otitis media akut

27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Otitis media sering terjadi pada anak kecil. 50% terjadi pada anak usia satu tahun dan di bawah satu tahun. Sedangkan 80% terjadi pada anak usia 3 tahun dan dibawah 3 tahun. Sebagaimana halnya dengan kejadian infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), otitis media juga merupakan salah satu penyakit langganan anak. Di Amerika Serikat, diperkirakan 75% anak mengalami setidaknya satu episode otitis media sebelum usia tiga tahun dan hampir setengah dari mereka mengalaminya tiga kali atau lebih. Di Inggris, setidaknya 25% anak mengalami minimal satu episode sebelum usia sepuluh tahun. Di negara tersebut otitis media paling sering terjadi pada usia 3-6 tahun. 1.2 TUJUAN Tujuan penulisan adalah untuk mengingatkan dan menambah pengetahuan bagi penulis dan pembacanya tentang otitis media akut yang terdiri dari definisi, anatomi, etiologi, faktor risiko, patofisiologi, gejala klinik, dan lain sebagainya. 1.3 SUMBER TEORI 1

Upload: farizhilman

Post on 05-Feb-2016

219 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

oma

TRANSCRIPT

Page 1: Otitis Media Akut

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Otitis media sering terjadi pada anak kecil. 50% terjadi pada anak usia satu tahun

dan di bawah satu tahun. Sedangkan 80% terjadi pada anak usia 3 tahun dan dibawah 3 tahun.

Sebagaimana halnya dengan kejadian infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), otitis media

juga merupakan salah satu penyakit langganan anak. Di Amerika Serikat, diperkirakan 75%

anak mengalami setidaknya satu episode otitis media sebelum usia tiga tahun dan hampir

setengah dari mereka mengalaminya tiga kali atau lebih. Di Inggris, setidaknya 25% anak

mengalami minimal satu episode sebelum usia sepuluh tahun. Di negara tersebut otitis media

paling sering terjadi pada usia 3-6 tahun.

1.2 TUJUAN

Tujuan penulisan adalah untuk mengingatkan dan menambah pengetahuan bagi

penulis dan pembacanya tentang otitis media akut yang terdiri dari definisi, anatomi, etiologi,

faktor risiko, patofisiologi, gejala klinik, dan lain sebagainya.

1.3 SUMBER TEORI

Sumber teori yang digunakan adalah teori-teori yang terdapat dibuku-buku ajar

kuliah THT dan beberapa internet. Teori-teori pada pembahasan dituliskan menggunakan

bahasa Indonesia dan bahasa-bahasa istilah kedokteran (medis).

1

Page 2: Otitis Media Akut

BAB II

KASUS

2.1 IDENTITAS

Nama : An. NY

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 7 tahun

Alamat : Jalan Taruna RT 06/02 Sukapura Jakarta Utara

No. Medrek : 159030

Tanggal Masuk RS : 02 April 2012

2.2 ANAMNESIS (AUTO-ALLOANAMNESIS)

Keluhan Utama : Nyeri telinga kiri sejak 1 minggu yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang : Os datang ke poliklinik THT dengan keluhan nyeri pada

telinga sebelah kiri sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan pada

telinga disertai dengan suara berdengung di sebelah kiri dan

pendengaran sedikit menurun. Riwayat keluar cairan dari

telinga sebelumnya disangkal. Selain itu os mengeluh

demam sejak 1 minggu yang lalu. Demam dirasakan hilang

timbul secara bertahap dan hilang setelah minum obat.

Keluhan juga disertai dengan batuk pilek sejak 1 minggu

yang lalu. Batuk berdahak. Menurut pengakuan ibu os,

dalam setahun os mengalami keluhan batuk pilek lebih dari

4 x. Os menyangkal pernah terpapar dengan penderita TB

paru. Keluhan BB menurun disangkal. Selain itu os

mengeluh nyeri menelan sehingga nafsu makan os

menurun.

Riwayat Penyakit Dahulu : Os belum pernah mengalami keluhan yang sama seperti ini.

Riwayat Penyakit Keluarga : Keluhan yang sama di keluarga disangkal.

2

Page 3: Otitis Media Akut

Riwayat Alergi : Alergi makanan, obat-obatan, debu disangkal.

Riwayat Pengobatan : Os belum pernah mendapat pengobatan dalam jangka

waktu yang lama.

Riwayat Kebiasaan : Os sering konsumsi makanan chiki-chikian, sering

membersihkan telinga dengan cotton buds, dan tidur

mengorok.

2.3 PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Keadaan umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos mentis

Tanda Vital

Tekanan darah : Tidak diukur

Pernafasan : 22 x/ menit

Nadi : 88 x/menit

Suhu : Afebris

BB : 30 kg

Status Lokalis

Telinga

Telinga kanan Telinga Kiri

Normotia

Tanda radang (-)

Sekret (-)

Nyeri tekan aurikula (-)

Nyeri tarik aurikula (-)

Nyeri tragus(-)

Aurikula Normotia

Tanda radang (-)

Sekret (-)

Nyeri tekan aurikula (-)

Nyeri tarik aurikula (-)

Nyeri tragus(-)

Lapang

Serumen (-)

MAE Lapang

Serumen (-)

3

Page 4: Otitis Media Akut

Tanda radang (-) Tanda radang (-)

Intak (+)

Refleks cahaya (+)

Hiperemis (-)

Membran timpani Intak (+)

Refleks cahaya (+)

Hiperemis (+)

+ Tes Bisik ↓

+ Rinne +

W → Weber W →

Tidak dilakukan Schwabah Tidak dilakukan

Interpretasi : membran timpani sebelah kiri hiperemis dan pada pem. pendengaran kesan : tuli konduktif AS

Hidung

Bentuk : normonasi

Epistaksis : -/-

Cavum nasi : Hiperemis -/-, sekret -/-

Mukosa : Hiperemis -/-

Concha : Hipertropi -/-

Septum : tidak ada deviasi

Sinus paranasal : nyeri tekan pada: pangkal hidung (-), pipi (-), dahi (-), tidak

terlihat pembengkakan pada daerah muka

Tenggorokan :

Mukosa : Hiperemis (+/+), Granul (-/-)

Uvula : Deviasi (-/-)

Tonsil : T4 - T3, Hiperemis (+), kripta melebar (+/+), detritus (+/+)

KGB : Pembesaran (-/-)

4

Page 5: Otitis Media Akut

2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium tanggal 02 April 2012

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai NormalPembekuan

Masa PendarahanMasa Pembekuan

2’00”3’00”

menitmenit

1 – 32 – 6

Kimia KlinikGDS 102 mg/dL <120

EnzymSGOTSGPT

3329

U/LU/L

0 – 370 – 40

Faal GinjalUreumCreatinin

170,7

mg/dLmg/dL

20 – 400,6 – 1,2

HematologiDLK, Ht, Trombo

Darah Lengkap KecilLEDHemoglobinLeukositDiff :

BasofilEosinofilBatangN. SegmenLimfositMonosit

HematokritTrombosit

512,58,900

00275203

36,4266

mm/jamg/dL/mm3

%%%%%%%

ribu/mm3

0 – 2011,3 – 15,54,3 – 10,4

0 – 0,32 – 41 – 5

51 – 6720 – 302 – 6

38,0 – 47,0132 – 440

PembekuanMasa ProtombinAPTT

12,2 k 11,034,3 k 32,0

detikdetik

11 – 1426 – 36

Foto Thoraks tanggal 02 April 2012

Kesan : cor tidak membesar

Bronkhitis chronis DD/ TB Paru lama

2.5 RESUME

Seoarang anak perempuan diantar oleh orang tuanya datang ke poliklinik THT RSIJ

Sukapura dengan keluhan nyeri pada telinga sebelah kiri sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan

disertai dengan suara berdengung dan pendengaran menurun. Riwayat keluar cairan dari

telinga disangkal. Selain itu os mengeluh demam, batuk pilek sejak 1 minggu yang lalu.

5

Page 6: Otitis Media Akut

Batuk berdahak. Dalam setahun os mengalami batuk pilek lebih dari 4 x. Os menyangkal

pernah terpapar dengan penderita TB paru. Keluhan BB menurun disangkal. Selain itu os

mengeluh nyeri menelan sehingga nafsu makan os menurun. Kebiasaan os sering konsumsi

makanan chiki-chikian, sering membersihkan telinga dengan cotton buds, dan tidur

mengorok.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit ringan. Kesadaran

komposmentis dan status gizi tampak baik. Pada status lokalis di telinga, membran timpani

tampak hiperemis disebelah kiri serta pemeriksaan penala terdapat kesan tuli konduktif pada

telinga kiri. Pada pemeriksaan pendengaran kesan tuli konduktif pada telinga kiri. Hidung

dalam batas normal. Tenggorokan tampak hiperemis, tonsil T4-T3, hiperemis dan kripta

melebar.

Pada pemeriksaan penunjang yaitu laboratorium didapatkan kesan dalam batas

normal dan foto toraks didapatkan kesan bronchitis chronic dengan DD/ TB paru lama.

2.6 DIAGNOSIS

OMA stadium hiperemis AS

Tonsilofaringitis

Bronkitis kronik DD/ TB paru lama

2.7 PENATALAKSANAAN

a. Terapi medikamentosa :

- Antibiotik : amoksisilin (dosis : 40 mg/kgBB/hr dalam 3 dosis) 3 x 400 mg

selama 7 hari

- Obat tetes hidung : HCl efedrin 1% dalam larutan fisiologik

- Analgetika – antipiretik

- Kortikosteroid : dexametason (dosis 0,08 – 0,3 mg/kgBB) 1 x 2,4 – 9 mg

b. R/ pemeriksaan BTA dan Mantoux test

c. R/ Tonsilektomi setelah mendapat pengobatan radang pada faring dan TB paru.

d. Edukatif : meningkatkan daya tahan tubuh dan makan makanan yang bergizi.

6

Page 7: Otitis Media Akut

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 DEFINISI

Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba

eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.

3.2 ANATOMI DAN FISIOLOGI TELINGA

Secara anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian, yaitu telinga luar, tengah dan

dalam. Sepertiga liang telinga bersifat tulang rawan sedangkan duapertiga-nya bertulang

sejati.1

A. TELINGA LUAR

Telinga luar atau pinna (aurikula = daun telinga) merupakan gabungan dari rawan

yang diliputi kulit. Bentuk rawan tersebut unik dan dalam merawat trauma telinga luar, harus

diusahakan untuk mempertahankan bangunan ini. Kulit dapat terlepas dari rawan di

bawahnya oleh hematom atau pus, dan rawan yang nekrosis dapat menimbulkan deformitas

kosmetik pada pinna (telinga kembang kol).2

7

Page 8: Otitis Media Akut

Liang telinga (Meatus Akustikus Eksternus) berbentuk huruf S, dengan rangka

tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya

terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2,5 - 3 cm dan berdiameter 0,5 cm. Pada sepertiga

bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen (modifikasi kelenjar keringat

= kelenjar serumen) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga.

Pada duapertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen.1

Liang telinga memiliki tulang rawan pada bagian lateral namun bertulang di sebelah

medial. Seringkali terdapat penyempitan liang telinga pada perbatasan tulang dan tulang

rawan tersebut. Sendi temporomandibularis dan kelenjar parotis terletak di depan liang

telinga, sementara prosesus mastoideus terletak dibelakangnya. Saraf fasialis meninggalkan

foramen stilomastoideus dan berjalan ke lateral menuju prosesus stiloideus di posterior liang

telinga, dan kemudian berjalan di bawah liang telinga untuk memasuki kelenjar parotis.

Rawan liang telinga merupakan salah satu patokan pembedahan yang digunakan untuk

mencari saraf fasialis; patokan lainnya adalah sutura timpanomastoideus.2

Membran timpani atau gendang telinga adalah suatu bangunan berbentuk kerucut

dengan puncaknya, umbo, mengarah ke medial. Umbo (prosesus lateralis maleus) adalah

penonjolan dari bagian bawah lateral maleus. Membrana timpani umumnya bulat. Penting

untuk disadari bahwa bagian dari rongga telinga tengah yaitu epitimpanium yang

mengandung korpus maleus dan inkus, meluas melampaui batas bawah membrana timpani.

Membrana timpani tersusun oleh suatu lapisan epidermis di bagian luar, lapisan fibrosa di

bagian tengah di mana tangkai maleus dilekatkan, dan lapisan mukosa bagian dalam. Lapisan

8

Page 9: Otitis Media Akut

fibrosa tidak terdapat di atas prosesus lateralis maleus dan ini menyebabkan bagian

membrana timpani yang disebut membrana Sharpnell menjadi flaksid (lemas).2

Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan mnarik garis searah dengan

prosessus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo, sehingga

didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang, bawah depan serta bawah-belakang, untuk

menyatakan letak perforasi membran timpani.1

B. TELINGA TENGAH

Telinga tengah terdiri dari gendang telinga (membran timpani) dan sebuah ruang

kecil berisi udara yang memiliki 3 tulang kecil yang menghubungkan gendang telinga dengan

telinga dalam. 2

9

Tuba Auditiva

Page 10: Otitis Media Akut

Ketiga tulang tersebut adalah:

Maleus (bentuknya seperti palu, melekat pada gendang telinga)

Inkus (menghubungkan maleus dan stapes)

Stapes (melekat pada jendela oval di pintu masuk ke telinga dalam). Getaran dari

gendang telinga diperkuat secara mekanik oleh tulang-tulang tersebut dan dihantarkan ke

jendela oval.

Telinga tengah juga memiliki 2 otot yang kecil-kecil:

Otot tensor timpani (melekat pada maleus dan menjaga agar gendang telinga tetap

menempel)

Otot stapedius (melekat pada stapes dan menstabilkan hubungan antara stapedius dengan

jendela oval)

Telinga tengah berbentuk kubus dengan:

Batas luar : membran timpani

Batas depan : tuba eustachius

Batas bawah : vena jugularis (bulbus jugularis)

Batas belakang : auditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis

Batas atas : tegmen timpani (meningen/ otak)

Batas dalam : berturut-turut dari atas ke bawah, kanalis semi sirkularis horizontal,

kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round

window), dan promontorium.

Tuba auditiva adalah saluran kecil yang menghubungkan telinga tengah dengan

hidung bagian belakang, yang memungkinkan masuknya udara luar ke dalam telinga tengah.

Tuba eustakius membuka ketika kita menelan, sehingga membantu menjaga tekanan udara

yang sama pada kedua sisi gendang telinga, yang penting untuk fungsi pendengaran yang

normal dan kenyamanan.

10

Page 11: Otitis Media Akut

C. TELINGA DALAM

Telinga dalam (labirin) adalah suatu struktur yang kompleks, yang terjdiri dari 2

bagian utama:

Koklea (organ pendengaran)

Kanalis semisirkuler (organ keseimbangan)

Koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri

dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema,

menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli.1

Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk

lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea, tampak skala vestibuli di sebelah

atas media (duktus koklearis) di antaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa,

sedangkan skala media berisi endolimfa. Ion dan garam yang terdapat di perilimfa berbeda

dengan endolimfa. Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar skala vestibuli disebut sebagai

membran vestibuli (Reissner’s membrane) sedangkan dasar skala media adalah membrana

basalis. Pada membran ini terletak Organo Corti.1

Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran

tektoria, dan pada membran basalis melekat sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis

Corti, yang membentuk Organ Corti.1

11

Page 12: Otitis Media Akut

Bagian vestibulum telinga dibentuk oleh sakulus, utrikulus, dan kanalis

semisirkularis. Utrikulus dan sakulus mengandung makula yang diliputi oleh sel-sel rambut.

Menutupi sel-sel rambut ini adalah suatu lapisan gelatinosa yang ditembus oleh silia, dan

pada lapisan ini terdapat pula otolit yang mengandung kalsium dan dengan berat jenis yang

lebih besar daripada endolimfe. Karena pengaruh gravitasi, maka gaya dari otolit akan

membengkokkkan silia sel-sel rambut dan menimbulkan rangsangan pada reseptor.2

Sakulus berhubungan dengan utrikulus melalui suatu duktus sempit yang juga

merupakan saluran menuju sakus endolimfatikus. Makula utrikulus terletak pada bidang yang

tegak lurus terhadap makula sakulus. Ketiga kanalis semisirkularis bermuara pada utrikulus.

Masing-masing kanalis mempunyai suatu ujung yang melebar membentuk ampula dan

mengandung sel-sel rambut krista. Sel-sel rambut menonjol pada suatu kupula gelatinosa.

Gerakan endolimfe dalam kanalis semisirkularis akan menggerakkan kupula yang selanjutnya

akan membengkokkan silia sel-sel rambut dan merangsang sel reseptor.2

D. FISIOLOGI PENDENGARAN

Proses mendengar diawali bunyi dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun

telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran

tersebut menggetarkan membran timpani, diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian

tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang

pendengaran dan perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong (oval window).

Energi yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap

lonjong, sehingga perilimfa pada skala vestibuli bergerak. Getaran diteruskan melalui

membran Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerakan relatif

antara membran basalis dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang

menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan

terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan potensial

aksi pada saraf auditoris, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks

pendengaan (area 39-40) di lobus temporalis.1

E. FISIOLOGI ALAT KESEIMBANGAN3

Keseimbangan dan orientasi tubuh seseorang terhadap lingkungan di sekitarnya

tergantung pada input sensorik dari resptor vestibuler di labirin, organ visual dan

12

Page 13: Otitis Media Akut

proprioseptif. Gabungan informasi ketiga reseptor sensorik tersebut akan diolah di SSP,

sehingga menggambarkan keadaan posisi tubuh pada saat itu.

Labirin terdiri dari labirin statis yaitu utrikulus dan sakulus yang merupakan

pelebaran labirin membran yang terdapat dalam vestibulum labirin tulang. Pada tiap

pelebarannya terdapat makula utrikulus yang didalamnya terdapat sel-sel reseptor

keseimbangan. Labirin kinetik terdiri dari tiga kanalis semisirkularis dimana tiap kanalis

terdapat pelebaran yang berhubungan dengan utrikulus, disebut ampula. Di dalamnya

terdapat krista ampularis yang terdiri dari sel-sel reseptor keseimbangan dan seluruhnya

tertutup oleh suatu substansi gelatin yang disebut kupula.

Gerakan atau perubahan kepala dan tubuh akan menimbulkan perpindahan cairan

endolimfa di labirin dan selanjutnya silia sel rambut akan menekuk. Tekukan silia

menyebabkan permeabilitas membran sel berubah, sehingga ion kalsium akan masuk ke

dalam sel yang menyebabkan terjadinya proses depolarisasi dan akan merangsang

penglepasan neurotransmiter eksitator yang selanjutnya akan meneruskan impuls sensoris

melalui saraf aferen ke pusat keseimbangan di otak. Sewaktu berkas silia terdorong ke arah

berlawanan, maka terjadi hiperpolarisasi.

Organ vestibuler berfungsi sebagai transduser yang mengubah energi mekanik

akibat rangsangan otolit dan gerakan endolimfa di dalam kanalis semisirkularis menjadi

energi biolistrik, sehingga dapat memberi informasi mengenai perubahan posisi tubuh akibat

percepatan sudut. Dengan demikian dapat memberi informasi mengenai semua gerak tubuh

yang sedang berlangsung.

Sistem vestibuler berhubungan dengan sistem tubuh yang lain, sehingga kelainannya

dapat menimbulkan gejala pada sistem tubuh bersangkutan. Gejala yang timbul dapat berupa

vertigo, rasa mual dan muntah. Pada jantung berupa bradikardi atau takikardi dan pada kulit

reaksinya berkeringat dingin.

3.3 ETIOLOGI

Kuman penyebab pada OMA ialah bakteri piogenik seperti Streptococcus

hemolitikus, Stafilokokus aureus, Pneumokokus. Selain itu kadang-kadang ditemukan juga

Hemofilus influenza, Eshericia colli, Streptokokus anhemoliticus, Proteus vulgaris dan

Pseudomonas aurugenosa.1

13

Page 14: Otitis Media Akut

Haemofilus influenzae sering ditemukan pada anak yang berusia di bawah 5 tahun.

Hal tersebut dikarenakan Tuba eustachius pada anak lebih pendek, lebih horizontal dan relatif

lebih lebar daripada dewasa.1

3.4 FAKTOR RISIKO3

Faktor risiko terhadap tuan rumah (host) diantaranya usia, prematuritas, ras, alergi,

abnormalitas craniofasial, refluks gastroesophageal, adanya adenoid, dan predisposisi

genetik.

Faktor risiko karena lingkungan terdiri dari infeksi saluran napas atas, level sosial

ekonomi, perawatan kesehatan harian, dan lain-lain.

Riwayat Infeksi Saluran Napas Atas.

Insiden meningkat pada saat musim gugur dan musim dingin

Riwayat keluarga adanya penyakit pada telinga tengah dapat meningkatkan insiden.

Adanya saudara kandung yang terkena OMA berulang, dapat menjadi salah satu faktor

risiko penyebab OMA.

Riwayat OMA pada usia ≤ 1 tahun, meningkatkan risiko adanya OMA berulang.

3.5 PATOFISIOLOGI

Infeksi pada saluran nafas atas akan menyebabkan edema pada mukosa saluran nafas

termasuk mukosa tuba eustakius dan nasofaring tempat muara tuba eustakius. Edema ini akan

menyebabkan oklusi tuba yang berakibat gangguan fungsi tuba eustakius yaitu fungsi

ventilasi, drainase dan proteksi terhadap telinga tengah.3

Tuba berperan dalam proteksi kuman dan sekret dari nasofaring hingga ke telinga

tengah, diantaranya melalui kerja silia. Ketika terjadi oklusi tuba, fungsi silia tidak efektif

untuk mencegah kuman dan sekret dari nasofaring ke kavum timpani dengan akumulasi

sekret yang baik untuk pertumbuhan kuman. Sehingga terjadi proses supurasi di telinga

tengah.3

14

Page 15: Otitis Media Akut

3.6 STADIUM OMA

Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi atas 5 stadium,

stadium oklusi tuba eustachius, stadium hiperemis, stadium supurasi, stadium perforasi,

stadium resolusi.1

1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius

Adanya gambaran retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanan negatif di

dalam telinga tengah, karena adanya absorpsi udara. Kadang-kadang membran timpani

tampak normal (tidak ada kelainan) atau berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah

terjadi, tetapi tidak dapat dideteksi. Stadium ini sukar dibedakan dengan otitis media

serosa yang disebabkan virus atau alergi.

2. Stadium Hiperemis (Stadium Presupurasi)

Tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani atau seluruh

membran timpani tampak hiperemis serta edem. Sekret yang telah terbentuk mungkin

masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat.

3. Stadium Supurasi

Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel

superfisial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani, menyebabkan

membran timpani menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar.

Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta

rasa nyeri di telinga bertambah hebat.

Apabila tekanan nanah di dalam kavum timpani tidak berkurang, maka terjadi

iskemia, akibatnya tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul tromboflebitis pada vena-

vena kecil dan nekrosis mukosa dan submukosa. Nekrosis ini pada membran timpani

terlihat sebagai daerah yang lebih lembek dan berwarna kekuningan. Di tempat ini akan

terjadi ruptur.

Bila tidak dilakukan insisi membran timpani (miringotomi) pada stadium ini,

maka kemungkinan besar membran timpani akan ruptur dan nanah keluar ke liang

telinga luar. Dengan melakukan miringotomi, luka insisi akan menutup kembali,

sedangkan apabila terjadi ruptur, maka lubang (perforasi tidak mudah menutup kembali.

4. Stadium Perforasi

15

Page 16: Otitis Media Akut

Terjadi ruptur membran timpani terjadi karena beberapa sebab, antara lain

karena terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi kuman yang tinggi. Setelah

terjadi ruptur, nanah akan keluar dan mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar.

Anak yang tadinya gelisah akan menjadi tenang, suhu badan turun dan anak dapat

tertidur nyenyak.

5. Stadium Resolusi

Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani perlahan-

lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan

menjadi kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah, maka resolusi

dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan. OMA berubah menjadi OMSK bila perforasi

menetap dengan sekret yang terus menerus atau hilang timbul. OMA dapat menimbulkan

gejala sisa (sequele) berupa Otitis Media Serosa bila sekret menetap di kavum timpani

tanpa terjadinya perforasi.

3.7 GEJALA KLINIK

Gejala klinik tergantung dari stadium serta usia pasien. Pada anak yang sudah dapat

berbicara, keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam telinga, keluhan di samping suhu tubuh

yang tinggi. Biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya. Pada anak yang lebih besar

atau pada orang dewasa, di samping rasa nyeri terdapat pula gangguan pendengaran berupa

rasa penuh di telinga atau rasa kurang dengar. Pada bayi dan anak kecil gejala khas OMA

ialah suhu tinggi hingga mencapai 39,50 C (pada stadium supurasi), anak gelisah dan sukar

tidur, tiba-tiba anak menjerit waktu tidur, diare, kejang-kejang dan kadang-kadang anak

memegang telinga yang sakit. Bila terjadi ruptur membran timpani, maka sekret mengalir ke

liang telinga, suhu tubuh turun dan anak tertidur tenang.1

3.8 TERAPI

Pengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya.1

Stadium Oklusi

Tujuan pengobatan untuk membuka kembali tuba Eustachius, sehingga tekanan

begatif di telinga hilang. Dapat diberikan obat tetes hidung berupa HCl efedrin 0,5 %

16

Page 17: Otitis Media Akut

dalam larutan fisiologik (anak <12 tahun) atau HCl efedrin 1 % dalam larutan fisiologik

untuk yang berumur > 12 tahun dan pada orang dewasa.

Di samping itu, sumber infeksi harus diobati. Antibiotika diberikan apabila

penyebab penyakit adalah kuman, bukan virus atau alergi.

Stadium Presupurasi

Dapat diberikan antibiotika, obat tetes hidung dan analgetika. Bila membran

timpani sudah terlihat hiperemis difus, sebaiknya dilakukan miringotomi. Antibiotik

yang dianjurkan adalah golongan penisilin intramuskular agar didapatkan konsentrasi

yang adekuat di dalam darah, sehingga tidak terjadi mastoiditis yang terselubung,

gangguan pendengaran sebagai gejala sisa, dan kekambuhan. Pemberian antibiotik

dianjurkan minimal selam 7 hari. Bila pasien alergi terhadap penisilin, maka diberikan

eritromisin.

Pada anak, ampisilin diberikan dengan dosis 50-100 mg/kg BB per hari, dibagi

dalam 4 dosis, atau amoksisilin 40 mg/ kg BB/ hari dibagi dalam 3 dosis, atau eritromisin

40 mg/kg BB/hari.

Stadium Supurasi

Diberikan antibiotika dan lebih baik disertai miringotomi, bila membran timpani

masih utuh. Dengan miringotomi gejala-gejala klinis lebih cepat hilang dan ruptur dapat

dihindari.

Stadium Perforasi

Sering terlihat sekret banyak keluar dan kadang terlihat keluarnya sekret secara

berdenyut (pulsasi). Pengobatan yang diberikan adalah obat cuci telinga H2O2 3 %

selama 3-5 hari serta antibiotika yang adekuat. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi

dapat menutup kembali dalam waktu 7-10 hari.

Stadium Resulosi

Membran timpani berangsur kembali normal, sekret tidak ada lagi dan perforasi

membran timpani menutup. Bila tidak terjadi resolusi biasanya akan tampak sekret

mengalir di liang telinga luar melalui perforasi di membran timpani. Keadaan ini dapat

disebabkan karena berlanjutnya edem mukosa telinga tengah. Pada keadaan demikian

17

Page 18: Otitis Media Akut

antibiotika dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila 3 minggu setelah pengobatan sekret

masih tetap banyak, kemungkinan telah terjadi mastoiditis.

Bila OMA berlanjut dengan keluarnya sekret dari telinga tengah lebih dari 3

minggu, maka keadaan ini disebut Otitis Media Supuratif Subakut. Bila perforasi

menetap dan sekret tetap keluar lebih dari satu setengah bulan atau dua bulan, maka

keadaan ini disebut Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK).

3.9 KOMPLIKASI

Sebelum ada antibiotika, OMA dapat menimbulkan komplikasi, yaitu abses sub-

periosteal sampai komplikasi yang berat (meningitis dan abses otak). Sekarang setelah ada

antibiotika, semua jenis komplikasi tersebut biasanya didapatkan sebagai komplikasi dari

OMSK.1

18

Page 19: Otitis Media Akut

DAFTAR PUSTAKA

1. Soeparti EA, Iskandar N, editor. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok

Kepala Leher Edisi Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2003.

2. Liston SL, Duval AJ. Embriologi, Anatomi dan Fisiologi Telinga. Dalam: Adams GL,

Boies LR, Higler PA. BOEIS Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta: EGC; 1997.

3. http://www.emedicine.com

19