paper tutorial blok 15 skenario 4

18
SKENARIO IV “URINARY RETENTION” STEP 1 1. Afebrile Tidak mengalami demam 2. Postponing urination Pengeluaran urin yang tertunda / penundaan pengeluaran urin. 3. Median grade hypertension (LO) 4. Costovertebral angle tenderness nyeri tekan pada sudut costovertebral (pertemuan tulang kosta dan vertebral) tampak nyeri luar berasal dari ginjal sampai ke pielum / pelvis renalis. STEP 2 1.Penyebab pasien merasakan sensasi tidak puas berkemih / kandung kemih tidak kosong walaupun telah berkemih ? 2. Penyebab postponing urination ? 3. Bagaimana prosedur dan fungsi digital rectal examination ? 4. Diagnosis, epidemiologi, etiologi, manifestasi klinis, penegakkan diagnosis, komplikasi, prognosis, manajemen (operatif dan non-operatif), dan patofisiologi ? 5. Apa fungsi dari pengosongan dari vesika urinaria ? 6. Hal-hal apa saja yang diperiksa pada pemeriksaan sampel urin dan darah ? 7. Pencitraan apa yang dilakukan pada skenario dan interpretasinya ? Paper Skenario 4 Blok 15 Page 1

Upload: arini-indrayani

Post on 23-Oct-2015

178 views

Category:

Documents


37 download

TRANSCRIPT

SKENARIO IVURINARY RETENTION

STEP 1 1. Afebrile Tidak mengalami demam2. Postponing urination Pengeluaran urin yang tertunda / penundaan pengeluaran urin.3. Median grade hypertension (LO)4. Costovertebral angle tenderness nyeri tekan pada sudut costovertebral (pertemuan tulang kosta dan vertebral) tampak nyeri luar berasal dari ginjal sampai ke pielum / pelvis renalis.

STEP 2 1. Penyebab pasien merasakan sensasi tidak puas berkemih / kandung kemih tidak kosong walaupun telah berkemih ? 2. Penyebab postponing urination ? 3. Bagaimana prosedur dan fungsi digital rectal examination ?4. Diagnosis, epidemiologi, etiologi, manifestasi klinis, penegakkan diagnosis, komplikasi, prognosis, manajemen (operatif dan non-operatif), dan patofisiologi ? 5. Apa fungsi dari pengosongan dari vesika urinaria ?6. Hal-hal apa saja yang diperiksa pada pemeriksaan sampel urin dan darah ? 7. Pencitraan apa yang dilakukan pada skenario dan interpretasinya ?8. Apakah ada hubungan tanda tanda vital yang ditemukan pada diagnosis skenario ? jelaskan !9. Apa penyebab buang air kecil sering pada siang dan malam hari ?10. Penanganan awal pada skenario, sebagai dokter umum ? 11. Jika terjadi neoplastik pada sistem urinaria, gangguan/komplikasi ke organ apa saja yang terganggu ?

STEP 3 & 41. Hal tersebut dikarenakan kemungkinan urin keluar tidak seluruhnya dikarenakan adanya sumbatan pada jalur uretra.

2. kemungkinan ada sumbatan pada uretra, fraktur pelvis, pembesaran prostat.

3. Prosedur digital rectal examination terlebih dahulu, menempatkan posisi pasien dengan benar (bisa berbaring dan menekuk kaki) mengunakan sarung tangan pada tangan yang akan dimasukkan ke dalam anus. memberikan gel pada jari yang akan dimasukkan ke dalam anus, yang berfungsi sebagai pelumas permukaan. tangan supinasi, meraba pada bagian prostat (pada laki-laki)

Digital rectal examination berfungsi untuk menilai prostat dan untuk mengetahui adanya hematom pada uretra posterior pada laki-laki.

4. Diagnosis : BPH (Benign Prostate Hyperplasia) Manifestasi Klinis terjadi kelainan pada saluran kemih bagian atas dan bawah. sering kencing pada malam hari tidak dapat menahan kencing nyeri pinggang infeksi / sepsis demam

Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan laboratoriumSedimen urin : adanya infeksi pada saluran kemih Pencitraan : foto polos / USG (transabdominal USG)

Epidemiologi : lebih cenderung pada laki-laki pada usia 60 tahun 50 %, dan pada usia 80 tahun 80 %.

5. Vesika urinaria sebagai tempat penyimpanan sementara urin < 6 jam, pada orang dewasa : 250 400 ml.

6. Sampel urin urin rutin Makroskopik urin : spesimen (urin pagi) yang tersering , penilaian yang ada yaitu warna, volume, kekeruhan, dan bau. Mikroskopik : diperiksa di bawah mikroskop , yang dinilai adalah WBC, RBC, crystal dll Kimiawi : menggunakan dipstik urin , yang dilihat adalah bilirubin, pH, keton, nitrit, glukosa, dll

7. Imaging BPH USG untuk memeriksa besar prostat , menentukan kanker prostat atau tidak. CT-Scan Foto polos abdomen IVP

8. LO

9. Kemungkinan: Miksi sedikit sehingga tidak butuh waktu lama untuk mengisi vesika urinaria dengan penuh, sehingga akan cepat muncul rasa ingin berkemih lagi. Terbangun pada malam hari untuk berkemih karena vesika urinaria telah terisi penuh.

10. Retensi urin: Pemasangan kateter terlebih dahulu harus memeriksa apakah terdapat darah pada orifisium penis / ostium uretra atau tidak, jika terdapat darah maka di anjurkan untuk melakukan pungsi suprapubik (namun ini jarang dilakukan).

11. LO . STEP 5 (Learning Objective)1. Klasifikasi hipertensi ? 2. Diagnosis, epidemiologi, etiologi, manifestasi klinis, penegakkan diagnosis, komplikasi, prognosis, manajemen (operatif dan non-operatif), dan patofisiologi ? 3. Hal-hal apa saja yang diperiksa pada pemeriksaan darah4. Apakah ada hubungan tanda tanda vital yang ditemukan pada diagnosis skenario ? jelaskan !5. Jika terjadi neoplastik pada sistem urinaria, gangguan/komplikasi ke organ apa saja yang terganggu ?6. Neoplasma apa saja yang ada pada sistem urinari ?7. Mengapa dilakukan pemeriksaan neurologis ? 8. Bagaimana residual urin examination pada BPH ?

STEP 61. Fujin, C., Wei, F., Jinhua, H., 2008, Buku Ajar Onkologi Klinis Edisi 2, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.2. Kee, JL., 2007, Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik Edisi 6, EGC, Jakarta.3. Mansjoer, A., Wardhani, WI., Setiowulan, W., 2009, Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2, Media Aesculapius, Jakarta.4. Purnomo, BP., 2000, Dasar Dasar Urologi Edisi Ketiga, Sagung Seto, Jakarta.5. Sjamsuhidajat, R., de Jong W., 2004, Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2, EGC, Jakarta.6. Sudoyo, AW., Setiyohadi, B., Alwi, I., 2007, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV, Pusat Penerbitan IPD FKUI, Jakarta.

STEP 7 1. Klasifikasi hipertensi Klasifikasi Tekanan DarahTDS (mmHg)TDD (mmHg)

Normal< 120< 80

Prahipertensi120 13980 89

Hipertensi derajat 1140 15990 99

Hipertensi derajat 2 160 100

2. Diagnosis: hipertrofi prostat benigna (BPH)

Diagnosis banding Kelemahan detrusor kandung kemih Kandung kemih neuropati, disebabkan oleh Obstruksi fungsional

Epidemiologi Pembesaran prostat benigna atau lebih dikenal sebagai BPH sering diketemukan pada pria yang menapak usia lanjut.

Hiperplasia prostat benigna ini dapat dialami oleh sekitar 70% pria di atas usia 60 tahun. Angka ini akan meningkat hingga 90% pada pria berusia di atas 80 tahun.

Prevalensi BPH yang bergejala pada pria berusia 40-49 tahun mencapai hampir 15%. Angka ini meningkat dengan bertambahnya usia, sehingga pada usia 50-59 tahun prevalensinya mencapai hampir 25%, dan pada usia 60 yahun mencapai angka sekitar 43%.

Etiologi Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya hiperplasia prostat, tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasia prostat erat kaitannya dengan peningkatan dihidrotestosteron (DHT) dan proses aging (menjadi tua). Beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia prostat adalah: a) teori dihidrotestosteron, b) adanya ketidakseimbangan antara estrogen-testosteron, c) interaksi antara sel stroma dan sel epitel prostat, d) berkurangnya kematian sel (apoptosis) dan e) teori stem sel.

Patofisiologi Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan sehingga perubahan pada saluran kemih juga terjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap awal setelah terjadinya pembesaran prostat, resistensi pada leher buli-buli dan daerah prostat meningkat, serta otot destrusor menebal dan merenggang sehingga timbul sakulasi atau divertikel. Fase penebalan destrusor ini disebut fase kompensasi. Apabila keadaan berlanjut, maka destrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensio urin yang selanjutnya dapat menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas.

Perubahan keseimbangan hormonal, yaitu antara hormon testosteron dan hormon estrogen. Karena produksi testosteron menurun dan terjadi konversi testosteron menjadi estrogen pada jaringan adiposa di perifer dengan pertolongan enzim aromatase, dimana sifat estrogen ini akan merangsang terjadinya hiperplasia pada stroma, sehingga timbul dugaan bahwa testosteron diperlukan untuk inisiasi terjadinya proliferasi sel tetapi kemudian estrogenlah yang berperan untuk perkembangan stroma. Kemungkinan lain ialah perubahan konsentrasi relatif testosteron dan estrogen akan menyebabkan produksi dan potensiasi faktor pertumbuhan lain yang dapat menyebabkan terjadinya pembesaran prostat.

Manifestasi klinis Gejala KlinisGejala pembesaran prostat jinak dibedakan menjadi dua kelompok. gejala iritatif, terdiri dari sering buang air kecil (frequency) tergesa-gesa untuk buang air kecil (urgency) buang air kecil malam hari lebih dari satu kali (nocturia) sulit menahan buang air kecil (urge incontinence)

gejala obstruksi, terdiri dari pancaran urin melemah akhir buang air kecil belum terasa kosong (incomplete emptying) menunggu lama pada permulaan buang air kecil (hesitancy) harus mengedan saat buang air kecil (straining) buang air kecil terputus-putus (intermittency) waktu buang air kecil memanjang yang akhirnya menjadi retensi urin dan terjadi inkontinen karena overflow.

Tanda KlinisTanda klinis terpenting dalam BPH adalah ditemukannya pembesaran prostat pada pemeriksaan colok dubur/digital rectal examination (DRE). Pada BPH, prostat teraba membesar dengan konsistensi kenyal.

Penegakan diagnosis AnamnesisSalah satu pemandu yang tepat untuk mengarahkan dan menentukan adanya gejalaobstruksi akibat pembesaran prostat adalah International Prostate Symptom Score (IPSS). WHO dan AUA telah mengembangkan dan mensahkan prostate symptom score yang telah distandarisasi. Skor ini berguna untuk menilai dan memantau keadaan pasien BPH. Analisis gejala ini terdiri atas 7 pertanyaan yang masing-masing memiliki nilai 0 hingga 5 dengan total maksimum 35. Kuesioner IPSS dibagikan kepada pasien dan diharapkan pasien mengisi sendiri tiap-tiap pertanyaan. Keadaan pasien BPH dapat digolongkan berdasarkan skor yang diperoleh adalah sebagai berikut. Skor 0-7: bergejala ringan Skor 8-19: bergejala sedang Skor 20-35: bergejala berat.

Selain 7 pertanyaan di atas, di dalam daftar pertanyaan IPSS terdapat satu pertanyaan tunggal mengenai kualitas hidup (quality of life atau QoL) yang juga terdiri atas 7 kemungkinan jawaban.

Pemeriksaan fisik Colok dubur atau digital rectal examination (DRE) merupakan pemeriksaan yang penting pada pasien BPH, disamping pemeriksaan fisik pada regio suprapubik untuk mencari kemungkinan adanya distensi buli-buli. Dari pemeriksaan colok dubur ini dapat diperkirakan adanya pembesaran prostat, konsistensi prostat, dan adanya nodul yang merupakan salah satu tanda dari keganasan prostat.

Perlu dinilai keadaan neurologis, status mental pasien secara umum dan fungsi neuromusluler ekstremitas bawah. Disamping itu pada DRE diperhatikan pula tonus sfingter ani dan refleks bulbokavernosus yang dapat menunjukkan adanya kelainan pada busur refleks di daerah sakral.

Manajemen Operatif Mungkin sampai saat ini solusi terbaik pada BPH yang telah mengganggu adalah pembedahan, yakni mengangkat bagian kelenjar prostat yang menyebabkan obstruksi. Cara ini memberikan perbaikan skor IPSS dan secara obyektif meningkatkan laju pancaran urine. Indikasi pembedahan yaitu pada BPH yang sudah menimbulkan komplikasi, diantaranya adalah: (1) retensi urine karena BPO (Benign Prostatic Obstruction), (2) infeksi saluran kemih berulang karena BPO, (3) hematuria makroskopik karena BPE, (4) batu buli-buli karena BPO, (5) gagal ginjal yang disebabkan oleh BPO, dan (6) divertikulum bulibuli yang cukup besar karena BPO.

Terdapat tiga macam teknik pembedahan yang direkomendasikan di berbagai negara, yaitu Prostatektomi, Prostatektomi supra pubisAdalah salah satu metode mengangkat kelenjar melalui insisi abdomen. Yaitu suatu insisi yang dibuat kedalam kandung kemih dan kelenjar prostat diangkat dari atas.

ProstatektomiperinealAdalah mengangkat kelenjar melalui suatu insisi dalam perineum. Cara ini lebih praktis dibanding cara yang lain, dan sangat berguna untuk biopsi terbuka. Keuntungan yang lain memberikan pendekatan anatomis langsung, drainage oleh bantuan gravitasi, efektif untuk terapi kanker radikal, hemostatik di bawah penglihatan langsung,angka mortalitas rendah, insiden syok lebih rendah, serta ideal bagi pasien dengan prostat yang besar, resiko bedah buruk bagi pasien sangat tua dan ringkih. Pada pasca operasi luka bedah mudah terkontaminasi karena insisi dilakukan dekat dengan rektal. Lebih jauh lagi inkontinensia, impotensi, atau cedera rectal dapat mungkin terjadi dari cara ini. Kerugian lain adalah kemungkinan kerusakan pada rectum dan spingter eksternal serta bidang operatif terbatas.

Prostatektomi retropubikAdalah suatu teknik yang lebih umum dibanding pendekatan suprapubik dimana insisi abdomen lebih rendah mendekati kelenjar prostat, yaitu antara arkus pubis dan kandung kemih tanpa tanpa memasuki kandung kemih. Prosedur ini cocok untuk kelenjar besar yang terletak tinggi dalam pubis. Meskipun darah yang keluar dapat dikontrol dengan baik dan letak bedah labih mudah untuk dilihat, infeksi dapat cepat terjadi dalam ruang retropubis. Kelemahan lainnya adalah tidak dapat mengobati penyakit kandung kemih yang berkaitan serta insiden hemorargi akibat pleksus venosa prostat meningkat juga osteitis pubis. Keuntungan yang lain adalah periode pemulihan lebih singkat serta kerusakan spingter kandung kemih lebih sedikit.

Insisi prostat transuretra (TUIP) Yaitu suatu prosedur menangani BPH dengan cara memasukkan instrumen melalui uretra. Satu atau dua buah insisi dibuat pada prostat dan kapsul prostat untuk mengurangi tekanan prostat pada uretra dan mengurangi kontriksi uretra. Cara ini diindikasikan ketika kelenjar prostat berukuran kecil ( 30 gram/kurang ) dan efektif dalam mengobati banyak kasus BPH. Cara ini dapat dilakukan di klinik rawat jalan dan mempunyai angka komplikasi lebih rendah di banding cara lainnya.

Reseksi prostat transuretra (TURP) TURP adalah suatu operasi pengangkatan jaringan prostat lewat uretra menggunakan resektroskop.

TURP merupakan operasi tertutup tanpa insisi serta tidak mempunyai efek merugikan terhadap potensi kesembuhan. Operasi ini dilakukan pada prostat yang mengalami pembesaran antara 30-60 gram, kemudian dilakukan reseksi. Cairan irigasi digunakan secara terus-menerus dengan cairan isotonis selama prosedur. Setelah dilakukan reseksi, penyembuhan terjadi dengan granulasi dan reepitelisasi uretra pars prostatika.

Setelah dilakukan TURP, dipasang kateter Foley tiga saluran no. 24 yang dilengkapi balon 30 ml, untuk memperlancar pembuangan gumpalan darah dari kandung kemih. Irigasi kanding kemih yang konstan dilakukan setelah 24 jam bila tidak keluar bekuan darah lagi. Kemudian kateter dibilas tiap 4 jam sampai cairan jernih. Kateter dingkat setelah 3-5 hari setelah operasi dan pasien harus sudah dapat berkemih dengan lancar.

Non operatif Obat penghambat adrenergik Dasar pengobatan ini adalah mengusahakan agar tonus otot polos di dalam prostat dan leher vesica berkurang dengan menghambat rangsangan alpha adrenergik. Seperti diketahui di dalam otot polos prostat dan leher vesica banyak terdapat reseptor alpha adrenergik. Obat-obatan yang sering digunakan prazosin, terazosin, doksazosin, dan alfuzosin. Obat penghambat alpha adrenergik yang lebih selektif terhadap otot polos prostat yaitu 1a (tamsulosin), sehingga efek sistemik yang tak diinginkan dari pemakai obat ini dapat dikurangi. Dosis dimulai 1 mg/hari sedangkan dosis tamzulosin 0,2-0,4 mg/hari. Penggunaan antagonis alpha 1 adrenergik untuk mengurangi obstruksi pada vesica tanpa merusak kontraktilitas detrusor.

Obat penghambat enzim 5 alpha reduktaseObat yang dipakai adalah finasterid (proskar) dengan dosis 1x5 mg/hari. Obat golongan ini dapat menghambat pembentukan dehidrotestosteron sehingga prostat yang membesar dapat mengecil. Namun obat ini bekerja lebih lambat daripada golongan alpha blocker dan manfaatnya hanya jelas pada prostat yang sangat besar. Salah satu efek samping obat ini adalah melemahkan libido dan ginekomastia.

Komplikasi Perdarahan Pembentukan bekuan Obstruksi kateter Disfungsi seksual tergantung dari jenis pembedahan. Komplikasi yang lain yaitu perubahan anatomis pada uretra posterior menyebabkan ejakulasi retrogard yaitu setelah ejakulasi cairan seminal mengalir kedalam kandung kemih dan diekskresikan bersama urin. Setelah prostatektomi total (biasanya untuk kanker) hampir selalu terjadi impotensi. Bagi pasien yang tak mau kehilangan aktifitas seksualnya, implant prostetik penis mungkin digunakan untuk membuat penis menjadi kaku guna keperluan hubungan seksual. Infeksi

Prognosis Prognosis untuk BPH berubah-ubah dan tidak dapat diprediksi pada tiap individu walaupun gejalanya cenderung meningkat. Namun BPH yang tidak segera ditindak memiliki prognosis yang buruk karena dapat berkembang menjadi kanker prostat. Menurut penelitian, kanker prostat merupakan kanker pembunuh nomor 2 pada pria setelah kanker paru-paru. BPH yang telah diterapi juga menunjukkan berbagai efek samping yang cukup merugikan bagi penderita.

3. Hal-hal apa saja yang diperiksa pada pemeriksaan darah Pemeriksaan faal ginjal seperti kreatinin serum dimana normalnya pada orang pria dewasa adalah 0,5 -1,5 mg/dl, jika terjadi peningkatan pada nilai kreatinin serum kemungkinan disebabkan adanya gagal ginjal akut dan kronis, kanker (usus, kandung kemih, testis, uterus, prostat), leukemia.

Jika dicurigai adanya keganasan prostat, perlu diperiksa kadar antigen spesifik prostat (PSA). PSA merupakan glikoprotein yang berasal dari jaringan prostatik, yang meningkat pada hipertrofi prostat benigna (BPH) dan kanker prostat, namun kadar PSA akan meningkat secara drastis pada kanker prostat. Nilai normal pada priaTanpa gangguan prostat : 0 4 ng/mlHipertrofi prostat benigna (BPH) : 4 19 ng/mlKanker prostat : 20 120 ng/ml (bergantung pada stadium kanker)

4. Apakah ada hubungan tanda tanda vital yang ditemukan pada diagnosis skenario ? jelaskan ! Hipertensi terjadi karena ketidakseimbangan pemasukan dan pengeluaran cairan dari dalam tubuh. Pada kasus ketika terjadi pembesaran prostat maka akan terjadi penyempitan pada uretra atau pada kasus terjadi kelainan pada otot detrusor pada kandung kemih sehingga urin tidak keluar sepenuhnya, dan meninggalkan sisa urin di dalam vesika urinaria. Sehingga ginjal akan beranggapan bahwa urin tidak dapat dikeluarkan melalui uretra maka cairan akan kembali beredar ke dalam pembuluh darah, dan menyebabkan darah lebih cair sehingga jantung memompa lebih kuat untuk menyeimbangkan konsentrasi plasma dalam darah.

5. Jika terjadi neoplastik pada sistem urinaria, gangguan/komplikasi ke organ apa saja yang terganggu ? Bisa terkena rektum Tidak jarang pasien berobat ke dokter karena mengeluh adanya hernia inguinalis atau hemoroid. Timbulnya kedua penyakit ini karena sering mengejan pada saat miksi sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan intraabdominal.

6. Neoplasma apa saja yang ada pada sistem urinari ? Karsinoma renal Karsinoma renal malignaterutama adenocarcinoma menduduki 2% dari semua kanker. Tumor renal maligna yang kecil (adenoma) bisa timbul tanpa membawa kerusakan yang jelas atau menimbulkan berbagai gejala. Carcinoma sel-sel ginjal jarang timbul sebelum orang berusia 40 tahun, lebih sering berjangkit pada usia 50 tahun samapi 70 tahun, terjadi lebih banyak pada pria daripada wanita.

Hematuria merupakan gejala yang paling lumrah pada carcinoma sel-sel renal.

Gejala-gejala lain terdiri dari rasa nyeri tumpul pada bagian pinggir badan, berat badan turun, demam, polycytemia. Mungkin timbul hipertensi karena dampak stimulasi sistem renin angiotensin.

Karsinoma kandung kemih Yang paling sering dijangkiti kanker dari alat perkemihan adalah kandung kemih. Kanker kandung kemihterjadi tiga kali lebih banyak pada pria dibandingkan dengan pada wanita, dan tumor-tumor multipel juga lebih sering, kira-kira 25% pasien mempunyai lebih dari satu lesi pada satu kali dibuat diagnosa.

Hematuria yang tidak disertai rasa nyeri adalah gejala pertamanya pada kebiasaan tumor kandung kemih. Biasanya intermitten dan biasanya individu gagal untuk minta pertolongan. Hematuria yang tidak disertai rasa nyeri terjadi juga pada penyakit saluran kemih yang non malignant dan kanker ginjal karena itu tiap terjadi hematuri harus diteliti. Cystitis merupakan gejala daritumor kandung kemih, karena tumor merupakan benda asing di dalam kandung kemih.

Karsinoma prostat Kanker prostat bertanggung jawab atas 10% dari seluruh jumlah angka kematian pria. Jarang terjadi sebelum usia 50 tahun dan angka semakin meningkat seiring peningkatan usia.

Kanker prostat biasanya dimulai dengan perubahan pola berkemih, frekuensi, desakan, nokturia akibat membesarnya ukuran kelenjar yang mendesak uretra. Obstruksi uretra yang lengkap dapat terjadi. Hematuria dapat berkembang menjadi anemia.

Karsinoma buli-buli Kanker kandung kemih kebanyakan pada pria : wanita adalah 3-4 : 1. Predileksi pada usia 50-70 tahun.

Hematuria merupakan gejala adanya karsinoma buli-buli. Sebagian besar datang dengan keluhan makrohematuria tanpa nyeri. Hematuria biasanya menyeluruh sepanjang urinasi, bertambah hebat di akhir. Polakisuria, urgensi, disuria atau nokturia (terbangun untuk miksi pada malam hari) meningkat.

7. Mengapa dilakukan pemeriksaan neurologis ? Perlu dinilai keadaan neurologis, status mental pasien secara umum dan fungsi neuromusluler ekstremitas bawah. Disamping itu pada digital rectal examination diperhatikan pula tonus sfingterani dan refleks bulbokavernosus yang dapat menunjukkan adanya kelainan pada busur refleks di daerah sakral. Selain itu pemeriksaan neurologis dilakukan untuk menentukan apakah retensi urin terjadi karena pembesaran prostat atau kelainan pada otot detrusor kandung kemih.

8. Bagaimana residual urin examination pada BPH ? Residual urine atau post voiding residual urine (PVR) adalah sisa urine yang tertinggal didalam buli-buli setelah miksi. Jumlah residual urine ini pada orang normal adalah 0,09-2,24 mL dengan rata-rata 0,53 mL. Tujuh puluh delapan persen pria normal mempunyai residual urine kurang dari 5 mL dan semua pria normal mempunyai residu urine tidak lebih dari 12 mL.

Pemeriksaan residual urine dapat dilakukan secara invasif, yaitu dengan melakukan pengukuran langsung sisa urine melalui kateterisasi uretra setelah pasien berkemih, maupun non invasif, yaitu dengan mengukur sisa urine melalui USG atau bladder scan. Volume residual urine tidak dapat menerangkan adanya obstruksi saluran kemih. Namun, bagaimanapun adanya residu urine menunjukkan telah terjadi gangguan miksi.

Paper Skenario 4 Blok 15Page 1