otoritas jasa keuangan (ojk)

9
A. Pengertian Otoritas Jasa Keuangan adalah sebuah lembaga pengawasan jasa keuangan seperti industri perbankan, pasar modal, reksadana, perusahaan pembiayaan, dana pensiun dan asuransi sudah harus terbentuk pada tahun 2010. Keberadaan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai suatu lembaga pengawasan sektor keuangan di Indonesia yang perlu diperhatikan, karena ini harus dipersiapkan dengan baik segala hal untuk mendukung keberadaan OJK tersebut. Undang-Undang tentang Otoritas Jasa Keuangan pada dasarnya memuat ketentuan tentang organisasi dan tata kelola (governance) dari lembaga yang memiliki otoritas pengaturan dan pengawasan terhadap sektor jasa keuangan. Sedangkan ketentuan mengenai jenis-jenis produk jasa keuangan, cakupan dan batas-batas kegiatan lembaga jasa keuangan, kualifikasi dan kriteria lembaga jasa keuangan, tingkat kesehatan dan pengaturan prudensial serta ketentuan tentang jasa penunjang sektor jasa keuangan dan lain sebagainya yang menyangkut transaksi jasa keuangan diatur dalam undang-undang sektoral tersendiri, yaitu Undang-Undang tentang Perbankan, Pasar Modal, Usaha Perasuransian, Dana Pensiun, dan peraturan perundang-undangan lain yang terkait dengan sektor jasa keuangan lainnya. Ada beberapa hal yang melatarbelakangi lahirnya UU ini selain pertimbangan Undang-Undang tentang Bank Indonesia sebagaimana telah beberapa kali dirubah, yakni : Sistem keuangan dan seluruh kegiatan jasa keuangan yang menjalankan fungsi intermediasi bagi berbagai kegiatan

Upload: jmr

Post on 20-Feb-2016

5 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Perbankan

TRANSCRIPT

Page 1: Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

A. Pengertian

Otoritas Jasa Keuangan adalah sebuah lembaga pengawasan jasa keuangan seperti industri

perbankan, pasar modal, reksadana, perusahaan pembiayaan, dana pensiun dan asuransi

sudah harus terbentuk pada tahun 2010. Keberadaan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai

suatu lembaga pengawasan sektor keuangan di Indonesia yang perlu diperhatikan, karena ini

harus dipersiapkan dengan baik segala hal untuk mendukung keberadaan OJK tersebut.

Undang-Undang tentang Otoritas Jasa Keuangan pada dasarnya memuat ketentuan tentang

organisasi dan tata kelola (governance) dari lembaga yang memiliki otoritas pengaturan dan

pengawasan terhadap sektor jasa keuangan. Sedangkan ketentuan mengenai jenis-jenis

produk jasa keuangan, cakupan dan batas-batas kegiatan lembaga jasa keuangan, kualifikasi

dan kriteria lembaga jasa keuangan, tingkat kesehatan dan pengaturan prudensial serta

ketentuan tentang jasa penunjang sektor jasa keuangan dan lain sebagainya yang menyangkut

transaksi jasa keuangan diatur dalam undang-undang sektoral tersendiri, yaitu Undang-

Undang tentang Perbankan, Pasar Modal, Usaha Perasuransian, Dana Pensiun, dan peraturan

perundang-undangan lain yang terkait dengan sektor jasa keuangan lainnya. Ada beberapa hal

yang melatarbelakangi lahirnya UU ini selain pertimbangan Undang-Undang tentang Bank

Indonesia sebagaimana telah beberapa kali dirubah, yakni :

Sistem keuangan dan seluruh kegiatan jasa keuangan yang menjalankan fungsi

intermediasi bagi berbagai kegiatan produktif di dalam perekonomian nasional

merupakan salah satu komponen penting dalam sistem perekonomian nasional.

Terjadinya proses globalisasi dalam sistem keuangan dan pesatnya kemajuan di

bidang teknologi informasi serta inovasi finansial telah menciptakan sistem keuangan

yang sangat kompleks, dinamis, dan saling terkait antar-subsektor keuangan baik

dalam hal produk maupun kelembagaan.

Adanya lembaga jasa keuangan yang memiliki hubungan kepemilikan di berbagai

subsektor keuangan (konglomerasi) telah menambah kompleksitas transaksi dan

interaksi antarlembaga jasa keuangan di dalam sistem keuangan.

Banyaknya permasalahan lintas sektoral di sektor jasa keuangan, yang meliputi

tindakan moral hazard, belum optimalnya perlindungan konsumen jasa keuangan, dan

terganggunya stabilitas sistem keuangan.

Page 2: Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

B. Harapan penataan melalui UU No.21 Tentang Otoritas Jasa Keuangan :

Penataan dimaksud dilakukan agar dapat dicapai mekanisme koordinasi yang lebih

efektif di dalam menangani permasalahan yang timbul dalam sistem keuangan

sehingga dapat lebih menjamin tercapainya stabilitas sistem keuangan.

Agar pengaturan dan pengawasan terhadap keseluruhan kegiatan jasa keuangan

tersebut harus dilakukan secara terintegrasi

C. Fungsi OJK

1. Mengawasi aturan main yang sudah dijalankan dari forum stabilitas keuangan

2. Menjaga stabilitas sistem keuangan

3. Melakukan pengawasan non-bank dalam struktur yang sama seperti sekarang

4. Pengawasan bank keluar dari otoritas BI sebagai bank sentral dan dipegang oleh

lembaga baru

D. Tujuan dalam pembentukan OJK

1. Untuk mencapainya, BI dalam melaksanakan kebijakan moneter secara berkelanjutan,

konsisten, dan transparan dengan mempertimbangkan kebijakan umum pemerintah di

bidang perekonomian.

2. Mengatasi kompleksitas keuangan global dari ancaman krisis.

3. Menciptakan satu otoritas yang lebih kuat dengan memiliki sumber daya manusia dan

ahli yang mencukupi

E. OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap:

1. Kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan;

2. Kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal; dan

3. Kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga

Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya.

Page 3: Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

F. Dalam menjalankan tugas pengaturan dan pengawasan, OJK mempunyai

wewenang khusus pengawasan dan pengaturan lembaga jasa keuangan bank

yang meliputi :

Perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran dasar, rencana

kerja, kepemilikan, kepengurusan dan sumber daya manusia, merger, konsolidasi dan

akuisisi bank, serta pencabutan izin usaha bank; dan

Kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana, produk hibridasi, dan

aktivitas di bidang jasa;

Pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank yang meliputi: likuiditas,

rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio kecukupan modal minimum, batas

maksimum pemberian kredit, rasio pinjaman terhadap simpanan, dan pencadangan

bank; laporan bank yang terkait dengan kesehatan dan kinerja bank; sistem informasi

debitur; pengujian kredit (credit testing); dan standar akuntansi bank;

Pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati-hatian bank, meliputi: 

manajemen risiko; tata kelola bank; prinsip mengenal nasabah dan anti pencucian

uang; dan pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan perbankan; dan

pemeriksaan bank.

Menetapkan peraturan dan keputusan OJK;

Menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan;

Menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK

Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis terhadap

Lembaga Jasa Keuangan dan pihak tertentu;

Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter pada Lembaga

Jasa Keuangan;

Menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola, memelihara, dan

menatausahakan kekayaan dan kewajiban; dan

Menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

Menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan;

Mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh Kepala Eksekutif;

Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan Konsumen, dan

tindakan lain terhadap Lembaga Jasa Keuangan, pelaku, dan/atau penunjang kegiatan

Page 4: Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di sektor

jasa keuangan;

Memberikan perintah tertulis kepada Lembaga Jasa Keuangan dan/atau pihak

tertentu;

Melakukan penunjukan pengelola statuter;

Menetapkan penggunaan pengelola statuter;

Menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan pelanggaran

terhadap peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan; dan

Memberikan dan/atau mencabut: izin usaha, izin orang perseorangan, efektifnya

pernyataan pendaftaran, surat tanda terdaftar, persetujuan melakukan kegiatan usaha,

pengesahan, persetujuan atau penetapan pembubaran dan penetapan lain.

G. PEMBAHASAN OJK

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merupakan sebuah lembaga baru yang dirancang untuk

melakukan pengawasan secara ketat lembaga keuangan seperti perbankan, pasar modal,

reksadana, perusahaan pembiayaan, dana pensiun dan asuransi. Adapun tujuan utama

pendirian OJK adalah: Pertama, meningkatkan dan memelihara kepercayaan publik di bidang

jasa keuangan. Kedua, menegakkan peraturan perundang-undangan di bidang jasa keuangan.

Ketiga, meningkatkan pemahaman publik mengenai bidang jasa keuangan. Keempat,

melindungi kepentingan konsumen jasa keuangan. Adapun sasaran akhirnya adalah agar

krisis keuangan seperti yang terjadi pada tahun 1997-1998 yang lalu tidak terulang kembali.

Sebagaimana diketahui bahwa krisis yang melanda di tahun 1998 telah membuat

sistem keuangan Indonesia porak poranda. Sejak itu maka lahirlah kesepakatan membentuk

OJK yang menurut undang-undang tersebut harus terbentuk pada tahun 2002. Meskipun OJK

dibidani berdasarkan kesepakatan dan diamanatkan oleh UU, nyatanya sampai dengan 2002

draf pembentukan OJK belum ada, sampai akhirnya UU No 23/1999 tentang Bank Indonesia

(BI) tersebut direvisi, menjadi UU No 24 2004 yang menyatakan tugas BI adalah mencapai

dan memelihara kestabilan nilai rupiah.

Setelah lebih dari tiga tahun akhirnya sidang paripurna DPR pada tanggal 19

Desember 2003 menyelesaikan amandemen Undang-Undang Bank Indonesia. Usulan

amendemen ini semula diajukan semasa pemerintahan Presiden Gus Dur. Undang-undang

hasil amendemen ini disebut oleh Menteri Keuangan Boediono sebagai undang-undang bank

Page 5: Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

sentral modern. Salah satu masalah krusial yang memperlambat proses amendemen ini adalah

menentukan siapa yang berwenang mengawasi industri perbankan. Terjadi tarik ulur yang

alot antara Bank Indonesia dan pemerintah yang dalam kaitan ini diwakili oleh Departemen

Keuangan. Kompromi yang dicapai akhirnya menetapkan bahwa OJK akan dibentuk paling

lambat tahun 2010. Sebelum diamandemen bunyi ketentuannya adalah Lembaga Pengawas

Jasa Keuangan/LPJK (yang kemudian menjadi OJK) paling lambat sudah harus dibentuk

pada akhir Desember 2002.

Secara historis, ide pembentukan OJK sebenarnya adalah hasil kompromi untuk

menghindari jalan buntu pembahasan undang-undang tentang Bank Indonesia oleh DPR.

Pada awal pemerintahan Presiden Habibie, pemerintah mengajukan RUU tentang Bank

Indonesia yang memberikan independensi kepada bank sentral. RUU ini disamping

memberikan independensi tetapi juga mengeluarkan fungsi pengawasan perbankan dari Bank

Indonesia. Ide pemisahan fungsi pengawasan dari bank sentral ini datang dari Helmut

Schlesinger, mantan Gubernur Bundesbank (bank sentral Jerman) yang pada waktu

penyusunan RUU (kemudian menjadi Undang-Undang No. 23 Tahun 1999) bertindak

sebagai konsultan. Mengambil pola bank sentral Jerman yang tidak mengawasi bank.

Page 6: Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Agar pembentukan Otoritas Jasa Keuangan disertai dengan kajian-kajian akademis

untuk lebih mematangkan konsep dan format lembaga itu sehingga keberadaan OJK

benar-benar bermanfaat bagi pembangunan struktur kelembagaan perekonomian

nasional.

Otoritas Jasa Keuangan merupakan lembaga yang bertugas mengawasi dan menjaga

stabilitas keuangan yang pada masa-masa sekarang ini sangat rawan dan beresiko

tinggi.

Otoritas Jasa Keuangan harus di bangun dengan adanya komunikasi dan koordinasi

yang efektif antar lembaga yang terkait.

Diharapkannya dalam pembentukan Otoritas Jasa Keuangan bisa menghindari jalan

buntu dari undang-undang tentang Bank Indonesia oleh DPR