paparan perpres krisdaren 13 maret 2017 2-1
TRANSCRIPT
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 41 TAHUN 2016Tentang Tata Cara Penetapan dan Penanggulangan Krisis dan Darurat Energi (Krisdaren)
Kilang Minyak Bontang Pipa Gas Mojokerto-Jombang PLTU Muara Karang Kilang LPG Mundu
Prof. Dr. Ir. Syamsir Abduh
Workshop Sosialisasi dan Implementasi RUENJakarta, 13 Maret 2017
SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN ENERGI NASIONAL
UU No. 30 Tahun 2007 tentang Energi
LANDASAN HUKUM
Pasal 6
Pasal 12
1) Krisis energi merupakan kondisi kekurangan energi.
2) Darurat energi merupakan kondisi terganggunya pasokan energi akibat terputusnya
sarana dari prasarana energi.
3) Dalam hal krisis energi dan darurat energi, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) mengakibatkan terganggunya fungsi pemerintahan, kehidupan sosial
masyarakat, dan/atau kegiatan perekonomian, Pemerintah wajib melaksanakan
tindakan penanggulangan yang diperlukan.
2.c) Dewan Energi Nasinal bertugas: menetapkan langkah-langkah penanggulangan
kondisi krisis dan darurat energi
PP No. 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Listrik
Pasal 25 5) Penetapan kondisi krisis atau darurat penyediaan tenaga listrik dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang energi
SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN ENERGI NASIONAL
Tujuan penetapan Perpres Nomor 41 Tahun 2016
Tersedia landasan operasional yang jelas mengatur tata cara penanggulangan
kondisi krisis energi dan/atau darurat energi untuk memberikan pedoman bagi
Pemerintah dalam melaksanakan tindakan penanggulangan krisis energi
dan/atau darurat energi (Pasal 6 UU Nomor 30 tahun 2007).
Tersedia landasan operasional yang jelas mengatur tata cara penetapan krisis
energi dan/atau darurat energi untuk menjamin ketahanan energi nasional dan
untuk menetapkan langkah-langkah penanggulangan krisis energi dan darurat
energi yang dilaksanakan oleh DEN (Pasal 12 ayat (2) huruf c UU Nomor 30
tahun 2007).
Tersedia landasan operasional sebagai payung hukum untuk regulasi yang
terkait, (antara lain pasal 25 ayat (5) PP No 14 tahun 2012 tentang Kegiatan
Usaha Penyediaan Tenaga)
Tersedia regulasi yang mengatur tanggung jawab dan kewajiban masing-
masing para pemangku kepentingan (pemerintah, pemerintah daerah, badan
usaha, swasta dan masyarakat) terhadap kondisi penyediaan energi di daerah
dan nasional.
1
2
3
4
SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN ENERGI NASIONAL
• Antisipasi • Pemulihan
SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN ENERGI NASIONAL
SIKLUS PENETAPAN DAN PENANGGULANGAN KRISDAREN
Antisipasi dan Mitigasi
Usulan Potensi
KrisdarenIdentifikasi dan pemantauan
kondisi penyediaan dan
kebutuhan energi
(MESDM, Badan Pengatur,
DEN, Badan Usaha,
Gubernur/Walikota)
Kesiapsiagaan
Penyelenggaraan Sidang
Anggota DEN untuk:
1. Usulan penetapan kondisi
krisdaren
2. Usulan langkah-langkah
penanggulangan
3. Usulan penetapan
pemulihan
(MESDM/Ketua Harian DEN)
Tanggap Darurat
Pelaksanaan tindakan
penanggulangan krisdaren
berdasarkan hasil
rekomendasi Sidang
Anggota DEN
(MESDM berkoordinasi
dengan menteri terkait, kepala
LPNK, Gubernur, Badan
Usaha, dan pihak lain terkait)
Keppres
(kondisi nasional)
atau
Kepmen
(kondisi Teknis
Operasional)
Hasil pemantauan Kondisi Krisdaren
Pemulihan
Penetapan berakhirnya
krisdaren berdasarkan
rekomendasi dari DEN
Keppres
(kondisi nasional)
Kepmen
(kondisi Teknis
Operasional)atau
SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN ENERGI NASIONAL
SETJEN [email protected]
I. ANTISIPASI DAN MITIGASI
II. KESIAPSIAGAAN
IV. PEMULIHAN
III. TANGGAP DARURAT
TAHAPAN PENANGGULANGAN KRISIS ENERGI
DAN/ ATAU DARURAT ENERGI
Berakhirnya
Krisdaren
Antisipasi
Potensi Krisdaren(MESDM, Badan Pengatur,
DEN, BU)
Perumusan
Langkah-Langkah
Penanggulangan(Hasil SA DEN, pasal
10,11)
Penetapan berakhirnya
Krisdaren oleh
MESDM/Presiden
(Pasal 18 s.d 19
Perpres 41/2016)
Identifikasi dan
Pemantauan (Pasal 8
Perpres 41/2016)
Penetapan Krisdaren
(Pasal 10,11, 12
Perpres 41/2016)
Tindakan
Penanggulangan
(Pasal 13, 14
Perpres 41/2016)
Tindakan
Penanggulangan
Krisdaren
Pemulihan
KrisdarenPeringatan
Dini
MESDM selaku Ketua Harian DEN
mengadakan Sidang Anggota DEN
• Pelaksanaan tindakan
penanggulangan
berdasarkan langkah-
langkah penanggulangan
(Pasal 16 R-Permen)
MESDM selaku Ketua
Harian DEN melaksanakan
Sidang Anggota DEN
SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN ENERGI NASIONAL
SISTEMATIKA PERPRES NOMOR 41 TAHUN 2016
Bab I Ketentuan Umum
Bab II Jenis Energi dan Penggunaannya
Bab III Krisis Energi dan/atau Darurat Energi
Bab IV Tata Cara Penetapan Krisis Energi dan/atau Darurat Energi
Bab V Penanggulangan Krisis Energi dan/atau Darurat Energi
Bab VI Penetapan Berakhirnya Krisis Energi dan/atau Darurat Energi
Bab VII Ketentuan Penutup
SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN ENERGI NASIONAL
BBM
LPG
Tenaga Listrik
Gas Bumi
segala macam keperluan
BAB II. JENIS ENERGI DAN
PENGGUNAANNYAPenetapan dan penanggulangan Krisis Energi dan/atau Darurat Energi dilakukan terhadap jenis
energi yang digunakan untuk kepentingan publik sebagai pengguna akhir secara nasional yang
meliputi (Pasal2):
Bahan Bakar keperluan
industri, komersial, rumah tangga
Bahan Bakar keperluan
gas kota dan transportasi
segala macam keperluan
SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN ENERGI NASIONAL
BAB III. KRISIS ENERGI DAN/ATAU DARURAT ENERGI
(DASAR PENETAPAN)
DARURAT ENERGI
Pertimbangan Penetapan (Pasal
5) :
• Tingkat kesulitan dan lamanya
waktu penanganan gangguan
untuk pemulihan pasokan
• Ditetapkan apabila gangguan
pada sarana dan prasarana tidak
bisa dipulihkan oleh Badan
Usaha
KRISIS ENERGI
Pertimbangan Penetapan (Pasal 4) :
• Cadangan operasional minimum BBM
pada wilayah distribusi niaga;
• Cadangan operasional minimum daya
mampu Tenaga Listrik pada sistem
setempat;
• Cadangan operasional minimum LPG
pada wilayah distribusi; dan
• Kebutuhan minimum pelanggan Gas
Bumi pada wilayah distribusi Gas Bumi
setempat
• Ditetapkan apabila tidak terpenuhi dan
tidak tertanggulangi oleh Badan Usaha:
KONDISI TEKNIS OPERASIONAL
KRISIS ENERGI DAN/ATAU DARURAT ENERGI
Pertimbangan Penetapan (Pasal 6) :
• terganggunya fungsi pemerintahan;
• terganggunya kehidupan sosial masyarakat; dan/atau
• terganggunya kegiatan perekonomian.
KONDISI NASIONAL
R-Permen ESDM
tentang Kriteria Krisis
Energi dan/atau
Darurat Energi dan
Tata Cara Tindakan
Penanggulangan
Tindak lanjut Perpres
No. 41/2016:
• Ketentuan lebih lanjut
kondisi teknis
operasional dan
kondisi nasional
(Pasal 7)
• Ketentuan lebih lanjut
tata cara Tindakan
penanggulangan
(Pasal 17)
SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN ENERGI NASIONALBAB IV & BAB V.
TATA CARA PENETAPAN DAN PENANGGULANGAN KRISIS
DAN/ATAU DARURAT ENERGI
Menteri, DEN, Badan Pengatur, dan Badan Usaha
(Psl 8 ayat1)
Gubernur dan/atau Badan Usaha
(Psl 8 ayat 2 dan Pasal 9 ayat 1)
Batas waktu maks. 14 hari kerja
Potensi memenuhi kondisi
krisdaren oleh MESDM
(Psl 4,5,6, 7)
KEPUTUSAN MESDM
(Penetapan Krisdaren berdasarkan Kondisi
Teknis Operasional dan Langkah-Langkah
Penanggulangan)
Psl 10 ayat 3, Psl 11 ayat 2, dan Psl 12 ayat 1
KEPUTUSAN PRESIDEN
(Penetapan Krisdarenberdasarkan kondisi
Nasional dan Langkah-Langkah
Penanggulangan)
Psl 10 ayat 1, Psl 11 ayat 3, dan Psl 12 ayat 2
Pelaksanaan dan perumusan Rekomendasi Sidang Anggota
DEN oleh MESDM selaku Ketua Harian DEN
(Psl 10 ayat 1 &2 dan Psl 11)
Pro
se
s S
ida
ng
An
gg
ota
DE
N
Rekomendasi Krisdaren
berdasarkan Kondisi Teknis
Operasional
(Psl 10 ayat 3 dan Psl ayat 1)
Rekomendasi Krisdaren
berdasarkan Kondisi Nasional
(Psl 10 ayat 4 dan Psl ayat 1)
USULAN MESDM
(Psl 10 ayat 4)
Pelaksanaan Tindakan Penanggulangan
oleh Pemerintah, Pemda, BU, Masyarakat
(Pasal 13 s.d. 17)
Usulan Krisis
dan/atau Darurat
Identifikasi dan
Pemantauan
SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN ENERGI NASIONAL
a. Pelepasan cadangan penyangga
energi
b. Penambahan impor energi
c. Kerja sama internasional
d. Pembatasan ekspor energi
e. Penghematan energi
f. Pembatasan konsumsi energi
g. Percepatan proyek infrastruktur
energi
h. Pengalihan penggunaan jenis
energi (fuel switching,
diversifikasi, substitusi)
i. Pembelian kelebihan Tenaga
Listrik (excess power), dan/atau
j. Tindakan lain, sesuai dengan
rekomendasi DEN
Tindakan Penanggulangan Meliputi
(Pasal 13) :
TINDAKAN PENANGGULANGAN KRISIS ENERGI
DAN/ATAU DARURAT ENERGIDalam pelaksanaan tindakan penanggulangan, Menteri
berwenang untuk (Pasal 14 ayat 1):
a. melakukan koordinasi dengan menteri terkait,
kepala LPNK, gubernur, bupati/walikota, pimpinan
lembaga penegak hukum, pimpinan Badan Usaha,
dan pihak lain yang terkait;
b. mendapatkan data dan informasi dari instansi,
Badan Usaha, dan pihak lain yang terkait;
c. menyusun rencana kerja penanggulangan Krisis
Energi dan/atau Darurat Energi;
d. memerintahkan Badan Usaha untuk melakukan
langkah-langkah tertentu sesuai dengan bidang
usahanya;
e. mengawasi pelaksanaan tindakan penanggulangan;
f. melakukan tindakan lain sesuai dengan petunjuk
Presiden.
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah wajib
memberikan kemudahan paling sedikit dalam hal
perizinan, pengadaan barang dan jasa, dan pembebasan
lahan untuk pelaksanan tindakan penanggulangan (Pasal
12 ayat 2)
SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN ENERGI NASIONAL
Pendanaan Pemanfaatan Fasilitas
Bersama
Menteri, Menteri terkait, Kepala
Lembaga Pemerintahan Non
Kementerian, Gubernur, Bupati/
Walikota mengalokasikan
anggaran. (Pasal 15 ayat 2)
Gubernur dan Bupati/Walikota
memberikan dukungan pemanfaatan
fasilitas bersama. (pasal 15 ayat 1)
Badan Usaha menyediakan
anggaran perusahaan akibat
kegiatan usahanya. (Pasal 16 ayat 2a)
Badan Usaha:
Badan Usaha wajib memberikan
dukungan pemanfaatan bersama fasilitas
sarana dan prasarana. (pasal 16 ayat 2b)
PENDANAAN DAN DUKUNGAN PEMANFAATAN
FASILITAS BERSAMA
Kebakaran Kilang Minyak Cilacap Kapal Pembangkit Listrik di Minahasa Jetty Pelindo I Tower PLTU Simpang Belimbing Roboh
SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN ENERGI NASIONAL
KONDISI TEKNIS OPERASIONAL (PASAL 18)
BAB VI. PENETAPAN BERAKHIRNYA KRISIS ENERGI
DAN/ATAU DARURAT ENERGI
1) Krisis Energi dan/atau darurat energi berakhir apabila:
a. Cadangan operasional minimum atau kebutuhan minimum energi telah terpenuhi; dan/atau
b. Gangguan pada sarana dan prasarana energi telah dipulihkan
2) Ditetapkan dengan Keputusan Menteri setelah mendapat rekomendasi Dewan Energi Nasional
KONDISI NASIONAL (PASAL 19)
1) Krisis Energi dan/atau darurat energi berakhir apabila fungsi pemerintahan, kehidupan sosial masyarakat,
dan/atau kegiatan perekonomian telah pulih
2) Ditetapkan dengan Keputusan Presiden sesuai laporan dari Menteri berdasarkan rekomendasi Dewan Energi
Nasional
DEWAN ENERGI NASIONAL
13
Substansi R-Permen ESDMKriteria Krisis Energi dan/atau Darurat Energi dan
Tata Cara Tindakan Penanggulangan
DEWAN ENERGI NASIONAL
14
KRITERIA KRISIS BBM1) Dasar pertimbangan penetapan meliputi:a. Cadangan operasional BBM pada terminal BBM dapat memenuhi kebutuhan normal pasokan BBM
dengan ketahanan stok (coverage days) rata-rata hanya selama 3 (tiga) hari di suatu wilayahdistribusi niaga BBM yang terjadi selama 10 (sepuluh) hari berturut-turut dan diperkirakan tidakdapat memenuhi kebutuhan normal pasokan BBM selama 1 (satu) bulan ke depan; atau
b. Dalam hal ketahanan stok rata-rata sebagaimana dimaksud pada huruf a mengalami penurunansebelum jangka waktu 10 (sepuluh) hari, yang mengakibatkan tidak dapat dipenuhinya kebutuhannormal pasokan BBM dan diperkirakan tidak dapat memenuhi kebutuhan nasional pasokan BBMsampai dengan selama 1 (satu) bulan kedepan.
2) Dasar Penetapan:apabila pemenuhan Cadangan Operasional minimum BBM diperkirakan tidak terpenuhi dan tidaktertanggulangi oleh Badan Usaha dalam waktu 1 (satu) bulan ke depan
Produksi crude
Impor Crude
Kilang BBM
Impor BBM
Moda transportasi BBM
Terminal BBM
Utama
Terminal BBM
Akhir
Ketahanan Stok BBMKonsumen
DEWAN ENERGI NASIONAL
15
KRITERIA DARURAT BBM
1) Dasar pertimbangan penetapan meliputi:a. Pasokan BBM terganggu karena kondisi kahar (force majeure), gangguan sumber pasokan BBM
dan/atau minyak bumi baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri, dan/atau gangguankeamanan atau kecelakaan teknis atau keadaan tertentu yang mendesak, yang mengakibatkangangguan pada sarana dan/atau prasarana BBM; dan
b. penanganan gangguan Pasokan BBM mengalami kesulitan sehingga penyaluran Pasokan BBM keTerminal BBM diperkirakan terputus selama lebih dari 3 (tiga) hari dari rencana jadwal pasokanpada suatu Wilayah Distribusi Niaga BBM.
2) Dasar Penetapan:apabila gangguan pada sarana dan/atau prasarana BBM sebagaimana dimaksud pada ayat (1)tidak dapat dipulihkan oleh Badan Usaha dalam waktu lebih dari 1 (satu) bulan
DEWAN ENERGI NASIONAL
16
KRITERIA KRISIS TENAGA LISTRIK1) Dasar pertimbangan penetapan meliputi:a. kondisi kontinjensi menunjukkan bahwa sistem tidak aman (tidak memenuhi kriteria operasional sistem) yang
sesuai dengan ketentuan dalam aturan operasi sebagaimana ditetapkan dalam Aturan Jaringan Sistem TenagaListrik pada suatu sistem setempat, meliputi:
1. Marjin Cadangan Operasi (reserve margin) lebih rendah dari batas minimum yang ditetapkan oleh Pemerintahpada suatu Sistem Setempat.
2. tingkat pembebanan di semua peralatan jaringan transmisi dan gardu induk diluar batas kondisi normal untuksemua single contingency gangguan peralatan;
b. terjadi pemadaman akibat pengurangan beban (load curtailment) selama 3 (tiga) hari berturut-turut dandiperkirakan pemadaman akan terus berlanjut lebih dari 30 hari pada suatu Sistem Setempat; dan
c. berdasarkan rencana penambahan pasokan maupun penyaluran dari pengoperasian infrastruktur baru dan/atausumber lainnya, tidak dapat memenuhi kebutuhan pasokan pada suatu sistem setempat dalam waktu 6 (enam)bulan ke depan;
2) Dasar Penetapan:apabila pemenuhan cadangan operasional daya mampu tenaga diperkirakan tidak terpenuhi dan tidak tertanggulangidalam 1 (satu) tahun ke depan untuk memenuhi kebutuhan pasokan pada suatu sistem setempat.
Pembangkit Listrik Trafo GI
20/150 kV Jaringan Transmisi
150kV
Konsumen Industri
Trafo GI
150/20 kV Jaringan Distribusi Konsumen
DEWAN ENERGI NASIONAL
17
KRITERIA DARURAT TENAGA LISTRIK
1) Dasar pertimbangan penetapan meliputi:a. pasokan listrik ke konsumen terganggu yang mengakibatkan pemadaman parsial atau blackout
karena keadaan kahar (force majeure), gangguan sumber pasokan bahan bakar baik dari dalamnegeri maupun dari luar negeri secara insidental, dan/atau gangguan keamanan atau kecelakaanteknis atau keadaan tertentu yang mendesak, yang mengakibatkan gangguan pada sarana dan/atauprasarana Tenaga Listrik; dan
b. penanganan gangguan pasokan listrik mengalami kesulitan sehingga diperkirakan tidak dapatteratasi dan terjadi pemadaman sampai dengan 30 (tiga puluh) hari ke depan.
2) Dasar Penetapan:apabila gangguan pada sarana dan/atau prasarana Tenaga Listrik tidak dapat dipulihkan oleh BadanUsaha dalam waktu 3 (tiga) bulan ke depan.
DEWAN ENERGI NASIONAL
18
KRITERIA KRISIS LPG
1) Dasar pertimbangan penetapan meliputi:a. Cadangan operasional LPG pada sistem depot/Terminal LPG dapat memenuhi kebutuhan normal
pasokan LPG dengan ketahanan stok (coverage days) rata-rata hanya selama 1 (satu) hari di suatuwilayah distribusi LPG dan terjadi selama 10 (sepuluh) hari berturut-turut dan diperkirakan tidakdapat memenuhi kebutuhan normal pasokan LPG selama 1 (satu) bulan ke depan; atau
b. Dalam hal ketahanan stok rata-rata sebagaimana dimaksud pada butir a mengalami penurunansebelum jangka waktu 10 (sepuluh) hari yang mengakibatkan tidak dapat dipenuhinya kebutuhannormal pasokan LPG dan diperkirakan tidak dapat dipulihkan sampai dengan 1 (satu) bulankedepan.
2) Dasar Penetapan:apabila pemenuhan Cadangan Operasional minimum LPG diperkirakan tidak terpenuhi dan tidaktertanggulangi oleh Badan Usaha dalam waktu 1 (satu) bulan ke depan.
Kilang LPG
Floating Storage
Kilang BBM Moda transportasi LPG
Impor LPGDepot LPG
Terminal LPG
Konsumen
DEWAN ENERGI NASIONAL
19
KRITERIA DARURAT LPG
1) Dasar pertimbangan penetapan meliputi:a. Pasokan LPG terganggu karena kondisi kahar (force majeure), gangguan sumber pasokan LPG baik
dari dalam negeri maupun dari luar negeri, dan/atau gangguan keamanan atau kecelakaan teknisatau keadaan tertentu yang mendesak, yang mengakibatkan gangguan pada sarana dan/atauprasarana LPG; dan
b. penanganan gangguan Pasokan LPG mengalami kesulitan sehingga penyaluran Pasokan LPG keDepot/Terminal LPG diperkirakan terputus selama lebih dari 3 (tiga) hari dari rencana jadwalpasokan pada suatu Wilayah Distribusi LPG.
2) Dasar Penetapan:apabila gangguan pada sarana dan/atau prasarana LPG sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapatdipulihkan oleh Badan Usaha dalam waktu lebih dari 1 (satu) bulan .
DEWAN ENERGI NASIONAL
20
KRITERIA KRISIS GAS BUMI1) Dasar pertimbangan penetapan meliputi:a. berkurangnya sejumlah volume dan tekanan Gas Bumi tertentu yang disalurkan dari sumber Pasokan Gas Bumi
sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan normal pasokan gas bumi selama 10 (sepuluh) hari berturut-turutdan diperkirakan tidak dapat memenuhi selama 1 (satu) bulan di suatu wilayah distribusi setempat.
b. berdasarkan rencana penambahan pasokan dari pengoperasian infrastruktur baru dan/atau sumber lainnya,tidak dapat memenuhi kebutuhan pasokan pada suatu wilayah distribusi setempat dalam waktu 6 (enam) bulanke depan;
c. Dalam hal volume dan tekanan gas bumi rata-rata sebagaimana dimaksud pada butir a mengalami penurunansebelum jangka waktu 10 (sepuluh) hari yang mengakibatkan tidak dapat dipenuhinya kebutuhan normalPelanggan Gas Bumi dan diperkirakan tidak dapat dipulihkan sampai dengan 1 (satu) bulan ke depan sertamempertimbangkan huruf b pada ayat (1).
2) Dasar Penetapan:apabila pemenuhan kebutuhan minimum pelanggan Gas Bumi diperkirakan tidak terpenuhi dan tidak tertanggulangioleh Badan Usaha dalam 6 (enam) bulan ke depan.
Pipa Transmisi
Offtake Station
Pipa DistribusiKonsumenSumur Gas Bumi
LNG CarrierFSRU
Kilang LNG
DEWAN ENERGI NASIONAL
21
KRITERIA DARURAT GAS BUMI
1) Dasar pertimbangan penetapan meliputi:a. pasokan Gas Bumi terganggu yang mengakibatkan berkurangnya volume dan tekanan gas bumi
karena keadaan kahar (force majeure), gangguan sumber pasokan gas bumi secara insidental,dan/atau gangguan keamanan atau kecelakaan teknis atau keadaan tertentu yang mendesak, yangmengakibatkan gangguan pada sarana dan/atau prasarana Gas Bumi; dan
b. penanganan gangguan Pasokan Gas Bumi mengalami kesulitan sehingga diperkirakan penyaluranPasokan Gas Bumi dari sumber gas terputus lebih dari 3 (tiga) hari pada suatu Wilayah DistribusiGas Bumi setempat.
2) Dasar Penetapan:apabila perbaikan kerusakan sarana dan/atau prasarana Gas tidak dapat dipulihkan oleh Badan Usahadalam waktu 3 (tiga) bulan ke depan.
DEWAN ENERGI NASIONAL
22
TERIMA KASIH