panduan pengelolaanhabitatbadak jawa · pdf filemendapat prioritas utama untuk diselamatkan...

15
Media KonservasiEdisiKhusus, 1997 : Hal.i - 15 PANDUANPENGELOLAAN HABITAT BADAKJAWA (Rhinoceros sondaicus Desmarest 1822) DI TAMANNASIONALUJUNGKULON'> TIM PENELITIBADAK,JKSFIFAHUTANIPB 2> I . PENDAHULUAN BadakJawa (Rhinoceros sondaicus) merupakan spesiessatwa liaryang sangatlangkadidunia,bahkan beberapapenelitimenyaakanbahwaBadakJawa merupakanmamaliaterlangkadidunia,dengan populasi kurangdari 100 ekor.Padasaatini,penyebaranBadak JawadiduniaterbatasdiTamanNasionalUjungKulon, JawaBaratdenganpopulasi yang relatifkecil (51-67 ekor, data tahun 1996), di Vietnam(7-9 ekor),serta kemungkinanterdapatdi Laos danKamboja .Populasi BadakJawadiTamanNasionalUjungKulonmerupakan satu-satunyapopulasi yang dianggap paling viabel (viable) dansecarapotensialdapatdiselamatkandari kepunahan. BadakJawatermasuksalahsatujenissatwalangka yang dilindungiUndang-Undangdi Indonesiaserta termasukdalamdaftarBukuMerah (RedDataBook) yang dikeluarkanoleh IUCN (InternationalUnionFor ConservationofNatureandNaturalResources) tahun 1978 dengankategori " genting" (Endangered) dan mendapatprioritasutamauntukdiselamatkandari ancamankepunahan .Populasikecil yang hanyaterdapat disatuarealmemilikiresikokepunahan yang tinggi . Dengandemikian,upayauntukmenemukantingkat populasiBadakJawa yang menjaminkelestarianeksis- tensinyadalamjangkapanjangmerupakansalahsatu prioritastertinggi program konservasidi Indonesia . Secaraalami,BadakJawatidakakanmampu mempertahankaneksistensinyadalamjangkapanjang dandinilaisangatrawanterhadapterjadinyabencana alam,penyakitatauperburuan .Tanpatindakan pengelolaan yang tepatdandirencanakansecaramatang untukjangkapanjang,populasiBadakJawaakan mengalamikepunahan .Selainitu,dinamikaekosistem alamdi habitat BadakJawadidugaakanmemberikan pengaruhnegatifterhadapeksistensipopulasinya . Salahsatumasalahutama yang berkaitanerat dengansintasan (survival) badakJawaadalah penyebaran yang tidakmeratadarijenisjenistumbuhan yang menjadisumberpakannya .Tindakanmanajemen yang perludilakukangunamempertahankankelestarian badakJawaadalahmeningkatkandayadukung habitatnyamelaluikegiatanperbaikan habitat Penelitian yang telahberlangsungsejaktahun 1991/.1992 ini diarahkanuntukmengisicelah data dasar yang tersedia danmerumuskanalternatifteknikperbaikan habitat badakJawa .Padatahun 1994-1995 telahdibuka 3 (tiga) buah plot percontohandengan hras masing-masing 1 (satu)hektar.Ketiga plot percontohantersebutmewakili tigakategorikesesuaian habitat untukbadakJawa,yakni : sangatsesuai(Cibandawoh),sesuai(Cijengkol)dantidak sesuai(Cigenter) .Berdasarkanhasilpengamatanpada plot-plotpercobaantersebut,didukunghasil-hasil penelitiansebelumnya,disusunPanduanPengelolaan Habitat BadakJawadiTamanNasionalUjungKulon gunamelengkapi Program AksiKonservasiBadakJawa (Rhinoceros sondaicus) secarainsitu . II .PENGERTIANDANBATASAN 2.1 . Pengertian Habitat Dalamhidupnya,satwa liar membutuhkanpakan, air dantempatberlindungdariteriknyapanasmatahari danpemangsasertatempatuntukbersarang,beristirahat danmemeliharaanaknya .Seluruhkebutuhantersebut diperolehnyadarilingkunganatau habitat dimanasatwa liar hidupdanberkembangbiak .Suatu habitatyang baik akanmenyediakanseluruhkebutuhansatwa liar untuk hidupdanberkembang-biaksecara normal, sehingga menjaminkelestariannyadalamjangkapanjang . Dilihatdarikomposisinyadialam, habitat satwa liar terdiridari 3komponen utama yang satusama lain salingberkaitan,yaitu : Habitat adalahsuatulingkungandengankondisitertentu dimanasuatuspesiesataukomunitashidup . Habitatyang baikakanmendukungperkembangbiakan organisme yang hidupdidalamnyasecara normal . Habitat memilikikapasitastertentuuntukmendukung pertumbuhanpopulasisuatuorganisme .Kapasitas optimum habitat untukmendukungpopulasisuatuorganismedisebut dayadukung habitat . iMakalahUtama, Workshop PanduanPengelolaan Habitat BadakJawa (Rhinoceros sondaicus) diTamanNasional Uung Kulon .FakultasKehutananIPB .Bogor , 18 Maret 1997 . TimPeneliti Badak,JurusanKonservasiSumberdayaHutan .FakultasKehutananIPB .

Upload: voque

Post on 26-Feb-2018

219 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: PANDUAN PENGELOLAANHABITATBADAK JAWA · PDF filemendapat prioritas utama untuk diselamatkan dari ... alam, penyakit atau ... jenis tertentu yang diinginkan Dalam batas daya dukung

Media Konservasi Edisi Khusus, 1997 : Hal. i - 15

PANDUAN PENGELOLAAN HABITAT BADAK JAWA(Rhinoceros sondaicus Desmarest 1822)

DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON'>

TIM PENELITI BADAK, JKSFI FAHUTAN IPB2>

I . PENDAHULUAN

Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) merupakanspesies satwa liar yang sangat langka di dunia, bahkanbeberapa peneliti menyaakan bahwa Badak Jawamerupakan mamalia terlangka di dunia, dengan populasikurang dari 100 ekor. Pada saat ini, penyebaran BadakJawa di dunia terbatas di Taman Nasional Ujung Kulon,Jawa Barat dengan populasi yang relatif kecil (51-67ekor, data tahun 1996), di Vietnam (7-9 ekor), sertakemungkinan terdapat di Laos dan Kamboja. PopulasiBadak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon merupakansatu-satunya populasi yang dianggap paling viabel(viable) dan secara potensial dapat diselamatkan darikepunahan.

Badak Jawa termasuk salah satu jenis satwa langkayang dilindungi Undang-Undang di Indonesia sertatermasuk dalam daftar Buku Merah (Red Data Book)yang dikeluarkan oleh IUCN (International Union ForConservation of Nature and Natural Resources) tahun1978 dengan kategori "genting" (Endangered) danmendapat prioritas utama untuk diselamatkan dariancaman kepunahan . Populasi kecil yang hanya terdapatdi satu areal memiliki resiko kepunahan yang tinggi .Dengan demikian, upaya untuk menemukan tingkatpopulasi Badak Jawa yang menjamin kelestarian eksis-tensinya dalam jangka panjang merupakan salah satuprioritas tertinggi program konservasi di Indonesia .

Secara alami, Badak Jawa tidak akan mampumempertahankan eksistensinya dalam jangka panjangdan dinilai sangat rawan terhadap terjadinya bencanaalam, penyakit atau perburuan . Tanpa tindakanpengelolaan yang tepat dan direncanakan secara matanguntuk jangka panjang, populasi Badak Jawa akanmengalami kepunahan . Selain itu, dinamika ekosistemalam di habitat Badak Jawa diduga akan memberikanpengaruh negatif terhadap eksistensi populasinya .

Salah satu masalah utama yang berkaitan eratdengan sintasan (survival) badak Jawa adalahpenyebaran yang tidak merata dari jenis jenis tumbuhanyang menjadi sumber pakannya. Tindakan manajemen

yang perlu dilakukan guna mempertahankan kelestarianbadak Jawa adalah meningkatkan daya dukunghabitatnya melalui kegiatan perbaikan habitat Penelitianyang telah berlangsung sejak tahun 1991/.1992 inidiarahkan untuk mengisi celah data dasar yang tersediadan merumuskan alternatif teknik perbaikan habitatbadak Jawa . Pada tahun 1994-1995 telah dibuka 3 (tiga)buah plot percontohan dengan hras masing-masing 1(satu) hektar. Ketiga plotpercontohan tersebut mewakilitiga kategori kesesuaian habitat untuk badak Jawa, yakni :sangat sesuai (Cibandawoh), sesuai (Cijengkol) dan tidaksesuai (Cigenter). Berdasarkan hasil pengamatan padaplot-plot percobaan tersebut, didukung hasil-hasilpenelitian sebelumnya, disusun Panduan PengelolaanHabitat Badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulonguna melengkapi Program Aksi Konservasi Badak Jawa(Rhinoceros sondaicus) secara insitu .

II . PENGERTIAN DAN BATASAN

2.1 . Pengertian Habitat

Dalam hidupnya, satwa liar membutuhkan pakan,air dan tempat berlindung dari teriknya panas mataharidan pemangsa serta tempat untuk bersarang, beristirahatdan memelihara anaknya . Seluruh kebutuhan tersebutdiperolehnya dari lingkungan atau habitat dimana satwaliar hidup dan berkembangbiak . Suatu habitat yang baikakan menyediakan seluruh kebutuhan satwa liar untukhidup dan berkembang-biak secara normal, sehinggamenjamin kelestariannya dalam jangka panjang .

Dilihat dari komposisinya di alam, habitat satwaliar terdiri dari 3 komponen utama yang satu sama lainsaling berkaitan, yaitu :

Habitat adalah suatu lingkungan dengan kondisi tertentudimana suatu spesies atau komunitas hidup .Habitat yang baik akan mendukung perkembangbiakanorganisme yang hidup di dalamnya secara normal .

Habitat memiliki kapasitas tertentu untuk mendukungpertumbuhan populasi suatu organisme . Kapasitas optimumhabitat untuk mendukung populasi suatu organisme disebutdaya dukung habitat .

i Makalah Utama, Workshop Panduan Pengelolaan Habitat Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) di Taman Nasional Uung

Kulon. Fakultas Kehutanan IPB . Bogor , 18 Maret 1997 .Tim Peneliti Badak, Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan . Fakultas Kehutanan IPB .

Page 2: PANDUAN PENGELOLAANHABITATBADAK JAWA · PDF filemendapat prioritas utama untuk diselamatkan dari ... alam, penyakit atau ... jenis tertentu yang diinginkan Dalam batas daya dukung

1 . Komponenbiotik, meliputi : vegetasi (masyarakattumbuhan), satwa liar lain dan organisme mikro .

2 . Komponenfisik, meliputi : air, tanah, iklim, topografidan tata guna lahan yang dipengaruhi oleh aktivitasmanusia .

3 . Komponenkimia, meliputi seluruh unsur kimia yangterkandung dalam komponen biotik maupun kom-ponen fisik di atas .

Secara fungsional, seluruh komponen habitat diatas menyediakan pakan, air dan tempat berlindung bagisatwa liar. Jumlah dan kualitas ketiga sumberdaya fung-sional tersebut (pakan, air dan tempat berlindung) akanmembatasi kemampuan habitat untuk mendukung popu-lasi satwa liar. Betapapun banyaknya pakan dan tempatberlindung di suatu habitat, tetapi bila tidak tersedia airyang cukup, maka satwa liar tidak akan hidup danberkembangbiak secara normal di habitat tersebut .Selain itu, posisi atau letak dan kondisi fisik habitat akanmenentukan daya jangkau satwa liar untuk memanfaat-kan ketiga sumberdaya fungsional di atas . Pakan yangtersedia melimpah tetapi tidak dapat dijangkau olehsatwa liar tidak akan dapat dimanfaatkan olehnya .Sumberdaya fungsional habitat dalam hubungannyadengan tata letak sumberdaya tersebut di dalam ruangyang secara efektif akan membatasi ketersediaannya .

Komponen fisik habitat (iklim, topografi, tanahdan air) akan menentukan kondisi fisik habitat yangmerupakan faktor pembatas bagi ketersediaan komponenbiotik di habitat tersebut. Di lingkungan dengan kondisifisik yang ekstrim, seperti di kutub (terlalu dingin) ataupadang pasir (terlalu kering dan panas), aktivitas biologirelatif kurang berkembang, sedangkan di lingkunganyang kondisi fisiknya sesuai, seperti di daerah tropik,aktivitas biologi berkembang dengan baik . Melaluiproses interaksi dalam ekosistem, habitat secara efektifakan membatasi pertumbuhan populasi satwa liar.Kapasitas optimum suatu habitat untuk mendukungpopulasi satwa liar tertentu disebut dengan daya dukunghabitat.

Lebih dari satu jenis satwa liar dapat hidup dalamhabitat yang sama dan memanfaatkan sumberdaya yangsama. Apabila ketersediaan sumberdaya terbatas makaakan terjadi persaingan, baik persaingan antara individu-indvidu dalam spesies yang sama maupun antar spesies .Persaingan dapat terjadi secara langsung, dimana spesiesyang bersaing berinteraksi dalam memanfaatkansumberdaya yang sama. Persaingan juga dapat terjadisecara tidak langsung dimana spesies yang bersaing tidakberinteraksi tetapi terjadi pemanfaatan sumberdaya yangsama dalam waktu yang berbeda atau pemanfaatan suatusumberdaya oleh suatu spesies mengganggu ketersediaansumberdaya lain yang dimanfaatkan spesies pesaingnya .Terdapat kecenderungan alamiah bagi berbagai satwa

liar yang hidup di habitat yang sama untuk menghindariterjadinya persaingan, meskipun dalam kenyataannyapersaingan tetap terjadi .

Setiap jenis satwa liar menernpati lingkungan ter-tentu dan aktif pada waktu yang berbeda-beda di dalamhabitatnya . Ada kelompok satwa liar yang sepanjanghidupnya tinggal di tajuk hutan, namun ada kelompoksatwa liar yang sepanjang hidupnya tinggal di atas tanah.Setiap jenis satwa liar memanfaatkan sumberdayatertentu di dalam habitatnya secara dinamik ; ada jenispakan yang sangat disukai dan ada jenis pakan yanghanya dimanfaatkan pada saat tertentu . Badak Jawa(Rhinoceros sondaicus) di TN Ujung Kulon sangatmenyukai beberapa jenis tumbuhan pakan, yaitu :kedondong hutan (Spondias pinnata), segel (Dilleniaexcelsa), sulangkar (Leea sambucina) dan tepus(Amomum spp.), namun pada saat-saat tertentu badakJawa juga mengkonsumsi bangban (Donaxcannaeformis) yang sebelumnya tidak pernah tercatatsebagai pakan badak Jawa . Beberapa jenis satwa liarjuga mengkonsumsi garam mineral, baik yangterkandung dalam tanah maupun air. Banteng (Bosjavanicus) di TN Ujung Kulon mengkonsumsi garammineral dari air laut atau air payau.

Sebagian komponen habitat dapat dikelola untukmeningkatkan kualitas habitat bagi satwa liar tertentu(vegetasi, satwa liar lain, tata guna lahan, tanah danair), namun sebagian lainnya tidak dapat dikelola (iklimwilayah dan topografi) . Pengelolaan tanah dan airrelatiflebih sulit dan memerlukan biaya relatif lebih mahal .Perlu disadari bahwa komponen habitat saling berkaitandan perubahan satu komponen akan menyebabkanperubahan terhadap komponen lainnya . Untuk itu dalampengelolaan habitat diperlukan pendekatan holistikdimana pengelolaan harus mempertimbangkan habitatsebagai kesatuan ekosistem yang komponen-komponen-nya saling berkaitan.

2 .2. Ruang Lingkup Pengelolaan Satwa Liar

Pengelolaan satwa liar adalah ilmu dan seni dalammengendalikan (memanipulasi) karakteristik habitat danpopulasi satwa liar serta aktivitas manusia untuk mencapaitujuan yang diinginkan .

Secara umum tujuan pengelolaan satwa liar adalah :•

Mempertahankan keanekaragaman spesies, misalnya :pengelolaan satwa liar di kawasan Taman Nasional UjungKulon .

Memanfaatkan jenis satwa liar terntentu secara berkelanjutan,misalnya : memproduksi daging rusa melalui penangkaran .

Untuk dapat melakukan pengelolaan satwa liar diperlukanpengetahuan mengenai biologi, ekologi dan perilaku satwaliar.

Secara garis besar, pengelolaan satwa liar meliputipengelolaan populasi dan pengelolaanhabitat .

Page 3: PANDUAN PENGELOLAANHABITATBADAK JAWA · PDF filemendapat prioritas utama untuk diselamatkan dari ... alam, penyakit atau ... jenis tertentu yang diinginkan Dalam batas daya dukung

Media Konservasi Edisi Khusus, 1997

Satwa liar hidup di alam dan berinteraksi denganlingkungannya atau habitatnya, balk komponen biotikmaupun abiotik. Interaksi antara satwa liar danlingkungannya disebut dengan ekologi satwa liar yangmerupakan dasar bagi pengelolaannya. Adanya interaksitersebut menunjukkan bahwa,kondisi lingkunganmempengaruhi jumlah, (populasi) satwa liar, sebaliknyasatwa liarjuga mempengaruhi kondisi lingkungannya .Kondisi lingkungan yang sehat akan mendukungpertumbuhan populasi satwa liar hingga mencapai batasmaksimum kemampuannya . Kemampuan maksimumdari suatu lingkungan atau habitat untuk mendukungpopulasi satwa liar disebut sebagai daya dukunghabitat.

Pengelolaan populasi

Mengendalikanpopulasi satwa liar

untuk mencapai tujuanyang diinginkan

ilmu & semi dalam

I

PENGELOLAAN SATWA LIAR

Pengelolaan Habitat

mengendalikankarakteristik habitatuntuk memproduksijenis tertentu yang

diinginkan

Dalam batas daya dukung suatu habitat, populasi satwaliar cenderung stabil dari waktu ke waktu, meskipunpada kenyataannya populasi tersebut berfluktuasi naik-tunm di sekitar batas daya dukung tersebut .

Populasi satwa liar di alam dapat naik, turun, ataustabil . Faktor-faktor yang mempengaruhi naik-turunnyapopulasi satwa liar tersebut adalah kelahiran (natalitas) ,kematian (mortalitas), imigrasi dan emigrasi . Naik-turunnya populasi satwa liar juga dipengaruhi olehfaktor-faktor ekologis di habitatnya, yaitu : ketersediaanpakan dan air, tempat berlindung, perubahan vegetasi,fluktuasi iklim, pemangsaan, penyakit dan bencanaalam. Selain itu, aktivitas manusia juga berpengaruh

mempertahankankeanekaragaman

jenis

mempertahankanjumlah jenis asli

sebanyak-banyaknya dihabitat yang dikelola

Itujuan

I

menjamin agar seluruhjenis asli dapat

dilestarikan dalamjumlah yang memadai .Semua spesies penting

dipertimbangkankelestariannya

Iproses

1mengendalikan vegetasiagar setiap tingkatanvegetasi dapat diper-tahankan di habitat

tersebut Pengendalianpopulasi satwa liar dapatdilakukan untuk mengu-rangi tingkat persaingan

dan pemangsaan

mempunvai 2 sasaran

I

Gambar 1 . Ruang lingkup, sasaran, tujuan dan proses pengelolaan satwa liar

memproduksi jenistertentu

memproduksi jenistertentu untuk tujuantertentu, baik tujuanekologi maupun

ekonomi

Itujuan

memproduksi jenistertentu dalam jumlah

yang diinginkan .Produksi individu jenistersebut merupakan hal

terpenting

proses

mengendalikanvegetasi dan populasisatwa liar agar faktor

pembatas bagipertumbuhan populasiyang ingin diproduksi

dapat dikurangi

Page 4: PANDUAN PENGELOLAANHABITATBADAK JAWA · PDF filemendapat prioritas utama untuk diselamatkan dari ... alam, penyakit atau ... jenis tertentu yang diinginkan Dalam batas daya dukung

4

nyata terhadap populasi satwa liar, antara lain : per-buruan, peruaakan habitat dan kebakaran .

Pengelolaan satwa liar mencakup seluruh upayauntuk mengendalikan populasi dan habitat satwa liar,serta aktivitas manusia yang mempengaruhinya, gunamencapai tujuan yang diinginkan . Gambar 1 di atasmenunjukkan ruang lingkup, sasaran pengelolaan satwaliar, tujuan dan proses dalam pengelolaan satwa liar.

Pengelolaan populasi dan pengelolaan habitatsatwa liar membutuhkan data mengenai biologi, ekologidan perilaku satwa liar Yang cukup lengkap, antara lain :jumlah atau kepadatan populasi, struktur umur, nisbahseks. kemampuan reproduksi . tingkat persaingan danpemangsaan, ketersediaan pakan dan air, kondisi habi-tat, perilaku makan, wilayah jelajah, teritori dan perilakulainnya. Dalam pengelolaan satwa liar, inventarisasidan sensus populasi serta analisis dan evaluasi habitatmerupakan data dasar yang sangat penting .

2.3 . Pelaksanaan Pengelolaan Satwa Liar

Di habitat alamnya, tidak semua jenis satwa liarperlu dikelola . Pada umumnya, pengelolaan untuktujuan mempertahankan jenis dilakukan dengan men-jaga agar tidak terjadi gangguan yang berlebihan terha-dap habitat satwa liar tersebut. Pengelolaan satwa liardi dalam kawasan konservasi umumnya mengacu padaprinsip ini . Pengelolaan untuk memproduksi jenistertentu umumnya dilakukan secara lebih intensif,tergantung dari tujuan yang diinginkan. Pengelolaansatwa liar untuk tujuan memproduksi satwa buruumumnya dilakukan dengan mengelola habitat secaraintensif dan mengatur struktur umur untuk menetapkanjatah buruan.

Tahapan dalam pengelolaan satwa liar adalahmengidentifikasi permasalahan yang ada denganmempelajari gejala yang dapat dikenali di alam . Gejalayang dapat diamati umumnya berkaitan dengan kondisihabitat dan populasi . Contoh gejala perubahan habitatyang menarik adalah terjadinya invasi Langkap (Arengaobtusifolia) di Taman Nasional Ujung Kulon . InvasiLangkap dapat menyebabkan degradasi habitat berbagaijenis satwa liar yang memanfaatkan jenis jenistumbuhan pionir sebagai pakannya. Dalam hal ini invasiLangkap adalah gejala terjadinya permasalahanpengelolaan satwa liar di Ujung Kulon . Untukmenangkap gejala-gejala pengelolaan satwa liar diperlu-kan data lapang yang memadai. Dengan demikian,dukungan para petugas lapangan sangat diperlukan demitercapainya tujuan pengelolaan satwa liar. Gambar 2menunjukkan langkah-langkah penting dalam penge-lolaan satwa liar .

Gejala lain yang dapat diamati adalah dari kondisipopulasi atau kelimpahan satwa liar. Data inventarisasi

MASALAH

Dilakukan olehpetugas Iapangan

tanda-tanda dangejala

DIAGNOSAterhadap

faktor faktorPENYEBAB

perencanaantindakan

pengelolaan

masukan pakar

pelaksanaanpengelolaan

J

Dilakukan olehpengelola atas

Dilakukan olehpengelola

Gambar 2 . Tahapan dalam pelaksanaan pengelolaansatwa liar

dan sensus yang dilaksanakan secara teratur akan sangatbermanfaat bagi pengelola kawasan dalam mengambilkeputusan pengelolaan satwa liar. Hasil inventarisasiBadak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon yang dilak-sanakan sejak tahun 1967 hingga sekarang dan meng-gunakan metode yang sama merupakan pengamatangejala yang sangat baik bagi pengelolaan satwa tersebut(Gambar 3) . Dari data tersebut terdapat indikasi bahwapopulasi Badak Jawa mungkin sudah mencapai batasdaya dukung Ujung Kulon untuk menampungnya ataukemungkinan terjadi kemerosotaii kondisi habitat . Halini perlu dipelajari lebih lanjtit'melalui kegiatan peneli-tian yang berencana guna mengetahui faktor-faktorpenyebabnya .

Kadang-kadang gejala ketidakseimbangan antarakondisi populasi dan habitat dapat dikenali dengan jelas .misalnya : penurunan populasi secara drastis diketahuidengan semakin jarangnya satwa liar tersebut ditmukan

Page 5: PANDUAN PENGELOLAANHABITATBADAK JAWA · PDF filemendapat prioritas utama untuk diselamatkan dari ... alam, penyakit atau ... jenis tertentu yang diinginkan Dalam batas daya dukung

Media Konservasi Edisi Khusus, 1997

oleh petugas ; kenrsakan habitat akibat kebakaran hutandsb. Gejala ini akan mudah diketahui bila petugaslapangan melakukan catatan harian mengenai hal-halyang diamatinya setiap patroli dan membuat laporanyang berstruktur mengenai catatan harian tersebut .

Perencanaan pengelolaan satwa liar memerlukandata yang lengkap mengenai kebutuhan hidup danperilaku satwa liar. Kebutuhan hidup yang utama adalahruang yang cukup dan memiliki ketersediaan pakan, airdan tempat berlindung . Data mengenai kondisi pakan,air dan tempat berlindung dikumpulkan melalui analisisdan evaluasi habitat . Hal penting yang harusdisimpulkan dalam analisis dan evaluasi habitat adalahkondisi komponen habitat dan komponen mana yangmenjadi faktor pembatas kehidupan satwa liar, sertaseberapa penting faktor tersebut mempengaruhikehidupan satwa liar. Berdasarkan data populasi, datahabitat dan data perilaku, perencanaan pengelolaansatwaliar akan dapat dimmuskan secara tajam dan dapatditerapkan di lapangan.

Perilaku satwa liar membutuhkan pengamatankhusus. Perilaku terjadi karena faktor dari dalam,misalnya: rasa lapar menyebabkan satwa liar untukmencari makan, dan karena faktor luar, misalnya :karena gangguan pengunjung satwa liar berpindahtempat . Perilaku bergerak pindah yang cenderung tetappada Badak Jawa akan sangat berguna dalarnmenentukan lokasi-lokasi yang perlu dikelola untukmenyediakan kebutuhannya akan pakan, sertamenentukan tempat-tempat yang dapat dikunjungiwisatawan di TN Ujung Kulon. Pengetahuan mengenaiperilaku ini juga penting untuk merencanakan teknikinventarisasi dan sensus yang baik untuk dilakukan .

4

4~irf.P:

AD

Jun ahWpulasi

Perilaku yang dipengaruhi faktor luar (lingkungan/habitat) sangat berguna untuk merencanakanpengelolaan satwa liar. Perubahan kondisi habitat yangserius akan selalu diikuti dengan perubahan perilakusatwa liar. Dengan pemantauan yang teratur, dataperilaku akan memberikan informasi mengenai gejalayang penting diperhatikan dalam pengelolaan satwa liar.

Perencanaan yang baik perlu didukung denganpeta-peta yang akurat dan dievaluasi setiap tahun,terutama peta topografi/fisiografi, peta tanah, petahidrologi dan peta vegetasi . Meskipun sudah cukup tua(1987), TN Ujung Kulon memiliki peta EkologiPeanapan (Landscape Ecology) yang merupakankombinasi antara peta fisiografi, tanah dan vegetasi .Peta tersebut dibuat oleh Hommel pada tahun 1987dan didasarkan pada peta foto udara tahun 1981 . PetaEkologi Peanapan tersebut sangat bagus untukdigunakan sebagai peta dasar pengelolaan satwa di TNUjung Kulon, namun mengingat tahun dibuatnya, petatersebut perlu dievaluasi secara mendalam. Penggunaanalat-alat canggih seperti GPS dan komputer sudahsaatnya dipertimbangkan untuk membantu pelaksanaanpengelolaan satwa liar. Perencanaan juga harusmempertimbangkan organisasi pelaksanaan serta biayadan waktu yang diperlukan dalam pelaksanaan tersebut .

Pengamatan terhadap faktor-faktor pendukungyang secara langsung maupun tidak langsungberpengaruh terhadap satwa liar, seperti kesuburan tanahdan iklim mikro juga penting untuk dilakukan .Pengamatan kesuburan tanah dan iklim mikrodiperlukan untuk mengetahui penyebab kemerosotanhabitat, perubahan perilaku satwa liar dan untuhmenetapkan teknik penanaman yang mungkin

1967 1968 1969 1971 1972 1973 1974 1975 1976 1977 1978 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1990 1993 1995 1996

Gambar 3 . .Perkembangan populasi Badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon 1967 s/d 1996

Page 6: PANDUAN PENGELOLAANHABITATBADAK JAWA · PDF filemendapat prioritas utama untuk diselamatkan dari ... alam, penyakit atau ... jenis tertentu yang diinginkan Dalam batas daya dukung

6

diperlukan dalam pengelolaan habitat . Dalam skalapengelolaan taman nasional secara keseluruhan peng-amatan iklim wilayah (iklim makro) juga penting untukdilakukan, khususnya untuk memantau perubahankondisi iklim bulanan dan tahunan . Untuk itu, pemba-ngunan stasiun iklim di dalam kawasan taman nasionalperlu dipertimbangkan .

Pelaksanaan pengelolaan satwa liar membutuhkanpetugas lapangan yang profesional dan memiliki penge-tahuan yang memadai, serta didukung oleh fasilitas yangbaik. Pelaksanaan pengelolaan juga harus mempertim-bangkan kelestarian satwa liar lain yang bukan merupa-kan target pengelolaan. Prinsip bahwa pengelolaan suatujenis satwa liar berarti gangguan bagi habitat danpopulasi jenis lain bukan target perlu dipahami oleh parapengelola kawasan .

Tindakan pengelolaan yang didasarkan atas datadan pengetahuan yang kurang memadai dapat meng-akibatkan hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya :kehilangan habitat bagi jenis tertentu dan bahkanpunahnya jenis lain. Dalam suatu kawasan konservasiseperti TN Ujung Kulon, pengelolaan satwa liarbertujuan untuk mempertahankan keanekaragaman jenisdan melestarikan jenis jenis tertentu yang langka atauterancam punah, seperti Badak Jawa, Banteng dan OwaJawa. Sebagai upaya untuk mempertahankan keaneka-ragaman jenis satwa liar, tindakan pengamanan darikerusakan habitat, perburuan dan aktivitas pengunjungperlu dilakukan, sedangkan pengelolaan jenis jenissatwa liarlangka membutuhkan pendekatan khusus yangmempertimbangkan kelestarian jenis lain. Kegiatanpatroli untuk tujuan pengamanan kawasan dapat dikom-binasikan dengan pemantauan atau pengamatan kondisihabitat, populasi dan perilaku satwa liar yang menjadidasar perencanaan pengelolaan satwa liar.

Evaluasi kegiatan pengelolaan yang telah dilaksa-nakan secara teratur perlu dilakukan untuk menghindar-kan pengaruh negatif yang tidak diinginkan . Kegiatanevaluasi membutuhkan pengamatan di lokasi-lokasidimana kegiatan pengelolaan tersebut dilaksanakan.Untuk kepentingan ini, setiap tindakan pengelolaanharus disertai dengan pemetaan lokasinya secara tepat .Kegiatan pengelolaan habitat Badak Jawa (penebanganLangkap) yang pernah dilakukan oleh Schenkel danRamono pada tahun 1970-an kini sulit dicari kembalilokasinya dan diketahui hasil-hasilnya karena dokumen-tasi peta di Taman Nasional Ujung Kulon yang kurangmemadai . Pemetaan merupakan aspek pendukungpengelolaan satwa liar yang penting.

Evaluasi kegiatan pengelolaanyang telah dilaksa-nakan, melalui pemantauan, juga penting untukmenyusun perencanaan pada periode berikutnya .Apabila praktek pengelolaan ternyata menimbulkandampak negatif yang tidak diinginkan, pengelolakawasan dapat segera mengambil keputusan untukmenanggulanginya dan tidak mengulangi kesalahanyang sama pada periode berikutnya . Apabila kegiatanpengelolaan menunjukkan keberhasilan yang meng-gembirakan, penerapan teknik pengelolaan tersebut dilokasi lain dapat direncanakan tanpa merasa khwatirakan menemui kegagalan .

III. Strategi dan rencana tindakankonservasi badak jawa

Pada tahun 1994, Direktorat Jenderal Perlin-dungan Hutan dan Pelestarian Alam (PHPA) bekeija-sama dengan Yayasan Mitra Rhino telah menerbitkanbuku "Strategi Konservasi Badak Indonesia" . Dokumenini merupakan acuan baku dalam pelaksanaan konser-vasi Badak di Indonesia . Secara garis besar, strategikonservasi Badak Indonesia dan rencana tindakankonservasi Badak Jawa adalah sebagai berikut :

3 .1. Strategi Konservasi Badak

3.1.1 . Sasaran

Menciptakan kondisi yang mendukung kehidupanjangka panjang populasi Badak Jawa (Rhinocerossondaicus) dan Badak Sumatera (Dicerorhinussumatrensis) di alam Indonesia .

3.1.2 . hjuan

Untuk mencapai sasaran tersebut, strategi inibertujuan memantapkan populasi kedua spesies BadakIndonesia dalam jumlah yang aman di seluruh habitatalaminya. Untuk itu perlu dilakukan tindakan-tindakan :a . Perlindungan yang ketat terhadap populasi yang ada

berikut habitat alaminya.b. Mempercepat pertumbuhan populasi yang ada secara

alami dan apabila memungkinkan dilakukantranslokasi badak ke habitat yang aman danmendukung .

c . Memantapkan kembali populasi badak di kawasanyang sesuai dengan habitat alaminya, baik individuyang berasal dari populasi alami maupun dari hasilpenangkaran.

d . Memperkuat program penangkaran sebagai bagiandari upaya pengembangan jumlah populasi melaluiyang kelak di re-introduksi .

Page 7: PANDUAN PENGELOLAANHABITATBADAK JAWA · PDF filemendapat prioritas utama untuk diselamatkan dari ... alam, penyakit atau ... jenis tertentu yang diinginkan Dalam batas daya dukung

Media Konservasi Edisi Khusus, 1997

g .

e. Memperkuat dasar konservasi umum melaluipenyuluhan kepada masyarakat dan pendidikan yangdikombinasikan dengan tindakan penerapan hokumsesuai peraturan perundang-undangan yang berlakusecara konsekuen .

f. Penguasaan pengetahuan yang diperlukan dalampemantauan, pengelolaan dan perlindungan populasibadak dan habitatnya .Menyediakan fasilitas pelatihan bagi mereka yangterlibat dalam pengembangan dan pelaksanaanprogram.

3.1.3 . Strategi

Strategi yang ditempuh untuk mencapai tujuan dansasaran di atas adalah :a. Pelestarian populasi alami dalam jumlah besar (100-

500 individu) untuk menjamin kelangsungan hidup-nya hingga 10 generasi .

b. Peningkatan populasi alami yang ada .

c . Melaksanakan reintroduksi dalam lingkungan alarm

_d . Pengembangan program penangkaran.

e. Peningkatan kepedulian masyarakat dan penegakanhukum .

f. Penelitian dan pelatihan

3.1.4 . Prioritas

3.1.4 .1 . Jangka Pendek

a. Pemeliharaan dan perlindungan suaka badak diIndonesia (konservasi insitu)

b. Mengembangkan dan memantapkan lembaga khususdalam PHPA (unit khusus konservasi badakIndonesia) .

c . Memulai program pendidikan dan kepedulian umumdengan sasaran seluruh lapisan masyarakat .

d . Memperkuat usaha untuk menghentikan perdagang-an gelap cula dan bagian tubuh badak lainnya .

e . Membantu penangkaran Badak Sumatera .

3.1.4.2. Jangka Panjang

a. Meningkatkan jumlah populasi Badak Indonesiadalam Suaka Alam melalui translokasi dan re-intro-duksi .

b. Mengembangkan dan menggunakan populasi kecilpenangkaran untuk re-introduksi dan sebagai jamin-an (konservasi eksitu) .

c . Menyediakan tenaga yang berpengetahuan dan ter-latih untuk mengelola dan meiindungi populasibadak .

7

3.2 . Rencana Tindakan Konservasi Badak Jawa

3.2.1 . Konservasi Badak Jawa di TN Ujung Kulon

3.2 .1 .1 . Memantapkan Pengelolaan TamanNasional dan Unit Administrasinya

Perlu ditinjau kembali struktur pengelolaan TamanNasional dan perlu dilaksanakan latihan perencanaanstrategis demi efektivitas penempatan petugas . Perhatiankhusus harus diberikan pada : (1) lokasi kantor pusatTaman Nasional ; (2) pelaksanaan aktivitas di TamanNasional ; (3) kebutuhan waktu untuk pengawas TamanNasional ; (4) kebutuhan akan adanya direkturoperasional .

3.2.1.2. Perlindungan Taman Nasional dan PatroliIntensif #

Sistem patroli yang ada perfu ditingkatkansehingga menjadi sistem pengamanan yang cukup baikuntuk menghindari perburuan liar dan untuk peman-tauan populasi Badak . Para petugas perlindunganTaman Nasional harus terlatih dalam bidang peng-amanan dan pemantauan .

3.2.1.3. Penegakan Hukum

Peraturan perundang-undangan harus diberlaku-kan atau dikembangkan agar dapat memberi wewenangkepada petugas Taman Nasional dalam menegakkanhukum sewaktu melanggar hukum . Penyediaan senjataapi bagi petugas dan pemantapan jaringan komunikasiperlu mendapatkan prioritas .

3.2.1.4. Program Pendidikan dan KepedulianMasyarakat

Pendidikan (formal maupun informal, denganmelibatkan anak-anak sekolah) dan kampanye kepedu-lian (informal, sasarannya masyarakat luas, terutamaorang dewasa) merupakan bagian penting dari togasTNUK dan pelaksanaannya hams sudah dimulai sejakawal .

3 .2.1.5 . Unit-unit Badak

Unit badak khusus tidak terlalu dibutuhkan diTNUK, tetapi jagawana harus memperoleh pelatihankhusus dalam perlindungan dan pemantauan badakJawa.

3.2 .1 .6. Pariwisata Alam

Untuk pengembangan pariwisata perlu dilakukanevaluasi tentang bagaimana pariwisata akan dikelolaselama berada dalam batas-batas kepentingan jangkapanjang dari konservasi jenis dan habitatnya di TNUK .

i

Page 8: PANDUAN PENGELOLAANHABITATBADAK JAWA · PDF filemendapat prioritas utama untuk diselamatkan dari ... alam, penyakit atau ... jenis tertentu yang diinginkan Dalam batas daya dukung

3.2 .1 .7. Pengembangan Gunung Honje sebagaiPerluasan Habitat

Direkomendasikan bahwa Gunung Honje dapatdihuni kembali oleh Badak melalui migrasi alarni danpeningkatan perlindungan . Sejauh mungkin translokasiagar dihindarkan .

3.2.1.8. Program Penelitian Badak Jawa

a . Untuk kepentingan survei populasi badak Jawa dankecenderungannya di TNUK perlu dicari standar sen-sus yang sederhana, akurat dan dapat dilaksanakansecara berkelanjutan.

b. Penelitian biologi dan ekologi Badak Jawa denganprioritas pada aspek-aspek : (1) habitat yang disukaidan daya dukung ; (2) studi pakan, khususnyamenyangkut sumberdaya yang tersedia dan ke-mungkinan untuk penambahan habitat yang disukai ;(3) struktur dan dinamika populasi ; (4) kompetisidan interaksi sosial ; (5) sosiobiologi (daerahpergerakan dengan radio-tracking, nisbah seksualefektif, perilaku kawin) ; (6) pemantauan penyebarantipe vegetasi dan pergantiannya sesuai waktu ; (7)studi jenis tumbuhan dan hewan lain yang penting ;(8) studi interaksi kompetitif antara badak Jawadengan Banteng .

3 .2.2. Translokasi Badak Jawa Untuk MembangunPopulasi Kedua

3.2.2.1 . Prakondisi

Kegiatan meliputi penghimpunan informasi yangdiperlukan sebelum keputusan akhir diambil . Untukitu studi terinci mengenai struktur populasi . habitat danpakan serta jumlah badak yang direkomendasikan perludilakukan sesegera mungkin . Selain itu identifikasidaerah potensial untuk pemindahan dan studi kelayakan-nya sebagai habitat badak Jawa harus dilakukan . Setelahareal prioritas ditetapkan, penguatan sistem pengelolaandaerah traget harus dilakukan .

3.2.2.2. Program Pengelolaan Penangkapan BadakJawa

Translokasi dan reintroduksi badak sangat mahaldan beresiko tinggi . Seluruh operasi penangkapan danpemindahan harus dilakukan tanpa mengganggu popu-Iasi awal dan resiko kegagalan hares diminimumkan.

IV. PANDUAN PENGELOLAAN HABITAT

4.1 . Dasar PemikiranHasil pemantauan menunjukkan bahwa sejak

1980-an populasi Badak Jawa relatif stabil dan habitat

yang tersedia mungkin telah mencapai daya dukungnya .Di sisi lain dinamika ekosistem di Semenanjung UjungKulon, terutama terdapatnya kecenderungan invasiLangkap (Arenga obtusifolia), menunjukkan gejala yangkurang menguntungkan bagi kehidupan badak Jawa .Daerah-daerah yang didominasi Langkap menunjukkankualitas habitat yang rendah bagi Badak Jawa, bahkanjuga bagi spesies-spesies lainnya di Ujung Kulon .Tegakan Langkap di belakang pos Cibunar adalahcontoh ekstrim vegetasi yang lebih dari 95% komponen-nya adalah Langkap .

Indikasi pengaruh negatif tercatat sejak 1991dengan ditemukannya pola perubahan konsumsi pakan .Bangban (Donax cannaeformis), tumbuhan bawah yangmampu bertahan di bawah tegakan Langkap dan tidakpernah tercatat sebagai tumbuhan pakan, tercatatdikonsumsi badak Jawa dengan palatabilitas cukuptinggi . Perubahan ini menggambarkan pelebaran relungekologi yang umumnya merupakan akibat meningkat-nya kompetisi intraspesifik . Mengingat level populasi-nya cenderung stabil, permasalahan terfokus padaketersediaan sumberdaya pakan yang menurun .

Fakta terbaru (Desember 1996) adalah ditemukan-nya dua individu badak Jawa di Kalejetan, daerah yangsejak lama tidak dihuni akibat tingginya aktivitasmanusia . Pada tingkat populasi yang relatif stabil,pelebaran wilayah distribusi menunjukkan gejalapenurunan sumberdaya akibat tekanan persaingan, baikintraspesifik maupun interspesifik, atau pengaruh lainyang berkaitan dengan dinamika habitat badak Jawa .

Kebutuhan dasar agar rencana pembangunanpopulasi kedua dapat diwujudkan adalah terdapatnyasumber populasi yang mencukupi. Tindakan manajemenyang hanya terfokus pada peningkatan pengamanankawasan dan penanganan perburuan, terbukti kurangberhasil untuk meningkatkan populasi badak Jawahingga level populasi viabel minimum yang dipersyarat-kan (100 ekor) . Alternatif manajemen lain perlu dikem-bangkan dengan mempertimbangkan faktor-faktordinamika ekologis TN Ujung Kulon sebagai habitatbadak Jawa dan sebagai salah satu pusat keaneka-ragarnan hayati di Indonesia.

Berorientasi pada komitmen konservasi badakJawa dan keanekaragaman hayati di TN Ujung Kulon,Panduan Pengelolaan Habitat Badak Jawa disusunsebagai alternatifpendekatan manajemenyang mungkindiaplikasikan di lapangan . Prinsip manajemen adaptif(UNEP, 1996) diadopsi untuk menghindarkan penganihnegatif akibat implementasi . Secara garis besar panduanini difokuskan untuk menjawab pertanvaan : (1) teknikapa saja yang relevan diterapkan ; (2) kapan dan dimanateknik tersebut dapat dilakukan ; (3) bagaimana teknik

pemantauan dan evaluasinya .

Page 9: PANDUAN PENGELOLAANHABITATBADAK JAWA · PDF filemendapat prioritas utama untuk diselamatkan dari ... alam, penyakit atau ... jenis tertentu yang diinginkan Dalam batas daya dukung

Media Konservasi Edisi Khusus, 1997

4.2. Teknik Pengclolaan Habitat

Pengelolaan habitat dalain panduan ini meliputiteknik pembuatan rumpang dan teknik pengkayaantumbuhan pakan. Kedua teknik tersebut dapat dilakukansecara simultan di lokasi yang sama maupun secaraterpisah dillokasi yang berbeda .

4.2.1 . Teknik Pembuatan Rumpang

Rumpang hanya diterapkan di daerah yang di-dominasi oleh Langkap, namun diketahui bahwa daerahtersebut menrpakan wilayah pergerakan badak Jawa atausecara potensial mempunyai kemungkinan untukdidatangi oleh badak Jawa bila pakan tersedia melimpah .Selain itu, rumpang dibuat di daerah-daerah yangbertopografr datar hingga landai (kerniringan 0-15 %)untuk mencegah terjadinya erosi . Selain itu, pembuatanrumpang ditekankan di areal-areal yang aman darijangkauan pemburu dan untuk sementara perludiprioritaskan di daerah-daearah yang mudah dipantauuntuk kepentingan pengambilan keputusan .

Pembuatan rumpang dilakukan pada awal musimhujan, yaitu: bulan September atau selambat-lambatn_yaawal bulan Oktober untuk merangsang pertumbuhanalami anakan tumbuhan pakan atau mendukung per-tumbuhan tumbuhan pakan bila teknik tersebut di-terapkan bersama-sama teknik pengkayaan .

Rumpang dibuat seluas maksimum 1 ha denganmenebang Langkap pada intensitas 50 % dari kerapatanLangkap yang dijumpai di daerah target . Jarak antarrumpang ditetapkan berdasarkan rerata pergerakanharian seekor badak di habitat yang kaya akan pakan,yaitu : 2.6 km. Beberapa alternatif teknik penebangandapat dilihat pada deskripsi di bawah ini, sedangkantata letak rumpang yang luasnya 1 ha dapat dilihat padaGambar 4 dan Gambar 5 .

Pendataan kondisi awal blok yang terpilih dilaku-kan sebelum penebangan dilakukan, meliputi sensusjumlah Langkap dalam berbagai kategori (dewasa,remaja dan anakan, baik dari biji maupun dari tunasakar) serta sensus tumbuhan pakan badak Jawa yangterdapat di blok tersebut (dikelompokkan menurut semai .pancang dan pohon berdiameter lebih 10 cm) . Waktuyang diperlukan untuk pembuatan rumpang seluas 1 haadalah 5 hari dengan 5 orang tenaga kerja .

4.2 .1 .1 . Teknik Rumpang Bercak

Rumpang dibuat dengan membagi areal menjadi50 petak, masing-masing seluas 400 m2, kemudiandipilih 25 petak berselang-seling untuk pembukaan .Dalam setiap petak yang ditetapkan untuk dibuka .dilakukan penebangan seluruh Langkap danpembersihan anakan Langkap . Untuk Langkap dibagian luar, arah rebah penebangan adalah ke titik pusat

petak, sedangkan Langkap tengah ditetapkan arahrebahnya ke titik yangjaraknya terjauh dan batas petak(lihat Gambar 4) .

4.2.1.2. Teknik Rumpang Jalur

Rumpang dibuat dengan membagi areal menjadi10jalur yang luasnya 10 x 100 meter, kemudian dipilih5 buah jalur berselang untuk pembukaan . Dalam setiapjaluryang ditetapkan untuk dibuka dilakukan penebang-an seluruh Langkap dan pembersihan anakan Langkap .Arah rebah penebangan Langkap bersudut 30-60° daribatas jalur dengan arah ke dalam . Untuk Langkap dibagian tengah ditebang searah jalur (lihat Gambar 5) .

4 .2 .1.3. Teknik Rumpang Acak

Rumpang seluas 1 ha dipandang sebagai satu unit,kemudian dilakukan perhitungan pohon Langkapdewasa. Berdasarkan jumlah pohon Langkap dewasaditetapkan 50 % yang akan ditebang dan ditandai dilapangan. Penandaan mempertimbangkan kemerataandistribusi Langkap dalam seluruh blok. Untuk Langkapyang terletak di bagian pinggir blok di tebang ke arahtitik pusat blok, sedangkan penebangan Langkap yangberada di bagian tengah dilakukan dengan arah rebahfleksibel namun mempertimbangkan keterbukaan rum-pang dalam seluruh blok . Semua anakan Langkapsebaiknya dibersihkan dari tapak rumpang .

4 .2 .2. Teknik Pengkayaan Tumbuhan Pakan

Pengkayaan tumbuhan pakan dilakukan denganmenanam beberapa jenis tumbuhan pakan yang disukaiBadak. Penanaman dilakukan dengan menggunakanstek sebagai berikut :a . Tumbuhan pakan badak Jawa yang sudah teruji

mampu tumbuh dan berkembang baik adalah :sulangkar (Leea sambucina), segel (Dilleniaexcelsa), songgom (Barringtonia macrocarpa) danlampeni (Ardisia humilis).

b . Bahan yang ditanam berupa stek dengan ukuranpanjang 25-30 cm dan diameter stek 3-5 cm . Bahantanaman di ambil dari lokasi sekitar lokasipenanaman, dari pohon-pohon jenis yang ditanamyang sudah dewasa. Dalam kondisi dimana bahansulit diperoleh dari sekitar lokasi tanam, dapatdigunakan bahan yang berasal dari tempat lain.

c . Stek ditanam sedalam 5 -10 cm di bawah permukaantanah . Penanaman dilakukan dengan jarak tanam 3x 1-m atau3, x 2 m, tergantung ketersediaan bahannamun . Penanaman dapat dilakukan hanya satu

spesies tumbuhan pakan atau tanaman campuran .Apabila penanaman campuran dilakukan, penempat-an dilakukan secara acak atau sistematik menurutjalur jalur tanam.

i

Page 10: PANDUAN PENGELOLAANHABITATBADAK JAWA · PDF filemendapat prioritas utama untuk diselamatkan dari ... alam, penyakit atau ... jenis tertentu yang diinginkan Dalam batas daya dukung

1o

Al

A3

A5

Keterangan

BI

B2

B4

Petak dibuka

Petak tidak dibuka

Arah rabah penebangan

Cl

C3

C5

Dl

D2

D4

E3

E5

Penanaman dilakukan pada awal_ irn hujan, yaitubulan Oktober-November. Penanaman dapatdilakukan pada rumpang-rumpang yang dibuka ataudi tempat-tempat tertentu yang diketahul miskin akantumbuhan pakan dan tidak ditemukan banyakLangkap .

e . Untuk mempertinggi persen pertumbuhan, stek yang

d . akan ditanam dapat dicelupkan dalam larutanhormon perangsang tumbuh akar, yaitu : Rootone-F.

f. Penyulaman dilakukan selama 2 periode, yaitu : 15hari setelah tanam dan 30 hari setelah tanam .Penyulaman dilakukan dengan cara mengganti stekyang tidak tumbuh dengan stek dari jenis yang samaatau bila tidak dimungkinkan dengan stek jenislain .

Page 11: PANDUAN PENGELOLAANHABITATBADAK JAWA · PDF filemendapat prioritas utama untuk diselamatkan dari ... alam, penyakit atau ... jenis tertentu yang diinginkan Dalam batas daya dukung

Media Konservasi Edisi Khusus, 1997

n w^

3

4

J1 J2 J3 J4 J5 J6 J7 J8 J9 J10

Keterangan

Petak dibuka

Petak tidak dibuka

Arah rabah penebangan

F438W. "

a~z.h::. . ..u~ k . Am

M. . .

-

Gambar 5. Teknik pembuatan rumpang jalur.

g . Waktu yang diperiukan mulai dari pengumpulan stekhingga selesai menanam di areal seluas I ha adalah2 hari untuk 5 orang kerja .

4.3 . Teknik Pemantauan dan EvaluasiPendekatan manajemen adaptif mengharuskan

adanya pemantauan untuk kepentingan umpan balik .sehingga teknik pengelolaan habitat yang diterapkan

11

dapat di evaluasi untuk tujuan perbaikannya . Pemantau-an akan memberikan hasil yang lebih berguna bila padasetiap kegiatan pemantauan dicatat referensi geografislokasinya dengan menggunakan GPS .

4.3 .1 . Pemantauan Rumpang

4.3 .1 .1 . Tujuan

Tujuan pemantauan rumpang adalah :

Page 12: PANDUAN PENGELOLAANHABITATBADAK JAWA · PDF filemendapat prioritas utama untuk diselamatkan dari ... alam, penyakit atau ... jenis tertentu yang diinginkan Dalam batas daya dukung

4.3 .1 .2 . Parameter Pemantauan

Parameter yang dicatat di lapangan adalahkerapatan tumbuhan tingkat semai (semai yang barnberkecambah hingga anakan dengan tinggi kurang dari1.5 meter) dan tingkat pancang (anakan pohon dengantinggi lebih dari 1 .5 m hingga pohon-pohon muda yangberdiameter kurang dari 10 cm) . Khusus untuk Langkapkriteria yang digunakan adalah : .• semai : anakan Langkap yang barn berkecambah

sampai anakan yang memiliki 4 pelepah daun atautunas akar yang barn tumbuh hingga tunas akar yangmemiliki 2 pelepah daun .

• Langkap Remaia : anakan langkap yang memilikilebih dari 4 pelepah daun atau tunas akar yangmemiliki lebih dari 2 pelepah daun hingga anakanLangkap yang tinggi batang utamanya kurang dari1.5 meter.Selama di lapangan, data yang dicatat adalah

jumlah individu setiap spesies yang dijumpai dalam plotcontoh dan jumlah plot terisi oleh setiap spesies .

4 .3.1.3 . Metode Pemantauan

Pemantauan menggunakan metode transekdengan intensitas sampling minimum 10 % (total luascontoh 1000 m2) . Prosedur pelaksanaan pemantauanadalah dengan membuat 2 buah transek berukuran 5 x100 m yang diletakkan di tengah-tengah tapak rumpang .Peletakan transek harus mewakili petak/jalur yangdibuka dan tidak dibuka . Untuk pemantauan rumpangbercak dan rumpang jalur, transek dapat diletakkanditengah-tengah baris 2 dan 4 (lihat Gambar 4 dan 5)dengan arah sejajar baris .

4 .3 .1 .4 . Analisis Data

Berdasarkan data lapangan dapat dihitung kera-patan, frekuensi dan Indeks Nilai Penting setiap spesiesyang dijumpai dalam plot . Rumus-rumus yang diguna-kan adalah sebagai berikut :

Jumlah individu suatu jenisKerapatan (batang/ha) =

Luas Seluruh Petak

Jumiah seluruh petak

Dari Indeks Nilai Penting dapat dilakukanperhitungan Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener(Shannon Index of Diversity) dengan minus berikut:

iIndeks Keanekaragaman (D) _ - £ [ pi . In p,J

0_ n.

A Ndimana :

= Indeks Keanekaragaman Shannon(Shannon Indexof Diversity)

n~. = Indeks Nilai Penting suatu jenis•

= Jumlah Indeks Nilai Penting dari seluruhjenis

Berdasarkan data kerapatan dapat diketahui kelim-pahan tumbuhan pakan badak Jawa, baik secara mutlakmaupun secara relatif dibandingkan spesies lainnya .Data frekuensi memberikan gambaran mengenai distri-busi masing-masing spesies, sedangkan data Indeks NilaiPenting memberikan gambaran spesies yang dominanselama proses regenerasi alami berlangsung .

4.3.1.5. Lokasi dan Waktu Pemantauan

Secara ideal, pemantauan dilakukan di setiap rum-pang yang dibangun, tetapi tidak ada pengkayaantumbuhan pakan, agar diperoleh data yang berguna bagikepentingan evaluasi program pengelolaan habitat dananalisis dinamika habitat badak Jawa . Frekuensi peman-tauan adalah 2-3 kali setiap tahun .

4.3.1.6 . Pelaksanaan PemantauanPemantauan dilaksanakan sebagai bagian dari tu-

gas rutin petugas Taman Nasional . Agar reliabilitas datadapat dipertanggungjawabkan, mekanisme insentif perludikembangkan bagi petugas pemantauan .

4.3.2 . Pemantauan Tapak Pengkayaan4.3.2.1 . Ttijuan

Tujuan pemantauan rumpang adalah :a . Mengetahui persen tumbuh spesies pakan badak Jawa

yang ditanam .b . Mengetahui regenerasi alami tumbuhan nir-pakan

badak Jawa yang diperkirakan mempengaruhipertumbuhan spesies pakan yang ditanam.

4 .3.2.2. Parameter Pemantauan

Parameter yang dicatat di lapangan adalah persen

12

a.

b.

Mengetahui regenerasi alami tumbuhan pakan badakJawaMengetahui regenerasi alami tumbuhan nir-pakanbadak Jawa

Frekuensi Frekuensi suatu jenisx 100Nisbi (%) Frekuensi seluruh jenis

Indeks Nilai Penting = KN + FN

Kerapatan =Kerapatan suatu jenis

x 100Nisbi (%)

Frekuensi =

Kerapatan seluruh jenis

Jumlah petak terisi suatu jenis

Page 13: PANDUAN PENGELOLAANHABITATBADAK JAWA · PDF filemendapat prioritas utama untuk diselamatkan dari ... alam, penyakit atau ... jenis tertentu yang diinginkan Dalam batas daya dukung

Media Konservasi Edisi Khusus, 1997

pertumbuhan tanaman pakan dan kerapatan tumbuhanlain (tingkat semai dan tingkat pancang) di sekitartanaman. Selama di lapangan, data yang dicatat adalahjumlah individu tanaman pakan yangditanam dan jarak4 spesies lain yang tumbuhnya terdekat dari tanaman .

4.3.2.3. Metode Pemantauan

Pemantauan tanaman pakan yang ditanam meng-gunakan metode sampling dengan intensitas minimum20 %, sedangkan pemantauan spesies alami dilakukandengan metode kuadran dengan titik pusat tanamanpakan yang ditanam dan dijadikan contoh untuk peman-tauan persen pertumbuhan . Prosedur pelaksanaanmetode kuadran adalah sebagai berikut :a . Setiap tanaman yang ditanam adalah titik peng-

amatan. Pada setiap titik pengamatan, dibuat gariskuadranyang memotong (tegak lurus) garis transek,sehingga diperoleh 4 bidang kuadran . Dari setiapbidang kuadran ditetapkan satu tumbuhan (semaiatau pancang) yang terdekat dari tanaman yangditanam (titik pengamatan) sehingga pada setiap titikdiperoleh 4 pohon dari 4 bidang kuadran tersebut(lihat Gambar 6) .

b . Setiap tumbuhan diidentifikasi spesiesnya dan diukurjaraknya terhadap titik pengukuran .

c . Dari hasil pengukuran dihitung nilai-nilai Kera-patan, Kerapatan Nisbi, Frekuensi, Frekuensi Nisbi,Indek Nilai Penting dan Indeks Keanekaragamanspesies .

4.3.2.4. Analisis Data

Dari data jumlah tanaman yang tumbuh untukmasing-masing spesies dapat diketahui persen pertum-buhan spesies tumbuhan pakan yang ditanam .

Berdasarkan analisis vegetasi metode kuadrandapat dihitung kerapatan, frekuensi dan Indeks NilaiPenting setiap spesies (tidak ditanam) yang dijumpaidalam plot . Rumus-rumus yang digunakan adalahsebagai berikut :

dl +d2+d3+d4+ . . . +dndr =

ndimana :

dr = rerata jarak pengukuran setiap pohonn = banyaknya pohon yang diukur

Kerapatan = Jumlah pohon suatu Jenls x 100Nisbi (%) Jumlah pohon seluruh jenis

Kerapatan=

KN xKerapatan seluruh jenissuatu jenis - 100

Frekuensi =Jumlah titik terisi suatu jenis

Junilah seluruh titik

Frekuensi = Frekuensi suatu jenisx 100Nisbi (%)

Frekuensi seluruh jenis

IndeksNilai = KN + FN

Penting

Dari Indeks Nilai Penting dapat dilakukanperhitungan Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener(Shannon Index ofDiversity) dengan rumus berikut :

IIndeks Keanekaragaman (D) = -y [ p, In p 1]

n.

N

0

13

dimana :D = Indeks Keanekaragaman Shannon (Shannon

Index of Diversity)a = Indeks Nilai Penting suatu jenisN = Jumlah Indeks Nilai Penting dan seluruh jenis

Berdasarkan persen pertumbuhan tanaman pakandapat diketahui efektivitas penanaman yang dilakukan,sedangkan dan hasil perhitungan parameter kuantitatifanalisis vegetasi metode kuadran dapat diketahui spesiesasli yang mendominasi areal dan diperkirakan dapatmengganggu tanaman pakan .

4.3.2.5 . Lokasi dan Waktu PemantauanSecara ideal, pemantauan dilakukan di setiap tapak

penanaman yang dilakukan bukan di lokasi pembuatanrumpang agar diperoleh data yang berguna bagi kepen-tingan evaluasi program pengkayaan tumbuhan pakandan analisis dinamika habitat badak Jawa . Pemantauanpertama dilakukan 3 bulan setelah penyulaman terakhirdilakukan. Frekuensi pemantauan adalah 2-3 kali setiaptauun .

4.3.2.6 . Pelaksanaan PemantauanPemantauan dilaksanakan sebagai bagian dan tu-

gas rutin petugas Taman Nasional . Agar reliabilitas datadapat dipertanggungjawabkan, mekanisme insentif perludikembangkan bagi petugas pemantauan .

4.3.3 . Pemantauan Rumpang BertanamanPemantauan rumpang bertanaman pada dasarnya

merupakan kombinasi pemantauan rumpang (butir4.3.1 .) dan pemantauan tapak pengkayaan (butir 4.3 .2 .) .Mengingat terdapat duplikasi metode pengamatan tum-

Kerapatan 10.000seluruh jenis/ =hektar (dr)'

(pohon/ha)

Page 14: PANDUAN PENGELOLAANHABITATBADAK JAWA · PDF filemendapat prioritas utama untuk diselamatkan dari ... alam, penyakit atau ... jenis tertentu yang diinginkan Dalam batas daya dukung

14

kuadranI

kuadran IV

kuadran II

titik pengukuran(letak tanaman pakan yangditanam)

kuadran III

Gambar 6. Pengukuran parameter vegetasi pads metode kuadran

buhan alam (metode transek dan metode kuadran), makauntuk pemantauan tumbuhan alam dilakukan denganmenggunakan salah satu metode saja . Mengingat bahwapemantauan juga meliputi upaya untuk mengetahuiregenerasi alami di seluruh blok, metode kuadran tidakdapat digunakan. Dalam hal ini, data tanaman pakanyang ditanam dihitung dalam plot-plot contoh sepanjangtransek dan dicatat tumbuh atau mati .

4.3.4 . Pemantauan Populasi dan Perilaku Badak diSekitar Tapak Pengelolaan

4.3.4.1 . Tirjuan PemantauanPengamatan bertujuan untuk mengetahui jumlah

badak yang memberikan respon terhadap perlakuan ditapak pengelolaan habitat, baik rumpang, pengkayaanmaupun rumpang bertanaman . Demikian pula diamatisatwa lain yang dijumpai/ memberikan respon terhadapperlakuan di lokasi percobaan .

4.3.4.2. Parameter PemantauanParameter yang dipantau adalah kehadiran badak

Jawa atau satwa penting lainnya ke dalam tapakpengelolaan habitat dan perilakunya selama di dalamdan sekitar tapak .

4 .3.4.3 . Metode PemantauanPengamatan dilakukan berdasarkan pertemuan

langsung, maupun tidak langsung dari jejak dan bekas-bekas yang ditinggalkannya . Pencatatan dilakukan

untuk jenis satwa (badak Jawa atau satwa lain), tanggal/bulan/tahun, jumlah individu, aktivitas di dalam tapakpengelolaan habitat dan sekitarnya pada radius lebihkurang 1 km dari tapak, serta arah datang ke dan pergidari tapak. Sejauh mungkin jalur kunjungan di dalamdan sekitar tapak pengelolaan habitat diplotkan di peta .

4.3.4.4. Analisis DataRespon badak terhadap perlakuan perlu dipantau

untuk mengetahui apakah perlakuan yang diterapkanmemberikan dampak positif atau negatif . Denganmengetahui frekuensi kunjungan dan perilaku badakJawa serta satwa lain di dalam dan sekitar plot akandapat di analisis apakah ada respon positif atau negatifdari satwa tersebut terhadap kegiatan pengelolaan habitatyang dilaksanakan .

4.3.4.5 . Lokasi dan Waktu PemantauanSecara ideal pemantauan dilakukan di seluruh

lokasi tapak pengelolaan habitat yang dibangun denganfrekuensi setiap hari selama 1 - 2 tahun. Kondisi inisulit dilaksanakan, sehingga pelaksanaan pemantauansebaiknya dilakukan bersama kegiatan patroli harian .

4.3.4.6 . Pelaksanaan PemantauanPemantauan dilaksanakan sebagai bagian dari

tugas rutin petugas Taman Nasional, khususnya kegiatanpatroli harian . Sistem insentif dapat dikembangkanuntuk merangsang pelaksanaan pemantauan tersebut .

Page 15: PANDUAN PENGELOLAANHABITATBADAK JAWA · PDF filemendapat prioritas utama untuk diselamatkan dari ... alam, penyakit atau ... jenis tertentu yang diinginkan Dalam batas daya dukung

Media Konservasi Edisi Khusus, 1997

4.3.5 . Sistem Evaluasi Hasil Pemantauan

Hasil-hasil kegiatan pemantauan harus didoku-mentasikan dengan baik . Dalam hal ini, penggunaankomputeryang secara khusus difungsikan untuk menjadipenyimpanan data pemantauan sangat direkomendasi-kan. Hasil-hasil pemantauan akan berguna dalam banyakkepentingan manajemen Taman Nasional secara kese-luruhan, antara lain : (1) memutuskan apakah tindakanpengelolaan habitat yang dilaksanakan cukup efektif danberguna ; (2) memutuskan apakah perbaikan dalamimplementasi pengelolaan habitat perlu dilakukan ; (3)memahami dinamika ekologis habitat badak Jawa ; (4)hasil pemantauan dikombinasikan dengan hasil sensusbadak Jawa akan menjawab apakah tindakanpengelolaan habitat mempunyai dampak positif terhadappertumbuhan populasi .

Untuk evaluasi hasil-hasil pemantauan sebaiknyadilibatkan para pakar dan pemerhati yang punya minatterhadap konservasi badak Jawa. Selain itu, upayamelibatkan instansi terkait dan memiliki komitmenterhadap konservasi badak Jawa juga perlu dikemukan .Forum Konservasi Badak Indonesia yang pernahterbentuk dapat diaktifkan dan ditata kembalikeorganisasiannya.

V. Penutup

Panduan ini disusun atas dasar hasil penelitiandalam skala "pilot project", sehingga dalam implemen-tasinya masih diperlukan kajian-kajian yang berkaitandengan keberhasilan dan kemungkinan dampak yangmungkin terjadi . Pendekatan manajemen adaptif di-adopsi karena memungkinkan adanya penyesuaian-penyesuaian selamaprogram dilaksanakan. Pendekatanini juga menuntut agar implementasi dalam skala luasdihindarkan . Tim Peneliti Badak IPB merekomendasi-kan implementasi tahap awal tidak melebihi areal seluas25 ha.

Penelitian spesifik mengenai ekologi Langkap danpersaingan antara badak Jawa dengan Banteng saat inisedang akan dilaksanakan oleh Tim Peneliti Badak IPB(1996/1997 hingga 1999/2000) . Hasil-hasil penelitiantersebut merupakan pertimbangan penting bagiimplementasi panduan ini dalam skala luas .

Tujuan konservasi badak Jawa, khususnya-dankeanekaragaman hayati TN Ujung Kulon umumnya,akan dapat dicapai bila keseluruhan kerangka kerjapenelitian dilaksanakan atas dasar kemitraan berbagailembaga . Untuk itu, komitmen dan dukungan diperlu-kan dari semua pihak yang berkaitan dan peduli akankelestarian Ujung Kulon sebagai salah satu TapakWarisan Dunia (World Heritage Site) dengan badakJawa-nya yang sangat unik tersebut.

TIM PENELITI BADAK JAWAJURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN IPB

E.K.S. HARINI MUNTASIB, HARYANTO, BURHANUDDIN MASY'UD,DONES RINALDI, HARNIOS ARIEF, YENI . A . MULYANI,

SITI BADRIAH RUSHAYATI, WIDODO PRAYITNO, MULYADI . K .

15