parasitologi
DESCRIPTION
pemeriksaan angka kapang pada tepung tapioka sesuai SNI 01-3451-2011TRANSCRIPT
MAKALAH PARASITOLOGI
Pemeriksaan Angka Kapang Pada Tepung
Tapioka
Disusun Oleh :
Alfian hadri (A.102.09.004)
AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL
SURAKARTA
TAHUN AJARAN
2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Pemeriksaan Angka Kapang Pada
Tepung Tapioka ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna
bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan
dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.
Surakarta, April 2015
Penyusun
Daftar isi
Kata pengantar............................................................ ........ ............i
Daftar isi................................................................. ......................ii
BAB I Pendahuluan............................................................................1
BAB II ISI
1. Prinsip........................................................ ..........................4
2. Peralatan ..............................................................................4
3. Pembenihan, Pengencer, dan Pereaksi............................................4
4. Persiapan dan Homogenisasi.......................................... ...............5
5. Cara Kerja............................................ .......................... .......5
6. Pernyataan Hasil.................................... ..................................6
BAB III PENUTUP
Kesimpulan................................................................................7
Daftar Pustaka.................................................................................8
BAB I
PENDAHULUAN
Tepung tapioka merupakan pati yang diekstrak dari singkong.
Dalam memperoleh pati dari singkong (tepung tapioka) harus
dipertimbangkan usia atau kematangan dari tanaman singkong. Sebagai
contoh usia optimum tanaman singkong siap panen berdasarkan hasil
percobaan terhadap salah satu varietas singkong yang berasal dari Jawa
yaitu San Pedro Preto adalah sekitar 18-20 bulan (Grace, 1977). Ketika
umbi singkong dibiarkan di tanah, jumlah pati akan meningkat sampai
pada titik tertentu, lalu umbi akan mejadi keras dan menyerupai kayu,
sehingga umbi akan sulit untuk ditangani ataupun diolah.
Mutu tepung tapioka ditentukan berdasarkan persyaratan standar
yang ditetapkan oleh SII (Standar Industri Indonesia), atau standar lain
yang berlaku dengan tujuan agar produk tepung tapioka yang dihasilkan
dapat menembus pasar di dalam dan di luar negeri.
Faktor yang menentukan kualitas atau mutu tapioka adalah
parameter mutunya. Para meter mutu tapioka meliputi parameter fisik
(bentuk, bau dan warna), parameter kimia (kadar air, kadar abu, serat
kasar dan cemaran logam), parameter fisikokimia (derajat putih dan dan
derajat asam), serta parameter mikrobiologi. Persyaratan standar yang
ditetapkan oleh SNI dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.
Fungi adalah kelompok besar dan beragam, namun hanya tiga jenis
fungi yang penting dan relatif mudah untuk mengidentifikasinya. Ketiga
nya yaitu kapang, khamir, dan jamur. Fungi dapat dibedakan dari alga
karena fungi tidak mempunyai klorofil dan dengan demikian fungi tidak
dapat melakukan fotosintesis.
Fungi adalah suatu organisme eukariotik yang mempunyai ciri-ciri
spesifik sebagai berikut:
1. Mempunyai inti sel
2. Memproduksi spora
3. Tidak mempunyai klorofil sehingga tidak dapat melakukan fotosintesa
4. Dapat berkembang biak secara seksual dan aseksual
5. Beberapa mempunyai bagian-bagian tubuh berbentuk filament dengan
didin sel yang mengandung selulosa atau khitin, atau keduanya.
Fungi sebenarnya merupakan organisme yang menyerupai
tanaman, tetapi mempunyai beberapa perbedaan sebagai berikut:
1. Tidak berklorofil
2. Komposisi dinding sel berbeda
3. Reproduksi dengan spora
4. Tidak ada batang, cabang, akar atau daun
5. Tidak mempunyai system vaskular seperti tanaman
6. Multiseluler namun tidak mempunyai pembagian fungsi seperti tanaman
BAB II
ISI
Cara kerja menurut SNI 01-3451-2011
1.Prinsip:
Pertumbuhan kapang dalam media yang sesuai, setelah diinkubasikan
pada suhu (25 ± 1)°C selama 5 hari.
2.Peralatan:
1) Inkubator (25 ± 1) °C , terkalibrasi;
2) Otoklaf;
3) Penangas air (45 ± 1) °C;
4) pH meter;
5) Alat penghitung koloni;
6) Tally register;
7) Pipet ukur 10 mL dan 1 mL, steril;
8) Cawan petri gelas/plastik (berukuran minimal15 mm x 90 mm),
steril; dan
9) Bent glass rod.
3.Pembenihan, Pengencer dan Pereaksi:
1) Agar dichloran rose bengal chloramphenicol (DRBC);
2) Agar dichloran 18% glycerol (DG 18);
3) Larutan pepton 0,1%;
- pepton 1 gram dalam air suling 1000 ml larutkan pepton dalam air
suling kemudian sterilkan dengan menggunakan otoklaf pada suhu
121 °C selama 15 menit, dan atur pH sehingga mencapai pH akhir
(7,0 ± 0,2).
4) Larutan antibiotik.
Antibiotik ditambahkan dalam media kapang untuk mencegah
pertumbuhan bakteri. Chloramphenicol adalah salah satu pilihan
antibiotik karena stabil selama proses dalam diotoklaf. Konsentrasi
antibiotik yang dianjurkan adalah 100 mg/L media. Jika terlihat
pertumbuhan bakteri yang berlebihan, siapkan media dengan
penambahan chloramphenicol 50 mg/L sebelum otoklaf dan
chlortetracycline 50 mg/L steril saat media mulai di kondisikan,
tepat sebelum menuang media dalam cawan.
4.Persiapan dan homogenisasi contoh:
1) Timbang 50 g contoh secara aseptik ke dalam botol pengencer yang
telah berisi 450 mL larutan pepton 0,1% steril sehingga diperoleh
pengenceran 1:10;
2) Kocok campuran beberapa kali hingga homogen.
5.Cara kerja:
1)Buat tingkat pengenceran dari 10-2 sampai dengan 10-6 dengan
menggunakan larutan pepton 0,1%;
2)Persiapan media dalam cawan dapat dilakukan dengan salah satu
media di bawah ini, yaitu :
- Metode sebar (media DRBC atau DG 18), penggunaan media DG
18 lebih sesuai untuk contoh uji yang mempunyai Awkurang dari
95 : pipet 0,1 mL masing-masing pengenceran secara aseptik ke
dalam media padat dan sebarkan merata dengan menggunakan
bent glass rod. - Metode tuang (media DG 18):
a. pipet 1,0 mL masing-masing pengenceran ke dalam cawan petri
dan sesegera
b. mungkin tuangkan 20 mL sampai dengan 25 mL media;
c. campurkan dengan menggoyang cawan secara perlahan searah
jarum jam, kemudian berlawanan arah jarum jam selama 1 menit
sampai dengan 2 menit; dan biarkan hingga campuran dalam
cawan petri memadat.
3)Masukkan semua cawan petri dengan posisi tidak terbalik ke dalam
inkubator pada ruang gelap bersuhu 25 °C selama 5 hari. Jangan
menumpuk cawan lebih dari 3 tumpukan. Biarkan cawan dan jangan
merubah posisinya;
4)Hitung koloni kapang setelah 5 hari inkubasi. Jika setelah 5 hari
tidak ada koloni yang tumbuh, tambahkan waktu inkubasi selama
48 jam. Jangan menghitung cawan-cawan sampai batas waktu
inkubasi berakhir, karena merubah posisi cawan dapat
mengakibatkan pertumbuhan sekunder dari spora; dan
5)Nyatakan hasil perhitungan sebagai koloni per gram contoh.
6.Pernyataan hasil:
Cara menghitung dan membulatkan angka
Cara menghitung koloni kapang dan cara membulatkan angka pada hasil
perhitungan untuk cawan yang berisi 10 koloni sampai dengan 150 koloni.
sesuai atau sama dengan cara menghitung koloni pada uji angka lempeng
total.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Mahasiswa dapat mengetahui SNI dari tepung tapioka.
2. Mahasiswa dapat mengetahui secara rinci bagaimana cara
pemeriksaan angka kapang pada tepung tapioka.
3. Mahasiswa dapat mengetahui hasil dari pemeriksaan angka kapang
pada sampel tepung tapioka.
Daftar pustaka
Lies Suparti, 2005. Tepung Tapioka. Pembuatan dan Pemanfaatannya.
Kanisius. Yogyakarta
PENGUJIAN MUTU TEPUNG TAPIOKA (SNI 01-3451-2011)
Pengujian Mutu Pangan : Kurikulum 2013 pdf.