optimalisasi support system dalam penyelenggaraan pendidikan

19
Optimalisasi Support System dalam Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi Posted on 22 Januari 2013 by SDLB YPLB BANJARMASIN Rate This Oleh Dede Supriyanto Foto: dok halomalang.com Paradigma baru yang terjadi dalam pendidikan melalui hadirnya konsep baru pendidikan khusus yaitu berupa sekolah inklusi, menghasilkan berbagai isu dalam masyarakat. Ini merupakan kontroversi awal hadirnya new product di dunia pendidikan yang disebut “Education For All (EFA)”. Sebenarnya ini bukanlah suatu produk baru lagi, namun para ilmuwan pendidikan baru menyadari bahwa pendidikan yang selama ini ada sebenarnya adalah hak semua manusia yang pantas untuk mereka tuntut, entah itu untuk manusia normal maupun manusia yang berkebutuhan khusus.EFA merupakan suatu kesadaran publik yang membawa banyak pembenahan pada pendidikan yang selama ini telah ada.

Upload: doni-firmansyah

Post on 28-Sep-2015

227 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

P

TRANSCRIPT

Optimalisasi Support System dalam Penyelenggaraan PendidikanInklusiPosted on22 Januari 2013bySDLB YPLB BANJARMASINRate This

Oleh Dede Supriyanto

Foto: dokhalomalang.comParadigma baru yang terjadi dalam pendidikan melalui hadirnya konsep baru pendidikan khusus yaitu berupa sekolah inklusi, menghasilkan berbagai isu dalam masyarakat. Ini merupakan kontroversi awal hadirnya new product di dunia pendidikan yang disebut Education For All (EFA). Sebenarnya ini bukanlah suatu produk baru lagi, namun para ilmuwan pendidikan baru menyadari bahwa pendidikan yang selama ini ada sebenarnya adalah hak semua manusia yang pantas untuk mereka tuntut, entah itu untuk manusia normal maupun manusia yang berkebutuhankhusus.EFAmerupakan suatu kesadaran publik yang membawa banyak pembenahan pada pendidikan yang selama ini telah ada.

Penyelenggaraan pendidikan inklusif di Indonesia sampai saat ini memang masih mengundang kontroversi (menurut Sunardi, dalam Yanti D.W, 2010).Namun praktek sekolah inklusif memiliki berbagai manfaat. Misalnya adanya sikap positif bagi siswa berkelainan yang berkembang dari komunikasi dan interaksi pertemanan dengan sebayanya. Siswa belajar untuk sensitif, memahami, menghargai, dan menumbuhkan rasa nyaman dengan perbedaan individual.Selain itu, anak berkelainan belajar keterampilan sosial dan menjadi siap untuk tinggal di masyarakat karena mereka dimasukkan dalam sekolah umum. Dan dengan sekolah inklusi, anak terhindar dari dampak negatif dari sekolah segregasi, antara lain kecenderungan pendidikannya yang kurang berguna untuk kehidupan nyata, label cacat yang memberi stigma pada anak dari sekolah segregasi membuat anak merasa inferior, serta kecilnya kemungkinan untuk saling bekerjasama, dan menghargai perbedaan.Konsekuensi dari penyelenggaraan program ini adalah adanya kebutuhan biaya yang lebih besar, sehingga idealnya pemerintah mengambil peran agar pendidikan ini benar-benardapat terlaksana denganbaik.Untukmenopang suksesnya penyelenggaraan pendidikan inklusi perlu kerjasama dengan semua pihak mengingat kemampuan pemerintah untuk membantu masih sangat terbatas sementara anak dengan hambatan tertentu yang belum tertampung mengikuti pendidikan formal semakin banyak sehingga dapat menjadi kendala suksesnya Wajib Belajar 9 Tahun.Pendidikan Inklusi dalam penyelenggaraannya memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan pendidikan terpadu atau pendidikan khusus (segregasi) sehingga sangat tepat apabila pemerintah menyelenggarakan dan mengembangkan program ini. Dengan diselenggarakannya pendidikan inklusi bukan berarti SLB (Sekolah Luar Biasa), sekolah terpadu dan SDLB (Sekolah Dasar Luar Biasa) ditutup, akan tetapi dijadikan mitra kerja yang baik dengan penyelenggarasekolah inklusi, bahkan kalau perlu dijadikan laboratorium sekolah dan nara sumber bagi guru-guru khusus yang mengajar di sekolah inklusi.Permasalahan lain yang muncul adalah minimnya sarana penunjang sistem pendidikan inklusi, terbatasnya pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki oleh para guru sekolah inklusi. Hal ini menunjukkan betapa sistem pendidikan inklusi belum benar-benar dipersiapkan dengan baik. Apalagi sistem kurikulum pendidikan umum yang ada sekarang memang belum mengakomodasi keberadaan anak-anak yang memiliki perbedaan kemampuan, sehingga sepertinya program pendidikan inklusi hanya terkesan program eksperimental.Kondisi ini jelas menambah beban tugas yang harus diemban para guru yang berhadapan langsung dengan persoalan teknis di lapangan. Di satu sisi para guru harus berjuang keras memenuhi tuntutan hati nuraninya untuk mencerdaskan seluruh siswanya, sementara di sisi lain para guru tidak memiliki ketrampilan yang cukup untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa yang difabel. Situasi kelas yang seperti ini bukannya menciptakan sistem belajar yang inklusi, namun justru dapat menciptakan kondisi eksklusifisme bagi siswa difabel dalam lingkungan kelasreguler.Jelasini menjadi dilema tersendiri bagi para guru yang di dalam kelasnya ada siswa difabel.Implementasi pendidikan inklusif di Indonesia berimplikasi atau mengandung konsekuensi logis terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah umum (reguler), antara lain sekolah harus lebih terbuka, ramah terhadap anak, dan tidak diskriminatif.Dalam mengimplementasikan pendidikan inklusif perlu adanya sistem dukungan yang diperlukan dalam upaya mempercepat pemenuhan akses dan mutu pendidikan untuk semua (Education For All). Sistem dukungan tersebut dapat berupa dukungan dalam bentuk regulasi atau kebijakan-kebijakan pemerintah baik pusat maupun daerah yang jelas mengenai pendidikan inklusif misalnya dalam bentuk peraturan pemerintah, peraturan menteri, peraturan daerah provinsi/kabupaten/kota mengenai pendidikan inklusif dukungan sarana dan prasarana, dukungan pembiayaan, dukungan tenaga (pendidik dan tenaga kependidikan) dan dukungan-dukungan dari lembaga pendukung. Lembaga pendukung tersebut antara lain melalui Kelompok Kerja (Pokja) Inklusif baik Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota), Pusat Sumber (Resource Center) bagi sekolah umum yang menyelenggarakan pendidikan inklusif, wadah profesional guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah seperti Gugus SD/SLB (KKG, KKKS, dan KKPS), MGMP, MKKS, dan MKPS). Dan dukungan lembaga lain yaitu LPTK, P4TK TK dan PLB, dan Balai/Badan Diklat, serta dukungan masyarakat.Sunardi (2009) telah melakukan penelitian terhadap 12 sekolah penyelenggara inklusi di Kabupaten dan Kota Bandung, secara umum saat ini terdapat lima kelompok isu dan permasalahan pendidikan inklusi di tingkat sekolah yang perlu dicermati dan diantisipasi agar tidak menghambat, implementasinya tidak bias, atau bahkan menggagalkan pendidikan inklusi itu sendiri, permasalahan tersebut antara lain yaitu :Belum didukung dengan sistem dukungan yang memadai. Peran orang tua, sekolah khusus, tenaga ahli, perguruan tinggi LPTK PLB, dan pemerintah masih dinilai minimal. Sementara itu fasilitas sekolah juga masih terbatas.Keterlibatan orang tua sebagai salah satu kunci keberhasilan dalam pendidikan inklusi, belum terbina dengan baik. Dampaknya, orang tua sering bersikap kurang peduli dan realistik terhadap anaknya.Peran SLB yang diharapkan mampu berfungsi sebagai resource centre bagi sekolah-sekolah inklusi di lingkungannya, belum dapat dilaksanakan secara optimal, baik karena belum adanya koordinasi dan kerja sama maupun alasan geografik.Peran ahli yang diharapkan dapat berfungsi sebagai media konsultasi, advokasi, dan pengembangan SDM sekolah masih sangat minimal.LPTK PLB dalam diseminasi hasil penelitian, penelitian kolaborasi maupun dalam implementasi terhadap hasil-hasil penelitian belum dapat diwujudkan dengan baik.Peran pemerintah yang seharusnya menjadi ujung tombak dalam mendorong implementasi inklusi secara baik dan benar melalui regulasi aturan maupun bantuan teknis, dinilai masih kurang perhatian dan kurang proaktif terhadap permasalahan nyata di lapangan.Kalaupun pemerintah saat ini sudah mengikutkan guru-guru dalam pelatihan atau memberikan bantuan yang sifatnya fisik atau keuangan, namun jumlahnya masih sangat terbatas dan belum merata.Sekolah umumnya juga belum didukung fasilitas yang diperlukan untuk mendukung aksesibilitas dan keberhasilan pembelajaran secara memadai.Berdasarkan hal diatas, maka beberapa hal yang dapat dilakukan guna mengatasi hambatan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi berkaitan dengan peran support system adalah sebagai berikut :1. Sekolah dan Guru Ramah.Perwujudan sekolah ramah (welcoming school) dan guru yang ramah (welcoming teacher) merupakan syarat utama dalam mengembangkan model layanan pembelajaran pendidikan inklusif melalui program pembelajaran yang diindividualisasikan. Sekolah dan guru ramah adalah sekolah dan guru yang tidak diskriminatif terhadap kondisi kecerdasan, fisik, sosial, emosi, kepercayaan, ras atau suku, golongan keyakinan, serta memahami dan menerima keberagaman, mengutamakan pengembangan potensi siswa sesuai dengan bakat, minat dan karakteristiknya. Sekolah dan guru ramah merupakan sekolah dan guru yang mengakui keberagam manusia sebagai anugerah Yang Maha Kuasa sekolah dan guru yang mengakui eksistensi manusia, sekolah dan guru dan memiliki keyakinan bahwa semua individu manusia memiliki potensi yang dapat dikembangkan dan memahami bahwa setiap individu manusia memiliki harapan, bakat, minat yang berbeda-beda. Sekolah dan guru demikian akan melayani dan memperlakukan siswa dalam pembelajarannya sesuai dengan harapan, bakat, minatnya.2. Pusat Sumber (Resource Center) dan sarpras.Pusat sumber (Resource center) adalah lembaga khusus yang ditunjuk atau dibentuk oleh pemerintah baik pusat maupun daerah sebagai pusat sumber dalam pengembangan pendidikan kebutuhan khusus atau pendidikan inklusif atau yang didirikan atas inisiatif masyarakat yang dapat dimanfaatkan oleh semua anak khususnya peserta didik berkebutuhan khusus, orang tua, keluarga, sekolah biasa/sekolah luar biasa, masyarakat dan pemerintah serta pihak lain yang berkepentingan.Pusat sumber idealnya bertempat di gedung sendiri yang dibangun oleh pemerintah dan atau masyarakat/swasta yang digunakan secara khusus sebagai resource center, namun karena untuk mempercepat keberadaannya dan pemanfaatannya serta dalam rangka efektivitas dan efisiensi maka Sekolah Luar Biasa yang telah ada dijadikan sebagai resource center saat ini SLB yang dijadikan Pusat Sumber disebut juga dengan Sentra Pendidikan Khusus (PK) dan Pendidikan Layanan Khusus (PLK).3. Perluasan Peran dan Tugas SLBSemua Sekolah Luar Biasa (SLB) bisa menjadi dan harus menjadi resource center (pusat sumber) bagi lingkungan pendidikan umum (inklusi) di sekitar sekolah tersebut. Masyarakat pendidikan dan masyarakat umum, sesungguhnya sangat membutuhkan kehadiran SLB sebagai resource center. Mereka berharap mampu menjalin hubungan kerja sama bagi kebutuhan layanan pendidikan yang mereka terapkan. Pusat sumber ini berfungsi sebagai tempat untuk menyediakan berbagai kebutuhan yang diperlukan oleh para guru, orangtua, dan yang paling utama adalah siswa di sekolah-sekolah umum yang sudah terbuka bersedia menerima siapa saja termasuk anak-anak berkelainan untuk bersekolah dan belajar.Mewujudkan SLB sebagai pusat bagi penyelenggaraan pendidikan inklusi memang sebuah tantangan. SLB harus berperan secara aktif dalam merangkul dan bekerja sama dengan sekolah-sekolah yang telah mengadposi konsep inklusi yang berada di lingkungan sekitarnya, hal ini dapat dilakukan dengan mengirimkan guru-guru kunjung, melakukan pelatihan atau seminar mengenai penanganan ABK, atau dengan merekomendasikan anak-anak tertentu agar dapat ditempatkan di sekolah tersebut. Sekolah dapat memilih bidang-bidang tertentu yang menjadi kompetensi sekolah dan diyakini mampu untuk diekspos untuk mewujudkan SLB sebagai pusat sumber.Misalnya, sebuah sekolah yang menyakini diri mampu dengan baik menangani anak autis dengan program-program tertentu, maka sekolah tersebut dapat menjadi pusat sumber bagi pendidikan anak autis. Atau sebuah sekolah yang memiliki sumber daya manusia dan sumber daya material terhadap program BKPBI (Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama), maka sekolah tersebut dapat lebih fokus sebagai resource center bagi program BKPBI. Idealnya, SLB harus dapat menjadi pusat sumber untuk semua elemen layanan pendidikan.Pengembangan sayap terhadap elemen-elemen yang lebih luas tentunya dapat dilakukan SLB secara bertahap.Pengelolaan SLB sebagai pusat sumber secara terstruktur dapat dipandu oleh lembaga-lembaga yang berkaitan langsung dengan SLB.4. Kemitraan dengan lembaga berkaitPenyelenggaraan pendidikan inklusif dapat terselenggara sesuai dengan harapan apabila sekolah mengembangkan kemitraan dengan lembaga-lembaga berkait atau kementerian-kementerian terkait, misalnya dengan kementerian kesehatan dalam pemeriksaan kesehatan fisik, kementerian sosial dalam bantuan asesibililitas, kementerian perindustrian dalam mengembangkan kecakapan vokasional, kementerian hukum dan HAM dalam perlindungan hukum dan kementerian tenaga kerja dalam rangka perluasan kesempatan pekerjaan dan pengembangan karir.5. Dukungan orangtuaDukungan orangtua dan kerjasama dengan sekolah sangat diperlukan dalam melayani kebutuhan belajar anak di sekolah dalam upaya optimalisasi potensi anak. Kerjasama yang erat antara orangtua dan guru dapat menghasilkan solusi terbaik dalam melayani kebutuhan belajar anak di sekolah. Keterlibatan orangtua secara aktif terhadap pendidikan anak di sekolah, sangat penting dalam kaitannya dengan negosiasi dalam mencari solusi berkenaan dengan pendidikan anak, baik di sekolah maupun di rumah.Keterlibatan orangtua dalam pendidikan, biasanya terbatas pada urusan pembiayaan operasional sekolah, kurang menyentuh pengembangan kebutuhan pembelajarananak.Olehkarena itu, keterlibatan atau dukungan orangtua perlu dikembangkan terhadap persoalan pendidikan yang lebih luas, apabila akses orangtua ke sekolah lebih terbuka, permasalahan-permasalahan dan kebutuhan-kebutuhan yang dihadapi anak segera dapat ditanggulangi.6. Wadah Profesional Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas SekolahPeningkatan mutu pendidikan telah menjadi kebijaksanaan pemerintah yang harus diwujudkansebaik-baiknya.Usahaini dilaksanakan dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia untuk mencapai tujuan pembangunan nasional. Dalam usaha peningkatan mutu pendidikan, faktor guru memegang peranan yang sangat penting, karena itu profesionalisme guru harus digalang secara sistematis melalui wadah-wadah pembinaan profesional guru seperti KKG, KKKS, KKPS, MGMP, MKKS, dan MKPS).Diharapkan melalui wadah profesional ini dapat meningkatkan motivasi, inovasi dan kreasi guru serta memiliki skill yang baik sehingga dapat memberikan layanan yang optimal kepada semua peserta didik (Total Quality Services) secara khusus dan dapat meningkatkan kualitas layanan pendidikan (Total Quality Management) khususnya dalam upaya mengimplementasikan pendidikan inklusif.PenutupPerkembangan layanan pendidikan bagi siswa berkebutuhan khusus perlu ditopang dan didukung oleh berbagai pihak-pihak baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat secara umum yang sungguh-sungguh berkomitmen tinggi dan saling terjalin kemitraan sehingga konsep Education For All pada akhirnya dapat dinikmati oleh seluruh generasi penerus Indonesia tanpa ada pengecualian.Salah satu kunci kesuksesan pendidikan inklusi adalah dengan berperannya seluruh aspek sebagai support system yang komprehensif dan berfungsi secara optimal.Daftar BacaanSunardi (2009).Issues And Problems On Implementation Of Inclusive Education For Disable Children In Indonesia. Tsukuba: Criced University Of Tsukuba.Drs. Sunaryo (2010). Manajemen Pendidikan Inklusif (Konsep, Kebijakan, dan Implementasinya dalam Perspektif Pendidikan Luar Biasa).http://jurusanplb.blogspot.com/2010/07/Manajemen-Pendidikan-Inklusif-Konsep.htmlD.W. Yanti (2010). Prinsip-Prinsip Pembelajaran di Sekolah Inklusi Tuna Laras.Tersedia di:http://www.bintangbangsaku.com/content/Prinsip-Prinsip-Pembelajaran-Di-Sekolah-Inklusi-Tuna-Laras

TUGAS DAN FUNGSI Tugas Kepala SekolahI. Prosedur Standar Operasi (Standard Operation Procedure ) Kepala Sekolah .Kepala Sekolah sebagai pimpina tertingi di dalam suatu sekolah mempunyai tugas yang kompleks dan dan sangat menentukan maju mundurnya suatu sekolah. Tugas Kepala Sekolah yang kompleks tersebut, tidak dapat dirumuskan seluruhnya kedalam suatu prosedur tugas Kepala Sekolah. Meski pun demikian, standar minimal prosedur tugas Kepala Sekolah dapat digolongkan menjadi tujuh pokok sebagai berikut:1.Peran sebagai educator, kepala sekolah berperan dalam pembentukan karakter yang didasari nilai-nilai pendidik. Kemampuan mengajar/membimbing siswa Kemampuan membimbing guru Kemampuan mengembangkan guru Kemampuan mengikuti perkembangan di bidang pendidikan2,Perang sebagai manager,kepala sekolah berperan dalam mengelola sumber daya untuk mencapai tujuan institusi secara efektif dan efisien Kemampuan menyusun program Kemampuan menyusun organisasi sekolah Kemampuan menggerakkan guru Kemampuan mengoptimalkan sarana pendidikan3.Perang sebagai administrator, kepala sekolah berperan dalam mengatur tata laksana sistem administrasi di sekolah sehingga efektif dan efisien Kemampuan mengelola administrasi PBM/BK Kemampuan mengelola administrasi kesiswaan Kemampuan mengelola administrasi ketenagaan Kemampuan mengelola administrasi keuangan Kemampuan mengelola administrasi sarana prasarana Kemampuan mengelola administrasi persuratan4.Peran sebagai supervisor, kepala sekolah berperan dalam upaya membantu mengembangkan profesionalitas guru dan tenaga kependidikan lainnya. Kemampuan menyusun program supervisi pendidikan Kemampuan melaksanakan program supervisi Kemampuan memanfaatkan hasil supervisi5.Peran sebagai leader, kepala sekolah berperan dalam mempengaruhi orang-orang untuk bekerja sama dalam mencapai visi dan tujuan bersama. Memiliki kepribadian yang kuat Kemampuan memberikan layanan bersih, transparan, dan profesional Memahami kondisi warga sekolah6.Peran sebagai innovator, kepala sekolah adalah pribadi yang dinamis dan kreatif yang tidak terjebak dalam rutinitas Kemampuan melaksanakan reformasi (perubahan untuk lebih baik) Kemampuan melaksanakan kebijakan terkini di bidang pendidikan7.Peran sebagai motivator, kepala sekolah harus mampu memberi dorongan sehingga seluruh komponen pendidikan dapat berkembang secara profesional Kemampuan mengatur lingkungan kerja (fisik) Kemampuan mengatur suasana kerja/belajar Kemampuan memberi keputusan kepada warga sekolah8.Peran sebagai entrepreneur, kepala sekolah berperan untuk melihat adanya peluang dan memanfaatkan peluang untuk kepentingan sekolah Kemampuan menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah Kemampuan bekerja keras untuk mencapai hasil yang efektif Kemampuan memotivasi yang kuat untuk mencapai sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsicopashttp://chandrawati.wordpress.com

Tugas Guru1. TUGAS GURUGuru memiliki tugas yang beragam yang berimplementasi dalam bentuk pengabdian. Tugas tersebut meliputi bidang profesi, bidang kemanusiaan dan bidang kemasyarakatan. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup dan kehidupan. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa.Tugas guru dalam bidang kemanusiaan adalah memposisikan dirinya sebagai orang tua ke dua. Dimana ia harus menarik simpati dan menjadi idola para siswanya. Adapun yang diberikan atau disampaikan guru hendaklah dapat memotivasi hidupnya terutama dalam belajar. Bila seorang guru berlaku kurang menarik, maka kegagalan awal akan tertanam dalam diri siswa.Guru adalah posisi yang strategis bagi pemberdayaan dan pembelajaran suatu bangsa yang tidak mungkin digantikan oleh unsur manapun dalam kehidupan sebuah bangsa sejak dahulu. Semakin signifikannya keberadaan guru melaksanakan peran dan tugasnya semakin terjamin terciptanya kehandalan dan terbinanya kesiapan seseorang. Dengan kata lain potret manusia yang akan datang tercermin dari potret guru di masa sekarang dan gerak maju dinamika kehidupan sangat bergantung dari citra guru di tengah-tengah masyarakat.2. PERAN SEORANG GURUA. Dalam Proses Belajar MengajarSebagaimana telah di ungkapkan diatas, bahwa peran seorang guru sangar signifikan dalam proses belajar mengajar. Peran guru dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal seperti sebagai pengajar, manajer kelas, supervisor, motivator, konsuler, eksplorator, dsb. Yang akan dikemukakan disini adalah peran yang dianggap paling dominan dan klasifikasi guru sebagai:1. Demonstrator2. Manajer/pengelola kelas3. Mediator/fasilitator4. EvaluatorB. Dalam PengadministrasianDalam hubungannya dengan kegiatan pengadministrasian, seorang guru dapat berperan sebagai:1. Pengambil insiatif, pengarah dan penilai kegiatan pendidikan2. Wakil masyarakat3. Ahli dalam bidang mata pelajaran4. Penegak disiplin5. Pelaksana administrasi pendidikanC. Sebagai PribadiSebagai dirinya sendiri guru harus berperan sebagai:1. Petugas sosial2. Pelajar dan ilmuwan3. Orang tua4. Teladan5. PengamanD. Secara PsikologisPeran guru secara psikologis adalah:1. Ahli psikologi pendidikan2. Relationship3. Catalytic/pembaharu4. Ahli psikologi perkembangan3. KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME GURUA. PengertianKompetensi merupakan kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan profesi keguruannya. Profesional adalah suatu bidang pekerjaan yang memerlukan beberapa bidang ilmu yang secara sengaja harus dipelajari dan kemudian diaplikasikan bagi kepentingan umum. Dengan kata lain sebuah profesi rnemerlukan kemampuan dan keahlian khusus dalam melaksanakan profesinya. Pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu.Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka pengertian guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru secara maksimaI. Dengan kata lain guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya.Yang dimaksud dengan terdidik dan terlatih bukan hanya memilki pendidikan formal tetapi juga harus menguasai berbagai strategi atau teknik dalam KBM serta landasan-landasan kependidikan seperti tercantum dalam kompetensi guru dalarn uraian selanjutnya. Dalam melakukan kewenangan profesionalismenya, guru dituntut memiliki seperangkat kemampuan (kompetensi) yang beraneka ragam. Namun sebelum sampai pada pembahasan kompetensi ada beberapa syarat profesi yang harus dipahami terlebih dahulu.B. Syarat ProfesiMengingat tugas guru yang demikian kompleksnya, maka profesi ini memerlukan persyaratan khusus sebagai berikut:1. Menuntut adanya keterampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam2. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya.3. Menuntut tingkat pendidikan keguruan yang memadai.4. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakannya5. Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupannya.Untuk itulah seorang guru harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya untuk memenuhi panggilan tugasnya, baik berupa in-service training (diklat/penataran) maupun pre-service training (pendidikan keguruan secara formal).C. Jenis-jenis Kompetensi1. Kompentensi Pribadia. Mengembangkan Kepribadian1) Bertqwa kepada Allah SWT2) Berperan akkif dalam masyarakat3) Mengembangkan sifat-sifat terpuji sebagai seorang gurub. Berinteraksi dan Berkomunikasi1) Berinteraksi dengan rekan sejawat demi pengembangan kemampuan profesional2) Berinteraksi dengan masyarakat sebagai pengemban misi pendidikanc. Melaksanakan Bimbingan dan Penyuluhan1) Membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar2) Membimbing murid yang berkelainan dan berbakat khususd. Melaksanakan Administrasi Sekolah1) Mengenal administrasi kegiatan sekolah2) Melaksanakan kegiatan administrasi sekolahe. Melaksanakan penelitian Sederhana Untuk Keperluan Pengajaran1) Mengkaji konsep dasar penelitian ilmiah2) Melaksanakan penelitian sederhana2. Kompetensi Profesionala. Menguasai landasan kependidikan1) Mengenal tujuan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan Nasional2) Mengenal fungsi sekolah dalam masyarakat.3) Mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan yang dapat dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar.b. Menguasai bahan pengajaran1) Menguasai bahan pengajaran kurikulum pendidikan dasar dari menengah2) Menguasai bahan pengajaran.c. Menyusun program pengajaran1) Menetapkan tujuan pembelajaran2) Memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran3) Memilih dan mengembangkan media pengajaran yang sesuai4) Memilih dan memanfaatkan sumber belajar.d. Melaksanakan program pengajaran1) Menciptakan iklim belajar mengajar yang tepat2) Mengatur ruangan belajar3) Mengelola interaksi belajar mengajare. Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan1) Menilai prestasi murid untuk kepentingan pengajaran2) Menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.http://www.alfurqon.or.id/

Tugas SiswaAspek ini berkenaan dengan keturutsertaan murid dalam pengelolaan ketertiban, keamanan dan pemenuhan kewajiban administratif, sehingga memberikan dukungan terhadap kelancaran pelaksanaan pengajaran serta keberhasilan belajar itu sendiri. Tugas murid sehubungan dengan aspek administrasi, meliputi:a. Tugas dan kewajiban terhadap sekolah, yaitu:1. Menaati tata tertib sekolah.2. Membayar SPP dan segala sesuatu yang dibebankan sekolah kepadanya, sepanjang sesuai dengan peraturan yang berlaku.3. Turut membina suasana sekolah yang aman, tertib dan tenteram, di mana suasana keagamaan menjadi dominan.4. Menjaga nama baik sekolah di manapun ia berada dan menjadi kebanggaan baginya mendapat kesempatan belajar pada sekolah yang bersangkutan.b. Tugas dan kewajiban terhadap kelas, yaitu:1. Senantiasa menjaga kebersihan kelas dan lingkungannya.2. Memelihara keamanan dan ketertiban kelas sehingga suasana belajar menjadi aman, tenteram dan nyaman.3. Melakukan kerja sama yang baik dengan teman sekelasnya dalam berbagai urusan dan kepentingan kelas serta segala sesuatunya dilakukan dengan cara musyawarah dan mufakat.4. Memelihara dan mengembangkan semangat dan solidaritas, kesatuan dan kebanggaan, suasana keagamaan dalam kelas, sehingga memberi peluang untuk mengaktualisasikan ajaran-ajaran Islam dan berlomba-lomba untuk kebaikan.c. Tugas dan kewajiban terhadap kelompok, yaitu:1. Membentuk kelompok belajar bersama untuk memperoleh berbagai pemahaman dan pengalaman dalam mempelajari bahan pelajaran melalui penelaahan dan diskusi kelompok.2. Mengembangkan pola sikap keagamaan dan mempergunakan waktu senggang untuk belajar bersama, bersilaturrahmi dengan keluarga dan anggota kelompoknya dan saling membantu, serta melakukan berbagai kegiatan yang bersifat rekreatif, sehingga terwujud rasa ukhwah Islamiah di antara mereka.3. Memelihara semangat dan soladaritas kelompok, saling mempercayai dan saling menghargai akan kemampuan masing-masing anggota kelompok, sehingga belajar menjadi lebih terarah dan bermakna bagi diri masing-masing.