panduan adven 2017 dalam terang iman,...

PANDUAN ADVEN 2017

DALAM TERANG IMAN, MENGHIDUPI NILAI-NILAI

PANCASILA

3Panduan Adven 2017

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 3

PENGANTAR 5

PERTEMUAN I 7

PERTEMUAN II 16

PERTEMUAN III 26

PERTEMUAN IV 36

REFERENSI 46

LEMBAR CATATAN 47

5Panduan Adven 2017

PENGANTAR

Saudara-saudara yang terkasih, kita saat ini telah memasuki masa Adven, masa dimana kita semua diajak menantikan dan sekaligus mempersiapkan diri menyambut kelahiran Yesus. Selama satu bulan ini, kita semua diajak mempersiapkan diri agar semakin pantas menyambut kehadiran Kristus Sang Penyelamat. Selama satu bulan ini pula, kita menyelenggarkan aneka macam persiapan, baik pribadi maupun bersama. Begitu juga, persiapan lahir maupun batin. Kita pun menyongsongnya dengan aneka persiapan liturgis maupun kateketis.

Sudah menjadi kebiasaan, bahwa dalam masa Adven ini, Komisi Kateketik Keuskupan Agung Semarang mengajak Anda semua mempersiapkan secara kateketis, yakni persiapan yang berhubungan dengan pendalaman iman bersama, baik dalam komunitas teritorial maupun kategorial. Sudah menjadi kebiasaan setiap tahunnya, bahwa Anda semua diajak untuk bersama-sama bersarasehan dan berbagi pengalaman iman melalui Pekan Adven ini.

Tema Adven 2017 ini adalah “Dalam Terang Iman, Menghidupi Nilai-Nilai Pancasila.” Tema ini dipilih sebagai bagian dari kerangka Rencana Induk Keuskupan Agung Semarang, yang mencita-citakan terwujudnya peradaban kasih di Indonesia. Begitu pula, atas rekomendasi dan tindak lanjut Studi DKP KAS pada tanggal 12-15 Juni 2017 yang

Panduan Adven 20176

lalu. Dalam pertemuan itu, kita semakin menyadari pentingnya mengangkat semangat kebangsaan dan kebhinekaan. Disadari pula betapa pentingnya kita sebagai umat Katolik untuk memperjuangkan kembali nilai-nilai Pancasila dalam hidup menggereja dan memasyarakat kita yang mulai tercabik dengan primordialisme dan politik tak beretika.

Maka, marilah kita songsong semarak Adven tahun 2017 ini dengan semangat menghidupi nilai-nilai Pancasila. Kita akan diajak memperdalam nilai-nilai itu, dalam langkah demi langkah. Pertemuan pertama, kita diajak memperdalam Sila pertama, sila Ketuhanan yang Maha Esa. Sila ini mengajak kita membangun sikap menghargai dan menciptakan keharmonisan antar pemeluk agama. Kemudian pada pertemuan kedua, kita diajak membahas nilai sila kedua dan kelima. Sila-sila ini mengajak kita mengedepankan dan mengusahakan baik secara pribadi, kelompok maupun bersama-sama menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan memperjuangkan keadilan untuk setiap orang. Lalu, pada pertemuan ketiga, kita diajak memperdalam sila ketiga dan keempat. Kita diajak untuk mensikapi pluralitas dengan kesediaan bersatu dalam perbedaan dengan berdialog, bekerjasama demi mencapai tujuan bersama yaitu kesejahteraan umum. Sedangkan pertemuan akhir, yaitu pertemuan keempat, kita diajak menantikan Yesus yang akan datang dengan kesediaan untuk meneladan Dia dalam mewujudkan nilai-nilai Pancasila yang sejalan dengan nilai-nilai Injili. Selamat Natal 2017 dan Tahun Baru 2018. Tuhan

memberkati kita semua, Berkah Dalem, Salam Pancasila.

Ketua Komisi Kateketik KASFX. Sugiyana Pr

7Panduan Adven 2017

Pertemuan I

MENJUNJUNG NILAI KETUHANAN YANG MAHA ESA

DALAM MENGGEREJA DAN BERBANGSA

Tujuan Proses:Mengajak umat membangun sikap menghargai

dan menciptakan keharmonisan antar pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup berbangsa

A. Pembuka

1. Nyanyian Pembuka2. Pengantar

Tema Adven 2017 adalah “DALAM TERANG IMAN, MENGHIDUPI NILAI-NILAI PANCASILA.” Pekan Adven ini digunakan untuk mengajak umat merevitalisasi nilai-nilai Pancasila. Dalam Pertemuan Adven pertama ini, kita diajak merefleksikan semangat Adventus dalam menghayati nilai Sila Pertama Pancasila yaitu “Ketuhanan Yang

Panduan Adven 20178

Maha Esa”. Sila Pertama dari Pancasila, merupakan salah satu sila yang mengajak kita untuk senantiasa ingat, bahwa kita adalah bangsa yang menjunjung nilai-nilai Ketuhanan.

Nilai Ketuhanan yang kita junjung, bukan hanya milik satu agama saja, melainkan milik semua orang sebagai Bangsa Indonesia apapun etnis dan agamanya. Untuk itu, nilai yang tersirat dalam Ketuhanan Yang Maha Esa, adalah nilai agar kita menjunjung dan menghormati semua agama supaya dapat beribadat pada Tuhan yang Maha Esa sesuai dengan ajaran dan tradisinya. Dalam sila pertama Pancasila ini, tersirat ajakan untuk menjunjung nilai-nilai toleransi beragama dan berkepercayaan.3. Doa Pembuka

Allah Bapa yang Maha Kasih pada kesempatan pertemuan pertama ini, kami mengawali masa Adven, masa untuk menantikan kedatangan Putera-Mu Yesus Kristus dengan memperdalam nilai-nilai luhur yang terkadung dalam Pancasila. Semoga dalam pertemuan ini kami bisa menyiapkan diri dengan membangun semangat luhur Pancasila dalam hidup berbangsa kami, khususnya menghayati nilia Ketuhanan Yang Maha Esa. Semoga dengan pertemuan ini, kami pantas untuk menyambut kehadiran-Mu di tengah-tengah kami. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin.4. Penyalaan lilin Korona Lilin pertama dinyalakan dan dilanjutkan dengan doa.

9Panduan Adven 2017

P Allah Bapa yang Maha Kasih, kami telah memasuki masa Adven, masa dimana kami menantikan akan kedatangan Putera-Mu terkasih. Kami mohon semoga lilin Adven ini menerangi hati kami agar semakin pantas untuk menyambut Putera-Mu yang lahir di tengah-tengah kami. Semoga lilin ini juga menerangi hati kami yang berkumpul untuk merenungkan hidup kami yang Kau panggil untuk menghadirkan Peradaban Kasih bagi sesama, lingkungan dan bangsa kami ini. Semoga dengan bimbingan sabda-Mu kami dapat menggiatkan lingkungan sebagai pusat hidup beriman yang semakin terbuka, mampu berdialog dan membawa perubahan baru sehingga dapat menjadikan semua orang untuk semain sejahtera, bermartabat dan beriman sesuai dengan nilai Pancasila. Permohonan ini kami sampaikan kepada-Mu dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami yang hidup dan berkuasa bersama Engkau dan Roh Kudus, sepanjang segala masa.

U Amin

B. Inspirasi

1. Sepercik Kisah Pemandu mengajak umat untuk membaca berita menarik sebagai berikut:

Tukar bangku Ratna berdebar-debar, tak bisa tidur. Besok

lusa, ia harus bertukar bangku bersama beberapa temannya di Sekolah SMA Al-Aqsa. Sebagai siswi Katolik di SMA Ambrosius, ia masih ragu, apakah dirinya mampu diterima disana. Ia terpilih dengan

Panduan Adven 201710

beberapa temannya untuk mengikuti “tukar bangku” selama satu bulan. Tukar bangku, adalah kegiatan untuk saling bertukar tempat pelajaran antar siswa. Mereka saling bertukar untuk ikut pelajaran di sekolah yang berbeda. Prinsipnya, mereka bisa merasakan suasana di sekolah lain.

Esoknya, Ratna bersama beberapa temannya ikut program tukar bangku yang diberi nama Satya Muda Bhinneka. Salah satu tujuannya ialah mengajak anak-anak muda untuk tidak mudah terprovokasi dengan isu-isu SARA dan sebaliknya menjadi juru kampanye yang membawa pesan-pesan toleransi, keberagaman, pluralisme, dan Bhinneka Tunggal Ika.

Awalnya Ratna ragu, namun setelah menjalani tukar bangku di Sekolah SMA Al-Aqsa, ia merasakan kebahagiaan bersama teman barunya yang berbeda agama. Bahkan, mereka semua membuat medsos

11Panduan Adven 2017

untuk semakin mengkampanyekan pesan-pesan toleransi.

Ratna dan beberapa temannya sekarang menjadi semakin akrab, bahkan mereka semua berjanji agar tidak mudah dimanfaatkan golongan-golongan tertentu untuk menyebarluaskan isu-isu yang memecah belah persatuan. Lalu, mereka sepakat menujukkan bahwa sebagai generasi muda tidak mudah goyah dengan isu-isu SARA.

Cerita diinspirasi dari peristiwa nyata di Jakarta.

2. Pendalaman Pemandu mengajak umat untuk mendalami berita dengan menjawab dan mensharingkan pertanyaan-pertanyaan yang ada di bawah ini. a. Apa kesan Anda membaca kisah Ratna?

Berikanlah tangggapan Anda!b. Bagaimana cara pandang Anda terhadap

pendidikan kebhinnekaan bagi keluarga dan masyakarat sekitar Anda?

c. Apakah di sekitar tempat Anda juga pernah menjumpai peristiwa yang serupa mengenai toleransi beragama? Ceritakanlah !

d. Menurut Anda, sikap apa yang sejatinya harus ada ketika kita mengamalkan Nilai Pancasila mengenai “Ketuhanan Yang Maha Esa”? berikanlah Tanggapan Anda !


C. Refleksi Kateketis

1. Kutipan Kitab Suci Pemandu mengajak umat menyimak bacaan Kitab Suci Markus 9:38-40 Kata Yohanes kepada Yesus: "Guru, kami lihat seorang yang bukan pengikut kita mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita.” Tetapi kata Yesus: "Jangan kamu cegah dia! Sebab tidak seorangpun yang telah mengadakan mujizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku. Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita.”

2. RenunganPendamping dapat menyampaikan point-point reflektifuntuk memperkaya/melengkapi sharing dalam sarasehan.• Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila,

ingin mengatakan kepada kita mengenai pengakuan adanya kekuasaan di luar diri manusia yang menganugerahkan rahmat-Nya kepada Bangsa Indonesia. Sebuah pengakuan bahwa ada hubungan dan kesatuan antara Bangsa Indonesia dengan yang Ilahi. Siapapun warga Bangsa Indonesia, apapun etnis dan agamanya, diajak senantiasa percaya akan anugerah dan jalinan dengan Tuhan Yang Maha Esa.

• Untuk itu, sebagai Bangsa Indonesia, nilai Ketuhanan yang Maha Esa, juga berarti sebuah sikap hormat dan memberi jaminan kebebasan kepada setiap penduduk atau warga bangsa untuk memeluk agama sesuai dengan keyakinannya dan beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya.


• Maka, nilai yang terkadung dalam Sila Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa, menunjukkan bahwa Bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius, bangsa yang saling hormat dan menghormati serta bekerjasama antara pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda sehingga terbina kerukunan hidup. Begitu juga, memberikan kebebasan dalam menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing, tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaannya kepada orang lain.

• Kisah Ratna merupakan sepenggal kisah, dimana anak muda diajak untuk semakin menjunjung nilai-nilai Kebhinnekaan. Hal itu merupakan salah satu cermin akan sikap menghayati nilai Ketuhanan Yang Maha Esa yang telah berkembang sebagai nilai-nilai yang dijunjung di Indonesia. Sebuah sikap saling menghormati antar pemeluk agama dan berkepercayaan. Membina toleransi dan kerukunan antar umat beragama, bahwa siapapun mereka sebagai Bangsa Indonesia hendaknya saling menjaga kerukunan.

• Dalam Bacaan Markus 9:38-40 Yesus menunjukkan satu sikap toleran terhadap sesama yang tidak segolongan. Bacaan Markus itu ingin menunjukkan bahwa sikap Yesus yang membuka dan memperluas wawasan Yohanes dan teman-temannya untuk lebih terbuka


kepada sesama yang berbeda pandangan hidup dan keyakinan mereka. Yesus menunjukkan sikap keterbukaan terhadap orang-orang yang menggunakan nama Nya untuk mengusir roh-roh jahat. Yesus bersikap demikian karena nama Yehosua berarti Allah yang menyelamatkan. Allah menyelamatkan semua orang. Artinya, Yesus mengajak para muridNya untuk memahami tentang keberagaman. Bahkan, Yesus mengajak mereka agar menghargai siapa saja yang berjuang demi kebaikan, walaupun mempunyai kepercayaan berbeda.

• Dalam Konsili Vatikan II, Konstitusi Gaudium et Spes (GS) bahwa dalam hati setiap orang yang berkehendak baik, “Rahmat bekerja dengan cara yang tak terlihat …. Roh Kudus membuka kemungkinan bagi semua orang untuk dengan cara yang diketahui Allah digabungkan dengan misteri Paskah itu”(GS 22). Hal itu, juga semakin ditegaskan oleh Paus Fransiskus dalam Evangelii Gaudium (2013) yang mengajak agar senantiasa tetap merasa dekat dengan mereka yang tidak menganggap diri mereka sendiri sebagai bagian dari tradisi religius apapun. Namun, memandang mereka yang dengan tulus tetap mencari kebenaran, kebaikan dan keindahan yang dipercaya sebagai ungkapan dan sumbernya yang tertinggi dari Tuhan.


D. Penegasan Bersama dan Penutup

Pemandu mengajak pribadi, keluarga atau lingkungan untuk membuat niat dan aksi-aksi nyata dalam menghadirkan Nilai Pancasila, Sila Pertama, “Ketuhanan Yang Maha Esa” yang bisa dilaksanakan secara konkret oleh keluarga atau lingkungan!1. Doa UmatPemandu memimpin doa untuk mengantar umat menyampaikan doa-doa pribadi secara spontan, terutama terkait dengan tema pertemuan.

Doa umat kemudian ditutup oleh pemandu. Sesudah doa umat bisa diedarkan kolekte (kalau ada) sambil diiringi lagu yang mengungkapkan rasa syukur atau persembahan diri. 2. Bapa Kami 3. Doa Penutup

Ya Bapa yang Mahabijaksana, Engkau telah memberikan kami terang Kasih, khususnya Engkau telah menyadarkan kami tentang nilai Sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa, bahwa kami sebagai Bangsa Indonesia harus senantiasa saling hormat dan menghormati serta bekerjasama antara pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda sehingga mampu semakin membina kerukunan hidup. Kini kami mohon, Rahmatilah keluarga kami dengan Roh Kudus- Mu agar mampu menjadi bentara kerukunan umat beragama di Indonesia. Engkau yang hidup dan meraja, kini dan sepanjang masa. Amin4. Nyanyian Penutup


Pertemuan II

MENJUNJUNG NILAI KEMANUSIAAN DAN KEADILAN DALAM TATA HIDUP BERSAMA

Tujuan Proses:Mengajak umat membangun sikap menjunjung

martabat antar sesama dan mendahulukan kepentingan serta kesejahteraan bersama

A. Pembuka


Pada Pertemuan Adven pertama, kita diajak merefleksikan semangat Adventus dalam menghayati nilai Sila Pertama Pancasila yaitu “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Untuk itu, pada pertemuan kedua ini, kita diajak untuk semakin memperdalam dan merevitalisasi nilai-nilai Pancasila secara khusus Sila Kedua dan Kelima, “Kemanusiaan yang adil dan beradab” dan “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”


Nilai sila kedua dan kelima Pancasila, lebih menekankan mengenai sikap untuk menjunjung martabat manusia dan mendahulukan kepentingan serta keadilan bagi masyarakat. Kedua sila ini terkait erat dengan nilai-nilai dalam menjunjung harkat martabat setiap insan manusia, siapapun itu, kaya-miskin, laki-laki-perempuan, tua-muda, berbeda etnis dan agama. Nilai sila kedua dan kelima Pancasila ini sangat dekat, bahkan bersinggungan dengan nilai Ajaran Sosial Gereja mengenai menjunjung martabat manusia dan Bonum Commune (Kesejahteraan bersama).3. Doa Pembuka

Allah Bapa yang Maha Welas Asih, pada kesempatan pertemuan kedua ini, kami merenungkan masa Adven, masa untuk menantikan kedatangan Putera-Mu Yesus Kristus dengan memperdalam nilai-nilai luhur yang terkadung dalam Pancasila, secara khusus nilai kemanusiaan dan keadilan. Semoga melalui pertemuan ini, kami dapat semakin menyadari sebagai orang Katolik untuk senantiasa menjunjung nilai kemanusiaan dan kepentingan bagi hajat hidup orang banyak dalam bermasyarakat kami. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin.4. Penyalaan lilin Korona Lilin pertama dinyalakan dan dilanjutkan dengan doa.

P Allah Bapa yang Maha Kasih, kami telah memasuki masa Adven, masa dimana kami menantikan akan kedatangan Putera-Mu terkasih. Kami mohon semoga lilin Adven ini menerangi hati kami agar


semakin pantas untuk menyambut Putera-Mu yang lahir di tengah-tengah kami. Semoga lilin ini juga menerangi hati kami yang berkumpul untuk merenungkan hidup kami yang Kau panggil untuk menghadirkan Peradaban Kasih bagi sesama, lingkungan dan bangsa kami ini. Semoga dengan bimbingan sabda-Mu kami dapat menggiatkan lingkungan sebagai pusat hidup beriman yang semakin terbuka, mampu berdialog dan membawa perubahan baru sehingga dapat menjadikan semua orang untuk semain sejahtera, bermartabat dan beriman sesuai dengan nilai Pancasila. Permohonan ini kami sampaikan kepada-Mu dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami yang hidup dan berkuasa bersama Engkau dan Roh Kudus, sepanjang segala masa.

U Amin

B. Inspirasi

1. Sepercik Berita Pemandu mengajak umat untuk membaca berita sebagai berikut:

Corong MasjidKala itu Tumijo sungguh berduka. Bagaimana

tidak, Sukijo ayahnya yang baru berusia tiga puluh enam tahun dipanggil Tuhan. Jatuh dari pohon kelapa di samping rumahnya. Mbok Supinah ibunya, sudah meninggal empat belas tahun lalu, tepat ketika melahirkan Tumijo.

Tumijo panik, tidak tahu apa yang mesti dilakukan. Ia berlari sambil menangis meminta


tolong tetangga di sebelah kanan rumahnya. Mengetok pintu, tetapi tidak ada yang membuka. Balik kanan, berlari menuju tetangga rumah di sebelah kiri, mereka bilang baru sibuk, tidak bisa menolong. Isak tangisnya semakin keras, ia lari lagi menuju ke rumah di depannya yang agak jauh. “Hah.....jatuh, meninggal?” tanyanya. “Tapi maaf Jo, kami sedang ada tamu, nanti saja saya ke sana,” lanjutnya. Tumijo frustasi. Tidak tahu lagi ke mana harus meminta tolong. Ia duduk termangu di ujung desa,

Tiba-tiba muncul ide, Tumijo lari menuju ke masjid di kampung sebelah. Ia bermaksud meminjam corong (pengeras suara) untuk memberitahukan kepada orang-orang, bahwa ayahnya meninggal, jatuh dari pohon kelapa. Belum menginjakkan kakinya ke lantai masjid, Tumijo dihadang seorang


lelaki tengah baya petugas mesjid. Permintaan Tumijo awalnya ditolak, pasalnya Sukijo ayah Tumijo bukan muslim.

Namun dengan memaksa Tumijo meraih mic corong di serambi mesjid, lalu mengumumkannya. Dengan suara terbata-bata disertai isak tangis memilukan, Tumijo memberitahu orang-orang, bahwa ayahnya Sukijo barusan jatuh dari pohon kelapa dan meninggal. Orang-orang tersentuh hatinya oleh pengumuman Tumijo. Mereka berbondong ke masjid ikut menemui Tumijo untuk berbelasungkawa. Tanpa pakai disuruh warga segera mengurus jenasah ayahnya.

Seusai pemakaman ayahnya, Tumijo dipanggil pengurus mesjid, karena memaksa masuk ke serambi masjid. Tumijo lalu meminta maaf, tapi para pengurus masjid tetap bersimpati kepadanya. Mereka memaklumi apa yang dilakukan Tumijo yang sebatang kara itu.

Sejak saat itu, setiap ada warga yang meninggal tidak peduli apa agamanya selalu diumumkan melalui corong masjid. Tidak perlu lagi menyuruh petugas mendatangi dari rumah ke rumah memberitahukan bahwa di kampunya ada lelayu alias orang meninggal.

Cerita digubah atas seijin dari Herman Joseph Maryanto (ang-gota Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Yogyakarta) berjudul

“Toa kematian,”


2. Pendalaman Pemandu mengajak umat untuk mendalami berita dengan menjawab dan mensharingkan pertanyaan-pertanyaan yang ada di bawah ini. a. Apa kesan Anda membaca sepercik kisah

Tumijo? Berikanlah tanggapan Anda!b. Menurut Anda, mengapa dalam hidup bersama,

kita harus menjunjung nilai kemanusiaan dan keadilan? Seberapa pentingkah nilai itu, dalam hidup bermasyarakat kita?

c. Menurut Anda, sikap apa yang harus kita kembangkan untuk mengamalkan Nilai Pancasila mengenai “kemanusiaan dan keadilan”? berikanlah Tanggapan Anda !


1. Kutipan Kitab Suci Pemandu mengajak umat menyimak bacaan Kitab Suci Galatia 3:28-29 Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus. Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah.

2. RenunganPendamping dapat menyampaikan point-point reflektifuntuk memperkaya/melengkapi sharing dalam sarasehan.• Sila kedua, Kemanusiaan yang adil dan beradab,

serta Sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh


rakyat Indonesia, mengajak kita kepada nilai-nilai mengenai hormat terhadap martabat manusia dan rasa keadilan bagi semua orang, tanpa pandang bulu. Dalam sila-sila tersebut, tercakup nilai tentang mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya. Sebuah sikap untuk memperlakukan siapapun manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya.

• Kisah Tumijo merupakan kisah yang mengoyak nurani kita. Sebuah kisah dimana nilai kemanusiaan harusnya mengatasi sektarian dan primordialisme kesukuan dan agama. Kisah ini memberikan kita pelajaran berharga, bhawa kemanusiaan itu satu, walaupun berbeda agama dan keyakinan.

• Kita beberapa bulan yang lalu juga diingatkan akan Kisah Juan Jose Aguirre Munoz, seorang uskup dan Norodin Alonto Lucman sebagai seorang muslim yang menolong siapapun kurban pertikaian tanpa memandang apapun agama dan etnisnya, memberikan sebuah kesadaran akan pentingnya martabat manusia dan rasa keadilan. Mereka menjunjung nilai martabat manusia dan rasa keadilan melampaui ego dan kepentingan kelompoknya. Maka, betapa pentingnya nilai-nilai Pancasila bagi bangsa kita, yang juga mengajarkan tentang pentingnya menjunjung nilai martabat manusia


dan rasa keadilan di dalam tata hidup bersama. Tanpa menjunjung nilai martabat manusia dan rasa keadilan di dalam tata hidup bersama, kehidupan berbangsa kita mudah terkoyak dan senantiasa berpotensi pada pertikaian.

• Bacaan Galatia 3:28-29, memberikan kesadaran akan pentingnya menjunjung martabat manusia dalam hidup bersama. Paulus mengajak umat Galatia membangun kebersamaan dengan mengajarkan akan pentingnya martabat seseorang, siapapun itu. Paulus mengajak jangan ada yang merasa diri lebih superior dibanding orang lain. Jangan merasa diri lebih benar (Yahudi vs Yunani); bahkan meremehkan orang lain (hamba vs orang merdeka); atau merendahkan yang lain (laki-laki vs perempuan). Martabat semua orang sama dalam satu iman, yaitu Kristus dan keturunan Abraham.

• Dalam Ajaran Sosial Gereja, nilai kemanusiaan dan keadilan sangat mendasar, karena Gereja Katolik menjunjung tinggi setiap martabat manusia. Ajaran Sosial Gereja mengatakan bahwa setiap pribadi manusia itu luhur, karena setiap darinya diciptakan Allah. Siapapun manusia telah dilahirkan memiliki keluhuran yang tak tergantikan. Allah telah memberikan karunia keluhuran bagi setiap pribadi sebagai anugerah yang sudah diberikan sebelum manusia dilahirkan di dunia ini. Maka, nilai-nilai Pancasila menyangkut kemanusiaan


dan keadilan dalam nafas Gereja Katolik juga mendapatkan arti dan pemaknaan yang sama. Keluhuran martabat manusia itulah dasar dari hak asasi manusia. Martabat manusia selalu melekat dalam hak paling asasi manusia. Hal itu harus dibela tidak hanya secara individual tetapi juga sebagai keseluruhan di dalam hidup bermasyarakat dan berbangsa.


Pemandu mengajak pribadi, keluarga atau lingkungan untuk membuat niat dan aksi-aksi nyata dalam menghadirkan Nilai Pancasila, Sila Kedua, “Kemanusiaan yang adil dan beradab” dan Sila Kelima, “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” yang bisa dilaksanakan secara konkret oleh keluarga atau lingkungan!1. Doa UmatPemandu memimpin doa untuk mengantar umat menyampaikan doa-doa pribadi secara spontan, terutama terkait dengan tema pertemuan.


Ya Bapa yang Agung, Engkau telah memberikan kami terang Kasih, khususnya Engkau telah menyadarkan kami tentang nilai sila kedua dan kelima Pancasila, mengenai nilai


kemanusiaan dan keadilan. Kami sebagai warga Indonesia, melalui pertemuan ini, semakin Engkau sadarkan untuk senantiasa senantiasa menjunjung martabat manusia dan rasa keadilan bagi semua orang, tanpa pandang bulu, khususnya dalam hidup bermasyarakat kami. Semoga kami semakin mampu membangun semangat Pancasila di tengah-tengah hidup bermasyarakat kami. Engkau yang hidup dan meraja, kini dan sepanjang masa. Amin4. Nyanyian Penutup


Pertemuan III

MENJUNJUNG NILAI PERSATUAN DAN

MUSYAWARAH DALAM HIDUP BERMASYARAKAT DAN

BERNEGARA

Tujuan Proses:Mengajak umat semakin membangun rasa

solidaritas, kebersatuan dan jiwa bermusyawarah dalam hidup bertetangga dan bermasyarakat demi meningkatkan rasa kecintaan berbangsa dan bernegaraA. Pembuka


Pada Pertemuan Adven pertama dan kedua sebelumnya, kita diajak merefleksikan semangat Adventus dalam menghayati sila pertama, kedua dan kelima dalam Pancasila. Pada intinya, kita diajak membuka sikap untuk senantiasa menjunjung kerukunan antar umat beragama, menjunjung nilai


martabat dan rasa keadilan di dalam membangun hidup menggereja dan bermasyarakat kita. Sedangkan pada pertemuan ketiga ini, kita diajak untuk membangun nilai persatuan dan musyawarah dalam hidup berbangsa kita.

Nilai persatuan dan musyawarah, merupakan nilai dari sila ketiga dan keempat dalam Pancasila. Nilai yang termaktub dalam sila ketiga dan keempat Pancasila tersebut mengajak kita agar menempatkan musyawarah dan rasa persatuan berbangsa dalam segala tata hidup bermasyarakat. Kita diajak untuk senantiasa mengedepankan musyawarah dalam menyelesaikan setiap permasalahan. Kita juga diajak membangun sikap menghargai hasil musyawarah mufakat. Tentu kepentingannya, agar dalam setiap hidup menggereja dan memasyarakat, kita senantiasa membangun semangat kebersatuan, gotong royong dan kerjasama demi tujuan kesejahteraan bersama.3. Doa Pembuka

Allah Bapa yang Maha Kuasa, pada kesempatan pertemuan ketiga ini, kami merenungkan masa Adven, masa untuk menantikan kedatangan Putera-Mu Yesus Kristus dengan memperdalam nilai-nilai luhur yang terkadung dalam Pancasila, secara khusus nilai persatuan dan musyawarah. Semoga melalui pertemuan ini, kami dapat semakin menyadari sebagai orang Katolik untuk senantiasa menjunjung nilai persatuan, gotong royong dan musyawarah dalam hidup menggereja dan bermasyarakat kami. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin.


4. Penyalaan lilin Korona Lilin pertama dinyalakan dan dilanjutkan dengan doa.

P Allah Bapa yang Maha Kasih, kami telah memasuki masa Adven, masa dimana kami menantikan akan kedatangan Putera-Mu terkasih. Kami mohon semoga lilin Adven ini menerangi hati kami agar semakin pantas untuk menyambut Putera-Mu yang lahir di tengah-tengah kami. Semoga lilin ini juga menerangi hati kami yang berkumpul untuk merenungkan hidup kami yang Kau panggil untuk menghadirkan Peradaban Kasih bagi sesama, lingkungan dan bangsa kami ini. Semoga dengan bimbingan sabda-Mu kami dapat menggiatkan lingkungan sebagai pusat hidup beriman yang semakin terbuka, mampu berdialog dan membawa perubahan baru sehingga dapat menjadikan semua orang untuk semakin sejahtera, bermartabat dan beriman sesuai dengan nilai Pancasila. Permohonan ini kami sampaikan kepada-Mu dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami yang hidup dan berkuasa bersama Engkau dan Roh Kudus, sepanjang segala masa.

U Amin

B. Inspirasi

1. Sepercik Kisah Pemandu mengajak umat untuk membaca kisah sebagai berikut:

Gugur Gunung Sebongkah runtuhan padas menggelinding

menghantam bilik tua rumah Sutarno. Runtuhan itu menimbun bilik tua yang sekarang menjadi


ruang kumpul warga. Sudah sedari pagi, Sutarno membersihkan sendirian tanpa siapapun membantunya. Hari mulai siang, matahari terik menyengat. Tubuhnya mulai lemah, karena beban batuan padas yang berat menimbun. Orang sepertinya hanya lalu lalang tak peduli kesulitan Sutarno.

Entah apa, beberapa lelaki enggan membantunya. Kemudian, si Amin putra pengurus lingkungan yang masih belia mencoba membantu Sutarno membersihkan bongkahan batu yang terbilang berat itu. Namun, karena usia yang belia, tubuh Amin belum terlalu kuat membawa bongkahan batu yang cukup besar itu.

Sutarno kelelahan, Amin tak kuasa mengangkat bongkahan batu yang sedemikian berat itu. Akhirnya, Amin minta tolong kepada rekan-


rekannya untuk membantu Sutarno membersihkan bongkahan batu itu. Bahkan, mereka meminta bapak dan ibunya ikut membantu Sutarno. Akhirnya, beban Sutarno semakin ringan karena dibantu oleh banyak orang. Sutarno mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang membantunya, terutama Amin. Sutarno pun mengingatkan bahwa apa yang barusan dilakukan bersama dalam bahasa Jawa disebut “gugur gunung” atau gotong royong.2. Pendalaman Pemandu mengajak umat untuk mendalami berita dengan menjawab dan mensharingkan pertanyaan-pertanyaan yang ada di bawah ini. a. Apa kesan Anda membaca sepercik kisah “gugur

gunung” itu?b. Apakah Anda masih menemukan, bentuk

gotong royong, musyawarah dan keguyuban dalam masyarakat kita dewasa ini, khususnya di tempat Anda? Berikanlah tanggapan Anda!

c. Menurut Anda, sikap dan langkah nyata apa yang harus kita kembangkan untuk melestarikan kegotong royongan dan jiwa musyawarah dalam masyarakat kita yang mulai tergerus ini!


1. Kutipan Kitab Suci Pemandu mengajak umat menyimak bacaan Kitab Suci 1 Korintus 1:10-17


Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir. Sebab, saudara-saudaraku, aku telah diberitahukan oleh orang-orang dari keluarga Kloe tentang kamu, bahwa ada perselisihan di antara kamu. Yang aku maksudkan ialah, bahwa kamu masing-masing berkata: Aku dari golongan Paulus. Atau aku dari golongan Apolos. Atau aku dari golongan Kefas. Atau aku dari golongan Kristus. Adakah Kristus terbagi-bagi? Adakah Paulus disalibkan karena kamu? Atau adakah kamu dibaptis dalam nama Paulus? Aku mengucap syukur bahwa tidak ada seorangpun juga di antara kamu yang aku baptis selain Krispus dan Gayus, sehingga tidak ada orang yang dapat mengatakan, bahwa kamu dibaptis dalam namaku. Juga keluarga Stefanus aku yang membaptisnya. Kecuali mereka aku tidak tahu, entahkah ada lagi orang yang aku baptis. Sebab Kristus mengutus aku bukan untuk membaptis tetapi untuk memberitakan Injil; dan itupun bukan dengan hikmat perkataan, supaya salib Kristus jangan menjadi sia-sia.2. RenunganPendamping dapat menyampaikan point-point reflektifuntuk memperkaya/melengkapi sharing dalam sarasehan.• Sila ketiga, “Persatuan Indonesia” dan

sila keempat dengan “Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan,” merupakan


nilai dari Pancasila yang mengajak kita mengutamakan kegotong-royongan, kerjasama dan musyawarah dalam menjalani hidup bermasyarakat. Artinya kita diajak untuk senantiasa menjunjung nilai kesatuan sebagai warga bangsa, berusaha menghormati setiap perbedaan, dan dengan kedewasaan atau akal sehat senantiasa menghormati mufakat (keputusan bersama) demi kebaikan masyarakat dan negara.

• Dalam sila-sila tersebut terkadung nilai dari tradisi yang telah diwariskan selama berpuluh-puluh tahun yaitu Bhinneka Tunggal Ika, yang artinya bahwa wapaupun kita berbeda-beda tetapi satu jua sebagai bangsa. Bhinneka Tunggal Ika memiliki kekuatan budaya bagi kita Bangsa Indonesia yang terdapat banyak suku, agama, ras, kesenian, adat, bahasa, dan lain sebagainya namun tetap satu kesatuan yang sebangsa dan setanah air.

• Cerita Gugur Gunung ingin memberikan makna mengenai arti penting kerja bersama dan saling membantu. Sebenarnya di Indonesia, khususnya di kampung-kampung atau desa, tradisi gotong royong masih tinggi. Misalnya, tradisi angkat rumah di Suku Bugis merupakan salah satu contoh, bagaimana budaya kita di Indonesia mewarisi budaya gotong royong. Tentu tidak hanya tradisi angkat rumah di Bugis saja, masih ada banyak tradisi gotongroyong di seluruh pelosok Tanah Air yang sudah dihidupi ratusan


tahun. Di berbagai daerah pun ada istilah gotong-royong menurut daerahnya masing-masing, misalnya: Helem Foi Kenambai Umbai (Papua), Ammossi (Sulawesi Selatan), gugur gunung (Yogyakarta), dan masih banyak istilah lainnya.

• Bacaan 1 Korintus 1:10-17 merupakan sebuah surat yang menarik untuk disimak dari Paulus ketika mengatasi perpecahan dalam Jemaat. Jemaat di Korintus mempunyai kecenderungan yang sangat kuat membentuk kelompok atau golongannya masing-masing. Hal itu menyebabkan, mereka mengklaim sebagai pengikut dari Paulus, sebagian mengklaim sebagai pengikut Apolos, dan sebagian mengklaim pengikut Petrus. Dalam kondisi perpecahan itu, rasul Paulus mengajak untuk tetap bersatu dalam Yesus Kristus. “Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia-sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir” (I Kor. 1:10). Paulus mengajak umat di Korintus untuk menjadikan Kristus sebagai pusat hidup dan pegangan satu-satunya oleh jemaat.

• Gereja Katolik melalui Ajaran Sosial Gereja juga mengangkat nilai-nilai yang sama mengenai rasa cinta bangsa, persatuan, gotong royong dan musyawarah. Dalam Ajaran Sosial Gereja, secara khusus dari Centesimus


Annus, artikel 46, dikatakan bahwa Gereja menghargai sistem demokrasi, sehingga Gereja Katolik juga menjunjung hak tiap orang untuk ambil-bagian dalam hidup masyarakat dan bernegara, khususnya dalam peran serta politik. Begitu juga dalam Gaudium Et Spes artikel 76, Gereja juga mengajak umat Katolik dengan setia menjunjungtanggungjawab hidup bernegara dan mengutamakan musyawarah. harus dijunjung tinggi.


Pemandu mengajak pribadi, keluarga atau lingkungan untuk membuat niat dan aksi-aksi nyata dalam menghadirkan Nilai Pancasila, Sila Ketiga dan Keempat yang bisa dilaksanakan secara konkret oleh keluarga atau lingkungan!1. Doa UmatPemandu memimpin doa untuk mengantar umat menyampaikan doa-doa pribadi secara spontan, terutama terkait dengan tema pertemuan.


Ya Bapa yang Maha Pemersatu, terima kasih, Engkau kami sadarkan akan pentingnya nilai musyawarah, gotongroyong dan kerjasama.


Engkau kami ajak menyadari bahwa dalam hidup berbangsa, kami harus senatiasa menjunjung rasa kebersatuan dan kegotongroyongan di antara kami. Semoga kami dapat membawa nilai-nilai persatuan dan cinta tanah air dalam hidup menggereja dan bermasyarakat kami. Engkau yang hidup dan meraja, kini dan sepanjang masa. Amin4. Nyanyian Penutup


Pertemuan IV

MENANTIKAN KRISTUS DALAM SEMANGAT NILAI-NILAI

PANCASILA

Tujuan Proses:Mengajak umat menghidupi nilai-nilai Pancasila

dalam semangat dan cita-cita untuk terwujudnya Peradaban Kasih di gerak hidup menggereja dan berbangsa

A. Pembuka


Pada Pertemuan-pertemuan Adven sebelumnya, kita diajak merefleksikan semangat Adventus dalam menghayati nilai-nilai pokok Pancasila. Pada intinya, kita diajak senantiasa menjunjung kerukunan antar umat beragama, menjunjung nilai martabat manusia dan rasa persatuan serta gotong-royong ber Bhinneka Tunggal Ika dalam hidup menggereja dan bermasyarakat kita. Maka, dalam pertemuan keempat ini, kita


diajak untuk memusatkan nilai-nilai pokok Pancasila tersebut dengan semangat Adven, dimana kita menantikan Sang Juru Selamat bagi terwujudnya Peradaban Kasih dalam hidup berbangsa.

Dalam Masa Adven ini, kita diajak semakin berelasi secara pribadi maupun komunitas dengan Kristus. Tentunya, terang Adventus itu, menyiratkan bahwa kita bukan semakin memusatkan pada satu nilai yang ekslusif, melainkan seharusnya menjadi inklusif, semakin terbuka dengan nilai-nilai universal Kerajaan Allah. Masa Adven menjadikan kita semakin akrab dengan Kristus, keakraban itulah yang seharusnya semakin membuka kita dengan nilai-nilai yang berada di sekitar kita. Keterbukaan terhadap nilai-nilai luhur yang dijunjung dalam hidup bersama, yaitu nilai Pancasila. Nilai yang semakin memuliakan terang Injil di tengah dunia, sehingga Kristus menjadi yang pertama dan utama dalam kehidupan kita agar dalam setiap hidup menggereja dan memasyarakat, kita senantiasa membangun semangat toleransi, kemartabatan, kebersatuan, gotong-royong dan kerjasama demi tujuan kesejahteraan bersama.3. Doa Pembuka

Allah Bapa yang Maha Kuasa, pada kesempatan pertemuan keempat ini, kami diajak untuk semakin merevitalisasi nilai-nilai Pancasila dalam hidup menggereja dan berbangsa kami. Dalam semangat Adven ini, kita semakin Engkau perbarui agar semakin sadar bahwa nilai-nilai Pancasila itu merupakan nilai universal yang juga menjadi nilai


yang diperjuangkan oleh Kristus dengan Kerajaan Allah. Maka, semoga kami, mampu menghayati semangat Adven ini dengan mengahdirkan nilai-nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan di tengah-tengah Bangsa kami. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin.4. Penyalaan lilin Korona Lilin pertama dinyalakan dan dilanjutkan dengan doa.

P Allah Bapa yang Maha Kasih, kami telah memasuki masa Adven, masa dimana kami menantikan akan kedatangan Putera-Mu terkasih. Kami mohon semoga lilin Adven ini menerangi hati kami agar semakin pantas untuk menyambut Putera-Mu yang lahir di tengah-tengah kami. Semoga lilin ini juga menerangi hati kami yang berkumpul untuk merenungkan hidup kami yang Kau panggil untuk menghadirkan Peradaban Kasih bagi sesama, lingkungan dan bangsa kami ini. Semoga dengan bimbingan sabda-Mu kami dapat menggiatkan lingkungan sebagai pusat hidup beriman yang semakin terbuka, mampu berdialog dan membawa perubahan baru sehingga dapat menjadikan semua orang untuk semakin sejahtera, bermartabat dan beriman sesuai dengan nilai Pancasila. Permohonan ini kami sampaikan kepada-Mu dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami yang hidup dan berkuasa bersama Engkau dan Roh Kudus, sepanjang segala masa.

U Amin


B. Inspirasi

1. Sepercik Kutipan Pemandu mengajak umat untuk membaca kutipan sebagai berikut:Dalam statuta Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), yang disahkan pada bulan November 1987, pasal 3 dinyatakan:

“Dalam terang iman Katolik Konferensi Waligereja Indonesia berasaskan Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara”Pasal itu diberi penjelasan sebagai berikut:

“Nilai-nilai kemanusiaan yang luhur seperti yang ada dalam Pancasila itu terdapat juga dalam ajaran Gereja. Andaikata tidak ada Pancasila, nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan sosial itu juga harus


dijunjung tinggi dan diperjuangkan oleh Gereja Katolik. Dalam terang iman Katolik Gereja menerima Pancasila. Dengan menerima Pancasila itu umat Katolik tidak merasa menerima tambahan beban, melainkan mendapat tambahan dukungan dan bantuan dari negara RI. Maka, Gereja Katolik sangat menghargai Pancasila bukan karena pertimbangan taktis, melainkan karena keyakinan akan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya, yang perlu dihayati dan diamalkan secara terbuka, dinamis, dan kreatif, dalam wawasan persatuan, kebersamaan dan kemanusiaan yang luhur bangsa kita.”Dikutip dari Buku Iman Katolik, hlm 20

2. PendalamanPemandu mengajak umat untuk mendalami kutipan dengan menjawab dan mensharingkan pertanyaan-pertanyaan yang ada di bawah ini. a. Apa kesan Anda membaca kutipan statuta

Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), yang disahkan pada bulan November 1987, pasal 3, beserta penjelasannya?

b. Menurut Anda, sikap dan langkah nyata apa yang harus kita kembangkan untuk semakin membumikan nilai Pancasila dalam hidup menggereja dan berbangsa kita, sebagai nilai universal Injili!



1. Kutipan Kitab Suci Pemandu mengajak umat menyimak bacaan Kitab Suci Lukas 1:46-56

Nyanyian pujian MariaLalu kata Maria: "Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juru selamatku sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus. Dan rahmat-Nya turun-temurun atas

orang yang takut akan Dia. Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya; Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah; Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa; Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya.

2. RenunganPendamping dapat menyampaikan point-point reflektifuntuk memperkaya/melengkapi sharing dalam sarasehan.• Kita sebagai Gereja Katolik Indonesia

menyadari bahwa Pancasila dapat menyatukan


segenap bangsa Indonesia untuk bersama-sama membangun negeri. Maka, kita sebagai umat Katolik sungguh-sungguh menerima Pancasila sebagaimana tercantum di dalam Pembukaan UUD 1945. Kita disadarkan bahwa Pancasila bukan hanya sebagai sarana pemersatu, melainkan juga sebagai ungkapan nilai-nilai dasar hidup bernegara, yang memang telah berakar dalam budaya dan sejarah bangsa kita. Pancasila, menghadirkan nilai-nilai dasar hidup manusiawi, sejalan dengan nilai yang dikemukakan oleh ajaran dan pandangan Gereja Katolik. Tentu, Pancasila akan bermakna bagi kehidupan bangsa jika dihayati sebagai nilai-nilai yang diamalkan dan diperjuangkan.

• Kita semua sebagai umat Katolik Indonesia, hendaknya juga menyadari, bahwa Gereja tidak hanya dipanggil dan diutus untuk mewartakan Kerajaan Allah, melainkan juga untuk mewujudkannya secara konkret nilai-nilai Peradaban Kasih itu di masyarakat kita. Karena itu, Gereja Katolik Indonesia tidak hanya perlu mendasarkan nilai Pancasila, melainkan juga ikut terlibat dalam usaha mewujudkannya.

• Maka, dalam Adven ini, kita disadarkan bahwa perwujudan keterlibatan Gereja itu tidak boleh hanya didasarkan pada Tradisi Suci, melainkan harus juga pada fakta dan masalah sosial masyarakat. Untuk itu ini, kita diajak terlibat aktif di dalam program-program publik


atau kemasyarakatan, antara lain atau bahkan terutama dalam hal-hal yang terkait sangat erat dengan nilai-nilai Pancasila, yakni ketuhanan, perikemanusiaan, kebangsaan, kerakyatan, dan keadilan sosial.

• Dalam bacaan Lukas 1:46-56, setelah peristiwa pewartaan malaikat kepada Maria bahwa ia akan mengandung Yesus, Maria meresponnya dengan mengunjungi sepupunya, yakni Elizabet. Dalam kunjungannya kepada Elizabet, anak dalam kandungan Elizabet bergerak, dan ketika hal tersebut diberitahukan kepada Maria, ia menyanyikan Kidung Magnificat (Pujian) sebagai balasannya.

• Kidung Pujian Maria memberikan kepada kita tentang iman seorang Maria. Ia dengan segenap hatinya menerima warta keselamatan itu dengan penuh hati, tulus dengan segala jiwanya. Kidung itu merupakan lantunan akan nilai-nilai bahwa Allah berkenan memilih dan menjadikan yang lemah dan rapuh, sebagai sarana untuk mewujudkan rencana keselamatanNya. Allah berpihak kepada kaum kecil, lemah dan tersingkirkan.

• Kita perlu belajar dari Maria, untuk semakin bertumbuh menjadi pribadi yang memiliki iman yang teguh, bersyukur dan terbuka terhadap kehendak Tuhan, terutama nilai-nilai keutamaan. Seperti halnya, Maria, kita hendaknya terbuka atas keselamatan Allah yang nyata melalui nilai-nilai keutamaan


bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. Senandung Pujian Maria, merupakan senandung Maria kepada penyelenggaraan Ilahi atas hidupnya untuk memperjuangkan nilai-nilai Warta Injil, Warta tentang kelahiran Sang Juru Selamat. Sebuah kidung, tentang menjunjung nilai-nilai iman, martabat manusia, keadilan dan kesejahteraan bersama seperti apa yang juga digaungkan oleh Pancasila.

• Maka, dalam semangat Adventus, seperti halnya Maria, kita diajak untuk memandang Pancasila sebagai kode etik bangsa daripada sebagai sebuah ideologi sosial, karena Pancasila, seperti halnya “dekalog” (Sepuluh Perintah Allah), menunjung tinggi nilai-nilai keutamaan universal tentang keselamatan Kristus itu sendiri, dalam Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan sosial.


Pemandu mengajak pribadi, keluarga atau lingkungan untuk membuat niat dan aksi-aksi nyata dalam menghadirkan Nilai Pancasila sebagai wujud yang bisa dilaksanakan secara konkret oleh keluarga atau lingkungan!1. Doa UmatPemandu memimpin doa untuk mengantar umat menyampaikan doa-doa pribadi secara spontan, terutama terkait dengan tema pertemuan.



Ya Bapa yang Maha Kasih, Engkau memberikan kesadaran kepada kami tentang nilai-nilai luhur yang ada dalam bangsa kami, yaitu nilai Pancasila. Melalui rangkaian pertemuan Adven ini, Engkau kami ajak semakin terbuka akan Karya keselamatan Mu untuk menantikan dan bergiat menjunjung Peradaban Kasih bagi bangsa kami ini. Melalui rangkaian pertemuan ini, kami semakin sadar akan arti Adventus, dimana kami harus semakin terlibat aktif di dalam program-program publik atau kemasyarakatan, antara lain atau bahkan terutama dalam hal-hal yang terkait sangat erat dengan nilai-nilai Pancasila, yakni ketuhanan, perikemanusiaan, kebangsaan, kerakyatan, dan keadilan sosial. Engkau yang hidup dan meraja, kini dan sepanjang masa. Amin4. Nyanyian Penutup


Referensi :

Al. Purwa Hadiwardoyo, Pancasila dan Gereja Katolik Indonesia, Makalah Rapat Umum Aptik (Asosiasi perguruan tinggi katolik) pada bulan Maret 2013 di Manado.

Konferensi Waligereja Indonesia, Iman Katolik – Buku Informasi dan Referensi, Kanisius bekerjasama dengan Obor: Jakarta, 1996.

Yudi Latif, Negara Paripurna: Historisitas, Rasionalitas, Aktualitas Pancasila, Gramedia Pustaka Utama. Jakarta, 2011.


Catatan

panduan adven 2017 dalam terang iman,...

Documents