pajak orang pribadi

9
A. PENDAHULUAN Pajak atau lebih tepatnya Pajak Penghasilan (PPh) orang pribadi adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak (WP) orang pribadi atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak tertentu. Subjek pajak orang pribadi tersebut dikenakan pajak apabila menerima atau memperoleh penghasilan. Subjek pajak orang pribadi yang menerima atau memperoleh penghasilan disebut dengan Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP). WP OP dikenai pajak atas penghasilan yang diperoleh atau diterimanya selama satu tahun pajak atau dapat pula dikenai pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak apabila kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun pajak. Tahun pajak adalah tahun takwim, tetapi WP OP dapat menggunakan tahun buku yang tidk sama dengan tahun takwim, sepanjang tahun buku tersebut meliputi jangka waktu 12 bulan. Wajib Pajak Orang Pribadi adalah orang pribadi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungutan pajak dan pemotongan pajak tertentu. B. SUBJEK PAJAK ORANG PRIBADI Subjek pajak orang pribadi dibedakan menjadi subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar negeri. Subjek pajak orang pribadi dalam negeri menjadi WP apabila telah menerima atau memperoleh penghasilan yang besarnya melebihi Penghasilan

Upload: putee-mawant

Post on 21-Feb-2016

7 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jkllkjk

TRANSCRIPT

Page 1: pajak orang pribadi

A. PENDAHULUAN

Pajak atau lebih tepatnya Pajak Penghasilan (PPh) orang pribadi adalah

pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak (WP) orang pribadi atas penghasilan

yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak tertentu. Subjek pajak orang

pribadi tersebut dikenakan pajak apabila menerima atau memperoleh penghasilan.

Subjek pajak orang pribadi yang menerima atau memperoleh penghasilan disebut

dengan Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP).

WP OP dikenai pajak atas penghasilan yang diperoleh atau diterimanya

selama satu tahun pajak atau dapat pula dikenai pajak untuk penghasilan dalam

bagian tahun pajak apabila kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau berakhir dalam

tahun pajak.

Tahun pajak adalah tahun takwim, tetapi WP OP dapat menggunakan tahun

buku yang tidk sama dengan tahun takwim, sepanjang tahun buku tersebut meliputi

jangka waktu 12 bulan.

Wajib Pajak Orang Pribadi adalah orang pribadi yang menurut ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban

perpajakan, termasuk pemungutan pajak dan pemotongan pajak tertentu.

B. SUBJEK PAJAK ORANG PRIBADI

Subjek pajak orang pribadi dibedakan menjadi subjek pajak dalam negeri

dan subjek pajak luar negeri. Subjek pajak orang pribadi dalam negeri menjadi WP

apabila telah menerima atau memperoleh penghasilan yang besarnya melebihi

Penghasilan Kena Pajak (PKP). Sedangkan subjek pajak orang pribadi luar negeri

menjadi WP karena menerima dan atau memperoleh penghasilan yang bersumber

dari Indonesia atau menerima dan atau memperoleh penghasilan yang bersumber

dari Indonesia melalui Bentuk Usaha Tetap (BUT) di Indonesia. Dengan perkataan

lain WP adalah orang pribadi yang telah memenuhi kewajiban subjektif dan objektif.

Sehubungan dengan pemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), WP OP yang

menerima penghasilan di bawah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) tidak wajib

mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP.

Page 2: pajak orang pribadi

1. Subjek Pajak Dalam Negeri (WPDN)

Subjek pajak orang pribadi dalam negeri adalah orang pribadi yang bertempat

tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia selama lebih dari 183 hari dalam

jangka waktu 12 bulan atau orang pribadi yang dalam satu tahun pajak berada

di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia. Pada

prinsipnya, orang pribadi yang menjadi subjek pajak dalam negeri adalah orang

pribadi yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia, termasuk mereka yang

mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia dan ditimbang menurut

keadaan.

Keberadaan di Indonesia selama lebih dari 183 hari tidak harus berturut-turut,

tetapi ditentukan oleh jumlah hari keberadaan orang tersebut dalam jangka

waktu 12 bulan sejak kedatanggannya di Indonesia. Kepada orang tersebut

dikenakan PPh atas penghasilan yang diterima atau diperoleh, baik dari

Indonesia maupun dari luar negeri (world wide income / azas domisili).

2. Subjek Pajak Luar Negeri (WPLN)

Subjek pajak orang pribadi luar negeri adalah orang pribadi yang tidak

bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia selama tidak lebih dari

183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, yang menjalankan usaha atau

melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia atau yang menerima atau

memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau

melakukan kegiatan BUT di Indonesia. Atau orang pribadi yang bertempat

tinggal di luar Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan

dari Indonesia, baik melalui atau tidak melalui BUT.

Apabila WPLN menerima atau memperoleh penghasilan melalui BUT, maka

terhadapnya dikenakan pajak melalui BUT. Orang tersebut tetap berstatus

sebagai WPLN. Dengan demikian, dalam memenuhi kewajiban perpajakannya

di Indonesia, BUT tersebut menggantikan orang pribadi sebagai subjek pajak

luar negeri.

Page 3: pajak orang pribadi

WPLN hanya dikenakan PPh atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dari

Indonesia, baik melalui BUT maupun tanpa melalui BUT di Indonesia (source

principle).

3. Pengecualian Subjek Pajak Luar Negeri

Orang-orang pribadi yang sudah memenuhi syarat sebagai WPLN tapi

dikecualikan dari subjek pajak dan atas penghasilannya tidak dikenakan pajak di

Indonesian adalah pejabat perwakilan diplomatik dan pejabat organisasi

internasional.

Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat lain

dari negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang

bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka, tidak termasuk

subjek pajak di Indonesia, dengan syarat sebagai berikut :

a. Bukan WNI

b. Di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan di luar jabatan

atau pekerjaannya tersebut

c. Negara tersebut memberi perlakuan timbal balik

Jadi apabila pejabat perwakilan negara lain memperoleh penghasilan lain di luar

jabatannya, maka ia menjadi subjek pajak atas penghasilan lain tersebut.

Yang termasuk pengecualian juga adalah pejabat-pejabat perwakilan organisasi

internasional yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri Keuangan dengan syarat

sebagai berikut ;

a. Bukan WNI

b. Tidak menjalankan usaha, kegiatan atau pekerjaan lain untuk mendapatkan

penghasilan dari Indonesia

Page 4: pajak orang pribadi

C. PENENTUAN PENGHASILAN KENA PAJAK

Penghitungan Penghasilan Kena Pajak (PKP) bagi WP OP yang

memperoleh penghasilan dari usaha atau pekerjaan bebas dengan menggunakan

pembukuan adalah :

PKP = penghasilan neto fiskal – zakat atas penghasilan – kopensasi kerugian - PTKP

Sedangkan penghitungan PKP bagi WP yang memperoleh penghasilan dari

usaha atau pekerjaan bebas dengan menggunakan pencatatan dan bagi WP yang

memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan adalah :

PKP = penghasilan neto fiskal – zakat atas penghasilan – PTKP

Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan

yang dimiliki oleh seorang muslim sesuai ketentuan agama untuk diberikan kepada

yang berhak.

Zakat atas penghasilan yang nyata-nyata dibayarkan oleh WP OP pemeluk

agama Islam kepada badan amil zakat (BAZNAS) atau lembaga amil zakat yang

dibentuk atau disahkan oleh pemerintah sesuai dengan bukti setoran yang sah

(sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat 3 UU No.38 tahun 1999 tentang

Pengelolaan Zakat), dapat dikurangkan dari PKP. Sedangkan bagi yang

menerimanya tidak termasuk dalam pengertian penghasilan yang dipotong PPh 21.

Contoh :Tuan Abdullah adalah pegawai yang menerima gaji Rp.8.000.000,- /bulan. Dia

memiliki satu istri dan tiga orang anak. Maka perhitungan yang harus dilakukan

adalah :

Penghasilan bruto (12 x 8.000.000) Rp. 96.000.000,-Biaya jabatan (5% x 96.000.000) Rp. 1.296.000,- _ Penghasilan neto sebelum zakat Rp. 94.704.000,-Zakat (2,5% x 94.704.000) Rp. 2.367.600,- _

Page 5: pajak orang pribadi

Penghasilan neto setelah zakat Rp. 92.336.400,PTKP (K/3) Rp. 18.000.000,- _

PKP Rp. 74.336.400,- PPh terutang (15% x 74.336.400) Rp. 11.150.460

D. KOMPENSASI KERUGIAN1. Kompensasi Kerugian Horizontal

WP OP diperkenankan untuk memperhitungkan kerugian yang diderita pada

periode berjalan, antara lain berupa :

a. Kerugian penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan orang

pribadi atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih dan memelihara

penghasilan;

b. Kerugian dari selisih kurs mata uang asing

c. Kerugian yang diderita suatu unit atau cabang usahanya.

Kerugian (fiskal) yang diderita suatu unit atau cabang usaha bisa

dikompensasikan dengan laba (fiskal) dari cabang lain sesama di Indonesia.

2. Kompensasi Kerugian Vertikal (Tax loss carry Forward)Jika WP OP yang menggunakan pembukuan mengalami kerugian dapat

dikompensasikan dengan penghasilan (neto/laba fiscal) selama maksimal 5

tahun setelah tahun pajak terjadinya kerugian tersebut. Jika lewat dari 5 tahun,

maka sisa kerugian yang belum dikompensasikan dianggap daluwarsa.

Kerugian tersebut adalah kerugian menurut fiskal, yaitu penghasilan bruto

dikurangi dengan biaya-biaya yang diperbolehk

E. PAJAK YANG TERUTANG Perhitungan pajak terutang bagi WP yang memperoleh penghasilan dari

usaha atau pekerjaan bebas dengan menggunakan pembukuan maupun pencatatan

dan Wp yang memperoleh penghasilan sehubungan pekerjaan adalah :

PPhterutang=PKPx tarif PPh OP – PPh 24 yg telahdikreditkan.Tarif PPh OP (Pasal 17 UU PPh)

Lapisan PKP Tarif PPhSampai dengan Rp. 25.000.000,- 5%Di atas Rp. 25.000.000,- s/d Rp. 50.000.000,- 10%Di atas Rp. 50.000.000,- s/d Rp. 100.000.000,- 15%Di atas Rp. 100.000.000,- s/d Rp. 200.000.000,- 25%Di atas Rp. 200.000.000,- 35%

Page 6: pajak orang pribadi

Untuk keperluan penerapan tarif pajak dalam menghitung PPh terutang,

maka PKP dibulatkan ke bawah dalam ribuan rupiah penuh. Mulai tahun pajak 2009

tarif Pasal 17 UU PPh berubah menjadi :

Lapisan PKP Tarif PPhSampai dengan Rp. 50.000.000,- 5%Di atas Rp. 50.000.000,- s/d Rp. 250.000.000,- 15%Di atas Rp. 250.000.000,- s/d Rp. 500.000.000,- 25%Di atas Rp. 500.000.000, 30%

F. PERHITUNGAN PAJAK YANG KURANG/LEBIH BAYAR

Perhitungan pajak akhir tahun dilakukan dengan mengurangkan PPh

terutang dengan kredit pajak yang telah dibayar oleh WP dalam tahun berjalan, baik

melalui pembayaran sendiri maupun melalui pemotongan/pemungutan pihak lain.

Kurang bayar (PPh Pasal 29 UU PPh) adalah saat dimana PPh terutang

lebih besar daripada Kredit Pajak, sedangkan lebih bayar adalah saat dimana PPh

terutang lebih kecil dari Kredit Pajak yang harus dilunasi paling lambat tanggal 25

bulan ketiga setelah tahun pajak berakhirnya dan sebelum SPT tahunan

disampaikan.. Perhitungan PPh Kurang/lebih bayar dapat dilakukan dengan

mempergunakan Form 1770 Induk bagian D.

Referensi : UU.No.10 tahun 1994; Kep. Dirjen Pajak No. KEP-03/PJ/95;

diperbaharui dengan UU No.36 Tahun 2008