pasar modal dan pertumbuhan ekonmomi
TRANSCRIPT
Tulisan Pengganti UTS Ekonomi Pembangunan Halaman 1
Apakah Perkembangan Pasar Modal Dapat Menyebabkan Pertumbuhan Ekonomi?
Studi Empiris di Indonesia
Oleh : I Made Ambara –NPM 0906583825
Abstraksi :
Keberadaan pasar modal diharapkan dapat memicu pertumbuhan ekonomi. Namun banyak ahli ekonomi
yang berpendapat bahwa perkembangan pasar modal mungkin hanyalah sekedar konsekuensi dari
pertumbuhan ekonomi. Selanjutnya, bagaimanakah sebenarnya pola hubungan kausalitas antar keduanya?
Metode statistik VECM dan kausalitas Granger digunakan untuk menguji pola hubungan kausalitas antara
keduanya di Indonesia. Hasilnya mendukung supply leading approach, yaitu secara statistik
pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh perkembangan pasar modal.
Keywords : pertumbuhan ekonomi, pasar modal, hubungan kausalitas, supply leading approach
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total (pertumbuhan ekonomi) di suatu
negara dengan memperhitungkan adanya pertambahan jumlah penduduk, perubahan fundamental dalam
struktur ekonomi dan pemerataan pendapatan. Dengan demikian, pembangunan ekonomi tidak dapat
dipisahkan dari pertumbuhan ekonomi (economic growth).
Pertumbuhan ekonomi di suatu negara disebabkan oleh banyak sekali faktor, salah satunya adalah faktor
perkembangan sektor finansial. Perkembangan sektor finansial mampu memicu perumbuhan ekonomi
suatu negara, seperti telah banyak dikemukakan oleh para ahli ekonomi secara teoritis maupun penelitian
empiris. Selanjutnya, mengingat sektor finansial di suatu negara dapat terdiri dari beberapa sub-sektor
seperti bank umum, lembaga keuangan non-bank, pasar modal dan pasar uang; pertanyaan yang menarik
adalah, apakah setiap sub-sektor dari sektor finansial secara parsial signifikan berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi?
Diantara sub-sektor finansial tersebut, yang menarik untuk diteliti adalah hubungan antara pasar modal
dan pertumbuhan ekonomi. Tujuan utama pembentukan pasar modal di suatu negara adalah sebagai
sumber dana alternatif bagi peningkatan investasi banyak perusahaan, yang akhirnya dapat memacu
pertumbuhan ekonomi. Namun, apakah tujuan utama pembentukan pasar modal tersebut telah tercapai?
Ada kemungkinan, keberadaan pasar modal hanyalah sebagai sebuah konsekuensi dari pertumbuhan
ekonomi. Seiring dengan semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi, maka permintaan akan bentuk-
bentuk investasi juga akan semakin meningkat. Sebagai tempat berinvestasi yang menawarkan tingkat
pengembalian yang tinggi, walaupun disertai dengan tingkat resiko yang tinggi pula, pasar modal
seringkali dijadikan ajang untuk melakukan aksi spekulasi untuk memaksimumkan keuntungan bagi
Tulisan Pengganti UTS Ekonomi Pembangunan Halaman 2
investornya. Selain itu, karena pasar modal merupakan pasar sekunder bagi saham yang sebelumnya telah
dijual di pasar perdana, seringkali transaksi jual beli saham di pasar modal tidak ada kaitannya lagi
dengan kebutuhan dana perusahaan yang mengeluarkan saham bersangkutan.
1.2 Perumusan Masalah
Pola hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan perkembangan pasar modal masih merupakan isu
penting yang hangat diperdebatkan dalam ekonomi. Singkatnya, persoalan apakah perkembangan pasar
modal menyebabkan pertumbuhan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi menyebabkan perkembangan
pasar modal atau terjadi hubungan timbal balik antara keduanya merupakan masalah yang menarik untuk
diteliti.
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan uraian diatas, tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah :
1. Meneliti pola hubungan kausalitas antara pertumbuhan ekonomi dan perkembangan pasar modal
untuk kasus Indonesia
2. Memberikan penjelasan teoritis dari pola hubungan kausalitas yang terjadi di Indonesia antara
pertumbuhan ekonomi dan perkembangan pasar modal.
1.4 Sistematika Penulisan
Penulisan hasil penelitian, akan terdiri dari 4 bagian. Bagian pertama merupakan pendahuluan, bagian
kedua akan membahas mengenai telaah kepustakaan, bagian ketiga akan membahas metodologi yang
digunakan dan bagian terakhir akan membahas hasil dari penelitian.
2. Telaah Kepustakaan
2.1 Pola Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dan Perkembangan Pasar Modal Secara Teoritis
Teori mengenai hubungan antara perkembangan sektor finansial dan pertumbuhan ekonomi dimulai pada
awal abad ke 20 (Schumpeter, 1911) dan telah menjadi bahan perdebatan diantara para ahli ekonomi
sejak lama. Perdebatan mengenai hal tersebut terutama berkisar pada dua hal, yaitu : pertama, apakah
terdapat hubungan kausalitas antara perkembangan sektor finansial dan pertumbuhan ekonomi dan kedua,
jika terdapat hubungan kausalitas antar-keduanya, bagaimanakah arahnya? (Deb dan Mukherjee,
2008).
Menurut Kamat dan Kamat (2001), literatur teoritis dan hasil studi empiris mengenai arah hubungan
kausalitas antar kedua variabel tersebut, secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga
pendekatan, yaitu 1) pendekatan supply leading, 2) pendekatan demand following dan 3) pendekatan
cautionary atau feedback. Pendekatan pertama yaitu supply leading menyatakan bahwa perkembangan
sektor finansial menyebabkan pertumbuhan ekonomi. Pendekatan ini menyatakan bahwa keberadaan
sektor finansial berfungsi sebagai intermediasi keuangan yang menghubungkan antara unit ekonomi yang
surplus dengan yang defisit, yang selanjutnya menyebabkan alokasi sumber daya yang efisien dan
akhirnya memicu sektor lainnya dalam perekonomian untuk tumbuh. Telah banyak kajian teoritis dan
Tulisan Pengganti UTS Ekonomi Pembangunan Halaman 3
empiris mulai dari Schumpeter (1911) s.d Levine dan Zervos (1996) membuktikan pendekatan pertama
ini.
Pendekatan kedua, yaitu demand following menyatakan bahwa pertumbuhan aktivitas ekonomi sebagai
hasil dari pertumbuhan ekonomi memerlukan lebih banyak dana untuk ekspansi. Dengan kata lain,
menurut pendekatan kedua, pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan meningkatkan permintaan sarana
investasi alternatif selain deposito atau asset riil. Salah satu media alternative investasi adalah saham, oleh
karena itu meningkatnya permintaan saham akan memicu perkembangan pasar modal. Selanjutnya,
pendekatan terakhir yaitu pendekatan feedback menyatakan kausalitas dua arah antara pertumbuhan
ekonomi dan pertumbuhan sektor finansial.
2.2 Hasil Penelitian Empiris Terdahulu
Levine dan Zervos, dalam tulisannya menggunakan metode pooled regression dengan data 41 negara
(termasuk Indonesia) untuk periode 1976 s.d. 1993, bertujuan untuk melihat hubungan antara financial
deepening dan pertumbuhan ekonomi. Salah satu indikator dari financial deepening yang digunakan
adalah tingkat perkembangan bursa saham yang diukur dengan indeks gabungan yang mengkombinasikan
volume,likuiditas dan indikator diversifersikasi. Indikator untuk pertumbuhan ekonomi yang digunakan
adalah pertumbuhan GDP riil perkapita. Hasil dari penelitian Levine dan Zervos adalah hubungan positif
yang signifikan antara pertumbuhan ekonomi dan perkembangan pasar modal.
Penelitian empiris lainnya yang secara khusus meneliti hubungan kausalitas antara pertumbuhan ekonomi
dan pertumbuhan pasar modal ditampilkan dalam tabel 1 dibawah ini.
Tabel 1 Penelitian Hubungan Kausalitas antara Pertumbuhan Ekonomi dan Perkembangan Pasar Modal
No Nama Peneliti dan Tahun Lokasi Metode Hasil
1. Bahadur dan Neupane, 2006 Nepal Causalitas Granger Sesuai pendekatan
feedback
2. Har Wai Mun et.all, 2008 Malaysia Causalitas Granger Sesuai pendekatan Supply
leading
3. Deb dan Mukherjee, 2008 India Toda dan Yamamoto
Causality test
Sesuai pendekatan Supply
Leading
Penelitian-penelitian yang ditunjukkan pada tabel 1 dilaksanakan dengan metodologi sederhana, yaitu
hanya dengan menggunakan uji kausalitas Granger (bivariate), dengan tujuan untuk mengetahui
bagaimanakah arah hubungan kausalitas antara pertumbuhan ekonomi dan perkembangan pasar modal
berdasarkan data statistik. Keempat penelitian dalam tabel 1 menggunakan GDP riil sebagai proxy dari
pertumbuhan ekonomi dan indeks bursa saham di negara bersangkutan sebagai proxy dari perkembangan
pasar modal.
Pemahaman terhadap pola hubungan kausalitas antara pasar modal dan pertumbuhan ekonomi di
Indonesia sangat penting untuk efektivitas kebijakan pemerintah dalam pengembangan sektor finansial di
Indonesia. Sebagai contoh, apabila hasil penelitian menunjukkan bahwa pasar modal tidak menyebabkan
pertumbuhan ekonomi, maka pengembangan pasar modal tidak perlu diprioritaskan.
Tulisan Pengganti UTS Ekonomi Pembangunan Halaman 4
Hasil penelitian empiris untuk menguji hubungan kausalitas antara pertumbuhan ekonomi dan
perkembangan pasar modal, sepanjang pengetahuan penulis, belum banyak ditemukan. Oleh sebab itu ,
menjadi menarik untuk meneliti hal tersebut untuk kasus Indonesia.
3. Metodologi Penelitian
3.1 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan tiga pendekatan (teori) mengenai hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan
perkembangan pasar modal dalam telaah kepustakaan diatas, dapat disimpulkan bahwa hubungan
kausalitas antara keduanya dapat bersifat asimetrik (menurut pendekatan supply leading dan pendekatan
demand following) atau bersifat resiprocal menurut pendekatan cautionary atau feedback. Namun, selain
kemungkinan adanya hubungan yang bersifat asimetrik dan resiprocal, peluang tidak terdapat hubungan
antara pertumbuhan ekonomi dan pasar modal (terjadi hubungan simetris antar-keduanya) masih tetap
ada.
3.2 Hipotesis Penelitian
Selanjutnya, berdasarkan telaah kepustakaan diatas, terutama hasil penelitian empiris sejenis di Indonesia,
maka hipotesis untuk hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan pasar modal di Indonesia adalah:
perkembangan pasar modal menyebabkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
3.3 Data
Proxy data bagi pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan pasar modal mengikuti penelitian sejenis yang
telah dilakukan. Data kuartalan untuk periode 2000:1 s.d. 2010:1 untuk GDP Indonesia harga konstan
tahun 2000, digunakan sebagai proxy bagi pertumbuhan ekonomi. Sedangkan perkembangan pasar modal
di-proxy dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia untuk periode yang sama
dengan data GDP.
Alasan pemilihan GDP riil harga konstan 2000 sebagai proxy pertumbuhan ekonomi adalah : 1) GDP
adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh aktivitas produksi dalam perekonomian; 2) GDP
dihitung berdasarkan konsep aliran (flow concept), yang artinya GDP hanya mencakup nilai produk yang
dihasilkan dalam satu wilayah negara pada satu periode tertentu saja, tidak termasuk periode
sebelumnya;3) GDP riil harga konstan tahun 2000 telah menghilangkan dampak inflasi yang terjadi di
perekonomian, sehingga peningkatan nilai GDP dari tahun ke tahun bukan dikarenakan kenaikan harga.
Penelitian empiris yang menggunakan GDP riil sebagai proxy dari pertumbuhan ekonomi, misalnya
Bahadur dan Neupane (2006) dan Har Wai Mun et.all (2008).
Alasan pemilihan IHSG sebagai proxy perkembangan pasar modal adalah karena IHSG merupakan
indeks yang menggambarkan perkembangan bursa saham baik dari segi harga maupun kapitalisasi,
seperti juga yang digunakan oleh Bahadur dan Neupane, 2006 dan Har Wai Mun et.all, 2008
Data GDP dan IHSG yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari beberapa sumber. Data
GDP harga konstan 2000 diperoleh sebagian dari International Financial Statistic dan sebagian dari
website Badan Pusat Statistik Indonesia. Sedangkan data IHSG diperoleh dari www.finance.yahoo.com.
Tulisan Pengganti UTS Ekonomi Pembangunan Halaman 5
3.4. Metode Analisis Data
3.4.1 Uji Kausalitas Granger
Konsep kausalitas (sebab akibat) sangat diperlukan dalam semua bidang keilmuan. Namun, tidaklah
mudah untuk membuktikan bahwa hubungan sebab akibat antar dua atau lebih variabel benar-benar ada.
Bukan hanya ada atau tidaknya hubungan sebab akibat yang harus dibuktikan, tetapi arah sebab dan
akibatnya juga harus diketahui.
Metode analisis data yang paling umum digunakan untuk menguji hubungan kausalitas antar-dua variabel
adalah uji kausalitas Granger. Ide dasar dari uji kausalitas Granger adalah jika kejadian X terjadi sebelum
kejadian Y, maka mungkin kejadian Y disebabkan kejadian X, tetapi tidak mungkin kejadian Y
menyebabkan kejadian X. Atau dengan kata lain kejadian dimasa lalu mungkin menyebabkan kejadian
saat ini tetapi kejadian masa depan tidak dapat menyebabkan kejadian masa kini (Gujarati, 2004). Ide
dasar uji Kausalitas Granger antara 2 variabel X dan Y, dalam kerangka Vector Autoregression (VAR)
dengan jumlah lag sebanyak ‘n’, dapat ditulis dalam persamaan berikut:
1 1
1 1
n n
t i t i j t j t
i j
X X Yα β γ ε− −= =
= + + +∑ ∑…………………..1)
2 2
1 1
n n
t i t i j t j t
i j
Y X Yα λ δ ε− −= =
= + + +∑ ∑……………………2)
Dalam persamaan 1 dan 2, Y disebut menyebabkan X (terjadi hubungan satu arah/asimetrik) jika hasil uji
statistic F menunjukkan {γ1 , γ2,…,γj} ≠ 0 dan {λ1,λ2,..λi) = 0. Sebaliknya, X disebut menyebabkan Y jika
hasil uji statistic F menunjukkan {γ1 , γ2,…,γj} = 0 dan {λ1,λ2,..λi) ≠ 0. Apabila hasil uji F menunjukkan
{γ1 , γ2,…,γj} ≠ 0 dan {λ1,λ2,..λi) ≠ 0, maka terjadi hubungan timbal balik antara X dan Y dan terakhir,
jika hasil uji statistic F menunjukkan {γ1 , γ2,…,γj} = 0 dan {λ1,λ2,..λi) = 0, maka ini berarti tidak terdapat
hubungan kausalitas antara X dan Y.
Perlu dicatat bahwa hubungan kausalitas yang disimpulkan dari uji kausalitas Granger, hanya berarti
untuk sekelompok variabel yang bersifat stokastik atau dalam kerangka statistik saja. Disamping itu, uji
kausalitas Granger dalam kerangka VAR ataupun VECM sangat peka dengan panjangnya lag. Oleh sebab
itu, panjang lag perlu ditentukan lag yang optimal secara statistic dengan AIC (Akaike Information
Creterion), Schwartz Creterion dan LR (Likelihood Ratio) dengan nilai yang terkecil.
Berdasarkan tinjauan pustaka diatas, terdapat tiga pendekatan (teori) mengenai hubungan kausalitas
antara pertumbuhan ekonomi dan pasar modal. Pertanyaan yang akan dijawab dengan menggunakan uji
kausalitas Granger adalah : berdasarkan data statistik yang ada, pendekatan yang mana yang berlaku di
Indonesia?
3.4.2 Diagram Alur Analisis Data
Uji kausalitas Granger, sebenarnya sudah cukup untuk memecahkan masalah dalam tulisan ini, apabila
kedua variabel yang digunakan bersifat stasioner. Namun, menurut Gujarati (2004), variabel ekonomi
Tulisan Pengganti UTS Ekonomi Pembangunan Halaman 6
makro (seperti GDP dan IHSG), umumnya tidak stasioner pada tingkat level. Oleh sebab itu, analisis data
menjadi sedikit lebih kompleks, yang digambarkan dengan diagram alur berikut ini.
3.4.3 Uji Stasioneritas Data
Uji kausalitas Granger mengasumsikan data yang digunakan semuanya stasioner. Stasioner secara umum
berarti suatu data memiliki mean dan varians konstan. Data dengan mean dan varians yang tidak konstan
disebut random walk, oleh sebab itu uji stasioneritas, adalah menguji apakah data yang bersangkutan
bersifat random walk atau tidak. Apabila variabel, misalnya X berpola random walk, maka pola variabel
X dapat dituliskan dalam bentuk persamaan, seperti berikut ini :
Xt = α + β1 Xt-1 + εt ; dimana εt bersifat random…………………….3)
Dengan mengurangkan kedua sisi persamaan 3) dengan Xt-1, persamaan 3 dapat ditulis menjadi
(Xt - Xt-1 ) = α + β1 Xt-1 - Xt-1 + εt
∆Xt = α + γ Xt-1 + εt ; dimana γ = (β1 -1)…………………………...4)
Uji Stasioneritas / derajat
integrasi var X dan Y
Stasioner
pada level ?
Uji Ko-integrasi X&Y
Terkointe
grasi?
Estimasi VECM & Uji
kausalitas
Intepretasi Hasil
Uji Kausalitas
Granger : Data pd
Level
Uji Kausalitas
Granger : Data pd 1st
Difference
Ya Tidak
Tidak
Ya
Tulisan Pengganti UTS Ekonomi Pembangunan Halaman 7
Persamaan 4 adalah uji stasioneritas Dickey Fuller, dimana suatu data disebut tidak stasioner apabila
secara statistik nilai γ = (β1 -1) =0. Selanjutnya persamaan 4 dapat ditambah dengan trend apabila pola
data menunjukkan adanya pola trend deterministik dan dapat ditambahkan nilai lag dari ∆Xt apabila εt
mengalami masalah autokorelasi. Uji dengan menambahkan nilai lag dari ∆Xt pada persamaan 4, disebut
uji Augmented Dickey Fuller (ADF).
Istilah ‘level’ dalam uji stasioneritas berarti data asli suatu variabel dan istilah first difference adalah
selisih antara nilai data pada periode ‘t’ dengan nilai data pada periode ‘t-1’. Apabila uji DF/ADF
menunjukkan suatu variabel stasioner pada tingkat level berarti variabel bersangkutan mempunyai derajad
integrasi 0 atau I(0) dan apabila uji DF/ADF menunjukkan suatu variabel stasioner pada tingkat first
difference berarti variabel bersangkutan mempunyai derajat integrasi 1 atau I(1).
Pentingnya uji stasioneritas dalam analisis time series adalah menghindari hasil regresi menunjukkan
hubungan palsu (spurious regression). Sprurious regression secara umum berarti hasil regresi
menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara 2 variabel atau lebih, padahal variabel-variabel
tersebut tidak berhubungan sama sekali.
3.4.4 Uji Ko-Integrasi Antar-Variabel
Walaupun secara individual dua atau lebih variabel makroekonomi tidak stasioner, namun semuanya
cenderung bergerak bersama menuju suatu keseimbangan dalam jangka panjang. Dengan kata lain
variabel-variabel tersebut memiliki hubungan linier. Untuk mendeteksi adanya hubungan linier antar-2
variabel,misalnya X dan Y, dapat dilakukan dengan meregresikan X terhadap Y. Selanjutnya residual dari
hasil estimasi regresi tersebut diuji kestasioneritasannya dengan uji DF/ADF. Apabila residual hasil
regresi tersebut stasioner, maka kedua data ber-kointegrasi dalam jangka panjang. Prosedur pengujian
kointegrasi seperti diuraikan di atas disebut Engle-Granger’s two step cointegration test.
3.4.5 Vector Autoregrssion Error Correction Model (VECM)
Uji kausalitas Granger pada persamaan 1) dan 2) identik dengan Vector Autoregression , yaitu alternative
persamaan simultan yang tidak membedakan variabel endogen dan eksogen. Dengan kata lain, semua
variabel dalam VAR dianggap seluruhnya endogen. Apabila 2 variabel yang digunakan tidak stasioner
namun berkointegrasi, maka dalam VAR perlu ditambahkan Error Correction Term (ECT). ECT ini
merupakan nilai lag dari residual hasil regresi X terhadap Y dalam uji kointegrasi diatas yang
menunjukkan mekanisme koreksi dalam hubungan antara X dan Y. Mekanisme koreksi terjadi, apabila
dalam jangka pendek (satu periode data misalnya setahun atau satu kuartal) variabel X meningkat jauh
melebihi Y, namun pada periode jangka pendek selanjutnya X menurun dan kembali bergerak bersama Y.
Apabila tidak ditambahkan ECT, maka VAR akan mengalami masalah mispesifikasi yang berimplikasi
pada biasnya uji-uji statistik yang dilakukan untuk koefisien hasil estimasi VAR. VAR yang telah
ditambahkan ECT disebut VECM. Adapun VECM untuk 2 variabel dapat dituliskan dalam persamaan
berikut ini :
1 1 1 1
1 1
n n
t i t i j t j t t
i j
X X Y ECTα β γ ε− − −= =
∆ = + ∆ + ∆ + Φ +∑ ∑…………………..5)
Tulisan Pengganti UTS Ekonomi Pembangunan Halaman 8
2 2 1 2
1 1
n n
t i t i j t j t t
i j
Y X Y ECTα λ δ ε− − −= =
∆ = + ∆ + ∆ + Φ +∑ ∑…………………6)
Selanjutnya, dalam VECM, jalur baru hubungan kausalitas dapat muncul bahkan ketika koefisien-
koefisien dari lag variabel yaitu {γ1 , γ2,…,γj} = 0 dan {λ1,λ2,..λi) = 0, secara uji F tidak signifikan, namun
koefisien ECT yaitu Φ1 dan Ф2 signifikan secara statistik. Sebagai contoh di dalam persamaan 6),
hipotesis null Xt tidak mempengaruhi Yt ditolak apabila Φ2 signifikan secara statistic dan {λ1,λ2,..λi) ≠ 0
atau Φ2 signifikan secara statistic dan {λ1,λ2,..λi) = 0.
Menurut Wenzhong Fan (2001), hasil uji F yang signifikan terhadap koefisien γj pada persamaan 5) dan λi
pada persamaan 6) menunjukkan hubungan kausalitas jangka pendek. Sedangkan hasil uji t yang
signifikan terhadap koefisien Ф1 dan Ф2 mengandung informasi hubungan kausalitas jangka panjang
karena diturunkan dari hubungan jangka panjang yang terkointegrasi.
4. Hasil Analisis Statistik dan Kesimpulan
4.1 Hasil uji stasioneritas
Hasil uji ADF pada tabel 2 menunjukkan bahwa kedua variabel tidak stasioner pada level dan stasioner
pada first difference atau dengan kata lain kedua variabel mempunyai derajat integrasi yang sama, yaitu
I(1). Uji ADF untuk GDP dilakukan dengan konstanta dan trend karena pola data memang mengandung
konstanta dan trend, sedangkan untuk IHSG hanya dilakukan dengan konstanta. Sedangkan panjang lag
optimal pada uji ADF ditentukan dengan kreteria Schwartz (Lihat lampiran 1).
Tabel 2 Hasil Uji Stasioneritas
Variabel Nilai Statistik Dickey Fuller
Uji pada Level Uji pada
1st Difference
GDP -1,459 -3,942*)
IHSG -0,825 -3.887**)
*) signifikan pada α=5% **) signifikan pada α=1%
4.2 Hasil Uji Kointegrasi
Sesuai dengan diagram alur pada bagian 3.4.2 diatas, langkah selanjutnya dalam analisis data adalah uji
kointegrasi. Hasil uji ADF dari residual (ECT) hasil estimasi regresi antara pertumbuhan ekonomi dengan
perkembangan pasar modal adalah stasioner pada α=1% (Lampiran 2). Oleh sebab itu, dapat disimpulkan
bahwa kedua variabel berkointegrasi.
4.3.Hasil Estimasi VECM
Hasil estimasi VECM dari persamaan 5) dan 6) dengan 4 lag adalah sebagai berikut (lihat lampiran 3):
Tulisan Pengganti UTS Ekonomi Pembangunan Halaman 9
4 4
1 1
1 1
225,86 0,134i t i j t j t t
i j
IHSG IHSG GDP ECTβ γ ε− − −= =
∆ = + ∆ + ∆ − +∑ ∑…………..7)
4 4
1 1
1 1
12389,86 6,54i t i j t j t t
i j
GDP IHSG GDP ECTλ δ ε− − −= =
∆ = + ∆ + ∆ − +∑ ∑………….8)
Panjang lag=4 yang diikutsertakan dalam estimasi VECM ditentukan oleh nilai Akaike AIC dan Schwarts
Creterion statistik yang terkecil.
Nilai koefisien lag variabel tidak ditampilkan keseluruhannya karena tujuan dari tulisan ini adalah
menguji signifikansi koefisien-koefisien tersebut secara bersama-sama dengan uji F (VEC Kausalitas
Granger /block Exogenity Wald test). Hasil uji F tersebut dengan α=5% menunjukkan bahwa (lihat
lampiran 4):
1. koefisien γj pada persamaan 7) tidak signifikan, atau dengan kata lain hipotesis null pertumbuhan
ekonomi (GDP) tidak menyebabkan perkembangan pasar modal (IHSG) dalam jangka pendek tidak
dapat ditolak.
2. koefisien λi pada persamaan 8) signifikan, atau dengan kata lain hipotesis null perkembangan pasar
modal (IHSG) tidak menyebabkan pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek dapat ditolak.
Uji t statistik dengan α=5% untuk koefisien ECT adalah sebagai berikut :
1. koefisien ECT pada persamaan 7) tidak signifikan karena nilai absolut t hitung = 1,504 lebih kecil
dari t tabel untuk df = 36 yaitu 2,056 atau dengan kata lain hipotesis null pertumbuhan ekonomi
(GDP) tidak menyebabkan perkembangan pasar modal (IHSG) dalam jangka panjang tidak dapat
ditolak.
2. koefisien ECT pada persamaan 8) signifikan karena nilai absolute t hitung = 4,173 lebih besar dari t-
tabel untuk df=36 yaitu 2,026 atau dengan kata lain hipotesis null pertumbuhan ekonomi (GDP) tidak
menyebabkan perkembangan pasar modal (IHSG) dalam jangka panjang dapat ditolak.
4.4 Intepretasi Hasil dan Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji statistik diatas dapat disimpulkan bahwa data di Indonesia pada kurun waktu
2000:1 s.d. 2010:1 mendukung hipotesis yang telah dibuat, yaitu perkembangan pasar modal
menyebabkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dengan kata lain pendekatan supply leading berlaku
untuk kasus Indonesia dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Hasil ini konsisten dengan hasil
penelitian sejenis yang dilakukan Har Wai Mun et.all (2008) di Malaysia, Deb dan Mukherjee (2008) di
India dan Levine dan Zervos (1996) di 41 negara termasuk Indonesia.
Dengan telah diketahuinya pola hubungan kausalitas antara pertumbuhan ekonomi dan perkembangan
pasar modal, hal ini berarti juga pasar modal sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Menurut Levine dan Zervos (1996) pasar modal mempengaruhi pertumbuhan ekonomi karena pasar
modal dapat berfungsi untuk : memobilisasi tabungan, penciptaan likuiditas, diversifikasi resiko,
peningkatan pengumpulan dan penerimaan informasi dan meningkatkan insentif bagi pengawasan
Tulisan Pengganti UTS Ekonomi Pembangunan Halaman 10
perusahaan. Peningkatan efisiensi dan efektivitas dari fungsi-fungsi tersebut melalui jasa yang diberikan
pasar modal dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Aktivitas ekonomi dipengaruhi oleh pasar modal, melalui kemampuan pasar modal dalam pembuatan
likuiditas. Pasar modal yang likuid menyebabkan resiko yang berhubungan dengan investasi berkurang,
sehingga pasar modal semakin menarik bagi investor. Selanjutnya, kemudahan untuk pengalihan
kepemilikan modal, memberikan akses permanen terhadap modal yang dapat diperoleh dari penjualan
saham. Oleh sebab itu pasar yang likuid meningkatkan alokasi kapital yang selanjutnya berimplikasi pada
peningkatan perekonomian. Selain itu, apabila harga-harga saham yang dimiliki investor meningkat,
maka investor akan merasa kaya dan menyebabkan mereka akan mengeluarkan uang lebih banyak untuk
melakukan konsumsi yang selanjutnya melalui efek multiplier akan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi.
Tulisan Pengganti UTS Ekonomi Pembangunan Halaman 11
Daftar Pustaka
Bahadur G.C, Surya dan Suman Neupane,”Stock Market and Economic Development: a Causality Test”,
The Journal of Nepalese Business Studies, Vol III No.1, December, 2006.
Deb, Soumya Guha dan Jaydeep Mukherjee, “Does Stock Market Development Cause Economic
Growth? A Time Series Analysis for Indian Economy”, International Research Journal of Finance and
Economics, Issue 21, 2008.
Enders, Walter, “Applied Econometric Time Series”, 2nd
edition, Wiley, 2004
Gujarati, Damodar, “Basic Econometrics”, New York Mc Graw Hill, 2004.
Har Wai Mun, Ec Chun Siong dan Tan Chai Thing, “Stock Market and Economic Growth in Malaysia :
Causality Test”, Asian Social Science Vol 4 No. 4. April, 2008.
Kamat, Manoj Subhash dan Manasvi M. Kamat, “Does Financial Growth Lead Economic Performance in
India? Causality-Cointegration Using Unrestricted VECM, www.ssrn.com, 2001.
Levine, R., dan Zervos, S. , “Stock Market Development and Long-Run Growth”, Policy Research
Working paper, The World Bank Policy Research Department, Finance and Private Sector Development
Division, March, 1996.
www.finance.yahoo.com
www.bps.go.id
www.ssrn.com
Tulisan Pengganti UTS Ekonomi Pembangunan Halaman 12
LAMPIRAN-1 PRINT OUT EVIEWS : HASIL UJI STASIONERITAS ADF
1. GDP pada tingkat level Null Hypothesis: GDP has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 5 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.459816 0.8243
Test critical values: 1% level -4.243644
5% level -3.544284
10% level -3.204699
*MacKinnon (1996) one-sided p-values. 2. GDP pada tingkat first difference
Null Hypothesis: D(GDP) has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 4 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.942410 0.0205
Test critical values: 1% level -4.243644
5% level -3.544284
10% level -3.204699 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
3. IHSG pada tingkat level
Null Hypothesis: IHSG has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -0.825691 0.8005
Test critical values: 1% level -3.610453
5% level -2.938987
10% level -2.607932 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
4. IHSG pada tingkat first difference
Null Hypothesis: D(IHSG) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.887821 0.0048
Test critical values: 1% level -3.610453
5% level -2.938987
10% level -2.607932
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Tulisan Pengganti UTS Ekonomi Pembangunan Halaman 13
LAMPIRAN 2 - PRINT OUT EVIEWS : HASIL UJI KOINTEGRASI
Null Hypothesis: ECT has a unit root
Exogenous: None
Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.515814 0.0008
Test critical values: 1% level -2.625606
5% level -1.949609
10% level -1.611593
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Tulisan Pengganti UTS Ekonomi Pembangunan Halaman 14
LAMPIRAN 3 - PRINT OUT EVIEWS : HASIL ESTIMASI VECM
Vector Error Correction Estimates
Date: 01/04/01 Time: 18:22
Sample (adjusted): 2001Q2 2010Q1
Included observations: 36 after adjustments
Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ] Cointegrating Eq: CointEq1 IHSG(-1) 1.000000
GDP(-1) -0.019443
(0.00241)
[-8.07339]
C 7422.721 Error Correction: D(IHSG) D(GDP) CointEq1 -0.134044 -6.545046
(0.08907) (1.56813)
[-1.50492] [-4.17379]
D(IHSG(-1)) 0.487538 5.194205
(0.19731) (3.47365)
[ 2.47098] [ 1.49531]
D(IHSG(-2)) -0.019034 8.439463
(0.20634) (3.63270)
[-0.09224] [ 2.32319]
D(IHSG(-3)) -0.036918 12.05204
(0.21850) (3.84687)
[-0.16896] [ 3.13295]
D(IHSG(-4)) -0.092358 6.192722
(0.25098) (4.41861)
[-0.36799] [ 1.40151]
D(GDP(-1)) -0.012135 -0.628671
(0.00851) (0.14989)
[-1.42538] [-4.19428]
D(GDP(-2)) -0.010932 -0.648067
(0.00851) (0.14983)
[-1.28448] [-4.32522]
D(GDP(-3)) -0.006108 -0.627305
(0.00860) (0.15144)
[-0.71006] [-4.14236]
D(GDP(-4)) -0.004646 0.455546
(0.00853) (0.15019)
[-0.54458] [ 3.03321]
C 225.8612 12589.86
Tulisan Pengganti UTS Ekonomi Pembangunan Halaman 15
(171.527) (3019.80)
[ 1.31677] [ 4.16910] R-squared 0.406948 0.929538
Adj. R-squared 0.201661 0.905148
Sum sq. resids 1036565. 3.21E+08
S.E. equation 199.6694 3515.271
F-statistic 1.982337 38.11051
Log likelihood -235.9041 -339.1596
Akaike AIC 13.66134 19.39775
Schwarz SC 14.10120 19.83762
Mean dependent 62.05722 5646.209
S.D. dependent 223.4693 11413.92
Tulisan Pengganti UTS Ekonomi Pembangunan Halaman 16
LAMPIRAN 4 - PRINT OUT EVIEWS : HASIL UJI KAUSALITAS GRANGER
VEC Granger Causality/Block Exogeneity Wald Tests
Date: 01/04/01 Time: 18:53
Sample: 2000Q1 2010Q1
Included observations: 36
Dependent variable: D(IHSG) Excluded Chi-sq df Prob. D(GDP) 5.054794 4 0.2817 All 5.054794 4 0.2817
Dependent variable: D(GDP) Excluded Chi-sq df Prob. D(IHSG) 29.47270 4 0.0000 All 29.47270 4 0.0000
Tulisan Pengganti UTS Ekonomi Pembangunan Halaman 17
DATA YANG DIGUNAKAN
Tahun Kuartal IHSG GDP HK 2000 Milyar Rp
2000 1
598.73
343,030.05
2
498.73
342,862.68
3
459.97
352,189.57
4
416.96
351,665.55
2001 1
411.65
365,633.96
2
400.57
360,211.50
3
435.30
368,684.68
4
385.36
357,457.23
2002 1
462.22
368,829.66
2
523.29
375,014.67
3
442.22
387,837.84
4
394.80
374,431.79
2003 1
395.22
386,739.59
2
483.71
394,607.11
3
545.10
405,596.71
4
644.84
390,189.10
2004 1
749.90
402,584.59
2
749.44
411,926.73
3
777.27
423,836.68
4
946.16
418,133.50
2005 1
1,066.48
426,616.52
2
1,080.05
436,110.32
3
Tulisan Pengganti UTS Ekonomi Pembangunan Halaman 18
1,103.89 448,596.95
4
1,108.50
439,491.83
2006 1
1,261.98
448,506.85
2
1,368.22
457,778.03
3
1,439.17
475,036.01
4
1,702.37
465,969.90
2007 1
1,776.38
475,833.29
2
2,074.26
487,093.64
3
2,300.74
505,954.36
4
2,692.55
495,097.01
2008 1
2,598.83
505,198.40
2
2,365.99
519,169.80
3
2,100.99
538,599.00
4
1,284.55
519,348.70
2009 1
1,350.74
528,065.70
2
1,888.79
540,363.50
3
2,377.46
561,003.00
4
2,439.30
547,543.30
2010 1
2,645.71
568,897.49