optimalisasi pertumbuhan pada pendederan ikan … · pengaturan frekuensi pemberian pakan . ......

61
OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN LELE SANGKURIANG Clarias sp. MELALUI PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN JOSEPH BENEDICTUS DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

Upload: vuongdieu

Post on 02-Mar-2019

238 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN

IKAN LELE SANGKURIANG Clarias sp. MELALUI

PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN

JOSEPH BENEDICTUS

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2013

Page 2: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN LELE

SANGKURIANG Clarias sp. MELALUI PENGATURAN FREKUENSI

PEMBERIAN PAKAN

adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun

kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Februari 2013

JOSEPH BENEDICTUS

C14080086

Page 3: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

ABSTRAK

JOSEPH BENEDICTUS. Optimalisasi Pertumbuhan pada Pendederan Ikan Lele

Sangkuriang Clarias sp. melalui Pengaturan Frekuensi Pemberian Pakan.

Dibimbing oleh IRZAL EFFENDI dan LIES SETIJANINGSIH.

Target utama pada kegiatan pendederan ikan lele adalah untuk menghasilkan

benih yang pertumbuhannya baik, tepat jumlah, serta berukuran seragam. Oleh

karena itu, perlu terus dilakukan upaya untuk meningkatkan laju pertumbuhan

ikan lele dalam sistem pendederan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui

pengaruh frekuensi pemberian pakan terhadap laju pertumbuhan pada pendederan

ikan lele Sangkuriang Clarias sp. Pengaturan frekuensi pemberian pakan

ditentukan berdasarkan hasil penelitian pendahuluan tentang pengosongan

lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah

proses makan dimulai. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan

acak lengkap dengan empat perlakuan yaitu frekuensi pemberian pakan 2, 3, 5,

dan 9 kali/hari dengan ulangan 3 kali pada setiap perlakuan. Benih ikan lele

Sangkuriang Clarias sp. dengan bobot rata-rata 0,79±0,01 g/ekor dan panjang

rata-rata 3,94±0,44 cm/ekor dipelihara secara outdoor dalam bak fiber

berkapasitas 96 liter dengan padat penebaran 2 ekor/l. Pakan yang digunakan

berupa pelet apung berdiameter 1,2 - 2 mm dengan kandungan protein 38%.

Peubah yang diamati adalah kelangsungan hidup, pertumbuhan panjang mutlak,

laju pertumbuhan bobot harian, tingkat konsumsi pakan, efisiensi pemberian

pakan, koefisien keragaman, kualitas air, dan efisiensi ekonomi. Hasil penelitian

menunjukan bahwa pengaturan frekuensi pemberian pakan tidak berpengaruh

terhadap derajat kelangsungan hidup dan koefisien keragaman pada setiap

perlakuan. Laju pertumbuhan bobot harian dan efisiensi pemberian pakan pada

frekuensi pemberian pakan 5 dan 9 kali/hari tidak berbeda nyata. Frekuensi

pemberian pakan 9 kali/hari memberikan pertumbuhan panjang mutlak terbaik

dibandingkan perlakuan 2, 3, dan 5 kali/hari. Perlakuan dengan frekuensi

pemberian pakan 9 kali/hari juga memberikan nilai profit dan rasio R/C terbaik

dibandingan perlakuan 2, 3, dan 5 kali/hari.

Kata Kunci : Ikan lele Sangkuriang, pendederan, frekuensi pemberian pakan,

pertumbuhan panjang mutlak

Page 4: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

ABSTRACT

JOSEPH BENEDICTUS. Optimization of growth in Sangkuriang catfish

Clarias sp. rearing by feeding frequency arrangement. Supervised by IRZAL

EFFENDI and LIES SETIJANINGSIH.

The main target of catfish nursery is to produce seeds with growing well, right

amount, as well as uniform in size. Therefore, the need to continously efforts to

increase the growth of catfish. The purpose of this research was to determine the

influence of feeding frequency on growth rate of catfish Sangkuriang Clarias sp.

nursery. Feeding frequency settings are determined based on preliminary research

that the stomach was empty in 4 hours. The design of research used was a

complete random design with four treatments (feeding frequency at 2, 3, 5, and 9

times/day) and three replicates. The seeds of Sangkuriang catfish with average

body weights was 0.79±0.01 g/fish and the average of body length was 3,94±0,44

cm/fish kept in a fiber capacity 96 liters with stocking density of 2 fish/liter. Feed

used was floating pellets which have a diameter of 1.2 - 2 mm and a protein

content of 38%. Parameters observed were survival rate, absolutely growth,

specific growth rate, feed intake, feeding efficiency, coefficient diversity, water

quality, and economic efficiency. The research results showed that the

arrangement of the feeding frequency on every treatment does not provide a

significant effect to survival rate and coefficient diversity. Specific growth rate

and feeding efficiency on feeding frequency 5 and 9 times/day does not provide a

significant effect. Feeding frequency which is 9 times/day gives the best

absolutely growth than treatments with 2, 3, and 5 times/day. Feeding frequency

which is 9 times/day also gives the best profit and R/C ratio than treatments with

2, 3, and 5 times/day.

Key Word : Sangkuriang catfish, enlargement, feeding frequency,

absolutely growth

Page 5: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN LELE

SANGKURIANG Clarias sp. MELALUI PENGATURAN FREKUENSI

PEMBERIAN PAKAN

JOSEPH BENEDICTUS

SKRIPSI

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Program Studi Teknologi & Manajemen Perikanan Budidaya

Departemen Budidaya Perairan,

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2013

Page 6: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

Judul Skripsi : Optimalisasi Pertumbuhan pada Pendederan Ikan Lele

Sangkuriang Clarias sp. melalui Pengaturan Frekuensi

Pemberian Pakan.

Nama Mahasiswa : Joseph Benedictus

Nomor Pokok : C14080086

Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Irzal Effendi, M.Si. Ir. Lies Setijaningsih, M.Si.

NIP. 19640330 198903 1 003 NIP. 19610203 198703 2 004

Diketahui

Ketua Departemen Budidaya Perairan

Dr. Ir. Sukenda, M.Sc.

NIP. 19671013 199302 1 001

Tanggal Lulus :

Page 7: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-

Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Optimalisasi

Pertumbuhan pada Pendederan Ikan Lele Sangkuriang Clarias sp. melalui

Pengaturan Frekuensi Pemberian Pakan. Karya tulis ini disusun berdasarkan

penelitian yang dilaksanakan pada 15 September hingga 10 Oktober 2012 di

Instalasi Riset Lingkungan Perikanan Budidaya dan Toksikologi Cibalagung,

Bogor, Jawa Barat.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu dalam penyelesaian karya tulis ini:

1. Kedua orang tua Penulis Adrianus Widjaja dan Lili, adik-adik tercinta Edith

Lidwina, Francis Sebatianus, Kevin Laurentius, serta seluruh keluarga besar

atas doa dan dukungan yang sangat berarti bagi Penulis.

2. Ir. Irzal Effendi, M.Si dan Ir. Lies Setijaningsih, M.Si selaku Dosen

Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, masukan, dan saran selama

proses pembuatan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Dinar Tri Soelistyowati, DEA selaku Dosen Pembimbing Akademik

atas nasihat, saran, dan dukungannya.

4. Pimpinan dan Staf Instalasi Riset Lingkungan Perikanan Budidaya dan

Toksikologi Cibalagung, Bogor atas kesempatan yang telah diberikan.

5. Cecilia Wiranti atas segenap perhatian, dukungan serta motivasi.

6. Anindila, Adit, Anes, Burhan, Ima, Jeanni, Dilla, Nidya, Erriza, Wahyu, Titi,

Dandy, Ojan, Heru, Dessy, Rian, Lita, Randi, Sofyan yang telah membantu

dalam pengenalan lokasi penelitian, penelitian pendahuluan, sampling,

pengukuran kualitas air, hingga pengolahan data.

7. Rekan-rekan BDP 45, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu

persatu.

Akhirnya, semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi Penulis serta

pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, Februari 2013

Joseph Benedictus

Page 8: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada 15 Desember 1989, merupakan anak

pertama dari empat bersaudara dari Ayah Adrianus Widjaja dan Ibu Lili.

Pendidikan formal yang telah ditempuh Penulis adalah SD Regina Pacis Bogor

pada 2002, SMP Regina Pacis Bogor pada 2005, dan SMA Regina Pacis Bogor

pada 2008. Pada tahun yang sama, penulis lulus seleksi masuk IPB dengan

memilih Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen

Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian

Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri

(SNMPTN).

Selama mengikuti perkuliahan, Penulis pernah mengikuti kegiatan Pekan

Kreativitas Mahasiswa Bidang Kewirausahaan (PKM-K) yang didanai DIKTI

dengan judul “Akuakultur Kultur Aqua Ku” pada 2011. Pada tahun yang sama

penulis juga mengikuti PIMNAS XXIV di Makassar melalui kegiatan Pekan

Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian (PKM-P) dengan judul “Pemanfaatan

Paparan Medan Listrik dan Salinitas untuk Meningkatkan Kontinuitas Produksi

Ikan Botia”. Tugas akhir dalam pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor

(IPB) diselesaikan dengan menulis skripsi yang berjudul “Optimalisasi

Pertumbuhan pada Pendederan Ikan Lele Sangkuriang Clarias sp. melalui

Pengaturan Frekuensi Pemberian Pakan”.

Page 9: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii

I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1

1.2 Tujuan ................................................................................................. 3

II. BAHAN DAN METODE ........................................................................ 4

2.1 Penelitian Pendahuluan : Waktu Pengosongan Lambung................... 4

2.2 Rancangan Percobaan ......................................................................... 5

2.3 Prosedur Penelitian ............................................................................. 6

2.3.1 Persiapan Wadah ........................................................................ 6

2.3.2 Penebaran Benih ........................................................................ 6

2.3.3 Pemberian Pakan ........................................................................ 7

2.4 Parameter Pengamatan ........................................................................ 7

2.4.1 Derajat Kelangsungan Hidup ..................................................... 7

2.4.2 Pertumbuhan Panjang Mutlak .................................................... 8

2.4.3 Laju Pertumbuhan Bobot Harian ............................................... 8

2.4.4 Tingkat Konsumsi Pakan ........................................................... 8

2.4.5 Efisiensi Pemberian Pakan ......................................................... 9

2.4.6 Koefisien Keragaman Panjang ................................................... 9

2.4.7 Fisika-Kimia Air ........................................................................ 9

2.4.8 Analisis Ekonomi ....................................................................... 11

2.5 Analisis Data ....................................................................................... 11

III. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 12

3.1 Hasil .................................................................................................... 12

3.1.1 Penelitian Pendahuluan : Waktu Pengosongan Lambung ......... 12

3.1.2 Derajat Kelangsungan Hidup ..................................................... 13

3.1.3 Pertumbuhan Panjang Mutlak .................................................... 13

3.1.4 Laju Pertumbuhan Bobot Harian ............................................... 14

3.1.5 Tingkat Konsumsi Pakan ........................................................... 15

3.1.6 Efisiensi Pemberian Pakan ......................................................... 16

3.1.7 Koefisien Keragaman Panjang ................................................... 17

3.1.8 Fisika-Kimia Air ........................................................................ 17

3.1.9 Analisis Ekonomi ....................................................................... 21

3.2 Pembahasan ......................................................................................... 23

IV. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 32

4.1 Kesimpulan ........................................................................................ 32

4.2 Saran .................................................................................................. 32

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 33

LAMPIRAN ................................................................................................... 37

Page 10: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

ix

DAFTAR GAMBAR

1. Waktu pengosongan lambung ikan lele Sangkuriang Clarias sp. pada

suhu antara 27oC – 28

oC .............................................................................. 12

2. Tingkat kelangsungan hidup ikan lele Sangkuriang Clarias sp. dengan

frekuensi pemberian pakan 2, 3, 5, dan 9 kali/hari ...................................... 13 3. Pertumbuhan panjang mutlak ikan lele Sangkuriang Clarias sp. dengan

frekuensi pemberian pakan 2, 3, 5, dan 9 kali/hari ...................................... 14

4. Laju pertumbuhan bobot harian ikan lele Sangkuriang Clarias sp.

dengan frekuensi pemberian pakan 2, 3, 5, dan 9 kali/hari .......................... 15

5. Tingkat konsumsi pakan ikan lele Sangkuriang Clarias sp. dengan

frekuensi pemberian pakan 2, 3, 5, dan 9 kali/hari ...................................... 16

6. Efisiensi pemberian pakan ikan lele Sangkuriang Clarias sp. dengan

frekuensi pemberian pakan 2, 3, 5, dan 9 kali/hari ...................................... 16

7. Koefisien keragaman panjang ikan lele Sangkuriang Clarias sp. dengan

frekuensi pemberian pakan 2, 3, 5, dan 9 kali/hari ...................................... 17

8. Suhu media pemeliharaan ikan lele Sangkuriang Clarias sp. dengan

frekuensi pemberian pakan 2, 3, 5, dan 9 kali/hari ...................................... 18

9. Nilai pH media pemeliharaan ikan lele Sangkuriang Clarias sp. dengan

frekuensi pemberian pakan 2, 3, 5, dan 9 kali/hari ...................................... 18

10. Oksigen terlarut media pemeliharaan ikan lele Sangkuriang Clarias sp.

dengan frekuensi pemberian pakan 2, 3, 5, dan 9 kali/hari... ....................... 19

11. Kandungan amoniak media pemeliharaan ikan lele Sangkuriang Clarias

sp. dengan frekuensi pemberian pakan 2, 3, 5, dan 9 kali/hari .................... 20

12. Kandungan nitrit media pemeliharaan ikan lele Sangkuriang Clarias sp.

dengan frekuensi pemberian pakan 2, 3, 5, dan 9 kali/hari .......................... 20

13. Kandungan nitrat media pemeliharaan ikan lele Sangkuriang Clarias sp.

dengan frekuensi pemberian pakan 2, 3, 5, dan 9 kali/hari .......................... 21

14. Nilai profit pemeliharaan ikan lele Sangkuriang Claria sp. dengan

frekuensi pemberian pakan 2, 3, 5, dan 9 kali/hari ...................................... 22

x

Page 11: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

ix

15. Nilai rasio R/C pemeliharaan ikan lele Sangkuriang Clarias sp. dengan

frekuensi pemberian pakan 2, 3, 5, dan 9 kali/hari ...................................... 22

16. Nilai harga pokok produksi (HPP) pemeliharaan ikan lele Sangkuriang

Clarias sp. dengan frekuensi pemberian pakan 2, 3, 5, dan 9 kali/hari ....... 23

xi

Page 12: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

DAFTAR LAMPIRAN

1. Denah wadah pemeliharaan ikan lele Sangkuriang Clarias sp. .............. 38

2. Hasil penelitian pendahuluan : waktu pengosongan lambung ................ 39

3. Tingkat kelangsungan hidup ikan lele Sangkuriang pada perlakuan

frekuensi pemberian paka 2, 3, 5, dan 9 kali/hari ................................... 39

4. Analisis ragam derajat kelangsungan hidup benih ikan lele

Sangkuriang Clarias sp. pada perlakuan frekuensi pemberian pakan 2,

3, 5, dan 9 kali/hari. ................................................................................ 40

5. Data hasil sampling pertumbuhan panjang pada frekuensi pemberian

pakan 2, 3, 5, dan 9 kali/hari ................................................................... 41

6. Analisis ragam pertumbuhan panjang mutlak benih ikan lele

Sangkuriang Clarias sp. pada perlakuan frekuensi pemberian pakan 2,

3, 5, dan 9 kali/hari ................................................................................. 41

7. Data hasil sampling biomassa pada frekuensi pemberian pakan 2, 3, 5,

dan 9 kali/hari ......................................................................................... 42

8. Analisis ragam laju pertumbuhan bobot harian benih ikan lele

Sangkuriang Clarias sp. pada perlakuan frekuensi pemberian pakan 2,

3, 5, dan 9 kali/hari. ................................................................................ 42

9. Data pakan pada pemeliharaan ikan lele Sangkuriang dengan frekuensi

pemberian pakan 2, 3, 5, dan 9 kali/hari ................................................. 43

10. Analisis ragam tingkat konsumsi pakan benih ikan lele Sangkuriang

Clarias sp. pada perlakuan frekuensi pemberian pakan 2, 3, 5, dan 9

kali/hari. .................................................................................................. 43

11. Analisis ragam efisiensi pemberian pakan benih ikan lele Sangkuriang

Clarias sp. pada perlakuan frekuensi pemberian pakan 2, 3, 5, dan 9

kali/hari. .................................................................................................. 44

12. Analisis ragam koefisien keragaman benih ikan lele Sangkuriang

Clarias sp. pada perlakuan frekuensi pemberian pakan 2, 3, 5, dan 9

kali/hari. .................................................................................................. 44

13. Analisis statistik profit benih ikan lele Sangkuriang Clarias sp. pada

perlakuan frekuensi pemberian pakan 2, 3, 5, dan 9 kali/hari ................ 45

14. Analisis statistik rasio R/C benih ikan lele Sangkuriang Clarias sp.

pada perlakuan frekuensi pemberian pakan 2, 3, 5, dan 9 kali/hari ........ 46

xii

Page 13: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

15. Analisis statistik harga pokok produksi benih ikan lele Sangkuriang

Clarias sp. pada perlakuan frekuensi pemberian pakan 2, 3, 5, dan 9

kali/hari ................................................................................................... 46

16. Analisis ekonomi pada pemeliharaan ikan lele Sangkuriang dengan

frekuensi pemberian pakan 2, 3, 5, dan 9 kali/hari ................................. 47

xiii

Page 14: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan Lele Clarias sp. merupakan salah satu komoditas unggulan ikan air

tawar yang permintaannya tidak pernah surut bahkan cenderung meningkat setiap

tahunnya (KKP, 2010). Berdasarkan data yang diperoleh dari Direktorat Jendral

Perikanan Budidaya (2012), produksi nasional ikan lele pada 2007 sebesar 91.735

ton dan terjadi peningkatan produksi hingga 337.577 ton pada 2011 atau

meningkat 268% dalam 5 tahun terakhir. Ikan lele menempati urutan ke-3 setelah

rumput laut dan ikan patin dalam produksi komoditas perikanan budidaya

terbanyak di Indonesia. Harga ikan lele ukuran konsumsi di kalangan petani Jawa

Barat saat ini berkisar antara Rp. 10.000,00 - 13.000,00 / kg. Permintaan ikan lele

ukuran konsumsi yang terus meningkat ini akan terkait dengan kebutuhan benih

dalam jumlah banyak, seragam, dan berkesinambungan.

Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi telah berhasil

memperbaiki kualitas genetis ikan lele dumbo Clarias gariepinus melalui

rekayasa kawin silang (cross breeding). Hasil dari rekayasa kawin silang tersebut

diperoleh strain ikan lele Sangkuriang Clarias sp. (BBPBAT, 2005). Keunggulan

ikan lele Sangkuriang dibandingkan dengan jenis ikan lele lainnya yaitu memiliki

daya tahan tubuh yang lebih baik, sifat kanibal yang lebih rendah, tingkat

kelangsungan hidup yang lebih tinggi, dan pertumbuhannya yang lebih cepat

(Nasrudin, 2010). Menurut Mahyuddin (2008), panjang mutlak benih ikan lele

Sangkuriang Clarias sp. berusia 40 hari dapat mencapai ukuran 5-8 cm/ekor,

sedangkan pada ikan lele dumbo hanya berkisar antara 3-5 cm/ekor.

Menurut Effendi (2004), pendederan adalah kegiatan pemeliharaan ikan

untuk menghasilkan benih yang siap untuk ditebar di unit produksi pembesaran,

atau benih yang siap di jual. Kegiatan pendederan dilakukan dalam upaya

mengadaptasikan benih sebelum dibesarkan hingga berukuran konsumsi.

Diharapkan setelah didederkan ikan lele memiliki laju pertumbuhan yang yang

tinggi, ukuran relatif lebih seragam, kelangsungan hidup yang lebih tinggi, waktu

Page 15: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

2

produksi yang lebih singkat, dan biaya produksi yang lebih efisien di dalam

sistem pembesaran.

Upaya meningkatkan laju pertumbuhan merupakan salah satu cara untuk

meningkatkan produksi. Pertumbuhan pada ikan dipengaruhi oleh faktor internal

maupun faktor eksternal. Faktor internal diantaranya adalah faktor keturunan,

jenis kelamin, dan usia. Faktor eksternal merupakan faktor yang dapat dikontrol

yang terdiri dari faktor kualitas air dan pakan. Pakan merupakan salah satu faktor

penting dalam kegiatan akuakultur. Menurut Priyadi (2008), 60-80% biaya

produksi pada kegiatan akuakultur secara intensif besumber dari biaya pakan.

Pakan dimanfaatkan ikan sebagai sumber energi untuk beraktifitas,

selebihnya akan dimanfaatkan untuk pertumbuhan (Affandi, 2004). Menurut

Effendie (2002), pertumbuhan terjadi apabila pada tubuh ikan terdapat kelebihan

input energi (protein) yang berasal dari pakan. Menurut Vahl (1979) ada dua

parameter yang dibutuhkan untuk menghasilkan pertumbuhan yang optimal

dalam suatu sistem budidaya, yaitu jumlah maksimum pakan yang dikonsumsi

dalam satu kali makan dan laju pengosongan lambung yang terkait langsung

dengan frekuensi pengambilan pakan. Untuk meningkatkan efisiensi produksi

dipilih pakan dengan kandungan nutrisi yang tepat, serta teknik pemberian pakan

yang sesuai dengan kebutuhan ikan. Pemberian pakan dengan frekuensi yang

lebih sering diharapkan dapat mempertahankan kondisi lambung agar selalu terisi

pakan, sehingga kelebihan input energi dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan.

Frekuensi pemberian pakan adalah banyaknya waktu ikan untuk makan dalam

sehari. Menurut Ghufran (2010), frekuensi pemberian pakan pada pendederan

ikan lele Sangkuriang adalah 3-4 kali/hari. Frekuensi pemberian pakan ditentukan

berdasarkan kebiasaan waktu makan serta interval laju pengosongan lambung.

Pengujian waktu pengosongan lambung pada benih ikan lele Sangkuriang

Clarias sp. dilakukan untuk mengetahui interval waktu yang dibutuhkan lambung

hingga kembali kosong setelah proses makan dimulai. Interval pemberian pakan

merupakan jangka waktu yang dibutuhkan untuk kembali memberikan pakan

secara terkontrol berdasarkan kapasitas maksimal lambung. Kapasitas maksimal

lambung dan laju penyerapan makanan pada setiap jenis ikan berbeda-beda

Page 16: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

3

tergantung pada usia, ukuran, jenis, kualitas pakan, serta kondisi lingkungan

budidaya (Affandi, 2004). Menurut Fujaya (2002), laju pengosongan lambung

berkolerasi dengan laju metabolisme yang dipengaruhi oleh beberapa faktor di

antaranya ukuran tubuh dan temperatur.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh frekuensi

pemberian pakan 2, 3, 5, dan 9 kali/hari terhadap derajat kelangsungan hidup,

keseragaman ukuran, laju pertumbuhan bobot harian, efisiensi pemberian pakan,

dan pertumbuhan panjang mutlak ikan lele Sangkuriang Clarias sp. dalam sistem

pendederan. Manfaat dari hasil penelitian ini adalah diperoleh informasi untuk

memperbaiki frekuensi pemberian pakan sehingga dicapai waktu produksi yang

lebih singkat dan biaya produksi yang lebih efisien.

Page 17: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

4

II. BAHAN DAN METODE

2.1 Penelitian Pendahuluan : Waktu Pengosongan Lambung

Pengamatan waktu pengosongan lambung pada benih ikan lele

Sangkuriang Clarias sp. dilakukan sebagai penelitian pendahuluan. Tujuan dari

penelitian ini untuk mengetahui interval waktu yang dibutuhkan lambung hingga

kembali kosong setelah proses makan dimulai. Manfaat dari pengamatan ini

untuk menentukan frekuensi pemberian pakan sebagai rancangan perlakuan.

Semakin cepat isi lambung berkurang akan semakin cepat ikan merasa lapar dan

akan lebih sering mengambil pakan. Cepat atau lambatnya pengambilan pakan

erat kaitannya dengan laju pengosongan lambung (Hastuti, 1984).

Pengamatan waktu pengosongan lambung dilakukan pada kisaran suhu

antara 27 – 28 oC sebanyak dua kali ulangan. Wadah yang digunakan adalah 20

unit baskom plastik yang diisi dengan air kolam sebanyak 9 liter/wadah. Setiap

wadah ditebar 18 ekor ikan uji berukuran panjang 3,94±0,44 cm/ekor dan bobot

0,79±0,01 g/ekor yang telah diberok selama 24 jam. Ikan uji diberi pakan apung

komersial berdiameter 1,2 – 2 mm/butir dengan kandungan protein 38%. Pakan

ditimbang sebelum dan sesudah pemberian pakan pada setiap wadah uji.

Pemberian pakan dilakukan serentak pada setiap wadah pemeliharaan dengan

metode sekenyangnya (at satiation) hingga respons ikan terhadap pakan

menurun. Pakan yang tidak termakan dikumpulkan dan dijemur untuk ditimbang

jumlahnya. Pengukuran bobot lambung ikan dilakukan setiap 30 menit sekali

yang dimulai pada menit ke-0. Seluruh ikan uji pada salah satu wadah ditangkap

dan dibedah untuk dikumpulkan isi lambungnya. Isi lambung yang terkumpul

dijemur hingga kering lalu ditimbang bobotnya menggunakan timbangan digital

dengan ketelitian 0,001g. Persentase volume lambung diperoleh dari jumlah

pakan yang tersisa dibandingkan dengan pakan yang dikonsumsi dikalikan 100%.

Menurut Affandi (2004), laju pengosongan lambung pada pada setiap

jenis ikan berbeda-beda tergantung pada ukuran ikan, jenis ikan, usia ikan,

kuatitas dan kualitas pakan, serta kondisi lingkungan. Nilai kecernaan pada satu

jenis pakan dapat dilihat dari kemampuan ikan dalam mencerna pakan tersebut.

Page 18: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

5

Selain itu kondisi suhu dan oksigen terlarut yang berbeda pada setiap waktu

pengamatan juga berpengaruh terhadap laju metabolisme ikan.

2.2 Rancangan Percobaan

Berdasarkan hasil penelitianan pendahuluan (Gambar 1) diketahui bahwa

lambung benih ikan lele Sangkuriang kembali kosong pada menit 240 - 270 atau

4 – 4,5 jam setelah proses makan dimulai. Berdasarkan data tersebut dirancang

penelitian dengan pengaturan frekuensi pemberian pakan antara pukul 08.00 –

24.00 sebagai berikut :

1. Pelakuan I : periode 16 jam yang diberikan pada pukul 08.00 dan

24.00 dengan frekuensi pemberian pakan 2 kali/hari.

2. Pelakuan II : periode 8 jam yang diberikan pada pukul 08.00, 16.00,

dan 24.00 dengan frekuensi pemberian pakan 3 kali/hari.

3. Pelakuan III : periode 4 jam yang diberikan pada pukul 08.00, 12.00,

16.00, 20.00, dan 24.00 dengan frekuensi pemberian pakan 5 kali/hari.

4. Pelakuan IV : periode 2 jam yang diberikan pada pukul 08.00, 10.00,

12.00, 14.00, 16.00, 18.00, 20.00, 22.00, dan 24.00 dengan frekuensi

pemberian pakan 9 kali/hari.

Pemberian pakan antara 08.00 – 24.00 merupakan kebiasaan praktis yang

pada umumnya dilakukan oleh pada pembudidaya ikan. Rancangan percobaan

yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap, dengan

empat perlakuan dan tiga ulangan pada setiap perlakuan. Model rancangan yang

digunakan yaitu :

Keterangan: Yij = data pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

µ = nilai tengah data pengamatan

I = pengaruh perlakuan ke-i

= galat percobaan perlakuan ke-I dan ulangan ke-j

Page 19: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

6

2.3 Prosedur Pendederan

2.3.1 Persiapan Wadah

Pendederan dilakukan pada sistem outdoor dengan tujuan agar lingkungan

pemeliharaan sama seperti yang diaplikasikan para pembudidaya. Wadah

pemeliharaan dilengkapi oleh penutup terpal untuk menjaga kualitas dan kuantitas

air pada saat hujan. Wadah yang digunakan dalam penelitian ini adalah bak fiber

berukuran 60 x 40 x 50 cm sebanyak 12 unit (Lampiran 1). Wadah dicuci bersih,

dijemur, disusun sejajar di atas pematang kolam, dan dilakukan pengisian air

hingga ketinggian air 40 cm atau 96 liter/wadah. Air yang digunakan pada saat

penebaran benih berasal dari kolam dengan kualitas air yang ideal bagi

kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan lele Sangkuriang. Menurut

Mahyuddin (2008), kualitas air yang ideal untuk ikan lele yaitu: kisaran suhu 25-

30 oC, kisaran pH 6,5-8, DO >3 mg/l, amoniak < 1 mg/l, nitrit < 0,1 mg/l, dan

nitrat < 2 mg/l. Pada penelitian ini tidak dilakukan pergantian air selama 21 hari

masa pemeliharaan.

2.3.2 Penebaran Benih

Ikan uji yang digunakan dalam penelitian adalah benih lele Sangkuriang

yang merupakan hasil pembenihan dari Instalasi Riset Lingkungan Perikanan

Budidaya dan Toksikologi Cibalagung, Bogor. Panjang total benih yang

digunakan yaitu 3,94±0,44 cm dengan bobot 0,79±0,01 g/ekor. Menurut

Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (2012), padat tebar yang baik untuk

benih berukuran 5-8 cm adalah 75-100 ekor/m2, tetapi sudah banyak

pembudidaya yang menggunakan padat penebaran 1000-1500 ekor/m2. Padat

tebar yang digunakan pada penelitian ini adalah 2 ekor/liter, sehingga setiap bak

fiber dengan volume 96 liter dapat ditebar 192 ekor benih (800 ekor/m2). Benih

yang ditebar bebas dari penyakit dan ukurannya seragam. Untuk diperoleh benih

tersebut dilakukan proses sortasi dan grading. Benih terlebih dahulu digrading

menggunakan baskom ukur untuk diperoleh ukuran yang seragam. Setelah itu

akan dipilih benih yang bebas dari penyakit (sortir). Ciri-ciri fisik benih ikan lele

yang bebas dari penyakit yaitu: aktif, berwarna cerah, tidak berselaput, tidak

terdapat luka, kelengkapan organ tubuh, bentuk tubuh proporsional, dan nafsu

Page 20: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

7

makannya baik. Penebaran dilakukan pada saat suhu rendah yaitu pada pagi hari

melalui proses aklimatisasi untuk mengurangi stres pada benih.

2.3.3 Pemberian Pakan

Jenis pakan yang digunakan berupa pelet apung komersial berdiameter 1,2

– 2 mm/butir dengan kandungan protein sebesar 38%. Pemberian pakan pada

setiap perlakuan disesuai dengan frekuensi yang telah ditentukan. Pemberian

pakan dilakukan sedikit demi sedikit hingga ikan kenyang (at satiation) yang

ditandai menurunnya respons ikan terhadap pakan yang diberikan. Hal ini

dilakukan untuk menghindari sisa pakan yang dapat merusak kualitas air. Pakan

yang tidak termakan dikumpulkan dan dijemur untuk ditimbang jumlahnya.

Pemberian pakan dalam sehari dimulai pada pukul 08.00 WIB dan berakhir

pada pukul 24.00 WIB. Pemberian pakan setelah pukul 24.00 WIB tidak

dilakukan karena kebutuhan oksigen pada ikan meningkat setelah makan,

sedangkan kadar oksigen di perairan pada dini hari mulai menurun sehingga dapat

merusak kualitas air dan membahayakan kelangsungan hidup benih.

2.4 Pengamatan

Peubah yang diukur dalam penelitian ini adalah derajat kelangsungan hidup,

pertumbuhan panjang mutlak, laju pertumbuhan bobot spesifik, tingkat konsumsi

pakan, efisiensi pemberian pakan, kualitas air, dan efisiensi ekonomi. Sampling

dilakukan 7 hari sekali dengan mengambil 30 ekor ikan sampel pada masing-

masing wadah untuk diukur bobot dan panjangnya.

2.4.1 Derajat Kelangsungan Hidup

Derajat kelangsungan hidup merupakan perbandingan populasi ikan pada

akhir pemeliharaan dengan awal pemeliharaan yang dinyatakan dalam satuan

persen (%). Penghitungan derajat kelangsungan hidup ini dapat menggunakan

rumus Goddard (1996) yaitu:

dengan : SR = Derajat kelangsungan hidup (%)

Nt = Jumlah populasi ikan pada akhir pemeliharaan(ekor)

N0 = Jumlah populasi ikan pada awal pemeliharaan (ekor)

Page 21: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

8

2.4.2 Pertumbuhan Panjang Mutlak

Pertumbuhan panjang mutlak adalah besarnya peningkatan ukuran

panjang rata-rata pada benih selama masa pemeliharaan. Pertumbuhan panjang

mutlak dapat dihitung dengan rumus Effendie (1979) :

Lm = Lt – Lo

dengan : Lm = Pertumbuhan panjang mutlak (cm)

Lt = Panjang benih pada akhir pengamatan (cm)

Lo = Panjang benih pada awal pengamatan (cm)

2.4.3 Laju Pertumbuhan Bobot Harian

Laju pertumbuhan bobot harian merupakan besarnya peningkatan bobot

rata-rata benih berdasarkan waktu pemeliharaan. Pengukuran bobot dilakukan

dengan pengambilan contoh sebanyak 30 ekor setiap wadah pemeliharaan.

Pengukuran bobot menggunakan timbangan digital dengan ketelitian hingga 0,01

g. Laju pertumbuhan bobot harian dapat dihitung dengan rumus Huisman (1987):

(√

)

dengan :GR = Laju pertumbuhan bobot harian (%)

Wt = Bobot rata-rata ikan pada akhir (g)

W0 = Bobot rata-rata ikan pada awal (g)

t = Lama Pemeliharaan (hari)

2.4.4 Tingkat Konsumsi Pakan

Tingkat konsumsi pakan (feed intake) adalah jumlah pakan yang

dikonsumsi oleh ikan selama masa pemeliharaan. Nilai konsumsi pakan diperoleh

dari total selisih antara jumlah pakan yang akan diberikan dengan jumlah pakan

sisa pada setiap waktu pemberian pakan. Untuk menghitung tingkat konsumsi

pakan dapat digunakan rumus (Sultoni et al., 2006) :

FI = Po – Pt

Nt

Page 22: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

9

dengan : FI = Tingkat konsumsi pakan (g/ekor)

Po = Bobot pakan awal (g)

Pt = Sisa pakan pada waktu ke t (g)

Nt = Jumlah populasi ikan pada akhir pemeliharaan (ekor)

2.4.5 Efisiensi Pemberian Pakan

Efisiensi pemberian pakan (EPP) merupakan perbandingan dari

pertumbuhan bobot ikan saat panen dengan jumlah pakan yang dihabiskan selama

masa pemeliharaan yang dinyatakan dalam satuan persen (%). Menurut

Zonneveld et al. (1991), penghitungan EPP dapat digunakan rumus sebagai

berikut:

(( )

)

dengan: EPP = Efisiensi pakan (%)

Wt = Biomassa ikan pada akhir pemeliharaan (g)

W0 = Biomassa ikan pada awal pemeliharaan (g)

Wd = Biomassa ikan mati pada waktu pemeliharaan (g)

F = Jumlah pakan yang diberikan (g)

2.4.6 Koefisien Keragaman Panjang

Keseragaman ukuran panjang pada saat panen dapat diketahui melalui

penghitungan koefisien keragaman panjang. Keragaman panjang merupakan

persentase dari simpangan baku panjang ikan sampel terhadap nilai tengahnya.

Penghitungannya dapat dilakukan dengan rumus Steel dan Torrie (1991):

(

)

dengan : KKP = Koefisien keragaman panjang

S = Simpangan baku

Y = Rata-rata contoh

2.4.7 Fisika-Kimia Air

Parameter fisika-kimia air yang diukur adalah suhu, pH, oksigen

terlarut/dissolved oxygen, amoniak, nitrit, dan nitrat. Pengukuran amoniak, nitrit,

dan nitrat dilakukan setiap satu minggu sekali pada pukul 08.00 WIB di

Page 23: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

10

Laboratorium Lingkungan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah termometer.

Pengukuran suhu dilakukan dengan merendam thermometer dalam setiap wadah

pemeliharaan selama 10-15 detik. Pengukuran pH diukur menggunakan pH meter

dengan cara mencelupkan ujung pH meter ke dalam air yang akan diukur nilai

pHnya. Sebelum digunakan ujung pH meter dibilas terlebih dahulu dengan air

bersih dan dikering anginkan. Nilai yang tertera pada pH meter merupakan nilai

derajat keasaman perairan tersebut. Pengukuran oksigen terlarut dalam perairan

menggunakan DO meter dengan cara membilas ujung DO meter dengan air besih

lalu dicelupkan pada air yang oksigen terlarutnya akan diukur. Nilai yang tertera

pada DO meter merupakan nilai oksigen terlarut yang terkandung pada perairan

yang diukur.

Nilai amoniak diperoleh dari hasil pengukuran nilai TAN (Total Amoniak

Nitrogen) melalui metode spektrofotometri. Nilai TAN yang didapat dapat

dikonversi untuk mengetahui nilai dari amoniak dengan rumus Albert (1973):

NH3 = TAN

(1 + 10 pKa-pH

)

Nilai pKa dapat dihitung dengan rumus Emerson (1975) :

pKa = 0,09018 + 2729,92

T+273

dengan : NH3 : Nilai Amoniak (mg/l)

TAN : Total Amoniak Nitrogen (mg/l)

pH : Derajat Keasaman

T : Suhu (oC)

Pengukuran nitrit menggunakan metode spektrofotometri yaitu dengan

mengambil air sampel yang berada di kolom perairan menggunakan botol sampel,

kemudian diambil 25 ml air sampel ke dalam gelas Beaker, kemudian

ditambahkan 5 tetes sulfanilamide, 5 tetes NED, dihomogenkan, dan didiamkan

selama 15 menit selanjutnya dimasukkan pada spektrofotometri pada panjang

gelombang cahaya 543 nm. Toksisitas nitrit dipengaruhi oleh spesies ikan, ukuran

ikan, serta salinitas perairan (Van Wyk dan Scarpa, 1999). Pengukuran nitrat

Page 24: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

11

menggunakan metode spektrofotometri yaitu dengan mengambil air sampel yang

berada di kolom perairan menggunakan botol sampel, kemudian diambil 5 ml air

sampel ke dalam gelas Beaker, kemudian ditambahkan 0,5 µl brucine + 5 ml

H2SO4, homogenkan, dan diamkan hingga dingin selanjutnya dimasukan pada

spektrofotometri dengan gelombang cahaya 410 nm.

2.4.8 Analisis Ekonomi

Profit merupakan selisih lebih antara harga pokok dan biaya yang

dikeluarkan dengan penjualan. Keuntungan dapat dihitung menggunakan rumus

(Martin et al., 1991) :

Keuntungan = Penerimaan – Biaya Produksi Total

Rasio R/C merupakan perbandingan antara peneriamaan dan biaya total

yang dikeluarkan untuk menghitung kalayakan suatu usaha. Suatu usaha

dikatakan layak jika nilai rasio R/C bernilai diatas 1 (Rahardi et al., 1998).

Penghitungan rasio R/C dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

Rasio R/C = Total Pendapatan

Total Biaya

Harga pokok produksi adalah nilai atau biaya yang dikeluarkan untuk

memproduksi 1 unit produk yang dapat dihitung menggunakan rumus berikut

(Rahardi et al., 1998) :

HPP = Biaya Produksi Total

Nilai Hasil Produksi

2.5 Analisis Data

Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik serta

dianalisis secara statistika menggunakan program Microsoft Excel 2010 dan

SPSS 16.0; Analisis Ragam (ANOVA) dengan uji F digunakan untuk

menentukan apakah perlakuan berpengaruh nyata terhadap parameter yang

diamati pada masing-masing perlakuan. Apabila berpengaruh nyata, untuk

melihat perbedaan antar perlakuan akan diuji lanjut dengan menggunakan Uji

Tukey pada selang kepercayaan 85 dan 95%. Untuk parameter kualitas air dan

pendukung lainnya dianalisis secara deskriptif.

Page 25: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

12

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

3.1.1 Penelitian Pendahuluan : Waktu Pengosongan Lambung

Berdasarkan data (Gambar 1), volume lambung benih ikan lele Sangkuriang

pada menit ke-0 yaitu 94,3%. Berdasarakan data (Lampiran 2), jumlah pakan

yang termakan pada pengamatan menit ke-0 sebanyak 0,071 g, sedangkan pakan

yang berhasil dikumpulkan sebanyak 0,067 g. Volume lambung menurun secara

eksponensial seiring bertambahnya waktu pengamatan. Kondisi lambung benih

pada menit ke-90 sudah berkurang hingga 50%. Penurunan volume lambung terus

terjadi hingga 2,7% pada menit ke-240 atau 4 jam setelah proses makan dimulai.

Pada pengamatan menit ke-240 sudah terdapat benih yang lambungnya kosong.

Volume lambung benih pada menit ke-270 yaitu 0% atau sudah tidak terdapat

sisa pakan pada seluruh ikan uji. Berdasarakan data (Lampiran 2), jumlah pakan

yang termakan pada pengamatan menit ke-240 sebanyak 0,074 g, sedangkan

pakan yang berhasil dikumpulkan sebanyak 0,002 g. Kondisi ini menunjukkan

bahwa laju pengosongan lambung pada benih ikan lele Sangkuriang mencapai

puncaknya pada menit ke 240 - 270 atau 4 – 4,5 jam setelah proses makan

dimulai. Berdasarkan data waktu pengosongan lambung, diperoleh persamaan

y = 0,001x2 – 0,753x + 104,7.

Gambar 1. Waktu pengosongan lambung ikan lele Sangkuriang Clarias sp. pada

suhu antara 27– 28oC.

y = 0,001x2 - 0,753x + 104,7

0

20

40

60

80

100

0 30 60 90 120 150 180 210 240 270

Volu

me

Lam

bu

ng (

%)

Menit ke-

R2 = 0,908

Page 26: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

13

3.1.2 Derajat Kelangsungan Hidup

Derajat kelangsungan hidup pada ikan lele Sangkuriang dari yang

tertinggi hingga yang terendah selama 21 hari masa pemeliharaan secara

berurutan terdapat pada frekuensi pemberian pakan 5, 9, 2, dan 3 kali/hari dengan

nilai masing-masing 96, 94, 93, dan 92% (Gambar 2). Berdasarakan data

(Lampiran 3), diketahui jumlah ikan yang mati pada setiap perlakuan berbeda-

beda. Kondisi fisik ikan lele yang mati yaitu warnanya pudar dan mengambang

kaku di permukaan air. Kematian pada benih terjadi setelah proses penebaran

awal, sampling I, dan sampling II dikarenakan pengukuran yang terlalu lama.

Pengaturan frekuensi pemberian pakan yang berbeda tidak mempengaruhi derajat

kelangsungan hidup pada pendederan ikan lele Sangkuriang (Lampiran 4).

Gambar 2.Derajat kelangsungan hidup ikan lele Sangkuriang Clarias sp. dengan

frekuensi pemberian pakan 2, 3, 5, dan 9 kali/hari. Huruf yang sama

dalam bar menunjukkan pengaruh perlakuan yang tidak berbeda

nyata.

3.1.3 Pertumbuhan Panjang Mutlak

Pertumbuhan panjang mutlak benih ikan lele Sangkuriang bertambah

seiring bertambahnya frekuensi pemberian pakan. Frekuensi pemberian pakan 9

kali/hari memberikan pertumbuhan panjang mutlak ikan lele tertinggi yaitu

3,98±0,05 cm/ekor (Gambar 3). Pada frekuensi pemberian pakan 5 dan 3 kali/hari

terjadi pertumbuhan panjang mutlak ikan lele dengan nilai masing-masing

3,74±0,02 dan 3,34±0,05 cm/ekor. Nilai pertumbuhan panjang mutlak ikan lele

terendah terjadi pada frekuensi pemberian pakan 2 kali/hari dengan nilai

Page 27: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

14

2,78±0,08 cm/ekor. Frekuensi pemberian pakan berbeda pada setiap perlakuan

berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan panjang mutlak ikan lele Sangkuriang

(P<0,05) (Lampiran 6).

Gambar 3. Pertumbuhan panjang mutlak ikan lele Sangkuriang Clarias sp.

dengan frekuensi pemberian pakan 2, 3, 5, dan 9 kali/hari. Huruf yang

berbeda dalam bar menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda

nyata (p<0,05).

3.1.4 Laju Pertumbuhan Bobot Harian

Berdasarakan data (Lampiran 7), diketahui pertumbuhan biomassa ikan

lele Sangkuriang setiap minggu pada setiap perlakuan. Laju pertumbuhan bobot

harian ikan lele Sangkuriang pada akhir pemeliharaan yang diberikan pakan

dengan frekuensi 5, 9, 3, dan 2 kali/hari adalah 4,39±0,14, 4,38±0,17, 3,37±0,12,

dan 1,92±0,38 %/hari (Gambar 4). Frekuensi pemberian pakan 9 dan 5 kali/hari

memberikan laju pertumbuhan bobot harian ikan lele tertinggi, kemudian diikuti

oleh frekuensi pemberian pakan 3 kali/hari dan 2 kali/hari. Berdasarakan analisis

statistik diketahui bahwa perlakuan dengan frekuensi pemberian pakan 9 kali/hari

tidak berbeda nyata dengan perlakuan 5 kali/hari, namun berbeda nyata dengan

perlakuan 3 dan 2 kali/hari (p<0,05) (Lampiran 8).

Page 28: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

15

Gambar 4.Laju pertumbuhan bobot harian ikan lele Sangkuriang Clarias sp.

dengan frekuensi pemberian pakan 2, 3, 5, dan 9 kali/hari. Huruf yang

berbeda dalam bar menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda

nyata (p<0,05).

3.1.5 Tingkat Konsumsi Pakan

Berdasarkan data (Lampiran 9), diketahui jumlah pakan yang

dihabiskan selama masa pemeliharaan. Tingkat konsumsi pakan tertinggi pada

akhir masa pemeliharaan terdapat pada perlakuan dengan frekuensi pemberian

pakan 9 kali/hari dengan nilai rata-rata 455,27 g. Berdasarakan grafik

(Gambar 5), tingkat konsumsi pakan ikan lele Sangkuriang tertinggi pada

akhir masa pemeliharaan yakni sebesar 2,52±0,06 g/ekor pada frekuensi

pemberian pakan 9 kali/hari, sedangkan terendah pada pemberian pakan 2

kali/hari dengan nilai 2,05±0,13 g/ekor. Tingkat konsumsi pakan pada setiap

perlakuan meningkat seiring bertambahnya frekuensi pemberian pakan harian.

Berdasarakan analisis statistik (Lampiran 10), frekuensi pemberian pakan 9

kali/hari berbeda nyata dengan perlakuan 2 dan 3 kali/hari, namun tidak

berbeda nyata dengan perlakuan 5 kali/hari (p>0,15).

Page 29: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

16

Gambar 5. Tingkat konsumsi pakan ikan lele Sangkuriang Clarias sp. dengan

frekuensi pemberian pakan 2, 3, 5, dan 9 kali/hari. Huruf yang

berbeda dalam bar menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda

nyata (p<0,15).

3.1.6 Efisiensi Pemberian Pakan

Berdasarkan data (Lampiran 9), diketahui bahwa rata-rata nilai efisiensi

pemberian pakan tertinggi terdapat pada frekuensi pemberian pakan 5 kali/hari

dengan nilai 99,22±4,73 %. Berdasarakan analisis statistik (Lampiran 11),

diketahui bahwa perlakuan dengan frekuensi pemberian pakan 9 kali/hari tidak

berbeda nyata dengan perlakuan 5 kali/hari, namun berbeda nyata dengan

perlakuan 3 dan 2 kali/hari (p<0,15). Berdasarakan grafik (Gambar 6), diketahui

nilai efisiensi pemberian pakan pada perlakuan 2, 3, 5 dan 9 kali/hari adalah

71,68, 84,37, 99,22, dan 96,76 %.

Gambar 6.Efisiensi pemberian pakan ikan lele Sangkuriang Clarias sp. dengan

frekuensi pemberian pakan 2, 3, 5, dan 9 kali/hari. Huruf yang

berbeda dalam bar menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda

nyata (p<0,15).

Page 30: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

17

3.1.7 Koefisien Keragaman Panjang

Berdasarakan grafik (Gambar 7), nilai koefisien keragaman panjang ikan

lele Sangkuriang pada frekuensi pemberian pakan 2, 3, 5, dan 9 kali/hari masing-

masing adalah 14±0,02, 13±0,01, 12±0,01, dan 11±0,01%. Berdasarakan grafik

(Gambar 7), terlihat bahwa keragaman panjang pada setiap perlakuan menurun

seiring meningkatnya frekuensi pemberian pakan harian. Berdasarakan analisis

statistik (Lampiran 12), diketahui bahwa frekuensi pemberian pakan harian tidak

berpengaruh nyata terhadap nilai koefisien keragaman panjang benih ikan lele

(p>0,05).

Gambar 7.Koefisien keragaman panjang ikan lele Sangkuriang Clarias sp.

dengan frekuensi pemberian pakan 2, 3, 5, dan 9 kali/hari. Huruf yang

sama dalam bar menunjukkan pengaruh perlakuan yang tidak berbeda

nyata (p>0,05).

3.1.8 Fisika-Kimia Air

Rata-rata nilai suhu pada setiap perlakuan cenderung stabil (Gambar 8),

berkisar antara 25 - 30 oC. Pengukuran suhu dalam 24 jam dilakukan setiap 7 hari

sekali dengan periode 2 jam sekali. Berdasarkan data yang diperoleh diketahui

nilai suhu terendah terjadi antara pukul 04.00 - 06.00 WIB yaitu berkisar antara

25 – 26 oC. Nilai suhu tertinggi terjadi antara pukul 14.00 – 16.00 WIB yaitu

berkisar antara 30 – 31 oC. Fluktuasi suhu pada wadah pemeliharaan tidak

mempengaruhi respon ikan terhadap pakan yang diberikan pada setiap perlakuan.

Page 31: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

18

Gambar 8. Suhu media pemeliharaan ikan lele Sangkuriang Clarias sp. dengan

frekuensi pemberian pakan 2, 3, 5, dan 9 kali/hari.

Berdasarkan data (Gambar 9), derajat keasaman pada setiap perlakuan tidak

menunjukkan perbedaan yang signifikan. Diketahui rata-rata nilai pH pada setiap

perlakuan cenderung stabil. Nilai pH tertinggi terjadi antara pukul 10.00 – 16.00

WIB dengan kisaran pH 7,2 – 7,6. Nilai pH terendah terjadi pada pukul 12.00-

02.00 WIB dengan nilai ph di bawah 6,4. Pengukuran pH dalam 24 jam dilakukan

setiap 7 hari sekali dengan periode 2 jam sekali. Kisaran pH pada setiap

perlakuan selama masa pemeliharaan berkisar antara 6,2 –7,6. Fluktuasi nilai pH

dalam sehari tidak mempengaruhi respon ikan terhadap pakan yang diberikan

pada setiap perlakuan.

Gambar 9. Nilai pH media pemeliharaan ikan lele Sangkuriang Clarias sp.

dengan frekuensi pemberian pakan 2, 3, 5, dan 9 kali/hari.

25.0

26.0

27.0

28.0

29.0

30.0

31.0

Su

hu

(o

C)

Jam ke-

2 kali/hari

3 kali/hari

5 kali/hari

9 kali/hari

6.20

6.40

6.60

6.80

7.00

7.20

7.40

7.60

Der

aja

t K

easa

ma

n

Jam ke-

2 kali/hari

3 kali/hari

5 kali/hari

9 kali/hari

Page 32: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

19

Pengukuran oksigen terlarut dalam 24 jam dilakukan setiap 7 hari sekali

dengan periode 2 jam sekali. Berdasarkan data (Gambar 10), diperoleh rata-rata

nilai oksigen terlarut pada setiap waktu pengamatan berkisar antara 2 - 8 mg/l.

Nilai oksigen terlarut tertinggi pada setiap perlakuan terjadi pada pukul 14.00

WIB dengan kandungan oksigen terlarut berkisar antara 7 - 8 mg/l. Nilai oksigen

terlarut terendah pada setiap perlakuan berkisar antara 2 – 4 mg/l pada waktu

pengamatan pukul 04.00 WIB. Fluktuasi nilai oksigen terlarut pada wadah

pemeliharaan tidak mempengaruhi respon ikan terhadap pakan yang diberikan

pada setiap perlakuan.

Gambar 10. Oksigen terlarut media pemeliharaan ikan lele Sangkuriang Clarias

sp. dengan frekuensi pemberian pakan 2, 3, 5, dan 9 kali/hari.

Kandungan amoniak pada media pemeliharaan benih ikan lele Sangkuriang

dengan frekuensi pemberian pakan 2, 3, 5, dan 9 kali/hari berkisar antara 0.0001 –

0.0229 ppm. Berdasarkan data (Gambar 11) diketahui pada frekuensi pemberian

yang semakin sering maka nilai amoniak pada setiap perlakuan cenderung

meningkat. Nilai amoniak tertinggi pada akhir masa pemeliharaan terjadi pada

frekuensi pemberian pakan 9 kali/hari dengan nilai 0,0229 mg/l. Nilai amoniak

yang berbeda pada setiap perlakuan tidak memberikan pengaruh terhadap respon

ikan terhadap pakan yang diberikan.

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

Ok

sig

en T

erla

rut

(mg

/l)

Jam ke-

2 kali/hari

3 kali/hari

5 kali/hari

9 kali/hari

Page 33: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

20

Gambar 11.Kandungan amoniak media pemeliharaan ikan lele Sangkuriang

Clarias sp. dengan frekuensi pemberian pakan 2, 3, 5, dan 9

kali/hari.

Berdasarkan data pada minggu ke-I diketahui nilai nitrit tertinggi terdapat

pada perlakuan pemberian pakan 2 kali/hari dengan nilai 0,523 ppm (Gambar 12).

Kandungan nitrit pada media pemeliharaan benih ikan lele Sangkuriang dengan

frekuensi pemberian pakan 2, 3, 5, dan 9 kali/hari cenderung menurun hingga

akhir pemeliharaan yaitu di bawah 0,15 mg/l. Kandungan nitrit yang berbeda

pada setiap perlakuan tidak memberikan pengaruh terhadap respon ikan terhadap

pakan yang diberikan. Nilai nitrit terendah pada akhir masa pemeliharaan terdapat

pada frekuensi pemberian pakan 3 kali/hari dengan nilai 0,041 ppm.

Gambar 12. Kandungan nitrit media pemeliharaan ikan lele Sangkuriang Clarias

sp. dengan frekuensi pemberian pakan 2, 3, 5, dan 9 kali/hari.

0.000

0.020

0.040

0.060

0.080

I II III IV

Ka

nd

un

ga

n a

mo

nia

k

(mg

/l)

Minggu ke-

2 kali/hari

3 kali/hari

5 kali/hari

9 kali/hari

0.000

0.150

0.300

0.450

0.600

I II III IV

Ka

nd

un

gan

nit

rit

(mg/l

)

Minggu ke-

2 kali/hari

3 kali/hari

5 kali/hari

9 kali/hari

Page 34: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

21

Berdasarakan data (Gambar 13) diketahui nilai nitrat pada setiap

perlakuan mengalami penurunan pada minggu ke-II. Nilai nitrat mengalami

peningkatan kembali pada minggu ke-III dan IV. Kandungan nitrat pada akhir

pemeliharaan benih ikan lele Sangkuriang berkisar antara 0,456 – 0,718 mg/l.

Nilai nitrat terendah pada akhir pemeliharaan terdapat pada frekuensi pemberian

pakan 2 kali/hari. Kandungan nitrat yang berbeda pada setiap perlakuan tidak

memberikan pengaruh terhadap respon ikan terhadap pakan yang diberikan.

Gambar 13. Kandungan nitrat media pemeliharaan ikan lele Sangkuriang

Clarias sp. dengan frekuensi pemberian pakan 2, 3, 5, dan 9

kali/hari.

3.1.9 Analisis Ekonomi

Nilai profit merupakan selisih antara pendapatan dengan total biaya

produksi. Nilai pendapatan pada penelitian ini diperoleh dari data populasi pada

akhir masa pemeliharaan. Benih dikelompokan pada ukurannya masing-masing

lalu dikalikan dengan harga jual benih berdasarakan harga yang sesuai.

Sedangkan biaya produksi pada penelitian ini diperoleh dari data jumlah pakan

yang dikonsumsi. Nilai profit tertinggi terdapat pada perlakuan dengan frekuensi

pemberian pakan 9 kali/hari yaitu Rp. 17.498,00 dengan derajat kelangsungan

hidup 94% dan pertumbuhan panjang mutlak 3,98 cm/ekor. Nilai profit terendah

terdapat pada perlakuan 2 kali/hari dengan nilai Rp. 14.227,00 dengan derajat

kelangsungan hidup 93% dan pertumbuhan panjang mutlak 2,78 cm/ekor.

0.000

0.200

0.400

0.600

0.800

I II III IV

Kan

du

ngan

nit

rat

(mg

/l)

Minggu ke-

2 kali/hari

3 kali/hari

5 kali/hari

9 kali/hari

Page 35: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

22

Perlakuan dengan pemberian pakan 9 kali/hari berbeda nyata dengan perlakuan 5,

3, dan 2 kali/hari (Lampiran 13). Nilai profit pada setiap perlakuan meningkat

seiring bertambahnya frekuensi pemberian pakan harian.

Gambar 14. Nilai Profit pemeliharaan ikan lele Sangkuriang Claria sp. dengan

frekuensi pemberian pakan 2, 3, 5, dan 9 kali/hari. Huruf yang

berbeda dalam bar menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda

nyata (p<0,05).

Nilai rasio R/C terbaik terdapat pada perlakuan dengan frekuensi

pemberian pakan 9 kali/hari dengan nilai 2,6. Nilai rasio R/C pada perlakuan 5, 3,

dan 2 kali/hari yaitu 2,4. Perlakuan dengan frekuensi pemberian pakan 9 kali/hari

berbeda nyata dengan perlakuan 5, 3, dan 2 kali/hari (Lampiran 14).

Gambar 15. Nilai rasio R/C pemeliharaan ikan lele Sangkuriang Clarias sp.

dengan frekuensi pemberian pakan 2, 3, 5, dan 9 kali/hari. Huruf

yang berbeda dalam bar menunjukkan pengaruh perlakuan yang

berbeda nyata (p<0,05).

Page 36: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

23

Harga pokok produksi (HPP) pada perlakuan 9 kali/hari tidak berbeda

nyata dengan perlakuan 2, 3, dan 5 kali/hari (Lampiran 15). Harga pokok

produksi tertinggi (Gambar 10), terdapat pada perlakuan 5 kali/hari dengan nilai

Rp. 62,04 /ekor, sedangkan nilai harga pokok produksi terendah terdapat pada

perlakuan 2 kali/hari dengan nilai Rp. 57,83 /ekor.

Gambar 16.Nilai harga pokok produksi (HPP) pemeliharaan ikan lele

Sangkuriang Clarias sp. dengan frekuensi pemberian pakan 2, 3, 5,

dan 9 kali/hari. Huruf yang berbeda dalam bar menunjukkan

pengaruh perlakuan yang berbeda nyata (p<0,05).

3.2 Pembahasan

Menurut Vahl (1979) dua hal yang mempengaruhi laju pertumbuhan

dalam suatu sitem budidaya yaitu jumlah maksimum pakan yang dikonsumsi

dalam satu kali makan dan laju pengosongan lambung yang terkait langsung

dengan frekuensi pengambilan pakan. Pada umumnya ikan akan mengkonsumsi

pakan yang diberikan karena faktor rasa lapar atau kondisi lambung yang kosong.

Faktor yang berperan dalam penundaan munculnya rasa lapar adalah kadar

metabolit dalam darah (Affandi, 2004). Metabolisme merupakan konversi nutrien

ke dalam energi melalui reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup

yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan (Fujaya, 2002).

Berdasarkan data (Gambar 1), dalam kisaran suhu 27 – 28oC waktu

pengosongan lambung pada benih ikan lele Sangkuriang mencapai puncaknya

pada menit 240 hingga 270 atau 4 - 4,5 jam setelah proses makan dimulai. Selain

dipengaruhi oleh suhu dan oksigen terlarut, nilai kecernaan pakan yang

Page 37: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

24

dikonsumsi juga berpengaruh terhadap laju metabolisme. Waktu pengosongan

lambung merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mengosongkan isi lambung

setelah proses makan dimulai. Waktu pengosongan lambung berhubungan erat

dengan laju metabolisme yang dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya

lingkungan (suhu dan DO), morfologi, ukuran, usia, jenis kelamin, jumlah pakan,

serta kualitas pakan (Handajani, 2010).

Frekuensi pemberian pakan adalah jumlah waktu ikan untuk makan dalam

sehari. Umumnya semakin kecil ukuran ikan frekuensi pemberian pakan harian

semakin banyak. Frekuensi pemberian pakan dihitung dalam waktu 24 jam.

Setiap jenis ikan mempunyai kebiasaan makan dan frekuensi pemberian pakan

yang berbeda (Gusrina, 2008). Menurut Affandi (2004), penetapan frekuensi

pemberian pakan pada satu jenis ikan harus didasarkan pada data tentang

kemampuan mencerna (laju pengosongan lambung) dan laju metabolisme ikan

tersebut. Frekuensi pemberian pakan pada ikan sangat penting diperhatikan pada

kegiatan budidaya karena akan berpengaruh terhadap jumlah pakan yang

dikonsumsi dan efisiensi pakan. Menurut Affandi (2004), dalam kondisi suhu

tertentu, besarnya tingkat konsumsi pakan berpengaruh terhadap laju

pengosongan lambung, semakin banyak makanan yang dikonsumsi semakin lama

lambung menjadi kosong.

Feeding periodicity dapat didefinisikan sebagai jeda/jangka waktu yang

dibutuhkan untuk kembali memberikan pakan pada satu jenis ikan budidaya

secara terkontrol berdasarkan kapasitas daya tampung lambung. Berdasarkan data

penelitian pendahuluan yang telah dilakukan, maka feeding periodicity yang

sesuai dengan laju pengosongan lambung pada benih ikan lele Sangkuriang

Clarias sp. adalah 4 - 4,5 jam sekali. Menurut Walsh dan Lindberg (1986) pagi

hari hingga sore hari adalah waktu yang baik untuk memberikan pakan dan

sebaiknya ikan lele tidak diberikan pakan pada malam hari, karena kebutuhan

oksigen pada ikan akan meningkat setelah proses makan dan kandungan oksigen

dalam perairan pada malam hari umumnya menurun. Pada umumnya jumlah

pakan yang dikonsumsi ikan lele pada malam hari lebih banyak daripada pagi

atau siang hari, hal ini dikarenakan ikan lele bersifat nokturnal (Walsh dan

Page 38: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

25

Lindberg, 1986). Hal ini berdampak pada proses metabolisme pada ikan akan

berlangsung lebih lama. Pada penelitian ini pemberian pakan dilakukan mulai

pukul 08.00 hingga 24.00 WIB.

Sistem pemberian pakan dengan metode sekenyangnya (at satiation)

hingga respon ikan terhadap pakan menurun, merupakan suatu upaya para

pembudidaya untuk memberikan pakan pada ikan dalam jumlah yang dibutuhkan.

Metode pemberian pakan ini umumnya digunakan pada kegiatan budidaya

dengan jenis pakan apung atau pakan hidup. Menurut Schmidt (1990), usus yang

dimiliki ikan lele lebih pendek dari panjang badannya. Hal ini merupakan ciri

khas jenis ikan karnivora. Oleh karena itu dibutuhkan pakan berprotein tinggi

agar mudah terserap oleh usus yang pendek tersebut. Jenis pakan yang digunakan

pada pendederan ikan lele Sangkuriang adalah pakan dengan kandungan protein

minimal 30%.

Berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran 4) dapat disimpulkan bahwa

pengaturan frekuensi pakan pada setiap perlakuan tidak berpengaruh nyata

terhadap tingkat kelangsungan hidup benih ikan lele Sangkuriang. Tingkat

kelangsungan hidup ikan lele Sangkuriang pada setiap perlakuan berkisar antara

92,36±2,41% hingga 96,18±1,2%. Kematian benih pada penelitian ini

dikarenakan lamanya waktu pengukuran pada saat penebaran dan sampling. Ikan

yang mati selama penelitian memiliki ciri-ciri warna kulit yang pudar, kaku, serta

mengambang di permukaan air. Faktor kematian dan kanibalisme yang rendah

selama masa pemeliharaan dikarenakan benih ikan lele Sangkuriang Clarias sp.

merupakan benih unggulan yang tahan terhadap kondisi lingkungan yang buruk

serta sifat kanibalisme yang lebih rendah daripada jenis ikan lele lainnya. Selain

itu padat tebar yang digunakan pada awal pemeliharaan (800 ekor/m2) merupakan

kepadatan yang jauh dari carrying capacity benih berukuran 3-4 cm. Menurut

Mahyuddin (2013) padat tebar yang baik untuk benih lele berukuran 3-4 cm

adalah 1500 ekor/m2, sedangkan padat tebar untuk benih berukuran 5-6 cm adalah

800 ekor/m2.

Berdasarkan tabel analisis ragam (Lampiran 6), diketahui bahwa pengaturan

frekuensi pemberian pakan pada pendederan ikan lele Sangkuriang berpengaruh

Page 39: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

26

nyata terhadap pertumbuhan panjang mutlak (p<0,05). Berdasarkan data (Gambar

3), pertumbuhan panjang mutlak pada setiap perlakuan berkisar antara

3,98±0,046 - 2,78±0,076 cm/ekor. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian

pakan dengan frekuensi yang lebih sering akan meningkatkan laju pertumbuhan

panjang pada benih ikan lele Sangkuriang. Pengaturan frekuensi pemberian pakan

berdasarkan tingkat pengosongan lambung diharapkan akan menjaga kondisi

lambung ikan agar selalu memperoleh asupan makanan sebagi sumber energi

untuk beraktifitas serta pertumbuhan.

Berdasarkan analisis data pertumbuhan bobot spesifik (Lampiran 8)

diketahui bahwa perlakuan dengan frekuensi pemberian pakan 9 kali/hari tidak

berbeda nyata dengan frekuensi pemberian pakan 5 kali/hari (p>0,05).

Pertumbuhan bobot spesifik pada setiap perlakuan berkisar antara 4,39±0,14 -

1,92±0,38 %/hari. Sumber energi yang diperoleh dari pakan akan dimanfaatkan

ikan terlebih dahulu untuk energi pemeliharaan, kelebihan input energi pada ikan

akan dimanfaatkan untuk energi pertumbuhan. Sesuai dengan pernyataan Fujaya

(2002), pada kondisi tertentu tidak semua pakan yang termakan dimanfaatkan

oleh ikan untuk pertumbuhan melainkan sebagai energi untuk proses metabolisme

basal / pemeliharaan.

Pertumbuhan panjang mutlak pada frekuensi pemberian pakan 9 kali/hari

berbeda nyata dengan perlakuan 5 kali/hari, namun laju pertumbuhan bobot

harian pada perlakuan 9 kali/hari tidak berbeda nyata dengan perlakuan 5

kali/hari. Model pertumbuhan pada perlakuan 9 kali/hari bersifat allometrik

negatif pada akhir pemeliharaan, yaitu pertumbuhan panjang lebih cepat

dibandingkan dengan pertumbuhan bobot. Menurut Hepher dan Pruginin (1981),

pertumbuhan pada ikan dipengaruhi oleh faktor internal (keturunan, jenis

kelamin, usia) dan faktor eksternal (lingkungan dan pakan). Selain dipengaruhi

oleh frekuensi pemberian pakan, pertumbuhan juga dipengaruhi oleh kualitas

jumlah pakan yang dikonsumsi.

Menurut Webster dan Lin (2002), pemberian pakan dengan kandungan

protein yang tepat sangat berperan dalam menunjang pertumbuhan yang optimal

bagi Catfish. Aktivitas makan pada ikan berhubungan erat dengan selera makan

Page 40: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

27

yang juga berhubungan dengan jumlah pakan yang dimakan (food intake).

Tingkat konsumsi pakan pada frekuensi pemberian pakan 9 kali/hari tidak

berbeda nyata dengan perlakuan 5 kali/hari, namun berbeda nyata dengan

perlakuan 3 dan 2 kali/hari (p<0,15) (Lampiran 10). Berdasarkan data (Gambar 5)

diketahui tingkat konsumsi pakan pada setiap perlakuan berkisar antara 2,05±0,13

– 2,52±0,06 g/ekor. Pada umumnya semakin banyak aktivitas ikan, maka akan

semakin banyak membutuhkan energi sehingga proses metabolismenya tinggi dan

membutuhkan makanan yang mutunya jauh lebih baik dan lebih banyak

jumlahnya (Mujiman, 1984).

Nilai efisiensi pemberian pakan pada perlakuan dengan frekuensi 9

kali/hari tidak berbeda nyata dengan perlakuan pemberian pakan 5 kali/hari,

namun berbeda nyata dengan perlakuan 3 dan 2 kali/hari (p<0,15) (Lampiran 11).

Berdasarkan data (Gambar 6) diketahui nilai efisiensi pemberian pakan pada

setiap perlakuan berkisar antara 99,22±4,73 % - 71,68±9,77 %. Semakin tinggi

nilai efisiensi pemberian pakan maka nilai FCR akan semakin menurun.

Frekuensi pemberian pakan 5 kali/hari memiliki nilai efisiensi pakan tertinggi.

Perlakuan dengan frekuensi pemberian pakan 2 kali/hari memiliki nilai efisiensi

pakan terendah, hal ini dikarenakan ikan sempat mengalami masa lapar yang

mengakibatkan energi yang ada dimanfaatkan untuk bertahan dan tidak ada

kelimpahan energi untuk pertumbuhan.

Ikan bersifat poikilotermal, sehingga pada temperatur air yang meningkat

maka laju metabolisme dan nafsu makan ikan mengalami peningkatan, sedangkan

apabila terjadi penurunan temperatur air maka nafsu makan ikan juga menurun

(Heath, 1995). Meningkatnya laju metabolisme ini harus diimbangi dengan

pasokan pakan yang diperoleh dari lingkungannya (Zonneveld et al., 1991).

Umumnya suhu dan kandungan oksigen terlarut pada siang hari lebih tinggi dari

pada malam hari, karena dipengaruhi oleh faktor pencahayaan sinar matahari.

Selain meningkatkan suhu perairan, sinar matahari juga dapat memacu proses

fotosintesis fitoplankton yang dapat meningkatkan oksigen terlarut pada siang

hari. Menurut Peres (1981), suhu dan oksigen terlarut berpengaruh terhadap

penyerapan nutrien pada usus ikan.

Page 41: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

28

Oksigen diperlukan oleh sel tubuh untuk berbagai reaksi metabolisme.

Kandungan oksigen yang rendah akan menghambat proses metabolisme pada

ikan. Rendahnya kadar oksigen pada suatu lingkungan perairan menyebabkan

ikan harus memompa sejumlah besar air ke permukaan alat pernafasannya untuk

proses respirasi. Volume air yang besar tentu membutuhkan energi yang jauh

lebih besar untuk memompa volume air ke permukaan alat pernafasan. Pada ikan

lele selain memiliki insang, ikan ini juga mempunyai alat pernafasan tambahan

yaitu arborescent organ yang berfungsi untuk mengambil langsung oksigen dari

udara pada saat nilai oksigen terlarut pada perairan rendah (Fujaya, 2008).

Menurut Salmin (2000), sumber utama oksigen dalam perairan berasal dari proses

difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam

perairan tersebut.

Suhu optimum untuk kegiatan budidaya ikan lele sangkuriang Clarias sp.

berkisar antara 25 - 300C (Mahyuddin, 2008). Berdasarkan data selama masa

pemeliharaan diperoleh kisaran suhu antara 25,7 – 30,3 oC merupakan kisaran

suhu yang dapat ditoleransi oleh benih ikan lele Sangkuriang Clarias sp. selama

pemeliharaan. Sedangkan tingkat oksigen terlarut selama pemeliharaan berkisar

antara 2,83 mg/l – 7,35 mg/l. Nilai oksigen terlarut yang ideal untuk budidaya

ikan lele adalah >3mg/l (Mahyuddin, 2008). Semakin dalam perairan maka

oksigen terlarut akan semakin rendah, dikarenakan oksigen pada kolom perairan

sudah mulai dimanfaatkan untuk proses respirasi oleh organisme dan proses

oksidasi bahan organik dan anorganik (Salmin, 2005). Menurut Fujaya (2008)

yaitu kelarutan oksigen dalam perairan menurun dengan meningkatnya suhu dan

mencapai nol pada air mendidih.

Derajat keasaman (pH) selama masa pemeliharaan berkisar antara 6,34 -

7,46. Menurut Darseno (2010) pH atau derajat keasaman perairan yang ideal

untuk budidaya ikan lele yaitu pada kisaran 6,5-8. Fluktuasi nilai derajat

keasaman harian selama pemeliharaan masih dalam batas toleransi bagi

pertumbuhan ikan lele Sangkuriang. Nilai pH yang tidak stabil akan mengganggu

metabolisme dan daya tahan ikan terhadap serangan penyakit. Nilai pH pada

kisaran 4,5 – 5,5 akan menyebabkan proses nitrifikasi terhambat, algae hijau

Page 42: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

29

berfilamen semakin banyak, dan menurunnya keanekaragaman dan komposisi

jenis plankton, perifiton, dan benthos (Effendi, 2000).

Amoniak merupakan limbah perairan yang berasal dari sisa pakan maupun

zat buangan hasil metabolisme hewan akuatik. Menurut Gunanrdi dan Hafsari

(2008), pasokan amoniak ke dalam perairan budidaya sebesar 75% dari kadar

nitrogen dalam pakan. Kandungan amoniak dalam jumlah tinggi akan manjadi

toksik jika kandungan oksigen terlarut di perairan rendah (Budi, 2009). Nilai

amoniak pada setiap perlakuan canderung stabil dan meningkat pada hari ke-21

pemeliharaan. Semakin sering ikan diberikan pakan maka kandungan amoniak

pada perairan semakin tinggi. Peningkatan nilai amoniak ini disebabkan

meningkatnya bahan organik dan hasil metabolisme ikan yang tidak seimbang

dengan pertumbuhan bakteri nitrosomonas pada perairan sehingga proses

nitrifikasi berjalan lambat. Nilai amoniak tertinggi terjadi pada akhir

pemeliharaan pada frekuensi pemberian pakan 9 kali/hari dengan nilai 0,0229

mg/l. Menurut Mahyuddin (2008), kandungan amoniak total yang baik pada

kegiatan budidaya lele tidak melebihi 1 mg/l. Menurut Wardoyo (1975), semakin

tinggi pH air maka semakin besar kandungan amoniak. Kadar amoniak yang

tinggi merupakan indikasi adanya pencemaran bahan organik (Effendi, 2003).

Nitrit merupakan salah satu ion nitrogen anorganik dalam air yang bersifat

toksik walaupun dalam konsentrasi yang rendah (Metcalf dan Eddy, 1991).

Menurut Van Wyk dan Scarpa (1999), toksisitas nitrit dipengaruhi oleh spesies,

ukuran, serta salinitas. Nitrit merupakan hasil proses nitrifikasi oleh bakteri

nitrosomonas dan sebagai bahan untuk dikonversi kembali menjadi nitrat oleh

bakteri dari kelompok nitrobacter. Pengukuran awal pada masing-masing

perlakuan diperoleh nilai nitrit berkisar antara 0,39 mg/l – 0,52 mg/l lalu menurun

hingga nilainya berkisar antara 0,04 mg/l – 0,12 mg/l pada saat akhir

pemeliharaan. Menururt Mahyuddin (2008), kandungan nitrit yang baik untuk

budidaya ikan lele adalah nitrit > 0,1 mg/l. Berdasarkan data yang diperoleh

selama pemeliharaan diperoleh nilai nitrit yang cenderung semakin menurun pada

setiap perlakuan. Hal ini menunjukan bahwa proses denitrifikasi oleh bakteri

nitrobakter pada setiap wadah pemeliharaan berjalan dengan baik.

Page 43: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

30

Nitrat merupakan produk akhir dari proses denitrifikasi nitrit yang

dihasilakan dalam bentuk nitrogen. Menurut Effendi (2003), nitrat mudah larut

dalam air dan bersifat stabil yang dihasilkan melalui proses oksidasi amonia

menjadi nitrit dan nitrat yang berlangsung dalam kondisi aerob. Berdasarkan data

yang diperoleh pada awal pemeliharaan diketahui nilai nitrat pada setiap

perlakuan berkisar antara 0,41 – 0,45 mg/l. Nilai nitrat pada setiap perlakuan

menurun pada hari ke 7 pemeliharaan dan meningkat kembali pada hari ke 14

hingga pada akhir pemeliharaan dengan kisaran 0,46 – 0,72 mg/l. Menururt

Effendi (2003) kadar nitrat yang melebihi 2 mg/l dapat mengakibatkan

eutrofikasi perairan yang akan memacu pertumbuhan algae menjadi pesat

(blooming).

Target pada kegiatan pendederan adalah kualitas dan kuantitas. Kualitas

benih ikan yang didederakan harus seragam dan pertumbuhannya baik, sedangkan

kuantitas lele yang dihasilkan harus tepat sesuai jumlah dan ukuran yang diminta.

Untuk mengetahui efisiensi produksi dapat dihitung nilai profit yang merupakan

selisih anatar nilai penjualan dengan total nilai produksi dalam 1 siklus.

Berdasarkan informasi dari beberapa petani pendederan ikan lele Sangkuriang

Clarias sp. di wilayah Bogor diperoleh harga jual rata-rata benih ikan lele

Sangkuriang Clarias sp. pada saat ini adalah 2-3 cm = Rp. 30,- / ekor, 3-4 cm =

Rp. 60,- / ekor, 4-5 cm = Rp. 90,- / ekor, 5-6 cm = Rp. 120,- / ekor, 6-7 cm = Rp.

135,- / ekor, 7-8 cm = Rp. 150,- / ekor, dan 8-10 cm = Rp. 175,- / ekor.

Nilai penjualan rata-rata pada perlakuan 2, 3, 5, dan 9 kali/hari yaitu Rp.

24.560,00 , Rp. 26.433,00 , Rp. 28.001,00, dan Rp. 28.386,00 dengan total biaya

produksi Rp. 10.333,00 , Rp. 10.944,00 , Rp. 11.457,00 , dan Rp. 10.888,00.

Berdasarkan nilai tersebut diperoleh profit pada setiap perlakuan yaitu Rp.

14.228,00, Rp. 15.489,00, Rp. 16.545,00, dan Rp. 17.498,00. Perlakuan 9

kali/hari memiliki nilai profit yang paling baik, hal ini dipengaruhi oleh

pertumbuhan panjang pada perlakuan 9 kali/hari merupakan pertumbuhan yang

paling baik dibandingkan pertumbuhan perlakuan lainnya. Ukuran yang lebih

panjang dengan tingkat konsumsi pakan yang rendah menjadikan nilai jual benih

Page 44: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

31

lebih tinggi dan biaya produksi yang lebih rendah, sehingga nilai profit yang

diperoleh lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya.

Harga pokok produksi merupakan nilai yang diperoleh dari perbandingan

total nilai produksi dengan jumlah benih yang dihasilkan. Nilai HPP pada

perlakuan 2, 3, 5, dan 9 kali/hari adalah Rp. 57,83/ekor, Rp. 61,74/ekor, Rp.

62,04/ekor, dan Rp. 60,28/ekor. Selain dipengaruhi oleh tingkat efisiensi pakan,

harga pokok produksi pada setiap perlakuan dipengaruhi oleh jumlah populasi

ikan pada saat panen. Berdasarkan analisis statistik (Lampiran 15) diketahui

bahwa nilai HPP pada perlakuan 2 kali/hari berbeda nyata dengan perlakuan 3

dan 5 kali/hari, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan 9 kali/hari.

Suatu usaha dikatakan layak jika nilai rasio R/C bernilai di atas 1.

Perlakuan dengan frekuensi pemberian pakan 9 kali/hari merupakan perlakuan

dengan nilai rasio R/C terbaik. Rasio R/C 2,6±0,03 pada perlakuan 9 kali/hari

dapat diartikan dengan penambahan biaya sebesar Rp. 1,00 akan diperoleh

penerimaan sebesar Rp. 2,60. Peningkatan produksi harus mempertimbangkan

biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh hasil yang ekonomis dan produksi

yang maksimal tidak selamanya merupakan produksi yang tinggi atau sesuai

dengan perhitungan ekonomi (Boyd, 1990).

Page 45: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

32

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukan bahwa pengaturan frekuensi pemberian

pakan tidak berpengaruh nyata terhadap derajat kelangsungan hidup dan koefisien

keragaman pada setiap perlakuan. Laju pertumbuhan bobot harian dan efisiensi

pemberian pakan pada frekuensi pemberian pakan 9 kali/hari tidak berbeda nyata

dengan perlakuan 5 kali/hari. Frekuensi pemberian pakan 9 kali/hari pada

pendederan ikan lele Sangkuriang Clarias sp. memberikan pertumbuhan panjang

mutlak terbaik dibandingkan perlakuan 2, 3, dan 5 kali/hari. Perlakuan dengan

frekuensi pemberian pakan 9 kali/hari juga memberikan nilai profit dan rasio R/C

terbaik dibandingan perlakuan 2, 3, dan 5 kali/hari.

4.2 Saran

Frekuensi pemberian pakan 9 kali/hari dapat digunakan pada pendederan

ikan lele Sangkuriang Clarias sp. untuk mencapai waktu produksi yang lebih

singkat dan biaya produksi yang lebih efisien. Pemanfaatan sistem resirkulasi,

aerasi, dan automatic feeder pada sistem budidaya intensif dapat dijadikan solusi

untuk meningkatkan oksigen terlarut serta pemberian pakan pada dini hari.

Page 46: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

33

DAFTAR PUSTAKA

Affandi R, Djadja SS, Rahardjo MF, Sulistiono. 2004. Fisiologi ikan pencernaan

dan penyerapan makanan. Departemen Manajemen Sumerdaya Perairan

Faklutas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Albert A. 1973. Selective toxicity. Chapman & Hall, London.

BBPBAT [Balai Budidaya Air Tawar] Sukabumi. 2005. Budidaya ikan lele

Sangkuriang. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Boyd, CE. 1990. Water quality management for pond fish culture. Alabama.

Birmingham Publishing Co.

Budi, WG. 2009. Kinerja produksi pendederan lele Sangkuriang (Clarias sp)

melalui penerapan teknologi pergantian air 50%, 100%, dan 150% per

hari. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan Dan

Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Darseno . 2010. Buku pintar budidaya dan bisnis lele. Agromedia. Jakarta.

Direktorat Jendral Perikanan Budidaya. 2012. Analisis capaian target produksi

lele: Produksi Naik, Capaian Naik.[www.djpb.kkp.go.id/ berita.php?id=

777]. [7 Desember 2012]

Effendi H. 2003. Telaah kualitas air bagi pengelola sumber daya dan lingkungan

perairan. Kanasius. Yogyakarta.

Effendi H. 2000. Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumberdaya dan

lingkungan perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Bogor

Effendi I. 2004. Pengantar akuakultur. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.

Effendie MI. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.

Effendie MI. 2002. Biologi ikan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.

Emerson KR, Russo RC, Lund RE, Thurston RV. 1975. Aqueous ammonia

equilibrium calculation : effect of pH and temperature. Journal of

Fisheries Research Board of Canada 32: 2379-2383.

Fujaya Y. 2002. Fisiologi ikan. Rineka Cipta, Jakarta.

Fujaya Y. 2008. Fisiologi ikan dan pengembangan Teknik Perikanan. Rineka

Cipta. Jakarta.

Page 47: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

34

Ghufran M, Kardi K. 2010. Budi daya ikan lele di kolam terpal. Lily

Publisher. Yogyakarta

Goddard S. 1996. Feed management in intensive aquaculture. Fisheries and

Marine Institute Memorial University New Founland. Chapman and

Hall. Canada. 194 hal.

Gunardi B, Hafsari DR. 2008. Pengendalian limbah amonia budidaya ikan lele

dengan sistem heterotrofik menuju sistem akuakultur nir-limbah. Jurnal

Riset Akuakultur, 3 : 437-448

Gusrina. 2008. Budidaya ikan untuk SMK. Pusat Perbukuan Departemen

Pendidikan Nasional. Jakarta.

Handajani H, Wahyu W. 2010. Nutrisi ikan. UMM Press. Malang.

Hastuti MS. 1984. Jumlah makanan yang dikonsumsi burayak ikan lele (Clarias

batrachus L). [Skripsi]. Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor.

Bogor.

Heath AG. 1995. Water pollution and fish physiology second edition.CRC Press

Inc, New York.

Hepher B, Pruginin Y. 1981. Commercial fish farming. John Wiley and Sons.

USA. 261pp.

Huisman EA. 1987. The principles of fish culture production. Netherland:

Departement of Aquaculture, Wageningen University.

KKP [Kementrian Kelautan dan Perikanan]. 2010. Rencana strategis 2009-2014

Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia.

Mahyuddin K. 2008. Panduan lengkap agribisnis lele. Penebar Swadaya. Jakarta.

Mahyuddin K. 2013. Belajar dari kegagalan bisnis lele. Penebar Swadaya.

Jakarta.

Martin JD, Petty JW, Kewon AJ, Scott DF. 1991. Basic financial management 5th

Edition. Prentice hall Inc, New Jersey.

Metcalf, Eddy. 1991. Wastewater engineering : Treatment, Disposal and Reuse, 3

rd Eddition. Singapore: McGraw-Hill Book Co.

Mujiman A. 1995. Makanan ikan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Page 48: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

35

Nasrudin. 2010. Jurus sukses beternak lele Sangkuriang. Agromedia. Jakarta.

Peres G. 1981. Les protes, L’amylase, Les anzymes Chitinolytiques. Les

laminarinases. Dalam : Nutritition des Poissions. Cnerna. Paris. Pp. 55-

56.

Priyadi A, Azwar ZI, Subamia IW, Hem S. 2008. Pemanfaatan maggot sebagai

pengganti tepung ikan dalam pakan buatan untuk benih ikan balashark

(Balanthiocheilus melanopterus Bleeker). Jurnal Riset Akuakultur, 3 :

367-375

Rahardi F, Kristiawati R, Nazarudin. 1998. Agribisnis perikanan. Penebar

Swadaya, Jakarta.

Salmin. 2000. Kadar oksigen terlarut di perairan sungai Dadap, Goba, Muara

Karang, dan Teluk Banten. Dalam : Foraminifera Sebagai Bioindikator

Pencemaran, Hasil Studi di Perairan Estuarin Sungai Dadap,

Tanggerang (Djoko p. Praseno, Ricky R., dan S. Hadi R., eds) P30-LIPI

hal 42-46.

Salmin. 2005. Oksigen terlarut (DO) dan kebutuhan oksigen biologi (BOD)

sebagai salah satu indikator untuk menentukan kualitas perairan. Pusat

Penelitian Oseanografi-LIPI, Jakarta. Oseana, 3 : 21-26.

Schmitdt-Nielsen K. 1990. Animal physiology-adaptation and environment

Fourth edition, Cambridge University Press, Cambridge.

Steel RGD, Torri JH. 1991. Prinsip dan prosedur statistika. PT Gramedia, Jakarta.

748p.

Sultoni A, Abdul M, Wahyu W. 2006. Pengaruh penggunaan berbagai konsentrat

pabrikan terhadap optimalisasi konsumsi pakan, hen day production, dan

konversi pakan. PT. Jatinom Blitar, Blitar. Jurnal Protein, 2 : 105-113

Walsh SJ, Lindberg WJ. 1999. Catfish farming in Florida. Departement of

Fisheries and Aquatic Sciences, Florida Cooperative Extension Service,

Institute of Food and Agricultural Science, University of Florida.

Vahl O. 1979. An Hypothesis on the control of food intake in fish.

Aquaculture, 17 : 221-229

Van Wyk P, Scarpa J. 1999. Water quality requirements and management. Dalam:

Van Wyk P, Davis HM, Laramore R, Main KL, Scarpa J (Eds.) farming

marine shrimpin recirculating freshwater system. Florida Departemen of

Agriculture and Consumer Services, Tallahassee, Florida.

Page 49: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

36

Wardoyo STH. 1975. Pengelolaan kualitas air. Proyek Peningkatan Mutu

Perguruan Tinggi ITB. Bogor

Webster CD, Lim C. 2002. Nutrient requirement and feeding of finfish for

aquaculture. NewYork, USA: CABI Publishing, CAB International.

Zonneveld NE, Huisman EA, Boon JH. 1991. Prinsip-prinsip budidaya ikan.

Terjemahan. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Page 50: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

37

LAMPIRAN

Page 51: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

38

Lampiran 1. Letak wadah pemeliharaan ikan lele Sangkuriang Clarias sp. pada frekuensi pemberian pakan 2, 3, 5, dan 9 kali/hari.

S

A

L

U

R

A

N

A

I

R

5

kali/

hari

3

kali/

hari

3 kali/

hari

9

kali/

hari

3

kali/

hari

9

kali/

hari

9

kali/

hari

2

kali/

hari

5

kali/

hari

2

kali/

hari

2

kali/

hari

5

kali/

hari

KOLAM IKAN NILA

KOLAM IKAN NILA

W A D A H P E M E L I H A R A A N

W A D A H P E M E L I H A R A A N

Page 52: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

39

Lampiran 2. Tabel hasil penelitian pendahuluan : waktu pengosongan lambung.

Wadah

ke-

Waktu

Pengamatan

Pakan

Termakan

Volume

Lambung

Volume

Lambung

(Menit ke-) (g) (g) (%)

1 0 0.071 0.067 94.28

2 30 0.087 0.079 90.23

3 60 0.064 0.050 78.10

4 90 0.083 0.038 44.73

5 120 0.081 0.024 30.83

6 150 0.079 0.014 17.45

7 180 0.087 0.008 8.69

8 210 0.083 0.004 4.21

9 240 0.074 0.002 2.70

10 270 0.089 0.000 0.00 Keterangan: data setiap perlakuan diatas merupakan rata-rata dari 2 ulangan.

Lampiran 3. Tabel data tingkat kelangsungan hidup ikan lele Sangkuriang pada

perlakuan frekuensi pemberian paka 2, 3, 5, dan 9 kali/hari.

Perlakuan Jumlah Awal Jumlah Akhir SR

2 kali/hari

192 180 93.75

192 178 92.71

192 178 92.71

3 kali/hari

192 180 93.75

192 180 93.75

192 172 89.58

5 kali/hari

192 186 96.88

192 186 96.88

192 182 94.79

9 kali/hari

192 178 92.71

192 182 94.79

192 182 94.79

Page 53: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

40

Lampiran 4. Analisis ragam tingkat kelangsungan hidup benih ikan lele

Sangkuriang Clarias sp. pada perlakuan frekuensi pemberian

pakan 2, 3, 5, dan 9 kali/hari.

ANOVA

SR

Jumlah Kuadarat

Drajat

Bebas Kuadrat Tengah F Sig.

Between Groups 24.998 3 8.333 3.681 .062

Within Groups 18.110 8 2.264

Total 43.108 11

Tukey HSDa

Frekuen

si N

Subset for alpha

= 0.05

1

3 kali 3 92.3600

2 kali 3 93.0567

9 kali 3 94.0967

5 kali 3 96.1833

Sig. .057

Means for groups in homogeneous

subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size =

3.000.

Page 54: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

41

Lampiran 5. Data sampling pertumbuhan panjang pada frekuensi pemberian

pakan 2, 3, 5, dan 9 kali/hari.

Panjang Rata-

rata Tebar

Panjang Rata-

rata Minggu I

Panjang Rata-

rata Minggu II

Panjang Rata-

rata Panen

2 kali/hari

3.92 4.77 5.5 6.72

3.96 5.15 5.49 6.81

3.96 5.44 5.77 6.66

3 kali/hari

3.92 5.24 6.12 7.31

3.94 5.01 5.63 7.25

3.92 5.56 5.88 7.25

5 kali/hari

3.93 5.44 6.42 7.66

3.93 5.98 6.31 7.68

3.92 5.68 7.11 7.66

9 kali/hari

3.93 5.78 7.01 7.92

3.98 5.45 6.84 7.91

3.93 5.12 6.95 7.95

Lampiran 6. Analisis ragam pertumbuhan panjang mutlak benih ikan lele

Sangkuriang Clarias sp. pada perlakuan frekuensi pemberian

pakan 2, 3, 5, dan 9 kali/hari. ANOVA

PPM

Sum of Squares df Mean Square F P

Between Groups 2.466 3 .822 341.374 .000

Within Groups .019 8 .002

Total 2.486 11

Tukey HSDa

Frekuen

si N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4

2 kali 3 2.7800

3 kali 3 3.3400

5 kali 3 3.7400

9 kali 3 3.9767

Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.

Page 55: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

42

Lampiran 7. Data sampling biomassa pada frekuensi pemberian pakan 2, 3, 5, dan

9 kali/hari.

Biomassa

Tebar

Biomassa

Minggu I

Biomassa

Minggu II

Biomassa

Panen

2 kali/hari

151.78 210.71 301.77 399.84

153.76 198.77 258.97 432.76

154.1 202.22 299.71 395.32

3 kali/hari

150.86 221.11 333.17 509.02

149.96 203.44 312.12 491.56

150.74 236.81 311.11 485.04

5 kali/hari

152.72 257.64 359.74 595.36

153.54 261.9 376.02 604.78

150.92 234.73 389.19 606.22

9 kali/hari

154.38 278.16 455.71 584.64

153.04 291.07 436.11 606.6

150.44 260.82 464.28 573.58

Lampiran 8.Analisis ragam laju pertumbuhan bobot harian benih ikan lele

Sangkuriang Clarias sp. pada perlakuan frekuensi pemberian pakan

2, 3, 5, dan 9 kali/hari. ANOVA

SGR

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 12.234 3 4.078 79.647 .000

Within Groups .410 8 .051

Total 12.643 11

Tukey HSDa

Frekuen

si N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

2 kali 3 1.9167

3 kali 3 3.3700

9 kali 3 4.3767

5 kali 3 4.3867

Sig. 1.000 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.

Page 56: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

43

Lampiran 9. Data pakan pada pemeliharaan ikan lele Sangkuriang dengan

frekuensi pemberian pakan 2, 3, 5, dan 9 kali/hari.

Pakan

Minggu I

Pakan

Minggu II

Pakan

Minggu III

Total

Pakan EPP

2 kali/hari

105.85 120.91 136.25 363.01 69.54

96.75 112.1 136.06 344.91 82.35

105.19 136.25 148.05 389.49 63.15

3 kali/hari

109.19 143.87 171.00 424.83 85.12

106.8 134.66 169.09 410.55 84.15

100.76 135.04 173.06 408.86 83.83

5 kali/hari

92 143.83 210.62 446.45 99.60

119.04 157.77 201.61 478.42 94.32

112.26 137.44 192.59 442.29 103.75

9 kali/hari

100.33 149.89 210.56 460.78 95.49

105.68 124.18 222.02 451.88 100.60

97.79 126.29 229.07 453.15 94.21

Lampiran 10. Analisis ragam tingkat konsumsi pakan benih ikan lele Sangkuriang

Clarias sp. pada perlakuan frekuensi pemberian pakan 2, 3, 5, dan 9

kali/hari. ANOVA

FI

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .397 3 .132 17.075 .001

Within Groups .062 8 .008

Total .459 11

FI

Tukey HSDa

Frekuen

si N

Subset for alpha = 0.15

1 2 3

2 kali 3 2.0500

3 kali 3 2.3400

5 kali 3 2.4667 2.4667

9 kali 3 2.5200

Sig. 1.000 .356 .878

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.

Page 57: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

44

Lampiran 11. Analisis ragam efisiensi pemberian pakan benih ikan lele

Sangkuriang Clarias sp. pada perlakuan frekuensi pemberian

pakan 2, 3, 5, dan 9 kali/hari.

ANOVA

EPP

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 1447.082 3 482.361 14.863 .001

Within Groups 259.628 8 32.453

Total 1706.710 11

EPP

Tukey HSDa

Frekuen

si N

Subset for alpha = 0.15

1 2 3

2.00 3 71.6800

3.00 3 84.3667

9.00 3 96.7667

5.00 3 99.2233

Sig. 1.000 1.000 .950

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.

Lampiran 12. Analisis ragam koefisien keragaman benih ikan lele Sangkuriang

Clarias sp. pada perlakuan frekuensi pemberian pakan 2, 3, 5, dan

9 kali/hari.

ANOVA

KK

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .002 3 .001 3.608 .065

Within Groups .001 8 .000

Total .003 11

Page 58: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

45

Tukey HSDa

Frekuen

si N

Subset for alpha

= 0.05

1

9 kali 3 .1067

5 kali 3 .1200

3 kali 3 .1300

2 kali 3 .1367

Sig. .059

Means for groups in homogeneous

subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size

= 3.000.

Lampiran 13. Analisis statistik profit benih ikan lele Sangkuriang Clarias sp.

pada perlakuan frekuensi pemberian pakan 2, 3, 5, dan 9 kali/hari. ANOVA

Profit

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 1.779E7 3 5930699.571 58.266 .000

Within Groups 814296.219 8 101787.027

Total 1.861E7 11

Tukey HSDa

Frekuensi N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4

2 kali 3 14227.46

3 kali 3 15489.00

5 kali 3 16545.17

9 kali 3 17498.29

Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

Page 59: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

46

Lampiran 14. Analisis statistik rasio R/C benih ikan lele Sangkuriang Clarias sp.

pada perlakuan frekuensi pemberian pakan 2, 3, 5, dan 9 kali/hari.

ANOVA

RCratio

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .096 3 .032 19.167 .001

Within Groups .013 8 .002

Total .109 11

Tukey HSDa

Frekuensi N

Subset for alpha = 0.05

1 2

2 kali 3 2.37

3 kali 3 2.40

5 kali 3 2.47

9 kali 3 2.60

Sig. .067 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

Lampiran 15. Analisis statistik harga pokok produksi benih ikan lele Sangkuriang

Clarias sp. pada perlakuan frekuensi pemberian pakan 2, 3, 5, dan 9

kali/hari.

ANOVA

HPP

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 33.166 3 11.055 5.393 .025

Within Groups 16.398 8 2.050

Total 49.564 11

Page 60: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

47

Frekuensi N

Subset for alpha = 0.05

1 2

2 kali 3 57.83

9 kali 3 60.28 60.28

3 kali 3 61.74

5 kali 3 62.04

Sig. .234 .478

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

Lampiran 16. Analisis ekonomi pada pemeliharaan ikan lele Sangkuriang dengan

frekuensi pemberian pakan 2, 3, 5, dan 9 kali/hari.

Data jumlah ikan yang telah dikelompokan sesuai dengan ukuran pada setiap

perlakuan.

Ukuran Frekuensi pemberian akan harian (kali/hari)

Benih 2 2 2 3 3 3 5 5 5 9 9 9

4-5cm 8 14 6 2 2 3 0 0 0 0 0 0

5-6cm 49 23 33 20 22 15 6 8 6 0 5 2

6-7cm 62 49 90 50 52 51 57 45 31 23 29 25

7-8cm 40 86 38 53 59 74 50 70 96 82 60 83

8-9cm 19 6 12 55 44 34 58 46 36 59 60 45

9-10cm 2 0 0 0 0 0 15 14 13 18 24 27

Total penjualan benih sesuai dengan harga pada setiap ukuran yang berbeda

Ukuran Satuan Frekuensi pemberian akan harian (kali/hari)

Benih (Rp) 2 2 2 3 3 3 5 5 5 9 9 9

4-5cm 90 720 1260 540 180 180 270 0 0 0 0 0 0

5-6cm 120 5880 2760 3960 2400 2640 1800 720 960 720 0 600 240

6-7cm 135 8370 6615 12150 6750 7020 6885 7695 6075 4185 3105 3915 3375

7-8cm 150 6000 12900 5700 7950 8850 11100 7500 10500 14400 12300 9000 12450

8-9cm 175 3325 1050 2100 9625 7700 5950 10150 8050 6300 10325 10500 7875

9-10cm 175 350 0 0 0 0 0 2625 2450 2275 3150 4200 4725

TOTAL 24645 24585 24450 26905 26390 26005 28690 28035 27880 28880 28215 28665

Page 61: OPTIMALISASI PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN IKAN … · PENGATURAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN . ... lambung, dan diketahui lambung ikan lele kosong dalam waktu 4 jam setelah proses makan

48

Biaya pembelian pakan dan benih

Benih Pakan Total Biaya

2 kali/hari 5760 4537,63 10297,63

2 kali/hari 5760 4311,38 10071,38

2 kali/hari 5760 4868,63 10628,63

3 kali/hari 5760 5310,38 11070,38

3 kali/hari 5760 5131,88 10891,88

3 kali/hari 5760 5110,75 10870,75

5 kali/hari 5760 5580,63 11340,63

5 kali/hari 5760 5980,25 11740,25

5 kali/hari 5760 5528,63 11288,63

9 kali/hari 5760 5259,75 11019,75

9 kali/hari 5760 5186,00 10946,00

9 kali/hari 5760 4939,38 10699,38

Hasil penghitungan profit, rasio R/C, dan HPP

Profit Rasio R/C HPP

2 kali/hari

14347.38 2.39 57.21

14513.63 2.44 56.58

13821.38 2.30 59.71

3 kali/hari

15834.63 2.43 61.50

15498.13 2.42 60.51

15134.25 2.39 63.20

5 kali/hari

16749.38 2.48 60.97

16294.75 2.39 63.12

16591.38 2.47 62.03

9 kali/hari

17860.25 2.62 61.92

17269.00 2.58 60.14

17365.63 2.62 58.79