pajak ono

21
MAKALAH PERPAJAKAN PENDAPATAN DAERAH DAN INOVASI UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN DAERAH Resti Widyasetiani (1202124029) Perpajakan C 2014-2015 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS TELKOM

Upload: resti-widyasetiani

Post on 15-Nov-2015

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bhbhb

TRANSCRIPT

MAKALAH PERPAJAKAN PENDAPATAN DAERAH DAN INOVASI UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN DAERAH

Resti Widyasetiani (1202124029)Perpajakan C

2014-2015PROGRAM STUDI AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS TELKOM

KATA PENGANTARPuji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga berhasil menyelesaikan makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya.Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas individu yang diberikan oleh dosen mata kuliah Perpajakan 1 dengan tema PENDAPATAN DAERAH. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua, menambah wawasan dan dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya.Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca.Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih kepada Bapak Sunarno selaku dosen dan semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, Maret 2015

BAB IPENDAHULUAN

1.1.1 LATAR BELAKANGSejak diberlakukannya otonomi daerah pada tanggal 1 Januari 2001, yang ditandai dengan dikeluarkannya UU No.22 Tahun 1999 dan diperbaharui menjadi UU No. 32 Tahun 2004 dan UU No. 33 Tahun 2004, peran pemerintah diharapkan akan terlihat nyata dalam kontribusinya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Oleh karena itu, pengelolaan keuangan daerahnya tidak selalu bergantung pada pemerintah pusat. Hal tersebut tidak terlepas dari peran masyarakat yang turut andil dalam menggerakkan roda perekonomian daerahnya. Pemerintah daerah akan melihat sektor apa saja yang dinilai akan memberikan kontribusi dalam meningkatkan penerimaan pajak daerah sehingga pada akhirnya akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).Tuntutan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) semakin meningkat seiring dengan banyaknya kewenangan yang dilimpahkan pada pemerintah daerah disertai pengalihan personil, peralatan, pembiayaan dan dokumen ke daerah dalam jumlah yang tidak sedikit. Dana perimbangan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah dalam mendukung otonomi daerah meskipun jumlahnya cukup memadai namun pemerintah daerah harus dituntut lebih kreatif dan inovatif dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerahnya dan memberikan keleluasaan dalam membelanjakan APBD-nya. Oleh karena itu, daerah diharap mampu untuk menggali potensi-potensi sumber-sumber PAD secara maksimal namun harus tetap mengikuti undang-undang yang berlaku.1.2.2RUMUSAN MASALAHBerdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi permasalahan pada makalah ini adalah:1. Bagaimana pendapatan daerah di Indonesia.2. Bagaimana inovasi yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan daerah.3. Hambatan dalam meningkatkan Pendapatan Asli daerah

1.2.3TUJUANTujuan dari penulisan makalah ini :1. Mengetahui pendapatan daerah di Indonesia.1. Mengetahui inovasi apa yang bertujuan untuk meningkatkan ketertiban serta kemudahan pendapatan daerah.1. Mengetahui Hambatan dalam meningkatkan Pendapatan Asli daerah

BAB IIPEMBAHASAN

2.1.1Pendapatan DaerahSalah satu kriteria penting untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya adalah kemampuanself supportingdalam bidang keuangan. Sehubungan dengan pentingnya posisi keuangan inipemerintah daerah tidak akan dapat melaksanakan fungsinya denganefektif dan efisien tanpa biaya yang cukup untuk memberikan pelayanan dan pembanguna dan keuangan inilah yang merupakan salah satu dasar kriteria untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri.Penerimaan Pendapatan Asli Daerah merupakan akumulasi dari Pos Penerimaan Pajak yang berisi Pajak Daerah dan Pos Retribusi Daerah, Pos Penerimaan Non Pajak yang berisi hasil perusahaan milik daerah, Pos Penerimaan Investasi serta Pengelolaan Sumber Daya Alam.Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Identifikasi sumber Pendapatan Asli Daerah adalah: meneliti, menentukan dan menetapkan mana sesungguhnya yang menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah dengan cara meneliti dan mengusahakan serta mengelola sumber pendapatan tersebut dengan benar sehingga memberikan hasil yang maksimal.

a. Dasar hukum PADSeluruh kegiatan dalam Pendapatan Asli Daerah diatur dalam1) UU No.32/2004 tentang Sistem Pemerintahan Daerah2) UU No.33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat-Daerah3) UU No.34/2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah4) PP No.65/2000 tentang Pajak Daerah5) PP No.66/2000 tentang Retribusi Daerah6) Permendagri No.59/2007 tentang Sistem Pengelolaan Keuangan Daerahb. Komposisi PADKomposisi pendapatan Asli daerah adalah Pajak Daerah, Retribusi, Laba perusahaan daerah, dan pendapatan lain-lain yang sah. Di antara keempat sumber tersebut pajak daerah dan retribusi daerah merupakan sumber andalan PAD.

1)Pajak daerahPajak daerah adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk investasi publik. Pajak daerah adalah pungutan daerah menurut peraturan yang ditetapkan sebagai badan hukum publik dalam rangka membiayai rumah tangganya. Dengan kata lain pajak daerah adalah : pajak yang wewenang pungutannya ada pada daerah.Pasal 2 ayat (1) dan (2) didalam Undang Undang nomor 18 tahun 1999 disebutkan bahwa jenis pajak daerah yaitu :a) Jenis pajak daerah Tingkat I terdiri dari : Pajak kenderaan bermotor, Bea balik nama kenderaan bermotor, dan Pajak bahan bakar kenderaan bermotorb) Jenis pajak dearah Tingkat II terdiri dari : Pajak hotel dan restoran, Pajak hiburan, Pajak reklame, Pajak penerangan jalan, Pajak pengambilan dan pengelolaan bahan galian golongan C, dan Pajak pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan

Selanjutnya pasal 3 ayat (1) dicantumkan tarif pajak paling tinggi dari masing-masing jenis pajak sebagai berikut : Pajak kenderaan bermotor 5 %, Pajak balik nama kenderaan bermotor 10 %, Pajak bahan bakar kenderaan bermotor 5 %, Pajak hotel dan restoran 10 %, Pajak hiburan 35 %, Pajak reklame 25 %, Pajak penerangan jalan 10 %, Pajak pengambilan dan pengelolaan bahan galian golongan C, Pajak pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan 20 %.Tarif pajak untuk daerah Tingkat I diatur dengan peraturan pemerintah dan penetepannya seragam diseluruh Indonesia. Sedang untuk daerah Tingkat II, selanjutnya ditetapkan oleh peraturan daerah masing-masing dan peraturan daerah tentang pajak tidak dapat berlaku surut. Memperhatikan sumber pendapatan asli daerah sebagaimana tersebut diatas, terlihat sangat bervariasi.2)RetribusiPemungutan retribusi dibayar langsung oleh mereka yang menikmati suatu pelayanan, dan biasanya dimaksudkan untuk menutup seluruh atau sebagai dari biaya pelayanannya. Besarnya retribusi seharusnya (lebih kurang) sama dengan nilai layanan yang diberikan. Menurut Sumitro dalam Edison (2009:36) Retribusi ialah pembayaran pada negara yang dilakukan oleh mereka yang menggunakan jasa-jasa. Pengelolaan sumber-sumber PAD dari jenis retribusi tentu mempunyai konsekuensi yang harus dipikirkan oleh pemerintah daerah. Artinya pemerintah daerah tidak boleh memikirkan bagaimana memperoleh pendapatan yang sebesar-besarnya dari pemungutan retribusi, tetapi pemerintah daerah bertanggungjawab atas konsekuensi pemungutan retribusi tersebut.Sedangkan jenis-jenis retribusi yang diserahkan kepada daerah Tingkat II menurut Kaho berikut ini: Uang leges, Biaya jalan/jembatan/tol, Biaya pangkalan, Biaya penambangan, Biaya potong hewan, Uang muka sewa tanah/bangunan, Uang sempadan dan izin bangunan, Uang pemakaian tanah milik daerah, Biaya penguburan, Biaya pengerukan wc, Retribusi pelelangan uang, Izin perusahaan industri kecil, Retribusi pengujian kenderaan bermotor, Retribusi jembatan timbang, Retribusi stasiun dan taksi, Balai pengobatan, Retribusi reklame, Sewa pesanggrahan, Pengeluaran hasil pertanian, hutan dan laut, Biaya pemeriksaan susu dan lainnya, dan Retribusi tempat rekreasi.Dari uraian diatas dapat kita lihat pengelompokan retribusi yang meliputi: Retribusi jasa umum, yaitu : retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan, dan Retribusi jasa usaha, yaitu : retribusi atas jasa yang disediakan oleh Pemda dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya disediakan oleh sektor swasta.3)Laba perusahaan daerahDalam usaha menggali sumber pendapatan daerah dapat dilakukan dengan berbagai cara, selama tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Salah satu sumber pendapatan asli daerah yang sangat penting dan perlu mendapat perhatian khusus adalah perusahaan daerah. Menurut Wayang dalam dewi (2004:4) mengenai perusahaan daerah sebagai berikut: Perusahaan Daerah adalah kesatuan produksi yang bersifat: Memberi jasa, Menyelenggarakan pemanfaatan umum, Memupuk pendapatan. Tujuan perusahaan daerah untuk turut serta melaksanakan pembangunan daerah khususnya dan pembangunan kebutuhan rakyat dengan menggutamakan industrialisasi dan ketentraman serta ketenangan kerja menuju masyarakat yang adil dan makmur. Perusahaan daerah bergerak dalam lapangan yang sesuai dengan urusan rumah tangganya menurut perundang-undangan yang mengatur pokok-pokok pemerintahan daerah. Cabang-cabang produksi yang penting bagi daerah dan mengusai hajat hidup orang banyak di daerah, yang modal untuk seluruhnya merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan.

4)Pendapatan lain-lain yang sahJenis lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah sesuai UU No. 33 Tahun 2004 disediakan untuk menganggarkan penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam jenis Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan dirinci menurut obyek pendapatan yang antara lain: hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan secara tunai atau angsuran/cicilan, jasa giro, pendapatan bunga, penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah, penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagaimana akibat dari penjualan atau pengadaan barang dan jasa oleh daerah, penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.

2.1.2Meningkatkan PADAdapun beberapa alternative untuk menunjang peningkatan PAD yang biasa dilakukan oleh beberapa kabupaten di Indonesia adalah sebagai berikut:a.Intensifikasi dan Ekstensifikasi PADDalam lima tahun mendatang, kemampuan keuangan Daerah Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia akan ditingkatkan dengan mengandalkan pada Kebijakan intensifikasi dan ekstensifikasi pemungutan retribusi dan Pajak Daerah. Namun demikian, kekuatan pembaharuanyang diajukan sebagaistrategi barunya adalah pada aksentuasi manajemen pengelolaan dan audit kinerjanya.b.Pengembangan Kerjasama dalam Menggali PADDalamrangka mempertahankan dan meningkatkan kemampuan pembiayaan penyelenggaraan Pemerintahan dan pembangunan di Daerah, akan dikembangkan strategi baru yang tidak semata berorientasi pada intensifikasi maupun ekstensifikasi retribusi dan Pajak Daerah.c.Pembentukan Perseroan DaerahStrategi ketiga pengembangan kemampuan keuangan Daerah ialah dilakukan dengan memformulasikan regulasi-regulasi ekonomi baru terutama mengarah pada pembentukan berbagai perseroan Daerah serta merevitalisasi badan usaha Daerah yang sudah ada.d.Penerbitan Obligasi dan Pinjaman DaerahDisamping strategi konvensional pemungutan retribusi dan Pajak Daerah, kemampuan keuangan Daerah akan dikembangkan melalui bursa obligasi Daerah (Municipal Bond).e.Kebijakan Umum AnggaranKebijakan umum penganggaran yang dicanangkan Pemerintah derah untuk lima tahun ke depan ditujukan untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas sistem penganggaran Daerah sesuai dengan Amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.Strategi yang lain untuk meningkatkan PAD dapat dilihat dari suatu kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah daerah, diantaranya:a.Kebijakan dari Pemerintah PusatDari beberapa gambaran kondisi elemen pembentuk PAD di Indonesia seperti yang diuraikan di atas, sekiranya harapan di era otonomi untuk mencapai kemandirin daerah ternyata masih merupakan mimpi indah yang masih harus dibangun kembali oleh bangsa Indonesia. Banyak realitas di lapangan yang menunjukkan bahwa daerah seperti kebingungan di dalam menyikapi tuntutan otonomi. Filosofi dasar otonomi untuk mendekatkan pelayanan kepada tingkat pemerintahan paling bawah justru disikapi sebaliknya. Untuk beberapa daerah yang terbilang siap secara sumber daya alam maupun sumber daya manusia, otonomi benar benar menjadi arena pembuktian bahwasanya mereka sanggup untuk mengelola daerahnya sendiri dengan mengurangi campur tangan pusat. Ironisnya hampir di sebagian besar daerah di Indonesia belum memiliki prasyarat kesiapan tersebut, sehingga akhirnya mereka justru tenggelam di dalam euforia otonomi itu sendiri.Banyak kebijakan yang bersifat merugikan dan sangat prematur hanya demi mengejar otonomi versi mereka. Karenanya peran pusat dirasa masih sangat diperlukan dewasa ini. Hanya saja ada beberapa elaborasi dan penyesuaian di beberapa aspek sehingga peran pemerintah itu nantinya juga tetap berada dikoridor hukum, selaras dengan napas otonomi daerah. Peran tersebut antara lain berupa penciptaan kondisi yang kondusif bagi perkembangan pajak dan retribusi dengan tetap memperhatikan landasan hukum yang sudah disepakati bersama. Kebijakan yang dapat diambil oleh pemerintah pusat dapat dibagi menjadi kebijakan dari sisi penciptaan pajak baik ekstensifikasi maupun intensifikasi pajak dan retribusi serta kebijakan dari sisi penggunaannya.b.Kebijakan dari sisi penciptaanPenyerahan beberapa pajak dan retribusi yang masih dipegang oleh Pusat kepada Daerah dengan tetap mempertimbangkan faktor efisiensi ekonomi, mobilitas obyek pajak serta fungsi stabilitasi dan distribusi pajak itu sendiri. Adapun pajak-pajak tersebut antara lain: PBB dan BPHTB dapat dialihkan ke Daerah dimana Daerah diberi wewenang untuk menetapkan dasar penggenaan pajak dan tarif sampai batas tertentu meskipun adminstrasinya masih dilakukan oleh Pusat, dan Pajak Penghasilan (PPh) orang pribadi yang sekarang dibagi hasilkan, dapat dialihkan dalam bentuk piggy back dimana Daerah seyogyanya diberikan wewenang untuk mengenakan opsen sampai batas tertentu di bawah wewenang penuh Pemerintah Kab/Kota.Memberikan batas toleransi maksimum terhadap pembatalan penciptaan pajak dan retribusi baru oleh Daerah selama kurun waktu tertentu. Misalnya jika selama 1 tahun Daerah telah mencapai batas toleransi jumlah Perda yang dibatalkan maka Daerah tersebut tidak dapat mengajukan permohonan Perda penciptaan pajak dan retribusi baru. Ini juga terkait dengan usulan revisi UU No. 34 tahun 2000 butir yang memberikan kesempatan Daerah untuk menciptakan jenis pajak dan retribusi baru.Memperluas basis penerimaan pajak melalui identifikasi pembayar pajak baru/potensial serta meningkatkan efisiensi dan penekanan biaya pemungutan. Diharapkan biaya pengenaan pajak jangan sampai melebihi dana yang dapat diserap dari pajak itu sendiri.c.Kebijakan dari sisi pemberdayaan BUMDPemberdayaan BUMD sebagai salah satu alternatif sumber pembiayaan daerah dapat ditempuh melalui strategi:Reformasi Misi BUMD :1) BUMD sebagai salah satu pelaku ekonomi daerah dapat mendayagunakan aset daerah untuk mewujudkan kemakmuran rakyat;2) BUMD adalah penyedia pelayanan umum yang menjaga kualitas, kuantitas dan kontinuitas pelayanan;3) BUMD mampu berperan sebagai pendukung perekonomian daerah dengan memberikan kontribusi kepada APBD, baik dalam bentuk pajak maupun deviden dan mendorong pertumbuhan perekonomian daerah melaluimultiplier effectyang tercipta dari kegiatan bisnis yang efisien seperti bertambahnya lapangan kerja dan kepedulian sosial;4) BUMD mampu berperan sebagaicountervailing powerterhadap kekuatan ekonomi yang ada melalui pola kemitraan. Diharapkan berbagai perusahaan swasta dalam dan luar negeri berminat melakukan kerjasama dengan BUMD terpilih untuk selanjutnya membentukJoint Venture/Joint Operation Company(JV/OC).Restrukturisasi BUMDLangkah-langkah untuk meningkatkan kinerja dan kesehatan BUMD, yaitu tindakan yang ditujukan untuk membuat setiap BUMD menghasilkan laba termasuk mengubah mekanisme pengendalian oleh Pemerintah Daerah yang semula kontrol secara langsung melalui berbagai bentuk perizinan, aturan, dan petunjuk menjadi kontrol yang berorientasi kepada hasil. Artinya Pemerintah Daerah selaku pemegang saham hanya menentukan target kuantitatif dan kualitatif yang menjadi performance indicator yang harus dicapai oleh manajemen, misalnya Return On Equity (ROE) tertentu yang didasarkan kepada benchmarking kinerja yang sesuai dengan perusahaan sejenis;Pengkajian secara komprehensif terhadap keberadaan BUMD, karena selama ini BUMD dianggap kurang tepat bila disebut sebagai lembaga korporasi, khususnya, dikaitkan dengan upaya pemberdayaan BUMD agar dapat menjadi salah satu sumber keuangan daerah;Restrukturisasi BUMD dengan prinsipGood Corporate Governancedapat dikelompokkan kedalam 2 (dua) kelompok yaitu :1)Kelompok BUMD PDAM dimana tersedia berbagai pilihan restrukturisasi Perusahaan yang dapat dilakukan tergantung permasalahan yang dihadapi dan potensi yang tersedia;2)Kelompok BUMD Non PDAM, dapat diselesaikan secara kasus per kasus dengan berbagai pilihan sesuai dengan visi pengelolaan BUMD yang bersangkutan.Profitisasi BUMDProfitisasi BUMD dalam rangka menghasilkan keuntungan atau laba serta memberikan kontribusi pada Pemerintah Daerah yaitu dapat dilakukan sebagai berikut :1) Melakukan proses penyehatan perusahaan secara menyeluruh dengan meningkatkan kompetensi manajemen dan kualitas Sumber Daya Manusia;2) Mengarahkan BUMD untuk dapat berbisnis secara terfokus dan terspesialisasi dengan pengelolaan yang bersih, transparan dan professional;3) Bagi BUMD yang misi utama untuk pelayanan publik dan pelayanan sosial, diberikan sasaran kuantitatif dan kualitatif tertentu;4) Memberdayakan Direksi dan Badan Pengawas yang dipilih dan bekerja berdasarkan profesionalisme melalui proses fit and proper test;5) Merumuskan kebijakan yang diarahkan kepada tarif yang wajar, kenaikan harga produk (minimal menyesuaikan dengan inflasi, tarif listrik, BBM, dan lain-lain) untuk menghindarkan biaya produksi yang jauh lebih mahal, sehingga profit dapat diraih.Privatisasi BUMDPrivatisasi utamanya bertujuan agar BUMD terbebaskan dari intervensi langsung birokrasi dan dapat mewujudkan pengelolaan bisnis yang efisien, profesional dan transparan. Diharapkan setelah melalui tahapan restrukturisasi, pihak perusahaan swasta akan berminat mengembangkan usaha dengan cara melakukan aliansi strategis dengan BUMD, dan bila memungkinkan untuk BUMD yang sehat dan memiliki prospek bisnis dapat menawarkan penjualan saham melalui Pasar Modal yang didahului Initial Public Offering (IPO). Penataan dan penyehatan BUMD yang usahanya bersinggungan dengan kepentingan umum dan bergerak dalam penyediaan fasilitas publik ditujukan agar pengelolaan usahanya menjadi lebih efisien, transparan, profesional. Hubungan kemitraan dapat dilaksanakan dalam bentuk kerjasama usaha yang saling menunjang dan menguntungkan antara koperasi, swasta, dan BUMD, serta antara usaha besar, menengah dan kecil dalam rangka memperkuat struktur ekonomi nasional. Bagi BUMD yang usahanya tidak berkaitan dengan kepentingan umum didorong untuk privatisasi melalui pasar modal.BUMD infrastruktur tentunya harus dikelola secara profesional sehingga kinerjanya dapat ditingkatkan dan mampu menjalin kerjasama yang saling menguntungkan dengan berbagai pihak operator swasta dan Pemerintah Daerah. Aliansi Stragis dengan operator swasta sangat dibutuhkan untuk mengisi peluang usaha telekomunikasi yang kompetitif pada segmen pasar tertentu. Sebagai konsekuensi logis implementasi otonomi daerah, maka peranan Pemerintah Daerah sebagai salah satu stakeholder mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam penentuan arah kebijakan publik di daerahnya. Untuk itu perlu dikaji lebih mendalam pengembangan kerjasama Pemerintah Daerah dengan pihak swasta, baik langsung maupun melalui BUMD dalam dalam rangka menjalin hubungan kemitraan yang saling menguntungkan. Untuk memelihara sense of belonging, daerah/BUMD dan masyarakat dapat diberi peluang untuk memiliki sebagian saham BUMN tertentu yang berusaha di daerahnya sehingga merasa ikut memiliki dan turut bertanggung jawab atas keberhasilan usahanya. Dalam upaya optimalisasi sumber-sumber pembiayaan dan investasi bagi daerah otonom, diperlukan dukungan pemerintah dalam berbagai bentuk pembinaan dan pengawasan di berbagai bidang.d.Kebijakan Dari Sisi Penggunaan1)Meningkatkan mekanisme kontrol dari masyarakat dan LSM terhadap pelaksanaan pengelolaan keuangan Daerah sebagai wujud nyata pelaksanaan asas transparansi dan akuntabilitas fiskal.2)Memberikan arahan yang jelas tentang alokasi anggaran terhadap sumber - sumber penerimaan baik PAD maupun transfer pusat. Adapun peran pusat hanya sekedar memberikan arahan tentang hal yang seyogyanya dilakukan oleh Daerah. Semua keputusan tentang mekanisme pelaksanaan alokasi anggaran sepenuhnya menjadi kewenangan daerah sesuai dengan nafas otonomi itu sendiri. Adapun aturan alokasi tersebut misalnya: PAD sampai prosentase tertentu digunakan untuk pembayaran gaji pokok aparat Daerah dengan memberikan standar yang sama di seluruh Indonesia. Untuk beberapa Daerah yang memiliki PAD tinggi dan kelebihan setelah digunakan untuk pembayaran gaji pokok dapat dimanfaatkan sebagai kekayaan Daerah. Sementara DAU yang diterima sampai prosentase tertentu digunakan untuk dana operasional (tunjangan) aparat Daerah, pelayanan publik yang bersifat intangible serta proyek pembangunan jangka pendek. Sementara DAK diarahkan untuk mensukseskan program nasional yang bersifat prioritas serta pencapaian Standar Pelayanan Minimal di masing-masing Daerah. Sementara untuk proyek pembangunan Daerah jangka panjang diarahkan pada sumber dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan melalui Propinsi dan Menteri Teknis.3.Hambatan dalam meningkatkan Pendapatan Asli daerah Dalam prosesnya strategi peningkatan PAD masih terdapat beberapa hambatan, diantaranya:a.Hambatan dari luar, diartikan hambatan yang berasal dari luar pemerintahan, diantaranya:1) Peraturan Perundang-undangan yang masih belum berpihak pada pemerintah daerah.2) Masih adanya efek dari krisis ekonomi yang melanda Indonesia3) Belum stabilnya sistem sosial politik yang ada4) Keseimbangan jumlah penduduk5) Tingkat inflasi yang masih terlalu tinggi6) Kurs nilai mata uang rupiah yang masih belum stabilb.Hambatan dari dalam, diartikan hambatan yang bersal dari dalam pemerintahan Kabupaten, diantaranya:1) Keterbatasannya kewenangan pemerintah kabupaten untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada2) Belum optimalnya kinerja BUMD untuk menopang PAD3) Sistem kerja pegawai yang belum optimal4) Masih adanya sistem KKN dalam segala bentuk kebijakan pemerintah5) Kurangnya iklim investasi yang dibuat oleh Pemerintah Kabupaten6) Belum memadainya sistem sarana dan prasarana publik4.Usulan untuk peningkatan Pendapatan Asli daerah Adapun beberapa usulan yang ditujukan untuk pemerintah kabupaten untuk meningkatkan PAD, diantaranya:a. Meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat dari sektor andalanb. Adanya keseimbangkan insentif & disinsentif untuk menjamin kepatuhanc. Mengoptimalkan peran legislatived. Meningkatkan Sfisiensi pelayanan publice. Kendalikan KKN dalam sistem pemungutan pajak dan retribusif. Meningkatkan jaminan keadilan bagi wajib pajak/retribusig. Adanya pembedakan kebijakan pajak (tax) & retribusi (service charge) secara jelash. Meningkatkan kemampuan administrasi: pendataan, analisis potensi, penetapan, penagihan, keberatan & dispensasi, pengawasan, penegakan hukum

BAB IIIPENUTUP3.1.1KESIMPULANBerdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:1. Pendapatan Asli Daerah adalah salah satu bentuk wujud nyata yang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk menunjukkan kemandirian suatu daerah.2. Strategi dalam peningkatan Pendapatan Asli Daerah dapat dilakukan dengan beberapa kebijakan yang dibuat oleh pemerintah daerah. Diantaranya:a. Kebijakan dari Pemerintah Pusatb. Kebijakan dari sisi penciptaanc. Kebijakan dari sisi pemberdayaan BUMDd. Kebijakan Dari Sisi Penggunaan3. Agar hambatan yang timbul dalam peningkatan Pendapatan Asli Daerah dapat diminimalkan maka pemerintah daerah harus dapat mengoptimalkan pengawasan dari berbagai sektor dalam komposisi PAD.4. Semakin tinggi Pendapatan Asli Daerah maka semakin tinggi tingkat pembangunan daerah.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. http://hendripanggayuh.blogspot.com/2014/02/analisis-pendapatan-asli-daerah-pad-dan.html. (di akses tanggal 28 Maret 2015)Anonim.2013.eprints.ums.ac.id/23835/2/04.__Bab_I (di download pada tanggal 28 maret 2015)