paper identifikasi geologi belitung

9
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011 Pusat Pengembangan Energi Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional ISSN 1979-1208 78 IDENTIFIKASI DAERAH INTERES UNTUK TAPAK PLTN DI PULAU BANGKA Sunarko, Hadi Suntoko Pusat Pengembangan Energi Nuklir- BATAN, Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan Jakarta 12710 Telepon: 021 5204243, Email: sunarko@yahoo,com ABSTRAK IDENTIFIKASI DAERAH INTERES UNTUK TAPAK PLTN DI PULAU BANGKA. Identifikasi daerah interes untuk calon pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) telah dilakukan untuk daerah pesisir pulau Bangka. Teknik perhitungan raster menggunakan faktor bobot telah diterapkan dan diaplikasikan pada perangkat lunak sistem informasi geografis (SIG) untuk memilih daerah-daerah yang bebas dari karakteristik yang berpotensi menimbulkan bahaya bagi operasi PLTN ditinjau dari aspek geologi, geoteknik, tata-guna lahan, jalur penerbangan, dan letak relatif terhadap daratan Sumatera. Daerah hutan lindung, yang berada di sekeliling pulau Bangka belum dipertimbangkan karena cakupannya masih dalam pembahasan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung. Empat lokasi utama di pesisir selatan yang diidentifikasi yaitu daerah Teluk Manggris (Kec. Muntok), Tempilang (Kecamatan Kelapa), Sebagin (Kecamatan Simpang Rimba), dan Toboali. Di pesisir utara, daerah Penganak, Tuing/Tanjung Gudang, Sungailiat, dan Lubuk Besar. Jika faktor kedekatan dengan daratan Sumatera ikut dipertimbangkan, maka daerah pesisir selatan pulau Bangka seperti daerah Sebagin dan Teluk Manggris menjadi lebih berterima dibandingkan daerah-daerah lainnya. Kata kunci: Tapak, PLTN, SIG, raster, daerah interes ABSTRACT IDENTIFICATION OF INTERES AREAS FOR NPP SITE IN BANGKA ISLAND. Identification of interest areas for Nuclear Power Plant (NPP) sites was performed for Bangka Island. Weighted raster calculation was used and applied in Geographical Information System format to identify areas based on desirable characteristics from the aspects of geology, geotechnics, land-use, flight path, and relative location to Sumatera Island. The area for protected forest has not been taken into consideration since it is still under discussions within the local government of Bangka Belitung Islands Province. Four locations on the southern coast were identified namely in Manggris Bay (Muntok District), Tempilang(Kelapa District), Sebagin (Simpang Rimba District) and Toboali. At the northern coast the identified areas were Penganak, Tuing/Tanjung Gudang, Sungailiat and Lubuk Besar. If the relative location to Sumatera Island is taken into consideration, then the areas in the southern coast of Bangka Island such as Sebagian and Manggris Bay are deemed more suitable compared to the other potential areas. Keywords: Site, NPP, GIS, raster, interest area 1. PENDAHULUAN Energi nuklir adalah salah satu sumber energi masa depan. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan energi nuklir untuk pembangkitan listrik yang terus berkembang. Didunia pada saat ini terdapat 440 buah PLTN dengan kapasitas terpasang 374,093 GW(e) dan 64 PLTN sedang dalam tahap pembangunan. Tidak tertutup kemungkinan bahwa Indonesia dimasa mendatang akan memanfaatkan sumber energi ini dalam pemenuhan kebutuhan listriknya. Pembangunan fasilitas penting seperti PLTN harus mempertimbangkan faktor-faktor teknis keselamatan, lingkungan, sosio-ekonomi, dan kesediaan infrastruktur. Faktor

Upload: carta-wijaya

Post on 15-Dec-2015

62 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

repost geology belitung

TRANSCRIPT

Page 1: paper identifikasi geologi belitung

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011 Pusat Pengembangan Energi Nuklir

Badan Tenaga Nuklir Nasional

ISSN 1979-1208 78

IDENTIFIKASI DAERAH INTERES UNTUK TAPAK PLTN DI

PULAU BANGKA

Sunarko, Hadi Suntoko

Pusat Pengembangan Energi Nuklir- BATAN, Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan

Jakarta 12710 Telepon: 021 5204243, Email: sunarko@yahoo,com

ABSTRAK IDENTIFIKASI DAERAH INTERES UNTUK TAPAK PLTN DI PULAU BANGKA.

Identifikasi daerah interes untuk calon pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) telah dilakukan

untuk daerah pesisir pulau Bangka. Teknik perhitungan raster menggunakan faktor bobot telah

diterapkan dan diaplikasikan pada perangkat lunak sistem informasi geografis (SIG) untuk memilih

daerah-daerah yang bebas dari karakteristik yang berpotensi menimbulkan bahaya bagi operasi PLTN

ditinjau dari aspek geologi, geoteknik, tata-guna lahan, jalur penerbangan, dan letak relatif terhadap

daratan Sumatera. Daerah hutan lindung, yang berada di sekeliling pulau Bangka belum

dipertimbangkan karena cakupannya masih dalam pembahasan oleh Pemerintah Daerah Provinsi

Kepulauan Bangka-Belitung. Empat lokasi utama di pesisir selatan yang diidentifikasi yaitu daerah

Teluk Manggris (Kec. Muntok), Tempilang (Kecamatan Kelapa), Sebagin (Kecamatan Simpang

Rimba), dan Toboali. Di pesisir utara, daerah Penganak, Tuing/Tanjung Gudang, Sungailiat, dan

Lubuk Besar. Jika faktor kedekatan dengan daratan Sumatera ikut dipertimbangkan, maka daerah

pesisir selatan pulau Bangka seperti daerah Sebagin dan Teluk Manggris menjadi lebih berterima

dibandingkan daerah-daerah lainnya.

Kata kunci: Tapak, PLTN, SIG, raster, daerah interes

ABSTRACT IDENTIFICATION OF INTERES AREAS FOR NPP SITE IN BANGKA ISLAND.

Identification of interest areas for Nuclear Power Plant (NPP) sites was performed for Bangka Island.

Weighted raster calculation was used and applied in Geographical Information System format to

identify areas based on desirable characteristics from the aspects of geology, geotechnics, land-use,

flight path, and relative location to Sumatera Island. The area for protected forest has not been taken

into consideration since it is still under discussions within the local government of Bangka Belitung

Islands Province. Four locations on the southern coast were identified namely in Manggris Bay

(Muntok District), Tempilang(Kelapa District), Sebagin (Simpang Rimba District) and Toboali. At

the northern coast the identified areas were Penganak, Tuing/Tanjung Gudang, Sungailiat and Lubuk

Besar. If the relative location to Sumatera Island is taken into consideration, then the areas in the

southern coast of Bangka Island such as Sebagian and Manggris Bay are deemed more suitable

compared to the other potential areas.

Keywords: Site, NPP, GIS, raster, interest area

1. PENDAHULUAN Energi nuklir adalah salah satu sumber energi masa depan. Hal ini dapat dilihat dari

penggunaan energi nuklir untuk pembangkitan listrik yang terus berkembang. Didunia

pada saat ini terdapat 440 buah PLTN dengan kapasitas terpasang 374,093 GW(e) dan 64

PLTN sedang dalam tahap pembangunan. Tidak tertutup kemungkinan bahwa Indonesia

dimasa mendatang akan memanfaatkan sumber energi ini dalam pemenuhan kebutuhan

listriknya.

Pembangunan fasilitas penting seperti PLTN harus mempertimbangkan faktor-faktor

teknis keselamatan, lingkungan, sosio-ekonomi, dan kesediaan infrastruktur. Faktor

Page 2: paper identifikasi geologi belitung

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011 Pusat Pengembangan Energi Nuklir

Badan Tenaga Nuklir Nasional

ISSN 1979-1208 79

keselamatan terhadap bahaya radiologi terhadap pekerja, masyarakat dan lingkungan

sangat penting untuk diperhatikan karena kriteria dasar pembangunan PLTN adalah bahwa

interaksi antara PLTN dan lingkungannya tidak akan mengakibatkan meningkatnya risiko

terhadap bahaya radiasi atau bahaya lainnya dalam tingkat yang tidak berterima.

Pemilihan lokasi atau studi tapak PLTN memiliki beberapa tahapan penting, yaitu

seleksi tapak, evaluasi tapak, dan definisi desain dasar terkait dengan faktor eksternal, yaitu

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keselamatan operasi PLTN yang diakibatkan oleh

faktor lingkungan di sekitarnya. Pada awal tahapan kegiatan, biasanya dilakukan

penyelidikan dalam daerah yang cukup luas (skala regional) untuk mengidentifikasi

beberapa pilihan lokasi atau daerah interes yang terbebas dari bahaya eksternal dengan

menggunakan parameter penapisan tertentu seperti Screening Distance Value (SDV).

Beberapa daerah interes kemudian diperoleh untuk kemudian dilakukan penyelidikan atau

evaluasi secara lebih rinci. Permasalahan pada tahap awal seleksi tapak dapat timbul dari

luasan daerah tinjauan yang cukup besar dan adanya keterbatasan sumberdaya. Dalam

tulisan ini, pemilihan beberapa daerah interes dilakukan menggunakan data-data spasial

yang tersedia meskipun dalam jumlah terbatas. Teknik analisis atau perhitungan raster

diterapkan untuk mengidentifikasi daerah-daerah interes tersebut. Pada tahapan

selanjutnya, dapat dilakukan tinjauan lapangan yang lebih terfokus agar sumberdaya yang

tersedia dapat dimanfaatkan secara lebih optimal.

Lokasi-lokasi terpilih dalam studi ini pada tahapan selanjutnya (evaluasi tapak) dapat

diteliti atau dievaluasi secara lebih rinci, dengan melibatkan investigasi pada skala yang

jauh lebih detil (regional, near-regional, site vicinity dan site area) untuk menghasilkan daerah-

daerah tapak terpilih dan terevaluasinya tapak terpilih.

2. NATUR PULAU BANGKA Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terdiri dari dua pulau besar yaitu Pulau

Bangka dan Pulau Belitung serta beberapa pulau kecil. Ibukota provinsi ini adalah

Pangkalpinang. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terletak pada 104°50’ sampai 109°30’

Bujur Timur dan 0°50’ sampai 4°10’ Lintang Selatan.

2.1 Kondisi Geologi

Aryanto dkk,(1985).[2] menyebutkan bahwa geologi daerah pulau Bangka, seperti telah

diteliti oleh Mangga dan Djamal (1994)[5], secara ringkas dijelaskan sebagai berikut: struktur

geologi yang berkembang di daerah ini adalah sesar naik, sesar mendatar dan sesar normal

serta lipatan yang mempunyai variasi arah baratlaut-tenggara; dan timurlaut-baratdaya

hingga utara-selatan. Struktur ini memotong semua formasi yang berada di kedua pulau

tersebut seperti: Kompleks Pemali, Diabas Penyabung, Granit Klabat, Formasi

Tanjunggenting dan Formasi Ranggam kecuali Endapan Aluvium (QA). Granit Klabat, yang

berupa pegmatit, menerobos mulai dari Kompleks Pemali hingga Formasi Tanjunggenting

(Gambar 1).

Deformasi di daerah ini terjadi dalam tiga (3) fase, diawali pada masa Paleozoikum

Akhir dengan struktur berarah timurlaut-baratdaya yang dicirikan dengan intrusi diabas.

Kemudian (fase ke-2) pada jaman Trias Atas- Jura struktur yang terjadi berarah baratlaut-

tenggara dan kembali berarah timurlaut-baratdaya yang ditandai dengan korok-korok

(dykes) granit. Pada jaman Kapur (fase terakhir atau paling muda) struktur yang terjadi

berarah utara- selatan. Stratigrafi daerah penyelidikan adalah sebagai berikut: batuan tertua

merupakan komplek Malihan Pemali (Permokarbon) terdiri atas sekis, filit, kuarsit,

sekisfilitan, dan batugamping yang kedudukannya ditindih secara tidak selaras oleh

Formasi Tanjunggenting (Trias Awal) yang terdiri atas perselingan batupasir meta,

Page 3: paper identifikasi geologi belitung

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011 Pusat Pengembangan Energi Nuklir

Badan Tenaga Nuklir Nasional

ISSN 1979-1208 80

batupasir dan batulempung meta dengan lensa batugamping. Satuansatuan tersebut

diterobos oleh Diabas Penyabung (Trias Akhir) dan Granit Klabat (Trias Akhir - Jura Awal).

Diabas Penyabung umumnya berupa korok dengan memperlihatkan struktur intersertal,

sedangkan Granit Klabat terdiri atas granit, granodiorit, diorit, diorit kuarsa dan diterobos

oleh korok aplit. Formasi Ranggam (Plio-Plistosen), yang terdiri atas perselingan

batulempung tufaan dan batupasir tufaan dengan sisipan tipis lanau dan gambut, menutupi

secara tidak selaras satuan yang lebih tua. Sebagai satuan termuda adalah endapan alluvium

yang terdiri atas kerakal, kerikil, pasir, lempung dan gambut. Secara fisiografi lokasi daerah

selidikan termasuk dalam wilìyah Paparan Sunda yang merupakan bagian dari jalur timah

Asia Tenggara, membentang mulai dari Cina ke Myanmar, Thailand, Semenanjung Malaysia

terus ke selatan hingga Kepulauan Riau (Kep. Tujuh, Singkep), Bangka dan Belitung.

Menurut Batchelor, (1979) dan Mangga S.A. drr., (1994) daerah ini pernah mengalami erosi

kuat pada kala Pleistosen Tengah sampai Holosen.

2.2 Struktur geologi

Katili (1968) mengatakan bahwa pada batuan metamorf dan sedimen di Bangka Utara

terdapat perlipatan silang akibat dua deformasi. Deformasi pertama mengakibatkan lipatan

dengan arah barat laut-tenggara, namun umurnya sulit ditentukan dengan pasti. Struktur

lipatan berarah timur laut-barat daya (orogen II) disebabkan oleh deformasi pada Yura atas.

Orogen yang kedua ini menghilangkan jejak orogen yang lebih tua.

Sukendar Asikin dan Rubini Surya Atmaja (1972), berdasarkan penelitian dan analisis

kedudukan rekahan-rekahan, urat-urat, dan korok-korok di daerah sambung giri dan

pemali, menyimpulkan bahwa gerak-gerak orogen sebelum Yura atas mengakibatkan

terjadinya deformasi yang menyebabkan perlipatan pada batuan sedimen yang berumur

karbon-trias. Deformasi ini selain membentuk lipatan NW-SE juga menyebabkan terjadinya

rekahan-rekahan (“Shear dan Tension fracture”).

Struktur sesar, kekar, ditemukan dalam arah yang bervariasi, tetapi

kecenderungannya mempunyai arah utara selatan (Katili, 1967). Ukoko (1983), mengatakan

bahwa di Pulau Bangka terdapat beberapa sesar yang umurnya berarah timur laut-barat

daya sampai utara-selatan. Sesar utama berarah N 30° E memotong granit klabat ke selatan

sepanjang 3 Km. Sesar utama ini dalam foto udara tampak sebagai kelurusan sepanjang 50

Km.

Gambar 1 Peta Geologi Daerah Bangka Belitung [5]

Page 4: paper identifikasi geologi belitung

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011 Pusat Pengembangan Energi Nuklir

Badan Tenaga Nuklir Nasional

ISSN 1979-1208 81

3. METODOLOGI Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi daerah-daerah interes untuk tapak

PLTN adalah analisis kecocokan atau dikenal juga dengan suitability analysis menggunakan

perhitungan raster yang akan diaplikasikan dalam program ArcGis. Secara ringkas,

langkah-langkah yang diperlukan adalah: (1) memilih atau menentukan layer-layer yang

diperlukan dalam analisis (berbentuk shapefile) dan merubah format kedalam bentuk raster

apabila diperlukan; (2) merubah layer-layer diatas dalam bentuk raster; (3) pengklasifikasian

ulang (reclasify) terhadap nilai-nilai dalam file raster; (4) penentuan bobot untuk masing-

masing layer; dan (5) penjumlahan layer, dimana perhitungan dilakukan sel demi sel untuk

menghasilkan layer nilai akhir. Tata-kerja secara lengkap diberikan dalam Gambar 1.

Peta/layer yang digunakan adalah peta sesar atau struktur geologi (SG), jalur

penerbangan di sekitar kepulauan Bangka Belitung (JP)[4]. (Departemen Perhubungan),

kondisi batuan atau geologi (G), dan tata-guna lahan (TGL). Faktor lain yang dipergunakan

dalam penilaian adalah jarak relatif terhadap pantai di Pulau Sumatera (JS) terkait dengan

faktor infrastruktur penyaluran daya listrik ke jaringan Sumatera/Jawa.

Pulau Bangka tidak memiliki gunung berapi. Jarak gunung berapi terdekat dari pulau

Bangka yaitu Gunung Lumut Balai di Provinsi Sumatera Selatan berjarak lebih dari 300 Km

sehingga bahaya akibat aliran piroklastik, lahar, lava, maupun jatuhan bom dan abu

vulkanik ke Pulau Bangka diperkirakan tidak akan signifikan. Faktor bahaya tsunami juga

belum dimasukkan dalam perhitungan karena berdasarkan peta bahaya tsunami yang

dikeluarkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kepulauan Bangka

Belitung merupakan daerah risiko rendah tsunami. Evaluasi terhadap bahaya gunung api

maupun tsunami akan dilakukan secara lebih rinci pada tahap evaluasi tapak.

Perhitungan

Pembobotan

Klasifikasi ulang kedalam skala yang seragam (misal: nilai 1-10)

Derivasi data untuk memperoleh informasibaru

Penentuan data input

Gambar 2a. Diagram alir penelitian Gambar 2b Contoh teknik perhitungan raster

Faktor lain yang dipertimbangkan namun tidak dimasukkan dalam perhitungan

raster adalah faktor batimetri karena data yang tersedia dinilai belum cukup representatif.

Page 5: paper identifikasi geologi belitung

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011 Pusat Pengembangan Energi Nuklir

Badan Tenaga Nuklir Nasional

ISSN 1979-1208 82

Paket Spatial Analyst dari perangkat lunak ArcGIS dipergunakan dalam studi

pemilihan lokasi ini. Empat tahapan utama yaitu tahap persiapan data spasial yang akan

dipergunakan sebagai input, data derivatif yang merupakan data input yang telah melalui

pemrosesan tingkat lanjutan, klasifikasi ulang nilai raster, dan pembobotan serta

perhitungan nilai.

Langkah pertama yang diperlukan adalah menyiapkan satu set data input berupa

peta-peta dalam bentuk shapefile (Bakosurtanal). Pada langkah kedua, data input yang

tersedia dapat dipergunakan untuk menyiapkan derivasi dari data tersebut apabila

diperlukan. Langkah ketiga adalah pengklasifikasian ulang dari data menjadi satu skala

umum. Dalam kajian ini, obyek akan diberikan nilai 1 hingga 10 dengan nilai yang tinggi

untuk atribut yang paling sesuai dan sebaliknya. Langkah terakhir adalah pemberian bobot

menurut pengaruh dari data terhadap model untuk selanjutnya dikombinasikan untuk

menentukan lokasi-lokasi potensial sesuai dengan nilai agregat yang diperoleh.

Dalam tahap awal studi kelayakan, pemilihan lokasi dapat didasarkan pada suatu

kriteria keberterimaan (acceptance criteria). Klasifikasi yang diberikan untuk setiap parameter

dalam penilaian ialah 10 kelas. Kelas-kelas tersebut kemudian akan diberikan nilai 1 hingga

10 menurut tingkat preferensi maupun bahaya yang diberikan.

Material bawah permukaan

Jarak dari Pulau Sumatra

Page 6: paper identifikasi geologi belitung

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011 Pusat Pengembangan Energi Nuklir

Badan Tenaga Nuklir Nasional

ISSN 1979-1208 83

Gambar 3. Hasil Reklasifikasi Berbagai Layer Sebagai Input Perhitungan Raster

Jarak maksimum dari pantai Pulau Sumatera yang dipertimbangkan adalah 100

kilometer dan dibagi dalam 10 kelas dengan nilai terbaik diberikan pada lokasi yang paling

dekat dengan Sumatera. Letak lokasi terhadap sesar atau struktur geologi ditentukan

dengan menggunakan kriteria keberterimaan (acceptance criteria) yang digunakan di Jepang

yaitu bahwa suatu lokasi PLTN tidak boleh terletak dalam jarak 10 Km dari sesar aktif dan

sesar tersebut tidak mengarah ke lokasi calon tapak.

Tabel 1. Distribusi Nilai

Skor SG G TGL JS (Km) JP (Km)

10 5 Km Granit klabat Tegalan/ ladang /

kebun

0 100

9 2 90

8 4 Km Fm. Tanjung genting Hutan rimba 4 80

7 6 70

6 2 Km Kompleks malihan

pemali

8 60

5 10 50

4 1 Km Granit Tanjung pandan Pasir/ bukit pasir 12 40

3 14 30

2 > 0,5

Km

Diabas penyabung Pemukiman/

sawah

16 20

Page 7: paper identifikasi geologi belitung

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011 Pusat Pengembangan Energi Nuklir

Badan Tenaga Nuklir Nasional

ISSN 1979-1208 84

1 Air/hutan rawa/

danau/ situ

18 10

0 0 Km 20 0

Catatan:

SG: struktur geologi; G: geologi; TGL: tata-guna lahan; JS: jarak ke Sumatera; JP: jalur penerbangan

Peta struktur geologi yang digunakan dalam penelitian ini tidak menjelaskan apakah

patahan yang teridentifikasi merupakan patahan aktif atau bukan. Untuk itu, penilaian akan

didasarkan terhadap jarak dari patahan tersebut. Nilai 10 diberikan bila calon lokasi terletak

lebih dari 10 Km. Faktor material bawah permukaan didasarkan pada jenis batuan dibagian

bawah reaktor untuk kepentingan pondasi serta desain kegempaan, yaitu apakah batuan

masif pada lokasi tersebut bersifat keras atau lunak. Batuan keras seperti granit (Klabat)

maupun tufa (Tanjung Genting) diberikan nilai tinggi yaitu 10 dibandingkan dengan lapisan

aluvial yang cenderung lebih lunak. Faktor penting lainnya adalah letak calon lokasi PLTN

terhadap jalur penerbangan, baik komersial maupun militer, dan lapangan terbang sebagai

konsideran terhadap kemungkinan kecelakaan pesawat komersial maupun militer yang

dapat membahayakan instalasi PLTN. Semakin jauh suatu lokasi dari jalur penerbangan,

maka semakin tinggi nilainya. Tata-guna lahan mempertimbangkan apakah lokasi PLTN

terletak pada lahan non-konservasi, konservasi (hutan lindung atau suaka margasatwa),

rawa-rawa, perkebunan/pertanian, atau permukiman. Dalam hal ini, lahan konservasi dan

rawa-rawa akan diberikan nilai rendah sedangkan jenis lahan lain akan diberikan nilai lebih

tinggi.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot yang digunakan dalam perhitungan raster diberikan pada Tabel 2 sebagai

berikut:

Tabel 2. Bobot Perhitungan Raster

No Layer Simbol (S) Bobot (w)

1 Geologi (batuan penyusun) G 0.3

2 Struktur geologi (patahan) SG 0.3

3 Jalur penerbangan JP 0.1

4 Tata-guna lahan TGL 0.1

5 Jarak dari P. Sumatera JS 0.2

Total 1.0

Perhitungan nilai akhir N kemudian dilakukan menggunakan formulasi sebagai berikut:

0.3 0.3 0.1 0.2 0.1N G SG JP TGL JS

Hasil pengolahan menggunakan teknik perhitungan raster secara grafis diberikan

pada Gambar 2. Nilai hasil perhitungan memiliki jangkauan paling rendah 0,80 hingga

paling tinggi 7,30. Daerah dengan nilai terbaik secara grafis direpresentasikan dengan warna

biru tua (nilai 6,31 – 7,30). Beberapa daerah dapat diidentifikasikan memiliki resultante

karakteristik yang baik. Apabila faktor kedekatan dengan sumber air pendingin (laut) lebih

diutamakan maka terdapat beberapa pilihan seperti daerah Teluk Manggris, Tanjung

Berani, Pantai Penganak, Pantai Pala, Lubuk Besar.

Page 8: paper identifikasi geologi belitung

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011 Pusat Pengembangan Energi Nuklir

Badan Tenaga Nuklir Nasional

ISSN 1979-1208 85

Gambar 3. Hasil Perhitungan Raster Untuk Daerah Pesisir Hingga 2 Km Ke Darat

Pantai sungai Gusung, dan Batu Betumpang. Daerah-daerah dengan jangkauan nilai

tertinggi (6,41 – 7,30) antara lain Tanjung Punai-Tanjung Tadah, Panangan, Tanjung

Berdaun, Tanjung Panggung, Batu Betumpang, Tanjung Loabun. Daerah-daerah dengan

jangkauan nilai tertinggi kedua (5,71 – 6,40) antara lain Teluk Manggris, sepanjang daerah

Mudung hingga Lubuk Besar, Koba dan sekitarnya, Tanjung Layang, Tanjung Pala-Tanjung

sangau, Jebulaut, dan Rambat-Teritip.

Tabel 2. Lokasi Survei atau Konfirmasi Tapak

No Lokasi Kecamatan Kabupaten

1 Tanjung Merun, Desa Penutuk Lepar Pongok Bangka Selatan

2 Sukadamai, Desa Rias Toboali Bangka Selatan

3 Sungai Gusung, Desa Rias Toboali Bangka Selatan

4 Tanjung Berani dan Tanjung

Kerasak, Desa. Sebagin Simpang Rimba Bangka Selatan

5 Tanjung Berdaun, Desa Radjik, Simpang Rimba Bangka Selatan

6 Teluk Inggris, Desa Muntok Muntok Bangka Barat

7 Pantai Penganak, Desa Puput Jebus Bangka Barat

8 Tanjung Pala, Teluk Limo, Jebus Bangka Barat

9 Tj. Penyusuk, Belinyu Bangka

10 Tj. Tuing, Desa Pugul Belinyu Bangka

5. KESIMPULAN Sebagian daerah pesisir di Pulau Bangka memiliki potensi yang baik sebagai calon

tapak PLTN ditinjau dari aspek geologi, tata-guna lahan, akibat kegiatan manusia terutama

terkait dengan kegiatan penerbangan sipil, kedekatan dengan pulau Sumatera dan lokasi

Page 9: paper identifikasi geologi belitung

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011 Pusat Pengembangan Energi Nuklir

Badan Tenaga Nuklir Nasional

ISSN 1979-1208 86

pada daerah pesisir. Empat lokasi potensial utama di pesisir selatan dapat diidentifikasi

yaitu daerah Teluk Manggris Kec. Mentok, Tempilang, Sebagin, dan Toboali. Di pesisir

utara, daerah Penganak, Tuing/Tanjung Gudang, Sungailiat, dan Lubuk Besar. Jika faktor

jarak dengan daratan Sumatera menjadi salah satu pertimbangan utama, maka daerah

pesisir selatan pulau Bangka yaitu Tanjung Berani-Tanjung Kerasak dan Teluk Manggris,

masing-masing berjarak sekitar 13 dan 25 Km dari daratan pulau Sumatera menjadi lebih

berterima dibandingkan daerah-daerah interes lain.

Pada tahapan ini data yang tersedia memang masih relatif terbatas. Meskipun

demikian, pada dasarnya teknik analisis kesesuaian melalui perhitungan raster dapat

digunakan dalam proses identifikasi daerah-daerah interes tapak PLTN, maupun lokasi-

lokasi instalasi penting lainnya. Faktor ketersediaan dan kelengkapan data menjadi aspek

yang sangat penting untuk diperhatikan, karena faktor ini sangat membantu proses

pengambilan keputusan secara tepat.

DAFTAR PUSTAKA [1] Using ArcGIS Spatial Analysis, ESRI, 2001-2002

[2] N. C.D ARYANTO, J. WIDODO DAN P. RAHARJO, Keterkaitan Unsur Tanah Jarang

Thd Mineral Berat Ilmenit dan Rutil Perairan Pantai Gundi, Bangka, Puslitbang Geologi

Kelautan, 1985

[3] http://www.bnpb.org diakses Mei 2011

[4] http://gis.dephub.go.id/mapping/Map_Udara.aspx diakses Mei 2011

[5] Peta Geologi Lembar Bangka Utara, Sumatera, Skala 1: 250.000, s. Andi Mangga dan B.

Djamal,1994