patofis skizo
DESCRIPTION
patofisiologiTRANSCRIPT
Patofisiologi
Secara terminologi, schizophrenia berarti skizo adalah pecah dan frenia adalah
kepribadian. Scizophrenia adalah sekelompok gangguan psikotik dengan gangguan dasar pada
kepribadian, distorsi perasaan pikir, waham yang aneh, gangguan persepsi, afek yang abnormal.
Meskipun demikian kesadaran yang jernih, kapasitas intelektual biasanya tidak terganggu,
mengalami hendaya berat dalam menilai realitas (pekerjaan, sosial dan waktu senggang).
Penyebab skizofrenia sampai saat ini belum diketahui dengan pasti, walaupun begitu
banyak ahli yang mencoba mengemukakan beberapa teorinya. Menurut Fortinash, penyebab
skizofrenia sebagai berikut:
1. Faktor biologi (teori – teori somatogenesis)
a. Faktor – faktor genetic (keturunan)
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa gen yang diwarisi seseorang sangat kuat
mempengaruhi resiko seseorang mengalami skizofrenia.
b. Biochemistry (ketidakseimbangan kimiawi otak)
Beberapa bukti memunjukkan bahwa skizofrenia mungkin berasal dari
ketidakseimbangan kimiawi otak yang disebut neurotransmitter yaitu kimiawi otak yang
memungkinkan neuron – neuron berkomunikasi satu sama lain. Beberapa ahli mengatakan
bahwa skizofrenia berasal dari neurotransmitter dopamine yang berlebihan di bagian – bagian
tertentu otak atau dikarenakan sensivitas yang abnormal terhadap dopamine.
c. Neuroanatomy (abnormalitas struktur otak)
Berbagai teknik imaging, seperti MRI telah membantu para ilmuwan untuk menemukan
abnormalitas structural spesifik pada otak pasien.
2. Teori model keluarga
Beberapa pola asuh kelurga memyebabkan gangguan perkembangan anak.
3. Teori budaya dan lingkungan
Skizofrenia dapat terjadi pada semua status soasial ekonomi tetap seringkali lebih banyak
ditemukan pada kelompok dengan social ekonomi rendah.
4. Teori belajar
Perilaku, perasaan dan cara berpikir seseorang diperoleh dari belajar.
Patofisiologi schizophrenia dihubungkan dengan genetic dan lingkungan. Faktor genetic
dan lingkungan saling berhubungan dalam patofisiologi terjadinya schizophrenia.
Neurotransmitter yang berperan dalam patofisiologinya adalah DA, 5HT, Glutamat, peptide,
norepinefrin (Price, 2006). Pada pasien skizoprenia terjadi hiperreaktivitas system dopaminergik
(hiperdopaminergia pada sistem mesolimbik → berkaitan dengan gejala positif, dan
hipodopaminergia pada sistem mesocortis dan nigrostriatal → bertanggungjawab terhadap gejala
negatif dan gejala ekstrapiramidal) Reseptor dopamine yang terlibat adalah reseptor dopamine-2
(D2) yang akan dijumpai peningkatan densitas reseptor D2 pada jaringan otak pasien
skizoprenia. Peningkatan aktivitas sistem dopaminergik pada sistem mesolimbik yang
bertanggungjawab terhadap gejala positif. Sedangkan peningkatan aktivitas serotonergik akan
menurunkan aktivitas dopaminergik pada sistem mesocortis yang bertanggung-jawab terhadap
gejala negatif (Ikawati, 2009).
(Silbernagl, 2009).
Adapun jalur dopaminergik saraf yang terdiri dari beberapa jalur, yaitu :
1. Jalur nigrostriatal: dari substantia nigra ke basal ganglia → fungsi gerakan, EPS
2. jalur mesolimbik : dari tegmental area menuju ke sistem limbik → memori, sikap, kesadaran,
proses stimulus
3. jalur mesocortical : dari tegmental area menuju ke frontal cortex → kognisi, fungsi sosial,
komunikasi, respons terhadap stress
4. jalur tuberoinfendibular: dari hipotalamus ke kelenjar pituitary → pelepasan prolaktin
(Ikawati, 2009).
Dalam anatomi manusia, sistem ekstrapiramidal adalah jaringan saraf yang terletak di
otak yang merupakan bagian dari sistem motor yang terlibat dalam koordinasi gerakan. Sistem
ini disebut "ekstrapiramidal" untuk membedakannya dari saluran dari korteks motor yang
mencapai target mereka dengan melakukan perjalanan melalui "piramida" dari medula. Para
piramidal jalur (kortikospinalis dan beberapa saluran corticobulbar) langsung dapat innervate
motor neuron dari sumsum tulang belakang atau batang otak (sel tanduk anterior atau inti saraf
kranial tertentu), sedangkan ekstrapiramidal sistem pusat sekitar modulasi dan peraturan (tidak
langsung kontrol) sel tanduk anterior (Ikawati, 2009).
Saluran ekstrapiramidal yang terutama ditemukan dalam formasi reticular pons dan
medula, dan neuron sasaran di sumsum tulang belakang yang terlibat dalam refleks, penggerak,
gerakan kompleks, dan kontrol postural. Ini adalah saluran pada gilirannya dimodulasi oleh
berbagai bagian dari sistem saraf pusat, termasuk nigrostriatal jalur, ganglia basal, otak kecil, inti
vestibular, dan daerah sensorik yang berbeda dari korteks serebral. Semua peraturan komponen
dapat dianggap sebagai bagian dari sistem ekstrapiramidal, karena mereka memodulasi aktivitas
motorik tanpa langsung innervating motor neuron (Ikawati, 2009).
Pemeriksaan CT scan dan MRI pada penderita schizophrenia menunjukkan atropi lobus
frontalis yang menimbulkan gejala negatif dan kelainan pada hippocampus yang menyebabkan
gangguan memori (Price, 2006).
Skizofrenia merupakan penyakit yang mempengaruhi otak. Pada otak terjadi proses
penyampaian pesan secara kimiawi (neurotransmitter) yang akan meneruskan pesan sekitar otak.
Pada penderita skizofrenia, produksi neurotransmitter-dopamin- berlebihan, sedangkan kadar
dopamin tersebut berperan penting pada perasaan senang dan pengalaman mood yang berbeda.
Bila kadar dopamin tidak seimbang–berlebihan atau kurang– penderita dapat
mengalami gejala positif dan negatif seperti yang disebutkan di atas. Penyebab
ketidakseimbangan dopamin ini masih belum diketahui atau dimengerti sepenuhnya. Pada
kenyataannya, awal terjadinya skizofrenia kemungkinan disebabkan oleh kombinasi faktor-
faktor tersebut. Faktor-faktor yang mungkin dapat mempengaruhi terjadinya skizofrenia, antara
lain: sejarah keluarga, tumbuh kembang ditengah-tengah kota, penyalahgunaan obat seperti
amphetamine, stres yang berlebihan, dan komplikasi kehamilan.
Seringkali pasien yang jelas skizophrenia tidak dapat dimasukkan dengan mudah ke
dalam salah satu tipe. PPDGJ mengklasifikasikan pasien tersebut ke dalam tipe tak terinci.
Kriteria diagnostic menurut PPDGJ III yaitu :
- Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
- Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik, atau
katatonik.
- Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca skizofrenia
(Maslim, 2003).
Kriteria diagnostic menurut DSM-IV yaitu:
Suatu tipe skizofrenia di mana ditemukan gejala yang memenuhi kriteria A tetapi tidak
memenuhi kriteria untuk tipe paranoid, terdisorganisasi atau katatonik.
Kriteria Diagnostik A:
Gejala karakteristik: dua atau lebih berikut, masing – masing ditemukan untuk bagian
waktu yang bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang jika diobati dengan berhasil):
1) Waham
2) Halusinasi
3) Bicara terdisorganisasi (misalnya sering menyimpang atau inkoheren)
4) Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas
5) Gejala negative yaitu, pendataran afektif, alogia atau tidak ada
kemauan(avolition)
Catatan: hanya satu gejala criteria A yang diperlukan jika waham adalah kacau atau halusinasi
terdiri dari suara yang terus menerus mengkomentari perilaku atau pikiran pasien, atau dua atau
lebih suara yang saling bercakap satu sama lainnya.
GUIDELINE
(Medscape, 2013).
DAFTAR PUSTAKA
Ikawati, Zullies, 2009, Zullies Ikawati’s Lecture Notes : Skizophrenia. Yogyakarta : UGM
Maslim, Rusdi, 2003, Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas PPDGJ III, Jakarta: Bagian
Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya.
Medscape, 2013, Scizophrenia, www.medscape.com, Diakses tanggal 1 Juni 2013.
Price, Wilson, 2006, Patofisiologi, Jakarta: EGC
Saddock B.J., Saddock V.A, 2007, Schizophrenia. In: Kaplan & Saddock’s Synopsis of
Psychiatry Behavioral Sciences/ Clinical Psychiatry. 10th ed, Lippincott Williams &
Wilkins Publishers.
Silbernagl, Stefan, Florian Lang, 2009, Color Atlas of Pathophysiology, Georg Thieme Verlag
KG, Germany.
Wardana P.A.K., 2009, Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Keluarga tentang Skizofrenia
dengan Kekambuhan pasien Skizofrenia di Unit Rawat Jalan RS.Jiwa Pusat
Dr.Soeharto Heerdjan Jakarta tahun 2009. Available from:
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s1keperawatan/205312031/bab2.pdf [Accessed on:
22 August 2012]