p•• krg hal 14, 32 + jdl...ka dibandingkan dengan cara pengukuran titik tinggi dari . data foto...

34
. 01.1111 : p•• I Y 0 II 0 I , •• ..

Upload: others

Post on 24-Feb-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

. 01.1111 :

p•• I Y 0 II 0

• I ,

••

..

l .I

11

ll

i I l I \

OAF TAR I S I

BAB Ha1aman

Judu1 KEMUNGKINAN PEMAKAIAN RECTIFIEp AERIAL PHOTO SKALA 1 : 2000 •••..•••..•.•.. i

D A F T A R I S I· •. • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • i i p R A K AT A . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . I N T I S A R I . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . P E N G A N T A R . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . RENCANA PENELITIAN .....•...•....••••..•...••••.

PELAKSANAAN PENELITIAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . HASIL PENELITIAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . K E S I M P U L A N ......................... ·-·. DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

--------------------

ii

iii

1.

2.

9.

17.

25.

30.

33.

. 1

,il 'I 'j

P R A K A T A I

Terlebih danulu penulis ingin menyampaikan rasa terima ka sih yang sebesar besarnya kepada Lernbaga.Penelitian Univer

sitas GadjahMada, atas bimbingan dan segala bantuannya

sarnpai terwujudnya penelitian ini •

urgensi penelitian berpangkal pada rnasalah ketelitian ting gi serta letak planirnetris petak sawah yang diarnbil da -ri data foto udara. Sudah sejak lama diinginkan suatu me­toda yang sederhana, praktis, dan tidak rnernakan waktu la rna dalarn penyajian peta teknik untuk daerah luas. Hal ini

hanya rnungkin bila dipakai pertolongan metoda fotograrnetri.

Dalarn pelaksanaannya sepenuhnya dibantu oleh pihak Sub Proyek Pekalen Sarnpean, PROSIDA Jawa Tirnur; khususnya me~

ngenai data foto udara dan forrnasi teknis.

Tidak lupa disarnpaikan ucapan terirna kasih kepada Prof.Ir.

Pragnjono Mardjikoen selaku penanggung jawab penelitian pa

da Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada. Tidak lupapu

la ucapan terirna kasih kepada staf dan asisten pada Bagian

Teknik Geodesi yang telah banyak rnernbantu pelaksanaan pene

litian, khususnya pengukurannya dilapangan •

..

iii

' I :) ~ ~·

.fi

l l

I N T. I S A R I ..

Penelitian bertujuan untuk menunjukkan kegunaan foto· uda . . . .

ra yang telah direktifikasi skalanya sebagai penolong da

lam pembuatan PETA TEKNIK skala 1 : 2000 bagi inventarisa

si dan perencanaan irigasi wilayah Pengairan MAYANG,.di Jember, Jawa Timur.

Kenyataan dalam praktek, bahwa pembuatan peta pet.a teknik

skala 1 : ·2000 akan m~merlukan waktu jauh lebih lama ji~

ka dibandingkan dengan cara pengukuran titik tinggi dari .

data foto udara melalui rektifikasi.

Sebagair~eta teknik skala 1 : ?000 dengan interval tiap

25 Cm perlu diuji kebenarannya terhadap data ukuran· la pangan.

Kemungkinan penggunaan peta teknik dalam proyek proyek iri

gasi sangat memerlukan ketelitian dan kebenaran melalui pe

ngolahan Rectified Aerial Photo; disamping faktor waktu yang sangat menentukan.

1

J

J

~ I ,,

'I I

'I

•I

'

!i i ll 5_i

P E N G A N T A R ------------------

Kebutuhan akan Peta Teknik skala besar akhir-akhir

ini mulai terasa, khususnya pemakaiannya dalam bidang bi...;

dang Irigasi, dimana volume pekerjaannya semakin meningka~ dan pemetaan cara terestris sangat terbatas kemampuannya ·

. .

mengingat faktor kemampuan waktu dan biaya yang tersedia. Dilain pihak, kenyataan yang dijumpai adalah belum leng-·

kapnya Peta Dasar (Peta skala kecil) dan peta peta terba~

yang sangat diperlukannya pada tahapan perencanaan.

Faktor waktu akhirnya sangat menentukan juga keberhasilan. program inventarisasi dan perencanaan perluasan dan pem­

baharuan saluran saluran irigasi· bagi wilayah Sub.Proyek

PEKALEN SAMPEAN, Proyek !RIGAS! Bantuan I.D.A (PROSIDA) Jawa Timur.

Sudah sejak awal PELITA I, diprakarsai pengukuran·' _.

pengukuran terestris, yalah pembuatan Peta Peta Teknik ska

la besar secara langsung. Diartikan disini pengukuran de• ngan alat ukur terestris seperti : macam macam theodolite

dari macam macam ketelitian dan pemakaian macam macam alat

ukur sipat datar atau waterpas. Program pembuatan peta pe

ta untuk keperluan perancangan dan perencanaan bagi pro -

yek Irigasi dapatlah dikelompokkan atas :

a. Peta Dasar atau Peta Perancangan kerja, skala kecil.

b. Peta Konstruksi atau Peta Teknik, skala besar. Disamping kebutuhan untuk peninjauan areal, maka disam­

ping Peta Peta jeni'S diatas, masih diperlukan produk Foto.

2

I 1 I

'

l I. i I

' i

3

Udara dalam bentuk : c. Aerial Mosaic, a tau Foto Udara Mosaik, yalah Pe- 1

ta foto pada skala kecil dan sedang; pengertian mosaik in~ adalah bentuk foto dari cara penyusunan beberapa foto ud\a ra yang mencakup areal lebih luas. Sebenarnya foto foto u~ dara sampai batas batas ketelitian tertentu dapatlah dia~

rahkan kepada penyajian peta dasar dan peta planimetris a!­tau peta datar (3) sebagai landasan pemetaan cara fotograi­

metri. Maka daptlah kiranya dikembangkan pengguna_an peta foto untuk mempercepat pembuatan peta peta teknis secara

simultan.

Dengan berpangkal pada teori pemetaan secara fotogra

metri paoa umumnya serta· penggunaan single image photo pa

da khususnya; maka berarti data planimetris suatu daerah dapat dipenuhni dari cara cara rektifikasi foto udara (3.~).

Perlu diuraikan batasan rektifikasi foto udara pada batas" ketelitian dan toleransi planimetris yang diperkenankan.

Berdasar pengertian rektifikasi foto udara, sebenarnya ha•

nya terbatas pada daerah datar (2) serta adanya fungsi ska

la foto dan peta yang dihasilkannya (1). Teori rektifika ~

si foto sangat cocok untuk daerah persawahan yang relatip

datar atau hampir datar(2,3(, maka tujuan Penelitian di­sini akan berkisar pada hal hal :

a. Hubungan matematis antara skala foto dan peta pla­

nimetri. " b. Kemampuan perbesaran foto dan rektifikasinya ber-

dasar data pemotretan udara yang ~angat terpenga­

ruh cuaca setempat.

·· '>.<i'i.; iii'\~·· . . ;,,,,:;'\ ~<;;<,~{,\;·<. ; b·;~\.{ ·lb~~~~~ \:. '' ·~l'l':'it'i\"'\

4

c. Kondisi lapangan untuk pengukuran titik ikat ba­ik untuk planirnetris ataupun ketinggiannya sec~~

ra metoda ukur "Spot Level" atau penambahan data tinggi pada foto udara yang direktif~kasi.

'I

d. Problem identifikasi lapangan dale1rn hal penyele­saian Peta Teknik atau hasil akhirnya, yalah pern buatan Peta PETAK TERTIER bagi proyek Irigasi.

Dalarn pelaksanaan baik dilapangan rnaupun di laboratoriurn dapatlah disirnpulkan tugas tugas penelitian rnenja~i dua k lornpok besar, · yalah

1. Pernbuatan Peta Planirnetris dari cara rektifikasi foto udara (3)

2. Penarnbahan ..;titik tinggi atau "Spot Level" pada ·

foto udara yang telah direktifikasi dan kernudia cetakan pertarnpalan (super imposing print) dari padanya akan rnerupakan PETA TEKNIK lengkap.

Dalarn sasaran penelitian akan dihasilkan Peta Skala 1 ; 2 00 dengan ketelitian garis tinggi padanya sampai 25 ern.

Materi Penelitian -----------------. .

Sebagai bahan utarna yang akan digarap dalarn studi

perbandingan ketelitian antara metoda konvensionil (cara

lama, atau cara ukur terestris), yalah pembuatan cara fo­tograrnetri (4); bahan tersebut be£upa peta foto atau "Enlargrnent rectified photographs" atau istilah sehari -harinya adalah Photo-map (2) atau : PETA FOTO. Tanpa adanya peta fbto yang rnernenuhi persyaratan peta pla nirnetris tidak rnungkin bisa diselesaikan PETA TEKNIK yan rnernenuhi syarat syarat pernetaan pada urnurnnya. Sebagai dat

pelengkap dalam pembuatannya, perlu diukur dilapangan ti­tik titik tinggi dengan rnelalui pengukuran sipat datar.

i i !. ~~

I

5

Karena bagiamanapun telitinya alat alat dalam tugas tuga~ pemetaan fotogrametris, untuk keperluan pengamatan eleva~·

atau cara baca titik tinggi pada peta, masih jauh lebih ik cara cara ukur terestris atau cara pengukuran langsun<J. Masalah pemeli tian tinggi diti tik beratkan dalam pemiidih-r an jenis alat ukur tinggi atau alat ukur sipat datar yang!, memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh Pihak pro

yek Irigasi PROSIDA Jawa Timur. Khusus untuk daerah ker -ja Sub Proyek PEKALEN SAMPEN dipakai ketentuan ad·anya ba s toleransi pengukuran waterpas pergi-pulang: 7 V L (mm); L.= jarak ukur panjang seksi sipat datar dalam satuan Km.

Dalam pelaksanaan penelitian nantinya, sebagian be­sar alat alat dapat dipinjam/dipergunakan dari bantuan hak diluar Universitas Gadjah Mada, seperti : Laboratori Foto Udara milik PENAS, Alat Ukur dari Unit Lapangan PROS DA sendiri dan instansi lain, atas kerja samanya dengan p o yek

tan

1.

proyek Irigasi wilayah diatas. Macam dan ragam perala adalah :

a. Alat peng<blah peta foto ·: RECTIFIER dari merk ZE SS

tipe S.E.G. - 5 atau dari WILD : E -4.

b. Alat waterpas auto level, ZEISS tipe : Ni- 2.

Rectifier dari pabrik/tipe : ZIESS SEG-5 seperti ter-

lihat pada gambar : 1, mempunyai kemampuan perbesaran

dan pembetulan skala linier dari : 0,8 kali sampai 5 kali

Dalam pengaturan pernbetulan skala linier disyaratkan ada­

nya 4 buah titik ikat planimetri (dikenal koordinat X,Y).

Pelaksanaan pengaturannya secara automatik (4); sedang­kan padanya selalu dipenuhinya syarat geometri, bahwa :

.j r.

'I j

6

-,bidang lensa (objective plane) - bidang negatip (Negative plane) dan --bidang gambar/peta (Projection plane)

harus dan se1a1u bertemu pada_satu garis potongnya (di­kenal "Scheimp1ug Condition") (1, 3) 2. Pemotretan udara pada ska1a 1 : 10.000 dengan menggu

nakan panchromatic film, dan focus camera f = 152 rnm maka ketinggian terbangnya berdasar rurnus (2,4) :

H = f/M . B dimana M8 ska1a foto rata-rata akan memberikan harga tinggi dari bidang referensi tanah rata-rata = 1520 meter.

3.A1at ukur waterpas (sipat datar) dari ZIESS tipe Ni-2,a tau tergolong "auto-level" adalah alat sipat datar oto

tis, dimana pengarturan garis visir sejajar arah nivo sec -ra otomatis,karena alat ini memakai kompensator yang ber fungsi menyetimbangkan arah nivo se1a1u mendatar pada saa

· pengamatan berlangsung; sehingga keuntungannya dalam prak tet adalah lebih cepat kerja dan pemakaiann~'a. Pada gamba : 2 terlukis skema bandul kompensator/prismanya; dan alat i nipun memiliki pembagian puturan arah horisontal (dalam r kiraan derajat kasar) , sehingga aapat dipakai dalam orien

ta~i arah baca pada foto dan letak spot level dilapnagn. Dimana titik titik spot level dipilih "TENGAH PETAK SAWAH dengan harapan telah mewakili kedataran petaknya dimana a

kan diplot pada foto sebagai titik tinggi yang diperoleh

dari hasil bacaan Auto-level diatas. Selanjutnya si-obser '

ver cukup mencatat angka tinggi pada buku ukur, sementara

pemberian nomor pada petak sawah (diatas foto) sesuai u­rutan baca angka angka tingginya. Proses hitungan tinggi dan pemasukkan angka tinggi kepada pet~ fotonya akan meru pakan proses dari penghalusan peta terakhir.

7 ': \::7~:;.:'1': ·:". ~-~· ,.

<~ ' .

FuJ, :1-8. ZPi~~-.\c•l'fltnpoj!r:•ph 111'11'1'~1 r<·•·tifiPr ~I~G V. · The• uppnrntus i~I'IJIIippPd ll'if.h "''''"rnl intrr,.st.ing 111'\1' fpnfllrf's in c'<llnfutrisclft with nlcl••r inslntmt•nt~. Tht• 1"11~ is n 1'npn~nn I: li.:l,/ "" I~ 1~111, prnt•t i<·:•II.Y distnrtion-fwn. Tl11• Hllrflll'!' nf t.lu• prnj••••· t ion In loll' i~ I hy I tn nnd rn n hr pi\'nt •·d n rmmcl t I\' II Jli'I'Jll'lh liouln r 1\Xf'~. llhnn inn I iou iK furuiHht•tl hy 1\ 1111'1'1'\lt)' lnntp, nnd thr· l'llllrlf·ll~l'l' IIY~ff·nl I'OII~i~t!l or two Ftl'~ht·l lt·nst•~. The lnr~tf'~f tH'J!n ti "'' fornw t i~ :m h,v :m rm, I'"' h ~'I!"~' I ill n Ill! II' in toru·h clir<'c•fi"n is II•. mul thr• Pnlnr~folliPnl !'1111 1,,. 1·nrif'd hetwrPn fUi nnd 6.6 limrs, Tha tllRXillllUl\ hl'ijthl nf f.ltl' iliHttllllll'lll. j~ 4!.i Ill,

GAMBAR 1

..

8

GAMBAR 2

I l l . ' '

l

jl

l I

RENCANA P E N E L I T I A N . ----------------------------~~----------

1. Pemotretan Udara

Pemotrehan udara dilakukan pada skala foto 1 : 10.000

diatas film hitam putih, atau panchromatic-film. Dibedakan

dengan cara pemotretan pakai "infra-red film", dimana hasil

nya akan lebih kontras dan lebih tajam~ namun biaya akan le

bih mahal adanya.

Langkah pertama untuk1\1 mendapatkan. data planimetris

adalah ditempuh secara fotogrametri, dengan melalui proses

pembikinan peta foto yang direktifikasi 1 : 2000 dari foto

aslinya. Skala foto akan merupakan penentu keberhasilan pa

da tahap berikutnya (1,4); sebab semua kegagalan pekerjaan

bisa dimulai dari tahapan perencanaan pemotretannya sendiri.

Pemikiran skala berarti penentuan tinggi terbang (H) : di -

mana kondisi cuaca dan topografi .setempat akan mempengaruhi

ketelitian dan kwalitas fotonya. Pengarahan pembuatan PETA

FOTO·dapat memenuhi sasarannya bila daerah tersebut masih

memenuhi kreteria -asar, daerah yang datar (3); karena le­

tak aeral persawahan masih dapat diandalkan datar atau ham

pir datar, maka pemakaiannya peta foto sebagai dasar pengo­

lahan peta teknik nantinya masih dimungkinkan. riiharapkan

pe~besaran maximal melalui alat RECTIFIER : ZEISS SEG-5 di­

atas masih bisa menghasm1kan FOTO 1 : 2000 yang berarti a­

kan dicoba perbesaran maximal 5 ka1i, dari foto aslinya ska

1a 1 : 10.000 menjadi foto skala 1 : 2000.

Keberhasilan pemotretan udara tergantung distribusi

9

10

titik ikat di1apangan serta faktor mudah tidaknya identi­

fikasi atau pencarian kembali titik diatas fotonya. Kenya­

taan ~alam praktek memanglah harus diadakan tambahan peker

jaan pengukuran lapan9an dan cara cara pemasangan tanda -

tanda bagi pemotretannya. Biasanya, yang tersebut ter.akhir

ini, menggunakan papan atau cat warna terang yang dipa -

sang dipalangan guna kenampakannya diatas foto kemudian.

Per1uasan jaring jaring planimetris dilakukan secara pe­

ngukuran poligon jarak panjang atau triangulasi. Bagaimana

pun juga tugas pengukuran tidak bisa 1epas dari cara cara

fotogrametris.

1.2. Rektifikasi Foto Udara. ----------------------

Rektifikasi dilakukan pada foto demi foto dari ska-

1a negatipnya 1 : 10.000 menjadi masing masing peta foto

ska1a 1 : 2000, dengan mengqunakan 4 titik ikat per foto

(2). Ke-empat titik ikat pada tiap foto haruslah mudah ter

1ihat pada waktu pengo1ahannya dikamar gelap,mudah diiden­

tifikasikan. Perluasan titik ikat dari foto ke foto berikut

nya da1am tiap ja1ur terbang serta antar jalur terbang, bi­

asanya dilakukan secara aerb trangulasi atau ·triangu1asi

udara; pe1aksanaannya dilaksanakan sepuhnya di stereopldter

atau a1at khusus untuk tugas pemetaan cara fotogrametris.

Ketelitian per1uasan titik secara triangu1asi udara ini,akan

sangat menentukan kete1itian dalarn pembetulan ska1anya pu -

la; apalgi bilamana kondisi titik ik:.:t dilapangan kurang

sernpurna keadaannya: Yang tersebut terakhir ini, bisa ber­

akibat fatal, dalam arti data planimetris tidak represen­

tatip lagi terhadap letak alamiah sebenarnya. Sedangkan di

' ! !

11

lain pihak data peta fo~o akan merupakan bahan dasar dari

kegiatan selanjutnya. Akibat ketidak sempurnanya rektifi -

kasinya akan memberikan PETA TERSIER yang salah nantinya.

Dalam rrktifiknsi. dipakai koordinat yang benar pada lem­

bar kertas qambai diaman akan berfungsi sebagai bahan ker tas foto dalam proses "exposure"nya yalah dimensi kertas

foto mem~unyai hubungan rektifikasi atau s~arat optik an­

tara biclang foto/negatipnya dan bidang gambar atau PETA

nantinya. Titik titik ikat haruslah dipasang pada meja gam bar sesuai dengan koordinat yang sebenarnya: sedangkan da­

lam proses kamar gelap diatur letak ke empat titik ikat yg.

di-identifikasi kembali harus berimpit benar pada keempat

titik pada posisi dimeja gamb~r tersebut~ Barulah secara

proses. fotografi · (dilakukan dalam kamar gelap) data peta

foto bisa didapat. Bentuk peta foto secara fisik adalah J:er wujud FOTO UDARA namun secara planimetris skalanya telah

benar. Debedakan dengan ·definisi PETA yang merupakan gam -

baran pada proyeksi tegak( dan FOTO yang berpangkal pada proyeksi sentral.

1.3. Proses Pembuatan "Master Sheet" ------------------------------

Sebagai media perantara dari proses pembikinan p~ta

foto yang berupa foto udara dan penambahan data tinggi di­

lapangan perlu dibuatnya master sheet atau lembar induk un

tuk kerja (dilapangan) . Bentuk master sheet adalah bahan

transparan semacam :Kodaktra6e" atau Calquir, yang dipa­

kai untuk membuat kopi foto udara menjadi gambar garis a­

tau "line map". Oimaksud dengan peta garis akan mempermu-

f \

12

dah pekerjaan lapangan dan iebin sederhana wujudnya dalam . .

hal pembacaan dan penambahan angka angka·dilapangan. Sebab

bila foto u9ara yang dibawa dilapangan, banyak resiko ru -sak serta lebih sulit dalam data penambahan angka angkanya.

·oalam pembuatan "Master Sheet" dipakai . standart Calquir

pada 110 gram;m2 atau yang lebih tebal. Hasil cetak hi -tam putih dari calquir diatas akan dipakai sebagai PETA DA SAR lapangan selanjutnya; dimana identifikasi dilakukan di atasnya dan segala perubahan alsmiah selalu dibubphkan di

atasnya d~ngan catatan seperlunya. Sebenarnya tugas iden -tifikasi dan perubahan detail ini dilakukan sekaligus se­

bagai proses pembaharuan peta; sebab biasanya kondisi la -

pangan akan berubah dari waktu kewaktu, maka dengan cara pe mot:retan udara dan identifikasi ibi akan sangat membantu.

Pengrikuran titik tinggi (spot level) dilakukan de -

ngan dasar pengikatan tinggi terhadap "Bench Mark" (titik

tetap duga tinggi) yang ada serta perataan diantaranya. Dalam melaksanakan pengamatan titik dt~tail diambil jarak

antara 40 meter atau pada tengah tengah petak sawah. Hal

ini diselar•akan dengan letak detail dilapanqan terha~ap identifikasinya diatas foto atau peta foto yang sesuai.

Pembuatan nomor petak dibuat sestema:t:ikanya atas urutan

pengamatan titik tinggi petak sawah. Sehingga tugas obser

ver (.pengamat) dan pencatat (recorder) akan lebih jelas : . ,.

''i

l . ..

il

I

13

Observer sementara membaca angka ketinggian pada rambu ter

hadap kedudukan alatukur, harus menyampaikan basil pemba -caannya kepada si pencatat/recorder dengan aara komunikasi misalnya memakai "Walky Talky" atau cara cara lain:hal ini dim.aksudkan agar inventarisasi letak petak dan keteraturan sistematika baca didapat yang akhirnya kerapian kerja di­

perolah,

Sementara pencatatan dilakukan oleh recorder, dimana angka ketinggian dimasukkan pada master sheet maka dia ber kewajiban pula untuk mengulang baca angka dengan jelas ke­pada observer agar tidak terjadi salah inventarisasinya. Tugas recorder disarriping mencatat angka angka tinggi, juga memberikan instruksi/aba aba kepada pembawa baak (RODMAN) agar letak rambu sesuai posisi angka yang dituliskan pa-da mastersheet diatas. Biasanya rodman adalah kuli lokal

yang terlebih dahulu dilatih cara mendirikan dan mengikuti aba aba dilapangan. Bagi kuli yang terbiasa kerja mengikuti

juru ukur akan lebih mudah dilatih dari pada yang belum.

Setelah selesai tugas pengamatan tinqqi dilapanqan

maka setiap harinya (pada akhir pengt'.kuran) perlu disusun

basil basil pengamatan agar tidak mer • ..unpuk dalam pengola­han nantinya. Perlu'dicari sistematik yang memudahkan pe -laksanaan pengolahan dari data ukur menjadi peta lengkap. Cara penyusunan angka tinggi pada master sheet diatur se-

15

-v---

--"-

Gambar : 3

31 b. 0/

-........ --

tidak boleh dirintis/ditebang selama pengukuran. b.Sulitnya identifikasi pada batas batas alam yang ·

kurang dari 2 meter, mengingat skala foto 1:2000 yang bersrti perubahan 1 rom sa.ma dengan 2 meter di­lipinqan. Hal mana biaa ditemui dalam maaalah bat.as .. saluran alam dan selokan buatan yang letaknya aaling berdekatan. Penggambaran detail ini perlu disendiri kan, misalnya dalam catatan buku ukur dengan sketsa

16

yang lebih baik

Adjustment data identifikasi terhadap data yang ter baru, mengingat faktor perubahan tersebut anak bab 3 dia­tas, dalam faktor penentu : 1,2,3, dan 4. Kalau data ter­

baru sudah bisa digambar dalam Master Sheet-nya, berarti

tahap pengolahan tinggi bisa dilakukan.

Interpolasi angka ketinggian berdasar titik tinggi tercantum dalam legenda master sheetnya. Untuk ini cukup

dipakai interpolasi linear antara titik titik tinggi.

Calquiring adalah tahap terakhir setelah garis con­

tour interval per 25 em didapat. Ukuran peta sesuai de­

ngan petunjuk yang diberikan oleh pihak PROSIDA Jawa Timur.

...

<:" ..... •

P E L A K S A N A A N P .E N E L I T I AN. --------~--------------------------~--~ ~----·~

1. Pembuatan Foto Udara dan Master Sheet ----------------~--------------------

1.1. Pemotretan Udara. --------------~-

Pemotretan udara dilakukan diatas aeral pengairan Sub Proyek PEKALEN SAMPEAN, Jawa Timur. Sedangkan untuk tahap percobaan guna penelitian metoda pemetaan dari aa~a_rekti­fikasi foto udara ini diambil contoh dari wilayah D.P (Da­

erah Pengairan) Bondoyudo yang meliputi luasan 12.000 Ha.

Dalam penelitian diusahakan rektifikasi dari skala 1 : 10.000 menjadi skala 1 ·: 2000. Untuk meneliti kemampuan serta ke­

telitian planimetris seluas 1000 Ha yang-memenuhi syarat : 1. Representasi aeral terpilih cukup memberikan macam

kondisi topografi umumnya.

2. Pada luasan terpilih cukup memberikan variasi de

tail dan macam ragam vegetasi yang ada.

3. Keadaan titik ikat harms memungkinkan untuk stu­

di perbandingan ketelitian dan kebenaran akan da ta yang terlukis diatas foto. ·

Pelaksanaan rektifikasi sepenuhnya dilak~kan oleh pihak P.N Aerial Survey ( PENAS )J sedangkan untuk keperluan titik ikat guna rektifikasi telah dilakukan pengukurannya oleh team PROSIDA sendiri

1.2. Hasil Rektifikasi. -----------------oari hasil rektifikasi diatas perlu disalin segala

I I

18

bentuk persil dan bangunan yang nampak diatas foto pada su atu bahan transparan, yangdikenal sebagai :Master sheet".

Kegunaannya sebagai kerangka dasar pemeta~n dan pengolahan

data ukur tinggi dilapangan. Master sheet tid.ak lain adalah PETA DASAR TEKNIK skala besar, skala 1 : 2000 yang memiliki ketelitian planimetris baik. Setelah data lapangan yang berupa angka angka ketinggian diperoleh, maka diatas Master Sheet ini akan bisa digambarkan representasi relief topo -grafi, dalam perwujudan garis garis tinggi (garis_ contour).

Pengujian terhadap ketelitian planimetris pada hasil rekti

fikasi tersebut diadakan sekitar garis arah loupe waterpas . yang menghubungkan titik titik:·likat tinggi pada luasan a­

~eal 1000 Ha diatas. Bentuk kerangka waterpas dilapangan tidak lain merupakan jarak antara B.M seeta.pathok dianta­

ranya. Pada waktu pengukuran waterpas disamping data ting­gi yang diperoleh, juga panjangan jarak jarak tersebut, se

hingga ketelitian planimetris dari peta dasar ini, dapat di uji adanya.

Penggunaan Master sheet dalam praktek adalah :

1. Master sheet sebagai peta kerja untuk pengukuran tinggi;

yalah diperolah dengan mencetak calquir tersebut menja­

di lembar lembaran peta garis skala l : 2000.

2. Hasil pengarnatan tinggi langsun~·dicantumkan diatas pe

ta kerka tersebut, dengan catatan bahwa distribusi~ ke·

tinggiari dapat memenuhi persyaratannya :

a. Letak titik tinggi adalah teng~~ petak sawah; sebab dL­

anggap cukup mewakili luasan d tar untuk keperluan penq •

airan sawah nantinya.

b. Bilamana terdapat luasan petak sawah melebihi 1/4 Ha at~u

terdapat kedaan relief yang menyolok, maka j~rak antara

titik titik tinggi dibuat sekitar 30 atau 40 meter.

,. I i ,,

I ... ----------------------------------------------------------------------~--~~

\ '. : .

1 I ,

I

l

I I I

I

. i I

i I

I

l

).9

3. Perluasan titik titik ikat yang diambil dari penurunan

data tinggi B.M. diusahakan melalui jaring waterpas sepan ' jang tepi saluran atau tepi jalan desa. Hal ini mengingat

fakt:or pelaksanaan pengukuran yang mudah~ Jarak antara ti tik tinggi sepanjang jalan atau lintas jaring waterpas ini diusahakan sekitar 60 meter. Bilamana perlu perluasan ti­tik titik tinggi diadakan sekitar petak petak sawah.

1 Pelaksanaan serta persiapan pembuatan peta dasar seperti

dimaksudkan adalah masalah re_ktifikasi dan pencetakan peta dasar pada skala 1 : 2000 diatas~ dimana· ini sebagian da

I ri proses laboratorium. Sedangkan yang dika·tegorikan dalam tugas tugas lapangan akan diuraikan dalam bab dibawah

Pekerjaan lapangan dalam penelitian merupakan seba-1 gian besar tugas serta waktu untuk seluruh pekerjaan. Un­

tuk efis~ensi kerja dipergunakan 2 unit pengukuran jaring jaring tinggi dan 4 unit untuk pengukuran jaring spot level atau pengukuran titik. tinggi lapangan. Peranan ~unit ].apa­

ngan Pllda j<:lrinca peny~bat"ab t.t.tik ikat tinggi se~ta penf;le-1 otkan ketinggian. e.nt.ar B.M~ yang telah diukur sebelumnya.

Ontuk mendapltkO.t\ lter-.patan titik ikat tingc;i11ya. diq\lna ... kan ~ unit' plato~ }.lk'Qx- 1 pilar beton antar D~M, dan ptthok. bi&.ea baqi ponyebarem tir199il'lYJ. Pekerja-n ini 'd.:ilak.ukan .

tardahulu sebelum re~u penqukur detail Maauk lapange:n. se-. cara garis besar d,.:s,·~~i:l.c.'i.ah disimpulkan ·:nacam macam fungsi pengukuran diatas $~b~qBi berikut

'. :-1:, I

Tiap unit dilengkapi dengan satu set alat ukur wa­terpas tipe automatic level. Pekerjaan ini tidak lain peker

jaan sipat datar memanjang yang harus memenuhi persyaratan

ketelitian orde ke-2 yalah syarat kesalahan penutup tinggi pada pengukuran pulang pergi sipat datar tidak boleh lebih dari batas : s-v-1 rnm ( 1 : panjang dalarn Krn). Agar ke­

salahan pengukuran tidak rnelebihi batas toleransi;diatas,

perlu diadakan cara penernpatan slag yang genap ( jurnlah

slag adalah jarak antar kedudukan instrurnen dan rarnbu) •

Diusahakan pengukuran satu seksi dapat dicapai dalarn satu

hari. Perlu diperhatikan bahwa letak pathok ukur yang rneru pakan pathok tinggi antar dua B.M. didirikan pada ternpat

yang arnan terhadap gang9uan seternpat. Bentuk pathok cukup

1 dari kayu y;mq d ibf"ri nomor b"rd.1s.1r R.11 ur.1n. Mi R<ll : R('

panjang saluran sekunder MAYANG, maka nomor pathok adalah

1 kode : MY 1, MY -2 dan seterusnya. Sedangkan notasi B.M.

berdasar letak pada saluran irigasi pernbagi; biasanya le­

tak B.M tersebut pada cabang pernbagi saluran atau pada pin

tu pintu air. Misalnya yang dipakai seJ~gai titik ikat da­

larn pekerjaan penelitian ini adalah antara B.M saluran Ma

yang II dan Mayang IV, sehingga dikenal notasi : B.MY II

dan B.MY IV. Areal terpilih untuk penelitian ini clj.sebutkan

dilam diakripai aebaqai berikut :

saluran pembagi t Tertier Mayang II dan IV

letak Sub Seksi Pengairan desa NOGOSARI

seksi Pengairan MAYANG Primet )

daerah Pengai~an ~ Bodoyudo

sub Proyek Pekalen Sampean.

Tugas juru ukur untuk rnelengkapi jaring jaring tinggi dapat

diperbantukan dalarn unit pengukuran datail tinggi; hal ini

-... I

\ \ l

l I ! j

'I

'· \

21

untuk mempertinggi efisiensi kerja. Pada tahap mula mula perbandingan unit perluasan tinggi dan pengukuran detail

berbanding sebagai = l : 2. Kemudian bisa dijadikan per bandingan 1 : 3 untuk mempercepat proses pengukurannya, hal ini juga mengingat bahwa faktor waktu dalam pengukuran de­tao! tinggi dapat mempengaruhi eksentensi pathok pathok i­kat yang dibuat sebelumnya. Yang dimaksud terakhir ini me­rupakan faktor resiko hilangnya pathok selama pekerjaan la pangan berlangsung. Menjelang selesainya pekerjaan lapa­ngan berarti pengukuran detail kecepatannya tinggi.

Susunan unit pengukuran spot level terdiri dari sa­

orang observer dan seorang recorder. Tugas observer adalah

membaca angka tinggi pada pembacaan teropong pada rambu, angka tersebut harus disampaikan dengan jelas kepada re­corder. Kemudian komunikasi sarana alat "Walky Talky" sa­ngat diperlukan menqingat situasi med~nnya. Peranan record

er adalah mencatat dalam buku ukur angka yang disampaikan

oleh observer; sementara itu ia memberikan sistematik nomor

petak sawah secara rapi. Untuk tidak memberatkan pelaksana

an perlu diadakan sinkronisasi kerja yalah pengukuran akan

diadakan setiap 10 sampai 15 titik baca (spot level). Cara

pemberian nomor diatas harus urut dari letak yang tarde­

kat dari instrumen (si pengamat) k~arah yang menjauh sam­pai bata~ kemampuan baca optis lensa alat ukurnya. Disam­

ping sinkronisasi diatas, recorder harus selalu memberi in

struksi kepada pembawa rambu (rodman) agar kedudukan rambu

diberitahukan pad~ observer sebelu-m angka tinggi terbaca.

22

:Dengan dernikian angka y~ng terbaca oleh observer adalah

:angka tinggi nornorpathok yang diinginkan; dengan lain per

:kataan recorder akan selalu rnendapatkan c~tatan tinggi se­

isuai dengan yang diminta. SEbenarnya ada rnacam macam cara iuntuk sinkronisasi kerja antara recorder dan observer. !Kecepatan kerja terletak pada ketrampilan pemegang rambu

!dan kelancaran komunikasi dilapangan. Hal hal yang perlu

:diperhatikan selama pengukuran lapangan adalah : !a. Tugas recorder untuk orientasi kedudukan alat ~kur ter

sebut diatas peta kerja. Bilamana letak alat ukur ti­dak sesuai dengan penggambaran diatas peta akan bisa meru

sak legenda dan data tinggi selanjutnya. Oleh karenya per lu diadakan identifikasi sekitar 10 sampai 15 detail ting~

gi atau petak sawah sekaligus ·pembetulan letak obyek bila

ternyata telah berubah (perubahan detail topografis) • Hal ini dilakukan setahap demi setahap d~ngan tujuan s~mua de­

tail tinggi yang termuat akan menjadi betul adanya.

b. Penelitian tinggi bisa diawasi dengan cara mendirikan

rambu secara vertikal dengan pe::·tolongan nivo kotak a­

tau unting unting. Sebe:I:urn dia.dakax. pen9ukuran terlebih

gqq~l~ p.e~l" dibiri~in inatruk&i cara cara m•ndirikan ram bu yang baik kepada si pernegang. Bilarnana perlu dapat di­

gunakan aba aba atau kode dilapangart; hal ini merupakan

cara komunikasi tersendiri, antara pengamat anatau recorder

dan tukang rambu. Dalarn pengukuran detail tinggi, sebenar­

nya komando pengukuran dipegang oleh recorder; hal in~ _la

in dengan cara cara pengukuran biasa dimana observ~rlah "

yang rnenjadi komando.

c. Kontrol pengamatan perlu diadakan dengan cara koreksi

,

I I f 'l

23

angka baca yalah: BT = 1/2 ( BB + BA ) . Alat ukur yang di­

pakai adalah atolevel. sehingga mempermudah penggunaannya;

sedangkan jarak jarak detail dapat dikontrol dari pemba­

caan optis : D = 100 ( BB- BA ). Formulir lapangan diper gunakan model buku ukur yang diterbitkan oleh PROSIDA. ·

Cara cara pengisiannya terlihat dalam lapiran I. Tugas

juru ukur selanjutnya haru-s menyelesaikan angka angka ting

· gi terhadap ketinqgian suatu bidang refernsi. Cara hitung

· biasa dikemukakan dalam Tabel III.

T' :A B E L I

r---~----r-----------------------------~-----------~--- - -Ttk. Titik Detail Pembacaan IHitungan Perat~a~

No. Jarak Baak Tk.Det. saa~ Naik Turn Dari Thd. ----- f----- ----------- ~!~!.-~-- ___ Q£E~!:! _____ :__~ __ JH~!.-~2£!

3

4

4

3

64

65

66

)803

189

)415

149

834

. 0782

1006 1036

1470

1862

1,099

070.5

1160

•• 06 76

)674 . .

- 37,17

38,619 ==

37,837

37,613 37,337

Denqan demikian pekerjaan 1apangan se1esai untuk selanjut nya dapat diproses tugas laboratorium yang meliputi :

a. Penyelesaian~hitungan dan pernindahan tinggi diatas

kertas kerja

b. Interpolasi garis garis tinggi dan data diatas.

I

' ,,

24

c. Proses penqgambaran halus ( proses kartografi)

d. Pencetakan dan penyerahan gambar.

Seb~gai hasil akhir berupa : PETA TEKNIK PETAK TERTIER

pada skala besar 1 : 2000 dengan interval contour 25 Cm/

==========

l I

I

IJ I

H A S I L P E N E L I T IA N .

Tahap pengolahan data lapangan dan data laboratoriurn

dalarn penelitian berupa : Penggunaan Rectified Photograph

skala 1 : 2000 bagi keperluan pernetaan PETAK TERSIER. Apa­

kah sasaran penelitian dapat rnernenuhi kreteria keteltian­

nya dan tujuan utarnanya, sebenarnya·tergantung dari kondi

si data dan cara pelaksanaan pengukurannya. Mengingat ke­

terbatasan sarana dan fasilotas penelitian'serta rnahalnya

bahan dasar (foto foto dan peta foto) rnaka akan dianalisa

pernakaian secara optimal dan tujuan efisiensi pernakaian su

atu metoda. Kenyataan pertama bahwa foto hasil rektifikasi

pada skala 1 : 2000 tidak bisa memu~skan, dalam arti ku­

rang baik ketelitian planim0trisnyn, maka substitusi S0-

Cttra n .. ktifik•H>i di(litp;tt !'"''' foto hnsil n:-ktifik.,!li p.,d.,

ska1a 1 : 5000. Sehingga cukup perbesaran dari skala foto

udara yanq as1i 1 : 10.000 menjadi skala 1 : 5000. Hal ini

telah diuji kete1itiannya di1apangan yang paling optimal.

Kenyataan dalam penelitian adalah diuraikan dan disirnpulknn

dalarn bab ini sebagai berikut

l, 1. tlari datil pemotretan aerta dista,ibuai titik ikat di ... lapanqan yan9 nyatanya kuran9 rapat ~una rektifikaainya, maka kemampuan perbeaaran pada alat t1:CTIFIER SEG -v ada lah 2 ka1i, ya1ah dari ska1a as1i 1 : 10.000 sampai pada skala 1 : 5000 saja~ Kebijaksanaan pernilihan skala diatas

sebagai perigganti tujuan pernetaan pada 1 : 2000 cukup rne­

madai kete1itian penggunaan nantinya bagi proyek itu. Rete-

1itian baca difoto dan di1apangan dapat diuraikan dalam

f I

I r r ,. I

il

26

Tabel II, yalah ketelitian planimetrisnya. Dari hasil peta

skala 1 : 5000 akan memiliki maximum ketelitian sama pada

skala 1 : 2000; sehingga pada tugas tugas perencanaan iri­

gasi cukup penggunaan PETA TEKNIK SKALA 1 : 5000. Hal ini

telah ditetapkan pula akhirnya oleh si pemakai : Pihak Pro yek IRIGASI PEKALEN SAMPEAN, Prosida Jawa Timur yang ber­

kedudukan di Jember.

T A B E L II :

KETELITIAN PLANIMETRIS PETA FOTO SKALA BESAR

==========-==========- ============== Skala Peta Skala Foto Ketelitian di

lapangan (m)

--------------------------------Ketelitian'di-:

peta ( mm ) . ---------- ---------- -------------- --~----------------------- ----------a -------------- -----------------

1 1)00 1 : 3000 0,221) 0,41)

1 LOOO 1: 5000 0,630 0,63

1 2000 1: 5000 1,260 0,63 =+)

1 2500 1:::5000 2,10 0,84

1 4000 1: 5000 3,36 0,84

1 . 5000 1: 5000 4,20 0,84 =+) . 1 6000 1:10000 5,04 0,84

1 7500 1:10000 6,30 0,84

1 • 8000 l: 10000 . 6,7a 0,84 • 1 :10 .OQO 1:10000 8,40 0,84

·e!es,_.. ... ---... --- -- ---------·-..----- ------------~------ - - .. -1.2. Dari master sheet yang dihasi1kan dari pengo1ahan fo­

to udara, untuk areal percobaan didesa Nogosari, hanya ter ' .diri atas 4 (empat) lembar saja. Lembar rnasing rnasing sepe

nuhnya dipakai dilapangan guna identifikasinya.

1.3. Kondisi B.M. (Titik Tetap Duga Tinggi) cukup baik dan

27

skema distribusi titik titik ikat seperti terlihat pada

Lampiran I, adalah:~terdiri dari 18 titik antara BM II dan

BM IV daerah Pengai:ran MAYANG.

Dari buku ukur No. 233 (tidak dipublikasi) milik Pro yek Peknlen SampC'nn PROSTDJ\, diperoleh pemindahan dnta tinq gi antara B.M serta data spot level yang meliputi petak sa wah dan perkebunan yang dijumpai selama pengukurannya.

Masalah yang timbul nntara .lnin :

a. Tingginya vegetasi/pohon pohon, sehingga kurang ba­

ik pembacaan tingginya pada petak kebon. Hal ini berakibat penarikan garis tingginya tidak bisa. b. Penyebaran petak sawah didesa Nogosari ternyata ti

dak terkumpul seperti didaerah lain. Kenampakan ada nya variasi desa, perkebunan, dan letak areal tebu yg.

sedikit banyak mempengaruhi ketelitian interpolasi ke­tinggian.

Hasil perataan tinggi sepenuhnya dapat dilihat dalam Lampiran II.

Penggambaran diatas master sheet merupakan ~roses

terakhir; dan bis~ ~iurutkan menjadi proses sebagai : a. Pembetulan letak detail/ petak sawah

b. Pemasangan angka angka tinggi diatas detail serta

interpolasi liriearnya. Oisini terdapat garis garis

contour interval 25 em. c. 2~oses calquiring adalah tahap paling akhir untuk

kemudian dicetak dalam presentasi PETA GARIS atau

PETA TEKNlK SKA~A l I 5000,

i •.

I' / i' !!

I

ii

LAMPI RAN I . . 28

SITUJ\RI l,OUPg 'l'I'rlK lKJ\'l' 'l'INGnt :

Daerah : NOGOSARI antara B.M. It sampai B.M. IV

Diketahui: B.M. II = + 43,643 meter

B. M. IV

-<~ . ~B

..

J.

• + 38,386 meter

tz.A.

13.

. XllRANGKA PIINQUKURAN JAI\INOAN TITilt TINGen.

I( C.

:~

l . I I I

I

:1

29

T A B E L III

PERHITUNGAN BEDA TINGGI ANTARA B.M. IV DAN B.M. II

BEDA TINGGI _., ___ ,., - ·----- - --~-· ~

~ .. -........

Nonor pO.th.Ok No.ik rrurun

Dnri I kc (nu)" (on) .

Br-!Y.IV - 0~ 0 .. 2 6 7 -01 -02 0 Q 9: 6 -... --·----02 - OJ ----- 0 9 0 6 03 - 04 ..... _ ... __.... 0 G 7 (,

B.r-t.

--Kotorericon

• •

• •

l1 ur:·~tf'~·n ting-

""'

01). - 05 0 ?. 3 t1-...._ __ --...-

: :L ti~·p ti::p 05 oc 0 1 n 7 -... -_._.. .... pL--()(, 07 () (, ,. r) tllnl: hd.un c.lir. - -----··--- ) r u~·lq 07 -08. 0 1 'J (,

LUI f.Uk c... . ---·----- 1) ~~r ~ ,#·t r'#~lUlY~

08 -09 0 2 2 3 -------09 - 10 0 6 5 0

."'... il· r·:t Lonp. II -10 - 11 0 0 2 1). ____ .. .,._ Dis:ini 11 - 12 0 7 2 0 _ ............... Wltuk

12 - 13 1 5 4· 8 n e;nc1r.pntlcrn lto-_ ....... ____ or-U~"'11:m p<.:nutup

13 - 14 0 2 9 4 ----... --14 -15 1 6 8 4

nya. [llltr'X B .I·'l· __ .............. 15- ~6 0 6 0 0

__ ... _ ...... _ 16 -17 1 2 8 6 ......--~ ... ---17 .. 18 l 4 0 9 . ...............

1e .. !My II ·------ 0 l 0 l ~

., .... ··- "' --···· ·-

+ 0' • ., G 4 """ 3 2 l 7 solis:U1 tinGei t<.:rhit'Wl.& = + 5 2 4 7 ruJ..

Kcsol.cllon ponutup tinaei = (43,643 - 38,386)n - 5,247n

= 0,0010 not cr. ' Kcnnlnh::m. pcnutup ndcll'll = 10 IJr.t • --

..

' ::'

l (

I :i

' j'

K E S I M P U L A N

Akhirnya dapatlah disusun beberapa kesimpulan pen -

ting sebagai bah penutup dalam penelitian dengan judul "Kemungkinan Pemakaian Rectified Photograph Skala 1 : 2000".

' Oleh penulis ditekankan pengarahan akan urgensi pemakaian , foto udara dalam proses pembuatan PETA TEKNIK skala besar,

khususnya untuk tugas tugas inventarisasi dan perencanaan pembuatan serta rohnbilitnAi nalurnn irigasi. Pokok kosim• pulan tersirat da1am pengertian sebagai berikut :.

1. Sebngni bnhan daAnr pembuatan peta adalah foto uda­

ra skala 1 : 10.000 yang cukup direktifikasi pada skala 1 . : 5000 dengan pertolongan titik ikat plani­metris dilapangan. Dengan demikian dapat menyeder­

hanakan jumlahnlembar peta dasar, serta memperingan pelaksanaan ukur tinggi dilapangan.

2. Pengukuran titik ikat tinggi se~ta penyebarannya ,

yalah pengukuran titik detail tinggi dilakukan pa­

da setiap petak sawah memakai alat ukur waterpas ti pe autolevel. Dengan cara ini bisa dicapai kecepatan kerja rata rata sehari 40 sampai 45 Ha.

3. Interpolasi dan peng9ambaran garis tinggi cukup di­

lakukan paaa peta garia yang didapat dari "Master

sheet", sehingga akan mempermudah pelaksanaan dan

memperkecil resiko hilangnya foto udara dilapangan

4. Sebagai pembanding efisiensi kerja, antara cara u-

kur biasa/langsung dengan alat ukur teod6lit dan

waterpas dengan cara fotogrametri, dapat diperkira­

kan pada cara ukur biasa akan mampu sehari hanya 10 Ha.

Yang berarti kecepatan kerjanya kira kira 4 kali le

bih cepat.

30

..

,1,

31

5. Kenyataan lnin, detail yang didapat jauh lebih ba­

nyak dan lf'hih jPli\R hiln pPtn d.:lR.1rnyn pf'tn qnrin.

Kf'nyn t.aan ynnq d lpP ro I Ph cia rl foto ud.1 r.1 lldnl.:th :

detail selengkap apa adanya di-alam/Af'suni aslinyn,

dan foto udara adalah selalu data yang terbaru.

Harapan penulis semoga cara cara penggunaan foto udara

dalam mempercepat dan mempertinggi efisiensi kerja dalam

·. pemetaan PETA TEKNIK dapat memberikan jawaban atas kesu­

litan serta keterbatasan waktu dan biaya dimana hal ini

'. merupakan persoalan pokok pada umumnya dalam era pemba­. ngunan Negara dewasa ini.

----------·-- ~-------- ··-

-~-------------:----~··'~ •• • _·l.

DAFTAR PUS TAKA

1. American Society of GRAMMETRY, Volume I U.S.A., 1965

33

'}

\ Photogrammetry, MANUAL OF PHOT~

& II, A.S~P. Fa11schurh, Virgi~!a, · •:,•' ·, I 1-" <' •

:~;/,:.:i;·~t ~ ·: .. ~ l-~

. ii'. 2. Halert, Bertil, PHOTOGRAMMETRY, Mc.Graw Hilf'Book Co~

New York. ' r · · · i

3. Pa~l, R. Wolf, EL~MENTS.OF PHOTOGRAMMETRY, Internatio­nal Student Edition,·l974

·. 4. Zeller,M, DR, TEXTBOOK OF PHOTOGRAMMETRY, II.K.Lcwis & co

Ltd; L6ndon, 1952

; .... i

·t • i

.J I

1 ·~

i I I I