pbl kejang demam
TRANSCRIPT
LO 1 Memahami dan Menjelaskan Anatomi Meningens, Ventrikel dan LCS
Meninges
1. Duramater ( Lapisan Luar )
Selaput keras pembungkus otak merupakan jaringan ikat tebal dan kuat, dibagian
tengkorak dan duramater propia di bagian dalam.Dalam kanalis vertebralis kedua lapisan
ini terpisah. Duramater terdapat rongga yang mengalirkan darah vena dari otak,
dinamakan sinus longitudinalis superior terletak diantara kedua hemisfer otak.
2. Arachnoid
Selaput halus yang memisahkan duramater dengan piamater yang membentuk sebuah
kantung atau balon berisi cairan otak meliputi seluruh sumsum saraf sentral. Meedula
spinalis terhenti di bawah lumbal I – II terdapat kantung berisi cairan, berisi saraf perifer
yang keluar dari medula spimalis dapat dimanfaatkan untuk mengambil cairan otak yang
disebut fungsi lumbal.
3. Piameter
Selaput tipis pada permukaan jaringan otak yang berhubungan dengan arakhnoid
melalui struktur jaringan ikat yang disebut turbekel, Tepi Falks serebri membentuk sinus
longitudinalis inferior yang mengeluarkan darah dari falks serebri . Tentorium
memisahkan serebri dengan serebelum.
Fungsi,melindungi otak dari benturan atau pengaruh gravitasi yang diperkuat oleh cairan
serebrospinal.
JULIA/ 1102010137 1
Ventrikulus
a. Dalam hemisphere cerebri
b. Antara kedua thalamus
c. Depan cerebrum
d. Belakang pons
e. Dibagian atau medulla oblongata
Ventrikulus lateralis (dalam hemisphere cerebri), berbentuk huruf C menempati kedua
hemisphere cerebri berhubungan dengan ventrikulus tertius.Ventrikulus Tertius, antara kedua
thalamus kanan kiri berhubungan ventrikulus quartus.Ventrikulus quartus,terletak antara
pons,medulla oblongata bagian atas dengan cerebellum dan ke medulla spinalis.
Sistem ventrikel terdiri dari 2 buah ventrikel lateral, ventrikel III dan ventrikel IV.
Ventrikel lateral terdapat di bagian dalam serebrum, masing-masing ventrikel terdiri dari 5
bagian yaitu kornu anterior, kornu posterior, kornu inferior, badan dan atrium.
Ventrikel III adalah suatu rongga sempit di garis tengah yang berbentuk corong
unilokuler, letaknya di tengah kepala, ditengah korpus kalosum dan bagian korpus unilokuler
ventrikel lateral, diatas sela tursica, kelenjar hipofisa dan otak tengah dan diantara hemisfer
serebri, thalamus dan dinding hipothalanus. Disebelah anteropeoterior berhubungan dengan
ventrikel IV melalui aquaductus sylvii.
Ventrikel IV merupakan suatu rongga berbentuk kompleks, terletak di sebelah ventral
serebrum dan dorsal dari pons dan medula oblongata
JULIA/ 1102010137 2
LO 2 Memahami dan Menjelaskan Cairan Serebrospinal
Cairan serebrospinal (CSS) dibentuk terutama oleh pleksus khoroideus, dimana
sejumlah pembuluh darah kapiler dikelilingi oleh epitel kuboid/kolumner yang menutupi
stroma di bagian tengah dan merupakan modifikasi dari sel ependim, yang menonjol ke
ventrikel. Pleksus khoroideus membentuk lobul-lobul dan membentuk seperti daun pakis
yang ditutupi oleh mikrovili dan silia. Tapi sel epitel kuboid berhubungan satu sama lain
dengan tigth junction pada sisi aspeks, dasar sel epitel kuboid terdapat membran basalis
dengan ruang stromadiantaranya. Ditengah villus terdapat endotel yang menjorok ke dalam
(kapiler fenestrata). Inilah yang disebut sawar darah LCS. Gambaran histologis khusus ini
mempunyai karakteristik yaitu epitel untuk transport bahan dengan berat molekul besar dan
kapiler fenestrata untuk transport cairan aktif.
Pembentukan LCS
Pertama terbentuknya ultrafiltrat plasma di luar kapiler oleh karena tekanan
hidrostatik dan kemudian ultrafiltrasi diubah menjadi sekresi pada epitel khoroid melalui
proses metabolik aktif.
Mekanisme sekresi LCS oleh pleksus khoroideus adalah sebagai berikut:
1. Natrium dipompa/disekresikan secara aktif oleh epitel kuboid pleksus khoroideus
sehingga menimbulkan muatan positif di dalam LCS. Hal ini akan menarik ion-ion
bermuatan negatif, terutama clorida ke dalam LCS.
2. Akibatnya terjadi kelebihan ion di dalam cairan neuron sehingga meningkatkan tekanan
osmotik cairan ventrikel sekitar 160 mmHg lebih tinggi dari pada dalam plasma.
Kekuatan osmotik ini menyebabkan sejumlah air dan zat terlarut lain bergerak melalui
membran khoroideus ke dalam CSS.
3. Bikarbonat terbentuk oleh karbonik abhidrase dan ion hidrogen yang dihasilkan akan
mengembalikan pompa Na dengan ion penggantinya yaitu Kalium. Proses ini disebut Na-
K Pump yang terjadi Dgn bantuan Na-K-ATP ase, yang berlangsung dalam
keseimbangan.
Natrium memasuki LCS dengan dua cara, transport aktif dan difusi pasif. Kalium
disekresi ke LCS dgn mekanisme transport aktif, demikian juga keluarnya dari CSS ke
jaringan otak. Perpindahan Cairan, Mg dan Phosfor ke CSS dan jaringan otak juga terjadi
terutama dengan mekanisme transport aktif, dan konsentrasinya dalam CSS tidak tergantung
pada konsentrasinya dalam serum. Perbedaan difusi menentukan masuknya protein serum ke
dalam CSS dan juga pengeluaran CO2. Air dan Na berdifusi secara mudah dari darah ke CSS
dan juga pengeluaran CO2. Air dan Na berdifusi secara mudah dari darah ke CSS dan ruang
JULIA/ 1102010137 3
interseluler, demikian juga sebaliknya. Hal ini dapat menjelaskan efek cepat penyuntikan
intervena cairan hipotonik dan hipertonik.
Ada 2 kelompok pleksus yang utama menghasilkan CSS, yaitu :
1. Terbanyak terletak di dasar tiap ventrikel lateral.
2. Terdapat di atap ventrikel III dan IV.
Diperkirakan CSS yang dihasilkan oleh ventrikel lateral sekitar 95%. Rata-rata pembentukan
CSS 20 ml/jam. CSS bukan hanya ultrafiltrat dari serum saja tapi pembentukannya dikontrol
oleh proses enzimatik.
Sirkulasi Cairan Serebrospinal
CSS dari ventrikel lateral melalui foramen interventrikular monroe masuk ke dalam
ventrikel III, selanjutnya melalui aquaductus sylvii masuk ke dalam ventrikel IV. Tiga buah
lubang dalam ventrikel IV yang terdiri dari 2 foramen ventrikel lateral (foramen luschka)
yang berlokasi pada atap resesus lateral ventrikel IV dan foramen ventrikuler medial
(foramen magendi) yang berada di bagian tengah atap ventrikel III memungkinkan CSS
keluar dari sistem ventrikel masuk ke dalam rongga subarakhnoid.
CSS mengisi rongga subarakhnoid sekeliling medula spinalis sampai batas sekitar S2,
juga mengisi keliling jaringan otak. Dari daerah medula spinalis dan dasar otak, CSS
mengalir perlahan menuju sisterna basalis, sisterna ambiens, melalui apertura tentorial dan
berakhir dipermukaan atas dan samping serebri dimana sebagian besar CSS akan diabsorpsi
melalui villi arakhnoid (granula Pacchioni) pada dinding sinus sagitalis superior.
Yang mempengaruhi alirannya adalah: metabolisme otak, kekuatan hidrodinamik
aliran darah dan perubahan dalam tekanan osmotik darah. CSS akan melewati villi masuk ke
dalam aliran adrah vena dalam sinus. Villi arakhnoid berfungsi sebagai katup yang dapat
dilalui CSS dari satu arah, dimana semua unsur pokok dari cairan CSS akan tetap berada di
dalam CSS, suatu proses yang dikenal sebagai bulk flow. CSS juga diserap di rongga
subrakhnoid yang mengelilingi batang otak dan medula spinalis oleh pembuluh darah yang
terdapat pada sarung/selaput saraf kranial dan spinal. Vena-vena dan kapiler pada piameter
mampu memindahkan CSS dengan cara difusi melalui dindingnya.
Perluasan rongga subarakhnoid ke dalam jaringan sistem saraf melalui perluasaan
sekeliling pembuluh darah membawa juga selaput piametr disamping selaput arakhnoid.
Sejumlah kecil cairan berdifusi secara bebas antara cairan ekstraselluler dan css dalam rongga
perivaskuler dan juga sepanjang permukaan ependim dari ventrikel sehingga metabolit dapat
berpindah dari jaringan otak ke dalam rongga subrakhnoid. Pada kedalaman sistem saraf
JULIA/ 1102010137 4
pusat, lapisan pia dan arakhnoid bergabung sehingga rongga perivaskuler tidak melanjutkan
diri pada tingkatan kapiler.
Fungsi Cairan Serebrospinal
Cairan serebrospinal yang berada di ruang subarakhnoid merupakan salah satu proteksi
untuk melindungi jaringan otak dan medula spinalis terhadap trauma atau gangguan dari
luar. Pada orang dewasa volume intrakranial kurang lebih 1700 ml, volume otak sekitar
1400 ml, volume cairan serebrospinal 52-162 ml (rata-rata 104 ml) dan darah sekitar 150 ml.
80% dari jaringan otak terdiri dari cairan, baik ekstra sel maupun intra sel. Rata-rata cairan
serebrospinal dibentuk sebanyak 0,35 ml/menit atau 500ml/hari, sedangkan total volume
cairan serebrospinal berkisar 75-150 ml dalam sewaktu. Ini merupakan suatu kegiatan
dinamis, berupa pembentukan, sirkulasi dan absorpsi. Untuk mempertahankan jumlah cairan
serebrospinal tetap dalam sewaktu, maka cairan serebrospinal diganti 4-5 kali dalam sehari.
Fungsi cairan serebrospinal antara lain :
1. Sebagai bumper antara ssp dengan tulang disekelilingnya,
2. Sebagai pengatur volume tengkorak,
3. Member makan pada ssp,
4. membuang sisa metabolism pada ssp
Perubahan dalam cairan serebrospinal dapat merupakan proses dasar patologi suatu kelainan
klinik. Pemeriksaan cairan serebrospinal sanga membantu dalam mendiagnosa penyakit-
penyakit neurologi. Selain itu juga untuk evaluasi pengobatan dan perjalanan penyakit, serta
menentukan prognosa penyakit.
JULIA/ 1102010137 5
LO 3 Memahami dan Menjelaskan Kejang Demam
LO 3.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Kejang Demam
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh tinggi
(suhu rektal > 38oC) disebabkan oleh suatu proses kelainan ekstrakranial.
LO 3.2 Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi Kejang Demam
Kejang demam terjadi pada 2% - 4 % populasi anak usia 6 bulan - 5 tahun. Kejang
demam sederhana (80-90%), kejang demam kompleks (20%).3 Di AS antara 2% dan 5% anak
mengalami kejang demam saat usia 5 tahun. Hal serupa ditemukan di Eropa Barat, namun di
dunia bervariasi antara 5% dan 10% India, 8,8% Jepang, 14 % Guam, 0,35% Hong Kong dan
0,5% - 1,5 % Cina.
LO 3.3 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Kejang Demam
Faktor - faktor yang berperan dalam risiko kejang demam yaitu, faktor demam, usia dan
riwayat keluarga (faktor risiko utama), dan riwayat prenatal (usia saat ibu hamil), riwayat
perinatal (asfiksia, usia kehamilan, dan bayi berat lahir rendah).
1. Umur
Batas umur yang umum adalah 6 bulan – 5 tahun. Kejang yang terjadi sebelum usia 5
bulan lebih dikenal sebagai akibat dari infeksi pada sistem saraf pusat.
2. Demam
Infeksi pernapasan atas, otitis media, gastroenteritis dan infeksi saluran kemih adalah
penyebab utama kejang demam. Penyebab lainnya adalah imunisasi pertusis dan campak.
Kejang biasanya terjadi selama 24 jam pertama demam.
3. Faktor Keturunan
Kejang demam dengan riwayat pada keluarga memegang peranan penting untuk
terjadinya kejang demam
Ada beberapa faktor lain yang berperan terhadap terjadinya kejang, antara lain yaitu :
a. Efek produk toksik daripada mikroorganisme (kuman, virus) terhadap otak
b. Respons alergik atau keadaan imun yang abnormal oleh karena infeksi
c. Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit
d. Ensefalitis viral ( radang otak akibat virus) yang ringan yang tidak diketahui atau
ensefalopati toksisk sepintas
JULIA/ 1102010137 6
LO 3.4 Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Kejang Demam
Untuk mempertahankan hidupnya, sel otak membutuhkan energi yaitu senyawa glukosa
yang didapat dari proses metabolisme sel. Sel - sel otak dikelilingi oleh membran yang dalam
keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion Kalium (K+) dan
sangat sulit dilalui oleh ion Natrium (Na+) dan elektrolit lain kecuali Clorida (Cl-). Akibatnya
konsentrasi ion K+ di dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi ion Na+ rendah. Keadaan
sebaliknya terjadi di luar sel neuron. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam
dan di luar sel tersebut maka terjadi beda potensial yang disebut “Potensial Membran Sel
Neuron” Untuk menjaga keseimbangan potensial membran sel diperlukan energi dan enzim
Na-K-ATP ase yang terdapat di permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat
diubah oleh :
a. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular
b. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran listrik dari
sekitarnya
c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan
Sebuah
potensial
aksi akan
terjadi akibat
adanya
perubahan potensial membran sel yang didahului dengan stimulus membrane sel neuron. Saat
JULIA/ 1102010137 7
depolarisasi, channel ion Na+ terbuka dan channel ion K+ tertutup. Hal ini menyebabkan
influx dari ion Na+, sehingga menyebabkan potensial membran sel lebih positif, sehingga
terbentuklah suatu potensial aksi.
Dan sebaliknya, untuk membuat keadaan sel neuron repolarisasi, channel ion K+ harus
terbuka dan channel ion Na+ harus tertutup, agar dapat terjadi efluks ion K+ sehingga
mengembalikan potensial membran lebih negatif atau ke potensial membrane istirahat.
Renjatan listrik akan diteruskan sepanjang sel neuron. Dan diantara 2 sel neuron, terdapat
celah yang disebut sinaps, yang menghubungkan akson neuron pre-sinaps dan dendrite
neuron post sinaps. Untuk menghantarkan arus listrik pada sinaps ini, dibutuhkan peran dari
suatu neurotransmitter.
Ada dua tipe neurotransmitter,
1. Eksitatorik, neurotransmiter yang membuat potensial membran lebih positif dan
mengeksitasi neuron post sinaps
2. Inhibitorik, neuritransmiter yang membuat potensial membrane lebih negatif sehingga
menghambat transmisi sebuah impuls. Sebagai contoh : GABA (Gamma Aminobutyric
Acid). Dalam medis sering digunakan untuk pengobatan epilepsi dan hipertensi.
Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksismal yang berlebihan dari sebuah fokus kejang
atau dari jaringan normal yang terganggu akibat suatu keadaan patologik. Aktivitas kejang
sebagian bergantung kepada lokasi lepas muatan yang berlebihan tersebut. Lesi di otak
tengah, talamus, dan korteks serebri kemungkinan besar bersifat epileptogenik sedangkan lesi
di serebelum dan batang otak umumnya tidak memicu kejang. Ditingkat membran sel, fokus
kejang memperlihatkan beberapa fenomena biokimiawi, termasuk yang berikut :
a. Instabilitas membran sel saraf, sehingga sel lebih mudah mengalami pengaktifan.
b. Neuron - neuron hipersensitif dengan ambang untuk melepaskan muatan menurun dan
apabila terpicu akan melepaskan muatan secara berlebihan.
JULIA/ 1102010137 8
c. Kelainan polarisasi (polarisasi berlebih, hipopolarisasi, atau selang waktu dalam
repolarisasi) yang disebabkan oleh kelebihan asetilkolin atau defisiensi GABA.
Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1o C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal
10-15% dan peningkatan kebutuhan oksigen sampai 20%. Jadi pada kenaikan suhu tertentu
dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran dan dalam waktu yang singkat terjadi
difusi ion Kalium dan Natrium melalui membran sel, dengan akibat lepasnya muatan listrik
yang demikian besar sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel tetangga
dengan bantuan neurotransmitter dan terjadilah kejang.
Pada anak dengan ambang kejang yang rendah kenaikan suhu sampai 38o C sudah terjadi
kejang, Namun pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu
diatas 40o C. Terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada anak dengan ambang
kejang rendah.
Awal (< 15 menit) Lanjut (15-30 menit) Berkepanjangan (>1jam)
Meningkatnya kecepatan
denyut jantung
Menurunnya tekanan
darah
Hipotensi disertai berkurangnya
aliran darah serebrum sehingga
terjadi hipotensi serebrumMeningkatnya tekanan
darah
Menurunnya gula darah
Meningkatnya kadar
glukosa
Disritmia Gangguan sawar darah otak yang
menyebabkan edema serebrum
Meningkatnya suhu pusat
tubuh
Edema paru nonjantung
Meningkatnya sel darah
putih
Kejang demam yang berlangsung singkat umumnya tidak berbahaya dan tidak
meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang demam yang berlangsung lama (>15 menit) biasanya
disertai dengan apneu, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot
skeletal yang mengakibatkan hipoksemia, hiperkapneu, dan asidosis laktat. Hipotensi arterial
disertai dengan aritmia jantung dan kenaikan suhu tubuh disebabkan meningkatnya aktivitas
berakibat meningkatnya metabolisme otak.
Rangkaian kejadian di atas adalah faktor penyebab terjadinya kerusakan neuron otak pada
kejang yang lama. Faktor yang terpenting adalah gangguan peredaran darah yang
mengakibatkan hipoksia sehingga berakibat meningkatnya permeabilitas vaskular dan udem
JULIA/ 1102010137 9
otak serta kerusakan sel neuron. Kerusakan anatomi dan fisiologi yang bersifat menetap bisa
terjadi di daerah medial lobus temporalis setelah ada serangan kejang yang berlangsung lama.
Hal ini diduga kuat sebagai faktor yang bertanggung jawab terhadap terjadinya epilepsi.
LO 3.5 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Kejang Demam
Umumnya kejang demam dibagi menjadi 2 bagian. Kriteria untuk penggolongan tersebut
dikemukakan oleh berbagai pakar. Dalam hal ini terdapat beberapa perbedaan kecil dalam
penggolongan tersebut menyangkut jenis kejang, tinggi demam, usia penderita, lamanya
kejang berlangsung, gambaran rekaman otak dan lainnya.
Klasifikasi menurut Prichard dan Mc Greal
1. Kejang demam sederhana
2. Kejang demam tidak khas
Ciri – ciri kejang demam sederhana :
a. Kejang bersifat simetris yaitu tangan dan tungkai kiri kejang sama seperti pada bagian
sebelah kanan.
b. Usia penderita antara 6 bulan – 4 tahun
c. Suhu 100 oF (37,78 oC) atau lebih
d. Lamanya kejang berlangsung kurang dari 30 menit
e. Keadaan neurologis (fungsi saraf) normal dan setelah kejang juga tetap normal
f. EEG (Electro Encephalography) setelah tidak demam hasilnya normal
Kejang demam yang tidak memenuhi kriteria diatas digolongkan sebagai kejang demam tidak
khas.
Klasifikasi menurut Livingston
1. Kejang demam sederhana
a. Kejang bersifat umum
b. Lamanya kejang berlangsung singkat ( < 15 menit)
c. Usia waktu kejang demam pertama < 6 tahun
d. Frekuensi seranag 1- 4 kali dalam 1 tahun
e. EEG normal
2. Epilepsi yang dicetuskan oleh demam
a. Kejang bersifat fokal dan berlangsung lama
b. Usia saat kejang demam pertama > 6 tahun
c. Frekuensi serangan > 4 kali dalam 1 tahu
d. EEG yang dibuat saat anak tidak demam hasilnya normal
JULIA/ 1102010137 10
Klasifikasi menurut Fukuyama
1. Kejang Demam Sederhana
2. Kejang Demam Kompleks
Kejang demam sederhana harus memenuhi semua kriteria berikut :
a. Dikeluarga penderita tidak ada riwayat epilepsy
b. Sebelumnnya tidak ada riwayat cedera otak oleh sebab apapun
c. Serangan yang pertama terjadi antara usia 6 bulan – 6 tahun
d. Lamanya kejang berlangsung tidak lebih dari 20 menit
e. Kejang bersifat umum
f. Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang
g. Sebelumnya tidak terdapat kelainan neurologis atau abnormalitas perkembangan.
h. Kejang tidak berulang dalam waktu singkat
Bila tidak memenuhi kriteria diatas tersebut, maka digolongkan sebagai kejang demam
jenis kompleks.
Klasifikasi yang dibuat oleh Prichard dan Mc Greal, Livingston dan Fukuyama antara
lain mengacu kepada kemungkinan anak menjadi epilepsi dikemudian hari.
Menurut sub bagian syaraf anak FK-UI membagi tiga jenis kejang demam, yaitu :
1. Kejang demam kompleks
Diagnosisnya :
a. Umur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun
b. Kejang berlangsung lebih dari 15 menit
c. Kejang bersifat fokal/multipel
d. Didapatkan kelainan neurologis
e. EEG abnormal
f. Frekuensi kejang lebih dari 3 kali / tahun
g. Temperatur kurang dari 39 derajat celcius
2. Kejang demam sederhana
Diagnosisnya :
a. Kejadiannya antara umur 6 bulan sampai dengan 5 tahun
b. Serangan kejang kurang dari 15 menit atau singkat
c. Kejang bersifat umum (tonik/klonik)
d. Tidak didapatkan kelainan neurologis sebelum dan sesudah kejang
e. Frekuensi kejang kurang dari 3 kali / tahun
f. Temperatur lebih dari 39 derajat celcius
JULIA/ 1102010137 11
3. Kejang demam berulang
Diagnosisnya : Kejang demam timbul pada lebih dari satu episode demam
LO 3.6 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinik Kejang Demam
Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan
suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat,
otitis media akuta, bronkitis, furunkulosis dan lain-lain. Serangan kejang biasanya terjadi
dalam 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat
berbentuk tonik-klonik, tonik, klonik, fokal atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri.
Namun anak akan terbangun dan sadar kembali setelah beberapa detik atau menit tanpa
adanya kelainan neurologik.
Gejala yang timbul saat anak mengalami kejang demam antara lain : anak mengalami
demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang terjadi secara tiba-tiba),
kejang tonik-klonik atau grand mal, pingsan yang berlangsung selama 30 detik - 5 menit
(hampir selalu terjadi pada anak-anak yang mengalami kejang demam). Kejang dapat dimulai
dengan kontraksi yang tiba-tiba pada otot kedua sisi tubuh anak. Kontraksi pada umumnya
terjadi pada otot wajah, badan, tangan dan kaki. Anak dapat menangis atau merintih akibat
kekuatan kontaksi otot. Anak akan jatuh apabila dalam keadaan berdiri.
Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya berlangsung selama
10-20 detik), gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama, biasanya
berlangsung selama 1-2 menit), lidah atau pipinya tergigit, gigi atau rahangnya terkatup rapat,
inkontinensia (mengeluarkan air kemih atau tinja diluar kesadarannya), gangguan pernafasan,
apneu (henti nafas), dan kulitnya kebiruan.
Saat kejang, anak akan mengalami berbagai macam gejala seperti :
1. Anak hilang kesadaran
2. Tangan dan kaki kaku atau tersentak-sentak
3. Sulit bernapas
4. Busa di mulut
5. Wajah dan kulit menjadi pucat atau kebiruan
6. Mata berputar-putar, sehingga hanya putih mata yang terlihat.
LO 3.6 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis Kejang Demam
1. Anamnesis
a. Adanya kejang, jenis kejang, kesadaran sebelum dan sesudah kejang , lama kejang
JULIA/ 1102010137 12
b. Suhu sebelum / saat kejang, frekuensi dalam 24 jam, interval kejang, keadaan anak
pasca kejang, penyebab demam di luar infeksi susunan saraf pusat ( gejala infeksi
saluran napas akut / ISPA, infeksi saluran kemih (ISK), otitis media akut (OMA) dll,
c. Riwayat perkembangan, riwayat kejang demam dan epilepsi dalam keluarga,
d. Kesadaran sebelum dan sesudah kejang (menyingkirkan diagnosis
meningoensefalitis)
e. Singkirkan penyebab kejang yang lain ( misalkan diare, muntah yang mengakibatkan
gangguan elektrolit, sesak yang mengakibatkan hipoksemia, asupan kurang yang
dapat menyebabkan hipoglikemik.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda vital terutama suhu
b. Manifestasi kejang yang terjadi, misal : pada kejang multifokal yang berpindah-
pindah atau kejang tonik, yang biasanya menunjukkan adanya kelainan struktur otak.
c. Kesadaran tiba-tiba menurun sampai koma dan berlanjut dengan hipoventilasi, henti
nafas, kejang tonik, posisi deserebrasi, reaksi pupil terhadap cahaya negatif, dan
terdapatnya kuadriparesis flasid mencurigakan terjadinya perdarahan intraventikular.
d. Pada kepala apakah terdapat fraktur, depresi atau mulase kepala berlebihan yang
disebabkan oleh trauma. Ubun –ubun besar yang tegang dan membenjol menunjukkan
adanya peninggian tekanan intrakranial yang dapat disebabkan oleh pendarahan
sebarakhnoid atau subdural. Pada bayi yang lahir dengan kesadaran menurun, perlu
dicari luka atau bekas tusukan janin dikepala atau fontanel enterior yang disebabkan
karena kesalahan penyuntikan obat anestesi pada ibu.
e. Terdapatnya stigma berupa jarak mata yang lebar atau kelainan kraniofasial yang
mungkin disertai gangguan perkembangan kortex serebri.
f. Ditemukannya korioretnitis dapat terjadi pada toxoplasmosis, infeksi sitomegalovirus
dan rubella. Tanda stasis vaskuler dengan pelebaran vena yang berkelok – kelok di
retina terlihat pada sindom hiperviskositas.
g. Transluminasi kepala yang positif dapat disebabkan oleh penimbunan cairan subdural
atau kelainan bawaan seperti parensefali atau hidrosefalus.
h. Pemeriksaan umum penting dilakukan misalnya mencari adanya sianosis dan bising
jantung, yang dapat membantu diagnosis iskemia otak.
i. Pemeriksaan untuk menentukan penyakit yang mendasari terjadinya demam (ISPA,
OMA, GE)
j. Pemeriksaan refleks patologis
JULIA/ 1102010137 13
k. Pemeriksaan tanda rangsang meningeal (menyingkirkan diagnosis meningoensefalitis)
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam, tetapi
dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam, atau keadaan
lain misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai demam. Pemeriksaa laboratorium yang
dapat dikerjakan misalnya darah perifer, elektrolit dan gula darah.
b. Pungsi lumbal
Pungsi lumbal adalah pemeriksaan cairan serebrospinal yang dilakukan untuk
menyingkirkan menigitis terutama pada pasien kejang demam pertama. Sangat
dianjurkan pada anak berusia di bawah 12 bulan, dianjurkan pada anak usia 12 - 18
bulan, dan dipertimbangkan pada anak di atas 18 bulan yang dicurigai menderita
meningitis
c. CT Scan atau MRI
Jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan hanya diindikasikan pada keadaan:
i. Adanya riwayat dan tanda klinis trauma kepala.
ii. Kemungkinan adanya lesi struktural diotak (mikrosefali, spastik).
iii. Adanya tanda peningkatan tekanan intrakranial (kesadaran menurun, muntah
berulang, fontanel anterior menonjol, paresis saraf otak VI, edema papil)
d. EEG (Electro Encephalography)
EEG adalah pemeriksaan gelombang otak untuk meneliti ketidak normalan
gelombang dan dipertimbangkan pada kejang demam kompleks. Pemeriksaan ini
tidak dianjurkan untuk dilakukan pada kejang demam yang baru terjadi sekali tanpa
adanya defisit neurologis, EEG ini tidak dapat memprediksi berulangnya kejang tau
memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pasien kejang demam.
LO 3.7 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis Banding Kejang Demam
Menghadapi seorang yang menderita demam dengan kejang, harus dipikirkan apakah
penyebab kejang itu di dalam atau diluar susunan saraf pusat. Kelainan di dalam otak
biasanya karena infeksi, misalnya meningitis, ensefalitis, abses otak, dan lain-lain. Oleh
sebab itu perlu waspada untuk menyingkirkan dahulu apakah ada kelainan organis di otak.
JULIA/ 1102010137 14
LO 3.8 Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan Kejang Demam
Pemberian obat saat kejang
Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien datang kejang
sudah berhenti. Apabila datang dalam keadaaan kejang, obat paling cepat unutuk
menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis diazepam
intravena adalah 0,3 – 0,5 mg/kgBB perlahan – lahan dengan kecepatan 1-2 mg / menit
atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 20 mg.
Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah adalah diazepam
rektal. Dosis diazepam rekatal adalah 0,5 – 0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk
anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg.
atau diazepam rektal dosis 5 mg untuk anak dibawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk
anak diatas usia 3 tahun.
Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat diulang lagi
dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit.
Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke Rumah
Sakit. Di Rumah Sakit dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3 – 0,5
mg/kgBB.
Bila kejang tetap belum berhenti dapat diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis
awal 10 – 20 mg/kgBB/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis
selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal.
Bila dengan fenitoin kejang masih belum berhenti maka pasien harus dirawat diruangan
intensif. Bila kejang telah berhenti maka pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis
demam.
Pemberian obat pada saat demam
JULIA/ 1102010137 15
No Kriteri Banding Kejang
Demam
Epilepsi Meningitis
Ensefalitis
1. Demam Pencetusnya
demam
Tidak berkaitan
dengan demam
Salah satu
gejalanya demam
2. Kelainan Otak (-) (+) (+)
3. Kejang berulang (+) (+) (+)
4. Penurunan kesadaran (+) (-) (+)
1. Antipiretik
Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi risiko terjadinya
kejang demam, namun para ahli di Indonesia sepakat bahwa antipiretik tetap diberikan.
Dosisi parasetamol yang digunakan adalah 10 – 15 mg /kgBB/kali diberikan 3 kali
sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis ibuprofen 5 – 10 mg/kgBB/kali diberikan 3 - 4
kali sehari.
2. Antikonvulsan
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kgBB setiap 8 jam pada saat demam
menurunkan risiko berulangnya kejang pada 30% - 60% kasus, begitu pula dengan
diazepam rektal dosisi 0,5 mg/kgBB setiap 8 jam pada suhu > 38,5 oC. Dosis tersebut
cukup tinggi dan menyebabkan ataksia, iritabel dan sedasi yang cukup berat pada 25 –
39 % kasus.
Pemberian obat rumatan
Indikasi pemberian obat rumatan
Pengobatan rumatan hanya diberikan bila kejang demam menunjukan ciri sebagai
berikut : (salah-satu)
1. Kejang demam lama > 15 menit
2. Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya
hemiparesis, paresisi todd, cerebral palsy, retradasi mental dan hidrosefalus
3. Kejang fokal
4. Pengobatan rumatan dipertimbangkan bila :
o Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 2 jam
o Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan
o Kejang demam ≥ 4 kali per tahun
Jenis antikonvulsan untuk pengobatan rumatan
Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam menurunkan
risiko berulangnya kejang. Berdasarkan bukti ilmiah bahwa kejang demam tidak
berbahaya dan penggunaan obat dapat menyebabkan efek samping, maka pengobatan
hanya diberikan terhadap kasus selektif dan dalam jangka pendek.Pemakaian fenobarbital
setiap hari dapat menimbulkan gangguan perilaku dan kesulitan belajar pada 40-50%
kasus.
Obat pilihan saat ini adalah asam valproat. Pada sebagian kecil kasus, terutama yang
berumur kurang dari 2 tahun asam valproat dapat menyebabkan gangguan hati. Dosis asam
JULIA/ 1102010137 16
valproat 15 – 40 mg/kgBB/hari dalam 2 -3 dosis, dan fenobarbital 3 – 4 mh/kgBB/hari
dalam 1 – 2 dosis.
Lama pengobatan rumatan
Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara ertahap
selama 1 – 2 bualn.
LO 3.9 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Kejang Demam
Pada penderita kejang demam yang mengalami kejang lama biasanya terjadi
hemiparesis. Kelumpuhannya sesuai dengan kejang fokal yang terjadi. Mula – mula
kelumpuhan bersifat flasid, tetapi setelah 2 minggu timbul spastisitas.
Kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak
sehingga terjadi epilepsy.
Ada beberapa komplikasi yang mungkin terjadi pada klien dengan kejang demam :
a. Pneumonia aspirasi
b. Asfiksia
c. Retardasi mental
JULIA/ 1102010137 17
LO 3.10 Memahami dan Menjelaskan Prognosis Kejang Demam
Kemungkinan mengalami kecacatan atau kelainan neurologis
Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan.
Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya
normal. Penelitian lain secara retrospektif melaporkan kelainan neurologis pada sebagian
kecil kasus, dan kelainan ini biasanya terjadi pada kasus dengan kejang demam lama atau
kejang berulang baik umum atau fokal.
Kemungkianan mengalami kematian
Kematian karena demam kejang tidak pernah dilaporkan
Kemugkianan berulangnya kejang demam
Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Factor risiko berulangnya
kejang demama adalah :
1. Riwayat kejang demam dalam keluarga
2. Usia kurang dari 12 bulan
3. Temperature yang rendah saat kejang
4. Cepatnya kejang setelah demam
Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah 80%,
sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan berulangnya kejang demam hanya
10 – 15 %. Kemungkinan berulangnya kejang demam paling besar pada tahun pertama.
Faktor risiko terjadi epilepsi
Kejang demam dapat menjadi epilepsy dikemudian hari dengan syarat ada faktor risiko
sebagai berikut :
1. Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam pertama,
2. Kejang demam kompleks,
3. Riwayat epilepsy pada orang tua atau sudara kandung.
Masing – masing faktor risiko meningkatkan kemungkinan kejadian epilepsy sampai
4 % - 6%. Kombinasi dari faktor risiko tersebut meningkatkan kemungkinan epilepsi
menjadi 10%. Kemungkinan menjadi epilepsi tidak dapat dicegah dengan pemberian
obat rumatan pada kejang demam.
JULIA/ 1102010137 18
LO 4 Memahami dan Menjelaskan Meningitis
LO 4.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Meningitis
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medula
spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur. Meningitis merupakan
infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh salah satu dari mikroorganisme
pneumokok, Meningokok, Stafilokok, Streptokok, Hemophilus influenza dan bahan aseptis
(virus). Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal
column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat.
LO 4.2 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Meningitis
1. Bakteri; Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria
meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus,
Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas
aeruginosa
2. Penyebab lainnya lain, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia
3. Virus :
a. Enterovirus
b. Mumps
c. Herpes virus
d. Arbovirus
e. Kasus yang sangat jarang: LMCV (lymphocytic choriomeningitis
virus)
4. Jamur :
a. Cryptococcus neoformans
b. Coccidioides immitris
c. Candida (jarang)
d. Histoplasma (terutama pada kasus immunocompromise)
5. Faktor predisposisi : jenis kelamin laki-laki lebih sering dibandingkan dengan wanita
6. Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan
7. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin.
8. Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan sistem
persarafan
JULIA/ 1102010137 19
Meningitis juga bisa berlaku pada kasus non infeksi terutama pada kasus seperti
AIDS, kanker, diabetes, trauma fisik atau oleh kerna obat obatan yang bisa
menurunkan sistem imunitas tubuh.
Age Group Causes
neonatus Group B Streptococci, Escherichia coli, Listeria
monocytogenes
Bayi Neisseria meningitidis, Haemophilus influenzae,
Streptococcus pneumoniae
Anak anak N. meningitidis, S. pneumoniae
Dewasa S. pneumoniae, N. meningitidis, Mycobacteria
LO 4.3 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Meningitis
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan
otak, yaitu :
1. Meningitis serosa
Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang jernih.
Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lainnya lues, Virus,
Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
2. Meningitis purulenta
Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula spinalis.
Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis
(meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus
influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.
LO 4.4 Memahami dan Menjelaskan Patofisiologis Meningitis
Agen penyebab
↓
Invasi ke susunan saraf pusat melalui aliran darah
↓
Bermigrasi ke lapisan subarachnoid
↓
JULIA/ 1102010137 20
Respon inflamasi di piamater, arachnoid, cairan cerebrospinal, dan
ventrikuler
↓
Eksudat menyebar di seluruh saraf cranial dan saraf spinal
↓
Kerusakan neurologist
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti dengan
septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas. Faktor
predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia
sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan
pengaruh imunologis. Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian
tengah dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen;
semuanya ini penghubung yang menyokong perkembangan bakteri. Organisme masuk ke
dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam meningen dan di bawah
korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah serebral. Jaringan
serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis dan
hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis.
Radang juga menyebar ke dinding membran ventrikel serebral.
Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologis intrakranial, yang
terdiri dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier oak),
edema serebral dan peningkatan TIK. Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin
bakteri sebelum terjadi meningitis.
Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi dan
dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada sindromWaterhouse-Friderichssen)
sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh darah yang
disebabkan oleh meningokokus.
LO 4.5 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinik Meningitis
Keluhan pertama biasanya nyeri kepala. Rasa ini dapat menjalar ke
tengkuk dan punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan
oleh mengejangnya otot-otot ekstensor tengkuk. Bila hebat, terjadi
opistotonus, yaitu tengkuk
kaku dalam sikap kepala
JULIA/ 1102010137 21
tertengadah dan punggung dalam sikap hiperekstensi. Kesadaran
menurun.tanda Kernig’s dan Brudzinsky positif.
Gejala meningitis tidak selalu sama, tergantung dari usia si
penderita serta virus apa yang menyebabkannya. Gejala yang paling
umum adalah demam yang tinggi, sakit kepala, pilek, mual, muntah,
kejang. Setelah itu biasanya penderita merasa sangat lelah, leher terasa
pegal dan kaku, gangguan kesadaran serta penglihatan menjadi kurang
jelas.
Gejala pada bayi yang terkena meningitis, biasanya menjadi sangat
rewel, muncul bercak pada kulit, tangisan lebih keras dan nadanya tinggi,
demam ringan, badan terasa kaku, dan terjadi gangguan kesadaran
seperti tangannya membuat gerakan tidak beraturan.
Gejala meningitis meliputi :
Gejala infeksi akut
1. Panas
2. Nafsu makan tidak ada
3. Anak lesu
Gejala kenaikan tekanan intracranial
1. Kesadaran menurun
2. Kejang-kejang
3. Ubun-ubun besar menonjol
Gejala rangsangan meningeal
1. kaku kuduk
2. Kernig
3. Brudzinky I dan II positif
Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK :
1. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering)
JULIA/ 1102010137 22
2. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif, dan koma.
3. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sbb:
a. Rigiditas nukal (kaku leher). Upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena
adanya spasme otot-otot leher.
b. Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadan fleksi
kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna.
c. Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut dan
pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi maka
gerakan yang sama terlihat peda sisi ektremita yang berlawanan.
4. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.
5. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat eksudat purulen
dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan karakteristik tanda-tanda
vital(melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit kepala,
muntah dan penurunan tingkat kesadaran.
6. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.
7. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia: demam tinggi tiba-tiba muncul, lesi
purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati intravaskuler diseminata
LO 4.6 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Pemeriksaan Meningitis
Diagnosis kerja ke arah meningitis dapat dipikirkan apabila
menemukan gejala dan tanda-tanda klinis meningitis. Gejala dan tanda
dari infeksi akut, peningkatan tekanan intrakranial dan rangsang
meningeal perlu diperhatikan. Untuk mengkonfirmasi diagnosis meningitis
dilakukan tes laboratorium berupa tes darah dan cairan sumsum tulang
belakang.
Pemeriksaan Rangsangan Meningeal
1. Pemeriksaan Kaku Kuduk
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan pergerakan pasif berupa
fleksi dan rotasi kepala. Tanda kaku kuduk positif (+) bila didapatkan
kekakuan dan tahanan
pada pergerakan fleksi kepala disertai rasa nyeri dan spasme otot. Dagu
tidak dapat disentuhkan ke dada dan juga didapatkan tahanan pada
hiperekstensi dan rotasi kepala.
JULIA/ 1102010137 23
2. Pemeriksaan Tanda Kernig
Pasien berbaring terlentang, tangan diangkat dan dilakukan fleksi pada
sendi panggul kemudian ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut sejauh
mengkin tanpa rasa nyeri. Tanda Kernig positif (+) bila ekstensi sendi
lutut tidak mencapai sudut 135° (kaki tidak dapat di ekstensikan
sempurna) disertai spasme otot paha biasanya diikuti rasa nyeri.
3. Pemeriksaan Tanda Brudzinski I ( Brudzinski Leher)
Pasien berbaring terlentang dan pemeriksa meletakkan tangan kirinya
dibawah kepala dan tangan kanan diatas dada pasien kemudian dilakukan
fleksi kepala dengan cepat kearah dada sejauh mungkin. Tanda
Brudzinski I positif (+) bilapada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada
leher.
4. Pemeriksaan Tanda Brudzinski II ( Brudzinski Kontra Lateral
Tungkai)
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada sendi
panggul (seperti pada pemeriksaan Kernig). Tanda Brudzinski II positif (+)
bila pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada sendi panggul dan
lutut kontralateral.(7)
Pemeriksaan Penunjang Meningitis
1. Pemeriksaan Pungsi Lumbal
Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan
protein
cairan cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan
tekanan
intrakranial.
a. Pada Meningitis Serosa terdapat tekanan yang bervariasi, cairan
jernih, sel darah putih meningkat, glukosa dan protein normal,
kultur (-).
b. Pada Meningitis Purulenta terdapat tekanan meningkat, cairan
keruh, jumlah sel darah putih dan protein meningkat, glukosa
menurun, kultur (+) beberapa jenis bakteri.
2. Pemeriksaan darah
JULIA/ 1102010137 24
Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, Laju Endap
Darah (LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit dan kultur.
a. Pada Meningitis Serosa didapatkan peningkatan leukosit saja.
Disamping itu, pada Meningitis Tuberkulosa didapatkan juga
peningkatan LED.
b. Pada Meningitis Purulenta didapatkan peningkatan leukosit.
3. Pemeriksaan Radiologis
a. Pada Meningitis Serosa dilakukan foto dada, foto kepala, bila
mungkin dilakukan CT.
b. Pada Meningitis Purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid,
sinus paranasal, gigi geligi) dan foto dada.
Pemeriksaan Diagnostik
1. Analisis CSS dari fungsi lumbal :
a) Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel darah
putih dan protein meningkat glukosa meningkat, kultur positip terhadap beberapa
jenis bakteri.
b) Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih
meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur
virus biasanya dengan prosedur khusus.
2. Glukosa serum : meningkat ( meningitis )
3. LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri )
4. Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil (infeksi bakteri)
5. Elektrolit darah : Abnormal .
6. ESR/LED : meningkat pada meningitis
7. Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah pusat
infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi
8. MRI/ skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak
ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor
9. Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial.
LO 4.7 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis Banding Meningitis
Viral meningitis
Termasuk penyakit ringan. Gejalanya mirip dengan sakit flu biasa,
dan umumnya si penderita dapat sembuh sendiri. Frekuensi viral
JULIA/ 1102010137 25
meningitis biasanya meningkat di musim panas karena pada saat itu
orang lebih sering terpapar agen pengantar virus. Banyak virus yang bisa
menyebabkan viral meningitis. Antara lain virus herpes dan virus
penyebab flu perut.
Bacterial meningitis
Disebabkan oleh bakteri tertentu dan merupakan penyakit yang
serius. Salah satu bakterinya adalah meningococcal bacteria. Gejalanya
seperti timbul bercak kemerahan dan kecoklatan pada kulit. Bercak ini
akan berkembang menjadi memar yang mengurangi suplai darah ke
organ-organ lain dalam tubuh dapat berakibat fatal dan menyebabkan
kematian.
Meningitis Tuberkulosis Generalisata
Gejala : demam, mudah kesal, obstipasi, muntah- muntah, ditemukan
tanda-tanda perangsangan meningen seperti kaku kuduk, suhu badan
naik turun, nadi sangat labil/lambat, hipertensi umum, abdomen tampak
mencekung, gangguan saraf otak.
Penyebab : kuman mikobakterium tuberkulosa varian hominis.
Diagnosis : Meningitis Tuberkulosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
cairan otak, darah, radiologi, test tuberkulin.
Selain dari tipe-tpe meningitis yang dibahas di atas, terdapat juga tipe
meningitis yang disebabkan oleh jamur seperti meningitis Kriptikokus.
PURULENTA TUBERKULOSA VIRUS JAMUR
Tekanan
>180 mm
H20
Bila didiamkan
terbentuk
pelikula
Mikroskopis :
kuman TBC
Pemeriksaa
n
mikroskopik
Biakan
cairan otak
Pemeriksaa
n serologik
serum dan
cairan otak
Kultur
bakteri
negatif
Warna Keruh Jernih atau Jernih Jernih
JULIA/ 1102010137 26
sampai
purulen
xantokrom
Sel Leukosit
meningkat
95 % PMN
Meningkat,
<500/mm3, MN
dominan
Meningkat
antara 10-
1000/mm3
10 -500
sel/mm3
dengan
dominasi
limfosit
Protein Meningkat,
>75 mg%
meningkat Normal /
sedikit
meningkat
Meningkat
Klorida Menurun,
<700 mg%
menurun Normal
Glukosa Menurun,
<40 mg %,
atau < 40 %
gula darah
menurun Normal Menurun,
sekitar 15-
35 mg
LO 4.8 Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan Meningitis
Jika berdasarkan pemeriksaan penderita didiagnosa sebagai
meningitis, maka pemberian antibiotik secara Infus (intravenous) adalah
langkah yang baik untuk menjamin kesembuhan serta mengurang atau
menghindari resiko komplikasi. Antibiotik yang diberikan kepada
penderita tergantung dari jenis bakteri yang ditemukan.
Farmakologis
Obat anti inflamasi :
Meningitis tuberkulosa :
a. Isoniazid 10 – 20 mg/kg/24 jam oral, 2 kali sehari maksimal 500 gr
selama 1 ½ tahun.
b. Rifamfisin 10 – 15 mg/kg/ 24 jam oral, 1 kali sehari selama 1 tahun.
c. Streptomisin sulfat 20 – 40 mg/kg/24 jam sampai 1 minggu, 1 – 2 kali
sehari, selama 3 bulan.
Meningitis bacterial, umur < 2 bulan :
a. Sefalosporin generasi ke 3
JULIA/ 1102010137 27
b. ampisilina 150 – 200 mg (400 gr)/kg/24 jam IV, 4 – 6 kali sehari.
c. Koloramfenikol 50 mg/kg/24 jam IV 4 kali sehari.
Meningitis bacterial, umur > 2 bulan :
a. Ampisilina 150-200 mg (400 mg)/kg/24 jam IV 4-6 kali sehari.
b. Sefalosforin generasi ke 3
Pengobatan simtomatis :
a. Diazepam IV : 0.2 – 0.5 mg/kg/dosis, atau rectal 0.4 – 0.6/mg/kg/dosis
kemudian klien dilanjutkan dengan.
b. Fenitoin 5 mg/kg/24 jam, 3 kali sehari.
c. Turunkan panas : Antipiretika : parasetamol atau salisilat 10
mg/kg/dosis dan kompres air hangat atau es.
Pengobatan suportif :
a. Cairan intravena.
b. Zat asam, usahakan agar konsitrasi O2 berkisar antara 30 – 50%.(9)
Perawatan
Pada waktu kejang
1. Longgarkan pakaian, bila perlu dibuka.
2. Hisap lender.
3. Hindari dari mencoba untuk mameasuki sesuatu ke dalam mulut
penderita.
4. Kosongkan lambung untuk menghindari muntah dan aspirasi.
5. Hindarkan penderita dari rudapaksa (misalnya jatuh).
Bila penderita tidak sadar lama.
1. Beri makanan melalui sonde.
2. Cegah dekubitus dan pnemunia ortostatik dengan merubah posisi
penderita sesering mungkin.
3. Cegah kekeringan kornea dengan boor water atau salep antibiotika.
Pada inkontinensia urine lakukan katerisasi dan pada inkontinensia alvi
lakukan lavement. Pemantauan ketat: Tekanan darah, respirasi, nadi,
produksi air kemih. Faal hemostasis untuk mengetahui secara dini adanya
DC.
JULIA/ 1102010137 28
LO 4.9 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Meningitis
1. Hidrosefalus obstruktif
2. MeningococcL Septicemia ( mengingocemia )
3. Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC,perdarahan adrenal bilateral)
4. SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone )
5. Efusi subdural
6. Kejang
7. Edema dan herniasi serebral
8. Cerebral palsy
9. Gangguan mental
10. Gangguan belajar
11. Attention deficit disorder
LO 4.10 Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Meningitis
Langkah dalam mencegah meningitis antara lain:
1. Cuci tangan anda secara benar untuk menghindari terkena penyebab
infeksi.
2. Tetap sehat. Jaga sistem imun anda berfungsi dengan baik dengan
cukup istirahat, olahraga teratur dan makan makanan sehat dan
bergizi.
3. Tutup mulut dan hidung anda ketika bersin atau batuk.
Jika anda sedang hamil, berhati-hatilah dengan apa yang anda konsumsi.
LO 4.11 Memahami dan Menjelaskan Prognosis Meningitis
Penderita meningitis dapat sembuh, baik sembuh dengan cacat motorik
atau mental atau meninggal tergantung :
a. umur penderita.
b. Jenis kuman penyebab
c. Berat ringan infeksi
d. Lama sakit sebelum mendapat pengobatan.
e. Kepekaan kuman terhadap antibiotic yang diberikan
f. Adanya dan penanganan penyakit
JULIA/ 1102010137 29
LO 5 Memahami dan Menjelaskan Lumbal Pungsi
LI 5.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Lumbal Pungsi
Lumbar puncture adalah uapaya pengeluaran cairan serebrospinal dengan
memasukan jarum ke dalam ruang subarakhnoid. Test ini dilakukan untuk pemeriksaan
cairan serebrospinali, mengukur dan mengurangi tekanan cairan serebrospinal,
menentukan ada tidaknya darah pada cairan serebrospinal, untuk mendeteksi adanya blok
subarakhnoid spinal, dan untuk memberikan antibiotic intrathekal ke dalam kanalis spinal
terutama kasus infeksi
Pengambilan Cairan Serebrospinal
Pengambilann cairan serebrospinal dapat dilakukan dengan cara Lumbal Punksi, Sisternal
Punksi atau Lateral Cervical Punksi. Lumbal Punksi merupakan prosedure neuro diagnostik
yang paling sering dilakukan, sedangkan sisternal punksi dan lateral hanya dilakukan oleh
orang yang benar-benar ahli.
LI 5.2 Memahami dan Menjelaskan Indikasi Lumbal Pungsi
Indikasi Lumbal Pungsi:
1. Untuk mengetahui tekanan dan mengambil sampel untuk pemeriksan sel, kimia dan
bakteriologi
2. Untukmembantu pengobatan melalui spinal, pemberian antibiotika, anti tumor dan spinal
anastesi
3. Untuk membantu diagnosa dengan penyuntikan udara pada pneumoencephalografi, dan
zat kontras pada myelografi
4. Mengambil bahan pemeriksaan CSF untuk diagnostic dan persiapan pemeriksaan pasien
yang dicurigasi mengalami meningitis, encepahilitis atau tumor malignan.
5. Untuk mengidentifikasi adanya darah dalam CSF akibat trauma ataudicurigai
adanyaperdarahan subarachnoid.
6. Untuk memasukan cairan opaq ke dalam ruang subarakhnoid.
7. Untuk mengidentifikasi adanya tekanan intrakarnial/ intraspinal, untuk memasukan obat
intratekal seperti terapi antibiotic atau obat sitotoksik.
LI 5.3 Memahami dan Menjelaskan Kontraindikasi Lumbal Pungsi
Kontra Indikasi Lumbal Pungsi:
1. Adanya peninggian tekanan intra kranial dengan tanda-tanda nyeri kepala, muntah dan
papil edema
JULIA/ 1102010137 30
2. Penyakit kardiopulmonal yang berat
3. Ada infeksi lokal pada tempat Lumbal Punksi
Komplikasi Lumbal Pungsi
1. Sakit kepala
Biasanya dirasakan segera sesudah lumbal punksi, ini timbul karena pengurangan cairan
serebrospinal
2. Backache, biasanya di lokasi bekas punksi disebabkan spasme otot
3. Infeksi
4. Herniasi
5. Intrakranial subdural hematom
6. Hematom dengan penekanan pada radiks
7. Tumor epidermoid intraspinal
Kerugian / kemungkinan komplikasi :
a. Nyeri kepala hebat akibat kebocoran CSF.
b. Meningitis akibat masuknya bakteri ke CSF.
c. Paresthesia/ nyeri bokong atau tungkai.
d. Injury pada medulla spinalis.
e. Injury pada aorta atau vena cava, menyebabkan perdarahan serius.
f. Herniasi otak. Pada pasien denga peningkatan tekanan, tiba-tiba terjadi penurunan
g. tekanan akibat lumbar puncture, bisa menyebabkan herniasi kompressi otak terutama
h. batang otak.
LI 5.4 Memahami dan Menjelaskan Prosedur Lumbal Pungsi
Persiapan Pasien
1. Memberi penyuluhan kepada pasien/keluarga tentang lumbal pungsi meliputi tujuan,
prosedur, posisi, lama tindakan, sensasi-sensai yang dialami, dan hal-hal yang akan
mungkin terjadi.
2. Meminta izin dari pasien/keluarga dengan menandatangani formulir kesediaan
dilakukannya pungsi lumbal.
3. Meyakinkan pasien tentang tindakan yang akan dilakukan.
Alat dan Bahan
a. Sarung tangan steril
b. Duk lubang
c. Kassa steril, kapas dan plester
JULIA/ 1102010137 31
d. Jarum pungsi lumbal no. 20 dan 22 beserta stylet
e. Antiseptic: povidon iodine dan alcohol 70%
f. Tabung reskasi untuk menampung cairan serebrospinal
Anestesi local
a. Spuit dan jarum untuk memberikan obat anestesi local
b. Obat anestesi loka (lidokian 1% 2 x ml), tanpa epinefrin.
c. Tempat sampah.
Prosedur Pelaksanaan
1. Lakukan cuci tangan steril
2. Persiapkan dan kumpulkan alat-alat
3. Jamin privacy pasien
4. Bantu pasien dalam posisi yang tepat, yaitu pasien dalam posisi miring pada salah satu
sisi tubuh. Leher fleksi maksimal (dahi ditarik kearah lutut), eksterimitas bawah fleksi
maksimum (lutut di atarik kearah dahi), dan sumbu kraniospinal (kolumna vertebralis)
sejajar dengan tempat tidur.
5. Tentukan daerah pungsi lumbal diantara vertebra L4 dan L5 yaitu dengan menemukan
garis potong sumbu kraniospinal (kolumna vertebralis) dan garis antara kedua spina
iskhiadika anterior superior (SIAS) kiri dan kanan. Pungsi dapat pula dilakukan antara L4
dan L5 atau antara L2 dan L3 namun tidak boleh pada bayi
6. Lakukan tindakan antisepsis pada kulit di sekitar daerah pungsi radius 10 cm dengan
larutan povidon iodine diikuti dengan larutan alcohol 70 % dan tutup dengan duk steril di
mana daerah pungsi lumbal dibiarkan terbuka. Tentukan kembali daerah pungsi dengan
menekan ibu jari tangan yang telah memakai sarung tangan steril selama 15-30 detik yang
akan menandai titik pungsi tersebut selama 1 menit.
7. Anestesi lokal disuntikan ke tempat tempat penusukan dan tusukkan jarum spinal pada
tempat yang telah di tentukan. Masukkan jarum perlahan – lahan menyusur tulang
vertebra sebelah proksimal dengan mulut jarum terbuka ke atas sampai menembus
durameter. Jarak antara kulit dan ruang subarakhnoi berbeda pada tiap anak tergantung
umur dan keadaan gizi. Umumnya 1,5 – 2,5 cm pada bayi dan meningkat menjadi 5 cm
pada umur 3-5 tahun. Pada remaja jaraknya 6-8 cm.
8. Lepaskan stylet perlahan – lahan dan cairan keluar. Untuk mendapatkan aliran cairan
yang lebih baik, jarum diputar hingga mulut jarum mengarah ke cranial. Ambil cairan
untuk pemeriksaan.
9. Cabut jarum dan tutup lubang tusukkan dengan plester
JULIA/ 1102010137 32
10. Rapihkan alat-alat dan membuang sampah sesuai prosedur rumah sakit
11. Cuci tangan
Peningkatan kadar :
1. Peningkatan intrakranial akibat meningitis
2. Pendarahan subaraknoid
3. Tumor otak
4. Abses otak
5. Ensefalitis
6. Infeksi virus
Warna Tekanan
mm H2o
Leukosit
mm3
Protein
mg/dl
Klorida
mEq/dl
Glukosa
Dewasa Jernih,
tak
berwarna
75-175 0-8 15-45 118-132 40-80
Anak Jernih 50-100 0-8 14-45 120-128 35-75
Bayi
premature
Jernih 0-20 <400
Bayi baru lahir Jernih 0-15 30-200 110-122 20-40
1-6 bulan Jernih 30-100
JULIA/ 1102010137 33
LO 6 Memahami dan Menjelaskan Syarat dan Rukun Haji
Syarat Wajib Haji
Syarat wajib haji adalah syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang sehingga dia
diwajibkan untuk melaksanakan haji, dan barang siapa yang tidak memenuhi salah satu dari
syarat-syarat tersebut, maka dia belum wajib menunaikan haji. Adapun syarat wajib haji
adalah sebagai berikut :
1. Islam
2. Berakal
3. Baligh
4. Merdeka
5. Mampu
Rukun Haji
Yang dimaksud rukun haji adalah kegiatan yang harus dilakukan dalam ibadah haji, dan jika
tidak dikerjakan hajinya tidak sah. Adapun rukun haji adalah sebagai berikut :
1. Ihram
Ihram, yaitu pernyataan mulai mengerjakan ibadah haji atau umroh dengan memakai
pakaian ihram disertai niat haji atau umroh di miqat.
2. Wukuf
Wukuf di Arafah, yaitu berdiam diri, dzikir dan berdo'a di Arafah pada tanggal 9
Zulhijah.
3. Tawaf Ifadah
JULIA/ 1102010137 34
Tawaf Ifadah, yaitu mengelilingi Ka'bah sebanyak 7 kali, dilakukan sesudah melontar
jumrah Aqabah pada tanggal 10 Zulhijah.
4. Sa'i
Sa'i, yaitu berjalan atau berlari-lari kecil antara Shafa dan Marwah sebanyak 7 Kali,
dilakukan sesudah Tawaf Ifadah.
5. Tahallul
Tahallul, yaitu bercukur atau menggunting rambut setelah melaksanakan Sa'i.
6. Tertib
Tertib, yaitu mengerjakan kegiatan sesuai dengan urutan dan tidak ada yang tertinggal.
Wajib Haji
Wajib Haji adalah rangkaian kegiatan yang harus dilakukan dalam ibadah haji sebagai
pelengkap Rukun Haji, jika salah satu dari wajib haji ini ditinggalkan, maka hajinya tetap
sah, namun harus membayar dam (denda).
Yang termasuk wajib haji adalah :
i. Niat Ihram, untuk haji atau umrah dari Miqat Makani, dilakukan setelah berpakaian ihram.
ii. Mabit (bermalam) di Muzdalifah, pada tanggal 9 Zulhijah (dalam perjalanan dari Arafah ke
Mina).
iii. Melontar Jumrah Aqabah, pada tanggal 10 Zulhijah yaitu dengan cara melontarkan tujuh
butir kerikil berturut-turut dengan mengangkat tangan pada setiap melempar kerikil sambil
berucap, “Allahu Akbar, Allahummaj ‘alhu hajjan mabruran wa zanban magfura(n)”. Setiap
kerikil harus mengenai ke dalam jumrah jurang besar tempat jumrah.
iv. Mabit di Mina, pada hari Tasyrik (tanggal 11, 12 dan 13 Zulhijah).
v. Melontar Jumrah Ula, Wustha dan Aqabah, pada hari Tasyrik (tanggal 11, 12 dan 13
Zulhijah).
vi. Tawaf Wada', yaitu melakukan tawaf perpisahan sebelum meninggalkan kota Mekah.
vii. Meninggalkan perbuatan yang dilarang saat ihram.
http://ponpes-almunawwar.blogspot.com/2010/10/syarat-rukun-dan-wajib-haji.html
JULIA/ 1102010137 35