otonomi daerah di daerah indramayu
DESCRIPTION
Otonomi Daerah Di Daerah IndramayuTRANSCRIPT
1
OTONOMI DAERAH DI DAERAH
INDRAMAYU
Pemekaran Masih Bermasalah
Pemekaran suatu daerah dipandang perlu demi mendekatkan pelayanan publik kepada masyarakat.
Namun, di sisi lain banyak wilayah hasil pemekaran ternyata gagal menyejahterakan warganya.
Pemekaran wilayah bergulir sejak disahkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah, yang dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 129 Tahun 2000 tentang
Persyaratan Pembentukan Daerah. Aturan ini memberikan panggung bagi semangat desentralisasi yang
meminimalkan campur tangan pusat, dalam pengelolaan sumber daya alam, keuangan daerah, termasuk
pemilihan kepala daerah. Selama tahun 1999-2004 tercatat terbentuk 148 daerah otonom baru.
Namun, regulasi itu menyimpan kelemahan, antara lain tak tegas mengatur tata cara pembentukan daerah
baru. Akibatnya, banyak daerah pemekaran bermasalah karena mengabaikan studi kelayakan potensi
daerah dan kemampuan ekonomi.
Aturan pemerintahan daerah ini direvisi melalui UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, yang diturunkan dalam PP Nomor 78 Tahun 2007. Peraturan yang baru ini lebih tegas. Selain
persetujuan DPRD, usulan pemekaran daerah harus melampirkan dokumen aspirasi masyarakat, hasil
kajian, dan peta wilayah calon daerah baru. Selain itu, kriteria dasar kelulusan juga ditambah, tak hanya
mendasarkan pada total skor penilaian, tetapi juga hasil studi kelayakan keuangan yang komprehensif.
Hasilnya? UU baru itu tetap sulit membendung pemekaran. Sebanyak 63 daerah otonom baru terbentuk
dalam rentang waktu 2005-2009. Hingga akhir 2009 daerah otonom seluruhnya menjadi 399 kabupaten,
98 kota, dan 33 provinsi. Masuk akal jika kemudian penundaan (moratorium) pemekaran wilayah
akhirnya diserukan Presiden Susilo Bambang Yuhoyono, dan berlaku efektif pada 2010.
Moratorium memang tepat. Kajian Litbang Kompas menunjukkan penurunan kondisi sosial ekonomi
masyarakat di tiga dari setiap lima daerah pemekaran. Dari 140 daerah pemekaran yang dikaji selama
periode 2005-2008, 62 persen atau 87 daerah indeksnya tercatat menurun meski ini bukan mutlak
2
fenomena daerah pemekaran. Secara keseluruhan, kondisi minim terjadi di 277 daerah otonom atau
mencakup 64 persen dari daerah pemekaran, induk ataupun daerah yang belum dimekarkan.
Yang patut dicermati adalah sekitar sepertiga daerah ”tidak berprestasi” itu justru dijumpai di Jawa. Di
luar Jawa, terjadi di Sumatera dan Kalimantan.***
Keadaan Geografis Dan Topografi
Apabila dilihat dari letak geografisnya Kabupaten Indramayu terletak pada 107° 52 ° - 108° 36 ° Bujur
Timur dan 6° 15 ° - 6° 40 ° Lintang Selatan. Sedangkan berdasarkan topografinya sebagian besar
merupakan dataran atau daerah landai dengan kemiringan tanahnya rata-rata 0 – 2 %. Keadaan ini
berpengaruh terhadap drainase, bila curah hujan cukup tinggi, maka di daerah-daerah tertentu akan terjadi
genangan air. Kabupaten Indramayu terletak di pesisir utara Pulau Jawa dan memiliki 10 kecamatan
dengan 35 desa yang berbatasan langsung dengan laut dengan panjang garis pantai 114,1 Km.
Iklim
Letak Kabupaten Indramayu yang membentang sepanjang pesisir pantai utara P.Jawa membuat suhu
udara di kabupaten ini cukup tinggi yaitu Celcius- 28 ° Celcius.°berkisar antara 18 Sementara rata-rata
curah hujan sepanjang tahun 2006 adalah sebesar 61,06 mm. Adapun curah hujan tertinggi terjadi di
Kecamatan Kertasemaya kurang lebih sebesar 70 mm dengan jumlah hari hujan tercatat 2491hari, sedang
curah hujan terendah terjadi di Kecamatan Pasekan kurang lebih sebesar 55 mm dengan jumlah hari hujan
tercatat 683 hari.
Penggunaan Tanah
Luas wilayah Indramayu yang tercatat seluas 204.011 Ha terdiri atas 110.877 Ha tanah sawah (54,35%)
dengan irigasi teknis sebesar 72.591 Ha, 11.868 Ha setengah teknis 4.365 Ha irigasi sederhana PU dan
3.129 Ha irigasi non PU sedang 18.275 Ha diantaranya adalah sawah tadah hujan. Sedang luas tanah
kering di Kabupaten Indramayu tercatat seluas 93.134 Ha atau sebesar 45,65%. Bila dibandingkan dengan
luas areal tanah sawah di tahun 2005 yakni 110.548 Ha tanah sawah atau 54,19% dari luas wilayah maka
dapat terlihat kecenderungn perubahan penggunaan lahan.
SEJARAH
Sejarah Kabupaten Indramayu
3
Sejarah putra Tumenggung Gagak Singalodra dari Bengelen Jawa Tengah bernama Raden Wiralodra
yang mempunyai garis keturunan Majapahit dan Pajajaran, dalam tapa baratanya di kaki Gunung
Sumbing mendapat wangsit
"Hai Wiralodra apabila engkau ingin berbahagia berketurunan di kemudian hari, pergilah kearah matahari
terbenam dan carilah lembah Sungai Cimanuk. Manakala telah disana, berhentilah dan tebanglah belukar
secukupnya untuk mendirikan pedukuhan dan menetaplah disana. Kelak tempat itu akan menjadi subur
dan makmur serta tujuh turunanmu akan memerintah disana.
R. Wiralodra ditemani Ki Tinggil dan berbekal senjata Cakra Undaksana. Tokoh-tokoh lain dengan
pendiri pedukuhan dimaksud adalah Nyi Endang Darma yang cantik dan sakti, Aria Kemuning putra Ki
Gede Lurah Agung yang diangkat putra oleh Putri Ong Tien istri Sunan Gunung Jati. Ki Buyut Sidum /
Kidang Pananjung seorang pahlawan Panakawan Sri Baduga dari Pajajaran, Pangeran Guru, seorang
pangeran dari Palembang yang mengajarkan Kanuragan dengan 24 muridnya. Pedukuhan tersebut
berkembang dan diberi nama "Darma Ayu" oleh R. Wiralodra yang diambil dari nama seorang wanita
yang dikagumi karena kecantikan dan tkesaktiannya "Nyi Endang Darma", serta dapat diartikan
"Kewajiaban Yang Utama" atau "Tugas Suci". Pedukuhan Cimanuk yang diberi nama "Darma Ayu" yang
kemudian berubah menjadi "Indramayu", setelah terbebas dari kekuasaan Pajajaran pada tahun 1527,
diproklamirkan berdirinya oleh R. Wiralodra pada hari Jumat Kliwon tanggal 1 Muharram 934H atau 1
Sura 1449 dan jatuh pada tanggal 7 Oktober 1527. Titimangsa tersebut resmi sebagai Hari Jadi
Indramayu.
Setelah 1527, Daerah Indramayu terbagi dalam tiga propinsi meliputi :
Propinsi Singapura, meliputi sebelah timur sampai Sungai Kamal.
Propinsi Rajagaluh, meliputi daerah tengah sampai Jati tujuh.
Propinsi Sumedang, meliputi bagian barat sampai Kandanghaur.
Tahun 1681, mulai dikuasai kompeni. Zaman pemerintahan Daenles (1806 - 1811) daerah sebelah barat
sungai Cimanuk dimasukan dalam prefektur Cirebon Utara. Pada masa ini berada dalam kekuasaan
kerajaan Demak. Tahun 1546 menjadi bagian kesultanan Cirebon.
Tahun 1615 sebelah timur Sungai Cimanuk menjadi bagian keultanan Cirebon dan bagian baratnya
Termasuk dalam wilayah kerajaan Mataram.
4
Tahun 1681, mulai dikuasai kompeni. Zaman pemerintahan Daenles (1806 - 1811) daerah sebelah barat
sungai Cimanuk dimasukan dalam prefektur Cirebon Utara. Pada zaman kompeni menjadi ajang masuk
pertempuran segitiga antara kompeni, Mataran dan Banten. Tahun 1706, Indramayu jatuh kedalam
kekuasaan kompeni Belanda seluruhnya seperti halnya dengan daerah-daerah lain, Indramayu mempunyai
perjalanan yang sama berada dalam kekuasaan penjajahan.
VISI dan MISI
VISI
Terwujudnya Masyarakat Indramayu yang Religius, Tangguh dan Sejahtera Dalam Suasanan Kehidupan
yang Aman, Tertib dan Damai serta Tatanan Daerah yang Makmur, Lestari dan Mandiri".
MISI
a. Pengembangan Sumber Daya Manusia.Pengembangan sumber daya manusia ditujukan untuk
membangun masyarakatyang tangguh dan sejahtera. Adapun kriterianya meliputi integritas masal, taraf
pendidikan, derajat kesehatan, klasifikasi ketenaga kerjaan serta tingkat pendapatan penduduk.
b. Penegakan Keamanan dan KetertibanKeamanan dan ketertiban merupakan prasyarat bagi
perkembangan daerah. Selain itu, keamanan dan ketertiban merupakan cerminan masyarakat yang
sejahtera. Ancaman terhadap keamanan dan ketertiban antara lain ditandai intensitas kriminalitas dan
kerusuhan warga serta pelanggaran ketertiban umum yang meluas.
c. Penataan Perekonomian MasyarakatPerekonomian daerah merupakan cerminan kesejahteraan
masyarakat dan kemakmurandaerah. Kondisi ekonomi daerah dapat dikenali secara struktural, meliputi
sistem produksi, distribusi dan kelembagaan tingkat pengangguran kemiskinan dan migrasi penduduk,
serta kondisinitas iklim usaha.
d. Pengembangan Wilayah TerpaduPengembangan wilayah terpadu diarahkan untuk menciptakan sinergi
pertumbuhan wilayah, melestarikan lingkungan serta mewujudkan pemukiman sehat, asri dan nyaman.
5
Pengembangan wilayah terpadu mencakup aspek ketatanegaraan, pemukiman dan prasarana serta
lingkungan hidup.
e. Penyelenggaraan Pemerintah bebas KKN Pemerintah yang baik ditandai penyelenggaraan
pemerintahan yang baik ditandai penyelenggaraan pemerintahan yang bebas dari praktek kolusi, korupsi
dan nepotisme (KKN). Dalam kaitan itu penerapan azas keterbukaan (transparansi) dan keterukuran
(akuntabilitas) perlu dilaksanakan secara konsisten pada setiap aspek pemerintahan. Sealin itu partisipasi
masyarakat sepatutnya menjadi tumpuan utama.
f. Pengembangan Sistem Pelayanan Prima Sistem pelayanan prima merupakan salah satu kriteria
pemerintahan yang bebas dari praktek KKN. Dalam kaitan itu penerapan prinsip pelayanan yang mjudah,
murah, pasti, adil dan merata perlu dilaksanakan secara lebih konsisten. Dalam hal ini keterlibatan
masyarakat swasta perlu dikembangkan lebih luas untuk berpartisipasi dalam menyelenggarakan
pelayanan umum tersebut.
g. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Daerah di era otonomi daerah dituntut mampu
mengoptimum Pendapatan Asli Daerah sebagai sumber pembiayaan maupun pembangunan.
Lambang dan Arti Logo
Perisai, sebagai senjata perang dengan latar belakang warna biru melambangkan rasa aman, ulet dan
penuh kesungguhan dalam membangun daerah.
Tulisan “Darma Ayu'' berasal dari nama Nyi Endang Darma yang ayu yaitu orang kedua pendiri
lndramayu, jadi nama lndramayu berasal dari Darma Ayu. Warna merah pada tulisan “Darma Ayu''
dengan latar . belakang warna putih melambangkan Nyi Endang Darma adalah wanita yang berani dalam
membela kesucian dan kebenaran.
Tali yang mengikat melingkar bulatan dan ujungnya melambangkan hubungan yang erat antara
pemerintah dan masyarakat.
Ditengah-tengah peisai ada bulatan yang melambangkan tekad persatuan dan kesatuan dari segenap
lapisan. Warna hijau pada bulan melambangkan kesuburan daerah yang memberikan kemakmuran
penduduk.
Pada bulatan terdapat gambar - gambar:
6
· Cakraa dalah senjata peninggalan .Raden Aria Wiralodra pendiri Indramayu yang melambangkan
kewibawaan dan kesentosaan.
· Bintangbersudut lima berwarna kuning emas
- Bintang melambangkan ketuhanan yang Maha Esa
- Bersudut lima melambangkan falsafah negara
- Warna kuning emas melambangkan kedaulatan.
· Padi, mangga, perahu, laut dan sungai cimanukmelambangkan seumber kehidupan rakyat Indramayu
· Garis gelombang sungai cimanuk berjumlah 7 (tujuh)melambangkan tanggal lahir indramayu.
· Garis gelombang laut berjumlah 10 (sepuluh)melambangkan bulan kelahiran lndramayu
· Biji padi setiap sisi berjumlah 15 (limabelas) dibawah dan 27 (dua puluh tujuh) diatas,
melambangkan tahun kelahiran lndramayu yaitu 1527.
· Selendanq warna kuning emaspusaka Nyi Endang Darma, melambangkan pemerintahan daerah yang
berwibawa dan demokratis yang senantiasa membela kepentingan rakyat daerah dan negara.
· Tulisan ''Mulih Harja''merupakan motto juang rakyat lndramayu yang di petik dari prasasti Aria
Wiralodra dan tulisan ditengah selendang dengan warna hitam yang berarti suatu saat nanti lndramayu
akan kembali makmur.
POTENSI DAN PERANAN PENDAPATAN ASLI DAERAH
DALAM RANGKA PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH
DI KABUPATEN
Tuntutan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah semakin besar berbarengan dengan semakin
banyaknya pelimpahan dari kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Transfer keuangan
yang dilakukan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah melalui dana perimbangan jumlahnya
relatif memadai dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, walaupun begitu pemerintah daerah
diharuskan lebih kreatif untuk menggali secara maksimal sumber-sumber pembiayaan daerah yang
7
potensial dalam meningkatkan pendapatan asli daerahnya karena hal ini sangat membantu dalam
meningkatkan akuntabilitas dan keleluasaan dalam penggunaan anggaran pendapatan dan belanja
daerahnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana potensi pendapatan asli daerah dalam
rangka pelaksanaan otonomi daerah di kabupaten Indramayu dan bagaimana peranan pendapatan asli
daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah di kabupaten Indramayu. Jenis penelitian ini
menggunakan jenis penelitian empiris, yaitu suatu penelitian yang meneliti dan menelaah kondisi dan
situasi sosial kemasyarakatan di mana hukum itu diterapkan. Sifat analisisnya bersifat deskriptif artinya
peneliti memberikan gambaran atas subjek dan objek yang diteliti sebagaimana hasil penelitian yang
dilakukannya. Adapun pendekatannya menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa penerimaan pendapatan asli daerah terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan serta lain-lain pendapatan asli daerah yang sah dan
pelaksanaan pemungutannya dilakukan oleh unit kerja atau dinas-dinas terkait. Penelitian yang dilakukan
antara tahun 2009 dan 2010 mengalami peningkatan, hal ini merupakan potensi yang cukup
membanggakan sehingga dapat berperan serta dalam pencapaian program pembangunan dengan visi
Indramayu Religius, Maju, Mandiri dan Sejahtera (REMAJA)
STUDI PEMEKARAN WILAYAH PADA KECAMATAN
KERTASEMAYA KABUPATEN INDRAMAYU JAWA
BARAT.
Sesuai dengan Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah bahwa pembentukan
suatu Daerah Otonom baru, dimungkinkan dengan memekarkan Daerah dan harus memenuhi syarat-
syarat kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah,
dan perimbangan yang lain yang memungkinkan terselenggaranya Otonomi Daerah (pasal 5 (4),
pembentukan daerah ), termasuk dalam hal ini Pemekaran Wilayah di Kabupaten Indramayu.
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui terjadinya proses pemekaran wilayah yang terjadi di Kecamatan Kertasemaya Kabupaten
Indramayu.
8
2.Untuk mengetahui kendala-kendala apa saja yang dihadapi oleh Kabupaten Indramayu dalam proses
pemekaran wilayah Kecamatan Kertasemaya.
3. Untuk mengetahui dampak dari proses pemekaran wilayah tersebut terhadap masyarakat.
Penelitian ini merupakan Pendekatan penelitian analisa Deskriptif kualitatif, data dikumpulkan dengan
observasi/pengamatan, wawancara, dan dokumentasi. Sumber data terdiri dari sumber data primer yaitu
diperoleh secara langsung dan sumber data skunder. Teknik Analisis data dalam penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif, dimana peneliti berusaha menemukan permasalahan dan mencari jalan keluar atau
pemecahan masalah yang dihadapi sehingga mendapatkan suatu kesimpulan yang berguna bagi
perusahaan dalam melaksanakan strategi pemasaran tersebut. Dengan langkah reduksi data, penyajian
data dan Menarik kesimpulan.
Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa:
1). Latar belakang dilakukannya pemekaran wilayah Kecamatan Kertasemaya Kabupaten Indramayu
karena wilayah sangat luas dan jumlah penduduk yang besar, hal ini memberikan dampak kurang
efektifnya pelaksanaan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan publik.
2). Pemekaran wiayah Kecamatan Kertasemaya Kabupaten Indramayu dilaksanakan berdasarkan hasil
kesepakatan bersama antara tokoh masyarakat, pemuda, LSM, dan Badan Perwakilan Desa.
3). Kendala atau permalahan yang dihadapi sehubungan dengan pemakaran wilayah Kecamatan
Kertasemaya antara laindalah:
a). Terbatasnya kemampuan sumber daya manusia didalam penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan kaitan dengan otonomi daerah.
b). Berdampak kurangnya pendapatan yang diterima oleh Kecamatan Kertasemaya,dan
c). Munculnya perubahan-perubahan didalam kehidupan masyarakat karena akan menimbulkan adanya
perubahan peraturan.
Untuk itu maka:
1). Perlu Peningkatkan kemampuan sumber daya manusia, karena merupakan faktor yang esensial dalam
penyelenggaraan Pemerintah, Pembangunan dan Pelayanan Publik.
2). Perlu meningkatkan Partisipasi Aktif Masyarakat.
9
3). Perlu Meningkatkan Kemampuan Organisasi dan Manajemen.
4). Perlu dilakukan pembinaan kemitraan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.
Otonomi daerah diberlakukan pada setiap daerah. Otonomi tersebut memberi daerah kewenangan untuk
mengatur rumah tangganya sendiri. Pemberian kewenangan otonomi dari pemerintah pusat kepada daerah
adalah untuk memungkinkan daerah yang bersangkutan mengatur dan mengurus rumah tangganya
sendiri. Otonomi daerah bertujuan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan
pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan di daerah.
Otonomi daerah dapat terlaksanan sesuai dengan tujuan tersebut maka kepada daerah perlu diberikan
wewenang-wewenang untuk melaksanakan berbagai urusan pemerintahan sebagai urusan rumah
tangganya dengan segala kelebihan dan kekurangan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah. Penerapan otonomi daerah telah membuka peluang daerah provinsi, daerah
kabupaten/kota untuk mengembangkan kreativitas dan inovasinya membangun daerah guna
mengimplementasikan makna otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab.
Desa juga mempunyai otonomi sendiri. Otonomi desa adalah otonomi yang asli, otonomi desa sudah
lebih awal diterapkan dibandingkan dengan penerapan otonomi daerah karena desa adalah salah satu
bentuk pemerintahan yang tertua. Penerapan otonomi bisa dilihat dengan keberadaan desa, keberadaan
desa sendiri telah ada sebelum berdirinya Negara Republik Indonesia ini. Desa sudah berdiri walaupun
pada masa itu keberadaan desa masih sangat tradisional atau sederhana belum maju seperti sekarang ini.
Selain itu juga dapat dilihat dari segi pemerintahannya desa lebih unggul atau awal dalam menerapkan
sistem demokrasi secara langsung dengan diadakannya pemilihan Kuwu/Kepala Desa secara langsung.
Bagian otonomi desa sekretariat daerah kabupaten indramayu berdasarkan Peraturan Daerah kabupaten
indramayu Nomor : 19 Tahun 2002 tentang Penataan dan Pembentukan Lembaga Perangkat Daerah
Kabupaten Indramayu dan Keputusan Bupati Nomor : 25 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Sekretariat Daerah kabupaten indramayu bagian otonomi desa, mempunyai tugas pokok: Melaksanakan
penyusunan pedoman dan petunjuk teknis pembinaan penyelenggaraan tata otonomi desa, pamong dan
administrasi desa, pengembangan dan lembaga desa serta pendapatan dan kekayaan desa.
Secara umum terdapat suatu persoalan yaitu mengenai pembinaan aparatur pemerintah desa. Kondisi
yang dimaksud adalah adanya sikap dan mental yang kurang baik di dalam melaksanakan suatu
demokrasi ditingkat desa, seperti dalam rangka pemilihan kepala desa/kuwu banyak sekali terlihat
kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh masing-masing kandidat untuk mendapatkan simpatik dari
10
masyarakat. Oleh karena itu dalam hal ini diperlukan adanya pembinaan kepada aparatur pemerintah desa
atau pamong praja agar hal-hal tersebut dapat diperbaiki.
Selain itu juga ada beberapa masalah yang ditemukan pada aparatur pemerintah desa, antara lain:
1. keterbatasan tingkat kemampuan/keterampilan aparatur pemerintah desa dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan, kondisi tersebut akan mengakibatkan: terbatasnya
kemampuan mengembangkan idealisme, terbatasnya kemampuan menjabarkan kebijakan dari tingkat
atas, kurangnya mengusai terhadap ketentuan/peraturan yang berlaku.
2. kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah desa (krisis kepemimpinan), disebabkan
karena: keterbatasan pengetahuan kuwu/kepala desa/pamong desa dan BPD terhadap tugas dan fungsi
(Perda-perda dan aturan yang lebih tinggi), pelayanan pamong desa yang kurang prima, masih terjadi
kesalahpahaman antara BPD dan Kuwu/Kepala Desa terhadap pelaksanaan dan tugas masing-masing.
Pemecahan atau cara mengatasi permasalahan yang terjadi maka sub bagian pamong desa dan
administrasi desa menyelenggarakan: Pertama, pelatihan dan pembekalan bagi para Kuwu/Kepala Desa
dan anggota BPD yang sudah terbentuk dan disahkan guna menerima petunjuk teknis yang menyangkut
penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan Udang-undang Nomor 32 tahun 2004 serta peraturan
daerah yang sudah diundangkan pada lembaran daerah maupun kebijakan dari pemerintah kabupaten
indramayu. Kedua, diberikan pemantapan tugas dan fungsi berdasarkan perda-perda dan aturan yang lebih
tinggi sehingga diharapkan terjadinya sinergitas kinerja antara Kuwu dan BPD. Ketiga, disarankan kepada
pamong desa/Kuwu agar dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat jangan terlalu ditunda-tunda
dan diberiakan buku-buku mengenai administrasi pemerintahan desa sesuai petunjuk Kepmendagri demi
meningkatkan pelayanan.