oranisasi manajemen proyek
DESCRIPTION
teknik kimiaTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Pedahuluan
Organisasi merupakan suatu sistem kerjasama yang melibatkan banyak
orang, dimana setiap orang mempunyai peran dan fungsi serta tugas yang saling
mendukung demi tercapainya tujuan organisasi. Organisasi sebagai sistem
kerjasama, yang berarti sistem mengenai pekerjaan-pekerjaan yang dirumuskan
secara baik, dimana masing-masing mengandung wewenang, tugas dan
tanggung jawab yang memungkinkan setiap orang dapat bekerjasama secara
efektif kemudian sistem penugasan pekerjaan kepada orang-orang berdasarkan
kekhususan bidang kerja masing-masing.
Menurut Lubis dan Husaini (1987) bahwa yang dimaksud dengan
organisasi adalah sebagai suatu kesatuan sosial dari sekelompok manusia, yang
berinteraksi menurut suatu pola tertentu sehingga setiap anggota organisasi
memiliki fungsi dan tugasnya masing-masing, yang sebagai satu kesatuan
mempunyai tujuan tertentu dan mempunyai batas-batas yang jelas, sehingga
bisa dipisahkan secara tegas dari lingkungannya.
1
BAB II
TEORI
1.2. Teori Organisasi
1.2.1. Organisasi Menurut Para Ahli
a. Menurut Sutarto ( 1985 )
Organisasi adalah sistem yang saling berpengaruh antar orang
dalam kelompok yang bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut Herbert and Gullet bahwa yang dimaksud dengan
pengorganisasian merupakan proses yang mana struktur suatu
organisasi dibuat dan ditegakan. Proses ini meliputi ketentuan dari
kegiatan-kegiatan yang spesifik yang perlu untuk menyelesaikan
semua sasaran organisasi, pengelompokan kegiatan tersebut berkaitan
dengan susunan yang logis, dan tugas dari kelompok kegiatan ini bagi
suatu jabatan atau orang yang bertanggung jawab.
b. Menurut Bernard
Organisasi adalah suatu sistem aktivitas kooperatif antara dua
orang atau lebih. Organisasi merupakan pengelompokan orang-orang
ke dalam aktivitas kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, sedangkan pengorganisasian adalah aktivitas orang-orang
dalam mengelompokan, menyusun dan mengatur berbagai macam
pekerjaan yang perlu diselenggarakan untuk mencapai tujuan
pendidikan dalam (Henry Fayol, 1974). Organisasi merupakan
penugasan orang-orang ke dalam fungsi pekerjaan yang harus
dilakukan agar terjadi aktivitas kerjasama dalam mencapai tujuan.
Sedangkan pengorganisasian merupakan penyusunan dan
pengelompokan bermacam-macam pekerjaan berdasarkan jenis
pekerjaan, urutan sifat dan fungsi pekerjaan, waktu dan kecepatan
(Griffin: 1959).
2
c. Menurut Lubis dan Husaini ( 1987 )
Organisasi adalah sekumpulan ilmu pengetahuan yang
membicaraan mekanisme kerjasama dua orang atau lebih secara
sistematis untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Teori
organisasi merupakan sebuah teori untuk mempelajari kerjasama pada
setiap individu. Hakekat kelompok dalam individu untuk mencapai
tujuan beserta cara-cara yang ditempuh dengan menggunakan teori
yang dapat menerangkan tingkah laku, terutama motivasi, individu
dalam proses kerjasama.Tujuan Organisasi Beserta
Perangkat-Perangkat Organisasi
Orang-orang membentuk atau terlibat dalam suatu organisasi yaitu
untuk menyempurnakan tujuan individu atau apa yang menjadi cita-
citanya. Orang masuk ke dalam kelompok tentunya dengan tujuan tertentu
yang diharapkan dapat menimbulkan kepuasan. Berbagai tujuan dapat
diperoleh apabila seseorang masuk ke dalam suatu kelompok sebab
kebanyakan pemenuhan kebuhan sulit dilakukan secara sendiran. Tujuan
manusia pada dasarnya ingin memenuhi segala bentuk kebutuhannya.
Kebutuhan manusia sangat bermacam-maacam coraknya. Ada kebutuhan
yang bersifat kebendaan, seperti sandang, pangan dan papan.
Ada pula kebutuhan yang bersifat kerokhanian seperti pergaulan, kasih
sayang, keamanan, pemenuhan kewajiban, membalas sesuatu,
menciptakan sesuatu dan lain-lain.menjadi penting untuk dilakukan.
Terdapat dua alasan yang menyebabkan pembahasan mengenai tujuan
organisasi. Pertama, tujuan merupakan alasan bagi eksistensi organisasi,
tujuan dinyatakan sebagai keadaan yang ingin dicapai oleh suatu
organisasi. Kedua, tujuan sangat penting bagi proses manajemen yang
dijalankan dalam suatu organisasi yang memberikan pengakuan
(legitimacy) terhadap perlunya organisasi berdiri, memberikan gambaran
mengenai arah pengembangan organisasi, dan bisa digunakan sebagai
kriteria untuk mengukur performansi organisasi, dan juga untuk
mengurangi ketidakpastian.
3
Terdapat beberapa jenis tujuan dalam organisasi yang memberikan
arah bagi pelaksanaan kegiatan maupun pengambilan keputusan, yaitu:
a. Sasaran lingkungan, yaitu kondisi dimana suatu organisasi-
organisasi lain yang terdapat pada lingkungannya;
b. Sasaran output, yaitu menunjukan bentuk dan banyaknya output
yang akan dihasilkan oleh organisasi;
c. Sasaran sistem, yaitu berhubungan dengan pemeliharaan atau
perawatan maintenance organisasi sendiri;
d. Sasaran produk menggambarkan karakteristik produk atau jasa yang
akan diberikan kepada konsumen, sasaran ini menentukan jumlah,
mutu, jenis, corak, dan karakteristik lainnya yang menggambarkan
karakteristik produk atau jasa yang ditawarkan;
e. Sasaran bagian (sub unit goal) yaitu menggambarkan sasaran dari
suatu bagian atau suatu satuan unit kerja yang merupakan bagian dari
unit organisasi.
Perangkat-perangkat yang terdapat dalam sebuah organisasi terdiri dari
berbagai macam komponen, yaitu:
1. lembaga organsasi, wadah atau ikatan
2. Sumber-sumber daya (resources)
3. metode atau strategi organisasi
4. hubungan interelasi dan aktivitas
5. tujuan organisasi.
Keuntungan yang diperoleh seseorang dari organisasi dapat berupa
keuntungan pokok dan keuntungan tambahan. Yang dimaksud dengan
keuntungan pokok adalah keuntungan yang menjadi dasar harapan untuk
diperoleh seseorang didalam organisasi, sedangkan yang dimaksud
dengan keuntunngan tambahan adalah keuntungan yang semula tidak
menjadi dasar harapan untuk diperoleh tetapi baru muncul setelah orang
berada dalam organisasi.
1.2.2. Konsep – konsep individu dan kelompok dalam organisasi
4
Unsur pokok dalam organisasi adalah individu. Tanpa individu
organisasi tidak akan pernah ada. Tiap individu dalam organisasi
mempunyai kebutuhan. Untuk membuat individu mau bekerjasama,
organisasi harus mempunyai imbalan yang menarik, dan sebaliknya
individu harus memberikan sumbangan terhadap tercapainya tujuan
organisasi. Manusia selalu mempunyai aktivitas dan tingkahlaku yang
merupakan hasil proses psikologis, dengan kemampuan mnggunakan
pilihan-pilihan dan bertanggungjawab terhadap kehidupan sosialnya.
Dalam mempelajari tingkahlaku manusia, perlu dipelajari aspek
psiklogisnya, misalnya persepsi (cara pandang), belajar (proses perubahan
tingkahlaku) dan motivasi (dorongan untuk mencapai tujuan).
Hakekat individu seperti dikemukakan Chester I. Barnard (1976)
yaitu; pertama, individu adalah diskrit, terpisah dan bersifat kebendaan
tetapi sekaligus bagian dari lingkungannya dan tidak bebas dari pengaruh
lingkungannya. Kedua, manusia mempunyai kapasitas untuk mengalami
sesuatu dan mengadakan penyesuaian berdasarkan hasil belajar yang tidak
hanya bersifat biologis saja. Ketiga, organisme manusia tidak akan
berfungsi kecuali dalam hubungannya dengan manusia lain. Teori
motivasi oleh Abraham Maslow mengemukakan adanya tingkatan
kebutuhan manusia; kebutuhan fisiologikal (sandang, pangan, papan),
kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan akan
penghargaan, dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Kebutuhan ini bersifat
hierarkis artinya apabila kebutuhan pokok telah relative terpenuhi maka
manusia akan mulai memikirkan kebutuhan lainnya yang lebih tinggi.
Teori dua faktor mengasumsikan bahwa ada dua faktor yang perlu
diperhatikan dalam motivasi, yaitu; faktor pemuas dan faktor lingkungan.
Factor pemuas meliputi prestasi, pengakuan akan hasil, pekerjaan yang
menarik, tanggung jawab dan perasaan maju dan berkembang. Factor
lingkungan meliputi kebijakan organisasi, supervise, kondisi kerja,
hubungan antar manusia, uang, status dan rasa aman. Faktor lingkungan
merupakan syarat tercapainya perasaan puas walaupun tidak terjadi
dengan sendirinya.
1.3. Pembagian Teori Organisasi
5
1.3.1. Teori Klasik
Awal terjadinya teori klasik sebagai pemerhati bidang manajemen dan
organisasi ditandai oleh terbitnya buku karya Frederick Taylor (1911) yang
berjudul “Principles of Scientific Management” yang lebih dikenal dengan
istilah scientific management atau manajemen ilmiah. Taylor berusaha
memperbaiki pekerjaan dengan menggunakan metode ilmiah terhadap tugas-
tugas didalam organisasi. Keinginannya untuk mendapatkan metode terbaik
tentang bagaimana setiap pekerjaan harus dilaksanakan dengan mengacu pada
desain pekerjaan.
Taylor mengusulkan empat prinsip scientific management, yaitu:
1. penggantian metode untuk menentukan elemen pekerjaan
ditentukan secara ilmiah
2. seleksi dan pelatihan pekerja secara ilmiah
3. kerjasama antara pimpinan dan bawahan untuk mencapai tujuan
sesuai dengan metode ilmiah
4. pembagian tanggung jawab yang lebih merata diantara manajer
sebagai perencana dan supervise dan para pekerja sebagai pelaksana.
Teori klasik ini dikembangkan pula oleh Henry Fayol. Fayol mencoba
mengembangkan prinsip-prinsip umum yang dapat diaplikasikan pada semua
manajer dari semua tingkatan organisasi, dan menjelaskan fungsi-fungsi yang
harus dilakukan oleh seorang manajer. Sedangkan Taylor memusatkan
perhatian pada tingkatan yang paling rendah dari organisasi manajemen yaitu
aspirasi bawahan.
Fayol mengusulkan empat belas prinsip-prinsip organisasi, yaitu :
1. Pembagian kerja
2. Wewenang
3. Disiplin
4. Kesatuan komando
5. Kesatuan arah
6. Mendahulukan kepetingan umum diatas kepentingan pribadi
7. Remunerasi (gaji sesuai pekerjaan)
8. sentralisasi
6
9. rantai scalar (garis wewenang)
10. tata tertib
11. keadilan
12. stabilitas masa kerja para pegawai
13. inisiatif
14. esprit de corps (persatuan dan kesatuan dalam organisasi)
Teori ini juga dikembangkan oleh Max Weber dengan istilah teori
birokrasi. Weber telah mengembangkan sebuah model structural yang ia
katakana sebagai alat yang paling efesien bagi organisasi-organisasi untuk
mencapai tujuannya yang disebut dengan istilah birokrasi. Birokrasi ditandai
dengan adanya pembagian kerja, hierarkhi wewenang yang jelas, prosedur
seleksi yang formal, peraturan yang rinci, serta hubungan yang tidak
didasarkan atas hubungan pribadi (impersonal) dalam organisasi. Tokoh
terakhir dalam teori klasik adalah Ralph C. Davis, ia lebih menekankan pada
perspektif perencanaan rasional, dan mengatakan bahwa struktur merupakan
hasil logis dari tujuan-tujuan organisasi.
Sedangkan tujuan utama perusahaan adalah pelayanan ekonomis. Nilai
ekonomis ini dikembangkan melalui aktivitas yang dilakukan oleh para
anggotanya untuk menciptakan produk atau jasa organisasi, aktivitas tersebut
kemudian menghubungkan tujuan organisasi dengan hasil yang dicapai
organisasi. Perspektif perencanaan rasional menawarkan sebuah model yang
sederhana dan langsung untuk merancang sebuah organisasi. Perencanaan
organisasi dalam manajemen menentukan tujuan-tujuan organisasi, tujuan-
tujuan tersebut kemudian menentukan pengembangan struktur, arus wewenang
dan hubungan interrelasi.
1.3.2. NeoKlasik
7
Tokoh teori ini diawali oleh Elton Mayo (1927) yang membentuk
aliran antar manusia (human relation school), memandang organisasi sebagai
sesuatu yang terdiri dari tugas-tugas dari sisi manusia dibanding sisi mesin.
Pada masa ini dilakukan percobaan yang menyangkut rancang ulang
pekerjaan, perubahan panjangnya hari kerja dan waktu kerja dalam seminggu,
pengenalan waktu istirahat, serta rencana upah individual dibandingkan
dengan upah kelompok. Disimpulkan bahwa norma sosial kelompok
merupakan kunci penentu perilaku kerja seseorang. Kemudian Hawthorne
mempersatukan pandangan Taylor, Fayol, dan Weber dengan kesimpulan
bahwa organisasi merupakan sistem kerjasama.
Organisasi terdiri dari tugas-tugas dan manusia yang harus
dipertahankan pada suatu keseimbangan. Pendapat yang sama dikemukakan
oleh Chester Barnard, yang menawarkan ide-ide dalam “the functions of the
executive”, yaitu ia menentang pandangan klasik yang mengatakan bahwa
wewenang harus didefinisikan sesuai dengan tanggapan dari bawahan, ia
memperkenalkan peran dari organisasi informal ke dalam teori organisasi dan
mengusulkan agar peran utama manager adalah memperlancar komunikasi dan
mendorong para bawahan untuk berusaha lebih keras.
Tokoh lainnya Douglas McGregor, menyatakan bahwa ada dua
pandangan tentang manusia, teori X pandangan negative dan teori Y
pandangan positif. Kesimpulannya adalah pandangan seorang manajer tentang
sifat manusia didasarkan atas pengelompokan asumsi tertentu, dan manusia
cenderung untuk menyesuaikan perilakunya terhadap bawahanya sesuai
asumsi tersebut. Dengan demikian teori Y lebih disukai dan asumsi tersebut
harus dapat membimbing para manajer dalam merancang organisasi dan
memotivasi para pegawainya.
1.3.3. Modern
Teori modern ditandai dengan lahirnya gerakan contingency yang
dipelopori Herbert Simon, yang menyatakan bahwa teori organisasi perlu
melebihi prinsip-prinsip yang dangkal dan terlalu disederhanakan bagi suatu
kajian mengenai kondisi yang dibawahnya dapat diterapkan prinsip yang
saling bersaing. Kemudian Katz dan Robert Kahn dalam bukunya “the social
psychology of organization” mengenalkan perspektif organisasi sebagai suatu
8
sistem terbuka. Buku tersebut mendeskripsikan keunggulan-keunggulan
perspektif sistem terbuka untuk menelaah hubungan yang penting dari sebuah
organisasi dengan lingkungannya, dan perlunya organisasi menyesuaikan diri
terhadap lingkungan yang berubah jika organisasi ingin tetap bertahan.
Pada tahun 1960, Joan Woodward dan Charles Perrow, menyampaikan
alasan yang disampaikan oleh James Thomson bahwa dalam menentukan
struktur yang sesuai dalam organisasi diperlukan adanya teknologi.
Pendekatan paling mutakhir mengenai teori organisasi memusatkan perhatian
pada sifat politis organisasi. Teori ini mula-mula dibuat James March dan
Herbert Simon, namun telah diperbaiki secara intensif oleh Jeffrey Preffer.
Model yang dikembangkan yaitu teori organisasi yang mencakup koalisi
kekuasaan, konflik inherent atas tujuan, serta keputusan desain organisasi
yang mendukung kepentingan pribadi dari para pemegang kekuasaan.
Organisasi merupakan koalisi yang terdiri dari berbagai kelompok dan
individu dengan tuntutan yang berbeda-beda. Desain organisasi merupakan
hasil dari pertarungan kekuasaan berbagai koalisi tersebut. Jika kita ingin
mengerti mengapa dan bagaimana organisasi tersebut dirancang, maka kita
harus menilai preferensi dan kepentingan dari mereka yang berada di dalam
organisasi yang mempunyai pengaruh terhadap pengambilan keputusan
mengenai desain organisasi. Pemikiran ini membangun atas dasar pengetahuan
tentang pengambilan keputusan berdasarkan perilaku dan ilmu politik yang
telah meningkatkan kemampuan kita untuk menjelaskan fenomena-fenomena
organisasi.
1.3.4. Birokrasi
Birokrasi merupakan instrumen penting dalam masyarakat modern
yang kehadirannya tak mungkin terelakkan. Eksistensi birokrasi ini sebagai
konsekuensi logis dari tugas utama negara (pemerintahan) untuk
menyelenggarakan kesejahteraan masyarakat (social welfare). Negara dituntut
terlibat dalam memproduksi barang dan jasa yang diperlukan oleh rakyatnya
(public goods and services) baik secara langsung maupun tidak. Bahkan dalam
keadaan tertentu negara yang memutuskan apa yang terbaik bagi rakyatnya.
Untuk itu negara mernbangun sistem administrasi yang bertujuan untuk
melayani kepentingan rakyatnya yang disebut dengan istilah birokrasi.
9
Birokrasi bagi sebagian orang dimaknai sebagai prosedur yang
berbelit-belit, menyulitkan dan menjengkelkan. Namun bagi sebagian yang
lain birokrasi dipahami dari perspektif yang positif yakni sebagai upaya untuk
mengatur dan mengendalikan perilaku masyarakat agar lebih tertib. Ketertiban
yang dimaksud adalah ketertiban dalam hal mengelola berbagai sumber daya
yang mendistribusikan sumber daya tersebut kepada setiap anggota
masyarakat secara berkeadilan.
1.3.4.1. Istilah Birokrasi Dalam Kehidupan Sehari-hari
1. Bureaucracy as Rational Organization
Birokasi sebagai Organisasi Rasional. Dalam pengertian ini
birokrasi dimaknai sebagai suatu organisasi yang rasional dalam
melaksanakan setiap aktivitasnya. Setiap tindakan birokrasi
hendaknya mengacu pada pertimbangan pertimbangan rasional.
2. Bureaucracy as Rule by Official
Birokrasi sebagai Aturan yang dijalankan oleh para pejabat.
Birokrasi merupakan seperangkat aturan yang dijalankan oleh para
pejabat dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Aturan-aturan itu dibuat guna mempermudah proses pelayanan
publik. Namun pada kenyataannya aturan tersebut sering
disalahgunakn demi kepentingan pejabat yang bersangkutan.
Akibatnya masyarakat menjadi antipati dengan berbagai aturan
yang dibuat oleh pejabat publik dan cenderung tidak ditaati.
3. Bureaucracy as Organizational Ineficiency
Birokrasi sebagai Pemborosan yang dilakukan oleh organisasi.
Pemborosan (ineficiency) yang dimaksudkan adalah pemborosan
dalam segi waktu, tenaga, finansial maupun sumber daya lainnya.
Seringkali niat baik birokrasi untuk memberikan layanan yang
efisien justru berbalik menjadi layanan yang tidak efisien dan
mengecewakan masyarakat. Karena itu masyarakat menjadi apatis
terhadap berbagai slogan efisiensi yang disampaikan oleh aparat
birokrasi. Semangat debirokratisasi menjadi tidak bermakna karena
tidak diimbangi dengan sikap dan perilaku para pejabat yang tidak
konsisten dan konsekuen dengan pernyataannya. Birokrasi justru
10
dianggap sebagai tempat bersarangnya berbagai penyakit
organisasi modern seperti pembengkakan pegawai, biaya tinggi dan
sulit beradaptasi dengan lingkungannya.
4. Bureaucracy as Public Administration
Birokrasi sebagai Administrasi Publik. Birokrasi dalam hal ini
disama artikan dengan administrasi publik. Administrasi Publik
adalah proses pengelolaan sumber daya publik untuk dimanfaatkan
bagi kepentingan masyarakat. Birokrasi adalah unsur pelaksana
dari administrasi publik agar tujuan pelayanan kepada masyarakat
tercapai secara efektif, efisien dan rasional.
5. Bureaucracy as Administration by Officials
Birokrasi sebagai Administrasi yang dilaksanakan oleh para
pegawai. Dalam hal ini pemahaman terhadap makna birokrasi
hampir sama dengan bureaucracy as rule by official dan
bureaucracy as public administration.
6. Bureaucracy as the Organization
Birokrasi sebagai Organisasi. Organisasi yang dimaksudkan
adalah organisasi memiliki struktur dan aturan-aturan yang jelas
dan formal. Organisasi merupakan suatu sistem kerjasama yang
melibatkan banyak orang, dimana setiap orang mempunyai peran
dan fungsi serta tugas yang saling mendukung demi tercapainya
tujuan organisasi. Organisasi sebagai sistem kerjasama berarti: (a)
sistem mengenai pekerjaan-pekerjaan yang dirumuskan secara
baik, dimana masing-masing mengandung wewenang, tugas dan
tanggung jawab yang memungkinkan setiap orang dapat
bekerjasama secara efektif; (b) sistem penugasan pekerjaan kepada
orang-orang berdasarkan kekhususan bidang kerja masing-masing;
(c) sistem yang terencana dari suatu bentuk kerjasama yang
memberikan peran tertentu untuk dilaksanakan kepada anggotanya.
7. Bureaucracy as Modern Society
11
Birokrasi merupakan ciri dari masyarakat modern. Bagi
masyarakat modern keberaturan merupakan sebuah kemestian.
Keberaturan itu dapat dicapai jika dilaksanakan oleh suatu institusi
formal yang dapat mengendalikan perilaku menyimpang
masyarakat. Institusi formal itu adalah birokrasi.
1.3.4.2. Pengertian Birokrasi Menurut Para Ahli
1. Max Weber
Weber menulis banyak sekali tentang kedudukan pejabat dalam
masyarakat modern. Baginya kedudukan pejabat merupakan tipe
penanan sosial yang makin penting. Ciri-ciri yang berbeda dari
peranan ini ialah: pertama, seseorang memiliki tugas-tugas khusus
untuk dilakukan. Kedua, bahwa fasilitas dan sumber-sumber yang
diperlukan untuk memenuhi tugas-tugas itu diberikan oleh orang
orang lain, bukan oleh pemegang peranan itu. Dalam hal ini,
pejabat memiki posisi yang sama dengan pekerja pabrik, sedang
Weber secara modern mengartikannya sebagai individu dari alat-
alat produksi.
Tetapi pejabat memiliki ciri yang membedakannya dengan
pekerja. Karena pejabat memiliki otoritas dan pada saat yang sama
inilah sumbangannya, ia berlaku hampir tanpa penjelasan bahwa
suatu jabatan tercakup dalam administrasi (setiap bentuk otoritas
mengekspresikan dirinya sendiri dan fungsinya sebagai
administrasi). Bagi Weber membicarakan pejabat-pejabat
administrasi adalah bertele-tele. Meskipun demikian konsep
tersebut muncul pertama kalinya.
2. Farel Heady
Birokrasi adalah struktur tertentu yang memiliki karakteristik
tertentu: hierarki, diferensiasi dan kualifikasi atau kompetensi.
Hierarkhi bekaitan dengan struktur jabatan yang mengakibatkan
perbedaan tugas dan wewenang antar anggota organisasi.
Diferensisasi yang dimaksud adalah perbedaan tugas dan
wewenang antar anggota organisasi birokrasi dalam mencapai
tujuan.
12
Sedangkan kualifikasi atau kompetensi maksudnya adalah
seorang birokrat hendaknya orang yang memiliki kualifikasi atau
kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan tugas dan
wewenangnya secara profesional. Dalam hal ini seorang birokrat
bukanlah orang yang tidak tahu menahu tentang tugas dan
wewenangnya, melainkan orang yang sangat profesional dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya tersebut.
3. Hegel
Birokrasi adalah institusi yang menduduki posisi organiik yang
netral di dalam struktur sosial dan berfungsi sebagai penghubung
antara negara yang memanifestasikan kepentingan umum, dan
masyarakat sipil yang mewakili kepentingan khusus dalam
masyarakat. Hegel melihat, bahwa birokrasi merupakan jembatan
yang dibuat untuk menghubungkan antara kepentingan masyarakat
dan kepentingan negara yang dalam saat-saat tertentu berbeda.
Oleh sebab itu peran birokrasi menjadi sangat strategis dalam
rangka menyatukan persepsi dan perspektif antara negara
(pemerintah) dan masyarakat sehingga tidak terjadi kekacauan.
4. Karl Marx
Birokrasi adalah Organisasi yang bersifat Parasitik dan
Eksploitatif. Birokrasi merupakan Instrumen bagi kelas yang
berkuasa untuk mengekploitasi kelas sosial yang lain (yang
dikuasai). Birokrasi berfungsi untuk mempertahankan privilage
dan status quo bagi kepentingan kelas kapitalis. Dalam pandangan
Marx yang berbeda dengan Hegel, birokrasi merupakan sistem
yang diciptakan oleh kalangan atas (the have) untuk memperdayai
kalangan bawah (the have not) demi mempertahankan dan
meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri. Dalam hal ini
birokrasi menjadi kambing hitam bagi kesalahan penguasa
terhadap rakyatnya.
5. Blau dan Meyer
13
Birokrasi adalah sesuatu yang penuh dengan kekakuan
(inflexibility) dan kemandegan struktural (structural static), tata
cara yang berlebihan (ritualism) dan penyimpangan sasaran
(pervesion goals), sifat pengabaian (alienation) serta otomatis
(automatism) dan menutup diri terhadap perbedaan pendapat
(constrain of dissent). Dengan demikian Blau dan Meyer melihat
bahwa birokrasi adalah sesuatu yang negatif yang hanya akan
menjadi masalah bagi masyarakat.
6. Yahya Muhaimin
Keseluruhan aparat pemerintah, baik sipil maupun militer yang
bertugas membantu pemerintah (untuk memberikan pelayanan
publik) dan menerima gaji dari pemerintah karena statusnya itu.
7. Almond and Powel
The Governmental Bureaucracy is a group of formally
organized offices and duties, lnked in a complex grading
subordinates to the formal roler maker (Birokrasi Pemerintahan
adalah sekumpulan tugas dan jabatan yang terorganisir secara
formal berkaitan dengan jenjang yang kompleks dan tunduk pada
pembuat peran formal).
1.3.4.3. Karakteristik Ideal Birokrasi
Ilmuwan yang sangat berpengaruh dalam pengembangan teori
birokrasi adalah Max Weber, seorang sosiolog jerman yang juga ahli
hukum. Weber pernah menulis buku wirtschaft und gesellchaft (teori
organisasi sosial dan ekonomi) yang didalamnya terdapat salah satu
bab mengenai birokrasi. Karya itu sampai sekarang dikenal konsep tipe
ideal birokrasi. Dalam model yang diajukan Weber, birokrasi memiliki
karakteristik ideal sebagai berikut (dalam Islamy, 2003):
1. Pembagian Kerja/ Spesialisasi (division of labor)
Dalam menjalankan berbagai tugasnya, birokrasi membagi
kegiatan-kegiatan pemerintahan menjadi bagian-bagian yang
masing-masing terpisah dan memiliki fungsi yang khas. Pembagian
14
kerja seperti ini memungkinkan terjadinya spesialisasi fungsi.
Dengan cara seperti ini, penugasan spesialis untuk tugas-tugas
khusus bisa dilakukan dan setiap mereka bertanggung jawab atas
keberesan pekerjaannya masing-masing.
Aktivitas yang reguler mensyaratkan tujuan organisasi
didistribusikan dengan cara yang tetap dengan tugas-tugas kantor
(official duties). Pemisahan tugas secara tegas memungkinkan untuk
memperkerjakan ahli yang terspesialisasi pada setiap posisi dan
menyebabkan setiap orang bertanggungjawab terhadap kinerja yang
efektif atas tugas-tugasnya. Karena itu tugas-tugas birokrasi
hendaknya dilakukan oleh masing-masing pegawai yang benar-
benar memiliki keahlian khusus (specialized expert) dan
bertanggung jawab demi tercapainya tujuan organisasi secara efektif
dan efisien.
2. Adanya prinsip hierarki wewenang (the principle of hierarchi)
Ciri khas birokrasi adalah adanya wewenang yang disusun
secara hierarkis atau berjenjang. Hierarki itu berbentuk piramid
yang memiliki konsekuensi semakin tinggi suatu jenjang berarti
pula semakin besar wewenang yang melekat di dalamnya dan
semakin sedikit penghuninya. Hierarki wewenang ini sekaligus
mengindikasikan adanya hierarki tanggung jawab. Dalam hierarki
itu setiap pejabat harus bertanggung jawab kepada atasannya
mengenai keputusan-keputusan dan tindakan-tindakannya sendiri
maupun yang dilakukan oleh anak buahnya. Pada setiap tingkat
hierarki, para pejabat birokrasi memiliki hak memberi perintah dan
pengarahan pada bawahannya, dan para bawahan itu berkewajiban
untuk mematuhinya. Sekalipun begitu, ruang lingkup wewenang
memberi perintah itu secara jelas dibatasi hanya pada masalah-
masalah yang berkaitan langsung dengan kegiatan resmi
pemerintahan.
3. Adanya sistem aturan (system of rules)
15
Kegiatan pemerintahan diatur oleh suatu sistem aturan main
yang abstrak. Aturan main itu merumuskan lingkup tanggung jawab
para pemegang jabatan di berbagai posisi dan hubungan di antara
mereka. Aturan-aturan itu juga menjamin koordinasi berbagai tugas
yang berbeda dan menjamin keseragaman pelaksanaan berbagai
kegiatan itu.
Operasi kegiatan dalam birokrasi dilaksanakan berdasarkan
sistem aturan yang ditaati secara konsisten. Hal ini dimaksudkan
untuk menjamin adanya unuformitas kinerja setiap tugas dan rasa
tanggung jawab masing-masing anggota organisasi bagi
pelaksanaan tugasnya.
4. Hubungan Impersonal (formalistic impersonality)
Para pejabat birokrasi harus memiliki orientasi impersonal.
Mereka harus menghindarkan pertimbangan pribadi dalam
hubungannya dengan bawahannya maupun dengan anggota
masyarakat yang dilayaninya. Hal ini dimaksudkan untuk
memberikan perlakuan yang adil bagi semua orang dan persamaan
pelayanan administrasi.
5. Sistem Karier (career system)
Pekerjaan dalam birokrasi pemerintah adalah pekerjaan karier.
Para pejabat menduduki jabatan dalam birokrasi pemerintah melalui
penunjukan, bukan melalui pemilihan; seperti anggota legislatif.
Mereka jauh lebih tergantung pada atasan mereka dalam
pemerintahan daripada kepada rakyat pemilih. Pada prinsipnya,
promosi atau kenaikan jenjang didasarkan pada senioritas atau
prestasi, atau keduanya. Dalam kondisi tertentu, birokrat itu juga
memperoleh jaminan pekerjaan seumur hidup.
1.3.4.4. Model – Model Birokrasi
16
Ditinjau dari pola hubungan yang terjadi antara negara dan
rakyat, maka birokrasi dapat dikategorikan dua model. Model pertama,
merupakan titik pemberangkatan yang meletakkan birokrasi dalam
posisi netral. Birokrasi yang netral merupakan gambaran yang cocok
seperti diidealkan Weber. Dia melukiskan birokrasi sebagai pelayan
publik dalam menjalankan fungsi -fungsi negara, mengayomi
warganya. Model ini dapat diidentikkan dengan birokrasi yang
memiliki karakter sebagai berikut:
1. Ramping
2. Fleksibel
3. Memberdayakan
4. Mengatur Dan Mengontrol
5. Kompetisi
6. Tergantung Pada Misi
7. Berorientasi Hasil/ Outcome
8. Mengutamakan Kebutuhan Masyarakat
9. Pelayanan Harus Menghasilkan
10. Preventif
11. Desentralisasi
12. Market Oriented
13. Realistik-Pragmatis
Pada model kedua, birokrasi lebih dipandang sebagai patologi
yang melahirkan berbagai persoalan dalam kehidupan masyarakat.
Sudah barang tentu dan sudah pada tempatnya bila sikap birokrat
menempatkan diri pada posisi yang pertama. Guna mencapai puncak-
puncak kinerjanya birokrasi harus menyiasati bagaimana menempatkan
masyarakat sebagai pelanggan seperti halnya dunia swasta memandang
pelanggan sebagai raja. Gabler & Osborne (1992) memandang
birokrasi harus berorientasi dan memandang masyarakat sebagai
pelanggan. Dengan perkataan lain efektivitas kinerja harus diupayakan
seoptimal mungkin. Persoalannya dibanyak negara, dan sudah menjadi
17
wacana dikalangan pakar administrasi negara, munculnya fenomena
bahwa biarokrasi tidak netral. Birokrasi seperti ini dapat diidentikkan
karakternya sebagai berikut:
1. Gemuk/ Tambun
2. Kaku
3. Melayani
4. Melaksanakan
5. Monopoli
6. Tergantung Pada Orang
7. Berorientasi Prosedur/ Formalisme
8. Mengutamakan Program Birokrasi
9. Menghabiskan Uang Pelayanan
10. Preskriptif
11. Sentralisasi/ Personal Work
12. Government Oriented
13. Sloganis
1.3.5. Administrasi
1.3.5.1. Administrasi Publik
Menurut Kerlinger dalam Pasolong (2011:9) teori adalah
serangkaian konstruk (konsep), batasan, dan proposisi, yang
menyajikan suatu pandangan sitematis tentang fenomena dengan fokus
hubungan dengan merinci hubungan-hubungan antar variabel, dengan
tujuan menjelaskan dan memprediksi gejala itu. Sedangkan menurut
Pasolong (2011 : 10) teori adalah pernyataan atau konsep yang teruji
kebenarannya melalui riset.
Istilah Administrasi secara etimologi berasal dari bahasa Latin
(Yunani) yang terdiri atas dua kata yaitu “ad” dan “ ministrate” yang
berarti “to serve” yang dalam Bahasa Indonesia berarti melayani atau
memenuhi2. Sedangkan pendapat A. Dunsire yang dikutip ulang oleh
18
Keban (2008 : 2) administrasi diartikan sebagai arahan, pemerintahan,
kegiatan implementasi, kegiatan pengarahan, penciptaan prinsip-
prinsip implementasi kebijakan publik, kegiatan melakukan analisis,
menyeimbangkan dan mempresentasikan keputusan, pertimbangan-
pertimbangan kebijakan, sebagai pekerjaan individual dan kelompok
dalam menghasilkan barang dan jasa publik, dan sebagai arena bidang
kerja akademik dan teoritik.
Pengertian Publik adalah sejumlah manusia yang memiliki
kesamaan berpikir, perasaan, harapan, sikap dan tindakan yang benar
dan baik berdasarkan nilai-nilai norma yang mereka miliki (Syafi’ie
dkk dalam Pasolong, 2011 :6).
1.3.5.2. Teori Administrasi
1.3.5.2.1. Teori Administrasi Menurut Henry Fayol
Teori Administrasi menjelaskan upaya-upaya untuk
mendefinisikan fungsi universal yang dilakukan oleh pimpinan dan
asas-asas yang menyusun praktik kepemimpinan yang baik. Henry
Fayol (1841-1925) menggunakan pendekatan atas manajemen
administrasi, yaitu suatu pendekatan dari pimpinan atas sampai pada
tingkat pimpinan terbawah. Fayol melahirkan tiga sumbangan besar
bagi administrasi dan manajemen yaitu (1) aktivitas organisasi, (2)
fungsi atau tugas pimpinan, (3) prinsip-prinsip administrasi atau
manajemen. Selanjutnya Fayol mengemukakan prinsip-prinsip
administrasi yaitu :
1. Pembagian pekerjaan, prinsip ini sama dengan pembagian tenaga
kerja menurut Adam Smith, spesialisasi meningkatkan hasil yang
membuat tenaga kerja lebih efisien.
2. Wewenang. Manajer harus memberi perintah, wewenang akan
membuat mereka melakukan denga baik.
3. Disiplin. Tenaga kerja harus membantu dan melaksanakan aturan
yang ditentukan oleh organisasi.
4. Kesatuan komando. Setiap tenaga kerja menerima perintah hanya
dari yang berkuasa.
19
5. Kesatuan arah. Beberapa kelompok aktivitas organisasi yang
mempunyai tujuan yang sama dapat diperintah oleh seorang manajer
menggunakan satu rencana.
6. Mengarahkan kepentingan individu untuk kepentingan umum.
Kepentingan setiap orang, pekerja atau kelompok pekerja tidak dapat
diutamakan dari kepentingan organisasi secara keseluruhan.
7. Pemberian upah. Pekerja harus dibayar dengan upah yang jelas
untuk pelayanan mereka.
8. Pemusatan. Berhubungan pada perbandingan yang mana
mengurangi keterlibatan dalam pengambilan keputusan.
1.3.5.2.2. Teori Administrasi Menurut William L.Morrow
Teori administrasi menurut William L. Morrow sebagai
berikut:
1. Teori Deskriptif adalah teori yang menggambarkan apa yang nyata
dalam sesuatu organisasi dan memberikan postulat mengenai faktor-
faktor yang mendorong orang berperilaku.
2. Teori Persepektif, adalah teori yang menggambarkan perubahan-
perubahan di dalam arah kebijakan publik, dengan mengeksploitasi
keahlian birokrasi. Penekanan teori ini adalah untuk melakukukan
pembaharuan, melakukan koreksi dan memperbaiki proses
pemerintahan.
3. Teori Normatif, pada dasarnya teori mempersoalkan peranan
birokrasi. Apakah peranan biokrasi dipandang di dalam pengembangan
kebijakan dan pembangunan politik, ataukah peranan birokrasi
dimantapkan, diperluas atau dibatasi.
4. Teori Asumtif, adalah teori yang memusatkan perhatiannya pada
usaha-usaha untuk memperbaiki praktik administrasi. Untuk mencapai
tujuan ini, teori asumsi berusaha memahami hakikat manusiawi yang
terjadi di lingkungan birokratis.
20
5. Teori Instrumental, adalah toeri yang bermaksud untuk melakukan
konseptualisasi mengenai cara-cara untuk memperbaiki teknik
manajemen, sehingga dapat dibuat sasaran kebijakan secara lebih
ralistis. Teori ini menekankan alat, teknik dan peluang untuk
melaksanakan nilai-nilai yang telah ditentukan.
1.3.5.2.3. Teori Administrasi Menurut Stephen P. Robbins
Menurut Stephen P.Robbing, ada beberapa teori administrasi,
diantaranya :
1. Teori Hubungan Manusia. Teori ini dirintis oleh Elton Mayo.
Pengembangan Teori Mayo didasarkan pada penemuannya selama
memimpin proyek. Mayo bermaksud menguji hubungan antara
produktivitas dengan lingkungan fisik. Mayo menangkap bahwa
norma-norma sosial, justru merupakan faktor kunci dalam perilaku
kerja individual. Karenanya, rangsangan kenaikan upah tiak memacu
pekerja untuk bekerja lebih produktif.
2. Teori Pengambilan Keputusan. Dalam pengambilan keputusan
para pemikir menyarankan dipergunakannya statistik, model optimasi,
model informasi, dan simulasi. Di samping itu dapat juga
dimanfaatkan pengetahuan-pengetahuan yang berasal dari linear
programming, critical path scheduling, inventory models, site location
models, serta berbagai bentuk resource allocation models.
3. Teori Perilaku. Teori ini bermaksud untuk menintegrasikan semua
pengetahuan mengenai anggota organisasi, struktur dan prosesnya.
Toeri ini memahami pentingnya faktor perilaku manusia sebagai alat
utama untuk mencapai tujuan.
4. Teori Sistem. Dalam teori ini, organisasi dipandang sebagai suatu
sistem yang menampilkan karakteristiknya sebagai penerima masukan,
pengolah dan pengahasil.
5. Teori Kontigensi. Pada awalnya teori ini dipergunakan pada
pengembangan orangnisasi yang dirancang secara optimal dapat
mengadaptasi teknologi dan lingkungan. Teori kontigensia diangkat
21
untuk mencari beberapa karakteristik umum yang melekat pada situasi
khusus.
1.3.5.3. Administrasi Negara
Istilah Administrasi Negara berasal dari bahasa latin administrate
yang dalam bahasa Belanda diartikan sama dengan besturen yang
berarti fungsi pemerintah. Beberapa pendapat tentang pengertian
administrasi:
1. J.Wajong : adminsitrasi sama dengan pengendalian atau memerintah
(to direct, to manage, bestaken, be wind voeren atau beheren) yang
merupakan suatu proses yang meliputi :
a. merencanakan dan merumuskan kebijakan politik pemerintah
( Formulation of Policy).
b. Melaksanakan kebijakan politik yang telah ditetapkan oleh
pemerintah dengan cara :
1.menyusun organisasi dengan menyiapkan alat-alat
yang diperlukan.
2.memimpin organisasi agar tercapai tujuan.
2. Prajudi Atmosudirdjo membagi administrasi atas :
a. Ilmu administrasi publik yang terdiri atas :
1. Ilmu Administrasi Negara Umum
2. Ilmu Administrasi Daerah
3. Ilmu Administrasi Negara Khusus
b. Ilmu Administrasi Negara Privat yang terdiri dari :
1. Ilmu Administrasi Niaga
2. Ilmu Administrasi Non- Niaga.
3. R.D.H. Kusumaatmadja : Administrasi dalam kehidupan sehari-hari
terdiri dari dua arti :
1. Dalam arti sempit : administrasi adalah kegiatan tulis meulis,
catat mencatat dalam setiap kegiatan atau tata usaha.
22
2. Dalam arti luas : administrasi adalah kegiatan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu
Pengertian Administrasi Negara
1. Menurut Utrecht
Administrasi Negara adalah gabungan jabatan ( aparat/alat )
administrasi yang dibawah pimpinan pemerintah )Presiden dan para
Menteri) melakukan sebagian dari pekerjaan pemerintah (tugas
pemerintah) yang tidak diserahkan pada badan perundang-undangan
dan kehakiman. Utrecht bertitik tolak pada Teori Sisa atau Teori
Residu / Atrek Theorie.
2. Prof. Waldo, mengemukakan dua definisi yaitu :
1. Public administration the organization and management of
men and materialis to achieve the purpose of government.
2. Public administration is the art and science of management is
applied to affair of state.
Yang artinya :
1. Publik administrasi adalah suatu pengorganisasian dan
manajemen dari manusia dan alat perlengkapannya untuk
mencapai tujuan dari pemerintah.
2. Publik administrasi adalah suatu seni dan ilmu dari
manajemen dalam menyelenggarakan kepentingan Negara.
Administrasi Negara sama dengan Public Administrasi, yang
intinya mempelajari organisasi dan manajemen.
3. Dimock dan Dimeck
Administrasi Negara adalah aktivitas-aktivitas Negara
dalam melaksanakan kekuasaan politik saja.
4. CST Kansil mengemukakan tiga arti administrasi Negara :
a. Sebagai aparatur Negara, aparatur pemerintah, atau
instansi politik (kenegaraan) meliputi organ yang berada
23
dibawah pemerintah, mulai dari Presiden, Menteri termasuk
Sekjen, Dirjen, Irjen, Gubernur, Bupati/Walikota dan
sebagainya, pokoknya semua orang yang menjalankan
administrasi Negara.
b. Sebagai fungsi atau aktivitas yaitu sebagai kegiatan
mengurus kepentingan Negara.
c. Sebagai proses teknis penyelenggaraan Undang-
undang atau menjalankan Undang-undang.
5. Prof. Dr. Mr. Prajudi A.
Yang dilakuikan oleh administrasi Negara adalah :
1. Perencanaan
2. Pengaturan tidak bersifat Undang-undang
3. Tata Pemerintahan yang bersifat melayani.
4. Kepolisian yang bersifat menjaga dan mengawasi tata
tertib
5. Penyelesaian perselisihan secara administratif
6. Pembangunan dalam penertiban lingkungan hidup
7. Tata Usaha Negara yang dilakukan oelh kantor-kantor
pemerintah.
8. Penyelenggraan usaha-usaha Negara, yang dilakukan
oleh dinas-dinas, dan perusahaan-perusahaan Negara
(BUMN dan BUMD).
1.3.5.4. Sumber Hukum Administrasi Negara
Sumber hukum adalah segala sesuatu yang menimbulkan aturan
hukum dan ditentukan aturan hukum itu. Sumber hukum dikenal dua
macam yaitu :
1. Sumber Hukum Materiil
Sumber hukum materiil adalah sumber hukum yang
menentukan isi aturan hukum itu, dan untuk menentukan isi
hukum itu dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu :
a. Sejarah, yaitu undang-undang/ peraturan-peraturan
masa lalu yang dianggap baik dapat dijadikan bahan
24
untuk membuat undang-undang dan dapat diberlakukan
sebagai hukum positif.
b. Faktor Soiologis
Yaitu seluruh masyarakat dan lembaga-lembaga
yang ada didalam masyarakat. Kegiatan-kegiatan yang
terjadi didalam masyarakat dapat dijadikan bahan untuk
membuat hukum dengan kata lain sesuai dengan
perasaan hukum masyarakat misalnya keadaan dan
pandangan masyarakat dalam social, ekonomi, budaya,
agama dan psikologis.
c. Fakotor Filosofis.
Yaitu ukuran untuk menentukan aturan itu
bersifat adil atau tidak dan sejauhmana aturan itu ditaati
oleh warga masyarakat atau mengapa masyarakat
mentaati aturan itu.
2. Sumber Hukum Formil
Yaitu kaidah hukum dilihat dari segi bentuk, dengan
diberi suatu bentuk melalui suatu proses tertentu, maka kaidah
itu akan berlaku umum dan mengikat seluruh warga masyarakat
dan ditaati oleh warga masyarakat.
Sumber hukum formil Hukum Administrasi Negara adalah :
a. Undang-undang
b. Kebiasaan/Praktek hukum ddministrasi Negara
c. Yurispudensi
d. Doktrin/pendapat para ahli
25
1.3.6. Manajemen Ilmiah
Manajemen ilmiah adalah sebuah proses untuk mencapai tujuan
organisasi dengan memanfaatkan fungsi-fungsi manajemen seperti
merencanakan (planning), mengorganisasikan (organizing), memimpin
(leading) dan mengendalikan (controlling), seni untuk mencapai sasaran
melalui orang lain (menurut Mary Parker Follett) dan suatu ilmu (menurut
Luther Gullick).
Aliran ini dipelopori oleh Frederick W. Taylor dkk, yang mencoba
untuk menerangkan secara ilmiah metode terbaik untuk melaksanakan tugas,
menyeleksi, melatih dan memotivasi pekerja populer antara tahun 1890 –
1920. Muncul akibat : langkanya tenaga kerja terampil adanya kebutuhan
untuk meningkatkan produktivitas.
1.3.6.1. Prinsip Dasar Menurut Frederick W. Taylor
Frederick W. Taylor mengemukakan 4 prinsip dasar mengelola
kerja :
a. Pengembangan manajemen secara ilmiah yang benar
dapat digunakan untuk menentukan metoda yang benar
untuk menjalankan setiap tugas.
b. Seleksi pekerja dilaksanakan secara ilmiah dan pekerja
tersebut diberi tanggungjawab/tugas sesuai dengan
ketrampilan yang dimilikinya
c. Pendidikan dan pengembangan pekerja juga dilakukan
secara ilmiah
d. Harus ada kerjasama yang erat antara manajemen dan
pekerja
Selain 4 prinsip dasar mengelola kerja diatas, terdapat pendapat
Frederick W. Taylor lainnya :
a. Manajemen dan pekerja mempunyai kepentingan yang
sama yaitu meningkatkan produksi
b. Pekerja yang lebih produktif diberikan upah yang lebih
tinggi (Sistem Tarif Berbeda/Differential Rate System)
26
1.3.6.2. Dampak Teori Manajemen Ilmiah
1.3.6.2.1.Secara Umum
Berikut beberapa dampak dari teori manajemen ilmiah :
a. Terjadi kenaikan produktivitas yg dramatis dan upah
menjadi lebih tinggi, namun kemampuan manusia ada
batasnya. Sehingga pekerja lebih cepat pensiun
b. Akhirnya teori ini ditentang oleh para pekerja dan
Serikat Pekerja
1.3.6.2.2.Pendapat Para Ahli
A. Robert Owen
1. Peningkatan kondisi kerja akan meningkatkan produksi
2. Unsur pekerja merupakan unsur terpenting dalam proses
produksi
B. Charles Babbage
1. Penerapan prinsip-prinsip ilmiah dalam proses kerja akan
meningkatkan produktivitas dan dapat menekan biaya
C. Henry L. Gantt
1. Memperkenalkan Gantt Chart, yg digunakan utk penjadwalan
kerja
2. Tidak menggunakan Sistem Tarip Berbeda, namun menerapkan
sistem Bonus tambahan
1.3.6.3. Keterbatasan Teori Manajemen Ilmiah
Ada beberapa keterbatasan pada teori manajemen ilmiah, diantaranya :
1. Ternyata peningkatan produksi tidak disertai dengan
peningkatan pendapatan para pekerja
2. Memandang manusia sebagai sesuatu yg hanya dapat
dimotivasi dengan pemuasan kebutuhan ekonomi dan
kebutuhan fisik (manusia rasional). Tidak memperhatikan
kebutuhan/masalah sosial dari para pekerja, termasuk
27
masalah stres/frustasi dan ketegangan akibat kerja
3. Mengabaikan kebutuhan pekerja akan kepuasan hasil
kerja yang telah dilaksanakannya.
28