parasitologi yuni

3
Definisi dan Morfologi Necator americanus dan Ancylostoma duodenale adalah dua spesies cacing tambang yang dewasa di manusia. Habitatnya ada di rongga usus halus. Cacing betina menghasilkan 9.000-10.000 butir telur sehari. Cacing betina mempunyai panjang sekitar 1 cm, cacing jantan kira-kira 0,8 cm, cacing dewasa berbentuk seperti huruf S atau C dan di dalam mulutnya ada sepasang gigi. Di Indonesia infeksi oleh Necator americanus lebih sering dijumpai dibandingkan infeksi oleh Ancylostoma duodenale ( Hadidjaja,P.2011) Epidemiologi Insiden ankilostomiasis di Indonesia sering ditemukan pada penduduk yang bertempat tinggal di perkebunan atau pertambangan. Seringkali golongan pekerja perkebunan yang langsung berhubungan dengan tanah mendapat infeksi lebih dari 70%. Cacing ini menghisap darah hanya sedikit namun luka-luka gigitan yang berdarah akan berlangsung lama, setelah gigitan dilepaskan dapat menyebabkan anemia yang lebih berat. Kebiasaan buang air besar di tanah dan pemakaian tinja sebagai pupuk kebun sangat penting dalam penyebaran infeksi penyakit ini Tanah yang baik untuk pertumbuhan larva adalah tanah gembur (pasir, humus) dengan suhu optimum Necator americanus 28ºC-32ºC, sedangkan Ancylostoma duodenale lebih rendah 23-23ºC. Pada umumnya Ancylostoma duodenale lebih kuat. ( Srisasi Gandahusada,2006) Siklus Hidup Daur hidup cacing tambang adalah sebagai berikut, telur cacing akan keluar bersama tinja, setelah 1-1,5 hari dalam tanah, telur tersebut menetas menjadi larva rabditiform. Dalam waktu sekitar 3 hari larva tumbuh menjadi larva filariform yang dapat menembus kulit dan dapat bertahan hidup 7-8 minggu di tanah. Telur cacing tambang yang besarnya kira-kira 60x40 mikron, berbentuk bujur dan mempunyai dinding tipis. Di dalamnya terdapat beberapa sel, larva rabditiform panjangnya kurang lebih

Upload: rahmah-thaha

Post on 12-Nov-2015

218 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

mSAMSm,

TRANSCRIPT

Definisi dan MorfologiNecator americanus dan Ancylostoma duodenale adalah dua spesies cacing tambang yang dewasa di manusia. Habitatnya ada di rongga usus halus. Cacing betina menghasilkan 9.000-10.000 butir telur sehari. Cacing betina mempunyai panjang sekitar 1 cm, cacing jantan kira-kira 0,8 cm, cacing dewasa berbentuk seperti huruf S atau C dan di dalam mulutnya ada sepasang gigi. Di Indonesia infeksi oleh Necator americanus lebih sering dijumpai dibandingkan infeksi oleh Ancylostoma duodenale ( Hadidjaja,P.2011)EpidemiologiInsiden ankilostomiasis di Indonesia sering ditemukan pada penduduk yang bertempat tinggal di perkebunan atau pertambangan. Seringkali golongan pekerja perkebunan yang langsung berhubungan dengan tanah mendapat infeksi lebih dari 70%. Cacing ini menghisap darah hanya sedikit namun luka-luka gigitan yang berdarah akan berlangsung lama, setelah gigitan dilepaskan dapat menyebabkan anemia yang lebih berat. Kebiasaan buang air besar di tanah dan pemakaian tinja sebagai pupuk kebun sangat penting dalam penyebaran infeksi penyakit ini Tanah yang baik untuk pertumbuhan larva adalah tanah gembur (pasir, humus) dengan suhu optimum Necator americanus 28C-32C, sedangkan Ancylostoma duodenale lebih rendah 23-23C. Pada umumnya Ancylostoma duodenale lebih kuat. ( Srisasi Gandahusada,2006)

Siklus Hidup Daur hidup cacing tambang adalah sebagai berikut, telur cacing akan keluar bersama tinja, setelah 1-1,5 hari dalam tanah, telur tersebut menetas menjadi larva rabditiform. Dalam waktu sekitar 3 hari larva tumbuh menjadi larva filariform yang dapat menembus kulit dan dapat bertahan hidup 7-8 minggu di tanah. Telur cacing tambang yang besarnya kira-kira 60x40 mikron, berbentuk bujur dan mempunyai dinding tipis. Di dalamnya terdapat beberapa sel, larva rabditiform panjangnya kurang lebih 250 mikron, sedangkan larva filriform panjangnya kurang lebih 600 mikron. Setelah menembus kulit, larva ikut aliran darah ke jantung kanan terus ke paru-paru. Di paru larvanya menembus pembuluh darah masuk ke bronchus lalu ke trachea dan laring. Dari laring, larva ikut tertelan dan masuk ke dalam usus halus dan menjadi cacing dewasa. Infeksi terjadi bila larva filariform menembus kulit atau ikut tertelan bersama makanan. (Gandahusada,dkk, 2006 )

PatofisiologiCacing tambang hidup dalam rongga usus halus. Selain mengisap darah, cacing tambang juga menyebabkan perdarahan pada luka tempat bekas tempat isapan. Infeksi oleh cacing tambang menyebabkan kehilangan darah secara perlahan-lahan sehingga penderita mengalami kekurangan darah (anemia) akibatnya dapat menurunkan gairah kerja serta menurunkan produktifitas. Kekurangan darah akibat cacingan sering terlupakan karena adanya penyebab lain yang lebih terfokus ( Gandahusada,dkk, 2006 )

Pemeriksaan Penunjang

Terdapat beberapa pemeriksaan penunjang untuk infeksi cacing tambang salah satinya adalah Tehnik Pengapungan dengan ZnSO4, caranya dengan mengambil tinja sebesar biji kelereng dan dimasukan kedalam tabung reaksi, ditambah air sedikit demi sedikit dan diaduk samapi volume menjadi 10 kalinya. Ambil kain kasa untuk menyaring tinja yang telah diaduk dan di ditampung dalam tabung sentrifuge. Sentrifuge dengan kecepatan 1800 rpm selama 1-2 menit dan ini lakukan sebanyak 3-4 kali. Tambahkan larutan ZnSO4 sampai 2/3 tabung sentrifuge dan diaduk serta disentrifuge lagi dgn kecepatan 1800 rpm selama 1-2 menit.material yang mengapung diambil denganpipet dan di taruh di kaca benda di tambah larutan J-KJ, dicampur, ditutup memakai kaca tutup dan diperiksa dibawa mikroskop ( Widoyono,2011)

Pentalaksanaan

Penderita infeksi cacing tambang pada umunya mengalami anemia yang bisa berat. Karena itu pengobatan penderita selain ditujukan untuk memberantas cacingnya juga dilakukan untuk mengatasi anemianya.(a) Obat cacing . Obat obat cacing yang efektif untuk memberantas cacing tambang antara lain Albendazol, Mebendazol, Levamisol dan Pirantel Pamoat yang dapat diberikan per oral.(b) Pengobatan anemia Anemia penderita diobati menggunakan sediaan Zat Besi ( Fe ) yang diberikan per oral atau parenteral. ( Soedarto,2011)

Pencegahan Di daerah endemis Ancylostoma duodenale dan Necator americanus penduduk sering mengalami reinfeksi. Infeksi baru maupun reinfeksi dapat dicegah dengan memberikan obat cacing kepada penderita dan sebaiknya juga dilakukan pengobatan massal pada seluruh penduduk di daerah endemis. Pendidikan kesehatan diberikan paada penduduk untuk membuat jamban pembuangan tinja (WC) yang baik untuk mencegah pencemaran tanah , dan jika berjalan di tanah selalu menggunakan alas kaki untuk mencegah terjadinya infeksi pada kulit oleh larva filariform cacing tambang ( Soedarto,2011)

Referensi : Widoyono. 2011. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, danpemberantasan. Edisi ke-5. EMS. Jakarta.

Gandahusada,S dkk.2006. Parasitologi Kedokteran. Edisi 3. FK UI : Jakarta

Hadidjaja,P. 2011. Dasar Parasitologi Klinik . Edisi 1 . Balai Penerbit FK UI : Jakarta