paham hubungan manusia dengan lingkungan

5
Paham Determinis Tokoh – tokohnya adalah Charles Darwin, Friederich Ratzel dan Elsworth Hutington. Pada masanya mereka memiliki pengikut yang tersebar di berbagai Negara khususnya di Eropa Barat dan Amerika Utara. Charles Darwin (1809 – 1882), tokoh naturalis Inggris, ia mengemukakan teori Evolusi, yang dikemu-dian hari terkenal dengan “Teori Evolusi Darwin”. Dalam teorinya ini Darwin mengemukakan bahwa: “Makhluk Hidup (tetumbuhan, Hewan, Manusia) mengalami perkembangan yang berkesi-nambungan dari waktu ke waktu. Pada perkembangan tersebut terjadi perjuangan hidup agar bisa bertahan hidup ( Struggle for life, struggle for existence) seleksi alam (natural selection) dan yang kuat akan mampu untuk bertahan untuk meneruskan kehidupannya (survival of the fittest) Dalam proses perkembangan kehidupan tadi, faktor alam sangat menentukan sekali“. Pada teori dan pahamnya itu, jelas paham serta pandangan ini menganut determinisme alam. Freiderich Ratzel ( 1844 – 1904) pakar geografi berkebangsaan Jerman dengan teori “Anthropogeographie” nya mengemukakan teori dan paham bahwa “manusia dengan segala kehi-dupannya sangat tergantung pada kondisi alam sekelilingnya“. Paham ini sejalan dengan apa yang pernah dikemukakan oleh Charles Darwin. Ratzel dengan para pengikutnya (Semple dan Demolins) melihat bahwa populasi manusia dengan perkembangan kebudayaannya ditentukan oleh kondisi alam. Meski manusia dipandang sebagai makhluk dinamis, mobilitasnya tetap dibatasi dan ditentukan oleh kondisi alam di permukaan bumi. Elsworth Hutington, merupakan seorang ahli geografi Amerika Serikat yang sebenarnya menjadi pengikut paling setia dari paham Determinisme. Bukunya yang sangat terkenal berjudul “Principle of Human Geography.“ Ia memiliki pandangan bahwa iklim sangat

Upload: cahiakh-imawan

Post on 16-Jan-2016

96 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

semoga bermanfaat

TRANSCRIPT

Page 1: Paham Hubungan Manusia Dengan Lingkungan

Paham Determinis

Tokoh – tokohnya adalah Charles Darwin, Friederich Ratzel dan Elsworth Hutington. Pada masanya mereka memiliki pengikut yang tersebar di berbagai Negara khususnya di Eropa Barat dan Amerika Utara. Charles Darwin (1809 – 1882), tokoh naturalis Inggris, ia mengemukakan teori Evolusi, yang dikemu-dian hari terkenal dengan “Teori Evolusi Darwin”. Dalam teorinya ini Darwin mengemukakan bahwa: “Makhluk Hidup (tetumbuhan, Hewan, Manusia) mengalami perkembangan yang berkesi-nambungan dari waktu ke waktu. Pada perkembangan tersebut terjadi perjuangan hidup agar bisa bertahan hidup ( Struggle for life, struggle for existence) seleksi alam (natural selection) dan yang kuat akan mampu untuk bertahan untuk meneruskan kehidupannya (survival of the fittest) Dalam proses perkembangan kehidupan tadi, faktor alam sangat menentukan sekali“. Pada teori dan pahamnya itu, jelas paham serta pandangan ini menganut determinisme alam.Freiderich Ratzel ( 1844 – 1904) pakar geografi berkebangsaan Jerman dengan teori “Anthropogeographie” nya mengemukakan teori dan paham bahwa “manusia dengan segala kehi-dupannya sangat tergantung pada kondisi alam sekelilingnya“. Paham ini sejalan dengan apa yang pernah dikemukakan oleh Charles Darwin. Ratzel dengan para pengikutnya (Semple dan Demolins) melihat bahwa populasi manusia dengan perkembangan kebudayaannya ditentukan oleh kondisi alam. Meski manusia dipandang sebagai makhluk dinamis, mobilitasnya tetap dibatasi dan ditentukan oleh kondisi alam di permukaan bumi.Elsworth Hutington, merupakan seorang ahli geografi Amerika Serikat yang sebenarnya menjadi pengikut paling setia dari paham Determinisme. Bukunya yang sangat terkenal berjudul “Principle of Human Geography.“ Ia memiliki pandangan bahwa iklim sangat menentukan perkembangan kebudayaan manusia. Karena iklim dipermukaan bumi ini bervariasi, kebudayaan itupun juga sangat beraneka ragam. Perkembangan seni, agama, pemerintahan dan segi – segi kebudayaan lain sangat bergantung pada iklim setempat. Paham dan pandangannya ini kemudian disebut sebagai “Determinisme Iklim”

Paham PosibilismeEC Semple, semula ia menjadi pengikut Determinisme Ratzel, kemudian dapat melepaskan diri dari paham tersebut. Menurut pandangannya “kondisi alam bukan menjadi faktor satu – satunya yang menentukan, melainkan menjadi faktor pengontrol, memberikan kemungkinan atau setidak – tidaknya memberi peluang yang mempengaruhi kegiatan serta kebudayaan manusia“. Oleh karena itu, paham ini selain disebut paham posibilisme, dapat juga disebut sebagai paham “Probabilisme”.Tokoh penting lainnya yang dapat melepaskan diri dari aliran determinisme pada jamannya, yaitu Paul Vidal de la Blache (1845 – 1919) ahli geografi Perancis. Menurut nya faktor yang menentukan bukanlah alam, melainkan proses produksi yang dipilih oleh manusia yang berasal dari kemungkinan kemungkinan yang diberikan oleh tanah, iklim dan ruang suatu wilayah. Tipe

Page 2: Paham Hubungan Manusia Dengan Lingkungan

proses produksi itu disebutnya sebagai “genre de vie” dengan menerapkan konsep genre de vie ini, manusia tidak lagi dipandang pasif terhadap alam lingkungan, namun merupakan faktor yang aktif terhadap pemanfaatannya. Sedangkan  alam lingkungan sendiri memberi kemungkinan terhadap perkem-bangan kehidupan dan budaya manusia.Pada paham posibilisme atau probabilisme ini kedudukan manusia dan hewan ditempatkan sebagai makhluk yang berbeda, terutama dengan tetumbuhan yang selalu terilkat pada tempat serta tunduk sepenuhnya pada kondisi alam setempat. Manusia telah dipandang sebagai makhluk yang mampu memanfaatkan alam sesuai dengan kemungkinan yang dapat dilakukan dan ditempuhnya. Alam lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan manusia, tidak lagi dipandang sebagai faktor yang menentukan. Manusia dengan kemampuan budayanya dapat memilih kegiatan yang cocok sesuai dengan kemungkinan dan peluang yang diberikan oleh alam lingkungannya, telah dipandang aktif sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.Pada perkembangan dan kemajuan IPTek yang seperti kita alami seperti sekarang ini seolah – olah penerapan serta pemanfaatannya itu memberikan kemungkinan terhadap kemampuan manusia memanfaatkan alam lingkungan. Sehingga pada suasana yang demikian, dapat berkembang pandangan “Posibilisme Optimisme Teknologi” yang secara optimis memberikan kemungkinan kepada  penerapan teknologi dalam memecahkan masalah hubungan manusia dengan alam lingkungan. Dari posibilisme optimisme teknologi tadi  dapat mengarah ke Deter-minisme Teknologi yang sangat berbahaya. Sebab dengan pandangan seperti ini, manusia sangat bergantung pada teknologi dapat mengabaikan “hukum alam” yang sebenarnya mengatur keseimbangan ekosistem. Bagaimanapun juga manusia dan teknologinya “tidak dapat menguasai alam dan bukan penguasa alam”. Manusia hanyalah bagian dari alam yang “kebetulan” memiliki kemampuan budaya dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam. Namun demikian, untuk menjaga dan mempertahankan keseimbangan serta kelestarian alam lingkungan, manusia wajib memperhatikan azas dan hukum alam yang menjadi kaidah alam. Memang pada konsep geografi dan ekologi manusia ada “man ecological dominant concept” yang berarti manusia merupakan faktor dominan terhadap lingkungannya. Akan tetapi hal yang demikian ini tidaklah berarti bahwa manusia mutlak  menjadi penguasa alam lingkungan, namun ia masih tetap menjadi bagian dari alam yang selalu tunduk pada azas dan hukum alam. Kemampuan intelektual yang terungkap pada kemampuan budaya, merupakan instrumen untuk mengelola dan memanfaatkan alam lingkungan ini. Manusia sebagai pemanfaat dan pengelola sumber daya alam, tetap tunduk pada azas serta hukum alam. Dengan demikian, berlandaskan paham posibilisme atau probabilisme ini, manusia ditempatkan sebagai “Pemanfaat dan sekaligus Pengelola alam” dengan berlandaskan “kemungkinan” penerapan IPTek sesuai dengan kondisi alam lingkungan  tersebut. Untuk menjaga dan mempertahankan keseimbangan dan kelestarian ekosistem dalam memanfaatkan sumber daya alam bagi kesejah-teraan umat manusia, manusia sendiri wajib tunduk kepada azas dan hukum alam yang berlaku

Page 3: Paham Hubungan Manusia Dengan Lingkungan

Paham Optimisme Teknologi.Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan telah menjadi dasar pesatnya kemajuan teknologi, kemajuan dan penerapan teknologi telah membawa kemajuan pemanfaatan sumber daya alam bagi kepentingan pembangunan yang menjadi penopang kesejahteraan umat manusia. Atas dasar tersebut, telah muncul “teknologi merupakan tulang punggung pembangunan” lahirnya motto tersebut beralasan sesuai dengan kenyataan bahwa keberhasilan pembangunan, khususnya pembangunan fisik dan ekonomi, tidak dapat dipiisahkan dari penerapan dan pemanfaatan teknologi tersebut. Penerapan dan pemanfaatan teknologi telah mampu membuka sebahagian “rahasia alam” bagi kepentingan kesejahteraan umat manusia. Berdasar keberhasilan tersebut, ada sekelompokj manusia yang seolah – olah mendewa dewakan teknologi, menjadikan teknologi adalah “segala galanya” mereka merasa optimis selama teknologi maju dan berkembang, apapun dapat dilakukan, apapun dapat menjamin segala kebutuhan hidup dan kehidupan manusia. Selanjutnya mereka mengarah pada ketergantungan teknologi, atau yang seperti dikemukakan diatas, menciptakan suasana determinisme teknologi. Bahkan bahaya selanjutnya mungkin terjadi “mempertuhankan teknologi”.Padahal kalau kita telaah dan kita kaji lebih tenang, teknologi yang merupakan produk budaya manusia : technology is the application of knowledge by man in order to perform some task he wants done (Brown & Brown : 1975 : 2), dimana teknologi yang sebenarnya ber tuan kepada manusia, tidak sebaliknya. Manusia sebagai pemikir lahirnya teknologi, menjadi pengendali teknologi, bukan teknologi yang menguasai manusia.