rencana pengelolaan pariwisata wakatobi

216
Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi Laporan Akhir i

Upload: others

Post on 12-Nov-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir i

Page 2: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir ii

Page 3: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir iii

Page 4: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir iv

Page 5: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir v

Page 6: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir vi

Page 7: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir vii

Page 8: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir viii

RINGKASAN EKSEKUTIF

Kabupaten Wakatobi memiliki potensi sumber daya alam, peninggalan sejarah, seni dan

budaya yang sangat besar sebagai daya tarik wisata, baik bagi wisatawan nusantara

maupun mancanegara.Namun saat ini potensi tersebut belum dimanfaatkan secara

optimal kerena berbagai permasalahan dan kendala yang dihadapi.Status Wakatobi

sebagai Taman Nasional Laut tentunya menuntut perlakuan khusus dalam hal konservasi

kawasan untuk menjaga kelestarian sumber daya alam Wakatobi.Terlebih lagi sebagai

ekosistem pulau-pulau kecil, Wakatobi sangat rentan terhadap kerusakan ekosistem yang

berakibat pada hilangnya spesies tertentu, sementara kehilangan spesies akan

mengurangi kualitas ekosistem dan berdampak pada penurunan jumlah pengunjung.

Pengembangan pariwisata Wakatobi memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi pada

konservasi sumber daya alamalam bawah laut maupun daratannya. Kerusakan pada

sumber daya alam tentunya akan sangat berdampak pada kepariwisataan wilayah ini. Di

sisi lain, kontribusi sector pariwisata bagi pendapatan daerah adalah terbesar kedua

setelah sector perikanan dan kelautan(2005-2010), tetapi manfaatnya bagi ekonomi lokal

dan masyarakat setempat masih perlu ditingkatkan. Hal ini sekaligus mendukung dan

mengurangi tekananan pada konservasi keanekaragaman hayati di Kawasan Taman

Nasional Wakatobi.Oleh karenanya, pengembangan pariwisata harus dilakukan secara

berkelanjutan sesuai dengan visi daerah agar tidak hanya dapat berkontribusi pada

konservasi kawasan tetapi meningkatkan kesejahteraan masyarakat Wakatobi.

Beberapa permasalahan strategis yang ditemukan khususnya dalam pengembangan

pariwisata Wakatobi, adalah:

Keterbatasan ruang untuk pembangunan, sumber daya energi dan air.

Keterbatasan sumber daya manusia yang berkualitas; di segala tingkatan (dari tingkat

pengambil keputusan, manajerial hingga garda depan), dan di berbagai aspek yang

terkait.

Minimnya keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan pariwisata dan keterbatasan

kapasitas masyarakat dapat menghambat peluang masyarakat dalam mengambil

manfaat dari pariwisata

Akses yang terbuka sehingga lebih sulit untuk mengelola dan melakukan pengawasan

Lemahnya koordinasi antar sektor dan antar pihak yang terlibat dalam

pengembangan kepariwisataan Wakatobi.

Keterbatasan sarana transportasi, informasi, dan fasilitas pendukung pariwisata yang

berkualitas.

Page 9: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir ix

Untuk mendukung pengembangan pariwisata berkelanjutan, beberapa rencana

pembangunan telah disusun, diantaranya Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten, Rencana Induk

Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPARDA) Kabupaten, serta Rencana Pengelolaan

Pengembangan Pariwisata Alam Taman Nasional Wakatobi. Berbagai rencana yang telah

disusun tentunya perlu disinergikan khususnya dalam tingkatan kebijakan, strategi, dan

program pengembangan.Demikian pula program Destination Management Organisation

(DMO) dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif diharapkan dapat mensinergikan

berbagai program dan kegiatan kepariwisataan lintas sektoral dan lintas para pihak di

Wakatobi.

Kondisi aktual, permasalahan, dan berbagai kebijakan yang ada pertimbangan utama

dalam penyusunan Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi (RPPW) ini.Diharapkan,

dokumen ini dapat menjadi arahan bagi para pihak dalam mensinergikan upaya untuk

mengembangkan pariwisata Wakatobi.Rencana ini merupakan dokumen tertulis yang

disusun bersama dengan para pihak mengenai program dan kegiatan pengelolaan

kepariwisataan suatu wilayah.

Dalam proses partisipatif bersama para pihak, maka dirumuskan usulan visi pengelolaan

pariwisata Wakatobi adalah sebagai berikut: “Wakatobi sebagai destinasi pariwisata

ekologis yang mendunia, berbasis alam dan budaya bahari pada tahun 2018”. Untuk

mencapai visi tersebut, maka misi pengelolaan pariwisata Wakatobi dirumuskan sebagai

berikut :

1. Mengembangkan pengelolaan pariwisata yang partisipatif

2. Mengutamakan distribusi manfaat bagi masyarakat dan peningkatan ekonomi

lokal

3. Mengutamakan konservasi sumber daya alam dan kekayaan budaya

4. Meningkatkan daya saing Wakatobi sebagai destinasi pariwisata dunia

5. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia

Pengembangan pariwisata di Wakatobi didasarkan pada beberapa pendekatan,

diantaranya:

a. Peningkatan Daya Saing; yaitu upaya pengembangan pariwisata sebagai proses untuk

membuat potensi pariwisata/kelebihan (comparative advantages) sebagai nilai lebih

(added value) agar dapat bersaing dengan destinasi lain. Sentifitas terhadap

keinginan dan dinamika pasar menjadi pertimbangan yang sangat penting di samping

potensi yang ada.

b. Pelibatan Masyarakat; yaitu upaya pengembangan pariwisata dengan melibatkan

masyarakat sejak perencanaan serta mendorong para pelaku wisata dan pemerintah

untuk bekerjasama dengan masyarakat, termasuk upaya peningkatan kapasitas dan

pengelolaan daya tarik atau usaha mikro sebagai penunjang pariwisata.

Page 10: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir x

c. Konservasi Lingkungan; yaitu upaya pengembangan pariwisata dengan menjamin

keberlanjutan upaya-upaya konservasi lingkungan dan memberikan nilai lebih dari

konservasi itu sendiri bagi masyarakat.

d. Peningkatan Perekonomian lokal; yaitu upaya pengembangan pariwisata untuk dapat

meningkatkan pendapatan masyarakat disekitar daya tarik dan sekaligus

meningkatkan pendapatan daerah dari sektor pariwisata.

Sesuai dengan pendekatan di atas, maka konsep pengembangan pariwisata di Wakatobi

dapat diarahkan pada beberapa konsep pengembangan, yaitu:

1. Konsep Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat

2. Konsep Penyelarasan Pariwisata dengan Konservasi Lingkungan Alam dan Budaya

3. Konsep Pengembangan Kawasan Prioritas dan Resor

4. Konsep Peningkatan Daya Saing Produk dan Pelayanan

5. Konsep Pengembangan Jejaring dan Dukungan Bisnis

6. Konsep Pengelolaan Pariwisata Multi Pihak

Kenam konsep ini dijabarkan menjadi 14 strategi pengembangan sebagai berikut:

Strategi 1. Mendorong keterlibatan masyarakat lokal dalam pengembangan dan

pengelolaan pariwisata

Strategi 2. Mengembangkan sistem pengelolaan daya tarik wisata berbasis kelompok

masyarakat

Strategi 3. Mendorong pengembangan Pariwisata yang berkontribusi pada konservasi

lingkungan alam dan binaan

Strategi 4. Mengembangkan produk wisata yang berkontribusi pada konservasi

lingkungan alam dan budaya

Strategi 5. Mengembangkan fasilitas pariwisata yang berdampak rendah terhadap

lingkungan, hemat penggunaan SDA, dengan menggunakan teknologi tepat

guna

Strategi 6. Mengembangkan kawasan-kawasan prioritas pengembangan pariwisata

Strategi 7. Mendorong pengembangan resor wisata oleh sektor swasta

Strategi 8. Mengembangkan sarana, prasarana serta fasilitas pariwisata dan penunjang

pariwisata sesuai dengan target pasar

Strategi 9. Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia baik di lingkup industri,

pemerintah, dan kelompok masyarakat

Strategi 10. Memfasilitasi pembentukan hubungan bisnis antara kelompok dan industri

pariwisata skala lokal

Strategi 11.Memberikan dukungan bisnis bagi industri pariwisata skala lokal dan

kelompok masyarakat

Strategi 12. Mengembangkan sistem informasi pariwisata

Strategi 13. Mengembangan sistem pemasaran yang inovatif sesuai target pasar

Strategi 14.Membangun sistem pengelolaan destinasi pariwisata dengan kolaborasi multi

pihak

Page 11: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir xi

Page 12: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir xii

Page 13: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir xiii

DAFTAR ISI

Lembar Adopsi ii

Daftar Isi vi

Daftar Gambar ix

Daftar Tabel xi

Daftar Diagram xiii

Daftar Lampiran xiv

BAB 1

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang dan Perumusan Masalah 1

Maksud dan Tujuan Rencana 2

1.2.1Maksud 2

1.2.2Tujuan 3

Lingkup Wilayah dan Lingkup Materi 3

Keluaran 4

Metodologi 4

1.5.1Tahap Persiapan dan Kajian Awal 4

1.5.2Tahap Identifikasi Potensi dan Permasalahan 5

1.5.3Tahap Analisis 6

1.5.4Tahap Perumusan Visi dan Misi 6

1.5.5Tahap Perumusan Konsep dan Rencana pengelolaan 6

Sistematika Laporan 7

BAB 2

KONDISI KEPARIWISATAAN WAKATOBI 9

2.1 Gambaran Umum Wilayah 9

2.1.1 Sejarah 9

2.1.2 Geografis dan Perwilayahan 11

2.1.3 Sosial Budaya 18

2.1.4 Ekonomi 25

2.2 Potensi Daya Tarik Wisata Alam Bawah Laut 28

2.2.1 Wangi – Wangi – Kapota 31

2.2.2 Kaledupa – Hoga 33

2.2.3 Tomia 35

2.2.4 Binongko 37

2.3 Potensi Daya Tarik Wisata Pesisir dan Daratan 38

2.3.1 Wangi – wangi – Kapota 38

2.3.2 Kaledupa – Hoga 40

2.3.3 Tomia – Tolandono 42

Page 14: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir xiv

2.3.4 Binongko 44

2.4 Potensi Daya Tarik Wisata Budaya 45

2.4.1 Situs – Situs Bersejarah 45

2.4.2 Kampung Adat dan Rumah Adat 49

2.4.3 Budaya Masyarakat Bajau 51

2.4.4 Kesenian dan Permainan Tradisional 52

2.4.4.1 Kesenian Tradisional 52

2.4.4.2 Permainan Tradisional 53

2.4.5 Kuliner 54

2.4.6 Kerajinan 54

2.5 Aksesibilitas dan Transportasi 55

2.5.1 Infrastruktur dan Akses 56

2.5.2 Moda Transportasi 57

2.5.3 Bandara, Pelabuhan dan Terminal 58

2.6 Fasilitas Pendukung Pariwisata 59

2.6.1 Akomodasi 59

2.6.2 Rumah Makan 62

2.6.3 Biro Perjalanan Wisata (BPW) 62

2.6.4 Fasilitas Hiburan 63

2.6.5 Telekomunikasi 63

2.6.6 Fasilitas Keuangan 63

2.7 Paket Wisata di Wakatobi 64

2.7.1 Paket Wisata Selam 65

2.7.2 Paket Wisata Non Selam 67

2.8 Kondisi Pasar Wisatawan 68

2.9 Studi Persepsi Komunitas Selam terhadap Pariwisata Wakatobi 75

2.10 Kawasan Pariwisata Berdasarkan Kebijakan Pengembangan Wilayah 78

2.10.1 Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wakatobi 78

2.10.2 Berdasarkan Rencana Pengembangan Pariwisata Alam

Taman Nasional Wakatobi 2012 79

2.10.3 Berdasarkan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata

Kabupaten Wakatobi 81

2.11 Persepsi Para Pihak Kepariwisataan Wakatobi 82

BAB 3

ANALISIS KEPARIWISATAAN WAKATOBI 86

3.1 Isu-isu Stategis Pengelolaan Kepariwisataan Wakatobi 86

3.2 Analisis Pasar Pariwisata Wakatobi 87

3.2.1 Analisis Makro – Pasokan dan Permintaan 87

3.2.2 Analisis Mikro - Sisi pasar 91

3.2.3 Analisis Mikro - Sisi Produk 93

Page 15: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir xv

3.3 Identifikasi Kawasan Pariwisata Prioritas 95

3.3.1 Wilayah Pulau Wangi – Wangi 98

3.3.2 Wilayah Pulau Hoga dan Kaledupa 98

3.3.3 Wilayah Pualu Tomia 98

3.3.4 Wilayah Pulau Binongko 98

3.3.5 Deskripsi Singkat Kawasan Prioritas 101

3.4 Analisis SWOT Kepariwisataan Wakatob 107

BAB 4

RUMUSAN VISI DAN MISI PENGELOLAAN PARIWISATA WAKATOBI118

4.1 Visi Pengelolaan Pariwisata Wakatobi 118

4.2 Misi Pengelolaan Pariwisata Wakatobi 119

BAB 5

KONSEP PENGEMBANGAN PARIWISATA 120

BAB 6

PROGRAM DAN KEGIATAN PENGEMBANGAN PARIWISATA 129

BAB 8

PEMANTAUAN DAN EVALUASI DAMPAK 145

Page 16: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir xvi

Page 17: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Orientasi Kabupaten Wakatobi 3

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Wakatobi 10

Gambar 2.2 Peta Kondisi Geologis Kabupaten Wakatobi 12

Gambar 2.3 Terumbu Karang di Perairan Wakatobi 15

Gambar 2.4 Peta sebaran Sumber Daya Penting di Wakatobi 2012 16

Gambar 2.5 Gejahan Penggala dan Endemik Sulawesi Grey – sided Flower pecker 17

Gambar 2.6 Peta Sebaran SPAGs di Kepulauan Wakatobi 18

Gambar 2.7 Keindahan Bawah Laut di Perairan Wakatobi 29

Gambar 2.8 Peta Daya Tarik Wisata di Pulau Wangi-wangi 31

Gambar 2.9 Peta Daya Tarik Wisata di Pulau Kaledupa 34

Gambar 2.10 Salah Satu Hewan Unik yang Dapat ditemui di Perairan Wakatobi:

Pygmi seahorse 34

Gambar 2.11 Dermaga yang Menjadi Tempat Bersandar Kapal di Pulau Hoga 35

Gambar 2.12 Peta Daya Tarik Wisata di Pulau Tomia 36

Gambar 2.13 Salah Satu Hewan Unik yang Dapat ditemui di Perairan Wakatobi:

Bumphead Parrot Fish 36

Gambar 2.14 Peta Daya Tarik Wisata di Pulau Binongko 37

Gambar 2.15 Terumbu Karang di Perairan Wakatobi 38

Gambar 2.16 Pantai Cemara/Oa Ogu dan Matahari Terbit di Pantai Kaluku Kapala

Patuno, Pantai One Laro 39

Gambar 2.17 Trekking untuk Mengamati Pemandangan Pesisir Woru Nunu 39

Gambar 2.18 Gua Alam Bhewata di Kapota 40

Gambar 2.19 Pantai Sombano di Desa Sombano, Kaledupa 41

Gambar 2.20 Danau Sombano di Desa Sombano, Kaledupa 41

Gambar 2.21 Matahari Terbenam di Desa Pajam dan Kondisi Perkampungan Pajam 42

Gambar 2.22 Keindahan Pantai Hoga 42

Gambar 2.23 Pantai Te’e timu dan Pantai Hu’untete 43

Gambar 2. 24 Stalakmit di Gua Te’e timu dan Aktivitas Masyarakat di Gua Te’e timu 43

Gambar 2.25 Puncak Kahiangan 44

Gambar 2.26 Taman Batu di Desa Waloindi dan Pantai Batu di Desa Waloindi 45

Gambar 2.27 Benteng Keraton Liya, Desa Liya Wangi-Wangi Selatan 46

Gambar 2.28 Lawa Benteng Ollo, Masjid Tua Benteng Ollo, Suasana Perkampungan

di Benteng Ollo 47

Gambar 2.29 Benteng Patua 48

Gambar 2.30 Trekking Menuju Benteng Koncu Patua Wali di Binongko dan

Lawa Patua di Benteng Koncu Patua 48

Gambar 2.31 Tempat Tinggal Masyarakat Bajau 51

Page 18: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir xviii

Gambar 2.32 Tarian Adat Wakatobi: Honari Mosega 52

Gambar 2.33 Tarian Adat Wakatobi: Lariangi 53

Gambar 2.34 Parende/ Sup Ikan; Kasoami Pepe; dan Kasoami 54

Gambar 2.35 Kain Tenun untuk Perempuan dan Kain Tenun untuk Laki-laki 55

Gambar 2.36 Kerajinan Lidi dan Pelepah Pandan Duri 55

Gambar 2.37 Kondisi jalan di Wakatobi 56

Gambar 2.38 Pesawat Komersial dan Kapal Feri yang Mendarat di Wakatobi 58

Gambar 2.39 Bandara dan Ruang Tunggu di Matahora Wangi-wangi 59

Gambar 2.40 Patuno Resort Wangi-wangi, Wakatobi 60

Gambar 2.41 Hotel dan Penginapan di Wakatobi 61

Gambar 2.42 Fasilitas Operator Selam 63

Gambar 2.43 Fasilitas Bank di Wakatobi 64

Gambar 2.44 Perlengkapan Wisata Selam di Wakatobi 66

Gambar 2.45 Peta Kawasan Pariwisata oleh Berbagai Dokumen di Wakatobi 82

Gambar 3.1 Peta Kawasan Pariwisata Berdasarkan Berbagai Dokumen di Wakatobi 106

Page 19: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir xix

Page 20: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir xx

Page 21: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir xxi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Keadaan Topografi Kabupaten Wakatobi 2011 11

Tabel 2.2 Keadaan Cuaca Per Bulan di Kabupaten Wakatobi Tahun 2011 13

Tabel 2.3 Sumber Air dan Kapasitas Air Kabupaten Wakatobi Tahun 2009 14

Tabel 2.4 Jumlah Rumah Tangga dan Penduduk di Kabupaten Wakatobi Tahun 2011 19

Tabel 2.5 Luas Daerah dan Tingkat Kepadatan Penduduk di

Kabupaten Wakatobi Tahun 2010 – 2011 20

Tabel 2.6 Perguruan Tinggi yang Ada di Wakatobi Tahun 2011 21

Tabel 2.7 Tingkat Pendidikan Penduduk Usia 10 Tahun Keatas di Kabupaten

Wakatobi 22

Tabel 2.8 Rasio Ketersediaan Fasilitas Pendidikan dan Banyaknya Murid di Kabupaten

Wakatobi Tahun 2011/2012 22

Tabel 2.9 Tingkat Kriminalitas di Kabupaten Wakatobi Tahun 2009 -2011 23

Tabel 2.10 Penggunaan Lahan per Kecamatan di Wakatobi Tahun 2011 24

Tabel 2.11 Penggunaan Lahan Bukan Pertanian di Kabupaten Wakatobi (2011) 24

Tabel 2.12 Pengeluaran Per Kapita Penduduk Wakatobi Tahun 2009-2011 26

Tabel 2.13 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) kabupaten

Wakatobi Tahun 2006-2010 28

Tabel 2.14 Persentase Tingkat kemiskinan dan Jumlah Penduduk Miskin

di Wakatobi Tahun 2006-2011 28

Tabel 2.15 Kriteria Presentase Tutupan Terumbu Karang Hidup 32

Tabel 2.16 Presentase Tutupan Terumbu Karang di Lokasi Penyelaman 32

Tabel 2.17 Kondisi Jalan di Wakatobi Tahun 2011 57

Tabel 2.18 Jumlah Bandara dan Pelabuhan di Kabupaten Wakatobi 58

Tabel 2.19 Kisaran Harga dan Tingkat Hunian Akomodasi di Wangi-wangi 2013 60

Tabel 2.20 Akomodasi di Wakatobi 61

Tabel 2.21 Jumlah Rumah Makan di Wakatobi Tahun 2012 62

Tabel 2.22 Daftar Fasilitas Keuangan yang ada di Wakatobi 64

Tabel 2.23 Daftar Biro Perjalanan Wisata dan Paket Wisata yang di Tawarkan 66

Tabel 2.24 Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Kabupaten Wakatobi (2008-2012) 69

Tabel 2.25 X Zona Pariwisata dalam Taman Nasional Wakatobi 79

Tabel 3.1 Harga Tiket Pesawat (Agustus 2013 – Agustus 2014) 87

Tabel 3.2 Ilustrasi Perbandingan Pasokan Hotel di Destinasi Wisata Bahari 88

Tabel 3.3 Karakteristik Paket Wisata Destinasi Pesaing 90

Tabel 3.4 Kedatangan Wisatawan di Beberapa Destinasi Pesaing 91

Tabel 3.5 Kapasitas Hotel di Wangi-Wangi 93

Tabel 3.6 Tingkat Okupansi Hotel di Wangi-Wangi 94

Tabel 3.7 Strategi Kekuatan – Peluang 107

Page 22: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir xxii

Tabel 3.8 Strategi Kekuatan – Ancaman 109

Tabel 3.9 Strategi Kelemahan – Peluang 110

Tabel 3.10 Strategi Kelemahan – Ancaman 112

Tabel 4.1 Ringkasan Berbagai Visi Pengembangan Pariwisata Wakatobi 118

Tabel 6.1 Indikasi Program dan Kegiatan 131

Tabel 6.2 Kebutuhan Pengembangan Daya Tarik Pariwisata di Pulau Wangi – Wangi 137

Tabel 6.3 Kebutuhan Pengembangan Daya Tarik Pariwisata di Pulau Hoga dan Pajam 141

Tabel 6.4 Kebutuhan Pengembangan Daya Tarik Pariwisata di Pulau Tomia 143

Tabel 8.1 Indikator Pemantauan dan Evaluasi 146

Page 23: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir xxiii

Page 24: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir xxiv

Page 25: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir xxv

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 2.1 Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Wakatobi Tahun 2000 – 2011 19

Diagram 2.2 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Wakatobi Tahun 2006 – 2010 25

Diagram 2.3 Presentase Tutupan Terumbu Karang Hidup di Kabupaten Wakatobi 29

Diagram 2.4 Presentase Tutupan Terumbu Karang Keras 30

Diagram 2.5 Presentase Tutupan Terumbu Karang Lunak 30

Diagram 2.6 Jumlah tamu Menginap di Wakatobi Tahun 2008-2012 61

Diagram 2.7 Jumlah Kunjungan Wisatawan Ke Wakatobi Tahun 2008 – 2012 69

Diagram 2.8 Responden Wisatawan Berdasarkan Asal 70

Diagram 2.9 Profil Responden yang Berkunjung ke Wakatobi 70

Diagram 2.10 Sumber Informasi Wisatawan 71

Diagram 2.11 Tingkat Kepuasan Wisatawan pada Akomodasi 72

Diagram 2.12 Pola Perjalanan Wisatawan 72

Diagram 2.13 Tingkat Kepuasan Wisatawan pada Transportasi 73

Diagram 2.14 Penilaian Umum Responden 74

Diagram 2.15 Tingkat Kepuasan pada Kondisi Daya Tarik dan Pelayanan 74

Diagram 2.16 Pola Berwisata Responden Penyelam 76

Diagram 2.17 Pandangan responden terhadap Wakatobi sebagai Destinasi 76

Diagram 2.18 Sebab Responden Belum Mengunjungi Wakatobi 77

Diagram 2.19 Pengalaman Wisatawan yang berkunjung ke Wakatobi 78

Diagram 3.1 Kunjungan Wisatawan ke Wakatobi 92

Diagram 3.2 Kunjungan Wisatawan ke Wakatobi 93

Page 26: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir xxvi

Page 27: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir xxvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Titik Penyelaman di Wakatobi dan Kondisi Tutupan Terumbu Karang

di Wangi-Wangi 149

Lampiran 2 Lokasi Daya Tarik Wisata di Wakatobi 157

Lampiran 3 Permainan Tradisional di Wakatobi 161

Lampiran 4 Makanan Tradisional di Wakatobi 162

Lampiran 5 Ragam Corak Tenun Wakatobi 165

Lampiran 6 Moda Transportasi di Wakatobi Tahun 2013 166

Lampiran 7 Paket Wisata Masyarakat di Wakatobi 168

Page 28: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir xxviii

Page 29: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Perumusan Masalah

Kabupaten Wakatobi memiliki potensi sumber daya alam, peninggalan sejarah, seni dan

budaya yang sangat besar sebagai daya tarik wisata, baik bagi wisatawan nusantara

maupun mancanegara. Namun saat ini potensi tersebut belum dimanfaatkan secara

optimal kerena berbagai permasalahan dan kendala yang dihadapi. Keterbatasan

aksesibilitas serta ketersediaan sarana dan prasarana pendukung kepariwisataaan, sumber

daya manusia, maupun dukungan kelembagaan merupakan permasalahan utama selain

dari kondisi fisik kawasan berupa kepulauan.

Status Wakatobi sebagai Taman Nasional Laut tentunya memerlukan perlakuan khusus

dalam hal konservasi kawasan untuk menjaga kelestarian sumber daya alam Wakatobi.

Permasalahan dalam perubahan guna lahan, konflik kepentingan antar pemangku

kepentingan, dampak kegiatan terhadap usaha konservasi, dikhawatirkan akan semakin

merusak potensi sumber daya alam Wakatobi. Kegiatan pariwisata dilain pihak diharapkan

dapat mengakomodir permasalahan sekaligus berdampak positif terhadap masyarakat dan

lingkungan alam Wakatobi.

Jika dilihat dari kontribusi pariwisata dalam perolehan devisa daerah Wakatobi dalam lima

tahun terakhir (2005-2010), sektor pariwisata menempatkan diri di posisi terbesar kedua

setelah perikanan dan kelautan. Akan tetapi manfaat dari perkembangan pariwisata bagi

ekonomi lokal dan masyarakat setempat masih perlu ditingkatkan. Hal ini sekaligus

mendukung dan mengurangi tekananan pada konservasi keanekaragaman hayati di

Kawasan Taman Nasional Wakatobi.

Untuk mendukung pengembangan pariwisata berkelanjutan, beberapa rencana

pembangunan telah disusun dan dijadikan acuan dalam pengembangan wilayah,

diantaranya Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten, Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah

(RIPPARDA) Kabupaten, serta Rencana Pengembangan Pariwisata Alam Taman Nasional

Wakatobi. Demikian pula dengan program Destination Management Organisation (DMO)

yang digulirkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sejak tahun 2011, yang

diharapkan dapat mensinergikan berbagai program dan kegiatan kepariwisataan lintas

sektoral dan lintas para pihak di Wakatobi. Berbagai rencana yang telah disusun tentunya

perlu disinergikan khususnya dalam tingkatan kebijakan, strategi, dan program

pengembangan.

Page 30: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 2

Permasalahan dan isu strategis yang dihadapi Wakatobi menjadi pertimbangan utama

dalam penyusunan Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi (RPPW), atau Tourism

Management Plan (TMP) yang dapat menjadi arahan bagi para pihak dalam

mengembangkan pariwisata Wakatobi. Rencana ini merupakan dokumen tertulis yang

disusun bersama dengan para pihak mengenai program dan kegiatan pengelolaan

kepariwisataan suatu wilayah. Rencana pengelolaan didasarkan pada informasi detil

tentang kondisi sosial budaya, politik, ekonomi, dan lingkungan, yang mencakup visi dan

misi pengembangan kepariwisataan dalam jangka waktu tertentu, dan rencana kegiatan

pengelolaan yang harus dilakukan untuk mewujudkan visi tersebut.

Manfaat dari rencana pengelolaan pariwisata adalah:

Sebagai alat bantu mencapai tujuan, visi dan misi secara lebih efektif dan efisien.

Memperlihatkan prioritas program dan menyoroti permasalahan dalam

pengembangan pariwisata dan langkah-langkah untuk menyelesaikan permasalahan

tersebut.

Mengidentifikasi dan merencanakan tugas/kegiatan yang harus dilaksanakan oleh

para pihak.

Meningkatkan keberlanjutan dan konsistensi dari pengelolaan pariwisata dan

menginformasikan kepada pengelola selanjutnya tentang apa yang telah dilakukan,

kenapa, kapan, dan bagaimana hal tersebut dilakukan.

Mengkomunikasikan tujuan dari pengelolaan pariwisata yang berkelanjutan kepada

para pihak yang terkait dan masyarakat luas sejak awal proses perencanaan.

Rencana pengelolaan kepariwisataan Wakatobi tidak terlepas dari upaya untuk

meningkatkan sinergitas serta berbagai kebijakan dan rencana yang sudah disusun bagi

Wakatobi.

1.2 Maksud dan Tujuan Rencana

1.2.1 Maksud

Maksud Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi adalah:

1. Meningkatkan keterlibatan para pihak untuk lebih aktif dalam proses perencanaan

pariwisata daaerah Wakatobi;

2. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mendapatkan manfaat atau terlibat

dalam industri pariwisata di Wakatobi;

3. Memberikan masukan dan arahan kepada para pihak dalam pengelolaan pariwisata

Wakatobi.

4. Mensinergikan berbagai kebijakan dan kegiatan pengembangan pariwisata.

Page 31: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 3

1.2.2 Tujuan

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi ini bertujuan sebagai pedoman bagi seluruh

pemangku kepentingan kepariwisataan dalam mengembangkan kepariwisataan Wakatobi

guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.

1.3 Lingkup Wilayah dan Lingkup Materi

Lingkup wilayah perencanaan adalah seluruh wilayah Kabupaten Wakatobi, dengan fokus

pada kawasan-kawasan yang memiliki potensi daya tarik wisata, dengan tidak melupakan

keterkaitannya dengan wilayah yang lebih luas. Adapun lingkup materi studi mencakup

aspek:

Aspek Produk (daya tarik wisata, aksesibilitas dan fasilitas penunjang)

Aspek Pasar (karakteristik wisatawan dan daya saing destinasi sejenis)

Kebijakan terkait pengembangan kepariwisataan Wakatobi, baik tingkat nasional,

provinsi maupun kabupaten (Ripparnas, Ripparda, RPJMD, RTRW Kabupaten,

Master Plan Taman Nasional Wakatobi)

Aspek perwilayahan/kawasan pariwisata prioritas Wakatobi

Aspek kelembagaan dan sumber daya manusia

Gambar 1.1 Peta Orientasi Kabupaten Wakatobi

Sumber: RTRW Kabupaten Wakatobi Tahun 2012-2032

1.4 Keluaran

Page 32: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 4

Rencana Pengelolaan Pariwisata Kabupaten Wakatobi, berisikan :

Gambaran umum dan gambaran kepariwisataan Wakatobi

Analisis isu-isu strategis pengembangan kepariwisataan Wakatobi

Visi, misi, dan tujuan pengelolaan kepariwisataan Wakatobi

Konsep pengelolaan kepariwisataan Wakatobi

Program dan kegiatan prioritas

Rencana pemantauan dan pengelolaan dampak

1.5 Metodologi

Secara garis besar, penyusunan Rencana Pengelolaan Kepariwisataan Wakatobi ini terdiri

dari 5 (lima) tahapan, yaitu:

a) Tahap persiapan dan kajian awal,

b) Tahap identifikasi potensi dan permasalahan,

c) Tahap analisis,

d) Tahap perumusan visi dan misi, serta

e) Tahap perumusan konsep dan rencana pengelolaan, yang dilaksanakan selama 5

(lima) bulan.

1.5.1 Tahap Persiapan dan Kajian Awal

Tahap persiapan dan kajian awal merupakan tahapan penyiapan berbagai kebutuhan

penyusunan pekerjaan, dari mulai penyamaan persepsi, pengembangan ide/gagasan,

sampai pada rencana survei yang akan dilakukan. Sasaran yang harus dicapai pada tahap

ini adalah:

1. Disepakatinya tujuan, sasaran, lingkup, keluaran, metodologi, jadwal dan tahapan

pelaksanaan pekerjaan.

2. Tersusunnya sistematika dan kerangka (outline) pelaporan yang akan dikembangkan.

3. Berkembangnya gagasan yang mendukung penyusunan rencana pengelolaan

pariwisata Wakatobi.

4. Terkajinya berbagai kebijakan nasional dan regional/lokal dalam bidang

kepariwisataan, ketataruangan, dan kebijakan lain yang terkait.

5. Teridentifikasinya kebutuhan studi dan rencana survei.

Untuk mencapai sasaran tersebut, kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini

adalah:

a. Mobilisasi tim dan penyamaan persepsi tentang tujuan & sasaran, keluaran & lingkup

pekerjaan, metodologi, jadwal pekerjaan, tahapan pekerjaan, dan pembagian tugas

dan tanggung jawab tenaga ahli yang terlibat.

b. Pengembangan lingkup pekerjaan, mencakup rinci materi dan outline/garis besar isi.

c. Pengayaan substansi, dengan melakukan kajian awal terhadap dokumen-dokumen

kebijakan nasional maupun provinsi dan kabupaten, teori tentang pengelolaan

kepariwisataan dan konservasi, serta konsep-konsep pengembangan ecotourism dan

lain-lain yang terkait.

Page 33: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 5

d. Identifikasi kebutuhan studi, baik itu data dan informasi yang dibutuhkan maupun

metode dan alat analisis yang akan digunakan.

e. Persiapan survei, mencakup rancangan survei, penyiapan ceklist data, form

wawancara, dan kuesioner.

Metode yang digunakan pada tahap ini adalah studi literatur, diskusi, penilaian kebutuhan,

dan analisis kebijakan.

1.5.2 Tahap Identifikasi Potensi dan Permasalahan

Tahapan selanjutnya adalah tahapan pengumpulan data dan informasi dengan sasaran

yang harus dicapai pada tahap ini adalah:

1. Tersedianya data dan informasi yang valid dan akurat tentang perkembangan dan

arahan/kebijakan pengelolaan kepariwisataan Wakatobi.

2. Tersedianya data dan informasi kepariwisataan Wakatobi yang sudah diolah dan siap

dianalisis.

Untuk mencapai sasaran tersebut, kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini

adalah pengumpulan data dan informasi terkait:

a. Kebijakan dan program pengembangan kepariwisataan Kabupaten Wakatobi

(mencakup RTRW, Ripparda, RPJMD, Masterplan TN Wakatobi dan lain-lain yang

terkait), maupun hasil studi dan laporan kegiatan pengembangan kepariwisataan yang

telah dilakukan di Wakatobi.

b. Kondisi fisik, sosial budaya, dan ekonomi kawasan Wakatobi khususnya di lokasi-lokasi

yang memiliki potensi daya tarik wisata yang diunggulkan daerah yang dapat

mendukung pengembangan kepariwisataan wilayah.

c. Kondisi kepariwisataan wilayah Wakatobi, khususnya aspek daya tarik wisata dan

potensi pasar wisatawan eksisting maupun potensial.

d. Kondisi fasilitas pendukung pariwisata, seperti akomodasi (penginapan), restoran,

keberadaan biro perjalanan dan paket wisata yang ditawarkan.

e. Gambaran pengelolaan kepariwisataan Wakatobi (pengelolaan kawasan oleh berbagai

pemangku kepentingan).

f. Gambaran kondisi sosial budaya masyarakat, preferensi wisatawan, masyarakat

sekitar, dan pengusaha jasa pariwisata setempat.

Metode yang digunakan pada tahap ini adalah wawancara, pengamatan lapangan, survei

instansi, tabulasi frekuensi, dan tabulasi silang. Pengumpulan data dan informasi dilakukan

melalui survei data sekunder maupun survei primer melalui penyebaran kuesioner,

wawancara, maupun pengamatan lapangan.

1.5.3 Tahap Analisis

Page 34: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 6

Setelah data dan informasi berhasil dikumpulkan, tahap selanjutnya adalah analisis lebih

mendalam terhadap kondisi kepariwisataan Wakatobi. Sasaran yang harus dicapai pada

tahap ini adalah:

1. Terkajinya kebijakan dan rencana pengembangan kepariwisataan Wakatobi.

2. Teridentifikasinya potensi, permasalahan, dan isu-isu strategis kepariwisataan

Wakatobi.

3. Teranalisisnya kondisi pasar pariwisata Wakatobi

4. Teranalisisnya kawasan pariwisata prioritas di Wakatobi

5. Teranalisisnya kekuatan, kelemahan, ancaman, dan peluang kepariwisataan

Wakatobi.

Metode yang digunakan pada tahap ini adalah kajian pustaka, diskusi multi pihak, analisis,

tabulasi frekuensi, dan tabulasi silang. Workshop harmonisasi program antara para pihak

yang terkait dalam pengembangan kepariwisataan Wakatobi, dilaksanakan pada bulan

Maret 2013 untuk mendapatkan masukan dan kesepakatan mengenai isu-isu strategis

pengelolaan pariwisata Wakatobi.

1.5.4 Tahap Perumusan Visi dan Misi

Hasil analisis pada tahapan sebelumnya, menjadi bahan dalam merumuskan visi dan misi

pengelolaan kepariwisataan Wakatobi. Sasaran yang harus dicapai pada tahap ini adalah:

a. Tersepakatinya visi, dan misi pengelolaan kepariwisataan Wakatobi

b. Tersepakatinya tujuan, dan sasaran pengelolaan kepariwisataan Wakatobi

Untuk mencapai sasaran tersebut, kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini

adalah:

a. Penentuan prinsip-prinsip pengelolaan kepariwisataan Wakatobi.

b. Perumusan visi, misi, tujuan, dan sasaran pengelolaan kepariwisataan Wakatobi.

c. Penyepakatan visi, misi, tujuan, dan sasaran pengembangan kepariwisataan oleh

seluruh para pihak kepariwisataan Wakatobi.

Metode yang digunakan pada tahap ini adalah pendekatan para pihak, dan diskusi para

pihak. Wawancara khusus dengan stakeholder utama kepariwisataan Wakatobi (Disbudpar

Wakatobi, Balai TN Wakatobi, Joint Program WWF-TNC) dilakukan untuk mendapatkan

masukan tentang visi pengelolaan kepariwisataan Wakatobi.

1.5.5 Tahap Perumusan Konsep dan Rencana pengelolaan

Tahap terakhir dari penyusunan rencana pengelolaan kepariwisataan Wakatobi adalah

perumusan konsep dan rencana pengelolaan. Sasaran yang harus dicapai pada tahap ini

adalah:

a. Terumuskannya konsep pengelolaan kepariwisataan Wakatobi.

c. Terumuskannya program dan kegiatan pengelolaan kepariwisataan Wakatobi

d. Terumuskannya rencana pengelolaan dampak dan rencana pemantauan.

Page 35: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 7

Untuk mencapai sasaran tersebut, kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini

adalah:

a. Perumusan konsep pengelolaan kepariwisataan Wakatobi,

b. Perumusan program dan kegiatan pengelolaan kepariwisataan Wakatobi.

c. Perumusan rencana pengelolaan dampak dan rencana pemantauan.

Metode yang digunakan pada tahap ini adalah pendekatan para pihak, diskusi para pihak,

dan program pemetaan para pihak.

1.6 Sistematika Laporan

Draft Laporan Rencana Pengelolaan Kepariwisataan Wakatobi ini akan berisikan 5 (lima)

bab sebagai berikut :

Bab 1 Pendahuluan yang menjelaskan latar belakang dan perumusan masalah, tujuan dan

sasaran rencana, lingkup wilayah dan lingkup materi, keluaran, metodologi yang

digunakan, serta sistematika laporan.

Bab 2 Kondisi Kepariwisataan Wakatobi, menjelaskan gambaran umum wilayah, dan

kondisi kepariwisataan Wakatobi yang meliputi daya tarik wisata alam dan budaya,

aksesibilitas dan transportasi; sarana, prasarana dan fasilitas pendukung, ketersediaan

paket wisata, serta kondisi pasar wisatawan Wakatobi. Dalam bab ini juga akan

disampaikan kajian kebijakan terkait kepariwisataan di Wakatobi, serta persepsi para pihak

pariwisata Wakatobi.

Bab 3 merupakan Analisis Kepariwisataan Wakatobi yang mencakup isu-isu strategis

pengelolaan kepariwisataan Wakatobi, analisis pasar pariwisata, analisis kawasan

pariwisata prioritas. Akhir dari bab analisis ini disarikan dalam analisis kekuatan,

kelemahan, peluang, dan ancaman kepariwisataan Wakatobi.

Bab 4 menjelaskan rumusan Visi dan Misi, serta tujuan Rencana Pengelolaan Pariwisata

Wakatobi.

Bab 5 akan berisikan konsep pengembangan yang direkomendasikan untuk mewujudkan

visi dan misi pengembangan pariwisata Wakatobi.

Bab 6 akan berisikan draft rumusan program dan kegiatan untuk masing-masing tujuan

pengembangan. Rumusan ini juga dilengkapi dengan kerangka waktu dan pihak-pihak yang

terkait dalam pelaksanaannya.

Bab 7 akan berisikan konsep pengembangan untuk beberapa kawasan wisata yang

diprioritaskan pengembangannya.

Page 36: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 8

Bab 8 akan berisikan rencana pengelolaan dampak serta rencana pemantauan,

mencakup indikator dan lembaga yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan

pemantauan, sesuai dengan tujuan yang ditetapkan dalam rencana pengelolaan ini.

Page 37: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 9

BAB 2

KONDISI KEPARIWISATAAN WAKATOBI

Gambaran Umum Wilayah

2.1.1 Sejarah

Wakatobi atau yang pada masa lalu dikenal sebagai “Kepulauan Tukang Besi” adalah salah

satu kabupaten yang berada di Provinsi Sulawesi Tenggara. Pada masa kekuasaan

Kesultanan Buton, wilayah ini dinamakan dengan Liwuto Pataanguna atau Pulau Empat

yang kemudian lebih populer dengan sebutan Liwuto Pasiatau Pulau Karang. Penamaan

kepulauan ini sebagai kepulauan tukang besi dikaitkan dengan tradisi lisan yang

mengisahkan pemberontakan pengikut Raja Hitu yang bernama Tuluka bessi. Para

pengikut raja yang sedianya akan diasingkan ke Batavia, kemudian memberontak dan

membunuh para serdadu Belanda dan menetap di Pulau Wangi-wangi. Para pengikut Raja

Hitu inilah kemudian yang menjadi cikal bakal penduduk Wakatobi. Sementara itu, versi

lain menyebutkan bahwa penamanan Kepulauan Tukang Besi berkaitan erat dengan

budaya sebagian besar masyarakatnya yang berprofesi sebagai pandai besi dari generasi

ke generasi. Hal inilah kemudian yang menyebabkan seorang Belanda bernama Hoger

mempopulerkan kepulauan ini sebagai kepulauan Toekang Besi Eilanden, setelah melihat

budaya masyarakat kawasan ini yang sebagian besar berprofesi sebagai pandai besi

terutama yang banyak terlihat di Pulau Binongko.

Pasca kemerdekaan gagasan untuk mengubah nama Kepulauan Tukang Besi menjadi

Kepulauan Wakatobi atau Bitokawa dimulai pada tahun 1959. Saat itu masyarakat

kepulauan ini menginginkan perubahan nama Kepulauan Tukang Besi yang dirasa kurang

bagus dan kesan nama pemberian Belandanya masih kuat. Perubahan nama kepulauan ini

menjadi Kepulauan Wakatobi mengacu kepada akronim nama empat pulau utama yang

ada di kepulauan ini, yaitu Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko. Selain empat

pulau utama tersebut, kawasan ini memiliki pulau-pulau lain yang juga berpenghuni

diantaranya adalah Pulau Kapota di Wangi-wangi; Pulau Lentea, Pulau Derawa dan Hoga di

Kaledupa, serta Pulau Tolandono dan Pulau Runduma di Tomia yang ukurannya jauh lebih

kecil.1

Sebelum ditetapkan sebagai kabupaten terpisah, Wakatobi merupakan kawasan Taman

Nasional yang berada dalam wilayah administratif Kabupaten Buton, Provinsi Sulawesi

Tenggara. Proses pembentukan wilayah Wakatobi sebagai kabupaten dimulai dengan

ditetapkannya wilayah Wakatobi sebagai Taman Wisata Alam Laut pada tahun 1995

1 La Ode Saleh Hanan.Laporan Akhir Kampanye Bangga Koservasi Taman Nasional Laut Wakatobi Sulawesi Tenggara.

diakses dari (www.wakatobinationalpark.com)

Page 38: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 10

melalui surat keputusan Menteri Kehutanan Nomor 462/KPTS-II/1995. Setahun kemudian

tepatnya pada tanggal 30 Juli 1996, upaya perlindungan berbagai keanekaragaman hayati

bawah laut di kawasan Wakatobi mendorong Pemerintah Pusat menunjuk kawasan

Wakatobi sebagai Kawasan Konservasi dengan status Taman Nasional melalui Surat

Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 963/KPTS-VI/1996. Surat keputusan ini kemudian

diperkuat dengan penetapan kawasan Wakatobi dan perairan sekitarnya sebagai Taman

Nasional melalui surat keputusan Menhut RI Nomor 7651/KPTS-II/2002 pada tanggal 19

Agustus 2002.

Kawasan Wakatobi ditetapkan sebagai kabupaten terpisah dari Kabupaten Buton melalui

Undang-undang No. 29 Tahun 2003 mengenai pembentukan Kabupaten Bombana,

Kabupaten Wakatobi, dan Kabupaten Kolaka Utara di Sulawesi Tenggara. Pada awal

pembentukannya secara administratif Kabupaten Wakatobi terdiri dari 4 (empat)

kecamatan yang bernama sama dengan empat pulau utama di kawasan ini. Kemudian

kabupaten ini mengalami pemekaran kecamatan hingga sekarang menjadi delapan

kecamatan, yaitu: Kecamatan Wangi-wangi yang merupakan Ibu Kota kabupaten, Wangi-

wangi Selatan, Kaledupa, Kaledupa Selatan, Tomia, Tomia Selatan, Binongko, dan Togo

Binongko. Jumlah desa di Kabupaten Wakatobi hingga tahun 2011 tercatat sebanyak 100

(seratus) desa.

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Wakatobi

Sumber: Diolah dari RTRW Kabupaten Wakatobi (2012-2032)

Page 39: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 11

2.1.2 Geografis dan Perwilayahan

Kabupaten Wakatobi berada pada 123015’00” – 124o45’00” BujurTimur (BT) dan 05o15’00”

– 06o10’00” Lintang Selatan (LS). Dilihat secara geografis, kabupaten ini terletak diantara

dua laut, yaitu Laut Flores di sebelah selatan dan sebelah barat, serta Laut banda di

sebelah utara dan sebelah timur. Sebagai kawasan kepulauan, Wakatobi tidak mempunyai

daerah perbatasan daratan dengan daerah di sekitarnya. Kabupaten Buton merupakan

satu-satunya kabupaten yang berbatasan langsung dengan perairan Kabupaten Wakatobi

di bagian utara dan bagian barat.2

Apabila dilihat dalam skala regional, Kepulauan Wakatobi berada tepat di jantung segitiga

karang dunia (Coral Reef Triangle). Posisi Wakatobi yang sangat strategis menjadikan

kawasan ini kaya dari sisi keanekaragaman hayati dan budaya.

Kondisi Topografis

Topografi kawasan daratan Wakatobi sangat bervariasi, terdiri dari dataran hingga

perbukitan rendah dengan jenis tanah yang juga bervariasi antara lain tanah lempung,

pasir putih dan kapur. Dataran tertinggi di kawasan ini tercatat berada di Wangi-wangi

dengan ketinggian 274 meter di puncak Waboe-Boe. Selain itu terdapat pulau bukit Lagole

di Tomia (271 m), bukit Terpadu di Binongko (222 m) dan bukit Pangilia di Kaledupa (203

m). Topografi perairannya secara umum datar hingga curam dengan kedalaman dangkal

sekitar 2 meter di atas permukaan air laut,dan titik terdalam sekitar 1.404 meter di bawah

permukaan air laut.2 Pulau-pulau yang berada di kawasan Kepulauan Wakatobi seluruhnya

berjumlah empat puluh tiga (43) buah ditambah dengan tiga (3) gosong dan lima (5) atol.

Selain empat pulau utamanya, hanya sebagian kecil pulau-pulau lainnya yang

berpenghuni. Sementara itu terumbu karangnya terdiri dari karang tepi (fringing reef),

gosong (patch reef) dan atol.

Tabel 2.1 Keadaan Topografi Kabupaten Wakatobi 2011

No Kondisi Topografi Luas

Ha Persentase

1. Dataran Sampai Berombak 17.734 41,63

2. Tanah Berbukit 7.013 16,47

3. Pegunungan Rendah 17.850 41,90

TOTAL 42.597 100,00

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Wakatobi (2012)

Proses terbentuknya Kepulauan Wakatobi diperkirakan terjadi dari jaman Tersier hingga

akhir jaman Miosen. Secara geologi pembentukan gugusan pulau-pulau di kawasan

Wakatobi terjadi karena adanya sesar geser, baik sesar turun maupun lipatan dari gaya

2 RPJMD Kabupaten Wakatobi tahun 2012-2016

Page 40: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 12

tektonik yang berlangsung lama dan terus menerus dari jaman dahulu hingga saat ini.

Salah satu keunikan kawasan ini adalah adanya atol yang terbentuk dari penenggelaman

lempeng dasar yang diikuti oleh pertumbuhan karang yang mengelilingi pulau sehingga

menciptakan atol-atol. Atol tersebut diantaranya adalah atol Kaledupa, atol Kapota dan

atol Tomia. Kekhasan atol yang terdapat di kawasan Wakatobi adalah adanya atol

Kaledupa yang mempunyai panjang hingga mencapai 49,26 km dan tercatat sebagai atol

terpanjang di dunia.

Gambar 2.2 Peta Kondisi Geologis Kabupaten Wakatobi

Sumber: Diolah dari RTRW Kab. Wakatobi 2012-2032

Iklim

Kepulauan Wakatobi sebagaimana kawasan yang berada di daerah tropis memiliki suhu

harian rata-rata berkisar 23,7o C – 32,4o C, dengan kelembaban rata-rata delapan puluh

persen (80%). Dua musim utama di kawasan ini yaitu musim kemarau atau musim angin

timur yang berlangsung pada bulan Juni hingga Agustus, dan musim penghujan atau

musim angin barat yang berlangsung pada bulan Desember hingga Februari. Pada bulan-

bulan ini gelombang sangat besar sehingga tidak ideal untuk datang berkunjung.

Sementara itu, kunjungan ideal dilakukan pada bulan September hingga bulan November

dan bulan Maret hingga Mei. Pada bulan-bulan ini angin relatif tenang dan nyaman untuk

Page 41: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 13

melakukan perjalanan laut. Meski demikian, perubahan iklim menyebabkan pola musim ini

tidak selalu sama setiap tahunnya. Tahun 2011 tercatat bulan Desember – Mei menjadi

bulan yang memiliki jumlah hari hujan yang cukup tinggi. Sementara Juni – November

menjadi bulan yang memiliki hari hujan terendah sepanjang tahun. Pada saat musim angin

timur kecepatan angin sangat beragam dari 2 knots hingga yang tertinggi mencapai 5

knots. Sementara pada musim angin barat kecepatan angin relatif stabil antara 3-4 knots.

Rata-rata hari hujan per tahun di wilayah Kepulauan Wakatobi sebanyak 107 hari per

tahun. (BPS Wakatobi, 2011)

Tabel 2.2 Keadaan Cuaca Per Bulan di Kabupaten Wakatobi Tahun 2011

No Bulan Kelembaban

Udara (%)

Curah Hujan

(%)

Hari Hujan (Hari)

Tekanan Udara (MBS)

Kecepatan Angin

(Knots)

Suhu Udara (0C)

Min Max

1. Januari 85 138,6 18 1.011,4 4,0 24,9 31,5

2. Februari 83 178,7 13 1.010,3 4,0 24,7 31,9

3. Maret 85 151,1 14 1.012,2 3,0 23,9 31,6

4. April 84 103,6 8 1.011,6 3,0 24,1 32,1

5. Mei 84 55,2 12 1.011,9 2,0 23,8 32,1

6. Juni 81 41,2 8 1.013,6 3,0 22,9 31,8

7. Juli 80 70,3 6 1.013,8 4,0 22,5 31,6

8. Agustus 71 0,4 1 1.013,8 5,0 22,3 32,8

9. September 71 31,8 2 1.013,7 4,0 22,8 33,4

10. Oktober 71 1 1 1.013,8 3,0 24,1 34,4

11. November 75 33,7 5 1.011,4 4,0 24,8 34,0

12. Desember 86 288,2 19 1.012,0 3,0 24,7 32,2

Rata-rata 80 1.093,8/

th 107/th 1.012,4 4,0 23,7 32,4

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Wakatobi (2012)

Hidrologi

Seluruh pulau yang ada di kawasan Wakatobi tidak mempunyai sungai yang mengalir

sepanjang tahun, sehingga sebagian besar kebutuhan air untuk kawasan ini diperoleh dari

sumber air tanah (lihat table 2.3). Sumber air tanah di kawasan ini berbentuk goa (Topa)

yang sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut, sehingga semakin dekat jaraknya

dengan laut maka rasanya akan semakin payau. Selain itu, air hujan oleh sebagian besar

masyarakat Wakatobi ditampung menjadi salah satu sumber cadangan air untuk keperluan

sehari-hari seperti mandi dan mencuci.

Page 42: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 14

Sumber Daya Hayati

Wakatobi memiliki keanekaragamanhayati yang sangat tinggi. Keragaman species flora

dan fauna dapat ditemui baik di kawasan daratan dan laut. Berbagai jenis burung, seperti

elang, Gajahan Penggala, serta burung endemik Sulawesi Grey-sided Flowerpecker berhasil

ditemukan saat survey. Hingga saat ini, pendataan yang lebih rinci tentang

keanekaragamanhayati darat belum banyak dilakukan, seperti primata dan mamalia; serta

berbagai ekosistem seperti danau, goa, dan savanna.

Tabel 2.3 Sumber Air dan Kapasitas Air Kabupaten Wakatobi Tahun 2009

No Sumber Air Pulau Kapasitas Air (Liter/Detik)

Daerah Pelayanan

1. Wa Gehe-gehe Wangi-wangi 15 Wanci dan Mandati

2. Te’e Bete Wangi-wangi 10 Numana dan Mola

3. Longa Wangi-wangi 5 Longa

4. Te’e Liya Wangi-wangi 5 Liya

5. Hu’u Wangi-wangi 10 Bandara, Matahora dan Melai

One

6. Kampa (Kapota) Wangi-wangi 5 Kampa

7. Batambawi (Kapota) Wangi-wangi 5 Kollowowa

8. Lenteaoge Kaledupa 5 Lenteaoge

9. Palea Kaledupa 15 Ambeua dan sekitarnya

10. He’Ulu (Kahianga) Tomia 10 Tomia dan sekitarnya

11. Popalia Binongko 10 Binongko dan sekitarnya

TOTAL 95

Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kab Wakatobi 2012-2016

Kepulauan Wakatobi memiliki keanekaragaman terumbu karang dan keanekaragaman

hayati laut yang sangat beragam dan disebut sebagai salah satu daerah dengan

keanekaragaman hayati tertinggi di dunia. Tingginya tingkat keanekaragaman hayati laut di

kawasan ini tidak terlepas dari letak Kepulauan Wakatobi yang tepat berada di jantung

segitiga terumbu karang dunia atau “Coral tri-Angle”. Sedikitnya terdapat 9 (sembilan)

jenis sumberdaya hayati penting di kawasan Wakatobi, diantaranya adalah:

1. Karang

Perairan Wakatobi merupakan perairan yang sangat kaya akan keanekaragaman hayati

laut. Di perairan ini tercatat 396 spesies karang yang terdiri dari 31 spesies karang fungi

(mushroom), 10 spesies karang keras non scleractinia atau ahermatipic, 28 jenis karang

lunak, dan sisanya merupakan karang Scleractinia hermatipic. Luas terumbu karang di

Wakatobi diperkirakan sekitar 54.500 Ha yang terdiri dari empat tipe komunitas ekologi

yaitu terumbu karang tepi, penghalang, cincin, dan gosong karang. Di kawasan ini terdapat

Page 43: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 15

Karang Kaledupa yang merupakan karang atol terpanjang di Asia Pasifik dengan panjang

kurang lebih 49,26 km dan lebar 9,75 km dan merupakan salahsatu keistimewaan karang

yang ada di Wakatobi (sumber: Masterplan Pengembangan Wisata Alam Taman Nasional

Wakatobi, 2012).

Gambar 2.3 Terumbu Karang di Perairan Wakatobi

Sumber : Audrey, Indecon (2013)

2. Ikan

Ikan merupakan salah satu kekayaan alam laut Wakatobi, karena di kawasan ini terdapat

kurang lebih 590 spesies ikan dari 52 famili. Beberapa jenis ikan yang terdapat di kawasan

ini diantaranya adalah jenis Wrasse (Labridae), Damsel (Pomacintredae), Kerapu

(Serranidae), Cardinal (Apogonidae), Kakap (Lutjanidae), Squirrel (Holocentridae), dan

Angel (Pomacanthidae) (sumber: Masterplan Pengembangan Wisata Alam Taman

Nasional Wakatobi, 2012). Meskipun populasi jenis ikan relatif tinggi, akan tetapi dari sisi

jumlah terjadi penurunan dari tahun ke tahun. Penurunan populasi ikan ini tidak terlepas

dari menurunnya kualitas habitat yang antara lain disebabkan oleh cara penangkapan ikan

yang merusak.

3. Foraminifera dan Stomatopoda

Kawasan Wakatobi memiliki 31 spesies Foraminifera.sp yang terdiri dari tiga kelompok

yaitu hamparan terumbu (Reef Flat), bagian dalam laguna, dan terumbu miring. Sementara

itu untuk Stomatopoda terdapat 34 spesies.Sebagaimana yang tercatat dalam Masterplan

Taman Nasional Wakatobi (TNW), keanekaragaman ini merupakan jumlah tertinggi

dibandingkan dengan tempat lain di Indo Pasifik Barat (Cebu, Kepulauan Spermonde di

Sulawesi dan Bali) (sumber: Masterplan Pengembangan Wisata Alam Taman Nasional

Wakatobi, 2012).

Page 44: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 16

4. Lamun

Lamun (Sea Grass) yang terdapat di kawasan Wakatobi umumnya merata dan terdapat di

setiap pulau dan beberapa bagian karang Kaledupa, karang Tomia, Karang Koromoha, dan

karang Koko.Lamun di kawasan ini tercatat sebanyak 11 jenis dari 12 jenis lamun yang

terdapat di Indonesia. 11 jenis lamun tersebut terdiri dari: Haludule uninervis, H. pinifolia,

Cymodoceae rotundata, C. serrulata, Thalassodendron cilatum (yang merupakan lamun

dominan di Wakatobi), Syringodium isotifelium, Enhalus acoroides, Thalassia hempirichii

dan Halophila ovalis (sumber: Masterplan Pengembangan Wisata Alam Taman Nasional

Wakatobi, 2012).

5. Cataceans

Cataceans atau jenis paus yang terdapat di kawasan Wakatobi tercatat 5 (lima) jenis paus,

yaitu: Beaked Whale, Pilot Whale, Sperm Whale, Bryde’s Whale dan Melonhead Whale.

Sementara itu terdapat 6 (enam) jenis lumba - lumba, yaitu: Bottlenoose Dolphin, Lumba-

lumba kepala bundar, Risso Dolphin, Spinner Dolphin, dan Spotted Dolphin.

Gambar 2.4 Peta sebaran Sumber Daya Penting di Wakatobi 2012

Sumber: Diolah dari RTRW Kab. Wakatobi 2012-2032

Page 45: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 17

6. Penyu

Kawasan Perairan Binongko (Karang Koko, Karang Koromaho, Pulau Kentiole dan Pulau

Moromaho) merupakan salah satu habitat penyu. Selain itu, pantai Pulau Runduma, Pulau

Anano, Pulau Kentiole, Pulau Tuwu-tuwu dan Pulau Moromaho juga merupakan tempat

penyu bertelur. Jenis penyu yang terdapat di kawasan ini ada 2 (dua) jenis, yaitu penyu

sisik (Eretmochelys imbricata) dan penyu hijau (Chelonia mydas).

7. Bakau

Terdapat 32 jenis mangrove di 1.200 Ha hutan bakau di kawasan Wakatobi. Kondisi bakau

di kawasan ini relatif baik. Pulau Kaledupa merupakan kawasan dengan luasan bakau yang

tertinggi. Kondisi hutan bakau yang relatif terjaga terdapat di Pulau Binongko karena

merupakan hutan adat atau “sara”. Di daerah selain Pulau Binongko hutan bakau terus

mengalami degradasi dengan laju penyusutan sebesar 464,21 Ha/tahun.

8. Burung Pantai

Kawasan Wakatobi merupakan habitat bagi kurang lebih 85 spesies burung, antara lain:

Phalacrocoracidae sp., Fregatidae sp. dan Ardeidae sp. Selain itu kawasan ini juga

merupakan tempat transit atau singggah beberapa jenis burung dari benua Australia yang

bermigrasi menuju Pasifik atau sebaliknya.

Gambar 2.5 Gejahan Penggala (kiri) dan endemik Sulawesi Grey-sided Flowerpecker

Sumber: Indecon

Page 46: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 18

9. SPAGs (Spawning Agregation Site)

Gambar 2.6 Peta Sebaran SPAGs di Kepulauan Wakatobi

Sumber: Diolah dari ‘Masterplan Taman Nasional Wakatobi (2012’) dan ‘Pemantauan Lokasi Pemijahan

Ikandi Taman Nasional Wakatobi, Sulawesi,Indonesia (2005-2009)’, WWF

Menurut WWF3, Di kawasan Wakatobi terdapat10 (Sepuluh) lokasi pemantauan

pemijahan ikan atau Spawning Agregation Site (SPAGs). Kesepuluh lokasi tersebut adalah

Runduma, Ontiolo, Hoga Channel, Table coral city, Mari mabuk, Pintu masuk karang

Keledupa, Tanjung Binongko, Pintu masuk karang Koko, Tanjung Kentiole, dan Anano

Namun yang masih aktif digunakan sebagai lokasi pemantauan pemijahan adalah

Runduma, Ontiolo, Hoga Channel, dan Table coral city.

2.1.3 Sosial Budaya

Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) diketahui bahwa jumlah penduduk Kabupaten

Wakatobi sampai dengan tahun 2012 sebanyak 101.484 jiwa dengan komposisi penduduk

menurut jenis kelamin terdiri dari laki-laki 48.657 jiwa dan perempuan 52.827 jiwa.

Sementara itu rasio jenis kelamin pada tahun yang sama sebesar 92,1 % perkembangan

3Pemantauan Lokasi Pemijahan Ikandi Taman Nasional Wakatobi, Sulawesi,Indonesia (2005-2009), WWF,

Lampiran 3

Page 47: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 19

jumlah penduduk pada periode 2010-2011 di Kabupaten Wakatobi menunjukkan

peningkatan yang relatif rendah dengan rata-rata pertumbuhan berkisar pada angka 0,3%.

Peningkatan jumlah penduduk paling tinggi terjadi pada periode tersebut mencapai 1.851

jiwa (2%). Sementara itu, jumlah rumah tangga yang tercatat di Kabupaten Wakatobi pada

tahun 2011 adalah sebanyak 22.554 rumah tangga.

Pertumbuhan penduduk Wakatobi pada kurun waktu 2011 – 2012 mencapai 7%, dan

merupakan pertumbuhan penduduk tertinggi yang dialami Wakatobi selama ini. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram 2.1.

Diagram 2.1 Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Wakatobi Tahun 2000 – 2012

Sumber: Proyeksi Hasil Sensus Penduduk Tahun 2010 – 2020 Kabupaten Wakatobi

Dari tabel 2.4 diketahui bahwa penduduk Kabupaten Wakatobi terkonsentrasi di Pulau

Wangi-wangi yang mencapai 48.901 jiwa atau lebih dari separuh jumlah penduduk

(51,5%). Sementara itu jumlah penduduk terendah berada di Pulau Binongko (Kecamatan

Binongko dan Kecamatan Togo Binongko) yang berjumlah 13.341 jiwa (14,1%), sisanya

berada di Pulau Kaledupa 16.958 jiwa (17,9%), dan Pulau Tomia 15.682 (16,5%).

Page 48: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 20

Tabel 2.4 Jumlah Rumah Tangga dan Penduduk di Kabupaten Wakatobi Tahun 2011

No Kecamatan Jumlah Rumah

Tangga

Jumlah Penduduk Rasio Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah

1. Wangi-wangi 5.522 11.647 12.222 23.869 95,3

2. Wangi-wangi Selatan 5.543 12.008 13.024 25.032 92,2

3. Kaledupa 2.572 4.883 5.296 10.179 92,2

4. Kaledupa Selatan 1.821 3.036 3.743 6.779 81,1

5. Tomia 1.787 3.389 3.648 7.037 92,9

6. Tomia Timur 2.218 4.138 4.471 8.609 92,6

7. Binongko 1.994 4.114 4.429 8.543 92,9

8. Togo Binongko 1.097 2.313 2.485 4.798 93,1

JUMLAH 22.554 45.528 49.318 94.846 92,3

Sumber: BPS Kabupaten Wakatobi, 2012

Tingkat kepadatan penduduk per kecamatan di Kabupaten Wakatobi pada tahun 2011

yang tertinggi terdapat di Kecamatan Kaledupa, yang mencapai 224 jiwa/km2 dan

kepadatan terendah terdapat di Kecamatan Togo Binongko yang mencapai 76 jiwa/km2.

Dari data juga diketahui bahwa kepadatan penduduk di semua kecamatan di Kabupaten

Wakatobi dibandingkan dengan tahun 2010 mengalami peningkatan.

Tabel 2.5 Luas Daerah dan Tingkat Kepadatan Penduduk di Kab. Wakatobi Tahun 2010 – 2011

No Kabupaten Luas Daerah

(Km2)

Jumlah Penduduk Kepadatan

2010 2011 2010 2011

1. Wangi-wangi 93,10 23.418 23.869 97 99

2. Wangi-wangi Selatan 62,90 24.596 25.032 119 122

3. Kaledupa 47,10 10.023 10.179 220 224

4. Kaledupa Selatan 67,90 6.660 6.779 114 116

5. Tomia 45,50 6.924 7.037 147 149

6. Tomia Timur 58,50 8.481 8.609 125 127

7. Binongko 241,98 8.405 8.543 90 92

8. Togo Binongko 206,02 4.712 4.798 75 76

JUMLAH 823,00 93.219 94.846 113 115

Sumber: BPS Kabupaten Wakatobi, 2012

Suku Bangsa

Kabupaten Wakatobi dibangun dengan keberagaman suku dan etnis yang hidup harmonis

dan saling menghormati. Beberapa etnis yang sekarang tinggal di wilayah kepulauan

Page 49: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 21

Wakatobi antara lain: Bugis, Buton, Jawa, Bajo. Mayoritas penduduk kawasan Kepulauan

Wakatobi dihuni oleh etnis Wakatobi yang mencapai 91,33% dari seluruh penduduk,

disusul etnis Bajo (7,92%) dan etnis lainnya (0,75%).

Sebagai suku asli Kepulauan Wakatobi, etnis Wakatobi merupakan salah satu dari enam

rumpun etnik Buton yang menggunakan bahasa yang berbeda-beda. Keenam bahasa yang

berbeda tersebut adalah bahasa Moronene, bahasa Muna, bahasa Wolio, Bahasa Ciacia,

bahasa Kalisusu, dan bahasa Kaumbeda. Etnis Buton yang hidup di Wakatobi

menggunakan rumpun bahasa Kaumbeda dalam pergaulan sehari-hari.

Etnis Buton Wakatobi terbagi lagi menjadi sepuluh masyarakat adat yang tersebar di

empat pulau utama (Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko). Kesembilan

masyarakat adat tersebut adalah: masyarakat adat Wanse, Mandati, Liya dan Kapota

(menghuni Pulau Wangi-wangi dan Kapota); masyarakat adat Barata Kahedupa yang terdiri

dari Sembilan Limbo (Limbo Langge, Tampara, Tombuluruha, Tapa’a, Kiwolu ( Limbo yang

berada di wilayah timur atau yang dikenal dengan Umbosa), Ollo, Watole, Lewuto, dan

Laolua ( Limbo yang terdapat dibagian barat yang dikenal dengan Siofa) menghuni Pulau

Kaledupa); masyarakat adat Waha, Tongano dan Timu (menghuni Pulau Tomia); dan

masyarakat adat Mbeda-beda dan masyarakat adat Cia-cia yang menghuni Pulau

Binongko. Selain masyarakat adat asli juga terdapat masyarakat adat pendatang, yaitu

masyarakat adat Bajo. Keberadaan beragam etnis dan masyarakat adat tersebut

menambah keragaman budaya kawasan Wakatobi, karena masing-masing masyarakat

adat mempunyai tradisi, adat-istiadat, dan bahasa yang berbeda-beda.

Dari sisi ideologi budaya, masyarakat Wakatobi sangat memegang teguh falsafah gau

satoto yang didalamnya berisi nilai-nilai pentingnya keteguhan pendirian, ketegasan sikap,

serta pentingnya kesamaan antara kata dan perbuatan. Gau satoto terdiri dari lima prinsip

utama, yaitu tara (keteguhan), turu (kesabaran), toro (komitmen), taha (keberanian), dan

toto (kejujuran). Falsafah hidup masyarakat Wakatobi ini berkaitan erat dengan kondisi

alam tempat mereka hidup, yaitu pulau-pulau yang tandus dan berbatu karang serta

ganasnya laut yang mengitari tempat mereka hidup, terutama ombak Laut Banda di musim

timur dan ombak Laut Flores di musim barat.

Sistem Kepercayaan

Masyarakat Wakatobi sebagian besar merupakan penganut agama Islam. Tingginya tingkat

kepercayaan masyarakat Wakatobi terhadap Islam ini dapat dilihat dari budaya dan

kehidupan sehari-hari yang sangat kental dengan nilai-nilai Islam. Data BPS tahun 2009

tidak mencatat keberadaan satupun rumah ibadah selain rumah ibadah agama Islam di

Wakatobi. Sementara itu jumlah tempat ibadah umat Islam yang ada terdiri dari Masjidd

(136 buah), Mushola ( 13 buah) di seluruh wilayah Wakatobi semakin menegaskan bahwa

Islam menjadi sistem kepercayaan utama di kawasan ini.

Page 50: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 22

Pendidikan

Kabupaten Wakatobi memiliki fasilitas pendidikan dari mulai tingkat dasar sampai dengan

tingkat perguruan tinggi. Perguruan tinggi yang terdapat di Kabupaten Wakatobi tercatat

berjumlah lima buah baik yang berstatus swasta maupun negeri.

Tabel 2.6 Perguruan Tinggi yang Ada di Wakatobi Tahun 2011

No Lembaga Pendidikan Mahasiswa

Laki-laki Perempuan Jumlah

1. Universitas Terbuka 350 448 798

2. Universitas Muhammadiyah 261 253 514

3. Sekolah Tinggi Agama Islam 91 146 237

4. ABA Citra Bahari 36 46 82

5. JWM Program D 1 22 33 55

Jumlah 760 926 1.686

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Wakatobi (2012)

Sementara itu, tingkat pendidikan rata-rata yang ditamatkan oleh penduduk Wakatobi

yang berusia 10 tahun keatas pada tahun 2011 masih rendah (49,61%). Hal ini terkait

dengan rata-rata lama sekolah masyarakat Wakatobi yang hanya 6,85 tahun jauh dibawah

rata-rata nasional yang mencapai 7,50 tahun (RPJMD Kabupaten Wakatobi). Meskipun

demikian angka ini mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan tahun-tahun

sebelumnya. Data selengkapnya dapat terlihat pada tabel 2.7.

Tabel 2.7 Tingkat Pendidikan Penduduk Usia 10 Tahun Keatas di Kabupaten Wakatobi

No Tingkat Pendidikan 2009 (%) 2010 (%) 2011 (%)

1. < SD 26,44 34,80 34,80

2. SD 28,86 32,72 32,72

3. SMP 21,76 16,89 16,89

4. SMA 17,86 12,51 12,51

5. > Diploma 5,07 3,07 3,07

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Wakatobi (2012)

Dari tabel diatas diketahui bahwa masyarakat Wakatobi pada tahun 2011 sebagian besar

menamatkan pendidikan hingga tingkat Sekolah Menengah Pertama (16,89 %), sedangkan

yang menamatkan sampai jenjang Sekolah Menengah Atas sebesar 12,51 %, dan

Perguruan Tinggi sebesar 3,07 %. Sementara itu untuk tingkat melek huruf tercatat 90,20

% masyarakat Wakatobi telah melek huruf latin, 29,18 % melek huruf Arab, dan sisanya

(4,87%) melek huruf lainnya. Rasio ketersediaan fasilitas pendidikan dan banyaknya murid

Page 51: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 23

di Kabupaten Wakatobi pada tahun 2011/2012 menunjukkan tingkat yang cukup ideal

dengan rasio murid per guru antara sembilan hingga dua belas orang.

Tabel 2.8 Rasio Ketersediaan Fasilitas Pendidikan dan Banyaknya Murid di Kab.Wakatobi

2011/2012

No Tingkat Pendidikan Jumlah Sekolah

Jumlah Guru

Jumlah Murid

Rata-rata per Sekolah

Guru Murid Murid

1. PAUD 75 239 2.434 3,19 32,45 10,18

2. TK Sederajat 84 357 3.399 4,25 40,46 9,52

3. SD Sederajat 116 1.242 15.608 10,71 134,55 12,57

4. SMP Sederajat 47 689 6.875 14,66 146,28 9,98

5. SMA Sederajat 22 484 5.178 22,00 235,36 10,70

Wakatobi 344 3.011 33.494 8,75 97,37 11,12

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Wakatobi (2012)

Kesehatan

Menurut data BPS (2011), fasilitas kesehatan yang ada di Kabupaten Wakatobi berjumlah

276 (dua ratus tujuh puluh enam) buah, dengan rincian: Rumah Sakit Umum Daerah (1

buah), Puskesmas Induk (19 buah), Puskesmas Pembantu (14 buah), Puskesmas Keliling

(11 buah), Poskesdes (70 buah), Polindes (11 buah), Posyandu (150 buah), dan Klinik

Kesehatan (1 buah). Sementara itu tenaga kesehatan yang tersedia mencapai 433 orang

yang terdiri dari dokter (14 orang), perawat (253 orang), bidan (107 orang), apoteker (54

orang), dan tenaga kesehatan lainnya (124 orang). Seluruh fasilitas kesehatan yang ada di

Kabupaten Wakatobi tersebar di semua kecamatan kecuali Rumah Sakit Umum Daerah

yang hanya terdapat di Kecamatan Wangi-wangi Selatan, dan klinik kesehatan yang hanya

terdapat di Kecamatan Wangi-wangi.

Keamanan dan Ketertiban

Tingkat keamanan dan ketertiban merupakan salah satu tolak ukur penilaian daya tarik

destinasi wisata. Tingkat keamanan ini tidak saja berkaitan dengan tingkat kerawanan

bencana, akan tetapi yang lebih penting adalah tingkat kriminalitas. Data BPS (2012)

menunjukkan bahwa tingkat kriminalitas di Kabupaten Wakatobi dari tahun 2009 – 2011

sangat fluktiatif. Pada tahun 2011 tingkat kriminialitas yang relatif tinggi dibandingkan

dengan jenis kriminalitas yang lain adalah penganiayaan (76 kasus) dan pengrusakan (25

kasus).

Page 52: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 24

Tabel 2.9 Tingkat Kriminalitas di Kabupaten Wakatobi Tahun 2009 -2011

Jenis Kriminalitas 2009 2010 2011 Jenis Kriminalitas 2009 2010 2011

Pembunuhan 4 4 1 Pemalsuan Surat 1 1 -

Penganiayaan 57 99 76 Sengketa Lahan 5 8 -

Pencurian 32 33 21 Penghinaan 3 6 9

Perkosaan - - 4 Pengeroyokan 1 6 8

Perjudian 4 8 1 Penyalahgunaan Sajam 10 14 -

Perzinahan 4 4 - Pengancaman 13 21 16

Pengrusakan 24 37 25 Perbuatan Tidak Menyenangkan 11 15 -

Penipuan 14 11 7 Pernikahan Ilegal 1 3 -

Penggelapan 1 10 - KDRT 7 16 11

Ketidaksopanan 2 11 - Kehutanan 3 6 -

Lainnya 22 62 -

Jumlah Total Kasus per Tahun 219 375 179

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Wakatobi (2012)

Penggunaan Lahan

Kabupaten Wakatobi merupakan kawasan kepulauan dengan luas kurang lebih 19.800

km2. Dari keseluruhan luas tersebut, kawasan daratan hanya sekitar 823 km2 atau hanya

4,15% dari keseluruhan luas kabupaten. Keterbatasan lahan dan status kawasan yang

merupakan kawasan Taman Nasional menyebabkan Kabupaten Wakatobi harus mampu

menyelaraskan peruntukan lahan yang ada dengan kebutuhan pembangunan kawasan

secara keseluruhan.

Tabel 2.10 Penggunaan Lahan per Kecamatan di Wakatobi Tahun 2011

No Kabupaten Lahan Pertanian

(Ha) Lahan Bukan

Pertanian (Ha) Jumlah Total (Ha)

Binongko 4.493 4.817 9.310

Togo Binongko 5.263 1.027 6.290

Tomia 3.424 1.286 4.710

Tomia Timur 4.564 2.226 6.790

Kaledupa 3.786 764 4.550

Kaledupa Selatan 5.375 475 5.850

Wangi-Wangi 5.451 18.747 24.198

Wangi-wangi Selatan 8.490 12.112 20.602

JUMLAH (Ha) 40.846 41.454 82.300

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Wakatobi (2012)

Page 53: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 25

Tabel 2.11 Penggunaan Lahan Bukan Pertanian di Kabupaten Wakatobi (2011)

No Kabupaten Bangunan

(Ha) Hutan Negara

(Ha) Rawa (Ha)

Lainnya (Ha)

Jumlah (Ha)

Binongko 38 4 2 4.773 4.817

Togo Binongko 12 2 - 1.013 1.027

Tomia 133 5 - 1.148 1.286

Tomia Timur 182 10 - 2.034 2.226

Kaledupa 32 56 140 536 764

Kaledupa Selatan 149 50 50 226 475

Wangi-wangi 151 402 2 18.192 18.747

Wangi-wangi Selatan 13 751 - 11.348 12.112

Jumlah (Ha) 710 1.280 194 39.270 41.454

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Wakatobi (2012)

Data BPS tahun 2012 menyebutkan bahwa kasus sengketa lahan tidak terjadi pada tahun

tersebut, akan tetapi pada tahun 2009 telah terjadi 5 kasus sengketa lahan, dan pada

tahun 2011 terjadi 8 kasus sengketa lahan. Begitu pula dengan kasus kehutanan tercatat

pada tahun 2009 terjadi 3 kasus dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 6 kasus. Hal ini

menunjukkan bahwa persoalan tanah dan kehutanan masih harus mendapat perhatian

dari berbagai pihak, terutama Pemerintah Daerah dan Taman Nasional Wakatobi (TNW)

sebagai pihak yang bertanggung jawab dan berwenang secara administratif. Tingkat

penggunaan lahan untuk bangunan yang tertinggi adalah di Kecamatan Tomia Timur yang

mencapai 182 Ha dari 6.790 Ha lahan yang ada di kawasan ini. Sementara penggunaan

lahan untuk bangunan yang terendah berada di Kecamatan Wangi-wangi Selatan yang

hanya mencapai 13 Ha dari luas kawasan 20.602 Ha. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel

2.10. Dari data tabel 2.11 diketahui bahwa luas hutan negara yang ada di Wakatobi dari

luas total daratan Wakatobi yang seluas 82.300 Ha tercatat seluas 1.280 Ha (1,55%),

sementara penggunaan lahan untuk kepentingan lainnya mencapai 39.270 Ha (47,71%).

2.1.4 Ekonomi

Pada tahun 2009 tercatat keberhasilan pembangunan Wakatobi lebih tinggi dibandingkan

dengan angka keberhasilan pembangunan Provinsi Sulawesi Tenggara, dan bahkan lebih

tinggi dari angka pertumbuhan ekonomi nasional, dengan ilustrasi pertumbuhan

digambarkan pada diagram 2.2.

Pertumbuhan ekonomi Wakatobi tercatat meningkat secara signifikan pada kurun waktu

tahun 2006 hingga tahun 2009. Sementara pada tahun 2010 pertumbuhan ekonomi

Kabupaten Wakatobi mengalami penurunan hingga minus 2,18 % dibandingkan dengan

pertumbuhan ekonomi yang dicatat pada tahun 2009.

Page 54: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 26

Diagram 2.2 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Wakatobi Tahun 2006 – 2010

Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Wakatobi (2012)

Inflasi

Indikator penting dalam melakukan kontrol terhadap laju pertumbuhan ekonomi secara

makro adalah dengan mengukur tingkat inflasi. Secara umum tingkat inflasi suatu daerah

dipengaruhi oleh tingkat permintaan dan penawaran terhadap satu atau lebih komoditas

konsumsi. Meski demikian pada kenyataannya laju inflasi ini banyak dipengaruhi oleh

berbagai faktor, baik langsung maupun tidak langsung yang terkait dengan komoditas

suatu daerah.

Kabupaten Wakatobi dalam kurun waktu lima tahun (2006-2011) mempunyai rata-rata

laju inflasi sebesar 7,71 %. Sementara itu laju inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2008 yang

mencapai angka 15,47 %,dan laju inflasi terendah terjadi pada tahun 2010 sebesar 2,64%.

Meski terbilang tinggi namun jika dibandingkan dengan laju inflasi nasional pada tahun

yang sama (2010) yang mencapai angka 5,3%, maka inflasi yang terjadi di Kabupaten

Wakatobi masih relatif rendah.

Pengeluaran Penduduk

Salah satu indikator keberhasilan peningkatan ekonomi suatu daerah adalah peningkatan

pengeluaran perkapita penduduk untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari.

Semakin tinggi kemampuan ekonomi penduduk, diasumsikan tingkat konsumsinya juga

akan semakin tinggi. Dari data pengeluaran per kapita penduduk Wakatobi pada tahun

2009 -2011 diketahui bahwa sebagian besar penduduk Wakatobi memiliki pengeluaran

perkapita antara Rp. 200.000,00 s/d Rp. 499.999,00 kelompok berikutnya adalah

Page 55: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 27

masyarakat yang memiliki pengeluaran perkapita diatas atau sama dengan Rp. 500,00.

Sementara itu, masyarakat yang memiliki pengeluaran perkapita di bawah Rp. 200.000

relatif sedikit, atau hanya 1,08% pada tahun 2011.

Tabel 2.12 Pengeluaran Per Kapita Penduduk Wakatobi Tahun 2009-2011

No Golongan Pengeluaran 2009 2010 2011

< Rp. 100.000,- 0,45 0,72 0,00

Rp. 100.000,- s/d Rp. 149.999 3,25 3,49 1,08

Rp.150.000,- s/d Rp.199.999 11,38 17,71 6,94

Rp. 200.000,- s/d Rp. 299.999,- 36,31 35,38 25,63

Rp. 300.000,- s/d Rp. 499.999,- 30,23 32,03 30,66

Rp. 500.000,- s/d Rp. 749.999,- 13,59 8,27 24,04

Rp. 750.000,- s/d Rp. 999.999,- 2,20 1,56 6,73

≥ Rp. 1.000.000,- 2,58 0,84 4,92

Jumlah 100,00 100,00 100,00

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Wakatobi (2012)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Selama kurun waktu lima tahun (2006-2010) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Wakatobi terus mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan. Pada tahun

2006 PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Wakatobi masih Rp.466.668,53 miliar,

sementara pada tahun 2010 meningkat dengan pesat hingga mencapai Rp.953.779,55

miliar. Demikian pula PDRB atas dasar harga konstan tahun 2006 senilai Rp.193.964,16

miliar menjadi Rp.279.510,95 pada tahun 2010 atau setara dengan peningkatan 44,10%.

Untuk lebih jelasnya lihat tabel 2.13.

Peningkatan PDRB Kabupaten Wakatobi secara umum masih ditopang oleh pertumbuhan

sektor pertanian. Pada tahun 2010 sektor pertanian menyumbang 42,36% pada PDRB atas

dasar harga berlaku, dan 32,56% PDRB atas dasar harga konstan. Sumbangan terendah

diperoleh dari sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 0,77% untuk PDRB atas harga

konstan, dan sebesar 0,80 untuk PDRB atas dasar harga berlaku.

Sementara itu, sumbangan sektor perdagangan hotel dan restoran pada PDRB atas dasar

harga berlaku meningkat dramatis dari tahun 2006 (14,01%) hingga tahun 2010 (20,76%).

Hal ini menunjukkan bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran mengalami dinamika

pertumbuhan yang cukup signifikan di Kabupaten Wakatobi selama kurun waktu lima

tahun terakhir.

Page 56: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 28

Tabel 2.13 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) kabupaten

Wakatobi Tahun 2006-2010

No Tahun PDRB Atas Dasar

Harga Berlaku (Juta Rupiah) Kenaikan

(%) PDRB Atas Dasar

Harga Konstan (Juta Rupiah) Kenaikan

(%)

1. 2006 466.668,53 - 193.964,16 -

2. 2007 539.445,88 15,59 205.737,79 6,07

3. 2008 667.809,12 23,79 220.571,48 7,21

4. 2009 817.781,03 22,45 250.716,09 13,66

5. 2010 935.779,55 14,42 279.510,95 11,48

Sumber: Rencana Pembangunan Jangka menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Wakatobi 2012-2016

Kemiskinan

Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah tidak hanya dilihat dari tinggi

rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi, akan tetapi yang lebih penting adalah seberapa

besar peningkatan pertumbuhan ekonomi mampu mengangkat masyarakat dari

kemiskinan. Tingkat kemiskinan menjadi tolak ukur yang cukup valid dalam menilai

keberhasilan perekonomian suatu daerah.

Data tahun 2006 – 2011 menunjukkan bahwa Kabupaten Wakatobi secara simultan

mampu menurunkan angka kemiskinan penduduknya dari 24,53 % ditahun 2006 hingga

17,10 % pada tahun 2011. Selengkapnya perkembangan penurunan tingkat kemiskinan di

Kabupaten Wakatobi dapat dilihat pada tabel 2.14.

Tabel 2.14 Persentase Tingkat kemiskinan dan Jumlah Penduduk Miskin di Wakatobi Tahun

2006-2011

No Tahun Garis kemiskinan

Rp/kap/bln

Jumlah Penduduk Miskin

(ribu orang)

Persentase Penduduk Miskin

(ribu orang)

2006 121.310 24,53 24,99

2007 125.420 24,38 24,51

2008 151.202 24,86 22,53

2009 179.390 23,05 20,42

2010 191.496 17,10 18,52

2011 191.496 17,10 18,52

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Wakatobi (2012)

2.2 Potensi Daya Tarik Wisata Alam Bawah Laut

Daya tarik Wakatobi tidak bisa dilepaskan dengan potensi keindahan alam bawah lautnya.

Slogan yang dicanangkan oleh Pemda Wakatobi “Surga nyata bawah laut” merupakan

sebutan yang diberikan kepada kawasan perairan Wakatobi yang juga merupakan kawasan

Page 57: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 29

Taman Nasional Wakatobi yang terletak di pusat segitiga karang dunia (The heart of coral

triangle centre). Hampir 95,87% wilayah Kabupaten Wakatobi merupakan wilayah

perairan dengan luas tutupan karang 54.500 Ha. Dengan kekayaan sumberdaya laut yang

melimpah, air laut yang jernih, terumbu karang yang mempesona dan dihuni oleh beragam

hewan laut layaknya sebagai sebuah taman di lautan. Beberapa titik penyelaman dapat

dilihat pada Lampiran 1.

Wilayah Taman Nasional Wakatobi dibagi menjadi enam zona dengan peruntukkan yang

berbeda, yakni perikanan, budidaya dan ekowisata. Enam zona tersebut terdiri dari tiga

zona larang ambil (Zona Inti, Zona Perlindungan Laut dan Zona Pariwisata), dua zona

pemanfaatan (lokal dan umum), serta satu zona khusus daratan yang diperuntukkan bagi

pengembangan infrastruktur untuk masyarakat dan pemerintah.

Zona Inti merupakan kawasan yang sepenuhnya dilindungi. Zona Perlindungan Bahari dan

Pariwisata terlarang bagi kegiatan perikanan, tetapi memungkinkan bagi pemanfaatan

yang tidak merusak, seperti rekreasi penyelaman, keduanya diperuntukkan untuk

melindungi sumberdaya yang penting dan berfungsi sebagai bank ikan. Zona

Pemanfaatan Lokal yang sangat luas khusus diperuntukkan bagi masyarakat lokal

Wakatobi. Zona Pemanfatan Umum diperuntukkan bagi perikanan pelagis laut dalam.

Gambar 2.7 Keindahan bawah laut di Perairan Wakatobi

Sumber: Audrey, Indecon 2013

Menurut data Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Wakatobi tahun 2010, diketahui

bahwa presentase tutupan terumbu karang hidup terbesar secara umum pada tahun 2008

terdapat di Pulau Wangi-Wangi. Namun pada tahun 2009, presentase karang hidup di

Pulau Wang-Wangi menurun drastis hingga 48%. Sementara itu sebaliknya di wilayah

Tomia, presentase tutupan terumbu karang hidup mengalami peningkatan dari 58% pada

Page 58: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 30

tahun 2008, menjadi 64% pada tahun 2009, atau merupakan yang tertinggi di seluruh

wilayah Wakatobi.

Diagram 2. 3 Presentase Tutupan Terumbu Karang Hidup di Kabupaten Wakatobi

Sumber: Indecon

Data hasil pengamatan yang dilakukan organisasi TNC/WWF pada tahun 2009 hingga 2011

menunjukkan bahwa kondisi kesehatan terumbu karang di zona larang ambil cenderung

lebih baik jika dibandingkan dengan kondisi kesehatan terumbu karang di zona

pemanfaatan. Hal ini membuktikan bahwa penetapan kawasan sebagai zona larang ambil

dapat memberikan manfaat bagi proses perbaikan kondisi terumbu karang. Ancaman lain

yang muncul terhadap terumbu karang di Wakatobi adalah pengambilan karang oleh

penduduk untuk digunakan sebagai bahan bangunan.

Diagram 2.4 Presentase Tutupan Terumbu Karang Keras

Sumber: Indecon

Page 59: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 31

Berdasarkan gambar 2.7 diketahui bahwa presentase tutupan karang keras di zona larang

ambil meningkat di tahun 2011, setelah sempat mengalami penurunan pada tahun 2010.

Sementara itu pada zona pemanfaatan, presentase tutupan karang keras umumnya

meningkat, kecuali pada wilayah outer reefs.

Diagram 2.5 Presentase Tutupan Terumbu Karang Lunak

Sumber: Indecon

Berdasarkan gambar 2.8 diketahui bahwa presentase tutupan karang lunak cenderung

mengalami penuruan dibanding tahun sebelumnya, kecuali pada wilayah main island.

Pada tahun 2011, presentase tutupan karang lunak terbesar terdapat pada wilayah south

attols. Sementara itu, pada wilayah main island dan outer reefs presentase karang lunak di

kawasan larang ambil lebih kecil dibandingkan dengan presentase karang lunak di wilayah

pemanfaatan.

2.2.1 Wangi-Wangi - Kapota

Menurut informasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Wakatobi, di sekitar

Wangi Wangi dan Karang Kapota tercatat 20titik penyelaman yang sudah ditemukan. Titik

selam tersebut sebagian besar tersebar di bagian utara dan barat perairan pulau Wangi

Wangi yang mempunyai tipe rataan terumbu karang ‘reef plate” dan ‘drop off’. Sementara

untuk kegiatan snorkeling dapat dilakukan di tepian ‘drop off’ seperti di Waha yang

memiliki keanekaragaman ikan cukup tinggi. Berdasarkan wawancara dengan pengelola

Waha Tourism Center (WTC) dan pemandu selam, secara geografis dan kondisi perairan di lokasi

tersebut cocok sebagai lokasi tempat memijah untuk jenis ikan karang tertentu seperti kerapu;

walaupun kawasan bukan merupakan fish spawning aggregation site dari identifikasi taman

nasional..

Page 60: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 32

Gambar 2.8 Peta Daya Tarik Wisata di Pulau Wangi Wangi

Sumber: Indecon

Berdasarkan penelitian mandiri4 yang diadakan pada bulan oktober 2011 ditemukan

bahwa presentase tutupan terumbu karang hidup di beberapa titik penyelaman di Wangi-

Wangi dan Kapota rata-rata lebih dari 50%, atau dapat dikategorikan sebagai kondisi

baik.Pengambilan data terumbu karang dilakukan dengan metode Line Intercept Transect

(LIT) di enam titik penyelaman yang berada di sekitar Pulau Wangi-Wangi dan Kapota.

Pada setiap titik dilakukan dua kali transek, yakni pada kedalaman lima meter dan lima

belas meter. Data lebih rinci mengenai hasil penelitian ini dapat ditemukan pada halaman

4 Penelitian mandiri dilakukan oleh Audrey Jiwajenie dalam rangka pemenuhan disertasi pasca

sarjana dalam program Pascasarjana Ilmu Lingkungan, Universitas Indonesia dengan judul

“Analisis Skenario Pengelolaan Kawasan Pulau Kecil dalam Pengembangan Wisata Bahari (Studi

kasus Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara)” pada Januari 2013

Page 61: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 33

lampiran.

Tabel 2.15 menjelaskan kriteria presentase tutupan terumbu karang hidup, berdasarkan

standar yang digunakan oleh Coremap:

Tabel 2.15 Kriteria Presentase Tutupan Terumbu Karang Hidup

Dari hasil pengambilan data terumbu karang, diketahui bahwa persentase tutupan

terumbu karang terbesar berada pada stasiun Kapota Ujung di kedalaman lima meter,

dengan total persen tutupan 86%. Sementara itu lokasi dengan persentase tutupan

karang lunak terbesar berada di Waha, yakni sebanyak 38%.

Tabel 2.16 Persentase Tutupan Terumbu Karang di Lokasi Penyelaman

Stasiun Kedalaman Persentase

Karang Keras

Persentase

Karang

Lunak

Total

Persentase

Karang

Hidup

Kategori

Kapota Ujung 5 m 85 % 1 % 86 % Sangat tinggi

15 m 82 % 2 % 84 % Sangat tinggi

Kapota

Danau

5 m 75 % 6 % 81 % Sangat tinggi

15 m 62 % 5 % 67 % Tinggi

Pintu masuk 5 m 69 % 10 % 79 % Sangat tinggi

15 m 62 % 5 % 67 % Tinggi

Sombu 5 m 63 % 6 % 69 % Tinggi

15 m 48 % 5 % 53 % Tinggi

Muka

Kampung

5 m 55 % 5 % 60 % Tinggi

15 m 68 % 4 % 72 % Sangat tinggi

Waha 5 m 39 % 38 % 77 % Sangat tinggi

15 m 64 % 2 % 66 % Sangat tinggi

Sumber: Indecon

Dari hasil pengambilan data terumbu karang, diketahui bahwa persentase tutupan

terumbu karang terbesar berada pada stasiun Kapota Ujung di kedalaman lima meter,

dengan total persen tutupan 86%. Sementara itu lokasi dengan persentase tutupan

karang lunak terbesar berada di Waha, yakni sebanyak 38%.

Page 62: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 34

2.2.2. Kaledupa - Hoga

Di Pulau Kaledupa terdapat 20 titik penyelaman yang telah diidentifikasi dan digunakan

dengan konsentrasi utama di bagian barat Pulau Hoga. Pulau Hoga juga merupakan

tempat yang banyak dikunjungi wisatawan untuk melakukan kegiatan snorkelling,

walaupun karang yang masih cukup bagus hanya tersisa di batas ‘drop off’. Buku wisata

Lone Traveler’s Guide to the Island of Wakatobi, menyebutkan terumbu karang di

Kaledupa dan sekitarnya telah mengalami degradasi kecuali di beberapa tempat tertentu.

Degradasi ini terjadi akibat aktifitas manusia di masa lalu yaitu cara mencari ikan dengan

pengeboman dan penggunaan sianida, serta pengambilan karang dan pasir untuk material

bangunan.

Selain memiliki titik-titik untuk penyelaman dan snorkeling, Pulau Hoga mempunyai pantai

berpasir putih dengan pemandangan indah. Pulau Hoga sendiri telah dikenal oleh kalangan

wisatawan terutama para peneliti, mahasiswa dan pelajar dari Inggris karena sejak tahun

1995 hingga kini, suatu lembaga bernama Operation Wallacea mengorganisir kedatangan

para pengunjung dari Inggris ke tempat ini. Tidak mengherankan di tempat ini telah

tersedia beberapa fasilitas penunjang seperti operator selam, serta pondok-pondok

penginapan milik masyarakat.

Atol kaledupa merupakan atol dengan gugusan terumbu karang paling panjang dan luas di

wakatobi. Kompleks atol Kaledupa mempunyai lebar terumbu 4,5 km sampai 14,6 km.

Panjang atol Kaledupa ± 48 km. Karang Kaledupa merupakan atol memanjang ke Tenggara

dan Barat Laut 49,26 km dan lebar 9,75 km (atol tunggal terpanjang di Asia Pasifik). Pada

saat tertentu terutama musim laut tenang, para nelayan pencari ikan dan biota laut

lainnya biasa berkumpul dilokasi ini.Berdasarkan informasi dari para nelayan Bajo

Kaledupa yang biasa mencari teripang di malam hari dengan menggunakan lampu

petromak, aktifitas nelayan sangat ramai sehingga cahaya lampu nelayan terlihat dari

kejauhan seperti sebuah kota di tengah lautan.

Page 63: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 35

Gambar 2.9 Peta Daya Tarik Wisata di Pulau Kaledupa dan Hoga

Sumber: Indecon

Gambar 2.10 Salah satu jenis hewan unik yang dapat ditemui

di Perairan Wakatobi: Pygmi Seahorse

Sumber: Audrey, Indecon 2013

Page 64: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 36

Danau air asin Sombano, salah satu danau di Pulau Kaledupa berbentuk memanjang

dengan air jernih yang masuk dari laut melalui pori-pori batuan kapur.Danau ini menjadi

habitat biota unik yaitu udang merah.Dasar danau ditumbuhi berbagai jenis rumput laut

atau vegetasi yang dapat hidup di air asin.Kegiatan berenang atau snorkeling dapat

menjadi suatu pengalaman unik sambil melihat kehidupan biota yang berbeda di danau

ini.Saat ini terdapat rencana untuk pembangunan bandara yang letaknya tidak jauh lokasi

danau.

Gambar 2.11 Dermaga yang menjadi tempat bersandar kapal di Pulau Hoga

Sumber: Indecon

2.2.3. Tomia

Di Pulau Tomia dan sekitarnya tercatat 28 titik penyelaman yang telah teridentifikasi dan

digunakan, yang merupakan tempat ideal bagi wisatawan yang menyukai kegiatan

penyelaman.Pulau Tomia merupakan pulau pertama di Wakatobi yang melakukan

pengembangan pariwisata melalui pembangunan Wakatobi Dive Resort di

Tolandono.Resort ini dirintis sejak tahun 1996 dan terus beroperasi hingga kini dan telah

memiliki bandara tersendiri sejak tahun 2001 untuk membawa para tamu resort.

Seperti halnya di Kaledupa, kondisi terumbu karang yang ada di Pulau Tomia juga telah

mengalami degradasi kecuali pada beberapa tempat tertentu. Kegiatan snorkeling dapat

dilakukan di lokasi-lokasi titik penyelaman, baik di atas ‘drop off’, maupun di Karang Pulau

Tolandono. Ekosistem padang lamun dan terumbu karang mengitari pulau ini, areal pasang

surut cukup luas kecuali di daerah-daerah timur-utara dimana terdapat pantai-pantai yang

membentuk tebing-tebing tinggi.

Page 65: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 37

Gambar 2.12 Peta Daya Tarik Wisata di Pulau Tomia

Sumber: Indecon

Gambar 2.13 Salah satu jenis hewan unik yang dapat ditemui di Perairan Wakatobi:

Bumphead Parrotfish

Sumber: Audrey, Indecon 2013

Page 66: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 38

2.2.4. Binongko

Pulau Binongko mempunyai 8 (delapan) titik penyelaman yang telah teridentifikasi dan

dikunjungi, sebagian besar terletak pada karang-karang berlokasi di timur Pulau

Binongko.Sementara kegiatan snorkeling banyak dilakukan pada tepian-tepian ‘drop off’ di

sekeliling pulau. Kemungkinan besar masih banyak lokasi titik penyelaman di Pulau

Binongko yang belum teridentifikasi karena kurangnya kegiatan eksplorasi penyelaman

akibat aksesibilitas yang sulit dan lokasi yang cukup jauh dari pusat kota. Beberapa lokasi

pantai di Pulau Binongko mempunyai pantai pasir putih yang bersih dengan area padang

lamun yang luas. Lokasi ini merupakan tempat bertelurnya dan tempat mencari makan

(feeding ground) penyu sisik (Eretmochelys imbricata) dan penyu hijau (Chelonia mydas).

Gambar 2.14 Peta Daya Tarik Wisata di Pulau Binongko

Sumber: Indecon

Page 67: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 39

Gambar 2.15 Terumbu Karang di Perairan Wakatobi

Sumber: Audrey, Indecon 2013

2.3 Potensi Daya Tarik Wisata Pesisir dan Daratan

Selain keindahan bawah lautnya, Wakatobi juga memiliki potensi wisata di Pesisir dan

daratan.Dengan kondisi wilayah yang merupakan kepulaun, membuat daerah ini memiliki

pantai dengan hamparan pasir putih serta susunan batuan dari pengangkatan bawah

laut.Selain itu untuk daerah daratannya Wakatobi mempunyai keindahan perbukitan karst

serta gua alam.Untuk potensi yang ada di Wakatobi dapat dilihat pada Lampiran 2.

2.3.1 Wangi-wangi - Kapota

Wangi-wangi merupakan pintu masuk utama untuk melakukan perjalanan wisata di

Wakatobi. Hal ini dikarenakan ketersediaan transportasi udara yang menghubungkan

Wakatobi dengan daerah lain terdapat di pulau Wangi-wangi. Selain ketersedian bandara

sebagai tempat transportasi dipulau ini juga mempunyai fasilitas serta infrastruktur yang

memadai dan lebih berkembang dari pulau yang lain, dikarenakan Wangi-wangi

merupakan ibu kota Kabupaten Wakatobi. Pulau Wangi-wangi memiliki potensi daya tarik

wisata baik pantai, danau, gua maupun puncak (dataran tinggi).Pantai di pesisir pulau

Wangi-wangi memiliki pasir yang berwarna putih dan halus, selain itu dari beberapa pantai

yang terdapat di Wangi-wangi juga bisa menikmati sensasi matahari terbit dan terbenam

yang indah.Pantai yang umum dikunjungi oleh wisatawan di pulau Wangi-wangi antara lain

adalah pantai Cemara/ Oa Yi Ogu, pantai Matahora, pantai Tompu One Patuno, pantai

Sousu. Selain pantai ini terdapat beberapa pantai yang memiliki hamparan pasir putih

antara lain Pantai Molii Sahatu, Kaluku Kapala/Hugua, Oa Warinsi, Dongkala, Roda/Sahara,

Topakula/Bayangkara, Onelonge, Topanuanda, Butu, One Satanda, Oa Mélanga, Kolo,

Watu Posunsu, Bontu, Melai One, Ponta, Oa Yi Ogu/Cemara, Wambulinga, Yija La Iyai, One

Satanda Waha, Tengko dan Onowa.

Page 68: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 40

Gambar 2.16 Pantai Cemara/ Oa Ogu (kiri) dan Matahari Terbit di Pantai Kaluku Kapala Patuno

(kanan), Pantai One Laro

Sumber: Indecon

Selain pantai yang memanjang dan berpasir putih, pulau Wangi-wangi juga memiliki gua

serta sumber mata air atau masyarakat menyebutnya Topa (sumber mata air gua).Sumber

mata air ini sering dimanfaatkan oleh penduduk sekitar untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari seperti untuk mandi dan mencuci.Secara umum gua yang terdapat di pulau ini

belum dimanfaatkan sebagai tempat wisata.Jika dilihat dari ketinggian, pulau wangi-wangi

memiliki dataran tinggi atau puncak. Ada beberapa puncak yang sering dikunjungi di pulau

ini antara lain adalah puncak woru nunu yang terdapat di desa Liya Togo, puncak waha di

desa Waha, serta puncak Tindoi di desa Tindoi. Dari puncak ini terlihat panorama alam

yang sangat indah berupa deretan pulau – pulau kecil sekitar pulau Wangi – wangi serta

terbenamnya matahari.

Page 69: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 41

Gambar 2.17 Trekking untuk Mengamati Pemandangan Pesisir Woru Nunu

Sumber: Indecon

Pulau Kapota adalah salah satu pulau kecil berpenghuni yang terletak di sebelah barat

pulau Wangi-wangi, dalam administrasinya pulau ini masuk kedalam kecamatan Wangi-

wangi Selatan.Pulau ini memiliki daya tarik wisata yang beragam mulai dari pantai pasir

putih, danau air asin, gua serta dataran tinggi (puncak).Pantai yang terdapat di daerah

Kapota tidak memiliki garis pantai yang panjang, serta mengalami abrasi.Danau yang

menjadi salah satu daya tarik pulau ini adalah danau tailaro tooge, danau dengan luas

sekitar 3.500 meter persegi dengan dikelilingi oleh tanaman bakau.Untuk menuju lokasi ini

ditempuh dengan berjalan kaki dan melewati hutan yang masih cukup baik serta diiringi

dengan kicauan dari berbagai macam jenis burung. Selain pantai dan danau pulau ini juga

memiliki ekosistem lain yaitu gua, gua yang terdapat di pulau ini masih memiliki ornament

yang menarik baik bentuk stalaktit maupun stalakmit. Sebagian besar gua yang ada di

Kapota dijadikan tempat berwisata oleh masyarakat lokal maupun wisatawan dari daerah

lainnya, hewan penghuni gua seperti kelelawar banyak dijumpai di gua-gua ini.

Gambar 2.18 Gua Alam Bhewata di Kapota

Sumber: Indecon

Page 70: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 42

2.3.2 Kaledupa – Hoga

Kaledupa merupakan pulau ke dua seteleh Wangi-wangi, pulau ini juga menyimpan

potensi yang besar sebagai lokasi wisata.Tidak hanya laut yang indah namun daratannya

pun memiliki potensi yang luar biasa mulai dari pantai, danau, gua serta dataran tinggi

(puncak).Pulau Kaledupa memiliki pantai dengan pasir berwarna putih serta batu karang

sehingga memberikan pemandangan yang berbeda dengan pulau yang lainnya.Beberapa

pantai yang sering dikunjungi oleh wisatawan adalah pantai Peropa yang terletak di desa

Peropa serta pantai Sombano yang terletak di desa Sombano.Di sekitar pesisir juga

terdapat hutan mangrove/ bakau yang terluas di Wakatobi.

Gambar 2.19 Pantai Sombano di Desa Sombano, Kaledupa

Sumber: Indecon

Pulau ini juga memiliki ekosistem danau yang terletak di desa Sombano.Danau yang

berbentuk memanjang dengan air yang sangat jernih dan memiliki rasa yang asin ini,

merupakan salah satu ekosistem yang menarik.Danau ini menjadi habitat bagi beberapa

jenis biota laut seperti terumbu karang, udang merah dan beberapa jenis ikan.Letak danau

yang dikelilingi oleh batuan kapur serta hutan mangrove/ bakau membuat tempat ini

menjadi lebih menarik.Beberapa jenis burung juga sering mengunjungi danau ini.

Gambar 2.20 Danau Sombano di Desa Sombano, Kaledupa

Sumber: Indecon

Page 71: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 43

Desa Pajam merupakan salah satu desa yang terletak di perbukitan pulau Kaledupa.Desa

ini merupakan salah satu desa yang tertua, letaknya yang berada pada ketinggian lebih

dari 1000 mdpl ini memberikan pemandangan yang berbeda dari lokasi yang ada di pulau

Kaledupa.Dari desa ini dapat terlihat perkampungan bajo Mantigola serta bajo Sampela5,

selain itu juga dapat melihat pulau-pulau kecil yang terletak disekeliling pulau

Kaledupa.Letaknya yang tinggi menjadikan lokasi ini sebagai tempat untuk menikmati

matahari terbit dan terbenam.

Gambar 2.21 Matahari Terbenam di Desa Pajam (kiri) dan kondisi perkampungan Pajam

(kanan)

Sumber: Indecon

Hoga merupakan salah satu pulau kecil berpenghuni yang terletak di sebelah timur pulau

Kaledupa.Pulau ini terkenal sebagai salah satu titik penyelaman terbaik di Wakatobi yang

menyuguhkan kekayaan biota laut yang indah, namun tidak hanya keindahan bawah laut

yang dimilliki oleh pulau ini.Keindahan pantai pasir putih dengan garis pantai yang panjang

serta air laut yang jernih memberikan kesan tersendiri dari pulau ini.

Gambar 2.22 Keindahan Pantai Hoga

Sumber: Indecon

5 Walaupun dikenal oleh masyarakat sekitar sebagai ‘Bajo Sampela’, akan tetapi secara administrasi

kawasan ini termasuk dalam wilayah desa Sama Bahari

Page 72: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 44

2.3.3 Tomia – Tolandono

Tomia memiliki bentang alam terbuka, didominasi oleh padang rumput, dan sedikit sekali kantung-kantung hutan tersisa. Pada padang rumput tersebut dapat ditemukan fosil-fosil biota laut berupa kima berukuran besar. Ekosistem padang lamun dan terumbu karang mengitari pulau ini dengan areal pasang surut cukup luas kecuali di daerah daerah timur-utara tempat pantai-pantai membentuk tebing-tebing tinggi. Beberapa pantai yang memiliki pantai yang indah dan sering dikunjungi oleh wisatawan antara lain pantai Hu’untete, pantai Te’e Timu yang memiliki pasir dengan tekstur yang lebih halus serta memiliki tebing-tebing karang. Selain dua pantai ini juga terdapat beberapa pantai lain yaitu Polio, Kampa, Mongingi, Dete, Tiroau, Antopa, Waitii, Kollo Soha dan Onemay. Dan untuk pantai pasir putih yang terdapat di pulau kecil seperti pantai Onemobaa yang terletak di pulau Tolandono, Pantai Tadu, One Buranga, Alanuhonu, Kineke dan Siloa di Pulau Lentea Tomia.

Gambar 2.23 Pantai Te’e Timu (Kiri) dan Pantai Huuntete (Kanan)

Sumber: Indecon

Seperti dua pulau yang lain, pulau Tomia memiliki gua dengan sumber mata air yang

digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari masyarakat seperti mencuci dan

mandi. Selain pantai di Te’e Timu terdapat gua yang memiliki arti penting bagi masyarakat

desa Kulati, tempat ini merupakan tempat untuk berlindung masyarakat dari serangan

para penjajah dari Eropa.Selain gua te’e timu masih ada beberapa gua yang mempunyai

sumber mata air yang di manfaatkan oleh warga seperti te’e wali.

Page 73: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 45

Gambar 2.24 Stalakmit di Gua Te’e Timu (Kiri) dan Aktivitas masyarakat di

gua Te’e Timu (Kanan)

Sumber: Indecon

Tomia juga mempunyai puncak yang indah untuk menikamti pemandangan yaitu Puncak

Kahiangan dan Puncak Waru Usuku di Tomia Timur. Dari puncak ini, pengunjung dapat

menikmati keindahan matahari terbenam dan matahari terbit, serta pemandangan laut

dan daratan sekitar Pulau Lentea, Pulau Tolandono serta daratan Pulau Binongko.

Terdapat benteng Suo-suo yang merupakan benteng tua di Pulau Tomia dimana di

dalamnya terdapat kuburan penyiar agama Islam di Pulau Tomia yang bernama

Sibatara.Selain menikmati panorama alam yang indah, di lokasi ini pengunjung juga bisa

menikmati daya tarik wisata geologi. Terdapat fosil kima raksasa dan karang yang tersebar

di sekitar padang savana yang sangat luas. Keberadaan fosil kima dan karang merupakan

rekam jejak proses geologi yang terjadi jutaan tahun yang lalu dimana terjadi

pengangkatan dasar lautan ke permukaan.

Gambar 2.25 Puncak Kahiangan

Sumber: Indecon

Page 74: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 46

2.3.4 Binongko

Binongko merupakan salah satu pulau yang terletak dibagian paling timur kepulauan

Wakatobi.Pulau ini memiliki bentang alam berupa batuan kapur serta ditumbuhi oleh

tanaman perintis. Pulau ini juga mempunyai pantai yang berbeda dengan pantai dipulau

yang lain. Pantai di Binongko memiliki batuan karang dibibir pantainya, namun ada

beberapa pantai yang terdapat di pulau ini masih memiliki pantai pasir putih yang cukup

luas sehingga menjadi tempat bertelurnya penyu hijau (Chelonia midas). Beberapa pantai

yang sering dikunjungi oleh penyu untuk bertelur antara lain Pantai Oro, Mbara-Mbara,

Buku. Pulau-Pulau kecil dalam wilayah adat Binongko yang memiliki pantai pasir belum

terjamah untuk kegiatan wisata adalah Pulau Kente Ollo 29 mil laut ke arah timur laut

Pulau Binongko serta Pulau Tuwu-Tuwu 19 mil laut ke arah timur Pulau Binongko. Selain

pantai yang indah pulau ini memiliki Taman batu yang merupakan salah satu keunikan

pulau ini, bibir pantai dengan hamparan batu - batu besar, dengan ukiran karang

memberikan cerita bagaimana proses pembentukan pulau ini.

Gambar 2.26 Taman Batu desa Waloindi (Kiri) dan Pantai batu desa Waloindi (Kanan)

Sumber: Indecon

Selain keindahan pantai serta taman batu yang terletak dibibir pantainya, di pulau

Binongko terdapat hutan mangrove Sowa yang masih terpelihara dan merupakan milik

adat “sara” dan dijaga agar tidak di tebang. Keunikan ekosistem mangrove di Desa Sowa

adalah habitanya daratan yang terendam air dan terpisah dari laut.Usia tanaman

mangrove merupakan tanaman tua dengan diameter diatas 50cm dan tinggi ± 40-60m.

Terdapat sekitar 13 (tiga belas) jenis Mangrove sejati diantaranya Rhizopora sp;

Xylocarpus sp, Sonneratia sp, Ceriop sp, serta mangrove ikutan seperti Scaevola sp, dll.

2.4 Potensi Daya Tarik Wisata Budaya

2.4.1 Situs – situs Bersejarah

Penduduk Wakatobi terdiri dari berbagai macam etnis yaitu etnis Wakatobi asli, Bugis,

Buton, Jawa, dan Bajo.Kebudayaan etnis asli masih kuat dan belum banyak mengalami

akulturasi.Masing-masing etnis hidup dengan teratur, rukun dan saling menghargai.

Budaya masyarakat asli Wakatobi cukup beragam, terdapat 9 (Sembilan) masyarakat

Page 75: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 47

adat/lokal, yaitu masyarakat adat Wanci, Mandati, Liya, Kaledupa, Waha, Tongano Timu,

serta Mbeda-beda. Selain itu juga terdapat dua masyarakat adat/lokal yang merupakan

pendatang yaitu masyarakat adat Bajau dan masyarakat adat Cia-cia yang berasal dari

etnis Buton.

Keragaman sosial budaya masyarakat Wakatobi menjadi daya tarik tersendiri yang

berpotensi melengkapi kegiatan berwisata di Wakatobi, sehingga wisatawan mempunyai

banyak pilihan dan dapat menambah lama tinggal di Wakatobi. Objek wisata budaya

banyak tersebar di hampir semua pulau di Wakatobi dan belum dikembangkan secara

maksimal, seperti artefak dan beberapa asrsitektur tradisional, seperti:

Di pulau Wang-wangi dan Kapota terdapat beberapa situs bersejarah dan artefak antara

lain adalah:

Benteng Tindoi, Benteng Wabue-Bue, Benteng Koba, Benteng Mandati Tonga,

Benteng Watinti, Benteng Togo Molengo, dan Benteng Baluara yang terletak di

Pulau Wangi-wangi. Namun yang terkenal dan keberadaannya masih cukup

terpelihara adalah Benteng Keraton Liya yang terletak di Desa Liya sekitar 7 (tujuh)

km dari pusat Kecamatan Wangi-Wangi Selatan. Kompleks keraton tersebut

dilindungi oleh tembok keliling menyerupai benteng yang terbuat dari bebatuan

kapur (karst) dan dilengkapi dengan 13 (empat belas) pintu masuk atau lawa. Di

dalam benteng terdapat rumah adat Buton dengan langgam arsitektur rumah

panggung yang disebut kamali, Masjidd tua, dan makam keluarga bangsawan

(kuburan tua). Di setiap lawa yang ada di benteng terdapat meriam, yang

merupakan senjata pertahanan dari musuh pada waktu itu. Setiap meriam yang

ada di benteng ini menghadap keluar dan mengearah ke laut lepas.

Gambar 2.27 Benteng Keraton Liya, Desa LiyaWangi-Wangi Selatan

Sumber : Ina Koswara, 2013

Page 76: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 48

Di pulau Kaledupa terdapat beberapa situs bersejarah dan artefak antara lain adalah:

Di Pulau Kaledupa terdapat 3 (tiga) situs benteng yang terletak pada ketinggian

bukit di Desa Pajam yaitu Benteng Tobelo, Kamali dan Pangilia. Benteng Tobelo dan

Benteng Kamali terletak di Dusun Palea, Desa Pajam. Kedua benteng ini merupakan

satu kesatuan benteng yang dibangun untuk pertahanan dari serangan para

perompak dari Tobelo Maluku Utara. Benteng Tobelo berjarak sekitar 9 (sembilan)

km dari Ambeua dan dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua. Benteng ini

dibangun untuk menghalangi akses langsung sebelum memasuki benteng utama

(Benteng Kamali) dari serangan para pendatang dari luar. Benteng Tobelo

dilengkapi dengan lubang pengintai di sekelilingnya untuk mengetahui kedatangan

kapal-kapal dari luar. Benteng Kamali merupakan benteng utama sebagai pusat

pertahanan terakhir sebelum memasuki areal pusat kerajaan dengan luas areal

bentang 20 x 50 m. Tembok keliling benteng terbuat dari bebatuan kapur (karst)

yang disusun tanpa perekat dan dilengkapi dengan pintu masuk atau lawa. Di

dalam areal benteng terdapat kuburan tua serta lubang kecil tempat memasukkan

uang bagi para tamu atau pengunjung.

Benteng Ollo merupakan salah satu benteng yang terletak di desa Ollo Selatan dan

merupakan pusat pemerintahan Barata Kahedupa pada saat Kerajaan Buton.

Didalam benteng terdapat Baruga yang merupakan tempat musyawarah adat

dalam mengambil keputusan, dengan melibatkan seluruh kadie (wilayah adat) yang

ada di Wakatobi. Benteng memiliki 9 (Sembilan) lawa yang merupakan pintu masuk

bagi masing-masing Limbo yang ada di Barata Kahedupa dan merupakan pintu

masuk Kadie-kadie yang ada di Wakatobi. Selain itu di dalam benteng terdapat

Masjidd Tua yang memiliki arsitektur menyerupai Masjidd Keraton Buton. Situs

benteng lainnya di Pulau Kaledupa adalah Benteng La Donda di Desa Kasuwari,

Benteng Tapa’a di Desa Balasuna Selatan, Benteng La Bohasi di Desa Darawa dan

Benteng Horuo di Desa Sombano.

Gambar 2.28 Lawa Benteng Ollo (Kiri) ,Masjid Tua benteng Ollo (Kanan),

Suasana Perkampungan di Benteng Ollo

Sumber: Indecon

Page 77: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 49

Di pulau Tomia terdapat beberapa situs bersejarah dan artefak antara lain adalah:

Di Pulau besar Tomia terdapat 2 (dua) situs benteng besar yaitu Benteng Patua,

Benteng Suo-Suo atau Mo’ori, serta Benteng Rambi Randa dan Benteng La

Kanamua yang terletak di Pulau Lente’a Tomia. Benteng Patua terletak di Desa

Patua, Kecamatan Tomia yang berjarak sekitar 2 (dua) km dari kota kecamatan dan

dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat.

Benteng ini terbuat dari bahan batu karang dengan memiiki 13 (tiga belas) pintu

masuk. Di dalam areal benteng terdapat sisa-sisa bangunan fondasi Masjid dan

kuburan tua. Kondisi benteng saat ini cukup terawat dan sudah dilakukan upaya

rekonstruksi. Gerbang pintu masuk dibuat dengan cukup megah dan dilengkapi

dengan lahan parkir kendaraan yang luas. Dari lokasi benteng ini dapat disaksikan

hamparan panorama laut Banda yang cukup indah. Benteng Suo-Suo berada di

Desa Kayanga (artinya ketinggian), Kecamatan Tomia Timur yang dapat dicapai

dengan kendaraan roda dua maupun roda empat dengan waktu tempuh sekitar 1

jam dari Tomia. Benteng ini terletak di dalam kawasan hutan, sekitar 200 meter

dpl. Dari lokasi benteng ini juga dapat disaksikan hamparan panorama laut dengan

gugusan pulau pulau Lentea, Tolandono, dan Pulau Binongko yang indah.

Gambar 2.29 Benteng Patua

Sumber: Indecon

Di pulau Binongko terdapat beberapa situs bersejarah dan artefak antara lain adalah:

Di Pulau Binongko terdapat Benteng Wali yang terletak di wilayah Kelurahan Wali

dan ditempati sebagai pemukiman penduduk, berfungsi sebagai pusat

pemerintahan di Pulau Binongko pada masa lalu. Benteng ini memiliki 7 (tujuh)

lawa (pintu gerbang). Di dalam benteng terdapat bangunan dengan arsitektur

rumah panggung berukuran 25 x 20 meter yang merupakan istana Sultan Buton

ke-33. Di samping itu juga terdapat sejumlah bangunan lainnya seperti baruga

sarano, yakni bangunan yang berfungsi sebagai tempat musyawarah, Masjidd, dan

makam keluarga sultan Buton. Di dalam kompleks rumah yang dulu digunakan

sebagi istana tersimpan benda-benda peninggalan sejarah seperti senjata meriam

Page 78: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 50

badili barakati, alat musik tradisional (gong), dan guci naga. Kehidupan komunitas

penduduk dalam benteng masih mempertahankan tradisi dan budaya setempat.

Gambar 2.30 Trekking ke Benteng Koncu Patua Wali di Binongko (kanan) dan

Lawa Patua di Benteng Koncu Patua (Kiri)

Sumber: Indecon

Benteng Palahidu terletak di utara Pulau Binongko, memiliki pintu batu yang

disebut lawa dengan posisi mengarah ke laut. Di tempat ini terdapat situs berupa

batu fondasi Masjid dan kuburan tua seorang raja yang dinamakan Palahidu.

Secara historis, dulunya benteng ini merupakan bekas perkampungan warga

Palahidu. Konon, orang-orang Palahidu kemudian meninggalkan benteng ini karena

diserang wabah penyakit. Benteng Oihu terletak di timur Pulau Binongko yang

berjarak sekitar 3 (tiga) km dari pusat pemerintahan Desa Oihu. Benteng ini

memiliki 7 (tujuh) lawa dan merupakan perkampungan tua bagi warga Desa Oihu.

Di dalam benteng terdapat kuburan tua, rumah panggung tempat peristirahatan,

batu fondasi Masjid dan sebuah tiang kayu yang masih berdiri kokoh. Terdapat juga

benteng Baluara di perbukitan kampung Taipabu, benteng Tohalo di bukit antara

Wali dan Waloindi, benteng Waloindi serta benteng Taduna. Benteng Waloindi

terkenal dengan sejarah Kapitan Waloindi.

Selain 3 (tiga) benteng masih terdapat benteng lainnya yaitu benteng Ta’duna.

Benteng ini terletak didesa Waloindi, dengan bangunan yang memanjang hingga

akhir desa Waloindi. Benteng ini merupakan perkampungan tua bagi masyarakat

Waloindi. Berdasarkan cerita masyarakat, penduduk yang berada di perkampungan

tua itu hilang secara misterius karena terkena kutukan. Namun ada versi lain

mengatakan bahwa para penduduk di kampung itu turun ke pesisir.

2.4.2 Kampung Adat dan Rumah Adat

Rumah Adat (Kamali) di Palea

Rumah Adat (kamali) di Palea atau Kamali Palea merupakan sebuah unit bangunan rumah

adat yang terletak di tengah-tengah Benteng Kota atau Benteng Kamali, di Desa Pajam,

Pulau Kaledupa. Arsitektur bangunan kamali ini berupa arsitektur bangunan rumah

Page 79: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 51

panggung berbentuk persegi empat dengan ukuran 2 x 3 meter.Dinding kamali terbuat

dari bahan jelajah yang diberi atap rumbia dan dikelilingi oleh benteng kuno yaitu Benteng

Kota atau Benteng Kamali.Hal yang unik dari bangunan ini adalah terdapat “tobha” yang

diberi kelambu serta guci yang ditanam di bawah kolong bangunan.Tak jauh dari kamali ini

juga terdapat pemakaman kuno.Bagi masyarakat setempat, kamali dianggap mengandung

nilai-nilai sakral, sehingga keberadaannya tetap dipertahankan hingga sekarang.Pada masa

lalu tempat ini berfungsi sebagai pusat pemerintahan sekaligus sebagai tempat untuk

memutuskan berbagai permasalahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat setempat.

Kampung adat / Tradisional

Koncu kapala merupakan kompleks perkampungan penduduk tradisional yang terdapat di

wilayah Kelurahan Wali Binongko dengan struktur perkampungan yang menyerupai kapal

karam.Koncu kapala memiliki sejumlah lawa (pintu), diantaranya lawa warindo-rindo

(pintu samar-samar) dan lawa wagalapu (pintu gelap). Di dalam koncu kapala terdapat

sejumlah situs makam tua seperti : makam La Ode Simbo, makam La Ode Sibi, dan makam

La Ode Baresi yang merupakan makam bangsawan Binongko. Selain itu juga terdapat situs

Makam Wali Wangka Wijaya seorang tokoh penerus perjuangan Syekh Abdul Wahid untuk

mengajarkan Islam di Pulau Binongko.Tak jauh dari makam ini terdapat sebuah meriam

kuno dengan posisi moncong mengarah ke timur laut.

Selain itu juga terdapat pondasi bekas Masjidd Wali I dan Situs Baruga Sarano Wali I yang

konon dibangun pada abad ke-15 oleh Syekh Abdul Wahid, seorang tokoh penyebar tradisi

Islami ke Pulau Binongko.Masjid ini terbuat dari susunan batu, berukuran 6x6 meter.Di

tempat ini masih terdapat bekas mimbar.Situs Baruga Sarano Wali I hanya menyisakan

bangunan baruga yaitu lawa baruga yang berupa fondasi dari batu, dan tiang kayu yang

sudah tidak berdiri lagi.Konon Baruga Sarano I ini merupakan pusat kegiatan penyebaran

agama Islam di Pulau Binongko.

Kampung Tradisional Pajam

Desa Pajam, merupakan tempat yang sangat tepat untuk menikmati suasana kehidupan

penduduk desa sambil melihat panorama pemandangan indah puncak bukit Pangalia. Desa

ini adalah desa tertua di Kaledupa yang masih bertahan di daerah perbukitan dengan

kehidupan penduduknya tetap berpegang pada tatanan adat.Deretan rumah-rumah

tradisional dengan struktur panggung berjajar rapi di kiri kanan poros utama jalan desa,

sementara sisa-sisa reruntuhan benteng pertahanan yaitu benteng Tobelo dan Kamali

terawat cukup baik oleh penduduk desa.Kaum perempuan di desa ini sejak kecil dilatih

untuk bisa menenun sehingga desa ini dikenal sebagai pusat kerajinan tenun.Desa Pajam

juga dapat menjadi tempat yang sangat ideal melihat matahari terbenam dari ketinggian.

Page 80: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 52

Kampung Tradisional Taduna dan Taman Batu

Dalam berbagai sumber orang Taduna dilukiskan sebagai komunitas yang memiliki

keberanian.Nara sumber lainnya menyebut beberapa petualang asing kerap datang ke

pulau Binongko menanyakan dimana Kota Taduna.Hal ini menandakan Taduna pernah

eksis di waktu lampau.Taduna merupakan sebuah ‘kerajaan’ yang menolak bergabung

dengan kesultanan Buton.Sikap keras orang Taduna ditandai dengan ‘pelarian’ sebagian

anggota warga ke pulau-pulau di Maluku, untuk menghindar dari kekuasaan kesultanan

Buton pada saat itu.Saat ini Kampung Taduna hanya tersisa sebuah benteng batu di atas

bukit yang sunyi, bekas Masjidd di atas karang di pinggir pantai dan hamparan batu hitam

yang memisahkan benteng dan laut biru dengan panjang sekitar 1000 meter.Dalam

wilayah Taduna terdapat ekosisitem mangrove, goa dan situs keramat Sangia.Disekitar

Sangia orang-orang dilarang menggunakan bahasa kesultanan Buton (Bahasa Wolia

Buton). Jika ada yang megucapkan bahasa itu maka hal-hal gaib akan terjadi. Fenomena ini

menjelaskan signal dari penolakan Taduna untuk tunduk pada kesultanan dimasa lampau.

Pulau Tukang Besi

Jauh sebelum Wakatobi terkenal di seluruh dunia, masyarakat lebih mengenalnya sebagai

pulau tukang besi.Sebutan ini ditujukan kepada Pulau Binongko yang mayoritas

masyarakatnya berprofesi sebagai tukang membuat peralatan tukang dari besi seperti

parang, cangkul dan lain-lain.Desa para tukang besi, meliputi kawasan Taipabu, Makoro,

Popalia dan Sowa.Di tempat ini wisatawan dapat melihat aktifitas mereka dan menelusuri

sejarah kepulauan Wakatobi yang dahulu dikenal sebagai ‘Pulau Tukang Besi’.Beberapa

desa juga merupakan tempat para pengrajin sarung tenun, yang sehari-hari dikerjakan

oleh kaum perempuan.

2.4.3 Budaya Masyarakat Bajo

Di Kabupaten Wakatobi - Sulawesi Tenggara, terdapat banyak komunitas suku Bajo yang

tersebar di beberapa tempat atau wilayah perairan. Kedatangan suku Bajo ke Wakatobi

bermula pada zaman kesultanan Buton dan diterima secara adat oleh penduduk lokal,

penerimaan ini ditandai dengan menunjukkan tempat-tempat untuk bermukim

masyarakat Bajo serta adanya perlindungan adat. Lokasi bermukim masyarakat Bajo

antara lain; Bajo Mola bermukim di sekitar perairan Wangi-Wangi atau Wanci, Bajo

Sampela, Lohoa dan Mantigola bermukim di perairan Kecamatan Kaledupa, dan bajo

Lamanggau bermukim di perairan Kecamatan Tomia. Bagi masyarakat bajo, laut

merupakan ladang, karena dari lautlah mereka makan dan memenuhi kehidupan lainnya.

Tradisi nomaden tidak melunturkan kebudayaan atau tradisi masyarakat Bajo itu sendiri,

seperti tradisi pengobatan tradisional yang disebut dengan tradisi ”duata”

Page 81: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 53

Gambar 2.31 Tempat Tinggal Masyarakat Bajo Wangi-wangi

Sumber: Indecon

Tradisi duata adalah puncak dari segala upaya pengobatan tradisional suku Bajo. Tradisi ini

dilakukan jika ada salah satu diantara mereka mengalami sakit keras dan tak lagi dapat

disembuhkan dengan cara lain termasuk pengobatan medis. Kata “duata” sendiri

merupakan kata saduran dari sebutan dewata.Dalam keyakinan masyarakat Bajo duata

adalah dewa yang turun dari langit dan menjelma menjadi sosok manusia.Dalam

kehidupan masyarakat Bajo saat ini pelaksanaan tradisi duata tidak terbatas pada prosesi

pengobatan tetapi juga dapat dilakukan dalam acara syukuran dan hajatan sebagai bentuk

penghargaan pada penguasa laut yang mereka sebut sebagai Mbo Janggo atau Mbi Gulli.

Selain tradisi pengobatan masyarakat Bajo Wakatobi juga memiliki sistem penangkapan

ikan tradisional, yang terdiri dari tiga sistem yaitu Palilibu, Pongka, dan Lamma.Palilibu

merupakan sistem penangkapan ikan yang areal penangkapannya berada di sekitar

perkampungan dan hasil tangkapannya dijual pada hari itu juga.Pongka merupakan sistem

penangkapan ikan yang areal penangkapannya jauh dari perkampungan dengan rentang

waktu tiga hari hingga satu minggu dengan menjual hasil tangkapannya ke kampung asal,

sedangkan Lamma merupakan sistem penangkapan yang dilakukan di areal yang jauh dari

perkampungan dengan meninggalkan kampung asalnya sampai berbulan dan hasil

tangkapannya dijual di perkampungan yang dekat dengan wilayah tangkapannya.

Page 82: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 54

Sumber. http://kabali-indonesia.blogspot.com/2012/01/oleh-

la-bara-la-bara-adalah-salah-satu.html

2.4.4 Kesenian dan Permainan Tradisional

2.4.4.1 Kesenian Tradisional

Tarian tradisional masyarakat Wakatobi berkembang dan mempunyai makna dan fungsi

tertentu sebagai penggambaran kegiatan dan cerita masyarakat dimasa lampau. Saat ini

beberapa tarian tradisional ditampilkan oleh sebagian masyarakat Wakatobi pada saat

penyambutan wisatawan atau tamu agung. Beberapa jenis tarian yang sampai saat ini

masih sering ditampilkan adalah:

Tari Honari Mosega

Gambar 2.32 Tarian Adat Wakatobi Honari Mosega

Kesenian tari Honari

Mosega ini adalah tarian

perang asli asal Liya.Dahulu

kala seni tari Honari Mosega

ditampilkan sebelum dan

sesudah perang.Tarian ini

diadakan sebagai ungkapan

dorongan semangat prajurit

Liya ketika akan berperang

mengusir musuh dan

kegembiraan ketika mereka

pulang dan berhasil

menaklukan musuh. Tari ini

dimainkan oleh beberapa

laki-laki, terdiri dari 1 penari

inti disebut tompidhe yang

memegang tombak atau parang, dan dilengkapi dengan 1 atau 4 orang sebagai hulubalang

yang disebut manu-manu moane dengan memegang tombak dan janur kuning sebagai

penghalau bisa atau sihir. Kadang terdapat pula hulubalang wanita yang disebut manu-

manu wowine serta 1 orang pemukul gendang atau tamburu.Tari Honari Mosega selama

masa Kesultanan Buton sering ditampilkan pada acara-acara penyambutan tamu agung,

maupun bangsawan; serta acara-acara adat yang berlaku dalam lingkup keturunan para

bangsawan Liya.

Tarian Lariangi

Gambar 2.33 Tarian Adat Wakatobi Lariangi

Tari Lariangi berarti puncak kegembiraan

pada masa kerajaan Wa Ka Ka jaman

kejayaan Kerajaan Buton.Tarian ini

diwariskan kepada masyarakat Kaledupa

sebagai tari persembahan kerajaan untuk

menghibur para sesepuh kerajaan. Tari

Page 83: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 55

lariangi dilaksanakan dengan melibatkan 10-15 orang penari perempuan. Saat ini tari

lariangi sering ditampilkan untuk menyambut kedatangan masyarakat perantauan dan

tamu luar daerah yang diagungkan. Tarian ini identik dengan kelembutan dan kehalusan

gemulai gadis remaja nan cantik jelita.

Tari Sajomoane

Merupakan tarian tradisonal yang berasal dari desa Kulati, Tomia Timur.Tarian ini

ditampilkan pada saat upacara perkawinan, Hari raya serta penyambutan masyarakat

Kulati yang telah lama merantau.Dalam tarian sajo terdapat banyak variasi gerakan, setiap

pementasan minimal 10 orang penari perempuan dengan gerakan berpasangan.Dalam

pementasan terdapat syair yang mengartikan tentang sejarah, tradisi serta ketegaran.

Tari Lutunane

Merupakan tari tradisional yang berasal dari pulau Tomia.Dalam pementasannya

menampilkan 8 hingga 10 orang pemuda desa dengan membawa tombak.Tarian ini

menggabarkan kerasnya penentangan terhadap para penjajah yang datang ke desa.Tarian

ini ditampilkan pada saat penyambutan orang-orang yang memiliki peran penting seperti

Gubernur dan Bupati.

Tari Banda

Merupakan tari tradisonal yang ditampilkan pada saat hajatan atau penyambutan

masyarakat yang baru datang dari perantauan.Pementasan tarian ini dilaksanakan

berpasangan (pria dan wanita) oleh orang tua, tarian ini menggabarkan tentang

kebersamaan masyarakat desa.Alat musik dalam pementasan tari ini adalah alat musik

tradisional seperti gendang dan gamelan.

2.4.4.2 Permainan Tradisional

Dengan daerah kepulauan, Wakatobi memiliki berbagai jenis permainan yang biasa

dimainkan oleh anak-anak dimasing-masing pulau. Permainan tradisional yang biasa

dimainkan oleh anak-anak Wakatobi antara lain Hekansilao, Hegasi, Osso-osso,

Maningkau, Makko, Taru-taru’a, Bati-batikau, Leba-leba, Bakkara, Karida-rida’a, Oro-oro

Bangka, Pala-palangke’a, Hekadese-dese’a, Hebakoko’a, Tapu-tapuke’a, Tuttu kaluku

mau-mau, Enggo-enggo, Tara-tarapala, Hekaoda-oda, Saki-saki’a, Hebangkili, Idi-idi,

Heromboa (kamanu-manu-rombo), Main tali, Hepontuda’a, Bue-bue’a, Hetaluba’a,

Edda’a , Karirii (falingkoka), Pasi-pasi’a, Hebaramai, Hekatende, Potaji’a nu tapea, Fulu-

fulu bangka ( Lampiran 3)

2.4.5 Kuliner

Sebagai daerah kepulauan serta lahan dengan sebagian besar karst membuat masyarakat

Wakatobi harus kreatif dalam mengelola sumber daya alam terutama untuk makanan

sehari-hari.Sebagian besar pertanian dan perkebunan di daerah ini adalah singkong dan

jagung.Dengan bahan yang tersedia masyarakat dapat membuat berbagai macam jenis

Page 84: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 56

makanan/ kuliner yang berbeda dengan kuliner yang ada di daerah lainnya. Beberapa

makanan khas dari daerah ini antara lain Honenga, Perangi, Soami Hugu-hugu, Soami ,

Soami Pepe, Salamu/ sakiri, Ndafu-ndafu, Kenta nidole, Kadampo, Kenta nisenga, Sira-sira

nu labu, Kansenga, Pogollu, Loku-loku, Kambalu, Waji Kananga, Jojolo, Halua, Epu-epu,

Bika – bika, Onde-onde, Sinanga nu gorau, Taingkora, Kangkuru mbou, Kapusu,

Tukulamba, Pombifi. (Lampiran 4)

Gambar 2.34 Parende / sup ikan (kiri), Kasoami pepe (kanan), Kasoami (bawah)

Sumber: Indecon

2.4.6 Kerajinan

Beberapa kerajinan yang biasanya sering dijadikan oleh-oleh atau cinderamata oleh

wisatawan yang berkunjung ke Wakatobi. Rata-rata kerajinan ini terbuat dari bahan-bahan

alami serta proses pembuatan dengan cara tradisional sehingga kualitas yang dihasilkan

pun dapat maksimal. Adapun kerajinan tersebut seperti; Tenun, Tikar bambu, tikar lidi,

serta beberapa kerajinan untuk penghias ruangan.

Tenun Merupakan kerjinan tradisional yang ada di seluruh daerah Wakatobi. Pengrajin

tenun di Wakatobi masih menggunakan peralatan tradisional bahkan ada yang masih

menggunakan benang dari kapuk/kapas. Motif dari kain tenun ini pun bermacam-

macam dan berbeda antara kain tenun laki-laki dan perempuan.( Lampiran 5 )

Page 85: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 57

Gambar 2.35 Kain tenun untuk perempuan (Kiri) dan kain tenun untuk Laki-laki

(Kanan)

Sumber: Indecon

Kerajinan yang menggunakan bahan dasar Lidi yang kemudian dianyam dengan

cara tradisional menghasilkan beberapa bentuk cindera mata yang unik seperti

hiasan dinding, alat makan (piring, nampan), serta dapat dibuat tas yang unik.

Kerajinan yang menggunakan bahan dasar pandan duri yang tumbuh dipesisir ini

disulap menjadi kerajinan yang indah seperti tas wanita dan tikar.

Gambar 2.36 Kerajinan Lidi dan pelepah Pandan Duri

Sumber: Indecon

2.5 Aksesibilitas dan Transportasi

Sebagai daerah kepulauan ketersedian akses dan sarana transportasi menjadi salah satu

permasalahan penting yang dihadapi Kabupaten Wakatobi, terlebih karena kawasan ini

merupakan daerah kepulauan.Akses menuju Kabupaten Wakatobi hanya dapat ditempuh

melalui jalur transportasi udara dan laut. Pintu masuk utama ke Wakatobi adalah Wangi-

wangi yang berada di Pulau Wangi-wangi (ibu kota kabupaten), Bandara Matahora (Wangi-

wangi) dan Bandara milik Wakatobi Dive Resort (WDR-Tomia). Sementara pelabuhan laut

utama di Kabupaten Wakatobi terdapat di Pulau Wangi-wangi yaitu pelabuhan Jabal dan

Mola.Sementara itu, sarana transportasi yang ada di dalam kawasan Wakatobi selain

sarana transportasi udara dan laut terdapat juga sarana transportasi darat.

Page 86: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 58

Gambar 2.37 Kondisi jalan di Wakatobi

Sumber: Indecon

2.5.1 Infrastruktur dan Akses

Pengembangan Infrastruktur jalan di Kepulauan Wakatobi masih dalam upaya pengadaan

dan perbaikan.Hingga tahun 2011 panjang jalan di Kabupaten Wakatobi mencapai 375.766

km dengan berbagai macam kondisi. Secara umum, jalan di Kabupaten Wakatobi

merupakan jalan dengan tipe III C (jalan lokal dan jalan lingkungan yang dapat dilalui

kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100

milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat

yang diizinkan 8 ton) dan sebagian besar jalan di Wakatobi merupakan jalan yang tidak

beraspal (kerikil dan tanah). Lihat tabel 2.17 berikut.

Perkembangan pembangunan jalan di Wakatobi semenjak tahun 2009-2010 cukup

signifikan, yaitu terbangun sepanjang 2.300 Km dimana jalan-jalan yang rusak berat

berkurang dan menjadi jalan dengan kualitas baik dan sedang. Akan tetapi pembangunan

infrastruktur jalan pada tahun 2010-2011 tidak mengalami peningkatan yang cukup

berarti, karena terdapat perpanjangan jalan sepanjang 5 (lima) km.

Tabel 2.17 Kondisi Jalan di Wakatobi Tahun 2011

No Kondisi Jalan 2009

(Km)

2010

(Km)

2011

(Km)

Baik 93.365 125.588 128.763

Sedang 56.019 58.319 57.324

Rusak 149.385 119.442 117.442

Rusak Berat 74.692 72.412 72.237

Jumlah (Ha) 373.461 375.761 375.766

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Wakatobi (2012)

Page 87: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 59

Rendahnya kualitas jalan secara signifikan akan berpengaruh terhadap pergerakan

wisatawan dari satu daya tarik wisata menuju daya tarik wisata lainnya dalam satu pulau.

Dari data kondisi jalan diketahui bahwa kondisi jalan rusak dan rusak berat di Wakatobi

masih sangat besar, hingga mencapai 189.679 Km atau 50,5% dari seluruh panjang jalan

yang ada di Kabupaten Wakatobi .

2.5.2 Moda Transportasi

Moda transportasi yang umum digunakan sebagai penghubung antar pulau di kawasan

Wakatobi adalah kapal laut.Sarana pelabuhan laut baik besar maupun kecil terdapat

diseluruh pulau utama Wakatobi, dengan jadwal tertentu namun tak jarang juga

berdasarkan kondisi cuaca.Kelemahan dari beberapa jadwal kapal antar pulau terutama

yang berjarak jauh seringkali menunggu hingga kapal penuh penumpang, sehingga

menyebabkan keterlambatan jadwal.

Sebagai penghubung Wakatobi dengan kawasan lainnya, selain kapal laut juga dapat

menggunakan pesawat udara. Maskapai yang saat ini melayani rute penerbangan ke

Wakatobi dari Jakarta (transit Makassar dan atau Kendari) yaitu Wings Air, dengan jadwal

penerbangan lima kali seminggu di pagi hari. Sementara itu untuk tamu Wakatobi Dive

resort mereka memiliki pesawat tersendiri dan mendarat di landas pacu di Pulau

Tomia.Jumlah maskapai dan juga jadwal yang terbatas dinilai masih belum bisa

mengakomodir jumlah kunjungan ke Wakatobi. Dengan jadwal yang hanya satu kali

penerbangan setiap harinya menyebabkan banyak pengunjung yang akan ke Wakatobi

terpaksa menggunakan akses laut yang menyita banyak waktu dan kadang terkendala

dengan cuaca sementara kecepatan akses sangat dibutuhkan. Penambahan jumlah

maskapai dan juga jadwal penerbangan akan sangat dibutuhkan kedepannya mengingkat

semakin meningkatnya jumlah kunjungan ke Wakatobi. Untuk jadwal dan harga

transportasi dari dan ke Wakatobi dapat dilihat pada lampiran 6.

Moda transportasi lokal (darat) untuk pengunjung umum yang terdapat di pulau-pulau

utama Kabupaten Wakatobi menggunakan jasa ojek dengan tarif antara Rp. 3.000,- s/d Rp.

100.000,- tergantung jarak dan medan yang ditempuh. Selain itu, persewaan kendaraan

roda empat juga tersedia dengan tarif yang sangat bervariasi dengan kisaran harga Rp.

300.000,- s/d Rp. 400.000,- atau tergantung dengan kesepakatan dan jenis kendaraan yang

di sewa.

2.5.3 Bandara, Pelabuhan, Terminal

Keberadaan bandara dan pelabuhan sangat penting mengingat letak Wakatobi sebagai

kawasan kepulauan yang hanya dapat dijangkau oleh moda transportasi udara dan

laut.Dari tabel 2.18 diketahui bahwa jumlah bandara di Wakatobi ada dua buah dan

pelabuhan (besar dan kecil) ada 13 (tiga belas) buah. Sementara itu, meskipun bandara di

Wakatobi berjumlah dua buah akan tetapi hanya satu bandara yang dapat diakses oleh

masyarakat umum yaitu bandara Matahora. Bandara yang dimiliki oleh Wakatobi Dive

Page 88: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 60

Resort (WDR-Tomia) digunakan terbatas untuk tamu mereka dan terbang langsung dari

Bali.

Untuk menunjang pertumbuhan pariwisata di Wakatobi, saat ini sedang dikerjakan

pengembangan bandara Matahora dengan penambahan gedung terminal penumpang,

penambahan lebar landasan menjadi 2.000 meter, dan lebar 35 meter sehinggga

diharapkan bisa didarati pesawat Boeing berbadan lebar.

Gambar 2.38 Pesawat Komersial dan Kapal Feri yang Mendarat di Wakatobi

Sumber: Indecon

Tabel 2.18 Jumlah Bandara dan Pelabuhan di Kabupaten Wakatobi

No Pulau Jumlah

Bandara Pelabuhan

1. Binongko - 4

2. Tomia 1 2

3. Kaledupa - 4

4. Wangi-wangi 1 3

Jumlah 2 13

Sumber: RTRW Kabupaten Wakatobi 2012-2032

Gambar 2.39 Bandara dan Ruang Tunggu di Matahora Wangi-wangi

Sumber: Indecon

Page 89: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 61

Target pemerintah di tahun 2014 adalah menjadikan Matahora sebagai bandara transit

untuk penerbangan ke Indonesia Timur, mengingat Wakatobi terletak di antara Laut Banda

dan Flores. Selama ini penerbangan ke Indonesia Timur melalui Makassar memiliki jarak

tempuh cukup panjang, diharapkan dengan melalui Wakatobi menjadi lebih singkat. Selain

itu juga ada pembangunan landas pacu (airstrip)di Kaledupa oleh Pemerintah Daerah,

meskipun lokasinya di daerah dekat Danau Sombano yang merupakan daerah konservasi

mangrove. Tahun 2013 ini fasilitas pelabuhan penyeberangan antar pulau sedang dalam

proses pengembangan dengan menambah lebar jalan menuju pelabuhan dan

penambahan tempat sandar kapal.

2.6 Fasilitas Pendukung Pariwisata

Dalam mendukung perkembangan kepariwisataan Kabupaten Wakatobi diperlukan

ketersediaan berbagai macam sarana dan prasarana serta fasilitas pendukung

pariwisata.Fasilitas pendukung utama terdiri dari akomodasi, restoran, biro perjalanan

wisata (BPW).Selain itu, ada fasilitas keuangan (Bank, Money Changer), dan fasilitas

hiburan malam.

2.6.1. Akomodasi

Salah satu kendala yang dihadapi Wakatobi sebagai sebuah destinasi adalah minimnya

sarana akomodasi yang memadai dan memiliki standar pelayanan minimal bagi

wisatawan, baik wisatawan dalam negeri maupun wisatawan mancanegara.Sebagian besar

sarana akomodasi yang ada di Wakatobi masih berupa penginapan sederhana dan

homestay yang dikelola secara mandiri oleh sebagian masyarakat.Hotel dan Resort pun

masih sangat terbatas jumlahnya.

Dari tabel 2.20 diketahui bahwa konsentrasi fasilitas akomodasi di Kabupaten Wakatobi

masih berada di Pulau Wangi-wangi (70,15%), diikuti Kaledupa (27,25%) dan Tomia

(12,25%). Sementara Pulau Binongko tercatat tidak memiliki satupun hotel ataupun

penginapan komersial, hanya terdapat rumah penduduk yang sewaktu-waktu bisa

dijadikan penginapan jika ada wisatawan yang membutuhkan.

Gambar 2.40 Patuno Resort Wangi-wangi, Wakatobi

Sumber : Indecon

Page 90: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 62

Banyaknya fasilitas akomodasi di Pulau Wangi-wangi terkait dengan letak Wangi-wangi

sebagai ibu kota kabupaten dan pintu gerbang utama menuju Wakatobi. Sementara itu,

minimnya sarana akomodasi di Pulau Binongko dikarenakan letaknya secara geografis jauh

dari pusat pemerintahan dan jauh dari daya tarik wisata tujuan utama wisatawan.

Secara garis besar fasilitas yang disediakan oleh hotel berkelas antara lain kamar tidur

dengan single bed atau double bed, kamar mandi dalam dengan fasilitas shower dengan

varian air panas dan air dingin, kipas angin/Ac, TV, Wifi, sarapan pagi selain hotel yang

berkelas di Wakatobi juga tersedia penginapan dengan kelas standar. Fasilitas yang

tersedia di penginapan antara lain kamar tidur dengan kamar mandi dalam, kipas angin,

TV. Namun masyarakat di sekitar lokasi wisata juga mempersiapkan rumah-rumah

mereka untuk dijadikan penginapan dengan fasilitas yang cukup memadai bagi kalangan

backpacker.Kisaran harga akomodasi bervariasi mulai dari 50.000 – 1.850.000 rupiah.

Tabel 2.19 Kisaran Harga dan Tingkat Hunian Akomodasi di Wangi-wangi 2013

No Nama Hotel Kisaran Harga Tingkat Okupansi

Hotel Wakatobi 165.000 - 300.000 12,14%

Wisata Beach hotel 300.000 - 500.000 9,27%

Penginapan Jely 80.000 - 150.000 5,48%

Patuno Beach Resort 605.000 - 1.815.000 32,15%

Hotel 1000 Bulan 100.000 - 200.000 15,62%

Hotel Fidel 80.000 - 150.000 8,22%

Penginapan Nirmala 75.000 - 250.000 5,71%

Hotel Gajah Mada II 50.000 - 100.000 6,81%

Penginapan Nita Sari 50.000 - 80.000 6,98%

Hotel Nur Riski 100.000 - 350.000 1,97%

Wisma Samudra 50.000 3,66%

Hotel Berlian 50.000 - 170.000 1,22%

Rata-rata 9,10%

Sumber: Hasil Survey (2013)

Tabel 2.20 Akomodasi di Wakatobi

Wangi-wangi Kaledupa Tomia Binongko

∑ Penginapan 4 1 3 -

∑ Resort 1 1 1

∑ Hotel 8 - - -

∑ Kamar 169 15 61 -

∑ Bed 240 30 70 -

Sumber: Survey Indecon, 2013

Page 91: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 63

Sementara itu, tingkat okupansi beberapa hotel yang berada di kawasan Wangi-wangi

selama ini sangat rendah.Seluruh hotel dan penginapan yang berhasil diidentifikasi tingkat

hunian rata-rata berada dibawah 10%.Hal ini menunjukkan bahwa tamu atau wisatawan

yang datang berkunjung ke Wakatobi belum merata dan berkelanjutan sepanjang tahun.

Keadaan ini tentu saja akan sangat mempengaruhi keberadaan hotel dan penginapan di

masa yang akan datang. Tingkat hunian beberapa hotel yang ada di Pulau Wangi-wangi

dapat dilihat pada Tabel 2.19. Secara keseluruhan dalam kurun waktu lima tahun (2008-

2012) tercatat jumlah tamu yang menginap di Wakatobi mengalami fluktuasi, terutama

pada periode tahun 2010-2012. Pada periode ini fluktuasi jumlah tamu yang menginap di

Wakatobi sangat tajam, baik kenaikan maupun penurunannya. Penurunan paling tajam

terjadi pada periode tahun 2011-2012 yang mencapai 18,37 %.

Diagram 2.6 Jumlah tamu Menginap di Wakatobi Tahun 2008-2012

Sumber: Dinas Kebudayaan dan pariwisata Kabupaten Wakatobi (2013)

Gambar 2.41 Hotel dan Penginapan di Wakatobi

Sumber: Indecon

Page 92: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 64

2.6.2 Rumah Makan

Keberadaan fasilitas rumah makan merupakan salah satu pendukung penting dalam

pariwisata.Jumlah rumah makan masih sangat sedikit dengan menu yang tidak

bervariasi.Beberapa rumah makan dapat menyediakan makanan atau menu khusus

dengan pemesarana 1 - 3 hari sebelumnya. Kondisi ini tentu saja akan menyulitkan bagi

wisatawan yang ingin menikmati berbagai hidangan khas Wakatobi, terutama bagi

wisatawan mancanegara yang menuntut standar kebersihan dan hyginitas makanan yang

tinggi. Dari data hasil survey (2012) diketahui bahwa rumah makan di kawasan Wakatobi

sebagian besar terdapat di Pulau Wangi-wangi (92%) dan Tomia (8%), sedangkan di Pulau

Kaledupa dan Binongko tidak tercatat adanya rumah makan komersial.

Tabel 2.21 Jumlah Rumah Makan di Wakatobi Tahun 2012

No Pulau Rumah Makan

Binongko -

Tomia 2

Kaledupa -

Wangi-wangi 23

Jumlah 25

Sumber: Data Hasil Survey (2012)

2.6.3 Biro Perjalanan Wisata (BPW)

Dari survey yang dilakukan menunjukkan bahwa hingga tahun 2011 tercatat ada 6 Biro

Perjalanan Wisata (BPW) lokal yang beroperasi di Wakatobi.Ke-enam Biro perjalanan

tersebut diantaranya adalah Raka Dive, Alexa Scuba, Patuno resort, Tandiono, Wakatobi

Dive Trip, dan Mawadah.

Gambar 2.42 Fasilitas Operator Selam

Sumber: Survey Indecon, 2013

Page 93: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 65

Sebagian besar paket yang ditawarkan oleh BPW ini adalah paket menyelam dan berbagai

aktivitas yang terkait dengan olahraga air.Selain paket-paket wisata tersebut, beberapa

BPW juga menyediakan jasa persewaan alat transportasi darat (mobil/motor) dan alat

transportasi laut (kapal boat) serta penjualan tiket perjalanan baik udara maupun laut bagi

masyarakat maupun wisatawan.

2.6.4 Fasilitas Hiburan

Fasilitas hiburan yang ada di Wakatobi seluruhnya berbentuk karaoke untuk bernyanyi

bersama.Jumlah fasilitas malam di Wakatobi masih sangat terbatas.Dari 12 (dua belas)

karaoke yang ada di Wakatobi, seluruhnya terkonsentrasi di Pulau Wangi-

wangi.Keberadaan fasilitas hiburan malam di Wangi-wangi ini dimungkinkan karena

kawasan ini adalah kawasan yang paling ramai dikunjungi warga, wisatawan dan

merupakan pintu masuk Wakatobi baik dari jalur udara maupun laut.

2.6.5 Telekomunikasi

Kemajuan teknologi telah berkembang dengan pesat dan pemakaian internet telah

memudahkan setiap orang untuk mengakses informasi dan berkirim kabar dengan cepat

dan mudah. Jaringan telekomunikasi tersedia melalui telepon dan internet. Terdapat

beberapa operator telekomunikasi yang menyediakan jasa seperti telkom (di Wanci) dan

operator seluler (telkomsel, indosat) akan tetapi pelayanan jaringan kadang jelek atau

bahkan terputus, terutama jika cuaca buruk. Di kawasan Wakatobi terdapat 7 buah pos

yang terdiri dari kantor pos pembantu sebanyak dua buah yang terletak di Wangi-wangi

dan Binongko; rumah pos (2 buah) yang terletak di Tomia, Kaledupa dan Wangi-wangi; pos

keliling (satu buah) yang terdapat di Wangi-wangi serta satu buah bis surat yang terdapat

di Kecamatan Wangi-wangi.

2.6.6 Fasilitas Keuangan

Keberadaan transaksi keuangan baik bank, ATM dan atau tempat penukaran uang bagi

masyarakat dan wisatawan yang datang berkunjung ke Wakatobi sangat penting, karena

dengan adanya fasilitas transaksi keungan maka wisatawan yang datang berkunjung tidak

perlu membawa uang tunai dalam jumlah besar ketika datang berkunjung ke Wakatobi.

Disamping itu adanya fasilitas keuangan menjamin wisatawan untuk bertransaksi saat

diperlukan.

Page 94: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 66

Gambar 2.43 Fasilitas Bank di Wakatobi

Sumber: Survey Indecon, 2013

Fasilitas keuangan yang ada di Wakatobi terdiri dari bank BRI, BPD, BNI, BTN dan

Danamon. Sementara tempat penukaran uang bisa dilakukan di bank BRI dan BNI, untuk

tiga pulau lainnya masih belum terdapat fasilitas jasa keuangan berupa Bank (lihatTabel

2.22 berikut).

Tabel 2.22 Daftar Fasilitas Keuangan yang ada di Wakatobi

No Nama

Jumlah

Lokasi Bank ATM

Money Changer

BPD Sultra 1 1 - Kompleks Pasar Pagi, Kec. Wangi-wangi

BRI 1 1 1 Jl Ahmad Yani kec. Wangi-wangi

BNI 1 1 1 Jl Ahmad Yani kec. Wangi-wangi

BTN 1 - - Kompleks Pasar Pagi, Kec. Wangi-wangi

Danamon 1 - - Jl Poros Liya, kec. Wangi Selatan

Jumlah 5 3 2

Sumber: Survey Indecon, 2013

2.7 Paket Wisata di Wakatobi

Daya tarik wisata utama Wakatobi adalah keindahan alam bawahlaut, dan menjadikan

Wakatobi sebagai salah satu destinasi utama wisata selam di Indonesia.Hal tersebut

menjadi peluang bagi sebagian masyarakat untuk menyediakan jasa sebagai operator

selam. Hingga Juli 2013 terdapat 7 (tujuh) BPW lokal di Wakatobi yang menjual paket

wisata selam dan snorkeling sebagai aktivitas utamanya. BPW lokal di Wakatobi rata-rata

mulai berdiri tahun 2008 hingga 2009, seiring dengan berkembangnya pariwisata di

Wakatobi.Masing-masing BPW memiliki jumlah pegawai rata-rata 4-5 orang. BPW lokal ini

tumbuh dan bersaing dengan BPW lain yang berasal dari luar Wakatobi.

Wisatawan yang menggunakan jasa BPW lokal umumnya merupakan wisatawan

nusantara, bahkan ada BPW lokal yang 90% tamunya merupakan wisatawan nusantara.

Wisatawan nusantara yang menggunakan jasa BPW lokal ini sebagaian besar berasal dari

Page 95: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 67

Pulau Jawa – yaitu Jakarta dan Bandung, selain terdapat juga wisatawan yang berasal dari

Makassar.Waktu kunjungan wisatawan lokal berkisar antara bulan Juli hingga Agustus,

sedangkan musim sepi kunjungan berkisar antara Januari hingga Februari.

Sebagian besar penyedia jasa lokal belum memiliki media online yang mumpuni sehingga

masih kurang optimal pemasarannya.Sementara itu wisatawan yang datang menggunakan

BPW lokal ini biasanya mendapatkan rekomendasi dari teman dan atau kerabat yang

sudah pernah menggunakan jasa BPW tersebut.

Paket wisata selam menjadi produk utama BPW lokal yang ditawarkan kepada

wisatawannya.Meskipun demikian, tidak semua waktu wisatawan digunakan untuk

menyelam, dikarenakan ada batasan dan rentang waktu minimal 24 jam yang dibutuhkan

oleh wisatawan untuk kembali menyelam dan atau sebelum mereka kembali dengan

menggunakan pesawat. Jika hal itu dilanggar akan membahayakan diri wisatawan. Oleh

karenanya, para penyedia jasa wisata kemudian juga mempersiapkan produk tambahan

yang dijadikan satu dengan paket wisata utama yang mereka tawarkan kepada wisatawan,

seperti mengunjungi desa-desa, situs sejarah dan aktivitas lainnya yang dilakukan di

daratan.

Selain BPW lokal yang menjual paket wisata di Wakatobi, terdapat kelompok masyarakat

di beberapa desa/pulau di Wakatobi yang juga memilliki inisiasi untuk membuat paket

wisata dengan mengedepankan produk unggulan yang dimiliki oleh desa/pulau masing-

masing. Rata-rata paket wisata yang dibuat lebih menjual kawasan daratan yang memiliki

keunikan lain dibandingkan dengan alam bawah lautnya.

Kelompok masyarakat di Kapota, Waha, Liya, Mola Raya, Kaledupa dan Tomia adalah

kelompok masyarakat yang berusaha untuk mengembangkan paket wisata berbasis alam

dan budaya, seperti tarian, keseharian masyarakat lokal, fenomena alam yang unik,

warisan sejarah, kuliner khas dan lainnya.

2.7.1 Paket Wisata Selam

Paket wisata bawah laut (selam) merupakan paket wisata utama yang ditawarkan kepada

wisatawan oleh BPW lokal maupun kelompok masyarakat yang memiliki paket wisata.

Paket wisata selam yang ditawarkan oleh operator lokal berdurasi rata-rata 1 (satu) hingga

5 (lima) hari. Aktivitas wisata yang umum ditawarkan oleh BPW antara lain Diving bagi

penyelam berlisensi, Diving bagi penyelam pemula, Snorkeling dan melihat Lumba-lumba.

Rata-rata paket wisata bawah laut ini dijual dengan harga Rp. 150,000 hingga Rp.

6,500,000.Variasi harga tergantung dari berapa lama durasi paket yang mereka ambil dan

juga jenis kegiatan yang dilakukan, serta kelengkapan pendukung yang dibutuhkan.

Kelengkapan pendukung paket wisata bawah laut antara lain peralatan selam, transportasi

laut, jasa pemandu, akomodasi, dan kelengkapan lainnya yang dibutuhkan.

Page 96: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 68

Gambar 2.44 Perlengkapan Wisata Selam di Wakatobi

Sumber: Survey Indecon, 2013

Wilayah cakupan kegiatan menyelam dan snorkeling yang ditawarkan oleh operator wisata

di Wakatobi hampir mencakup seluruh kawasan, namun lebih banyak di titik-titik selam

yang sudah dibuatkan zona khusus berdasarkan peta kawasan selam.Titik selam yang

sering menjadi kunjungan wisatawan biasanya adalah Mari Mabuk, Waha, Tomia, Hoga

dan masih banyak titik lainnya yang selanjutnya dapat dilihat pada gambar 2.8 (lihat Bab 2)

yang memperlihatkan persebaran titik selam di pulau-pulau utama di Wakatobi.

Kendala yang dihadapi oleh sebagian penyedia jasa selam adalah minimnya transportasi

yang menghubungkan pasar wisatawan dengan daya tarik wisata.Selain itu kondisi cuaca

yang mudah berubah menyebabkan sering berubahnya jadwal kegiatan selam.

Tabel 2.23 Daftar Biro Perjalanan Wisata dan Paket Wisata yang Ditawarkan

No Nama BPW Pulau Jenis Paket Wisata Harga Keterangan

1. Tandiono Wakatobi Dive Center

Tomia Diving 1.500.000/org/hari/

3 X Dive

2. Mawadah Wangi-wangi

Diving (1X) 350.000 - 600.000/org

1 Hari dan jadwal disesuaikan dengan wisatawan serta tergantung dengan cuaca

Diving (2X) 500.000- 1.000.000/org

Diving (3X) 1.200.000/org

Diving Discovery 500.000 - 750.000/org

Dolphin Watcing 500.000/org

Snorkling 175.000/org

3. CV Y2N (Wakatobi Dive Trip)

Wangi-wangi

Diving 5.500.000,-

Snorkeling dan Discover Diving

3.200.000 - 3.500.000,-

Page 97: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 69

Photography 1.500.000,-

4. Raka Dive Wangi-wangi

Diving 1.500.000/hari/org 2 hari 1 malam

Snorkeling 3 hari 2 malam

Tracking 4 hari 3 malam

5. Alexa Scuba

Diving Trip 5.500.000/paket/org

4 hari 3 malam. hari 1: datang,check in, makan siang 2 X dive; hari 2:3 X dive; hari 3: 2 X dive + Land trip; hari 4: pulang

6. Patuno Dive Center

Wangi-wangi

3 Dive daytrip

1.700.000/org/day (min 2Pax)

Kawasan Pulau Hoga

1.600.000/org/day (min 2Pax)

KarangGuritadanMatahora

1.500.000/org/day (min 2Pax)

Kapota,Waha,Sombu,Wandoka

2 Dive daytrip 1.000.000/org/day

(min 2Pax)

Kapota,Waha,Sombu,Wandoka

Karang Gurita dan Matahora

Sumber: Data Hasil Survey (2013)

2.7.2 Paket Wisata Non Selam

Selain daya tarik bawah laut (selam) yang menjadi daya tarik wisata utama Wakatobi,

terdapat pula aktivitas wisata lain yang potensial untuk ditawarkan kepada wisatawan.

Paket wisata non selam ini biasanya tidak dijual terpisah, melainkan disatukan dalam satu

rangkaian paket wisata yang terdiri dari produk wisata selam dan non selam.

Paket wisata non selam awalnya ditawarkan kepada wisatawan sebagai pengisi waktu

kosong dalam rentang waktu penyelaman.Namun kemudian kegiatan tersebut memiliki

daya tarik tersendiri yang cukup menarik minat wisatawan untuk datang, akhirnya

dijadikan satu rangkaian paket yang saling melengkapi.

BPW lokal rata-rata mengkombinasikan paket selam mereka dengan paket non selam yang

ada. Selain BPW, seperti dijelaskan sebelumnya di atas, kelompok masyarakat pun

mengembangkan paket yang siap untuk dikolaborasikan dengan paket selam sebagai

paket utama. Paket yang dijual oleh kelompok masyarakat rata-rata berdurasi 1 (satu)

hingga 2 (dua) hari. Paket ini berkembang sebagai paket pendukung, dan jika dikemas

dengan baik akan menjadi daya tarik utama yang dapat diminati oleh wisatawan selain

selam.

Page 98: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 70

Produk wisata yang ditawarkan dalam paket non selam ini antara lain melihat benteng,

trekking, berkunjung ketempat pembuatan souvenir, melakukan aktivitas masyarakat lokal

seperti menangkap gurita, memancing dan lainnya, piknik di pinggir pantai, melihat

pertunjukan seni, mengunjungi pemukiman Suku Bajo, atau hanya bersantai saja di pinggir

pantai. Paket wisata non selam yang dibuat oleh operator lokal biasanya terakomodir

dalam satu paket besar yang digabungkan dengan paket wisata selam dan snorkeling.

Untuk tiap paket wisata non selam yang dimiliki oleh BPW rata-rata tidak ada harga khusus

tapi tergantung permintaan.

Akan tetapi untuk beberapa kegiatan yang dirasakan memiliki nilai jual kemudian dijadikan

paket wisata tersendiri adalah kegiatan pengamatan lumba-lumba dan fotografi.Begitupun

dengan paket yang dijual oleh kelompok masyarakat, mereka menyusun dan memiliki

agenda dan variasi harga yang disesuaikan dengan jenis paket yang ditawarkan. Paket yang

dijual oleh kelompok masyarakat ditawarkan dengan kisaran Rp.450,000 hingga

Rp.4,500,000 – tergantung dari paket yang diambil dan juga durasi waktunya. Paket wisata

non selam sampai saat ini belum cukup kuat untuk bisa berdiri sendiri, karena dilihat dari

posisi Wakatobi dan kekuatan daya tarik serta pengemasan produknya, belum bisa

mendukung paket wisata non selam menjadi setara dengan paket selam.

Melihat kemajuan sektor pariwisata serta pariwisata merupakan sektor utama yang

dikembangkan di Wakatobi, membuat beberapa masyarakat membuat kelompok kerja

untuk mengembangkan objek yang ada di desa mereka dengan membuat produk wisata

non selam dengan memadukan kegiatan trekking dengan kekayaan potensi yang dimiliki

oleh masing-masing desa. Paket non selam yang ditawarkan oleh masyarakat antara lain

adalah paket tour sejarah, tour budaya serta trekking menuju puncak. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada lampiran 6.

2.8 Kondisi Pasar Wisatawan

Kunjungan wisatawan ke Wakatobi berfluktuatif setiap tahunnya. Dalam lima tahun

terakhir (2008 - 2012) secara umum terjadi peningkatan jumlah wisatawan, namun pada

tahun 2012 jumlah kunjungan wisatawan kembali menurun.

Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara sejak tahun 2009 terjadi peningkatan

meskipun tingkat pertumbuhannya tidak terlalu besar, sedangkan kunjungan wisatawan

nusantara meningkat secara signifikan dari tahun 2008 hingga 2011, namun terjadi

penurunan pada tahun 2012. Gambaran jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan

wisatawan nusantara dapat dilihat pada tabel 2.24 dan diagram 2.7 berikut.

Page 99: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 71

Tabel 2.24 Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Kabupaten Wakatobi (2008 - 2012)

Tahun Jumlah Kunjungan Wisatawan

Nusantara Mancanegara Jumlah

2000 6 321 327

2001 31 923 954

2002 6 852 858

2003 33 662 695

2004 26 973 999

2005 123 827 950

2006 126 1,265 1,391

2007 1,532 977 2,509

2008 2,772 1,443 4,215

2009 3,474 1,446 4,920

2010 4,883 1,910 6,793

2011 5,424 2,274 7,698

2012 3,534 2,719 6,253

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Kab. Wakatobi, 2013

Diagram 2.7 Jumlah Kunjungan Wisatawan Ke Wakatobi Tahun 2008 - 2012

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Kab. Wakatobi, 2013

Data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Wakatobi menunjukkan bahwa

wisatawan ke Wakatobi sejak 2006-2012 didominasi oleh wisatawan nusantara, khususnya

setelah lonjakan kedatangan wisatawan nusantara di tahun 2006.Hasil serupa juga

didapatkan dari survey kuesioner tahun 2013 yang menunjukkan sebagian besar

responden adalah wisatawan nusantara (92%).

Page 100: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 72

Diagram 2.8 Responden Wisatawan berdasarkan Asal

Sumber: Hasil olahan kuesioner, Indecon 2013

Survey pasar oleh tim DMO dan Joint Program TNC-WWF (Juni - Desember 2013) terhadap

68 wisatawan nusantara yang berkunjung ke Wakatobi, memperlihatkan profil wisatawan

umumnya adalah lelaki (53%). Kisaran umur wisatawan rata-rata dewasa, yaitu kelompok

umur 36-45 tahun (43%) dan 26-35 tahun (34%).Responden ini ditemui di berbagai fasilitas

pariwisata, seperti hotel, restoran, dan bandara. Sebagian besar wisatawan nusantara

berasal dari berbagai kota di Sulawesi (30%) dan Jakarta (27%).

Diagram 2.9 Profil Responden yang Berkunjung ke Wakatobi

Sumber: Hasil olahan

kuesioner, Indecon 2013

Sebagian besar dari

responden adalah

pegawai (baik

swasta maupun

pemerintah).Selam,

snorkeling, dan

Page 101: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 73

menikmati keindahan (alam) tetap merupakan motivasi utama perjalanan; walaupun

banyak pengunjung yang datang untuk pekerjaan (26%) dan riset (12%). Untuk lebih

jelasnya tentang profil wisatawan dapat dilihat dalam diagram 2.9.

Sebagian besar wisatawan mendapat informasi dari internet (40%) dan teman atau

anggota keluarga (41%).Hal ini membuktikan pentingnya menjaga kepuasan wisatawan

yang berkunjung karena sejauh ini rekomendasi wisatawan adalah pemasaran

terbesar.Akan tetapi, sayangnya sebagian besar menilai informasi tentang daya tarik masih

kurang baik. Hal ini perlu dipelajari lebih lanjut untuk memperbaiki sistem informasi wisata

di Wakatobi, seperti informasi apa yang dibutuhkan oleh wisatawan.

Diagram 2.10 Sumber Informasi Wisatawan

Sumber: Hasil olahan kuesioner, Indecon 2013

Sebagian besar wisatawan menginap di hotel bintang (60%) dan tampaknya masih relative

sedikit yang memanfaatkan rumah inap penduduk.Biaya akomodasi cenderung dianggap

normal (46%) hingga mahal (45%) oleh sebagian besar wisatawan.Tingkat kepuasan

relative berada di titik tengah (lihat diagram) dengan banyaknya wisatawan yang menilai

cukup, kurang, dan sangat kurang sehinga kualitas akomodasi sangat perlu ditingkatkan.

Profil pengeluaran wisatawan sangat sulit untuk didapatkan datanya; karena sebagian

responden tidak dapat memberikan jawaban karena berbagai alasan.

Diagram 2.11 Tingkat Kepuasan Wisatawan pada Akomodasi

Page 102: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 74

Sumber: Hasil olahan kuesioner, Indecon 2013

Diagram 2.12 Pola Perjalanan Wisatawan

Sumber: Hasil olahan kuesioner, Indecon 2013

Mungkin berkat baiknya kualitas informasi di internet, sebagian besar dari responden

mengatur sendiri (48%) perjalanannya ke Wakatobi. Pengunjung yang pengaturan

perjalannya dilakukan oleh kantor (31%) tampaknya adalah pengunjung dengan tujuan

pekerjaan atau penelitian. Tingkat pengulangan kunjungan masih sangat rendah (hanya

26%) dan lama tinggal (length of stay) terbesar adalah 2-3 hari.Durasi ini sangat singkat jika

memperhitungkan waktu perjalanan ke dan di dalam Wakatobi.Diperlukan strategi untuk

meningkatkan lama kunjungan wisatawan.

Page 103: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 75

Transportasi, diperkirakan merupakan salah satu kendala pengembangan pariwisata di

Wakatobi.Biaya transportasi ke Wakatobi masih dianggap mahal oleh sebagian besar tamu

(64%).Terbatasnya frekuensi penerbangan juga sangat mempengaruhi tingkat kunjungan

dan kepuasan; terlebih jika produk atau paket wisata yang tersedia sangat minim sehingga

wisatawan cenderung menganggap biaya yang dikeluarkan untuk transportasi dan

akomodasi tidak sepadan dengan pengalaman yang didapat.

Diagram 2.13 Tingkat Kepuasan Wisatawan pada Transportasi

Sumber: Hasil olahan kuesioner, Indecon 2013

Secara umum, responden memberikan reaksi yang cukup terhadap berbagai kondisi di

Wakatobi yaitu sebesar 37%, walaupun penilaian terhadap daya tarik wisata sebagian

besar masih kurang.Hasil kuesioner memperlihatkan hanya 28% yang menyatakan kondisi

daya tarik wisata baik dan 6% sangat baik.Akan tetapi minat responden terhadap daya

tarik wisata di Wakatobi ternyata cukup beragam, terbagi antara daya tarik bawah laut,

pantai, dan budaya.Untuk jelasnya dapat dilihat pada diagram 2.15 berikut. Penilaian

responden terhadap beberapa pelayanan lain juga dianggap masih sangat kurang, seperti

ketersediaan cinderamata (hanya8% yang menyatakan baik).

Diagram 2. 14 Penilaian Umum Responden

Sumber: Hasil olahan kuesioner, Indecon 2013

Page 104: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 76

Hasil kuesioner tersebut juga memperlihatkan bahwa sebagian besar responden

merasakan kualitas pelayanan relative cukup.Terlihat dari tanggapan terhadap pelayanan

di rumah makan dan pemandu cukup positif, begitu pula terhadap penerimaan

masyarakat.Akan tetapi masih memerlukan perbaikan kualitas pelayanan.

Diagram 2.15 Tingkat Kepuasan pada Kondisi Daya Tarik dan Pelayanan

Sumber: Hasil olahan kuesioner, Indecon 2013

Sumber: Hasil olahan kuesioner, Indecon 2013

Sumber: Hasil olahan kuesioner, Indecon 2013

Page 105: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 77

Di samping cuaca yang merupakan factor alam, ketersediaan informasi dan, transportasi,

serta ketersediaan listrik adalah kendala-kendala besar bagi Wakatobi. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada diagram 2.14. Peningkatan kualitas pelayanan yang disarankan

seperti:

Kelompok kecil untuk penyelaman;

Peningkatan kualitas sarana prasarana umum di pulau lain selain di Wangi-wangi;

Penambahan variasi paket wisata;

Peningkatan kualitas akomodasi dan variasi makanan.

Melakukan edukasi dan kampanye mengenai pengelolaan sampah secara keseluruhan;

baik untuk pemerintah, masyarakat, operator selam, dan pengunjung.

Meningkatkan kualitas, frekuensi, dan keandalan transportasi public menuju Wakatobi

dan antar pulau di Wakatobi; selain untuk kepentingan umum juga mendorong

pariwisata di pulau-pulau

Penyediaan jasa penyelaman yang berdasarkan standar prosedur dan operasional,

guide bersertifikat setara dive master.

Meningkatkan integrasi pariwisata dan konservasi; karena kekayaan alam Wakatobi

saat ini adalah icon utama bagi Wakatobi

2.9 Studi Persepsi Komunitas Selam terhadap Pariwisata Wakatobi

Responden terdiri dari 30 orang wisatawan dengan minat khusus menyelam, dengan batas

usia diatas 21 tahun, dan memiliki pengalaman menyelam minimal 2 tahun. Tingkat

pendidikan responden minimal S1, dengan mayoritas responden (70%) berprofesi sebagai

karyawan swasta/BUMN, dan sebagian lainnya merupakan wiraswasta.

Dari 30 orang responden penyelam, sebanyak 63% menjawab belum pernah mengunjungi

Wakatobi, sementara 37% sudah pernah mengunjungi Wakatobi.

Diagram 2.16. Pola Berwisata Responden Penyelam

Sumber: Hasil olahan kuesioner, Indecon 2013

Page 106: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 78

Para responden penyelam sebagian besar (44%) mengaku bepergian keluar kota sebanyak

2-3 kali setiap tahunnya. Sementara 33% responden mengaku bepergian rata-rata

sebanyak 3-4 kali dalam setahun, dan 23% responden mengaku bepergian sebanyak lebih

dari 5 kali dalam setahun.Sebanyak 65% responden merasa bahwa tipe akomodasi yang

paling sesuai dengan perjalanan wisata mereka adalah hotel berbintang 1-3. Sementara

23% responden lebih memilih untuk menginap di homestay, 8% responden memilih untuk

menginap di hotel berbintang 4-5, dan 4% responden merasa lebih nyaman dengan

kegiatan camping.

Pandangan responden terhadap Wakatobi sebagai destinasi wisata bahari

Sebagian besar responden penyelam (87%) mengakui bahwa informasi mengenai

Wakatobi, khususnya informasi yang menyangkut akses antar pulau sangat sulit

didapatkan. Hanya 13% responden penyelam yang merasa tidak menemui kesulitan saat

hendak mencari informasi mengenai Wakatobi.

Waktu yang dirasa ideal oleh mayoritas responden penyelam (63%) untuk berwisata ke

Wakatobi yakni selama 6-8 hari perjalanan. Sementara 20% responden merasa 3-5 hari

merupakan waktu yang ideal, dan 17% responden merasa lebih nyaman dengan

perjalanan selama lebih dari 9 hari.

Diagram 2.17. Pandangan responden terhadap Wakatobi sebagai Destinasi

Sumber: hasil olahan kuesioner, Indecon 2013

Page 107: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 79

Dari 19 responden penyelam yang mengaku belum pernah mengunjungi Wakatobi, sebanyak 42%

responden mengaku alasan mereka belum mengunjungi Wakatobi karena masih ada tujuan

wisata lainnya yang lebih menarik. Sementara 37% responden mengaku belum ada waktu, dan

21% responden mengaku akses yang sulit menyebabkan mereka enggan berwisata ke

Wakatobi.Kegiatan wisata selain menyelam yang ingin dilakukan oleh sebagian besar

responden yakni mengunjungi obyek wisata alam (47%). Sementara 36% responden lebih

memilih untuk menyaksikan kehidupan suku Bajo, dan 10% responden memilih untuk

mengunjungi bangunan bersejarah, dan 7% responden memilih untuk mengunjungi obyek

wisata lainnya.

Sebanyak 63% responden penyelam menjawab bahwa anggaran yang dirasa ideal untuk

berwisata di Wakatobi yakni tidak lebih dari 5 juta rupiah. Sementara 30% responden

bersedia untuk mengeluarkan 6-10 juta rupiah, dan 7% responden bersedia untuk

mengeluarkan 10-15 juta rupiah untuk mendapatkan pengalaman berwisata ke Wakatobi.

Diagram 2.18. Sebab Responden Belum Mengunjungi Wakatobi

Sumber: hasil olahan kuesioner, Indecon 2013

Diagram 2.19. Pengalaman Wisatawan yang berkunjung ke Wakatobi

Sumber: hasil olahan kuesioner, Indecon 2013

Page 108: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 80

Dari 11 orang responden yang pernah berkunjung ke Wakatobi, sebanyak 73% mengaku

mengalami kesulitan dalam hal akses, 9% mengalami kesulitan menyangkut akomodasi,

sementara 9% responden menyatakan tidak mengalami kesulitan saat berkunjung ke

Wakatobi.

Cara yang ditempuh responden pada saat merencanakan perjalanan ke Wakatobi, yakni

sebanyak 27% membeli paket perjalanan dari tour operator di daerah asalnya, 18%

membeli paket perjalanan setibanya di Wakatobi, dan 46% responden tidak membeli

paket wisata, melainkan merancang sendiri perjalanannya, dan 9% responden

menggunakan cara lainnya.

2.10 Kawasan Pariwisata Berdasarkan Kebijakan Pengembangan Wilayah

Berdasarkan beberapa kebijakan pengembangan pariwisata Kabupaten Wakatobi,

khususnya RPJMD, RTRW, dan Ripparda Kabupaten Wakatobi, serta Rencana

Pengembangan Pariwisata Alam TN Wakatobi, terdapat beberapa kawasan yang dipilih

atau diprioritaskan untuk dikembangkan untuk pariwisata. Masing-masing kawasan

pariwisata diprioritaskan pengembangannya dengan pertimbangan tertentu, sesuai

dengan kebijakan dan strategi yang dirumuskan dalam masing-masing dokumen tersebut.

2.10.1 Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wakatobi

Berdasarkan RTRW Kabupaten Wakatobi, terdapat 2(dua) Kawasan Strategis Kabupaten

(KSK) dengan focus pengembangan pariwisata, yaitu :

a. Kawasan Ekowisata Terpadu Tomia

Kawasan ini akan dikembangkan untuk kegiatan wisata laut dan minat khusus (ekowisata),

sekaligus untuk menjaga kelestarian lingkungan ekosistem laut, serta meningkatkan

aksesibilitas dan sarana penunjang pariwisata.

b. Kawasan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata Kaledupa

Kawasan ini akan dikembangkan untuk mendorong peningkatan dan pelestarian nilai-nilai

social budaya, meningkatkan kecintaan masyarakat akan nilai-nilai social budaya yang

mencerminkan jati diri masyarakat, serta penerapan nilai budaya dalam kehidupan

masyarakat dan pengembangan pariwisata.

2.10.2 Berdasarkan Rencana Pengembangan Pariwisata Alam TNWakatobi 2012

Taman Nasional Wakatobi merupakan kawasan konservasi yang salah satu tujuan

pengelolaannya adalah pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan

ekosistemnya, salah satunya adalah dengan kegiatan pariwisata alam.

Taman Nasional Wakatobi (TNW) dikelola dengan sistem zonasi yang ditetapkan dengan

Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan Konservasi Alam (PHKA) No. SK. 149/IV-

KK/2007 tanggal 23 Juli 2007, terdiri dari: zona inti (1.300 ha), zona pemanfaatan bahari

Page 109: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 81

(36.450 ha), zona pariwisata (6.180 ha), zona pemanfaatan lokal (804.000 ha), zona

pemanfaatan umum (495.700 ha) dan zona khusus darat (46.370 ha). Sebagai kawasan

konservasi, TNW memiliki obyek dan daya tarik wisata alam berupa kekayaan flora, fauna,

bentangan alam yang indah dan ekosistem bawah laut yang menarik, serta sejarah dan

peninggalan kebudayaan yang potensial untuk dikembangkan menjadi lokasi pariwisata

alam.

Tabel 2.25 X Zona Pariwisata dalam Taman Nasional Wakatobi

SPTN Lokasi Potensi Wilayah

SPTN Wilayah

I Wangi-wangi

Terdapat di bagian ujung timur Karang

Kaledupa

Lokasi penyelaman

Sebagian wilayah pesisir sebelah timur

Pulau Wangi-Wangi (di Pantai Suosu)

Lokasi penyelaman

Sebagian wilayah pesisir sebelah timur

Pulau Wangi-Wangi (disekitar Pantai

Suosu) tepatnya dari bibir pantai

sampai dengan tubir dan lebar ±100 m

Ruang usaha

Lokasi dermaga

SPTN Wilayah

2 Kaledupa

Karang Otiolo Lokasi penyelaman

Karang Desa Sombano (ujung barat

utara Pulau Kaledupa)

Lokasi penyelaman

Sebagian wilayah sebelah selatan pesisir

Desa Sombano

wisata mangrove

Sebagian kecil wilayah sebelah selatan

pesisir Desa Sombano

wisata mangrove

Sebagian besar Pesisir Sebelah barat

Pulau Hoga

Lokasi penyelaman

Sebagian kecil pesisir sebelah barat Pulau Hoga (dikelola oleh Yayasan Mitra Alam Wakatobi)

Ruang Usaha

Pembangunan dermaga

SPTN Wilayah

III Tomia

Bagian timur Karang koromaho Lokasi penyelaman

Pesisir Ujung selatan Pulau Binongko Lokasi penyelaman

Pesisir Ujung selatan Pulau Binongko Lokasi penyelaman

Pesisirujung Barat pulau Binongko Lokasi penyelaman

Ujung Karang Tomia bagian selatan Lokasi penyelaman

Ujung Karang Tomia bagian Utara Lokasi penyelaman

Pesisir Pulau Tolandono sebelah barat Lokasi penyelaman

(WDR)

Sebagian kecil Pesisir Pulau Tolandono sebelah barat

Ruang Usaha

Lokasi WDR dan

dermaga

Karang Mari mabuk Lokasi penyelaman

Pemanfaatan zona pariwisata dibagi menjadi peruntukan ruang public dan ruang

usaha.Ruang public didesain pada kawasan yang terletak di kawasan luar; sementara

ruang usaha didesain pada kawasan pesisir.Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa

potensi dan kondisi wilayah dalam beberapa titik di zona pariwisata yang berada di pesisir

telah dilakukan usaha pariwisata alam dan dimungkinkan untuk pembangunan sarana

pariwisata secara terbatas seperti pembangunan dermaga, mouring buoy dan

Page 110: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 82

sejenisnya.Luasan pembangunan dermaga atau sejenisnya tidak lebih dari ukuran panjang

menyesuaikan dengan panjang tubir pantai dan lebar 100 m.

Selain itu, TN Wakatobi juga menetapkan zona khusus daratan difokuskan pada 5 (lima)

lokasi Model Desa Konservasi (MDK) yang saat ini menjadi binaan Balai Taman Nasional

Wakatobi. Sementara untuk wilayah daratan lainnya mengacu pada Rencana Induk

Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kabupaten Wakatobi. Terdapat 5 (lima)

kawasan MDK yang dikembangkan, yaitu:

Pulau Lokasi Luas (ha)

Pulau Kapota Desa Kapota Rencana pengembangan wisata bahari, budaya,

situs sejarah, pengamatan burung,

penjelajahan goa, dan treking

Pulau Kaledupa Desa Samabahari Rencana pengembangan wisata bahari, dan

wisata budaya

Pulau Derawa Desa Derawa Rencana pengembangan wisata bahari, situs

sejarah, pengamatan burung, penjelajahan goa,

dan tracking dan bersampan di kawasan

mangrove, melihat aktivitas budidaya rumput

laut.

Pulau Tomia Desa Teemoane Rencana pengembangan wisata bahari, wisata

situs sejarah, penjelajahan goa.

Pulau Binongko Desa Wali Rencana pengembangan wisata bahari, wisata

situs sejarah, penjelajahan goa, tracking di

kawasan hutan

Pengembangan MDK dimaksudkan sebagai salah satu alternative daerah tujuan wisata di

TNW, sehingga diperlukan penguatan pembangunan di dalamnya.Kegiatan yang dilakukan

berupa pelatihan manajemen kelembagaan dan pelatihan keterampilan teknis.

Page 111: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 83

Gambar 2. 45 Peta Pariwisata oleh berbagai dokumen di Wakatobi

Sumber: Indecon 2.10.3 Berdasarkan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Wakatobi

Dalam Ripparda Kabupaten Wakatobi telah ditetapkan 6 (enam) kawasan pariwisata

prioritas yang terbagi menjadi 2 tahapan prioritas pengembanganya itu sebagai berikut:

Nama Lokasi Luas (ha)

Prioritas Pertama

Kawasan Pariwisata

Matahora

Kawasan ini terletak di Kecamatan Wangi-Wangi dan

Wangi-Wangi Selatan yang wilayahnya meliputi desa-desa:

Desa Sombu, Waha, Wailumu, Matahora, Patuno, Topa,

Sousu, Topa nuanda, Longa, Topa tula

3.500

Kawasan Pariwisata

Hoga

Kawasan ini terletak di Kecamatan Kaledupa yang

wilayahnya meliputi seluruh Pulau Hoga dan sebagian

bagian Pulau Kaledupa dari Sombano sampai Sama Bahari

1.000

Kawasan Pariwisata

Untete

Kawasan ini terletak di Kecamatan Tomia Timur, yang

wilayahnya meliputi Desa Kulati, kawasan Pantai

Hu’untete, Hongaha, Tee Timu

1.100

Kawasan Pariwisata

Tolandono

Kawasan ini terletak di Kecamatan Tomia yang wilayahnya

meliputi seluruh Pulau Tolandono (Onemabaa)

360

Prioritas Kedua

Kawasan Pariwisata

Peropa

Kawasan ini terletak di Kecamatan Kaledupa Selatan,

yang wilayahnya antara lain meliputi Tempara, Peropa,

Taou

1.000

Kawasan Pariwisata

Palahidu

Kawasan ini terletak di Kecamatan Binongko dan Togo

Binongko, yang wilayahnya meliputi Desa Showa,

Taipabu, Bante, Oncone, Rukuwa, Palahidu

2.250

Page 112: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 84

Berdasarkan kajian terhadap perwilayahan ini, terdapat inkonsistensi antara penetapan

kawasan pariwisata yang dilakukan oleh taman nasional melalui RIPPA dan pemerintah

daerah melalui RIPPARDA. Sebagian besar kawasan pariwisata yang ditetapkan dalam

Ripparda Kabupaten Wakatobi terdapat di luar zona pariwisata Taman Nasional Wakatobi.

Tambahan lagi, taman nasional juga mengembangkan model desa konservasi dengan basis

kegiatan konservasi justru pada kawasan-kawasan yang terletak jauh di luar zona

pariwisata.

Gambar 2. 45 Peta Pariwisata oleh berbagai dokumen di Wakatobi

2.11Persepsi Para Pihak Kepariwisataan Wakatobi

Dukungan para pihak dalam keberhasilan pengelolaan kepariwisataan Wakatobi adalah hal

yang sangat penting.Para pihakdi sini termasuk masyarakat dan pihak pemerintah (Pemda

Wakatobi dan Balai TN Wakatobi). Untuk itu akan diuraikan persepsi mereka terhadap

kepariwisataan Wakatobi, yang didasarkan pada laporan studi Identifikasi Awal Potensi

Pariwisata Wakatobi (Indecon, Mei 2010) dengan pembaruan hasil survey lapangan

fasilitator lokal di Wakatobi, bulan Februari 2013.

Persepsi Para Pihak di Pulau Wangi-wangi

Hasil FGD dengan para pihak di Kapota dan Numana memperlihatkan dukungan yang

antusias terhadap kemungkinan pengembangan pariwisata di Wangi-wangi, khususnya

Page 113: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 85

yang dapat mengembangkan perekonomian lokal.Mereka telah melakukan identifikasi

potensi sumber daya wisata yang dapat dikembangkan untuk mendukung kegiatan wisata.

Di lain pihak mereka juga menyadari adanya kendala dalam pengembangan pariwisata

yaitu terkait dengan kapasitas sumber daya manusia, dan kekhawatiran tentang dampak

kegiatan pariwisata terhadap kondisi sosial budaya masyarakat.

Oleh karenanya, dalam pengembangan kepariwisataan di wilayah ini sangat perlu untuk

melibatkan semua desa yang ada dan juga pihak lembaga adat setempat, selain

pemerintah kecamatan, desa, lembaga agama, dan kelompok nelayan; dan juga

berkoordinasi dan bersinergi dengan program DMO (Destination Management

Organisation).

Persepsi Para Pihak di Pulau Kaledupa

Persepsi para pihak di Pulau Kaledupa disimpulkan dari hasil FDG di Pulau Derawa dan di

Ambeua, yang dihadiri oleh perwakilan kecamatan, pemerintah desa, kelompok nelayan

Forkani, pelaku wisata Pulau Hoga, BPD, dan tokoh-tokoh masyarakat.

Para pihak secara umum mendukung kegiatan pariwisata di Kaledupa, sebagai alternatif

pendapatan diluar perikanan dan pertanian.Namun demikian disadari bahwa pemahaman

masyarakat tentang pariwisata masih sangat kurang.Oleh karenanya diperlukan kegiatan

sosialisasi ke masyarakat terkait tujuan dan manfaat dari kegiatan pariwisata bagi

masyarakat dan lingkungan.Diperlukan kontinuitas dari kegiatan-kegiatan pengembangan

pariwisata yang dilakukan berbagai pihak, serta keterbukaan dan kejelasan dari pihak

pelaksana program.

Persepsi Para Pihak di Pulau Tomia

Persepsi para pihak di Tomia disimpulkan dari pertemuan di Usuku dan Waha yang dihadiri

oleh kepala desa, lurah, kelompok nelayan Komunto, kelompok binaan taman nasional

SPKP, pelaku wisata dan Taman Nasional Wakatobi.Pada dasarnya mereka memiliki

keinginan untuk mengembangkan pariwisata, namun pengalaman dengan kasus Wakatobi

Resor menyebabkan kekhawatiran masyarakat tidak dilibatkan delam kegiatan wisata,

bahkan dapat menutup akses mereka ke kawasan tertentu di wilayah pesisir atau laut.

Para pihak di Tomia menginginkan pembangunan kepariwisataan dilakukan dengan

berbasis masyarakat lokal sehingga memberikan manfaat yang jelas bagi masyarakat.

Mereka menyadari masih kurangnya pemahaman tentang pariwisata di masyarakat, dan

kesulitan mengembangkan potensi yang dimiliki, termasuk kendala di pendanaan

awal.Oleh karena itu, sosialisasi ke masyarakat, peningkatan kapasitas, dan

pengembangan proyek percontohan desa wisata diharapkan dapat dilakukan oleh

pemerintah untuk mendorong pengembangan pariwisata di Tomia.Program kegiatan yang

dilakukan adalah yang sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat serta dapat

berjalan secara menerus.

Page 114: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 86

Persepsi Para Pihak di Pulau Binongko

Dari hasil pertemuan dengan perwakilan Kecamatan, Desa, BPD, Kelurahan, kelompok

nelayan Foneb, guru, tokoh agama dan adat, serta Taman Nasional Wakatobi di Wali dan

Oihu, terlihat bahwa mereka sangat ingin mengembangkan kepariwisataannya sebagai

alternatif sektor perikanan laut, untuk memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat

Binongko.

Mereka menyadari besarnya potensi sumber daya wisata yang dimiliki.Namun karena

pemahaman dan kemampuan mereka yang terbatas, mereka kesulitan dalam

mengembangkan potensi tersebut.Untuk itu mereka mengharapkan pemda dapat

melakukan sosialisai tentang pariwisata, dan dukungan pembangunan infrastuktur

khususnya jalan.Lebih lanjut, para pihak menginginkan pariwisata yang berkembang di

Binongko harus mengikuti dan menghormati aturan serta tradisi setempat.

Persepsi Pemda Kabupaten Wakatobi

Pemda Wakatobi, dalam hal ini melalui diskusi dengan Kadisbudpar Kabupaten Wakatobi

menyampaikan bahwa sektor pariwisata meruapakan salah satu sektor andalan Kabupaten

Wakatobi, yang kemudian tertuang dalam visi kabupaten yaitu “Terwujudnya Wakatobi

Sebagai Daerah Tujuan Wisata Ekologi (Ecotourism) Dunia 2010”. Kegiatan promosi banyak

dilakukan di tahun-tahun awal pengembangan, dan baru kemudian diimbangi dengan

program pembenahan destinasi mulai tahun 2010. Hal ini terkait dengan anggaran bidang

destinasi yang sangat kecil (sekitar Rp. 200- 300 juta/tahun); sementara anggaran bidang

promosi sangat besar jumlahnya (Rp. 1-2M/tahun).

Dukungan pemda terhadap pengembangan pariwisata Wakatobi ditujukan untuk

memberikan manfaat bagi masyarakat Wakatobi.Pemda telah menentukan kebijakan yang

membuka peluang sebesar-besarnya bagi para pengusaha Indonesia maupun lokal untuk

berinvestasi di sektor pariwisata dengan tidak mengijinkan penanaman modal asing untuk

menanamkan modalnya di Wakatobi.Selain itu peningkatan kapasitas staf Pemda

khususnya dalam pengembangan dan perencanaan pariwisata juga sangat diperlukan.

Persepsi Balai Taman Nasional Wakatobi

Hasil diskusi dengan petugas lapangan dan kepala resor menunjukkan bahwa pariwisata

menjadi salah satu kegiatan yang diperbolehkan di taman nasional, dan telah dibuat zonasi

peruntukannya. Namun demikian belum ada program khusus dari taman nasional untuk

mendukung pengembangan pariwisata, selain mengadakan pelatihan mengenai ekowisata

dan studi banding ke Bali bagi perwakilan kelompok-kelompok masyarakat di Wakatobi.

Pihak TN juga telah mengadakan program pengembangan desa konservasi dengan

membentuk kelembagaan di tingkat desa yaitu Sentra Penyuluhan Kehutanan Pedesaan

(SPKP).Pembentukan ini dimaksudkan untuk melestarikan hutan dan mewujudkan

Page 115: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 87

kesejahteraan masyarakat, salah satunya melalui kegiatan pariwisata.Program

pengembangan ekowisata diharapkan dapatdisinergikan dengan Rencana Induk

Pengembangan Pariwisata yang dimiliki TN.

Persepsi Industri Pariwisata Wakatobi

Hasil wawancara dengan beberapa biro perjalanan pariwisata di Wakatobi

memperlihatkan permasalahan yang dirasakan adalah sulitnya akses transportasi dari

daerah luar ke Wakatobi sehingga berpengaruh terhadap jumlah kunjungan

wisatawan.Sarana prasarana transportasi yang kurang memadai, tidak bersambungnya

jadwal perjalanan kapal dari Wangi-wangi menuju Tomia dengan jadwal penerbangan,

serta masih sedikitnya frekuensi penerbangan dan mahalnya harga tiket.Selain itu

prasarana listrik juga masih dirasakan terbatas, informasi wisata yang masih kurang.Pihak

industri juga merasakan masih kurangnya pelayanan terhadap wisatawan, dan belum

optimalnya pemasaran yang dilakukan. Pihak industri pariwisata sangat berharap akan

berkembangnya pariwisata daerah Wakatobi. Terkait dengan kegiatan yang mereka

lakukan.Pihak industri sangat berharap adanya pelatihan atau pendampingan tentang

pembuatan paket wisata yang bisa ditawarkan ke wisatawan.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil diskusi dengan berbagai para pihak tersebut, dapat disimpulkan bahwa

Pemerintah Daerah pada dasarnya mendukung pengembangan pariwisata di Wakatobi,

dengan menjadikan sektor ini sebagai salah satu sektor andalan pembangunan

wilayah.Pihak TN juga mulai mendukung kegiatan wisata dengan beberapa program awal,

termasuk di tahun 2012 dengan menyusun master plan pariwisata Wakatobi.

Masyarakat pun secara umum mendukung dan ingin terlibat dan mendapatkan manfaat

dari pembangunan kepariwisataan Wakatobi.Namun mereka menyadari kekurangan

dalam hal pemahaman dan kemampuan untuk mengembangkan pariwisata, selain juga

kondisi sarana dan prasarana pendukung yang masih kurang.Masyarakat mengharapkan

peningkatan kapasitas dan kegiatan pendampingan di masyarakat yang langsung dan

berkelanjutan, sehingga pariwisata dapat memberikan manfaat dan keuntungan yang

nyata bagi masyarakat, tanpa membawa pengaruh negatif terhadap tradisi dan budaya

setempat.

Pihak industri juga sangat mengharapkan kepariwisataan daerah Wakatobi dapat lebih

dikembangkan.Kondisi sarana prasarana yang terbatas menjadi permasalahan yang

mereka rasakan pula saat ini.Seperti juga yang diharapkan masyarakat dalam hal

pendampingan, pihak industri juga mengharapkan pendampingan dalam penyusunan

paket-paket wisata.

Page 116: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 88

BAB 3

ANALISIS KEPARIWISATAAN WAKATOBI

3.1 Isu-isu Stategis Pengelolaan Kepariwisataan Wakatobi

Pembangunan kepariwisataan di Wakatobi tidak terlepas dari adanya isu-isu strategis yang

dihadapi, yaitu sebagai berikut:

Ekosistem pulau-pulau kecil kaya akan jenis jenis endemic namun sangat rentan.

Kerusakan ekosistem akan berakibat pada hilangnya spesies tertentu, sementara

kehilangan spesies akan mengurangi kualitas ekosistem dan berdampak pada

penurunan jumlah pengunjung. Sebagai wilayah dengan ekosistem pulau-pulau kecil,

ekosistem Kabupaten Wakatobi sangat rentan terhadap gangguan dan perubahan

yang terjadi, yang jika tidak diantisipasi sejak awal akan berdampak pada penurunan

kualitas lingkungan.

Keterbatasan sumber daya energi dan air; hal ini terkait dengan karakteristik

Kabupaten Wakatobi sebagai wilayah kepulauan.

Ruang yang terbatas membatasi ketersediaan lahan untuk pengembangan karena

sebuah pulau harus mampu menyediakan atau memenuhi kebutuhannya sendiri.

Keterbatasan sumber daya manusia yang berkualitas; di segala tingkatan (dari tingkat

pengambil keputusan, manajerial hingga garda depan), dan di berbagai aspek yang

terkait.

Minimnya keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan pariwisata dan keterbatasan

kapasitas masyarakat dapat menghambat peluang masyarakat dalam mengambil

manfaat dari pariwisata

Akses yang terbuka sehingga lebih sulit untuk mengelola dan melakukan pengawasan

terhadap kegiatan yang bersifat merusak sumber daya, karena kesulitan untuk

kontrol dan pengelolaan wilayah.

Saling ketergantungan antara pengembangan pariwisata dengan konservasi sumber

daya alam. Daya tarik kepariwisataan Wakatobi sangat bertumpu pada keindahan

alam bawah laut maupun daratannya. Kerusakan pada sumber daya alam tentunya

akan sangat berdampak pada kepariwisataan wilayah ini, sehingga konservasi

menjadi hal yang sangat perlu dilakukan.

Lemahnya koordinasi antar sektor dan antar pihak yang terlibat dalam

pengembangan kepariwisataan Wakatobi. Masing-masing terlihat masih berjalan

sendiri-sendiri.

Keterbatasan sarana transportasi, informasi, dan fasilitas pendukung pariwisata yang

berkualitas.

Belum adanya perencanaan detail dan pengelolaan pariwisata di zona pemanfatan

yang telah ditetapkan oleh Taman Nasional Wakatobi (TNW).

Page 117: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 89

3.2 Analisis Pasar Pariwisata Wakatobi

3.2.1 Analisis Makro – Pasokan dan Permintaan

Wakatobi adalah salah satu destinasi wisata bahari di Indonesia, yang memiliki visi untuk

menjadi destinasi pariwisata dunia.Sebagai destinasi pariwisata dunia maka sasaran pasar

Wakatobi tidak hanya wisatawan lokal atau domestik, tetapi juga wisatawan

mancanegara.Saat ini daya jual utama Wakatobi adalah keindahan daya tarik bawah laut,

sehingga sasaran pasar utama bagi Wakatobi adalah wisatawan (mancanegara dan

nusantara) minat khusus selam atau snorkeling. Terkait dengan visinya sebagai destinasi

berskala dunia, Wakatobi tidak hanya harus bersaing dengan destinasi wisata bahari di

Indonesia tetapi juga di dunia.Dalam lingkup nasional, analisis berdasarkan literatur

sekunder menunjukkan beberapa destinasi di Indonesia yang dikenal sebagai destinasi

wisata bahari di Kawasan Timur Indonesia yang paling sering dirujuk adalah: (1) Komodo,

Nusa Tenggara Timur (kota kedatangan: Labuan Bajo), (2) Bunaken, Sulawesi Utara (kota

kedatangan: Manado), (3) Derawan, Kalimantan Timur (kota kedatangan: Tanjung

Redeb/Berau), (4) Banda, Maluku (kota kedatangan: Banda), serta (5) Raja Ampat, Papua

(kota kedatangan: Sorong). Ditinjau dari daya tarik wisatanya, destinasi tersebut adalah

pesaing utama Wakatobi.

Berikut akan dikaji kondisi setiap destinasi pesaing khususnya terkait (a) aksesibilitas, (b)

ketersediaan fasilitas hotel, (c) ketersediaan rumah sakit -sebagai fasilitas penunjang yang

cukup penting bagi destinasi wisata bahari, (d) paket wisata, dan (e) permintaan.

i. Aksesibilitas; Seluruh destinasi pesaing mempunyai tingkat kesulitan yang relatif

sama; yaitu: (i) tidak mempunyai penerbangan langsung (dari Jakarta atau Bali

sebagai sumber pasar utama wisman maupun wisnus); (ii) harga yang relatif mahal

–karena jarak dan ketersediaan penerbangan yang terbatas; (ii) seringkali masih

harus dilanjutkan dengan moda transportasi lain (kapal), misalnya Banda,

Derawan, dan Raja Ampat.

Pada harga tertinggi, hanya tiket penerbangan ke Bunaken (Manado) yang lebih

murah daripada ke Wakatobi. Penerbangan hanya mengantarkan wisatawan

hingga kota penghubung terdekat; sementara untuk mengakses lokasi

penyelaman wisatawan masih harus mengeluarkan biaya untuk sewa kapal.

Perbandingan harga tiket pesawat untuk menuju ke destinasi pesaing Wakatobi

dapat dilihat pada tabel 3.1.

Page 118: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 90

Tabel 3.1 Harga Tiket Pesawat (Agustus 2013 – Agustus 2014)

Destinasi Kota Kedatangan Harga Tertinggi (Rp) Harga Terendah (Rp)

Komodo Labuan Bajo 5.577.400 Agustus 2.941.600 Desember

Bunaken Manado 3.335.400 April 1.799.400 November

Derawan Berau 3.977.100 Juni 2.756.100 Mei

Banda Ambon 2.750.800 Agustus 1.786.300 Januari

Ambon – Banda: ferry cepat

Raja Ampat Sorong 4.416.100 Juli 3.296.800 Juni

Sorong-Raja Ampat: ferry cepat (130.000/orang/trip, 4jam

perjalanan) atau menyewa kapal ( 5.000.000-7.000.000)

Wakatobi Wangi-Wangi 6.324.000 Agustus 3.041.700 April

Sumber: diolah dari www.skyscanner.com (diakses pada 24 Juni 2013)

ii. Ketersediaan fasilitas hotel di Wakatobi jauh tertinggal dibanding para pesaing

utamanya. Beberapa pesaing utama mempunyai lokasi yang strategis karena kota

kedatangan destinasi tersebut termasuk kategori kota besar dan memiliki fasilitas

yang lebih baik; misalnya Bunaken yang dapat mengandalkan fasilitas di Kota

Manado, sebagai ibukota provinsi. Dari seluruh pesaing utama, Komodo (Labuan

Bajo) dan Bunaken (Manado) memiliki ketersediaan fasilitas yang relatif paling

baik. Berdasarkan ketersediaan fasilitas hotel di destinasi pesaing terdapat

beberapa kecenderungan utama, yaitu:

• Di destinasi yang sangat tergantung pada wisata bawah laut (misal: Derawan,

Raja Ampat, dan Banda), pasokan hotel didominasi oleh resort individual kelas

atas (dengan kisaran harga kamar di atas Rp. 1.000.000,-), dan penginapan (di

bawah Rp. 250.000,-). Pasokan hotel kelas menengah (harga antara Rp.

300.000 – Rp.1.000.000 per malam) hanya terdapat di kota penghubung

terdekat (Waisai, Sorong dan Ambon, yang berjarak 3-4 jam perjalanan

dengan kapal). Wisatawan lazimnya akan menginap 1-2 malam di kota ini

sebelum berwisata ke destinasi tujuan.

• Di destinasi yang mempunyai varian kegiatan wisata lain (seperti Komodo dan

Bunaken) pasokan hotel lebih bervariasi, khususnya yang paling banyak ada di

kisaran harga Rp. 500.000 – Rp.750.000 per malam. Kota Manado mempunyai

banyak pasokan hotel dengan kisaran harga Rp. 500.000 -Rp 1.000.000, karena

juga merupakan ibu kota provinsi.

Untuk lebih jelasnya ketersediaan fasilitas hotel di destinasi pesaing Wakatobi

dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut.

Page 119: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 91

Tabel 3.2 Ilustrasi Perbandingan Pasokan Hotel di Destinasi Wisata Bahari

No Destinasi Kota

Kedatangan

Jumlah Kamar / harga (000)

Jaringan Hotel < 250

250-500

500-750

750 - 1.000

> 1.000

1. Komodo Labuan Bajo 0 45 276 26 0 Jayakarta, Ecolodge, Luwansa

2. Bunaken Manado 29 0 132 206 294 Aston, Novotel

3. Derawan Berau 104 76 0 0 17 Resort individu

kelas atas

4. Banda

Ambon 0 211 32 51 207 Aston, Swiss Bell

Banda 50 20 Resort individu

kelas atas

5. Raja Ampat

Sorong 130 52 106

Raja Ampat 0 21 39 Resort Individu

kelas atas

Sumber: diriset melalui berbagai sumber di internet (diakses Juni 2013), harga adalah

published rate dan dalam rupiah

iii. Fasilitas penunjang lain yang sangat penting untuk wisata bahari adalah rumah

sakit (layanan kesehatan) khususnya fasilitas dekompresi untuk mengantisipasi

kecelakaan akibat dekompressi yang sering dialami penyelam. Lokasi rumah sakit

terdekat di destinasi-destinasi tersebut yang memiliki fasilitas ini adalah :

RSP Balikpapan (10 jam perjalanan darat dari Derawan, Berau)

RSU Manado

RSAL Halong Ambon (4 jam perjalanan kapal dari Banda)

RS Petromer Sorong (4 jam perjalanan kapal dari Raja Ampat)

RSU Makasar (4 jam penerbangan dari Wakatobi, via Kendari)

Fasilitas kesehatan di kota terdekat seluruh destinasi pesaing adalah Rumah Sakit

Umum Daerah dengan fasilitas yang terbatas; di Labuan Bajo bahkan RSUD masih

dalam proses pembangunan (sumber:www.rsaldrmintohardjo.com).

iv. Ketersediaan paket wisata; Destinasi wisata bahari pesaing mempunyai

keberagaman paket wisata yang ditawarkan, walaupun kegiatan wisata bawah

laut tetap menjadi jualan utama. Paket wisata tambahan yang ditawarkan

umumnya adalah wisata alam dan budaya yang dilakukan di daratan di sekitar

lokasi penyelaman, sebelum atau sesudah kegiatan selam atau snorkeling. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.3

v. Aspek Permintaan. Kedatangan wisatawan di destinasi-destinasi ini menunjukkan

pertumbuhan yang cukup baik.Dintinjau dari jumlah kedatangan wisatawan, Raja

Page 120: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 92

Ampat menunjukkan pertumbuhan yang sangat dramatis dengan peningkatan

sebesar 93% (tahun 2011-2012). Destinasi lain juga menunjukkan pertumbuhan,

akan tetapi relatif bervariasi. Pada tahun 2012, destinasi Labuan Bajo juga

memperlihatkan pertumbuhan sekitar 3,64% per tahun jika dibandingkan dengan

tahun 2008.

Tabel 3.3 Karakteristik Paket Wisata Destinasi Pesaing

No Destinasi

Harga Paket (rata-rata/hari/pax)

Karakter Selam

Selam +

Lainnya

1. Komodo Rp 750.000 -

800.000

Rp 1.000.000 -

1.400.000

Paket wisata menyelam murni ditawarkan,

walaupun lebih banyak yang

menggabungkannya dengan pengamatan

Komodo. Sebagian kecil juga menawarkan

paket wisata overland mengunjungi desa

2. Bunaken Rp 930.000 -

1.500.000

Rp 350.000 -

500.000

Jadwal sebagian besar paket wisata didominasi

kegiatan menyelam dan dikombinasikan

dengan paket wisata kota (urban sightseeing)

di Manado. Sebagian kecil mencoba

dikombinasikan dengan paket satu hari

mengunjungi hutan dan desa di sekitar

Manado

3. Derawan Rp 800.000 Rp 300.000 -

600.000

Selain paket wisata menyelam, juga banyak

ditawarkan paket wisata non menyelam secara

terpisah dengan kegiatan rekreasi air (banana

boat, menyusuri pantai, dsb)

4. Banda Rp 1.800.000 - 2.000.000

Didominasi paket wisata menyelam dan

snorkeling. Kegiatan wisata bahari lainnya tour

katamaran, memancing, melihat ikan paus dan

lumba-lumba

5. Raja Ampat Rp 750.000 -

1.900.000

Rp 500.000 -

1.200.000

Dengan dominasi paket wisata menyelam,

destinasi juga banyak menawarkan gabungan

menyelam dengan kegiatan wisata alam (mis:

pengamatan burung) dan wisata desa (mis:

proses kerajinan)

Sumber: Indecon, 2013

Destinasi Raja Ampat dan Komodo memiliki komposisi wisatawan mancanegara

(wisman) dan wisatawan nusantara (wisnus) yang relatif seimbang dalam 10 tahun

terakhir, sementara Derawan menunjukkan kecenderungan yang relatif sama

dengan Wakatobi, dimana jumlah kunjungan wisnus jauh lebih tinggi dibandingkan

wisman. Di destinasi Derawan, tingkat pertumbuhan sangat tinggi akibat

meningkatnya jumlah kedatangan wisatawan nusantara yang sangat

meningkat.Derawan mengalami pergeseran komposisi jumlah kunjungan

Page 121: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 93

wisatawan; dimana jumlah wisman justru semakin menurun dengan meningkatnya

jumlah kedatangan wisnus.

Secara umum, tingkat permintaan untuk destinasi wisata bahari pesaing masih

cukup baik; hal ini juga ditunjang dengan citra Indonesia sebagai salah satu jantung

wisata selam di dunia.Namun dari data-data tersebut terlihat bahwa beberapa

destinasi yang cukup berkilau 10 tahun lalu, mulai menunjukkan gejala penurunan

jumlah kunjungan wisatawan.

Tabel 3.4 Kedatangan Wisatawan di Beberapa Destinasi Pesaing

No Destinasi

Kota

Kedatanga

n

Wisman Wisnus Total

Per

Tumbu

h

an

Sumber /

Trend

1. Komodo Labuan

Bajo

2006 2008 2006 2008 2006 2008

2,26%

Manggarai

Barat dalam

Angka

Penurunan

kunjungan

wisman;

kenaikan

kunjungan

wisnus (tidak

signifikan)

5.207 6.848 8.795 7.788 14.00

2 14.636

2. Derawan Berau

2005 2009 2005 2009 2005 2009

194,23

%

penurunan

kunjungan

turis asing;

kenaikan

wisnus secara

dramatis

pasca even

PON

983 616 25.06

5

227.80

7

26.04

8

228.42

3

3. Raja

Ampat Sorong

2010 2011

93,00%

http://rajaam

patkab.bps.go

.id/file 3.758 7.253

Sumber: http://rajaampatkab.bps.go.id/file

3.2.2 Analisis Mikro - Sisi pasar

Pertumbuhan kedatangan wisatawan ke Wakatobi sempat meningkat pada tahun 2010,

akan tetapi menunjukkan kecenderungan menurun bahkan hingga minus pada 2012.

Diperkirakan pada tahun 2010 terjadi lonjakan akibat suksesnya promosi, namun hal ini

kurang ditunjang dengan pelayanan yang memuaskan bagi wisatawan sehingga penurunan

jumlah kunjungan ini terjadi.

Page 122: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 94

Diagram 3.1 Kunjungan Wisatawan ke Wakatobi

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Wakatobi (2013)

Tingginya dominasi wisatawan nusantara yang berkunjung ke Wakatobi (sekitar 60-70%

dalam kurun waktu 5 tahun terakhir), mempunyai sisi negatif dan positif. Sisi positif

diantaranya adalah pertama, pariwisata di Wakatobi akan cenderung lebih kuat terhadap

fluktuasi global (pergerakan kurs, krisis ekonomi di Eropa, larangan bepergian, dan

sebagainya). Kedua, jumlah wisatawan nusantara juga lebih besar, dimana pergerakan

wisatawan nusantara di seluruh Indonesia lebih dari 20 kali lipat wisatawan mancanegara;

sehingga secara akumulatif pengeluaran (expenditure) wisatawan nusantara mendekati

atau sama dengan wisatawan mancanegara. Ketiga, wisatawan nusantara cenderung lebih

variatif dalam berkegiatan wisata, sehingga membuka peluang untuk pengembangan

paket-paket wisata non selam.

Sisi negatif dari kecenderungan ini adalah lonjakan wisatawan nusantara membutuhkan

pengelolaan pengunjung yang jauh lebih kaku, penegakan sanksi yang jauh lebih keras,

serta sumber daya manusia yang lebih cakap dengan jumlah yang banyak.Hal ini

dikarenakan secara umum pengetahuan dan pemahaman wisatawan nusantara tentang

pariwisata yang bertanggung jawab dan pentingnya konservasi belum cukup baik.Kegiatan

promosi tentang pariwisata Wakatobi harus sekaligus diisi dengan muatan kampanye

penyadaran lingkungan.

Page 123: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 95

Diagram 3.2 Kunjungan Wisatawan ke Wakatobi

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Wakatobi (2013)

3.2.3 Analisis Mikro - Sisi Produk

Sebagian besar pengunjung ke Wakatobi menginap di Pulau Wangi-wangi karena jadwal

penerbangan yang tidak langsung menyambungdengan jadwal kapal ke pulau lain,

terkecuali wisatawan yang terbang langsung menuju Wakatobi Dive Resort. Oleh karena

itu, tingkat penyerapan hotel di Wangi-wangi akan dirujuk dalam melakukan analisis ini.

Tabel 3.5 Kapasitas Hotel di Wangi-Wangi

No Kisaran Harga Jumlah

Kamar

Kapasitas

Rp/kmr/mlm Single Twin Double Tempat Tidur

1. < 100.000 28 5 13 23 54

2. 100.001 -300.000 67 2 18 47 85

3. 300.001 - 500.000 15 - 10 5 25

4. 500.001 - 1.000.000 33 - 17 16 50

Jumlah 7 58 91 214

Sumber: survey lapangan (2013)

Ditinjau dari ketersediaan fasilitas akomodasi dan jumlah wisatawan, kapasitas akomodasi

di Wangi-wangi masih cukup; akan tetapi sangat perlu ditingkatkan kualitas pelayanannya.

Berdasarkan catatan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Wakatobi, total

keseluruhan okupansi hotel dan penginapan di Wakatobi pada tahun 2012 adalah 8.684

orang. Jika diasumsikan okupansi maksimal seluruh hotel di atas adalah 314.630 orang

(862 orang x 365 hari); maka tingkat okupansi rata-rata di Wakatobi adalah

2,76%.Berdasarkan hasil survei untuk hotel dan penginapan di Wangi-wangi, tingkat rata-

rata okupansi hotel jauh lebih tinggi, walaupun tetap rendah (9%). Hotel dengan kisaran

harga antara Rp. 100.000 – Rp. 300.000 cukup tinggi tingkat okupansinya.

Page 124: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 96

Tabel 3.6 Tingkat Okupansi Hotel di Wangi-Wangi

No Kisaran Harga Kisaran Harga (Rp.) Tingkat Okupansi

1. Hotel Wakatobi 165.000 - 300.000 12,14%

2. Wisata Beach hotel 300.000 - 500.000 9,27%

3. Penginapan Jely 80.000 - 150.000 5,48%

4. Patuno Beach Resort 605.000 - 1.815.000 32,15%

5. Hotel 1000 Bulan 100.000 - 200.000 15,62%

6. Hotel Fidel 80.000 - 150.000 8,22%

7. Penginapan Nirmala 75.000 - 250.000 5,71%

8. Hotel Gajah Mada II 50.000 - 100.000 6,81%

9. Penginapan Nita Sari 50.000 - 80.000 6,98%

10. Hotel Nur Riski 100.000 - 350.000 1,97%

11. Wisma Samudra 50.000 3,66%

12. Hotel Berlian 50.000 - 170.000 1,22%

Rata-rata 9,10%

Sumber: survey lapangan (2013)

Paket wisata yang ditawarkan di Wakatobi didominasi paket wisata menyelam dan

snorkeling. Kegiatan wisata lainnya masih terbatas dan banyak dikelola masyarakat,

dengan varian tur trekking, mengunjungi desa, dan fotografi. Untuk paket wisata selam,

harganya cukup bersaing (Rp. 350.000 – Rp. 1.500.000) dibanding destinasi lain.

Sementara paket-paket yang ditawarkan oleh masyarakat belum banyak dijual atau

diserap oleh pasar .

Beberapa paket wisata, seperti dari kelompok Mola dan Liya mempunyai keunggulan

karena menawarkan atraksi budaya dan kehidupan masyarakat adat Bajau dan Liya. Lokasi

yang ditawarkan pun masih di Pulau Wangi Wangi, dapat dijangkau dengan mudah. Oleh

karena itu paket wisata Mola dan Liya bisa menjadi alternatif wisata bagi wisatawan non

penyelam atau wisatawan yang mempunyai keterbatasan waktu selama di

Wakatobi.Namun dari sisi harga paket yang ditawarkan masih terlalu mahal.Sementara

paket buatan kelompok masyarakat Kaledupa kurang memiliki variasi dan harga yang

ditawarkan masih terlalu mahal.Selain itu, waktu pelaksanaan kurang efisien sehingga

penyusunan paket perlu perlu meninjau ulang konektivitas transportasi dari Wangi-Wangi

menuju Kaledupa.

Paket yang ditawarkan Kapota terlalu padat, kurang memiliki keunikan, dan belum

memikirkan sasaran pasar dari produk tersebut sehingga kurang memiliki daya saing.Paket

wisata di Waha sesungguhnya tidak terlalu mahal, namun demikian perlu diperiksa

kelayakan dari lokasi-lokasi yang ditawarkan (benar-benar memiliki daya tarik sesuai

Page 125: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 97

sasaran pasar).Paket wisata dari kelompok Tomia sudah cukup baik dengan

memperhitungkan kondisi transportasi dari Wangi-wangi ke Tomia dan memiliki harga

yang bersaing.Penjabaran rinci tentang paket dapat dilihat pada lampiran.

Berdasarkan analisis yang disampaikan dalam subbab di atas, jumlah wisatawan yang

berkunjung ke Wakatobi sempat mengalami kenaikan, meskipun sekarang ini jumlahnya

cenderung menurun, dengan wisnus yang mulai mendominasi.Hal ini tentunya menuntut

pengelolaan dampak yang cermat, penyadartahuan yang berkelanjutan tentang pariwisata

berkelanjutan; serta peningkatan kualitas produk, sarana prasarana, dan pelayanan.

Dilihat dari segi daya tarik wisata, potensi kearagaman daya tarik wisata laut sangat tinggi

variasi jenis dan keunikannya. Demikian juga dengan potensi sumber daya wisata di

daratan, yang sayangnya masih belum siap untuk dipasarkan, terkait pengemasan dan

kualitas pelayanan yang ditawarkan ke wisatawan.

Sementara itu dibanding dengan destinasi pesaing, hotel di Wakatobi paling rendah jumlah

maupun kualitas dan pilihannya. Saat ini pasokan hotel di Wakatobi memang masih

memenuhi kebutuhan, namun memerlukan peningkatan kualitas pelayanan kepada

tamunya.Paket wisata selam di Wakatobi cukup bersaing dibandingkan destinasi pesaing,

namun untuk paket non selam masih memerlukan pengemasan produk agar menjadi lebih

menarik.Strategi yang harus dipertimbangkan adalah menjadi pengikut, atau paket non

selam dikemas dengan paket selam.Secara keseluruhan, peningkatan kualitas pelayanan

tentunya perlu diimbangi pula dengan pembangunan, perbaikan dan peningkatan sarana

prasarana pariwisata.

3.3 Identifikasi Kawasan Pariwisata Prioritas

Sebagai Kabupaten kepulauan, maka potensi daya tarik wisata Kabupaten Wakatobi

tersebar di semua pulau, masing-masing dengan keunikannya sendiri sehingga memiliki

kesempatan untuk dikembangkan dan menarik wisatawan untuk berkunjung. Namun

pembangunan pariwisata di pulau-pulau kecil memerlukan pertimbangan lain yang sangat

penting yaitu aksesibilitas, termasuk kemudahan untuk dijangkau dan ketersediaan moda

transportasi dengan frekuensi yang baik. Semakin jauh dan sulit dijangkau suatu pulau,

maka biasanya harga-harga untuk bahan pokok dan material bangunan akan menjadi

lebih mahal. Hal ini tentunya akan mempengaruhi nilai jual atau harga paket wisata ke

kawasan tersebut menjadi lebih mahal. Pada akhirnya akan mengurangi daya saing

daerah tersebut dengan daerah-daerah lainnya dan berujung pada kurangnya minat

wisatawan untuk berkunjung, karena lebih mahal, jadwal moda transportasi yang lebih

terbatas dan sebagainya.

Namun demikian pembangunan di sektor pariwisata terkadang membalikkan logika

seperti yang dijabarkan di atas.Suatu pulau yang jauh dari akses, tetapi memiliki keunikan

dan daya tarik yang tinggi, dengan sentuhan dan kemasan yang khusus akandapat

Page 126: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 98

menarik wisatawan untuk berkunjung.Kondisi ini biasanya jika kawasan tersebut dikemas

dengan pendekatan untuk menarik wisatawan kelas atas. Artinya kawasan tersebut

dikemas dan dikelola dengan khusus untuk mendatangkan wisatawan minat khusus yang

berani membayar lebih, untuk sebuah suasana tenang, nyaman dan sekaligus dapat

menikmati daya tarik berkualitas, seperti terumbu karang yang masih sangat baik; atau

hutan hujan tropis yang masih dihuni berbagai keanekaragaman hayati yang endemik

maupun menyajikan keragaman pemandangan yang indah-indah dan menakjubkan.

Namun pendekatan ini tentunya memerlukan invetasi khusus, sehingga memerlukan

adanya investor yang memiliki visi dan keberanian dalam mengambil resiko dalam bisnis

pariwisata.

Pendekatan yang direkomendasikan untuk digunakan dalam pengembangan pariwisata

Kabupaten Wakatobi adalah pengembangan pariwisata yang selaras dengan pelestarian

sumber daya alam dan budaya melalui konsep pariwisata berbasis masyarakat dan juga

konsep pariwisata berbasis resor dengan diikuti oleh kebijakan pemerintah untuk tata

kelolanya.Kedua konsep pendekatan ini cocok untuk dikembangkan di Wakatobi dengan

menetapkan kewilayahan di pulau-pulau untuk penerapan konsep tersebut.Oleh karena

itu sangatlah penting dalam perencanaan pengembangan pariwisata untuk membahas

dan menentukan prioritas wilayah pengembangan pariwisata. Dengan demikian

diharapkan fokus pengembangan kawasan pariwisata menjadi lebih terarah dan terukur

sesuai dengan konsep pembangunan yang akan digunakan.

Dalam menentukan kawasan prioritas pengembangan pariwisata Wakatobi, dilakukan

melalui rangkaian kegiatan dengan beberapa pendekatan untuk mendapatkan masukan

dari berbagai pihak, yaitu:

Pertemuan para pihak dilakukan pada bulan April 2013 untuk harmonisasi program lintas sektor di pemerintahan, taman nasional dan juga lembaga non pemerintah pendamping masyarakat seperti joint program WW-TNC, dimana salah satunya untuk mencari masukan tentang kawasan prioritas dari berbagai pihak.

Konsultasi ke berbagai pihak seperti beberapa sektor di pemerintahan, Joint program TNC-WWF, Taman Nasional, kelompok masyarakat di pulau wangi-wangi; pulau kapota, kaledupa, tomia dan pelaku wisata melalui wawancara secara terpisah.

Pembahasan draft TMP (Tourism Managemen Plan), 8 Oktober 2013, Kantor JP, Wangi-wangi

Audiensi Mengenai Draft TMP dengan para SKPD, 26 November 2013, Bajo Resort, Wangi-wangi

Sosialisasi Akhir Draft Managemen Perencanaan Pariwisata Wakatobi, 21 – 22 Desember 2013, Bajo Resort, Wangi-wangi

Untuk memfokuskan pengembangan kepariwisataan Wakatobi ke wilayah-wilayah yang

memang memiliki potensi, dan sekaligus “strategis”-dalam artian berdampak ganda pada

pengembangan pariwisata di kawasan lain dan sektor lainnya, juga terhadap konservasi

Page 127: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 99

lingkungan, maka perlu ditetapkan kawasan pariwisata prioritas dalam rencana

pengelolaan pariwisata Wakatobi ini. Hal ini juga disepakati oleh para pihak dalam

berbagai pertemuan; mengingat pada kemampuan sumber daya keuangan pemerintah

daerah, sumber daya manusia serta aksesibilitas, dan fasilitas pariwisata yang saat ini ada.

Para pihak dari kalangan pemerintah juga menyepakati perlunya pembentukan kelompok

kerja pengembangan pariwisata untuk mempercepat pembangunan sektor ini, mengingat

sektor pariwisata sudah dicanangkan sebagai salah satu sektor unggulan, selain sektor

perikanan. Hal ini juga akan mempermudah sektor lain untuk melakukan prioritas

kawasan pembangunannya, seperti dinas pekerjaan umum, dinas perhubungan dan

sebagainya. Hasil konsultasi dan pertemuan para pihak beberapa kali, pada akhirnya

menyepakati beberapa wilayah prioritas pengembangan pariwisata Wakatobi

berdasarkan pada beberapa kriteria yang dijabarkan di bawah ini:

1. Daya Tarik Wisata; keunikan daya tarik wisata alam daratan, pesisir dan bawah

laut; juga daya tarik seni dan budaya, kuliner dan cara hidup masyarakat sehari

hari.

2. Aksesibilitas; infrastruktur pendukung seperti jalan dan kemudahan dengan

ketersediaan moda transportasi, serta frekuensi dan fasilitas penunjang untuk

menjangkau kawasan tersebut.

3. Dukungan Masyarakat; masyarakat di daerah tersebut mendukung adanya

pengembangan sektor pariwisata sebagai kendaraan pembangunan ekonomi lokal

dan membuka peluang kerja serta usaha bagi masyarakat.

4. Sarana dan Prasarana; ketersediaan sumber daya yang menunjang untuk

pengembangan fasilitas pendukung.

5. Kerentanan; memiliki kerentanan yang lebih rendah sehingga lebih mampu

menunjang pengembangan pariwisata.

6. Konservasi Lingkungan; berperan dalam menunjang konservasi sumber daya

alam.

Hasil konsultasi dan pertemuan dengan para pihak juga memperlihatkan bahwa semua

pihak sepakat untuk mengakomodir beberapa segmen pasar wisata, diantaranya:

wisatawan lokal, yaitu penduduk dari Kabupaten Wakatobi yang ingin berlibur antar pulau di dalam Kabupaten

wisatawan nusantara, yaitu wisatawan Indonesia yang datang dari pulau-pulau diluar Wakatobi

wisatawan mancanegara, yaitu wisatawan asing yang datang dari berbagai negara.

Dibawah ini dijabarkan kawasan prioritas pengembangan yang dihasilkan dari proses

konsultatif dengan berbagai pihak:

Page 128: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 100

3.3.1 Wilayah Pulau Wangi-Wangi

Kawasan ini terdiri dari 4(empat) kawasan prioritas di sebelah utara dan selatan yaitu:

a. Kawasan Prioritas Matahora; dimana kawasan ini terdiri dari beberapa daya tarik

wisata yaitu pantai Sousu, Patuno dan Longa.

b. Kawasan Prioritas Waha; dimana kawasan ini terdiri dari beberapa daya tarik wisata

yaitu pantai waha dan pantai cemara.

c. Kawasan Prioritas Liya Raya; dimana kawasan ini terdiri dari beberapa daya tarik

wisata di desa Liya Mawi, Liya Togo dan Liya Onemelangka

d. Kawasan Pulau Kapota, kawasan prioritas Pariwisata meliputi pantai-pantai di

sebelah utara maupun barat pulau Kapota serta danau.

3.3.2 Wilayah Pulau Hoga dan Kaledupa

Kawasan ini terdiri dari 2(dua) kawasan prioritas, yaitu:

a. Kawasan Prioritas Pariwisata pulau Hoga; meliputi semua kawasan pantai hoga dan

homestay masyarakat, termasuk desa Sama Bahari.

b. Kawasan Palea dan Jamareka (Pajam); meliputi kawasan dari akses pelabuhan hingga

daya tarik di desa Pajam.

3.3.3 Wilayah Pulau Tomia

Kawasan ini terdiri dari 2 (dua) kawasan prioritas, yaitu:

a. Kawasan Prioritas pantai Hu’untete di desa Kulati

b. Kawasan Prioritas dengan daya tarik di desa Wawotimu dan desa Kahiyanga.

3.3.4 Wilayah Pulau Binongko

Kawasan ini terdiri dari 2 (dua) kawasan prioritas, yaitu:

a. Kawasan Prioritas pantai Bohu dan Oro serta puncak Koncu Kapala Patua di desa Wali

b. Kawasan Prioritas taman batu dan pantai Sangia di desa Waloindi

Page 129: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 101

Sumber: Indecon

Page 130: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 102

Sumber: Indecon

Sumber: Indecon

Sumber: Indecon

Page 131: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 103

3.3.5 Deskripsi Singkat Kawasan Prioritas

a. Kawasan Prioritas Matahora;

Matahora merupakan salah satu daerah prioritas yang terletak di pulau Wangi-wangi,

dimana kawasan ini terdiri dari beberapa daya tarik wisata yaitu pantai Sousu, Patuno dan

hutan konservasi Longa.Di perairan Matahora juga terdapat beberapa titik penyelaman,

yang memiliki kondisi bawah laut cukup baik, serta kondisi hutan yang masih baik.

Jalan untuk menuju lokasi ini sudah cukup baik, namun untuk frekuensi moda transportasi

umum menuju daerah ini masih cukup sulit, kecuali menggunakan kendaraan pribadi.

Untuk menuju pantai- pantai yang berada di kawasan ini dapat menggunakan kendaraan

bermotor dari pusat kota Wangi-wangi. Jarak tempuh dari kota Mandati (Pusat Kota

Wangi-wangi) menuju pantai Patuno sekitar 30 menit dengan kecepatan rata-rata 60 km/

jam menggunakan kendaraan bermotor, sedangkan menuju pantai Sousu sekitar 45 menit

dengan kecepatan rata-rata 60 km/jam. Sedangkan untuk menuju hutan longa dapat

ditempuh dengan kisaran waktu 45 menit menggunakan kendaraan bermotor.

Masyarakat Matahora sangat mendukung dan sangat cooperative terhadap

pengembangan kawasan ini sebagai kawasan pariwisata, hal ini terlihat dari beberapa

kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Matahora dalam menunjang pengembangan

pariwisata seperti pelatihan peningkatan kapasitas.

Untuk sarana dan prasarana yang ada di beberapa titik kawasan prioritas Matahora

seperti di pantai Sousu sudah terdapat pintu gerbang selamat datang menuju desa Sousu,

dan di kawasan hutan Longa sudah didirikan Gazebo/ rumah untuk beristirahat.Kawasan

yang terletak di sebelah timur pulau Wangi-wangi ini memiliki kerentanan terhadap

abrasi.Untuk konservasi lingkungan di kawasan prioritas ini cukup baik, hal ini

diperlihatkan dengan berkurangnya jumlah penambangan pasir liar di sekitar pantai

Sousu serta upaya perlindungan hutan Longa terhadap penebangan liar.

b. Kawasan Prioritas Waha;

Kawasan ini terdiri dari beberapa daya tarik wisata yaitu pantai waha dan pantai

cemara.Selain pantai tempat ini juga mempunyai benteng serta mercusuar yang

merupakan peninggalan Belanda dan hingga saat ini mercusuar tersebut masih berfungsi

seperti dulu.

Jalan untuk menuju daerah ini cukup baik dan akses menuju lokasi cukup mudah, namun

untuk moda transportasi masih cukup sulit karena jarangnya frekuensi kendaraan umum

ke lokasi ini. Pantai Waha berjarak ± 8 km dari ibukota kabupaten (Mandati), dan ± 15 km

dari bandara Matahora. Dengan jarak tersebut, dapat ditempuh dengan waktu sekitar 20

menit dari Mandati, menggunakan kendaraan bermotor.

Page 132: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 104

Masyarakat di daerah ini sangat mendukung bidang pariwisata, hal ini terlihat dengan

adanya kelompok ekowisata yang berdiri di desa Waha sejak tahun 2011.Selama ini WTC

telah melakukan pengelolaan dan menyediakan jasa pemandu wisata, operator

speedboatdengan speedboat nya yang semuanya berasal dari masyarakat setempat.Akan

tetapi masih terdapat kendala khususnya dalam standar pelayanan pengunjung.Oleh

karena itu perlu dilakukan peningkatan pengetahuan, keterampilan yang dilakukan secara

berkelanjutan dalam program pendampingan yang tidak terputus.

Di Waha telah terdapat penginapan (home stay), penyewaan alat snorkeling dan selam,

penyewaan speed boat dan kapal yang dapat disewa pengunjung. Sumber daya listrik yang

terpasang di Kecamatan Wangi-wangi mencapai 7.380.820 Kwh, sementara konsumsi

masyarakat di kawasan tersebut mencapai 6.828.789 Kwh. Kawasan ini juga sudah

memiliki fasilitas air bersih dari PDAM serta jaringan komunikasi yang cukup baik untuk

pengguna operator Telkomsel. Kawasan Waha yang terletak di bagian utara Pulau Wangi-

wangi termasuk kawasan yang mempunyai tingkat kerawanan yang tinggi terhadap

bencana tsunami dan abrasi. Dalam RTRW Kabupaten Wakatobi, Kawasan Waha termasuk

kedalam kawasan rawan bencana yang ditetapkan seagai kawasan lindung kabupaten.

c. Kawasan Prioritas Liya Raya;

Kawasan ini terdiri dari beberapa daya tarik wisata di desa Liya Onemelangka, Liya Bahari,

Liya Mawi dan Liya Togo. Potensi yang dimilki oleh kawasan Liya Raya adalah potensi

sejarah budaya berupa Benteng, dan tarian tradisional yang masih sering di lakukan oleh

masyarakat Liya Raya, aktivitas petani rumput laut serta pulau-pualu yang berada di

seberang desa Liya seperti pulau Oroho dan Sumanga. Liya merupakan desa yang terletak

di Kecamatan Wangi-wangi Selatan dan berjarak ±7 km dari pusat Kota Wanci.Akses

menuju kawasan ini dapat ditempuh melalui jalan aspal dengan menggunakan kendaraan

roda dua maupun kendaraan roda empat. Jarak tempuh dari kota menuju desa Liya sekitar

40 menit.

Masyarakat desa ini sangat mendukung terhadap pengembangan kawasan/ desa

ekowisata, hal ini terlihat dari terbentuknya lembaga/ kelompok pemerhati pariwisata di

daerah Liya Raya.Serta keaktifan masyarakat mengikuti pelatihan dalam pengembangan di

bidang pariwisata baik yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun non pemerintah.Listrik

didaerah ini menyala selama 24 jam, serta adanya jaringan komunikasi dan internet

namun kecepatan akses internet di tempat ini masih sangat lambat.Infrastruktur

pendukung juga telah banyak dibangun di daerah Liya seperti gazebo serta plang penunjuk

lokasi di beberapa tempat seperti di Benteng Keraton Liya.

Kawasan Liya Raya merupakan kawasan yang rentan terhadap abrasi dan pergerakan

tanah, namun tidak memiliki kerawanan terhadap bencana tsunami. Dalam RTRW

Kabupaten Wakatobi, Kawasan Liya termasuk kedalam kawasan rawan bencana yang

Page 133: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 105

ditetapkan sebagai kawasan lindung kabupaten. Dalam bidang konservasi daerah ini

masyarakat sangat menyadari akan pentingnya nilai konservasi dalam pengembangan

pariwisata. Hal ini terlihat dari penjagaan asset budaya seperti Benteng dan rumah adat,

serta berkurangnya intensitas penambangan pasir disekitar pantai Liya.

d. Kawasan Pulau Kapota

kawasan prioritas Pariwisata meliputi pantai-pantai di sebelah utara maupun barat pulau

Kapota serta danau.Diantaranya adalah pantai Bata, pantai Onemeha, pantai Oawolio

yang terletak di desa Kabita serta pantai Kampa.Selain pantai pasir putih pulau ini memilki

hamparan karang berupa gugusan atol, yang dapat dijadikan titik terbaik untuk

penyelaman.Selain itu juga terdapat hutan lindung serta danau air asin.

Untuk menuju pulau ini dapat diakses menggunakan speedboat / kapal kayu regular,

dengan jarak tempuh sekitar 20 menit menggunakan kapal regular dari pelabuhan kota

Mandati. Untuk menuju pantai serta danau dapat ditempuh menggunakan kendaraan

roda dua dengan keadaan jalan yang cukup bervariasi mulai dari beraspal hingga berbatu,

dengan jarak tempuh berkisar antara 15 hingga 20 menit.

Dukungan dari masyarakat khusunya dalam bidang pariwisata cukup baik, hal ini terlihat

dengan adanya kerjasama antara pihak BTNW (Balai Taman Nasional Wakatobi) dengan

masyarakat setempat dengan membentuk SPKP (Sentra Penyuluhan Kehutanan Pedesaan)

dengan program unggulannya adalah pengembangan pariwisata desa.Sarana dan

Prasarana ditempat ini cukup menunjang mulai dari sekertariat, pengelola, jaringan

telekomunikasi serta air bersih.

Terdapat dua titik kerawanan tsunami yaitu di wilayah Kapota dan Kolio.Dalam RTRW

Kawasan Kapota termasuk kedalam kawasan rawan bencana yang ditetapkan sebagai

kawasan lindung kabupaten.Desa ini merupakan salah satu MDK (Model Desa Konservasi)

yang dibentuk oleh BTNW sehingga nilai – nilai konservasi sudah mulai diterapkan oleh

masyarakat, walaupun masih sering terjadi penambangan pasir liar dipantai-pantai sekitar

pulau Kapota.

e. Kawasan Prioritas Pariwisata pulau Hoga

Daya tarik pulau ini adalah pantai dengan hamparan pasir putihnya.Selain pantai kawasan

ini juga memiliki potensi bawah laut yang indah, dengan gugusan karang serta biota yang

beragam diperairan lautnya. Untuk menuju ke pulau kecil ini dapat menggunakan kapal

regular atau speedboat dengan jarak tempuh selama 15 menit dari pelabuhan Ambeua di

pulau Kaledupa, atau 2 jam pelayaran dari pulau Wangi-wangi menggunakan kapal

regular. Pulau ini dikelola oleh beberapa pengusaha seperti Operation Wallacea. Dari

pihak masyarakat juga sangat mendukung kemajuan pariwisata dilokasi ini, dengan

adanya aktivitas masyarakat lokal serta peningkatan kapasitas yang dilakukan oleh

masyarakat.

Page 134: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 106

Sementara itu, fasilitas yang tersedia di kawasan ini adalah restoran, homestay, diving

resort, meeting room, dan fasilitas pendidikan yang dikelola pemerintah daerah melalui

operasi Wallacea.Selain itu jaringan komunikasi, air bersih serta listrik juga sudah

memadai. Tingkat abrasi di daerah ini dikategorikan sedang dengan kualitas air dan pasir

yang sangat baik. Gelombang di pantai ini termasuk kategori cukup besar.Kawasan Pulau

Hoga mempunyai tingkat kerawanan terhadap bencana tsunami.

f. Kawasan Palea dan Jamaraka (Pajam)

Desa Pajam memilki daya tarik seperti Sejarah, alam serta aktivitas keseharian

masyarakat yang masih tradisonal.Daerah ini juga merupakan salah satu desa yang

terletak di ketinggian pulau Kaledupa, dengan letak di ketinggian menambah potensi dari

desa ini.Desa Pajam terletak di Kecamatan Kaledupa Selatan.Perjalanan menuju kawasan

ini dapat ditempuh dengan menggunakan roda dua maupun roda empat dengan jarak

tempuh sekitar 20 hingga 30 menit.Jalanan menuju tempat ini sudah berupa jalan aspal.

Masyarakat desa ini sangat mendukung kegiatan pengembangan pariwisata hal ini terlihat

dari keaktifan masyarakat desa dalam mengikuti berbagai kegiatan pelatihan tentang

pariwisata, serta telah terbentuknya kelompok dan paket wisata yang dibuat oleh

masyarakat desa Pajam. Daerah ini memiliki fasilitas air bersih yang masih diambil dari

bebrapa sumber mata air sekitar desa, fasilitas listrik hanya menyala dari jam 6 sore hingga

jam 6 pagi, jaringan komunikasi hanya menggunakan operator tertentu dan terkadang

jaringan komunikasi terganggu. Beberapa rumah-rumah terletak di pinggir tebing sehingga

rawan terhadap bencana longsor.

g. Kawasan Prioritas pantai Hu’untete di desa Kulati

Untuk menuju lokasi ini dapat ditempuh sekitar 15 menit dari desa Kulati menggunakan

kendaraan bermotor.Akses jalan menuju daerah pantai sudah baik dengan jalan yang

sudah halus.Masyarakat desa ini sangat mendukung pengembangan pariwisata di desa

Kulati khususnya objek pantai Kulati, hal ini terlihat dengan adanya kelompok ekowisata

Kulati yang dibentuk bersama antara forum pulau Komunto dengan pemerintah

desa.Fasilitas yang tersedia ditempat ini belum cukup baik, hal ini terlihat dari kawasan

desa Kulati yang merupakan desa terdekat dari objek pantai Hu’untete. Desa ini belum

memiliki sumber air bersih sehingga masyarakat masih memanfaatkan air hujan,

ketersediaan listrik masih menggunakan mesin genset yang hanya menyala selama 4 jam

mulai dari jam 18.00 – 22.00 WITA. Jaringan komunikasi di desa Kulati cukup baik namun

untuk akses internet sering terjadi gangguan.Daerah pantai hu’untete rawan terhadap

abrasi serta tsunami.Masyarakat sangat konservatif hal ini terlihat dari adanya lokasi

peraiaran yang tidak boleh digunakan sumber daya nya atau yang lebih dikenal dengan

bank ikan.

Page 135: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 107

h. Kawasan Prioritas desa Wawotimu dan desa Kahiyanga

Desa Wawotimu memilki potensi daya tarik kehidupan masyarakat nelayan serta pesisir

pantai yang indah, untuk desa kahiyanga merupakan desa yang terletak di ketinggian atau

puncak daerah ini memiliki puncak dengan hamaparan rumput yang luas.Untuk menuju

desa Kahiyanga dapat menggunakan kendaraan bermotor sekitar 30 menit dari desa

Kulati dan 40 menit dari pelabuhan Usuku. Akses jalan menuju daerah ini cukup baik ,

dengan jalan yang sudah diaspal dan saat ini pembangunan terus dilakukan oleh

pemerintah daerah. Fasilitas yang ada di desa Kahiyanga tidak jauh berbeda dengan

fasilitas desa Kulati. Pemanfaatan air hujan merupakan salah satu sumber air desa ini,

pasokan listrik hanya 4 jam antara jam 18.00 – 22.00 WITA. Jaringan komunikasi di desa

ini cukup baik namun untuk akses internet sering terjadi gangguan.

i. Kawasan Prioritas desa Wali

Potensi yang ada di desa Wali sangat bervariasi mulai dari pesisir hingga puncak.Untuk

pesisir terdapat pantai Boku dan Oro sedangkan untuk daerah ketinggian terdapat puncak

Koncu Kapala Patua di desa Wali.Di atas puncak terdapat benteng pertahanan masyarakat

Wali. Untuk menuju lokasi pantai dapat berjalan kaki dari desa Wali dengan memakan

waktu sekitar 20 menit sedangkan menggunakan kendaraan bermotor 15 menit untuk ke

pantai Boku, karena kondisi jalan yang masih kurang baik. Sedangkan untuk menuju

pantai Oro dapat menggunakan kendaraan roda dua dengan waktu tempuh sekitar 25

menit, karena letaknya yang jauh dari desa serta jalanan yang kurang baik. Sedangkan

untuk menuju puncak Koncu Kapala Patua dapat ditempuh dengan berjalan kaki selama

kurang lebih 1 jam, dengan jalanan berbatu dan sedikit mendaki.

Masyarakat desa ini sangat mendukung kegiatan pariwisata dengan aktifnya beberapa

masyarakat dalam kegiatan pelatihan serta membuat kelompok ekowisata.Daerah ini juga

merupakan salah satu MDK dari BTNW seksi III (wilayah Tomia-Binongko). Ketersediaan

sarana dan prasarana ditempat ini sudah baik dengan masuknya PDAM sehingga

kebutuhan air tercukupi walaupun masih terbatas, namun untuk listrik desa ini masih

mengandalkan genset yang hanya menyala dari pukul 18.00 – 24.00 WITA. Jaringan

komunikasi didesa ini juga telah tersedia.Masyarakat desa ini sangat peduli terhadap

lingkungan terutama tentang perlindungan satwa maupun penambangan pasir, hal ini

terlihat dari adanya lokasi penangkaran penyu serta tidak adanya pengambilan pasir

disekitar pantai Boku dan Oro.

j. Kawasan Prioritas di desa Waloindi

Desa Waloindi merupakan salah satu desa yang terletak di pulau Binongko, daerah ini

memilki daya tarik wisata berupa taman batu, gua, serta pantai bertebing. Untuk menuju

lokasi ini cukup memakan waktu karena letaknya yang paling jauh dari pelabuhan, jarak

tempuh dari pelabuhan terdekat yaitu pelabuhan Taipabu sekiat 1 jam menggunakan

kendaraan bermotor, sedangakan dari desa Wali bisa mencapai 3 hingga 4 jam. Perhatian

Page 136: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 108

masyarakat terhadap pengembangan pariwisata daerah ini cukup baik, hal ini terlihat dari

adanya kelompok ekowisata serta kepedulian masyarakat adat terhadap pengembangan

daerah ini menjadi daerah pariwisata.Desa ini masih mengandalakan air hujan sebagai

sumber mata airnya sedangkan untuk listrik sudah masuk jaringan PLN. Kawasan ini

rentan terhadap gelombang pasang.

Gambar 3.1 .Peta Kawasan Pariwisata Berdasarkan Berbagai Dokumen

Sumber: diolah dari Masterplan Taman Nasional Wakatobi, Rencana Tata Ruang Wakatobi, Rencana Induk

Pengembangan Pariwisata Daerah Kab. Wakatobi

Page 137: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 109

3.4 Analisis SWOT Kepariwisataan Wakatobi

Tabel 3.7. Strategi Kekuatan - Peluang

Peluang (Oppurtunity)

Ad

anya

Tr

en

par

iwis

ata

al

am

yan

g m

enin

gkat

Ad

anya

B

and

ara

Mak

asar

ya

ng

men

ghu

bu

ngk

an d

enga

n d

aera

h

lain

Ban

yakn

ya

p

rogr

am

pen

elit

ian

bai

k ti

ngk

at

inte

rnas

ion

al

mau

pu

n N

asio

nal

Dik

enal

nya

ka

was

an

Wak

ato

bi

seb

agai

p

usa

t se

giti

ga

kara

ng

du

nia

Pen

etap

an

Wak

ato

bi

seb

agai

caga

r b

iosf

er d

un

ia o

leh

UN

ESC

O

Ad

anya

w

aktu

lu

ang

par

a

wis

ataw

a n

sel

am

Ban

yakn

ya p

erte

mu

an d

ri p

ihak

pem

erin

tah

se

rta

bis

nis

d

ari

ber

bag

ai k

ota

.

Ber

kem

ban

gnya

te

kno

logi

kom

un

ikas

i di d

un

ia

Kekuatan 1 2 3 4 5 6 7 8

Letak geografis yang strategis 1

1. Memanfaatkan konektifitas bandara Matahora dengan bandara Hasanudin Makasar, dengan menjadikan Bandara Hasanudin sebagai simpul utama promosi Wakatobi.

2. Memanfaatkan kekayaan sejarah dan budaya serta alam daratan, untuk dikembangkan sebagai

produk wisata berbasis masyarakat dengan durasi singkat untuk memenuhi kebutuhan wisatawan selam dalam mengisi waktu luang.

3. Memanfaatkan pesona bawah laut yang indah serta citra yang baik, untuk dikembangkan menjadi produk wisata pantai dan ‘snorkeling’ berbasis masyarakat dengan durasi singkat untuk memenuhi kebutuhan wisatawan nusantara yang memiliki waktu disela kegiatan bisnis.

4. Memanfaatkan dukungan berbagai pihak pemerintah dan lembaga sosial untuk mengembangkan

fasilitas pariwisata yang berdampak rendah terhadap lingkungan, hemat penggunaan SDA, dengan menggunakan teknologi tepat guna sesuai dengan penetapan Wakatobi sebagai cagar biosfer dunia oleh UNESCO.

5. Menyusun dan Menerapkan program peningkatan kapasitas mssyarakat di bidang pariwisata,

Keanekaragaman Hayati yang tinggi

2

Pesona bawah laut yang indah

3

Keragaman sejarah dan budaya

4

Page 138: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 110

Citra yang baik sebagai destinasi selam

5

untuk menangkap peluang dari meningkatnya jumlah kunjungan ke Wakatobi.

6. Menyusun standar sarana dan prasana untuk meningkatkan kualitas fasilitas pariwisata di Wakatobi.

7. Memanfaatkan kemajuan teknologi komunikasi sebagai media untuk pemasaran produk wisata Wakatobi, yang dapat mendorong promosi bersama.

8. Menyusun strategis investasi di bidang pariwisata, yang sesuai dengan prinsip prinsip ekowisata.

9. Membangun forum lintas stakeholder untuk memfasilitasi arah pengembangan pariwisata Wakatobi.

10. Memanfaatkan label Cagar Biosfer sebagai salah satu nilai tambah strategi promosi Pariwisata Wakatobi.

Dukungan oleh berbagai pihak pemerintah dan lembaga social

6

Memiliki Bandara Udara yang terhubung dengan Makasar.

7

Dikenalnya Wakatobi sebagai lokasi selam Dunia 8

Page 139: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 111

Tabel 3.8 Strategi Kekuatan - Ancaman

Ancaman (Threats)

Men

ingk

atn

ya j

um

lah

wis

ataw

an

yan

g d

atan

g d

apat

b

erim

bas

pad

a m

enu

run

nya

day

a d

uku

ng

lingk

un

gan

.

Terj

adin

ya b

enca

na

alam

Per

kem

ban

gan

ka

was

an

seje

nis

den

gan

ke

un

ggu

lan

ya

ng

leb

ih

tin

ggi

Mu

ncu

lnya

ke

tid

akp

uas

an

wis

ataw

an

Mu

ncu

lnya

ko

nfl

ik a

nta

ra P

emd

a

den

gan

pih

ak T

NW

Ad

anya

ko

nfl

ik

anta

ra

inve

sto

r

dan

m

asya

raka

t te

rkai

t

kep

emili

kan

lah

an

Ad

anya

pen

amb

anga

n p

asir

lia

r

dis

ekit

ar p

anta

i Wak

ato

bi

Mas

ih

adan

ya

nel

ayan

ya

ng

men

ggu

nak

an c

ara

pen

angk

apan

seca

ra

de

stru

ktif

di

kaw

asan

per

aira

n W

akat

ob

i

Kekuatan 1 2 3 4 5 6 7 8

Letak geografis yang strategis 1 1. Membuat peraturan (code of conduct) untuk pengelola pariwisata agar memperhatikan

daya dukung dan kontribusi terhadap pelestarian sumber daya alam.

2. Membuat peraturan (code of etic) untuk wisatawan agar memperhatikan adat istiadat serta mengajak wisatawan untuk berkontribusi terhadapa pelestarian lingkungan.

3. Membuat pelatihan kepada para pelaku pariwisata di Wakatobi untuk meningkatkan pelayanan di berbagai sektor pariwisata.

4. Pihak TNW dengan pemerintah daerah membuat peraturan dalam penggunaan lahan di

Wakatobi agar memberikan kepastian akan kepemilikan lahan untuk investor.

5. Melaksanakan patroli berjadwal yang rutin oleh pihak Taman Nasional bekerjasama dengan Pemerintah Daerah, untuk mengurangi kegiatan pemanfaatan SDA yang bersifat destruktif yang dilakukan masyarakat.

6. Desiminasi peraturan pemerintah dan peraturan adat kepada masyarakat Wakatobi untuk mengurangi kerusakan alam yang diakibatkan oleh kegiatan manusia.

Keanekaragaman Hayati yang tinggi

2

Pesona bawah laut yang indah 3

Keragaman sejarah dan budaya 4

Citra yang baik sebagai destinasi selam

5

Dukungan oleh berbagai pihak pemerintah dan lembaga sosial

6

Memiliki Bandar udara yang terhubung dengan Bandar udara Makasar

7

Masih kuatnya hukum adat di Masyarakat

8

Page 140: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 112

Tabel 3.9 Strategi Kelemahan - Peluang

Peluang

Ad

anya

Tr

en

par

iwis

ata

al

am

yan

g m

enin

gkat

Ad

anya

B

and

ara

Mak

asar

ya

ng

men

ghu

bu

ngk

an d

enga

n d

aera

h

lain

Ban

yakn

ya

p

rogr

am

pen

elit

ian

bai

k ti

ngk

at

inte

rnas

ion

al

mau

pu

n N

asio

nal

Dik

enal

nya

ka

was

an

Wak

ato

bi

seb

agai

p

usa

t se

giti

ga

kara

ng

du

nia

Pen

etap

an

Wak

ato

bi

seb

agai

caga

r b

iosf

er d

un

ia o

leh

UN

ESC

O

Ad

anya

w

aktu

lu

ang

par

a

wis

ataw

a n

sel

am

Ban

yakn

ya p

erte

mu

an d

ri p

ihak

pem

erin

tah

se

rta

bis

nis

d

ari

ber

bag

ai k

ota

.

Ber

kem

ban

gnya

te

kno

logi

kom

un

ikas

i di d

un

ia

Kelemahan 1 2 3 4 5 6 7 8

Belum tegasnya kewenangan

pengelolaan wilayah antara Pemda

Kabupaten dengan TNW.

1 1. Membentuk forum bersama (pemerintah, Taman Nasional, tokoh dan kelompok masyarakat) untuk secara periodic melakukan harmonisasi program dari berbagai pihak, dalam upaya mengoptimalkan pengelolaan pembangunan berkelanjutan di Wakatobi.

2. Memperbaiki jaringan transportasi dari dan ke Wakatobi baik udara, maupun laut untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Wakatobi.

3. Memprioritaskan pembangunan infrastruktur dan perbaikan fasilitas seperti air dan listrik.

4. Menyusun dan menerapkan program pelatihan kepada masyarakat lokal untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam bidang pelayanan publik.

5. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap

pariwisata yang berwawasan konservasi.

6. Melaksanakan pengumpulan data dasar dan menyusun sistem data dasar kepariwisataan.

7. Menyusun program pelatihan IT kepada SDM di Wakatobi untuk meningkatkan teknik promosi pariwisata yang berbasis tehnologi informasi.

Jaringan transportasi yang masih minim.

2

Aksesibilitas yang sulit dan mahal 3

Ketersediaan infrastruktur / sarana prasarana yang minim, serta keterbatasan daya dukung (khususnya air dan listrik)

4

Kualitas SDM yang masih lemah 5

Page 141: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 113

Masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pariwisata

6 8. Menyusun kebijakan bersama antara Taman Nasional dan Pemerintah Daerah untuk program

penelitian di kawasan Taman Nasional Wakatobi, agar hasil penelitian berdaya guna bagi pembangunan dan masyarakat Wakatobi.

9. Sosialisasi hasil penelitian kepada masyarakat luas, untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat untuk membantu program konservasi sumber daya alam Wakatobi sebagai asset pariwisata.

10. Membuat kios informasi pariwisata Wakatobi di jalur pintu masuk, seperti bandara udara

Hasanudin di Makasar, bandara udara Soekarno Hatta di Jakarta, pelabuhan Bau-bau, Kendari dan Bali.

Masih rendahnya kesadaran masyarakat mengenai arti penting Taman Nasional Wakatobi sebagai kawasan konservasi

7

Kemitraan dengan masyarakat masih belum optimal

8

Lemahnya kualitas data dan informasi mengenai kepariwisataan Wakatobi

9

Terbukanya kawasan lindung TNW 10

Page 142: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 114

Tabel 3.10 Strategi Kelemahan - Ancaman

ANCAMAN

Men

ingk

atn

ya ju

mla

h w

isat

awan

yan

g d

atan

gdap

at b

erim

bas

pad

a

men

uru

nn

ya d

aya

du

kun

g

lingk

un

gan

Terj

adin

ya k

eru

saka

n t

eru

mb

u

kara

ng

Terj

adin

ya b

enca

na

alam

.

Des

tin

asi p

ariw

isat

a se

jen

is

(ko

mp

etit

or)

yan

g b

erke

mb

ang

den

gan

leb

ih p

esat

.

Mu

ncu

lnya

ket

idak

pu

asan

wis

ataw

an (

kare

na

pro

mo

si

ber

leb

ihan

yan

g ti

dak

diim

ban

gi

den

gan

pen

ingk

atan

ku

alit

as).

Mu

ncu

lnya

ko

nfl

ik k

epen

tin

gan

anta

ra P

emd

a d

an T

NW

, ter

kait

pen

ggu

naa

n la

han

un

tuk

ber

bag

ai

kegi

atan

.

Ad

anya

ko

nfl

ik a

nta

ra in

vest

or

dan

mas

yara

kat

terk

ait

kep

emili

kan

lah

an.

M

arak

nya

keg

iata

n p

enam

ban

gan

pas

ir li

ar, y

ang

dap

at

men

gaki

bat

kan

ter

jad

inya

ab

ras

KELEMAHAN 1 2 3 4 5 6 7 8

Aksesibilitas yang sulit

dan mahal, yang masih

terbatas.

1

1. Pengembangan kegiatan pariwisata di Wakatobi harus dijaga agar sesuai prinsip prinsip ekowisata, dan tidak

berkembang kearah pariwisata massal.

a. Menyusun kebijakan bagi pembangunan sarana prasarana pariwisata, agar tetap bersifat ramah

lingkungan.

b. Menyusun kebijakan tentang standar pelayanan wisata bagi seluruh pengusaha pariwisata.

c. Memfasilitasi masyarakat untuk dapat mengembangkan bisnis pariwisata berskala kecil maupun

menengah, dengan pelayanan berkualitas internasional. Bentuk fasilitas ini dapat berupa pelatihan

pariwisata terhadap masyarakat, ataupun kemudahan peminjaman modal lunak untuk membuka usaha.

d. Menanamkan keyakinan pada masyarakat bahwa alam Wakatobi merupakan aset pariwisata yang luar

biasa besar, sehingga harus dijaga kelestariannya.

2. Perbaikan jaringan transportasi antar pulau, karena aksesibilitas merupakan salah satu pertimbangan utama

bagi wisatawan untuk melakukan kunjungan wisata.

a. Penyediaan sarana transportasi yang aman, nyaman dan terjangkau dengan jadwal yang tetap.

b. Memfasilitasi dan mengawasi pemeliharaan sarana transportasi yang telah tersedia.

Ketersediaan

infrastruktur / sarana

prasarana yang minim

2

Kualitas SDM yang

masih lemah, 3

Masih rendahnya

kesadaran masyarakat

terhadap pariwisata.

4

Masih rendahnya

kesadaran masyarakat

mengenai arti penting

Taman Nasional

Wakatobi sebagai

5

Page 143: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 115

kawasan konservasi

3. Memasukkan pendidikan konservasi sebagai salah satu kurikulum wajib di sekolah-sekolah di Wakatobi.

4. Rehabilitasi terumbu karang, sebagai usaha perlindungan terhadap aset utama pariwisata Wakatobi.

a. Menawarkan program adopsi terumbu karang kepada wisatawan penyelam, sebagai bagian dari atraksi

wisata.

b. Mengadakan kegiatan transplantasi karang secara terus-menerus, dan mewajibkan seluruh pengusaha

wisata selam untuk berpartisipasi.

c. Menawarkan program tanam mangrove kepada wisatawan, sebagai bagian dari atraksi wisata, serta

untuk mengurangi terjadinya abrasi.

5. . Penambahan fasilitas pengawasan di kawasan Taman Nasional.

a. Penyediaan sarana pengawasan yang layak (speed boat, sirine, senjata) dan jumlah yang mencukupi bagi

petugas pengawas, agar kegiatan patroli dapat dilaksanakan secara menyeluruh di wilayah TN Wakatobi.

b. Peningkatan kapasitas petugas pengawas, agar kegiatan pengawasan dapat berjalan secara lebih efektif.

6. Dibentuknya suatu lembaga khusus dengan SDM yang kompeten, yang bertugas menyusun sistem informasi

yang lengkap mengenai Wakatobi (website) untuk memudahkan wisatawan memperoleh informasi.

7. Dibentuknya suatu lembaga khusus dengan SDM yang kompeten, yang bertugas mempromosikan pariwisata

Wakatobi, baik melalui media cetak maupun elektronik.

8. Tersedianya sarana kesehatan yang memadai merupakan salah satu pertimbangan bagi wisatawan untuk

berkunjung ke lokasi wisata. Untuk itu perlu dipertimbangkan:

a. Dibangunnya Rumah Sakit 24 jam dengan fasilitas yang memadai untuk menangani pasien gawat

darurat.

b. Peningkatan kualitas tenaga kesehatan, agar fasilitas kesehatan yang sudah tersedia dapat dipergunakan

secara optimal.

c. Dibentuknya organisasi penjaga pantai, untuk menjaga keamanan wisatawan di wilayah pantai.

d. Pembekalan mengenai prosedur penyelamatan dalam aktivitas air, terhadap para penjaga pantai.

Lemahnya kualitas data

dan informasi

mengenai

kepariwisataan

Wakatobi

6

Luasnya lahan Taman

Nasional Wakatobi

tidak berbanding lurus

dengan kegiatan

pengawasan oleh

petugas kawasan.

7

Masih kurangnya

promosi terhadap

pariwisata Wakatobi. 8

Masih kurangnya

sarana kesehatan yang

memadai.

9

Page 144: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 116 116

Dari analisis SWOT yang telah dilakukan ada beberapa strategi yang dapat dilaksanakan

untuk kemajuan kepariwisataan di Wakatobi. Beberapa strategi tersebut adalah:

1. Memanfaatkan konektifitas bandara Matahora dengan bandara Hasanudin

Makasar, dengan menjadikan Bandara Hasanudin sebagai simpul utama promosi

Wakatobi.

2. Memanfaatkan kekayaan sejarah dan budaya serta alam daratan, untuk

dikembangkan sebagai produk wisata berbasis masyarakat dengan durasi singkat

untuk memenuhi kebutuhan wisatawan selam dalam mengisi waktu luang.

3. Memanfaatkan pesona bawah laut yang indah serta citra yang baik, untuk

dikembangkan menjadi produk wisata pantai dan ‘snorkeling’ berbasis masyarakat dengan durasi singkat untuk memenuhi kebutuhan wisatawan nusantara yang memiliki waktu disela kegiatan bisnis.

4. Memanfaatkan dukungan berbagai pihak pemerintah dan lembaga social untuk

mengembangkan fasilitas pariwisata yang berdampak rendah terhadap

lingkungan, hemat penggunaan SDA, dengan menggunakan teknologi tepat guna

sesuai dengan penetapan Wakatobi sebagai cagar biosfer dunia oleh UNESCO.

5. Menyusun dan Menerapkan program peningkatan kapasitas masyarakat di bidang

pariwisata, untuk menangkap peluang dari meningkatnya jumlah kunjungan ke Wakatobi.

6. Menyusun standar sarana dan prasana untuk meningkatkan kualitas fasilitas pariwisata di Wakatobi.

7. Memanfaatkan kemajuan teknologi komunikasi sebagai media untuk pemasaran produk wisata Wakatobi, yang dapat mendorong promosi bersama dengan cara

a. Dibentuknya suatu lembaga khusus dengan SDM yang kompeten, yang

bertugas menyusun sistem informasi yang lengkap mengenai Wakatobi

(website) untuk memudahkan wisatawan memperoleh informasi.

b. Dibentuknya suatu lembaga khusus dengan SDM yang kompeten, yang

bertugas mempromosikan pariwisata Wakatobi, baik melalui media cetak

maupun elektronik.

8. Menyusun strategi investasi di bidang pariwisata, yang sesuai dengan prinsip

prinsip ekowisata.

9. Membangun forum lintas stakeholder untuk memfasilitasi arah pengembangan

pariwisata Wakatobi.

Page 145: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 117 117

10. Membuat peraturan (code of conduct) untuk pengelola pariwisata agar

memperhatikan daya dukung dan kontribusi terhadap pelestarian sumber daya

alam.

11. Membuat peraturan (code of etic) untuk wisatawan agar memperhatikan adat

istiadat serta mengajak wisatawan untuk berkontribusi terhadap pelestarian lingkungan.

12. Membuat pelatihan kepada para pelaku pariwisata di Wakatobi untuk meningkatkan pelayanan di berbagai sektor pariwisata.

13. Pihak TNW dengan pemerintah daerah membuat peraturan dalam penggunaan lahan di Wakatobi agar memberikan kepastian akan kepemilikan lahan untuk investor.

14. Melaksanakan patroli berjadwal yang rutin oleh pihak Taman Nasional

bekerjasama dengan Pemerintah Daerah, untuk mengurangi kegiatan

pemanfaatan SDA yang bersifat destruktif yang dilakukan masyarakat.

15. Desiminasi peraturan pemerintah dan peraturan adat kepada masyarakat

Wakatobi untuk mengurangi kerusakan alam yang diakibatkan oleh kegiatan

manusia.

16. Membentuk forum bersama (pemerintah, Taman Nasional, tokoh dan kelompok

masyarakat) untuk secara periodic melakukan harmonisasi program dari berbagai pihak, dalam upaya mengoptimalkan pengelolaan pembangunan berkelanjutan di Wakatobi.

17. Memperbaiki jaringan transportasi dari dan ke Wakatobi baik udara, maupun laut untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Wakatobi. a. Memfasilitasi penyediaan sarana transportasi yang aman, nyaman dan

terjangkau dengan jadwal yang tetap.

b. Memfasilitasi dan mengawasi pemeliharaan sarana transportasi yang telah

tersedia.

18. Memprioritaskan pembangunan infrastruktur dan perbaikan fasilitas seperti air

dan listrik.

19. Menyusun dan menerapkan program pelatihan kepada masyarakat lokal untuk

meningkatkan kulitas dalam bidang pelayanan publik.

20. Menyusun program pelatihan IT kepada SDM di Wakatobi untuk meningkatkan

teknik promosi pariwisata yang berbasis tehnologi informasi.

Page 146: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 118 118

21. Menyusun kebijakan bersama antara Taman Nasional dan Pemerintah Daerah

untuk program penelitian di kawasan Taman Nasional Wakatobi, agar hasil

penelitian berdaya guna bagi pembangunan dan masyarakat Wakatobi.

22. Sosialisasi hasil penelitian kepada masyarakat luas, untuk meningkatkan

kesadaran dan kepedulian masyarakat untuk membantu program konservasi

sumber daya alam Wakatobi sebagai asset pariwisata.

23. Membuat kios informasi pariwisata Wakatobi di jalur pintu masuk, seperti

bandara udara Hasanudin di Makasar, bandara udara Soekarno Hatta di Jakarta,

pelabuhan Bau-bau, Kendari dan Bali.

24. Pengembangan kegiatan pariwisata di Wakatobi harus dijaga agar sesuai prinsip

prinsip ekowisata, dan tidak berkembang kearah pariwisata massal.

a. Menyusun kebijakan bagi pembangunan sarana prasarana pariwisata, agar

tetap bersifat ramah lingkungan.

b. Menyusun kebijakan tentang standar pelayanan wisata bagi seluruh pengusaha

pariwisata.

c. Memfasilitasi masyarakat untuk dapat mengembangkan bisnis pariwisata

berskala kecil maupun menengah, dengan pelayanan berkualitas internasional.

Bentuk fasilitas ini dapat berupa pelatihan pariwisata terhadap masyarakat,

ataupun kemudahan peminjaman modal lunak untuk membuka usaha.

d. Menanamkan keyakinan pada masyarakat bahwa alam Wakatobi merupakan

aset pariwisata yang luar biasa besar, sehingga harus dijaga kelestariannya.

e. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran

masyarakat terhadap pariwisata yang berwawasan konservasi.

25. Memasukkan pendidikan konservasi sebagai salah satu kurikulum wajib di sekolah-

sekolah di Wakatobi.

26. Rehabilitasi terumbu karang, sebagai usaha perlindungan terhadap aset utama

pariwisata Wakatobi.

a. Menawarkan program adopsi terumbu karang kepada wisatawan

penyelam, sebagai bagian dari atraksi wisata.

b. Mengadakan kegiatan transplantasi karang secara terus-menerus, dan

mewajibkan seluruh pengusaha wisata selam untuk berpartisipasi.

c. Menawarkan program tanam mangrove kepada wisatawan, sebagai bagian

dari atraksi wisata, serta untuk mengurangi terjadinya abrasi.

27. Penambahan fasilitas pengawasan di kawasan Taman Nasional.

a. Penyediaan sarana pengawasan yang layak (speed boat, sirine, senjata) dan

jumlah yang mencukupi bagi petugas pengawas, agar kegiatan patroli dapat

dilaksanakan secara menyeluruh di wilayah TN Wakatobi.

Page 147: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 119 119

b. Peningkatan kapasitas petugas pengawas, agar kegiatan pengawasan dapat

berjalan secara lebih efektif.

28. Tersedianya sarana kesehatan yang memadai merupakan salah satu pertimbangan

bagi wisatawan untuk berkunjung ke lokasi wisata. Untuk itu perlu

dipertimbangkan:

a. Dibangunnya Rumah Sakit 24 jam dengan fasilitas yang memadai untuk

menangani pasien gawat darurat; khususnya fasilitas ‘chamber’ agar dapat

berfungsi dengan baik dan siap setiap saat untuk digunakan apabila ada

penyelam yang mengalami dekompresi.

b. Peningkatan kualitas tenaga kesehatan, agar fasilitas kesehatan yang sudah

tersedia dapat dipergunakan secara optimal.

c. Dibentuknya organisasi penjaga pantai, untuk menjaga keamanan wisatawan di

wilayah pantai.

d. Pembekalan mengenai prosedur penyelamatan dalam aktivitas air, terhadap

para penjaga pantai.

Page 148: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 120 120

BAB 4

RUMUSAN VISI DAN MISI

PENGELOLAAN PARIWISATA WAKATOBI

4.1 Visi Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Visi adalah suatu penjelasan tentang kondisi ideal yang diinginkan di masa yang akan

datang untuk kawasan sebagai titik tujuan pengembangan akan dilakukan. Oleh karena

perwujudannya membutuhkan waktu dan mempengaruhi banyak pihak;maka sebaiknya

visi dirumuskan dan disepakati oleh seluruh pihak yang berkepentingan dalam

pengembangan pariwisata Wakatobi.Penyusunan visi pengembangan pariwisata Wakatobi

dilakukan dengan mempertimbangkan visi dan misi pengembangan kepariwisataan dalam

dokumen perencanaan pariwisata, yaitu RPJMD Kabupaten Wakatobi, Master Plan TN

Wakatobi, Rippda Kabupaten Wakatobi yang ringkasannya dapat dilihat dalam tabel 4.1

berikut; masukan dari Joint Program WWF-TNC; masukan dari kelompok-kelompok

masyarakat dalam forum pertemuan dan diskusi.

Tabel 4.1 Ringkasan Berbagai Visi Pengembangan Pariwisata Wakatobi

RPJMD

Kabupaten Wakatobi Master Plan TN Wakatobi

RIPPDA Kab.

Wakatobi

Joint Program

WWF-TNC

Wakatobi sebagai surga

nyata bawah laut di

jantung segitiga karang

dunia

Pariwisata yang mendukung

pembangunan konservasi sumber

daya alam hayati dan ekosistem,

pengembangan pariwisata yang

berbasis konservasi, potensi

budaya lokal dan pemberdayaan

masyarakat

Wakatobi sebagai

tujuan wisata

ekologi (s)

(ecotourism) dunia

Pemberdayaan

masyarakat dan

konservasi

Sumber :hasil analisis, Indecon 2013

Berdasarkan hasil kajian dan diskusi dengan para pihakkepariwisataan Wakatobi, maka

dirumuskan usulan visi pengelolaan pariwisata Wakatobi adalah sebagai berikut :

Wakatobi sebagai destinasi pariwisata ekologis yang mendunia, berbasis alam dan budaya bahari pada tahun 2018

Penjelasan dari beberapa kata kunci di dalam visi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pariwisata ekologis

Pariwisata ekologis adalah pariwisata yang bertanggung jawab, dan mampu meningkatkan

kepuasan pengunjung sekaligus memberikan dampak nyata dalam peningkatan

Page 149: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 121 121

kesejahteraan masyarakat melalui pelibatan masyarakat lokal; serta berkontribusi dalam

konservasi lingkungan hidup (alam dan budaya).

b. Cagar Biosfer

Cagar Biosfer adalah kawasan konservasi ekosistem daratan atau pesisir yang diakui oleh

program Man and Biosfer (MAB) – UNESCO untuk mempromosikan keseimbangan

hubungan antara manusia dan alam.Cagar Biosfer melayani perpaduan fungsi kontribusi

konservasi, lansekap, ekosistem, jenis, dan plasma nutfah; mempercepat pembangunan

berkelanjutan; mendukung penelitian, pemantauan, pendidikan dan pelatihan yang

terkait dengan masalah konservasi6.

c. Budaya bahari

Budaya bahari adalah seluruh budaya yang masih sangat kuat berorientasi kepada bahari,

baik meliputi aktifitas kehidupan sehari-hari masyarakat, kesenian, adat istiadat,

bangunan, dan situs.

d. Alam

Alam adalah seluruh ekosistem di kawasan Wakatobi yang memiliki nilai keunikan dan

kelangkaan sehingga berpotensi sebagai daya tarik wisata, yaitu hutan, karst, goa, danau,

pesisir, mangrove, padang lamun, dan terumbu karang.

e. Dunia

Dunia merupakan sasaran yang ingin dicapai sektor pariwisata Wakatobi dalam kurun

waktu 5 (lima) tahun kedepan (2018). Target ini dimaksudkan untuk mendorong para

pihak untuk terlibat dalam meningkatkan kualitas destinasi.

4.2 Misi Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Misi adalah langkah-langkah yang dilakukan para pihak untuk mengatasi isu-isu strategis

dalam upaya mencapai visi. Misi pengelolaan pariwisata Wakatobi yang diturunkan dari visi

pada subbab 4.1, dirumuskan sebagai berikut :

6. Mengembangkan pengelolaan pariwisata yang partisipatif

7. Mengutamakan distribusi manfaat bagi masyarakat dan peningkatan ekonomi

lokal

8. Mengutamakan konservasi sumber daya alam dan kekayaan budaya

9. Meningkatkan daya saing Wakatobi sebagai destinasi pariwisata dunia

10. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia

6 Sumber: http://www.mab-indonesia.org

Page 150: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 122 122

BAB 5

KONSEP PENGEMBANGAN PARIWISATA

Pengembangan pariwisata Wakatobi harus diupayakan agar sejalan dengan konsep dan

prinsip pembangunan berkelanjutan, mengingat Kabupaten Wakatobi merupakan

gugusan pulau-pulau kecil yang relatif rentan secara ekosistem, maka pengembangan

pariwisatanya perlu menerapkan kaidah-kaidah sebagai berikut:

1. Pengembangan pariwisata harus berorientasi jangka panjang dan terintegrasi,

sehingga tidak hanya memanfaatkan, akan tetapi sekaligus melestarikan sumber

daya alam dan budaya yang menjadi daya tarik wisata agar memberikan manfaat

luas kepada masyarakat.

2. Pengembangan pariwisata agar sesuai dengan karakter wilayah, kondisi lingkungan,

dan konteks sosial budaya.

3. Pengembangan pariwisata diharapkan menciptakan keselarasan, yaitu menciptakan

hubungan timbal balik yang saling menguntungkan dan saling menghargai nilai-nilai

sosial, melalui sinergitas antara kebutuhan wisatawan dan penyedia layanan oleh

pelaku wisata atau masyarakat lokal.

4. Pengembangan pariwisata memperhitungkan daya dukung sumber daya

pariwisatanya, serta menerapkan prinsip 3R (reduce, reuse, dan recyle) dalam

mencapai efektifitas.

5. Pengelolaan kegiatan pariwisata yang adaptif, memperhatikan dan tanggap

terhadap perubahan yang terjadi pada lingkungan sekitar, termasuk dari sisi

permintaan (pasar) dan penawaran (produk).

Kaidah-kaidah di atas seyogyanya menjadi prinsip utama bagi semua pihak, termasuk

pemerintah daerah, pelaku wisata, dan masyarakat dalam pengembangan

pariwisata.Penyusunan rencana pengelolaan pariwisata ini merupakan salah satu upaya

untuk mencapai visi pengembangan pariwisata berkelanjutan di Wakatobi tersebut.

Karakter wilayah dan kondisi lingkungan merupakan tantangan tersendiri bagi

Wakatobi.Pengembangan Wakatobi sebagai suatu destinasi yang berfungsi baik dan

bernilai tinggi membutuhkan peran dari semua pihak, terutama karena banyak elemen

yang mutlak diperlukan oleh pariwisata membutuhkan peran pemerintah, seperti

pembangunan sarana transportasi; dan besarnya sumber daya yang dibutuhkan untuk

pembangunan itu sendiri. Kemitraan dengan multi pihak dapat diwujudkan dalam

berbagai bentuk, antara lain: membentuk forum pengembangan pariwisata atau

membentuk dan membina kerjasama swasta dengan masyarakat. Dalam

Page 151: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 123 123

pelaksanaannya perlu didukung oleh kebijakan-kebijakan pemerintah yang menunjang

penerapan program-program yang telah disusun.

Konsep pengembangan pariwisata di Wakatobi didasarkan pada beberapa pendekatan,

diantaranya:

e. Peningkatan Daya Saing

Daya tarik wisata, khususnya ekosistem bawah laut dan budaya bahari lokal

merupakan potensi pariwisata/kelebihan (comparative advantages). Oleh karena

itu pengembangan pariwisata didorong sebagai sebuah proses untuk membuat

potensi pariwisata tersebut sebagai nilai lebih (added value) agar dapat bersaing

dengan destinasi lain.

f. Pelibatan Masyarakat

Potensi sumber daya laut yang menjadi daya tarik utama, juga merupakan sumber

utama masyarakat Wakatobi yang berprofesi sebagai nelayan.Pengembangan

pariwisata di arahkan agar melibatkan masyarakat sejak perencanaan serta

mendorong para pelaku wisata dan pemerintah untuk bekerjasama dengan

masyarakat, termasuk upaya peningkatan kapasitas dan pengelolaan daya tarik

atau usaha mikro sebagai penunjang pariwisata.

g. Konservasi Lingkungan

Kualitas lingkungan hidup merupakan asset utama Wakatobi dan sekaligus syarat

mutlak untuk keberlanjutan pariwisata.Pengembangan pariwisata didorong untuk

menjamin keberlanjutan upaya-upaya konservasi lingkungan dan memberikan nilai

lebih dari konservasi itu sendiri bagi masyarakat.

h. Peningkatan Perekonomian lokal

Pengembangan pariwisata di Wakatobi diarahkan untuk dapat meningkatkan

pendapatan masyarakat disekitar daya tarik dan sekaligus meningkatkan

pendapatan daerah dari sektor pariwisata.

Sesuai dengan pendekatan di atas, maka konsep pengembangan pariwisata di

Wakatobi dapat diarahkan pada beberapa konsep pengembangan, yaitu:

7. Konsep Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat

8. Konsep Penyelarasan Pariwisata dengan Konservasi Lingkungan Alam dan

Budaya

9. Konsep Pengembangan Kawasan Prioritas dan Resor

10. Konsep Peningkatan Daya Saing Produk dan Pelayanan

11. Konsep Pengembangan Jejaring dan Dukungan Bisnis

12. Konsep Pengelolaan Pariwisata Multi Pihak

Konsep no 1, 2, 3, dan 5 akan memberikan gambaran dan warna seperti apa pariwisata

yang akan dikembangkan; sementara peningkatan daya saing produk dan pelayanan

Page 152: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 124 124

adalah hal yang mutlak diperlukan untuk menjawab tantangan pasar. Sementara

pengelolaan pariwisata multi pihak dirasakan sebagai konsep yang paling cocok untuk

mewadahi keragaman dan dinamika pelaku pariwisata di Wakatobi. Berikut penjabaran

dari 4 (empat) konsep utama pengembangan pariwisata di Wakatobi:

1. Konsep Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat

Pengembangan pariwisata berbasis masyarakat mengutamakan masyarakat di

sekitar daya tarik sebagai pelaku utama dan juga penerima manfaat terbesar dari

kegiatan pariwisata.Karakter wilayah Wakatobi sebagai pulau-pulau kecil, memiliki

ciri khas dimana masyarakat sangat bergantung pada sumber daya alam sekitarnya

untuk memenuhi dasar kehidupan.Oleh karena itu hubungan masyarakat dengan

sumber daya laut dan daratan sangatlah kuat. Di sisi lain pariwisata juga

bergantung pada sumber daya alam laut dan darat, dengan demikian antara

masyarakat dan wisatawan memiliki ketergantungan pada sumber daya yang sama.

Oleh karena itu konsep pengembangan pariwisata berbasis masyarakat merupakan

salah satu konsep yang bisa dikembangkan di Wakatobi. Sebaliknya, jika

masyarakat sebagai penerima manfaat dari kegiatan pariwisata, maka diharapkan

secara moral masyarakat juga akan berpartisipasi dalam upaya melestarikan

sumber daya alam laut dan darat sebagai sumber kehidupan mereka dan sekaligus

sebagai aset pariwisata. Dalam hal ini kegiatan pariwisata memberikan nilai tambah

(added value) kepada sumber daya alam laut dan darat, sehingga mampu

memberikan pendapatan tambahan bagi masyarakat.Jika hubungan ini dipelihara

dengan baik, maka kegiatan pariwisata dapat berjalan selaras dengan kegiatan

harian masyarakat.

Pelibatan masyarakat sebaiknya dilakukan sejak tahapan perencanaan hingga

implementasi program, dengan pendampingan dan bantuan tenaga teknis dari

pihak pemerintah maupun akademisi serta LSM.Perencanaan disusun melalui

pendekatan partisipatif, sehingga masyarakat mempunyai rasa kepemilikan yang

tinggi terhadap hasil perencanaan. Dengan demikian masyarakat akan

berpartisipasi secara aktif di dalam mensukseskan rencana kerja yang telah disusun.

Disisi lain, pada pengembangan konsep pariwisata berbasis masyarakat, semua

pihak baik masyarakat, pemerintah dan juga pendamping masyarakat haruslah

mengerti betul tentang pendekatan partisipatif. Konsep partisipatif dimaksudkan

untuk meningkatkan rasa memiliki (ownership), dimana semua pihak berkontribusi

secara mandiri sesuai kemampuannya.Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan

pariwisata berbasis masyarakat, setidaknya dapat memperhatikan beberapa tolok

ukur agar konsep partisipasi yang dilaksanakan dapat dikatagorikan sebagai

partisipasi yang sesungguhnya. Tolok ukur tersebut diantaranya:

Adanya akses dan kontrol masyarakat terhadap kegiatan pariwisata yang

dikelola di daerahnya.

Page 153: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 125 125

Adanya manfaat langsung dan tidak langsung dari kegiatan pariwisata.

Adanya komunikasi yg baik dan berbagi pengalaman antara masyarakat dan

atau antara masyarakat dengan pihak-pihak yang berkepentingan.

Adanya peraturan dan kebijakan yang disusun berdasarkan musyawarah

masyarakat baik untuk tata kelola organisasi, termasuk pengelolaan

keuangan hasil kegiatan, distribusi keuntungan, distribusi kesempatan,

pengaturan untuk perbedaan pandangan dan kepentingan, pengaturan

kerjasama denga pihak luar serta pengaturan pengunjung.

Adanya kemampuan teknis masyarakat untuk mengelola kegiatan

pariwisata yang berkualitas.

Selain itu semua pihak juga perlu memahami tingkatan partisipasi, karena seringkali

tahapan sosialisasi sudah dikatagorikan sebagai tahapan partisipasi yang

sesungguhnya. Sementara beberapa tingkatan partisipasi dapat dilihat sebagai

berikut:

Tingkat 1. Pengumpulan informasi (Information gathering):

merupakan tingkatan paling rendah, dimana masyarakat secara perorangan

menjawab pertanyaan yang diajukan.

Tingkat 2. Konsultasi (Consultation):

Merupakan tingkat yang lebih tinggi dari tingkat pengumpulan data, dimana

masyarakat baik perorangan maupun kelompok, berkosultasi menjawab

pertanyaan, memberikan pendapat melalui sebuah pertemuan. Komunikasi dua

arah, akan tetapi masyarakat tidak ikut dalam pengambilan keputusan.

Tingkat 3. Konsiliasi dan kemitraan (Conciliation and Partnership):

Merupakan tingkatan yang lebih tinggi lagi, seperti halnya tahap konsultasi, akan

tetapi masyarakat ikut dalam proses pengambilan keputusan sebagai rekomendasi

atau kesepakatan akhir melalui fasilitasi atau kemitraan dengan pihak lain.

Tingkat 4. Mobilisasi dengan kemauan sendiri (self-mobilization):

Merupakan tingkat yang tinggi dalam partisipasi, dimana masyarakat mengambil

inisiatif sendiri.Masyarakat memegang kontrol atas jalannya pertemuan dan

kesepakatan untuk pengambilan keputusan.Jika memerlukan bantuan fasilitasi

pihak luar, biasanya masyarakat menentukan pihak yang diinginkan.

2. Konsep Pengembangan Jejaring dan Dukungan untuk Kelompok Masyarakat

Kondisi fisik dan akses Wakatobi juga sangat mempengaruhi pasar

pariwisata.Aksesibilitas dari udara lebih banyak melayani pengunjung kelas

menengah ke atas karena berbiaya tinggi, sementara akses laut dapat melayani

pengunjung kelas menengah ke bawah, namun memiliki kendala dari sisi waktu

Page 154: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 126 126

yang memberikan keterbatasan. Hal ini perlu disadari oleh banyak pihak di

Wakatobi, karena kondisi tersebut akan mempengaruhi wisatawan yang datang dan

atau dijadikan target pasar.

Beberapa kelompok pasar, seperti pelajar dan backpacker sangat rentan pada

elemen harga.Dengan biaya tinggi, sangat sulit bagi produk masyarakat untuk

menargetkan kelompok pasar ini.Sementara saat ini Wakatobi lebih banyak

dikunjungi oleh wisatawan dengan tujuan menyelam, yang biasanya dikatagorikan

sebagai wisatawan minat khusus dan memiliki kemampuan membayar yang

baik.Namun demikian wisatawan selam tidak secara otomatis mempunyai

ketertarikan pada produk wisata non selam seperti budaya atau kerajinan, seperti

yang banyak dikembangkan masyarakat; kecuali kegiatan wisata tersebut

dikombinasi dengan kegiatan wisata berbasis menyelam. Cara lain keterlibatan

masyarakat adalah dengan mencari peluang untuk bekerja di berbagai sektor

penunjang pariwisata, seperti penyedia jasa makanan, penyedia jasa transportasi

darat maupun laut, jasa pemanduan dan sebagainya.

Dalam hal ini berarti peluang terbesar bagi masyarakat dalam pariwisata adalah

menyediakan jasa dan usaha pendukung yang bersifat mengikuti (follower) tren

pasar yang ada. Artinya masyarakat lebih fokus pada ceruk pasar yang ada dan

mengemas berbagai kegiatan wisata atau jasa usaha lain untuk mampu menarik

wisatawan yang datang dengan tujuan utama yang lain.

Di masa mendatang, ketika kapasitas kelompok masyarakat sudah meningkat

(dalam hal teknis, pelayanan, manajerial, perencanaan, pemasaran, dan

sebagainya) maka tidak mungkin kelompok masyarakat didorong untuk

meningkatkan perannya. Konsep ini membutuhkan dua hal penting, yaitu:

Pengembangan jejaring

Kelompok masyarakat harus membina hubungan bisnis dengan pelaku lain

di sektor pariwisata; baik dengan biro perjalanan wisata dan pemandu

(khususnya bagi kelompok yang menjual paket wisata), hotel dan

penginapan (khususnya bagi kelompok yang menjual pasokan makanan),

dan sebagainya.

Pemberian dukungan bagi kelompok masyarakat

Peningkatan kapasitas bagi masyarakat di bidang pariwisata mulai dari

pemahaman pariwisata, penerapan sapta pesona, pemanduan,

kelembagaan, bisnis pariwisata, pengelolaan keuangan mikro, pengelolaan

pengunjung, termasuk pengelolaan dampak negatif sebagai akibat kegiatan

pariwisata serta kontribusi terhadap kegiatan pelestarian sumber daya alam

dan budaya sangat diperlukan. Selain itu, dukungan keuangan seperti akses

kepada lembaga keuangan dan pemberian mikro kredit dengan suku bunga

Page 155: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 127 127

rendah) juga sangat dibutuhkan agar kelompok masyarakat dapat

membangun jasa usaha yang professional dan berkualitas.

3. Konsep Penyelarasan Pariwisata dengan Konservasi Lingkungan Berbasis

Masyarakat

Keterlibatan masyarakat dalam berbagai program konservasi lingkungan harus

didorong agar masyarakat tidak hanya menjadi obyek dari program (misalnya:

penerima informasi, penerima bantuan, dan sebagainya) tetapi terlibat sebagai

subyek atau pelaku dari program konservasi. Tentu saja hal ini harus disesuaikan

dengan kapasitas masyarakat tersebut; dan jika memungkinkan dibarengi dengan

program peningkatan kapasitas.Keterlibatan masyarakat secara aktif dalam

konservasi adalah salah satu kunci keberlanjutan dari konservasi itu sendiri.Hal ini

adalah elemen yang sangat penting dan merupakan nilai lebih (competitive

advantage) dari suatu destinasi.

Lebih lanjut, kegiatan konservasi lingkungan berbasis masyarakat ini merupakan

salah satu nilai jual (selling point) bagi destinasi; ketika wisatawan diajak untuk ikut

terlibat bersama masyarakat dan fasilitator dalam berbagai kegiatan konservasi.

Kegiatan konservasi yang dilakukan berkesinambungan dan melibatkan masyarakat

terbukti di destinasi lain jauh lebih menarik dibanding kegiatan konservasi yang

dilakukan kali tertentu saja. Hal ini juga di dorong adanya perubahan paradigma

berlibur baik dari wisatawan mancanegara maupun wisatwan nusantara kelas

menengah ke atas.Perubahan paradigma ini salah satunya adalah lebih memilih

kegiatan Pariwisata yang tidak merusak lingkungan serta memberikan aspirasi lebih

kepada usaha masyarakat yang berkontribusi pada upaya pelestarian sumber daya

alam maupun budaya. Dalam aplikasinya wisatawan lebih memilih kegiatan wisata

yang bisa berinteraksi langsung dengan masyarakat, karena akan memberikan

pengalaman yang akan memperkaya hidupnya. Peluang ini tentunya terbuka luas

diWakatobi, karena kesadaran masyarakat akan kegiatan konservasi sudah cukup

baik, atas dedikasi bimbingan WWF dan joint program selama lebih dari 10 tahun.

Kedasaran dan upaya konservasi ini merupakan modal sosial yang kuat untuk

mengembangkan kegiatan-kegiatan konservasi sebagai daya tarik Pariwisata.

Salah satu contoh di Wakatobi adalah kegiatan Proyek Wallacea, dimana setiap

tahunnya puluhan bahkan ratusan sukarelawan bersedia membayar untuk

membantu kegiatan konservasi, seperti penelitian terumbu karang, membantu

masyarakat dalam kegiatan perikanan maupun berinteraksi dengan masyarakat

untuk ikut dalam kegiatan sehari-hari. Peluang ini sebenarnya terbuka luas bagi

masyarakat untuk menata informasi dan mengemas kegiatan untuk dijadikan daya

tarik wisata, sekaligus mengembangkan nilai manfaatnya melalui kegiatan

Pariwisata.Peluang yang kemudian dapat dikembangkan juga adalah menghidupkan

kembali cara-cara tradisional masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya alam

Page 156: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 128 128

laut secara lestari.Hal ini menjadi kegiatan yang disukai wisatawan karena

mempelajari kearifan lokal masyarakat wakatobi dalam mengelola sumber daya

alamnya.

4. Konsep Pariwisata Berbasis Resor

Konsep pariwisata berbasis resor merupakan salah satu tipe pengembangan yang

dapat diimplementasikan di Kabupaten Wakatobi.Saat ini Wakatobi telah pula

menerapkan pola ini dengan adanya investor dari luar negeri serta investor dari

Kabupaten.Konsep ini dapat diterapkan karena sesuai dengan karakteristik dan

kondisi lokasi, serta sesuai dengan visi pariwisata yang ditetapkan, dimana

pariwisata Wakatobi dikembangkan untuk dikenal dunia.Hal ini mengartikan bahwa

kualitas pariwisata yang ditawarkan haruslah memiliki kualitas internasional, baik

dari sisi kualitas sumber daya alam dan budaya, kualitas pelayanan dan kegiatan

maupun kualitas fasilitas pariwisata yang dibangun.Salah satu isu strategis adalah

mahalnya bahan bangunan, sehingga pembangunan fasilitas pariwisata yang baik

memerlukan investasi yang besar pula, dan hal ini tentunya kecil kemungkinan

mendapatkan investasi dari investor dari dalam Kabupaten untuk menerapkan

sesuai dengan standar internasional.

Namun demikian konsep pariwisata berbasis resor juga harus diikuti oleh kebijakan

dari Pemerintah daerah, agar pembangunannya dapat dikontrol dan tidak

menimbulkan dampak negatif baik lingkungan maupun sosial budaya.Oleh karena

itu, dimanapun sebuah resor direncanakan, maka harus dilakukan kajian dampak

sosial ekonomi dan budaya masyarakat sekitar, serta kajian konservasi lingkungan

(seperti analisis dampak lingkungan, analisis daya dukung lingkungan, dan

sebagainya).Pemerintah daerah dapat menyusun peraturan-peraturan yang

mengatur hal-hal ini.

Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam pengembangan konsep pariwisata

berbasis resor adalah:

a) Menentukan zona pengembangan, sesuai dengan zona pariwisata yang telah

ditetapkan dalam RTRW dan zona Taman Nasional.

b) Menyusun kebijakan tentang investasi pariwisata, dengan mempertimbangkan

hal-hal tentang daya dukung lingkungan, kontribusi terhadap pelestarian

sumber daya alam laut dan darat, presentase pelibatan dan membuka

kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar lokasi, klausul tentang bisnis yang

tidak bersifat monopoli; mengatur hal-hal tentang akses bagi masyarakat

terhadap laut sebagai mata pencaharian utama.

c) Menyusun klausul yang mengatur investor agar tidak menguasai daya tarik

bawah laut tertentu, karena daya tarik wisata bawah laut merupakan kawasan

publik yang dapat digunakan oleh semua pihak. Namun investor bekerjasama

Page 157: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 129 129

dengan pemerintah dan masyarakat berkontribusi menjaga keutuhan daya tarik

dari kegiatan-kegiatan yang bersifat merusak.

d) Menyusun pengaturan penerimaan pendapatan daerah dari investasi resor.

e) Menyusun petunjuk teknis pelaksanaan pengembangan resor.

Pada dasarnya pengembangan konsep pariwisata berbasis resor diimplementasikan

sebagai bagian yang tidak terlepaskan dari mekanisme pembangunan konsep

pariwisata berbasis masyarakat. Artinya pembangunan pariwisata berbasis resor

harus mendukung keterlibatan sebanyak mungkin masyarakat dan tidak sebaliknya

membatasi peluang serta akses masyarakat ke kawasan daya tarik.Pada dasarnya

kombinasi konsep pariwisata berbasis resor dan pariwisata berbasis masyarakat

dirasakan tepat untuk di implementasikan di Kabupaten Wakatobi, guna

meningkatkan percepatan pembangunan pariwisata ekologis di Wakatobi.

5. Konsep Peningkatan Daya Saing Produk dan Pelayanan

Seperti dijelaskan pada bab-bab sebelumnya dan dalam mencapai visi Pariwisata

Wakatobi, maka konsep peningkatan daya saing sangat penting untuk

diterapkan.Konsep ini sebagai konsekwensi logis dari pembangunan sektor

pariwisata, dimana sektor pariwisata untuk diakui secara internasional dituntut

untuk mengembangkan dan menerapkan standar minimum untuk produk wisata,

pelayanan Pariwisata serta fasilitas Pariwisata. Dalam visi Pariwisata Wakatobi,

telah dirumuskan untuk mengembangkan Pariwisata ekologis (ecotourism), artinya

standar yang dikembangkan untuk produk, pelayanan dan fasilitas harus

memperhatikan prinsip-prinsip pariwisata ekologis, yaitu ramah lingkungan, ramah

masyarakat dan ramah wisatawan. Konsep ini juga memberikan arahan dalam

penyusunan produk dan pelayanan wisata yang harus memperhatikan produk-

produk sejenis dari pesaing di tingkat propinsi, nasional dan internasional yang

memiliki pangsa pasar yang sama.

Standar minimum yang dikembangkan akan lebih menjamin kualitas produk dan

pelayanan wisata, sehingga memberikan garansi pada wisatawan bahwa pelayanan

yang diberikan di satu daya tarik dan daya tarik lainnya memiliki standar minimum

yang sama. Penerapan konsep ini juga perlu dibarengi dengan kebijakan di tingkat

Kabupaten. Saat ini, secara nasional Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

telah mengeluarkan beberapastandard tingkat nasional7 dalam bidang

kepariwisataan, khususnya untuk sub sektorbiro perjalanan wisata; spa; Restoran,

Bar dan Jasa Boga Bidang Industri Jasa Boga; Pimpinan Perjalanan Wisata;

Kepemanduan Wisata Selam; Kepemanduan Wisata; Kepemanduan Museum;

Kepemanduan Ekowisata; dan Kepemanduan Arung Jeram.Pemerintah daerah

dapat mengacu kepada standard nasional ini dan mengembangkan standar

minimum pelayanan sesuai dengan kondisi lokal.

7http://www.parekraf.go.id

Page 158: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 130 130

6. Konsep Pengelolaan Pariwisata Multi Pihak

Konsep ini dibutuhkan mengingat Wakatobi merupakan kawasan pulau-pulau

dengan dengan berbagai stakeholder serta akses terbuka sehingga memerlukan

sistem dan mekanisme pemantauan yang bersifat jejaring.Konsep ini ditujukan

untuk mendorong pengelolaan pariwisata yang lebih transparan, dimana destinasi

Pariwisata juga membutuhkan tata kelola yang baik serta akuntabel. Konsep ini

mengharuskan adanya Forum multipihak (pemerintah, swasta, perwakilan

masyarakat, akademisi) yang akan berperan memberikan arah, mendorong

kebijakan pemerintah, harmonisasi kegiatan dari para pihak yang berkepentingan,

melakukan pencitraan destinasi, membuka peluang-peluang investasi serta

memastikan pihak-pihak yang berkepentingan menerapkan perencanaan yang telah

disusun. Konsep Pengelolaan Pariwisata Multi pihak pada kawasan yang memiliki

kemampuan tinggi secara politik dan implementasi, biasanya pelaksanaannya

hingga pembentukan lembaga pengelolaan di tingkat destinasi.Namun jika

kemampuan para pihak masih dalam tahapan yang terbatas, karena biasanya untuk

memenuhi konsekwensi logis lainnya yaitu pendanaan untuk keberlanjutan forum

seringkali mendapatkan hambatan, maka konsep dapat diterapkan dalam tahapan

yang mampu di implementasikan oleh para pihak di tingkat Kabupaten.Sebagai

contoh jika Forum Pengembangan Pariwisata Wakatobi dibentuk dan terdiri dari

berbagai pihak kepentingan, maka peranannya adalah sebagai pendorong dan

menstimulasi pergerakan pembangunan Pariwisata searah dengan hasil

perencanaan.

Page 159: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 131 131

BAB 6

STRATEGI, PROGRAM, DAN KEGIATAN

PENGEMBANGAN PARIWISATA

Sesuai dengan konsep pengembangan yang diuraikan di atas serta untuk mencapai visi

dan misi serta melaksanakan konsep pengembangan pariwisata tersebut, maka

disusunlah beberapa strategi pengembangan sebagai berikut:

Konsep Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat

Strategi 1. Mendorong keterlibatan masyarakat lokal dalam pengembangan dan

pengelolaan pariwisata

Strategi 2. Mengembangkan sistem pengelolaan daya tarik wisata berbasis kelompok

masyarakat

Konsep Penyelarasan Pariwisata dengan Konservasi Lingkungan Alam dan Budaya

Strategi 3. Mendorong pengembangan Pariwisata yang berkontribusi pada konservasi

lingkungan alam dan binaan

Strategi 4. Mengembangkan produk wisata yang berkontribusi pada konservasi

lingkungan alam dan budaya

Strategi 5. Mengembangkan fasilitas pariwisata yang berdampak rendah terhadap

lingkungan, hemat penggunaan SDA, dengan menggunakan teknologi tepat

guna

Konsep Pengembangan Kawasan Prioritas dan Resor

Strategi 6. Mengembangkan kawasan-kawasan prioritas pengembangan pariwisata

Strategi 7. Mendorong pengembangan resor wisata oleh sektor swasta

Konsep Peningkatan Daya Saing Produk dan Pelayanan

Strategi 8. Mengembangkan sarana, prasarana serta fasilitas pariwisata dan

penunjang pariwisata sesuai dengan target pasar

Strategi 9. Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia baik di lingkup industri,

pemerintah, dan kelompok masyarakat

Konsep Pengembangan Jejaring dan Dukungan Bisnis

Strategi 10. Memfasilitasi pembentukan hubungan bisnis antara kelompok dan industri

pariwisata skala lokal

Page 160: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 132 132

Strategi 11. Memberikan dukungan bisnis bagi industri pariwisata skala lokal dan

kelompok masyarakat

Strategi 12. Mengembangkan sistem informasi pariwisata

Strategi 13. Mengembangan sistem pemasaran yang inovatif sesuai target pasar

Konsep Pengelolaan Pariwisata Multi Pihak

Strategi 14. Membangun sistem pengelolaan destinasi pariwisata dengan kolaborasi

multi pihak

Penjabaran dari program tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.1 berikut.

Page 161: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 133

Tabel 6.1 Indikasi Program dan Kegiatan

NO INDIKATOR PROGRAM KEGIATAN PIC

DURASI

2014

2015

2016

2017

2018

1 Membangun sistem pengelolaan pariwisata yang mendorong kolaborasi multi pihak LWG DMO Wakatobi

i Terbentuknya Forum Pengembangan Pariwisata Wakatobi.

Workshop pembentukan Forum Pengembangan Pariwisata Wakatobi.

Disbudpar Kabupaten

ii Terbentuknya Badan Promosi Pariwisata Daerah Sosialisasi pengurus dan Program BPPD ( Badan

Promosi Pariwisata Daerah) Disbudpar Kabupaten

iii

Tersosialisasinya pengurus dan program Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia cabang Wakatobi

Sosialisasi Pengurus dan Program PHRI Wakatobi di masyarakat.

Disbudpar Kabupaten

Iv Pembentukan organisasi multi pihak untuk pengembangan pariwisata (yang berfungsi sebagai penggerak dan harmonisasi program para pihak)

Workshop seluruh stakeholders kepariwisataan Wakatobi

Disbudpar Kabupaten, DMO, JP

V

Adanya Sinergitas dan harmonisasi program antar instansi dan pihak

Rapat koordinasi rutin antar instansi/stakeholders

Disbudpar,DMO,JP,BTNW

Pendampingan Masyarakat dalam pengelolaan pariwisata

LWG DMO Wakatobi

Vi Adanya kemitraan antar lembaga terkait untuk meningkatkan kualitas pelayanan transportasi udara dan laut

Workshop peningkatan kualitas pelayanan transportasi udara, darat dan laut

Tim DMO Wakatobi

Vii Adanya Integrasi daya dukung lingkungan dalam pengembangan pariwisata

Sosialisasi daya dukung lingkungan ke stakeholders terkait

Disbudpar, BLH, TNW, Kehutanan, DKP

viiii

Penerapan pengelolaan yang adaptif

Workshop penyusunan sistem tata kelola Pariwisata Wakatobi.

Disbudpar , BLH, LWG

Pertemuan dan monitoring kegiatan pengelolaan kepariwisataan Wakatobi

Disbudpar , BLH, LWG

Pemutakhiran data dasar pariwisata Disbudpar , BLH, LWG

Page 162: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 134

2 Mengembangkan produk dan pelayanan pariwisata yang berdaya saing dan berkontribusi terhadap konservasi lingkungan (alam dan budaya)

Disbudpar Kab. Wakatobi, asosiasi industri pariwisata (ASITA, PHRI, HPI)

I Adanya standar produk dan pelayanan Pariwisata

Workshop penyusunan standar minimum produk dan pelayanan Pariwisata ekologis

DMO Wakatobi, JP

Menyusun kode etik untuk wisatawan dan standar operasi prosedur untuk pengelola dan pemandu (yang lalu disosialisasikan melalui media informasi - point 6)

Disbudpar, PHRI, HPI, DMO Wakatobi, Lembaga Sara

Ii Diversifikasi produk pariwisata alam di daratan dan budaya bahari

Menyusun paket wisata ekologis berbasis masyarakat

Disbudpar Kabupaten, ASITA

Menyusun paket wisata ekologis berbasis budaya bahari

Menyusun paket wisata ekologis berbasis alam dan petualangan

Mengembangkan cinderamata khas Wakatobi Disbudpar + Disperindag

Mengemas kuliner khas Wakatobi untuk wisatawan

Disbudpar + PHRI

Iii Terselenggaranya “Event” Budaya yang berjadwal Peristiwa Budaya Tahunan di Daerah-daerah di Wakatobi

Disbudpar Kabupaten

Iv Produk pariwisata yang berkontribusi terhadap konservasi lingkungan

Menyusun paket pariwisata berbasis konservasi lingkungan

ASITA, JP, LSM

3 Mendorong pengembangan sarana prasarana serta fasilitas pariwisata dan penunjang pariwisata Disbudpar

I Berkembangnya rumah inap (homestay) masyarakat Pengadaan dan pengembangan rumah inap (homestay) dan gazebo

Disbudpar Kabupaten, Dinas Kehutanan, Dinas PU, Dinas Tata ruang,

Ii Adanya fasilitas penunjang Pembangunan pusat rekreasi masyarakat Dinas Tata ruang

Peningkatan kualitas fasilitas restoran, kios, dan toilet di bandara dan pelabuhan

Peningkatan kualitas fasilitas kesehatan dan perbankan, khususnya di ibukota kecamatan atau lokasi wisata

Dinas Kesehatan, Bank terkait

Page 163: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 135

4 Mengembangkan fasilitas pariwisata yang berdampak rendah terhadap lingkungan, hemat penggunaan SDA, dengan menggunakan teknologi tepat guna

Disbudpar Kab. Wakatobi, JP WWF-TNC, Balai TNW

I

Penerapan desain arsitektur berorientasi iklim membuat panduan sederhana tentang arsitektur berorientasi iklim dan didistribusikan pada saat pengajuan IMB

Dinas Tata ruang, BLH

Sosialisasi Panduan sederhana tentang arsitektur berorientasi iklim

Dinas Tata ruang, BLH

Ii Mendorong pemakaian energi terbarukan kampanye hemat energi dan potensi energi terbarukan

LPTK

membuat model aplikasi teknologi energi terbarukan di fasilitas pariwisata

Membuat kerjasama dengan perusahaan atau donor untuk aplikasi energi terbarukan

Iii Aplikasi teknologi tepat guna untuk penyediaan air bersih

Memperbaiki tandon air komunal dan Mengembangkan sistem pengelolaan kolektif berbasis desa

PDAM

Melakukan studi kelayakan penyediaan sumber air bersih

Iv Aplikasi teknologi tepat guna untuk pengelolaan limbah

Kampanye pengelolaan sampah untuk penyedia jasa usaha pariwisata

Dinas Kebersihan

Membangun fasilitas pengolahan limbah cair komunal

5 Meningkatkan kapasitas SDM pariwisata yang berkualitas Disbudpar Kab. Wakatobi, Asosiasi industri pariwisata, JP

I Program peningkatan kapasitas SDM pariwisata dalam pelayanan, pemanduan dan keselamatan

Bimbingan teknis pelayanan prima untuk penyedia jasa akomodasi dan restoran

Disbudpar Kabupaten

Bimbingan teknis pelayanan prima untuk penyedia jasa biro perjalanan wisata

Disbudpar Kabupaten

Bimbingan teknis kepemanduan untuk pemandu wisata

Bimbingan teknis prosedur keselamatan bagi wisatawan untuk pemandu

Page 164: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 136

Bimbingan teknis pengembangan produk wisata

Disbudpar Kabupaten

Bimbingan kewirausahaan di bidang pariwisata Disbudpar Kabupaten

Bimbingan teknis pengelolaan organisasi di daya tarik

Disbudpar Kabupaten

Bimbingan teknis keuangan mikro pada pengelola daya tarik.

Disbudpar Kabupaten

Bimbingan teknis sadar wisata dan implementasi sapta pesona

Disbudpar Kabupaten

Bimbingan teknis untuk pemandu selam (tingkat pemula, open water, dan berkelanjutan )

Disbudpar Kabupaten

Ii peningkatan kapasitas aparat pemerintah tentang pengelolaan pariwisata

Bimbingan teknis perencanaan dan pengelolaan daya tarik Pariwisata.

Disbudpar Kab, Provinsi dan DMO

Bimbingan teknis penyusunan kebijakan di bidang Pariwisata.

Disbudpar Kab, Provinsi dan DMO

Bimbingan teknis konsep dan tahapan pengembangan Pariwisata berbasis masyarakat

Disbudpar Kab, Provinsi dan DMO

Iii Pengembangan kapasitas asosiasi pariwisata (ASITA, PHRI, HPI)

Bimbingan teknis pengelolaan organisasi (ASITA, PHRI, HPI)

Disbudpar Kab. Wakatobi

Iv Peningkatan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan fasilitas pariwisata dan pengembangan produk pariwisata

Sosialisasi pengelolaan fasilitas pariwisata bagi masyarakat

Disbudpar Kab.Wakatobi, DMO, Perindakop, Dishub

V Lisensi dan sertifikasi kompetensi sumber daya pariwisata

Uji sertifikasi SDM pariwisata bekerjasama dengan LSP Pariwisata

Kementerian Pariwisata

Vi Peningkatan kapasitas kelompok masyarakat untuk mengakses modal dan pengelolaan keuangan

Bimbingan teknis penyusunan proposal BPKD

Bimbingan teknis pengelolaan keuangan mikro Dinas Perindakop

5 Mengembangkan sistem pemasaran yang inovatif untuk mempromosikan destinasi dan produk pariwisata ditingkat nasional, regional dan internasional.

Disbudpar Kab. Wakatobi

I Pengembangan strategi pemasaran Studi pasar pariwisata Wakatobi Disbudpar Kab. dan Provinsi

Penyusunan blue print pemasaran pariwisata Disbudpar Kabupaten +

Page 165: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 137

Wakatobi Kemenparekraf

Ii Pencitraan Wakatobi sebagai destinasi ekologis dunia Promosi bersama pariwisata alam dan budaya bahari (tk provinsi, nasional, int'l)

Pemilihan Duta wisata, Duta Karang dan Putri Bahtera Mas

Disparekraf Kabupaten

Iii Pengembangan sistem informasi pariwisata Wakatobi Penyediaan fasilitas untuk TIC Disbudpar Kabupaten

Pembuatan media informasi elektronik, media sosial dan media cetak

Pemasangan media informasi di tempat-tempat umum, seperti bandara Hasanudin, bandara Matahora dan pelabuhan laut.

Pembuatan buku panduan perjalanan (Travel Guide) Wakatobi

Disbudpar Kabupaten

Pembuatan film bawah laut Disbudpar Kabupaten

Promosi melalui Inflight Magazine dan TV Nasional

Disbudpar Kabupaten

Iv Pengenalan produk pariwisata Wakatobi Mengembangkan event-event yang mempromosikan/memperkenalkan paket wisata baru

Disbudpar +ASITA

Kampanye konservasi lingkungan dan pariwisata kepada wisatawan

Disbudpar + JP+ BTNW

Mengikuti pameran Pariwisata di tingkat regional, nasional dan internasional.

Disbudpar Kabupaten

6 Mendorong keterlibatan masyarakat lokal dalam pengembangan dan pengelolaan pariwisata. Disbudpar Kab. Wakatobi, JP WWF-TNC, Balai TNW

I

Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai pariwisata

Kampanye Sadar Wisata. Disbudpar Kabupaten

Tindak lanjut seminar dan dialog budaya: transformasi nilai budaya Buton dalam pembangunan (Penulusuran naskah dan interpretasi serta revitalisasi Sejarah dan Budaya Buton)

Disbudpar Kabupaten, Dinas Pendidikan

Ii Meningkatan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan Pelatihan pengelolaan daya tarik wisata disbudpar, JP, TNW

Page 166: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 138

daya tarik wisata Pertemuan dalam rangka membentuk kerja sama antara kelompok masyarakat dengan industry

disparbud +JP+ DMO+BTNW

Iii Memberikan insentif untuk pengembangan jasa usaha pariwisata oleh masyarakat lokal

Identifikasi sumber dana bergulir kepada kelompok-kelompok masyarakat pengelola jasa usaha pariwisata

Diskop&UMKM + Disbudpar + JP +TNW

Pemetaan kebutuhan penerima dana bergulir

Fasilitasi sumber pemberi dana dengan kelompok penerima dana

Evaluasi Pemberian dana kepada kelompok-kelompok jasa usaha pariwisata

Diskop&UMKM + Disbudpar + JP +TNW

7 Mendorong pengembangan pariwisata yang memberikan dampak positif pada peningkatan kualitas lingkungan dan konservasi

Disbudpar Kabupaten

I Menyusun kebijakan pengelolaan lingkungan dalam pengembangan pariwisata

kajian daya dukung lingkungan hidup BLH + JP +TNW

Penyusunan pedoman pengembangan pariwisata berwawasan lingkungan hidup

Disbudpar + JP+BLH+TNW

Konsultasi publik dan sosialisasi pedoman pariwisata berwawasan lingkungan

Disbudpar + JP+ BTNW+BLH

Ii Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai konsep pariwisata berwawasan lingkungan hidup

Kampanye konservasi lingkungan dan pariwisata kepada masyarakat dan wisatawan

Disbudpar + JP+ BTNW+DMO+ Dinas Pendidikan

Iii Mengembangkan produk pariwisata yang berkontribusi terhadap konservasi lingkungan

identifikasi program konservasi yang sudah ada untuk diintegrasikan dengan kegiatan pariwisata

ASITA, JP, LSM, BTNW

Page 167: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 139

Tabel 6.2. Kebutuhan Pengembangan Daya Tarik Pariwisata di Pulau Wangi-Wangi

No

WAHA MATAHORA

WAHA Instansi

Pelaksana SOUSU

Instansi Pelaksana

PATUNO Instansi

Pelaksana LONGA

Instansi Pelaksana

1 Potensi yang

dimiliki Pantai pasir putih dan terumbu karang

Pantai pasir putih dan terumbu karang

Pantai pasir putih dan terumbu karang

Hutan Tropis

2 Target Pasar

Yang Diinginkan

Target utama: wisatawan nusantara

Target utama: wisatawan lokal

Target utama: wisatawan nusantara

Target utama: wisatawan nusantara

Target sekunder: wisatawan mancanegara

Target sekunder: wisatawan nusantara

Target sekunder: wisatawan mancanegara

Target sekunder: wisatawan lokal

3

Identifikasi Aktivitas

yang akan ditawarkan

Menyelam Wisata pantai Menyelam Jelajah Hutan

Snorkeling Berenang dan Snorkeling Snorkeling Pengamatan Satwa

Kuliner Wisata Pendidikan Siswa

Pertunjukan musik di pantai

4 Fasilitas

Yang Dibutuhkan

Peletakkan papan penunjuk arah di beberapa lokasi

DisHub Pembangunan gazebo bagi wisatawan yang ingin beristirahat

DisPar Peletakkan papan penunjuk arah di beberapa lokasi

DisHub Peletakkan papan penunjuk arah di beberapa lokasi

DisHut

Penyediaan kios-kios informasi bagi wisatawan

Penyediaan Lahan Parkir

DisPar + Tata Ruang

Peletakkan papan informasi obyek wisata di lokasi wisata.

DisPar Penyediaan Lahan Parkir

DisHut + Tata Ruang

Penyediaan toilet yang layak dengan fasilitas air bersih

DisPar + PU

Penyediaan kios-kios informasi bagi wisatawan

DisPar

Penyediaan kios-kios informasi bagi wisatawan

DisHut

Page 168: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 140

Penyediaan pusat cinderamata yang dikelola oleh masyarakat

DisPar Pembangunan panggung terbuka, untuk kegiatan kesenian

DisPar

Penyediaan kios-kios makanan kecil bagi wisatawan yang berkunjung

DisPar dan Perindakop

Penyediaan toilet yang layak dengan fasilitas air bersih

DisPar

5

Program Peningkatan

Kapasitas Yang

Dibutuhkan

Kampanye Sapta Pesona

DisPar Pembentukan Kelompok Masyarakat Pengelola

DisPar Pelatihan pelayanan wisata

DisPar

Pembentukan Kelompok Masyarakat Pengelola

DisHut

Pengenalan akan kekayaan bawah laut

DisPar Kampanye Sapta Pesona DisPar Kampanye Sapta Pesona

DisPar

Pelatihan Selam DisPar Pelatihan Keorganisasian DisPar Pelatihan Keorganisasian

DisHut

Pelatihan membuat cinderamata

DisPar+ Perindakop

Pelatihan membuat kuliner khas

DisPar+ Perindakop

Pelatihan kepemanduan

DisPar

Pelatihan Keorganisasian

Joint Program

Page 169: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 141

No

PULAU KAPOTA LIYA RAYA

KAPOTA Instansi

Pelaksana LIYA

ONEMELANGKA Instansi

Pelaksana LIYA MAWI

Instansi Pelaksana

LIYA BAHARI Instansi

Pelaksana LIYA TOGO

Instansi Pelaksana

1 Potensi yang

dimiliki

terumbu karang, danau air asin, pantai pasir putih, benteng togo melengo dan hutan bambu

Pantai pasir putih dan terumbu karang

Pantai pasir putih dan terumbu karang

Hutan Tropis

2 Target Pasar

Yang Diinginkan

Target utama: wisatawan nusantara

Target utama: wisatawan lokal

Target utama: wisatawan lokal

Target utama: wisatawan nusantara

Utama: Wisnus

Target sekunder: wisatawan mancanegara

Sekunder: WisMan

3

Identifikasi Aktivitas yang

akan ditawarkan

Menyelam & Snorkling

Jelajah desa Jelajah desa & kuliner

Pengolahan rumput laut

Jelajah desa

Pantai dan berenang Pengamatan burung

Snorkeling Pertunjukan Seni

Jelajah pulau Pemandangan matahari terbenam

Pemandangan matahari terbenam

Olahraga air

4 Fasilitas Yang Dibutuhkan

Peletakkan papan penunjuk arah di

DisHub Peletakkan papan penunjuk arah di

DisHub Peletakkan papan

DisHub Peletakkan papan

DisHub Petunjuk Arah

DisHub

Page 170: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 142

beberapa lokasi beberapa lokasi penunjuk arah di beberapa lokasi

penunjuk arah di beberapa lokasi

Peletakkan papan ucapan selamat datang

DisPar + TN

Peletakkan papan informasi obyek wisata di lokasi wisata.

DisPar

Peletakkan papan informasi obyek wisata di lokasi wisata.

DisPar

Peletakkan papan informasi obyek wisata di lokasi wisata.

DisPar

Kios Infomasi dan cinderamata

DisPar

Penyediaan kios informasi pariwisata di pelabuhan

DisPAr

Pembangunan gazebo bagi wisatawan yang ingin beristirahat

DisPar

Penyediaan toilet yang layak dengan fasilitas air bersih

DisPar

Penyediaan toilet yang layak dengan fasilitas air bersih

DisPar Toilet DisPar

Pembangunan jalanan di sepanjang danau (boardwalk)

DisPar

Penyediaan toilet yang layak dengan fasilitas air bersih

DisPar

Penyediaan kios-kios makanan kecil bagi wisatawan yang berkunjung

DisPar Penyediaan Kios Sewa Alat Selam

Masyarakat

Papan interpretasi wisata

DisPar

Penyediaan toilet yang layak dengan fasilitas air bersih

DisPAr

Sarana pengolahan sampah tingkat RW

DinKebersihan

Pembangunan gazebo bagi wisatawan yang ingin beristirahat

DisPAr

Penyediaan genset DinPU

Kios Suvenir masyarakat

Perindakop

Sarana pengolahan sampah tingkat RW

DinKebersihan

Page 171: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 143

5

Program Peningkatan

Kapasitas Yang Dibutuhkan

Kampanye Sapta Pesona

DisPar Kampanye Sapta Pesona

DisPar Kampanye Sapta Pesona

DisPar Kampanye Sapta Pesona

DisPar Kampanye Sapta Pesona

DisPar

Pelatihan Kepemanduan

DisPar Pelatihan Kepemanduan

DisPar Pelatihan Kepemanduan

DisPar Pelatihan Kepemanduan

DisPar Pelatihan Kepemanduan

DisPar

Cinderamata DisPar+ Perindakop

Pembentukan Kelompok Masyarakat Pengelola

DisPar

Pembentukan Kelompok Masyarakat Pengelola

DisPar

Pembentukan Kelompok Masyarakat Pengelola

DisPar

Pembentukan Kelompok Masyarakat Pengelola

DisPar

Pelatihan Keorganisasian

Joint Program

Pelatihan Keorganisasian

Joint Program

Pelatihan Keorganisasian

Joint Program

Pelatihan Keorganisasian

Joint Program

Pelatihan Keorganisasian

Joint Program

Pelatihan pelayanan prima

DisPar

Tabel 6.3 Kebutuhan Pengembangan Daya Tarik Pariwisata di Pulau Hoga dan Pajam

No

HOGA – PAJAM

Hoga Instansi Pelaksana Pajam Instansi Pelaksana

1 Potensi

yang dimiliki Pantai Pasir Putih

Desa perbukitan karst, Gua, Bentang Alam dan Hutan Mangrove

2 Target Pasar

Yang Diinginkan

Target utama: wisatawan mancanegara Target utama: wisatawan mancanegara

Target sekunder: wisatawan nusantara Target sekunder: wisatawan nusantara

Page 172: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 144

3

Identifikasi Aktivitas

yang akan ditawarkan

Menyelam Jelajah desa

Snorkeling

Jelajah kampung bajo sampela Jelajah mangrove

4 Fasilitas

Yang Dibutuhkan

Peletakkan papan ucapan selamat dating DisPar Peletakkan papan penunjuk arah di beberapa lokasi

DisHub

Penyediaan kios-kios informasi bagi wisatawan DisPar + Tata Ruang Perbaikan fasilitas pelabuhan DisPU

Sarana pengolahan sampah tingkat RW DinKebersihan Peletakkan papan ucapan selamat datang DisPar

Peletakkan papan informasi obyek wisata di lokasi wisata.

DisPar

Penyediaan toilet yang layak dengan fasilitas air bersih

DisPAr

Penyediaan genset DinPU

Penyediaan pusat cinderamata yang dikelola oleh masyarakat

Perindakop

Sarana pengolahan sampah tingkat RW DinKebersihan

5

Program Peningkatan

Kapasitas Yang

Dibutuhkan

Penguatan Kelompok Masyarakat Pengelola:keorganisasian DisPar Penguatan Kelompok Masyarakat Pengelola:keorganisasian

DisPar

Kampanye Sapta Pesona DisPar Kampanye Sapta Pesona DisPar

Pelatihan Kepemanduan Selam DisPar Pelatihan pelayanan prima DisPar

Pelatihan pelayanan prima DisPar Pelatihan Kuliner DisPar+ Perindakop

Pelatihan tata kelola homestay DisPar Pelatihan Kepemanduan DisPar

Page 173: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 145

Tabel 6.4 Kebutuhan Pengembangan Daya Tarik Pariwisata di Pulau Tomia

No

PULAU TOMIA

Kulati Instansi

Pelaksana Wawotimu Instansi Pelaksana Kahiyanga

Instansi Pelaksana

1 Potensi yang

dimiliki

Pantai Pasir Putih, hutan, Karts, Gua dan seni budaya

Pedesaan Nelayan dan pantai

Pedesaaan, Bentang Alam

2 Target Pasar Yang

Diinginkan

Target utama: wisatawan mancanegara

Target utama: wisatawan mancanegara

Target utama: wisatawan mancanegara

Target sekunder: wisatawan nusantara

Target sekunder: wisatawan nusantara

Target sekunder: wisatawan nusantara

3 Identifikasi

Aktivitas yang akan ditawarkan

Berenang, Menyelam, Snorkling

Jelajah desa Jelajah desa dan perbukitan

Wisata Petualangan Pertunjukan Kesenian

Jelajah desa bersepeda

Sunrise

4 Fasilitas Yang Dibutuhkan

Peletakkan papan penunjuk arah di beberapa lokasi

DisHub Peletakkan papan penunjuk arah di beberapa lokasi

DisHub Peletakkan papan penunjuk arah di beberapa lokasi

DisHub

Peletakkan papan ucapan selamat datang

DisPar Peletakkan papan ucapan selamat datang

DisPar Perbaikan Pelabuhan DisPU

Penyediaan kios-kios informasi bagi wisatawan

DisPar + Tata Ruang

Peletakkan papan informasi obyek wisata di lokasi wisata.

DisPar Peletakkan papan informasi obyek wisata di lokasi wisata.

DisPar

Page 174: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 146

Gazebo di pantai DisPar Penyediaan toilet yang layak dengan fasilitas air bersih

DisPAr+PU Penyediaan toilet yang layak dengan fasilitas air bersih

DisPAr+PU

Penyediaan toilet yang layak dengan fasilitas air bersih

DisPAr+PU Penyediaan genset DinPU Penyediaan genset DinPU

Penyediaan genset DinPU Penyediaan gazebo bagi wisatawan yang ingin menikmati pemandangan

DisPAr

Pusat Jajanan dan cinderamata

Perindakop

Pengolahan sampah skala RW

DinKebersihan

Regular Boat dari Wangi-wangi

DisHub

5

Program Peningkatan

Kapasitas Yang Dibutuhkan

Pelatihan Kepemanduan Selam

DisPar Pelatihan pelayanan prima DisPar Pelatihan pelayanan prima DisPar

Pelatihan pelayanan prima

DisPar Pelatihan Kepemanduan DisPar Pelatihan Kepemanduan DisPar

Pelatihan tata kelola homestay

DisPar

Pelatihan Kuliner DisPar+ Perindakop

Penguatan Kelompok Masyarakat Pengelola:keorganisasian

DisPar Penguatan Kelompok Masyarakat Pengelola:keorganisasian

DisPar Penguatan Kelompok Masyarakat Pengelola:keorganisasian

DisPar

Page 175: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 147

BAB 7

PEMANTAUAN DAN EVALUASI DAMPAK

Perencanaan pengelolaan pariwisata di Wakatobi bertujuan untuk meningkatkan kualitas pariwisata di destinasi. Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dan dampak pengelolaan tersebut pada pembangunan daerah, khususnya pengembangan pariwisata dan kesejahteraan masyarakat maka perlu dilakukan pemantauan. Sebagai bagian dari suatu sistem yang terstruktur, maka disusun beberapa indikator untuk pemantauan pelaksanaan dan evaluasi dampak. Aspek pemantauan meliputi:

1. Kinerja Sektor Pariwisata Keberhasilan pengembangan sektor pariwisata seringkali hanya dipantau dari jumlah kunjungan wisatawan atau pengunjung melalui mekanisme pencatatan di bandara atau pelabuhan, padahal ada aspek lain yang juga diperlukan untuk menilai kinerja pariwisata. Profil pengunjung secara lebih dalam, seperti asal, pola perjalanan, pengeluaran, dan tingkat kepuasan wisatawan adalah informasi yang sangat penting untuk mengetahui segmen pasar yang mengunjungi Wakatobi dan sekaligus dapat digunakan untuk mengestimasi dana yang bergulir di destinasi. Meningkatnya kapasitas para pihak juga sangat penting karena akan menjamin bergulirnya serta menentukan akuntabilitas dan efektifitas pengembangan. Terlebih lagi berdasarkan regulasi otonomi daerah, pembangunan kepariwisataan di daerah menjadi salah satu tugas dari pemerintah daerah.

2. Ekonomi Lokal Seperti tersurat dalam pasal 4 dalam UU No. 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan, bahwa salah satu tujuan pembangunan kepariwisataan adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat.

3. Lingkungan Aspek lingkungan merupakan aspek yang penting tetapi cukup sulit dipantau karena seringkali membutuhkan teknik atau alat tertentu. Di tingkat destinasi, selain mengandalkan data sekunder dari instansi terkait sebaiknya didorong untuk memantau dampak pada lingkungan binaan, seperti tingkat kebersihan atau konversi lahan.

4. Sosial Budaya Indikator ini disusun pada suatu asumsi bahwa jika pariwisata telah berhasil meningkatkan kualitas sosial ekonomi masyarakat (terjadi surplus), maka akan terjadi secara alamiah masyarakat akan melakukan perbaikan pada kesehatan dan pendidikan. Oleh karena itu, pemantauan dua aspek sosial tersebut dapat menjadi indikator yang cukup baik.

Page 176: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 148

Sebagian besar pemantauan indikator sangat bergantung pada konsistensi pemerintah daerah dalam melakukan pencatatan. Akan tetapi berbagai kelompok masyarakat dan lembaga non pemerintah dapat pula melakukan pencatatan pada aspek-aspek tertentu yang paling terkait dengan mereka.Tergantung dari aspek dan indikator yang berbeda, maka pemantauan juga harus dilakukan secara rutin sesuai dengan masing-masing indikator agar bisa mendapatkan gambaran yang cukup baik untuk kemajuan proses. Daftar indikator untuk pemantauan dijabarkan secara lebih detail pada Tabel 8.1.

Tabel 8.1 Indikator Pemantauan dan Evaluasi

No Aspek

Pemantauan Indikator Frekuensi Pemantauan Pihak Pelaksana

A. Kinerja Pariwisata

1 Pertumbuhan pariwisata

Jumlah pengunjung di setiap atraksi

Setiap tahun Dinas pariwisata, pengelola atraksi

Profil pengunjung di setiap atraksi

Setiap tahun Dinas pariwisata, pengelola atraksi

2 Ekonomi Daerah

Nilai dan pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD), khususnya sektor Jasa, Hotel, dan Restoran

Setiap tahun Dinas pendapatan daerah

Nilai dan item dari investasi pariwisata di dalam destinasi, khususnya sektor jasa, hotel, restoran

Setiap tahun Dinas pariwisata, dinas pendapatan daerah, unit pelayanan terpadu (kalau ada)

Jumlah lapangan kerja baru yang diciptakan pada sektor pariwisata

Setiap tahun Dinas pariwisata

Penyerapan tenaga kerja lokal di sektor jasa, hotel, dan restoran (jumlah orang dari total tenaga kerja)

Setiap tahun Dinas pariwisata

3 Tingkat Kepuasan Pengunjung

Kepuasan pengunjung atas pelayanan (hotel, restoran, jasa), kebersihan, harga

Setiap 6 bulan Dinas pariwisata

4 Konflik Terkait Ada tidaknya konflik di antara para pihak terkait pariwisata

Setiap tahun Dinas pariwisata

Page 177: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 149

Ada tidaknya komunikasi antara para pihak terkait pariwisata

Setiap tahun Dinas pariwisata

Ada tidaknya mekanisme penyelesaian permasalahan

Setiap tahun Dinas pariwisata

5 Kapasitas Para Pihak

Peningkatan kapasitas para pihak (pemerintah daerah, swasta, dan pelaku dari masyarakat) dalam pengembangan dan pengelolaan

Setiap tahun Dinas pariwisata

B. Ekonomi Lokal Setiap tahun Dinas pariwisata

1 Pendapatan masyarakat

Jumlah dan persentase masyarakat yang bekerja di pariwisata (langsung/tidak langsung) terhadap jumlah angkatan kerja setempat

Setiap tahun Dinas pariwisata

Persentase peningkatan pendapatan dari masyarakat yang bekerja secara langsung di jasa, hotel, dan restoran

Setiap tahun Dinas pariwisata

C. Sosial Budaya

1 Kualitas Lingkungan Permukiman

Peningkatan kuantitas dan kualitas fasilitas kesehatan dan pendidikan

Setiap tahun Dinas tarukim, dinas pendidikan, dinas kesehatan

2 Kualitas Hidup Masyarakat

Peningkatan jumlah/persentase anak sekolah pada kelompok anak usia sekolah

Setiap tahun Dinas tarukim, dinas pendidikan

Tingkat kematian bayi dan ibu melahirkan

Setiap tahun BPS, dinas kesehatan

3 Persepsi terhadap pariwisata

Persepsi negatif atau positif masyarakat, pemerintah, dan swasta terhadap

Setiap tahun Tokoh masyarakat, pemerintah desa, tokoh agama, swasta

Page 178: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 150

pariwisata

D. Lingkungan

1 Kebersihan Pengelolaan sampah (jumlah sampah, tempat pembuangan, kualitas pengangkutan)

Setiap 6 bulan Dinas kebersihan

Kualitas air minum Wakatobi

Setiap tahun BPLHD

2 Konversi Lahan Luasan kawasan lindung yang berubah pemanfaatannya

Setiap 6 bulan Dinas tarukim, Bappeda, Dinas pariwisata

3 Kualitas Terumbu Karang

Tutupan terumbu karang

Setiap tahun BTNW, JP

Kondisi air laut (temperature, salinitas, pH)

Setiap tahun BTNW, JP

Biota bahari (jumlah tangkapan ikan, variasi ikan)

Setiap 6 bulan Dinas Perikanan, BTNW

No Aspek

Pemantauan Indikator Frekuensi Pemantauan

Bekerja sama dengan

A. Kinerja Pariwisata

1 Pertumbuhan pariwisata

Jumlah pengunjung di setiap atraksi

Setiap tahun Dinas pariwisata, pengelola atraksi

Profil pengunjung di setiap atraksi

Setiap tahun Dinas pariwisata, pengelola atraksi

2 Ekonomi Daerah

Nilai dan pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD), khususnya sektor Jasa, Hotel, dan Restoran

Setiap tahun Dinas pendapatan daerah

Nilai dan item dari investasi pariwisata di dalam destinasi, khususnya sektor jasa, hotel, restoran

Setiap tahun Dinas pariwisata, dinas pendapatan daerah, unit pelayanan terpadu (kalau ada)

Jumlah lapangan kerja baru yang diciptakan pada sektor pariwisata

Setiap tahun Dinas pariwisata

Penyerapan tenaga kerja lokal di sektor jasa, hotel, dan restoran (jumlah

Setiap tahun Dinas pariwisata

Page 179: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 151

orang dari total tenaga kerja)

3 Tingkat Kepuasan Pengunjung

Kepuasan pengunjung atas pelayanan (hotel, restoran, jasa), kebersihan, harga

Setiap 6 bulan Dinas pariwisata

4 Konflik Terkait Ada tidaknya konflik di antara para pihak terkait pariwisata

Setiap tahun Dinas pariwisata

Ada tidaknya komunikasi antara para pihak terkait pariwisata

Setiap tahun Dinas pariwisata

Ada tidaknya mekanisme penyelesaian permasalahan

Setiap tahun Dinas pariwisata

5 Kapasitas Para Pihak

Peningkatan kapasitas para pihak (pemerintah daerah, swasta, dan pelaku dari masyarakat) dalam pengembangan dan pengelolaan

Setiap tahun Dinas pariwisata

B. Ekonomi Lokal Setiap tahun Dinas pariwisata

1 Pendapatan masyarakat

Jumlah dan persentase masyarakat yang bekerja di pariwisata (langsung/tidak langsung) terhadap jumlah angkatan kerja setempat

Setiap tahun Dinas pariwisata

Persentase peningkatan pendapatan dari masyarakat yang bekerja secara langsung di jasa, hotel, dan restoran

Setiap tahun Dinas pariwisata

C. Sosial Budaya

1 Kualitas Lingkungan Permukiman

Peningkatan kuantitas dan kualitas fasilitas kesehatan dan pendidikan

Setiap tahun Dinas tarukim, dinas pendidikan, dinas kesehatan

Page 180: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 152

2 Kualitas Hidup Masyarakat

Peningkatan jumlah/persentase anak sekolah pada kelompok anak usia sekolah

Setiap tahun Dinas tarukim, dinas pendidikan

Tingkat kematian bayi dan ibu melahirkan

Setiap tahun BPS, dinas kesehatan

3 Persepsi terhadap pariwisata

Persepsi negatif atau positif masyarakat, pemerintah, dan swasta terhadap pariwisata

Setiap tahun Tokoh masyarakat, pemerintah desa, tokoh agama, swasta

D. Lingkungan

1 Kebersihan Pengelolaan sampah (jumlah sampah, tempat pembuangan, kualitas pengangkutan)

Setiap 6 bulan Dinas kebersihan

Kualitas air minum Wakatobi

Setiap tahun BPLHD

2 Konversi Lahan Luasan kawasan lindung yang berubah pemanfaatannya

Setiap 6 bulan Dinas tarukim, Bappeda, Dinas pariwisata

3 Kualitas Terumbu Karang

Tutupan terumbu karang

Setiap tahun BTNW, JP

Kondisi air laut (temperature, salinitas, pH)

Setiap tahun BTNW, JP

Biota bahari (jumlah tangkapan ikan, variasi ikan)

Setiap 6 bulan Dinas Perikanan, BTNW

Page 181: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 153

Page 182: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 154

LAMPIRAN 1. Titik Penyelaman di Wakatobi

No Daerah Tujuan Wisata Titik Penyelaman

1 Wangi-Wangi 1. Jon’s Reef

2. The Gate

3. The Zoo

4. Pohon Lucu

5. Turtle Transporter

6. Waha

7. Sombu

8. Titon Tower

9. Maze

10. Colloseum

11. Wandoka Pinnacle

12. Jetty

13. Tonang Reef

14. Kapota Ridge

15. Topi Miring 1

16. Topi Miring 2

17. Kapota Danau

18. Tanjung Kapota

19. Metropolis

20. Clownfish City

2 Kaledupa dan Hoga 1. Buoy 1

2. Buoy 2

3. Buoy 3

4. Buoy 4

5. Buoy 5

6. Pak Kasim’s

7. Baby Batfish

8. Inner Pinnacle

9. Outer Pinnacle

10. Ridge 1

11. Coral Garden

12. Aquarium

13. Blue Hole

14. North Wall 1

15. North Wall 2

16. Sampela Buoy 1

17. Sampela Buoy 2

18. Kaledupa Buoy 1

19. Kaledupa Buoy 2

20. Kaledupa Double Spur

Page 183: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 155

3 Tomia 1. Ali Reef

2. Gunung Waha

3. Mari Mabuk

4. Roma

5. Kolo-Soha Beach

6. Table Coral City

7. Cornucopia

8. Dunia Baru

9. Tanjung Batok

10. House Reef

11. Turkey Beach

12. Conchita

13. Zoo

14. Barracuda

15. Tanjung Lentea

16. Trail Blazer

17. Teluk Maya

18. Pockets

19. Fan 30 East

20. Fan 30 West

21. Spiral Corner

22. Magnifice

23. Fan Garden

24. Starship

25. Pinki’s Wall

26. Black Forest

27. Lorenzo’s Delight

28. Channel

4 Binongko 1. Cowo Dive

2. Fish Wall

3. Cavern Wall

4. Koko Reef

Page 184: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 156

Lampiran 2.

Hasil Penelitian Mandiri dari Audrey Jiwajenie8

1. Titik Penyelaman Sombu (05016’24.9” LS, 123031’08.9” BT)

Diagram Tutupan Terumbu Karang pada Stasiun Sombu

Berdasarkan observasi primer diketahui bahwa pada kedalaman lima meter,

tempat ini memiliki persentase tutupan terumbu karang hidup sebesar 64% yang

seluruhnya berupa karang keras, dan didominasi oleh jenis coral encrusting

sebesar 19%. Kondisi terumbu karang di tempat ini dapat dikategorikan baik.

Sementara itu pada kedalaman lima belas meter, tempat ini memiliki persentase

tutupan karang hidup sebesar 53% yang terdiri atas 47% karang keras dan 5%

karang lunak, yang didominasi oleh jenis coral encrusting sebesar 19%. Kondisi 8Penelitian dilakukan dalam rangka pemenuhan disertasi pasca sarjana dalam program Pascasarjana

Ilmu Lingkungan, Universitas Indonesia dengan judul “Analisis Skenario Pengelolaan Kawasan Pulau Kecil dalam Pengembangan Wisata Bahari (Studi kasus Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara)” pada Januari 2013

Page 185: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 157

terumbu karang di tempat ini dapat dikategorikan baik.

2. Titik Penyelaman Kapota Ujung/Tanjung Kapota (05019’19.5” LS,

123028’28.5” BT)

Diagram Tutupan Terumbu Karang pada Stasiun Kapota Ujung

Berdasarkan gambar diketahui bahwa pada kedalaman lima meter, tempat ini

memiliki persentase tutupan terumbu karang hidup sebesar 86% yang terdiri atas

85% karang keras dan 1% karang lunak, yang didominasi oleh jenis coral

encrusting sebesar 24% Kondisi terumbu karang di tempat ini dapat dikategorikan

sangat baik.

Sementara pada kedalaman lima belas meter, tempat ini memiliki persentase

tutupan terumbu karang hidup sebesar 84% yang terdiri atas 82% karang keras

dan 2% karang lunak, yang didominasi oleh jenis coral encrusting sebesar 42%.

Kondisi terumbu karang di tempat ini dapat dikategorikan sangat baik.

Page 186: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 158

3. Titik Penyelaman Kapota Danau (05019’26.8” LS, 123029’03.2” BT)

Diagram Tutupan Terumbu Karang pada Stasiun Kapota Danau

Berdasarkan gambar diketahui bahwa pada kedalaman lima meter, tempat ini

memiliki persentase tutupan terumbu karang hidup sebesar 81% yang terdiri atas

75% karang keras dan 6% karang lunak, yang didominasi oleh jenis acropora

branching sebesar 33%. Kondisi terumbu karang di tempat ini dapat

dikategorikan sangat baik.

Sementara pada kedalaman lima belas meter, tempat ini memiliki persentase

tutupan terumbu karang sebesar 67% yang terdiri atas 62% karang keras dan 5%

karang lunak, yang didominasi oleh jenis coral foliouse sebesar 19%. Kondisi

terumbu karang di tempat ini dapat dikategorikan baik.

Page 187: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 159

4. Titik Penyelaman Pintu masuk/Wandoka Pinnacle (05019’13.8” LS,

123029’03.2” BT)

Diagram Tutupan Terumbu Karang pada Stasiun Pintu Masuk

Berdasarkan gambar 2.11 diketahui bahwa pada kedalaman lima meter, tempat

ini memiliki persentase tutupan terumbu karang hidup sebesar 79% yang terdiri

atas 69% karang keras dan 10% karang lunak, yang didominasi oleh jenis

acropora branching sebanyak 19%. Kondisi terumbu karang di tempat ini dapat

dikategorikan sangat baik.

Sementara itu pada kedalaman lima belas meter, tempat ini memiliki persentase

tutupan karang hidup sebesar 67% yang terdiri atas 62% karang keras dan 5%

karang lunak, yang didominasi oleh jenis coral encrusting sebesar 36%. Kondisi

terumbu karang di tempat ini dapat dikategorikan baik.

Page 188: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 160

5. Titik Penyelaman Stasiun Muka Kampung (05016’24.9” LS, 123031’08.9” BT)

Diagram Tutupan Terumbu Karang pada Stasiun Muka Kampung

Berdasarkan gambar diketahui bahwa pada kedalaman lima meter, tempat ini

memiliki persentase tutupan terumbu karang hidup sebesar 60% yang terdiri atas

55% karang keras dan 5% karang lunak dan didominasi oleh jenis acropora

branching sebesar 15%. Kondisi terumbu karang di tempat ini dapat

dikategorikan baik.

Sementara itu pada kedalaman lima belas meter, tempat ini memiliki persentase

tutupan karang hidup sebesar 72% yang terdiri atas 68% karang keras dan 4%

karang lunak, yang didominasi oleh jenis coral foliouse dan acropora digitate

masing-masing sebesar 17%. Kondisi terumbu karang di tempat ini dapat

dikategorikan sangat baik.

Page 189: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 161

6. Titik Penyelaman Stasiun Waha (05015’38.7” LS, 123031’07.0” BT)

Diagram Tutupan Terumbu Karang pada Stasiun Waha

Berdasarkan gambar diketahui bahwa pada kedalaman lima meter, tempat ini

memiliki persentase tutupan terumbu karang hidup sebesar 77% yang terdiri atas

39% karang keras dan didominasi oleh jenis karang lunak sebesar 38%. Kondisi

terumbu karang di tempat ini dapat dikategorikan sangat baik.

Sementara itu pada kedalaman lima belas meter, tempat ini memiliki persentase

tutupan karang hidup sebesar 66% yang terdiri atas 64% karang keras dan 2%

karang lunak, yang didominasi oleh jenis coral encrusting sebesar 17%. Kondisi

terumbu karang di tempat ini dapat dikategorikan sangat baik.

Page 190: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 162

Page 191: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 163

Page 192: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 164

LAMPIRAN 2. Lokasi Daya Tarik Wisata di Wakatobi

NO Pulau Lokasi Nama DTW Keunikan

1 W

angi

-wan

gi

Sousu Pantai Sousu

Pantai pasir putih, serta pemandangan laut lepas. Matahari terbit menambah indahnya tempat ini.

2 Waha Pantai Waha

Hamparan pasir putih serta gugusan terumbu karang yang terjaga dan beraneka warna di perairan Waha, membuat siapapun ingin mencoba Snorkeling maupun diving di area ini.

3 Patuno Pantai Kaluku

Kapala

Pantai yang terbentang sepanjang daerah ini mempunyai keunikan dengan memiliki keindahan yang berbeda dimasing-masing tempat, mulai dari laut lepas dengan batu karang yang terangkat kepermukaan, hamparan pantai dengan pepohonan kelapa yang menyejukan serta indahnya matahari terbenam dapat disaksikan dari daerah ini.

4 Longa Hutan Sara Longa

Desa ini mempunyai keindahan pemandangan laut lepas dari tebing-tebing yang indah serta pulau yang indah yang terletak disebrang desa menambah kindahan tempat ini, namun ada satu yang tak kalah menarik dengan pemandangan daratnya. Hutan yang masih terjaga memberikan ruang buat para penghuni hutan tropis untuk menikmati suasana indah tempat ini, kicauan burung serta hewan hutan tropis lainnya menjadikan tempat ini mempunyai daya tarik tersendiri.

Page 193: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 165

5 Liya Benteng Keraton

Liya

Desa Liya mempunyai keindahan pemandangan laut serta gugusan pulau-pulau kecil yang ada di depan desa ini yang menambah keindahannya. Ramainya masyarakat yang beraktivitas menanam serta memanen hasil rumput laut menjadikan desa ini memiliki nilai lebih untuk pengembangan pariwisata. Selain itu di desa Liya togo terdapat salah satu tempat yang dapat menikmati keindahan hamparan laut lepas serta gugusan pulau kecil yang berada didepan desa Liya dari ketinggian, tempat yang menyajikan pemandangan yang indah serta diteduhi dengan rimbunnya pohon beringin dikenal dengan Woru Nunu. Liya Togo juga merupakan salah satu desa yang masih mempertahankan adat serta kebiasaan dari dulu, masih banyaknya bangunan rumah tradisional menjadi bukti bahwa tempat ini masih menjunjung tinggi adat serta budaya.

6 Kapota

Kapota merupakan salah satu pulau kecil yang berada dalam lingkaran pulau Wangi-wangi, tempat ini memiliki potensi alam yang sangat menarik mulai dari keindahan bawah laut sampai dengan keindahan tempat yang berada di ketinggian. Kapota memiliki beberapa spot untuk melakukan penyelaman, dengan keindahan karang serta keragaman hewan yang sangat menarik membuat para Dive operator menjadikan titik ini sebagai tempat favorit untuk melakukan penyelaman. Selain Laut kehidupan pesisir pulau Kapota tidak kalah menarik, dengan hamparan pasir putih serta pertanian rumput laut yang berada dipesisir pantai Kapota. Di Pulau ini juga kita dapat menikmati matahari terbit dan terbenam. Gua alam yang menyuguhkan pemandangan yang berbeda dari perut bumi dengan

Page 194: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 166

hamparan stalaktit dan stalagmite yang indah, serta biota goa yang menemani disetiap perjalanan.

7

Kal

edu

pa

Sombano Danau Sombano

Desa yang terletak di kecamatan Kaledupa ini memiliki hutan mangrove yang masih terpelihara, hewan penghuni hutan mangrove masih banyak dijumpai ditempat ini. Kicauan beragam jenis burung bakau menambah kekhasan hutan mangrove. Selain hutan mangrove di desa ini terdapat sebuah danau, oleh masyarakat sekitar danau ini dikenal dengan nama danau Sombano. Air di danau ini memilki rasa asin, disekeliling danau terlihat tanaman mangrove berbagai jenis serta tanaman jenis pandan. Selain itu tanaman anggrek juga menambah keindahan danau ini, selain keragaman tanaman yang ada di sekitar danau kergaman biota yang ada di danau Sombano juga tidak kalah menarik. Sekumpulan udang merah dapat dilihat dari permukaan serta beberapa jenis ikan yang menjadi penghuni danau ini menambah kekayaan hayati dari tempat ini. Setiap pulau di Wakatobi memiliki garis pantai yang panjang, salah satunya adalah desa Sombano dengan pasir putih serta batu karang yang indah.

8 Hoga

Merupakan pulau kecil yang termasuk kedalam daerah administrtif pulau Kaledupa, hamparan pasir putih yang luas serta pepohonan dan kicauan beragam jenis burung menambah kesejukan tempat ini. Pulau ini memiliki beberapa titik penyelaman yang menyajikan keragaman karang serta biota yag lain dibawah laut Wakatobi.

9

Tom

ia

Kulati Pantai Hu’untete

Hamparan pasir putih dipantai Hu’untete dengan ombak laut banda serta banyaknya ikan yang melintas diperairan pantai jika pasang tiba menjadikan pantai ini sebagai tempat yang indah, tidak jarang sesekali penyu datang pada

Page 195: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 167

malam hari untuk bertelur ditempat ini. Di pantai ini terdapat Goa yang menjadi salah satu tempat persembunyian oleh masyarakat Kulati pada saat peperangan dengan penjajah Portugis. Tebing yang indah dengan pemandangan laut lepas serta batuan karang yang berada diatas permukaan laut yang dapat terlihat dari tebing, berbagai jenis ikan yang dapat dilihat dari atas ketinggian menunjukan kejernihan laut di desa ini. Beberapa titik penyelaman yang terbaik di Tomia terdapat di perairan ini.

10 Kahianga Puncak Kahianga

Tempat yang berada diketinggian, oleh masyarakat sekitar disebut sebagai puncak. Pemandangan gugusan pulau kecil yang terletak di depan pulau utama (Tomia) serta laut lepas,serta hamparan rumput yang hijau menambah keindahan tempat ini. Ditempat ini pengunjung juga bisa melihat kulit kima raksasa yang telah menjadi batu atau dalam istilah geologi dikenal dengan fosil, selain fosil kima juga terdapat fosil karang yang merupakan rekam jejak proses geologi yang terjadi pada jutaan tahun yang lalu dimana terjadi pengangkatan dasar laut ke permukaan. Dari tempat ini pengunjung juga dapat menikmati keindahan matahari terbenam.

11

Bin

on

gko

Wali Benteng Koncu

Kapala

Merupakan desa yang memiliki

benteng yang luas yang terletak di

atas bukit. Di desa ini memiliki

pemandangan lembah dan laut

yang indah, serta memilki hutan

dengan keadaan yang masih baik

banyaknya pepohonan yang besar

dan lebat menjadikan hutan ini

sebagai tempat istirahat beberapa

jenis flora. Salah satunya yaitu

burung Kakak tua jambul kuning

yang merupakan salah satu jenis

burung endemic daerah Sulawesi.

Selain itu daerah ini juga

menyimpan banyak keragaman

Page 196: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 168

hayati seperti masih banyaknya

penyu yang datang untuk bertelur,

sehingga ada tempat penangkaran

penyu.

Waloindi

Pemandangan hamparan bebatuan

yang sangat indah tanpa adanya

tanaman serta rerumputan

menjadikan tempat ini seperti

taman batu, dan membawa

pengunjung ke dunia petualangan

baru. Selain taman batu diperairan

Binongko ada beberapa titik

penyelaman yang sangat indah,

bahkan bisa dibilang tempat

penyelaman terbaik di Wakatobi. Di

tempat ini juga terdapat menara

suar, dari puncak menara ini dapat

terlihat laut serta matahari

terbenam.

Page 197: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 169

Page 198: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 170

LAMPIRAN 3. Permainan Tradisional di Wakatobi

No. Nama Permainan Keterangan

1 Karirii (falingkoka) Merupakan permainan tradisional berupa kincir yang terbuat dari pelepah bamboo atau tempurung kelapa.

2 Pasi-pasi’a Merupakan permainan yang mengadu ketangkasan di atas sampan, bagi para peserta yang bisa bertahan disampan sampai permainan selesai akan menjadi pemenangnya.

3 Hebaramai Merupakan permainan gundu atau kelereng yang sering dimainkan oleh anak-anak setempat, namun gundu/ kelereng terbuat dari batu kerikil yang dibentuk menyerupai kelereng.

4 Hekatende Merupakan permainan bola bekel. Namun bola bekelnya terbuat dari anyaman janur, sementara biji bekel menggunakan kulit keong yang kecil.

5 Potaji’a nu Permainan menyambung buah mangga mentah yang diberi taj, dengan taji terbuat dari sebilah bambu tajam. Permainan ini dilakukan dengan menabrakan dua buah mangga yang telah diberi taji. Pemenang ditentukan berdasarkan kondisi buah mangga yang diadu.

6 Fulu-fulu bangka Merupakan permainan dengan menggunakan pelepah daun kelapa sebagai alat seluncur, dan pemenangnya adalah peserta yang mencapai finish terlebih dahulu

7 Fea-fea permainan tebak-tebakan. Permainan ini dilakukan dengan menutup mata dan menebak siapa yang tertangkap berdasarkan ciri-ciri yang diingat. Biasanya dimainkan oleh anak perempuan.

8 Pala-palangke Permainan yang melayarkan perahu di laut lepas ketika sedang pasang. Perahu – perahu ini dibuat dari pelepah rumbia, batang kapuk atau sabut kelapa.

9 Tola-tola’a Merupakan permainan perang-perangan, dengan senjata yang dibuat dari bambu. Pelurunya biasanya menggunakan biji-bijian. Tola-tola ini dimainkan oleh anak laki-laki.

Page 199: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 171

Page 200: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 172

LAMPIRAN 4. Makanan Tradisional Wakatobi

No Nama Sinopsis

1 Honenga Makanan ini terbuat dari bahan dasar ubi Opa (yang hanya dipanen 1 tahun sekali) yang direbus kemudian ditambahkan dengan santan dan kunyit yang memberikan cita rasa gurih.

2 Perangi Merupakan makanan tradisional yang terbuat dari ikan segar yang dicincang halus dan ditambahkan campuran jeruk nipis, cabai, bawang merah dan sedikit merica.

3 Soami Hugu-hugu Makanan yang terbuat dari ubi kayu yang dikeringkan kemudian diiris tipis atau diparut kasar dan ditambahkan air sedikit demi sedikit lalu dikukus dengan soami’a (alat yang berbentuk kerucut terbuat dari daun kelapa)

4 Soami

Makanan yang terbuat dari ubi kayu yang diparut dan diperas airnya hingga kering (Kaopi), kemudian diayak dan diletakkan kedalam Soami’a untuk dikukus.

5 Soami Pepe

Makanan yang terbuat dari ubi kayu yang diparut dan diperas airnya hingga kering (Kaopi), kemudian diayak dan diletakkan kedalam Soami’a untuk dikukus. Setelah dikukus Soami di pukul dan di taburkan minyak goreng dan irisan bawang goreng.

6 Salamu/ sakiri Makanan yang terbuat dari ikan buntal yang direbus. Setelah direbus duri ikan dihilangkan dan dagingnya disuir-suir, untuk air rebusannya disaring dan ditambahkan dengan jeruknipis dan garam. Sedangkan hati ikan di sate dan dibakar dengan menggunakan kopra, setelah dibakar sate hati dicampurkan dengan daging suiran.

7 Ndafu-ndafu Makanan yang terbuat dari parutan ubi kano yang telah dibentuk bulatan kecil yang kemudian dimasukan kedalam rebusan santan dan garam(secukupnya)

8 Kenta nidole Makanan yang terbuat dari daging ikan panggang yang dihaluskan dan dicampur dengan jeruk nipis dan bumbu lainnya kemudian dicetak dengan bentuk belah ketupat kemudian di celupkan kedalam kocokan telur lalu digoreng.

Page 201: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 173

9 Kadampo Makanan yang terbuat dari ikan karang kecil seperti ikan lompa yang dicampur dengan rempah-rempah kemudian dibungkus menggunakan daun pisang lalu dipanggang.

10 Kenta nisenga Makanan yang terbuat dari daging ikan panggang yang dicampur dengan kelapa parut dan rempah-rempah,kemudian dihaluskan dan disangrai hingga gurih.

11 Sira-sira nu labu Makanan yang terbuat dari labu kuning yang direbus kemudian dihaluskan dan dicampur dengan kelapa yang diparut kasar.

12 Kansenga Makanan yang terbuat dari adonan sagu dengan kelapa muda kemudian dimasak didalam wajan tanpa minyak.

13 Pogollu Makanan radisional yang terbuat dari kacang merah yang telah direbus kemudian dicampurkan dengan adonan sagu lokal dan gula merah.

14 Loku-loku Makanan yang terbuat dari campuran adonan sagu, kelapa muda, sayuran dan ikan yang kemudian dimasukkan kedalam bambu lalu dibakar.

15 Kambalu Makanan yan gterbuat dari ubi yang diparut lalu ditambahkan santan dan dicetak menggunakan janur kemudian direbus.

16 Waji Kananga Makanan yang terbuat dari nasi yang dijemur kemudian digoreng dan dilumuri dengan gula cair.

17 Jojolo Makanan yang terbuat dari sari jagung muda yang dicampur dengan gula pasir yang kemudian direbus hingga kental.

18 Halua Makanan yang terbuat dari jagung yang disangrai (bisa juga dengan kacang tanah, pisang dan kenari) yang kemudian dicampur dengan gula aren yang telah dicairkan lalu dibentuk menjadi bulatan kecil.

19 Epu-epu Makanan yang mempunyai bahan dasar ubi kayu yang telah diparut, dan disiram dengan air panas lalu dibentuk seperti bulan sabit kemudian pada bagian tengah diisi dengan kelapa parut yang telah di sangria dan dicampur gula merah. Lalu keseluruhan adonan di goreng menggunakan minyak panas.

20 Bika – bika Makanan yang mempunyai bahan dasar ubi kayu yang telah diparut, dan disiram dengan air panas lalu dibentuk bulat seperti bola kemudian pada bagian tengah diisi dengan pisang. Lalu keseluruhan adonan di goreng menggunakan minyak panas.

21 Onde-onde Makanan yang mempunyai bahan dasar ubi kayu yang telah diparut, dan disiram dengan air panas lalu dibentuk bulat seperti bola kemudian pada bagian tengah diisi dengan gula merah. Lalu adonan di rebus dan ditiriskan kemudian di taburi parutan kelapa muda.

22 Sinanga nu gorau Makanan yang terbuat dari telur ayam kampung yang direbus kemudian direndam dalam air jeruk nipis dan rempah-rempah kemudian digoreng.

Page 202: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 174

22 Taingkora (Kaledupa) Hongaru (Tomia)

Makanan yang terbuat dari jagung yang digiling dan dimasak dengan santan.

23 Kangkuru mbou (Kaledupa) Siri jam mere (Tomia dan Binongko) Ronso-ronso (Wangi-wangi)

Minuman yang terbuat dari buah kelapa muda, dengan daging kelapa muda yang diserut kemudian ditambahkan air kelapa muda dan sedikit gula merah.

24 Kapusu Makanan yang terbuat dari biji jagung tua yang direbus, kemudian dimasukkan kedalam air kapur sampai kulitnya terkelupas. Biji jagung yang telah bersih di rebus kembali dan ditambahkan garam secukupnya.

25 Tukulamba Makanan yang terbuat dari biji jagung tua yang ditumbuk lalu dimasak dengan santan, daun serai atau daun pandan, dan garam secukupnya.

26 Pombifi Makanan dengan bahan dasar sagu yang dicampur dengan air dan dipanaskan kemudian diaduk hingga rata dan dibentuk bulat kecil lalu dimasak dengan santan dan ditambahkan gula merah secukupnya.

No Nama Sinopsis

1 Honenga Makanan ini terbuat dari bahan dasar ubi Opa (yang hanya dipanen 1 tahun sekali) yang direbus kemudian ditambahkan dengan santan dan kunyit yang memberikan cita rasa gurih.

2 Perangi Merupakan makanan tradisional yang terbuat dari ikan segar yang dicincang halus dan ditambahkan campuran jeruk nipis, cabai, bawang merah dan sedikit merica.

3 Soami Hugu-hugu Makanan yang terbuat dari ubi kayu yang dikeringkan kemudian diiris tipis atau diparut kasar dan ditambahkan air sedikit demi sedikit lalu dikukus dengan soami’a (alat yang berbentuk kerucut terbuat dari daun kelapa)

4 Soami

Makanan yang terbuat dari ubi kayu yang diparut dan diperas airnya hingga kering (Kaopi), kemudian diayak dan diletakkan kedalam Soami’a untuk dikukus.

5 Soami Pepe Makanan yang terbuat dari ubi kayu yang diparut dan diperas airnya hingga kering (Kaopi), kemudian diayak dan diletakkan kedalam Soami’a untuk dikukus.

Page 203: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 175

Setelah dikukus Soami di pukul dan di taburkan minyak goreng dan irisan bawang goreng.

6 Salamu/ sakiri Makanan yang terbuat dari ikan buntal yang direbus. Setelah direbus duri ikan dihilangkan dan dagingnya disuir-suir, untuk air rebusannya disaring dan ditambahkan dengan jeruknipis dan garam. Sedangkan hati ikan di sate dan dibakar dengan menggunakan kopra, setelah dibakar sate hati dicampurkan dengan daging suiran.

7 Ndafu-ndafu Makanan yang terbuat dari parutan ubi kano yang telah dibentuk bulatan kecil yang kemudian dimasukan kedalam rebusan santan dan garam(secukupnya)

8 Kenta nidole Makanan yang terbuat dari daging ikan panggang yang dihaluskan dan dicampur dengan jeruk nipis dan bumbu lainnya kemudian dicetak dengan bentuk belah ketupat kemudian di celupkan kedalam kocokan telur lalu digoreng.

9 Kadampo Makanan yang terbuat dari ikan karang kecil seperti ikan lompa yang dicampur dengan rempah-rempah kemudian dibungkus menggunakan daun pisang lalu dipanggang.

10 Kenta nisenga Makanan yang terbuat dari daging ikan panggang yang dicampur dengan kelapa parut dan rempah-rempah,kemudian dihaluskan dan disangrai hingga gurih.

11 Sira-sira nu labu Makanan yang terbuat dari labu kuning yang direbus kemudian dihaluskan dan dicampur dengan kelapa yang diparut kasar.

12 Kansenga Makanan yang terbuat dari adonan sagu dengan kelapa muda kemudian dimasak didalam wajan tanpa minyak.

13 Pogollu Makanan radisional yang terbuat dari kacang merah yang telah direbus kemudian dicampurkan dengan adonan sagu lokal dan gula merah.

14 Loku-loku Makanan yang terbuat dari campuran adonan sagu, kelapa muda, sayuran dan ikan yang kemudian dimasukkan kedalam bambu lalu dibakar.

15 Kambalu Makanan yan gterbuat dari ubi yang diparut lalu ditambahkan santan dan dicetak menggunakan janur kemudian direbus.

16 Waji Kananga Makanan yang terbuat dari nasi yang dijemur kemudian digoreng dan dilumuri dengan gula cair.

17 Jojolo Makanan yang terbuat dari sari jagung muda yang dicampur dengan gula pasir yang kemudian direbus

Page 204: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 176

hingga kental.

18 Halua Makanan yang terbuat dari jagung yang disangrai (bisa juga dengan kacang tanah, pisang dan kenari) yang kemudian dicampur dengan gula aren yang telah dicairkan lalu dibentuk menjadi bulatan kecil.

19 Epu-epu Makanan yang mempunyai bahan dasar ubi kayu yang telah diparut, dan disiram dengan air panas lalu dibentuk seperti bulan sabit kemudian pada bagian tengah diisi dengan kelapa parut yang telah di sangria dan dicampur gula merah. Lalu keseluruhan adonan di goreng menggunakan minyak panas.

20 Bika – bika Makanan yang mempunyai bahan dasar ubi kayu yang telah diparut, dan disiram dengan air panas lalu dibentuk bulat seperti bola kemudian pada bagian tengah diisi dengan pisang. Lalu keseluruhan adonan di goreng menggunakan minyak panas.

21 Onde-onde Makanan yang mempunyai bahan dasar ubi kayu yang telah diparut, dan disiram dengan air panas lalu dibentuk bulat seperti bola kemudian pada bagian tengah diisi dengan gula merah. Lalu adonan di rebus dan ditiriskan kemudian di taburi parutan kelapa muda.

22 Sinanga nu gorau Makanan yang terbuat dari telur ayam kampung yang direbus kemudian direndam dalam air jeruk nipis dan rempah-rempah kemudian digoreng.

22 Taingkora (Kaledupa) Hongaru (Tomia)

Makanan yang terbuat dari jagung yang digiling dan dimasak dengan santan.

23 Kangkuru mbou (Kaledupa) Siri jam mere (Tomia dan Binongko) Ronso-ronso (Wangi-wangi)

Minuman yang terbuat dari buah kelapa muda, dengan daging kelapa muda yang diserut kemudian ditambahkan air kelapa muda dan sedikit gula merah.

24 Kapusu Makanan yang terbuat dari biji jagung tua yang direbus, kemudian dimasukkan kedalam air kapur sampai kulitnya terkelupas. Biji jagung yang telah bersih di rebus kembali dan ditambahkan garam secukupnya.

25 Tukulamba Makanan yang terbuat dari biji jagung tua yang ditumbuk lalu dimasak dengan santan, daun serai atau daun pandan, dan garam secukupnya.

26 Pombifi Makanan dengan bahan dasar sagu yang dicampur dengan air dan dipanaskan kemudian diaduk hingga rata dan dibentuk bulat kecil lalu dimasak dengan santan dan ditambahkan gula merah secukupnya.

Page 205: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 177

Page 206: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 178

LAMPIRAN 5. Ragam Corak Tenun Wakatobi

No Kerajinan Sinopsis

1 Tenun Merupakan kerjinan tradisional yang ada di seluruh daerah Wakatobi. Pengrajin tenun di Wakatobi masih menggunakan peralatan tradisional bahkan ada yang masih menggunakan benang dari kapuk/kapas. Motif dari kain tenun ini pun bermacam-macam dan berbeda antara kain tenun laki-laki dan perempuan.

Motif Kain Tenun Perempuan

Leja Makuri

Leja Suasa

Leja Makuri

Leja Ijo

Leja Fungo

Leja Biru

Motif Kain Tenun Laki-Laki

Gorau Nihole

Kambang-Kambang

Kapala Mohute

Kapala Mohute

Katamba Wanse

Koto – Koto

Tamba-Tamba

Tiba – Tiba

Page 207: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 179

Page 208: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 180

LAMPIRAN 6. Moda Transportasi di Wakatobi Tahun

No Moda

Transportasi

Nama Moda Transportasi

Jadwal Rute Harga Tiket

(Rp)

1. Udara Lion Air/ Wings

Air

Senin, Rabu, Jum’at , Sabtu,

Minggu Jam : 05:00 WIB

(lima jam perjalanan)

Jakarta →Makasar-Kendari → Wangi-wangi

PP

Rp. 1.520.850 (April dan Mei) s/d Rp.

3.162.000,- (Agustus,

September, Desember, Januari,

Februari, Maret)

2. Laut

Cantika Selasa, Kamis,

Sabtu

Baubau → Wangi-wangi Rp. 200.000,-

Wangi-wangi → Kaledupa

Rp. 100.000,-

Kaledupa Tomia Rp. 100.000,-

Baubau - Tomia Rp. 250.000,-

Cantika Senin, Rabu, Jumat

Tomia Baubau Rp. 250.000,-

Wangi-wangi →Baubau Rp. 200.000,-

Kaledupa→ Wangi-wangi Rp. 100.000,-

Kaledupa→Baubau Rp. 200.000,-

Kapal Kayu

Kaledupa→Baubau Rp.120.000,-

Tomia→Baubau Rp.160.000,-

Binongko→Baubau Rp.140.000,-

Dua hari sekali Baubau→Wanci Rp.150.000,-

Senin,Selasa Wanci→Kendari Rp.180.000,-

Kamis,Sabtu Kendari→Wanci Rp.180.000,-

Satu bulan sekali Wanci→Makasar Rp.200.000,-

SB Hoga Express,MV. Walena, KM. Darlin II, KM.

Sandi Jaya, KM. Wande-Wande,

KM. Putri Tunggal, KM.

Setiap hari bergantian

Wanci→Kaledupa Rp. 50.000,-

Page 209: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 181

Togali Star, KM Nur Rzki dan KM.Kasuwari

KM. Azam Raya, KM. Dito

Wakatobi, KM. Dito I, KM.

Rahmat Baru,.

Setiap hari bergantian dan

Untuk KM. Azam Raya dan KM. Dito I pada bulan Juni – Agustus tidak

beroperasi

Wanci→Tomia Rp.120.000,-

MV. Kie Raha , MV. Diran , MV. Osandik I MV.

Osandik II, MV. Elpi, dan MV.

Jabar Nur.

Setiap hari bergantian

Wanci→Tomia Rp.150.000,-

KM. Bitokawa, KM. Sri Kasu, KM.

Fingki Putra

Senin, Rabu, dan Kamis PP

Wanci →Binongko Rp.130.000,-

Kapal Kayu Setiap hari dan setiap waktu

Wanci→Kapota Rp.5000,-

No Moda

Transportasi

Nama Moda Transportasi

Jadwal Rute Harga Tiket

(Rp)

1. Udara Lion Air/ Wings

Air

Senin, Rabu, Jum’at , Sabtu,

Minggu Jam : 05:00 WIB

(lima jam perjalanan)

Jakarta →Makasar-Kendari → Wangi-wangi

PP

Rp. 1.520.850 (April dan Mei) s/d Rp.

3.162.000,- (Agustus,

September, Desember, Januari,

Februari, Maret)

2. Laut

Cantika Selasa, Kamis,

Sabtu

Baubau → Wangi-wangi Rp. 200.000,-

Wangi-wangi → Kaledupa

Rp. 100.000,-

Kaledupa Tomia Rp. 100.000,-

Baubau - Tomia Rp. 250.000,-

Cantika Senin, Rabu, Jumat

Tomia Baubau Rp. 250.000,-

Wangi-wangi →Baubau Rp. 200.000,-

Kaledupa→ Wangi-wangi Rp. 100.000,-

Kaledupa→Baubau Rp. 200.000,-

Page 210: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 182

Kapal Kayu

Kaledupa→Baubau Rp.120.000,-

Tomia→Baubau Rp.160.000,-

Binongko→Baubau Rp.140.000,-

Dua hari sekali Baubau→Wanci Rp.150.000,-

Senin,Selasa Wanci→Kendari Rp.180.000,-

Kamis,Sabtu Kendari→Wanci Rp.180.000,-

Satu bulan sekali Wanci→Makasar Rp.200.000,-

SB Hoga Express,MV. Walena, KM. Darlin II, KM.

Sandi Jaya, KM. Wande-Wande,

KM. Putri Tunggal, KM.

Togali Star, KM Nur Rzki dan KM.Kasuwari

Setiap hari bergantian

Wanci→Kaledupa Rp. 50.000,-

KM. Azam Raya, KM. Dito

Wakatobi, KM. Dito I, KM.

Rahmat Baru,.

Setiap hari bergantian dan

Untuk KM. Azam Raya dan KM. Dito I pada bulan Juni – Agustus tidak

beroperasi

Wanci→Tomia Rp.120.000,-

MV. Kie Raha , MV. Diran , MV. Osandik I MV.

Osandik II, MV. Elpi, dan MV.

Jabar Nur.

Setiap hari bergantian

Wanci→Tomia Rp.150.000,-

KM. Bitokawa, KM. Sri Kasu, KM.

Fingki Putra

Senin, Rabu, dan Kamis PP

Wanci →Binongko Rp.130.000,-

Kapal Kayu Setiap hari dan setiap waktu

Wanci→Kapota Rp.5000,-

Page 211: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 183

Page 212: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 184

Page 213: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 185

LAMPIRAN 7. Paket Wisata yang disusun Masyarakat

Page 214: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 186

Page 215: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 187

Page 216: Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Rencana Pengelolaan Pariwisata Wakatobi

Laporan Akhir 188