pendahuluanrepository.umrah.ac.id/1948/1/upload jurnal rian.docx · web view... putus sekolah,...

21
Jurnal Sosilogi 2018 PENAMBANG PASIR ANAK DI KELURAHAN KAWAL KECAMATAN GUNUNG KIJANG Nanik Rahmawati, M.Si, Tri Samnuzulsari S,sos,M.A, Rian Hamunongan Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang ABSTRAK Banyaknya anak-anak dibawah umur yang berasal dari keluarga kurang mampu dan tidak memperoleh pendidikan secara layak menyebabkan para anak-anak bekerja. Pekerja anak lebih memilih membantu orangtua untuk memenuhi kebutuhan hidup. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan Penambang Pasir Anak di Kelurahan Kawal Kecamatan Gunung Kijang. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif ini dilakukan terhadap penambang pasir anak. Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data primer yang diperoleh melalui wawancara dengan penambang pasir anak, orangtua pekerja anak dan pemilik penambangan pasir di Kelurahan Kawal Kecamatan Gunung Kijang, pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan melaksanakaan wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data dengan cara reduksi, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa faktor utama yang menyebabkan Penambang Pasir Anak di Kelurahan Kawal Kecamatan Gunung Kijang ini memutuskan untuk bekerja pada penambangan pasir yaitu kondisi perekonomian keluarga, beban biaya keluarga dan biaya sekolah yang terasa berat memunculkan keinginan anak bekerja membantu ekonomi keluarga dengan adanya orangtua yang mengizinkan anak bekerja serta ajakan teman dan pemilik penambangan pasir. Dampak terhadap anak yang bekerja di penambangan pasir adalah kehilangan hak bermain dan berkembang selayaknya anak seusia mereka serta waktu istrirahat yang selayaknya seperti kelelahan, jam belajar diluar sekolah tidak cukup, prestasi belajar tidak menonjol, putus sekolah, interaksi dengan keluarga - 1 -

Upload: trannhan

Post on 01-May-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENDAHULUANrepository.umrah.ac.id/1948/1/upload Jurnal Rian.docx · Web view... putus sekolah, interaksi dengan keluarga berkurang, pergeseran pergaulan dari seusia kepada pergaulan

Jurnal Sosilogi 2018

PENAMBANG PASIR ANAK DI KELURAHAN KAWAL KECAMATAN GUNUNG KIJANG

Nanik Rahmawati, M.Si, Tri Samnuzulsari S,sos,M.A, Rian Hamunongan

Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang

ABSTRAK

Banyaknya anak-anak dibawah umur yang berasal dari keluarga kurang mampu dan tidak memperoleh pendidikan secara layak menyebabkan para anak-anak bekerja. Pekerja anak lebih memilih membantu orangtua untuk memenuhi kebutuhan hidup. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan Penambang Pasir Anak di Kelurahan Kawal Kecamatan Gunung Kijang. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif ini dilakukan terhadap penambang pasir anak. Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data primer yang diperoleh melalui wawancara dengan penambang pasir anak, orangtua pekerja anak dan pemilik penambangan pasir di Kelurahan Kawal Kecamatan Gunung Kijang, pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan melaksanakaan wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data dengan cara reduksi, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa faktor utama yang menyebabkan Penambang Pasir Anak di Kelurahan Kawal Kecamatan Gunung Kijang ini memutuskan untuk bekerja pada penambangan pasir yaitu kondisi perekonomian keluarga, beban biaya keluarga dan biaya sekolah yang terasa berat memunculkan keinginan anak bekerja membantu ekonomi keluarga dengan adanya orangtua yang mengizinkan anak bekerja serta ajakan teman dan pemilik penambangan pasir. Dampak terhadap anak yang bekerja di penambangan pasir adalah kehilangan hak bermain dan berkembang selayaknya anak seusia mereka serta waktu istrirahat yang selayaknya seperti kelelahan, jam belajar diluar sekolah tidak cukup, prestasi belajar tidak menonjol, putus sekolah, interaksi dengan keluarga berkurang, pergeseran pergaulan dari seusia kepada pergaulan dewasa. Karena pada undang-undang perlindungan anak no 13 tahun 2003 pasal 68 menyebutkan bahwa anak di larang untuk bekerja bersama dengan pekerja / buruh dewasa.

Kata Kunci : Pekerja Anak, Penambang Pasir, Pendidikan

- 1 -

Page 2: PENDAHULUANrepository.umrah.ac.id/1948/1/upload Jurnal Rian.docx · Web view... putus sekolah, interaksi dengan keluarga berkurang, pergeseran pergaulan dari seusia kepada pergaulan

Jurnal Sosilogi 2018

ABSTRACT

The number of underage children who come from underprivileged families and do not get proper education causes the children to work. Child laborers prefer to help parents to fulfill their living needs. This study aims to describe the Sand Son Miners in Kawal Village, Gunung Kijang District. The research method used in this study is descriptive with a qualitative approach is carried out on child sand miners. Sources of data in this study are primary data sources obtained through interviews with child sand miners, parents of child laborers and sand mining owners in Kawal Village, Gunung Kijang Subdistrict, data collection carried out by conducting interviews, observation and documentation. Data analysis by reducing, presenting data and drawing conclusions. The results of this study indicate that the main factors that caused the Pasir Anak Miners in Kawal Village, Gunung Kijang Subdistrict, decided to work on sand mining, namely the economic conditions of the family, the burden of family expenses and school fees which felt heavy to bring the child's desire to work to help the family economy with parents who allow children to work as well as solicitation of friends and owners of sand mining. The impact on children working in sand mining is the loss of the right to play and develop as children of their age as well as bad time such as fatigue, study hours outside of school are not enough, learning achievement is not prominent, broken up school, interaction with family is reduced, shifting relationships from age to adult relationships.

Keywords: Child Labor, Sand Miners, Education

I. PENDAHULUAN

Keberadaan pekerja anak ini ditegaskan dengan adanya Undang-undang

Ketenagakerjaan yang disebutkan dalam pasal-pasal yang mengatur tentang pekerja

anak harus mendapatkan perlindungan yang memadai baik dari segi hukum maupun

sosialnya, namun yang terjadi realitanya bahwa pekerja anak kurang mendapatkan

perhatian dikarenakan pengusaha lebih menempatkan pekerja anak sebagai salah satu

faktor ekonomi, bukan pada pada sisi kemanusiaan.

Adanya kegiatan penambangan pasir di wilayah Kelurahan Kawal dilihat

sebagai sebuah kesempatan kepada anak yang masih dalam jenjang pendidikan

menegah atas ikut didalam kegiatan penambangan pasir dengan tujuan mendapatkan

penghasilan untuk membantu ekonomi keluarga. Didalam ketentuan Undang-Undang

- 2 -

Page 3: PENDAHULUANrepository.umrah.ac.id/1948/1/upload Jurnal Rian.docx · Web view... putus sekolah, interaksi dengan keluarga berkurang, pergeseran pergaulan dari seusia kepada pergaulan

Jurnal Sosilogi 2018

No.13 tahun 2003 Pasal 68 menyebutkan bahwa pengusaha dilarang mempekerjakan

anak dan Pasal 72 menyebutkan dalam hal anak dipekerjakan bersama-sama dengan

pekerja/buruh dewasa, maka tempat kerja anak harus dipisahkan dari tempat kerja

pekerja/buruh dewasa. Kemudian juga dalam Pasal 74 Undang-Undang No.13 tahun

2003 mengatur tentang mempekerjakan dan melibatkan anak pada pekerjaan-

pekerjaan yang terburuk dan jenis-jenis pekerjaaan yang membahayakan kesehatan,

keselamatan, atau moral anak, ketiterlibatan anak dalam kegiatan penambangan pasir

di Kelurahan Kawal Kecamatan Gunung Kijang ini melakukan pekerjaan bersama-

sama pekerja dewasa tidak ada perlakuan berbeda dalam melaksanakan setiap proses

pekerjaan penambangan.

Usia dibawah 18 tahun adalah masa perkembangan remaja yang umumnya

berlangsung antara umur 12 dan 21 tahun, dengan pembagian: (1) usia 12-15 tahun;

masa remaja awal (peural), (2) usia 15-18 tahun: masa remaja pertengahan

(pubertas), dan (3) usia 18-21 tahun masa remaja akhir (adoleson) (Monk, 2006:

262), dan masa remaja mempunyai tempat yang tidak jelas dalam rangkaian proses

perkembangan seseorang. Anak remaja tidak termasuk golongan anak, tetapi tidak

pula termasuk golongan dewasa atau golongan tua. Remaja ada diantara dan orang

dewasa (Monks, 2006: 258-259). Masa ini kemudian menjadi suatu tahapan

kehidupan yang bersifat peralihan dan tidak mantap, sehingga rawan dengan

pengaruh-pengaruh negatif seperti narkoba, kriminal, maupun kejahatan seks dan

lain sebagainya. Namun di sisi lain, masa remaja adalah masa yang sangat baik untuk

mengembangkan segala potensi positif yang mereka miliki seperti bakat, minat,

maupun kemampuan-kemampuan lainnya, serta mengembangkan nilai-nilai hidup

yang diyakininya.

Fenomena diatas dapat dirumuskan beberapa gejala permasalahan dampak dari

adanya penambangan pasir di Kelurahan Kawal Kecamatan Gunung Kijang yaitu (1).

Adanya anak usia sekolah mengengah yang terlibat dalam kegiatan penambangan

pasir (2). Adanya orangtua yang mengabaikan peran, fungsi dan tanggungjawabnya

terhadap anak (3). Adanya kegiatan penambangan pasir dengan anak dibawah usia

18 tahun bersama pekerja dewasa.

- 3 -

Page 4: PENDAHULUANrepository.umrah.ac.id/1948/1/upload Jurnal Rian.docx · Web view... putus sekolah, interaksi dengan keluarga berkurang, pergeseran pergaulan dari seusia kepada pergaulan

Jurnal Sosilogi 2018

Banyak penambangan pasir di Kelurahan Kawal ini dikerjakan secara

berkelompok atau perorangan yang mempekejakan warga setempat termasuk anak

usia dibawah 18 tahun, dengan memanfatkan lubang galian pasir bekas galian

perusahaan penambang yang sudah tidak beroperasi lagi karena habisnya masa izin

berlaku atau karena lokasi tersebut dinilai sudah tidak memiliki deposit yang

menguntungkan. Oleh warga yang miliki modal lahan atau lokasi bekas galian

tersebut dimanfaatkan karena masih banyaknya permintaan pasir untuk proyek

pembangunan diberbagai daerah di Kabupaten Bintan dan Tanjungpinang. Terus

adanya permitaan pasir yang menjadi sumber pendapatan menakibatkan semakin

banyak pula warga masyarakat yang melakukan usaha penambangan yang

berdampak bertambah pula lubang galian baru yang membutuhkan pekerja

penambang termasuk anak masih bersekolah juga terlibat dalam kegiatan tesebut atas

ajakan pemilik atau ajakan pekerja lain. Bekerja di penambangan pasir dengan aturan

kerja yang sama seperti pekerja dewasa yang diterapkan oleh pemilik usaha secara

tidak langsung memaksa anak bekerja karena tanpa perlakuan khusus yang

ditetapkan dalan ketentuan perundangan ketenagaan kerjaan, penghilangan hak anak

berkerja tanpa pemisahan dengan pekerja dewasa atau melakukan jenis pekerjaan

yang berat sama seperti pekerja dewasa.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja.

Akan halnya pekerja anak, berarti motivasi kerja pekerja anak adalah segala sesuatu

yang mendorong atau menimbulkan semangat kerja pada pekerja anak. Motivasi itu

baik berasal dari dalam diri pekerja anak maupun dari orangtua.

A. Pekerja Anak

Pekerja anak memang erat kaitannya dengan kemiskinan ketidakmampuan

masyarakat miskin untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, sehingga anak dijadikan

aset yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi permasalahan ekonomi keluarga,

sehingga anak tidak memiliki pilihan lain selain bekerja untuk membantu

perekonomian keluarga. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Talcott Parson

- 4 -

Page 5: PENDAHULUANrepository.umrah.ac.id/1948/1/upload Jurnal Rian.docx · Web view... putus sekolah, interaksi dengan keluarga berkurang, pergeseran pergaulan dari seusia kepada pergaulan

Jurnal Sosilogi 2018

(dalam Irwanto, 1999:1) bahwa gejala pekerja anak lebih banyak disebabkan oleh

faktor ekonomi daripada faktor budaya. Artinya, anak bekerja lebih banyak

dikarenakan faktor ekonomi keluarga.

Pekerja anak adalah anak-anak yang melakukan pekerjaan secara rutin untuk

orangtuanya atau untuk orang lain yang membutuhkan sejumlah besar waktu, dengan

menerima imbalan atau tidak (Tjandraningsih, 1995). Kertonegoro (1997), pekerja

anak merupakan tenaga kerja yang dilakukan anak dibawah umur 15 tahun.

Pengertian anak menurut Putranto (dalam Bagong, 1999), menyebutkan bahwa

pekerja anak adalah orang laki-laki atau wanita yang berumur kurang dari 15 tahun

selain membantu keluarga, pada komunitas tertentu misalnya pada sektor pertanian,

perikanan, dan industri kerajinan yang dari sejak kecil mereka sudah dididik untuk

bekerja. Menurut Manurung (1998), Pekerja anak adalah mereka yang berusia 10-14

tahun dan sedang bekerja paling sedikit satu jam secara kontinyu dalam seminggu.

Dalam Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 35 tahun 2014 Pasal 1

menyebutkan bahwa anak adalah seorang yang belum berusia 18 (delapan belas)

tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Selanjutnya Undang-undang

No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Pasal 1 Undang undang No.13 Tahun

2003 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan anak adalah setiap orang yang berusia

dibawah 18 (delapan belas) tahun. Badan Penelitian, Pengembangan dan Informasi,

Kemenakertrans (2011), mendefinisikan anak adalah setiap orang yang berumur

dibawah 18 tahun, sedangkan Pekerja Anak adalah penduduk yang bekerja dari umur

10 tahun sampai dengan umur 17 tahun. Anak bekerja atau pekerja anak merupakan

istilah yang memiliki konotasi pengeksploitasian terhadap tenaga anak, dengan gaji

kecil tanpa pertimbangan bagi perkembangan kepribadian, keamanan, kesehatan dan

prospek masa depan anak.

Menurut Soetarso (1996) mengungkapkan pengertian pekerjaan anak yang

lebih luas. Ia berpendapat bahwa pekerja anak adalah: Anak dipaksa atau terpaksa

bekerja mencari nafkah untuk dirinya sendiri atau keluarganya di sektor

ketenagakerjaan formal yang melanggar peraturan perundang-undangan yang

berlaku, sehingga anak terhenti sekolahnya dan mengalami permasalahan fisik,

- 5 -

Page 6: PENDAHULUANrepository.umrah.ac.id/1948/1/upload Jurnal Rian.docx · Web view... putus sekolah, interaksi dengan keluarga berkurang, pergeseran pergaulan dari seusia kepada pergaulan

Jurnal Sosilogi 2018

mental, maupun sosial dalam profesi pekerjaan sosial anak ini disebut mengalami

perlakuan salah (abuse) dieksploitasi (exploited), dan ditelantarkan (neglected). Anak

yang dipaksa ,terpaksa atau dengan kesadaran sendiri mencari nafkah untuk dirinya

sendiri atau keluarga di sektor ketenagakerjaan informal,di jalanan atau tempat

lain,baik melanggar peraturan perundangan (khususnya di bidang ketertiban), atau

yang tidak baik yang masih sekolah maupun yang lagi bersekolah. Anak ini ada yang

mengalami perlakuan salah atau dieksploitasi, ada pula yang tidak.

Anak bekerja demi meningkatkan penghasilan keluarga atau rumahtangganya

secara langsung maupun tidak langsung. Hubungan kerja yang diterapkan pada

pekerja anak ada bermacam-macam bentuk, yaitu buruh, magang, dan tenaga

keluarga. Sebagai buruh, anak-anak diberi imbalan atau upah. Untuk pekerjaannya

sebagai magang, dan tenaga kelurga, mereka ada yang dibayar dan ada yang tidak

dibayar (Tjandraningsih, 1995). Menurut Hardus dan Nachrowi (2004). Menurut

Tjandraningsih (1995), sebagian besar pekerja anak disektor industri manufaktur

hanya mempunyai pendidikan rendah.

Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan

kerja. Akan halnya pekerja anak, berarti motivasi kerja pekerja anak adalah segala

sesuatu yang mendorong atau menimbulkan semangat kerja pada pekerja anak.

Motivasi itu baik berasal dari dalam diri pekerja anak maupun dari orangtua

(Anoraga, 2001).

Kemiskinan menurut pendapat para ahli ilmu sosial tentang masalah

kemiskinan, khususnya perihal sebab mengapa munculnya kemiskinan dalam suatu

masyarakat berbeda beda. Sekelompok ahli ilmu sosial melihat munculnya

kemiskinan dalam satu masyarakat berkaitan dengan budaya yang hidup dalam suatu

masyarakat. Dalam konteks pandangan seperti ini maka kemiskinan sering dikaitkan

dengan rendahnya etos kerja anggota masyarakat, atau dengan bahasa yang lebih

populer sebab-sebab kemiskinan terkait dengan rajin atau tidaknya seseorang dalam

bekerja/mengolah sumber-sumber alam yang tersedia. Apabila orang rajin bekerja,

dapat dipastikan orang tersebut akan hidup dengan kecukupan. Disamping rajin,

- 6 -

Page 7: PENDAHULUANrepository.umrah.ac.id/1948/1/upload Jurnal Rian.docx · Web view... putus sekolah, interaksi dengan keluarga berkurang, pergeseran pergaulan dari seusia kepada pergaulan

Jurnal Sosilogi 2018

orang itu memiliki sifat hemat. Manusia yang memiliki etos kerja tinggi dan sifat

hemat pasti akan hidup lebih dari kecukupan (Loekman, 1997).

Pengertian upah menurut UU Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2000 adalah hak

pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari

perusahaan/pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan

menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan

termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan

dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan. Teori Neo Klasik mengemukakan

bahwa dalam rangka memaksimumkan keuntungan tiap-tiap pengusaha

menggunakan faktor-faktor produksi sedemikian rupa sehingga faktor produksi yang

dipergunakan menerima atau diberi imbalan sebesar nilai pertambahan hasil marjinal

faktor produksi tersebut. Ini berarti pengusaha mempekerjakan sejumlah karyawan

sedemikian rupa sehingga nilai pertambahan hasil marginal seseorang sama dengan

upah yang diterima orang tersebut (Simanjuntak, 1985).

B. Orangtua

Menurut Miami dalam Zaldy Munir (2010:2) dikemukakan bahwa “Orangtua

adalah pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan dan siap sedia untuk memikul

tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang dilahirkannya”.

Sedangkan menurut Widnaningsih dalam Indah Pertiwi (2010:15) menyatakan

bahwa “orangtua merupakan seorang atau dua orang ayah-ibu yang bertanggung

jawab pada keturunannya semenjak terbentuknya hasil pembuahan atau zigot baik

berupa tubuh maupun sifat-sifat moral dan spiritual”.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa orangtua

mempunyai tanggung jawab yang berat dalam pendidik utama dan pertama bagi

anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan.

Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam keluarga. Pada

umumnya pendidikan dalam rumah tangga itu bukan berpangkal tolak dari kesadaran

dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan karena secara

kodrati suasana dan strukturnya memberikan kemungkinan alami membangun situasi

pendidikan. Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan dan hubungan

- 7 -

Page 8: PENDAHULUANrepository.umrah.ac.id/1948/1/upload Jurnal Rian.docx · Web view... putus sekolah, interaksi dengan keluarga berkurang, pergeseran pergaulan dari seusia kepada pergaulan

Jurnal Sosilogi 2018

pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antara orangtua dan anak. Orangtua atau

ibu dan ayah memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh atas pendidikan

anak-anaknya anak-anak mereka baik lahir maupun batin sampai anak tersebut

dewasa dan atau mampu berdiri sendiri, dimana tugas ini merupakan kewajiban

orangtua.

III. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. yaitu

menganalisa data yang diperoleh di lapangan dalam bentuk kualitatif dan diberikan

penjelasan kesimpulan dengan menggunakan pernyataan-pernyataan atau kalimat

logis yang berkaitan dengan objek penelitian. Teknik pengumpulan data yang

digunakan yang digunakan oleh peneliti anatara lain : observasi, wawancara

mendalam dan dokumentasi. Instrumen penelitian yang digunakan ialah pedoman

wawacara, adapun fokus penelitian bagaimana dampak yang terjadi pada penambang

pasir anak yang ada di Kelurahan Kawal Kecamatan Gunung Kijang.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada dasar nya ada beberapa motivasi anak bekerja, salah satu nya adalah faktor ekonomi keluarga yang memaksa anak harus keluar dari zona nyaman sebagai anak, mereka harus ikut memikirkan bagaimana membantu orang tua yang mengakibatkan kebutuhan anak justru terabaikan.

4.1. Gambaran Kehidupan Anak Sebagai Penambang Pasir

Partisipasi sekolah mempunyai hubungan resiprokal dengan status pekerja

anak. Anak yang gagal (drop out) lebih tergolong untuk bekerja, dan sebaliknya anak

yang bekerja sambil sekolah cenderung menurun prestasinya, atau mudah mengalami

drop out. Kondisi ekonomi merupakan faktor pendukung yang paling besar untuk

kelanjutan pendidikan anak-anak, sebab pendidikan juga membutuhkan biaya besar.

Mereka memutuskan berhenti sekolah karena kondisi ekonomi keluarga tidak

mendukung. Mereka menyelesaikan pendidikan sampai jenjang pendidikan

- 8 -

Page 9: PENDAHULUANrepository.umrah.ac.id/1948/1/upload Jurnal Rian.docx · Web view... putus sekolah, interaksi dengan keluarga berkurang, pergeseran pergaulan dari seusia kepada pergaulan

Jurnal Sosilogi 2018

menengah dan memilih membantu perekonomian keluarga sebagai penambang pasir

anak.

Mereka menjelaskan ketika merasakan kondisi kebutuhan ekonomi keluarga

tidak dapat terpenuhi terutama beban biaya sekolah yang dirasakan berat oleh

orangtua. Keinginan membantu keluarga ini muncul dari keinginan sendiri adalah

faktor internal mereka bekerja, dengan mengemukakan alasan membantu

perekonomian keluarga dalam hal ini kebutuhan hidup keluarga dan biaya

pendidikan sekolah disampaikan kepada orangtua merupakan hal yang tepat dalam

upaya anak mendapatkan izin untuk bekerja sebagai faktor eksternal, dan adanya

ajakan bekerja di penambangan pasir dari teman, saudara atau pekerjaan lain menjadi

faktor penarik bagi informan.

Dalam proses kegiatan penambangan pasir ini terdiri 4 orang pekerja yang

masing-masing menempati pos tugas yang berbeda yaitu sebagai (1) Operator mesin,

bertugas menjaga kondisi mesin tetap hidup selama proses penyedotan dan mengatur

kondisi mesin apabila terjadi pemindahan pipa distribusi pasir atau adanya

sambungan yang putus. (2) Pengali pasir, bekerja didalam lubang galian bertugas

menjaga pipa sedot memastikan pasir dapat tersedot secara tepat agar distribusi pasir

oleh air berjalan lancer, karena apabila jumlah pasir yang masuk ke pipa distribusi

tidak berimbang dengan jumlah air sebagai media angkutnya maka akan berakibat

terjadi penyumpatan pada pipa distribusi. (3) Penjaga pipa, bertugas menjaga kondisi

pipa dalam kondisi tersambung selama proses penyedotan dan air saluran alir dari

bak pasir kembali ke lubang galian. (4) Petugas Bak Pasir, bertugas mengatur

pengisian pasir hasil sedotan dalam bak pasir agar pasir tidak berbawa hanyut

kembali oleh air dan memastikan bak penampungan pasir tidak tersumbat agar pasir

cepat mengering untuk meringankan pekerjaan penyekopan pasir ke dalam lori

nantinya.

4.2. Dampak Kehidupan Sosial Penambang Pasir Anak

Sebagai penambang pasir anak yang masih sekolah, waktu belajar diluar jam

sekolah tidaklah banyak seperti halnya pelajar yang tidak berkeja, karena sisa waktu

setelah pulang sekolah sudah terpakai untuk bekerja, jika ada tugas sekolah yang

- 9 -

Page 10: PENDAHULUANrepository.umrah.ac.id/1948/1/upload Jurnal Rian.docx · Web view... putus sekolah, interaksi dengan keluarga berkurang, pergeseran pergaulan dari seusia kepada pergaulan

Jurnal Sosilogi 2018

harus diselesaikan dipindahkan pada waktu yang memungkin. Dalam prestasi belajar

di sekolah informan menuturkan biasa-biasa saja tidak ada prestasi yang menojol

namun informan tidak mengalami tinggal kelas. Sosialisasi dengan teman-teman

sekolah terbatas hanya terjadi di sekolah. Dimana sebelumnya waktu bermain dan

berkumpul bersama teman seusia sering dilakukan setalah jam pulang sekolah, sejak

bekerja di penambangan pasir waktu bermain dan bersosialisasi tersebut sudah

berkurang, kesempatan bertemu dengan teman sekolah dan seusia hanya pada saat

informan libur bekerja pada hari minggu atau libur nasional lainnya. Waktu

bersosialisasi bersama keluarga juga mengalami perubahan dikarena kelelahan

bekerja setelah pulang sekolah, kegiatan membantu dan berkumpul bersama keluarga

di sore hari tidak terjadi rutin setiap hari seperti biasanya. Setelah ikut bekerja waktu

pertemuan dan berkumpul dengan kelurga terjadi setelah magrib atau pada waktu

makan malam.

4.3. Alasan Orangtua Mengizinkan Anak Bekerja

Pekerja anak memang erat kaitannya dengan kemiskinan ketidakmampuan

masyarakat miskin untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, sehingga anak dijadikan

aset yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi permasalahan ekonomi keluarga,

sehingga anak tidak memiliki pilihan lain selain bekerja untuk membantu

perekonomian keluarga, bahwa gejala pekerja anak lebih banyak disebabkan oleh

faktor ekonomi daripada faktor budaya. Artinya, anak bekerja lebih banyak

dikarenakan faktor ekonomi keluarga. Keluarga merasakan adanya sumber

pendapatan tambahan bagi keluarga. Faktor ekonomi adalah hal utama yang

mendorong orangtua mengijinkan anak bekerja di penambangan pasir hal tesebut

dari penambang pasir anak dan orangtua anak berkaitan dengan ijin bekerja tersebut.

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Pekerja anak tampaknya sulit dihindarkan, meskipun keberadaan pekerja anak

tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan Ketenagakerjaan, khususnya

- 10 -

Page 11: PENDAHULUANrepository.umrah.ac.id/1948/1/upload Jurnal Rian.docx · Web view... putus sekolah, interaksi dengan keluarga berkurang, pergeseran pergaulan dari seusia kepada pergaulan

Jurnal Sosilogi 2018

Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003. Larangan anak bekerja atau

mempekerjakan anak dimaksudkan untuk melindungi anak yang bersangkutan, sebab

dikawatirkan anak yang bekerja sering dihadapkan pada resiko bahaya, terutama di

tempat kerja. Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002.

Faktor penyebab anak bekerja di Kelurahan Kawal Kecamatan Gunung Kijang,

berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan, bahwa penyebab paling dominan

adalah faktor ekonomi keluarga, faktor orang tua yang mengizinkan anak bekerja,

menganggap bahwa anak yang bekerja dianggap dewasa, faktor kemauan sendiri

dengan alasan memenuhi kebutuhan sendiri, faktor lingkungan sebagai akibat dari

pengaruh teman-teman sekitarnya, dan faktor keluarga, dalam hal ini ajakan kerabat

untuk membantu usaha keluarganya.

Kegiatan penambangan pasir di Kelurahan Kawal Kecamatan Gunung Kijang

ini merupakan pertambangan rakyat dikelola dengan peralatan sederhana yang lebih

membutuhkan tenaga fisik tanpa membutuhkan persyaratan seperti jenjang

pendidikan dan keahlian tertentu telah memberikan akses mudah bagi dan

kesempatan bagi penambang pasir anak ikut terlibat dalam kegiatan penambangan

dengan tujuan mendapatkan upah.

Dampak sebagai penambang pasir anak yang masih sekolah, waktu belajar

diluar jam sekolah tidaklah banyak seperti halnya pelajar yang tidak berkeja, karena

sisa waktu setelah pulang sekolah sudah terpakai untuk bekerja, jika ada tugas

sekolah yang harus diselesaikan dipindahkan pada waktu yang memungkin. Dalam

hal prestasi belajar di sekolah tidaklah menojol. Sosialisasi dengan teman-teman

sekolah terbatas hanya terjadi di sekolah, kehilangan waktu bermain dan

berkembang. Kelelahan bekerja mengakibatkan interaksi dengan keluarga.

Dampak terhadap penambang pasir anak yang putus sekolah selain mengalami

waktu kerja panjang sepeti pekerja dewasa, kehilangan hak bermain dan bekembang,

rentan terhadap pengaruh pergaulan negatif pekerja dewasa seperti ucapan-ucapan

yang etis untuk anak. Kelelahan bekerja atau anak yang sudah bekerja dan membantu

ekonomi keluar dianggap sudah dewasa berdampak pada kurangnya waktu interaksi

- 11 -

Page 12: PENDAHULUANrepository.umrah.ac.id/1948/1/upload Jurnal Rian.docx · Web view... putus sekolah, interaksi dengan keluarga berkurang, pergeseran pergaulan dari seusia kepada pergaulan

Jurnal Sosilogi 2018

bersama keluarga, selain terjadinya perubahan kehidupan sosial anak menikuti

kehidupan sosial pekerja dewasa.

Sikap orangtua penambang pasir anak yang pada awalnya melarang dan

keberatan anaknya bekerja di penambangan pasir karena pertimbangan akan

menggangu kegiatan sekolah anak pada akhirnya dapat menerima dan mengijinkan

serta merasa sangat terbantu dalam meringankan ekonomi keluarga.

Pemilik penambangan pasir tidak memberikan perlakukan khusus kepada

penambang pasir anak sama seperti pekerja dewasa lainya dalam melakukan

pekerjaan penambangan pasir dan perhitung upah yang diberikan, untuk jam kerja

penambang pasir anak yang masih bersekolah bisa ikut bekerja setelah jam pulang

sekolah. Tidak ada pemotongan upah jika tidak hadir karena upah dihitung hanya

atas dasar jumlah unit lori yang diisi pasir oleh pekerja, tidak ada lembur

- 12 -

Page 13: PENDAHULUANrepository.umrah.ac.id/1948/1/upload Jurnal Rian.docx · Web view... putus sekolah, interaksi dengan keluarga berkurang, pergeseran pergaulan dari seusia kepada pergaulan

Jurnal Sosilogi 2018

DAFTAR PUSTAKABuku

Basrowi. M.S, Dr. 2005. Pengantar Sosiologi. Bogor : Ghalia Indonesia.Burhan, Bugin. 2008. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers. Damsar, Indrayani. 2009. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta; Kencana Prenata

Media.Group. Daymont, Cristine. 2008. Metode Riset Kualitatif. Jakarta: Bentang.Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta, PT. Renika CiptaMartono.Nanang.2011. Sosiologi Perubahan Sosial.Jakarta:Rajawali Pers.Fattah Nanang, DR, 2004. Ekonomi & Pembiayaan Pendidikan, PT Remaja

Rosdkarya, Bandung.Irwanto, Farid, M., & Anwar, J. (1999). Anak yang membutuhkan perlindungan

khusus di Indonesia. Analisis situasi. Jakarta: PKPM Unika Atma Jaya & Unicef.

Irwanto. 2008. Analisis Konsep Perlindungan Anak Dan Implementasinya Di Indonesia: Kajian Awal. Jakarta. Unika Atma Jaya dan Save The Children, UK

Hardius Usman dan Nachrowi Djalal, 2004, Pekerja Anak di Indonesia : Kondisi, Determinan, dan Eksploitasi (Kajian Kuantitatif), Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Irwanto, 2008. Mengarusutamakan Hak-Hak Anak dalam Pembangunan Nasional: perspektif ekologi perilaku manusia. Naskah Pidato : Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Fakultas Psikologi. Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya. Jakarta.

Kelurahan Kawal. 2018. Profile Kelurahan Kawal Kecamatan Gunung Kijang, Kabupaten Kepulauan Riau Provinsi Kepri.

Direktorat Pengawasan Norma Kerja Perempuan dan Anak. 2005. Modul Penanganan Pekerja Anak. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, Jakarta.

A. Peraturan perundang-undanganRI, Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.RI, Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.RI, Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2002.B. JurnalSulastri, Dewi. 2016. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Eksploitasi Pekerja Anak

pada Tambang Emas Tradisional, Desa Kelian Dalam di Kecamatan Tering. eJournal Sosiatri-Sosiologi, 4 (2): 252-265. ISSN 0000-0000, ejournal.sos.fisip-unmul.ac.id.

Djajadiningrat, S. T. 2007. Paper Seminar Nasional “Pertambangan, Lingkungan, dan Kesejahteraan Masyarakat”. Universitas Sam Ratulangi, Manado.

C. Skripsi/Tesis/Disertasi Daniswara, Victor A. 2017. Pekerja Anak di Kota Surakarta (Tinjauan Yuridis dan

- 13 -

Page 14: PENDAHULUANrepository.umrah.ac.id/1948/1/upload Jurnal Rian.docx · Web view... putus sekolah, interaksi dengan keluarga berkurang, pergeseran pergaulan dari seusia kepada pergaulan

Jurnal Sosilogi 2018

Sosiologis). Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Ridwan. 2017. Upaya Penambang Pasir Tradisional Dalam Meningkatkan

Kesejahteraan Keluarga di Desa Lekopa’dis Kecamatan Tinambung Kabupaten Polewali Mandar. Skripsi. UIN Alauddin. Makassar.

Thamrin, Rikawati. 2015. Praktek Pekerja Anak di Nias Ditinjau dari Etika Moral (Kasus: Pekerja Anak Penambang Batu dan Perkebunan Karet). Tesis, Institut Teknologi Bandung. Bandung.

D. Media Onlinehttp://batam.tribunnews.com/2016/11/18/kenapa-berkali-kali-dirazia-penambangan-

pasir-liar-bintan-tetap-beroperasi-ini-jawaban-apri-sujadihttp://www.google.co.id/url?faktorterjadinyaeksploitasianakhttps://batampos.co.id/2017/10/26/penambang-pasir-ilegal-ditahan-polisi/https://www.bps.go.id/subject/5/konsumsi-dan-pengeluaran.html

- 14 -