pariwisata internasional dan ekonomi kreatif web view- media: penyiaran, media digital, film dan...

46
PARIWISATA INTERNASIONAL DAN EKONOMI KREATIF diajukan untuk memenuhi tugas makalah kelompok mata kuliah Pariwisata dalam Hubungan Internasional Dosen Pengampu: Drs. Usmar Salam, M.Int.Stu. Disusun Oleh: Imas Indra Hapsari 13/345339/SP/25553 Muhammad Zaki T 13/349500/SP/25804 Rifani Agnes 13/345260/SP/25530 Brian Patrianoki 14/363157/SP/26049 Anja Litani Ariella 14/364359/SP/26093 Farras Khalida M 14/367544/SP/26423

Upload: hatuyen

Post on 30-Jan-2018

240 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: PARIWISATA INTERNASIONAL DAN EKONOMI KREATIF Web view- Media: Penyiaran, media digital, film dan video, serta rilisan musik. ... namun juga telah menjadi tanda pembeda lokal dan alat

PARIWISATA INTERNASIONAL DAN EKONOMI KREATIF

diajukan untuk memenuhi tugas makalah kelompok mata kuliah

Pariwisata dalam Hubungan Internasional

Dosen Pengampu:

Drs. Usmar Salam, M.Int.Stu.

Disusun Oleh:

Imas Indra Hapsari 13/345339/SP/25553Muhammad Zaki T 13/349500/SP/25804Rifani Agnes 13/345260/SP/25530Brian Patrianoki 14/363157/SP/26049Anja Litani Ariella 14/364359/SP/26093Farras Khalida M 14/367544/SP/26423

DEPARTEMEN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONALFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS GADJAH MADA2016

Page 2: PARIWISATA INTERNASIONAL DAN EKONOMI KREATIF Web view- Media: Penyiaran, media digital, film dan video, serta rilisan musik. ... namun juga telah menjadi tanda pembeda lokal dan alat

PARIWISATA INTERNASIONAL DAN EKONOMI KREATIF:

PARIWISATA, KREATIVITAS DAN PERKEMBANGAN

1. Pengelompokan Ekonomi, Pariwisata dan Industri Kreatif Di Plymouth

Mengembangkan Alat Praktis Untuk Penilaian Dampak

1.1 Budaya urban, industri kreatif dan pertumbuhan ekonomi

Budaya telah menjadi unsur yang semakin penting dalam strategi regenerasi, dan

demikian juga memiliki pengembangan cluster bisnis yang menguntungkan dari yang

terletak di perkotaan untuk menciptakan keunggulan kompetitif (Landry, 2000; Porter

1995) dan juga bertindak sebagai objek wisata yang menarik di pasar wisata.1 Bahan

disajikan dalam bab ini secara khusus berfokus pada hubungan dan interaksi antara

aspek-aspek yang terkandung dalam satu proyek regenerasi yang dilakukan Universitas

Plymouth untuk memimpin dalam proyek modal utama dikota Plymouth, hal ini

melibatkan penciptaan 'zona budaya' yang bertujuan untuk mengembangkan dan

mengintegrasikan industri kreatif dengan pendidikan tinggi.

Dimasa ini kita bergerak ke dalam suatu bingkai dunia yang saling berhubungan serta

pergerakan dari jaringan global dan arus orang, modal, komoditas dan pengetahuan

(Castells 1989, 2000)2, menjadikan batas-batas yang pernah ada antara ruang perkotaan

manufaktur dan perkotaan ruang konsumsi, wisata dan kantong-kantong pun mulai

perlahan menghilang. Perkotaan saat ini menawarkan sebuah kota yang mencampurkan

unsur sejarah dan modern, budaya dan konsumsi, yang mana menambahkan varian

pengalaman bagi wisatawan. Hal ini dilihat sebagai menambahkan ekstra 'nilai tambah'

dimensi kehidupan perkotaan. Sebagai catatan Hall, 'budaya sekarang dilihat sebagai

pengganti ajaib untuk semua yang hilang pabrik dan gudang, dan sebagai perangkat yang

akan membuat kota baru imaji, membuat kota lebih menarik untuk modal dan profesional

1 K.Meethan dan J. Beer ‘Economic clustering, tourism and the creative industries in Plymouth :Developing a practical tool for impact assessment’ dalam G.Richards & J.Wilson (ed) ‘Tourism, Creativity and Development’, Routledge, New York, 2007, p. 217.2 Meethan,pp.218.

1

Page 3: PARIWISATA INTERNASIONAL DAN EKONOMI KREATIF Web view- Media: Penyiaran, media digital, film dan video, serta rilisan musik. ... namun juga telah menjadi tanda pembeda lokal dan alat

pekerja (2000: 640).

1.2 Budaya, Industri Kreatif dan Pengelompokkan Ekonomi

Pengguanan istilah budaya sering kali disamaratakan untuk mendefinisikan dan

menggambarkan kegiatan sosial fisik dan bervariasi lazim di daerah manapun. Namun,

ada komponen yang semakin penting dalam struktur budaya make-up dari setiap lokasi

yakni peran dari orang-orang dan organisasi yang kegiatannya berkontribusi pada baik

ekonomi, serta memberikan kontribusi untuk kehidupan budaya. Salah satunya yaitu

industri kreatif, yang ditandai dengan bentuk-bentuk khusus dari organisasi dan pola

yang mengandalkan jaringan yang luas, swadaya dan bekerja kolaborasi dan dengan

demikian cenderung mendukung hirarki datar dan kemitraan, dan akibatnya juga

didominasi oleh usaha mikro, wiraswasta dan pedagang tunggal. Dengan demikian,

sektor ini tumbuh subur pada inovasi, mobilitas dan fleksibilitas, ini merupakan inti dari

industri berbasis pengetahuan berkembang dan menciptakan nilai tambah dari hak

kekayaan intelektual.

Singkatnya, sektor ini menunjukkan banyak karakteristik dari ekonomi pengetahuan

Fordist pasca (Castells 1989). Industri kreatif juga merupakan pekerjaan yang menarik

dan populer pilihan bagi orang-orang muda, karena mereka memungkinkan ruang untuk

berekspresi, diera teknologi yang kian berkembang.

1.3 Pendidikan Tinggi di Regenerasi Dan Clustering

Peran seni di lembaga pendidikan tinggi (HEIs) di dalam kota belum banyak dibahas

dalam industri kreatif dan regenerasi perkotaan. Lembaga pendidikan tinggi juga besar

dan mahir dalam mengatur proyek untuk kegiatan budaya dan masyarakat budaya dalam

universitas baik aktif dalam mengembangkan hubungan dengan masyarakat setempat,

serta sering menjadi berperan dalam pengorganisasian festival budaya yang berfungsi

untuk memperkuat dan mempertahankan profil budaya mereka dan keterlibatan dan

masyarakat setempat.

2

Page 4: PARIWISATA INTERNASIONAL DAN EKONOMI KREATIF Web view- Media: Penyiaran, media digital, film dan video, serta rilisan musik. ... namun juga telah menjadi tanda pembeda lokal dan alat

1.4 Dan South West England: Ekonomi, Pariwisata dan Visi

Secara historis, ekonomi Plymouth telah sebagian besar tergantung pada sektor

pertahanan, tapi sementara pekerjaan pertahanan telah menurun jauh di dua dekade

terakhir, menjadikan Pymouth mengembangkan kotanya salah satunya dengan menjadi

kota 'non-resort' besar. Dengan ekonomi lokal didominasi oleh industri pertahanan,

khususnya galangan kapal angkatan laut, dan besar, sektor dominan publik lainnya,

pengusaha, Plymouth menghindari putaran pertama de-industrialisasi yang melanda dan

dikembangkan Barat sepanjang 1980-an. Oleh karena itu benar untuk mengatakan bahwa

kota telah tertinggal jauh di belakang dalam hal regenerasi dan reinvestasi, dibandingkan

dengan kota-kota lain dari perbandingan ukuran. Hal tersebut setidaknya karena

kurangnya kepemimpinan sipil dan tidak adanya salah satu kunci unsur yang dibutuhkan

untuk intervensi skala besar seperti: rencana strategis dan visi untuk kota. Sekarang kota

ini akhirnya terlibat dalam permainan regenerasi, Plymouth memiliki perencana utama

dipekerjakan untuk memproduksi Visi untuk Plymouth atau apa yang telah disebut

sebagai 'Mackay Vision' setelah arsitek utama (Mackay et al. 2004).

1.5 Membuat Zona Budaya

Untuk menunjukkan strategi dan visi bahwa Universitas Plymouth berusaha untuk

memimpin dalam proyek modal utama untuk memfasilitasi penciptaan zona budaya,

Universitas secara strategis menempatkan beberapa untuk mendukung perkembangan ini.

Pertama, lokasi fisik berdekatan dengan, dan mudah Akses dari pusat kota. Kedua,

keputusan untuk menutup kampus terpencil yang dan pindah staf dan mahasiswa ke situs

Plymouth, khususnya fakultas seni. Dan ketiga, komitmen baru ditemukan untuk

berkontribusi lebih kepada sosial dan kehidupan budaya kota, membuat investasi yang

substansial dalam seni baru bangunan yang tidak hanya akan memberikan ruang

mengajar, tetapi juga masyarakat seperti galeri, teater dan bioskop dan ruang inkubasi

untuk pengembangan kewirausahaan di sektor industri kreatif. Menyediakan bangunan

adalah satu hal, namun infrastruktur perlu dilengkapi dengan paket keseluruhan yang

menyediakan lebih dari fisik Kehadiran di kota itu sendiri. Zona Budaya di Plymouth

akan memaksimalkan dampak yang ada berbagai peluang yang saat ini hadir, dan itu akan

memberikan dampak yang besar dan katalis untuk inovasi, kreativitas dan perusahaan di

3

Page 5: PARIWISATA INTERNASIONAL DAN EKONOMI KREATIF Web view- Media: Penyiaran, media digital, film dan video, serta rilisan musik. ... namun juga telah menjadi tanda pembeda lokal dan alat

kota dan masyarakat sekitar. Singkatnya, media untuk manfaat jangka panjang dari

bangunan harus juga dilihat seiring dengan peran potensial sebagai katalis untuk

pengembangan dari Zona Budaya baru di Plymouth.

1.6 Mengembangkan alat praktis untuk penilaian dampak

Evans (2005a: 1) mencatat bahwa 'mengukur sosial, ekonomi dan lingkungan

dampak dikaitkan dengan unsur budaya di regenerasi daerah bermasalah 'dan bahwa'

bukti seberapa jauh unggulan dan utama budaya proyek berkontribusi untuk berbagai

tujuan regenerasi. . . terbatas'. Sebagai pentingnya kreativitas dan inovasi untuk

keberhasilan knowledge yang ekonomi berbasis menjadi lebih luas didirikan, itu akan

menjadi semakin penting dari pendidikan formal mampu menawarkan sepenuhnya

pendidikan kreatif dan budaya.3

Apa yang berbeda di sini untuk banyak contoh regenerasi (dalam Inggris Raya

setidaknya) adalah peran sentral bahwa Universitas bermain di pengembangan budaya.

Padahal ada sejumlah hasil 'lembut' yang perkembangan ini akan capai, seperti

meningkatkan profil kota dan bertindak sebagai pendorong investasi masuk lebih jauh,

niat tidak hanya untuk mensubsidi seni, tetapi untuk menciptakan hidup dan sukses secara

komersial klaster ekonomi yang akan memiliki manfaat nyata untuk kedua kota dan

wilayah.

2. Industri Kreatif dan Pariwisata di Negara Berkembang, Studi Kasus: Afrika Selatan

Konsep dari “industri kreatif” merepresentasikan “kategori yang cukup ‘baru’ dalam

diskursus akademis, kebijakan dan industri” Cunningham 2003:1. Konsep aslinya dapat

ditemukan dalam establishment Blair Labour Government dari Creative Industries Task Force

(CITF) pada 1997.

Menurut Department of Culture, Media, and Sport (1998) industri kreatif adalah aktivitas-

aktivitas yang berawal dari kreativitas individual, skill, dan bakat dan memiliki potensi terhadap

penyediaan lapangan kerja lintas generasi dan eksploitasi hak milik intelektual.

3 Meethan,pp.226.

4

Page 6: PARIWISATA INTERNASIONAL DAN EKONOMI KREATIF Web view- Media: Penyiaran, media digital, film dan video, serta rilisan musik. ... namun juga telah menjadi tanda pembeda lokal dan alat

Namun, batasan dari industri kreatif’ masih kabur.

Perkembangan ekonomi kreatif dan meningkatnya rasa optimis terhadap distrik-distrik kultural-

industrial sebagai pemicu pengembangan ekonomi lokal pada lokasi-lokasi tertentu, di atas kota-

kota kosmopolitan, tapi juga dalam konteks geografi lainnya.

Dalam beberapa tahun terakhir, industri kreatif dan distrik kreatif telah menjadi pertimbangan

baru dalam ekonomi pinggiran dan politik kota. Inisiasi kebijakan untuk memelihara kategori

dari industri-industri kreatif telah diluncurkan oleh beberapa kota-kota termasuk Amsterdam,

Brisbane, Berline, Barcelona, Dublin, Helsinki, Manchester, Milan, Montreal, Tilburg, dan

Toronto.

Wu (2005:3) menyatakan bahwa untuk suatu tempat yang meng’host’ suatu konsentrasi yang

signifikan dari industri-industri kreatif ini akan menghasilkan pengaruh yang sangat luar biasa

menguntungkan, terutama terhadap potensi pertumbuhan lokal.

Secara umum, industri-industri kreatif sekarang ditambahkan pada daftar yang berbeda dari

‘leading edge’ atau ‘sektor-sektor pertumbuhan’ seperti jasa finansial, ICT atau teknologi tinggi,

yang memberi sinyal terhadap kekuatan dan potensi dari ekonomi lokal (Evans 2005b)

Pada level nasional, industri kreatif dari perancang mode (fashion) mulai diperhatikan di Inggris

dan Selandia Baru selama dekade 1990an. Perhatian yang tidak pernah terjadi sebelumnya ini

diberikan pada perancang mode oleh awak media dan pemerintah nsional dalam kampanye

seperti “Cool Britannia’. Lebih lanjut, fashion juga memiliki tugas ganda dari pengembangan

ekonomi dan re-branding Selandia Baru sebagai bangsa yang kreatif dan berbakat (Bill 2005:7)

Menurut Musterd dan Deurloo (2006) dan Wu (2005), beberapa faktor yang mempengaruhi dari

kemunculan sektor-sektor kreatif yang dinamis adalah kapasitas inovasi dari penduduk lokal,

kemampuan untuk mengusahakan modal, peran dari institusi-institusi untuk proses mediasi

kolaborasi, dasar-dasar pengetahuan dan kemampuan yang baik, serta kebijakan-kebijakan

publik yang telah disasar. Evans (2005b:7) menambahkan bahwa signifikansi yang amat kuat

melekat pada pentingnya sinergi pengembangan antara industri kreatif dan sektor lain, termasuk

pariwisata.

5

Page 7: PARIWISATA INTERNASIONAL DAN EKONOMI KREATIF Web view- Media: Penyiaran, media digital, film dan video, serta rilisan musik. ... namun juga telah menjadi tanda pembeda lokal dan alat

Tujuan dari bab “Creative Industries and Tourism in the Developing World: The Example of

South Africa” ini adalah untuk memberikan penjelasan dari nexus antara industri kreatif dan

pariwisata dalam konteks negara berkembang dengan melihat rekor dari perkembangan terakhir

yang tercatat di Afrika Selatan sedari transisi demokrasi pada tahun 1994.

National level debates in South Africa: tourism and creative industries

Afrika Selatan merupakan contoh yang menarik dari kemunculan kepentingan kebijakan yang

membantu perkembangan sinergi potensial antara industri kreatif dan pariwisata. Hal ini

merupakan fenomena perubahan Afrika Selatan paska periode Apartheid. Bagi pemerintah

Afrika Selatan lewat Departemen Perdagangan dan Industri, industri kreatif dan pariwisata

merepresentasikan dua sektor dalam agenda penting kebijakan ekonomi.

The Shifting economic role of tourism in South Arica

Awal 1990an, mungkin bukan sebuah awal dekade akhir abad 20 yang diinginkan oleh Afrika

Selatan. Industri pariwisata negara paling selatan Benua Hitam ini ada dalam posisi krisis. Hal

ini dipicu oleh beberapa sebab seperti kurangnya investasi yang masuk, rendahnya angka turis

yang berkunjung, serta warisan sanksi dari kebijakan apartheid yang dahulu diterapkan. Oleh

Department of Environmental Affairs and Tourism (DEAT), ditemukan bahwa dibandingkan

dengan beberapa negara Afrika lainnya, pada 1994, pengembangan pariwisata di Afrika Selatan

merupakan suatu kesempatan yang terlewatkan. Karenanya, pemerintah kemudian membuat

suatu kerangka kebijakan baru lewat adanya White Paper on the Developmental and Promotion

of Tourism 1996 guna memaksimalkan kesempatan agar sektor pariwisata dapat berperan lebih

dalam pertumbuhan ekonomi, pembuatan lapangan kerja, serta pengembangan usaha. Pada tahun

2003, hal ini menjadi suatu pencapaian yang luar biasa, khususnya dalam tataran pertumbuhan

dari kedatangan turis-turis internasional. Lebih dari itu, DEAT diposisikan sebagai salah satu

departemen inti dalam pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ini dikarenakan Afrika Selatan

dinilai sebagai salah satu destinasi wisata yang aman, terkait dengan beberapa aksi terorisme

yang terjadi antara tahun-tahun tersebut. Antara tahun 1990 hingga 2004, saham Afrika Selatan

dalam dunia kedatangan pariwisata meningkat empat kali lipat.

Paska era apartheid di Afrika Selatan, pariwisata dinilai sebagai sektor penting untuk

6

Page 8: PARIWISATA INTERNASIONAL DAN EKONOMI KREATIF Web view- Media: Penyiaran, media digital, film dan video, serta rilisan musik. ... namun juga telah menjadi tanda pembeda lokal dan alat

rekonstruksi nasional dan pengembangan dan salah satu sektor yang menawarkan potensi luar

biasa sebgai katalis untuk ekonomi dan perkembangan sosial di seluruh negara.

Data dari DEAT pada 2005 menyebutkan bahwa pariwisata merupakan salah satu sektor strategis

yang memiliki prioritas tinggi dan digunakan untuk mengembangkan strategi baru untuk

pariwisata.

Intinya, pariwisata menjadi sektor andalan dari Afrika Selatan, bahkan menjadi ‘gold’ baru. Juga

dibentuk suatu kerangka kebijakan makro bertajuk Accelerated and Shared Growth – South

Africa (ASGI-SA) .

Diantara sumber potensial yang belum digunakan untuk inovasi dari produk pariwisata Afrika

Selatan adalah mengembangkan hubungan yang lebih kuat antara pariwisata dan industri kreatif.

Policy Interest concerning South African Creative Industries

Penggunaan kata “kota kreatif” baru diperkenalkan di Afrika Selatan oleh Dirsuweit dalam

pekerjaannya pada pengembangan budaya dan ekonomi di Johannesburg. Hingga 2005, industri

kreatif masih sangat jarang digunakan dalam debat kebijakan pada level nasional dalam

pengembangan ekonomi Afrika Selatan. Alasannya adalah bahwa industri kreatif di Afrika

Selatan adalah bagian yang paling least transformed.

Di Afrika Selatan sendiri, program mengenai industri kreatif masuk dalam Cultural Strategy

Group. Baik di tingkat nasional ataupun di level urban, sama-sama dimengerti bahwa pariwisata

itu sangat penting. Hal ini imbasnya pada meningkatnya perhatian pemerintah thd sektor industri

kreatif. Chapter ini ngambil contoh di Johannesburg. Johannesburg menarik wisatawan dengan

bisnis shopping utk wisatawan regional (karena disana banyak jual barang2 merek yg gak ada di

tempat afrika lainnya), dan jual juga wisata sejarahnya yg related to Apartheid.

Industri kreatif juga memainkan peran penting dan potensial ddalam kontribusi terhadap

pembangunan ekonomi Johannesburg yg tertuang dalam Joburg 2030. Dimana, dalam dokumen

tersebut disebutkan bahwa pemerintah mensupport targeted strategic sectors dari urban economy.

Dan secara aktif akan mensupport industri kreatif.

The scoping study made a series of recommendations to Council for development of the sector.

7

Page 9: PARIWISATA INTERNASIONAL DAN EKONOMI KREATIF Web view- Media: Penyiaran, media digital, film dan video, serta rilisan musik. ... namun juga telah menjadi tanda pembeda lokal dan alat

The most significant recommendations were as follows:

• branding an image for Johannesburg’s creative industries so that additional demand is

generated; • addressing the chronic skills shortages in the sector; • enhancing networks and

alliances such that the capacity of the cluster is strengthened to rapidly respond to new demands;

• developing a strong business development infrastructure in terms of providing a business-

friendly foundation of physical space, telecommunications, policy support and funding

mechanisms; • dealing with the high levels of crime and urban decay in the inner city which act

as deterrents to tourists and the audiences of creative industries.

The City of Johannesburg’s creative industries consolidated sector support initiative was

announced by the Economic Development Unit in 2005 (City of Johannesburg 2005a). The

central goal is described as ‘to support both cultural workers with talent but limited institutional

support, as well as emerg ing companies with an entertainment industry focus’ (City of

Johannes burg 2005a).

Hal ini kemudian didukung dengan berbagai inisiatif.

Conclusion

Afrika Selatan menjadi contoh yang merepresentasikan tumbuhnya kepentingan dalam negara

berkembang terhadap potensi pengembangan industri kreatif. Secara lebih spesifik, hal ini

menyingkap pengakuan kebijakan dari pentingnya hubungan katalistik yang sinergis antara

industri kreatif dan pariwisata. Pada level nasional, industri kreatif dan pariwiasata diidentifikasi

sebagai prioritas dalam sektor ekonomi yang menuntut dukungan untuk memaksimalkan

potensinya di masa depan. Industri kreatif dan pariwisata juga memainkan peran penting dalam

level yang lebih kecil, seperti di beberapa kota besar Afrika Selatan, misalnya Johannesburg.

Yang perlu diingat adalah bahwa pengembangan industri kreatif dan pariwisata ini

membutuhkan pengawasan karena Afrika Selatan bisa jadi contoh yang baik untuk negara-

negara berkembang lainnya.

(Rogerson 2007)

8

Page 10: PARIWISATA INTERNASIONAL DAN EKONOMI KREATIF Web view- Media: Penyiaran, media digital, film dan video, serta rilisan musik. ... namun juga telah menjadi tanda pembeda lokal dan alat

Tambahan:

Bab 11.

Penelitian Florida (nama orang) mengatakan bahwa: But in the creative economy, according to

Florida, the creative class is ‘footloose’ and migrates to the cities where they want to live and

work.

Florida (2002: 249) calls these important conditions ‘the three Ts of econ omic development:

Technology, Talent and Tolerance’ (Figure 11.1). According to Florida, a city must fulfill all

three conditions to be considered attractive to the creative class. Briefly, the three Ts can be

described as:

• Tolerance: openness, acceptance of all ethnicities, races and lifestyles; • Talent: the proportion

of the population with a bachelor’s degree or higher; • Technology: a concentration of innovation

and technology in the region.

According to Florida (2002: 244) ‘The key to economic growth lies not just in the ability to

attract the creative class, but to translate that underlying advantage into creative economic

outcomes in the form of new ideas, new high-tech businesses and regional growth.’

Lebih lanjut halaman 178-179. (lumayan banyak2in teori hehe)

3. Industri Kreatif dan Pariwisata di Singapura

Singapura mengamini bahwa industri kreatif mampu meningkatkan perkembangan

ekonomi, menarik investor, meremajakan lingkungan fisik, dan mendorong gejolak

kebudayaan. Bahkan, Singapura menjadi salah satu negara yang paling bersemangat untuk

mengembangkan industri kreatif di Asia. Dengan kekayaan yang dibuktikan dari transportasi

yang jauh di atas mumpuni, gedung pencakar langit yang memenuhi petak tanah, dan

penduduk yang sangat mapan, lumrah jika industri kreatif menjadi tren selanjutnya. Daya

tarik wisata--seni dan budaya; desain dan multimedia, semua itu menjadi jalur bagi

9

Page 11: PARIWISATA INTERNASIONAL DAN EKONOMI KREATIF Web view- Media: Penyiaran, media digital, film dan video, serta rilisan musik. ... namun juga telah menjadi tanda pembeda lokal dan alat

pemerintah untuk mencapai ekonomi yang tangguh. Pariwisata ikut andil besar dalam

ekonomi kreatif. Lantas, bagaimana pariwisata masuk dalam skema besar industri kreatif?

Dengan model top-down, dan pemerintah langsung terlibat dalam pengelolaan kreatifitas. Ini

menjadi cerminan rezim otoritas halus di Singapura.

3.1 Ekonomi Kreatif di Singapura

Pada tahun 2001, pemerintah Singapura mendirikan Economic Review Committee

(ERC), dengan tujuan untuk mengembangkan strategi ekonomi. ERC Sub Committee

Workgroup on Creative Industries (ERC-CI) mengajak agar Singapura bergerak dari

ekonomi industri ke ranah ekonomi yang lebih inovatif (ERC-CI 2002: iii). Singapura

harus menampung kreatifitas multidimensi yang dimiliki oleh masyarakatnya untuk

‘keuntungan kompetitif’ (ERC-CI 2002: iii). Tidak mengejutkan karena Singapura

memang telah sejak lama mencoba untuk berpaling ke industri kreatif.

Langkah inisiatif pertama diambil setelah rilisan laporan dewan penasihat budaya

dan seni di Singapura di tahun 1989. Setelah itu, National Arts Council (NAC) dibentuk

pada tahun 1991. Pemerintah mulai memberi budaya dan seni perhatian berlebih(Chang

and Lee 2003).

Lalu, setelah pertimbangan mengenai pentingnya kesenian dan kebudayaan, serta

rekomendasi di tahun 1989 tersebut, Singapore Tourism Board (STB) dan Ministry of

Information, Communication and the Arts (MICA) bermaksud untuk membentuk

Singapura sebagai ‘Kota Seni Global’ (Chang 2000a; MITA and STPB 1995; Ooi 2001).

Di tahun 2000, MICA mencanangkan Singapura sebagai ‘Kota Renaisans’ (MITA 2000).

Mengembangkan nilai estetika dan ketertarikan terhadap warisan budaya sudah

semestinya menjadi langkah yang harus diambil Singapura dalam nation building (MITA

2000: 13).

Sejak saat itu, tak hanya festival seni dan pertunjukkan semakin bertambah, aksesnya

pun dipermudah. Contohnya, Panggung Esplanade, panggung ikonik Singapura,

menawarkan banyak konser gratis setiap tahunnya, dan selainSingapore Arts Festival dan

Singapore Film Festival, ada banyak festival etnis bagi etnis Tiongkok, Melayu, dan

India. Singapura akan menjadi semakin ramah akan kebudayaan baik bagi penduduk

10

Page 12: PARIWISATA INTERNASIONAL DAN EKONOMI KREATIF Web view- Media: Penyiaran, media digital, film dan video, serta rilisan musik. ... namun juga telah menjadi tanda pembeda lokal dan alat

maupun wisatawan.

Singapura fokus pada tiga sektor kreatif (ERC-CI 2002: iii):

- Seni dan Budaya: seni pertunjukan, seni visual, sastra, fotografi, seni kriya,

perpustakaan, museum, galeri, kearsipan, situs warisan budaya, festival, dan pameran

kesenian.

- Desain: iklan, arsitektur, web dan software, grafis produk industri, fashion, komunikasi,

interior, serta lingkungan.

- Media: Penyiaran, media digital, film dan video, serta rilisan musik.

Sektor kesenian dan kebudayaan dianggap menjadi fondasi kehidupan dari ekonomi

kreatif serta memegang peran penting dalam menjaga performa ekonomi dari berbagai

industri kreatif. Sektor kesenian dan kebudayaan juga akan dijadikan penyedia sarana

belajar dan bereksperimen bagi pekerja industri kreatif (ERC-CI 2002: 10). Mereka juga

dianggap sebagai investasi yang menjanjikan.

Pariwisata akan mendapat keuntungan sekaligus menyokong industri kreatif.

Wisatawan akan membelanjakan banyak uang untuk membeli produk kreatif Singapura,

terlebih yang termasuk kategori seni dan kebudayaan. Demi mengembangkan hal ini,

STB menghimpun kepercayaan sebagai tonggak promosi kesenian dan pemasaran wisata

kebudayaan dalam ekonomi kreatif (MITA 2000: 8).

Pertama, STB aktif menyusun agenda agar konferensi internasional, pameran seni,

dan berbagai kegiatan di bidang kreatif dihelat di Singapura. Mantan pimpinan Creative

Industries Singapore, Baey Yam Keng menjelaskan mengapa STB mesti melanjutkan

langkah ini:

Baru-baru ini [2005], kami menjadi tuan rumah pertemuan International Olympic

Council. Pada dasarnya, perhelatan semacam ini tidak terlalu menguntungkan

secara finansial. . . . [Tapi] bisa mencuri perhatian masyarakat internasional

mengenai citra Singapura.

11

Page 13: PARIWISATA INTERNASIONAL DAN EKONOMI KREATIF Web view- Media: Penyiaran, media digital, film dan video, serta rilisan musik. ... namun juga telah menjadi tanda pembeda lokal dan alat

Kedua, STB terus berusaha agar Singapura mampu menjadi penghubung di

komunitas global dan regional, termasuk institusi media, desain, telekomunikasi,

farmasi, dan bisnis. Dengan begitu, pebisnis akan banyak mengunjungi Singapura.

MTV, Discovery Channel, HBO, dan BBC sudah membangun markas regionalnya di

Singapura. Tentu hal ini membuat Singapura memiliki lingkungan bisnis yang

kondusif. STB juga memanfaatkan hal itu untuk mempromosikan konten rasa

Singapura di hadapan khalayak internasional; pendapatan meningkat, lapangan kerja

makin luas. Dalam ranah pariwisata, turis pebisnis akan bertambah dan citra

Singapura sebagai pusat bisnis meningkat.

Ketiga, dan masih terhubung dengan dua poin di atas, STB terus berusaha agar

menjadi ujung tombak dalam pembentukan lingkungan kota baik secara fisik maupun

budaya. Iklim budaya dan seni penting agar citra Singapura sebagai pusat bisnis dan

pariwisata global terus berkembang.(ERC-CI 2002: 10; MITA 2000: 24). Menurut

The Economist Intelligence Unit, langkanya aktivitas budaya membuat Singapura

tertinggal oleh Tokyo dan Hong Kong Sebagai tempat yang paling dicari ekspatriat

(Anon. 2002).

Perubahan ini membagi opini publik menjadi dua. Apakah membuka diri

membuat Singapura kehilangan jati dirinya sebagai negara di Asia? Beberapa orang

bahkan khawatir seksualitas tak lagi menjadi barang yang tabu. Di sisi lain, tentu

Singapura menjadi negara yang toleran terhadap perbedaan nilai dan semakin maju.

Dalam hal ini, STB tak hanya membangun lingkungan yang hidup dan berbudaya di

sektor hiburan; STB juga mengguncang nilai dan norma banyak warga Singapura.

Keempat, sektor seni dan budaya dalam ekonomi kreatif membutuhkan

pariwisata. Pada 2005, Singapura dikunjungi nyaris 9 juta turis dan menghasilkan

S$11 miliar (STB 20 Januari 2005). STB lalu memasang angka S$30 miliar,

menambah angka pengunjung menjadi 17 juta, dan menghasilkan 100.000 lapangan

kerja di 2015 (STB 20 Januari 2005). Pemerintah Singapura sudah mengalokasikan

S$2 miliar untuk STB agar mereka dapat mencapai target di tahun 2015 (STB 11

Januari 2005).

12

Page 14: PARIWISATA INTERNASIONAL DAN EKONOMI KREATIF Web view- Media: Penyiaran, media digital, film dan video, serta rilisan musik. ... namun juga telah menjadi tanda pembeda lokal dan alat

Kelima, STB memperkenalkan ‘Uniquely Singapore’ kepada dunia dan juga

warga Singapura sebagai branding Singapura. Slogan tersebut mengisahkan

Singapura sebagai kota dengan racikan sempurna antara adat ketimuran dan dunia

barat, modern dan tradisional. Setelah peluncuran ‘Uniquely Singapore’ pada 2004,

warga Singapura semakin gatal mencari tahu tentang produk yang terintegrasi

dengan ‘Uniquely Singapore’(Ooi 2004, 2005a).

Paparan di atas menunjukkan bahwa ekonomi kreatif tak semata tentang

pariwisata, tapi pariwisata memegang peran sentral dalam skema yang dicanangkan

Singapura. Namun, cara Singapura melanggengkan ekonomi kreatif melalui

pariwisata tetap saja menemui rintangan serius.

3.2 Tantangan terhadap Pendekatan Ekonomi Kreatif Singapura

Pengaturan terhadap seni dan budaya selalu mengalami penolakan (Crewe dan

Beaverstock 1998; Hughes 1998; Jayne 2004; Roodhouse dan Mokre 2004). Penolakan

ini menjadi rintangan tersendiri bagi pihak berwenang untuk diselesaikan atau setidaknya

dicari jalan tengahnya. Rintangan pertama adalah kekhawatiran terhadap kualitas.

Bagaimana pariwisata akan mempengaruhi varian produk budaya dan kreatif? Ketakutan

akan dikorbankannya kualitas demi keuntungan bukanlah romantisme banal belaka.

Contohnya saja, gedung pertunjukkan di London jamak dikritik karena dianggap ‘tunduk

pada pasar wisatawan, menyebabkan standarisasi, hambar, dan terlalu pusing terhadap

jumlah penonton’ (Hughes, H. L. 1998: 447). Kritik ini cukup menonjol karena otoritas

Singapura selalu berdalih bahwa perubahan ini dilakukan untuk kepentingan ekonomi

(Chua 1995; George 2000; Koh and Ooi 2000).

Keresahan masyarakat Singapura terhadap langkah yang diambil STB dalam

meningkatkan kesadaran sosial menjadi rintangan kedua. Contohnnya, sebuah komunitas

aktivis gay di Singapura, People Like Us, justru merasa tidak nyaman meski mereka

diberi ruang di lingkungan sosial. Pasalnya, STB memberi mereka ruang sosial hanya

untuk menunjukkan bahwa Singapura adalah negara yang toleran. Bagi People Like Us,

STB hanya memandang mereka sebagai komoditas ekonomi, bukan warga yang berhak

atas kesamaan hak.

13

Page 15: PARIWISATA INTERNASIONAL DAN EKONOMI KREATIF Web view- Media: Penyiaran, media digital, film dan video, serta rilisan musik. ... namun juga telah menjadi tanda pembeda lokal dan alat

Rintangan ketiga timbul saat otoritas Singapura mesti ‘mengelola ekspresi kreatif’.

Misalnya, beberapa lakon dan film tidak diberi izin tampil; pihak berwenang melarang

lakon Talaq oleh P. Elangovan di 2002. Lakon tersebut berkisah tentang pemerkosaan di

kalangan pernikahan muslim India, dan komunitas India di Singapura tidak senang akan

cerita terssebut. Elangovan (2002) mengeluhkan, ‘Ini adalah penghinaan bagi tujuan

Singapura untuk menjadi Kota Renaisans’. Pemerintah Singapura yang sedikit otoriter

akan terus mengatur jalannya ekspresi kreatif, yang mungkin tidak akan berakhir baik

bagi iklim kreatif.

Ada kekhawatiran umum bahwa promosi dalam industri kreatif hanya bertujuan

untuk pemasaran dan keuntungan saja (Leslie 2005). Kekhawatiran itu tercermin dari tiga

poin di atas. Bahkan, bisa dikatakan wajah kreatif Singapura dibentuk hanya oleh STB.

‘Uniquely Singapore’ yang digadang-gadang sebagai ramuan sempurna antara

modernisasi dan cita rasa tradisional pun memarjinalkan sebagian rupa Singapura. Oleh

karena itu, wajar bila muncul pendapat bahwa penerimaan masyarakat umum hanya akan

hadir bila pesan pemasaran dan produk budaya dan seni yang dikomersilkan berarti bagi

masyarakat (Cohen 1988; Ooi 2004).

4. Kreatifitas dalam Perkembangan Pariwisata

Ketika berbicara kreatifitas dalam kaitannya dengan pariwisata, maka harus disadari

bahwa pembahasan topik dimaksud akan melibatkan begitu banyak perspektif dan

pendekatan. Termasuk bagaimana kreatifitas dan pariwisata itu sendiri berada dalam spektrum

yang ekstrim, antara piranti keras dan lunak. Kreatifitas dalam pendekatan piranti keras

menitikberatkan pada pengembangan ruang kreatif dan infrastruktur, sedangkan piranti lunak

lebih banyak menekankan pada pengembangan pengalaman turis.4 Pariwisata yang dipahami

saat ini berusaha memediasi dua pendekatan ekstrim tersebut. Pariwisata sudah seharusnya

didukung infrastruktur yang mampu menciptakan pengalaman bagi turis. Mediasi kedua

spektrum tersebut bisa dilakukan dengan mengimplementasikan kebijakan, strategis dan 4 G. Richards & J. Wilson, ‘Creativities in tourism development,’ dalam G. Richards & J. Wilson (eds.), Tourism, Creativity and Development, Routledge, Oxon, 2007, p. 255.

14

Page 16: PARIWISATA INTERNASIONAL DAN EKONOMI KREATIF Web view- Media: Penyiaran, media digital, film dan video, serta rilisan musik. ... namun juga telah menjadi tanda pembeda lokal dan alat

menajemen kerangka kerja yang mampu menghubungkan antara kedua piranti.5

Bab terakhir buku ini berusaha menarik poin-poin penting dari pembahasan-pembahasan

sebelumnya. Kreatifitas dalam perkembangan pariwisata, kembali harus diingat dalam dua

konteks yang berbeda yaitu luas dan sempit. Ketika pemahaman dua konteks yang berbeda

tersebut sudah terbangun, lalu bab ini akan membahas aspek-aspek penting lainnya. Di antara

aspek-aspek penting tersebut adalah kreatifitas dan ruang; kreatifitas dan pengalaman turis;

kreatifitas dan kebijakan; kreatifitas dan produksi; pemasaran dan manajemen kreatifitas; gaya

hidup dan keanekaragamaan; keanekaragaman, perbedaan dan kreatifitas; hingga pembahasan

mengenai dampak kreatifitas pada perkembangan pariwisata. Aspek-aspek yang disebutkan

sebelumnya berusaha dijelaskan dengan singkat, dengan menekankan pada persoalan-

persoalan yang dihadapi pariwisata ketika berhadapan dengan kreatifitas.

4.1 Konteks Kreatifitas dalam Pariwisata

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, kreatifitas dalam pariwisata tidak bisa

diartikan secara mutlak. Kreatifitas dalam pariwisata dipahami sebagai dua konteks yang

berbeda: luas dan sempit. Dalam konteks luas, kreatifitas dipahami sebagai sebuah

tantangan bagi individu bahwa belajar bisa menjadi hal kreatif. Sebaliknya, dalam

konteks sempit ia diartikan sebagai proses yang menyangkut pada sektor tertentu saja.6

Lagi-lagi dalam implementasi pariwisata, aktor-aktor yang berkepentingan berusaha

memediasi dua konteks ekstrim tersebut. Mediasi yang dimaksud dilakukan dengan

membangun sinergi antara modal kreatifitas yang tersedia dengan kebutuhan atau

keinginan turis dengan penduduk lokal.7

Model termudah untuk mewujudkan sinergi antara modal dan kebutuhan adalah

dengan spesifik mentarget ‘kelas kreatif’ sebagai turis’. Model kedua, yang lebih sulit,

diwujudkan dengan pembangunan pariwisata yang lebih endogen. Model kedua ini

menekankan pada pemberdayaan kelas kreatif yang dari awal memang mendiami area

yang dijadikan tempat wisata. Sehingga penduduk lokal tidak dijadikan objek wisata,

tetapi ia memiliki peran sebagai subjek yang mengembangkan wilayahnya. Namun,

5 G. Richards & J. Wilson, p. 255.6 G. Richards & J. Wilson, p. 256.7 G. Richards & J. Wilson, p. 256.

15

Page 17: PARIWISATA INTERNASIONAL DAN EKONOMI KREATIF Web view- Media: Penyiaran, media digital, film dan video, serta rilisan musik. ... namun juga telah menjadi tanda pembeda lokal dan alat

model yang terakhir ini memiliki beberapa kelemahan. Selain karena dibutuhkan waktu

lama untuk mengembangkannya, juga karena model endogen membutuhkan banyak

interpretasi dan alih bahasa. Di mana hal tersebut membuat pengalaman pariwisata

menjadi kurang maksimal bagi turis.

4.2 Aspek-Aspek Penting dalam Kreatifitas dalam Pariwisata

Kreatifitas dalam pariwisata dipandang sebagai sebuah solusi baru yang menjawab

tantangan kompetisi pariwisata akibat globalisasi. Kreatifitas dianggap sebagai hal yang

selalu bisa diperbarui atau berkelanjutan, sehingga ia cenderung aman untuk

keberlangsungan sebuah tempat wisata. Namun, perlu digarisbawahi bahwa kreatifitas

juga menuntut perhatian pada aspek-aspek tertentu. Terutama pada perbedaan pendekatan

kreatifitas dalam implementasi pariwisata. Penekanan tersebut harus dilakukan untuk bisa

mencapai tujuan awal: kreatifitas akan menjawab persoalan pariwisata di era global.

Berikut ini adalah poin-poin penting kaitannya dengan kreatifitas dalam pariwisata:

Kreatifitas dan ruang. Kreatifitas sudah pasti berada dalam medium ruang, dan tidak

dipungkiri kreatifitas sangat bergantung padanya.8 Ada dua ekstrim yang

menggambarkan kreatifitas dan ruang: antara kota dan desa. Dua ekstrim tersebut

menggambarkan betapa pentingnya kota atau desa sebagai area yang menyumbang

pariwisata kreatif. Florida menekankan kota sebagai area penting dalam pariwisata

kreatif, karena area tersebut memiliki konsentrasi modal kapital dan penduduk yang yang

beragam. Ekstrim lain mengatakan desa lah yang memegang peranan penting. Karena ia

bisa dianggap sebagai sebuah alterantif terhadap model kreatifitas kota yang hegemonik

dan juga kritik massa terhadap sentralitas pembangunan kota.9

Kreatifitas dan Pengalaman Turis. Dua sifat dasar pariwisata adalah wisata

sebagai rekreasi (gazing) dan sebagai sebuah pembelajaran atau pencarian pengalaman

(experiencing). Dua sifat ini berusaha dikombinasikan melalui wisata berbasis panggung.

Di mana penglihatan dan pengalaman dikombinasikan menjadi satu. Namun, kombinasi

ini menjadi bermasalah apabila merujuk kembali pada sifat kreatif itu sendiri. Wisata

panggung (staging) melibatkan intervensi yang menghilangkan sifat otentik dari 8 G. Richards & J. Wilson, p. 257.9 G. Richards & J. Wilson, p. 258-262.

16

Page 18: PARIWISATA INTERNASIONAL DAN EKONOMI KREATIF Web view- Media: Penyiaran, media digital, film dan video, serta rilisan musik. ... namun juga telah menjadi tanda pembeda lokal dan alat

pengalaman kreatif itu sendiri.

Kreatifitas dan Kebijakan. Perbedaan pandangan untuk memahami kreatifitas dalam

pariwisata sudah seharusnya ditengahi melalui pembentukan kebijakan. Kebijakan yang

dibentuk pemerintah berusaha mempatenkan dan mensistematisasi langkah-langkah yang

digunakan untuk membangun kreatifitas dalam pariwisata. Namun demikian, bukan

berarti pembentukan kebijakan bisa menyelesaikan permasalahan. Ketika kreatifitas

dibakukan dalam kebijakan ada dua masalah yang terjadi. Pertama, kebijakan kreatif akan

cenderung meniru kebijakan dari tempat lain. Sehingga sulit untuk membedakan nilai

tambah pariwisata satu tempat dengan yang lain.10 Padahal, perbedaan menjadi sangat

penting dalam menarik turis. Kedua, wisata kreatif dan kultural dalam kebijakan

diletakkan pada bidang yang sama, padahal keduanya jelas berbeda. Wisata kreatif

bersifat spontan dan dinamis, sedangkan wisata kultral cenderung menekankan pada high

culture yang kaku dan paten. Kegagalan dalam memisahkan kedua hal tersebut dalam

kebijakan berakibat pada kembalinya orientasi pariwisata pada aspek kultural. Di mana

hal tersebut membuat pariwisata kreatif tidak berkembang.

Selain kedua hal tersebut, kebijakan justru tidak menyelesaikan persoalan-

persoalan yang krusial. Pertama, kebijakan belum mampu mendorong keterlibatan

penduduk lokal sebagai aktor dalam pariwisata itu sendiri. Kedua, kebijakan belum

mengatur bagaimana memenuhi kebutuhan-kebutuhan aktor kreatif dalam pariwisata.

Akibatnya, aktor kreatif lebih banyak terusir dari wilayahnya sendiri akibat privatisasi

yang dilakukan dalam bidang pariwisata.

Produksi kreatif. Produksi kreativitas tidak bisa disamakan dengan produksi

barang tetap. Karena aktor kreatif biasanya terus bergerak, maka produksi komoditas

kreatif ada baiknya diinvestasikan secara footloose.11 Di sisi lain, produksi kreatif hampir

tidak bisa dipisahkan juga dengan intellectual property (IP). Suatu tempat pariwisata

didorong untuk menerapkan label kualitas untuk menjaga IP-nya. Namun,

implementasinya akan sangat tergantung bentuk komoditas kreatif yang ditawarkan.

Dikatakan bahwa komoditas yang berupa pengalaman akan sangat sulit patenkan,

10 G. Richards & J. Wilson, p. 263. 11 G. Richards & J. Wilson, p. 267-268.

17

Page 19: PARIWISATA INTERNASIONAL DAN EKONOMI KREATIF Web view- Media: Penyiaran, media digital, film dan video, serta rilisan musik. ... namun juga telah menjadi tanda pembeda lokal dan alat

sehingga IP kurang memainkan dalam aspek tersebut. Akan tetapi, komoditas

pengalaman tidak menutup kemungkinan untuk distandarisasi dan menciptakan kesamaan

di wilayah-wilayah pariwisata.

Pemasaran dan manajamen kreativitas. Pada sub bab ini dibahas bagaimana

kreatifitas menimbulkan perdebatan dalam wujud brand atau non-brand. Kreatifitas yang

dipatenkan menjadi sebuah merk, memang memiliki kualitas yang cenderung konstan.

Tetapi di sisi lain, kreatifitas sebagai sebuah merk justru hanya diakui oleh sedikit

kalangan. Hal ini karena proses kreatif untuk belajar dan mendapatkan pengalaman baru

hanya diminati oleh sedikit turis. Sedangkan pariwisata kreatif yang tidak mengambil

bentuk merk, memiliki kecenderungan untuk berkompetisi dengan sesamanya. Dan tidak

bisa dipungkiri hal tersebut berimplikasi pada pariwisata yang monopolistik.

Gaya hidup dan keanekaragaman. Perkembangan industri kreatif erat berkaitan

dengan perkembangan gaya hidup tertentu yang didasarkan pada pola produksi dan

konsumsi suatu tempat.12 Perkembangan yang dimaksud disebut rendah keragaman dan

cenderung menarik turis dengan latar belakang yang sama.

Keragaman, kekhususan dan kreatifitas. Keragaman dikatakan sebagai modal

kreatif yang krusial untuk menimbulkan kekhususan. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa

banyak pemerintah di berbagai negara kesulitan untuk mengatur keragaman yang

negaranya miliki. Keragaman di sisi lain sering kali disembunyikan daripada

didayagunakan.13 Perdebatan tentang hal ini dirangkum oleh Fainstein yang mengatakan

bahwa “Sometimes exposure to “the other” evokes greater understanding, but if lifestyles

are too incompatible, it only heightens prejudice”.14

4.3 Kreatifitas dan Pariwisata: Sebuah Tantangan Masa Depan

Kreativitas dianggap sebagai inovasi baru untuk memajukan sektor pariwisata di

seluruh dunia. Setiap negara berusaha memajukan kreativitas yang dimiliki sumber daya

manusianya untuk menciptkana keunikan, sehingga sebuah negara lebih diminati untuk

berwisata. Namun demikian, nampaknya kreativitas sebagai inovasi belum dianggap

12 G. Richards & J. Wilson, p. 272.13 G. Richards & J. Wilson, p. 274.14 G. Richards & J. Wilson, p. 276.

18

Page 20: PARIWISATA INTERNASIONAL DAN EKONOMI KREATIF Web view- Media: Penyiaran, media digital, film dan video, serta rilisan musik. ... namun juga telah menjadi tanda pembeda lokal dan alat

sebagai hal yang serius. Tampak dari bagaimana kesulitan-kesulitan yang muncul belum

bisa ditangani secara baik oleh pihak berwenang. Industri kreatif dalam pariwisata masih

menghadapi persoalan yang berupa polarisasi. Berikut inti persoalan pariwisata kreatif

dalam pariwisata yang dirangkum dari paparan sebelumnya:

Pertama, pariwisata kreatif masih sangat didominasi oleh peran kelas menengah

kreatif. Hal ini nampak pada sejumlah pembahasan mengenai pembangunan infrastruktur

yang berada di wilayah urban, yang merupakan tempat bagi kelas menengah kreatif

tinggal. Dengan asumsi yang sama, pembangunan berdasarkan tempat tinggal kelompok

tersebut menargetkan turis dari kelas kreatif yang sama. Selain itu karena kelas kreatif

cenderung berpindah dan memiliki selera yang tidak jauh berbeda, satu tempat dengan

tempat yang lain menjadi semakin sama. Kondisi ini menyebabkan kelompok masyarakat

kreatif lain sulit mendapatkan tempat. Dan meminimalisasi kesempatan wisata kreatif

yang lebih beragam untuk berkembang. Hal tersebut banyak berpengaruh terhadap

rendahnya keanekaragaman pariwisata dalam sebuah tempat atau negara.

Kedua, industri kreatif yang sulit didefinisikan menyebabkan keberadaanya sulit

berkembang. Seperti yang sebelumnya telah dijelaskan, industri kreatif masih berada di

spektrum antara gazing dan experiencing. Akan sangat mudah bagi pihak terkait untuk

membangun infrastruktur kreatif dalam lingkup gazing seperti museum, taman, pusat

kuliner dan sebagainya. Namun, diperlukan usaha lebih untuk membawa industri kreatif

pada tahap experiencing. Selain karena diperlukan perencanaan yang matang, juga belum

banyak turis yang memiliki keinginan untuk belajar dan mengalami jenis wisata yang

dimakusd.

Ketiga, peran pemerintah yang tidak signifikan. Dalam hal ini bisa didebatkan

sejauh mana pemerintah berperan dalam pembangunan industri kreatif. Pemerintah

memang menjadi aktor utama yang merencanakan pembangunan dan kebijakan

pariwisata, namun dalam tahap implementasi sulit untuk melihat signifikansi perannya.

Pemerintah di sisi lain lebih banyak memberikan ruang pada pihak swasta dalam tahap

implementasi. Sehingga kelompok kreatif mandiri semakin terdesak oleh pihak swasta

yang membuat biaya hidup semakin tinggi. Kebijakan pemerintah juga dilihat sebagai hal

yang kaku.

19

Page 21: PARIWISATA INTERNASIONAL DAN EKONOMI KREATIF Web view- Media: Penyiaran, media digital, film dan video, serta rilisan musik. ... namun juga telah menjadi tanda pembeda lokal dan alat

Untuk bisa memajukan industri kreatif dalam pariwisata, penulis melihat perlunya

ada usaha untuk mengatasi tiga permasalahan di atas. Selain itu, juga diperlukan peran

serta pihak-pihak yang tidak secara langsung berkaitan dengan industri kreatif seperti

penduduk lokal dan akademisi. Penduduk lokal berperan penting dalam industri kreatif,

karena tanpanya perkembangan industri kreatif akan berjalan lambat. Peran mereka juga

penting karena pada akhirnya perkembangan industri kreatif ditujukan untuk

memperbaiki kehidupan mereka.

Di sisi lain, peran akademisi dibutuhkan untuk melakukan riset-riset yang

berkaitan dengan modal pariwisata yang dimiliki suatu wilayah dan permintaan-

permintaan yang datang dari turis. Sebagaimana dijelaskan di halaman-halaman awal,

penyesuaian antara modal dan permintaan menjadi sangat penting untuk memajukan

industri kreatif. Penyesuaian yang dilakukan juga tidak perlu menghalangi usaha-usaha

untuk memajukan modal pariwisata yang tidak dimiliki tempat lain. Peran inilah yang

kiranya belum banyak disebutkan di dalam bacaan. Peran yang tidak sepenuhnya bisa

dilakukan oleh pihak swasta dan pemerintah.

20

Page 22: PARIWISATA INTERNASIONAL DAN EKONOMI KREATIF Web view- Media: Penyiaran, media digital, film dan video, serta rilisan musik. ... namun juga telah menjadi tanda pembeda lokal dan alat

5. Teori Pembanding

5..1 Teori Ekonomi Kreatif

Manusia telah melakukan kegiatan ekonomi sejak awal mula peradaban. Mulai dari produksi,

konsumsi, dan juga pada akhirnya distribusi. Semakin berkembangnya peradaban manusia, teknologi

semakin berkembang, menyebabkan pola ekonomi turut berkembang guna memenuhi permintaan yang

ada. Kemajuan teknologi tersebut semakin lama menyebabkan industrialisasi di seluruh belahan bumi,

akan tetapi ketatnya persaingan ekonomi memaksa masyarakat untuk memunculkan ide-ide baru dan

industri baru yang akan diminati konsumen. Urgensi tersebut yang akhirnya berhasil melahirkan

kegiatan ekonomi kreatif yang kian hari semakin berkembang dan menjadi salah satu daya tarik bagi

dunia pariwisata negara-negara di dunia.

Sebelum membahas lebih jauh mengenai ekonomi kreatif, perlu dipahami dahulu konteks dari

ekonomi kreatif pada tulisan ini. Kata ekonomi dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) berarti “Ilmu

mengenai asas-asas produksi, distribusi, dan pemakaian barang-barang serta kekayaan (seperti hal

keuangan, perindustrian, dan perdagangan).”. Sedangkan kata kreatif sendiri mempunyai arti “Memiliki

daya cipta; memiliki kemampuan untuk menciptakan; bersifat (mengandung) daya cipta: pekerjaan yang

menghendaki kecerdasan dan imajinasi”. Kemudian ketika kedua istilah tersebut digabungkan berubah

menjadi sebuah istilah yang baru. Sesuai dengan definisi yang diberikan oleh John Howkins, penulis buku

“Creative Economy, How People Make Money from Ideas”, ekonomi kreatif adalah kegiatan produksi,

distribusi dan konsumsi dimana input dan output-nya adalah gagasan.15 Jika dijelaskan secara lebih

singkat, ekonomi kreatif adalah esensi dari kreativitas dan gagasan.

Menurut John sendiri, ekonomi kreatif tidak melulu berupa output yang tangible, seperti contohnya

seorang musisi, aktor dan artis yang menciptakan karyanya masing-masing. Mereka termasuk kedalam

komunitas ekonomi kreatif yang karyanya akan diproteksi oleh HAKI. Mengapa orang-orang tersebut

termasuk dalam komunitas ekonomi kreatif adalah dikarenakan permintaan pasar untuk karya-karya

yang telah diciptakan. Belum lagi jumlah materi yang dihasilkan oleh orang-orang tersebut. Seperti yang

15 Journal of Economic Geography (2008), 1 September 2008. p.699

21

Page 23: PARIWISATA INTERNASIONAL DAN EKONOMI KREATIF Web view- Media: Penyiaran, media digital, film dan video, serta rilisan musik. ... namun juga telah menjadi tanda pembeda lokal dan alat

dikatakan oleh John bahwa ekonomi kreatif merupakan esensi dari kreativitas, sehingga seseorang tidak

perlu memberikan output yang tangible, melainkan berupa ide atau gagasan super yang dapat

dimanfaatkan. Ide adalah bagian terpenting dari sebuah kegiatan ekonomi, karena ide tersebut adalah

awal dari seluruh kegiatan ekonomi. Bahkan menurut Paul Romer (1993) ide sendiri adalah suatu barang

dan merupakan hal yang paling penting, lebih penting dibandingkan objek yang sering ditekankan pada

mayoritas model dan sistem ekonomi.16

Ekonomi Kreatif merupkan sebuah konsep yang menjalar pada era ekonomi baru yang berfokus

pada infromasi dan kreativitas denga mengandalkan ide dan stock of knowledge dari Sumber Daya

Manusia (SDM) sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya. Seperti yang diketahui, pada

awal mula peradaban manusia, kegiatan ekonomi banyak berfokus pada Sumber Daya Alam. Teknologi

dan globalisasi banyak menyumbang perkembangan kegiatan ekonomi yang mengubah pola ekonomi

bertumpu pada SDA menjadi bertumpu SDM. Manusia mulai mengembangkan ide-ide yang dapat

bermanfaat bagi masyarakat luas. Hal ini kemudian memberikan harapan pada masyarakat kelas-kelas

pekerja yang notabene tidak memiliki uang cukup banyak untuk membiayai seluruh proses kegiatan,

oleh karena ide merupakan objek yang muncul dari diri sendiri. Dr. Richard Florida dari Amerika Serikat,

penulis buku “The Rise of Creative Class” dan “Cities and the Creative Class.” mengataka: “Seluruh umat

manusia adalah kreatif, baik ia seorang pekerja di pabrik kacamata atau seorang remaja jalanan yang

tengah membuat musik hip-hop. Namun perbedaannya adalah pada statusnya (kelasnya), karena ada

individu-individu yang secara khusus bergelut dibidang kreatif dan mendapat faedah ekonomi secara

langsung dari aktivitas tersebut. Maka tempat kota-kota yang mampu menciptaka produk-produk baru

inovatif tercepat, dapat dipastikan sebagai pemenang kompetisi di era ekonomi kreatif ini.”. Pendapat

ini juga kemudian didukung oleh Robert Lucas seorang pemenang Nobel pada bidang ekonomi. Konsep

Ekonomi Kreatif ini kemudian memayungi juga konep lain, yaitu Industri Kreatif.

Era Ekonomi Kreatif dapat merubah pola ekonomi menjadi lebih luas lagi, karena ekonomi bukan

lagi mengacu kepada produksi barang, tetapi juga kepada produksi jasa. Contoh hasil ekonomi kreatif

berupa persebaran data, software, berita, hiburan, perklanan dan lainnya. Bukti konkrit suksesnya

ekonomi dapat dilihat dari Perusahaan Google dan Yahoo!, kedua perusahaan tersebut tidak menjual

16 Ibid, p.172

22

Page 24: PARIWISATA INTERNASIONAL DAN EKONOMI KREATIF Web view- Media: Penyiaran, media digital, film dan video, serta rilisan musik. ... namun juga telah menjadi tanda pembeda lokal dan alat

atau menghasilkan barang yang tangible akan tetapi jumlah materi yang dihasilkan berhasil

menempatkan perusahaan-perusahaan tersebut menduduki posisi tertinggi dalam ekonomi dunia.

Ekonomi Kreatif juga telah menyebabkan independensi masyarakat, ekonomi tidak lagi sepenuhnya

diatur oleh pemerintah melainkan oleh masyarakat yang kemudian dengan sendirinya berhasil membuat

pasar bebas. Akan tetapi bukan berarti semuanya bebas tanpa ada campur tangan dari pemerintah,

namun pemerintah juga harus menuruti pola pasar bebas. Akan tetapi negara sendiri mulai memberikan

lapangan luas bagi kebebasan pasar untuk menentukan kegiatannya, karena pasar bebas yang didukung

oleh ekonomi kreatif ini telah banyak menyumbang GDP negara.

5.2 Teori Pariwisata Internasional

Pariwisata merupakan kegitan yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia dan telah

banyak menghasilkan devisa negara. Jika dihubungkan dengan teori sebelumnya yang mengangkat

tentang ekonomi kreatif, maka hubungan antara pariwisata dan ekonomi kreatif sendiri saling

bergantung juga saling mempengaruhi satu sama lain. Ketika suatu negara terkenal oleh karena

sebuah objek wisata A maka wisatawan akan berdatangan ke tempat tersebut, dengan begitu

banyak lapangan pekerjaan yang bisa dimanfaatkan seperti membuka jasa foto, penjualan barang-

barang suvenir, dan sebagainya. Begitupula ketika suatu negara terkenal dikarenakan kegiatan

ekonominya yang begitu menarik seperti contohnya Hollywood kemudian banyak menarik

wisatawan dan akhirnya menjadi salah satu tempat wisata yang banyak dikunjungi.

Kata pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta, yang terdiri dari dua suku kata yaitu pari

berarti berkeliling dan berputar-putar. Kemudian juga kata wisata yang artinya berpergian atau

perjalanan. Sehingg ketika disatukan, pariwisata memiliki arti perjalanan berkeliling ataupun

perjalanan yang dilakukan dari satu tempat ke tempat yang lain. Secara umum pariwisata berarti

perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke

tempat yang lainnya dengan suatu perencanaan atau bukan maksud untuk mencari nafkah di

tempat yang dikunjunginya, melainkan guna memenuhi keinginan bertamasya dan rekreasi.

Pengertian tentang pariwisata dan wisatawan mulai muncul di Negara Perancis pada abad ke-17,

namun pada waktu itu wisata tidak banyak dilakukan bukan hanya karena transportasi yang

23

Page 25: PARIWISATA INTERNASIONAL DAN EKONOMI KREATIF Web view- Media: Penyiaran, media digital, film dan video, serta rilisan musik. ... namun juga telah menjadi tanda pembeda lokal dan alat

terbatas namun juga karena banyaknya waktu yang harus ditempuh untuk menuju tempat lokasi.

Belum lagi masalah materi yang harus dikeluarkan dan keamanan yang masih belum terjamin.

Hal-hal yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung ke destinasi wisata berupa17 :

1. Natural Amenities, adalah benda-benda yang berasal dari alam, sudah ada di alam, atau

tersedia di alam. Contohnya adalah iklim, pemandangan alam, fenomena alam, dan lain sebagainya.

2. Man Made Supply, objek wisata yang dibuat oleh manusia. Contohnya danau buatan,

waduk, pantai buatan seperti yang ada di Singapur.

3. Way of Life, tata cara hidup masyarakat yang biasanya masih tradisional. Contohnya

sekatenan yang ada di Yogyakarta.

4. Culture, merupakan kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat yang tinggal di kawasan

objek wisata tersebut. Contohnya banyak wisatawan mengunjungi Bali untuk melihat upacara-

upacara keagamaan yang dilakukan.

Pariwisata ini juga kemudian akan menimbulkan kegiatan ekonomi yaitu Tourist Service, yang

biasanya diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta secara komersil. Guna memenuhi standar

sebagai kawasan wisata yang baik, maka beberapa hal ini perlu dipenuhi18 :

1. Something to see, objek yang menarik untuk dilihat. Ex: Pegunungan, Pantai, Perkotaan, dan

sebagainya.

2. Something to buy, segala sesuatu yang menarik untuk dibeli. Ex: Suvenir.

3. Something to do, adanya aktivitas yang bisa dilakukan di tempat tersebut. Ex: Berenang,

menikmati pemandangan, menginap, dan sebagainya.

Poin-poin diatas merupakan unsur yang diperlukan guna membangun kawasan wisata yang baik,

17 Auge, M. (1995): “Non-places: Introduction to Anthropology of Supermodernity” Howe, J. Translator. London: Verso Books.18 Duim, V.R. Van der. (2005): “Tourismscapes”. Dissertation Wageningen University. Wageningen: Wageningen University.

24

Page 26: PARIWISATA INTERNASIONAL DAN EKONOMI KREATIF Web view- Media: Penyiaran, media digital, film dan video, serta rilisan musik. ... namun juga telah menjadi tanda pembeda lokal dan alat

akan tetapi masih ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pula19 :

1. Harus ada kemampuan bersaing dengan objek wisata di kawasan lainnya.

2. Memiliki fasilitas pendukung dan ciri khas sendiri.

3. Tidak berpindah-pindah, kecuali di bidang pembangunan dan pengembangan.

4. Menarik.

Jika hal-hal tersebut dapat dipenuhi maka tentunya kegiatan ekonomi dan pariwisata mampu

bersandingan dengan baik. Lebih lagi antara bidang pariwisata dan ekonomi kreatif saling mendukung

perkembangan masing-masing.

5.3 Pariwisata Internasional dan Ekonomi Kreatif: Teori Pembanding

Bab 14 hingga 17 dari buku Greg Richards dan Julie Wilson yang berjudul Tourism,

Creativity, and Development mencoba menjelaskan mengenai industri kreatif yang ada di

negara-negara berkembang saat ini. Contohnya adalah industri kreatif di Afrika Selatan dan

Singapur. Kedua bab ini menjelaskan langkah-langkah yang digunakan oleh kedua negara

berkembang tersebut dalam mengembangkan industri kreatif di negaranya masing-masing,

meskipun tidak langkah-langkah tersebut belum semuanya dilaksanakan, khususnya di Afrika

Selatan mengingat masih banyak perdebatan diantara elit-elit pemerintah mengenai

pengalokasian dana yang lebih besar kepada sektor pariwisata. Adapun aspek-aspek penting

dalam kreativitas dalam pariwisata yang dituliskan di bagian kesimpulan tidak bersifat sugesti

bagi pembacanya. Kami mencoba membandingkan aspek tersebut dengan salah satu riset tim

pariwisata OECD pada tahun 2014 yang berjudul Tourism and The Creative Economy.20 Dalam

buku ini, tepatnya bab 4 terdapat langkah-langkah yang seharusnya diambil atau digunakan oleh

semua negara yang mencoba meningkatkan Industri Kreatif di negaranya. Langkah-langkah yang

perlu diperhatikan tersebut adalah (1) Pendekatan Pemerintah yang terkoordinir dan terintergrasi;

(2) Pembuatan Inovasi dan Pengalaman; (3) Industri Kecil dan Menengah; (4) Pengembangan 19 Ibid.20 OECD (2014), Tourism and the Creative Economy, OECD Studies on Tourism, OECD Publishing. < http://dx.doi.org/10.1787/9789264207875-en >, pp. 71-90.

25

Page 27: PARIWISATA INTERNASIONAL DAN EKONOMI KREATIF Web view- Media: Penyiaran, media digital, film dan video, serta rilisan musik. ... namun juga telah menjadi tanda pembeda lokal dan alat

Jaringan dan Berkelompok; dan (5) Branding dan Promosi Tempat.

Pendekatan Pemerintah yang Terkoodinir dan Terintergrasi

Dalam hal ini, OECD menjelaskan bahwa adanya pendeketan kebijakan yang kohesif

sangat diperlukan di era pariwisata yang baru ini. Mengutip perkataan UNESCO dalam bukunya,

ada anjuran untuk pemerintah agar segera memahami kompleksitas dari sektor pariwisata

tersebut.21 Menurutnya pariwisata itu sangat kompleks dimana pariwisata mempengaruhi dan

dipengaruhi oleh kebijkakan-kebijakan pemerintah. Oleh karena itu, pendekatan yang terkoodinir

dengan efektif antara pemerintah dan sektor privat akan memaksimalkan keuntungan nilai

tambah dari hubungan pemerintah dan sektor privat. Sedangkan pendekatan yang terintegrasi

akan membuka jajaran keuntungan baru seperti merangsang inovasi melalui pertukaran ide dari

sektor yang berbeda, membuat gambaran positif melalui promosi industri kreatif dengan

pariwisata, dan menemukan serta menghapus hambatan untuk perkembangan industri kreatif.

Korea Selatan dan Austria merupakan contoh dari adanya pendekatan pemerintah yang

terkoodinir dan terintegrasi. Di Korea Selatan, pengembangan pariwisata kreatif berada di dalam

kerangka kebijakan nasional untuk pengembangan ekonomi kreatif.22 Bukti paling nyatanya

adalah kumpulan budaya kontemporer yang di dalamnya termasuk fashion, film, musik dan

kuliner yang lebih sering dikenal sebagai Hallyu atau Korean Wave. Adanya Hallyu ini telah

meningkatkan penjualan produk-produk lokal Korea Selatan secara bertahap dan bahkan

memperbagus nama Korea di dunia serta membuat beberapa orang tertarik kepada budaya Korea

yang akhirnya membuat mereka untuk berkunjung ke Korea Selatan. Hallyu berhasil

mempengaruhi secara positif dari pariwisata dan industri kreatif Korea Selatan. Dalam kasus

Austria, pemerintah membuatkan sebuah program bernama Austria Kreatif dalam bidang

pariwisata. Program ini berhasil menunjukkan kerjasama yang efektif dapat terjalin antara sektor

publik dan sektor privat, dimana sektor privat membimbing konten pengembangan dan sektor

publik memberikan dukungan pemasaran dan juga pendanaan.

Pembuatan Inovasi dan Pengalaman

Peran Industri Kreatif dalam inovasi merupakan salah satu alasan besar mengapa

21 Ibid, p. 72.22 Ibid, p. 73.

26

Page 28: PARIWISATA INTERNASIONAL DAN EKONOMI KREATIF Web view- Media: Penyiaran, media digital, film dan video, serta rilisan musik. ... namun juga telah menjadi tanda pembeda lokal dan alat

pemerintah perlu untuk mendukungnya. Industri kreatif merupakan produk inovasi yang sangat

penting bagi tiap negara yang mencoba mengembangkan ekonomi kreatif di negaranya, selain

itu, industri kreatif juga dapat menstimulasi adanya inovasi di sektor-sektor lain selain industri

kreatif itu sendiri, contohnya adalah pariwisata. Permintaan konsumen saat ini menjadi lebih

terfragmentasi dan lebih susah untuk diprediksi, membuat adanya inovasi konten dan

pengalaman sangat penting untuk memberdayakan pariwisata di negaranya.23 Kondisi ini

menuntut adanya banyak sekali keahlian kreatif guna membuat inovasi-inovasi dalam

pengalaman yang memenuhi ekspektasi konsumen.

Di Milan, konsep keramaah inovatif sedang dikembangkan oleh para arsitek, seperti

Public Camping dan Bed Sharing Projects oleh Esterni dan Brand konsep TownHouse Street

oleh Alessandro Rosso dan Arsitek Simone Micheli. Lalu di Linz terdapat Pixel Hotel Project

dan Camping House di Barcelona oleh Esther Rovira. Hal yang dimiliki oleh proyek-proyek ini

adalah tujuan mereka untuk menggunakan kembali lokasi urban secara kreatif untuk pariwisata.

Tren ini dipertahankan oleh Milan dalam program Milan’s Structured Training System. Program

ini berencana untuk mengubah komposisi kota Milan dan sekitarnya agar lebih kreatif untuk

tujuan pariwisata.

Industri Kecil dan Menengah

Industri Kecil dan Menengah merupakan dasar dari industri kreatif. Mayoritas dari

mereka selalu membawa angin sejuk dalam bentuk inovasi-inovasi yang memiliki potensi tinggi.

Hanya saja, industri kecil dan industri bayi biasanya memiliki masalah dalam hal pendanaan dan

juga sumber daya, baik sumber daya alam dan sumber daya manusia. Hal ini membuat dukungan

kepada industri kecil dan menengah menjadi bagian penting dalam kebijakan industri kreatif

suatu negara. Industri kreatif biasanya memiliki model bisnis yang berbeda dari ekonomi

tradisional dan menimbulkan kesulitan dalam menarik keuangan dari institusi-institusi

tradisional. Disinilah peran Pemerintah dapat dijalankan. Pemerintah harus menjalankan

langkah-langkah yang dapat membantu dan mendukung industri kreatif. Contohnya adalah Paris

yang meluncurkan program Welcome City Labs untuk mendukung inovasi pariwisata kreatif dan

kewirausahaan. Program ini memiliki tujuan utama yaitu menyelesaikan masalah kekurangan

dana bagi industri kreatif dan membukakan jalan dengan meningkatkan harga lahan bagi pembeli 23 Ibid, 78.

27

Page 29: PARIWISATA INTERNASIONAL DAN EKONOMI KREATIF Web view- Media: Penyiaran, media digital, film dan video, serta rilisan musik. ... namun juga telah menjadi tanda pembeda lokal dan alat

lainnya. Amsterdam telah memiliki tradisi lama untuk menyediakan “Nursery Space” bagi

industri kreatif. Lahan ini biasanya memiliki harga sewa yang rendah, dan diduga telah

menguatkan sektor kreatif kota tersebut.

Membuat akses yang lebih mudah bagi industri kreatif kepada masalah keungan

merupakan masalah besar bagi industri kecil dan menengah.24 Selain itu, penting bagi pemerintah

untuk menghapuskan hambatan untuk mendukung produk inovatif yang menjembatani kedua

sektor ini. Dewan Industri Kreatif di Inggris telah menemukan langkah-langkah penting untuk

menghapuskan hambatan tersebut. Langkah-langkah tersebut adalah mengembangkan bentuk

pendanaan yang inovatif, intervensi pendanaan yang lebih condong ke industri kreatif, dan

meningkatkan informasi serta pemahaman diantara komunitas kreatif dan pendanaan. Selain itu,

untuk meyakinkan perusahaan kreatif memiliki akses terhadap dana, sektor publik juga dapat

memainkan peran dalam mendukung kreatifitas secara pendanaan. Santa Fe, Amerika Serikat,

memberikan 1% dari pendapatan pajak hotel kepada organisasi seni lokal. Hal ini akan

menciptakan sebuah siklus diantara hidupnya kesenian, bertambahnya pariwisata dan

bertumbuhnya dukungan bagi seni dan kreatifitas.

Pembangunan Jaringan dan Kelompok.

Membangun jaringan dapat membantu menghubungkan aktor didalam dan diantara kedua

sektor ini, sedangkan pembangunan berkelompok berfungsi sebagai titik penting di dalam

jaringan ini. Keduanya memegang peran penting dalam mengatur hubungan antara aktor

pariwisata dan aktor kreatif. Jaringan yang membawa industri kreatif ini dapat bersifat formal

maupun informal, dan pembangunan berkelompok dapat muncul dalam bentuk bottom-up atau

dikembangkan dalam bentuk top-down. Pembangunan Jaringan merupakan salah satu hal yang

paling penting dalam beberapa masalah pariwisata di dunia kreatif. Para pengusaha kreatif di

Santa Fe diorganisir oleh Creative Tourism Network milik UNESCO yang menyuruh mereka

untuk mengembangkan pengalaman kreatif bagi pengunjung dan penduduk setempat. Panggung

untuk mendistribusikan konten kreatif juga sedang dikembangkan di Santa Fe, Paris, dan

Selandia Baru. Hanya saja, sebelum Panggung ini dapat dibuat, terkadang pemerintah diperlukan

untuk memetakan organisasi kreatif dan jaringan mana yang dapat bergabung. Sektor publik juga

memiliki peran penting dalam memfasilitasi panggung tersebut yang nantinya akan memacu 24 Ibid, 82.

28

Page 30: PARIWISATA INTERNASIONAL DAN EKONOMI KREATIF Web view- Media: Penyiaran, media digital, film dan video, serta rilisan musik. ... namun juga telah menjadi tanda pembeda lokal dan alat

pertukaran jaringan dan pengetahuan vital bagi para pelaku industri kreatif.

Branding dan Promosi Tempat.

Budaya tidak lagi hanya sebagai bahan vital bagi identitas nasional dan branding, namun

juga telah menjadi tanda pembeda lokal dan alat proyeksi internasional. Begitu pula dengan

industri kreatif, mereka memainkan peran penting dalam branding sebuah tempat dan program

marketing pariwisata karena konten simbolik yang sangat tinggi. Pengembangan produk dan

pengalaman pariwisata kreatif juga membutuhkan branding yang efektif melalui cerita-cerita

yang mendukung mereka. Branding yang menarik biasanya berkaitan dengan lokasi yang akan

dibranding tersebut. Selain mudah diingat, tipe branding seperti ini memberikan gambaran

bahwa ada yang berbeda dengan lokasi itu dari 5 hingga 10 tahun yang lalu. Contohnya adalah

Creative Austria, Creative Scotland, Creative Paris, dan sebagainya. Branding seperti ini

biasanya berasosiasi dengan inovasi dan sektor industri kreatif yang tumbuh dengan cepat seperti

media, desain dan fashion yang menarik sebagai tempat yang dituju. Salah satu ilmuwan

bernama Haddock mengatakan bahwa kreatifitas digunakan sebagai cara bukan hanya untuk

menarik turis, namun juga untuk membuat negara, kawasan, dan kota menjadi tempat yang

menarik untuk menetap, bekerja, dan berinvestasi. Pariwisata kreatif akan menjadi dukungan

penting bagi suatu kota brand-pillars yang cenderung kreatif. Empat dari tujuh brand-pillar di

Santa Fe berkaitan erat dengan industri kreatif. Mereka adalah sejarah dan budaya, gastronomi,

seni visual, dan seni pertunjukan. Dengan menerapkan brand-pillars ini, Santa Fe berhasil

meningkatkan program Creative Tourism dan pekerjaan sektor kreatif yang lainnya.

Semua langkah-langkah ini sebenarnya telah disebutkan dan dijelaskan di dalam buku

Greg Richards dan Julie Wilson, namun mereka tertulis secara implisit dan OECD

menuliskannya secara eksplisit agar lebih mudah dipahami. Kelima langkah ini juga sesuai

dengan aspek-aspek penting dalam kreatifitas yang ditulis Richards pada bab terakhir mereka.

Dimana kreatifitas dan ruang dipenuhi oleh pendekatan pemerintah dan pembangunan jaringan,

kreatifitas dan pengalaman turis dipenuhi oleh inovasi dan pengembangan pengalaman, dan

kreatifitas dan kebijakan dipenuhi oleh pendekatan pemerintah dan industri kecil.

29