otitis media supuratif kronik

Upload: dantevermillion

Post on 30-Oct-2015

299 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Otitis Media Supuratif Kronik

TRANSCRIPT

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK

Case: Otitis Media Supuratif Kronis

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK

PENDAHULUAN

Telinga adalah suatu organ kompleks dengan komponen-komponen fungsional penting apparatus pendengaran dan mekanisme keseimbangan terletak di dalam tulang temporalis tengkorak. Oleh karena itu letak telinga di tengkorak berdekatan dengan alat vital, maka bila telinga meradang penyakit mudah merambat ke dalam otak, tidak jarang membawa kematian.

Telinga terbagi dalam tiga bagian : telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Telinga tengah terdiri dari membrana timpani, tulang-tulang pendengaran (malleus, incus, stapes) dan ruang telinga tengah. Disamping itu telinga tengah berhubungan dengan attic (epitimpanum), processus mastoideus dan tuba eustachius. Telinga tengah biasanya steril meskipun terdapat mikroba di nasofaring. Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan oleh silia mukosa tuba eustachius, enzim dan anti bodi untuk mencegah masuknya mikroba serta terjadinya infeksi kedalam telinga tengah.

Sumbatan pada tuba eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media. Karena fungsi tuba terganggu pencegahan infasi kuman kedalam telinga tengah terganggu, sehingga kuman masuk kedalam telinga tengah dan terjadi peradangan. (1,2)

ANATOMI TELINGATelinga bagian tengah terdiri dari :

1.Membrana timpani

Bagian luar diliputi oleh epitel dari liang telinga dan bagian dalam diliputi oleh mukosa dari cavum timpani.

2.Cavum timpani

Disini terdapat tulang-tulang pendengaran (malleus, incus, stapes)

3.Processus mastoideus dengan cellulae mastoisea yang berhubungan dengan cavum timpani

4.Tuba eustachius yang menghubungkan cavum timpani dengan nafosaring. (1,2,3,4)

FISIOLOGI PENDENGARAN

Getaran suara di tangkap oleh daun telinga yang dialirkan keliang telinga dan mengenai membrana timpani, sehingga membrana timpani bergetar. Getaran ini diteruskan ketulang-tulang pendengaran yang berhubungan satu sama lain. Selanjutnya stapes menggerakkan tingkap lonjong (foramen ovale) yang juga menggerakkan perilimf dalam skala timpani, sehingga tangkap bundar (foramen rotundum) terdorong kearah luar.

Skala media yang menjadi cembung mendesak endolimf dan mendorong membaran tarsal, sehingga menjadi cembung kebawah dan menggerakkan perilimf pada skala timpani. Pada waktu istirahat ujung sel rambut berkelok-kelok dan dengan berubahnya membran basal ujung sel rambut itu menjadi lurus. Rangsangan fisik tadi dirubah oleh adanya perbedaan ion kalium dan natrium menjadi aliran listrik yang diteruskan kecabang-cabang nervus VIII, yang kemudian meneruskan rangsangan itu ke pusat sensorik pendengan diotak (area 39-40) melalui syaraf pusat yang ada di lobus temporalis. (2)DEFENISI

Dahulu disebut otitis media perforata kronik, sekarang disebut dengan otitis media supuratif kronik, atau dalam sebutan sehari-hari congek. Otitis media supuratif kronik merupakan radang telinga tengah dengan perforasi membrana timpani disertai keluarnya sekret yang terus menerus atau hilang timbul, sekret mungkin encer, bening atauberupa nanah, dan biasanya dijumpai adanya gangguan pendengaran. (1,2,5,6,7)KLASIFIKASI

Jenis Otitis Media Supuratif Kronik

Otitis Media SupuratifKronik dibagi atas 2 jenis, yaitu :

1.Otitis Media Supuratif tipe Benigna (tipe mukosa = tipe aman)

2.Otitis Media Supuratif tipe maligna (tipe tulang = tipe bahaya)

Ada dua bentuk otitis media supuratif kronik, yaitu :

1. Aktif, terdapat infeksi menahun, kolesteatoma atau kombinasi keduanya di celah telinga tengah.

2. tidak aktif, terjadi kerusakan pada mekanisme hantaran telinga tengah ( membrana timpani dan tulang-tulang pendengaran ) oleh infeksi sebelumnya, tetapi pada pemeriksaan tak terlihat ionfeksi atau kolesteatoma di celah telinga tengah. (1,5)ad.1. Otitis media supuratif kronik tipe benigna

Proses peradangan pada otitis media supuratif tipe benigna terbatas pada mukosa saja dan biasanya tidak mengenai tulang. Perfosai terletak di central, umumnya jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya dan tidak terdapat choleteatome. (1,5)Ad.2. Otitis media supuratif kronik tipe maligna

Yang dimaksud otitis media tipe maligna adalah otitis media supuratif kronik yang disertai cholesteatome. Dikenal juga dengan otitis media supuratif kronik tipe bahaya atau tipe tulang. Perforasi pada tipe ini letaknya marginal atau di attik.

Sebagian besar komplikasi yang berbahaya atau fatal timbul pada otitis media supuratif kronik tipe maligna ini. (1,5)ETIOLOGI

Orang yang sedang batuk-pilek, akan mudah sekali berkembang menjadi radang telinga yang bisa berakhir dengan congek ( otitis media kronik ), jika berlarut-larut tidak diobati, terlebih pada anak dan bayi. (1)Penyebab otitis media supuratis kronik adalah:

1.Mukosa yang tidak normal

2.Penyakit-penyakit telinga yang timbul waktu masih bayi

3.Tuba yang tertutup. (2)Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya otitis media supuratif kronik :

1.Sifat dan hebatnya peradangan

2.Keadaan tuba auditifa

3.Infeksi sekunder melalui perforasi

4.Daya tahan tubuh individu

5.Adanya adenoid

6.Bronkhitis kronik, sinusitis, rhinitis

7.Palatoschisis juga faktor penting mengapa penyakitnya menjadi kronik. (2)Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif menjadi kronik sangat majemuk, antara lain :

1. Gangguan fungsi tuba Eustachius yang kronik akibat :

a. Infeksi hidung dan tenggorok yang kronik atau berulang

b. Obstruksi anatomik tuba Eustachius parsial atau total

2. Perforasi membran timpani yang menetap

3. Terjadinya metaplasia skuamosa atau perubahan patologik menetap lainnya pada telinga tengah

4. Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga tengah atau rongga mastoid. Hal ini dapat disebabkan oleh jaringan parut, penebalan mukosa, polip, jaringan granulasi atau timpanosklerosis.

5. Terdapat daerah-daerah denghan sekueter atau osteomielitis persisten di mastoid.

6. Faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemhan umum atau perubahan mekanisme pertahanan tubuh. (1)PATOGENESIS

Mukosa yang melapisi tuba eustachius, telinga tengah dan sel-sel mastoid mengalami peradangan akut. Mukopus terkumpul dalam telinga tengah dan sel-sel udara. Tekanan dalam telinga tengah makin meningkat, gendang telinga meradang, menonjil kemudian pecah pada bagian telinga tengah yang disebabkan oleh nekrosis sistemik. Mukopus kemudian keluar ke telinga luar. Gendang telinga menyembuh dan tuba eustachius terbuka lagi. Peradangan biasanya sembuh dengan pengonatan yang efektif dan telinga tengah kembali pada bentuk dan fungsi normal. Tetapi kadang-kadang peradangan terus berlangsung dan diikuti komplikasi. Otitis media akut dengan perforasi membrana timpani menjadi otitis media supuratif kronik apabila prosesnya sudah lebih dari dua bulan, sedang bila proses infeksi kurang dari dua bulan disebut otitis media supuratif akut. (1)

Menurut teori Tumarkin (1961) mengatakan semua faktor yang mempengaruhi otitis media kronik berhubungan dengan infeksi saluran nafas bagian atas pada masa anak-anak, yang akan mempengaruhi fungsi tuba dan tekanan intratimpani. (1)GEJALA KLINIK

Gejala atau keluhan otitis media supuratif kronik biasanya cukup jelas, dapat ditemui :

Otorrhoe: mucous sampai purulen dan berbau khas.

Vertigo.

Tinitus.

Perforasi membrana timpani.

Rasa penuh di telinga.

Cholesteatoma.

Fistel atau abses.

Gangguan pendengaran. (1,2,5,6,7)PEMERIKSAAN KLINIS

1.Pemeriksaan Audiometri

Pada pemeriksaan ini biasanya dijumpai tuli konduktif, bila infeksi berulang-ulang dapat terjadi tuli saraf. Gangguan pendengaran pada nada rendah lebih berat dibandingkan pada nada tinggi.

Pemeriksaan ini terutama diperlukan untuk mengetahui perjalanan penyakit dan evaluasi setelah pengobatan atau operasi.

2.Pemeriksaan Radiologi

Tidak banyak membantu dalam menegakkan diagnosa, tapi sebaiknya dilakukan untuk menilai keadaan mastoid dan frosa cranii media3.Pemeriksaan Bakteriologi

Infeksi telinga tengah biasanya masuk melalui tuba dan berasal dari hidung, sinus paranasalis, adenoid atau faring. Kuman penyebab biasanya Pneumococcus, Stophilococcus pyogenes, Steptococcus pneumoniae atau Haemophilus influenza. (1)DIAGNOSISDiagnosis otitis media supuratif kronik ditegakkan dari anamnesa, gejala dan hasil pemeriksaan klinik pada telinga dengan otoskop dan dibantu oleh pemeriksaan radiologi atau rontgen mastoid atau CT scan kepala dilakukan untuk mengetahuiadanya penyebaran infeksi ke struktur di sekeliling telinga. Pemeriksaan bakteriologi dan tes pendengaran diperlukan untuk evaluasi. (2,5)PENATALAKSANAAN

Terapinya sering lama dan harus berulang-ulang karena:

1.Adanya perforasi membrane tymphani yang permanent.

2.Terdapatnya sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung dan sinus paranasalis.

3.Telah membentuk jaringan patologik, yang irrevesible dalam rongga mastoid.

4.Gizi dan kebersihan yang kurang. (1,2,5,6,7)Terapi terhadap otitis media supuratif kronik dapat dibagi menjadi:

1.Terapi konserbatif

2.Terapi operatif

Ad.1. Terapi konservatif

Bila sekret terus menerus, diberikan obat pencuci telinga yaitu larutan H2O2 3% selama 3-5 hari untuk mengeringkan cairan sehingga obat dapat masuk ke dalam telinga. Setelah sekret berkurang atau bila sudah tenang, dilanjutkan dengan obat tetes telinga yang mengandung antibiotika dan kortikosteroid 7 10 hari atau tidak lebih dari 1-2 minggu.

Antibiotika oral golongan penicillin atau eritromisin. Pasien dianjurkan untuk tidak berenang dan menghindari masuknya air ke dalam telinga. Bila sekreta telah kering, namun perforasi tetap ada setelah 2 bulan, maka harus dirujuk untuk miringoplasti dan timpanoplasti. (1,2,7)

Ad.2. Terapi operatif

a.Mastoidektomi sederhana (Simple Mastoidectomy)

Operasi ini dilakukan pada otitis media kronik tipe benigna yang dengan pengobatan konservatif tidak sembuh. Dengan tindakan operasi ini dilakukan pembersihan ruang mastoid dari jaringan patologik. Tujuannya ialah supaya infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi. Pada operasi ini fungsi pendengaran tidak diperbaiki. Terdapat 2 prosedur mastoidektomi berbeda yaitu :

Mastoidektomi radikal

Dilakukan pada otitis media kronik dengan cholesteatoma.

Mastoidektomi dengan modifikasi Gondy

Dilakukan pada otitis media kronik dengan attic retraction, cholesteatoma dengan perforasi hanya pada pars flaksida. Pendengaran diusahakan dipertahankan. (1,2,7)b.Miringoplasti

Operasi ini merupakan jenis trimpanoplasti yang paling ringan. Rekonstruksi hanya dilakukan pada membrana timpani. Tujuan operasi untuk mencegah berulangnya infeksi telinga tengah pada otitis kronik tipe benigna dengan perforasi yang menetap dan dapat digunakan pada perforasi yang kering. (1,2,5,7)c.Tymphanoplasti

Dikerjakan pada otitis media kronik tipe benigna dengan kerusakan yang lebih berat atau tidak bias ditenangkand engan medikamentosa. Pada operasi ini selain rekontruksi membrana timpani sering kali harus dilakukan juga rekontruksi tulang pendengaran. Sebelum rekontruksi dilakukan eksplorasi cavum timpani dengan atau tanpa mastoidektomi untuk membersihkan jaringan patologis. Tidak jarang pada operasi ini dilakukan 2 tahap dengan jarak waktu 6-12 bulan. (1,2,5,7)

Perforasi yang sentral biasanya dapat sembuh dengan sendiri.KOMPLIKASI1.Komplikasi ditelinga tengah :

Perforasi persisten.

Erosi tulang pendengaran.

Paralisis nervus facialis.

2.Komplikasi ditelinga dalam :

Fistel labirin.

Labirinitis.

Tuli syaraf (sensorineural).

3.Komplikasi di ekstradural :

Abses ekstradural.

Trombosis sinus lateralis.

Petrositis.

4.Komplikasi di susunan syaraf pusat

Meningitis.

Abses otak. (1,2)KESIMPULAN

Otitis media kronik merupakan infeksi yang terjadi ditelinga tengah dengan perforasi membrana timpani dan sekret yang keluar dari telinga terus menerus atau hilang timbul.

Umumnya penyebab dari otitis media kronik adalah akibat dari otitis media akut.

Tanda dan gejala klinis tergantung dari tipe otitis media kronik tersebut, benigna atau maligna. Dimana pada tipe benigna proses peradangan terbatas pada mukosa saja dan biasanya tidak mengenai tulang pendengaran. Sedangkan pada tipe maligna proses peradangan sudah mengenai tulang pendengaran dan sering menimbulkan komplikasi yang berbahaya.

Prinsip terapi otitis media perforate kronik ialah konservatif dan operatif.

Bila sekreta yang keluar terus menerus maka diberikan obat pencuci telinga berupa larutan H2O2 3% selama 3-5 hari.

Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekreta tetap ada atau infeksi terjadi berulang, maka sumber infeksi harus diobati terlebih dahulu, bila perlu dilakukan pembedahan.

DAFTAR RUJUKAN

1. Soepardi EA., Iskandar S. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung dan Tenggorokan. Edisi IV. FKUI. Jakarta 1997: 54 60.

2. Adenin A. Kumpulan Kuliah Telinga. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan: 45 50.

3. Thane D., Cody R., Kern EB., Pearson BW: Diseases of the Ears, Nose and Throat, Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan, Alih Bahasa: Samsudin Sonny, Andrianto Petrus, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta: 84 9.

4. Anatomi Manusia. Atlas Fotografik Anatomik Sistemik dan Regional, Johanes W., Rohen, Chihiro Yokocchi. Edisi Ke-3. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta: 118.

5. Adam GL., Boies L., Higler P., Buku Ajar Penyakit THT. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1997: 95 97.

6. Soepardi EA., Hadjat F., Iskandar N. Penatalaksanaan Penyakit dan Kelainan Telinga Hidung Tenggorokan. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2003: 47 51

7. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ke-3 Jilid 1. Penerbit Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta 1987: 82-3.

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar i

Daftar Isi ...iii

1Pendahuluan

2Anatomi Telinga

3Fisiologi Pendengaran

4Defenisi

4Klasifikasi

5Etiologi

6Patogenesis

7Gejala Klinik

8Pemeriksaan Klinis

8Diagnosis

9Penatalaksanaan

11Komplikasi

12Kesimpulan

13Daftar Rujukan

KATA PENGANTAR

Dengan rasa syukur dan hati lega, penulis telah selesai menyusun case ini guna memenuhi persyaratan mengakhiri Kepanitraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Penyakit THT RSU. Dr. Pirngadi Medan dengan judul Otitis Media Supuratif Kronik.

Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada pembimbing, yaitu Dr. Beresman Sianipar, Sp.THT. atas bimbingan dan arahannya selama mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Penyakit THT RSU Dr. Pirngadi Medan serta dalam penyusunan case ini, juga terima kasih kepada :

1. Kepala bagian SMF THT RSU Dr. Pirngadi Medan Dr. zulkifli, Sp. THT

2. Sekretaris SMF THT RSU Dr. Pirngadi Medan Dr. Netty Harnita, Sp. THT

3. Dr. Dewi Fauziah, Sp.THT

4. Dr. Hj. Yohanita, Sp.THT

5. Dr. Ali Syahbana, Sp. THT

6. Dr. Rehulina Surbakti, Sp. THT

7. Dr. Linda Samosir, Sp. THT

8. Dr. Magdalena Hutagalung, Sp. THT

9. Dr. Ita Lohberthani, Sp. THT

10. Dr. Zalfina Cora, Sp. THT

11. Dr. M. Taufik, Sp. THT

Bahwasanya hasil usaha penyusunan case ini masih banyak kekurangannya, tidaklah mengherankan karena keterbatasan pengetahuan yang ada pada penulis. Kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan, guna perbaikan penyusunan case di kemudian kesempatan.

Harapan penulis semoga case ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan serta dapat menjadi arahan dalam mengimplementasikan Ilmu Penyakit THT dalam klinik dan masyarakat.

Medan, Oktober 2004

Penulis

i

iii

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK

Case ini Dibuat Sebagai Salah Satu Persyaratan Dalam Mengikuti KKS

di Bagian Ilmu Penyakit THT RSU. Dr. Pirngadi Medan.

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati dan Universitas Islam Sumatera Utara

Oleh,

RINA ARYANI ARLAN (1)NIM. 96310051

Pembimbing,

Dr. BERESMAN SIANIPAR, Sp. THT

BAGIAN ILMU PENYAKIT THT

RSU. Dr. PIRNGADI MEDAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI (1), DAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA (2)

MEDAN 2004

ii

PAGE 14KKS Ilmu Penyakit THT RSU. Dr. Pirngadi Medan Rina & Indra

FK Unmal & UISU