orientasi bimbingan dan konseling
TRANSCRIPT
Orientasi Bimbingan dan Konseling
Prayitno dan Amti dalam bukunya Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling(2004) orientasi
bimbingan dan konseling ada tiga yaitu orientasi perseorangan, perkembangan, dan
permasalahan. Berikut diuraikan ketiga orientasi tersebut.
1. Orientasi Perseorangan
Misalnya seorang konselor memasuki sebuah kelas; di dalam kelas itu ada sejumlah
orang siswa. Apakah yang menjadi titik berat pandangan berkenaan dengan sasaran layanan,
yaitu siswa-siswa yang hendaknya memperoleh layanan bimbingan dan konseling. Semua siswa
itu secara keseluruhan ataukah masing-masing siswa seorang demi seorang? “Orientasi
perseorangan” bimbingan dan konseling menghendaki agar konselor menitik beratkan
pandangan pada siswa secara individual. Satu per satu siswa perlu mendapat perhatian.
Pemahaman konselor yang baik terhadap keseluruhan siswa sebagai kelompok dalam
kelas itu penting juga, tetapi arah pelayanan dan kegiatan bimbingan ditunjukkan kepada
masing-masing siswa. Kondisi keseluruhan(kelompok) siswa itu merupakan konfigurasi (bentuk
keseluruhan) yang dampak positif dan negatifnya terhadap siswa secara individual harus
diperhitungkan. Berkenaan dengan isu”kelompok” dan “individu”,konselor memilih individu
sebagai titk berat pandangannya. Dalam hal ini individu diutamakan dan kelompok dianggap
sebagai lapangan yang dapat memberikan pengaruh tertentu terhadap individu. Dengan kata lain,
kelompok dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan dan kebahagiaan individu, dan
bukan sebaliknya.
Pemusatan perhatian terhadap individu itu sama sekali tidak berarti mengabaikan kepentingan
kelompok; dalam hal ini kepentingan kelompok diletakkan dalam kaitannya dengan hubungan
timbal balik yang wajar antarindividu dan kelompoknya. Kepentingan kelompok dalam arti
misalnya keharuman nama dan citra kelompok, kesetiaan kepada kelompok, kesejahteraan
kelompok, dan lain-lain, tidak akan terganggu oleh pemusatan pada kepentingan dan
kebahagiaan individu yang menjadi anggota kelompok itu.
2. Orientasi perkembangan
Salah satu fungsi bimbingan dan konseling adalah fungsi tersebut adalah pemeliharaan
dan pengembangan. Orientasi perkembangan dalam bimbingan dan konseling lebih menekankan
lagi pentingnya peranan perkembangan yang terjadi dan yang hendaknya diterjadikan pada diri
individu. Bimbingan dan konseling memusatkan perhatiannya pada keseluruhan proses
perkembangan itu.
Perkembangan sendiri dapat diartika sebagai “perubahan yang progresif dan
kontinyu(berkesinambungan) dalam diri individu mulai lahir sampai mati”. Pengertian lain dari
perkembangan adalah “perubahan-perubahan yang dialami individu atau organisme menuju ke
tingkat kedewasaannya atau kematangannya yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan
berkesinambungan baik menyangkut fisik(jasmaniah) maupun psikis
Dalam hal itu, peranan bimbingan dan konseling adalah memberikan kemudahan-
kemudahan bagi gerak individu menjalani alur perkembangannya. Pelayanan bimbingan dan
konseling berlangsung dan dipusatkan untuk menunjang kemampuan inheren individu bergerak
menuju kematangan dalam perkembangannya.
3. Orientasi Permasalahan
Ada yang mengatakan bahwa hidup dan berkembang itu mengandung risiko. Perjalanan
kehidupan dan proses perkembangan sering kali ternyata tidak mulus, banyak mengalami
hambatan dan rintangan. Padahal tujuan umum bimbingan dan konseling, sejalan dengan tujuan
hidup dan perkembangan itu sendiri, ialah kebahagiaan. Hambatan dan rintangan dalam
perjalanan hidup dan perkembangan pastilah akan mengganggu tercapainya kebahagiaan itu.
Agar tujuan hidup dan perkembangan, yang sebagiannya adalah tujuan bimbingan dan konseling,
itu dapat tercapai dengan sebaik-baiknya, maka risiko yang mungkin menimpa kehidupan dan
perkembangan itu harus selalu diwaspadai. Kewaspadaan terhadap timbulnya hambatan dan
rintangan itulah yang melahirkan konsep orientasi masalah dalam pelayanan bimbingan dan
konseling.
Dalam kaitannya dengan fungsi-fungsi bimbingan dan konseling yang telah dibicarakan,
orientasi masalah secara langsung bersangkut-paut dengan fungsi pencegahan dan fungsi
pengentasan. Fungsi pencegahan menghendaki agar individu dapat terhindar dari masalah-
masalah yang mungkin membebani dirinya, sedangkan fungsi pengentasan menginginkan agar
individu yang sudah terlanjur mengalami maslaah dapat terentaskan masalahnya. Melalui fungsi
pencegahan, layanan dan bimbingan konseling dimaksudkan mencegah timbulnya masalah pada
diri siswa sehingga mereka terhindar dari bernagai permasalahan yang dapat menghambat
perkembangannya.
Fungsi ini dapat diwujudkan oleh guru pembimbing atau konselor dengan merumuskan
program bimbungan yang sistematis sehingga hal-hal yang dapat menghambat perkembangan
siswa kesulitan belajar, kekurangan informasi, masalah sosial, dan sebagainya dapat dihindari.
Beberapa kegiatan atau layanan yang dapat diwujudkan berkenaan dengan fungsi ini adalah
layanan orientasi dan layanan kegiatan kelompok.
Kesalahpahaman Dalam Bimbingan dan Konseling
1. Bimbingan dan konseling disamakan saja dengan atau dipisahkan sama sekali dari pendidikan.
2. Konselor di sekolah dianggap sebagai polisi sekolah
3. Bimbingan dan konseling dianggap semata-mata sebagai proses pemberian nasehat
4. Bimbingan dan konseling dibatasi pada hanya menangani masalah yang bersifat incidental
5. Bimbingan dan konseling dibatasi hanya untuk klien- kliean tertentu saja.
6. Bimbingan dan konseling melayani “orang sakit” dan/atau “kurang normal”
7. Bimbingan dan konseling bekerja sendiri
8. Konselor harus aktif, sedangkan pihak lain pasif
9. Bimbingan dan konseling berpusat pada keluhan pertama saja
10. Menganggap pekerjaan bimbingan dan konseling dapat dilakuka oleh siapa saja
11. Menyamakan pekerjaan bimbingan dan konseling dengan pekerjaan dokter atau psikiater
12. Menganggap hasil pekerjaan bimbingan dan konseling harus segera dilihat
13. Menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien
14. Memusatkan usaha bimbibingan dan konseling hanya pada penggunaan instrumentasi dan
konseling (misalnya tes, inventori, angket, dan alat pengungkap lainnya)
15. Bimbingan dan konseling dibatasi pada hanya menangani masalah- masalah yang ringan saja
Ruang Lingkup Bimbingan dan Konsaeling
Dalam dunia pendidikan tentu kita mengenal mengenai bimbingan konseling, tujuan
utama pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah dasar, yaitu untuk membantu
siswa agar dapat memenuhi tugas-tugas perkembangan yang meliputi aspek sosial pribadi,
pendidikan dan karir sesuai dengan tuntutan lingkungan dan masyarakat, ada beberapa bidang
garapan dari bimbingan dan konseling ini, bidang bimbingan yang akan diberikan meliputi tiga
bidang garapan
1. Bimbingan sosial pribadi yang memuat layanan bimbingan yang bersentuhan dengan:
Pemahaman diri. Mengembangkan sikap positif
Membuat pilihan kegaiatan secara sehat
Menghargai orang lain
Mengembangkan rasa tanggungjawab
Mengembangkan keterampilan hubungan antar pribadi
Keterampilan menyelesaikan masalah
Membuat keputusan secara baik
2. Bimbingan Pengembangan Pendidikan, memuat layanan yang berkenaan dengan:
Belajar yang benar Menetapkan tujuan dan rencana pendidikan
Mencapai prestasi belajar secara optimal sesuai dengan bakat dan kemampuannyaKeterampilan untuk menghadapi ujian
3. Bimbingan pengembangan karier, meliputi: Mengenali macam-macam dan ciri-ciri berbagai jenis pekerjaan Menentukan cita-cita dan merencanakan masa depan
Mengeksplorasi arah pekerjaan
Menyesuaikan keterampilan, kemampuan dan minat dengan jenis pekerjaan
Adapun menurut para ahli, layanan Bimbingan dan Konseling meliputi empat bidang
garapan, seperti yang dikemukakan oleh Muro dan Kottman (Ahman, 1998;2530) yakni:
1. Layanan Dasar Bimbingan
Layanan ini bertujuan untuk membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan dasar
untuk kehidupannya, dengan muatan materi yakni
Self esteem
Motivasi berprestasi
Keterampilan pengambilan keputusan, merumuskan tujuan dan membuat perencanaan
Keterampilan pemecahan masalah
Kefektifan dalam hubungan antar pribadi
Keterampilan berkomunikasi
Keefektifan dalam memahami lintas budaya
Prilaku yang bertanggungjawab
2. Layanan Responsif
Layanan ini bertujuan untuk mengintervensi masalah-masalah atau kepedulian siswa yang
muncul segera dan dirasakan saat itu, berkenaan dengan masalah sosial pribadi dan karier atau
masalah perkembangan pendidikan, muatan materinya mencakup:
Kesuksesan akademik
Kenakalan anak
Masalah putus sekolah
Kehadiran
Sikap dan prilaku terhadap sekolah
Hubungannya dengan teman sebaya
Keterampilan studi
Penyesuaian di sekolah baru
3. Sistem perencanaan individual
Tujuan layanan ini adalah membantu siswa untuk merencanakan, memonitor dan mengelola
rencana pendidikan, karir dan pengembangan sosial pribadi oleh dirinya sendiri. Dengan kata
lain, melalui sistem perencanaan individual siswa dapat:
Mempersiapkan pendidikan, karir, tujuan sosial pribadi yang didasarkan atas
pengetahuan akan dirinya, informasi tentang sekolah, dunia kerja, dan masyarakat.
Merumuskan rencana untuk mencapai tujuan jangka pendek, jangka menengah, dan
tujuan jangka panjang.
Menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya dalam rangka pencapaian tujuannya
Mengukur tingkat pencapaian tujuan dirinya
Mengambil keputusan yang merefleksikan perencanaan dirinya
4. Sistem pendukung
Komponen sistem pendukung lebih diarahkan kepada pemberian layanan dan kegiatan
manajemen yang secara tidak langsung bermanfaat bagi siswa. Layanan ini mencakup:
Konsultasi dengan guru-guru
Dukungan bagi program pendidikan orang tua dan upaya-upaya masyarakat
Partisipasi dalam kegiatan sekolah bagi peningkatan perencanaan dan tujuan
Implementasi dan program standarisasi instrumen tes
Kerja sama dalam melaksanakan riset yang relevan
Memberikan masukan terhadap pembuat keputusan dalam kurikulum pengajaran,
berdasarkan perspektif siswa
Sumber: Hakikat Bimbingan Konseling (Orientasi, Ruang Lingkup, Kesalahpahaman Bimbingan Konseling) | »Sefrian's Blog™ http://sefrian92.blogspot.com/2011/02/hakikat-bimbingan-konseling-orientasi.html#ixzz1oy4QRz9S