paling bagus tumor kolon ajeng

52
TUMOR KOLON (REFERAT) Oleh : Dian Ajeng Trianty 0961050081 Pembimbing : dr. Pherena, Sp.Rad RADIOLOGI Fakultas KedokteranUniversitas Kristen Indonesia Periode 1 september 2014 – 4 oktober 2014

Upload: dian-ajeng-trianty

Post on 25-Dec-2015

38 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kolon

TRANSCRIPT

TUMOR KOLON

(REFERAT)

Oleh :

Dian Ajeng Trianty

0961050081

Pembimbing :

dr. Pherena, Sp.Rad

RADIOLOGI

Fakultas KedokteranUniversitas Kristen Indonesia

Periode 1 september 2014 – 4 oktober 2014

JAKARTA 2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala

berkat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan referat radiologi

yang bejudul “TUMOR KOLON”.

Saya mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing dan penguji

saya, dr. Pherena Sp.Rad yang telah membimbing saya dalam menyelesaikan

referat ini.

Besar harapan saya agar referat ini dapat berguna bagi saya dan para

pembaca. Saya juga menyadari bahwa referat ini tidaklah sempurna, oleh karena

itu kritik dan saran dari dokter pembimbing kiranya membantu saya untuk

kedepannya. Atas segala perhatian, kritik, saran, serta dukungan yang telah

diberikan, saya ucapkan terima kasih.

Jakarta, September 2014

Penulis

Dian Ajeng Trianty

TUMOR KOLON

I. DEFINISI 

Tumor kolon dibagi menjadi dua secara garis besarnya tumor jinak

dan tumor ganas . Tumor jinak adalah pertumbuhan non-kanker yang tidak

menyebar pada bagian tubuh dan biasanya tidak membahayakan tubuh. Polip

kolorektal adalah tumor jinak yang paling umum terjadi di kolon.

Karsinoma kolon merupakan keganasan yang mengenai sel-

sel epitel di mukosa kolon. Dasar penting dari keganasan kolon ini

adalah proses perubahan secara genetik  pada sel-sel epitel di mukosa

kolon yang timbul akibat beberapa hal, antara lain dietetik, kelainan di

kolon sebelumnya dan faktor herediter

Tumor Jinak :

a. Polip colorectal

Polip kolorektal terjadi pada usia diatas umur 40 tahun sering

muncul benjolan pada jaringan yang disebut polip yang tumbuh dari

dinding dalam ( mukosa ) dari kolon dan rektum. Polip terlihat seperti

jamur dengan kepala dan kepala. Polip bisa juga berbentuk datar dan

tumbuh di permukaan dalam dinding pada colon atau rektum.

Ada beberapa bentuk dari polip :

- Inflammatory polyps

- Hamartomas

- Polip juvenile

- Hyperplastic polyps

II. ETIOLOGI DAN FAKTOR PREDISPOSISI

Secara umum tumor selalu dihubungkan dengan: bahan-bahan kimia,

bahan-bahan radioaktif, dan virus. Umumnya karsinoma kolon terjadi

dihubungkan dengan factor genetic dan lingkungan. Serta dihubungkan juga

dengan factor predisposisi diet rendah serat, kenaikan berat badan, intake

alkohol.

III. EPIDEMIOLOGI

Karsinoma kolon adalah penyebab kematian kedua akibat karsinoma.

Kemungkinan mengidapnya adalah 1 dalam 17. Insidennya berkurang 2

peratus setahun sejak 1985 hingga 1995 tetapi baru-baru ini peratusannya

meningkat kembali. Ini menunjukkan keberhasilan deteksi awal melalui

program skrining.

Tumor terjadi ditempat yang berada dalam colon, kira-kira pada bagian :

Insiden karsinoma kolon menunjukkan variasi geografik. Negara

industri kecuali Jepang mempunyai insiden tertinggi. Manakala Negara

Amerika Selatan dan China mempunyai angka kejadian yang relative

rendah. Ini disebabkan oleh perbedaan diet antara negara berkenaan dan

faktor lingkungan 

Di Indonesia dari berbagai laporan terdapat kenaikan jumlah kasus

tetapi belum ada angka yang pasti berapa insiden karsinoma kolon.

Sjamsuhidajat (1986) dari evaluasi data-data di Departemen Kesehatan

mendapatkan 1,8 per 100.000 penduduk.2 Tirtosugondo (1986) untuk

Kodya Semarang. Kira-kira 152.000 orang di amerika serikat terdiagnosa

karsinoma Colon pada tahun 1992 dan 57.000 orang meninggal karena

karsinoma ini pada tahun yang sama (ACS 1993). Sebagian besar klien

pada karsinoma Colon mempunyai frekuensi yang sama antara laki-laki

dan perempuan. Karsinoma pada colon kanan biasanya terjadi pada

wanita dan Ca pada rektum biasanya terjadi pada laki-laki. Insidennya

meningkat sesuai dengan usia (kebanyakan pada pasien yang berusia

lebih dari 55 tahun) dan makin tinggi pada individu dengan riwayat

keluarga yang mengalami karsinoma kolon.

IV. TIPE KARSINOMA KOLON DAN REKTUM 

Secara makroskopis terdapat tiga tipe karsinoma kolon dan rektum, yaitu

 Tipe polipoid atau vegetatif

Pada tipe ini tumor tumbuh menonjol ke dalam lumen usus, berbentuk

bunga kol dan ditemukan terutama di sekum dan kolon ascendens.

 Tipe skirus atau infiltratif,

Pada tipe ini biasanya mengakibatkan penyempitan sehingga terjadi

stenosis dan gejala obstruksi, terutama ditemukan pada kolon descendens,

sigmoid dan rektum.

 Tahap ulserasi

Pada tipe ini terjadi karena nekrosis di bagian sentral dan terletak di daerah

rektum. Pada tahap lanjut, sebagian besar tumor kolon akan mengalami

ulcerasi menjadi tukak yang maligna.

V. ANATOMI

Gambar 1. Anatomi kolon dan rectum

Kolon memanjang dari ujung ileum ke rektum. Sekum, kolon

ascending dan kolon transversum proksimal adalah bagian dari kolon

sebelah kanan. Kolon transversum distal, fleksura lienalis, kolon

descending, kolon sigmoid, dan terdiri dari rectosigmoid kolon sebelah

kiri. Kolon transversum dan kolon sigmoid bergantungan di rongga

peritoneal. Dinding kolon memiliki empat lapisan: mukosa, submucosa,

muscularis, dan serosa. Muscularis propria yang terdiri dari lapisan

sirkular dalam dan satu lapisan longitudinal luar. Otot longitudinal kolon

mengelilingi sepenuhnya dalam lapisan yang sangat tipis, dan di tiga titik

di sekitar lingkar itu dikumpulkan ke dalam band tebal disebut taeniae

coli. Haustra adalah hasil pemendekan usus oleh taeniae dan kontraksi otot

melingkar Terdapa lemak pelengkap pada permukaan serosal. Dinding

kolon begitu tipis sehingga membengkak apabila terjadi obstruksi.

Rektum berukuran 12-15 cm. Taeniae coli yang menyebar di

persimpangan rectosigmoid. Massa tumor atau abses di lokasi ini dengan

mudah teraba pada dubur digital atau pemeriksaan panggul. Dubur

biasanya luas dan dpt dilembungkan. Pada pria, kelenjar prostat, vesikula

seminalis, dan saluran seminalis terletak di sebelah anterior rektum.

Biasanya prostat mudah dirasakan, tapi vesikula seminalis tidak teraba

kecuali menggembung, Pada rektovaginal toucher, struktur mudah teraba

dengan satu jari di vagina dan satu di anus.

VI. METASTASIS

Metastase ke kelenjar limfa regional ditemukan pada 40-70% kasus

pada saat direseksi. Invasi ke pembuluh darah vena ditemukan pada lebih

60% kasus. Metastase sering ke hepar, cavum peritoneum, paru-paru,

diikuti kelenjar adrenal, ovarium dan tulang. Metastase ke otak sangat

jarang, dikarenakan jalur limfatik dan vena dari rektum menuju vena cava

inferior, maka metastase karsinoma rektum lebih sering muncul pertama

kali di paru-paru. Berbeda dengan kolon dimana jalur limfatik dan vena

menuju vena porta, maka metastase karsinoma kolon pertama kali paling

sering di hepar

VII. KLASIFIKASI TUMOR 

Derajat keganasan karsinoma kolon dan rektum dibagi berdasarkan

gambaran histologik menurut klasifikasi Dukes. Dukes membagi

karsinoma berdasarkan dalamnya infiltrasi karsinoma di dinding usus.

Klasifikasi karsinoma rektum menurut Dukes:

  Tahap A:  Infiltrasi karsinoma terbatas pada dinding usus (survive for

5 years 97 %)

 Tahap B:  Infiltrasi karsinoma sudah menembus lapisan muskularis

mukosa (80 %)

 Tahap C:  Terdapat metastasis ke dalam kelenjar limfe

C1: Beberapa kelenjar limfe dekat tumor primer (65 %)

C2: Dalam kelenjar limfe jauh (35 %)

 Tahap D:  Metastasis jauh (< 5 %)

Klasifikasi TNM 

T – Tumor primer

Tx - Tumor primer tidak dapat dinilai

T0 - Tidak ada tumor primer

T1 - Invasi tumor di lapisan sub mukosa

T2 - Invasi tumor di lapisan otot propria

T3 - Invasi tumor melewati otot propria ke subserosa atau masuk ke

perikolik yang tidak dilapisi peritoneum atau perirektal

T4 - Invasi tumor terhadap organ atau struktur sekitarnya atau peritoneum

viseral

N – Kelenjar limfe regional

Nx - Kelenjar limfe regional tidak dapat dinilai

N1 - Metastasis di 1-3 kelenjar limfe perikolik atau perirektal

N2 - Metastasis di ≥ 4 kelenjar limfe perikolik atau perirektal

N3 - Metastasis pada kelenjar limfe sesuai nama pembuluh darah atau

pada kelenjar apikal

M – Metastasis jauh

Mx - Metastasis jauh tidak dapat dinilai

M0 - tidak ada metastasis jauh

M1 - terdapat metastasis jauh

VIII. GEJALA KLINIS 

P a s i e n d e n g a n k a r s i n o m a k o l o r e k t a l u m u m n y a

m e m b e r i k a n k e l u h a n   b e r u p a g a n g g u a n p r o s e s d e f e k a s i

( C h a n g e o f b o w e l h a b i t ) , b e r u p a k o n s t i p a s i a t a u

d i a r e ,  perdarahan segar lewat anus (rectal bleeding), perasaan tidak puas

setelah buang air besar (tenesmus), buang air besar berlendir (mucoid

diarrhea), anemia tanpa sebab yang jelas,dan penurunan berat

badan. Adanya suatu massa yang dapat teraba dalam perut

jugadapat menjadi keluhan yang dikemukakan.

Manifestasi klinik karsinoma kolon tergantung dari bentuk

makroskopis dan letak tumor. Bentukpolipoid (cauli flower) dan koloid

(mukoid) menghasilkan banyak mukus, bentuk anuler menimbulkan obstruksi

dan kolik, sedangkan bentuk infiltratif

(schirrhus) t u m b u h   l o n g i t u d i n a l s e s u a i s u m b u p a n j a n g

d i n d i n g r e k t a l d a n b e n t u k u l s e r a t i f   menyebabkan ulkus ke

dalam dinding lumen.Karsinoma yang terletak di kolon asenden

menimbulkan gejala perdarahan samar sedangkan tumor yang terletak di

rektum memanifestasikan perdarahan yang masih segar dan muncul gejala

diare palsu. Di kolon desenden, karsinoma ini menyebabkan

kolik yang nyata karena lumennya lebih kecil dan feses sudah berbentuk

solid.

IX. Diagnosis 

Diagnosis karsinoma kolon ditegakkan melalui anamnesa,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan

laboratoris, radiologis, kolonoskopi, danhistopatologis.

A. Anamnesis

Pada stadium dini, karsinoma kolon tidak memberikan

gejala. Gejala biasanyamuncu l s aa t pe r j a l anan penyak i t sudah

l an ju t . Pa s i en dengan ka r s i noma ko lon biasanya mengeluh

rasa tidak enak, kembung, tidak bisa flatus, sampai rasa nyeri

dipe ru t . D idapa t kan juga pe rubahan keb i a saan buang a i r

be sa r be rupa d i a r e a t au sebaliknya, obstipasi, kadang disertai darah

dan lendir. Buang air besar yang disertaidengan darah dan lendir

biasanya dikeluhkan oleh pasien dengan karsinoma kolon  bag i an

p roks ima l . Ha l i n i d i s ebabkan ka rena da r ah yang

d ike lua rkan o l eh ka r s i noma   tersebut sudah bercampur dengan

feses. Ge j a l a umum l a in yang d ike luhkan o l eh  pasien berupa

kelemahan, kehilangan nafsu makan dan penurunan berat badan.

B. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik mungkin tidak banyak menolong dalam

menegakkan diagnosis.T u mor kecil pada tahap dini tidak teraba pada

palpasi abdomen, bila teraba menunjukkan keadaan yang sudah lanjut. Bila

tumor sudah metastasis ke hepar akan teraba hepar yang noduler dengan

bagian yang keras dan yang kenyal. Asites biasa didapatkan jika tumor

sudah metastasis ke peritoneal. Perabaan limfonodi inguinal, iliaka,

dan supraklavikular penting untuk mengetahui ada atau tidaknya metastasis

ke limfonodi tersebut. Pada pasien yang diduga menderita karsinoma

kolorektal harus dilakukan rectal toucher. B i l a l e t a k t u m o r a d a

d i r e k t u m a t a u r e k t o s i g m o i d , a k a n teraba massa maligna

(keras dan berbenjol-benjol dengan striktura) di rektum atau

rektosigmoid teraba keras dan kenyal. Biasanya pada sarung

tangan akan terdapat lendir dan darah.

C. Pemeriksaan penunjang 

Pemeriksaan laboratorium tidak dapat menentukan diagnosis. Walau

demikian, setiap pasien yang mengalami perdarahan perlu diperiksa kadar

hemoglobin.Pemeriksaan radiologis yang dapat dikerjakan berupa foto polos

abdomen,barium enema dengan single contrastmaupun double contrast dan

foto thoraks

a. Pemeriksaan Laboratotium 

1. Anemia dapat dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium

darah (hemoglobin dan hematokrit).

2. Test guaiac pada feses

3. Carcinoembryonic antigen (CEA)

b. Pemeriksaan Radiologi

1. Ultrasonografi (USG)

Ultrasonografi (USG) merupakan salah satu imaging diagnostik

(pencitraan diagnostik) untuk pemeriksaan alat alat dalam tubuh

manusia,dimana kita dapat mempelajari bentuk, ukuran anatomis, gerakan

serta hubungan dengan jaringan sekitarnya. Pemeriksaan ini bersifat non-

invasif, tidak menimbulkan rasa sakit pada penderita, dapat dilakukan

dengan cepat, aman dan data yang diperoleh mempunyai nilai diagnostik

yang tinggi. Tidak ada kontra indikasinya, karena pemeriksaan ini sama

sekali tidak akan memperburuk penyakit penderita. Dalam 20 tahun

terakhir ini, diagnostik ultrasonik berkembang dengan pesatnya, sehingga

saat ini USG mempunyai peranan penting untuk meentukan kelainan

berbagai organ tubuh.

Prinsip USG

Ultrasonik adalah gelombang suara dengan frekwensi lebih tinggi

daripada kemampuan pendengaran telinga manusia, sehingga kita tidak

bisa mendengarnya sama sekali. Suara yang dapat didengar manusia

mempunyai frekwensi antara 20 – 20.000 Cpd (Cicles per detik- Hertz)..

Sedangkan dalam pemeriksaan USG ini mengunakan frekwensi 1- 10

MHz ( 1- 10 juta Hz). Gelombang suara frekwensi tingi tersebut dihasilkan

dari kristal-kristal yang terdapat dalam suatu alat yang disebut transducer.

Perubahan bentuk akibat gaya mekanis pada kristal, akan menimbulkan

teganganlistrik. Fenomena ini disebut efek Piezo-electric, yang merupakan

dasar perkembangan USG selanjutnya. Bentuk kristal juga akan berubah

bila dipengaruhi oleh medan listrik. Sesuai dengan polaritas medan listrik

yang melaluinya, kristal akan mengembang dan mengkerut, maka akan

dihasilkan gelombang suara frekwensi tingi.

Display Mode’s

Echo dalam jaringan dapat diperlihatkan dalam bentuk :

1. A- mode L : Dalam sistem ini, gambar yang berupa defleksi vertikal pada

osiloskop. Besar amplitudo setiap defleksi sesuai dengan energy eko

yang diterima transducer.

2. B- mode : Pada layar monitor (screen) eko nampak sebagai suatu titik dan

garis terang dan gelapnya bergantung pada intensitas eko yang

dipantulkan dengan sistem ini maka diperoleh gambaran dalam dua

dimensi berupa penampang irisan tubuh, cara ini disebut B Scan.

3. M- mode : Alat ini biasanya digunakan untuk memeriksa jantung.

Tranducer tidak digerakkan. Disini jarak antara transducer dengan organ

yang memantulkan eko selalu berubah, misalnya jantung dan katubnya.

Kekurangan

Kekurangan yang umum pada pemeriksaan USG disebabkan

karena USG tidak mampu menembus bagian tertentu badan. Tujuh puluh

persen gelombang suara yang mengenai tulang akan dipantulkan, sedang

pada perbatasan rongga-rongga yang mengandung gas 99% dipantulkan.

Dengan demikian pemeriksaan USG paru dan tulang pelvis belum dapat

dilakukan. Dan diperkirakan 25% pemeriksaan di abdomen diperoleh hasil

yang kurang memuaskan karena gas dalam usus. Penderita gemuk agak

sulit, karena lemak yang banyak akan memantulkan gelombang suara yang

sangat kuat.

Pemakaian Klinis

USG digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis dalam

berbagai kelainan organ tubuh. USG digunakan antara lain menemukan

dan menentukan letak massa dalam rongga perut dan pelvis. membedakan

kista dengan massa yang solid. mempelajari pergerakan organ (jantung,

aorta, vena kafa), maupun pergerakan janin dan jantungnya. Pengukuran

dan penetuan volum. Pengukuran aneurisma arterial, fetalsefalometri,

menentukan kedalaman dan letak suatu massa untuk bioksi. Menentukan

volum massa ataupun organ tubuh tertentu (misalnya buli-buli, ginjal,

kandung empedu, ovarium, uterus, dan lain-lain). Bioksi jarum terpimpin.

Arah dan gerakan jarum menuju sasaran dapat dimonitor pada layar USG.

Menentukan perencanaan dalam suatu radioterapi. Berdasarkan besar

tumor dan posisinya, dosis radioterapi dapat dihitung dengan cepat. Selain

itu setelah radioterapi, besar dan posisi tumor dapat pula diikuti.

Gambaran USG pada Polip Colon :

Terdapat struktur hiperechoic yang diproyeksikan kedalam lumen

dari kolon. Endorektal ultrasonografi dapat digunakan untuk mendiagnosa

carcinoma colon. Polip dapat sukar untuk diidentifikasi pada usg diperoleh

dengan posisi supine., karena udara normalnya berkumpul di anterior,

sehingga menyebabkan distal bayangan akustik.

Tumor primer biasanya terlihat massa yang kurang echo

dengan pusat yang hiperechoic yang diketahui sebagai target sign .

Penemuan lainnya termasuk penebalan dinding usus secara irregular

terlokalisasi, , contour yang irregular, kurangnya peristaltic normal,

dan absens nya lapisan dari dinding kolon .

2. CT-Scan Colon

Pemanfaatan alat CT scan dalam melakukan pemeriksaan Colon

merupakan teknik yang baru dan dapatkita lakukan dengan sangat cepat

dan dapat meniadakan radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi. Dengan

pemeriksaan CT Colon ini dapat dilihat gambaran Colon baik dalam

maupun luarnya sebagaimana kita melakukan Colonoskopi.

CT-Scan colon dapat dilakukan dengan 2 cara, antara lain :

1.Dengan memasukkan kontras media positif.

2. Dengan memasukkan kontras media negative.

CT Colon adalah pemeriksaan Colon dengan memanfaatkan alat

CT Scan untuk menperlihatkan gambaran Colon dan menggunakan

kontras media negative yaitu udara yang dipompakan kedalam colon.

Tujuan pemeriksaan ini sama halnya dengan pemeriksaan Colon biasa ,

hanya disini kita tak perlu melakukan fluoroskopi dan juga tidak

memasukkan Barium kedalam usus sipenderita. Jadi pemeriksaannya jauh

lebih nyaman dari pemeriksaan Colon yang biasa kita lakukan , serta

waktu yang dibutuhkan jauh lebih cepat. Pada CT Colon kita dapat

mengevaluasi permukaan luar (3D Colon) dan structure dalam dari Colon

dengan Navigator ,seperti divertikuli , dokter dapat juga mengevaluasi

bagian dari structure abdomen lainnya, seperti liver, ginjal, dll. Setelah

dilakukan pemotretan dalam posisi supine dan prone dengan

mempergunakan Helical dan ketebalan irisan 3 - 5 mm , pasien

diperbolehkan keluar dari ruangan pemeriksaan, dan selanjutnya kita

lakukan prosesing gambar pada operator console. Untuk melihat Colon

dengan penampilan tiga dimensi, cukup kita klik Built model, terus 3D

Colon , dengan sekejap kita dapatkan gambaran Colon. Dengan jalan

memutar-mutar gambar sedemikian rupa , kita dapatkan gambaran Colon

yang kita kehendaki. Gambar Colon 3D yang sudah kita dapatkan kita

ubah lagi menjadi gambaran colon seperti yang biasa kita buat dengan alat

Rontgen konvensionil. Dengan menggunakan alat (Navigator) yang dapat

kita gerakkan sepanjang gambaran Colon , dimana kita sudah mempunyai

gambaran Colon dalam potongan axial , sagital dan coronal sebagai

panduan., maka kita dapatkan gambaran permukaan dalam dari Colon ,

dimana gambar yang kita lihat adalah gambaran seperti yang dihasilkan

dengan alat Colonoskopi yang selama ini kita lihat. Bila dokter

memerlukan visualisasi dari Colon itu sendiri dapat dengan mudah

dilakukan, walaupun pasien sudah keluar dari bagian Radiologi.

Tujuan pemeriksaan : untuk melihat kelainan-kelainan pada daerah kolon.

Indikasi Pemeriksaan :

1. Colitis

2. Polip

3. Tumor

4. Invaginasi

5. Hemoroid

Kontra indikasi :

1. Perforasi

2. Keadaan umum pasien jelek

3. Diare

Persiapan Pasien :

1. Dua hari sebelum pemeriksaan, pasien dianjurkan makanan lunak / bubur

kecap dan disarankan banyak minum air

2. Jika kita lakukan pagi maka makan bubur kecap yg terakhir jam 19.00 wib.

Dan jika pemeriksaan dilakukan siang, makan terakhir jam 07.00 wib.

3. Jika kita lakukan pemeriksaan pagi, maka pasien minum garam inggris 1

bks dicmpur dgn air 1 gelas jam20.00 wib. Utk pemeriksaan siang maka

minum garam inggris dicampur air 1 gelas jam 07.00 wib.

4. Jika dilakukan pemeriksaan pagi maka mulai puasa jam24.00 wib dan jika

dilakukan siang, puasa jam07.00, pasien dianjurkan tdk merokok dan tdk

boleh bnyak bicara.

5. Besok pagi / siang pasien dtg ke radiologi dlm keadaan puasa.

6. Sebaiknya sebelum pemeriksaan pasien dilakukan klisma.

Persiapan Alat dan Bahan :

1. Cateter

2. Gunting klem

3. Spuit 20cc

4. Jelly

5. Spuit cateter

6. Handscone

7. Bahan Kontras dan gelas

Persiapan pasien : 

1. Petugas radiologi menjelaskan tentang yg akan diperiksa ke pasien.

2. Petugas radiologi meminta ke pasien mengganti pakaian dgn pakaian yg

telah disiapkan / baju pasien.

3. Pasien diminta naik ke atas meja pemeriksaan.

Dengan memakai CT Scan dual slice saja kita bisa menghasilkan

gambaran CT Colon dengan baik, apalagi apabila kita pakai CT multi slice ,

pasti gambarannya akan jauh lebih baik , sebab resolusinya akan semakin

halus. Keuntungan pemeriksaan ini adalah mengurangi radiasi yang diterima

pekerja radiasi. Dapat memperlihatkan struktur Colon baik lapisan luar

maupun lapisan dalamnya. Kita bisa melihat gambaran Colonoskopi tanpa

menunggu dokter ahli Penyakit dalam untuk melakukannya. Kelemahannya

kita tak bisa mengambil cuplikan bahan yang akan diperiksa dilaboratorium,

apabila ada hal-hal yang mencurigakan. Kerugian–kerugiannya adalah boleh

dikatakan tidak ada.

CT telah menjadi standar untuk gambar modalitas abdomen pada

pasien dengan karsinoma kolorektal.CT scan dapat mengevaluasi

abdominal cavity dari pasien kanker kolon pre operatif. CT

scanbisa mendeteksi metastase ke hepar, kelenjar adrenal, ovarium, kelenjar

limfa dan organ lainnyadi pelvis. CT scan sangat berguna untuk

mendeteksi rekurensi pada pasien dengan nilai CEAyang meningkat

setelah pembedahan kanker kolon. Sensitifitas CT scan mencapai 55%. CT

scan memegang peranan penting pada pasien dengan kanker kolon dalam

menentukan stage dari lesi sebelum tindakan operasi. Pelvic CT scan dapat

mengidentifikasi invasi tumor kedinding usus dengan akurasi mencapai 90

%, dan mendeteksi pembesaran kelanjar getah bening> 1 c m p a d a 7 5 %

p a s i e n . P e n g g u n a a n C T d e n g a n k o n t r a s d a r i a b d o m e n d a n

p e l v i s d a p a t   mengidentifikasi metastase pada hepar dan daerah

intraperitoneal.

Gambar. CT Scan Ca kolon

Gambar. Metastasis ke hati

Kerugian CT Scan adalah

Karena CT Scan menggunakan sinar x untuk menghasilkan gambar

potongan tubuh ,maka tentu saja pasien yang sedang dalam pemeriksaan

CT Scan akan terpapar dengan sinar x. CT Scan dengan teknologi saat ini

hanya akan memaparkan 4% saja dari radiasi sinar x yang dipaparkan oleh

alat Rontgen sinar x biasa. Oleh karena itu ibu hamil tak dapat melakukan

pemeriksaan CT Scan , oleh karena itu ibu hamil wajib memeberitahukan

kondisi kehamilannya pada dokter sebelum dokter merekomendasikan

pemeriksaan CT Scan. Munculnya gambaran artefak (gambaran yang

seharusnya tidak ada tapi terekam). Hal ini biasanya timbul karena pasien

bergerak selama perekaman CT Scan berlangsung, pasien yang

menggunakan tambalan gigi amalgam atau sendi palsu dari logam, atau

kondisi jaringan tubuh tertentu yang mengakibatkan timbulnya gambaran

artefak. Demikian penggunakan CT Scan sejak awal sampai saat ini

setelah banyak sekali kemajuan teknologi yang dicapai ,kemajuan ini

dapat sangat bermanfaat untuk dunia kedokteran dan kesehatan.

3. Foto Polos Abdomen

Foto polos abdomen merupakan pemeriksaan awal untuk

melakukan pemeriksaan barium enema. Apabila pada pemeriksaan foto

polos abdomen ditemukan tanda-tanda perforasi, maka pemeriksaan

barium enema merupakan kontra indikasi.

Foto polos abdomen sedapat mungkin dibuat pada posisi tegak

dengan sinar horizontal. Posisi supine perlu untuk melihat distribusi gas,

sedangkan di sikap tegak untuk melihat batas udara-air dan letak obstruksi

karena massa.

Gambar. polos abdomen

Gambar. foto abdomen left lateral decubitus

GAMBAR. Foto polos abdomen-Left lateral decubitus

Pada foto BOF/LLD tampak adanya peumoperitoneum (udara

bebas diatas hepar pada foto LLD) menunjukan adanya perforasi usus.

Sebaiknya pemotretan dibuat dengan memakai kaset film yang

dapat mencakup seluruh abdomen beserta dindingnya. Perlu disiapkan

ukuran kaset dan film ukuran 35 x 43 cm.

Adanya dilatasi dari usus disertai gambaran “step ladder” dan “air

fluid level” pada foto polos abdomen dapat disimpulkan bahwa adanya

suatu obstruksi. Foto polos abdomen mempunyai tingkat sensitivitas 66%

pada obstruksi usus halus, sedangkan sensitivitas 84% pada obstruksi

kolon.

Pada foto polos abdomen dapat ditemukan gambaran “step ladder

dan air fluid level” terutama pada obstruksi bagian distal. Pada kolon bisa

saja tidak tampak gas. Jika terjadi stangulasi dan nekrosis, maka akan

terlihat gambaran berupa hilangnya mukosa yang reguler dan adanya gas

dalam dinding usus. Udara bebas pada foto thoraks tegak menunjukkan

adanya perforasi usus. Penggunaan kontras tidak dianjurkan karena dapat

menyebabkan peritonitis akibat adanya perforasi.

4. Barium Enema

Barium enema merupakan pemeriksaan yang aman , akurat dan

efektif untuk mendiagnosa polip colonic dan kanker. Polip diukur 1 cm

pada diameter memiliki 10% . Sensitivitas dari pemeriksaan kolon diukur

dari kemempuan untuk mendeteksi ukuran dari lesi.

Tujuan Pemeriksaan :

Membantu menegakkan diagnosis dari carcinoma colon dan penyakit

inflamasi colon.

Mendeteksi adanya polip, inflamasi dan perubahan struktural pada colon.

Resiko dan Tindakan Pencegahan :

Pemeriksaan ini berbahaya jika dikerjakan pada penderita tachycardia atau

colitis berat.

Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan hati-hati pada penderita ulcerative

colitis, diverticulitis, berak darah akut atau kecurigaan pneumatosis

cytoides intestinalis.

Nilai Normal :

Barium akan mengisi colon secara rata dan menunjukkan contour, patency

(bebas terbuka) dan posisi bowel yang normal.

INDIKASI :

1. Gangguan pola buang air besar

2. Nyeri daerah colon

3. Kecurigaan massa daerah colon

4. Melena

5. Kecurigaan obstruksi colon

KONTRA INDIKASI :

1. Absolute

- toxic megacolon

- pseudo membranous colitis

- post biopsy colon (sebaiknya menunggu setelah 7 hari)

2.  Relatif

- persiapan colon kurang baik

- baru saja mengalami pemeriksaan GI tract bagian atas dengan

kontras

KOMPLIKASI :

1. Perforasi usus

2. Extraluminasi ke venous

3. Water intoxication

4. Intramural barium

5. Cardiac arithmia

6. Transient bactericemia

7. ES obat-obatan yang dipergunakan (buscopan, dll)

Persiapan Pemeriksaan

Persiapan Pasien

48 jam sebelum pemeriksaan pasien makan makanan lunak rendah serat

18 jam sebelum pemeriksaan ( jam 3 sore ) minum tablet dulcolax

4 jam sebelum pemeriksaan ( jam 5 pagi ) pasien diberi dulkolak kapsul

per anus selanjutnya dilavement

Seterusnya puasa sampai pemeriksaan

30 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi sulfas atrofin 0,25 – 1 mg /

oral ‘untuk mengurangi pembentukan lendir

15 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi suntikan buscopan untuk

mengurangi peristaltic usus.

Prosedur

1. Catat tanda-tanda vital pasien, tekanan darah, denyut nadi dan hasil

laboratorium bila ada.

2. Dilakukan plain foto Abdomen polos/ BNO Pendahuluan, menggunakan

kaset ukuran 30 x 40 cm, bila pasien berukuran besar menggunakan kaset

ukuran 43 x 35 cm. Teknik Foto Plain Abdomen polos/ BNO Pendahuluan

3. Posisi Pasien Supine diatas meja pemeriksaan, kedua lengan disamping

tubuh, kaki lurus dengan lutul sedikit fleksi untuk mobilisasi.

4. Posisi objek Mid Sagital Plane pada pertengahan meja, batas atas

processus xyphoideus dan batas bawah sympisis pubis. 6.2.3. Central Ray:

Vertical, Center point : umbilikus, FFD : 90 cm Kv : 70 , MAS. 6.2.4.

Eksposi: sekspirasi dan tahan nafas supaya abdomen lebih tipis, diafragma

keatas sehingga abdomen terlihat jelas.

5. Siapkan media kontras barium sulfat yang dicampur dengan air dengan

perbandingan 1:8.

6. Masukkan ke tabung irigator yang telah tersambung dengan selang

irigator. Letakkan pada ketinggian 1 meter dari tempat tidur pasien.

7. 6.5. Masukkan kanula yang telah diolesi vaselin ke anus pasien, diklem

dengan gunting klem. 6.6. Buka gunting klem sehingga barium masuk ke

colon sigmoid (±5 menit). Tutup gunting klem pada selang irigator.

Lakukan pemotretan dengan kaset 24 x 30 cm.

8. Buka kembali klem alirkan barium kira-kira sampai mengisi rectum (± 10

menit). Lakukan pemotretan AP dengan menggunakan kaset 30 x 40 cm.

Kemudian dilanjutkan dengan pemotretan posisi obliq kanan dan kiri

dengan menggunakan kaset 30 x 40 cm.

9. Pasien dipersilahkan BAB.

10. Setelah itu dimasukkan media kontras negatif melalui anus pasien dengan

spuit. (double kontras). Kemudian dilakukan pemotretan dengan posisi

AP.

11. Pemeriksaan Colon in loop selesai. Pasien diantar keluar ruang

pemeriksaan.

12. Kelebihan dalam menegakan diagnosa pemeriksaan usus besar / colon in

loop bahwa radiolog dapat memonitor secara real time. Pergerakan

peristaltic pada saat dilakukan pemeriksaan colon in loop, dengan catatan

bahwa dalam pemeriksaan ini menggunakan flouroscopi.

Setelah Pemeriksaan

Perawatan Langsung Setelah Pemeriksaan :

· Jika X-ray lebih lanjut tidak dimintakan , maka penderita dapat kembali

makan secara normal.

· Minum banyak cairan karena pemeriksaan dapat menyebabkan

dehydrasi.

Aktivitas Setelah Pemeriksaan :

· Kotoran penderita akan berwarna keputihan hingga 24 – 72 jam ( 1 – 3

hari ).

Teknik Pemasukan Media Kontras

1. Metode Kontras Tunggal

Pemeriksaan hanya menggunakan BaSO4 sebagai media

kontras.

Kontras dimasukkan ke kolon sigmoid, desenden,

transversum, ascenden sampai daerah seikum.

1. Dilakukan pemotretan full fillng

2. Evakuasi, dibuat foto post evakuasi

2. Metode Kontras Ganda

1. Kontras Ganda Satu Tingkat

Kolon diisi BaSO4 sebagian selanjutnya ditiupkan udara

untuk mendorong barium melapisi kolon

Selanjutnya dibuat foto full filling

2. Kontras Ganda Dua Tingkat

1. Tahap pengisian

Kolon diisi BaSO4 sampai kira 2 fleksura lienalis atau

pertengahan kolon transversum

Pasien disuruh merubah posisi agar barium masuk ke

seluruh kolon

2. Tahap pelapisan

Menunggu 1 – 2 menit supaya barium melapisi mukosa

kolon

3. Tahap pengosongan

Pasien disuruh BAB

4. Tahap pengembangan

Dipompakan udara ke dalam kolon = 1800 – 2000 ml,

tidak boleh berlebihan karena akan timbul komplikasi :

reflex fagal (wajah pucat, bradikardi, keringat dingin

dan pusing )

5. Tahap pemotretan

Pemotretan dilakukan apabila yakin seluruh kolon

mengembang semua

Posisi pemotretan tergantung dari bentuk dan kelainan

serta lokasinya.

- Proyeksi PA, PA obliq & lateral ( rectum )

- Proyeksi AP, AP obliq ( kolon transversum

termasuk fleksura)

- Proyeksi PA, PA obliq pasien berdiri ( fleksura

lienalis dan hepatica)

Gambar. Karsinoma kolon-apple core

Gambar. Barium enema

Jika arsitektur internal dari kolon tampak terganggu, dapat disebabkan

oleh :

Polypoid filling defect : tepi halus, bisa berbentuk sessile atau pedunkulasi.

Marked irregular polypoid defects

Bulat,halus dan flexible polypoid defects : biasanya untuk lipoma

Gambaran polip tipe hamartoma pada colon

Hiperplastic Polip : Lesinya terjadi dari hyperplasia fokal atau metaplasia

dari dari epitel kolonik. Secara patologik polip halus dan sessile, ukuran

diameter hampir selalu dibawah 1 cm. Lebih dari 80% dari hyperplastic

polip selalu dibawah 5 mm . Gambaran Radiologi : terlihat sebagai

bayangan cincin kecil pada permeriksaan double contrast dari kolon.

GAMBAR

Lipoma : Tumornya flexible pada konsistensi dan contour dan

konfigurasinya dipengaruhi oleh peristaltik. ( squezze sign )

Mukosa yang terletak dibawah lipoma dapat meregang halus

Gambar. Karsinoma kolon

Gambar. Colorecral cancer.

Memberikan keuntungan sebagai berikut :

- sensitivitasnya untuk mendiagnosis karsinoma kolon-rektum: 65 – 95 %,

-  aman,

-  tingkat keberhasilan prosedur sangat tinggi,

-  tidak memerlukan sedasi,

-  telah tersedia di hampir seluruh rumah sakit.

Terdapat kelemahan pemeriksaan enema barium yaitu:

- lesi T1 sering tak terdeteksi,

-  rendahnya akurasi untuk mendiagnosis lesi di rekto-sigmoid dengan

divertikulosis dan di sekum,

-  rendahnya akurasi untuk mendiagnosis lesi tipe datar,

-  rendahnya sensitivitas (70–95 %) di dalam mendiagnosis polip < 1 cm,

-  menda/pat paparan radiasi.

5. Kolonoskopi 

Kolonoskopi dianjurkan untuk memeriksa pasien lebih dari 50 tahun 

rata-rata berusia risiko karsinoma kolon atau polip kolon. Karsinoma usus 

jarang tidak dapat dideteksi pada kolonoskopi karena ia cenderung lebih besar

daripada adenomatosa polip. Kolonoskopi adalah tes yang sangat

spesifik. Pada kolonoskopi, massa dibiopsi untuk diagnosis patologis.

Kolonoskopi adalah cara paling akurat mengevaluasi mukosa kolon,

dan memungkinkan biopsi lesi. Pemeriksaan lengkap ke sekum kolon dapat

dicapai dalam lebih dari 95% pasien. Potensi ketidaknyamanan dari prosedur

agak tergantung pada operator, tetapi dalam banyak kasus prosedur dapat

dilakukan dengan nyaman intravena sederhana sedasi sadar.. Kolonokopi

adalah sekitar 12% lebih akurat daripada udara kontras barium enema,

terutama dalam mendeteksi lesi kecil seperti adenomas. Pemeriksaan

ini paling akurat dan sangat efektif. 

Kolonoskopi memberikan keuntungan sebagai berikut:

tingkat sensitivitas di dalam mendiagnosis adenokarsinoma atau

poli kolorektal adalah 95%,

kolonoskopi berfungsi sebagai alat diagnostik melalui biopsi dan

terapipada polipektomi,

kolonoskopi dapat mengidentifikasi dan melakukan

reseksi synchronous polyp,

tidak ada paparan radiasi.

Kerugian kolonoskopi adalah :

pada 5 – 30 % pemeriksaan tidak dapat mencapai sekum,

sedasi intravena selalu diperlukan,

lokalisasi tumor dapat tidak akurat,

tingkat mortalitas adalah 1 : 5000 kolonoskopi.

c. Pemeriksaan Histopatologi

Pemeriksaan histopatologi melalui biopsi merupakan diagnosis pasti

dari karsinoma. Klinisi harus mereview penemuan hasil pemeriksaan ini untuk

mengkonfirmasi diagnosis dan dapat segera memberikan terapi yang tepat.

Dalam kedokteran onkologi, ini merupakan prinsip dasar dalam menegakkan

diagnosis keganasan.

Perbandingan konventional dan double kontras barium enema

Pemeriksaan dengan enema dapat memberikan gambaran lesi dengan ukuran 1

cm dengan full column barium enema , dan lesi sekecil 0,5 cm untuk double

contrast .

Perbandingan colonoskopi dan rontgenography untuk deteksi polypoid

lesion dari colon : pada studi radiologi study tidak dapat mendeteksi 54%

polip yang berukuran 0,9cm . Untuk lesi yang lebih besar lebih dari atau sama

dengan 1 cm 15% untuk radiologi dan 12% untuk endoskopi.

X. PENATALAKSANAAN 

Satu-satunya kemungkinan terapi kuratif adalah tindakan bedah.

Tujuan utama tindakan bedah adalah memperlancar saluran cerna baik bersifat

kuratif maupun non kuratif dengan mengangkat karsinoma dan kemudian

memulihkan kesinambungan usus. Kemoterapi dan radiasi bersifat paliatif dan

tidak memberikan manfaat kuratif. Tindakan bedah terdiri dari reseksi luas

karsinoma primer dan kelenjar limfe regional. Bila sudah terjadi metastase

jauh, tumor primer akan direseksi juga dengan maksud mencegah obstruksi,

perdarahan, anemia, inkontinensia, fistel dan nyeri.

1. Terapi primer

Terapi utama untuk tumor kolon adalah operatif. Tindakan operatif

yang dilakukan tergantung dari letak tumor kolon tersebut. Tehnik

pembersihan mesenterium dan keadaan patologi (benigna atau maligna)

menentukan berapa panjang kolon yang harus direseksi.

2. Terapi paliatif 

Reseksi tumor secara paliatif dilakukan untuk mencegah atau

mengatasi obstruksi atau menghentikan pendarahan supaya kualitas hidup

penderita lebih baik. Jika tumor tidak dapat diangkat, dapat dilakukan

bedah pintas atau anus preternaturalis.

Pada metastasis di hepar yang tidak lebih dari 2 atau 3 nodul dapat

dipertimbangkan eksisi metastasis. Pemberian sitostatik melalui arteri

hepatika, yaitu perfusi secara selektif, kadang lagi disertai terapi

embolisasi, dapat berhasil menghambat pertumbuhan sel ganas.

XI. PROGNOSIS 

Prognosis tergantung dari ada atau tidaknya metastasis jauh, yaitu

klasifikasi penyebaran tumor dan tingkat keganasan sel tumor. Bila disertai

dengan diferensiasi sel tumor buruk, prognosisnya sangat buruk.

DAFTAR PUSTAKA

1. 1.Karsinoma kolon. Available

from http://web.squ.edu.om/med-Lib/MED_CD/E_CDs/Cancer%20of

%20the%20Lower%20Gastrointinal%20Tract/DOCS/Ch7.pdf. 

2. National Cancer Institute U.S National Intitute of Health (2009)

Cancer colon treatment. Available from www.cancer.org

3. De jong W, Sjamsuhidajat R. Buku Ajar Ilmu Penyakit Bedah Edisi 2: Bab

35 Usus Halus, Apendiks, Kolon, dan Rektum.Jakarta: EGC. 2005.

4. Halpert, RD. Gastrointestinal Imaging 3rd ed: Chapter 7 Colon and

Rectum. Philadelphia: Mosby Elsevier. 2006. 261-300.

5. Deteksi dini , diagnose dan penatalaksanaan karsinoma kolon. Available

fro

mhttp://repository.unand.ac.id/12202/1/Deteksi_Dini,_Diagnosa_dan_Pen

atalaksanaan_Karsinoma_Kolon_dan_Kerektum.pdf 

6. Zieve, D. (2009) Colon cancer. Available

fromwww.nlm.nih.gov/medlineplus/colorectalcancer.html.  7. Keuntungan

kolonoskopi dengan barium enema. Available

from http://books.google.com/books?

id=GTqUHHF4A6oC&pg=PA91&lpg=PA91&dq=kelebihan+kolonoskopi

&source=bl&ots=rqG8SF8GG4&sig=kXhFVJNRwKMsvciNcW9YwdIk

UNY&hl=en&ei=lxcbTv2QKMzHrQfo0tnPAQ&sa=X&oi=book_result&

ct=result&resnum=4&ved=0CDAQ6AEwAw#v=onepage&q=kelebihan

%20kolonoskopi&f=false

7. Rasad, Sjahriar. Radiologi Diagnostik Edisi 2: Traktus Digestivus dan

Biliaris. Jakarta: EGC. 2005. 256-268

8. Colorectal Cancer Center of Cedars-Sinai Hospital (2010) Treatments for

Sigmoid Colon Cancer . Available fromwww.csmc.edu/6408.html.