otonomi daerah

30
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Negara Indonesia telah mengalami perubahan baik diwilayah sturktur mapun di fungsinya yang diagendakan dalam gerakan perubahan reformasi tahun 1998. Dalam paradigma kajian ilmu pemerintahan, muncul sebuah ide yang akan ditawarkan kepada tatanan pemerintahan yaitu “Good Governance”. Tatanan pemerintah yang baik justru akan menjadi sebuah tawaran yang ideal pada konsep pemerintah yang demokrasi sekarang ini. Di dalam pembangunan good governance ada lima prinsip utama yang harus ditegakkan, yaitu: Pertama, adanya fairness, yang sering kali disebut kewajaran prosedural. Kedua, transparancy atau keterbukaan dari pada sistem, Ketiga, disclosure, yaitu perlengkapan dari pada kinerja, Keempat accountability, yaitu pertanggungjawaban kepada publik, dan Kelima, responsibility, yaitu kepekaan menangkap aspirasi publik, Hal yang sangat krusial diatas adalah agenda yang ditawarakan dalam konsep good governance ini akan menjadi sebuah gerakan pembaharuan di tatanan pemerintah terutama dalam konsep otonomi daerah yang 1

Upload: adrien-gus

Post on 08-Feb-2016

30 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Otonomi daerah

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia telah mengalami perubahan baik diwilayah sturktur mapun

di fungsinya yang diagendakan dalam gerakan perubahan reformasi tahun 1998.

Dalam paradigma kajian ilmu pemerintahan, muncul sebuah ide yang akan

ditawarkan kepada tatanan pemerintahan yaitu “Good Governance”. Tatanan

pemerintah yang baik justru akan menjadi sebuah tawaran yang ideal pada konsep

pemerintah yang demokrasi sekarang ini. Di dalam pembangunan good

governance ada lima prinsip utama yang harus ditegakkan, yaitu:

Pertama, adanya fairness, yang sering kali disebut kewajaran

prosedural.

Kedua, transparancy atau keterbukaan dari pada sistem,

Ketiga, disclosure, yaitu perlengkapan dari pada kinerja,

Keempat accountability, yaitu pertanggungjawaban kepada publik,

dan

Kelima, responsibility, yaitu kepekaan menangkap aspirasi publik,

Hal yang sangat krusial diatas adalah agenda yang ditawarakan dalam konsep

good governance ini akan menjadi sebuah gerakan pembaharuan di tatanan

pemerintah terutama dalam konsep otonomi daerah yang diselengarakan, jadi

otonomi daerah adalah bagian dari good governance karena mendekatkan

pemerintah kepada rakyat baik disegi kebijakan, responsibility dan implementasi

kebijakan akan menyetuh hati masyarakat. Banyak orang berpikir satu sisi dari

fase desentralisasi administrasi ini harus kita pikirkan bersama bahwa bagaimana

kewenangan-kewenangan pemerintah dan keuangan dilimpahkan kepada

pemerintah yang secarah struktural lebih rendah yaitu pemerintah daerah. Mulai

dari pemerintah propinsi, kabupaten dan pemerintah desa. Banyak hal yang harus

kita pahami dalam penyelengaraan otonomi daerah seperti desetralisasi

demokrasi, kedua hal ini selama ini jarang dibicarakan dalam kontek otonomi

daerah, demokrasi desentralisasi yang juga harus transparansi, akuntabilitas dan

harus melibatkan semuah orang.

1

Page 2: Otonomi daerah

Setelah diberlakukannya Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, dengan fokus penempatan otonomi daerah di

Kabupaten/Kota berdasarkan Asas Desentralisasi, Dekonsentrasi, dan Tugas

Pembantuan, Pemerintah memberikan kewenangan dan keleluasaan kepada

daerah Kabupaten/Kota untuk membentuk lembaga perangkat Daerah dan

melaksanakan kebijakan menurut prakarsa, aspirasi masyarakat sesuai dengan

kondisi dan keanekaragaman masing-masing daerah.

Salah satu faktor dominan yang dapat mendukung keberhasilan pelaksanaan

Otonomi daerah adalah sistem pemerintahan yang memenuhi kriteria good

governance. Keberhasilan Pemerintah Daerah nantinya akan ditentukan oleh

adanya sinergi keterlibatan 3 (tiga) sektor : State, Private Sector, dan Society

dalam sistem Pemerintah Daerah itu sendiri dalam suatu kegiatan kolektif untuk

mengoptimalkan sumber daya alam yang dimiliki, yang dianggap kurang efektif

dalam memecahkan masalah, memberikan pelayanan publik, termasuk

membangun masyarakatnya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas masalah yang dapat dirumuskan sebagai

berikut :

1.2.1 Apa arti penting Otonomi Daerah?

1.2.2 Apa prinsip – prinsip otonomi daerah?

1.2.3 Bagaimana Good Governance dalam Otonomi Daerah?

1.2.4 Bagaimana pelaksanaan Otonomi Daerah?

1.3 Tujuan

Secara umum tujuan penyusunan makalah ini sebagai berikut :

1.3.1 Untuk mengetahui arti penting Otonomi Daerah.

1.3.2 Untuk mengetahui prinsip – prinsip Otonomi Daerah

1.3.3 Memahami penerapan Good Governance dalam Otonomi Daerah

1.3.4 Untuk mengetahui pelaksanaan Otonomi Daerah

2

Page 3: Otonomi daerah

1.4 Manfaat

Adapun manfaat dalam pembuatan makalah ini adalah mengetahui arti

penting dan prinsip – prinsip Otonimi daerah, menambah wawasan tentang

penerapan Good Governance dalam otonomi daerah, serta mengetahui

pelaksanaan Otonomi daerah tersebut terutama di Indonesia.

3

Page 4: Otonomi daerah

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Otonomi Daerah

Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan

aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pengertian "otonom" secara bahasa adalah "berdiri sendiri" atau "dengan

pemerintahan sendiri". Sedangkan "daerah" adalah suatu "wilayah" atau

"lingkungan pemerintah". Dengan demikian pengertian secara istilah "otonomi

daerah" adalah "wewenang/kekuasaan pada suatu wilayah/daerah yang mengatur

dan mengelola untuk kepentingan wilayah/daerah masyarakat itu sendiri."

Pengertian yang lebih luas lagi adalah wewenang/kekuasaan pada suatu

wilayah/daerah yang mengatur dan mengelola untuk kepentingan wilayah/daerah

masyarakat itu sendiri mulai dari ekonomi, politik, dan pengaturan perimbangan

keuangan termasuk pengaturan sosial, budaya, dan ideologi yang sesuai dengan

tradisi adat istiadat daerah lingkungannya.

Dalam UU No. 32 tahun 2004 terdapat berbagai istilah, antara lain sebagai

berikut.

a. Pemerintah Pusat, adalah Presiden RI yang memegang kekuasaan

pemerintah Negara RI sebagimana dimaksud dalam UUD Negara RI tahun

1945.

b. Pemerintah Daerah, adalah penyelenggaraan urusan pemerintahaan, oleh

pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas

pembantuan dengan prinsip otonomi seluas – luasnya dalam sistem dan

prinsip NKRI sebagaimana dimaksud dalam UUD Negara RI 1945.

c. Pemerintah Daerah, adalah gubernur, bupati, atau walikota dan perangkat

daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintah daera.

d. DPRD, adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai pemerintah

daerah.

4

Page 5: Otonomi daerah

e. Desentralisasi, adalah penyerah wewenang pemerintahan oleh pemerintah

kepada daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus urusan

pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

f. Dekosentrasi, adalah pelimpahan wewenang oleh pemerintah kepada

sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertical di wilayah

tertentu.

g. Tugas Pembantuan, adalah penugasan dari pemerintah kepada daerah dan

atau desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten, kota kepada desa

untuk melaksanakan tugas tertentu.

h. Otonomi Daerah, adalah hak wewenang dan kewajiban daerah otonom

untuk mengatur dan mengurus diri sendiri urusan pemerintah dan

kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

i. Daerah Otonom, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai

batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurusi urusan

pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa

sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

j. Peraturan Daerah, adalah peraturan daerah provinsi dan atau peraturan

daerah kabupaten/kota.

k. Peraturan Kepala Daerah, adalah peraturan gubernur dan/atau peraturan

Bupati/Walikota.

l. Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas

wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat yang diakui

dan dihormati dalam system pemerintahan Negara Kesatuan RI.

m.Pendapatan daerah, adalah semua haak daerah yang diakui sebagai

penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang

bersangkut.

n. Pembiayaan Daerah, adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar dan/atau

pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang

bersangkutan, maupun pada tahun anggaran berikutnya.

5

Page 6: Otonomi daerah

B. Prinsip – prinsip Otonomi Daerah

Dalam peraturan perundang – undangan tersebut termuat tiga prinsip, antara

lain sebagai berikut:

1. Prinsip otonomi luas

Adalah keleluasaan daerah untuk menyelengarakan pemerintahan yang

mencakup semua bidang pemerintahan, kecuali kewenangan di bidang

politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan moneter dan fiscal,

agama, serta kewenangan bidang lainnya yang akan ditetapkan dengan

peraturan pemerintah.

2. Otonomi nyata

Adalah keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan kewenangan

pemerintahan di bidang tertentu yang secara nyata ada dan diperlukan

serta tumbuh, hidup, dan berkembang di daerah.

3. Otonomi yang bertanggung jawab

Adalah berupa perwujudan pertanggungjawaban sebagai konsekuensi hak

dan kewenangan kepada daerah dalam wujud tugas dan kewajiban yang

harus dipikul oleh daerah dalam mencapai tujuan. Pemberian otonomi

berupa peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

semakin baik, pengembangan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat

yang semakin baik, pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan, dan

pemerataan, pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah

serta antardaerah dalam rangka menjaga keutuhan Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

Pelaksanaan Otonomi Daerah dalam UU No. 32 tahun 2004 menggunakan

prinsip-prisip, antara lain sebagai berikut:

1. Prinsip otonomi seluas-luasnya

Yaitu daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan

pemerintahan, kecuali:

a. Kewenangan di bidang politik luar negeri,

b. Pertahanan,

c. Yustisi,

d. Moneter dan fiscal nasional,

6

Page 7: Otonomi daerah

e. Agama,

2. Prinsip otonomi nyata

Yaitu suatu prinsip bahwa untuk menangani urusan pemerintahan

dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang, dan kewajiban yang

senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup dan berkembang

sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah.

3. Prinsip otonomi bertanggung jawab

Yaitu otonomi yang dalam penyelenggaraannya harus benar-benar berjalan

dengan tujuan dan maksud pemberian otonomi, yang pada dasarnya untuk

memberdayakan daerah termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang

merupakan bagian utama dari tujuan Nasional.

C. Good Governance dalam Otonomi Daerah

Upaya pelaksanaan tata pemerintahan yang baik, UU No 32 tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah merupakan salah salu instrumen yang merefleksikan

keinginan Pemerintah unluk melaksanakan tata pemerintahan yang baik dalam

penyelenggaraan pemerintahan daerah. Hal ini dapat dilihat dari indikator upaya

penegakan hukum, transparansi dan penciptaan partisipasi. Dalam hal penegakan

hukum, UU No. 32 Tahun 2004 telah mengatur secara tegas upaya hukum bagi

para penyelenggara pemerintahan daerah yang diindikasikan melakukan

penyimpangan. Dari sistem penyelenggaraan pemerintahan sekurang-kurangnya

terdapat 7 elemen penyelenggaraan pemerintahan yang saling mendukung

tergantung dari bersinergi satu sarna lainnya, yaitu :

1. Urusan Pemerintahan;

2. Kelembagaan;

3. Personil;

4. Keuangan;

5. Perwakilan;

6. Pelayanan Publik dari

7. Pengawasan.

Ketujuh elemen di atas merupakan elemen dasar yang akan ditata dari

dikembangkan serta direvitalisasi dalam koridor UU No. 32 Tahun 2004. Namun

7

Page 8: Otonomi daerah

disamping penataan terhadap tujuan elemen dasar diatas, terdapat juga hal-hal

yang bersifat kondisional yang akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari

grand strategi yang merupakan kebutuhan nyata dalam rangka penataan otonomi

daerah di Indonesia secara keseluruhan yaitu penataan Otonomi Khusus NAD dari

Papua, penataan daerah dari wilayah perbatasan , serta pemberdayaan masyarakat.

Setiap elemen tersebut disusun penataannya dengan langkah-langkah menyusun

target ideal yang harus dicapai, memotret kondisi senyatanya dari

mengidentifikasi gap yang ada antara target yang ingin dicapai dibandingkan

kondisi rill yang ada saat ini. Meskipun dalam pencapaian Good Governance

rakyat sangat berperan, dalam pembentukan peraturan rakyat mempunyai hak

untuk menyampaikan aspirasi, namun peran negara sebagai organisasi yang

bertujuan mensejahterakan rakyat tetap menjadi prioritas. Untuk menghindari

kesenjangan didalam masyarakat pemerinah mempunyai peran yang sangat

penting. Kebijakan publik banyak dibuat dengan menafikan faktor rakyat yang

menjadi dasar absahnya sebuah negara. UU no 32 tahun 2004 yang memberikan

hak otonami kepada daerah juga menjadi salah satu bentuk bahwa rakyat diberi

kewenangan untuk mengatur dan menentukan arah perkembangan daerahnya

sendiri. Dari pemilihan kepala daerah, perimbangan keuangan pusat dan daerah

(UU no 25 tahun 1999). Peraturan daerah pun telah masuk dalam Tata urutan

peraturan perundang - undangan nasional (UU no 10 tahun 2004).

Pengawasan oleh masyarakat. Sementara itu dalam upaya mewujudkan

transparansi dalam penyelenggaran pemerintahan diatur dalam Pasa127 ayat (2),

yang menegaskan bahwa sistem akuntabilitas dilaksanakan dengan kewajiban

Kepala Daerah untuk memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah

kepada Pemerintahan, dan memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban

kepada DPRD, serta menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan

daerah kepada masyarakat. Dengan sistem akuntabilitas semacam ini maka

terdapat keuntungan yang dapat diperoleh yakni, akuntabilitas lebih dapat terukur

tidak hanya dilihat dari sudut pandang politis semata. Hal ini merupakan antitesis

sistem akuntabilitas dalam UU No. 22 Tahun 1999 dimana penilaian terhadap

laporan pertanggungjawaban kepala daerah oleh DPRD seringkali tidak

berdasarkan pada indikator-indikator yang tidak jelas. Karena akuntabilitas

8

Page 9: Otonomi daerah

didasarkan pada indikator kinerja yang terukur,maka laporan keterangan

penyelenggaraan pemerintahan daerah tidak mempunyai dampak politis ditolak

atau diterima. Dengan demikian maka stabilitas penyelenggaraan pemerintahan

daerah dapat lebih terjaga. Masyarakat memiliki hak untuk melakukan

pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah. Pelaksanaan

pengawasan oleh masyarakat dapat dilakukan oleh masyarakat sebagai

perorangan, kelompok maupun organisasi dengan cara:

Pemberian informasi adanya indikasi terjadinya korupsi, kolusi atau

nepotisme di lingkungan pemerintah daerah maupun DPRD. Penyampaian

pendapat dan saran mengenai perbaikan, penyempurnaan baik preventif maupun

represif atas masalah.

Informasi dan pendapat tersebut disampaikan kepada pejabat yang

berwenang dan atau instansi yang terkait. Menurut Pasal 16 Keppres No. 74

Tahun 2001, masyarakat berhak memperoleh informasi perkembangan

penyelesaian masalah yang diadukan kepada pejabat yang berwenang. Pasal

tersebut sebenarnya berusaha untuk memberikan kekuatan kepada masyarakat

dalam menjalankan pengawasan. Namun sayangnya tidak ada ketentuan tentang

kewajiban pemerintah serta sanksi bagi instansi informasi dan pendapat atau saran

dari masyarakat. Dengan ketentuan seperti ini dapat dikatakan bahwa pengawasan

oleh masyarakat sangat lemah dan sulit untuk dapat berjalan secara efektif.

Kebijakan Otonomi Daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun

1999 tentang Pemerintahan Daerah merupakan kebijakan yang lahir dalam rangka

menjawab dan memenuhi tuntutan reformasi akan demokratisasi hubungan Pusat

dan Daerah serta upaya pemberdayaan daerah. Otonomi Daerah menurut UU

Nomor 22 Tahun 1999 dipahami sebagai kewenangan daerah Otonom untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa

sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-

undangan. Jadi dapat dipahami disini bahwa inti dari Otonomi Daerah adalah

demokratisasi dan pemberdayaan. Otonomi Daerah sebagai demokratisasi

maksudnya adalah adanya kesetaraan hubungan antara Pusat dan Daerah, dimana

Daerah mempunyai kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan,

kebutuhan dan aspirasi masyarakatnya. Aspirasi dan kepentingan Daerah akan

9

Page 10: Otonomi daerah

mendapatkan perhatian dalam setiap pengambilan kebijakan oleh Pusat. Good

Governance sering didengungkan akhir - akhir ini di dunia. Good Governance

intinya adalah memperlemah kekuasaan Negara. Kebutuhan saat ini adalah

Negara yang kuat bukan Negara yang lemah. Ide pelemahan negra yang

terkandung dalam good governance jelas machiavelist, dimana dikatakan untuk

memperkuat rakyat maka Negara haruslah lemah. Ide Nicollo Machiavelli itu

salah, tetapi ini pun masih di tambahi kesalahanya menjadi : kalau ingin

memperkuat pasar maka Negara harus dilemahkan. Ini adalah dasar filosofi dari

teori governance yang jarang diketahui oleh khalayak sehingga dianggapnya baik

- baik saja. Adanya otonomi daerah merupakan upaya dari Good Governance

yang berjalan di Indonesia. Indonesia bukan Negara liberal dimana swasta

memiliki kebebasan yang luar biasa dalam Negara. Namun hubungan Negara

menjadi pengayom rakyat. Dimana Negara punya tujuan mensejahterakan rakyat.

Era otonomi daerah bukan merupakan ancaman bagi upaya pengembangan

industri dan perdagangan, namun sebaliknya justru memberikan kesempatan dan

dukungan bagi pengembangan perindustrian dan perdagangan. Dengan

kewenangan yang dimiliki daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakatnya terbuka kesempatan untuk mengembangkan perindustrian dan

perdagangan secara optimal di Daerah. Di era otonomi daerah sejalan dengan

kewenangan yang dimiliki Daerah pengembangan industri dan perdagangan akan

lebih efektif jika diarahkan kepada kelompok usaha kecil, menengah dan koperasi,

karena pada umumnya setiap daerah memiliki kelompok usaha jenis tersebut.

Dengan kewenangan yang dimiliki Daerah tersebut setiap daerah akan berupaya

melakukan pembinaan terhadap kelompok usaha kecil, menengah dan koperasi

untuk mendukung pengembangan industri dan perdagangan sesuai dengan kondisi

potensi dan kemampuan masing-masing daerah. Pelaksanaan tata pemerintahan

yang baik adalah bertumpu pada tiga domain yaitu pemerintah, swasta dan

masyarakat, ketiga domain tersebut harus bekerja secara sinergis, yang berarti

setiap domain diharapkan mampu menjalankan perannya dengan optimal agar

pencapaian tujuan berhasil dengan efektif. Pemerintah berfungsi menciptakan

lingkungan politik dan hukum yang kondusif ; swasta menciptakan pekerjaan dan

pendapatan sedangkan masyarakat berperan positif dalam interaksi sosial,

10

Page 11: Otonomi daerah

ekonomi , politik termasuk mengajak kelompok-kelompok dalam masyarakat

untuk berpartisipasi dalam aktivitas ekonomi, sosial dan politik. Spirit dari good

governance adalah meminimalkan peran negara dan mengedepankan pasar. Hal

ini sekaligus menunjukkan betapa teori ini tidaklah mampu menempatkan dirinya,

secara konseptual, pada pihak rakyat terlebih dinegara berkembang. Kita semua

sama tahu bahwa pasar hari ini dikuasai oleh negara - negara maju. Kapital dan

teknologi pengendali ekonomi dunia tidaklah berlaku secara equal. Negara

berkembang selalu saja menjadi objek dari trend ekonomi global yang diciptakan

oleh negara maju khususnya negara - negara G8. oleh karena itu keberpihakan

kepada pasar, itu erarti memberi ruang yang makin luas pada diaspora

kepentingan-kepentingan negara negara kapitalis untuk terus saja menjajah dan

mengekploitasi negara berkembang termasuk Indonesia. Prinsip spirit Governance

adalah ingin menjamin hak - hak demokrasi ada di tangan rakyat. Tiga sektor

dalam good governance yaitu sektor pemerintahan, sektor privat, dan masyarakat

seharusnya mempunyai pembagian yang hak dan tanggungjawab bersama dan

jelas yang diatur dalam kontrak sosial, mana kontrak sosial tersebut merupakan

hasil produk pengaturan bersama yang melibatkan ketiga sektor tersebut.sistem ini

dapat memberi implikasi yuridis apabila lembaga - lembaga tersebut melalaikan

fungsinya dalam mewujudkan transparansi informasi-informasi dan akuntabilitas

publik(jurnal MK vol 4 2007). Demokrasi yang berlaku di Indonesia adalah

demokrasi Pancasila. Bukan seperti di negara lain yang secara jelas mengedapkan

demokrasi leberal. Dimana pasar lebih banyak berperan dalam negara dibanding

pemerintah. Meskipun dalam praktiknya negara juga menggunakan kekuasaanya

dalam mengatur pasar. Termasuk dalam pembuatan peraturan/ undang - undang.

Menkipun tidak dapat dipungkiri bahwa kebijakan yang dibuat adalah kebijakan

yang ramah terhadap pasar. Demokrasi di Indonesi bukan demokrasi yang bebas

namun menjunjung tinggi keadilan masyarakat.

Di Indonesia yang merupakan negara berkembang dimana proses demokrasi

tersebut masih berlangsung mampukah bertahan dengan tuntutan good

governance liberalisme pasar. Dimana pasar yang berkembang dan pembatasan

peran pemerintah dalam kehidupan negara. Tekanan dari dunia luar terhadap

Indonesia terlihat banyaknya kebijakan publik yang tidak memihak rakyat. Negara

11

Page 12: Otonomi daerah

bukan sebagai kekuatan politik yang menduduki posisi puncak di dalam

organisasi-organisasi publik, seperti presiden, menteri, parlemen, dan lain - lain.

Negara diartikan sebagai organisasi yang merepresentasikan kepentingan rakyat di

wilayah tertentu dan bersifat netral. Politik adalah sarana untuk memilih siapa

yang ditugaskan untuk mengelola kepentingan rakyat. Politik bukanlah negara

apalagi rezim. Dengan demikian ide tentang pengatan negara berbeda dengan

rezim yang berkuasa.

D. Prinsip Good Governance

Prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik (good governance) yang harus

dikembangkan dalam Implementasi kebijakan secara umum adalah:

a. Responsif, tanggap terhadap kebutuhan orang dan stakeholders.

b. Participatory, orang yang terkena dampak suatu kebijakan harus dilibatkan

dalam proses

pembuatan kebijakan tersebut.

c. Transparant; adanya informasi yang luas atas suatu program.

d. Equitable; adanya akses yang sarna bagi setiap orang terhadap

kesempatandan aset.

e. Accountable; pengambilan keputusan oleh pemerintah, sektor swasta

danmasyarakat harus dapat dipertanggung jawabkan kepada masyarakat

umum dan seluruh stakeholders.

f. Consensus Oriented, perbedaan kepentingan dimusyawarahkan untuk

mencipakan kepentingan orang banyak.

E. Pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia

Negara Indonesia telah mengalami perubahan baik diwilayah sturktur mapun

di fungsinya yang diagendakan dalam gerakan perubahan reformasi tahun 1998.

Tatanan pemerintah yang baik justru, akan menjadi sebuah tawaran yang ideal

pada konsep pemerintah yang demokrasi sekarang ini. Di dalam pembangunan

good governance ada lima prinsip utama yang harus ditegahkan,

1. adanya fairness, yang sering kali disebut kewajaran prosedural

2. transparancy keterbukaan dari pada sistem,

12

Page 13: Otonomi daerah

3. disclosure yaitu perlengkapan dari pada kinerja

4. accountability, pertanggungjawaban kepada publik

5. responsibility yaitu kepekaan menangkap aspirasi publik,

hal yang sangat krusial diatas adalah agenda yang ditawarakan dalam konsep good

governance ini akan menjadi sebuah gerakan pembaharuan di tatanan pemerintah

terutama dalam konsep otonomi daerah yang diselengarakan, jadi otonomi daerah

adalah bagian dari good governance karena mendekatkan pemerintah kepada

rakyat baik disegi kebijakan, responsibility dan implementasi kebijakan akan

menyetuh hati masyarakat.Banyak orang berpikir satu sisi dari fase, desentralisasi

administrasi ini harus kita pikirkan bersama bahwa bagaimana kewenangan-

kewenangan pemerintah dan keuangan dilimpahkan kepada pemerintah yang

secarah struktural lebih rendah yaitu pemerintah daerah. Mulai dari pemerintah

propinsi, kabupaten dan pemerintah desa. Banyak hal yang harus kita pahami

dalam penyelengaraan otonomi daerah seperti desetralisasi demokrasi, kedua hal

ini selama ini jarang dibicarakan dalam kontek otonomi daerah, demokrasi

desentralisasi yang juga harus transparansi, akuntabilitas dan harus melibatkan

semuah orang. Stake holder yang berada di daerah harus diajak dalam

pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi itu. Society group, kelompok-

kelompok masyarakat LSM dan pemuka masyarakat harus dilibatkan dalam

proses perencanaan program dan kebijakan-kebijakan pemerintah di daerah. Jadi

demokratisasi desentralisasi yang harus kita pikirkan, bagaiman proses ini

dikerjakan bersama misalnya, kewenangan- kewenangan yang dilimpahkan itu

bukan hanya kewengan yang bersifatnya materil artinya bukan sekedar pekerjaan

yang diwujudkan materi yang diberikan pemerintah kepada masyarakat tetapi

pemberdayaan (empowering) yang sekarang menjadi moment pemerintah untuk

mengsejahterahkan rakyat, dalam realitas sekarang pemerintah Maluku Utara,

menghadapi persoalan yang kompleks, karena daerah pasca kerusuhan sangat sulit

dalam hal pemberdayakan masyarakat. Hal ini lah yang kemudian menjadi

patokan utama pemerintah, lahkah awal pemerintah dalam upaya perberdayaan

masyarakat adalah kebijakan yang demokrasi desetralisasi kepada semua stake

holder di Maluku Utara, transparansi dan akuntabilitas adalah hal yang substansil

akan mengawasi kinerja pemerintah dalam otonomi daerah apakah pemerintah

13

Page 14: Otonomi daerah

mampu mengimplementasi secara rill dikehidupan masyarakat atau tidak.

Dalam pelaksanaan selam 3 tahun, otonomi daerah masih begitu banyak persoalan

baik menyangkut perangkat kebijakan (produk hukum), kelembagaan, keuangan

dan lebih-lebih sikap mental dan perilaku aparatur pemerintah daerah. Respon

yang ditunjukan sampai sejauh masih jauh dari tercapai tujuan utama otonomi

daerah. Dari sisi pembuat kebijakan, tuntutan aspirasi publik masih menjadi

pertanyaan besar (siapa yang terlibat dalam mekanisme dan yang bagaimana)

sehigga banya produk daerah (Perda/SK.Bupati/Walikota, dll) yang bertentangan

dengan aspirasi (kebutuhan) masyrakat. Disisi kelembagaan daerah lebih

menyikapi klasul “sesuai dengan kebutuhan daerah” dalam organisasi lebih

diorientasikan untuk mencari jabatan dari pada meningkatkan kinerja birokrasi.

Prinsip miskin struktur kaya fungsi malahan terbalik yakni kaya sturktur dan

overlapping. Alasan yang sering dikemukakan terkesan klise dan mengada-ada,

seperti banyak jumlah PNS, banyak PNS punya eselon. Namun juga sering kita

cermati sikap mental dan perilaku aparatur pemerintah yang hanya memahami dan

ingin memenuhi kebutuhan pemerintah. Sementara disisi lain tuntutan masyarakat

terhadap pemerintah yang efektif, transparan dan akuntabilitas semakin tinggi,

yang semakin banyak masyarakat tidak setuju terhadap kebijakan pemerintah.

Atas tuntutan masyarakat seharusnya direspon dan mengimplemetasi dalam

kebijakan yang relevan dengan tututan masyarakat tersebut. Prospek otonomi

daerah di era globalisasi ini merupakan kesempatan dan tantangan khususnya

pemerintah daerah harus menghapus keraguan masyarakat terhadapa kinerja

pemerintah, maka beberapa hal yang patut dipertimbangkan; Pertama,political

will dari pemerintah pusat maupun pemrintah daerah untuk mewujudkan tujun

utama otonomi daerah. Kedua, konsekwensi dan konsistensi khususnya dalam

produk kebijakan yang kondusif dan relevan bagi pelaksanaan otonomi daerah,

termasuk didalam penegak hukum Ketiga, menerjemahkan aspirasi masyarakat

sesuai dengan kebutuhan masyarakat, tidak secara sepihak diwujudkan sesuai

dengan kebutuhan pemerintah. Keempat, melibatkan masyarakat LSM kelompok

akademisi, kelompok profesi dan unsur lainnya dalam perumusan, implementasi,

dan evaluasi kebijakan. Kelima, menjunjung nilai-nilai profesionalitas dalam

penyelngaraan pemerintah. Transparansi dan akuntabilitas pemerintah

14

Page 15: Otonomi daerah

keseimbagan kelembagaan yang dicetuskan oleh Montesque melalui melalui trias

political yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif ini merupakan lembaga yang

sangat besar melibatkan dirinya dalam mengabil kebijakan pemerintah maka perlu

adanya transparansi dan akuntabilitas di dalam prose pengambilan kebijakan,

transparansi pemerintah merupakan persyaratan mutlak untuk menyembuh

aparatur pemerintah dari penyelewengan baik korupsi, kolusi dan nepotisme.

Mengugat pemerintah terutama pemerintah daerah untuk mencoba

mempertanyakan kembali tentang tarasparansi dan akuntabilitas yang dibangun

oleh pemerintah, tetapi yang jelas samapai saat ini belum ada good will

pemerintah dalam mewujudkan dan mengimplementasi good governanc

transparansi pemerintah menyangkut dua hal pertama,transparansi pemerintah

dalam setiap pemgabilan kebijakan yang dikeluarkan harus diketahui oleh publik,

terutam berkaitan dengan hajat hidup orang banyak. Kedua, kebijakan pemerintah

yang kelolah oleh pemerintah harus disosialisasikan kepada masyarakat.

Akuntabilitas publik (accountability) pertanggung jawaban kepada publik

terutama dalam imlementasi kebijakan dan proses evaluasi terhadap suatu

kebijakan telah dilaksanakan, konsep akuntability seperty ada empat hal;

Accountability for probity, berkaitan dengan penghindaran mencegah kejahatan

jabatan (malfeasance) khususnhya apakah dana yang digunakan dengan benar dan

dengan cara yang benar. Accountability for Legalit,menegakan bahwa kekuasaan

kekuasan yang diberikan oleh undang-undang tidak melampawi batas (euforia

otonomi). Proses accountability, berkaitan dengan apakah terdapat prosedur-

prosedur yang memadai dan diterapakan untuk melaksanakan aktifitas-aktifitas

tertentu dilaksanakan sesuai dengan ditetapkan sebelumnya. Performance

programme, dan policy accountability, menekankan pada kinerja program,dan

kebijakan dari sesuatu entitas yang disamapaikan kepda publik

Karena akuntabilitas juga menyangkut fungsi pengawasan, maka informasi yang

di sajikan kepada publik baik berupa anggaran maupun laporan

pertanggungjawaban dari aparat fungsional, harus membuka ruang kepada publik.

Dan akuntalibitas merupakan penanggungjawaban yang bersifat eksternal kepada

kepda (pemberi mandat) harus bertanggungjawab, karena mekanisme yang

berantai dan bukan hanya antara dua pihak saja. Mengapa hal ini sangat krusial

15

Page 16: Otonomi daerah

dan merupakan media dan proses yang obyektif, dalam perkembangan realitas

ketika disaat pertanggungjawaban kepada publik justru terjadi konspirasi antara

eksekutif dan legislatif sebagai upaya memuluskan proses pertanggungjawaban

kepada publik.Konspirasi antara lembaga eksekutif dan legislatif merupakan

tindakan yang tidak realistis dan demokrasi, otonomi daerah adalah gagasan besar

untuk pemberdayaan masyarakat di daerah guna mencapai masyarakat yang

beradab (civil society) yang juga dijelaskan dalam UUD 1945 yaitu mewujudkan

masyarkat Indonesia yang adil dan makmur. Tentu konsep The Fair Democracy

adalah masyarakat harus dibedayakan dengan pendidikan supaya mampu

melakukan pemberantasan korupsi secara optimal yang dikenal juga dengan check

and balances, yang sekarang sangat eksis berbagai negara, karena masyarakat

adalah sisitem yang sangat obyektif untuk menilai dan mengontro struktur, maka

perlunya masyarakat diberikan kesadaran hukum yang tinggi, upaya pemberdayan

masyarakat melalui pendidikan hukum, karena otonomi daerah juga banyak

kalangan yang disinterpretasi terhadap konsep otonomi daerah ini sehigga

menyebabkan korupsi, nepoteisme dan kolusi yang terdesetralisasi kedalam

prilaku aparatur pemerintah di daerah. Implementasi good governance yang coba

ditawarkan guna menciptakan tatanan dan aparatur pemerintah yang disiplin

hukum, berprofesional dalam tugas serta proses pengambilan kebijakan yang

demokrasi dan responsive. Hal ini juga untuk membendung kebijakan yang

terkesan represip dan tidak aspiratif, karena banyak struktur didaerah yang masih

sangat kental kultur orde baru.Masyarakatlah sebagai kelompok yang obyektif dan

mempunyai kekuatan Pertama, masyarakat mempunyai legitimasi yang kuat

sehingga sangat memungkinkan melakukan gebrakan-gebrakan,diluar jalur

“prosedur” undang-undag (under judicial). Model ini dapat diterapakan jika

institusi pengawasan resmi dari negara tidak mampu lagi memberantas kejahatan

apratur pemerintah, dan aparat penegak hukum tidak mampu berfungsi secara

efektif dan benar. Atau perlunya masyarakt harus membangun lembaga yang

independen seperti Coruption watch untuk melakukan pengawasan yang secara

tegas terhadapa kinerja eksekutif, legislatif dan yudikatif untuk melakukan tugas

dan fungsi lembaga ini. Pilar good governance mempunyai perangkat- perangkat

dan prosedural yang sangat banyak, tentu menciptakan lembaga hukum kondusif

16

Page 17: Otonomi daerah

dan kekuatan ekonomi yang tinggi untuk meciptakan masyarakat yang sejahtera

terutam di daerah yang mempunyai kewenangan penyengaraan otonomi daerah.

Pemerintah daerah yang mandiri untuk mengelolah potensi daerah dan

pembangunan infrastruktur yang adil ditegah masyarakat mempunyai gagasan

ekonomi yang kuat, seperti mempunyai paradigma pembangunan jelas alternatif

paradigama pembangunan yang lahir berdasarkan refleksi proses ekonomi

paradigma ini dapat mengkontruksikan, sebagai fondasi ekonomi, Petama

paradigma pertumbuhan (Growth Pradigm), kedua, Paradigama ksejahteran

(Welfare Paradigm),ketiga Paradigma pembagunan manusia (People Development

Paradigm).

17

Page 18: Otonomi daerah

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri

berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

2. Prinsip-Prinsip otonomi daerah yaitu:

a. Prinsip Otonomi Luas

b. Prinsip Otonomi Nyata

c. Prinsip yang bertanggung Jawab

Menurut UU No. 32 Tahun 2009, prinsip – prinsip otonomi daerah

yaitu :

a. Prinsip Otonomi Seluas –luasnya

b. Prinsip Otonomi nyata

c. Prinsip Otonomi Bertanggung Jawab

3. Good Governance diatur menurut undang - undang yaitu :

a. UU No. 32 Tahun 2004

b. UU No. 25 Tahun 1999

c. UU No. 10 Tahun 2004

d. Pasal 127 ayat 2

e. UU No. 22 Tahun 1999

f. Pasal 16 keppres no 74

4. Prinsip -prinsip tata pemerintahan yang baik (good governance) yang

harus dikembangkan dalam Implementasi kebijakan secara umum adalah:

a. Responsif, tanggap terhadap kebutuhan orang dan stakeholders.

b. Participatory, orang yang terkena dampak suatu kebijakan harus

dilibatkan dalam proses

pembuatan kebijakan tersebut.

c. Transparant; adanya informasi yang luas atas suatu program.

18

Page 19: Otonomi daerah

d. Equitable; adanya akses yang sarna bagi setiap orang terhadap

kesempatandan aset.

e. Accountable; pengambilan keputusan oleh pemerintah, sektor

swasta danmasyarakat harus dapat dipertanggung jawabkan

kepada masyarakat umum dan seluruh stakeholders.

f. Consensus Oriented, perbedaan kepentingan dimusyawarahkan

untuk mencipakan kepentingan orang banyak.

5. Pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia

Masih perlu banyak pembenahan dalam segala bidang, dan perlunya

penerapan prinsip – prinsip dari otonomi daerah serta diperlukan kerja

sasma semua pihak sehingga pelaksanaan otonomi daerah ini bisa lebih

baik dan menguntungkan semua pihak.

3.2 Saran

1. Bagi penulis lain yang memilih judul atau topik yang sama, harap

menggunakan lebih banyak referensi, sehingga informasi yang didapat

lebih lengkap.

2. Membaca ulang hasil yang telah dibuat sehingga lebih mudah dimengerti

oleh pembaca.

19

Page 20: Otonomi daerah

DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Konstitusi vol 4 nomor 2, juni 2007

Pemda Kalimantan Tengah Kerjasama Dengan Kpk Untuk Wujudkan Tata

Pemerintahan Yang Baik , Jumat 16 Juni 2006.

http://groups.google.co.id/group/soc.culture.indonesia/browse_thread/thread/

85d745e62eda5675/5a7acc56bcaea1da%235a7acc56bcaea1da

http://www.uny.ac.id/akademik/sharefile/files/

UU No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

20