paper pembangkit listrik tenaga nuklir
TRANSCRIPT
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR
Dimas Nur Rosit S.S
Jurusan Pendidikan Teknik Elektro – S1
Universitas Negeri Yogyakarta
email: [email protected]
Abstrak
Pembangkit listrik tenaga nuklir adalah Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) adalah stasiun pembangkit listrik thermal di mana panas yang dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir pembangkit listrik. Jenis PLTN dibagi menjadi dibagi 2 yaitu PLTN reaktor fisi dan PLTN reaktor fusi. PLTN reaktor fisi membangkitkan panas melalui reaksi fisi nuklir dari isotop fissil uranium dan plutonium. Selanjutnya reaktor daya fisi dikelompokkan lagi menjadi: reaktor thermal, reaktor cepat,dan reaktor subkritis. Sedangkan PLTN reaktor fusi dengan memanfaatkan penggabungan 2 inti atom menjadi 1 inti atom. Dari penggabungan ini tercipta suatu energi besar yang kemudian dimanfaatkan untuk mengubahnya menjadi energi listrik.
Kata kunci: PLTN, Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir, Nuklir, Reaktor.
PENDAHULUAN
Sejarah nuklir
Meskipun umat manusia telah menguasai daya nuklir baru-baru ini, reaktor nuklir
yang pertama muncul dikendalikan oleh alam. Lima belas reaktor fisi nuklir alami telah
ditemukan di tambang Oklo, Gabon, West Africa. Pertama ditemukan pada tahun 1972 oleh
ahli fisika Perancis Francis Perrin. Reaktor alami ini dikenal dengan sebutan Reaktor Fossil
Oklo. Reaktor-reaktor ini diperkirakan aktif selama 150 juta tahun, dengan daya keluaran
rerata 100 kW. Bintang-bintang juga mengandalkan fusi nuklir guna membangkitkan panas,
cahaya dan radiasi lainnya. Konsep reaktor nuklir alami diajukan pertama kali oleh Paul
Kuroda pada tahun 1956 saat di Universitas Arkansas.
Reaktor nuklir generasi pertama digunakan untuk menghasilkan plutonium sebagai
bahan senjata nuklir. Selain itu, reaktor nuklir juga digunakan oleh angkatan laut Amerika
(lihat Reaktor Angkatan Laut Amerika Serikat) untuk menggerakkan kapal selam dan kapal
pengangkut pesawat udara. Pada pertengahan 1950-an, baik Uni Sovyet maupun negara-
negara barat meningkatkan penelitian nuklirnya termasuk penggunaan atom di luar militer.
1
Tetapi, sebagaimana program militer, penelitian atom di bidang non-militer juga dilakukan
dengan rahasia.
Pada 20 Desember 1951, listrik dari generator yang digerakkan oleh tenaga nuklir
pertama kali dihasilkan oleh Experimental Breeder Reactor-I (EBR-1) yang berlokasi di Arco,
Idaho. Pada 26 Juni 1954, pukul 5:30 pagi, PLTN pertama dunia utnuk pertama kalinya mulai
beroperasi di Obninsk, Kaluga Oblast, USSR. PLTN ini menghasilkan 5 megawatt, cukup
untuk melayani daya 2,000 rumah.
PLTN skala komersial pertama dunia adalah Calder Hall, yang mulai beroperasi pada
17 Oktober 1956. Reaktor generasi pertama lainnya adalah Shippingport Reactor yang
berada di Pennsylvania (1957).
Sedangkan untuk PLTN Nuklir di Indonesia Di Indonesia, ide pertama untuk
pembangunan dan pengoperasian PLTN sudah dimulai pada tahun 1956 dalam bentuk
pernyataan dalam seminar-seminar yang diselenggarakan di beberapa universitas di
Bandung dan Yogyakarta. Meskipun demikian ide yang sudah mengkristal baru muncul pada
tahun 1972 bersamaan dengan dibentuknya Komisi Persiapan Pembangunan PLTN
(KP2PLTN) oleh Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) dan Departemen Pekerjaan Umum
dan Tenaga Listrik (Departemen PUTL). Kemudian berlanjut dengan diselenggarakannya
sebuah seminar di Karangkates, Jawa Timur pada tahun 1975 oleh BATAN dan Departemen
PUTL, dimana salah satu hasilnya suatu keputusan bahwa PLTN akan dikembangkan di
Indonesia. Pada saat itu juga sudah diusulkan 14 tempat yang memungkinkan di Pulau Jawa
untuk digunakan sebagai lokasi PLTN, dan kemudian hanya 5 tempat yang dinyatakan
sebagai lokasi yang potensial untuk pembangunan PLTN.
Pada 30 Desember 1993, NewJec menyerahkan dokumen Feasibility Study Report
(FSR) dan Prelimintary Site Data Report ke BATAN. Rekomendasi NewJec adalah untuk
bidang studi non-tapak, secara ekonomis, PLTN kompetitif dan dapat dioperasikan pada
jaringan listrik Jawa – Bali di awal tahun 2000-an. Tipe PLTN direkomendasikan berskala
menengah, dengan calon tapak di Ujung Lemahabang, Grenggengan, dan Ujungwatu.
2
TEORI PENUNJANG
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) adalah stasiun pembangkit listrik thermal di
mana panas yang dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir pembangkit listrik.
PLTN termasuk dalam pembangkit daya base load, yang dapat bekerja dengan baik ketika
daya keluarannya konstan (meskipun boiling water reactor dapat turun hingga setengah
dayanya ketika malam hari). Daya yang dibangkitkan per unit pembangkit berkisar dari
40 MWe hingga 1000 MWe. Unit baru yang sedang dibangun pada tahun 2005 mempunyai
daya 600-1200 MWe. Hingga saat ini, terdapat 442 PLTN berlisensi di dunia dengan 441
diantaranya beroperasi di 31 negara yang berbeda. Keseluruhan reaktor tersebut menyuplai
17% daya listrik dunia.
1. Jenis – Jenis PLTN
PLTN dikelompokkan berdasarkan jenis reaktor yang digunakan. Tetapi ada juga
PLTN yang menerapkan unit-unit independen, dan hal ini bisa menggunakan jenis
reaktor yang berbeda. Sebagai tambahan, beberapa jenis reaktor berikut ini, di masa
depan diharapkan mempunyai sistem keamanan pasif.
a. Reaktor Fisi
Reaktor daya fisi membangkitkan panas melalui reaksi fisi
nuklir dari isotop fissil uranium dan plutonium. Selanjutnya reaktor daya fisi
dikelompokkan lagi menjadi:
1) Reaktor thermal menggunakan moderator neutron untuk melambatkan atau
me-moderate neutron sehingga mereka dapat menghasilkan reaksi fissi
selanjutnya. Neutron yang dihasilkan dari reaksi fissi mempunyai energi yang
tinggi atau dalam keadaan cepat, dan harus diturunkan energinya atau
dilambatkan (dibuat thermal) oleh moderator sehingga dapat menjamin
kelangsungan reaksi berantai. Hal ini berkaitan dengan jenis bahan bakar yang
digunakan reaktor thermal yang lebih memilih neutron lambat ketimbang
neutron cepat untuk melakukan reaksi fisi. Berikut adalah beberapa jenis reaktor
fisi:
Light water reactor (LWR)
3
Boiling water reactor (BWR)
Pressurized water reactor (PWR)
SSTAR, a sealed, reaktor untuk jaringan kecil, mirip PWR
Moderator Grafit:
Magnox
Advanced gas-cooled reactor (AGR)
High temperature gas cooled reactor (HTGR)
RBMK
Pebble bed reactor (PBMR)
Moderator Air berat:
SGHWR
CANDU
Gambar 1 Jenis - jenis reaktor thermal
2) Reaktor cepat menjaga kesinambungan reaksi berantai tanpa memerlukan
moderator neutron. Karena reaktor cepat menggunkan jenis bahan bakar yang
berbeda dengan reaktor thermal, neutron yang dihasilkan di reaktor cepat tidak
perlu dilambatkan guna menjamin reaksi fissi tetap berlangsung. Boleh
dikatakan, bahwa reaktor thermal menggunakan neutron thermal dan reaktor
cepat menggunakan neutron cepat dalam proses reaksi fissi masing-masing.
Meski reaktor nuklir generasi awal berjenis reaktor cepat, tetapi perkembangan
4
reaktor nuklir jenis ini kalah dibandingkan dengan reaktor thermal. Keuntungan
reaktor cepat diantaranya adalah siklus bahan bakar nuklir yang dimilikinya
dapat menggunakan semua uranium yang terdapat dalam urainum alam, dan
juga dapat mentransmutasikan radioisotop yang tergantung di dalam limbahnya
menjadi material luruh cepat. Dengan alasan ini, sebenarnya reaktor cepat
secara inheren lebih menjamin kelangsungan ketersedian energi ketimbang
reaktor thermal. Lihat juga reaktor fast breeder. Karena sebagian besar reaktor
cepat digunakan untuk menghasilkan plutonium, maka reaktor jenis ini terkait
erat dengan proliferasi nuklir. Lebih dari 20 purwarupa (prototype) reaktor cepat
sudah dibangun di Amerika Serikat, Inggris, Uni Sovyet, Perancis, Jerman,
Jepang, India, dan hingga 2004 1 unit reaktor sedang dibangun di China. Berikut
beberapa reaktor cepat di dunia:
EBR-I, 0.2 MWe, AS, 1951-1964.
Dounreay Fast Reactor, 14 MWe, Inggris, 1958-1977.
Enrico Fermi Nuclear Generating Station Unit 1, 94 MWe, AS, 1963-1972.
EBR-II, 20 MWe, AS, 1963-1994.
Phénix, 250 MWe, Perancis, 1973-sekarang.
BN-350, 150 MWe plus desalination, USSR/Kazakhstan, 1973-2000.
Prototype Fast Reactor, 250 MWe, Inggris, 1974-1994.
BN-600, 600 MWe, USSR/Russia, 1980-sekarang.
Superphénix, 1200 MWe, Perancis, 1985-1996.
FBTR, 13.2 MWe, India, 1985-sekarang.
Monju, 300 MWe, Jepang, 1994-sekarang.
PFBR, 500 MWe, India, 1998-sekarang.
(Daya listrik yang ditampilkan adalah daya listrik maksimum, tanggal yang
ditampilkan adalah tanggal ketika reaktor mencapai kritis pertama kali, dan
ketika reaktor kritis untuk teakhir kali bila reaktor tersebut sudah
didekomisi (decommissioned).
3) Reaktor subkritis menggunakan sumber neutron luar ketimbang menggunakan
reaksi berantai untuk menghasilkan reaksi fissi. Hingga 2004 hal ini hanya berupa
5
konsep teori saja, dan tidak ada purwarupa yang diusulkan atau dibangun untuk
menghasilkan listrik, meskipun beberapa laboratorium mendemonstrasikan dan
beberapa uji kelayakan sudah dilaksanakan.
b. Reaktor Fusi
Reaktor fusi nuklir merupakan salah satu sumber energi alternatif masa depan
yang menggunakan bahan bakar yang tersedia melimpah, sangat efisien, bersih dari
polusi, tidak akan menimbulkan bahaya kebocoran radiasi dan tidak menyebabkan
sampah radioaktif yang merisaukan seperti pada reaktor fisi nuklir.
Gambar 2 Komponen – komponen PLTN reaktor fusi
Sejauh ini reaktor fusi nuklir masih belum dioperasikan secara komersial.
Prototip reaktor-reaktor fusi saat ini masih dalam tahap eksperimentasi pada
beberapa laboratorium di USA dan di beberapa negara maju lainnya. Suatu
konsorsium dari USA, rusia, Eropa dan Jepang telah mengajukan pembangunan suatu
reaktor fusi yang disebut International Thermonuclear Experimental Reactor (ITER) di
6
Cadarache (Perancis) untuk menguji kelayakan dan keberlanjutan penggunaan reaksi
fusi untuk menghasilkan energi listrik.
Dalam reaksi fusi nuklir dua inti atom ringan bergabung menjadi satu inti baru.
Dalam suatu reaktor fusi, inti-inti atom isotop hidrogen (protium, deuterium, dan
tritium) bergabung menjadi inti atom helium dan netron serta sejumlah besar energi.
Reaksi fusi ini sejenis dengan reaksi yang terjadi di dalam inti matahari dan bersifat
jauh lebih bersih, lebih aman, lebih efisien dan menggunakan bahan bakar yang jauh
lebih berlimpah dibandingkan dengan reaksi fisi nuklir.
Persyaratan untuk terjadinya reaksi fusi nuklir:
suhu awal yang sangat tinggi (di atas 100 juta kelvin)
tekanan yang sangat tinggi
Suhu setinggi yang dipersyaratkan tersebut dapat dicapai dengan bantuan
microwaves dan laser. Pada suhu setinggi ini elektron-elektron atom terpisah dari
intinya dan terbentuk wujud plasma. Inti-inti atom yang akan bergabung memiliki
muatan listrik sejenis (positif) sehingga tolak-menolak sehingga diperlukan energi
yang sangat besar (suhu tinggi) agar mereka dapat mengatasi tolakan listrik. Reaksi
fusi baru dapat terjadi jika inti-inti atom tersebut dapat didekatkan hingga jarak
10−15 m (seper satu juta miliar meter). Pada jarak ini baru terjadi ikatan nuklir yang
mampu mengatasi tolakan listrik dari kedua inti atom yang akan berfusi tersebut.
Tekanan yang sangat tinggi digunakan untuk mendekatkan inti-inti atom yang
akan digabungkan. Persyaratan ini dicapai dengan bantuan medan magnet yang
sangat kuat (yang dihasilkan oleh arus listrik dalam superkonduktor) dan dengan
bantuan laser dengan daya tinggi.
Teknologi terkini baru mencapai suhu dan tekanan yang mampu menghasilkan
fusi antara deuterium dan tritium Fusi antara deuterium dan deuterium
memerlukan suhu dan tekanan yang lebih tinggi. Reaksi fusi yang kedua inilah yang
menjadi tumpuan reaktor fusi nuklir masa mendatang, karena ketersediaan bahan
bakar deuterium yang lebih mudah diperoleh (diekstrak dari air laut), tidak radioaktif
dan menghasilkan energi yang lebih tinggi.
Secara teknis ada dua cara untuk mencapai persyaratan suhu dan tekanan yang
dipersyaratkan untuk terjadinya reaksi fusi, yaitu:
7
menggunakan medan magnet dan medan listrik yang sangat kuat untuk
memanaskan dan memampatkan plasma hidrogen. ITER di Perancis
menggunakan metode yang lebih dikenal sebagai metode Magnetic
confinement ini.
menggunakan berkas laser atau berkas ion untuk memanaskan dan
memampatkan plasma hidrogen. Metode ini (Inertial confinement) digunakan
dalam pusat penelitian reaktor fusi nuklir di Lawrence Livermore Laboratory
(USA).
PEMBAHASAN
1. Prinsip kerja
Pada dasarnya prinsip kerja Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir atau PLTN sama
halnya dengan Pembangkit Listrik Konvensional. Dalam proses kerjanya, air akan
diuapkan dalam suatu wadah (ketel) dengan melalui pembakaran. Dalam pembakaran
tersebut akan menghasilkan uap yang akan dialirkan ke dalam turbin yang akan
bergerak jika terdapat tekanan uap. Dalam proses tersebut turbin akan bergerak.
Bergeraknya turbin ini berfungsi untuk menggerakkan generator yang akan
menghasilkan energi listrik. Jika dalam Pembangkit Listrik Konvensional, bedanya yaitu
bahan bakarnya dalam menghasilkan uap panas, yaitu dengan minyak, gas, atau
batubara.
8
Gambar 3. Proses terjadinya perubahan energi nuklir menjadi energi listrik
Proses dari pembakaran bahan bakar tersebut akan menghasilkan gas Karbon
Dioksida atau CO2, Sulfur Dioksida SO2 dan juga Nitrogen Dioksida atau disebut juga
Nox, selain itu pembakaran tersebut menghasilkan debu yang mengandung kadar
logam berat. Sisa-sisa pembakaran tersebut di atas akan menjadi gas emisi ke udara
dan berpotensi besar terhadap pencemaran lingkungan. Beberapa pencemaran
lingkungan tersebut yaitu hujan asam dan pemanasan global (Global Warming).
Sedangkan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir, panas yang dipakai dihasilkan
dari proses reaksi pembelahan inti Uranium di dalam reaktor nuklir. Sebagai bahan
pemindah panas tersebut digunakanlah air yang secara terus-menerus disirkulasikan
selama proses. Bahan bakar yang digunakan untuk pembakaran ini, yang
menggunakan Uranium tersebut tidak melepaskan partikel-partikel seperti Nox, CO2,
ataupun SO2, serta tidak mengeluarkan partikel debu yang mengandung logam berar.
Sehingga Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir adalah pembangkit yang sangat ramah
lingkungan.
2. Keuntungan dan kekurangan
a. Keuntungan PLTN dibandingkan dengan pembangkit daya utama lainnya adalah:
9
1) Tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca (selama operasi normal) - gas rumah
kaca hanya dikeluarkan ketika Generator Diesel Darurat dinyalakan dan hanya
sedikit menghasilkan gas)
2) Tidak mencemari udara - tidak menghasilkan gas-gas berbahaya sepert karbon
monoksida, sulfur dioksida, aerosol, mercury, nitrogen oksida, partikulate
atau asap fotokimia
3) Sedikit menghasilkan limbah padat (selama operasi normal)
4) Biaya bahan bakar rendah - hanya sedikit bahan bakar yang diperlukan
5) Ketersedian bahan bakar yang melimpah - sekali lagi, karena sangat sedikit
bahan bakar yang diperlukan
6) Baterai nuklir - (lihat SSTAR)
b. Berikut ini berberapa hal yang menjadi kekurangan PLTN:
1) Risiko kecelakaan nuklir - kecelakaan nuklir terbesar adalah
kecelakaan Chernobyl (yang tidak mempunyai containment building)
2) Limbah nuklir - limbah radioaktif tingkat tinggi yang dihasilkan dapat bertahan
hingga ribuan tahun. AS siap menampung limbah ex PLTN dan Reaktor Riset.
Limbah tidak harus disimpan di negara pemilik PLTN dan Reaktor Riset. Untuk
limbah dari industri pengguna zat radioaktif, bisa diolah di Instalasi Pengolahan
Limbah Zat Radioaktif, misal yang dimiliki oleh BATAN Serpong.
10
DAFTAR PUSTAKA
http://antinuklirindo.wordpress.com/2011/03/18/hello-world/
http://www.batan.go.id/ppen/tu/Sejarah%20PLTN.htm
http://kpip-pltn.blogspot.com/p/sejarah-nuklir.html
http://ilmupengetahuan.org/pembangkit-listrik-tenaga-nuklir/
http://eldin-fisikamodern.blogspot.com/2011/10/apa-dan-bagaimana-kerja-reaktor-fusi.html
11