan engkau pura2 menjadi orang baik. Omonganmutadi tentu bohong semua....!”

Sikap kedua ketua partai itu masing2 berbeda. Olehkarena sudah mempunyai prasangka jelek maka ThianLok totiang tak mau mengerti semua alasan yangdikatakan Gak Lui tadi. Sedang Hui Hong taysu masihmeragu. Oleh karena mencemaskan kedatangan orang2Maharaja sehingga urusan akan menjadi lebih runyammaka berkatalah Gak Lui dengan nada bersungguhkepada ketua Siau-lim-si :

“Taysu, harap jangan mendengarkan ucapannya.Jika taysu menyangsikan diriku, silahkan bertanya

Page 423: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

423

kepada Hwat Hong taysu. Dia tentu dapat memberikesaksian bahwa aku bukan golongan Hitam. Pulamengingat taysu dengan Hwat Hong taysu itu sesamakaum agama, kiranya taysu pasti percaya penuh kepadaketerangannya.”

Thian Lok totiang mengekeh. Karena marahnya iasampai pucat lalu berkata kepada Hui Hong taysu :„Cobalah dengarkan. Bukankah dia hendak mengadudomba sesama murid agama. Jelas kalau dia bermaksudjahat.........”

Jawab Hui Hong taysu : „Bukan tak percaya padatotiang. Tetapi omongannya itu memang beralasan juga.”

“Beralasan !” teriak Thian Lok totiang, apakah engkaubenar2 hendak bertanya ke Heng-san ?”

“Sudah tentu ......”

Kemarahan Thian Lok totiang makin meluap. Dengandeliki mata ia segera mencabut pedang dan berseru :„Kuundang engkau ber-sama2 menangkapnya. Siapatahu setelah mendengar sepatah dua patah kata2-nya,taysu terus berobah pendiriannya. Baiklah....! Hubunganantara partai Ceng-sia-pay dengan Siau- lim-si hari inijuga kuputuskan. Aku tak percaya kalau tak mampumenangkapnya sendiri.........!”

Ucapan dari ketua Ceng-sia-pay itu memang seriussekali. Karena hal itu menyangkut hubungan keduapartai yang sudah berjalan ratusan tahun lamanya, HuiHong taysupun tidak tak berani menganggap remeh.Tubuhnya berputar dan sambil mencekal pedang iaberdiri di samping Thian Lok totiang. Gak Lui tak mudahcepat2 terangsang. Ia menghela napas dingin lalumemberi penjelasan kepada Thian Lok totiang lagi:„Mengapa totiang masih mencurigai diriku. Wi Ti dan Wi

Page 424: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

424

Tun kedua lo-cianpwe dari partai Kong-tong-pay, pernahbertemu aku di gedung Leng-koan-tian. Keduanyaadalah imam yang bermartabat tinggi. Merekapun dapatmemberi kesaksian tentang diriku .......”

“Heh..., heh..., heh!....” sambil mengekeh, tanpamenunggu sampai Gak Lui habis bicara, Thian Loktotiang tertawa mengejeknya. Gak Lui tertegun heran.

“Ho..., engkau masih berani menyinggung namapartai Kong- tong-pay? Ketua Kong-tong-pay Wi Ihtotiang sudah turun gunung bersama ketiga saudaraseperguruannya dan 49 murid2 Kong- tongpay angkatankedua!”

“Aneh....!” Gak Lui tertegun. Pikirnya: „Mengenaijumlah orangnya, dia salah mengatakan. Pihak Kong-tong-pay itu terdiri dari Tujuh Pedang Kong Tong.Dikurangi dengan Wi Ih ketua Kongtong-pay dan seorangmarid yang berhianat yakni Wi Cun, maka seharusnyaketujuh tokoh pedang Kong-tong-pay itu masih berjumlahlima orang. Mengapa dia mengatakan hanya tigaorang.....!”

Maka bertanyalah Gak Lui dengan berani: „Wi Titotiang pernah meluluskan aku hendak menghadap danmemberitahukan keadaan diriku kepada ketua Kong-tong-pay. Agar Kong-tong-pay waspada menjagamuridnya yang berhianat. Mengapa..... ketua partai itumalah memimpin rombongan jago2 Kong-tong-pay turungunung....”

“Apakah Wi Ti totiang berdua itu ....”

“Apakah engkau tak tahu?”

“Tidak! “

“Mereka di tengah jalan telah dibunuh oleh anakbuah

Page 425: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

425

Maharaja .....”

“Ah ...” Gak Lui mengeluh kaget sehingga tubuhnyagemetar, “apakah engkau mencurigai aku?”

“Aku bukan manusia yang mudah mencurigai orangdengan semena- menanya. Sekarang ada saksi yangboleh dipercaya....l”

“Siapa? Apakah dari golongan Ceng-pay .... ?”

“Dia adalah Tanghong Giok ketua partai Kun-lun-pay!Coba katakan, apakah dia tak cukup digolongkansebagai orang Ceng- pay .... ?”

“Ah .........” untuk kedua kalinya Gak Lui mendesuhkaget, “silahkan menerangkan yang jelas!”

“Hm .....” Thian Lok totiang mendengus. Ia anggapGak Lui itu sudah tahu tetapi masih pura2 bertanya.Diam2 ia kerahkan tenaga murni, siap dilancarkan.

Mendengar peristiwa itu, marahlah ketua Siaulim- si.Serentak ia maju selangkah dan berkata dengan dingin :„Wi Ti totiang berdua telah dicegat dan dibunuh olehsegerombolan penyerang yang berkerudung muka. Padasaat Tanghong Giok tiba, keadaan Wi Ti totiang sudahpayah sekali. Ketika ditanya siapa pembunuhnya, Wi Titotiang mengatakan kalau engkau .........”

“Tak mungkin!” teriak Gak Lui.

“Itu suatu kenyataan yang berbicara!”

“Aku hendak bertanya kepada Tanghong cianpwetentang peristiwa yang dijumpai saat itu!” seru Gak Lui.

“Hm..., baiklah. Mari engkau ikut kami untuk dipadubertiga agar dapat diketahui engkau bersalah atautidak?”

Page 426: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

426

“Aku sendiri dapat menanyakan tak perlu harusbersama taysu!”

“Apakah engkau tak takut pada barisan pedang Lo-han-tin Siau- lim-si? “

“Maaf, ini bukan soal takut atau tidak!”

Keduannya makin lama makin berdebat seru. Melihatitu Thian Lok totiang nyeletuk dingin: „Taysu, dia tentusedia pembantu yang lihay di belakangnya, silahkantaysu menyisih kesamping .......!” ia cepat menutup katadengan sebuah serangan yang luar biasa ganasnya.Serangan pedang itu termasuk ilmu istimewa dari partaiCeng-sia-pay.

Dalam kemarahan, ia hendak menggunakankesempatan selagi Gak Lui tak bersiap, menusuknyamati. Tetapi dia tak tahu bahwa Gak Lui telah minumdarah buaya purba sehingga tenaganya bertambah kuat.Cepat ia loncat menghindar sehingga seranganmendadak itu tak berhasil melukainya.

Pada saat Gak Lui masih melambung di udara, iamarah melihat keganasan orang. Maka iapun segerabalas menyerang dengan tiga gerakan pedang. Tring...,tring..., tring....... Terdengar dering gemerincing senjatabecadu keras dan saat itu tampak Thian Lok totiangtergetar kesemutan tangannya. Ia terhuyung mundurbeberapa langkah...... Melihat itu Gak Lui tak mau terlibatdalam pertempuran dengan kedua ketua partaipersilatan. Ia hendak melayang keluar dan meloloskandiri. Tetapi tiba2 Hui Hong taysu lepaskan pukulan, Kek-gong-ciang. Suatu pukulan dari jarak jauh yang dilambaritenaga dalam hebat,.

Page 427: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

427

JILID 9

Tring, tring, tring ... terdengar suara orang mencabutpedang dari empat penjuru. Delapan belas paderi Siau-lim-si, berjajar-jajar dalam barisan Lo-han-tin yangterkenal. Gak Lui berjumpalitan untuk menghindariserangan pukulan Biat- gong-ciang dari Hui Hong taysu.Setelah melayang turun dan tegak di tanah, pemuda ituberseru dengan nada sarat: “Taysu, totiang! Mengapakalian selalu mendesak aku saja? Siapakah yangbertanggung jawab akibatnya nanti ?”

Paderi Siau-lim itu kerutkan dahi dan deliki mata.Pada saat ia hendak menyahut, tiba2 terdengar suaraorang berseru dalam nada yang aneh: “Heh, heh, heh!Gak sauhiap tak perlu takut, aku berada di sinimelindungimu !”

Dan muncullah orang yang berteriak itu. Sekalianorang terkejut berpaling. Pendatang itu seorang tuaberambut merah hidung besar dan mulutnyapun merah.Wajahnya menyeramkan sekali. Gak Lui seperti pernahdengar nada suara orang itu tetapi ia lupa. Makaberserulah ia: “Siapakah engkau ?”

Rambut merah itu tertawa seram: “Masakan siauhiaplupa kepadaku ?”

“Aku tak kenal padamu !”

“Hi, hi, tak perlu siauhiap kuatir mengunjuk diri,Ketiga Algojo Maharaja berada di sekitar tempat ini !”

“O, Tiga Algojo dari Maharaja ?” serempak Gak Lui,Thian Lok totiang dan Hui Hong taysu berseru kaget.

“Benar, aku Malaekat Rambut-merah Lau Ih-jiang,telah menerima titah dari Maharaja untuk membantusiauhiap !” orang itu memperkenalkan diri. Imam dan

Page 428: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

428

Paderi ketua dari partai persilatan itu tampak berobahwajahnya. Karena mereka kenal Malaekat Berambut-merah itu seorang tokoh kelas satu dalam golonganHitam. Jarang orang itu muncul di dunia persilatan. Makasungguh mengherankan bahwa diapun menjadi anakbuah Maharaja yang diangkat menjadi salah seorang dariTiga Algojo. Dan dengan keterangannya bahwa diadisuruh membantu Gak Lui, menandakan bahwa pemudaitu jelas juga kaki tangan Maharaja.

Hui Hong taysu kecewa sekali karena tadi hampirsaja ia dikelabuhi anak muda itu. Sedangkan Thian Loktotiang marah dan mempertimbangkan langkah untukmenghadapi musuh.

“Seorang Gak Lui masih mudah diatasi. Tetapidengan munculnya si Rambut-merah, keadaannyaberlainan. Apalagi kedua Algojo Maharaja juga berada disekeliling tempat ini,” demikian imam itu menimang-nimang.

Gak Luipun marah sekali sehingga tangan dankakinya terasa dingin. Tetapi justeru dingin itumenyebabkan hatinya tenang. Ia tahu bahwa si RambutMerah itu memang diperintah Maharaja. Tetapi sebelumkedua kawannya yang lain datang, dia tentu tak beraniturun tangan. Tetapi ternyata kedatangan Rambut Merahitu kebetulan dalam situasi yang keruh sehingga dengancerdik sekali Rambut Merah itu menggunakankesempitan untuk memojokkan Gak Lui.

Dengan beberapa perkataan itu, dapatlah iamengadu Gak Lui dengan ketua Ceng-sia-pay dan Siau-lim-pay. Apabila kedua fihak sama2 terluka, barulah iaturun tangan untuk menindak mereka. Dengan matamenyala kemarahan, Gak Lui melirik si Rambut Merahtetapi dengan cerdik orang itu tertawa tawa : “Heh, heh

Page 429: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

429

siauhiap, kutahu perangaimu. Engkau tak suka dibantudalam hal ini akupun dapat memaklumi dan hanya akanmelihat saja di samping, bagaimana nanti engkau akanmenjagal kawanan imam hidung kerbau dan paderigundul !”

Ucapan itu cukup beracun dan licik sekali. Sekaligusia dapat mengadu domba kedua belah fihak dengan iasendiri bebas melihat di samping. Thian Lok totiangtertawa nyaring: “Apakah kata2mu itu dapat kami anggapberlaku?”

Rambut Merah melirik dan menyahut: “Menghadapikawanan calon2 mayat seperti kalian, rasanya Gaksiauhiap sudah kelebihan tenaga...”

“Yang kutanyakan, apakah engkau ...”

“O, aku membantu atau tidak, terserah kehendakkusendiri ! Tetapi demi memandang muka Gak siauhiap,rasanya aku tak mau sembarangan turun tangan !”

“Bagus !” seru Thian Lok totiang menggeram, “akankulenyapkan kalian satu demi satu...”

Anak ketua Ceng-sia pay itu menutup kata2nyadengan sebuah serangan pedang yang hebat kepadaGak Lui. Gak Lui terpaksa mengisar tubuh lalu mainkanpedangnya bagaikan naga bercengkerama di laut.Ditambah pula dengan pancaran tenaga-dalam yangmenyedot, dapatlah ia memaksa ketua Ceng-sia-pay itumundur dua langkah, setelah itu tangan kiri Gak Luimencabut pedang Pelangi. Pedang pusaka yang telahditempa baru itu, dalam tangannya yang disaluri dengantenaga-murni penuh, berhamburan laksana petirmenyambar-nyambar.

Dengan mencabut pedang pusaka itu, tujuan Gak Lui

Page 430: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

430

supaya lekas2 dapat menerobos ke luar dari kepungan.Dengan demikian ia segera dapat membekuk si RambutMerah. Tetapi Hui Hong taysu yang sudah keracunankata2 si Rambut Merah, mempunyai prasangka jelekterhadap Gak Lui. Ia anggap dengan mencabut pedangPelangi itu, jelas Gak Lui hendak melakukanpembunuhan secara kejam. Dengan mendengus marah,ketua Siau-lim-si segera memberi perintah. Ke-18paderipun segera bergerak cepat sehingga perbawa daribarisan Lo-han-tin itu makin mendahsyat. Baikmenyerang maupun bertahan, barisan Lo-han tin itu amatketat sekali.

Hui Hong taysu yang pemimpin barisan itu-punmenyerang dengan bengis. Tangan kiri melancarkanpukulan maut, tangan kanan mainkan pedang dalamjurus ilmu pedang Tat-mo kiam. Begitu melangkah maju,ujung pedang ditusukkan ke dada dan bawah ketiak GakLui.

Sambil memperhatikan gerak gerik si Rambut Merah,Gak Lui mainkan pedang untuk menang dan balasmenyerang. Gak Lui memang menghadapi tekananberat. Dia diserang oleh Thian Lok totiang yang berada disebelah kiri. Ketua Ceng-sia- pay itu mahir dalam ilmupedang Tui-hong kiam dan memiliki tenaga-dalam Tun-yang-cin-gi yang tinggi. Sedang di sebelah kanan iadiancam oleh Hui Hong taysu, ketua Siau-lim-si yangmemiliki tenaga-dalam Pancha-sin-kang dan ilmu pedangTat-mo- kiam yang sakti. Kedua-duanya merupakan ilmuyang jarang tandingannya dalam dunia persilatan.Sedang di sekelilingnya ia dikepung oleh barisan Lo-han-tin yang termasyhur. Untunglah ilmu pedang yangdimainkan Gak Lui itu termasuk jurus2 yang aneh. Ilmumeringankan tubuh Awan-berarak-seribu- li yangdimilikinya itu dapat membuat gerakannya secepat angin

Page 431: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

431

meniup. Dan ilmu pedangnya dalam jurus Burung-hong-merentang-sayap, dapat ditebarkan suatu sinar pedangyang seolah-olah membungkus tubuhnya. Dengandemikian dapatlah ia bertahan diri dan bahkan apabilaada kesempatan, ia dapat juga melakukan seranganbalasan. Dan ketambahan pula dengan pedang pusakasemacam pedang Pelangi yang dapat memapas segalalogam seperti memapas tanah liat, dapatlah iamemperoleh keleluasaan.

Rambut Merah terlongong menyaksikan kehebatanilmu pedang. Tring .... terdengar dering tajam sekali.Thian Lok totiang menyurut mundur tiga langkah.Pedangnyapun hanya tinggal separoh saja. Dan padasaat ketua Ceng-sia-pay itu mundur, terbukalah sebuahlubang. Dengan kecepatan kilat menyambar, Gak Luiterus menyelinap ke luar dan tiba di samping barisan Lohan-tin. Ketiga tokoh itu terkejut sekali. Cepat merekamemasuki barisan dan ayunkan pedang serta pukulanuntuk menghadang. Menghadapi barisan pedang itu,tiba2 Gak Lui berhenti. Dan saat itu tiga buah tabasanpedang dan tiga pukulan memburu kepadanya. Takboleh tidak, anak itu tentu binasa. Bahkan Rambut Merahyang menyaksikan keadaan itu sampai mendesus kagetdan terus hendak bergerak menolongnya. Dalam saat2maut hendak merenggut, entah dengan tata gerakbagaimana, dalam dua tiga kali geliatan tubuh, Gak Luisudah dapat menerobos ke luar. Rambut Merah masihtegang dan belum dapat memikirkan daya untukmenolong, tahu2 wut, wut, dua batang pedangmenyambar ke arahnya.

“Celaka !” ia hendak menjerit tetapi tak sempat lagi.Dalam bingung ia terus jatuhkan diri bergelundungan.....Cret, cret .... dua batang pohon kecil di belakangnya,telah terbabat kutung. Malaekat Rambut Merah terlepas

Page 432: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

432

dari ujung jarum. Dan begitu lolos, timbullah segerapikirannya yang jahat. Ia hendak mempergunakankesempatan jarak dekat dengan Gak Lui, untuk merebutpedang Pelangi. Tetapi baru ia loncat bangun dari tanah,Gak Lui sudah gunakan pukulan tenaga-sedot Algojo-dunia.

Malaekat Rambut Merah terkejut karena merasatersedot. Dalam gugup ia hendak berputar tubuh danbalas menyerang. Tetapi baru ia berputar tubuh, sebuahhantaman dahsyat tepat menghantam dadanya, duk ....Terdengar lengking jeritan ngeri disusul hamburan darahsegar. Tetapi selekas jeritan ngeri itu sirap, terdengarpula suara tertawa mengejek. Ternyata dalam beberapakejab itu telah terjadi serangan yang hebat. Begitumenyedot, Gak Lui terus taburkan pedang tetapi masihdapat dihindari oleh Rambut Merah, ia susuli lagi denganpukulan Algojo dunia dan berhasil menghantam dadaiblis itu. Tetapi Gak Lui terkejut karena Rambut Merah itusetelah menjerit lalu tertawa mengejek. Ternyata iblis itudalam keadaan terdesak, rangkapkan kedua tangannyauntuk melindungi dadanya. Malaekat Rambut Merah itujuga bukan tokoh sembarangan. Ia seorang iblisgolongan Hitam yang memiliki tenaga-dalam hebatsekali.

Walaupun pukulan Algojo-dunia itu termasuk jurusyang luar biasa, tetapi tak sampai meremukkan dada iblisitu. Rambut Merah memang seorang iblis tua yang juligdan licik. Dengan tahankan sakit ia tertawa mengejek.Siasat itu berhasil mempesonakan Gak Lui. Pada saatpemuda itu tertegun, secepat kilat iblis itu sudah loncatmasuk ke dalam hutan. Gak Lui tak mau mengejar. Iasimpan sepasang pedangnya lalu berputar tubuh hendakmemungut pedang Pelangi yang masih di tanah. Tetapianak muda itu tak memperhatikan bahaya yang

Page 433: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

433

mengancam di belakangnya. Ia kira setelah menghajarRambut Merah, tentulah salah faham Thian Lok totiangdan Hui Hong taysu akan terhapus. Tetapi karenakejadian itu berlangsung amat cepat sekali, sukarlahuntuk menjernihkan suasana kemarahan kedua ketuapartai persilatan itu.

Pada saat Gak Lui sedang menghantam RambutMerah tadi, Thian Lok totiang pun bergegas memburudatang. Dan pada saat Gak Lui memungut pedang, ketuaCeng-sia-pay itu sudah berada dua meter dibelakangnya. Bum .... imam itu sudah lepaskan sebuahhantaman dengan tenaga-dalam Tun-yang-cin-gi kepunggung pemuda itu. Seketika Gak Lui rasakanpandang matanya gelap, kepala berputar-putar dantubuh mencelat sampai dua tombak jauhnya sertabeberapa kali muntah darah ! Setelah mendapat hasil,Thian Lok totiang tak mau memberi ampun lagi. Padasaat Gak Lui limbung, ia memburu dan hendakmenghantamnya lagi.

“Siauhiap, awas!” tiba2 dari dalam hutan terdengarsuara si Rambut Merah. Dan peringatan itu memangtepat sekali waktunya. Serentak Gak Luipun gelagapandari limbungnya dan pedang segera dihamburkan bagaikilat menyambar-nyambar. Thian Lok totiang yangpedangnya sudah kutung, saat itu hanya menyerangdengan tangan kosong. Sudah tentu ia tak beranimenangkis taburan pedang itu. Ia cepat2 mundur. Tetapisaat itu Hui Hong taysu dengan 18 muridnyapunmemburu tiba, terus mengembangkan barisan pedang.Gak Lui terkurung sinar pedang dari delapan penjuru.

“Siauhiap, cepat mengisar ke samping satu tombak,lekas !” terdengar pula si Rambut Merah berteriak. Saatitu mata Gak Lui masih kunang2. Ia belum dapat melihat

Page 434: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

434

jelas barisan lawan. Tetapi mengisar ke samping satutombak, memang satu2nya jalan menghindar yang palingtepat. Maka iapun segera melintang ke samping danmenghindari taburan 9 pedang.

“Maju dua meter.... mundur tiga langkah ....!” kembalisi Rambut Merah yang bersembunyi di balik pohon,memberi petunjuk. Karena masih dalam keadaan taksadar, terpaksa Gak Lui menuruti petunjuk itu. Yangpenting ia harus dapat terhindar dari pedang mautbarisan pedang Lo han kiam-tin. Saat itu Thian Loktotiang dan Hui Hong taysu tak dapat berpikir lain kecualimakin yakin bahwa kedua orang itu memang sekomplot.Mereka tak dapat memikirkan mengapa tadi Gak Luimenyerang si Rambut Merah.

Karena terpecah perhatiannya memikirkan keadaanGak Lui dan si Rambut Merah, serangan kedua imamdan paderi itu agak lambat dan kesempatan itu dapatmemberi napas kepada Gak Lui untuk merebut kembalisituasi pertempuran. Kini pemuda itu dapat pulamengembangkan sepasang pedangnya dengan lancar.Dan apabila ada kesempatan, tentulah ia dapatmenerobos pula dari kepungan barisan musuh. Padasaat kesempatan itu hampir tiba, tiba2 si Rambut Merahmengoceh dari belakang pohon: “Ah, siauhiap,pukulanmu tadi terlalu berat, tidak seperti bermainsandiwara. Tulangku terluka sehingga memberikemurahan kepada kawanan paderi kepala gundul itu....”

“O, kiranya tadi mereka hanya pura2 saja !” baikThian Lok maupun Hui Hong segera menarik kesimpulan.Dan serangan merekapun segera menggencar lagi.

“Siauhiap, saat inipun engkau juga menderita luka.Tak baik kalau bertempur terlalu lama. Jika mengijinkanaku membantumu, pasti engkau lebih cepat keluar dari

Page 435: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

435

kepungan....”

Sungguh licin dan licik sekali iblis Rambut Merah itu.Nadanya memberi nasehat dan minta ijin hendakmembantu tetapi sesungguhnya ia memberi tahu kepadaThian Lok dan Hui Hong akan keadaan Gak Lui yangsudah terluka itu agar barisan pedang Lo han-kiam tinmengadakan penjagaan yang ketat, jangan sampaipemuda itu dapat lolos. Ternyata tipu muslihat iblis itutermakan rombongan orang2 Siau- lim dan Ceng-sia,mereka segera menyerang makin gencar.

Kini Gak Lui hanya mempunyai sebuah cara untukmenghadapi mereka. Ialah tata gerak yang diajarkan olehPermaisuri Biru kepadanya, segera ia gunakan langkahistimewa itu dan dengan gerakan yang cepat ia berusahakeluar dari dinding sinar pedang. Dengan susah payahakhirnya ia melihat suatu kesempatan.

“Siauhiap, di sebelah kiri ada lubang, lekas engkauterobos !” belum Gak Lui bertindak, si Rambut Merahsudah mendahului berseru. Tetapi ternyata musuh jugabergerak cepat. Baru Gak Lui bergerak, Hui Hong taysusudah mendahului melangkah maju setindak danmenutup lubang itu dengan 6 buah serangan pedang.Gak Lui seperti meledak dadanya. Karena teriakan siRambut Merah itulah maka jalan-keluar telah ditutup HuiHong taysu. Nadanya seperti memberi petunjuk kepadaGak Lui tetapi sesungguhnya Rambut Merah itu memberiperingatan kepada musuh supaya menutup lubangkelemahan itu.

Memang siasat Rambut Merah hendak mengadudomba kedua belah fihak agar sama2 remuk. Setelah itubarulah ia turun tangan untuk menyelesaikan keduafihak. Gak Lui tak dapat berbuat apa2 kecuali lontarkanpandang kemarahan ke arah pohon tempat bersembunyi

Page 436: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

436

si Rambut Merah. Tiba2 Rambut Merah munculkankepala dari balik batang pohon dan tertawa sinis: “Heh,heh, tak perlu siauhiap gelisah. Sekalipun barisanpedang Lo han-kiam-tin itu lihay, tetapi karena si-imamjahat ikut menyelundup di dalam, menyebabkan paderikepala gundul tak leluasa bergerak ....”

Kata2 itu sebenarnya hendak diucapkan Hui Hongtaysu kepada Thian Lok totiang. Barisan Lo-han-kiam-tinitu hanya berisi 18 orang dengan dia sendiri (Hui Hong)yang berada di tengah atau poros barisan untuk memberikomando. Dengan bertambahnya Thian Lok totiangdalam barisan itu, memang mengganggu jalannyabarisan itu. Tetapi Thian Lok totiang itu seorang ketuapartai persilatan. Dan juga bertujuan hendak membantu,sudah tentu Hui Hong taysu sungkan untuk memintanyakeluar. Maka betapalah girang paderi Siau-lim itu ketikasi Rambut Merah sudah mengatakan hal itu kepada GakLui.

Mendengar itu, wajah Thian Lok totiang berobah dansegera ia menyadari kedudukannya. Tanpa diminta HuiHong, ia sudah terus melepas keluar dari barisan. Danmemang benar. Selekas imam itu keluar, barisan Lo han-kiam-tin segera tampak lebih hebat perbawanya. Tiba2Gak Lui mendapat pikiran. Kalau berkali2 ia dicelakaiRambut Merah dengan lidahnya yang tajam, mengapa iatak mau membalas juga. Maka sambil memutar pedanguntuk menghalau serangan Lo han-kiam-tin, ia segeraberseru ke arah pohon :

“Rambut Merah! Thian Lok totiang sudah keluar daribarisan, engkaupun harus berhati-hati juga....” Walaupunlicin dan liciknya si Rambut Merah namun setitikpun iatak menyangka kalau akan menerima serangan belasankata2 yang tajam dari Gak Lui.

Page 437: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

437

Pada saat ia tertegun, imam ketua partai ketua Ceng-sia pay pun sudah menyerbunya! Terdengar pekikbentakan dan deru angin pukulan menyambar- nyambardalam hutan itu. Dan tersenyumlah Gak Lui: “Hm,sekarang aku bisa lolos. Dengan tenaga kedua partaipersilatan dan barisan Lo-han kiam-tin, tentulah dapatmelenyapkan si Rambut Merah itu....” pikirnya. Dengankemantapan pikiran itu, ia segera mengembangkanjurus2 istimewa.

Sepasang pedangnya makin menghebat. Pada saat2yang genting, tiba2 Hui Hong taysu gunakan jurus Tat-mo kiam untuk menusuk dada Gak Lui. Tetapi pemudaitu menangkisnya dengan jurus Menjolok-bintangmemetik-rembulan. Lalu pedang Pelangi di tangan kiriditaburkan ke udara untuk menabas leher lawan. Jikakena, tak ampun lagi kepala ketua Siau-lim si itu tentuakan terpisah dari tubuhnya. Jaraknya begitu dekatsekali. Jangankan ke 18 anggauta barisan Lo han-kiam-tin itu, bahkan Hui Hong taysu sendiri juga tak berdayauntuk menghindar lagi. Tetapi untuk menyelamatkan diri,adalah sudah menjadi sifat manusia pada umumnya.Demikian dengan Hui Hong taysu. Di bawah pekik jeritankaget dari sekalian murid2 Siau-lim-si, Hui Hong taysutak mau mundur malah maju sembari pejamkan matadan tundukkan kepala. Ketua Siau-lim-si itu keluarkanseluruh kepandaiannya, untuk menghantam pundaklawan dengan sekuat tenaganya. Tetapi pukulan yangluar biasa itu hanya menemui angin kosong saja. Danpedang pusaka Pelangi yang membawa hawa dingin itupun hanya menyambar di atas kepalanya. Ketua Siau-lim-si itu tercengang. Sesungguhnya tadi ia sudahbersedia mati tetapi mengapa bisa lolos ?

Dengan napas terengah-engah sekujur tubuhnyabasah kuyup dengan keringat dingin. Dan serentak

Page 438: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

438

dengan itu, ia mulai tahu apa yang telah terjadi. Jikapemuda itu benar anak murid Maharaja, tak mungkin diamau memberi ampun kepadanya ! Kepalanya tentu akanmenggelinding di tanah....

Tiba2 ia tersentak kaget dari longongnya. Anak muridbarisan Lo- han-kiam tin berteriak kaget dan berserunyaring. Buru2 Hui Hong taysu membuka mata untukmelihat apa yang terjadi. Dilihatnya dengan geraklangkah yang aneh Gak Lui sudah lolos dari kepungananak murid Siau-lim si yang masih tercengkam rasa kejutmelihat ketua mereka hampir putus kepalanya tadi.

Belum Hui Hong taysu sempat berbuat apa2, tiba2Gak Lui dari jauh berseru nyaring: “Taysu harap janganmengejar aku. Lekas bantulah Thian Lok totiang saja....”Gak Lui dapat lolos dengan tak kurang suatu apa sambilmemberi pesan. Hui Hong terkejut. Tetapi ketika iamengangkat memandang ke muka, ternyata pemuda itusudah berada lima enam puluh tombak jauhnya. Tiba2pemuda itu berpaling lagi dan berseru:

“Sampai jumpa!”

“Sampai jumpa ? Bukankah kita belum pernahbertemu muka....!” tiba2 Gak Lui dikejutkan oleh sebuahsuara bernada sinis dari sebelah muka.

Gak Lui terkejut sekali. Dua tiga meter di hadapannyatampak seorang manusia raksasa. Tingginya lebih daridua meter, mukanya hitam seperti pantat kuali. Danmasih ada seorang kawannya lagi yang jugamenyeramkan. Seorang manusia bertubuh kurus keringseperti tulang terbungkus kulit. Jari2 tangannya runcingseperti cakar burung garuda. Tulang- tulangnya yangkurus itu, mengandung kekuatan yang mengejutkansekali.

Page 439: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

439

“Enyah!” teriak Gak Lui sambil tudingkan ujungpedang.

“Enyah ya enyah !” orangtua kurus kering itumenyahut dengan nada sedingin es, lalu mengitar separolingkar terus melesat maju. Tetapi ternyata dia menujukepada Hui Hong taysu.

Gak Lui terkejut. Ia hendak mencegah sikurus keringitu tetapi tiba2 sitinggi besar cepat membentaknya:“Tetapi aku tak mau enyah!” Nada suara orang itu persisseperti salah seorang gerombolan yang menyerang kegunung Pekwan-san dahulu! Kala itu ia hendak mengejartetapi dicegah oleh Permaisuri Biru. Dan Permaisuri Biruitu menilai kepandaian orang itu lebih tinggi dari Gak Lui.

“Apakah engkau bukan anggauta Tiga Algojo dariMaharaja ?” Gak Lui tidak menyahut melainkan balasbertanya.

“Benar!”

“Beritahukan namamu!”

“Setan Angin-hitam !”

“Dan kawanmu tadi ?”

“Garuda-sakti cakar-emas!”

“Apakah engkau juga ikut dalam penyerangan padaPukulan-sakti The Tay di gunung Pekwan-san tempohari?”

“Ya.”

“Di manakah The lo-cianpwe sekarang ini?”

“Akhirnya nanti engkau tentu akan tahu sendiri !”Dalam pada bertanya jawab itu, Gak Lui mendengarsuara pukulan menderu deru di belakang hutan. Ia tahu

Page 440: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

440

bahwa Cakar emas tentu sudah bertempur dengan ketuaSiau-lim si.

Diam2 ia menimang: “Saat ini Thian Lok totiangsedang berhadapan dengan Rambut Merah. MenilikRambut Merah itu menderita luka dan kepandaian ketuaCeng-sia-pay itu juga hebat, tentulah ia dapatmengatasinya. Kurasa tak ada persoalannya. Begitu punHui-Hong taysu juga sakti dalam ilmu tenaga-dalam.Ditambah pula dengan barisan Lo-han-kiam tin yangtermasyhur. Kiranya tentu masih ada kelebihan tenagauntuk menghadapi Cakar- emas. Baiklah kugunakankesempatan ini untuk menggali keterangan dari IblisAngin-hitam. Setelah itu akan kubereskan ketiga Algojoitu semua untuk membalas sakit hati dari The Thaycianpwe dan adik Lian.”

Setelah menentukan keputusan, Gak Lui segeramelangkah setindak maju, serunya: “Lebih baik berlakuterus terang agar jangan engkau menderita lebih parah !”

Iblis Angin-hitam itu sebenarnya seorang angkuh.Tetapi ketika digedung Yok ong-kiong tempo hari, iasudah pernah menyaksikan kelihayan Gak Lui. Dan lagiMaharaja memerintahkan supaya menangkap anakmuda itu hidup2. Sebenarnya sejak tadi ia harusmenekan perasaan. Tetapi melihat kecongkakan pemudaitu, timbullah kembali keangkuhannya dan menyahutlahia dengan nada kasar: “Jangan omong yang tak berguna!Apa engkau kepingin mati !” habis berkata ia menyusulidengan gerakan tangan kiri untuk mencengkeram.

Gak Lui cepat gunakan jurus Memapas-emas-memotong-kumala untuk menabas pergelangan tanganlawan. Keduanya telah sama2 menggunakan jurus yangluar biasa. Dan pada saat itu ujung pedang Gak Luipunsudah tinggal tiga inci dari lengan lawan. Tetapi

Page 441: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

441

walaupun bertubuh gemuk, Iblis Angin- hitam itu amattangkas sekali. Dengan tertawa iblis, ia menarik pulangtangannya dan loncat mundur lalu tiba2 taburkansebatang pedang perak! Pedang perak itu luar biasatajamnya. Ujung pedang yang setipis kertas, ketikamelayang diudara tiba2 dapat melengkung untukmengarah jalan-darah pada bahu dan pinggang Gak Lui.

Gak Lui terkesiap. Ia terkejut juga melihat pedangyang istimewa itu. Diperhatikannya dengan seksama. Ah,ternyata hanya sebatang pedang saja. Pedang itu amattipis dan terbuat daripada emas putih. Tetapi karenaditaburkan dengan tenaga-dalam yang tinggi, pedangtipis itu berobah kaku dan keras seperti pedang biasa.Gak Lui cepat loncat mundur tiga tombak lalu memutarpedang Pelangi untuk menyabat pedang emas putih itu.

“Heh! Engkau berani memapas pedang Ular-emas-putih?” Iblis Angin-hitam tertawa mengejek. Ia gencarkantenaga-dalam dan pedang aneh itu-pun segera berputarputar deras membentuk lingkaran sinar pedang yangberlapis-lapis.

Pedang Pelangi terkepung didalam lingkaran sinar.Sedang ujung pedang Ular- emas-putih itu menusuk-nusuk kearah jalan darah berbahaya ditubuh Gak Lui.Pemuda itu terkejut bukan kepalang. Cepat ia empossemangat lalu melambung keudara, memapas leherlawan. Sedang pedang ditangan kiri menyabatpergelangan tangan kanan iblis itu. Serangan Gak Lui ituhebat sekali. Tetapi tangan kiri Iblis Angin- hitam tiba2dibalikkan dan terdengar deru angin keras berwarnahitam menyambar keudara. Tring .... ekor dari Ular-emas-putih itu membentur pedang ditangan kiri Gak Lui. Danserempak itu diudarapun terdengar letupan dari angin-hitam tadi.

Page 442: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

442

Dengan mengandalkan pada pedangnya yang luarbiasa anehnya itu, Iblis Angin-hitam dapat menangkisjurus Gunung-tay-san- menindih kepala dari lawan laludengan habiran tenaga angin hitam tadi ia berhasil jugauntuk mendorong tubuh lawan yang meluncur turun itumelayang keudara lagi.

Gak Lui benar2 terkejut karena serangannya takberhasil. Ia berjumpalitan dan turun kebumi sejauh tigatombak. Tetapi begitu kaki menginjak tanah, ia segerarasakan kepalanya pening dan beberapa kali tubuhnyamenggigil. Pikirnya: “Celaka, angin pukulan berwarnahitam itu tentu mengandung racun! Ah, dia bergelar Iblissakit si Angin-hitam, adakah pukulannya itu mengandungpenyakit…”

Ia merenung lebih lanjut. “Kalau iblis yang disinidapat menghamburkan angin penyakit, tentu keduakawannya yang disana itu juga mampu melakukan halitu. Dengan demikian halnya jelas ketua Siau lim danCeng-sia-pay itu tentu akan terkena penyakit ....”

Memikir hal itu, tanpa disadari Gak Lui tegakterpukau. Dan tepat pada saat itu juga pedang Ular-emas-putihpun kembali melingkar- lingkar diudara danterus meluncur kebawah mengurung Gak Lui.

Gak Lui gelagapan. Cepat juga ia segera putarpedang membentuk lingkaran sinar untuk melindungitubuhnya. Lingkaran sinar pedang musuh dapatditahannya. Menggunakan kesempatan bertahan itu, GakLui mencuri lirik kearah hutan. Ah, celaka! Ternyatasituasi pertempuran dalam hutan telah berobah takmenguntungkan. Tampak Hui Hong taysu dan Thian Loktotiang terhuyung-huyung dan barisan Lo-han- kiam-tinitupun juga kacau.

Page 443: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

443

“Budak, tak usah engkau melihat kesana! Engkausendiripun segera akan terkapar ditanah. Heh, heh, heh,heh...!” Iblis Angin- hitam itu tertawa mengekeh. Gak Luimarah mendengar tertawa iblis itu. Tetapi karena marah,penyakit yang hinggap dalam tubuhnya itupun cepatbekerja.

“Ah, aku harus cepat2 membereskan ketiga Algojoini,” pikirnya lalu kerahkan seluruh tenaga-murni danlancarkan jurus kelima. Pertama, ia gunakan tenaga-dalam penyedot untuk melekat pedang Ular-emas-putih,diputar dengan cepat untuk menahan ujung pedang.Kemudian pedang Pelangi secepat kilat memapaspinggang lawan.

“Ho, datang lagi !” si iblis tertawa congkak serayahamburkan asap beracun dari telapak tangannya. Tetapikali ini jurus serangan Gak Lui itu lain dari yang lain.Jurus yang mengandung perubahan luar biasa. Begitutangan kiri dikendorkan, pedang Pelangipun laksananaga keluar dari guha terus meluncur kemuka. Tring ....terdengar dering nyaring dan percikan sinar kemilau.Tahu2 pedang emas putih yang panjangnya hampirsetombak itu kutung menjadi dua. Kejut Iblis Angin-hitambukan kepalang. Ia berduka sekali karena pedangnyaputus. Belum lagi ia sempat menyurut mundur, tiba2pukulan jurus Algojo dunia dari Gak Lui telah melandadadanya. Bum .... huak, Iblis Angin-hitam menguak ngeridan menyembur darah segar. Bluk, ia jatuh terdudukditanah.

Gak Lui cepat menarik pedangnya lalu melesat ketempat Hui Hong taysu. Tampaknya pemuda itu takmenderita luka. Tetapi sesungguhnya hanya karenamengandalkan tenaganya sebagai seorang pemudalahmaka ia tahankan darah yang hendak muntah dari

Page 444: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

444

mulutnya..... Memang pada babak permulaan, Hui Hongtaysu dan Thian Lok totiang masih dapat mengimbangiserangan lawan. Tetapi setelah si Rambut Merahbeberapa kali menghamburkan telapak beracun, keduatokoh itupun menderita luka. Pada saat Gak Lui bergegasmenghampiri, kedua ketua partai persilatan itupun sudahlimbung keadaannya. Mereka hanya mengandalkan ilmukepandaiannya yang tinggi untuk memaksa bertahan.

“Harap kalian menyingkir!” bentak Gak Lui serayamenyerang musuh dan melindungi rombongan paderi itumundur. Kali ini Thian Lok totiang dan Hui Hong taysuserta ke 18 anggauta barisan Lo-han-kiam tin, maumenurut perintah Gak Lui. Mereka dapat mundur kesebuah puncak. Kedua iblis itu hendak mundur jugatetapi dirintangi oleh hamburan sinar pedang Gak Lui.Tetapi diam2 pemuda itu terkejut melihat keadaanrombongan murid Siau-lim-si dan Ceng- sia-pay. Karenawajah mereka tampak merah membara semua dannapasnyapun terengah-engah. Mata merekamemandang ke muka tak berkedip seperti orang yangsudah kehilangan kesadaran pikiran. Mereka hanyamenjalankan perintah menurut suara tetapi takmengetahui siapa orangnya yang memberi perintah itu.

Tak berapa lama kemudian, rombongan orang2itupun sudah terlepas dari lingkaran bahaya. Tetapi kiniGak Luilah yang terbenam dalam bahaya itu. Dari kiri iadiserang oleh Iblis Rambut Merah. Dari kanan Garuda-sakti cakar-emas menaburnya dengan jari2 yang aneh.Bahkan jari2 iblis itu berani juga untuk merebut pedang.Dan mendadak dengan menahan luka, Iblis Angin-hitampun lari menghampiri sambil bolang balingkanpedangnya yang kutung. Tiga Algojo dari Maharaja telahmenyerang dari tiga jurusan, Gak Lui bertempur denganmati-matian.

Page 445: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

445

Beberapa puluh jurus kemudian, ketiga Algojo dariMaharaja itu berhias dengan luka2 berdarah. Tetapikeadaan Gak Luipun lebih payah. Racun yangdideritanya makin hebat dan lukanyapun makin banyak.Betapapun kuat tenaganya dan keras kemauannyanamun dia tetap seorang manusia yang terdiri dari darahdan daging.

Pada saat tenaga-murninya bergolak, darah kentalyang semula dapat ditahannya itu, tak dapat ditekannyalagi. Dan anak muda itu muntahkan segumpal darah.Dan tenaganyapun mulai berkurang sehingga gerakanpedangnya mulai lambat, tubuh terhuyung. Melihat ituketiga Algojo itu tersenyum iblis. Mereka hanya tinggalmenantikan pemuda itu kehabisan tenaga baru nantiakan menyelesaikannya. Saat yang ditunggu itu akhirnyatiba juga. Keempat sosok tubuh itu berlingkar-lingkardengan cepat. Bluk, tiba2 Gak Lui yang lebih dulu jatuhke-tanah. Tetapi ketiga Algojo dari Maharaja itupunsecara tak dapat dimengerti, telah mencelat sampai tigatombak jauhnya.

Ternyata pusaran angin hebat itu bukan berasal darihamburan tangan ketiga iblis itu melainkan dari seorangsakti yang muncul secara tak terduga-duga ditempat itu!Kedatangan orang itu memang mengejutkan sekali.Datangnya secepat angin. Dalam terhuyung-mundur itu,ketiga Algojo tak sempat lagi melihat jelas wajahpendatang itu. Cepat sekali orang itu menyambar tubuhGak Lui terus dibawa pergi ...

“Habis ... habis ... semua dendam permusuhanselesai semua...” Gak Lui menghela napas putus asa.Tiba2 suatu aliran tenaga-murni telah menyalur keuluhatinya sehingga kesadaran pikirannya yang sudahlimbung itu memancar lagi. Hawa murni itu mengalir

Page 446: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

446

kedada lalu keurat-urat nadinya diseluruh tubuh.

Buru2 ia kerahkan tenaga murni untuk menyambutsehingga penyaluran itu makin cepat memancarkeseluruh tubuhnya. Dalam tiga kali perputaran, racundalam tubuh Gak Lui itupun lenyap dan tenaganya pulihtiga bagian. Begitu orang itu menarik tangannya, Gak Luipun sudah tersadar dari pingsannya. Pertama-tama, iadapatkan dirinya berada di puncak gunung. Memandangke kiri, lebih kurang satu li jauhnya, tampak sebuah biarakecil. Dan memandang ke kanan, didapatinya seoranglelaki berumur 50-an tahun tengah duduk di sampingnya.Sepasang matanya yang memancar terang dinaungisepasang alis berbentuk seperti pedang. Mulut lebarberhias jenggot panjang. Telinganya memanjangmengimbangi hidungnya yang besar. Teristimewa tulangpipinya yang menonjol, makin memantulkan keangkuhandan kewibawaan.

“Terang, tentu dialah yang menolongku !” Gak Luiterus berbalik tubuh hendak bangun. Tetapi orang itucepat2 mendahului ulurkan telunjuk jari seperti hendakmenekan. Setiup angin segera memancar dan Gak Luipun tak dapat berdiri melainkan hanya duduk saja.

“Tak usah banyak peradatan, duduk sajalah!” seruorang itu dengan nada agak heran.

“Terima kasih atas pertolongan cianpwe. Mohontanya siapakah nama yang mulia ...”

“Sudah lama aku tak pakai nama....”

“Cianpwe telah melepas budi besar, jika takmengetahui nama cianpwe, hatiku tentu tak tenteram.”

“Engkau ingin mengetahui ?”

“Ya, agar kelak aku dapat membalas budi.”

Page 447: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

447

“Aku tak pernah minta pertolongan pun takmengharap balas orang. Tetapi demi menghormatikeinginanmu, dapatlah kuberi pengecualian,” kata orangitu. Gak Lui memandang orang itu dengan sungguh2.Orang itu merenung beberapa saat lalu berkata : “Tio Biklui !”

“Tio Bik lui !” diam2 Gak Lui mencatat dalam hati. Iatertawa: “Aku bernama Gak Lui, maaf, salah sebuahnamaku itu telah menyamai nama cianpwe...”

“Didunia banyak terdapat nama yang kembar.Apalagi hanya salah sebuah huruf saja. Tak perluengkau sungkan,” kata orang itu.

“Maaf, mohon tanya gelaran cianpwe?”

“Aku ... tak punya gelaran apa2.”

“Ah, tak mungkin. Kesaktian cianpwe dengan sekalipukul saja sudah dapat mengundurkan ke Tiga Algojo itu,dunia persilatan tentu memberi gelaran.”

“Dunia persilatan? Sudah berpuluh tahun aku takmuncul didunia persilatan. Mungkin orang sudah takingat namaku lagi.”

“O....!” Gak Lui mendesus kejut.

“Eh, mengapa engkau heran ?” beberapa saatkemudian orang itu bertanya.

“Kepandaian cianpwe sungguh sakti sekali. Sekalipuntak setenar Maharaja atau Kaisar Persilatan, tetapikurasa cianpwe pasti mempunyai nama yangmenggetarkan dunia persilatan.”

“Ha, ha ... dunia persilatan penuh dengan naga tidurharimau bersembunyi. Tokoh2 sakti tak terhitungjumlahnya. Seperti Kaisar Persilatan itupun juga tak ada

Page 448: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

448

hal yang pantas diherankan .. tentang diri MaharajaPersilatan, namanya asing sekali bagiku ....”

“Apakah cianpwe tak kenal orang itu?” Gak Luimenegas.

“Sudah lama sekali aku beristirahat.”

“O...” desuh Gak Lui terkejut heran. Diam2 iamenimang. Kalau benar2 orang itu sudah lamamenyembunyikan diri mengapa mendiang ayah-angkatnya tak pernah bercerita tentang diri orang itu?Karena rasa heran itu, Gak Lui memandangnya lekat2.Tampak lelaki itu berwajah angkuh sekali. Sikapnya acuhtak acuh terhadap persoalan dunia persilatan.

“Hm, mungkin dia telah mengalami sesuatu dalamdunia persilatan yang menyebabkan dia jemu. Baiklahaku tak usah mempercakapkan pergolakan duniapersilatan lagi karena mungkin mengganggu pikirannya,”akhirnya Gak Lui memutuskan.

Kemudian dengan hormat ia bangun lalu memberihormat kepada tokoh itu: “Budi pertolongan cianpwe,kelak dikemudian hari tentu akan kubalas. Dan sekarangaku hendak mohon diri ....”

Orang itupun tak mau menahan: “Baiklah, kuharapengkau baik2 menjaga diri.” Satu-satunya jalan dipuncakitu hanyalah sebuah. Maka Gak Lui memilih sebuah jalankecil disebelah timur. Tetapi baru ia hendak ayunkanlangkah orang itupun sudah berseru meneriakinya:

“Tunggu dulu, sauhiap !”

“Apakah cianpwe hendak memberi pesan lagi ?”

“Jika berjumpa dengan Empat-pedang-Bu-san, tolongengkau sampaikan salamku!” seru orang itu. Orang ituberkata dengan wajar dan penuh nada bersahabat.

Page 449: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

449

Tetapi bagi telinga Gak Lui, hal itu seperti halilintarmenyambar. Cepat ia mundur dua langkah dan bertanya:“Cianpwe kenal akan.....”

“Bukankah tadi engkau mengatakan tentang Tiga....”

“Tiga Algojo, atau ketiga algojo dari Maharaja !” seruGak Lui.

“Waktu bertempur dengan ketiga orang itu, ilmupedang yang engkau gunakan itu jelas ilmu pedang darikaum Busan !”

“Kalau begitu cianpwe kenal akan ayahku dan ayah-angkatku....”

“Kita bersahabat baik pada dua tigapuluh tahun yanglalu. Karena engkau orang she Gak, tentulah engkau iniputera dari Dewa- pedang Gak Tiang-beng, benar atautidak?”

“Tepat sekali cianpwe menduga. Tetapi apakahcianpwe tak mendengar tentang bencana yang menimpaEmpat-pedang-Bu- san itu?”

“Bencana ?” orang itu berseru kaget, “kudengar kalaumereka berempat telah tercerai berai dan menderitaluka... tetapi karena hal itu sudah lama sekali, dankupercaya bahwa orang yang baik tentu dilindungi Allah,merekapun kembali bersatu lagi....”

Pada saat orang itu bicara, diam2 Gak Luimengadakan penilaian dalam hati: “Ah, rupanya diabenar sahabat dari para angkatan tua termasuk ayahku.Tetapi perlukah kuceritakan kepadanya secara jujursemua?”

Seketika teringatlah ia akan peristiwa yang lalu.Ketika turun dari gunung, ayah-angkatnya suruh diamengunjungi seorang sahabat lama ialah Ceng Ki

Page 450: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

450

totiang. Tetapi adalah karena urusan itu maka paderi itusampai mengorbankan jiwanya .... di samping itu jugaterdapat beberapa korban lain antaranya pandai besiKiam-su Bok Thiat-san. Tokoh itu sudah tenang2menyembunyikan diri di pegunungan tetapi karenaditemuinya, maka dia sampai hilang nyawanya. Danapabila saat itu ia menceritakan juga kepada Tio Bik-luiini, ah ... kemungkinan dia juga tentu akan tertimpamalapetaka...

“Di manakah Empat Pedang itu sekarang? Lekasengkau ceritakan....” tiba2 Tio Bik-lui berseru. Gak Luigelagapan. Setelah tenangkan diri ia bertanya denganramah: “Menilik cianpwe begitu memperhatikan mereka,apakah cianpwe hendak membantu?”

“Sudah tentu,” sahut Tio Bik-lui, “aku tak gentarmelintasi gunung golok hutan pedang dan menerjanglautan api....”

Gak Lui makin terkejut. Tidak ! Jika orang itu turuntangan, bukankah semua peristiwa yang terpendamdalam dunia persilatan akan mengalir keluar semua.Maka setelah menghela napas, ia menyahut tertawa:“Terima kasih atas budi kebaikan cianpwe, tetapi ayahkudan mereka ...”

“Bagaimana?”

“Semua sudah terhindar dari kesulitan dan takkanmendapat kesukaran selama-lamanya!”

“Sungguh?”

“Masakan aku berani bohong kepada cianpwe.”Sesungguhnya yang dikatakan Gak Lui itu memanghanya suatu kiasan. Orang yang sudah mati tentu sajasudah terbebas dari segala kesulitan dan kesusahan

Page 451: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

451

dunia. Tetapi orang itu menafsirkan lain.

“Lalu di manakah tempat tinggal mereka?” tiba2orang itu mendesak pula.

“Ah, wanpwe tak leluasa mengatakan.”

“Mengapa ?”

“Cianpwe sudah lama mengasingkan diri darikeramaian dunia persilatan. Maka akupun takmengajukan dendam peribadi untuk mengacauketenangan cianpwe.”

“Hm,” dengus Tio Bik-lui seraya kicupkan mata.“memang aku tak suka mencampuri urusan orang. Tetapitentang keadaan sahabat lama, mau tak mau aku harusbertanya .... tetapi...”

“Tetapi bagaimana ?”

“Apakah Empat-pedang tinggal diam saja terhadapurusan dendam darah itu?”

Gak Lui tertawa dingin dan menyahut tegas: “Hutangdarah bayar darah. Setiap kejahatan tentu akan berbuahkejahatan. Masakan tinggal diam saja!”

“Habis bagaimana? Jika tak mendapat pelajaran darimereka dan hanya mengandalkan kecerdasanmu sendiri,mungkin…” rupanya orang itu menganggap kepandaianGak Lui belum masak tetapi sungkan untuk mengatakan.Gak Lui menyahut dengan nada yakin: “Hal itu tak perludiresahkan. Aku percaya mampu mengatasi.”

“Dapat mengatasi ?” kata orang itu lalu merenunglama. Pada lain saat baru ia bertepuk tangan, serunya:“Yang engkau yakin dapat mengatasi itu apakah bukansoal ilmu pedang Halilintar ?”

Gak Lui tergetar hatinya. Benar2 ia tak menduga

Page 452: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

452

kalau orang itu tahu soal ilmu pedang Halilintar. Tetapiteringat bahwa orang itu adalah sahabat dari Empat-pedang Busan, redalah keheranannya. Sahutnya:“Cianpwe dapat menduga jitu beberapa bagian.”

“Mengapa hanya beberapa bagian ? Adakah pedangitu sungguh masih berada.... di tempatnya semula ?”

“Oh...” Gak Lui terhuyung dua langkah. Dia benar2kaget tak terkira. Dengan ucapan itu, jelas kalau orangyang berada di hadapannya ini tahu akan tempatpenyimpanan pedang. Seketika bertanyalah ia denganwajah serius: “Karena cian-pwe tahu tempat pedang itu,mohon sukalah memberitahu...”

Tio Bik-lui pun terkejut juga, tanyanya dengan curiga:“Engkau tak tahu ? Adakah Empat-pedang itu juga taktahu...atau apakah mungkin mereka hendakmengambilnya sendiri ...”

Nada dan kerut wajah orang itu membuat Gak Luiberpikir dalam hati: “Tempat penyimpanan pedangpusaka Pedang Halilintar itu, memang tiada seorangpunyang tahu. Jika sekarang dia tahu, aku harusmenanyainya sampai jelas.”

Setelah menetapkan keputusan, berkatalah Gak Luidengan memohon: “Tio cianpwe, jika cianpwe sepertiturun tangan sendiri. Gak Lui takkan lupa selama-lamanya!”

Walaupun tak diberitahu jelas tentang keempat jagopedang dari Bu-san itu namun dari nada dan sikappemuda itu, dapatlah Tio Bik Hui menduga bahwapemuda itu telah menghianati perintah guru danangkatan tua untuk melakukan pembalasan dendamsendiri. Atau mungkin memang disuruh oleh Empat tokohpedang dari Bu-san.

Page 453: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

453

Diam2 orang itu menimang bagaimana ia harusmenjawab pertanyaan Gak Lui. Baik diberitahusejujurnya atau tidak. Sampai lama barulah ia berkata:“Pedang pusaka itu luar biasa perbawanya. Dapatmembunuh orang seperti membabat rumput. Orang yangmenggunakan pedang itu mungkin tak dapatmengendalikannya. Jika engkau berkeras hendakmenanyakan tempatnya, engkau harus lebih dulumengatakan nama dari musuhmu.”

“Akan kukatakan tetapi harap cianpwe janganmenolak.”

“Baik.”

“Dia adalah Maharaja Persilatan yang kukatakantadi!”

“O, apakah kepandaiannya tinggi sekali? Apakahkejahatannya besar sekali ?”

“Segala-galanya cukup layak untuk dibasmi olehpedang Halilintar!”

“Baik, akan kuberitahukan kepadamu. Tetapi engkautak boleh membocorkan kepada siapapun juga, termasukEmpat Pedang Bu-san itu juga...”

“Pasti kulaksanakan.”

“Dan lagi tempat itu luar biasa berbahayanya.”

“Aku tak takut!”

“Dan lagi tempat itu jalannya ruwet sekali, penuhdengan alat perangkap. Benar2 tak mudah dimasuki....”

“Sekalipun barisan istimewa, aku tentu dapatmengatasinya.”

“Pambek yang hebat,” Tio Bik-lui memuji, “pedang

Page 454: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

454

pusaka itu kabarnya disimpan di istana rahasia Bu-sanbi-kiong dipuncak Cap ji hong gunung Busan. Dijaga olehseorang tokoh yang berilmu sakti....”

“Siapa ?”

“Murid pertama dari Bu-san It ho yang diusir dariperguruan Bu- san, ialah si Lengan-besi-baik-hati Lim Ih-hun !”

“Oh !” teriak Gak Lui dengan tubuh gemetar. Saat itubarulah ia mengetahui nama murid perguruan Bu sanyang murtad itu.

Hatinya terasa pilu dan kepalanyapun pening. Iaterlongong dalam pertanyaan: “Mengapa pedang itudijaga oleh murid Bu san yang murtad?” Pertanyaan itusegera dijawabnya sendiri: “Ah, mungkin dia tentu takutkalau Empat-Pedang yang menjadi adik seperguruannyaitu akan mengambil pedang dan mewakili gurunya untukmelakukan hukuman kepadanya....”

“Ah, benar,” makin mantaplah pikiran Gak Lui, “kakekguru telah memberi peringatan kepada Empat Pedangsupaya hati2 terhadap suhengnya yang pertama itu.Jelas kalau murid pertama itu tentu memiliki kepandaianyang amat sakti. Tetapi jika keempat tokoh pedang Busan itu bersatu padu, sudah tentu Lim Ih-hun itu takberani menghadapi. Kemungkinan dia tentu akanberusaha untuk merebut pedang pusaka itu.”

Tiba2 pikiran Gak Lui terbentur pada kecurigaan :“Kalau begitu apakah orang itu bukan yang menjelmamenjadi Maharaja Persilatan itu? Dan apakah bukannyasipembunuh yang berhidung gerumpung itu?” Ia cepatmenyimpulkan kesan dan bertanyalah ia kepada orangsakti penolongnya itu, “Pernahkah cianpwe melihat orangitu ?”

Page 455: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

455

“Per .... nah.”

“Adakah ujung hidungnya tak terluka?”

“Soal ini ....” orang itu tampak tertegun kaget, maubicara lagi tetapi tak jadi. Rupanya ia menghadapikesulitan untuk menjawab pertanyaan Gak Lui.

“Bagaimana, apakah dia berhidung atau tidak?” GakLui mendesak pula. Setelah mendeham, orang itupunmenyahut: “Aku ketemu padanya tigapuluh tahun yanglalu, pada masa itu belum....”

Diam2 Gak Lui dapat menerima penyahutan itu.Akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke puncak Cap-ji-hong agar dapat mengetahui keadaan yang sebenarnya.Maka ia segera memberi hormat dan minta diri lagi.Sambil membalas hormat, Tio Bik lui bertanya: “Bu-sanjauh sekali dari sini. Perjalanan yang berbahaya. Jikaengkau merasa tenaga-murnimu masih belum cukup,akan kuberi penyaluran ...”

“Tak perlu,” sahut Gak Lui serentak, “dalam setengahhari saja, tenagaku tentu sudah pulih lagi.” Tiba2 orangitu tertawa sambil mengurut jenggot. Sekali tubuhnyabergeliat, ia sudah melambung ke udara dan meluncurlenyap ke dalam hutan.

“Hebat, sungguh kepandaian yang hebat sekali!”teriak Gak Lui memuji. Iapun segera lari masuk ke dalambiara. Di bawah arca, ia bersemedhi melancarkantenaga-dalam Algojo dunia. Tak berapa lama ia rasakandarahnya tenang lagi. Tenaga- murninya berangsur-angsur pulih kembali.

Setengah jam kemudian dari jalan yang sunyi senyapitu terdengar derap langkah orang berjalan menghampirisambil bercakap cakap: “Celaka, budak Gak Lui yang

Page 456: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

456

sudah hampir kita tangkap itu dapat lolos lagi !” Gak Luitak asing lagi dengan nada suara itu. Itulah si RambutMerah, salah satu dari Tiga Algojo anak buah Maharaja.Rambut Merah geram sekali dan ber-ulang2 menghelanapas.

“Benar, bahkan ketua dari Siau lim-si dan Ceng-sia-pay itupun dapat melarikan diri juga,” kawannya ikutbersungut-sungut.

“Uh, siapakah orang yang menolong itu? Mengapailmu kepandaiannya begitu tinggi...” kata Garuda-sakti-cakar-emas. Mendengar mereka bertiga jumlahnya, GakLui mengeluh. Tenaga-murninya baru pulih enam-tujuhbagian. Tentu sukar untuk menghadapi ketiga iblis itu.Ah, lebih baik ia tunggu beberapa saat lagi baru keluar.

“Apakah saudara bertiga dapat melihat jelas mukaorang itu....terdapat cirinya ?” tiba2 terdengar suaraorang lain kepada Tiga Algojo. Gak Lui benar2 tergetarhatinya. Yang bicara itu jelas bukan ketiga AlgojoMaharaja tetapi si Utusan-berwajah-buruk dan si PenjagaNeraka. Utusan-berwajah-buruk itu hanya seorang tokohgolongan Hitam. Tetapi Penjaga-Neraka itu jelas kakitangan dari Maharaja. Pada waktu di istana Yok ong-kiong tempo hari, Gak Lui memang bemiat hendakmembekuk orang itu tetapi karena saat itu jumlah kakitangan Maharaja banyak sekali, maka ia tak dapat turuntangan. Sekarang tak terduga-duga berjumpa di situ.Pada saat Gak Lui mempertimbangkan langkah, ke TigaAlgojo Maharaja itu sibuk membicarakan tentang dugaanmereka terhadap wajah orang yang telah menolong GakLui. Gak Lui tak dapat mendengar jelas tetapi tiba2didengarnya si Penjaga Neraka tiba2 berhenti.

“Eh, apakah engkau kenal pada orang itu?”

Page 457: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

457

“Ya, kalau kenal harap lekas katakan !” demikianketiga Algojo Maharaja itu mendesak kepada si PenjagaNeraka. Beberapa saat kemudian barulah kedengaran siPenjaga Neraka itu berkata: “Aku hanya mendugaseseorang.....”

“Tak apa, katakanlah !”

“Tidak bisa sembarangan mengatakan,” jawabPenjaga Neraka dengan suara gemetar, “hal ini haruskulaporkan pada Maharaja dulu…”

“Aneh,” diam2 Gak Lui heran dalam hati, “rupanyaPenjaga Neraka itu kenal akan ciri2 Tio Bik-lui tetapimengapa ia mengatakan hendak memberi laporan dulukepada Maharaja. Adakah di antara mereka terdapatikatan apa2 ?”

Gak Lui makin tertarik. Ia tumpahkan seluruhperhatian untuk mendengarkan lagi. Setelah berdiam diribeberapa saat, Penjaga Neraka berkata pula: “Sekarangkita lebih baik berpisah dulu. Tiga Algojo dan saudaraWajah-buruk supaya memburu jejak budak hina Gak Luiitu. Bayangi dia dari jauh saja, jangan turun tangan....”

“Mengapa ?”

“Apa sebabnya, tak perlu kukatakan dulu. Tunggusaja nanti aku menghadap Maharaja, tentu adakeputusannya.”

“Dan engkau ?”

“Sudah tentu aku akan mencari kalian lagi.” TigaAlgojo itu mengiakan. Merekapun segera turun gunung.Dan saat itu hanya tinggal si Penjaga Neraka seorang.Tiba2 ia bersuit nyaring tiga kali. Rupanya ia dugaMaharaja tentu berada di sekitar tempat situ. TindakanPenjaga Neraka itu makin membuat tegang hati Gak Lui.

Page 458: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

458

Jika Maharaja benar2 muncul ke situ, memang sukaruntuk turun tangan. Rupanya kecemasan Gak Lui itu takmembawa akibat apa2. Suitan Penjaga Neraka itu sepertiterbenam dalam lautan besar. Tiada penyahutan samasekali. Karena diulang sampai beberapa kali tidak adahasilnya, Penjaga Nerakapun berhenti bersuit lalumenuju ke biara....

Saat itu tenaga Gak Luipun sudah pulih delapanbagian. Maka ia makin mempergiat penyaluran tenaga-murninya. Untuk melindungi diri dari penglihatan lawan,ia segera beringsut kebalik pintu. Tetapi entahbagaimana, tiba2 ketika tiba di-pintu biara, si PenjagaNeraka itupun hentikan langkah. Rupanya ia sepertimelihat orang.

“Celaka, apakah dia mengetahui diriku? Atau apakahMaharaja datang ?” diam2 Gak Lui menduga duga.

“Heh, heh, heh .... budak Gak, kiranya engkau beradadisini !” tiba2 Penjaga Neraka tertawa mengekeh.

“Aneh! Mengapa teraling dinding tembok dia dapatmelihat diriku?” Gak Lui terkejut sekali. Karena sudahdipergoki, lebih baik ia menyelinap keluar saja. Tetapibelum tubuhnya bergerak, tiba2 terdengar suara seoranganak perempuan melengking bertanya kepada PenjagaNeraka: “Ih, apakah engkau ini anak buah Maharaja ?”

Penjaga Neraka tertawa iblis. Bukannya menyahut iamalah membentak: “Budak perempuan, siapakahengkau? Mengapa engkau berani tak menghormatkepadaku ?”

Walaupun tak menjawab, tetapi kata2 PenjagaNeraka itu sudah mengunjuk siapa dirinya. Dan anakperempuan tak dikenal itu bukan menjawab dengankata2 lagi melainkan dengan taburan pedang yang

Page 459: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

459

menerbitkan angin menderu-deru. Mendengar nadasuara perempuan itu walaupun penuh dengan kesedihantetapi Gak Lui dapat menduga siapa orangnya.Girangnya bukan kepalang. Tetapi ketika mendengarderu angin gerakan pedangnya, Gak Lui tertegun kaget.Ia tak asing lagi dengan gerak permainan pedangsemacam itu. Tanpa melihat saja dan cukup denganmemperhatikan sambaran angin, tahulah dia bahwapedang itu dimainkan dalam jurus Memotong emasmemapas kumala. Ilmu pedang itu tiada seorangpuntokoh persilatan yang mampu menggunakannya. Danteringatlah seketika ia akan pesan Bu-san It-ho. Barangsiapa menggunakan ilmu pedang itu, harus dibunuh.Belum Gak Lui memutuskan langkah, tiba2 diluar biaraterdengar angin sambaran pedang menderu deru. Anakperempuan itu melancarkan jurus Menjolok bintang-memetik-rembulan dan jurus Burung hong rentang-sayap.

Gak Lui tak dapat bersabar lagi. Dengan sebuahgerakan istimewa, ia sudah melesat di belakangnyaPenjaga Neraka. Dan sebelum Penjaga Neraka itu tahuapa yang terjadi, tiba2 tengkuk kepalanya sudah tertutukdan bluk ... rubuhlah ia ke tanah. Gadis berpakaian putihyang menyerang dengan pedang pada Penjaga Nerakaitupun terkejut dan cepat menarik pulang pedangnya.Tetapi ketika pandang mata gadis itu terbentur padawajah Gak Lui yang mengenakan kedok, gadis itu sepertimelihat setan. Ia menyurut mundur setengah langkahseraya berseru girang: “Adik Lui ...engkau?”

“Engkoh Gim, eh..salah, taci Gim, aku memang GakLui....”

“Engkau ... belum ... mati ...”

“Belum !” sambil menjinjing tubuh Penjaga Neraka,

Page 460: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

460

Gak Lui berkata: “Sejak berpisah di gunung Thian-gan-san, siang malam aku selalu terkenang padamu.Sungguh tak nyana kalau kita dapat berjumpa di sini.Mari, kita ke dalam biara untuk beristirahat dan bercakap-cakap !”

Gadis berpakaian putih itu bukan lain memang HiKiam-gim. Saat itu keangkuhannya sebagai seorangpendekar lenyap. Yang tampak hanya sifatnya sebagaiseorang gadis yang pemalu.

“Mari, kita duduk di dalam biara,” Gak Lui mengulangiajakannya lagi. Sejenak merenung, Hi Kiam gimpunsegera ikut masuk ke dalam biara, Gak Lui lemparkan siPenjaga Neraka di sudut, serunya:

“Taci Gim, dia kaki tangan Maharaja Persilatan. Diatentu tahu jelas tentang diri Maharaja. Aku hendakmenanyainya lebih dulu baru nanti kita bercakap-cakaplagi, setuju?”

“Tanyailah! Akupun akan pergi lebih dulu!” seru nonaitu.

“O....” desus Gak Lui terkejut sekali mendengarpertanyaan yang tak bersahabat itu, “taci Gim, mengapaengkau begitu terburu- buru sekali hendak pergi? Adakahengkau sudah tak ingin mengetahui tentang asal usulmusuh yang telah membunuh orangtuamu?”

“Ini ....”

“Mengapa ?”

“Asal usul musuh tak berguna. Yang penting yalahmembalas dendam kepadanya!”

“Apakah engkau sudah mempunyai rencana?”

“Mengundang seluruh orang gagah dalam dunia

Page 461: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

461

persilatan untuk bersama-sama menumpas iblis itu!”

“Mengandalkan bantuan orang lain, bukanlah carayang tepat. Dan lagi menurut nada ucapanmu itu, seolah-olah engkau sudah tahu asal usul musuh itu !”

“………”

Gak Lui makin curiga. Dia tak mengacuhkan siPenjaga Neraka lagi lalu menghampiri Kiam-gim:“Adakah engkau mempunyai rahasia lain yang tak bolehkuketahui ?”

Tergetar tubuh nona itu. Namun ia tetap bungkam.Gak Lui maju merapat dan mendesak pertanyaan lagi:“Taci Gim, sejak berpisah di gunung Thian-gan-san, kemanakah engkau? Berjumpa dengan siapa sajakah? Darimana engkau mempelajari ilmu pedang Bu-san-kiam-hwat itu ....”

“Aku tak dapat mengatakan apa2”

“Sebabnya ?”

“Aku telah bersumpah takkan mengatakan hal itukepada siapapun juga!”

“Termasuk aku?”

“Tidak ... tidak salah!” seru nona itu dengan tersendatdan dua butir air mata menitik dari pelupuknya. Gak Luiputus asa dan tegang sekali. Dicekalnya tangan nona itudan berkatalah ia dengan serius: “Engkau tak bolehmengelabuhi aku. Apakah engkau melupakan hubungankita dan dendam sakit hati dari orangtua kita?”

Dengan nada penuh haru kerawanan, Hi Kiam-gimmenyahut: “Adik Lui, apakah engkau ingin mendesak akusupaya berbohong....melanggar sumpah...? Yang dapatkuberitahukan kepadamu hanyalah....lekas undang

Page 462: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

462

seluruh jago-jago sakti di dunia persilatan, untukbersama-sama….”

“Tidak! Mereka sendiri tentu sudah sibuk denganurusan masing2. Dan lagi kalau jumlahnya makinbanyak, makin banyak pula pendapatnya sehingga sukarmelaksanakan pekerjaan besar. Sekalipun tidak begitu,pun aku tak suka meminta bantuan orang. Karena ituengkau....”

“Bagaimana ?”

“Harus mengatakan dengan terus terang !”

“Kalau tidak mengatakan ?”

“Takkan kubiarkan engkau pergi,..” dalam tegangnyaGak Lui lupa diri. Dicengkeramnya lengan nona itukeras2 hingga Kiam- gim sampai mengerang kesakitantetapi ia tetap bertahan. Dengan berlinang-linang, nonaitu maju selangkah dan berseru:

“Bagaimanapun juga aku tak dapat mengatakan.Kalau engkau marah, silahkan bunuh sajalah aku ini....”

“Membunuhmu ?”

“Ya, aku rela mati di tanganmu !”

“Engkau tak menghiraukan dendam kepada musuhlagi ?”

“Kepandaianku tak seperti engkau. Asal engkaumasih hidup saja, tentu kelak dapat membasmi Maharajaitu dan membalaskan sakit hatiku.”

“Mengapa engkau yakin kalau Maharaja itumusuhmu. Kalau begitu engkau tentu tahu akan...”

“Aku tak pernah mendengar namanya yang aseli.Tetapi bahwa dia itu musuh kita, memang tak salah lagi !”

Page 463: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

463

“Siapa yang bilang ?”

“Ini ... ini ... engkau sendiri yang sering mengatakanbegitu.”

“Heh, heh, heh, heh....” meluaplah amarah Gak Luidan dihamburkannya dengan tertawa iblis, “benar, akumemang pernah mengatakan begitu. Tetapi soal itumemang berbelit-belit. Selain dia, mungkin masih adaorang lain lagi.”

“Siapa ?”

“Perguruan Busan mempunyai seorang murid yangberhianat. Dia telah menguasai pedang pusaka Halilintar.Diapun salah seorang yang patut dicurigai....”

“Tidak ! Tidak !” tiba2 Hi Kiam-gim membantah kerastetapi tak mau melanjutkan kata-katanya lagi. Gak Luimakin curiga, tanyanya: “Engkau berani mengatakanbukan, tentulah sudah pernah bertemu dengan orang itu!”

“Adik Lui...”

“Jangan panggil aku adik Lui lagi, bila engkau takmau mengatakan terus terang....”

Tiba-tiba nada Hi Kiam-gim berobah sedingin es,serunya: “Tidak mengakui hubungan kakak adik jauhlebih baik. Tetapi kuberitahu kepadamu sebuah hal.Musuh kita hanya Maharaja seorang. Tak ada lainnyalagi. Tentang pedang pusaka Halilintar, juga tiada orangyang menguasainya. Tetapi....”

“Tetapi bagaimana?”

“Engkaupun tak perlu mengambilnya.”

“Apa sebabnya ?”

Page 464: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

464

“Engkau takkan tahu tempatnya.”

“Hm, pedang itu disimpan di istana Bikiong dipuncakCap ji-hong gunung Busan. Aku sudah tahu.”

“Tahupun tiada berguna. Tanpa mengetahui tanda-rahasianya, tak mungkin dapat masuk.”

“Tanda rahasia? Aku dapat menduganya.”

“Tak dapat menduga, ada lebih baik. Jika dapatmenduga tepat, berarti mati!”

“Ho, engkau berani menakuti aku....”

“….Lui, bukan aku menakuti engkau tetapi demimemikirkan keselamatan dirimu.”

“Ngaco belo! Engkau benar2 menghina. Tiadaberperasaan. Aku akan bertanya kepadamu, bagaimanaengkau telah pergi ke gunung Busan dan mengangkatseorang murid hianat sebagai guru ....”

“Apa alasanmu mengatakan begitu ?”

“Ilmu pedang yang engkau mainkan itu, merupakanbukti yang nyata!” Saat itu Hi Kiam-gimpun marah. Iamembantah : “Pergi ke Busan itu adalah atas petunjuktulisan darah dari bibi gurumu....”

“Oh !” Gak Lui berseru kaget. Seketikakecurigaannyapun berkurang dan dilepaskannya tangansinona yang dicekalnya itu lalu memintanya: “Berikankepadaku !”

“Apa ?”

“Tulisan darah dari bibi guruku itu !”

“Baik,” Hi Kiam-gim terus merogoh ke dalam bajunyatetapi tiba2 ia teringat bahwa tulisan darah itu terdapatpetunjuk rahasia masuk ke dalam istana Bik-kiong. Demi

Page 465: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

465

keselamatan jiwa pemuda itu, ia tak jadimengeluarkannya.

“Eh, mengapa engkau tak mengeluarkan ?”

“Per....cuma.”

“Tentu sudah tak ada, bukan ?”

“Engkau menjunjung kepercayaan atau tidak?”

“Uh, tahu dengan segala kepercayaan! Sungguh taknyana sejak berpisah engkau telah berobah menjadiseorang berhati ular. Akan kusingkap kerudung mukamuagar kuketahui apakah wajahmu juga sudah berobah !”Secepat kilat tangan Gak Luipun menyambar. Tetapiternyata Hi Kiam-gim sudah waspada. Ia memang sudahmenduga pemuda itu akan berbuat begitu. Maka iamendahului berputar tubuh dan melesat ke pintu serayaberseru: “Jangan coba melihatnya......”

“Hm, engkau benar2 berobah !”

“Berobah?” nada Hi Kiam-gim lebih rawan dari orangmenangis,

“ya, benar. Memang sudah berobah !”

“Mengapa ?”

“Engkau .... engkau ... tak perlu mengurusi !” sahutnona itu. Kali ini nadanya seperti putus asa. Sikap sinonayang tak mau mengatakan tentang keadaan gunungBusan dan nada bicaranya yang tak mengunjukkeramahan itu, benar2 menyalakan kemarahan Gak Lui.Dan akhirnya jawabannya yang terakhir itu, makinmeluapkan kemarahan Gak Lui sehingga pemuda itu takhenti2nya tertawa mengekeh yang menyeramkan.Akhirnya Gak Lui maju selangkah dan dengan geramberkata:

Page 466: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

466

“Engkau bilang tak perlu kuurusi, sebaliknya akumalah hendak mengurusi !”

“Atas hak apa ?”

“Atas dasar ilmu pedang Busan yang engkaumainkan tadi, cukuplah memberi hak kepadaku untukmewakili ayah, menjatuhkan hukuman.”

“Lui, engkau benar2 limbung....”

“Jangan banyak omong !” bentak Gak Lui, “tadiengkau mengatakan kepingin mati. Sekarang akuhendak meluluskan dan menyempurnakan keinginanmuitu. Lekas cabutlah pedangmu !” Melihat pemuda itudiliputi hawa pembunuhan, Hi Kiam-gin terkejut menyurutmundur setengah langkah dan menggigil.

“Jangan takut kenyataan yang menyedihkan ini.Mengingat pada kedua tokoh Hay lan-song-kiam, akuhanya akan menggunakan jurus ilmu pedang Sam ciau-kiam-hwat dan tenaga dalam lima bagian saja untukmenghadapi engkau secara adil!”

“Baik !” mendengar janji itu, Hi Kiam gim menyahut.Tetapi beberapa kali mata nona itu berkilat kilat. Rupanyaia tengah menimang sesuatu dalam hati. Akhirnya iaberseru: “Sebelum bertempur, aku mempunyai sebuahpermintaan.”

“Bilang !”

“Harap engkau jangan pergi ke istana Bu-san-bi-kiong karena itu hanya mengantar kematian saja....”

“Hm, tak perlu engkau menggertak aku. Betapapunjuga, aku tetap hendak mengambil pedang pusakaHalilintar itu dan akan mencincang tubuh murid hianatLim Ih-hun.”

Page 467: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

467

“Tutup mulutmu! Jangan menghina guruku,” karenamarah dan tegang, secara tak disadari Hi Kiam-gim telahmembocorkan rahasia dirinya. Gak Lui makin marahsekali sehingga tangannya gemetar, serunya: “Tadikukatakan engkau berguru pada seorang jahat, ternyatabenar !”

Hi Kiam-gim terbeliak kaget setelah menyadarikelepasan omong. Cepat ia bertanya: “Engkau ...engkauini bagaimana.... apakah engkau tahu nama dari beliau?Siapa yang bilang kepadamu ?”

“Heh, akupun sudah berjanji kepadanya, takkanmengatakan hal itu kepada siapapun juga!”

“Aneh...orang ini benar2 mencurigakan....” gumam HiKiam-gim. Mendengar itu Gak Lui makin marah. Serentakia mencekal tangkai pedangnya dan membentak:“Sudahlah, tak perlu ngaco belo ! Lebih dulu aku hendakmewakili Hi Hui-liong cianpwe untuk memberi hajarankepada anak perempuan yang tak berbakti seperti ini.Setelah itu, aku akan menuju ke Busan untuk membunuhmurid murtad itu. Hayo, lekas engkau mulai menyerang !”Kata2 Gak Lui itu tegas dan bernada dingin sekali. HiKiam-gim yang sudah tahu bagaimana keras watakpemuda itu, tahu bahwa percuma saja ia hendakmembantah.

“Karena nyata-nyata engkau tak sayang padajiwamu, terpaksa akupun harus hidup agar ada yangakan menuntut balas dendam darah itu !” seru Hi Kiam-gim dengan mata berkilat-kilat. Ia menutup kata dengansebuah gerakan menggentakkan pedang. Ah, memangdia telah bersiap mainkan ilmu pedang dari perguruanBusan. Saat itu, kedua pemuda yang semula berbahasakakak beradik, saling berhadapan sebagai lawan. GakLuipun sudah bersiap dengan pedang terhunus. Tetapi

Page 468: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

468

karena mengingat hubungan mereka yang pernah akrabseperti saudara, keduanya tak mau menyerang lebihdulu. Setelah saling berhadapan sampai beberapawaktu, akhirnya Gak Lui yang pecahkan ketegangan saatitu, serunya: “Tadi aku sudah bilang akan menggunakantiga jurus ilmu pedang dari perguruanku. Sertamenggunakan lima bagian tenaga dalam saja. Tetapiapapun kepandaian yang engkau miliki, silahkan engkaumengeluarkan semua !”

Di luar dugaan ucapan pemuda itu telah membuat HiKiam-gim seperti disadarkan dari mimpi. Ia tahu pemudaitu seorang yang keras kepala. Dicegahpun tak mungkinmau menurut. Mengapa tak ia biarkan saja pemuda itumenuju ke Busan untuk adu nasib? Tentang urusan sakithati, ia sendirilah yang akan menyelesaikannya. Dengankesimpulan itu, Hi Kiam-gim memutuskan supayakeduanya jangan sampai ada yang terluka .... Tetapi halitu memang sukar dilaksanakan.

“Jika kugunakan pedang pusaka Hi-jong-kiam untukmemapas pedang lawan, dikuatirkan pedang pusakaPelangi dari pemuda itu dapat menahan. Karena pedangPelangi itupun pedang pusaka yang mampu memapaskutung sehelai rambut. Apabila ia gunakan pelor asaphitam buatan keluarga Hi, ia kuatir akan menimbulkansalah faham. Kalau ia gunakan api Cek-yan-sin- hwe,pemuda itu tentu terancam jiwanya, ah .... tak boleh....”

Tengah Hi Kiam gim sulit mencari akal untukmenghadapi Gak Lui, tiba2 ia seperti mendapat ilhamdari ucapan Gak Lui itu. Tak ayal lagi, ia segeramelangkah maju dan gunakan jurus Menjolok- bintang-memetik-bulan untuk memapas pedang Gak Lui. Gak Luifaham sekali akan tiga jurus ilmu pedang dari perguruanBusan. Salah satu jurus itu yalah jurus yang dimainkan Hi

Page 469: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

469

Kiam- gim itu. Dengan mendengus dingin, secepat kilat iagentakkan tangannya dan laksana angin menyambar, iasegera balas memapas. Kedua-duanya sama-samamenggunakan ilmu-pedang dari satu perguruan. Seketikamemancarkan dua gulung sinar pedang yang salingmelingkar dan melibat. Tak ubah seperti sepasang nagayang sedang bercengkerama di lautan. Setelah tiga jurusilmu pedang itu selesai, mereka mengulang lagi. Dengancara bertempur semacam itu, cepat sekali lima puluhjurus telah berlangsung tanpa ada yang kalah danmenang. Dan cepat pula seratus jurus hampirberlangsung. Gak Lui benar2 merasa sulit. Pertama, diamenggunakan tenaga-dalam lebih sedikit dari sinona.Sama sekali tak pernah diduganya bahwa dalamperpisahan yang sangat singkat itu, tenaga-dalam HiKiam- gim telah mencapai kemajuan yang luar biasapesatnya. Dengan menggunakan lima bagian tenaga-dalam itu, jelas Gak Lui tak mungkin menang. Kedua,ternyata ia kalah dalam ilmu meringankan tubuh darisinona. Padahal ia telah mendapat pelajaran dari tigatokoh sakti. Sedang Hi Kiam-gim hanya dari seorangtokoh saja. Dari kenyataan itu jelas mengunjukkan bahwamurid murtad Lim Ih- hun benar-benar saktikepandaiannya. Dan tokoh murtad itu benar-benar telahmencurahkan seluruh kepandaiannya kepada Hi Kiam-gim. Merenungkan hal itu, perhatian Gak Lui terganggusehingga tangannya mengucurkan keringat deras.Diliriknya nona itu, ah, ternyata wajahnya tenang sekali.

“Salah !” tiba-tiba Gak Lui tersadar, “jika pertempuranberlangsung cara begini, entah sampai kapankah akanselesai? Ah, untunglah tenaga-dalam Algojo-dunia itumerupakan ciptaan dari paman guru si Pedang Iblissendiri, baiklah kucobanya lima bagian saja.” Setelahmenetapkan rencana, secepat kilat ia balikkan tangan

Page 470: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

470

kanan, wut......bagaikan gunung rubuh, pedang menabasHi Kiam-gim. Sesungguhnya hati Hi Kiam-gim sudahtenang sekali. Ia yakin sekali walaupun sampai ratusanjurus, pertempuran itu tidak mungkin selesai. Dantercapailah rencananya agar supaya pertempuran itujangan sampai mengucurkan darah. Tetapi diluardugaan, ia tak menyangka Gak Lui akan lancarkanserangan jurus Algojo-dunia yang hebat. Terpaksa iaterhuyung huyung menyurut mundur. Sambil mengertakgigi, ia loncat sampai tiga tombak jauhnya. Ia sudahpernah menyaksikan kedahsyatan dari ilmu pedangAlgojo-dunia yang dilancarkan Gak Lui. Maka takberanilah ia adu kekerasan menangkisnya. Ia tahuapabila menangkis pemuda itu akan meminjam tenagauntuk menyusuli dengan serangan berikutnya yang lebihdahsyat. Hi Kiam-gim gunakan jurus Burung-hong-rentang-sayap, taburkan pedang dalam gulungan sinaryang melindungi tubuhnya. Serangannya berhasilmendesak lawan, Gak Lui tak mau menyia-nyiakankesempatan sebagus itu. Ia maju merapat untukmenyerang lagi. Tetapi sekonyong-konyong pedang HiKiam-gim memancarkan lingkaran sinar pedang yanganeh. Dari lingkaran sinar pedang itu menghamburberibu ribu percikan sinar dingin yang menyerangnya darisegala penjuru. Sambaran anginnya mendengung-dengung bagai ribuan tawon keluar dari sarang.

Gak Lui terkejut bukan kepalang. Walaupun cukupbanyak pengalaman dalam pertempuran senjata tetapiGak Lui benar2 tak mengetahui ilmu pedang apa yangdimainkan Hi Kiam-gim saat itu. Dalam gugup ia hanyaputar pedangnya untuk melindungi diri. Tetapi menyusulterjadilah hal yang lebih membuat Gak Lui terkejut lagi.Ketika terjadi benturan pedang, tiba2 terdengar suarakres, kres, macam rambut terkupas. Apa yang terjadi

Page 471: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

471

benar membuat Gak Lui kucurkan keringat dingin.Ternyata ujung pedang Hi Kiam-gim dapat menerobos kedalam lingkaran sinar pedang Gak Lui, terus digeliatkanmenggurat bentuk silang. Tepat sekali, tidak lebih puntidak kurang ujung pedang nona itu telah mencukur alisGak Lui. Untung pemuda itu mengenakan topeng kulitbinatang kera yang tak tembus senjata. Sekalipun taksampai terluka tetapi tenaga ujung pedang itu cukupmembuat Gak Lui terhuyung mundur tiga langkah.

Gerakan pedang Hi Kiam-gim itu benar2 luar biasacepatnya, setelah Gak Lui mundur, iapun tertegun. GakLuipun terkesiap. Tetapi cepat ia dapat menyadari apayang menimpa dirinya. Ia yakin ilmu pedang Hi Kiam gimitu tentulah jurus istimewa yang digunakan mendiangayahnya dahulu untuk menghadapi musuh. Benar2 suatujurus yang hebat bukan kepalang. Dalam terhuyungmundur itu, Gak Lui dapat mencuri kesempatan untukbalas menyerang. Cret .... terdengar suara kain kerudungmuka Hi Kiam-gim pecah dan menyusul kedua sosoktubuh itupun loncat mundur. Ketika berdiri tegak, Gak Luimenjerit kaget. Karena saat itu setelah kain kerudung HiKiam-gim robek, dapatlah ia melihat wajah nona itu.Wajah Hi Kiam-gim yang semula cantik mulus, ternyatakini berhias dengan gurat2 bekas ujung pedang. Danberobahlah menjadi sebuah wajah yang menyeramkan.Wajah itu penuh dengan warna tutul2 biru, seperti lukayang baru sembuh.

Pemandangan itu benar2 menggoncangkan hati GakLui. Bagai terguyur oleh air dingin, gemetarlah bibir GakLui tanpa dapat mengucap apa-apa .... Baru setelahnona itu melesat sampai seratusan tombak jauhnya, GakLui tersadar gelagapan dan terus memburu serayaberteriak seperti orang gila: “Taci Gim ....taci Gim...!”

Page 472: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

472

Gak Lui berseru kalap dan lari mengejar sepesatangin. Tetapi ilmu lari cepat dari Hi Kiam-gim jauh lebihhebat. Apalagi ia malu karena wajahnya yang rusakhendak dilihat pemuda itu. Maka berlarilah ia sepertiterbang. Tampak dua sosok tubuh saling berkejaranbagaikan bintang jatuh diangkasa. Yang satu hendakmengejar, yang satu hendak melarikan diri. Akhirnyadapat juga Gak Lui memperpendek jaraknya tinggal duatigapuluh tombak.

“Taci Gim, tunggulah dulu. Aku hendak bicara....”Sret, sret, sret ... yang menyahut bukan mulut sigadistetapi dua larik pelor yang mendesis desis diudara. Larikyang dimuka berwarna hitam gelap. Sepintas sepertiburung belibis terbang. Sedang larik di belakang,berwarna merah. Melihat itu Gak Lui terkejut dan cepatenjot tubuh melambung keudara sampai lima tombaktingginya. Tetapi sekonyong-konyong pelor itu meletusdan menghamburkan asap hitam membubung keudara.Dalam gugup Gak Lui cepat lontarkan hantaman untukmenghalaunya. Tetapi menyusul dengan itu, dua tigapuluh butir pelor melayang pula kearahnya .... Dengansusah payah, Gak Lui berhasil menghindarkan diri daritaburan asap hitam tetapi ketika meluncur kebumi,ternyata Hi Kiam-gim sudah lenyap. Nona itu pergidengan membawa hati yang patah ....

“Ah, aku salah faham kepada taci Gim, sehingga diapergi dengan patah hati,” kata Gak Lui sambilmenengadah memandang langit. Ia menghela nafas:“Untung dia masih mempunyai rencana untukmenghubungi partai2 persilatan. Kepergiannya tentulahhendak melaksanakan rencananya itu. Tentangwajahnya yang rusak itu tentulah atas tindakannyasendiri. Ia tentu mengira kalau aku sudah mati lalumeniru tindakan bibi guruku yang merusak wajahnya

Page 473: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

473

sendiri. Menilik kenyataan itu jelas hatinya belumberobah. Karena salah faham itulah maka ia kenadiperalat oleh Lengan-besi hati-baik Lim Ih hun....”

Teringat akan murid murtad dari perguruan Busan itu,seketika meluaplah kemarahan Gak Lui. Tetapidisamping itu, iapun mempunyai beberapa kecurigaan.Maharaja Persilatan itu jelas mempunyai hubungandengan perguruan Busan. Menurut keterangan Hi Kiamgin tadi, Lim Ih- hun juga mengatakan bahwa Maharajaitulah yang membunuh orang tua Gak Lui. Diam-diamdalam hati Gak Lui bersangsi. Adakah keterangan Lim Ih-hun itu dapat dipercayainya? Dan apakah Lim Ih-hundengan Maharaja itu tiada hubungan apa2 ? Juga tokohTio Bik-lui yang menolongnya itu mengatakan bahwa LimIh-hun menguasai pedang pusaka Halilintar. Menilikbahwa Maharaja berada didunia persilatan dan Lim Ih-hun bersembunyi di-gunung Busan, seharusnya keduaorang itu bukan orang yang sama. Teringat ia akanketerangan mendiang ayah-angkatnya bahwa pembunuhitu tak punya hidung dan pedangnya terdapat gurat tandasilang empat. Dengan begitu jelas bahwa pembunuhorangtuanya itu tentulah hanya seorang saja. Ah...namun ia masih belum berani memastikan hal itu.Adakah pembunuh itu hanya seorang saja atau memangdua orang ....

Soal itu selalu menjadi teka teki dalam hati Gak Lui.Dan setiap kali ia berjumpa dengan sesuatu jejak, diamalah makin bingung. Tanda silang empat pada pedangpembunuh itu sudah dihapus oleh ahli pembuat pedangBok kiam su yang telah dibunuh oleh iblis Pek-kut Mo-kun. Dan Pek-kut Mo-kunpun telah dibunuhnya tanpasempat ia tanyakan keterangannya.

“Jejak yang menuju kearah penyingkapan tabir

Page 474: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

474

rahasia pembunuh itu sudah lenyap. Sekarang hanyatinggal dua kemungkinan yang terbagi pada tempat yangjauh yalah di istana Bu san bi-kong untuk mencari Lim Ih-hun. Menurut keterangan, di guha gunung Busan itumemang terdapat seorang tua yang berhidunggerumpung. Dia tentulah Lim Ih-hun simurid murtad itu.Jejak yang dekat tak lain berada pada diri si PenjagaNeraka. Dia tentu tahu asal usul Maharaja....” memikirsampai disitu, Gak Lui cepat berputar tubuh dan larikembali ketempat biara tadi. Ketika tiba di muka pintubiara, dilihat Penjaga Neraka itu masih terkapar disudutruang. Segala sesuatu dalam biara itupun masih sepertibeberapa saat tadi. Gak Lui menarik napas longgar. Iasegera menghampiri orang itu dan menutuk tengkuknya.

“Uh…” ia terkejut ketika rasakan ujung jarinyamembentur batok kepala yang empuk. Cepat iamempunyai kecurigaan. Dibalikkan tubuh PenjagaNeraka itu dan ah...ternyata dia sudah mati ! Gak Luikaget seperti dipagut ular. Dilihatnya wajah PenjagaNeraka itu mengerikan sekali. Dari mulut dan hidungnyamengalirkan darah kental campur cairan otak.Pancainderanya tengeng semua. Tentulah ketika mati,dia melihat pembunuhnya yang berwajah seram.

“Tadi kugunakan tutukan ringan untuk menutuk jalandarahnya. Tak mungkin dapat menghancurkan benaknyasampai berhamburan keluar begini. Tentulah adaseorang lain yang datang kemari. Orang itu dengankejam telah menghancurkan urat urat nadinya. Suatubukti bahwa pembunuh itu lebih sakti dari kepandaianku.Tokoh persilatan yang memiliki kepandaian sesakti itudapat dihitung jumlahnya.....lalu siapakah pembunuh itu?Kawan atau lawan? Sengaja membunuh atau hanyasecara kebetulan saja? Jika orang itu tokoh aliran Putih,tentu tak mungkin mau mencelakai orang yang sudah tak

Page 475: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

475

dapat berkutik. Tetapi kalau dari golongan Hitam, orangitu tentu akan menolong Penjaga Neraka ini.....” Kinibukan saja membunuh, pun pembunuh itu telahmeninggalkan suatu teka teki yang sulit. Rasanya diahendak mengejek Gak Lui ....

Setelah merenung beberapa saat, akhirnya iagunakan ketajaman hidungnya untuk menyelidiki bekasyang ditinggalkan pembunuh itu. Tetapi gagal. Samasekali ia tak dapat mencium sesuatu bau yang baru dananeh.

“Ah, menilik kepandaiannya, kemungkinan tentuMaharaja sendiri yang datang. Karena kuatir PenjagaNeraka itu akan memberi keterangan, maka segeradilenyapkan sendiri… tetapi mengapa ketika PenjagaNeraka bersuit memberi tanda tadi, Maharaja takmuncul? Oh, apakah mungkin Tio Bik-lui yang datangkembali lalu membunuh iblis ini? Tetapi mengapa dia takmau unjuk diri?” Tiba2 pula ia teringat akan ucapan HiKiam gim bahwa peribadi Tio Bik lui itu memangmencurigakan. Tetapi atas dasar apakah nona itumencurigainya? Oh, Penjaga Neraka sendiri juga merasaheran kepada diri Tio Bik-lui itu. Tetapi apakah yangdiherankan itu ?”

Benak Gak Lui penuh dengan tanda tanya yang takdapat dipecahkannya.....

JILID 10

Gak Lui menghela napas dan geleng2 kepala. Nah,rasanya semua jawaban, hanya dapat diperoleh di istanaBi-kiong gunung Busan.

Keputusannya mantap dan menujulah ia ke gunung

Page 476: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

476

Busan.

Gunung Busan mempunyai 12 puncak. Alamnyaindah tetapi berbahayanya bukan buatan. Dari jauhtampak enam dari keduabelas puncaknya itu berderet dibarisan luar, sedang enam puncak yang di dalamnya,menjulang tinggi seperti menembus awan.

Berhadapan dengan pemandangan gunung yangsedemikian perkasa itu, mau tak mau orang tentutermenung. Merasa dirinya kecil menghadapi kebesaranalam yang penuh rahasia itu.

Tubuh Gak Lui tampak seperti setitik benda hitamketika ia mendaki lereng gunung yang penuh denganhutan belantara itu. Ketika tiba di muka puncak, iahentikan larinya. Ia tertegun menyaksikan kehebatan darigunung yang berlapis tujuh buah puncak itu. Di mulutjalan yang memasuki pegunungan itu, merupakansebuah hutan batu yang berbentuk rupa2. Setengahnyamemang berasal dari alam, setengahnya dibuat olehmanusia. Mulut jalan itu mempunyai belahan jalan yangtak terhitung jumlahnya. Jalanan2 itu rupanya dapatmencapai semua puncak. Tetapi bagi Gak Lui yangsudah berpengalaman menempuh badai pergolakan,tahulah bahwa puluhan jalanan yang aneh itu tentumerupakan sebuah barisan susunan. Dan tak beranilahia gegabah memasukinya.

“Apa yang dikata Tio Bik-lui cianpwe itu memangbenar,” diam2 ia berkata seorang diri, “ke 12 puncak inimemang mengandung kegaiban yang hebat. Dansayangnya aku memang tak begitu mengerti akanbarisan Kiu-kiong-pat-kwa. Sedang diapun takmenerangkan di manakah letaknya istana Bikiong itu ....”

Sejenak termenung mengatur langkah, akhirnya ia

Page 477: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

477

memutuskan untuk menggunakan cara menyelidiki. Jikamurid penghianat si Lengan-besi Lim Ih-hun itu keluarmasuk melalui jalanan itu, tentulah dia meninggalkanjejak berupa telapak kaki.

“Baiklah aku mengitari gunung ini untuk mencarisesuatu jejak,” akhirnya ia mengambil ketetapan. Segeraia mulai gerakkan sang kaki untuk lari mengitaripegunungan Bu san yang luasnya beratus ratus li itu.Mataharipun mulai terbenam, malampun tiba. Kemudianrembulan silam, bintang2 pun lenyap lagi. Dan mentaripagi kembali muncul. Ah, sudah sehari semalam iaberlari. Saat itu ia kembali tiba di tempat semula yalah dimuka hutan batu. Jerih payahnya itu tak menghasilkansuatu apa. Baik jejak telapak kaki maupun bau orang,sama sekali ia tak mendapatkannya. Rupanya sudahbertahun-tahun lamanya, tiada seorang manusia yangmasuk ke dalam pegunungan itu.

“Bagaimana ini...?” akhirnya bertanyalah ia kepadadirinya. Tiba2 ia busungkan dada dan gelorakansemangat lalu membentak keras: “Serbu!” Sekali enjotkaki, tubuhnyapun melayang setombak tingginya. Tetapitepat pada saat itu terdengarlah sebuah suara teriakan:

“Jangan ....!” Sesosok tubuh melayang tiba dibelakangnya, Gak Lui tak asing dengan nada suara itu.Cepat ia bergeliatan berputar tubuh ke belakang. Padasaat ia turun ke tanah, cepat ia memberi hormat kepadaorang itu: “Ah, kiranya Tio cianpwe! Kapankah cianpwetiba di sini?” Ternyata yang muncul itu bukan lain adalahTio Bik-lui. Gak Lui tak tahu apa maksud kedatanganorangtua itu. Sambil membalas hormat, Tio Bik-luimenyahut: “Aku sudah tiba lama di sini ....”

“O, apakah cianpwe kemarin…”

Page 478: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

478

“Benar, kemarin aku memang melihatmu tetapi takmengapa,” tukas Tio Bik-lui.

“Mengapa ?”

“Kukira engkau telah mendapat petunjuk dariKeempat Pedang dan dapat mencapai istana Bi-kiongmaka akupun tak mau mengganggumu. Tetapi karenaternyata engkau kembali, terpaksa kutegurmu.”

“Kalau begitu, cianpwe tentu dapat memberipetunjuk?”

“Benar, karena terburu-buru maka dalam pertemuantempo hari aku tak sempat bicara banyak. Oleh karenaitu maka sengaja aku menyusul kemari.”

Gak Lui merasa berterima kasih: “Entah dalam soalapakah maka cianpwe begitu menaruh perhatian kepadadiriku?”

Tio Bik-lui mengangguk: “Benar, kedatangankukemari perlu menasehati engkau agar engkau pulangsaja.”

“Pulang ?” Gak Lui heran.

“Ya, pulanglah !”

Gak Lui makin heran dan goyangkan tangan:“Cianpwe, jangankan saat ini aku sudah berada di depangunung ini. Sekalipun belum, tetapi aku memang sudahmempunyai rencana untuk datang kemari. Maka sukarlahaku menerima nasehat cianpwe untuk pulang itu. Akubersedia untuk menghadapi segala macam kesulitan !”

“Ah, tak perlu,” kata Tio Bik-lui seraya maju setengahlangkah, “karena nyata engkau tak mengerti barisanBikiong, maka pulang dan suruh saja Empat Pedangyang datang !”

Page 479: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

479

“Tidak ! Tidak !” seru Gak Lui, “aku lebih sukamenerjang maju dari pada harus pulang !”

“Ih...” Tio Bik-lui mendesis napas, “memang kutahuwatakmu keras, sukar diberi nasehat. Kalau begitu….”matanya berkilat melirik ke arah deretan puncak gunung.Memperhatikan kerut wajah dan arah yang dilirik orangtua itu, Gak Lui segera berseru sambil tertawa: “Benar,kumohon lebih baik cianpwe memberi petunjuk jalanmasuk ke gunung ini.”

“Ah, memberi petunjuk sih aku tak berani. Kalaumampu, aku tentu sudah mengambil pedang pusakaThian-lui-koay-kiam itu untukmu ....”

“Harap cianpwe jangan merendah diri dan sukamemberi petunjuk.” Tio Bik lui menunjuk ke arah gunungdan berkata: “Yang dimaksud dengan istana Bi-kionggunung Busan itu, yalah keenam puncak yang berada disebelah atas itu. Tetapi jalanan menuju keenam puncakitu, sukarnya bukan kepalang, dapat membuat orangtersesat. Kabarnya hanya si Burung Bangau dari Busansaja yang mampu keluar masuk ....”

“Tak ada orang yang lain lagi ?” Gak Lui menegas.

“Kecuali dia ....si Lengan-besi Lim Ih-hun danayahmu serta Empat Pedang itu, mungkin dapat juga.”

“Oh, harap cianpwe suka menerangkan lebih lanjut.”

“Memang aku mengerti sedikit2 tentang ilmu Ngo-heng-seng-khik dan Pat kwa-kiu-kiong. Tetapiperobahan2 dari pintu Ki, Ceng, Sun, Li dari barisankeenam puncak itu, benar2 hebat sekali. Paling banyakaku hanya tahu satu dua puncak saja. Kalau tahutentang ilmu Ni-coan-heng-tay-hwat…..”

Bicara sampai di sini Tio Bik-lui berhenti dan

Page 480: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

480

merenung. Pada lain saat tiba2 ia bertanya: “Ya, apakahengkau mengerti akan ilmu berputar menyungsang Ngoheng ?”

Mendengar pertanyaan itu, seketika Gak Lui teringatakan petunjuk Permaisuri Biru yang memberinyapelajaran tiga jurus gerak-langkah yang aneh. Makatanpa ragu2 ia anggukkan kepala: “Yang kuketahuihanya kulitnya saja. Harap lo-cianpwe suka lanjutkanketerangan cianpwe itu.”

Mendengar jawaban itu, Tio Bik-lui agak terkejut,serunya dengan tertawa girang. “Bagus! Akan kuringkassaja keteranganku ini. Keenam puncak yang beradadilapis dalam itu, dalam ilmu Pat- kwa disebut Thian-lui-bu-ong, tak begitu berbahaya. Sedang keenam puncak dilapisan luar, disebut Lui-cek-kui-moay, amat berbahayasekali. Lebih dulu engkau boleh masuk melalui jalanSeng-bun (pintu hidup). Ingatlah selalu: bila hitungan tigasupaya ke kiri, tentu selamat. Tetapi ... yang pentingharus bertindak hati2 menurut gelagat. Sekali salahlangkah tentu akan terjerumus dalam jaring jebakan, takmungkin akan dapat ke luar. Mengertikah engkau?”

“Ya, mengerti.”

“Itupun baru keadaan pada keenam puncak lapisanluar. Sedang keenam puncak lapisan dalam, karenajaraknya terlalu jauh, akupun tak dapat melihat jelas ....”

“Tak mengapa, nanti setelah masuk ke sana akudapat mengira- ngira,” kata Gak Lui.

“Baiklah, karena engkau berkeras tetap hendak pergi.Akupun tak dapat mencegahmu. Yang penting, setiapsaat engkau harus waspada dan bertindak hati2. Jikasampai terjerumus dalam kesukaran, aku juga takmampu menolongmu.” Gak Lui tertawa nyaring.

Page 481: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

481

Setelah memberi hormat ia lalu ayunkan langkahlebar menuju ke barisan puncak itu. Namun Tio Bik luitetap kuatir. Ia segera menyusul. Ketika sampai di tempatyang berbahaya, barulah ia berhenti. Gak Lui pesatkanlarinya dan tanpa banyak keraguan lagi, terus menuju kepintu Seng-bun. Sebelum masuk ia masih sempatberpaling dan melambaikan tangan kearah Tio Bik-lui.Setelah itu ia terus melesat masuk ke dalam hutan batu.Tio Bik lui tertawa gelak2 sambil mengurut jenggotnya.Tetapi saat itu Gak Lui sudah menyusup jauh ke sebuahtempat yang aneh sehingga tak dapat mendengarkansuara tertawa itu. Begitu memasuki barisan aneh darigunung Bu-san itu, seketika Gak Lui rasakan dadanyasesak seperti ditindih oleh suatu kekuatan yang dahsyat.Dan beberapa saat kemudian, angin dan awanpunberobah warnanya. Gelap gulita sekeliling tempat. Kakitangan dan kelima inderanya serasa kehilangan dayagerak. Bahkan bernapaspun rasanya sukar sekali. Sudahtentu dalam keadaan begitu, ia tak dapat mendengarsuara tertawa Tio Bik-lui tadi. Sepeminum teh kemudian,barulah pandang matanya mulai dapat melihat dengansamar. Ia paksakan diri untuk melakukan pernapasanbeberapa kali barulah pikirannya mulai sadar. Tetapi apayang disaksikan saat itu, benar2 membuatnya kagetsetengah mati.....

Gunduk2 batu yang aneh tadi tiba2 berobahmerupakan karang melandai yang menjulang keatas.Dan diatas gundukan batu2 itu, bertebaran awan kelabu,berarak- arak kian kemari karena dihembus angin.Pemandangan itu benar2 membuat Gak Lui tercengangheran. Dia merasa dirinya amat kecil sekali berhadapandengan kedahsyatan alam. Sekalipun begitu, ia tetappantang mundur. Segera ia berputar-putar tubuh danmenerjang kearah angin yang bertenaga kuat itu. Tetapi

Page 482: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

482

begitu ia bergerak, dinding2 karang di sekeliling danbawah jalanan yang diinjaknya itupun ikut berputar. Iamerasa dunia seperti berputar-putar sehingga kepalanyapening dan tak tahu lagi membedakan keempat arah.

Setelah dapat menenteramkan hatinya, Gak Lui punmengatur langkah. Dengan kerahkan ilmu meringankantubuh, ia terus melesat maju. Satu, dua, tiga ... terusberkisar ke sebelah kiri. Sambil berjalan diam2 iamenghitung setiap melintasi tiga buah simpang jalan, iaterus membelok ke sebelah kiri. Ah, apa yang dikatakanTio Bik-lui tadi memang benar. Sepanjang jalan, ia takmenemui kesulitan suatu apa. Tetapi hamburan anginyang mengandung tenaga kong gi itu, makin lama makinmembuat tenaganya lemah. Keringat mengucur derasmembasahi tubuhnya .... Entah berselang berapa lama,mulailah langkahnya sempoyongan. Tenaganya hampirhabis. Dan jalanan yang berada di sebelah muka, sepertitiada ujungnya. Maka dengan kuatkan diri dan keraskansemangat, ia terus berjalan. Akhirnya tubuhnya condongke samping dan rubuhlah ia berguling-guling beberapakali sampai beberapa tombak jauhnya. Cepat2 iapancarkan tenaga-dalam penyedot, untuk menahankeseimbangan diri.

“Celaka! Angin begitu kuat, apabila tenaga dalamkuhabis, tentu akan terseret angin ....” ia mengeluh putusasa. Ketika rentangkan mata memandang ke sekeliling,ia melihat pula sebuah pemandangan yang aneh. Padajarak berpuluh tombak jauhnya, memancarlah selariksinar matahari dan gumpalan awan. Begitu sinarmatahari itu mencurah tiba maka angin yangmengandung hawa kong-gi itupun segera berhamburankeempat penjuru dan berputar-putar di luar lingkaransinar matahari itu. Di tengah lingkaran angin yang seluastiga tombak itu, tampak sebuah tangga batu. Di atasnya

Page 483: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

483

amat bersih dan berukir sebuah Pat-kwa yang aneh.

“Oh….” diam2 Gak Lui terkejut, “apakah ini yangdisebut gambar Thian-lui-bu-ong, pintu masuk ke istanaBi-kiong itu ....”

Rangsangan hati, membuat semangat pemuda itumenggelora lagi. Ia kuatkan diri untuk melangkah dualangkah menuju ke kisaran angin itu. Tetapi begitukakinya menginjak tanah, dari puncak istana Bi- kiongyang tertutup awan itu, seperti terdengar letusan halilintardan suara bentakan yang menggeledek : “Hai, siapakahyang bernyali besar berani menginjak tempat terlarang ini!”

Gak Lui gelagapan kaget sehingga tubuhnyagemetar, pikirnya : “Ah, tentulah si Lengan-besi Lim Ih-hun….”

Seketika meluaplah dendam kesumat didada GakLui. Dengan menggertak gigi, ia ingin secepatnyamencapai puncak itu untuk berhadapan dengan siLengan-besi. Tiba2 matanya tersilau oleh sinarberkelebat. Dan lingkaran hawa kong-gi yang berada diluar tadi segera berpusat menggunduk seperti sebuahdinding yang tak kelihatan. Ia seolah2 dikurung dalamlapisan dinding besi. Dan karena di luar lingkaran tenagadahsyat itu gelap gulita, maka ia tak dapat melihat jalankeluar. Dalam pada waktu ia masih belum dapatmenentukan langkah, rupanya orang diatas puncak itutak sabar menunggu lagi. Kembali terdengar suarabentakan yang seram : “Kata sandi !”

“Kata sandi ?” Gak Lui terkejut. Jelas ia tak tahu, apayang dimaksud orang itu. Dalam marahnya, ia kerahkanseluruh tenaga dalam dan berteriak sekuatnya : “AkuGak Lui ...”

Page 484: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

484

“Apa ?” tukas orang itu.

“Gak…..Lui…..!”

“Heh, heh, heh, heh….” terdengar orang itu tertawamengekeh. Nadanya penuh dendam pembunuhan.Tetapi Gak Lui pun tak kurang sengitnya. Dadanyaterasa terbakar oleh dendam pembunuhan juga.Serentak ia hendak maju menerjang. Tetapi orang itulebih cepat. Ia segera menyimpan kembali sinar yangmemancar diatas kepalanya, sehingga gelap. Danserempak dengan itu anginpun mengencang lagi. Bumise- olah2 dilanda gempa, batu dan pasir berhamburankeempat penjuru. Gak Lui rasakan bumi yang dipinjaknyaitu seperti amblong dan tubuhnya terdampar melayang.Walaupun ia gunakan pukulan Algojo-dunia untukmelawan tetapi tubuhnya tetap melayang sepertiselembar daun ...

“Celaka !” ia mengeluh dan bergeliatan memandangsekeliling. Tampak tak jauh dari tempatnya, terdapatsebuah gua yang tenang dan bebas dari serangan anginprahara itu. Maka tanpa banyak sangsi lagi ia terusmeluncur ketempat itu. Rencananya ia hendakmenggelandot pada tepi gua. Tetapi begitu kakinyamenginjak, ternyata yang diinjaknya itu kosong sehinggatubuhnya meluncur jatuh kebawah. Ia melorot turunsepanjang dinding gua. Ia empos semangat danberjumpalitan. Tetapi tindakan itu bahkan menyebabkandaya-luncurnya makin keras sehingga ia gugup sekali.Cepat ia bergeliatan melambung keatas.

“Ah, tentu sudah, tiba didasar….” pikirnya. Buru2 iakerahkan napas lalu meluncur kebawah serayadorongkan kedua tangannya. Bum, bum, bum ....terdengar kumandang letupan keras dan saat itukakinyapun sudah merasa menginjak tanah. Tetapi tanah

Page 485: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

485

itu luar biasa licinnya sehingga baru kakinya menyentuh,ia sudah terpelanting keras. Seketika Gak Lui tak ingatdiri lagi.

Entah berapa lama ia pingsan itu, ketika tersadar lagiia rasakan tubuhnya panas seperti terbakar api. Darisinar remang2 yang mencurah ke-tempatnya itu, iadapatkan dirinya rebah disebuah gua besar. Dari lubang2kecil yang bertebaran di-permukaan tanah itumengeluarkan sumber air yang teramat licin. Sekalipunsumber air itu tiada berbau apa2 tetapi karena licin,sukarlah Gak Lui untuk bergerak. Apalagi tenaganyalemah sehingga setelah berulang kali berusaha untukbergeliat, akhirnya ia hanya dapat duduk. Kemudian iamulai tenangkan pikirannya.

“Masakan gua ini terpisah dari atas bumi, ada seribumeter jaraknya. Mengapa gelapnya bukan main. Ah,lebih baik melakukan pernapasan dulu untukmengumpulkan tenaga, baru nanti kupikirkan rencanalagi…..”

Lebih kurang dua jam lamanya, barulah ia berhasilmengumpulkan tenaga-dalam Algojo-dunia. Setelah itu iasegera mencabut sepasang pedangnya. Denganbantuan pedang yang ditancapkan ditanah itu, ia segeraberbangkit bangun. Dan berkat pedang Pelangi yangmemancarkan sinar terang itu, dapatlah ia melihat jelaskeadaan pada jarak setombak jauhnya. Setelahtenangkan diri beberapa saat, mulailah ia ayunkanlangkah perlahan2 dengan bantuan sinar pedang itu.Tetapi sampai beberapa saat menyelidiki, tetap ia takmenemukan sesuatu. Kecuali kegelapan yangmenyelubungi, hanyalah desir air sumber yangmengalirkan air licin itu.

“Ah, tak perlu kulanjutkan berjalan kemuka, lebih baik

Page 486: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

486

mencari jalan keluar saja ... ,” akhirnya ia menetapkanrencana.

Seorang diri berada dalam tempat yang sepertiNeraka hitam itu, tak urung Gak Lui merasa seram juga.Dan hawa panas yang menyesakkan napas itu hampirmembuat Gak Lui tak kuat bertahan lagi. Untunglahberkat kesalahan makan obat Penyurut- tubuh di LembahMaut tempo hari, membuat tubuhnya mempunyai dayatahan yang hebat. Namun sekalipun begitu, ia tetapresah. Tiba2 ia mendapat pikiran. Dengan tekankanujung pedangnya ke tanah dan melambunglah ia diudara lalu berputar putar dan meluncur kembali ketempatnya semula. Tetapi disitupun juga gelap.Sekalipun jalanan masuk ke tempat itu sudah tak berapajauh, namun dia tetap tak dapat melihat suatu apa. Tiba2matanya tertumbuk akan sinar pedang Pelangi. Segera iamendapat akal lagi. Dengan kerahkan tenaga ia segeralontarkan pedang pusaka itu keatas. Pedangmembubung tinggi tetapi pada lain saat, cahayanyapunpadam dan tring.....pedang itu membentur langit guhadan jatuh ke tempatnya lagi. Untunglah pada saatpedang itu meluncur ke atas tadi, ia sempatmemperhatikan bahwa pada puncak langit guha ituterdapat dinding karang yang curam. Di atas puncakkarang terdapat sebuah batu tajam yang menonjol. Dansamar2 di belakang batu menonjol itu terdapat sebuahmulut guha yang luasnya 3 meter.

“Celaka....” Gak Lui mengeluh. Benar ia dapatmenemukan jalan keluar. Tetapi dinding karang itu amattinggi sekali dan tiada tempat berpijak kaki. Tak mungkinia dapat mencapainya. Dan jelas mulut guha di sebelahatas itu gelapnya bukan kepalang.

“Ujung bumi ! Tak mungkin aku dapat keluar dari

Page 487: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

487

ujung bumi ini !” ia mengeluh putus asa. Gak Lui sepertiorang kalap.

“Mengapa di tempat neraka ini tiada barangsesuatu...?” dengan penasaran ia memandang kesekeliling. Namun sia2 saja. Saking marahnya iamengertak gigi. Dengan geram ia taburkan pedangPelangi ke tanah. Cret....

“Hai, apakah itu?” tiba2 ia berteriak kaget.Memandang kearah pedang Pelangi yang tertancap ditanah itu, melalui cahayanya dapatlah ia melihat bahwadi atas tanah terdapat beberapa bekas guratan pedang.Dan ketika ia membungkukkan tubuh untukmemeriksanya, diam2 ia kerutkan alis: “Benar, memangbekas2 ini berasal dari ujung pedang. Menilik bekasnyatentu sudah belasan tahun lamanya..... Kalau begituorang itu juga dicelakai oleh murid penghianat itu ? Dan...apakah ia sudah dapat keluar atau masih terkurungdalam guha neraka situ ....?”

Ia segera mencabut pedang Pelangi dan menimang.Jika orang itu masih berada ditempat situ, jelas tentusudah mati. Tetapi kalau mati tentu meninggalkankerangka. Serentak timbullah hasratnya untuk mencariorang misterius itu. Dengan menurutkan bekas2 guratanpedang, ia segera mulai menyelidiki. Ternyata ia dapatmenemukan bekas2 guratan pedang itu lagi. Makin lamamakin banyak jumlahnya. Suatu pertanda bahwa dahuluorang itu juga seperti dirinya sekarang, berjalan kelilingmengitari tempat itu. Dan menilik bekas2nya, jelas orangitu hanya membekal sebatang pedang saja. Jadi diaberjalan dengan bantuan sebatang pedang. Hampirsetengah hari Gak Lui melakukan penyelidikan dengancermat dan tekun. Akhirnya tibalah ia diujung guha.Betapa kejutnya ketika ia melihat sebatang pedang

Page 488: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

488

menggeletak di tanah. Batang pedang sudah karatan.Cepat ia mengambil pedang itu lalu meneruskan berjalanke muka dengan bantuan cahaya pedang Pelangi.

“Uh ....” Gak Lui melonjak kaget dan berhenti. Padajarak beberapa meter di sebelah muka, di bawah dindingbatu, tampak sesosok kerangka manusia tengah duduk.Tulang2nya putih halus seperti batu kumala dan sikapnyaberwibawa. Walaupun sudah menjadi kerangka, namunmasih dapat menimbulkan rasa penghormatan orang.Entah bagaimana, Gak Lui seperti melihat seorangkeluarganya. Segera ia menjura memberi hormat danberkata: “Cianpwe, aku tak sengaja telah terjeblus kedalam tempat ini sehingga mengganggu ketenangancianpwe. Maka harap cianpwe memaafkan.” Habisberkata dengan hati2 ia segera mengitari ke belakangkerangka itu. Pedang Pelangi diangkatnya ke atas kepalauntuk mencari tahu apakah di atas dinding itu terdapatsesuatu jejak. Dilihatnya dinding guha yang berlapis-lapisitu penuh dengan huruf2 yang ditulis dengan guratanpedang. Gak Lui kerutkan alis, pikirnya: “Rasanya akusudah tiada harapan untuk keluar dari guha neraka ini.Tak apalah kuikuti tulisan dari cianpwe yangsependeritaan dengan nasibku ini. Sekedar unntukmenghabiskan waktu di sini dan menambah pengalaman....”

Dengan pemikiran itu mulailah ia mencari babpermulaan dari tulisan di dinding itu. Akhirnya ia berhasiljuga menemukannya. Baris pertama dari tulisan ituberbunyi demikian: “Tulisan terakhir pada detik2 terakhirdari Empat-pedang-Bu-san Pedang-malaekat Gak Tiang-beng.”

“Gak Tiang-beng !” serentak gemetarlah bibir Gak Luidikala membacanya. Mulutnya terasa tersumbat dan

Page 489: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

489

berdirilah ia terlongong seperti patung. Dua butir airmatamenitik turun dari pelupuknya. Sepeminum teh lamanya,barulah mulutnya menguak. Gak Lui muntah darah.

“Ayah ... !” menjeritlah ia dengan suara yang amatduka. Ia lemparkan pedang lalu menjatuhkan dirimenelungkup di hadapan tengkorak itu dan menangistersedu sedan..... Tangisan itu merupakan luapan darihatinya yang serasa remuk redam. Ia tumpahkan seluruhkesedihannya sehingga guha itu seolah olahberkumandang tak henti-hentinya. Seolah-olah ikutberduka atas nasib malang yang menimpa kedua ayahdan puteranya itu. Gak Lui menangis sampai kering air-matanya dan parau tenggorokannya. Kemudian iamengertak geraham, memungut pedang dan berbangkitlagi: “Lebih dulu akan kubaca habis pesan terakhir dariayah. Apakah yang beliau katakan dalam soal dendamdarah ini.”

Setelah bulatkan hati, ia segera mulai membaca. Dantulisan pada dinding itu berbunyi demikian :

“Aku Empat-pedang-Busan, telah melaksanakanperintah suhu untuk bersatu padu menjalankan tugas,menjaga jangan sampai murid hianat itu muncul lagi.Sudah bertahun tahun dia tak muncul keluar. Karenasuatu persoalan, aku telah berselisih faham dengansaudara2 seperguruan, lalu kuputuskan untukkembali pulang ke kampung halaman. Tetapibeberapa bulan kemudian, dalam biara tua dipegunungan terpencil, kudapatkan lima orang muriddari perguruan Heng-san, yang seorang terluka danyang empat mati. Keadaannya mengejutkan sekali.Menilik bekas lukanya, jelas telah terkena pukulanperguruan Busan. Saat itu kuberusaha untukmenolong yang terluka itu. Untung ia dapat tersadar

Page 490: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

490

dan bicara. Dia memberi keterangan yang amatmengejutkan. Paderi itu ikut pada paman gurunyaHwat Kong taysu turun gunung. Kedua belah fihakberjanji akan bertemu di tempat itu.

Pada saat pertemuan, kecuali Hwat Kong, pun masihterdapat seorang berpakaian warna hitam danmukanyapun ditutup dengan kain hitam. Tanpa bicaraapa2, orang aneh itu terus mencabut pedang danmenyerang kelima paderi murid perguruan Heng-san.Anehnya, Hwat Kong sama sekali tak mencegah danmembiarkan orang aneh itu membunuh dengankejam kelima murid keponakannya. Segera kudapatmenduga bahwa orang yang suhu perintahkan kamiberempat untuk membunuhnya itu, telah muncul didunia persilatan lagi. Segera kukirim beritamengundang ketiga saudara seperguruanku supayadatang merundingkan rencana untuk membasmiorang itu. Tetapi suteku si Pedang Aneh telah carialasan untuk mengulur waktu. Sedang sumoayPedang Bidadari yang mengunjungi Pedang Iblis,juga tiada kabar beritanya. Kuingat pesan suhu:

“Diantara ke 12 puncak Busan, terdapat sebuahistana Bi-kiong. Tempat itu merupakan tempatterlarang karena dijadikan tempat penyimpananpedang pusaka Thian-lui-koay-kiam dari perguruankita. Tempat itu penuh dengan alat2 rahasia yangberbahaya. Semua anak2 murid kita dilarang datangke tempat itu. Tetapi apabila mempunyai alasan yangistimewa, kamu berempat boleh datang ke sana danmeneriakkan dua buah kata Thian-lui ke arah istanaitu. Kata itu merupakan kata sandi untuk masuk kedalam istana. Mungkin kalian akan mendapat rejekiyang tak terduga.”

Page 491: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

491

Berdasar pesan suhu itu, maka aku segera menujuke Busan. Sebelum berangkat, karena menjagakemungkinan yang tak diharap akan menimpakeluargaku, maka kuberi nama pada puterakutunggal Gak Thian-lui atau Gak Lui. Bila akumendapat kecelakaan, mungkin kelak ia bisamemperoleh jejak melakukan pembalasan !”

“Oh...” membaca sampai di situ, Gak Lui mendesuh.Seketika teranglah pikirannya. Kini ia tahu bahwanamanya itu sebenarnya merupakan kata sandi untukmasuk ke dalam istana Bi-kiong. Iapun melanjutkan bacalagi:

“Dengan menurutkan susunan Ngo-heng-seng-khek,aku melintasi keenam puncak sebelah luar. Setelahitu aku dihalangi oleh angin yang mengandung hawakong-gi. Segera kuberteriak melantangkan kata sandiThian Lui. Tetapi di luar dugaan, sama sekali tiadasambutan apa2. Bahkan kebalikannya aku telahdiputar-putar sedemikian rupa sehingga terjeblus kedalam Neraka Hitam di sini...”

“Aneh !” desus Gak Lui. Ia menimang, “ayahkumeneriakkan kata sandi malah dijebak dalam tempat ini.Sedang aku yang berteriak mengatakan namaku, jugadijebluskan ke sini oleh murid penghianat Lim lh-hun itu.Apakah pesan kakek guru itu salah ?”

“Ah, tidak, tidak mungkin !” bantah Gak Lui kepadadirinya sendiri, “tentulah murid hianat itu dapatmengetahui rahasia kakek guru maka ia segerabertindak. Orang yang mengucapkan kata sandi itu,malah akan dijebluskan ke dalam neraka sini. Tetapi ....mengapa taci Gim yang mendapat keterangan dari bibi-guru tentang kata sandi itu, dapat masuk keluar denganselamat dari istana itu? Bukankah itu janggal? Hm,

Page 492: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

492

kupercaya taci Gim tentu tak bohong. Tentulah muridhianat itu yang main gila. Tak tepat kalau ia memakaigelar Lengan-besi-hati-baik, lebih sesuai kalaudinamakan si Hati ular.” Demikian setelah habismembahas, kembali ia melanjutkan membacapeninggalan pesan ayahnya.

“Setelah masuk ke dalam guha dan memeriksakeadaannya, kudapatkan guha itu terlalu tinggi dantak mungkin aku dapat loncat ke atasnya. Sekalipunaku dapat merayap naik dengan gunakan pedangyang kutusukkan pada batu karang. Tetapi setelahmencapai batu menonjol itu tentu harus berdiridengan kaki empat. Dengan begitu harusmemerlukan 4 batang pedang. Dan aku hanyamemiliki sebatang pedang saja! Dalam tiga hari ini,keadaanku makin payah, panasnya bukan main,hausnya mencekik tenggorokan dan tiada makananapa2. Kutahu tak lama aku tentu mati di tempat ini.Maka hendak kutinggalkan ilmu pedang dan ilmupukulan dari suhu pada guratan pedang di dinding ini.Kuberikan kepada pendatang yang mempunyai jodohpadaku .... !”

“Bagus, kini aku bakal dapat mempelajari seluruhilmu pelajaran pedang dan pukulan dari Empat pedang,”serunya dalam hati. Saking girangnya, Gak Lui sampaimelupakan keadaannya pada saat itu. Ia terus membacadengan teliti kelanjutan dari tulisan pada dinding guha itu.Ternyata terdapat dua baris syair yang berbunyi: Hawapedang menembus kabut, bergurat tanda palang. Ilmupukulan Menundukkan-iblis akan mengubur hawasiluman Ditambah dengan 3 jurus yang telahdipelajarinya dahulu, kini tergabunglah serangkai syairyang amat dalam sekali. Menilik kepandaian yangdiyakinkan selama ini, ditambah pula pada waktu ia

Page 493: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

493

menyaksikan Hi Kiam-gim pernah memainkannya satukali, maka cepat sekali ia segera dapat mengetahui intidari pelajaran yang ditulis pada dinding guha itu. Habismembaca, iapun sudah dapat menyelami maksudnya.Tetapi pada syair itu terdapat tambahan serangkai kata2singkat, demikian:

“Mendiang suhu Busan It ho, telah menurunkankeempat jurus ilmu pedang istimewa itu masing2dibagikan kepada kami empat orang murid tak resmi.Keempat jurus itu yalah Menyanggah, Membabat,Menjaga dan Menyerang. Apabila keempat jurus itubersama-sama digunakan, hebatnya bukan alangkepalang. Khusus untuk menundukkan ilmukepandaian perguruan kita. Menurut keterangansuhu, keempat jurus itu apabila dapat diberikankepada empat murid perempuan yang berkepandaiantinggi, kedahsyatannya makin hebat. Sekalipun orangakan dapat mengambil pedang Thian-lui koay-kiam,tetapi tetap dapat mengatasinya. Sayang suhu hanyaberhasil mendapat seorang murid perempuanBidadari-pedang Li Siok-gim. Karena terpaksa beliaumenerima lagi tiga orang murid lelaki. Makabeliaupun paling menyayangi si Bidadari pedang.Sedang ilmu tenaga dalam dari Iblis Pedang yangdisebut Algojo dunia itu mampu meminjam tenagalawan untuk menghantam lawan. Itulah yang disebuttenaga dalam lunak untuk menindas tenaga-dalamkeras. Oleh karenanya, suhupun sayang jugakepadanya. Dan kedua orang itupun oleh suhu telahditetapkan .... ?

Kepada orang yang terjerumus kedalam guha ini danberuntung masih hidup, jangan sekali-kali hanyamengandalkan keberanian dan kegagahan untukmenerobos keluar dan istana Bi-kiong ini. Harus

Page 494: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

494

minta petunjuk kepada kaisar-persilatan Li Liong-citentang pelajaran Ni-coan-ngo-heng-tay-hwat, baruboleh masuk kemari. Ingat dan camkanlah hal inibaik2! Demikianlah pesanku ini berakhir sampai disini.”

Gak Lui mendapatkan pula sebaris kata2 yang sudahdigurat pada dinding tetapi kemudian dihapus lagi.Seolah-olah tak ingin dibaca orang Namun Gak Lui dapatmenduga bahwa baris kata2 itu tentulah menceritakantentang diri Pedang Bidadari dan Pedang Iblis yang telahditunangkan oleh suhunya. Serta romans yang terjadidan membatalkan pertunangan itu. Dan tentang keempatpedang yang kemudian terpecah-belah. Sudah tentuayah Gak Lui tak mau menuliskan peristiwa itu. Gak Luimenghela napas panjang. Ilmu pedang dan ilmu pukulanyang dahulu belum diketahui, sekarang ia sudah dapatmempelajarinya semua. Dan banyak pula soal2 yang takdimengerti kini ia sudah jelas. Segala hal itu setelahdipadu dengan omongan Tio Bik-lui, makin menambahkeyakinan Gak Lui bahwa murid yang berhianat itutentulah si Lengan-besi-hati-baik Lim Ih-hun. Setelahmengusir Lim Ih-hun, gurunya tetap menguatirkan kalaumurid murtad itu kelak kemudian hari akan membikinhuru hara di dunia persilatan. Serta takut kalau dia akanmengambil pedang pusaka Thian-lui-koay-kiam, makaBu-san It-ho segera mempersiapkan empat orang muriduntuk menindas si hianat itu. Tetapi sayang sekalikeempat murid itu tercerai berai sendiri. Murid hianat LimIh-hun menggunakan kesempatan itu untuk mencelakaimereka dan menguasai istana Bi-kiong. Tetapi Gak Luianggap tafsiran itu masih kurang lengkap. Karena iamasih belum jelas akan asal usul Maharaja. Jika momokitu memang sama orangnya dengan murid hianat Lim Ih-hun, memang persoalannya mudah. Tetapi jelas kalau

Page 495: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

495

Maharaja dan Lim Ih-hun itu ternyata dua orangnya.Inilah yang benar2 merupakan teka-teki yang sukardipecahkan!

Demikian tak terasa 3 hari telah lewat. Selama itudalam guha neraka yang gelap, tiap hari tentu tampakberkelebatan sinar pedang yang berhamburan luar biasa.Dan ada kalanya terdengar pula deru sambaran anginpukulan yang dahsyat. Dan tak henti-hentinya terdengarjuga suara Gak Lui melantangkan kata-kata yangbernada seperti syair. Hawa pedang menembus kabutbergurat tanda palang. Pukulan Menundukkan-iblismenimbun hawa siluman. Menjolok bintang memetikbulan, salju bertebaran senjata Algojo dunia mengejutkaniblis dan malaekat Menabas emas memotong kumalatanpa bersuara Rajawali pentang sayap membenci bumiBurung hong kibaskan sayap menutup bulan matahariAwan berarak-arak beribu li tanpa meninggalkan bekas.

Selama tiga hari itu Gak Lui telah curahkan seluruhsemangat dan pikirannya untuk meyakinkan ilmu pedang,pukulan dan meringankan tubuh. Makin lama ia makinmendapat inti sari yang luar biasa dan makin mengertiakan segala gerak perobahannya. Selama tiga hari itu,bukan saja ia makin biasa dengan kegelapan tempat itu.Pun tanahnya yang amat licin sehingga tak dapat dibuatberdiri tegak, saat itu ia sudah tak mengalami kesulitanapa-apa lagi. Dia dapat berjalan menurut sekehendakhatinya.

Sesungguhnya ia tak perlu heran, karena hal ituadalah berkat kemajuan ilmu kepandaian yang telahdicapainya saat itu. Karena tak dapat keluar dari guhaneraka, terpaksa ia curahkan seluruh perhatian untukmempelajari ilmu kepandaian. Untuk menambah majukepandaian dan sekalian untuk menghibur kesepian.

Page 496: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

496

Demikian setelah berhasil meyakinkan semua ajarandan pesan ayahnya itu, ia segera duduk bersimpuh dihadapan kerangka ayahnya. Dengan bisik2 ia berdoa:“Yah, ilmu kepandaian yang ayah wariskan itu telahkupelajari semua. Apabila berhasil keluar dari guha ini,aku tentu akan melaksanakan segala pesan ayah untukmencari ilmu pelajaran Ni-coan-ngo-heng-tay-hwat, agardapat membasmi si hianat !”

“Tetapi ayah mengatakan,” bisik Gak Lui lebih lanjut,“untuk dapat keluar dari guha ini harus memerlukan 4batang pedang. Anak sekarang hanya punya dua batangdan ditambah dengan pedang yang ayah tinggalkan itu,masih kurang sebatang lagi. Yang sebatang itu, benar-benar anak tak berdaya untuk mencari di tempat ini.”Habis berdoa, Gak Lui lalu duduk bersemedhi dihadapan kerangka ayahnya. Ia menyadari takkan dapatkeluar dari guha itu maka terpaksa ia pasrah nasibmenunggu apapun yang akan terjadi pada dirinya nanti.

Nasib memang suatu hal yang aneh dan sukardiduga oleh manusia. Merekapun suatu teka-teki rahasiahidup yang tak diketahui manusia sebelum menjadikenyataan. Betapapun panas hati Gak Lui danamarahnya meluap-luap tetapi pada saat dan tempatseperti itu, ia terpaksa harus gelisah menunggu sangnasib. Pikirannya melayang-layang. Ia teringat akansegala peristiwa yang menimpa pada dirinya. Budi,dendam dan kesalahan faham .... Iapun teringat akanramalan dari si Raja Sungai bahwa si Hidung Gerumpungyang bersembunyi dalam guha di gunung belantara,tentu akan dapat dibunuh. Pendekar pedang yangbertopeng itupun tentu akan mati juga. Dan ia sendiriseharusnya sudah tiba pada ujung nasibnya di Paseban-agung Yau-san. Tetapi ternyata sekarang ia harus mati diguha neraka itu. Jika begitu, adakah ramalan itu hanya

Page 497: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

497

omong kosong belaka.... ?

Dalam cengkaman lamunan itu, lupalah Gak Lui akantempo. Seluruh hati dan pikirannya penuh dengankeresahan ... kegelisahan ...... Satu2nya daya hanyalahmenunggu, dan menunggu, entah sampai kapan danberapa lama...

Entah selang berapa lama, tiba2 telinganya yangtajam samar2 seperti mendengar suara bentakan darijauh. Serentak ia berbangkit dan dengan gerakan yangcepat, segera menghampiri ke bawah mulut guha yangberada di puncak atas. Dengan kerahkan alatpendengarannya, ia pasang telinga untuk mendengarkankelanjutan dari suara teriakan itu. Wut ..... tiba2 darimulut guha itu melayang sebuah benda, meluncur turun.

“Ih, apakah ada seseorang yang datang ke tempatini?” hampir ia tak percaya apa yang didengarnya saatitu. Tiba2 ia melihat pada mulut guha yang gelap itu,berkelebat segulungan bayangan putih yang tepatmelayang jatuh ke dalam mulut guha. Gak Lui terkejutdan cepat2 menyanggapi tubuh orang itu. Serta beradadalam tangannya, ia segera mencium bau yang harum.Tubuh orang melekat di dadanya itu bukan saja halussekali kulitnya, pun napasnya yang berombak-ombakpunmembuat buah dadanya makin menonjol.

“Ah, kiranya seorang gadis ...” Gak Lui segeramenenangkan hatinya yang bergejolak. Buru2 iacurahkan perhatian untuk memandang dara itu denganseksama. Dari cahaya yang remang, sayup2 ia melihatrambut gadis itu amat lebat, matanya seperti lukisan ....dari bibirnya yang bergetar lemah menghamburkannapas lembut yang wangi, meniup ke lehernya sehinggabulu kuduknya meremang tegang ..... Ah, cantik, cantiksekali! Dan menyerbakkan bau harum laksana sekuntum

Page 498: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

498

bunga mawar yang memikat jiwa.

Menghadapi hal itu mau tak mau perasaan hati GakLuipun goncang, darahnya mendebur keras. Buru2 iatenangkan gejolak hati dan letakkan tubuh dara itu ketanah. Beberapa saat setelah melakukan penyalurantenaga dalam, mulut dara cantik itu mengerang perlahandan kelopak matanyapun terbuka, dan bulu matanyayang runcing menjungkat segera berkicup-kicup memain

Page 499: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

499

pada gundu matanya yang bundar indah. Tak ubahseperti bintang kejora yang berkelap-kelip di angkasa.....

“Siapakah engkau?” karena takut membuat sidaraterkejut, Gak Lui menegurnya dengan perlahan. Tiba2tubuh dara itu menggigil. Tadi walaupun sudah membukamata tetapi ia belum melihat jelas. Kini setelah tahubahwa tubuhnya telah dijamah seorang pemuda, maka iasegera merasa seperti terkena aliran stroom yang keras.Cepat ia menggeliat duduk dan balas bertanya: “Engkau.... engkau siapa?”

“Gak Lui !”

“O, kiranya engkau Gak siauhiap yang menggetarkandunia persilatan itu ....”

“Ah, sebutan siauhiap (pendekar muda) aku takberani terima. Tetapi siapakah nama nona?”

“Aku Lau Yan-lan.”

“Mengapa nona jatuh ke dalam guha ini? “

“Aku hendak ditangkap orang.”

“Siapa orang itu?”

“Kaki tangan si Maharaja !”

“Oh, nona juga mempunyai dendam permusuhandengan dia?”

“Tidak!”

“Lalu mengapa mereka hendak mencelakai nona ?”

“Aku sendiri juga tak mengerti ....”

“Hm .. ,” Gak Lui mendesus lalu merenung. Iamengangkat muka memandang ke mulut guha di sebelahatas. Tetapi ia tak mendengar suara apa2, ia duga

Page 500: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

500

karena Lau Yan-lan sudah terjatuh ke dalam guhaneraka, orang itu tentu tak mengejarnya lagi. Maka iasegera mencekal lengan sidara lalu diajak duduk ditempat yang bersih dan mulai menanyainya lagi: “NonaLau, murid perguruan manakah engkau ini? Apakahnona mempunyai nama gelaran? Bagaimana nona dapatmemasuki barisan aneh dari keenam puncak gunung itu?”

Dihujani pertanyaan bertubi-tubi oleh Gak Lui, nonaitu merenung sejenak lalu menyahut dengan tersekat:“Orang memberi gelaran Burung-hong cantik dari Bu-sankepadaku. Aku cucu perempuan dari ketua perguruanagama Bu kau….”

“Bu-kau ? Konon kabarnya Bu-kau itu termasukgolongan partai agama yang jahat tetapi sudah lamalenyap dari dunia persilatan.”

“Benar, memang partai agama itu selamanyadipimpin oleh wanita dan hanya menerima seorang muridperempuan saja. Segala ilmu hitam yang ganas danberbahaya telah disimpan sehingga akupun hanya dapatmemiliki sedikit ilmu bela diri saja.”

Mendengar keterangan itu, diam2 Gak Lui bersyukurdalam hati. Ia menganggukkan kepala lalu bertanya pula:“Karena partai agama nona disebut Bu kau dan nonasendiripun digelari Burung- hong cantik dari Busan,apakah dengan perguruanku Pedang Busan ... eh,bukan, apakah mempunyai hubungan dengan ke 12puncak gunung Bu-san itu ?”

Tanpa disadari Gak Lui kelepasan omong,mengatakan tentang partai perguruannya. Maka buru2 iaberalih nada. Tetapi sidara sudah terlanjur mendengar.Diluar dugaan dara itu malah tertawa girang: “Oh, kiranya

Page 501: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

501

engkau ini dari Bu-san-pay, kalau... begitu kita termasukkeluarga !”

“Keluarga? Keluarga bagaimana ?”

“Coba engkau katakan dulu bagaimana hubunganmudengan Bu- san It-ho?” kata sinona.

“Mendiang ayahku adalah murid luar dari beliau.”

“Ha, ha,” sidara tertawa girang, “kalau begitu engkauini adalah adik misanku.”

“O !” Gak Lui berseru dengan nada gentar. Ia takpernah menyangka bahwa ia mempunyai seorang tacimisan. Dan nona itu rupanya mempunyai hubungan yangluar biasa dengan perguruan Bu-san-kiam-pay. MelihatGak Lui termenung diam, nona itu segera menegurnyapula: “Adik Lui, seharusnya engkau menyebut cicikepadaku ...eh, bagaimana, apakah engkau tak percayakalau aku lebih besar dari engkau? Walaupun belumtahu tapi mendengar nada suaramu itu saja aku sudahtahu kalau umurmu tentu lebih muda dari aku ....”

“Tidak, bukan soal umur. Tetapi bagaimanakahhubungan yang sesungguhnya antara perguruanmudengan Bu-san-kiam-pay itu?”

“Hm, panjang sekali kalau diceritakan ...”

“Tak apa, saat ini kita nganggur, silahkan engkaumenerangkan sejelas-jelasnya.”

“Tetapi .... ini rahasia dari kedua partai perguruan kitaselama berpuluh tahun. Tak boleh diketahui orang luar....”

“Jangan kuatir, kita akan memegang teguk rahasia itudan takkan membocorkan pada lain orang,” Gak Luimemberi jaminan.

Page 502: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

502

“Kalau begitu ...,” Lau Yan-Lan tak melanjutkanbicara. Setelah terdiam sejenak, baru ia berkata lagi,“Akan kuceritakan mulai dari Kedua belas puncak Bu sanitu. Sebenarnya puncak itu merupakan markas pusat dariBu-kau. Karena partai Bu-kau itu merupakan partaiagama yang rahasia pendiriannya maka pada keduabelas puncak itu kami pasang alat2 rahasia yang ketatdan ditambah pula dengan beberapa penjagaan ilmuHwat-sut. Oleh karena itu sejak 200 tahun ini, tiadaseorangpun yang mengetahui akan perguruanku...”

Mendengar itu Gak Lui tergopoh menukasnya: “O,maka engkau dapat masuk kemari .... kiranya engkaufaham akan keadaan tempat ini. Kalau begitu engkautentu mengerti juga rahasia dari istana Bi-kiong itu !”

“Tidak !” sahut Yan-lan.

“Tidak ?” Gak Lui terbeliak heran.

“Aku memang faham akan keadaan keenam puncakdari lapisan luar tetapi keenam puncak lapisan dalamyalah tempat letaknya istana Bi-kiong itu, aku tak tahu!”

“Sungguh ?”

“Kalau mengerti masakan aku dapat terjerumus jatuhke dalam guha sini !” sahut sinona.

“Benar,” diam2 Gak Lui membenarkan. Walaupunbenaknya penuh dengan berbagai pertanyaan sehinggakepalanya pusing dan tak dapat memberi jawaban. SiBurung-hong-cantik melanjutkan berkata pula: “Padajamannya nenekku hidup, muncullah seorang pendekarpedang yang datang menantang perguruan Bu-kau. Diaadalah kakek-gurumu Bu-san It-ho. Keduanya bertempurdengan taruhan yang luar biasa hebatnya!”

“Taruhan apa ?”

Page 503: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

503

“Jika kakek-gurumu kalah, ia akan menyerahmemotong batang kepalanya.”

“Kalau menang ?”

“Bu-kau akan membubarkan diri dan takkan munculdi dunia persilatan selama-lamanya.”

“Akhirnya kakek-guruku yang menang?”

“Benar, mereka bertanding dalam tiga babak. Babakpertama, nenekku kalah setengah jurus. Tetapi beliau takpuas dan pada babak kedua, dengan gunakan dua buahilmu istimewa dari partai Bu-kau, ia berhasil merebutkemenangan dan menebus kekalahan setengah jurus itu.Kemudian dalam babak ketiga, kakek gurumumengeluarkan pedang pusaka Thian-lui-koay-kiam yanghebat. Bukan saja dapat menang, pun…..”

“Pun bagaimana ?” seru Gak Lui.

“Karena pedang itu mempunyai daya-perbawa yangluar biasa anehnya, sekali dilancarkan sukar dihentikanlagi. Bahkan kakek- gurumu sendiri juga sukar sekaliuntuk mengatasinya. Sebenarnya dikalangan Bu-kau adasementara murid yang tak setuju kalau pertandingan itudilangsungkan dengan cara yang adil.

Melihat kakek-gurumu melancarkan pedang Thian lui-koay kiam yang ganas dan liar itu, mereka tak dapatmengendalikan diri lagi lalu serempak menyerbu.Akhirnya pertandingan itu berakhir menyedihkan sekali.Seluruh murid Bu-kau binasa semua tetapi kakek-gurumupun juga hampir rubuh binasa di bawah taburanpedang.”

“O....!” desus Gak Lui.

“Untung dalam detik2 yang terakhir, kakek-gurumudapat menarik pulang pedang Thian lui-koay kiam itu dan

Page 504: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

504

berhasil menyelamatkan jiwa nenekku.”

“Dengan begitu partai Bu-kau lalu mengundurkan diridalam gelanggang persilatan ?”

“Benar !” sahut sidara.

“Tetapi adakah nenekmu tak mendendam atasperistiwa itu.... ?”

“Bukan saja tak mendendam, pun karena berterimakasih atas jerih payah kakek-gurumu yang berusahauntuk menganjurkan supaya partai Bu-kau kembali kejalan yang terang, serta karena mengagumi kepribadiandan kepandaian kakek gurumu, nenekku telah jatuh hatidan menjadi kakak beradik.”

“Engkau mengatakan, nenekmu jatuh hati danmenjadi... kakak adik ?” Gak Lui mengulang tak mengertimaksud kata2 sinona itu.

“Ya, mereka berdua telah menjadi kakak beradik lainshe!”

“Itu ... agaknya ... janggal,” kata Gak Lui.

Si Burung-hong-cantik yang lebih besar usianya,cepat dapat menangkap maksud keheranan Gak Lui.Maka buru2 ia memberi penjelasan lagi.

“Pada saat itu, nenekku baru berumur 20-an tahundan dipandang sebagai pendekar cantik dalam duniapersilatan. Tetapi beliau sudah mempunyai seorang anakperempuan yalah ibuku. Sedang kakek-gurumuwalaupun baru berumur 30-an tahun tetapi isterinyasudah meninggal dan punya seorang putera lelaki. Makamereka berdua hanya dapat menjadi kakak-beradik saja.”

“O, kiranya begitu. Lalu siapakah kakekmu itu ?”tanya Gak Lui.

Page 505: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

505

“Ini...,” sidara berhenti merenung beberapa jenakbaru menyahut:

“Telah kukatakan tadi bahwa selamanya partai Bu-kau itu selalu dipimpin oleh seorang ketua wanita. Danpula tak begitu mementingkan soal pernikahan ....” Kinibarulah Gak Lui menyadari. Partai Bu-kau itu semulaadalah partai yang beraliran Hitam. Dan selamanyadipimpin oleh wanita. Maka iapun sungkan untukmendesak lebih jauh tentang kakek dari nona itu.

“Lalu bagaimana kelanjutannya?” cepat ia alihkanpertanyaannya.

“Kemudian oleh karena menyadari kedahsyatanpedang Thian- lui-koay-kiam terlalu ganas, maka kakek-gurumu lalu mendirikan istana Bi-kiong dan menyimpanpedang itu di situ. Beberapa tahun kemudian kabarnyadia telah menerima murid tetapi murid itu telahmelanggar peraturan sehingga diusir dari perguruan.Oleh karena kuatir setelah kakek-gurumu meninggal,murid murtad itu akan muncul mencelakai orang, makakakek-gurumu lalu menerima beberapa murid dari luarkaum agama untuk menjaga kemungkinan itu. Adik Lui,entah siapakah gurumu?” Karena melihat ternyata nonaitu mempunyai hubungan dengan para angkatan-tua Bu-san-kiam-pay, maka Gak Lui pun segera menerangkannama ayahnya. Mendengar itu, si Burung hong-cantiktertawa riang lalu menjamah bahu anak muda itu,serunya: “Adik Lui, aku sungguh tak bohong, lekasengkau menyebut aku taci.”

“Nanti dulu, aku masih ada beberapa pertanyaanyang belum jelas ....”

“Eh, masih mau bertanya lagi?”

“Misalnya tentang nama dari kakek-guruku Bu-san It-

Page 506: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

506

ho itu ....”

“Eh, beliau memang bernama It-ho dan orang sheTio!”

“She Tio ?” Gak Lui terkejut. Cepat ia teringat akanTio Bik-lui yang menolong jiwanya itu. Tetapi di duniabanyak sekali orang she Tio. Belum tentu Tio Bik lui itumempunyai hubungan dengan Busan It-ho.

“Siapakah anak keturunan beliau ?” tanyanya.

“Soal itu aku tak jelas. Ibukupun tak mengatakan halitu,” sahut sinona.

“Benar, jika menanyakan pada ibu nona tentu tahu.”Tiba2 dara itu mengerang dan mengucurkan airmata.Sudah tentu Gak Lui terkejut sekali dan cepat2 bertanya:“Apakah ibumu .... tertimpa sesuatu yang tak diharap?”

“Almarhum ibuku ... menuju ke alam baka denganmembawa dendam penasaran ...”

“Oh, mengapa?”

“Hal ini ... ini ... adik Lui, aku akan memberitahukankepadamu tetapi janganlah engkau mengejekku.”

“Ah, tak nanti aku mengejek.”

“Dan lagi engkaupun tak boleh karena ini lalu ...memandang rendah padaku.”

“Seseorang harus dinilai dari sudut perbuatannyasendiri, tak boleh disangkut-pautkan dengan orangtuadan keluarga lainnya.”

“Baik,” nona itu menghela napas panjang lalu berkatadengan nada rawan: “Dari nenek, mendiang ibuku hanyamendapat pelajaran beberapa macam ilmu kepandaian.Tetapi diantaranya terdapat apa yang disebut ilmu Im-

Page 507: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

507

bwe-khik-yang (tenaga Im menundukkan Yang). Wanitayang memiliki ilmu itu apabila menikah tentu tak ...menguntungkan fihak lelaki. Oleh karena itulah maka akutak punya .... ayah. Dan lagi sejak nenek meninggaldunia, ibu selalu patuh melaksanakan pesannya, tak maucampur urusan dunia luar. Tetapi tiba2 pada suatu hari iaberjumpa dengan seorang lelaki dan sejak itu tingkahlakunya berobah aneh sekali ....”

“Siapakah lelaki itu?”

“Entah, aku tak tahu. Tetapi dari wajah ibu dapatlahdiduga bahwa lelaki itu tentu mempunyai hubungan yangrapat dengan ibu. Demikianlah setengah tahunkemudian, ibu makin berobah pendiam dan bermuramdurja. Setiap hari menangis lalu tiba2 membawa akupindah ke tempat yang tak pernah didatangi manusiahingga sampai sekarang ini.”

“Tentulah orang itu .... menghianati cintanya kepadaibumu.”

“Semula akupun menduga begitu. Tetapi sebelummenutup mata, ibu telah membuka sebuah rahasia yangmengejutkan hati !”

“Rahasia apa?”

“Beliau mengatakan bahwa mendiang nenek telahmeninggalkan sebuah kitab pusaka yang berisi dua buahilmu pelajaran yang teramat ganas dari perguruan Bu-kau. Kitab itu telah dicuri orang. Oleh sebab itu makaselain menderita luka hati, pun ibu masih sangatmenguatirkan orang itu akan mencelakai duniapersilatan. Maka ibu ..meninggal dengan mengandungdendam penasaran ....” Berkata sampai di sini airmata siBurung-hong cantik itu membanjir turun, ia menangistersedu2. Gak Lui ikut bersedih. Setelah nona itu puas

Page 508: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

508

menangis, barulah Gak Lui menasehatinya:

“Taci Yan, tiada guna bersedih. Kuharap engkausuka menerangkan peristiwa itu dengan jelas agar dapatmerencanakan balas dendam.” Rupanya nona itu maumenerima nasehat Gak Lui. Maka sambil mengusapairmatanya, ia berkata pula: “Pergiku dari rumah kali ini,memang justeru hendak mencari balas. Tetapi karenakepandaianku tak cukup maka aku menurutkan apa yangbiasa dikatakan ibu tentang jalanan di daerah keenampuncak Busan ini. Akhirnya aku tiba di sini dan hendakmencari pedang pusaka Thian-lui-koay kiam itu untukmembalas dendam.”

“Taci Yan, akupun hendak mengambil pedang ituuntuk membalas sakit hati. Tetapi sampai sekarangmasih menemui kesulitan tak dapat menemukannya,”seru Gak Lui.

“Maksudmu engkau tak dapat masuk ke istana Bi-kong itu?”

“Bukan hanya tak dapat masuk tetapi pun muridhianat dari perguruanku itu berada dalam istana itu.Dialah yang menggerakkan barisan alat2 rahasiasehingga aku terjeblus di tempat ini.”

“Hai...,” dara itu berseru kaget, “aku ingat! Ketika akuhendak memasuki barisan, aku bertemu dengan seorangberkerudung muka yang menghadang jalan. Karenamerasa tahu jalan di sini, aku segera menyelinap masukke dalam barisan. Tetapi orang itupun dapat menyusulaku. Demikianlah kejar mengejar itu berlangsung sampaidua hari lamanya barulah aku berhasil mencapai jalanmasuk pada puncak keenam itu.”

“Kemudian di puncak muncul orang yangmenanyakan padamu tentang kata-sandi. Karena engkau

Page 509: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

509

tak mampu menyahut lalu engkau dijebluskan ke dalamguha ini,” tukas Gak Lui.

“Benar,” seru sinona.

“Lalu orang berkerudung muka itu? Dan mengapaengkau tahu kalau dia kaki tangan si Maharaja?”

“Pada saat orang di atas puncak itu muncul danbertanyakan kata sandi, kawanan orang yang mengejaraku itupun tiba pada jarak 10-an tombak. Tetapi merekaketakutan mendengar bentakan orang di atas puncak itu.Salah seorang mengatakan kepada kawan2nya lebihbaik melapor dulu pada Maharaja baru nanti melanjutkanpengejaran kepadaku ....”

“Aneh !” teriak Gak Lui.

“Apa yang aneh ?” tanya sinona

“Menilik naga-naganya, si Maharaja datang sendiri.Tio cianpwe tentu terancam bahaya!” kata Gak Luiseorang diri. Lau Yan-lan tak mengerti apa yangdikatakan. Ia segera meminta penjelasan. Gak Lui takmau mengelabuhi. Ia menuturkan kejahatan si Maharajadan bagaimana ia bertemu dengan Tio Bik-lui. Ketikamendengar bahwa guha neraka itu tak mungkin diteroboskeluar, sinona agak putus asa. Sambil menepuk bahuGak Lui, ia berseru: “Lalu bagaimana ini, bukankah cita2membalas dendam akan gagal ?”

“Jangan tergesa-gesa,” kata Gak Lui. “kalau kitamemikirkan dengan tenang, mungkin tentu bisamendapat jalan. Tetapi ada satu hal yang engkau harusmenurut padaku.”

“Segala apa aku akan menurut padamu. Bahkan akuakan…”

“Tidak, tidak ! Bukan begitu maksudku !” buru2 Gak

Page 510: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

510

Lui menukas karena orang salah terima, “kumintajanganlah engkau mengambil pedang Thian-lui-koay-kiam itu. Biarlah aku yang mengerjakan semuanya.”

“Tetapi tanpa pedang pusaka, aku tentu tak dapatmelakukan pembalasan,” seru sinona.

“Sudah tiga turunan kita bersahabat, sudah tentusemua aku yang bertanggung jawab!”

“Ah ... adik Lui,” seru sinona, “engkau sungguhterlampau baik sekali. Entah bagaimana kelak aku dapatmembalas budimu ....”

“Tak usah memikirkan soal itu. Cukuplah kalauengkau sebut nama musuhmu itu!”

“Aku tak tahu namanya !”

“Apakah ibumu tak mau menyebut nama orang itu ?”

“Sudah berulang kali kutanyakan tetapi beliau tetaptak mengatakan.”

“Hm, kalau namanya saja tak mau mengatakan, jelastentu ada persoalan lain. Dan mencari musuh yang takdiketahui namanya, tak ubah seperti orang buta yangberjalan di kegelapan,” Gak Lui menggerutu. Tiba2terlintas sesuatu dalam benaknya. Ia merenung danakhirnya memperoleh akal, katanya: “Taci Yan, tadiengkau mengatakan musuhmu itu telah mencuri kitabpusaka milik ibumu? Nah, apakah nama dari dua macamilmu istimewa itu?”

“Juga tak tahu !”

“Eh, apakah sedikit jejak saja engkau sama sekali taktahu? Misalnya, apabila dalam dunia persilatan terdapatorang yang menggunakan ilmu itu, apakah engkau dapatmengenalnya?”

Page 511: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

511

Burung-hong-cantik dari Bu-san itu menundukkankepala merenung. Sesaat kemudian ia menyahutperlahan: “Aku juga tak tahu. Tetapi kabarnya yangsebuah yalah ilmu tutukan jari yang dapat menyebabkanorang kehilangan kesadaran pikirannya. Dan yangsebuah lagi yalah ilmu Suitan yang dapat membuatpikiran orang kacau balau ....”

“Ilmu tutukan jari, ilmu suitan....benar! Aku ingat !”tiba2 Gak Lui berteriak sambil menampar lututnya. Diaseperti telah menemukan suatu jejak.

“Apa yang engkau ingat ?” teriak sinona dengan nadategang.

“Maharaja itu memang memiliki ilmu Suitan yang luarbiasa hebatnya. Dan mungkin diapun mempunyai ilmujari yang lihay dan telah digunakan untuk membunuhorang yang mengetahui rahasianya !”

“Kalau begitu dialah orang yang telah mencelakaiibuku. Tak heran kalau kaki tangannya hendakmenangkap aku ....”

“Benar, aku memang mempunyai anggapan begitujuga.”

“Adik Lui, kalau begitu kita ini senasib!”

“Maka kita harus bersatu padu untuk membalasmusuh kita itu !”

“Baik, kita bersatulah!”

Kedua saling berpandangan dan berjabat tangan.Karena tegang, mereka tak mengucap sepatah kataapa2. Tetapi jelas dari pancaran mata, sepasang mudamudi itu telah memancarkan luapan hati yang diselubungicinta dan kebencian. Beberapa saat kemudian, Lau Yan-Lan tiba2 terengah-engah napasnya dan mandi keringat.

Page 512: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

512

Gak Lui cepat menyadari keadaan nona itu. Buru2 iasalurkan tenaga-dalam kearah jalan darah sinona serayabertanya dengan mesra : “Taci Yan, apakah engkaumerasa guha ini terlalu panas?”

“Ya,.... ya .... panas .... panas ....” sinona menyahuttersendat- sendat. Tetapi sesungguhnya bukanlah se-mata2 disebabkan karena hawa panas, pun juga karenabaru pertama kali itu ia bersentuhan dengan seorangpria. Sudah tentu ia sungkan mengatakan. Untunglahkarena guha gelap, Gak Lui tak dapat melihat perobahanwajah nona itu. Demikian setelah menerima penyalurantenaga-dalam, barulah Lau Yan-Lan dapat menekanketegangan hatinya dan napasnya mulai normal lagi.

“Adik Lui, lekas engkau pikirkan daya agar kita lekasdapat keluar dari sini. Kalau terlalu lama di sini, aku tentumerepotkan engkau saja.”

“Sebenarnya aku memerlukan 4 batang pedang ....”

“Sayang aku tak punya dan engkaupun hanya punyadua batang, bukankah masih kurang sekali?” tukassinona.

“Tidak !” tiba2 Gak Lui berkata setelah merenungsejenak, “kita sekarang dua orang, dapat menggunakancara saling pinjam tenaga. Apalagi di hadapan kerangkaayah, aku mendapat lagi sebatang pedang.”

“Ah, benar,” seru sinona, “hampir aku lupa untukmengunjuk hormat kepada beliau. Lekas bawa kesana.”Dengan hati2 Gak Lui segera berbangkit. Tanah amatlicin dan ia harus memimpin Lau Yan-Lan yang tak fahamkeadaan guha situ maka ia berjalan dengan hati2 dandengan langkah kaki yang kokoh. Sesaat Lau Yan-Lanhabis menjalankan penghormatan kepada tulangkerangka ayah Gak Lui, pemuda itupun sudah bersiap.

Page 513: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

513

Dengan gunakan pedang Pelangi ditancapkan ke tanahuntuk mendapat penerangan, ia segera berlutut danmemberi hormat kepada tulang kerangka ayahnya.Setelah itu ia ulurkan tangan, rencananya hendakmembawa keluar. Tetapi begitu menyentuh ia segeradapatkan tulang kerangka itu mengepal seperti bubuk.Hawa panas dalam guha itu menyebabkan tulangkerangka menjadi abu yang keras. Terpaksa Gak Luibatalkan niatnya. Kemudian bersama Lau Yan- Lan, iabersujud sekali lagi di hadapan kerangka ayahnya.Tampak mulut sinona berkemak-kemik memanjatkan doadengan khidmat. Setelah itu baru ia bersama Gak Luibangun dan ayunkan langkah. Setelah agak jauh makabertanyalah Gak Lui:

“Taci Yan, apa sajakah yang engkau katakan dalamdoamu tadi ?” Nona itu bersenyum manis, sahutnya:“Kumohon agar arwah beliau suka melindungi kita dalamusaha untuk membalas dendam ini. Dan lagi .... sukamemberkahi kita agar selama- lamanya .... bisaberkumpul.”

“Ini…..” baru mulut Gak Lui berseru begitu, tiba2 iamendengar bunyi dering senjata beradu. Cepat2 iapasang telinga, tetapi rupanya Lau Yan-Lan takmendengar bunyi itu maka dengan heran ia bertanya:“Adik Lui, mengapa engkau ....”

“Stt !” cepat2 Gak Lui memberi isyarat supaya nonaitu jangan bicara. Tetapi dering senjata itu sudahmenghilang pada saat Yan-Lan bicara tadi.

“Mungkin salah dengar,” diam2 Gak Lui menimanglalu melangkah menyusul sinona. Gak Lui tak sempat lagiuntuk menjelaskan perasaannya kepada Yan-Lan.Sedang sinona itupun merasa telah kelepasan omongdan malu untuk mengatakan lagi, sekalipun ia belum

Page 514: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

514

melihat bagaimana wajah aseli dari Gak Lui yang ditutupdengan topeng kulit kera itu, namun dari matanya yangbundar dan bibirnya yang merah, dapatlah ia memastikanbahwa Gak Lui itu tentu seorang pemuda yang tampan.Bahwa pemuda itu telah mengucapkan kata2 menghiburyang bernada ramah, menandakan bahwa pemuda itutentu diam2 telah menyambut cintanya.....

Saat itu mereka sudah tiba di bawah mulut guha.Bayang2 batu menonjol di atas dinding guha itu merebahke bawah. Setelah memandang ke atas sejenak, Gak Luilalu gunakan ilmu lemparkan pedang. Ia lontarkanpedang Pelangi untuk mencari tahu berapakah tingginyamulut guha itu. Pada saat ia menyambuti lagi pedang itu,segera ia lontarkan ke atas dinding karang setinggi limatombak. Lontaran itu diperuntukkan tempat pos pertamadalam pendakiannya nanti. Kemudian ia lontarkanpedang pemberian ayah-angkatnya dan yang terakhirpedang berkarat peninggalan kerangka ayahnya. Melihatcara Gak Lui mengatur langkah itu, berdebarlah hati LauYan-Lan. Ia melihat pedang ketiga itu masih terlalu jauhdari mulut guha. Dan lagi ia tak tahu bagaimana carauntuk menggunakan ilmu penyambung tenaga itu.

“Marilah !” Gak Lui berpaling dan berseru dengannada yakin,

“Rangkullah bahuku erat2. Begitu aku berseru, kitaharus serempak kerahkan tenaga melambung ke atasbatang pedang yang ketiga itu ....”

“Lalu ?”

“Kerahkan tenagamu nanti kutarik engkau ke atas !”

“Tetapi di atas licin sekali ....”

“Kita merangkak dengan kaki dan tangan dan

Page 515: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

515

lekatkan dada menyedot tanah itu.”

“Dan engkau ?”

“Harap engkau merobek lengan bajumu dan gunakansebagai tali, luncurkan ke bawah ...”

“Bagus !” seru Lau Yan-Lan setelah jelas akanrencana pemuda itu. Segera dengan gembira ia rentangsepasang lengan lalu memeluk bahu pemuda itu.Kedengaran Gak Lui menggembor lalu tubuhnyaberputar deras, menyentuh tangkai pedang Pelangi.Pedang pusaka itu agak tergetar. Lebih dulu melengkungke bawah lalu tiba2 balik melayang ke atas lagi. Dengancara itu, dapatlah Gak Lui dan Yan-Lan mencapaipedang yang ketiga. Secepat kilat Gak Lui menyambarkaki sinona akan didorong ke atas. Lau Yan-Lanpundapat mengimbangi gerakan Gak Lui. Denganmengempos semangat untuk meringankan tubuh, iadapat berdiri diatas sebuah telapak tangan Gak Lui.Setelah keduanya saling kerahkan semangat, Gak Luiterus hendak melontarkan sinona ke atas. Tetapi di luardugaan tiba2 kaki Gak Lui tergelincir dan tak ampun lagi,keduanya segera melayang jatuh ke bawah. Untungdalam saat berbahaya itu, Gak Lui tak gugup. Lebih duluia dorongkan tangan ke bawah. Begitu ia menginjaktanah dengan tak kurang suatu apa, ia segera ulurkansepasang tangan untuk menyanggapi tubuh si nona.

“Adik Lui, ini .... bagaimana,” seru Lau Yan-landengan pucat.

“Pedang itu sudah terlalu karatan sekali sehinggaputus.”

“Ah, bukankah kita tak punya harapan lagi?”

“......”

Page 516: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

516

Dalam keadaan seperti saat itu Gak Lui tak dapatbicara apa2. Guha terasa panas sekali, jauh lebih panasdari tadi. Kecuali napas Yan-lan yang memburu keras,suasana penuh dicengkam kesunyian mati. Tiba2terdengar suara mendering keras. Kali ini Yan-lanpunmendengarnya. Ia segera bertanya kepada Gak Lui.

“Suara rantai besi,” sahut Gak Lui.

“Aneh !”

“Ih ...,” tiba2 suara bergerontangan itu terdengar pulabahkan makin keras dan deras tak henti-hentinya. Selainitu pun terdengar juga suara bentakan yang tak jelas.Gemuruh berkumandang. Suatu pertanda bahwa orangyang menggemborkan suara itu memiliki tenaga dalamyang kuat. Dan lagi jumlah suara gemboran itu taksedikit. Lau Yan-lan terkejut dan menggigil. Buru2 iarapatkan tubuhnya ke dada Gak Lui. Pemuda itu sedangmenumpahkan perhatiannya untuk menghitung suaraorang yang menggembor itu dan derap kaki mereka.Diam2 ia menghitung: “Tigapuluh delapan, tigapuluhsembilan.....empatpuluh !”

“Uh, banyak benar, tentulah kawanan kaki tanganMaharaja yang hendak memburu taci Yan...” diam2 GakLui menimang. Segera ia mengajak nona itubersembunyi di tempat yang gelap seraya menghiburnya:“Jangan takut, justeru kita bakal mendapat kesempatan.Jangan engkau tampakkan diri ....”

“Uh, sekian banyak musuh engkau anggap suatukesempatan?”

“Mereka tentu membekal senjata dan pedang. Akumemang justeru membutuhkan.”

“Orang gagah pada musuh yang berjumlah banyak,

Page 517: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

517

apakah engkau....”

“Aku mempunyai rencana.”

“Harap yang hati2 saja,” kata Yan-lan tetapi Gak Luisudah mengisar beberapa langkah dan kembali ketempatnya semula tadi. Ia loncat menyambar sepasangpedang di atas dinding. Wut ... keempat puluh orangyang menyerbu guha itu telah menimbulkan deru anginyang keras. Tetapi Gak Lui tegak berdiri dengan garang,menunggu kawanan penyerbu dengan sepasang pedangdi tangan. Benar juga tak berapa lama, ditingkah olehsinar remang yang menerobos di mulut guha, tampakkawanan orang yang berjalan cepat sekali sehingga takdapat diketahui jelas wajah mereka. Tangan merekamembawa rantai besi, menyusur dinding karang terusmelorot ke bawah. Mereka tak mengetahui bahwa dibawah telah menunggu malaekat elmaut yang berupaGak Lui. Ketika tubuh2 mereka berhamburan turun ketanah, Gak Lui segera menyambutnya dengan lontarkanpedang-terbang, siut, siut….. pedang Pelangi ituberhamburan memancar sinar yang menyurut wajahmereka. Kerut wajah mereka yang seperti kawanan setanitu, tampak terkejut ketakutan. Huak, huak ... terdengarjerit teriakan yang ngeri disusul oleh muncratan darahsegar. Gak Lui mengamuk seperti kerbau gila. Kawananpendatang yang masuk ke bawah guha itu, laksanakawanan anak-anak yang terbakar api. Mayatbergelimpangan tumpang tindih dalam genangan darah.... Tetapi kawanan orang itu datang dengan jumlahbanyak dan menyusup masuk seperti air bah. BetapapunGak Lui membabat mereka, karena diantara empatpuluhorang itu terdapat juga tiga empatbelas yangberkepandaian tinggi. Mereka beruntung dapatmenghindar dari babatan pedang Gak Lui dan berhasilmelayang turun ke tanah. Tetapi merekapun segera

Page 518: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

518

mengeluh karena tanah amat licin sekali sehinggamereka tak dapat berdiri tegak, lalu tergelincir jatuh.Kembali tubuh Gak Lui berputar-putar dengan gerakyang istimewa. Begitu mereka jatuh, cepat pedang GakLui pun sudah mengantar jiwa mereka ke neraka.

Dalam beberapa kejab saja, tanah-pun penuhdengan kutungan senjata dan mayat yangbergelimpangan darah. Hanya ada seorang yang dengangunakan kaki dan tangan, jatuh bangun nekad hendakmelarikan diri. Melihat keadaan orang yang sudah sepertisetan kelaparan itu, Gak Lui tak sampai hati. Ia hentikanpedangnya. Tetapi rupanya Lau Yan-lan yang pernahmerasakan penderitaan dari neraka, dengan hati2 ialoncat menghampiri terus hendak menghantam tengkukorang itu.

“Tahan !” seru Gak Lui.

“Mengapa ?” seru sinona sambil hentikan tangan.

“Biarkan dia hidup agar dapat kita tanyai keterangan!”

“Apa yang perlu ditanyakan lagi ?”

“Karena kawanan kaki tangannya datang, mungkinMaharaja juga datang. Apabila dia menjaga di mulutguha, kita harus berpikir lagi,” kata Gak Lui seraya majudua langkah dan secepat kilat menutuk jalan darah orangitu, serunya: “Di mana si iblis Maharaja itu?”

“………….”

“Kalau tak mau bilang tentu akan kusiksa!”

“…………………”

Dua kali bertanya tak dijawab, marahlah Gak Lui.Sekali ia salurkan tenaga dalam ke telapak tangannya,

Page 519: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

519

orang itu segera menjerit ngeri.

“Ya, bilang....” baru mulut orang itu berkata begitu,tiba2 ia tersentak berhenti. Gak Lui heran. Cepat ialepaskan tangan dan memeriksa wajah orang itu.Ternyata wajahnya seperti sebuah mayat yang takmemancar kerut2 perasaan dan sepasang matanyapunseperti orang tolol.

“Aneh....”

“Apa yang aneh ?” tanya Yan-lan.

“Akan kuperiksa jalan darahnya dulu baru tahusebabnya,” kata Gak Lui seraya meraba ubun2 kepalaorang itu. Dalam sekejab saja, tangannya mengurut tibadi jalan darah Nau-hu-hiat atau bagian otak. SerentakGak Lui tergetar hatinya.

“Aneh, mengapa jalan darah Nau-hu-hiatnya penuhdengan hawa Im dingin. Terang tentu ditutuk orang. Ilmututukan itu hampir sama dengan ilmu tutukan yangdiderita si Penjaga Neraka tempo hari. Jelas Maharajatentu datang ....” Tengah Gak Lui berpikir demikian,sinona memandang dengan heran tetapi tak beranibertanya.

“Apabila musuh menjaga di luar, jika meneroboskeluar aku dan taci Yan tentu celaka. Namun kalau tetapberada di sini, taci Yan tak kuat bertahan hawa panas disini ...” kembali Gak Lui merenung. Akhirnya iamengambil keputusan, katanya: “Taci Yan, orang ini telahkututuk terluka, percuma saja menanyainya. Lebih baikkita pergi !”

Setelah mengempaskan tubuh orang yang sudahsetengah mati itu ke tanah, Gak Lui mengambil senjataorang itu lalu mulai merayap ke atas. Dan karena

Page 520: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

520

mendapat rantai besi dari kawanan orang itu. Gak Luidan Yan-lan dapat mendaki dengan lancar. Lau Yan-lantak menyadari bahwa saat itu masih terkurung dalambahaya maut. Ia merasa gembira bahagia karenabersama dengan seorang pemuda yang dicintainya.Tetapi Gak Lui tak mempunyai pikiran begitu. Ia inginsekali lekas2 dapat keluar dari guha neraka itu. Danapabila berjumpa dengan musuh, ia segera dapatmenempurnya.

Saat itu sinar dari atas makin terang dan anginpunterasa berhembus menampar muka. Gak Luimemperhitungkan bahwa dari mulut guha di sebelahatas, hanya terpisah 20-an tombak. Maka ia segeraempos semangat dan pesatkan jalannya. Ia menarikrantai itu kuat2. Tetapi makin menarik keras, rantai itubahkan makin malah menjulai ke bawah. Jelas bahwaseorang sakti yang tengah menarik rantai itu.

“Celaka !” Gak Lui mengeluh. Keringat dinginmembasahi tubuhnya. Cepat ia lepaskan tangan kiri,menunduk kepala ke bawah sembari mencabut pedangPelangi. Saat itu sinona berada di bawah kaki Gak Lui.Melihat Gak Lui tiba2 berhenti dan menghunus pedang,ia duga tentu terjadi sesuatu. Tetapi ia tak melihat barangseorangpun juga dalam guha itu. Apa guna ia ikutmencabut pedang ! Pada saat ia sedang meragu, GakLuipun sudah tancapkan pedangnya pada batu, laluulurkan tangan menarik tubuh sinona ke tempatnya.Sedang ia sendiripun lalu tegak berdiri dengan sebelahujung kakinya. Ia tak mau ngotot menarik rantai itu lagidan biarkan terkatung-katung ke bawah. Siasat Gak Luiitu membuat orang yang berada di luar guha menjadibingung, tak dapat menduga apa yang berada di bawahguha itu. Rantai tampak berayun-ayun. Rupanya orang diatas itu sedang memancing mancing reaksi dari dalam

Page 521: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

521

guha. Kini Lau Yan-lan dapat mengetahui jelas. Ia takberani buka suara apa-apa melainkan memandang GakLui dengan pandang ketakutan. Gak Lui tetap tenang2saja. Setelah mengerahkan tenaga-dalam makaberserulah ia dengan nada dingin ke atas mulut guha:“Hai, siapa yang main2 di atas itu ?”

“Hai, kiranya Gak Lui ... ?” tiba2 terdengar suaraorang berseru kaget di atas mulut guha.

“O, apakah Tio Bik-lui cianpwe ?”

“Benar, akulah !” Gak Lui menghembus napaslonggar. Walaupun hatinya lega tetapi tak urung diam2 iaheran: “Apakah dia mengikuti aku saja?” Tiba2 rantaibergoncangan dan dengan nada seruan yang ramah,terdengar Tio Bik lui berteriak: “Lekas keluarlah !”

“Cianpwe, apakah diluar terdapat kaki tangan siMaharaja ?” teriak Gak Lui.

“Ini....,” berhenti sejenak orang itu berseru: “adabeberapa penjahat kecil tetapi sudah kuhalau pergisemua !”

“Kalau begitu silahkan cianpwe mundur sepemanahjauhnya, kami akan keluar.”

“Kami ? Apakah nona itu juga masih selamat?”

“Aku dapat menolong tepat pada waktu ia terjatuh.”

“Bagus, bagus... ,” jawab orang itu dengan nadategang dan agak jauh. Rupanya ia memang sudahmundur belasan tombak. Gak Lui tak mau buang tempolagi. Ia segera bersama Lau Yan- lan kerahkan tenagadalam. Lebih dulu Gak Lui lemparkan rantai besi ketengah guha untuk menyelidiki. Ternyata batu2 karangguha itu tetap seperti bermula, datar dan terpisah darimulut guha hanya setombak jauhnya. Saat itu Lau Yan

Page 522: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

522

lan pun tiba di sampingnya lalu membisiki ke dekattelinganya: “Adik Lui, ikut akulah. Aku tahu jalan singkat.”

“Jalan singkat? Apakah bukan ilmu berjalan Tiga-langkah- membiluk-kiri ?”

“Ah, itu kan cara untuk melalui barisan. Selain itumemang masih terdapat jalan rahasia lagi. Kalau tidak,masakan dengan kepandaian yang begini rendah akumampu lolos dari kejaran mereka dan masuk ke dalamguha ini?”

“Tetapi aku perlu menemui Tio cianpwe.....” baru GakLui berkata begitu, Tio Bik-lui tampak ulurkan tangan daribalik batu dan melambai. Gak Lui segera menghampiri.Akhirnya mereka bertiga berkumpul lalu bersama-samamemimpin sinona lari menuju ke puncak lapisan luar.Sejak mempelajari ilmu pukulan Menundukkan-iblis,tenaga- dalam Gak Luipun bertambah maju pesat. Makadalam berjalan itu, ia mampu bertahan atas deru anginyang mengandung tenaga kong-gi.

Setengah jam kemudian, mereka sudah keluar darigunung Bu-san. Memandang ke sekeliling dengan hatigembira, lalu diam2 mengangguk: “Ah, apa yang kudugamemang tepat. Tempat ini berbeda sama sekali dengantempat mulai aku masuk ke pegunungan ini...”

Dengan berbatuk-batuk, Tio Bik-lui menukaskata2nya: “Gak siauhiap, sejak tiga hari engkau masukke pegunungan ini, membuat aku bingung sekali. Apabilaterjadi sesuatu pada dirimu, aku sungguh tak enak sekaliterhadap sahabatku lama Empat- pedang Busan.”

Gak Lui serta merta menghaturkan terima kasih lalumemperkenalkan Lau Yan-lan. Mata Tio Bik lui berkilat-kilat memandang sinona sejenak lalu tertawa nyaring:“Ah, kalian benar2 merupakan pasangan yang sejoli

Page 523: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

523

benar .... ha.....ha .... ha... ha, ha!”

Gak Lui tak memperhatikan ucapan itu. SebaliknyaYan-lan gembira sekali. Selebar wajahnya merah danhampir tak kuasa menahan senyum tawanya. Melihat ituTio Bik-luipun hentikan tertawanya.

“Kalian tadi terjerumus kedalam guha, apakahmelihat sesuatu yang aneh ?” tanyanya. Gak Lui tak maumengatakan tentang nasib ayahnya yang menemuikematian ngeri dalam guha itu. Ia menyahut dingin:

“Memang tidak menemukan apa2, hanya adabeberapa hal yang aku tak jelas.......”

“Silahkan bertanya.”

“Apakah selama tiga hari menunggu dalam barisanitu, cianpwe pernah berjumpa Maharaja?”

“Ini ... tak pernah. Mungkin karena jalanan berliku-liku, dia masuk dari lain tempat.”

“Lalu anak buahnya yang cianpwe bunuh itu?”

“Mereka ... sudah berada dalam barisan.” Mendengarjawaban itu beralasan, Gak Lui maju selangkah,tanyanya pula: “Apakah cianpwe melihat ke 40 orangyang menyerbu ke dalam guha itu ?”

“Ini ... aku harus menceritakan dari permulaanbertemu dengan Burung-hong cantik dari Bu-san. Saatitu aku sedang duduk menyalurkan tenaga-dalam. Kulihatbayangan tubuh nona Lau menyelinap masuk ke dalambarisan. Sekalipun ada beberapa orang anehmengikutinya, saat itu aku tak jelas keadaannya dan takbertanya apa-apa ....”

“Hm, benar juga. Dia seorang pendekar yangmenyembunyikan diri, tentu tak suka campur tangan

Page 524: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

524

urusan dunia,” pikir Gak Lui.

“Tetapi setelah itu, kulihat berpuluh-puluh orangmembawa rantai panjang. Kuduga beberapa orang yangmasuk lebih dulu tadi tentu mendapatkan sesuatu lalukeluar dari jalanan lain dan memanggil kawan-kawannya.Pada saat itu aku tak dapat berpeluk tangan lebih lamalagi karena memikirkan keselamatanmu .....” kata Tio Bik-lui lebih lanjut.

“Karena itu cianpwe lalu masuk kemari ?”

“Benar,” jawab Tio Bik lui, “semula aku hendakmemberi bantuan tetapi tak kira kalian sudah dapatkeluar sendiri.”

“Kalau begitu si Maharaja itu belum menampakkandiri ?”

“Kurasa belum. Kalau memang sudah....ingin kujajalkesaktiannya.”

“Hm ... aneh ?”

“Apa yang aneh ?”

“Ke 40 orang yang menyerbu kedalam guha itusebelumnya telah dirusak urat syarafnya. Apa sebabnya,belum diketahui.”

“Kurasa…..” Tio Bik lui kerutkan sepasang alis danmerenung beberapa saat, ujarnya: “Tentu si Maharajayang melakukan.”

“Menurut cianpwe, apa alasannya Maharaja merusakanak buahnya sendiri itu ?”

“Misalnya, karena hendak menangkap nona Lau iatelah menyuruh sekian banyak orang. Tetapi karena takmengetahui keadaan dalam guha, dan kuatir kalau gagalkawanan anak buah itu akan dipergunakan lawan, maka

Page 525: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

525

Maharaja lalu turun tangan lebih dulu.”

“Hm, beralasan juga...,” kata Gak Lui mengangguk,pikirnya: “Dari kejadian itu makin meyakinkan bahwa siMaharajalah orang yang menipu kitab pusaka orang Bu-kau itu. Begitu melihat anak dari ketua Bu kau, maka iabernafsu sekali hendak membunuhnya.”

Tiba Tio Bik-lui berkata kepada Lau Yan-lan : “NonaLau, mengapa Maharaja hendak mencelakai engkau ?”

“Entah,” sahut Yan lan dengan dingin. Suatu hal yangmembuat Gak Lui heran. Tetapi Tio Bik-lui mendesakpertanyaan lagi: “Apakah sedikit alasan saja nona takmengatakan? Misalnya apakah nona tak dapatmengatakan tentang asal usul perguruan nona ?Mungkin dari situ, aku dapat mempunyai gambaran agardapat memecahkan teka teki itu.”

“Terima kasih! Keluargaku berantakan dan aku sudahsebatang kara. Tiada yang perlu kukatakan apa2 lagi ....”

“Ya, ya,” kata Tio Bik-lui dengan mata berkilat-kilat.Kemudian ia bertanya kepada Gak Lui apa tindakannyalebih lanjut. Gak Lui serentak teringat akan pesanmendiang ayahnya, ia menghela napas.....

JILID 11

Gak Lui teringat akan pesan mendiang ayahnya. Iamenghela napas dan menyahut: “Aku hanya mempunyaisebuah cara.”

“Bagaimana?” tanya Tio Bik-lui.

“Mencari Kaisar-persilatan Li Liong-ci untuk memintaajaran ilmu Ngo-heng-tay-hwat terbalik.”

“Apakah engkau tahu tempatnya?”

Page 526: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

526

“Tidak jelas.”

“Kalau begitu apakah bukan seperti memburubayangan saja?”

“Pernah aku ditolong oleh doa nyanyiannya ketikaaku berada di istana Lok-ong-kiong.”

“Rencana itu memang bagus. Tetapi mengingatTiong-goan itu negara yang begini luas, apabila hanyamengandalkan pada kebetulan saja, adalah ibarat orangmenjolok rembulan dalam dasar laut.” Gak Lui tertawa:“Masakan aku akan bekerja secara begitu.”

“Kalau begitu engkau sudah mempunyai jejak yangdapat engkau ikuti?” tanya Tio Bik-lui.

“Menilik dari kumandang doa nyanyiannya itu,kuperkirakan dia mungkin berada di daerah pegununganyang terkenal misalnya gunung Heng-san, gunungKosan,” jawab Gak Lui.

“Beralasan juga! Tetapi tempo hari engkau pernahmenyatakan kalau terlibat salah faham dengan fihakSiau-lim-si......”

“Ah, salah faham dapat dijelaskan. Apalagi ketuaSiau-lim-si terkena racun, seharusnya aku menjengukkeadaannya.”

“Kalau begitu, silahkanlah. Akupun hendak mintadiri,” kata Tio Bik-lui seraya memberi selamat tinggal lalutinggalkan tempat itu. Setelah orang itu pergi, Gak Luiberpaling ke arah burung Hong- cantik dari Bu-san, LauYan-lan, serunya : “Taci Yan, tadi engkau bersikapdingin, apakah tidak kurang hormat?” Saat itu Yan-lanmasih memandang ke muka, cepat ia menyahut:

“Dengan orang yang belum kenal, tiada alasan untukikut bicara .....”

Page 527: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

527

“Dia pernah membantu aku, jadi tak dapat dianggaporang asing.”

“Ini .... kurasa dia .... dia tak jujur bicaranya.”

“Dalam soal apa ?”

“Dia mengatakan Maharaja mengirim orang untukmengejar aku. Itu memang benar. Tetapi kiranya takperlu Maharaja mengirim sampai 40 orang.”

“Lalu maksudmu?”

“Dengan membesar-besarkan hal itu, sepertiMaharaja itu sudah menduga kalau akan berhadapandengan lain musuh yang tangguh.”

“Memang seharusnya tidak tahu. Karena ketika akujatuh dalam guha neraka itu, hanya Tio Bik-lui seorangyang tahu.....”

“Di situlah letak kecurigaanku!” seru sinona.

“Hm.....” Gak Lui terkesiap. Setelah merenungbeberapa jenak, ia tertawa pula: “Kurasa Tio cianpwebukanlah orang semacam itu. Apalagi Maharaja itumemang manusia yang banyak curiga. Tindakannya itumemang sudah menjadi adat kebiasaannya. Selain ituapakah engkau dapat menunjukkan lain2 yangmenimbulkan kecurigaan lagi ?”

“Lain2 bukti memang tak ada. Tetapi terhadap orangitu aku memang mempunyai kesan yang tak baik.”

“Mengapa ?”

“Wanita memang punya naluri istimewa...”

“Terlalu perasa, maaf !”

“Benar !” sahut Yan-lan.

Page 528: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

528

“Ha, ha, wanita memang suka memikir yang tidak2,sering tidak menurut kenyataan....”

“Adik Lui, apakah engkau menertawakan aku ?” Yan-lan menyeringaikan hidung. Ia merasa kalau dirinyaditertawakan Gak Lui.

“Tidak, tidak! Aku hanya bicara sekedarnya saja,sekali-kali bukan kutujukan kepadamu,” buru2 Gak Luimemberi penjelasan, “taci Yan, aku hendak lekas2menuju ke Siau-lim, nah, kitapun terpaksa harus berpisahsampai di sini.”

“Berpisah? Engkau tak membawa aku serta?”

“Ah, sebaiknya jangan ikut saja.”

“Eh, apakah engkau menganggap karena aku muridperguruan Bu-kau lalu tentu ..... tak suci ?”

“Itu soal lain, harap jangan dicampur aduk!” kata GakLui. Tetapi bagi sinona jawaban itu lain lagi artinya. GakLui berkata menurut urusan yang hendak dilakukan.Tetapi Lau Yan-lan menerimanya lain. Ia anggap Gak Luitak mempercayai kesuciannya maka diam2 ia telahmengambil keputusan.

“Apapun yang hendak engkau lakukan, boleh saja.Tetapi aku mempunyai sebuah syarat,” kata Yan-landengan wajah berseri.

“Harap mengatakan.”

“Ijinkanlah kutemani engkau berjalan satu hari, barunanti kita berpisah.”

“Hanya sehari ?” Gak Lui menegas.

“Ya, artinya sehari semalam!”

“Bolehlah !” Mendengar Gak Lui menyetujui,

Page 529: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

529

berserilah Yan-lan. Gadis itu tampak makin cantik.Demikian kedua muda mudi itu segera berangkat menujuke gunung Ko-san tempat markas Siau-lim-si.

“Adik Lui, pandanglah aku !” kata sinona setelahberjalan sehari, mereka berdua duduk di bawahsebatang pohon dalam hutan. Saat itu rembulan bersinarterang. Cahayanya menyusup di antara celah2 daun dantepat meningkah ke arah kedua muda mudi itu. Sekelilingpenjuru sunyi senyap. Ucapan Yan-lan yang merdumerayu itu menambah suasana makin romantic. Gak Luimenurut. Begitu memandang, hatinya berdebar keras.Untunglah kesadaran pikirannya cepat mengilas dancepat pula berpaling lagi.

“Hm, mengapa engkau tak mau memandang aku?Apakah engkau menganggap diriku jelek?”

“Tidak, engkau amat cantik.”

“Lalu mengapa engkau tak mau memandang?”

“Aku ... sudah memandang tadi.”

“Pandanglah sekali lagi!”

“Apa perlunya?” Yan-lan menggeliat dan merapatkantubuh ke hadapan Gak Lui. Gak Lui hendak menyurutmundur. Tetapi ia terkesiap melihat pancaran mata Yanlan yang penuh mengandung permohonan serta bibirnyayang menghamburkan napas harum sehingga membuatbibir Gak Lui gemetar.

“Adik Lui, pandanglah mataku, sekali saja!”

“Ya, kalau hanya sekali, tak apalah,” sahut Gak Luilalu menatapnya. Tetapi begitu empat mata salingberadu, tiba-tiba ia terpikat pesona. Darah bergolak-golakdan meluaplah nafsu berahinya. Memang Lau Yan-lantelah mendapat pelajaran ilmu Memikat-hati dari ibunya.

Page 530: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

530

Gak Lui terkena ilmu itu dan tak dapat menguasai dirilagi. Saat itu sepasang tangan sinona mengulur kearahnya dan diluar kesadarannya iapun ulurkan tanganmenyambutinya. Awan berarak-arak menutupi sang DewiRembulan agar dewi malam itu jangan tersinggungperasaannya menyaksikan kedua muda mudi itutenggelam dalam buaian nafsu insani, nafsu yang dimilikisetiap insan, pria maupun wanita. Beberapa saatkemudian, setelah mereka terkulai lelah, terdengarlahsuara Yan-lan membisiki ke dekat telinga Gak Lui:

“Adik Lui, engkau harus percaya....aku....takmembohongimu....”

“Tidak.....” sahut Gak Lui, tetapi kata itu tersekat olehmulutnya yang gemetar. Saat itu tersadarlah ia apa yangtelah terjadi. Segera ia mengemasi pakaiannya lalududuk. Dalam benaknya mulai melalu lalang beberapasosok bayangan dari: Gadis-ular Li Sau-mey.....TheHong-lian .... Hi Kiam-gin ....Dan akhirnya terbayanglah iaakan diri Permaisuri Biru pun mengilas dalam benaknya.Masih terngiang dalam telinganya bagaimana PermaisuriBiru itu dengan nada keibuan pernah memberiperingatan: “Dalam kehidupanmu apabila muncul gadisyang keempat, engkau tentu akan mengalami keakhiranyang menyedihkan….”

Teringat akan hal itu tersentaklah Gak Lui sepertidisambar petir. Darahnya menyalur deras danterpukaulah ia tak dapat bicara. Melihat Gak Lui diamseperti patung, Yan-lan segera bertanya dengan bisik2:“Adik Lui, apakah engkau tak senang hati ....?”

“Bukan, aku tengah merenungkan sebuah hal, harapjangan mengganggu dulu,” sahut Gak Lui. Yan-lan takberani bicara lagi dan Gak Lui pun sudah menetapkankeputusan, pikirnya: “Ah, tak kira kalau gadis keempat itu

Page 531: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

531

ternyata jatuh pada diri taci Yan. Oleh karena nasi sudahmenjadi bubur, biarlah aku yang bertanggung jawab.Apalagi si Maharaja itu menjadi musuh kita berdua. Yangpenting sekarang ini aku harus berusaha untukmengambil kembali pedang pusaka Thian-lui koay-kiam.Lebih dulu membalas sakit- hati. Lain2 urusan, besokdipikir lagi ....” Merenung sampai disitu teringatlah ia akanpesan mendiang ayahnya.

“Apabila keempat jurus ilmu pedang perguruan kitaitu digabungkan satu, dapatlah digunakan untukmenghadapi pemilik pedang Thian-lui-koay-kiam. Pulasebaiknya yang menjadi pewaris dari keempat ilmupedang itu adalah kaum wanita,” demikian pesanmendiang ayahnya.

“Sekarang taci Hi Kiam-gim sudah dapat mempelajariilmu pedang itu. Jika kuajarkan ilmu pedang itu kepadataci Yan ini, adik Siu-mey dan The Hong-lian, bukankahtepat empat orang gadis? Walaupun mereka terpaut20an tahun dalam pelajaran itu dengan musuh tetapisekurang-kurangnya mereka pasti dapat membela diri.Pula apabila aku berhasil mendapatkan pedang pusakaitu, kukuatir seperti halnya dengan kakek guru, aku takdapat mengendalikan kekuatan daya iblis dari pedangitu. Apabila keempat gadis itu dapat mempelajari ilmupedang Bu-san-kiam-hwat, mereka tentu dapatmengatasi aku....” demikian semakin jauh Gak Luimenjelajah dalam renungan2nya.

“Taci Yan,” tiba2 ia mengakhiri renungannya, “jikakuajarkan engkau ilmu pedang perguruanku, apakahengkau mau mempelajari ?”

Hampir Yan-lan tak percaya apa yang didengarnya.Dalam girangnya ia melengking nyaring: “Sudah tentumau! Sungguh tak kira apa yang kuikrarkan di depan

Page 532: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

532

arwah ayahmu, benar-benar menjadi kenyataan...”

Setelah menentukan keputusan untuk mengajarkankeempat jurus ilmu pedang Bu-san- kiam-hwat kepadakeempat gadis itu, maka Gak Lui segera memberikanpelajaran jurus Hawa-pedang- menembus-malam kepadaLau Yan-lan. Menilik kecerdasan nona itu, dalam waktuyang singkat ia sudah dapat memahami. Dan setelahberlatih serta diberi petunjuk seperlunya oleh Gak Lui,akhirnya Yan-lan sudah dapat mengetahui jelasintisarinya. Tetapi tepat pada saat pelajaran itu selesai,berakhir jugalah waktu berkumpul mereka.

Betapapun berat hatinya namun karena sudah janjimaka Yan-lanpun tak mau ingkar. Ia menyadari bahwaperjalanan hidup mereka berdua memang masih penuhdengan lingkaran bahaya.

“Adik Lui, jurus ilmu pedang ini, aku tentu akan giatberlatih. Kuharap engkau menjaga dirimu baik-baikdalam perjalanan,” kata nona itu.

“Taci Yan, kemanakah rencanamu ?” tanya Gak Luidengan nada penuh perhatian.

“Aku hendak ke Bu-san.”

“Tujuannya.....?”

“Di samping menunggu kedatanganmu, pun untukmenjaga apabila ada orang yang datang ke gunung itu.Atau mungkin siapa tahu aku dapat menemukan sesuatujejak ....”

Tetapi Gak Lui tak begitu menyetujui rencana Yan-lanitu. Ia kuatir Maharaja akan mengirim beberapa jago2yang sakti lagi. Sudah tentu Yan-lan seorang diri tentutak mampu menghadapi mereka. Tetapi apabila ditinjaudari sudut lain, Yan-lan faham akan jalan2 dan keadaan

Page 533: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

533

keenam puncak gunung Bu-san itu. Apabila bertemumusuh kuat, dapat menghindarkan diri. Akhirnya ia takmenentang rencana nona itu. Begitu berputar tubuh,sambil mengayun langkah ia memberi salam: “Harapjaga diri baik2 !” Bagaikan segulung asap, Gak Lui terusmeluncur turun menuju ke gunung Ko-san.

Selama dalam perjalanan itu Gak Lui tak lepas darilamunan2. Tujuannya hendak mencari Kaisar PersilatanLi Liong ci. Ia tahu bahwa tokoh itu sudah lama masuk kedaerah Tiong-goan. Tetapi wilayah Tiong-goan amat luassekali, bagaimana mungkin ia dapat mencarinya dalamwaktu yang singkat. Karena pikirannya melayang, ialengah memperhatikan bahwa dari arah belakang,sesosok bayangan tengah mengejarnya. Setelah orangitu berteriak memanggilnya beberapa kali, barulah GakLui berhenti dan berpaling. Kiranya orang itu bukan lainyalah kenalannya lama, Sebun siangseng, tokoh saktidari Kun-lun-pay.

“Saudara Gak, baik sajakah engkau selama ini ?Kepandaian maju pesat sekali rupanya, tentulah engkaumendapat banyak hal2 yang luar biasa,” seru tokoh Kun-lun-pay itu. Gak Lui menghela napas: “Ah, sekalipun adakemajuan tetapi masih terpaut jauh sekali dengan lawan!”

“Oh, apakah engkau sudah bertemu ?”

“Sungguh mengecewakan, kalau tiada KaisarPersilatan tak muncul dengan doa pujiannya, aku tentusudah mati ditangan Maharaja.”

“Ho, kedua datuk Hitam dan Putih itu kiranya sudahbertempur. Lalu siapakah yang menang? Atau belumdiketahui kesudahannya...” dalam tegangnya Sebunsiangseng mencurah pertanyaan.

Page 534: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

534

Karena merasa bahwa menuturkan cerita itumemakan waktu panjang, maka Gak Lui lalumenceritakan dari permulaan. Sejak digunung Pek-wan-san menemui Sin-kun The Thay untuk memesanpembuatan pedang tetapi akhirnya pedang itu direbutoleh tokoh Wi Cun dari partai Kong-tong-pay. Kemudianbagaimana ia membunuh Pek Kat Mo kun dan seoranganggauta Topeng Besi, lalu peristiwa kutungnya lenganimam Ceng Ki dari Bu-tong-pay. Kemudian ia bertemudengan Permaisuri Biru dan Li Hud-kong sampai terakhirtiba di istana Lok-ong kiong dan dikurung dalamlingkaran suitan iblis si Maharaja .... setelah itu seorangdiri ia menempur Sam-ciat atau Tiga Algojo dariMaharaja. Untunglah datang Tio Bik-lui memberimemberi bantuan dan memberi petunjuk jalan-singkat keBu-san. Akhirnya barulah ia mengetahui nama dari muridhianat itu yalah Lengan-besi-hati-baik yang kini masihbersembunyi di istana Bi- kiong .... Mendengar cerita itutak henti2nya Sebun Sianseng leletkan lidah danberulang-ulang mengangguk-angguk kepala.

“Kalau begitu, sekalipun sudah unjuk diri tetapiMaharaja belum menampakkan wajahnya. Oleh karenaitu apakah dia itu sipembunuh dahulu, masih belumdapat dipastikan,” kata Sebun siangseng.

“Kurasa tentu dia,” kata Gak Lui.

“Tetapi tadi engkau mengatakan bahwa hidungnyamasih utuh.”

“Soal itu setelah ketemu dengan si Lengan-besi-hati-baik baru dapat diketahui jelas !”

“Kurasa ilmu kepandaiannya tentu lebih tinggi dariMaharaja. Sekalipun Maharaja mampu masuk kedalamistana Bi-kiong, mungkin .....”

Page 535: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

535

“Tak ada yang dikata 'mungkin'. Apabila menunggusampai Maharaja melenyapkan partai2 persilatan besar,tentu akan lebih sukar lagi,” kata Gak Lui. Sebunsianseng tampak kerutkan alis, ujarnya: “Saudara Gak,dalam usahaku untuk mengajak partai persilatanbersama-sama menghancurkan maharaja, ternyata jugamenemui banyak kesulitan ...”

“O ...” desuh Gak Lui.

“Aku sudah pergi Bu-tong-san. Murid kepala, imamHwat Lui, sesungguhnya juga dapat mengertikeadaanmu. Tetapi kemudian ia bersangsi lagi.”

“Kenapa ?”

“Kabarnya ada seorang cianpwe persilatan secaradiam2 telah mengirim batang kepala dari imam CengKi....”

“Tak mungkin ! Jelas Ceng Ki totiang telah lolosdengan menderita luka saja,” seru Gak Lui dengantegang.

“Saudara Gak, engkau tentu salah sangka. Mungkinkarena sedang menghadapi pertempuran, sehinggasalah lihat....”

“Apakah engkau sendiri juga tak percaya kepadaku?” tanya Gak Lui.

“Terus terang saja, aku memang kenal dengan CengKi totiang. Demi menyelidiki peristiwa itu, sengaja akunaik ke gunung Bu- tong-san untuk mengenali kepalaorang itu. Dan kudapati memang benar2 kepala dariimam itu sendiri !”

“Oh ...” kembali Gak Lui mendesuh terkejut danmenyurut mundur selangkah. Ia memang tak mengetahuisendiri bagaimana Permaisuri Biru telah mendapatkan

Page 536: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

536

batang kepala itu. Maka diam2 iapun meragu dalam hati.Tetapi secepat ia menggali ingatannya, ia berkata dalamhati:

“Jelas mereka berdua selalu bersama. Sama2muncul dan lenyap. Pula Topeng Besi itu seperti diberikomando oleh suatu suitan misterius. Dan suitan itusama dengan suitan dari Maharaja. Dahulu dari ibunyaLau Yan-lan, Maharaja telah berhasil secara licinmempelajari ilmu suitan untuk menghancurkankesadaran pikiran orang ... !” Berpikir sampai kesitu,awan yang menutupi kegelapan benak Gak Lui sepertitersingkap terang. Ia dapat memecahkan beberapa tekateki yang selama ini seperti diselubungi kabut gelap.Pertama, dahulu mendiang ayahnya yakni Dewa-pedangGak Tiang-beng, pernah melihat murid perguruan Heng-san mati dibunuh. Kabarnya murid Heng-san itu diajakoleh paman gurunya yang bergelar imam Hwat Gong.Sedang waktu murid Heng-san itu dibunuh oleh seorangtak dikenal, peristiwa itu terjadi didepan hidung HwatGong dan Hwat Gong hanya berpeluk tangan mengawasisaja. Padahal Hwat Gong kala itu merupakan muridkepala dari Heng- san, murid yang bakal menjadipengganti ketua Heng-san-pay.

Seharusnya dalam kedudukan itu, ia tak bolehmenghianat partai perguruannya dan masuk dalamgerombolan kaum Hitam. Menilik hal itu jelas kalau HwatGong telah dihapus kesadaran pikirannya oleh suitansihir dari Maharaja sehingga ia tak berkutik sepertipatung melihat murid Heng-san dibunuh orang. Tentangsepak terjang Maharaja, Gak Lui mendapat gambaranjelas: Maharaja takut kalau Keempat tokoh pedang dariBu-san itu akan bersatu untuk menyerangnya dan ia takmampu menguasai mereka. Karena ia tak berani terang-terangan menggunakan ilmu pedang dari perguruan Bu

Page 537: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

537

san.

Demi untuk menghapus kemungkinan kalau Keempatpedang dari Bu-san itu akan merajai dunia persilatan,lebih dulu Maharaja hendak mencari pembantu.Kemudian ia harus meyakinkan ilmu kepandaian yangtersakti di dunia persilatan. Sekarang ia telah berhasilmemperbudak tokoh2 sakti dari lima buah partaipersilatan. Sekali mendayung dua tepian. Disatu fihakmendapat pembantu yang boleh diandalkan, pun dilainfihak ia dapat mencuri belajar beberapa ilmu sakti daripartai2 persilatan itu.

Demikianlah kesimpulan yang dibuat Gak Lui dariperistiwa penyerangan terhadap ayah-angkatnya dahuluoleh seorang berselubung muka bersama tiga orangTopeng Besi. Begitu pula mengapa Maharaja mampumemiliki beberapa ilmu kepandaian dari beberapa partaipersilatan, kini mulailah ia dapat membayangkan jelas.

Kedua, menilik hal2 itu, dapatlah disimpulkan bahwaCeng Hi totiang itu bukanlah seorang murid hianat,demikianpun dengan keempat anggauta Topeng Besi itu.Mereka bertindak diluar kesadaran karena pikiranmereka dilimbungkan oleh Maharaja. Oleh karena itutokoh2 dari partai persilatan yang diperbudak Maharajaselalu mengenakan selubung muka warna hitam agarjangan diketahui orang. Tiba pada kesimpulan pikiran itu,diam2 Gak Lui kucurkan keringat dingin. Karena iamenyadari kalau telah salah membunuh Ceng Ki totiangyang walaupun menjadi pembantu Maharaja tetapikarena pikirannya limbung disihir oleh Maharaja. Jadikesalahan imam Ceng Ki itu sebenarnya tak perlusampai harus mendapat hukuman mati.

“Ah.....” diam2 Gak Lui menghela napas panjang.Hatinya gundah resah. Sebun sianseng tak mengerti

Page 538: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

538

mengapa anak-muda itu tampak gelisah. Tanyanya:“Orang yang mati tak mungkin hidup lagi. Lebih baikengkau curahkan pikiran untuk berusahamenghimpaskan hutang darah itu dari pada memikirkanhal2 yang sudah lalu. Tetapi ... memang usaha itu takmudah.”

Dengan tandas, berkatalah Gak Lui: “Seorang lelakiakan membedakan mana budi mana dendam. Salahfaham itu aku dapat menebusnya dengan balas jasayang bertubi-tubi !”

Mendengar ucapan Gak Lui itu, tiba2 Sebun siansengteringat akan pemandangan ngeri dalam Kaca ajaibtempo hari. Diam- diam ia menggigil dan bertanya:“Dengan cara bagaimana engkau hendak membalas jasaitu? Apakah tak mungkin dirimu sendiri akan .... lenyap!”

“Rencana belum kupikirkan masak, tetapi-pun takkanbertindak dengan serampangan ...”

Sebun sianseng menghela napas longgar, serunya:“Bagus, memang seharusnya begitu. Kini hendakkututurkan tentang sikap orang Ceng-sia-pay.”

“Apakah Thian Lok totiang yang terkena kabutberacun itu sudah sembuh?” tukas Gak Lui.

“Ah, masakan begitu cepat. Mereka kekurangan obatmaka terpaksa menutup markas. Tetapi menurutketerangan para muridnya, begitu Thian Lok totiangsudah sembuh, dia tentu akan mencarimu !”

Gak Lui tertawa hambar lalu beralih pertanyaan: “Lalubagaimana Kong-tong-pay? Apakah sianseng sudah kesana?”

“Sudah,” sahut sianseng, “ketuanya, Wi Ihmendendam kepadamu karena engkau telah membunuh

Page 539: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

539

Wi Ti dan Wi Tun. Ketua Wi Ih itu hendak menuntutbalas…..”

“Bukan aku yang melakukan. Peristiwa itu kabarnyasuheng anda, yalah Tanghong sianseng menyaksikansendiri. Entah apakah anda sudah berjumpa atau belumdengan Tanghong sianseng?”

“Sudah lama kami tak berjumpa. Sekarang ia ikutHwat Hong taysu dari perguruan Hengsan-pay berada digereja Siau-lim-si. Maka sengaja aku datang kemarimemberitahu, dan lagi ....”

“Dan lagi bagaimana?”

“Tek Yan tianglo dari Go-bi-san yang sudah lama takmuncul, saat ini juga sudah berada disekitar tempat ini.Aku harus lekas2 mencarinya untuk memberi penjelasan.Kalau tidak dikuatirkan dia akan salah mendapatketerangan dari orang sehingga salah faham kepadamu.”

Gak Lui amat berterima kasih atas kebaikan hatiSebun sianseng: “Ah, bagaimana aku harusmengucapkan terima kasih kepada anda yang sudahbegitu jerih payah lari sana sini ....”

“Ah, tak apalah,” sahut Sebun sianseng lalu bertanya:“Saudara Gak, tampaknya engkau tergopoh2, hendakkemanakah?”

“Siau-lim-si !”

“Tujuan ?”

“Pertama, hendak menjenguk sakitnya ketua Siau-lim-si. Dan kedua kalinya, menyelidiki jejak KaisarPersilatan.”

“Ah, tak benar. Belum tentu Hui Gong taysu tahu.Dan kedua kalinya suhengku tentu sukar bicara. Kurasa

Page 540: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

540

.... lebih baik ikut kepada kami ....”

“Ke tempat Tek Yan totiang itu ?”

“Lebih baik hal itu untuk sementara waktuditangguhkan dulu. Urusanmu lebih penting.”

“Tidak! Baiklah sianseng cari dulu Tek Yan totiang itudan biarlah aku sendiri yang pergi ke Siau-lim-si.”

Sebun sianseng sukar untuk melayani dua buahmasalah sekaligus, ia hendak menyetujui tetapi hatinyatak tega. Melihat itu Gak Lui tertawa rawan ! “Apakahanda lupa ? Bukankah dahulu anda pernahmenghadiahkan kepadaku sebuah kaca cermin ?Dengan benda itu dapatlah kuberi penjelasan kepada su-heng anda. Sedang tentang Hwat Hong taysu dari Heng-san-pay, pagi2 dia sudah mengetahui diriku. Sudah tentudia akan memberi penjelasan kepada fihak Siau-lim-si....”

Sebun sianseng seperti disadarkan. Setelahmerenung sejenak, ia anggukkan kepala. Demikiankeduanya segera mengambil selamat berpisah danbergegas menempuh perjalanan masing2.

“Ah, Sebun sianseng, kelak apabila aku sudahmenunaikan dendam sakit hatiku, aku tentu akanmembalas budi kebaikanmu......” diam2 Gak Luimengantar kepergian orang itu dengan janji dalam hati.

Setiba didaerah gereja Siau-lim-si, Gak Lui takhenti2nya pasang mata. Setiap orang yang dijumpaidalam perjalanan tentu diawasi dengan seksama. Iamengharap mudah-mudahan diantara mereka ituterdapat tokoh Kaisar Persilatan yang termasyhur itu.Tetapi harapannya itu sia2 belaka. Karena makin dekatgereja Siau-lim, orangpun makin sedikit. Jangankan

Page 541: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

541

orang persilatan, bahkan tetamu yang hendakbersembahyang ke gereja itu pun sudah jarang sekali.

Warung dalam daerah situ, penuh dengan tempelankertas yang bertuliskan “Urusan dalam belum selesai,harap tetamu jangan singgah dulu”. Timbullah gagasandalam benak Gak Lui, pikirnya: “Menilik naga- naganya,rupanya demi menyembunyikan jejaknya, KaisarPersilatan tentu takkan datang kemari.... tetapi menilikkepandaiannya, orangpun sukar untuk mengenali dirinya.Lalu bagaimana baiknya, ataukah aku lebih dulu masukke gunung atau melakukan lain pekerjaan ?” Habisberpikir, Gak Lui memandang kemuka.

Pada gerumbul hutan tampak menonjol gentenggereja yang berwarna merah. Sedang dibawah kakigunung tampak berbondong-bondong sosok bayanganorang. Jelas mereka itu sedang mengadakan penjagaankeatas gunung. Melihat pemandangan itu, tergeraklahhati Gak Lui. Ia segera memutuskan, “Walaupun tiadasangkut pautnya, tetapi ketua Siau-lim si saat ini masihbelum terlepas dari bahaya. Aku harus menjenguknya....”Cepat ia lanjutkan langkah. Tetapi baru berjalan satu lijauhnya, tiba2 disebelah muka tampak sesosok tubuhmanusia berjalan menghampiri. Diam2 Gak Lui terkejutheran karena tadi ia tak dapat melihatnya. Cepat sekaliorang itupun sudah tiba. Gak Lui memandangnya tajam2.Tetapi karena melihat itu makin besarlah kecurigaannya.Orang itu memakai rambut yang menjulai kebelakang.Sepatu robek, pakaian butut. Langkah kakinya tidaktangkas, sinar matanyapun tak tajam. Pendek kata,seorang miskin yang sederhana sekali.

“Tolong tanya, apakah saudara baru kembali darigereja Siau-lim- si ?” Gak Lui berhenti dan bertanyakepada orang itu. Rupanya orang itupun terkesiap kaget

Page 542: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

542

melihat Gak Lui. Ia berhenti dan menyahut: “Benar!”

“Gunung dijaga ketat, bagaimana saudara dapatbergerak bebas ?”

Orang itu tertawa : “Aku faham sekali akan jalanandigunung ini. Aku mengambil jalan singkat.”

“Hm.....” orang itu mendesus dan merenung.Beberapa saat kemudian baru berkata: “Selama ketuasakit suasana disini amat perihatin. Tetapi tak lamapenyakitnya tentu sembuh. Kalau saudara akanmenyambangi, lebih baik lain hari saja.”

Gak Lui gelengkan kepala tertawa. Kembali di bawahkaki gunung muncul beberapa bayangan dan berseru :“Hai, berhenti dululah....” Orang miskin itu terperanjat.Gak Lui cepat bergerak untuk melindungi orang itu.

“Harap jangan bergerak.....” seru pendatang yangbelakangan itu. Dan cepat sekali orangnya pun sudahtiba. Seorang yang memiliki sepasang alis melengkungbagus dan hidung lempang lurus. Sepasang matanyaberkilat-kilat tajam. Suatu pertanda bahwa dia tentumemiliki ilmu tenaga-dalam yang tinggi.

Dengan tertawa, Gak Lui menyambut: “Tanghongsianseng ketua Kun-lun-pay, tentulah anda ini bukan ?”Tanghong sianseng tertegun: “Benar, dan kalau menuruttopeng mukamu itu sedemikian anehnya, engkautentulah Gak Lui.”

Gak Lui cepat mengeluarkan kaca cermin pemberianSebun sianseng : “Aku membawa kaca pemberian Sebunsianseng. Silahkan anda memeriksa dulu agar kita dapatbicara dengan leluasa.” Tanghong sianseng menerimakaca cermin itu. Setelah diamat- amati beberapa jenak,iapun menyerahkan kembali.

Page 543: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

543

“O, kiranya engkau mempunyai hubungan baik sekalidengan sute-ku. Kalau begitu apa yang tersiar dalamdunia persilatan tentang dirimu itu, tentulah tak benar.”

“Ah, hal itu hanya suatu kesalahan faham saja,” sahutGak Lui.

“Bagaimana soal peristiwa pembunuhan terhadapkedua totiang dari Kong-tong-pay itu ?”

“Sekali-kali bukan perbuatanku !”

“Maksudmu perbuatan dari anak buah Maharaja ?”

“Tentunya sudah mengerti sendiri?” Mata Tanghongsianseng berkilat tajam lalu bertanya : “Ketika keduatotiang itu hendak menghembuskan napas terakhir,waktu kutanya siapa yang mencelakai mereka, merekamenyebut namamu. Bagaimanakah hal itu ?”

“Ini ....”

“Ini bagaimana ?”

“Kurasa pada permulaan dan akhir keterangan darikedua totiang itu tentu masih terselip lain kata. Sayangkarena mereka berdua sudah menderita luka parahsehingga tak sempat mengatakan lagi. Silahkan andamerenungkan kembali keadaan saat itu, tentu anda akanmendapat kesan lain,” kata Gak Lui.

Tanghong sianseng termenung diam2. Iamembayangkan pula keadaan pada saat ia menyaksikankedua totiang itu menutup mata. Memang ada kesanyang seperti dikatakan Gak Lui itu. Sambil mengusapjenggot, ia mengangguk : “Baiklah, soal itu kelak pastiakan tersingkap. Kemudian mengenai partai Ceng-sia-pay....”

“Harap jangan kuatir. Nanti setelah Thian Lok totiang

Page 544: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

544

jelas akan persoalannya, keadaan tentu akan baikkembali.”

Mendengar keterangan Gak Lui, wajah Tanghongsianseng yang semula tegang, saat itu mulai ramah.Kemudian setelah mendapat keterangan tentang maksudkedatangan Gak Lui, tiba2 alis Tanghong siansengmenjungkat pula.

“Karena kedatanganmu dengan maksud baik, akupun takkan merintangi. Tetapi siapakah yang engkauajak bicara tadi ?”

“Katanya seorang tetamu yang habis bersembahyang....”

“Tidak !” cepat Tanghong sianseng menukas, “jika iasungguh turun dari Siau-lim-si, masakan aku tak dapatmelihatnya.”

“Dia faham akan jalanan digunung ini dan mengambiljalan yang singkat.”

“Hm, pikiranmu terlalu singkat,” gumam Tanghongsianseng, “sepanjang jalan keatas gunung, sekalipunjalan singkat, tetap dijaga oleh murid Siau-lim. Janganlagi manusia, sedangkan seekor burung pun sukar untukmelintasinya !”

“O, kapankah anda melihatnya ?” seru Gak Luiterkejut.

“Pada saat dia sedang bicara dengan engkau!”

“Heran !” Gak Lui cepat berpaling kebelakang. Tetapiorang itupun sudah lenyap. Pada semak rumput ditepijalan, terdapat bekas2 telapak kaki yang menuju kedalamlembah, “ah, kiranya dia meluncur turun ....”

“Heh, heh, heh, heh!” Tanghong sianseng mengekeh

Page 545: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

545

marah, “hm, besar sekali nyalimu berani mempermainkanaku !”

“Akan kujelaskan ...”

“Jelaskan ? Aku dapat mewakilimu memberipenjelasan. Engkau sengaja menahannya supaya akutak dapat melihat jelas. Dan engkau sengajamenggunakan barang pertandaan dari suteku untukmengaburkan perhatianku ....”

Karena dituduh begitu, meluaplah kemarahan GakLui, serunya dengan gemetar : “Jadi engkau mencurigaiaku membawa mata2 ?”

“Bukan hanya mata2 dari luar, pun mata2 daridalam!”

“Dari dalam ?” Gak Lui terkejut.

“Ha, ha, kembali berpura-pura tak tahu...”

“Aku tak pernah bohong, kalau hendak bicara harapterus terang saja !” seru Gak Lui.

“Ya, baiklah, akan kukatakan dengan terus terang.Tiga hari yang lalu, datanglah seorang gadis kegunungini. Katanya ia murid dari Empat Permaisuri danmembawa obat untuk Hui Hong taysu. Mengingat iaseorang dara, aku lengah untuk memeriksa danmemberikan obat itu kepada Hui Hong taysu....”

“Setelah minum lalu bagaimana ?”

“Taysu terus tak sadarkan diri sampai sekarang ini !”

“Siapakah nama dari dara itu ?”

“Gadis-ular Li Siau-mey !”

“Hai... !” Gak Lui berteriak girang, “kiranya adik Siau-mey ... dia .... berada dimana?”

Page 546: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

546

“Ditahan dalam ruang Koan Im...”

“Kenapa ?” Gak Lui terkejut.

“Ia mengatakan bahwa dalam waktu tiga hari taysupasti tersadar. Hari ini sudah tiba waktunya. Jika taysutak dapat sadar, ia harus mengganti jiwa!”

Mendengar itu murkalah Gak Lui, serunya: “Ah, andamemang keterlaluan. Lebih baik lepaskan dia !”

“Kalau tidak ?”

“Aku sendiri yang akan mengusahakankebebasannya.”

“Heh, heh,” Tanghong sianseng mengekeh. “rupanyaengkau memang harus diberi hajaran!”

“Apakah engkau mampu melakukan ?” ejek Gak Lui.

“Budak, engkau hanya mengandalkan sebatangpedang pusaka dari perguruan Bu-tong-pay. Tetapi akutak memandang mata sama sekali!”

“Aku takkan mengunakan pedang tetapi hanyasepasang tinju saja, bagaimana ?”

“Tidak ada pertanyaan semacam itu! Kalau akusampai salah lepas seorang, tentu takkan mengulangimelepaskan dua orang. Maka akupun terpaksa harusmenangkapmu hidup !”

Waktu mengatakan kata 'menangkapmu' itu,Tanghong sianseng sudah menghantam. Ilmu pukulantenaga Sian-ying-ki-kang yang menjadi kebanggaanperguruan Kun-lun-pay, segera memancar dari tanganTanghong sianseng. Gelombang dahsyat berlambartenaga sakti Sin-ying-khi kang segera melanda dada danpinggang Gak Lui. Ganasnya bukan kepalang! Melihatpukulan Tanghong sianseng mengandung tenaga yang

Page 547: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

547

dahsyat, apalagi dalam jarak yang begitu dekat, diam2Gak Lui terkejut. Cepat ia berputar tubuh dan balasmenyerang tiga kali. Bum .... bum .... bum .... terdengarletupan keras ketika pukulan mereka beradu. Karenatermakan tenaga-penyedot lalu didorong oleh Gak Lui,Tanghong sianseng terperanjat sekali. Denganmenggeram marah ia lingkarkan tangannya.

Bagai gunung roboh, kelima jarinya menelungkupiGak Lui. Baru pertama kali itu Gak Lui berhadapandengan ilmu kepandaian perguruan Kun-lun-pay. Iabenar2 tertarik akan ilmu kesaktian dari partai perguruanitu. Terutama tenaga-dalam yang sekeras gunungmeledak dan tenaga-dalam halus bagaikan daun keringrontok ke tanah..... Kemudian ketika teringat bahwa iaharus lekas menolong Siu- mey yang ditahan di ruangKoan im, Gak Lui makin terburu-buru. Denganmenggeram ia segera dorong kedua tangan. Dengantenaga-dalam pukulan Menundukkan-iblis, ia menangkispukulan orang. Kembali dua buah pukulan sakti salingmenguji kekuatan. Perbawanya sedahsyat halilintarmemekik-mekik di angkasa..... Bermula tak percayaTanghong sianseng bahwa anak semuda itu memilikikepandaian sakti. Tetapi setelah bertempur 10 juruskemudian, barulah ia percaya bahwa memang Gak Luitak bernama kosong.

Demikianlah keduanya melanjutkan pertempurandengan jurus2 pukulan yang jarang tampak dalam duniapersilatan. Jika Gak Lui menggunakan ilmu pukulanMenundukkan-iblis, adalah Tanghong siansengmengeluarkan ilmu Liong-hou-sam-ciang atau tigapukulan Naga dan Harimau. Karena gerakan lawan ituhendak menerkam lengannya, Gak Luipun berhenti. Iaterkesiap menyaksikan ilmu aneh dari lawan itu. Sesaatia tertegun dan agak bingung bagaimana harus

Page 548: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

548

menghadapinya. Kebalikannya Tanghong siansengdiam2 gembira sekali. Cepat ia lancarkan tiga jurusserangan istimewa lagi. Tetapi ternyata dia terlalu cepatbergembira. Tiba2 tubuh Gak Lui bergeliatan, seperti kekanan seperti ke kiri. Dengan gerak yang aneh itu, iaberhasil menghindarkan diri dari ketiga pukulanTanghong sianseng. Dan laksana sesosok iblis, tiba-tibaia menyelinap ke belakang orang. Gerakan itu benar2membuat Tanghong sianseng tertegun. Cepat2 iamenggelincirkan langkah dan balikkan tanganmenghalau. Tetapi baru bergerak setengah jalan, tiba-tiba bum .... sebuah hantaman dari ilmu pukulanPenakluk-iblis, mengenai tepat punggung Tanghongsianseng. Untung Gak Lui masih mempunyaipertimbangan, ia tak mau membunuh orang itu. Tetapisekalipun begitu, ketua Kun-lun-pay yang angkuh dancongkak itu, mata berkunang-kunang dan kepalanyapunterasa berbinar-binar gelap, kaki terhuyung-huyung danjatuhlah ia ke tanah.

Cepat Gak Lui menyambarnya terus dibawa masukke dalam hutan. Kawanan murid Siau-lim-si tadimenyaksikan pertempuran itu dengan terlongong-longong kesima. Mereka begitu tertarik sekaliperhatiannya sehingga tak menyadari bahwa tahu-tahuTanghong sianseng sudah rubuh dan dibawa si anakmuda. Pada saat mereka menyadari, ternyata sudahterlambat. Laksana seekor burung garuda, Gak Lui loncatmelayang ke arah mereka. Dengan taburkan jari2tangannya, ke 8 murid Sian-lim-si itu mengerang danmengaduh dan sama rubuh ke tanah ..... Setelah melihatkawanan paderi itu jerih, Gak Lui turunkan Tanghongsianseng lalu berseru kepada kawanan paderi itu:

“Harap kalian jangan takut. Beritahukan kepadaku, dimanakah letak ruang Koan-im-khek itu?”

Page 549: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

549

Salah seorang paderi karena melihat keadaanTanghong sianseng, timbul kekuatiran kalau orang itusampai dilukai Gak Lui. Maka ia segera memberitahu :“Terus naik ke atas, di tepi jalan besar ....”

“Siapa yang menjaga di situ?”

“Hwat Hong taysu ketua perguruan Ceng-san-pay.....”

“Bagus !” seru Gak Lui. Tetapi diam-diam iamenimang : “kalau benar Hwat Hong taysu, tentu mudahkita berunding.” Maka ia segera menepuk jalan darahTanghong sianseng supaya sadar lalu berkata: “Maaf,terpaksa kuminta anda rebah dulu di sini untuksementara waktu. Bila nanti aku sudah kembalimenolong orang, lain2 jalan darah anda yang tertutuk itutentu dapat terbuka sendiri. Dan kujamin bahwa obatpemberian Gadis- ular Li Siau-mey itu pasti takkanmembahayakan ketua Siau-lim- si, janganlah kuatir !”Habis berkata Gak Lui terus berputar tubuh dan melesatke jalan besar yang menuju ke atas gunung.

Karena jalan darahnya tertutuk, Tanghong siansengtak dapat berkutik. Karena marahnya wajah pucat lesi,kaki tangannya dingin. Diam2 ia menimang : “Gak Lui,engkau benar2 menghina aku sehingga namaku yangsudah harum berpuluh tahun itu akan lenyap kelaut.Hinaan ini pada suatu hari pasti akan kutagih. Kalauengkau mengira paseban Koan im-khek itu dapat engkaumasuki dengan bebas, engkau hanya bermimpi. Nantiapabila 500 anggauta barisan Lo-han-tin itu sudahbergerak mengepungmu, aku pasti sudah dapat datanguntuk membekukmu ....”

Selagi ketua Kun lun-pay itu menghamburkansumpahnya dalam hati, adalah saat itu Gak Lui dengangunakan ilmu lari cepat Awan-berarak-seribu-li tengah

Page 550: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

550

mendaki keatas gunung. Kawanan paderi yang tengahmengadakan patroli disepanjang jalan, hanya melihatsesosok bayangan hitam melanda datang. Mereka buru2menyingkir kesamping. Yang agak lambat menyingkir,sama terpelanting terdampar angin keras. Lebih kurangsepeminum teh lamanya, tampaklah sebuah bangunantinggi yang bertembok merah. Dengan matanya yangtajam dapatlah Gak Lui segera membaca papan namapada bangunan itu yang berbunyi Koam-im-khek atauruang paseban Dewi Koan Im.

Gak Lui girang sekali. Ia terus gunakan ilmu Burung-elang- pentang-sayap untuk melambung 10 tombaktingginya kedalam hutan terus meluncur kemuka. Padasaat ia meluncur kebawah itu, tiba2 ia tersirap kaget.Ternyata disekeliling paseban Koan-im-khek itu penuhdijaga oleh barisan paderi dalam bentuk barisan pat-kwa.Dan pada tiap sudut, diam2 telah siap pula denganbarisan pendam. Karena ia sedang melambung ke udaramaka sukarlah untuk menyembunyikan jejaknya lagi.Serentak terdengarlah suitan melengking bertubi-tubi.Dan menyusul berpuluh-puluh sosok tubuh dan sinarpedang segera berhamburan menyongsongkedatangannya. Gak Lui menyadari kesalahanlangkahnya tetapi sudah tak dapat menghindari lagi.

“Cepat! Hanya dengan kecepatan saja barulah akudapat terhindar dari kepungan mereka !” diam2 Gak Luiberkata kepada hatinya sendiri. Kemudian ia kerahkantenaga dan meluncur lebih laju. Saat itu hanya terpisah100-an tombak dari ruang paseban Koan- im. Tetapipada saat itu juga dari samping jalan terdengar suaraorang berseru O-mi-to-hud dan menyusul muncullahseorang paderi berjubah kelabu menghadangnya.

“Taysu, harap memberi jalan !” seru Gak Lui yang

Page 551: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

551

dengan matanya tajam segera mengenali bahwa yangmenghadang itu adalah Hwat Hong taysu, kepala dariperguruan Heng-san-pay. Sambil berseru, iapun sudahmenyelinap kesamping hendak mengitari paderi itu.

“Berhenti !” bentak Hwat Hong taysu seraya kebutkanlengan jubahnya menyapu. Tetapi gerak tubuh Gak Luiyang istimewa itu, tak mungkin dapat ditahan Hwat Hong.Padri ketua Heng-san-pay itu terkejut dan buru2 salurkanBu-ying-keng atau aliran tenaga tak kelihatan, untukmenahan pemuda itu. Tetapi dengan mengempossemangat, Gak Lui pun sudah melambung keudara danterus meluncur kearah paseban itu. Tetapi karenadirintangi Hwat Hong itu maka Gak Lui sampai taksempat memperhatikan keadaan dalam ruang paseban.Tiang dan jendela ruang itu penuh dengan lubang2 kecil.Dan pada saat Gak Lui sedang melayang diudara itu,terdengarlah berdetak detak dari 16 buah jendela yangterpentang keluar. Menyusul berhamburanlah kabut danasap lalu tampak Gadis-ular Li Siau- mey tegakdiambang jendela dengan wajah yang ketakutan.

Ternyata disamping mendengar hiruk pikuk suitanpara paderi, iapun mendengar juga suara sang kekasihdatang. Karena tegangnya, ia terus mendorong jendela.Tetapi begitu jendela terdorong maka berhamburan ke 16jendela lainnya terbuka lebar2.... Siu-mey tak mendugasama sekali bahwa ruang paseban Koam- im-khek itudilengkapi dengan alat2 rahasia semacam itu. Dan alatpembuka dari pekakas rahasia itu ternyata daun jendelayang direntangnya itu.

“Engkoh Lui, lekas putar kembali!” teriaknya cepat2.Tetapi sayang teriakannya itu terlambat. Saat itu Gak Luisudah melayang kearah serambi. Dan ketika berpalingkebelakang, dilihatnya Hwat Hong taysu sudah tegak

Page 552: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

552

berdiri ditempatnya tadi. Sedang beratus-ratus paderiSiau-lim-si pun sudah siap dengan senjata terhunus.Ternyata mereka telah membentuk diri dalam barisan Lo-han-tin. Gak Lui terjepit dalam dua kesukaran. Kalau iamenurut anjuran Siau-mey untuk kembali, ia tentuterkurung dalam barisa Lo-han- tin. Apabila, masukkedalam Koan-im-khek ia tentu akan berhadapan dengantaburan senjata rahasia. Gak Lui memilih maju terus.

Dengan lingkarkan sepasang lengan untukmelindungi tubuh, ia terus cepat meluncur masukkedalam ruang paseban. Kira2 pada jarak tiga tombak, iasegera disambut oleh benda2 yang mendesis-desis danmendengung-dengung tajam.

“Ah, senjata rahasia.....” serunya. Memang benar,beribu-ribu senjata rahasia yang meluncur dengankekuatan hebat dan sederas hujan mencurah sedangmenyongsong kepadanya. Melihat itu, betapa besar nyalidan kegalauannya, namun Gak Lui gentar juga. Iamenyadari bahwa taburan senjata rahasia itu takmungkin dapat dihalau dengan tangan kosong. Makacepat ia memutar pedang untuk menghantam. Tetapihujan senjata rahasia itu terlampau deras dan cepat.Beberapa biji telah lolos dari sabatan pedang danmenyusup ke beberapa jalan darah di tubuh pemuda itu.Seketika ia rasakan tubuhnya kesemutan dan mulaikaku. Saat itu baru ia menyadari bahwa senjata rahasiaitu mengandung racun. Karena terluka, terpaksa Gak Luimeluncur turun. Melihat itu menjeritlah Siau mey. Gadisitu tak tahan melihat kekasihnya terluka. Ia menutupmukanya dan rubuh pingsan. Dalam kepungan beribusenjata rahasia itu Gak Lui tak dapat menyerbu masuk.Maka dengan mengempos semangat, ia terus apungkantubuh berjumpalitan ke arah barisan Lo-han-tin yangterdiri dari 500 paderi Siau-lim-si itu. Hwat Hong taysu

Page 553: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

553

yang berada di depan barisan segera berseru:

“Gak sauhiap, menilik keadaanmu engkau sudahterkena jarum emas Pencabut Nyawa!” Sebenarnya saatitu dengan mengerahkan tenaga-murni, Gak Lui sedangmenyedot jarum emas yang lembut itu pada tubuhnyasupaya masuk ke dalam saluran darahnya. Tetapi karenasakit dan kejutnya, ia sampai gemetar.

“Hm, tak nyana kalau gereja suci semacam Siau-lim-si ternyata menggunakan alat2 rahasia yang dilumuriracun!” serunya marah. Dampratan tajam itu membuatHwat Hong taysu menyurut mundur setengah langkah,serunya gopoh: “Dalam gereja Siau- lim-si hanya adadua tempat yang dilengkapi pekakas rahasia, hal itusetiap orang sudah tahu ....”

“Dua tempat yang mana ?”

“Sauhiap, waktu amat berharga. Harap sukamendengarkan kata- kataku dulu..!”

“Tak apa, harap taysu suka mengatakan soal tempatpekakas rahasia itu, baru nanti membicarakan lain2soal!”

“Ini ....,” Hwat Hong taysu merenung sejenak, ia tahuanak muda itu berhati keras, maka lebih baikmenerangkan saja kepadanya agar dapat menghematwaktu.

“Yang satu di ruang Koan-im-khek sini dan yang satudi paseban Lo han tong,” katanya.

“Hm....,” dengus Gak Lui.

“Karena sudah kuberi keterangan maka sekarangharap sauhiap suka mendengar nasehatku.”

“Silahkan taysu mengatakan.”

Page 554: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

554

“Sauhiap telah terkena senjata yang amat beracun.Racun itu khusus untuk menghancurkan tenaga-murniorang. Mengenai obatnya, hanya disimpan oleh ketuaHui Hong taysu sendiri. Oleh karena itu, kurasa…”

“Bagaimana ?”

“Lebih baik sauhiap hentikan gerakan dan tunggusampai nanti Hui Hong taysu sadar agar dapat memberipertolongan.”

“Ini......” melihat kesungguhan sikap paderi itu,terpaksa Gak Lui tahankan kemarahannya. Namuntampaknya ia masih meragu.

---oo~dwkz^0^Yah~oo---

Melihat itu Hwat Hong segera maju melangkahmenandaskan: “Tak usah sauhiap meragui. Setelahmakan obat dari kawanmu itu, tak lama Hui Hong taysutentu akan bangun. Aku yakin bahwa obat dari nona itutentu mujarab, kiranya engkaupun tentu beranggapanbegitu juga.”

“Baiklah,” kata Gak Lui. Memang ia percaya penuhkepada Siu- mey. Setelah itu ia terus hendakmenyarungkan pedang. Tetapi sekonyong-konyong diluar barisan Lo-han-tin terdengar suara orangmenggembur keras. Dan menyusul tampak sesosoktubuh berkelebat menyusup dalam barisan paderi ituterus menerjang maju.

Gak Lui dan Hwat Hong taysu terkejut dan cepatberpaling. Ah, ternyata pendatang itu adalah Tanghongsianseng, ketua perguruan Kun-lun-pay. Dengan wajahpucat lesi, tokoh itu melesat dengan pedang melintang didada. Sikapnya perkasa, wajah bermuram kemurkaan.

Page 555: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

555

Melihat itu Hwat Hong taysu segera dapat menduga.Cepat ia maju menyambut. Dan Gak Lui pun lebih tahulagi sebabnya. Diam2 ia menindas perasaan hatinya:“Sabar, sabar! Harus mengingat diri Hwat Hong taysudan Sebun sianseng. Jangan berkelahi dengan dia ....”

Saat itu Hwat Hong taysu dan Tanghongsiansengpun sudah saling berhadapan dan bicaraperlahan. Rupanya ketua perguruan Heng-san-pay itutengah memberi penjelasan kepada Tanghong siansengtentang diri Gak Lui. Lebih kurang sepeminum tehlamanya, tiba2 kepala Gak Lui terasa pusing, tubuhterhuyung seperti pohon kering tertiup angin. Ketika iadapat menguatkan diri untuk menahan penderitaan itu,tampak ketua Heng-san pay dan Kun-lun-pay sudahberdiri di hadapannya.

“Kudengar engkau sudah menerima perjanjian,” kataTanghong sianseng, “demi melihat hubungan baikdengan Heng-san-pay dan Siau-lim-si, aku tak maumemaksa orang dengan kesukaran. Kami hendakmenempatkan engkau di paseban Lo-han-tong, agarmenjaga lain2 kemungkinan yang tak diinginkan.” Kata2itu tak sedap di telinga tetapi Gak Lui sudah memutuskanuntuk bersabar. Sahutnya: “Baik, akupun juga karenamengingat hubungan baik dengan Heng-san danmenjunjung gereja Siau- lim-si sebagai tempat yang suci,setuju untuk menunggu di paseban Lo han-tong sampainanti Hui Hong taysu bangun dan memberi penjelasankepadanya!”

“Hm, engkau pandai melihat gelagat. Tetapi engkaumasih harus menyerahkan .....” tiba2 tokoh Kun-lun-payitu mendengus dingin. Dengus itu terasa menusuk tajamperasaan Gak Lui dan marahlah ia. Luapan amarah itumenyebabkan darahnya bergolak keras. Mata pudar,

Page 556: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

556

telinga mendenging-denging sehingga ia tak dapatmendengar jelas apa yang diucapkan Tanghongsianseng lebih lanjut. Setelah ia dapat menenangkan diri,barulah ia bertanya menegas:

“Toa ciangbun, engkau minta aku menyerahkan apa?”

“Pedang pusaka.”

“Pedang pusaka?” Gak Lui menegas.

“Benar, pedang pusaka yang engkau suruh akumengatakan berulang kali itu!” sahut Tanghong sianseng.

“Toheng, itu agak keterlaluan!” tiba2 Hwat Hongtaysu menyelutuk seraya maju selangkah. Ia mintaTanghong sianseng merobah permintaannya.

“Lalu bagaimana kalau menurut pendapat taysu?”

“Suruh dia menunggu di paseban Lo-han-tong saja.Di situ penuh dengan pekakas rahasia, pedangpusakapun tak mampu menahannya.”

“Tidak! Pedang pusakanya itu semula pusakaperguruan Bu-tong- pay. Aku hendak mewakili perguruanitu mengambilkannya!”

Gak Lui makin marah mendengar kata2 tokoh Kun-lun-pay itu. Walaupun tak ikut bicara tetapi diam2 ia tetapmenyalurkan tenaga-dalam bahkan lebih deras, iakembangkan tenaga- dalamnya untuk memaksamenghalau keluar jarum2 emas dari dalam tubuhnya ...Ucapan Tanghong sianseng itu benar2 mempesonakansekalian orang. Bahkan Hwat Hong taysu yang ramahdan luhur budi itu, pun terdiam tak dapat bicara apa2lagi. Sedang barisan 500 paderi Siau-lim-si itupun tegakdalam sikap siap menerima perintah.

Page 557: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

557

Dalam suasana yang penuh diliputi ketegangan itutiba2 terdengar suara melengking macam bunyi ketintingbergemerincing: “Engkoh Lui, kedua ciang-bun jin, harapjangan menuruti luapan perasaan sendiri2. Akumempunyai sebuah usul ....”

Kiranya yang berteriak itu yalah Gadis ular Li Siu meyyang saat itu sudah siuman dari pingsannya. Gak Lui,Tanghong sianseng dan Hwat Hong taysu serempakmencurah pandang mata kearah nona. Berkata pula Siu-mey: “Kedatangan ke Siau-lim-si ini memang ataskemauanku sendiri masuk ke dalam paseban Koan-im-tong ini. Agar aku dapat membuktikan kebersihan hatiku.Harap engkoh Lui jangan salah faham.....”

Gak Lui mengangguk: “Baiklah, aku takkan bertindaksembarangan.”

Hati Siu-mey longgar mendengar pernyataan pemudaitu. Ia tertawa lalu berkata kepada Tanghong sianseng:“Soal engkoh Lui, kuharap ciang-bun-jin berdua sukamemaklumi. Harap jangan memaksanya supayamenyerahkan pedang. Jika tak percaya, suruhlah diamasuk ke dalam paseban Koan-im-tong sini sekali….”

“Ha, ha, ha…..” tiba2 Tanghong sianceng tertawagelak2 dan pada lain saat wajahnya berobah serius,serunya, “ho, sungguh bagus benar rencanamu!Bukankah engkau hendak bersatu untuk meloloskan diri?”

Mendengar ucapan yang menyinggung perasaan Siu-mey itu, Gak Lui tak kuat menahan kemarahannya,serunya: “Tanghong sianseng, bahwa aku bersikap sabaritu adalah karena menghormati kedudukan partaiperguruan Kun-lun-pay serta sute anda, Sebun sianseng.Tetapi tampaknya anda tetap mendesak saja seperti

Page 558: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

558

hendak membalas dendam. Rupanya pukulan yangsebuah tadi masih belum memuaskan hati anda ....”

Tanghong siansengpun marah juga sehinggatangannya gemetar: “Memang, lalu engkau mau apa?Aku memang hendak memberi pelajaran padamu !”Belum kata-katanya berakhir, tokoh Kun-lun-pay itupunsudah lontar sebuah hantaman dari jarak tiga meter,mengarah jalan darah Hiat-bun dan Gi hay. Mendengardesus angin yang dahsyat, Hwat Hong taysu cepatlindungkan sebelah tangan ke dada. Sedang Gak Luiyang sudah siap, segera ayunkan tangan kanan untukbalas menabas serangan lawan. Tiga gerakan dari ketigaorang yang cepatnya hampir tak dapat diikuti olehpandang mata itu saling bertemu di tengah jalan, bum,bum, bum ..... Angin berputar-putar macam lesus,letupan sedahsyat gunung meledak. Dalam bayang2berseliwernya tubuh dan tangan, dari telapak tangan GakLuipun berhamburan berpuluh batang jarum emas yangmenyusup ke punggung tangan Tanghong sianseng danHwat Hong taysu. Hwat Hong taysu dan Tanghongsianseng segera menyadari bahwa dirinya telah terkenajarum maut Pencabut Nyawa. Karena kejut, kedua ketuaperguruan itu terus menyurut mundur ke dalam barisan.Sekalipun sama2 mundur tetapi bedalah sikap mereka.Hwat Hong taysu mencekal pergelangan tangannyasendiri untuk menutup menjalarnya racun dari jarumemas. Ia hendak mencari Hui Hong taysu agar dapatmenjernihkan ketegangan. Tetapi tidaklah demikiandengan Tanghong sianseng. Ia segera mengeluarkanaba2 agar barisan Lo-han-tin bergerak.

Mendengar komando itu, barisan Lo-han-tin punsegera berhamburan bergerak menyerang. Dalam padaitu setelah dapat menaburkan jarum emas yang berhasildikeluarkan dari telapak tangannya, Gak Luipun rasakan

Page 559: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

559

tubuhnya kesemutan. Hal itu disebabkan karena racunjarum emas yang masih tertinggal dalam tubuhnya. Iacepat memandang ke arah Siu-mey yang berada dalamruang paseban Koan-im-khek. Tampak nona itu sedangbersiap membantu pertempuran.

Buru2 Gak Lui mencegah: “Jangan sembaranganbergerak...!” Habis berseru, Gak Lui lingkarkan sepasangtangannya untuk menghalau serbuan barisan paderi.Tetapi 500 paderi itu, membentuk diri dalam barisan Lo-han-tin yang sakti. Ke 500 ratus paderi itu dibagi menjadi25 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 20 orang.Mereka menghunus pedang ditangan kanan. Geraklangkahnya rapi sekali. Bukan saja perbawa barisan ituamat seram, pun mereka dapat bergerak maju mundurkanan kiri dengan teratur. Dan yang lebih mengherankanpula yalah cara mereka bertempur. Merekamenggunakan rantai hubungan satu sama lain sehinggarapatnya bukan alang kepalang. Pada saat kelompokpertama menerjang keluar, kelompok keduapun sudahcepat menyusul.

Barisan itu amat rapat dan pelik. Menghadapi barisanketat itu, Gak Lui tetap gunakan kedua tangannya untukmenghantam dan menghajar. Sepintas pandang miripdengan seekor naga yang tengah marah ditengahsamudera. Seorang diri ia harus menghadapi serbuanlimaratus orang paderi. Pada saat mencapai jurus ke100, barisan Lo-han-tin itu makin lama makin perkasa.Jumlah orangnyapun tampaknya lebih banyak. Makinlama napas Gak Lui makin memburu keras, tubuhbermandi keringat, mata tak henti-hentinya berkeliarankian kemari.

Tiba2 ia rasakan pandang matanya berbinar-binar.Semua benda yang dilihatnya seperti pecah dua. Ia

Page 560: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

560

menyadari kalau racun dalam tubuhnya mulai bekerja.Tanghong sianseng yang memperhatikan keadaanpemuda itu, hanya tertawa dingin lalu melesat kesampingGak Lui dan ayunkan tangannya. Rupanya ketua Kun-lun-pay itu tak menghiraukan dirinya kena racun jarumemas. Dia hanya ingin menumpahkan balas dendam ataspukulan yang diterimanya dari Gak Lui tadi. Sudah tentuGak Lui amat marah. Diapun terpaksa kerahkan seluruhsisa tenaganya untuk membalas. Beberapa saatkemudian ia rasakan Tanghong sianseng itu sepertipecah berhamburan menjadi berpuluh sosok bayangan.Dan kelima ratus paderi anggauta barisan Lo-han-tin itutampaknya bagai gelombang samudera yangmendampar. Bumi berputar-putar, angin menderu dangempa melanda. Ia rasakan dirinya seperti berada dalamsebuah perahu yang terombang-ambing di-tengahsamudera raya.

Pada saat antara sadar tak sadar itu tiba2 terdengarpekik melengking dari sesosok tubuh ramping yangmelayang keluar dari Koan-im-khek. “Siu-mey ... !” keluhGak Lui dalam hati setelah mengetahui siapa pendatangitu. Memang bermula Siu-mey tak mau keluar daripaseban Koan-im- khek itu. Tetapi karena melihatkekasihnya terancam bahaya, ia tak dapat berpeluktangan mengawasi lebih lanjut. Maka setelah alat2rahasia dari dalam paseban itu muntah keluar semua, iasegera melayang. Namun Tanghong sianseng takmemandang mata kepada nona itu. Dengan tangan iameringkus Gak Lui lalu tangan kiri ditebaskan kearahSiu-mey. Gadis-ular Li Siu-mey ketika ikut pada DewiTong Thing telah mendapat beberapa macam ilmupelajaran. Begitu melihat musuh menyerang, ia punsegera berputar-putar tubuh seraya ayunkan tangan, wut,wut, wut.... setiup hawa dingin segera berhamburan

Page 561: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

561

melanda Tanghong sianseng.

Dalam pertempuran itu sebenarnya Tanghong Giokatau Tanghong sianseng itu sudah menderita lukaterkena jarum emas yang ditaburkan Gak Lui tadi. Sudahtentu ia tak kuat menghadapi seorang lawan yang masihsegar tenaganya. Apalagi ilmu kepandaian gadis ularSiu-mey itu setengahnya termasuk pelajaran silat sejati,setengahnya termasuk ilmu Bi-hun-toa-hwat atausemacam ilmu hitam. Maka setelah berlangsung 10 jurussaja, tangan dan kaki Tanghong Giokpun melentuk,tubuh menggigil dan rubuhlah ia ketanah. Gak Lui jugaserupa. Setelah menghela napas panjang pandangmatanyapun gelap dan lenyaplah kesadaran pikirannya.Siu-mey tak gugup. Setelah mengangkat kedua orang itu,ia berkata kepada rombongan paderi Siau-lim-si: “Berhatisemua ! Aku hendak masuk kedalam ruang besar untukmengobati luka kedua orang ini...”

Oleh karena Tanghong sianseng dikuasai, makakawanan paderi itupun tak berani berbuat apa2 terhadapnona itu. Sekonyong-konyong dari dalam barisan tampilmurid kepala dari Siau-lim-si yalah paderi Hoan Gong.Ketika Siu-mey masuk ke gunung Ko-san, ia sudahmelihatnya. Maka sambil pejamkan mata danrangkapkan kedua tangan ke dada, paderi itu berkata :“Nona, sesungguhnya aku tak berani merintangimu.Tetapi adalah karena dari pimpinan gereja sudahmemberi perintah, kecuali ketua gereja sendiri yangdatang, siapapun harus dibatasi kebebasan geraknya ...”

“Urusan jiwa itu amat penting, seharusnya dapatdiberi kelonggaran,” jawab Siu-mey.

“Harap maafkan, aku sungguh tak berani bertindaksembarangan sendiri.”

Page 562: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

562

“Lalu bagaimana ?”

“Soal ini... lebih baik nona kembali kedalam pasebanKoan-im- tong saja.” Sebenarnya Gadis-ular Siu-mey itubaik budinya. Ia tak mau membikin susah orang. Tetapikarena hal itu menyangkut jiwa kekasihnya, ia tak maubersangsi lagi.

“Kembali kedalam paseban Koan-im-tong tiadagunanya. Baiklah engkau gunakan barisan Lo-han-tinuntuk merintangi aku,” serunya kemudian. Habis berkataia terus melesat beberapa tombak dan langsung menujuke paseban Tay-hiong-po-tian.

“Nona ....! Nona ….!” teriak Hoan Gong dengangemetar. Keringat dingin membasahi tubuh. Ia takberdaya lagi mencegah Siu-mey yang saat itu sudahmelesat seperti angin. Karena tertegun ia tak sempatmemberi komando kepada barisan Lo-han-tin supayamerintangi nona itu. Mulutnya serasa terkancing. Hendakmengucapkan komando rasanya amat berat sekali.Tetapi akhirnya ia paksakan diri untuk berteriaksekuatnya: “Mundur !”

Barisan dari 500 paderi Siau-lim itu serentakberhamburan memecah diri bersembunyi di tempatmasing2. Maka dengan leluasa dapatlah Siu-meymelintasi jalan. Tiba di paseban Tay-hiong-po-tian, tiba2Hui Hong taysu ketua Siau-lim-si sudah menyambut diambang pintu dengan ucapan yang ramah dan penuhrasa terima kasih: “Nona, obatmu itu benar2 manjursekali. Terima kasih, terima kasih .....” Saat itu paderiHoan Gongpun menyusul tiba. Ia sudah melihat kalauketua gereja sembuh maka ia berani membubarkanbarisan Lo han-tin. Setelah itu ia bergegas menuju kepaseban Tay- hiong-po-tian untuk menghadap Hui Hongtaysu. Ketika Gak Lui tersadar membuka mata, pertama-

Page 563: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

563

tama ia dapatkan dirinya rebah di atas sebuahpembaringan. Sedang di sampingnya Gadis-ular Siu-meytengah duduk memandangnya dengan penuhkemesraan.

“Oh, terima kasih Tuhan! Engkau dapat siuman lebihcepat dari yang diduga, sayang...” seru nona itukegirangan.

“Sayang? Sayang apa?” Gak Lui heran.

“Sayang Tanghong sianseng….”

“Dia bagaimana?”

“Mati ....!” Seperti mendengar halilintar berbunyi disiang hari, serentak Gak Lui loncat bangun.

“Tak mungkin! Dia memiliki kepandaian yang sakti !”serunya tak percaya.

“Jarum Pencabut Nyawa dari Siau-lim-si itu luar biasahebatnya. Dia tak seharusnya menggunakan tenaga-murni untuk menahan. Dengan begitu racun menyusupke dalam urat2 jantungnya!”

Gak Lui seperti disambar petir, seketika ia pejamkanmata merunduk diam. Sikapnya seperti seorang jagoyang kalah bertempur. Hatinya penuh berkabut sesal.Sekalipun ia tak senang atas sikap Tanghong siansengyang congkak tetapi ia berhutang budi kepada sutenyayalah Sebun sianseng. Belum ia dapat membalas SebunSianseng, sekarang ia malah salah membunuhTanghong sianseng, suheng dari Sebun sianseng itu.Bukankah dengan begitu ia dapat dianggap sebagai airsusu dibalas dengan air tuba atau kebaikan dibalasdengan kejahatan?

“Engkoh Lui, yang mati tak mungkin dapat hidupkembali. Dan hal itupun tak dapat menyalahkan engkau

Page 564: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

564

... terus terang, lukamu sendiri itu jauh lebih hebat daridia. Tetapi ternyata engkau tetap hidup. Benar2 memangsudah suratan takdir !” Siu-mey menghibur.

“Bukan suratan nasib yang mujijat !” bantah Gak Luitertawa hambar. Ia segera menuturkan pengalamanketika dahulu pernah makan darah buaya raksasa yangberumur seribu tahun. Siu-mey makin terpikatperhatiannya. Ia menggunakan kesempatan itu untukbertanya tentang keadaan sang kekasih selama berpisahini. Sudah tentu Gak Lui menceriterakannya denganterus terang. Hanya soal bertemu dengan kedua TheHong-lian dan Lau Yan- lan, tak diceritakan.

Siu-mey mendengarkan dengan penuh perhatian danperasaannyapun ikut tegang, rawan, sedih dan gembira.Kemudian iapun menceritakan tentang pengalamannyaselama berpisah itu. Bagaimana ia ikut Permaisuri Biruke gunung Kun- san untuk belajar ilmu silat, bagaimanaia mencari jejak ayahnya yalah si Tabib-sakti Li Kok-hwatetapi tak ketemu. Menuturkan peristiwa itu, Siu-meypunkucurkan airmata.

“Tak usah berduka, adik Mey,” Gak Luimenghiburnya. “Kelak pada suatu hari kita pasti dapatberjumpa dengan beliau ....” tiba2 ia berhenti karenamembau asap dupa dan mendengar suara genta gerejabertalu talu. Ia duga genta itu tentu berasal dari Siau-lim-si maka iapun melanjutkan pula kata-katanya: “Ah,rupanya sudah terlalu lama, mari kita menjenguk keluar….”

“Tunggu !” Siu-mey cepat mencegah, “saat ini ketuaSiau lim-si dan Hwat Hong taysu tengah mengadakandoa sembahyangan untuk Tanghong sianseng. Karenakuatir engkau tak leluasa, maka beliau mengatakan nantisaja akan mengundangmu.”

Page 565: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

565

“Ini ... demi memandang Sebun sianseng kita berduaseharusnya ikut bersembahyang juga,” kata Gak Luiseraya melangkah keluar. Siu-mey cepat menarik bajupemuda itu: “Ah, perlu apa ter- buru2? Aku masihmempunyai suatu urusan penting yang belum sempatkukatakan kepadamu !”

“O,” Gak Lui terkejut dan hentikan langkah, “urusanapakah itu ?”

“Aku hendak bertanya kepadamu. Engkau kenal padasumoay-ku tetapi mengapa engkau tadi takmengatakannya !” Gak Lui menyahut gelagapan :“Sumoay-mu yang mana ? Aku sungguh tak kenal !”

“Baiklah,” Siu-mey merajuk dan pura2 marah, “puteridari Pukulan-sakti The Thay yang bernama The Hong-lian itu telah angkat saudara denganmu, mengapaengkau mengaku tak kenal?”

Merah selebar muka Gak Lui ketika mendengar kata2itu. Saat itu iapun seperti orang disadarkan. The Hong-lian telah diterima menjadi murid oleh Permaisuri Biru,sedang Permaisuri Biru tinggal serumah dengan DewiTong-ting yang menjadi guru dari Siu-mey. Sudah tentuSiu-mey kenal dengan gadis itu. Teringat pula Gak Luibahwa kedua kaki gadis Hong- lian itu sudah kutung.Seketika timbullah rasa kasihan dalam hatinya.

“Karena dapat mempelajari ilmu pedang, tentu lukapada kaki adik Lian itu sudah sembuh. Dimanakahsekarang ia berada?” serunya gopoh. Siu-mey kerutkanalis dan tertawa: “Ih, menilik engkau begitu tegang,tentulah hubungan kalian sudah erat sekali....sebenarnya akupun hanya mendengar penuturan suhutetapi belum pernah berjumpa sendiri.”

“O...!” Gak Lui menghela napas kecewa. Tiba2

Page 566: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

566

matanya berkeliar dan menggumam: “Aneh...”

“Mengapa aneh ?” tanya Siu-mey.

“Kedua lututnya telah terpapas kutung denganpedang. Seharusnya sukar untuk mempelajari ilmupedang ...” Siu-mey yang faham akan ilmu obat-obatan,setelah merenung sejenak lalu menyahut: “Kukira.....mungkin Permaisuri Biru itu .... mereka ... pandai akanilmu obat-obatan.”

“Tidak !” bantah Gak Lui, “kala itu Permaisuri Birumengatakan kepadaku akan mengusahakan tabib saktiuntuk mengobati luka adik Lian. Dengan begitu jelasbeliau tak mengerti ilmu pengobatan. Dan ahli yangdapat menyambung tulang dan urat, jarang sekali....”

“Ayahku termasuk salah seorang....” sakingtegangnya, Siu-mey segera menyebut nama ayahnya.

“Benar,” kata Gak Lui, “memang akupun berpendapatdemikian. Sekalipun bukan ayahmu sendiri yangmengobati, tetapi ayahmu dapat memberi keterangantentang tabib sakti lain yang dapat menyembuhkan lukaadik Lian itu.” Siu-mey menghela napas beberapa kali,katanya : “Kabarnya adik Lian sudah tinggalkanperguruan. Kita harus lekas2 mencarinya. Tetapi duniabegini luas, ah kemanakah kita akan menemukannya.”

“Ini.....,” Gak Lui tertegun sejenak lalu berkata dengantandas, “aku punya cara yang bagus!”

“Bagaimana?”

“Dahulu anak buah Maharaja menawan hidupPukulan-sakti The Thay, tujuannya tentulah supaya diadapat membuatkan pedang itu.”

“Hm ...”

Page 567: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

567

“Dan setelah tinggalkan perguruan, adik Lian tentuakan mencari ketempat ayahnya itu !”

“Benar, tetapi apakah hubungannya hal itu denganusaha kita mencarinya ?” tanya Siu-mey.

“Menilik kepandaian Permaisuri Biru, beliau tentufaham akan ilmu petangan. Tentulah takkan menyuruhadik Lian secara membabi buta. Dan tentu akan memberipetunjuk di mana tempat tahanan ayahnya itu ....”

Mendengar itu tertawalah Siu-mey : “Benar, memangberalasan juga. Kedatanganku ke Siau-lim-si kali inimemang atas perintah suhuku Dewi Tong-thing. Beliaumengatakan, siapa tahu nanti disini akan berjumpadengan engkau. Kalau begitu, kita pergi mencari tempatpenahanan ayah adik Lian, tentulah dapat bertemudengan adik Lian. Setelah itu kita mendatangi tabib saktiyang ditunjukkan ayah adik Lian itu.”

“Uraianmu tepat sekali !” seru Gak Lui. Siu-meytertawa gembira. Tiba2 ia merenung lalu mengajukanpertanyaan lagi: “Engkoh Lui, engkau belum tahu tempatThe Thay cianpwe, bagaimana engkau hendakmencarinya ?”

Gak Lui tertawa gelak2, serunya nyaring: “Sudahtentu caranya telah kupikir tetapi untuk sementara inibelum dapat kuberitahukan kepadamu.”

“Mengapa harus main sembunyi ?”

“Eh, bukankah kita sama2 pergi. Tentu nanti engkauakan tahu sendiri !”

“Tetapi apakah hal itu takkan mengganggu waktumuuntuk mencari Kaisar Persilatan?”

“Tidak,” sahut Gak Lui, “aku mempunyai suatuperasaan bahwa beberapa masalah itu tentu dapat

Page 568: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

568

kuselesaikan, hanya….”

“Hanya bagaimana ?” Berkata soal 'perasaan', tiba2Gak Lui teringat akan perkataan Permaisuri Biru dahulu.Bahwa apabila ia berjumpa dengan gadis keempat, tentuakan mengalami kesudahan yang mengenaskan.Ditambah pula dengan lukisan yang tertera pada Cermingaib dari si Raja-bengawan tempo hari, dan korban2yang secara langsung maupun tak langsung jatuh akibatperbuatannya itu...bahkan peristiwa matinya Tanghongsianseng kemarin, benar2 membuat Gak Lui tak dapatmengerti. Dan yang lebih mengerikan, yalah pedangpusaka Thian-lui-koay-kiam dari perguruan Bu-san-payitu. Sudah jelas bahwa pedang itu senjata pembawamaut yang ganas dan sukar dikendalikan. Tetapi demimenuntut balas dan demi menyapu bersih kawanandurjana dari dunia persilatan, terpaksa ia harus tetapberusaha untuk mendapat pedang itu.

“Eh, mengapa engkau diam? Bagaimana kelanjutandari kata- katamu itu?” tiba2 Siu-mey menegurnya.

Diam2 Gak Lui telah menetapkan keputusan dalamhati: “Jika memang akan mendapat kesudahan yangburuk, aku sendiri yang menanggungnya. Aku tak maumelimpahkan pada orang lain!” Maka ia mengangkatmuka dan tertawa: “Maksudku aku hendak mengajarmusebuah ilmu pedang dari perguruanku, setelah itu barukita bersama-sama berangkat ....”

“Hai, bagus sekali !” Siu-mey berseru girang, “dulukuminta engkau tak mau memberikan. Sudah tentu akusenang sekali menerimanya.” Karena diluapkegembiraan, Siu-mey sampai lupa untuk menanyakanapa sebab pemuda itu berbuat demikian. Sudah tentu iatak tahu apa rencana Gak Lui. Pemuda itu menghendakiagar keempat nona itu, setelah masing2 meyakinkan

Page 569: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

569

sebuah ilmu pedang dari perguruannya, tentulah merekaakan sanggup menghadapi Maharaja. Pula setelah kelakia sudah berhasil memperoleh pedang pusaka Thian-lui-koay-kiam yang ganas itu, apabila ia lupa diri, dapatlahkeempat nona itu menundukkannya .....

Demikianlah Gak Lui segera menurunkan pelajaranilmu pedang Menabas-emas-memotong-kuda, ilmuistimewa untuk memapas pedang lawan dan ilmu gerakmeringankan tubuh Rajawali- rentang-sayap. Berkatkecerdasan otak Siu-mey, setelah mengulang pelajaranitu sampai 10 kali, ia sudah dapat mengetahui intipokoknya. Tepat pada saat Siu-mey sudahmenyelesaikan pelajarannya, terdengarlah derap kakiorang tiba di muka pintu. Gelang penutup pintupundiguncang tiga kali dan menyusul terdengar seseorangberseru dengan nada menghormat: “Atas titah ciang-bun-jin, tuan berdua dipersilahkan datang ke paseban Tay-hiong-po-tian !”

Gak Lui dan Siu-meypun keluar. Tiba di pasebanTay-hiong-po tian, keduanya bersembahyang di hadapanjenazah Tanghong sianseng. Sikap dan tindakan keduamuda mudi itu menimbulkan kesan baik di hati Hui Hongtaysu dan Hwat Hong taysu. Setelah habis melakukansembahyang, Gak Lui dan Siu mey dipersilahkan dudukbersama kedua ketua perguruan itu.

“Nona Li,” Hui Hong taysu ketua Siau-lim-si mulaimembuka pembicaraan, “berkat pemberian obat nonalahmaka jiwa kami dapat tertolong. Seluruh warga Siau-lim-si amat berterima kasih sekali kepadamu. Soal terpaksamemintamu tinggal di dalam paseban Koan-im-khek tadi,adalah karena sudah banyak tahun suhumu tak pernahmuncul di dunia persilatan. Karena takut termakan siasatMaharaja, maka terpaksa kami harus berlaku hati2.

Page 570: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

570

Dalam hal itu kami harap nona suka memaafkan.”

“Ah, taysu keliwat merendah,” sahut Siu-mey,“memang hal itu sudah sewajarnya. Harap taysu jangansungkan.”

“Soal kematian Tanghong sianseng, kami merasaberduka sekali,” kata ketua Siau-lim-si pula,“maka...sedianya .... hendak kepada sutenya...” Berkatasampai di situ, suara Hui Hong taysu tersekat-sekat.Jelas ketua Siau-lim-si itu tengah menghadapi persoalanyang amat pelik sehingga sukar untuk menyelesaikan.

Cepat Gak Lui menyelutuk: “Soal itu aku dapatmemberi penjelasan kepada Sebun sianseng. Haraptaysu jangan resah....” Tetapi walaupun mulutmengatakan begitu, diam2 hati Gak Lui tetap gelisah.Sampai saat itu ia belum menemukan cara yang sesuaiuntuk menyelesaikan soal itu.

Hwat Hong taysu, ketua perguruan Heng-san-pay,segera memecahkan kesunyian suasana pembicaraan,ia alihkan pada lain soal: “Gak sauhiap, petunjuk apakahyang hendak engkau berikan kepada Siau lim-si ?”

“Ah, berat sekali kalau dikata akan memberi petunjuk,taysu,” jawab Gak Lui, “tujuanku kemari hanyalah denganharapan.....supaya berjumpa dengan Kaisar Persilatan.”

“O,” seru kedua paderi itu serempak, “adakahsauhiap memastikan kalau dia akan datang ke gereja sini?”

“Aku tak berani memastikan.”

“Lalu apakah sudah bertemu?”

“Ini ... ,” Gak Lui tertegun sejenak lalu berkata pula,“rupanya belum. Tetapi ketika naik ke atas gunungmemang telah bertemu dengan seorang pengunjung

Page 571: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

571

yang katanya habis bersembahyang di dalam gereja.”

“Tak mungkin,” seru Hwat Hong taysu terkejut,“gunung ini telah dijaga ketat sekali. Orang biasa tentusukar masuk keluar .... tetapi silahkan sauhiapmenggambarkan wajah orang itu. Jika memang KaisarPersilatan, aku tentu mengenalnya.”

“Pakaiannya kedodoran, wajah biasa pun keduamatanya tak bersinar. Tak mirip sama sekali denganorang yang berilmu silat tinggi,” kata Gak Lui.

“Kalau begitu, bukan!” seru Hui Hong taysu.

“Lalu bagaimanakah sebenarnya wajah Kaisar itu ?”

“Cukup dengan kata2 perumpamaan. Dia memilikitubuh yang lemah gemulai dan wajah berwibawa laksananaga dan burung cenderawasih. Sekalipun sudah 20tahun yang lalu aku ketemu padanya, tetapi begitumelihat lagi pasti aku segera dapat mengenalinya!”

“Hm,” Gak Lui mendesis dan bertanyalah ia dalamhati: “Masakan dia tak dapat menyamar? Tokoh setingkatdia, tentu tak mau sembarangan unjuk diri. Maka akuharus waspada ....”

“Ah, waktu sudah mendesak sekali. Pemberian obatnona Li itu segera akan kukirimkan ke Ceng-sia-san. Bilatak ada lain2 keperluan, aku hendak segera berangkat,”tiba2 Hwat Hong taysu ketua perguruan Heng-san-payberkata.

“Harap tunggu dulu, taysu,” buru2 Gak Luimencegah, “kamipun juga hendak berangkat dansekalian mengantar taysu.”

“Ah, tak perlu sauhiap capekan diri. Aku membawaserombongan murid, cukup untuk menjaga keselamatandalam perjalanan,” kata Hwat Hong.

Page 572: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

572

“Bukan begitu,” kata Gak Lui, “sejak murid Hong-san-pay yang berhianat itu mendesak taysu supayamengundurkan diri, memang sampai saat ini belummengunjuk gerakan apa2. Tetapi hal itu kurasa bukankarena dia membatalkan rencananya melainkan tentuberganti siasat. Mungkin secara diam2 mengadakangerakan rahasia. Oleh karena waktu yang dituntut itusudah tak berapa lama, sebaiknya taysu suka berhati-hati pula ....” Berkata sampai disitu, Gak Lui tekankannada ucapannya : “Pula sudah kuketahui bahwa terdapatlima orang berkerudung muka yang pura2 menyaru jadimurid penghianat. Mereka bergerak secara sembunyikarena takut diketahui!”

Kata2 itu bagai halilintar berbunyi disiang harisehingga membuat kedua ketua partai perguruan ituterbeliak kaget dan serempak berseru :“Itu...itu....benarkah ?...Dan berada dimana ?”

“Memang benar! Mereka menjadi anggauta TopengBesi yang kesadaran pikirannya sudah dilenyapkanMaharaja !” sahut Gak Lui.

---oo~dwkz^0^Yah~oo---

“Tidak.... tidak mungkin !” seru kedua ketua itu.Mereka masih tak percaya atas keterangan pemuda itu.

“Kalau begitu Geng Ci totiang dari perguruan Bu-tong-pay itu engkau yang membunuhnya?” sesaat HwatHong taysu bertanya tegang.

“Benar !” jawab Gak Lui, “bermula kukira dia ituseorang anggauta Topeng Besi. Tetapi setelahkulenyapkan ternyata baru ketahuan kalau Ceng Citotiang !”

Page 573: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

573

“Ah,” seru kedua ketua itu. Mereka berbeliak dangeleng2 kepala :

“Sungguh tak tersangka sama sekali. Demimemulihkan keamanan dunia persilatan, sauhiap telahmengikat sekian banyak dendam permusuhan denganberbagai fihak. Entah bagaimana kelak kita akan....menjelaskan salah faham mereka itu !”

“Singkat saja,” sahut Gak Lui dengan geram, “untukmelenyapkan dendam permusuhan yang berliku-liku itu,aku dapat menyelesaikannya sendiri. Tetapi kumintapartai persilatan, masing2 mentaati dua buah hal !”

“Dua buah hal apa ?”

“Pertama, semua partai persilatan harus bersatumenjaga diri. Hati2 terhadap Maharaja !”

“Aku sanggup melakukan hal itu,” kata Hwat Hongtaysu.

“Yang kedua, gerombolan Topeng Besi itu biarlahaku sendiri yang menghadapinya !”

“Ini.... karena kawanan Topeng Besi itu terdiri darimurid2 kepala dari tiap2 partai persilatan, mengapasauhiap tak menyerahkan saja kepada kita yang turuntangan ? Jika sampai terjadi salah faham lagi, bukankahitu....lebih mendalam...”

Gak Lui tertawa rawan, lalu menukas: “Memangsalah faham tak dapat dihindari ! Apalagi pengaruh fihaklawan amat besar. Maka masing2 partai perguruan harussimpan tenaga. Atau dengan lain kata, apabila kaliansaudara seperguruan saling bertempur, tentu sukar untukturun tangan. Lebih baik aku sebagai fihak ketiga yangkeluar. Segala dendam salah faham, kelak kita bicarakanlagi.”

Page 574: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

574

Kedua paderi ketua partai perguruan itu terkesiapdan tak dapat bicara apa2 lagi. Mereka bersikap diam.Suatu sikap yang dapat diartikan tidak setuju, pun tidakmenentang. Diam2 Gak Lui menghela napas. Iaberbangkit lalu minta diri: “Hwat Hong taysu, marilah kitaberangkat....”

Ketua perguruan gereja Siau-lim-si bersama seluruhpaderi Siau- lim-si mengantar sampai turun gunung.Suatu pawai yang megah dan khidmat. Dalam saatperpisahan, Hui Hong taysu ketua Siau-lim-si masihmenyampaikan kata2: “Gak sauhiap, terhadap perguruanBu- tong, Ceng-sia, Go-bi dan lain2, aku dapatmewakilimu memberi penjelasan. Sekurang-kurangnyasebelum usaha membasmi Maharaja berhasil, tentumereka takkan membikin susah dirimu. Selamat jalan,semoga terkabul segala cita-citamu ....”

Gak Lui percaya pada ucapan ketua Siau-lim-si itu.Sekalipun kata2 paderi itu sukar ditafsirkan dengan jelas.Karena setelah nanti Maharaja dapat ditumpas, tindakanapakah dari partai2 persilatan itu terhadap Gak Lui,masih belum diketahui jelas. Jadi masih ada ekornyayang panjang. Demikian mereka segera berpisah. GakLui dan Gadis-ular Li Siu- mey serta rombongan wakilHong-san-pay yang dipimpin oleh ketuanya sendiri yakniHwat Hong taysu, menuju ke Ceng-sia.

Berjalan berpuluh li kemudian, berkatalah Gak Luikepada Hwat Hong taysu : “Taysu, kita tak dapatmenempuh perjalanan dengan cara begini. Harusdirobah caranya.”

“Berjalan bersama-sama dapat menyebabkan musuhtakut dan mengundurkan diri. Perlu apa harus dirobahlagi....?”

Page 575: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

575

“Justeru karena menyebabkan mereka mundur itulahyang merusakkan acara. Aku justeru hendak membuatmereka supaya unjuk diri !” kata Gak Lui.

“O, kiranya hendak menggunakan siasat memancingmusuh keluar,” seru Hwat Hong taysu tertawa. Diam2 iamengakui memang demikianlah adat orang muda. Sukaunjuk keberanian dan kegagahan. Tidak seperti orangtuayang bertindak hati2 dan tak mau gegabah.

“Bagaimanakah rencana Gak sauhiap untukmengatur rombongan kita ? Aku menurut saja !”

“Ah, harap taysu jangan merendah diri. Aku punhanya sekedar mengatur sedikit. Silahkan taysu danrombongan berjalan lebih dulu. Apabila bertemu dengankawanan Topeng Besi, harap taysu jangan menindakmereka,” kata Gak Lui.

“Diam saja?” Hwat Hong taysu terbeliak heran.

“Harap segera mundur dan kembali kearah tempatku.Biarlah nanti aku yang menghadapi mereka !”

“Jika berjumpa dengan lain orang tetapi yangmencurigakan ?”

“Tanyakan dulu asal usul orang itu. Apabila anakbuah Maharaja, harap taysu jangan turun tangan.”

“Baik,” Hwat Hong taysu mengiakan lalu memimpinrombongannya berjalan lebih dulu. Setelah rombonganHeng-san-pay itu pergi, barulah Siu-mey berbisik kepadaGak Lui: “Engkoh Lui, apakah artinya tindakanmu itu ?”

“Mencari sumoay-mu The Hong-lian !”

Siu-mey geleng2 kepala: “Benar2 aku tak dapatmengerti apa yang sedang engkau mainkan itu !”

“Sederhana sekali,” sahut Gak Lui, “untuk mencari

Page 576: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

576

adik Lian, lebih dulu harus menemukan The Thaycianpwe.”

“Benar!”

“Untuk mencari The cianpwe, harus mencari anakbuah Maharaja dan paling baik yalah kawanan TopengBesi yang mengaku sebagai murid hianat dari beberapapartai perguruan itu!”

“Ih, kalau sudah dapat menemukan, apakah merekamampu menunjukkan kepadamu tempat tinggal Thecianpwe?”

“Tentu bisa!”

Mata Siu-mey berkeliaran sejenak lalu berseru takpercaya: “Aneh sekali! Cobalah, andaikata bisa bertemudengan orang itu, dengan cara bagaimanakah engkauhendak menanyainya?”

“Tak perlu ditanya!”

“Aneh! Dibunuh?”

“Juga tidak!”

“Tidak ditanya dan tidak dibunuh, habis diapakan ?”tanya Siu- mey makin heran.

“Merusak pedang tetapi jangan melukai orangnya.Kemudian diam2 mengikutinya ketat!” sahut Gak Lui.

Siu mey terkesiap tetapi pada lain saat ia tertawariang: “Hai, aku mengerti sekarang ! Mereka tentu akanminta The cianpwe membikin betul pedangnya sehinggadengan sendirinya menjadi petunjuk jalan kita!”

Dalam pada bercakap-cakap itu, ternyata rombonganHwat Hong taysu sudah tak tampak. Gak Lui dan Siu-mey mengambil jarak yang cukup jauh mengikuti di

Page 577: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

577

belakang mereka. Sampai beberapa lama menempuhperjalanan, tetap tiada berjumpa dengan seorangmanusiapun jua. Rupanya Siu-mey sudah mulai goyahpikirannya akan hasil rencana yang dilakukan Gak Lui itu.Pada saat ia hendak membuka mulur, tiba2 Gak Luihentikan langkah dan memandang kemuka tajam2. Siu-meypun ikut berhenti dan memandang kearah pandangmata kekasihnya itu. Apa yang dilihat Siu-mey pada saatitu hampir membuatnya memekik kaget. Kiranyadisebelah muka telah muncul dua buah rombonganorang. Yang serombongan berhamburan keluar darihutan dan yang satu rombongan adalah rombonganHwat Hong taysu yang berlari-lari kembali menyongsongketempat Gak Lui. Beberapa kejab mata, paderi itupunsudah tiba dimuka Gak Lui. Wajahnya mengerutkeheranan dan tangannya mengunjukkan sehelai kertasputih.

“Taysu, tentu tantangan bertempur!” seru Gak Luimendahului orang memberi keterangan.

“Benar,” sahut Hwat Hong seraya menyerahkan suratitu. Setelah menyambuti, Gak Lui lalu membacanya:

Menjelang fajar, di puncak Hun-hong.

Gak Lui kerutkan alis lalu bertanya: “Taysu, surat initiada tanda tangannya. Siapakah pengirimnya ?”

“Orang itu engkau sudah pernah tahu. Yalah siPengemis-jahat yang tempo hari hendak menghancurkanpartai Gelandangan !” sahut Hwat Hong.

“Hm, kiranya dia,” gumam Gak Lui, Segera ia teringatakan peristiwa tempo hari dimana Pengemis-jahat ituhendak membunuh ketua partai Gelandangan Gan Ke-jigelar Raja- sungai-Cekiang. Untung saat itu ia keburudatang menolong. Melihat Gak Lui hendak menerima

Page 578: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

578

tantangan itu, Hwat Hong segera menerangkan bahwayang ditantang itu adalah dirinya, bukan Gak Lui.

“Tidak, Gan Ke ji ketua partai Gelandanganmempunyai hubungan baik dengan aku. Maka biarlahaku yang menghadapi Pengemis-jahat itu !”

Hwat Hong menerangkan bahwa Pengemis-jahat itumempunyai seorang suheng Pengemis-Ular yangmemelihara beratus-ratus ular berbisa. Tetapi Gak Luitetap tak gentar......

JILID 12

Melihat Gak Lui dan Hwat Hong taysu saling berebuthendak menghadapi tantangan si Pengemis Jahat, Gadisular Li Siu-mey tertawa.

“Jika membicarakan soal ular, aku lebihberpengalaman. Daripada menghadapi bahaya serbuanular, biarlah aku saja yang mengatasinya,” kata nona itukepada Hwat Hong taysu.

“Benarkah ....?”

“Kalau tidak masakan aku diberi gelar Ratu-ular!”sahut Li Siu- mey.

“Hm,” Hwat Hong taysu mendesuh seraya anggukkankepala. Suatu tanda ia dapat menyetujui pernyataannona itu. Melihat itu Siu-mey maju selangkah, ujarnya:“Dan lagi engkoh Lui sudah mempunyai rencana. Jikataysu yang pergi, dia tentu kecewa, karena sia2 jerihpayahnya. Hal itu bukan berarti memandang rendahpada perguruan Heng san ...”

Ucapan itu kena sekali sehingga Hwat Hong taysutak dapat berkeras kepala. Ia menghela napas:

Page 579: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

579

“Kepandaianku sesungguhnya memang tak seperti kalianberdua. Mari kutunjukkan jalan, semoga kalian dapatmenang !”

Dinihari menjelang terang tanah, cuaca masih gelap.Dalam cuaca gelap itu, Gak Lui melihat sebuah menarayang puncaknya menjulang tinggi. Tetapi di sekelilingmenara itu tiada tampak barang seorangpun juga. Diam2timbullah kecurigaannya.

“Adik Mey, kurasa keadaan menara itu agak aneh.Mungkin mereka memasang perangkap,” katanya.

“Kita serang bersama-sama !” sahut Siu-mey.

“Tidak, engkau tunggu disini bersama Hwat Hongtaysu. Jika terjadi sesuatu dalam menara itu, aku segeramemanggilmu !” kata Gak Lui.

Sejak mendapat gemblengan dari Dewi Tong-thong,Siu-mey memiliki kepandaian silat yang cukup. SaranGak Lui itu memang tepat maka iapun menyetujui. GakLui segera kembangkan ilmu Cian-li-hun-liu atau Awah-berarak-seribu-li. Suatu ilmu kepandaian istimewa untukmempertajam mata, telinga dan hidung. Dengan lincahmulailah ia berloncatan menuju ke bawah menara.Memandang ke atas, dilihatnya menara itu terdiri daritujuh tingkat. Megah dan perkasa tetapi sudah penuhlumut (pakis) dan rusak keadaannya. Papan nama yangtergantung di atas pintu-pun sudah kabur tulisannya.Bekas2 tulisannya berbunyi: “Hun Hong Tha” ataumenara Pencakar-langit.

“Sebuah tempat yang bagus, sayang tiada orangnya!” diam2 Gak Lui memuji. Dengan perlahan ia dorongpintu menara itu. Amboi .... pintu yang begitu besar danberat, sekali dorong saja, sudah terbuka. Dan serempakdengan itu serangkum hawa beracun melanda hidung.

Page 580: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

580

Apabila orang biasa, tentu sudah pening dan pingsan.Tetapi Gak Lui malah mendengus dan bagaikan sesosoksetan, ia terus menyelundup masuk ke dalam menarayang gelap gulita itu. Tiba2 ia merasa seuntai rambutkasar dan panjang melanda daun telinganya. Betapabesar nyalinya, tetapi pada saat dan tempat seperti itumau tak mau mereganglah bulu kuduknya.

Buru2 ia salurkan tenaga dalam untuk menenangkanhati. Setelah memandang beberapa saat, barulah iadapat mengetahui bahwa yang menyentuh telinganya itubukan lain yalah sesosok Setan Gantung atau sebuahmahluk tergantung di atas, kepala menjulai ke bawah.Lidahnya menjulur keluar, mata melotot, hidung, mulutdan telinga penuh berlumuran darah merah. Dantubuhnya masih bergelantungan kian kemari di udara !

“Setan....?” serentak berdirilah bulu kuduk Gak Lui.Matanyapun berkeliaran memandang ke sekeliling.Tampak seluruh tembok ruang disitu penuh denganberbagai pemandangan yang seram dan aneh. Gak Luiterpukau dan tegak berdiri seperti patung. Beberapa saatkemudian baru ia melangkah perlahan-lahan menuju ketangga tingkat kedua. Tetapi baru berjalan lima langkah,sekonyong-konyong terdengar sebuah auman dahsyat.Cepat ia berputar tubuh. Tetapi dalam ruang yang gelappekat itu tiada tampak suatu apapun kecuali desir anginyang berhembus dari pintu. Dalam sekejab mata, ruangitupun kembali sunyi senyap seperti sebuah kuburan dimalam hari. Tetapi di lantai telah tambah lagi denganbeberapa sosok mayat. Dari ketujuh lubang inderamereka, masih mengalir darah yang segar .... Gak Lui takmenghiraukan hal itu. Cepat ia naik ke tingkat kedua. Disitupun ia menghadapi pemandangan yang serupadengan ruang bawah tadi. Tetapi Gak Lui tabahkan nyalidan tak mempedulikan kesemuanya itu. Ia terus lanjutkan

Page 581: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

581

naik ketingkat ketiga dan keempat. Tetapi pada waktu iahendak naik ketingkat yang lebih atas, terdengarlahsuatu hembusan suara orang yang bernada kasar:

“Siapakah engkau ?” Gak Lui hentikan langkah.Tetapi ia tak mau cepat2 menyahut melainkan menimangdalam hati: “Uh, apakah ini bukan suara si PengemisJahat.....”

Tiba2 serempak dengan suara orang itu, segulungapi memancar menerangi empat penjuru dinding. Begitumelihat lantai penuh dengan mayat dan seorang pemudategak berdiri di bawah tangga, orang itu bergemerutukangiginya dan memekik dengan nada gemetar: “Engkau ...engkau bukan paderi Heng san! Engkau .... engkau ini ....siapa .... siapa ....?”

“Gak Lui !” sahut pemuda itu.

“Huah ....!” orang itu menjerit kaget dan terus lari naikke atas tingkat. Gak Lui mendongkol tetapi ia merasakasihan juga kepada orang itu. Belum ia sempatbertindak, tiba2 terdengar serangkum ketawa aneh yangmenusuk telinga: “Heh, heh, heh... budak kecil, kalauberani naiklah ke sini !”

Kali ini Gak Lui tak ragu lagi. Suara itu adalah suarasi Pengemis Jahat. Dengan nada dingin ia menyahut:“Memang aku hendak ke situ....”

Serempak dengan derap langkah kaki lari naik keatas, serangkum anginpun melanda. Kawanan murid dariPengemis Jahat yang berada di-tingkat kelima dankeenam hanya merasakan angin yang meniup datangdan tahu2 obor yang mereka pasang di ruang tingkat itupadam. Belum sempat mereka menyulut lagi, tahu2 GakLui sudah tiba ditingkat yang tertinggi. Tetapi dalamtingkat ketujuh itupun kosong melompong. Hanya ada

Page 582: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

582

seorang penghuninya yalah si Pengemis Jahat sendiri.Dia tegak berdiri dengan wajah gelap. Demi melihat GakLui, ia cepat membentaknya: “Dimana si kepala gundulHwat Hong? Mengapa dia tak datang memenuhi janji ?”

“Taysu tak berapa jauh dari tempat ini. Sekali-kali diatak ingkar janji !” sahut Gak Lui.

“Kalau begitu pergilah. Yang kucari yalah Hwat Hong!”

Gak Lui tertawa dingin: “Kita selesaikan duluperhitungan kita yang belum beres tempo hari!”Pengemis Jahat gemetar, serunya tersendat: “Soal ini ....belum bisa dibereskan sekarang.”

“Mengapa ?”

“Maharaja memerintahkan supaya engkau janganmati dulu.”

“Kalau begitu engkau tak berani turun tangankepadaku ?”

“Jangan bermulut besar ! Untuk membunuhmu,adalah semudah membalikkan telapak tanganku. Tetapiaku hanya menurut perintah saja.”

“Ha, ha, ha, ha !” Gak Lui tertawa sekeras-kerasnyauntuk menghamburkan kemarahannya.

“Mengapa engkau tertawa ?” tegur orang itu.

“Hm, aku tertawa karena lagakmu. Kematian sudahdidepan mata, tetapi engkau masih bertingkah sebagaikawanan budak anjing kepada tuannya !”

Pengemis Jahat itu memang buruk wataknya.Mendengar hinaan Gak Lui, bangkitlah amarahnya:“Kalau begitu, engkau memang sengaja hendak mencariaku!” bentaknya.

Page 583: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

583

“Benar! Kalau engkau sudah sadar, lekaslah habisinyawamu sendiri. Kalau tidak, terpaksa aku akan turuntangan. Dan sekali turun tangan, tak mungkin kulepaskanseorang yang jahat. Mayat yang malang melintang ditingkat bawah itu adalah contohnya!” Mendengar ucapanitu, tergetarlah hati Pengemis Jahat.

Seketika ia memutuskan untuk tak mentaati perintahMaharaja. Lebih dulu ia hendak turun tangan membasmipemuda yang dianggapnya sebagai musuh berat. Iamenyeringai iblis, serunya: “Baiklah! Kalau engkauhendak mewakili Hwat Hong jadi setan gentayangan,akupun tak dapat mencegah. Di sini juga kita dapat adukepandaian!”

“Sambutlah pukulanku !” Gak Lui segera berseruseraya hendak menyerang.

“Tunggu dulu !” tetapi Pengemis Jahat mencegah lalududuk bersila di bawah jendela.

“Eh, bagaimana ? Apakah engkau takut ?” Gak Luitak tahu apa yang hendak dilakukan pengemis itu. Tetapiia tak mau menyerang orang yang duduk. PengemisJahat mengangkat muka dan menyahut : “Kita tidakbertempur tetapi adu ilmu duduk!”

Gak Lui terkesiap. Ia menghadapi kesulitan. Jika takmenerima tantangan itu, lawan tentu mempunyai dalihuntuk mengatakan aku kalah. Namun kalau menerima,walaupun ia dapat melayani, tetapi akan makan waktulama. Beberapa saat kemudian, Pengemis Jahat berserupula dengan nada girang: “Kalau engkau tak setuju, lainkali saja kita berhadapan lagi.”

Terpaksa dengan kertak gigi, Gak Lui menyahut:“Engkau sudah tak mempunyai kesempatan lain kali lagi.Duduklah!” Gak Lui serentak duduk di hadapan

Page 584: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

584

Pengemis Jahat. Keduanya pejamkan mata dantenangkan napas. Pertandingan adu duduk, segeraberlangsung. Suasana dalam menara itu sunyi senyap.Keduanya saling menyalurkan darah. Tetapi tiba2 GakLui curiga, pikirnya: “Ilmu tenaga-dalam dari PengemisJahat ini tak menang dari aku. Tetapi mengapa iamenantang melakukan pertandingan begitu? Bukankahberarti cari mati sendiri ? Ah, kemungkinan tentu suatusiasat saja ....” Segera ia kerahkan alat pendengarannya.Samar2 di bawah menara, terdengar suara derap kakikawanan pengemis. Rupanya mereka sibuk mengangkatmayat2. Tak berapa lama mereka sudah tinggalkanmenara.

“Hm, mengangkati mayat untuk dikubur memangsudah layak. Tetapi.... apakah mereka tak mungkinmengangkat lain benda.... ?” pikirnya seraya kerahkanindera pembauannya. Ia menyedot napas panjang.Tetapi sayang, bau mayat2 di bawah itu campur baur takkeruan sehingga ia tak dapat mengenal dengan jelas.Ketika membuka mata, ia melihat Pengemis Jahat masihduduk pejamkan mata dengan sungguh2. Diam2 iamerasa pikirannya terlalu gelisah sehingga melanggarpantangan orang yang tengah melakukan penyalurantenaga-dalam. Buru2 ia tenangkan pikirannya danmenguasai penyaluran tenaga dalam. Tetapi tiba2terdengar suara angin menderu. Ternyata PengemisJahat melonjak bangun dan menyerangnya. Gak Luiterkejut tetapi terlambat. Ternyata Pengemis Jahat itumemang menggunakan siasat licik. Diam2 iamemperhatikan gerak gerik Gak Lui. Pada saat Gak Luigelisah karena gangguan suara di bawah tadi, peredarandarahnya bergolak. Dan pada saat pemuda itu hendakmenenangkan diri, sekonyong-konyong PengemisJahatpun kerahkan seluruh tenaganya untuk

Page 585: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

585

menghantam.

Pukulan yang dilancarkan Pengemis Jahat itumenggunakan kedua tangan. Tetapi anehnya, pukulanitu tak ditujukan kepada Gak Lui melainkan padaruangan di situ. Tangan kiri menghantam ke atas, tangankanan memukul ke bawah, tepat pada lantai di tengahmereka berdua. Sudah tentu menara yang sudah tua danrusak itu tak dapat menahan pukulannya. Brak, bum ....tiang penglari roboh, debu berhamburan memenuhiruang. Gak Lui terkejut dan cepat melonjak bangun.Tetapi pengemis itu sudah lolos keluar dari jendela.Sedang dinding tembok dan tiang penglari yangberhamburan rubuh itu, menghalangi jalan. Tetapi GakLui tak mau lepaskan pengemis jahat itu. Dengantangkas ia menyelinap keluar, Ia menghantam lantaisehingga berlubang. Dari lubang itu ia meluncur turun kebawah. Tepat pada saat ia mencapai tingkat bawah,Pengemis Jahatpun sudah lari sepuluh tombak jauhnya,menuju sebuah parit di bawah pohon.

“Aneh, mengapa dia tak terus melarikan diri tetapibersembunyi dalam parit? Apakah dia masakan bisalolos ?” pikir Gak Lui. Namun ia tak peduli dan terus putarpedangnya ke atas lalu diarahkan ke punggung siPengemis Jahat. Serempak dengan itu, kakinyapunbergerak hendak menendang.

Sekonyong konyong terdengar ledakan yangdahsyat. Gak Lui terkejut dan berpaling. Apa yangdisaksikan saat itu, benar2 membuat semangatnyaterbang. Ternyata menara itu telah meledak dan hancurbertebaran keseluruh penjuru, saat itu ia berada empatlima tombak jauhnya dari menara itu. Tak mungkin iaterhindar dari robohan tembok. Gak Lui terlempar jatuhberguling-guling. Badan berlumuran darah dan rebah di

Page 586: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

586

samping si Pengemis Jahat. Gak Lui termakan siasat siPengemis Jahat. Tetapi pengemis itupun tak luput darikematian. Pedang yang dilontarkan Gak Lui dengan ilmuMelontar-pedang tadi, tepat sekali menembus punggungPengemis Jahat, terus ke dada. Pengemis Jahat iturubuh, tubuhnya tersanggah pedang.

Setelah asap menipis, tak kurang dari tiga-puluh anakbuah Partai Pengemis segera menerobos keluar daritempat persembunyiannya. Mereka hendak menolongPengemis Jahat. Tetapi setelah melihat keadaanpengemis itu, mereka menjerit kaget: “Hai, wakil ketuamati !”

“Celaka ! Habis bagaimana ?”

“Lebih baik kita lekas lari !” Demikian hiruk pikuksekalian anak buah Partai Pengemis ketika mengetahuiwakil ketua mereka yalah si Pengemis Jahat telah mati.

“Diam!” tiba2 seorang pengemis berteriak keras. “kitalihat dulu anak she Gak itu sudah mati atau belum!”Ketika melihat yang bicara itu adalah Pengemis Kepalabesar, sekalian pengemis itu tak berani buka suara lagi.Segera beberapa pengemis memeriksa Gak Lui danberseru: “Dia masih hidup !”

“Menyingkirlah !” seru Pengemis Kepala-besar itu,“lihat saja bagaimana kuhantam pecah kepala bocah itu!” Ia terus mengangkat tinju dan dilayangkan kepada GakLui. Tetapi belum tinju mendarat di tubuh Gak Lui, tiba2pengemis itu menjerit ngeri. Batang kepalanya telahmencelat setombak jauhnya. Dari lehernya menyemburdarah segar..... Ketika sekalian orang memandangkepadanya, ternyata di muka pengemis Kepala-besar itutegak seorang nona yang tak dikenal. Belum sempatmenegur siapa nona itu, tiba2 nona itu memutar pedang

Page 587: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

587

dan tinju, mengamuk. Serentak terdengarlah jerit pekikyang seram dari sekalian anak buah Partai Pengemis.

---oo~dwkz^0^Yah~oo---

Kutungan lengan, kaki dan jari serta anggauta2badan orang, beterbangan menghambur darah.Suasanya seperti dalam neraka. Sudah tentu kawanananak murid Partai Pengemis itu tak mampu melawanamukan nona atau Ratu ular Li Siu-mey. Beberapapengemis yang agak jauh jaraknya segera melarikan diri.Tetapi baru sepemanah jauhnya, muncullah Hwat Hongtaysu beserta delapan orang muridnya. Dan secepat kilatmereka segera menyongsong anak buah pengemis itudengan serangan. Sesungguhnya sebagai anak muridagama, murid2 perguruan gunung Heng-san itumenjunjung welas asih dan peri- kemanusiaan. Tetapidemi melihat menara ambruk dan Gak Lui tak munculkeluar, mereka marah sekali. Kemarahan ituditumpahkan kepada anak buah Partai Pengemis,sehingga mereka yang beruntung lolos dari amukanpedang Siu-mey, akhirnyapun melayang jiwanya ditangan murid2 Heng-san-pay.

Hwat Hong taysu cepat menghampiri ke tempat Siu-mey, tanyanya: “ Nona Li, bagaimana dengan Gaksauhiap ?” Saat itu Siu-mey tengah berjongkok untukmengangkat kepala Gak Lui. Airmata nona itubercucuran sebagai hujan dan menumpah menjadi satudengan darah di tubuh Gak Lui.

Melihat keadaan Gak Lui, Hwat Hong menyurutselangkah dan berseru cemas: “Apakah lukanyaberbahaya?”

Siu-mey hanya terisak-isak. Beberapa saat kemudian

Page 588: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

588

baru ia mengangkat muka tetapi mulutnya tetapterkancing oleh rasa kedukaan yang hebat. Melihat itutahulah Hwat Hong bahwa keadaan Gak Lui tentu buruksekali, iapun berjongkok dan memeriksa pernapasan GakLui. Dua butir airmata menitik dari pelupuk ketua Hengsan pay itu dan dengan suara yang rawan ia berkata:“Denyut jantungnya tak keruan, napasnya lemahkemampuan manusia tak dapat menolongnya...”

Ucapan itu makin menambah kesedihan Siu mey.Dan serentak pecahlah tangis nona itu bagaikan seoranganak yang ditinggal mati orang-tuanya. Sekalian orangyang berada di situ sama terharu dan mengucurkanairmata. Menyadari salah omong, buru2 Hwat Hongmenyusuli kata2 pula:

“Nona Li, engkau pandai sekali dalam ilmupengobatan. Apakah engkau mempunyai obat untukmenolongnya ?”

“Tidak .... punya....”

“Kalau begitu .... tiada baik kalau dibiarkan di sini.Bagaimanapun kita harus cari daya untuk menolongnya!” kata Hwat Hong.

Siu-mey pejamkan mata dan gelengkan kepala:“Paling banyak dia hanya dapat bertahan sehari saja,aku tak mampu berdaya !”

Mendengar keterangan sinona, timbullah harapanHwat Hong. Diam2 ia menimang: “Bagaimana kalaumengantarkannya ke Siau-lim-si ?” Tetapi pikiran itucepat dibantahnya sendiri. Perjalanan ke Siau- lim,amatlah jauh. Andaikata dapat mendapat gereja itu,belum tentu ada yang mampu menolong. Demikianpundengan partai persilatan Ceng-sia-pay dan Heng-san-pay, percuma saja. Akhirnya ketua perguruan Heng-san

Page 589: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

589

itu hanya menghela napas: “Ah, akulah yang bersalah.Kalau aku yang menghadapi tantangan si PengemisJahat, sekalipun terjadi sesuatu, tetap aku sendiri yangmemikul akibatnya ....”

Mendengar itu Siu-mey berkata terharu: “Tak dapatmenyalahkan taysu karena semuanya itu adalah menurutrencana engkoh Lui sendiri ....” Tiba2 nona itu terkilassesuatu. Untuk menolong Gak Lui ia harus mencari duaorang tokoh sakti. Bukan Siau-lim-si ataupun partaiCeng-sia-pay. Asal bisa mendapat pertolongan salahsatu dari kedua tokoh itu, tentu ada harapan Gak Luidapat ditolong. Yang satu adalah gurunya sendiri yalahDewi Tong Thing. Dengan ilmu kepandaiannya yangsakti, mungkin Dewi Tong Thing dapat menolong. Tetapisayang telaga Tong Thing di gunung Kun-san itu jauhsekali. Sedang orang yang kedua bukan lain yalahKaisar-persilatan Li Liong ci. Apabila dapat bertemudengan tokoh itu, tentulah Gak Lui tertolong. Tetapi punsayang, bayangan tokoh itu saja, tak pernah ia melihat.Apalagi orangnya… Kini Siu-mey mengarahkanharapannya kepada tokoh ketiga yalah ayahnya sendiri,Tabib-sakti Li Kok-hoa. Dan justeru rencana Gak Lui-punhendak mencari Tabib-sakti itu. Apabila Siu- meybertindak menurut rencana Gak Lui, kemungkinan tentudapat bertemu dengan ayahnya. Tentang tempatberadanya sang ayah itu dimana dan berapa jauhnyaserta apakah dapat dicapai dalam waktu sehari, Siu-meytak sempat memikirkan dan memang ia tak beranimembayangkan hal itu.

“Taysu, walaupun engkoh Lui terluka tetapi rencanakita tetap tak berobah....,” katanya kepada ketuaperguruan Heng-san.

“Mengapa ?”

Page 590: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

590

“Karena rencana itu juga suatu usaha untukmenolong jiwanya !”

“O .... apakah nona suka menerangkan rencana itu?”

“Rasanya tak perlu, tetapi caranya perlu dirobah yangsesuai.” Karena tiada lain jalan lagi, Hwat Hong taysupun setuju: “Bagus, bagus! Tetapi bagaimanakahcaranya itu?”

“Harap taysu beserta kedelapan murid taysumelindungi engkoh Lui. Ikutilah aku pada jarak tertentu.Apapun yang terjadi, biarlah aku yang menghadapi!”

Hwat Hong taysu tak mau banyak bicara. Ia segerasuruh kedelapan muridnya membuka jubah untukdirangkai menjadi sebuah tempat tidur yang hangat lalumeletakkan Gak Lui di situ. Setelah persiapan selesai,Siu-mey segera mendahului berjalan dengan gunakanilmu meringankan tubuh. Secepat larinya secepat itu pulamatahari-pun terbenam di balik gunung. Hari pun malam.Perjalanan itupun memang tak lancar. Disamping harushati2 untuk menjaga kemungkinan munculnya musuh,pun setiap kali Siu-mey berpaling ke belakang untukmelihat keadaan Gak Lui. Dan setiap kali memandang,keadaan Gak Lui makin memburuk. Saat itu merekamemasuki daerah pegunungan. Tubuh mereka basahkuyup dengan peluh. Mereka berhenti sejenak untukmemulangkan napas.

Tampak oleh Hwat Hong taysu bahwa empat penjurutempat itu hanyalah puncak gunung dengan lembahnyayang luas. Tiada suatu jejak manusia yang tampak.Bahkan biara tua yang berdiri di puncak gunung sebelahmuka, selain condong pun juga sudah rusak dan takterawat. Sesungguhnya dalam hati tak sabar berdiam diritetapi terpaksa Hwat Hong tak mau banyak bertanya.

Page 591: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

591

Hanya diam2 ia memanjatkan doa, semoga kekuasaanBuddha dapat menciptakan suatu keajaiban. Saat itu Siu-mey sedang sibuk memeriksa denyut pergelangan GakLui. Didapatinya denyut jantung pemuda itu sepertiberhenti. Begitu pula pernapasannya.

“Ah, terlambat ....” segera nona itu menangis terisak-isak. Mendengar itu, Hwat Hong mengira Gak Lui tentusudah putus jiwanya. Maka ketua Heng-san-pay itusegera berseru dengan nada duka: “Omitohud !”Kedelapan muridnyapun serempak mengikuti Hwat Hongtaysu untuk menyanyikan doa pengantar arwah. Saat itusuasana pegunungan yang sunyi senyap sepertitercengkam oleh kumandang doa pujian para anak muridHeng- san-pay untuk mengantarkan kepergian arwahGak Lui. Dan tangis Siu-meypun makin keras.....

Tiba2 doa dan tangisan dari kesepuluh orang itutersusup oleh sebuah suara yang nadanya amat kuatdan penuh ketenangan, sekalian orang terkesiap, suaradoa dan tangisanpun sirap seketika. Bahkan Gak Luiyang masih belum sadar itu, dadanya tampak berombakseperti menyedot napas. Peristiwa itu benar2 ajaib! Dansekalian orang itu, karena luapan rasa kejut2 girang,sampai tak dapat bicara. Mereka menumpahkanperhatian untuk mendengarkan lebih lanjut. Dan yangmakin mengherankan yalah, seruan pendatang yang takdikenal itupun bernada:

“Omitohud !”

Cepat Hwat Hong taysu melangkah maju tiga tindak.Dengan nada yang sungguh2 dan hormat, ia berserunyaring ke arah puncak gunung: “Hwat Hong taysu dariHeng san, mohon bertanya, apakah saudara ini bukanKaisar Persilatan ....”

Page 592: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

592

Ucapan itu membuat Ratu-ular Siu-mey gemetar.Karena apabila benar Kaisar Persilatan yang datang,itulah suatu rejeki yang hampir tak dapat dipercayainya.Tetapi ia tahu bahwa Hwat Hong tak mungkin salahmengenal orang. Sesungguhnya memang Hwat Hong taksalah kenal. Karena ia cukup faham akan suara KaisarPersilatan. Walaupun sudah 20 tahun lamanya namun iatetap tak lupa akan tokoh itu. Sebuah suara yangnadanya bening segera terdengar: “Aku memang LiLiong-ci. Adakah selama ini Hwat Hong taysu baik2 saja?”

“Oh .... ,” seru ketua Heng san-pay dengan penuhkegirangan. Ia kerutkan dahi, mengharap agar dapatmelihat tokoh itu. Sayang puncak itu terlampau tinggi danhutan amat lebat sehingga ia tak mampu melihat jelas.Apalagi ilmu tenaga-dalam tokoh itu tinggi sekalisehingga sukar diketahui orang dari arah mana iabersuara. Karena tak mampu menemukan sasaran, HwatHong taysu tertegun. Melihat itu Siu-mey takmenghiraukan segala apa lagi. Ia terus berlutut di tanahmenghadap ke puncak, serunya dengan gemetar:“Paman guru, murid Li Siu-mey menghaturkan hormat…”

“Bangunlah, engkau tentu murid dari Dewi TongThing !”

“Benar !” sahut Siu-mey. Tetapi diam2 nona itu heran.Pada waktu suhunya menerima ia sebagai murid, pamangurunya itu tak mengetahui, “memang dengankepandaiannya ia dapat melihat diriku tetapi mengapadia dapat mengetahui asal usulku juga....”

“Dari ilmu Menembus-hati, dapat kurasakan bahwa diantara kalian ini tentu ada yang sedang menderita lukaparah....”

Page 593: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

593

Kembali Siu-mey terkejut, sahutnya gopoh: “Benar,engkoh Lui.... eh, tidak. Gak Lui... terluka parah sekali,mohon supeh suka segera menolongnya !”

“Aku sudah terlanjur mengangkat sumpah. Saat iniaku tak dapat berhadapan muka dengan kalian….”

“Tetapi supeh harus kemari, kalau tidak, dia tentu....”seru Siu- mey gelisah. Sebenarnya kata2 yang terakhiritu yalah „mati'. Tetapi Siu-mey tak sanggupmengucapkan. Juga Hwat Hong taysu menyurut mundurkarena terkejut dan gelisah. Tetapi tokoh itu tetap berkatadengan nada setenang lautan: “Tak perlu kuatir. Akuhanya tak dapat berhadapan muka dengan kalian. Tetapibukan menolak untuk menolong.”

“Kalau tak berhadapan muka, bagaimana pamandapat menolong ?” seru Siu-mey makin tegang.

“Akan kuminta seorang sahabat untuk mewakili…”

“Kalau begitu harap paman lekas suruh orang ituturun kemari,” seru Siu-mey. Tetapi jawaban Kaisar LiLiong-ci sungguh diluar dugaan:

“Sahabatku itu tak mengerti ilmu-silat. Silahkan kalianmembawa Gak Lui ke dalam biara, dia nanti akan kesitu.” Walaupun heran tetapi apa boleh buat, Siu-meydan Hwat Hong taysu segera mengangkat Gak Lui kebiara tua. Sesungguhnya biara tua yang rusak itu sudahtampak oleh mereka sejak tadi. Tetapi mereka samasekali tak menduga bahwa Kaisar Li Liong-ci ternyataberada dalam biara itu.

“Sampai ketemu lagi !” tiba2 terdengar tokoh ituberseru. Sekalian orang terkejut. Namun karena sudahmendapat janji dari tokoh itu merekapun tetapmengangkut Gak Lui ke biara. Sepenanak nasi

Page 594: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

594

kemudian, tibalah mereka di biara tua itu. Memang sudahrusak sekali keadaan biara itu. Bahkan keduapintunyapun sudah hilang. Siu-mey dan rombongannyaterkejut ketika melihat sesosok tubuh berdiri diambangpintu. Ingin sekali mereka segera mengetahui siapakahgerangan sahabat yang disuruh mewakili Kaisar Li Liong-ci itu. Mereka menduga orang itu tentu sakti. Tetapi apayang mereka dapatkan, hampir saja membuat merekaputus asa. Ternyata orang itu hanya seorang lelakijembel, wajahnyapun biasa saja, tiada sesuatu yang luarbiasa pada dirinya. Diam2 Siu-mey meragu. Adakahorang semacam itu mampu mewakili Kaisar Persilatanuntuk menolong jiwa Gak Lui ? Tetapi karena KaisarPersilatan sudah menaruh kepercayaan, tentulah diamemiliki kemampuan itu. Cepat Siu-mey mendahuluimaju memberi hormat. Demikianpun Hwat Hong taysu.Setelah memberi hormat, ia segera bertanya:

“Mohon tanya siapakah nama anda yang mulia?”Walaupun lahiriyah orang itu tampak rudin, tetapikata2nya bernada tinggi dan sopan. Setelah balasmemberi hormat, dengan tertawa ia menyahut: “Aku yangrendah bernama Ke Bing mendapat permintaan darisaudara Li Liong ci untuk mengobati seorang kawannya.Silahkan kalian lekas mengangkut dia kedalam biara !”Anak murid Heng san segera melakukan perintah itu,membawa Gak Lui ke dalam biara.

“Letakkan di depan patung...,” Ke Bing memberiperintah seraya suruh Hwat Hong taysu menunggu disamping. Siu mey makin heran, Ia merasa keadaandalam biara itu lain dari luarnya. Walaupun ruang sudahtua bangunannya tetapi keadaannya masih bersih sekali.Bahkan sampai lantai pun berkilat-kilat. Setelah selesaimengatur, Ke Bingpun duduk di samping Gak Lui.Sekalian orang menumpahkan seluruh perhatiannya

Page 595: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

595

untuk mengikuti cara orang itu hendak mulai mengobatiGak Lui. Suasana sunyi senyap. Ke Bing merogoh kedalam baju dan mengeluarkan sebuah benda. Siu-meydan Hwat Hong menduga tentulah orang itumengeluarkan obat. Tetapi alangkah kejutnya ketikamereka melihat benda yang dikeluarkan Ke Bing itubukan obat melainkan sebuah Kim-jiu atau Tangan-Emas. Melihat itu Siu-mey serta merta berlutut memberihormat. Ia pernah mendengar suhunya bercerita tentangbenda itu. Benda itu yalah sebuah benda peninggalankakek gurunya dan kini merupakan yang keramat dalamdunia persilatan. Begitu pula Hwat Hong yang luaspengalaman, segera mengetahui asal usul benda itu.Buru2 iapun pejamkan mata dan berseru: “Omitohud !”Tetapi Ke Bing hanya tenang2 saja. Ia meletakkanTangan Emas itu di dada Gak Lui. Kelima jari tangan itutepat melekat pada kelima jalan darah di dada Gak Lui.Kini Siu-mey dan Hwat Hong taysu baru mengetahuikhasiat dari Tangan Emas itu. Diam2 mereka mengagumisekali. Ke Bing mengangkat muka dan tersenyum :“Dalam satu jam lagi Gak Lui tentu sudah sadar, harapkalian berdua jangan kuatir.”

Siu mey mengiakan dengan girang sekali lalu dengannada menghormat ia bertanya: “Ke sian-seng, engkauadalah sahabat dari paman guruku. Adakah engkau tahuapa sebab paman guru tak mau mengunjukkan dirikepada orang?”

Siu-mey menunggu jawaban dengan hati berdebar. Iakuatir orang tak mau menerangkan. Tetapi diluar dugaanternyata Ke Bing ramah sekali sikapnya. Sambilmengangguk kepala ia tertawa : “Alasannya sederhanasekali. Dia mendapat tugas dari guru untuk mengunjungiarca2 yang dipuja dalam biara maupun gereja. Ia hendakmenyembahyangkan para arwah dari orang2 yang telah

Page 596: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

596

mati dibunuhnya. Oleh karena di daerah Tionggoanjumlah rumah suci tak terhitung banyaknya. Setiap gerejaharus sembahyang, setiap arca harus bersujut. Sekalipunilmu kepandaiannya sangat tinggi, pun tak mungkinmampu melakukan muhibah itu dalam waktu yangsingkat. Dan selama dalam perjalanan muhibah itu diatak boleh melakukan pertumpahan darah lagi. itulahsebabnya maka ia tak mau unjuk diri pada orang agarjangan sampai mengganggu waktunya.”

---oo~dwkz^0^Tah~oo---

Mendengar itu Hwat Hong kerutkan alis, serunya :“Ke sianseng, aku kenal lama dengan Kaisar Persilatan.Akupun cukup jelas akan pribadinya yang sangatmembenci pada kejahatan. Tetapi kini si Maharaja telahmuncul dengan perbuatannya yang jahat. Jika KaisarPersilatan takut terganggu waktunya dalam perjalanandan tak bertindak apa2, apakah itu sesuai denganpribadinya ?”

“Ini.... akupun pernah mendengar ucapannya. Diamengatakan dunia persilatan akan tertimpa malapetakapembunuhan lagi dan ia pun berhasrat untuk membantu.Justeru karena itu, ia harus cepat2 menyelesaikanmuhibahnya, baru nanti akan datang ....”

“Bilakah dia akan datang itu ?”

“Kalau tiada halangan suatu apa, kira2 dalam waktutiga bulan. Tetapi kalau ada aral melintang, ah, sukarditentukan ....”

“O...” seru Hwat Hong terkejut, “mengapa begitulama? Mungkin sudah tak keburu lagi !”

Siu-meypun berseru dengan nada putus asa:

Page 597: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

597

“Sekalipun keburu waktunya, tetapi kalau beliau siorangtua tak mau turun tangan, pun percuma juga.”

“Ah, tidak begitu !” seru Ke Bing.

“Mengapa ?”

“Dia mengatakan bahwa dalam dunia persilatan kelakbakal muncul orang baru yang akan dapat melenyapkanmalapetaka itu !”

“Adakah yang dimaksud itu engkoh Lui ?”

“Benar! Memang dia.”

“Oh…” Siu-mey mendesuh tegang. Ia tersenyumrawan seraya melirik ke arah Gak Lui yang masih belumsadar. Suatu perasaan bahagia tersenyum banggamenyerbak di hati nona itu. Tetapi Hwat Hongmempunyai pemikiran lain, serunya:

“Walaupun kepandaian Gak sauhiap bukan kepalangtetapi kalau bertanding lawan Maharaja, rasanya masihterpaut jauh. Entah bagaimanakah cara untukmeningkatkan kepandaian Gak sauhiap itu ?”

“Untuk meningkatkan, tentu bisa. Tetapi ilmukepandaian dari Maharaja itu mencangkum kedua aliranPutih dan Hitam. Tak mungkin dalam setengah sampaisatu tahun dia dapat menyamainya.”

“Lalu bagaimana ?”

“Kelak Gak Lui bakal memperoleh sebuah senjatayang amat sakti. Maharaja pasti akan terbasmi dengansenjata istimewa itu !”

“Aneh !” gumam Siu-mey seraya berpikir dalam hati:“Rencana engkoh Lui untuk mencari pedang pusakaThian-lui-koay-kiam, rupanya Ke Bing ini sudahmengetahui. Tetapi dia hanya seorang biasa. Dengan

Page 598: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

598

dasar apa ia dapat menerka hal itu ?”

Rasa heran mendorong Siu-mey mengarahkanpandang matanya kepada orang yang mengaku bernamaKe Bing itu. Dari sinar matanya jelas Ke Bing itu tiadamemiliki ilmu tenaga dalam tetapi memancarkankecerdasan yang tajam. Rupanya Ke Bing dapatmenduga isi hati si nona, serunya: “Nona Li, soal itusaudara Li Liong-ci yang memberitahukan kepadaku. Akuhanya menyampaikan saja.”

“Benarkah ?”

“Dia sudah meyakinkan ilmu Liok-to-sin-thong(Menembus enam indera). Ilmu pelajaran dari perguruanagama yang tinggi itu, termasuk juga ilmu Thian sim-thong (menembus hati), Thian-gan- thong (menembusmata), Thian-ji-thong .... enam macam. Tentang isi hatiorang dan kejadian yang akan datang, dapat menebakdengan jitu sekali ....”

“Dan anda sendiri ?”

“Aku tetap hanya seorang biasa. Tetapi dia pernahmengajarkan ilmu Thian-gan-thong kepadaku. Itulahsebabnya maka aku mempunyai sedikit kepandaian.”

Mendengar uraian itu timbullah gairah Hwat Hongtaysu. Karena Liok-to-sin thong, memang sangat sukardipelajari. Maka bertanyalah ia dengan rasa heran: “Kesianseng, dengan rasa malu kepada diri sendiri karenaberpengetahuan dangkal, aku tak mengerti tentang ilmuLiok-to-sin-thong itu. Maka mohon tanya, adakah akudapat berhasil mempelajari ilmu itu?”

“Ini.....,” Ke Bing terkesiap, “ah, taysu tentu akanberhasil dan tak berapa lama lagi taysu tentu....akanmendapat kesempatan untuk mengenyam penerangan

Page 599: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

599

sari2 pelajaran agama.”

“Dan aku bagaimana?” Siu-mey menyeletuk.

“Nona? Kelak engkau tentu jadi seorang pendekarwanita yang menggetarkan dunia persilatan.”

“Dan engkoh Lui ?” Ke Bing tak mau langsungmenyahut melainkan tertawa: “Tentang dia biarlah diasendiri yang menjawab !”

Rupanya Siu-mey menyadari kalau pertanyaannyaterlalu mesra maka merahlah wajahnya dan terustundukkan kepala, beralih memandang ke arah Gak Lui.Saat itu tampak wajah Gak Lui berseri kemerah-merahandan napasnyapun sudah normal lagi. Jelas bahwapemuda itu sudah terlepas dari bahaya maut.Tenaganyapun sudah pulih. Sekalian orang diam-diambersyukur atas peristiwa itu dan mereka menantikandengan penuh perhatian sampai pemuda itu akansadarkan diri.

Sekonyong-konyong terdengar teriakan nyaringmemecah kesunyian. Ternyata Gak Lui sudah sadar danloncat bangun. Ia tak tahu dimana saat itu ia berada. Iamemandang kepada sekalian orang yang berada di situ.Begitu pandang matanya tertumbuk pada Ke Bing,berserulah ia dengan suara tersendat:

“Engkau .... engkau bukankah .....yang muncul darigereja Siau- lim si itu !”

“Benar,” sahut Ke Bing seraya dengan hati-hatimengemasi Kim- jiu.

“Mengapa tempo hari engkau pergi tanpa pamitsehingga menimbulkan salah faham Tanghong siansengsehingga dia mendapat kecelakaan ?”

Melihat Gak Lui mendesak orang itu dengan

Page 600: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

600

pertanyaan dan seolah-olah tak menghiraukan Siu-meyserta Hwat Hong taysu, Siu-mey cepat menyelutuk danmemberi keterangan apa yang telah terjadi pada diripemuda itu. Mendengar itu serta merta Gak Lui menjurahmenghaturkan terima kasih: “Ke cianpwe, mohoncianpwe suka memaafkan keliaranku. Dan kumohoncianpwe sudi menyampaikan terima kasihku kepadaKaisar Persilatan atas budi pertolongannya kepadadiriku.”

“Ah, engkau terlalu sungkan,” kata Ke Bing serayabalas memberi hormat, “Mengapa tempo hari aku pergitanpa pamit adalah karena diajak Kaisar. Kalau tidakmasakan aku mampu melintasi sekian banyak penjagaan....”

“O…” Gak Lui menghela napas. Saat itu baru iamenyadari betapa luas dan tingginya ilmu silat itu. Di atasgunung masih ada langit. Orang yang pandai masih adayang lebih pandai.

“Lalu apakah tujuan cianpwe naik ke gunung ini ?”tanyanya pula.

“Karena Kaisar hendak berziarah menghadap Ji-laytitisan ketiga. Dan saat itu ia melihat hawa pembunuhanmenutup gereja Siau- lim-si, tentu akan mencelakaiseorang tokoh persilatan ... hanya karena tak mau dirinyadiketahui orang maka ia segera membawa aku agardapat mengalihkan perhatian orang.”

“O, kiranya begitu,” kata Gak Lui, “tetapi aku memanghendak menghadap kepadanya. Sayang aku tiada rejekisehingga tertimpa peristiwa ini ....”

“Apakah maksudmu hendak menemuinya? Apakahhendak menanyakan tentang ilmu Ngo heng-tay-hwatyang terbalik itu ?” tanya Ke Bing.

Page 601: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

601

“Benar, benar,” seru Gak Lui dengan rasa keherananyang tak kunjung habis. Disamping mengagumi ilmuLiok-to-sin-thong dari Kaisar Persilatan, diam2 iameragukan diri Ke Bing. Ke Bing seorang yang takmengerti ilmu silat. Adakah ia mampu mengingat semuapesan dari Kaisar Persilatan ? Melihat keraguan orang,Ke Bing serentak menjulurkan Kim-jiu. Melihat itutimbullah gagasan Gak Lui. Mengapa setelahmembicarakan ilmu Ngo-heng-tay hwat terbalik, lalu tiba2Ke Bing menyodorkan Kim-jiu ? Pikiran Gak Lui yangcerdas cepat dapat menduga bahwa Kim-jiu itu kecualisebuah benda mujijad yang mampu memberipengobatan dan tenaga, pun tentu mengandung ilmupelajaran yang sakti. Maka dengan wajah serius dankhidmat, ia segera menyambuti benda itu dengangemetar.

“Saudara Li mengatakan, segala ilmu kesaktianberada dalam Thian-liong-kim-jiu ini. Dengankecerdasanmu, tentulah engkau dapat menyelaminya,”kata Ke Bing. Gak Lui tersipu-sipu mengiakan.

“Tetapi benda ini adalah pusaka warisan dari partaiperguruan Thian-liong-pay. Engkau harus hati2menjaganya.”

“Sudah tentu akan kujaganya dengan baik. Hanyasetelah selesai mempelajari, kemanakah aku harusmengembalikan ?” tanya Gak Lui.

“Pada waktunya, saudara Li Liong-ci tentu akandatang sendiri untuk mengambilnya.”

“O, apakah beliau mau bertemu dengan aku ?”

“Kelak pada suatu ketika pasti akan bertemu.”

“Ah, sungguh beruntung sekali! Aku masih ingin

Page 602: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

602

meminta banyak sekali pelajaran kepada beliau !” seruGak Lui dengan girang. Semangatnya pun bangunkembali. Memang ia mempunyai angan2 untuk menjagoidunia persilatan. Oleh karena Kaisar Persilatan tak maumuncul dalam masyarakat ramai, maka itulah suatukesempatan baik baginya untuk menonjolkan diri. Tetapiadakah ia mampu mencapai tingkat pelajaran sehebatitu, harus dilihat dari ketekunannya belajar.

Tiba2 Ke Bing berkata: “Cita2 memang membuatorang kagum. Aku berani memastikan, saudara Li Liong-ci tentu akan meluluskan. Kuharap engkau belajarsungguh2, agar apabila tiba saatnya dapat diuji.” Kata2itu menggembirakan Gak Lui. Bahkan Hwat Hong taysudan Siu-mey ikut bergembira.

“Maaf,” kata Ke Bing, “aku tak mengerti ilmu silatseperti kalian. Setengah hari ini, aku benar2 agak letih.Aku hendak beristirahat dulu di sini. Jika kalianmempunyai urusan, silahkan berangkat dulu.”

Sekalian orangpun segera berbangkit dan memberihormat minta diri kepada Ke Bing. Kepada setiap orangKe Bing selalu menjawab, “Sampai berjumpa lagi” atau“Harap menjaga diri baik2”. Tetapi ketika berhadapandengan Hwat Hong taysu, ia berkata: “Selamat tinggal!Selamat tinggal !”

Demikian dengan Gak Lui sebagai penunjuk jalan,rombongan orang Heng-san pun segera turun gunung.Selama dalam perjalanan itu, tak hentinya Gak Luimerenungkan peruntungan besar yang diterimanya itu. Iamerasa sangat berhutang budi kepada Kaisar Persilatan.Ia merasa sekalipun dengan jiwa, ia tak dapat membayarbudi tokoh itu. Pun kepada Ke Bing ia juga merasaberhutang budi. Tetapi ia percaya tentu dapatmembalasnya. Untuk mengingat namanya agar jangan

Page 603: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

603

sampai lupa, Gak Lui berulang-ulang menyebut: “KeBing! Ke Bing! Ke Bing.... hai, janggal benar! Ke Bing itutentu bukan nama yang aseli tetapi nama palsu! Lalusiapakah dia ... apakah dia itu……?”

Sekonyong-konyong pemuda itu menggentakkankakinya ke tanah dan tanpa bicara sepatah-pun, ia teruslari kebalik biara tua tadi. Sudah tentu Hwat Hong danSiu-mey tercengang. Terpaksa mereka lari menyusulpemuda itu. Tak berapa lama merekapun sudah tibakembali di biara tua itu. Tampak Gak Lui tegak berdiridiam dan sikapnya seperti orang yang kecewa.

“Engkoh Lui, kenapa engkau ?” tanya Siu-mey.

“Kalian lihatlah....!” seru Gak Lui seraya menunjukkedalam biara.

“Apakah Ke sianseng tertimpa sesuatu?” tanya HwatHong taysu. Tetapi ketika pandang matanya terarahkedalam biara, ketua Heng-san-pay itupun segeraberteriak kaget: “Hai, dia lenyap!”

“Aneh, mengapa kalau tidak bisa ilmu silat, dia dapatbergerak sedemikian cepatnya?”

Gak Lui gentakkan kakinya berulang kali ke tanah.Sambil geleng2 kepala ia menghela napas: “Tiada yangharus dibuat heran! Kalau terasa aneh itu adalah kitayang tak dapat melihat orang!”

“Maksudmu.... ?”

“Ke Bing itu berarti Nama Palsu. Yang betul diaadalah Kaisar Persilatan sendiri !”

“Amboi ....!” teriak Siu mey terkejut. Sejenak tertegun,ia menggerutu seorang diri: “Ah, memang tak dapatmenyalahkan kita. Engkau dan kita semua belum pernahmelihatnya.....”

Page 604: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

604

Wajah Hwat Hong taysu serentak berobah merah,ujarnya: “Aku yang merasa sudah faham dan pasti akanmengenalnya apabila bertemu. Siapa tahu kepandaian Litayhiap Kaisar Persilatan begitu lihay, mencapai tingkatdimana pandangan mata orang benar2 dapat disesatkan.Ah ... aku benar merasa malu kepada diriku.”

Demikian sekalian merasa sangat getun. Betapapunhalnya, Kaisar Persilatan sudah unjuk diri dan lenyaplagi. Beberapa saat kemudian Siu-mey tertawa nyaring,serunya:

“Engkoh Lui, jangan cemas. Tadi beliau siorang tuamengatakan, begitu engkau sudah selesai mempelajariilmu Ni-coan-ngo-heng, beliau tentu akan menjumpaiengkau lagi untuk menguji kepandaianmu. Mengapaengkau tak dapat bersabar....”

“Hm ...,” teringat bahwa kelak masih banyakkesempatan, Gak Luipun menghela napas: “Ah, sayangmasih kurang sesuatu !”

“Kurang apa ?”

“Aku tak mengerti ilmu Ngo-heng-ki-bun. Tentu sukarsekali untuk mempelajari ilmu Ni-coan-ngo-heng itu.”

“Hi, hi, hi, hi,” Siu-mey tertawa mengikik, “dalam soalitu aku dapat membantumu.”

“Apakah engkau dapat ?”

“Sudah tentu, sebagai murid dari Dewi Tong thing,masakan begitu saja tak bisa ?”

“Baik, sekarang silahkan engkau mengajarkan dasar2ilmu itu.”

“Hm, tak semudah itu, bung. Sedikit banyak harusada pernyataan.”

Page 605: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

605

“Pernyataan bagaimana ?”

“Mengangkat guru meminta pelajaran, harusmemakai penghormatan !”

“Ha, ha, ha, ha,” Gak Lui tertawa geli, “rupanyaengkau lupa, akupun pernah mengajarkan sejurus ilmupedang kepadamu. Kan ini namanya sudah lunas.”

Demikian mereka duduk di dalam biara tua itu danSiu meypun mulai menguraikan tentang ilmu Kian-gun-pat-kwa dengan segala perobahannya. Hwat Hongtaysupun ikut menambahkan penjelasan yang perlu.

Gak Lui memang cerdas. Apa yang diajarkan Siu-mey itu dapat dicatat dalam hati dengan baik. Setelah ituia mengeluarkan Thian-liong-kim-jiu, disongsongkanpada sinar rembulan untuk memeriksa guratan2 halusyang terdapat pada benda itu. Dengan pengamatan yangseksama, dapatlah ia mengetahui bahwa guratan padaThian- liong-kim jiu itu memang merupakan tanda2 darisusunan Pat-kwa. Bermula memang mudah. Denganpelajaran yang didapatnya dari Siu-mey tadi, ia dapatmengerti susunan gurat2 itu. Tetapi setelah meningkatpada kelompok guratan yang lain, macetlah pikirannya.Benar2 ia tak dapat mengetahui inti keindahannya.Dicobanya untuk mengasah otak memecahkan rahasiaitu, tetapi tetap sia2. Mata berkunang, kepala pening dankeringatpun bercucuran deras.

---oo~dwkz^0^Tah~oo---

Selama itu Siu-mey tak berani buka suara karenakuatir akan mengganggu pemusatan semangat Gak Lui.Tidak demikian dengan Hwat Hong taysu yang banyakpengalaman. Kuatir kalau terlalu ngotot nanti Gak Lui

Page 606: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

606

akan menjurus ke arah akibat yang disebut Co-hwa-jip-mo atau darahnya meliar deras sehingga tak berjalanpada saluran yang semestinya. Co-hwe-jip-mo akanmengakibatkan tubuh orang rusak dan cacat, pikiranpuntak waras lagi.

“Sauhiap,” cepat ketua Heng-san-pay itu menyelutuk,“bahkan Kaisar Persilatanpun sudah mengatakan bahwauntuk mempelajari ilmu itu, harus memerlukan waktuyang cukup lama. Maka janganlah engkau terburu-burubegitu rupa ....”

Gak Lui mengiakan. Ia menghela napas untukmelonggarkan ketegangan syarafnya. Tetapi beberapasaat kemudian, ia mulai membenam diri untukmemecahkan rahasia gurat2 pada Thian- liong-kim-jiu itulagi. Melihat itu Siu-mey segera mengalihkan perhatianpemuda itu, serunya: “Engkoh Lui, kita masih mempunyairencana lain. Marilah kita berangkat !”

“Hm, hm...,” Gak Lui hanya mendengus. Rupanya diatetap enggan. Melihat itu Siu-mey segera cari akal agardapat mengalihkan perhatian Gak Lui. Segera iamenceritakan apa yang Kaisar Persilatan mengatakankepadanya. Bahkan menurut Kaisar Persilatan, kelak iaakan menjadi seorang pendekar wanita yang amattermasyhur. Lalu Kaisar Persilatanpun mengatakanbahwa tak lama lagi Hwat Hong taysu tentu bakalmencapai kesempurnaan dalam ilmu agama yangdianutnya.

“Apakah…. engkau tak salah .... dengar?” serentakGak Lui bertanya dengan tegang.

“Tidak !” Mendengar itu hati Hwat Hong taysupuntergetar rawan. Ia dapat menyelami apa arti kata2 itu.Dan lagi ketika saling berpisah, khusus kepada dirinya,

Page 607: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

607

Kaisar Persilatan tidak mengucapkan 'sampai jumpa lagi',tetapi 'selamat tinggal'. Hwat Hong taysu dan Gak Luisaling bertukar pandang. Rupanya keduanya sama2mempunyai pengertian dalam hal itu.

“Mari kita pergi.... toh dalam waktu semalam takmungkin aku dapat mengetahui rahasia pelajaran itu .....”akhirnya Gak Lui berkata.

“Benar, kita harus berangkat dan melaksanakanrencana semula,” sahut Hwat Hong taysu. Sejenakmerenung Gak Lui mengatakan bahwa sebaiknyarencana semula itu perlu dirobah sedikit.

“Sejak saat ini kita jangan berpencar dan bersama-sama menuju ke Ceng-sia !” katanya.

“Ah, tak perlu,” sambut Hwat Hong, “walaupun akutak tahu isi rencana itu, tetapi aku tak setuju kalaudirobah.”

Gak Lui hendak membantah tetapi tiba2 Siu meymenarik lengan baju Gak Lui: “Engkoh Lui, kurasamemang tak perlu dirobah. Rencana memikat lawan,rasanya yang paling tepat untuk kita jalankan!”

Nona itu terpaksa hentikan kata2nya karena Gak Luicepat berpaling menatapnya. Tetapi Hwat Hong taysusudah terlanjur mendengar tentang siasat 'memikatmusuh' itu. Maka berkatalah ia: “Sauhiap, ditilik dariurusan Pengemis Jahat, sekalipun engkau tak bilang,tetapi aku dapat menduga. Demi supaya dapat memikatmusuh, harap engkau jangan menghalangi.”

“Taysu ....”

“Jangan kuatir, tak nanti aku bertindak sembarangan.Tak peduli akan berjumpa dengan murid hianat yangpalsu ataupun dengan Topeng Besi, aku takkan

Page 608: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

608

bertindak sembarangan!” Karena sungkan menolak dankarena mendapat jaminan Hwat Hong, terpaksa Gak Luimenerima. Sekalipun begitu ia tetap memberi pesan:“Taysu, ingatlah bahwa kita masih akan ke Ceng-sia.”

“Baiklah, itu berarti sekali dayung dua tepian,” sahutkepala gunung Heng-san itu. Habis berkata dengandiikuti ke delapan anak murid, ia segera turun gunung.Setelah jauh, barulah Siu-mey bertanya kepada Gak Lui:“Engkoh Lui, rupanya kalian seperti ada sesuatu yangtersembunyi dalam hati ....”

“Benar ! Ucapan Kaisar Persilatan seolah-olahmemberi petunjuk bahwa tak lama.... taysu akanmeninggalkan dunia fana.”

“Hm, hanya suatu ramalan yang belum terjadi. Takperlu kita terlalu percaya.”

Gak Lui tersenyum hambar: “Aku memang tak sukaakan tahayul. Tetapi dengan terjadinya peristiwaTanghong sianseng, sebaiknya kita berjaga-jaga saja.”

Diam2 Siu meypun tergetar dalam hati. Namun iacepat menghibur diri. Asal Hwat Hong taysu benar2pegang janjinya tak bergerak sembarangan, tentulahakan terhindar dari bahaya. Waktu berjalan dengancepat. Gunung Ceng-sia-sanpun makin dekat. Sehariberjalan lagi, tentu akan tiba. Dalam pada itu timbulpertentangan dalam hati Gak Lui. Kemudian ia menghelanapas: “Untuk mencari adik Lian, rupanya harus mencaridaya lain. Tetapi membiarkan taysu mencapai gunungCeng-sia, pun suatu hal yang baik juga ....”

Siu-mey mengiakan: “Benar, setelah mengantarkanobat, kita mencari lagi.....”

Memandang ke muka, tampak anak buah Heng-san-

Page 609: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

609

pay tadi menyusup ke dalam hutan. Mungkin untukmenyelidiki barangkali dalam hutan itu terdapat musuhyang bersembunyi. Ketika Gak Lui dan Siu-mey tiba ditepi hutan, tiba2 terdengar Hwat Hong taysu berteriakkaget seperti melihat sesuatu yang aneh. Gak Lui cepatmenghampiri dan saat itu terdengar suara senjata beraduamat gencar.

“Celaka !” Gak Lui makin gugup. Cepat ia mencabutsepasang pedang dan terus secepat kilat menyerbu kedalam hutan. Gak Lui bergerak cepat sekali tetapiternyata peristiwa telah berlangsung lebih cepat. Ketikatiba di tempat Hwat Hong, ia termangu-mangu sepertipatung. Wajahnya memberingas dan dua butir airmatamenitik turun..... Saat itu Siu-meypun tiba, serunyameneriaki Gak Lui: “Engkoh Lui....” tetapi ketika melihatkeadaan di tempat itu, seketika iapun terlongong-longong. Kiranya saat itu Hwat Hong taysu menggeletakmati ditanah dengan dada tertembus tusukan pedang.Dan dari kedelapan anak muridnya, yang kurang hanyaseorang. Karena yang tujuh orang-pun sudah rebahmenjadi mayat.

“Engkoh Lui !” Siu-mey akhirnya dapat menahankegoncangan hatinya, “bagaimanakah... ini?”

Gak Lui memandang ke sekeliling dan menajamkanhidungnya beberapa jenak, lalu berkata dengan dingin:“Inilah perbuatan kejam dari si orang berkerudung mukadan Topeng Besi itu!”

“Salah !” seru Siu-mey sembari menunjuk padamayat Hwat Hong, “kalau bertemu musuh, sekalipunHwat Hong tak sempat mundur, tetapi paling tidak diatentu sudah mencabut pedang !” Ketika mengikuti yangditunjuk Siu-mey, memang Gak Lui melihat pedang HwatHong taysu masih menyarung di kerangka. Jelas paderi

Page 610: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

610

itu belum mencabutnya. Hal itu memang mengherankan.

“Kurasa taysu tentu tak ingkar janji. Tentulah telahterjadi sesuatu yang diluar dugaan sehingga ia takmemikir untuk mundur. Dan lawan menggunakankesempatan selagi dia tak berjaga, terus menyerangnya....” kata Gak Lui sambil menghitung jumlah mayatmurid2 Heng-san-pay. Mayat2 itu malang melintang ditanah dalam keadaan yang mengerikan. Gak Lui hanyamendapatkan jumlah tujuh orang saja. Dan yang seorangjelas lenyap. Gak Lui terperanjat. Tubuhnya menggigiltegang. Melihat itu Siu- mey segera bertanya: “Tentulahyang seorang itu ditawan musuh. Kalau kuatir dia nantimembocorkan tentang peristiwa engkau mendapat Kimjiu, marilah kita cepat mengejarnya !”

“Mengejar ?”

“Ya !”

“Tak mungkin terkejar.”

“Mengapa ?”

“Pertama, mengantar obat ke Ceng-sia itu, harus kitayang melakukan. Dan hal itu tak boleh ditunda waktunya!”

“Aku yang pergi ke Ceng-sia dan engkau yangmengejar mereka !”

“Tidak, aku tak dapat mengejar !”

“O...,” Siu-mey terheran-heran, “apakah engkau takut?”

“Hm, masakan aku bisa takut?”

“Lalu mengapa engkau tak mengejar ?” Gak Lui majuselangkah: “Dengan menawan seorang murid Heng-san-pay itu, mereka tentu menggunakan cara yang ganas

Page 611: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

611

dan menjaganya dengan ketat. Kaisar Persilatanmemberiku pusaka Kim-jiu itu, tak lama tentu akansampai pada Maharaja,...”

“Hm.....” desis Siu-mey.

“Berulang kali Maharaja berusaha hendakmenangkap aku hidup. Kali ini mungkin dia akanberusaha lebih keras lagi untuk menangkap aku!”

“Apa alasannya ?”

“Mudah sekali,” sahut Gak Lui, “dia sesungguhnyatak tahu bagaimana kematian ayah-angkat dan bibiguruku. Maka dia selalu kuatir kalau mereka EmpatPedang dari Busan akan membasminya. Selain itu, diamasih hendak ....”

Tiba2 Gak Lui berhenti dan serempak dengan ituterlintaslah sesuatu dalam benaknya. Ia seperti telahmenemukan pemecahan dari suatu rahasia yang selamaini masih gelap baginya. Dan berkatalah ia seorang diri:“Ya, benar, dia masih ingin menggunakan aku untukmengambil pedang Thian-lui koay-kiam !”

“Untuk apakah pedang itu ?” tanya Siu-mey.

“Untuk mengadu jiwa dengan Kaisar Persilatan !”

“Hai !” Siu-mey serentak tersadar, “kalau begitu jelasengkau tak boleh sembarangan mengejar. Karenaapabila lawan dapat merebut benda Thian-liong-kim-jiuitu, bahayanya tentu besar sekali !”

Demikian setelah menanam mayat murid2 Heng-san-pay, lalu Gak Lui membawa jenazah Hwat Hong menujuke Ceng-sia. Dalam perjalanan itu yang menjadipemikiran Gak Lui tak lain yalah bagaimana ia dapatmempelajari ilmu Ni-coan-ngo-heng dan selekasnyadapat merebut pedang pusaka Thian-lui-koay- kiam.

Page 612: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

612

Selama itu iapun merasa tenaga-dalamnya bertambahmaju. Sudah tentu hal itu disebabkan karena hasilpengobatan yang diberikan Kaisar Persilatan kepadanya.Mengenai pengobatan itu, Gak Lui teringat bahwa KaisarPersilatan tidak langsung menyalurkan tenaga dalam,melainkan hanya menggunakan Thian-liong-kim-jiu.Ternyata Kim-jiu itu dapat melekat pada jalan darah yangtepat dan menyalurkan tenaga-dalam ke tubuh Gak Lui.Sungguh suatu benda pusaka yang ajaib. Makin besarlahrasa kagum Gak Lui kepada tokoh Kaisar Persilatan.Diam2 iapun girang karena tenaga-dalamnya bertambah.Tetapi kegirangannya itu segera tertutup oleh awankedukaan atas kematian Hwat Hong taysu serta ketujuhanak muridnya. Tengah ia berjalan dengan melamun,tiba2 Siu mey berteriak:

“Engkoh Lui, kita sudah sampai....” Gak Lui terkejutgirang. Memang benar, tak jauh di sebelah muka tampakgunung Ceng-sia san yang terbungkus rimba hijau, iamenduga gunung itupun tentu didirikan beberapa pospenjagaan dari Ceng-sia-pay. Ketika ia bersama Siu-meymelanjutkan perjalanan untuk mendaki, sekonyong-konyong di udara tampak meluncur seuntai api. Api itupecah berhamburan dan lenyap.

“Engkoh Lui, orang sudah mengetahui kedatangankita dan mereka melepas api pertandaan. Harap hati2 !”Gak Lui menurunkan jenazah Hwat Hong taysu danmenyembunyikan di tempat yang aman. Setelah itu iaberkata:

“Ada apa2 biarlah aku yang maju, jangan engkausembarangan ikut turun tangan !”

Siu-mey mengiakan: “Baik, Hui Gong taysu dari Siau-lim-si sudah menyanggupi untuk memberitahukantentang dirimu kepada sekalian partai persilatan.

Page 613: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

613

Kuharap siarannya itu sudah tiba pada mereka. Agarjangan timbul salah faham lagi.”

“Mudah-mudahan begitu,” kata Gak Lui.

Tepat Gak Lui habis berkata, dari hutan gunungCeng-sia-san bermunculan beberapa sosok tubuh orang.Mereka menghampiri ke tempat kedua pemuda itu. Yangberjalan di sebelah depan terdiri dari empat orang imamyang sudah tua usianya. Jelas keempat imam tua itutentu memiliki kepandaian tinggi. Cepat sekalirombongan itu sudah tiba di hadapan Gak Lui. Barulahsaat itu Gak Lui dapat melihat jelas bahwa keempatimam tua itu memelihara jenggot panjang dan jidat lebarserta berwibawa. Mereka mengenakan jubah seragamdan membekal pedang yang sama bentuknya. Melihatwajah mereka menampil kemarahan, Gak Lui cepatmendahului berkata: “Totiang berempat ini tentulah daripartai Kong-tong-pay ?”

“Ya,” sahut keempat totiang itu seraya mengisar kakidan membentuk diri dalam setengah lingkaran,menghadang jalan Gak Lui dan Siu-Mey.

“Tolong tanya, siapakah diantara totiang yang disebutWi Ih totiang?”

“Akulah !” sahut salah seorang imam tua itu serayamaju selangkah. Wi Ih menunjuk pada ketiga kawannya:“Yang ini suteku Wi Jing, Wi Li dan Wi Beng ....” dalampada memperkenalkan nama ketiga sutenya itu, mata WiIhpun segera tertumbuk akan jenazah Hwat Hong taysuyang dipanggul Gak Lui. Seketika merahlah matanyadengan sinar kemarahan, bentaknya: “Engkaupengapakan taysu itu?”

“Pada waktu dalam perjalanan bersama taysu untukmengantar obat, di tengah jalan telah diserang musuh

Page 614: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

614

gelap sehingga taysu mendapat bencana ....”

“O, apakah kalian dari gereja Siau-lim?”

“Benar ....”

“Bagaimana keadaan penyakit ketua Siau-lim?”

“Sudah dapat kami sembuhkan !”

“Hm ....,” wajah Wi Ih yang berbentuk panjang sepertikuda itu agak kendor, katanya: “Gak Lui, adanya kali inikami tinggalkan markas Kong-tong, tak lain karenahendak mencarimu guna membuat perhitungan. Tetapikarena kalian telah menyembuhkan Hui Gong taysu dariSiau-lim, sekarang kami beri engkau kesempatan untukmengadakan penjelasan !”

“Penjelasan itu sederhana sekali. Wi Ti dan Wi Tunberdua totiang itu amat baik sekali hubungannya denganaku. Mereka mati dibunuh anak buah MaharajaPersilatan dan untuk itu aku berusaha hendak menuntutbalas !”

“Dengan begitu bukan engkau yang membunuhmereka ?”

“Sudah tentu bukan !”

“Tetapi ketua Kun-lun-pay mengatakan kalau ....engkau. Tentulah kalian sudah bertemu dengan merekadi gereja Siau-lim ....” Dengan ucapan yang bernadaramah itu jelas mengunjukkan bahwa salah faham antarapartai Kong-tong-pay dengan Gak Lui, saat itu sudahdapat dihapuskan.

“Lalu bagaimanakah dengan Tanghong sianseng ?”bertanya ketua Kong-tong-pay pula.

“Dia ....” Gak Lui berkata dengan suara sember.

Page 615: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

615

“Mengapa ?” desak Wi Ih mulai tegang.

“Dia sudah meninggal !”

“Meninggal ? Kenapa ?”

“Terkena jarum emas Pencabut Nyawa dari Siau-lim-si.”

“Hai, aneh !” Wi Ti totiang maju selangkah, serunya:“Apakah Siau-lim-si menggunakan senjata rahasia untukmencelakainya? Bicaralah yang jelas !”

---oo~dwkz^0^Yah~oo---

Setelah menghela napas, Gak Lui lalu menuturkanapa yang telah terjadi pada Tanghong sianseng secarajujur, Gak Lui menceritakan bahwa kematian Tanghongsianseng itu adalah karena terkena jarum emasPencabut Nyawa yang tak sengaja telah dilepaskannya,seketika membelalakkan mata Wi Ih totiang. Tring, tring,tring.....serentak mereka mencabut pedang. Melihat ituSiu-meypun cepat melolos pedang dan melindungi dimuka kekasihnya. Gak Lui sendiri tenang2 saja, serunya:“Harap totiang jangan turun tangan. Apa yang kututurkanmemang sesungguhnya. Harap totiang suka menimbangmasak2 !”

“Menimbang ?” teriak Wi Ih totiang, “kedua ketuapartai persilatan itu telah mati terbunuh secara berturut-turut. Orang mati memang tiada buktinya. Apalagi yangharus dipikirkan.”

“Harap totiang memikirkan tentang keselamatan jiwaketua Ceng- sia-pay. Apabila terlambat, mungkin sukarditolong.”

“Heh, heh! Adakah kalian sudah mengunjungi gereja

Page 616: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

616

Siau-lim, masih satu pertanyaan. Taruh sudah ke sana,pun apa yang engkau ceritakan itu, memang sukardipercaya !”

“Lalu bagaimana dengan maksud totiang ?”

“Tiga macam hutang darah, sekali dibayar lunas !”

Gak Lui kerutkan alis dan berseru dengan sarat:“Kedatanganku kemari adalah hendak mengantar obat.Tidak bertujuan berkelahi dengan totiang. Dan memangaku sudah berketetapan untuk datang ke Ceng-sia-san.Harap totiang suka memberi jalan.....”

“Ngaco belo!” bentak imam Wi Ih dengan marah lalumengangkat tangan kiri dan lepaskan sebuah hantamandahsyat yang dilambari tenaga-dalam Thay jin-cin gi,terarah ke dada Gak Lui.

“Bagus!” seru Gak Lui seraya menyongsong dengangerakan tangan kiri dalam jurus Ciang-mo-ciang-hwatatau pukulan menundukkan iblis. Wi lh totiang terkejut.Ketika pukulannya melancar setengah jalan ia sudahmerasa bahwa pukulan pemuda itu mengeluarkantenaga-penyedot yang aneh. Buru2 ia tarik pulangtenaga- dalamnya, berbareng itu dengan gerak yangmenyerupai jurus Ular-keluar-guha, pedang di tangankananpun segera menusuk bahu lawan. Tetapi Gak Luitetap tenang.

Dengan gerakan yang indah, ia miringkan tubuhseraya balikkan tangan kanan dan mendorong kepadalawan, bum.... terdengar deru angin yang dahsyat, jauhlebih dahsyat dari pukulan Wi Ih tadi. Wi Ih totiangbenar2 tak pernah membayangkan bahwa dalam duniaternyata terdapat jenis pukulan yang mengandungtenaga- penyedot, ia hendak mengganti jurusserangannya tetapi sudah terlambat. Seketika tubuhnya

Page 617: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

617

terhuyung sampai lima enam langkah. Darah padakepala dan dadanya bergolak keras. Hampir saja iaterluka dalam. Melihat saudara seperguruannyaterdesak, Wi Ceng, Wi Li dan Wi Beng cepat hendakturun tangan membantu. Tetapi ternyata Gak Lui tak maumelukai orang. Maka setelah berhasil mengundurkanorang, ia segera menarik pulang tangannya dan tak maumenyerang lagi melainkan berseru:

“Harap totiang sekalian suka mendengarkan! Jika akumemang mempunyai hati hendak membunuh orang,ketua kalian tadi kalau tidak mati tentu sudah menderitaluka. Maka kuminta totiang sekalian suka tenang danmemikirkan tentang keselamatan jiwa ketua Ceng-sia-pay.....”

Nasehat itu keluar dari hati nurani yang baik, tetapisayang para imam partai Kong-tong-pay itu tak maumengerti. Setelah menjalankan pernapasan sejenak,maka berserulah Wi Ih totiang:

“Tidak mudah untuk naik ke atas gunung Ceng-sia.Lebih dulu harus mencoba barisan Tujuh Bintang daripartai Kong tong-pay baru nanti engkau boleh naik ....”

Habis berkata ketua Kong-tong itupun segeramemberi isyarat kepada kawan2nya. Tiga orang imammuda yang berdiri di belakangnya, segera tampil kemuka dan dengan keempat imam tua itu kini merekagenap berjumlah tujuh orang. Mereka bergerak-gerakmengitari lapangan dan pada lain kejap telah membentukdiri dalam barisan Tujuh bintang. Saat itu kedua fihakseperti orang yang naik punggung harimau. Sukar untukturun lagi. Apa boleh buat, Gak Luipun terpaksa bersiapdengan pedangnya.

Pada saat suasana ketegangan memuncak,

Page 618: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

618

sekonyong-konyong terdengar seruan nyaring yangbergetar tegang: “Tahan! Berhenti !”

Sekalian orang terkejut dan berpaling ke arah asalsuara itu. Seorang paderi tergopoh-gopoh larimenghampiri seraya melambai-lambaikan sepucuk surat.Gak Lui yang bermata tajam cepat dapat mengenalibahwa yang datang itu adalah Hoan Gong paderi dariSiau-lim-si. Begitu tiba dengan napas terengah-engahpaderi itu memberi hormat kepada sekalian orang. Laludengan hati2 menyerahkan surat kepada Wi Ih totiang:“Ketua kami menghaturkan surat penting kepadacianpwe!”

Melihat sikap sipaderi yang begitu tegang, Wi Ihmenduga tentu membawa urusan penting. Segera iamerobek sampul dan membaca isinya. Wajah ketuaKong-tong-pay itu berobah-obah mimiknya. Gak Lui danSiu-mey menduga surat dari Hui Gong taysu itu tentuberisi penjelasan tentang dirinya kepada ketua Kong-tong-pay. Memang dugaan itu tak salah. Setelahmerenung beberapa saat, seri wajah ketua Kong-tong-pay itu berobah tenang, ujarnya: “Gak ... surat dari ketuaSiau-lim-si ini menyatakan bahwa keterangan kalian tadimemang benar. Demi menghadapi musuh2 duniapersilatan, segala perselisihan diantara kita, kelak sajakita perhitungkan lagi ....”

“Baik,” jawab Gak Lui, “mari kita lekas2 menghadapThian Lok totiang!”

Demikian ketegangan yang sudah meruncing ituakhirnya dapat diredakan dan merekapun segeramendaki ke atas menuju ke biara Ceng sia. Tetapi hal itubukan berarti kemarahan keempat tokoh Kong tong-paysudah hapus. Mereka tetap mendendam kepada Gak Luidan menunggu kelak pada suatu hari akan dibereskan

Page 619: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

619

lagi.

Dalam perjalanan itu diam2 Siu-mey telah mengisikitelinga Gak Lui: “Engkoh Lui, mengapa engkau tak maumenyerahkan saja obat dan jenazah Hwat Hong taysukepada keempat imam itu? Bukankah denganmengantarkan sendiri berarti engkau membuang waktuuntuk mempelajari ilmu Ni-coan-ngo-heng tay hwat itu?”

“Aku kuatir kaki tangan Maharaja menyusul kemaridan merebut obat itu. Apalagi....”

“Apalagi bagaimana ?”

“Sejak saat ini aku akan membasmi mereka habis-habisan !”

“O,” desus Siu-mey, “engkau hendak membasmialat2 berita dari Maharaja!”

“Benar, dengan begitu partai2 persilatan mempunyaiwaktu untuk mengatur persiapan dan aku sendiripunmempunyai kesempatan untuk meyakinkan ilmu yangtersimpan dalam Thian-liong-kim jiu itu !”

Dalam pada bicara itu merekapun sudah tiba di ruangbesar biara Ceng-sia-kwan. Murid kepala dari Ceng-sia-pay yakni Hian Wi totiang menyambut danmempersilahkan tetamu2nya masuk.

Dahulu ketika baru turun gunung, Gak Lui pernahbertempur dengan Hian Wi totiang itu. Kepandaianmereka berimbang dan hanya mengandalkan jurus ilmupedang yang aneh, maka pemuda itu dapat memapaskutung pedang lawan. Tetapi kali ini, memang lainhalnya. Ilmu kepandaian Gak Lui jauh lebih tinggi dariimam itu. Sebenarnya Gak Lui sendiri takmembangga2kan soal itu. Tetapi bagi Hian Wi totiangtidaklah demikian. Diam2 ia penasaran kepada pemuda

Page 620: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

620

itu.

Dalam mengambil tempat duduk itu, menurut urut2antinggi rendahnya kedudukan dalam perguruan, terpaksaHian Wi totiang tidak mendapat tempat duduk melainkantegak berdiri. Maka dengan menekan perasaannya,menyambutlah Hian Wi totiang atas kedatangan Gak Lui:“Atas nama suhu, kami menghaturkan terima kasihkepada Gak sauhiap yang telah memerlukan datangkemari mengantar obat. Mohon tanya, bagaimanakahcara meminumnya? Dan harus menunggu berapa lamaobat itu baru bekerja ?”

Dalam hal itu Siu-mey lebih mengerti dari Gak Lui.Apalagi obat itu memang dia yang membawanya. Makacepatlah ia mewakili Gak Lui menyahut: “Carameminumnya biasa saja. Tentang daya khasiatnya,sehari atau paling lambat dalam tiga hari tentu sudahkelihatan.”

“Mengapa waktunya terpaut begitu jauh ?”

“Dibantu dengan penyaluran tenaga-dalam tentucepat kalau mengandalkan obat itu bekerja sendirimemang lebih lambat !”

Hian Wi kerutkan dahi, sahutnya: “Sudah tentu akulebih senang kalau suhu lekas sembuh. Soal penyalurantenaga dalam itu kuharap tuan2 suka membantu....” iaberhenti dan memandang ke sekeliling tetamu yanghadir.

“Aku bersedia membantu tenaga,” pertama tamaadalah Gak Lui yang memberi pernyataan. Tetapi Wi Ihtotiang cepat mencegah:

“Nanti dulu.”

Cepat Gak Lui dapat menduga apa yang dipikirkan

Page 621: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

621

paderi itu. Imam tua itu curiga dan iri hati. Maka sebelumorang itu membuka mulut, Gak Lui sudah mendahului:“Totiang, aku bukan seorang yang suka usil dan jauh darimaksudku memandang rendah pada totiang. Tetapi yangjelas, saat ini kita berkejaran dengan waktu, setiap detikamat berharga. Jika aku yang memberi penyaluran itu,tentu hasilnya lebih cepat !”

“Ini ... ini ... sekalipun tempo amat berharga tetapiterpautnya hanya beberapa jam saja.”

“Kuduga kawanan kaki tangan Maharaja mungkinakan menyerang gunung ini. Apakah engkau senangmelihat ketua Ceng-sia-pay menghadapi musuh dalamkeadaan terbaring di tempat tidur ?” Gak Lui mengecamtajam.

“Ini….”

“Dan sekiranya totiang masih kuatir, pada waktu akumelakukan penyaluran tenaga-dalam nanti, silahkantotiang dan sekalian murid2 totiang mengamati aku disamping!” seru Gak Lui pula.

Ucapan Gak Lui yang secara blak-blakan itumembuat ketua Kong-tong-pay tak dapat berkata apa2lagi. Beramai-ramai rombongan tetamu itu segera dibawamasuk ke ruang tempat Thian Lok totiang sakit. Ataspetunjuk Gak Lui maka Hian Wi tosu mengambil jenazahHwat Hong taysu lalu mengatur upacara penguburan.Dalam pada itu ia memberi perintah kepada anak muridCeng-sia-pay supaya melakukan penjagaan yang lebihkeras. Menjaga kemungkinan musuh menyelundup.

Pada hari kedua waktu pagi, keadaan Thian Loktotiang sudah jauh lebih baik. Semangatnya sudah pulihkembali. Ia menemani Gak Lui dan sekalian tetamududuk di ruang besar. Kini kecurigaan orang pada diri

Page 622: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

622

pemuda itu sudah lenyap sama sekali. Sebagai gantinya,maka orang-orang Ceng-sia-pay berterima kasihkepadanya. Ketika mendengar tentang kepandaianMaharaja yang begitu hebat, mata Thian Lok totiangberkilat-kilat menyapu ke arah para murid perguruanKong-tong-pay. Kemudian berkata dengan nada serius:“Menghadapi Maharaja yang begitu sakti, kita bertujuhpartai persilatan harus bersatu padu untuk melawannya.Kini aku mempunyai sebuah cara, entah apakah tohengsekalian dapat menyetujuinya ?”

“Silahkan toheng menguraikan rencana itu, kamidengan senang hati akan mendengarkan,” sahut Wi Ihtotiang, “tetapi mengingat musuh begitu sakti, jikamemang tak punya rencana yang meyakinkan, daripadakita serempak bersama-sama, lebih baik kita berpencarmenjaga diri sendiri-sendiri, agar jangan sampai kitasemua dilenyapkan !” Thian Lok totiang tersenyum:“Toheng, adakah engkau sudah melupakan rencanahebat dari para kakek-guru ketujuh partai persilatandahulu itu ?”

“Rencana apa? Ah, aku sudah lupa!”

“Para leluhur partai perguruan kita pada seabad yanglalu, terbagi dalam dua golongan, kaum pendeta dankaum imam. Kedua golongan itu berkumpul untuk salingtukar kepandaian dan berhasil menciptakan sebuahrencana barisan Thian lo te ong tin. Kalau barisan itu kitalaksanakan sekarang masakan kita takut menghadapiMaharaja !”

“Hm...,” semangat Wi Ih totiang seketika timbul.Tetapi beberapa saat kemudian, ia masih bersangsi,katanya: “Rencana itu memang bagus, tetapi sayangsedikit…..”

Page 623: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

623

“Sayang sedikit apa ?”

“Barisan Thian-lo-te ong itu sesungguhnya ciptaandari inti keindahan beberapa barisan, yalah barisan TujuhBintang dari partai Kong-tong-pay, barisan Sam-jay-tindari partai Bu-tong-pay dan Go-peh-lo han-tin dariperguruan Siau-lim-si. Disamping itu masih dibantu pulaoleh jago2 utama dari keempat partai besar. Tetapi kinipara ketua partai2 Heng-san pay, Kun-lun-pay, Bu- tong-pay telah meninggal dunia dan dalam partaiku aku sudahkehilangan toa suheng lalu akhir2 ini kehilangan duaorang sute lagi, sudah tentu barisan Tujuh Bintang partaiKong-tong pay sudah kehilangan daya kesaktiannya.Maka sekalipun kami menggabung, belum tentu akanberhasil baik.”

Ucapan dari ketua Kong tong-pay itu bagaikan airdingin yang mengguyur kepala sekalian orang. Thian Loktotiang bahkan sampai gemetar dan gelisah tak keruan.Melihat suasana mulai suram, berserulah Gak Luidengan lantang: “Harap ciang-bun-jin berdua janganputus asa. Tentang gerak gerik dan akal muslihat musuh,rasanya aku sudah jelas. Asal barisan itu sudah dapatterbentuk, kiranya dapatlah untuk menjaga keselamatandiri....”

“Kalau Maharaja itu datang sendiri ?” kedua ketuaperguruan silat itu serempak bertanya.

“Akulah yang menghadapinya,” sahut Gak Luigarang.

“Tetapi....,” Thian Lok totiang tak melanjutkankata2nya. Tetapi jelas ia menyangsikan kesanggupanGak Lui.

“Totiang tentu menyangsikan apakah aku sanggupmenghadapinya, bukan ? Ah, kesangsian totiang itu

Page 624: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

624

memang beralasan. Tetapi aku berani memberi jaminan,sekurang- kurangnya aku tentu mampu menahannyasehingga ia tak sempat untuk menyerang kelain tempat!”

“Siauhiap bersedia menghadapi bahaya itu?”

“Ya!” sahut Gak Lui dengan mantap.

“Baik,” kata Thian Lok totiang, “kita bulatkan janji ini.Siau-lim, Kong-tong dan Ceng-sia akan mempeloporiusaha itu untuk berlatih bersama dalam suatu barisan!”

Tiba2 muncullah murid kepala dari Ceng-sia-payyakni imam Hian Wi. Ia tergopoh-gopoh masuk danmenghadap Thian Lok dengan kata2 yang terengah-engah: “Memberitahukan kepada ciang-bun- jin bahwaSebun sianseng dari Kun-lun dan Tek Goan taysu dariGobi, datang berkunjung karena suatu urusan yang amatpenting !”

---oo~dwkz^0^Yah~oo---

Mendengar kedatangan kedua tokoh lihay itu,sekalian orang tampak gembira. Tetapi mereka heranatas sikap dan gerak gerik Hian Wi pada saat itu.

“Lekas silahkan mereka.....” baru Thian Lok totiangberkata begitu, kedua tokoh itupun sudah melangkahmasuk ke dalam ruang. Ketua Ceng-sia-pay itu tersipu-sipu bangkit dari tempat duduk dan menyambut keduatetamu itu. Demikian setelah dipersilahkan duduk,mereka saling bertukar salam keselamatan. Setelahmemberi hormat dan bicara beberapa patah kepada TekGoan taysu, Gak Lui lalu beralih kepada Sebunsianseng. Tetapi setelah mengucap kata-kata salamkeselamatan, kerongkongan Gak Lui serasa tersumbat.Ia tak tahu bagaimana hendak merangkai kata kata untuk

Page 625: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

625

menghibur kedukaan Sebun Giok. Walaupun seorangperiang, tetapi saat itu Sebun sianseng juga merasatersekat lidahnya. Beberapa saat kemudian barulah iadapat mengucap: “Orang mati tak dapat hidup kembali,soal diri suhengku .... aku sudah mendengar ceritanyadari Siau-lim-si .... Engkau...tak perlu bersedih....”

Gak Lui mempunyai hati nurani yang baik. Makindiminta jangan bersedih, makin besarlah rasa sesalhatinya. Kematian Tanghong sianseng benar2membuatnya tak habis bersedih. Rela ia menukardengan jiwanya. Tiba2 terdengar Tek Goan taysuberseru nyaring: “Saudara2, celaka ! Kawanan anakbuah Maharaja sudah muncul dan tak lama tentu akandatang menantang kita !”

“Oh, baru saja kita mengatur siasat, mereka sudahdatang. Sungguh terlalu cepat sekali...,” Thian Loktotiang berseru kaget.

Ketua Kong-tong-paypun membuka mulut: “Musuhyang datang harus dihadapi. Kurasa musuh tentu datangdengan gopoh dan tak mungkin mempersiapkantokoh2nya yang sakti. Inilah kesempatan baik bagi kitauntuk melenyapkan mereka agar kelak jangan menjadibahaya di kemudian hari !”

“Belum tentu!” sambut Sebun sianseng dengan wajahserius, “aku dan Tek Goan taysu telah berjumpa denganGaruda-sakti-cakar- emas. Dia adalah salah seorang dariTiga Algojonya Maharaja Persilatan. Di samping itu tentumasih ada lain2 jago yang berkepandaian tinggi dalambarisan mereka!”

Ucapan Sebun sianseng itu menimbulkankegemparan. Para ketua partai2 persilatan yang hadir disitu, diam2 tergetar hatinya. Lebih2 Tiga Algojo Maharaja

Page 626: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

626

itu, membuat mereka terkejut sekali. Gereja Siau-lim dangunung Ceng-sia pernah menderita amukan ketigaAlgojo Maharaja itu. Andaikata Gak Lui tak datangmenolong pada waktunya, tentulah kedua perguruan itumenderita kerugian besar. Dan kini dalam rombongankaki tangan Maharaja itu ditambah lagi dengan Tiga-siluman-guha-darah. Tiga tokoh dunia Hitam yangterkenal ganas sekali. Kaum persilatan golongan Putihsegan untuk berurusan dengan mereka. Dalam suasanayang dicengkam rasa panik itu, tiba2 Gak Lui berserudengan dingin: “Mereka adalah gerombolan2 penjahatyang harus dilenyapkan. Jika mereka datang sendirikemari, sungguh suatu kesempatan yang baik. Sebelummenghadapi mereka, lebih dulu kita harus mengaturbarisan kita ....”

“Bagaimana engkau hendak mengatur barisan kita ?”tanya Sebun sianseng.

“Aku tak punya rencana apa2, kecuali minta kepadataysu dan totiang sekalian, bahwa kawanan murid2 partaipersilatan yang berhianat menggabung dalamgerombolan Maharaja itu supaya diberikan kepadaku !”

Serempak bertanyalah Thian Lok totiang dan Wi Ihtotiang dengan nada bersangsi: “Mengapa engkaumenghendaki begitu ?”

Segera Gak Lui menuturkan tentang rahasiagerombolan Topeng Besi dan rahasia yang tersembunyidi balik penyaruan mereka itu. Juga tentang kematianHwat Hong taysu yang aneh, ia berjanji akan melakukanpenyelidikan. Dengan penjelasan itu Gak Lui mengharapagar para ketua partai persilatan tak sampai salahmembunuh saudara2 seperguruannya sendiri.

Tiba2 untuk yang kedua kalinya masuklah Hian Wi

Page 627: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

627

tojin ke dalam ruang dan berseru nyaring: “Musuh sudahtiba di luar gunung, mohon ciang-bunjin suka memberipetunjuk....”

Thian Lok totiang tak sempat memikirkan lain2 lagi.Cepat ia menjawab: “Segera perintahkan kepada seluruhanak murid Ceng-sia, kecuali yang bertugas menjagapaseban, supaya ikut aku untuk menghadapi musuh !”Sambil berkata ketua Ceng-sia-pay itupun terus melesatke luar ruang.

Gak Lui hendak memburu karena ia belum legahatinya sebelum mendapat jawaban dari ketua Ceng-sia-pay itu tentang rencana yang diajukan tadi. Tetapirupanya Siu-mey mempunyai lain rencana. Dicegahnyasang kekasih. Demikian berturut-turut Sebun Giok, TekGoan taysu, keempat imam tua dari Kong-tong menujukeluar semua. Setelah ruangan sunyi maka berbisiklahSiu-mey kepada Gak Lui: “Engkoh Lui, aku mempunyaisuatu rencana ....”

“Katakanlah! “

“Dalam rangka melakukan penyelidikan pembunuhHwat Hong taysu nanti dalam pertempuran janganlahengkau mengunjuk diri dulu.”

“Jadi harus secara tak langsung ?”

“Ya,” sahut Siu-mey, “pada saat kedua belah fihaksaling berhadapan, engkau dapat memperhatikanucapan dan gerak gerik mereka. Dan tentulah dari situengkau dapat menemukan sesuatu !”

“Hm, baik juga cara itu.”

“Karena itu kita tak dapat ikut mereka agar jangandiketahui !” Demikian kedua pemuda itu menyelinapkeluar dan menjalankan rencananya. Dalam pada itu,

Page 628: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

628

lembah dan lereng gunung Ceng-sia-san, penuh denganmanusia2 yang bersenjata lengkap. Mereka tegakberjajar dengan serius. Suasana hening tegang. Dalamkedudukan sebagai tuan rumah, Thian Lok totiangmengambil tempat ditengah-tengah. Sebelah kanan dankiri, diapit oleh tokoh2 partai Kun-lun, Gobi dan Kong-tong. Di belakang mereka tegak beratus-ratus anakmurid. Sedang lawan yang dihadapinya, juga mengaturdiri dalam tiga kelompok. Yang di tengah, delapan orangberjubah biru dan berkerudung muka. Mereka yalahempat orang murid hianat yang palsu dan empat orangTopeng Besi. Di sebelah kiri yalah Tiga Algojo Maharajadan di sebelah kanan, yalah Tiga-siluman-guha-darah.Ketiga tokoh ini bertubuh tinggi kurus. Keningnya yangcekung mengunjukkan bahwa mereka memiliki ilmutenaga-dalam yang tinggi. Kecuali kedelapan tokohberjubah biru atau gerombolan Topeng Besi itu, semuakaki tangan Maharaja yang berjumlah ratusan orang itu,tiada yang mengenakan kain kerudung muka. Hal ituberarti bahwa Maharaja telah memutuskan untukmelakukan pertempuran yang menentukan. Oleh karenaitu mereka tak perlu menyembunyikan muka lagi kepadamusuh.

Tampak wajah ketua Ceng-sia-pay mengerut seriusdan dengan nada suara yang sarat, berseru kepadakedelapan orang berkerudung muka: “Penjahat bernyalibesar ! Kamu telah menculik dan membius tokoh2 saktidari tiap partai persilatan lalu masih berani memakaikedok muka untuk merebut kedudukan ketua.Kedatangan kalian ke gunung Ceng-sia-san ini, apakah....”

“Apakah bagaimana ?” seru salah seorang darikedelapan muka berkerudung itu. Karena marahnyatangan Thian Lok sampai gemetar, serunya marah:

Page 629: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

629

“Akan membuka kedok yang menutupi mukamu itu lalumencincang tubuhmu menjadi berkeping-keping !”

Ucapan yang dilantang dengan lambaran tenaga-dalam itu, benar-benar menggetarkan lembah dangunung. Kumandangnya memanjang sampai jauh. Tetapiacuh tak acuh, terdengarlah dua buah suara penyahutan:

“Heh, heh, dengan kepandaian silat cakar ayam itu,masakan engkau mampu membuka kedok muka kami.Dan lagi sikapmu yang congkak ini, sungguh takmenghormat kepada suheng, menghina orang yang lebihtua !”

“Huh, siapakah suheng engkau ini ?”

“Aku adalah Hwat Gong dari Heng-san. Kedudukankulebih tinggi seangkatan dari engkau !”

Mendengar nama itu, terkejutlah sekalian rombongantuan rumah. Tetapi secepat itu Wi Ih totiang ketua Kong-tong-pay melangkah maju dan berseru nyaring: “Bangsat,engkau berani mencelakai Hwat Hong taysu ?”

“Dia tak mau turun kursi, terpaksa harus dilenyapkan!”

“Engkau.....Goan Lo dari Heng-san ?”

“Begitulah.” Wi Ih segera menantang: “Kalau berani,hayo, bukalah kedok mukamu.....!”

JILID 13

“Heh, heh, apa sukarnya ?” orang itu tertakwamengekeh, “bila kalian sudah menyerah, tentu dapatmelihat wajahku !”

Tiba2 Sebun sianseng kebutkan kipas dan

Page 630: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

630

memandang ke sekeliling seraya berseru: “Harapsaudara jangan bersikap congkak. Kalau saudaramenghendaki supaya sekalian partai perguruan dantokoh2 persilatan tunduk, tetapi saudara tetap tak mauunjuk muka. Lalu.....apakah nama dari partai persilatanyang saudara hendak bentuk ?”

“Aku sudah mengumumkan ....”

“Ho, aku Sebun Giok masih ingat jelas. Menilikmulutmu yang lancung itu, aku sudah tahu kalau engkauini palsu !” katanya seraya menatap orang itu dengantajam. Tetapi orang yang mengaku sebagai Hwat Gongitu tetap tak tahu malu. Ia berbalik tanya: “Urusan initiada sangkut pautnya dengan perguruan Kun-lun-pay.Mengapa engkau turut campur?”

“Benar, justeru karena tiada sangkut pautnya denganperguruan Kun-lun maka aku hendak bertanya !” sahutSebun Giok.

“Jangan usil !”

“Ha, ha,” Sebun Giok tertawa. Ia lontarkan pandangmatanya ke seluruh hadirin. Sikapnya sepertimemandang ke arah rombongan orang Ceng-sia-pay,Kong-tong-pay, ketiga tokoh Sam-yau dan Sam-coat.Tetapi sesungguhnya ia sedang mencari Gak Lui. Karenasejak keluar dari ruang besar tadi, ia tak melihat keduaanak muda itu lagi. Bahkan sampai detik itu baik Gak Luimaupun Siu-mey tak tampak sama sekali. Tetapi ketigatokoh Sam-yau dan Sam-coat itupun berkeliaranmemandang ke sekeliling. Rupanya iapun samatujuannya dengan Sebun Giok. Setelah gagalmendapatkan kedua anak muda itu maka Sebunsianseng hentikan tawanya dan berkata dengan nadabersungguh: “Di antara yang datang terdapat juga

Page 631: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

631

rombongan murid2 Ceng-sia-pay dan Kong-tong-pay.Maksud mereka tentulah hendak menerima kedudukanketua itu, bukan ?”

“Benar,” sahut orang itu.

“Kalau begitu seharusnya ketua kedua perguruan ituberunding dengan para saudara2 seperguruannya untukmenetapkan keputusan penyerahan kedudukan itu !”

“Ini bagaimana! Apakah tak boleh melihat wajahorang ?” tukas Sebun sianseng.

“Heh, heh, heh….” orang itu mengekeh, “boleh sajamelihat. Tetapi aku mempunyai syarat!”

Dalam pada berkata-kata, orang itu melirik Sebunsianseng dan Tek Gong taysu. Sebun Giok dengantangkas cepat menjawab: “Syaratmu itu justeru sesuaidengan keinginanku. Biarlah aku yang mengaturnya !”

“Oh....”

“Perguruan Ceng-sia-pay dan Kong-tong-pay akanmemberesi murid2nya yang berhianat. Dari fihak Heng-san-pay, tiada yang hadir di sini. Maka akulah yang akanmenghadapimu. Sedang dari fihak Siau-lim-si, akankuminta Tek Yan taysu yang tampil mewakili. Rencana initentulah sesuai dengan keinginanmu !”

“Bagus !” seru Hwat Gong palsu itu dengan mataberkilat-kilat girang. Karena rencana itu akanmenyempatkan ia bersatu-padu dengan gerombolanTopeng Besi. Apabila satu melawan dua, tentulah iadapat mengatasi tokoh dari Kun-lun-pay itu. Tetapidisamping keuntungan, pun ia melihat kelemahan darirencana itu. Karena fihak Kong-tong diwakili oleh empatorang totiang, maka gerombolannya yalah murid2perguruan yang palsu itu, kalah kuat dan harus dua

Page 632: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

632

orang lawan empat orang. Ah, ia tak memperdulikan halitu. Pokok ia sendiri memperoleh keuntungan dalampertempuran nanti. Sebun sianseng, tokoh dari Kun-lun,dapat memperhitungkan rencana dalam hati orang. Iamemperhatikan kawanan Tiga Algojo Maharaja dan Tiga-siluman-guha-darah, lalu berseru nyaring: “Karenaengkau setuju, janganlah minta bantuan orang luar.”Belum Hwat Gong palsu itu menyahut, ketiga AlgojoMaharaja sudah melantang: “Selama Gak Lui tak muncul,kami tentu akan bersikap sebagai penonton saja.”

“Baik,” sahut Sebun Giok dengan agak sarat. Iasegera mengambil payung besi dari punggung danberkata: “Hai, kalian yang menyaru sebagai anak muridCeng-sia-pay dan Kong-tong- pay, lekas enyah !”

Termasuk orang yang mengenakan kerudung mukamaka beberapa orang segera melesat memenuhipermintaan Sebun sianseng. Orang yang menyamarsebagai Hwat Gong taysu dengan tertawa menyeringai,berdiri tegak di hadapan Sebun sianseng. Kemudianseorang lain berhadapan dengan Tek Yan taysu dariSiau-lim-si. Paderi itu kerutkan alis dan mengerut wajahkemarahan. Rupanya saat itu ia sudah tahu bahwa yangberdiri di hadapannya itu bukan Hui Ki taysu dari Siau-lim-si tetapi seorang lain yang menyaru dan mengakusebagai Hui Ki taysu.

Sedang kelompok ketiga yang berhadapan denganfihak Ceng- sia pay, telah dibentur oleh Thian Lok totiangketua perguruan Ceng-sia-pay: “Adakah anda ini ThianWat murid perguruan kami ?” Tetapi orang itu hanyagemetar dan tak menyahut. Jelas mengunjuk bahwayang ditanyakan itu memang benar sekalipun tiadadijawab.

Sementara di lain fihak, Wi Ih totiang dari perguruan

Page 633: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

633

Kong-tong- pay segera memanggil ketiga adikseperguruannya dan tiga orang anak muridnya untukmembentuk barisan Tujuh-bintang guna menyambutkelompok keempat dari lawan. Pada saat Wi Ih totianghendak menegur, fihak lawan sudah mendahului tertawaiblis dan berseru: “Wi Ih sute, apakah selama ini engkaubaik2 saja ?”

Walaupun teguran itu bernada ramah dan perlahantetapi kumandangnya telah mengejutkan para ketuapartai persilatan yang berada di tempat itu. Karena nadaitu tak asing lagi bagi mereka. Ya, itulah suara Wi Cuntotiang dahulu. Wi Ih totiangpun tertegun sepertidisambar petir. Rasa kejutnya sedemikian besarsehingga ia sampai menyurut mundur setengah langkah.Tiba2 orang yang berada di hadapannya itu bersuit aneh,nadanya seperti menusuk ulu hati. Sekonyong-konyongdelapan buah sinar pedang serempak berhamburanmenusuk dada para ketua partai persilatan yang beradadi situ! Kedelapan sinar pedang itu berasal darikedelapan orang berkerudung muka. Mereka menyerangsecara mendadak sekali sehingga betapapun tingginyakepandaian dari para ketua perguruan silat yangdiserang itu, namun sukar bagi mereka untukmenghindar. Tetapi pada detik2 nyawa keempat ketuapartai persilatan itu hendak direnggut maut, sekonyong-konyong dari belakang Thian Lok totiang, meluncurkeluar dua sosok tubuh yang terbungkus sinar pedang.Yang di muka, memancar sinar kebiru-biruan danmenghambur angin tajam yang menderu-deru. Langsungsinar pedang itu menerjang barisan pedang dari empatorang berkerudung muka. Keempat orang berkerudungmuka terkejut sekali. Mereka tak asing lagi dengan warnasinar pedang itu. Ya, itulah sinar yang berasal daripedang Pelangi pusaka partai Bu-tong-pay. Dan taburan

Page 634: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

634

pedang itu jelas dimainkan dalam jurus ilmu pedang yanghanya dipunyai oleh Gak Lui.

Keempat orang berkerudung muka itu pecah nyalinyadan berhamburan menyingkir. Tetapi empat orangkawannya yang belum menerima komando apa-apa, takmau hentikan serangannya. Tring, tring, tring, terdengardering gemerincing tajam dan serentak kutunglahkeempat pedang orang berkerudung muka itu danserempak dengan kutungnya pedang, Gak Lui gerakkantangan kiri dalam ilmu pukulan Menundukkan-iblis,sedang pedang di tangan kanan dimainkan dalam ilmupedang Bu-san kiam. Pukulan dan pedang itu sedahsyatgunung Thay-san yang menindih roboh. Belum pukulantiba, anginnya telah membuat keempat orangberkerudung itu terhuyung-huyung.

Untunglah Gak Lui menyadari bahwa keempat orangberkerudung itu hanya digunakan sebagai alat olehMaharaja Persilatan. Maka ia tak mau menurunkantangan jahat. Gak Lui cepat mengalihkan sasarannyakepada keempat orang berkerudung yang dapatmenyingkir dari serbuannya tadi. Thian Lok totiang danketiga ketua partai perguruan cepat menyadari apa yangterjadi. Jiwa mereka telah diselamatkan oleh Gak Lui.Begitu terbebas dari ancaman maut, merekaberempatpun serempak memutar senjata untukmembebaskan diri dari serangan lawan.

Kelompok empat orang berkerudung muka yangdapat terhindar dari tebasan pedang Gak Lui tadi,terkejut sekali menyaksikan kesaktian Gak Lui. Merekaserentak mengerahkan seluruh tenaga dan menghantamkearah Gak Lui. Bum ... terdengar letupan.

Gak Lui berputar2 dengan suatu gerakan yang aneh.Ternyata ia menggunakan ilmu untuk meminjam tenaga

Page 635: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

635

lawan sehingga ia tak menderita luka apa2. Dan sambilberputar-putar itu, pedangnyapun berhamburan menusuklawan. Tring, tring .... pedang keempat orang itu taksempat dimainkan karena tahu-tahu batangnya telahdisabat pedang Gak Lui. Tangan keempat orang ituterasa linu dan pedangnyapun rompal.

Kejut mereka bukan kepalang dan sadarlah merekabahwa sia2 saja untuk melanjutkan pertempuran yangtentu akan membahayakan jiwa mereka. Dan di sampingserangan Gak Lui, saat itu sigadis ular Siu- meypun tibadengan taburan pedang dalam jurus permainanMemapas-emas-memotong-kumala. Yalah jurus yangkhusus untuk membabat pedang lawan. Keempat orangberkerudung itu runtuh nyalinya. Segera mereka bersuitmemberi isyarat kepada keempat Topeng Besi supayakeluar dari gelanggang pertempuran. Gak Lui takmempedulikan keempat Topeng Besi itu. Yang diburunyayalah keempat orang berkerudung muka. Siu-mey dankeempat ketua partai persilatan mengikuti pemuda itu.Melihat fihaknya kalah, ketiga Algojo Maharaja itu takmau tinggal diam. Cepat mereka lepaskan pukulankepada musuh.

Kedua anggauta Algojo Maharaja, yani Setan-angin-hitam dan Malaekat-rambut-merah, dalam saat2 yangtegang itu cepat mengeluarkan senjata simpanannya.Mereka loncat ke udara sambil taburkan bubuk kabutberacun. Thian Lok totiang pernah menderita dari kabutberacun, ia terkejut dan cepat berpaling untuk mencegahSebun siangseng dan Tek Yan taysu sertarombongannya. Gak Luipun terhalang oleh kabutberacun itu. Pada saat ia berhasil menghantam lenyapkabut, ternyata orang berkerudung dan Topeng Besisudah kabur sampai 100-an tombak jauhnya. Saat ituketiga Algojo Maharaja tegak berjajar. Garuda-cakar-

Page 636: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

636

emas, salah seorang dari kawanan algojo itu, mendahuluiberseru: “Harap hentikan pertempuran dan marilah kitabicara dengan tenang ...”

Gak Lui berputar-putar dan berhenti di muka ketigaAlgojo Maharaja itu. Serunya dingin: “Kalau mau bicara,lekaslah!” Garuda-cakar-emas tertawa seram: “Urusanhari ini sesungguhnya hanya mengenai dua buah hal.Pertama, tentang pembersihan di dalam tubuh masing2perguruan. Dan yang sebuah aku hendak denganengkau ....”

“Dengan aku bagaimana?” tukas Gak Lui.

“Dengan engkau akan meminta sebuah benda kecil!”Gak Lui terkejut. Ucapan orang itu membuktikan bahwamurid Heng-san-pay yang telah ditawan oleh MaharajaPersilatan itu, telah membocorkan tentang pusaka Thian-liong kim-jiu atau Tangan-emas-naga-langit.

“Kalau aku tak mau menyerahkan?” Gak Lui balasbertanya, “engkau mau bertindak bagaimana ?”

“Mungkin engkau sukar lolos dari tangan kami bertiga!” baru berkata begitu, Garuda-cakar-emas hentikankata2nya. Ia ngeri melihat wajah pemuda itu menampilhawa pembunuhan.

---oo~dwkz^0^Yah~oo---

Buru2 ia melanjutkan kata2 lagi: “......dan lagi ketigaSiluman- goha-darah itu juga telah datang untukmenghadapimu..” Dalam kemarahannya, Gak Lui masihberusaha untuk menghias tertawa, ia maju setengahlangkah : “Kalau begitu, lalu bagaimana kesimpulannya?”

“Kesimpulannya ?”

Page 637: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

637

“Hm!”

“Sudah jelas,” sahut Garuda-cakar-emas serayamenyapu pandang mata kepada keempat ketua partaipersilatan, sahutnya: “Mereka hanya mengandalkan padadirimu. Begitu engkau kalah, merekapun takkan hidupjuga !”

Gak Lui bercekat dalam hati. Diam2 ia mengakuikebenaran kata2 orang itu. Karena memangkenyataannya, kekuatan kedua fihak itu terpaut jauh. BilaKetiga Algojo-Maharaja dan dan ketiga Siluman goha-darah, sekali ikut dalam pertempuran, tokoh2 partaipersilatan itu tentu hancur.... Gak Lui cepat mengambilkeputusan. Lebih dulu ia hendak membasmi ketigaAlgojo. Bagaimana kepandaian ketiga siluman- goha-darah itu akan ditinjaunya lebih lanjut. Melihat pemuda itudiam saja, Garuda-cakar-emas menyangka kalau GakLui ketakutan. Maka dengan tersenyum menyeringai iaberseru pula: “Bagaimana kalau engkau serahkan bendaitu, pertempuranpun akan berhenti sampai di sini ....”

Sambil diam2 mengerahkan tenaga-dalam, Gak Luimemandang ke sekelilingnya lalu menyahut denganpertanyaan: “Lalu bagaimana urusan partai2 persilatanakan diselesaikan?”

“Biarkan mereka sendiri yang menyelesaikan !”

“Aku?”

“Silahkan berkelana bebas di dunia persilatan.”

“Ah, syarat itu memang pantas juga,” seru Gak Lui.

“Heh, heh,” Garuda-cakar-emas mengekeh. Sambilmaju selangkah, Gak Lui bertanya pula: “Tetapi ....apakah engkau dapat memutuskan soal ini ?”

“Hal itu merupakan amanat Maharaja Persilatan. Aku

Page 638: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

638

hanya mewakili menyampaikannya !”

“Sayang kurang sempurna !”

“Yang mana ?”

“Permintaanmu untuk meminta benda itu, tak dapatkululuskan !”

“Lalu hendak engkau serahkan siapa ?”

“Lain orangpun bisa. Misalnya .... ketiga Siluman-guha-darah itupun dapat menerimanya.”

“Alasanmu ?”

“Dendam lama antara engkau dan aku belum selesai.Perhitungan itu saat ini harus kita selesaikan. Sedangketiga Siluman-guha-darah tiada mempunyai hubungansuatu apa dengan aku. Maka kurasa, benda itu dapatkuserahkan kepada mereka.”

Dalam pada berkata-kata itu, Gak Lui lepaskanpandang matanya ke arah ketiga Siluman-guha-darahyang berada di belakang ketiga Algojo. Tampak wajahketiga Siluman itu, tak menampil suatu reaksi apa2kecuali hanya tersenyum iblis. Sikap itu mengunjukkanbahwa mereka tak begitu memandang mata kepadaketiga Algojo. Demikianpun mereka yakin tentu dapatmengambil benda pusaka itu dari tangan Gak Lui.Keadaan itu membuat Gak Lui diam2 tertawa. Jika ketigaAlgojo itu bersatu dengan ketiga Siluman, memang sukardihadapi. Tetapi ditilik dari sikap ketiga Siluman iturupanya mereka mengandung rencana sendiri. Merekahendak merebut sendiri benda pusaka Kim-jiu, agarmemperoleh jasa dari Maharaja. Tetapi si Garuda-cakar-emas rupanya tak dapat meneliti sikap ketiga Siluman itu.

Setelah tertawa iblis, ia segera mulai melancarkanserangan. Sepuluh buah cakar yang berkilat-kilat sinar

Page 639: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

639

emas, bagaikan hujan mencurah ke tubuh Gak Lui. Dadadan perut pemuda itu diserang dengan serempak. Jurusyang dilancarkan itu dilambari dengan tenaga-dalamyang penuh. Sekali kena tercengkeram, dada dan perutGak Lui tentu pecah berhamburan .....

Tampak mulut Garuda-cakar-emas itu mengeruttawa. Tetapi sayang bukan tawa kegembiraan melainkantawa kecemasan dan kesakitan. Karena ternyata Gak Luidapat bergerak lebih cepat. Ia geliatkan telapak tangankeatas dan tepat sekali dapat menangkap cakar2 emaslawannya. Segera ia pancarkan tenaga- dalam di tangankiri untuk menyedot tenaga-dalam orang. Garuda-cakar-emas terkejut bukan kepalang. Ia tak menyangka samasekali Gak Lui sedemikian lihaynya. Tetapi untukmembebaskan tangannya, sudah tak keburu lagi. Saat ituia rasakan lengannya kesemutan, separo tubuhnyaseperti mati dan mulutpun sudah siap berteriak. Tetapisebelum ia mampu menjerit, dari tangan kanan pemudaitu mengalirkan suatu tenaga-dalam yang keras ke dalamjalan darahnya. Aliran tenaga-dalam itu membuatGaruda-cakar-emas pusing dan berkunang kunangmatanya. Sekujur tubuhnya kesemutan dan mulut yangsudah menganga itupun tak dapat mengeluarkan suara.Garuda cakar-emas sudah tak berdaya lagi. Ia sudahjatuh ke dalam kekuasaan Gak Lui. Asal pemuda itumenambah saluran tenaga-dalamnya, dia tentu binasa.Tetapi Gak Lui memang tak mau sekaligus membunuhorang itu. Ia hendak menggunakan tenaga ketiga Algojoitu. Setelah itu barulah ia menghancurkan mereka bertigadengan serempak.

Sungguh kebetulan sekali kedua Algojo yang lainyalah Setan- angin-hitam dan Malaekat-rambut merahtak mengetahui keadaan kawannya. Mereka berduaberdiri agak jauh dan teraling oleh para ketua partai

Page 640: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

640

persilatan. Mereka hanya melihat Garuda cakar-emassaling bercekalan tangan dengan Gak-Lui. Merekasangka tentulah Garuda-cakar-emas sedang adu tenagadalam dengan Gak Lui dan menilik kedudukan kakinyarupanya Garuda- cakar-emas lebih unggul. Beberapasaat kemudian barulah kedua Algojo itu terkejut melihattubuh kawannya gemetar. Kaki Garuda-cakar emaswalaupun masih tegak berdiri tetapi sudah tak bertenagalagi. Garuda cakar-emas masih dapat berdiri karenadipegang Gak Lui. Saat itu barulah Setan-angin-hitamdan Malaekat-rambut-merah terbeliak kaget. Hendakmenaburkan kabut beracun mereka kuatir akan melukaisi Garuda-cakar-emas sendiri. Maka mereka berduapunterus bergerak menyerang Gak Lui. Tetapi selagi masihberada pada jarak setombak jauhnya, mereka berduamendengar suara berdetak2 macam tulang putus. Danlebih terkejut pula ketika tahu2 Gak Lui mengangkattubuh Garuda-emas dan melemparkan kepada keduaorang itu. Sebelum kedua Algojo itu sempatmembebaskan diri dari lontaran mayat si Garuda-cakar-emas, sekonyong-konyong Gak Lui sudah gerakkansenjata cakar-emas milik Garuda-cakar emas yangdirebutnya, menghunjam ke arah kedua lawannya. Jarakyang sedemikian dekat dan pula masih sibuk menghindardari lontaran tubuh Garuda-emas, membuat kedua Algojoitu tak mampu menghindar lagi. Terdengar dua buahjeritan ngeri dan disusul dengan muncratan darah yangbertebaran keempat penjuru.

Setan angin-hitam terkena empat buah jari cakar-emas. Yang dua biji, tepat menyusup kedua matanyahingga gundu matanya hancur. Sedang dua buah jariyang lain tepat bersarang ke tenggorokannya. Seketikahabislah riwayat si Setan-angin- hitam! Sedang siMalaekat-rambut-merah dalam gugup, menangkis

Page 641: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

641

dengan kedua tangannya. Pikirnya, ia hendak menyapujatuh jari2 cakar-emas yang menabur dirinya itu. Tetapibaru tangannya bergerak setengah jalan, iapun sudahmenjerit ngeri dan terhuyung-huyung rubuh dengan ususberhamburan ke luar .....

Peristiwa sekaligus dapat menghancurkan ketigaAlgojo Maharaja, benar2 membuat sekalian ketua partaipersilatan terlongong-longong heran. Ketiga Siluman-guha-darah yang sikapnya angkuhpun terkejut.

Serempak mereka berhamburan loncat ke muka GakLui. Dengan tertawa dingin, Gak Lui terus hendak maju.Tetapi Thian Lok totiang ketua Ceng-sia-pay cepat majumembisiki: “Sauhiap, ketiga siluman itu amat ganassekali. Entah mereka akan menggunakan senjata rahasiaapa. Kami sudah dapat mengatasi kawanan muridmurtad itu, adakah engkau ....”

“Bagaimana ?”

“Pancing mereka ke lain tempat.”

“Hm,” Gak Lui mengiakan. Saat itu ketiga Siluman-goha-darah sudah tiba di hadapannya. Serangkum baudarah yang anyir berhembus terbawa angin. Gak Luiterkejut. Ia duga ketiga siluman itu tentu memiliki ilmukepandaian hitam.

“Orang she Gak, lekaslah engkau serahkan bendayang engkau bawa itu !”

“Kepadamu ?”

“Sudah tentu !”

“Di sini ?” masih Gak Lui bertanya.

“Ini ....”

“Ini bagaimana ?” desak Gak Lui.

Page 642: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

642

“Demi menjaga rahasia, marilah kita pergi ke sana,”sahut orang itu seraya merenung. Rupanya mereka takmenghendaki rahasia Kim-jiu itu diketahui orang. Justeruitulah yang dikehendaki Gak Lui.

Sejenak ia berpaling dan tersenyum kepada paraketua partai persilatan. Mereka terdiri dari Thian Loktotiang, Tek Gong taysu, Sebun sianseng dan ketuaKong-tong-pay Wi Ih totiang beserta empat saudaraseperguruannya dan tiga orang murid. Jumlah itu kiranyacukup untuk menghadapi orang berkerudung muka dangerombolan Topeng Besi yang berjumlah delapan orang.Namun Gak Lui masih kuatir mereka tak dapat melayanimusuh. Maka ia berpaling dan memberi isyarat ekor matakepada Siu- mey. Maksudnya suruh nona itu tinggalmembantu barisan tokoh2 partai persilatan.

“Mari !” akhirnya ia berkata kepada ketiga Siluman-guha-darah dan terus melesat ke pedalaman gunung.Tak berapa lama tibalah mereka di sebuah lembah yangamat terpencil. Gunungnya tak berapa tinggi tetapimerupakan sebuah pegunungan karang sehinggabanyaklah terdapat guha2 batu karang dengan tiang2batu kerucut yang runcing dan kokoh. Melihat pemuda itulari kedalam lembah, ketiga Siluman-goha- darah itutertawa menyeringai. Mereka segera mengatur diri untukmenghadang dari tiga jurusan apabila Gak Lui sampaimundur.

“Berhenti !” serempak mereka membentak. Melihatkeadaan gunung karang itu, diam2 Gak Lui terkejut juga.Ia duga ketiga siluman itu sudah mengetahui keadaantempat itu maka mereka sengaja memancing kesitu.Namun pemuda itu tak gentar. Ia memperhitungkanketiga siluman itu tentu akan menggunakan puluhanguha karang yang menghias dikaki gunung itu untuk

Page 643: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

643

melancarkan siasat mereka. Tetapi mereka tentu takmengetahui bahwa ia memiliki indera penglihatan danpendengaran yang jauh melebihi orang biasa. Begitupunindera penciumannya, luar biasa tajam. Gak Lui hentikanlangkah dan berpaling menghadapi ketiga siluman itu.

“Orang she Gak,” Seru pemimpin dari gerombolantiga serangkai Siluman-goha darah itu, “sekarangserahkan pusaka Thian-hong- kim-jiu itu kepadaku ....”

“Mengapa terburu-buru?” sahut Gak Lui tenang,“kalau kalian berani datang meminta pusaka itu,masakan kalian tak mau memberitahukan namakalian.....”

Orang itu meneguk air liur lalu berseru bangga: “Akuadalah kepala dari tiga serangkai Siluman-goha-darah,yalah Thian Hong si Pukulan-darah-pemburu-nyawa !”

“Dan kedua kawanmu itu ?” Pukulan-darah-pemburu-nyawa menunjuk kepada kedua kawannya: “Yang ini CiYong gelar Panah-darah-pelenyap-nyawa !”

“Hm !” dengus Gak Lui.

“Dan yang itu, Ih Cing gelar Tongkat-darah-penggebuk-nyawa.”

“Hm ...” tiba2 Gak Lui mendengus lalu tengadahkankepala tertawa nyaring. Nadanya berkumandang bagainaga meringkik di udara. Tenaga-dalam yangberhamburan dari nada tertawa itu membuat wajahketiga Siluman-goha-darah tak berketentuan warnanya.Akhirnya Pukulan-darah-pemburu-nyawa maju selangkahdan berseru dengan nada sarat: “Apa yang engkautertawakan? Mengapa tak lekas .....”

“Huh, aku menertawakan kalian bertiga yang punyamata tetapi tak dapat melihat apa2 !”

Page 644: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

644

“Tak dapat melihat apa?” Thian Hong si Pukulan-darah-pemburu- nyawa membelalakkan mata, “apakahengkau hendak ingkar ?” Gak Lui balas menatap orangdengan pandang mata berapi-api:

“Aku toh belum meluluskan!”

“Jelas engkau mengatakan kepada ketiga Algojo tadikalau hendak menyerahkan benda itu kepada kamibertiga !”

“Thian-liong kim ciang merupakan pusaka duniapersilatan. Jangankan diserahkan, bahkan menjamahsaja kalian jangan harap kuijinkan !” seru Gak Lui.

Impian Pukulan darah-pemburu nyawa untukmemperoleh jasa dari Maharaja Persilatan, seketikabuyar seperti awan tertiup angin. Karena malu ia marahsekali. Wajahnya membesi gelap.

“Budak! Ketahuilah bahwa lembah Hian-sim-koh ataupenjerumus orang ini, tak mungkin memberi kesempatanpadamu meloloskan diri !” serunya.

“O,” seru Gak Lui, “kiranya lembah ini disebut Hian-sim-koh.”

“Benar !”

“Keadaan lembah ini rumit dan berbahaya sekali.Tepat untuk tempat pengubur kalian !”

Belum Gak Lui sempat menyelesaikan kata2nya,Pukulan-darah- pemburu-nyawa menggerung marah danterus ayunkan kedua tangannya menghantam bahu GakLui.

“Bagus !” seru Gak Lui sambil masih tenang2 tegakditempat lalu secepat kilat songsongkan tangannyamenangkis. Ia pancarkan tenaga dalam Penakluk-dunia

Page 645: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

645

untuk mengimbangi gerak sambaran menangkap tanganmusuh. Tetapi pada saat tangan bergerak setengahjalan, tiba2 ia terkejut sehingga wajahnya sampaiberobah warna. Ternyata ia sempat memperhatikanbahwa telapak tangan si Pukulan-darah-pemburu-nyawaitu tiba2 berobah merah darah. Bermula hanya setitikkecil tetapi cepat sekali warna merah itu menebarmemenuhi seluruh telapak tangannya.

---oo~dwkz^0^Yah~oo---

Serentak Gak Lui teringat akan peringatan Thian Loktotiang tadi. Sebelum mengetahui ilmu kepandaiankawanan siluman itu, janganlah ia sampai gegabah adupukulan. Tetapi saat itu kedua fihak hanya terpisah duatiga langkah. Dalam sibuknya, Gak Lui miringkan tubuhke samping. Tangan kirinya yang diayunkan tadi diangkatke atas dan berbareng itu tangan kanannya menjulurlurus ke muka, menghamburkan tenaga-dalam yangkeras. Semula Pukulan-darah-pemburu-nyawa sudahhampir bersorak kegirangan karena Gak Lui beranimenangkis. Dan ia yakin dalam jarak sedekat itu takmungkin Gak Lui dapat menghindar atau menarik pulangtangannya. Maka ia segera salurkan seluruh tenaga-dalam sehingga telapak tangannva berobah semerahdarah. Angin yang memancar dari telapak-tangannya itumembaurkan hawa yang anyir.....

Bum.......terdengar letupan keras ketika keduapukulan itu saling beradu. Baik Gak Lui maupun Pukulan-darah pemburu-nyawa sama2 terhuyung2 ke belakang.Karena sebuah pukulan beradu dengan dua pukulan,Gak Lui tersurut mundur tiga langkah. Telapak kakinyamenyusup meninggalkan bekas setengah dim di tanah.Dan karena ia agak lambat menarik pulang tangan

Page 646: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

646

kirinya, lengan bajunya kena terlumur tetesan darah.Walaupun hanya terluka kecil tetapi baunya memuakkansekali. Adalah karena melontarkan dua pukulan, barulahPukulan-darah- pemburu-nyawa itu dapat bertahan.Tetapi tak urung ia harus terhuyung mundur lima langkahbaru dapat berdiri tegak. Jelas dalam adu pukulan itu,Gak Lui lebih unggul. Tetapi diam2 Gak Luipun tergetarhatinya. Saat itu barulah ia mengetahui bahwa tenaga-dalam kawanan siluman goha-darah itu lebih tinggi dariketiga Algojo Maharaja. Dan pula bau darah yang anyiritu benar2 merupakan racun yang luar biasa. Sedangilmu kepandaian para ketua persilatan kebanyakanadalah bersumber pada ilmu silat kaum gereja. Justeruilmu hitam dari ketiga Siluman-goha-darah itu adalah ilmuyang dapat mengatasi tenaga dalam Tun-yang ataukeras dari para tokoh2 ketua partai. Maka tak heran bilaketua2 partai persilatan itu terkejut gentar menghadapiketiga Siluman-goha-darah. Dan lagi lawan berjumlahtiga orang. Walaupun mereka angkuh dan congkak tetapidalam kesukaran mereka tentu akan bersatu. Satu lawantiga, memang beratlah. Tetapi Gak Lui tak sempatmenimang lebih lanjut karena saat itu Panah-darahpelenyap-nyawa melesat dan tamparkan lenganjubahnya yang besar dan keras ke muka Gak Lui.

Gak Luipun cepat mengangkat tangan kiri untukmenabas siku lengan orang. Tetapi ternyata gerakanPanah-darah-pelenyap- nyawa itu hanya suatu siasatuntuk menipu. Karena secepat itu pula, ia putar lenganbajunya dan sing, sing, sing .... berdesinganlah hujananak panah-darah melanda Gak Lui. Gak Lui terkejutsekali. Cepat ia putar tubuh dan melesat beberapatombak jauhnya seraya hantamkan tangan kiri ke arahanak panah itu. Sedang tangan kanan siap mencabutpedang Pelangi. Tetapi belum sempat ia mencabut ke

Page 647: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

647

luar pedang, tiba2 terdengar angin menderu-deru danpada lain kejab, tubuhnya telah dilingkupi oleh beratus-ratus sinar tongkat yang berwarna merah. Jelas taburansinar tongkat darah itu berasal dari serangan Tongkat-darah-pelebur-nyawa.

Pada saat Gak Lui berputaran tubuh untukmelindungi tubuh, Pukulan-darah pemburu-nyawa-punsudah menyerbunya lagi. Dua buah tinjunya yangberlumuran darah, menyerang pinggang danpunggungnya. Dalam keadaan seperti itu betapa lihaykepandaian Gak Lui sekalipun, tetapi karena diserangoleh tiga tokoh kuat, ia menjadi kelabakan juga. Denganmengertak gigi, segera ia mainkan pedang pusakaPelangi, menyapu hujan anak panah yang mencurah dariatas. Lalu kisarkan kuda2 kaki ke belakang,menyongsong serangan dari belakang dari Pukulan-darah- pemburu-nyawa tadi.

Terdengar suara mendering riuh dari anak panahyang tersapu pedang dan berbareng itu, seranganPukulan-darah-pemburu- nyawapun dapat dihalau.Tetapi tepat pada saat itu, tongkat si Tongkat-darah-pelebur-nyawa menghunjam ke dadanya. Duk .... dadapemuda itu termakan hantaman tongkat. Ketiga Siluman-goha-darah itu girang sekali ketika melihat tubuh Gak Luimengendap ke bawah. Mereka yakin pemuda itu tentuterluka dadanya. Tetapi ketika Tongkat-darah pelebur-nyawa hendak maju menghantam lagi, tiba2 ia mengeluhdan cepat2 menutup matanya dengan lengan baju.Pusaka Thian-liong-kim-jiu disimpan Gak Lui dalamdadanya. Rupanya si Tongkat-darah tahu akan hal itu.Maka ia tujukan tongkat ke dada Gak Lui. Ia berhasilmembuat benda pusaka itu menonjol ke atas dada GakLui. Tetapi ketika hendak menyusuli serangan lagi, tiba2benda pusaka itu memancarkan sinar yang luar biasa

Page 648: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

648

tajamnya sehingga silau mata kawanan siluman-goha-darah itu dibuatnya. Mereka cepat2 menutup matadengan lengan bajunya.

Tring .... Gak Lui membabat kutung tongkat lawandan berbareng itu si Tongkat-darahpun terhuyung-huyung mundur sampai dua langkah. Gak Lui telahdiselamatkan oleh pusaka Thian-liong-kim-jiu yangdisimpan dalam dada. Pada saat ketiga siluman itumenyerang lagi, Gak Luipun sudah siap. Kini ia gunakangerak-langkah yang aneh. Seolah-olah ia malah menujuke tempat serangan lawan.

Dahulu dengan gerak langkah itu, Gak Lui dapatmenghindari tiga buah serangan pedang dari PermaisuriBiru dan tiga buah serangan dari Maharaja Persilatan.Panah-darah, Tongkat-darah dan Pukulan-darah punserupa. Mereka hanya menyerang angin kosong ketikapemuda itu berputar-putar tubuh dan melejit keluar darikepungan mereka. Setelah bebas, Gak Luipun cepatmencabut pedang lagi. Kini tangan kiri mencekal pedangKo-hong-cin-ik (burung rajawali rentang sayap) dantangan kanan memegang pedang Pelangi.

Pedang Ko-hong diputar deras untuk melindungi diridari serangan senjata rahasia. Pedang Pelangidimainkan untuk menyerang ketiga lawan. Walaupunketiga Siluman goha darah itu telah menumplak seluruhkepandaiannya, namun mereka terpaksa harus menekannafsu karena perlu menjaga diri dari serangan pemudaitu. Melihat gelagat tak enak, tiba2 Pukulan darahmemperdengarkan dua buah suitan aneh dan pada lainsaat mereka bertiga serempak loncat mundur: “Berhenti!” Melihat ketiga lawan mundur jauh dan sukar diburu,Gak Luipun hentikan pedang dan berseru dingin:“Apakah kalian hendak lari ?”

Page 649: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

649

“Aku bukan manusia semacam itu !” sahut kawanansiluman itu.

“Mau bicara?”

“Benar ....”

“Baik, sebelum mati, kuberi kalian kesempatan bicara!”

Pukulan-darah-pemburu-nyawa tertawa sinis: “GakLui, menilik sikapmu, rupanya engkau hendakmembunuh orang, bukan ??”

“Heh, heh,” Gak Lui mengekeh, “pintar juga engkaumelihat sikap orang.”

“Tetapi seharusnya engkau memakai cara yang adil !”

“Dalam hal apa aku tak adil?”

“Engkau menggunakan pusaka Thian-liong-kim-jiuuntuk melindungi dirimu. Itu tak adil !”

“Mengapa ?” tanya Gak Lui.

“Kalau tiada benda itu, engkau tentu sudah mati dibawah tongkatku !”

---oo~dwkz^0^Yah~oo---

Gak Lui tahu apa yang dikehendaki lawan. Ia tak maumudah disiasati, serunya: “Lalu bagaimana menurutkeinginanmu.” Pukulan-darah-pemburu-nyawa maju tigalangkah, serunya:

“Sudah tentu aku tak dapat menyuruhmu meletakkanbenda itu di samping, tetapi ....”

“Tetapi bagaimana ?” desak Gak Lui.

Page 650: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

650

“Seharusnya engkau sembunyikan benda itu dalampakaianmu.”

Gak Lui menundukkan kepala. Dilihatnya pusakaKim-jiu itu menonjol keluar ke atas dadanya. Ia kerutkanalis dan cepat menangkap maksud orang.

“O, kiranya kalian takut akan perbawanya sehinggakalian tak dapat menggunakan ilmu hitam, bukan ?” seruGak Lui.

“Benar! Kalau engkau menghendaki pertempuranyang ramai dan adil, haruslah engkau menurut usulkutadi ....”

Gak Lui tertawa menukas: “Ha, ha, omongan begitu,tak malu engkau ucapkan! Kalau aku tak mau balasmenyerang, tentulah kalian akan lebih girang lagi,bukan?”

Karena siasatnya tak mempan, Pukulan-darahberobah wajahnya. Ia maju dua langkah pula: “Ho, pintarjuga engkau menebak. Tetapi seharusnya engkaupernah mendengar kata orang bahwa kami tigaserangkai Siluman-goha-darah ini memiliki ilmu yangkhusus untuk menghancurkan ilmu kepandaian golongankaum gereja. Pun termasuk pusaka Thian-liong kim-jiu itu!”

“Apakah kepandaianmu itu ?”

“Dengan darah.....,” tiba2 Pukulan-darah menggigitujung lidahnya lalu menyembur pemuda itu. Untung GakLui cukup tangkas untuk meluncur ke samping. Tetapitepat pada saat itu Panah-darah dan Tongkat-darah jugaserempak bergerak menyemburkan darah. Untukmelindungi pusaka Thian-liong-kim-jiu, Gak Lui berputar-putar tubuh sambil mendekap pusaka itu dengan tangan

Page 651: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

651

kiri agar jangan sampai terlumur darah. Walaupun diasendiri terkena beberapa percikan darah tetapi pusakaKim-jiu itu masih selamat. Tengah pemuda itu sibukmelindungi diri dari semburan hujan darah, ketigaSiluman-goha-darahpun sudah berloncat sampai 10tombak jauhnya dan terus menyusup ke dalam sebuahgoha karang.

“Heh, heh, heh, heh, aku tak dapat menemaniengkau lebih lama !” terdengar Pukulan-darah tertawamengekeh. Kumandangnya bergemuruh memenuhiguha.

“Hai, hendak lari kemana engkau !” teriak Gak Luiseraya mengejar ke dalam gerumbul hutan. Arah yangdiperkirakannya sebagai tempat pelarian ketiga silumanitu.

Dengan beberapa kali loncatan ia menyusup kedalam hutan batu karang. Tetapi setelah tiba di tempatitu, ia tertegun heran. Beratus-ratus tiang2 batu karangyang tak terhitung jumlahnya, besarnya sepemeluktangan orang dan ada yang sekecil benang ataumemanjang kecil seperti tubuh ular dan ada juga yangberbentuk seperti kelopak bunga. Dan yangmenakjubkan, setiap tiang batu karang itu memancarkansinar yang aneh, menyilaukan mata orang. Makinmelangkah lebih dalam makin Gak Lui berada di sebuahhutan batu karang yang lebat. Sempitnya jarak antaratiang2 karang itu menyebabkan Gak Lui tak leluasabergerak. Dan hal itu berbahaya baginya. Jika setiap saatketiga siluman itu menggunakan senjata rahasia, tentulahsukar untuk menangkis. Gak Lui berhenti untuk lepaskanpandang mata ke sekeliling penjuru. Terdengarkumandang tertawa si Pukulan-darah mengumandangmemenuhi tempat itu sehingga sukar ditentukan tempat

Page 652: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

652

persembunyiannya. Pun indera pendengarannya yangtajam, tak dapat digunakan di tempat itu. Dan yang lebihaneh pula ketika ia memandang pedang, ternyata batangpedang yang bersinar putih mengkilap, saat itu berobahwarna merah darah. Dan pedang pusaka Pelangi yangbersinar biru, berobah menjadi merah kehitam-hitaman.Dan percikan darah pada pakaiannya tadi, saat itu taktampak, seperti lenyap dengan tiba2.

“Aneh .....” pikir Gak Lui. Padahal pakaiannya itumasih berbau anyir tetapi mengapa noda darahnya taktampak? Ah, ternyata semua perobahan warna ituberasal dari pancaran aneh dari tiang batu karang.Warna putih berobah merah, biru menjadi wungu danmerah malah lenyap. Ketika menyadari hal itu, diam2menggigillah hati Gak Lui. Di bawah pancaran sinar batukarang yang begitu aneh, apabila ketiga siluman itumenyemburkan hujan darah lagi, ia pasti tak dapatmelihatnya. Sekalipun ia dapat mengandalkanpenciumannya yang tajam, tetapi apabila bertempur,tentulah ia tetap akan menderita kerugian. Tiba2terdengar deru angin berbau anyir meniup dari sebelahkanan dan kirinya.

Gak Lui berpaling tetapi tak melihat suatu apa.Terpaksa ia gunakan alat hidungnya untuk menentukanarah penyerangnya itu, lalu bum, bum, ia lepaskan duabuah hantaman dahsyat. Dari empat penjuru anginmenderu keras dan berhamburanlah ujung2 batu runcingdan lembut kemana mana.

Suara tertawa mengekeh yang menyeramkan, takhenti hentinya berkumandang tiada berketentuanarahnya. Gak Lui tetap mengejar. Tetapi baru duatombak jauhnya, ia rasakan tubuh gemetar dan cepathentikan langkah. Dengan hidungnya yang tajam,

Page 653: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

653

dapatlah ia merasakan sesuatu bau yang tak wajar dariangin pukulan lawan. Apabila ia tak waspada, bauberacun itu tentu akan menyerang ke jantungnya. lameraba pakaian. Ternyata bajupun terasa basah lembab,demikianpun dengan pusaka Thian-liong-kim jiu. Jelassudah bahwa ketiga Siluman-goha darah itumenggunakan siasat membuat silau mata orang laludiam2 menyemburkan darah. Percikan darah yangmelekat di lobang pori tubuh Gak Lui, menyusup masuksehingga ia rasakan tubuhnya gatal dan kesemutan.

“Hm, kalau ketiga siluman itu tak kulenyapkan,percuma aku hidup !” Gak Lui menggeram serta diam2menyalurkan tenaga- dalam untuk menghalau racundalam tubuhnya. Keadaan dalam lembah batu karang itusunyi sekali. Ia memandang kesekeliling tetapi taktampak suatu apa.

“Celaka! Mereka tentu menyembunyikan barisanrahasia,” ia mulai curiga seraya maju menghampiribarisan tiang karang itu. Iapun hentikan penyalurantenaga-dalam dan karena itu, ia segera menghirup hawa.Seketika ia rasakan kepalanya pening. Hampir saja iamuntah. Bau yang disedotnya itu luar biasa anyirnya.Suatu tanda, bahwa musuh berada di dekatnya.

“Celaka...,” diam2 ia mengeluh kaget. Belum sempatia mengatur langkah lebih lanjut, tiba2 sepercik hujandarah, mencurah ke arahnya sehingga kepala danmukanya kena. Segera ia mengisar beberapa langkah kesamping. Dengan indera penglihatannya yang tajam,sayup2 ia melihat Pukulan-darah-pemburu-nyawamenerobos keluar dari balik barisan tiang, siluman ituserempak menyerangnya. Tangan kiri menghantamkepala, tangan kanan menjulur hendak mencengkeramdada.

Page 654: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

654

Gak Lui terkejut sehingga mengucurkan keringatdingin. Ia tak dapat melihat jelas pada musuh tetapimusuh dapat melihatnya dengan jelas. Dalam bingung,Gak Lui menggembor dan silangkan kedua tangannya. Iamenggapit tangan lawan yang hendak merebut pusakaKim-jiu, sedang untuk pukulan lawan, ia gunakan bahukiri untuk menangkisnya. Bum .... pukulan itu membuatGak Lui terhuyung2 tiga tindak. Tetapi fihak lawan punmenjerit ngeri. Tiga buah jarinya telah putus terguntinggerakan tangan Gak Lui. Setelah berdiri tegak, Gak Luimenghela napas longgar, katanya dalam hati: “Ah, masihuntung pusaka Thian liong-kim-jiu tak sampai direbutlawan.....”

Belum sempat ia memikir lain2, kembali terdengarangin menderu. Cepat ia berpaling dan terkejutlah iamelihat bergulung gulung asap melanda kearahnya. Ah,ternyata si Panah-darah diam2 telah meluncurkansenjatanya. Disamping itu Tongkat- darahpunmenyerangnya. Tongkatnya yang tinggal separo itumalah menguntungkan baginya. Tempat amat sempit,senjata panjang tak leluasa digunakan. Gak Luipun takdapat menggunakan pedangnya. Terpaksa ia gunakanpukulan. Dengan tangan kiri memukul Panah-darah,tangan kanan secepat kilat mengambil pusaka Thian-liong-kim-jiu untuk menyambut serangan si Tongkat-darah.

Pertempuran berlangsung seru sekali. Sampaimencapai 30 jurus, masih belum diketahui siapa yanglebih unggul. Tetapi yang nyata, sekujur tubuh Gak Luibasah dengan darah yang berbau anyir. Pun dibelakangnya terdengar siuran yang aneh. Pukulan-darah- pemburu-nyawa menyerang lagi. Serangan itucepat dan mendadak sekali datangnya, sedang saat ituGak Lui tengah melayani Tongkat-darah dan Panah-

Page 655: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

655

darah. Maka ia tak sempat menghindar dan menangkis.

Dalam sibuknya, ia menggertakkan gigi, mengisartubuh lalu secepat kilat menghantam sekuat-kuatnyakepada kedua lawan. Panah darah dan tongkat-darahterkejut melihat kenekadan pemuda itu. Tetapi merekasegera menginsyafi siasat pemuda itu. Kalau merekamundur, pemuda itu tentu mempunyai kesempatan untukberputar tubuh dan menangkis serangan Pukulan-darah-pemburu nyawa. Maka kedua siluman itupun nekadkerahkan tenaga untuk adu kekerasan. Dengan begitumereka mengharap agar Pukulan darah dapat leluasamenghancurkan punggung Gak Lui. Terdengar letupankeras. Karena kelewat banyak menyedot hawa beracun,tenaga-dalam Gak Luipun tertekan. Maka ia terlemparkebelakang dan menyusup ke dalam barisan batukarang.

Kedua siluman itu heran mengapa kawannya yakniPukulan darah-pemburu nyawa tak menghantam pemudaitu. Cepat keduanya berpaling ke tempat Pukulan-darah-pemburu-nyawa itu. Tetapi apa yang disaksikan,membuat mereka terbeliak kaget. Dibelakang Pukulan-darah-pemburu-nyawa itu tampak beberapa orang,sedang di mukanya tegak berdiri seorang nona yangcantik. Nona itu bukan lain yalah Li Siu-mey.

Kemunculannya secara tiba2 itu membuat sekalianorang terkejut sekali. Diam2 Gak Lui merasa girang.Dengan kedatangan para ketua partai persilatan itu, jelasbahwa mereka tentu sudah dapat mengalahkangerombolan Topeng Besi dan orang berkerudung muka.Di lain fihak, ketiga Siluman-goha-darah itu diam2 kuatir.Dalam keadaan seperti saat itu, apabila mereka nekadhendak merebut pusaka Thian-liong-kim-jiu, tentu takkanberhasil. Sebelum mereka mengambil keputusan, tiba2

Page 656: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

656

Pukulan-darah pemburu-nyawa menyembur hujan darahke arah Siu-mey. Rupanya ia masih ingin berusaha yangterakhir kalinya untuk mencelakai nona itu. Tetapi apayang terjadi, benar2 diluar dugaan orang. Nona itu takkaget, tak gugup. Dengan tenang dipandangnya silumanitu lalu tiba2 mulutnya menghembuskan napas keluar.Angin yang dihembuskan sinona itu, bukan melainkandapat melenyapkan hujan darah dari si Pukulan-darah,pun dapat pula menghilangkan sinar aneh yangmenyelubungi tubuh lawan.

Seharusnya dengan hal itu, kawanan siluman itusadar bahwa kepandaian lawan jauh lebih tinggi darimereka. Tetapi tidak demikian dengan pikiran Pukulan-darah pemburu-nyawa. Dia memperhitungkan bahwakepandaian nona itu tentu terbatas. Maka ia akanbertindak untuk menangkap nona itu sebagai tawanan.Dengan gerak secepat kilat, ia segera menyambarlengan nona itu. Gak Lui terkejut. Ia tahu ilmu silat Siu-mey memang tidak begitu tinggi. Ia tak menghiraukansuatu apa lagi, terus menerobos keluar dari barisan batukarang. Tetapi secepat kilat, Panah-darah dan Tongkat-darah segera keluar menghadangnya.

Saat itu Pukulan-darah sudah tebarkan kelima jaridan hendak menguasai jalan darah di tubuh Siu-mey.Tiba2 terdengar jeritan ngeri dan tampak Pukulan-darahmenyurut mundur setengah langkah lalu rubuh ke tanahdan tak berkutik untuk selama- lamanya lagi. Kiranya iblisitu telah digigit ular berbisa yang melingkar di lengansinona. Peristiwa itu membuat kedua siluman tertegunseperti patung. Gak Lui tak mau memberi kesempatanlagi. Ia terus menghantam mereka. Kedua siluman itugelagapan. Buru2 mereka kerahkan tenaga untukmenangkis. Tampak siu-mey berputar-putar tubuhmenuju ke belakang Panah-berdarah. Ia segera

Page 657: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

657

menyemburkan nafas untuk menghilangkan sinar anehyang membungkus tubuh kedua iblis itu. Kedua silumanitu pucat dan gentar sekali. Gerakan tangan mereka agaklambat dan pada saat itu pusaka Thian-liong-kim- jiupuntepat sekali menghantam dada. Huak .... terdengar pulajeritan ngeri disusul dengan robohnya sesosok tubuh ketanah. Panah-berdarah-pencabut-nyawa telah menyusulPukulan-darah-pemburu-nyawa ke Neraka. Kini hanyatinggal Tongkat darah seorang.

Setelah kedua saudaranya mati, ia tak beranimelanjutkan pertempuran lagi dan merencanakan untuklari. Cepat ia menyemburkan hujan darah lalu loncatmenyusup ke dalam barisan tiang karang. Tetapi Gak Luitak mau memberi ampun lagi. Ia melambai kepada Siu-mey untuk diajak mengejar. Tetapi dengan gunakan ilmuMenyusup-suara, nona itu menjawab: “Engkoh Lui,jangan terburu nafsu. Tak mungkin dia dapat meloloskandiri!”

“Rupanya engkau mampu mengatasi ilmu hitammereka itu, bukan ?”

“Ya.”

“Lalu bagaimana kita harus mengejarnya ?”

“Ilmu kepandaian mereka tak lain yalah yang disebutHoan-ing tun heng (sinar bayangan pembungkus diri),untuk menyesatkan pandangan orang. Ilmu itu bukanilmu yang hebat karena aku dapat melihat merekadengan jelas. Pun sekali turun tangan, aku dapatmemulihkan tubuh mereka dalam keadaan yangsebenarnya ....” Dalam pada berkata kata itu mata Siu-mey tak henti2nya memandang ke sekeliling penjuru.Tiba-tiba ia berhenti berkata lalu ayunkan tanganmenghantam.

Page 658: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

658

Dimana angin pukulannya tiba maka segera tampakbentuk sebuah tiang karang dan si Tongkat- darahsedang menyembunyikan diri di situ. Siluman itu masihbelum mau melarikan diri. Dia masih menunggukesempatan untuk menyerang lagi. Tetapi demi sinaryang membungkus tempatnya telah dilenyapkan, iaterkejut sekali lalu melarikan diri ke sebuah guha yangberada di belakangnya. Tetapi Gak Lui dan Siu meysudah mengejar. Kedua anak muda itu ternyata dapatbergerak lebih cepat. Saat itu si Tongkat darah sudahterkepung. Tak mungkin ia dapat meloloskan diri lagi.Tetapi sebelum ajal, ia tetap berpantang maut. Sebelummati, ia nekad hendak berjuang agar musuhpun matibersama-sama. Cepat ia mengeluarkan panah laluditaburkan ke seluruh penjuru. Dia tak mengarah musuhtetapi menghancurkan tiang2 karang. Setiap tiang karangyang terkena panah tentu rubuh dan mengeluarkanledakan keras. Bum, bum .... terdengar ledakanberulang-ulang. Lembah karang itu seolah-olah hancur.

“Mari pergi!” melihat siasat lawan, Gak Lui cepatmengajak Siu- mey tinggalkan tempat itu. Tepat padasaat mereka keluar dari lembah, terdengarlah jeritanngeri. Mereka melihat tubuh Panah-darah hancurtertimbun tiang karang. Beberapa saat kemudian barulahSiu-mey menghela napas, lalu bertanya: “Engkoh Lui,apakah tadi engkau terluka ?”

“Tidak,” sahut Gak Lui, “bahkan tadi waktubersembunyi dalam barisan tiang karang, aku telahmenemukan suatu rejeki yang luar biasa !”

“Apa ?” Siu-mey heran. Gak Lui mengangsurkanpusaka Thian-liong-kim-jiu: “Lihatlah !” Siu-meymemandang pusaka itu dan meneliti sampai beberapajenak. Ia kerutkan dahi, tanyanya: “Ih, mengapa tak ada

Page 659: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

659

apa2nya .... aneh, kemanakah gurat2 Pat-kwa padabatang pusaka ini ?” Gak Lui tertawa: “Sudah lenyap !”

“Benar ?”

“Siapa membohongi? Kulihat sendiri gurat2 itu sepertibergerak berhamburan dan membentuk berbagaiperobahan yang menakjubkan ....”

“O, kalau begitu engkau sudah mengetahui tentangilmu Ngo- heng-terbalik?” tanya Siu-mey pula.

“Benar, ketika aku bersembunyi dalam barisankarang tadi, timbullah semacam hawa panas yangberwarna merah. Tiba2 kulihat gurat2 Pat-kwa padapusaka Thian-liong-kiam-jiu itu bergerak-gerak memecahdan membentuk beberapa macam perobahan.Kuperhatikan dan barulah kusadari bahwa gerak2guratan itu adalah ilmu pelajaran Ni-coan-ngo-heng. Ah,jika tiada hal yang tak disengaja itu, tak mungkin akudapat mempelajari ilmu itu !”

Siu-mey turut bergirang atas rejeki yang diperolehGak Lui. Kemudian Gak Lui berkata pula: “Mari kitakeluar dari lembah ini agar aku segera dapatmembereskan murid hianat si Lengan- besi-hati-baik danmengambil pedang pusaka Thian-lui-koay- kiam. Denganpedang itu, tentulah dapat kucincang tubuh si Maharaja.... eh, bagaimana dengan ketua partai persilatan waktumenghadapi gerombolan orang berkerudung muka danTopeng Besi?”

“Pada waktu engkau mengejar kawanan Siluman-goha-darah, karena melihat gelagat tak baik, merekapunmundur teratur dengan meninggalkan beberapa patahomongan ....”

“Apa kata mereka?”

Page 660: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

660

---oo~dwkz^0^Yah~oo---

“Sebelum kemudian, mereka akan ke gunung Ceng-sia-san untuk melakukan pertempuran yangmenentukan!”

“Apakah para ketua partai persilatan menerimatantangan itu?”

“Ya, karena tak tahu musuh menyiapkan barisanrahasia atau tidak, mereka terpaksa menerima tantanganitu dan tak mau mengejar.” Tiba2 mereka mendengarsuara senjata berdering. Buru2 mereka hentikan langkahdan lekatkan telinga ke tanah. Dengan ilmu mendengarsuara yang tajam, dapatlah mereka mengetahui bahwa disebelah luar sedang berlangsung penggalian yangdilakukan oleh berpuluh-puluh orang. Rupanya merekahendak membobol dinding lembah.

“Aneh, siapakah mereka ?” Siu-mey heran.

“Kalau tidak musuh tentu kawan,” sahut Gak Lui, “takpeduli siapa mereka, kita harus tinggalkan lembah ini.”

“Siapa yang mau tetap tinggal di sini ?” Siu-meymelengking, “tetapi lebih dulu kita harus dapat mendugasiapakah mereka itu, barulah kita dapat keluar dengantenang.”

“Tak perlu, karena sukar diduga.”

“Mengapa ?”

“Karena mereka tentu tak mampu mengetahui kalauaku sedang mengejar ketiga siluman itu. Hanya engkauberkat ketajaman hidungmu, dapat menyusul.....”

“Tetapi setelah lewat beberapa hari, merekapun tentudapat mencari juga !”

Page 661: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

661

“Benar, maka orang2 di luar lembah itu hanya adadua kemungkinan. Kalau bukan rombongan orang Ceng-sia-pay yang datang menolong tentulah anak buahMaharaja. Tetapi kedua- duanya sama tujuannya !”

“Maksudmu ... mereka hendak mencari mayatmu ?”

“Benar ! Kalau dari golongan Ceng-pay, tentu hendakmengurus mayatku. Tetapi kalau dari golongan Hitamtentu hendak mencari pusaka Thian-liong-kim-jiu ituapakah masih berada pada mayatku.”

“Kalau begitu kita harus hati2 menghadapi mereka,”kata Siu-mey dengan cemas.

Gak Lui tertawa: “Sudah tentu kita harus hati2 ....sebaiknya kita gunakan kesempatan ketika merekasedang asyik menggali, lalu kita menerobos keluar.”

Saat itu terdengar dering alat2 penggali makin jelasdan makin dekat. Gak Lui dan Siu-mey-pun bersiap-siap.Gak Lui gunakan pusaka Thian-liong-kim-jiu untukmembuat lubang pada dinding karang. Setelah cukuplebar, ia segera ajak Siu-mey loncat ke atas.Ah.....kiranya yang berada di atas itu bukan lain adalahThian Lok totiang ketua Ceng-sia-pay dan rombongananak muridnya serta Sebun sianseng. Sudah tentupertemuan itu amat menggirangkan. Gak Lui haturkanterima kasih atas bantuan mereka sehingga ia dapatkeluar dari lembah batu karang. Selain menghaturkanterima kasih, pun Gak Lui menghaturkan maaf yangsebesar-besarnya kepada Sebun sianseng atas kematianadik seperguruannya yakni Tanghong sianseng.

“Ah, mati hidup itu memang sudah suratan takdir ....harap tak usah mengungkat hal itu,” kata Sebunsianseng. Melihat pembicaraan menyinggung soal itulagi, buru2 Thian Lok totiang alihkan persoalan: “Gak

Page 662: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

662

sauhiap, kabarnya Kaisar Persilatan sudah muncul diTiong-goan dan memberikan pusaka Thian-liong-kim-jiukepadamu. Benarkah itu?”

“Ya.”

“Boleh kami beramai-ramai melihat benda itu?”Sebagai seorang pemuda yang tak berhati sempit,sebenarnya Gak Lui tak keberatan. Tetapi ia tak maumenunjukkan pusaka itu di depan orang banyak.Akhirnya ia mengangguk dan mengambil pusaka itu.Ketua perguruan Ceng-sia-pay dan Kun-lun-payserempak membungkuk tubuh memberi hormat.Demikianpun dengan berpuluh-puluh anak murid keduapartai perguruan itu. Dengan khidmat mereka tegakberdiri memandang pusaka itu. Suasana hening khidmat.Sekonyong-konyong terdengar suara tertawa yang keras,angkuh dan gembira. Tenaga-dalam yang memancar dariketawa itu, mengejutkan sekalian orang.

Thian Lok totiang dan rombongan serentak berpalingke arah suara tawa itu. Di atas sebuah puncak gunduktanah, tegak berdiri seorang lelaki yang luar biasatingginya. Matanya besar, rambutnya teruraiberhamburan di atas bahu. Sikapnya menyeramkan.Sebun sianseng memang banyak pengalaman dalamdunia persilatan. Melihat orang itu, serentak berobahlahwajahnya, tegurnya: “Apakah engkau bukan.... Hui-lin-kiam Bok Tin?” Dengan dua tiga langkah, raksasa itusudah berada beberapa tombak jauhnya dari rombonganThian Lok totiang. Pada waktu berjalan, bahu danpinggangnya berhias 12 batang pedang.

“Ah, pandanganmu cukup tajam juga. Ya, benar, akumemang si Pedang terbang Bok Tin,” sahut raksasa itu.Mendengar itu diam2 Thian Lok totiang terkejut. Sejenakmeraba tangkai pedangnya, ia melangkah maju setengah

Page 663: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

663

langkah, serunya: “Sudah lama engkau tak muncul didunia persilatan. Mengapa hari ini engkau datang kemari?”

“Mengambil Thian liong-kim jiu!”

“Huh, mampukah engkau ?” Gak Lui mendengusdingin seraya menyimpan pusaka itu ke dalam baju lalumelangkah maju. Tetapi Thian Lok totiang sudahmendahului mencabut pedang dan membentak: “Bok Tin,engkau benar2 tak memandang mata pada orang. Dihadapan kedua partai Ceng-sia-pay dan Kun lun- pay,engkau berani mengumbar tingkah ?”

Pedang-terbang Bok Tin kicupkan mata lalumenyengir kuda: “Ho, engkau mau ikut campur?”

“Apabila melihat ketidak adilan, terpaksa aku harusmembantu ....”

“Sudahlah,” sahut raksasa itu acuh tak acuh, “denganilmu kepandaian yang engkau miliki, adalah seperti anai2membentur lampu. Masakan kalian masih pura2 sebagaiksatrya hendak memberantas yang tidak adil.Menyingkirlah kesamping, agar jangan menggangguurusanku !” Ucapannya yang amat tekebur seolah-olahtak memandang mata pada orang itu benar2 membuatketua Ceng-sia-pay merah padam karena marah.

Pada waktu ia hendak menyerang, tiba2 Gak Luisudah melesat maju dan membentak: “Hai, Bok Tin,manusia macam apakah engkau ini? Apakah engkaujuga ingin cari mati !”

Dingin2 saja Bok Tin menyambut makian itu. Sebunsianseng cepat berseru kepada Gak Lui: “Dia mahirmenggunakan duabelas batang pedang-terbang.Memang jarang ketemu tandingannya. Maka dia amat

Page 664: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

664

jumawa sekali. Pedangnya pandak itu dapat ditaburkankepada orang. Harap engkau berhati-hati.....”

“Apakah engkau ini benar Gak Lui ?” belum sebunsianseng selesai berkata, Bok Tin sudah menegur GakLui.

“Hm, kalau benar, mau apa engkau ?” sahut pemudaitu.

“O...,” seru Bok Tin. Rupanya ia kaget karena takmenduga bahwa tokoh Gak Lui yang terkenal itu ternyatamasih seorang pemuda. Sambil menatap wajah pemudayang ditutup dengan topeng dari kulit binatang itu. Masihdengan nada setengah tak percaya ia berseru: “Tokohpemapas pedang yang menggemparkan dunia persilatandahulu itu…. apakah engkau sendiri ?”

“Benar !”

“Kudengar juga orang mengatakan bahwa engkaumahir akan ilmu melontar pedang ?”

Rupanya Gak Lui tak sabar terus menerus ditanya,bentaknya: “Semua benar! Engkau hanya disuruh siMaharaja untuk mengantarkan jiwamu kemari, perlu apabertanya ini itu !”

“Maharaja ?” Bok Tin mendengus, “manusia apakahdia berani menyuruh aku !”

“O, kalau begitu engkau bukan anak buahnya ?”

“Sudah tentu bukan! Dan lagi aku malah akanmencarinya untuk adu ilmu pedang !”

Mendengar keterangan itu, lenyaplah kemarahanGak Lui, tanyanya pula, “Lalu untuk apa engkaumenghendaki pusaka Thian-liong-kim-jiu ?”

“Hendak kuperiksa dimana keistimewaannya !”

Page 665: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

665

“Terus terang kuberitahukan, memang benda ituadalah sebuah pusaka dunia persilatan yang amatkeramat. Kalau mencari keistimewaannya ... sekarangsudah hilang.”

“Benarkah itu ?” Bok Tin menegas.

“Perlu apa aku membohongimu !”

Melihat kesungguhan wajah pemuda itu, Bok Tinpercaya kalau pemuda itu tentu tak bohong. Sejenakmerenung, ia berkata: “Baiklah, sekarang tak perlumempersoalkan benda Kim-jiu itu. Tetapi.....”

“Bagaimana ?”

“Aku hendak menguji ilmu pedangmu !”

Mendengar keterangan Sebun sianseng bahwa BokTin mahir menggunakan selusin pedang dan dapatmenaburkan dengan mahir, diam2 Gak Lui gembira:“Baik, silahkan engkau mulai !” serunya. Bok Tinmenggulung lengan baju dan suruh Thian Lok totiangserta rombongannya menyingkir. Siu mey sebenarnyahendak membangkang tetapi Gak Lui memberi isyaratdengan anggukan kepala. Terpaksa nona itu menurut.Sebelum menyingkir ia memberi pesan dengan berbisik:“Harap berhati hati !”

Setelah orang2 itu menyingkir, Gak Luipun mencabutsepasang pedangnya. Dengan tenang ia menatap lawan.Rupanya Bok Tin yang semula memandang rendahkepada lawan, tercekat juga hatinya melihat sikap GakLui yang bengis. Setelah kedua fihak berhadapanbeberapa saat, tiba2 Bok Tin rentangkan kedua tangandan secepat kilat mencabut pedang kedua bahunyaseraya membentak: “Lihat pedang ....!” Dua batangpedang yang berkilau-kilauan memancar cahaya terang,

Page 666: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

666

segera meluncur ke arah Gak Lui.

Gak Luipun cepat menyambutnya dengan suatugerak jurus yang istimewa, hendak memapas pedanglawan. Tetapi sebelum jurus itu selesai, tiba2 keduabatang pedang yang dilepas Bok Tin itu berpencarmelayang kekanan kiri, melingkar lingkar dan melayangkembali kepada Bok Tin. Serempak dengan itu empatbatang pedang lagi, meluncur dari tangan Bok Tin.

Gak Lui terkejut. Buru2 ia gunakan jurus Burung-hong-pentang- sayap untuk menangkis. Tring, tring ....sinar pedang berhamburan ke udara dan keenam batangpedang itu seperti mempunyai nyawa, dapat melayangkembali kepada tuannya.

“Hai, tak sangka engkau berisi juga !” teriak Bok Tinseraya mencabut pedang yang pandak pada bahunya:“Sekarang, cobalah engkau jajal yang ini !” Gak Lui tegakbersiap. Sepuluh batang pedang meluncur dari tanganorang she Bok itu. Tetapi pedang2 itu tak langsungmenuju ke arahnya melainkan melayang dan berputarputar di udara dulu baru kemudian dari delapan penjuru,mereka perlahan lahan meluncur kearah Gak Lui. Dalamsoal ilmu melontar pedang, Gak Lui memang ahli. Ia tahubahwa sekalipun gerakan pedang itu lambat tampaknyatetapi sesungguhnya berisi dengan tenaga-dalam yanghebat. Rupanya karena kewalahan maka lawan lalumengeluarkan ilmu kepandaian simpanan. Dalam padaitu satu demi satu pedang2 itu meluncur dari udara.Menimbulkan sinar yang menyilaukan mata dan anginyang menderu-deru. Pedang2 itu meluncur kearah jalandarah maut ditubuh Gak Lui.

“Hebat !” seru Gak Lui seraya memutar sepasangpedangnya. Dengan putaran pedang itu, pedang pandakBok Tin tertahan. Tetapi anehnya, pedang2 pandak itu

Page 667: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

667

tetap melingkar-lingkar. Tidak jatuh, pun tidak melayangkembali kepada Bok Tin. Pedang2 pandak itu sepertimempunyai mata. Setiap saat mereka hendak mencarilubang kesempatan untuk menyusup ketubuh Gak Lui.Ilmu permainan pedang seaneh itu, benar2 membuatGak Lui terkejut heran. Lawan menabur 10 batangpedang pandak dan ia hanya mempunyai dua batangpedang untuk melindungi diri. Pikirnya iapun hendakmenggunakan ilmu menabur pedang. Tetapi ia kuatir,pedangnya kalah jumlah dengan pedang lawan. Apalagilawan masih mempunyai simpanan dua batang pedanglagi.

Tampak Bok Tin tak henti2nya ayunkan keduatangannya. Begitu pedang2 pandak itu melayang kembalikepadanya, cepat ia menamparnya lagi. Demikiansampai beberapa saat, Gak Lui tetap terancam dengan10 batang pedang terbang itu. Tiba2 ia mendapat akal.

Pedang ditangan kanan tetap dimainkan sepertibiasa. Tetapi pedang di tangan kiri tiba2 ditaburkankearah dua batang pedang dari barisan pedang terbangitu. Tring, tring .... terdengar lengking nyaring dari duabuah benturan senjata pedang. Kedua pedang pandakberadu dengan sebatang pedang panjang. Karena kalahbesar dan panjang, kedua pedang pandak itu terpentalsampai dua tombak jauhnya. Dengan terpentalnya keduapedang pandak itu maka delapan pedang pandak yanglain pun ikut melayang ke belakang. Dengan hasil itu,berobahlah situasi pertempuran. Hal itu membuat Siu-mey dan lain2 tokoh partai persilatan yang bermulamenahan napas, saat itu dapat menghela napas longgar.Tetapi mereka heran melihat wajah Gak Lui masihtampak tegang. Sedangkan si Pedang-terbang Bok Tinmasih tertawa- tawa. Suatu pertanda bahwa pertempuranmaut masih tetap akan berlangsung.

Page 668: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

668

Apa yang diduga itu memang benar. Tak berapalama, sekonyong-konyong tubuh Bok Tin berputar deras.Kemudian bagai seekor singa marah, dia loncatmenerjang Gak Lui. Dan tangannyapun sudah mencekalsebatang pedang pandak. Sing .... sing .... ia bolangbalingkan pedang menusuk tubuh Gak Lui. Danserempak dengan itu barisan 10 pedang pandak tadi punberhamburan melayang dan menerjang pedang Gak Luiyang dilontarkan tadi. Benar2 suatu ilmu pedang yanganeh dan belum pernah Gak Lui saksikan selama ini.

Untuk menghadapi serangan istimewa itu, Gak Luikembangkan pedangnya dalam lingkaran makin lebar.Kemudian tangan kirinya menggunakan tenaga-dalam-penyedot untuk menyedot kembali pedang yangdilontarkan tadi. Tetapi lawanpun tak tinggal diam. Iaperhebat serangan kedua pedangnya disampingmengendalikan kesepuluh batang pedang terbang tadi,berhamburan menyerang dari celah2 pertahanan GakLui.

Cepat sekali pertempuran itu telah mencapaitigapuluh jurus. Tampaknya memang masih bertimbangtetapi sesungguhya Pedang-terbang Bok Tin lebih dapatmenguasai permainan. Sudah tentu hal itu dapatdiketahui juga oleh seorang tokoh semacam Thian Loktotiang, Sebun sianseng dan lain2 tokoh yang hadir di-situ.

Yang paling gelisah adalah Siu-mey. Dahinya sampaimengucur keringat. Dan kejutnya makin memuncakketika melihat Gak Lui telah melakukan sebuah seranganyang salah. Pemuda itu taburkan pedang Pelangi yangberada ditangan kanannya. Maksudnya hendakmenghancurkan gerumbul pedang terbang yangmelayang-layang mengancam dirinya itu. Tetapi

Page 669: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

669

perhitungannya meleset. Gerumbul pedang pandak ituberpencar kesamping, secepat pedang Pelangi melintas,ke 10 pedang pandak itupun segera merapat kembalidan terus memburu Pedang Pelangi.

“Celaka !” Siau-mey menjerit tertahan. Tetapikebalikannya Pedang-terbang Bok Tin malah tertawamengekeh. Ia gerakkan sepasang pedangnya makinderas untuk menghancurkan lingkaran sinar pedang GakLui yang tinggal sebatang itu.

---oo~dwkz^0^Yah~oo---

“Celaka...!” kali ini Thian Lok totiang juga berteriakkaget. Sedang sekalian tokohpun terlongong. Merekaduga dalam waktu yang singkat Gak Lui tentu akanmenderita kekalahan. Tetapi sekonyong-konyong bahupemuda itu bergerak dan tangan kanannya membalik,wut......ia lepaskan tenaga-dalam Algojo- dunia untukmenyedot pedang Pelangi tadi. Kesepuluh batangpedang pandak pun ikut mengejar tetapi tenaga-dalam-penyedot yang dipancarkan Gak Lui itu terlampau kuatsehingga pedang2 pandak itu melekat pada pedangPelangi dan tak dapat bergerak lagi ! Gak Lui masih takberhenti sampai disitu. Ia alihkan saluran tenaga-dalam-penyedot ketangan kanan untuk menempel senjatalawan.

Dengan gerakan itu, kesepuluh pedang pandak dariBok Tin mati kutu lalu terlempar sampai tujuh delapantombak jauhnya. Pedang-terbang Bok Tin menjerit kaget.Dengan menggembor keras, ia kerahkan seluruh tenagauntuk loncat kebelakang dan menarik sepasangpedangnya dari sedotan pedang Gak Lui. Justeru itulahyang dikehendaki Gak Lui. Ia kendorkan tenaga- dalampenyedot lalu diganti mendorongkan ujung pedangkepada lawan. Seketika itu tampak tubuh Bok Tin yang

Page 670: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

670

tinggi besar bagaikan layang2 putus tali, terhuyung-huyung mundur sampai beberapa langkah. Sebelumraksasa itu sempat berdiri tegak, Gak Lui sudah loncatkeudara dan dengan gerak burung-rajawali-pentang-sayap, ia menghantam pedang lawan. Tring, tring....pedang Bok Tin terpapas kutung. Jago pedang yangbertubuh tinggi besar seperti raksasa itu, mendelikmatanya. Dengan marah ia berteriak :

“Kalah ....!”

Ia berputar tubuh dan tanpa menghiraukan pedang2pandaknya yang berhamburan ditanah, ia terus laringiprit. Sikap yang polos dan jujur dari Bok Tin,meninggalkan kesan baik pada Gak Lui. Selamamengembara di dunia persilatan belum pernah iaberjumpa dengan seorang jujur seperti Bok Tin.

Bok Tin seorang tokoh pedang yang berkepandaiantinggi. Tetapi karena kalah, iapun dengan terus terangmengaku kalah. Karena tertarik akan kejujuran siraksasa, Gak Lui cepat loncat menghadang : “Sekalipunkalah, tetapi mengapa anda tak mau mengambil pedanganda itu ?”

Sepasang mata besar dari Bok Tin merentang lebar:“Kabarnya engkau gemar mengutungi pedang orangmengapa engkau tak menghendaki pedangku ?”

“Itu dulu, tetapi sekarang tidak lagi.”

“Kalau engkau tak mau, akupun tak mau juga,” kataBok Tin.

Gak Lui terkejut: “Senjata itu adalah senjata yangtelah mengangkat namamu, masakan engkau tak sayang?”

“Masakan tak sayang ....”

Page 671: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

671

“Lalu mengapa tak mau.”

“Peraturan dalam dunia persilatan menetapkan,dalam pertempuran apabila yang menang tak maumelukai yang kalah maka yang kalah harusmeninggalkan senjatanya.”

Gak Lui tertawa gelak2: “Ah, anda benar2 taat akanperaturan.....”

Pada saat itu Thian Lok totiang dan rombonganorang gagah, menghampiri datang. Mereka-pun memujiatas sikap Bok Tin. Kesan baik pada raksasa itu telahmerobah sikap permusuhan dari tokoh2 persilatantersebut.

Sebun sianseng memberi hormat, serunya: “Saudarajarang sekali muncul didunia persilatan. Sungguh takterduga kalau hari ini dapat berjumpa. Dan ternyatasaudara tetap memegang teguh peraturan duniapersilatan. Aku Sebun Giok menghaturkan hormatkepada saudara.....”

Ucapan tokoh dari Kun-lun-pay itu laksana anginsegar yang menghembus lenyap kegelisahan hatisekalian orang.

Pedang-terbang Bok Tin terkejut girang, serunya :“Kalau begitu, akulah yang salah. Perbuatanku mengintaikalian dan hendak melihat pusaka Thian-liong-kim-jiu tadihanyalah terdorong oleh rasa ingin tahu saja. Harapsaudara Gak suka maafkan ......”

Gak Lui cepat menyambut : “Jika tak bertempur tentutak kenal. Sudahlah kita habisi soal itu sampai disini.Harap saudara mengambil senjata saudara itu !”

Demikian mereka dari lawan menjadi kawan. Selangbeberapa saat kemudian, berkata pula Bok Tin :

Page 672: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

672

“Kudengar berita dalam dunia persilatan bahwa Maharajapersilatan itu, dengan mengandalkan ilmu pedangnyayang sakti telah melindas tokoh2 persilatan danmelakukan kejahatan. Maka aku ingin mencarinya. Siapatahu waktu bertempur dengan saudara Gak Lui tadi, barukutahu bahwa didunia persilatan telah muncul seorangtunas muda yang cemerlang. Aku yang sudahmeyakinkan ilmu pedang berpuluh tahun, ternyata takmampu menghadapinya. Menilik hal itu, rasanya akulebih baik tak muncul saja.....”

“Kalau saudara mengandung cita2 hendakmenumpas kejahatan, mengapa saudara tak bergabungdengan kita saja ?” kata Sebun Sianseng.

“Ah, aku sudah biasa hidup mengembara. Mungkinakan mengecewakan harapan saudara2,” kata Bok Tinlalu memandang kearah Gak Lui, “tetapi demi membalasterima kasih kepada saudara Gak, jika diperlukan akutentu bersedia membantu.”

Gak Lui diam merenung : “Aku sudah berhasilmemahamkan ilmu Ni coan-ngo-heng. Dan harus menujuke istana Bi-kiong di Busan. Rencana mencari Pukulan-sakti The Thay, dan Tabib sakti Li Kok-hua terpaksakutunda dulu, Pedang-terbang Bok Tin ini hebat sekalikepandaiannya dan pula musuh belum mengenalnya.Ah, seorang pembantu yang tepat...”

Setelah menetapkan keputusan, berkatalah iadengan terus terang : “Aku mempunyai suatu hal yanghendak kumintakan bantuan saudara. Entah apakahsaudara tak berkeberatan ?”

“Jangan sungkan, aku tentu akan membantu dengansekuat tenaga. Apakah keperluan saudara itu ?”

“Maharaja Persilatan mempunyai anak buah,

Page 673: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

673

sekelompok Orang berkerudung muka. Kuminta saudarasuka menyelidiki gerombolan orang aneh itu !”

“Orang berkerudung muka ? Ya, memang aku pernahmendengarnya. Jika engkau bermusuhan kepadamereka, pedangku tentu takkan memberi ampun mereka....”

“Bukan, aku hanya perlu tahu tempatnya dan jangansembarangan bertindak sendiri,” cepat Gak Luimencegah.

“Mengapa ?”

“Aku hendak mencari seorang sahabat yang bernamaPukulan- sakti The Thay. Dia seorang ahli pembuatpedang yang terkenal dan ditawan oleh gerombolanMaharaja Persilatan. Karena pedang dari beberapaanggauta gerombolan Orang berkerudung itu telahkubikin cacad, mereka tentu akan mencari The Thayuntuk menyuruhnya memperbaiki.”

“Ho, kutahu! Bukankah engkau hendakmenggunakan beberapa Orang berkerudung itu untukmencari sarang mereka ?”

“Benar !”

“Jangan kuatir, serahkan saja padaku. Tetapi kalausudah ketemu lalu bagaimana aku dapat mencarimu ?”tanya raksasa Bok Tin.

“Hm, aku berada disekitar gunung Bu-san.”

“Baik, aku segera berangkat.....” kata Bok Tin terusminta diri. Dengan langkah lebar tak berapa lama orangyang bertubuh tinggi besar itupun sudah lenyap daripandangan mata. Setelah orang itu jauh, Thian Loktotiang dan lain2 tokoh sama tersenyum. Hanya Gak Luisendiri yang merasa tak enak dalam hati. Diam2 ia

Page 674: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

674

menduga bahwa sembarang waktu dan tempat,Maharaja Persilatan itu tentu dapat muncul. Apabilasampai bertempur dengan Pedang-terbang Bok Tin,tentu besar bahayanya. Bukankah berarti iamengorbankan jiwa Bok Tin...

“Saudara Gak, perjanjian di Ceng-sia pada bulanmendatang ini, tentulah engkau sudah mengetahui.Sekarang kita akan berpisah untuk bersiap dan tak lamalagi akan berkumpul pula dalam sebuah kubu barisanbesar. Dalam hal itu bagaimanakah rencanamu ?”

Sejenak Gak Lui merenung lalu menyatakan bahwaia hendak menuju ke Busan untuk mendapatkan pedangThia-lui-kiam. Setelah itu baru akan menggabungkan diridengan mereka. Sebun sianseng mengangguk : “Baiklah,hanya ada sebuah hal.....”

“Hal apa ?”

“Kabarnya Pengemis Ular dari golongan partaiPengemis daerah selatan, mahir menggunakan ularberbisa sebagai senjata, akan muncul juga. Dia amatganas ....”

Gak Lui cepat tertawa nyaring : “Berbicara tentangPengemis Ular itu, aku sudah memperoleh seorang ahliyang mampu menandinginya.”

“O,” Sebun sianseng mendesuh sadar, “tentulah nonaLi yang engkau maksudkan itu. Dengan gelar Gadis-ular,tentulah dugaanku kepadanya itu takkan meleset.”

“Benar,” Gak Lui mengiakan, “demi keselamatanpartai2 persilatan akan kumintanya membantu barisanitu.”

Sesungguhnya Siu-mey tak senang tinggal digunungCeng-sia. Tetapi karena Gak Lui yang meminta, terpaksa

Page 675: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

675

ia menurut saja. Hanya untuk menumpaskankemengkalan hatinya. Selesai mengatur, Gak Lui lalumenuturkan tentang diri Hi Kiam-gin, agar apabila tokoh2yang hadir disitu berjumpa dengan nona itu, janganlahsampai timbul salah faham. Setelah itu Gak Lui lalumengambil selamat berpisah dan menuju ke istana Bi-kiong digunung Busan.

Gunung Busan mempunyai duabelas buah puncak.Alam pemandangannya indah tetapi berbahaya. Tibaditempat tujuannya, dia agak terkejut. Ternyata tempat itubukanlah tempat yang tempo hari didatanginya. Ia masihingat akan Bu-san-yan-hong atau si Burung Hong cantikdari Busan yang menjaga dipuncak Gwa-liok-hong atauenam puncak lapisan luar. Tetapi Busan amat luas danlebat. Ia tak dapat melihat apa yang terdapat padabarisan batu2 aneh disitu. Pun kalau berteriak, ia kuatirakan didengar oleh murid hianat yang bersembunyidalam istana Bi-kiong. Demikian setelah merenungsejenak, lalu ia mengatur langkah dalam gerak Ngoheng-seng-kek, menyusup masuk kedalam barisan alamdi situ.

“Aneh......” setelah berjalan beberapa lama ia terkejut.Karena tempat yang dicapainya itu tiada terdapat anginkeras. Tanah dan batu karang disitu pun datar, takberbentuk aneh seperti yang pernah dialaminya tempohari. Tetapi setelah merenung beberapa saat, tiba2 iageli sendiri dan dapat menemukan jawabannya. Ya,tempo hari ia tak mengerti cara untuk memasuki barisanbatu itu. Ia hanya menurut petunjuk orang yang bernamaTio Bik-lui. Dan kepandaian orang she Tio itu pun belumsempurna. Maka sekalipun ia dapat melintasi barisanbatu karang, namun tetap menghadapi kesulitansehingga harus mengerahkan seluruh tenaga danpikirannya. Tetapi kini bukan saja ia sudah dapat

Page 676: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

676

memahamkan inti rahasia ilmu Ngo-heng, pun tenaga-dalamnya juga berlipat ganda. Dengan begitu, mudahlahia melintasi barisan batu itu. Setelah hampir setengahhari berjalan dan tak lama akan tiba didekat istana Bi-kiong, diam2 ia heran mengapa tetap belum melihat sinona itu. Akhirnya ia memutuskan untuk mengitarigunung dan mencari tempat di mana dahulu ia terjeblusdidalam liang tanah.

Beberapa saat kemudian tibalah ia ditempatpemakaman kerangka ayahnya. Hati Gak Lui sepertidisayat. Beberapa airmata menitik turun. Setelah itu baruia lanjutkan hendak menuruni liang di bawah tanah. Iaterkejut melihat mulut lubang itu tertimbun ranting2pohon. Sepintas memang seperti kacau balau tetapisetelah diperhatikan, nyatalah kalau ranting2 itudiletakkan dalam susunan yang teratur.

“Hm, tentu diatur orang. Apabila tersentuh, orangyang mengatur ranting2 itu tentu segera mengetahui.Tetapi siapakah yang memasang ranting2 itu ?” diam2 iamenimang. Tiba2 dari puncak Busan terdengar suaraorang menggerung dahsyat. Tak dapat diragukan lagi,orang itu tentulah si Lengan- besi hati-baik. Dia tak maubertanya lagi melainkan memancarkan ilmu gemborandahsyat yang menggetarkan nyali orang.

Gak Lui memutuskan hendak gunakan ilmu gerak Ni-coan-ngo- heng untuk mendaki keatas. Tetapi tiba2 daricelah batu dibelakangnya terdengar suitan perlahan.Dengan girang cepat ia berpaling dan dilihatnya sidaracantik bersembunyi dibalik sebuah batu karang. Iaunjukkan separoh mukanya dan memberi isyarat supayaGak Lui menghampirinya. Gak Lui terkejut heran.Tentulah ada sesuatu yang terjadi pada istana Bi-kiong.Cepat ia menyelinap ketempat sinona.

Page 677: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

677

“Adik Lui.....” Cepat nona itu menyambutnya denganmemeluk erat2.

“Taci Yan, apakah yang terjadi sehingga engkautampak begitu berhati-hati sekali ?”

“Benar, aku telah melihat suatu keanehan sehinggaaku takut sekali.”

“Apakah engkau melihat murid hianat si Lengan-besiatau Maharaja Persilatan ?”

“Tidak ! Aku tak melihat seseorangpun.....”

“Lalu mengapa ?”

“Adik Lui, adakah engkau melihat timbunan rantingpohon diatas mulut terowongan itu ?” Gak Luimengiakan.

“Kemungkinan tentu ada orang yang masuk dandengan hati2 dia meninggalkan pertandaan.”

“Jadi memang benar2 dia orang yang datang kemari?” tanya Gak Lui.

“Benar, sayang saat itu aku tak berada di-dekat guhasehingga tak dapat mengetahui orang itu. Tetapi....”

“Tetapi bagaimana ?”

“Kuragukan dia.....orang she Tio ....Tio Bik lui itusendiri !”

“Apa alasanmu mengatakan demikian ?”

“Karena dahulu dia pernah datang kemari dan lagi....kurasa gerak geriknya memang tak wajar.”

“Hm,” Gak Lui mendesah lalu merenung, “Tio Bik-luitelah membantu aku menghalau ketiga Algojo itu. Danjuga dialah yang memberi petunjuk jalan sehingga aku

Page 678: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

678

dapat tiba kemari. Ah, janganlah kita sembaranganmenduga orang...”

“O.....” Bu- san-yan-hong mendesuh lalu menatapnyadengan pandang menuntut. Rupanya terkesan juga GakLui akan sikap nona yang tak mau lepaskankecurigaannya itu. Tiba2 ia teringat beberapa hal.Kesatu, Tio Bik-lui begitu memperhatikan sekali akanjejak keempat Bu san-su kiam. Setiap kali berjumpa,langsung atau tak langsung, dia selalu menanyakan halitu. Adakah ada udang dibalik batu dalam pertanyaan itu....? Kedua, waktu tempo hari Tio Bik lui menjagadisekitar gunung Busan, Tio Bik-lui telah mengantarnyamemasuki gunung itu dan menunggu sampai ia keluarlagi. Adakah tindakannya itu suatu bantuan ataumemang mempunyai maksud lain...? Walaupun sampaibeberapa saat, tak dapat juga Gak Lui memecahkanpersoalan itu. Apabila Tio Bik-lui itu memang palsu danbermaksud jahat, tujuannya tentulah tak lepas darimencari pedang pusaka Thian lui-koay-kiam itu. Tetapiapabila dia memang bermaksud baik, Gak Lui merasaberhutang budi besar kepadanya.

“Adik Lui, kedatanganmu sekarang tentu sudahmembekal pengetahuan ilmu Ni-coan-ngo-heng. Maukahengkau membawaku serta memasuki istana Bu-san-bi-kiong itu?”

“Sayang ....”

---oo~dwkz^0^Yah~oo---

“Istana Bi-kiong adalah peninggalan leluhurku. Akubenar2 ingin menjenguknya!”

“Jangan sekarang ! Ilmu kepandaian si Lengan-besi-

Page 679: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

679

hati-baik itu hebat sekali. Aku tak dapat membiarkanengkau tertimpa bahaya.”

“Tetapi disinipun belum tentu aman.”

“Ini ....,” Gak Lui merenung sejenak, “kalau begitulebih baik engkau ke gunung Ceng-sia-san menungguaku. Kelak partai2 persilatan akan berkumpul disana.Dan lagi ada seorang Nona- ular Li Siu-mey yang selaindapat menjadi sahabat, pun kalian dapat ber-sama2mempelajari ilmu pedang Bu-san kiam-hwat, untukpersiapan di kemudian hari.” Bu san-yan-hongmengiakan. Ia minta Gak Lui mendaki dan setelah itubaru ia nanti akan tinggalkan gunung. Gak Lui pun takmau banyak bicara lagi. Ia terus lari mendaki keatas.Enam puncak yang menjadi lapisan dalam dari gunungBusan, jauh lebih dahsyat dan berbahaya dari keenampuncak lapisan luar. Ia loncat keudara. Tetapi sebelumkakinya turun ke-bumi, matanya seperti ber-kunang2.Setiap keping batu karang, setiap jengkal tanah tampakber-putar2. Saat itu ia masih setombak dari tanah. Buru2ia kerahkan tenaga- murni lalu menggeliat keatas hampirbeberapa tombak tingginya. Dalam pada itu diam2 iamenghafalkan perobahan2 dalam ilmu Ni-coan-ngo-heng. Kemudian ia meluncur keatas sebuah jalan kecil.Tapi begitu menginjak bumi, iapun ikut terputar2 sepertiangin lesus. Tetapi ia menyadari bahwa hal itu hanyalahsugesti atau menurut pikirannya sendiri. Cepat iamenginjak tata Kiu- kiong-pat-kwa dan diam2 menghitungkeadaan barisan Thian- kang-ki-bun yang dihadapinya.Setelah itu dengan tenang ia melesat kemuka.

Lebih kurang sejam lamanya, berhasillah ia melintasibarisan itu dan tiba dipuncak lapisan dalam atau yangdisebut Lwe-liok-hong. Keenam puncak batu karangdisitu, sepintas pandang memang menyerupai sebuah

Page 680: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

680

istana alam. Disebelah luarnya dikelilingi oleh tanah datarseluas sepuluh tombak.

“Ini tentulah istana Bi-kiong itu !” diam2 ia menimang.Dengan cepat ia mengitari tanah yang disebut istana Bi-kiong itu ternyata hanya sebuah batu gunung yang takberpintu. Kecuali dinding karang yang terdapat tanda2aneh boleh dikata tiada setitik celah pada batu itu. Danyang paling aneh pula, si Lengan-besi-hati-baik itu takkelihatan sama sekali. Bahkan gemborannya yangdahsyat tadi pun tak kedengaran lagi. Gak Lui benar2heran. Ia merasa ilmu kepandaiannya sudah dapatdigolongkan sebagai jago2 kelas satu dalam duniapersilatan. Memang kalau dibanding dengan si MaharajaPersilatan memang kalah jauh. Demikian dengan Tio Bik-liong juga kalah setingkat. Dan kini ternyata si Lengan-besi-hati-baik itu begitu lihay, sampai tak dapat didugasampai berapa tinggi kepandaiannya. Kalau bertempurberhadapan, mungkin dengan menggunakan kecerdasanotak, ia masih dapat menghadapi murid hianat itu. Tetapibahwa ternyata saat itu ia sama sekali tak dapatmenemukan apa2 pada batu itu, bukankah berarti iasudah menderita kekalahan? Bukankah lawan berada ditempat gelap dan ia di tempat terang?

Gak Lui marah. Ia segera kerahkan tenaga-dalamAlgojo-dunia dan menghantam batu itu, seraya memaki:“Hai, murid hianat Busan! Mengapa tak lekas keluarmenerima kematianmu...!”

JILID 14

Sekonyong-konyong dari tengah gunung terdengarsuara gemboran yang dahsyat: “Hai, siapakah yangmembuat gaduh itu.....!”

Page 681: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

681

“Lim Ih-hun, lekas unjuk diri, jangan banyak bicara !”teriak Gak Lui. Mendengar disebutnya nama itu, rupanyaorang yang menggembor itu terkejut dan diam sampaibeberapa saat. Tetapi pada lain saat terdengar pula iaberseru: “Siapakah engkau? Lekas beritahukannamamu!”

“Aku Gak Lui !”

“Siapa ?”

“Gak Lui !”

“O,” orang itu berhenti sejenak lalu tertawa geram:“Ha, ha, ha, ha, ha ... engkau juga datang hendak.... ha,ha, ha, ha !”

Gak Lui makin marah. Ingin ia menghantam hancuristana Bi- kiong itu. Tetapi baru tangan hendak dijulurkan,tiba2 terdengar ledakan batu karang. Seketikamerekahlah sebuah lubang setinggi tiga tombak. Keduapintu yang beratnya sepuluh ribu kati itupun segeramenggelincir ke kanan dan ke kiri. Pada lain saatterdengar Lengan-besi-hati baik Lim Ih-hun berseru: “GakLui, dengarkanlah yang jelas! Sejak duapuluh tahun initak pernah ada orang yang dapat masuk ke dalamTelaga-petir ini. Tetapi hari ini engkau dapat, bolehdianggap memang sudah takdir alam. Karena itukuijinkan engkau ....”

“Bagaimana ?”

“Engkau boleh keluar dari gunung. Lekas kembalilah!” serunya.

“Heh, heh,” Gak Lui tertawa mengejek, “itukahitikadmu yang baik ?”

“Orang jahat tentu memberi pelajaran jahat. Biarlahlain orang yang membunuhmu dan tak perlu aku harus

Page 682: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

682

melanggar pantanganku membunuh orang !”

“Melanggar pantangan? Ha, ha, ha, ha..” Gak Luitertawa nyaring lalu dengan gerak langkah yang istimewaia berputar menyusup ke dalam pintu, serunya:“Kematian sudah tiba, masih engkau bertepuk dadasebagai orang baik. Sungguh tak malu!” Tetapi begitu iamelangkah ke ambang pintu, sepasang pintu batu itupunsegera mengatup, dan .... Gak Luipun tertutup di dalam.Tetapi di dalam istana itu terang benderang, iamemandang ke sekeliling. Didapatinya ruang batu cukuptinggi dan penuh lubang tetapi tak tembus ke luar.Sedang ruangan di sebelah muka yang luasnya hampirsatu bahu itu, penuh dihias dengan kursi2 batu. Ia dugatempat itu dahulu tentu dijadikan tempat pertemuan daripara orang gagah.

Teringat Gak Lui akan sejarah dari istana Bi-kiong itu.Istana itu sebagian memang dari alam, sebagian dibuatoleh tangan manusia. Pendirinya yalah kakek moyangdari sinona Yan-hong. Kakek moyang nona itu telahmendirikan sebuah perkumpulan rahasia di tempat itu.Oleh Bu-san It-ho, guru dari keempat tokoh jago pedangBu-san, istana itu telah diganti dari pengaruh golonganHitam menjadi aliran Putih. Dan kemudian tempat itupundijadikan tempat penyimpanan pedang pusaka Thian-ti-koay-kiam. Setelah meneliti keadaan tempat itu, Gak Luimenghampiri ke pintu tengah. Didapatinya di belakangpintu itu terdapat delapan simpang jalan terowonganyang menjurus ke lain arah. Jalan terowongan itu masihberhias dengan beberapa jalan persimpangan yangmalang melintang membingungkan orang. Tetapi Gak Luitak begitu menghiraukan jalan2. Ia tetap melangkahmasuk dengan tata-gerak Ni-coan-ngo-heng. Setelah tibadi ujung jalan, ia berhadapan dengan sebuah pintu yangserupa tadi, begitu pula terowongan dan jalan2, sama

Page 683: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

683

dengan yang tadi. Hanya saja tanda Pat-kwa lainbentuknya sehingga ia terpaksa berhati-hati. Tak kurangdari tujuh lapis pintu telah dilaluinya. Saat itu ia sudahmerasa pening dan tak tahu berada di mana.

“Jangan takut…..” kata Gak Lui dalam hati. Ia rentangmata dan merenung. Gurat2 garis pada pusaka Thian-liong-kim-jiu seperti muncul pula dalam benaknya.

“O, kiranya setelah melintas selapis lagi, akan tiba diistana Bi- kiong,” katanya. Dengan bersiap memegangpedang dan pusaka Kim-jiu, ia mulai melangkah majulagi. Sebuah ruang besar segera terbentang dihadapannya. Di tengah ruang besar itu tampak dudukseorang tokoh aneh. Rambutnya memanjang sampai ketanah, pakaian hitam mengenakan kerudung muka.Sepintas pandang menyerupai dengan si MaharajaPersilatan. Tanpa bertanya, cepatlah Gak Luimengetahui bahwa lelaki itu tentulah si Lengan-besi-hati-baik Lim Ih-hun. Saking tegangnya, Gak Lui sampaigemetar tak dapat bicara. Pun ketika melihat Gak Lui,orang itupun agak gemetar, tegurnya:

“Budak kecil, apakah engkau Gak Lui?”

“Benar, aku Gak Lui dan bukankah engkau ini siLengan-besi- hati-baik?”

“Tepat !”

“Lekas serahkan pedang Thian lui-koay-kiam, agarjangan engkau menderita !”

Orang itu tertawa mengekeh. Nadanya seram danpanjang. Tetapi saking kerasnya tertawa, kain kerudungyang menutup mukanya itupun melorot ke bawah.Melihat wajah orang itu, gemetarlah Gak Lui. Ternyatawajah orang itu amat datar. Kecuali tak punya hidung,

Page 684: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

684

pun terdapat sebuah lubang yang menyusup ke dalam.

“Hidung gerumpung! Pembunuh yang sesungguhnya....” terkenang Gak Lui akan keadaan ayah-angkatnyaPedang Aneh yang kedua tangan dan kakinya terpapaskutung. Serentak mendidihlah darah Gak Lui. Iamelangkah maju. Lengan-besi-hati-baik itu gerakkan jarimencegah: “Tunggu dulu, engkau sudah datang dariribuan li, mengapa terburu-buru ...”

“Masih ada omongan apa lagi ?”

“Barang siapa yang datang ke istana Bi-kiong sinitentu akan menerima hukuman mati. Tetapi sebelumbertempur, kita dapat menerangkan berbagai hal agarjelas !”

“Huh !” Gak Lui mendengus geram tetapi mau juga iahentikan langkah. Ia menyadari bahwa rahasia dariperistiwa perguruan Bu-san- kiam-pay dahulu dan kuncirahasia dari dendam sakit hatinya, semua terletak padadiri orang itu. Maka banyaklah hal yang hendak diajukankepadanya. Pun ia menyadari bahwa berhadapandengan musuh besar, ia harus berlaku tenang. Setiapkebimbangan dan kebingungan akan menyangkut soalhidup matinya. Maka dengan mengempos semangat, danmenyalurkan tenaga-dalam, ia menjawab tenang:

“Baik, akan kubuat perasaanmu puas .... keinginantahu yang terakhir !”

Mata Lengan-besi-hati-baik berkilat-kilat menatapGak Lui lalu bertanya: “Siapakah engkau? Mengapaengkau berani memalsu sebagai Gak Lui ?”

Pertanyaan yang datangnya tak terduga-duga itumembuat Gak Lui terkejut sekali. Segera ia teringatbahwa taci-angkatnya Hi Kiam gin pernah datang ke

Page 685: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

685

tempat situ untuk belajar silat. Mengapa orang itu maumenurunkan ilmu pedang kepada Hi Kiam-gin? Apakahmemang bermaksud baik atau hanya pura2 menjadiorang baik saja? Pula istana Bi-kiong itu tak bolehdidatangi orang luar. Bahkan ayah Gak Lui yalah si DewaPedang sendiri telah dijebloskan dalam lubang di bawahtanah sampai mati. Tetapi mengapa orang itumengijinkan Hi Kiam-gin masuk ....? Karena sedangmerenung, sampai sekian lama belum juga Gak Luimemberi jawaban.

“Mengapa engkau menyaru orang yang sudah mati?Lekas bilang !” tiba2 orang itu membentak. Rupanya diatak sabar menunggu lagi. Gak Lui tenangkan diri,menyahut: “Aku memang Gak Lui. Berita kematianku itu,adalah kesalahan Hi Kiam-gin yang menyiarkan. Apakahengkau tak rela aku masih hidup ?”

“Heh! Kalau memang benar Gak Lui, mengapamengenakan kerudung muka ....?”

“Engkau tak perlu mengurus !”

“Datang di istana Bi kiong yang terlarang sini, harusmembukanya !”

“Kedok mukaku boleh kubuka tetapi harus di depanmayatmu ....”

“Mulut besar! Mati hidupmu, sebentar lagi akansegera tiba. Jawablah, siapakah yang suruh engkaumasuk ke istana Bi-kiong sini ?”

“Kemauanku sendiri !”

“Siapa memberi petunjuk engkau melintasi barisan ini?”

“Kaisar persilatan Li Liong-ci telah menurunkan ilmuNi coan-ngo- heng-tay-hwat ....”

Page 686: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

686

“Ajaran Kaisar Persilatan?”

“Benar!”

“Apa buktinya ?”

“Pusaka Thian-liong-kim-jiu ini !”

“Coba berikan padaku !”

“Jangan mimpi, bung !” Mendengar itu jubah Lengan-besi-hati-baik menggelembung besar karena gejolakhawa kemarahan. Dengan menggeretakkan geraham, iaberseru bengis: “Bagus! Suruh membuka kedok muka,engkau menolak. Suruh mengeluarkan Thian-liong-kim-jiu, engkau membangkang. Akupun tak mau banyakbicara lagi ....”

“Engkau belum menjawab pertanyaanku!”

“Lekas tanyakan!”

“Pertama, dimanakah pedang pusaka Thian-lui-koay-kiam ?”

“Dalam barisan istana Bi-kiong, tetapi ...”

“Bagaimana ?”

“Perlu kuperingatkan kepadamu. Engkau sudah lelahdan melanggar pantangan. Tak perlu melamunkan halitu.”

“Hm,” Gak Lui mendengus geram. Ia maju selangkah:“Kedua, orang yang mati di puncak gunung lapisan luaritu apakah engkau yang mencelakai ?”

“Benar !”

“Mengapa engkau bertindak ganas ?”

“Delapan tahun yang lalu, orang itu telah memalsupenandaan rahasia. Dengan menipu peta ia masuk ke

Page 687: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

687

dalam puncak Liok hong. Sudah tentu harus mati!”

Mendengar orang itu mengaku yang membunuhayahnya dan masih memfitnah kalau ayahnya menipu,meluaplah kemarahan Gak Lui. Tanpa melanjutkanpertanyaan lagi, ia terus ayunkan tangan menghantam.Menilik kepandaian yang dimiliki saat itu, memang GakLui sudah tergolong jago kelas satu. Apalagi saat itu iasedang dirangsang kemarahan. Pukulannya telahdilambari dengan tenaga penuh. Bum... terdengarlahledakan dahsyat. Gelombang angin dahsyat telahmelanda altar batu. Setitikpun Lengan besi-hati-baik LimIh-hun tak kira bahwa anak semuda itu memiliki pukulanyang sedemikian dahsyatnya. Ia agak tertegun dan tahu2sudah terlibat dalam lingkaran angin pukulan. Ia terkejutdan cepat2 mengerahkan tenaga-dalam. Tampakjubahnya menggelembung untuk melindungi diri. Denganpenjagaan itu, angin pukulan Gak Luipun hanyaberputar-putar lewat di samping tubuhnya. Tetapi anginitu dapat menyingkap kain kerudung hitam yangmenutupi muka orang. Sepasang matanya besar danalisnya tebal, kumisnya melingkar lebat memenuhi keduapipi. Batang hidungnya hilang sama sekali sehinggamenimbulkan pemandangan yang mengerikan. Tetapiwajah itu bagi Gak Lui amat menusuk hatinya. Serentakia mendamprat: “Murid hianat, serahkan jiwamu !”

Sebuah hantaman istimewa kembali dilancarkan.Orang itupun tak berani lengah. Dengan menggerung, iadorongkan tangan menyongsong, Bum......terdengar pulaledakan yang dahsyat. Lengan-besi-hati baik Lim Ih-hunmasih tetap duduk ditempatnya. Sedangkan Gak Luiterlempar sampai tiga tombak jauhnya. Ia muntah darah...

“Bangsat !” Gak Lui mengertak gigi dan menggeliat

Page 688: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

688

bangun. Ia tekan napas untuk menahan darah yanghendak menyembur keluar lalu mencabut sepasangpedangnya. Melihat pedang Pelangi yang memancarkanhawa dingin, wajah Lengan-besi hati-baik makin tegangheran. Karena ia tahu jelas asal usul pedang itu. Ia heranmengapa pedang itu sampai jatuh ke tangan anak mudaitu. Ia duga tentu peristiwa itu mempunyai liku2 yangberbelit-belit.

Sekali enjot tubuh, Gak Lui melambung ke udaradalam gerak Burung rajawali-rentang-sayap. Pedangditangan kiri diputar untuk melindungi tubuh, pedangPelangi ditangan kanan ditusukkan ke tenggorokanorang. Betapapun lihay kepandaian Lengan-besi-hati-baik Lim Ih-hun itu, namun menghadapi ancamanpedang pusaka itu, ia tak berani memandang rendah.Tiba2 tubuhnya melambung ke udara dan dengan suatugerak kisaran yang sukar diketahui, pedang Pelangimenusuk ke sisi telinga lawan. Jarak keduanya hanyasatu meter, walaupun menggunakan sepasang pedangtetapi Gak Lui tak mampu melukai lawan. Bahkan karenaserangannya luput, saat itu dirinya di bawah lingkungantangan musuh. Gak Lui menyadari hal itu. Cepat iamerobah gerakan pedangnya. Pedang ditangan kirimemapas lengan lawan, pedang Pelangi menabaskepala. Apabila kena, batang kepala tentu menggelindingterpisah dari tubuhnya. Tetapi lawanpun mengganti geraktangannya. Kedua tangannya direntang serayamenggeram: “Hm, kalau tidak dilenyapkan, kelak budakini tentu akan menjadi algojo dunia persilatan !” Iaapungkan tubuh loncat mundur beberapa langkah.Kemudian maju lagi dengan rangsangkan tangannyadalam ilmu pedang Bu- san-kiam-hwat. Melihatkenekadan orang yang berani menyambut serangan ilmupedang dengan tangan kosong, Gak Lui membentaknya:

Page 689: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

689

“Engkau cari mampus!”

---oo^TAH^0^DewiKZ^0^Hendra^oo---

Ia putar pedangnya untuk menyerang. Wut, wut,wut... lengan baju Lengan-besi-hati-baik terpaksaberhamburan tetapi kedua tangannya tetap tak kurangsuatu apa. Dan sebelum Gak Lui sempat bergerak,tangannyapun sudah tercengkeram tangan lawan.Seketika lengannya kesemutan, telapak tangannya sakitsekali.

“Aneh,” ia menggumam kejut. Dan di luarkesadarannya ia termangu memandang lengan orang.Ah, kiranya lengan lawan itu memakai alat pelindung daribaja yang kebal tabasan senjata tajam. Bahkan pedangpusaka yang dapat memapas logam seperti memapastanah liat, ternyata tak mampu menghantam alat itu.

“Celaka...” Gak Lui kucurkan keringat dingin. Cepat iahendak menarik pulang pedangnya tetapi sudahterlambat, sudah terjepit tangan lawan. Untukmengerahkan tenaga-dalam Algojo-dunia, juga takmampu mengalahkan tenaga-dalam lawan. Lengan-besi-hati-baik tiba2 mendengus dan lontarkan tangannya.Kedua pedang Gak Lui ikut terlempar sampai beberapatombak jauhnya !

“Terimalah pukulanku !” karena pedangnya terlepas,Gak Luipun nekad. Dengan kerahkan seluruh tenaga-dalam ia hantamkan kedua tangannya. Tetapi sayang,gerakannya itu masih kalah cepat dengan lawan. Tangankanan si Lengan-besi-hati-baik sudah melekat di dadadan kelima jarinya yang seperti kait baja itupun sudahmencengkeram. Kalau ia benar2 mau gunakan tenagamencengkeram, mungkin dada Gak Lui tentu sudah

Page 690: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

690

remuk berantakan. Tetapi di luar dugaan Lengan-besi-hati-baik itu hanya gerakkan tangan kiri untuk menebastengkuk Gak Lui. Plak .... Gak Lui mendengus kesakitandan tubuhnya terlempar seperti layang2 putus tali. Iajatuh sampai tiga tombak jauhnya. Mulut menyemburdarah dan orangnyapun pingsan seketika. SedangLengan-besi-hati baik masih tegak berdiri di atas altarbatu. Tangan kanannya masih mencekal secarik robekanbaju Gak Lui. Dan di bawah robekan baju itu ternyataterdapat pusaka dunia persilatan .... Thian-liong-kim-jiu!

“Tulenkah benda itu ?” gumamnya dalam hati. Lalu iakerahkan kedua tangannya untuk meremas. Dengantenaga-dalamnya yang sakti, segala benda yangbetapapun kerasnya, pasti akan remuk, tetapi ternyata iatak mampu meremas hancur pusaka Thian liong kim jiuitu. Bahkan sampai telapak tangannya terasa amatpanas, tetap benda itu tak penyet sedikitpun juga.

“Hm, memang aseli! Tetapi .... mengapa dapat jatuhke dalam tangannya? Menilik kepandaian KaisarPersilatan, tak mungkin dapat dilarikan orang ....”Lengan-besi-hati-baik segera apungkan tubuh sampaidua meter menuju ke atas altar batu lalu menghampiri ketempat Gak Lui.

“Tak mungkin benda ini dicuri. Keterangannya tadikalau benda itu pemberian dari Kaisar Persilatanmemang benar. Tetapi budak itu memang keterlaluansekali. Ucapannya kasar, serangannya menggunakanjurus yang ganas. Karena marah aku sampai tak sempatmenanyai dengan jelas....” pikirnya. Teringat akan jurusserangan yang digunakan Gak Lui tadi diam2 timbullahkeraguannya: “Ilmu pedang dan pukulan bocah itumemang berasal dari sumber Bu-san. Dahulu gurukutelah memberi pelajaran pada empat orang murid yang

Page 691: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

691

tak resmi. Keempat orang itu hanya kudengar namanyatetapi tak pernah melihat mukanya. Tetapi jelas kalaumereka masing2 hanya memiliki sebuah jurus ilmupedang. Tetapi mengapa bocah itu dapat menggunakansemua? Ah, tentulah dia telah mendapat pelajaran darikeempat orang itu. Kalau begitu ... apakah dia memangbenar Gak Lui... mati dan hidup kembali? Mengapamuridku Hi Kiam-gin memberi laporan salah? Atau siDewa Pedang yang salah mengambil orang .... ?”

Pertanyaan itu memenuhi benaknya tanpa mendapatjawaban yang memuaskan. Masih ia merenungkanketerangan dari Hi Kiam-gin yang mengatakan bahwadewasa ini dunia persilatan telah muncul seorang tokohyang menamakan diri sebagai Maharaja Persilatan.Sepak terjangnya amat ganas, kepandaiannya tinggi.Tokoh itu menjadi musuh besar dari Hi Kiam-gin dan GakLui. Dan tokoh itupun mempunyai anak buah yangdisebut gerombolan Topeng Besi dan si HidungGerumpung.....

“Ah, hidung Gerumpung ?” tiba2 Lengan-besi-hati-baik meraba hidungnya sendiri yang hilang lalumenggumam: “Aneh .... si Hidung Gerumpung itumemang sebuah teka teki. Apakah dalam duniapersilatan terdapat seorang Hidung Gerumpung lagi?Adakah mungkin dia itu .... Ah, tidak, tidak, tidak !” Kata2itu meluncur dari mulutnya dengan nada yang rawan.Sepasang matanya menyala, wajahnya berkerenyutandan hidungnya yang gerumpung itupun tampak makinjelek. Kerut wajahnya tampak gelisah. Dia sepertiterkenang sesuatu tetapi ia tak ingin percaya danmemang tak berani percaya. Tetapi nyatanya diadihadapkan oleh dua hal aneh yang menuntutkepercayaannya. Rasa tegang telah memeraskeringatnya. Keringat dingin membasahi sekujur

Page 692: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

692

tubuhnya. Tampak Lengan-besi-hati-baik melangkahterhuyung seperti mau jatuh tetapi tahu2 sudah berada disamping Gak Lui. Ia segera meraba-raba baju pemudaitu. Pertama, ia menemukan sehelai pakaian anak kecilyang bertulis dengan huruf2 dari darah yang sudahmengental hitam. Tulisannya dari tangan seorang waniladan berbunyi : Anak ini bernama Gak Lui. Jika ada yangmenemu, harap dipelihara baik2 ....

“Hai !” Lengan-besi-hati-baik menjerit kaget. Daribukti itu dia tak ragu lagi kalau anak itu memang puteradari Dewa Pedang Gak Tiang-beng. Ia segeramenelentangkan tubuh Gak Lui. Dilihatnya napasnyasudah lemah, bibir pucat seperti orang yang sudahtengah meregang jiwa dan kedok muka yang menutupmukanya itupun penuh dengan tetesan darah. Melihat itukeinginannya untuk membuka kedok Gak Lui, punlenyap. Diam2 ia malah menyesal: “Dahulu karenaluapan emosi, aku sampai menyalahi pesansuhu.....kusimpan diri dalam istana Bi-kiong dan selama-lamanya menjaga pedang pusaka itu untuk menebusdosa...Tetapi setelah lebih dari duapuluh tahun, akupernah melanggar sumpah lagi .... mungkin bencanadalam dunia persilatan, adalah karena kesalahanku.Sekarang karena dirangsang kemarahan, aku kembalimelukai Gak Lui sampai parah ....” Ia teringat akanpembicaraan tadi.

Selagi dalam pembicaraan, ketika mendengar bahwayang membunuh orang di dalam guha itu dirinya, makaGak Lui menjadi marah dan menyerang kalang kabut.Hal itu jelas menunjukkan bahwa yang terbunuh mati itutentulah ayah Gak Lui. Bertahun-tahun lamanya ia takpernah menyangka bahwa yang dibunuh dalam guha ituadalah ayah Gak Lui. Kini setelah menyadaripersoalannya, barulah ia tahu malah korbannya itu

Page 693: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

693

memang murid dari Bu-san. Dan sekali-kali bukan orangluar yang hendak mencuri pedang itu. Dan lagi orang itujelas adalah si Dewa Pedang.

“Pembunuh ... algojo! Aku seorang pembunuh ... akuharus mati ... !” Lengan-besi-hati-baik melonjak-lonjakseperti orang gila. Ia berlari-larian di dalam guha sambilmenampar muka dan telinganya sendiri, menjambakirambut dan meraung-raung seperti binatang buas.Lengan-besi-hati baik seperti orang gila. Sekonyong-konyong terdengar bunyi gemerincing. Dia tengahmenginjak pedang Pelangi. Pedang itu berkilat-kilatmemancarkan cahaya yang menyilaukan. Tertarik akanpedang itu, ia terus menjemputnya. Didapatinya pedangitu amat tajam luar biasa dan memancarkan hawa dingin.Ia tahu bahwa pedang itu tentu pedang pusaka yanghebat. Tanpa banyak berpikir lagi ia terus hendakmenggorokkan pedang itu ke tenggorokannya. Tetapisekonyong-konyong hawa dingin pedang itumembuatnya menggigil. Dan serentak tangan kirinyapunmenampar mukanya sendiri: “Gila, apakah kematianakan dapat menolong persoalan ini !” Pedang yangsudah melekat di tenggorokannya dihentikan danditatapnya wajah Gak Lui.

“Aku telah kesalahan mencelakai ayahnya.Seharusnya aku harus menebus dosa kepadanya.Menilik usia dan bakatnya, jika kusaluri dengan tenaga-murni, dia tentu sanggup menghadapi si MaharajaPersilatan. Apabila gagal, dia masih dapat berusahauntuk mengambil pedang Thian-lui-koay-kiam itu,”katanya seorang diri.

“Tentang bencana dalam dunia persilatan, kuharapbukan disebabkan karena pedang itu dan kuharap puladia tak membohongi aku !” katanya lebih lanjut. Akhirnya

Page 694: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

694

ia memanggul tubuh Gak Lui dan diletakkan di atas altarbatu. Kemudian ia duduk lekatkan kedua tangannyapada jalan darah pemuda itu. Ia menyalurkan seluruhtenaga-murninya ke dalam tubuh pemuda itu.

Entah berselang berapa lama, Gak Luipun tersadardari pingsannya. Dia dapatkan dirinya rebah di sebuahpembaringan yang lunak dan tubuhnyapun terasa enaksekali. Tetapi ketika bernapas ia masih dapat menciumbau dari tubuh Lengan-besi- hati-baik. Hal itumengunjukkan bahwa tokoh itu masih berada disampingnya. Tiba2 ia melenting ke atas. Maksudnyahendak menyingkir. Tetapi di luar dugaannya tenaga-dalamnya bertambah hebat sekali. Ketika melambung keudara hampir saja ia menumbuk langit ruangan batu disitu. Ia heran tetapi tak sempat untuk menduga-duga lagi.Ia terus melayang ke arah Lengan-besi-hati-baik dantanpa berkata apa2, terus ayunkan tangannyamenghantam. Tetapi baru tenaga-dalam dilancarkaniapun sudah cepat menariknya kembali. Dengan gerakseringan kapas ia melayang turun di hadapan Lengan-besi-hati-baik. Ia melihat tokoh itu deliki kedua matanyamemandangnya dengan pandang terlongong-longong,dari sinar matanya jelas kalau orang itu sudah kehabisantenaga-dalam. Pula wajahnyapun tenang sekali,sedikitpun tak merasa kaget.

“Aneh..!” diam2 Gak Lui tergetar. Tetapi cepat iadapat menyadari. Maka secepat itu pula ia menarikpukulannya dan bertanya: “Apakah engkau telahmenyalurkan tenaga-murni ke dalam tubuhku ?”

Dengan napas sesak, Lengan-besi-hati-baikpaksakan diri menyahut terengah-engah, “Yamemang….”

“Mengapa ?”

Page 695: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

695

“Harap engkau ... dapat mem ... bunuh .. membunuh... si Maharaja !”

“Oh, engkau bukan gerombolannya ?”

“Tidak. Bukan ...”

“Lalu mengapa engkau mencelakai ayahku?”

“Aku tak kenal padanya ... soal itu ... karena salahfaham ...”

“Salah faham ?” Gak Lui tergetar. Pikirnya: “Meniliksikap dan kata-katanya, orang ini memang jujur. Dankalau dia memang hendak membunuh diriku, tentu sudahdari tadi. Tetapi ternyata dia malah memberi salurantenaga-murni kepadaku !” Berpikir sampai di situ, diam2ia menggigil. Cepat ia lekatkan kedua tangannya ketubuh orang untuk menolong. Tetapi sudah terlambat.Jalan darah Lengan-besi hati baik sudah membeku, takmungkin dapat ditolong lagi. Untunglah Gak Lui memilikikepandaian saling-mengalirkan- tenaga-murni. Dengansusah payah, akhirnya ia dapat juga menyalurkan sedikittenaga murni. Tampak wajah tokoh itu agak merah dandapat berkata dengan perlahan: “Baiklah, tak usahengkau bersusah payah. Jika ada pertanyaan, silahkanmengajukan sekarang juga....” Sambil masihmenyalurkan tenaga murni Gak Lui bertanya: “Tadiengkau mengatakan kalau salah faham, apakahalasannya?”

“Dahulu pada saat ayahmu naik ke gunung ini, diatelah melakukan sebuah kesalahan besar!”

“Kesalahan besar? Bukankah dia sudahmengucapkan sandi rahasia dengan tepat?”

“Walaupun sandinya benar, tetapi jumlahnya orangsalah ....”

Page 696: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

696

“Oh....”

“Mendiang suhu Bu-san It-ho pernah meninggalkanpesan. Bila keempat bu-san-su-kiam hendak datang keistana Bi-kiong sini, kecuali harus mengatakan sandirahasia, pun harus datang lengkap tiga orang lelaki danseorang wanita. Kalau tidak ....”

“Bagaimana ?”

“Tentu lain orang yang menyamar. Boleh segeradibunuh saja!”

“Oleh karena datang seorang diri maka ayah lalu ....terbunuh ?”

“Benar.” Mendengar itu hati Gak Lui seperti disayatsembilu. Tetapi ia merasa memang Lengan-besi-hati-baiktidak salah. Maka dengan tahankan kesedihan hati, GakLui lanjutkan pertanyaannya:

“Kabar engkau telah melanggar peraturan kakek gurudan diusir dari perguruan. Lalu dipenjarakan di istana Bikiong sini. Tetapi mengapa engkau ditugaskan untukmenjaga pusaka di gunung ini? Apakah ini tidakbertentangan ?”

“Ah, soal itu panjang ceritanya,” Lengan-besi-hati-baik menghela napas, “sesungguhnya beliau itu bukanmelainkan guruku yang berbudi, pun juga sepertiseorang ayah yang telah merawat aku sejak kecil.Budinya jauh lebih dalam dari lautan, melebihiorangtuaku sendiri.....sayang aku tak dapat menguasaiemosi sehingga melakukan suatu kesalahan....”

“Emosi meluap? Apakah.....berhubungan denganseorang wanita?” tanya Gak Lui.

“Tidak !” sahut Lengan-besi-hati-baik, “tetapimengapa engkau menduga begitu?”

Page 697: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

697

Diam2 Gak Lui memang teringat akan si cantik Bu-san Yan-hong. Pula terkenang akan kisah asmara yangmenyedihkan dari ibunya. Maka ia cepat menduga kalauLengan besi-hati baik itupun terjerumus dalam kisahkasih dengan wanita. Setelah mendengar penyangkalandari Lengan-besi-hati-baik, ia segara mengajukanpertanyaan lagi : “Karena engkau dirawat sampai besaroleh kakek guru, apakah engkau tahu siapa Kau-cu(pemimpin) dari perguruan Bu-kau?”

“O !” Lengan-besi-hati-baik mendengus kaget,“engkau ... engkau bagaimana bisa tahu ...?”

“Mengapa aku tak dapat mengetahui?” balas Gak Lui.

“Karena ... karena ...”

“Karena apa?”

“Karena menyangkut kepentingan perguruan dankeluargaku. Sedang Bu-san Su-kiam sendiri tak tahu.”

Gak Lui kerutkan alis dan berseru tegang: “Aku telahberjumpa dengan pewaris Bu-kau ...”

“Siapa ?”

“Bu-san Yan-hong.”

“Apa katanya ?”

“Hanya tentang soal2 perguruan Bu-san yanglampau.”

“Selain itu ?”

“Heh, heh, jangan terburu-buru,” kata Gak Lui dengannada dingin, “Hendak kutanya kepadamu lebih dulu,nanti baru engkau boleh bertanya kepadaku. Sekarangcoba engkau ceritakan kesalahan apa yang telah engkaulakukan?”

Page 698: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

698

“Ini .... aku sudah bersumpah kepada guru, takkanmembocorkan kepada lain orang,” kata Lengan-besi-hati-baik.

“Engkau tak mau menceritakan!” teriak Gak Luidengan keras.

Wajah Lengan-besi-hati-baikpun tampak sunyi danberkatalah ia dengan gemetar: “Gak Lui, adakah engkauhendak memaksa aku supaya melanggar sumpahkukepada guru? Beliau kakek gurumu, soal itu beliau takingin disiarkan kepada orang. Dan sekalipun tahu,bagimu juga tak ada gunanya.”

---oo^TAH^0^DewiKZ^0^Hendra^oo---

“Ini......” Gak Lui tergetar seperti orang yang diguyures dingin. Segera ia teringat akan bibi gurunya BidadariPedang. Bibi gurunya itupun pernah bersumpah kepadagurunya, takkan menyiarkan peristiwa itu. Dan anggapbahwa fihak lain itu bukan lawan. Teringat akan hal itu,betapa besar keinginan Gak Lui untuk mengetahuinamun ia tak berani mendesak untuk mengetahui rahasiadari kakek gurunya. Maka iapun menghela napas danberalih pertanyaan: “Baiklah, aku takkan menanyakantentang sebabnya tetapi hanya ingin tahu kejadiannyasaja.”

Dengan wajah murung Lengan-besi-hati-baik berkata:“Karena kesalahan itu maka aku telah membuatpengakuan dosa kepada guru. Aku rela menjalanihukuman diasingkan dan takkan keluar selama-lamanyadari puncak Liok-hong ini agar dapat menjaga pedangpusaka Thian-lui koay-kiam. Kecuali keempat Bu-san Su-kiam itu datang bersama-sama kemari, siapapun takboleh mengambil pedang itu.”

“Kalau begitu kakek guru tak pernah mengusirmu dari

Page 699: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

699

perguruan?” tanya Gak Lui.

“Memang beliau marah sekali dan tak mau mengakuiaku sebagai murid lagi. Tetapi kemudian beliau dapatmeluluskan permohonanku itu.”

“Ah….” Gak Lui menghela napas. Timbulpertentangan dalam batinnya. Memang orang itu telahmembunuh ayahnya tetapi dia melakukan hal itu demimelakukan tugasnya menjaga pedang pusaka. Jadisekali-kali bukan sebagai seorang pembunuh. Dan lagikali ini dia telah menolong jiwanya. Walaupun orang ituseorang murid yang telah diusir dari perguruan tetapiternyata masih mempunyai kesetiaan dan tanggungjawab terhadap partai perguruannya. Bahkan tugasnyatak kalah pentingnya dengan keempat Bu-san Su-kiamitu. Ragulah hati Gak Lui terhadap orang itu. Haruskah iamembunuh orang sedemikian itu ? Bagaimanakah iapandangannya terhadapnya? Sebagai seorang penolong? Sebagai musuh? Sebagai tokoh angkatan tua atausebagai murid hianat? Ia tak mau melanjutkanmemecahkan soal2 yang begitu pelik dan ruwet lalubertanya lebih lanjut: “Kalau ayahku tak boleh datangseorang diri, mengapa taci Hi Kiam-gin tak dilarangmasuk kemari seorang diri ?”

“Kematian ayahmu sudah delapan belas tahun yanglalu. Dan sejak itu tiada orang yang hidup datang kemarilagi.”

“Tiada orang hidup ? Apakah tiada kenalan yangpernah datang kemari?”

“Ini.... tidak ada....tidak ada,” Lengan-besi-hati-baikmenyangkal, “memang aku curiga mengapa sampai ber-tahun2 keempat Bu- san Su-kiam tak muncul kemari.Maka timbullah keinginanku untuk melihat lihat keadaan

Page 700: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

700

di luaran. Apalagi kulihat dia (Hi Kiam-gin) seorangwanita. Kukira mungkin si Bidadari Pedang.”

“Maksudmu engkau memperlakukan lebih istimewakepada Bidadari Pedang ?” tanya Gak Lui.

“Boleh dikata begitu,” sahut Lengan-besi-hati-baik,“karena suhu paling sayang kepadanya danmemberitahukan juga tentang keadaan diriku yangdipenjarakan digunung ini kepadanya. Tak kuduga kalauyang muncul itu ternyata Hi Kiam-gin. Sayang dia takbegitu jelas tentang keadaan dunia persilatan....” Berkatasampai di sini tubuh Lengan-besi-hati-baik agakmenggigil dan napasnya terengah2. Gak Lui terkejut danburu2 salurkan tenaga-murninya lebih keras. Tetapikeadaan orang itu sudah makin payah. Napasnyamemburu, kepalanya basah dengan keringat. Rupanyasudah tak kuat bertahan lagi. Rupanya Lengan-besi-hati-baikpun tahu kalau dirinya bakal tak lama hidupnya.Maka ia kuatkan diri dan berkata dengan tersendat-sendat: “Gak Lui .... Gak Lui...”

“Ya….”

“Tidak, tidak .. Thian-lui koay ... koay...” Gak Luicepat menyadari bahwa yang dimaksud itu yalah pedangpusaka Thian-lui-koay kiam. Maka cepat2 ia menanyakanpedang itu.

“Di... di sini ... di pusat barisan ini...” Gak Lui cepatmemandang ke sekeliling tempat itu tetapi tak melihatsuatu apa. Waktu ia hendak bertanya, orang itupundengan suara parau berseru lemah: “Hati2... harus...harus hati- hati.”

“Hati2 apa ?”

“Api…. api... api ....”

Page 701: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

701

“Api ? Di mana api itu ?” kembali Gak Luimemandang dengan seksama kearah sebuah batu yangbesar dan aneh bentuknya. Tetapi jangankan api,asappun tak kelihatan.

“Pikirannya tentu sudah tak sadar, kata2nya sudahtak keruan lagi,” pikirnya. Segera ia lancarkan tenaga-murninya ke tubuh orang itu lagi. Lengan-besi hati-baiktampak membuka mata dan pancarkan sinar mata yangbercahaya. Dengan terengah2 ia berkata:

“Selama engkau berkelana ....siapakah.....siapakah..... yang kepandaiannya paling sakti.....?”

“Yang paling sakti adalah Kaisar Persilatan danMaharaja Persilatan.”

“Maharaja Persilatan .... tergolong aliran...kepandaiannya?”

“Menguasai ilmu kesaktian dari lima partai persilatanbesar!”

“Termasuk.... Bu san pay ?”

“Tidak.”

“Bagus... selain itu apakah ada tokoh persilatan yangmemakai she .... she .... “

“She apa?”

“She Tio ....?”

“Ada !” serentak Gak Lui menjawab dengan agakheran. Kakek guru dari Bu san-pay memang orang sheTio, yalah Tio It ho. Dan mempunyai seorang putera.Tetapi putera itu tak pernah muncul dalam duniapersilatan. Tetapi Gak Lui ingat akan Tio Bik-lui. Orangitu mengatakan dirinya seorang yang mengasingkan diridari masyarakat ramai. Kepandaiannya memang hebat

Page 702: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

702

sekali. Adakah orang itu putera dari kakek guru Tio It ho?Apakah itu yang ditanyakan Lengan- besi-hati baik? GakLui menatap Lengan-besi-hati-baik lekat2 dan bertanyatandas: “Ada seorang tokoh bernama Tio Bik lui, apakahengkau mengenalnya?”

Mendengar itu kerut wajah Lengan besi-hati-baikmeregang- regang dan dadanyapun berombak keras.Dengan napas memburu ia bertanya: “Dia... bagaimana ?Baik.... atau... jahat....?”

“Dia pernah menolong aku.” Tampak mulut Lenganbesi-hati baik tersenyum dan berkata:

“Bagus... bagus ... dia seorang baik. Engkaupunharus... baik... kepadanya...”

“O, kiranya kalian sudah kenal?”

“…....”

Lengan-besi-hati-baik tak menjawab. Kepalanyamelentuk terkulai ke dada. Napasnya-pun berhenti.....Gak Lui terkejut sekali. Ketika ia memeriksa, ternyataorang itu sudah putus nyawanya.

“Aneh, Tio Bik-lui selalu mengatakan kalau dia muridhianat dan menuduhnya mengangkangi pedang pusakaThian-lui-koay-kiam. Tetapi kebalikannya ia masihterkenang akan Tio Bik-lui dan sampai matipun tetapmenanyakan,” pikir Gak Lui tak habis mengerti.

Keringatnya turun seperti hujan deras. Ia merasaseperti istana Bi-kiong terbakar api. Panasnya sepertiledakan gunung. Sebenarnya ia tak takut akan hawapanas. Tetapi entah bagaimana saat itu ia benar2 takdapat bertahan. Sekonyong-konyong terdengar ledakandahsyat dari bawah bumi. Gelombang hawa panassegera berhamburan memenuhi tempat itu. Ia merasakan

Page 703: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

703

bajunya seperti terbakar. Buru2 ia lepaskan tubuhLengan-besi-hati-baik lalu tempelkan telapak tangannyake altar batu.

“Celaka ...” belum bau terbakar itu hilang, asappunsudah bergulung naik ke atas. Lantaipun segera merahmembara. Altar batu itu adalah tempat duduk Lengan-besi-hati-baik. Tempat itupun seperti terbenam dalamlautan api. Tubuh Lengan-besi-hati baik dalam sekejabsaja sudah terbakar hangus menjadi abu. Untunglah GakLui tahan hawa panas dan amat tangkas. Dalam gugup,ia pancarkan tenaga-murni dari telapak tangannyasehingga sampai beberapa tombak jauhnya. Ia kira apitentu akan membara besar. Tetapi di luar dugaanternyata api itupun padam. Hawa panas kembalimenurun dan keadaanpun kembali seperti biasa lagi.Ketika meraba ke lantai, didapatinya lantai itu hanyahangat saja. Tetapi seluas semeter dari batu altar itutelah terjadi sesuatu yang belum pernah dilihatnya. Batualtar yang tebalnya hampir setengah meter itu bukanterbuat dari batu pualam, bukan pula dari logammelainkan dari batu lahar yang sudah mengeras. Di atasaltar itu terdapat guratan- guratan. Ketika Gak Luimemperhatikan guratan2 dari lubang2 kecil itu, ia segeramerasa hawa panas meluap ke luar sertamemperdengarkan suara mendesus.

“Ah, kiranya batu ini di bawahnya merupakan gunungberapi dan masih memuntahkan lahar,” akhirnya iamenyadari. Gak Lui hendak mencari jenazah Lengan-besi-hati-baik tetapi tak ketemu. Lenyapnya mayat itubenar2 mengejutkan hatinya. Teringat akan nasibLengan besi-hati-baik yang rela memendam diri dalamistana Bi-kiong selama berpuluh tahun. Sekalipun karenatak tahu telah kesalahan membunuh ayahnya (Gak Lui),tetapi hal itu dilakukan tanpa sengaja. Pun Lengan-besi-

Page 704: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

704

hati-baik tetap terkenang akan keempat saudaraseperguruannya Bu-san Su-kiam. Diam2 Gak Luimenarik kesimpulan bahwa semua peristiwa itu memangsudah menjadi permainan nasib. Begitu pula memangsudah jelas kalau keempat tokoh Bu-san itu bernasibjelek. Tak dapat menumpahkan seluruh kesalahankepada Lengan-besi- hati-baik. Tiba pada renungan2 itu,akhirnya timbullah kesadaran Gak Lui akan suatu hal.Yalah tentang sepak terjang keempat Bu-san Su- kiamyang berkelana di dunia persilatan dan tentang Lengan-besi-hati-baik yang mengasingkan diri di gunung Bu-sanmenjaga pedang pusaka Thian-lui-koay-kiam. Dengancara itu, Bu-san It-ho rupanya merencanakan untukmelakukan penjagaan luar dalam. Agar jangan sampaipedang pusaka itu direbut orang. Cara itu memang baiksekali. Ketat dan rapi. Tetapi orang dapat membuatrencana, hanya nasib yang berbicara lain.Kenyataannya, kelima tokoh2 Bu san itu satu demi satutelah menemui ajalnya secara mengenaskan .... Lalusiapakah yang dijaga oleh kakek guru Bu-san It-ho?Adakah si Maharaja Persilatan? Salah! Kalau benar dia,tentulah Lengan-besi-hati-baik tak sampai tak tahu halitu. Buktinya Lengan-besi Lim Ih-hun malah bertanyakepadanya tentang tokoh Maharaja itu. Dan lagi adasuatu hal yang benar2 tak dimengerti Gak Lui. Mengapakakek gurunya tak memberitahu kepada keempat Bu-san Su-kiam supaya mencari orang yang dianggapmembahayakan pedang pusaka itu?

“Ah, betapapun juga, Lengan-besi-hati-baik memangsudah menunaikan tugasnya dengan baik. Kematiannyalayak sebagai penebus dari kesalahannya membunuhayah Gak Lui. Pula tokoh itupun sudah memberikanpenyaluran tenaga-murni kepadaku,” akhirnya ia menarikkesimpulan. Kemudian ia memandang ke arah altar batu

Page 705: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

705

dan berseru dengan perlahan: “Paman, budi dan dendamsudah himpas. Harap paman beristirahat dengan tenangdi alam baka. Aku dapat menggunakan pedang pusakaThian-lui-koay-kiam untuk menghancurkan si MaharajaPersilatan !”

Ketika teringat akan pedang, tiba2 ia tertegun. TadiLengan-besi- hati-baik hanya berkata: “di sini ... di dalammata barisan ini !” tetapi ia tak melihat suatu apa dalamruang situ. Dan Lengan-besi hati-baik itu tak memberikanpetunjuk akan tempatnya yang jelas. Gak Lui merenunguntuk mengingat pelajaran Ngo-heng-seng- khik untukmemperhitungkan letak 'mata barisan'. Tetapi setelahdiperhitungkan bolak balik, tetap tiba pada kesimpulanpada mata barisan itu yalah di tengah altar batu tempatduduk Lengan-besi- hati-baik.

“Apakah memang di tempat paman duduk ini .... ?”katanya meragu. Untuk membuktikan hal itu, ia segeramelesat ke tengah altar batu. Dengan kerahkan tenaga,ia menggembor dan mengangkatnya. Seketikaterdengarlah suara letupan keras. Batu penutup yangamat berat itu segera terangkat naik. Uap panasmenghambur keluar dan terbukalah sebuah lubang yangsukar diduga dalamnya. Gak Lui meletakkan tutup batuitu dan meninjau ke bawah. Dilihatnya di bawah lubangitu terdapat lumpur merah yang panas. Benda itu tentulahlahar gunung berapi. Tetapi ia tak melihat pedangpusaka itu.

“Ah, tak mungkin! Kecuali didalam lubang ini, takmungkin pedang itu ditaruh di tempat lain!” katanyadalam hati. Kembali ia kerahkan tenaga dalam dan untukmenghantam ke bawah. Uappun berhamburan menyiakke bawah. Dengan cermat ia memandang segenap sudutlubang itu. Ah... kira2 pada jarak lima enam tombak di

Page 706: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

706

tengah celah2 batu, ia melihat sebatang pedang yangmenancap dalam2 pada dinding karang. Kini pedangsudah diketemukan tempatnya. Tinggal bagaimanacaranya untuk mengambil. Gak Lui diam2memperhitungkan jarak tempat pedang itu daritempatnya. Adakah ia sanggup untuk melancarkantenaga-dalam-penyedot untuk menarik pedang itu.

“Baiklah kucobanya,” akhirnya ia mengambilkesimpulan. Lalu ia kerahkan seluruh tenaga-murni danmengambil arah pada batang pedang. Wut... tenaga-murni melancar ke bawah. Tetapi pedang itu takbergeming sedikitpun juga. Dinding lubang terbuat darilapisan lahar yang sudah mengeras beratus tahun. Lebihkeras dari batu. Maka sekalipun Bu-san It-ho pun takmampu untuk menariknya. Kepandaian yang dicapai GakLui memang sudah cukup tinggi dan disejajarkan dengantokoh silat kelas satu. Tetapi dengan tenaga-dalam-penyedotnya itu, tetap ia tak mampu mengambil pedangitu. Namun Gak Lui masih penasaran. Berulang kali iamencobanya lagi. Tetapi sampai tenaganya habis, tetaptak berhasil. Gak Lui berhati keras. Kegagalan itu takmematahkan semangatnya. Diam2 ia menimang-nimangrencana. Cara pertama, ia akan nekad untuk turun kedalam kepundan lubang itu. Dengan menggunakanpedang Pelangi, ia akan membuat lubang untuk meniti kebawah, lalu dengan seluruh tenaga, ia hendak mencabutpedang itu. Setelah mendapat pikiran itu ia segeramencabut pedang Pelangi. Dicobanya untuk membacokdinding karang, prak.... bunga api memuncrat. Dindingrompal tetapi tak mampu menembus batu. Percobaan itumembuatnya harus berpikir lagi. Kalau ia menaburkanpedang itu dan tak dapat menyusup ke dalam dindingbatu, bukankah sukar untuk menyedot kembali.

“Ah, gagal.....” Gak Lui menghela napas dan putus

Page 707: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

707

asa. Ia berdiam merenung. Mengharap mudah-mudahania dapat menemukan akal baru. Malam pun tiba dansuasana dalam istana Bi-kiong itupun makin gelap.Dalam suasana yang sunyi ia mendengar kepundan ataulubang terowongan perut gunung berapi itu terusbergemuruh. Uap panas berhamburan mengepul keluar.

“Menilik gelagatnya, akan terjadi letusan lagi !” GakLui menimang. Ia makin bingung. Sudah tiga jam iamemeras otak untuk mencari akal namun tetap belummenemukan cara yang baik. Tiba2 ia terkesiap. Suatupemikiran terlintas dalam benaknya:

“Ah, kiranya setiap tiga jam, lubang kepundan itumuntahkan api. Jadi waktunya tertentu.” Tepat pada saatia tiba akan kesimpulan itu, tiba2 meluaplah gelombangapi yang terang benderang dari lubang kepundan itu.Sekalipun api yang menyilaukan mata itu hanya sekejablalu pudar lagi tetapi dalam waktu yang singkat itu GakLui telah menemukan sebuah rahasia. Gelombangsemburan api itu menyebabkan papan batu pada mulutlubang terbakar merah sekali. Dengan begitu dindingyang membenam pedang pusaka Thian lui koay kiamitupun seharusnya juga akan berobah lunak. Setelahmerangkai kesimpulan itu, akhirnya ia bertindak nekad.Cepat ia melambung ke atas lubang seraya lontarkansebuah hantaman yang berlambar tenaga-dalampenyedot. Wut.....ah, ternyata yang diperhitungkanpemuda itu memang tepat sekali. Karena dindingterbakar dan lunak maka pedang pusaka itupun dapattersedot keluar sampai beberapa inci.

“Bagus !” girang Gak Lui bukan kepalang.Semangatnya pun bertambah besar. Ia melayang ke-samping altar batu lalu melancarkan pukulan tenagapenyedot lagi. Pukulan kedua itu dapat membuat pedang

Page 708: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

708

menjulur keluar separoh. Demikian ia ulangi lagi usahaitu dan yakin tentu akan berhasil. Tetapi menjelang saatakan barhasil itu tiba2 ia ada suatu hal yangmenimbulkan keheranan serta keraguan hatinya. Dulu iapernah mendengar bahwa pedang pusaka itu ditempadan dimasak dengan darah manusia. Oleh karenanya,warna pedang itupun merah darah. Tetapi apa yangdilihatnya saat itu sedikitpun tidak ada cahaya samasekali.

“Ah, tentunya bukan pedang palsu?” sambil masihmelancarkan pukulan, Gak Lui menimang dalam hati.Saat itu pedang yang satu meter masuk ke dalam dindingterowongan, saat itu hanya tinggal tiga inci. Jikaperhatiannya terbelah, mungkin akan gagal. Pedang itutentu akan jatuh ke dalam dasar lahar gunung berapi.Apabila terjadi begitu, tak mungkin ia dapat menyedotnyalagi. Wut.... untuk yang terakhir kalinya ia lancarkanpukulan tenaga- penyedot dan pedang itupun mencelatmelambung ke atas. Gak Lui cepat menyambarnya.Tetapi tiba2 tubuhnya miring dan jatuhlah ia ke bawahaltar. Demikianpun dengan pedang itu.

“Aneh, mengapa pedang itu mempunyai daya begituaneh?” diam2 ia terkejut. Tetapi pada lain saat ia cepatmenyadari bahwa hawa panas yang disedotnya taditerlalu banyak sehingga menghabiskan tenaga-murninya.Karena sudah berhasil menyedot keluar pedang pusakaitu, baiklah ia memulangkan tenaga dulu baru nantimemeriksa pusaka itu lagi. Segera ia duduk bersila ditepialtar dan menyalurkan tenaga dalam Algojo dunia,sebuah jenis ilmu tenaga-dalam yang luar biasaanehnya. Tak berapa lama darahnyapun sudah normallagi dan saat itu ia makin terhanyut dalam semedhi kedalam hampa. Tak berapa lama istana Bi-kiong itupunterang, kiranya hari sudah terang tanah. Dia menyudahi

Page 709: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

709

penyaluran tenaga-murninya dan mulai memeriksapedang.

“Aneh, mengapa bertahun-tahun terbenam dalamkepundan gunung berapi dan dibakar lahar panas,pedang dan sarungnya masih utuh. Sungguh aneh ...!” iasegera menjemput pedang dan menelitinya. Bermula iatak melihat suatu tanda apa2 pada batang pedang,begitu pula tiada hiasan apa2, batang pedang itu terbuatdari pada baja murni. Di ujung pedang terdapatsepasang guratan bundar yang merupakan lambangThian (langit) dan Lui (halilintar).

“Hm, pedang ini memang tidak palsu...,” diam2 iagirang. Diangkatnya pedang itu ke atas kepala danberlututlah ia menengadahkan ke langit sambilmengucap doa kepada Bu-san- it-ho, cikal bakal dariperguruan Bu-san.

“Sucou, hamba Gak Lui bersumpah akanmelaksanakan pesan takkan mengambil pedang ini.Tetapi karena keempat Bu-san Su- kiam dan banyaktokoh2 persilatan yang mati di tangan MaharajaPersilatan yang ganas itu, kecuali menggunakan pedangpusaka itu, tiada lain daya untuk menumpasnya .... Olehkarena itu hamba mohon sucou mengijinkan hambauntuk membawa keluar pedang ini dari istana Bi-kiong.Dan kumohon juga doa restu sucou agar dengan pedangpusaka ini aku dapat membalaskan sakit hati perguruanBu-san-pay. Tentulah sucou akan meluluskanpermohonan hamba ini.....” Baru berkata sampai disitu,tiba2 ia terpaksa hentikan doanya karena saat itu terasabumi bergetar keras dan terdengar suara menggemuruhdahsyat. Seketika Gak Lui terkejut pucat. Denganbercucuran keringat dingin, ia berteriak: “Sucou, adakahengkau tak meluluskan dan suruh aku mengembalikan

Page 710: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

710

pedang ini ditempatnya lagi? Tidak, ah, tidak! Aku tetapakan.....” Kata2 itu terputus oleh suara dahsyat bagainaga meringkik. Kedahsyatannya benar2 bagaigelombang samudera yang sedang dilanda prahara.Menyusul dan melihat dari lubang kerak bumimenyembur gulungan api yang dahsyat.... Altar batutempat duduk Lengan-besi-hati-baik tadipun terbakarmerah. Sedang mulut lubang yang seluas hampirsemeter itupun membara merah. Gulungan api itumembubung tinggi sampai ke tiang penglari laluberhamburan mencurah ke seluruh penjuru. Rupanyakarena kehilangan pedang pusaka Halilintar atau Thian-lui-koay-kim, gunung berapi itu murka dan muntahkanlahar yang dahsyat. Seolah olah lahar itu hendakmenghancurkan istana bi- kiong. Panasnya hawa dalamruang istana itu menyebabkan Gak Lui hampir tak kuasamembuka mata lagi. Karena gugup, sambil mengambilpedang pusaka, ia menutupi muka, ia berseru kearahgumpalan api yang menyembur dahsyat itu : “Pedangtetap kubawa! Aku bersumpah, takkan mencelakai orangbaik. Kalau sampai melanggar, akan kubayar dengandarah...” sebelum ia menyelesaikan kata katanya,terdengar pula suara bergemuruh dahsyat.

Puncak wuwungan dari istana Bi-kiong itu sudahmerekah sebuah lubang besar. Dengan memanggulpedang pusaka itu, Gak Lui segera menerjang keluar.Untunglah ia masih ingat jelas akan tata-gerak Ni coan-ngo heng. Dengan berputar-putar ia menerobos keluardari terowongan yang berliku-liku. Setiap ia tiba disebuahtempat, maka tempat yang habis dilaluinya itu tentusudah bengkah. Hampir saja ia tergelincir kedalam liangkepundan. Dengan susah payah dan penuh bahayaakhirnya berhasil juga ia mencapai mulut jalan keluar dariistana Bi kiong. Dan kembali ia berhadapan dengan

Page 711: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

711

sebuah rintangan. Pintu batu yang tinggi besar dariistana itu masih tertutup rapat. Beberapa saat, ia takdapat menemukan alat pembuka pintu itu. Betapapunbesar nyalinya, tetapi dalam keadaan dan tempat sepertisaat itu, mau tak mau gemetarlah hati Gak Lui. Dengantenaga yang dimilikinya, ia merasa tak mampumenghantam hancur pintu. Dengan mengerahkan tenagadalam yang telah disalurkan oleh paman gurunya siLengan-besi-hati- baik penunggu pedang Thian-lui-koay-kiam, ia masih belum berani memastikan kalau dapatmenghantam pecah pintu batu itu. Namun saat itukeadaan sudah mendesak sekali. Tanah membengkahdan lahar mengalir. Dalam gugup terpaksa tiada lainpilihan. Ia kerahkan seluruh tenaga-dalam lalumenghantam dengan sekuatnya, bum ... Ia tertegun dankesima. Pintu batu yang besar dan tinggi itu jebol danterbukalah sebuah lubang cukup untuk tubuh seseorang.Pada lain saat Gak Luipun cepat menyelinap keluar.Dengan beberapa kali berloncatan diudara, ia dapatmelintasi beberapa batu titian diluar istana lalu keluar dariCiok-tin atau barisan batu yang berada pada keenampuncak lapisan dalam. Kini ia berhasil keluar dan sudahberada ditengah keenam puncak-gunung lapisan luar.

Saat itu istana Bi-kiong sudah tak kelihatan. Yangtampak hanya gulungan asap membubung keudara. Batuhancur bertebaran. Istana Bi-kiong, sebuah bangunankuno dalam dunia persilatan, kini meledak dan rusakberantakan. Untuk beberapa saat Gak Lui memandangkesemuanya itu dengan helaan panjang. Pesan cikalbakal perguruan Bu san yakni Bu san It-ho dan kematianpaman gurunya si Lengan-besi- hati-baik, meninggalkangoresan kesan dalam hatinya. Setelah lautan asap ituberkurang, barulah hatinya tenang. Ia mulai memeriksapedang pusaka Thian-lui koay-kiam lagi. Sarung pedang

Page 712: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

712

itu berlekuk-lekuk tak rata dan lagi berbentuk bulat.Bukan terbuat daripada emas atau besi melainkan daribatu lahar yang sudah keras sekali.

“Ah, tak mungkin,” pikir Gak Lui, “masakan kerangkapedang terbuat daripada batu. Tentulah kerangka yangaselinya sudah terbakar hangus oleh lahar. Entahbagaimana dengan batang pedangnya?” Buru2 iamenarik tangkai pedang. Tetapi pada saat tanganmenyentuh tangkai, segera ia merasakan suatu tenagamengalir ketangannya dan pada lain saat hatinyapungoncang keras. Nafsu pembunuhan serentak bergolakgolak.

“Bunuh! Bunuh! Bunuh!” demikian hatinya melolongseperti orang kalap. Darahnyapun mengalir deras.Dibawah pengaruh tenaga ajaib dari pedang itu, Gak Luitelah kehilangan kesadaran pikirannya. Pada saat2 yanggenting itu tiba2 dari luar gunung terdengar tiga buahteriakan nyaring : “Gak Lui .. Gak Lui .. dimana engkau ..?” Suara itu tak asing baginya. Kecuali satu yang kurangjelas, yang lainnya terang yalah ketua Partai Jembel siRaja-sungai Gan Ke- ik, sedang satunya yalah Pok Tinyang belum lama berpisah dengannya.

Menilik gelagatnya, rupanya Pok Tin sudahmengetahui jejak orang berkerudung muka maka buru2mereka datang memberitahu kepadanya. Tetapi saat ituhati Gak Lui sudah berobah. Dia tak menghiraukan lagisiapa yang datang itu. Seperti seekor binatang buas,mulutnya meraung kata 'bunuh' seraya mencabut pedanglaknat Thian-lui-koay-kiam. Andaikata saat itu pedanglaknat Thian-lui-koay-kiam dapat tercabut, tentulah akanterjadi pertumpahan darah yang mengerikan. Gak Luisudah seperti orang gila. Tak tahu lagi dia siapa ketigakawannya itu. Mereka tentu akan dibunuhnya. Tetapi

Page 713: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

713

untunglah terjadi suatu kejadian yang diluar dugaan.

“Uh ....” betapapun ia kerahkan tenaga namun tetaptak mampu mencabut pedang itu dari kerangkanya.

“Aneh?” ia menggumam sendiri. Pedang itu sepertisudah melekat dengan kerangkanya. Kalau ia memaksahendak mencabut, batang pedang itu tentu akan patahtetapi tak mungkin keluar dari kerangkanya.

“Ah .. ,” karena kesal hatinya, ia lepaskan pedang itu.Sesaat pedang terlepas pikirannya yang buas itupuntiba2 lenyap. Kesadaran pikirannyapun kembali lagi.

“Huh, sungguh mengerikan! Baru memegangtangkainya saja pikiranku sudah gelap, nafsukumembunuh orang berkobar. Untung tak dapat mencabutbatang pedangnya. Kalau pedang itu tercabut, mungkintentu sudah melanggar sumpahku tadi !” Pengalaman itumembuatnya tak berani memegang pedang itu. Sekalilagi ia meneliti pedang aneh itu. Ternyata pedang itusudah tak mempunyai kerangka. Batang pedang melekatpada leher yang sudah membeku keras. Setelahberlangsung berpuluh tahun, gumpalan lahar itu makintebal dan keras. Maka pedang itu sesungguhnya bukanpedang lagi melainkan sebatang tongkat batu.Digunakan, pedang batu itu membikin pikiran oranggelap dan tak berguna untuk menghadapi musuh.

“Ah, bagaimana ini ?” betapapun cerdiknya namunsaat itu Gak Lui tak dapat memecahkan persoalan yangdihadapannya.

“Baik kucabut sajakah ? Ah, tak mampu. Kupukul ?Ah, mungkin putus. Lalu bagaimana?” Tiba2 ia teringatakan pedang Pelangi yang juga sebuah pedang pusakayang dapat memapas logam seperti memapas tanah liat.Cepat ia mencabut pedang itu dan mencobanya. Tetapi

Page 714: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

714

sampai beberapa kali, ia hanya berhasil memapas sedikitsekali.

“Hm, kalau tak dapat dipapas, tentu dapat diasah...,”cepat ia berganti pikiran. Tetapi secepat itu ia teringatbahwa lahar yang membeku keras tentu tak dapat diasahdengan batu biasa. Serentak ia teringat bahwa ia masihmembekal beberapa batu berlian berasal dari LembahMaut. Berlian adalah batu yang paling keras. Denganbatu berlian itu, ia segera mulai menggosok pedang batu.Ujung dari batu pedang itu dapat menipis juga.

“Bagus, sedikit banyak ada hasilnya. Untunglah Siu-mey masih membawa banyak batu berlian. Nanti kalaujumpa dengannya, akan kuminta untuk menggosokpedang ini,” pikirnya. Tiba2 ia mendengar teriakan siRaja-sungai dari tepi hutan. Ia tak berani gegabah masukke-dalam hutan itu melainkan berteriak menyahut. Dalampada itu ia merobek lengan baju untuk membungkuspedang batu itu. Menjaga agar jangan sampai terulangpedang itu akan membikin kalap pikirannya. Sambilmemanggul pedang, ia segera loncat menuju keluar darigunung Busan. Tak berapa lama bertemulah ia denganrombongan Raja-sungai Gan Ke-ik. Diantaranya tampakseorang tua yang memegang sebatang tongkat mustika.Menilik pakaiannya yang compang camping, Gak Luiduga orang tua itu tentu seorang tokoh sakti dari partaiPengemis. Gak Lui terkejut. Mengapa kedua partaiPengemis dan partai Gelandangan yang salingbermusuhan, dapat berjalan bersama- sama ?

“Gak sauhiap,” tiba2 si Raja-sungai sudahmendahului membuka mulut, “perkenalkanlah saudara iniyalah ketua Partai Pengemis Ong Ping-gak. Kali inisaudara Ong datang sendiri ke Kanglam untukmembantu.”

Page 715: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

715

Gak Lui buru2 memberi hormat kepada tokoh itu danmengucapkan beberapa patah kata merendah. Demikiansetelah saling berkenalan, maka dengan jujur tokohPartai Pengemis itu berkata : “Aku merasa menyesalsekali. Sebagai seorang ketua aku tak mampu mengatasicabang partaiku didaerah selatan. Maka aku merasaberterima kasih kepada sauhiap yang telah membunuh siPengemis Bengis itu.”

“Ah, harap lo-cianpwe jangan merendah diri,” sahutGak Lui.

“Dan kudengar pula bahwa si Pengemis Ular hendakmenyerang Ceng-sia-pay. Maka kuperlukan datangkemari untuk membantu barisan orang gagah danmenumpas penghianat itu untuk membersihkan namaKay-pang !”

Gak Lui tertawa: “Ya, kalau dapat dipersatukankembali, alangkah tepatnya kalau cianpwe yangmemegang tampuk pimpinan. Selain dapatmengendalikan partai Kay-pang, pun merupakan suatuberkah bagi dunia persilatan.” Setelah itu Gak Lui laluberkata kepada Pok Tin: “Kedatangan saudara ini tentumembawa berita baik !”

Pok Tin tertawa gelak2: “Benar, aku sudahmenemukan sarang penjahat itu !”

“O !”

“Sebenarnya hal itu terjadi secara tak sengaja. Dalammencari jejaknya aku tak mempunyai arah tertentu.Tetapi pada waktu melintasi gunung Hek-san, akumenemukan sedikit jejak.”

“Apakah itu ?”

“Pada waktu masuk kedaerah gunung itu, saat itu

Page 716: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

716

pada tengah malam, Kulihat sebuah penerangandipuncak gunung.”

“Lalu ?”

“Aku curiga lalu menghampiri. Kiranya penerangan itutimbul dari perut gunung tetapi tak ada suatu gerakan,atau seorang manusiapun yang muncul. Tiba2 akumenyadari ....”

“Apakah orang sedang membuat api untuk menempapedang ?”

“Benar ! Memang demikianlah dugaanku,” tetapi tiba2Pok Tin berhenti karena merasa keterangannya itu adasebagian yang salah. Ia tahu bahwa Pukulan-sakti TheThay itu seorang yang keras hati. Tak mungkin ia maudisuruh orang untuk menempa pedang.

“Saat itu ingin sekali aku terus hendak menerobosuntuk melihatnya. Tetapi aku teringat akan pesan supayajangan menggunakan kekerasan. Akhirnya aku denganhati2 mendekati tempat itu dan benar juga telahmengetahui jejak dari si Orang Berkerudung.”

“Dan siapa lagi?”

---oo^TAH^0^DewiKZ^0^Hendra^oo---

“Seorang nona yang cantik ...”

“Oh...!” Gak Lui terkejut. Ia duga tentulah The Hong-lian, “nona itu bagaimana keadaannya? Ditawan atau ...”

“Jangan kuatir!” Pok Tin tertawa, “nona itu lincahsekali. Dia juga bersembunyi dalam hutan sepertimenunggu kesempatan untuk turun tangan..”

“Adakah kalian tak saling jumpa dan adakah engkau

Page 717: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

717

tak memberitahukan keadaanku kepadanya?” tanya GakLui.

“Ini ... tidak,” Pok tin tertegun, “aku tak tahu kalaukalian sudah saling kenal. Maka aku malah bersembunyiseperti orang yang main kucing2an.”

“Tak apa,” kata Thian Lui, “pedang pusaka itu sudahkudapatkan dan kita segera mencari mereka.”

“Perlukah kubantu?”

“Ah, tak perlu merepotkan saudara.” Pok Tinmelangkah maju setengah tindak, katanya: “Aku sendirimemang mempunyai urusan juga.”

“Soal apa?”

“Demi urusanmu, aku terpaksa menahan keinginanhati untuk bertempur. Tetapi kalau engkau hanyaseorang diri dan musuh berjumlah tujuh sampai delapanorang, seharusnya engkau bagi kepadaku yang dua atautiga orang!”

Mendengar itu tahulah Gak Lui bahwa Pok Tinkambuh lagi penyakitnya untuk menantang orangbertanding pedang. Maka ia tertawa : “Kelak dalam rapatdi Ceng-sia, tentu yang hadir terdiri dari golongan Putihdan Hitam tentu banyak yang hadir. Jika hendak mencariorang itu untuk diajak bertanding, tentulah cukup banyak...”

“Kalau siorang berkerudung itu sudah engkau bunuh,mana ada rapat lagi?”

“Ah, saudara keliru,” kata Gak Lui, “Kaki tanganMaharaja Persilatan banyak sekali. Boleh dikata seluruhkaum persilatan golongan Hitam, menjadi kakitangannya. Gerombolan orang berkerudung dapatkubasmi tetapi kaum durjana tetap masih banyak!”

Page 718: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

718

“Soal itu .....” tengah Pok Tin masih merenung, keduaketua partai Pengemis dan Jembel itu segera ikut campurbicara : “Ah, tak perlu kiranya saudara kecewa. Nantiapabila terjadi pertempuran dahsyat, saudara pasti akankita minta ikut. Pasti puaslah!”

“Apakah saudara ketua berdua berani menjamin?”

“Dalam lain2 hal tak berani tetapi dalam hal itu kamiberani memberi jaminan.”

“Baik,” akhirnya Pok Tin mau mengalah. Gak Luipunmemberi hormat minta diri kepada ketiga orang itu.Tetapi baru ia hendak melangkah pergi, si Raja-sungaiGan Ke-ik mencegahnya : “Tunggu dulu! Tadi istana Bi-kiong tiba2 meledak sehingga kami terkejut sekali.Mengapa hal itu terjadi seharusnya engkaumenerangkan kepada kami.”

Sejenak berdiam diri, akhirnya Gak Lui menerangkandengan terus terang : “Ya, aku sudah berhasilmendapatkan pedang pusaka Thian-lui-koay-kiam dariperguruanku.”

“O...” ketiga tokoh itu serentak berseru kejut danterbeliak. Pedang Thian-lui-koay-kiam itu merupakanpedang yang sudah hampir terlupakan dalam duniapersilatan. Mereka ingin tahu bagaimana keadaanpedang yang termasyhur itu.

“Dapatkah kami melihat sebentar pedang pusakayang termasyur itu?” lebih dulu Raja-sungai Gan Ke-ikatau ketua partai Gelandangan bertanya paling dulu. GakLui mempunyai kesan yang baik terhadap ketiga orangitu. Setelah merenung sejenak ia mengangguk : “Baik,sayang tak ada sesuatu yang menarik pada pedang itu,”ia terus membuka bungkusan kain baju. Demi melihatkeadaan pedang yang tak menyerupai pedang melainkan

Page 719: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

719

seperti sebatang tongkat batu, ketiga tokoh itu leletkanlidah karena merasa heran. Beberapa saat kemudianberkatalah si Raja-sungai pula : “Gak sauhiap, pedangtermasyur itu benar2 sesuai dengan namanya yalahKoay atau aneh ...” Juga ketua Partai Kay-pangmenambahi pendapat rekannya :

“Sepintas pandang tidak lagi menyerupai pedangmelainkan seperti sebatang tongkat batu ...” Pun Pok Tinikut memberi komentar, “Saudara Gak, kalau begitu takdapat melihat jelas. Maukah engkau menariknya keluarbatang pedangnya?”

“Maaf,” kata Gak Lui dengan wajah serius lalumemanggul pedang itu lagi, “untuk saat ini pedangpusaka ini belum dapat dicabut keluar. Kelak sajakuunjukkan pada saudara2.” Ketiga orang itu mendugatentu ada sesuatu yang terjadi pada pedang pusaka itu.Maka merekapun tak mau banyak bertanya.

“Saudara Gak,” tiba2 Raja sungai Gan Ke-ik bukasuara lagi,

“kabarnya engkau telah berjumpa dengan KaisarPersilatan dan mendapat pusaka Thian-liong-kim-jiu.Sudah bertahun tahun aku tak berjumpa dengan Litayhiap itu. Dengan melihat pusaka Kim- jiu, berarti samadengan melihatnya.”

“Baiklah,” Gak Lui tak keberatan atas permintaanorang. Dengan hati2 ia mengeluarkan pusaka pemberianKaisar Persilatan itu. Ketika melihat pusaka ituterkenanglah si Raja-sungai akan peristiwa yang lampaudimana ia dahulu bersama Kaisar Persilatan, berjuangbahu membahu untuk membasmi kawanan durjanapersilatan. Ketua Partai Gelandangan itu termangu-mangu mengenangkan masa yang lampau dengan

Page 720: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

720

Kaisar Persilatan ... Sebenarnya Gak Lui ingin lekas2pergi tetapi karena melihat ketua Partai Gelandangan itumasih tertegun sambil mencekal pusaka Kim-jiu,terpaksa ia segan untuk mengganggunya. Dalam padamenunggu itu, Gak Lui menyempatkan diri untukberpaling memandang kearah istana Bi kiong diatasgunung Bu- san. Berbareng pada saat itu, si berangasanPok Tinpun ikut berpaling memandang kearah gunungitu. Tetapi matanya cepat tertarik akan sesuatu yangterdapat pada barisan batu2 aneh dari ke enam puncak-gunung lapisan luar. Ia kerutkan dahi.

Pada saat sekalian orang sedang terbenam dalamkenangan masing2, tiba2 Pok Tin loncat ke-arah barisanbatu itu dan secepat kilat kedua tangannya menaburkansepuluh batang pedang-terbang. Sekalian kawannyaterkejut tetapi cepat mereka tahu tentulah tindakan siberangasan itu mempunyai sebab. Ketika merekamencurahkan mata kearah barisan batu itu segerasamar2 mereka melihat sesosok tubuh manusia sedangbersembunyi dalam barisan itu. Belum mereka tahu siapaorang itu, Pok Tin sudah kedengaran berseru, “Hai,Orang berkerudung, kiranya engkau juga muncul !”

Kejut Gak Lui bukan alang kepalang. Kalaugerombolan Manusia- berkerudung-muka itu masihberada digunung Hek-san menempa pedang, takmungkin mereka muncul disitu. Dan sekalipun datang,juga tak mungkin mampu masuk kedalam barisan batudigunung Bu-san. Kalau begitu pendatang yangbersembunyi dibalik barisan batu itu tentu si Maharajasendiri. Ya, tak dapat disangsikan lagi. Dendam darah....!Musuh besar....! Seketika meluaplah darah Gak Lui.Apalagi ketika melihat si brangasan Pok Tin sudah majumenyerang, tentu berbahaya. Serentak tubuh Gak Luiberputar dan dengan gerak kecepatan yang hampir tak

Page 721: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

721

dapat dipercaya, tubuhnyapun sudah melambungkeudara. Saat itu dari barisan batu berhembus anginyang mengandung tenaga-dahsyat. Tring, tring....taburan ke 10 pedang dari Pok Tin tadi pun berhamburanjatuh keempat penjuru. Tetapi si brangasan Pok Tin tetapnekad menyerbu kedalam barisan batu.

“Celaka!” Gak Lui mengeluh. Tepat pada saat ituterdengar letupan keras. Tubuh Si berangasan Pok Tinyang tinggi besar, bagai sebuah layang2 yang putus taliterdampar berputar-putar diudara. Denganmenyemburkan darah, dia meluncur turun dan rebah takbangun lagi. Kejadian itu berlangsung dalam waktusekejab mata hingga Gak Lui tak keburu memberipertolongan lagi. Bahkan ketua Partai Pengemis danPartai Gelandanganpun memburu kedalam barisan untukmenolong, tetapi tetap terlambat. Pada saat Gak Luimeluncur kedalam barisan, rupanya orang berkerudungmuka itu tak mau melayani. Dengan sebuah loncatan dariilmu Meringankan tubuh yang mengagumkan, orang itumelayang mundur sampai tiga lapis batu disebelahbelakang lalu menyelinap ke sebelah kiri. Sekalipunorang itu membelakangi dan mengenakan jubah hitam,tetapi mata Gak Lui yang tajam cepat dapat mengenalipunggung orang itu. Hatinya tegang sekali. Baru iahendak melambung keudara lagi, tampak kedua ketuapartai perguruan itu sudah menyusup kebelakanggunung. Tampak pula wajah mereka seperti orang yangbingung karena tak dapat menemukan jalan. Rupanyamereka seperti tersesat. Karena hal itu, perhatian GakLui beralih tercurah kepada keadaan kedua ketua partaiperguruan itu, serunya: “Tiga langkah, belok ke-kiri !”Kemudian seperti bintang meluncur, Gak Lui gunakangerak Ni- coan-ngo-heng untuk menyerbu kedalambarisan batu. Tetapi orang berkerudung muka itu juga tak

Page 722: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

722

kalah gesitnya. Tetapi rupanya ia faham akan barisanbatu itu. Setelah setengah li, ia teringat akan seruan GakLui kepada kedua ketua partai persilatan tadi. Makaiapun menirukan. Setiap tiga langkah, membiluk kekiri.Oleh karena itu setelah melalui beberapa tikungan,akhirnya ia dapat dikejar Gak Lui. Kini keduanya salingberhadapan, Mereka saling mendesuh kejut. TerutamaGak Lui. Dia cepat mencabut sepasang pedang.Mulutnya berbuih, mata memancarkan sinarpembunuhan yang seram .... Kiranya orang berkerudungyang berada di-hadapannya itu bukan lain yalah siMaharaja Persilatan sendiri. Durjana yang ganas tetapisakti.

Dengan mengerut geraham menahan dendamkebencian, berserulah Gak Lui dengan nada sedingin es: “Bangsat keparat ! Karena sudah berani masuk keBusan jangan engkau mimpi akan lari dari sini. Dengancara Tiga-langkah-biluk-ke-kiri yang tolol itu, janganharap seumur hidup engkau mampu keluar dari sini ....”

“Heh, heh, heh.....” orang itu mengekeh seram,“Budak kecil Gak, sebenarnya aku sudah keliwat berlakumurah hati kepadamu tetapi engkau sendiri yang tetaphendak cari mati. Dan lagi kali ini ... hm, hm , .. aku takmemerlukan keteranganmu lagi .....”

“Engkau tak perlu bertanya tentang keempat Bu-sanSu-kiam itu lagi?”

“Ha, orang sudah mati, tak perlu ditanyakan lagi !”sahut Maharaja.

Mendengar itu serentak teringatlah Gak Lui akanketerangan nona Yan-hong si Burung-hong-cantik dariBusan, bahwa nona itu telah memberi pertandaandengan dahan pohon pada goha tempat pemakaman

Page 723: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

723

ayahnya tetapi ternyata dapat diketahui orang. Nona itutak tahu siapakah orang yang menyelundup untukmenyelidiki jenazah ayahnya. Tetapi kecurigaannya jatuhkepada diri Tio Bik lui. Kini setelah mendengar kata2 siMaharaja, barulah Gak Lui menyadari bahwa yangmelakukan perbuatan itu tentulah si Maharaja. Gak Luigemerincingkan pedangnya seraya berseru bengis :

“Rupanya semua keinginan sudah terpenuhi. Nah,lekaslah engkau memberitahukan namamu sebelummenerima kematian !”

“Memberi tahu nama ?” Maharaja mengulas heran.

“Menangkap bintangpun tahu namanya, masakanengkau manusia tak bernama ?” balas Gak Lui.

“Heh, heh,” Maharaja mengekeh, tubuhnya menggigilmenahan kemarahan, kemudian dengan menekanperasaan ia menyahut:

“Aku sudah mempunyai gelar kehormatan. Mengapaharus menggunakan nama dahulu lagi ? Dan lagiengkau….”

“Aku bagaimana ?”

Maharaja menatap Gak Lui dengan pandang ber-kilat2. Menyusuri seluruh tubuh Gak Lui, dari kaki sampaiujung kepala. Dengan nada agak meragu, Maharajaberseru : “Dimana pedang pusaka Thian-lui-koay-kiamyang engkau curi itu ? Lekas serahkan padaku !”

“O, engkau menanyakan pedang itu ?”

“Benar !” Gak Lui tengadahkan kepala tertawanyaring. Kiranya karena pedang pusaka itu dibungkusdengan kain dan dipanggul dipunggung, karenabentuknya sudah tak menyerupai seperti pedang lagi,maka seorang durjana julig semacam Maharaja pun tak

Page 724: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

724

dapat mengenalinya. Maka sambil kisarkan langkah, GakLui tak mau menjawab bahkan balas bertanya : “Kecualipedang, masih ada sebuah pusaka lagi. Mengapa tidakengkau tanyakan ?”

“Pusaka yang mana ?” Maharaja pura2 tak tahu.

“Pusaka Thian Long-kim jiu !”

“Ini ...”

“Perlu apa engkau berlagak pilon ? Bukankah sudahbeberapa kali engkau suruh orangmu untuk merebut ?Masakan engkau lupa !”

Sambil meneguk air liur, Maharaja membentak :“Jangan ngacau balau ! Yang kutanyakan padamusekarang ini yalah soal pedang itu !”

Diam2 Gak Lui menimang, ia tahu bahwa Maharajaitu tentu menginginkan kedua benda pusaka itu. Tetapikarena ia belum tahu jelas tentang pedang Thian-lui-koay-kiam, maka ia menekankan pertanyaan pada bendaitu. Sambil gentakkan bahu dan menunjuk padabungkusan kain yang dipanggulnya, Gak Lui berseru :“Benda itu berada padaku, engkau dapat melihat atautidak ?”

“O….” Maharaja mendesuh kejut dan menyurutmundur dua langkah kebelakang. Wajahnya berobah2tak menentu. Melihat kerut wajah dan sikap orang,tahulah Gak Lui bahwa orang sudah ber-siap2 hendakturun tangan. Tetapi agaknya Maharaja itu masih gentarakan pedang pusaka yang berada ditangan lawan. Padasaat Maharaja masih ragu2, Gak Lui-pun diam2 sudahkerahkan tenaga-dalam dan secepat kilat taburkansepasang pedangnya. Bagaikan dua buah petir yangmenyambar, yang satu menusuk kening dan yang satu

Page 725: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

725

menusuk dada lawan. Maharaja sebenarnya sudah tahubahwa Gak Lui sudah mendapat warisan ilmu dari Sam-coat (Tiga durjana) dan Sam yau (Tiga siluman), enamtokoh persilatan yang termasyhur. Tetapi setitik-punMaharaja tak menduga sama sekali bahwa Lengan-besi-hati-baik juga telah menyalurkan tenaga murninyakepada anak muda itu.

Melihat kedahsyatan serangan lawan, Maharajabatalkan rencana untuk mengalah sampai beberapajurus. Setelah dapat keterangan jelas tentang pedangpusaka itu, barulah ia turun tangan membalas. Tetapiternyata perhitungannya meleset. Serangan Gak Luisedemikian cepat dan maut sehingga ia tak keburu untukmencabut pedang lagi. Untunglah berkat pengalamannyayang luas dan kepandaiannya yang tinggi, ia masih dapatmengempiskan dadanya sampai setengah meterkebelakang. Berbareng itu ia tengadahkan muka dankibarkan kepalanya menggunakan jurus Naga-hijau-goyang-kepala. Wut, wut .... terdengar dua buah arusangin menderu keras. Sayang karena terlalu bernafsusekali untuk membalas dendam sehingga kurang tenang.Serangannya maut itu dapat dihindari musuh hanya padajarak seujung rambut saja. Sebenarnya dalam ilmutenaga-dalam, sekarang Gak Lui sudah tak kalah denganMaharaja. Hanya dalam pengalaman memang ia masihkalah. Juga dalam soal keyakinan, ia kalah jauh dariMaharaja yang sudah berjerih payah meyakinkan ilmukepandaian sakti selama berpuluh tahun.

---oo^TAH^0^DewiKZ^0^Hendra^oo---

Serangannya luput, Gak Lui makin kalap. Hanyaberhenti dalam sekejap saja, tampak tubuh Maharajasudah menggelembung besar. Kelima jarinya yang

Page 726: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

726

menyerupai cakar baja segera mencengkeram bahulawan. Sebenarnya Gak Lui tak gentar sama sekalimenghadapi Maharaja itu. Tetapi ia mencemaskanpedang Thian-lui-koay-kiam itu akan timbulkeanehannya. Cepat ia kisarkan langkah menghindar lalukiblatkan pedang Pelangi membelah dada lawan. Apabilatokoh persilatan kelas tinggi saling bertempur, kalahmenang itu dapat ditentukan dalam sekejap mata.Maharaja karena congkak, maka dalam babak pertama iaterdesak. Tetapi Gak Lui karena terlalu bernafsu,permainan pedangnyapun kurang mantap.

Pada saat Gak Lui menggerakkan pedang, denganmendengus dingin, Maharaja sudah menarik pulangtangannya yang hendak merebut senjata lawan tadi, danserempak dengan miringkan tubuh ia terus hendakmenyambar pergelangan tangan Gak Lui. Gak Lui tahubahaya tetapi sudah tak keburu lagi hendak menghindar.Seketika tangannya serasa membentur aliran listrik. Limabuah jalan darah pada pergelangan tangannya telahdicengkeram lawan .... Keadaan itu sungguh berbahayasekali. Apabila Maharaja menekankan kuku2 jarinya yangruncing, tangan Gak Lui pasti hancur lebur. Dalamgugup, untunglah Gak Lui cepat timbul akalnya. Buru2 iagunakan ilmu tenaga dalam Kian-gun-it-sat atau Algojo-dunia, untuk menyedot tenaga lawan.

Alangkah kejut si Maharaja ketika dapatkan tanganpemuda itu selemas kapuk dan memancarkan dayasedot yang keras. Ia seorang tokoh yang kayapengalaman. Tahu hal itu berbahaya, cepat ia menariktangannya dan hendak loncat kebelakang. Tetapi pedangPelangi yang dimainkan Gak Lui tadi belum sempatdihentikan dan masih melayang itu dapat disambarMaharaja. Kejut Gak Lui bukan kepalang. Denganmendapat pedang itu, Maharaja seperti harimau tumbuh

Page 727: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

727

sayap. Keganasannya pasti menjadi-jadi. Dan lagipedang itu adalah pusaka perguruan Bu- tong. Dan iasudah berjanji akan mengembalikannya kepada yangberhak. Dengan direbutnya pedang itu, tentu sukar iaakan dapat memenuhi janjinya.

Gak Lui nekad. Tanpa memindahkan pedangditangan kiri ketangan kanan, secepat kilat sambilcondongkan tubuh ia membabat siku lengan lawan.Gerak serangan pemuda itu cepatnya bukan kepalang,tetapi ternyata Maharaja juga tak kalah cepatnya. Apalagisaat itu ia sudah memegang pedang pusaka yangtajamnya bukan kepalang.

“Heh, heh, heh ...” sambil tertawa mengekehMaharaja taburkan pedang untuk memapas pedang GakLui. Tring, tring ... terdengar dering gemerincing dari duabatang pedang yang saling beradu. Dalam serangan itudan adu pedang itu, pedang Gak Lui yang memancarkansinar putih, makin lama tampak makin pandak.Kebalikannya, pedang Maharaja yang bersinar kehijauhijauan tetap seperti semula, bahkan makin lama makindahsyat gerakannya. Memang pedang yang dimainkanGak Lui itu adalah pemberian dari gi-hu atau ayah-angkatnya si Pedang Aneh, terbuat daripada baja murni.Tetapi mana mampu menandingi pedang Pelangi,pedang pusaka dari perguruan Bu-tong-pay.

Setelah jurusnya selesai, pedang Gak Lui hanyatinggal tangkainya saja. Sedangkan serangan Maharajamakin ganas dan saat itu sedang mengarah kedadanya.Dalam keadaan terdesak, Gak Lui lontarkan tangkaipedang itu ke dada lawan. Maharaja tak beranimemandang ringan. Lebih dulu ia menampar tangkaipedang itu baru kemudian lancarkan serangannya lagiuntuk menusuk ulu hati lawan. Pada saat Maharaja

Page 728: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

728

menangkis tangkai pedang, kesempatan itu digunakanGak Lui untuk mundur setengah tombak. Walaupundengan tangan kosong, tetapi ia tak gentar. Cepat iagerakkan tangan kiri menghantam dengan pukulanMenundukkan-iblis. Sedang tangan kanan secepat kilatmerogoh kedalam baju.

“Heh, heh, serahkan jiwamu!” Maharaja mengekehdan songsongkan tangan kirinya menangkis. PedangPelangi dengan kecepatan yang luar biasa menusuklawan. Tring .... terdengar benturan benda yangmendering keras. Gak Lui terhuyung mundur dualangkah. Tetapi saat itu ia sudah dapat mengambil keluarpusaka Thian-liong kim-jiu.

“O, kiranya benda itu juga ada padamu!” walau kagetkarena tusukannya membentur benda keras, berobahmenjadi rasa girang sekali ketika melihat pusaka Kim jiu.Serentak ia perhebat serangan pedangnya dalamkecepatan yang luar biasa.

(Halaman 64 – 65 tidak ada…)

Memang kedua ketua kaum pengemis dangelandangan itu merupakan tokoh2 kelas dalam duniapersilatan. Tetapi dalam hal ilmu pengetahuan tentangjalan-darah tubuh manusia, ternyata Maharaja lebihunggul setingkat. Dalam gugupnya, si Raja-sungai GanKe-ik terpaksa lemparkan pedang dan loncat kebelakang.Setelah ia gunakan tiga jurus ilmu-istimewa ajaran KaisarPersilatan, barulah ia dapat terhindar dari rasa malukarena pedangnya terbabat kutung. Sedang ketua Kay-pang, masih mending keadaannya. Karenamenggunakan tongkat kumala dan lawan dengan tangankosong, cepat ia menarik tongkat untuk melindungitubuh. Gerakannya itu ternyata memang tepat padasaatnya.

Page 729: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

729

Dalam pada itu setelah memulangkan napas danmengatur tenaga murni, Gak Lui segera mulaimenyerang lagi dengan pusaka Thian-liong-kim jiu.Demikianlah dalam sebuah tempat yang istimewa danjarang terdapat didunia, telah terjadi juga dalam duniapersilatan. Pedang berkelebat, tongkat menyambar,pukulan menderu dan anginpun berhamburan laksanasuatu prahara. Batu pecah, pasir berhamburanmembubung keangkasa. Gak Lui gunakan pukulan ilmuMenaklukkan-iblis, perbawanya seperti menghancurkangunung. Sedang pusaka Thian-kim-jiupun menyambar-nyambar memancarkan sinar maut yang merontokkannyali orang.

Tongkat-kumala dari ketua Kay-pang, juga sedahsyathujan mencurah. Tenaganya makin lama makin menyirapdarah orang. Sedang ketua Partai Gelandangan, si Raja-sungai Gan Ke-ik mengandalkan tiga jurus ilmu-istimewaajaran Kaisar Persilatan. Dengan ilmu itu ia dapatmempertahankan diri. Ditambah pula dengan ilmupukulan Api-petir dari perguruannya, iapun dapatmelancarkan serangan balasan. Diserang oleh tigamusuh yang tangguh, si Maharaja masih tetap congkak.Ia keluarkan jurus permainan dari kelima partai persilatan: bu-tong, Ceng sia, Heng-san, Kong-tong dan Siau-lim.

Pedang Pelangi berkelebatan memancar sinarkeempat penjuru. Baik bertahan maupun menyerang,dilakukan dengan serba cepat. Jelas ia tak kalah angin.Namun betapapun lihaynya Maharaja, karena dikerubutoleh tiga tokoh sakti, apalagi kepandaian Gak Lui itu takterpaut banyak atau hampir berimbang dengannya,diam2 ia sudah mengeluh dan membayangkankekalahan. Keadaan si Maharaja cepat diketahui GakLui. Maka sambil menyerang, ia membentak bengis:“Huh, kematianmu sudah hampir tiba, apakah engkau

Page 730: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

730

tetap tak mau memberitahukan namamu yang aseli...?”Ucapan pemuda itu bagai air dingin yang mengguyurkepala Maharaja. Tubuhnya gemetar. Matanyaberkeliaran dan cepat ia memutuskan untuk meloloskandiri ....

“Baik, kalian dengarkanlah yang jelas,” ia tertawanyaring sambil menarik serangannya. Gak Lui dan keduakawannya pun perlambat serangannya dan pasangtelinga. Nama aseli dari Maharaja itu memangmerupakan rahasia besar dalam persilatan. Setiap orangpersilatan ingin sekali mengetahui. Gak Lui bertiga inginmenyiarkan berita nama aseli dan kematian dari siMaharaja kepada dunia persilatan. Maharaja menegukair liur, tiba2 ia ngangakan mulutnya. Seketika ketigaorang itu rasakan matanya pudar, kepala pening dankakipun miring sehingga tubuh mereka hampir rubuh.Ternyata pada saat ketiga lawannya menumpahkanperhatian, bukan menyebutkan namanya yang aselitetapi kebalikannya Maharaja malah dengan sekuattenaga menghamburkan ilmu suitan Pencabut nyawa.Sebuah ilmu suitan yang tenaganya dapatmenghancurkan batu dan kumandangnya menembusawan dilangit .......

JILID 15

Yang pertama terkena pengaruh suitan Pengikat-nyawa adalah ketua Kay-pang Ong Ping-gak. Ialepaskan tongkat kumala dan menutup telinganya lekat2.Kepalanya bercucuran keringat dingin. Menilik sikapnya,rupanya ia menderita kesakitan hebat! Raja-sungai GanKe-ik masih mendingan. Dalam gugup ia masih dapatmenyalurkan tenaga-murni lalu tekankan pedang ketanah untuk menjaga keseimbangan tubuhnya. Gak Lui

Page 731: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

731

terkejut. Tanpa menghiraukan keselamatan diri, iaulurkan tangan kiri untuk menyangga tubuh ketua Kay-pang. Lalu ia sendiri menutup ketujuh lubang indera,untuk melawan pengaruh suitan maut itu ..... Tetapisetelah mendapat angin, Maharaja tak mau kendorkanserangannya. Ia makin memperdahsyat suitannya. Bluk... bluk ... terdengar dua suara tubuh jatuh ke tanah.Raja- sungai Gan Ke-ik dan ketua Kaypang susulmenyusul rubuh ke tanah. Gak Lui memang masih dapatbertahan tetapi saat itu pikirannya sudah kacau, kakitangan lemas. Buru2 ia memeluk pusaka Thian-liong-kim-jiu ke dada untuk melindungi uluhati. Dengantindakan itu ia memang berhasil dapat bertahan. Tahukalau lawan itu sudah hilang daya perlawanannya, siMaharaja kendorkan suitannya, mengisar langkah laluulurkan tangan kiri. Dengan ujung jari tengah ia menutukbelakang kepala ketua Kaypang.....

“Aneh, dia mempunyai pedang pusaka mengapamemakai ujung jari? Apakah maksudnya ?” walaupun takdapat bergerak, tetapi diam2 Gak Lui merasa heranmelihat gerak gerik si Maharaja. Tetapi cepat sekali iamenemukan jawabannya. Kiranya bukan karena murahhati tak mau membunuh, melainkan tindakan si Maharajaitu bertujuan untuk melenyapkan kesadaran pikiran ketuaKay pang agar dapat dijadikan pengikutnya macamgerombolan Topeng Besi itu. Teringat pula Gak Lui akanpenuturan si nona Yan-hong. Kini jelas sudah, bahwa siMaharaja itu bukan lain adalah si pembunuh yang telahmencuri pelajaran ilmu suitan maut dari perguruan Bukau dan juga ilmu Jari-maut. Maharaja inilah yang telahmenipu ibu sinona. Cepat Gak Lui membentak sekeras-kerasnya: “Jahanam. Kiranya engkaulah yang telahmerusak hati seorang wanita dan menipu ilmu pelajarandari perguruan Bu-kau itu !”

Page 732: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

732

“O .....” Maharaja tersentak kaget sehinggajarinyapun terhenti. Dengan mata membulat ia beralihmemandang Gak Lui:

“Mengapa engkau menuduh begitu ?”

“Saksinya masih ada di sini, apakah engkau masihmau menyangkal?”

“Ho, yang engkau maksudkan sebagai saksi tentulahsibudak hina itu ....” Dengan kata2 itu jelas kalauMaharaja sudah mempunyai kecurigaan terhadap Yan-hong. Oleh karena itu dia suruh orang untuk menangkapnona itu. Tetapi Allah maha murah, Yan-hong tidak mati,kebalikannya malah bertemu dengan Gak Lui danmenuturkan rahasia itu. Mendengar kata2 Maharaja,meluaplah darah Gak Lui. Apalagi suitan Maharaja sudahberhenti sehingga Gak Lui sudah agak pulih tenaga-murninya. Cepat ia hendak menyerang. TetapiMaharajapun sudah terangsang oleh hawa pembunuhan.Dendam kemarahannya kini ditumpahkan pada diri GakLui seluruhnya. Lepaskan perhatiannya kepada ketuaKay-pang, kini ia putar pedangnya hendak membunuhGak Lui lebih dulu. Saat itu sebenarnya tenaga Gak Luimasih belum kembali seluruhnya. Apalagi ia takmempunyai senjata yang sesuai. Untuk mempertahankanjiwa, dalam gugup ia mencabut pedang laknat Thian-lui-koay-kiam dari bahunya. Sebenarnya pedang laknat itutak mempunyai perbawa yang berlebih-lebihan. Tetapirupanya Maharaja sudah ketakutan sendiri. Melihatpemuda itu mencekal batang pedang dan setiap saatdapat menggunakannya untuk menyerang, Maharajacepat loncat beberapa tombak ke belakang danbersembunyi di balik segunduk batu karang.

“Hai, mau lari ke mana engkau !” teriak Gak Luiseraya hendak mengejar. Tetapi ia kalah cepat.

Page 733: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

733

Terdengar angin berkesiur dan laksana segulung asap,Maharaja itu sudah ngacir lenyap entah ke mana ....

“Celaka !” Gak Lui mengeluh. Kalau ia mengejar, iamerasa tak mampu melawan ilmu Suitan-maut darilawan. Apalagi saat itu kedua ketua perguruan Kay-pangdan Gay-pang sedang menggeletak di tanah dan perlupertolongan. Apa boleh buat. Terpaksa ia tahankemarahannya dan selipkan pedang Thian-lui-koay-kiamke bahu lagi. Ia hendak menolong kedua ketua itu lebihdulu. Setelah diurut dan disaluri tenaga-murni, keduaketua perguruan itupun sadar dari pingsannya. Kemudianmereka keluar dari barisan Bu-san-tin. Setelah menguburjenazah Pok-tin, Gak Lui menghaturkan terima kasih atasbantuan kedua ketua perguruan itu. Wajah si Raja-sungaiGan Ke-ik berobah merah dan dengan nada menyesalberkata: “Sudahlah, jangan membicarakan hal itu lagi.Sejak duapuluh tahun, baru pertama kali ini akukehilangan muka. Bermula aku tak percaya desas desusakan diri Maharaja, tetapi setelah berhadapan.....”

“Hampir kehilangan jiwa !” sambut ketua Kay-pangOng Ping-gak seraya menghela napas dan geleng2kepala: “Rasanya selain Gak sauhiap, tokoh2 persilatanangkatan tua, tak berguna semua .....”

Berkata Gak Lui dengan rawan: “Terus terang, dalampertempuran tadi, kita dapat menghalau musuh karenaberkat kewibawaan nama angkatan tua dari Bu-san. Danyang paling disayangkan, musuh telah berhasilmenggondol pedang pusaka Pelangi yang lihay !”Suasana hening beberapa saat. Masing2 terbenamdalam renungannya. Si Raja sungai Gan Ke-ik tiba2menatap beberapa kali ke muka Gak Lui.

“Apakah yang pangcu lihat ?” karena heran, GakLuipun menanyakan sebabnya.

Page 734: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

734

“Aku teringat akan peristiwa yang lalu,” jawab ketuaPartai Gelandangan itu.

“Peristiwa apa ?”

“Yalah ketika kita pertama kali berjumpa dan melihatpada kaca wasiat milik Sehong sianseng....”

“O....,” Gak Lui mendesus kejut dan tanpa terasa iamenggigil. Rupanya ia seperti diingatkan akan peristiwaitu. Gak Lui masih ingat akan ucapan Sehong siansengyang mengatakan: “Si Hidung Gerumpung dalam guhaitu akhirnya pasti akan mati ....” Dan ramalan itu ternyatasudah terbukti pada diri si Lengan-besi- hati-baik ataupaman guru Gak Lui yang menunggu pedang pusakaThian-lui-koay-kiam itu. Lalu Sehong sianseng jugamengatakan: “Maharaja berjalan di atas tumpukanmayat, pedangnya menunjuk ke langit ...”

“Pedang menunjuk ke langit?” diam2 Gak Luimengulangi kata2 itu pula. Sampai saat itu belum juga iadapat memecahkan arti daripada ramalan Sehongsianseng itu.

“Pangcu,” akhirnya Gak Lui menyatakankeraguannya kepada si Raja-sungai Gan Ke-ik, “adakahkau berpendapat bahwa pedang pusaka Pelangi itumenimbulkan sesuatu yang di luar dugaan….”

“Hm, boleh diartikan begitulah,” jawab ketua PartaiGelandangan.

“Maksudmu.....”

“Pedang itu memancarkan cahaya biru, termasuksifat Im-ji (lunak). Dan ilmu pedang Bu-tong-pay jugatermasuk gerak lunak menundukkan keras, denganketenangan menindas gerak lawan. Maka denganmemperoleh pedang itu, sungguh tepat sekali baginya

Page 735: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

735

....”

“Jadi dengan begitu si Maharaja dapat menggunakanpedang itu dengan sehebat-hebatnya?” Gak Luimenegas.

“Ya, menurut dasar ilmu pedang, dia tentu dapatmenggunakan pedang itu sehebat-hebatnya. Dan kalaudigabung dengan tenaga Im-keng yang lain, tenaganyatentu lebih dahsyat lagi!”

“Lalu bagaimanakah pendapat pangcu ?”

“Ah .... belum ada. Hanya kuharap engkau segeradapat menyalurkan perbawa pedang Thian-lui-koay-kiamitu. Mungkin dapat mengatasinya.”

“Hm...,” Gak Lui kerutkan alis lalu berbangkit: “Demimengejar pedang Pelangi itu dan memburu-burubeberapa orang berkerudung muka, aku terpaksa haruspergi. Kuharap pangcu berdua menuju Ceng-sia danberjaga-jaga di sana.”

Beberapa saat berdiam diri akhirnya Raja-sungai GanKe-ik ketua kaum Gelandangan berkata: “Memangbegitulah tetapi masih ada sesuatu yang kurangsempurna.”

“Yang mana ?”

“Kalau si Maharaja belum pergi jauh dan kitaberpapasan di tengah jalan, bukankah repot ?”

“Ini... ya, memang kesempatan bertemu itu banyaksekali,” kata Gak Lui, “tetapi kalau dia memang maumembuntuti, tentulah aku yang diincar. Harap pangcuberdua jangan kuatir.”

“Ai, ucapan sauhiap itu salah alamat. Yang kamikuatirkan memang keselamatanmu.”

Page 736: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

736

“Ya, benar, benar,” ketua Kay-pang Ong Ping-gakikut bicara, “di samping memikirkan keselamatan duniapersilatan kamipun prihatin juga akan dirimu.”

“Terima kasih atas perhatian pangcu berdua. Tetapikali ini jelas Maharaja lari ketakutan melihat pedangThian-lui-koay-kiam. Andaikata dia datang lagi tentulahtak berani unjuk diri terang- terangan. Maka baiklah akupergi seorang diri saja agar dapat menghemat tenagadan waktu.” Kedua ketua partai Pengemis danGelandangan itu akhirnya tak dapat berbuat apa2 danmelepas Gak Lui pergi seorang diri.

“Sampai jumpa di gunung Ceng-sia-san !” Gak Luimemberi hormat lalu lari menuju ke gunung Hek-san.Entah berapa jauh menembus kegelapan malam,akhirnya Gak Lui melihat sebatang pohon tua yang amattinggi dan rindang. Gak Lui hendak beristirahat di situuntuk memulangkan tenaga. Tetapi beberapa tombakjauhnya dari tempat yang hendak ditujunya itu, tampakduduk seorang lelaki dengan wajah mengerut tegang. Iamenengadah memandang langit: “Ah, hari segera terangtanah !” Orang itu menghela napas. Ketika melihat GakLui muncul, orang itu terbeliak kaget: “Hai...”

“Oh.....” Gak Luipun mendesis kejut. Kiranya orang itubukan lain adalah Tio Bik-lui, tokoh berkepandaian saktiitu.

“Tio cianpwe, jangan takut, aku Gak Lui !” cepat GakLui berseru.

“Ah .... ah .... engkau !”

“Benar,” sahut Gak Lui, “mengapa begitu kebetulansekali kita dapat berjumpa di sini ?”

“Aku memang hendak mencarimu ...”

Page 737: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

737

“Terima kasih. Tetapi bagaimana cianpwe dapatmenduga aku akan datang ke sini ?”

“Bukan menduga tetapi memang ada orang yangmemberi petunjuk.”

“Siapa ?”

“Kedua pangcu Kay-pang dan partai Gelandangan.”

“Di manakah cianpwe bertemu dengan mereka ?”

“Di dekat gunung Bu-san. Mereka mengatakan barubeberapa jam saja engkau pergi. Maka bergegas-gegasaku mengejar kemari.”

“Cianpwe hendak memberi petunjuk apa kepadaku ?”tanya Gak Lui.

“Bukan memberi petunjuk melainkan setelah melihatistana Bi- kiong di puncak gunung Busan itu meledak,aku hendak meminta keterangan kepadamu.”

“Ah, terima kasih atas perhatian cianpwe ...”

“Bukan, bukan begitu yang kumaksudkan,” kata TioBik-lui lalu berganti nada serius, “perjalananmu ke Bu-san itu adalah atas petunjukku maka aku mempunyaitanggung jawab. Kalau sampai terjadi apa2 pada dirimu,bagaimana aku memberi pertanggungan jawab kepadakeempat Bu-san-su kiam ?” Gak Lui tersipu-sipumenghaturkan maaf atas kekhilafannya bicara.

“Ha, ha,” Tio Bik-lui tertawa, “engkau bukan orangluar. Banyak hal yang perlu kubicarakan. Kurasa dibawah pohon itu cukup bersih tempatnya, mari kitaduduk di situ.” Demikian keduanya segera duduk dibawah pohon.

“Gak hiantit,” Tio Bik-lui mulai membuka mulut, “didalam istana Bi-kiong itu apakah engkau berhasil

Page 738: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

738

bertemu dengan Lengan- besi-hati-baik si murid hianatitu ?”

“Ya, aku sudah bertemu tetapi dia bukan murid hianat!”

“Kalau bukan murid hianat lalu bagaimana?”

“Dia seorang yang berhati baik sehingga sesuaidengan gelarannya si Hati-baik. Dan kalau menurutperbuatannya selama ini, seharusnya layaklah kusebutdia sebagai paman guru.”

“Kalau begitu dia tentu bersikap baik kepadamu.Mungkin kemajuan yang engkau peroleh begitu pesat,disebabkan karena dia menyalurkan tenaga-murninyakepadamu, bukan?”

“Ya.”

“Kecuali itu apakah dia membicarakan lain2 soal lagi?”

“Ya, sebelum menutup mata, dia menanyakanbagaimana keadaan cianpwe paling akhir ini...”

“O...,” Tio Bik-lui mendesuh kaget, “dia... dia...menanyakan diriku... Lalu bagaimana jawabmu ?”

“Kuceritakan tentang tindakan cianpwe dengansebuah pukulan dapat menghalau ketiga Sam-coat itudan menyelamatkan jiwaku ....”

“Lalu bagaimana katanya ?”

“Wajah paman guru berseri girang dan tampak puas.Dia mengatakan cianpwe ini memang seorang yangbaik.”

“Ah ... ,” kembali Tio Bik-lui menghela napas panjanglalu bertanya pula, “apakah hanya itu saja? Apakah

Page 739: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

739

masih ada lainnya lagi ?”

“Berkata sampai di situ, api dalam bumi membakartubuhnya sehingga menjadi asap. Sebenarnya....”

“Bagaimana ?”

“Rupanya dia teringat suatu hal lain tetapi sayang taksempat berkata lagi.”

“Soal lain? Tetapi orangnya sudah mati, sukar untukmenduga…..” Tiba2 Gak Lui teringat sesuatu, tanyanya:“Tio cianpwe, engkau mengatakan pada 30 tahun yanglampau pernah berjumpa dengan dia. Dan mengatakankalau dia mengangkangi pedang Thian-lui-koay-kiam.Tetapi kesanku, dia tak mempunyai rasa permusuhankepadamu, bahkan dia amat memperhatikan dirimu. Lalubagaimanakah yang sebenarnya?”

“Ini....,” Tio Bik-lui berhenti sejenak, lalu melanjutkan:“Ketika berjumpa di dunia persilatan, walaupunhubungan kita tidak sangat rapat tetapi kita salingmempunyai rasa kecocokan. Tetapi kemudian setelah diadiusir dari perguruan dan mengasingkan diri di istana Bi-kiong, sudah tentu aku mempunyai kesan tak baikterhadap dirinya.”

“Memang prasangka cianpwe itu dapat dimengerti.Tetapi bagaimana cianpwe tahu kalau paman-gurukudiusir dari perguruannya?” tanya Gak Lui.

“Sudah tentu peristiwa semacam itu sukar ditutup dariperhatian orang persilatan ....”

“Ah, belum-tentu,” bantah Gak Lui.

“Kudengar peristiwa itu dari lain orang yangmengatakan.”

“Dari siapa ?”

Page 740: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

740

“Maaf, sudah lama sekali sehingga aku tak dapatmengingat lagi .... tetapi kelak bila aku ingat tentu akankuberitahukan kepadamu,” kata Tio Bik-lui. Gak Luianggap ucapan tokoh itu memang beralasan. Sukarkiranya untuk mengingat lagi orang yang bercerita hal itupada 30 tahun yang lampau.

Gak Lui tak mau mendesak lebih lanjut. Tetapi iateringat akan dua buah hal yang telah lalu. Pertama,pada waktu bertemu dengan nona Hi Kiam gin lagi,ternyata nona itu sudah mendapat pelajaran ilmu pedangdari Lengan-besi hati-baik. Sayang saat itu Gak Luibelum jelas akan asal usul paman gurunya itu. Maka iaberbantah dengan Hi Kam- gin. Nona itu mengatakankalau Lengan-besi-hati baik seorang tua yang berbudibaik. Tetapi ia menganggap paman gurunya itu seorangmurid hianat. Dalam perbantahan itu Gak Lui menyebuttentang nama aseli dari Lengan-besi-hati-baik. Iapunmengatakan dari siapa ia dapat mengetahui namapaman gurunya itu. Hi Kiam gin heran dan mengatakanbahwa orang yang memberitahu tentang nama aseli dariLengan-besi-hati baik itu patut dicurigai.

Dari peristiwa itu jelaslah bahwa hanya sedikit sekaliorang yang tahu siapa nama aseli Lengan-besi hati baik.Kecuali mereka yang menjadi sahabat baik pamangurunya. Kedua, terhadap Tio Bik-lui, sinona Yan-hongpun merasa tak senang. Walaupun perasaan itutermasuk naluri seorang wanita, tetapi tak bolehdiabaikan begitu saja.

Seketika timbullah pertanyaan dalam hati Gak Luiterhadap Tio Bik-lui, tokoh yang saat itu ada dihadapannya. Ya, Tio Bik-lui itu memang aneh! Karenasaat itu tiada bukti apa2, Gak Lui tak dapat menarikkesimpulan adakah Tio Bik-lui itu bicara dengan

Page 741: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

741

sejujurnya atau ada sebab lainnya .... Tiba2 Tio Bik-luimengisar tubuh mendekati tempat si anak muda,serunya: “Hiantit, begitu leluasa engkau dapat masuk dankeluar dari istana Bi-kiong. Tentulah engkau sudah dapatmempelajari ilmu Ni coan-ngo-heng?”

“Ya,” Gak Lui mengiakan seraya mengisar setengahmeter ke belakang. Setelah itu ia menuturkan tentangpemberian pusaka Thian-liong-kim-jiu dari Kaisarpersilatan. Mendengar itu Tio Bik-lui menyatakan hendakmelihat pusaka Thian liong-kim jiu itu barang sejenaksaja. Tiba2 tergetarlah hati Gak Lui. Ia membayangkankemungkinan untuk mengadakan ujian secaraberbahaya. Ia memutuskan untuk memperlihatkanpusaka Kim-jiu itu kepada Tio Bik-lui. Ia memutuskanuntuk memperlihatkan pusaka itu kepada Tio Bik- lui. Jikaorang bermaksud jahat tentu akan merebutnya. Tetapijika memang tidak bermaksud apa2, tentu takkan terjadisesuatu.

Segera ia menunjukkan pusaka itu ke hadapan TioBik-lui. Dengan tajam Gak Lui mengawasi perobahan airmuka orang. Ternyata Tio Bik-lui dingin2 sajamemandang pusaka itu. Setelah beberapa jenak melihat,ia berkata: “Hm, memang apa yang disohorkan orang itutak bernama kosong. Tak kiranya kalau sebuah alattangan-emas yang begitu sederhana, ternyatamengandung keistimewaan yang hebat. Lekas simpanlahlagi, jangan sampai hilang agar dapat engkau serahkankembali kepada Kaisar Persilatan.”

“Ah, tidak tampak sesuatu yang mencurigakan!Apakah aku terlalu berprasangka?” diam2 Gak Luiberkata dalam hati setelah melihat sikap Tio Bik-lui yangtenang. Setelah Gak Lui menyimpan pusaka itu, Tio Bik-lui bertanya pula:

Page 742: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

742

“Adakah pedang Thian-lui-koay-kiam itu juga sudahberada di tanganmu ?”

“Dia.....” baru Gak Lui berkata begitu, iamemperhatikan sinar mata Tio Bik-lui memancar tajamseperti bara api dan memandang ke arah bahunya.Untuk mengatakan tidak mendapatkan pedang itu, jelassudah diketahui orang.

“Benar .... aku sudah mendapatkan pedang Thian-lui-koay-kiam itu. Ya, kupanggul di bahuku ini,” akhirnya GakLui menerangkan.

“Boleh melihat ?”

“Boleh....,” seru Gak Lui dengan nada nyaring. Sekalimelolos ia mencekal pedang pusaka itu. Tangkainyadipegang dengan tangan kanan, ujungnya dengantangan kiri. Gak Lui hendak melolos pedang itu darisarungnya.

“Tunggu dulu !” tiba2 Tio Bik-lui berseru gemetar danmenyurut mundur. Wajahnya pucat. Tiba2 keduatangannya menekan tanah dan wut..... ia melayangsampai tiga tombak jauhnya. Tetapi ketika ia menginjakbumi, ternyata Gak Lui tetap tegak berdiri di tempat, takmencabut pedang itu.

---oo^TAH^0^DewiKZ^0^Hendra^oo---

“Hiantit, engkau .... sungguh menakutkan aku.Pedang itu tak boleh sembarangan dicabut keluar !” seruTio Bik-lui. Gak Lui tertawa: “Jangan kuatir, aku tahukesaktian pedang itu dan tak nanti sembaranganmencabutnya.” Tio Bik-lui maju menghampiri lagi serayaulurkan tangannya:

“Coba berikan kepadaku. Aku hendak melihatnya,

Page 743: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

743

biar lebih aman.”

Diam2 Gak Lui kerahkan tenaga-dalam dan berserudingin: “Boleh saja melihatnya, tetapi lebih dulu jawablahsebuah pertanyaanku.”

Pandangan mata Gak Lui yang tajam itu rupanyaagak menggetarkan hati Tio Bik-lui.

Cepat-cepat orang itu berseru: “Baik, silahkanbertanya !”

Sejenak melirik ke arah bahu orang, Gak Luimenuding peti segi empat yang berada di punggung TioBik-lui, serunya: “Apakah isinya peti itu?”

“Ini .... ha, ha, ha, ha !” Tio Bik-lui berseru serayatertawa gelak2:

“Isinya hanya sebuah khim (harpa) kuno ....”

“Khim kuno ?” Gak Lui menegas.

“Benar !”

“Cianpwe gemar musik ?”

“Benda ini merupakan kesayanganku bertahun-tahun.”

“Kalau begitu .... kita tukar menukar.”

“Tukar menukar apa ?”

“Antara pedang dengan khim.”

“Hm .... baiklah !” sejenak Tio Bik-lui merenung lalulepaskan kotak dari bahunya dan siap hendakmelemparkannya: “Akan kulemparkan kepadamu danengkau juga harus melemparkan pedang itu ke arahku....”

“Tidak! Jangan dengan cara lempar melempar!”

Page 744: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

744

“Tidak mau melempar ?”

Tio Bik-lui kerutkan alis dalam sikap yang angkuh dandengan nada kurang senang berseru pula: “Lalubagaimana kehendakmu ?”

“Mudah saja! Bukalah petimu, cukup kalau aku dapatmelihat sebentar.”

“O ...” dengus Tio Bik-lui menggeram, “Gak Thian-lui,atas dasar persahabatanku dengan keempat Bu-san-su-kiam, atas dasar budi yang kulepas kepadamu, dengansikapmu yang banyak curiga itu, apakah tidak terlalukeliwatan.....”

“Cianpwe !” teriak Gak Lui menukas, “kebaikanmutakkan kulupakan. Tetapi pedang ini besar sekalihubungannya dengan dunia persilatan. Tak boleh tidakaku terpaksa harus hati2...”

“Hm !”

“Dan lagi permintaanku itu sebenarnya mudah saja.Mengapa tak dapat engkau luluskan ?”

“Aku memang tak setuju !”

“Kalau tak setuju, jelas membuktikan !”

“Membuktikan apa ?”

“Bahwa peti itu tidak berisi khim kuno, tetapi ....”

“Tetapi apa ?”

“Barang yang tak boleh dilihat orang maka tak dapatdiperlihatkan !”

“Ah, tidak, heh, heh, heh, heh...,” Tio Bik-luimenengadahkan kepala menghambur tertawa marah.Sesaat kemudian wajahnya tampak dingin danberserulah ia dengan nada seram: “Sekalipun engkau tak

Page 745: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

745

mau melemparkan, aku tetap dapat mengambil sendiri !”Ucapan itu ditutup dengan gerakan tubuhnya yangcepatnya bukan buatan. Serempak tubuh bergerak,tangannyapun menyambar. Tio Bik-lui cepat tetapi GakLui lebih cepat juga. Apalagi jaraknya masih setombak.Pemuda itu cepat songsongkan pedangnya ketenggorokan orang. Telah dikatakan di muka bahwasarung pedang itu sudah lebur dan membeku denganlahar sehingga batang pedang tak dapat dicabut lagi.Gerakan Gak Lui itu hanya suatu reaksi dalammenghadapi gerakan orang. Tetapi rupanya Tio Bik-luitak mengetahui tindakan pemuda itu. Begituserangannya tak berhasil, ia terkejut sekali. Dan padasaat Gak Lui hendak songsongkan pedang, Tio Bik-luisudah miringkan tubuh dan dengan gerak Naga-hijau-goyang-kepala ia menghindar dan lalu melesat mundursampai lima tombak jauhnya.

“Ha, ha, ha, ha!” kali ini giliran Gak Lui yang tertawanyaring. Nadanya penuh penasaran dan pembunuhan.Sesaat berdiri tegak, cepat Tio Bik-Lui berseru menegur:

“Mengapa engkau tertawa begitu rupa?”

Setenang patung menyahutlah Gak Lui sepatah demisepatah dengan nada tegas: “Orang she Tio, janganengkau bermain sandiwara lagi. Lekas beritahukannamamu !” Sambil memondong peti itu ke dada, Tio Bik-lui balas bertanya:

“Apa maksudmu?”

“Hm, aku hendak mengajukan beberapa pertanyaankepadamu. Cobalah engkau jawab sedapat mungkinagar engkau tak dapat menyangkal lagi dan nanti dapatmati dengan meram !”

“Budak she Gak !” seru Tio Bik-lui, “berani benar

Page 746: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

746

engkau menghina seorang tua. Silahkan bertanya. Jikaengkau menghina orang baik2, aku akan mencarikeempat Bu-san-su-kiam untuk meminta keadilan.”

Gak Lui mendengus dingin lalu berkata: “Karenaengkau menyebut-nyebut tentang orang yang lebih tua,pertanyaankupun akan kumulai dari situ. Pertama kaliengkau bertemu padaku, engkau ngotot menanyakantentang keadaan keempat jago pedang dari Bu san.Tetapi sekarang engkau tak pernah bertanya lagi ....”

“Aku .... ah, aku memang tak memikirkan ….”

“Apa tak memikirkan? Jelas engkau tentu sudah tahutentang keadaan keempat tokoh pedang itu sejelas-jelasnya !”

“Keadaan yang jelas? Aku benar2 tak mengerti apamaksudmu ?”

“Tak perlu pura2 !” teriak Gak Lui, “Dan kedua kali,setiap kali engkau muncul tentu akan timbul banyak hal2yang aneh. Setiap kali tentu mengunjuk diri sepertiseekor rubah yang tak berani unjuk muka tetapimenonjolkan ekornya sehingga orang merasa curiga !”

“Apa yang mencurigakan pada diriku? Ada buktiapa?”

“Bukti, cukup banyak. Misalnya si Pelajar Penjaga-neraka dan keempat puluh anggauta gerombolan yangmati di guha Bu-san dan ibu dari nona Yan-hong.Engkaulah yang mencelakainya!”

“Ngaco !” bentak Tio Bik-lui, “itu urusan si Maharaja,tiada sangkut pautnya dengan diriku.”

“Ketiga kalinya,” Gak Lui tetap melanjutkan kata-katanya tanpa menghiraukan orang, “engkau sengajamengadu domba hubunganku dengan Lengan-besi-hati-

Page 747: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

747

baik agar engkau dapat memperoleh keuntungan !”

“Makin jauh makin gila, mengapa aku...”

“Keempat kalinya,” tetap Gak Lui bicara terus,“engkau pura2 menjadi orang baik dan jual tingkah dihadapanku. Padahal sebenarnya engkau hendakmemperbudak diriku untuk menyelidiki keadaan ke empattokoh pedang Bu-san itu. Dan rencanamu setelah akuberhasil mendapat pedang pusaka Thian- lui-koay-kiam,engkau baru akan bertindak ....”

Wajah Tio Bik-lui seperti mayat dan tertawalah iadengan nada sengeri iblis: “Heh, heh, budak, engkaubenar2 ngaco belo. Engkau kira aku ini siapa? Apakahengkau anggap aku ini penyamaran dari si MaharajaPersilatan ?”

Kaki dan tangan Gak Luipun mulai gemetar,wajahnya makin menampil hawa pembunuhan, serunya:“Orang she Tio, sejak engkau keluar dari kandangmu,rupanya hari ini engkau bicara seperti seorang manusia !”

Tio Bik-lui makin murka sehingga rambutnya samategak meregang. Sepasang matanya memancar api.Hendak menyerang tetapi takut kesaktian pedang laknatThian-lui-koay- kiam. Maka dengan menggertak gigi ianericis menyangkal:

“Benar-benar suatu fitnah yang keji, sungguh ngacobelo…..”

“Rupanya engkau tetap tak mengaku?”

“Sudah tentu tidak !”

“Agar hatimu benar2 puas, baiklah sekarang akankubongkar semua tipu muslihatmu dari awal sampaiakhir,” kata Gak Lui dengan serius. Tak berapa lamaberserulah Gak Lui dengan lantang: “Untuk

Page 748: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

748

melampiaskan kesombongan dan keangkuhanmu,engkau merobah dirimu sebagai si Maharaja Persilatan.Dengan Amanat Maut, engkau mengganas tokoh2persilatan golongan Putih. Setelah mengetahui aku turungunung, timbullah kecurigaanmu bahwa keempat pedangBu san itu masih hidup. Engkau tak berani buru2 turuntangan dan hanya suruh orang mencariku. Maka dalampertemuan di istana Lok ong-kiong yang lalu, engkaucemas kalau2 aku berhasil mendapatkan pedang pusakaitu. Itulah sebabnya engkau muncul lagi ....”

“Hm,” Tio Bik-lui mendengus, “kalau aku benar siMaharaja, mengapa aku tak membunuhmu ?”

“Karena mengetahui tak mampu mengambil pedangitu, engkau lalu menggunakan tenagaku. Dalam rangkamencapai kepercayaanku maka aku diserang oleh ketigaSam-coat. Dan ketika pertempuran sedang berlangsungseru, engkau segera muncul dan dengan sekali bergerakdapat engkau halau ketiga orang itu. Kemudianengkaupun memberi petunjuk tentang keadaan istana Bi-kiong di gunung Bu-san itu. Tetapi di balik pertunjukanitu, terselimut tujuanmu yang jahat. Apabila aku sampaimati dibunuh Lengan-besi-hati-baik, engkau berhasilmeminjam tangan orang untuk melenyapkan diriku.Tetapi apabila aku berhasil mendapat pedang itu, engkauakan mengatakan bahwa ilmu kepandaianku masihbelum cukup dan minta supaya pedang itu kuserahkan.Apabila aku menolak, engkau akan merebut dengankekerasan...” Sampai di situ tampak tubuh Tio Bik-luimenggigil dan tak dapat membantah lagi.

“Setelah itu,” Gak Lui melanjutkan lagi, “aku berhasilmenangkap si Penjaga Neraka. Dia sudah tahu semuariwayatmu. Tetapi selagi aku tak berjaga-jaga, diam-diamkau gunakan ilmu tutukan jari im-ji guna untuk

Page 749: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

749

membunuhnya agar dia tak dapat memberikanketerangan kepadaku. Dan pada waktu aku tiba di Bu-san, kembali engkau sudah menunggu kedatangankudan memberi petunjuk cara memasuki barisan. Begituaku terjerumus ke dalam guha, engkau melihatmunculnya nona Yan-hong. Seperti dahulu engkaumenipu ibunya dan mencuri ilmu Suitan Maut, saat ituengkaupun hendak menangkap Yan-hong. Ketika nonaitu jatuh ke dalam guha, engkau segera mengirim 40orang anak buahmu untuk membunuhnya. Kuatir akubelum mati, maka engkau tutuk jalan darah keempatpuluh anak buahmu itu agar lenyap daya ingatannya ....”

“Tidak ... tidak demikian!” teriak Tio Bik-lui.

“Siapa tahu, orang baik selalu dilindungi Tuhan,” kataGak Lui, “rantai yang engkau pergunakan untukmenangkap Yan-hong itu dapat kumanfaatkan untukmerayap keluar dari guha. Pada waktu yang keduakalinya naik gunung, engkaupun sudah menunggu lagi.Engkau hendak menggunakan tipu muslihat gelap tetapikeburu diketahui oleh Pok Tin. Dalam keadaan terdesakengkau turunkan tangan ganas kepadanya. Kemudianengkau hendak gunakan kekerasan merebut pusakayang ada padaku. Tetapipun gagal. Akhirnya saat iniengkau muncul dengan siap membawa rencana untukmenipu aku ... Ho, Tio Bik-lui! Kejahatanmu sudahmelewati batas. Apakah engkau hendak menyangkallagi?” Diam2 Tio Bik-lui kerahkan tenaga-dalam laluberteriak seram:

“Tak perlu aku berkata apa2. Hampir setengah hariengkau mengoceh itu, apakah buktinya?”

“Bukti ?”

“Ya !” Gak Lui mengertak geraham, serunya: “Pada

Page 750: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

750

waktu bertempur di Bu-san, hampir saja engkau dapatkubunuh. Tetapi dengan gunakan jurus Naga-hijaugoyang-kepala, engkau berhasil menghindar. Dalamgerakan hendak merebut pedangku tadi, engkaupungunakan jurus itu lagi ....”

“Huh, jurus itu berasal dari perguruan Bu-tong-pay.Setiap jago silat kelas satu, pasti akan tahu. Manamungkin hal itu engkau jadikan bukti ?”

“Kecuali itu, masih ada sebuah lagi ...”

“Bagaimana ?”

“Yalah yang berada dalam petimu itu !”

“Tidak! Tidak mungkin !”

“Jangan ribut! Lekas bukalah!”

“Aku segan membukanya dan akupun tak punyawaktu lagi untuk adu lidah dengan engkau. Aku akanpergi.....” Belum habis berkata, Tio Bik-lui sudah melesat.Tetapi sebelumnya Gak Lui sudah siap. Secepat kilat iasudah menyergapnya. Dalam gugup, Tio Bik-luimenampar petinya, pyur .... peti pun hancur berantakandan tahu2 pedang pusaka Pelangi sudah berada ditangannya.

“Bangsat, serahkan pedang itu!” teriak Gak Lui makinmarah. Tetapi Tio Bik-lui tak berani menyerang. Sambiljujukan ujung pedang ke muka, ia mundur setapak demisetapak. Karena kedua fihak menggunakan tenaga-dalam sepenuhnya, maka setiap langkah Tio Bik-lui tentumeninggalkan telapak kaki yang dalamnya beberapasenti. Kedua orang itu dirangsang ketegangan hebat.Mereka akan melakukan pertempuran maut. Tetapisetelah mundur tujuh delapan langkah, Tio Bik-lui tidakmelakukan serangan melainkan tiba2 menghela napas

Page 751: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

751

dalam2. Lalu dengan nada sinis ia berseru: “Budak sheGak, engkau salah duga. Musuhmu yang sebenarnyaadalah orang yang tak mempunyai batang hidung. Tetapiaku tak ada cacad begitu. Mengenai pedang ini,kuperoleh dengan tak sengaja ....”

“Kentut! Engkau masih tetap menyangkal mati-matian!”

“Heh, menilik hinaan yang engkau lontarkankepadaku ini, akupun tak dapat memberi ampun lagi.Kalau engkau berani, nanti pada satu bulan lagi, dengandisaksikan oleh seluruh kaum persilatan untukmenyaksikan kita bertempur yang terakhir kalinya!”

“Huh, engkau mengigau !” dengus Gak Lui serayamaju selangkah.

“Heh, heh, engkau hendak mengadu kekerasan?Apakah engkau tak takut akan pedang Pelangi yang luarbiasa tajamnya itu ?”

“Jangan main digertak! Sudah lama kupakai pedangitu dan tahu keadaannya. Tak perlu engkau katakan !”

Dengan cara lunak maupun keras, Tio Bik-lui takberhasil menundukkan Gak Lui. Ia geram sekali kepadaanak muda itu, serunya: “Pedang itu berada di tanganmudan di tanganku jauh sekali bedanya !”

Dalam berkata-kata itu, Tio Bik-luipun sudahkerahkan tenaga- dalam. Wajahnya tampakmenyeramkan sekali. Diam2 Gak Lui tergetar hatinya. Iatahu siapa Tio Bik-lui itu. Selain memiliki kepandaiansakti, pun mempunyai ilmu suitan perenggut nyawa,ditambah pula kini mendapat pedang pusaka sedahsyatpedang Pelangi ! Ah, apabila dapat mencabut pedangThian-lui-koay-kiam itu, tentulah ia dapat melakukan

Page 752: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

752

balas dendam. Saat itu lawan masih jeri kepadanyakarena ia memiliki pedang Thian lui koay-kiam. Tetapiapabila pertempuran tak dapat dicegah lagi, tentulahlawan akan mengetahui bahwa pedang Thian lui-koay-kiam itu tak dapat dicabut dari kerangkanya. Bukankahhal itu amat berbahaya? Sakit hati atas kematian keduaorangtuanya, paman2 dan bibi gurunya, seakan-akanmeledakkan dada Gak Lui. Betapa inginlah iamencincang tubuh lawannya itu. Tetapi iapun menyadariakan kesukaran yang dihadapinya. Saat itu terjadipertentangan dalam bathinnya sendiri. Walaupun belumdapat memutuskan tindakan apa yang harus diambil,namun kakinya tetap melangkah maju ke arah Tio Bik-lui.

Pada detik2 yang menegangkan itu tiba2 telinganyaterngiang kata si Pedang Aneh yakni ayah angkatnya :“Lui, engkau tak kuijinkan membalas sakit hati tetapiengkau tetap berkeras hendak melakukannya. Entahsudah berapa banyak jiwa yang melayang karenaurusanmu itu. Jika sekarang ini kepandaianmu masihterpaut jauh sekali, janganlah engkau gegabah bertindak.Sekali engkau bertindak menuruti kepanasan hatimu,seluruh harapan kita habis ludas. Sia-sia sajapengorbanan kita. Engkau harus berpikir danberpikir.....berpikir ....!”

Lenyapnya suara ayah-angkatnya itu, bergantidengan suara ketua perguruan Bu-tong-pay paderi tuaCeng Ki : “aku takkan penasaran karena harus mati, ...begitu pula pedang pusaka perguruan Bu-tong-pay pastidapat direbut kembali asal engkau dapat mengendalikandiri.”

---oo^TAH^0^DewiKZ^0^Hendra^oo---

Page 753: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

753

Kemudian wajah paman gurunya si Pedang Iblis, bibigurunya Pedang Bidadari, kedua jago pedang Samoderadan Pedang Gelombang, ahli pembuat pedang Bokkiamsu dan paman gurunya yang tertua yakni Lenganbesi-hati-baik, susul menyusul terbayang di pelupukmatanya..., mereka adalah para cianpwe yang telahmengorbankan jiwanya untuk kepentingan Gak Lui. Saatitu mereka seolah-olah muncul dan dengan wajahbersungguh memperingatkan kepada Gak Lui supayatenang dan mengendalikan kemarahannya. Tetapi GakLui merasa bahwa saat bagus seperti saat itu, sayangkalau dibiarkan berlalu. Tangannya yang mencekaltangkai pedang Thian-lui-koay-kiam sudah bergemetardan mengucurkan keringat dingin. Ingin sekali ia dapatmencabut pedang pusaka itu untuk mencincang tubuhmusuhnya.

“Jangan !” tiba2 terdengar suara ayahnya yakni siDewa Pedang mengiang di telinganya: “Lui, anakku,jangan kelewat mengumbar nafsu. Terimalahtantangannya untuk bertempur di puncak Im- leng-nia itu.Di hadapan segenap tokoh persilatan engkau bunuh dia!Selain dapat membalas sakit hati, pun engkau berjasakepada dunia persilatan karena dapat membasmiseorang durjana....”

Tiba2 kaki Gak Lui terhenti tetapi ia tak bicara apa2.

“Bagaimana? Engkau menerima atau tidak?” tegurTio Bik-lui. Gak Lui tersadar dari lamunannya. Nadasuara lawan itu dalam pendengarannya tak ubah sepertiaum seekor harimau yang terkurung.

“Ya, kuterima ....,” akhirnya dengan nada dingin GakLui menyahut. Belum habis ia berkata, tiba2 Tio Bik-luimenyeringai iblis dan secepat kilat melesat ke arahhutan. Gak Lui tegak termangu-mangu ditingkah sinar

Page 754: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

754

mentari pagi. Tubuhnya menggigil keras dan keduatangannya yang masih mencekal pedang Thian-lui-koay-kiam itupun berguncang- guncang.

“Celaka! Celaka!” ia menggeram dan memaki dirinyasendiri, “pedang Thian-lui-koay-kiam tak mampu kucabut,musuh kulepas pergi ...” Dibawa oleh rasa kemarahan,Gak Lui mainkan pedang itu ke arah sebatang pohon.Daun2 berguguran, dahan dan cabangnyapunbergoncang keras. Bum, bum, bum ..... ia seperti orangkalap menghantam ke sana, menabas ke sini. Pohon danbatu di sekeliling tempat itu habis diamuknya. Entahsampai berapa lama Ia melampiaskan badai kemarahanhatinya itu. Ia mengamuk, kalap seperti kerbau gila ....

“Gak Lui ... Gak Lui ... !” tiba2 terdengar seseorangberseru memanggilnya.

“Berhenti!” seru orang itu ketika Gak Lui takmenghiraukan. Sambil berseru kedua jarinya menyambarlengan Gak Lui. Saat itu Gak Lui baru tersadar. Ia delikimata tetapi tak dapat melihat siapa yangmengganggunya itu. Ternyata orang yang tak dikenal itugerakkan jarinya dari belakang. Cepat dan tepat sekali.Jelas dia tentu memiliki ilmu yang sakti. Cepat Gak Luiberputar tubuh ke belakang seraya kerahkan tenaga-dalam Algojo-dunia, ia hendak meronta daricengkeraman orang. Tetapi begitu Gak Lui hendakmeronta, dengan suatu gerak yang menakjubkansehingga Gak Lui tak menyadari, tangan orang itupunsudah ditarik ke belakang. Gak Lui memandang orang itudengan tajam tetapi ia merasa tak kenal. Dan saat ituternyata pengganggu itu sudah berada dua tombakjauhnya.

“Hebat !” Gak Lui kerutkan alis dan tercengkamdalam rasa heran yang tak terkira. Kepandaian orang itu

Page 755: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

755

benar2 melebihi kepandaian si Maharaja Tio Bik-lui. Danitu mendorong Gak Lui untuk memperhatikan orangdengan lebih seksama. Seorang lelaki setengah tua yangberwajah penuh wibawa. Bermata bundar dengansepasang alis yang indah. Sikapnya gagah, penuhkewibawaan dari seorang kaisar.

“Gak Lui, apakah engkau tak kenal padaku?” seruorang itu. Mendengar nada suaranya, Gak Lui seperti takasing tetapi ia lupa2 ingat. Dia teringat nada itu adalahsuara dari seorang lelaki biasa yang berpakaiancompang camping. Tetapi ia terkejut melihat mata orangitu memancarkan sinar yang amat tajam. Suatu pertandakalau dia tentu memiliki tenaga-dalam yang tinggi.Sejenak merenung, segera bertemulah Gak Lui akaningatannya kepada orang itu. Serentak ia berseru tegangriang : “Hai, kiranya engkau ... Kaisar Persilatan Li...... Licianpwe!”

“Benar,” sahut orang itu. Serta merta Gak Lui majumenghampiri dan memberi hormat dengan khidmat:“Terima kasih atas petunjuk cianpwe. Wanpwe sudahberhasil masuk ke dalam istana Bi-kiong dan berhasilmendapatkan pedang Thian-lui-koay-kiam milikperguruan kami. Budi pertolongan cianpwe takkankulupakan seumur hidup. Dan sekarang wanpwe hendakmenyerahkan kembali pusaka Thian- liong-kim-jiu itu.” Iamengeluarkan pusaka Thian liong kim-jiu untukdiserahkan. Kaisar Persilatanpun menyimpannya.

“Kulihat gerakanmu tadi bukan merupakan jurus2permainan ilmu pedang tetapi lebih banyak mirip sebagaiorang yang mengamuk karena menumpahkankemarahannya.”

Merah padam wajah Gak Lui mendengar kata2 itu.Segera ia mengutarakan rasa penasaran dan

Page 756: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

756

kekecewaan hatinya. Sambil mendengarkan, tak hentihentinya Kaisar Persilatan mengangguk kepala.Mendengar tentang keadaan pedang Thian lui-koay-kiamyang tak dapat dicabut dari kerangkanya dan tentangtantangan Maharaja untuk bertempur dengan Gak Lui,berserulah Kaisar Persilatan itu dengan agak kaget: “O,pedang pusaka itu dapat diluluhkan oleh lahar gunung?Ah, sungguh tak kuduga. Kalau begitu.... bolehkahengkau memberikan kepadaku untuk kuperiksanya ?”

“Sudah tentu boleh, cianpwe,” kata Gak Lui lalumenyerahkan pedang itu. Setelah membuka lipatanrobekan baju yang membungkus pedang itu, KaisarPersilatan terus mencekal pedang itu.

“Jangan menyentuhnya !” teriak Gak Lui terkejut.Tetapi terlambat. Tampak lengan Kaisar tergetar sepertiterbentur aliran listrik. Sepasang matanya memancar api.Ia coba mencabut pedang itu dari kerangkanya tetapi takberhasil maka dengan hati2 ia meletakkannya kembali.

“Sungguh lihay! Bila aku tak menyalurkan tenaga-dalam Liok-to sin-thong, mungkin aku sudah tersedotoleh pengaruh gaib dari pedang ini dan mungkin akanmelakukan pembunuhan ...” seru Kaisar Persilatan.Mendengar itu Gak Lui kejut2 girang. Dalam pada itu, ialebih berkesan atas ilmu tenaga-dalam Liok-to-sin-thong.

“Kurasa memang sukar untuk mencabutnya. Tetapitadi apabila engkau benar2 jadi bertempur dengan siMaharaja, mungkin akan mendapat daya upaya !”

“O, daya bagaimana?”

“Ini ... ,” Kaisar Persilatan merenung beberapa jenaklalu tertawa :

“Hal itu hanya suatu dugaan saja. Mungkin bisa,

Page 757: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

757

mungkin tidak. Apalagi hal itu sudah lewat, tak perlu kitapikirkan lagi. Marilah kita bicara hal2 yang akan datangsaja.”

Gak Lui tak mau mendesak. Ia menceritakan tentangusahanya untuk menggosok lahar pada pedang itudengan batu berlian.

Kaisar Persilatan gelengkan kepala: “Walaupun caraitu baik tetapi tentu makan waktu dan tenaga yang lamasekali. Sedang soal yang harus engkau lakukan banyaksekali. Pun waktu dari tantangan Maharaja kepadamu itusudah dekat. Cara menggosok “linggis menjadi jarum' itu,tentu sudah tak keburu lagi.”

“Ah, celaka !” Gak Lui mengeluh. Waktu iamenghitung temponya, memang tak keburu lagi.

“Cianpwe, lalu bagaimanakah aku harus bertindak ?Apakah kupakai saja pedang tongkat batu ini untukmenghadapinya ?” Tidak menyahut, malah KaisarPersilatan itu balas bertanya :

“Memakai pedang batu atau tidak, sama saja.Adakah engkau takut tak mampu melawannya ?”

“Apa .... apakah kepandaianku cukup sepadan untukmenghadapinya ?”

“Kepandaianmu sebenarnya berimbang dengan siMaharaja. Tetapi dia memiliki latihan selama duatigapuluh tahun lamanya. Sedang kekurangan padamuyalah kurang pengalaman dalam menghadapipertempuran. Asal engkau selalu ingat pada sikap- pokok'Tenang', tentu engkau takkan menderita sesuatu yangtak terduga.”

“Tetapi ... sekarang dia memiliki pedang Pelangi yangsesuai dengan tenaga-dalam Im-ji yang dimilikinya ....”

Page 758: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

758

“Kutahu,” sahut Kaisar Persilatan, “pada duapuluhtahun berselang, pedang itu pernah kupakai. Berada ditangannya sudah tentu akan menambah kelihayannya.Perbawa pedang itu jauh lebih dahsyat daripada yangengkau duga.”

“Kalau begitu bukankah dia makin ganas?”

“Tidak ! Kebalikannya akan menguntungkan engkau.”Ucapan Kaisar Persilatan itu benar2 tak masuk akalsehingga Gak Lui bingung dan bertanya: “Dapatkahcianpwe menjelaskan hal itu? Aku benar-benar takmengerti !”

Kaisar Persilatan tertawa nyaring : “Bukan akuhendak jual rahasia. Tetapi kalau kukatakan sekarang,pada saatnya malah akan mempengaruhi jurus2permainanmu maka lebih baik tak kukatakan dulu.”

Walaupun hati ingin tahu tetapi Gak Lui segan untukmendesak lebih lanjut. Maka ia alihkan pada lain soal:“Musuhpun masih mempunyai ilmu Suitan-maut yanglihay, berasal dari ilmu istimewa perguruan Bu-kau.Terhadap suitan itu, benar2 wanpwe tak dapatmenghadapi. Mohon cianpwe suka memberi petunjuk.”

“Pertama, gunakanlah ilmu Liok-to-sin-thong yangkuajarkan itu, dapat mengatasi suitan itu..”

“Ya, benar,” kata Gak Lui, “cianpwe memang pernahmengajarkan ilmu itu kepadaku ketika di istana Yok-ongkiong dahulu. Memang ilmu itu hebat sekali.” Gak Lui takmelanjutkan kata-katanya. Ia ingin menerima lagipelajaran ilmu sakti itu karena apa yang diterimanyadahulu, tidaklah begitu mendalam. Tetapi ia sungkanuntuk meminta.

Kaisar Persilatan cepat dapat menyelami isi hati

Page 759: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

759

pemuda itu. Ia tertawa lebar: “Aku mengerti akanmaksudmu. Ya, walaupun ilmu sakti Liok-to-sin-thong ituistimewa sekali, tetapi aku suka mengajarkankepadamu.”

“Sungguh ... ?”

“Sudah tentu aku tak membohongimu. Hanya sajajangan sekarang !”

“Kapan ?”

“Saat ini dirimu masih terlibat oleh liku2 budi dandendam, suka dan duka, kasih dan kebencian. Sebelumkesemuanya itu selesai, tak mungkin engkau dapatmempelajarinya dengan berhasil. Bahkan malahmembahayakan dirimu !”

“O ...” Gak Lui mendesuh. Kegembiraannyamendengar janji dari Kaisar Persilatan, seperti awandihembus angin. Pedang pusaka Thian-lui-koay-kiam takdapat digunakan dan ilmu sakti Liok-to- sin thongpun takjadi diterimanya. Ia kecewa dan terlongong longongdalam rasa putus asa. Melihat keadaan Gak Lui, segeraKaisar Persilatan menghiburnya: “Jangan terburu nafsu.Walaupun engkau belum menerima pelajaran ilmu Liok-to sin-thong itu tetapi dengan memiliki pedang Thian-lui-koay-kiam itu, engkaupun tetap dapat membasmi musuhdan melenyapkan gerombolan orang2 jahat ....”

“Ah ....” Gak Lui menghela napas. Ia mendebat:“Cianpwe, jelas cianpwe mengetahui bahwa pedangThian lui-koay-kiam itu tak mungkin dicabut tetapicianpwe malah menghibur dengan kata2 begitu. Apakahitu tidak bertentangan dengan kenyataan ?”

“Tidak,” sahut Kaisar Persilatan dengan wajah serius,“kupercaya si Maharaja itu pasti akan mati dengan

Page 760: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

760

pedang itu. Jangan engkau ragu hatimu !”

“Cianpwe hanya mendasarkan pada rasakepercayaan sajakah ... ?”

“Baiklah, terpaksa akan kuberitahukan secara terusterang kepadamu. Menurut perhitungan dengan ilmuLiok-to-sin-thong itu, kesudahan dari peristiwa yangengkau hadapi nanti tentu begitu….”

“O ... !” kembali Gak Lui mendesuh kejut. Ia memangtak meragukan tentang keterangan Kaisar Persilatan itutetapi ramalan menurut cermin tembaga milik si Raja-sungai Gan Ke-ik, juga tepat. Menurut Cermin Tembagaitu, nanti akan berakhir dengan suatu kesudahan yangmenyedihkan. Tetapi Kaisar Persilatan baru maumengajarkan ilmu sakti itu setelah urusan balas dendamselesai. Apabila nasibnya seperti yang digambarkanKaca wasiat si Raja-sungai, bukankah ia takkan sempatlagi belajar ilmu Liok-to-sin-thong itu?

“Li cianpwe,” akhirnya Gak Lui mengutarakan isihatinya, “soal mati atau hidup aku tak menghiraukan.Tetapi demi melenyapkan segala kesangsianku, apakahcianpwe tak keberatan untuk memberi sedikit petunjuktentang nasibku ... ?”

Kaisar Persilatan memandangnya tajam2: “Apakahengkau dapat mempercayai omonganku?”

“Sudah tentu percaya. Kuingat seperti tempo haricianpwe pernah secara halus memperingatkan kematianHwat Hong taysu, akhirnya benar2 taysu itu telahmeninggal....”

“Engkau percaya setelah Hwat Hong meninggal ataupada saat baru mendengar peringatan tentangkematiannya ?”

Page 761: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

761

“Mendengar peringatan cianpwe, saat itu aku sudahmempunyai perasaan firasat.”

“Bagus, bagus,” Kaisar Persilatan mengangguk,“perasaan nalurimu cukup tajam, aku kagum. Nasib itutak boleh kita percaya mati2an. Karena kecuali dewa,manusia tak tahu bagaimana nasib yang akandialaminya, sekarang engkau hendak bertanya mengenainasibmu, akupun tak dapat menolak tetapipun tak beranimembangga...

(halaman --- 42 – 43 ga ada….)

Se-thian. Burung penjelmaan itu tak pernah dapatkenyang sehingga daging sang Gautama habisdimakannya ....

“Apakah sang Buddha tak meninggal ?” Gak Lui ngerijuga.

“Tidak,” kata Kaisar Persilatan, “itu hanya suatu ujianuntuk membuktikan sampai di mana Cinta Kasih sangGautama. Dengan kerelaan dan keberanian untukmelaksanakan Cinta Kasih itu akhirnya luluslah sangGautama mencapai tingkat sebagai Buddha.”

“Ah…” Gak Lui menghela napas panjang. Namunmelihat pemuda itu masih kerutkan kening mengandungkesangsian, Kaisar Persilatan buru2 menyusuli kata2lagi: “Hanya sebuah cerita tetapi bukan karangankosong. Dalam kitab suci Buddha hal itu diceritakandengan jelas. Jangan kira aku hanya mendongengkosong.”

“Wanpwe tahu,” sahut Gak Lui. “memang cerita itubukan sekedar dongeng melainkan sebuah tamsil(perumpamaan). Maksudnya mengajar orang supayakenal akan arti dan tujuan hidup. Misalnya ... Maharaja

Page 762: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

762

Persilatan itu dapat disamakan dengan si Rajawali lapardan kaum persilatan yang kepandaiannya masih rendahdapat diumpamakan seperti.....” Tiba2 ia hentikan kata-katanya karena ia menyadari ucapannya itu salah. Kalaumengatakan si Maharaja itu sebagai Rajawali lapar dankaum persilatan sebagai kelinci, lalu siapakah yang harusmemberi makan rajawali lapar itu. Adakah orangsemacam Maharaja Persilatan itu tak harus dibunuh ....

“Hm, engkau mengerti bahwa dongeng itu hanyasebuah tamsil, itu sudah baik,” tiba2 Kaisar Persilatanberkata, “siapa yang menjadi sang Gautama, siapa siRajawali lapar dan siapa kelincinya, baru nanti apabilatiba saatnya engkau tentu tahu sendiri. Soal itu kitahentikan sampai di sini saja. Cukup asal engkau catat didalam hatilah.”

Serta merta Gak Lui mengiakan. Sejenak berdiam, iamembuka mulut lagi: “Li cianpwe, sekarang aku hendakmengajukan permohonan yang terakhir.”

“Silahkan.”

“Tempo hari cianpwe pernah meluluskan pada saatberjumpa lagi hendak menguji kepandaianku. Sekarangaku memberanikan diri untuk mohon petunjuk cianpwebarang beberapa jurus saja.”

“Ah, tak berani kuberi petunjuk. Dan pula kuanggaphal itu tak perlu.”

“Mengapa ?”

“Kepandaianmu memang maju pesat sekali. Sekalilihat saja sudah kuketahui.”

“Tetapi... wanpwe tetap menghendaki diuji !” KaisarPersilatan terkesiap, serunya heran: “Mengapa ?”

“Ketika tinggalkan gunung Yau-san, di hadapan

Page 763: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

763

pusara ayah- angkatku aku telah bersumpah hendakmenuntut ilmu kepandaian yang tiada tandingannya.Dengan tanganku sendiri hendak kubunuh musuh itu ....”

“Adakah karena hendak mengetahui kepandaian saatini maka engkau hendak mengajak bertanding aku?”Kaisar Persilatan menegas.

“Boleh diartikan begitu.” Mata Kaisar Persilatansegera memancar sinar berkilat, serunya: “Engkau sudahmempunyai pegangan tentu dapat mengalahkan aku ?”

Juga mata Gak Lui memancar tajam, sahutnya tegas:“Tetapi wanpwe sudah mempunyai ketetapan hati.”

“Ketetapan hati? Hanya ketetapan saja belum berarti!”

“Wanpwe memiliki nyali keberanian juga.”

“Ha, ha, ha, ha !” Kaisar Persilatan tertawa nyaring,“benar! Keberanian disertai dengan kemantapan hati,tentu bisa berhasil. Kalau begitu, asal dalam 3 jurusserangan engkau mampu merapat dekat di hadapanku,dengan tulus hati aku akan mengundurkan diri dari duniapersilatan dan akan menjadikan semua cita2keinginanmu! Tetapi ...”

“Bagaimana ?”

“Kewajiban membasmi kawanan durjana, jugaseluruhnya menjadi tanggunganmu. Apakah engkausetuju ?”

“Wanpwe serahkan jiwa dan raga untuk menunaikantugas itu !”

“Bagus, engkau benar2 memiliki pambek yang tinggi.Mari kita mulai bertanding !” Kaisar Persilatan terusberbangkit. Diam2 Gak Lui menimang dalam hati. Ia

Page 764: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

764

merasa amat berterima kasih sekali atas kebaikan buditokoh sakti itu, pikirnya: “Aku harus mengerahkan seluruhkepandaianku agar dia jangan kecewa. Tetapi .... diamengatakan kalau dalam tiga jurus aku dapat merapat dihadapannya, aku dianggap menang. Apakah cara itutidak merugikan dia ....” Sambil merenung iapunmelangkah ke tanah lapang dan berseru: “Li cianpwe,sebelum mulai wanpwe mempunyai dua buah harapan.”

“Katakanlah !”

“Kesatu, harap cianpwe jangan keliwat sungkan danmasih menyimpan kepandaian ataupun mengalahkepada wanpwe.”

Wajah Kaisar Persilatan berobah serius: “Tidak !Sekali sudah meluluskan hendak bertanding denganengkau, aku tentu sudah menganggap engkau seoranglawan yang cukup berharga. Aku takkan seperti tokoh2persilatan yang suka meremehkan anak muda.”

“Dan kedua kalinya, harap cianpwe jangan sungkan.Meskipun pedang Thian-lui-koay-kiam belum dapatkucabut tetapi tetap akan kupakainya sebagai tongkatbatu. Kukira juga merupakan senjata yang cukup bagus!”

“Jangan kuatir, aku mempunyai pusaka untukmelindungi tubuhku,” sahut Kaisar Persilatan serayaterus balikkan tangan memegang pusaka Thian-liong-kim-jiu. Demikian pada saat itu di atas tanah lapang yangditingkah sinar matahari, tegak berdiri dua sosok tubuhdari manusia yang akan menguji ilmu kepandaian sakti.Keduanya terpisah pada jarak lima tombak. Mereka mulaiberputar-putar mengelilingi lapangan. Setelah berpatartiga lingkaran, Gak Lui merasa tak kuat menahanhatinya. Walaupun pertempuran itu takkan

Page 765: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

765

menumpahkan darah tetapi baginya mempunyai arti yangpenting sekali. Dapatkah ia mencapai pelajaran ilmu saktitiada tanding, dapatkah ia nanti mengalahkan musuh,akan diputuskan dalam tiga jurus nanti. Ujian itu akanmenentukan nasibnya. Karena itu teganglah perasaanGak Lui. Ketika memandang ke muka, dilihatnya KaisarPersilatan sudah berhenti. Tangan kanannya menjulurlurus ke muka mengarahkan pusaka Thian liong-kim-jiukepadanya. Gak Lui heran dan tak tahu apa maksudtokoh itu. Ia hentikan langkah, siapkan pedang Thian lui-koay-kiam, dengan tenang ia berdiri tegak siapmenyerang. Tetapi baru ia hendak bergerak, Kaisarpersilatan sudah membentaknya: “Jurus pertama sudahselesai!”

“Jurus pertama?” Gak Lui mengulang heran, “akubaru pasang kuda mengapa sudah dianggap melakukanjurus pertama?” Melihat pemuda itu tak tenang, KaisarPersilatan berseru:

“Engkau terlalu tegang sehingga kedudukanmusalah!”

“O.... !” ia mendesuh kaget dan merentang mata.Tetapi secepat itu matanya terserang oleh sinar kemilauyang keras sehingga ia tak dapat melihat apa2. Cepat iaberputar tubuh dan berpindah tempat sampai setombakjauhnya. Saat itu baru ia terhindar dari gangguan sinar.

“Ah, sungguh memalukan! Li cianpwe mengatakanaku belum cukup pengalaman dan tak cukup tenang,memang benar,” diam2 ia menyesali dirinya sendiri.Kemudian ia salurkan seluruh tenaga-dalam. Ternyataakibat dari rasa tegang tadi, sembilan bagian dari tenagadalamnya buyar tak keruan. Ia harus melakukanpernapasan untuk memusatkannya lagi. Beberapa saatkemudian setelah ia berhasil mengumpulkan tenaga

Page 766: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

766

dalam lagi, barulah mulai bergerak dengan jurus Rajawalipentang-sayap, melambung ke udara. Pedang batu lurusditujukan ke muka dan ia melayang turun ke arah kepalaorang. Namun di bawah ancaman serangan maut itu,tampaknya Kaisar Persilatan acuh tak acuh. Ia berdiritenang sambil memegang pusaka perguruannya.Sedikitpun tak mengunjuk sikap hendak balasmenyerang. Peda saat Gak Lui tiba tiga tombak dihadapannya, barulah sekonyong konyong ia membukasuara, bersuit nyaring. Sesungguhnya nada suitan itu takberapa keras tetapi dalam telinga Gak Lui, suitan ituseperti suara gunung meletus. Seketika itu Gak Luirasakan jantungnya berdebar keras dan seperti teralingsuatu pagar tenaga yang tak kelihatan, diapun segeramelayang turun ke bumi.

“Ah, jurus kedua tentu sudah selesai,” diam-diam GakLui terkejut dan mengeluh, “kali ini aku benar2 kurangkeberanian. Baru musuh bersuit, hatiku sudahtergetar.....”

Dua kali kegagalan itu mengetuk pintu hati Gak Lui.Semangatnya serentak berbangkit dan dadanya serasameledak. Serentak ia enjot tubuh ke udara lagi dan sekalingangakan mulut, iapun menghamburkan sebuahgemboran dahsyat yang menyerupai aum harimaukelaparan. Mendengar gemboran itu, Kaisar Persilatankerut dahi. Wajahnya menampil rasa kejut2 girang.Dengan gerakan yang luar biasa anehnya, tubuh KaisarPersilatanpun mulai berputar-putar laksana gumpalanawan dihembus angin .... Tetapi walaupun ia bergerakpesat, ternyata Gak Lui sudah siap. Setelahmemperhatikan gerak-langkah orang, ia segeramenurutkan langkah Ngo-heng-pian hoa, bergeliatan diudara lalu meluncur turun terus bergerak dalam langkahNi-coan-ngo-heng. Demikian dua sosok tubuh bergerak

Page 767: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

767

amat cepat. Yang satu seperti anak panah dihamburkandari busur. Yang satu bagai bintang jatuh dari langit.Setelah beberapa waktu kemudian, keduanya kembaliberada di tempatnya semula lagi.

“Bagus! Bagus !” Kaisar Persilatan tertawa ber-seri2dan mulutnya beberapa kali memuji. Sedang Gak Luiyang tegak kurang lebih dua meter di hadapannya,tampak sibuk hentikan gerakannya.

“Cianpwe, walaupun dalam tiga jurus aku dapatmendekat ke muka cianpwe, tetapi dalam ilmukepandaian, aku merasa masih kalah jauh sekali.Maka.... kelak tentu terulang ....”

“Ha, ha! Arus sungai Tiangkang selalu maju, yang dibelakang mendorong yang di muka! Setiap masa tentuberganti manusia. Mulai saat ini, aku tak dapat bertempurdengan orang. Dan engkaupun jangan mengungkat soalitu lagi !”

“Tetapi ....”

“Tidak ada tetapi ! Terus terang kukatakan, memangilmu kepandaian kita terpaut jauh tetapi aku lebih dulusudah meyakinkan selama duapuluh tahun.”

“Ah, tidak bisa....”

“Tidak bisa?” wajah Kaisar Persilatan berobah seriuslalu balas bertanya pula: “Adakah engkau tak maumemikul beban untuk membasmi kaum durjana?”

“Bukan begitu.”

“Kalau begitu tak perlu engkau sungkan lagi,” kataKaisar Persilatan seraya menyimpan pusaka Thian liongkim jiu, “sebelum berpisah, aku hendak memberikanpetunjuk tentang kesudahan perjalanan hidupmu.....”

Page 768: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

768

Gak Lui mengiakan dan mendengarkan dengankhidmat. Dengan nyaring berdendanglah KaisarPersilatan: “... dari hidup lalu mati, setelah mati menujuke alam Kehidupan, dengan darah membayar darah,tentu mengerti Jalan Kegaiban (Sin thong).”

Gak Lui tak mengerti apa yang disebut sebut soalmati-hidup, hidup-mati itu. Tetapi kata2 Kaisar yangterakhir itu dapat juga ia menduga artinya.

“Cianpwe, adakah cianpwe hendak mengatakanbahwa kelak aku bakal mengerti ilmu Liok-to-sin thong itu....” tanyanya.

“Benar!”

“Lalu ketiga baris kata yang lain itu ...”

“Bila sampai saatnya engkau tentu akan mengertisendiri. Selain itu engkau harus ingat baik2. Bila beradakeadaan yang genting dan sulit, jangan lupa akan ceritasiburung rajawali yang kututurkan itu !”

“Baik, cianpwe.”

“Nah, selama gunung masih menghijau, kelak kitatentu dapat berjumpa lagi. Nah, aku hendak pergi !”

Belum kumandang kata2 itu reda, tampak sesosokbayangan putih melesat pergi. Bayangan itumenghamburkan sinar kemilau yang amat kerassehingga Gak Lui silau matanya. Ketika sinar kemilauhilang, di tanah lapang situpun sudah tiada orangnyalagi. Tokoh persilatan Li Liong-ci yang sakti danmenggetarkan dunia persilatan, dengan gunakan ilmuLiok-to sin-thong telah tinggalkan tempat itu. Gak Luiterlongong-longong kesima. Dia masih tegak ditempatnya. Anak muda itu seperti sedang bermimpi.Tokoh sakti tiada tanding dari angkatan lama dan

Page 769: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

769

kewajiban untuk membasmi kaum durjana, dua hal itutelah jatuh di atas bahunya. Ia telah mendapat warisandari tokoh sakti si Kaisar Persilatan Li Long-ci. Warisannama dan beban....

---oo^TAH^0^DewiKZ^0^Hendra^oo---

Pikirannyapun segera melayang pada tantanganMaharaja Persilatan untuk adu kesaktian itu. Tantanganitu penting sekali artinya. Apabila ia dapat mengalahkansi Maharaja, berarti ia telah menunaikan tugas untukmembasmi kaum durjana. Tetapi pada saatmengenangkan musuhnya, tiba2 timbullah keraguandalam hati. Mengapa Maharaja Tio Bik-lui itu masih utuhhidungnya? Bukankah ayah-angkatnya si Pedang Anehmengatakan bahwa musuhnya itu seorang yangberhidung gerumpung? Bukankah hal itu salingbertentangan? Ah, waktulah yang akan memberi jawabanatas pertanyaan itu. Akhirnya ia memutuskan pendirianhatinya. Untuk sementara ia kesampingkan dulu soal itudan mulai ia mengingat lagi tentang pesan KaisarPersilatan tadi. Tentang soal Mati dan Hidup sertadongeng burung rajawali dan sang Gautama, memangmerupakan ajaran dari kaum Buddha. Gak Lui tak dapatmenyelami arti daripada kesemuanya itu. Ia hanyamencatat dalam hati, kelak akan membuktikan dalamperistiwa jalan hidupnya. Hanya dalam pembicaraan ituadalah sebuah hal yang Gak Lui merasa aneh. YalahKaisar Persilatan tadi mengatakan kalau pedang Thian-lui-koay-kiam itu tak dapat dibuka dengan digosok batuberlian. Karena waktunya sudah tak keburu lagi. DanKaisar mengatakan pula bahwa kelak jika sungguh2 iaakan bertempur dengan Tio Bik-lui, mungkin bisa ....

“Ah, mungkin bisa bagaimana? Adakah waktu

Page 770: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

770

bertempur itu pedang Thian-lui-koay-kiam akan mampumemancarkan kewibawaannya sendiri? Ah, tidak, tidakmungkin ....!” Demikian ia menanggalkan semua lamunandan dugaan yang makan pikiran lalu memutuskanrencana. Ia hendak menuju ke gunung Hek-san, untukmenolong Pukulan-sakti The Thay dan mencari puterinyayakni nona The Hong-lian. Ia hendak minta keterangankepada nona itu, siapakah tabib yang paling sakti.Setelah mengetahui, ia akan mencari tabib itu dan mintasupaya menyambung kedua kaki sinona yang telahkutung itu. Kemungkinan di dunia ini tabib yang memilikiilmu kepandaian sesakti itu hanyalah si Tabib sakti LiKok-hoa, ayah dari Siu-mey.

“Ah, aku harus lekas ke sana. Kalau terlambat,apabila The cianpwe sudah memperbaiki pedang pusakaitu, kawanan durjana tentu akan membunuhnya!” Denganketetapan hati itu, Gak Lui segera ayunkan langkahmenuju ke Hek-san atau Gunung Hitam. Disebut gunungHitam karena gunung itu penuh dengan hutan belantarayang lebat sekali sehingga alam pemandangannya gelaphitam. Gak Lui menempuh perjalanan siang malam.Ketika tiba di gunung itu, ia memandang keatas. Tampakselarik asap membubung di puncak gunung.

“Ah, tentulah asap itu tempat The cianpwe menempapedang,” pikirnya. Segera ia pesatkan langkah, sambillari menyusup hutan belantara sambil merancangrencana: “Kawanan orang berkerudung muka itu tentubergiliran menjaga. Kalau mereka tahu kedatanganku,tentu mereka akan menjadikan The cianpwe sebagaisandera untuk mengancam aku! Maka baiklah kuhindarijalan kekerasan dan mencari adik Lian dulu, setelah itubaru kubertindak menolong The cianpwe ...” Pada saatitu ia sudah terpisah hanya seratusan tombak daripuncak gunung. Dengan mengempos semangat, ia

Page 771: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

771

menyusup gerumbul pohon sambil berpikir: “Menurutkata Pok Tin, adik Lian juga bersembunyi di dekat sinimengawasi gerak gerik lawan. Tetapi hutan begini lebat,entah dia bersembunyi di mana ....?” Terpaksa iamengambil jarak tertentu untuk mengitari gunung itu.

Sepenanak nasi lamanya, tiba2 ia menciumserangkum bau harum. Girangnya bukan kepalang. Itulahbau nona Hong-lian yang hendak dicarinya. Setelahmelintasi sebuah hutan akhirnya ia melihat nona itusedang bertopang dagu duduk di bawah pohon. Rupanyaia tengah memikirkan suatu soal yang sukar.

“Adik Lian !” serentak Gak Lui berserumemanggilnya.

“Siapa ?” sambut nona itu dengan girang karena iamerasa tak asing dengan nada suara orang.

“Engkoh Lui.......” serunya dengan suara tertahan. Iahampir tak percaya pada pendengarannya sehinggahatinya tegang sekali. Dan ketika Gak Lui muncul, sertamerta nona itu loncat memeluknya. Gak Luipunmendekapnya erat2. Mereka saling berpandangandengan mesra. Melihat gerakan nona itu amat lincah,tahulah Gak Lui bahwa luka pada kaki nona itu sudahsembuh dan bahkan kini ilmu kepandaiannyapunbertambah maju pesat. Pun Hong lian mempunyaiperasaan demikian juga. Ia melihat bukan melainkankepandaian Gak Lui bertambah maju sekali, puntampaknya pemuda itu makin cakap dan makin gagah.Beberapa jenak kemudian barulah Gak Lui lepaskanpelukannya dan bertanya perlahan: “Sudah berapalamakah engkau berada disini? Adakah Permaisuri Biruyang memberi petunjuk supaya engkau datang kemari ?”

Hong lian mengiakan : “Ya, memang suhu yang

Page 772: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

772

memberi petunjuk kepadaku, aku sudah 10 hari lebihdatang kemari tetapi jika tak melihat gumpalan asap itu,aku tentu tak dapat menemukan tempatnya !”

“Akupun juga begitu,” sahut Gak Lui, “tetapi adalahselama 10 hari itu engkau pernah melihat The cianpwe ?”

“Belum pernah,” jawab sinona, “tetapi dari gumpalanasap yang selalu membubung siang malam itu, ayahtentu sedang bekerja menempa pedang.”

“Apakah ada orang lain ?”

“Banyak juga ! Tetapi hanya kawanan Orang-berkerudung yang pernah kita lihat digunung Pek wan-san. Mereka dua2 bergiliran menjaga tempat itu.”

“Kalau begitu mudah dihadapi ...”

“Engkau anggap mudah tetapi aku tidak. Kalaumemang mudah, tentu dulu2 sudah kuserbu!”

“Kalau begitu, kita atur rencana agar janganmembikin kaget mereka.”

“Baiklah, kuserahkan saja bagaimana engkau hendakmengaturnya,” kata Hong-lian. Sejenak merenungberkatalah Gak Lui: “Kawanan orang itu semua kenalpadaku. Dan ada dua yang kenal padamu. Oleh karenaitu terpaksa kita tak dapat bekerja secara terang-terangan…..”

“Ah, belum tentu begitu. Mereka takut kepadamutetapi tidak gentar kepadaku. Aku boleh mengunjuk diriuntuk memikat mereka kedalam hutan agar dapatkubunuh yang seorang!”

“Jangan!” seru Gak Lui, “kawanan itu manusia yanglicin dan banyak muslihat. Mereka tentu tahu kalauengkau menderita luka yang sukar sembuh selama-

Page 773: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

773

lamanya. Kalau secara tiba2 engkau unjuk diri merekatentu menduga kalau engkau tentu ditolong oleh orangsakti dan telah mendapat pelajaran ilmu sakti. Kalauandaikata mereka tak takut kepadamu tentu takut jugakepada suhumu.”

“Hm, benar juga…” sambut Hong lian. “tetapi kalauaku tak unjuk diri bagaimana dapat memikat merekakeluar dari tempat itu ?”

“Ini.... ah, kita bisa menyulut obor. Menilik keadaantempat ini, asap obor itu tentu akan tampak dari puncakgunung. Mereka tentu mengira kalau timbul kebakarandan tentu akan buru2 datang kemari.”

“Memang siasat itu baik juga, tetapi ingat, jangansampai mencelakakan ayah !” kata Hong-lian.

“Sudah tentu tidak ! The cianpwe tentu faham soalapi, tak mungkin dia akan sembarangan keluar dari guha.Dan lagi aku sudah mempunyai persiapan, selekasnyamenyelesaikan kawanan penjahat itu.” Dengan lembutHong lian anggukkan kepala. Tetapi ia masih mempunyaisebuah pertanyaan lagi : “Engkoh Lui, ada suatu halyang aku masih tak mengerti !”

“Soal apa ?”

“Bagaimana perangai ayahku, tentulah engkau sudahtahu.”

“Ya.”

“Apakah orang yang perangainya seperti ayah itu,benar2 sudi membuatkan pedang untuk musuh? Apakahtak mungkin lain orang yang disitu ?” Gak Lui tertawa:“Bermula aku memang mempunyai pemikiran begitu.Kecuali beliau, rasanya lain ahli pembuat pedang takmempunyai kepandaian sehebat itu.”

Page 774: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

774

“Lalu apa sebab ia mau membantu musuh?”

“Hal itu akupun masih belum jelas juga,” kata GakLui, “setelah menolong ayahmu, barulah kesemuanya ituakan jelas.” Demikian setelah menetapkan rencanakeduanya segera berpencar mencari ranting kayu. Takberapa lama mereka sudah berhasil mengumpulkantumpukan bahan bakar kayu. Dan secepatnyamerekapun segera menyulutnya. Ternyata tempatpenempaan pedang itu berada dipuncak gunung. Sudahtentu mudah melihat api yang menyala dibawah gunung.Setelah api menyala benar, Gak Lui buru2 memberipesan kepada Hong-lian : “Nanti ikutlah dibelakangku,jangan terburu nafsu.....”

“Ya, aku tahu. Selanjutnya pekerjaan berikutnya,serahkan saja kepadaku, tanggung beres,” sahut sinona.

Tiba2 mereka mendengar suara orang memekikmarah : “Celaka, timbul kebakaran, gunung ini akanterbakar, hayo kita cepat2 menolong…..” Teriakan itumenimbulkan suara jeritan yang gaduh :

“Lekas.....lekas .... engkau kesana, aku yangketengah ....”

“Sungguh aneh sekali api itu.....!”

“Sudah jangan mengurusi api itu aneh atau tidak,lekas padamkan saja !”

“Mungkin ada orang yang sengaja menimbulkankebakaran....”

“Jangan ngaco ! Siapa berani membakar gunung ini ?Sudahlah, jangan banyak bicara!” Nada suara orangyang terakhir itu menimbulkan ingatan Gak Lui. Iateringat suara itu adalah suara paderi Wi Cun. Dalamgerombolan Orang-berkerudung itu, hanya Wi Cun yang

Page 775: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

775

benar2 termasuk murid hianat. Gak Lui hendakmenangkap paderi itu untuk diserahkan kepadaperguruan Kong tong. Disamping itu, Wi Cun tentumengetahui rahasia dari Maharaja Tio Bik-lui. Baru GakLui merenungkan hal itu, tiba2 tampak dua sosok tubuhlari menyusup kedalam hutan. Yang satu seorangberkerudung muka dan satu anggauta Topeng Besi.

Gak Lui cepat menghadang. Dengan tajamditatapnya orang yang dimuka: “Apakah engkau bukansipaderi jahat Wi Cun ?”

Orang itu tidak menyahut. Tetapi dari kerut wajahnya,ia setengahnya geli setengahnya takut. Gak Lui tak maubanyak bicara lagi, ia melolos pedang Thian-lui- koay-kiam yang menyerupai pedang batu, terus menusuk dadaorang itu. Tetapi orang itu rupanya tak tahu bahaya.Melihat senjata lawan hanya pentung batu, ia menangkisdengan pedangnya. Tring .... orang berkerudung mukaitu menjerit kaget ketika pedangnya putus. Padahalpedang itu baru saja selesai ditempa oleh seorang ahlipembuat pedang yang termasyhur. Dalam gugup iahendak berputar tubuh melarikan diri seraya hendakbersuit memberi pertandaan kepada kawan kawannya.Tetapi belum sempat ia melaksanakan rencananya itu,pentung batu Gak Lui suduh menghunjam dadanya.Darah muncrat berhamburan. Orang itu tak sempatmenjerit lagi karena dadanya tertembus pedang Thian-lui-koay-kiam. Setelah berhasil membunuh seoranglawan, Gak Lui tak mau mensia-siakan tempo. Dengandua buah jari tangan kiri ia menutuk batang pedang siorang bertopeng besi. Tring .... ujung pedang TopengBesi itupun rompal.

“Aneh !” diam2 Gak Lui terkejut sendiri. Namun ia taksempat memikir lebih panjang. Secepat kilat ia

Page 776: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

776

menyambar pergelangan tangan orang itu terus berserukepada Hong-lian: “Yang ini menjadi bagianmu ....”

“Bagus ...!” Hong lian loncat menerkam orang itu.Dengan demikian mereka berhasil membunuh tiga orangberkerudung dan menawan seorang anggauta TopengBesi. Tetapi ternyata ketiga orang berkerudung mukabukan imam jahat Wi Cun. Gak Lui tetap menunggukarena percaya orang berkerudung yang akan munculnanti tentulah penyaruan dari imam Kong-tong-pay yangmurtad. Karena tak juga ada orang yang muncul lagi, iasegera menyusup keatas puncak gunung. Ternyata imamjahat Wi Cun yang mengenakan kerudung muka itu,tengah menjaga disebuah mulut guha. Guha itu rupanyabaru saja dibuat untuk keperluan menempa pedang.Ternyata imam itu juga tajam sekali matanya. Cepat iadapat mengetahui kedatangan Gak Lui. Imam Wi Cuntergetar hatinya. Buru2 ia bersuit memberi pertandaanagar manusia Topeng Besi yang berada disampingsegera menyerang Gak Lui. Setelah itu ia sendiri lalumenyusup masuk kedalam guha.

“Hai, hendak lari kemana engkau!” teriak Gak Lui danHong-lian hampir serempak. Kedua anak muda ituterkejut karena tahu apa maksud imam itu lari masukkedalam guha. Tentulah dia hendak meringkus Pukulan-sakti The Thay untuk dijadikan sandera. Serentak keduaanak muda itu berhamburan loncat mengejar. Dalamgerakan itu ternyata Gak Lui dapat mendahului Hong-lian. Tetapi iapun segera disambut dengan tusukanpedang oleh anggauta Topeng Besi. Rintangan ituterpaksa membuat Gak Lui hentikan langkah. Sekalimenghantam dengan pedang batu, pedang lawanpunhancur. Dan secepat kilat, Gak Lui menyusuli dengansebuah tutukan jari yang berhasil melumpuhkan siTopeng Besi itu. Saat itu Hong-lianpun sudah tiba dimulut

Page 777: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

777

guha. Sedang si imam Wi Cun sudah masuk kedalamguha.

“Celaka....!” Gak Lui mengeluh dalam hati.Memandang kebawah, tempat dimana ia menyulut apitadi, api makin besar dan menimbulkan kebakaran luas.Cepat ia mengepit orang bertopeng besi itu lalu loncatkemulut guha. Bum ... bum .... terdengar angin pukulanmenderu-deru dari arah dalam guha.

“Bagus.....” Gak Lui menghela napas longgar. Iadapat membedakan deru angin itu. Itulah angin yangtimbul dari pukulan The Thay. Sedang suara menderingdering itu jelas berasal dari semacam senjata. Belumsempat ia bertindak, dari dalam guha meluncur keluardua sosok tubuh. Yang di-muka ternyata si imam Wi Cun.Dia memegang pedang yang sudah kutung. Sedangyang mengejar dibelakangnya, bukan lain adalah TheThay sendiri. Ahli pembuat pedang itu menghantamdengan tangan kiri, sedang tangannya mengayun-ayunkan sebuah pukul besi besar alat penempa pedang.Dengan wajah memberingas, The Thay mengamuk danmengejar imam itu. Bukan main girang Gak Lui setelahmelihat ahli pembuat pedang itu lolos dari bahaya. Iasegera hendak loncat untuk meringkus imam Wi cun agardapat mengorek keterangan tentang rahasia MaharajaTio Bik-lui. Tetapi ternyata kalah dulu dengan Hong-lianyang sejak tadi sudah siap dimulut guha. Begitu imam WiCun menerobos keluar, Hong lian segera membenamkanujung pedangnya ke perut si imam. Cres .... seorangtokoh angkatan tua dari partai perguruan Kong tong-pay,karena menggabungkan diri dengan gerombolan durjana,telah mati dibawah ujung pedang Hong-lian. SebenarnyaGak Lui hendak berteriak mencegah tindakan Hong-liantetapi sudah terlambat, terpaksa ia loncat menghampiriketempat si nona.

Page 778: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

778

---oo^TAH^0^DewiKZ^0^Hendra^oo---

Ketika melihat puterinya, Pukulan-sakti The Thaymelonjak girang seperti orang gila. Dengan masihmencekal palu besi ia memeluk puterinya. Demikiankedua ayah dan anak itu saling berpelukan dengan rasaharu dan girang yang tiada terhingga.

“Paman The,” beberapa saat kemudian baru Gak Luiberani membuka suara. The Thay baru gelagapan danlepaskan pelukannya: “Oh, engkau Gak ... Lui... adakahkalian tak kurang suatu apa ?” Demikian pertemuanketiga orang itu berlangsung dalam suasana yangmengharukan dan menggembirakan. Ayah dan puterinyasudah berkumpul lagi. Dengan singkat Gak Lui lalumenuturkan semua pengalaman yang telah dialamiselama ini hingga sampai berhasil menemukan tempatorangtua itu. Habis berceritera, tiba2 Gak Lui teringatsesuatu dan berteriak: “Adik Lian, mana orang2 yangkuserahkan kepadamu itu ?”

“Siapa ?” tanya si nona.

“Dua orang berkerudung dan seorang anggautaTopeng besi ?”

“Oh, mereka telah kutusuk mati semua !”

“Ah, maksudku kusuruh engkau membawanyakemari, bukan suruh membunuhnya....”

Mendengar dirinya didamprat, dengan agak terisak-isak, Hong- lian menyahut, “Engkau... hanya bilangmenyerahkan orang itu kepadaku....mana aku tahu kalausuruh menawannya....”

The Thaypun ikut menyesali puterinya: “Lian, engkaumemang terlalu mengumbar kemarahan. Mengapa tak

Page 779: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

779

engkau biarkan mereka hidup agar dapat kita korekketerangan. Tentu kita akan mendapat keterangan yangpenting ....”

Ayahnya turut mendamprat, nona itu makin derasmengucurkan airmata, jawabnya membela diri: “Dalamsuasana kebakaran yang begitu besar, aku sudah takkeburu. Mengapa kalian menyalahkan aku…..”

Karena sudah terlanjur, Gak Lui anggap tak perlumembicarakan soal itu lagi. Dengan matinya imam WiCun, rahasia si Maharajapun ikut lenyap. Demikianpundengan ketiga Topeng Besi itu. Mereka dibunuh matisemua oleh Hong-lian. Jika hal itu diketahui oleh partaiperguruan masing2, tentulah mereka akan menuntutbalas kepada The Thay dan puterinya.

“Sudahlah, adik Lian, tak usah menangis. Semuaperkara ini adalah tanggung jawabku,” Gak Luimenghiburnya. Kemudian ia dengan hati2 lepaskantawanan Topeng Besi yang dikepitnya, lalu membukatopengnya, pikirnya : “Entah orang ini dari perguruanmana, yang penting semua rahasia gerombolanMaharaja itu berada padanya ....”

Topeng besi karena sudah bertahun-tahun dipakai,sudah karatan sehingga sukar membukanya. TerpaksaGak Lui kerahkan tenaga-dalam menyingkap, krak .....terdengar derak suatu alat pekakas dan serempakterdengar Gak Lui menggembor keras. Tangannyaberlumuran darah dan dua keping topeng besipunterlempar ke udara. Sedangkan siorang Topeng Besiterkapar di- tanah tak berkutik sama sekali. The Thay danHong-lian terkejut dan memandang Gak Lui. Pemuda itutertegun memandang ke arah manusia Topeng Besi.Ternyata orang itu belum mati. Rambutnya terurai, kumisdan mukanya penuh brewok lebat sehingga susah

Page 780: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

780

dikenal dia itu murid agama atau orang biasa. Dia takmenderita luka apa2 dan jelas darah itu memang berasaldari tangan Gak Lui.

“Engkoh Lui, apakah engkau terluka ?” seru Hong-lian cemas.

“Ah, hanya luka luar, tak mengapa….”

“Lalu mengapa tanganmu berdarah ?”

“Maharaja memang manusia durjana, dalam topengbesi itu dilengkapi dengan alat pekakas rahasia ....”

“Alat pekakas apa ?”

“Dua buah per yang mengandung bahan peledak dantertuju pada kening sipemakai. Begitu kucabut topeng itu,alat itupun muntahkan peluru dan hampir sajamenghancurkan benak orang ini.”

“Lalu engkau tanggapi dengan tangan?” menegassinona dengan cemas ....

JILID 16

“Kalau tidak ditangkis, mana aku bisa hidup?” sahutGak Lui lalu membuka jalan darah orang itu.

“Memang bisa hidup tetapi mungkin tak dapat bicara,”seru Hong- lian seraya geleng kepala. Mendengar ituPukulan-sakti The Thay menyelutuk perlahan:

“Lian, jangan banyak bicara. Biarlah engkohmu GakLui mengurut urat2 orang itu. Mungkin bisa sembuh….”

Ucapan orangtua itu memang tepat seperti yangdikandung dalam hati Gak Lui. Untuk mencari jejak, iaharus dapat menolong orang bertopeng besi itu. Segeraia lekatkan kedua tangan ke pantat dan ubun orang lalu

Page 781: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

781

memberi seluruh tenaga-murni. Hendak diusahakan agarorang itu sadar dari pingsannya. Tak berapa lama GakLui rasakan hawa Im yang dingin di tubuh orang itusudah terhalau. Bahkan sepasang mata orang itu yangterlongong-longong seperti kehilangan semangat, punsudah dapat bergerak biasa lagi. Gak Luipun menarikpenyaluran tenaga-murni dan bertanya dengan nadalembut: “Siapakah engkau? Apakah engkau sekarangsudah tersadar?” Biji mata orang itu berputar lalumencurah pada wajah Gak Lui yang memakai kedokmuka dari kulit kera tetapi tak bicara apa2.

“Apakah keadaanmu sudah baik? Mengapa engkautak menjawab pertanyaan engkoh Lui?” Hong-lian yangberada di samping, ikut mendesak. Tetapi si Topeng Besiitu hanya keliarkan sepasang biji matanya danmemandang sinona. Tetapi sampai beberapa saat tetaptak bicara. Melihat itu Gak Lui gelengkan kepala: “Ah, diasudah kehilangan daya ingatan dan tak dapat menjawabpertanyaan.”

The Thay suruh Gak Lui untuk mengurutnya lagi.Tetapi Gak Lui menerangkan: “Kurasa tak mungkin lagi.Untuk mengembalikan daya ingatannya, bukanlah soalyang mudah. Hanya menggunakan cara urut saja, takberguna.”

“Lalu bagaimana ?”

“Bawa dia ke gunung Ceng-sia-san supaya paratokoh2 perguruan silat mengenalinya. Kalau dia benarsalah seorang murid dari suatu perguruan silat, baru kitananti berusaha untuk menyembuhkan.”

“Engkoh Lui, apakah engkau sudah mempunyaisuatu rencana ?” Selutuk Hong lian pula.

“Belum,” kata Gak Lui lalu menerangkan dengan

Page 782: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

782

terus terang,

“Digunung Ceng-sia-san berkumpul tokoh2 sakti.Mungkin mereka dapat mengusahakan daya. Kalaumasih gagal, terpaksa kita tunggu saja apa yang akanterjadi.”

The Thay setuju dan mengajak berangkat saat itujuga. Gak Lui mengiakan tetapi Hong-lian mencegah :“Ah, mengapa harus buru2 ? Aku masih ada beberapahal yang hendak kutanyakan pada ayah.”

“Katakanlah.” Hong-lian bertanya dengan nadasangsi: “Yah, mengapa engkau mau membantu musuhmembuatkan pedang? Aku sungguh tak mengerti!”

“Adakah engkau kira aku lebih suka mati daripadamenyerah ?” sahut The Thay.

Mata sinona merah dan dengan nada berdukaberkata: “Menilik perangai ayah, aku.... kuatir ..,terjadisesuatu diluar dugaan….”

“Tolol !” dengan mesra The Thay membelai rambutputerinya, “walaupun ayah ini berwatak keras tetapi ....tak ingin meninggalkan kalian.., maka aku walaupunhanya dapat hidup beberapa hari, aku tetap hendakmencarimu baru hatiku tenang. Soal pembuatan pedangitu, hanya suatu siasat saja.”

“Siasat ?”

“Ya.”

“Siasat bagaimana, aku belum mengerti,”

Tetapi rupanya Gak Lui cepat dapat memaklumiucapan The Thay. Ia segera memberi penjelasan kepadaHong-lian : “Yang dibuat paman The itu hanya pedangpalsu. Dengan mengunakan siasat itu ia hendak

Page 783: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

783

mengantar beberapa orang itu kearah kematiannya.”

“Maksudnya yalah…..”

“Apakah engkau tak melihat begitu beradu denganpedangku, pedang mereka terus hancur?”

“Oh .... benar ! Tetapi apakah sangkut pautnya hal itu?” masih Hong-lian menegas.

“Paman The seorang ahli pembuat pedang. Sudahtentu bisa saja ia gunakan akal dalam membuat pedangmereka sehingga walaupun tampaknya bagus tetapipedang mereka itu mudah patah.”

“O....,” kali ini Hong-lian mendesuh girang karenasudah jelas.

The Thay pun tertawa : “Itulah maka kukatakanengkau ini seorang budak tolol .. Karena sekarang sudahjelas mari kita segera berangkat. Masih banyakperistiwa2 yang akan kita alami nanti !”

Gak Lui berbangkit dan memberi isyarat tangan agarsi Topeng Besipun bangun. Tetapi si Topeng Besi ituhanya keliarkan biji mata dan tetap menggeletak ditanah.Rupanya dia enggan berbangkit. Gak Lui tahu keadaanorang itu. Ia segera menepuk bahu orang itu danberbangkitlah ia tegak mematung menunggu perintahGak Lui.

“Paman, tolong paman bawa orang ini ke Ceng-siasan. Sepanjang jalan dia harus didorong supaya jalan,”kata Gak Lui.

“Apakah engkau tak pergi bersama-sama aku?” tanyaThe Thay.

“Aku hendak menyelidiki siapakah yang telahmenyembuhkan kedua kaki adik Lian itu,” kata Gak Lui.

Page 784: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

784

Mendengar itu Hong-lian memandang bergantian kepadaayah dan pemuda yang dikasihinya itu. Kedua-duanya iatak tega berpisah. Tetapi apa boleh buat..... Setelahmerenung beberapa jenak akhirnya ia menghampiri GakLui: “Baiklah, aku ikut engkau !”

“Tidak, lebih baik engkau ikut paman The. Asalengkau memberitahukan letak tempat itu, aku tentu dapatmencarinya sendiri.” Hong-lian kecewa lalu melengkingtak senang: “Hm, akan kubawa engkau kesana, engkautak mau, akupun tak mau memberitahukan tempat itu.Terserah engkau dapat mencarinya sendiri atau tidaknanti.....”

“Adik Lian, maksudku hanya hendak menghemattempo. Dan lagi kalau engkau bersama paman The Thayengkau dapat saling membantu sehingga aku tak perlucemas hati lagi,” kata Gak Lui. Rupanya nona itu masihtak puas. Untung The Thay segera menyelutuk : “Tempatitu aku dapat memberi tahu. Tetapi .... syarat yangdikehendaki tabib itu luar biasa sekali. Mungkin engkautak sanggup menerimanya.”

“O….” desuh Gak Lui. “bukankah adik Lian itu diantaroleh Permaisuri Biru. Masakan harus menghadapibeberapa syarat lagi?” Sahut Hong-lian : “Suhukumengabdi pada agama, lapang dada pemurah hati. Olehkarena itu beliau mau menerima syarat2 itu, tetapiengkau masih muda, tentu lain soalnya.”

“Kalau lain orang dapat menerima, masakan akutidak? Katakanlah nama tempat itu!” cepat Gak Luimenanggapi. Hong lian kerutkan alias seperti merenung.Katanya sesaat kemudian : “Tempat itu disebut LembahSetan Penyakit. Didalam lembah penuh denganpenderita2 sakit yang aneh2. Tabib itu sendiri tinggaldidalam guha .....”

Page 785: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

785

“Siapakah namanya ?”

“Sewaktu dalam keadaan terluka, aku tak sempatbertanya. Agaknya dia bernama .... bernama ... Pemiliklembah setan Penyakit…..”

“Tak apalah,” kata Gak Lui. Diam2 ia menimang, jikatabib sakti itu benar Li Kok-hoa, dia tentu akanmenyembunyikan nama dan berganti dengan namapalsu.

“Bagaimanakah potongan wajah orang itu ?” akhirnyaia coba mencari keterangan.

“Entahlah !” sahut Hong lian.

“Aneh, mengapa tak tahu bagaimana wajahnya?Bukankah engkau sudah tinggal lama di-lembah SetanPenyakit itu ?” Gak Lui agak kurang percaya.

“Aku tinggal tujuh hari lamanya. Setelah kakikutersambung, suhu lalu membawaku pergi.”

“Selama tujuh hari itu masakan engkau tak pernahmelihat mukanya ?”

“Benar, memang aku tak bohong,” kata Hong-lian,“selama tujuh hari itu aku dibiusnya. Hal itu kemudianhari baru suhu memberitahu kepadaku. Dan lagi... danlagi.....”

“Dan lagi bagaimana ?”

“Suhu memberi pesan agar aku jangan sembaranganmengatakan hal itu kepada orang lain. Untukmenghindari kaki tangan Maharaja akan mencari tabibitu.”

“Hm,” Gak Lui mendesuh. Diam2 ia menimang.Apakah si Setan Penyakit itu bukan Tabib-sakti Li Hok-hoa sendiri. Ah, demi kepentingan Siu-mey, ia harus

Page 786: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

786

mencarikan ayah nona itu. Tetapi tabib itu mengajukansyarat. Kalau ia tak dapat memenuhinya, kemungkinantabib itu takkan mengacuhkannya. Ah, tiba2 ia teringatakan Li Siu-mey. Jika nona itu berada disitu, tentulah iadapat mengenali Setan Penyakit itu ayahnya atau bukan.

“Baiklah, adik Lian. Setelah tiba di Ceng-sia, carilahGadis-ular Li Siu-mey dan beritahukan tempat yangkutuju itu. Minta dia supaya lekas menyusul kesana,”akhirnya ia memberi pesan kepada Hong-lian. Hong-lianmengiakan. Tetapi saat kemudian ia bertanya :

“Siapakah nona itu ? Apakah hubungannya denganengkau ?”

“Dia juga .... seorang saudara angkat…..” kata GakLui. Karena dengan Siu-mey ia mempunyai hubunganyang istimewa maka dalam memberi keterangan, ia agakterbata-bata. Hong lian makin curiga. Dengan nadacemburu ia berkata:

“Kurasa agaknya engkau tak jujur. Pergilah, aku takmau mengurus soal itu lagi !”

Gak Lui meringis. Untung The Thay tahu akanperangai puterinya. Buru2 ia memberi isyarat kepadaGak Lui supaya mendekat kepadanya: “Apakah engkaubelum faham akan perangai si Lian ? Kecuali adapetunjuk2 yang istimewa, dia baru menurut. Kalau tidak,aku sebagai ayahnya-pun tak digubris.”

“Petunjuk istimewa ?” Gak Lui merenung sejenak,katanya pula:

“Bahwa kalau kuberinya pelajaran sebuah jurus ilmupedang perguruanku, setujukah paman ?”

Sudah tentu The Thay girang sekali karena puterinyaakan mendapat ilmu pedang perguruan Bu-san yang

Page 787: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

787

termasyhur itu. Sebenarnya nasehatnya kepada Gak Luiitu hanya akan minta agar pemuda itu membujuk Honglian dengan kata2 yang manis. Setitikpun ia takmenyangka kalau pemuda itu akan memberi pernyataanyang tak terduga begitu.

“Maksudmu itu memang baik sekali. Tetapi... apakahhal itu tidak terlalu memberatkan engkau ?” katanya.

“Tidak,” sahut Gak Lui, “kuberinya pelajaran ilmupedang itu adalah demi kepentingan kita semua. Jadibukan soal sungkan. Harap paman suka mengatakankepadanya.”

The Thay dengan gembira menyampaikan hal itukepada puterinya. Rencana Gak Lui untuk mengajarkansebuah ilmu pedang kepada Hong-lian itu demimemperlengkapi pembentukan sebuah barisan pedang.Hi Kiam-gin sudah mendapat satu jurus. Bu-san Yanliong dan gadis ular Siu-mey masing2 sudah mempelajarisatu jurus. Jika sekarang Hong-lian satu jurus lagi makalengkaplah barisan pedang perguruan Busan yang terdiridari empat orang.

“Jika dalam menggunakan pedang pusaka Thian lui-koay-kiam, aku sampai kalap dan hilang kesadaranpikiranku, mereka berempat dapat mengeroyok akusehingga keganasanku dapat diatasi....” diam2 Gak Luimenimang dalam hati.

“Engkoh Lui, ah, engkau cukup baik hati, hayoajarilah ilmu pedang itu dengan sungguh2, nanti tentukusampaikan pesanmu kepada nona itu!” tiba2 Hong lianmelesat ketempatnya dan berseru girang.

Demikian Gak Lui segera memberinya pelajaran ilmupedang jurus Menjolok-bintang-memetik-rembulankepada nona itu. Cepat sekali Hong-lian sudah dapat

Page 788: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

788

memahami jurus itu. Akhirnya merekapun berpisah untukmelanjutkan rencana perjalanan masing2. Setelah ayahdan anak yang membawa seorang tawanan Topeng Besiitu lenyap dalam gerumbul, Gak Luipun segera larimenuju ke lembah Setan Penyakit untuk mendapatkantabib yang telah mengobati kaki Hong lian. Ia duga tabibyang memiliki kepandaian begitu sakti, kemungkinanbesar tentulah Li Kok-hoa, ayah dari Siu-mey. Ia harusmencari tabib itu agar Siu-mey dapat mencari ayahnyayang menghilang tiada tentu rimbanya itu. Disamping itu,ia percaya, apabila tabib itu benar Li Kok hua, tentulah iaakan memperoleh keterangan yang berharga mengenaidiri Maharaja Persilatan. Ketika matahari memancarkansinarnya yang panas, tibalah Gak Lui disebuah lembah.Angin yang mengantar bau manusia, cepat dapat terciumoleh hidung Gak Lui yang tajam.

“Menilik keadaannya, lembah Setan Penyakit ituberada ditepi sana.....,” pikirnya lalu enjot tubuhmelayang ke tanjakan gunung. Tiba ditempat itu baubusuk itu makin menusuk hidung sehingga ia hampirmuntah. Dilihatnya ditepi lembah sebuah pagar kayu.Dibalik pagar itu tampak dua sosok bayangan manusia.Melihat keadaan itu hampir Gak Lui tak percaya bahwaPermaisuri Biru akan membawa Hong-lian ketempat ituuntuk berobat. Tetapi kenyataan memang demikian. Agarjangan membuat kaget orang, ia tak mau menggunakanilmu Meringankan tubuh melainkan dengan perlahan-lahan ia menuju ketempat itu. Pada saat ia melintasihutan, tampak tubuh2 manusia tersebar dimana-manadengan pandang mata yang beraneka ragam. Seram danmengerikan. Gak Lui cepat menduga bahwa tempat itutentulah rombongan penderita sakit yang berat. Tetapikarena tertolong oleh tabib sakti, walaupun keadaanmereka berlumur cacad, jiwa mereka masih dapat

Page 789: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

789

dipertahankan. Rombongan orang sakit itu muncul keluardari semak gerumbul pohon. Berjenis-jenis keadaanmereka. Ada yang menyerupai kerangka terbungkuskulit, ada yang tubuhnya begap2, ada yang penuhberlumur dengan kudis2. Ngeri sekali, menyeramkanhati.....

Gak Lui ingin menegur tetapi dilihatnya mereka ituseperti patung yang berjiwa. Bernapas tetapi sedikitpuntak mempunyai mimik perasaan. Hanya sorot matamereka yang memancar sinar aneh. Mereka heranmengapa Gak Lui mengenakan kedok muka danmengapa datang ketempat situ. Adakah pemuda itumengandung penyakit yang sukar disembuhkan?Demikian mereka menduga- duga. Gak Lui lanjutkanlangkah. Ketika tiba di-tempat yang dituju, sekelilingpenjuru penuh dengan penderita penyakit yang aneh.Keadaan tempat itu tak ubah seperti setan2 dalamneraka.

“Tolong tanya paman berdua.....” baru ia membukamulut sampai disitu, hatinya seperti disayat sembilu.Kedua penderita yang ditegur itu tubuhnya penuh kudisyang mengandung nanah dan darah. Telinga dan hidungsudah membusuk bahkan pelupuk matanyapun berkudisdarah, kepalanya macam buah delima yang bertaburanluka. Tetapi karena sudah tiba ditempat itu akhirnya GakLui meneguhkan nyali dan bertanya pula: “Tolong tanya,dimanakah pemilik Lembah ini? Aku hendak mohonbertemu dengan dia.”

“A.. a ... !” rupanya kedua orang itu mendengarpertanyaan Gak Lui. Mereka menatap ke-arah Gak Luidan berkaok-kaok tak jelas.

“Celaka ! Menilik suaranya mungkin lidah merekajuga sudah hancur. Ah, runyam sekali,” Gak Lui

Page 790: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

790

mengeluh. Tiba2 ia mendapat pikiran. Dengan gunakanilmu Pemusat Suara, ia susupkan kata-katanya tadiketelinga orang itu.

“A,a,a.a ....,” orang itu menguak-nguak. Rupanyasekarang ia mengerti apa yang ditanyakan. Denganlidahnya yang hanya tinggal separoh. ia balas bertanya :“Engkau ... engkau ... , mencari dia .... mengapa ....”

“Ada urusan penting !”

---oo^TAH^0^DewiKZ^0^Hendra^oo---

“Bukan .. bukan .... hendak berobat…..?”

“Hm, apakah harus sakit baru dapat menjumpainya ?”

“Benar... benar .... sakit baru .... baru dapatmenemuinya ... kalau tidak .... boleh juga engkaumembawa orang sakit kemari... selain itu .... tak bisabertemu !”

“O ….,” desuh Gak Lui. Memandang kedalam pagar,ia tak melihat jalan masuk kedalam goha. Tetapi iamenyadari andaikata menemukan pintu masuk itu, tentujuga akan mendapat rintangan. Kalau yang merintangi ituseorang ganas, ia dapat menyingkirkan mereka. Tetapiyang menjaga itu hanya dua orang penderita sakit yangsudah rusak tubuhnya, bagaimana ia sampai hati untukberkelahi dengan mereka? Akhirnya ia memutuskanuntuk menunggu kedatangan Siu-mey dulu. Tetapi padalain saat ia merobah pikirannya. Siu-mey datang atautidak, sama saja. Karena rencana yang akan dijalankanyalah berpura-pura menjadi orang sakit. Daripadamenunggu kedatangan Siu-mey lebih baik saat itu juga iamengaku kalau dirinya sakit agar dapat diantarmenghadap tabib sakti itu.

Page 791: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

791

“Ya, memang aku mengidap penyakit, perlu berjumpadengan Ko- cu,” katanya.

“Ngaco !” bentak orang itu,” engkau.... mengidap sakitapa...orang semuda dirimu .... kecuali sakit hati .... tentusakit jiwa ....”

“Benar !” sahut Gak Lui, “memang aku mengidapsakit di hati dan harus minta obat kepadanya.”

“O !” kedua orang itu serempak mendesuh danberbangkit, “kalau memang .... ada penyakit.....harusmenurut peraturan.... disini ...!”

“Apakah peraturan itu ?”

“Harus.,., harus... lebih dulu minum semangkukair....racun....baru engkau dapat....masuk !”

“Air racun ?”

“Ya..... benar !” Gak Lui merenung sejenak lalumembusungkan dada, menyahut:

“Baik ! Bawalah kemari !” Cepat sekali orang itusudah mengambil sebuah mangkuk kasar dari atas meja.Lalu menuangkan sebuah guci yang berisi air warnahijau. Mangkuknya saja sudah menyeramkan. Apalagiyang menuang itu seorang manusia yang lebihmenyerupai setan dari insan hidup. Dengan ibu jarinyayang berlumuran darah, orang itu membenamkannya kedalam mangkuk racun. Hampir Gak Lui hendak muntahmelihat pemandangan itu. Perutnya sudah mulai muak.Bermula ia tak mau menyambuti tetapi pada lain kilas iamenimang: “Ah, kalau aku tak masuk ke dalam neraka,siapa lagi yang berani masuk?”

Tanpa ragu2 ia segera menyambuti mangkuk ituterus diteguknya habis. Sebelumnya ia sudah kerahkanilmu tenaga-dalam Algojo Dunia untuk menyisihkan racun

Page 792: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

792

itu dan akan dikeluarkan lagi. Belum sempat iameletakkan mangkuk, orang cacad itu sudahmembentaknya: “Pergilah !” Terdengar bunyi berderakkeras dan papan lantai yang diinjak Gak Lui itu terbuka.Karena tak menyangka sama sekali, Gak Luipunmelayang jatuh ke dalam terowongan goha. Entahberselang berapa lama, ketika Gak Lui siuman, iarasakan dirinya terbaring di sebuah pembaringan batu.Sunyi senyap tiada orang tetapi hidungnya mencium bauobat yang keras. Ia duga tempat itu tentu goha kediamanpemilik lembah Setan Penyakit. Ia hendak bergeraktetapi kaki tangannya lentuk tiada bertenaga sama sekali.

“Ah, racun yang hebat. Aku tak dapat menghalaunyadengan tenaga dalam......” Gak Lui mengeluh tanpadapat berkutik. Ia memandang ke sekeliling tempat dandapatkan tempat itu merupakan sebuah ruangpengobatan yang cukup luas. Diterangi lilin merah yangterang benderang. Tiba2 ia terkejut ketika melihat disebuah pembaringan di bawah, terbaring seorang lelakitua berumur 50-an tahun. Mukanya sama sekali takdikenal tetapi perawakannya, baunya, Gak Lui tak asingsama sekali. Seketika tergetarlah hati Gak Lui.Amarahnya meluap. Ingin ia menerkam orang itu danmerobek2 tubuhnya. Orang itu bukan lain yalah sipaderiCeng Ki palsu. Ia tak duga kalau bakal bertemu di situ.Gak Lui hanya dapat mengertak gigi karena ia tak kuasabangun. Pikirnya: “Bagus, engkau juga tak mampubergerak dan tak mungkin lolos dari tempat ini. Nanti akusempat untuk menanyakan tentang asal usul siMaharaja…..”

Sambil menatap kepada orang itu diam2 Gak Luitimbul kecurigaan. Ceng Ki palsu dan Hong-lianbersamaan waktunya menderita luka. Dan tentubersamaan pula datang ke situ untuk berobat. Tetapi

Page 793: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

793

mengapa mereka tak saling berjumpa? Dan lagi kalauHong-lian yang kedua kakinya buntung masih dapatdisambung lagi mengapa Ceng Ki palsu yang hanyaputus sebelah lengannya, sampai saat itu belum jugasembuh. Tengah ia menimang hal itu, pintu tembok tiba2merekah terbuka. Seorang lelaki bermuka hitam danburuk sekali, melangkah ke luar.

“Ah, dia tentu pemilik lembah Setan Penyakit !” pikirGak Lui. Dipandangnya orang itu dengan tajam. Iahendak mencari sesuatu ciri pada wajahnya yangmenyerupai Hong-lian. Karena biasanya antara ayah dananak itu tentu ada ciri2 yang sama. Tetapi ternyata ciri2itu tak diketemukan pada wajah orang itu. Pemilik lembahSetan Penyakit itu perlahan-lahan menghampiri kesamping pembaringan Ceng Ki palsu. Ia mengeluarkansemacam huncwe atau pipa dari kumala laludisemburkan ke lubang hidung Ceng Ki palsu itu.Sekonyong-konyong Ceng Ki palsu itu berbangkis dankaki tangannya bergerak-gerak, membalikkan tubuhnyaturun dari pembaringan. Gak Lui terperanjat. Dia masihbelum dapat berkutik. Apabila Ceng Ki palsu itumengetahui dirinya, tentu akan turun tangan. Tetapirupanya orang itu tak mau menghiraukan Gak Lui. Begitubangun ia terus menghadap ke arah tuan rumah danberseru dengan nada kasar : “Tanganku seharusnyasudah baik, bukan?”

“Hampir !”

“Aku sudah datang ke sini cukup lama. Tiap hariengkau bius dengan obat. Sebenarnya aku sudah taktahan lagi. Dan lagi engkau mengatakan kalau hari inilukaku itu sudah boleh dibuka. Mengapa engkau bilangkalau hampir sembuh dan belum sembuh sama sekali ?”

“Tuan, sepuluh hari setelah terluka baru engkau

Page 794: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

794

datang kemari. Engkau sendiri yang menunda waktu.Jangan menyalahkan orang yang mengobati ....”

“Ah ....” mendengar pembicaraan itu barulah Gak Luimengetahui bahwa Ceng Ki palsu itu terlambat datang kesitu. Sudah tentu tak berjumpa dengan Hong-lian.

“Walaupun terlambat datang tetapi waktu itu akusudah minum obat penghenti pendarahan. Mengapaengkau masih sukar untuk mengobati ?”

“Cara pengobatan yang engkau lakukan itu, akhirnyaakan membawa akibat engkau menderita cacad seumurhidup. Sekarang aku hendak menyambung lagi tulang-tulangmu yang putus sehingga harus memakan waktuagak lama.”

“Sudah, jangan banyak bicara. Lekas engkau buka !”teriak Ceng Ki palsu seraya menjulurkan lengannya yangterbalut kain putih. Gak Lui terkejut. Ya, benar. Lenganitulah yang telah dibabat kutung dengan pedang yangdilontarkannya tempo hari. Pemilik lembah SetanPenyakit tak gugup. Tenang2 ia menyahut:

“Baik, tetapi sebelum kubuka engkau harusmenjawab beberapa pertanyaanku.”

“Ya,” sahut orang itu menggeram, “bukankahperaturannya hanya mengobati saja dan takmenanyakan lain2nya ? Mengapa sekarang engkauhendak mengajukan pertanyaan ?” Pemilik lembah SetanPenyakit tertawa : “Anggap saja aku akan membuatsuatu pengecualian kepadamu !”

“Mengapa ?”

“Karena engkau memiliki ilmu silat yang lihay makaakupun merasa heran.”

“Kalau begitu pertanyaan yang engkau hendak

Page 795: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

795

ajukan itu tentu menyangkut soal2 penting dalam duniapersilatan ?”

“Ah, belum tentu. Tentang penting atau tidaknya soalitu, aku sendiri yang akan memutuskan. Engkau cukupmenjawab saja !”

“Hm, engkau berani menekan padaku. Terus terang,jangan harap engkau dapat menyampaikan maksudmu !”Pemilik lembah Setan Penyakit itu balas berteriakdengan tak kurang tajamnya: “Akupun hendakmemberitahu kepadamu dengan terus terang. Lenganmuaku yang menyambung. Tetapi masih perlu makan obat.Kalau engkau tak mau menyahut pertanyaanku, obattakkan kuberikan. Dalam tiga bulan jalan darahmu akanmacet. Pada saat itu jangan engkau marah kepadaku.”

“Huh, adakah caramu itu suatu perbuatan yang mulia?”

“Maaf, tetapi keadaan memang berlainan, terpaksaaku harus berbuat begitu.”

“Besar sekali nyalimu….,” dalam marahnya Ceng Kipalsu itu kerahkan tenaga dalam hendak menghancurkansi tabib. Gak Lui gelisah sekali. Ia tahu bahwa pemiliklembah itu tak mengerti ilmu silat. Tetapi ternyata pemiliklembah itu hanya tersenyum tenang dan berseru :“Lengan itu milikmu. Apakah engkau takmenghendakinya?” Dengan sikap yang tenang sekali iamengisap lagi pipa huncwenya. Walaupun marah tetapiCeng Ki tak berani sembarangan bertindak. Dengangeram ia mendengus: “Baik, tanyalah! Tetapi ingat, kalaupertanyaan itu keliwat batas sehingga mengundangbencana pembunuhan, jangan engkau sesalkan aku !”

“Itu urusanku,” sahut si tabib, “tak perlu engkaubingung. Nah, pertanyaan pertama yang hendak

Page 796: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

796

kuajukan yalah : Kedatanganmu ke lembah SetanPenyakit untuk berobat ini, apakah karena mendengarcerita orang atau ada orang yang menunjukkan ?”

“Mendengar cerita orang.”

“Apakah bukan dari Li Hui-ting yang mengatakan ?”

“Li Hui-ting ?” Ceng Ki palsu mengulang dengan nadakejut karena ia kenal dengan Li Hui-ting si Tabib-jahat itu.Ia dan tabib jahat itu separtai. Tetapi Li Hui-ting sudahmati dibunuh Gak Lui. Gak Luipun terkejut juga. Li Hui-ting itu adalah murid dari tabib- sakti Li Kok-hoa. Tetapi LiHui-ting telah menipu gurunya sehingga tabib sakti itumenghilang dari masyarakat. Mengapa sekarang pemiliklembah Setan Penyakit menanyakan diri Li Hui- ting?Adakah pemilik lembah itu memang benar Tabib-sakti LiKok-hoa, ayah dari gadis ular Siu-mey? Ataukah ada lainrahasia yang menyelubungi diri pemilik lembah ini.....Tiba2 Ceng Ki palsu balas bertanya: “Engkau ....mengapa kenal akan Tabib-jahat itu ? Mengapa engkaumenanyakan dirinya ?”

“Tuan,” sahut pemilik lembah dengan nada sarat,“kuharap engkau suka ingat baik2. Engkau yangmenjawab dan aku yang bertanya. Dan jawablah denganterus terang !”

“Dia sudah lama mati. Bukan dia yang memberitahukepadaku!” kata Ceng Ki palsu.

“Hm, saudara tentu seorang persilatan. Mohon tanyasiapakah nama saudara dan apakah gelar yang saudarapakai? Dari perguruan manakah saudara ini?”

“Ini.....,” Ceng Ki palsu terkerat-kerat lalu merenungbeberapa jenak. Diam2 timbullah rencana jahat dalamhatinya. Segera ia menyahut dengan terus terang: “Aku

Page 797: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

797

bernama Tio Yok-beng. Dengan kelima suheng, akutergabung dalam kelompok yang disebut Lima-pendekardari Imleng.”

“Lima pendekar dari Im-leng?” diam2 Gak Luimengulang dalam hati. Musuh telah menantang diaberkelahi digunung Im-leng-san. Kemungkinan tentulahsarang dari gerombolan kelima orang itu. Tetapi padalain saat, Gak Lui agak bingung sendiri. Lima pendekarIm-leng itu berjumlah lima orang. Yang empat sudahjelas menjadi gerombolan Kerudung Hitam. Lalukemanakah yang seorang ? Pemilik lembah SetanPenyakit bertanya pula: “Adakah kelima pendekar itumasih hidup semua?”

“Toa-suhengku sudah .... kehilangan daya ingatannyadan menjadi patung hidup. Sedang yang lainnya masihhidup semua.” Mendengar itu Gak Lui diam2 menggeramdalam hati: “Huh, omong kosong kalau saudaraseperguruanmu yang tertua itu kehilangan dayaingatannya. Yang benar dia telah kalian ceiakai danmenjadi salah seorang anggauta Topeng Besi, yangempat orang bergabung dengan Wi Cun totiang menjadigerombolan Kerudung Hitam yang bergerak hendakmerebut kedudukan ketua dari tiap partai persilatan.Tetapi rupanya engkau masih belum tahu kalau merekasudah hancur ...”

Setelah mendengar keterangan Ceng Ki palsu,pemilik lembah maju setengah langkah, dengan nadayang dingin sekali ia berkata : “Tadi engkau mengatakanbahwa Li Hui-ting itu sudah mati. Kalau begitu .... dalamdunia persilatan tentu terdapat seorang .... tokohberhidung gerumpung. Apakah orang itu masih hidup?Adakah saudara kenal padanya ?”

Pertanyaan itu bagaikan halilintar berbunyi di tengah

Page 798: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

798

hari. Kalau dapat berkutik, Gak Lui tentu sudah melonjakbangun. Karena hidung gerumpung yang ditanyakanpemilik lembah itu adalah paman gurunya si Lengan-besi-hati-baik. Gak Lui benar2 heran mengapa pemiliklembah itu hendak campur tangan dengan rahasia besardalam dunia persilatan. Ceng Ki palsu rupanya takmengacuhkan pertanyaan itu. Dengan enggan iamenyahut: “Hm, banyak sekali orang persilatan yangkukenal tetapi tak pernah kudengar tentang tokoh yangberhidung gerumpung. Sudahlah, jangan bertanya yangtidak2. Tanya saja yang genah!”

Melihat orang tak begitu menaruh perhatian akan diritokoh berhidung gerumpung, setelah merenung sejenakmaka berkatalah pemilik lembah: “Lain2 hal aku tak perlumenanyakan lagi. Tetapi kuminta pembicaraan kita hariini, harus dipegang rahasia jangan sampai terdengarorang ketiga dan jangan disiarkan keluar agar janganmengganggu keselamatanku.”

“Baik,” kata Ceng Ki palsu.

“Hanya setuju di mulut masih belum meyakinkan.Engkau harus mengangkat sumpah.”

“Sumpah ?”

“Ya.” Ceng Ki palsu menahan kemarahan. Terpaksaia mengucap sumpah: “Kalau aku sampai mengingkariperjanjian hari ini, kelak ....”

“Bagaimana ?”

---oo^TAH^0^DewiKZ^0^Hendra^oo---

“Kelak dalam waktu beberapa kejab saja, tubuhkubiar luluh menjadi air !” Sumpah semacam itusesungguhnya suatu hal yang tak mungkin. Tetapi Ceng

Page 799: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

799

Ki palsu sengaja hendak mengelabuhi orang dananehnya tampak pemilik lembah merasa puas. Ia tertawanyaring.

“Bagus, setelah engkau bersumpah sekarangjulurkanlah lenganmu yang kanan itu. Akan kubukapembalutnya dan kuperiksa apakah sudah sembuh ataubelum.” Ceng Ki palsu menyingkap lengan baju danulurkan lengannya ke muka. Gak Lui tahu bahwa Ceng Kipalsu mengandung maksud jahat. Begitu kain pembalutsudah dibuka, ia tentu akan menghajar pemilik lembah.Tetapi apa daya. Ia tak dapat berkutik bangun. Terpaksaia hanya memandang kedua orang itu dengan perasaantegang .... Demikianlah pemilik lembah segera mulaimembuka kain pembalut lengan Ceng Ki palsu. Padalipatan pembalut yang terakhir, tampaklah lengan CengKi palsu yang kutung itu sudah pulih kembali sepertisemula.

“Ho, nama gelaranku memang sekuat dengan ilmukepandaianku,” kata pemilik lembah dengan nada puas.Diam2 Ceng Ki palsu kerahkan tenaga dalam ke arahlengannya yang baru itu. Setelah mendapatkan bahwalengannya itu benar sudah pulih kembali maka tertawalahia menyeringai iblis: “Benar! Memang pulih kembaliseperti semula .... heh, heh ... heh, heh, heh, heh ...”

Tampak wajah pemilik lembah tiba2 berobah ngeriketakutan. Selangkah demi selangkah ia menyurutmundur. Walaupun Ceng Ki palsu itu tegakmembelakangi, namun Gak Lui dapat menduga orang itutentu mengunjuk wajah yang menyeramkan. Wajahpembunuhan yang menyala-nyala.

“Ho, engkau telah mengerjakan diriku dengan ngeri.Sekarang engkaupun harus menjawab beberapapertanyaanku !” seru Ceng Ki palsu.

Page 800: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

800

“Apakah engkau melupakan perjanjian kita tadi ?”seru pemilik lembah.

“Tidak, aku tak lupa !”

“Lalu engkau.....”

“Orang berobah menjadi cairan air, takkan mungkinterjadi. Jangankan engkau tak mengerti ilmu silat, taruhkata engkau seorang tokoh yang sakti, pun juga takmungkin mempunyai kemampuan begitu !”

“Hm, aku bukan seorang yang mudah ditindas.Jangan terlalu percaya pada dirimu !”

“Heh, heh! Soal itu aku sendiri yang memutuskan.Sekarang lebih dulu engkau harus memberitahukannamamu. Dan jelaskan mengapa engkau begitu menaruhperhatian tentang urusan dunia persilatan. Teristimewaterhadap Tabib jahat Li Hui-ting serta tokoh hidunggerumpung itu ...”

“Aku tak sudi menjawab! Jangan lupa engkau masihmemerlukan minum obatku!”

“Setan Penyakit! Dengan mengandalkan ilmupengobatan engkau hendak menindas diriku. Tetapisekarang lenganku sudah sembuh. Setiap saat akudapat mengambil obat itu sendiri!”

“Engkau tak kenal....”

“Aku tak kenal tetapi engkau kenal obat itu. Kalauengkau membangkang, dapat kugunakan ilmuMenyungsang-balikkan tulang dan urat. Kuyakin padasaat itu engkau tentu akan menjawab semuapertanyaanku!”

Saat itu mulut pemilik lembah tampak bergerakseperti hendak menyemburkan sesuatu. Tetapi Ceng Ki

Page 801: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

801

palsu lebih cepat. Walaupun terpisah pada jarak satusetengah tombak, dengan tenaga-dalam ia menampar.Mulut pemilik lembah tak sempat menyembur, bahkanempat buah giginya rontok jatuh.

“Lekas bilang! Akan kuhitung sampai sepuluh. Kalauengkau tetap membangkang, terpaksa akan kugunakankekerasan!” seru Ceng Ki palsu. Pemilik lembah SetanPenyakit tertegun. Dia tak mengerti ilmu silat untukmenghadapi tekanan tenaga dalam lawan. Keringatpunbercucuran membasahi tubuh. Sedangkan telinga mulaimendengar Ceng Ki palsu menghitung: “Satu .... dua ....tiga .... empat ....” Melihat pemandangan ngeri yangberlangsung di hadapannya tanpa ia dapat berbuat suatuapa, benar2 membuat Gak Lui seperti gila. Sekali lagi iakerahkan seluruh tenaga dalam untuk menghalau racunyang berada dalam tubuhnya. Tepat pada saat mulutCeng Ki palsu menghitung 'sepuluh', tiba2 Gak Lui dapatbergeliat duduk. Tetapi tenaganya tetap lemas. Begitududuk, tubuhnya miring dan bluk .... jatuhlah ia dariranjang. Tetapi karena jatuh itu, ia berhasil menolongpemilik lembah dari bencana kematian. Karena Ceng Kipalsu terkejut dan berpaling. Cepat sekali ia dapatmengenali Gak Lui. Pemilik lembah itu mudah diatasi,yang penting ia harus membereskan Gak Lui dulu.Serentak tertawalah ia nyaring2 lalu berseru: “Bagus,budak kecil, engkau mengantar kematian kemari...”Sekali enjot tubuh, ia melayang sambil julurkan kedua jaritangannya hendak mengorek biji mata Gak Lui.

“Habis riwayatku.....” Gak Lui mengeluh. Karena takdapat berbuat suatu apa, ia pejamkan mata menunggumaut. Bluk .... tiba2 ia terkejut karena mendengarsesosok tubuh jatuh di tepi ranjang. Cepat ia membukamata. Hai ... mengapa Ceng Ki palsu yang menyerang iturubuh sendiri ? Dipandangnya orang itu. Tiada tampak

Page 802: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

802

sebuah lukapun pada tubuhnya melainkan sebuah benjulmerah sebesar buah jambu tampak menonjol padatengkuknya.

“Aneh…..” diam2 Gak Lui terkejut heran. Dilihatnyapada benjul merah itu mulai mengeluarkan asap warnakebiru-biruan. Dan rambut serta kulit kepala Ceng Kipalsu itupun seperti segunduk salju yang tertimpa sinarmatahari. Pelahan-lahan luluh menjadi cairan air! Dalamwaktu tak berapa lama, lenyaplah tubuh Ceng Ki palsu itumenjadi kubangan air. Saat itu pemilik lembahpunberjalan menghampiri. Mulutnya masih menghisap pipahuncwe kumala. Dia tak menghiraukan cairan air mayatCeng Ki palsu, melainkan dengan wajah terkejutmemandang Gak Lui, seolah-olah hendak bilang: “Takada obatnya, mengapa engkau dapat bergerak?”Rupanya Gak Lui dapat menangkap pandang matapemilik lembah itu. Ia paksakan diri mengangkat kepaladan bertanya dengan tegang: “Mohon tanya, apakahengkau ini bukan Tabib- sakti Li Kok-hoa?”

“Ai...,” pemilik lembah itu menjerit kaget, sehinggapipanya jatuh ke tanah, “engkau…. engkau bilang apa ?”

“Tolong tanya, apakah engkau ini bukan Tabib-saktiLi Kok-hoa?”

“Mengapa engkau tahu ?” seru pemilik lembahdengan suara parau dan tubuh gemetar. Jelas ia telahmengunjukkan siapa dirinya. Dengan gembira Gak Luimenjawab: “Aku hanya menduga saja ....”

“Dengan dasar apa ?”

“Tabib-jahat Li Hui-ting dan Hidung gerumpung.”Mendengar kata2 itu seketika wajah pemilik lembahberobah buas, kaget dan marah. Hawa pembunuhanbertebaran di wajahnya. Melihat itu Gak Lui cemas dan

Page 803: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

803

buru2 memberi penjelasan: “Paman Li, jangan salahfaham ...” Tetapi karena pemilik lembah itu sudahterlanjur dirangsang oleh ketegangan hebat, ia takmendengar kata2 Gak Lui lagi.

“Wut ....” mulutnya meniup hawa dingin ke arahtenggorokan Gak Lui. Gak Lui terkejut tetapi untunglah iatak kurang suatu apa. Karena pemilik lembah itu hanyameniup dengan mulut. Pipa huncwenya sudah jatuh ketanah tetapi ia lupa.

“Paman, tunggu dulu. Muridmu Tabib-jahat Li Hui-tingitu akulah yang membunuh. Hidung gerumpung ituadalah paman guruku. Harap jangan salah faham ...”cepat Gak Lui berseru pula.

“Ngaco belo! Engkau tentu salah seoranggerombolan Lima pendekar Im-leng!”

“Tidak! Aku bukan golongan mereka! Pribadikumenjamin hal itu.”

“Huh, apa gunanya pribadi? Iblis itupun tadi sudahmengangkat sumpah tetapi tetap melanggar !”

“Paman, tolong angkat aku bangun. Akan kuceritakansemua keadaan kepadamu.”

“Hm, serentetan kata2 yang mengandung maksud takbaik ...”

“Aku berkata dengan sungguh2.”

“Benar ?”

“Ya.”

“Kalau begitu akan kutanya kepadamu,” wajahpemilik lembah yang buruk itu berpaling sedikit laluberseru dengan nada dingin:

Page 804: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

804

“Pada saat engkau masuk ke dalam lembah iniengkau mengatakan menderita penyakit. Tetapi setelahkuperiksa urat nadimu, ternyata engkau tak menderitasuatu apa. Adakah hal itu menyatakan kejujuranmu ?”Wajah Gak Lui merah padam. Cepat ia memberipenjelasan: “Hal itu terpaksa kulakukan agar dapatbertemu dengan paman ....”

“Hm, siasat yang tak beres. Kalau kutolong engkau,tentu engkau akan bertingkah lagi.” Gak Lui tak dapatmenjelaskan. Diam2 ia kerahkan tenaga dalam danhendak bergeliat bangun. Tetapi rupanya pemilik lembahitu sudah mempunyai pengalaman dengan Ceng Ki palsutadi. Cepat ia mendorong tubuh Gak Lui serayamembentak: “Budak, jangan bergerak! Kalau engkau takmau menjadi cairan air, engkau harus bicara terus terang!”

“Paman Li, jangan terlalu mencurigai diriku! Akuadalah kakak angkat dari puterimu Li Siu-mey. Akusedang membantunya untuk mencari ayahnya yanghilang. Harap percaya omonganku !”

“O ....,” mendengar disebutnya Li Siu-mey, pemiliklembah itu menggigil dan dengan suara gemetar berseru: “Engkau bahkan sudah datang kerumahku ? Bagus,kalau bukan si Hui-ting yang menghianati, bagaimanaengkau tahu ?”

“Bukan dia!” bantah Gak Lui, “Tabib-jahat Li Hui-tingtelah mencelakai banyak orang, dosanya besar sekali.Tetapi terhadap keadaan rumah-tangga paman, diabenar2 tak menceritakan kepadaku .....”

“Hm, binatang itu masih mempunyai setitik hati baikjuga. Lalu bagaimana engkau tahu tentang rumahtanggaku? Bilanglah terus terang!”

Page 805: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

805

Gak Lui lalu menceritakan semua pengalaman yangdialaminya selama ini. Terutama pertemuannya denganLi Siu-mey yang telah menolong jiwanya ketika ia ditelanseekor ular besar yang berumur ratusan tahun. Kinibarulah pemilik lembah itu tahu bahwa puterinya masihhidup dan sudah dewasa sedang isterinya sudahmeninggal dunia. Air matanyapun mengantar isaktangisnya. Setelah orang berhenti menangis, barulahGak Lui berkata pula:

“Paman Li, kukira sekarang paman tentu sukamenolongku.” Pemilik lembah Setan Penyakit yangternyata memang benar Tabib-sakti Li Kok-hoabersangsi. Setelah merenung beberapa saat, wajah tabibitu berobah, serunya: “Tidak semudah itu. Dengan kaliankaum persilatan sudah dua kali aku berhubungan. Setiapkali aku selalu hampir mati, selalu menderita celaka.Maka sekarang untuk yang ketiga kalinya ini aku harushati2”

“Paman, aku sudah suruh orang mengundangputerimu datang kemari. Apakah hal itu masih belumdapat meyakinkan paman ?”

“Ya, kuingat hal itu. Kita tunda dulu semua urusan inisampai dia datang.”

“Lalu aku sekarang…..”

“Engkau harus menunggu dengan sabar,” kata LiKok-hoa sembari mengambil huncwe kumala danmenghisapnya kedalam mulut. Gak Lui terkejut. Tetapicepat ia dapat memperhatikan pipa kumala itu. Ternyatapipa itu terbagi dalam tiga lubang. Lubang kesatuberwarna merah, lubang kedua putih dan lubang ketigakuning, Ketiga warna itu mengandung tiga macam obatyang berlainan. Pada saat Gak Lui tertegun, segulung

Page 806: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

806

asap kuning menyembur kearah hidungnya. Ia pingsan.Li Kok hoa gunakan obat bius yang berlipat gandakekuatannya. Maka betapapun tinggi kepandaian GakLui, tetapi ia tak mampu melawan kekuatan obat bius itu.Dalam kelelapan tidurnya yang nyenyak itu, ia bermimpimengenangkan semua peristiwa yang dialaminya selamaini. Ayah bunda, ayah angkat, paman guru, bibi guru danbeberapa tokoh ketua perguruan silat telah berjatuhangugur, darah bergenangan. Kesemuanya itu adalahgara2 si Maharaja Persilatan Tio Bik-lui. Demikesombongan, dan keinginan untuk menguasai duniapersilatan, durjana itu telah membunuh sekian banyakjiwa. Dan karena hendak menuntut balas, Gak Lui telahkeliru membunuh beberapa orang yang baik, menanamdendam permusuhan dengan partai2 persilatan ...

“Bunuh.....!” teriak Gak Lui dalam mimpinya, Iahendak menghancurkan manusia durjana itu. Tetapi ah.... ternyata ia tak dapat bergerak. Kaki tangannya serasatak bertenaga. Namun ia nekad meronta-ronta dengansekuat tenaga dan ....

“Engkoh Lui! Engkoh Lui? Engkoh sudah siuman !”tiba2 terdengar lengking suara seseorang.

“Hai, bukankah itu suara Siu-mey ? Apakah diabenar2 datang ?” Gak Lui terkejut dan membuka mata.Ah... ternyata Siu-mey memang tegak berdiri disampingtempat tidurnya sambil tersenyum. Dibelakang Siu-meytampak seorang lelaki tua yang berwajah terang danlemah lembut. Walaupun masih ragu2 tetapi dari baunyadapatlah Gak Lui mengetahui bahwa orangtua itu yalahsi Tabib-sakti Li Kok-hoa. Rupanya tabib itu telahmenghapus penyaruan wajahnya dan kembalimengunjukkan wajahnya yang aseli.

“Ah, ayah dan anak itu sudah berjumpa....,” pikir Gak

Page 807: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

807

Lui. Ia ikut gembira dan hendak bergeliat duduk. Tetapisebelum sempat membuka mulut, tabib itu sudahmendahului berkata dengan ramah: “Hian say, silahkanbangun. Karena salah faham, terpaksa kusuruh engkaumenderita beberapa hari ....”

Mendengar tabib itu memanggilnya dengan kata'Hian-say' atau anak menantu, Gak Lui tertegun dansampai beberapa saat tak dapat bicara.

“Hubunganmu dengan anakku, sudah kudengar,”kata tabib itu, “dan lagi bibi gurumu sudah meninggalkanpesan, menyetujui pernikahanmu. Dan aku sendiri.....jugasetuju. Apakah engkau tak suka ?”

“Bukan, bukannya tak suka,” sahut Gak Lui, “tetapisaat ini masih ada dua buah urusan yang belum ....selesai.”

“Soal apa ?”

“Pertama, musuh besar belum terbalas.”

“Dendam sakit hati ayah bunda, memang harusdibalas. Tetapi setelah selesai, tentulah tak adapersoalan lagi.”

“Setelah melakukan pembalasan, aku harusberkabung sampai tiga tahun.”

“Hm ... rasa bhakti memang perlu. Dan anakkupunharus menyertai engkau. Lalu apakah soal yang keduaitu?”

“Ini...,” ketika teringat akan pergolakan dalam duniapersilatan dan peristiwa2 yang mungkin timbul secara takterduga-duga, Gak Lui tak dapat melanjutkan katakatanya. Terhadap ramalan si Raja sungai Gan Ke-ikketua Partai Gelandangan dan petunjuk rahasia dariKaisar Persilatan, mau tak mau ia tak boleh

Page 808: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

808

mengabaikan. Hanya karena itu termasuk soal tahayul,maka ia tak dapat menerangkan kepada orang. Setelahberdiam diri beberapa saat, barulah ia berkata dengannada serius: “Paman Li, bukan aku hendak mengulurwaktu tetapi soal pernikahan itu merupakan soal selamahidup. Setelah aku dapat mengadakan sembahyangankepada para angkatan tua, barulah dapat memberikeputusan ...”

---oo^TAH^0^DewiKZ^0^Hendra^oo---

Siu-mey tak marah maupun kecewa mendengarketerangan Gak Lui itu. Ia bahkan setuju dengantindakan Gak Lui. Ia percaya penuh kepada pemuda itutentu akan menepati janjinya. Melihat sikap Gak Lui danputerinya begitu tenang, Li Kok-hoa tak mau ngotot.Iapun beralih pada lain pembicaraan: “Sejak datangkemari engkau selalu mengenakan kedok muka. Karenaaku tak mau mencampuri urusan orang lain, makaakupun tak membuka kedok mukamu itu....”

“Terima kasih paman. Memang kedok yangkukenakan ini tak boleh dibuka.”

“Mengapa? Apakah wajahmu mempunyai.... sesuatuyang tak boleh dilihat orang ?”

“Aku sendiri juga tak jelas.” Li Kok-hoa terbeliakheran. Pada saat ia hendak mendesak, Siu- mey sudahmendahului, menceritakan asal mula Gak Lui memakaikedok muka itu.

“Ah, ah,” Li Kok-hoa mendesuh, “kiranya begitu.Kukira karena wajahnya cacad maka aku bersedia akanmengobatinya ....”

“Paman Li,” tiba2 Gak Lui menyelutuk, “aku

Page 809: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

809

mempunyai taci angkat yang mukanya rusak penuhguratan pedang. Apakah paman dapat mengobati ?”

“Tujuan dari ilmu pengobatan itu adalah untukmenolong orang. Jangan lagi saudara angkatmu, sedangorang yang belum kenal saja asal aku dapat mengobatitentu akan kutolong ....”

Juga Siu-mey ikut menyelutuk: “Engkoh Lui, yangengkau maksudkan dengan taci angkatmu itu apakahbukan Hi Kiam-gim yang mukanya ditutup dengan kainkerudung itu?”

“Benar,” sahut Gak Lui, “apakah dia sudah ke Ceng-sia-san ?”

“Memang sudah tetapi sayang dia dingin sekaliterhadap orang. Kecuali hendak membunuh si Maharaja,lain2 hal dia tak mau peduli. Maksudmu yang baik itumungkin sukar diterimanya !”

“Kukira ... dia dapat menerima...”

“Mengapa ?”

“Engkau masih ingat ketika di sumber air PencuciJiwa engkau hampir berjumpa dengannya?”

“Ya.”

“Karena melihat kuburanku maka dia lalu merusakwajahnya sendiri. Kalau sekarang kita tak kurang suatu,tentulah dia juga ingin wajahnya itu pulih kembali.”

“O,” Siu-mey mendesuh dan kerutkan alis sepertiorang cemburu. Pada saat ia hendak bertanya,ayahnyapun sudah mendahului menghela napas,ujarnya: “Soal itu aku sudah meluluskan tetapi adalah halsemacam itu maka rumahtanggaku sampai berantakan.Sungguh suatu kenangan yang menyedihkan ...”

Page 810: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

810

“Paman, apakah Li Hui-ting juga menipu pamanuntuk mengobati orang yang wajahnya rusak?”

Li Kok-hoa mengiakan.

“Lalu siapakah yang paman obati?” Mata si tabibberkilat-kilat memancar rasa ketakutan dan tak maumenjawab. Melihat itu Siu-mey cepat mendesak: “Yah,tak perlu engkau takut. Biar musuh bagaimana kuatnyatetapi aku dan engkoh Lui sanggup menghadapi !”

“Ini ....”

“Mengapa ayah masih ini itu lagi! Karena engkaumenghilang, mamah sampai meninggal karena sedih.Kalau ayah sekarang tetap tak mau bilang, bukankahayah berdosa kepada mamah?”

“Ai ...” tabib itu menghela napas panjang melihatputerinya berduka, “baiklah. Kesatu, peristiwa itu sudahberselang puluhan tahun dan pula durjana itu sudahmati. Tentulah mereka tak tahu kalau aku masih hidup.Nah, silahkan kalian tanya saja kepadaku !”

Gak Lui segera mengajukan pertanyaan: “Paman,dari pembicaraan paman dengan Tio Yok-bing tempohari, pernah paman menyebut seorang HidungGerumpung. Sedang tentang Tabib-jahat Li Hui-tingmemang paman sebut2 beberapa kali. Apakah pamanditipu oleh Li Hui-ting untuk mengobati paman gurukuyang bernama Lengan-besi-hati-baik itu? Kalau benar,mengapa wajahnya belum sembuh?”

“Murid hianat itu memang benar telah menipu akuuntuk mengobati wajah seseorang, tetapi siapa orang itu,aku tak tahu !”

“Pernahkah paman pergi ke gunung Busan?”

“Busan ?”

Page 811: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

811

“Benar, yalah tempat persembunyian dari pamanguruku itu.”

“Memang aku dibawa oleh muridku hianat itumelintasi beberapa gunung dan sungai. Tetapi dimanakah letak Busan itu sampai sekarang aku tak jelas.”

“O, kiranya selain ditipu pun paman diikat oleh muridpenghianat itu ?”

“Ya, benar.”

“Kalau begitu tolong paman berikan sedikit gambarantentang wajah orang yang paman obati itu.” Li Kok-hoagelengkan kepala menghela napas: “Wajah merekaakupun tak dapat mengatakan. Kecuali tahu kalauhidungnya gerumpung, lain2nya aku tak dapat melihat.”

“Mereka? Apakah jumlahnya lebih dari seorang ?”

“Dua!”

“Apakah keduanya mengenakan kerudung mukasemua ?” Li Kok-hoa mengiakan.

“Apakah keduanya terserang penyakit yang sama ?”baru Gak Lui bertanya begitu tiba2 hatinya tergetar. Iateringat suatu peristiwa yang aneh dan buru2 menyusulikata : “Tidak! .... paman, ah ,.... apakah engkaumemotong hidung paman guruku untuk dipindahkankepada seorang ?”

Gemetarlah tubuh tabib-sakti Li Kok-hoa mendengarperkataan itu. Dengan terbata-bata ia menyahut:“Benar.... ya, benar. Tetapi bagaimana engkau dapatmenduga seseorang?” Mendengar tabib itu sudahmengaku, tersadarlah pikiran Gak Lui. Kini jelaslah iamengapa pada saat menutup mata paman gurunya siLengan-besi-hati-baik itu menanyakan diri MaharajaPersilatan Tio Bik-lui. Kiranya kedua orang itu

Page 812: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

812

mempunyai hubungan yang erat sekali sehingga Lenganbesi hati-baik mau mengorbankan hidungnya diberikankepada Tio Bik-lui. Tujuan daripada paman gurunyaLengan-besi hati-baik itu tentulah mengharap agar TioBik-lui mau menyadari kesesatan dan kembali kejalanyang benar. Itulah pula sebabnya ketika Gak Luimenceritakan bagaimana dirinya ditolong oleh Tio Bik lui,paman gurunya segera memuji Tio Bik-lui itu memangorang yang baik hati. Padahal tindakan Tio Bik-luimenolong dirinya itu hanya suatu siasat untuk mengambilkeuntungan. Sama sekali bukan suatu tanda kalau orangitu sudah mau memperbaiki kesalahannya. Kini makinjelaslah Gak Lui akan pribadi paman gurunya yangberhati luhur dan pribadi Tio Bik-lui yang ganas. Tiba2 iatertegun. Timbul seketika suatu pertanyaan dalamhatinya. Ya, mengapa paman gurunya begitu baik hatisekali kepada Tio Bik-lui ? Dan mengapa Tio Bik-luimembalas kebaikan Lengan-besi-hati-baik dengantindakan bermusuhan ? Gak Lui tak dapat menjawabpertanyaan itu. Ia tegak termenung- menung memikirkansoal itu. Karena melihat pemuda itu diam saja, Li Kok-hoa mengira kalau Gak Lui tak puas kepadanya. Makaburu2 ia menyusuli keterangan lagi: “Sesungguhnyamemindahkan anggauta badan orang kepada orang lainitu melanggar kodrat alam dan tidak seharusnyakulakukan. Tetapi .... benar2 aku terpaksa melakukan halitu dan karenanya akupun tak leluasa mengatakan.....”

“Paman Li, dalam hal itu memang paman gurukusendiri mempunyai tujuan dan tak dapat menyesalkanpaman. Tetapi kuharap paman suka mengingat lagiperistiwa itu dan memberi keterangan yang jelas.”

“Baik, baik! Sekarang hendak kuceritakan dulutentang riwayat murid hianat Li Hui-ting itu.”

Page 813: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

813

“Silahkan, paman.”

“Pada waktu datang mengangkat guru kepadaku, diamemang bersikap baik sekali. Akupun tahu kalau dia ituseorang persilatan tetapi tak mengerti ilmu pengobatan.Tetapi dia menaruh perhatian besar terhadap obat2racun.”

“Adakah paman tak memberikan pelajaran ilmu itukepadanya ?”

“Kuberinya sedikit ilmu tentang racun. Sedang obat2istimewa dari perguruanku, tak kuberikan kepadanya.”

“Apakah diantaranya termasuk ilmu cairan racunyang dapat menyurutkan tubuh ?”

“Benar.”

“Apakah dia begitu saja lalu lepaskan keinginannya?”

“Dia seorang yang mempunyai tipu muslihat banyaksekali. Tahu kalau aku tak mau mengajarkan, diapun takdapat berbuat apa2. Tetapi lewat beberapa waktukemudian, iapun pergi dari rumahku.”

“Dia baru kembali lagi ketika hendak menipu paman,bukan?”

“Benar, pada suatu malam kira2 delapan belas tahunyang lalu, tiba2 dia muncul dan meminta kepadaku untukmengobati seorang penderita penyakit yang sukardiobati. Dia meminta supaya aku membawa peti obat danikut bersamanya ke suatu tempat.”

“Pada waktu paman tinggalkan rumah, apa saja yangpaman alami ?”

“Tak berapa jauh meninggalkan rumah, tiba2 muridhianat itu menutuk jalan darahku hingga pingsan lalu

Page 814: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

814

membawaku kesebuah tempat. Setelah aku sadar,kulihat empat orang berkerudung muka tengahmenunggu. Salah seorang yang menjadi pemimpinnyabicara tetapi suaranya tak jelas. Terang kalau dia takmempunyai hidung.”

“Hm, yang mencelakai gihu-ku, tentulah keempatorang itu. Yang tiga orang adalah kawanan Topeng Besiyang sudah hilang kesadaran pikirannya. Tetapi LimaPendekar Im-leng itu masih belum masuk dalamgerombolan itu. Kuharap tawanan yang dibawa ke Ceng-sia itu, salah seorang dari ketiga Topeng Besi itu agardapat diperoleh keterangan2 yang penting...” pikir GakLui.

“Paman Li, bagaimanakah sikap Hidung Gerumpungitu kepadamu?”

“Dia bertanya apakah aku dapat menambal hidung?Kujawab kalau aku dapat melakukan hal itu. Tetapidengan syarat bahwa hidung yang akan ditambal itubelum membusuk. Kalau sudah busuk, aku tak sanggup.”

“Lalu apakah hidungnya yang terpapas hilang masihdisimpannya?”

“Dia mengatakan kalau sudah hilang. Kukatakankepadanya bahwa aku sanggup membuat hidung palsu,tetapi dia hanya mendengus dingin dan mengatakansebuah cara yang ganas.”

“Cara bagaimana ?”

“Dia hendak menangkap seorang manusia, suruh akupilih yang cocok untuk ditambatkan pada hidungnya.”

“Adakah paman menolak ?”

“Memang aku menolak…” tetapi sampai di sini wajahLi Kok-hoa tampak merah, katanya pula: “tetapi dia

Page 815: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

815

hendak membunuh seluruh keluargaku. Karena terpaksa,akupun meluluskan.”

“Karena sudah memutuskan dengan cara itu,mengapa mereka masih mencari paman guruku di Busandan memindahkan hidungnya kepada orang itu?” tanyaGak Lui pula.

“Karena dia bertanya kepadaku, berapa lamakahwaktu yang kubutuhkan untuk pencangkokan hidung itu.Aku mengatakan kalau memakan waktu lebih kurangtujuh hari. Rupanya dia terburu buru sekali. Tak dapatmenunggu lama. Akhirnya ia memutuskan membawaaku. Ia hendak menyelesaikan suatu pekerjaan lain dulubaru nanti mengurus soal pengobatan itu lagi.”

“Bagaimana pengalaman sepanjang jalan?”

“Mereka menutup kedua mataku dan suruh si Hui-tingmenggendong aku. Oleh karena itu aku tak dapat melihatsuatu apa kecuali mendengar suara kesiur angin dangemercik air mendesir di tanah pegunungan.”

“Kemudian ?”

“Kemudian tiba di sebuah gunung. Di situ kedatangankami disambut oleh seseorang. Kain penutup mukakupundibuka. Kudapati diriku berada di sebuah gunung yanganeh. Gunung itu terdiri dari duabelas puncak. Lapisandalam enam puncak dan lapisan luar enam puncak.Keadaan tampaknya berbahaya sekali ....”

“Benar, itulah tempat persembunyian paman gurukudi Busan. Lalu apakah paman dibawa masuk?”

“Tidak, kurasa saat itu aku berada di tepi dari keenampuncak gunung itu.”

“Lalu bagaimana gerak gerik paman guruku ?” Li Kokhoa kerutkan kening mengenangkan peristiwa yang

Page 816: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

816

lampau itu, lalu menjawab: “Paman gurumu jugamengenakan kerudung muka sehingga tak tampakbagaimana wajahnya. Saat itu ketiga orang KerudungHitam dan muridku hianat si Hui-ting tidak berada di situ.Mungkin mereka bersembunyi di balik batu karang.Hanya tinggal si Hidung Gerumpung yang berhadapandengan paman gurumu.”

“Bicara apa sajakah mereka itu?”

“Kuperhatikan kain kerudung mereka bergerak-geraktengah bicara tetapi sama sekali aku tak dapatmendengar pembicaraan mereka.”

“Paman, mereka telah menggunakan ilmu MenyusupSuara yang tinggi. Sudah tentu paman tak dapatmenangkap pembicaraan mereka. Lalu ?”

“Lama juga mereka bicara. Tampak keduanya tegangseperti orang yang sedang berdebat keras. Akhirnyamereka sama2 menunjuk ke langit dan ke bumi sepertiorang yang mengangkat sumpah. Setelah itu baruputuslah pembicaraan mereka.”

“Kemudian ....?”

“Tiba2 paman gurumu mengulurkan tangan memintapedang dari si Hidung Gerumpung. Setelah itu iamemapas hidungnya sendiri....”

“Oh…..”

“Setelah itu paman gurumu lemparkan pedang lalulari menyusup ke dalam gerumbul di puncak gunung.Cepat2 akupun memungut batang hidung paman gurumulalu kulekatkan pada hidung si Hidung Gerumpung....”Mendengar berita itu tahulah sekarang Gak Lui mengapapaman gurunya si Lengan besi-hati baik tak punyahidung sebaliknya Maharaja Persilatan Tio Bik-lui

Page 817: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

817

hidungnya utuh. Diam2 ia terkejut sekali.

“Paman, orang yang engkau obati hidungnya itulahmusuhku besar. Dia adalah durjana nomor satu yangmembawa bencana pada dunia persilatan. Tetapi menilikkeganasannya, mengapa paman dapat lolos daricengkeramannya? Dan mengapa rumahtangga pamantak dibasmi ?”

“Ceritanya amat panjang,” kata si tabib sakti Li Kok-hoa, “tak mudah kujaga jiwaku yang tua ini.....,” iamenghela napas lalu melanjutkan lagi, “Setelahkupasang hidung baru padanya, kembali diamembawaku pergi dari Bu-san. Setiap hari aku harusmelumurkan obat pada hidungnya sehingga sampaisembuh benar2. Setelah pekerjaanku berhasil maka akumenerima upah yang besar.”

“Oh, apakah upahnya ?”

“Dia akan membunuhku supaya aku takmembocorkan rahasia itu ....”

“Oh ....”

“Dalam keadaan terdesak terpaksa akupun gunakansiasat untuk menggertaknya.”

“Dengan mengatakan bahwa apabila tak makan obatdari paman, hidungnya itu akan membusuk lagi ?” tukasGak Lui.

“Benar!” sahut Li Kok-hoa tertawa masam, “bukansaja kukatakan begitu pun kubilang karena terburu2, obatitu masih ketinggalan di rumah.”

“Apakah paman tak takut mengundang serigala kedalam rumah? Apakah itu tiada bahaya?”

“Tidak! Kulihat dia banyak sekali urusannya. Tak

Page 818: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

818

mungkin akan menyertai aku pulang. Tentu dia hanyamenyuruh si Hui-ting itu yang membawa aku. Dan Hui-ting itu sekalipun bukan orang baik tetapi sekurang-kurangnya dia masih dapat diajak bicara.”

“Kalau begitu, dia tentu mau melepas paman danmelindungi paman dalam perjalanan itu?”

“Ah, dia bukan manusia sebaik itu. Dia menetapkanuntuk mengadakan perjanjian tukar menukar.”

“Hm, dia tentu hendak meminta resep pembuatancairan racun penyurut tubuh.”

“Ya, benar. Tak berapa lama Hui-ting membawakupergi. Dia segera menelanjangi kebohonganku kepada siHidung Gerumpung yang sudah kutambal hidungnya itu.Hui-ting sihianat itu mengajukan tukar menukar. Diabersedia melepaskan aku tetapi menghendaki reseppembuatan racun penyurut tubuh. Dan lagi dia bilang,lebih baik aku jangan pulang membawa keluargamenyingkir.”

“Alasannya ?”

---oo^TAH^0^DewiKZ^0^Hendra^oo---

“Rumah tinggal dan desaku, fihak lawan tak tahu.Hui-ting mengatakan asal aku menyembunyikan diri, diaakan melaporkan kalau aku sudah dibunuh. Kemudian iahendak menggunakan obat palsu untuk menipu sibekasHidung Gerumpung itu. Tetapi kalau aku pulang kerumah tentu akan ketahuan jejakku. Berbahaya bagijiwaku, juga jiwa si Hui-ting itu sendiri. Demi keselamatananak isteri, aku terpaksa menerima perjanjian itu ....”Berbicara sampai di situ, tampak tabib sakti itu berdukasekali. Air matanya berderai-derai turun. Siu-meypun ikut

Page 819: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

819

menangis terisak- isak. Tangis dan air mata itu telahmembangkitkan gelora jiwa Gak Lui. Walaupunmenderita kesengsaraan besar, tetapi Li Kok-hoa itumasih dapat berjumpa dengan puterinya. Sedang diasendiri sudah sebatang kara. Ayah meninggal dan ibunyahilang tiada ketahuan jejaknya. Penderitaannya lebihbesar dari kedua ayah dan anak itu.

“Paman Li,” akhirnya ia menghibur tabib sakti itu,“peristiwa yang sudah lampau, biarlah lalu. Tak perlu kitasesali lagi. Kurasa paman boleh pulang ke desa lagi.”

“Ya, benar,” seru Siu-mey sambil menghapusairmata, “pulanglah yah, agar aku dapat merawatmusampai di hari tua ....”

“Tidak bisa,” kata tabib Li Kok-hoa, “saat ini akubelum dapat pergi.”

“Mengapa ?”

“Gerombolan manusia ganas itu benar2 telahmenghancurkan nyaliku...”

“Yah, jangan takut. Aku dan engkoh Lui dapatmembasmi mereka.”

“Kalau begitu, kutunggu setelah kalian selesaimelakukan pembalasan, baru aku pulang.”

“Perlu apa? Sekarang juga bisa pulang.”

“Ah, tidak semudah itu. Sekian banyak penderita sakitdalam lembah ini, harus kuatur dengan baik baru akudapat pergi dengan lapang hati...”

Terhadap watak ayahnya yang suka menolong orang,memang Siu-mey sudah faham. Ia tak dapat berbuatapa2 lagi, kecuali berkata: “Yah, kalau engkau hendaktetap tinggal di sini akupun tak dapat memaksa. Aku

Page 820: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

820

akan pergi bersama engkoh Lui dan cepat akan kembalilagi ke sini. Setelah selesai melakukan pembalasan, kamiberdua tentu cepat akan mengambil ayah kemari.”

“Baiklah, aku tetap akan tinggal di sini,” kata Li Kok-hoa lalu berpaling kepada Gak Lui, “bawalah Hi Kiam-gimkemari. Tentang kerusakan wajahnya, aku yang akanmengobati sampai sembuh.”

Demikian dengan diantar oleh Li Kok-hoa, Gak Luidan Siu-mey keluar dari lembah itu. Di tengah jalan tiba2Gak Lui teringat sesuatu. Anggauta Topeng Besi yangdibawa ke Ceng-sia itu belum tentu dapat disembuhkanpikirannya yang limbung. Menilik kepandaian Li Kok-hoayang begitu sakti dalam ilmu pengobatan, mengapa iatak meminta obat kepadanya?

“Paman Li, apakah engkau mempunyai obat untukmenyembuhkan orang yang hilang kesadaranpikirannya?” cepat ia bertanya.

“Obatnya sih ada, tetapi entah manjur atau tidak,”sahut sitabib sakti.

“O……”

“Karena penyakit itu tidak sama berat ringannya.Maka ada bedanya sedikit. Kalau penyakit itu hanya barusaja, sekali minum tentu sembuh. Tetapi penyakit itumakin lama diderita, makin sukar pengobatannya danobat itupun tak mudah memberi hasil.”

Gak Lui segera menceritakan tentang anggautaTopeng Besi yang sudah dibius selama delapan belastahun. Mendengar itu Li Kok hoa kerutkan alis,menyahut: “Kalau dia sudah menderita selama delapanbelas tahun, berarti sudah seperti seorang mayat hidup.Sukar untuk diobati dan lebih baik jangan

Page 821: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

821

menghamburkan itu dengan sia2 ....”

“Tetapi orang itu penting sekali artinya. Harus dapatdisembuhkan!”

“Ini.... berarti kuda mati dianggap kuda hidup. Cobasaja akan kuusahakan sekuat tenaga!” Si tabibmeluluskan lalu membawa kedua anak muda itu kedalam kamar obatnya. Ruang obat itu berdinding lemariobat2an yang penuh dengan botol obat besar kecil.Jumlahnya tak terhitung banyaknya. Dengan ahli sekali LiKok-hoa cepat mengambil sebuah botol kecil, diberikankepada Gak Lui. “Obat ini adalah buatanku sendiri.Kuberi nama Kiu-coan-ting sin-tan. Khusus untukmengobati penyakit hilang ingatan. Cobakan sajakepadanya bagaimana nanti hasilnya.” Gak Luimengaturkan terima kasih lalu bersama Siu meytinggalkan lembah itu. Dengan gunakan ilmu berlari cepatmereka menuju ke gunung Ceng-sia-san. Ternyata GakLui masih mempunyai pertanyaan yang hendak diajukankepada Siu mey. Maka sambil berlari ia bertanya: “AdikMey, pukulan-sakti The Thay sudah membawa siKerudung Hitam ke Ceng-sia. Adakah ketua kelima partaipersilatan sudah mengenalinya ? Apakah sudahdiketahui siapa orang itu ?”

“Adakah yang engkau maksudkan orang sakit yangdibawa adik Hong lian itu ?”

“benar.”

“Sudah dikenal dirinya. Kalau kukatakan siapa orangitu engkau tentu akan melonjak kaget...”

“Siapa ?”

“Dia adalah tokoh nomor satu dari perguruan Ceng-sia pay. Kalau dia tidak lenyap, tentulah kedudukan

Page 822: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

822

pimpinan Ceng-sia-pay tak jatuh ditangan Thian Loktotiang ...”

“Oh ....,” Gak Lui terkejut dan gemetar. Cepat iadapat menduga siapa orang itu. Dia bukan lain yalahThian Wat totiang. Dengan begitu jelas yang dibunuhGak Lui itu yalah paderi Hwat Gong dari perguruanHeng-san-pay, Hui wi dari perguruan Siau-lim-pay danimam Ceng Ci dari perguruan Bu tong-pay, serta Wi Cunimam dari Kong tong-pay yang sungguh2 berhianat itu.Tokoh2 terkemuka dari kelima partai persilatan yanghilang itu, kecuali yang seorang, yang empat orangsudah terbunuh semua. Ah, tindakan Gak Lui itu tentuakan menimbulkan reaksi yang menyulitkan dirinya.Setelah merenung beberapa jenak, akhirnya ia berkatadalam hati : “Ah, dengan mendapatkan Thian Wat totiangini, sekurang kurangnya perguruan Ceng-sia-pay tentutakkan memusuhi aku....” Melihat pemuda itu diam saja,Siu-mey segera menegur: “Engkoh Lui, kata2ku tadihanya bergurau saja. Masakan benar2 hendak menakutiengkau !”

“Apa ?” Gak Lui tersentak kaget. Siu-mey mencekaltangan sang kekasih, serunya : “Jangan linglung begitu,bilanglah lekas !”

“Aku bukannya takut melainkan memikirkan sesuatu...”

“Soal di Ceng-sia itu?”

“Benar, apakah Thian Wat totiang itu sudah pulihkesadaran pikirannya ?”

“Sama sekali belum !” sahut Siu-mey, “tokoh2 partaipersilatan sudah berusaha menyembuhkannya. Adayang menggunakan tenaga dalam, ada yang pakai obat.Tetapi sedikitpun tak berhasil. Sebaiknya nanti kita

Page 823: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

823

cobakan obat dari ayahku itu.”

“Lalu bagaimana dengan keadaan barisan Thian-loto-ong-tin dari kelima partai persilatan itu?”

“Hebat sekali! Nanti setiba di Ceng-sia engkau tentumengetahui sendiri betapa kehebatan barisan paderi danimam itu.”

“Kalau begitu, segenap anggauta barisan itu sudahdatang semua?”

“Ya, seluruh kaum persilatan golongan Putih sudahdatang lengkap. Kecuali tokoh2 dari Lima PartaiPersilatan, masih hadir pula kedua partai Pengemis danGelandangan, perguruan Kiu- hoan-bun juga datang.”

“Bagus !” seru Gak Lui gembira danmemperhitungkan keadaan mereka tentu terjaminkeselamatannya. Dengan memiliki barisan itu tentumudah menghadapi golongan hitam. Mengenai MaharajaTio Bik-lui yang akan muncul, Gak Lui sudah siap.Lawannya itu tak tahu kalau pedang laknat Thian lui-koay- kiam tak dapat dicabut dari warangkanya. MakaMaharaja Persilatan itu tetap takut. Maharaja PersilatanTio Bik-iui sudah menyatakan tantangannya. Nantisebulan lagi akan bertempur digunung Im-leng-san. Jelasyang dianggap lawan berat oleh Maharaja itu tentulahdirinya (Gak Lui). Membayangkan hal itu, diam2 hati GakLui terhibur dan wajahnyapun berseri senyum. RupanyaSiu-mey memperhatikan perobahan air muka Gak Lui,dapat ia berseru : “Engkoh Lui, jangan engkau pandangenteng persoalan itu. Paman The Thay dan adik Hionglian masih mempunyai sedikit kesulitan !”

“O, apakah partai2 persilatan itu hendak mencarimereka ?”

Page 824: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

824

“Benar, partai2 persilatan itu tahu bahwa TopengBesi itu adalah tokoh kelas satu yang hilang. Kalausekarang Thian Wat totiang dari Ceng-sia-pay sudahkembali, sudah tentu mereka akan mencari orang2nyayang hilang itu.”

“Lalu bagaimana adik Hong-lian menjawab mereka ?”

“Dia bilang kalau yang lain sudah mati. Dan hal2yang lain silahkan tanya kepadamu.”

“Jawaban yang tepat,” kata Gak Lui, “mari kitapercepat lari kita agar lekas tiba disana.” Agar dapatmengimbangi larinya ia menggandeng tangan Siu- mey.Dengan demikian dapatlah mereka berlari samacepatnya.

Saat itu mereka tiba disebuah tanah datar yang luas.Empat penjuru penuh dengan belukar rumput. Ditengahdataran itu tampak sebuah kuil kuno. Ketika terpisahseratusan tombak dari kuil itu, tiba2 Gak Lui lambatkanlarinya dan memandang kearah kuil itu.

“Engkoh Lui, adakah engkau mencium bau manusia?” tanya Siu- mey.

“Benar, rupanya disekitar tempat ini terdapatsejumlah besar orang yang bersembunyi !”

“Apakah gerombolan kaki tangan Maharaja?”

“Kemungkinan. Karena baunya tak asing lagi.”

“Lalu bagaimana tindakan kita? Mau bunuh? Dengankekuatan kita berdua, tentu dapat membunuh merekahabis-habisan. Mau lari? Selagi mereka belum muncul,kita mengambil jalan mengitar saja.....”

Gak Lui menunduk lalu menjawab dengan sepatahkata yang seram: “Bunuh .... Jika mereka benar kawanan

Page 825: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

825

anak buah Maharaja, mereka tentu akan mengikutiperjalanan kita ke Ceng-sia. Dari pada di sanamenimbulkan kesulitan lebih baik sekarang saja kitabasmi mereka agar dapat menghemat tenaga !”Mendengar itu Siu-mey segera singsingkan lengan bajudan unjukkan sepasang ular emas: “Benar, mari kitaterjang ....”

“Tunggu !”

“Tunggu apa ?” Gak Lui maju selangkah berkata:“Membasmi kawanan jahat itu adalah urusanku. Engkautak perlu ikut campur. Lebih baik ...”

“Lebih baik bagaimana ?”

“Pergi ke gunung Ceng-sia-san saja.”

“O, aku tahu,” sahut Siu-mey, “engkau anggapkepandaianku masih rendah sehingga takut kalaumengganggu permainanmu dan menambah bebanpikiranmu.”

Memang demikianlah pikiran Gak Lui. Namun kalauia berterus terang, ia kuatir akan membuat nona itumengambek. Tetapi kalau tak bilang, ia kuatir nona ituakan mengganggu rencananya. Maka ia menyahutdengan tak langsung: “Bukan karena takut engkaumengganggu sepak terjangku. Tetapi menurutkenyataan, musuh sudah tahu jelas tentangkepandaianku. Dan diapun takut terhadap pedangpusaka Thian-lui-koay-kiam. Maka kalau dia takmengirimkan orang untuk menghadang, itu memangtepat. Namun kalau dia masih berani mengirim anakbuahnya untuk mengganggu aku, tentulah dia sudahmempersiapkan rencana yang hebat. Oleh karena itubaiklah kita hati2.....”

Page 826: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

826

“Ih .... ,” Siu-mey mendesis.

“Dan lagi Thian Wat totiang dari Ceng-sia-pay itumerupakan tokoh penting. Banyak rahasia dari musuhyang dapat tergali dari mulut paderi itu apabila dia dapatpulih kesadaran pikirannya. Maka yang penting yalahmengobati penyakitnya itu, makin cepat makin baik....”

“Maksudmu engkau hendak suruh aku lekas-lekasbawa obat itu ke Ceng-sia ?” Siu-mey menegas.

“Setidak-tidaknya engkau mengerti tentang ilmupengobatan. Jauh lebih baik engkau yang membawakesana daripada aku.”

“Hm, memang sesuai juga,” akhirnya nona itu dapatditundukkan. Dengan tertawa riang ia menerima tugas itudan meminta kepada Gak Lui supaya memberikan obatitu kepadanya. Setelah menerima obat, sejenak Siu-meymemandang ke arah kuil tua dan akhirnya beri pesankepada Gak Lui supaya berhati- hati jangan sampaiterjebak siasat lawan.

“Jangan kuatir, aku dapat menjaga diri,” Gak Luitertawa, “kuharap engkaupun harus berhati-hati danlekas menuju ke Ceng sia. Mungkin aku dapatmenyusulmu dalam waktu singkat.”

Demikian Siu mey menuju ke Ceng sia. Setelah nonaitu lenyap dari pandang mata, barulah Gak Lui perlahan-lahan melangkah menuju ke kuil tua. Kuil itu sunyi sekali.Dinding temboknya penuh ditumbuhi pakis (lumut) danrotan. Kedua pintunyapun tertutup rapat. Papan namayang tergantung di atas pintu masih dapat dibaca 'PingAn Ko Si ' atau kuil Keselamatan. Tiba di pintu, diam2Gak Lui tertawa: “Sungguh suatu sindiran yang tepatsekali. Kuil Keselamatan.... tetapi di dalamnyabersembunyi durjana2 persilatan yang ganas. Dan

Page 827: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

827

tempat pemujaan yang suci ini akan berobah menjadisuatu neraka.” Gak Lui keliarkan pandang matanya kesekeliling lalu mendebur pintu keras2.

“Siapa !” terdengar derap kaki orang orang berjalankeluar dan berseru. Dari nada suaranya tahulah Gak Luibahwa yang berada dalam kuil itu seorang tua yang takmengerti ilmu silat.

“Aku Gak Lui, karena kebetulan lalu di sini hendakmemberi hormat pada malaekat kuil ini.”

“Ho, ho !” kedengaran orang tua itu berseru pula,“pintu tak dikancing, silahkan masuk.” Gak Luipunmendorong dengan sebuah jarinya dan benar juga, daunpintu itu segera terbuka. Tampak seorang paderi tuaberumur tujuhpuluhan tahun, rambut alisnya sudah putih,tegak berdiri di belakang pintu, ia mengulurkan sebelahtangannya yang kurus sebagai isyarat untukmempersilahkan tetamunya masuk. Tetapi Gak Lui takmau segera masuk. Ia memberi hormat:

“Silahkan taysu berjalan dulu.”

“Sicu hendak mempunyai keperluan apa? Mengapatak mau masuk ?” kata paderi tua itu. Sicu adalahsebutan yang digunakan para paderi dan imam terhadapseorang tetamu yang belum dikenal.

“Tak perlulah,” kata Gak Lui, “tolong taysu sampaikansaja, suruh orang2 yang bersembunyi di dalam itu keluarberhadapan dengan aku !”

“Uh !” paderi itu berseru kaget, “orang2 di dalam?Paderi yang manakah yang hendak engkau cari ?”

---oo^TAH^0^DewiKZ^0^Hendra^oo---

Page 828: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

828

“Bukan paderi tetapi kawanan penjahat yangmengancam pada taysu itu !”

“Kawanan penjahat? Tidak, tidak! Di dalam kuil initiada orang, lebih2 kawanan penjahat !”

“Benarkah ?”

“Sudah ... tentu benar,” wajah paderi itu agakberobah. Tangannya memegang pintu, “kalau sicu maumasuk, aku tentu menyambut dengan gembira. Tetapikalau sicu tak mau masuk, aku pun tak .... memaksa danterpaksa akan menutup daun pintu ....”

“Tunggu dulu !” seru Gak Lui. “Taysu berkeras takmengaku beradanya kawanan penjahat dalam kuil inidan tak mau menyampaikan pesanku kepada mereka ?”

Paderi tua itu gelengkan kepala: “Kuil ini benar2 tiadaorang luar dan akupun tak menerima ancaman apa2. Takpeduli engkau hendak bertanya dengan cara apa, akutetap menjawab begitu !”

Gak Lui curiga tetapi ia tak mau turun tanganterhadap seorang paderi tua yang tak mengerti ilmu silat.Akhirnya ia memutuskan untuk mengganti caranyabertanya dengan pertanyaan semacam menyelidiki :“Kalau begitu, mohon tanya taysu. Apakah kedudukantaysu dalam kuil ini ?”

“Ini .... ini ......,” rupanya paderi itu tak menyangkaakan menerima pertanyaan semacam itu sehingga iatersekat-sekat tak dapat menyahut apa yang ditanyakanmelainkan memperkenalkan diri:

“Aku ... bergelar Beng Gwat.”

“Dengan kedudukan ?”

“Sebagai .... sebagai ... Ti-khek-ceng ....” Ti-khek-

Page 829: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

829

ceng yalah paderi yang bertugas menyambut tetamu.

“Ti-khek ceng ?”

“Ya, benar, benar, aku adalah Ti-khek-ceng, bertugasuntuk menyambut setiap tetamu yang datang kekuil ini....”

“Beng Gwat hong tiang, jangan engkau bermainsandiwara! Salah sebuah pantangan dari kaum agamayalah tidak boleh BOHONG ! Mengapa engkaumelanggar pantangan itu ?”

Merah muka paderi tua itu seketika. Setelahmenenangkan semangat ia tetap berkeras : “benar,memang aku adalah hong- tiang dikuil ini. Lain2 hal akutak membohongimu ....” Hong-tiang yalah kepalapengurus sebuah gereja, biara atau kuil.

“Karena hong-tiang tetap berkukuh, terpaksa akuakan bicara dengan terus terang untuk membukakebohonganmu.”

“Silahkan .... apa salahku ?”

“Pertama, pintu tertutup jelas mengandungkecurigaan. Tak ingin dilihat orang luar. Kedua, sebagaiseorang hong-tiang engkau membuka pintu sendiri. Jelaskalau engkau tentu mendapat ancaman orang. Dengankedua bukti itu, cukuplah untuk menyatakankebohonganmu !”

“Ini .... ini......” karena telah ditelanjangi, paderi tua itutak dapat bicara lagi. Tubuhnya gemetar. Gak Luikasihan pada paderi tua itu. Buru2 ia menghiburnya: “Ah,tak perlu hongtiang ketakutan. Karena aku datangkemari, tentu akan berusaha untuk menyelamatkan kuilini. Jangan takut hongtiang, aku takkan merembetdirimu.”

Page 830: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

830

“Sungguh ?” paderi tua itu menegas, “merekamengatakan engkau ini seorang algojo besar dalamdunia persilatan. Begitu melihat orang tentu akanmembunuh. Apakah engkau takkan membunuh paderi2dalam kuil ini ?”

“Harap hongtiang suka renungkan. Kalau aku hendakmembunuh masakan aku mau bicara begini lama denganengkau ? Aku tak mau mengotorkan tempat suci ini makakumohon taysu suka menyampaikan kepada merekaagar mereka keluar menerima kematiannya.”

“O,” Beng Gwat taysu mendesuh. Kini ia mengertimaksud anak muda itu. Ia menyurut mundur dualangkah, lalu berpaling kebelakang hendak memanggilorang. Tetapi tepat pada saat ia berpaling kebelakang,tiga sosok tubuh melesat keluar dari dalam ruanganbesar. Mereka tegak berjajar dimuka pintu. Gak Luitenang2 saja memandang ketiga pendatang itu. Cepat iadapat mengenali mereka. Yang berdiri ditengah, paderilama dari Segak (Tibet). Kepalanya gundul, muka merah,tubuh gagah perkasa. Tangannya memegang tongkatHang mo-kim-go atau tongkat penunduk iblis. Yangdisebelah kiri seorang imam. Kepalanya memakai kopiahsembilan segi, jenggot menjulai turun menutup dada,sepasang mata berkilat-kilat tajam dan mencekalsebatang pedang Liat-yan- kiam atau pedang Asap-panas, jelas seorang imam yang berkepandaian tinggi.Sedangkan yang berdiri disebelah kanan, seorang lelakipertengahan umur yang aneh. Mukanya mirip seekororangutan, lengan panjang, kaki pandak. Tanganmencekal sebatang tongkat Lan-gin-pang atau tongkatPerak-hancur. Beratnya tak kurang dari seratusan kati.Seorang yang memiliki tenaga kuat sekali.

Puas memandang ketiga lawan, diam2 Gak Lui

Page 831: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

831

terkejut. Selain memiliki kepandaian tinggi, ketiga orangitu membekal senjata berat. Jelas tujuannya tentuhendak menghadapi pedang pusakanya. Dari hal itu sajadapatlah diketahui bahwa lawan sudah mengadakanpersiapan yang sempurna. Dengan menghadangditengah jalan itu, apabila ia (Gak Lui) mati terbunuh;dengan sendirinya pertempuran di gunung Im-leng-sannanti tentu akan batal dengan kemenangan difihakMaharaja Tio Bik-lui.

Paderi muka merah hendak membuka mulut tetapididahului Gak Lui: “Kalau mau bicara, silahkan kehalaman luar. Jangan mengganggu ketenangan tempatsuci ini !” Secepat bicara, secepat itu pula Gak Lui sudahmelesat keluar, dia berdiri dihalaman. Gerakan ketigaorang bukan kepalang hebatnya. Dengan bersuit aneh,mereka serempak loncat ke hadapan Gak Lui. Danserempak dengan suitan itu, dari empat penjuru, munculberpuluh-puluh orang dengan menghunus pedang.

“Apakah kalian sudah lengkap semua ?” seru Gak Luidengan tenang. Sambil menudingkan tongkat Penakluk-iblis, paderi muka merah itu berseru menggeledek:“Sudah lengkap semua ....”

“Bagus, lekas beritahukan namamu untuk menerimakematian ....!”

“Heh, heh! Ha, ha, ha, ha!” paderi muka merah itutertawa marah dan menghambur tertawa aneh yangdilambari dengan tenaga- dalam. Lalu menggemborkeras: “Budak, kabarnya engkau sombong sekali takpernah memandang mata kepada orang. Apa yangkusaksikan saat ini, memang benar !”

Sejak bertempur dengan Kaisar Persilatan, Gak Luidapat menyelami tentang rahasia penting dalam

Page 832: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

832

pertempuran. Yalah tak boleh cepat2 marah kepadalawan. Maka ia hanya tertawa dingin dan menyahut:“Kusuruh kalian laporkan nama bukan inginmendengarkan kalian merintih dan melolong sepertianjing begitu. Perlu apa kalian bertingkah seperti itu?”Mendengar ejekan itu meluaplah kemarahan si paderimuka merah. Urat2 dahinya melingkar-lingkar mengantargemboran dahsyat: “Kalau kuberitahu namaku, engkautentu akan melonjak kaget. Maka bersiap siaplah untukberdiri tegak ....”

“Kakiku masih kuat berdiri, tak perlu engkau jualgertakan !”

“Aku adalah Hang-mo ceng atau paderi penakluk iblisdari Segak, bergelar Thong Leng.”

“Dan siapakah kedua makhluk yang lain itu?”Pertanyaan Gak Lui benar2 membuat si imam tua dansiorang aneh yang berdiri di samping paderi muka merahitu seperti orang kebakaran jenggot. Baru kedua orangitu hendak membuka mulut, Gak Lui sudah menunjukkepada paderi muka merah, serunya: “Engkau lebihtinggi kedudukanmu, engkau saja yang bicara !”

“Totiang ini bergelar Siau Yau tojin, tokoh darigunung Thian-bok, ilmu kepandaiannya amat tinggi.”

“Cukup! Siapa yang satunya !” cepat Gak Luimenukas.

“Dia adalah Dewa-lengan-sakti Nyo Beng. Berasaldari gunung Tiang-pek-san, mahir menggunakan tongkattimah-hancur, di dalam dunia tiada tandingan ....”

“Cukup! Dia menggunakan tongkat, aku sudahmengetahui sendiri, tak perlu engkau terangkan.” Karenaomongannya selalu diputus oleh Gak Lui, paderi muka

Page 833: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

833

merah itu merah padam mukanya. Tubuhnya menggigilkeras sehingga tak dapat melanjutkan kata-katanya.Adalah Dewa-lengan-sakti Nyo Beng yang berasal dariluar perbatasan, karena pengalamannya tentang duniapersilatan Tiong goan kurang luas, tak kenal siapa GakLui itu. Matanya berkilat2 tajam memandang wajah GakLui yang mengenakan kedok muka itu, lalu berseru :“Budak, menilik umurmu, apakah engkau ini benar2 GakLui sendiri ?”

Gak Lui mengangguk. Serempak dengan itu si imamSiau Yau tojinpun tertawa menyeringai: “Benar, memangbudak inilah si Gak Lui. Ketika di istana Lok-ong-kiongtempo hari kulihat sendiri dia pontang panting melarikandiri dari serangan pedang Maharaja!”

Gak Lui menyahut dingin, “O, diantara kawanananjing yang mengeroyok aku di Lok-ong-kiong tempohari, terdapat engkau juga ?”

“Benar, aku memang hadir di situ dan melihat engkaumenjadi setan gentayangan yang dikejar pedang !” sahutSiau Yau tojin yang dapat menahan kemarahannya.

Gak Lui maju setengah langkah, tertawa: “Kalaubegitu engkau tentu tahu bagaimana nasib dari ketigaalgojo Maharaja dan ketiga Siluman dari Goha darah itu,bukan?”

“Mereka binasa ditanganmu, akupun tahu juga!”

“Lalu mengapa engkau masih berani datang kemari?Apakah engkau tak tahu apa yang disebut kematian itu?”seru Gak Lui.

“Ini .... aku sudah mengerti. Oleh karena itu akumengundang beberapa tokoh berilmu untukmembasmimu, agar di kelak kemudian hari tak

Page 834: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

834

menimbulkan bahaya.”

“Berapa jumlah orangmu yang datang ?”

“Semua jago2 istana Lak ong-kiong serta tokoh2 daritiga bukit lima gunung. Semua berjumlah sembilanpuluhsembilan orang !”

“Hai, belum banyak, seratus saja masih kurang satu.Tetapi ....,” tiba2 Gak Lui hentikan kata-katanya sejenak,lalu berkata lagi, “tetapi yang kulihat di empat penjuruhanya sembilanpuluh tujuh orang, lalu ke mana yang duaorang?”

“Rupanya engkau menaruh perhatian besar kepadakedua orang itu. Akan kuberitahukan nama mereka tetapidi mana mereka saat ini berada, nanti engkau akan tahusendiri !”

“Katakanlah !”

“Yang seorang yalah Penghitung-besi Ci Tong-lay,dia yang seorang Nyonya pelebur-tulang Tan Jui-hong.Engkau pasti sudah mendengar nama mereka.....”

JILID 17

“O...,” Gak Lui mendesuh kejut. Ia memang pernahmendengar kedua tokoh itu. Penghitung-besi seorangahli siasat. Seorang durjana yang sukar dihadapi.Barisan pengepung saat itu, kemungkinan tentu dia yangmerencanakan. Sedang orangnya sendiri mungkin masihbersembunyi di sekitar tempat situ, belum mau unjuk diri.Sedang Wanita-pelebur-tulang itu, seorang iblis wanitayang terkemuka. Selain kepandaiannya sakti pun ilmuhitam yang cabul. Kabarnya belum pernah ia gagalmendapatkan lelaki yang disukai. Dari sembilanpuluhsembilan jago2 golongan Hitam, dapatlah diketahui

Page 835: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

835

betapa besar kekuatan mereka. Dan rupanya merekatelah mengerahkan seluruh kekuatan untuk menghadapiGak Lui. Merenungkan hal itu diam2 hati Gak Luibercekat. Bukan karena takut menghadapi begitu banyakmusuh, melainkan karena tak sampai hati untukmelakukan pertumpahan darah. Biang keladi dan musuhbesarnya yalah Maharaja Persilatan Tio Bik-lui. Mengapaharus meminta korban jiwa sekian banyak orang?Memikir pada hal itu, diam2 nafsu pembunuhan dalamhati Gak Luipun reda. Segera ia berseru dengan nadaserius kepada ketiga lawannya : “Baik, tak peduli kalianberjumlah berapa banyak tetapi pokoknya kalian telahmenerima perintah Maharaja. Di antara kalian memangsudah banyak yang berlumuran darah, tetapi Buddhabersabda: „lepaskan golok penjagal dan lekas kembali kejalan terang'. Dengan itikad baik, aku bersedia melepaskalian tetapi ada syaratnya.”

“Bagaimana ?” imam Siau Yau menegas denganwajah dingin.

“Harus bersumpah agar bertaubat takkan melakukankejahatan lagi. Dengan perbuatan menebus kejahatanyang lalu !”

“Oh, sederhana sekali syarat itu !”

“Menerima atau tidak terserah. Ini kesempatanterakhir yang kuberikan !”

“Heh, heh, heh, Heh,” imam itu terawa mengekehseraya memandang ke langit. Serempak dengan itu, dariempat penjuru kawanan jago2 golongan Hitam berpindahlangkah menghampiri ketengah barisan. Setiap deretterdiri dari sembilan orang. Mereka membentuk diridalam formasi barisan yang rapat dan ketat sekali.Setelah barisan tersusun rapi, barulah imam Siau Yau

Page 836: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

836

berhenti tertawa. Dengan wajah membesi, ia berseru :“Budak she Gak, tak kira kalau seorang pembunuh ganasseperti engkau, dapat juga mengucap soal budikebaikan. Ketahuilah, kami sembilanpuluh sembilanorang ini telah bersumpah sehidup- semati untukmencincang tubuhmu !”

“Hm, apakah benar2 kalian hendak melepaskanperingatanku yang terakhir ?” seru Gak Lui.

“Heh, heh ! Tempo hari Maharaja pernahmengeluarkan perintah supaya menangkapmu hidup-hidup. Tetapi sekarang boleh dibunuh mati. Apa yangengkau ocehkan kesempatan terakhir itu ? Ho, engkausendirilah yang wajib hati2 ....” Habis berkata orang ituterus mengangkat pedangnya Pedang- bara-panas.Sinar berkilat memancar tajam, kawanan jago2 itupunsegera menghunus senjatanya masing2.

Dalam detik2 yang tegang itu, diam2 Gak Luimenghela napas. Ia sesalkan orang2 yang sudah matagelap sehingga tak mau mendengar peringatannya.

“Ah, terpaksa aku harus melakukan pembunuhanganas. Untung Siu-mey mau mendengar kata dan pergilebih dulu sehingga takkan melihat pemandangan yangngeri ini.....” pikirnya. Setelah perasaannya tenang, iasegera mencabut pedang pusaka Thian-lui-koay-kiamdibahu. Tetapi tepat pada saat itu sesosok tubuh melesatkeluar diantara berpuluh-puluh orang. Gak Luimemandangnya dan menduga bahwa yang muncul itutentu si Wanita-pelebur-tulang. Selain amat cantik, puntubuh wanita itu tampak menonjol memantul perangsangyang besar, lebih merangsang atau sexy dari padagadis2 muda. Begitu muncul wanita itu dengan genitmemandang kedua belah fihak. Siau Yau totiang, pudarsinar pembunuhan pada wajahnya. Bahkan Gak Luipun

Page 837: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

837

tergetar hatinya, hatinya mendebur keras.

“Ah, nyonya sudah pulang !” seru imam jahat itudengan perlahan.

“Ya.....” sahut wanita genit itu dengan nadamenggerincing seperti seruling. Kembali hati Gak Luiseperti kena aliran listrik dan bergetar keras. Diam2 iamenyadari bahwa wanita genit itu memiliki tenaga- dalamyang amat kuat sekali. Setelah sejenak berbatuk-batuk,imam jahat Siau Yau itu berseru pula : “Adakah nyonyasudah berhasil ?”

---oo^TAH^0^DewiKZ^0^Hendra^oo---

“Ya, seorang budak perempuan kecil, masakan harusmenggunakan banyak tenaga!” sahut wanita genit itu.Mendengar itu tergetarlah hati Gak Lui, pikirnya: “ApakahSiu- mey yang ditangkapnya?” Dengan mata berkilat-kilatia menatap wanita genit itu. Pun tepat pada saat itusiwanita genit pun memandangnya, kemudian berseru:“Gak sauhiap, kawanmu gadis itu telah kutangkap.Sengaja kuberitahu hal itu kepadamu.”

“Hm, apakah engkau hendak menjadikan gadis ituseorang sandera untuk menekan aku ?”

“Ah, mengapa begitu getas ?” seru wanita itu dengantertawa genit, sedikitpun tak marah mendengar suaraGak Lui yang kaku.

“Orang she Gak !” tiba2 si imam Siau Yaumenyelutuk, “hari ini kami menghendaki jiwamu dan takperlu segala sandera. Penangkapan atas diri budakperempuan itu yalah untuk mencegah agar dia janganmelapor ke Ceng sia. Mengerti ?” Mendengar keteranganitu, cepat2 wanita genit berputar tubuh, menghadapi Gak

Page 838: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

838

Lui lalu gunakan ilmu Menyusup-suara berkata:

“Gak sauhiap, jangan pedulikan dia ! Kuambil nonaitu tak lain karena aku berunding dengan engkaumengenai beberapa hal...”

“Tentang apa?” Gak Luipun merobah nadanya.“Kuminta kita berdua bekerja sama.”

“Kerja sama ?” Gak Lui menegas.

“Ya, apabila engkau mau meluluskan Duniapersilatan harus tunduk kepadaku ... kita berdua.” GakLui terkejut. Diam2 ia memaki wanita itu. Lalu dengannada bengis ia menyahut.

“Aku tak mempunyai keinginan akan hal itu. Janganengkau mimpi yang bukan2.”

“Tetapi dalam usahamu untuk membunuh siMaharaja, aku bersedia membantumu. Apakah syarat initak perlu engkau pertimbangkan ?”

Walaupun tekadnya sudah bulat untuk membalasdendam kepada si Maharaja Persilatan, namun Gak Luitetap muak terhadap wanita genit itu. Lebih2 ia sudahmarah atas siasat yang dilakukan wanita genit ituterhadap Siu-mey. Rupanya wanita genit itu dapatmembaca isi hati Gak Lui. Dengan tertawa genit iaberseru pula : “Sauhiap, kalau engkau tak mau kerjasama, aku hendak minta kepadamu saling tukarmenukar.”

“Tukar menukar apa?”

“Jiwa dari gadis yang amat berharga bagimu sertakeadaan dari Maharaja, akan kuberikan kepadamu danengkau memberikan pedang Thian-lui-koay-kiam itukepadaku !”

Page 839: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

839

“Ini.....” Gak Lui tak dapat melanjutkan kata2nya. Iamarah tetapi iapun memikirkan keselamatan Siu meyyang ditawan siwanita genit.

“Jangan gelisah, sauhiap. Tak perlu saat ini engkaujawab tetapi bolehlah engkau pertimbangkan dulu.Sebagai tanda dari kesungguhan hatiku, nanti dalampertempuran ini engkau harus memperhatikan bagianyang kosong orangnya !” Habis berkata, wanita genititupun lalu berpaling kearah Siau Yau tojin, paderiPenakluk iblis dan si Dewa-kera bertiga, serunya :

“Apakah kalian menghendaki aku yang mengepalaibarisan atau suruh aku disamping mengawasi budakperempuan itu ?”

Ketiga orang itu melihat jelas bagaimana tadisewaktu berhadapan dengan Gak Lui, wanita genit itubergerak gerak bibirnya seperti bicara dengan ilmuMenyusup-suara. Tetapi oleh karena terpengaruh olehkecantikan si Wanita-pelebur tulang, ketiga orang itu puntak berani mencurigainya. Pertanyaan wanita cantik itulaksana hamburan air zamzam yang menyegarkansemangat. Serempak ketiga orang itupun menyahut:“Harap nyonya menyaksikan disamping saja. Biarlahkami yang memberesi budak lelaki itu !”

“Baik, kudoakan kalian menang!” wanita genit itupunmelesat pergi. Tatapi sebelum pergi masih ia diam2melirik kepada Gak Lui.

“Lihat senjataku!” seru paderi Penakluk-iblis secepatwanita genit itu berlalu. Gerakan paderi itu segera diikutioleh imam Siau Yau dan Dewa kera. Dengan senjatanyayang aneh2, ketiga orang itu segera menyerang Gak Luidari atas, tengah dan bawah. Tetapi Gak Lui sudah siap.Dam2 ia sudah kerahkan tenaga- dalam untuk

Page 840: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

840

melindungi tubuh. Tangan kiri diangkat untukmenghantam, tangan kanan siap mengayun pedangThian-lui- koay-kiam. Demikian pertempuran segerameletus. Angin menderu-deru dahsyat dan tubuhkeempat orang itupun berlincahan amat pesat. Tetapibeberapa saat kemudian, tiba2 paderi Penakluk iblismenggerung keras dan hendak melarikan diri.

“Hai, hendak lari kemana engkau !” teriak Gak Luiseraya hendak mengejar. Tetapi sebelum ia sempatbergerak, seluruh barisan dari jago2 golongan Hitamitupun memekik dengan serempak. Pekikan dari hampirseratus orang jago2 silat yang berkepandaian tinggi,benar2 seperti gempa bumi yang menggoncangkangunung. Bahkan Gak Lui sendiripun menderita kesakitanpada telinganya. Perhatiannya terganggu dangerakannyapun menderita akibat, lebih lamban. Sebuahkelompok dari sembilan orang melesat keluar daribarisan. Seketika Gak Lui rasakan kakinya goncang danhampir terdorong mundur. Tetapi tanpa berpaling kepala,Gak Lui balikkan tangan kiri. Kemudian iapunmenghamburkan pekikan yang dahsyat. Tangan kiri yangmenyusup kedalam ketiak, tiba2 melancarkan pukulanAlgojo dunia kearah kesembilan jago2 Hitam itu.

“Bum, bum, bum !” Pukulan itu menimbulkan deringkeras sekali pada sembilan senjata aneh dari jago2 itu.Cepat mereka menyiak kesamping dan melesat mundur.Tetapi secepat mereka lenyap, kelompok sembilan orangyang lainnya, menerobos dari sudut lain dan terusmenyerang Gak Lui. Melihat musuh hendak gunakansiasat bertempur secara bergilir untuk memerastenaganya, Gak Luipun tak mau terpancing. Ia segeraberhenti dan tegak berdiri dengan lintangkan pedang dimuka dada. Matanya memandang tajam kesekeliling.Segera tampak hampir seratus orang bergerak dan

Page 841: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

841

berpindah pindah macam bintang jatuh. Mereka bergerakcepat dan ruwet sehingga sukar diketahui mata rantaipertahanannya. Tetapi dalam gerak dan perobahanbentuk yang bagaimana pun juga, formasi mereka tetaptiap kelompok berisi sembilan orang.

“Hm, silahkan kalian bergerak, aku akan tetapmenunggu ....,” pikir Gak Lui. Tangan kiri menjulurmelindungi dada, tangan kanan mengangkat pedangkeatas kepala, siap untuk menyerang. Setelahpertempuran dimulai, imam Sau Yau dan kawan2 takmau bicara apa2 lagi. Dengan wajah serius mereka terusmemimpin gerak langkah barisannya. Karena tegangnya,sampai mereka tak mengetahui bahwa sebenarnya saatitu Gak Lui sudah berhenti dan tegak bersiap. Merekatetap bergerak-gerak dengan senjata terhunus.Kesembilan kelompok barisan itu bergerak maju mundur,berpindah tempat dengan cepat dan rapi, sehingga sukardiketemukan rantai barisan yang kosong. Memang bolehdikata, anggauta barisan itu terdiri dari jago2 yangberilmu tinggi. Tak ada seorangpun yang lemah.Gabungan jago2 sakti yang dipersatukan dalam sebuahbarisan, dapat dibayangkan bagaimana hebatnya.Betapa sakti seseorang tentu sukar untuk menghadapiserangan dahsyat dari sekian banyak lawan. Pada lainsaat, Gak Lui mendapat pikiran. Segera ia bergerakdalam tata-langkah Ni-coan-ngo-heng yang istimewa,menyusup kedalam barisan.

Pada saat Gak Lui hampir mendekati barisan, jurus2gerakan barisan itupun hampir selesai. Tetapi paderiPenakluk-iblis tak menghiraukan. Ia mengandalkanjumlah orangnya yang lebih besar. Begitu Gak Lui tiba,tigapuluh enam anggauta barisan serempak kerahkantenaga-dalam dan Bum... bum..... Dalam kepul debuyang tebal, tampak empat orang anggauta barisan

Page 842: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

842

terlempar empat tombak jauhnya dan terkapar tak dapatberkutik lagi di-tanah ! Tetapi Gak Lui sendiri jugamerasa sesak dadanya. Setelah menghela napas, iarasakan tangannya agak linu. Saat itu ia menyadaribahwa dengan gunakan tenaga untuk adu kekerasan, iamasih dapat menghadapi mereka. Kini ia makin mantap.Segera ia ayunkan tangan dengan kecepatan yang luarbiasa, ia terbang menyusup kedalam barisan musuh.Tangan kiri memancarkan ilmu tenaga-dalam menyedottenaga musuh lalu dipancarkan keluar dari ujung pedang.Dengan menggunakan ilmu 'Pinjam tenaga' itu, dapatlahGak Lui merobah suasana yang berbahaya menjadi reda.Setelah dapat melintasi tiga lapis kelompok barisan,difihak musuh telah jatuh enam tujuh orang lagi. Tetapiimam Siau Yau rupanya tetap gigih dan tak maumengalah. Apabila seorang anggauta barisan yangdidepan rubuh, maka dari belakang tentu cepat majumengganti. Dengan begitu barisan tetap rapat. Begitupula suara gemboran yang dapat meruntuhkan nyaliorang itu makin lama pun makin menggemparkan. Pekikrintihan macam setan menangis, membuat hati sepertidisayat ....

Demikian didataran gunung yang sepi pada malamtiada berbintang, telah berlangsung pertempuranberdarah. Korban berjatuhan, mayat bergelimpangan dandarahpun berkubangan..... Tigaratus jurus kemudian,Gak Lui sudah berhasil melintasi berpuluh lapiskelompok. Tubuhnya mandi keringat, napas terengahengah. Walaupun banyak korban yang jatuh namun fihakmusuh masih mempunyai enampuluh lebih anggautabarisan. Paderi Penakluk iblis, Dewa Kera dan imamSiau Yau tetap bertempur mati- matian.

“Celaka !” diam2 Gak Lui mengeluh, “apabilapertempuran tetap dilanjutkan dengan cara begini,

Page 843: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

843

tentulah kedua belah fihak akan menderita. Barisan initak ubah seperti bayangan. Kemana aku pergi, merekatentu mengikuti. Ah, aku harus berusaha untuk lolos ....”Dalam pada menimang itu, Gak Lui tetap mainkanjurusnya dengan gencar. Tetapi berbagai jurus telahdimainkan, tetap ia tak dapat lolos dari libatan musuh.Dia makin terkejut dan mulai gelisah. Tiba2 ia teringatakan pesan melalui ilmu Menyusup suara dari Wanita-pelebur-tulang. Ya, wanita genit itu mengatakan apabilabertempur harus memperhatikan tempat yang tiadaorangnya. “Tentulah hal itu, bukan tempat seperti kuil Hoping si ini tetapi tentu dilain tempat ...”

Ia memandang kemuka dan kesekeliling penjuru.Tiba2 matanya tertumbuk pada gerumbul pohon yang takberapa jumlahnya. Sebagian sudah rubuh, sebagianmasih bergoncang-goncang terdera sambaran anginpukulan jago2 dalam barisan itu. Diperhatikannya bahwadiantara gerumbul pohon itu ada sebatang pohon yangpaling besar, puncaknya amat tinggi dan lebat daunnya.

“Adakah ciri2 kelemahan itu terdapat pada batangpohon itu ....?” diam2 Gak Lui menimang. Setelahmengundurkan empat kelompok barisan musuh, cepat iagunakan gerak Rajawali-rentang sayap, melayang kebawah pohon besar itu. Tepat pada saat itu, paderiPenakluk-iblis menghambur gemboran keras danmenggerak-gerakkan senjatanya. Seketika terdengarlahdering gemerincing logam keras yang menggemadiseluruh penjuru.

“Ho, kalian hendak mengacau telingaku?” diam2 GakLui mendamprat paderi itu. Ia curiga atas tingkah lakupaderi itu maka iapun segera pusatkan perhatian untukmenangkap setiap suara yang akan muncul. Dengankecermatan telinganya yang tajam, akhirnya ia berhasil

Page 844: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

844

menangkap suara bunyi bergerakan, macam jarimemainkan alat swipoa.

“O, kiranya si Penghitung besi itu tengah dudukdiatas dahan pohon untuk memberi perintah kepadabarisan. Karena kurang teliti, aku telah dapatdikelabuhinya !” tiba2 Gak Lui tersadar. Kini tahulah iabagaimana untuk membobolkan barisan musuh. Sekalimelambung, ia melayang keatas pohon, memijak sebuahdahan, ia enjot tubuhnya melambung keatas dahandipuncak. Melihat Gak Lui hendak menyerangnya,Penghitung-besi Ci Tong-lay gugup. Cepat ia mainkanalat swipoanya. Seketika berhamburan biji2 swipoa itukearah kepala Gak Lui.

“Bagus!” seru Gak Lui seraya menangkis denganpedang dan tetap melambung keatas. Melihat anakmuda itu tetap melayang keatas, Penghitung-besi terkejutbukan kepalang sehingga kakinya menyurut mundur,hampir tergelincir jatuh. Buru2 ia bergeliatan untukmenegakkan keseimbangan tubuhnya. Tetapi pada lainsaat terpaksa ia harus menangkis hantaman senjataaneh dari pemuda itu. Tring, tring... tubuh Penghitung-besi miring, tangannya linu dan darah dalam tubuhnyabergolak keras. Dalam pada itu dengan cepat Gak Luimelayang keatas dahan dan mencari tempat untukberdiri. Saat itu keduanya hanya terpisah pada jarak satutombak. Masing2 mengerahkan tenaga dalam, siap untukmelakukan pertempuran mati matian.

Imam Siau Yau dan barisannya saat itu mengerumunipohon. Mereka memandang keatas dengan gelisah. Maumenyusul ke puncak pohon, sukar mendapat tempat dantak mungkin dapat mengeroyok. Kalau tinggal diam sajadibawah pohon Penghitung- besi tentu terancam jiwanya.Walaupun kepandaiannya tinggi, tetapi tetap kalah kalau

Page 845: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

845

berhadapan satu lawan satu dengan Gak Lui. Rupanyaperasaan kawan kawannya yang berada dibawah pohonitu sama dengan perasaan Penghitung-besi. Seorang diritanpa bantuan, ia sudah merasa putus asa danketakutan. Tetapi karena tak dapat berbuat lagi, terpaksaia harus berjuang mati2an. Dengan menggerung keras,ia segera hamburkan alat swi-poanya. Biji2 swipoa daribahan besi yang sebesar telur ayam segera melandalawan. Tetapi Gak Lui sudah siap. Pada saat lawanmenggembor, iapun bersuit tajam. Suitan itu tiba2 timbulperistiwa yang aneh. Biji2 swipoa yang dihamburkanPenghitung-besi itu, bukan saja tak dapat memancar,pun jalannya makin lama makin perlahan dan akhirnyaberhenti diudara. Ternyata tenaga dalam Algojo-duniayang dilancarkan Gak Lui itu jauh lebih kuat dari tenaga-dalam lawannya sehingga taburan biji2 swipoa itu macetdi tengah jalan. Penghitung-besi terkejut. Ia hendakmelayang turun kebawah tetapi terlambat. Sekali Gak Luidorongkan telapak tangannya, biji2 swipoa itupunmelayang kembali kepada pemiliknya. Terdengar jeritanngeri dan sesosok tubuhpun melayang jatuh dari puncakpohon itu. Tubuh Penghitung-besi itu telah tertembusbeberapa biji swipoa. Dia terkena senjatanya sendiri.Ketika jatuh ditanah, nyawanyapun sudah melayang.

Kawan-kawannya yang mengelilingi dibawah pohon,terkejut sekali menyaksikan pemandangan sengeri itu.Mereka serempak mundur. Suasana makin tegang. Tiba2Gak Lui meluncur dari atas pohon, dua kali ia gerakkanpedang dan pukulan, beberapa anggauta barisan lawanmenjerit rubuh.

---oo^TAH^0^DewiKZ^0^Hendra^oo---

Bab 30 bagian 30.2

Imam Siau-Yau, paderi Penakluk-iblis dan anak buah

Page 846: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

846

Maharaja itu serasa terbang semangatnya. Keadaanbarisan mereka mulai panik. Untunglah imam Siau Yaucepat menyadari bahwa dengan cara bertempur sepertitadi, mereka berhasil mengepung Gak Lui. MeskipunPenghitung-besi sudah terbunuh, tetapi kekuatan barisanitu masih cukup besar, ia harus cepat2 menyusunbarisan lagi untuk mengepung pemuda itu. Cepat iamengatasi keadaan dan menyusup pula barisan.Dipadang belantara pegunungan yang sepi, kembaliberlangsung pertempuran dahsyat. Tetapi ibarat ularkehilangan kepala, dengan hilangnya Penghitung-besi,komando barisanpun lenyap dan barisan kehilangan pulapimpinan. Betapapun berpuluh puluh kelompok jago2Hitam itu hendak berjuang, namun gerak mereka taklancar dan selalu dapat didesak Gak Lui. Beberapa saatkemudian terdengar jerit orang dari beberapa anggautabarisan yang rubuh berhamburan darah. Kemana GakLui menerjang, di situ tentu meninggalkan korban.Walaupun ia banyak menghamburkan tenaga-dalamtetapi kemenangan sudah terbayang didepan mata.Berpuluh jurus kemudian hampir barisan itu sudahberantakan, hanya tinggal paderi Penakluk-iblis bersamasembilan kawannya yang masih bertahan mati-matian.Gak Lui memperhatikan bahwa beberapa orang yangmasih nekad bertempur itu sudah kehabisan tenaga. Halitu dapat dilihat dari gerak tangan serta kaki mereka yangsudah lamban. Gak Lui kerahkan sisa tenaganya. Iamainkan pedang pusaka Thian-lui-koay kiam danpukulan tangan kiri. Bum .... terdengar letusan keras dandebu mengepul tebal. Ketika kepulan debu lenyap,ditanah terkapar malang melintang sosok2 mayat daripaderi Penakluk-iblis, Dewa Kera, imam Siau Yau dankawan- kawannya ....

Tetapi Gak Lui sendiripun lelah sekali, ia telah

Page 847: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

847

tumpahkan seluruh tenaganya. Ia memutuskan untukmencari Wanita-pelebur tulang dan meminta Siu-mey.Tetapi lebih dulu ia hendak beristirahat memulihkantenaganya. Demikian ketika ia duduk bersemedhimemusatkan seluruh pikiranya tiba2 sebuah tangan yanghalus lunak telah mengelus- elus bahunya. Serempakbau yang amat harum berhamburan menyeranghidungnya. Gak Lui terkejut dan membuka mata. Ah,kiranya si wanita genit Pelebur tulang yang denganmenyungging senyum memikat, tengah lekatkantangannya yang halus runcing ke bahunya.

“Gak sauhiap, engkau menang. Sekarang tentulahengkau dapat meluluskan syaratku itu, bukan ?” serunyadengan suara merdu merayu. Ternyata ketika Gak Luitengah mengosongkan pikiran terbenam dalam semedhi,diam2 wanita genit itu menyelinap keluar dan lekatkantangannya pada jalan darah dibahu Gak Lui. Gak Lui takdapat berkutik lagi. Ia terkejut dan cepat2 siapkan tenagadalam Algojo-dunia. Asal wanita itu pancarkan tenagadalam untuk menghancurkan bahunya, iapun sudah siapuntuk mengembalikan. Tetapi ternyata wanita genit ituhanya tertawa: “Mengapa sauhiap diam saja ?Permintaanku itu layak sekali. Masakan engkau tak maumeluluskan?”

Sambil mencekal pedang Thian-lui-koay-kiam dengankedua tangannya, Gak Lui menjawab dingin : “Lepaskandulu tanganmu agar kita bicara dengan leluasa !”

“Baik,” seru wanita genit itu. Dengan agak ragu2 iasegera menarik pulang tangannya, “Kurasa engkauseorang cerdik. Dalam soal sekecil itu tentu dapatmemberi keputusan yang tepat!” Gak Lui memperhatikansetiap gerak gerik wanita itu. Dari pandang matanya yangbegitu menginginkan sekali akan pedang Thian-lui-koay-

Page 848: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

848

kiam dan sikapnya yang maju mundur hendakmencelakai dirinya, tahulah Gak lui bahwa wanita itumemang takut kepada pedang Thian lui koay-kiam.Karena itu dalam saat2 terakhir, wanita itupunmemperlunak sikapnya dan membatalkan niatnyahendak mencelakai.

“Lepaskan Siu-mey baru nanti kita berunding lagi,”kata Gak Lui setelah mengetahui kelemahan orang.Wanita genit itu tertawa mengikik : “Kalau begitu artinyaengkau setuju usulku untuk membentuk persekutuanbersama menguasai dunia persilatan ?”

“Aku tak mempunyai niat begitu !”

“Kalau begitu engkau bersedia meminjamkan pedangThian-lui- koay-kiam itu kepadaku?”

“Pusaka perguruan, lebih tak dapat diberikan kepadaorang !”

Kedua permintaannya ditolak, tawa wanita genitberobah seram: “Kalau kedua permintaanku itu engkautolak lalu dengan barang apa engkau hendak menukarSiu-mey ?”

“Dengan jiwamu akan kutukarnya!” kata Gak Luidengan nada bengis.

“Ha, ha, ha, ha .... ,” wanita genit itu tertawa lebar,“sauhiap, harap jangan memandang keliwat rendahkepadaku ... ha, ha, ha, ha ....”

“Hai, engkau hendak unjuk permainan apa itu?Adakah engkau mampu melebihi kekuatan barisan imamSiau Yau yang terdiri dari sembilanpuluh delapan jagoHitam itu ?”

“Sudah tentu tidak !”

Page 849: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

849

“Lalu apa modalmu ?”

“Kuberitahu dengan terus terang. Siu-mey telahkukuasai dengan ilmu penutuk istimewa. Dan saat inikusimpan dalam sebuah tempat rahasia. Kalau engkaumelukai aku, diapun akan mati juga!”

“Heh, heh,” Gak Lui tertawa mengejek, “engkau dapatmenguasai, aku mampu membebaskannya. Dan apakahengkau benar2 tak takut akan ilmu kepandaianperguruanku?”

Wanita genit itu terbeliak. Tetapi cepat ia dapatmenguasai ketenangan hatinya dan berkata pula: “Oh,tak kira semuda itu usia sauhiap, tetapi cara tindakanmubegitu ganas. Sekarang coba engkau jawab,bagaimanakah artinya kata2 'Seorang ksatrya dapatmembedakan budi dan dendam'. Apakah engkau anggapkata2 itu salah ?”

“Sudah tentu benar !”

“Itulah ! Diantara kita tiada dendam permusuhan danlagi dalam pertempuran tadi aku telah membantumu.”

“Engkau maksudkan soal kata-kataku mengenai Siu-mey itu ?”

“Benar, itupun salah satu.”

“Bagaimana kejadiannya ?”

“Barisan bersembunyi yang kami adakan kali ini,benar2 ketat sekali. Dan kawanmu itu menuju Ceng-sia,Jika tak kuhalangi tentu lain orang yang akanmerintanginya!”

“Hm ...”

“Dan lagi apabila tak kusembunyikannya di-tempatjauh, tentu akan jatuh kedalam tangan kawanan imam

Page 850: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

850

Siau Yau itu. Mereka telah mendapat perintah untukmembasmi habis-habisan. Taruh kata engkau dapatlolos, gadis itu tentu tak mungkin terhindar darikematian.” Tergetar juga hati Gak Lui. Diam2 iamengakui kata2 wanita genit itu memang benar. Lalukatanya : “Kalau begitu, engkau memberitahukan tempatbersembunyinya Penghitung-besi itu juga engkauanggap sebagai sebuah jasa ?”

“Sudah tentu begitu,” sahut siwanita genit, “selain ituakupun dapat memberitahukan tempat beradanya siMaharaja. Soal itu tentu lebih berguna kepadamu.”

“Kalau begitu silahkan bicara terus terang !”

Wanita genit tertawa riang : “Bicara sih tak jadihalangan. Tetapi ... engkau belum mengatakan janjimuyang tegas !” Gak Lui merenung, ujarnya: “Sebelum akuberjanji, hendak kutanyakan sebuah soal kepadamu.”

“Silahkan.”

“Sebagai anak buah si Maharaja, engkau hendakmembocorkan rencana Maharaja dan menghendakikematiannya. Kecuali ingin merajai dunia persilatan,alasan apakah maka engkau melakukan hal itu?”

“Ini ... ini .... alasan untuk merajai dunia persilatan,apakah belum cukup ...” jawab wanita genit itu sambilmainkan matanya yang bagus.

“Orang sebagai dirimu, tak mungkin hanyaberdasarkan alasan yang begitu sederhana. Lebih baikengkau katakan dengan terus terang.”

Wanita genit itu menggigit bibir mengicupkan ekormata lalu menghela napas panjang: “Terus, terang sajakukatakan bahwa Maharaja itu dengan aku ... memangmempunyai hubungan erat.”

Page 851: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

851

“Hm.”

“Tetapi setelah bergaul lama sekali, kuanggap diaseorang yang licin, tak boleh dipercaya..”

“Mengapa ?”

“Dia dapat mempelajari ilmu Suitan-pengikat-jiwa danJari-maut Kiu-im-coat-yang dari aliran Bu-kau yangsudah lama lenyap. Tetapi dia tak mau mengajarkankedua ilmu itu kepadaku. Dari situ jelas . , .. dia memangtidak jujur, Kelak mungkin dapat .... dapat….”

“Dapat meninggalkan engkau, bukan ?” tukas GakLui.

“Ya.”

“Apakah engkau amat sayang kepadanya ?”

“Tidak ! Tidak !” wanita genit itu menolak getas, “akutak mencintainya dan lagi aku memang tak sukadipermainkan orang. Peribahasa mengatakan “Yangturun tangan lebih dulu tentu menjadi kuat”. Benar tidak?”

“Mengapa engkau begitu bernafsu sekali hendakmempelajari ilmu dari aliran Bu-kau itu?”

“Kalau dapat mempelajari ilmu itu, sudah tentu besarsekali gunanya. Kalau engkau mau bersekutu, akankuberitahukan tentang rahasia keistimewaan dari ilmuitu.”

“Hm, kiranya ilmu yang digunakan Maharaja untukmelenyapkan kesadaran pikiran orang itu disebut Jari-maut Kiu-im-coat-yang. Kini aku baru tahu. Dan wanitaitu sebagai isteri si Maharaja, ternyata juga sangatbernafsu sekali untuk mempelajari ilmu sakti dari aliranBu-kau itu. Tujuan hendak menguasai dunia persilatan.

Page 852: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

852

Kedua suami isteri benar2 merupakan penjahat danpelacur!” diam2 Gak Lui menimang.

“Sauhiap rasanya pertanyaanmu tentu sudah cukup.Lalu bagaimana keputusanmu ?” tanya wanita genit itupula. Sambil mengangkat kepala, berkatalah Gak Luidengan tegas:

“Janjiku sederhana sekali. Asal engkau maumelepaskan pikiranmu untuk menguasai dunia persilatandan kembali kejalan yang terang, kali ini aku tentu relamelepaskanmu dan takkan menuntut perbuatanmu yanglalu.”

“Ih...,” wanita genit itu melongo, “kalau begitu jelasengkau tak mau meluluskan perjanjian itu dan tak maupula meminjamkan pedang....”

“Kerjasama, jelas tak mungkin. Maharaja biarlah akusendiri yang akan menghadapinya. Dan engkaupun takperlu meminjam pedang ini.”

“Apakah itu jawabanmu yang terakhir ?”

“Ya.”

“Apakah engkau tak dapat mempertimbangkanlagi….”

“Tak perlu ! Lekas bebaskan Siu-mey dan kita taksaling menganggu.”

Melihat keputusan pemuda itu tak dapat dirobah lagi,mata wanita genit itu berkilat-kilat. Tiba2 ia tertawa lalumenghela napas : “Baiklah, engkau tak mau menuntutperbuatanku yang lalu dan mau memberi jalan hidup,itupun sudah cukup baik. Sekarang silahkan ikut akuuntuk menolong kawan seperjalananmu itu.”

Melihat gerak gerik wanita genit itu, timbullah

Page 853: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

853

kecurigaan Gak Lui. Tetapi karena mengandalkankepandaiannya, ia segera menerima. Demikian keduanyasegera tinggalkan tempat itu. Kira2 sepeminum tehlamanya, tibalah mereka disebuah kobong, yalah tempatpembakaran genteng dan batu merah. Keadaan tempatkobong itu sudah amat rusak. Begitu tiba dimuka pintu,siwanita genit berkata : “Gak sauhiap, temanmu ituberada didalam. Silahkan engkau masuk !”

Gak Lui tak mau buru2 masuk, melainkanmenggunakan alat hidungnya yang tajam. Benar juga, iamemang dapat mencium bau tubuh Siu-mey.

“Tak perlu engkau curiga. Aku yang jalan di mukadan engkau ikut di belakangku,” seru wanita genit itu pulaseraya terus ayunkan langkah masuk kedalamnya lebihdulu, Gak Luipun segera mengikuti. Semula Gak Luimengira kalau tempat kobong itu tentu kosong tetapiternyata didalamnya penuh dengan tumpukan batumerah. Sepintas pandang, mirip sebuah barisan. Setelahmembiluk beberapa kali, tibalah keduanya ditengahruang. Tiba2 wanita genit menjerit ngeri. Gak Lui cepatloncat keatas tumpukan batu merah. Dilihatnya wanita itugemetar seperti orang kalap.

“Mengapa ?” seru Gak Lui. Dengan gemetar wanitaitu menyahut; “Ular...ular .... ular ....!”

“Ular ?” Gak Lui mengulang kejut. Pikirannya segeramenduga- duga apakah ular milik Siu-mey itu telah lepas.Kembali terdengar wanita itu mendesuh dan tubuhnyagemetar keras lalu tiba2 mengejang dan rubuhkebelakang. Melihat itu Gak Lui cepat loncat turun danhendak menolong. Tetapi pada saat ia membungkukkantubuh hendak memeriksa keadaan wanita itu, tiba2wanita itu secepat kilat gerakkan kedua tangannyamenutuk jalan darah dada Gak Lui. Gak Lui terkejut tapi

Page 854: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

854

tak keburu menghindar. Diam2 ia kerahkan tenaga dalamuntuk menerima tutukan. Crek ... tubuhnya condongkebelakang. Dengan menurutkan tutukan itu, Gak Luimelenting kebelakang. Tetapi ternyata wanita genit itumemang sudah siapkan rencana. Begitu Gak Luiterlempar kebelakang, cepat ia mencabut sapu tanganterus dikebutkan kemuka pemuda itu. Karena jalandarahnya tertutuk, gerakan Gak Luipun lambat. Iamencium bau wangi yang aneh dan berbangkis. Tetapimakin banyak ia menyedot bau harum itu, iapunterhuyung-huyung mundur sampai tiga langkah lalu jatuhterduduk ditanah. Ia hendak meronta, namun tenaganyasudah lunglai. Wanita genit itu tertawa mengikik. Denganmata yang genit ia berbangkit memandang Gak Lui.

“Budak kecil, engkau hebat sekali dapat menerimadua kali tutukanku. Justeru hal itulah yangmenyenangkan hatiku, ... hi, hi, hi...” wanita genit tertawamengikik Gak Lui terengah-engah. Ia berusaha hendakmenyalurkan tenaga-murni tetapi apabila darah melancarkeperut, ia rasakan nafsunya menggelora hebat. Kakidan tenaganya makin melentuk. Ia tetap tak dapatberbangkit.

“Ha, ha!” kembali wanita genit itu tertawa girang,“engkau masih tak mau menyerah dan tetap ngotothendak melawan? Coba hendak kulihat sampai berapalama engkau mampu bertahan ......” sambil berkata iaayunkan langkah menghampiri pemuda itu.

---oo^TAH^0^DewiKZ^0^Hendra^oo---

Bab 30 bagian 30.3

Gak Lui bingung. Dalam pandang matanya, wanitagenit itu berobah menjadi seorang wanita yang amatcantik sekali. Kalau ia tak dapat mengatasi, tentu akan

Page 855: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

855

dicelakai wanita itu. Diam2 Gak Lui lekatkan telapaktangannya ketanah untuk menyalurkan tenaga-dalamAlgojo-dunia. Matanya tak lepas memandang tajam ke-arah wanita. Wanita Pelebur-tulang memang seorangwanita yang berpengalaman. Melihat sinar mata pemudaitu memancar kemarahan, ia sengaja bergeliatan tubuhdan berseru genit:

“Jangan kuatir, budak kecil. Aku takkan memaksaorang yang kesusahan dan tak mau merayu orang. Akuinginkan engkau sendiri hilang kesabaran dan datangmengantar diri .... kulihat saat ini engkau masih dapatbertahan .... kita begini saja dulu, sampai ada yangmenyerah !”

Habis berkata wanita genit itupun duduk bersila padajarak satu meter dari tempat Gak Lui sambil menatappemuda itu lekat2. Satu meter adalah jarak yang dekat.Sekalipun tak bicara dan tak bergerak tetapi bau harumdari tubuh wanita itu, benar2 membaur kehidung Gak Lui,bagaikan aliran listrik yang menggetarkan deburjantungnya dan menggelorakan nafsu....

Gak Lui hampir akan hentikan usahanya menjalankanperedaran darah. Asal ia ulurkan tangan tentu segeradapat meraih wanita genit itu kedalam pelukannya. Iaberjuang mati-matian untuk menahan gejolak nafsu danbisikan iblis. Sekujur tubuhnya sampai mandi keringatdan gemetar keras. Dan akhirnya ia tak kuat lagibertahan...

Segera ia ulurkan tangan hendak meraih wanita itu.Tetapi baru saja tangannya yang gemetar itu bergeraktetapi serangkum angin dingin meniup tangannya.Ternyata tenaga dalam Algojo- dunia itu masih belumreda dayanya. Seketika ia seperti diguyur angin dingin.

Page 856: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

856

“Berbahaya sekali ! Hampir saja aku termakan siasathina dari wanita cabul itu dan melakukan perbuatan yangmemalukan...” ia menggerutu. Segera ia lekatkantangannya ketanah. Begitu wanita genit itu lengah, iasegera menampar perutnya sendiri. Tamparan itu telahmenghapus gejolak nafsunya dan semangatnyapuntimbul pula. Kini ia berhasil mengembalikan penyalurantenaga-dalamnya. Asal ia sudah dapat mengeluarkanracun-nafsu, tentulah tenaga murninya pulih. Tetapi iakuatir, waktu yang dibutuhkan itu akan terganggu olehtindakan wanita genit itu. Karena dalam keadaan saat itu,ia masih dikuasai wanita Pelebur-tulang.

Difihak wanita Pelebur-tulang yang banyakpengalaman itupun sudah memperhitungkan bahwa GakLui tentu tak tahan. Akhirnya pemuda itu akanmenyerahkan diri untuk memuaskan nafsunya.Membayangkan hal itu, tubuhnyapun meregang-regangdan nafsunya membinal. Pada waktu melihat Gak Luimengangkat tangan dan keringatnya mengucur deras,diam2 ia sudah bergirang dalam hati : “Hm, akhirnyaengkau tentu tak tahan, marilah kemari.....” Tetapiternyata pemuda itu hentikan gerak tangannya. Suatu halyang membuat wanita itu benar2 heran. Ia tak percayapemuda itu dapat menolak daya obat perangsang nafsu.Sebentar lagi tentu pemuda itu sudah menyerah kedalampelukannya.

“Baik, makin engkau kuat bertahan, makin bagus.Akupun tak terburu-buru dan akan menunggu sampaiengkau datang meminta sendiri. Saat itu barulah akankuisap tenaga- murnimu ....” wanita cabul itu menimang-nimang. Demikian keduanya tenggelam dalamkeheningan. Yang satu berjuang terus untukmengembalikan pengerahan tenaga- murninya. Yang lainsedang melamun akan kenikmatan yang akan diperoleh

Page 857: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

857

dari pemuda itu. Kedua-duanya sama2 menunggu. Takberapa lama sepeminum tehpun telah lalu. Penyalurantenaga-dalam yang dilakukan Gak Lui sedang mencapaipada tingkat penyatuan. Racun perangsang-nafsu telahdapat didesak sampai kelengannya. Sebentar lagi, yasebentar lagi tentu sudah selesai. Tetapi rupanya wanitagenit itulah yang tak sabar. Tiba2 ia bergeliat bangun.Melihat itu Gak Lui mengeluh tetapi tak berani berbuatapa2. Karena sedikit saja ia melakukan gerakan, tenaga-murninya tentu akan berhamburan binal dan ia tentuakan lumpuh, kehilangan seluruh ilmu kepandaiannya.Saat itu wanita genit telah melekatkan kedua tangannyayang halus ke bahu Gak Lui.

“Celaka !” karana tak dapat menghindar, Gak Luipunmengeluh. Dan karena gemetar, pedang Thian-lui-koay-kiam yang tersanggul pada bahunya tersentuh tangansiwanita genit. Wanita Pelabur tulang itu bukan wanitalemah. Ilmu silatnyapun tinggi. Cepat ia mendekappedang pusaka itu : “Hai, apakah ini bukan pedangThian-lui-koay-kiam ?”

Membayangkan pedang itu merupakan pusaka yangjarang terdapat dalam dunia persilatan, nafsu wanitaitupun turun. Cepat ia hendak melolos pedang itu, terusloncat mundur setombak jauhnya dan memeriksa pedangitu dengan wajah berseri gembira... Walaupun pedang itutelah diambil siwanita genit namun Gak Lui tak mauterkecoh. Asal ia segera pulih kembali tenaga-murninya,mudah sekali untuk merebut kembali pedang itu. Ia tetappejamkan mata dan pusatkan seluruh perhatiannya.Wanita Pelebur-tulang tak memperhatikan keadaan GakLui. Sambil mencekal pedang itu dengan keduatangannya ia memeriksa dengan teliti. Batang pedangyang terbungkus lekat dengan lahar itu, dikiranya adalahkerangka pedang. Begitu pula tangkainya, juga

Page 858: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

858

terbungkus dengan sutera. Tak usah seperti pedangyang kebanyakan.

“Aneh, mengapa pedang yang begitu termasyhurmempunyai kerangka yang begini aneh dan jugadibungkus dengan sutera. Kalau digunakan bukankah takleluasa sekali ?” pikir wanita itu. Ia hendak mencobapedang itu maka cepat ia mencabut batang pedang itudari kerangkanya. Tetapi : “Huh, mengapa tak dapatdicabut ?” Wanita itu terkejut dan heran sekali. Denganilmu kepandaiannya, masakan ia tak mampu mencabutsebatang pedang saja ! Ia penasaran, kerahkan tenagadan mencabutnya lagi. Uh .... pedang Thian-lui-koay-kiam tetap melekat pada kerangkanya.

“Setan, aku tak percaya kalau tak mampumencabut....” ia mencekal pedang ditangan kiri lalumencabut sekuat kuatnya dengan tangan kanan. Krek,krek…tali sutera yang tergantung pada tangkai pedangitupun putus berhamburan jatuh. Gak Lui terkejut tetapikarena ia sedang dalam keadaan tegang, ia hanyamerasa bingung tetapi tak dapat membuka suara. Benarjugalah. Setelah merobek suteranya, wanita itumencengkeram tangkai pedang dan tiba2 ia sepertikerasukan setan. Sepasang matanya yang beningseketika berobah seperti setan yang haus darah. Keduapipinya yang merah, pun memancar sinar darah. Wanitaitu telah tercengkeram dalam tenaga-sakti pedang Thian-lui-koay-kiam. Dari seorang wanita yang cantik saat itutelah berobah menjadi seorang wanita haus darah.Tampak mata wanita itu berkilat-kilat memandangkesekeliling. Segera pandang matanya tertumbuk padaGak Lui. Saat itu tangan Gak Lui pun mulai diangkatkeatas. Keringat panas berderai2 mengucur dari telapaktangan. Keringat yang mengandung racun perangsangnafsu ....

Page 859: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

859

“Bunuh…!” Memekiklah mulut wanita itu laksanaseekor singa betina. Dan pedang Thian lui koay-kiampunsegera diayunkan kearah kepala Gak Lui yang saat itumasih tercengkam dalam usahanya untuk menyalurkankeluar racun perangsang-nafsu. Tepat pada saat pedanghanya kurang beberapa belas senti dari kepala Gak Lui,pemuda itupun beruntung telah dapat mengucurkankeringat racun yang terakhir. Cepat ia gerakkan tangankiri, pancarkan tenaga-dalam-penyedot kearah ujungpedang. Wanita genit itu terkejut ketika dapatkan ujungpedang condong kesamping dan pada lain saat terusdicengkeram tangan Gak Lui.

“Bunuh, bunuh !” demikian yang terisi pada benakwanita genit itu. Cepat ia memegang pedang itu dengankedua tangannya lalu dengan sepenuh tenaga iamenyabat pemuda itu. Saat itu Gak Lui masih dudukditanah tetapi tenaga-murninya sudah pulih. Jika mauadu kekerasan, wanita itu tentu hancur. Tetapi ia masihmembutuhkan keterangan wanita itu tentang keadaan siMaharaja. Ia harus menangkap wanita itu hidup2. Cepatia keraskan tenaga-dalam-penyedot sehingga wanitagenit itu terseret maju dan begitu dekat, Gak-Lui segeramenyongsong dengan tangan kanan yang dilambaridengan tenaga-dalam Algojo dunia. Bum... terdengarjeritan ngeri dari si wanita genit. Ia lepaskan keduatangan dan tubuhnyapun terlempar sampai beberapameter, bruk.... membentur tumpukan batu merah. Batumerah berguguran menimpa wanita itu sehingga teruruk.Karena tumpukan batu merah itu ambruk makaterbukalah sebuah tempat kosong dan serempaktampaklah sebuah tangan yang halus, bersinarkeemasan. Melihat itu girang Gak Lui bukan kepalang.Ya, tak salah lagi, tangan bersinar emas itu adalahtangan Siu-mey yang memakai gelang ular. Cepat ia lari

Page 860: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

860

menghampiri dan memeluknya. Ternyata jalan darahnona itu telah tertutup oleh tutukan jari. Cepat Gak Luisalurkan tenaga dalam untuk menolongnya. Beberapasaat kemudian Siu-mey tersadar. Begitu melihat keadaandalam tempat itu, ia berseru : “Hai, mengapa aku beradadisini. Mana wanita cantik itu.....”

“Yang engkau maksudkan tentulah wanita Pelebur-tulang itulah,” kata Gak Lui.

“Mungkin benar,” kata Siu-mey, “dia mengatakandatang dari gunung Ceng-sia dan akan menemani akumengundang beberapa tokoh sakti. Setelah itu lalumenyongsongmu.”

“Engkau ditipu ! Wanita itu bukan saja tak datang dariCeng-sia, pun dia itu gerombolan musuh yangbersembunyi dikuil Ho-ping si itu. Tujuan menangkapmuyalah untuk ditukarkan dengan pedang Thian-lui koay-kiam.”

“O,” Siu-mey mendesuh, wajahnya tersipu merah,“makanya ketika aku berputar diri tiba2 kurasakanpunggungku kesemutan dan saat itu aku tak tahu apayang terjadi lagi. Kiranya wanita busuk itu menggunakantipu siasat untuk mencelakai diriku. Lalu dimanakahwanita itu ?”

“Dia sudah terpendam dalam tumpukan batu merahyang ambruk itu,” Gak Lui menunjuk pada tumpukanmerah yang menggunduk tinggi.

“Bagus, aku harus membuat perhitungan dengan dia!” seru Siu mey seraya terus loncat ketempat gundukbatu merah itu. Ia hendak membalas dendam kepadasiwanita genit. Gak Lui buru2 mencegahnya. Lalu iagunakan tenaga-dalam- penyedot menghantam gundukbatu merah itu. Beberapa batu merah segera

Page 861: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

861

berhamburan mencelat keatas. Setelah batu merah itutersisih kesamping, tampaklah tubuh siwanita genitterkapar ditanah. Wajahnya pucat lesi, pakaian danmulutnya berlumuran darah .... Gak Lui menyadari bahwawanita itu tentu menderita luka parah akibat hantamantenaga dalam Algojo-dunia yang dilancarkan tadi. Cepatia menghampiri dan memberi saluran tenaga-dalam. Takberapa lama kemudian, pendarahan wanita itupunberhenti. Dengan napas terengah-engah, ia dapatsadarkan diri. Pertama-tama ia melihat Siu-mey dan GakLui menjaga disampingnya. Iapun coba untukmengerahkan tenaga-dalam tetapi ah.... ia menyadarikalau menderita luka parah sekali dan tentu sudah matikalau tak disaluri tenaga-murni Gak Lui.

“Terima kasih….aku tak mempunyai maksudmembunuh orang ….harap kalian...memaafkan ...”katanya tersekat-sekat. Kalau teringat bagaimana wanitaitu gunakan racun perangsang- nafsu, Gak Lui memangmasih mendongkol. Tetapi menilik bahwa wanita itu takmencelakai Siu-mey. Gak Lui agak lunak hati. Iamengangguk ! “Asal engkau sudah menyesal dan sadar,kami tentu memaafkan.”

“Sungguh ....?”

“Orang yang sudah menyadari kesalahannya, itusudah kembali kejalan benar.”

“Ah….kalian ... memang baik .... aku sungguh ....menyesal.... sayang .... terlambat ....” wanita genit itukatupkan mata dan mengucurkan air mata. Gak Luidapatkan napas wanita itu makin lemah. Buru2 iatambahkan tenaga-dalamnya. Dan wanita itupun kembalidapat menghela napas pula, ujarnya tersekat: “Sauhiap,harap dengarkan baik2…..aku… kukatakan tentangMaharaja……”

Page 862: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

862

“Silahkan,” Gak Lui mengangguk.

“Saat ini dia berada digunung im-leng-san...giatmempelajari... ilmu pedang….sebelum pertemuan diCeng-sia ... dia takkan muncul....”

“O, apakah ilmu pedangnya hebat sekali ?”

“Gunung Im-leng-san...merupakan tempat....pusathawa dingin Im han...dapat membantu peyakinannya...sauhiap, kalau kesana .... harap berhati-hati....”

“Apa yang harus dijaga ?” Siu-mey menyelutuk.

“Masuk ke gunung itu ....harus berjalan ....sebelahselatan menyingkiri api...jangan keliru berjalan di sebelah.... utara.....”

“Tadi engkau mengatakan sebelum pertemuan diCeng-sia, dia tak mau unjuk diri. Lalu siapakah yangakan bertemu dengan dia itu ?” tanya Siu-mey pula.

“Itu ... itu.....” rupanya wanita itu sudah tak bertenagalagi sehingga mengucap dua patah kata saja sukartampaknya, ia pejamkan mata, kepala melentuk danputuslah jiwanya....

“Siapa orang itu ? Lekas kasih tahu.... hai,bangunlah...bangunlah...!” Siu-mey berulang-ulangmengguncang bahu wanita itu namun wanita itu sudahmeninggal dunia.

“Tak perlu ditanya, dia sudah meninggal,” akhirnyaGak Lui menarik pulang tangannya. Siu-mey menghelanapas. Keduanya lalu mengubur mayat wanita itu.Setelah itu keduanya menuju kegunung Ceng sia-san.

---oo^TAH^0^DewiKZ^0^Hendra^oo---

Bab 31 bagian 31.1 Bab 31.

Page 863: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

863

Lidah pedang Gunung Ceng-sia-san saat itu seolah-olah diliputi oleh hawa pedang. Masih kurang tujuhdelapan li dari gunung itu, Gak Lui dan Siu-meyberpapasan dengan rombongan2 partai persilatangolongan putih. Diantara terdapat kaum paderi, imam,orang biasa. Jumlahnya tak terhitung banyaknya. Begitumelihat Gak Lui, mereka lalu mengirim pertandaanrahasia lalu berbondong menyambut pemuda itu.Demikian setelah melalui beberapa pos penjagaan,akhirnya mereka tiba di kaki gunung. Tampak diatasgunung, sosok2 tubuh manusia yang hilir mudik amatsibuk. Dari gerakan langkah mereka yang tangkas,tahulah Gak Lui bahwa mereka tentu tokoh2 yangberilmu tinggi. Beberapa saat kemudian muncul belasantokoh menyongsong kedatangan Gak Lui. Yang beradadidepan adalah ketua perguruan Ceng-sia-pay, ThianLok totiang. Tampak imam tua itu masih segar bugar danbersemangat. Dengan tersenyum ia bersikap ramahsekali kepada Gak Lui. Yang kedua yalah Sebunsianseng, tokoh perguruan Kun-lun-pay. Biasanya diaamat periang tetapi saat itu sikapnya tenang dan takbanyak bersenyum. Jelas tokoh itu masih bersedih ataskematian Tanghong sianseng, saudara seperguruannya.Kemudian paderi Tek Yan taysu, tokoh perguruan Go-bi-pay. Sikapnya biasa tetapi wajahnya agak serius.Tentulah mengandung sesuatu dalam hati. DibelakangTek Yan taysu, tegak berjajar ketua perguruan Kong-tong-pay, yalah imam Wi Ih dan keempat saudaraseperguruannya. Juga Hui Hong taysu dari Siau-lim-siturun menyambut. Tetapi sikap ketua Siau lim si ituberlainan dengan yang dulu. Dulu ia pernah menjanjikanakan memberi penjelasan tentang diri Gak Lui dihadapanpartai2 perguruan silat, tetapi saat itu tampak dia agak

Page 864: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

864

tak acuh.

Gak Lui yang cerdik segera dapat meneropongperasaan tokoh2 silat itu. Kecuali Thian Lok totiang yangtelah mendapat kembali suhengnya Ging Sing totiang,yang lain2 itu tentu masih mengandung rasa tak puasatas kematian dari saudara2 seperguruan mereka yanghilang dan ternyata menjadi kaki tangan Maharaja,kemudian mati dibunuh Gak Lui. Karena menyadari apayang terkandung dalam hati mereka, Gak Lui pun takmenyesal atas sikap mereka yang mengunjuk takbersahabat itu. Di samping rombongan tokoh2 itu,tampak juga paderi Kak Hui, seorang paderi dariperguruan Heng-san pai yang berusia lebih kurangempatpuluh tahun. Ketua Heng-san-pay, Hwat Hongtaysu, telah binasa di depan mata Gak Lui. Sedang HwatTo taysu, pun juga dari Heng-san- pay, telah mati ditangan Hong-lian. Karena hal2 itu, tak heran kalau sikapKak Hui tampak kaku.

“Ha, ha, sauhiap sudah tiba kemari. Dengan begitudapatlah kulepaskan sebuan beban perasaan dalamhatiku...,” Thian Lok totiang berseru menyambut. Sebunsianseng dan rombongan tokoh2pun segera mengucapkata2 sambutan. Gak Lui dan Siu-mey sibuk juga untukmembalas hormat. Demikian setelah saling membalassalam, akhirnya beberapa tokoh angkatan tua segeraminta Gak Lui berdua masuk ke dalam gedung untukmelanjutkan pembicaraan lagi. Tetapi rupanya Hwat Luitojin tak kuat menahan kesabarannya lagi, ia melangkahmaju dua tindak. Sebelum membuka mulut, iamemandang pedang yang tersanggul di pinggang GakLui. Hal itu cukup dimengerti Gak Lui. Tentulah orangheran mengapa tak menyelip pedang Pelangi.

“Aku harus meminta maaf sebesar-besarnya,” buru2

Page 865: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

865

ia memberi penjelasan, “bahwa pedang Pelangi telahjatuh di tangan si Maharaja. Tetapi aku memberi jaminanbahwa tak lama lagi pedang itu tentu kembali ....” Karenadidahului berkata, imam Hwat Lui pun tertegun.Kemudian dengan nada kurang senang ia bertanya:“Setelah membuat pedang itu jatuh ke tangan musuh,apakah saudara masih sanggup untuk mendapatkankembali ?”

“Aku tentu dapat merebutnya kembali danmenyerahkan kepada totiang,” sahut Gak Lui tegas.

“Kalau sampai gagal, bukankah perguruan kami akanmenggigit jari ?”

“Kusediakan nyawaku untuk jaminan !”

“Jiwa ?” Hwat Lui tojin mendengus, “jiwamu itu suatusoal dan pedang pusaka perguruan lain soal lagi !”Mengingat akan kematian ketiga tokoh tua dari Bu-tong-pay, Gak Lui tak mau meladeni kata-kata Hwat Lui yangtajam. Tetapi Siu- mey tak dapat menahan kemengkalanhatinya lagi. Nona itu segera melengking: “Kalau engkohLui bilang akan mengembalikan tentu akanmengembalikan sungguh2. Mengapa engkau bicara takkeruan begitu ?” Rasa sedih dan penasaran Hwat Lui,ditumpahkan kepada nona itu. Sambil mencekal batangpedang ia berseru: “Urusan ini tiada sangkut pautnyadengan dirimu. Sebaiknya jangan ikut campur. Atau ....hem !”

“Bagaimana ?”

“Jangan kira kalau pedang perguruan Bu-tong-pay itutidak tajam !”

“Bagus !” Siu mey marah dan melangkah maju:“Dengan kata dan ucapan yang baik tak dapat

Page 866: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

866

menasehati engkau. Terpaksa harus kuberi pelajaran,agar kelak kemudian hari dapat berobah baik!”

Dalam pada itu ketiga imam dari Bu-tong-pay puncepat mencabut pedang. Melihat itu Gak Lui melesat kemuka Siu-mey. Begitu pula Thian Lok totiang danbeberapa tokoh lain, mencegah tokoh2 Bu tong-paysupaya jangan berkelahi dengan seorang nona yanglebih muda umur dan tingkatannya. Nasehat itu telahmembuat Hwat Lui totiang tersipu merah wajahnya.Tiba2 dari atas gunung muncul dua sosok bayangan.Terdengar salah seorang tertawa nyaring dan berserumemanggil Gak Lui dengan sebutan 'engkoh Lui'.Ternyata yang datang itu Pukulan-sakti The Thaybersama puterinya, The Hong-lian. Melihat kedatanganadik seperguruannya, hilanglah kemarahan Siu-mey.Dengan gembira ia menyambut kedatangan Hong-lian.Kedua nona itu bercakap cakap sendiri. Melihat itu ketuaHeng-san-pay yakni paderi Kak Hui berbatuk lalumeminta Gak Lui naik ke atas gunung. Gak Luipunmenerimanya. Mereka segera menuju ke paseban besargunung Ceng-sia. Ketika hampir tiba di gedung itu,kembali muncul dua rombongan. Yang dari sebelah kiriternyata siburung cantik dari gunung Busan, yakni Yan-hong. Pertemuan Gak Lui dengan nona itu amatmenggembirakan sekali. Gak Lui lalumemperkenalkannya kepada Siu-mey dan Hong-lian.Ternyata mereka bertiga sudah pernah berjumpa tetapibelum akrab. Saat itu mereka bertiga tampak gembirasekali karena mendapat kawan yang mencocoki hati.Sedang yang muncul dari sebelah kanan yalah si Raja-bengawan Gan Ke-ik ketua Partai Gelandangan sertaketua perguruan Kiu- hoan-bun Rajawali-tanpa-bayanganIh Lo-cin. Oleh karena kedua tokoh itu ketua dariperguruan persilatan maka kemunculan mereka disambut

Page 867: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

867

serempak oleh para ketua partai persilatan.

“Ah, harap sekalian ciang-bunjin jangan sungkan.Aku hanya mempunyai sedikit urusan dengan Gaksauhiap.....” kata Gan Ke- ik.

“Silahkan, pangcu bicara dengan Gak sauhiap,” kataThian Lok totiang, “kami akan menunggu di sini.” Melihatsi Rajawali-tanpa-bayangan, diam2 tergetarlah hati GakLui. Ia ingat tokoh itu pernah mengatakan, apabilaberjumpa lagi tentu akan mengajak adu kepandaian. Iakuatir orang itu akan menantangnya. Maka setelah ThianLok totiang selesai bicara, Gak Luipun minta kepadaketiga nona itu supaya menyingkir dulu. Ketiga nonaitupun menurut, hanya Pukulan-sakti The Thay yangmasih menemani Gak Lui. Setelah itu Gak Luipun mintakepada sekalian tokoh2 supaya masuk lebih dulukedalam ruangan. Begitu selesai urusannya dengan GanKe-ik, ia tentu segera masuk. Setelah para ketua dantokoh2 persilatan masuk kedalam ruangan, barulah GanKe-ik menunjuk kepada Rajawali tanpa bayangan danberkata kepada Gak Lui: “Sauhiap, kiranya engkausudah kenal dengan saudara ini.”

“Ya, kami sudah pernah berjumpa.”

“Dia adalah sahabatku selama 20 tahun yang lalu.Sungguh tak terduga kalau sampai bentrok denganengkau. Maka hari ini sengaja datang untukmendamaikan hal itu. Harap engkau menerima denganlapang hati.”

Gak Lui tertawa nyaring : “Ah, sudah tentu akumenerima dengan gembira sekali atas kelapangan haticiang-bunjin. Soal kesalahan membunuh anak murid Kiu-hoan-bun, dengan ini aku menghaturkan maaf yangsedalam dalamnya.” Rajawali-tanpa-bayanganpun

Page 868: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

868

menyahut dengan sungguh2 :

“Perkelahian dalam dunia persilatan, tentu berakibatterluka atau mati. Soal salah faham yang lalu itu, takperlu kita ungkat lagi. Yang penting yalah mengatur carauntuk menghadapi kawanan Maharaja itu !” Serta mertaGak Lui menyambut pernyataan itu dengan hormat:

“Ketujuh partai persilatan telah menunggu didalamruangan besar. Maaf aku hendak menemui mereka, barunanti akan menemani saudara lagi ....”

“Aneh,” kata Gan Ke-ik sambil mengurut janggut,“Jika soal itu menyangkut kepentingan umum, mengapamereka tak mau mengundang kami. Apakah ada suaturahasianya….”

“Ah, soal itu bukan rahasia apa2 .....” sahut Gak Luitersenyum.

“Lalu mengapa begitu dirahasiakan ?”

“Pangcu tentu mengetahui peristiwa kembalinyaThian Wat totiang, bukan ?”

“Ya.”

“Semula Thian Wat totiang itu telah dikuasaiMaharaja dan menjadi anggauta Topeng Besi selamabertahun-tahun. Kini setelah dapat kubebaskan,beberapa ketua partai persilatan juga akan menanyakantentang orang2 mereka yang hilang....”

“Benar, kemanakah orang2 itu ?”

“Karena kesalahan tangan, mereka telah kubunuh !”

“O….,” Gak Ke-ik terkejut, ''tentang imam Ceng Ciyang engkau kesalahan membunuhnya, memang telahkudengar. Tetapi kalau hanya berdasarkan soal itu lalumereka hendak cari2, bukankah akan merepotkan

Page 869: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

869

engkau ?”

Gak Lui tertawa tawar : “Memang dunia ini penuhdengan kesukaran. Akupun tiada niat hendak berbantahdengan mereka. Segala apa, biarlah aku sendiri yangtanggung. Tentu ada jalan untuk menyelesaikannya.”

“Perlukah kita membantumu ?”

“Tak perlu, disana ada The Thay cianpwe yang akanbantu menjelaskan.” Akhirnya Gan Ke-ik mempersilahkanGak Lui untuk menemui mereka. Apabila ada keperluan,supaya lekas memberitahu. Demikian Gak Luipun lalubersama Pukulan-sakti The Thay masuk kedalam ruangbesar. Karena dahulu pernah mengunjungi, maka GakLui tak asing dengan tempat itu. Berpuluh-puluh kursidan meja telah disiapkan dalam ruang itu. Diantaranyatampak tujuh buah kursi kehormatan untuk tujuh ketuapartai persilatan. Kesemuanya diatur dengan rapimenurut susunan tingkat kedudukan masing2. SetelahGak Lui dan The Thay dipersilahkan duduk, maka tuanrumah yakni Thian Lok totiang segera berseru nyaring.

“Gak sauhiap, kuingat tempo hari engkau datangkemari dengan membawa obat dan menolong jiwaku.Begitu pula ketika markas Ceng sia-san ini dikepung olehkawanan Sam-koay, engkaupun telah membantu....”

“Tentang penyakit yang diderita suheng totiangakupun telah mendapatkan obat Kiu-coan-ting-sin-tan.Mudah-mudahan pil itu akan dapat menyembuhkannya,”Gak Lui menukas.

“O ... kebetulan sekali,” seru Thian Lok totiangdengan gembira, “budi bantuan sauhiap, sungguh besarsekali kepada perguruan kami.”

“Ah, harap totiang jangan mengatakan begitu.

Page 870: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

870

Menolong orang, itu sudah kewajiban. Tak perlu harusmengharap balas.”

“Tetapi ....,” Thian Lok totiang sengajamemanjangkan nada suaranya dan memandang kearahhadirin, “semangat sauhiap itu sungguh sikap seorangkesatrya. Dalam soal ini.... kurasa sekalian orang tentuakan mengakui.” Gak Lui tahu bahwa para ketua partaipersilatan itu tentu akan meminta keterangan tentangtokoh2 perguruan mereka yang tiada beritanya itu.Ucapan Thian Lok totiang itu jelas suatu pembelaanuntuknya agar para ketua partai persilatan itu menjadidingin hatinya.

“Ah, ucapan totiang itu keliwat memanjakan diriku,”seru Gak Lui, “kurasa para ciangbunjin dan tokoh2 yanghadir di sini, tentu memikirkan tentang saudaraseperguruannya yang tiada ketahuan nasibnya itu. Makajika ada yang hendak bertanya, silahkan, harap jangansungkan !”

Sebenarnya Thian Lok totiang hendak menghindarisuasana itu tetapi ternyata Gak Lui sudah menukasdengan terus terang. Seketika wajah ketua Ceng-sia-payitu berobah. Ia kehilangan faham.

“Gak sauhiap,” berseru Hui Gong taysu dari Siau-lim-si, “akupun mengakui bahwa engkau telah menolongjiwaku dengan pemberian obat itu. Budi itu takkankulupakan selama lamanya. Tetapi suhengku Hui Ki itumerupakan tetua dari perguruan Siau- lim. Tentangkematiannya.....terpaksa aku tak boleh tinggal diam danterpaksa menanyakan !” Dalam mengucap kata2 itutampak wajah ketua Siau-lim-si itu rawan dan berduka.

Imam Wi Ih dari Kong-tong-pay, Hwat Lui dari Bu-tong-pay dan Kak Hui dari Heng-san-pay tampak

Page 871: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

871

menganggukkan kepala menyetujui. Sedang Sebunsianseng dan Tek Yan taysu dari Go-bi pay tiadakehilangan orang, maka dalam urusan itu mereka takmenyatakan apa2.

“Terus terang taysu,” Gak Luipun menyahut dengannada bersungguh, “suheng taysu telah kubunuh secaratak sengaja. Dalam hal itu aku sungguh merasamenyesal sekali.”

“Soal itu akupun sudah tahu,” kata Hui Gong.

“Tetapi menilik kepandaian sauhiap, kiranya takmungkin sampai terjadi hal yang sedemikian itu !”

“Dalam pertempuran, memang sukar untukmencegah kesalahan tangan. Adalah karenakepandaianku yang rendah maka sampai tak dapatmenguasai permainanku !” Mendengar itu Hui Hongtaysu maju selangkah dan menegas ;

“Apakah benar begitu ?” Melihat suasana itu, TheThay yang sejak tadi diam saja, kini berseru nyaring :“Saudara2 sekalian, dalam soal itu kiranya akulah yangpaling mengetahui jelas. Harap saudara2 mendengarkanpenjelasanku....”

Gak Lui tergetar hatinya. Ia menatap jago tua itudengan pandang mata mencegahnya jangan ikut campurdalam persoalan itu. Rupanya The Thay tahu akanmaksud Gak Lui. Ia merasa kalau salah bicara. Dan lagipemuda itu tadi sudah mengatakan bahwa segala apayang akan terjadi dalam rapat pertemuan itu adalahmenjadi tanggung jawabnya semua. Kalau iamengatakan bahwa yang membunuh tokoh2 daribeberapa partai persilatan itu, antara lain dilakukan olehHong-lian, tentu akan lebih ruwet dan sulit lagi akibatnya.

Page 872: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

872

---oo^TAH^0^DewiKZ^0^Hendra^oo---

Bab 31 bagian 31.2

The Thay tiba2 mendapat akal dan segera merobahnada pembicaraannya.

“Aku sendiri pernah ditawan oleh gerombolanKerudung Hitam dan Topeng Besi digunung Hek-san.Disana aku disuruh membuat pedang. Untunglah Gaksauhiap datang menolong dan berjumpa dengan anakperempuanku Hong-lian. Mereka lalu dikepung musuh.Dalam gugup, Gak sauhiap telah bertindak agak cepatsehingga selain Thian Wat totiang, pun yang lain2.... ikutmenjadi korban !” Dengan kata2 itu, The Thay telahmenuturkan apa yang telah terjadi tetapi tak sampaimenimbulkan reaksi yang menyulitkan Gak Lui. Tetapirupanya ketua Siau-lim-si Hui Hong taysu curiga.Memandang kearah The Thay, ia menegas dengan nadadingin :

“Apakah omongan The sicu itu dapat dipercaya ?”

“Sungguh......” kata The Thay menelan air liurnya lalumenyusul lagi, “kalau menilik kepandaian Gak sauhiap,memang tak mungkin sampai terjadi hal begitu. Tetapidalam pertempuran itu karena kepandaian anakperempuanku masih dangkal, beban Gak sauhiapmenjadi bertambah berat karena ia harus membagiperhatian untuk melindungi anak itu. Demikian pulakarena diriku, Gak sauhiap bertambah berat lagibebannya. Karena itu maka sampai timbul peristiwa yangtak diinginkan.....”

“Hm...,” karena menganggap alasan itu cukupberalasan maka Hui Hong taysu hanya mendesah. Ia

Page 873: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

873

hanya menghela napas:

“Omitohud! Suhengku Hui Ci memang telahmelakukan banyak kejahatan tetapi dia dikuasaiMaharaja, pikirannya tidak sadar. Ah sungguh tak kirakalau semasa hidupnya suheng telah menuntutkehidupan yang begitu cemar dan kemudian mati secarabegitu mengenaskan. Ai, soal itu, tak tahu akubagaimana harus mempertanggung jawabkan kepadapara leluhur Siau-lim….”

“The sicu, Gak sauhiap,” tiba2 Wi Ih totiang dariperguruan Kong- tong-pay membuka mulut, “aku jugaingin bicara sedikit.”

“Silahkan.”

“Perguruan kamipun tidak beruntung. Toa-suheng WiCun telah menghianati perguruan dan ikut dalamgerombolan kaum Hitam. Sebagai seorang ketua, akuterpaksa harus bertindak untuk membersihkan noda2dalam tubuh perguruan Kong-tong-pay.”

The Thay mengangguk: “Tindakan tegas dari totiangitu, memang sesuai dengan jiwa dan semangat seorangketua. Sungguh suatu hal yang harus mendapatpenghormatan. Setiap kaum persilatan harus dapatmengetahui tindakan totiang!”

“Ah, jangan terlalu memuji,” kata Wi Ih totiang, “tetapi... ketika murid hianat Wi Cun itu masuk ke Ceng sia,telah diketahui Gak Lui. Dan pada kedua kalinya bertemudigunung Hek-san, tentulah Gak sauhiap tak asing lagikepadanya. Anehnya, mengapa Gak sauhiap takmenangkapnya hidup2 saja lalu diserahkan kepada kamiagar kami dapat memberi pertanggungan jawab?”

Mendengar itu Gak Lui balas bertanya: “Maksud

Page 874: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

874

totiang bukankah hendak menyalahkan aku mengapamain hakim sendiri ?”

Wi Ih totiang merah mukanya: “Kejahatan Wi Cundalam dunia persilatan, memang sudah selayaknyadibunuh, tetapi…dia adalah murid kepala dari perguruankami. Dalam kedudukanku, akupun juga harusmelaporkan pada sekalian angkatan tua dari leluhur yanglalu, baru dapat memberi keputusan. Apalagi engkau...”

“Ucapan totiang memang beralasan,” cepat2 TheThay menukas karena kuatir imam itu akanmengutarakan kata2 yang tak sedap didengar, “menurutperaturan, memang suheng totiang itu harus diserahkankepada ketua Kong-tong-pay dan dimintaipertanggungan jawab. Tetapi ketika aku ditawandigunung Hek- san, dialah yang menjaga diriku. Lain2anak buah Maharaja itu menurut perintahnya saja.Adalah demi menolong diriku maka Gak sauhiap harusmemikirkan kepentingan kedua belah fihak. Karena itu ....kalau totiang tak puas akan peristiwa itu, baiklah totiangumpankan kemarahan totiang kepada diriku saja !”

Beberapa anak murid Kong-tong-pay berobahwajahnya. Begitu pula Wi Ih totiangpun segeramemandangnya lekat2 : “The sicu, betapapun engkauhendak berputar lidah tetapi tanggung jawab itu tetapada pada Gak… Gak sauhiap. Sekalipun engkaumengaku bertanggung jawab, tetapi kamipun tetaptakkan mencari engkau !”

Enak kedengarannya ucapan itu tetapi artinya cukupmenyinggung perasaan. Dengan kata2 itu jelas kalauThe Thay itu dianggap remeh, sehingga tak sepadankalau harus disuruh bertanggung jawab. The Thayberwatak berangasan juga. Tetapi memandang Gak Lui,terpaksa ia hanya mengertak gigi menahan

Page 875: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

875

kemarahannya.

Melihat itu, cepat Gak Luipun menyanggapi: “Baiklah,totiang menghendaki aku yang bertanggung jawab.Akupun takkan menghindar. Lalu apakah yang totiangmaukan dari aku?”

“Ini.....,” pertanyaan itu membuat Wi Ih totiangtertegun sendiri. Sebenarnya ia memang mempunyaikesan baik kepada Gak Lui. Sedang suhengnya, Wi Cuntotiang itu, memang sudah seharusnya dibunuh. Tetapidalam kedudukan sebagai seorang ketua partaipersilatan, terpaksa ia harus mengurus hal itu. Hanyaketika menghadapi pertanyaan Gak Lui, memang ia takdapat memberi jawaban. Dalam detik2 keheningan itu,tiba2 berserulah Kak Hui dari perguruan Heng san. Diamasih muda, baru berumur sekitar 40- an tahun. Diantaragolongan ketua persilatan, boleh dikata dia yang palingmuda.

“Gak sauhiap,” serunya, “menurut suasanapembicaraan, sepertinya kita menyalahkan engkau.Tetapi sebenarnya engkau telah melupakan sebuah hal.”

“Dalam hal apa?”

“Kudengar Hui Hong cianpwe pernah mengatakan.Beliau menasehati engkau supaya membawa kawananTopeng Besi itu kepada masing2 perguruannya agardiberi hukuman sendiri. Tetapi rupanya engkau tetapberkeras tak mau dan hendak mengadili sendiri. Denganbegitu akhirnya harus menghadapi keadaan seperti saatini !”

Mendengar itu diam2 Gak Lui terkejut. Pikirnya :“Sebenarnya aku memang sudah bertindak hati2, tetapiternyata adik Hong liang telah bertindak terlalu terburunafsu sehingga menjadi begini akibatnya....”

Page 876: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

876

“Totiang !” sahut Gak Lui. “dunia ini penuh dengansoal yang tak seperti kita harapkan. Oleh karena itudalam peristiwa ini, aku tak mau menghindari tanggungjawab. Akupun tak menyalahkan engkau hendakmendesak aku !”

“Kalau begitu baiklah,” sahut paderi dari Heng-sanitu, “memang kematian suhuku ditangan gerombolanpenjahat itu, aku tak mempersalahkan engkau. Tetaptentang kematian paman guruku Hwat Gong itu, akuterpaksa mempersalahkan engkau !”

Gak Lui kerutkan dahi lalu menyahut: “Sudahkukatakan, bahwa aku bersedia mempertanggungjawabkan hal itu !”

Habis berkata ia memperhatikan bahwa wajah HwatLui tampak mengerut seperti hendak bicara. Maka GakLuipun lalu berpaling kearah mereka bertiga, serunya :“Jika perguruan totiang masih hendak mengutarakan apasaja, silahkan bilang !”

Hwat Lui segera menyambut : “Perguruan kami Bu-tong kiam-pay sudah termasyhur diseluruh dunia.Sekalipun paman guru kami Ceng Ci telah lenyap, tetapimarkas digunung Bu-tong-san tetap tak kurang suatuapa. Tetapi setelah engkau datang ke gunung kami,ketua kami Ceng Ki totiang menjadi co-hwe jip-mo danbinasa !” Berhenti sejenak, Hwat Lui melanjutkan pula :“Sebelum menutup mata, beliau telah memberikanpedang pusaka perguruan Bu- tong kepadamu.Pengganti ketua yalah Ceng Suan totiang, demi menjagapedang pusaka itu telah turun gunung tetapi sungguhnaas sekali, akhirnya beliau telah binasa ditanganMaharaja.....”

Berkata sampai disini ketiga imam dari perguruan Bu-

Page 877: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

877

tong-pay itu sampai mengucurkan air-mata. Denganberlinang-linang Gak Lui berkata, “Budi kebaikan keduatotiang itu, aku sungguh amat berterima kasih sekali.....”

“Kedua cianpwe itu binasa karena engkau. Adalahkarena ingin membantu orang maka beliau rela menutupmata. Kami yang menjadi angkatan muda tak dapatberbuat apa2. Tetapi seharusnya engkau berusahasekuat tenaga untuk menolong Ceng Ci totiang sebagaibalas budi atas pengorbanan kedua totiang itu. Tetapiternyata ketika bertempur ditelaga Kiam-than, engkau takmau memperhatikan lagi siapa musuhmu itu, engkauterus main bunuh. Dan akibatnya beliaupun ikut engkaubunuh. Orang she Gak, engkau.., engkau... mempunyaialasan apa lagi yang dapat membuat kami puas dan rela?”

Gak Lui menyesal tak terhingga : “Memang akulahyang lengah...sungguh amat menyesal sekali...”Mendengar itu The Thay menyanggah denganmenerangkan :

“Soal itu juga tak dapat mempersalahkan Gaksauhiap seluruhnya. Pertempuran ditelaga Kiam-than itu,musuhpun main keroyokan. Kawanan Kerudung Hitamdan Topeng Besi campur baur sukar dibedakan. Apalagipaman gurumu sudah kehilangan kesadaran pikirannyasehingga menyerang secara membabi buta. Maka kalauhendak menyalahkan, si Maharajalah yang harusdisalahkan. Tak boleh.....”

“Tunggu!” tukas Hwat Lui, “walaupun ucapan Thesicu itu beralasan, tetapi makin jauh dari persoalannya.Berbicara tentang Gak sauhiap turun gunung untukmemapas pedang, pedangku sendiripun kena ditabasnyakutung. Ya, walaupun soal itu salahku sendiri mengapakepandaianku begitu dangkal. Tetapi kenyataannya,

Page 878: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

878

yang menimbulkan gara2 itu adalah dia, bukan aku.Itulah sebabnya maka ketua perguruan kami sampaimenghapus perintah menutup gunung, pendek kata,apabila tidak ada Gak Lui yang menjadi gara2, perguruanBu-tong-san tentu tak sampai mengalami nasib sepertisaat ini.”

Buru2 Gak Lui menanggapi: “Aku amat menyesalsekali, tentu dapat.....”

“Orang2nya mati, pedangnya hilang. Apa gunaucapan maaf itu !” tukas Hwat Lui.

“Lalu bagaimana menurut kehendak totiang?”

“Hutang darah bayar darah, dendam harusdihimpaskan !”

“Kecuali itu ?”

“Tiada jalan lain !”

“Ah, apakah totiang tidak terburu nafsu?” RupanyaHwat Lui yang sudah diamuk dengan dendam danpenasaran, serentak berbangkit sambil memegangtangkai pedang, serunya: “Sekali-kali aku tak dirangsangnafsu. Kepandaian kita berduapun sudahkupertimbangkan. Tetapi demi membalas dendam danangkatan tua, sekalipun kalah aku tetap akanmencobanya.”

Gak Lui menyadari bahwa ucapan paderi dari Bu-tong itu memang bukan kata2 kosong. Diam2mengagumi Hwat Lui yang bernyali besar. Tetapi kalaubertempur sungguh, sekalipun lawan maju tiga orang,tetap ia dapat mengatasi. Gak Lui tak mau menuruti hatiyang panas. Ia memberi isyarat tangan meminta merekaduduk. Dalam suasana yang tegang itu, beberapa ketuaperguruan silat antara lain ketua Heng-san pay, ketua

Page 879: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

879

Kong-tong-pay, ketua Siau-lim-pay bahkan tuan rumahyakni Thian Lok totiang sebagai ketua Ceng-sia-pay, jugatak dapat bicara apa2. Beberapa saat kemudian setelahmemberi kicupan mata kepada Tek Yan taysu,berkatalah Sebun sianseng dengan tenang :

“Saudara2 ! Kurasa kedua belah fihak memangsama2 mempunyai alasan yang kuat. Makakesimpulannya, segala apa itu rupanya memang sudahtakdir yang tak dapat dirobah manusia ...”

“Menurut cianpwe, karena sudah takdir maka kita takperlu mengurus lagi ?” Hwat Lui membantah.

“Jika mau mengurus, sebaiknya tunggu setelah dapatmelenyapkan si Maharaja, baru kita nanti berunding lagi.”

“Kalau begitu, fihak Kun-lun-pay dan Go-bi-pay dapatmemberi jaminan bahwa setelah musuh besar ituterbasmi, maka kami dan Gak Lui akan bertanding untukmenentukan siapa yang lebih unggul kepandaiannya ?”seru Hwat Lui pula.

“Tidak !” serempak Sebun sianseng dan Tek Yanmenyahut. Hwat Lui, Kak Hui dan Wi Ih totiangpunserempak bertanya:

“Kalau perguruan saudara tak mau memberi jaminan,bukankah hal itu seperti hendak menghalangi kami.....”

“Sama sekali tidak menghalangi !” seru Sebunsianseng dengan wajah berobah, “bagaimana tindakandalam dunia Persilatan, kiranya semua orang tentusudah jelas. Aku bukanlah seorang manusia yang inginmencari muka kepada orang, sedang perguruankusendiri pun kehilangan suhengku Tanghong Giok. Dalamhal itu kalau aku tak menyadari benar tidaknya peristiwaitu, tentulah dengan membabi buta kutimpahkan

Page 880: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

880

kesalahan itu diatas kepalanya !”

Ucapan itu membuat Hwat Lui dan lain2 merahmukanya. Namun seperti tak memperhatikan mereka,Sebun sianseng tetap melanjutkan kata2-nya : “Soalurusan dendam saudara ini, selainkan setelah nantiMaharaja dapat dibasmi baru dirundingkan lagi, punsupaya dipertimbangkan yang lebih hati2.”

“Cianpwe menghendaki kita mempertimbangkanbagaimana lagi ?” seru Hwat Lui penasaran.

Sebun sianseng deliki mata kepada paderi itu: “Palingtidak .... bertempur itu bukan cara yang terbaik.”

“Karena cianpwe menganggap kepandaian kami tidakmemadai ?”

“Sekalipun ilmu kepandaian saudara tinggi, tetapikurang layak kalau menggunakan kegagahan untukbertempur mati-matian !”

“Habis bagaimana ?”

“Kurasa.....,” Sebun sianseng meragu lalumemandang Gak Lui, “lebih baik serahkan Gak sauhiapyang memutuskan saja!”

“Serahkan dia?” Hwat Lui mengulang kaget sepertitak percaya apa yang didengarnya. Sebun Siansengmemandang sekalian hadirin, lalu berseru:

“Benar! Gak sauhiap berwatak keras tetapi lurus. Apayang diputuskan tentu takkan merugikan kalian!”

Hwat Lui dan lain2 makin terkejut. Merekamemandang Hui Hong taysu dan Wi Ih totiang.Maksudnya meminta kedua tokoh itu untuk menyatakanpendapat. Hui Hong taysu merenung seraya memandangsekalian hadirin. Kemudian ia menghela napas: “Aku

Page 881: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

881

pernah menerima budi dari Gak Sauhiap. Persoalanperguruan, akupun tak dapat berpeluk tangan. ApabilaGak sauhiap mempunyai pendapat yang memuaskankedua belah fihak, Siau-lim-si pun takkan menyatakanlain.”

Wi Ih totiangpun mengangguk: “Musuh kuat beradadidepan mata, lebih dulu kita harus bersatu menghadapi,baru nanti bicara lain2. Karena itu...Kong-tong-pay jugamenyatakan setuju.” Karena kedua tokoh tua itu sudahmenyatakan pendapatnya, Hwat Lui dan Kak Huipun taktak dapat berkeras lagi.

“Sudahlah,” seru Thian Lok totiang, “soal ini sudahberes. Sekarang kita lanjutkan dengan perundinganuntuk mengatur rencana menghadapi musuh. Adakahselama diluaran ini. Gak siauhiap pernah mendengarsesuatu tentang Maharaja?”

Gak Lui tersenyum: “Dia sendiri tak muncul.”

Ucapan itu mengejutkan sekalian hadirin. Bagisementara ketua perguruan, mereka merasa lega tetapiada beberapa yang kecewa. Gak Lui lalu menuturkantentang peristiwa barisan-bersembunyi dari Siau Yautojin tetapi akhirnya mereka dapat disapu berantakan.

“Bagus!” seru Thian Lok totiang, “kecuali si durjanaitu, siapapun musuh yang datang tentu tak mungkin lolosdari barisan Thian-lo- to-ong-tin ...”

Gak Lui kerutkan alis: “Oleh karena ini aku tak dapatlama2 disini dan segera akan minta diri hendak menujuke Im-leng-san. Aku hendak memenuhi janji untukberhadapan seorang diri dengan dia dan merebutkembali pedang Pelangi!”

“Ah ...” terdengar desah sekalian hadirin.

Page 882: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

882

“Saudara Gak,” seru Sebun sianseng dengan wajahtegang, “kepergianmu untuk memenuhi tantangan itu,kecuali mengandalkan ilmu kepandaian engkau tentujuga mengandalkan kedahsyatan dari pedang pusakaThian-lui-koay-kiam itu, bukan?”

“Hm... benar,” sahut Gak Lui, “ilmu Suitan-maut darimanusia durjana itu hanya dapat ditumpas denganpedang ini!”

Sebun sianseng mengicup mata dan gunakan ilmuMenyusup- suara berkata: “Pedang itu tak bolehsembarangan dipakai. Engkau harus mempertimbangkanakibat dibelakangnya.”

Gak Luipun menyahut dengan ilmu Menyusup-suarajuga: “Aku sudah mengetahui dan merasakan daya iblisdari pedang itu. Dan untuk menjaga kemungkinan yangtak diharapkan, aku sudah menyediakan empat orangpembantu !”

---oo^TAH^0^DewiKZ^0^Hendra^oo---

Bab 31 bagian 31.3

“Bagus,” sebun sianseng menjawab pula lalu berkatadengan omongan biasa, “apakah sauhiap perlumembawa orang ke sana ?”

“Aku hendak mengundang empat orang nona ....”

“O, empat orang nona ?”

“Mereka bukan orang luar tetapi mempunyaihubungan dengan perguruan Bu-san dan Thian liong-pay. Mereka juga mempunyai dendam permusuhandengan durjana itu.”

“Peristiwa besar yang jarang terjadi itu, entah apakahaku dapat menyaksikan ?” seru Thian Lok totiang dengan

Page 883: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

883

gembira.

“Hm....” Gak Lui merenung sejenak lalu menyahut,“menurut pendapatku, lebih baik jangan.”

Oleh karena soal itu milik Gak Lui bersama Maharaja,karena Gak Lui keberatan, merekapun tak dapat berbuatapa2 kecuali kecewa dalam hati. Entah bagaimana tiba2Sebun sianseng mendapat pikiran. Segera ia buka suara:“Saudara Gak, karena beberapa ketua perguruanmempunyai kegembiraan untuk menyaksikan, lebih baikengkau luluskan. Pun aku sendiri juga kepingin melihat !”

Bermula Gak Lui terkesiap karena anggap kataSebun siangseng itu tentu mengandung maksud tertentu.Namun ia masih tak tahu. Maka ditatapnya tokoh itudengan pandang mata bertanya. Sebun sianseng takmenyahut melainkan keliarkan pandang matanya. Ketikatertumbuk pada pedang Thian lui-koay-kiam, tiba2matanya merentang lebar2.

“Oh.....” Gak Lui cepat dapat menduga bahwa tokohitu menguatirkan keganasan pedang Thian lui-koay-kiammaka selain keempat nona itu mereka pun inginmenyaksikan agar dapat memberi bantuan apabiladiperlukan.

“Atas maksud para ciang-bunjin yang baik, akupunmenerima. Tetapi pada waktu pergi, kuharap supayamenurut sebuah permintaanku,” kata Gak Lui.

“Ya, kami akan menurut engkau,” seru Sebunsiangseng dan Thian Lok totiang serempak.

“Perjalanan di gunung Im-leng san itu amatberbahaya,” kata Gak Lui, “lebih dulu aku hendakmengajak keempat nona itu memasuki gunung itu. Disepanjang jalan akan kutinggalkan tanda rahasia agar

Page 884: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

884

saudara2 sekalian dapat mengikuti naik. Pada waktumenyaksikan pertempuran harap janganmemberitahukan!”

“Sudah tentu tidak!” seru Sebun siangseng sembaritertawa, “dalam pertempuran mati hidup itu, sekalipunengkau minta aku membantu, aku pun takut sendiri.”

Demikian setelah tercapai keputusan, akhirnyapertemuan untuk meminta pertanggungan jawab kepadaGak Lui itu telah selesai. Para ketua partai persilatanpunberbondong-bondong minta diri. Thian Lok totiangmenemani Gak Lui berjalan dibelakang rombongantetamu. Keduanya hendak mengambil pil Kiu-cuan- ting-sim-tan untuk menolong Thian Wat totiang, tetapi ketikaberjalan sampai diluar, mereka berpapasan denganketua Kaypang dan beberapa orang yang hendakmencari Gak Lui. Ternyata mereka hendak menanyakankeadaan pemuda itu sejak berpisah. Setelah pertemuanyang menggembirakan itu selesai,

Gak Lui minta kepada The Thay supaya suruh Siu-mey mengambilkan obat. Tak berapa lama Siu-mey punmuncul dengan membawa obat. Mereka lalu menujuketempat Thian Wat totiang. Tetapi belum berapa jauhberjalan, tiba2 diluar gunung meluncur sebatang panahapi lalu disusul dengan dengung terompet yangmenggema diangkasa. Melihat itu berobahlah wajahThian Lok totiang, serunya agak tergetar: “Hm, sungguhbesar sekali nyali musuh. Mereka berani datang kemari!”Gak Lui kerutkan alis lalu menyatakan hendakmenyambut musuh.

“Tak perlu,” sahut Thian Lok totiang, “karenaMaharaja tidak datang, lain2 saudara dapat menghadapi.Kurasa sauhiap lebih baik masuk dan mengobatisuhengku.”

Page 885: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

885

“Baiklah, kalau ada suatu perobahan yang genting,harap memberitahu kepadaku,” kata Gak Lui serayamelangkah kedalam halaman. Sambil menunjuk sebuahbangunan, Thian Lok totiang berkata : “Disitulah tempattinggal suheng. Dahulu nona ini pernah datang kemari,harap nona suka membawa Gak Sauhiap kesana.”

Setelah itu Thian Lok totiang keluar lagi untukbergabung dengan tokoh2 persilatan. Sedang Siu-meypun segera membawa Gak Lui keruang tempat ThianWat totiang. Dua orang imam kecil yang mengenal keduaanak muda itu segera memberi hormat.

“Bagaimana keadaan totiang dalam beberapa hari ini?” tanya Siu-mey.

“Sehari-hari sucou hanya duduk termenungseperti...memikirkan sesuatu,” kata imam kecil itu.

“Baiklah, kalian boleh menyingkir dulu. Nanti apabilaada keperluan tentu akan kupanggil.”

Setelah penjaga2 itu menyingkir kehalaman, GakLuipun bertanya mengapa tampaknya Siu-mey begitutegang. Sambil memandang kearah ruang itu, Siu-meyberkata perlahan : “Tindakanku ini ada dua maksud.Pertama, apabila daya ingatan totiang sudah pulihkembali, mungkin dapat menceritakan banyak sekalirahasia. Maka paling baik jangan sampai terdengar orangluar.”

“Hm….”

“Dan lagi, sebelum diberinya minum pil Kiu-coan-ting-sim-tan, perlu hendak kujelaskan tentang keadaannyayang lalu agar diam2 engkaupun dapat berjaga jaga.”

“Baik !”

“Pada waktu The Thay lo-cianpwe mengantarnya

Page 886: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

886

pulang, totiang dalam keadaan tak sadarkan diri, miripseperti mayat berjalan. Setelah minum obat daribeberapa partai persilatan dan dirawat dengan cermat,dia baru sedikit timbul daya ingatannya. Makan, minumdan bicara sudah seperti orang biasa.”

“Adakah ia ingat akan peristiwa ditawannya dahulu ?”

“Tidak ingat dan pula ...”

“Bagaimana ?”

“Sekalian orangpun tak berani mengatakan kalau diapernah ditawan Maharaja dan melakukan banyak halyang tak pantas. Karena kuatir akan menusukperasaannya dan dapat menimbulkan hal2 yang takterduga !”

“Oh !” Gak Lui terkejut. Diam2 ia menimang: “Sayangsekali, totiang sesungguhnya seorang tokoh yang jujurdan lurus. Apabila hal itu diketahuinya mungkin akanmenimbulkan hal yang tak diinginkan. Tetapi jika takkutanyakan hal itu, dendam sakit itu tentu sukar diketahuisampai akarnya. Hm, bagaimana aku harus bertindak ?”

Rupanya Siu-mey tahu akan kegelisahan Gak Lui.Segera ia menegurnya: “Engkoh Lui, jangan gelisah.Obat yang sekarang hendak diminumkan itu masih suatupertanyaan adakah mempunyai daya khasiat atau tidak.Jangan memikirkan terlalu jauh dulu....”

“Kalau gagal, tiada gantinya lain lagi. Tetapi kalauberhasil ....”

“Tentu totiang akan sembuh. Dan tentangpengalamannya yang lalu, terserah saja kepadamu !”

Demikian keduanya segera menghampiri dan mulaimengetuk pintu. “Siapa.....!”

Page 887: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

887

JILID 18

“Gak Lui mohon menghadap totiang !”

“Gak .... Lui ?” suara dari dalam itu mengulangdengan nada tawar.

“Aku Li Siu-mey dengan engkoh-angkatku, hendakmengantar obat untuk totiang !” seru Siu-mey.

“O, kiranya nona Li,” seru orang itu dengan nadacerah lalu mempersilahkan masuk. Setelah mendorongpintu dan melalui dua buah ruang barulah kedua mudamudi itu masuk ke ruang tempat Thian Wat totiang. GakLui terkejut ketika menyaksikan keadaan paderi itu, ThianWat totiang yang dikenalnya berkepala gundul tetapi saatitu memelihara rambut panjang. Sepasang matanyaberkilat-kilat memberingas.

“Tiap hari aku duduk bersemedhi dalam kesunyian.Sungguh kebetulan sekali kalian datang,” Thian Wattotiang tertawa gelak2. Siu-mey tertawa pula :“Kedatangan kami memang hendak menemani kesepiantotiang sembari menghaturkan obat Kiu- coan-ting-sim-tan. Apalagi engkoh Gak Lui itu bukan orang asingkarena totianglah yang telah ditolong olehnya.”

“O,” desuh Thian Wat totiang, “makanya aku sepertisudah kenal, kiranya penolongku. Maaf, kalau akuberlaku kurang menghormat.” Gak Lui mengucap kata2merendah.

“Dan sauhiap mengantar obat lagi kemari. Benar2aku amat berterima kasih. Apakah obat itu boleh segerakuterima ?”

“Ada sedikit hal yang perlu kujelaskan ...” kata GakLui.

Page 888: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

888

Setelah Thian Wat totiang mempersilahkannya, GakLui melanjutkan pula: “Kalau obat itu tak manjur, haraptotiang jangan putus asa .....”

“Tentu.”

“Tetapi kalau manjur, totiang tentu akan kembali puladaya ingatannya dan akan teringat akan segala peristiwayang lampau. Mungkin... akan menambah kegelisahantotiang !”

“Ah, memang dapat beberapa hari ini aku sepertiorang mimpi. Aku tak ingat segala peristiwa yang lampau.......”

“Tetapi kalau peristiwa lama itu tak menyenangkan,bukankah lebih baik tak ingat saja ?”

Thian Wat tetap berkeras meminta obat itu. Apaboleh buat, Gak Lui melirik ke arah Siu-mey. Siu-meypunmerenung sejenak.

Sesaat kemudian ia mengambil keluar botol obat,ujarnya: “Totiang apakah engkau maumempertimbangkan lagi atau tidak ?”

“Sudah lama kupertimbangkan sampai berulang kali.Sepanjang ingatanku, memang ada suatu yang terang.Entah baik atau buruk, harus kubikin jelas. Nona, engkau.... bantulah !”

Melihat Thian Wat totiang begitu mantap dan takmengunjuk rasa sesal suatu apa, barulah Siu-meymemberikan pil dalam botol itu kepadanya. Thian Watamat gembira sekali sehingga tanpa berkata apa2 lagi iaterus menelan pil itu lalu pejamkan mata menjalankanperedaran darah, menggunakan tenaga-dalam untukmengembangkan daya obat itu. Beberapa saatkemudian, tampak napasnya mulai teratur dan

Page 889: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

889

semangatnyapun tenang. Rupanya dia sudah memasukitingkat kehampaan dalam semedhi. Melihat itu Siu-meyberkata kepada Gak Lui : “Engkoh Lui, maukah engkaumengurutnya supaya dia cepat sembuh ?”

“Kurasa tak perlu,” sahut Gak Lui, “memang bermulakukira dia menderita penyakit yang parah sehingga takdapat melakukan penyaluran tenaga-dalam. Tetapiternyata tidak. Hanya saja.....aku merasa cemas dengankhasiat obat itu...”

“Ah, mengapa tiba2 saja engkau begitu hati2 .....,”seru Siu-mey,

“ingatlah, ayah pernah mengatakan, jika totiang itumemang sudah dibius selama 18 tahun, obat ini memangtak berguna. Kurasa.... waktu selama 18 tahun itumemang mungkin terjadi pada diri totiang, karenaitu.......”

“Bagaimana ?” seru Gak Lui terkejut.

“Obat itu tak berguna, percuma engkau begitu tegang!” seru Siu- mey.

Saat itu tampak dahi Thian Wat totiang mengucurkankeringat sebesar kedele. Cahaya wajahnyapun berobahrobah tak menentu, riang, marah, sedih dan gembira.

“Ah,” tiba2 Gak Lui mendesuh pelahan, “rupanyadaya obat sudah mulai tampak. Totiang sudah dapatmengingat peristiwa yang lampau !”

Siu-meypun terkejut juga: “Aneh sekali ! Rasanyailmu pengobatan ayah itu takkan salah. Kecuali .... waktupembiusan totiang itu memang kurang dari 18 tahun.”

“Kalau kurang dari 18 tahun berarti dia juga seorangmurid hianat !”

Page 890: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

890

“Engkoh Lui, apakah maksudmu ?”

“Jelas,” sahut Gak Lui, “hal itu membuktikan bahwadia tidak dikuasai Maharaja tetapi memang dengankemauannya sendiri menggabung diri pada kawananpenjahat, menjadi kaki tangan mereka !”

“Akhirnya apa dia bukan menjadi anggauta TopengBesi itu?”

“Hal itu terjadi belakangan, kemungkinan musuhmemutuskan untuk menghancurkan kesadaranpikirannya. Kalau tidak, seharusnya dalam waktu 18tahun itu dia tentu tak sadar pikirannya !”

“Oh....” hanya demikian Siu-mey dapat berserugemetar tanpa berkata apa2. Gak Luipun tampakmemandang lekat pada Thian Wat totiang yang saat ituamat tegang sekali. Wajahnya mengernyit, menimbulkangelombang kerut yang berombak keras, penuh denganlamunan dan pertentangan batin. Tubuhnyapun mengigilkeras. Dalam pada itu sayup2 Gak Lui mendengar gemasuitan berulang kali. Ia duga tokoh2 partai persilatantentu sedang bertempur melawan musuh. Lebih kurangsetengah jam kemudian, tapak wajah Thian Wat totiangagak tenang. Keringat yang membasahi tubuhpun sudahkering. Akhirnya dia membuka mata. Begitu melihat GakLui ia segera berseru : “Saudara, harap memberitahukansiapakah nama saudara ini ?” Gak Lui balas menatapdengan tajam lalu memberitahukan namanya.

“Gak Lui, hm….hm.....” Thian Wat totiang anggukkankepala dan bertanya pula: “Siapakah nama ayahmu ?”Gak Lui tergetar. Dengan nada dingin ia balas bertanya :

“Mengapa totiang menanyakan hal itu ? Tentulahingatan totiang sudah pulih kembali !”

Page 891: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

891

“Jawablah pertanyaanku lebih dulu !”

“Tidak, lebih baik totiang yang menjawab dulu !”

“Ingatan itu berada dalam otakku. Apa yangdipikirkan tentu lain orang tak dapat mengetahui. Karenaitu.....lebih baik engkau dahulu yang menjawab !”

“baik,” sahut Gak Lui lalu dengan nada setengahmarah berseru : “Mendiang ayahku bernama Gak Tiang-beng, orang memberi gelaran sebagai Dewa Pedang !”

“Benarkah dia ?”

“Sudah tentu benar !”

“Heh, heh, heh.....,” tiba2 totiang itu tertawamengekeh. Tubuhnya gemetar, ia mengadahkan kepaladan menghambur tertawa yang menyeramkan. Tegakbulu kuduk Gak Lui mendengar suara-tertawa itu.Amarahnya mulai meluap. Dengan mata memberingas,ia berteriak : “Mengapa engkau tertawa begitu rupa !”

Tetapi Thian Wat totiang tetap tak menjawab. Iahentikan tawa dan menghela napas berulang2. Kerutwajahnyapun mulai serius seperti semula lagi dansikapnya amat tenang sekali. Tetapi pembicaraan taditelah didengar dan mengejutkan dua orang paderi kecilyang menunggu diluar. Salah seorang paderi kecil itusegera berseru dengan nyaring dan hormat: “Haturberitahu kepada sucou, apakah sucou memerlukan kamimenunggu didalam ?”

“Tak perlu !” seru Thian Wat totiang, “kalian mundursemua !” Paderi kecil itu mengiakan dan melangkahkeluar dari ruang itu. Tetap baru mereka pergi, kembaliterdengar derap langkah orang menerobos masuk. GakLui terkesiap. Belum sempat ia membuka mulut,pendatang itu atau Thian Lok totiang sudah berseru :

Page 892: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

892

“Suheng, engkau bagaimana....”

“Berhenti !” teriak Thian Wat totiang dengan bengis.Derap langkah diluarpun berhenti. Lalu Thian Watberseru pula: “Aku tak kurang suatu apa, jangan masukdulu !”

“Sungguh ?”

“Masakan suheng membohongi engkau !”

“Kalau begitu,” Thian Lok totiang berobah tenang danriang suaranya, “aku hendak bicara beberapa patah katadengan Gak sauhiap, entah apakah suheng meluluskan?”

“Tentu saja boleh,” sahut Thian Wat totiang dengannada lebih tenang, “silahkan engkau bicara dari luar saja,Gak sauhiap tentu sudah mendengar.”

Maka Thian Lok totiangpun segera berkata dari luar :“Gak sauhiap, akan kusampaikan kepadamu sebuahberita baik. Musuh yang datang kegunung ini telah dapatkami hancurkan dalam barisan Thian lo te ong-tin !”

“Bagus !” seru Gak Lui memuji, “hasil itu berkatpimpinan totiang yang hebat!”

Thian Lok totiang mengucapkan kata2 merendahkemudian berkata lebih lanjut: “Musuh telah menderitakekalahan yang cukup parah sehingga takkan kembalilagi. Kelak sauhiap dapat mencurahkan seluruhperhatian untuk menghadapi Maharaja. Tentang diriku,aku hendak mengatur lain2 urusan termasuk memanggilmurid2 yang kutugaskan sembunyi di beberapa tempat.Akan kusuruh mereka beristirahat ....”

“Silahkan totiang,” kata Gak Lui. Thian Lok totiangpunpamit dan setelah menanyakan tentang keadaansuhengnya, ia terus melesat keluar. Perhatian Gak Lui

Page 893: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

893

kini ditumpahkan pula kearah Thian Wat totiang. Tampakkerut wajah pendeta tua itu bergeliatan dan pada lainsaat mulutnya kedengaran menghela napas : “GakSauhiap, kenangan masa lampau, memang benar sepertiyang engkau katakan .. tidak menggembirakan.”

“Kalau demikian,” Gak Lui berusaha keras untukmenenangkan gejolak hatinya, “adakah totiang sukauntuk menceritakan ?”

“Tentu !”

“Kalau begitu, silahkanlah.”

“Tetapi sebelum minum obat, engkau berulang kalimemberi peringatan supaya peristiwa masa lampau yangtak menyenangkan itu, dilupakan saja.”

“O,” Gak Lui mendesuh. Diam2 ia menduga paderitua itu tentu mempunyai rahasia yang sukardiberitahukan orang. Dari nadanya, seolah-olah paderi itusudah mengandung penyesalan.

“Totiang, adalah totiang sekarang hendak melupakanperistiwa lampau itu ?” tanyanya dengan nada ikutprihatin.

“Tidak !” tiba2 paderi tua itu menyahut, “aku sudahdapat mengingat dan takkan lupa lagi. Maksudku yalah...selayaknya engkaupun harus mendengar karena hal itujuga tak menggembirakan bagimu !”

“Tak apa,” sahut Gak Lui, “dalam menghadapiperistiwa lampau itu, aku sudah mengemasi hatiku. Terusterang, aku telah bersusah payah untuk mencari tahuperistiwa lama itu. Itu pulalah sebabnya maka kutolongengkau !”

“Baik, karena engkau bersedia mendengarkan,akupun akan bercerita mulai dari…. 18 tahun yang

Page 894: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

894

lalu.....” Mendengar itu Gak Lui dan Siu-mey terbeliak.Mereka mencurahkan perhatian benar2 kepada ceritayang akan dibawa paderi itu. Maka mulailah Thian Watbercerita.

“Pada masa itu, Maharaja masih menyembunyikandiri dari dunia persilatan. Aku sudah mulai bergerak diluaruntuk membasmi Kelima Durjana yang selalu membikinkeruh suasana dunia persilatan. Ketika tiba di .... sekitardaerah Tibet, aku berpapasan dengan seorang yangmengenakan kerudung muka. Bermula orang itu takmembuat suatu gerakan apa2. Tetapi begitu aku agaklengah, dia telah gunakan ilmu tutukan yang luar biasamenutuk jalan darahku....” Mendengar itu, Gak Lui cepatmenukas pertanyaan : “Penutukan itu bukankah terjadipada 18 tahun yang lalu ?”

“Hm ... benar.”

“Sejak masa itu bukankah totiang kehilangankesadaran pikiran ?”

“Tidak ! Pikiranku masih sadar .... hampir setahunlamanya !”

“Benarkah omongan totiang itu atau apakah hanyasuatu rangkaian totiang sendiri ?”

“Mengapa sauhiap tak percaya ?”

“Tindakan orang itu tentu bermaksud kalau takmenguasai engkau, masakan engkau masih dapat sadar.Kalau masih sadar, jelas membuktikan bahwaengkau.....” Thian Wat totiang kerutkan alis danmenukas: “Membuktikan bahwa aku ini seorang muridhianat, benar tidak ?”

“Terpaksa aku harus menduga demikian,” sahut GakLui.

Page 895: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

895

“Engkau memang tak salah. Tetapi aku memangmempunyai alasan sendiri. Harap suka dengarkansampai selasai.”

“Hm,” Gak Lui mendesuh.

“Pada waktu bersua dengan si Maharaja-persilatanTio Bik-lui hatiku sudah mempunyai kecurigaan. Makaketika dia melakukan tutukan dengan cepat dan tiba2,sebelumnya aku sudah siap dan diam2 telah kukerahkantenaga-dalam untuk bertahan. Maka lewat sehari duahari saja, aku sudah pulih lagi kesadaran pikiranku !”

“Lalu mengapa tak berusaha melepaskan diri?”

“Sesungguhnya akupun mempunyai maksud begitujuga,” sahut Thian Wat totiang, “tetapi kenyataan tidakmudah. Aku harus memakai sebuah topeng besi. Kalauhendak kulepas sendiri, tentu akan menyebabkanbenakku hancur dan jiwaku melayang.”

“Lalu ?”

“Ketika aku rubuh, dia sudah gunakan tutukan Im-ji-jiu-hwat. Maka sekalipun pikiranku masih sadar, tetapikecerdasanku menurun. Apalagi setiap kali mendengarsuitannya yang aneh, hatiku merana dan aku segeramenurut semua perintahnya.”

“Apakah masih ada lain sebab lagi ?” tanya Gak Luilagi.

“Selain mempunyai ilmu kepandaian yang tinggi, pundia memiliki beberapa pembantu yang ganas,namanya.....”

“Tabib-jahat Li Hui-ting dan si Penjaga Akhirat ....”

“Ah, benar, benar, walaupun kepandaian merekatidak berapa tinggi tetapi cerdik dan julig sekali. Oleh

Page 896: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

896

karena itu dalam keadaan menderita luka itu, aku takberani bertindak sembarangan. Pun kudengar rencanamereka untuk membasmi Bu-san-su-kiam lebih dulu barunanti setiap partai persilatan. Aku pun segera timbulsuatu rencana.”

“Rencana bagaimana ?”

“Mereka tak tahu kalau pikiranku masih sadar. Makaakan kugunakan kesempatan itu untuk mendengarkanrahasia2 mereka. Begitu ada kesempatan aku segeraakan meloloskan diri dan memberitahukan rahasiamereka kepada dunia persilatan.”

“Kemudian lalu?”

“Setelah menetapkan keputusan itu, aku tetapbersikap tenang dan diam2 kuperhatikan gerak gerikmusuh. Dalam beberapa waktu memang aku masihdijaga dan tak dibawa keluar. Tetapi tak berapa lama,kembali mereka dapat menawan tiga orang tokoh silatyang sakti lagi. Menilik ilmu kepandaian ketiga tawananitu, jelas mereka adalah paderi Hui Ceng dari Siau lim-si,imam Ceng Ci dari partai Butong-pay dan Hwat GongPaderi dari Hong san-pay.”

“Wi Cun dari partai Kong-tong-pay itu masih belumdihitung !” seru Gak Lui. Mendengar disebutnya namaimam Wi Cun, mata Thian Wat totiangpun tampakbersinar, serunya : “Orang itu tak berharga disebut.Sebagai seorang murid partai Ceng-pay, dia berhaticongkak dan temaha sehingga mau menghianatiperguruannya !”

“Hanya karena sebab itu ?”

---oo^TAH^0^DewiKZ^0^Hendra^oo---

Bab 32 bagian 32.2

Page 897: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

897

“Menurut apa yang kudengar, walaupun Wi Cun itumurid kepala dari Tujuh jago-pedang partai Kong-tong-pay, tetapi karena perangainya amat jumawa, ketuaKong-tong-pay menganggap dia tak dapat menjadipewaris perguruan sehingga diam2 ketua Kong-tong paytelah merencanakan untuk mencari lain murid yang lebihbaik. Karena sakit hati, Wi Cun lalu menggabung padakaum Sesat. Dia tetap bercita-cita untuk merebutkedudukan dalam partai Kong tong-pay-lagi ...”

“Setelah membantu empat serangkai Topeng Besi itudan ditambah Wi Cun serta Penjaga-Akhirat, jumlah anakbuah merekapun cukup banyak. Lalu bagaimanakahtindakan selanjutnya ?”

“Sebenarnya mereka hendak mencari Empat-pedangBu-san tetapi ditengah jalan telah berpapasan denganayahmu...”

“O ... !” Gak Lui mendesuh kaget.

“Ayahmu memang tajam sekali penglihatannya. Darigerak langkah si Maharaja, dia cepat dapat mengetahuikalau Maharaja itu seorang tokoh persilatan. Segera iamenghentikan dan menanyakan diri Maharaja .....”

“Hm, bagaimana jawabannya?”

“Dia gentar akan kebesaran nama Dewa-pedangsehingga tak berani mengaku siapa dirinya. Tetapiayahmu tak mudah dibohongi. Dia mengangkat pedanguntuk mengujinya. Setelah empat jurus serangan yangdisambut orang itu dengan jurus yang aneh dan luarbiasa, barulah ayahmu tahu bahwa sumber ilmu merekasama. Pada jurus keempat, pedang si Maharajaujungnya terpapas kutung sedikit...”

Page 898: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

898

“Benar !” seru Gak Lui.

“Karena menderita kekalahan, Maharaja lalu bersuitdan memerintahkan kami beramai ramai untukmenyerang ayahmu. Saat itu sebenarnya aku hendakmembantu ayahmu karena betapapun saktinya, karenahanya seorang diri akhirnya ia tak tahan dikeroyok laluloncat keluar !”

“Apakah setelah itu sudah selesai ?”

“Belum,” Thian Wat totiang gelengkan kepala,”ayahmu memberi peringatan !”

“Bagaimana beliau memberi peringatan?”

“Dia suruh Maharaja melenyapkan ilmukepandaiannya dan jangan muncul didunia persilatan lagiuntuk selama-lamanya. Kalau Maharaja menolak,ayahmu akan mengerahkan Empat- pedang Bu-sanuntuk menumpasnya !”

“Lalu apa jawab Maharaja ?”

“Maharaja malah menantang. Kalau keempat jagopedang Bu-san itu tak muncul, itu untung. Tetapi kalaumereka berani datang, Maharaja akan menyambutgembira sekali karena dapat menghemat waktu dantenaga membasminya.”

“Lalu ?”

“Dengan marah ayahmu pergi dan karena takutMaharaja tak berani mengejar. Dan bulan kemudianMaharaja berhasil mendapatkan keterangan tentangtempat tinggal ayahmu.”

“O!”

“Dia segera membawa orang2nya menuju ke-tempattinggal ayahmu...”

Page 899: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

899

“Bagus, dia berani datang menantang ?”

“Dia tak berani menghadapi Empat-pedang Bu-san.Setelah tahu ayahmu hanya seorang diri karena ketigasaudara seperguruannya belum pulang, Maharaja lalubertindak. Maka pada suatu malam yang berangin keras...” bercerita sampai di situ Thian Wat totiang berhentimemandang Gak Lui.

“Malam itu bagaimana ?” desak Gak Lui.

“Gak sauhiap,” Thian Wat totiang batuk2 sejenak,“apakah engkau tetap hendak mendengar kisah itu ?Kurasa lebih baik ....”

“Ya, aku tetap hendak mendengarkan. Silahkantotiang bercerita terus,” tukas Gak Lui. Thian Wat totiangmenghela napas panjang, ujarnya : “Pada malam gelapitu, kami beramai-ramai mengepung rumahnya. Tetapiayahmu tak ada. Setelah bertanya pada salah seorangbujang barulah diketahui bahwa belum berapa lamaayahmu keluar pintu.”

“Kalau begitu,” Gak Lui mulai tegang,“mamahku…..?”

“Sebelum menceritakan tentang mamahmu, lebihdulu aku menghaturkan maaf kepadamu.”

“Me ... mengapa ?”

“Aku sebagai seorang murid dari partai agama tetapiternyata tak berbuat suatu apa melihat orang yangtertimpa kecelakaan. Itu suatu dosa besar !”

Mendengar itu dada Gak Lui serasa meledak danairmatapun berderai-derai turun. Namun dikuatkan juaperasaan dan bertanya : “Karena totiang berada dalamcengkeraman durjana ....kiranya bukan suatukesalahan....apa pun yang telah terjadi .... harap totiang

Page 900: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

900

suka menuturkan semua....”

“Melihat ayahmu tak berada dalam rumah, Maharajalalu memberi perintah supaya membasmi seluruhkeluarga ayahmu. Ah, kasihan benar. Mamahmu yangtak mengerti ilmu silat itu harus menderita kematian yangmengenaskan .... Tetapi....”

“Hm...hm ....,” Gak Lui mendesuh dengan katupkangigi kencang2 untuk menahan tangisnya. Namungelombang kesedihan yang hebat, telah menghancurkanpertahanan nurani. Akhirnya ia menjerit, “Mah...mamah….nasibmu sungguh mengenaskan sekali!”

“Tetapi....,” Thian Wat totiang menelan pula airliurnya, “bayi puteranya itu, untung tak berada padanya.Mungkin sebelumnya sudah disingkirkan kelain tempat.”

“Apakah disembunyikan didalam ?”

“Benar, memang telah disembunyikan didalamonggok rumput diluar gedung.”

“Tetapi mengapa dapat diketahui?”

“Karena engkau menangis keras sehinggamengejutkan Maharaja!”

“Lalu.... lalu bagaimana aku dapat tertolong?”

“Ketika Maharaja memeriksa tumpukan rumput itu,saat itu aku kebetulan lari dimukanya maka akulah yangterus mendahului untuk menusukmu dengan pedang !”

“Oh….”

“Tetapi tusukan itu hanya melukai bagian luar dan taksampai melukai tulang. Maharaja dan anak buahnyayang lain tak menduga sampai disitu. Karena melihatengkau berlumuran darah, diapun segera tak ikut turuntangan!”

Page 901: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

901

“Aduh !” mendengar Gak Lui ditusuk pedang, Siu-mey menjerit kaget. Gak Luipun ikut tegang sehingga iamengangkat tangan untuk merabah mukanya. Tetapi ah.... mukanya masih tertutup dengan topeng kulit kera.

“Apakah .... wajahku terdapat bekas tanda luka ? Dankarena itulah maka gihu memakaikan topeng kulit inikepadaku ?” pikirnya. Untung Siu-mey tak sempatmemperhatikan perobahan air muka pemuda itu.

“Totiang, bahwa Gak Lui sampai dapat hidup hari ini,adalah atas budi pertolongan totiang. Budi sebesarlautan itu entah bagaimana aku dapat membalasnya,”katanya dengan penuh haru terima kasih kepada ThianWat totiang.

“Ah, engkau telah membalas berlipat ganda,” ujarThian Wat totiang perlahan, “jika tiada engkau,bagaimana aku masih dapat hidup ? Dan aku masihmemiliki kesadaran. Oleh karena itu kita sudah salingmemberi budi dan tak perlu merasa berhutang budi. Nah,dengarkanlah ceritaku…..”

“Baik, silahkan totiang melanjutkan.”

“Setelah membunuh, mereka lalu membakar gedungkeluargamu. Kemudian mereka melanjutkan pularencana untuk membasmi Empat-pedang Bu-san. Tetapisi Maharaja itu memang seorang durjana yang amat julig,banyak akal muslihatnya. Takut kalau rencananya bocoria segera suruh orang untuk menyelidiki disekitar tempatitu. Akhirnya penyelidikan itupun berhasil mendapatkanjejak!”

“Tentulah engkoh misanku Gak Ci-cin dan aku !”

“Benar, engkoh misanmu itu telah meninggalkansebuah jejak telapak kaki yang menimbulkan kecurigaan

Page 902: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

902

musuh. Dia segera membawa anak buah menyusur jejakitu. Celaka, hasil dari pencarian itu telah menyebabkanmereka tahu bahwa engkau belum mati.”

“Kalau begitu apakah mereka tak curiga kepadatotiang ?”

“Untung aku pura2 seperti orang limbung dan jejaktelapak kaki engkoh misanmu itu menjurus ketempatkediaman Empat-pedang Bu-san. Oleh karena terlalugirang, Maharaja sampai lupa pada diriku. Bahkankeinginannya untuk membunuh engkau pundikesampingkan juga.”

“Lalu mereka terus masuk kedaerah gunung Wan-san ?”

“Ya, benar,” Thian Wat totiang, “tetapi setelah masukpegunungan Wan-san, karena keadaannya sulit danberbahaya, akhirnya hanya si Maharaja dan kami ketigaTopeng Besi yang dapat masuk jauh kedalam. Wi Cundari partai Kong-tong-pay ketinggalan dibelakang. Saatitu engkoh misanmu sudah mengatur persiapan hendakpindah kelain tempat.”

“Lalu siapakah yang membunuhnya ?”

“Sudah tentu si Maharaja! Setelah diamembunuhnya, tiba2 muncullah seorang jago pedang!”

“Dia adalah ayah angkatku Pedang-aneh ji Ki-tek,”Gak Lui menerangkan.

“Munculnya si Pedang-aneh cepat dapat diketahuiMaharaja yang menduganya sebagai salah seorangtokoh Empat-pedang Bu- san. Karena sudah mendapathajaran dari ayahmu maka Maharaja tak berani gegabahbergerak. Lebih dulu ia suruh kami yang majumenyerang. Tak terduga, hanya dalam tiga jurus saja,

Page 903: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

903

ujung pedang kami bertiga telah dipapasnya kutung dandengan gerak yang luar biasa cepatnya, dia dapatmenusuk alis kami.”

“Ya, aku tahu tentang hal itu. Adalah karenamendengar suara tangisku, maka beliau agak tergangguperhatiannya dan kena di....”

“Dibabat kutung kaki dan tangannya. Tetapimusuhpun terkena supit yang dihembuskan denganmulut oleh ayah-angkatmu sehingga ujung hidungnyahilang dan terbirit-birit lari ketakutan!” sambut Thian Wattotiang.

“Lari kemana ?”

“Setelah tinggalkan tempat itu, Maharaja memeriksalukanya dan dapatkan tidak kena racun. Tetapi nyalinyasudah rontok tak berani coba2 menghadapi panah-supitdari Bu-san. Dan lagi ia menganggap bahwa Pedang-aneh tentu sudah mati. Begitu pula bayi yang baruberumur beberapa bulan yalah engkau, dia anggap takberbahaya. Kalau engkau berangkat besar tentu akanmenjadi manusia liar. Oleh karena itu Maharajapunsegera mengajak anak buahnya menuju ke Bu-san.”

“bukankah ditengah jalan bertemu dengan Tabib-sakti Li Kok-hoa yang disuruhnya mengobati lukanya itu?”

“Benar !”

“Peristiwa dalam perjalanan itu akupun sudahmendengar dari Tabib-sakti Li Kok hoa. Tetapi setelahmasuk kegunung Bu-san, timbul lagi sebuahpertanyaan.”

“Sauhiap maksudkan yang mana ?”

“Waktu Maharaja membawa Tabib-sakti bertemu

Page 904: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

904

dengan paman guruku Lengan-besi-hati-baik, mereka...”

“Mereka mengadakan pembicaraan beberapa saatlalu paman gurumu memotong hidungnya sendiridiberikan kepada Maharaja.”

“Hai, adakah totiang melihat sendiri peristiwa itu?”

“Ya, setiap saat aku selalu waspada. Sekali Maharajasuruh kami bertiga sembunyi dibelakang batu besartetapi diam2 aku mengisar keluar untuk mencuri dengarpembicaraan mereka.”

“Ah, tetapi......” Gak Lui menghela napas putus asa,“mereka melakukan pembicaraan dengan ilmuMenyusup-suara. Mungkin, totiang tak dapat menangkappembicaraannya....”

“Justeru kebalikannya !”

“Oh !” Gak Lui mendesuh tegang.

“Setiap patah pembicaraan mereka telah kudengardengan jelas !”

“Mungkinkah itu ?” masih Gak Lui setengah kurangpercaya.

“Gak sauhiap, dalam hal itu memang ada suatulubang kelemahan. Adakah engkau tak pernahmenduganya ....”

“Apakah totiang memperhatikan gerak bibir mereka ?Tidak, tidak mungkin ! Mereka berdua saat itu samamengenakan kerudung muka tentu tak kelihatanbibirnya.....”

“Memang pada saat itu aku hampir putus asa. Tetapidalam keputusan-asa itu, tiba2 aku mendapat pikiran.Ilmu Menyusup suara itu menggunakan tenaga-dalamuntuk memancarkannya. Betapapun saktinya tenaga-

Page 905: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

905

dalam seseorang, tentulah pancaran ilmu Menyusup-suara itu tetap menghamburkan gelombang getaran.Kebetulan sekali barisan batu2 karang digunung itudapat memantulkan kumandang dari getaran suaraitu.....”

“Ah, aku mengerti,” segera Gak Lui menukas danmengangguk, “kiranya totiang hendak mencari pantulankumandang getaran itu sehingga totiang dapatmenangkap pembicaraan mereka!”

“Benar !”

“Kalau begitu harap totiang suka memberi-tahu isidari pembicaraan itu. Kumohon totiang mengingat semuapembicaraan itu, jangan sampai ada sepatahpun yangkelupaan,” kata Gak Lui dengan nada bersungguh.

Thian Wat totiangpun segera merenung dankerahkan ingatannya untuk mengenangkan peristiwayang lampau itu. Beberapa saat kemudian ia berkata :“Setelah berhadapan dengan paman- gurumu, danmengucap beberapa patah kata, Maharaja lalumengajukan permintaan untuk meminta pedang pusakaThian-lui- koay-kiam!”

“Lalu apa jawaban paman guruku ?”

“Dengan tegas ia menolak dan memberitahu kepadaMaharaja bahwa kecuali Empat- pedang Bu-san itubersama-sama datang, mungkin pedang itu mungkindapat diambil. Karena dia sendiri juga tak dapatmengambilnya.”

“Setelah mendapat jawaban itu lalu bagaimana kataMaharaja ?”

“Tampaknya dia tak berani menggunakan kekerasan.Dengan kata2 yang sungkan ia menyatakan hendak

Page 906: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

906

meminta pedang itu namun kalau tak boleh, cukup asal iadiperbolehkan untuk masuk kedalam istana Bi-kiong danmelihat sejenak perwujudan pedang itu, ia sudah puas....”

“Paman guruku meluluskan atau tidak ?”

“Paman gurumu memberi nasehat dengan tajam.Dan bertanya mengapa Maharaja Tio Bik-lui tiba2menghendaki pedang pusaka itu?”

“Dia tentu berkata bohong!”

“Maharaja mengatakan bahwa dia dicelakai orangdidunia persilatan. Dia terkena panah beracun sehinggaujung hidungnya kutung maka ia hendak menggunakanpedang pusaka untuk melakukan pembalasan. Tetapipaman gurumu tak percaya dan malah memakinyamengapa ia gemar berkelahi dengan orang.”

“Aneh,” gumam Gak Lui dengan kerutkan alis,“mengapa paman bersikap begitu baik terhadap Tio Bik-lui seperti seolah-olah paman itu sudah faham akanperangai Maharaja itu. Tentulah didalam soal itu adarahasianya.....Hm. sungguh aneh benar.” Demikian GakLui menimang dalam hati.

“Mendengar itu Tio Bik-lui segera berganti nada,”tiba2 Thian Wat totiang berkata pula, “dia mengatakanpedang Thian lui-koay- kiam itu seharusnya menjadi hakmiliknya. Maka kalau saat itu ia datang untuk meminta,sudahlah sewajarnya....”

---oo^TAH^0^DewiKZ^0^Hendra^oo---

Bab 32 bagian 32.3

“Apakah dasarnya?”

Page 907: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

907

“Dia adalah putera dari pemilik pedang itu!”

“O!” Gak Lui terkejut seperti disambar kilat. Diabenar2 tak percaya akan kata-kata itu, “Dia... dia... puteradari.....kakek guruku ?” Thian Wat menghela napas danberkata dengan suara parau :

“Benar, memang dia adalah putera yang murtad darikakek gurumu. Ah, jangan terburu buru engkau terkejutdulu. Cerita yang akan kututurkan dibagian belakangmasih banyak yang menggemparkan hatimu!”

“Maaf,” buru2 Gak Lui menghaturkan maaf karenaberulang kali mengganggu penuturan orang.

“Mendengar pengakuan itu paman gurumu marah.Mereka bertengkar sampai lama. Dalam perbantahanmulut itu Maharaja telah memaparkan sebuah rahasiayang terjadi antara paman gurumu dengan mereka ayahdan putera.....” Rahasia itulah yang selama itumerupakan teka teki dalam hati Gak Lui. Sudah tentu iamenaruh perhatian besar sekali untuk mengetahuirahasia itu. Hatinyapun mulai tegang. Sejenak menegukair liur dan mengatur pernapasan, maka Thian Wattotiangpun melanjutkan ceritanya lagi.

“Kesimpulan dari perbantahan mereka dapatlahdiketahui bahwa kakek-gurumu itu ternyata hanyamempunyai seorang putera yalah Tio Bik-lui itu. Diaseorang anak yang cerdas tetapi sayang perangainyaamat ganas. Kalau dia berhasil meyakinkan ilmu silatyang sakti, mungkin dunia persilatan akan menderitamalapetaka....”

“Oleh karena itu maka kakek guruku tak maumengajarkan ilmu silat kepadanya ?” tukas Gak Lui pula.

“Boleh dikata begitulah. Kakek-gurumu hanya

Page 908: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

908

memberinya beberapa dasar ilmu silat saja laludihentikan. Kebalikannya karena melihat muridnya siLengan-besi-hati-baik itu jujur dan berbudi, kakek-gurumu telah menurunkan seluruh ilmu kepandaiannyakepadanya. Bahkan rahasia dari pedang pusaka Thian-lui-koay-kiam itupun diberitahukan kepada Lengan-besi-hati-baik.”

“Kalau begitu .... Tio Bik-lui tentu penasaran dan diatentu akan merapat pada lengan-besi-hati-baik, mintasupaya diberi pelajaran ilmu silat.”

“Benar,” kata Thian Wat totiang, “sebenarnya kakek-gurumu sudah memberitahu kepada Lengan-besi-hati-baik bahwa ilmu silat yang diajarkannya itu tak bolehdiberikan kepada lain orang atau Tio Bik-lui. Tetapi ah,paman-gurumu itu memang keliwat baik sekali hatinya.Dia sayang Tio Bik-lui seperti adiknya sendiri. Karenaterus diminta oleh Tio Bik-lui, akhirnya paman-gurumutak sampai hati dan mau menurunkan ilmukepandaiannya kepada Tio Bik-lui. Bahkan memberitahujuga tempat penyimpanan pedang pusaka itu.Akhirnya....”

“Ketahuan, oleh kakek-guruku !” tukas Gak Lui.

“Benar, setelah kakek-gurumu mengetahui hal itu,beliau marah sekali. Pertama, dia hendak menghukumTio Bik-lui dulu.”

“Pada usia 30 tahun, kakek-guruku telah kehilanganisteri. Sudah tentu beliau amat sayang kepada puteranyatunggal itu ...”

“Mungkin hal itu salah satu sebab. Tetapi-pundikarenakan paman-gurumu memohonkan ampun untukTio Bik-lui dan paman gurumu bersedia untuk mewakilimenerima hukuman itu seluruhnya dan rela akan

Page 909: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

909

mengasingkan diri di istana bi-kiong menjaga pedangpusaka itu untuk selama lamanya ....”

“Akhirnya kakek-guruku menerima permohonanpaman-guruku. Puteranya yang murtad itu diusir dan takboleh menggunakan ilmu silat perguruan ayahnya,”sambung Gak Lui.

“Ya, benar begitu..” Mendengar itu Gak Luipunmenghela napas panjang dan diam2 merenung: “O,makanya paman guru begitu baik terhadap Tio Bik-lui,kiranya mereka sudah seperti saudara. Tentang kakek-guru menerima Empat pedang Bu-san sebagai muridbukan untuk menjaga paman guru melainkan takut kalauputeranya yang murtad itu tak menurut perintah danmembuat huru hara di dunia persilatan !” Pikirannya lebihlanjut: “Tetapi, mungkin kakek-guru... tak sukamengatakan tentang nasib rumah tangganya yangmalang atau kuatir Empat-pedang Bu-san itu akanseperti paman-guru. Maka kakek-guru telahmengeluarkan perintah yang keras dan bengis.” Dalampada ia berpikir itu, Thian Wat totiangpun berdiam diri.Sepasang matanya berkilat-kilat menatap wajah pemudaitu.

“Adakah dalam perbantahan itu Tio Bik-lui danpaman guruku tak mengungkat tentang Empat-pedangBu-san ?” tanya Gak Lui.

“Tidak karena rupanya Maharaja tak beranimembicarakan soal itu. Sedang karena keliwatdirangsang kemarahan, paman gurumupun takmemperhatikan soal itu,” Sahut Thian Wat totiang.

“O, maka ketika ayahku dikurung dalam lubang batudisitu, paman gurupun tak tahu,” kata Gak Lui, “lalubagaimana kelanjutannya?”

Page 910: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

910

“Setelah lagi dengan susah payah paman gurumumenasehati Maharaja supaya jangan menimbulkan gara2dan sebagai imbalan, paman gurumu bersediamenyerahkan batang hidungnya kepada Maharaja agarMaharaja itu pulih kembali wajahnya. Asal Maharajajangan mengungkat soal pedang Thian- lui-koay-kiamdan jangan masuk kedalam istana Bi kiong. Sudah tentukarena tahu akan kelihayan paman gurumu, Maharajaterpaksa menerima perjanjian itu. Dia tinggalkan Bu-sandan membuat lain rencana.”

“Rencana apa lagi ?” tanya Gak Lui.

“Setelah tinggalkan Bu san, kecuali menduga bahwaPedang- aneh tentu sudah mati; Maharaja tetap gelisahkarena tak dapat menemukan tempat tinggal ketiga tokohEmpat-pedang Bu-san yang lain, termasuk ayahmu. Diamerasa selama tokoh2 pedang dari Bu-san itu belumlenyap, tentu sukar baginya untuk merajai duniapersilatan. Pada waktu itu dia segera berunding untukmengatur siasat dengan Wi Cun, murid hianat dariperguruan Kong-tong-pay.”

“O,” Gak Lui mendesuh.

“Wi Cun menganjurkan agar Maharaja mempelajariilmu simpanan dari kelima partai persilatan melalui dirikami. Dengan begitu kepandaian Maharajapunbertambah lipat saktinya.”

“Lalu siapakah yang merencanakan supayamenyamar dan memalsu sebagai diri totiang berlima itu?” tanya Gak Lui.

“Soal itu ....,” sepasang mata Thian Wat totiangberkilat-kilat dan merenung sejenak, lalu berkata pula,“aku tak begitu ingat. Karena daya pikiranku makinlemah, kesadarankupun makin menurun. Pokoknya,

Page 911: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

911

mereka masing2 mempelajari suatu aliran ilmu silat danlagi .... Maharajapun memiliki suatu ilmu Suitan yahgdapat memberi perintah kepada kami.”

“Adakah totiang masih ingat akan tempat digunungIm-leng-san itu ?”

“Tempat itu adalah tempat Maharaja berlatih ilmukepandaian. Sayang otakku sudah tumpul sehingga takingat akan keadaannya yang pelik.”

Gak Lui tak putus asa mendengar jawaban Thian Wattotiang. Maklumlah, Thian Wat totiang sudah makin tuadan makin lemah ingatannya, mungkin tak ingat jelastempat itu.

“Totiang, adalah daya ingatanmu pada waktu akhir2ini hampir hilang?”

“Hm...” Thian Wat totiang merenung beberapa jenaklalu tertawa : “Maaf, walaupun pil dari sauhiap itu amatmustajab tetapi karena umurku sudah makin lanjut, dayaingatankupun mundur sekali. Oleh karena itu, obat puntak banyak menolong diriku !”

“Ah, tak apalah,” Gak Lui menghiburnya.

“Dalam mencita-citakan untuk merajai duniapersilatan itu, ada dua hal yang masih ditakuti Tio Bik-lui,” katanya pula, “pertama, kepada Kaisar Li Liong-cidan kedua kepada ayahku dan paman2 guruku. Tentangpaman guruku yang kesatu, karena tak pernah pergi dariBu-san, maka Tio Bik-luipun tak menguatirkan. Untukmenghadapi tokoh2 yang ditakutinya itu maka diamemerlukan pedang pusaka Thian-lui koay-kiam. Tetapidalam beberapa tahun ini Empat-pedang Bu sanberturut-turut telah meninggal dunia. Sedang KaisarPersilatanpun telah pergi dari daerah Tiong-goan. Kini

Page 912: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

912

dunia persilatan telah dikuasai oleh si Maharaja dengangerombolannya.” Lebih lanjut Gak Lui berpikir : “Setelahaku turun gunung untuk menumpulkan ujung pedang darisetiap musuh yang kuhadapi, terpaksa kugunakan ilmupedang Bu-san. Hal itu benar2 seperti orang haus yangdiberi air bagi diri Maharaja. Dan hal itupun menimbulkankecurigaannya bahwa Empat pedang Bu-san itu tentumasih hidup. Maka berulang kali ia hendakmenyelidikinya bahwa dengan berpura-pura menjadiorang baik dia memberi petunjuk kepadaku bagaimanacara untuk mengambil pedang Thian-lui-koay-kiamkegunung Bu-san....”

“Tetapi rupanya Thian maha murah dan adil. Bukansaja aku mendapat tambahan ilmu kepandaian, pun jugamemperoleh pedang pusaka Thian-lui-koay-kiam. Biarlahdia telah memiliki ilmu suitan Pencabut-nyawa yanghebat, tetapi pedang pusaka itu tetap akan dapatmembasminya.....” berpikir sampai disitu, Gak Luimemegang kerangka pedang erat2. Pikirannyamelayang- layang tak keruan. Thian Wat totiangpunmenatap wajah Gak Lui lalu pedang yang tersanggulpada bahu pemuda itu. Sesaat keadaan sunyi senyap.

Rupanya Siu-mey tak enak hati kalau sebagai tetamudiam saja. Maka ia menggamit siku lengan Gak Lui.Pemuda itu terkejut dan memandang Siu-mey. Daripancaran mata sinona tahulah kalau Siu-meymengajaknya pergi. Gak Lui anggap memang Thian Wattotiang perlu beristirahat. Tetapi sebelum minta diri, iaberkata : “Totiang, tadi engkau mengatakan bahwadiantara kita berdua tiada yang berhutang budi. Baiklah,akupun tak menyatakan terima kasih tetapi totiangpunjangan mengingat tindakanku memberi obat itu sebagaisuatu budi....”

Page 913: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

913

“Baiklah,” Thian Wat totiang mengangguk. Tetapiketika Gak Lui berbangkit hendak pergi, Thian Wattotiang mencegahnya :

“Tunggu dulu, aku masih mempunyai sebuahpertanyaan.”

Gak Lui buru2 duduk kembali dan mempersilahkanpaderi itu mengatakan. Sejenak batuk2, dengan suaraparau Thian Wat totiang bertanya :

“Beberapa sahabatku yang menderita kesukaran itu.... bagaimanakah keadaannya saat ini ?”

“Sahabat yang tertimpah kesukaran ?” Gak Luimenegas.

“Benar.”

“Totiang tanyakan .... Hwat Gong taysu dan kawan-kawannya itu ?”

“Ya, mereka senasib dengan diriku, menjadianggauta Topeng Besi sampai belasan tahun makasudah seharusnya aku bertanya tentang diri mereka.”

“Adakah keadaan mereka, totiang tak pernahmendengar ?” Gak Lui balas bertanya.

“Pernah kutanyakan kepada sute dan beberapa ciangbunjin tetapi tiada seorangpun yang memberi jawabansesungguhnya !”

“Terus terang saja, ketika bertempur digunung Heksan; mereka telah keliru terbunuh.”

“O, sauhiap .... keliru membunuh mereka?”

“Benar.”

“Lalu apakah engkau menyesal atau tidak ?”

Page 914: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

914

“Bukan melainkan hanya menyesal pun.....”

“Pun bagaimana ?”

“Aku merasa berdosa....”

“Mengapa ?”

“Mereka tak seharusnya menerima kematian begitu.”

“Sauhiap, kata-katamu itu salah !”

“Mengapa ?”

“Gerombolan Topeng Besi itu telah mengganas duniapersilatan. Sudah layak kalau menerima kematian. Kalaumembunuh orang jahat masih merasa menyesal, biarlahaku mati saja !”

“Tidak, tidak ! Soalnya berbeda. Kalau aku memangtahu tetapi kurang hati2. Sedang totiang itu adalah diluarkehendak totiang sendiri.”

“Ah.....” Thian Wat totiang menghela napas panjang,“sauhiap membunuh mereka itu suatu berkah bagaikeselamatan dunia persilatan. Pun bagi diri yang matiitu.”

“Mengapa ?” Gak Lui terkejut.

“Apabila engkau menolong mereka dengan pil ini,setelah mereka sembuh, keadaan mereka tentu lebihmenyedihkan maka lebih baik mati.”

“Oh,” Gak Lui mendesuh dan gemetar. Walaupuntotiang itu mengatakan dalam banyak peristiwa yanglampau ia tak ingat tetapi ucapannya yang terakhir itumenandakan kalau ia masih ingat semua. Gak Luimenimang. Daripada membantah, dikuatirkan akanmenimbulkan reaksi hebat dalam hati paderi itu, lebihbaik ia segera angkat kaki dari situ. Katanya : “Ucapan

Page 915: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

915

totiang memang benar, aku sekarang sudah mengertidan takkan bersedih hati.”

Thian Wat totiang tertawa. Kemudian Gak Luimenanyakan lagi adakah totiang itu perlu beberapa anakmurid untuk menjaga di situ. Thian Wat totiangmengiakan. Gak Lui dan Siu-mey minta diri, melangkahke luar. Lebih dulu ia suruh paderi kecil untuk menjaga disitu setelah itu kedua pemuda itu lalu masuk ke dalamruang tetamu. Tampak Thian Lok totiang menyambutdengan wajah tegang: “Sauhiap, bagaimana keadaan su-hengku ?”

“Selamat, totiang, Thian Wat totiang telah pulihkesadarannya kembali dan telah menerangkan banyakhal kepadaku....”

“Ah, sauhiap.....engkau sungguh baik sekali. Ceng-sia-pay tak tahu bagaimana akan berterima kasihkepadamu !” seru Thian Lok totiang.

“Ah, harap totiang jangan memikirkan hal itu.Silahkan totiang masuk, Thian Wat totiang hendakbicara.”

Dengan gembira Thian Lok totiang segera masuk kedalam ruangan untuk menjumpai suheng-nya.

“Engkoh Lui, rasanya persoalan ini telah berakhirmemuaskan. Mereka kakak dan adik seperguruantentu....” belum selesai Siu- mey berkata, Gak Lui ulurkanjarinya untuk ditempelkan ke bibir nona itu agar janganbicara. Tiba2 dari dalam ruang persemedhian, terdengarjeritan-ngeri dari Thian Wat totiang. Disusul dengansuara benda jatuh di lantai dan jeritan nyaring dari paderikecil yang menjaga di situ.

“Celaka!” Gak Lui terkejut terus lari menerobos ke

Page 916: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

916

dalam lagi. Tampak Thian Wat totiang terkapar dalamkubangan darah di lantai. Sedang Thian Lok totiangpunmenggeletak di bawah tempat tidur. Paderi kecil tegakseperti patung, tubuh gemetar dan lidah menjulur keluar.Kejut Gak Lui bukan kepalang. Tetapi cepat ia menyadariapa yang telah terjadi. Lebih dulu ia memeriksa tubuhThian Wat totiang. Dicobanya untuk memberipertolongan dengan menyalurkan tenaga dalam tetapiternyata totiang itu sudah putus nyawanya. Gak Lui lalumenghampiri Thian Lok totiang untuk memeriksakeadaannya.

“Engkoh Lui, mengapakah mereka ini ?” tanya Siumey, “perlukah memberitahukan kepada yang lain ?” GakLui mengatakan tak perlu.

“Kalau sampai terjadi sesuatu, apakah takkanmenimbulkan kesulitan pada kita ?”

“Thian Lok totiang segera akan siuman. Serahkansaja bagaimana dia nanti akan mengurus. Kalau suruhlain orang masuk kemari, tentu lebih berabe !”

“Mengapa begitu?”

---oo^TAH^0^DewiKZ^0^Hendra^oo---

Bab 32 bagian 32.4

Sambil mengurut tubuh Thian Lok totiang, Gak Luimenerangkan :

“Menilik keadaannya, Thian Wat totiang itu tentumembunuh diri dengan memutuskan urat2 nadinya.Bagaimana sebabnya nanti tunggu setelah Thian Loktotiang sadar dari pingsannya. Dalam masalah segawatini, aku tak berani bertindak sendiri dan kuserahkan sajakepada fihak Ceng-sia-pay.....”

Page 917: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

917

Tiba2 mulut Thian Lok totiang terdengar mengerangperlahan dan membuka mata. Lalu cepat2 ber-bangkit.

“Harap ciang-bunjin suka tenang. Kalau ciang-bunjingugup, Ceng-sia-pay tentu tiada yang memimpinnya,”Gak Lui menghibur.

“Sau-hiap.....” kata Thian Lok totiang dengan nadagemetar, “suheng ternyata sudah meninggal .... aku....sungguh .... tak percaya!”

“Oh, totiang tak menyaksikan kejadian itu ?” Gak Luiterkejut.

“Ketika masuk dalam ruang ini, suheng sudahterkapar diatas tempat tidur!”

“Kalau menurut pendapatku, Thian Wat totiang telahmembunuh diri ....”

“Apakah engkau berani memastikan?” ketuaperguruan Ceng-sia- pay itu menegas dengan nadakurang percaya.

Gak Lui terkejut. Buru2 ia menunjuk pada paderikecil, serunya.:

“Jika ciang-bunjin tak percaya, silahkan tanyapadanya !” Thian Lok seperti disadarkan, ia menatappaderi kecil. Karena paderi kecil itu tetap diam saja,Thian Lok membentaknya:

“Engkau ....engkau .... mengapa tak lekas kemari!”Dengan tersipu sipu ketakutan paderi kecil itu segeramenghampiri. Tubuhnya masih gemetar keras sehinggageraham giginya terdengar berkerutukan tetapi tak dapatmengeluarkan perkataan. Thian Lok makin marah danhendak menamparnya tetapi Gak Lui cepatmencegahnya: “Totiang, harap jangan marah. Memangdapat dimengerti kalau murid totiang itu tentu terbang

Page 918: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

918

semangatnya menyaksikan peristiwa ini. Walaupun diamendapat tugas untuk menjaga Thian Wat totiang tetapikarena kepandaiannya terbatas, dia tak dapat berbuatapa2. Makin totiang marah, makin dia takut !”

Thian Lok totiang menyadari kalau dirinya keliwatterangsang kemarahan, ia segera menutuk jalan darahpaderi kecil itu supaya jalan darahnya lancar. Beberapasaat kemudian paderi kecil itu menangis: “Hatur beritahukepada ciang-bun ..... kakek guru .... telah meninggalkanpesan ... bahwa ia membunuh diri sendiri ....”

“O, masih sempat berpesan!”

“Ya, masih sempat meninggalkan pesan...”

“Bagaimana ucapannya?”

“Beliau mengatakan .... dosa selama 18 tahunberlumuran dosa. Sekalipun karena kesadarannya hilangdan diluar kehendaknya tetapi Thian Wat totiang tetapmerasa malu untuk bertemu orang .... malu kepada paraleluhur partai perguruan Ceng-sia-pay .... malu terhadapkaum persilatan ....”

“Lalu apa lagi ?”

“Beliau mengatakan pula .... setelah kembali kegunung sekalipun kaum persilatan tak mencarinya untukmembuat perhitungan tetapi hati nuraninya tetap takmengijinkan. Satu-satunya jalan untuk melepaskankedosaannya.... hanyalah mati!”

“Kemudian ?”

“Kebetulan suhu terlambat datang kemari!”

“Huak ....,” mendengar itu darah Thian Lok totiangbergolak dan meluap. Ia muntah darah dan tubuhnyaterhuyung hampir rubuh pingsan lagi. Untung Gak Lui

Page 919: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

919

sudah bersiaga. Cepat ia ulurkan tangan memapahnya.Setelah lunglai sampai beberapa saat, akhirnya ketuaCeng sia- pay itu membuka mata dan berkata rawan :“Sauhiap, aku mempunyai sebuah perkataan yangsesungguhnya masih maju mundur untuk kukatakan!”

“Dari pada terpendam dalam hati lebih baik totiangtumpahkan saja.”

“Obat yang engkau berikan itu ... memang amatmujarab kepada orang lain tetapi setelah diminumsuheng, mengorbankan jiwanya. Kalau tahu begitu, lebihbaik tidak minum obat itu...” Gak Lui tertawa getir: “Soalitu memang sudah kupertimbangkan.”

“Lalu mengapa masih tetap memberikan kepadanya?”

Siu-mey penasaran melihat sikap ketua perguruanCeng-sia-pay itu. Tetapi ia dapat memaklumi keadaanorang. Katanya: “Totiang, engkoh Lui memang kuatirsetelah pulih kesadaran pikirannya, suhengmu akanmenyesal dan melakukan putusan pendek. Maka engkohLuipun menerangkan beberapa kali dan Thian Wattotiang tetap menghendaki obat itu .... Kurasa Thian Wattotiang memang telah mempertimbangkan keputusan itudengan masak2. Dia lebih baik mati daripada kehilanganmoril. Betapapun dia itu juga seorang manusia yangmemiliki perasaan halus. Maka akibat daripadakematiannya itu sekali kali bukan karena gara2 kamimemberi obat melainkan karena kesadaran dari ThianWat totiang sendiri.”

Setelah merenung beberapa saat barulah ketua Cengsia-pay itu berkata dengan nada agak menyesal: “Kalianbenar, karena hatiku amat berduka maka sampaimengeluarkan ucapan yang tiada layak. Harap kalian

Page 920: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

920

suka maafkan. Dan perjamuan malam ini .... akanmenjadi sebuah upacara sembahyangan arwahsuheng...”

Sesungguhnya setelah dapat menghancurkan kakitangan Maharaja para orang gagah itu sedianya akanmengadakan pesta untuk merayakan kemenangan.Tetapi setelah mendengar berita kematian Thian Wattotiang, merekapun ikut berduka-cita. Seluruh tokoh2persilatan yang berada di gunung Ceng-sia-san samasembahyang di muka jenazah Thian Wat totiang. Setelahsembahyang Gak Lui mundur ke samping. Iamemandang ke sekeliling. Tampak tokoh2 dari perguruanBu- tong-pay, Heng-san pay, Siau-lim-si, Gobi-pay,Kong-tong-pay dan Ceng sia-pay, memandang dengansinar mata yang aneh. Tak berapa lama iapun melihatsigadis cantik Yan-hong dari Bu san, The Hong lian danSiu-mey bersama-sama sembahyang. Di belakang ketiganona itu tampak seorang lelaki berpakaian serba putih,bersembahyang dengan berlutut di hadapan peti matiThian Wat totiang. Gak Lui terkejut. Ia maju menghampirihendak menegur tetapi orang itu cepat2 melangkahkeluar dari ruang jenazah. Gak Lui hendak menyusultetapi karena orang begitu banyak, ia tak dapat cepat2mengejar. Ketika ia menuruni batu titian, orang itupunsudah lenyap entah ke mana.

“Engkoh Lui !”

“Adik Lui !” Terdengar berturut-turut dua buah suaramemanggil dan Gak Luipun cepat berpaling ke belakang.Ah, ternyata ketiga nona tadi sudah menyusulnya.

“Bukankah engkau hendak mencari Hi Kiam-gin ?”tanya Siu-mey lebih dahulu.

“Ya.”

Page 921: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

921

“Jangan buang tenaga sia2. Dia sudahmengasingkan diri tak mau bertemu orang terutamadengan engkau !”

“Apakah engkau tak memberitahu kepadanya bahwaayahmu sudah meluluskan untuk mengobati wajahnya ?”

“Sudah kukatakan,” kata Siu-mey.

“Lalu bagaimana jawabnya ?”

“Dia mengucapkan terima kasih kepada ayah tetapidia tak mau berobat.”

“Hm...” Gak Lui mendesuh, “kalau begitu beritahupadaku di mana tempat tinggalnya. Aku akanmenjumpainya.”

“Ah, perlu apa? Engkau hanya akan ketemu batu saja....”

“Aku mempunyai urusan yang penting sekali makaharus bertemu muka dengan dia!”

“Apa?” ketiga nona itu serempak berseru.

“Soal itu amat penting sekali. Mempunyai hubunganerat dengan perguruanku dan keselamatan sekianbanyak orang. Aku harus berunding dengan cici Kiam gin....”

“O, engkau tak dapat memberitahukan lebih dahulukepada kami ?”

“Aku harus bertemu dan berunding dengan dia atauurusan itu sukar dilaksanakan!” sahut Gak Lui.

“Uh, uh....,” ketiga nona itu mendengus ejek, “kamipercaya dia tentu tak mau mempedulikan engkau lagi,sudahlah, jangan jual mahal !”

“Lain soal mungkin dia menolak tetapi dalam urusan

Page 922: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

922

ini dia tentu harus mempedulikan. Sudahlah janganbanyak cakap, bawalah aku ke sana !” Siu-mey terpaksamenurut. Sambil berjalan ia bersungut-sungut:

“Hm, bagus, kalau belum tiba di dasar sungai Honghotentu tak puas. Kami akan melihat bagaimana engkaunanti memainkan perananmu.”

Setelah menyusur tikungan tak berapa lama merekatiba di sebuah bangunan. Tempat itu sebenarnyadiperuntukkan tetamu wanita oleh karenanyasuasananyapun sepi. Dari tutup kain jendela yangditingkah sinar lilin, tampak sesosok tubuh tengah dudukdi dalam sebuah ruang. Gak Lui duga tentulah nona HiKiam-gin.

“Sudah sampai,” seru Siu-mey, “urusan memintapintu, terserah kepadamu.” Gak Lui segera melangkahmaju, mengetuk pintu: “Cici Gin ....” Belum sempat iamelanjutkan ucapannya, Hi Kiam-gin sudah menyahutdengan nada sedingin es: “Aku tak menerima tetamu,silahkan kembali.”

“Aku Gak Lui....”

“Kutahu engkau ini siapa. Diantara kita berdua sudahputus hubungan, tak perlu menyebut adik lagi !”

“Aku mempunyai soal penting yang haruskurundingkan dengan engkau....”

“Kalau tak mau enyah, jangan menyesal kalaukulepaskan Cek yan-sin hwe yang ganas!” bentak HiKiam-gin yang tak sabar lagi. Cek-yan-sin-hwe atau api-sakti-asap-merah, merupakan senjata obat pasang yangganas. Begitu menyentuh kulit orang tentu terbakar.Bahkan rumahpun dapat terbakar oleh obat pasang itu.Gak Lui terkejut dan mundur selangkah. Dalam pada itu

Page 923: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

923

ia memperhatikan ketiga nona tadi. The Hong-liantertawa geli, si dara Yan-hong agak kasihan dan Siu-meyseperti mengejeknya. Gak Lui tak mau menghiraukanmereka dan berseru pula kepada Hi Kiam gin: “Hi Kiam-gin, jika engkau masih ingat akan kematian yangmengenaskan dari ayahmu dan masih ingin membalasdendam, kuharap engkau sadar dan mau berunding.”Ucapan itu walaupun tak segera mendapat jawabantetapi Hi Kiam-gin berdiam diri tidak segetas tadi. Hal itumenandakan bahwa ia memang belum dapat melupakansoal membalaskan sakit hati ayahnya.

“Pedang pusaka Thian-lui-koay-kiam sudah diberikanoleh suhumu Lengan besi-hati-baik kepadaku. Engkauingin melihat atau tidak ... !”

“Hm... ,” Hi Kiam-gin mendengus.

“Besok pagi aku hendak ke gunung Im-leng-sanuntuk mencari musuh kita. Siu-mey bertiga ingin ikut.Kalau engkau suka, bawalah mereka bersama. Kalautidak...”

“Bagaimana ?”

“Kami akan berangkat sekarang !”

“Oh...” Hi Kiam gin mendesuh kejut, “lalu apaperlunya engkau mencari aku ?”

“Pedang ini.....”

“Bagaimana ?”

“Soal itu memang ada sedikit liku2 yang haruskurundingkan dengan engkau. Jika engkau takmelupakan pemberian ajaran ilmu pedang Bu-san itu,seharusnya engkau mau menemui kami untukberunding.”

Page 924: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

924

Kembali Hi Kiam-gin berdiam diri. Beberapa saatkemudian terdengar ia berkata dengan agak gemetar:“Masuklah....!” Ketika Gak Lui masuk ke dalam kamar itu,ketiga nona tercengang. The Hong lian leletkan lidah :“Aneh sekali ! Mengapa engkoh Lui ingin berundingdengan seorang nona yang begitu dingin. Apakah yanghendak dirundingkan ?”

“Sudahlah, jangan bicara. Mungkin kita dapatmendengarkan pembicaraan mereka,” seru Su-mey.Tetapi betapapun ketiga nona itu berusaha untukmendengarkan pembicaraan mereka, namun tetap takmendengar suatu apa. Rupanya Gak Lui dan Hi Kiam-ginmenggunakan ilmu Menyusup- suara. Beberapa saatkemudian, Gak Lui berpaling dan mempersilahkan ketiganona itu masuk. Gak Lui memperkenalkan merekakepada Hi Kiam-gin dan menuturkan riwayatnyamasing2.

“Taci bertiga tentu sudah mahir mempelajari ilmupedang Busan itu ?” tiba2 Hi Kiam gin mengajukanpertanyaan.

“Ah, kami ingat pelajaran itu ....”

“Bagus,” seru Hi Kiam-gin. Ia segera menguraikantentang kehebatan dari keempat pedang apabilaserempak bermain dalam ilmu pedang perguruan Bu-san. Adalah Siu-mey yang cepat dapat menyelamikeadaan, serunya:

“Kami masing2 telah mempelajari sebuah jurus dariilmu pedang Busan. Apabila kita berempat bergabung,tentu dapat membantu engkoh Lui membasmi musuh.Bukankah tujuan ke gunung Im leng-san itu juga denganbegitu?”

“Ini ... ,” kata Hi Kiam-gin tersekat, ia tampak ragu2

Page 925: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

925

untuk memberi keterangan. Adalah Gak Lui yangmelanjutkan: “Soal itu tidak benar seluruhnya begitu.Walaupun ilmu pedang istimewa tetapi harus dilihatbagaimana kepandaian masing2.”

“Engkau maksudkan kepandaian kami masih dangkalsehingga tak dapat menghadapi musuh ?”

“Menurut tingkat kepandaian, kalau ini memang takterpaut banyak satu dengan lain. Dan kali ini kepergiankita ke Im leng- san itu bukan semata2 hanyamenghadapi musuh, tetapi menghadapi ....”

“Siapa ?”

“Menghadapi pedang pusaka Thian lui koay-kiam !”

“O !” ketiga nona itu serempak mendesuh kaget. Yanhong sidara cantik dari Bu-san cepat tertawa: “Adik Lui,mungkin dahulu kakek gurumu kuatir kalau pedang itusampai jatuh ke tangan orang lain maka ia telah siapkanrencana begitu. Tetapi sekarang pedang sudah berada ditanganmu, mengapa masih takut lagi!”

Dengan wajah bersungguh Gak Lui menjawab:“Pedang itu memiliki tenaga iblis. Mudah dimainkan tetapisukar ditarik kembali. Untuk lain orang mungkin tak tahutetapi engkau tahu jelas sekali !”

“Tentu,” sahut Yan hong. Ia teringat akan ceritaibunya bahwa pedang itu memang sukar dikendalikansehingga telah melukai banyak sekali murid2 perguruanBu-kau. Ia menggigil dan bertanya : “Adakah engkau ....menghendaki kami .... menghadapi engkau.....”

“Bukan menghadapi tetapi menjaga !”

“Tidak, tidak, tidak!” seru Yan hong dan kedua nonalainnya dengan serempak. Rupanya hanya Hi Kiam-ginyang dapat mengetahui intisari dari ilmu pedang dari

Page 926: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

926

perguruan Bu-san itu. Boleh dikata tiga dari empat jurusilmu pedang itu hanyalah untuk memapas, mencongkeldan menjatuhkan pedang itu dari tangan orang. Hanyajurus Hawa-pedang-menembus-malam, benar2berbahaya. Pun apabila orang dapat menguasainya jugatakkan melukai orang. Dengan pertimbangan itulah makaia dapat menerima permintaan Gak Lui. Gak Luimenguraikan intisari dari ilmu pedang itu dan cara2menggunakannya untuk memukul lepas pedang Thian-lui-koay- kiam. Demikian hampir setengah hari memberipelajaran, akhirnya Gak Lui dapat menjelaskan ketiganona itu sehingga mereka mau meluluskanpermintaannya. Hanya Yan hong yang tetap berkeraskepala tak setuju.

---oo^TAH^0^DewiKZ^0^Hendra^oo---

Bab 32 bagian 32.5

“Taci Yan,” kata Gak Lui agak kurang senang.“engkau adalah pewaris dari perguruan Bu-kau. Masakanengkau tak ingat akan peristiwa kakek guru dahulu?Mengapa engkau masih berbanyak hati dan kukuh ?”

“Ya, sudah tentu aku ingat.... tetapi pedang dan golokitu tidak bermata. Apabila sampai melukai engkau.....”Mendengar itu Hi Kiam-gin cepat menyelutuk: “Di dalammemainkan pedang, titik beratkan pada pertahanan dankurangkan serangan. Bukankah tadi dia sudahmengatakan ....”

“Ya, memang dia sudah mengatakan dan akupunsudah mendengar jelas,” sahut Yan-hong.

“Kalau begitu tak perlu cemaslah. Apalagi jurusHawa-pedang- menembus-malam itu merupakan jurus

Page 927: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

927

yang terakhir, kemungkinan tak perlu digunakan lagi.”

“Cici menjamin ?”

“Tak perlu menjamin. Jurus itu engkau yangmenerima pelajarannya. Engkau dapat bergerak menurutkeadaan.”

“Eh, bukankah tadi telah disepakatkan, bila Gak Luitak dapat mengendalikan pedang pusaka itu, kitaberempat harus serempak mengepungnya? Mengapasekarang cici mengatakan lain?”

“Ah, bukan begitu. Kita berempat harus membentukdiri seperti tembok pedang. Lebih dulu membendungkeganasan pedang itu lalu kita gunakan jurus Menjolok-bintang-memetik-bintang atau Membelah-emas-memotong-kumala, memapas jatuh pedang itu daritangannya.”

“Kalau gagal baru kugunakan jurus Hawa-pedang-menembus malam itu, bukan ?” Yan-hong cepatmenyelutuk.

“Kukira....,” kata Hi Kiam-gin, “tokoh sakti kalaubertempur, dalam sekejab saja sudah dapat diketahuimenang kalahnya. Oleh karena itu jurus keempat itumungkin tak perlu engkau keluarkan. Dan ingat,walaupun sebuah jurus ilmu permainan itu hebat, tetapipun harus mengandalkan tingkat tenaga orang itu.....”

“Hm, kalau begitu engkau anggap tenagakepandaianku ini yang paling lemah sendiri diantara kitaberempat ini. Sekalipun aku menyerang juga tak sampaimelukai adik Lui,” cepat Yan-hong merangkai kesimpulansendiri. Hi Kiam-gin diam saja tak mau meladeni Yan-hong yang sedang marah itu. Apalagi Siu-mey dan TheHong-lian saling bertukar pandang seperti menyetujui

Page 928: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

928

pernyataan Yan-hong. Melihat itu Gak Lui tak sabar lagi.Segera ia berkata kepada Yan- hong: “Taci Yan,katakanlah. Engkau ingin membalas dendam sakit hatiatau tidak?”

“Adik Lui, aku ingin sekali menuntut balas,” jawabYan hong, “dan kuharap engkau berhasil membalas sakithati kepada musuh.”

Dengan mengertak gigi Gak Lui berkata: “Demimemikirkan perasaanmu terhadap ibumu, terpaksa akutak dapat mengelabuhi engkau lagi !”

“Ih, dalam soal apa engkau mengelabuhi aku ?” tanyaYan hong agak kaget.

“Yang menipu dan mencuri ilmu kepandaian Bu-kaudari ibumu, bukan lain yalah Maharaja Tio Bik-lui itusendiri.” Mendengar itu seketika pecahlah tangis sinona.Dengan gemetar ia berseru: “Mengapa.....engkau takmengatakan dari dulu ?”

“Karena tiada sempat dan kedua kali demi menjagaagar engkau jangan menempuh bahaya!”

“Tidak .... tidak peduli bagaimana, aku hendakmencarinya dan membuat perhitungan......hendakkucincang tubuhnya ...”

“Tetapi kepandaiannya engkau tentu sudahmengetahui sendiri. Apalagi ditambah dengan beberapailmu yang istimewa itu, kecuali dengan pedang pusakaThian-lui koay-kiam, tak mungkin dapatmenundukkannya. Hanya saja apabila menggunakanpedang pusaka itu harus mempunyai persiapan agarjangan menimbulkan akibat yang membahayakan lainorang. Jika engkau benar2 hendak melakukanpembalasan, engkau harus meluluskan permintaanku.

Page 929: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

929

Kalau tidak....”

“Bagaimana ?”

“Aku takkan membawa kalian semua !”

“Kalau tak dapat menguasai pedang pusaka itu, lalubagaimana?”

“Toh gunung Im-leng-san itu sunyi belantara, setelahmembunuh musuh, aku akan mencari daya.... kalau perluhanya orang dan pedang itu harus hancur bersama agarjangan menimbulkan dosa berdarah pada lain orang.....”

“Jangan! Jangan !” Yan-hong menjerit kaget. Dia taktega kalau pemuda itu sampai celaka. Tetapi iapun taksampai hati untuk bertempur mengepung Gak Lui.

“Ah, di dunia ini memang penuh dengan soalkesukaran dan penderitaan,” tiba2 Hi Kiam-gin berkatadengan nada dingin, “dalam soal hubungan asmara sajaadik Lui belum dapat memutuskan, sekarang akanbertambah dengan soal pembalasan sakit hati. Dalamsoal pembalasan ini, aku memang wajib mengambilbagian dan harus membantu sekuat tenaga. Yangdibutuhkan adik Lui, bukan bantuan tenaga untukmenghancurkan musuh melainkan apabila selesaimenghancurkan musuh, pedang Thian-lui-koay-kiam ituakan membuas dan membunuh orang lain. Nah, keadaanitulah yang memerlukan tenaga kita untuk mengatasinya.Kecuali kita memang menghendaki dia ....supaya binasabersama pedang pusaka itu ....”

Ucapan itu telah menggetarkan sanubari ketiga nonayang lain. Serempak mereka berkata dalam hati, relamenempuh bahaya daripada membiarkan Gak Lui akanbinasa bersama pedang Thian-lui-koay-kiam. Akhirnyadengan airmata bercucuran, Yan-hong menerima

Page 930: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

930

permintaan Gak Lui.

Gak Lui serasa terlepas dari himpitan batu besar. Iamemandang dengan penuh rasa terima kasih kepada HiKiam-gin. Nona itu tundukkan kepala. Dua butir airmatamenitik turun dari pelupuknya. Setelah perundinganselesai, Hi Kiam-gin mengantar keluar tetamunya laluseorang diri masuk kedalam kamarnya. Siu-meybertigapun kembali kedalam kamar dan tidur. Gak Luimasih mondar mandir dalam paseban markas Ceng-sia-pay. Di ruang sembahyang peti-mati Thian Wat totiangmasih terdengar para anak murid Ceng-sia-paymembaca kitab suci, memanjatkan doa untuk arwahThian Wat totiang. Kemudian ia ke ruang samping danduduk bersemedhi. Entah berapa lama, tiba2 ia terkejutbangun. Saat itu hari sudah terang tanah tetapi yangmengejutkan Gak Lui yalah suara hiruk pikuk yangmenggema dalam ruang paseban besar itu. Cepat iamelangkah keluar. Suara hiruk pikuk makin nyaring.Seluruh markas seolah-olah tergetar. Cepat ia mencari HiKiam gin dan ketiga nona lainnya untuk diajak berangkatIm-leng-san. Tetapi ketika ia melangkah keluar, kejutnyabukan kepalang. Hidungnya terbaur angin berbau anyiryalah bau dari bangsa ular.

“Hai, dari manakah sekian banyak ular itu ?Sekalipun gunung ini ada ularnya, juga tak bergolakseperti ini ?” pikirnya terus hendak mencari Siu-mey.Baru beberapa langkah, ia berpapasan dengan ThianLok totiang ketua Ceng sia-pay. Dilihatnya ketua Ceng-sia-pay itu tengah bingung sembari memberi petunjukkepada anak murid untuk mengelompok jadi satu.Ratusan anak murid Ceng-sia-pay itu sama menghunuspedang, ujungnya ditunjukkan ke tanah. Mata merekapunmemandang ke tanah dengan ketakutan. Melihat itu GakLui cepat melesat ke hadapan Thian Lok totiang.

Page 931: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

931

“Sauhiap, ke manakah engkau ini ? Mengapa sampailama tak dapat kucarimu...” seru Thian Lok totiang.

“Aku sedang duduk bersemedhi di ruang samping.Tolong tanya, apakah yang terjadi?”

“Ular ... barisan ular telah menyerbu markas digunung Ceng-sia- san sini. Murid2 dari partai2 persilatanyang sedang tidur banyak yang digigit terluka ... bahkanmati.”

“Lalu di manakah para ciang-bunjin?”

“Berada di sekitar gunung ini memberi petunjukkepada anak muridnya menghadapi serangan ular...”

“Oh, banyakkah jumlahnya ular itu?”

“Tak dapat dihitung banyaknya. Markas Ceng-sia-paymungkin akan penuh!” Gak Lui terkejut. Karena ia pernahmakan rumput Hiang-coh, ia tak takut kepada bangsaular. Tetapi ia tahu bagaimana kelihayan bangsa ular itu.Bagi orang persilatan yang belum tinggi kepandaiannyatentu tak dapat melawan. Diam2 ia heran siapakah tokohyang mampu memerintahkan barisan ular untukmenyerang markas Ceng-sia-pay itu ? Tiba2 ia teringatbahwa di antara yang datang ke Ceng-sia-san ituterdapat juga partai Pengemis daerah selatan.Pemimpinnya si Pengemis Ular yang termasyhur itumemang hendak melakukan pembalasan sakit hati atasmusuh yang telah membunuh Pengemis-jahat.

“Ketua partai Kay-pang seorang ahli menghadapibangsa ular beracun. Sekarang ini dia berada di mana?”

“Di bagian selatan gunung. Tetapi menurut katanya,ia mungkin tak mampu menghadapi serangan sekianbanyak ular ini.”

“Kewalahan?”

Page 932: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

932

“Ya,” sahut ketua Ceng sia pay.

“Lalu di manakah adikku Siu-mey itu ?”

“Dia sih mempunyai daya. Saat ini sedangmempertahankan dibagian muka gunung dan hendakmencari sauhiap!”

“Kalau begitu harap totiang menjaga diruang pasebanini, aku hendak mencarinya.” Sepanjang jalan Gak Luimelihat anak murid partai persilatan masing2 membentukdiri dalam barisan, menggunakan senjatanya untukmenghalau serangan barisan ular ular. Tetapi ular2 itupun lincah dan gesit sekali sehingga masih ada yangdapat meloloskan diri. Gak Lui percepat larinya. Ialepaskan hantaman untuk menghancurkan barisan ularitu. Tetapi di luar markas, kawanan ular itu makin banyakjumlahnya. Tokoh2 silat yang berilmu tinggi terhambat ditengah barisan ular. Mereka mengamuk dan membabatkawanan ular itu. Tetapi asal sedikit ayal saja tentu adayang digigit ular. Dan begitu orang itu rubuh tentu terusdibuat „pesta' oleh kawanan ular. Dalam beberapa kejabsaja, tubuh orang itu habis dagingnya dan tinggalmerupakan seperangkat tulang tengkorak. Dalamperjalanan itu tak sedikit Gak Lui menolong beberapaorang. Tetapi ketika hampir tiba di pintu markas, ternyatadi situ sudah merupakan seperti lautan ular. Melihat ituGak Lui segera gunakan pedangnya untuk mengamuk.Bum, bum, bum ... pedang pusaka Thian-lui-koay-kiamdan pukulan, menyiak sebuah jalan-darah. Dan saat itu iasudah berada diluar pintu besar. Didalam lingkaranhanya seluas tiga tombak tampak seorang tokohmenggunakan senjata aneh, sebuah payung besi dansebuah kipas besi. Bagaikan angin puyuh yang menderuderu, orang itu mengamuk sehingga tiada seekor ularpunyang mampu menyusup dekat.

Page 933: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

933

“Sebun sianseng, berhentilah. Akulah yang datang!”seru Gak Lui serentak. Karena tahu ular tak dapatmasuk, Sebun sianseng hentikan gerakannya. Dan saatitu Gak Luipun menyelinap mendekatinya.

“Sauhiap, aku sudah terkepung oleh kawanan ularjahat. Sungguh tak nyana kalau aku benar2 merasakewalahan menghadapi mereka,” Sebun siansengtertawa hambar.

“Kalau sianseng tak kuat, bolehkah aku memberibantuan?” tanya Gak Lui.

“Tak usah! Tadi gadis ular Siu-mey sudahmenghampiri kemari dan memberikan rumput wangikepadaku. Oleh karena itu aku dapat terlindung daribahaya maut...”

“Dimana dia sekarang?”

“Menyusur lamping gunung...”

“Mengapa?”

“Dia percaya beberapa ketua partai persilatan tentuserupa keadaannya dengan diriku. Maka dia hendakmencari mereka untuk membagikan rumput wangi itu.”

“Marilah kuantar sianseng ke dalam markas, di sanakeadaannya lebih aman ....”

“Juga tak perlu,” sahut Sebun sianseng, “kalau takdapat membasmi orang yang melepaskan ular itu, dalamsetengah hari saja di luar dan di dalam markas tentuakan dibanjiri ular. Maka lebih baik aku tetap berada disini. Kalau musuh hendak menyerang ke atas, aku dapatmenahannya.” Gak Lui anggap pernyataan tokoh ituberalasan juga. Maka ia minta diri dan menuju ke arahyang ditunjukkan Sebun sianseng untuk mencari Siu-mey. Tetapi sampai melingkari gunung, tetap ia tak

Page 934: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

934

berhasil menemukan Siu-mey. Yang dijumpainyahanyalah beberapa ketua partai persilatan. Mereka adayang bersembunyi dalam guha ada yang di atas dahanpohon dan ada pula yang keadaannya serupa denganSebun sianseng tadi yalah terkurung di tanah datar.Adalah karena makan rumput-wangi pemberian Siu-mey,mereka dapat bertahan dari serbuan ular. Tak berapalama tibalah ia dibalik gunung. Terdengar desis gemuruhdan bau yang anyir sekali dari sebuah dinding tinggi yangterdiri dari beribu ekor ular. Didepan tembok ular itutampak dua sosok tubuh, seorang tua berambut putihdan seorang nona cantik sedang berputar-putar. Orangtua itu ternyata Ong Ping-gak ketua Kay-pang dan sinonayalah Siu-mey. Mulut Siu-mey bersuit perlahan untukmenghalau ular sedang kedua tangannya bagai orangmenari-nari. Sepasang ular kecil yang menghiastangannya itu pun bergeliatan mematuk musuh. Ularyang betapa besar dan berbisa, apabila tersentuh olehsepasang ular kecil dari Siu-mey itu tentu jatuh ketanahdan mati. Walaupun kedua orang itu sibuk membasmiserangan ular tetapi karena jumlah barisan ular ituterlampau banyak maka sukarlah bagi keduanya untukmenghancurkan semua. Melihat itu Gak Lui terus majumenghampiri.

“Sauhiap,” seru Ong Ping-gak dengan girang serayamembuka jalan untuk Gak Lui. Siu-mey pun bukankepalang girangnya :

“Engkoh Lui, kebetulan sekali engkau datang.Rumput-wangiku sudah habis kubagi-bagikan. Rupanyadibelakang barisan ular itu ada orang yang memberiperintah. Aku kewalahan untuk menghalau mereka,harap engkau cari daya !”

Sejenak berpikir, Gak Lui berkata ; “Tentulah

Page 935: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

935

perbuatan si Pengemis Ular itu. Apakah engkaumelihatnya?”

“Tidak,” sahut Siu-mey, “aku sibuk dengan seranganular sehingga tiada perhatian kesitu.”

Kemudian Gak Lui bertanya kepada ketua Kaypang.Pun ketua partai pengemis itu menyatakan tak melihatorang itu. Ia menambahkan keterangan: “Pengemis Ularitu memang misterius dan hebat dalam ilmumenundukkan ular. Andai nona Li tak berada disini,tulang2ku tentu sudah dimakan kawanan ular jahat itu....”

Melihat kedua ahli menundukkan ular itu kewalahanjuga, terkejutlah Gak Lui. Ia memandang kesekelilingpenjuru. Ah, empat penjuru hanya lautan ular berbisa.Tetapi tiba2 matanya tertarik pada seekor benda yanganeh. Besarnya sepelukan tangan orang, panjang satusetengah meter. Kaki dan kepala sama besarnyasehingga mirip seperti sebuah tiang daging. Cepat GakLui menduga sesuatu. Ia berseru kepada Siu-mey :

“Ikut aku !” dengan pedang pusaka Thian lui-hoay-kiam ia terus mendahului menerjang barisan ular. Dalamdua tiga kali loncatan ia sudah tiba diatas batu karang itu.Rupanya ular aneh yang bergeliatan diatas karang itutahu juga akan gelagat yang berbahaya. Ular itumembalikkan badan melorot turun. Tetapi terlambat.Sekali loncat, kaki Gak Lui pun sudah menginjak perutular itu. Ular aneh itu melengkung tubuhnya, tiba2menyemburkan cairan air racun. Tetapi tubuh Gak Luisudah kebal dengan racun ular. Ia keraskan injakannyasehingga ular aneh itu menjerit jerit kesakitan dan tiba2dapat meratap : “Tuan, ampunilah jiwaku ...”

“Siapa yang engkau sebut tuan itu?” dengan marahGak Lui perhebat kakinya sehingga mulut orang itu

Page 936: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

936

menyembur darah segar.

---oo^TAH^0^DewiKZ^0^Hendra^oo---

Bab 32 bagian 32.6

“Sauhiap .... sau ... hiap ampunilah jiwaku...!” orangitu merintih- rintih minta ampun.

“Rupanya engkau ini anak buah si Pengemis Ular,”Seru Gak Lui seraya gunakan ujung jari untuk menggurattubuh ular itu, bratt.....kulit ular pecah dan tampaklahsebuah wajah menyeringai kesakitan dari seorangpengemis.

“Ya ... ya ....,” dengan napas terengah-engah, orangitu mengangguk.

“Lekas bilang, dimana dia sekarang?”

“Sembunyi ditengah tembok ular itu !”

“Bangun !” bentak Gak Lui, “bawa aku kesana !”

“Baik ... ,” baru orang itu mengucap, tiba2 di udarameluncur seekor ular kecil yang terus menyambar danmenggigit tenggorokannya. Orang itu mengaduh tertahanterus rubuh ke bawah batu karang ! Gak Lui menjentikular kecil itu tetapi dengan gesit ular itu terbang hendakmenyambar muka Gak Lui. Untunglah pada saat itusepasang ular dari Siu-mey sudah melayang tiba. Padalain kejab, ular kecil itupun sudah rubuh ditanah dan takbernyawa lagi. Serempak dengan hancurnya ular kecilitu, dari dalam dinding ular, muncullah seorang manusiaaneh yang berwajah menyeramkan sehingga Gak Luisendiri sampai menyurut mundur selangkah ! Denganseksama diperhatikannya manusia-aneh itu atau siPengemis Ular. Rambut terurai, dada dan kaki telanjang,

Page 937: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

937

tulang sekeras baja, tubuh hampir tak tampak berpakaiankecuali dililit oleh belasan ekor ular.

“Heh, heh, heh, heh !” Pengemis Ular mengekeh.Karena tertawa, tubuhnya tergetar dan ular2 padatubuhnya itupun ikut bergeliatan memagut-magutkemuka. Melihat itu Siu-mey marah sekali. Ia terushendak menggerakkan sepasang ular Kim-giok untukmembinasakan orang itu. Tetapi Gak Lui mengicupkanmata mencegahnya. Pikirnya, kalau terus dibunuh tentutak dapat mempergunakan orang itu mengenyahkanbarisan ular. Setelah puas tertawa, Pengemis Ulardengan jumawa berseru kepada ketua partai Pengemis:“Hai orang she Ong, bukankah kita sudah setujumembagi wilayah? Mengapa engkau masih beranidatang kemari ? Kalau hari ini engkau mati disini, janganengkau sesalkan diriku....”

“Tutup mulutmu !” bentak Gak Lui marah.“dihadapanku, jangan engkau jual lagak ....”

Pengemis Ular tertawa mengekeh : “Budak she Gak,jangan engkau berlagak seperti tuan besar. Adikseperguruanku si Pengemis Jahat yang engkau bunuhitu, harus engkau bayar dengan jiwamu!”

“Apakah engkau mampu ?” ejek Gak Lui.

Pengemis Ular deliki mata: “Budak, jangan bermuluttajam. Dengan ilmu silat, memang aku tak dapatmenghadapimu. Tetapi kalian telah masuk dalamperangkap si Maharaja. Jiwa dari sekalian tokoh2perguruan silat yang berada di gunung ini, berada dalamtanganku ....”

“Engkau kira aku tak berani membunuhmu?”

“Kukira engkau tak berani karena engkau tentu tak

Page 938: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

938

mampu membasmi kawanan ular ini!”

“Engkau menghendaki syarat ?”

“Ha, ha, cerdik juga engkau !”

“Katakanlah saja, apa yang engkau maukan.”

“Sudah tentu ....,” Pengemis Ular itu tertawa-tawariang sambil memandang kearah ketua Kay-pang denganmata mengejek. Setelah itu ke-arah Siu-mey. Pandangmatanyapun berobah. Di- samping memuji akankecantikan nona itu, pun diam2 gentar melihat sepasangular maut yang menghias tangan nona itu. KemudianPengemis Ular alihkan matanya kepada Gak Lui.Terhadap pemuda itu, benar2 ia menaruh kewaspadaanyang luar biasa.

“Kalau mau bicara, lekas! Jangan plintat plintutmacam begitu.”

“O, apakah melihat saja tidak boleh ....”

“Untuk mencabut jiwamu, adalah semudahmembalikkan telapak tanganku!” bentak Siu-mey.Rupanya gentar juga Pengemis Ular mendengarbentakan sinona yang garang itu. Segera ia menyahut:“Syaratku itu amat sederhana.”

“Apa?”

“Berikanlah pedang Thian-lui-koay-kiam itukepadaku!”

“Oh......lalu syarat yang kedua ?” seru Gak Lui.

“Engkoh Lui, jangan meluluskan permintaannya itu.Pusaka perguruan merupakan benda yang penting !”

“Ya, kutahu,” sahut Gak Lui.

“Syarat yang kedua itupun juga mudah saja. Asal

Page 939: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

939

budak perempuan itu mau menyerahkan sepasang ularmustikanya kepadaku, jadilah !”

“Syarat yang ketiga ?”

“Yang ketiga ?”

“Ya, benar !” Pengemis Ular itu kicupkan mata melirikke-arah ketua partai Pengemis lalu tertawa sinis: “Lain2soal aku dapat menyelesaikan sendiri, tak perlu kalianikut campur....”

“Kalau begitu engkau sudah tak ada syarat lain lagi ?”

“Tidak ada !”

“Tetapi dengan apa engkau hendak memberikanimbalan untuk pedang Thian-lui-koay-kiam dan sepasangular mustika itu ?”

“O, engkau masih menghendaki barang penukarnya?”

“Sudah tentu !” Pengemis Ular terkesiap. Belumsempat ia membuka mulut, Siu- meypun sudahmenyelutuk: “Engkoh Lui, mengapa engkau mauberunding dengan orang itu? Dia kan manusia tanpaceng-li !”

Gak Lui tertawa rawan: “Jangan cemas. Memikirkankeselamatan jiwa tokoh2 persilatan di gunung ini,terpaksa aku harus berunding....”

“Sudahlah, budak she Gak, terus terang kuberitahukepadamu. Kedua benda itu memang yang kukehendaki.Soal imbalannya, jangan engkau menuntut apa2 dari aku!”

“Kalau kedua benda itu sudah kuserahkan, apakahengkau mau mengundurkan kawanan ular itu?”

Page 940: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

940

“Ini....” Pengemis-Ular tersekat meragu.

JILID 19

Setelah agak tersekat, Pengemis Ular memberi janjibahwa ia tentu segera mengundurkan barisan ularselekas menerima pedang pusaka Thian-lui-koay-kiam.

“Engkoh Lui, jangan percaya padanya !” seru Siu-mey, “setelah mendapat pusaka dia tentu tak maupegang janji dan kita sudah terlambat mencegahnya.”

“Hm...” Gak Lui mengangguk kemudian menatapPengemis Ular :

“Bagiku apa yang telah kujanjikan tentu akankutepati. Tetapi demi pengamanan, sekurang-kurangnyaengkau harus dapat mengajukan sebuah jaminan, kalautidak .....”

“Bagaimana ?”

“Terpaksa aku harus mempertimbangkan lagi.”Diam2 Pengemis Ular itu merenung danmemperhitungkan untung ruginya. Jika ia berkerasmendesak, dikuatirkan Gak Lui tentu akan memberireaksi keras. Padahal ia tahu kalau kepandaiannya kalahtinggi dengan pemuda itu. Melihat pengemis itu meragu,Gak Lui cepat menyusuli pula :

“Permintaanku jauh lebih sederhana dari engkau.Sesungguhnya tak perlu banyak dipikir lagi.”

“Kalau begitu, katakanlah.”

“Engkau kasih tahu cara mengusir ular itu. Apabilaengkau pergi, kamipun dapat melakukan sendiri.”

“Ini ...” Pengemis Ular terus mengangkat tangan

Page 941: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

941

seperti hendak mengambil barang tetapi pada lain saat iamerasa salah tindak lalu menurunkan tangan lagi danmenyahut sinis : “Gak Lui, terserah padamu percaya atautidak. Engkau hanya menyerahkan pusaka itu danakupun akan menetapi janji. Tetapi jika hendak mintaajaran cara mengusir ular, jangan engkau harap !”

“Baik,” Gak Lui pura2 menghela napas tetapi diam2ia sudah mengetahui rahasia itu dari gerak gerikpengemis itu tadi. Sambil melepas ikatan pedang Thian-lui-koay-kiam dan menunjuk pada Siu-mey, Gak Luiberkata : “Pedang akan kuserahkan begitu pula ular.Tetapi masih ada sebuah rahasianya yang hendakkuberitahu kepadamu agar jangan menimbulkan hal2yang tak diinginkan.”

“Katakanlah !”

“Kedua ekor ular itu, merupakan binatang keramatyang tiada keduanya didunia. Tetapi ular itu luar biasaracunnya. Tentunya tadi engkau sudah menyaksikansendiri.”

“Ya, sudah.”

“Karena itu kuharap engkau bersiap-siap agar jangansampai tak dapat mengendalikan.....”

“Heh, heh...,” pengemis itu mengekeh, “sudah sejakkecil aku bermain ular, aku mempunyai itu untukmenundukkannya. Sudahlah, jangan banyak kuatir,serahkan dulu pedang pusaka itu!”

“Baik, sambutilah !” tanpa ragu2 lagi Gak Lui terusayunkan tangan, setelah membuat gerak setengahlingkaran, pedang melayang kearah Pengemis-ular.Setelah menyambuti dan memeriksa pedang ituterbungkus dengan sutera putih, diam2 pengemis itu

Page 942: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

942

heran. Tetapi ia masih harus menyambuti sepasang ularmustika dari Siu-mey. Maka tanpa membuka bungkusansutera itu ia terus berteriak: “Budak perempuan, lekaslemparkan ularmu kemari.” Siu-mey yang cerdas pundapat melihat gerak gerik pengemis itu tadi. Jelaspengemis itu mengangkat tangan hendak mengambilbarang tetapi karena badannya telanjang jadi tak dapatdiketahui benda apakah yang hendak diambilnya itu.Maka untuk mengetahui rahasia itu, terpaksa ia harusgunakan kedua ularnya : “Sambutilah !” serunya. Duabuah sinar perak dan emas segera melayang kearahPengemis-ular. Pada saat pengemis itu menyambuti,terjadilah peristiwa yang mengejutkan kedua belah fihak.Begitu kedua ular itu berada ditangan si pengemis, terussaja melenting dan menggigit pengemis itu. Menikah bisaular itu, seharusnya pengemis Ular harus mati. Tetapiternyata hanya kesakitan saja. Suatu hal yang membuatSiu-mey benar2 terkejut sekali. Tetapi Gak Lui tetaptenang. Ia tahu bahwa Pengemis-ular itu seorang tokohpersilatan yang ternama. Sudah tentu sakti sekali.Sepasang ular Mas dan Perak itu hebat sekali. Begitumelihat tak mampu menggigit mati korbannya, ia terusmelenting ke tubuh Pengemis-ular dan menggigitkawanan ular yang melilit tubuh pengemis itu. Kawananular itu merupakan ular2 hebat yang dengan susahpayah dipiara oleh Pengemis-ular. Tetapi sudah tentukalah hebat dengan sepasang ular Mas dan Perak.Sekali tergigit, ular2 itupun segera mati dan melorot jatuhketanah, sedangkan Pengemis-ular itu sendiripun sudahmenderita luka yang hebat. Racun sepasang ular kecil itusudah bercampur dalam darahnya. Hanya karena diasudah pernah makan obat penawar racun ular, barulah iadapat bertahan beberapa lama. Tetapi apabila ular2 yangmelilit tubuhnya habis mati digigit kedua ular kecil itu,

Page 943: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

943

tentulah akan tiba gilirannya akan digigitnya lagi. Ah,celaka ! Dalam gugup Pengemis-ular terus mencekaltangkai pedang Thian-lui-koay-kiam yang terbungkussutera, untuk menjaga kalau2 Gak Lui main gila. Lalubibirnya mulai bergerak-gerak menghambur siulan tajamyang panjang. Mendengar siulan itu sepasang ular Masdan Perak serentak berhenti menggigit, menyelinaplenyap dalam tumpukan ular. Kawanan ular yang lainpunberserabutan mundur dari gunung. Dan suitan itupunsuatu pertandaan untuk memanggil dua orang muridPengemis-ular. Dengan meraung-raung histeris, keduaorang yang tubuhnya berpakaian puluhan ekor ular ituberlari-lari datang menolong. Perobahan itu membuatketua Kay-pang terlongong, pun Siu mey juga gelisahmemandang Gak Lui dan mengharap pemuda itu lekasturun tangan. Namun Gak Lui tetap tenang dan berkata :

“Tenanglah, tak perlu kita turun tangan, dia tentuakan hancur sendiri.” Dalam pada itu tampak Pengemis-ular sudah menyingkap sutera pembungkus pedang danmulai menggenggam batang pedang. Bagaikan kenaaliran stroom, segera dia terkuasai oleh tenaga ganasdari pedang itu. Sepasang bola matanya merah darah,wajah memberingas seram. Sambil bersuit memanggilular, tangan menghantam dengan pedang :“Pulanglah....!”

Gak Lui pun cepat bertindak. Ia lepaskan pukulantenaga-dalam Algojo-dunia dari jauh, Pengemis-ular itutersurut mundur dua tombak, tepat berdiri disampingkedua muridnya. Tetapi saat itu Pengemis-ular sudahgila. Tak lagi ia dapat mengenali lawan atau kawan. Yangmengeram pada benaknya yalah hanya membunuhorang. Sekali ayun, ia hantamkan pedang laknat itukepada kedua muridnya sendiri.

Page 944: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

944

“Auh.....” terdengar jeritan ngeri ketika tubuh keduamurid itu hancur lebur beserta puluhan ekor ular yangmelibat tubuhnya. Selesai menghancurkan keduamuridnya, Pengemis-ular loncat kedalam barisan ulardan mengamuk. Setelah barisan ular itu makin menipisbarulah tampak tubuh si Pengemis-ular terkapar ditanah.Yang tinggal hanya seperangkat tulang kerangka,tangannya masih mencekal pedang Thian-lui koay-kiam.Sepasang ular Mas dan Perak masih melingkarditubuhnya. Sedang daun yang digunakan untuk bersuitmemanggil ular tadi, masih terkulum digiginya. Gak Luisegera mengambil pulang pedang Thian-lui-koay-kiamdan mengambil pula sempritan daun itu, demikiansepasang ular mustika lalu diberikan kepada Siu mey.Selesai adegan yang menyeramkan itu, berkatalah ketuaKay pang kepada Gak Lui : “Sauhiap, kuhaturkanselamat karena engkau telah berhasil membasmi sebuahmalapetaka dalam dunia persilatan. Soal menghalau ularitu, sekarang boleh engkau serahkan kepadaku.”

Gak Lui mengiakan : “Harap pangcu suka meninjauseluruh gunung, halaulah kawanan ular itu kedalamrawa2 agar jangan mencelakai orang.” Ketua Kay pangmenyambuti suitan lalu menuju ke barisan ular.Sementara Gak Lui pun lalu mengajak Siu-mey kembalikedalam paseban Ceng-sia-pay dan disitu Thian Loktotiang tengah memimpin murid2nya untuk membasmikawanan ular. Bukan kepalang ketua Ceng-sia-pay demimelihat Gak Lui muncul. Mereka amat berterima kasihsekali atas bantuan pemuda itu yang telah dapatmengatasi serangan ular dari Pengemis-ular. Gak Luisegera minta diri karena hendak menuju ke gunung Im-leng-san, memenuhi tantangan Maharaja Tio Bik-lui.Setelah itu Gak Lui menemui Hi Kiam-gim, The Hong-liandan Yan-hong. Setelah memberi pesan seperlunya

Page 945: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

945

kepada keempat nona itu, Gak Lui lalu berangkat.

Setelah para rombongan partai Persilatan berkumpuldipaseban besar, mereka sibuk mengobati anakmuridnya masing2 yang menjadi korban keganasankawanan ular. Dalam anggapan para rombongan partaipersilatan, kali ini Siu-meylah yang menjadi juru selamatmereka. Jika nona itu tak memberikan rumput Kim-cian,para ketua partai persilatan itu tentu celaka. Selain Siu-mey, pun Hi Kiam-gin, Hong-lian juga mendapatperindahan besar. Siu-mey gelisah sekali. Ia ingin lekas2menyusul Gak Lui tetapi terpaksa harus bersabar karenamembantu mengobati murid2 partai persilatan yangterluka dulu. Setelah setengah hari sibuk menolongkorban2, barulah keempat nona itu dapat minta dirikepada sekalian ketua partai persilatan. Mereka cepatmenyusul Gak Lui ke Im-leng-san. Demikianpun paraketua partai persilatan itu.

Setelah para murid2 mereka tertolong, merekapunikut prihatin atas diri Gak Lui yang akan melakukanpertempuran terakhir dengan Maharaja. Berulang kalimereka mendapat bantuan Gak Lui, sudah tentu merekaakan berusaha untuk membantu juga kepadanya itu.Akhirnya mereka bersepakat, setelah nanti ketua Kaypang datang, mereka akan mengajaknya menyusul ke Imleng-san. Dan ternyata ketua Kay-pangpun setuju.Keesokan harinya, setelah mengatur rombongan muridmasing2 supaya pulang ke markas perguruannya, ketuaPartai Gelandangan Raja-bengawan Gan Ke ik, ketuaGo-bi pay Tek Yan taysu, ketua Kiu-hoan-bun Ih Ci-cin,ketua Kun-lun-pay Sebun sianseng dan Pukulan-saktiThe Thay, segera menuju ke Im-leng san. Merekahendak menyaksikan pertempuran antara Gak Lui lawanMaharaja Tio Bik lui.

Page 946: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

946

Dalam pada itu dengan menggunakan ilmu lari cepat,Gak Lui bergegas menuju kegunung Im leng san.Disamping sepanjang jalan ia meninggalkan pertandaanrahasia, pun ia memperhitungkan waktunya agarkeempat nona dan rombongan ketua partai persilatan itutiba digunung Im leng san tepat pada waktunya.Demikian tepat pada waktu dari tantangan itu, tibalahGak Lui digunung Im leng-san. Keadaan gunung itucukup seram. Puncaknya menjulang tinggi sampaimenembus awan. Sedang sekeliling puncak itu tertutupoleh hutan belantara yang lebat. Demikian salju yangmenutup puncak itu sampai kehijau-hijauan warnanya.

“Hm....,” gumam Gak Lui. “menilik keadaannya, padapuncak yang tertutup salju itu tentu ada sesuaturahasianya....”

Sekonyong-konyong dari puncak itu tampakmemancar sinar biru yang keras. Gak lui terkejut. Ia takasing lagi dengan sinar biru kemilau itu. Itulah sinarpedang Pelangi yang direbut oleh si Maharaja. Tampakpedang itu jauh lebih ganas daripada ketika masihberada ditangannya. Dua tiga kali pedang ituberkelebatan sehingga gumpalan saljupun ikut terpancarsinar biru. Melihat itu Gak Lui menggeram : “Hm, kiranyaTio Bik-lui bersembunyi disana dan berlatih ilmu pedang.Rupanya dia telah mencapai latihan yang sedemikianhebat. Tetapi jelas kalau gerak permainannya itu masihbelum mencapai kesempurnaan .....” Tanpa disadar GakLui meraba pedang pusaka Thian-lui-koay- kiam.Seketika besarlah semangatnya. Ia yakin pedang Thian-lui- koay-kiam yang memiliki tenaga gaib itu tentu dapatmengatasi pedang pelangi si Maharaja. Tetapi pada lainsaat ia teringat juga akan pesan Kaisar persilatan LiLiong ci bahwa apabila nanti dia mainkan pedang ituberhadapan dengan lawan, tentu akan timbul suatu

Page 947: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

947

keanehan...

“Hm, tak peduli ada atau tidak keanehan itu, tetapidengan mengandalkan tekad, aku tetap harus membasmidurjana itu !” akhirnya ia membulatkan keputusannya.Teringat akan dendam kematian orangtuanya,mendidihlah darah Gak Lui. Dengan gunakan ilmumeringankan tubuh, ia terus enjot tubuhnya melayang kelamping gunung. Empat penjuru hutan belantaraterbentang luas. Seketika ia teringat akan pesan kata2dari Wanita Pelebur-tulang agar didalam menghadaijebakan si Maharaja Persilatan, ia harus mencari ketempat yang tiada api, jangan menuju kesebelah utarayang tergenang air. Demikian setelah menimang-nimangkeadaan tempat, akhirnya ia meninggalkan sebuah tandarahasia, ia terus enjot tubuh melambung keudara,hendak melayang kearah goha itu. Dendam kesumatuntuk membalas sakit hati kematian orang-tua, membuatGak Lui seperti orang kesetanan. Ia gunakan seluruhilmu kepandaiannya untuk berloncatan maju. Lebihkurang satu li jauhnya, tiba2 ia merasakan sesuatu yangtak wajar. Segera ia melayang turun dan hendakmeninjau keadaan. Tetapi astaga.....ternyata kakinyamenginjak tempat kosong. Dicobanya sekali lagi, puntetap serupa. Serempak dengan itu keadaansekelilingnya pun gelap gelita dan hawanyapun dingin.Bluk, akhirnya ia jatuh ketanah dan separoh daritubuhnya terbenam dalam sebuah kubangan yang airnyaamat dingin sekali. Saat itu Gak Lui baru menyadaribahwa karena terlalu dirangsang nafsu, ia telahterperosok jatuh kedalam sebuah tebat atau telaga kecilyang ratusan tombak didasar lembah. Ia kerahkantenaga- dalam dan menyambar keping2 benda yangmemenuhi tebat itu. Ah.... hampir saja tubuhnya lemasketika mendapatkan keping2 benda itu bukan lain adalah

Page 948: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

948

hancuran tulang kerangka manusia. Sebuah tebat yangpenuh dengan keping2 tulang manusia. Makin iagunakan tenaga makin tubuhnya tenggelam kebawah.....

“Celaka!” cepat ia hentikan tenaga murni dan takberani berkutik.

“Hm, kalau aku terus menerus terbenam disini, tentucelaka. Rombongan ketua partai persilatan itukemungkinan tentu akan terperosok juga kesini. Seorangsaja yang jatuh kesini, aku tentu akan tertindih dantenggelam kebawah dasar tebat ini. Dan apabilaMaharaja mengetahui aku berada disini, mudahlah bagidia untuk membunuhku....” Gak Lui menimang-nimangdengan gelisah.

Setelah termenung beberapa saat tiba2 iamenemukan akal. Ya, hanya dengan tenaga sakti Algojo-dunia yang mempunyai daya tenaga sedot itu, dapatlahia keluar dari tempat celaka disitu. Segera ia gerakkankedua tangannya. Tangan kiri menghantam keatas,tangan kanan menampar kebawah. Wut...tangan kirimengalir suatu tenaga keras yang membuat tubuhnyaikut tersedot naik. Dan karena ia gunakan tenaga-dalamitu hampir delapanpuluh bagian, maka tubuhnyapunseperti sebuah anak panah yang meluncur keatas, lalumelayang turun ke sebuah batu karang.

“Tebat celaka semacam ini, hanya mencelakaimanusia saja. Lebih baik kutimbuni,” pikir Gak Lui yanglalu menghantam batu karang. Karang berguguran jatuhmenimbuni liang tebat itu. Setelah selesai, ia enjottubuhnya melambung keatas lagi dan melanjutkanperjalanan lagi. Diluar dugaan, ia tak menemui suaturintangan apa2, ia duga Maharaja merasa tentu tak adaorang yang mampu menandinginya, maka ia tak maumembuat macam2 perangkap dan hanya tumpahkan

Page 949: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

949

seluruh tenaganya pada pos yang terakhir nanti. Jelasbahwa pertempuran terakhir yang akan dihadapinyananti tentu bukan kepalang dahsyatnya. Menilikpersiapan2 yang dilakukan, jelas pula bahwa Maharajaitu mempunyai keyakinan tentu menang. Memikir sampaidisitu, tergetarlah hati Gak Lui dan tangannyapunmeraba pedang pusaka Thian-lui-koay-kiam yangtersanggul di belakang bahunya. Seketika timbulpemikiran dalam hatinya.

“Soal batang pedang yang sudah lelah dan lekat jadisatu dengan kerangkanya, memang sukar. Tetapi tangkaipedang yang terbungkus dengan sutera itu, apakahdibiarkannya begitu saja. Kalau tidak kubuka, tentu takleluasa kumainkan dalam pertempuran. Tetapi kalaukubuka selubung sutera itu, ah, pedang itu akanmemancarkan tenaga-sakti aneh yang tak dapatdikendalikan.....”

---oo^TAH^0^DewiKZ^0^Hendra^oo---

Bab 33 bagian 33.2

Setelah termenung-menung beberapa saat akhirnyaia memutuskan untuk membuka selubung sutera tangkaipedang itu. Sekali tarik, selubung sutera itupun hancurberhamburan. Seketika hati Gak Luipun tegang regang.Dendam kesumat terhadap Maharaja, makin meluap2dan menyala-nyala membakar seluruh tubuhnya. Tiba2 iateringat akan pesan Kaisar-persilatan Li Liong Ci supayaberlaku tenang.

“Ya, benar. Memang harus tenang menghadapi tipumuslihat musuh dan akal muslihat musuh,” katanyadalam hati. Akhirnya ia tiba diluar daerah yangmerupakan terowongan dan terus loncat mendaki ke-puncak.

Page 950: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

950

“Ya, akhirnya tibalah juga,” katanya seraya hentikanlangkah dan memandang kesekeliling penjuru. Duapuluhtombak jauhnya disebelah muka, terbentang sebuahterowongan yang berliku liku menuju kepuncak gunung.Ia terus hendak melangkah maju tetapi berhenti lagi,pikirnya: “Apakah tak mungkin orang semacam Maharajaitu akan melakukan penyerangan gelap dari atas. Ah,lebih baik kuujinya dulu dengan pukulan ....”

Bum, bum, bum, ia lontarkan tiga buah pukulan keterowongan yang terbungkus dengan gumpalan sinar itu.Gumpalan sinar berhamburan lenyap dan sebagaigantinya muncullah sesosok tubuh dari manusia yangpaling dibenci oleh Gak Lui. Ya, Maharaja persilatan TioBik-lui, musuh bebuyutan pemuda itu !

“Ho, ternyata memang benar engkau !” seru Gak Luimengertak gigi, “engkau seorang putera yang takberbakti, seorang kakak yang hina, berhati binatang,mencelakai sesama saudara seperguruan. Lekasserahkan jiwamu, mau tunggu apa lagi!”

“Oh ....” Maharaja terkesiap lalu bertanya seperti takmengerti, “apakah maksudmu, aku tak mengerti.”

Gak Lui maju setengah langkah, menatap tajam2 :“Orang she Tio ! Engkau adalah putera dari Bu-san It-ho.Wataknya ganas, tak mau memikirkan muka ayahmu.Dan sampai saat ini engkau masih berusaha untukmenghindar diri...”

“Heh, heh, heh, heh,” Tio Bik lui tertawa mengekehdengan hamburan tenaga-dalam sehingga pedangPelangi yang dicekalnya ikut berguncang-guncang,“karena sudah tahu siapa diriku, mengapa engkau beraniberlaku kurang ajar. Bukankah engkau seorang mudayang kurang adat terhadap orang yang lebih tua ...”

Page 951: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

951

“Tutup mulutmu!” bentak Gak Lui dengan mataberapi-api, “aku Gak Lui saat ini sedang melaksanakantitah dari seorang cianpwe. Lebih baik engkau lekashabisi nyawamu sendiri dari pada aku harus turun tangan!”

“Budak busuk, jangan besar mulut! Terus terangkuberitahu kepadamu. Ketika di istana Bi-kiong, engkautak mampu berbuat apa2 terhadap diriku. Dan sekarangjangan mimpi engkau dapat mengalahkan aku lagi. Lebihbaik engkau menurut sebuah permintaanku....”

“Hm, engkau masih ada permintaan lagi ?”

“Pedang Thian-lui-koay-kiam itu seharusnya menjadimilikku, jika mau menyerahkan dengan baik2,mungkin....”

“Bagaimana !”

“Dapat kulepaskan engkau dengan selamat dari guhaini !”

“Heh, heh ! Heh, heh, heh !” Gak Lui mengekehmarah. Tangannya bergerak melingkar terus hendakturun tangan. Tetapi baru dia hendak bergerak, wajahMaharaja tampak berobah serius. Ia menengadahmemandang kelangit lalu menghamburkan suitan palingdahsyat dalam dunia yakni Suitan Pengikat jiwa. Seketikamengigillah Thian Lui seperti orang yang disiram es.Sekujur tubuhnya seperti disusupi ribuan kutu2 sehinggasakitnya bukan kepalang. Untung tenaga dalamnya saatitu sudah jauh lebih maju dari ketika berada diistana Lok-ong-kiong dahulu. Kala itu ia pingsan mendengarMaharaja mengeluarkan suitan mautnya. Kini walaupuntubuhnya berguncang tetapi ia tak sampai rubuh. Danteringatlah ia akan pesan Kaisar Persilatan supaya tetaptenang. Setelah itu ia maju kemuka.

Page 952: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

952

Sudah tentu Tio Bik-lui kaget sekali. Wajahnyaberkerenyutan, tangannyapun siap hendak mencabutpedang Pelangi. Oleh karena jaraknya terpisah duapuluhtombak lebih maka Gak Luipun tak cepat dapat tibadihadapan lawan. Tetapi kedudukan Maharaja saat itulebih baik. Dengan pedang Pelangi itu ia dapatmelakukan serangan dari jarak jauh. Mengingat hal ituGak Lui segera meraba pedang pusaka Thian-lui-koaykiam. Begitu tangan menyentuh, suatu aliran kekuatangaib telah menjuluri tubuh dan tanpa banyak berpikir lagiia terus menarik dan mencekal pedang pusaka itu.Kemudian dengan gerak langkah yang istimewa iapunmulai bergerak.

“Tahan !” teriak Maharaja demi mengetahui bahwasuitan mautnya tak dapat merubuhkan pemuda itu. Dandalam pada itu tergetarlah hatinya melihat Gak Luimencekal pedang Thian-lui- koay-kiam. Ia hentikansuitannya dan berteriak keras: “Tempat ini terlalu sempit,pedang panjang tentu tak dapat dimainkan. Berhenti dulu!”

“Apakah engkau hendak melarikan diri?” seru GakLui.

“Huh, masakan aku takut kepadamu ! Kalau engkauberani mari kita bertempur dipuncak gunung,” sahutMaharaja.

“Disinilah tempat kubur tulang mayatmu, mengapaengkau masih memilih....,” belum selesai Gak Luimengucap tiba2 Maharaja taburkan pedang Pelangi dantahu2 tubuhnya mencelat ketengah jalan sempit terusmenyusup masuk ke-dalam terowongan yang berliku-liku.

“Hai, engkau hendak lari kemana ?” teriak Gak Luiseraya loncat mengejar. Terowongan yang turun melurus

Page 953: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

953

kebawah itu sebenarnya sebuah guha rahasia dari perutgunung. Bukan saja amat licin, pun tingginya hampirseratusan tombak. Memang kalau lain orang tentu sukarmenuruni tetapi tokoh semacam Maharaja dan Gak Luihal itu bukan halangan. Sepintas pandang kedua orangitu mirip dengan dua buah bintang yang saling kejarmengejar dilangit. Tiba2 Gak Lui melihat terowonganguha disebelah muka tertutup kabut tebal dan pada lainsaat Maharajapun menyusup lenyap kedalamnya. GakLui hanya terpisah sepuluh tombak dibelakang lawan.Ketika keluar dari guha ternyata Maharajapun sudah takkelihatan batang hidungnya lagi. Saat itu Gak Luidikuasai oleh pengaruh tenaga gaib pedang Thian lui-koay kiam. Dalam pandang matanya hanya darah sajayang tampak. Matanya merah membara, panas sekali.Didadanya penuh dilanda nafsu pembunuhan yangmenyala-nyala.

Melihat Maharaja menghilang, Gak Lui mengamuk, iamemutar pedang Thian lui koay kiam, wut, wut, wut ....angin menderu deru laksana prahara melanda.Permainan itu dilakukan terus menerus oleh Gak Luisehingga sampai tigapuluh jurus. Walaupun tenagadalamnya hebat tetapi tak urung ia mandi keringat juga.Dan dalam hati kecilnya yang masih tersisa sedikitkesadaran, merasa bahwa ia harus berlaku tenang.Tetapi tenaga gaib yang menguasai dirinya itu memangsukar ditahan. Saat itu Tiok Bik-lui memang bersembunyidibalik kabut tebal. Dia sudah mempelajari keadaangunung itu. Pada saat itu tentu kabut dan awan yangmengabut tebal. Dengan menggunakan keadaan itu iahendak membingungkan mata dan telinga Gak Lui,kemudian baru turun tangan membunuhnya. Tetapiternyata gerak gerik Gak Lui sukar diikuti arahnya.Tahulah ia bahwa Gak Lui sudah mulai mengunjuk

Page 954: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

954

kebingungan. Maka diam2 ia menghampiri sambilkerahkan seluruh tenaga menghambur suitan mautnya.Tetapi justeru tindakan itu malah membantu Gak Lui.Pemuda yang bermula telah hilang kesadaran pikirannya,demi mendengar suitan maut itu, hatinya berdebar dantubuh menggigil keras. Rasa limbung yang mencengkampikiran-nyapun mulai berkurang. Ia melihat bahwa dalamgumpalan kabut tebal itu memancar segulung sinar hijauyang dingin dan dengan amat cepat sekali sinar itupunmenyerang punggungnya. Ah, pedang Pelangi! KejutGak Lui bukan kepalang. Cepat ia berputar tubuh danmenangkis dengan Jurus Membelah emas-memotong-kumala. Tring, tring ... kedua pedang pusaka itu salingberbentur, terdengar dering suara yang amat tajam, bumiseolah olah terbelah. Tenaga mereka hampir setingkat,begitu pula jurus ilmu pedang yang digunakan. Yang lainhanya pedang yang digunakan. Pedang Thian-lui-koay-kiam masih terbungkus dengan kerangkanya sehinggaGak Lui lebih menderita. Ia tersurut mundur sampai tigalangkah. Kesempatan itu tak disia-siakan Maharaja.Dengan kerahkan seluruh tenaga dalam dan secepatkilat, ia membabat pedang Gak Lui dan dilanjutkankearah lambungnya.

“Celaka !” diam2 Gak Lui mengeluh. Tangannyabergetar dan hampir saja ia lepaskan pedang. Tetapitenaga-gaib pedang Thian-lui-koay-kiam itu seolah-olahmelekat pada telapak tangannya. Terpaksa Gak Luikencangkan genggamannya dan serentak gunakangerak Rajawali-pentang sayap, melambung sampaisepuluh tombak jauhnya. Ia berhasil menyelamatkan diridari sasaran musuh. Tio Bik-lui tak mau terburu nafsumengejar. Ia menghentikan pedang lalu mengambursuitan maut lagi sekeras kerasnya. Ia tak mengetahuibahwa suitan maut itu tak mampu menembus tenaga-

Page 955: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

955

gaib pedang Thian-lui-koay-kiam. Gak Luimenyempatkan diri memeriksa pedangnya. Bukankepalang kejutnya ketika mendapatkan batang pedangitu telah terkupas sekelumit bagian yang terbeku dengankerangkanya.

“Hai ....,” tiba2 Gak Lui terhentak dari lubukingatannya. Ia ingat bagaimana Kaisar persilatan LiLiong-ci mengatakan agar dalam menghadapi Tio Bik-lui,tak usah kuatir. Tak perlu harus menggosok pedangThian-lui koay kiam itu dengan berlian, nanti tentu sudahdapat digunakan. Kini baru ia menyadari ucapan tokohitu. Apabila beradu dengan pedang Pelangi sekali lagi,tentulah pedang itu akan terlepas dari kerangkanya. Iasegera memandang mencari dimana beradanya Tio Bik-lui. Tetapi ternyata lawan seolah2 lenyap dalambungkusan kabut tebal. Hanya suitan mautnya yangmengiang-ngiang berkumandang memakan telinga.Tetapi justeru itu yang membuat kesadaran pikiran GakLui makin pulih. Dengusnya:

“Hm, bila kabut sudah lenyap, engkau tentu matikucincang !” Suitan maut itu makin keras. Nadanyabagai-burung hantu menguguk di tengah malam, lainsaat seperti orang-utan memekik mekik. RupanyaMaharaja Tio Bik-lui hendak mengacaukan pikiran GakLui dengan suitan mautnya itu. Lebih kurang tiga jamlamanya, kabutpun mulai menipis, sinar matahari mulaitampak. Gak Lui tetap tenang2 saja sedang Tio Bik-luitampak tak sabar. Ia mengira suitan maut yangdihamburkan sekian lama tentu sudah dapat menguasailawan. Begitu kabut lenyap iapun segera melaksanakanrencananya. Maka dengan wajah membesi dan langkahsarat, ia maju menghampiri Gak Lui. Tiba2 segumpalsinar matahari memancar dari gumpalan kabut dankedua lawan itu baru mengetahui bahwa mereka hanya

Page 956: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

956

terpisah sepuluh tombak. Melihat itu Gak Lui tak dapatmengendalikan diri lagi. Ia putar pedangnya dalam jurusMemetik- bintang menjolok-bulan, maju menyerangmusuh. Maharajapun menyeringai. Ia menyongsongdengan memutar pedang Pelangi. Tring, tring, tring,dering menggerincing bagaikan halilintar memekik-mekikditengah udara dan berhamburan bunga api darikerangka terbungkus lahar yang membeku jadi satudengan batang pedang Thian-lui-koay-kiam. Pada saatbatang pedang itu hampir terkupas bersih, Gak Luigentakkan menyabat pedang lawan. Tring.....terdengarletupan keras dan bagaimana ular naga muncul dariliang, pedang pusaka Thian lui-koay kiampunmenampakkan dirinya yang aseli. Pedang itumemancarkan sinar merah darah yang menyilaukanmata. Seketika sinar biru dari pedang Pelangi seolah-olah ditelan lenyap oleh sinar merah. Dan benturan ituhampir membuatnya tak dapat bernapas.

“Ah....,” Maharaja menghambur seluruh tenaga-dalam, bersuit sekeras kerasnya, menarik pulang pedangdan terus meluncur kedalam sisa gumpalan kabut.

“Hai, hendak lari kemana engkau!” teriak Gak Luiseraya mengejar. Karena kabut sudah tipis makatampaklah tubuh kedua orang yang sedang kejarmengejar itu. Karena nyalinya pecah, Maharaja lupauntuk menggunakan sisa kabut menutup diri. Dia hanyalari mati-matian, Gak Lui mengejar sepesat angin. Tibadari tikung terowongan, bermuncullah empat orang nona,yakni Hi Kiam gin dan kawan-kawannya. Sebenarnyamereka sudah memperhitungkan tentu dapat tiba padawaktu yang tepat. Tetapi suitan maut dari Maharaja itumembuat mereka limbung dan lemas. Kemunculankeempat nona itu membuat Maharaja terkesiap tetapipada lain saat ia segera menghambur tertawa seram.

Page 957: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

957

Serentak berputar tubuh sambil bersuit keras, ia mainkanpedang Pelangi sederas hujan mencurah, menyerangkeempat nona itu. Tampak keempat nona itu menggigildan serempak rubuh ketanah. Gak Lui terperanjat,secepat kilat ia lari menerjang tetapi Maharajamendahului loncat dan menyelinap lenyap kesampingjalan. Karena perlu menolong keempat nona, Gak Lui takmau mengejar. Untunglah, keadaan keempat nona itu takmembahayakan karena tak menderita luka. Iamemindahkan mereka kebalik sebuah batu besar lalumulai mengurut mereka. Saat itu pedang Thian-lui-koay-kiam masih tergenggam dalam tangan kanannya.Pedang itu memancar tenaga-gaib. Maka dalambeberapa kejab saja keempat nona itupun dapatdisadarkan dari pingsannya.

“Taci Gin, harap kalian tunggu disini. Bertindaklahmenurut keadaan nanti,” kata Gak Lui. Hi Kiam-ginmengangguk. Siu-mey, The Hong-lian dan Yan hongterkesiap heran melihat Gak Lui mencekal sebatangpedang yang bersinar merah. Tetapi ketika hendakbertanya, tiba2 terdengarlah suitan si Maharaja dalamnada yang aneh dan rendah sekali....

“Celaka, kemungkinan dia tentu melarikan diri,” GakLui terkejut, ia tak mau membuang waktu lagi, “haraphati2.....!” habis berkata ia terus loncat melesat kearahsuara suitan itu. Walaupun suitan itu terdengar makinhalus, tetapi karena gumpalan kabut sudah menipis,setelah memusatkan perhatian, dapatlah Gak Luimenentukan arah tempat Maharaja. Maharaja itu beradadisebuah puncak karang setinggi seratus tombak ! CepatGak Lui menuju ketempat itu. Sebuah karang yangmenjulang tinggi seperti sebatang pilar. Gak Luimenimang. Kalau dia mendaki keatas tentu terperangkapoleh tipu muslihat musuh yang menunggu diatas. Tetapi

Page 958: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

958

kalau tidak naik keatas, musuh tentu tak dapat ditangkap.

“Ah, aku tak dapat membiarkannya !” akhirnya iamengambil keputusan. Karena lawan berhenti bersuit,darah Gak Lui memancar panas. Nafsu membunuh mulaiberkobar lagi, hampir tak dapat ditahannya. Rupanyaditempat persembunyian, Maharaja memperhatikangerak gerik pemuda itu. Ia tahu akan perobahan warnadari pedang Thian lui-koay-kiam yang makin lama makinmemancarkan sinar merah darah. Diam2 Maharajakerahkan seluruh tenaga-dalam kearah tangannyasehingga ujung pedang Pelangi tampak makin menyalawarna biru. Ya, ia telah memutuskan untuk melancarkanserangan yang dahsyat. Rupanya Gak Luipunmengetahui hal itu. Tetapi ia hanya melihat sinar biru takdapat melihat orangnya. Dendam kesumat danpertempuran mati hidup segera akan pecah di puncakkarang itu ....

---oo^TAH^0^DewiKZ^0^Hendra^oo---

Bab 33 bagian 33.3

Pada lain kejab, sinar merah dan biru itu berkembangmenjadi segumpal lingkaran. Jelas keduanya sedangmengerahkan seluruh tenaga-dalam untukmengembangkan daya kesaktian pedang masing2.Dengan matanya yang celi, dapatlah Gak Lui mengetahuitempat beradanya lawan. Secepat tiba disana,merekapun saling beradu pandang. Maharajamemandang Gak Lui seperti seekor harimau buas yanghaus darah. Dendam kesumat terpantul pada wajahpemuda itu, seolah olah seorang utusan PencabutNyawa yang datang hendak merenggut jiwa.

“Lihatlah pedang.....!” teriak Maharaja dengan nadagemetar tetapi masih bersikap congkak. Dengan

Page 959: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

959

kerahkan seluruh tenaga dalam yang dimilikinya, ialancarkan serangan maut. Gak Lui meraung sepertiseekor singa. Ia kerahkan seluruh tenaga-dalam untukmenyongsong serangan musuh. Tring...... Terdengarlahbunyi menggemerincing bagai naga meringkik ketikakedua pedang pusaka itu saling beradu keras. Sinarmerah dan biru pecah berhamburan memenuhi puncakkarang. Dua sosok tubuh saling merapat lalu menyurutpisah, melambung dan melingkar diudara kemudianmeluncur pula ditengah gelanggang. Selekas tibaditanah, Gak Lui enjot tubuh loncat kemuka lagi. PedangThian-lui-koay-kiam menjulur beberapa meter lagi.Sedang Maharaja terhuyung dan pedang Pelanginyapunikut berguncang, sinarnya agak menyurut. Tring.....terdengar pula dering nyaring disusul dengan suaraorang menguak. Maharaja muntahkan segumpal darahsegar. Tubuhnya beberapa kali menggigil, kuda2kakinyapun bergetar. Tanah yang dipijaknyamenimbulkan tebaran debu dan meninggalkan bekastelapak kaki yang cukup dalam! Karena mengenakantopeng kulit muka, maka tak dapat diketahui bagaimanakeadaan roman Gak Lui saat itu. Tetapi dari sepasangmatanya yang memancar sinar berkilat-kilat merah,dapatlah ditarik kesimpulan bahwa saat itu ia bagaikanseekor harimau yang haus darah. Dalam hati pemuda ituhanya terukir sepatah kata 'bunuh'. Ya, membunuh untukmencuci dendam sakit hati orang tuanya. Karenaterdesak akhirnya Maharaja tiba pada tepi gunung.Kecuali jalan terowongan itu, gunung Im-leng-san tiadajalan lain lagi. Dibawah puncak, terbentang lembah yangamat curam sekali. Untuk melarikan diri sudah takmungkin lagi. Dan lagi seorang berhati congkak sepertidia tentu tak rela mati ditangan seorang pemuda yang takterkenal sebagai Gak Lui. Akhirnya ia nekad. Sambil

Page 960: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

960

berputar tubuh, ia tegak berdiri diatas puncak, berputartubuh dan kerahkan seluruh sisa tenaganya yang masihdimiliki, siap hendak melakukan perjuangan yangterakhir. Ia berpantang mati sebelum ajal. Tetapi gerakanGak Lui jauh lebih cepat. Pedang Thian-lui-koay- kiamyang bersinar merah darah itu hanya terpisah setengahtombak dari dada Maharaja. Bukan melainkan bolamatanya yang merah, bahkan bibir mulut dan kulit tubuh-nyapun memancarkan sinar merah padam. Tring..... Adupedang yang ketiga kali itu merupakan adu senjata yangterakhir. Terdengar dering keras menyerupai petirmenyambar. Kumandangnya seperti memecah seluruhlembah sehingga keempat nona yang masih beradaditempat persembunyiannya itu tergetar hatinya. TubuhTio Bik-lui si Maharaja Persilatan yang termasyhursebagai durjana ganas itu, begitu tersentuh pedangThian lui-koay-kiam, segera hancur lebur menjadiberkeping keping. Pedang Pelangi mencelat keudarasampai berpuluh tombak tinggi lalu meluncur jatuh lagiketanah. Saat itu kabut yang menutup puncak gunungberwarna seperti pelangi. Merah darah tubuh Maharaja,warna biru dan pancaran pedang Pelangi bercampurdengan sinar kabut yang lembab mengandung air. Tegakberdirilah Gak Lui menyaksikan peristiwa penting yangmenjadi-jadi cita2 hidupnya selama belasan tahun.Musuh besar dan bebuyutan selama ini, saat itu telahdapat ditumpasnya. Ia termangu dan menyunggingsenyum ...... Dalam pada itu keempat nonapun bukankepalang tegangnya. Tegang karena luapan kegiranganatas kemenangan Gak Lui. Dengan kemenangan itudapatlah Gak Lui menghimpaskan dendam sakit hatiselama delapan belas tahun.

“.....engkoh Lui.....” terdengar teriak melengking dariempat sosok tubuh yang berhamburan lari menghampiri

Page 961: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

961

ketempatnya. Mendengar itu Gak Lui perlahan lahanberputar tubuh, Keempat nona itu terperanjat demimelihat pakaian dan mata pemuda itu berwarna merah.Mereka berhenti pada jarak tiga tombak. Dalam sinarmerah membara pandang mata Gak Lui, masih tampaktiga bagian kesadarannya. Hal itu disebabkan karenatenaga-dalamnya yang amat kuat sehingga ia tak sampaiterlelap dalam pengaruh tenaga gaib pedang Thian-lui-koay-kiam. Pertentangan antara hati nurani yang baikdengan pengaruh jahat dari tenaga gaib itu menimbulkangejolak keras dalam hati Gak Lui. Seolah-olah suatusuara halus selalu mengiang di-telinganya .... bunuh...bunuh.... bunuh... gunakanlah pedang Thian-lui-koay-kiam untuk membunuh sepuas-puasmu .... Dilain fihak,hati nuranipun melengking-lengking.....tenang ....tenang.... lekas lepaskan pedang ..... Tetapi suara hatinurani itu amat lemah sehingga hampir tak kedengaran.Sedang tangannya masih mencekal pedang. Karena itumatanya masih memancar sinar pembunuhan danpermusuhan terhadap keempat nona itu. Keempat nonaitu memang menaruh hati kepada Gak Lui. Walaupun HiKiam gin sudah memerintahkan ketiga kawannya supayamencabut pedang tetapi mereka tetap masih ragu2 untukmenyerang. Justeru rasa kebimbangan itulah yangmenyebabkan mereka harus menderita. Saat itu Gak Luimakin terperangsang oleh tenaga-gaib pedang Thian-lui-koay kiam. Sekali bahu bergerak maka ia mendahuluiturun tangan.

“Cepat!” teriak Hi Kiam-gin yang menyadari keadaangawat itu. Dengan bersuit menyaring ia pun putarpedangnya dalam jurus Burung-hong-rentang sayap,menyongsong maju. Dalam keadaan begitu terpaksa Siu-mey dan kedua nonapun segera bergerak. Serempakmereka mainkan jurus Menjolok rembulan-memetik

Page 962: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

962

bintang, Membelah-emas-memotong-kumala dan Hawa-pedang menembus malam, Empat sinar pedangbergabung satu, merupakan lapisan dinding baja.Indahnya ilmu permainan dan perbawanya yang amatdahsyat, hampir tak kalah hebatnya dengan kedahsyatanpedang Thian-lui-koay-kiam. Tring, tring, tring..... Tigabuah suara mendering nyaring segera berhamburan.Tiga jurus ilmu pedang Bu-san-kiam-hwat melancar danjelaslah bagaimana gambarannya. Bukan saja seranganGak Lui itu tertindas, pun disisinya terbuka sebuahlubang. Lubang ini sesungguhnya diisi oleh si cantik YanHong. Asal dia mau menusuk dengan jurus Hawapedang-menembus-malam, bereslah pertempuran itu.Tetapi ah, nona itu tak sampai hatinya melukai pemudayang dicintai. Maka kuatir kalau melukai, pada saat ujungpedang hanya terpaut beberapa dim dari tubuh Gak Lui,nona itu lunglai tangannya sehingga gerakannyapunagak lambat. Hanya sekejab mata saja adegan ituberlangsung dan situasipun berobah sama sekali. Bagaiular naga bermain diatas air, pedang Gak Lui pun cepatberobah gerakannya. Walaupun keempat nona itumemiliki ilmu pedang yang sekokoh dinding baja namunmereka dipaksa juga untuk mundur sampai tiga tombak.Belum sampai mereka berdiri tegak, tiba2 Gak Luijulurkan ujung pedang dan bum..... Terdengarlah sebuahletupan keras, bumipun seolah-olah pecah. Karenasebagai pemimpin barisan kedudukan Hi Kiam-gin ituyang paling muka sendiri maka dialah yang lebih dulumenderita. Ia menjerit kaget karena segumpal sinarmerah-darah meluncur berhamburan ke arah dirinya.Bagaikan sehelai daun tertiup angin, tubuh Hi Kiam-ginpun terlempar keluar lingkungan karang. Siu-mey,Hong-lian dan Yan-hong pucat. Tanpa menghiraukansuatu apa lagi, mereka segera berhamburan loncat untuk

Page 963: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

963

menolong Hi Kiam-gin. Kini dipuncak karang hanyatinggal Gak Lui seorang yang masih tegak berdiritermangu-mangu. Hatinya bertentangan sendiri. Hatinuraninya mengajurkan supaya dia lekas membuangbenda celaka itu tetapi ia merasa sukar untukmelepaskan benda itu. Dia menengadah memandangkelangit. Hatinya penuh dicengkam rasa pedih dan duka....

Pada saat keempat nona itu bergerak tadi, dari mulutterowongan muncul keluar serombongan tokoh2 ThianLok totiang, Sebun sianseng, Raja-sungai Gan Kee-ik,ketua Kay-pang, tiga imam bu-tong-pay dan paderi KakHui dari perguruan Heng-san-pay. Mereka takmengetahui apa yang terjadi. Tetapi jelas mereka melihatbagaimana Gak Lui telah menyerang keempat nona ituhingga terlempar kedalam bawah karang. Merekamenduga tentu terjadi sesuatu diantara muda mudi itu.Hanya imam Hwat Lui dari Bu-tong-pay yang mempunyaiprasangka buruk. Dia anggap Gak Lui memang gemarmembunuh dan berhati ganas. Maka rombongan tokoh2itu memecah diri jadi tiga kelompok. Pemimpin2perguruan Bu-tong-pay, Heng-san-pay, Sau-lim pay danKong-tong-pay serempak mencabut pedang. Merekamerupakan kelompok yang marah dan hendak mintatanggung jawab kepada Gak Lui. Kelompok kedua terdiridari ketua perguruan Kun-lun-pay, Go-bi- pay, Ceng-sia-pay dan Kiu-hoan-bun. Merekapun menghunus senjatamasing2. Tetapi tujuannya yalah hendak melerai supayajangan sampai terjadi pertumpahan darah. Sedangkankelompok ketiga yalah Kepalan-sakti The Thay, ketuapartai Pengemis dan ketua partai Gelandangan. Merekahendak menolong keempat nona yang terlemparkebawah lembah. Suara berisik dari kedatanganrombongan tokoh2 itu membuat Gak Lui terkejut dan

Page 964: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

964

cepat berputar tubuh. Pedang Thian-lui- koay-kiam yangberwarna merah darah dan sinar mata Gak Lui yangmemancar sinar pembunuhan, membuat sekalian tokoh2itu tertegun dan terkejut!

“Sauhiap, bagaimana engkau ?” tegur Thian Loktotiang ketua Ceng-sia-pay. Gak Lui serasa beratmembuka suara. Dengan langkah sarat sehingga telapakkakinya meninggalkan bekas beberapa dim ditanah, iamaju menghampiri mereka. Tetapi Gak Lui seperti takmendengar. Pedang Thian lu-koay- kiam makin lamamakin merah membara. Melihat itu imam Hwat lui dari Butong tak dapat menahan diri lagi. Sambil mengangkatpedang, ia menghardik marah : “Orang she Gak, kiranyaengkau juga seorang durjana. Biarlah aku mengadu jiwadengan engkau !”

“Lekas kalian menyingkir ... lekas, lekas !” hati GakLui menjerit jerit. Sayang sekalian tokoh itu tak dapatmendengar jeritan hatinya. Sekalipun sinar matanyasudah memberi pertandaan tetapi karena diliputi rasategang, sekalian orangpun tak sempatmemperhatikannya. Saat itu jaraknya makin dekat danhanya tinggal lima tombak saja. Hwat Lui menggemborlalu mendahului menerjang. Serangan itu makinmengobarkan hawa pembunuhan didada Gak Lui.Melihat itu buru2 Sebun sianseng hendak mencegah.Dengan menebarkan senjata payung besi, iamemutarnya dan melintangkan ditengah kedua orang itu.Sayang tindakan tokoh Kun-lun pay itu terlambat. Tiba2pedang Thian-lui-koay diangkat keatas. Sinar merah-darah pedang itu benar2 menyilaukan orang. Walaupuntokoh2 itu berkepandaian tinggi tetapi mereka gugup jugadan buru2 memutar senjata untuk jaga diri. Bum.....Berhamburan sinar warna merah darah disusul denganorang jeritan yang ngeri. Beberapa saat kemudian tiada

Page 965: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

965

seorang dari ketua perguruan persilatan yang tak rubuh.Makin lama Gak Lui mencekal pedang, makin diatercengkam lebih hebat dalam pengaruh tenaga-gaibpedang itu. Setelah merubuh sekalian ketua persilatan, iatetap belum puas dan tetap hendak mengganas. Denganmata memberingas macam harimau buas, ia putarpedang Thian-lui-koay-kiam dan hendak menyelesaikankorban2 yang sudah tak berdaya itu. Tetapi pada detik2maut hendak merenggut, dari arah terowongan terdengarsuitan senyaring naga meringkik disusul dengan sesosokbayangan yang melayang diudara dan meluncurdihadapan Gak Lui. Rupanya pemuda itu terkesiapmendengar suitan dari pendatang itu dan rasakesadarannyapun agak timbul kembali. Tampakpendatang itu berwajah bersih berseri-seri sepertikumala. Sepasang bola matanya amat jernih danmencekal pedang panjang yang entah terbuat dari bahanapa. Bukan dari batu kumala pun bukan dari emas.Warnanya kebiru-biruan, di tengah batang pedangdibalut dengan sutera merah. Menilik usia orang itupantaslah kalau menjadi putera tokoh Kaisar persilatan LiLiong-ci. Dan memang pendatang itu adalah Li Kong-hud, putera Kaisar-persilatan Li Liong ci.

“Saudara Gak, harap lepaskan pedang itu,” seru LiKong-hud, “aku hendak bicara padamu !” Rupanyapemuda itu sudah mengetahui keadaan yangberlangsung disitu. Karena merasa tak keburu menolongpara ketua partai persilatan maka ia minta supaya GakLui lemparkan pedang iblis itu. Sekalipun dalam hati GakLui tahu akan semua peristiwa tetapi mulut serasa beratberkata. Tubuhnya masih mendidih darah pembunuhan.Sejenak ia hendak mengganas lagi, sejenak pula sepertihendak melepaskan pedang. Keadaan Gak Lui yangsedang mengalami pertentangan batin itu tak lepas dari

Page 966: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

966

perhatian Li Hud-kong. Segera ia mengangkat tangan kirimengambil seutas rantai halus yang ujungnya diikatdengan bandul Swastika.

“Saudara Gak, jangan lihat aku, lihatlah tandaSwastika ini!” serunya seraya menampilkan bandulSwastika itu kemuka. Begitu mata Gak Lui memandangtanda Swastika itu, Li Kong-hud lalu memutar tangannyaseperti sebuah roda. Makin lama makin kencangsehingga mata Gak Lui pun ikut seperti berputar-putar.Tak berapa lama sinar mata Gak Lui yang berwarnamerah darah itu mulai mengatub.

---oo^TAH^0^DewiKZ^0^Hendra^oo---

Bab 33 bagian 33.4

“Saudara Gak, apakah engkau mendengar ucapanku?” seru Li Kong-hud pula.

“Ya .... mendengar,” akhirnya Gak Lui menyahutdengan pikiran yang sadar.

“Kalau begitu harap engkau lepaskan pedang itu.”

“Aku .... tak mampu melepaskannya !”

“Mudah sekali asal engkau mau menurut apa yangkukatakan, tentu dapat !”

“Silahkan mengatakan.”

“Lebih dulu kendorkan kelima jarimu. Lalu kerahkantenaga- dalam Algojo-dunia dan siap2 untukmelemparkannya...” kata Li Hud kong, “nah, akankuhitung sampai tiga. Begitu aku menghitung tiga,cepatlah engkau pancarkan tenaga dalam !”

“Baik, aku akan berusaha sekuat tenaga.”

“Satu......,” sambil mulai menghitung Li Hud-kongpun

Page 967: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

967

diam2 kerahkan tenaga-dalam.

“Dua....” ia segera mengangkat pedang Pelangikeatas kepala, siap hendak bertindak.

“Tiga ....!” begitu Gak Lui menebarkan genggamantangannya Li Hud kongpun menyerempaki denganayunan pedang Pelangi. Tring .... pedang laknat Thian-lui-koay-kiampun terlempar jatuh ketanah dan terlepaslahGak Lui dari genggaman tenaga-gaib. Pada saat mataGak Lui memandang kesekeliling, kejutnya bukankepalang. Para ketua partai persilatan menggeletakditanah dalam keadaan yang mengerikan. Wajah merekapucat seperti kertas, tubuh berlumuran darah. Merekaberusaha duduk bersemedhi menyalurkan tenaga-dalamuntuk menahan kesakitan. Ada yang menderita lukaparah ada yang ringan. Yang paling berat adalah ThianLok totiang dan Sebun sianseng. Thian Lok totianglengan kanannya kutung, Sebun sianseng separuhlengannya hilang. Mereka bakal cacad seumur hidup.Jika yang menderita cacad itu lain orang, mungkin GakLui masih tak sepilu seperti kalau Sebun sianseng yangcacad. Gak Lui benar2 sedih dan menyesal sekali.....

Dalam kekalapannya tadi Gak Lui masih belummenggunakan seluruh tenaganya. Andaikata iamengamuk hebat, mereka tentu sudah binasa semua.Rasa sesal, sedih, geram dan jengkel berkecamuk jadisatu dalam dada Gak Lui. Ia tak tahu bagaimana harusmenyelesaikan soal itu. Ia merasa telah berdosa besar.Tiba2 ia hentakkan kakinya ketanah, bluk.... tanahkarang muncrat berhamburan. Lalu ia merobek separohbajunya dan sebelum orang tahu apa yang hendakdilakukan, Gak Lui membungkus pedang Thian-lui- koay-kiam dengan robekan kain lalu secepat kilat berputar diridan lari menyusup kedalam terowongan.....

Page 968: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

968

“Hai, saudara Gak, aku hendak bicara...” Li Hud-kongberteriak memanggilnya tetapi sudah terlambat. Gak Luisudah lenyap kedalam terowongan. Li Hud-kong terkejut,dengan membawa pedang Pelangi iapun ikut menyusupkedalam terowongan mengejarnya. Keadaan dipuncakgunung Im-leng-sanpun kembali hening. Tak berapalama para ketua partai persilatan itupun berbangkit.Dengan saling bantu membantu dan mengandungperasaan yang berbeda-beda mereka tinggalkan tempatitu. Gunung Im-leng-san sunyi senyap.

---oo^TAH^0^DewiKZ^0^Hendra^oo---

Bab 34. Pedang menutup riwayat.

Angin berembus, awan berarak dan bulanpunbersinar menerangi gunung Im-leng-san. Dari lampinggunung muncul tujuh sosok bayangan. Pukulan-sakti TheThay menarik tangan puterinya The Hong-lian. Sedangketua Kay-pang dan partai Gelandangan menggandengHi Kiam gin dan kedua kawannya, dengan napasterengah-engah menyusup kedalam terowongan.Ternyata keempat nona itu walaupun terpelantingkedalam lembah, tetapi belum takdirnya mati. Denganmembentuk diri dalam barisan pedang, mereka berhasillolos dari pedang maut Thian-lui koay kiam. Sedangwaktu terlempar kebawah karena didalam lembah itupenuh bertumbuh pohon2 rotan tua, mereka tertahandiantara hutan pohon akar itu dan berhasilmenyelamatkan diri. Dan tepat pada waktunya muncullahketiga ketua partai persilatan itu menolong mereka. Dankarena menolong keempat nona itu maka Tinju sakti TheThay, ketua partai Pengemis dan ketua partaiGelandangan pun terhindar dari bencana amukan GakLui.

Page 969: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

969

Setiba dipuncak, mereka heran karena keadaandisitu sudah sepi. Pertempuran berhenti dan takseorangpun yang tampak. Semula mereka hanyamengira tentulah para tokoh2 persilatan itu sudah dapatmenyelesaikan Gak Lui lalu membawanya turun gunung.Tetapi alangkah kejut mereka ketika melihat darahberceceran ditanah. Tentu telah terjadi sesuatu yang takdiduga! Serempak merekapun bingung dan gelisah.Akhirnya setelah berunding mereka menentukan duamacam keputusan. Pertama, akan mencari Gak Lui danmeminta keterangan kepadanya. Kedua, mencarirombongan ketua partai persilatan dan memintaketerangan kepada mereka. Setelah menentukanrencana, mereka lalu mulai menyusul. Tetapi mereka takmenduga bahwa Gak Lui sudah melenyapkan diri danrombongan ketua persilatan inipun mengambil jalansingkat. Oleh karena itu mereka tak berhasil menemukanGak Lui maupun rombongan ketua persilatan.

Dengan sekuat tenaga, Gak Lui lari secepatcepatnya. Karena ilmu meringankan tubuh dari pemudaitu sudah mencapai tingkat yang hebat maka seorangtokoh macam Li Hud-kong pun sampai tak dapatmengejarnya. Gak Lui lari secepat angin membawaperasaan hati yang seperti tertindih gunung.

“Bagaimanakah aku harus menyelesaikan peristiwabudi dan dendam ini.....?” Sambil berlari tak henti-hentinya ia berpikir. Dan setelah memikir panjang lebarakhirnya dia hanya tertumbuk pada kebingungan dan taktahu bagaimana harus bertindak. Dia lari melintas rimba,mendaki gunung. Beberapa hari kemudian tibalah iadigunung Bu-san. Ditengah dari keenam puncak lapisanluar dan keenam puncak lapisan dalam gunung Bu-sanitu, terdapat tempat makam ayahnya.

Page 970: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

970

Gak Lui tegak berdiri menghadap gunung laluberlutut. Pertama ia berdoa kepada kakek guru, pamanguru yang telah berada didunia baka. Ia menceritakansemua perbuatan dan dosa yang telah dilakukannya. Diatelah membunuh Maharaja-persilatan Tio Bik-lui untukmelaksanakan pesan dari kakek-gurunya dan sekalianmembasmi seorang durjana persilatan yang selama iniselalu membahayakan ketenteraman. Tindakannya itutentulah dapat diterima oleh arwah para kakek danpaman gurunya. Tetapi kematian dari paman gurunya siLengan-besi-hati-baik, mau tak mau ia harus merasaberduka sekali.

“Kakek guru, paman guru,” Gak Lui pejamkan mataberdoa, “adakah perbuatan wanpwe ini berjasa ataubersalah, harap kakek dan paman guru berdua memberikeputusan. Pedang Thian-lui-koay-kiam kupersembah-kan kembali dan akan kutanam agar jangan memintakorban lagi...”

Habis memanjatkan doa ia terus menyelundup masukkedalam guha batu. Guha yang pernah mengurungnyaselama tiga hari. Ia kenal akan keadaan guha itu danfaham jalannya. Tak berapa lama tibalah ia dimukamakam ayahandanya. Ia tergetar dan pilu sehinggamengucurkan air mata. Dengan rawan ia berdoamenghaturkan laporan tentang berhasilnya menuntutbalas kepada musuh. Tulang kerangka ayahnya sudahbertahun-tahun berada dalam guha yang berhawa panassehingga lunak sekali. Tetapi dalam keadaan masihseperti orang duduk. Tetapi pada saat Gak Lui selesaimenghaturkan keterangan tentang selesainya membalassakit hati, tiada angin berhembus tiba2 tulang kerangkaitu berhamburan sendiri ketanah. Dan sesaat anginbertiup, abu tulang itupun bertebaran kemana- mana.....Rupanya ayah Gak Lui yang bergelar Dewa Pedang itu

Page 971: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

971

merasa gembira dan meram dialam baka..... Wajah GakLui tampak tenang. Rupanya ia terhibur dengan apayang disaksikan saat itu. Serta merta ia menganggukkepala memberi hormat. Setelah itu ia lalu melepaspedang Thian-lui- koay-kiam. Meletakkan pedang itudibawah pesan ayahnya, diam2 Gak Lui merenung :“Pedang, riwayatmu merupakan sejarah Bu-san. Engkausenyawa dengan gunung ini. Maka kini .... kuletakkanengkau disini agar selama-lamanya engkau tetap beradadigunung Bu-san !” Setelah termenung menungbeberapa lama dihadapan abu kerangka ayahnya, GakLui lalu menuju ketelaga Pencuci-hati. Disana iabersembahyang pada arwah bibi gurunya. Setelah ituiapun pergi ke Guha-batu tempat penjara iblis untukbersembahyang pada arwah paman gurunya PedangIblis. Dari guha itu dapatlah ia memandang kearahgunung Bu-tong- san. Teringat akan Bu-tong-san,teringat juga ia akan perguruan bu-tong pay dan serentakia terkejut. Ya, ia telah lupa meninggalkan pedangPelangi pusaka dari partai Bu tong-pay digunung Im-leng-san. Bukankah ia sudah berjanji akanmengembalikan lagi pedang itu kepada orang Bu-tong-pay?

“Sekalipun menderita luka-dalam, tetapi seharusnyaimam Hwat Lui mengambil pedang itu,” pikir Gak Luiseraya memandang langit. Akhirnya ia tiba padakesimpulan bahwa pemimpin Bu- tong-pay tentu masihpenasaran dan pasti akan mencarinya. Nah, pada saatitu baru ia dapat memberi penjelasan. Selesaimerenungkan hal itu, pandang matanya beralihmemandang kearah makam paman gurunya. Seketikaterlintaslah dalam kenangannya seorang yang palingdikasihi dalam dunia. Ibu....! Menurut keterangan ThianWat totiang, jenasah ibunya ditanam didesa

Page 972: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

972

kelahirannya. Tetapi Gak Lui tak tahu dimana desakelahirannya itu. Betapa besar hasratnya untukbersembahyang dimakam ibunya namun terpaksa iaharus menahan keinginannya itu. Saat itu ia harusmenuju ke gunung Wan-san dulu.

Alam pemandangan gunung Wan-san masih sepertisediakala. Ketika melihat kedatangan Gak Lui, pendudukgunung menyambut gembira sekali. Karena dialah yangdiangkat menjadi pengganti ayah angkatnya menjadiketua pelindung gunung itu. Maka Gak Lui disambutdengan upacara yang meriah dan pesta besar. Setelahmengadakan upacara sembahyangan dimakamsuhengnya Gak Ci-beng atas budi pertolongannyamenyelamatkan jiwa Gak Lui dari pembunuhan, GakLuipun mengadakan upacara sembahyangan besardihadapan makam Pedang-aneh Ji Ki-tek, pamangurunya yang selama ini menjadi ayah-angkat Gak Lui.Dengan sakit hati sudah terhimpas dan ilmukepandaianpun telah dicapai dengan sempurna. Makamenurut pesan ayah-angkatnya, dihadapan makam ituGak Lui hendak membuka kedok kulit yang selama inimenutupi mukanya. Tetua rakyat gunung Yau sanmembawakan sebuah cermin besar. Untuk pertama kaliGak Lui melihat bagaimana wajahnya yang tertutupkedok kulit. Berapa saat kemudian ia ayunkan tinjumenghantam hancur kedok kulit itu. Gak Lui terbeliakkaget ketika melihat sebuah wajah asing pada kaca.Seorang pemuda yang cakap dan gagah. Itulah.....dirinya sendiri! Pada dahinya tampak selarik luka bekastabasan pedang.

“Ah, ayah-angkatku sungguh sangat memperhatikandiriku....,” pikirnya dengan penuh rasa terima kasih,“bekas luka pedang itu sekalipun tak mempengaruhiroman mukaku tetapi hal itu mudah diketahui musuh dan

Page 973: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

973

membahayakan diriku.” Gak Lui menghela napas.Delapan belas tahun lamanya ia harus menderitamengenakan kedok muka dan menderita berbagai susahpayah untuk mendapat kepandaian. Selamamengembara ia telah terlibat dalam dendam dan budiyang berbelit-belit ..... Ramalan dari si Raja-sungai GanKee-ik dengan cermin kacanya itu kembali terlintasdalam benak Gak Lui. Akhirnya ia memutuskan untukmenyikap diri selama beberapa hari, mungkin ia dapatmenemukan sesuatu yang jernih. Ia segera memberipesan kepada para penjaga, apabila ada tetamu supayadipersilahkan masuk. Kemudian ia duduk bersemedhidalam guha. Selama tiga hari tiga malam ia merenungmenghampakan pikiran, namun belum juga ia mendapatsesuatu pikiran untuk memecahkan persoalan yangdihadapinya itu. Pada hari itu terdengar gederangberbunyi tanda gunung itu kedatangan orang luar.Ternyata yang datang yalah Li Hud-kong putera dariKaisar-persilatan Li Liong-ci. Pemuda itu datang denganmembawa pedang pusaka Pelangi.

“Saudara Gak seorang tunas yang berbakat. Dannasib saudara itu memang luar biasa, tepat seperti yangdikata ayah....”

“O, bagaimana kata ayah saudara ?”

“Beliau mengatakan hendak menurunkan ilmu gaibLiok-to-sin- tong (lima jalan kegaiban). Untuk menerimailmu itu harus dibutuhkan seorang yang memiliki telingatajam dan mata celi.....”

“Lalu kapankah akan menurunkan ilmu itu menurutbeliau ?”

“Sekarang juga !”

“Sekarang ? Adakah saudara sudah menguasai ilmu

Page 974: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

974

dan dapat diberikan kepadaku?”

“Tidak! Aku masih kurang berbakat untuk menerimapelajaran itu,” sahut Li Hud-kong tertawa, “tetapi ayahtelah menulis sebuah kitab Liok-to-sin-tong dan suruhaku memberikan kepadamu.” Gak Lui terkesiap, serunyategang: “Kalau begitu, bolehkah sekarang kulihatnya?”

“Belum dapat dilihat sekarang dan lagi adasyaratnya.”

“Eh, apakah beliau menghendaki syarat?”

“Setiap orang tentu mempunyai syarat. Tetapi yangdiminta ayah itu sederhana sekali, hanya saja......”

“Hanya bagaimana ?”

“Keras juga!”

“Apakah suatu ujian yang keras ?”

“Boleh dikata begitulah.”

“Kalau begitu silahkan saudara mengatakan, akubersedia mendengar.”

“Tak perlu dikatakan cukup engkau jawab dengantindakan. Kalau dapat menjawab tepat, luluslah sudah !”

“Tindakan bagaimana....?”

“Cobalah engkau jawab bagaimana sikapmuterhadap masalah asmara dan budi dendam?Bagaimanakah engkau hendak menyelesaikannya?”

“Ini....mencabut pedang memutus asmara....badanbinasa demi menuntut budi dan dendam....”

“Hm, benar juga tetapi bagaimana cara melakukanhal itu?” Gak Lui menghela napas, “aku sungguh merasamalu sendiri karena sampai berhari-hari menyepi diri,

Page 975: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

975

tetap belum dapat menemukan cara itu.”

“Lalu apakah engkau masih ingat akan cerita yangdibawakan ayahku tentang Buddha yang mengiris dagingtubuhnya untuk diberikan kepada burung rajawali dulu itu!”

“Sudah tentu masih ingat !”

“Demi menolong jiwa si kelinci, Budha tak sayangmemotong dagingnya sendiri untuk diberikan padaburung rajawali. Cobalah engkau katakan, peristiwa itunyata atau tidak nyata ?”

“Ah, tak perlu menarik kesimpulan nyata atau tidaknyata karena cerita itu hanya sebuah dongeng.”

“Kalau dongeng, apakah makna yang terkandungdalam dongeng itu ?”

“Bahwa orang harus mau mengorbankan diri untukmenolong lain orang!”

“Lalu dalam peristiwa budi, asmara dan dendam itu,siapakah kiranya yang menjadi sang Buddha dansiapakah yang dianggap sebagai burung rajawalinya ?”

“Aku yalah......” bicara sampai tiba2 tersadarlah GakLui. Wajahnya segera berobah serius. Kegelisahannyaselama inipun lenyap. Melihat itu Li Hud-Kong tahubahwa pemuda itu telah menemukan penerangan batindan telah membebaskan diri dari libatan asmara.

“Menurut pengamatanku, saudara Gak sudahmenemukan penerangan,” serunya.

“Kurasa begitulah,” sahut Gak Lui.

“Apakah engkau sungguh2 dapat melakukan?”

“Tentu !” sahut Gak Lui pula.

Page 976: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

976

“Jika engkau hendak merobah keputusan, setiap saatboleh......”

“Tak perlu !” tukas Gak Lui, “apa yang kuucapkantentu akan kulakukan, tak pernah aku berbohong. Tetapinanti apabila menjalankannya, mungkin orang luar takmengerti....”

“Tak perlu kuatir,” sahut Li Hud kong, “aku diutusayah kemari untuk melaksanakan pengangkatanmusebagai Hou-hwat Su-cia. Segala apa aku yangtanggung.” Hou-hwat Su-cia adalah paderi yangmenjalankan dan melindungi peraturan2 agama Buddha.

“Bagus,” Gak Lui menghaturkan terima kasih, “tetapientah dimanakah para ketua partai persilatan saat ini....”

“Sudah datang bersama aku dan berada diluargunung.”

“Kalau begitu silahkan saja mereka kemari.” Li Hud-kong menurut. Sekali gerak, ia sudah melesat keluarguha dan bersuit nyaring kearah hutan. Beberapa sosokbayangan segera berbondong-bondong larimenghampiri. Tiga tokoh paderi Bu-tong-pay, paderi KakHui dari Heng san- pay, Hui Gong taysu dari Siau-lim-si,imam Tek Yan dari Go-bi- pay dan keempat jago pedangdari Kong tong, susul menyusul masuk kedalam guha.Kemudian Thian Lok totiang dari Ceng-sia- pay danSebun Ciok dari Kun-lun pay yang telah cacad menderitaamukan pedang Thiau-lui-koay kiam pun juga muncul.Gak Lui agak heran mengapa tak melihat ketua partaiKay-pang dan partai Gelandangan serta Pukulan-saktiThe Thay. Tetapi jelas ia tahu bahwa mereka tak ikutdalam pertempuran digunung Im-leng-san. Begitu pulatentang keempat nona Hi Kiam-gin, Siu-mey, Yan- hongdan The Hong-lian, ia tahu mereka jatuh kebawah

Page 977: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

977

karang. Entah mati entah hidup. Tetapi karena ia sudahmembekukan hati terhadap soal asmara, maka iapun takmau banyak berpikir lagi. Demikian setelah sekalianorang duduk maka berserulah Gak lui dengan nyaring:“Kedatangan saudara2 kemari tentulah untukmenyelesaikan soal budi dan dendam itu. Sekarangsilahkan saudara bicara dengan terus terang, aku tentudapat memberi pertanggungan jawab semua !” Paraketua partai persilatan saling bertukar pandang beberapasaat lalu Hwat Lui tojin yang mendahului membukasuara: “Tiga jiwa dari cianpwe Bu-tong pay, harapdiperhitungkan pada saudara....”

“Baik !” sahut Gak Lui, “lalu lain2 saudara ketuapunsilahkan bicara !” Dengan nada rawan dan berdukaberserulah paderi Kak Hui dari perguruan Heng-san-pay:“Guruku Hwat Hong taysu, terpaksa meninggalkan duniaini karena engkau !” Lalu keempat jago pedang dariperguruan Kong-tong-pay pun menyusul: “Tiga orangsuheng kami yang binasa itu juga mempunyai sangkutpaut dengan saudara !” Dengan bercucuran airmatapaderi Hui Hong dari Siau-lim-si, berkata: “Hui Ki taysusudah hilang kesadaran pikirannya, seharusnya engkautahu keadaannya !” Ketua partai Go-bi-pay kerutkan alisdan berkata : “Dalam partai perguruanku tiada yangmeninggal. Tentang luka-dalam yang kuderita, untuksementara itu tak perlu dibicarakan. Tetapi perbuatanmumenyerang dengan pedang sehingga keempat nona itujatuh kebawah karang, memang suatu perbuatan yangtercela dan tak dapat kubiarkan.”

Mendengar itu hati Gak Lui serasa tersayat sembilu.Tetapi setelah menghela napas, ia dapat berseru pula :“Lalu siapa lagi.....” Dengan wajah mengerut tegang dansuara tersendat-sendat, Thian Lok totiang berkata : “Akusukar mengatakan.... Suhengku telah engkau tolong,

Page 978: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

978

tetapipun mati dihadapanmu.....Tetapi ada suatu halyang aku tak mengerti...”

“Yang mana ?”

“Aku bersama Sebun siangseng dengan maksud baikhendak melerai pertempuran. Tetapi tak terduga kalautermakan sebuah tabasan pedang sehingga kehilangansebuah lengan !”

“Maafkan, aku amat menyesal sekali,” tersipu Gak Luimeminta maaf lalu memandang kearah Sebun sianseng,katanya :

“Sianseng .... apakah yang hendak engkau katakan?”

“Mengatakan .... apa?” sahut Sebun sianseng serayakerutkan alis. Walaupun tidak bicara tetapi hatinya taklepas dari pergolakan. Demikian setelah sekalian orangselesai bicara, maka Gak Luipun segera berseru :“Saudara2, soal budi dan dendam dalam dunia persilatanselalu diselesaikan dengan 'hutang darah bayar darah',benar bukan?”

“Benar !” sahut sekalian orang. “Kalau begitu, hari iniakupun hendak membayar semua hutang darah agarsaudara2 dapat memberi pertanggungan jawab kepadapara leluhur dan anak murid partai perguruan saudara.”Mendengar itu sekalian orang terbeliak. Tak tahu merekabagaimana cara Gak Lui hendak membayar hutangdarah itu.

“Saudara Hud-kong, dimana engkau ?” tiba2 Gak Luiberseru.

“Aku disini!”

“Bawalah pedang Pelangi kemari !” Setelah Hud-kongmembawakan pedang pusaka itu, Gak Luipun

Page 979: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

979

menyerahkan kepada Hwa-Lui tojin : “Pedang inikudapatkan dari guru to-tiang. Setelah pedang ini selesaikugunakan, tentu akan kukembalikan kepada totiang!”

Sekalian orang terkejut mendengar ucapan Gak Lui.Tek Yan, Thian Lok dan Sebun sianseng hendakmencegah tetapi Gak Lui dengan wajah serius sudahmendahului berkata : “Sekarang aku hendak bertindak.Saudara2 adalah tokoh2 ternama dari dunia persilatan.Harap jangan terkejut dan mengganggu. Barang siapamengganggu tindakanku, paderi hou-hwat ini tentu akanturun tangan!” Sekalian orang mendesuh kaget danmemandang kearah Li Hud- kong yang disebut sebagaipaderi hou-hwat itu.

“Siapakah gerangan gelar hou-hwat yang mulia ?”tegur Sebun sianseng kepada Li Hud-kong. Li Hud-kongtampil kemuka dan memperkenalkan diri: “Aku yangrendah Li Hud kong, telah menerima perintah ayahkemari untuk bertugas sebagai pelindung hou-hwat !”

“Siapakah ayahmu ?”

“Nama diatas memakai kata Liong dan dibawah Ci,orang menggelarinya sebagai Kaisar persilatan !”

“Oh ....,” sekalian orang mendesuh kejut. Dengankedatangan putera dari Kaisar-persilatan kesitu, tentulahmasalah budi dan dendam itu akan dapat diselesaikandengan memuaskan. Saat itu Gak Lui tampak dudukdengan tegak, tiba2 ia berseru :

“Pedang pusaka Pelangi ini adalah milik partaiperguruan Bu tong-pay. Oleh karena saat ini pedang ituakan kugunakan untuk menyelesaikan segala budi dandendam, hutang piutang darah, maka pedang itu kusebutpedang Kunang-kunang. Semula aku merasa gelapgelita tetapi akhirnya terbetik suatu cahaya penerangan

Page 980: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

980

yang walaupun kecil namun dapat menerangi kegelapanhatiku. Demikianpun pedang Kunang2 itu, kumaksudsebagai sepercik cahaya pelita hatiku....”

Gak Lui menutup kata2nya dengan memainkan jurusBurung- cendrawasih-rentang-sayap. Seketikaberhamburanlah sinar bergemerlapan bagai ribuankunang2 memancar di tengah malam gelap. Belumsempat sekalian tokoh mengetahui apa yang akanterjadi, tiba2 mereka tersentak kaget karena sinarbergemerlapan itu tiba2 berobah merah darah warnanya.Selekas sinar pedang berhenti maka tampaklah tubuhGak Lui berlumuran darah. Namun pemuda yangberparas cakap itu tetap duduk tenang ditempatnya.Tiba2 ia lontarkan pedang pusaka kemuka Hwat Luitotiang:

“Totiang, terimalah kembali pedang pusaka Bu-tong-pay. Hutang darah bayar darah. Budi dendam, salahbenar, mulai saat ini himpaslah semuanya.”

Sekalian tokoh persilatan menjerit kaget ketikamelihat Gak Lui melentuk dan kepalanya mengulai.Ketika mereka memeriksa ternyata pemuda itu sudah takbernapas lagi .... Pecahlah tangis memenuhi ruang guha.Sekalian tokoh2 persilatan itu tak habis sesalnyamengapa mereka keliwat menekan pada Gak Luisehingga pemuda berbudi itu sampai melakukankeputusan yang nekad. Namun nasi sudah menjadibubur.

“Saudara2 tentu sudah puas, bukan?” tiba2 Li Hud-kong berseru, “nah, silahkan saudara2 kembali ke tempatmasing2, maaf, aku tak dapat mengantar.....”

Dengan berat hati sekalian tokoh2 partai persilatanitu memberi hormat kearah jenazah Gak Lui lalu

Page 981: Pedang_Kunang-Kunang,_SD_Liong_tmt.pdf

981

berbondong-bondong tinggalkan guha. Li Hud-kongmenghela napas rawan. Ia mengeluarkan kitab pusakaLiok-to-sin-tong, setelah menggali sebuah lubang padabatu karang, ia masukkan kitab itu kedalamnya danberseru :

“Mati hidup, hidup mati. Dengan darah menebusdarah, itulah jalan menuju kearah kesempurnaan ....!”

Setelah memberi hormat kepada jenazah Gak Lui iakeluar dan menutup guha itu dengan batu. Gak Lui telahmengakhiri hidupnya yang penuh berlumuran darah. Iatak tahu bahwa keempat nona itu masih hidup danbingung mencari jejaknya. Namun andaikata bertemu,tentulah ia akan lebih menderita luka hati makin dalam.Karena ia sudah memutuskan untuk membebaskan diridari segala budi dendam, libatan asmara dan deritahidup. Awan berarak menghias gunung Yau-san yangsunyi sepanjang masa.....

Tamat