paper defleksi

Upload: dewa-wade

Post on 01-Mar-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 Paper Defleksi

    1/6

    1

    Abstrak Jembatan mengalami adanya deformasi jangka

    panjang maupun jangka pendek [1]. Deformasi jangka panjang

    tidak dapat kembali ke bentuk aslinya. Deformasi janka pendek

    (defleksi) yaitu objek yang terdeformasi akan kembali ke posisi

    dan bentuk semula jika terlepas dari muatannya. Jembatan

    Suramadu menghubungkan Pulau Jawa dengan Pulau Madura

    yang diresmikan pada 10 Juni 2009. Tujuan dibangunnya

    Jembatan untuk mempercepat pembangunan di Pulau Madura

    meliputi bidang infrastruktur dan ekonomi. Jembatan Suramadu

    mempunyai sebuah sistem yaitu Structural Health Monitoring

    System Jembatan Suramadu (SHMS).

    Dalam penelitian ini dilakukan analisa terhadap hasil

    pengukuran GPSyang terdapat pada Jembatan Suramadu pada

    tanggal 1 dan 2 Juli 2015. Untuk memperoleh hasil posisi tinggi

    maka 3 antenna GPS Ditempatkan pada bentang tengah

    Jembatan Suramadu dan diikatkan pada satu titik ikat. Data

    navigasi orbit satelit menggunakan I GS Prechise Ephemeri s

    dalam format SP3.

    Dalam penelitian ini didapatkan nilai defleksi vertikal pada

    tanggal 1 Juli 2015 adalah defleksi maksimal keatas pada GPS1,

    GPS4, dan GPS6 adalah 0.0878 m, 0.09345 m, dan 0.0752 m .

    Defleksi maksimal kebawah pada GPS 1, GPS 4 dan GPS 6

    adalah 0.1116 m, 0.1138 m, dan 0.0909 m. Nilai Defleksi vertikalpada tanggal 2 Juli 2015 yaitu defleksi maksimal keatas pada

    GPS1, GPS4, dan GPS6 adalah 0.0748 m, 0.1264 m, dan 0.0709

    m. Defleksi maksimal kebawah pada GPS 1, GPS 4, dan GPS 6

    adalah 0.0926 m, 0.1451 m, dan 0.0826 m. Sehingga masih

    didapatkan nilai defleksi vertikal yang wajar, tidak melebihi

    toleransi batas defleksi maksimal yaitu 1.085 m.

    Kata KunciDeformasi, Defleksi, SHMS, GPS.

    I.

    PENDAHULUAN

    embatan Nasional Suramadu adalah Jembatan yang

    melintasi Selat Madura, menghubungkan Pulau Jawa (

    Surabaya) dan Pulau Madura (Bangkalan, tepatnya timur

    Kamal), Indonesia. Dengan panjang 5438 m, Jembatan ini

    merupakan Jembatan terpanjang di Indonesia saat ini.

    Jembatan Suramadu terdiri dari tiga bagian yaitu jalan layang

    (causeway) dengan panjang 3276 m, jembatan penghubung

    (approach bridge) dengan panjang 1344 m, dan jembatan

    utama (main bridge) dengan panjang 434 meter. Tujuan

    dibangunnya Jembatan Surmadu adalah untuk mempercepat

    pembangunan di Pulau Madura meliputi bidang infrastruktur

    dan ekonomi.

    Sebuah Jembatan mecirikan dua macam deformasi yang

    berbeda, yaitu gerakan jangka panjang yang disebabkan oleh

    pondasi, dek jembatan, dan tekanan regangan dan gerakan

    jangka pendek yang disebabkan oleh angin, suhu, pasang

    surut, gempa bumi, dan lalu lintas. Deformasi jangka pendek

    disebut juga dengan defleksi. Disebut defleksi atau lendutan

    dikarenakan objek yang terdeformasi akan kembali ke posisi

    dan bentuk semula jika terlepas dari muatannya [1].

    Penurunan kemampuan dari Jembatan Suramadu tidak dapat

    dihindarkan yang disebabkan oleh faktor lingkungan seperti

    gempa, dsb dan juga pengoperasian yang tidak memadai,

    penuaan, dan kerusakan yang disebabkan oleh manusia yang

    dapat mengancam keamanan dari fungsi Jembatan itu

    sendiri[2]. SHMS (Structural Health Monitoring System)

    adalah sistem monitoring yang digunakan untuk mendeteksi

    kerusakan dengan metode pengujian tak rusak dengan cara

    mengintegrasikannya dengan stuktur untuk memonitor

    kesehatan dari Jembatan secara keseluruhan maupun secara

    parsial. Teknologi ini dapat memperpanjang umur pelayanan

    Jembatan karena penurunan kemampuan dan kerusakan dapatdiidentifikasi lebih awal sebelum terjadinya kerusakan yang

    lebih parah.

    Dengan semakin majunya teknologi penetuan posisi dengan

    GPS yang dapat mencapai ketelitian hingga mm maka

    teknologi GPSdapat digunakan untuk memonitoring bangunan

    infrastruktur sipil seperti dam dan Jembatan. Dalam

    pengamatan defleksi vertikal Jembatan Suramadu

    menggunakan GPS dengan metode CORS. Satu base station

    terdapat di Kantor SHMSJembatan Suramadu Bangkalan dan

    terdapat 14 rover yang tersebar sepanjang bentang tengah

    Jembatan Suramadu. Waktu pengamatan dilakukan selama 24

    jam penuh dengan interval perekaman data 30 detik.Dalam penelitian ini akan dilakukan analisa terhadap hasil

    pengukuran yang didapatkan dari pengukuran GPS Jembatan

    Suramadu pada GPS nomor 1, 4 dan 6 yang diikatkan

    terhadap base station. Dibutuhkan data penunjang yaitu data

    informasi orbit satelit IGS Prechise Ephemeris dalam format

    SP3. Sehingga akan didapatkan informasi tinggi yang akurat

    dan dapat memenuhi standar kelayakan Jembatan Suramadu.

    ANALISA DEFLEKSI VERTIKAL JEMBATAN

    SURAMADU MENGGUNAKAN GPSCORS

    I Dewa Gede Putra Wirawan, Mokhamad Nur Cahyadi

    Jurusan Teknik Geomatika , Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi SepuluhNopember (ITS)

    Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia

    e-mail: [email protected]

    J

  • 7/25/2019 Paper Defleksi

    2/6

    2

    II. METODOLOGIPENELITIAN

    A.

    Lokasi Peneli tian

    Lokasi Penelitian adalah Jembatan Suramadu yang berada

    pada koordinat geografis 7113 LS dan 1124648 BT.

    Jembatan ini terhubung langsung dengan Pulau Madura

    (Kabupaten Bangkalan) di sebelah utara dan Pulau Jawa (Kota

    Surabaya) di sebelah selatan.

    Gambar 1 Lokasi Penelitian

    B. Data dan Peralatan

    Data

    o DataRinexGPStanggal 1 dan 2 Juli 2015

    o Data navigasi orbit satelit IGS Prechise Ephemeris

    dalam Format SP3

    Peralatan

    o Perangkat Keras

    Seperangkat Komputer

    Base GPS (Antenna : LEIAT504 ; Receiver : LEICA

    GRX1200GGPRO)

    Rover GPS (Antenna : LEIAX 1202GG ; Receiver :

    LEICA GX1230)

    Gambar 2 PenempatanRoverGPS

    o Perangkat Lunak

    GAMIT 10.6

    MS. Office

    Matlab

    C.Metodologi Pengolahan Data

    Gambar 3 Metodologi Pengolahan Data

    a.

    Data yang dibutuhkan adalah data rinex dari pengukuran

    GPSJembatan Suramadu.

    b.

    Kemudian data diimpor ke software GAMIT10.6

    ditambahkan dengan data penunjang yaitu data navigasi

    orbit satelitIGS Prechise Ephemeris dalam format SP3

    c.

    Data diolah dengan command track.cmd

    d.

    Selajutnya akan dihasiklah koordinat tinggi dengan sistem

    koordinat toposentrik

    e.

    Data yang dihasilkan kemudian di cek outlierdengan plot

    koordinat kedalam grafik. Outlierdapat dikenali dengan

    loncatan koordinat pada grafik. Reduksi data yangmengandung outlier.

    f.

    Selanjutnya bila data koordinat tinggi sudah terbebas dari

    adanya outlierdilanjutkan dengan distribusi normal

    tingkat ketidakpercayaan 95%, semua data yang tidak

    sesuai akan direduksi/dihapus.

    g. Dihasilkan nilai koordinat tinggi terhdapap epoch

    pengamatan

    h.

    Analisa Nilai defleksi vertikal Jembatan Suramadu

    dengan rumus

    i. Selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan dan saran.

  • 7/25/2019 Paper Defleksi

    3/6

    3

    III HASIL DAN ANALISA

    A.

    Anal isa Ti tik Pengamatan

    Titik Pengamatan GPS terdiri dari 2 bagian yaitu untuk

    BasedanRover. Bagian pertama yaituBaseditempatkan pada

    satu titik fix yang ada di Kantor Suramadu Monitoring

    Building, Bangkalan. Bagian kedua adalah Rover yang

    terpasang di sepanjang sisi Jembatan Suramadu bagian main

    bridge,yang terdiri dari 3 roverGPSyaitu GPSno 1, 4, dan 6.

    Gambar 4BasedanRoverPengukuran GPS

    Tabel 1 KoordinatBaseNama Base

    Lintang 709'19.66704"S

    Bujur 11246'54.98904"E

    Tinggi 50.69 Tabel 1 menunjukkan koordinat basepada sistem

    koordinat Geografis dan tinggi diatas permukaanEllipsoid.

    Tabel 2 KoordinatRover

    Nama GPS 1 GPS 4 GPS 6

    Lintang 711'07.75"S 711'11.24"S 711'04.36"S

    Bujur 11246'48.33"E 11246'49.20"E 11246'49.66"E

    Tinggi 74.893 74.605 74.639

    Tabel 2 menunjukkan koordinat roverpada sistem koordinat

    Geografis dan tinggi diatas permukaanEllipsoid.

    Tabel 3 PanjangBaseline Antar Titik

    TITIK PANJANG BASELINE (M)

    BASE - GPS 1 3326.9795

    BASE - GPS 4 3432.2551

    BASE - GPS 6 3220.7215 Tabel 3 menunjukkan panjang baseline yang ditarik

    antara Base menuju Rover. Jarak baseline ini penting untuk

    pemilihan metode pengolahan dalam GAMIT. Karena jarak

    baseline kurang dari 10 km maka digunakan metode short

    baseline.

    B.Anal isa Waktu Pengukuran

    Waktu pengukuran GPSdilakukan pada tanggal 1 dan 2 Juli

    2015. Pengukuran dilakukan selama 24 jam penuh dengan

    interval waktu pengamatan 30 detik, sehingga dalam 1 hari

    dihasilkan 2880 Epoch.

    C.Hasil Pengolahan dengan GAM IT

    Data observasi GPS diolah menggukan software ilmiah

    GAMIT. Data diolah menggunakan command track. Pada

    proses pengolahan dengan GAMIT dibutuhkan data primer

    dan data sekunder.Data primer didapatkan dari pengukuran

    yaitu file observasi dengan format .o , sedangkan data

    sekunder adalah data navigasi orbit satelit IGS Prechise

    Ephemeris dalam format SP3.Data yang digunakan adalah

    pada tanggal 1 Juli 2015 dan 2 Juli 2015.

    Hasil pengolahan pada GAMIT adalah koordinat

    toposentrik dimana koordinat base menjadi acuan. Data

    hasil pengolahan GAMIT masih terdapat adanya outliersehingga harus dilaksanakan penghilangan outlier dan

    prosesfiltering.

    Hasil Pengolahan GPS1 Juli 2015

    Tabel 4 Hasil Pengolahan GPS1 Juli 2015

    GPS 1 GPS 4 GPS 6

    H MAX 24.4182 24.1029 24.2942

    H MIN 22.8767 23.2126 22.575

    RANGE 1.5415 0.8903 1.7192

    MEAN 24.19664491 23.898785 23.939119

    STD 0.057933632 0.0651938 0.0645882

    0 500 1000 1500 2000 2500 300022.8

    23

    23.2

    23.4

    23.6

    23.8

    24

    24.2

    24.4

    24.6

    24.8

    GPS 1

    EPOCH

    HEIGHT(M)

    GPS 1

    Gambar 5 Plot Koordinat Tinggi GPS1 SebelumFiltering

    0 500 1000 1500 2000 2500 3000

    23.3

    23.4

    23.5

    23.6

    23.7

    23.8

    23.9

    24

    24.1

    24.2

    GPS 4

    EPOCH

    HEIGHT(M)

    GPS 4

    Gambar 6 Plot Koordinat Tinggi GPS4 SebelumFiltering

  • 7/25/2019 Paper Defleksi

    4/6

    4

    0 500 1000 1500 2000 2500 300022.4

    22.6

    22.8

    23

    23.2

    23.4

    23.6

    23.8

    24

    24.2

    24.4

    GPS 6

    EPOCH

    HEIG

    HT(M)

    GPS 6

    Gambar 7 Plot Koordinat Tinggi GPS6 SebelumFiltering

    Hasil Pengolahan GPS2 Juli 2015

    Tabel 5 Hasil Pengolahan GPS2 Juli 2015

    GPS 1 GPS 4 GPS 6H MAX 24.2832 24.1591 24.2568

    H MIN 24.0013 23.6116 23.778

    RANGE 0.2819 0.5475 0.4788

    MEAN 24.20014037 23.894936 23.941263

    STD 0.043128136 0.0705136 0.0414315

    0 500 1000 1500 2000 2500 300024

    24.05

    24.1

    24.15

    24.2

    24.25

    24.3

    24.35

    24.4

    GPS 1

    EPOCH

    HEIGHT(M)

    GPS 1

    Gambar 8 Plot Koordinat Tinggi GPS1 SebelumFiltering

    0 500 1000 1500 2000 2500 300023.6

    23.7

    23.8

    23.9

    24

    24.1

    24.2

    24.3

    GPS 4

    EPOCH

    HEIG

    HT(M)

    GPS 4

    Gambar 9 Plot Koordinat Tinggi GPS4 SebelumFiltering

    0 500 1000 1500 2000 2500 3000

    23.8

    23.9

    24

    24.1

    24.2

    24.3

    24.4

    GPS 6

    EPOCH

    HEIGHT(M)

    GPS 6

    Gambar 10 Plot Koordinat Tinggi GPS6 SebelumFiltering

    D.Hasil F iltering Koordinat Tinggi

    Data outlierdapat dikenal dengan loncatan mendadak dari

    kurva grafik. Adanya outlierpada pengamatan GPS ini dapat

    disebabkan karena adanya cycleslip maupun multipath yang

    terjadi saat pengukuran [3]. Karena lokasi antenna yang

    berdekatan dengan pagar pembatas Jembatan Suramadu, kawat

    penyangga Jembatan, dan juga adanya pylon sehingga

    membuat kemungkinan terjadinya cycleslipataupun multipath

    semakin besar. Data outlier dapat dihilangkan dengan

    menghapus data dimana terjadi loncatan mendadak pada grafik

    kurva.

    Setelah dilakukan penghapusan data outlier selanjutnya

    dilakukan filtering data dengan tingkat kepercayaan 95%.

    Distribusi normal memiliki parameter distribusi yaitu rata-rata

    (mean ) dan deviasi standar (standard deviation). Untuk

    nilai tingkat kepresisian pengukuran, digunakan

    ketidakpercayaan 95%. Dengan factor pengali k 1,96 untuk

    95% uncertainty, hal tersebut menunjukkan bahwa hasil

    pengukuran berada pada 1,96 [4].

  • 7/25/2019 Paper Defleksi

    5/6

    5

    Hasil Fi lteri ng 1 Juli 2015Tabel 6 Hasil Pengolahan GPS1 SetelahFiltering

    GPS 1 No Filter Filtering Selisih

    H MAX 24.4182 24.2943 0.1239

    H MIN 22.8767 24.0949 -1.2182

    RANGE 1.5415 0.1994 1.3421

    MEAN 24.19664491 24.2065 -0.0098

    STD 0.057933632 0.0324 0.0255

    0 500 1000 1500 2000 2500 300022.8

    23

    23.2

    23.4

    23.6

    23.8

    24

    24.2

    24.4

    24.6

    24.8 GPS 1

    EPOCH

    HEIGHT(M)

    No Filter

    Filter

    Gambar 11 Plot Koordinat Tinggi GPS1 SetelahFiltering

    Tabel 7 Hasil Pengolahan GPS4 SetelahFiltering

    GPS 4 No Filter Filtering Selisih

    H MAX 24.1029 24.0047 0.0982

    H MIN 23.2126 23.7974 -0.5848

    RANGE 0.8903 0.2073 0.6830

    MEAN 23.89878475 23.9112 -0.0124

    STD 0.065193768 0.0349 0.0303

    0 500 1000 1500 2000 2500 3000

    23.3

    23.4

    23.5

    23.6

    23.7

    23.8

    23.9

    24

    24.1

    24.2

    GPS 4

    EPOCH

    HEIGHT(M)

    No Filter

    Filter

    Gambar 12 Plot Koordinat Tinggi GPS4 SetelahFiltering

    Tabel 8 Hasil Pengolahan GPS6 SetelahFiltering

    GPS 6 No Filter Filtering Selisih

    H MAX 24.2942 24.0224 0.2718

    H MIN 22.575 23.8563 -1.2813

    RANGE 1.7192 0.1661 1.5531

    MEAN 23.93911858 23.9472 -0.0081

    STD 0.064588191 0.0263 0.0383

    0 500 1000 1500 2000 2500 300022.4

    22.6

    22.8

    23

    23.2

    23.4

    23.6

    23.8

    24

    24.2

    24.4

    GPS 6

    EPOCH

    HEIG

    HT(M)

    No Filter

    Filter

    Gambar 13 Plot Koordinat Tinggi GPS6 SetelahFiltering

    Hasil F iltering 2 Juli 2015

    Tabel 9 Hasil Pengolahan GPS1 SetelahFiltering

    GPS 1 No Filter Filtering Selisih

    H MAX 24.2832 24.2832 0.0000

    H MIN 24.0013 24.1158 -0.1145

    RANGE 0.2819 0.1674 0.1145

    MEAN 24.20014037 24.2084 -0.0083

    STD 0.043128136 0.0285 0.0147

    0 500 1000 1500 2000 2500 300024

    24.05

    24.1

    24.15

    24.2

    24.25

    24.3

    24.35

    24.4

    GPS 1

    EPOCH

    HEIGHT(M)

    No Filter

    Filter

    Gambar 14 Plot Koordinat Tinggi GPS1 SetelahFiltering

    Tabel 10 Hasil Pengolahan GPS4 SetelahFiltering

    GPS 4 No Filter Filtering Selisih

    H MAX 24.1591 24.0292 0.1299H MIN 23.6116 23.7577 -0.1461

    RANGE 0.5475 0.2715 0.2760

    MEAN 23.89493591 23.9028 -0.0079

    STD 0.07051358 0.0533 0.0172

  • 7/25/2019 Paper Defleksi

    6/6

    6

    0 500 1000 1500 2000 2500 300023.6

    23.7

    23.8

    23.9

    24

    24.1

    24.2

    24.3

    GPS 4

    EPOCH

    HEIG

    HT(M)

    No Filter

    Filter

    Gambar 15 Plot Koordinat Tinggi GPS4 SetelahFiltering

    Tabel 11 Hasil Pengolahan GPS6 SetelahFiltering

    GPS 6 No Filter Filtering Selisih

    H MAX 24.2568 24.2943 24.0171

    H MIN 23.778 24.0949 23.8636RANGE 0.4788 0.1994 0.1535

    MEAN 23.94126349 24.2065 23.9462

    STD 0.041431475 0.0324 0.0266

    0 500 1000 1500 2000 2500 3000

    23.8

    23.9

    24

    24.1

    24.2

    24.3

    24.4

    GPS 6

    EPOCH

    HEIG

    HT(M)

    No Filter

    Filter

    Gambar 16 Plot Koordinat Tinggi GPS6 SetelahFiltering

    E.

    Analisa Toleransi Defleksi Vertikal

    Batas Defleksi Vertikal yang diperbolehkan untuk Bentang

    utama adalah :

    [5]

    dimana L adalah panjang bentang tengah suramadu yaitu

    sejauh : 434 m, sehinga akan didapatkan toleransi defleksi

    maksimal sejauh 1.085 m.

    Nilai defleksi vertikal pada tanggal 1 Juli 2015 adalah

    defleksi maksimal keatas pada GPS 1, GPS 4, dan GPS 6

    adalah 0.0878 m, 0.09345 m, dan 0.0752 m . Defleksi

    maksimal kebawah pada GPS 1, GPS 4 dan GPS 6 adalah

    0.1116 m, 0.1138 m, dan 0.0909 m.

    Nilai Defleksi vertikal pada tanggal 2 Juli 2015 yaitu

    defleksi maksimal keatas pada GPS 1, GPS 4, dan GPS 6

    adalah 0.0748 m, 0.1264 m, dan 0.0709 m. Defleksi maksimal

    kebawah pada GPS 1, GPS 4, dan GPS 6 adalah 0.0926 m,

    0.1451 m, dan 0.0826 m.

    Sehingga masih didapatkan nilai defleksi vertikal yang

    wajar, tidak melebihi toleransi batas defleksi maksimal yaitu

    1.085 m.

    IV KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan1.

    Nilai defleksi vertikal pada tanggal 2 Juli 2015 adalah

    defleksi maksimal keatas pada GPS 1 mencapai 0.0878

    m, pada GPS4 sejauh 0.09345 m, dan pada GPS6

    yaitu 0.0752 m . Sedangkan untuk defleksi maksimal

    kebawah pada GPS1 adalah 0.1116 m, GPS4 0.1138 m,

    dan GPS6 adalah 0.0909 m.

    2.

    Nilai Defleksi vertikal pada tanggal 2 Juli 2015 defleksi

    maksimal keatas pada GPS 1 mencapai 0.0748 m, pada

    GPS4 sejauh 0.1264 m, dan pada GPS6 yaitu

    0.0709 m . Sedangkan untuk defleksi maksimal

    kebawah pada GPS1 adalah 0.0926 m, GPS4 0.1451 m,

    dan GPS6 adalah 0.0826 m.

    3.

    Nilai defleksi vertikal Jembatan Suramadu masih jauhdari ambang toleransi yaitu 1.085 m

    Saran

    1. Pengaturan interval pengamatan sebaiknya dibuat hingga

    mencapai 20 Hz mengingat spesifikasi alat yang

    mumpuni untuk pengamatan dengan interval tersebut

    supaya dapat menggambarkan kondisi pergerakan

    Jembatan Suramadu yang lebih valid. Namun

    konsekuensinya adalah memori penyimpanan data yang

    disiapkan akan menjadi jauh lebih besar.

    2. Posisi letak base diperbaiki dikarenakan dekat dengan

    pohon dan terhalang gedung kantor. Mengingat fungsinya

    sebagai titik ikat maka peletakan base harus

    meminimalisir adanya multipath.

    3.

    Posisi letak antenna roverGPSdisebelah pagar pembatas

    sebaiknya ditinggikan melebihi pagar pembatas itu

    sendiri untuk meminimalisir adanya multipath sehingga

    kualitas data yang dihasilkan semakin baik.

    4.

    Diharapkan penelitian ini dapat menjadi tolok ukur untuk

    penelitian selanjutnya.

    DAFTARPUSTAKA

    [1]

    Meng, X. (2002). Real-Time Deformation Monitoring of Bridges Using

    GPS/Accelerometers. England: The University of Nottingham.

    [2]

    Nababan, P. H. (2008). Structural Health Monitoring System Alat BantuMempertahankan Usia Teknis Jembatan. Construction and Maintenance

    of Main Span Suramadu Bridge.

    [3]

    Abidin,H.Z.(2007). Penentuan Posisi dengan GPS dan Aplikasinya.

    Jakarta:Pradnya Paramita.

    [4] Maris, E. T.(2011). Studi Deformasi Jembatan Suramadu Akibat

    Pengaruh Traffic Load. Geodesy.

    [5]

    Rezki, R. Y.(2014). Studi Pergeseran Sementara (Defleksi Vertikal)

    Jembatan Suramadu.ITS.Surabaya.

    [6]

    Rahkman, Ferdian.(2015). Studi Deformasi Jembatan Kali Porong

    Terhadap Pembebanan Menggunakan Teknologi GPS.ITS.Surabaya.