pandemi covid 19 saatnya kita belajar dari … · david quammen, author of spillover: animal...
TRANSCRIPT
PANDEMI COVID 19
SAATNYA KITA BELAJAR DARI MASYARAKAT ADAT
CORONA HANYA PUNCAK GUNUNG ES,
MASIH ADA ANCAMAN JAUH LEBIH BESAR TERHADAP
KETAHANAN PANGAN, KESEHATAN dan KEAMANAN DI DUNIA
Dalam sejarahnya, Masyarakat Adat (MA) mengalami banyak “pandemi” dari muntaber karena sungai penuh pupuk dari sawit, penyakit baru seperti TBC hingga deforestasi, Taman Nasional, dsb
MA punya mekanisme menghadapinya!
2ANCAMAN
EKSPANSI MANUSIA
PANDEMI ADALAH BAYARAN DARI PENGRUSAKAN ALAM OLEH MANUSIA (ECONOMIC DEVELOPMENT DRIVEN).
Penelitian menunjukkan: hal tersebut membuat virus kehilangan rumah alamiahnya
GDP → ECONOMIC DEVELOPMENT → tidak linear dengan SUSTAINABLE DEVELOPMENT
“We invade tropical forests and other wild landscapes, which harbour so many species of animals and plants – and within those creatures, so many unknown viruses,” David Quammen, author of Spillover: Animal Infections and the Next Pandemic, recently wrote in the New York Times. “We cut the trees; we kill the animals or cage them and send them to markets. We disrupt ecosystems, and we shake viruses loose from their natural hosts. When that happens, they need a new host. Often, we are it.” ('Tip of the iceberg': is our destruction of nature responsible for Covid-19? By John Vidal | Environment | The Guardian)
Expert menyarankan “untuk itu kita harus mendengarkan
komunitas”
→ Urgensi Education for Sustainable Development
In 2016 The Scientific Advisory Board of the UN Secretary General releases a policy brief on the links between indigenous and local knowledge and sustainable development (UNESCO, 2017). As well as in educational goals in SDG states, by 2030, ensure all learners acquire knowledge and skills needed to promote sustainable development, including among others through education for sustainable development and sustainable lifestyles, human rights, gender equality, promotion of a culture of peace and non-violence, global citizenship, and appreciation of cultural diversity and of cultures contribution to sustainable development (UN, 2015). However, in the national level, the engagement is so much depended on national education policy
4
KEBUDAYAAN MA ITU DINAMIS DAN OPERASIONAL TERHADAP KEHIDUPAN SAAT INI
Kebudayaan dalam kurikulum di Indonesia cenderung dianggap statis, nostalgik dan ornamen belaka
Padahal MA adalah pihak yang paling siap
menghadapi krisis pangan.
Pendidikan Kontekstual: transfer pengetahuan dalam internal MA berlangsung terus, pendidikan dari Sokola hanya bersifat tambahan sesuai konteks.
Sokola sejak mengajarkan huruf dan kata sudah mengaitkannya dengan problematika kehidupan harian mereka. Misalnya Kopi untuk komunitas petani kopi di Jember.
5
Dari ke-4 slides di atas, Kami berprinsip: Pada intinya moment COVID 19 adalah proses refleksi bersama, sehingga memunculkan kekuatan2 yang memang sudah ada atau perlu dikuatkan dalam MA.
Kami juga percaya MA perlu khusuk menyusun ulang kekuatan internal mereka. Jadi jangan coba-coba mengintervensi kurikulum nasional kepada masyarakat adat apalagi pada saat ini, nanti kita juga yang rugi.
Saat ini Sokola berada di area tapi tidak live in bersama komunitas, tidak mau membawa resiko.
Resilience MA ini jelas-jelas menunjukan keunggulan mereka dan kekalahan gaya hidup kita orang kota.
Positioning SOKOLA INSTITUTE
Bagaimana kegiatan Sokola di masa pandemik?
“Justru dari dialog dan proses belajar yang kontekstual dan
membebaskan justru kita yang banyak belajar dari komunitas
adat dalam menghadapi pandemi dan pencegahan
dampak ke depannya”
DISKUSI
Alam harus menjadi kekuatan utama manusia untuk survive
“There are too many pressures at the same time on our natural systems and something has to give,” she added. “We are intimately interconnected with nature, whether we like it or not. If we don’t take care of nature, we can’t take care of ourselves. And as we hurtle towards a population of 10 billion people on this planet, we need to go into this future armed with nature as our strongest ally.” Inger Andersen, UN Environment Chief (Coronavirus: 'Nature is sending us a message’, says UN environment chief | World news | The Guardian)
BENUARON
- Punya teritori dan sumber daya alam yang bisa mereka kelola - ilmu pengetahuan dan skill dari nenek moyang yang kontekstual - Banyak inisiatif untuk ilmu tambahan baru yang kontekstual
MASYARAKAT ADAT YANG MASIH BERDAULAT DAN MEMILIKI SISTEM PENGETAHUAN ADAT YANG TIDAK
TERGANGGU PUNYA KESEMPATAN BESAR DALAM KETAHANAN PANGAN
GALUKETAHANAN PANGAN KOMUNITAS ADAT
SODAN, SUMBA BARAT
KEKUATAN PANGAN LOKAL
“JUSTRU KAMI YANG DIBERI BERAS”
Akbar, guru Sokola Sumba
““Setiap rumah punya lumbung padi yang
harus penuh, setidaknya harus cukup buat 3 tahun ke depan.”
Tradisi orang Sodan, Sumba
Orang Rimba ingin mengembalikan Kemandirian
Pangan mereka
Yang hilang:
- Padi rimba- Tembakau rimba- Penggilingan gula tebu rimba
Yang ada dan tidak baik
- Ketergantungan dengan dunia luar: income dari penjualan hasil hutan keluar dan konsumsi (mis: beli ubi kayu ke desa, dll)
Yang masih ada: banyaaak..
BEHUMA BETANOM
BEHUMA BETANOM Hasil refleksi: OR Makekal Hulu sepakat untuk behuma betanom Juni 2020
sebagai upaya mengembalikan kemandirian pangan
Dalam luasan 5 hektar (padi, tumpang sari dan kolam ikan)
MEMPELAJARI ILMU BARU YANG RELEVAN
Mijak menjadi guru mengajar ilmu hukum untuk adik-adiknya di Basecamp Sokola di Bangko, Jambi
BELAJAR APA?
Tidak ada masyarakat yang tertinggal atau termodern. Setiap masyarakat punya perkembangannya masing-masing.
Pendidikan Adat harus berkontribusi pada keseharian hidup dan penyelesaian masalah mereka. Karena jika sekedar nostalgik, ia akan ditinggalkan.
Pengetahuan tersebut akan diterima dan terus bertahan selama alam dan lingkungan sekitarnya juga bertahan.
Pendidikan Masyarakat Adat harus berpihak pada pemikiran ini.
PENDIDIKAN ADAT?
“
“Context shapes Content, not the other way around”
Butuh dukungan kebijakan untuk menguatkan Masyarakat Adat:
- Kurikulum (atau sistem pendidikan) yang berpihak - Pengakuan dan jaminan hak sebagai masyarakat adat (termasuk
hak kelola sumber daya alam dan jaminan perlindungan tanah-tanah adat)
- Pendokumentasian dan konseptualisasi pengetahuan adat dan sistem proteksi dan solidaritas horisontal lainnya
- Hapus konstruksi wacana yang merendahkan (masyarakat tertinggal, ‘masih’ pakai cawat), karena semua manusia di mata HAM dan hukum equal
Ini untuk kebaikan kita juga, kalau tidak dilakukan, kita juga yang rugi.
TUNTUTAN
TERIMA KASIH
BUTET MANURUNG&
SOKOLA INSTITUTE