ototoksik

Upload: lawrensia-zahra

Post on 09-Jul-2015

210 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

PRAKTIKUM OBAT OTOTOKSIKBLOK 19 KEGAWATDARURATAN MEDIS MODUL 1 KEGAWATDARURATAN THT

KELOMPOK 1 CHRISTY ANGELIA AL

DIKA MAHARANI RP ENDANG YULIA ANGGRAINI HENDRY PURWANTO M. AZHADI RAHMADANI M. TAUFIK ADHYATMA MONIKA RIA PAHLAWANI SURYANTI PUTIH AMALIANA

SKENARIO Seorang penderita berumur 50 tahun menderita

osteomyelitis dan gagal jantung. Mendapat terapi natrium diklofenak 3 x 50 mg, ciprofloksasin 3 x 750 gram, furosemid 1 x 20 mg, Aspar K (kalium aspartat) 1 x 1 tablet. Obat furosemid dan aspar K sudah diminum selama satu tahun. Setelah obat selama 2 minggu ia merasa pendengaran sering berdenging dan pendengaran berkurang

PERTANYAAN Sebutkan obat-obat yang bersifat toksik pada telinga

pada kasus di atas? Sebutkan obat-obat NSAID yang bersifat ototoksik? Jelaskan patomekanisme terjadinya toksik pada telinga pada penggunaan obat tersebut? Sebutkan tanda dan gejala ototoksik atau vestibulotoksik pada penggunaan obat pada kasus tersebut

PERTANYAAN Apakah risk untuk penggunaan obat ototoksik tersebut?

Pemeriksaan apa yang digunakan untuk mendiagnosis

ototoksik disebabkan obat dan bagaimana kita dapat mendiagnosis penyebab ototoksik yang disebabkan oleh obat tersebut? Bagaimana cara pencegahan sehingga tidak terjadi ototoksik? Apakah alternatif untuk penggantian obat tersebut?

Sebutkan obat-obat yang bersifat toksik pada telinga pada kasus di atas?Obat yang bersifat ototoksik pada telinga pada skenario dua adalah Natrium diclofenac, furosemid. 2. Obat-obat NSAID yang bersifat ototoksik adalah diclofenac, etocolac, fenprofen, ibuprofen, indomethacin, naproxen, piroxicam, sulindac, aspirin, acematacine, benorilate, benoxaprofen, carprofen, diflunisal, fenoprofen, feprazon, isoxicam, ketoprofen, methyl salicylates, naproxen, D-Penicilliamin, phenylbutazone, piroxicam, proglumetacin, proquazon, rofecoxib, sulindac, tolmetin, zomepirac1.

Sebutkan obat-obat NSAID yang bersifat ototoksik?Obat-obat NSAID yang bersifat ototoksik NSAID yang dapat menyebabkan hearing loss : Diklofenak Etocolak Fenprofen

Ibuprofen Indomethacin Naproxen Piroxicam

Sulindac

NSAID yang dapat menyebabkan tinitus : Aspirin Acematacine Benorilate Benoxaprofen Carprofen Diflunisal Methyl Salisilat Piroxicam Salicilate Tolmetin Zomepirac

Diklofenak Fenoprofen Ibuprofen Indomethacin Naproxen D-Penicilliamin Proglumetacin Proquazone Rofecoxib Feprazon Isoxicam Ketoprofen Phenylbutazone Sulindac

Jelaskan patomekanisme terjadinya toksik pada telinga pada penggunaan obat tersebut?

Furosemid Perubahan komposisi elektrolit antara perilimfe dan endolimfeedema epitel stria vaskularispotensi endolimfatik menurun Natrium Diklofenak Masuk dengan cepat ke dalam koklea dan perilimfe.

Sebutkan tanda dan gejala ototoksik atau vestibulotoksik pada penggunaan obat pada kasus tersebut Gejala dan tanda ototoksik atau vestibulotoksik Dizziness Vertigo Ataxia Nystagmus Labyrinthitis Hilang keseimbangan Oscillopsia Gangguan emosional Fatigue Gangguan memory Nausea Nyeri otot Gangguan visual Vomiting

Apakah risk untuk penggunaan obat ototoksik tersebut? Faktor resiko atau kontraindikasi penggunaan

furosemid: Pasien yang Hipersensitif terhadap furosemid Gangguan cairan dan elektrolit: Otoktoksitas

Hiperurisemia Hipovolemia akut Kekurangan Kalium

Faktor resiko atau kontraindikasi penggunaan natrium

diklofenak: Pasien yang hipersensitif terhadap diklofenak Tukak lambung dan perdarahan pada gastrointestinal Juga dikontraindikasikan pada pasien dengan riwayat tercetusnya serangan asma, urtikaria atau rhinitis akut akibat obat-obatan anti nonsteroid lainnya. Hati-hati penggunaan pada penderita dekomposisi jantung atau hipertensi, karena diklofenak dapat menyebabkan retensi cairan dan edema. Hati-hati penggunaan pada penderita gangguan fungsi ginjal, jantung, hati, penderita usia lanjut Hati-hati penggunaan selama kehamilan karena diklofenak dapat menembus plasenta. Diklofenak tidak dianjurkan untuk ibu menyusui karena diklofenak diekskresikan melalui ASI.

Pemeriksaan apa yang digunakan untuk mendiagnosis ototoksik disebabkan obat dan bagaimana kita dapat mendiagnosis penyebab ototoksik yang disebabkan oleh obat tersebut?

Dimulai dengan anamnesis Suara berdenging Sensai berputar Keluar cairan Apakah merupakan keluhan pertama Riwayat trauma kepala, terpapar bising Penggunaan obat Dilanjutkan dengan pemeriksaan telinga menggunakan

otoskop dan uji pendengaran menggunakan garputala. Pemeriksaan Penunjang dapat menggunakan Audiometri Audiometri nada murni Audiometri tutur

klasifikasi kehilangan pendengaran (Audiometri Nada Murni)Kehilangan dalamDesibel 0-15 >15-25 >25-40 >40-55 >55-70 Pendengaran normal Kehilangan pendengaran kecil Kehilangan pendengaran ringan Kehilangan pendengaran sedang Kehilangan pendenngaran sedang sampai berat

Klasifikasi

>70-90 >90

Kehilangan pendengaran berat Kehilangan pendengaran berat sekali

Klasifikasi Audiometri Tutur Ringan masih bisa mendengar pada intensitas 20-40 dB

Sedang masih bisa mendengar pada intensitas 40-60 dB Berat sudah tidak dapat mendengar pada intensitas 60-

80 dB Berat sekali tidak dapat mendengar pada intensitas >80 dB

Bagaimana cara pencegahan sehingga tidak terjadi ototoksik? Mempertimbangkan pengguanaan obat-obat ototoksik

dengan menilai kerentanan pasien. Sebelum memulai pengobatan, terlebih dahulu ditentukan tingkat pendengaran dasar dari pasien dan dilakukan juga uji keseimbangan Memonitor efek samping secara dini, yaitu dengan memperhatikan gejala-gejala ototoksisitas pada telinga dalam yang timbul seperti tinnitus, kurang pendengaran dan vertigo. Selama masa pengobatan, dilakukan monitoring fungsi pendengaran. Jika pasien menunjukan gejala-gejala ototoksisitas pada telinga, harus dilakukan evaluasi audiologik dan menghentikan pengobatan atau mengganti dengan obat alternatif lain.

Apakah alternatif untuk penggantian obat tersebut? Terapi Pengganti pada kasus tersebut adalah : Diklofenak 3 x 50 mg aman untuk dikonsumsi. Jikapun diganti, dapat diganti dengan Paracetamol 3 x 500 mg ataupun obat anti inflamasi yang lain seperti Piroxicam. Ciprofloksasin 3 x 750 mg aman dikonsumsi. Jika pun ingin diganti, bisa diganti dengan golongan antibiotik (sesuai dengan penyebabnya), contohnya golongan cephalosporin seperti cefadroksil, Golongan penisilin seperti amoksilin. Furosemid 1 x 20 mg dan Aspar K 1 x 1 mg dapat diganti dengan jenis ACE Inhibitor tanpa pemberian lagi Aspar K. karena Aspar K hanya diberikan untuk mengurangi efek samping dari pemberian Furosemid.

TERIMA KASIH