otonomi daerah
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara Indonesia telah mengalami perubahan baik diwilayah sturktur mapun
di fungsinya yang diagendakan dalam gerakan perubahan reformasi tahun 1998.
Dalam paradigma kajian ilmu pemerintahan, muncul sebuah ide yang akan
ditawarkan kepada tatanan pemerintahan yaitu “Good Governance”. Tatanan
pemerintah yang baik justru akan menjadi sebuah tawaran yang ideal pada konsep
pemerintah yang demokrasi sekarang ini. Di dalam pembangunan good
governance ada lima prinsip utama yang harus ditegakkan, yaitu:
Pertama, adanya fairness, yang sering kali disebut kewajaran
prosedural.
Kedua, transparancy atau keterbukaan dari pada sistem,
Ketiga, disclosure, yaitu perlengkapan dari pada kinerja,
Keempat accountability, yaitu pertanggungjawaban kepada publik,
dan
Kelima, responsibility, yaitu kepekaan menangkap aspirasi publik,
Hal yang sangat krusial diatas adalah agenda yang ditawarakan dalam konsep
good governance ini akan menjadi sebuah gerakan pembaharuan di tatanan
pemerintah terutama dalam konsep otonomi daerah yang diselengarakan, jadi
otonomi daerah adalah bagian dari good governance karena mendekatkan
pemerintah kepada rakyat baik disegi kebijakan, responsibility dan implementasi
kebijakan akan menyetuh hati masyarakat. Banyak orang berpikir satu sisi dari
fase desentralisasi administrasi ini harus kita pikirkan bersama bahwa bagaimana
kewenangan-kewenangan pemerintah dan keuangan dilimpahkan kepada
pemerintah yang secarah struktural lebih rendah yaitu pemerintah daerah. Mulai
dari pemerintah propinsi, kabupaten dan pemerintah desa. Banyak hal yang harus
kita pahami dalam penyelengaraan otonomi daerah seperti desetralisasi
demokrasi, kedua hal ini selama ini jarang dibicarakan dalam kontek otonomi
daerah, demokrasi desentralisasi yang juga harus transparansi, akuntabilitas dan
harus melibatkan semuah orang.
1
Setelah diberlakukannya Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, dengan fokus penempatan otonomi daerah di
Kabupaten/Kota berdasarkan Asas Desentralisasi, Dekonsentrasi, dan Tugas
Pembantuan, Pemerintah memberikan kewenangan dan keleluasaan kepada
daerah Kabupaten/Kota untuk membentuk lembaga perangkat Daerah dan
melaksanakan kebijakan menurut prakarsa, aspirasi masyarakat sesuai dengan
kondisi dan keanekaragaman masing-masing daerah.
Salah satu faktor dominan yang dapat mendukung keberhasilan pelaksanaan
Otonomi daerah adalah sistem pemerintahan yang memenuhi kriteria good
governance. Keberhasilan Pemerintah Daerah nantinya akan ditentukan oleh
adanya sinergi keterlibatan 3 (tiga) sektor : State, Private Sector, dan Society
dalam sistem Pemerintah Daerah itu sendiri dalam suatu kegiatan kolektif untuk
mengoptimalkan sumber daya alam yang dimiliki, yang dianggap kurang efektif
dalam memecahkan masalah, memberikan pelayanan publik, termasuk
membangun masyarakatnya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas masalah yang dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1.2.1 Apa arti penting Otonomi Daerah?
1.2.2 Apa prinsip – prinsip otonomi daerah?
1.2.3 Bagaimana Good Governance dalam Otonomi Daerah?
1.2.4 Bagaimana pelaksanaan Otonomi Daerah?
1.3 Tujuan
Secara umum tujuan penyusunan makalah ini sebagai berikut :
1.3.1 Untuk mengetahui arti penting Otonomi Daerah.
1.3.2 Untuk mengetahui prinsip – prinsip Otonomi Daerah
1.3.3 Memahami penerapan Good Governance dalam Otonomi Daerah
1.3.4 Untuk mengetahui pelaksanaan Otonomi Daerah
2
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dalam pembuatan makalah ini adalah mengetahui arti
penting dan prinsip – prinsip Otonimi daerah, menambah wawasan tentang
penerapan Good Governance dalam otonomi daerah, serta mengetahui
pelaksanaan Otonomi daerah tersebut terutama di Indonesia.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Otonomi Daerah
Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pengertian "otonom" secara bahasa adalah "berdiri sendiri" atau "dengan
pemerintahan sendiri". Sedangkan "daerah" adalah suatu "wilayah" atau
"lingkungan pemerintah". Dengan demikian pengertian secara istilah "otonomi
daerah" adalah "wewenang/kekuasaan pada suatu wilayah/daerah yang mengatur
dan mengelola untuk kepentingan wilayah/daerah masyarakat itu sendiri."
Pengertian yang lebih luas lagi adalah wewenang/kekuasaan pada suatu
wilayah/daerah yang mengatur dan mengelola untuk kepentingan wilayah/daerah
masyarakat itu sendiri mulai dari ekonomi, politik, dan pengaturan perimbangan
keuangan termasuk pengaturan sosial, budaya, dan ideologi yang sesuai dengan
tradisi adat istiadat daerah lingkungannya.
Dalam UU No. 32 tahun 2004 terdapat berbagai istilah, antara lain sebagai
berikut.
a. Pemerintah Pusat, adalah Presiden RI yang memegang kekuasaan
pemerintah Negara RI sebagimana dimaksud dalam UUD Negara RI tahun
1945.
b. Pemerintah Daerah, adalah penyelenggaraan urusan pemerintahaan, oleh
pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan dengan prinsip otonomi seluas – luasnya dalam sistem dan
prinsip NKRI sebagaimana dimaksud dalam UUD Negara RI 1945.
c. Pemerintah Daerah, adalah gubernur, bupati, atau walikota dan perangkat
daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintah daera.
d. DPRD, adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai pemerintah
daerah.
4
e. Desentralisasi, adalah penyerah wewenang pemerintahan oleh pemerintah
kepada daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
f. Dekosentrasi, adalah pelimpahan wewenang oleh pemerintah kepada
sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertical di wilayah
tertentu.
g. Tugas Pembantuan, adalah penugasan dari pemerintah kepada daerah dan
atau desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten, kota kepada desa
untuk melaksanakan tugas tertentu.
h. Otonomi Daerah, adalah hak wewenang dan kewajiban daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus diri sendiri urusan pemerintah dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
i. Daerah Otonom, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai
batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurusi urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
j. Peraturan Daerah, adalah peraturan daerah provinsi dan atau peraturan
daerah kabupaten/kota.
k. Peraturan Kepala Daerah, adalah peraturan gubernur dan/atau peraturan
Bupati/Walikota.
l. Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat yang diakui
dan dihormati dalam system pemerintahan Negara Kesatuan RI.
m.Pendapatan daerah, adalah semua haak daerah yang diakui sebagai
penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang
bersangkut.
n. Pembiayaan Daerah, adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan, maupun pada tahun anggaran berikutnya.
5
B. Prinsip – prinsip Otonomi Daerah
Dalam peraturan perundang – undangan tersebut termuat tiga prinsip, antara
lain sebagai berikut:
1. Prinsip otonomi luas
Adalah keleluasaan daerah untuk menyelengarakan pemerintahan yang
mencakup semua bidang pemerintahan, kecuali kewenangan di bidang
politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan moneter dan fiscal,
agama, serta kewenangan bidang lainnya yang akan ditetapkan dengan
peraturan pemerintah.
2. Otonomi nyata
Adalah keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan kewenangan
pemerintahan di bidang tertentu yang secara nyata ada dan diperlukan
serta tumbuh, hidup, dan berkembang di daerah.
3. Otonomi yang bertanggung jawab
Adalah berupa perwujudan pertanggungjawaban sebagai konsekuensi hak
dan kewenangan kepada daerah dalam wujud tugas dan kewajiban yang
harus dipikul oleh daerah dalam mencapai tujuan. Pemberian otonomi
berupa peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang
semakin baik, pengembangan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat
yang semakin baik, pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan, dan
pemerataan, pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah
serta antardaerah dalam rangka menjaga keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Pelaksanaan Otonomi Daerah dalam UU No. 32 tahun 2004 menggunakan
prinsip-prisip, antara lain sebagai berikut:
1. Prinsip otonomi seluas-luasnya
Yaitu daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan
pemerintahan, kecuali:
a. Kewenangan di bidang politik luar negeri,
b. Pertahanan,
c. Yustisi,
d. Moneter dan fiscal nasional,
6
e. Agama,
2. Prinsip otonomi nyata
Yaitu suatu prinsip bahwa untuk menangani urusan pemerintahan
dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang, dan kewajiban yang
senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup dan berkembang
sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah.
3. Prinsip otonomi bertanggung jawab
Yaitu otonomi yang dalam penyelenggaraannya harus benar-benar berjalan
dengan tujuan dan maksud pemberian otonomi, yang pada dasarnya untuk
memberdayakan daerah termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang
merupakan bagian utama dari tujuan Nasional.
C. Good Governance dalam Otonomi Daerah
Upaya pelaksanaan tata pemerintahan yang baik, UU No 32 tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah merupakan salah salu instrumen yang merefleksikan
keinginan Pemerintah unluk melaksanakan tata pemerintahan yang baik dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Hal ini dapat dilihat dari indikator upaya
penegakan hukum, transparansi dan penciptaan partisipasi. Dalam hal penegakan
hukum, UU No. 32 Tahun 2004 telah mengatur secara tegas upaya hukum bagi
para penyelenggara pemerintahan daerah yang diindikasikan melakukan
penyimpangan. Dari sistem penyelenggaraan pemerintahan sekurang-kurangnya
terdapat 7 elemen penyelenggaraan pemerintahan yang saling mendukung
tergantung dari bersinergi satu sarna lainnya, yaitu :
1. Urusan Pemerintahan;
2. Kelembagaan;
3. Personil;
4. Keuangan;
5. Perwakilan;
6. Pelayanan Publik dari
7. Pengawasan.
Ketujuh elemen di atas merupakan elemen dasar yang akan ditata dari
dikembangkan serta direvitalisasi dalam koridor UU No. 32 Tahun 2004. Namun
7
disamping penataan terhadap tujuan elemen dasar diatas, terdapat juga hal-hal
yang bersifat kondisional yang akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
grand strategi yang merupakan kebutuhan nyata dalam rangka penataan otonomi
daerah di Indonesia secara keseluruhan yaitu penataan Otonomi Khusus NAD dari
Papua, penataan daerah dari wilayah perbatasan , serta pemberdayaan masyarakat.
Setiap elemen tersebut disusun penataannya dengan langkah-langkah menyusun
target ideal yang harus dicapai, memotret kondisi senyatanya dari
mengidentifikasi gap yang ada antara target yang ingin dicapai dibandingkan
kondisi rill yang ada saat ini. Meskipun dalam pencapaian Good Governance
rakyat sangat berperan, dalam pembentukan peraturan rakyat mempunyai hak
untuk menyampaikan aspirasi, namun peran negara sebagai organisasi yang
bertujuan mensejahterakan rakyat tetap menjadi prioritas. Untuk menghindari
kesenjangan didalam masyarakat pemerinah mempunyai peran yang sangat
penting. Kebijakan publik banyak dibuat dengan menafikan faktor rakyat yang
menjadi dasar absahnya sebuah negara. UU no 32 tahun 2004 yang memberikan
hak otonami kepada daerah juga menjadi salah satu bentuk bahwa rakyat diberi
kewenangan untuk mengatur dan menentukan arah perkembangan daerahnya
sendiri. Dari pemilihan kepala daerah, perimbangan keuangan pusat dan daerah
(UU no 25 tahun 1999). Peraturan daerah pun telah masuk dalam Tata urutan
peraturan perundang - undangan nasional (UU no 10 tahun 2004).
Pengawasan oleh masyarakat. Sementara itu dalam upaya mewujudkan
transparansi dalam penyelenggaran pemerintahan diatur dalam Pasa127 ayat (2),
yang menegaskan bahwa sistem akuntabilitas dilaksanakan dengan kewajiban
Kepala Daerah untuk memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah
kepada Pemerintahan, dan memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban
kepada DPRD, serta menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan
daerah kepada masyarakat. Dengan sistem akuntabilitas semacam ini maka
terdapat keuntungan yang dapat diperoleh yakni, akuntabilitas lebih dapat terukur
tidak hanya dilihat dari sudut pandang politis semata. Hal ini merupakan antitesis
sistem akuntabilitas dalam UU No. 22 Tahun 1999 dimana penilaian terhadap
laporan pertanggungjawaban kepala daerah oleh DPRD seringkali tidak
berdasarkan pada indikator-indikator yang tidak jelas. Karena akuntabilitas
8
didasarkan pada indikator kinerja yang terukur,maka laporan keterangan
penyelenggaraan pemerintahan daerah tidak mempunyai dampak politis ditolak
atau diterima. Dengan demikian maka stabilitas penyelenggaraan pemerintahan
daerah dapat lebih terjaga. Masyarakat memiliki hak untuk melakukan
pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah. Pelaksanaan
pengawasan oleh masyarakat dapat dilakukan oleh masyarakat sebagai
perorangan, kelompok maupun organisasi dengan cara:
Pemberian informasi adanya indikasi terjadinya korupsi, kolusi atau
nepotisme di lingkungan pemerintah daerah maupun DPRD. Penyampaian
pendapat dan saran mengenai perbaikan, penyempurnaan baik preventif maupun
represif atas masalah.
Informasi dan pendapat tersebut disampaikan kepada pejabat yang
berwenang dan atau instansi yang terkait. Menurut Pasal 16 Keppres No. 74
Tahun 2001, masyarakat berhak memperoleh informasi perkembangan
penyelesaian masalah yang diadukan kepada pejabat yang berwenang. Pasal
tersebut sebenarnya berusaha untuk memberikan kekuatan kepada masyarakat
dalam menjalankan pengawasan. Namun sayangnya tidak ada ketentuan tentang
kewajiban pemerintah serta sanksi bagi instansi informasi dan pendapat atau saran
dari masyarakat. Dengan ketentuan seperti ini dapat dikatakan bahwa pengawasan
oleh masyarakat sangat lemah dan sulit untuk dapat berjalan secara efektif.
Kebijakan Otonomi Daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun
1999 tentang Pemerintahan Daerah merupakan kebijakan yang lahir dalam rangka
menjawab dan memenuhi tuntutan reformasi akan demokratisasi hubungan Pusat
dan Daerah serta upaya pemberdayaan daerah. Otonomi Daerah menurut UU
Nomor 22 Tahun 1999 dipahami sebagai kewenangan daerah Otonom untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Jadi dapat dipahami disini bahwa inti dari Otonomi Daerah adalah
demokratisasi dan pemberdayaan. Otonomi Daerah sebagai demokratisasi
maksudnya adalah adanya kesetaraan hubungan antara Pusat dan Daerah, dimana
Daerah mempunyai kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan,
kebutuhan dan aspirasi masyarakatnya. Aspirasi dan kepentingan Daerah akan
9
mendapatkan perhatian dalam setiap pengambilan kebijakan oleh Pusat. Good
Governance sering didengungkan akhir - akhir ini di dunia. Good Governance
intinya adalah memperlemah kekuasaan Negara. Kebutuhan saat ini adalah
Negara yang kuat bukan Negara yang lemah. Ide pelemahan negra yang
terkandung dalam good governance jelas machiavelist, dimana dikatakan untuk
memperkuat rakyat maka Negara haruslah lemah. Ide Nicollo Machiavelli itu
salah, tetapi ini pun masih di tambahi kesalahanya menjadi : kalau ingin
memperkuat pasar maka Negara harus dilemahkan. Ini adalah dasar filosofi dari
teori governance yang jarang diketahui oleh khalayak sehingga dianggapnya baik
- baik saja. Adanya otonomi daerah merupakan upaya dari Good Governance
yang berjalan di Indonesia. Indonesia bukan Negara liberal dimana swasta
memiliki kebebasan yang luar biasa dalam Negara. Namun hubungan Negara
menjadi pengayom rakyat. Dimana Negara punya tujuan mensejahterakan rakyat.
Era otonomi daerah bukan merupakan ancaman bagi upaya pengembangan
industri dan perdagangan, namun sebaliknya justru memberikan kesempatan dan
dukungan bagi pengembangan perindustrian dan perdagangan. Dengan
kewenangan yang dimiliki daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakatnya terbuka kesempatan untuk mengembangkan perindustrian dan
perdagangan secara optimal di Daerah. Di era otonomi daerah sejalan dengan
kewenangan yang dimiliki Daerah pengembangan industri dan perdagangan akan
lebih efektif jika diarahkan kepada kelompok usaha kecil, menengah dan koperasi,
karena pada umumnya setiap daerah memiliki kelompok usaha jenis tersebut.
Dengan kewenangan yang dimiliki Daerah tersebut setiap daerah akan berupaya
melakukan pembinaan terhadap kelompok usaha kecil, menengah dan koperasi
untuk mendukung pengembangan industri dan perdagangan sesuai dengan kondisi
potensi dan kemampuan masing-masing daerah. Pelaksanaan tata pemerintahan
yang baik adalah bertumpu pada tiga domain yaitu pemerintah, swasta dan
masyarakat, ketiga domain tersebut harus bekerja secara sinergis, yang berarti
setiap domain diharapkan mampu menjalankan perannya dengan optimal agar
pencapaian tujuan berhasil dengan efektif. Pemerintah berfungsi menciptakan
lingkungan politik dan hukum yang kondusif ; swasta menciptakan pekerjaan dan
pendapatan sedangkan masyarakat berperan positif dalam interaksi sosial,
10
ekonomi , politik termasuk mengajak kelompok-kelompok dalam masyarakat
untuk berpartisipasi dalam aktivitas ekonomi, sosial dan politik. Spirit dari good
governance adalah meminimalkan peran negara dan mengedepankan pasar. Hal
ini sekaligus menunjukkan betapa teori ini tidaklah mampu menempatkan dirinya,
secara konseptual, pada pihak rakyat terlebih dinegara berkembang. Kita semua
sama tahu bahwa pasar hari ini dikuasai oleh negara - negara maju. Kapital dan
teknologi pengendali ekonomi dunia tidaklah berlaku secara equal. Negara
berkembang selalu saja menjadi objek dari trend ekonomi global yang diciptakan
oleh negara maju khususnya negara - negara G8. oleh karena itu keberpihakan
kepada pasar, itu erarti memberi ruang yang makin luas pada diaspora
kepentingan-kepentingan negara negara kapitalis untuk terus saja menjajah dan
mengekploitasi negara berkembang termasuk Indonesia. Prinsip spirit Governance
adalah ingin menjamin hak - hak demokrasi ada di tangan rakyat. Tiga sektor
dalam good governance yaitu sektor pemerintahan, sektor privat, dan masyarakat
seharusnya mempunyai pembagian yang hak dan tanggungjawab bersama dan
jelas yang diatur dalam kontrak sosial, mana kontrak sosial tersebut merupakan
hasil produk pengaturan bersama yang melibatkan ketiga sektor tersebut.sistem ini
dapat memberi implikasi yuridis apabila lembaga - lembaga tersebut melalaikan
fungsinya dalam mewujudkan transparansi informasi-informasi dan akuntabilitas
publik(jurnal MK vol 4 2007). Demokrasi yang berlaku di Indonesia adalah
demokrasi Pancasila. Bukan seperti di negara lain yang secara jelas mengedapkan
demokrasi leberal. Dimana pasar lebih banyak berperan dalam negara dibanding
pemerintah. Meskipun dalam praktiknya negara juga menggunakan kekuasaanya
dalam mengatur pasar. Termasuk dalam pembuatan peraturan/ undang - undang.
Menkipun tidak dapat dipungkiri bahwa kebijakan yang dibuat adalah kebijakan
yang ramah terhadap pasar. Demokrasi di Indonesi bukan demokrasi yang bebas
namun menjunjung tinggi keadilan masyarakat.
Di Indonesia yang merupakan negara berkembang dimana proses demokrasi
tersebut masih berlangsung mampukah bertahan dengan tuntutan good
governance liberalisme pasar. Dimana pasar yang berkembang dan pembatasan
peran pemerintah dalam kehidupan negara. Tekanan dari dunia luar terhadap
Indonesia terlihat banyaknya kebijakan publik yang tidak memihak rakyat. Negara
11
bukan sebagai kekuatan politik yang menduduki posisi puncak di dalam
organisasi-organisasi publik, seperti presiden, menteri, parlemen, dan lain - lain.
Negara diartikan sebagai organisasi yang merepresentasikan kepentingan rakyat di
wilayah tertentu dan bersifat netral. Politik adalah sarana untuk memilih siapa
yang ditugaskan untuk mengelola kepentingan rakyat. Politik bukanlah negara
apalagi rezim. Dengan demikian ide tentang pengatan negara berbeda dengan
rezim yang berkuasa.
D. Prinsip Good Governance
Prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik (good governance) yang harus
dikembangkan dalam Implementasi kebijakan secara umum adalah:
a. Responsif, tanggap terhadap kebutuhan orang dan stakeholders.
b. Participatory, orang yang terkena dampak suatu kebijakan harus dilibatkan
dalam proses
pembuatan kebijakan tersebut.
c. Transparant; adanya informasi yang luas atas suatu program.
d. Equitable; adanya akses yang sarna bagi setiap orang terhadap
kesempatandan aset.
e. Accountable; pengambilan keputusan oleh pemerintah, sektor swasta
danmasyarakat harus dapat dipertanggung jawabkan kepada masyarakat
umum dan seluruh stakeholders.
f. Consensus Oriented, perbedaan kepentingan dimusyawarahkan untuk
mencipakan kepentingan orang banyak.
E. Pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia
Negara Indonesia telah mengalami perubahan baik diwilayah sturktur mapun
di fungsinya yang diagendakan dalam gerakan perubahan reformasi tahun 1998.
Tatanan pemerintah yang baik justru, akan menjadi sebuah tawaran yang ideal
pada konsep pemerintah yang demokrasi sekarang ini. Di dalam pembangunan
good governance ada lima prinsip utama yang harus ditegahkan,
1. adanya fairness, yang sering kali disebut kewajaran prosedural
2. transparancy keterbukaan dari pada sistem,
12
3. disclosure yaitu perlengkapan dari pada kinerja
4. accountability, pertanggungjawaban kepada publik
5. responsibility yaitu kepekaan menangkap aspirasi publik,
hal yang sangat krusial diatas adalah agenda yang ditawarakan dalam konsep good
governance ini akan menjadi sebuah gerakan pembaharuan di tatanan pemerintah
terutama dalam konsep otonomi daerah yang diselengarakan, jadi otonomi daerah
adalah bagian dari good governance karena mendekatkan pemerintah kepada
rakyat baik disegi kebijakan, responsibility dan implementasi kebijakan akan
menyetuh hati masyarakat.Banyak orang berpikir satu sisi dari fase, desentralisasi
administrasi ini harus kita pikirkan bersama bahwa bagaimana kewenangan-
kewenangan pemerintah dan keuangan dilimpahkan kepada pemerintah yang
secarah struktural lebih rendah yaitu pemerintah daerah. Mulai dari pemerintah
propinsi, kabupaten dan pemerintah desa. Banyak hal yang harus kita pahami
dalam penyelengaraan otonomi daerah seperti desetralisasi demokrasi, kedua hal
ini selama ini jarang dibicarakan dalam kontek otonomi daerah, demokrasi
desentralisasi yang juga harus transparansi, akuntabilitas dan harus melibatkan
semuah orang. Stake holder yang berada di daerah harus diajak dalam
pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi itu. Society group, kelompok-
kelompok masyarakat LSM dan pemuka masyarakat harus dilibatkan dalam
proses perencanaan program dan kebijakan-kebijakan pemerintah di daerah. Jadi
demokratisasi desentralisasi yang harus kita pikirkan, bagaiman proses ini
dikerjakan bersama misalnya, kewenangan- kewenangan yang dilimpahkan itu
bukan hanya kewengan yang bersifatnya materil artinya bukan sekedar pekerjaan
yang diwujudkan materi yang diberikan pemerintah kepada masyarakat tetapi
pemberdayaan (empowering) yang sekarang menjadi moment pemerintah untuk
mengsejahterahkan rakyat, dalam realitas sekarang pemerintah Maluku Utara,
menghadapi persoalan yang kompleks, karena daerah pasca kerusuhan sangat sulit
dalam hal pemberdayakan masyarakat. Hal ini lah yang kemudian menjadi
patokan utama pemerintah, lahkah awal pemerintah dalam upaya perberdayaan
masyarakat adalah kebijakan yang demokrasi desetralisasi kepada semua stake
holder di Maluku Utara, transparansi dan akuntabilitas adalah hal yang substansil
akan mengawasi kinerja pemerintah dalam otonomi daerah apakah pemerintah
13
mampu mengimplementasi secara rill dikehidupan masyarakat atau tidak.
Dalam pelaksanaan selam 3 tahun, otonomi daerah masih begitu banyak persoalan
baik menyangkut perangkat kebijakan (produk hukum), kelembagaan, keuangan
dan lebih-lebih sikap mental dan perilaku aparatur pemerintah daerah. Respon
yang ditunjukan sampai sejauh masih jauh dari tercapai tujuan utama otonomi
daerah. Dari sisi pembuat kebijakan, tuntutan aspirasi publik masih menjadi
pertanyaan besar (siapa yang terlibat dalam mekanisme dan yang bagaimana)
sehigga banya produk daerah (Perda/SK.Bupati/Walikota, dll) yang bertentangan
dengan aspirasi (kebutuhan) masyrakat. Disisi kelembagaan daerah lebih
menyikapi klasul “sesuai dengan kebutuhan daerah” dalam organisasi lebih
diorientasikan untuk mencari jabatan dari pada meningkatkan kinerja birokrasi.
Prinsip miskin struktur kaya fungsi malahan terbalik yakni kaya sturktur dan
overlapping. Alasan yang sering dikemukakan terkesan klise dan mengada-ada,
seperti banyak jumlah PNS, banyak PNS punya eselon. Namun juga sering kita
cermati sikap mental dan perilaku aparatur pemerintah yang hanya memahami dan
ingin memenuhi kebutuhan pemerintah. Sementara disisi lain tuntutan masyarakat
terhadap pemerintah yang efektif, transparan dan akuntabilitas semakin tinggi,
yang semakin banyak masyarakat tidak setuju terhadap kebijakan pemerintah.
Atas tuntutan masyarakat seharusnya direspon dan mengimplemetasi dalam
kebijakan yang relevan dengan tututan masyarakat tersebut. Prospek otonomi
daerah di era globalisasi ini merupakan kesempatan dan tantangan khususnya
pemerintah daerah harus menghapus keraguan masyarakat terhadapa kinerja
pemerintah, maka beberapa hal yang patut dipertimbangkan; Pertama,political
will dari pemerintah pusat maupun pemrintah daerah untuk mewujudkan tujun
utama otonomi daerah. Kedua, konsekwensi dan konsistensi khususnya dalam
produk kebijakan yang kondusif dan relevan bagi pelaksanaan otonomi daerah,
termasuk didalam penegak hukum Ketiga, menerjemahkan aspirasi masyarakat
sesuai dengan kebutuhan masyarakat, tidak secara sepihak diwujudkan sesuai
dengan kebutuhan pemerintah. Keempat, melibatkan masyarakat LSM kelompok
akademisi, kelompok profesi dan unsur lainnya dalam perumusan, implementasi,
dan evaluasi kebijakan. Kelima, menjunjung nilai-nilai profesionalitas dalam
penyelngaraan pemerintah. Transparansi dan akuntabilitas pemerintah
14
keseimbagan kelembagaan yang dicetuskan oleh Montesque melalui melalui trias
political yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif ini merupakan lembaga yang
sangat besar melibatkan dirinya dalam mengabil kebijakan pemerintah maka perlu
adanya transparansi dan akuntabilitas di dalam prose pengambilan kebijakan,
transparansi pemerintah merupakan persyaratan mutlak untuk menyembuh
aparatur pemerintah dari penyelewengan baik korupsi, kolusi dan nepotisme.
Mengugat pemerintah terutama pemerintah daerah untuk mencoba
mempertanyakan kembali tentang tarasparansi dan akuntabilitas yang dibangun
oleh pemerintah, tetapi yang jelas samapai saat ini belum ada good will
pemerintah dalam mewujudkan dan mengimplementasi good governanc
transparansi pemerintah menyangkut dua hal pertama,transparansi pemerintah
dalam setiap pemgabilan kebijakan yang dikeluarkan harus diketahui oleh publik,
terutam berkaitan dengan hajat hidup orang banyak. Kedua, kebijakan pemerintah
yang kelolah oleh pemerintah harus disosialisasikan kepada masyarakat.
Akuntabilitas publik (accountability) pertanggung jawaban kepada publik
terutama dalam imlementasi kebijakan dan proses evaluasi terhadap suatu
kebijakan telah dilaksanakan, konsep akuntability seperty ada empat hal;
Accountability for probity, berkaitan dengan penghindaran mencegah kejahatan
jabatan (malfeasance) khususnhya apakah dana yang digunakan dengan benar dan
dengan cara yang benar. Accountability for Legalit,menegakan bahwa kekuasaan
kekuasan yang diberikan oleh undang-undang tidak melampawi batas (euforia
otonomi). Proses accountability, berkaitan dengan apakah terdapat prosedur-
prosedur yang memadai dan diterapakan untuk melaksanakan aktifitas-aktifitas
tertentu dilaksanakan sesuai dengan ditetapkan sebelumnya. Performance
programme, dan policy accountability, menekankan pada kinerja program,dan
kebijakan dari sesuatu entitas yang disamapaikan kepda publik
Karena akuntabilitas juga menyangkut fungsi pengawasan, maka informasi yang
di sajikan kepada publik baik berupa anggaran maupun laporan
pertanggungjawaban dari aparat fungsional, harus membuka ruang kepada publik.
Dan akuntalibitas merupakan penanggungjawaban yang bersifat eksternal kepada
kepda (pemberi mandat) harus bertanggungjawab, karena mekanisme yang
berantai dan bukan hanya antara dua pihak saja. Mengapa hal ini sangat krusial
15
dan merupakan media dan proses yang obyektif, dalam perkembangan realitas
ketika disaat pertanggungjawaban kepada publik justru terjadi konspirasi antara
eksekutif dan legislatif sebagai upaya memuluskan proses pertanggungjawaban
kepada publik.Konspirasi antara lembaga eksekutif dan legislatif merupakan
tindakan yang tidak realistis dan demokrasi, otonomi daerah adalah gagasan besar
untuk pemberdayaan masyarakat di daerah guna mencapai masyarakat yang
beradab (civil society) yang juga dijelaskan dalam UUD 1945 yaitu mewujudkan
masyarkat Indonesia yang adil dan makmur. Tentu konsep The Fair Democracy
adalah masyarakat harus dibedayakan dengan pendidikan supaya mampu
melakukan pemberantasan korupsi secara optimal yang dikenal juga dengan check
and balances, yang sekarang sangat eksis berbagai negara, karena masyarakat
adalah sisitem yang sangat obyektif untuk menilai dan mengontro struktur, maka
perlunya masyarakat diberikan kesadaran hukum yang tinggi, upaya pemberdayan
masyarakat melalui pendidikan hukum, karena otonomi daerah juga banyak
kalangan yang disinterpretasi terhadap konsep otonomi daerah ini sehigga
menyebabkan korupsi, nepoteisme dan kolusi yang terdesetralisasi kedalam
prilaku aparatur pemerintah di daerah. Implementasi good governance yang coba
ditawarkan guna menciptakan tatanan dan aparatur pemerintah yang disiplin
hukum, berprofesional dalam tugas serta proses pengambilan kebijakan yang
demokrasi dan responsive. Hal ini juga untuk membendung kebijakan yang
terkesan represip dan tidak aspiratif, karena banyak struktur didaerah yang masih
sangat kental kultur orde baru.Masyarakatlah sebagai kelompok yang obyektif dan
mempunyai kekuatan Pertama, masyarakat mempunyai legitimasi yang kuat
sehingga sangat memungkinkan melakukan gebrakan-gebrakan,diluar jalur
“prosedur” undang-undag (under judicial). Model ini dapat diterapakan jika
institusi pengawasan resmi dari negara tidak mampu lagi memberantas kejahatan
apratur pemerintah, dan aparat penegak hukum tidak mampu berfungsi secara
efektif dan benar. Atau perlunya masyarakt harus membangun lembaga yang
independen seperti Coruption watch untuk melakukan pengawasan yang secara
tegas terhadapa kinerja eksekutif, legislatif dan yudikatif untuk melakukan tugas
dan fungsi lembaga ini. Pilar good governance mempunyai perangkat- perangkat
dan prosedural yang sangat banyak, tentu menciptakan lembaga hukum kondusif
16
dan kekuatan ekonomi yang tinggi untuk meciptakan masyarakat yang sejahtera
terutam di daerah yang mempunyai kewenangan penyengaraan otonomi daerah.
Pemerintah daerah yang mandiri untuk mengelolah potensi daerah dan
pembangunan infrastruktur yang adil ditegah masyarakat mempunyai gagasan
ekonomi yang kuat, seperti mempunyai paradigma pembangunan jelas alternatif
paradigama pembangunan yang lahir berdasarkan refleksi proses ekonomi
paradigma ini dapat mengkontruksikan, sebagai fondasi ekonomi, Petama
paradigma pertumbuhan (Growth Pradigm), kedua, Paradigama ksejahteran
(Welfare Paradigm),ketiga Paradigma pembagunan manusia (People Development
Paradigm).
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
2. Prinsip-Prinsip otonomi daerah yaitu:
a. Prinsip Otonomi Luas
b. Prinsip Otonomi Nyata
c. Prinsip yang bertanggung Jawab
Menurut UU No. 32 Tahun 2009, prinsip – prinsip otonomi daerah
yaitu :
a. Prinsip Otonomi Seluas –luasnya
b. Prinsip Otonomi nyata
c. Prinsip Otonomi Bertanggung Jawab
3. Good Governance diatur menurut undang - undang yaitu :
a. UU No. 32 Tahun 2004
b. UU No. 25 Tahun 1999
c. UU No. 10 Tahun 2004
d. Pasal 127 ayat 2
e. UU No. 22 Tahun 1999
f. Pasal 16 keppres no 74
4. Prinsip -prinsip tata pemerintahan yang baik (good governance) yang
harus dikembangkan dalam Implementasi kebijakan secara umum adalah:
a. Responsif, tanggap terhadap kebutuhan orang dan stakeholders.
b. Participatory, orang yang terkena dampak suatu kebijakan harus
dilibatkan dalam proses
pembuatan kebijakan tersebut.
c. Transparant; adanya informasi yang luas atas suatu program.
18
d. Equitable; adanya akses yang sarna bagi setiap orang terhadap
kesempatandan aset.
e. Accountable; pengambilan keputusan oleh pemerintah, sektor
swasta danmasyarakat harus dapat dipertanggung jawabkan
kepada masyarakat umum dan seluruh stakeholders.
f. Consensus Oriented, perbedaan kepentingan dimusyawarahkan
untuk mencipakan kepentingan orang banyak.
5. Pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia
Masih perlu banyak pembenahan dalam segala bidang, dan perlunya
penerapan prinsip – prinsip dari otonomi daerah serta diperlukan kerja
sasma semua pihak sehingga pelaksanaan otonomi daerah ini bisa lebih
baik dan menguntungkan semua pihak.
3.2 Saran
1. Bagi penulis lain yang memilih judul atau topik yang sama, harap
menggunakan lebih banyak referensi, sehingga informasi yang didapat
lebih lengkap.
2. Membaca ulang hasil yang telah dibuat sehingga lebih mudah dimengerti
oleh pembaca.
19
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Konstitusi vol 4 nomor 2, juni 2007
Pemda Kalimantan Tengah Kerjasama Dengan Kpk Untuk Wujudkan Tata
Pemerintahan Yang Baik , Jumat 16 Juni 2006.
http://groups.google.co.id/group/soc.culture.indonesia/browse_thread/thread/
85d745e62eda5675/5a7acc56bcaea1da%235a7acc56bcaea1da
http://www.uny.ac.id/akademik/sharefile/files/
UU No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
20