paradigma pendidikan islam tentang...

34
1 PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM TENTANG EKOLOGI: Ideologisasi Lingkungan Hidup sebagai Upaya Reformasi Bumi Oleh: Aenudin NIM: 10.3.00.1.03.01.0028 A. PENDAHULUAN Sudah diketahui bahwa kerusakan alam dan lingkungan hidup yang lebih dahsyat bukanlah disebabkan oleh proses penuaan alam itu sendiri, tapi justru diakibatkan oleh tangan-tangan manusia yang selalu berdalih memanfaatkannya, yang sesngguhnya sering kali mengekploitasinya tanpa mempedulikan kerusakan- kerusakan lingkungan yang ditimbulkannya. 1 Pada saat ini pencemaran berlangsung di mana-mana dengan laju begitu cepat yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Kecenderungan pencemaran tersebut mengarah kepada dua hal, yaitu: (1) ke arah pembuangan senyawa-senyawa kimia tertentu yang semakin meningkat, terutama pembakaran minyak bumi secara nyata saat ini sudah merubah sistem alami pada skala global; (2) ke arah meningkatnya penggunaan bahan berbahaya beracun (B3) oleh berbagai kegiatan industri dengan pembuangan limbahnya ke lingkungan. Akibatnya timbul masalah-masalah yang bersifat global, antara lain: pemanasan global, hujan asam (acid rain), menipisnya lapisan ozon, dan penyalahgunaan zat-zat adiktif, seperti ganja, heroin, amfetamin, dan sebagainya dengan segala dampak negatif yang ditimbulkannya. 2 Krisis ekologi dunia membuat diskusi-siskusi dalam sains dan agama terasa mendesak. Kalau orang yang berasal dari perspektif-perspektif yang berbeda tidak bisa menyepakati suatu keprihatinan bersama akan dunia natural ini, sistem kehidupan planet kita terancam bahaya kehancuran yang tidak terelakkan lagi. Konferensi terbaru para ilmuwan, para pemimpin agama, dan kaum teolog mengakui perlunya suatu konsensus tentang masalah ini; dan konferensi seperti ini merumuskan sebuah pernyataan bersama yang mendorong semua pihak untuk 1 A. Malik Fadjar, Holistika Pemikiran Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), 298. 2 Rukaesih Achmad, Kimia Lingkungan (Yogyakarta: Andi Offset, 2004), 1.

Upload: phunghuong

Post on 05-Feb-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM TENTANG EKOLOGIsties-gasantara.hol.es/download/52521602855Naskah_Makalah.pdf · sistem kehidupan planet kita terancam bahaya kehancuran ... harmonis antara

1

PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM TENTANG EKOLOGI: Ideologisasi Lingkungan Hidup sebagai Upaya Reformasi Bumi

Oleh: Aenudin

NIM: 10.3.00.1.03.01.0028

A. PENDAHULUAN

Sudah diketahui bahwa kerusakan alam dan lingkungan hidup yang lebih

dahsyat bukanlah disebabkan oleh proses penuaan alam itu sendiri, tapi justru

diakibatkan oleh tangan-tangan manusia yang selalu berdalih memanfaatkannya,

yang sesngguhnya sering kali mengekploitasinya tanpa mempedulikan kerusakan-

kerusakan lingkungan yang ditimbulkannya.1

Pada saat ini pencemaran berlangsung di mana-mana dengan laju begitu

cepat yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Kecenderungan pencemaran tersebut

mengarah kepada dua hal, yaitu: (1) ke arah pembuangan senyawa-senyawa kimia

tertentu yang semakin meningkat, terutama pembakaran minyak bumi secara

nyata saat ini sudah merubah sistem alami pada skala global; (2) ke arah

meningkatnya penggunaan bahan berbahaya beracun (B3) oleh berbagai kegiatan

industri dengan pembuangan limbahnya ke lingkungan. Akibatnya timbul

masalah-masalah yang bersifat global, antara lain: pemanasan global, hujan asam

(acid rain), menipisnya lapisan ozon, dan penyalahgunaan zat-zat adiktif, seperti

ganja, heroin, amfetamin, dan sebagainya dengan segala dampak negatif yang

ditimbulkannya. 2

Krisis ekologi dunia membuat diskusi-siskusi dalam sains dan agama

terasa mendesak. Kalau orang yang berasal dari perspektif-perspektif yang

berbeda tidak bisa menyepakati suatu keprihatinan bersama akan dunia natural ini,

sistem kehidupan planet kita terancam bahaya kehancuran yang tidak terelakkan

lagi. Konferensi terbaru para ilmuwan, para pemimpin agama, dan kaum teolog

mengakui perlunya suatu konsensus tentang masalah ini; dan konferensi seperti

ini merumuskan sebuah pernyataan bersama yang mendorong semua pihak untuk

1

A. Malik Fadjar, Holistika Pemikiran Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2005), 298. 2 Rukaesih Achmad, Kimia Lingkungan (Yogyakarta: Andi Offset, 2004), 1.

Page 2: PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM TENTANG EKOLOGIsties-gasantara.hol.es/download/52521602855Naskah_Makalah.pdf · sistem kehidupan planet kita terancam bahaya kehancuran ... harmonis antara

2

memperhatikan secara lebih dekat masalah-masalah ekologis. Konferensi ini telah

membuat sebuah deklarasi bersama; dan inilah deklarasi terakhir: “Seruan

Bersama sains dan Agama tentang Lingkungan”; deklarasi ini mencatat sikap-

sikap permusuhan pada masa silam antara para ilmuwan dan para teolog; tetapi

sekarang, dia mengatakan bahwa kita harus membuang perbedaan-perbedaan itu

dan bekerja bersama untuk menyelematkan Bumi. Maka, barangkali, lebih dari

dalam bidang lain, hal ini terasa lebih penting lagi secara pragmatis dalam

ekologi, yaitu kita tetap mengupayakan agar dialog-dialog antara para ilmuwan

dan para teolog tetap hidup.3

Tetapi, bagi beberapa ekolog sekuler, diskusi-diskusi seperti itu mungkin

akan sangat sulit karena agama dan teologi punya reputasi yang begitu banyak

menaruh kepedulian pada kesejahteraan dunia alamiah ini. Gereja-gereja, sinagog-

sinagog, dan masjid-masjid secara tradisional sedikit sekali memberi perhatian, itu

pun kalau ada, terhadap masalah-masalah ekologis yang utama; dan hingga baru-

baru ini para teolog telah mengabaikan hal-hal itu juga. Teks-teks klasik dari

berbagai tradisi agama sedikit sekali berbicara tentang kehancuran hutan tropis,

erosi tanah, hilangnya sumber air segar, semakin melebarnya gurun pasir, polusi

tanah, air, dan udara, pemusnahan spesies-spesies yang sudah sampai pada tingkat

yang membahayakan, pemanasan global, atau proses penipsan lapisan ozon

stratosfer. Lagi pula, beberapa pemuka agama masih juga mengabaikan populasi

manusia yang semakin berkembang cepat; hal ini semakin memperburuk setiap

ancaman lingkungan. 4

Russel Train, yang memimpin lembaga World Wild Llife Fund dan telah

menjadi pemimpin gerakan lingkungan selama lebih dari tiga puluh tahun,

menurutnya bahwa agama dan teologi tidak begitu tanggap terhadap krisis yang

ada saat ini merupakan sebuah teka-teki besar yang membingungkan. Dia juga

3 John F. Haught, Perjumpaan Sains dan Agama: Dari Konflik ke Dialog (Bandung:

Mizan Pustaka, 1995), 319-320.

4 John F. Haught, Perjumpaan Sains dan Agama: Dari Konflik ke Dialog, 320.

Page 3: PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM TENTANG EKOLOGIsties-gasantara.hol.es/download/52521602855Naskah_Makalah.pdf · sistem kehidupan planet kita terancam bahaya kehancuran ... harmonis antara

3

merasa sedih bahwa pemerintah, perusahaan besar, dan akademi tidak banyak

berbicara. 5

Sebagai respon terhadap pendapat di atas, tulisan ini hendak membuktikan

ketidakbenaran pernyataan yang mengatakan bahwa agama (Islam) tidak

mempunyai relevansi terhadap ekologis. Pada hal Islam sebagai agama sarat

dengan ajaran nilai-nilai yang sejatinya membangun pola hubungan yang

harmonis antara manusia dengan Tuhan, antara sesama manusia, dan lingkungan

alam semesta (ekologi).

Islam mempunyai pranata pendidikan yang mempunyai peran penting dan

strategis dalam mensosialisasikan dan mentransformasikan berbagai konsep, teori

ilmu pengetahuan dan teknologi serta menginternalisasikan nilai-nilai ajaran

Islam, termasuk konsep tentang ekologi dan lingkungan hidup kepada masyarakat

peserta didik.

Berdasarkan pada pemaparan tentang masalah-masalah ekologi dan

lingkungan hidup di atas, apakah Islam sebagai agama mempunyai relevansi

ekologis ?, bagaimana paradigma ideologi pendidikan Islam tentang ekologi dan

lingkungan hidup ?. Untuk menjawab permasalahan tersebut, tulisan ini akan

merujuk pada berbagai literatur yang otoritatif di bidangnya.

B. PEMBAHASAN

1. Kekhalifahan dan Reformasi Bumi

Islam sebagai agama sarat dengan nilai-nilai yang berfungsi sebagai sistem

kehidupan, sejatinya mempunyai visi dan misi rahmah li> al-‘A >lami>n, 6 yang

berarti menjadikan kebaikan bagi semesta alam. Untuk mewujudkan visi dan misi

tersebut Allah telah menugaskan kepada manusia sebagai khalifah-Nya di bumi,7

yang mempunyai peran dan tugas memakmurkan dan membangun peradaban di

atasnya. 8 Sebagai khalifah, manusia diberi kewenangan oleh Allah untuk

5 John F. Haught, Perjumpaan Sains dan Agama: Dari Konflik ke Dialog, 320-321.

6 “Dan tidaklah Kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta

alam.” (Q.S. al-Anbiya>: 107). 7 Lihat Q.S. al-Baqarah:30.

8 Lihat Q.S. Hu>d:61.

Page 4: PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM TENTANG EKOLOGIsties-gasantara.hol.es/download/52521602855Naskah_Makalah.pdf · sistem kehidupan planet kita terancam bahaya kehancuran ... harmonis antara

4

mengelola lingkungan dengan mendayagunakan sumber daya alam bagi sebesar-

besar manfaat hidup manusia guna mewujudkan kemakmuran dan membangun

peradaban di bumi.

Dalam pengelolaan lingkungan, manusia dituntut untuk mampu menjaga

keseimbangan dan kelestarian lingkungan. Nurcholish Madjid menjelaskan bahwa

keseimbangan itu sendiri mempunyai kaitan dengan hukum dualitas pada semua

ciptaan Allah. 9 Dalam al-Qur‟an difirmankan, “Dan dari segala sesuatu Kami

ciptakan dua sepasang, agar kamu sekalian renungkan.” 10 Dan, “Maha suci Dia

yang telah menciptakan semuanya berpasang-pasangan, dari tetumbuhan bumi,

dari diri mereka (manusia) sendiri, dan dari hal-hal yang tidak mereka

ketahui.”11

Perintah Allah untuk merenungkan hukum perpasangan atau dualitas itu

mengisyaratkan adanya sesuatu yang amat penting, yang berkaitan dengan hukum

itu, dalam usaha manusia memahami lingkungan hidupnya, baik fisik maupun

sosial. Manusia tidak akan mengerti kenyataan sekitarnya jika mengabaikan

hukum dualitas itu, karena hukum itu merupakan pangkal dari keharusan menjaga

keseimbangan antara dua unsur segala yang ada. Dalam al-Qur‟an terdapat

keterangan yang serba meliputi tentang hukum itu, dalam kalimat yang singkat

dan padat:

“Dan langitpun diangkat-Nya, dan diletakkan-Nya hukum keseimbangan. Karena itu janganlah kamu sekalian melanggar hukum keseimbangan. Dan tegakkanlah timbangan dengan jujur, dan janganlah kamu curang

terhadap hukum keseimbangan.” 12

Lebih lanjut Nurcholish Madjid mengemukakan bahwa hukum

keseimbangan atau al-Miza>n adalah hukum yang menguasai alam raya. Pesan

kepada umat manusia untuk jangan sampai melanggar hukum keseimbangan

adalah karena hukum keseimbangan itu sebenarnya merupakan hukum bagi

keseluruhan yang ada di alam raya. Maka dalam melakukan kegiatan menimbang

9 Nurcholish Madjid, Cita-cita Politik Islam (Jakarta: Paramadina & Dian Rakyat, 2009),

155-156. 10

Q.S. al-Dhariya>t:49. 11

Q.S. Ya>si>n:36. 12

Q.S. al-Rah}ma>n:7-9.

Page 5: PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM TENTANG EKOLOGIsties-gasantara.hol.es/download/52521602855Naskah_Makalah.pdf · sistem kehidupan planet kita terancam bahaya kehancuran ... harmonis antara

5

barang, manusia harus benar-benar jujur, dan tidak melanggar hukum

keseimbangan itu. Pelanggaran terhadap hukum keseimbangan, biarpun terjadi

hanya dalam kegiatan menimbang barang sekecil apa pun, adalah pelanggaran

terhadap hukum alam raya. Maka dosanya adalah “dosa konsmis”, oleh karena itu

daya merusaknya juga kosmis, yaitu hancurnya seluruh tatanan hidup dalam

masyarakat, sehingga vonis penghancuran pun dijatuhkan Tuhan atas masyarakat

itu. 13 Hukum keseimbangan juga adalah hukum keadilan sebagai bentuk hukum

keseimbangan antar sesama manusia.14

Menjaga keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup, baik lingkungan

alam maupun lingkungan sosial merupakan tugas kekhalifahan dalam upaya

reformasi bumi. Nurcholish Madjid menegaskan bahwa muara dari semua prinsip

kekahlifahan manusia ialah reformasi bumi. Untuk pengertian “reformasi” itu al-

Qur‟an menggunakan kata-kata ‚is}la>h}‛ (saleh) dan ‚mas}lah}ah}‛ (maslahat).

Semuanya mengacu kepada makna baik, kebaikan dan perbaikan. Faham tentang

reformasi bumi (is}la>h al-ard}) dapat disimpulkan dari paling tidak dua firman Allah

yang terjemahannya sebagai berikut:

“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di bumi sesudah direformasi, dan berdo‟alah kepada-Nya dengan rasa cemas dan harapan. Sesungguhnya Rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang

berbuat baik.”15

Ungkapan “janganlah membuat kerusakan di bumi sesudah direformasi”

mengandung makna ganda. Pertama, larangan merusak bumi setelah reformasi

atau perbaikan (is}la>h) bumi itu telah terjadi oleh Tuhan sendiri, saat Ia

menciptakan tugas manusia untuk memelihara bumi, karena bumi itu sudah

merupakan tempat yang baik bagi hidup manusia. Jadi tugas reformasi berkaitan

dengan usaha pelestarian lingkungan hidup yang alami dan sehat. Kedua,

larangan membuat kerusakan di bumi setelah terjadi reformasi atau perbaikan oleh

13

Q.S. al-Isra>:16. 14

Q.S. al-Baqarah: 251. Lihat Nurcholish Madjid, Cita-cita Politik Islam, 156-157. 15

Q.S. al-A‘raf:56.

Page 6: PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM TENTANG EKOLOGIsties-gasantara.hol.es/download/52521602855Naskah_Makalah.pdf · sistem kehidupan planet kita terancam bahaya kehancuran ... harmonis antara

6

semua manusia. hal ini berkaitan dengan dengan reformasimenciptakan sesuatu

yang baru, yang baik (saleh) dan membawa kebaikan (maslahat) untuk manusia.16

Ide tentang reformasi bumi juga dikemukakan dalam firman Allah

berkenaan dengan kisan Nabi Syu„aib a.s., yang terjemahannya sebagai berikut:

“Dan Kami telah utus kepada penduduk Madyan saudara mereka, Syu„aib. Ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti

yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan

timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah reformasinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman.”17

Firman ini mengajarkan bahwa reformasi bumi bersangkutan langsung

dengan prinsip keadilan dan kejujuran dalam kegiatan hidup, khususnya kegiatan

ekonomi yang melibatkan proses pembagian kekayaan dan pemerataan antara

warga masyarakat, sebab bumi yang sudah direformasi (reformed earth) tidak

boleh mengenal terjadinya perolehan kekayaan secara tidak sah dan tidak adil.

Bahkan juga tidak boleh terjadi penumpukan kekayaan begitu rupa sehingga harta

benda dan sumber hidup masyarakat beredar di antara orang-orang kaya saja

dalam masyarakat. Ajaran tentang pemerataan sumber daya hidup masyarakat itu

jelas sekali disebutkan dalam al-Qur‟an.18

Dari antara sekian banyak cara mengumpulkan kekayaan secara tidak adil

ialah korupsi dan riba. Ini merupakan kejahatan sosial yang dapat berakibat

pemindahan kekayaan dari seseorang ke orang lain secara tidak sah dan sangat

banyak membuat kepincangan sosial yang berbahaya. Riba ialah suatu sistem

ekonomi yang memungkinkan transaksi dan pemindahan kekayaan dengan

dampak penindasan oleh manusia atas manusia.19

Konsep kekhalifahan dan reformasi bumi sebagai telah dikemukakan di

atas, menujukkan bahwa Islam mempunyai relevansi dan perhatian yang besar

16

Nurcholish Madjid, Cita-cita Politik Islam, 158-159. 17

Q.S. al-A‘raf:85. 18

Lihat Q.S. al-H}ashr:7. Nurcholish Madjid, Cita-cita Politik Islam, 160. 19

Larangan tentang riba lihat Q.S. al-Baqarah: 188, 275, 278-279. Nurcholish Madjid,

Cita-cita Politik Islam, 160-162.

Page 7: PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM TENTANG EKOLOGIsties-gasantara.hol.es/download/52521602855Naskah_Makalah.pdf · sistem kehidupan planet kita terancam bahaya kehancuran ... harmonis antara

7

terhadap ekologi dan lingkungan hidup. Oleh karena itu, ajaran Islam tentang

ekologi dan lingkungan hidup perlu dikonstruksi sebagai sebuah sistem

keyakinan (aqi>dah) tentang nilai dan cita-cita lingkungan hidup, kemudian

difahami, ditransformasikan dan diinternalisasikan kepada masyarakat, dan

diperjuangkan guna mewujudkan misi tersebut. Semua itu dikonstruksi sebagai

ideologi pendidikan Islam tentang ekologi dan lingkungan hidup.

Konsep pendidikan Islam, secara normatif sarat dengan nilai-nilai

transendental-Ilahiyah dan insaniyah serta berwawasan lingkungan (kealaman).

Semua itu dapat diwadahi dalam bingkai besar yang disebut antroposentrisme-

teistik. Sebuah konsep atau teori ilmu sosial apapun, termasuk teori pendidikan

tidak memiliki dampak sosial yang signifikan tanpa diorientasikan pada aksi

(action). Untuk menekankan perlunya aksi, nilai-nilai yang antroposentris teistik

itu dikonstruksi sebagai paradigma20 ideologi pendidikan Islam. Sebuah ideologi

lazimnya memiliki kekuatan mengikat dan mendorong seseorang atau komunitas

masyarakat yang meyakini kebenaran nilai yang menjadi cita-cita ideologi

tersebut untuk memperjuangkannya.

Paradigma Islam tentang ekologi dan lingkungan hidup bersifat

antroposentrisme-teistik, yaitu bahwa alam telah ditundukkan oleh Allah untuk

kepentingan hidup manusia, karena itu manusia dijadikan Allah sebagai khalifah-

Nya. 21 Otto Soemarwoto mengemukakan bahwa pengelolaan lingkungan

pandangan kita bersifat antroposentris, yaitu melihat permasalahannya dari sudut

kepentingan manusia. Walaupun tumbuhan, hewan, dan unsur takhidup

diperhatikan, namun perhatian itu secara eksplisit atau implisit dihubungkan

20

Yang dimaksud dengan paradigma dalam makalah ini adalah seperti yang difahami

oleh Thomas Khun bahwa pada dasarnya realitas sosial itu dikonstruksikan oleh mode of thought

atau mode inquiry tertentu, yang pada gilirannya akan menghasilkan mode of knowing (cara

mengetahui) tertentu pula. Paradigma sebagai contoh yang diterima tentang praktik ilmiah

sebenarnya, termasuk hukum, teori, aplikasi, dan instrumentasi secara bersama-sama yang

menyediakan model yang darinya muncul trad isi yang koheren dari penelit ian ilmiah. Thomas S.

Khun, (1962), penerjemah: Tjun Surjaman, The Structure of Scientific Revolution: Peran

Paradigma dalam Revolusi Sains (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), 10. Immanuel Kant

sebagai dikut ip oleh Kuntowijoyo misalnya, menganggap cara mengetahui itu sendiri sebagai

skema konseptual. Mark menamakannya sebagai ideologi; dan W itgenstein melihatnya sebagai

cagar bahasa. Lihat Kuntowijoyo, Paradigma Islam (Bandung: Mizan, 1991), 327. 21

Lihat Q.S. al-Baqarah: 29, 30; Q.S. Ibrahi>m: 32, 33; Q.S. al-Nah}l:14; Q.S. al-H}ajj:65;

Q.S. Luqman: 20; Q.S. al-Ja>thiyah:12; Q.S. al-Zukhruf: 13.

Page 8: PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM TENTANG EKOLOGIsties-gasantara.hol.es/download/52521602855Naskah_Makalah.pdf · sistem kehidupan planet kita terancam bahaya kehancuran ... harmonis antara

8

dengan kepentingan manusia.22 Konsep ini perlu dikonstruksi sebagai ideologi,

yaitu suatu sistem keyakinan tentang nilai dan cita-cita lingkungan hidup,

sehingga memiliki kekuatan mengikat dan mendorong seseorang atau komunitas

masyarakat yang meyakini kebenaran nilai-nilai dan cita-cita ideologi lingkungan

hidup untuk memperjuangkannya dalam kerangka mewujudkan misi Islam

sebagai rahmah li> al-‘A >lami>n.

2. Konsep Ekologi dan Lingkungan Hidup

Ekologi adalah ilmu tentang hubungan timbal balik makhluk hidup dengan

lingkungan hidupnya. Istilah ekologi pertama kali digunakan oleh Haeckel,

seorang ahli ilmu hayat, dalam pertengahan dasawarsa 1860-an. Istilah ini berasal

dari bahasa Yunani, yaitu oikos yang berarti rumah dan logos yang berarti ilmu.

Karena itu secara harfiah ekologi berarti ilmu tentang makhluk hidup dalam

rumahnya atau dapat diartikan juga sebagai ilmu tentang rumah tangga makhluk

hidup.23 Dalam pengelolaan lingkungan, ekologi yang kita butuhkan ialah ekologi

manusia. Ia merupakan cabang khusus ekologi, di samping ekologi tumbuhan,

ekologi hewan dan ekologi jasad renik. Ekologi manusia ialah ilmu yang

mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan

hidupnya.24

Suatu konsep sentral dalam ekologi ialah ekosistem, yaitu suatu sistem

ekologi yang terbentuk oleh hubugan timbal balik antara makhluk hidup dengan

lingkungannya. Menurut pengertian bahwa suatu sistem terdiri atas komponen-

komponen yang bekerja secara teratur sebagai suatu kesatuan. Ekosistem

terbentuk oleh komponen hidup dan takhidup di suatu tempat yang berinteraksi

membentuk suatu kesatuan yang teratur. Keteraturan itu terjadi oleh adanya arus

materi dan energi yang terkendalikan oleh arus informasi antara komponen dalam

ekosistem itu. Masing-masing komponen itu mempunyai fungsi atau relung.

22

Otto Soemarwoto, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan (Jakarta: Djambatan,

1987), 15-16. 23

Otto Soemarwoto, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, 15.

24 Otto Soemarwoto, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, 16.

Page 9: PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM TENTANG EKOLOGIsties-gasantara.hol.es/download/52521602855Naskah_Makalah.pdf · sistem kehidupan planet kita terancam bahaya kehancuran ... harmonis antara

9

Selama masing-masing komponen itu melakukan fungsinya dan bekerjasama

dengan baik, keteraturan ekosistem itu pun terjaga. 25

Keteraturan ekosistem menunjukkan bahwa ekosistem tersebut ada dalam

suatu keseimbangan tertentu. Keseimbangan itu tidaklah bersifat statis, melainkan

dinamis. Ia selalu berubah-ubah. Kadang-kadang perubahan itu besar, kadang-

kadang kecil. Perubahan itu dapat terjadi secara alamiah, maupun sebagai akibat

perbuatan manusia. 26

Lingkungan hidup ialah ruang yang ditempati suatu makhluk hidup

bersama dengan benda hidup dan takhidup di dalamnya. 27 Sifat lingkungan hidup

ditentukan oleh bermacam-macam faktor: (1) oleh jenis dan jumlah masing-

masing jenis unsur lingkungan hidup tersebut, (2) interaksi antara unsur dalam

lingkungan hidup itu, (3) kelakuan atau kondisi unsur lingkungan hidup, (4) faktor

non materiil suhu, cahaya, dan kebisingan. Manusia berinteraksi dengan

lingkungan hidupnya. Ia mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan

hidupnya. Ia membentuk dan terbentuk oleh lingkungan hidupnya. 28

Menurut Otto Soemarwoto bahwa mutu lingkungan hidup tertentu

berhubungan dengan sumberdaya dan kebutuhan dasar makhluk hidup. Yang

dimaksud mutu lingkungan hidup ialah suatu kondisi lingkungan dalam

hubungannya dengan mutu hidup. Makin tinggi derajat mutu hidup dalam suatu

lingkungan tertentu, makin tinggi pula derajat mutu lingkungan tersebut dan

sebaliknya. Karena mutu hidup tergantung dari derajat pemenuhan kebutuhan

dasar, mutu lingkungan dapatlah diartikan sebagai derajat pemenuhan kebutuhan

dasar dalam kondisi lingkungan tersebut. Makin tinggi derajat pemenuhan

kebutuhan dasar itu, makin tinggi pula mutu lingkungan dan sebaliknya.29

Dengan menghubungkan mutu lingkungan dengan derajat pemenuhan

kebutuhan dasar, berarti lingkungan itu merupakan sumber daya. Dari lingkungan

25

Otto Soemarwoto, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, 16-17.

26 Otto Soemarwoto, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, 17.

27 Otto Soemarwoto, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, 44-45.

28 Otto Soemarwoto, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, 46-47.

29 Otto Soemarwoto, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, 51.

Page 10: PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM TENTANG EKOLOGIsties-gasantara.hol.es/download/52521602855Naskah_Makalah.pdf · sistem kehidupan planet kita terancam bahaya kehancuran ... harmonis antara

10

itu kita mendapatkan unsur-unsur yang kita perlukan untuk produksi dan

konsumsi. Sebagian dari sumber daya itu dimiliki oleh perorangan dan badan

tertentu, misalnya lahan. Sebagian lagi sumber daya itu merupakan milik umum,

misalnya udara, sungai, pantai, laut dan ikan laut. Udara misalnya, diperlukan

untuk menjalankan mesin, karena dalam udara itu terdapat oksigen. Apabila tidak

ada udara, mesin pun tak dapat berjalan. Air adalah faktor lain yang kita perlukan

untuk produksi. Misalnya, air untuk produksi pertanian, perikanan dan

peternakan. 30

Kebutuhan dasar dapat dibagi secara hirarkis berturut-turut dari atas ke

bawah dalam tiga golongan, yaitu: (1) kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup

hayati; (2) kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup manusiawi; dan (3)

kebutuhan dasar untuk memilih. 31

Faktor lingkungan sebagian membantu dan sebagian lagi merintangi kita

untuk mendapatkan kebutuhan dasar kita. Faktor yang membantu untuk

mendapatkan kebutuhan dasar itu merupakan manfaat lingkungan. Sedangkan

yang merintangi merupakan risiko lingkungan. Manfaat dan risiko lingkungan itu

berupa faktor hayati dan fisik kimia serta dapat bersifat alamiah a tau buatan

manusia. Misalnya, nyamuk malaria merupakan risiko lingkungan yang bersifat

hayati dan mata air merupakan manfaat lingkungan yang bersifat fisik. Keduanya

merupakan faktor alamiah. Racun hama, misalnya DDT, yang mencemari suatu

perairan adalah risiko lingkungan yang bersifat kimia buatan manusia. 32

3. Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pengelolaan lingkungan dapatlah kita artikan sebagai usaha secara sadar

untuk memelihara dan memperbaiki mutu lingkungan agar kebutuhan dasar kita

dapat terpenuhi dengan sebaik-baiknya. Pengelolaan lingkungan haruslah bersifat

lentur, karena persepsi tentang kebutuhan dasar, terutama untuk kelangsungan

hidup yang manusiawi tidak sama untuk semua golongan masyarakat dan

30

Otto Soemarwoto, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, 51.

31 Otto Soemarwoto, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, 55.

32 Otto Soemarwoto, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, 63.

Page 11: PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM TENTANG EKOLOGIsties-gasantara.hol.es/download/52521602855Naskah_Makalah.pdf · sistem kehidupan planet kita terancam bahaya kehancuran ... harmonis antara

11

berubah-ubah dari waktu ke waktu. Dengan kelenturan itu kita berusaha untuk

tidak menutup pilihan golongan masyarakat tertentu untuk mendapatkan

kebutuhan dasarnya atau menutup secara dini pilihan kita untuk kemudian hari.33

Pengelolaan lingkungan mempunyai ruang lingkup yang luas dengan cara

yang beraneka pula. Pertama, pengelolaan lingkungan secara rutin. Kedua,

perencanaan dini pengelolaan lingkungan suatu daerah yang menjadi dasar dan

tuntutan bagi perencanaan pembangunan. Ketiga, perencanaan pengelolaan

berdasarkan perkiraan dampak lingkungan yang akan terjadi sebagai akibat suatu

proyek pembangunan yang sedang direncanakan. Keempat, perencanaan

pengelolaan lingkungan untuk memperbaiki lingkungan yang mengalami

kerusakan, baik disebabkan oleh alamiah maupun tindakan manusia. 34

Tujuan pengelolaan lingkungan adalah: (1) melestarikan keseimbangan

dan keserasian lingkungan. Keseimbangan lingkungan sering juga disebut

keseimbangan ekologi; (2) mempertahankan daya lenting. Daya lenting

menunjukkan kemampuan suatu sistem untuk pulih setelah ia terkena gangguan;

(3) pembangunan yang berwawasan lingkungan.

4. Makna dan Fungsi Ideologi

“Ideologi” (ideology) –terdiri dari kata “ideo” (idea) yang berarti

pemikiran, gagasan, konsep, keyakinan, dan lain- lain, dan “logi” (logos) yang

berarti logika, ilmu, atau pengetahuan –dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang

keyakinan dan cita-cita. 35 Konsep ide berasal dari Plato. 36 Terma ini dipakai

dalam pengertian tersebut oleh Antoine Destutt de Tracy (1754-1836 M.)37 dalam

33

Otto Soemarwoto, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, 69.

34 Otto Soemarwoto, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, 82.

35 Ali Shariati, “Man and Islam” diterjemahkan M. Amien Rais menjadi Tugas

Cendekiawan Muslim (Jakarta: Rajawali, 1984), 192.

36 Bagus Takwin, Akar-akar Ideologi (Yogyakarta: Jalasutra, 2003).

37 Anotoine Destutt de Tracy adalah seorang pemikir dan filosof berkebangsaan Prancis .

Ia adalah tokoh yang pertama kali menggunakan istilah „idelogi‟. Dalam mengusung ide -ide

filosofinya, ia banyak terinspirasi oleh pemikiran John Locke. Ia adalah seorang bangsawan, ketika

meletus Revolusi Perancis, ia banyak mengambil bagian dalam revolusi tersebut. selain seorang

filosof, ia juga mendalami ilmu Psikologi.

Page 12: PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM TENTANG EKOLOGIsties-gasantara.hol.es/download/52521602855Naskah_Makalah.pdf · sistem kehidupan planet kita terancam bahaya kehancuran ... harmonis antara

12

bukunya Element d‟ideologie, dipublikasikan pada 1801. 38 Ada juga yang

mengkaitkannya dengan konsep idola dari Francis Bacon. Di tangan De Tracy,

pengertian ideologi sudah jauh bergeser baik dari makna idea maupun idola.

Destutt de Tracy memandang ideologi sebagai ilmu pengetahuan tentang ide. Di

sini ideologi adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang dianggap netral. 39

Sebagai ilmu pengetahuan, ideologi dituntut obyektif dalam mempelajari tiap ide

dalam arti mengesampingkan prasangka-prasangka metafisika dan agama. Bidang

kajiannya meliputi asal-usul ide, mengapa suatu ide muncul, bagaimana

berkembangnya suatu ide, dan strategi-strategi apa yang dapat dilakukan untuk

menyebarkan suatu ide.

Ideologi didefinisikan oleh A.S. Hornby sebagai “seperangkat gagasan

yang membentuk landasan sistem ekonomi dan politik; atau s istem kepercayaan

yang dianut oleh seseorang atau kelompok tertentu yang mempengaruhi cara

berperilaku mereka.” 40 Soerjono Soekanto mendefinisikan ideologi adalah

perangkat kepercayaan yang ditentukan secara sosial; sistem kepercayaan yang

melindungi kepentingan golongan elit; dan sistem kepercayaan. 41 Ideologi dapat

diartikan sebagai sistem kepercayaan atau sistem keyakinan, maka ideologi dalam

pengertian ini dapat bersumber dari agama, yang disebut sebagai Ideology-

Religious (ideologi agama), yaitu ideologi yang terdiri dari unsur-unsur dan nilai-

nilai agama.42

Dalam Microsoft Encarte Encylopedia, ideologi didefinisikan sebagai

suatu sistem kepercayaan yang memuat nilai-nilai dan ide- ide yang

diorganisasikan secara rapi sebagai basis filsafat, sains, program sosial, ekonomi

38

Reinhard Bendix, “Ideology” dalam William Outhwaite (ed.) The Blacwell Dictionary

of Modern Social Thught diterjemahkan oleh Tri W ibowo B.S. menjadi Kamus Lengkap

Pemikiran Sosial Modern (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), 376. Lihat pula

Anthony Giddens, “Central Problems in Social Theory: Action, structure, and contradiction in

social analysis,” diterjemahkan oleh Dariyatno menjadi Problemtika Utama dalam Teori Sosial:

Aksi, Struktur, dan Kontardiksi dalam Analisis Sosial (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), 314.

39 Lihat Bagus Takwin, Akar-akar Ideologi (Bandung: Jalasutera, 2003), 34.

40 A.S. Hornby, Oxford Advanced Learner‟s Dictionary, Sixth Edition (New York:

Oxford University Press, 2003), 672.

41 Soerjono Soekanto, Kamus Sosiologi (Jakarta: Rajawali, 1983), 230.

42 Soerjono Soekanto, Kamus Sosiologi, 231.

Page 13: PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM TENTANG EKOLOGIsties-gasantara.hol.es/download/52521602855Naskah_Makalah.pdf · sistem kehidupan planet kita terancam bahaya kehancuran ... harmonis antara

13

politik yang menjadi pandangan hidup, aturan berpikir, dan cara bertindak

individu atau kelompok.43

Mengenai kedudukan antara ilmu, filsafat dan ideologi dalam

hubungannya dengan perjuangan politik dan cita-cita politik, tentu berbeda. Ilmu

dan filsafat yang subyeknya disebut ilmuwan dan filosof berbeda dengan sang

ideolog. Seorang ilmuwan tidak akan memaksakan atau mempengaruhi orang

lain, ia hanya menjelaskan, mempresentasikan apa yang ditemui sebagai suatu

karya dan secara moril perlu diketahui atau disampaikan kepada orang lain atau

masyarakat. Ilmuwan tidak membentuk suatu kelompok untuk melawan

kecenderungan yang dianggap sebagai sesuatu yang merusak yang terjadi di

masyarakat, dan secara politis bersentuhan dengan pemegang kekuasaan atau

subyek politik. Oleh karena itu, baik ilmu maupun filsafat tidak pernah

melahirkan suatu revolusi. Adapun ideologi dan ideolog, senantiasa memberikan

inspirasi, mengarahkan dan mengorganisasikan perlawanan, protes, dan

penggugatan yang menakjubkan. Ideologi pada hakikatnya memiliki semangat

tanggung jawab, keyakinan, dan keterlibatan serta komitmen. 44

Ali Shariati mengemukakan bahwa ideologi adalah sebuah kata ajaib yang

menciptakan pemikiran dan semangat hidup di antara manusia, terutama di antara

kaum muda, dan khususnya di antara para cendekiwan dan intelektual dalam suatu

masyarakat. Bahkan kata ideologi ini sering mengundang semangat pengorbanan

diri. 45 Ciri dari suatu ideologi adalah cita-cita yang dalam dan luas, bersifat

jangka panjang, bahkan dalam hal dasar bersifat universal atau diyakini bersifat

universal. Ia dirasakan milik dari suatu kelompok manusia yang dapat

mengidentifikasikan dirinya dengan isi ajaran tersebut. ia juga mengikat

kelompok, sering pula membenarkan dan mempertahankan sikap perbuatan

kelompok.46

43

Deddy Is matullah dan Asep A. Sahid Gatara, Ilmu Negara dalam Multi Perspektif:

Kekuasaan, Masyarakat, Hukum dan Agama (Bandung: Pustaka Setia, 2007), 92.

44 Ali Shariati, Tugas Cendekiawan Muslim , 196.

45 Ali Shariati, Tugas Cendekiawan Muslim , 191.

46 Deliar Noer, Ideologi Politik dan Pembangunan (Jakarta: Yayasan Pengkhidmtan,

1983), 31.

Page 14: PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM TENTANG EKOLOGIsties-gasantara.hol.es/download/52521602855Naskah_Makalah.pdf · sistem kehidupan planet kita terancam bahaya kehancuran ... harmonis antara

14

Menurut Frans Magnis Suseno, ideologi sebagai keseluruhan sistem

berfikir, nilai-nilai dan sikap dasar rohaniah sebuah gerakan kelompok sosial atau

individu. Ideologi dapat dimengerti sebagai suatu sistem penjelasan tentang

eksistensi suatu kelompok sosial, sejarah, dan proyeksinya ke masa depan serta

merasionalisasikannya suatu bentuk hubungan kekuasaan. Dengan demikian,

ideologi memiliki fungsi mempolakan, mengkonsolidasikan dan menciptakan arti

dalam tindakan masyarakat. Ideologi yang dianutlah yang pada akhirnya akan

sangat menentukan bagaimana seseorang atau sekelompok orang memandang

sebuah persoalan dan harus berbuat apa untuk meyikapi persoalan tersebut. dalam

konteks inilah, kajian ideologi menjadi sangat penting, namun seringkali

dibaikan.47

Selanjutnya, Frans Magnis Suseno mengemukakan tiga kategorisasi

ideologi.48 Pertama, ideologi dalam arti penuh atau disebut juga ideologi tertutup.

Ideologi dalam arti penuh berisi teori tentang hakikat realitas seluruhnya, yaitu

merupakan sebuah teori metafisika. Kemudian selanjutnya berisi teori tentang

makna sejarah yang memuat tujuan dan norma-norma politik sosial tentang

bagaimana suatu masyarakat harus ditata. Ideologi dalam arti penuh melegitimasi

monopoli elit penguasa di atas masyarakat, isinya tidak boleh dipertanyakan lagi,

bersifat dogmatis dan apriori dalam arti ideologi itu tidak dikembangkan

berdasarkan pengalaman. Salah satu ciri khas ideologi semacam ini adalah klaim

atas kebenaran yang tidak boleh diragukan dengan hak menuntut adanya ketaatan

mutlak tanpa reserve.

Kedua, ideologi dalam arti terbuka. Artinya, ideologi yang menyuguhkan

kerangka orientasi dasar, sedangkan dalam operasional kesehariannya akan selalu

berkembang disesuaikan dengan norma, prinsip moral dan cita-cita masyarakat.

Operasionalisasi dalam praktik kehidupan masyarakat tidak dapat ditentukan

secara apriori melainkan harus disepakati secara demokratis sebagai bentuk cita-

cita bersama. Dengan demikian, ideologi terbuka bersifat inklusif, tidak totaliter

dan tidak dapat dipakai untuk melegitimasi kekuasaan sekelompok orang.

47

Frans Magnis Suseno, Filsafat sebagai Ilmu Kritis (Yogyakarta: Kansius, 1992), 230.

48 Frans Magnis Suseno, Filsafat sebagai Ilmu Kritis, 232.

Page 15: PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM TENTANG EKOLOGIsties-gasantara.hol.es/download/52521602855Naskah_Makalah.pdf · sistem kehidupan planet kita terancam bahaya kehancuran ... harmonis antara

15

Ketiga, Ideologi dalam arti implisit atau tersirat. Ideologi semacam ini

ditemukan dalam keyakinan-keyakinan masyarakat tradisional tentang hakikat

realitas dan bagaimana manusia harus hidup di dalamnya. Meskipun keyakinan itu

hanya implisit saja, tidak dirumuskan dan tidak diajarkan, namun cita-cita dan

keyakinan itu sering berdimensi ideologis karena mendukung tatanan ssosial yang

ada dan melegitimasi struktur non demokratis tertentu, seperti kekuasaan suatu

kelas sosial terhadap kelas sosial yang lain.

Dari beberapa fungsi tersebut, terlihat bahwa pengaruh ideologi terhadap

perilaku kehidupan sosial berkaitan erat. Memahami format sosial politik suatu

masyarakat akan sulit dilakukan tanpa lebih dahulu memahami ideologi yang ada

dalam masyarakat tersebut. Dari sinilah terlihat betapa ideologi merupakan

perangkat mendasar dan merupakan salah satu unsur yang akan mewarnai

aktivitas sosial dan politik.49

Di dunia Islam, ideologi sebagai sistem keyakinan atau ideology-religious

bagi Ali Shariati misalnya, Islam merupakan satu-satunya ideologi yang akan

menyelamatkan Iran dari segala bentuk tekanan dan penindasan. 50 Dalam konteks

ini, Islam yang dimaksud Shariati bukanlah agama yang hanya memperhatikan

aspek spiritual dan moral atau hubungan individual dengan penciptanya,

melainkan lebih merupakan sebuah ideologi emansipasi dan pembebasan. 51

Menurut Shariati bahwa ideologi merupakan paham dan teori perjuangan yang

dianut kuat oleh kelompok manusia menuju pada cita-cita sosial tertentu dalam

49

Frans Magnis Suseno, Filsafat sebagai Ilmu Kritis, 232. 50

Latar belakang sosial polit ik Iran saat Shariati hidup penuh dengan penindasan dan

kezaliman yang dilakukan pemerintah di bawah rezim Shah Reza Pahlev i. Kondisi ekonomi

dengan adanya bantuan Amerika bukan membangkitkan kesejah teraan rakyat, melainkan

menyengsarakan mereka. Untuk membebaskan massa dari krisis dan membawa mereka mencapai

Iran yang merdeka serta berkeadilan sosial-ekonomi, Shariati yakin, bukan liberalis me-kapitalisme

atau sosialisme yang bisa mengobati penyakit ini, melainkan Islam. Lihat Didin Saefuddin,

Pemikiran Modern dan Postmodern Islam: Biografi Intelektual 17 Tokoh (Jakarta: Grasindo,

2003), 133. Lihat pula Yann Richard, “Contemporary Sh i„i Thought”, dalam Nikkie R. Keddie,

Roots of Revolution, 27, sebagaimana dikutip oleh M. Nafis, “Dari Cengkraman Penjara Ego

memburu Revolusi: Memahami „Kemelut‟ Tokoh Pemberontak” dalam Deden Ridwan, Ed.,

Memahami Hegemoni Barat, Ali Shariati dalam Sorotan Cendekiawan Indonesia (Jakarta:

Lentera, 1999), 84.

51 Ali Shariati, Red Shi„ism (Texas: FIL, 1980), 7.

Page 16: PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM TENTANG EKOLOGIsties-gasantara.hol.es/download/52521602855Naskah_Makalah.pdf · sistem kehidupan planet kita terancam bahaya kehancuran ... harmonis antara

16

kehidupan.52 Hamid Algar menyebutkan bahwa Islam versi Shariati merupakan

sistem ide, kelengkapan dan totalitas yang tidak hanya terbatas pada pemurnian

moral individu dan perwujudan hubungan spiritual antara individu dengan

Tuhan. 53 Senada dengan Algar, Ervand Abrahamian memandang bahwa Islam

tidaklah konservatif, keyakinan fatalistik, atau keimanan yang buta politik,

melainkan sebuah ideologi revolusioner yang menembus semua bidang

kehidupan, khususnya politik, dan memberi semangat bagi kaum mukmin untuk

berjuang melawan semua bentuk tekanan, penindasan, dan ketidakadilan sosial.54

Berbeda dengan pendapat Shariati, menurut Nurcholish Madjid bahwa

Islam tidak identik dengan ideologi. Ideologisasi Islam yang berlangsung selama

ini di dalam masyarakatnya telah merelatifikasikan Islam sebagai ajaran yang

universal. Ideologi sangat terikat oleh ruang dan waktu. Meskipun menyangkut

persoalan yang luas dan tidak sederhana dan mempunyai makna positif tersendiri

sebagai suatu bentuk sumbangan kepada kebangkitan Islam di sekitar perang

dunia kedua, pandangan langsung kepada Islam sebagai ideologi bisa berakibat

merendahkan agama itu menjadi setaraf dengan berbagai ideologi yang ada.55

Dalam perjalanan hidupnya, umat manusia memerlukan orientasi

idiologis. Karena orientasi ideologis inilah mengarahkan ke mana seharusnya ia

merancang dan menggerakkan kehidupannya itu. Tanpa memiliki ideologi,

manusia tak ubahnya seperti kapal di tengah lautan yang tidak memiliki arah

kompas yang harus dituju. Karena ideologi pada dasarnya bersumber pada

pemikiran yang menjadi cita-cita, maka betapapun hebatnya, ia bukanlah agama.

Karena itu menyamakan agama sebagai ideologi adalah salah secara akademik.

Agama bersumber dari wahyu, sedangkan ideologi bersumber dari pemikiran.

Namun demikian agama yang telah turun dalam dataran empirik yang diproses

melalui ijtihad dapat dikatakan sebagai ideologi, namun ideologi tersebut tidak

52

Ali Shariati, Tugas Cendekiawan Muslim, 192.

53 Hamid Algar, The Roots of Iranian Revolution (Kanada: Ontario, 1983), 78.

54 Ervan Abrahamian, Iran Between Two Revolution (New Jersey: Princeton University,

1982), 666.

55 Didin Saefuddin, Pemikiran Modern dan Postmodern Islam: Biografi Intelektual 17

Tokoh , 228-229.

Page 17: PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM TENTANG EKOLOGIsties-gasantara.hol.es/download/52521602855Naskah_Makalah.pdf · sistem kehidupan planet kita terancam bahaya kehancuran ... harmonis antara

17

sebebas ideologi yang bercorak sekuler. 56 Tilaar menegaskan bahwa ideologi

diartikan sebagai suatu pandangan dunia atau weltanschuung. Pandangan filosofis

ini berasal dari kebudayaan dan dapat pula berasal dari agama atau kombinasi

keduanya, seperti yang hidup dalam beberapa suku bangsa di Indonesia. 57

Ideologi bagi pengikutnya memiliki fungsi positif. Menurut Vago yang

dikutip Haidar Nashir, ideologi memiliki fungsi: (1) memberikan legitimasi dan

rasionalisasi terhadap perilaku dan hubungan-hubungan sosial dalam masyarakat;

(2) sebagai dasar atau acuan pokok bagi solidaritas sosial dalam kehidupan

kelompok atau masyarakat; dan (3) memberikan motivasi bagi para individu

mengenai pola-pola tindakan yang pasti dan harus dilakukan.58

Selanjutnya Haidar Nashir mengemukakan bahwa gerakan sosial apapun

tidak lepas dari ideologi, lebih- lebih yang meletakan dirinya dengan ideologi.

Ideologi diperlukan untuk membangun sistem, solidaritas, arah, mobilisasi

anggota, dan strategi perjuangan sesuai dengan prinsip suatu gerakan sosial, lebih-

lebih gerakan keagamaan. Kendati di abad ke-21 ini muncul isu tentang “kematian

ideologi” (The End of Ideology), terutama setelah berakhirnya Perang Dingin

yang diwarnai kejatuhan rezim Komunisme di Eropa Timur sejak tahun 1989,

tetapi dalam kenyataannya ideologi tetap dianut dan menjadi acuan dalam

pemikiran atau tindakan berbagai gerakan sosial dan politik. Bagi sementara ahli,

isu “akhir ideologi” lebih sekedar menjadi sebuah wawasan daripada suatu

kenyataan.59 Dalam kenyataan dan sejarah peradaban umat manusia, tiga alam

pikiran dengan derajat dan orientasi yang berbeda selalu mewarnai kehidupan

umat manusia, yaitu agama, ideologi, dan ilmu pengetahuan.60

56

Abudin Nata, Pendidikan Islam di Era Global: Pendidikan Multikultural, Pendidikan

Multi Iman, Pendidikan Agama, Moral dan etika (Jakarta: UIN Jakarta, 2005) , 559-560.

57 H.A.R. Tilaar Kekuasaan dan Pendidikan: Manajemen Pendidikan Nasional dalam

Pusaran Kekuasaan, 165-178.

58 Haidar Nashir, Ideologi Gerakan Muhammadiyah (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah,

2001), 32. 59

David McLeland, Ideologi Tanpa Akhir, terjemahan Muhammad Syukri (Yogyakarta:

Kreasi Wacana, 2005), 159.

60 Haedar Nashir, Muhammadiyah Gerakan Pembaruan (Yogyakarta: Suara

Muhammadiyah, 2010), 195.

Page 18: PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM TENTANG EKOLOGIsties-gasantara.hol.es/download/52521602855Naskah_Makalah.pdf · sistem kehidupan planet kita terancam bahaya kehancuran ... harmonis antara

18

Menurut golongan positivistik yang dikategorikan ideologi adalah segala

penilaian etis, norma, teori-teori metafisik dan keagamaan. Semua yang termasuk

ideologi itu merupakan keyakinan yang tidak ilmiah karena tidak rasional dan

hanya merupakan keyakinan subyektif. Bila ideologi dikaitkan dengan ilmu

pengetahuan, menurut Kuntowijoyo ideologi bersifat subyektif, normatif, dan

tertutup, sedangkan ilmu pengetahuan memiliki watak obyektif, faktual, dan

terbuka.61

Disadari adanya sisi negatif dari ideologi atau pendekatan ideologis, tetapi

dipandang perlu adanya konsep pendidikan yang bersifat ideologis untuk

memberikan pemikiran alternatif atau sebagai penyeimbang atas banjirnya

ideologi pendidikan liberal di negeri kita. Untuk meminimalkan sisi negatif

ideologi perlu dibatasi pada ideologi dalam arti netral dan dan ideologi terbuka.

Ideologi dalam arti netral adalah sistem berfikir, nilai-nilai, dan sikap dasar rohani

sebuah gerakan kelompok sosial atau kebudayaan. Dalam hal ini ideologi

tergantung isinya, kalau isinya baik maka ideologi itu baik, begitu sebaliknya.

Ideologi terbuka adalah ideologi yang hanya menetapkan nilai-nilai dasar,

sedangkan penerjemahnnya ke dalam tujuan dan norma-norma sosial-politik

selalu dapat dipertanyakan dan disesuaikan dengan prinsip-prinsip moral dan

perkembangan cita-cita masyarakat. Operasionalisasinya tidak ditentukan secara

apriori, melainkan harus disepakati secara demokratis. Oleh karena itu ideologi

terbuka bersifat inklusif, tidak totaliter, dan tidak dimaksudkan untuk

melegitimasi kepentingan sekelompok orang.62

5. Paradigma Antroposentris-Teistik sebagai Ideologi Pendidikan Islam

Istilah antroposentris-teistik sesungguhnya perpaduan antara

antroposentrisme dan teisme. Kata teisme dimaksudkan untuk memberi sifat

antroposentrisme, maka menjadi antroposentris-teistik, sehingga secara eksplisit

berbeda dengan antroposentrisme naturalistic, antroposentrisme scientific, atau

antroposentrisme rasional yang sekuler.

61

Kuntowijyo, Paradigma Islam: Interpretasi untuk Prestasi (Bandung: Mizan, 1993),

168. 62

Frans Magnis Suseno, Filsafat sebagai Ilmu Kritis, 236.

Page 19: PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM TENTANG EKOLOGIsties-gasantara.hol.es/download/52521602855Naskah_Makalah.pdf · sistem kehidupan planet kita terancam bahaya kehancuran ... harmonis antara

19

Antroposentris (anthropocentric) artinya berpusat pada manusia.

Antroposentrisme adalah ajaran (humanisme) yang menyatakan bahwa pusat alam

semesta adalah manusia. 63 Antroposentrisme merupakan ajaran humanisme, di

mana sejak awal abad 20 sampai sekarang merupakan konsep kemanusiaan yang

sangat berharga karena konsep ini sepenuhnya memihak kepada manusia,

menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia dan memfasilitasi pemenuhan

kebutuhan-kebutuhan manusia untuk memelihara dan menyempurnakan

keberadaannya sebagai makhluk paling mulia. Karena begitu berharganya konsep

humanisme ini, maka dewasa ini terdapat sekurang-kurangnya empat aliran

penting yang mengklaim sebagai pemilik asli konsep humanisme, yaitu: (1)

Liberalisme Barat, (2) Marxisme, (3) Liberalisme Barat, (2) Marxisme, (3)

Eksistensialisme, dan (4) Agama.64

Walaupun keempat aliran itu memiliki perbedaan yang tajam bahkan

saling bertentangan, namun mereka memiliki titik-titik kesepakatan mengenai

prinsip-prinsip dasar kemanusiaan sebagai nilai universal. Dalam hal ini Ali

Shariati mendeskripsikannya ke dalam tujuh prinsip:

(1) Manusia adalah makhluk asli, artinya ia mempunyai substansi yang mandiri

di antara makhluk-makhluk lain, dan memiliki esensi kemuliaan.

(2) Manusia adalah makhluk yang memiliki kehendak bebas yang merupakan

kekuatan paling besar dan luar biasa. Kemerdekaan dan kebebasan memilih

adalah dua sifat Ilahiyah yang merupakan ciri menonjol dalam diri manusia.

(3) Manusia adalah makhluk yang sadar (berfikir) sebagai karakteristik manusia

yang paling menonjol. Sadar berarti manusia dapat memahami realitas alam

luar dengan kekuatan berfikir.

(4) Manusia adalah makhluk yang sadar akan dirinya sendiri, artinya dia adalah

makhluk hidup satu-satunya yang memiliki pengetahuan budaya dan

kemampuan membangun peradaban.

(5) Manusia adalah makhluk yang kreatif, yang menyebabkan manusia mampu

menjadikan dirinya makhluk sempurna di depan alam dan di hadapan Tuhan.

63

Tim Redaksi, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), 58 64

Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam: Paradigma Humanisme Teosentris (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2008), 21.

Page 20: PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM TENTANG EKOLOGIsties-gasantara.hol.es/download/52521602855Naskah_Makalah.pdf · sistem kehidupan planet kita terancam bahaya kehancuran ... harmonis antara

20

(6) Manusia adalah makhluk yang punya cita-cita dan merindukan sesuatu yang

ideal, artinya dia tidak menyerah dan menerima “apa yang ada”, tetapi selalu

berusaha mengubahnya menjadi “apa yang semestinya”.

(7) Manusia adalah makhluk moral, yang hal ini berkaitan dengan masalah nilai

(value).65

Ketujuh prinsip dasar kemanusiaan tersebut diakui oleh hampir semua

aliran filsafat. Bahkan ideologi- ideologi kontemporer seperti feminisme,

pluralisme, dan posmodernisme bertolak dari pandangan humanisme ini.

Bedanya, bagi humanisme sekuler yang dilatarbelakangi eksistensialisme

misalnya, hanya mengakui manusia sebagai makhluk yang wujud dengan

sendirinya di alam semesta, tidak terdapat bagian atau karakteristik tertentu yang

datang dari Tuhan. Humanisme sekuler lainnya telah mengambil moral

kemanusiaan seluruhnya dari agama, dengan menegasikan Tuhan, sebagaimana

dinyatakan bahwa pendidikan spiritual dalam nisbahnya dengan keutamaan-

keutamaan moral dapat dicapai tanpa keyakinan terhadap Tuhan.66

Dalam perspektif Islam, manusia dilahirkan dalam keadaan suci (fit}rah). Dengan

kefitrahan yang dimilikinya, manusia harus menyatakannya dalam sikap yang suci dan

baik kepada sesama manusia dalam pergumulannya, Nurcholis Madjid menjelaskan

bahwa:

Karena fitrah}-nya itu manusia memiliki sifat dasar kesucian, yang kemudian harus

dinyatakan dalam sikap-sikap yang suci dan baik kepada sesamanya. Sifat dasar kesucian itu

disebut hani>fiyyah karena manusia adalah makhluk yang hani>f. Sebagai makhluk yang hani>f

itu manusia memiliki dorongan naluri ke arah kebaikan dan kebenaran atau kesucian. Pusat

dorongan hani>fiyyah itu terdapat dalam dirinya yang paling mendalam dan paling murn i, yang

disebut (hati) nurani, artinya “bersifat nur atau cahaya (luminous).67

Kesucian kemanusiaan itu sendiri dapat ditafsirkan sebagai kelanjutan

perjanjian primordial antara manusia dan Tuhan. Yaitu suatu perjanjian atau

ikatan janji antara manusia sebelum ia lahir ke dunia dengan Tuhan, bahwa

65

Ali Shariat i, Humanisme antara Islam dan Mazhab Barat , Terj. Afif Muhammad

(Bandung: Pustaka Hiadayah, 1996), 47-49. 66

Ali Shariati, Humanisme antara Islam dan Mazhab Barat , 46. 67

Nurcholish Madjid, Islam Agama Kemanusiaan, 179.

Page 21: PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM TENTANG EKOLOGIsties-gasantara.hol.es/download/52521602855Naskah_Makalah.pdf · sistem kehidupan planet kita terancam bahaya kehancuran ... harmonis antara

21

manusia akan mengakui Tuhan sebagai Pelindung dan Pemelihara (Rabb) Satu-

satu-Nya baginya. Maka manusia (dan jin) pun tidaklah diciptakan Allah

melainkan dengan kewajiban tunduk dan menyembah kepada-Nya saja, yaitu

menganut paham Ketuhanan Yang Maha Esa, tawhi>d. Maka ber-tawhi>d dengan

segala konsekuensinya itulah makna hakiki hidup manusia, yaitu suatu makna

hidup atas dasar keinsafan bahwa manusia berasal dari Tuhan dan kembali

kepada-Nya. Makna hidup yang hakiki itu melampaui tujuan-tujuan duniawi

(terrestrial), menembus tujuan-tujuan hidup ukhrawi (celestial).68

Dengan pernyataan al-Quran bahwa, manusia diciptakan dalam keadaan

fit}rah artinya kemampuan bawaan dan intuitif manusia untuk membedakan mana

yang benar dan salah itu berarti bahwa, manusia memiliki kecenderungan alamiah

kepada kebaikan, kebenaran dan yang suci (hanafiyah). Sebagai makhluk yang

fit}rah dan hanafiyah, manusia selalu memiliki potensi untuk bersikap benar dan

berperilaku baik dalam berbagai pemikiran, maksud dan perbuatannya. 69 Islam

mengajarkan bahwa, manusia adalah makhluk yang pada dasarnya adalah baik

dan benar (fit}rah-hani>f). Oleh karena manusia sebagai makhluk tertinggi dan

sebaik-baik ciptaan Tuhan, maka Allah kemudian memuliakannya dibandingkan

dengan makhluk lain di bumi. Karena itu Islam memandang bahwa setiap jiwa

manusia memiliki harkat dan martabat yang sama nilainya dengan manusia yang

lainnya. Sebuah nilai humanistik yang universal dalam ajaran Islam.70

Islam dengan demikian, memiliki komitmen yang kuat untuk menjadikan

humanisme sebagai sebuah sikap positif dalam membangun manusia yang adil

dan beradab serta memiliki komitmen dan solidaritas yang tinggi terhadap senasib

sepenanggungan dengan komunitas manusia lainnya, tanpa membedakan di antara

sesama mereka. Karena itu, seorang muslim dituntut untuk menjadi humanis tanpa

harus membedakan masyarakat yang digumulinya. Sikap humanistik yang

ditunjukkan terletak pada kesiapannya dalam menerima dan bekerja sama dengan

68

Nurcholish Madjid, Islam Agama Kemanusiaan, 179.

69Ruslani, Masyarakat Kitab dan Dialog antar Agama: Studi Pemikiran Muhammad

Arkoun (Yogyakarta: 2000), 162-163.

70Nurcholish Madjid, Cendekiawan dan Religiusitas Masyarakat: Kolom-Kolom di

Tabloid Tekad (Jakarta: Paramadina, 1999), 148.

Page 22: PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM TENTANG EKOLOGIsties-gasantara.hol.es/download/52521602855Naskah_Makalah.pdf · sistem kehidupan planet kita terancam bahaya kehancuran ... harmonis antara

22

pemikiran di luar Islam dalam membebaskan manusia dari berbagai bentuk

ketidakadilan dan ketimpangan sosial. Maka bagi Nurcholish Madjid, bahwa

manusia harus kembali kepada sifat naturalnya, yaitu fitrahnya yang suci. Dari

sini sesungguhnya manusia dapat memulai untuk mendaftarkan kembali nuktah-

nuktah pandangan dasar kemanusiaannya. 71

Humanisme dalam Islam menjadikan perhatian utamanya terhadap

moralitas Islam yang berpijak pada komitmen kemanusiaan sebagai dasar dalam

menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi umat manusia. Islam dengan

seluruh cita-cita yang dimilikinya, sebagai sebuah kerangka dalam meletakkan

fondasi untuk sebuah pandangan dunia yang humanistik. Pandangan humanisme

seperti ini dimaksudkan untuk menampilkan Islam sebagai rahmah li> al-‘a>lami>n

tanpa harus membedakan latar belakang agama, suku, dan ideologi. Sehingga bagi

Kuntowijoyo, Islam adalah sebuah agama yang humanistik. Dimana sebuah

agama yang menekankan manusia sebagai tujuan sentral inilah sesungguhnya

nilai dasar Islam.72

Dalam perspektif Islam, humanisme harus dipahami sebagai suatu konsep

dasar kemanusiaan yang tidak berdiri bebas. Artinya bahwa makna

“memanusiakan manusia” harus selalu terkait secara teologis. Dalam konteks

inilah, al-Qur‟an memandang manusia sebagai “wakil” atau “khalifah” Allah di

bumi. Untuk memfungsikan kekhalifahannya, Tuhan telah melengkapi manusia

potensi intelektual dan spiritual sekaligus. 73 Karena itu menurut Kuntowijoyo,

humanisme Islam adalah humanisme yang bercirikan teosentrik, yaitu sebuah

agama yang memusatkan dirinya pada keimanan terhadap Tuhan sekaligus

mengarahkan perjuangannya untuk kemuliaan peradaban umat manusia. Prinsip

humanisme seperti inilah yang kemudian ditransformasikan sebagai sebuah nilai

71

Lihat Nurcholish Madjid, Islam Agama Kemanusiaan, 192.

72Kuntowijoyo, Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi (Bandung:Mizan, 1996), 167.

73Abu Hafsin, “Kata Pengantar” dalam Kamdani (penyunting), Islam dan Humanisme:

Aktualisasi Humanisme Islam di Tengah Krisis Humanisme Universal (Yogyakarta: IAIN

walisongo Semarang Bekerjasama dengan Pustaka Pelajar, 2007), ix.

Page 23: PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM TENTANG EKOLOGIsties-gasantara.hol.es/download/52521602855Naskah_Makalah.pdf · sistem kehidupan planet kita terancam bahaya kehancuran ... harmonis antara

23

dalam pergumulannya dengan realitas kehidupan masyarakat dan kebudayaan

yang mengitarinya.74

Menurut M. Amin Abdullah, bahwa terjadi proses pencampuran yang

kental dan pekat antara dimensi “historis-kekhalifahan” yang aturannya selalu

berubah-ubah, lantaran tantangan zaman dan “normativitas” al-Qur‟an yang

sha>lihun likulli zama>nin wa maka>n. Pergumulan antara das sein (historisitas-

kekhalifahan) dan das sollen (normativitas-al-Qur‟an) sebenarnya dimulai sejak

awal kehidupan manusia yang tersimbolkan dalam perjuangan dan sejarah hidup

Nabi Muhammad Saw. dan para Nabi sebelumnya. Maka dalam upaya memahami

kembali pesan-pesan moral keagamaan dan kemanusiaan yang berdimensi

histories-antroponsentris adalah suatu keharusan dan kemestian. Keharusan

tidaklah berarti “membongkar” wilayah normativitas ajaran Islam, akan tetapi

sebagai upaya artikulatif terhadap historitas ajaran Islam agar sesuai dengan

semangat zaman dan tuntutan peradaban kemanusiaan kontemporer.75

Dengan demikian, haruslah disadari bahwa hanya melalui pemahaman

terhadap teks al-Qur‟an yang komprehensiflah akan dapat ditemukan pesan-pesan

Islam yang dijadikan sebagai paradigma kemanusiaan, karena teks selama ini

menjadikannya sebagai embarkasi pemahaman keagamaan sekaligus terminal

akhir terhadap sebuah kebenaran. Teks al-Qur‟an bila ditafsirkan secara kaya,

tergantung konteks sosial-budaya yang melatarinya dan pembaca itu sendiri. 76

Dengan demikian, persentuhan antara penafsir dengan al-Qur‟an merupakan

pergulatan yang dinamis dan berusaha melahirkan makna yang bersentuhan

langsung dengan realitas kemanusiaan kontemporer.

Dengan semangat perkembangan peradaban manusia modern, penafsiran

terhadap al-Qur‟an harus mampu memberikan problem solving terhadap realitas

kehidupan kekinian sebagai cita-cita humanisme dalam Islam, seperti masalah

74

Kuntowijoyo, Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi, 168

75M. Amin Abdullah, Filsafat Kalam di Era Postmodernisme (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 1995), 19.

76Nasr Hami>d Abu> Zaid, Mafhu>m al-Na>s} Dira>sah fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n diterjemahkan oleh

Khairun Nahd}iyyi>n dengan judul Tekstualitas Al-qur’an: Kritik Terhadap Ulumul Qur’an

(Yogyakarta: LKiS, 2001), v.

Page 24: PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM TENTANG EKOLOGIsties-gasantara.hol.es/download/52521602855Naskah_Makalah.pdf · sistem kehidupan planet kita terancam bahaya kehancuran ... harmonis antara

24

Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN), Demokrasi, Hak Asasi manusia (HAM),

pendidikan, kemiskinan, ketidakadilan, penindasan, pencemaran lingkungan hidup

dan sederet persoalan kemanusiaan lain yang mengitarinya. Karena itu, gagasan

pemikiran seperti itu sudah harus dilakukan, yakni bergeser ke arah paradigma

pemikiran berdimensi antroposentris-Qur‟ani, yakni terkait dengan kemaslahatan

kemanusiaan universal yang dijiwai oleh semangat al-Qur‟an.

Berdasarkan pada konsep humanisme dalam Islam sebagaimana d iuraikan

di atas, maka antroposentrisme atau humanisme yang diangkat menjadi paradigma

ideologi pendidikan Islam tentang ekologi dan lingkungan hidup ini pada

dasarnya juga bertolak dari prinsip-prinsip dasar kemanusiaan tersebut, karena

sesungguhnya semua itu implisit dalam konsep fitrah manusia. Akan tetapi

antroposentrisme dalam pandangan Islam tidak dapat dipisahkan dari prinsip

teosentrisme. Di satu sisi keimanan tawhi>d sebagai inti ajaran Islam, menjadi

pusat seluruh orientasi nilai. Semua itu kembali untuk manusia yang

dieksplisitkan dalam tujuan risalah Islam sebagai rahmah li> al-‘A>lami>n, yang

berarti menjadi kebaikan bagi (lingkungan hidup) semesta alam.

6. Paradigma Pendidikan Islam tentang Ekologi dan Lingkungan Hidup

Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa tugas kekhalifahan manusia di

bumi mempunyai implikasi terhadap menjaga keseimbangan dan kelestarian

lingkungan hidup sebagai upaya reformasi bumi. Pendidikan dalam Islam

dipandang sebagai upaya sistematis dalam mempersiapkan kader-kader khalifah

di bumi, dimana tempat tersebut dijadikan Allah sebagai tempat yang baik bagi

manusia dalam pelaksanaan tugas kekhalifahan manusia. Salah satu tugas

kekhalifahan adalah memakmurkan bumi dan membangun peradaban di atasnya.77

Implikasi dari konsep tersebut, maka menjaga dan melestarikan bumi dan

lingkungannya merupakan bagian dari tugas kekhalifahan manusia. Konsep ini

harus dijadikan sebagai sistem keyakinan (aqi>dah), difahami, dan diperjuangkan

untuk diwujudkan dengan cara ditarsnformasikan, dan diinternalisasikan kepada

masyarakat didik.

77

Lihat Q.S. Hu>d: 61.

Page 25: PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM TENTANG EKOLOGIsties-gasantara.hol.es/download/52521602855Naskah_Makalah.pdf · sistem kehidupan planet kita terancam bahaya kehancuran ... harmonis antara

25

Hanya dalam lingkungan hidup yang optimal, manusia berkembang

dengan baik, dan hanya dengan manusia yang baik, lingkungan hidup akan

berkembang ke arah yang optimal.78 Sementara untuk membentuk manusia yang

baik adalah tugas dan fungsi pendidikan. Di sinilah terdapat hubungan yang erat

antara pendidikan dengan lingkungan hidup.

Hubungan erat antara pendidikan dengan lingkungan hidup dinyatakan

Ahmad Tafsir bahwa secara umum tujuan pendidikan ialah menghasilkan manusia

yang baik. Secara umum pula diketahui bahwa bila setiap orang sudah menjadi

orang yang baik maka masyarakat akan menjadi masyarakat yang baik. 79

Masyarakat merupakan lingkungan kehidupan sosial (sosial-ekonomi-politik), di

mana proses pendidikan terjadi dalam interaksi antar-manusia dalam masyarakat.

Interaksi tersebut terjadi di dalam lingkungan sosial yang menghargai nilai-nilai

kemanusiaan yang beradab dan lingkungan alam yang perlu dilestarikan.

Konsep pendidikan Islam tentang lingkungan hidup, Nurcholish Madjid

menjelaskan bahwa kesadaran pentingnya memelihara alam lingkungan hidup

merupakan salah satu kesadaran yang amat penting pada umat manusia sekarang.

Bencana-bencana alam yang menimpa umat manusia akhir-akhir ini merupakan

akibat kerusakan lingkungan. 80 Pendidikan lingkungan hidup harus melibatkan

usaha penyadaran tentang harga tak ternilai dari alam sebagai anugerah Tuhan.

Manusia ditunjuk sebagai khalifah Tuhan untuk memelihara anugerah itu dan

memanfaatkannya dengan penuh syukur kepada-Nya. Karena itu menurut

Nurcholish Madjid bahwa membuat kerusakan di bumi merupakan salah satu

kejahatan tertinggi.81

78

Konsep tersebut sebagai kesimpulan Besar Seminar Pengelolaan Lingkungan Hidup

dan Pembangunan Nasional, Universitas Padjadjaran, Bandung, Tanggal 15-18 Mei 1972. 79

Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islami: Integrasi Jasmani, Rohani dan Kalbu

Memanusikan Manusia, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006), 93. 80

“Muncul kerusakan di daratan dan di lautan karena ulah tangan manusia, untuk

membuat mereka merasakan sebagian dari akibat apa yang telah mereka kerjakan, agar mereka

kembali ke jalan yang benar”. (Q.S. al-Ru>m [30]:41). Lihat Nurcholish Madjid, Indonesia Kita

(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004), 166. 81

Q.S. al-Ma> ‘idah [5]:32, di mana diisyaratkan bahwa hukum mati dapat dikenakan

kepada pelaku kejahatan pembunuhan dan kejahatan membuat kerusakan di bumi. Lihat

Nurcholish Madjid, Indonesia Kita, 166.

Page 26: PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM TENTANG EKOLOGIsties-gasantara.hol.es/download/52521602855Naskah_Makalah.pdf · sistem kehidupan planet kita terancam bahaya kehancuran ... harmonis antara

26

Selanjutnya, Nurcholish Madjid menegaskan bahwa selain alam ini

berwujud alam kebendaan mati seperti gunung-gunung, lembah- lembah, sungai-

sungai dan seterusnya, anugerah Tuhan itu juga berwujud alam kehidupan (hayati)

yang beraneka ragam, baik flora maupun fauna. Tuhan menganugerahkan kepada

bangsa Indonesia keanekaragaman hayati (biodiversity) yang terbesar di muka

bumi, yang merupakan titipan Tuhan untuk dipelihara bagi sebesar-besar manfaat

bangsa dan seluruh umat manusia. jadi, selain kepada negara sendiri, kita bangsa

Indonesia memikul tanggung jawab kepada seluruh dunia. Pendidikan kita harus

menanamkan kesadaran itu.82

Senada dengan pendapat Ahmad Tafsir dan Nurcholish Madjid tentang

hubungan antara pedidikan dan lingkungan hidup, Tilaar mengemukakan bahwa

proses pendidikan terjadi dalam interaksi antar-manusia dalam masyarakat yang

majemuk. Interaksi tersebut terjadi di dalam lingkungan alam (ekologi) yang perlu

dilestarikan serta lingkungan sosial yang menghargai nilai-nilai kemanusiaan yang

beradab. Proses pembudayaan atau proses pemanusiaan tersebut harus

memperhatikan tuntutan-tuntutan intergenerasi yaitu faktor- faktor pelestrian

ekologis, budaya dan kependudukan. Selanjutnya proses pemanusiaan itu

merupakan pula suatu proses interkultural yang meliputi budaya lokal, nasional,

dan internasional (global) menuju terciptanya suatu masyarakat madani global

yang bertumpu dari masyarakat madani Indonesia yang mempunyai cirinya yang

khas yaitu kebudayaan Indonesia.83

A. Malik Fadjar mengemukakan bahwa dalam pemanfaatan kekayaan

hidup ini seharusnya tidak menggunakan dalih apa pun ditempuh dengan merusak

lingkungan. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan seharusnya

adalah ilmu pengetahuan dan teknologi yang ramah dan mencintai lingkungan.

Namun ekosistem kehidupan yang berkembang hingga saat ini kurang

mencerminkan sepenuhnya usaha-usaha ke arah itu, sehingga kerusakan

lingkungan dapat kita saksikan terjadi di mana-mana. Maka semua pihak sudah

82

Nurcholish Madjid, Indonesia Kita, 167. 83

Tilaar, Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia: Strategi

Reformasi Pendidikan Nasional (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002), 11.

Page 27: PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM TENTANG EKOLOGIsties-gasantara.hol.es/download/52521602855Naskah_Makalah.pdf · sistem kehidupan planet kita terancam bahaya kehancuran ... harmonis antara

27

sepatutnya dihimbau segera dan senantiasa menjaga lingkungan hidup dan

melestarikannya.84

Selanjutnya, A. Malik Fadjar menyatakan bahwa pendidikan perlu

senantiasa mengupayakan ke arah menumbuhkan kesadaran untuk menjaga dan

melestarikan lingkungan hidup. Pemanfaatan kekayaan bumi, laut, dan udara

haruslah dilakukan dengan tetap ramah dan cinta pada lingkungan. Kesadaran

semacam ini perlu ditanamkan di tengah masyarakat pada semua lapisan, sejak

usia dini hingga ke semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan paling tinggi.

Semua harus menyadari bahwa dukungan semua pihak mutlak dilakukan demi

terwujudnya pelestarian lingkungan hidup yang lebih baik. Kebijakan-kebijakan

di luar pendidikan, baik yang bersifat mikro maupun makro, di Indonesia harus

bersinergi ke arah itu dengan intensitas lebih. Tentu dengan memanfaatkan dan

mengusahakan secara terus menerus potensi bangsa, baik sumber daya manusia

maupun sumber dana, yang berpretensi memberikan sumbangan berarti kepada

dunia lingkungan.85

7. Ideologisasi Lingkungan Hidup melalui Pendidikan Islam sebagai Upaya

Reformasi Bumi

Sebuah konsep atau teori ilmu sosial apapun, termasuk teori pend idikan

tidak memiliki dampak sosial yang signifikan tanpa diorientasikan pada aksi

(action). Untuk menekankan perlunya aksi, konsep-konsep, teori-teori, nilai-nilai

dan cita-cita tentang ekologi dan lingkungan hidup itu perlu dikonstruksi sebagai

paradigma ideologi pendidikan Islam. Ideologi berfungsi sebagai mediasi yeng

menjembatani kesenjangan antara idealita dan realita, antara visi dan aksi, antara

individu dan masyarakat, antara obyektivitas dan subyektivitas. Sebuah ideologi

lazimnya memiliki kekuatan mengikat dan mendorong seseorang atau komunitas

masyarakat yang meyakini kebenaran nilai yang menjadi cita-cita ideologi

tersebut untuk memperjuangkannya. Dengan kata lain perlu ada gerakan

84

A. Malik Fadjar, Holistika Pemikiran Pendidikan, 298. 85

A. Malik Fadjar, Holistika Pemikiran Pendidikan, 298.

Page 28: PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM TENTANG EKOLOGIsties-gasantara.hol.es/download/52521602855Naskah_Makalah.pdf · sistem kehidupan planet kita terancam bahaya kehancuran ... harmonis antara

28

ideologisasi lingkungan hidup melalui institusi pendidikan dalam rangka

reformasi bumi.

Berkaitan dengan ideologisasi nilai dalam pendidikan, penulis cenderung

pada paradigma Neo-Kantian, yang melihat “ide” sebagai faktor yang

mempengaruhi perilaku atau tindakan-tindakan sadar manusia dalam situasinya

yang konkrit.86 Konsep “ide” berasal dari Plato.87 “Ide” yang telah dikonstruksi

sebagai konsep sistematis akan berkembang menjadi nilai, norma dan akhirnya

akan menjelma menjadi sebuah ideologi.

Senada dengan Neo-Kantian, ideologi menurut Qiba>ri Isma> ‘il merupakan

pemikiran-pemikiran yang mempengaruhi perilaku dan jiwa manusia.88 Menurut

Shariati bahwa ideologi merupakan paham dan teori perjuangan yang dianut kuat

oleh kelompok manusia menuju pada cita-cita sosial tertentu dalam kehidupan.89

Ideologi menurut A.S. Hornby sebagai sistem kepercayaan yang dianut oleh

seseorang atau kelompok tertentu yang mempengaruhi cara berperilaku mereka.90

Sementara menurut Fredric Jameson bahwa ideologi adalah konsep

mediasi yang unggul, yang menjembatani kesenjangan antara individu dan sosial,

antara fantasi dan kognisi, antara ekonomi dan estetika, objektivitas dan

subjektivitas, akal dan alam bawah sadar, pribadi dan publik.91

Tilaar juga menjelaskan bahwa ada hal yang berkaitan dengan pengertian

ideologi yang mempengaruhi praksis pendidikan, yaitu ideologi sebagai ide-ide

yang menuntun kehidupan dalam masyarakat (guiding principles). Bahwa

masyarakat kita adalah masyarakat yang bermoral. Moral adalah susunan nilai-

nilai atau ide- ide yang diagungkan dalam kehidupan bersama. Moral atau ide-ide

86

Yusril Ihza Mahendra, Modernisme dan Fundamentalisme dalam Politik Islam

(Jakarta: Paramadina, 1999), 4.

87 Bagus Takwin, Akar-akar Ideologi (Yogyakarta: Jalasutra, 2003).

88 Qiba>ri Isma>‘il, ‘Ilm al-Ijtima‘ wa al-Idi>yaulaujiya>t (Iskandariyah: al-Maktab al-‘Arabi

al-H}adi>th, 1979), 10.

89 Ali Shariati, Tugas Cendekiawan Muslim, 192.

90 A.S. Hornby, Oxford Advanced Learner‟s Dictionary, Sixth Edition (New York:

Oxford University Press, 2003), 672.

91 Fredric Jameson, The Ideologies of Theory (London & New York: Verso, 2008), ix.

Page 29: PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM TENTANG EKOLOGIsties-gasantara.hol.es/download/52521602855Naskah_Makalah.pdf · sistem kehidupan planet kita terancam bahaya kehancuran ... harmonis antara

29

dasar dapat bersumber dari agama, adat- istiadat, atau kebudayaan pada

umumnya.92

Secara historis bahwa pendidikan telah dijadikan oleh umat manusia,

setiap masyarakat atau bangsa di dunia sebagai media ideologisasi. Hal ini

sebagaimana dikatakan Antonio Gramsci bahwa ideologi yang dominan tidak

hanya dapat dimenangkan melalui revolusi atau kekerasan oleh institusi- institusi

negara sebagai dikatakan Karl Marx, tetapi juga dapat melalui jalan hegemoni

melalui institusi- institusi lain, seperti institusi agama, pendidikan, media massa,

dan keluarga. 93

Senada dengan Gramci, Kevin B. Smith juga menyatakan bahwa

pendidikan sebagai media ideologisasi. 94 Michael W. Apple mengemukakan

bahwa kurikulum pendidikan dipengaruhi oleh ideologi, budaya dan

perkembangan ekonomi. 95 Demikian juga Elliot W. Eisner mengemukakan bahwa

Ideologi- ideologi (ideologies) berfungsi memberikan arah kepada sekolah-sekolah

untuk mencapai tujuan, yakni nilai-nilai. 96

Dilihat dari paradigma ini, fenomena konkrit yang berhubungan dengan

praksis pendidikan, dapat dianggap sebagai hasil dari manifestasi dari ideologi

tertentu yang berada dibaliknya itu. Berdasarkan pada paradigma ini, maka

paradigma pendidikan Islam tentang ekologi dan lingkungan hidup harus

dijadikan sebagai sistem keyakinan (aqi>dah) dalam bentuk ideologi. Sehingga

memiliki kekuatan mengikat dan mendorong seseorang atau komunitas

masyarakat untuk memperjuangkannya.

92

H.A.R. Tilaar Kekuasaan dan Pendidikan: Manajemen Pendidikan Nasional dalam

Pusaran Kekuasaan, 165-178.

93 H.A.R. Tilaar, Kekuasaan dan Pendidikan: Manajemen Pendidikan Nasional dalam

Pusaran Kekusanaan, 165-166. Lihat Donny Gahral A, Arus Pemikiran Kontemporer, 121-127.

94 Kevin B. Smith dalam bukunya The Ideology of Education: The Commenwealth, the

Market, and America‟s Schools (Albany New York: State University of New York Press, 2003).

95 Michael W. Apple, Ideology and Curriculum (New York and London: Routledge

Falmer, 2004), 25-40.

96 Elliot W. Eisner, The Education Imagination: On the Design and Evalution of School

Programs (New Jersey: Upper Saddle River, 2002), 47.

Page 30: PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM TENTANG EKOLOGIsties-gasantara.hol.es/download/52521602855Naskah_Makalah.pdf · sistem kehidupan planet kita terancam bahaya kehancuran ... harmonis antara

30

D. PENUTUP

Berdasarkan pada uraian-uraian sebelumnya, makalah ini membuktikan

ketidakbenaran pendapat yang menyatakan bahwa agama (Islam) tidak

mempunyai relevansi ekologis sebagai dinyatakan oleh Russel Train. Makalah ini

menunjukkan bahwa konsep Islam tentang prinsip-prinsip kekhalifahan,

semuanya bermuara pada reformasi bumi, yaitu menjaga keseimbangan ekologi

dan lingkungan hidup. Hal ini membuktikan bahwa Islam mempunyai relevansi

ekologis.

Paradigma Islam tentang ekologi dan lingkungan hidup bersifat

antroposentrisme-teistik, –yaitu karena manusia dijadikan Allah sebagai khalifah-

Nya, maka alam telah ditundukkan oleh Allah untuk kepentingan hidup manusia –

yakni melihat permasalahannya dari sudut kepentingan manusia. Walaupun

tumbuhan, hewan, dan unsur takhidup diperhatikan, namun perhatian itu secara

eksplisit atau implisit dihubungkan dengan kepentingan manusia. Konsep ini perlu

dikonstruksi sebagai sistem keyakinan (aqi>dah) dalam bentuk ideologi, yaitu

suatu sistem keyakinan tentang nilai dan cita-cita lingkungan hidup, sehingga

memiliki kekuatan mengikat dan mendorong seseorang atau komunitas

masyarakat untuk memperjuangkannya dalam rangka reformasi bumi. Maka

dengan demikian, visi dan misi Islam sebagai rahmah li> al-‘A >lami>n akan

terwujud, yakni menjadi kebaikan bagi semesta alam.

Pendidikan sebagai media ideologisasi dipandang sebagai upaya sistematis

dalam mempersiapkan kader-kader khalifah di bumi, dimana tempat tersebut

dijadikan Allah sebagai tempat yang baik bagi manusia untuk pelaksanaan tugas

kekhalifahan manusia. Hanya dalam lingkungan hidup yang baik, manusia dapat

tumbuh dan berkembang dengan optimal, dan hanya dengan manusia yang baik,

lingkungan hidup akan berkembang dengan optimal. Sementara untuk membentuk

manusia yang baik adalah tugas dan fungsi pendidikan. Proses pendidikan terjadi

dalam interaksi antar-manusia dalam masyarakat yang majemuk (pluralis).

Interaksi tersebut terjadi di dalam lingkungan alam (ekologi) yang perlu

dilestarikan serta lingkungan sosial yang menghargai nilai-nilai kemanusiaan yang

beradab. Walla>hu A‘lam bi al-S}awa>b.

Page 31: PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM TENTANG EKOLOGIsties-gasantara.hol.es/download/52521602855Naskah_Makalah.pdf · sistem kehidupan planet kita terancam bahaya kehancuran ... harmonis antara

31

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. Amin. Filsafat Kalam di Era Postmodernisme.Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995.

Abra>shi, Muhammad ‘At}iyah. al-Tarbiyah al-Isla>miyyah wa Fala>safatuha>. Mesir:

Isa al-Ba>bi> al-Halabi>, tt.

Abrahamian, Ervan. Iran Between Two Revolution. New Jersey: Princeton

University, 1982. Abu> Zaid, Nasr Hami>d. Mafhu>m al-Na>s} Dira>sah fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n.

diterjemahkan oleh Khairun Nahd}iyyi>n dengan judul Tekstualitas Al-qur’an: Kritik Terhadap Ulumul Qur’an.Yogyakarta: LKiS, 2001.

Ahmadi. Ideologi Pendidikan Islam: Paradigma Humanisme Teosentris. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.

Abra>shi, Muhammad ‘At}iyah. al-Tarbiyah al-Isla>miyyah wa Fala>safatuha>. Mesir: Isa al-Ba>bi> al-Halabi>, tt.

Algar, Hamid. The Roots of Iranian Revolution. Kanada: Ontario, 1983. Apple, Michael W. Ideology and Curriculum. New York and London: Routledge

Falmer, 2004. Apple, Michael W. Education and Power. Boston; Routledge & Keagan Paul,

1982. Aronowitz, S. & Giroux, H.A. Education Under Siege. Massachusetts: Bergin &

Garvey Publishers, Inc. 1985. Azra, Azyumardi. Menuju Masyarakat Madani: Gagasan, Fakta, dan Tantangan.

Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000. Bell, Daniel (ed.). The End of Ideology: on the Exhaustion of Political Ideas in the

Fifties. New York: Free Press, 1962. Bell, Daniel. ‘Ideologi: Sebuah Perdebatan,’ Commentary. Jilid 38, Oktober 1964. Bernoit, R.J. What’s Wrong with the Environment ? dalam Frances, SS. (editor).

Environmental Sciences. The New York Academy of Science, 1987. Bottery, Mike. The Challenges of Educational Leaderships: Values in a Globalized

Age. London: Paul Chapman Publishing, 2004. Choulen, E.T. Environmental Protection. Dalam Encyclopedia of Environmental

Science. Mc Graw Hill, 1990. Daldjoeni. N. Dan Suyitno. Pedesaan, Lingkungan dan Pembangunan. Bandung:

Alumni, 1982. Djadjadiningrat, S.T. Konsep Pendidikan Lingkungan Hidup. Jakarta: Universitas Eagleton, Terry. Ideology, An Introduction. London: Verso, 1991.

Echols, John M. dan Hasan Shadily. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia, 2000.

Eisner, Elliot W. The Educational Imagination: On the Design and Evalution of School Programs, (Thir Edition). New Jersey: Upper Saddle River, 2002.

Engel Michael. The Struggle for Control of Public Education: Market Ideology vs. Democratic values. Philadelphia: Temple University Press, 2000.

Page 32: PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM TENTANG EKOLOGIsties-gasantara.hol.es/download/52521602855Naskah_Makalah.pdf · sistem kehidupan planet kita terancam bahaya kehancuran ... harmonis antara

32

Fadjar, A. Malik. Holistika Pemikiran Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2005. Fukuyama, Francis. The End of History and Last Men. diterjemahkan menjadi

Kemenangan Kapitalisme dan Demokrasi Liberal. Yogyakarta: Adipura, 2000.

Giroux, Henry A. Ideology. Culture and the Process of Schooling. Philadelphia:Temple University and falmer Press, 1981.

Giroux, Henry A. Theory and Resistance in Education: A Pedagogy for the Opposition. New York: Bergin & harvey Publishers, Inc., 1983.

Haught, John F. Perjumpaan Sains dan Agama: Dari Konflik ke Dialog. Bandung:

Mizan Pustaka, 1995. Hornby, A S. Oxford Advanced Learner’s Dictionary, Sixth edition. New York:

Oxford University Press, 2003. Ismail, Faisal. “Islam, Politics and Ideology in Indonesia: A Study of the Process of

Muslim Acceptance of the Pancasila” diterjemahkan menjadi . Ideologi Hegemoni dan Otoritas Agama: Wacana Ketegangan Kreatif Islam dan

Pancasila. Yogyakarta: Tiara Wacana, 1999. Isma>‘il, Qiba>ri ‘Ilm al-Ijtima‘ wa al-Idi>yaulaujiya>t. Iskandariyah: al-Maktab al-

‘Arabi al-H}adi>th, 1979.

Ismatullah, Deddy dan Asep A. Sahid Gatara. Ilmu Negara dalam Multi Perspektif: Kekuasaan, Masyarakat, Hukum dan Agama. Bandung: Pustaka Setia, 2007.

Jameson, Fredric. The Ideology of Theory. London & New York: Verso, 2008. Kamdani. Islam dan Humanisme: Aktualisasi Humanisme Islam di Tengah Krisis

Humanisme Universal. Yogyakarta: IAIN walisongo Semarang Bekerjasama dengan Pustaka Pelajar, 2007.

Kuntowijoyo. Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi. Bandung:Mizan, 1996. Madjid, Nurcholish. Cendekiawan dan Religiusitas Masyarakat: Kolom-Kolom di

Tabloid Tekad. Jakarta: Paramadina, 1999. Madjid, Nurcholish. Masyarakat Religius: Membumikan Nilai-nilai Islam dalam

Kehidupan Masyarakat. Jakarta: Paramadina, 2000. Madjid, Nurcholish. Islam Agama Kemanusiaan: Membangun Tradisi dan Visi

Baru Islam Indonesia. Jakarta: Paramadina, 2003. Madjid, Nurcholish. Indonesia Kita. Jakarta: Gramedia pustaka Utama, 2004.

Madjid, Nurcholish. Cita-cita Politik Islam. Jakarta: Paramadina bekerjasama dengan Dian Rakyat, 2009.

Mahendra, Yusril Ihza. Modernisme dan Fundamentalisme dalam Politik Islam. Jakarta: Paramadina, 1999.

McLeland, David. Ideologi Tanpa Akhir. (terjemahan) Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2005.

Michel, Foucault. Menggugat Sejarah Ide.(terjemahan) Yogyakarta: Ircisid, 2002. Mitchell, W.J.Thomas. Iconology: Image, Text, Ideology (Cichago: University of

Chicago Press, 1986).

Page 33: PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM TENTANG EKOLOGIsties-gasantara.hol.es/download/52521602855Naskah_Makalah.pdf · sistem kehidupan planet kita terancam bahaya kehancuran ... harmonis antara

33

Muhaimin. Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan

Agama Islam di Sekolah. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004. Nahlawi>, Abdurrahma>n. Min Asa>lib al-Tarbiyah al-Isla>miyah: al-Tarbiyah bi al-

Ayat. Beirut Libanon: Da>r al-Fikr al-Ma‘a>shir, 1989.

Nashir, Haedar. Muhammadiyah Gerakan Pembaruan.Yogyakarta:Suara Muhammadiyah, 2010.

Nata, Abudin. Pendidikan Islam di Era Global: Pendidikan Multikultural, Pendidikan Multi Iman, Pendidikan Agama, Moral dan Etika. Jakarta: UIN

Jakarta Press, 2005. Noer, Deliar. Ideologi Politik dan Pembangunan. Jakarta: Yayasan Pengkhidmtan,

1983. Nuswantoro. Daniel Bell Matinya Ideologi. Magelang: Indonesia Tera, 2001.

O‘Neill. William. Educational Ideologies. Santa Monica, California: Goodyear Publishing Company, Inc. 1981.

Outhwaite, William (ed.). The Blackwell Dictionary of Modern Social Thught (terjemahan). Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008.

Ruslani. Masyarakat Kitab dan Dialog antar Agama: Studi Pemikiran Muhammad Arkoun. Yogyakarta: 2000.

Saefuddin, Didin. Pemikiran Modern dan Postmodern Islam: Biografi Intelektual 17 Tokoh. Jakarta: Grasindo, 2003.

Salim, E. Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia, 1989. Salim, E. Pembangunan Berwawasan Lingkungan. Jakarta: LP3ES, 1991. Shariati, Ali. Man and Islam. diterjemahkan menjadi .Tugas Cendikiawan Muslim.

Jakarta: Rajawali, 1984. Shariati, Ali. Humanisme antara Islam dan Mazhab Barat. Terj. Afif Muhammad

Bandung: Pustaka Hiadayah, 1996. Shariati, Ali. Red Shi‘ism. Texas: FIL, 1980. Smith, Kevin B. The Ideology of Education: The Commenwealth, the Market, and

America’s Schools. Smith, W.A. The Meaning of Conscientacao: The Goal of Paulo Freire’s Pedagogy.

Amherst: Center for International Education, UMASS, 1976. Soekanto, Soerjono. Kamus Sosiologi. Jakarta: Rajawali, 1983. Soemarwoto, Otto. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta:

Djambatan, 1987.

Soemarwoto, Otto. Indonesia dalam Kancah Isu Lingkungan Global. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992.

Suseno, Frans Magnis. Filsafat sebagai Ilmu Kritis. Yogyakarta: kansius, 1992. Tafsir, Ahmad. Filsafat Pendidikan Islami, Integrasi Jasmani, Rohani dan Kalbu

Memanusikan Manusia. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006. Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosda

Karya, 2005. Takwin, Bagus. Akar-akar Ideologi. Yogyakarta: Jalasutra, 2003. Tilaar, H.A.R. Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani: Strategi

Reformasi Pendidikan Nasional. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002.

Page 34: PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM TENTANG EKOLOGIsties-gasantara.hol.es/download/52521602855Naskah_Makalah.pdf · sistem kehidupan planet kita terancam bahaya kehancuran ... harmonis antara

34

Tilaar, H.A.R. Manifesto Pendidikan Nasional: Tinjauan dari Perspektif

Postmodernisme dan Studi Kultural. Jakarta:Penerbit Buku Kompas, 2005. Tilaar, H.A.R. Kekuasaan dan Pendidikan: Manajemen Pendidikan Nasional dalam

Pusaran Kekusanaan. Jakarta: Rineka Cipta, 2009. Tim Redaksi. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Deartemen Pendidikan

Nasional, Balai Pustaka, edisi ketiga, 2005. Warnadi. Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan

Hidup: untuk Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud, 1997.