otonomi daerah
DESCRIPTION
wriwjewqTRANSCRIPT
Otonomi Daerah, Berkah atau Bencana
Jika Indonesia terlalu luas dan beragam untuk bisa dikelola secara tersentral dari Jakarta seperti
pada zaman Orde Baru, benarkah otonomi daerah, yang mengemuka sejak Reformasi,merupakan
solusi bagi negeri ini?
Itulah salah satu pertanyaan yang ingin saya cari jawabannya dari perjalanan setahun saya
keliling Indonesia (Juni 2009-Juni 2010), Ekspedisi Zamrud Khatulistiwa, mengunjungi sekitar
80 pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote.
Dari pulau ke pulau, kabupaten ke kabupaten, saya menyaksikan antusiasme besar kampanye
pemilihan langsung gubernur, bupati, dan wali kota. Itu sesungguhnya merupakan penanda
paling menonjol gairah akan otonomi daerah, bahwa kini warga di tingkat kabupaten pun tak
perlu hanya mengandalkan Jakarta untuk berbuat dan memikirkan sesuatu.
Otonomi Daerah Lahirkan Benturan Kepentingan
Otonomi daerah lahirkan banyak benturan kepentingan, Foto: Ilustrasi (Sgp)
Otonomi daerah kerap dibajak para politisi lokal bersama keluarga dan para kroni. Tujuannya,
mencari keuntungan dengan cara menyandera kebijakan yang menguntungkan mereka sendiri.
Demikian riset Indonesia Corruption Watch (ICW) yang dipaparkan pada media, di Jakarta,
Selasa (29/3). Riset dilakukan selama 2010 menggunakan metode kualitatif di empat daerah
dengan sektor unggulan tertentu.
Metode tersebut dilakukan dengan data dari berbagai lembaga, wawancara, serta melakukan
FGD ‘focus group discussion’. Keempat daerah tersebut adalah, Semarang (sektor jasa),
Samarinda (sektor tambang), Sukabumi (sektor air), dan Muna (sektor anggaran).
Pengamat: Tahun 2013 Masih Akan Terjadi Kerusuhan Terkait Otonomi Daerah
Dua orang petugas tengah membangun jembatan bambu di dekat pembangunan jalan di Kuta,
Bali (Foto: dok). Para pengamat memprediksi di tahun 2013 ini masi akan terjadi kerusuhan di
berbagai daerah terkait pelaksanaan otonomi daerah.
JAKARTA — Pengamat psikologi massa dan sosial dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta,
Jamaludin Ancok, kepada VOA di Jakarta, Rabu (1/1), mengatakan sebenarnya Indonesia belum
siap memberlakukan otonomi daerah. Ia menilai berbagai kerusuhan yang selama ini terjadi di
daerah karena otonomi daerah tidak dijalankan dengan benar.
“Karena ini kan pemerintahan (tiruan) model Amerika, jadi melihat Amerika itu bagus sebagai
negara kesatuan tapi (mereka) konseptornya orang Indonesia lupa kalau sejarah Amerika itu beda
dengan sejarah Indonesia. Budayanya beda, oleh karena itu begitu dibuat otonomi daerah itu
otomatis timbul semangat kedaerahannya. Orangnya belum siap demokrasi ya otomatis ini akan
ribut terus, bentrokan antar wilayah, bentrokan antar partai politik,” kata Jamaludin Ancok
PENGAKUAN DAN PENGHORMATAN KONSTITUSIONAL TERHADAP
KESATUAN-KESATUAN MASYARAKAT HUKUM ADAT BESERTA HAK-HAK
TRADISIONALNYA DALAM RANGKA OTONOMI DAERAH
Keberadaan pembangunan daerah diarahkan untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-
hasilnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, menggalakkan prakarsa dan peran
aktif masyarakat serta meningkatkan pendayagunaan potensi daerah secara optimal dan terpadu
dalam mengisi otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi dan bertanggung jawab, serta
memperkuat persatuan dan persatuan bangsa Dalam praktiknya, pembangunan yang pada
umumnya berorientasi pada modernisasi ala kapitalisme ini cenderung menggeser jati diri
budaya lokal. Hal ini ditandai dengan terganggunya ekosistem, pergeseran hak atas tanah adat
menjadi hak individu, serta berkurangnya nilai-nilai budaya asli yang dilembagakan. Sebagai
contoh, berkenaan dengan kebudayaan masyarakat Sunda, banyak kelompok masyarakat Sunda
yang merupakan pemerhati budayanya merasa sangat khawatir bahwa budaya Sunda itu akan
hilang.
Otonomi Daerah Gagal, Pendatang Baru Serbu Jakarta
JAKARTA (Pos Kota) – Kepadatan penduduk menjadikan masalah Jakarta semakin komplek.
Bukan hanya berdampak sosial namun kondisi ini kerap menjadi kendala upaya Pemprov DKI
mensejahterakan warganya.
Menurut Amir Hamzah, pakar perkotaan, menumpuknya jumlah pendatang di ibukota
membuktikan kegagalan sistem otonomi daerah yang digulirkan pemerintah pusat. Setiap kepala
daerah tidak mampu menciptakan lapangan pekerjaan melalui pengembangan
pusat industri. Alhasil warga daerah tetap menyerbu kota besar. “Bukan hanya berakibat pada
kesenjangan sosial, namun kondisi ini juga menghambat proses pembangunan yang dilakukan
Pemprov DKI,” ujar Amir, Minggu (1/5).
TARAKAN MAJU KARENA OTONOMI DAERAH "
Wali Kota Tarakan H Udin Hianggio menilai, otonomi daerah yang dilakukan pemerintah sejak
tahun 1999, menjadi salahsatu upaya yang membuat pemerintah kabupaten/kota bisa bangkit dari
ketertinggalan. “Otonomi daerah sangat positif untuk daerah, tinggal bagaimana daerah tersebut
mengembangkan peluang yang ada dengan baik,” kata Udin Hianggio.
Sebagai contoh, Kota Tarakan. Menurut mantan ketua DPRD Tarakan yang menjabat 10 tahun
semenjak Otonomi Daerah dilakukan, H Udin—sapaan Wali Kota Tarakan—merasakan
perubahan yang sangat besar karena daerah diberikan kewenangan untuk mengeluarkan
kebijakan dan tidak selalu harus menunggu pemerintah pusat. “Tarakan ini maju karena otonomi
daerah,” akunya.
Diceritakan, tahun 1999 awal dirinya menjabat sebagai ketua DPRD, memang Otonomi Daerah
tersebut tidak semudah yang ada dalam pikiran. Pasalnya, masih banyak penyesuaian-
penyusuaian yang harus dilakukan dan dipelajari. Dan baru pada tahun 2001-lah otonomi daerah
di Tarakan bisa diterapkan secara keseluruhan berdasarkan hukum dan undang-undangnya.
“Bayangkan, pada tahun 1999 saat masih peralihan dari Kabupaten Bulungan ke Kotif (Kota
Administratif) Tarakan, anggaran untuk olahraga Kota Tarakan antara Rp 15 hingga Rp 25 juta.
Apa yang bisa kita bikin dengan uang yang begitu kecil,” ujarnya.
Kerusakan Hutan Berkedok Otonomi Daerah
Tanggal 24 april 2011 lalu republik ini baru saja memperingati Hari Otonomi Daerah ke-15.
Sepanjang kurun waktu 1999-2010, jumlah daerah otonomi baru mencapai 205 (7 provinsi, 164
kabupaten dan 34 kota). Jumlah perkembangan pemekaran daerah yang cukup besar. Lantas apa
sebenarnya yang melatarbelakangi berbagai daerah di Indonesia ramai-ramai ingin berdiri secara
otonom. Apakah ini sebagai salah satu bukti berakhirnya sistem sentralistik, semakin tingginya
kemandirian untuk berani mengelola rumah tangganya sendiri atau justru ketidakpuasan dan
hilangnya kepercayaan daerah terhadap pusat?
Salah satu sektor yang tidak dapat dipisahkan dari otonomi daerah adalah kehutanan.
Bagaimanapun juga hutan beserta isinya merupakan sumber daya penting bagi masing-masing
daerah, terlebih lagi bagi kabupaten-kabupaten di pulau Kalimantan, Sulawesi dan Papua.
Pertanyaan besarnya adalah, apakah selama lebih dari satu dasawarsa ini praktik otonomi daerah
yang berkaitan dengan kehutanan sudah lempeng sesuai tujuan utamanya membawa rakyat
dalam keadilan dan kemakmuran?
Tujuan Program
Tujuan umum program ini adalah mengembangkan proses otonomi daerah dari bawah ke atas
dengan pembangunan wilayah yang berpangkal pada insiatif dan keswadayaan masyarakat.
Sedangkan tujuan khususnya adalah memenuhi kebutuhan masyarakat akan air bersih, terutama
pada desa-desa yang belum terjangkau air minum bersih.
Kewenangan Desa dalam Otonomi Daerah
Diskusi Kewenangan Desa
Desa masuk dalam entitas khusus yang diatur dalam satu bab khusus pada Undang-Undang No
32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Desa diatur dalam Bab XI yang berisi Enam Bagian
dan 17 pasal. Hal itu menunjukkan posisi desa sebagai bagian penting dalam tata kenegaraan di
Indonesia.
Kawasan perdesaan didefinisikan sebagai kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian,
termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
Quo Vadis Pengelolaan SDA di Era Otonomi Daerah?
Di tengah jadwal yang begitu padat pada Sabtu (6/10), karena
harus mengisi kuliah umum di Universitas Lambung Mangkurat Banjar
Masin Kalimantan Selatan pada siang harinya, Menko Perekonomian Hatta
Rajasa menyempatkan diri hadir untuk menjadi pembicara sekaligus
mendengarkan keluh kesah dari para kepala daerah di Jawa Timur dalam
seminar nasional bertajuk ‘Sumber Daya Alam Untuk Rakyat’ yang
bertempat di Grand City, Surabaya.
“Kalau diukur dari agenda saya sebenarnya nggak mungkin saya ke sini
tapi karena [tema agenda] ini penting, maka saya harus ke sini,”
ujarnya saat membuka pembicaraan di hadapan para kepala daerah di
lingkungan Provinsi Jawa Timur.
Menurut Hatta, setidaknya terdapat enam problem krusial dalam
pengelolaan sumber daya alam di Republik ini seiring 12 tahun
implementasi otonomi daerah, yang harus segara dicari solusi bersama
demi masa depan bangsa.