bab 1 pendahuluan a. latar belakange-journal.uajy.ac.id/9452/2/1kom04422.pdf... serta dampak...

26
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan pabrik semen oleh PT Semen Indonesia di kawasan batu kars Pegunungan Kendeng menuai penolakan dari warga sekitar. Sudah hampir seratus hari warga khususnya ibu-ibu bergantian tinggal di tenda. Pabrik yang dibangun oleh PT Semen Indonesia ini menggunakan penambangan batu karst di Pegunungan Kendeng sebagai bahan baku utamanya. Pegunungan yang membentang di wilayah utara Jawa Tengah sampai Jawa Timur tersebut merupakan pemasok kebutuhan air bagi kawasan pertanian di daerah sekitarnya. Warga melakukan penolakan terhadap apapun terkait pembangunan pabrik semen di area tersebut. Pembangunan dinilai merusak sumber daya air dan mematikan sektor pertanian di daerah sekitarnya. (Mongabay.co.id, 2014) Upaya penambangan di kawasan karst Watuputih dinilai sejumlah kalangan merupakan sebuah bentuk pelanggaran. Penggunaan kawasan karst Watuputih sebagai tempat penambangan batu kapur, melanggar Perda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Tengah nomor 06/2010. Pasal 63 perda tersebut menetapkan areal menjadi kawasan lindung. (Mongabay.co.id, 2014) Pemberitaan yang dimuat Mongabay.co.id pada tanggal 16 Juni 2014 menyebutkan bahwa penebangan kawasan hutan tidak sesuai dengan persetujuan prinsip tukar menukar kawasan hutan oleh Menteri Kehutanan. Surat Nomor S. 279/Menhut-II/2013 tertanggal 22 April 2013, dalam surat tersebut menyatakan bahwa kawasan yang diijinkan untuk ditebang adalah kawasan hutan KHP

Upload: lamdung

Post on 29-Jan-2018

231 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGe-journal.uajy.ac.id/9452/2/1KOM04422.pdf... serta dampak lingkungan yang muncul ... Memberikan sumbangan mengenai jurnalisme lingkungan hidup

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembangunan pabrik semen oleh PT Semen Indonesia di kawasan batu kars

Pegunungan Kendeng menuai penolakan dari warga sekitar. Sudah hampir seratus

hari warga khususnya ibu-ibu bergantian tinggal di tenda. Pabrik yang dibangun

oleh PT Semen Indonesia ini menggunakan penambangan batu karst di

Pegunungan Kendeng sebagai bahan baku utamanya. Pegunungan yang

membentang di wilayah utara Jawa Tengah sampai Jawa Timur tersebut

merupakan pemasok kebutuhan air bagi kawasan pertanian di daerah sekitarnya.

Warga melakukan penolakan terhadap apapun terkait pembangunan pabrik semen

di area tersebut. Pembangunan dinilai merusak sumber daya air dan mematikan

sektor pertanian di daerah sekitarnya. (Mongabay.co.id, 2014)

Upaya penambangan di kawasan karst Watuputih dinilai sejumlah kalangan

merupakan sebuah bentuk pelanggaran. Penggunaan kawasan karst Watuputih

sebagai tempat penambangan batu kapur, melanggar Perda Rencana Tata Ruang

Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Tengah nomor 06/2010. Pasal 63 perda tersebut

menetapkan areal menjadi kawasan lindung. (Mongabay.co.id, 2014)

Pemberitaan yang dimuat Mongabay.co.id pada tanggal 16 Juni 2014

menyebutkan bahwa penebangan kawasan hutan tidak sesuai dengan persetujuan

prinsip tukar menukar kawasan hutan oleh Menteri Kehutanan. Surat Nomor S.

279/Menhut-II/2013 tertanggal 22 April 2013, dalam surat tersebut menyatakan

bahwa kawasan yang diijinkan untuk ditebang adalah kawasan hutan KHP

Page 2: BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGe-journal.uajy.ac.id/9452/2/1KOM04422.pdf... serta dampak lingkungan yang muncul ... Memberikan sumbangan mengenai jurnalisme lingkungan hidup

2

Mantingan. Perlu diketahui dalam Perda no 14 tahun 2011 tentang RTRW Kab.

Rembang Kecamatan Bulu tidak diperuntukkan sebagai kawasan industri besar.

(Mongabay.co.id, 2014)

Sedikitnya 100 warga, terutama ibu-ibu petani asal Desa Tegaldowo,

Kabupaten Rembang, Jawa Tengah mendirikan tenda di area pembangunan pabrik

semen sebagai salah satu aksi mereka yang menolak pembangunan Pabrik Semen

Indonesia di Kawasan Kendeng. Lokasi tenda yang mereka beri nama “Tenda

Tolak Semen “ berada di tepi jalan masuk ke proyek pembangunan pabrik semen

di Kecamatan Bulu, Kabupaten Rembang.

Warga melakukannya sebagai aksi menolak pabrik semen di kawasan karst

Gunung Kendeng, yang melakukan penambangan dan merusak lingkungan tempat

tinggal mereka. Warga menyatakan akan terus bertahan hingga tuntutan mereka

agar alat-alat berat dikeluarkan dari areal tapak pabrik semen dan pertambangan

dibatalkan, terpenuhi.

Media massa, khususnya media yang secara khusus menyediakan informasi

dan berita mengenai lingkungan turut memberitakan isu penambangan yang

dilakukan oleh PT Semen Indonesia. Pembangunan pabrik semen di daerah

pegunungan Kendeng dan kawasan karst Watuputih digolongkan sebagai isu

kerusakan lingkungan. Media massa sebagai sebuah institusi sosial yang hadir di

tengah-tengah kehidupan masyarakat memiliki fungsi dan peran yang dapat

menginformasikan persoalan-persoalan lingkungan kepada masyarakat.

Sebenarnya tidak hanya menginformasikan, media massa juga berperan dalam

menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap masalah lingkungan. Media juga

Page 3: BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGe-journal.uajy.ac.id/9452/2/1KOM04422.pdf... serta dampak lingkungan yang muncul ... Memberikan sumbangan mengenai jurnalisme lingkungan hidup

3

menjadi wahana pendidikan masyarakat untuk menyadari perannya dalam

mengelola lingkungan, dan mengoreksi serta mengontrol masalah pengelolaan

lingkungan (Astraatmaja, 1996 : 22). Media massa adalah media yang ikut

mengawasi hal-hal yang terkait dengan hajat hidup orang banyak. Persoalan

kerusakan lingkungan perlu diangkat dan dikabarkan dengan cara seksama

menggunakan cara-cara jurnalisme. Jurnalisme inilah yang dimaksud dengan

jurnalisme lingkungan. (Sudibyo, 2014 : 9)

Dalam konteks Jurnalisme Lingkungan, banyak rambu yang harus

diperhatikan oleh seorang jurnalis. Seorang pewarta foto lingkungan misalnya,

juga perlu mempunyai etika yang mengatur bagaimana menyajikan gambar atau

karya fotografi dalam konteks jurnalisme lingkungan. Etika Jurnalisme

lingkungan seperti pisau bermata dua. Sisi pertama adalah jurnalis sebagai

pembuat kabar. Sisi kedua adalah perusahaan yang umumnya sebagai pemberi

kabar. Dua sisi ini selayaknya mempunyai satu platform pandangan yang

disepakati bersama, tentang bagaimana menyajikan informasi dalam tulisan

maupun gambar yang dapat ditangkap secara jernih oleh masyarakat atau publik.

Termasuk di media sosial, yang berkembang belakangan ini. (Sudibyo, 2014 : 5)

Tidak semua berita yang menyangkut masalah lingkungan hidup dapat dimuat

ke media massa karena biasanya mengandung konflik kepentingan dengan

berbagai pihak yang terkait (Abrar, 1994 : 65). Sebagian masyarakat mengetahui

kerusakan lingkungan hidup seperti penggundulan hutan, pencemaran sampah dan

indstri serta efek rumah kaca melalui surat kabar, televisi maupun media online.

Page 4: BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGe-journal.uajy.ac.id/9452/2/1KOM04422.pdf... serta dampak lingkungan yang muncul ... Memberikan sumbangan mengenai jurnalisme lingkungan hidup

4

Tapi tidak banyak pakar lingkungan yang puas dengan pemberitaan lingkungan di

surat kabar, televisi maupun media online.

Mongabay.co.id sebagai media online yang berfokus pada pemberitaan

kerusakan lingkungan di Indonesia mempunyai peran dalam menyampaikan

informasi lingkungan. Salah satunya pembangunan pabrik semen Indonesia di

area Pegunungan Kendeng, serta dampak lingkungan yang muncul apabila pabrik

itu tetap dibangun. Pemberitaan tersebut akan membuat masyarakat mendapatkan

informasi lebih banyak, serta informasi yang benar dari kerja jurnalis agar

mengetahui perkembangan dari kasus pembangunan pabrik semen Indonesia di

area Pegunungan Kendeng.

Mongabay.co.id merupakan sebuah portal berita online hasil dari proyek

Mongabay.com. Mongabay.com merupakan sebuah situs utama berbasis berita

dan internet sejat tahun 1999. Mongabay.co.id diluncurkan dan beroperasi sejak

April 2012 untuk meningkatkan minat terhadap alam dan kesadaran masyarakat

terhadap masalah lingkungan di Indonesia. Mongabay.co.id memiliki fokus

khusus pada hutan, tetapi juga menyediakan berita, analisis, dan informasi lain

yang berhubungan dengan lingkungan. (Mongabay.co.id)

Intensitas pemberitaan yang muncul di Mongabay.co.id mengenai kerusakan

lingkungan yang akan terjadi di sekitar area Pegunungan Kendeng.

Dalam kajian kajian oleh Semarang Caver Association (SCA) dan Jaringan Masyarakat

Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) serta dukungan Acintyacunyata Speleological

Club (ASC) dan Pusat Studi Manajemen Bencana (PSMB) UPN “Veteran” Yogyakarta

pada Oktober 2013 menunjukkan bahwa di kawasan karst Pegunungan Kendeng Utara

ada jejak kars dalam bentuk ponor, gua dan mata air.

Perusakan ekosistem ini memicu risiko bencana ekologis banjir dan kekeringan bagi

kawasan tersebut.Terdapat 33 mata air di wilayah Grobogan, 79 mata air di wilayah

Sukolilo Pati dengan debit relatif konstan. Dan menjadi sumber air bagi 8000 kepala

Page 5: BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGe-journal.uajy.ac.id/9452/2/1KOM04422.pdf... serta dampak lingkungan yang muncul ... Memberikan sumbangan mengenai jurnalisme lingkungan hidup

5

keluarga dan lebih dari 4000 hektar sawah di Sukolilo. (Sumber : Mongabay.co.id ditulis

oleh Tommy Apriando pada tanggal 27 Januari Tahun 2015)

Kutipan berita pada tanggal 27 Januari 2015 ini lebih menyorot apa saja yang

akan hilang dari Pegunungan Kendeng apabila pembangunan pabrik semen tetap

dilakukan. Pada artikel tersebut Mongabay.co.id melakukan wawancara dengan

beberapa pakar lingkungan. Kemudian menjabarkan ekosistem-ekosistem apa saja

yang akan rusak karena dampak dari pembangunan pabrik semen. Sebagai portal

berita online yang lebih condong terhadap pemberitaan mengenai seputar

kerusakan lingkungan, Mongabay.co.id memberitakan suatu permasalahan dengan

angle lingkungan.

Peneliti menemukan beberapa penelitian yang berkaitan dengan jurnalisme

lingkungan seperti yang dilakukan oleh Aninda Haswari (2010). Aninda Haswari

mahasiswi Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang melakukan penelitian tentang

jurnalisme lingkungan dalam pemberitaan seputar eksploitasi hutan di Indonesia.

Jurnalisme Lingkungan dalam penelitian ini dilihat dari tiga dimensi yaitu

informasi, mediasi, serta kontrol dan koreksi. Peneliti ingin melihat bagaimana

media massa, khususnya Surat Kabar Kompas dalam menerapkan jurnalisme

lingkungan pada masalah eksploitasi hutan. Hasil dari penelitian ini adalah

keseluruhan berita tentang eksploitasi hutan yang diteliti cenderung mengarah ke

pemberitaan tentang kerusakan hutan (40,9%) dan kebijakan peraturan kehutanan

(38,6%) dari 44 berita.

Penelitian lain juga dilakukan oleh seorang mahasiswa Universitas Atma Jaya

Yogyakarta Gisela Ayu Hestuning Yustiwi (2013). Dalam penelitian ini peneliti

menganalisis penerapan jurnalisme lingkungan dalam berita penambangan pasir

Page 6: BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGe-journal.uajy.ac.id/9452/2/1KOM04422.pdf... serta dampak lingkungan yang muncul ... Memberikan sumbangan mengenai jurnalisme lingkungan hidup

6

Merapi di Kabupaten Sleman pada Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat dan

Harian Jogja. Yustiwi membedah bagaimana kedua tersebut menerapkan

jurnalisme lingkungan, dalam pemberitaan mengenai penambangan pasir Merapi

di Kabupaten Sleman. Dari penelitian tersebut, Yustiwi menemukan realita bahwa

pemberitaan lingkungan media massa, merupakan hal yang kompleks. Tidak

hanya membahas seputar lingkungan alam, tetapi juga persoalan ekonomi, politik,

dan sosial yang ada di dalam lingkungan itu sendiri.

Media massa mempunyai fungsi untuk menginformasikan, edukasi dan

sebagai mediator terhadap masalah lingkungan. Wartawan lingkungan diharapkan

mampu untuk menjalankan ketiga fungsi media, ketika memberitakan isu-isu

lingkungan, agar yang disampaikan media terkait isu lingkungan dapat sesuai

dengan ketiga fungsi media. Sehingga masyarakat mengerti dengan isi informasi

dan pendidikan lingkungan yang ditulis oleh wartawan lingkungan.

Berdasarkan peran media massa dan kerja jurnalisnya dalam meliput serta

memberitakan masalah lingkungan, khususnya pembangunan pabrik semen di

area pegunungan kendeng. Peneliti tertarik untuk melihat bagaimana praktek

jurnalisme lingkungan dalam pemberitaan pembangunan pabrik semen Indonesia

di area Pegunungan Kendeng. Dalam kasus ini metode yang digunakan peneliti

adalah analisis framing, penelitian terhadap teks berita Mongabay.co.id dan

diperkuat dengan wawancara wartawan terkait pemberitaan di Mongabay.co.id.

B. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana praktek jurnalisme lingkungan dalam berita pembangunan Pabrik

Semen Indonesia di Pegunungan Kendeng, Rembang pada Mongabay.co.id?

Page 7: BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGe-journal.uajy.ac.id/9452/2/1KOM04422.pdf... serta dampak lingkungan yang muncul ... Memberikan sumbangan mengenai jurnalisme lingkungan hidup

7

C. TUJUAN PENELITIAN

Untuk mengetahui praktek jurnalisme lingkungan dalam berita pembangunan

Pabrik Semen Indonesia di Pegunungan Kendeng, Rembang pada

Mongabay.co.id

D. MANFAAT PENELITIAN

D.1 Manfaat Akademis

Memberikan sumbangan mengenai jurnalisme lingkungan hidup dalam

media massa yang bisa digunakan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

Selain menjadikan referensi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

pengetahuan baru dalam studi Jurnalisme, secara khusus yang berkaitan

dengan Jurnalisme Lingkungan,

D.2 Manfaat Praktis

Memberikan gambaran dan pengetahuan tentang praktek Jurnalisme

Lingkungan di media massa.

E. KERANGKA TEORI

E.1 Framing Sebagai Teori

Gaye Tuchman (Eriyanto, 2002 : 4) memberikan analogi yang menarik

tentang konsep framing. Dalam salah satu bukunya yang sangat berpengaruh,

Making News, Tuchman mengawalinya dengan ilustrasi yang menarik, yaitu

“berita adalah jendela dunia.”

Melalui berita, khalayak dapat mengetahui apa yang terjadi di seluruh

belahan dunia. Akan tetapi, apa yang khalayak tahu dan lihat tentang dunia itu

tergantung dari sisi jendela mana mereka melihatnya.

Page 8: BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGe-journal.uajy.ac.id/9452/2/1KOM04422.pdf... serta dampak lingkungan yang muncul ... Memberikan sumbangan mengenai jurnalisme lingkungan hidup

8

Media massa sebagai saluran penyebaran informasi bagi publik selalu

menyajikan berita-berita bagi khalayak. Efeknya pun beraneka, mulai dari

menambah pengetahuan sampai mempengaruhi sikap dan pemikiran khalayak.

Media justru bisa menjadi subjek yang mengkonstruksi realitas berdasarkan

penafsiran dan definisinya sendiri untuk disebar kepada khalayak.

Framing sebagai konsep dalam paradigma konstruksionis menjelaskan

bahwa realitas, dalam hal ini adalah pemberitaan, merupakan bentukan atau

konstruksi dari media yang bersangkutan. Analisis framing digunakan untuk

melihat konteks sosial-budaya suatu wacana, khususnya hubungan antara

berita dan ideologi. Proses atau mekanisme mengenai bagaimana berita

membangun, mempertahankan, mereproduksi, mengubah dan meruntuhkan

ideologi. Wartawan adalah manusia biasa yang meliput dan menuliskan berita

melalui sudut pandang etika, moral, keyakinan dan nilai tertentu yang ada di

dalam dirinya. (Sudibyo, 2001: 54-55)

Media sebenarnya telah melakukan proses framing mulai dari tataran

paling awal, yaitu mulai dari pemilihan berita dan menentukan elemen-elemen

5W+1H. Pemilihan who, when, what, why, where, dan how menunjukkan

bahwa media telah melakukan seleksi dan penonjolan terhadap sebuah

realitas.

Pada dasarnya framing adalah, metode untuk melihat cara bercerita (Story

Telling) media atas peristiwanya. Cara bercerita tersebut tergambar pada “cara

melihat” terhadap realitas yang dijadikan berita. (Eriyanto, 2005 : 10) “Cara

Melihat” ini berpengaruh pada hasil akhir dari konstruksi realitas. Analisis

Page 9: BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGe-journal.uajy.ac.id/9452/2/1KOM04422.pdf... serta dampak lingkungan yang muncul ... Memberikan sumbangan mengenai jurnalisme lingkungan hidup

9

framing adalah analisis yang dipakai untuk melihat bagaimana

mengkonstruksi realitas, serta untuk melihat bagaimana dipahami dan

dibingkai oleh media. Framing dapat dipandang sebagai penempatan

informasi-informasi dalam konteks yang khas, sehingga isu tertentu

mendapatkan porsi yang besar dibandingkan yang lain.

Scheufele mengemukakan sebuah skema untuk melihat proses framing.

Scheufele menghubungkan antara input, processes dan outcome. Proses

framing dalam suatu berita melibatkan empat proses yaitu frame building,

frame setting, individual level effects of framing, dan link between individual

frames and media frames yang terdiri dari atas kemampuan jurnalis dan para

elit dalam proses framing.

Bagan 1.1 Proses Model Penelitian Framing (Scheufele, 1999 : 115)

a. Frame Building

Page 10: BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGe-journal.uajy.ac.id/9452/2/1KOM04422.pdf... serta dampak lingkungan yang muncul ... Memberikan sumbangan mengenai jurnalisme lingkungan hidup

10

Frame building merupakan tahap pertama bagaimana frame dibangun dengan

mempertimbangkan hal-hal yang bersifat internal dan eksternal media. Seperti

ideologi media, ideologi wartawan sebagai individu, serta kepentingan para elit

politik dan ekonomi yang menjalin relasi dengan media tersebut. Tahapan ini

lebih fokus pada faktor organisasi media, nilai-nilai professional yang dimiliki

oleh jurnalis. Pada tahap frame building, media membangun kerangka bentuk

dan isi teks yang ditujukan pada audience. (Scheufele, 1999 :115)

b. Frame Setting

Frame setting dalam tahap ini terjadi proses pengaturan frame oleh media

massa terhadap frame audience melalui produk yang dihasilkan. Mulai dari

frame building, yaitu media frame. Frame media dibentuk melalui proses

saliansi (penonjolan) atas sebuah isu. Penonjolan isu sendiri juga ditentukan

oleh agenda media. (Scheufele, 1999, hlm.116)

c. Individual – level effects of framing

Pada tahap ini ditekankan bagaimana level individu mempengaruhi frame

audience dalam bentuk tingkah laku, sikap, dan pengetahuan. Tahap ini akan

melihat bagaimana hubungan efek media framing dari tingkah laku, sikap dan

pengetahuan yang diterima oleh audience. Efek framing tersebut akhirnya akan

menjadi masukan bagi media massa atas framing yang telah dilemparkan pada

audience (feedback). (Scheufele, 1999, hlm 116)

d. Journalist as audience

Tahap keempat ini menghubungkan antara faktor individual-level dan media

frame. Pada tahap ini melihat feedback yang ada di tahap ketiga. Semua

Page 11: BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGe-journal.uajy.ac.id/9452/2/1KOM04422.pdf... serta dampak lingkungan yang muncul ... Memberikan sumbangan mengenai jurnalisme lingkungan hidup

11

feedback dari audiens akan menjadi masukan bagi media atau jurnalis untuk

membangun sebuah frame, seperti ideologi media dan ideologi jurnalis sebagai

individu. Pola framing akan berulang kembali dari tahap pertama hingga tahap

keempat.

Dalam pemberitaan mengenai pembangunan pabrik semen di Kawasan

Pegunungan Kendeng Rembang, proses framing terjadi ketika wartawan

Mongabay.co.id meliput setiap berita yang terjadi, lalu merangkainya menjadi

sebuah berita. Terdapat pemilihan, penonjolan, ataupun penyisihan fakta yang

akan dikonstruksi menjadi sebuah rangkaian berita. Setiap media tentunya

mempunyai pengaruh terhadap wartawan dalam mengkonstruksi realitas yang

dilihatnya menjadi sebuah berita.

Framing berkaitan dengan bagaimana realitas dibingkai dan disajikan

kepada khalayak (Eriyanto, 2005 : 139). Sebuah realitas bisa jadi dibingkai

dan dimaknai secara berbeda oleh media. Salah satu efek dari framing adalah

munculnya realitas sosial yang kompleks.

E.2 Jurnalisme Lingkungan

Wartawan memiliki beberapa kewajiban yang harus dilaksanakan dalam

jurnalisme lingkungan. Wartawan yang menaruh minat pada masalah

lingkungan harus terus mendalami permasalahannya. Wartawan harus

berorientasi ke lapangan dan mempunyai komitmen.

Masalah lingkungan hidup tidak pernah berdiri sendiri. Masalah

Lingkungan berkaitan dengan masalah publik lainnya seperti masalah

nasional, politik internasional, politik lokal, keadilan sosial, keadilan ekonomi,

Page 12: BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGe-journal.uajy.ac.id/9452/2/1KOM04422.pdf... serta dampak lingkungan yang muncul ... Memberikan sumbangan mengenai jurnalisme lingkungan hidup

12

investasi, kesehatan nasional, politik lokal, dan masih banyak lagi. Pada

dasarnya berita lingkungan hidup sama halnya dengan jenis berita lainnya

seperti berita kriminal, politik, dan sebagainya. (Abrar, 1994 : 9)

Yang membedakan jurnalisme lingkungan adalah realitas yang menjadi

bahan bakunya (Abrar, 1994 : 7). Bahan baku berita lingkungan hidup adalah

realitas lingkungan hidup, seperti polusi udara dan suara, penggundulan hutan,

pencemaran sampah, kerusakan lingkungan akibat pembangunan, pencemaran

industry dan lain sebagainya. Realitas-realitas tersebut tidak mudah untuk

diidentifikasi. Tidak jarang seorang wartawan salah dalam mengungkapkan

realitas tersebut.

Penerapan jurnalisme lingkungan, tidak hanya membutuhkan ketrampilan

jurnalistik yang standar. Jurnalisme lingkungan juga membutuhkan

pengetahuan yang cukup komprehensif tentang hubungan antara alam,

manusia, pembangunan, dan ekonomi secara holistik. Kemudian dampak

kerusakan lingkungan hidup dan bagaimana cara menanggulangi kerusakan

lingkungan hidup. (Abrar, 1994 : 9)

Dalam memahami mengenai persoalan lingkungan hidup, terdapat tiga

paradigma yang mendasarinya, yakni eco-developmentalism, eco-fascism, dan

eco-populism. Pertama, eco-developmentalism atau disebut juga pembangunan

lingkungan. Fokus dari gerakan lingkungan ini ialah untuk mengupayakan

kelestarian lingkungan demi keberlangsungan pertumbuhan ekonomi dan

pemupukan modal. Lingkungan perlu dilestarikan karena dapat

melanggengkan pasokan bahan baku industri sehingga pertumbuhan ekonomi

Page 13: BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGe-journal.uajy.ac.id/9452/2/1KOM04422.pdf... serta dampak lingkungan yang muncul ... Memberikan sumbangan mengenai jurnalisme lingkungan hidup

13

akan terus berlangsung (Fakih dalam Dietz, 1998: v-x). Paradigma ini semakin

memperkuat pandangan bahwa manusia merupakan makhluk tertinggi dalam

hubungannya dengan alam, sehingga manusia memiliki hak untuk mengelola

dan mengeksploitasi alam (Keraf, 2002: 33-35).

Paradigma kedua adalah eco-fascism. Paradigma ini berkebalikan dengan

paradigma sebelumnya, eco-developmentalism. Eco-fascism berfokus kepada

alam, yakni mengesampingkan resiko kehidupan masyarakat yang mungkin

terjadi akibat dari kelestarian alam itu sendiri. Penganut eco-fascism

cenderung menggunakan cara yang keras untuk memperoleh kelestarian

lingkungan hidup. Kaum ekofasis menganggap konservasi lingkungan jauh

lebih penting daripada kehidupan rakyat, khususnya kehidupan rakyat miskin

(Dietz, 1998: 22). Namun konsep eco-fascism ditunjukkan melalui data-data

yang bersifat ilmiah (Fakih dalam Ayudi, 2011: 20).

Paradigma yang ketiga adalah eco-populism yakni paradigma yang

memihak kepada kepentingan rakyat, sehingga aktivis dalam paradigma ini

dinamakan sebagai kelompok lingkungan kerakyatan (Fakih dalam Dietz,

1998: xi). Eco-populism menganjurkan adanya eksploitasi terbatas dalam

pemanfaatan lingkungan agar mereka berdaya guna. Selain itu, terdapat dua

golongan eco-populism yakni eco-populism kuat dan eco-populism lemah.

Menurut Dietz, golongan eco-populism kuat menekankan kepada pentingnya

pengetahuan lama yang diwariskan dari generasi ke generasi (Dietz, 1998:

40).

Page 14: BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGe-journal.uajy.ac.id/9452/2/1KOM04422.pdf... serta dampak lingkungan yang muncul ... Memberikan sumbangan mengenai jurnalisme lingkungan hidup

14

Golongan eco-populism lemah mempercayai bahwa setiap manusia dapat

berinovasi. Kedua golongan ini cenderung berpendapat bahwa partisipasi dari

semua warga masyarakat adalah mungkin. Partisipasi masyarakat tersebut

merupakan kunci untuk memecahkan suatu permasalahan. Kedua golongan

eco-populism ini mempercayai bahwa peranan masyarakat lokal sangat

penting untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup. Eco-populism

menekankan pada bagaimana manusia menjaga agar alam sekitarnya tetap

lestari dan terjaga dengan baik.

Berita lingkungan yang terjadi tidak sepenuhnya hanya faktor lingkungan

saja, namun terkadang ada faktor lain yang menyebabkan terjadinya kerusakan

lingkungan tersebut. Misalnya saja kebakaran hutan yang tidak sepenuhnya

terjadi karena gejala alam, namun bisa terjadi karena ulah manusia. Selain itu

pembangunan yang merusak ekosistem lingkungan. Kemudian seorang

wartawan mencari tahu dari pakar lingkungan hidup, tentang dampak yang

terjadi dari kerusakan lingkungan tersebut dan mencari tahu bagaimana cara

menanggulanginya.

Jurnalisme lingkungan harus berpihak kepada prinsip kelestarian alam.

Seorang wartawan lingkungan melaporkan realitas mengenai sebuah

peristiwa, peristiwa tersebut haruslah benar-benar terjadi dan dilaporkan

sesuai dengan realitas. Kecakapan wartawan dalam hal ini dibutuhkan untuk

mengkonstruksikan semua realitas yang diamatinya, dan merangkai semua

fakta tentang realitas itu. Sehingga menjadi sebuah berita yang menarik dan

bermanfaat untuk dibaca. (Abrar, 1994, hlm.7)

Page 15: BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGe-journal.uajy.ac.id/9452/2/1KOM04422.pdf... serta dampak lingkungan yang muncul ... Memberikan sumbangan mengenai jurnalisme lingkungan hidup

15

Menurut Astraatmaja, dalam jurnalisme lingkungan wartawan memiliki

beberapa kewajiban yang harus dilaksanakan, (Astraatmaja, dkk, 1996 : 22-

23) yaitu :

a. Wartawan yang menaruh minat pada masalah lingkungan harus terus mendalami

permasalahan-permasalahan mendasar sambil terus mengikuti perkembangan aktual

bidang lingkungan.

b. Memihak lingkungan hidup akan terlegitimasi jika disertai dengan permasalahan

masalah. Untuk memperoleh peliputan yang baik, wartawan harus berorientasi ke

lapangan dan harus mempunyai komitmen, mempunyai pengetahuan umum yang

luas dan pengetahuan khusus, serta mempunyai pengetahuan teknis dalam

mengemas berita di media dalam bentuk yang cocok bagi masyarakat di masa

sekarang.

c. Wartawan harus menguasai metode elementer suatu penelitian atau peliputan,

karena bobot dari suatu berita adalah dari reportase langsung ke lapangan atau fakta

dalam suatu konteks yang berperspektif dan benar.

d. Wartawan sangat diharapkan ketepatannya dalam menuliskan pemberitaan tentang

lingkungan, khususnya yang berkaitan dengan istilah-istilah ilmiah.

e. Perkembangan hukum lingkungan perlu juga dicermati oleh para wartawan dalam

rangka pengembanan pengetahuan akan masalah-masalah aktual.

f. Wartawan harus mengutamakan manusia atau penduduk yang terkena masalah dan

bersifat think globally dan act locally.

g. Dalam keberpihakannya kepada kaum yang lemah, pers harus bertindak fair ,

Karena tanpa hal itu pers tidak membantu memecahkan persoalan.

h. Wartawan harus lebih sering turun ke lapangan agar laporannya komprehensif dan

lengkap.

Pemberitaan lingkungan terkadang terkadang mengandung istilah yang

tidak dimengerti oleh orang awam. Oleh karena itu penjelasan tentang istilah

tersebut menjadi penting (Astraatmaja, dkk 1996 : 26). Penjelasan tersebut

tentunya agar memudahkan para pembaca untuk mengerti maksud dan makna

yang terkandung dalam berita yang disajikan oleh wartawan. Sehingga

pembaca bisa memahami isu berita lingkungan.

Berita lingkungan hidup yang baik adalah berita yang tidak hanya

menyajikan efek sebuah realitas lingkungan hidup terhadap alam, tetapi juga

kaitannya dengan aspek politik, sosial, dan ekonomi. Dalam mengusahakan

hal tersebut pedoman kerja yang bisa digunakan wartawan lingkungan hidup

adalah bersifat objektif .(Abrar, 1994, hlm. 134)

Page 16: BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGe-journal.uajy.ac.id/9452/2/1KOM04422.pdf... serta dampak lingkungan yang muncul ... Memberikan sumbangan mengenai jurnalisme lingkungan hidup

16

Saat mengumpulkan data wartawan senantiasa berpegang kepada sikap jujur

(mengumpulkan fakta yang mendukung pemberitaan secara seimbang dari berbagai

pihak) dan selalu mencatat siapa saja narasumbernya (meskipun dalam pemberitaan

sering tidak disebutkan identitas narasumber, namun namanya ada dalam saku

wartawan) kriteria layak berita standar seperti mengandung unsur penting, besar, aktual,

dekat, terkenal dan manusiawi tetap menjadi pegangan wartawan. (Abrar, 1993, hlm .61-

62)

Berita lingkungan yang terjadi tidak sepenuhnya hanya faktor lingkungan

saja, namun terkadang ada faktor lain yang menyebabkan terjadinya kerusakan

lingkungan tersebut. Wartawan tidak akan terpaku hanya pada satu sumber

informasi saat meliput berita lingkungan.

Sisi etika dan profesionalisme jurnalistik, jurnalisme lingkungan tidaklah

berbeda dari jurnalisme pada umumnya. Jurnalisme lingkungan hidup

diharuskan bertolak dari disiplin verifikasi guna menyampaikan fakta secara

akurat, apa adanya, tidak ditambah-tambah dan tidak dikurangi. (Sudibyo,

2014, hlm. 126)

Pers berfungsi menyampaikan informasi kepada masyarakat. Lebih

penting daripada itu, pers mempunyai tanggung jawab kepada masyarakat

untuk turut serta menjadi edukator sekaligus pengawas. Kedua fungsi pers

tersebut dapat diterapkan dalam jurnalisme lingkungan.

Jurnalis dan media massa memiliki tiga misi utama dalam bidang

lingkungan hidup, yaitu (Astraatmaja, 1994, hlm. 22) :

1. Menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap masalah-masalah

lingkungan.

Page 17: BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGe-journal.uajy.ac.id/9452/2/1KOM04422.pdf... serta dampak lingkungan yang muncul ... Memberikan sumbangan mengenai jurnalisme lingkungan hidup

17

2. Media massa adalah wahana pendidikan untuk masyarakat dalam

menyadari perannya dalam mengelola lingkungan.

3. Pers mempunyai hak mengoreksi dan mengontrol dalam masalah

pengelolaan lingkungan hidup.

Berita lingkungan memuat informasi-informasi mengenai lingkungan

secara lengkap. Kelengkapan informasi tersebut dilihat dari standart

kelengkapan sebuah berita pada umumnya yang meliputi ”what, where, when,

who, why dan how”. (Abrar, 1994, hlm. 72)

Pemahaman mengenai ekologi menjadi titik awal bagi media dan jurnalis

untuk menerapkan jurnalisme lingkungan. Konteks ekologi itu sendiri yang

nantinya akan menjadi muatan penting di dalam sebuah berita lingkungan.

Bagi dunia jurnalisme konteks ekologi memudahkan jurnalis mengetahui

perbuatan manusia, yang menimbulkan masalah lingkungan hidup beserta

dengan proses melaluinya. (Abrar, 1994, hlm. 78)

Oleh sebab itu wartawan lingkungan hidup dituntut untuk melakukan

kinerja profesional dalam menyajikan berita lingkungan. Termasuk di

dalamnya pemilihan narasumber dalam sebuah berita. Media perlu

mengembangkan jaringan narasumber guna mengupas isu lingkungan hidup

kedalam sebuah berita (Astraatmaja, dkk, 1996 : 58) antara lain :

a. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), baik lokal, nasional dan

internasional yang pro lingkungan hidup. LSM memiliki jaringan yang kuat

berupa informasi dan akses kepada masyarakat, advokasi, dan konfirmasi

yang terpercaya dalam mengahadapi masalah lingkungan.

Page 18: BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGe-journal.uajy.ac.id/9452/2/1KOM04422.pdf... serta dampak lingkungan yang muncul ... Memberikan sumbangan mengenai jurnalisme lingkungan hidup

18

b. Lembaga Pemerintahan, baik di tingkat daerah, tingkat nasional, maupun

lembaga pemerintahan yang spesifik seperti Badan Pengendali Dampak

Lingkungan (Bapedal), LBN (Lembaga Biologi Nasional), dan sebagainya.

c. Lembaga Internasional seperti UNEP, World Bank, UNDP, UNESCO, dan

sebagainya yang berperan dalam masalah lingkungan.

d. Pusat Studi Lingkungan (PSL) yang berada di perguruan tinggi. PSL ini

berada dalam lingkungan akademisi yang menyikapi masalah lingkungan

hidup.

Berita lingkungan yang baik adalah berita yang tidak hanya menyajikan

efek sebuah realitas lingkungan hidup terhadap alam, tetapi juga kaitannya

dengan aspek politik, sosial dan ekonomi. Dalam mengusahakan hal tersebut,

pedoman kerja yang biasa dipakai wartawan lingkungan hidup adalah bersifat

objektif (Abrar, 1994 : 134)

F. METODOLOGI PENELITIAN

F.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk mengekplorasi

dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang

dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Penulis akan

melakukan analisis yang bertujuan untuk melihat pemahaman bagaimana

Mongabay.co.id menerapkan praktek jurnalisme lingkungan. Khususnya

pemberitaan pembangunan pabrik semen di kawasan Pegunungan Kendeng

Rembang di periode Febuari-Agustus 2014. Dalam penelitian ini, penulis akan

menggunakan level teks yang terdiri dari berita-berita Mongabay.co.id, dibantu

Page 19: BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGe-journal.uajy.ac.id/9452/2/1KOM04422.pdf... serta dampak lingkungan yang muncul ... Memberikan sumbangan mengenai jurnalisme lingkungan hidup

19

dengan buku, serta berita dari media lain untuk mendapatkan jawaban

penelitian. Kemudian, melakukan wawancara dengan wartawan yang

menuliskan berita dari Mongabay.co.id.

F.2 Subjek dan Objek Penelitian

F.2.1 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah Mongabay.co,id dan redaksinya, terutama

pihak yang berkaitan dengan pemberitaan pembangunan pabrik semen di

kawasan Pegunungan Kendeng Rembang. Peneliti memilih Tommy Apriando

dan Sapriah Saturi, karena mereka berdua adalah wartawan dan redaktur yang

menulis dan menyunting pemberitaan mengenai pembangunan pabrik semen.

Sehingga terlibat langsung dengan berita yang diteliti.

F.2.2 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah teks berita mengenai kasus pemberitaan

pembangunan pabrik semen di kawasan Pegunungan Kendeng Rembang

selama periode Febuari-Agustus 2014. Alasan peneliti memilih time frame

tersebut karena pada saat itu, hanya Mongabay.co.id yang memberitakan

secara gencar pemberitaan pembangunan pabrik semen di kawasan

Pegunungan Kendeng Rembang.

Tabel 1. 1 Judul Artikel Mongabay.co.id

No Judul Artikel Edisi Terbit

1 Pendirian Pabrik Semen Akan Musnahkan

Sumber Air Rakyat di Pegunungan Kendeng.

4 Februari 2014

2 Ancam Ekologi, Masyarakat Tolak Pabrik

Semen di Pegunungan Kendeng.

21 Februari 2014

Page 20: BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGe-journal.uajy.ac.id/9452/2/1KOM04422.pdf... serta dampak lingkungan yang muncul ... Memberikan sumbangan mengenai jurnalisme lingkungan hidup

20

3 Apa Yang Hilang Jika Pegunungan Kendeng di

Tambang?

28 Februari 2014

4 Para Perempuan Tolak Pabrik Semen Bertahan

di Tenda, Gubernur Janji Fasilitasi.

18 Juni 2014

5 Kala Solidaritas Tolak Semen Rembang Terus

Mengalir.

22 Juni 2014

6 Soal Amdal Tambang Semen di Rembang, Ini

Kata Pakar Hukum Lingkungan

8 Agustus 2014

7 PBNU Desak Pemda Hentikan Operasi Tambang

di Rembang.

16 Agustus 2014

8 Risiko Bencana PT Semen Indonesia

Mengancam Warga dan Alam di Rembang

26 Agustus 2014

F.3 Metode Penelitian

F.3.1 Jenis Data Penelitian

F.3.1.1 Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber pertama atau

tangan pertama. Sumber dari data ini bisa dari responden atau subjek penelitian,

dari hasil kuisioner, wawancara, dan observasi. (Moleong, 2007 : 43).

Data primer dalam penelitian ini adalah teks berita di Mongabay.co.id

mengenai pembangunan pabrik semen di Kawasan Pegunungan Kendeng dan

wawancara dengan subjek penelitian. Wawancara dilakukan secara langsung

dengan redaktur dan wartawan terkait penulisan pemberitaan mengenai

pembangunan pabrik semen, Sapariah Saturi dan Tommy Apriando.

F.3.1.2 Data Sekunder

Page 21: BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGe-journal.uajy.ac.id/9452/2/1KOM04422.pdf... serta dampak lingkungan yang muncul ... Memberikan sumbangan mengenai jurnalisme lingkungan hidup

21

Data sekunder diperoleh dari penelitian skripsi sejenis dan company

profile Mongabay.co.id. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber

kedua atau sumber sekunder. (Moleong, 2007 : 44).

F.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan analisis kualitatif.

Melalui analisis kualitatif peneliti akan melakukan riset pada isi atau pesan teks

berita secara lebih mendalam dan menghubungkannya dengan konteks sosial

yang terjadi pada saat pesan dibuat (Kriyantono, 2007 : 34). Hal ini diperlukan

untuk mengetahui bagaimana pembingkaian suatu berita tidak bisa hanya dilihat

sebagai teks berita saju namun hasil kerja dari institusi media.

Teknik pengumpulan data pada penilitian ini bersifat multilevel. Pertama

pengumpulan data pada level teks media yang dapat dilakukan dengan cara

observasi atau pengamatan. Teknik pengumpulan data yang kedua adalah

pengumpulan data melalui manajemen redaksional atau proses produksi berita

pada institutional level. Untuk mendapatkan data yang diperlukan, peneliti akan

melakukan wawancara yang terstruktur dengan individu pembuat berita, dalam

level ini adalah wartawan ataupun redaktur.

F.4.1 Level Teks

Pada tahapan level teks, yang akan dilakukan oleh peneliti adalah meneliti

dan menganalisa berita pada teks media. Data yang akan dianalisis dan diteliti

adalah berita-berita mengenai pembangunan pabrik semen Indonesia di kawasan

pegunungan kendeng Rembang pada periode Februari-Agustus 2014.

Page 22: BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGe-journal.uajy.ac.id/9452/2/1KOM04422.pdf... serta dampak lingkungan yang muncul ... Memberikan sumbangan mengenai jurnalisme lingkungan hidup

22

Analisis ini berguna untuk melihat berita sebagai produk orang-orang di

belakang media, bagaimana posisi berita, bagaimana sikap redaksional yang

tercermin di dalam berita, bagaimana frame Mongabay.co.id dalam

memberitakan kasus kerusakan likungan terkait kasus pembanguan pabrik

semen di kawasan pegunungan kendeng Rembang. Analisis pada level teks akan

dibantu dengan sejumlah literatur, buku, maupun sumber yang berkaitan dengan

tema pemberitaan.

F.4.2 Level Konteks

Level yang kedua adalah level konteks, pada level ini penulis menggali

informasi yang berkaitan dengan pemberitaan ini dengan melakukan wawancara

kepada bagian redaksi Mongabay.co.id. Wawancara difokuskan terhadap

wartawan yang terkait kasus pembangunan pabrik semen di kawasan

pegunungan Kendeng Rembang. Wawancara diharapkan mampu menjawab

pertanyaan dan hasil yang didapatkan dari level teks.

Penulis mewawancari wartawan Mongabay.com yang menuliskan

pemberitaan mengenai pembangunan pabrik semen tersebut. Pertanyaan yang

penulis tanyakan adalah seputar profil media tersebut, struktur organisasi dan

kinerja organisasi, kewajiban dan wewenang pekerja media khususnya

wartawan. Bagian yang terpenting adalah penerapan etika jurnalisme

lingkungan dalam pemberitaan pembangunan pabrik semen di kawasan

pegunungan Kendeng Rembang.

F.5 Teknik Analisis Data

Page 23: BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGe-journal.uajy.ac.id/9452/2/1KOM04422.pdf... serta dampak lingkungan yang muncul ... Memberikan sumbangan mengenai jurnalisme lingkungan hidup

23

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis framing. Analisis

framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara

pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi dan menulis berita

(Eriyanto, 2005 : 68). Analisis framing digunakan untuk membedah ideologi

media massa dalam mengkonstruksi realitas. Berita yang dihasilkan oleh media

bukanlah sekedar teks, namun merupakan hasil konstruksi realitas media

tersebut. Peristiwa-peristiwa ditampilkan dalam pemberitaan agar tampak

menonjol dan menarik perhatian khalayak pembaca. (Eriyanto, 2005, hlm.68)

Analisis framing tepat untuk digunakan sebagai perangkat analisis teks

dalam penelitian, karena framing yang semula dipahami hanya sebagai teknik

analisis isi, sekarang telah berkembang. Analisis framing juga digunakan untuk

melihat bagaimana kecenderungan media mengkonstruksi dan membingkai

pesan. (Eriyanto, 2005, hlm.291)

Lewat frame jurnalis mengemas peristiwa yang kompleks itu menjadi

peristiwa yang dapat dipahami, dengan perspektif tertentu dan lebih menarik

perhatian khalayak. Ada dua aspek penting dalam framing (Eriyanto, 2005,

hlm.69-70), antara lain:

1. Pemilihan Fakta

Proses pemilihan fakta ini didasarkan pada asumsi, wartawan tidak mungkin

melihat peristiwa tanpa prespektif. Dalam memilih fakta ini selalu

terkandung dua kemungkinan yaitu apa yang dipilih dan apa yang akan

dibuang. Penekanan aspek tertentu dilakukan dengan memilih angle tertentu,

memilih fakta tertentu dan melupakan fakta yang lain, memberitakan aspek

Page 24: BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGe-journal.uajy.ac.id/9452/2/1KOM04422.pdf... serta dampak lingkungan yang muncul ... Memberikan sumbangan mengenai jurnalisme lingkungan hidup

24

tertentu dan melupakan aspek lainnya. Pada intinya adalah peristiwa dilihat

dari sisi tertentu.

Akibatnya adalah pemahaman dan konstruksi atas suatu peristiwa bisa jadi

berbeda antara satu media dengan media yang lainnya. Media yang

menekankan aspek tertentu, memilih fakta tertentu akan menghasilkan berita

yang bisa jadi berbeda jika media menekankan aspek atau peristiwa yang

lain.

2. Menuliskan Fakta

Proses menuliskan fakta berhubungan dengan bagaimana fakta yang dipilih

disajikan kepada khalayak. Gagasan itu diungkapkan dengan kata, kalimat

dan proposisi apa, dengan bantuan aksentuasi foto dan gambar apa, dan

sebagainya. Bagaimana fakta yang sudah dipilih tersebut ditekankan dengan

pemakaian seperangkat tertentu. Penempatan yang mencolok (menempatkan

di headline depan atau bagian belakang), pengulangan, pemakaian grafis

untuk mendukung dan memperkuat penonjolan, pemakaian kata yang

mencolok, gambar dan sebagainya.

Elemen menulis fakta ini berhubungan dengan penonjolan realitas.

Pemakaian kata, kalimat atau foto itu merupakan implikasi dari memilih

aspek tertentu dari realitas. Realitas yang disajikan secara menonjol atau

mencolok, mempunyai kemungkinan lebih besar untuk diperhatikan dan

mempengaruhi khalayak dalam memahami suatu realitas.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model framing Robert N.

Entman. Penonjolan adalah proses membuat informasi menjadi lebih bermakna,

Page 25: BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGe-journal.uajy.ac.id/9452/2/1KOM04422.pdf... serta dampak lingkungan yang muncul ... Memberikan sumbangan mengenai jurnalisme lingkungan hidup

25

lebih menarik, berarti, atau lebih dingat oleh khalayak (Entman, 2005: 53).

Dalam konsep Entman, framing pada dasarnya merujuk pada pemberian

definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk

menekankan kerangka berfikir tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan.

Tabel 1.2 Konsep Framing Entman

Define Problem

(Pendefinisian Masalah)

Bagaimana suatu peristiwa / isu dilihat?

Sebagai apa? Atau sebagai masalah apa?

Diagnose Cause

(Memperkirakan masalah

atau sumber masalah)

Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh apa? Apa

yang dianggap sebagai penyebab dari suatu

masalah? Siapa (aktor) yang dianggap sebagai

penyebab masalah?

Make moral judgement

(Membuat Keputusan

Moral)

Nilai moral apa yang disajikan untuk

menjelaskan masalah? Nilai moral apa yang

dipakai untuk melegetimasi atau

mendelegitimasi suatu tindakan?

Treatment

Recommendation

(Menekankan

Penyelesaian)

Penyelesaian apa yang ditawarkan untuk

mengatasi masalah/isu? Jalan apa yang

ditawarkan dan harus ditempuh untuk

mengatasi masalah?

Konsepsi mengenai framing dari Entman tersebut menggambarkan secara

luas bagaimana peristiwa dimaknai dan ditandakan oleh wartawan (Eriyanto,

2005, hlm. 189-191) :

1. Define Problem (Pendefinisian Masalah)

2. Diagnose Cause (Memikirkan Penyebab Masalah)

3. Make Moral Judgement (Membuat Keputusan Moral)

4. Treatment Recommendation ( Menekankan Penyelesaian)

Frame berita timbul dalam dua level. Pertama, konsepsi mental yang

digunakan untuk memproses informasi dan sebagai karakteristik dari teks

Page 26: BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGe-journal.uajy.ac.id/9452/2/1KOM04422.pdf... serta dampak lingkungan yang muncul ... Memberikan sumbangan mengenai jurnalisme lingkungan hidup

26

berita. Kedua, perangkat spesifik dari narasi berita yang dipakai untuk

membangun pengertian mengenai peristiwa.