paper kualitas air wakatobi 2013 r

21
Studi Kualitas Perairan Kawasan Taman Nasional Wakatobi Kaitannya dengan Kesehatan/Kelayakan/Keberlanjutan Ekosistemuntuk Wisata Bahari A. Rustam 1 , Yulius 1 , M. Ramdhan 1 , H. L. Salim 1 , D. Purbani 1 , dan T. Arifin 1 (1) Peneliti pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir, Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan, KKP Jln. Pasir Putih 1 Ancol Jakarta; Telp/fax : +62 21 64711583 Email : [email protected] dan [email protected] Abstrak Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 – 20 Mei 2013 di perairan kawasanT aman Nasiona Wakatobi (TNW), Sulawesi Tenggara. Pengambilan data kualitas perairan dilakukan secara purposive sampling dengan menggunakan alat multiparameter WQC-24 merk TOA-DKK, floating drought dan secchi disk secara in situ. Parameter yang diukur yaitu suhu, salinitas, pH, konduktivitas, turbiditas,sigma-t, kecepatan arus, arah arus dan kedalaman. Analisa data dilakukan secara deskriptif dan menggunakan analisa PCA (Principal Component Analysis). Hasil yang didapat nilai kisaran hampir untuk semua parameter masih sesuai dengan KepmennegLH no 51 tahun 2004, hanya nilai suhu dan salinitas pada saat pengukuran tidak sesuai, walaupun secara keseluruhan perairan TNW pada saat pengukuran masih dalam kondisi baik sebagai daerah taman nasional dan wisata bahari. Berdasarkan analisa PCA didapatkan parameter yang berperan kuat di lokasi adalah turbiditas dan salinitas. Abstract This study was conducted on 15 – 20 Mei 2013 in the Wakatobi National Park (TNW) waters, Southeast Sulawesi. The acqusition of waters quality data has done by purposive sampling using a multiparameter instrument WQC-24 /TOA-DKK, floating drought and secchi disk in the location. Parameters that measured were temperature, salinity, pH, conductivity, turbidity, sigma-t, current speed, current direction and depth. Data analysis was done by descriptive and analytical PCA (Principal Component Analysis). The results obtained for the value range of almost all the parameters are still in accordance with Ministry of Environment regulation (KepmennegLH No. 51 of 2004), only the values of temperature and salinity at the time of measurement is not appropriate, even though the overall TNW waters at the time of measurement is still in good condition as the local national parks and marine tourism. PCA analysis based on parameters obtained strong role in the location were turbidity and salinity.

Upload: muhammad-ramdhan

Post on 28-Dec-2015

35 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

wakatobi

TRANSCRIPT

Studi Kualitas Perairan Kawasan Taman Nasional Wakatobi Kaitannya dengan

Kesehatan/Kelayakan/Keberlanjutan Ekosistemuntuk Wisata Bahari

A. Rustam1, Yulius1, M. Ramdhan1, H. L. Salim1, D. Purbani1, dan T. Arifin1

(1)Peneliti pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir, Badan Penelitian dan

Pengembangan Kelautan dan Perikanan, KKP

Jln. Pasir Putih 1 Ancol Jakarta; Telp/fax : +62 21 64711583

Email : [email protected] dan [email protected]

Abstrak

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 – 20 Mei 2013 di perairan kawasanT aman Nasiona Wakatobi (TNW), Sulawesi Tenggara. Pengambilan data kualitas perairan dilakukan secara purposive sampling dengan menggunakan alat multiparameter WQC-24 merk TOA-DKK, floating drought dan secchi disk secara in situ. Parameter yang diukur yaitu suhu, salinitas, pH, konduktivitas, turbiditas,sigma-t, kecepatan arus, arah arus dan kedalaman. Analisa data dilakukan secara deskriptif dan menggunakan analisa PCA (Principal Component Analysis). Hasil yang didapat nilai kisaran hampir untuk semua parameter masih sesuai dengan KepmennegLH no 51 tahun 2004, hanya nilai suhu dan salinitas pada saat pengukuran tidak sesuai, walaupun secara keseluruhan perairan TNW pada saat pengukuran masih dalam kondisi baik sebagai daerah taman nasional dan wisata bahari. Berdasarkan analisa PCA didapatkan parameter yang berperan kuat di lokasi adalah turbiditas dan salinitas.

AbstractThis study was conducted on 15 – 20 Mei 2013 in the Wakatobi National Park (TNW) waters, Southeast Sulawesi. The acqusition of waters quality data has done by purposive sampling using a multiparameter instrument WQC-24 /TOA-DKK, floating drought and secchi disk in the location. Parameters that measured were temperature, salinity, pH, conductivity, turbidity, sigma-t, current speed, current direction and depth. Data analysis was done by descriptive and analytical PCA (Principal Component Analysis). The results obtained for the value range of almost all the parameters are still in accordance with Ministry of Environment regulation (KepmennegLH No. 51 of 2004), only the values of temperature and salinity at the time of measurement is not appropriate, even though the overall TNW waters at the time of measurement is still in good condition as the local national parks and marine tourism. PCA analysis based on parameters obtained strong role in the location were turbidity and salinity.

Pendahuluan

Taman Nasional Wakatobi (TNW) merupakan salah satu taman nasional laut yang

berada di pusat Coral Triangle Initiave (CTI). Peranan TNW ini sangat penting sebagai salah

satu daerah yang memiliki biodiversitas yang tinggi dengan keindahan bawah lautnya.TNW

memiliki kurang lebih 25 gugusan terumbu karang dengan pulau-pulau karang di

sekitarnya.Batimetri daerah TNW memiliki konfigurasi mulai dari datar sampa melandai kearah

laut dan beberapa perairan bertubir tajam dengan kedalaman mencapai 1044 meter. TNW

merupakan daerah wisata bahari yang sudah sangat terkenal dengan banyaknya jumlah spot

penyelaman.Tingginya kedatangan wisata bahari dapat menyebabkan keberadaan kualitas

perairan menurun.Oleh karena itu perlu adanya suatu studi dalam mempelajari kualitas perairan

di lokasi TNW. Studi ini dilakukan di sekeliling Pulau Wangi-Wangi dan Pulau Kapota (Gambar

1)

Metode

Metode pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling yang diharapkan

dapat mewakili lokasi penelitian.Pengukuran yang dilakukan meliputi pengukuran kualitas

perairan secara in situ dengan alat multiparameter WQC-24 merk TOA-DKK buatan

Jepang.Selain itu dilakukan juga pengukuran kecepatan dan arah arus dengan floating drought.

Ada 24 titik stasiun pengukuran kualitas perairan di lokasi studi. Data yang di dapat dianalisa

secara deskriptif dan analisa komponen utama/ Principal Component Analysis (PCA) dengan

menggunakan software MS Excel dan Minitab 16.

Gambar 1. Lokasi penelitian Taman Nasional Wakatobi (www.googleearth.com, 2013)

Deskripsi stasiun pada Gambar 1terdapat 24 titik stasiun pengukuran kualitas perairan

di sekeliling P Wangi-Wangi terdapat 17 stasiun, 6 stasiun di P Kapota dan 1 stasiun di selat

antara P Kapota dan P Wangi-Wangi. Parameter yang terukur dengan alat multiparameter

iniberjumlah 6 parameter. Parametertersebut adalah pH, konduktivitas, turbiditas, suhu,

salinitas dan sigma-t, yang diukur pada kedalaman permukaan yaitu 0.2 -0.8 meter. Parameter

ini akan dibagi menjadi parameter fisika (suhu, konduktivitas, kecepatan arus, arah arus,

turbiditas dan TDS), parameter kimia (pH, salinitas dan sigma-t).

Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan MS Excell 2007 untuk dapat

menggambarkan kondisi eksisting kualitas perairan.Untuk menentukan variasi parameter fisika-

kimia dan biologi perairan antar stasiun penelitian digunakan pendekatan analisis statistik

peubah ganda yang didasarkan pada Analisis Komponen Utama (Principal Component

Analysis, PCA) (Legendre dan Legendre, 1983; Ludwig dan Reynolds, 1988; Digby dan

Kempton, 1988).

Hasil dan Pembahasan

Hasil statistik deskriptif yang dilakukan pada TNWPulau Wangi-Wangi dan Pulau Kapota

dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1.Hasil statistik deskriptif Taman Nasional Wakatobi (TNW), Sulawesi Tenggara bulan Mei 2013 (data in situ)

  Minimum Maksimum RerataStandar Deviasi

Kec. Arus (m/s) 0 1.6 0.54783 0.54428Arah ArusKedalaman (m) 0.6 10 7.313043 3.884972Visibility Jernih Jernih Jernih Jernih

Konduktifitas (mS/m) 4.44 4.59 4.53042 0.04582Turbiditas (NTU) 0 3.3 0.64417 1.02949

Suhu (oC) 29.33 34.3 30.5888 1.23025Salinitas 29.6 30.63 30.235 0.29375SigmaT 16.57 18.47 17.8992 0.5335pH 8.22 8.74 8.35167 0.11328

a. Kualitas perairan fisika

Parameter kualitas perairan fisika meliputi 6 paremeter yaitu suhu, konduktifitas, turbiditas,

TDS, kecepatan dan arah arus dapat dilihat pada Gambar 2 kecuali arah arus.

Gambar 2. Parameter fisika di TNW Mei 2013

Suhu

Suhu perairan pada lokasi penelitian di TNWberkisar antara 29.33 – 34.3 ˚C dengan rata-

rata 30.589±1.23˚C.Suhu perairan merupakan suhu alami yang terukur secara in situpada saat

penelitian.Berdasarkan KepmennegLH no 51 tahun 2004 (Lampiran 1), suhu perairan yang

baik untuk daerah wisata bahari merupakan suhu alami dengan kisaran nilai suhu untuk daerah

terumbu karang 28 -30 ˚C. Kisaran suhu pada tahun 2012 di perairan TNW berkisar antara

29.42 – 30.2 ˚C (Rangka dan Paena, 2012). Hasil pengukuran secara in situ yang merupakan

suhu alami terlihat lebih tinggi untuk daerah terumbu karang dibandingkan dengan suhu yang

tercantum dalam KepmennegLH No. 51 tahun 2004 dan penelitian Rangka dan Paena, 2012.

Hal ini dapat disebabkan kisaran waktu pengukuran pada waktu siang hari yang cerah pada

lapisan permukaan air. Untuk lebih detail terkait dengan tingginya suhu permukaan laut perlu di

lakukan pengukuran secara time series dengan memasang alat pengukur suhu di lokasi yang

terindikasi suhu tinggi pada saat pengukuran. Pentingnya pengamatan suhu karena suhu

merupakan salah satu faktor pembatas bagi ekosistem dan biota laut, dimana perubahan suhu

dapat mempengaruhi proses fisika, kimia dan biologi di badan air. Adanya peningkatan suhu

perairan dari kisaran suhu alami dapat menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air

seperti O2 dan terjadi peningkatan kelarutan untuk gas CO2, N2 dan CH4 (Sanusi, 2006).Selain

itu daerah penelitian merupakan daerah ekosistem terumbu, naiknya suhu dapat menyebabkan

pemutihan karang yang dekat dengan permukaan (coral bleaching).Oleh karena itu

monitoringsuhu sangat perlu dilakukan terutama di daerah yan terindikasi pada saat

pengukuran memiliki nilai tertinggi yaitu stasiun WQ16A di sebelah barat P Wangi-Wangi

(Gambar 1 dan Gambar 3).

Gambar 3. Distribusi suhu di perairan P Wangi-Wangi dan P Kapota, TNW Sulawesi Tenggara bulan Mei 2013

Gambar 3 memperlihatkan nilai suhu yang berada diatas ketentuan KepmennegLH untuk

wisata bahari ekosistem terumbu karang yaitu lebih dari 30 ⁰C ada 16 stasiun dari 24 stasiun

penelitian atau sekitar 66,67 %. Nilai suhu terendah cukup tinggi yaitu 29.33 ⁰C di stasiun

Longa 1 yang berada di sebelah utara P Wangi-Wangi yang berhadapan langsung dengan laut

Banda (Gambar 1 dan Gambar 3).Ini memperkuat perlunya monitoring dilakukan di Lokasi

penelitian.

Konduktivitas

Konduktivitas air laut bergantung pada jumlah ion-ion terlarut per volumenya dan

mobilitas ion-ion tersebut. Satuannya adalah mS/cm (milli-Siemens per centimeter) atau S/m

(Siemens per meter).Secara umum, faktor yang paling dominan dalam perubahan konduktivitas

di laut adalah suhu. Konduktivitas yang terukur di perairan TNW terlihat seragam dengan

kisaran antara 4.44– 4.59 mS/m dengan rata-rata 4.53±0.046 mS/m. Nilai konduktivitas yang di

dapat di lokasi penelitian menunjukkan nilai konduktivitasalami perairan TNW yang masih

bagus tidak adanya masukan limbah logam berat mempengaruhi nilai konduktivitas perairan

(Gambar 5).

Gambar 4. Distribusi konduktifitas di perairan P Wangi-Wangi dan P Kapota, TNW Sulawesi Tenggara bulan Mei 2013

Gambar 4 merupakan distribusi konduktifitas dimana nilai konduktifitas tertinggi pada

stasiun P31 yang berada di sebalah timur P Wangi-Wangidan terendah di stasiun Bungi1 yang

berada di utara P Wangi-Wangi. Nilai konduktitas tertinggi dan terendah terlihat tidak berada

pada stasiun yang sama dengan nilai suhu baik tertinggi ataupun terendah. Hal ini di perkuat

dengan analisa regresi linear sederhana antara suhu dan konduktifitas yang menunjukkan tidak

adanya keterkaitan antara keduanya (Gambar 5).

Gambar 5. Keterkaitan suhu dan konduktifitas di perairan TNW bulan Mei 2013

Gambar 5 memperlihatkan tidak adanya adanya keterkaitan nilai konduktivitas dengan

suhu.Hal ini dapat menunjukkan bahwa tingginya nilai suhu pada saat penelitian tidak

mempengaruhi nilai konduktifitas perairan.

Kekeruhan (Turbiditas) dan Kedalaman

Nilai kekeruhan atau turbiditas yang terukur pada lokasi penelitian berkisar antara 0 - 3,

3 NTU dengan rata rata 0.644±1.03 NTU. Nilai turbiditas atau kekeruhan berdasarkan

KepmennegLH no 51 tahun 2004 untuk wisata bahari < 5 NTU, hasil pengukuran menunjukkan

nilai kekeruhan/turbiditas perairan Lokasi penelitian masih sangat baik untuk wisata bahari.

Gambar 6. Distribusi turbiditas (NTU) dan kedalaman ( m) di perairan P Wangi-Wangi dan P Kapota, TNW Sulawesi Tenggara bulan Mei 2013

Gambar 6 memperlihatkan sebaran nilai turbiditas yang terukur secara in situ dan nilai

kedalaman.Terlihat bahwa pada umumnya nilai turbiditas 0 NTU yang menunjukkan visibility

perairan sangat jernih. Adanya nilai turbiditas lebih banyak disebabkan karena terangkatnya

substrat dasar (pasir) karena proses fisik dangkalnya perairan. Umumnya pada kedalaman 10

m nilai turbiditas rendah bahkan nilainya nihil atau nol.

Kecepatan dan arah arus

Pengukuran kecepatan dan arah arus dengan menggunakan alat pengukur arus (current

meter) mendapatkan hasil kecepatan arus berkisar antara 0 – 1.6 m/s dengan rata-rata

0.5478±0.544 m/s. Rangka dan Paena (2012) mendapatkan pengukuran kecepatan arus di

kabupaten Wakatobi berkisar antara 0.011 – 0.07 m/s.

Gambar 7. Distribusi kecepatan arus (m/s) di perairan P Wangi-Wangi dan P Kapota, TNW Sulawesi Tenggara bulan Mei 2013

Gambar 7 menunjukkan distribusi kecepatan arus di lokasi penelitian, sedangkan untuk

arah arus menunjukkan arus bergerak tidak jelas ada yang menjauhi daratan atau pulau ada

yang menuju daratan.Hal ini mengindikasikan pada saat penelitian (bulan Mei) merupakan

musim peralihan dari musim barat ke musim timur, dimana kondisi angina dan cuaca tidak

dapat di prediksi dengan baik.

Visibility, Warna dan Bau Perairan

Warna perairan merupakan warna perairan berdasarkan pengamatan secara visual.

Warna perairan didapat berdasarkan absorbsi cahaya oleh perairan yaitu biru kehijauan cerah

dimana cuaca pada saat penelitian cerah tidak berawan. Visibility perairan 80 -100 %, seluruh

stasiun pengamatan jernih sehingga tampak dasar perairan baik berpasir putih ataupun

paparan terubu karang. Bau perairan di stasiun pengamatan beraroma laut yang segar tidak

tercium bau tidak sedap seperti sampah. Hal ini dapat dipahami bahwa lokasi penelitian TNW

tidak memiliki sungai besar yang membawa limbah maupun sedimen dari daratan.Jumlah

penduduk yang sedikit salah satu faktor rendahnya limbah rumah tangga mauk ke pesisir dan

laut.Berdasarkan kriteria parameter fisika di atas menunjukkan perairan TNW di lokasi

penelitian masih dalam kondisi bagus untuk wisata bahari.

b. Kualitas perairan kimia

Derajat keasaman (pH)

Kisaran pH yang di dapat 8.22 – 8.74 dengan rata-rata 8.352±0.113 (Gambar 8), Rangka

dan Paena (2012) mendapatkan nilai pH di kabupaten Wakatobi berkisar antara 7.58 –

8.23.Nilai pH masih sangat baik, keberadaan pH terkait erat dengan perubahan iklim yang

sedang di teliti oleh seluruh dunia terkait dengan perubahan iklim dan ketakutan adanya

pengasaman laut (ocean acidification). Pengasaman laut jika terjadi akan mempengaruhi

keberadaan terumbu karang dan biota bercangkang lainnya dimana ditakutkan terjadi

peluruhan CaCO3 bahan pembentuk cangkang ataupun terumbu ke laut karena adanya

penurunan pH.

Nilai pH yang baik berdasarkan bakumutu KepmennegLH No. 51 tahun 2004 untuk wisata

bahari dan biota laut adalah 7 – 8.5 dengan perubahan < 0.2. Hasil pengukuran sedikit lebih

tinggi dari ambang batas yaitu 8.74.Tingginya nilai pH di stasiun Patuno 1 dapat disebabkan

oleh pemakaian alat dimana pengukuran belum stabil.Hal ini di perkuat dengan rata-rata

pengukuran dan standar deviasi yang kecil dan tidak adanya sungai besar yang dapat

menyebabkan adanya gradasi pH yaitu sebesar 8.352±0.113.Berdasarkan rata-rata tersebut

dapat dikatakan pH perairan TNW masih dalam kisaran bakumutu dan masih bagus untuk

wisata bahari dan kehidupan biota laut terutama karang dan ekosistem di dalamnya.

Gambar 8. Distribusi pH di perairan P Wangi-Wangi dan P Kapota, TNW Sulawesi Tenggara bulan Mei 2013

Salinitas

Gambar 9. Distribusi salinitas (PSU) di perairan P Wangi-Wangi dan P Kapota, TNW Sulawesi Tenggara bulan Mei 2013

Gambar 9 menunjukkan distribusi salinitas di lokasi penelitian dengan nilai berkisar

antara 29.6 –30.63 PSU, rata-rata 30.235±0.294 PSU. Nilai ini lebih rendah dari yang di

dapatkan Rangka dan Paena (2012) berkisar antara 34.95 – 36.88 PSU maupun laporan

CRITC – COREMAP LIPI tahun 2001 berkisar antara 34.15 -34.34 PSU

(http://wakatobinationalpark.com/statik/potensikawasan/ ) . Berdasarkan bakumutu

KepmennegLH no 51 tahun 2004 hasil peneitian bulan Mei 2013 nilai salinitas dibawah salinitas

alami untuk terumbu karang yaitu 33 - 34.

Sigma t

Sigma t terkait erat dengan densitas, dimana sigma t merupakan pengurangan densitas

air laut dengan densitas air tawar. Diketahui bahwa densitas merupakan salah satu parameter

terpenting dalam mempelajari dinamika laut.Perbedaan densitas yang kecil secara horisontal

(misalnya akibat perbedaan pemanasan di permukaan) dapat menghasilkan arus laut yang

sangat kuat.Oleh karena itu penentuan densitas merupakan hal yang sangat penting dalam

oseanografi.Lambang yang digunakan untuk menyatakan densitas adalah ρ (rho).

Densitas air laut bergantung pada temperatur (T), salinitas (S) dan tekanan (p).

Kebergantungan ini dikenal sebagai persamaan keadaan air laut (Equation of State of Sea

Water):

ρ = ρ(T,S,p)

Densitas bertambah dengan bertambahnya salinitas dan berkurangnya temperatur, kecuali

pada temperatur di bawah densitas maksimum. Densitas air laut terletak pada kisaran 1025 kg

m-3 sedangkan pada air tawar 1000 kg m-3.

Gambar 10. Distribusi sigma-t di perairan P Wangi-Wangi dan P Kapota, TNW Sulawesi Tenggara bulan Mei 2013

Gambar 10 merupakan distribusi sigma-t di lokasi penelitian yang berkisar antara

16.57 -18.47 dengan rata-rata 17.899±0,534. Secara keseluruhan parameter yang

terukur di lokasi penelitian dihubungkan dengan bakumutu KepmennegLH No 51 tahn

2004 dapat di lihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Beberapa parameter dari Baku Mutu Air Laut untuk Wisata Bahari dan Biota Laut (Kepmennegneg LH No 51 Tahun 2004) dengan hasil penggukuran TNW, Sulawesi Tenggara

No Parameter Satuan Baku Mutu Wisata Bahari

Baku Mutu Biota Laut

Hasil Pengukuran

Fisika1. Warna Pt, Co 30 - Tidak diukur2. Bau Tidak berbau alami3 Alami3. Kekeruhana Ntu 5 < 5 0.6444.. Suhuc oC alami3( c) alami3( c)

Coral: 28 - 30Mangrove:28- 32Lamun: 20 -30

30.589

Kimia

1. pHd - 7 - 8,5( d) 7 - 8,5( d) 8.351

2. Salinitase %o alami3( e) alami3( e) 30.235

Coral: 33 -34Mangrove:s/d 34Lamun: 33 - 34

Analisis karakteristik habitat

Analisa karakteristik habitat dilakukan dengan analisa statitik PCA, agar dapat diketahui

dari semua parameter yang terukur parameter mana yang berperan di lokasi penelitian

(Gambar 11).Variasi kondisi antar stasiun dianalisa dan dideterminasi berdasarkan sebaran 8

parameter karakteristik ditunjukkan pada Gambar 11 dan 12.Hasil analisis PCA dari matriks

ragam peragam menunjukkan bahwa informasi yang terjelaskan menggambarkan hubungan

antra parameter dalam hubungannya dengan sebaran spasial stasiun penelitian dijelaskan

pada ketiga sumbu utama (F1, F2 dan F3) sebesar 87.5 %. Besaran prosentase pada masing-

masing sumbu adalah F1 53.7%, F2 19.7 % dan F3 14.1 % dari ragam total.

210-1-2-3-4-5

2

1

0

-1

-2

-3

F1 (53.7%)

F2 (

19.7

%)

pHSigmaT

SalinitasTemperatur (oC)Turbiditas Konduktifitas

Kedalaman (m)Kec. Arus (m/s)

210-1-2-3-4-5

2

1

0

-1

-2

-3

F1 (53.7%)

F2 (

19.7

%)

pHSigmaT

SalinitasTemperatur (oC)Turbiditas Konduktifitas

Kedalaman (m)Kec. Arus (m/s)

Gambar 11. Grafik analisis PCA karakteristik fisika kimia habitat perairan TNW korelasi antar parameter fisika kimia pada sumbu 1 dan 2 (F1 X F2).

Gambar 11 memperlihatkan karakteristik habitat lokasi penelitian dipengaruhi oleh

parameter salinitas dan turbiditas berkorelasi positif sebesar 79.7 %. Sigma t berkorelasi

negative dengan pH dan konduktivitas sebesar 73.4 % dan 75.6%.Turbiditas atau kekeruhan

berkorelasi positif dengan kecepatan arus sebesar 67.6%, hal ini memperkuat turbiditas tinggi

jika arus kuat yang berpotensi mengaduk dasar perairan.

Kesimpulan dan Saran

Hasil penelitian bulan Mei 2013 di perairan Pulau Wangi-Wangi sebagi daerah wisata

bahari berdasarkan parameter yang terukur masih dalam kondisi bagus. Hanya terlihat nilai

suhu dan salinitas yang agak berbeda dengan standar bakumutu kepmenneg Lh no 51 tahun

2004. Hal ini perlu perhatian dengan pemasangan alat sensor suhu dan salintas jika

memungkinkan.

Ucapan Terimakasih

Ucapan terimakasih kepada Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut

dan Pesisir, Balitbang Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan

Daftar Pustaka

Legendre, L and P. Legendre 1983.Statistical Ecology: A Primer on Method and Computing. Jhon Wiley and Sons.Inc.New York .337 p.

Rangka, N.A. dan M. Paena. 2012. Potensi dan kesesuaian lahanbudidaya rumput laut (Kappaphycus alvarezii) di sekitar perairan kab. Wakatobi Prov Sulawesi tenggara. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 4 (2): 151-159

Sanusi, Harpasis. 2006. Kimia Laut, Proses Fisik Kimia dan Interaksinya dengan Lingkungan. Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan. Fakultas Perkanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor

Lampiran 1

Baku Mutu Air Laut untuk Wisata Bahari dan Biota Laut

No Parameter Satuan Baku Mutu Wisata Bahari

Baku Mutu Biota Laut

Fisika1. Warna Pt, Co 30 -2. Bau Tidak berbau alami3

3. Kecerahan m > 6 Coral: > 5Mangrove:-Lamun: > 3

4. Kekeruhana ntu 5 < 55. Padatan tersuspensi totalb mg/l 20 Coral: 20

Mangrove:80Lamun: 20

6. Suhuc oC alami3( c) alami3( c)

Coral: 28 - 30Mangrove:28- 32Lamun: 20 -30

7. Sampah - nihil 1(4) nihil 1(4)

8. Lapisan minyak 5 - nihil nihil

Kimia

1. pHd - 7 - 8,5( d) 7 - 8,5( d)

2. Salinitase %o alami3( e) alami3( e)

Coral: 33 -34Mangrove:s/d 34Lamun: 33 - 34

3. Oksigen Terlarut (DO) mg/L >5 > 5

4. BOD5 mg/l 10 20

5. Amoniak bebas (NH3-N) mg/l nihil1 0,3

6. Fosfat (PO4-P) mg/l 0,015 0,015

7. Nitrat (NO3-N) mg/l 0,008 mg/l 0,008 0,008

8. Sulfida (H2S) mg/l nihil1 0,01

9. Senyawa Fenol mg/l nihil1 0,002

10. PAH (Poliaromatik hidrokarbon)

mg/l 0,003 0,003

11. PCB (poliklor bifenil) μg/l nihil1 0,01

12. Surfaktan (detergen) mg/l MBAS 0,001 1

13. Minyak & lemak mg/l 1 1

14. Pestisidaf μg/l nihil1( f) 0,01

Logam terlarut

15. Raksa (Hg) mg/l 0,002 0,001

16. Kromium heksavalen (Cr(VI)) mg/l 0,002 0,005

17. Arsen (As) mg/l 0,0025 0,012

18. Cadmium (Cd) mg/l 0,002 0,001

19. Tembaga (Cu) mg/l 0,050 0,008

20. Timbal (Pb) mg/l 0,005 0,008

21. Seng (Zn) mg/l 0,095 0,05

22. Nikel (Ni) mg/l 0,075 0,05

Biologi

1. E Coliform (faecal )g MPN/100 ml

200( g) -

2. Coliform (total)g MPN/100 ml

1000( g) 1000( g)

3.

4 .

Patogen

Plankton

Sel/100ml

Sel/100ml

-

-

Nihil

Tidak bloom

Radio Nuklida

1 Komposisi yang tidak Bq/l 4diketahui

Bq/l 4 4

Keterangan:1. Nihil adalah tidak terdeteksi dengan batas deteksi alat yang digunakan (sesuai dengan

metode yang digunakan)2. Metode analisa mengacu pada metode analisa untuk air laut yang telah ada, baik

internasional maupun nasional.3. Alami adalah kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat (siang, malam dan

musim)4. Pengamatan oleh manusia (visual).

5. Pengamatan oleh manusia (visual). Lapisan minyak yang diacu adalah lapisan tipis (thin layer) dengan ketebalan 0,01mm

a Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% kedalaman euphoticb Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata2 musimanc Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <2oC dari suhu alamid Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <0,2 satuan pHe Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <5% salinitas rata-rata musimanf Berbagai jenis pestisida seperti: DDT, Endrin, Endosulfan dan Heptachlor g Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata-rata

musiman