about integrated (perfect)

38
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penegakan diagnosa dan rencana perawatan merupakan aktivitas yang memisahkan dan membedakan dokter gigi dengan paramedik. Dokter gigi mendapatkan pengetahuan dasar dan klinis untuk melakukan hal-hal sebagai berikut ini : (1) melaksanakan semua tes diagnosa, (2) menginterpretasikan hasil tes tersebut secara diferensial, (3) menangani pasien secara psikologis selama prosedur pengetesan, (4) memformulasikan diagnosa yang tepat beserta rencana perawatannya. Diagnosa banding dari kelainan orofasial tidak hanya berasal dari gigi, namun juga struktur dan organ lain, seperti, periodontium, rahang, sinus, telinga, sendi temporomandibula, otot-otot pengunyahan, hidung, mata, dan pembuluh darah disekitarnya. Untuk menghindari kesalahan penegakkan diagnosa dan untuk menyingkirkan nyeri orofasial yang berasal dari sumber nonpulpa atau sekitar akar gigi, harus dilakukan pendekatan yang sistematik secara bertahap dalam menegakkan diagnosis dan membuat rencana perawatan. Pertama yang harus menjadi perhatian kita adalah 3

Upload: elci1340

Post on 31-Jul-2015

215 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: About Integrated (Perfect)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penegakan diagnosa dan rencana perawatan merupakan aktivitas yang

memisahkan dan membedakan dokter gigi dengan paramedik. Dokter gigi

mendapatkan pengetahuan dasar dan klinis untuk melakukan hal-hal sebagai

berikut ini : (1) melaksanakan semua tes diagnosa, (2) menginterpretasikan hasil

tes tersebut secara diferensial, (3) menangani pasien secara psikologis selama

prosedur pengetesan, (4) memformulasikan diagnosa yang tepat beserta rencana

perawatannya.

Diagnosa banding dari kelainan orofasial tidak hanya berasal dari gigi,

namun juga struktur dan organ lain, seperti, periodontium, rahang, sinus, telinga,

sendi temporomandibula, otot-otot pengunyahan, hidung, mata, dan pembuluh

darah disekitarnya. Untuk menghindari kesalahan penegakkan diagnosa dan untuk

menyingkirkan nyeri orofasial yang berasal dari sumber nonpulpa atau sekitar

akar gigi, harus dilakukan pendekatan yang sistematik secara bertahap dalam

menegakkan diagnosis dan membuat rencana perawatan. Pertama yang harus

menjadi perhatian kita adalah tentukan keluhan utama, tentukan informasi yang

penting berkaitan dengan riwayat medis dan riwayat kesehatan gigi pasien,

melakukan pemeriksaan subjektif, objektif, dan radiologafis secara teliti, analisis

data yang diperoleh, dan yang terakhir kita perhatikan adalah penentuan diagnosa

dan rencana perawatan yang tepat.

Dokter gigi dengan pengetahuan yang dimilikinya sadar akan indikasi dan

kontraindikasi suatu kasus dan harus dapat memperkirakan keberhasilan atau

kegagalan berdasarkan temuan itu. Untuk itulah laporan ini dibuat secara seksama

untuk memudahkan kita menegakkan diagnosa yang tepat untuk rencana

perawatan di bidang kedokteran gigi.

3

Page 2: About Integrated (Perfect)

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa hasil diagnose dari penyakit yang diderita pasien tersebut?

2. Apa saja rencana perawatan dari hasil diagnose yang telah didapat?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami hasil diagnose dari penyakit yang

diderita oleh pasien.

2. Untuk mengetahui dan memahami rencana perawatan dari hasil diagnose

yang telah didapat.

3

Page 3: About Integrated (Perfect)

Skenario

Ibu Citra, seorang pegawai pabrik berusia 40 tahun datang ke Rumah Sakit

Gigi dan Mulut Universitas Jember dengan keluhan gigi taring kiri bawahnya

berlubang dan terasa sakit, dan gigi taring atas kirinya juga terasa sakit.

Berdasarkan anamnesa, terdapat rasa sakit spontan, rasa sakit saat mengunyah,

serta saat terkena rangsang panas dan dingin. Rasa sakit tersebut menjalar dan

terasa cekot-cekot. Pada pemeriksaan ekstra oral, normal. Sedangkan pada

pemeriksaan intra oral didapatkan:

Gigi 3 karies klas 5 profunda perforasi

Tes dingin (+), tes panas (-), perkusi dan tekan sakit

Pada region 8 , 1 2 , 6 , 6 edentulous

Gigi 6 5 2 1 , 3 6 , 7 sisa akar

Supraposisi pada 7 , 8 5 2 1 , 1 2 3

Terdapat kalkulus supra dan subgingiva pada hampir semua regio

Terdapat resesi gingival pada gigi anterior bawah

Tentukan diagnose dan rencana perawatan pada pasien tersebut!

3

Page 4: About Integrated (Perfect)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Macam-macam Penyakit Pulpa

1.1. Pulpitis Reversible

Pulpitis reversible adalah suatu kondisi inflamasi pulpa ringan- sampai

sedang yang disebabkan oleh stimuli noksius, tetapi pulpa mampu kembali

pada keadaan tidak terinflamasi setelah stimuli ditiadakan. Rasa sakit yang

berlangsung sebentar dapat dihasilkan oleh stimuli termal pada pulpa yang

mengalami inflamasi reversible, tetapi rasa sakit hilang segera setelah stimuli

dihilangkan (Grossman, dkk., 1995).

Etiologi

Pulpitis reversible ini disebabkan oleh apa saja yang mampu melukai

pulpa. Penyebab dari pulpitis reversible ini yaitu :

- Trauma, misalnya dari suatu pukulan atau hubungan oklusal yang

terganggu.

- Syok termal juga dapat menyebabkan pulpitis reversible seperti yang timbul

pada waktu preparasi kavitas dengan bur tumpul, atau membiarkan bur

terlalu lama didalam kavitas dan berkontak dengan gigi, atau juga karena

panas yang berlebihan pada waktu memoles tumpatan, dehidrasi kavitas

dengan alcohol atau kloroform yang berlebihan atau rangsangan pada leher

gigi yang dentinnya terbuka.

- Stimulus kimiawi misalnya dari bahan makanan manis atau masam atau dari

iritasi tumpatan silikat .

- Bakteri seperti bakteri pada karies.

Setelah insersi suatu restorasi, pasien sering mengeluh tentang

sensitivitas ringan terhadap perbuhan temperature, terutama dingin. Sensitivitas

macam itu dapat berlangsung 2-3 hari atau seminggu tetapi berangsur-angsur

akan hilang. Sensitivitas ini adalah gejala pulpitis reversible. Gangguan 3

Page 5: About Integrated (Perfect)

sirkulasi, seperti gangguan yang menyertai menstruasi atau kehamilan

mungkin juga meyebabkan suatu hyperemia periodik yang hanya sementara.

Rangsangan yang dapat meneybabkan hyperemia atau inflamasi ringan pada

pulpa yang satu dapat menghasilkan dentin sekunder pada pulpa yang lain

(Grossman, dkk., 1995).

Gejala Klinis

Pulpitis reversible ini simtomatik ditandai oleh rasa sakit tajam yang

hanya sebentar. Lebih sering diakibatkan oleh makanan dan minumana dingin

daripada panas dan oleh udara dingin . tidak timbul secara spontan dan tidak

berlanjut jika penyebabnya ditiadakan. Perbedaan klinis antara pulpitis

reversible dan ireversibel adalah kuantitatif. Pada pulpitis ireversibel rasa

sakitnya berlangsung lama dan lebih parah. Pada pulpitis reversible penyebab

rasa sakit umumnya peka terhadap suatu stimulus seperti air dingn atau aliran

udara dingin. Pulpitis reversible asimtomatik dapat disebabkan karena karies

yang baru mulai dan menjadi normal kembali setelah karies dihilangkan dan

gigi di restorasi dengan baik (Grossman, dkk., 1995).

Diagnosis

Rasa sakitnya tajam, berlangsung beberapa detik, dan berhenti jika

stimulus dihilangkan. Dingin manis atau masam biasanya menyebabkan rasa

sakit, rasa sakit dapat menjadi kronis. Meskipun masing- masing paroksisme

(serangan hebat) mungkin berlangsung sebentar, paroksisme dapat berlanjut

berminggu- minggu bahkan berbulan-bulan. Pulpa dapat sembuh sama sekali,

atau rasa sakit tiap kali dapat berlangsung lebih lama dan interval keringanan

dapat menjadi lebih banyak, sampai akhirnya pulpa mati. Karena pulpa

sensitive terhadap perubahan temperature, terutama dingin, aplikasi dingin

merupakan suatu cara bagus sekali untuk menemukan dan mendiagnosis gigi

yang terlibat. Sebuah gigi dengan pulpitis reversible secara normal bereaksi

terhadap perkusi, palpasi, dan mobilitas, dan pada pemeriksaan radiographic

jaringan periapikal adalah normal (Grossman, dkk., 1995).

3

Page 6: About Integrated (Perfect)

Perawatan

Perawatan terbaik untuk pulpitis reversible adalah pencegahan,

perawatan periodic untuk mencegah karies, penumpatan awal bila kavitas

meluas, desensitisasi leher gigi dimana terdapat resesi ginggiva. Penggunaan

pernis kavitas atau semen dasar sebelum penumpatan, dan perhatian pada

preparasi kavitas dan pemolesan dianjurkan untuk mencegah pulpitis. Bila

dijumpai pulpitis reversible , penghilangan stimuli noksius biasanya sudah

cukup. Begitu gejala sudah reda, gigi harus dites vitalitasnya, untuk

memastikan bahwa tidak terjadi nekrosis. Bila rasa sakit tetap ada walaupun

telah dilakukan perawatan yang tepat, inflamasi pulpa hendaknya dianggap

sebagai ireversibel, yang perawatannya adalah ekstirpasi (Grossman, dkk.,

1995).

Prognosis

Prognosis untuk pulpa adalah baik bila iritan diambil cukup dini.

kalau tidak kondisinya dapat berkembang menjadi pulpitis irreversible

(Grossman, dkk., 1995).

1.2. Pulpitis Irreversible

Pulpitis ireversibel sering kali merupakan akibat atau perkembangan

dari pulpitis reversible. Kerusakan pulpa yang parah akibat pegambilan dentin

yang luas selama prosedur operatif atau terganggunya aliran darah pulpa akibat

trauma atau penggerakan gigi dalam perawatan ortodonsia dapat pula

menyebabkan pulpitis ireversibel. Pulpitis ireversibel merupakan inflamasi

parah yang tidak akan bisa pulih walaupun penyebabnya dihilangkan. Lambat

atau cepat pulpa akan menjadi nekrosis.

Gejala

Pulpitis ireversibel biasanya asimptomatik atau pasien hanya

mengeluhkan gejala yang ringan. Akan tetapi pulpitis ireversibel dapat juga

diasosiasikan dengan nyeri spontan (tanpa stimuli eksternal) yang intermiten

3

Page 7: About Integrated (Perfect)

atau terus-menerus. Nyeri pulpitis ireversibel dapat tajam, tumpul, setempat

atau difus (menyebar) dan bisa hanya berlangsung beberapa menit atau berjam-

jam. Menentukan lokasi nyeri pulpa lebih sulit dibandingkan dengan nyeri

periradikuler dan menjadi lebih sulit ketika nyerinya semakin intens. Aplikasi

stimulus eksternal seperti dingin atau panas dapat mengakibatkan nyeri

berkepanjangan.

Tes dan Perawatan

Jika inflamasi hanya terbatas pada jaringan pulpa dan tidak menjalar

ke periapeks, respon gigi terhadap palapasi dan perkusi berbeda dalam batas

normal. Penjalaran inflamasi hingga mancapai ligament periodontium akan

mengakibatkan gigi peka terhadap perkusi dan nyerinya lebih mudah

ditentukan tempatnya. Untuk gigi dengan tanda dan gejala pulpitis ireversibel,

indikasi perawatannya adalah perawatan saluran akar atau pencabutan (Walton

& Torabinejad, 2008).

Diagnosis

Pemeriksaan biasanya menemukan suatu kavitas dalam yang meluas

ke pulpa atau suatu karies di bawah tumpatan. Pulpa mungki sudah terbuka.

Waktu mencapai jalan masuk ke lubang permukaan akan terlihat suatu lapisan

keabu-abuan yang menyerupai buih meliputi pulpa yang terbuka dan dentin

sekitarnya. Lapisan ini terdiri dari sisa makanan, leukosit polimorfonuklear

yang mengalami degenerasi, mikroorganisme dan sel-sel darah. Permukaan

pulpa terkikis. Pada daerah ini sering dijumpai bu bususk dekomposisi. Probing

ke dalam daerah ini tidak menyebabkan rasa sakit pada pasien hingga dicapai

daerah pulpa lebih dalam. Pada tingkat ini, dapat terjadi baik rasa sakit maupun

pendarahan. Bila pulpa tidak terbuka oleh proses karies dapat terlihat sedikit

nanah jika dicapai jalan masuk ke kamar pulpa (Grossman, dkk., 1983).

3

Page 8: About Integrated (Perfect)

1.3. Nekrosis Pulpa

Pulpa terkurung oleh dinding yang kaku, tidak mempunyai sirkulasi

darah kolateral, dan venul serta limfatiknya kolaps akibat meningkatnya

tekanan jaringan sehingga pulpitis ireversible akan menjadi nekrosis likuifaksi.

Jika eksudat yang dihasilkan selama pulpitis ireversible diserap atau didrainase

melalui kavitas atau daerah pulpa yang terbuka ke dalam rongga mulut, proses

nekrosis akan tertunda, pulpa didaerah akar dapat tetap vital dalam jangka

waktu yang cukup lama. Sebaliknya, tertutup atau ditutupnya pulpa yang

terinflamasi mengakibatkan proses nekrosis pulpa yang cepat dan total.

Sebagai tambahan dari nekrosis likuifaksi, nekrosis iskemia pada pulpa terjadi

akibat traumatik yang menyebabkan terputusnya pasokan darah. Nekrosis

pulpa merupakan proses lanjut dari radang pulpa akut maupun kronis atau

terhentinya darah secara tiba-tiba karena trauma. Nekrosi pulpa dapat terjadi

parsial maupun total. Ada 2 macam nekrosis :

Tipe koagulasi terjadi karena jaringan yang larut mengendap dan berubah

menjadi bahan yang padat.

Tipe liquefaction terjadi karena enzim proteolitik mengubah jaringan pulpa

menjadi bahan yang lunak dan cair. Umumnnya nekrosis pulpa disebabkan

karena pulpitis reversible dan irreversible yang tidak di tangani dengan baik/

benar (kegagalan perawatan) (Tarigan, 2004).

Nekrosis pulpa ditandai dengan hasil akhir berupa H2S, amoniak,

bahan yang bersifat lemak, indikan, protamine, CO2 selain itu Indole, Skatol,

Putresin dan kadaverin yang menimbulkan bau busuk. Ditemukan juga kuman

saprofit anaerob. Mekanisme terjadinya nekrosis pulpa merupakan penjalaran

yang membutuhkan waktu yang lama. Proses terjadi nekrosis dimulai dari

karies superficial (karies email). Dimana terjadi pembentukan plak dan

penguraian karbohidrat oleh bakteri dengan menggunakan enzim Ftase dan

Gtase. Bakteri yang mengurai karbohidrat (sukrosa) akan menghasilkan asam

sebagai hasil akhir yang meng-etsa email gigi hingga tebentuk kavitas. Karies

dentin Merupakan kelanjutan invasi bakteri setelah terbentuk kavitas

superfacial. Peradangan pulpa (infeksi pulpa) Merupakan reaksi terhadap

3

Page 9: About Integrated (Perfect)

invasi bakteri yang telah mengenai pulpa. Ditandai dengan terjadinya dilatasi

pembuluh darah, peningkatan volume darah dalam ruangan pulpa (kongesti)

Ditandai dengan berlanjutnya dilatasi pembuluh darah, akumulasi cairan

udema pada jaringan penghubung yang mengelilingi pembuluh darah kecil.

Cairan udema ini akan merusak kapiler yang ditandai dengan ektravasasi sel

darah merah dan diapedesis sel darah putih. Ditemukan juga PMN disekitar

dinding pembuluh kapiler yang aktif bergerak secara teratur. Sel-sel yang

rusak, leukosit PMN, bakteri yang mati yang menyebabkan terbentuknya PUS

(abses pulpa). Pus tersebut akan menyumbat jalan peredaran darah sehingga

drainase terganggu akibatnya pus menjalar di seluruh bagian pulpa dan

menyebabkan terjadinya nekrosis (Tarigan, 2004).

Gejala

Nekrosis pulpa terdapat gejala yaitu, nyeri spontan dan ketidak

nyamanan atau nyeri tekan (dari periapeks). Tidak seperti pada pulpa vital,

nyeri akibat panas pada pulpa nekrotik tidak disebabkan oleh meningkatnya

tekanan intrapulpa. Tekanan pada pulpa nekrotik setelah aplikasi panas adalah

nol. Pada umumnya, bahwa aplikasi panas pada gigi dengan nekrosis likuifaksi

menyebabkan ekspansi termal dari gas yang terdapat dalam saluran akar yang

dapat menyebabkan nyeri. Sesungguhnya, stimulus dingin, panas, atau elektrik

yang diaplikasikan pada gigi dengan pulpa nekrotik biasanya tidak

menimbulkan respons.

Gejala umum nekrosis pulpa :

a. Simptomnya sering kali hampir sama dengan pulpitis irreversible.

b. Nyeri spontan (pernah mengeluhkan nyeri spontan).

c. Memiliki perubahan-perubahan radiografik definitif seperti pelebaran

jaringan periodontal yang sangat nyata adalah kehilangan lamina dura.

d. Lesi radiolusen yang berukuran kecil hingga besar disekitar apeks dari salah

satu atau beberapa gigi, tergantung pada kelompok gigi.

3

Page 10: About Integrated (Perfect)

Keluhan subjektif :

a. Gigi berlubang, kadang-kadang sakit bila kena rangsangan panas.

b. Bau mulut (halitosis).

c. Gigi berubah warna.

Pemeriksaan objektif :

a. Gigi berubah warna, menjadi abu-abu kehitam-hitaman.

b. Terdapat lubang gigi yang dalam.

c. Sondenasi, perkusi dan palpasi tidak sakit.

d. Biasanya tidak bereaksi terhadap tes elektrik dan termal. Kecuali pada

nekrosis tipe liquifaktif.

e. Bila sudah ada peradangan jaringan periodontium, perkusi, palpasi dan

sondenasi sakit (Tarigan, 2004).

Tes dan Perawatan

Keberadaan derajat inflamasi pada gigi berakar jamak mulai dari

pulpitis ireversible hingga nekrosis tidak terjadi dan terkadang

membingungkan pengetesan. Lebih-lebih, efek nekrotik jarang terbatas hanya

pada saluran akar. Jadi, karena menyebarnya reaksi inflamasi ke jaringan

periradikuler, gigi dengan pulpa nekrotik seringkali sensitif terhadap perkusi.

Sensivitas pada palpasi merupakan indikasi tambahan dari terinflamasinya

jaringan periradikuler. Untuk gigi-gigi seperti ini tindakan yang diindikasikan

adalh perawatan saluran akar. Biasanya perawatan saluran akar yang digunakan

yaitu endodontic intrakanal. Yaitu perawatan pada bagian dalam gigi (ruang

akar dan saluran akar) dan kelainan periapaikal yang disebabkan karena pulpa

gigi tersebut (Tarigan, 2004).

2. Macam-macam Penyakit Periodontal

2.1. Periodontitis Apikalis Kronis

Periodontitis apikalis kronik timbul akibat nekrosis pulpa dan

biasanya merupakan lanjutan dari Periodontitis Apikalis Akut (Richard E.

Walton, 2003).

3

Page 11: About Integrated (Perfect)

Menurut definisinya, PAK tidak menunjukkan gejala atau

diasosiasikan dengan ketidaknyamanan dan lebih baik diklasifikasikan sebagai

periodontitis apikalis asimtomatik. Karena pulpanya nekrosis, gigi dengan

PAK tidak merespon stimuli elektrik atau panas. Perkusi menyebabkan sedikit

nyeri atau tidak sama sekali. Terhadap palpasi mungkin sedikit sensitif yang

mengindikasikan adanya perubahan pada pelat korteks tulang dari perluasan

PAK ke jaringan lunak. Tampilan radiografi berkisar dari putusnya lamina dura

hingga kerusakan jaringan periradikuler dan interradikuler yang luas (Richard

E. Walton, 2003).

Secara histologik, lesi PAK siklasifikasikan sebagai granuloma atau

kista. Granuloma periradikuler terdiri atas jaringan granulomatosa yang

disusupi oleh sel mast, makrofag, limfosit, sel plasma, dan sesekali leukosit

PMN. Sering pula ditemukan sel datia dengan inti banyak, sel busa, celah

kolesterol, dan epitel (Richard E. Walton, 2003).

Kista apikalis (radikuler) mempunyai kavitas sentral yang berisi caian

eosinofil atau material semisolid dan dibatasi oleh epitel berlapis gepeng

(squamosa). Epitel itu dikelilingi oleh jaringan ikat yang mengandung semua

elemen seluler yang ditemukan pada granuloma periradikuler. Karenanya suatu

kista apikalis adalah granuloma yang mengandung kavitas atau kavitas yang

dibatasi oleh epitel. Asal epitel adalah sisa-sisa dari sarung epitel Hertwig, sisa

sel Malassez. Sel sisa ini berploriferasi dibawah stimulus inflamasi. Asal

sebenarnya dari kista belum jelas benar (Richard E. Walton, 2003).

Bila dilakukan perkusi terasa nyeri tekan yang ringan dan terdengar

nada tumpul. Vitaliasnya biasanya negatif. Rangsang panas biasanya dapat

menyebabkan respon akibat ekspansi gas di dalam kamar pulpa. Gambaran

radiografinya ditemukan radiolusensi apikal, bisa membesar dan berbatas jelas.

Kemungkinan ditemukan pengisian saluran akar atau dressing pulpa yang tidak

sempurna dari perawatan sebelumnya. Poin guta perca yang dimasukkan ke

dalam saluran sinus akan masuk ke dalam apeks gigi penyebab dan akan

terlihat dalam pemeriksaan radiografi. Cara ini dapat membantu dalam

menentukan diagnosa (Warren Birnbaum, 2004).

3

Page 12: About Integrated (Perfect)

Menghilangkan iritan (pulpa nekrotik) dan melakukan obturasi yang

baik biasanya akan menyembuhkan PAK. Tidak ada bukti bahwa kista apikalis

tidak membaik setelah perawatan saluran akar yang baik atau ekstraksi

(Richard E. Walton, 2003).

2.2. Periodontitis Apikalis Akut

Periodontitis apikalis akut adalah suatu inflamasi periodonsium

dengan rasa sakit sebagai akibat trauma, iritasi, atau infeksi melalui saluran

akar, tanpa memperhatikan apakah pulpa vital atau nonvital (Grossman, dkk.,

1983).

Etiologi

Periodontitis apikalis akut dapat terjadi pada gigi vital yang telah

mengalami trauma oklusal yang disebabkan oleh kontak oklusal yang

abnormal, oleh restorasi yang belum lama dibuat yang meluas melebihi bidang

oklusal, karena penggunaan tusuk gigi di antara gigi-giginya sebagai baji

(wedge), makanan, atau sepotong isolator karet yang ditinggalkan oleh dokter

gigi, atau karena pukulan pada gigi (Grossman, dkk., 1983).

Periodontitis apikalis akut juga dapat dihubungkan dengan gigi

nonvital. Dapat juga disebabkan oleh sekuela (sequela) penyakit pulpa, yaitu

difusi bakteri dan produk noksius dari pulpa yang meradang atau nekrotik, atau

sebabnya mungkin iatrogenic, seperti instrumenstasi saluran akar yang

mendorong bakteri dan debris dengan kurang hati-hati melalui foramen apical,

mendorong obat-obatan yang merangsang seperti champhorated

monochlorophenol atau formocresol melalui foramen apical yang mengenai

jaringan periapikal, perforasi akar, atau instrumentasi berlebihan pada waktu

pembersihan dan pembentukan saluran akar (Grossman, dkk., 1983).

Gejala

Gejala peridontitis apikalis akut adalah rasa sakit dan gigi yang

sensitive. Dapat juga gigi merasa agak sakit, kadang-kadang hanya bila

3

Page 13: About Integrated (Perfect)

diperkusi dari arah tertentu, atau rasa sakitnya dapat sangat. Gigi dapat modod

sehingga bila ditutup menimbulkan rasa sakit (Grossman, dkk., 1983).

Diagnosis

Diagnosis sering dibuat dari riwayat yang diketahui dari gigi yang

dirawat. Gejala-gejalanya adalah hasil rangsangan yang berasal dari perawatan

endodontic, yang disebabkan oleh instrumentasi yang berlebih, rangsangan

obat-obatan, atau pengisian yang berlebihan yang dalam kasus ini giginya

tanpa pulpa, atau hasil stimuli noksius yang merangsang ligamen periodontal,

yang dalam kasus ini giginya vital. Gigi sensitive terhadap perkusi atau tekanan

ringan, sedangkan mukosa yang melapisi apeks akar mungkin sensitive atau

mungkin tidak sensitive terhadap palpasi. Pemeriksaan radiografik dapat

menunjukkan ligament periodontal yang menebal atau suatu daerah kecil

refraksi bila melibatkan gigi tanpa pulpa, dan dapat menunjukkan struktur

periradikuler normal bila terdapat suatu pulpa vital di dalam mulut (Grossman,

dkk., 1983).

Diagnosis banding

Harus dibuat suatu diagnosis banding antara periodontitis apikalis akut

dan abses alveolar akut. Kadang-kadang perbedaannya hanya satu tingkat

karena abses alveolar lebih menunjukkan suatu tingkat lanjutan dalam

perkembangan dengan kerusakan jaringan periapikal daripada hanya suatu

reaksi inflamatori ligament periodontal (Grossman, dkk., 1983).

Histopatologi

Suatu reaksi inflamatori terjadi pada ligament periodontal apical.

Pembuluh darah membesar, dijumpai leukosit polimorfonuklear, dan suatu

akumulasi eksudat terus menggelembungkan ligament periodontal dan agak

memanjangkan gigi. Bila iritasi berat dan berlanjut, osteoklas dapat menjadi

aktif dan dapat merusak tulang periapikal; tingkat perkembangan selanjutnya

yaitu abses alveolar akut dapat menyusul (Grossman, dkk., 1983).

3

Page 14: About Integrated (Perfect)

Perawatan

Perawatan periodontitis apical akut terdiri dari penentuan sebab dan

meredakan gejalanya. Terutama sangat penting untuk menentukan apakah

periodontitis apical ada hubungannya dengan gigi vital atau gigi tanpa pulpa.

Bila fase akut reda, gigi dirawat secara konservatif (Grossman, dkk., 1983).

Prognosis

Prognosis bagi gigi umumnya baik. Terjadinya gejala periodontitis

apical akut waktu perawatan endodontic sama sekali tidak mempengaruhi hasil

akhir perawatan (Grossman, dkk., 1983).

2.3. Periodontitis Marginalis

Periodontitis marginalis adalah penyakit jaringan periodontal gigi

yang disebabkan oleh akumulasi plak, menyebabkan inflamasi pada jaringan

penyangga gigi (gingival, ligament periodontal, sementum, dan tulang

alveolar) dengan adanya kehilangan perlekatan gigi dan menyebabkan gigi

goyang.

Gambar 1. Periodontitis Marginalis

Tanda dan gejala secara umum:

a. Inflamasi gingiva secara kronis.

b. Banyak ditemukan plak (etiologi).

c. Terdapat poket periodontal.

d. Gigi goyang, migrasi, dan sudah terjadi kerusakan tulang.

3

Page 15: About Integrated (Perfect)

e. Diperparah oleh iritasi faktor lokal seperti kalkulus, restorasi yang buruk,

dll.

3. Indikasi Pencabutan

Dalam melakukan tindakan pencabutan gigi prinsip yang harus dikuasai

adalah sama dengan prinsip-prinsip bedah antara lain adalah rencana perawatan

yang terarah dan terencana meliputi pemeriksaan lengkap, persiapan alat dan

prinsip sterilisasi serta trauma sekecil mungkin. Persiapan alat harus sesuai

dengan indikasi dan cara penggunaan. Hal ini untuk mendukung prinsip trauma

sekecil mungkin. Dimana dipelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan hal-

hal berikut :

1. Indikasi dan kontra indikasi pencabutan

2. Alat yang akan dipergunakan

3. Teknik dan manipulasi

4. Anastesi (lokal atau umum)

5. Perawatan pasca bedah

6. Komplikasi yang mungkin timbul (Syafriadi, 2008)

Indikasi pencabutan gigi

Gigi yang di indikasikan untuk melakukan pencabutan adalah :

1. Gigi – gigi dengan penyakit pulpa akut atau kronik yang tidak dapat

dilakukan terapi endodontik atau restorasi.

2. Gigi – gigi dengan penyakit periodontal akut atau kronik yang tidak dapat

dilakukan perawatan periodontal kecuali dengan pencabutan.

3. Gigi – gigi yang mengalami trauma atau trauma pada alveolusnya. Kadang

kala gigi – gigi yang berada di garis fraktur rahang harus disingkirkan

untuk merawat fraktur tulang rawan tersebut.

4. Gigi – gigi impaksi atau gigi – gigi supernumerary.

5. Gigi – gigi yang diperlukan untuk melakukan perawatan ortodonsi.

6. Gigi – gigi non vital yang mungkin sebagai fokus infeksi.

7. Gigi – gigi yang akan dipertimbangkan untuk pembuatan gigi palsu.

3

Page 16: About Integrated (Perfect)

8. Gigi -gigi yang dicabut demi pertimbangan estetik.

9. Gigi – gigi yang terlibat kelainan patologi pada tulang atau untuk

perawatan patologi pada tulang yang memerlukan pencabutan gigi seperti

kista, osteomyelitis, tumor dan nekrosis tulang.

10. Gigi – gigi pada daerah yang direncanakan mendapat terapi radiasi

(Syafriadi, 2008).

3

Page 17: About Integrated (Perfect)

BAB III

PEMBAHASAN

3.1Hasil diagnose:

Caninus kiri bawah

Pada gigi ini diagnose/assessment kelompok kami adalah pulpitis

irreversible disertai periodontitis kronis marginalis. Diagnose pulpitis

irreversible didapatkan kelompok kami dari hasil pemeriksaan klinis yang

menunjukkan gigi tersebut telah mengalami perforasi melebihi setengah

gigi pada daerah distal mengarah ke mesial, gigi tersebut bila terkena

rangsangan dingin masih terasa sakit hal ini menunjukkan bahwa gigi

tersebut masih vital. Disertai periodontitis kronis marginalis karena pada

regio gigi tersebut ditemukan adanya kalkulus supragingiva dan

subgingiva, gingival regio tersebut telah mengalami resesi, dan pada tes

durk pasien merasa kesakitan. Hal ini menunjukkan telah ada kerusakan

membrane periodontal. Periodontitis tersebut kronis karena tidak ada

keluhan dari pasien (tidak sakit).

Gambar 2. Tampak C kiri bawah berlubang

3

Page 18: About Integrated (Perfect)

Caninus kiri atas

Pada gigi ini diagnose/assessment kelompok kami adalah gangrene

radiks disertai periodontitis kronis. Kelompok kami menyimpulkan

diagnose ini karena pada pemeriksaan klinis gigi tersebut sudah tinggal

sisa akarnya saja. Sedangkan pada pemeriksaan permukaan gigi

didapatkan adanya sordes, gingival kemerahan, edemortous, dan

mengalami resesi gingiva. Periodontitis tersebut kronis karena tidak ada

keluhan dari pasien (tidak sakit).

Gambar 3. Tampak sisa akar pada beberapa gigi anterior RA

Molar ke dua dan tiga kiri bawah

Pada gigi ini diagnose/assessment kelompok kami adalah pulpitis

reversible, karena pada pemeriksaan klinis pada gigi ini hanya ditemukan

karies superficial saja.

Insisivus pertama dan molar pertama kanan atas, molar ke dua

kanan bawah, molar pertama kiri atas, insisivus ke dua kanan atas

Pada gigi-gigi ini diagnose/assessment kelompok kami adalah

gangrene radiks. Kelompok kami menyimpulkan diagnose ini karena pada

pemeriksaan klinis gigi tersebut tinggal akarnya saja yang tersisa.

Premolar ke dua kanan atas3

Page 19: About Integrated (Perfect)

Pada gigi ini diagnose/assessment kelompok kami adalah gangrene

radiks disertai periodontitis kronis apikalis. Kelompok kami

menyimpulkan diagnose ini karena pada pemeriksaan klinis gigi tersebut

sudah tinggal sisa akarnya saja. Dan pada gingival terdapat

pembengkakan, kemerahan, dan terdapat fistula. Pada anamnesa pasien

pernah mengalami pembengkakan pada daerah rahang atas bagian kanan.

Hal ini yang sebagai tanda bahwa jaringan periapikal gigi tersebut sudah

rusak sehingga kelompok kami menyimpulkan diagnose pada jaringan

periodontalnya adalah periodontitis kronis apikalis karena pasien sudah

tidak mengalami rasa sakit.

Insisivus rahang bawah

Pada gigi-gigi ini kelompok kami menyimpulkan diagnosanya adalah

periodontitis akut marginalis. Kelompok kami menyimpulkan periodontitis

akut marginalis dikarenakan pada regio gigi-gigi tersebut telah terdapat

kalkulus supragingiva dan subgingiva yang cukup tebal, gingival regio

tersebut telah mengalami resesi, kemerahan, dan edemortous. Pada

anamnesa pasien merasa kesakitan pada regio tersebut. Hal ini

menandakan bahwa peradangan tersebut masih akut.

3.2 Rencana perawatan

Pertimbangan dalam perawatan endodonti.

- gigi yang tidak dapat dilakukan restorasi akhir dengan baik.

- jaringan periodontal pendukung gigi tinggal sedikit.

- gigi yang tidak terletak dalam lengkung gigi (tidak dapat oklusi dengan

baik).

- gigi dengan fraktur akar vertikal.

- gigi dengan saluran akar yang tidak dapat dijajaki secara konvensional.

- resorbsi massive :

1. Internal

2. eksternal

Pertimbangan:

3

Page 20: About Integrated (Perfect)

I. Keadaan Pasien

- Keadaan medis:

1. penyakit jantung

2. kelainan pendarahan

3. diabetes

4. kanker

5. HIV

6. kehamilan

7. alergi

8. penyakit menular

9. cacat fisik

- Keadaan gigi:

1. motivasi

2. managemen pasien

3. keadaan sosial ekonomi

II. Keadaan gigi

- Morfologi gigi:

a. panjang gigi , bentuk saluran akar yang tidak biasa

b. jumlah saluran akar

c. Resorbsi

d. Kalsifikasi

- Lokasi gigi

a. Kasesibilitas gigi

b. kedekatan dengan struktur anatomi tertentu

- Perawatan yang sudah pernah dilakukan

a. salah preparasi saluran akar

b. pengisian

c. instrumen patah

d. Perforasi

- Bisa atau tidak gigi direstorasi

- Status periodontal

3

Page 21: About Integrated (Perfect)

III. Kemampuan operator

1. pengalaman kerja

Jika perlu , rujuk kasus kebahagian lain misalnya untuk pembuatan

bridge/jembatan

2. kemampuan bekerja

3. peralatan yang cukup dan lengkap

IV. Keadaan sosiali ekonomi pasien

1. pendidikan pasien

2. kultural

3. ekonomi

a. Perawatan Pulpitis Irreversible

Dalam melakukan perawatan pulpitis irreversible terlokalisasi agar

perawataan yang dilakukan dapat akurat, ada dua faktor yang dapat mempengarui

proses perawatan, antara lain:

1. Lokasi gigi yang pulpitis irreversible (anterior atau posterior).

2.Sensasi gigi saat dilakukan perkusi (sensitif atau nyeri).

Terapi: pulpektomi

Pulpektomi adalah pembuangan seluruh jaringan nekrotik pada ruang

pulpa dan saluran akar diikuti pengisian saluran akar dengan bahan semen yang

dapat diresorbsi. Perawatan terdiri dari pengambilan seluruh pulpa, atau

pulpektomi, dan penumpatan suatu medikamen intrakanal sebagai desinfektan

atau obtuden (meringankan rasa sakit) misalnya kresatin, eugenol, atau

formokresol. Pada gigi posterior, dimana waktu merupakan suatu faktor, maka

pengambilan pulpa koronal atau pulpektomi dan penempatan formokresol atau

dressing yang serupa di atas pulpa radikuler harus dilakukan sebagai suatu

prosedur darurat. Pengambilan secara bedah harus dipertimbangkan bila gigi tidak

dapat direstorasi. Prognosa gigi adalah baik apabila pulpa diambil kemudian

dilakukan terapi endodontik dan restorasi yang tepat.

3

Page 22: About Integrated (Perfect)

b. Perawatan periodontitis kronis

Tujuan perawatan periodontal pada periodontitis adalah :

1. Resolusi penyakit

2. Membentuk kondisi untuk mencegah frekuensi penyakit

Perawatan : scalling dan root planing

Skaling subgingiva adalah metode paling konservatif dari reduksi poket

dan bila poket dangkal, merupakan satu- satunya perawatan yang perlu dilakukan.

Meskipun demikian, bila kedalaman poket 4 mmatau lebih, diperlukan perawatan

tambahan. Yang paling sering adalah root planing dengan atau tanpa kuretase

subgingiva.

Tujuan root planing adalah untuk membersihkan sementum nekrosis dan

kalkulus serta menghaluskan permukaan akar. Juga berhubungan dengan

membersihkan sementum yang terinfiltrasi oleh bahan toksik bakteri seperti

endotoksin (LPS). Akhir – akhir ini ditemukan bahan lain hanya berhubungan

longgar terhadap permukaan akar (Moore dkk,1986) dan dapat dibersihkan dengan

skaling manual atau ultrasonik tanpa perlu membersihkan sementum. Ini

menunjukkan bahwa tujuan skling dan root planning adalah untuk mendapatkan

permukaan akar yang halus bebas deposit dengan sesedikit mungkin

menghilangkan sementum.

Kuretase subgingiva yang berhubungan dengan pembersihan permukaan

dalam dinding jaringan lunak poket yang terdiri dari epitellium dan jaringan ikat

yang terinflamasi. Penyusutan jaringan yang terjadi setelah prosedur ini

menyebabkan poket berkurang kedalamannya.

Ketiga komponen pembersihan gingiva- skaling, root planing dan kuretase

biasanya dilakukan bersamaan karena selama skaling serta root planing adalah

sama (Hill,dkk,1981) menunujukan kapasitas lesi jaringan lunak yang mereda

setelah iritan permukaan akar dapat dihilangkan seluruhnya.

Skaling subgingiva dan root planing dapat merubah komposisi bakterial

dari poket. Dengan menggunakan teknik mikroskop latar gelap dapat dilihat

3

Page 23: About Integrated (Perfect)

perawatan ini menyebabkan berkurangnya bakteri bentuk batang dang spirochaeta

serta bertambhanya jumlah kokus.( listgarten dkk, 1978)

Skaling dan root planing efektif dalam mengurangi inflamasi gingiva dan

kedalaman poket. Bila dikombinasikan dengan kebersihan mulut yang baik dan

pemeliharaan yang teratur, efek ini dapat berlanjut selam bertahun- tahun. Hasil

pemeriksaan ini menunjukkan bahwa tindakan tersebut cukup efektif dalam

merawat dan mempertahankan kondisi pasien yang menderita periodontitis kronis

moderat atau bahkan parah, namun perawatan ini membutuhkan waktu yang

sangat lama dan melelahkan terutama pada pasien dengan poket yang alam serta

membutuhkan kunjungan pengontrolan yang berulangkali.

Pada penelitian pada perawatan seperti tersebut diatas waktu yang

diperlukan untuk skaling dan root planing berkisar antara 5-8 jam dan pasien

perlu dipanggil kembali untuk perawatan pengkontrolan 2-4 bulan sekali.

3.3 Prognosa

Penderita mengalami pulpitis irreversible akut pada gigi C3 kiri

bawah. Terlihat keadaan oral hygyene pada penderita juga cukup baik.

Sehingga dapat disimpulkan prognosis baik. Terdapat juga gingivitis pada gigi

I1 kanan bawah, I1 kiri bawah, I2 kanan bawah dan I2 kiri bawah. Dalam

penentuan progonosa untuk penyakit-penyakit periodontal perlu

dipertimbangkan beberapa macam hal. Salah satunya adalah tingkat kerusakan

tulang alveolar. Pada gigi–gigi yang telah disebutkan diatas tidak terjadi

kerusakan tulang alveolar yang terlalu parah. Kemungkinan untuk

dilakukannya penghilangan etiologi juga cukup besar, sehingga dapat

dikatakan prognosa baik. Pada gigi molar 3 kanan atas, insisiv 1 kiri atas,

insisif 2 kiri atas, molar 1 kanan bawah dan molar I kiri bawah missing.

Prognosis cukup baik. Pada gigi molar 2 kiri bawah dan molar 3 kanan bawah

rerjadi pulpitis reversible maka terjadi peningkatan remineralisasi. Hal ini

disebabkan karena oral higyene dari penderita cukup baik. Maka dari itu

diperlukan kontrol oral hygine dengan cara pemberian pengetahuan mengenai

oral hygiene.

3

Page 24: About Integrated (Perfect)

BAB IV

KESIMPULAN

Menurut pemeriksaan dan anamnesis yang telah dilakukan, pasien

didiagnosis menderita:

1. Gigi C kiri bawah: pulpitis irreversible akut disertai dengan periodontitis.

2. Gigi I1 dan I2 kanan-kiri bawah: periodontitis.

3. Gigi I1 dan 2, P2, M1 atas kanan dan C, M1 atas kiri serta M2 bawah:

periodontitis kronis gangren radikalis.

4. Gigi M3 atas kanan, I1 dan 2 atas kiri, gigi M1 kiri bawah: edentulous.

5. Gigi M3 bawah kanan dan M2 bawah kiri: pulpitis reversible.

Untuk rencana perawatan dari penyakit yang diderita pasien tersebut

adalah dengan pulpektomi untuk merawat pulpitis irreversible. Sedangkan untuk

merawat periodontitis dapat dilakukan skalling dan root planning. Untuk

perawatan pulpitis reversible dapat dilakukan penumpatan tanpa terapi

endodontic, namun selain itu dapat juga diberikan fissure sealant.

3