p r o f i l dinas kesehatan kab. gorontalo utara tahun 2011 · penataan dan pengembangan sistem...
TRANSCRIPT
P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Berdasarkan Undang-Undang No. 36 tahun 2009, bahwa kesehatan
adalah keadaaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomi. Setiap orang berhak untuk hidup sejahtera lahir batin,
bertempat tinggal dan mendapat lingkungan hidup yang sehat
serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan secara optimal.
Tekad untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan tersebut
dipertegas dengan pelaksanaan Program “Gerakan Membangun
Ekonomi Masyarakat (Gerbang Emas) pada “ oleh pemerintah serta
diatur dalam peraturan perundang-undangan kesehatan.
Untuk mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan tersebut
diperlukan indikator, antara lain Indikator Indonesia Sehat dan
Indikator Kinerja dari Standar Pelayanan Bidang Kesehatan yang
kemudian dituangkan dalam sistem informasi kesehatan. Kualitas
dari sebuah Sistem Informasi Kesehatan Nasional sangat
bergantung pada kualitas dari Sistem-sistem Informasi Kesehatan
(SIK) dan untuk memperoleh Sistem Kesehatan propinsi yang
akurat maka diperlukan pemantapan Sistem Informasi Kesehatan
serta sinkronisasi data antara Dinas Kesehatan Propinsi dan Dinas
Kesehatan yang ada di Kabupaten/Kota. Hal ini disebabkan karena
penataan dan pengembangan Sistem Informasi Kesehatan (SIK)
diperlukan untuk dapat menyediakan data dan informasi dalam
penyusunan rencana Pembangunan Daerah tersebut serta sebagai
landasan pengembangan sumber daya terutama sumber daya
kesehatan.
P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011
2
Salah satu sarana yang dapat digunakan untuk melaporkan hasil
pemantauan terhadap pencapaian Kabupaten/Kota Sehat dan hasil
kinerja dari penyelenggaraan pelayanan minimal ada pada Profil
Kesehatan Kabupaten, Oleh karenanya, profil ini mempunyai
sebuah tanggung jawab yang besar bagi Pemerintah Daerah
Khususnya Dinas Kesehatan, dalam rangka menyediakan sarana
untuk perencanaan, pemantauan, mengevaluasi, dan menjawab
pencapaian pembangunan kesehatan di Kabupaten Gorontalo Utara
tahun 2011 dan tahun 2012 yang juga mengacu kepada Visi
Kabupaten Gorontalo Utara Sehat 2012 serta pembinaan dan
pengawasan terhadap Puskesmas – Puskesmas binaan dalam
pencapaian Visi Kabupaten Gorontalo Utara Sehat.
1.2 SISTEMATIKA PENYAJIAN
Penyajian Profil Kesehatan Kabupaten Gorontalo Tahun 2011
tersusun dalam sistematika sebagai berikut :
Bab-1 : Pendahuluan
Berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan Profil
Kesehatan dan sistematika dari penyajiannya
Bab-2 : Gambaran Umum
Gambaran umum Kabupaten Gorontalo Utara. Selain uraian
tentang letak geografis, administratif dan informasi umum
lainnya, bab ini juga mengulas faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap kesehatan dan faktor-faktor lainnya
misal kependudukan, ekonomi, pendidikan, sosial budaya
dan lingkungan disajikan dalam Bab ini
Bab-3 : Situasi Derajat Kesehatan
Uraian dalam bab ini berupa indikator angka kematian,
angka kesakitan, dan angka status gizi masyarakat
P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011
3
Bab-4 : Situasi Upaya Kesehatan
Dalam Bab 4 berisi tentang pelayanan kesehatan dasar,
pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang,
pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan
lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat,
pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan, pelayanan
kesehatan dalam situasi bencana. Upaya pelayanan
kesehatan yang diuraikan dalam bab ini juga mengakomodir
indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang
Kesehatan serta upaya pelayanan kesehatan lainnya yang
diselenggarakan oleh Kabupaten Gorontalo Utara.
Bab-5 : Situasi Sumber Daya Kesehatan
Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga
kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya
kesehatan lainnya.
Bab-6 : Kesimpulan
Bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal penting yang
perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan
Kabupaten Gorontalo Utara di tahun 2010. Selain
keberhasilan-keberhasilan yang perlu dicatat, bab ini juga
mengemukakan hal-hal yang dianggap masih kurang dalam
rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan.
Lampiran
Pada lampiran ini berisi resume/angka pencapaian
Kabupaten Gorontalo Utara dan 79 tabel data yang
merupakan gabungan Tabel Indikator Kabupaten Sehat dan
Indikator Pencapaian Kinerja Standar Pelayanan Minimal
bidang Kesehatan.
P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011
4
BAB IIGAMBARAN UMUM
2.1. KEADAAN GEOGRAFI
?
Grafik 1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas di WilayahKabupaten Gorontalo Utara
Tahun 2011
Saat ini Kabupaten Gorontalo Utara memiliki 6 kecamatan
dengan 123 desa definitif yaitu Kecamatan Atinggola, Kecamatan
Gentuma, Kecamatan Kwandang, Kecamatan Anggrek, Kecamatan
Sumalata dan Kecamatan Tolinggula dengan luas wilayah 1.660
Ha. (13.58%) dari luas provinsi Gorontalo.
Berdasarkan keadaan geografis, Gorontalo Utara terletak
antara 0030 – 1002 LU dan 121059 – 123002 BT, dengan batas
wilayah sebagai berikut :
A. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bone Bolango dan
Kabupaten Bolaang Mongondow Provinsi Sulut
P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011
5
B. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pohuwato dan
Kabupaten Buol Provinsi Sulteng
C. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Sulawesi.
D. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gorontalo dan
Kabupaten Boalemo serta Teluk Tomini.
Kabupaten Gorontalo Utara termasuk daerah tropis yang
memiliki 2 musim yaitu musim hujan yang berlangsung dari bulan
Desember sampai bulan Maret dan musim kemarau yang
berlangsung dari bulan Juni sampai bulan September akan tetapi
akhir-akhir ini iklim bergantian dalam keadaan tidak normal setiap
bulannya. Suhu rata – rata 28o – 32o Celcius dengan curah hujan
rata – rata 128,75 mm dan rata – rata hari hujan 200 per tahun.
Kelembaban rata – rata 70% - 90 %.
Untuk memudahkan akses terhadap kesehatan setiap saat
hingga saat ini telah berjumlah 12 buah 5 puskesmas rawat inap
dan 7 puskesmas rawat jalan.
2.2. KEADAAN PENDUDUK
2.2.1. Kepadatan Penduduk
Tabel 1. Kepadatan Penduduk Kabupaten Gorontalo UtaraMenurut Kecamatan Tahun 2011
No KecamatanJumlah
Penduduk
Jmlh
PKM
Luas/Area (km2)
Kepadatan
Penduduk
(org/km2)
1 2 3 4 5 6123456
Kecamatan AtinggolaKecamatan GentumaKecamatan KwandangKecamatan AnggrekKecamatan SumalataKecamatan Tolinggula
10.2997.97235.96520.23016.03813.629
113232
171,9588
336,8224,9438,01399,9
59,9090,59106,7889,9536,6234,08
Jumlah Total Sumber :
Penduduk Kabupaten
Program Dinas Kesehatan tahun 20
sebesar 104.133
wilayah 1.660
per km2. Dari tabel di atas nampak bahwa Kecamatan
menempati urutan pertama dalam jumlah penduduk terbesar
namun berada di posisi
memiliki kepadatan penduduk yang paling besar adalah
Kwandang
Kecmatan Kwandang
sehingga keberadaan pemukiman sebagai tempat tinggal relatif
lebih banyak,
Tolinggula yang hanya sebesar
P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Tahun 2011
Jumlah Total 104.133Sumber : Hasil Survey Penduduk Tahun 2010
Penduduk Kabupaten Gorontalo Utara
Program Dinas Kesehatan tahun 2011
104.133 jiwa yang tersebar di
1.660 km2 dan kepadatan penduduk sebesar
. Dari tabel di atas nampak bahwa Kecamatan
menempati urutan pertama dalam jumlah penduduk terbesar
namun berada di posisi ketiga untuk luas wilayah
memiliki kepadatan penduduk yang paling besar adalah
yakni sebesar 106,78 orang per km
Kecmatan Kwandang sebagai pusat perkotaan dan
sehingga keberadaan pemukiman sebagai tempat tinggal relatif
lebih banyak, sedangkan yang paling rendah berada di Kecamatan
yang hanya sebesar 34,08 Orang per km
Grafik 2. Trend Jumlah PendudukKab. Gorontalo Utara
Tahun 2011
Kesehatan Kab. Gorontalo Utara
6
04.133 12 1.660,0 63,00Hasil Survey Penduduk Tahun 2010
Gorontalo Utara berdasarkan cakupan
memiliki jumlah penduduk
jiwa yang tersebar di 6 kecamatan dengan luas
dan kepadatan penduduk sebesar 62,7 orang
. Dari tabel di atas nampak bahwa Kecamatan Kwandang
menempati urutan pertama dalam jumlah penduduk terbesar
uk luas wilayah. Kecamatan yang
memiliki kepadatan penduduk yang paling besar adalah Kecamatan
orang per km2 hal ini dikarenakan
sebagai pusat perkotaan dan pemerintahan
sehingga keberadaan pemukiman sebagai tempat tinggal relatif
sedangkan yang paling rendah berada di Kecamatan
Orang per km2.
Trend Jumlah PendudukKab. Gorontalo Utara
63,00
P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011
7
Sumber : Survey penduduk tahun 2011 dan Laporan SIK
Puskesmas
Berdasarkan laporan SIK dari tahun 2007 sampai dengan
tahun 2011 laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Gorontalo
Utara mengalami peningkatan, akan tetapi pada tahun 2011 terjadi
penurunan oleh karena ditahun 2010 terdapat sensus penduduk
sehingga untuk keseragaman data maka jumlah penduduk di tahun
2011 menggunakan hasil survey tersebut.
2.2.2. Sex Ratio Penduduk dan Struktur Penduduk Menurut
Golongan Umur
Tabel 2.Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur
Di Kabupaten Gorontalo UtaraTahun 2011
NOKELOMPOK
UMUR (TAHUN)
JUMLAH PENDUDUK
LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI+ PEREMPUAN
1 2 3 4 5
1 0 - 4 6.085 5.641 11.726
2 5 - 9 6.380 6.179 12.559 3 10 - 14 5.831 5.628 11.459 4 15 - 19 5.034 4.895 9.929 5 20 - 24 3.647 3.651 7.298 6 25 - 29 4.331 4.215 8.546 7 30 - 34 4.298 4.166 8.464 8 35 - 39 4.141 3.944 8.085 9 40 - 44 3.444 3.313 6.757
10 45 - 49 2.808 2.686 5.494 11 50 - 54 2.153 2.038 4.191 12 55 - 59 1.674 1.500 3.174 13 60 - 64 1.283 1.309 2.592 14 65 - 69 869 847 1.716
P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011
8
Jumlah penduduk
Laki-laki 52.970 Jiwa
Perempuan
Total
51.163 Jiwa
104.133 Jiwa
15 70 - 74 511 572 1.083 16 75+ 481 579 1.060
JUMLAH 52.970 51.163 104.133
Perkembangan penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat
dari perkembangan ratio jenis kelamin, yaitu perbandingan
penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan tahun 2011
sebesar 103,53. Terlihat bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih
besar dibandingkan jumlah penduduk perempuan, akan tetapi
perbandingan jumlah antara penduduk laki-laki dan perempuan
hampir seimbang di tiap Kecamatan.
Sumber : Gorontalo Utara Dalam Angka 2011
2.2.3. Angka Kelahiran Kasar (CBR)
Hingga saat ini masih belum didapat angka resmi mengenai
tingkat kelahiran kasar per tahun di Kabupaten Gorontalo Utara.
Berdasarkan perkiraan/estimasi Angka Kelahiran Kasar (CBR =
Grafik 3. Perbandingan Jumlah Penduduk laki – laki dan Perempuan
Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011
P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011
9
(Jumlah Kelahiran Hidup : Jumlah Penduduk) x 1000) Kabupaten
Gorontalo Utara pada tahun 2011 sebesar 21,68 per 1000
penduduk lebih tinggi dari tahun 2010 adalah 19,23 per 1000
penduduk dan tahun 2009 sebesar 18.28 per 1000 penduduk.
2.3. KEADAAN SOSIAL EKONOMI
Data keadaan sosial Ekonomi disajikan berdasarkan beban
tanggungan dimana jumlah penduduk menurut kelompok umur
maka angka beban tanggungan (dependency ratio) penduduk
Kabupaten Gorontalo Utara tahun 2011 sebesar 61,37. Artinya
setiap 100 penduduk usia produktif menanggung sekitar 61 orang
penduduk usia tidak produktif.
2.4. TINGKAT PENDIDIKAN
Untuk persentase tingkat pendidikan penduduk di Kabupaten
Gorontalo Utara tahun 2011 belum dapat diuraikan oleh karena
masih terdapat banyak kesenjangan antara data yang diuraikan
berdasarkan hasil sensus penduduk dan data dari badan
Pencatatan Sipil kabupaten Gorontalo Utara.
P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011
10
BAB IIIPROGRAM KESEHATAN
3.1 Visi :
“ Mewujudkan Masyarakat Gorontalo Utara Sehat, yang
Mandiri dan Berkeadilan Tahun 2011“
3.2 M i s i : Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manuasia Pelaksana
Pembangunan Kesehatan
Mewujudkan Pelayanan Kesehatan yang Bermutu, Merata
dan Terjangkau
Memelihara dan Meningkatkan Kesehatan Individu, Keluarga,
Masyarakat serta Lingkungan Secara Mandiri.
3.3 TujuanMeningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
optimal, sehat secara fisik, mental dan sosial serta beriman
dan bertakwa untuk mencapai suatu kehidupan sosial
ekonomi yang produktif serta tatanan berbangsa dan
bernegara yang berkesinambungan.
3.4. Strategi1. Meningkatkan upaya kesehatan masyarakat secara
paripurna ( mulai dari upaya promosi, pencegahan,
pengobatan dan rehabilitasi kesehatan) melalui
pendekatan paradigma sehat.
2. Menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan prima,
bermutu, merata dan terjangkau secara komprehensif
P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011
11
dan dinamis sesuai dengan perubahan dan
perkembangan ilmu dan teknologi.
3. Meningkatkan kualitas tenaga kesehatan yang
profesional serta mengupayakan pemerataannya.
4. Meningkatkan dan mengoptimalkan sarana dan
prasarana kesehatan baik secara kualitas dan kuantitas,
termasuk memobilisasi pembiayaan kesehatan.
5. Memberikan prioritas utama kepada penduduk miskin,
terpencil serta kelompok rawan seperti, bayi, balita, ibu
hamil dan usia lanjut.
6. Membina dan mengembangkan potensi masyarakat
guna mendukung upaya peningkatan perilaku hidup
bersih dan sehat.
7. Menyelenggarakan sistem manajemen kesehatan yang
mantap.
3.5 Kebijakan
Pembangunan kesehatan dilaksanakan bekerja sama
bersama pemerintah untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dengan mengutamakan pendekatan mutu
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan bagi penduduk
sehat tanpa mengabaikan yang sakit yang memerlukan
pertolongan agar tetap produktif. Empat Kebijakan Utama
Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2010
adalah sebagai berikut:
1. Menurunkan Angka Kematian Ibu
2. Menurunkan Angka Kematian Bayi dan Balita
3. Menurunkan Prevalensi Cakupan Gizi Buruk
4. Meningkatkan Cakupan Sanitasi Dasar
3.6 Kegiatan
P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011
12
Kegiatan pokok dalam penyelenggaraan program
peningkatan kesehatan masyarakat berkualitas mengacu
pada Standar Pelayanan Minimal sebagai upaya mewujudkan
Kabupaten Gorontalo Utara Sehat 2015 berdasarkan indikator
Indonesia Sehat 2011. Kegiatan tersebut terdiri atas 9
Progam Pokok dan 2 Program Penunjang rinciannya adalah
antara lain :
a. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan
b. Program Promosi Kesehatan Dan Pemberdayaan
Masyarakat
c. Perbaikan Gizi Masyarakat
d. Program Pencegahan Dan Penanggulangan Penyakit
Menular
e. Evaluasi dan Pengembangan Standar Pelayanan
Masyarakat
f. Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Lainnya
g. Pengadaan Peningkatan Dan Perbaikan Sarana dan
Prasarana Puskesmas/Puskesmas Pembantu dan
Jaringannya
h. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak Balita
i. Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan Dan
Anak
j. Program Administrasi Perkantoran
k. Program Peningkatan Sarana Dan Prasarana Aparatur
3.7 S a s a r a n
Untuk sasaran dan target yang ingin dicapai di tahun 2011
adalah sebagai berikut :
1. Meningkatnya pelayanan kesehatan dasar yang mencakup
upaya promosi kesehatan, pelayanan kesehatan ibu dan
P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011
13
anak, keluarga berencana, perbaikan gizi masyarakat,
kesehatan linkungan, pemberantasan penyakit menular
dan pengobatan
2. Meningkatnya jumlah sarana dan prasarana kesehatan
baik dari segi kualitas dan kuantitas demi terciptanya
pemerataan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata
dan terjangkau oleh masyarakat
3. Meningkatnya sarana promosi sebagai media dalam
menyampaikan pesan-pesan kesehatan
4. Meningkatnya Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat
5. Meningkatnya cakupan imunisasi
6. Meningkatnya pelayanan penduduk miskin
7. Tersedianya obat sesuai kebutuhan masyarakat
8. Meningkatnya pengetahuan dan pendidikan tenaga
kesehatan dan masyarakat
9. Meningkatnya kualitas kesehatan lingkungan dan
tercukupinya kebutuhan air bersih yang menenuhi syarat
kesehatan di antaranya :
a. Meningkatnya cakupan penggunaan air bersih
b. Peningkatan kewaspadaan dini terhadap KLB penyakit
melalui air
c. Meningkatnya prosentase rumah dan lingkungannya yg
memenuhi syarat kesehatan
d. Meningkatnya prosentase TTU yg memenuhi syarat
kesehatan
e. Meningkatnya prosentase rumah makan yg memenuhi
syarat kesehatan
P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011
14
10.Meningkatnya kemandirian masyarakat dibidang
kesehatan:
a. Meningkatnya mutu Posyandu Tingkat Purnama > 75 %
dari 177 Posyandu
b. Terselenggaranya survei PHBS di seluruh desa
c. Meningkatnya perilaku hidup bersih dan sehat di setiap
tatanan.
BAB IVSITUASI DERAJAT KESEHATAN
P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011
15
Pencapaian hasil pembangunan kesehatan di Kabupaten
Gorontalo Utara dapat digambarkan dengan beberapa indikator
sasaran yaitu Derajat Kesehatan, Perilaku Masyarakat, Kesehatan
Lingkungan dan Pelayanan kesehatan ( termasuk sumber daya
kesehatan ).
4.1. Derajat Kesehatan
Sehat menurut UU RI No. 36 tahun 2009, adalah keadaan meliputi
kesehatan badan, rohani ( mental ) dan sosial dan bukan hanya
keadaan yang bebas penyakit, cacat, dan kelemahan sehingga
dapat hidup produktif secara sosial ekonomi. Beberapa aspek yang
dapat dihubungkan dengan derajat kesehatan adalah : lingkungan,
pelayanan kesehatan dan perilaku.
Pengertian tentang keadaan sehat dan sakit sangat penting
mengingat kita harus dapat menentukan ada/tidaknya
permasalahan/penyakit yang terdapat di masyarakat dan seberapa
banyak jumlahnya. Secara sederhana keadaan sakit itu dinyatakan
sebagai berikut:
Penyimpangan dari keadaan normal, baik struktur maupun
fungsinya atau
Keadaan dimana tubuh atau organisme atau bagian dari
organisme/populasi yang diteliti tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya dilihat dari keadaan patologisnya.
Program pembangunan kesehatan yang selama ini dilaksanakan
dapat dikatakan cukup berhasil sehingga dapat meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat secara cukup bermakna, walaupun
masih dijumpai beberapa masalah dan hambatan yang
mempengaruhi pelaksanaan pembangunan kesehatan. Derajat
P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011
16
kesehatan yang optimal dapat dilihat dari unsur kualitas hidup
serta unsur mortalitas dan yang mempengaruhinya yaitu
morbiditas dan status gizi masyarakat.
Di Indonesia, indikator derajat kesehatan dapat dilihat dari ; Umur
Harapan Hidup, Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Balita,
Angka Kematian Ibu melahirkan, dan Angka Kesakitan / Kematian
karena penyakit tertentu serta status Gizi Masyarakat.
Adapun indikator hasil di antaranya, yang terdiri atas indikator-
indikator untuk keadaan lingkungan, perilaku hidup masyarakat,
akses dan mutu pelayanan kesehatan, serta Indikator proses dan
masukan, yang terdiri atas indikator-indikator untuk pelayanan
kesehatan, sumber daya kesehatan, manajemen kesehatan, dan
kontribusi sektor terkait.
4.2. Indikator Derajat Kesehatan
Beberapa indikator penting untuk mengukur derajat kesehatan
masyarakat pada suatu daerah adalah Angka Kematian Ibu (AKI),
Angka Kematian Bayi (AKB), Umur Harapan Hidup (UHH) dan
Status Gizi. Indikator tersebut ditentukan dengan 4 faktor utama
yaitu Perilaku Masyarakat, Lingkungan, Pelayanan Kesehatan dan
Faktor Genetika.
Keempat faktor utama ini diintervensi melalui beberapa kegiatan
pokok yang mempunyai dampak ungkit besar terhadap upaya-
upaya percepatan penurunan AKI, AKB, AKABA dan Peningkatan
Status Gizi Masyarakat serta status Angka Kesakitan dan Kondisi
Penyakit Menular.
P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011
17
Keberhasilan upaya-upaya kesehatan yang dilakukan dapat dinilai
sebagai indikator output yang cukup signifikan mempengaruhi
indikator outcome sebagaimana yang dijelaskan berikut ini.
4.2.1Umur Harapan Hidup ( UHH )
Untuk perkembangan Umur Harapan Hidup di Kabupaten Gorontalo
Utara dari tahun ketahun masih mempedomani Umur Harapan
Hidup Nasional, dapat dilihat pada tabel berikut:
Estimasi Angka Harapan Hidup
Di provinsi Gorontalo
Propinsi
Periode
2000-2005(2002)
2005-2010
(2007)
2010-2015
(2012)
2015-2020
(2017)
2020-2025
(2022)Gorontalo 66.3 68.7 70.7 72.0 72.8
Sumber : www.datastatistik-indonesia.com\
Dalam RPJM 2006-2012, upaya untuk meningkatkan UHH menjadi
70 tahun merupakan hal penting yang perlu dicermati melalui
upaya-upaya peningkatan kegiatan program yang berdampak pada
tingkat kesejahteraan masyarakat seperti penurunan resiko
kesakitan, pada keluarga rentan, trend penyakit degeneratif dan
tidak menular, serta peningkatan kesehatan pra usila yang dapat
hidup produktif dan mandiri.
Umur Harapan Hidup (UHH) dipengaruhi oleh masih tingginya
Angka Kematian Ibu (AKI) serta Angka Kematian Bayi (AKB),
semakin tinggi jumlah kematian bayi maka makin rendah Umur
Harapan Hidup. Untuk Kabupaten Gorontalo Utara dikarenakan
data real belum ada maka digunakan Data Estimasi Umur Harapan
Tabel 3
P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011
18
Hidup (UHH) Provinsi Gorontalo seperti yang nampak pada tabel di
atas yakni 68,7 tahun
4.2.2Kelahiran Bayi
Jumlah kelahiran bayi di Kabupaten Gorontalo Utara dari tahun ke
tahun terus mengalami perubahan dimana pada tahun 2008
terdapat 2.731 Jiwa kelahiran dan jumlah balita 11.264 Balita,
untuk tahun 2009 menurun yakni hanya terdapat 2.046 Kelahiran
dan jumlah balita 11.290 jiwa, ditahun 2010 sedikit meningkat
yakni terdapat 2.293 Kelahiran dengan jumlah balita 15.383 jiwa
sedangkan untuk tahun 2011 ditahun terdapat 2.258 Kelahiran
dengan jumlah balita 11.726 jiwa.
4.2.3Angka Kematian (Mortalitas)
a. Angka Kematian Bayi ( AKB )
Angka Kematian Bayi merupakan salah satu indikator
yang paling penting untuk menentukan derajat
kesehatan suatu daerah. Laporan jumlah kematian bayi
dari masing-masing Puskesmas, dapat diperkirakan
bersumber dari fasilitas pelayanan kesehatan (facility
based) dan dari laporan masyarakat atau kader
(community based).
AKB Kabupaten Gorontalo Utara berdasarkan laporan
dari KIA pada tahun 2011 sebesar 12,8 jiwa sedikit lebih
rendah dari tahun 2010 apalagi jika dibandingkan
dengan Target Nasional Angka Kematian Bayi sebesar
26/1000 KLH. Untuk membandingkan data kematian
bayi tiap tahun dapat dilihat sebagai berikut :
Sumber :
Jumlah
Puskesmas Kwandang
Puskesmas
satunya adalah dengan
Program Desa Siaga serta peningkatan peran serta
masyarakat.
b. Angka Kematian Balita ( AKABA )
Angka Kematian Balita (0
kematian umur 0
menggambarkan tingkat permasalahan kesehata
dan faktor faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
kesehatan anak Balita seperti gizi, sanitasi, penyakit
P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Tahun 2011
Grafik 4. Gambaran Jumlah Kasus Kematian Bayi Kabupaten Gorontalo Utara
Sumber : Laporan SIK Puskesmas dan Laporan Data
KIA Dinkes Gorontalo Utara
Jumlah kematian bayi terbanyak yakni di wilayah
Puskesmas Kwandang, Puskesmas
Puskesmas Anggrek. Upaya menurunkan AKB salah
satunya adalah dengan pemberdayaan bidan melalui
Program Desa Siaga serta peningkatan peran serta
masyarakat.
Angka Kematian Balita ( AKABA )
Angka Kematian Balita (0-
kematian umur 0-4 tahun per 1000 anak. AKABA
menggambarkan tingkat permasalahan kesehata
dan faktor faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
kesehatan anak Balita seperti gizi, sanitasi, penyakit
13
32
6.57
11.7
0
10
20
30
40
50
60
2007 2008 2009
Jlh Real
Series2
Kesehatan Kab. Gorontalo Utara
19
Gambaran Jumlah Kasus Kematian Bayi Kabupaten Gorontalo Utara
Tahun 2011
Laporan SIK Puskesmas dan Laporan Data
KIA Dinkes Gorontalo Utara ahun 2011
kematian bayi terbanyak yakni di wilayah
, Puskesmas Gentuma dan
Upaya menurunkan AKB salah
pemberdayaan bidan melalui
Program Desa Siaga serta peningkatan peran serta
Angka Kematian Balita ( AKABA )
-4 tahun) adala jumlah
4 tahun per 1000 anak. AKABA
menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak
dan faktor faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
kesehatan anak Balita seperti gizi, sanitasi, penyakit
50
40
1724.4
17.415.3
2009 2010 2011
menular dan kecelakan, indikator ini menggambarkan
tingkat kesejahteraan sosial, dalam arti besar dan
tingkat kemiskinan penduduk.
Kematian
di Puskesmas Kwandang yaitu sebanyak
total kematian balita
tahun 2011 adalah 35 Balita atau 15,5
Seperti yang terlihat pada grafik berikut
Sumber : Laporan SIK Puskesmas dan Laporan Data
KIA Dinkes Gorontalo Utara
c. Angka Kematian Ibu ( AKI )
Angka Kematian Ibu atau AKI mencerminkan resiko yang
dihadapi ibu
dipengaruhi oleh keadaan, sosial ekonomi, keadaan
kesehatan kurang baik menjelang kehamilan.
berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahira
P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Tahun 2011
menular dan kecelakan, indikator ini menggambarkan
tingkat kesejahteraan sosial, dalam arti besar dan
tingkat kemiskinan penduduk.
Kematian balita di Kabupaten Gorontalo Utara
di Puskesmas Kwandang yaitu sebanyak
total kematian balita dan untuk total kematian balita
tahun 2011 adalah 35 Balita atau 15,5
Seperti yang terlihat pada grafik berikut
Grafik 5. Gambaran Jumlah Kasus Kematian Balita Kabupaten Gorontalo Utara
Sumber : Laporan SIK Puskesmas dan Laporan Data
KIA Dinkes Gorontalo Utara
Angka Kematian Ibu ( AKI )
Angka Kematian Ibu atau AKI mencerminkan resiko yang
dihadapi ibu-ibu selama kehamilan dan melahirkan yang
dipengaruhi oleh keadaan, sosial ekonomi, keadaan
kesehatan kurang baik menjelang kehamilan.
berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahira
Kesehatan Kab. Gorontalo Utara
20
menular dan kecelakan, indikator ini menggambarkan
tingkat kesejahteraan sosial, dalam arti besar dan
tingkat kemiskinan penduduk.
balita di Kabupaten Gorontalo Utara terbanyak
di Puskesmas Kwandang yaitu sebanyak 8 balita dari 35
dan untuk total kematian balita
tahun 2011 adalah 35 Balita atau 15,5 per 1000 KLH.
Seperti yang terlihat pada grafik berikut
Gambaran Jumlah Kasus Kematian Balita Kabupaten Gorontalo Utara
Tahun 2011
Sumber : Laporan SIK Puskesmas dan Laporan Data
Angka Kematian Ibu ( AKI )
Angka Kematian Ibu atau AKI mencerminkan resiko yang
ibu selama kehamilan dan melahirkan yang
dipengaruhi oleh keadaan, sosial ekonomi, keadaan
kesehatan kurang baik menjelang kehamilan. Kejadian
berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahiran. Serta
P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011
21
tersedianya dan penggunaan fasilitas pelayanan
kesehatan yang memadai.
Angka Kematian Ibu (AKI) berguna untuk
menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat,
status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan
lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk
ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu ibu melahirkan
dan masa nifas.
Untuk menghitung ratio kematian ibu di Kabupaten
Gorontalo Utara tidak dapat dilakukan karena angka
kelahiran di Kabupaten Gorontalo Utara kurang dari
100.000 kelahiran hidup, namun demikian bila
diasumsikan maka angka AKI Kabupaten Gorontalo
Utara tahun 2010 menurun dibandingkan tahun 2009
dengan 391.01 per 100.000 kelahiran hidup atau 8
kasus kematian dari 2.046 KLH dan menurun menjadi
130,8/100.000 KH pada tahun 2010. Namun ditahun
2011 capaian Angka Kematian Ibu di Kabupaten
Gorontalo Utara sebesar 7 kasus dari 2.258 kLH atau
310/100.000 KH. Dimana angka ini jauh lebih tinggi dari
tahun sebelumnya maupun dari target Nasional yang
sebesar 226/100.000 KH. Kematian ibu paling banyak di
tahun 2011 di Puskesmas Gentuma yaitu sebanyak 2
Orang.
Dimana akan terlihat lebih jelas pada grafik dibawah ini :
Sumber :
KIA Dinkes Gorontalo Utara
Penurunan kematian ibu di Kabupaten Gorontalo Utara
oleh karena adanya keberhasilan program AKI Nol.
Program ini mendapat respon dan partisipsi baik dari
keluaga, masyarakat serta pe
sehingganya setiap kejadian kegawatdaruratan pada ibu
dapat segera di tolong.
4.2.4Angka Kesakitan ( Morbiditas )
Beberapa penyakit lainnya yang juga ikut berpengaru
terhadap kesehatan masyarakat,
A.
P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Tahun 2011
Grafik 6. Gambaran Jumlah Kasus Kematian Ibudi - Kabupaten Gorontalo Utara
Sumber : Laporan Data SIK Puskesmas serta Laporan
KIA Dinkes Gorontalo Utara 2011
Penurunan kematian ibu di Kabupaten Gorontalo Utara
oleh karena adanya keberhasilan program AKI Nol.
Program ini mendapat respon dan partisipsi baik dari
keluaga, masyarakat serta pe
sehingganya setiap kejadian kegawatdaruratan pada ibu
dapat segera di tolong.
Angka Kesakitan ( Morbiditas )
eberapa penyakit lainnya yang juga ikut berpengaru
terhadap kesehatan masyarakat, yaitu
Penyakit Bersumber Binatang
a. Pemberantasan Penyakit Malaria ( P2 Malaria )
Malaria merupakan salah satu penyakit yang dapat
muncul kembali setelah dilakukan upaya eradikasi
maupun eliminasi (Re-emerging desease
Kesehatan Kab. Gorontalo Utara
22
Gambaran Jumlah Kasus Kematian IbuKabupaten Gorontalo Utara
Tahun 2011
Laporan Data SIK Puskesmas serta Laporan
2011
Penurunan kematian ibu di Kabupaten Gorontalo Utara
oleh karena adanya keberhasilan program AKI Nol.
Program ini mendapat respon dan partisipsi baik dari
keluaga, masyarakat serta pemerintah daerah
sehingganya setiap kejadian kegawatdaruratan pada ibu
eberapa penyakit lainnya yang juga ikut berpengaruh
yaitu :
Penyakit Bersumber Binatang
Pemberantasan Penyakit Malaria ( P2 Malaria )
Malaria merupakan salah satu penyakit yang dapat
muncul kembali setelah dilakukan upaya eradikasi
emerging desease) dan masih
P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011
23
tetap merupakan masalah kesehatan masyarakat
Asia Tenggara, begitu juga di Indonesia penyakit ini
menjadi ancaman dan mempengaruhi tingginya
angka kesakitan dan kematian.
Berdasarkan The World Malaria Report 2011,
setengah dari penduduk dunia berisiko terkena
malaria. Hal ini tentu berdampak pada penurunan
kualitas sumber daya manusia yang dapat
menimbulkan berbagai masalah sosial, ekonomi dan
bahkan berpengaruh terhadap ketahanan nasional.
Indonesia merupakan salah satu negara yang masih
menjadi transmisi malaria atau berisiko malaria.
Hingga tahun 2011, terdapat 374 kabupaten
endemis malaria. Pada 2011, jumlah kasus malaria
di Indonesia sebanyak 256.592 orang dari
1.322.451 kasus suspect malaria yang diperiksa
sampel darahnya dengan tingkat kejadian tahunan
1,75 per 1000 penduduk. Artinya, setiap 1000
penduduk terdapat 2 orang terkena malaria.
Beberapa upaya eliminasi malaria telah dilakukan
sejak beberapa puluh tahun lalu. Diawali pada 1959
melalui Gerakan Pembasmian Malaria melalui
Komando Pembasmian Malaria (KOPEM) yang
berhasil menurunkan jumlah kasus malaria secara
signifikan, terutama di Pulau Jawa. Karena
keterbatasan dana, program ini terhenti pada tahun
1969 dan diubah secara bertahap menjadi upaya
Grafik
P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Tahun 2011
pemberantasan yang diintegrasikan dalam sistem
layanan kesehatan seperti puskesmas, puskesmas
pembantu, dan lain-lain
Di Kabupaten Gorontalo Utara
klinis malaria tahun 201
angka kesakitan malaria sebesar
penduduk. Untuk lebih jelasnya dirinci pada table
berikut berdasarkan wilayah terjadinya :
Grafik 9. Data Jenis Penyakit Malaria pada wilayah kerja di - Kabupaten Gorontalo Utara
Sumber : Laporan Data SIK Puskesmas Laporan KIA Dinkes Gorontalo Utara
Jika dilihat dari tabel diatas n
malaria terbanyak berada di wilayah kerja
Puskesmas Anggrek
mengindikasikan bahwa mereka yang berada di jauh
dari pusat kota memiliki tingkat prevalensi tertinggi
jika dibandingkan dengan kasus yang terjadi pada
masyarakat di daerah perkotaan seperti Kwandang
Kesehatan Kab. Gorontalo Utara
24
pemberantasan yang diintegrasikan dalam sistem
layanan kesehatan seperti puskesmas, puskesmas
Kabupaten Gorontalo Utara jumlah penderita
11 tercatat 3.346 dengan
angka kesakitan malaria sebesar 32,1 per 1000
Untuk lebih jelasnya dirinci pada table
berikut berdasarkan wilayah terjadinya :
Malaria pada wilayah kerja Kabupaten Gorontalo Utara
Tahun 2011
Sumber : Laporan Data SIK Puskesmas sertaLaporan KIA Dinkes Gorontalo Utara tahun 2011
Jika dilihat dari tabel diatas nampak bahwa penyakit
malaria terbanyak berada di wilayah kerja
Anggrek dan Tolinggula. Ini
mengindikasikan bahwa mereka yang berada di jauh
dari pusat kota memiliki tingkat prevalensi tertinggi
jika dibandingkan dengan kasus yang terjadi pada
yarakat di daerah perkotaan seperti Kwandang
P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011
25
dan Atinggola yang memiliki akses mudah untuk
memperoleh informasi.
Hingga saat ini selain informasi dari petugas
kesehatan masyarakat diharapkan memiliki peran
serta dalam upaya penanggulangan malaria antara
lain melalui: (1) pencegahan gigitan nyamuk melalui
pemakaian kelambu, pemasangan kasat kasa di
rumah, pemakaian obat gosok penolak nyamuk
(repellent), pemakaian baju tebal dan (2)
pencegahan terjadinya sarang nyamuk malaria
melalui pembersihan lumut di tempat-tempat/bagian
rumah yang lembab, pencegahan terbentuknya
genangan air, memelihara ikan pemakan jentik di
genangan air serta pencegahan terbentuknya sarang
nyamuk.
Selain itu untuk memenuhi target, pemerintah
memberikan berbagai upaya seperti memberikan
penyuluhan dan membagikan alat-alat penanganan
malaria sejak dini, antara lain seperti; kelambu
berinsektisida, alat untuk mendiagnosis malaria
dengan cepat atau Rapid Diagnostic Test (RDT), dan
Artemisinin Combination Therapy (ACT) sebagai
obat malaria baru untuk menggantikan obat lama
yang sudah resisten
b. Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah
Dengue (P2 DBD)
Penyakit demam berdarah dengue (DBD)
merupakan masalah kesehatan di Indonesia yang
sampai saat ini selalu menghantui masyarakat.
P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011
26
Seluruh wilayah di Indonesia mempunyai risiko
untuk terjangkitnya penyakit DBD,belum lagi situasi
dan kondisi saat ini hampir seluruh pelosok di tanah
air mengalami musim penghujan dan diprediksi
akan berlangsung selama beberapa bulan kedepan
Pasang surutnya angka kasus demam berdarah di
Indonesia beberapa tahun ini mengingatkan kita
pada hasil Health Minister Meeting di Singapura
tanggal 22 Juli 2010, ditetapkanlah tanggal 15 Juni
2011 sebagai ASEAN Dengue Day dan Indonesia
ditunjuk sebagai tuan rumah , peluncuran secara
resmi ASEAN Dengue Day atau Hari Dengue se-
ASEAN dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 15 Juni
2011 lalu. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat
kerjasama dan komitmen regional dalam upaya
pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) di
antara negara-negara ASEAN.
Hal ini diselengarakan di Indonesia karena Data
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mencatat
jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) pada
tahun 2009 mencapai sekitar 150 ribu. Angka ini
cenderung stabil pada tahun 2010, sehingga kasus
DBD di Indonesia belum bisa dikatakan berkurang.
Akan tetapi perlu dicermati apakah memang benar
tidak terdapat kasus atau petugas tidak teliti dalam
mencermati gejala yang terjadi dimasyarakat,
P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011
27
karena berdasarkan data laporan kasus penyakit
Demam Berdarah di Kabupaten Goorntalo Utra
tahun 2011 tidak ada kasus yang dilaporkan.
Sehingga perlu melakukan evaluasi kembali terkait
dengan pelaporan yang ada tentang kasus demam
berdarah.
B. Penyakit Menular Langsung
a. Pemberantasan Penyakit Tuberkulosis Paru
(P2 TB Paru)
Dibandingkan data tahun 1990 dengan data tahun
2010, Indonesia berhasil mengendalikan penyakit
tuberkulosis (TB). Hal itu ditandai, menurunnya
insidens TB sebesar 45%, dari 343 per 100.000
penduduk menjadi 189 per 100.000 penduduk.
Menurunnya prevalens TB sebesar 35%, dari 443
per 100.000 penduduk menjadi 289 per 100.000
penduduk. Menurunnya angka kematian TB sebesar
71%, dari 92 per 100.000 penduduk menjadi 27 per
100.000 penduduk.
Di Kabupaten Gorontalo Utara sendiri, menurut
laporan Puskesmas jumlah penderita klinis sebanyak
1.961 orang. Menurut laporan tersebut penderita
yang dinyatakan positif menderita TB Paru tercatat
sebanyak 180 orang, dengan CDR sebanyak
70,31%. Wilayah kerja Puskesmas yang terbanyak
penderitanya adalah Puskesmas Kwandang 480
penderita klinis dan Puskesmas Tolinggula 215
penderita.
P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011
28
b. Pemberantasan Penyakit Kusta (P2 Kusta)
Penyakit kusta merupakan masalah yang sangat
komplek di Indonesia saat ini. Karena masalah
tersebut tidak hanya dari segi medis saja, melainkan
sudah masuk dalam tataran masalah sosial,
ekonomi, psikologis maupun spiritual.
Mycobacterium leprae adalah penyebab bakteri
penyebab kusta. Di Indonesia pada tahun 2010 ada
sekitar 17.012 kasus kusta baru dan wilayah endemi
kusta adalah wilayah pedalaman. Sehingga perlu
perhatian khusus oleh para petugas kesehatan
dalam proses diagnosa lebih awal.
Selain itu penyakit kusta merupakan penyakit yang
hingga saat ini belum dapat diputuskan mata rantai
penularannya. Banyak hal yang ikut mempengaruhi
diantaranya adalah Kemiskinan, Pengetahuan
disamping adanya stigma dimasyarakat tentang
penyakit kusta sehingga diperlukan penanganan
yang lebih serius.
Tahun 2011, jumlah kasus baru penderita Kusta
yang terdaftar sebanyak 15 orang dengan tipe MB,
dan terdapat penderita anak yakni usia 0-14 tahun 1
orang. Penderita Kusta yang paling banyak tercatat
berada di wilayah Puskesmas Dulukapa sebanyak 5
penderita, jumlah ini dapat dikatakan rendah jika
P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011
29
dibandingkan dengan target Standar Pelayanan
Minimal sebesar >90 %.
Akan tetapi jika melihat data distribusi Kusta di
Dunia ternyata Indonesia termasuk negara
terbanyak ke III di Dunia dimana menurut data
tahun 2010 World Health Organization (WHO)
menunjukkan, sebanyak 17.012 kasus kusta
terdapat di Indonesia, sedangkan India yang berada
di posisi pertama tercatat 126.800 kasus, dan di
Brasil terdapat 34.894 kasus kusta.
c. Pemberantasan Penyakit Diare (P2 Diare)
Perkembangan penderita penyakit Diare di
kabupaten Gorontalo Utara mengalami siklus turun
naik dari tahun 2008 s.d. tahun 2011. Berdasarkan
Data yang ada di Bidang P2MPL Dinkes Gorontalo
Utara tahun 2011 jumlah kasus diare sebanyak
4.361 kasus (87,4%).
C. Kejadian Luar Biasa ( KLB )
Kejadian Luar Biasa (KLB) di Kabupaten Gorontalo
Utara selama tahun 2011 berdasarkan laporan dari sie.
Survailance Dinas Kesehatan Gorontalo Utara tercatat
capaian Desa/Kel. Terkena KLB ditangani < 24 jam
dengan jumlah 5 KLB yang kesemuanya 100%
ditangani
P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011
30
D. Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan
Imunisasi (PD3I)
Difteri, Pertusis, Tetanus, campak, polio dan hepatitis B
merupakan penyakit menular yang dapat dicegah
dengan Imunisasi (PD3I). Penyakit-panyakit ini timbul
karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
pentingnya imunisasi. Di kabupaten Gorontalo Utara
pada tahun 2010 tidak terdapat kasusu tentang
penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi
(PD3I), data yang kurang tersebut kemungkinan
karena makin meningkatnya pelaksanaan kegiatan
imunisasi lengkap. Perlu diketahui bahwa data sasaran
yang digunakan adalah data cakupan dari bidang
Kesmas dengan tujuan untuk keseragaman data
sehingga kemungkinan data yang kami uraikan tidak
sama dengan data yang sebenarnya di P2PL.
4.2.5 Status Gizi
Status gizi seseorang sangat erat kaitannya dengan
permasalahan kesehatan secara umum, karena disamping
merupakan faktor predisposisi yang dapat memperparah
penyakit infeksi secara langsung juga dapat menyebabkan
terjadinya gangguan kesehatan individual. Bahkan status gizi
janin yang masih berada dalam kandungan dan bayi yang
sedang menyusui sangat dipengaruhi oleh status gizi ibu
hamil atau ibu menyusui.
Berikut ini akan disajikan gambaran mengenai indikator-
indikator status gizi masyarakat antara lain bayi dengan
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), status gizi balita, ASI
P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011
31
Ekslusif, Kecamatan Bebas Rawan Gizi dan Garam Beryodium
sebagaimana diuraikan berikut ini:
A. Status Gizi Balita
Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang
menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat.
Salah satu cara penilaian status gizi pada Balita adalah
dengan anthropometri yang diukur melalui indeks Berat
Badan menurut umur (BB/U) atau berat badan
terhadap tinggi badan (BB/TB). Kategori yang
digunakan adalah : gizi lebih (zscore>+2 SD); gizi baik
(z-score-2 SD sampai +2 SD); gizi kurang (z-score<-2
SD sampai -3 SD) dan gizi buruk (z-score<-3 SD).
Di Kabupaten Gorontalo Utara, untuk menanggulangi
masalah gizi atau untuk memperoleh gambaran
perubahan tingkat konsumsi gizi di tingkat rumah
tangga dan status gizi masyarakat dilaksanakan
beberapa kegiatan seperti Pemantauan Konsumsi Gizi
(PKG) dan Pemantauan Status Gizi (PSG) di seluruh
kecamatan. Hasil laporan Sie. Gizi pada tahun 2011
dari 7.829 (66,8%) dari jumlah balita yang ditimbang
didapatkan 79,4% anak yang BB naik, 7,0 % anak
BGM. Selain itu untuk perawatan di TFC bagi balita gizi
buruk, terdapat 104 balita (100%) gizi buruk yang
dirawat di TFC.
B. ASI Ekslusif
Capaian ASI Ekslusif di Kabupaten Gorontalo Utara
pada Tahun 2011 berdasarkan laporan dari Sie Gizi
P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011
32
Dinkes Gorontalo Utara 14,5%, selain itu masih banyak
juga bayi usia 0 sampai dengan 6 bulan rata-rata
sudah diberikan makanan pendamping ASI sehingga
untuk jumlah bayi yang mendapatkan ASI ekslusif
sampai dengan 6 bulan hanya sedikit.
4.2.6Keadaan Lingkungan
Upaya penyehatan lingkungan dilaksanakan dengan lebih
diarahkan pada peningkatan kualitas lingkungan, yaitu melalui
kegiatan yang bersifat promotif, preventif dan protektif.
Adapun pelaksanaannya bersama – sama dengan masyarakat,
diharapkan secara epidemiologi akan mampu memberikan
kontribusi yang bermakna terhadap kesehatan masyarakat.
Namun demikian pada umumnya yang menjadikan
permasalahan utama adalah masih rendahnya jangkauan
program. Hal ini lebih banyak diakibatkan oleh berbagai
faktor antara lain dana dan adanya otonomi, dan lain-lain.
Sedangkan permasalahan utama yang dihadapi masyarakat
adalah akses terhadap kualitas lingkungan yang masih sangat
rendah. Lingkungan sehat merupakan salah satu pilar utama
dalam pencapaian Indonesia Sehat 2015.
Beberapa indikator penting kesehatan lingkungan dapat
dikemukakan, sebagai berikut:
a. Rumah / Bangunan
Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia
yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan
sarana pembinaan keluarga. Rumah haruslah sehat dan
nyaman agar penghuninya dapat berkarya untuk
meningkatkan produktivitas. Kondisi rumah dan lingkungan
P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011
33
yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor
risiko sumber penularan berbagai jenis penyakit khususnya
penyakit yang berbasis lingkungan.
Tahun 2011 jumlah rumah yang diperiksa 18.494 buah
(83,3%), yang memenuhi syarat kesehatan hanya 10.346
buah (55,9 %). Secara umum target untuk rumah sehat di
Kabupaten Gorontalo Utara belum mencapai target rata –
rata cakupan rumah sehat Indonesia Sehat adalah 75 %.
b. Sarana Kesehatan Lingkungan ( persediaan air
bersih, jamban, tempat sampah, pengelolaan air
limbah ).
Pembuangan kotoran baik sampah, air limbah dan tinja yang
tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menyebabkan
rendahnya kualitas air, serta dapat menimbulkan penyakit
menular di masyarakat. Jamban, tempat sampah,
pengelolaan limbah dan persediaan air bersih merupakan
sarana lingkungan pemukiman (PLP). Kondisi sarana
penyehatan lingkungan pemukiman di Kabupaten Gorontalo
Utara Tahun 2011 dari 18.494 KK (56,9%) yang diperiksa,
adalah sebagai berikut :
Persentasi KK yang telah memiliki sarana air bersih dari
yang diperiksa : 51,2 %
Persentasi KK yang telah memiliki jamban untuk tempat
Buang Air Besar (BAB) 69,7 % dari 10.336 KK yang
memilki Jamban.
P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011
34
Persentasi KK yang telah memiliki pengolahan air limbah
73,4 % dari 4.871 KK yang memiliki Sarana Pengolahan
Air Limbah.
Sanitasi merupakan faktor penting dalam menciptakan
lingkungan yang sehat. Banyaknya penyakit ditularkan
karena tidak dilakukan cara-cara penanganan sanitasi yang
benar. Upaya peningkatan kualitas air bersih akan
berdampak positif apabila diikuti upaya perbaikan sanitasi.
Upaya sanitasi meliputi pembangunan, perbaikan dan
penggunaan sarana sanitasi, yaitu: pembuangan kotoran
manusia (jamban), pembuangan air limbah (SPAL) dan
pembuangan sampah di lingkungan rumah kita.
Sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk di wilayah
Gorontalo Utara maka kebutuhan air bersih semakin
bertambah. Pembangunan air bersih di masing-masing
wilayah kerja Puskesmas meliputi daerah Pemukiman.
Adapun sumber air di Kabupaten Gorontalo Utara pada
umumnya berasal dari mata air, sumur dalam, sumur gali
dan air permukaan. Sistem yang digunakan untuk mensuplai
air bersih melalui perpipaan dan non perpipaan. Untuk
pengelolaannya pada daerah pemukiman di perkotaan pada
umumnya dikelola PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum)
Kabupaten.
4.3. PERILAKU MASYARAKAT
4.3.1Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS )
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat, menurut HL Blum adalah faktor
P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011
35
perilaku. Dengan mewujudkan perilaku yang sehat,
diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan suatu
penyakit dan angka kematian ibu dan anak akibat
terlambat/kurangnya kesadaran dalam mengunjungi
sarana pelayanan kesehatan.
Dalam kegiatan PHBS terdapat beberapa tatanan, tiga
tatanan yang menjadi utama sasaran PHBS adalah
tatanan rumah tangga, tatanan institusi dan tatanan TTU
(Tempat-tempat Umum). Untuk data profil ini,
ditampilkan hanya PHBS tatanan rumah tangga karena
mempunyai daya ungkit yang paling besar terhadap
perubahan perilaku masyarakat secara umum.
Berdasarkan laporan dari Puskesmas untuk persentase
rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat, pada
tahun 2011 angka capaian untuk data tersebut adalah
65% dari 10.012 rumah yang dipantau. Akan tetapi untuk
itu tetap perlu adanya upaya pemecahan masalah antara
lain dengan meningkatkan frekuensi penyuluhan tentang
PHBS bagi masyarakat serta meningkatkan kerjasama
lintas program dan sektor.
4.3.2Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (
JPKM )
JPKM merupakan suatu upaya pemeliharaan kesehatan
secara paripurna, terstruktur yang dijamin
kesinambungan dan mutunya, dimana pembiayaannya
dilaksanakan secara Pra – upaya.
Berdasarkan laporan Puskemas, jumlah penduduk yang
tercover oleh berbagai JPK Pra Bayar sebesar
Jiwa atau
pembiayaan kesehatan keluarga miskin ditanggung oleh
pemerintah pusat melalui JAMKESMAS
jiwa
49.000 Jiwa
Grafik
Sumber data : Bidang Pelayanan Kesehatan
Pencapaian tersebut jika dibandingkan dengan target SPM
Cakupan penduduk yang menjadi peserta JPK Pra
dimana pada tahun 201
tercover oleh berbagai JP
ini
Jika dilihat per wilayah kerja Puskesmas, jumlah
penduduk yang menjadi peserta JPK Kartu Miskin
P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Tahun 2011
Berdasarkan laporan Puskemas, jumlah penduduk yang
tercover oleh berbagai JPK Pra Bayar sebesar
Jiwa atau 93,8 % dari total jumlah penduduk
pembiayaan kesehatan keluarga miskin ditanggung oleh
pemerintah pusat melalui JAMKESMAS
jiwa dan Pemerintah Daerah
49.000 Jiwa.
Grafik 10. Data Kepesertaan Jaminan Pemeliharaan
di - Kabupaten Gorontalo
Sumber data : Bidang Pelayanan Kesehatan
Pencapaian tersebut jika dibandingkan dengan target SPM
Cakupan penduduk yang menjadi peserta JPK Pra
dimana pada tahun 2011 minimal 80 % penduduk
tercover oleh berbagai JPK, maka pencapaian pada tahun
ini telah mencapai target.
Jika dilihat per wilayah kerja Puskesmas, jumlah
penduduk yang menjadi peserta JPK Kartu Miskin
47%47%
2%
4%
Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Kesehatan Kab. Gorontalo Utara
36
Berdasarkan laporan Puskemas, jumlah penduduk yang
tercover oleh berbagai JPK Pra Bayar sebesar 97.673
dari total jumlah penduduk. dimana
pembiayaan kesehatan keluarga miskin ditanggung oleh
pemerintah pusat melalui JAMKESMAS sebanyak 48. 673
Pemerintah Daerah (JAMKESDA) sebanyak
Kepesertaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2011
Sumber data : Bidang Pelayanan Kesehatan Tahun 2011
Pencapaian tersebut jika dibandingkan dengan target SPM
Cakupan penduduk yang menjadi peserta JPK Pra- bayar,
minimal 80 % penduduk
K, maka pencapaian pada tahun
Jika dilihat per wilayah kerja Puskesmas, jumlah
penduduk yang menjadi peserta JPK Kartu Miskin
Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Jamkesmas
Jamkesda
Askes Pegawai
dll
P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011
37
tertinggi adalah Puskesmas Kwandang dan jumlah yang
terendah di Puskesmas Buloila.
Walaupun cakupan yang diperoleh terbilang sangat tinggi,
namun masih ada beberapa jiwa yang dalam pelayanan
JPKM masih dihadapi pada beberapa kendala yaitu :
Kebijakan yang selalu berubah-ubah, sehingga
daerah sulit menyikapinya.
Masyarakat belum merasa membutuhkan ikut
asuransi kesehatan.
Kebijakan beberapa Kab/Kota yang membebaskan
biaya pelayanan di Puskesmas, meskipun saat ini
sudah mulai dikaji ulang.
Belum optimalnya fungsi masing-masing pelaku JPKM
(Bapim, Bapel, PPK dan peserta).
Belum mantapnya komitmen para pengambil
kebijakan dalam pengembangan JPKM.
Sosialisasi dan advokasi belum optimal.
Dukungan lintas program/lintas sektoral belum
optimal.
4.3.3Posyandu
Pada hakekatnya posyandu merupakan kegiatan yang
tumbuh dari, oleh dan untuk masyarakat, sehingga
pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana posyandu
menjadi tanggung jawab kita bersama terutama
masyarakat disekitarnya.
Dalam perkembangannya ternyata posyandu mendapat
tanggapan positif dari masyarakat. Namun demikian
tanggapan positif masyarakat ternyata belum dibarengi
P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011
38
dengan meningkatnya mutu pelayanan, karena masih
banyak faktor yang menyebabkan mutu palayanan
posyandu masih rendah antara lain, sumber daya
manusia (SDM) yang dimiliki masih sangat rendah,
banyak kader posyandu yang droup out, sarana dan
prasarana belum memadai, termasuk krisis ekonomi yang
berkepanjangan yang tak kunjung usai.
Untuk mengetahui kualitas suatu posyandu dapat
menggunakan telah kemandirian posyandu yaitu suatu
cara pengelompokan posyandu menjadi 4 tingkat
perkembangan (Stratifikasi posyandu). Jumlah total
Posyandu yang ada di Kabupaten Gorontalo Utara tahun
2011 sebanyak 191 buah, yang terbagi atas dua strata
yaitu :
1. Posyandu Pratama : 0 buah ( 0 % )
2. Posyandu Madya : 177 Buah ( 92,67 % )
3. Posyandu Purnama : 14 Buah ( 7,33 % )
4. Posyandu Mandiri : 0 Buah ( 0 % )
Pencapaian Posyandu Tahun 2011 meningkat disebabkan
karena tinggi pemanfaatan Posyandu, walaupun dengan
keterbatasan jumlah kader di Posyandu, dan adanya
kegiatan atau program tambahan seperti program Usila
dan pemberian PMT-ASI Dengan melihat kondisi tersebut,
maka pengawasan terhadap kinerja dari psoyandu harus
dioptimalkan sehingga nantinya pencapaian tidak akan
menurun ditahun berikutnya, dan juga mengajak
masyarakat untuk lebih berpartisipasi dalam pemanfaatan
P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011
39
Posyandu dan meningkatkan kerjasama dengan lintas
sektor.
BAB V
SITUASI UPAYA KESEHATAN
5.1 Pemanfaatan Sarana Pelayanan Kesehatan Dasar
Jumlah Puskesmas di Kabupaten Gorontalo Utara tahun 2011
yaitu Puskesmas sebanyak 12 buah dan 5 diantaranya
merupakan Puskesmas Rawat Inap, Poskesdes 13 buah, Pusling
12 buah, dan Posyandu 191 buah. Sarana Pelayanan Kesehatan
Dasar yang ada di desa yaitu Polindes sebanyak 26 buah
(Sumber data Yankes Dinkes Gorut, 2011).
5.2 Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
Dalam rangka pelayanan kesehatan ibu dan anak dilakukan (1)
pelayanan ANC/pemeriksaan ibu hamil, (2) imunisasi, (3)
pertolongan persalinan, (4) penanggulangan penyakit-penyakit
penyebab kematian, (5) deteksi dini dan stimulasi tumbuh
kembang anak, dan (6) usaha kesehatan sekolah.
a). Pelayanan ANC / Pemeriksaan Ibu Hamil
Cakupan pelayanan Antenatal Care ( ANC ) dapat dipantau
melalui pelayanan kunjungan baru ibu hamil (K1) untuk
melihat akses dan pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai
P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011
40
standar paling sedikit empat kali (K4) dengan distribusi sekali
pada triwulan pertama, sekali pada triwulan dua, dan dua
kali pada triwulan ketiga.
Pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan pada ibu
hamil yang berkunjungan ke tempat pelayanan kesehatan
atau antenatal care (ANC) adalah sebagai berikut
Penimbangan Berat Badan, Pemeriksaan kehamilannya,
Pemberian Tablet Besi, Pemberian Imunisasi TT, pemeriksaan
tensi dan Konsultasi.
Cakupan pelayanan kunjungan baru ibu hamil ( K1 ) di
Kabupaten Gorontalo Utara berdasarkan rekapan PWS-KIA
Dinas Kesehatan Gorontalo Utara sebesar 117,3 %.
Cakupan K4 berdasarkan rekapan PWS-KIA Dinas Kesehatan
Kabupaten Gorontalo Utara pada tahun 2011 adalah 97.7 %,
persentasi ini meningkat bila dibandingkan capaian tahun
2010 sebesar 66,34 %.
Permasalahan yang mengakibatkan tidak tercapainya K4 di
beberapa Puskesmas antara lain tidak tercapainya K1 murni
maka mempengaruhi kunjungan K4 dimana dikatakan
kunjungan K4 bila ibu hamil telah memeriksakan
kehamilannya mulai dari Trimester I ( 1 kali ), Trimester II (
1 kali ) dan Trimester III ( 2 kali ). Tidak berjalannya
Sweeping Ibu Hamil, kurangnya dana yang mendukung
terlaksananya kunjungan ke rumah, serta adanya bidan yang
rangkap tugas juga merupakan faktor yang mempengaruhi
rendahnya cakupan K4. Perlunya mengefektifkan sweeping
ibu hamil merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan
cakupan kunjungan K4.
P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011
41
Bumil risiko tinggi/ Komplikasi yang ditangani berdasarkan
Laporan SIK Puskesmas di Gorontalo Utara pada tahun 2011
jumlah yang ditangani sebesar 234 Bumil (56,4 %) dari total
417 Bumil Risiko Tinggi /Komplikasi.
Perkiraan jumlah ibu hamil yang risiko tinggi di suatu wilayah
adalah sebesar 20 %, semakin besar cakupan berarti semua
ibu hamil yang berisiko dapat diketahui sehingga dapat
diambil langkah-langkah antisipasi kemungkinan terjadinya
kematian. Tetapi apabila cakupan kurang dari 20% berarti
ada ibu hamil yang berisiko tinggi dalam kehamilannya tidak
terdeteksi dan kemungkinan menjadi penyebab kematian ibu
maternal.
Dalam pelayanan ibu hamil (antenatal) baik pada K1 maupun
K4 ibu hamil akan dibekali dengan Tablet Besi (Fe), hal ini
merupakan upaya penanggulangan anemi pada ibu hamil.
Anemi adalah salah satu penyebab utama kematian ibu
maternal yang disebabkan oleh perdarahan pada waktu
persalinan. Oleh karena itu pemberian tablet besi merupakan
suatu keharusan pada setiap ibu hamil.
Pemberian Tablet Besi pada ibu hamil di Kabupaten
Gorontalo Utara pada tahun 2011 sebesar 116,45 % untuk
Fe1 dan 96,35 % untuk Fe3.
Dalam pelayanan ANC ibu hamil akan diberikan imunisasi TT
sebagai upaya perlindungan ibu dan bayinya dari
kemungkinan terjadinya Tetanus pada waktu persalinan.
Oleh karena itu pemberian imunisasi TT merupakan suatu
keharusan pada setiap ibu hamil.
P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011
42
Pemberian Imunisasi TT pada wanita usia subur (WUS)
Kabupaten Gorontalo Utara pada tahun 2011 sebesar
116,2% untuk TT1 dan 108,6% untuk TT2. Seharusnya
cakupan TT1 sama dengan cakupan TT2, adanya selisih
antara kedua cakupan tersebut mungkin terjadi akibat
kelalaian petugas kesehatan, kesalahan pelaporan atau
masalah teknis lainnya.
b) Pertolongan Persalinan
Tenaga yang dapat memberikan pertolongan persalinan
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tenaga profesional
(dokter spesialis kebidanan, dokter umum, dan bidan) dan
dukun bayi (dukun bayi terlatih dan tidak terlatih).
Cakupan Kunjungan Neonatal (KN1) Kabupaten Gorontalo
Utara berdasarkan rekapan data SIK puskesmas pada tahun
2011 adalah 82,3 % dan KN3 77,7%
Cakupan Kunjungan Bayi di Kabupaten Gorontalo Utara pada
tahun 2011 adalah 56,8%, jika dibandingkan dengan target
Nasional 2010 sebesar 90%, angka cakupan ini telah
memenuhi target nasional.
Bayi yang lahir dengan berat badan rendah (< 2500 gr) perlu
penanganan yang serius, karena pada kondisi tersebut, bayi
akan menghadapi risiko biasanya akan menyebabkan
kematian. Terjadinya BBLR biasanya disebabkan karena lahir
premature atau kurang supply gizi waktu dalam kandungan.
Bayi BBLR di Kabupaten Gorontalo Utara berdasarkan laporan
Sie. Gizi Dinas Kesehatan Gorontalo Utara tahun 2011
sebesar 3,6% dari total kelahiran. Angka tersebut termasuk
P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011
43
kecil, karena di bawah angka perkiraan nasional BBLR
sebesar 9 %. Cakupan penanganan terhadap bayi BBLR
sebesar 100 %.
Tidak semua Puskesmas terdapat kasus BBLR, hanya
beberapa Puskesmas kasus terbesar di Pukesmas Kwandang
yaitu terdapat 29 kasus.
Dalam mengatasi permasalahan yang dapat mengakibatkan
tingginya Angka Kematian Ibu di Kabupaten Gorontalo Utara,
maka dikembangkanlah salah satu Puskesmas menjadi
Puskesmas Mampu PONED ( Pelayanan Obstetrik Neonatal
Emergency Dasar ) yaitu Puskesmas Kwandang dan
Atinggola. Dimana Puskesmas tersebut telah dilengkapi
sarana dan prasarana yang mendukung pelayanan Kesehatan
Ibu dan Anak ( KIA ).
c) Program Imunisasi
Untuk menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan
bayi serta anak balita perlu dilaksanakan program imunisasi
untuk penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I) seperti penyakit TBC, Difteri, Pertusis,
Tetanus, Hepatitis B, Polio dan campak. Idealnya bayi harus
mendapat imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari BCG 1
kali, DPT 3 kali, Polio 4 kali, HB 3 kali dan campak 1 kali.
Untuk menilai kelengkapan imunisasi dasar bagi bayi,
biasanya dilihat dari cakupan imunisasi campak, karena
imunisasi campak merupakan imunisasi terakhir yang
diberikan pada bayi. Sedangkan untuk menilai angka drop
out cakupan imunisasi dasar dilihat dari selisih cakupan
imunisasi DPT1 dikurangi cakupan imunisasi campak. Dimana
P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011
44
Cakupan imunisasi DPT1 untuk tahun 2011 di Kabupaten
Gorontalo Utara sebesar 91,2 %, Sedang cakupan imunisasi
campak pada tahun 2011 sebesar 95,75 %.
Angka Drop Out (DO) imunisasi lengkap pada bayi di
Kabupaten Gorontalo Utara di tahun 2010 sebesar 5%.
Drop out yang masih tinggi disebabkan oleh berbagai faktor
yaitu :
1. Adanya perbedaan jumlah sasaran pada perencanaan
dibandingkan dengan sasaran riil yang mencolok.
2. Pelaksanaan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) dan
pemanfaatannya yang kurang optimal.
3. Kurangnya pemberdayaan posyandu dimana tidak
semua posyandu melayani imunisasi, sehingga ibu bayi
kesulitan dalam mendapatkan pelayanan imunisasi bagi
bayinya.
4. Belum optimalnya pelaksanaan sweeping imunisasi
pada daerah yang cakupan imunisasinya rendah.
Bila ditinjau dari pencapaian UCI menurut laporan pengelola
program imunisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo
Utara tahun 2011 jika menggunakan 56 desa sebesar 73,2%,
sedangkan jika menggunakan 123 desa sebanyak 55.36 %
d). Program Keluarga Berencana
Pada Tahun 2011, untuk data pasangan usia subur sebanyak
17.703 dengan jumlah peserta KB baru 479 orang dan KB
aktif 5.219 orang.
5.3 Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Upaya pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari upaya pelayanan kesehatan
P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011
45
secara paripurna. Upaya tersebut dimaksudkan untuk (1)
menjamin ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan obat
generik dan obat esensial yang bermutu bagi masyarakat, (2)
mempromosikan penggunaan obat yang rasional dan obat yang
generik, (3) meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian
difarmasi komunitas dan farmasi klinik serta pelayanan
kesehatan dasar, serta (4) melindungi masyarakat dari
penggunaan alat kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan,
mutu dan keamanan.
a. Ketersediaan Jenis Obat dan Jenis Obat Generik
Salah satu jenis pelayanan kefarmasian di Puskesmas yaitu
penyediaan obat terutama jenis obat generik. Beberapa
waktu belakangan ini, dibeberapa tempat jumlah stok obat
generik sudah semakin terbatasnya. Hal ini dapat terjadi
karena tingginya biaya produksi obat-obatan generik,
membuat pihak pabrikan mulai enggan memproduksinya
apabila pemerintah tidak mensubsidi harga produksi obat.
Keadaan ini membuat ketersediaan obat-obatan jenis generik
di puskesmas menjadi sangat terbatas.
Namun untuk Kabupaten Gorontalo Utara sendiri kebutuhan
akan obat generik belum dapat terpenuhi. Hal ini bisa dilihat
dari persentase tingkat kecukupan jenis obat generik di
Puskesmas jika dirata – ratakan sebesar 78,27%.
b. Penerapan Penggunaan Obat Esensial Generik
Adanya penerapan dalam penggunaan obat essensial dan
generik, dimaksudkan agar terjaminnya ketersediaan,
keterjangkauan, dan pemerataan obat dalam pelayanan
kesehatan, yang pelaksanaannya mencakup pengadaan
P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011
46
buffer stock obat generik esensial, revitalisasi
pemasyarakatan konsepsi obat esensial dan penerapan
penggunaan obat esensial generik pada fasilitas pelayanan
pemerintah maupun swasta.
BAB VI
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
6.1. Sarana Kesehatan
a. Puskesmas
Di Kabupaten Gorontalo Utara distribusi Puskesmas dan
Puskesmas Pembantu sebagai ujung tombak pelayanan
kesehatan dasar telah lebih merata. Pada tahun 2011
setelah dilakukan pemekaran jumlah puskesmas yang ada
sampai akhir tahun sebanyak 12 unit. Dengan demikian
rata-rata rasio puskesmas terhadap 100.000 penduduk
adalah 14.28. Ini berarti bahwa pada tahun 2010 setiap
100.000 penduduk rata-rata dilayani oleh 14 puskesmas.
Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas,
ada beberapa Puskesmas telah ditingkatkan fungsinya
menjadi puskesmas dengan tempat perawatan. Puskesmas
perawatan ini terutama yang berlokasi jauh dari rumah
sakit, di jalur-jalur jalan raya yang rawan kecelakaan, serta
diwilayah terpencil. Hingga tahun 2011 jumlah puskesmas
perawatan di Kabupaten Gorontalo Utara sebanyak 5 buah.
Sehubungan dengan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI)
dan Angka Kematian Balita (AKB), ada 2 Puskesmas yang
P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011
47
dijadikan Puskesmas mampu PONED yaitu Puskesmas
Atinggola dan Puskesmas Kwandang.
b. Puskesmas Pembantu
Puskesmas Pembantu di Kabupaten Gorontalo Utara pada
tahun 2011 berdasarkan laporan Sie. Promkes berjumlah
23 buah. Ratio desa per puskesmas pembantu 2,43 dengan
demikian setiap puskesmas pembantu rata-rata melayani 2
sampai 3 desa.
c. Rumah Sakit
Hingga saat ini Daerah Kabupaten Gorontalo Utara belum
memiliki Rumah Sakit Umum yang representatif, memang
telah dibangun rumah sakit Prof. Dr. Hi. Zainal Umar Sidiki
yang bertempat diKecamatan Kwandang, akan tetapi
bangunan tersebut belum dapat dimanfaatkan karena
pekerjaanya tidak selesai. Jalan yang ditempuh saat ini
adalah melalui kegiatan pembangunan lanjutan dari
anggaran APBD namun belum memiliki jalan terang terkait
dengan status Rumah sakit. Untuk kegiatan sementara
rumah sakit dibantu dengan Rumah Sakit Bergerak yang
pengoperasiannya mulai tahun 2012.
d. Polindes
Jumlah Polindes di Kabupaten Gorontalo Utara tahun 2011
sebanyak 26 buah. Cakupan polindes aktif rata-rata
kabupaten 100% sedangkan ratio Polindes per Puskesmas
adalah 2,6 berarti rata-rata tiap puskesmas membawahi 2 -
3 polindes.
P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011
48
e. Poskesdes
Jumlah Poskesdes di Kabupaten Gorontalo Utara tahun
2011 sebanyak 13 buah. Ratio Poskesdes per Puskesmas
adalah 1.2 berarti rata-rata tiap puskesmas membawahi 1 -
2 poskesdes.
f. Posyandu
Jumlah Posyandu di Kabupaten Gorontalo Utara tahun 2010
sebanyak 191 buah. Ratio Posyandu per Puskesmas adalah
19.1 berarti rata-rata tiap wilayah puskesmas mempunyai
19 posyandu.
g. Desa Siaga
Desa siaga merupakan program pemerintah yang digalakan
pada tahun 2011, meskipun terbilang baru namun
Kabupaten Gorontalo Utara berdasarkan laporan Sie.
Promkes Dinas Kesehatan sudah mempunyai 12 Desa
Siaga. Ratio Desa Siaga per Puskesmas adalah 1.2 berarti
rata-rata di tiap wilayah puskesmas terdapat 1 - 2 Desa
Siaga.
h. Terapeutic Feeding Centre (TFC)
Saat ini Kabupaten gorontalo Utara memiliki sebuah TFC
yang berada di wilayah Kerja Puskesmas Kwandang.
Walaupun TFC masih menumpang di bangunan Puskesmas
Kwandang (belum memiliki bangunan yang representative)
namun sudah merawat penderita gizi buruk.
6.2. Tenaga Kesehatan
P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011
49
Dalam pembangunan kesehatan diperlukan sumber daya
manusia dalam hal ini tenaga kesehatan yang memiliki
kemampuan melaksanakan upaya kesehatan dengan
paradigma sehat, yang mengutamakan upaya peningkatan,
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pengadaan
tenaga kesehatan dilaksanakan melalui pendidikan dan
pengembangan tenaga kesehatan melalui pelatihan tenaga
oleh pemerintah maupun masyarakat.
a. Tenaga Medis
Tahun 2011 berdasarkan rekapan Subbag. Kepegawaian
Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo Utara tercatat
jumlah tenaga medis di Kabupaten Gorontalo Utara
sebanyak 12 orang dengan perincian 12 orang dokter
umum dengan rasio masing-masing per 100.000 penduduk
yakni 11,52 untuk dokter umum. Sedangkan untuk rasio
dokter keluarga belum dapat disajikan karena belum ada
data yang masuk.
Dengan adanya dokter PTT diharapkan dapat membantu
pemenuhan kebutuhan masyarakat akan tenaga medis di
Kabupaten Gorontalo Utara maka kebutuhan akan tenaga
medis perlu diperhatikan..
b. Tenaga Kefarmasian
Untuk tenaga kefarmasian, saat ini telah berjumlah 34
orang yang terdiri atas apoteker, S1 Farmasi, D-III Farmasi
dan Asisten Apoteker. Sedangkan rasio tenaga kefarmasian
per 100.000 penduduk masih jauh dari yang diharapkan
P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011
50
karena hingga tahun 2011 rasio tenaga kefarmasian baru
mencapai 32 per 100.000 penduduk
c. Tenaga Keperawatan
Tenaga kesehatan tergolong ke dalam tenaga keperawatan
adalah Perawat dan Bidan. Rasio tenaga perawat di
Kabupaten Gorontalo Utara tahun 2011 mencapai 154
orang, dan untuk tenaga bidan sebesar 57 orang. Dan rasio
untuk tenaga perawat dan bidan adalah 193 per 100.000
penduduk. Dengan melihat angka ini maka rasio tenaga
perawat dan bidan di Kabupaten Gorontalo Utara belum
mencapai target.
d. Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Sanitasi
Jumlah tenaga kesehatan masyarakat di Kabupaten
Gorontalo Utara tahun 2011 mencapai 51 orang dengan
rasio sebesar 48 per 100.000 penduduk. Sementara itu,
pada tahun yang sama jumlah tenaga sanitasi telah
mencapai jumlah 24 orang dengan klasifikasi pendidikan D
III dan D I Sanitasi, dengan rasio sebesar 23 per 100.000
penduduk.
6.3. Pembiayaan Kesehatan
Tabel 5. ANGGARAN KESEHATANKABUPATEN GORONTALO UTARA
TAHUN 2011
NO SUMBER BIAYAALOKASI ANGGARAN KESEHATAN
Rupiah %
1 2 3 4
ANGGARAN KESEHATAN
BERSUMBER:
P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011
51
1 APBD KAB/KOTA
32.246.933.012 74,24
a. Belanja Langsung
19.128.291.340
b. Belanja Tidak Langsung
13.118.641.672
2 APBD PROVINSI
31.600.000 0,07
3 APBN :
11.157.298.673 25,69
- Dana Dekonsentrasi 0,00
- Dana Alokasi Khusus (DAK)
3.683.200.000 8,48
- ASKESKIN 0,00
- Lain-lain (Dana Tugas Pembantuan) 0,00
Untuk Pembangunan Rumah Sakit
7.474.098.673 17,21
4PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI
(PHLN)0,00
(sebutkan project dan sumber dananya)
5 SUMBER PEMERINTAH LAIN 0,00
TOTAL ANGGARAN KESEHATAN
43.435.831.685 100,0
TOTAL APBD KAB/KOTA 443.197.086.529
% APBD KESEHATAN THD APBD KAB/KOTA 7,28
ANGGARAN KESEHATAN PERKAPITA
417.118,80
P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011
52
BAB VII
PENUTUP
7.1 KESIMPULAN
Profil Kesehatan Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2011 ini
semaksimal mungkin diupayakan dapat menggambarkan hasil-
hasil kegiatan pembangunan kesehatan yang menyeluruh di
Kabupaten Gorontalo Utara selama tahun 2011. Berbagai
upaya telah dilaksanakan, antara lain upaya peningkatan dan
perbaikan terhadap derajat kesehatan masyarakat, upaya
pelayanan kesehatan, sarana kesehatan dan sumber daya
kesehatan.
Oleh karena data dan informasi merupakan sumber daya yang
strategis bagi pimpinan dan organisasi dalam pelaksanaan
manajemen, maka penyediaan data/informasi yang berkualitas
sangat diperlukan sebagai masukan dalam proses pengambilan
keputusan. Di bidang kesehatan, data dan informasi ini
diperoleh melalui penyelenggaraan Sistem Informasi
Kesehatan. Salah satu keluaran utama dari penyelenggaraan
sistem informasi kesehatan adalah Profil Kesehatan. Dalam
perkembangannya, profil kesehatan ini menjadi paket sajian
P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011
53
informasi yang sangat penting, karena dibutuhkan baik oleh
jajaran kesehatan, lintas sektor maupun masyarakat.
Betapapun, Profil Kesehatan Kabupaten Gorontalo Utara ini
belum mendapat apresiasi yang memadai karena belum dapat
menyajikan data dan informasi yang sesuai dengan harapan,
namun paket sajian ini merupakan satu-satunya publikasi data
dan informasi di jajaran kesehatan yang relatif paling lengkap
sehingga kehadirannya selalu ditunggu.
Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan kualitas Profil
Kabupaten Gorontalo Utara, Dinas Kesehatan Kabupaten
Gorontalo Utara senantiasa mencari terobosan-terobosan
dalam hal mekanisme pengumpulan data dan informasi secara
cepat untuk mengisi ketidaktersediaan data dan informasi
khususnya yang bersumber dari puskesmas.
7.2 SARAN
1. Penyusunan buku Profil kesehatan Kabupaten Gorontalo
Utara tahun 2011 telah diupayakan untuk lebih baik dari
tahun-tahun sebelumnya, baik dari segi kualitas data
maupum analisisnya. Namun disadari pula dalam
penyusunan buku Profil kesehatan ini masih ditemui banyak
hambatan terutama dikarenakan pada tahun 2010 Profil
kesehatan disusun dengan format yang baru, berbeda
dengan tahun-tahun sebelumnya sehingga banyak tabel-
tabel yang tidak dapat terisi. Oleh karena itu untuk
penyusunan Profil Kesehatan di tahun-tahun mendatang
diharapkan format tidak selalu berubah tetapi tetap
mengakomodir kebutuhan data dan informasi guna evaluasi
P r o f i l Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo UtaraTahun 2011
54
dan perencanaan tahunan kegiatan pembangunan
kesehatan.
2. Perlu dilaksanakan kegiatan rapid survey untuk mendukung
validitas serta keakuratan data Profil kesehatan.
3. Ketidaklengkapan tabel-tabel dalam Profil Kesehatan tahun
ini salah satunya disebabkan karena ada beberapa item
data yang tidak dapat disinkronkan dengan data diluar
program. Dan jika dipaksakan akan menambah masalah
dalam profil itu sendiri
4. Perlu peningkatan kemampuan/ketrampilan pengelola data
dan pemegang program dalam mencermati data guna
peningkatan validitas data dan tidak selalu terulang adanya
data-data yang tidak akurat atau “aneh”.
5. Software penunjang yang digunakan dalam penyusunan
database sudah layak digunakan hanya bagaimana
mengakomodir dan memaksimalkan table – table yang ada
menjadi lebih bermanfaat.
Besar harapan kami, bahwa Buku Profil Kesehatan Tahun 2011
ini dapat bermanfaat, demikian pula dengan Kritik dan saran
yang sangat kami harapkan demi perbaikan Buku Profil
Kesehatan pada tahun-tahun mendatang.
SEKIAN