p r o f i l dinas kesehatan kab. gorontalo utara tahun 2011 · penataan dan pengembangan sistem...

54
P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo Utara Tahun 2011 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-Undang No. 36 tahun 2009, bahwa kesehatan adalah keadaaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Setiap orang berhak untuk hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal dan mendapat lingkungan hidup yang sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan secara optimal. Tekad untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan tersebut dipertegas dengan pelaksanaan Program “Gerakan Membangun Ekonomi Masyarakat (Gerbang Emas) pada “ oleh pemerintah serta diatur dalam peraturan perundang-undangan kesehatan. Untuk mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan tersebut diperlukan indikator, antara lain Indikator Indonesia Sehat dan Indikator Kinerja dari Standar Pelayanan Bidang Kesehatan yang kemudian dituangkan dalam sistem informasi kesehatan. Kualitas dari sebuah Sistem Informasi Kesehatan Nasional sangat bergantung pada kualitas dari Sistem-sistem Informasi Kesehatan (SIK) dan untuk memperoleh Sistem Kesehatan propinsi yang akurat maka diperlukan pemantapan Sistem Informasi Kesehatan serta sinkronisasi data antara Dinas Kesehatan Propinsi dan Dinas Kesehatan yang ada di Kabupaten/Kota. Hal ini disebabkan karena penataan dan pengembangan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) diperlukan untuk dapat menyediakan data dan informasi dalam penyusunan rencana Pembangunan Daerah tersebut serta sebagai landasan pengembangan sumber daya terutama sumber daya kesehatan.

Upload: others

Post on 05-Feb-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Berdasarkan Undang-Undang No. 36 tahun 2009, bahwa kesehatan

adalah keadaaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang

memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

ekonomi. Setiap orang berhak untuk hidup sejahtera lahir batin,

bertempat tinggal dan mendapat lingkungan hidup yang sehat

serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan secara optimal.

Tekad untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan tersebut

dipertegas dengan pelaksanaan Program “Gerakan Membangun

Ekonomi Masyarakat (Gerbang Emas) pada “ oleh pemerintah serta

diatur dalam peraturan perundang-undangan kesehatan.

Untuk mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan tersebut

diperlukan indikator, antara lain Indikator Indonesia Sehat dan

Indikator Kinerja dari Standar Pelayanan Bidang Kesehatan yang

kemudian dituangkan dalam sistem informasi kesehatan. Kualitas

dari sebuah Sistem Informasi Kesehatan Nasional sangat

bergantung pada kualitas dari Sistem-sistem Informasi Kesehatan

(SIK) dan untuk memperoleh Sistem Kesehatan propinsi yang

akurat maka diperlukan pemantapan Sistem Informasi Kesehatan

serta sinkronisasi data antara Dinas Kesehatan Propinsi dan Dinas

Kesehatan yang ada di Kabupaten/Kota. Hal ini disebabkan karena

penataan dan pengembangan Sistem Informasi Kesehatan (SIK)

diperlukan untuk dapat menyediakan data dan informasi dalam

penyusunan rencana Pembangunan Daerah tersebut serta sebagai

landasan pengembangan sumber daya terutama sumber daya

kesehatan.

P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011

2

Salah satu sarana yang dapat digunakan untuk melaporkan hasil

pemantauan terhadap pencapaian Kabupaten/Kota Sehat dan hasil

kinerja dari penyelenggaraan pelayanan minimal ada pada Profil

Kesehatan Kabupaten, Oleh karenanya, profil ini mempunyai

sebuah tanggung jawab yang besar bagi Pemerintah Daerah

Khususnya Dinas Kesehatan, dalam rangka menyediakan sarana

untuk perencanaan, pemantauan, mengevaluasi, dan menjawab

pencapaian pembangunan kesehatan di Kabupaten Gorontalo Utara

tahun 2011 dan tahun 2012 yang juga mengacu kepada Visi

Kabupaten Gorontalo Utara Sehat 2012 serta pembinaan dan

pengawasan terhadap Puskesmas – Puskesmas binaan dalam

pencapaian Visi Kabupaten Gorontalo Utara Sehat.

1.2 SISTEMATIKA PENYAJIAN

Penyajian Profil Kesehatan Kabupaten Gorontalo Tahun 2011

tersusun dalam sistematika sebagai berikut :

Bab-1 : Pendahuluan

Berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan Profil

Kesehatan dan sistematika dari penyajiannya

Bab-2 : Gambaran Umum

Gambaran umum Kabupaten Gorontalo Utara. Selain uraian

tentang letak geografis, administratif dan informasi umum

lainnya, bab ini juga mengulas faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap kesehatan dan faktor-faktor lainnya

misal kependudukan, ekonomi, pendidikan, sosial budaya

dan lingkungan disajikan dalam Bab ini

Bab-3 : Situasi Derajat Kesehatan

Uraian dalam bab ini berupa indikator angka kematian,

angka kesakitan, dan angka status gizi masyarakat

P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011

3

Bab-4 : Situasi Upaya Kesehatan

Dalam Bab 4 berisi tentang pelayanan kesehatan dasar,

pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang,

pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan

lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat,

pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan, pelayanan

kesehatan dalam situasi bencana. Upaya pelayanan

kesehatan yang diuraikan dalam bab ini juga mengakomodir

indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang

Kesehatan serta upaya pelayanan kesehatan lainnya yang

diselenggarakan oleh Kabupaten Gorontalo Utara.

Bab-5 : Situasi Sumber Daya Kesehatan

Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga

kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya

kesehatan lainnya.

Bab-6 : Kesimpulan

Bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal penting yang

perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan

Kabupaten Gorontalo Utara di tahun 2010. Selain

keberhasilan-keberhasilan yang perlu dicatat, bab ini juga

mengemukakan hal-hal yang dianggap masih kurang dalam

rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

Lampiran

Pada lampiran ini berisi resume/angka pencapaian

Kabupaten Gorontalo Utara dan 79 tabel data yang

merupakan gabungan Tabel Indikator Kabupaten Sehat dan

Indikator Pencapaian Kinerja Standar Pelayanan Minimal

bidang Kesehatan.

P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011

4

BAB IIGAMBARAN UMUM

2.1. KEADAAN GEOGRAFI

?

Grafik 1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas di WilayahKabupaten Gorontalo Utara

Tahun 2011

Saat ini Kabupaten Gorontalo Utara memiliki 6 kecamatan

dengan 123 desa definitif yaitu Kecamatan Atinggola, Kecamatan

Gentuma, Kecamatan Kwandang, Kecamatan Anggrek, Kecamatan

Sumalata dan Kecamatan Tolinggula dengan luas wilayah 1.660

Ha. (13.58%) dari luas provinsi Gorontalo.

Berdasarkan keadaan geografis, Gorontalo Utara terletak

antara 0030 – 1002 LU dan 121059 – 123002 BT, dengan batas

wilayah sebagai berikut :

A. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bone Bolango dan

Kabupaten Bolaang Mongondow Provinsi Sulut

P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011

5

B. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pohuwato dan

Kabupaten Buol Provinsi Sulteng

C. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Sulawesi.

D. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gorontalo dan

Kabupaten Boalemo serta Teluk Tomini.

Kabupaten Gorontalo Utara termasuk daerah tropis yang

memiliki 2 musim yaitu musim hujan yang berlangsung dari bulan

Desember sampai bulan Maret dan musim kemarau yang

berlangsung dari bulan Juni sampai bulan September akan tetapi

akhir-akhir ini iklim bergantian dalam keadaan tidak normal setiap

bulannya. Suhu rata – rata 28o – 32o Celcius dengan curah hujan

rata – rata 128,75 mm dan rata – rata hari hujan 200 per tahun.

Kelembaban rata – rata 70% - 90 %.

Untuk memudahkan akses terhadap kesehatan setiap saat

hingga saat ini telah berjumlah 12 buah 5 puskesmas rawat inap

dan 7 puskesmas rawat jalan.

2.2. KEADAAN PENDUDUK

2.2.1. Kepadatan Penduduk

Tabel 1. Kepadatan Penduduk Kabupaten Gorontalo UtaraMenurut Kecamatan Tahun 2011

No KecamatanJumlah

Penduduk

Jmlh

PKM

Luas/Area (km2)

Kepadatan

Penduduk

(org/km2)

1 2 3 4 5 6123456

Kecamatan AtinggolaKecamatan GentumaKecamatan KwandangKecamatan AnggrekKecamatan SumalataKecamatan Tolinggula

10.2997.97235.96520.23016.03813.629

113232

171,9588

336,8224,9438,01399,9

59,9090,59106,7889,9536,6234,08

Jumlah Total Sumber :

Penduduk Kabupaten

Program Dinas Kesehatan tahun 20

sebesar 104.133

wilayah 1.660

per km2. Dari tabel di atas nampak bahwa Kecamatan

menempati urutan pertama dalam jumlah penduduk terbesar

namun berada di posisi

memiliki kepadatan penduduk yang paling besar adalah

Kwandang

Kecmatan Kwandang

sehingga keberadaan pemukiman sebagai tempat tinggal relatif

lebih banyak,

Tolinggula yang hanya sebesar

P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Tahun 2011

Jumlah Total 104.133Sumber : Hasil Survey Penduduk Tahun 2010

Penduduk Kabupaten Gorontalo Utara

Program Dinas Kesehatan tahun 2011

104.133 jiwa yang tersebar di

1.660 km2 dan kepadatan penduduk sebesar

. Dari tabel di atas nampak bahwa Kecamatan

menempati urutan pertama dalam jumlah penduduk terbesar

namun berada di posisi ketiga untuk luas wilayah

memiliki kepadatan penduduk yang paling besar adalah

yakni sebesar 106,78 orang per km

Kecmatan Kwandang sebagai pusat perkotaan dan

sehingga keberadaan pemukiman sebagai tempat tinggal relatif

lebih banyak, sedangkan yang paling rendah berada di Kecamatan

yang hanya sebesar 34,08 Orang per km

Grafik 2. Trend Jumlah PendudukKab. Gorontalo Utara

Tahun 2011

Kesehatan Kab. Gorontalo Utara

6

04.133 12 1.660,0 63,00Hasil Survey Penduduk Tahun 2010

Gorontalo Utara berdasarkan cakupan

memiliki jumlah penduduk

jiwa yang tersebar di 6 kecamatan dengan luas

dan kepadatan penduduk sebesar 62,7 orang

. Dari tabel di atas nampak bahwa Kecamatan Kwandang

menempati urutan pertama dalam jumlah penduduk terbesar

uk luas wilayah. Kecamatan yang

memiliki kepadatan penduduk yang paling besar adalah Kecamatan

orang per km2 hal ini dikarenakan

sebagai pusat perkotaan dan pemerintahan

sehingga keberadaan pemukiman sebagai tempat tinggal relatif

sedangkan yang paling rendah berada di Kecamatan

Orang per km2.

Trend Jumlah PendudukKab. Gorontalo Utara

63,00

P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011

7

Sumber : Survey penduduk tahun 2011 dan Laporan SIK

Puskesmas

Berdasarkan laporan SIK dari tahun 2007 sampai dengan

tahun 2011 laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Gorontalo

Utara mengalami peningkatan, akan tetapi pada tahun 2011 terjadi

penurunan oleh karena ditahun 2010 terdapat sensus penduduk

sehingga untuk keseragaman data maka jumlah penduduk di tahun

2011 menggunakan hasil survey tersebut.

2.2.2. Sex Ratio Penduduk dan Struktur Penduduk Menurut

Golongan Umur

Tabel 2.Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur

Di Kabupaten Gorontalo UtaraTahun 2011

NOKELOMPOK

UMUR (TAHUN)

JUMLAH PENDUDUK

LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI+ PEREMPUAN

1 2 3 4 5

1 0 - 4 6.085 5.641 11.726

2 5 - 9 6.380 6.179 12.559 3 10 - 14 5.831 5.628 11.459 4 15 - 19 5.034 4.895 9.929 5 20 - 24 3.647 3.651 7.298 6 25 - 29 4.331 4.215 8.546 7 30 - 34 4.298 4.166 8.464 8 35 - 39 4.141 3.944 8.085 9 40 - 44 3.444 3.313 6.757

10 45 - 49 2.808 2.686 5.494 11 50 - 54 2.153 2.038 4.191 12 55 - 59 1.674 1.500 3.174 13 60 - 64 1.283 1.309 2.592 14 65 - 69 869 847 1.716

P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011

8

Jumlah penduduk

Laki-laki 52.970 Jiwa

Perempuan

Total

51.163 Jiwa

104.133 Jiwa

15 70 - 74 511 572 1.083 16 75+ 481 579 1.060

JUMLAH 52.970 51.163 104.133

Perkembangan penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat

dari perkembangan ratio jenis kelamin, yaitu perbandingan

penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan tahun 2011

sebesar 103,53. Terlihat bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih

besar dibandingkan jumlah penduduk perempuan, akan tetapi

perbandingan jumlah antara penduduk laki-laki dan perempuan

hampir seimbang di tiap Kecamatan.

Sumber : Gorontalo Utara Dalam Angka 2011

2.2.3. Angka Kelahiran Kasar (CBR)

Hingga saat ini masih belum didapat angka resmi mengenai

tingkat kelahiran kasar per tahun di Kabupaten Gorontalo Utara.

Berdasarkan perkiraan/estimasi Angka Kelahiran Kasar (CBR =

Grafik 3. Perbandingan Jumlah Penduduk laki – laki dan Perempuan

Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011

P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011

9

(Jumlah Kelahiran Hidup : Jumlah Penduduk) x 1000) Kabupaten

Gorontalo Utara pada tahun 2011 sebesar 21,68 per 1000

penduduk lebih tinggi dari tahun 2010 adalah 19,23 per 1000

penduduk dan tahun 2009 sebesar 18.28 per 1000 penduduk.

2.3. KEADAAN SOSIAL EKONOMI

Data keadaan sosial Ekonomi disajikan berdasarkan beban

tanggungan dimana jumlah penduduk menurut kelompok umur

maka angka beban tanggungan (dependency ratio) penduduk

Kabupaten Gorontalo Utara tahun 2011 sebesar 61,37. Artinya

setiap 100 penduduk usia produktif menanggung sekitar 61 orang

penduduk usia tidak produktif.

2.4. TINGKAT PENDIDIKAN

Untuk persentase tingkat pendidikan penduduk di Kabupaten

Gorontalo Utara tahun 2011 belum dapat diuraikan oleh karena

masih terdapat banyak kesenjangan antara data yang diuraikan

berdasarkan hasil sensus penduduk dan data dari badan

Pencatatan Sipil kabupaten Gorontalo Utara.

P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011

10

BAB IIIPROGRAM KESEHATAN

3.1 Visi :

“ Mewujudkan Masyarakat Gorontalo Utara Sehat, yang

Mandiri dan Berkeadilan Tahun 2011“

3.2 M i s i : Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manuasia Pelaksana

Pembangunan Kesehatan

Mewujudkan Pelayanan Kesehatan yang Bermutu, Merata

dan Terjangkau

Memelihara dan Meningkatkan Kesehatan Individu, Keluarga,

Masyarakat serta Lingkungan Secara Mandiri.

3.3 TujuanMeningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang

optimal, sehat secara fisik, mental dan sosial serta beriman

dan bertakwa untuk mencapai suatu kehidupan sosial

ekonomi yang produktif serta tatanan berbangsa dan

bernegara yang berkesinambungan.

3.4. Strategi1. Meningkatkan upaya kesehatan masyarakat secara

paripurna ( mulai dari upaya promosi, pencegahan,

pengobatan dan rehabilitasi kesehatan) melalui

pendekatan paradigma sehat.

2. Menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan prima,

bermutu, merata dan terjangkau secara komprehensif

P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011

11

dan dinamis sesuai dengan perubahan dan

perkembangan ilmu dan teknologi.

3. Meningkatkan kualitas tenaga kesehatan yang

profesional serta mengupayakan pemerataannya.

4. Meningkatkan dan mengoptimalkan sarana dan

prasarana kesehatan baik secara kualitas dan kuantitas,

termasuk memobilisasi pembiayaan kesehatan.

5. Memberikan prioritas utama kepada penduduk miskin,

terpencil serta kelompok rawan seperti, bayi, balita, ibu

hamil dan usia lanjut.

6. Membina dan mengembangkan potensi masyarakat

guna mendukung upaya peningkatan perilaku hidup

bersih dan sehat.

7. Menyelenggarakan sistem manajemen kesehatan yang

mantap.

3.5 Kebijakan

Pembangunan kesehatan dilaksanakan bekerja sama

bersama pemerintah untuk meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat dengan mengutamakan pendekatan mutu

pemeliharaan dan peningkatan kesehatan bagi penduduk

sehat tanpa mengabaikan yang sakit yang memerlukan

pertolongan agar tetap produktif. Empat Kebijakan Utama

Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2010

adalah sebagai berikut:

1. Menurunkan Angka Kematian Ibu

2. Menurunkan Angka Kematian Bayi dan Balita

3. Menurunkan Prevalensi Cakupan Gizi Buruk

4. Meningkatkan Cakupan Sanitasi Dasar

3.6 Kegiatan

P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011

12

Kegiatan pokok dalam penyelenggaraan program

peningkatan kesehatan masyarakat berkualitas mengacu

pada Standar Pelayanan Minimal sebagai upaya mewujudkan

Kabupaten Gorontalo Utara Sehat 2015 berdasarkan indikator

Indonesia Sehat 2011. Kegiatan tersebut terdiri atas 9

Progam Pokok dan 2 Program Penunjang rinciannya adalah

antara lain :

a. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan

b. Program Promosi Kesehatan Dan Pemberdayaan

Masyarakat

c. Perbaikan Gizi Masyarakat

d. Program Pencegahan Dan Penanggulangan Penyakit

Menular

e. Evaluasi dan Pengembangan Standar Pelayanan

Masyarakat

f. Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Lainnya

g. Pengadaan Peningkatan Dan Perbaikan Sarana dan

Prasarana Puskesmas/Puskesmas Pembantu dan

Jaringannya

h. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak Balita

i. Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan Dan

Anak

j. Program Administrasi Perkantoran

k. Program Peningkatan Sarana Dan Prasarana Aparatur

3.7 S a s a r a n

Untuk sasaran dan target yang ingin dicapai di tahun 2011

adalah sebagai berikut :

1. Meningkatnya pelayanan kesehatan dasar yang mencakup

upaya promosi kesehatan, pelayanan kesehatan ibu dan

P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011

13

anak, keluarga berencana, perbaikan gizi masyarakat,

kesehatan linkungan, pemberantasan penyakit menular

dan pengobatan

2. Meningkatnya jumlah sarana dan prasarana kesehatan

baik dari segi kualitas dan kuantitas demi terciptanya

pemerataan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata

dan terjangkau oleh masyarakat

3. Meningkatnya sarana promosi sebagai media dalam

menyampaikan pesan-pesan kesehatan

4. Meningkatnya Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat

5. Meningkatnya cakupan imunisasi

6. Meningkatnya pelayanan penduduk miskin

7. Tersedianya obat sesuai kebutuhan masyarakat

8. Meningkatnya pengetahuan dan pendidikan tenaga

kesehatan dan masyarakat

9. Meningkatnya kualitas kesehatan lingkungan dan

tercukupinya kebutuhan air bersih yang menenuhi syarat

kesehatan di antaranya :

a. Meningkatnya cakupan penggunaan air bersih

b. Peningkatan kewaspadaan dini terhadap KLB penyakit

melalui air

c. Meningkatnya prosentase rumah dan lingkungannya yg

memenuhi syarat kesehatan

d. Meningkatnya prosentase TTU yg memenuhi syarat

kesehatan

e. Meningkatnya prosentase rumah makan yg memenuhi

syarat kesehatan

P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011

14

10.Meningkatnya kemandirian masyarakat dibidang

kesehatan:

a. Meningkatnya mutu Posyandu Tingkat Purnama > 75 %

dari 177 Posyandu

b. Terselenggaranya survei PHBS di seluruh desa

c. Meningkatnya perilaku hidup bersih dan sehat di setiap

tatanan.

BAB IVSITUASI DERAJAT KESEHATAN

P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011

15

Pencapaian hasil pembangunan kesehatan di Kabupaten

Gorontalo Utara dapat digambarkan dengan beberapa indikator

sasaran yaitu Derajat Kesehatan, Perilaku Masyarakat, Kesehatan

Lingkungan dan Pelayanan kesehatan ( termasuk sumber daya

kesehatan ).

4.1. Derajat Kesehatan

Sehat menurut UU RI No. 36 tahun 2009, adalah keadaan meliputi

kesehatan badan, rohani ( mental ) dan sosial dan bukan hanya

keadaan yang bebas penyakit, cacat, dan kelemahan sehingga

dapat hidup produktif secara sosial ekonomi. Beberapa aspek yang

dapat dihubungkan dengan derajat kesehatan adalah : lingkungan,

pelayanan kesehatan dan perilaku.

Pengertian tentang keadaan sehat dan sakit sangat penting

mengingat kita harus dapat menentukan ada/tidaknya

permasalahan/penyakit yang terdapat di masyarakat dan seberapa

banyak jumlahnya. Secara sederhana keadaan sakit itu dinyatakan

sebagai berikut:

Penyimpangan dari keadaan normal, baik struktur maupun

fungsinya atau

Keadaan dimana tubuh atau organisme atau bagian dari

organisme/populasi yang diteliti tidak dapat berfungsi

sebagaimana mestinya dilihat dari keadaan patologisnya.

Program pembangunan kesehatan yang selama ini dilaksanakan

dapat dikatakan cukup berhasil sehingga dapat meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat secara cukup bermakna, walaupun

masih dijumpai beberapa masalah dan hambatan yang

mempengaruhi pelaksanaan pembangunan kesehatan. Derajat

P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011

16

kesehatan yang optimal dapat dilihat dari unsur kualitas hidup

serta unsur mortalitas dan yang mempengaruhinya yaitu

morbiditas dan status gizi masyarakat.

Di Indonesia, indikator derajat kesehatan dapat dilihat dari ; Umur

Harapan Hidup, Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Balita,

Angka Kematian Ibu melahirkan, dan Angka Kesakitan / Kematian

karena penyakit tertentu serta status Gizi Masyarakat.

Adapun indikator hasil di antaranya, yang terdiri atas indikator-

indikator untuk keadaan lingkungan, perilaku hidup masyarakat,

akses dan mutu pelayanan kesehatan, serta Indikator proses dan

masukan, yang terdiri atas indikator-indikator untuk pelayanan

kesehatan, sumber daya kesehatan, manajemen kesehatan, dan

kontribusi sektor terkait.

4.2. Indikator Derajat Kesehatan

Beberapa indikator penting untuk mengukur derajat kesehatan

masyarakat pada suatu daerah adalah Angka Kematian Ibu (AKI),

Angka Kematian Bayi (AKB), Umur Harapan Hidup (UHH) dan

Status Gizi. Indikator tersebut ditentukan dengan 4 faktor utama

yaitu Perilaku Masyarakat, Lingkungan, Pelayanan Kesehatan dan

Faktor Genetika.

Keempat faktor utama ini diintervensi melalui beberapa kegiatan

pokok yang mempunyai dampak ungkit besar terhadap upaya-

upaya percepatan penurunan AKI, AKB, AKABA dan Peningkatan

Status Gizi Masyarakat serta status Angka Kesakitan dan Kondisi

Penyakit Menular.

P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011

17

Keberhasilan upaya-upaya kesehatan yang dilakukan dapat dinilai

sebagai indikator output yang cukup signifikan mempengaruhi

indikator outcome sebagaimana yang dijelaskan berikut ini.

4.2.1Umur Harapan Hidup ( UHH )

Untuk perkembangan Umur Harapan Hidup di Kabupaten Gorontalo

Utara dari tahun ketahun masih mempedomani Umur Harapan

Hidup Nasional, dapat dilihat pada tabel berikut:

Estimasi Angka Harapan Hidup

Di provinsi Gorontalo

Propinsi

Periode

2000-2005(2002)

2005-2010

(2007)

2010-2015

(2012)

2015-2020

(2017)

2020-2025

(2022)Gorontalo 66.3 68.7 70.7 72.0 72.8

Sumber : www.datastatistik-indonesia.com\

Dalam RPJM 2006-2012, upaya untuk meningkatkan UHH menjadi

70 tahun merupakan hal penting yang perlu dicermati melalui

upaya-upaya peningkatan kegiatan program yang berdampak pada

tingkat kesejahteraan masyarakat seperti penurunan resiko

kesakitan, pada keluarga rentan, trend penyakit degeneratif dan

tidak menular, serta peningkatan kesehatan pra usila yang dapat

hidup produktif dan mandiri.

Umur Harapan Hidup (UHH) dipengaruhi oleh masih tingginya

Angka Kematian Ibu (AKI) serta Angka Kematian Bayi (AKB),

semakin tinggi jumlah kematian bayi maka makin rendah Umur

Harapan Hidup. Untuk Kabupaten Gorontalo Utara dikarenakan

data real belum ada maka digunakan Data Estimasi Umur Harapan

Tabel 3

P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011

18

Hidup (UHH) Provinsi Gorontalo seperti yang nampak pada tabel di

atas yakni 68,7 tahun

4.2.2Kelahiran Bayi

Jumlah kelahiran bayi di Kabupaten Gorontalo Utara dari tahun ke

tahun terus mengalami perubahan dimana pada tahun 2008

terdapat 2.731 Jiwa kelahiran dan jumlah balita 11.264 Balita,

untuk tahun 2009 menurun yakni hanya terdapat 2.046 Kelahiran

dan jumlah balita 11.290 jiwa, ditahun 2010 sedikit meningkat

yakni terdapat 2.293 Kelahiran dengan jumlah balita 15.383 jiwa

sedangkan untuk tahun 2011 ditahun terdapat 2.258 Kelahiran

dengan jumlah balita 11.726 jiwa.

4.2.3Angka Kematian (Mortalitas)

a. Angka Kematian Bayi ( AKB )

Angka Kematian Bayi merupakan salah satu indikator

yang paling penting untuk menentukan derajat

kesehatan suatu daerah. Laporan jumlah kematian bayi

dari masing-masing Puskesmas, dapat diperkirakan

bersumber dari fasilitas pelayanan kesehatan (facility

based) dan dari laporan masyarakat atau kader

(community based).

AKB Kabupaten Gorontalo Utara berdasarkan laporan

dari KIA pada tahun 2011 sebesar 12,8 jiwa sedikit lebih

rendah dari tahun 2010 apalagi jika dibandingkan

dengan Target Nasional Angka Kematian Bayi sebesar

26/1000 KLH. Untuk membandingkan data kematian

bayi tiap tahun dapat dilihat sebagai berikut :

Sumber :

Jumlah

Puskesmas Kwandang

Puskesmas

satunya adalah dengan

Program Desa Siaga serta peningkatan peran serta

masyarakat.

b. Angka Kematian Balita ( AKABA )

Angka Kematian Balita (0

kematian umur 0

menggambarkan tingkat permasalahan kesehata

dan faktor faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap

kesehatan anak Balita seperti gizi, sanitasi, penyakit

P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Tahun 2011

Grafik 4. Gambaran Jumlah Kasus Kematian Bayi Kabupaten Gorontalo Utara

Sumber : Laporan SIK Puskesmas dan Laporan Data

KIA Dinkes Gorontalo Utara

Jumlah kematian bayi terbanyak yakni di wilayah

Puskesmas Kwandang, Puskesmas

Puskesmas Anggrek. Upaya menurunkan AKB salah

satunya adalah dengan pemberdayaan bidan melalui

Program Desa Siaga serta peningkatan peran serta

masyarakat.

Angka Kematian Balita ( AKABA )

Angka Kematian Balita (0-

kematian umur 0-4 tahun per 1000 anak. AKABA

menggambarkan tingkat permasalahan kesehata

dan faktor faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap

kesehatan anak Balita seperti gizi, sanitasi, penyakit

13

32

6.57

11.7

0

10

20

30

40

50

60

2007 2008 2009

Jlh Real

Series2

Kesehatan Kab. Gorontalo Utara

19

Gambaran Jumlah Kasus Kematian Bayi Kabupaten Gorontalo Utara

Tahun 2011

Laporan SIK Puskesmas dan Laporan Data

KIA Dinkes Gorontalo Utara ahun 2011

kematian bayi terbanyak yakni di wilayah

, Puskesmas Gentuma dan

Upaya menurunkan AKB salah

pemberdayaan bidan melalui

Program Desa Siaga serta peningkatan peran serta

Angka Kematian Balita ( AKABA )

-4 tahun) adala jumlah

4 tahun per 1000 anak. AKABA

menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak

dan faktor faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap

kesehatan anak Balita seperti gizi, sanitasi, penyakit

50

40

1724.4

17.415.3

2009 2010 2011

menular dan kecelakan, indikator ini menggambarkan

tingkat kesejahteraan sosial, dalam arti besar dan

tingkat kemiskinan penduduk.

Kematian

di Puskesmas Kwandang yaitu sebanyak

total kematian balita

tahun 2011 adalah 35 Balita atau 15,5

Seperti yang terlihat pada grafik berikut

Sumber : Laporan SIK Puskesmas dan Laporan Data

KIA Dinkes Gorontalo Utara

c. Angka Kematian Ibu ( AKI )

Angka Kematian Ibu atau AKI mencerminkan resiko yang

dihadapi ibu

dipengaruhi oleh keadaan, sosial ekonomi, keadaan

kesehatan kurang baik menjelang kehamilan.

berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahira

P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Tahun 2011

menular dan kecelakan, indikator ini menggambarkan

tingkat kesejahteraan sosial, dalam arti besar dan

tingkat kemiskinan penduduk.

Kematian balita di Kabupaten Gorontalo Utara

di Puskesmas Kwandang yaitu sebanyak

total kematian balita dan untuk total kematian balita

tahun 2011 adalah 35 Balita atau 15,5

Seperti yang terlihat pada grafik berikut

Grafik 5. Gambaran Jumlah Kasus Kematian Balita Kabupaten Gorontalo Utara

Sumber : Laporan SIK Puskesmas dan Laporan Data

KIA Dinkes Gorontalo Utara

Angka Kematian Ibu ( AKI )

Angka Kematian Ibu atau AKI mencerminkan resiko yang

dihadapi ibu-ibu selama kehamilan dan melahirkan yang

dipengaruhi oleh keadaan, sosial ekonomi, keadaan

kesehatan kurang baik menjelang kehamilan.

berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahira

Kesehatan Kab. Gorontalo Utara

20

menular dan kecelakan, indikator ini menggambarkan

tingkat kesejahteraan sosial, dalam arti besar dan

tingkat kemiskinan penduduk.

balita di Kabupaten Gorontalo Utara terbanyak

di Puskesmas Kwandang yaitu sebanyak 8 balita dari 35

dan untuk total kematian balita

tahun 2011 adalah 35 Balita atau 15,5 per 1000 KLH.

Seperti yang terlihat pada grafik berikut

Gambaran Jumlah Kasus Kematian Balita Kabupaten Gorontalo Utara

Tahun 2011

Sumber : Laporan SIK Puskesmas dan Laporan Data

Angka Kematian Ibu ( AKI )

Angka Kematian Ibu atau AKI mencerminkan resiko yang

ibu selama kehamilan dan melahirkan yang

dipengaruhi oleh keadaan, sosial ekonomi, keadaan

kesehatan kurang baik menjelang kehamilan. Kejadian

berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahiran. Serta

P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011

21

tersedianya dan penggunaan fasilitas pelayanan

kesehatan yang memadai.

Angka Kematian Ibu (AKI) berguna untuk

menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat,

status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan

lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk

ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu ibu melahirkan

dan masa nifas.

Untuk menghitung ratio kematian ibu di Kabupaten

Gorontalo Utara tidak dapat dilakukan karena angka

kelahiran di Kabupaten Gorontalo Utara kurang dari

100.000 kelahiran hidup, namun demikian bila

diasumsikan maka angka AKI Kabupaten Gorontalo

Utara tahun 2010 menurun dibandingkan tahun 2009

dengan 391.01 per 100.000 kelahiran hidup atau 8

kasus kematian dari 2.046 KLH dan menurun menjadi

130,8/100.000 KH pada tahun 2010. Namun ditahun

2011 capaian Angka Kematian Ibu di Kabupaten

Gorontalo Utara sebesar 7 kasus dari 2.258 kLH atau

310/100.000 KH. Dimana angka ini jauh lebih tinggi dari

tahun sebelumnya maupun dari target Nasional yang

sebesar 226/100.000 KH. Kematian ibu paling banyak di

tahun 2011 di Puskesmas Gentuma yaitu sebanyak 2

Orang.

Dimana akan terlihat lebih jelas pada grafik dibawah ini :

Sumber :

KIA Dinkes Gorontalo Utara

Penurunan kematian ibu di Kabupaten Gorontalo Utara

oleh karena adanya keberhasilan program AKI Nol.

Program ini mendapat respon dan partisipsi baik dari

keluaga, masyarakat serta pe

sehingganya setiap kejadian kegawatdaruratan pada ibu

dapat segera di tolong.

4.2.4Angka Kesakitan ( Morbiditas )

Beberapa penyakit lainnya yang juga ikut berpengaru

terhadap kesehatan masyarakat,

A.

P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Tahun 2011

Grafik 6. Gambaran Jumlah Kasus Kematian Ibudi - Kabupaten Gorontalo Utara

Sumber : Laporan Data SIK Puskesmas serta Laporan

KIA Dinkes Gorontalo Utara 2011

Penurunan kematian ibu di Kabupaten Gorontalo Utara

oleh karena adanya keberhasilan program AKI Nol.

Program ini mendapat respon dan partisipsi baik dari

keluaga, masyarakat serta pe

sehingganya setiap kejadian kegawatdaruratan pada ibu

dapat segera di tolong.

Angka Kesakitan ( Morbiditas )

eberapa penyakit lainnya yang juga ikut berpengaru

terhadap kesehatan masyarakat, yaitu

Penyakit Bersumber Binatang

a. Pemberantasan Penyakit Malaria ( P2 Malaria )

Malaria merupakan salah satu penyakit yang dapat

muncul kembali setelah dilakukan upaya eradikasi

maupun eliminasi (Re-emerging desease

Kesehatan Kab. Gorontalo Utara

22

Gambaran Jumlah Kasus Kematian IbuKabupaten Gorontalo Utara

Tahun 2011

Laporan Data SIK Puskesmas serta Laporan

2011

Penurunan kematian ibu di Kabupaten Gorontalo Utara

oleh karena adanya keberhasilan program AKI Nol.

Program ini mendapat respon dan partisipsi baik dari

keluaga, masyarakat serta pemerintah daerah

sehingganya setiap kejadian kegawatdaruratan pada ibu

eberapa penyakit lainnya yang juga ikut berpengaruh

yaitu :

Penyakit Bersumber Binatang

Pemberantasan Penyakit Malaria ( P2 Malaria )

Malaria merupakan salah satu penyakit yang dapat

muncul kembali setelah dilakukan upaya eradikasi

emerging desease) dan masih

P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011

23

tetap merupakan masalah kesehatan masyarakat

Asia Tenggara, begitu juga di Indonesia penyakit ini

menjadi ancaman dan mempengaruhi tingginya

angka kesakitan dan kematian.

Berdasarkan The World Malaria Report 2011,

setengah dari penduduk dunia berisiko terkena

malaria. Hal ini tentu berdampak pada penurunan

kualitas sumber daya manusia yang dapat

menimbulkan berbagai masalah sosial, ekonomi dan

bahkan berpengaruh terhadap ketahanan nasional.

Indonesia merupakan salah satu negara yang masih

menjadi transmisi malaria atau berisiko malaria.

Hingga tahun 2011, terdapat 374 kabupaten

endemis malaria. Pada 2011, jumlah kasus malaria

di Indonesia sebanyak 256.592 orang dari

1.322.451 kasus suspect malaria yang diperiksa

sampel darahnya dengan tingkat kejadian tahunan

1,75 per 1000 penduduk. Artinya, setiap 1000

penduduk terdapat 2 orang terkena malaria.

Beberapa upaya eliminasi malaria telah dilakukan

sejak beberapa puluh tahun lalu. Diawali pada 1959

melalui Gerakan Pembasmian Malaria melalui

Komando Pembasmian Malaria (KOPEM) yang

berhasil menurunkan jumlah kasus malaria secara

signifikan, terutama di Pulau Jawa. Karena

keterbatasan dana, program ini terhenti pada tahun

1969 dan diubah secara bertahap menjadi upaya

Grafik

P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Tahun 2011

pemberantasan yang diintegrasikan dalam sistem

layanan kesehatan seperti puskesmas, puskesmas

pembantu, dan lain-lain

Di Kabupaten Gorontalo Utara

klinis malaria tahun 201

angka kesakitan malaria sebesar

penduduk. Untuk lebih jelasnya dirinci pada table

berikut berdasarkan wilayah terjadinya :

Grafik 9. Data Jenis Penyakit Malaria pada wilayah kerja di - Kabupaten Gorontalo Utara

Sumber : Laporan Data SIK Puskesmas Laporan KIA Dinkes Gorontalo Utara

Jika dilihat dari tabel diatas n

malaria terbanyak berada di wilayah kerja

Puskesmas Anggrek

mengindikasikan bahwa mereka yang berada di jauh

dari pusat kota memiliki tingkat prevalensi tertinggi

jika dibandingkan dengan kasus yang terjadi pada

masyarakat di daerah perkotaan seperti Kwandang

Kesehatan Kab. Gorontalo Utara

24

pemberantasan yang diintegrasikan dalam sistem

layanan kesehatan seperti puskesmas, puskesmas

Kabupaten Gorontalo Utara jumlah penderita

11 tercatat 3.346 dengan

angka kesakitan malaria sebesar 32,1 per 1000

Untuk lebih jelasnya dirinci pada table

berikut berdasarkan wilayah terjadinya :

Malaria pada wilayah kerja Kabupaten Gorontalo Utara

Tahun 2011

Sumber : Laporan Data SIK Puskesmas sertaLaporan KIA Dinkes Gorontalo Utara tahun 2011

Jika dilihat dari tabel diatas nampak bahwa penyakit

malaria terbanyak berada di wilayah kerja

Anggrek dan Tolinggula. Ini

mengindikasikan bahwa mereka yang berada di jauh

dari pusat kota memiliki tingkat prevalensi tertinggi

jika dibandingkan dengan kasus yang terjadi pada

yarakat di daerah perkotaan seperti Kwandang

P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011

25

dan Atinggola yang memiliki akses mudah untuk

memperoleh informasi.

Hingga saat ini selain informasi dari petugas

kesehatan masyarakat diharapkan memiliki peran

serta dalam upaya penanggulangan malaria antara

lain melalui: (1) pencegahan gigitan nyamuk melalui

pemakaian kelambu, pemasangan kasat kasa di

rumah, pemakaian obat gosok penolak nyamuk

(repellent), pemakaian baju tebal dan (2)

pencegahan terjadinya sarang nyamuk malaria

melalui pembersihan lumut di tempat-tempat/bagian

rumah yang lembab, pencegahan terbentuknya

genangan air, memelihara ikan pemakan jentik di

genangan air serta pencegahan terbentuknya sarang

nyamuk.

Selain itu untuk memenuhi target, pemerintah

memberikan berbagai upaya seperti memberikan

penyuluhan dan membagikan alat-alat penanganan

malaria sejak dini, antara lain seperti; kelambu

berinsektisida, alat untuk mendiagnosis malaria

dengan cepat atau Rapid Diagnostic Test (RDT), dan

Artemisinin Combination Therapy (ACT) sebagai

obat malaria baru untuk menggantikan obat lama

yang sudah resisten

b. Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah

Dengue (P2 DBD)

Penyakit demam berdarah dengue (DBD)

merupakan masalah kesehatan di Indonesia yang

sampai saat ini selalu menghantui masyarakat.

P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011

26

Seluruh wilayah di Indonesia mempunyai risiko

untuk terjangkitnya penyakit DBD,belum lagi situasi

dan kondisi saat ini hampir seluruh pelosok di tanah

air mengalami musim penghujan dan diprediksi

akan berlangsung selama beberapa bulan kedepan

Pasang surutnya angka kasus demam berdarah di

Indonesia beberapa tahun ini mengingatkan kita

pada hasil Health Minister Meeting di Singapura

tanggal 22 Juli 2010, ditetapkanlah tanggal 15 Juni

2011 sebagai ASEAN Dengue Day dan Indonesia

ditunjuk sebagai tuan rumah , peluncuran secara

resmi ASEAN Dengue Day atau Hari Dengue se-

ASEAN dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 15 Juni

2011 lalu. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat

kerjasama dan komitmen regional dalam upaya

pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) di

antara negara-negara ASEAN.

Hal ini diselengarakan di Indonesia karena Data

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mencatat

jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) pada

tahun 2009 mencapai sekitar 150 ribu. Angka ini

cenderung stabil pada tahun 2010, sehingga kasus

DBD di Indonesia belum bisa dikatakan berkurang.

Akan tetapi perlu dicermati apakah memang benar

tidak terdapat kasus atau petugas tidak teliti dalam

mencermati gejala yang terjadi dimasyarakat,

P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011

27

karena berdasarkan data laporan kasus penyakit

Demam Berdarah di Kabupaten Goorntalo Utra

tahun 2011 tidak ada kasus yang dilaporkan.

Sehingga perlu melakukan evaluasi kembali terkait

dengan pelaporan yang ada tentang kasus demam

berdarah.

B. Penyakit Menular Langsung

a. Pemberantasan Penyakit Tuberkulosis Paru

(P2 TB Paru)

Dibandingkan data tahun 1990 dengan data tahun

2010, Indonesia berhasil mengendalikan penyakit

tuberkulosis (TB). Hal itu ditandai, menurunnya

insidens TB sebesar 45%, dari 343 per 100.000

penduduk menjadi 189 per 100.000 penduduk.

Menurunnya prevalens TB sebesar 35%, dari 443

per 100.000 penduduk menjadi 289 per 100.000

penduduk. Menurunnya angka kematian TB sebesar

71%, dari 92 per 100.000 penduduk menjadi 27 per

100.000 penduduk.

Di Kabupaten Gorontalo Utara sendiri, menurut

laporan Puskesmas jumlah penderita klinis sebanyak

1.961 orang. Menurut laporan tersebut penderita

yang dinyatakan positif menderita TB Paru tercatat

sebanyak 180 orang, dengan CDR sebanyak

70,31%. Wilayah kerja Puskesmas yang terbanyak

penderitanya adalah Puskesmas Kwandang 480

penderita klinis dan Puskesmas Tolinggula 215

penderita.

P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011

28

b. Pemberantasan Penyakit Kusta (P2 Kusta)

Penyakit kusta merupakan masalah yang sangat

komplek di Indonesia saat ini. Karena masalah

tersebut tidak hanya dari segi medis saja, melainkan

sudah masuk dalam tataran masalah sosial,

ekonomi, psikologis maupun spiritual.

Mycobacterium leprae adalah penyebab bakteri

penyebab kusta. Di Indonesia pada tahun 2010 ada

sekitar 17.012 kasus kusta baru dan wilayah endemi

kusta adalah wilayah pedalaman. Sehingga perlu

perhatian khusus oleh para petugas kesehatan

dalam proses diagnosa lebih awal.

Selain itu penyakit kusta merupakan penyakit yang

hingga saat ini belum dapat diputuskan mata rantai

penularannya. Banyak hal yang ikut mempengaruhi

diantaranya adalah Kemiskinan, Pengetahuan

disamping adanya stigma dimasyarakat tentang

penyakit kusta sehingga diperlukan penanganan

yang lebih serius.

Tahun 2011, jumlah kasus baru penderita Kusta

yang terdaftar sebanyak 15 orang dengan tipe MB,

dan terdapat penderita anak yakni usia 0-14 tahun 1

orang. Penderita Kusta yang paling banyak tercatat

berada di wilayah Puskesmas Dulukapa sebanyak 5

penderita, jumlah ini dapat dikatakan rendah jika

P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011

29

dibandingkan dengan target Standar Pelayanan

Minimal sebesar >90 %.

Akan tetapi jika melihat data distribusi Kusta di

Dunia ternyata Indonesia termasuk negara

terbanyak ke III di Dunia dimana menurut data

tahun 2010 World Health Organization (WHO)

menunjukkan, sebanyak 17.012 kasus kusta

terdapat di Indonesia, sedangkan India yang berada

di posisi pertama tercatat 126.800 kasus, dan di

Brasil terdapat 34.894 kasus kusta.

c. Pemberantasan Penyakit Diare (P2 Diare)

Perkembangan penderita penyakit Diare di

kabupaten Gorontalo Utara mengalami siklus turun

naik dari tahun 2008 s.d. tahun 2011. Berdasarkan

Data yang ada di Bidang P2MPL Dinkes Gorontalo

Utara tahun 2011 jumlah kasus diare sebanyak

4.361 kasus (87,4%).

C. Kejadian Luar Biasa ( KLB )

Kejadian Luar Biasa (KLB) di Kabupaten Gorontalo

Utara selama tahun 2011 berdasarkan laporan dari sie.

Survailance Dinas Kesehatan Gorontalo Utara tercatat

capaian Desa/Kel. Terkena KLB ditangani < 24 jam

dengan jumlah 5 KLB yang kesemuanya 100%

ditangani

P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011

30

D. Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan

Imunisasi (PD3I)

Difteri, Pertusis, Tetanus, campak, polio dan hepatitis B

merupakan penyakit menular yang dapat dicegah

dengan Imunisasi (PD3I). Penyakit-panyakit ini timbul

karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang

pentingnya imunisasi. Di kabupaten Gorontalo Utara

pada tahun 2010 tidak terdapat kasusu tentang

penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi

(PD3I), data yang kurang tersebut kemungkinan

karena makin meningkatnya pelaksanaan kegiatan

imunisasi lengkap. Perlu diketahui bahwa data sasaran

yang digunakan adalah data cakupan dari bidang

Kesmas dengan tujuan untuk keseragaman data

sehingga kemungkinan data yang kami uraikan tidak

sama dengan data yang sebenarnya di P2PL.

4.2.5 Status Gizi

Status gizi seseorang sangat erat kaitannya dengan

permasalahan kesehatan secara umum, karena disamping

merupakan faktor predisposisi yang dapat memperparah

penyakit infeksi secara langsung juga dapat menyebabkan

terjadinya gangguan kesehatan individual. Bahkan status gizi

janin yang masih berada dalam kandungan dan bayi yang

sedang menyusui sangat dipengaruhi oleh status gizi ibu

hamil atau ibu menyusui.

Berikut ini akan disajikan gambaran mengenai indikator-

indikator status gizi masyarakat antara lain bayi dengan

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), status gizi balita, ASI

P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011

31

Ekslusif, Kecamatan Bebas Rawan Gizi dan Garam Beryodium

sebagaimana diuraikan berikut ini:

A. Status Gizi Balita

Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang

menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat.

Salah satu cara penilaian status gizi pada Balita adalah

dengan anthropometri yang diukur melalui indeks Berat

Badan menurut umur (BB/U) atau berat badan

terhadap tinggi badan (BB/TB). Kategori yang

digunakan adalah : gizi lebih (zscore>+2 SD); gizi baik

(z-score-2 SD sampai +2 SD); gizi kurang (z-score<-2

SD sampai -3 SD) dan gizi buruk (z-score<-3 SD).

Di Kabupaten Gorontalo Utara, untuk menanggulangi

masalah gizi atau untuk memperoleh gambaran

perubahan tingkat konsumsi gizi di tingkat rumah

tangga dan status gizi masyarakat dilaksanakan

beberapa kegiatan seperti Pemantauan Konsumsi Gizi

(PKG) dan Pemantauan Status Gizi (PSG) di seluruh

kecamatan. Hasil laporan Sie. Gizi pada tahun 2011

dari 7.829 (66,8%) dari jumlah balita yang ditimbang

didapatkan 79,4% anak yang BB naik, 7,0 % anak

BGM. Selain itu untuk perawatan di TFC bagi balita gizi

buruk, terdapat 104 balita (100%) gizi buruk yang

dirawat di TFC.

B. ASI Ekslusif

Capaian ASI Ekslusif di Kabupaten Gorontalo Utara

pada Tahun 2011 berdasarkan laporan dari Sie Gizi

P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011

32

Dinkes Gorontalo Utara 14,5%, selain itu masih banyak

juga bayi usia 0 sampai dengan 6 bulan rata-rata

sudah diberikan makanan pendamping ASI sehingga

untuk jumlah bayi yang mendapatkan ASI ekslusif

sampai dengan 6 bulan hanya sedikit.

4.2.6Keadaan Lingkungan

Upaya penyehatan lingkungan dilaksanakan dengan lebih

diarahkan pada peningkatan kualitas lingkungan, yaitu melalui

kegiatan yang bersifat promotif, preventif dan protektif.

Adapun pelaksanaannya bersama – sama dengan masyarakat,

diharapkan secara epidemiologi akan mampu memberikan

kontribusi yang bermakna terhadap kesehatan masyarakat.

Namun demikian pada umumnya yang menjadikan

permasalahan utama adalah masih rendahnya jangkauan

program. Hal ini lebih banyak diakibatkan oleh berbagai

faktor antara lain dana dan adanya otonomi, dan lain-lain.

Sedangkan permasalahan utama yang dihadapi masyarakat

adalah akses terhadap kualitas lingkungan yang masih sangat

rendah. Lingkungan sehat merupakan salah satu pilar utama

dalam pencapaian Indonesia Sehat 2015.

Beberapa indikator penting kesehatan lingkungan dapat

dikemukakan, sebagai berikut:

a. Rumah / Bangunan

Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia

yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan

sarana pembinaan keluarga. Rumah haruslah sehat dan

nyaman agar penghuninya dapat berkarya untuk

meningkatkan produktivitas. Kondisi rumah dan lingkungan

P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011

33

yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor

risiko sumber penularan berbagai jenis penyakit khususnya

penyakit yang berbasis lingkungan.

Tahun 2011 jumlah rumah yang diperiksa 18.494 buah

(83,3%), yang memenuhi syarat kesehatan hanya 10.346

buah (55,9 %). Secara umum target untuk rumah sehat di

Kabupaten Gorontalo Utara belum mencapai target rata –

rata cakupan rumah sehat Indonesia Sehat adalah 75 %.

b. Sarana Kesehatan Lingkungan ( persediaan air

bersih, jamban, tempat sampah, pengelolaan air

limbah ).

Pembuangan kotoran baik sampah, air limbah dan tinja yang

tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menyebabkan

rendahnya kualitas air, serta dapat menimbulkan penyakit

menular di masyarakat. Jamban, tempat sampah,

pengelolaan limbah dan persediaan air bersih merupakan

sarana lingkungan pemukiman (PLP). Kondisi sarana

penyehatan lingkungan pemukiman di Kabupaten Gorontalo

Utara Tahun 2011 dari 18.494 KK (56,9%) yang diperiksa,

adalah sebagai berikut :

Persentasi KK yang telah memiliki sarana air bersih dari

yang diperiksa : 51,2 %

Persentasi KK yang telah memiliki jamban untuk tempat

Buang Air Besar (BAB) 69,7 % dari 10.336 KK yang

memilki Jamban.

P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011

34

Persentasi KK yang telah memiliki pengolahan air limbah

73,4 % dari 4.871 KK yang memiliki Sarana Pengolahan

Air Limbah.

Sanitasi merupakan faktor penting dalam menciptakan

lingkungan yang sehat. Banyaknya penyakit ditularkan

karena tidak dilakukan cara-cara penanganan sanitasi yang

benar. Upaya peningkatan kualitas air bersih akan

berdampak positif apabila diikuti upaya perbaikan sanitasi.

Upaya sanitasi meliputi pembangunan, perbaikan dan

penggunaan sarana sanitasi, yaitu: pembuangan kotoran

manusia (jamban), pembuangan air limbah (SPAL) dan

pembuangan sampah di lingkungan rumah kita.

Sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk di wilayah

Gorontalo Utara maka kebutuhan air bersih semakin

bertambah. Pembangunan air bersih di masing-masing

wilayah kerja Puskesmas meliputi daerah Pemukiman.

Adapun sumber air di Kabupaten Gorontalo Utara pada

umumnya berasal dari mata air, sumur dalam, sumur gali

dan air permukaan. Sistem yang digunakan untuk mensuplai

air bersih melalui perpipaan dan non perpipaan. Untuk

pengelolaannya pada daerah pemukiman di perkotaan pada

umumnya dikelola PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum)

Kabupaten.

4.3. PERILAKU MASYARAKAT

4.3.1Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS )

Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi derajat

kesehatan masyarakat, menurut HL Blum adalah faktor

P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011

35

perilaku. Dengan mewujudkan perilaku yang sehat,

diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan suatu

penyakit dan angka kematian ibu dan anak akibat

terlambat/kurangnya kesadaran dalam mengunjungi

sarana pelayanan kesehatan.

Dalam kegiatan PHBS terdapat beberapa tatanan, tiga

tatanan yang menjadi utama sasaran PHBS adalah

tatanan rumah tangga, tatanan institusi dan tatanan TTU

(Tempat-tempat Umum). Untuk data profil ini,

ditampilkan hanya PHBS tatanan rumah tangga karena

mempunyai daya ungkit yang paling besar terhadap

perubahan perilaku masyarakat secara umum.

Berdasarkan laporan dari Puskesmas untuk persentase

rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat, pada

tahun 2011 angka capaian untuk data tersebut adalah

65% dari 10.012 rumah yang dipantau. Akan tetapi untuk

itu tetap perlu adanya upaya pemecahan masalah antara

lain dengan meningkatkan frekuensi penyuluhan tentang

PHBS bagi masyarakat serta meningkatkan kerjasama

lintas program dan sektor.

4.3.2Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (

JPKM )

JPKM merupakan suatu upaya pemeliharaan kesehatan

secara paripurna, terstruktur yang dijamin

kesinambungan dan mutunya, dimana pembiayaannya

dilaksanakan secara Pra – upaya.

Berdasarkan laporan Puskemas, jumlah penduduk yang

tercover oleh berbagai JPK Pra Bayar sebesar

Jiwa atau

pembiayaan kesehatan keluarga miskin ditanggung oleh

pemerintah pusat melalui JAMKESMAS

jiwa

49.000 Jiwa

Grafik

Sumber data : Bidang Pelayanan Kesehatan

Pencapaian tersebut jika dibandingkan dengan target SPM

Cakupan penduduk yang menjadi peserta JPK Pra

dimana pada tahun 201

tercover oleh berbagai JP

ini

Jika dilihat per wilayah kerja Puskesmas, jumlah

penduduk yang menjadi peserta JPK Kartu Miskin

P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Tahun 2011

Berdasarkan laporan Puskemas, jumlah penduduk yang

tercover oleh berbagai JPK Pra Bayar sebesar

Jiwa atau 93,8 % dari total jumlah penduduk

pembiayaan kesehatan keluarga miskin ditanggung oleh

pemerintah pusat melalui JAMKESMAS

jiwa dan Pemerintah Daerah

49.000 Jiwa.

Grafik 10. Data Kepesertaan Jaminan Pemeliharaan

di - Kabupaten Gorontalo

Sumber data : Bidang Pelayanan Kesehatan

Pencapaian tersebut jika dibandingkan dengan target SPM

Cakupan penduduk yang menjadi peserta JPK Pra

dimana pada tahun 2011 minimal 80 % penduduk

tercover oleh berbagai JPK, maka pencapaian pada tahun

ini telah mencapai target.

Jika dilihat per wilayah kerja Puskesmas, jumlah

penduduk yang menjadi peserta JPK Kartu Miskin

47%47%

2%

4%

Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Kesehatan Kab. Gorontalo Utara

36

Berdasarkan laporan Puskemas, jumlah penduduk yang

tercover oleh berbagai JPK Pra Bayar sebesar 97.673

dari total jumlah penduduk. dimana

pembiayaan kesehatan keluarga miskin ditanggung oleh

pemerintah pusat melalui JAMKESMAS sebanyak 48. 673

Pemerintah Daerah (JAMKESDA) sebanyak

Kepesertaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2011

Sumber data : Bidang Pelayanan Kesehatan Tahun 2011

Pencapaian tersebut jika dibandingkan dengan target SPM

Cakupan penduduk yang menjadi peserta JPK Pra- bayar,

minimal 80 % penduduk

K, maka pencapaian pada tahun

Jika dilihat per wilayah kerja Puskesmas, jumlah

penduduk yang menjadi peserta JPK Kartu Miskin

Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Jamkesmas

Jamkesda

Askes Pegawai

dll

P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011

37

tertinggi adalah Puskesmas Kwandang dan jumlah yang

terendah di Puskesmas Buloila.

Walaupun cakupan yang diperoleh terbilang sangat tinggi,

namun masih ada beberapa jiwa yang dalam pelayanan

JPKM masih dihadapi pada beberapa kendala yaitu :

Kebijakan yang selalu berubah-ubah, sehingga

daerah sulit menyikapinya.

Masyarakat belum merasa membutuhkan ikut

asuransi kesehatan.

Kebijakan beberapa Kab/Kota yang membebaskan

biaya pelayanan di Puskesmas, meskipun saat ini

sudah mulai dikaji ulang.

Belum optimalnya fungsi masing-masing pelaku JPKM

(Bapim, Bapel, PPK dan peserta).

Belum mantapnya komitmen para pengambil

kebijakan dalam pengembangan JPKM.

Sosialisasi dan advokasi belum optimal.

Dukungan lintas program/lintas sektoral belum

optimal.

4.3.3Posyandu

Pada hakekatnya posyandu merupakan kegiatan yang

tumbuh dari, oleh dan untuk masyarakat, sehingga

pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana posyandu

menjadi tanggung jawab kita bersama terutama

masyarakat disekitarnya.

Dalam perkembangannya ternyata posyandu mendapat

tanggapan positif dari masyarakat. Namun demikian

tanggapan positif masyarakat ternyata belum dibarengi

P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011

38

dengan meningkatnya mutu pelayanan, karena masih

banyak faktor yang menyebabkan mutu palayanan

posyandu masih rendah antara lain, sumber daya

manusia (SDM) yang dimiliki masih sangat rendah,

banyak kader posyandu yang droup out, sarana dan

prasarana belum memadai, termasuk krisis ekonomi yang

berkepanjangan yang tak kunjung usai.

Untuk mengetahui kualitas suatu posyandu dapat

menggunakan telah kemandirian posyandu yaitu suatu

cara pengelompokan posyandu menjadi 4 tingkat

perkembangan (Stratifikasi posyandu). Jumlah total

Posyandu yang ada di Kabupaten Gorontalo Utara tahun

2011 sebanyak 191 buah, yang terbagi atas dua strata

yaitu :

1. Posyandu Pratama : 0 buah ( 0 % )

2. Posyandu Madya : 177 Buah ( 92,67 % )

3. Posyandu Purnama : 14 Buah ( 7,33 % )

4. Posyandu Mandiri : 0 Buah ( 0 % )

Pencapaian Posyandu Tahun 2011 meningkat disebabkan

karena tinggi pemanfaatan Posyandu, walaupun dengan

keterbatasan jumlah kader di Posyandu, dan adanya

kegiatan atau program tambahan seperti program Usila

dan pemberian PMT-ASI Dengan melihat kondisi tersebut,

maka pengawasan terhadap kinerja dari psoyandu harus

dioptimalkan sehingga nantinya pencapaian tidak akan

menurun ditahun berikutnya, dan juga mengajak

masyarakat untuk lebih berpartisipasi dalam pemanfaatan

P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011

39

Posyandu dan meningkatkan kerjasama dengan lintas

sektor.

BAB V

SITUASI UPAYA KESEHATAN

5.1 Pemanfaatan Sarana Pelayanan Kesehatan Dasar

Jumlah Puskesmas di Kabupaten Gorontalo Utara tahun 2011

yaitu Puskesmas sebanyak 12 buah dan 5 diantaranya

merupakan Puskesmas Rawat Inap, Poskesdes 13 buah, Pusling

12 buah, dan Posyandu 191 buah. Sarana Pelayanan Kesehatan

Dasar yang ada di desa yaitu Polindes sebanyak 26 buah

(Sumber data Yankes Dinkes Gorut, 2011).

5.2 Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

Dalam rangka pelayanan kesehatan ibu dan anak dilakukan (1)

pelayanan ANC/pemeriksaan ibu hamil, (2) imunisasi, (3)

pertolongan persalinan, (4) penanggulangan penyakit-penyakit

penyebab kematian, (5) deteksi dini dan stimulasi tumbuh

kembang anak, dan (6) usaha kesehatan sekolah.

a). Pelayanan ANC / Pemeriksaan Ibu Hamil

Cakupan pelayanan Antenatal Care ( ANC ) dapat dipantau

melalui pelayanan kunjungan baru ibu hamil (K1) untuk

melihat akses dan pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai

P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011

40

standar paling sedikit empat kali (K4) dengan distribusi sekali

pada triwulan pertama, sekali pada triwulan dua, dan dua

kali pada triwulan ketiga.

Pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan pada ibu

hamil yang berkunjungan ke tempat pelayanan kesehatan

atau antenatal care (ANC) adalah sebagai berikut

Penimbangan Berat Badan, Pemeriksaan kehamilannya,

Pemberian Tablet Besi, Pemberian Imunisasi TT, pemeriksaan

tensi dan Konsultasi.

Cakupan pelayanan kunjungan baru ibu hamil ( K1 ) di

Kabupaten Gorontalo Utara berdasarkan rekapan PWS-KIA

Dinas Kesehatan Gorontalo Utara sebesar 117,3 %.

Cakupan K4 berdasarkan rekapan PWS-KIA Dinas Kesehatan

Kabupaten Gorontalo Utara pada tahun 2011 adalah 97.7 %,

persentasi ini meningkat bila dibandingkan capaian tahun

2010 sebesar 66,34 %.

Permasalahan yang mengakibatkan tidak tercapainya K4 di

beberapa Puskesmas antara lain tidak tercapainya K1 murni

maka mempengaruhi kunjungan K4 dimana dikatakan

kunjungan K4 bila ibu hamil telah memeriksakan

kehamilannya mulai dari Trimester I ( 1 kali ), Trimester II (

1 kali ) dan Trimester III ( 2 kali ). Tidak berjalannya

Sweeping Ibu Hamil, kurangnya dana yang mendukung

terlaksananya kunjungan ke rumah, serta adanya bidan yang

rangkap tugas juga merupakan faktor yang mempengaruhi

rendahnya cakupan K4. Perlunya mengefektifkan sweeping

ibu hamil merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan

cakupan kunjungan K4.

P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011

41

Bumil risiko tinggi/ Komplikasi yang ditangani berdasarkan

Laporan SIK Puskesmas di Gorontalo Utara pada tahun 2011

jumlah yang ditangani sebesar 234 Bumil (56,4 %) dari total

417 Bumil Risiko Tinggi /Komplikasi.

Perkiraan jumlah ibu hamil yang risiko tinggi di suatu wilayah

adalah sebesar 20 %, semakin besar cakupan berarti semua

ibu hamil yang berisiko dapat diketahui sehingga dapat

diambil langkah-langkah antisipasi kemungkinan terjadinya

kematian. Tetapi apabila cakupan kurang dari 20% berarti

ada ibu hamil yang berisiko tinggi dalam kehamilannya tidak

terdeteksi dan kemungkinan menjadi penyebab kematian ibu

maternal.

Dalam pelayanan ibu hamil (antenatal) baik pada K1 maupun

K4 ibu hamil akan dibekali dengan Tablet Besi (Fe), hal ini

merupakan upaya penanggulangan anemi pada ibu hamil.

Anemi adalah salah satu penyebab utama kematian ibu

maternal yang disebabkan oleh perdarahan pada waktu

persalinan. Oleh karena itu pemberian tablet besi merupakan

suatu keharusan pada setiap ibu hamil.

Pemberian Tablet Besi pada ibu hamil di Kabupaten

Gorontalo Utara pada tahun 2011 sebesar 116,45 % untuk

Fe1 dan 96,35 % untuk Fe3.

Dalam pelayanan ANC ibu hamil akan diberikan imunisasi TT

sebagai upaya perlindungan ibu dan bayinya dari

kemungkinan terjadinya Tetanus pada waktu persalinan.

Oleh karena itu pemberian imunisasi TT merupakan suatu

keharusan pada setiap ibu hamil.

P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011

42

Pemberian Imunisasi TT pada wanita usia subur (WUS)

Kabupaten Gorontalo Utara pada tahun 2011 sebesar

116,2% untuk TT1 dan 108,6% untuk TT2. Seharusnya

cakupan TT1 sama dengan cakupan TT2, adanya selisih

antara kedua cakupan tersebut mungkin terjadi akibat

kelalaian petugas kesehatan, kesalahan pelaporan atau

masalah teknis lainnya.

b) Pertolongan Persalinan

Tenaga yang dapat memberikan pertolongan persalinan

dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tenaga profesional

(dokter spesialis kebidanan, dokter umum, dan bidan) dan

dukun bayi (dukun bayi terlatih dan tidak terlatih).

Cakupan Kunjungan Neonatal (KN1) Kabupaten Gorontalo

Utara berdasarkan rekapan data SIK puskesmas pada tahun

2011 adalah 82,3 % dan KN3 77,7%

Cakupan Kunjungan Bayi di Kabupaten Gorontalo Utara pada

tahun 2011 adalah 56,8%, jika dibandingkan dengan target

Nasional 2010 sebesar 90%, angka cakupan ini telah

memenuhi target nasional.

Bayi yang lahir dengan berat badan rendah (< 2500 gr) perlu

penanganan yang serius, karena pada kondisi tersebut, bayi

akan menghadapi risiko biasanya akan menyebabkan

kematian. Terjadinya BBLR biasanya disebabkan karena lahir

premature atau kurang supply gizi waktu dalam kandungan.

Bayi BBLR di Kabupaten Gorontalo Utara berdasarkan laporan

Sie. Gizi Dinas Kesehatan Gorontalo Utara tahun 2011

sebesar 3,6% dari total kelahiran. Angka tersebut termasuk

P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011

43

kecil, karena di bawah angka perkiraan nasional BBLR

sebesar 9 %. Cakupan penanganan terhadap bayi BBLR

sebesar 100 %.

Tidak semua Puskesmas terdapat kasus BBLR, hanya

beberapa Puskesmas kasus terbesar di Pukesmas Kwandang

yaitu terdapat 29 kasus.

Dalam mengatasi permasalahan yang dapat mengakibatkan

tingginya Angka Kematian Ibu di Kabupaten Gorontalo Utara,

maka dikembangkanlah salah satu Puskesmas menjadi

Puskesmas Mampu PONED ( Pelayanan Obstetrik Neonatal

Emergency Dasar ) yaitu Puskesmas Kwandang dan

Atinggola. Dimana Puskesmas tersebut telah dilengkapi

sarana dan prasarana yang mendukung pelayanan Kesehatan

Ibu dan Anak ( KIA ).

c) Program Imunisasi

Untuk menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan

bayi serta anak balita perlu dilaksanakan program imunisasi

untuk penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan

imunisasi (PD3I) seperti penyakit TBC, Difteri, Pertusis,

Tetanus, Hepatitis B, Polio dan campak. Idealnya bayi harus

mendapat imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari BCG 1

kali, DPT 3 kali, Polio 4 kali, HB 3 kali dan campak 1 kali.

Untuk menilai kelengkapan imunisasi dasar bagi bayi,

biasanya dilihat dari cakupan imunisasi campak, karena

imunisasi campak merupakan imunisasi terakhir yang

diberikan pada bayi. Sedangkan untuk menilai angka drop

out cakupan imunisasi dasar dilihat dari selisih cakupan

imunisasi DPT1 dikurangi cakupan imunisasi campak. Dimana

P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011

44

Cakupan imunisasi DPT1 untuk tahun 2011 di Kabupaten

Gorontalo Utara sebesar 91,2 %, Sedang cakupan imunisasi

campak pada tahun 2011 sebesar 95,75 %.

Angka Drop Out (DO) imunisasi lengkap pada bayi di

Kabupaten Gorontalo Utara di tahun 2010 sebesar 5%.

Drop out yang masih tinggi disebabkan oleh berbagai faktor

yaitu :

1. Adanya perbedaan jumlah sasaran pada perencanaan

dibandingkan dengan sasaran riil yang mencolok.

2. Pelaksanaan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) dan

pemanfaatannya yang kurang optimal.

3. Kurangnya pemberdayaan posyandu dimana tidak

semua posyandu melayani imunisasi, sehingga ibu bayi

kesulitan dalam mendapatkan pelayanan imunisasi bagi

bayinya.

4. Belum optimalnya pelaksanaan sweeping imunisasi

pada daerah yang cakupan imunisasinya rendah.

Bila ditinjau dari pencapaian UCI menurut laporan pengelola

program imunisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo

Utara tahun 2011 jika menggunakan 56 desa sebesar 73,2%,

sedangkan jika menggunakan 123 desa sebanyak 55.36 %

d). Program Keluarga Berencana

Pada Tahun 2011, untuk data pasangan usia subur sebanyak

17.703 dengan jumlah peserta KB baru 479 orang dan KB

aktif 5.219 orang.

5.3 Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Upaya pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dari upaya pelayanan kesehatan

P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011

45

secara paripurna. Upaya tersebut dimaksudkan untuk (1)

menjamin ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan obat

generik dan obat esensial yang bermutu bagi masyarakat, (2)

mempromosikan penggunaan obat yang rasional dan obat yang

generik, (3) meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian

difarmasi komunitas dan farmasi klinik serta pelayanan

kesehatan dasar, serta (4) melindungi masyarakat dari

penggunaan alat kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan,

mutu dan keamanan.

a. Ketersediaan Jenis Obat dan Jenis Obat Generik

Salah satu jenis pelayanan kefarmasian di Puskesmas yaitu

penyediaan obat terutama jenis obat generik. Beberapa

waktu belakangan ini, dibeberapa tempat jumlah stok obat

generik sudah semakin terbatasnya. Hal ini dapat terjadi

karena tingginya biaya produksi obat-obatan generik,

membuat pihak pabrikan mulai enggan memproduksinya

apabila pemerintah tidak mensubsidi harga produksi obat.

Keadaan ini membuat ketersediaan obat-obatan jenis generik

di puskesmas menjadi sangat terbatas.

Namun untuk Kabupaten Gorontalo Utara sendiri kebutuhan

akan obat generik belum dapat terpenuhi. Hal ini bisa dilihat

dari persentase tingkat kecukupan jenis obat generik di

Puskesmas jika dirata – ratakan sebesar 78,27%.

b. Penerapan Penggunaan Obat Esensial Generik

Adanya penerapan dalam penggunaan obat essensial dan

generik, dimaksudkan agar terjaminnya ketersediaan,

keterjangkauan, dan pemerataan obat dalam pelayanan

kesehatan, yang pelaksanaannya mencakup pengadaan

P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011

46

buffer stock obat generik esensial, revitalisasi

pemasyarakatan konsepsi obat esensial dan penerapan

penggunaan obat esensial generik pada fasilitas pelayanan

pemerintah maupun swasta.

BAB VI

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

6.1. Sarana Kesehatan

a. Puskesmas

Di Kabupaten Gorontalo Utara distribusi Puskesmas dan

Puskesmas Pembantu sebagai ujung tombak pelayanan

kesehatan dasar telah lebih merata. Pada tahun 2011

setelah dilakukan pemekaran jumlah puskesmas yang ada

sampai akhir tahun sebanyak 12 unit. Dengan demikian

rata-rata rasio puskesmas terhadap 100.000 penduduk

adalah 14.28. Ini berarti bahwa pada tahun 2010 setiap

100.000 penduduk rata-rata dilayani oleh 14 puskesmas.

Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas,

ada beberapa Puskesmas telah ditingkatkan fungsinya

menjadi puskesmas dengan tempat perawatan. Puskesmas

perawatan ini terutama yang berlokasi jauh dari rumah

sakit, di jalur-jalur jalan raya yang rawan kecelakaan, serta

diwilayah terpencil. Hingga tahun 2011 jumlah puskesmas

perawatan di Kabupaten Gorontalo Utara sebanyak 5 buah.

Sehubungan dengan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI)

dan Angka Kematian Balita (AKB), ada 2 Puskesmas yang

P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011

47

dijadikan Puskesmas mampu PONED yaitu Puskesmas

Atinggola dan Puskesmas Kwandang.

b. Puskesmas Pembantu

Puskesmas Pembantu di Kabupaten Gorontalo Utara pada

tahun 2011 berdasarkan laporan Sie. Promkes berjumlah

23 buah. Ratio desa per puskesmas pembantu 2,43 dengan

demikian setiap puskesmas pembantu rata-rata melayani 2

sampai 3 desa.

c. Rumah Sakit

Hingga saat ini Daerah Kabupaten Gorontalo Utara belum

memiliki Rumah Sakit Umum yang representatif, memang

telah dibangun rumah sakit Prof. Dr. Hi. Zainal Umar Sidiki

yang bertempat diKecamatan Kwandang, akan tetapi

bangunan tersebut belum dapat dimanfaatkan karena

pekerjaanya tidak selesai. Jalan yang ditempuh saat ini

adalah melalui kegiatan pembangunan lanjutan dari

anggaran APBD namun belum memiliki jalan terang terkait

dengan status Rumah sakit. Untuk kegiatan sementara

rumah sakit dibantu dengan Rumah Sakit Bergerak yang

pengoperasiannya mulai tahun 2012.

d. Polindes

Jumlah Polindes di Kabupaten Gorontalo Utara tahun 2011

sebanyak 26 buah. Cakupan polindes aktif rata-rata

kabupaten 100% sedangkan ratio Polindes per Puskesmas

adalah 2,6 berarti rata-rata tiap puskesmas membawahi 2 -

3 polindes.

P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011

48

e. Poskesdes

Jumlah Poskesdes di Kabupaten Gorontalo Utara tahun

2011 sebanyak 13 buah. Ratio Poskesdes per Puskesmas

adalah 1.2 berarti rata-rata tiap puskesmas membawahi 1 -

2 poskesdes.

f. Posyandu

Jumlah Posyandu di Kabupaten Gorontalo Utara tahun 2010

sebanyak 191 buah. Ratio Posyandu per Puskesmas adalah

19.1 berarti rata-rata tiap wilayah puskesmas mempunyai

19 posyandu.

g. Desa Siaga

Desa siaga merupakan program pemerintah yang digalakan

pada tahun 2011, meskipun terbilang baru namun

Kabupaten Gorontalo Utara berdasarkan laporan Sie.

Promkes Dinas Kesehatan sudah mempunyai 12 Desa

Siaga. Ratio Desa Siaga per Puskesmas adalah 1.2 berarti

rata-rata di tiap wilayah puskesmas terdapat 1 - 2 Desa

Siaga.

h. Terapeutic Feeding Centre (TFC)

Saat ini Kabupaten gorontalo Utara memiliki sebuah TFC

yang berada di wilayah Kerja Puskesmas Kwandang.

Walaupun TFC masih menumpang di bangunan Puskesmas

Kwandang (belum memiliki bangunan yang representative)

namun sudah merawat penderita gizi buruk.

6.2. Tenaga Kesehatan

P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011

49

Dalam pembangunan kesehatan diperlukan sumber daya

manusia dalam hal ini tenaga kesehatan yang memiliki

kemampuan melaksanakan upaya kesehatan dengan

paradigma sehat, yang mengutamakan upaya peningkatan,

pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pengadaan

tenaga kesehatan dilaksanakan melalui pendidikan dan

pengembangan tenaga kesehatan melalui pelatihan tenaga

oleh pemerintah maupun masyarakat.

a. Tenaga Medis

Tahun 2011 berdasarkan rekapan Subbag. Kepegawaian

Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo Utara tercatat

jumlah tenaga medis di Kabupaten Gorontalo Utara

sebanyak 12 orang dengan perincian 12 orang dokter

umum dengan rasio masing-masing per 100.000 penduduk

yakni 11,52 untuk dokter umum. Sedangkan untuk rasio

dokter keluarga belum dapat disajikan karena belum ada

data yang masuk.

Dengan adanya dokter PTT diharapkan dapat membantu

pemenuhan kebutuhan masyarakat akan tenaga medis di

Kabupaten Gorontalo Utara maka kebutuhan akan tenaga

medis perlu diperhatikan..

b. Tenaga Kefarmasian

Untuk tenaga kefarmasian, saat ini telah berjumlah 34

orang yang terdiri atas apoteker, S1 Farmasi, D-III Farmasi

dan Asisten Apoteker. Sedangkan rasio tenaga kefarmasian

per 100.000 penduduk masih jauh dari yang diharapkan

P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011

50

karena hingga tahun 2011 rasio tenaga kefarmasian baru

mencapai 32 per 100.000 penduduk

c. Tenaga Keperawatan

Tenaga kesehatan tergolong ke dalam tenaga keperawatan

adalah Perawat dan Bidan. Rasio tenaga perawat di

Kabupaten Gorontalo Utara tahun 2011 mencapai 154

orang, dan untuk tenaga bidan sebesar 57 orang. Dan rasio

untuk tenaga perawat dan bidan adalah 193 per 100.000

penduduk. Dengan melihat angka ini maka rasio tenaga

perawat dan bidan di Kabupaten Gorontalo Utara belum

mencapai target.

d. Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Sanitasi

Jumlah tenaga kesehatan masyarakat di Kabupaten

Gorontalo Utara tahun 2011 mencapai 51 orang dengan

rasio sebesar 48 per 100.000 penduduk. Sementara itu,

pada tahun yang sama jumlah tenaga sanitasi telah

mencapai jumlah 24 orang dengan klasifikasi pendidikan D

III dan D I Sanitasi, dengan rasio sebesar 23 per 100.000

penduduk.

6.3. Pembiayaan Kesehatan

Tabel 5. ANGGARAN KESEHATANKABUPATEN GORONTALO UTARA

TAHUN 2011

NO SUMBER BIAYAALOKASI ANGGARAN KESEHATAN

Rupiah %

1 2 3 4

ANGGARAN KESEHATAN

BERSUMBER:

P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011

51

1 APBD KAB/KOTA

32.246.933.012 74,24

a. Belanja Langsung

19.128.291.340

b. Belanja Tidak Langsung

13.118.641.672

2 APBD PROVINSI

31.600.000 0,07

3 APBN :

11.157.298.673 25,69

- Dana Dekonsentrasi 0,00

- Dana Alokasi Khusus (DAK)

3.683.200.000 8,48

- ASKESKIN 0,00

- Lain-lain (Dana Tugas Pembantuan) 0,00

Untuk Pembangunan Rumah Sakit

7.474.098.673 17,21

4PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI

(PHLN)0,00

(sebutkan project dan sumber dananya)

5 SUMBER PEMERINTAH LAIN 0,00

TOTAL ANGGARAN KESEHATAN

43.435.831.685 100,0

TOTAL APBD KAB/KOTA 443.197.086.529

% APBD KESEHATAN THD APBD KAB/KOTA 7,28

ANGGARAN KESEHATAN PERKAPITA

417.118,80

P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011

52

BAB VII

PENUTUP

7.1 KESIMPULAN

Profil Kesehatan Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2011 ini

semaksimal mungkin diupayakan dapat menggambarkan hasil-

hasil kegiatan pembangunan kesehatan yang menyeluruh di

Kabupaten Gorontalo Utara selama tahun 2011. Berbagai

upaya telah dilaksanakan, antara lain upaya peningkatan dan

perbaikan terhadap derajat kesehatan masyarakat, upaya

pelayanan kesehatan, sarana kesehatan dan sumber daya

kesehatan.

Oleh karena data dan informasi merupakan sumber daya yang

strategis bagi pimpinan dan organisasi dalam pelaksanaan

manajemen, maka penyediaan data/informasi yang berkualitas

sangat diperlukan sebagai masukan dalam proses pengambilan

keputusan. Di bidang kesehatan, data dan informasi ini

diperoleh melalui penyelenggaraan Sistem Informasi

Kesehatan. Salah satu keluaran utama dari penyelenggaraan

sistem informasi kesehatan adalah Profil Kesehatan. Dalam

perkembangannya, profil kesehatan ini menjadi paket sajian

P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011

53

informasi yang sangat penting, karena dibutuhkan baik oleh

jajaran kesehatan, lintas sektor maupun masyarakat.

Betapapun, Profil Kesehatan Kabupaten Gorontalo Utara ini

belum mendapat apresiasi yang memadai karena belum dapat

menyajikan data dan informasi yang sesuai dengan harapan,

namun paket sajian ini merupakan satu-satunya publikasi data

dan informasi di jajaran kesehatan yang relatif paling lengkap

sehingga kehadirannya selalu ditunggu.

Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan kualitas Profil

Kabupaten Gorontalo Utara, Dinas Kesehatan Kabupaten

Gorontalo Utara senantiasa mencari terobosan-terobosan

dalam hal mekanisme pengumpulan data dan informasi secara

cepat untuk mengisi ketidaktersediaan data dan informasi

khususnya yang bersumber dari puskesmas.

7.2 SARAN

1. Penyusunan buku Profil kesehatan Kabupaten Gorontalo

Utara tahun 2011 telah diupayakan untuk lebih baik dari

tahun-tahun sebelumnya, baik dari segi kualitas data

maupum analisisnya. Namun disadari pula dalam

penyusunan buku Profil kesehatan ini masih ditemui banyak

hambatan terutama dikarenakan pada tahun 2010 Profil

kesehatan disusun dengan format yang baru, berbeda

dengan tahun-tahun sebelumnya sehingga banyak tabel-

tabel yang tidak dapat terisi. Oleh karena itu untuk

penyusunan Profil Kesehatan di tahun-tahun mendatang

diharapkan format tidak selalu berubah tetapi tetap

mengakomodir kebutuhan data dan informasi guna evaluasi

P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011

54

dan perencanaan tahunan kegiatan pembangunan

kesehatan.

2. Perlu dilaksanakan kegiatan rapid survey untuk mendukung

validitas serta keakuratan data Profil kesehatan.

3. Ketidaklengkapan tabel-tabel dalam Profil Kesehatan tahun

ini salah satunya disebabkan karena ada beberapa item

data yang tidak dapat disinkronkan dengan data diluar

program. Dan jika dipaksakan akan menambah masalah

dalam profil itu sendiri

4. Perlu peningkatan kemampuan/ketrampilan pengelola data

dan pemegang program dalam mencermati data guna

peningkatan validitas data dan tidak selalu terulang adanya

data-data yang tidak akurat atau “aneh”.

5. Software penunjang yang digunakan dalam penyusunan

database sudah layak digunakan hanya bagaimana

mengakomodir dan memaksimalkan table – table yang ada

menjadi lebih bermanfaat.

Besar harapan kami, bahwa Buku Profil Kesehatan Tahun 2011

ini dapat bermanfaat, demikian pula dengan Kritik dan saran

yang sangat kami harapkan demi perbaikan Buku Profil

Kesehatan pada tahun-tahun mendatang.

SEKIAN