pdf xpansion - the perfect pdf technology of soft...

29
i

Upload: others

Post on 02-Feb-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PDF Xpansion - the perfect PDF technology of soft Xpansionfrdaus/PenelusuranInformasi/tugas2/data/Laporan-Manajemen...- Makalah-makalah - Foto Kegiatan . 1 A. LATAR BELAKANG Propinsi

i

Page 2: PDF Xpansion - the perfect PDF technology of soft Xpansionfrdaus/PenelusuranInformasi/tugas2/data/Laporan-Manajemen...- Makalah-makalah - Foto Kegiatan . 1 A. LATAR BELAKANG Propinsi

ii

KATA PENGANTAR

Belum optimalnya kualitas penyelenggaraan penanggulangan bencana

baik sebelum (pra bencana), pada saat (tanggap darurat bencana) maupun

sesudah terjadinya bencana (pasca bencana) yang disebabkan antara lain oleh

kurangnya kapasitas masyarakat dan aparatur, sarana prasarana serta upaya

pencegahan dan kesiapsiagaan. Selain itu Negara mempunyai kewajiban untuk

melakukan perlindungan, keselamatan dan pelayanan kebutuhan dasar

warganya. Undang-undang Nomor 24/2007 tentang Penanggulangan Bencana

menyatakan bahwa pemerintah daerah memiliki tanggungjawab untuk

menyelenggarakan penanggulangan bencana yang terencana, terkoordinasi

dan menyeluruh.

Menilik persoalan di atas maka Dewan Riset Daerah Jawa Tengah

menyusun sebuah laporan atas hasil Roundtable Discussion dengan tema

“Manajemen Penanganan Bencana Di Jawa Tengah” yang telah dilaksanakan

pada tanggal 15 September 2011. Laporan ini memuat hasil pemaparan materi

dari narasumber dan diskusi aktif pembahas/peserta. Oleh karenanya laporan

ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan bagi pemangku kebijakan

terkait dengan “policy” yang bersifat komperehensif berkaitan dengan

penanganan pasca bencana khususnya di Provinsi Jawa Tengah.

Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada para narasumber, Dewan

Riset Daerah Jawa Tengah, juga kepada semua pihak-pihak yang telah

membantu hingga terselenggaranya acara ini.

Semarang, September 2011

Penyunting

Dr. Ir. Saratri Wilonoyudho, MSi

Antono Herry Purnomo Adhi, SE, Msi

Page 3: PDF Xpansion - the perfect PDF technology of soft Xpansionfrdaus/PenelusuranInformasi/tugas2/data/Laporan-Manajemen...- Makalah-makalah - Foto Kegiatan . 1 A. LATAR BELAKANG Propinsi

iii

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ................................................................................................. i

Kata Pengantar ................................................................................................ ii

Daftar Isi .......................................................................................................... iii

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. Maksud dan Tujuan .................................................................................. 2

C. Narasumber .............................................................................................. 3

D. Upaya Pemerintah Dalam Penanganan Bencana ................................... 3

E. Simpulan ................................................................................................... 12

F. Rekomendasi ............................................................................................ 21

Lampiran:

- Makalah-makalah

- Foto Kegiatan

Page 4: PDF Xpansion - the perfect PDF technology of soft Xpansionfrdaus/PenelusuranInformasi/tugas2/data/Laporan-Manajemen...- Makalah-makalah - Foto Kegiatan . 1 A. LATAR BELAKANG Propinsi

1

A. LATAR BELAKANG

Propinsi Jawa Tengah merupakan salah satu wilayah Republik Indonesia

yang menyimpan potensi bencana alam yang beragam, diantaranya banjir,

tanah longsor, angin topan, letusan gunung api, dan tsunami. Potensi bencana

tersebut bisa muncul sesuai letak geografis masing-masing kabupaten dan

kota dan sewaktu-waktu bisa mengancam keselamatan masyarakat Jawa

Tengah, sehingga penerapan manajemen bencana sangat perlu dipersiapkan.

Manajemen bencana merupakan serangkaian proses aktivitas terpadu

yang menanggapi eksistensi dan potensi bencana, meliputi pemahaman pada

bencana, penyebab dan dampak bencana, dan penyusunan rencana

manajemen bencana yang efektif. Proses tersebut membutuhkan identifikasi

dan pendekatan-pendekatan strategis yang secara efektif bisa mengurangi

dampak dari suatu bencana. Identifikasi atas kemungkinan terjadinya bencana

primer, kemungkinan adanya bencana sekunder, dan identifikasi potensi

daerah terdampak mutlak dilakukan, karena proses ini mengenali

kemungkinan adanya bencana potensial yang mengancam kehidupan

masyarakat. Deteksi dini potensi bencana ini memberikan implikasi bahwa

bencana bisa diprediksi dan setiap risiko bisa diminimalisir.

Dalam manajemen bencana, menyiapkan susunan rencana manajemen

bencana yang efektif juga mutlak dilakukan. Penyusunan rencana yang baik

akan mempermudah pencapaian target dan pengurangan risiko bencana bagi

masyarakat. Penyusunan rencana yang baik juga menunjukkan kesiapan

pemerintah dalam menghadapi kemungkinan terjadinya bencana dan

penanganan risiko pasca terjadinya bencana.

Negara mempunyai kewajiban untuk melakukan perlindungan,

keselamatan dan pelayanan kebutuhan dasar warganya. Undang-undang

Nomor 24/2007 tentang Penanggulangan Bencana menyatakan bahwa

pemerintah daerah memiliki tanggungjawab untuk menyelenggarakan

penanggulangan bencana yang terencana, terkoordinasi dan menyeluruh.

Page 5: PDF Xpansion - the perfect PDF technology of soft Xpansionfrdaus/PenelusuranInformasi/tugas2/data/Laporan-Manajemen...- Makalah-makalah - Foto Kegiatan . 1 A. LATAR BELAKANG Propinsi

2

Kualitas penanggulangan bencana dilakukan oleh pemerintah melalui

beberapa upaya, antara lain:

1. Menurunkan ancaman;

2. Menurunkan kerentanan;

3. Meningkatkan kapasitas masyarakat dan aparatur.

Guna menjalankan fungsi pemerintah, maka sesuai RPJM Provinsi Jateng

2008-2013 telah disusun Program Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana,

dengan target dan indikator capaian sebagai berikut :

1. Meningkatnya kemampuan masyarakat dan aparatur dalam

melakukan upaya pencegahan, kesiapsiagaan dan pengurangan risiko

bencana;

2. Meningkatnya penyelamatan dan evakuasi terhadap korban bencana,

penanganan pengungsi dan pemulihan sarana prasarana vital untuk

aktifitas masyarakat;

3. Meningkatnya kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana

melalui perbaikan;

4. Meningkatnya kualitas dan kuantitas sarana, perlatan dan logistik

bencana.

B. MAKSUD DAN TUJUAN

Menanggapi urgensi persiapan dan penerapan manajemen bencana,

diskusi ini menjadi forum bagi para pakar, praktisi, dan pengambil keputusan

untuk berdialog dan mengemukakan pandangan terkait dengan :

1. Ancaman dan potensi bencana serta upaya kesiapsiagaan di

lingkungan Pemerintah Propinsi Jawa Tengah.

2. Pemulihan ekonomi pasca bencana yang berbasis pada klaster.

3. Sistem informasi manajemen kebencanaan.

Page 6: PDF Xpansion - the perfect PDF technology of soft Xpansionfrdaus/PenelusuranInformasi/tugas2/data/Laporan-Manajemen...- Makalah-makalah - Foto Kegiatan . 1 A. LATAR BELAKANG Propinsi

3

4. Manajemen bencana berbasis kemasyarakatan dan tanggapan peran

gender.

5. Rencana aksi pemulihan pasca-bencana.

C. NARASUMBER

Narasumber dalam kegiatan ini adalah :

1. Sarwa Pramana, S.H., M.Si., Kepala Sekretariat Badan

Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Jawa Tengah dengan

materi “Ancaman dan Potensi Bencana yang Ada di Jawa Tengah

serta Mitigasi dan Kesiapsiagaan yang Telah Dilakukan”.

2. Bayu Wijayanto, S.E., M.E., Center for Micro anda Small Enterprise

Dynamics (CEMSED) Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

dengan materi “Rencana Aksi Program Pembangunan Ekonomi

Masyarakat di Wilayah Rawan/Terdampak Bencana”.

3. Dr. Projo Danoedoro, M.Sc., Direktur PUSPICS, Fakultas Geografi

UGM) dengan materi “Sistem Informasi Manajemen Kebencanaan

BPBD”.

4. Koordinator Tim MRR-DR4-UNDP dengan materi “Proses dan

beberapa titik kritis Pemulihan Pasca-erupsi Merapi”.

5. Indra Kertati (LPPSP Semarang) dengan materi “Peran Masyarakat

dalam Pencegahan dan Penanganan Bencana Daerah”.

D. UPAYA PEMERINTAH DALAM PENANGANAN BENCANA

Menanggapi eksistensi dan potensi bencana yang sering terjadi di

Indonesia, pemerintah mengeluarkan Undang-undang No. 24 Tahun 2007

tentang Penanggulangan Bencana. Undang-undang tersebut menyatakan

bahwa kelembagaan penanggulangan bencana tersusun atas :

Page 7: PDF Xpansion - the perfect PDF technology of soft Xpansionfrdaus/PenelusuranInformasi/tugas2/data/Laporan-Manajemen...- Makalah-makalah - Foto Kegiatan . 1 A. LATAR BELAKANG Propinsi

4

1. Badan Nasional Penanggulangan Bencana

a. Badan Nasional Penanggulangan Bencana merupakan Lembaga

Pemerintah Nondepartemen setingkat menteri.

b. Badan Nasional Penanggulangan Bencana mempunyai tugas:

- memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha

penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan

bencana, penanganan tanggap darurat, rehabilitasi, dan

rekonstruksi secara adil dan setara;

- menetapkan standardisasi dan kebutuhan penyelenggaraan

penanggulangan bencana berdasarkan Peraturan Perundang-

undangan;

- menyampaikan informasi kegiatan kepada masyarakat;

- melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana

kepada Presiden setiap sebulan sekali dalam kondisi normal

dan pada setiap saat dalam kondisi darurat bencana;

- menggunakan dan mempertanggungjawabkan sumbangan

/bantuan nasional dan internasional;

- mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang

diterima dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

- melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan Peraturan

Perundang-undangan;

- menyusun pedoman pembentukan Badan Penanggulangan

Bencana Daerah.

c. Badan Nasional Penanggulangan Bencana mempunyai fungsi

meliputi:

- perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan

bencana dan penanganan pengungsi dengan bertindak cepat

dan tepat serta efektif dan efisien;

Page 8: PDF Xpansion - the perfect PDF technology of soft Xpansionfrdaus/PenelusuranInformasi/tugas2/data/Laporan-Manajemen...- Makalah-makalah - Foto Kegiatan . 1 A. LATAR BELAKANG Propinsi

5

- pengoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan

bencana secara terencana, terpadu, dan menyeluruh.

2. Badan Penanggulangan Bencana Daerah

a. Badan Penanggulangan Bencana Daerah terdiri atas:

- badan pada tingkat provinsi dipimpin oleh seorang pejabat

setingkat di bawah gubernur atau setingkat eselon Ib;

- badan pada tingkat kabupaten/kota dipimpin oleh seorang

pejabat setingkat di bawah bupati/walikota atau setingkat

eselon IIa.

b. Badan Penanggulangan Bencana Daerah mempunyai fungsi :

- perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan

bencana dan penanganan pengungsi dengan bertindak cepat

dan tepat, efektif dan efisien;

- pengoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan

bencana secara terencana, terpadu, dan menyeluruh.

c. Badan Penanggulangan Bencana Daerah mempunyai tugas :

- menetapkan pedoman dan pengarahan sesuai dengan

kebijakan pemerintah daerah dan Badan Nasional

Penanggulangan Bencana terhadap usaha penanggulangan

bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan

darurat, rehabilitasi, serta rekonstruksi secara adil dan setara;

- menetapkan standardisasi serta kebutuhan penyelenggaraan

penanggulangan bencana berdasarkan Peraturan Perundang-

undangan;

- menyusun, menetapkan, dan menginformasikan peta rawan

bencana;

- menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanganan

bencana;

Page 9: PDF Xpansion - the perfect PDF technology of soft Xpansionfrdaus/PenelusuranInformasi/tugas2/data/Laporan-Manajemen...- Makalah-makalah - Foto Kegiatan . 1 A. LATAR BELAKANG Propinsi

6

- melaksanakan penyelenggaraan penanggulangan bencana

pada wilayahnya;

- melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana

kepada kepala daerah setiap sebulan sekali dalam kondisi

normal dan setiap saat dalam kondisi darurat bencana;

- mengendalikan pengumpulan dan penyaluran uang dan

barang;

- mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang

diterima dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

- melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan Peraturan

Perundang-undangan.

Berdasarkan Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tersebut,

penyelenggaraan penanggulangan bencana dilakukan pada 3 kondisi, yaitu :

1. Pra-bencana

a. Situasi tidak ada bencana

- Perencanaan penanggulangan bencana

- Pengurangan Risiko Bencana

upaya mengurangi dampak buruk yang mungkin timbul,

terutama dilakukan dalam situasi sedang tidak terjadi bencana

- Pencegahan

- Pemaduan dalam perencanaan pembangunan

- Persyaratan analisis risiko bencana

- Pelaksanaan dan penegakan tata ruang

- Pendidikan dan pelatihan

- Persyaratan standar teknis penanggulangan bencana

b. Situasi terdapat potensi bencana

- Mitigasi

- Peringatan Dini

Page 10: PDF Xpansion - the perfect PDF technology of soft Xpansionfrdaus/PenelusuranInformasi/tugas2/data/Laporan-Manajemen...- Makalah-makalah - Foto Kegiatan . 1 A. LATAR BELAKANG Propinsi

7

- Kesiapsiagaan

- Rencana Kontijensi

2. Saat tanggap darurat

a. pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan,

dan sumber daya;

b. penentuan status keadaan darurat bencana;

c. penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana;

d. pemenuhan kebutuhan dasar;

e. perlindungan terhadap kelompok rentan;

f. pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.

3. Pasca bencana

a. Rehabilitasi

- perbaikan lingkungan daerah bencana;

- perbaikan prasarana dan sarana umum;

- pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat;

- pemulihan sosial psikologis;

- pelayanan kesehatan;

- rekonsiliasi dan resolusi konflik;

- pemulihan sosial ekonomi budaya;

- pemulihan keamanan dan ketertiban;

- pemulihan fungsi pemerintahan;

- pemulihan fungsi pelayanan publik.

b. Rekonstruksi

- pembangunan kembali prasarana dan sarana;

- pembangunan kembali sarana sosial masyarakat;

- pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat;

- penerapan rancang bangun yang tepat dan

penggunaanperalatan yang lebih baik dan tahan bencana;

Page 11: PDF Xpansion - the perfect PDF technology of soft Xpansionfrdaus/PenelusuranInformasi/tugas2/data/Laporan-Manajemen...- Makalah-makalah - Foto Kegiatan . 1 A. LATAR BELAKANG Propinsi

8

- partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi

kemasyarakatan, dunia usaha, dan masyarakat;

- peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya;

- peningkatan fungsi pelayanan publik;

- peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah membagi

koordinasi dengan pembagian wilayah berdasarkan pendekatan eks-

karesidenan :

1. BAKORWIL I : Eks Karesidenan Pati dan Semarang

a. Eks Karesidenan Pati

- Kabupaten Pati

- Kabupaten Kudus

- Kabupaten Jepara

- Kabupaten Rembang

- Kabupaten Blora

b. Eks Karesidenan Semarang

- Kota Semarang

- Kabupaten Semarang

- Kabupaten Grobogan

- Kabupaten Demak

- Kabupaten Kendal

- Kota Salatiga

2. BAKORWIL II : Eks Karesidenan Surakarta dan Kedu

a. Eks Karesidenan Surakarta

- Kota Surakarta

- Kabupaten Boyolali

- Kabupaten Klaten

- Kabupaten Sukoharjo

Page 12: PDF Xpansion - the perfect PDF technology of soft Xpansionfrdaus/PenelusuranInformasi/tugas2/data/Laporan-Manajemen...- Makalah-makalah - Foto Kegiatan . 1 A. LATAR BELAKANG Propinsi

9

- Kabupaten Wonogiri

- Kabupaten Karanganyar

- Kabupaten Sragen

b. Eks Karesidenan Kedu

- Kabupaten Magelang

- Kota Magelang

- Kabupaten Temanggung

- Kabupaten Wonosobo

- Kabupaten Kebumen

- Kabupaten Purworejo

3. BAKORWIL III : Eks Karesidenan Banyumas dan Pekalongan

a. Eks Karesidenan Banyumas

- Kabupaten Banyumas

- Kabupaten Purbalingga

- Kabupaten Banjarnegara

b. Eks Karesidenan Pekalongan

- Kabupaten Pekalongan

- Kota Pekalongan

- Kabupaten Batang

- Kabupaten Pemalang

- Kota Tegal

- Kabupaten Tegal

- Kabupaten Brebes

Kelembagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa

Tengah terbentuk 31 BPBD Kabupaten/Kota se Jawa Tengah, dengan rincian 11

BPBD dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah dan 20 BPBD dibentuk

berdasarkan Peraturan Bupati/Walikota.

Page 13: PDF Xpansion - the perfect PDF technology of soft Xpansionfrdaus/PenelusuranInformasi/tugas2/data/Laporan-Manajemen...- Makalah-makalah - Foto Kegiatan . 1 A. LATAR BELAKANG Propinsi

10

Terdapat 4 (empat) Kota yang belum/tidak membentuk BPBD yaitu Kota

Surakarta, Kota Salatiga, Kota Pekalongan dan Kota Magelang, dengan alasan

bahwa Urusan Penanggulangan Bencana melekat pada Dinas

Kesbangpolinmas.

Kegiatan penanggulangan bencana di Badan Penanggulangan Bencana

Daerah (BPBD) Jawa Tengah antara lain sebagai berikut :

1. Pra Bencana

a. Penyusunan Peta Risiko Bencana

b. Pengembangan Desa Siaga Bencana

c. Pengembangan Budaya Sadar Bencana

d. Gladi Manajemen Bencana

e. Penyediaan Logistik dan Peralatan

2. Antisipasi Saat Bencana

a. POSKO SIAGA

b. Bintek SAR dan Latihan Gabungan

c. Simulasi Penanganan Darurat Bagi masyarakat dan Pelajar

d. Pedoman Penanggulangan Bencana

3. Pasca Bencana

a. Fasilitasi Rehabilitasi pasca bencana

b. Fasilitasi Rekonstruksi pasca bencana

c. Pelatihan Damaged and Losses Assesment

d. Fasilitasi Pembangunan Infrastruktur pasca bencana

Upaya pengurangan risiko bencana Jawa Tengah yang telah dilakukan

antara lain :

1. Pengenalan dan pemantauan risiko bencana.

2. Perencanaan partisipatif penanggulangan bencana.

3. Pengembangan budaya sadar bencana.

4. Peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulangan bencana.

Page 14: PDF Xpansion - the perfect PDF technology of soft Xpansionfrdaus/PenelusuranInformasi/tugas2/data/Laporan-Manajemen...- Makalah-makalah - Foto Kegiatan . 1 A. LATAR BELAKANG Propinsi

11

5. Penerapan upaya fisik dan pengaturan penanggulangan bencana.

6. Identifikasi dan pengenalan terhadap sumber bahaya atau ancaman

bahaya.

7. Pemantauan terhadap :

a. Penguasaan dan pengelolaan sumber daya alam

b. Penggunaan teknologi tinggi

8. Pengawasan terhadap pelaksanaan tata ruang dan pengelolaan

lingkungan hidup.

9. Penguasaan ketahanan sosial masyarakat.

10. Meningkatkan kesiapsiagaan dalam mengantisipasi terhadap

terjadinya bencana.

Dari kegiatan pengurangan risiko bencana dan kesiapsiagaan menghadapi

bencana,

1. Telah tersusun peta risiko bencana banjir dan tanah longsor untuk 30

kabupaten/kota sejak tahun 2009-2011

2. Terbentuk 21 Desa Siaga bencana (banjir, tanah longsor, tsunami,

gunung berapi) sejak tahun 2009-2011

3. Terlaksana 6 kali Gladi Manajemen (dilaksanakan minimal 2 kali tiap

tahun) dengan melibatkan seluruh aparatur PB di Kab/Kota

4. Simulasi dan Gladi Lapang penanggulangan bencana untuk

masyarakat dan pelajar (± 4.000 orang)

5. Terlaksana 4 Bintek SAR dan 9 kali Latgab dengan melibatkan ± 2500

orang

6. Pengadaan Logistik dan peralatan bencana dalam rangka antisipasi

menghadapi bencana

7. Penyusunan Standard Operasional Prosedur (SOP) penanggulangan

bencana

Page 15: PDF Xpansion - the perfect PDF technology of soft Xpansionfrdaus/PenelusuranInformasi/tugas2/data/Laporan-Manajemen...- Makalah-makalah - Foto Kegiatan . 1 A. LATAR BELAKANG Propinsi

12

8. Sosialisasi Penanggulangan Bencana bagi masyarakat dan aparatur

setiap tahun

9. Menciptakan masyarakat tangguh bencana

E. SIMPULAN

Berdasarkan paparan para narasumber, dapat ditarik beberapa simpulan

diskusi sebagai berikut :

1. Pemetaan potensi bencana di Jawa Tengah

a. Jawa Tengah merupakan wilayah administrasi yang mempunyai

potensi bencana yang sewaktu-waktu bisa terjadi antara lain

banjir, tanah longsor, angin topan, letusan gunung berapi, dan

tsunami. Menurut data Badan Penanggulangan Bencana Daerah

(BPBD) Jawa Tengah, seluruh wilayah administrasi di Jawa

Tengah memiliki potensi bencana yang bervariasi sesuai dengan

karakteristik wilayah kabupaten/kota.

b. Banjir berpotensi terjadi di Kabupaten Brebes, Kota Tegal,

Kabupaten Tegal, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Cilacap,

Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Pemalang, Kabupaten

Pekalongan, Kota Pekalongan, Kabupaten Banjarnegara,

Kabupaten Kebumen, Kabupaten Purworejo, Kabupaten

Magelang, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Batang,

Kabupaten Kendal, Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Kota

Salatiga, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, Kabupaten

Sukoharjo, Kota Surakarta, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten

Karanganyar, Kabupaten Sragen, Kabupaten Grobogan,

Kabupaten Demak, Kabupaten Kudus, Kabupaten Jepara,

Kabupaten Pati, Kabupaten Rembang, dan Kabupaten Blora.

c. Tanah longsor berpotensi terjadi di Kabupaten Brebes,

Kabupaten Tegal, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Cilacap,

Page 16: PDF Xpansion - the perfect PDF technology of soft Xpansionfrdaus/PenelusuranInformasi/tugas2/data/Laporan-Manajemen...- Makalah-makalah - Foto Kegiatan . 1 A. LATAR BELAKANG Propinsi

13

Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten

Banjarnegara, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Batang,

Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Magelang, Kabupaten Kendal,

Kabupaten Klaten, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Sukoharjo,

Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen, Kabupaten

Grobogan, Kabupaten Kudus, Kabupaten Jepara, dan Kabupaten

Rembang.

d. Angin topan berpotensi terjadi di Kabupaten Tegal, Kabupaten

Banyumas, Kabupaten Cilacap, Kabupaten Purbalingga,

Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten

Kendal, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, Kabupaten

Wonogiri, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen,

Kabupaten Pati, Kabupaten Rembang, dan Kabupaten Blora.

e. Dampak letusan gunung api berpotensi melanda Kabupaten

Brebes, Kabupaten Tegal, Kabupaten Banyumas, Kabupaten

Purbalingga, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Magelang,

Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Klaten.

f. Bencana tsunami berpotensi terjadi di Kabupaten Cilacap,

Kabupaten Kebumen, Kabupaten Purworejo, dan Kabupaten

Wonogiri.

2. Rekapitulasi kejadian bencana Jawa Tengah mempunyai tren yang

meningkat setiap tahunan, baik dalam frekuensi kejadian dan

kerugian.

a. Angin topan pada tahun 2009 terjadi 44 kejadian dengan taksiran

kerugian Rp 2.000.000.000,00, pada tahun 2010 sebanyak 122

kejadian dengan taksiran kerugian sebesar Rp.

6.584.887.000.000,00 dan sampai 26 Agustus 2011 sudah terjadi

Page 17: PDF Xpansion - the perfect PDF technology of soft Xpansionfrdaus/PenelusuranInformasi/tugas2/data/Laporan-Manajemen...- Makalah-makalah - Foto Kegiatan . 1 A. LATAR BELAKANG Propinsi

14

72 kejadian dengan taksiran kerugian sebesar Rp

1.993.100.000,00.

b. Bencana banjir pada tahun 2009 terjadi sebanyak 45 kejadian

dengan taksiran kerugian sebesar Rp 14.000.000.000,00, pada

tahun 2010 terjadi sebanyak 115 kejadian dengan kerugian sebesar

Rp 63.042.050.000,00, dan sampai dengan 26 Agustus 2011 terjadi

71 kejadian dengan taksiran kerugian sebesar Rp

143.170.500.000,00.

c. Tanah longsor terjadi di Jawa Tengah pada tahun 2009 sebanyak

111 kejadian dengan taksiran kerugian sebesar Rp

14.000.000.000,00, pada tahun 2010 terjadi sebanyak 141 kejadian

dengan taksiran kerugian sebesar Rp 34.303.460.000,00, dan

sampai dengan 26 Agustus 2011 telah terjadi sebanyak 164

kejadian dengan taksiran kerugian sebesar Rp 8.451.110.000,00.

d. Gempa bumi terjadi pada tahun 2009 sebanyak 5 kejadian dengan

taksiran kerugian sebesar Rp 87.000.000.000,00, pada tahun

2010 terjadi sebanyak 1 kejadian dengan taksiran kerugian sebesar

Rp 95.000.000,00, dan sampai dengan 26 Agustus 2011 telah

terjadi 3 kejadian dengan taksiran kerugian sebesar Rp

3.000.000,00.

e. Bencana kebakaran terjadi pada tahun 2009 sebanyak 42 kejadian

dengan taksiran kerugian sebesar Rp 18.000.000.000,00, pada

tahun 2010 terjadi 73 kejadian dengan taksiran kerugian Rp

8.313.630.000,00, dan sampai 26 Agustus 2011 telah terjadi 162

kejadian dengan taksiran kerugian sebesar Rp 11.829.350.000,00.

f. Erupsi gunung api terjadi pada tahun 2010 sebanyak 1 kejadian

dengan taksiran kerugian sebesar Rp 479.326.000.000,00

g. Total kejadian bencana dan taksiran kerugian pada tahun 2009

terjadi 247 bencana dengan kerugian Rp 135.000.000.000,00,

Page 18: PDF Xpansion - the perfect PDF technology of soft Xpansionfrdaus/PenelusuranInformasi/tugas2/data/Laporan-Manajemen...- Makalah-makalah - Foto Kegiatan . 1 A. LATAR BELAKANG Propinsi

15

pada tahun 2010 terjadi 453 bencana dengan kerugian ditaksir Rp

591.663.900.000,00, dan sampai 26 Agustus 2011 sudah terjadi

474 bencana dengan kerugian ditaksir sebesar Rp

165.453.060.000,00.

3. Kelembagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Di Jawa Tengah telah dibentuk 31 BPBD Kabupaten/Kota se Jawa

Tengah, dengan rincian 11 BPBD dibentuk berdasarkan Peraturan

Daerah dan 20 BPBD dibentuk berdasarkan Peraturan Bupati

/Walikota. Masih terdapat 4 (empat) Kota yang belum/tidak

membentuk BPBD yaitu Kota Surakarta, Kota Salatiga, Kota

Pekalongan dan Kota Magelang, karena Urusan Penanggulangan

Bencana melekat pada Dinas Kesbangpolinmas.

4. Permasalahan yang dihadapi Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Kabupaten/Kota :

a. Masih terdapat BPBD yang belum mempunyai gedung

b. Peningkatan capacity building aparatur belum optimal.

c. Anggaran kebencanaan masih minim dan belum menjadi prioritas

yang penting dalam penganggaran/pembangunan daerah

d. Stok logistik masih terbatas dan manajemen logistik perlu

diperbaiki

e. Sarana dan prasarana masih minim baik berupa sarana utama PB

(peralatan evakuasi) maupun pendukung (logistik)

f. Rencana Aksi dan Implementasi kegiatan Pengurangan Risiko

Bencana belum ada.

g. Penyediaan Gedung Logistik dan Peralatan evakuasi, Dokumen

Perencanaan, serta Pedoman Penanganan Darurat/ SOP belum

memadai.

Page 19: PDF Xpansion - the perfect PDF technology of soft Xpansionfrdaus/PenelusuranInformasi/tugas2/data/Laporan-Manajemen...- Makalah-makalah - Foto Kegiatan . 1 A. LATAR BELAKANG Propinsi

16

5. Rancangan aksi Badan Penanggulangan Bencana Daerah :

a. Penguatan Kelembagaan (Penguatan SDM, Sarana Prasarana,

Mobilitas, Anggaran)

b. Standard Operasional Prosedur (SOP) untuk seluruh BPBD (Prov

dan Kab/Kota)

c. Rencana Penanggulangan Bencana

d. Pengurangan Risiko Bencana di Daerah Rawan Bencana (Early

warning, Mitigasi, Gladi lapang, Rencana Kontijensi, Peta Risiko,

Jalur evakuasi)

e. Pemberdayaan Masyarakat melalui :

- Optimalisasi Desa Siaga Bencana

- Pembentukan Desa Tangguh Bencana

- Komunitas Peduli Bencana

- Masyarakat dapat menanggulangi Bencana secara mandiri

dalam skala kecil/sesuai kemampuan yang dimiliki

f. Menggandeng para pengusaha basar untuk lebih peduli dengan

Penanggulangan bencana, dengan diawali memberikan alternatif-

alternatif/antisipasi kebencanaan yang mungkin terjadi

g. Meningkatkan jejaring guna mengakses lembaga-lembaga donor

(nasional dan internasional) untuk meningkatkan peran dalam

Pengurangan Risiko Bencana Jawa Tengah.

6. Pemulihan ekonomi masyarakat pasca bencana

a. Pendekatan pemulihan pasca bencana berbasis klaster memiliki

kelebihan, yaitu :

- Mampu memahami permasalahan pemulihan industri, secara

lebih komprehensif

Page 20: PDF Xpansion - the perfect PDF technology of soft Xpansionfrdaus/PenelusuranInformasi/tugas2/data/Laporan-Manajemen...- Makalah-makalah - Foto Kegiatan . 1 A. LATAR BELAKANG Propinsi

17

- Mampu menghasilkan alternatif tindakan pemulihan lebih

tepat, cepat dan efisien

b. Pemulihan pasca bencana berbasis klaster dilakukan dengan

mengadopsi alternatif tindakan pemulihan untuk minimasi

persoalan ekonomi masyarakat terdampak.

7. Agenda pemulihan pasca bencana berbasis klaster :

a. Koordinasi kegiatan

b. Partisipasi aktif seluruh pemangku kepentingan

c. Ketersediaan Data Baseline

d. Penyempurnaan instrumen penyusunan program

8. Sistem Informasi Manajemen Kebencanaan

a. Manajemen bencana mengandung serangkaian kegiatan antara

lain :

- Early Warning System (EWS)

- Tanggap Darurat Bencana

- Penanganan Pasca-bencana/Pemulihan

b. Early Warning System (EWS) memerlukan pemetaan lokasional

jenis-jenis bencana yang diprediksi ada pada tiap-tiap wilayah.

Pemetaan berbagai jenis bencana tersebut perlu didukung oleh

ketersediaan Infrastruktur Data Spasial yang terdiri dari

ketersediaan data spasial, aspek kelembagaan, protokol

pertukaran data, standar kualitas dan format data.

Permasalahannya, sampai saat ini Infrastruktur Data Spasial

belum tersedia secara lengkap dan fungsional di Indonesia

c. Penanganan bencana harus memadukan peta risiko, kerawanan

bencana, area terdampak secara fisikal, dengan peta

administratif.

Page 21: PDF Xpansion - the perfect PDF technology of soft Xpansionfrdaus/PenelusuranInformasi/tugas2/data/Laporan-Manajemen...- Makalah-makalah - Foto Kegiatan . 1 A. LATAR BELAKANG Propinsi

18

9. Pelajaran penting yang bisa diambil dari bencana-bencana yang telah

terjadi :

a. Penanganan bencana perlu koordinasi yang baik

b. Diperlukan managemen yang baik

c. Diperlukan melibatkan masyarakat bukan sebagai obyek, tapi

sebagai subyek

d. Mainstreaming gender

10. Kegiatan-kegiatan Manajemen Bencana :

a. Pencegahan (prevention)

- Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana

(jika mungkin dengan meniadakan bahaya).

- Permasalahannya, kesadaran masyarakat secara umum masih

rendah, kesadarannya masyarakat di daerah terdampak

belum kuat, dan hidup damai di daerah bencana baru terjadi

di daerah yang pernah didampingi (pilot project) yang belum

melembaga di tengah masyarakat

b. Mitigasi (mitigation)

- Mitigasi struktural pada daerah rawan bencana masih

diperlukan peningkatan.

- Mitigasi non-struktural pada daerah terdampak masih sedikit

yang tercover.

- Masih belum memerhatikan kepentingan perempuan.

c. Kesiapan (preparedness)

- Penyiapan sarana komunikasi, pos komando, penyiapan

lokasi evakuasi,

- Perumusan Rencana Kontinjensi, dan sosialisasi peraturan

/pedoman penanggulangan bencana.

Page 22: PDF Xpansion - the perfect PDF technology of soft Xpansionfrdaus/PenelusuranInformasi/tugas2/data/Laporan-Manajemen...- Makalah-makalah - Foto Kegiatan . 1 A. LATAR BELAKANG Propinsi

19

- Belum mainstreaming gender

d. Peringatan Dini (early warning)

- Menjangkau masyarakat (accesible) , namun masyarakat

belum tanggap

- Tegas tidak membingungkan (coherent) namun beberapa

info simpang siur

- Bersifat resmi (official), tidak respipun tidak bisa dicegah

karena faktor budaya

- Lambat direspon oleh kelompok rentan (perempuan, anak

dan lansia)

e. Tanggap Darurat (response)

- Respon masyarakat yang tidak terkena dampak bagus

- Partispasi masyarakat bagus

- Koordinasi antar stakeholder masih lemah

- Peran masyarakat terdampak makin baik

- Mainstreaming gender masih lemah.

f. Bantuan Darurat (relief)

- Penyediaan pangan, sandang, tempat tinggal sementara

kesehatan cukup baik, untuk sanitasi dan air bersih masih

kurang

- Partisipasi warga baik, namun beberapa temuan menunjukan

tingkat empati masih kurang.

- Koordinasi stakeholder kurang kuat.

- Partisipasi Warga yang bukan korban sangat baik

- Belum responsif gender

g. Pemulihan (recovery)

- Proses recovery butuh waktu lama

- Recovery sosial dan kelembagaan lebih lambat

Page 23: PDF Xpansion - the perfect PDF technology of soft Xpansionfrdaus/PenelusuranInformasi/tugas2/data/Laporan-Manajemen...- Makalah-makalah - Foto Kegiatan . 1 A. LATAR BELAKANG Propinsi

20

- Recovery penguatan kapasitas masyarakat lambat dan belum

responsif gender

- Koordinasi lemah

h. Rehablitasi (rehabilitation)

- Prosesnya lama

- Rehabilitasi ekonomi lambat untuk wilayah tertentu, namun

pada wilayah dengan etos kerja masyarakat yang baik bisa

cepat.

- Rehabilitasi sosial cepat dilakukan

- Partisipasi masyarakat bagus namun belum responsif gender

i. Rekonstruksi (reconstruction)

- Partisipasi masyarakat baik

- Lambat dilakukan

- Perencanaan belum banyak melibatkan masyarakat

- Pengembangan masyarakat butuh waktu lama

- Belum responsif gender

11. Manajemen bencana berbasis masyarakat masih membutuhkan

kegiatan-kegiatan penunjang:

a. Goodwill penanggulangan bencana

b. Koordinasi berjalan dengan baik

c. Penghargaan peran stakeholder

d. Proses-proses yang dilakukan melibatkan masyarakat yaitu

representasi dari: aparat pemerintah desa, lembaga-lembaga

yang ada di masyarakat, perempuan, kelompok miskin, remaja,

tokoh adat atau yang dituakan.

e. Replikasi program direncanakan dengan matang, masuk proses

perencanaan penganggaran reguler.

Page 24: PDF Xpansion - the perfect PDF technology of soft Xpansionfrdaus/PenelusuranInformasi/tugas2/data/Laporan-Manajemen...- Makalah-makalah - Foto Kegiatan . 1 A. LATAR BELAKANG Propinsi

21

f. Proses mitigasi terintegrasi dalam proses perencanaan

penganggaran, mainstreaming gender dan bencana.

g. Penghargaan atas kapasitas lokal untuk mengurangi kerentanan.

12. Prinsip-prinsip rencana aksi pemulihan pasca bencana Merapi 2011 –

2013 :

a. Building back better

b. Living in harmony with risk

c. Partisipatif

d. Sebagai bagian dari pembangunan rutin > dengan mengutamakan

pada pulih/meningkatnya sumber penghidupan dan daya lenting

masyarakat.

F. REKOMENDASI

Bencana di berbagai daerah dapat dipastikan akan melumpuhkan

perekonomian rakyat, dan di ujungnya akan meningkatkan jumlah masyarakat

miskin baru. Sebagai contoh, bencana Merapi misalnya, kini telah

meluluhlantakkan ribuan hektar lahan-lahan pertanian di Sleman, Magelang,

Klaten, Boyolali, bahkan di Yogyakarta juga terkena imbas karena menurunnya

jumlah wisatawan.

Berapa ratus kepala keluarga kehilangan rumah, harta benda, dan

kesempatan berusaha. Data yang dihimpun instansi di Jawa Tengah dan DIY

yang terkait dengan penanggulangan bencana menunjukkan bahwa ribuan

hektar lahan pertanian rakyat tidak dapat ditanami untuk beberapa waktu dan

ratusan ternak mati, serta ribuan penduduk menganggur untuk waktu yang

cukup lama. Kalau dihitung secara material, kira-kira ada kerugian 6 triliun

rupiah akibat bencana tersebut. Ini belum lagi berbicara soal dampak

psikologis yang akan mempengaruhi masa depann mereka.

Page 25: PDF Xpansion - the perfect PDF technology of soft Xpansionfrdaus/PenelusuranInformasi/tugas2/data/Laporan-Manajemen...- Makalah-makalah - Foto Kegiatan . 1 A. LATAR BELAKANG Propinsi

22

Mengenai kaitan antara bencana dan kemiskinan telah banyak diulas oleh

berbagai institusi internasional. Data dari World Bank (2005) menunjukkan

bahwa gempa bumi di El Salvador pada tahun 2001 menyebabkan peningkatan

jumlah kaum miskin sekitar 2,6%. Demikian pula di Honduras, Badai Mitch

tahun 1998 juga meningkatkan jumlah kaum miskin dari 63,1% menjadi 65,9%.

Kemudian di Vietnam sebanyak 5% penduduknya akan terjatuh lagi dalam

jurang kemiskinan jika terjadi bencana. Tak ketinggalan, di Indonesia tsunami

Aceh juga menambah jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan menjadi

30%-50%.

Beberapa rekomendasi kebijakan yang teridentifikasi berdasar simpulan

diskusi sebagai berikut :

1. Penyusunan Strategi Komprehensif

Bencana pada umumnya akan menghilangkan aset dan kesempatan

berusaha, merusak sarana pendidikan dan kesehatan, serta

menggerogoti tabungan warga. Ini artinya strategi pengurangan

resiko bencana harus diintegrasikan dengan strategi penanggulangan

kemiskinan.

Strategi itu mesti komprehensif dan sanggup mengenal sampai detil,

misalnya faktor-faktor apa saja yang berkontribusi terhadap

kerentanan (jenis pekerjaan, lokasi rumah, akses terhadap kredit dan

jaring pengaman sosial, dsb). Kerentanan itu tidak sama antaretnis,

antargeografis, antarkelompok sosial, dst.

Strategi-strategi yang tepat harus dilakukan karena setelah bencana,

harus ada usaha pemulihan dan ini butuh waktu yang lama, karena

ada berbagai perubahan seperti : perubahan dalam produksi pangan,

penjualan aset untuk memenuhi kebutuhan selama pengungsian dan

selama sumberdaya produksi belum pulih, penghentian dari bangku

sekolah bagi anak-anaknya, terputusnya akses kredit, dan sebagainya.

Page 26: PDF Xpansion - the perfect PDF technology of soft Xpansionfrdaus/PenelusuranInformasi/tugas2/data/Laporan-Manajemen...- Makalah-makalah - Foto Kegiatan . 1 A. LATAR BELAKANG Propinsi

23

Pengarusutamaan pengurangan resiko bencana harus menjadi unsur

pokok dalam perencanaan pembangunan, baik di tingkat nasional

atau daerah. Dengan cara ini, mesti ada alokasi dana untuk

manajemen resiko bencana, termasuk perencanaan keuangan bagi

daerah-daerah yang potensial terkena bencana.

2. Penguatan kelembagaan dengan memasukkan manajemen resiko

bencana ke dalam target-target jangka pendek dan jangka panjang,

terutama menangkap dampak dari program-program yang berkaitan

dengan kaum miskin serta pada upaya mengurangi kerentanan yang

lebih dari sekedar mengurangi kerugian.

Pengalaman bencana di Ethiopia dan Honduras menunjukkan bahwa

jaring pengaman sosial yang dibiayai dari dana publik, sangat

mendukung keluarga miskin selama dan pasca bencana guna

pemulihan penghidupannya. Program pengaman sosial tersebut

mampu menyediakan pangan dasar, membantu mengalihkan upaya-

upaya dan strategi-strategi untuk pertahanan hidup, seperti untuk

mencegah penjualan aset-aset produktif guna bertahan hidup.

Dengan jaring pengaman sosial juga dapat diarahkan berbagai

kegiatan yang dapat memberi penghasilan yang dapat membantu

membangun aset serta meningkatkan pendapatan.

Kelompok miskin lebih rentan runtuhnya mekanisme bertahan hidup

tradisional, rentan pada ketergantungan pada pendapatan dalam

bentuk uang daripada produksi dalam bentuk barang, dan rentan

untuk berpindah ke daerah lain yang justru lebih rawan terkena

bencana. Di daerah yang baru ini pertumbuhan penduduk yang cepat

karena perpindahan, pada umumnya peraturan tidak ditaati, misalnya

peraturan alih fungsi lahan atau peraturan dalam mendirikan

bangunan, termasuk eksploitasi sumberdaya alam.

Page 27: PDF Xpansion - the perfect PDF technology of soft Xpansionfrdaus/PenelusuranInformasi/tugas2/data/Laporan-Manajemen...- Makalah-makalah - Foto Kegiatan . 1 A. LATAR BELAKANG Propinsi

24

3. Penyediaan Peta Kerawanan Bencana dilengkapi dengan Peta Risiko

Bencana tiap desa untuk mempermudah identifikasi tingkat

kerawanan dan prediksi kemungkinan terjadi bencana pada masa

mendatang.

Badan Litbang kota/kabupaten juga harus secara kontinyu

memperbarui peta-peta rawan bencana dan peta-peta penggunaan

lahan. Inventarisasi potensi lahan yang bersifat umum atau kualitatif

yang bertujuan untuk mengidentifikasi kemungkinan pengembangan

wilayah yang berwawasan lingkungan, merupakan langkah awal yang

perlu didesain dan dibuat prosedur maupun format-formatnya. Pada

tingkatan ini analisis sosial ekonomis hanya bersifat umum.

4. Penyusunan Perda Bencana

Hampir dapat dipastikan bencana di Jateng akan terus hadir jika nafsu

pembangunan tidak dikendalikan selaras dengan hukum alam.

Sesungguhnya berbagai peraturan sudah banyak dibuat, namun

penyakit khas bangsa ini masih belum sembuh, yakni memperlakukan

peraturan hanya sebagai kelengkapan adiministratif atau hanya

sebagai macan kertas belaka.

Karenanya usulan agar setiap kabupaten/kota memiliki peraturan

daerah tentang penanggulangan bencana sebagai langkah antisipasi

jika terjadi bencana, juga diragukan efektivitasnya. Perda ini

diperlukan karena kota ini rawan terjadi bencana. Dengan perda ini

diharapkan setelah ada bencana ada yang bergerak dan

bertanggungjawab.

Dari sinyal ini nampak bahwa Perda yang dimaksud adalah lebih

cenderung ke fase tanggap darurat. Padahal hadirnya Perda yang

dapat menghambat terjadi kerusakan lingkungan pada saat pra-

bencana justru lebih penting. Sederhana saja alasannya, selain gejolak

di bidang politik dan ekonomi, pesatnya pertumbuhan industri juga

Page 28: PDF Xpansion - the perfect PDF technology of soft Xpansionfrdaus/PenelusuranInformasi/tugas2/data/Laporan-Manajemen...- Makalah-makalah - Foto Kegiatan . 1 A. LATAR BELAKANG Propinsi

25

menimbulkan banyak kerusakan lingkungan. Bencana-bencana alam

yang terjadi di Semarang seperti banjir, rob, dan longsoran tanah,

menunjukkan bahwa ada yang tidak seimbang dalam pembangunan

kota. Pertambahan jumlah bangunan yang nyaris tidak terkendali

diperparah oleh ulah manusia dengan menggunduli hutan

sebagaimana terjadi di Kecamatan Mijen dan sebagainya.

Bertambahnya aktivitas manusia pada lahan-lahan yang kritis inilah

yang mengakibatkan tanah longsor dan banjir.

Dengan demikian Perda penanganan bencana memang perlu namun

seperti pepatah “mencegah lebih baik daripada mengobati”, maka

pencegahan bencana lebih diperlukan. Mestinya pemerintah

kabupaten/kota memiliki rencana tindakan yang jelas untuk jangka

pendek, menengah dan jangka panjang, seperti : merehabilitasi lahan-

lahan kritis, merumuskan arahan permanfaatan DAS apakah untuk

daerah lindung, fungsi penyangga, maupun fungsi budidaya. Yang

lebih penting lagi adalah adanya penyuluhan yang kontinyu kepada

masyarakat di sekitar pantai, dan penegakan hukum bagi yang berani

melanggar.

5. Perlu disusun kebijakan atau program baik makroekonomi, struktural,

dan sosial, untuk mengurangi kemiskinan dan mendorong

pertumbuhan yang memihak si miskin.

Lembaga-lembaga pemerintah mesti bekerjasama dengan pihak lain

untuk mengkaji peran bahaya alam dan risiko-risikonya, terutama

yang berandil dalam meningkatkan kemiskinan.

6. Penyusunan rencana kontijensi tiap-tiap bencana dan potensi

bencana.

Pemerintah kabupaten/kota harus memiliki rencana semi detil untuk

studi feasibilitas proyek-proyek pembangunan yang bersifat

kuantitatif. Analisis cost-benefit harus tajam yang didasarkan atas

Page 29: PDF Xpansion - the perfect PDF technology of soft Xpansionfrdaus/PenelusuranInformasi/tugas2/data/Laporan-Manajemen...- Makalah-makalah - Foto Kegiatan . 1 A. LATAR BELAKANG Propinsi

26

analisis terpadu. Dari data ini dimungkinkan untuk menetapkan

daerah-daerah terbangun yang tetap memperhatikan kondisi alam,

keserasian lingkungan, maupun manfaat sosial ekonomi, tidak saja

dalam jangka pendek namun juga dalam jangka panjang.

7. Pembuatan jalur evakuasi yang tepat untuk mempermudah lalu lintas

petugas terkait, relawan, dan bantuan pendukung.

8. Longitudinal Survey pada masyarakat terdampak dari pada saat

terjadinya bencana sampai dengan pasca masa pemulihan.

9. Tempat Evakuasi Akhir yang dilengkapi dengan fasilitas Puskesmas,

kelompok usaha, sarana MCK, akses dengan pasar tradisional yang

terdapat link dengan institusi perdagangan, dan rumah bercinta.

10. Pemanfaatan media komunikasi yang lebih cepat dan murah untuk

penyebaran informasi kebencanaan, misal horn masjid dilengkapi

dengan bunyi sirene dan radio yang disetel pada frekuensi tertentu

untuk menangkap pesan tanda bencana.

11. Peningkatan ekonomi masyarakat terdampak dengan pendekatan

klaster.

12. Peningkatan aksesibilitas masyarakat pada Peta Risiko Bencana

melalui situs atau media cetak.

13. Pelestarian dan sosialisasi kearifan lokal dalam tanggap bencana;

teriakan “smong” di Simelue, teriakan “lampor” (lahar hujan) di DIY,

suara bambu pecah sebagai pertanda datangnya awan panas di DIY,

dan “bagpack” yang berisi makanan kecil dan perlengkapan mandi di

Jepang.

14. Pelatihan dan Penerapan Mekanisme Penanganan Dini secara efektif,

seperti kasus di Bangladesh; waktu 3 bulan pasca bencana banjir,

masyarakat tidak perlu pindah tetapi membuat karamba.