panduan kkn prukab

50
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional selama ini belum sepenuhnya mampu meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat di daerah secara merata. Tantangan terbesar dalam pembangunan ekonomi Indonesia saat ini adalah untuk mengurangi kemiskinan dan menciptakan lebih banyak lagi kesempatan kerja. Strategi Tiga Jalur (Triple Track Strategy) yakni stabilitas ekonomi makro, pengembangan sektor riil utamanya melalui pembangunan infrastruktur dan pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta revitalisasi pertanian dan pedesaan telah dijadikan panduan dalam menggerakkan ekonomi melalui berbagai kebijakan pemerintah. Dalam konteks pembangunan kesejahteraan rakyat, pembangunan diwujudkan dalam tiga pilar, yakni penanggulangan kemiskinan, investasi sumberdaya manusia dan kemasyarakatan serta cepat tanggap berbagai masalah kesejahteraan rakyat yang masih dihadapi Indonesia. Dua pilar strategi yang pertama merupakan usaha yang harus berkesinambungan. Peningkatan kesejahteraan juga dilakukan melalui upaya penanggulangan pembangunan wilayah tertinggal, namun dengan fokus utamanya adalah wilayah yang terisolir, tertinggal, terpencil dan masyarakat miskin. Wilayah tertinggal merupakan suatu wilayah yang secara fisik, sosial dan ekonomi kondisinya mencerminkan keterlambatan pertumbuhan dibanding dengan wilayah lain. Wilayah tertinggal pada umumnya dicirikan dengan letak 1

Upload: mbak-nike

Post on 24-Dec-2015

20 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

PANDUAN

TRANSCRIPT

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan nasional selama ini belum sepenuhnya mampu

meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat di daerah secara

merata. Tantangan terbesar dalam pembangunan ekonomi Indonesia saat ini

adalah untuk mengurangi kemiskinan dan menciptakan lebih banyak lagi

kesempatan kerja. Strategi Tiga Jalur (Triple Track Strategy) yakni stabilitas

ekonomi makro, pengembangan sektor riil utamanya melalui pembangunan

infrastruktur dan pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta revitalisasi pertanian

dan pedesaan telah dijadikan panduan dalam menggerakkan ekonomi melalui

berbagai kebijakan pemerintah.

Dalam konteks pembangunan kesejahteraan rakyat, pembangunan

diwujudkan dalam tiga pilar, yakni penanggulangan kemiskinan, investasi

sumberdaya manusia dan kemasyarakatan serta cepat tanggap berbagai masalah

kesejahteraan rakyat yang masih dihadapi Indonesia. Dua pilar strategi yang

pertama merupakan usaha yang harus berkesinambungan. Peningkatan

kesejahteraan juga dilakukan melalui upaya penanggulangan pembangunan

wilayah tertinggal, namun dengan fokus utamanya adalah wilayah yang terisolir,

tertinggal, terpencil dan masyarakat miskin.

Wilayah tertinggal merupakan suatu wilayah yang secara fisik, sosial dan

ekonomi kondisinya mencerminkan keterlambatan pertumbuhan dibanding

dengan wilayah lain. Wilayah tertinggal pada umumnya dicirikan dengan letak

geografisnya yang relatif terpencil, miskin sumberdaya alam atau rawan bencana

alam. Wilayah tertinggal berada di wilayah pedesaan yang mempunyai masalah

khusus atau keterbatasan tertentu seperti keterbatasan sumberdaya alam, sarana

dan prasarana, sumberdaya manusia dan aksesibilitas ke pusat-pusat pemukiman

lainnya. Hal tersebut menyebabkan kemiskinan serta kondisinya relatif tertinggal

dari pedesaan lainnya dalam menerima dan memanfaatkan hasil pembangunan

dan perkembangan peradaban.

Permasalahan ini dapat diatasi dengan program-program yang mampu

menumbuhkan kemandirian masyarakat agar dapat mengentaskan dirinya dari

kemiskinan dan bekerja berdasarkan potensi yang dimiliki. Salah satu program

1

pemerintah yang dapat dijadikan acuan dalam mengatasi masalah ini adalah

Program Unggulan Kabupaten (PRUKAB).

Program Unggulan Kabupaten merupakan program pengembangan

komoditas unggulan kabupaten yang dilakukan secara terpadu yang bertujuan

untuk mengamati potensi ekonomi dan sosial budaya masyarakat, mengangkat

permasalahan dan solusi yang diperlukan berdasarkan potensi yang dimiliki,

meningkatkan potensi ekonomi masyarakat, mengembangkan mekanisme pasar

serta menjalin kerjasama dengan industri. Kegiatan PRUKAB diharapkan mampu

menyentuh titik terpenting yang dibutuhkan daerah itu untuk pemberdayaan

masyarakat. Selain itu, melalui pembangunan terpadu yang menyangkut antara

lain bidang infrastruktur pedesaan dan pemberdayaan ekonomi, diharapkan terjadi

percepatan dalam pengentasan desa dari ketertinggalannya.

Program Unggulan Kabupaten ditargetkan dapat mengurangi daerah

tertinggal di Indonesia. Setidaknya saat ini tercatat masih ada 183 kabupaten dan

32 ribu desa di Indonesia yang masih tertinggal. Perguruan tinggi sebagai salah

satu institusi yang ada di Indonesia mengemban amanah untuk menjawab

tantangan tersebut. Dalam hal ini perguruan tinggi harus mengupayakan dan

menjadikan dirinya sebagai pusat pengembangan dan penyebarluasan IPTEK

serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan

masyarakat.

Keberadaan Perguruan Tinggi mempunyai kedudukan dan fungsi penting

dalam perkembangan suatu masyarakat. Proses perubahan sosial (social change)

di masyarakat yang begitu cepat, menuntut agar kedudukan dan fungsi perguruan

tinggi itu benar-benar terwujud dalam peran yang nyata. Pada umumnya peran

perguruan tinggi itu diharapkan tertuang dalam pelaksanaan Tri Dharma

Perguruan Tinggi, yaitu: Dharma Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian

Masyarakat.

KKN Tematik adalah kegiatan formal yang merupakan salah satu

pelaksanaan fungsi perguruan dalam bidang pengabdian masyarakat yang telah

dirasakan manfaatnya dalam percepatan pembangunan di pedesaan. Dengan

KKN Tematik ini mahasiswa dan staf pengajar akan berusaha membantu

membangun masyarakat dengan menggarap suatu potensi yang menjadi

unggulan masyarakat tersebut. Karena mahasiswa selama beberapa waktu akan

hidup bersama masyarakat (live in), KKN Tematik ini dapat memberikan ruang

2

interaksi yang lebih intensif antara mahasiswa sebagai agent perubah dan

masyarakat. Dengan interaksi ini permasalahan yang spesifik yang biasanya

ditemukan di daerah tertinggal dapat teridentifikasi dan dapat dipecahkan. Dengan

demikian usaha untuk pembangunan aspek sosial, ekonomi dan kelembagaan

dapat dilaksanakan sesuai dengan karakteristik masyarakat dan potensi lokal

dalam usaha mendukung pengembangan PRUKAB.

I.2. Potensi dan Permasalahan Lokasi KKN Tematik PRUKAB

Potensi Kabupaten Musi Rawas adalah:

a. Keunggulan absolut perkebunan karet

b. Mayoritas SDM-nya sudah terampil berkebun karet

c. Area perkebunan masih berpeluang dikembangkan (Ekstensifikasi)

d. Tumbuhkembangnya pengusaha lokal berbasis karet (pembibitan,

produksi, perdagangan bahan olahan karet (Bokar)

e. Pendapatan masyarakat perkebunan karet relatif tinggi (Pemilik dan

Penyadap)

f. Lokasi strategis Kabupaten Musi Rawas di tengah-tengah Sumatera,

potensi pasar sangat bagus.

Permasalahan Kabupaten Musi Rawas adalah:

a. Lemahnya Kelembagaan Pemberdayaan Masyarakat

b. Keterbatasan jumlah tenaga kerja di perkebunan

c. Lemahnya informasi tentang potensi, teknologi, pemasaran, dan

ketenagakerjaan

d. Belum adanya kemauan untuk diversifikasi usaha dalam mengoptimalkan

lahan perkebunan

e. Belum adanya percontohan perkebunan karet terpadu (Demoplot) yang

dapat dimanfaatkan dan dikembangkan oleh masyarakat.

f. Lemahnya status kepemilikan lahan.

I.3. Tujuan KKN Tematik

Tujuan KKN Tematik terdiri dari:

1. Memfasilitasi Pemerintah (Daerah/Pusat) dan Masyarakat untuk

mengembangkan produk unggulan

2. Meningkatkan Perekonomian masyarakat di wilayah lokasi KKN Tematik.

3

3. Memfasilitasi Penanggulangan kemiskinan di wilayah lokasi KKN Tematik

I.4. Sasaran KKN Tematik

Sasaran KKN Tematik terdiri dari :

1. Kelompok masyarakat produktif dibidang perintisan produk Unggulan

sentra perkebunan karet.

2. Penanggulangan masyarakat miskin berbasis perkebunan karet.

I.5. Out Put KKN Tematik

Out Put KKN Tematik adalah menciptakan komoditas/produk unggulan di

kawasan daerah tertinggal di Kabupaten Musi Rawas dalam rangka

penanggulangan kemiskinan yang dapat diimplementasikan dalam bentuk

kegiatan sebagai berikut :

1. Fasilitasi pembentukan lembaga pemberdayaan daerah tertinggal di

tingkat Kecamatan dan pengurusnya (Ketua, sekertaris dan bendahara)

yang dapat melestarikan program pengembangan komoditas/produk

unggulan dan penanggulangan kemiskinan berbasis sentra perkebunan

karet.

2. Fasilitasi pengembangan komoditas/produk unggulan perkebunan karet.

3. Fasilitasi pembentukan Net Working antar stakeholder yang berkaitan

dengan komoditas/produk unggulan dan kemiskinan.

I.6. Out Come KKN Tematik

Out Come KKN Tematik dapat bermanfaat bagi Perguruan Tinggi,

Pemerintah dan Masyarakat.

a. Perguruan Tinggi:

Bermanfaat sebagai sarana pengabdian kepada masyarakat dan

pengembangan penelitian akademis

b. Pemerintah:

Baik Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat dapat melakukan

pembangunan di wilayah daerah tertinggal.

c. Masyarakat:

Bisa merasakan pembangunan untuk memajukan wilayahnya

4

I.7. Lokasi KKN Tematik

Lokasi KKN Tematik PRUKAB di Kecamatan Tuah Negeri dan Suka Karya,

Kabupaten Musi Rawas - Provinsi Sumatera Selatan

.

5

II. PROGRAM KKN TEMATIK PRODUK UNGGULAN KABUPATEN

II.1. Dasar Hukum Pelaksanaan KKN Tematik PRUKAB

Dasar hukum Kegiatan Pengembangan Produk Unggulan Kabupaten

melalui kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik dalam rangka Pemberdayaan

Masyarakat yaitu :

1. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian

Kewenangan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah

Kabupaten/Kota;

2. Peraturan Presiden Nomor 5 tahun 2010 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional Tahun 2010-2014;

3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas,

Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Republik

Indonesia;

4. Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2006 tentang Perubahan Kedua

atas Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan,

Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian

Republik Indonesia;

5. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2010 tentang Rencana Kerja

Pemerintah Tahun 2011;

6. Nota Kesepahaman Kerjasama antara Kementerian Pembangunan

Daerah Tertinggal dengan Universitas Gajah Mada tentang Percepatan

Pembangunan Daerah Tertinggal tanggal 16

Juli 2009;

7. Piagam Kesepahaman antara Kementerian Pembangunan Daerah

Tertinggal dengan Universitas Airlangga tentang Pemberdayaan dan

Pembangunan Daerah Tertinggal di Jawa Timur

tanggal 25 Februari 2010;

6

8. Naskah Kesepahaman Bersama Menteri Negara Pembangunan

Daerah Tertinggal dengan Rektor Universitas Brawijaya

tanggal 23 September 2011 tentang

Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat di Daerah

Tertinggal;

9. Naskah Kesepahaman Bersama Menteri Negara Pembangunan

Daerah Tertinggal dengan Rektor Universitas Atmajaya

tanggal 4 Januari 2012 tentang Pendidikan,

Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat di Daerah Tertinggal.

10. Surat Perjanjian Kerja No: 032/SPK/PPK2-PEDU/PDT/V/2012 tentang

Kegiatan Pengembangan Produk Unggulan Kabupaten dan

Pemberdayaan Masyarakat melalui Kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN

Tematik)

II.2. Pengertian KKN Tematik

Ada dua unsur pengertian yang mendasari kegiatan yaitu KKN dan

Tematik :

1. Kuliah kerja nyata atau disingkat KKN adalah suatu kegiatan intrakurikuler

yang memadukan kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan cara

memberikan kepada mahasiswa pengalaman belajar dan pengembangan

aspek kepekaan yang berorientasi kemasyarakatan dalam hal pengabdian

keilmuannya, pengajaran dan interaksi sosial yang dilaksanakan di luar

kampus dalam waktu, mekanisme kerja dan persyaratan tertentu.

2. Tematik mengandung pengertian kegiatan KKN yang mempunyai

kepastian tema dan program kegiatan yang akan dikerjakan

II.3. Tema KKN Tematik

Program KKN Tematik Berbasis Pengembangan Produk Unggulan

Perkebunan Karet Dalam Rangka Penanggulangan Kemiskinan Di

Daerah Tertinggal

7

II.4. Prinsip-Prinsip Dasar KKN

Dalam rangka pencapaian cita-cita pendidikan perguruan tinggi, KKN yang

dilaksanakan berpijak pada sejumlah prinsip.

1. Pertama, Keterpaduan ketiga aspek Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Perpaduan aspek pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian

kepada masyarakat dalam satu kesatuan untuk menjadi landasan dalam

perencanaan, pelaksanaan dan tolok ukur evaluasi KKN.

2. Kedua, Interdisipliner, KKN dilaksanakan oleh sejumlah mahasiswa yang

berasal dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda dan pelaksanaannya di

koordinasikan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada

Masyarakat (LPPM) sebagai lembaga penunjang pendidikan. Dalam

mekanismenya para mahasiswa mengembangkan pola pikir dan pola kerja

interdisipliner untuk memecahkan permasalahan yang ada di lokasi KKN.

3. Ketiga, Komprehensif. Dalam hal ini KKN berfungsi sebagai pengikat dan

perangkum semua isi kurikulum yang telah ada. Dengan demikian

diharapkan masing-masing individu mahasiswa pelaksanan KKN akan

menampilkan dirinya sebagai seorang calon sarjana sesuai dengan bidang

keilmuannya secara professional dan proporsional.

4. Keempat, Pragmatis artinya, program-program kegiatan yang

direncanakan pada dasarnya bertumpu pada persoalan nyata di lapangan,

dapat dilaksanakan sesuai dengan daya dukung sumber-sumber daya yang

tersedia di lapangan, dan mendatangkan manfaat bagi masyarakat, baik

dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Kelima, Partisipatif. KKN adalah proses interaktif dan sinergis antara

mahasiswa dan masyarakat. Konsekuensinya, keterlibatan itu dimulai sejak

perencanangan program, kegiatan lapangan, pelaksanaan, dan

pengusahaan pendanaan. Untuk itu para mahasiswa dan pengelola KKN

harus komunikatif mampu mengadakan pendekatan sosial cultural terhadap

masyarakat, sehingga mereka menjadi kooperatif dan partisipatif dalam

setiap program yang dicanangkan. Dengan demikian diharapkan

masyarakat kelak akan mampu mengidentifikasikan sendiri permasalahan

yang dihadapimya dan sumber daya yang dimiliki, sehingga pada akhirnya

8

mereka akan mampu berswadaya, berswakelola dan berswadana dalam

pembangunan masa depan.

II.5. Status dan Beban Studi

Status KKN Tematik adalah merupakan program intrakulikuler wajib

karena :

1. Program terstruktur, artinya hanya dapat diikuti oleh mahasiswa dengan

persyaratan akademik tertentu dan untuk mencapai keberhasilan harus

melalui tahapan tertentu.

2. Mempunyai bobot akademik, dan beban kredit KKN harus dilakukan sama

dengan kegiatan kurikuler lainnya yaitu melalui proses evaluasi.

3. Mempunyai status/ kedudukan yang jelas dalam kurikulum artinya,

penyusunan kurikulum KKN harus mengikuti kaidah-kaidah sesuai dengan

penyusunan kurikulum mata kuliah yang lain.

4. Diprogramkan dalam kartu rencana studi

5. Dalam pelaksanaannya dilakukan bimbingan, pembinaan dan evaluasi.

Sebagai kegiatan instrakurikuler wajib, maka di universitas Brawijaya

sesuai dengan SK Rektor No. 020/SK/1984 ditetapkan bahwa 1 SKS dana

kegiatan lapangan sebesar 2 SKS. Penilaian keberhasilan mahasiswa peserta

KKN dilakukan secara integratif dengan menggabungkan antara kedua bentuk

kegiatan tersebut.

II.6. Persyaratan Menjadi Peserta

Persyaratan menjadi peserta KKN Tematik PRUKAB adalah:

1. Memprogram KKN dalam Kartu rencana Studi

2. Pada saat memprogramkan KKN, telah mengumpulkan sekurang-

kurangnya 90 - 100 SKS atau 75 % dari seluruh beban studi yang

ditetapkan oleh fakultas masing-masing.

3. Mendaftarkan diri ke Koordinator KKN di Fakultas masing-masing, lalu

oleh fakultas di daftarkan ke Tim KKN Tematik di Lembaga Pengabdian

Kepada Masyarakat.

9

4. Atau mendaftarkan diri ke Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada

Masyarakat, lalu oleh team KKN Tematik akan berkoordinasi dengan

Fakultas masing-masing.

5. Pembekalan kompetensi fakultas dilaksanakan Fakultas dan untuk materi

Tematik dilaksanakan oleh team Lembaga Penelitian dan Pengabdian

Kepada Masyarakat.

III. KONDISI UMUM LOKASI KKN-T PRUKAB

3.1. Kondisi Umum Kabupaten Musi Rawas

3.1.1. Letak Geografis

Letak Geografis dan Luas Wilayah Secara geografis, Kabupaten Musi

Rawas terletak pada posisi 102° 07’ 00” - 103° Bujur Timur dan 2° 20’ 00” - 3° 38’

00” Lintang Selatan dengan wilayah seluas 1.236.582,66 Ha. Secara Geografis

batas kabupaten Musi Rawas adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Provinsi Jambi

Sebelah Selatan : Kabupaten Empat Lawang dan Kabupaten Lahat

Sebelah Barat : Provinsi Bengkulu Kabupaten Musi Banyuasin

Sebelah Timur : Kabupaten Muara Enim

10

Gambar 1. Peta Kabupaten Musi Rawas

3.1.2. Keadaan Alam

Secara Keseluruhan wilayah Kabupaten Musi Rawas memiliki topografi

yang bergelombang dengan ketinggian antara 25 meter hingga 1.000 meter dar

permukaan laut. Luas wilayah dominan merupakan daerah potensial untuk

pertanian, selebihnya merupakan tanah perbukitan yang memiliki kemiringan yang

sangat curam dimana sebagian besarnya berupa Bukit Barisan yang memanjang

dari utara sampai selatan. Khusus di bagian barat wilayah ini termasuk ke dalam

wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) yang membentang luas ke dalam

4 propinsi.

3.1.3. Keadaan Iklim

Kabupaten Musi Rawas memiliki iklim tropis basah dengan rata-rata curah

hujan cukup tinggi yaitu 1.386 mm per tahun dan rata-rata hari hujan 125 hari

hujan per tahun. Tahun 2010 terjadi perubahan iklim yang cukup ekstrim dimana

11

KABUPATEN MUSI RAWAS

bulan kering biasa terjadi pada bulan Juni hingga September, di tahun 2010 ini

bulan kering terjadi pada Bulan Oktober dan Desember yang biasanya

merupakan musim hujan. Curah hujan hampir merata tinggi di sepanjang tahun.

Kondisi iklim yang ekstrim tersebut berpengaruh terhadap kondisi pertanian di

Kabupaten Musi Rawas baik pertanian tanaman pangan maupun perkebunan.

3.1.4. Wilayah Administrasi

Wilayah Administrasi Kabupaten Musi Rawas terbagi atas kecamatan-

kecamatan dan kecamatan kemudian terbagi habis atas desa-desa atau

kelurahan dan di dalam desa atau kelurahan tersebut terbagi lagi atas satuan

lingkungan setempat (SLS) terkecil berupa dusun-dusun, lingkungan atau RW/RT.

Tahun 2009 terjadi pemekaran wilayah administrasi dari 17 kecamatan dan

261 desa menjadi 21 kecamatan dan 258 desa dan 19 kelurahan. Terbentuk 16

desa baru dari 15 desa sebelumnya.

3.1.5. Penduduk

Penduduk Kabupaten Musi Rawas berdasarkan hasil Sensus Penduduk

2010 berjumlah 525.508 jiwa, sedangkan penduduk tahun 2009 berjumlah

505.940 jiwa, meningkat 3,86 persen dari tahun 2009.

Rasio jenis kelamin penduduk Kabupaten Musi Rawas tahun 2010 sebesar

104,27 persen. Ini berarti bahwa dari setiap 100 orang penduduk perempuan

terdapat 104 orang penduduk laki-laki. Hampir semua kecamatan dalam

Kabupaten Musi Rawas memiliki rasio jenis kelamin diatas seratus kecuali

Kecamatan Rawas Ulu dan Kecamatan Karang Dapo memiliki rasio lebih kecil

yaitu 99,93 persen di Kecamatan Karang Dapo dan 98,78 persen di Kecamatan

Rawas Ulu.

Lapangan usaha yang paling dominan di Kabupaten Musi Rawas adalah

sektor pertanian baik itu pertanian tanaman pangan, maupun perkebunan.

Sebaran pekerja di sector lapangan usaha pertanian sebesar 76,63 persen,

sektor perdagangan 9,85 persen dan sektor jasa sebesar 7,12 persen,

selebihnya tersebar pada sektor industri dan lainnya.

Pada tahun ajaran 2009/2010, Kabupaten Musi Rawas memiliki gedung

sekolah sebanyak 553 sekolah yang terdiri atas 427 Sekolah Dasar (SD), 90

Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan 36 Sekolah Menengah Atas (SMA)

12

termasuk kejuruan. Sekolah-sekolah tersebut terdiri atas sekolah negeri dan

swasta.

Komoditi unggulan di sektor perkebunan di Kabupaten Musi Rawas adalah

kelapa sawit dan karet. Luas areal perkebunan kelapa sawit di tahun 2010 adalah

215.891,57 ha, naik sebesar 54,73 persen dari tahun 2009 terbagi atas 15,22

persen perkebunan kelapa sawit rakyat dan 84,78 persen perkebunan kelapa

sawit yang dikelola perusahaan swasta nasional. Jumlah produksi kelapa sawit

total mencapai 1.263.530,12 ton.

Komoditi lainnya yaitu karet dengan luas areal perkebunan sebesar

329.521,95 ha atau turun 28,18 persen dari tahun sebelumnya dengan jumlah

produksi sebesar 245.003,15 ton. Produksi perkebunan besar lainnya dianggap

tidak terlalu signifikan.

3.2. Kondisi Umum Kecamatan Tuah Negeri

Letak Geografis

Kecamatan Tuah Negeri merupakan salah satu bagian dari Kabupaten

Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan. Daerahnya terletak di bagian tengah

wilayah Kabupaten Musi Rawas dengan wilayah seluas 26.345,09 Ha. Dari 11

desa/kelurahan yang ada di kecamatan ini, Desa Petunang memiliki wilayah

terluas, yakni 7,928,37 Ha atau sekitar 30 persen dari total luas wilayah

Kecamatan Tuah Negeri, sedangkan desa dengan luas wilayah terkecil yaitu Desa

Jaya Bakti dengan luas 510,37 Ha (2 persen).

Dilihat dari topografi wilayah, Kecamatan Tuah Negeri merupakan daerah

bukan pantai dengan ketinggian <500 meter di atas permukaan laut, serta

merupakan daerah hamparan karena tidak terdapat satu pun bukit di wilayah ini.

Secara geografis, kecamatan ini berbatasan dengan wilayah lain di

sekelilingnya, yaitu;

Sebelah Utara : Kecamatan Megang Sakti

Sebelah Selatan : Kecamatan Sukakarya

Sebelah Barat : Kecamatan Tugumulyo dan Kecamatan Purwodadi

Sebelah Timur : Kecamatan Muara Kelingi

Ibu Kota Kecamatan Tuah Negeri terletak di Desa Lubuk Rumbai, adapun

jarak dengan Ibu Kota Kabupaten Musi Rawas adalah 35 Km. Kecamatan Tuah

Negeri dilewati 3 (tiga) buah sungai yaitu Sungai Kepayang, Sungai Kambil dan

13

Sungai Kelingi. Jabatan camat Tuah Negeri periode 2011 hingga sekarang adalah

Wahyu Wibisono, S.STP. Wilayah Kecamatan Tuah Negeri terbagi menjadi 11

wilayah, kesemuanya termasuk klasifikasi desa. Kesebelas desa masing-masing

dipimpin oleh kepala desa yang telah berstatus definitif. Hingga akhir 2010,

terdapat 31 RW, 81 RT, dan 55 Dusun yang tersebar di desa-desa tersebut.

Setiap desa yang berada dibawah administrasi Kecamatan Tuah Negeri

dipimpin oleh seorang kepala desa/lurah. Adapun nama-nama kepala desa di

wilayah Kecamatan Tuah Negeri adalah sebagai berikut sebagaimana disebutkan

pada tabel.

Tabel 1. Nama-nama Kepala Desa/Lurah di Kecamatan Tuah Negeri

No. Desa/Kelurahan Kepala Desa/Lurah Status

1 Air Beliti Dwijo Suwarno Definitif

2 Sukamulya Heri Efendi Definitif

3 Jaya Tunggal H. Samid Sayuti Definitif

4 Remayu Johan Bakri Definitif

5 Petunang A. Syafei DH Definitif

6 Jaya Bakti Darman Definitif

7 Darma Sakti Johan Baihaki Definitif

8 Proyek Banpres Paimin Definitif

9 Bamasco Abu Hanifah Definitif

10 Lubuk Rumbai Chandra Definitif

14

11 Lebanjaya Firdaus Definitif

Sumber : Kecamatan Tuah Negeri dalam Angka 2011

Jumlah penduduk Kecamatan Tuah Negeri pada tahun 2010 adalah 25.042

jiwa (berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010), dengan kepadatan penduduk

berkisar 95,05 jiwa/km1. Wilayah terpadat adalah Desa Proyek Banpres yang

kepadatannya mencapai 460 jiwa/km2, sangat kontras apabila dibandingkan

dengan Desa Petunang yang kepadatan penduduknya hanya 32 jiwa/km2.

Sex ratio pada tahun 2010 sebesar 103,88 menunjukkan bahwa jumlah

penduduk laki-laki di kecamatan ini lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk

perempuan. Sepanjang tahun 2010 terjadi peristiwa demografi yang

mempengaruhi keadaan kependudukan di kecamatan ini, yaitu terjadi 210

peristiwa kelahiran, 60 kematian. Selain itu terdapat 62 penduduk yang pindah

dari Kecamatan Tuah Negeri, serta terdapat 20 penduduk pendatang.

Pada tahun ajaran 2009/2010, sarana pendidikan di Kecamatan Tuah

Negeri cukup lengkap di tiap jenjang pendidikan. Tercatat ada 22 SDNegeri dan 1

MI Swasta, 2 SMP Negeri, 2 SMP Swasta, dan 2 MTs Swasta, serta SMU Negeri,

SMU Swasta, dan MA Swasta masing-masing 1 unit. Sekolah Dasar (SD) tersebar

di setiap desa/kelurahan, kecuali Desa Jaya Bakti, sedangkan untuk SMP dan

SMA tersedia di desa/kelurahan tertentu. Bahkan terdapat 2 pondok pesantren di

Desa Darma Sakti dan Desa Bamasco.

Mayoritas penduduk memeluk agama Islam, di Desa Jaya Bakti juga

terdapat pemeluk agama Katholik dan Protestan. Sarana ibadah umat Islam telah

tersedia dan tersebar di semua desa/kelurahan, sedangkan gereja hanya tedapat

di Desa Jaya Bakti.

Tenaga kesehatan yang tesedia di kecamatan ini masih sangat minim,

kebanyakan masih bersifat tradisional, yakni dukun bayi yang terdapat hampir di

setiap desa, sedangkan praktek dokter dan bidan hanya berjumlah masing-masing

2 tempat. Sarana puskesmas pembantu (pustu) dan posyandu tersedia di setiap

desa/kelurahan, jumlah kunjungan pasien di pustu cukup tinggi.

Pertanian tanaman perkebunan karet merupakan primadona di Kecamatan

Tuah Negeri, dari total luas lahan kering yang diusahakan, lebih dari 95 persen

dimanfaatkan untuk lahan perkebunan karet. Mayoritas kepala keluarga

15

mengusahakan komoditas ini, sehingga penghasilan utama penduduk di setiap

desa pun ditunjang dari hasil usaha perkebunan karet.

Sebagian kecil lahan kering sisanya digunakan sebagai ladang, sedangkan

lahan perairan yang tersedia banyak digunakan untuk sawah non irigasi.

Pertanian tanaman sayuran dan palawija agaknya kurang digeluti oleh penduduk

di Kecamatan Tuah Negeri. Subsektor peternakan lebih diminati untuk

diusahakan. Pada tahun 2010, tercatat ada 753 ekor sapi dan 60 ekor kerbau

yang diusahakan di kecamatan ini, sedangkan untuk jenis ternak kecil berupa

kambing berjumlah 913 ekor. Dari jenis unggas, penduduk banyak mengusahakan

jenis ayam buras dan itik/bebek.

Dominannya subsektor perkebunan komoditas karet mempengaruhi minat

penduduk untuk menggeluti dunia industri. Hingga tahun 2010, tercatat belum

satupun industri kecil/kerajinan rumah tangga yang terdapat di Kecamatan Tuah

Negeri. Begitu pula halnya dengan usaha pertambangan minyak dan gas bumi.

Mayoritas penduduk memanfaatkan listrik yang bersumber dari PLN

sebagai sumber penerangan utama mereka, dan sebagian lainnya menggunakan

listrik yang bersumber dari non PLN. Usaha penyaluran listrik non PLN ini cukup

banyak dan tersebar di tiap desa/kelurahan di Kecamatan ini.

Untuk memenuhi kebutuhan akan air minum, penduduk menggunakan

sumber-sumber yang ada di sekitar kediaman dan belum memanfaatkan jasa

PDAM. Hal ini disebabkan belum adanya instalasi PDAM di wilayah ini.

Kecamatan Tuah Negeri masih minim dalam hal sarana penunjang

perekonomian, pasar permanen maupun tidak permanen baru terdapat masing-

masing 1 unit di Desa Air Beliti. Perekonomian sedikit terbantu dengan adanya

took-toko kelontong yang tersebar di setiap desa/kelurahan, meskipun di

beberapa desa/kelurahan jumlahnya masih kuang memadai.

Jalan merupakan prasarana yang penting bagi jalannya perekonomian

suatu wilayah, jalan yang baik akan memperlancar kegiatan ekonomi, dan

sebaliknya. Dari total panjang jalan yang ditempuh dari desa menuju ibukota

kecamatan Tuah Negeri, 40 persen di antaranya telah diaspal. Namun, panjang

jalan yang masih berupa tanah dan belum diperkeras masih sebanyak 30 persen.

Menurut permukaan/kerangkanya, jembatan yang menghubungkan antar

desa/kelurahan di kecamatan ini, sebanyak 8 jembatan terbuat dari kerangka

beton besi dan 4 lainnya terbuat dari kerangka besi kayu. Sarana angkutan yang

16

banyak digunakan oleh penduduk di Kecamatan Tuah Negeri adalah kendaraan

roda dua/sepeda motor.

Rumah tangga yang memiliki televisi serta dilengkapi dengan parabola

jumlahnya cukup banyak, yakni 2.148 rumah tangga. Telepon umum sebagai

salah satu sarana telekomunikasi penduduk baru tersedia di 7 desa/kelurahan.

Fasilitas perbankan belum terdapat di kecamatan ini, hanya ada KUD

sebagai salah satu lembaga pengelola keuangan masyarakat telah tersedia di

setiap desa/kelurahan.

Sebanyak 1.810 (37 persen) keluarga di Kecamatan Tuah Negeri berstatus

keluarga pra sejahtera, artinya keluarga tersebut belum mampu memenuhi

kebutuhan dasar minimal, seperti pengajaran, agama, sandang, pangan, papan,

dan kesehatan yang layak.

Keluarga yang ada di kecamatan ini paling banyak berada pada status

keluarga sejahtera tahap II, artinya keluarga tersebut telah mampu memenuhi

kebutuhan dasar dan kebutuhan psikologis. Akan tetapi belum dapat memenuhi

kebutuhan perkembangan (tabungan dan memperoleh informasi).

Kriteria ini dilekatkan kepada suatu keluarga berdasarkan kriteria-kriteria

tertentu yang mencerminkan tingkat pemenuhan kebutuhan dasar keluarga, social

psikologis, dan kebutuhan pengembangan keluarga.

3.2.1. Kondisi Umum Desa Banpres

Desa Proyek Banpres termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan

Tuah Negeri Kabupaten Musi Rawas dengan luas wilayah 528,61 Ha. Jarak Desa

Proyek Banpres dengan pusat ibu kota Kecamatan Tuah Negeri adalah 12 Km,

sedangkan jarak dengan Ibu Kota Kabupaten Tuah Negeri 52 Km yang

kesemuanya ditempuh dengan menggunakan transportasi darat.

Dilihat dari topografi wilayah, secara umum wilayah Kecamatan Tuah

Negeri khusunya wilayah Desa Proyek Banpres merupakan daerah bukan pantai

dengan ketinggian < 500 m dpl (diatas permukaan laut), serta merupakan daerah

hamparan karena tidak terdapat satu pun bukit di wilayah ini (Tuah Negeri Dalam

Angka, 2011).

Secara geografis, Desa Proyek Banpres berbatasan dengan wilayah lain

disekelilingnya, yaitu :

17

Sebelah Utara : Desa Mandi Aur dan Desa Lubuk Rumbai

Sebelah Selatan : Desa Air Beliti

Sebelah Barat : Desa Lubuk Rumbai

Sebelah Timur : Desa Tanjung Kecamatan Muara Kelingi

Produk unggulan Desa Proyek Banpres adalah perkebunan karet dimana

hampir seluruh masyarakat menjadi petani karet. Masyarakat mayoritas

transmigran dari jawa timur, jawa tengah, jawa barat dan jogja. Kegiatan

sampingan berupa peternakan dan pertanian. Pada tahun 1980an mayoritas mata

pencaharian masyarakat adalah peternak sapi, kemudian pada tahun 1990an

mulai beralih ke perkebunan karet.

Sejak awal berdiri, Desa Proyek Banpres telah beberapa kali berganti

pemimpin. Adapun sekarang yang menjadi kepala desa adalah Bapak Paimin.

Hingga Tahun 2010, Wilayah Desa Proyek Banpres terbagi menjadi 5 dusun, 15

RT dan 5 RW (Tuah Negeri Dalam Angka, 2011).

Adapun nama-nama dusun yang ada di Desa Proyek Banpres antara lain

sebagai berikut:

a. Dusun 1 (Satu)

b. Dusun 2 (Dua)

c. Dusun 3 (Tiga)

d. Dusun 4 (Empat)

e. Dusun 5 (Lima)

Di Desa Proyek Banpres terdapat organisasi yang mendukung

keberlangsungan program-program pemerintah antara lain posyandu dengan

jumlah kader sebanyak 8 orang, PKK dengan jumlah kader sebanyak 15 orang

dan pertahanan sipil (Hansip) sebanyak 10 orang. Ada juga sebagaimana

informasi yang diperoleh dari masyarakat setempat bahwa ada kelompok tani

yang dibentuk karena ada bantuan dari Bank Dunia dalam bidang peternakan

sapi, sekarang sudah tidak berjalan.

Jumlah penduduk Desa Proyek Banpres pada tahun 2010 adalah 2.436

jiwa (berdasarkan hasil Sensus Pensusuk 2010), dengan kepadatan penduduk

berkisar 460,49 jiwa/km2 merupakan terpadat dibandingkan desa-desa yang lain.

Adapun penduduk laki-laki sejumlah 1.254 jiwa dan penduduk perempuan

sejumlah 1.182 jiwa.

18

Jumlah kelahiran di Desa Proyek Banpres pada tahun 2010 sejumlah 20

jiwa sedangkan jumlah kematian sejumlah 5 jiwa. Jumlah penduduk yang datang

ke Desa Proyek Banpres sejumlah 5 orang dan penduduk yang pindah ke luar

Desa Proyek Banpres sejumlah 2 orang. Jumlah penduduk lanjut usia (Lansia) di

Desa Proyek Banpres sejumlah 70 orang.

Jumlah penduduk berdasarkan status pekerjaannya dapat dilihat pada tabel

berikut ini;

Tabel 2. Jumlah penduduk berdasarkan status pekerjaannya

No Status Pekerjaan Jumlah

1 Bekerja 871

2 Tidak Bekerja/ Menganggur 18

3 Mencari Pekerjaan 17

4 Lainnya 34

Jumlah 940

Sumber : Tuah Negeri Dalam Angka 2011

Jenis pekerjaan yang dominan berdasarkan informasi yang dihimpun dari

masyarakat adalah petani karet. Hal ini dikarenakan produk unggulan yang ada di

Desa Proyek Banpres adalah Perkebunan Karet.

3.3. Kondisi Umum Kecamatan Suka KaryaLetak Geografis

Kecamatan Suka Karya termasuk ke dalam wilayah administrasi Kabupaten

Musi Rawas dengan jarak ±35 Km dari Ibukota Kabupaten. Luas total wilayah

Kecamatan Suka Karya ialah 12.153,13 Ha yang terbagi lagi menjadi 7 desa.

Wilayah Desa Ciptodadi merupakan wilayah tebesar yaitu 1.074,97 Ha,

sedangkan wilayah terkecil yaitu Desa Yudhakarya dengan luas 638,50 Ha.

Secara geografis, batas-batas administrasi Kecamatan Suka Karya adalah

sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kecamatan Jayaloka

Sebelah Barat : Kecamatan Bulan Tengah Suku (BTS) Ulu

Sebelah Timur : Kecamatan Tiang Pumpung Kepungut (TPK)

Sebelah Selatan Kecamatan Bulan Tengah Suku (BTS) Ulu

Secara umum, seluruh wilayah di Kecamatan Suka Karya telah dapat

mengakses ke Ibukota Kecamatan dan Ibukota Kabupaten di Muara Beliti

19

menggunakan transportasi mobil atau motor. Desa terdekat ke ibukota kecamatan

adalah Desa Ciptodadi, sedangkan desa terjauh adalah Desa Rantau Alih, yang

juga mempunyai jarak tempuh terjauh untuk menuju ibukota kabupaten.

Keseluruhan wilayah desa/kelurahan di Kecamatan Suka Karya merupakan

daerah bukan pantai dengan rata-rata ketinggian daerah dari permukaan laut

berkisar antara 500-700 meter dan merupakan daerah aliran sungai.

Wilayah administrasi Kecamatan Suka Karya terdiri dari 7 wilayah yang

kesemuanya termasuk dalam klasifikasi desa. Pusat pemerintahan Kecamatan

Suka Karya berada di Desa Ciptodadi. Kecamatan Suka Karya merupakan

pemekaran dari Kecamatan Jayaloka. Pembentukan Kecamatan Suka Karya

menjadi kecamatan definitif disahkan oleh Bupati Kabupaten Musi Rawas pada

tahun 2006. Jabatan camat Suka Karya periode 2010 hingga sekarang adalah

Bapak Dicki Zulkarnaen.

Setiap desa yang berada dibawah administrasi Kecamatan Suka Karya

dipimpin oleh seorang kepala desa/lurah. Adapun nama-nama kepala desa di

wilayah Kecamatan Suka Karya adalah sebagai berikut sebagaimana disebutkan

pada tabel.

Tabel 3. Nama-nama Kepala Desa/Lurah di Kecamatan Suka KaryaNo. Desa / Kelurahan Kepala Desa/Lurah Status

1 Rantau Alih Sutrisno, GS,BSc. Kepala Desa

2 Ciptodadi Sutono Kepala Desa

3 Sugih Waras Gunto Hadi Kepala Desa

4 Sukowarno Sumarno Kepala Desa

5 Bangun Rejo Joko Pitono Kepala Desa

6 Yudhakarya Rohmat Kepala Desa

7 Sukarena Hadan Kepala Desa

Sumber : Kecamatan Suka Karya dalam Angka 2011

Pada tahun 2010, kepadatan penduduk Kecamatan Suka Karya adalah

sekitar 05,77 jiwa/km2. Desa dengan kepadatan penduduk tertinggi adalah Desa

Bangun Rejo, sedangkan yang paling jarang penduduknya adalah Desa

Ciptodadi. Dari hasil Sensus Penduduk 1-31 Mei 2010, yang merupakan kegiatan

rutin Badan Pusat Statistik yang dilakukan setiap sepuluh tahun sekali, tercatat

sebanyak 12.854 jiwa penduduk Kecamatan Suka Karya, dengan komposisi

20

penduduk laki-laki sebanyak 6.653 jiwa dan perempuan sebanyak 6.201 jiwa.

Jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari pada jumlah penduduk perempuan,

dapat dilihat dari sex ratio total sebesar 107,29, yang berarti dari 100 penduduk

perempuan, terdapat sebanyak 107 jiwa penduduk laki-laki.

Secara umum, mayoritas penduduk di desa/kelurahan di Kecamatan Suka

Karya menganut agama Islam, disusul oleh penganut agama Kristen Protestan,

Kristen Katholik, Budha, dan Hindu. Sampai pada tahun 2010, tercatat sebanyak

14 masjid dan 31 langgar yang tersebar di tiap-tiap desa/kelurahan di Kecamatan

Suka Karya, hanya terdapat 3 gereja, dan Pura Hindu serta Vihara masing-masing

berjumlah 7 dan 1 unit. Sarana kesehatan sudah cukup memadai dengan

tersedianya posyandu di setiap desa/kelurahan, serta adanya Puskesmas di Desa

Ciptodadi dan Pustu di Desa Bangun Rejo dan Yudhakarya. Tingkat kriminalitas di

Kecamatan Suka Karya tergolong rendah, tercermin dari jumlah tindak kriminal yg

terjadi di tiap-tiap desa/kelurahan.

Sektor pertanian, khususnya subsektor perkebunan komoditi karet

merupakan sumber penghasilan utama mayoritas penduduk di Kecamatan Suka

Karya dengan produksi 324,13 ton per tahun, komoditas kelapa sawit dengan

produksi 708,3 ton per tahun.

Industri makanan menjadi jenis industri kecil yang paling banyak ditekuni

oleh penduduk Kecamatan Suka Karya pada tahun 2010, disusul oleh industri

kecil kerajinan kayu dan anyaman. Terdapat dua usaha pertambangan di

kecamatan ini, yaitu di Desa Ciptodadi dan Bangun Rejo. Seluruh penduduk

Kecamatan Suka Karya telah menggunakan listrik sebagai sumber penerangan

utama, listrik PLN menjadi sumber penerangan utama dominan yang digunakan

penduduk, tetapi jumlahnya tidak jauh berbeda dengan jumlah pelanggan listrik

non PLN, menunjukkan bahwa penduduk kecamatan ini tidak terlalu bergantung

pada pasokan listrik yang disediakan oleh pemerintah lewat PLN. Instalasi PDAM

belum menjangkau daerah ini sehingga penduduk sehari-harinya menggunakan

sumber air lainnya sebagai sumber air minum.

Kecamatan Suka Karya masih terbilang minim dalam hal ketersediaan

sarana perekonomian, terlihat dari belum tersedianya pasar permanen di setiap

desa. Meskipun telah ada pasar semi permanen, tetapi hanya terdapat di 3 desa,

yaitu Desa Ciptodadi, Sukowarno, dan Sukarena. Jasa kemasyarakatan dilihat

dari jumlahnya sudah cukup berkembang. Dengan demikian Kecamatan Suka

21

Karya masih membutuhkan banyak peningkatan di bidang sarana pendukung

untuk mengembangkan sektor ekonomi di wilayah tersebut.

Infrastruktur berupa jalan dan angkutan transportasi merupakan dua hal

yang berkaitan erat untuk pendukung kegiatan transportasi masyarakat. Kondisi

insfrastruktur jalan yang baik dan angkutan transportasi yang mudah juga dapat

mendukung perekonomian suatu wilayah karena mampu memperlancar kegiatan

masyarakat. Di Kecamatan Suka Karya, untuk mencapai ibukota kecamatan,

hanya tersedia rata-rata 1 Km jalan yang diaspal, sedangkan sebagian besar

jembatan yang menghubungkan desa/kelurahan telah dibangun dengan kerangka

beton besi. Sebagian besar masyarakat Kecamatan Suka Karya telah mampu

mengakses hiburan televisi dan mempunyai antena parabola sendiri, serta

memiliki sarana radio. Akan tetapi, sarana untuk mengakses telekomunikasi masih

minim di wilayah ini, seperti telepon umum dan wartel yang belum tersedia,

sedangkan warnet hanya ada di ibukota kecamatan di Desa Ciptodadi. Sektor

pariwisata di Kecamatan Suka Karya nampaknya masih belum dikembangkan,

sarana yang mendukung sektor ini masih belum ada

3.3.1. Kondisi Umum Desa SukarenaDesa Sukarena termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan

Sukakarya Kabupaten Musi Rawas dengan luas wilayah 851,11 Ha. Jarak Desa

Sukarena dengan pusat ibu kota Kecamatan Sukakarya adalah 5 Km, sedangkan

jarak dengan Ibu Kota Kabupaten Tuah Negeri 71 Km yang kesemuanya

ditempuh dengan menggunakan transportasi darat. Secara

Dilihat dari topografi wilayah, secara umum wilayah Kecamatan Sukakarya

khusunya wilayah Sukarena merupakan daerah bukan pantai dengan ketinggian

500-700 m dpl (diatas permukaan laut), merupakan daerah hamparan karena

tidak terdapat satu pun bukit di wilayah ini dan hanya dilewati oleh satu buah

sungai yaitu Sungai Temelat.

Desa Sukarena termasuk kedalam klasifikasi desa. Adapun wilayah

adminitrasinya terbagi menjadi 3 dusun. Terdapat satu buah fasilitas perkantoran

berupa kantor desa.

Pada tahun 2010 kepadatan penduduk Desa Sukarena sekitar 113,75

jiwa/km2. Dari hasil sensus penduduk tahun 2010, tercatat jumlah penduduk Desa

22

Sukarena sebanyak 968 jiwa dengan perbandingan jumlah laki-laki sebanyak 510

jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 458 jiwa.

Berdasarkan status pekerjaannya, penduduk Desa Sukarena yang bekerja

sebanyak 252 jiwa, tidak terdapat penduduk yang menganggur, dan lainnya

sebanyak 204 (sekolah dan lain-lain). Berdasarkan jenis pekerjaannya, penduduk

Desa Sukarena yang bekerja sebagai pengusaha bidang pertanian sebanyak 240

jiwa, pengusaha bidang non pertanian sebanyak 6 jiwa, pedagang sebanyak 6

jiwa, buruh bidang pertanian sebanyak 35 jiwa, buruh bidang non pertanian

sebanyak 16 jiwa dan lainnya sebanyak 2 jiwa (Sukakarya Dalam Angka, 2011).

Sarana pendidikan yang ada di Desa Sukarena hanya ada 1 (satu) buah

gedung SD, jumlah guru sebanyak 11 orang dan jumlah muridnya sebanyak 204

orang siswa. Sarana ibadah yang ada di Desa Sukarena yaitu masjid sebanyak 2

buah dan langgar atau surau sebanyak 3 buah. Jumlah pemeluk agama

didominasi oleh pemeluk agama Islam sebanyak 100% atau sebanyak 968 jiwa.

Tenaga kesehatan yang ada yaitu Bidan sebanyak 1 orang dan dukun

banyi sebanyak 2 orang, sedangkan sarana kesehatan yang ada di Desa

Sukarena adalah posyandu sebanyak 1 buah. Kelompok/organisasi yang ada di

Desa Sukarena adalah Karang taruna jumlah anggota sebanyak 10 orang, Majelis

Taklim jumlah anggota sebanyak 10 orang.

Sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan karet menjadi sumber

utama penghasilan penduduk Desa Sukarena dengan hasil produksi mencapai

64,26 ton per tahun. Hasil perkebunan lainnya yaitu kopi dengan produksi

sebanyak 8,214 ton per tahun, kelapa sawit sebanyak 25,07 ton per tahun dan

perkebunan kelapa 2,04 sebanyak 2,04 ton per tahun.

Untuk menunjang perekonomian, Desa Sukarena mempunyai fasilitas

pasar tidak permanen sebanyak 1 buah. Selain itu masyarakat memiliki usaha

penunjang yaitu dengan membuka toko kelontong sebanyak 9 buah, bengkel

motor sebanyak 2 buah dan tambal ban sebanyak 3 buah.

Infrastruktur yang mendukung kegiatan penduduk di Desa Sukarena antara

lain jalan yang sebagian sudah diaspal. Infrastruktur jembatan berupa jembatan

beton sebanyak 1 buah dan jembatan beton besi sebanyak 2 buah. Jumlah

kendaraan bermotor roda 4 sebanyak 10 buah kendaraan dan roda 2 sebanyak

220 buah kendaraan. Untuk menunjang akses informasi, masyarakat Desa

Sukarena menggunakan sarana televisi dengan jumlah 20 buah, antenna

23

parabola sebanyak 15 buah dan radio sebanyak 25 buah (Sukakarya Dalam

Angka 2011).

Penerimaan APBD I Desa Sukarena pada Tahun anggaan 2009/2010

sebanyak Rp 20.000.000,- dan APBD II sebanyak Rp 37.000.000,-. Realisasi

pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Desa Sukarena mencapai 100%

(Sukakarya Dalam Angka 2011).

IV. METODOLOGI

IV.1. Metode KKN Tematik

Untuk tercapainya tujuan program maka metode yang digunakan adalah,

1. Metode Partisipasi aktip artinya para peserta KKN Tematik merencanakan,

melakukan dan mempertanggungjawabkan program bersama masyarakat

di lokasi KKN Tematik.

2. Metode Fasilitasi artinya para peserta KKN Tematik menjadi fasilitator

masyarakat dalam melaksanakan program.

3. Metode Demoplot untuk menunjang penguatan komoditas/produk unggulan

wilayah

4. Metode Kemitraan antara BUMN perkebunan karet setempat dalam

mendukung program KKNT dimasyarakat.

IV.2. Indikator Keberhasilan

Indikator Keberhasilan Kegiatan Pengembangan Produk Unggulan

Perkebunan Karet dan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Musi Rawas

melalui kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Tahun 2012 yakni :

1. Terbentuknya Kelembagaan Pemberdayaan Masyarakat

24

a. Terbentuknya Lembaga Pemberdayaan Masyarakat berbasis

Perkebunan Karet di Kabupaten Musi Rawas (GARDAMAS MURA)

b. Pelatihan dan Magang kelembagaan bagi pengurus GARDAMAS

MURA

c. Implementasi Kelembagaan GARDAMAS MURA

2. Terbentuknya Demoplot Perkebunan Karet Terpadu

3. Terbentuknya Unit Bisnis

4. Inkubasi Bisnis

V. TAHAP-TAHAP PELAKSANAAN

Penyelenggaraan program rencananya dilakukan dalam 3 tahap yaitu :

1. Tahapan Persiapan

2. Tahapan Pelaksanaan/Implementasi

3. Tahapan Monev

5.1. Tahapan Persiapan

Tahapan persiapan pelaksanaan KKN Tematik dibagi menjadi 2 (dua)

tahapan, yang terdiri dari :

1. Persiapan Pelaksanaan di Universitas Brawijaya

2. Persiapan Pelaksanaan di Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera

Selatan

5.1.1.Persiapan Pelaksanaan di Universitas Brawijaya

1. Sosialisasi Program (universitas dan fakultas)

2. Rekruitmen peserta KKN Tematik PRUKAB

3. Pembekalan KKN Tematik PRUKAB (25 Mhs UB)

4. Pemberangkatan mahasiswa peserta KKN Tematik

25

5.1.2. Persiapan Pelaksanaan di Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera

Selatan

a. Review data lokasi program KKN Tematik PRUKAB (Kecamatan Tuah

Negeri dan Kecamatan Sukakarya), 13-30 Juni 2012.

1. Penggalian data primer:

a. Interview Disbun, Rektor UNMURA, Camat, Kepala Desa

b. Interview pelaku agribisnis karet (petani karet, pengusaha

pembibitan, industri pengolahan).

c. Pemetaan potensi dan masalah wilayah (SDM dan SDA)

2. Penggalian data Sekunder :

a. Kabupaten Dalam Angka (Kabupaten Musi Rawas)

b. Kecamatan Dalam Angka (Tuah Negeri dan Sukakarya)

b. Koordinasi program dengan instansi terkait (Bupati, Disbun, Unmura,

Camat dan Kades), 14-16 Juni 2012 sebagai berikut :

1. Koordinasi dengan pihak Disbun

2. Koordinasi kepada Bupati Musi Rawas yang diwakili oleh Asisten

3. Koordinasi dengan Rektor UNMURA

4. Koordinasi dengan Camat Tuah Negeri

5. Koordinasi dengan Kepala Desa Banpres

c. Sosialisasi Program KKN Tematik di Desa Proyek Banpres didampingi

Disbun, 29 Juni 2012 sebagai berikut :

1. Tempat : Desa Banpres

2. Instansi : Disbun Musi Rawas, Tim KKN Tematik UB

3. Peserta : PPL, Kelompok Tani Karet Makmur , Kepala Desa Banpres.

d. Penyamaan persepsi program antara UB dengan Disbun dalam persiapan

FGD, 30 Juni 2012 sebagai berikut :

1. Waktu Pelaksanaan : 30 Juni dan 2 Juli 2012

2. Penyamaan persepsi antara Kepala Disbun dengan Tim Pelaksana

KKN Tematik UB

3. Materi Bahasan : Visi, Misi, Input, Proses, Out Put, Out Come.

e. FGD Program KKN Tematik antar instansi terkait (2-3 Juli 2012)

1. Waktu Pelaksanaan : 2-3 Juli 2012

26

2. Metode Pelaksanaan : FGD

3. Key Person : Bupati, Disbun, SKPD Terkait, UNMURA, Camat,

Balitbang Prov, MP3EI, Kepala Desa, Perwakilan Gapoktan

dan pengurus koperasi karet.

4. Output yang diharapkan : rencana kerja KKN Tematik

27

f. Pengurusan Ijin Lapang (2 Juli 2012)

1. Waktu Pengurusan Izin : 2 Juli 2012

2. Instansi yang dituju : Bakesbang Pol dan Linmas Kabupaten

Musi Rawas

g. Pembekalan Peserta Mahasiswa UNMURA (50 mhs)

5.2. Tahapan Pelaksanaan/Implementasi

Implementasi KKN Tematik dibagi menjadi 4 (empat) tahapan, yang terdiri

dari :

1. Pembentukan Kelembagaan

a. Pembentukan Lembaga GARDAMAS MURA

b. Pelatihan dan Magang kelembagaan bagi pengurus GARDAMAS

MURA

c. Implementasi Kelembagaan GARDAMAS MURA

2. Pembentukan Demoplot Perkebunan Karet Terpadu

3. Pembentukan Unit Bisnis

4. Inkubasi Bisnis

5.2.1. Pembentukan Kelembagaan

a. Pembentukan Lembaga GARDAMAS MURA

1. Waktu Pelaksanaan : 1-15 Juli 2012

2. Seleksi calon pengurus : 1-10 Juli 2012 (dilakukan oleh

pendamping lapang)

3. Penetapan dan penerbitan SK : 11-12 Juli 2012

4. Job Deskripsi pengurus

5. Pelatihan dan magang kelembagaan

b. Implementasi Kelembagaan GARDAMAS MURA tingkat Kabupaten

Kegiatan 1 : Penentuan Kriteria Calon Pengurus

a. Pendidikan S1

b. Berjiwa sosial

c. Domisili di Musi Rawas

28

d. Umur maksimal 30 tahun

e. Tidak sebagai pegawai instansi pemerintah dan swasta

Kegiatan 2 : Seleksi Calon Pengurus oleh Tim Pelaksana

(Universitas Brawijaya dan Dinas Perkebunan)

Kegiatan 3 : Legalitas Lembaga GARDAMAS Kabupaten (Oleh

Dinas Perkebunan)

Kegiatan 4 : Pelatihan Dan Magang Pengurus Lembaga

Kegiatan 5 : Penyusunan Web-site GARDAMAS MURA

Kegiatan 6 : Pendampingan Kelembagaan GARDAMAS MURA

c. Implementasi Kelembagaan GARDAMAS MURA tingkat Kecamatan

Kegiatan 1 : Penentuan Kriteria Calon Pengurus

a. Pendidikan minimal SLTA

b. Berjiwa sosial (berpengalaman di kader pemberdayaan)

c. Domisili di wilayah kecamatan yang bersangkutan

d. Umur maksimal 25 tahun

e. Tidak sebagai pegawai instansi pemerintah dan swasta

Kegiatan 2 : Seleksi Calon Pengurus oleh Tim Pelaksana (oleh

pimpinan Kecamatan)

Kegiatan 3 : Legalitas Lembaga GARDAMAS Kecamatan (oleh

Camat)

Kegiatan 4 : Pelatihan Dan Magang Pengurus Lembaga

Kegiatan 5 : Pendampingan Kelembagaan GARDAMAS

d. Implementasi Kelembagaan GARDAMAS MURA tingkat Desa

Kegiatan 1 : Penentuan Kriteria Calon Pengurus

a. Pendidikan minimal SLTA

b. Berjiwa sosial (berpengalaman di kader pemberdayaan)

c. Domisili di wilayah desa yang bersangkutan

d. Umur maksimal 25 tahun

e. Tidak sebagai pegawai instansi pemerintah dan swasta

Kegiatan 2 : Seleksi Calon Pengurus oleh Tim Pelaksana (oleh

pimpinan Desa)

29

Kegiatan 3 : Legalitas Lembaga GARDAMAS Desa (oleh Kepala

Desa)

Kegiatan 4 : Pelatihan dan Magang Pengurus Lembaga

Kegiatan 5 : Pendampingan Kelembagaan GARDAMAS

e. Pelatihan dan Magang kelembagaan bagi pengurus GARDAMAS

MURA

1. Pelatihan dan Magang kelembagaan (TOT) bagi pengurus

GARDAMAS MURA

Waktu Pelaksanaan : 15-30 Juli 2012

Lokasi Pelaksanaan : Di Universitas Brawijaya

Metode : Pelatihan dan Pemagangan

Peserta : Pengurus GARDAMAS MURA, petani potensial

setempat dan 1 orang dosen pengelola KKN UNMURA.

2. Lokasi Magang di Jatim yaitu :

KUD Berhasil (KUD Sari Bumi)

Peternak Lebah (Lawang)

Lap Lapang Peternak Kambing (Bululawang dan Fakultas

Peternakan UB)

Desa Mandiri Energi (Desa Pandesari Batu)

30

Lembaga Pemberdayaan Mitra Binaan Provinsi Jatim (UPKu

Maju Makmur, Minggirsari Kanigoro Blitar)

Peternakan Sapi Potong (Sapindo Gondanglegi, Peternak

Wonosari)

Study Banding ke Puspa Agro (Sidoarjo) dan Agrowisata (Batu)

Perkebunan Karet PT. Yunawati Kaliduren di Jember.

f. Implementasi Kelembagaan GARDAMAS MURA

1. Waktu Pelaksanaan : 1 Agustus 2012 sampai seterusnya

2. Pembentukan Kantor Sekretariat GARDAMAS MURA Kabupaten,

Kecamatan dan Desa

3. Kelengkapan Lembaga

4. Penyusunan Struktur dan Job deskripsi Organisasi

5. Perencanaan Organisasi

6. Pendampingan Penguatan Lembaga : Mahasiswa Peserta KKNT

dan Dinas Perkebunan.

5.2.2. Pembentukan Demo plot Perkebunan Karet Terpadu

a. Perencanaan dan pemantapan konsep Demoplot (Disbun, UB,

UNMURA)

b. Sebagai rintisan Pusat Riset Uggulan (UB, UNMURA dan Disbun)

c. Pemilihan Lokasi

d. Penetapan program tambahan

e. Implementasi demoplot

f. Pelaksana : Pengurus Lembaga dan masyarakat

g. Fasilitator : KKNT dan Disbun

Demo Plot Agribisnis Perkebunan Karet Terpadu

Pengelola GARDAMAS Kabupaten

Tujuan:

a. Kebun percontohan

b. Inkubasi dan Unit Bisnis

Lokasi: Wilayah Perkebunan Musi Rawas

Luas Lahan 5 - 10 Hektar

Aktifitas kebun produksi dan peternakan

31

1. Tanaman produksi karet

2. Peternakan Kambing/sapi.

3. Ternak Lebah

Pembiayaan (KKN Tematik dan Pemerintah Daerah)

5.2.3. Pembentukan Unit Bisnis

a. Penguatan koperasi karet

b. Perintisan Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Nasional (PJTKNas)

Perkebunan Karet, UB-Musi Rawas.

5.2.4. Inkubasi Bisnis

a. Inkubasi bisnis bagi mahasiswa UNMURA

b. Inkubasi bisnis bagi masyarakat

RENCANA JADWAL IMPLEMENTASI KKN TEMATIK

No. Jenis Kegiatan Waktu

1 Review data 13-30 Juni 2012

2 Koordinasi program 14-16 Juni 2012

3 Sosialisasi 29 Juni 2012

4 Penyamaan persepsi 30 Juni 2012

5 FGD 2-3 Juli2012

6 Pengurusan ijin 2 Juli 2012

7 Pembentukan Lembaga 1-15 Juli 2012

8 Pelatihan dan Magang 15-30 Juli 2012

9 Implementasi kelembagaan 1-30 Agustus 2012

10 Launching Program awal September 2012

11 Pendampingan Pasca Program September-Oktober 2012

3.4 Monitoring dan Evaluasi Program KKN Tematik PRUKAB

Pelaksana Kegiatan Evaluasi Program KKN Tematik PRUKAB terdiri dari:

32

1. Monitoring dan evaluasi tingkat pusat oleh KPDT (Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal)

2. Monitoring dan evaluasi tingkat Perguruan Tinggi oleh LPPM Universitas Brawijaya

3. Monitoring dan evaluasi tingkat daerah oleh Dinas Perkebunan Musi Rawas

Variabel-variable yang di evaluasi terdiri dari:1. Variabel Kelembagaan2. Variabel Teknik Produksi3. Variabel Peningkatan Kualitas SDM dan Nilai Ekonomi

Pengelompokan Tugas Mahasiswa KKN Tematik PRUKAB

Pada Implementasi KKN Tematik PRUKAB di Musi Rawas, peserta dikelompokan sesuai dengan tugas masing-masing yaitu:

1. Kelembagaan GARDAMAS MURA (FE dan FH)2. Kelembagaan KOPERASI (FE dan FH)3. Kelembagaan PJ TKNAS (FE dan FH)4. Demo Plot Perkebunan Karet Terpadu (Agrokomplek)5. Launching Program KKN Tematik PRUKAB 6. Fasilitasi Kemasyarakatan (FISIP)

V.1. Monitoring Evaluasi Peserta KKN Tematik

Evaluasi hasil akhir KKN Tematik PRUKAB adalah merupakan gabungan

dari :

1. Evaluasi latihan pembekalan

2. Evaluasi kegiatan lapangan

Komponen evaluasi kegiatan lapangan antara lain :

a. Kunjungan Lokasi

Yang dimaksud dengan kunjungan ke lokasi adalah kunjungan mahasiswa

ke lokasi KKN Tematik PRUKAB selama 1,5 bulan.

Adapun cara penilaian adalah sebagai berikut :

Tidak berada di lokasi selama 1 hari = nilai 4

Tidak berada di lokasi selama 2 hari = nilai 3

b. Pelaksanaan Program

c. Perilaku

33

Yang berhak menilai adalah dosen pembimbing lapang, pendamping

lapang, anggota lembaga pemberdayaan, teman satu tim. Unsur perilaku yang

dinilai adalah :

Kapatuhan

Kesopanan

Kejujuran

Keteladanan

Kepedulian/Keakraban

Cara Penilaian :

Sangat Baik : 4

Baik : 3

Cukup : 2

V.1.1. Tahap Ketiga Pelaporan

Tahap pelaporan merupakan tahap akhir kegiatan yang memuat seluruh

kegiatan dari tahap pertama dan kedua.laporan dikerjakan oleh masing-masing

peserta dengan format sistematika laporan :

Halaman Judul

Kata Pengantar

Ringkasan

Daftar Isi

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang (Gambaran lokasi sasaran (Potensi/Profil Desa))

1.2. Tujuan Penyelenggaraan KKN Tematik PRUKAB

BAB II. METODOLOGI PELAKSANAAN KKN TEMATIK PRUKAB

BAB III. HASIL PENYELENGGARAAN KKN TEMATIK PRUKAB

1.1. Hasil Penyelenggaraan sesuai dengan tugas kelompok:

1. Kelompok Kelembagaan GARDAMAS MURA2. Kelompok Kelembagaan KOPERASI 3. Kelompok Kelembagaan PJ TKNAS 4. Kelompok Demo Plot Perkebunan Karet Terpadu 5. Kelompok Launching Program KKN Tematik PRUKAB

34

6. Kelompok Fasilitasi Kemasyarakatan 1.2. Faktor pendorong dan penghambat

1.3. Permasalahan yang dialami

1.4. Upaya untuk mengatasi permasalahan

1.5. Pengalaman harian di masyarakat

1.6. Rencana Tindak Lanjut

BAB IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1.1. Kesimpulan

1.2. Rekomendasi

LAMPIRAN

1. Foto-Foto Kegiatan dan Berkas Penting Lainnya

Laporan dikumpulkan dalam bentuk hard copy rangkap 3 dan soft copy

(CD), ukuran kertas 70 gram, A4, huruf arial font 11, spasi 1,5.

Cara Penilaian :

Sangat Baik = 4

Baik = 3

Cukup = 2

V.1.2. Format Nilai KKN Tematik PRUKAB

Sistem penilaian yang kami lakukan sifatnya transparan dan obyektif

dengan sistem prosentase per kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa peserta

KKN Tematik PRUKAB. Penilaian KKN Tematik PRUKAB lebih jelasnya bisa

dilihat pada tabel 2.

35

Tabel 5. Format penilaian KKN Tematik PRUKAB

No Komponen Evaluasi Nilai Angka (NA)

Faktor Bobot (FB)

%

NA x FB

A Latihan Pembekalan 25

- Kehadiran 12,5

- Ujian Pembekalan 12,5

B Kegiatan Lapang 65

- Kunjungan di Lokasi 10

- Program PRUKAB 40

- Perilaku 15

C Pelaporan 5

D Ujian KKN Tematik PRUKAB 5

36

I. ORGANISASI PENGELOLA KKN TEMATIK PRUKAB

I.1. Susunan Organisasi Pengelola KKN Tematik PRUKAB

Susunan Organisasi Pelaksanaan Program KKN Tematik PRUKAB adalah

sebagai berikut :

Pelindung : Rektor Universitas Brawijaya

(Prof.Dr.lr. Yogi Sugito)

Pengarah : 1. Prof. Dr. Ir. Bambang Suharto, MS

2. Warkum Sumitro, SH, MH

3. Ir. R.B. Ainurrasyid, MS

Penanggung Jawab : Ketua LPPM

(Prof. Dr. Ir. Siti Chuzaemi, MS)

Ketua Pelaksana : Ir. Agus Tumulyadi, MS

Anggota : 1. Dr. Multifiah, SE, MS

2. Dr. Susinggih Wijana, MS

3. Drs. M. Fatchi, MS

4. Dr. Ir. Osfar Sjofjan, M.Sc

5. Dr. Agung Pramana Warih Marhendra, M.Si

6. drg. R. Setyohadi, MS

7. Abdul Majid, SH, MH

8. Dr. Ir. Yulia Nuraini, MS

9. Dr. Agung Nugroho, SU

10. Ir. Ramdani, MSi (Disbun Kab. Musi Rawas)

Monitoring dan Evaluasi : Prof. Dr. Agus Suryono, MS

Bendahara Kegiatan : Sudjari, S.Sos

Sekretariat : 1. Liliek Listiowati, MM

2. Sukarman, SH

3. Hadi Sucipto, SH, MAB

4. Agustina Salama, S.Sos

Pendamping Lapang :

1. Ir. Sulendro, M.Si (Disbun Kab. Musi Rawas)

2. Eman Suherman (Disbun Kab. Musi Rawas)

3. Dian Agus Priatmoko, S.Pi

4. M. Iqbal Arizal, S.Pi

37