orif

38
akibatkan berkurangnya kemampuan perawatan diri (Carpenito, 1996: 346). Pada reduksi terbuka fiksasi interna (ORIF) fragmen tulang dipertahankan dengan pin, sekrup, pelat, paku. Namun pembedahan memungkinkan terjadinya infeksi, pembedahan itu sendiri merupakan trauma pada jaringan lunak dan struktur yang sebelumnya tidak mengalami cidera mungkin akan terpotong atau mengalami kerusakan selama tindakan operasi. (Price, 1995: 1192) Pembedahan yang dilakukan pada tulang, otot dan sendi dapat mengakibatkan nyeri yang hebat. (Brunner & Suddarth, 2002: 2304) 4. Klasifikasi Fraktur Tertutup (Simple Fracture). Fraktur tertutup adalah fraktur yang fragmen tulangnya tidak menembus kulit sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan / tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar. Fraktur Terbuka (Compound Fracture). Fraktur terbuka adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk from within (dari dalam), atau from without (dari luar).

Upload: mardati-nuriyat

Post on 31-Oct-2014

261 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Orif

akibatkan berkurangnya kemampuan perawatan diri (Carpenito, 1996: 346).

Pada reduksi terbuka fiksasi interna (ORIF) fragmen tulang dipertahankan

dengan pin, sekrup, pelat, paku. Namun pembedahan memungkinkan terjadinya

infeksi, pembedahan itu sendiri merupakan trauma pada jaringan lunak dan struktur

yang sebelumnya tidak mengalami cidera mungkin akan terpotong atau mengalami

kerusakan selama tindakan operasi. (Price, 1995: 1192)

Pembedahan yang dilakukan pada tulang, otot dan sendi dapat mengakibatkan nyeri

yang hebat. (Brunner & Suddarth, 2002: 2304)

4.      Klasifikasi         Fraktur Tertutup (Simple Fracture). Fraktur tertutup adalah fraktur yang fragmen

tulangnya tidak menembus kulit sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh

lingkungan / tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar.

         Fraktur Terbuka (Compound Fracture). Fraktur terbuka adalah fraktur yang

mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak,

dapat berbentuk from within (dari dalam), atau from without (dari luar).

         Fraktur dengan komplikasi (Complicated Fracture). Fraktur dengan komplikasi

adalah fraktur yang disertai dengan komplikasi, misalnya mal-union, delayed union,

non-union, dan infeksi tulang

5.      Manifestasi Klinis         Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi.

Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang

untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.

         Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada eksremitas. Deformitas dapat

di ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak

Page 2: Orif

dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas

tulang tempat melengketnya obat.

         Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat

fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5,5 cm

         Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik

tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya.

         Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan

perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau

beberapa hari setelah cedera.

6.   Pemeriksaan PenunjangRadiologi :

X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment.

Venogram/anterogram menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untuk mendeteksi

struktur fraktur yang kompleks.

Laboratorium :

Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hb, hematokrit sering rendah

akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak

sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P mengikat di dalam darah

7.   Komplikasi  Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi

yang tidak pada seharusnya, membentuk sudut atau miring

  Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi dengan

kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.

  Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali.

  Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan takanan yang berlebihan di

dalam satu ruangan yang disebabkan perdarahan masif pada suatu tempat.

Page 3: Orif

  Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler

yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.

  Fat embalism syndroma, tetesan lemak masuk ke dalam pembuluh darah. Faktor resiko

terjadinya emboli lemak ada fraktur meningkat pada laki-laki usia 20-40 tahun, usia

70 sam pai 80 fraktur tahun.

  Tromboembolic complicastion, trombo vena dalam sering terjadi pada individu yang

imobiil dalam waktu yang lama karena trauma atau ketidak mampuan lazimnya

komplikasi pada perbedaan ekstremitas bawah atau trauma komplikasi paling fatal

bila terjadi pada bedah ortopedil

  Infeksi, Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma

orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya

terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam

pembedahan seperti pin dan plat.

  Avascular necrosis, pada umumnya berkaitan dengan aseptika atau necrosis iskemia.

  Refleks symphathethic dysthropy, hal ini disebabkan oleh hiperaktif sistem saraf

simpatik abnormal syndroma ini belum banyak dimengerti. Mungkin karena nyeri,

perubahan tropik dan vasomotor instability.

8.   Penatalaksanaan1.   Penatalaksanaan konservatif. Merupakan penatalaksanaan non pembedahan agar

immobilisasi pada patah tulang dapat terpenuhi.

   Proteksi (tanpa reduksi atau immobilisasi). Proteksi fraktur terutama untuk mencegah

trauma lebih lanjut dengan cara memberikan sling (mitela) pada anggota gerak atas

atau tongkat pada anggota gerak bawah.

   Imobilisasi degan bidai eksterna (tanpa reduksi). Biasanya menggunakan plaster of

paris (gips) atau dengan bermacam-macam bidai dari plastic atau metal. Metode ini

digunakan pada fraktur yang perlu dipertahankan posisinya dalam proses

penyembuhan.

Page 4: Orif

   Reduksi tertutup dengan manipulasi dan imobilisasi eksterna yang menggunakan

gips. Reduksi tertutup yang diartikan manipulasi dilakukan dengan pembiusan umum

dan local. Reposisi yang dilakukan melawan kekuatan terjadinya fraktur.penggunaan

gips untuk imobilisasi merupakan alat utama pada teknik ini.

   Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi. Tindakan ini mempunyai

dua tujuan utama, yaitu berupa reduksi yang bertahap dan imobilisasi.

2.   Penatalaksanaan pembedahan.

a.    Reduksi tertutup dengan fiksasi eksternal atau fiksasi perkutan dengan K-Wire

(kawat kirschner), misalnya pada fraktur jari.

b.   Reduksi terbuka dengan fiksasi internal (ORIF:Open Reduction internal Fixation).

Merupakan tindakan pembedahan dengan melakukan insisi pada derah fraktur,

kemudian melakukan implant pins, screw, wires, rods, plates dan protesa pada tulang

yang patah

Tujuan:

         Imobilisasi sampai tahap remodeling

         Melihat secara langsung area fraktur

Jenis Open Reduction Internal Fixation ( ORIF )

Menurut Apley (1995) terdapat 5 metode fiksasi internal yang digunakan, antara lain:

1.   Sekrup kompresi antar fragmen

2.   Plat dan sekrup, paling sesuai untuk lengan bawah

3.   Paku intermedula, untuk tulang panjang yang lebih besar

4.   Paku pengikat sambungan dan sekrup, ideal untuk femur dan tibia

5.   Sekrup kompresi dinamis dan plat, ideal untuk ujung proksimal dan distal femur

\\\

Page 5: Orif

PASANG PEN SEBAIKNYA DI BUKA ???Posted on 10. Dec, 2010 by muki partono in BERITA

Pada tulisan ini kami ingin melaporkan tentang kasus dimana pen yang terpasang terlalu lama  dan tidak dilepas dapat menyebabkan masalah. Pemasangan pen pada kasus patah tulang umum dilakukan oleh dokter bedah tulang. Banyak orang yang belum tahu apa sih  “PEN”. Sebenarnya istilah “PEN” kami dapat dari obrolan 2 dimasyarakat yang dimaksud adalah  implant yang dipasang pada tulang dengan maksud untuk mempertahankan kedudukan tulang dalam posisi  yang benar (anatomis) sampai proses penulangan terjadi . Tujuan pemasangan pen agar penderita lebih cepat melakukan aktifitas sehabis operasi dengan bantuan atau tanpa bantuan alat bantu. Banyak jenis pen yang dipakai di bidang Orthopedi, tergantung dari jenis tulang dan jenis patahan  tulangnya, oleh sebab itu pada kasus yang berbeda sudah pasti jenis pen yang dipasang berbeda. Di pasaran yang ada saat ini pen terbuat dari stainless steel atau titanium, sudah terbukti bahwa titanium lebih bagus dari stainless steel , karena reaksi penolakan tubuh hampir tidak ada dibanding stainless , lebih ringan dan lebih kuat, daya adhesi terhadap kuman lebih rendah dibanding stainless,sehingga memang Titanium lebih baik dari pada stainless, cuma saja harganya cukup mahal, dan stock di pasaran sedikit sehingga harus di pesan dulu, sehingga untuk kasus emergensi agak sulit kita lakukan. Kalau untuk kasus patah jari tangan dan kaki memang  di pasaran sudah banyak digunakan

Di bawah ini contoh jenis pen yang di pasang pada operasi tulang

Pada pen yang seperti contoh pada gambar umumnya terbuat dari stainless, dimana sifat reaksi penolakan tubuh lebih banding titanium dan daya adhesi kuman pada permukaan lebih tinggi,sehingga di anjurkan bila tulang sudah menyambung pen di lepas saja. Keuntungan pelepasan pen adalah : membuat daya elastis tulang yang terpasang pen kembali seperti semula, tulang lbh kuat,mencegah terjadinya reaksi penolakan tubuh terhadap pen. Pada gambar ini kami laporkan contoh kasus rekasi penolakan setelah dipasang pen 17 tahun , dimana terjadi infeksi pada kulit di daerah sekitar pen yang dipasang.(pada kasus patah tulang kering)

Page 6: Orif

Jadi kesimpulan sebaiknya pen dilepas setelah tulang menyambung (rata2 1 tahun),apalagi pada anak2 harus dilepas segera karena dapat mengganggu pertumbuhan tulang , khusus pada orang lanjut usia bila tidak ada keluhan tidak perlu, tapi lebih baik di lepas bila ada keluhan.

Page 7: Orif

FRAKTUR

A.      Konsep Dasar.

1.           Pengertian

a.       Fraktur adalah pemisahan / terputusnya / hilangnya kontiunitas dari pada struktur

tulang.

b.      ORIF adalah metode penatalaksanaan patah tulang dengan cara pembedahan reduksi

terbuka dan fiksasi internal dimana insisi dilakukan pada tempat yang mengalami

cedera dan ditemukan sepanjang bidang anatomik tempat yang mengalami fraktur,

fraktur diperiksa dan diteliti, Hematoma fraktur dan fragmen – fragmen yang telah

mati diiringi dari luka. Fraktur direposisi dengan tangan agar menghasilkan posisi

yang normal kembali, sesudah reduksi, fragmen-fragmen tulang dipertahankan

dengan alat – alat ortopedi berupa pin, pelat, srew, paku.

2.           Anatomi fisiologis

Tibia adalah tulang kaki yang lebih rendah, lebih besar yang membantu

menyokong berat badan. Fibula adalah tulang yang lebih kurus tau lebih kecil

membantu mengontrol pergerakan dari pergelangan kaki.Tibia dan Fibula merupakan

Page 8: Orif

tulang pipa yang terbesar sesudah paha yang membentuk persendian lutut dengan

femur. Pada bagian ujungnya terdapat tonjolan yang disebut os. Maleolus lateralis

atau mata kaki luar. Tibia lebih kecil, pada bagian pangkal melekat pada fibula. Pada

bagian ujung membentuk persendian dengan tulang pangkal kaki dan terdapat taju

yang disebut os. Maleolus medialis. Humerus (tulang pangkal lengan) berupa tulang

panjang seperti tongkat, bagian yang mempunyai hubungan dengan bahu, bentuknya

bundar membentuk kepala sendi yang disebut caput humeri. Pada caput humeri ini

terdapat tonjolan yang disebut tuberkel mayor minor, disebelah bawah caput humeri

terdapat lekukan yang disebut columna humeri.

3.           Penyebab Patah Tulang

Penyebab patah tulang dibagi dalam tiga bagian, yaitu :

a.       Kekerasan Langsung.

Kekerasan secara langsung menyebabkan tulang patah pada titik terjadinya

kekerasan itu, misalnya tulang kaki terbentur bamper moil, maka tulang akan patah

tepat di tempat terjadi benturan tersebut.

b.      Kekerasan tidak langsung.Kekerasan tidak langsung menyebabkan tulang patah di tempat yang jauh dari

tempat terjadinya kecelakaan atau kekerasan, dan biasanya yang patah adalah bagian

yang lemah dalam jalur hantaman vektor kekerasan, contoh apabila seseorang jatuh

Page 9: Orif

dari tempat ketinggian dengan posisi tumit kaki terlebih dahulu, maka yang patah

selain tumit itu sendiri terjadi patah tulang tibia, fibula, femur dan kemungkinan juga

patah tulang verfebra.

c.       Kekerasan Akibat Tarikan OtotPatah tulang oleh karena tarikan otot jarang terjadi, contoh pada patah tulang

ini adalah fraktur pahela dikarenakan otot lecep dan otot tricep berkontraksi secara

mendadak.

4.           Sedangkan faktor yang mempegaruhi terjadinya patah tulang, yaitu :

a.       Faktor ekstrinsik adalah gaya dari luar yang bereaksi pada tulang serta tergantung

dari besarnya, waktu atau lamanya dan arah gaya tersebut dapat menyebabkan patah

tulang.

b.      Faktor instrensik adalah beberapa sifat penting dari tulang yang menentukan daya

tahan timbulnya fraktur, yaitu kapasitas absorbsi dari sendi, daya elastisitas, daya

terhadap kelelahan dan aktivitas atau kepadatan.

5.        Patofisiologi

Adanya daya atau tekanan pada tulang menyebabkan terjadinya fraktur.

Adanya fraktur dapat merusak jaringan lunak, pembuluh darah, serabut saraf dan

sum-sum tulang, periotium dan kortek tulang. Pada kerusakkan jaringan lunak dapat

Page 10: Orif

terjadi luka, menyebabkan port de entry yang akan terjadi infeksi dan non infeksi,

pada infeksi bisa terjadi delayed union dan malunion, pada non infeksi terjadi union.

Pada kerusakan pembuluh darah dapat terjadi perdarahan dan akan mengakibatkan

hematoma dan hipovolemik. Pada hematoma terjadi vasodilatasi eksudasi plasma

migrasi leukosit yang akan menyebabkan inflamasi, bengkak, terjadi penekanan saraf

dan timbul nyeri. Pada hipovolemik dapat terjadi hipotensi akan menyebabkan suplai

darah ke otak menurun, kesadaran menurun dan dapat terjadi syok hipovolemik. Pada

kerusakan serabut saraf dan sum-sum tulang dapat menyebabkan hilangnya sensasi

dan terjadi anesthesia, dapat juga merusak reseptor nyeri dan terjadi nyeri. Pada

kerusakkan periostium dan kortek tulang dapat terjadi deformitas, krepitasi dan

pemendekan extremitas.

6.           Klasifikasi Fraktur

a.             Incomplet adalah fraktur hanya melibatkan bagian petunjuk menyilang tulang, salah

satu sisi patah yang lain biasanya hanya bengkak (greenstick).

b.             Complet adalah fraktur melibatkan seluruh potongan menyilang dari tulang dan

fragmen tulang biasanya berubah tempat.

c.             Tertutup (simple) adalah fraktur titik meluas melewati kulit.

7. Proses Penyembuhan TulangTahap-tahap Penyembuhan Tulang

Page 11: Orif

a.       Tahap Pembentukan

Dalam 24 jam mulai terbentuk bekuan darah dan fibrin yang masuk ke area fraktur,

setelah 24 jam terbentuk karena suplai darah meningkat, berkembang menjadi

Grawlasi

b.       Tahap Prolifelasi Seluler sampai hari XII

Pada area Fraktur, menyuplai sel yang sudah berubah menjadi Fibri dan jaringan

penunjang Fisura.

c.       Tahap pra kallus 6-10 hari setelah cedera granulasi berubah menjadi pra kallus,

ukuran maksimal 14-21 hari.

d.      Tahap osifikasi kalkus sampai minggu ke XII

Membentuk Osifikasi kallus external minggu 3-10 kalus menyerupai tulang.

e.       Tahap Konsulidasi 6-8 bulan dan remodeling 6-12 bulan

Dengan aktifitas osteoblas dan osteoklas kallus mengalami pembentukan tulang

sesuai dengan aslinya.

8.       Prinsip Penanganan Fraktur

Ada empat dasar yang harus di pertimbangkan pada waktu menangani

fraktur :

Page 12: Orif

Rekognisi menyangkut diagnosis fraktur pada tempat kejadian kecelakaan

dan kemudian di rumah sakit. Reduksi adalah reposisi fragmen - fragmen fraktur

sedekat mungkin dengan letak normalnya. Retensi menyatukan metode - metode yang

dilaksanakan untuk mempertahankan fragmen - fragmen tersebut selama

penyembuhan. Rencana rehabilitasi harus segera dimulai dan dilaksanakan bersama

dengan pengobatan fraktur.

9.       Dampak Masalah.

Bila salah satu anggota tubuh mengalami gangguan yang mengakibatkan

cedera, maka tubuh akan memberikan reaksi baik fisik maupun psikologis sebagai

mekanisme pertahanan tubuh, disamping itu juga akan memberikan pengaruh atau

dampak terhadap kebutuhan penderita sebagai makluk hidup yang holistik dan juga

akan berpegaruh terhadap keluarga klien.

a.       Pola Persepsi dan Tata Laksana Kesehatan

Bahwa biasanya klien multipel fraktur mempunyai harapan dan alasan masuk

Rumah Sakit, Adapun alasannya ingin segera sembuh dari penyakitnya dan harapan

tersebut adalah tidak ingin terjadi kecacatan pada dirinya kelak di kemudian hari.

b.           Pola Nutrisi dan Metabolis

Page 13: Orif

Pola nutrisi dan metabolik pada klain multipel fraktur jarang mengalami

gangguan kecuali apabila terdapat trauma pada abdomen atau komplikasi lain yang

dapat menyebabkan klien antreksia.

c.            Pola aktifitas dan Latihan

Pada klien multipel fraktur setelah dilakukan orif akan mempengaruhi gerak

dan pola. Aktivitasnya, oleh itu dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari – hari,

klien akan di bantu oleh perawat atau keluarganya dan suami mungkin untuk

dilakukan latihan rontag gerak baik positif / aktif.

d.           Pola Tidur dan istirahat

Terganggunya pola tidur dan kebutuhan istirahat pada klien post orif dengan

multipel fraktur biasanya di sebabkan olah raga nyeri dan daerah operasi juga di

sebabkan adanya plat dan screw.

e.            Pola Perseptual dan Kognitif

Klien biasanya kurang memahami tentang proses penyembuhan luka dan

pembentukan kalis atau penyambungan tulang kembali yang memerlukan proses dan

waktu sehingga dalam tahap – tahap perawatan perlu kata penata laksanaan yang

kompraktif.

Page 14: Orif

f.            Pola Elimasi Defekasi dan Iniksi

Klian kadang – kadang masih dalam perawatan dirumah sakit membatasi

makan dan minum, hal ini dikarenakan adanya immabilisasi pasca operasi orif yang

mengharuskan pasien tidak mempergunakan kakinya yang cedera untuk aktifitas

sehingga klien kurang beraktifitas dan dapat mengakibatkan konstipasi (sembelit).

g.           Pola Seksual dan Repraduksi

Klien post operasi orif dengan multipel fraktur jelas akan mempengaruhi pola

kebutuhan seksualitas, disamping klien harus menjaga agar daerah operasinya

seminimal mungkin mendapat beban dan rasa nyeri yang tidak memungkinkan klien

untuk melakukan aktifitas seksualnya.

h.           Pola Hubungan Peran

Pola hubungan peran berpengaruh sekali terutama sekali apabila klien seorang

kepala rumah tangga yang merupakan satu – satunya orang yang mencari nafkah bagi

keluarganya.

i.             Dampak Psikologis

Page 15: Orif

Dampak psikologis yang di timbulkan adalah rasa khawatir terhadap

kecacatan yang mungkin terjadi kelak dikemudian hari sehingga memungkinkan tidak

mampu beraktifitas seperti biasa.

j.                       Imobilisasi

Untuk memungkinkan kesemubuhan fregmen yang dipersatukan.

1.             Fiksisasi Eksterns, tindakan ini merupakan pilihan bagi sebagian besar multipel

fraktur di imabilisasi dengan menggunakan bidai atau gif.

2.             Fiksasi interns, cara ini digunakan untuk kasus tertentu, ujung patahan tulang

disatukan dan di fiksasi pada operasi, misalnya dengan pen, plat dan screw, wire.

k.                     Fisioterapi dan Mobilisasi.

Sejak awal harus dilakukan latihan tentang gerak untuk mempraktekkan otot yang

dapat mengecil secara cepat jika tidak dipergunakan, estitasi fraktur cukup sembuh,

mobilisasi sendi dapat dimulai sampai Entruntas gatal – gatal telah kembali normal.

10.         Komplikasi Fraktur

Shok, infeksi, nekrosis vaskuler, cedera vaskuler dan saraf, malunion, nonunion,

delayed union,iskemik.

Page 16: Orif

B.          Asuhan Keperawatan1.           Pengkajian

a.            Pengumpulan data

1).        Anamnese

a)           Indentitas Klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama, suku bangsa, status

perkawinan, pendidikan dan pekerjaan.

b)           Keluhan Utama Klien.

Pada aamnese ini yang perlu dikaji adalah apa yang diperlukan pada saat itu seperti

nyeri, bengkak, kelainan bentuk, hilangnya fungsi dan krepitasi serta pada daerah

mana fraktur terjadi.

c)           Riwayat Penyakit Sekarang.

Dalam pengkajian ini meliputi riwayat terjadinya terutama apakah dikarenakan

kecelakaan, terjatuh atau terjadi benturan langsung dengan vektor kekerasan dan sifat

pertolongan yang pernah diberikan.

d)          Riwayat Penyakit Dahulu

Page 17: Orif

Dalam pengkajian ini perlu ditanyakan meliputi riwayat yang berhubungan dengan

trauma pada tulang, apakah klain mempunyai penyakit tulang seperti osteomylitis,

ostroporasis dan apakah klien pernah mengalami riwayat trauma sebelumnya.

2).         Pemeriksaan Fisik

a)           Keadaan Umum Klien

Klien multiple fraktur dengan post orif biasanya terbaring total dengan

seminimal mungkin melaksanakan aktifitas gerak ini disebabkan karena adanya

imabilisasi dan rasa nyeri akibat tindakan perbedaan, sehingga klien takut untuk

bergerak, keadaan umum klien biasanya baik tetapi dapat menimbulkan dampak

seperti gangguan eliminasi inikasi dan defikasi, integritas kulit dan gangguan aktifitas

lain yang menunjang kehidupan sehari – hari.

b)          Gejala klinis Patah Tulang

Gejala klinis dari Patah Tulang dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

(1) Tanda – tanda pasti

(a).        Gerakan abnormal pada tempat terjadinya patah tulang menjadi sendi palsu sehingga

terjadi gerakan yang abnormal.

(b).        Krepitasi, yaitu di karenakan gesekan kedua ujung fragmen tulang yag patah

sehingga terasa bunyi gemeretak ketika ujung tulang yang patah bergesekan.

Page 18: Orif

(c).        Kalainan bentuk (deformitas), dikarenakan adanya kerusakan pada jaringan disekitar

fraktur mengakibatkan pendarahan dan pembengkakan.

(2) Tanda – tanda tidak pasti

(a).  Rasa nyeri, bengkak dan berubah warna (membiru) dikarenakan terjadi pendarahan di

sekitar bagian fraktur, rasa nyeri hebat terutama apabila dilakukan pergerakan atau

aktifitas.

(b).  Kelainan bentuk (deformitas), hal ini disebabkan oleh karena adanya perdarahan dan

pembengkakan.

(c).  Hilangnya fungsi (fungtiolaesa), disebabkan oleh rasa nyeri serta terpotongnya

kontinuitas jaringan tulang sehingga tidak mampu melakukan pergerakan.

c)             Pemeriksaan penunjang atau tambahan.

Pemeriksaan Laboratorium

(1).        Pemeriksaan labortorium darah lengkap seperti hemoglobin, trombosit, leukosit,

glukosa sewaktu.

(2).        Pemeriksaan faal hemostasis meliputi waktu pendarahan, waktu pembekuan.

(3).        Pemeriksaan kimia klinik rutin yaitu, sikap darah puasa, sgot, sgpt.

Page 19: Orif

(4).    Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan Radiologi di gunakan untuk menguatkan diagnosa patah tulang yang

dapat mengambarkan kerusakan tulang, ketidak lurusan tulang dan kesalahan bentuk

dari tulang itu sendiri.

b.       Analisa Data

Setelah data dikumpulkan dan dikelompokkan kemudian dianalisis sebagai

berikut, untuk pengelompokkan data dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu data

subyektif dan data obyektif.

Data subyektif yaitu data yang didapat dari ungkapan atau keluhan, klien

sendiri atau keluarga dan data obyektif yaitu data yang didapat dari suatu

pengamatan, observasi, pengukuran dan hasil pemeriksaan.

Data tersebut dikumpulkan berdasarkan perannya untuk menunjang suatu

masalah, dimana masalah berfokus pada klien dan respon klien.

c.       Diagnosa Keperawatan

Page 20: Orif

Dari analisa data kemudian dirumuskan suatu diagnosa keperawatan berikut

ini adalah beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada klien post

operasi orif dengan multipel fraktur antara lain:

1).           Nyeri berhubungan dengan cedera pada jaringan lunak

2).           Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri dan immobilisasi.

3).           Kerusakan integritas kulit / jaringan berhubungan dengan orif pemasangan plat dan

srew.

4).           Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.

5).           Ansietas yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan / krisis.

6).           Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang

penatalaksanaan perencanaan di rumah.

d.      Perencanaan

Pada prinsipnya dalam penanganan atau pengobatan pada klien multiple

fraktur ada empat tahap, adapun tujuan pemasangan plat dan screw yaitu

mempertahankan reduksi extremitas yang mengalami fraktur tulang yang patah

(immobilisasi), memudahkan perawatan (rehabilitasi) dalam masa perawatan

Page 21: Orif

(rehabilitasi) terjadi proses penyambungan tulang yang terdiri dari beberapa proses

yaitu granulasi pembentukan kalus dan remodeling sehingga terbentuklah tulang

seperti semula, adapun tahap perencanaan meliputi penentuan tujuan dan kreteria

hasil, merumuskan rencana tindakan.

Diagnosa Keperawatan nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan lunak

(interpretasi operasi).

Tujuan : Mengatakan nyeri hilang

Kriteria hasil : klien menyatakan nyeri berkurang atau hilang, klien tidak gelisah,

klien menunjukan tindakan santai, mampu beradaptasi dengan aktifitas / tidak /

istirahat.

Rencana tindakan :

1. Kaji lokasi, tipe dan intensitas nyeri dengan menggunakan skala (1 – 10).

2. Ukur Tanda - tanda vital

3. Jelaskan penyebab nyeri

4. Anjurkan mempergunakan teknik alternatif penghilang nyeri dengan napas dalam.

Page 22: Orif

Diagnosa Keperawatan kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri dan

immobilisasi.

Tujuan : Meningkatkan / mempertahankan mobilitas pada tingkat yang paling tinggi

yang mungkin.

Krateria Hasil : mempertahankan posisi fungsional, meningkatkan kekuatan / fungsi

yang sakit dan mengkompensasi bagian tubuh menunjukan teknik yang merupakan

melakukan aktivitas.

Rencana aktivitas :

1)      Kaji derajat immobilitas yang dihasilkan oleh pengobatan dan perkalian persepsi

pasien terhadap immobilisasi.

2)      Instruksikan pasien untuk melakukan latihan rom pasif dan aktif pada extremitas

yang sakit dan tidak sakit sesuai toleransi.

3)      Bantu klien dalam perawatan diri kebersihan.

4)      Ubah posisi periodik dan dorong untuk latihan napas dalam

5)      Auskultasi bising usus, awasi kebiasaan eliminasi dan berikan keteraturan defekasi

rutin.

6)      Kolaborasi dengan rehabilitsi dalam terapi fisik/okupasi.

Page 23: Orif

Kerusakan integritas kulit / jaringan berhubungan bedah perbaikan (orif) pemasangan

plat dan screw.

Tujuan : menyatakan ketidak nyamanan hilang

Kreteria hasil : menunjukan prilaku / unig untuk mencegah kerusakan kulit /

memudahkan menyembuhan sesuai indikasi, mencapai penyembuhan luka sesuai

waktu.

Rencana Tindakan :

1).    Kaji keadaan kulit, kemerahan, pendarahan, perubahan warna dan rasa nyeri.

2).    Ubah posisi sesering mungkin

3).    Rawat luka operasi secara aseptik

4).    Observasi untuk potensial ares yang tertahan, khususnya pad akhir dan bawah

babatan.

Resiko Tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

Tujuan : infeksi tidak terjadi

Kreteria hasil : mencapai penyembuhan luka sesuai waktu, bebas drainase purulen

atau eritema dan udema.

Rencana Tindakan :

Page 24: Orif

1).    Inspeksi kulit adanya tanda – tanda infeksi

2).    Ukur tanda – tanda vital

3).    Rawat luka secara aseptik

4).    Kolaborasi dalam pemeriksaan Lab. dan memberikan antibiotik

Ansietas yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan/krisis situasi.

Tujuan : Ansietas berkurang atau hilang

Kriteria hasil : mengungkapkan perasaan lebih santai, memperagakan teknik reaksasi

dengan tepat.

Rencana Tindakan :

1).    Pantau tingkat ansietas klien

2).    Berikan penekanan penjelasan dokter mengenai pengobatan dan tujuan, klarifikasi

kesalahan konsep.

3).    Berikan dan luangkan waktu untuk mengungkapkan perasaan.

4).    Ajarkan dan bantu dalam teknik pelaksanaan stress.

5).    Berikan dorongan untuk berinteraksi dengan orang terdekat dengan teman serta

saudara.

Page 25: Orif

Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penatalaksanaan

perawatan di rumah.

Tujuan : Kurang pengetahuan dapat teratasi

Krateria hasil : Mengungkapkan pengertian tentang prognosis, pengobatan dan

program rehabilitasi, mengeksperikan tentang gejala, potensial komplikasi.

Rencana tindakan :

a.       Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakitnya.

b.      Tekankan pentingnya rencana rehabilitasi aktifitas, istirahat dan latihan.

c.       Diskusikan tanda dan gejala untuk dilaporkan pada dokter: nyeri hebat, perubahan

suhu tubuh.

d.      Jelaskan tentang plat dan screw sesuai indikasi.

e.       Berikan dorongan untuk melalukan kunjungan tidak lanjut pada dokter

e.              Pelaksanaan

Tindakan keperawatan atau implementasi merupakan pelaksanaan

perencanaan oleh perawat dan klien. Merupakan pelaksanaan perencanaan

keperawatan oleh perawat dan klien.

Page 26: Orif

Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah

intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan

keterampilan interpersonal, intelektual, dan teknikal, intervensi harus dilakukan

dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik, dan psikologi

dilindungi dan dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan. (Gaffar,

1999).

Pelaksanaan adalah implementasi atau penerapan tindakan-tindakan

keperawatan yang telah direncanakan. Pada tahap ini ada beberapa yang perlu

dikerjakan, antara lain :

1).        Melaksanakan/menerapkan tindakan-tindakan keperawatan yang ada dalam rencana.

2).        Mengisi format asuhan keperawatan.

f.              Evaluasi

Fase akhir dari proses keerawatan adalah evaluasi terhadap asuhan

keperawatan yang diberikan. Hal yang dievaluasi adalah keakuratan, kelengkapan dan

kualitas data, teratasi atau tidaknya masalah klien, pencapaian tujuan serta ketepatan

intervensi keperawatan.

Tujuan evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik rencana keperawatan,

menilai dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan melalui perbandingan

Page 27: Orif

pelayanan keperawatan yang diberikan serta hasilnya dengan standar yang telah

ditentukan terlebih dahulu.