optimasi hidrolisis tandan kosong
TRANSCRIPT
42
ABSTRACT
Tandan kosong sawit (TKS) merupakan salah satu limbah padat perkebunan kelapa sawit yang dapat bernilai ekonomi
bila diolah lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah TKS dalam rangka memurnikan selu-
losanya yang selanjutnya dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan nitroselulosa yang bernilai ekonomi tinggi.
Fokus yang ditinjau adalah melihat pengaruh suhu, waktu, rasio larutan-padatan serta optimasi pada proses pemurnian
selulosa dari TKS menggunakan larutan pemasak ekstrak abu TKS dengan pendekatan statistik menggunakan RSM
(response surface method). Bahan baku dimasukkan ke dalam reaktor hidrolisis yang telah berisi larutan ekstrak abu
TKS tertentu (x2), selanjutnya reaktor hidrolisis ditutup rapat dan dipanaskan sehingga mencapai suhu tertentu (x1)
dan dipertahankan tetap selama waktu tertentu (x3). Setelah proses hidrolisis selesai, TKS hasil hidrolisis tersebut
dianalisa, kemurnian selulosa, kadar lignin, ekstraktif, dan kadar hemiselulosanya. Proses yang digunakan adalah
secara bacth. Berdasarkan pendekatan Response Surface Method-Central Composite Design diketahui bahwa temper-
atur dan waktu pemasakan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pemurnian selulosa. Hubungan antara vari-
abel terhadap pemurnian selulosa dimodelkan Y = 82,6964 + 0,8692 X1 + 1,0184X3 - 1,0091X12, sedangkan nilai re-
spon optimal proses pemurnian selulosa adalah 82,19 % dengan kondisi operasi pada waktu pemasakan 151,77 men-
it, temperatur pemasakan 92,99 oC dan nisbah padatan-larutan 1: 8,78.
ABSTRACT
Empty Fruit Bunches is one of the solid waste of palm plantations that could have valued if it processed further. This
research aims to utilize waste palm empty fruit bunches in order to purify of cellulose which can then be used as raw
material for making nitrocellulose which have a high economic value. The focus of interest is the effect of tempera-
ture, time, solution-solid ratio and optimization in the process of purification of cellulose from palm empty fruit
bunches using empty fruit bunch ash extract which is analysed with a statistical approach using the RSM (response
surface method). Raw materials were incorporated into the hydrolysis reactor that already contained of empty fruit
bunch ash extract solution (x2), further hydrolysis reactor sealed and heated to achieve a certain temperature (x1) and
kept for a certain time (x3). After the hydrolysis process is completed, empty fruit bunch hydrolysis results were ana-
lyzed for the purity of cellulose, lignin, extractive, and hemiselulosa composition. Response Surface Method Based on
the approach-Central Composite Design is known that the temperature and cooking time had a significant influence on
the purity of cellulose. The relationship between variables on the purity of cellulose is modeled Y = 82.6964 +
0.8692 X1 + 1.0184 X3 -1.0091 X12, while the value of the optimal response of cellulose purification process is
82.19% with cooking time at 151.77 minutes, cooking temperature 92.99°C and solid-solution ratio 1: 8.78.
Keywords : cellulose, empty fruit bunches, response surface method
OPTIMASI HIDROLISIS TANDAN KOSONG
SAWIT DENGAN EKSTRAK ABU TKS MENGGUNAKAN
RANCANGAN PERCOBAAN RESPONSE SURFACE METHODE
Padil1, Yelmida A1 dan Masfika Candra2
1Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Riau, Pekanbaru 28293, Indonesia
2Alumni Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Riau, Pekanbaru 28293
Kampus Binawidya Jl. H.R. Subrantas Km 12.5 Simpang Baru Pekanbaru 28293
E-mail : [email protected], [email protected]
Optimasi Hidrolisis Tandan Kosong Sawit menggunakan Response Surface Methode (Padil, et al)
43
PENDAHULUAN
TKS (Tandan Kosong Sawit) adalah salah satu
limbah pabrik kelapa sawit yang jumlahnya
sangat melimpah. Setiap pengolahan TBS
(Tandan Buah Segar) akan dihasilkan TKS
sebanyak 25%. TKS ini belum dimanfaatkan
secara baik oleh sebagian besar Pabrik Kelapa
Sawit (PKS) di Riau. Selama ini TKS yang tidak
tertangani menyebabkan bau busuk, tempat
bersarangnya serangga lalat dan potensial
menghasilkan air lindi [Padil,2010].
Mengingat jumlah TKS yang cukup besar dan
meningkat setiap tahunnya, secara laboratoris
dipandang perlu dilakukan penelitian untuk
mendapatkan suatu manajemen yang harus
diarahkan pada terbentuknya suatu sistem
manajemen lingkungan termasuk di dalamnya
teknik zero waste management pada seluruh
tahap kegiatan sampai dapat mencapai predikat
ecolabelliry dengan memanfaatkan TKS untuk
mendapatkan produk yang bernilai ekonomis.
Serat selulosa dalam TKS berada dalam bentuk
selulosa – α, β, dan γ. Kadar selulosa yang tinggi
dari TKS dapat digunakan untuk memproduksi
nitroselulosa, bahan baku pembuatan propelan
atau bahan peledak. Untuk mendapatkan kadar
selulosa yang tinggi dari TKS, diperlukan suatu
proses pengolahan yang dapat memurnikan
selulosanya [Padil,2006].
Tarmansyah [2007], melakukan pemurnian selu-
losa dari bahan baku serat rami melalui proses
hidrolisis menggunakan cairan pemasak larutan
NaOH. Dalam penelitian ini dilakukan optimasi
hidrolisis TKS yang bertujuan untuk pemurnian
selulosanya menggunakan ekstrak abu TKS. Sa-
lah satu metode optimasi yang digunakan adalah
Response Surface Methode (RSM). [Iriawan.,dan
Astuti,2006].
RSM adalah sekumpulan metode matematika dan
teknik-teknik statistik yang bertujuan membuat
model dan melakukan analisis mengenai respons
yang dipengaruhi oleh beberapa variable. RSM
memiliki keunggulan diantaranya metode ini tid-
ak memerlukan data-data percobaan dalam
jumlah yang besar dan tidak membutuhkan waktu
lama sehingga secara otomatis metode ini dapat
menghemat biaya dalam penelitian. [Iriawan.,dan
Astuti,2006].
Metode response surface merupakan sekumpulan
metode matematika dan teknik-teknik statistik
yang bertujuan membuat model dan melakukan
analisis mengenai respon yang dipengaruhi oleh
beberapa variabel.
Rancangan percobaan response surface
digunakan untuk mengetahui hubungan antara
satu atau lebih variabel respon dengan sejumlah
variabel kuantitatif percobaan. Pemilihan
rancangan percobaan ini didasari atas tujuan un-
tuk:
1. Melihat pengaruh variabel bebas terhadap
respon.
2. Mendapatkan model hubungan antara variabel
bebas dan respon.
3. Mendapatkan kondisi operasi yang
menghasilkan respon terbaik.
METODE PENELITIAN
Tahap-tahap penelitian proses hidrolisis TKS
terdiri dari persiapan dan analisa bahan baku,
pembuatan cairan pemasak dari ekstrak abu TKS,
prehidrolisa, pemasakan dan analisa hasil. Pada
persiapan dana analisa bahan baku, bahan baku
yang digunakan adalah tandan kosong sawit.
Bahan tersebut kemudian dipotong-potong
dengan ukuran 1 - 2 cm dan dikeringkan dibawah
sinar matahari sampai kadar air sisa pada tandan
kosong sawit ± 10%. Sebelum proses hidrolisis
terhadap TKS dilakukan analisa komponen kimia
bahan baku. Analisis komponen kimia bahan
baku bertujuan untuk mengetahui komposisi
kimia yang terdapat dalam bahan baku, yang
terdiri dari analisa kadar air, selulosa,
hemiselulosa, dan kadar lignin.
Penyiapan larutan pemasak (ekstrak abu tandan
kosong sawit), larutan pemasak pulp yang
digunakan adalah ekstrak abu tandan kosong
sawit. Abu tandan kosong sawit didapat dari hasil
pembakaran tandan kosong sawit dalam
incenerator pada pabrik CPO. Untuk memperoleh
larutan pemasak dilakukan beberapa tahapan.
Mula-mula abu TKS disaring menggunakan
saringan berukuran 40 mesh. Abu yang lolos
saringan kemudian ditambahkan air dengan
perbandingan massa abu dan air 1:4. Larutan
tersebut selanjutnya diaduk selama 15 menit
sebelum didiamkan selama 48 jam hingga semua
abu terendapkan. Larutan hasil ekstrak diperoleh
dengan memisahkan endapan abu dari larutan,
kemudian larutan tersebut disiapkan sebagai
larutan pemasak (Naldo, 2007).
Bahan baku di prehidrolisa terlebih dahulu.
Prehidrolisa bertujuan untuk mempercepat
penghilangan pentosan (hemiselulosa) dalam
bahan baku pada waktu pemasakan. Prehidrolisa
menggunakan larutan pemasak dari ekstrak abu
Jurnal Sains dan Teknologi 10 (1), Maret 2011: 42-46
44
TKS. Kondisi prehidrolisa adalah temperatur
maksimum 1000C, rasio bahan baku terhadap
larutan pemasak 1:6, waktu 1 jam. Setelah
prehidrolisa filtratnya dikeluarkan dan
selanjutnya dilakukan proses pemasakan
(Tarmansyah., 2007).
Pemasakan (cooking) pemasakan tandan kosong
sawit bertujuan untuk mendapatkan pulp cokelat
dengan menggunakan ekstrak abu TKS. Pulp
hasil pemasakan disaring dan dicuci dengan air
panas untuk menghilangkan lindi hitam
(Tarmansyah., 2007).
Rancangan percobaan yang digunakan pada
penelitian ini berdasarkan metode response sur-
face merupakan suatu metode gabungan antara
matematika dan teknik stastik, digunakan untuk
membuat model dan menganalisa suatu respon y
yang dipengaruhi oleh beberapa variabel bebas/
faktor x guna mengoptimalkan respon tersebut.
Hubungan antara
respon y dan variabel bebas
x adalah:
Langkah pertama dari RSM adalah menemukan
hubungan antara respon y dan faktor x melalui
persamaan polinomial orde pertama dan
digunakan
model regresi
linier, atau
yang lebih dikenal
dengan first-order model (model orde I)
Rancangan eksperimen orde II yang digunakan
adalah
rancangan faktorial 3k (Three Level Factorial
Design), yang sesuai untuk masalah optimasi.
Kemudian dari model II ditentukan titik stasioner,
karakteristik permukaan respon dan model
optimasinya.
Pulp padat yang diperoleh dari hasil pemasakan
selanjutnya dianalisis komponen kimianya antara
lain kadar air, kadar ektraktif, selulosa,
hemiselulosa, dan lignin.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Komponen utama yang terkandung dalam bahan
baku berupa tandan kosong sawit adalah selulosa,
hemiselulosa, lignin, dan ekstraktif. Tabel 1
menyajikan data hasil analisa komponen
penyusun tandan kosong sawit.
Hasil analisa yang diperoleh menunjukkan bahwa
tandan kosong sawit berpotensi untuk diolah
menjadi produk yang memiliki nilai ekonomis
tinggi, salah satu caranya adalah pemurnian selu-
losanya. Serat dengan kadar selulosa yang tinggi
(>92%) dapat digunakan untuk memproduksi ni-
troselulosa, bahan baku pembuatan propelan atau
(1)
(2)
Gambar 1. Tahapan Optimasi dengan Metode
Response Surface
Tabel 1. Komposisi Kimiawi Tandan Kosong
Sawit Bahan Baku
Komponen Hasil uji
(%) Metoda uji
Kadar air 6,78 SNI 14-7070-2005
Selulosa 34,26 SNI 0444-2-2009
Hemiselulosa 25,65 SNI 01-1561-1989
Lignin 19,41 SNI 14-0492-1990
Ekstraktif 3 TAPPI T-222 cm-98
Sumber: Padil,2010
Optimasi Hidrolisis Tandan Kosong Sawit menggunakan Response Surface Methode (Padil, et al)
45
bahan peledak.
Hasil analisa ekstrak abu tandan kosong sawit
diketahui memiliki kadar Kalium (K), Silika
(SiO2) dan Karbonat (CO3) yang tinggi
dibandingkan dengan unsur atau senyawa lainnya
yang ada di dalam abu TKS. Kalium dalam abu
TKS adalah sekitar 25,68%. KOH yang terdapat
dalam larutan ekstrak abu TKS dapat dijadikan
pengganti NaOH, sumber alkali yang umumnya
digunakan dalam pembuatan pulp. Hal ini
disebabkan oleh kalium mempunyai sifat yang
mirip dengan Natrium diantaranya sangat reaktif
terutama dalam air dan merupakan basa kuat. Ka-
lium dan karbonat larut dalam air membentuk ion
K+ dan CO32- seperti terlihat dalam Persamaan
3.1. Ion karbonat bersifat reaktif sehingga akan
mengikat ion H+ yang ada di dalam air dan mem-
bentuk HCO3- (Persamaan 3.2). Sedangkan ion
kalium bersifat reaktif sehingga di dalam air beri-
katan dengan ion OH- membentuk KOH, sehing-
ga larutan ekstrak abu TKS bersifat basa dengan
pH > 7. Menurut (Snell,et,al,. 2004) reaksinya
adalah sebagai berikut:
K2CO3 → 2K+ + CO32- ………………. ……(3)
CO32- + H2O → HCO3- + OH- ………………(4)
Kalium hidroksida (KOH) yang terbentuk dalam
larutan ekstrak abu TKS akan bereaksi dengan
komponen tandan kosong sawit pada saat proses
hidrolisis berlangsung. Menurut Snell et al.
[2004] reaksi komponen tandan kosong sawit
dengan ekstrak abu TKS adalah reaksi delignifi-
kasi oleh KOH sebagai berikut:
PH larutan ekstrak abu TKS pada penelitian ini
adalah 12,5. Informasi pH larutan dijadikan
sebagai pembanding dengan hasil penelitian
sebelumnya. Pada proses alkaline pulping
umumnya larutan pemasak (NaOH) memiliki
range pH 13 - 14. Snell et al. [2004] dan Naldo.,
[2007] adalah peneliti yang menggunakan ekstrak
abu TKS dalam pembuatan pulp non-wood.
Ekstrak abu TKS pada penelitian Snell et al.
[2004] memiliki nilai pH 13,5-14 dan pada
penelitian Naldo., [2007] memiliki nilai pH 13.
Penentuan titik optimum proses dilakukan dengan
menentukan titik stationer. Sedangkan sebaran
optimasi proses dapat dilihat dari contour plot.
Dari hasil perhitungan titik stationer diketahui
respon optimum pemurnian selulosa didapat
sebesar 82,19 % dengan waktu pemasakan 151,77
menit, temperatur pemasakan 92,99 oC dan nisbah
padatan - larutan 1: 8,78, dari penelitian yang
dilakukan persamaan untuk pemurnian selulosa
adalah persamaan orde 2 yaitu Y = 82,6964 +
0,8692 X1 + 1,0184X3 -1,0091X12. Sebaran opti-
masi pemurnian selulosa dapat dilihat pada Gam-
bar 2.
Dari hasil pengujian parameter regresi secara in-
dividu, pemurnian selulosa dipengaruhi oleh wak-
tu pemasakan dan temperatur pemasakan.
Sedangkan nisbah padatan - larutan tidak
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
permunian selulosa. Pengaruh terbesar diberikan
oleh temperatur pemasakan diikuti waktu
pemasakan. Pengaruh waktu pemasakan dan
temperatur pemasakan terhadap permunian
selulosa ditampilkan dalam bentuk Surface
Curve pada Gambar 3.
Pengaruh temperatur pemasakan memberikan
Lignin Lignat
Gambar 2. Contour Plot Persentase Selulosa
terhadap Pengaruh Waktu Pemasa-
kan dan Temperatur Pemasakan
Gambar 3. Surface Curve Persentase Selulosa ter-
hadap Pengaruh Temperatur dan
Waktu Pemasakan
Jurnal Sains dan Teknologi 10 (1), Maret 2011: 42-46
46
pengaruh yang siknifikan terhadap kemurnian
selulosa. Peningkatan temperatur pemasakan
dapat meningkatkan kemurnian selulosanya. Hal
ini disebabkan karena peningkatan temperatur
mempercepat proses hidrolisis yang berperan da-
lam pemutusan ikatan lignin dan hemiselulosa
[Fengel dan Wegener, 1995]. Tetapi, peningkatan
variasi temperatur pemasakan terus menerus
cenderung menyebabkan turunnya kemurnian
selulosa. Hal ini disebabkan oleh terjadinya
degradasi selulosa pada suhu yang lebih tinggi.
Hasil ini berarti bahwa langkah pertama dalam
degradasi termal selulosa adalah pemecahan
makromolekul yang menghasilkan produk yang
larut dalam alkali dan diikuti dengan penurunan
derajat polimerisasi selulosa yang cepat dengan
peningkatan temperatur [Fengel dan Wegener,
1995].
Variasi waktu pemasakan memberikan pengaruh
yang siknifikan terhadap kemurnian selulosa.
Menurut Purnama [2009], waktu pemasakan
reject pulp yang panjang menyebabkan yield
glukosa yang semakin besar. Pada penelitian ini
peningkatan waktu pemasakan dapat
meningkatkan kemurnian selulosanya. Hal ini
terjadi karena semakin lama waktu pemasakan,
pemutusan ikatan selulosa dari bahan baku lebih
banyak. Tetapi peningkatan variasi waktu
pemasakan terus menerus cenderung
menyebabkan turunnya kemurnian selulosa. Hal
ini disebabkan oleh terjadinya degradasi selulosa
membentuk gula sederhana yaitu glukosa untuk
waktu pemasakan yang panjang. Degradasi
selulosa disebabkan oleh terhidrolisisnya selulosa
yang dapat memecah dan merusak struktur kristal
selulosa.
Variasi nisbah larutan-padatan memberikan
pengaruh yang tidak signifikan terhadap
kemurnian selulosa. Menurut Purnama [2009],
peningkatan konsentrasi larutan pemasak
menyebabkan peningkatan yield glukosa. Pada
penelitian ini peningkatan konsentrasi larutan
pemasak menyebabkan peningkatan selulosanya.
Meningkatnya jumlah larutan pemasak berarti
bertambahnya jumlah ion OH- yang berperan
dalam pemutusan ikatan lignin dan hemiselulosa.
Dengan semakin banyaknya pemutusan ikatan
lignin dan hemiselulosa dari selulosa maka akan
menyebabkan meningkatnya selulosanya [Naldo,
2007]. Tetapi, peningkatan nisbah larutan -
padatan terus menerus cenderung menyebabkan
turunnya kemurnian selulosa. Hal ini disebabkan
oleh terdegradasinya selulosa menjadi glukosa
untuk peningkatan jumlah larutan pemasak.
KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak abu
TKS dengan komponen utama kalium dapat
digunakan sebagai larutan pemasak dalam pemur-
nian selulosa TKS.
Temperatur pemasakan mempunyai pengaruh
terbesar terhadap pemurnian selulosa jika
dibandingkan dengan waktu pemasakan dan
nisbah padatan - larutan. Kondisi optimal selu-
losa yang diperoleh adalah 82,19 % pada waktu
pemasakan 151,77 menit, temperatur pemasakan
92,99 oC dan nisbah padatan - larutan 1: 8,78,
dimana persamaan untuk pemurnian selulosa
adalah persamaan orde 2 yaitu Y = 82,6964 +
0,8692 X1 + 1,0184X3 -1,0091X12.
DAFTAR PUSTAKA
Fengel, D., dan Wegener, G. 1995. Kayu: Kimia,
Ultrastruktur, Reaksi-reaksi. Translated from
the English by H. Sastrohamidjojo. Yogyakar-
ta, Gajah Mada University Press.
Iriawan.,N., dan Astuti,S.P. 2006. Mengolah Data
Statistik dengan Mudah Menggunakan
Minitab 14. Penerbit ANDI Yogyakarta.
Naldo, H.R. 2007. Research into Pembuatan Pulp
Batang Jagung dengan Ekstrak Abu TKS.
Skripsi. Universitas Riau.
Padil. 2006. Produksi Asap Cair dari Limbah
Padat Sawit (Suatu Rancangan Penelitian).
Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia
2006 dan Munas Aptekindo Palembang
Padil. 2010. Proses Pembuatan Nitrosellulosa
Berbahan Baku Biomassa Sawit. Prosiding
Seminar Nasional Fakultas Teknik Universi-
tas Riau 2010. Pekanbaru. ISBN 978-602-
96729-0-9.
Purnama, A. 2009. Pengaruh Konsentrasi Katalis
Asam Sulfat dan Waktu Reaksi Pada Hidroli-
sa Reject Pulp Menjadi Glukosa. Skripsi.
Universitas Riau.
Snell, R. Mott, L. Suleman, A. Sule, A. Mayhead,
G. 2004. Potassium-Based Pulping Regimes
For Oil Palm Empty Fruit Bunch Material
[Internet]. Bangor. Biocomposite Center.
Availablefrom: <www.bc.bangor.ac.uk-/
_03_research/research4_pulp_paper.htm>
[Accessed 12 Agustus 2009].
Tarmansyah, U.S. 2007. Pemanfaatan Serat Rami
Untuk Pembuatan Selulosa. Jakarta Selatan.
Puslitbang Indhan Balitbang Dephan.
Optimasi Hidrolisis Tandan Kosong Sawit menggunakan Response Surface Methode (Padil, et al)